13 minute read

MENILIK POTENSI BAHARI

Indonesia Yang Melimpah

Kemasyuran akan kekayaan bahari Indonesia untuk mengembangkan ekonomi biru bukan lagi rahasia Namun, sudahkah kita menggali setiap celah potensi yang tersembunyi dan menjadikannya sebagai peluang yang tak terduga? Melalui bagian ini kami mengulas sisi menarik serta peluang yang mungkin terlewatkan dari komoditas bahari yang seringkali tidak dianggap menguntungkan

Advertisement

Bulu babi mungkin sudah bukan hal yang asing didengar oleh kita. Saat mendengar kata “Bulu Babi”, maka akan terlintas gambaran mahluk hitam menyebalkan yang memiliki duri berwarna hitam dan panjang dan menakutkan karena dapat memberikan rasa gatal yang menyakitkan apabila terkena bulu-bulunya. Bulu babi bukanlah sebuah spesies hewan, tetapi kelas hewan (class) berdasarkan nomenklatur taksonomi. Bulu babi merupakan makhluk hidup dengan morfologi yang simetris radial dimana tubuhnya simetris apabila diamati dari sideways untuk 360o. Walaupun menyebalkan, saat ini bulu babi menjadi komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Bulu babi, atau yang biasa disebut sebagai uni di Jepang, menjadi salah satu spesies dengan angka permintaan yang tinggi karena merupakan salah satu bagian dari kuliner lokal legendaris karena rasa yang gurih dan bertekstur lembut. Bahkan, permintaan impor bulu babi Jepang dapat mencapai 9000 hingga 10000 ton permintaan tiap tahunnya lho!

Penulis: Denise Claudia Boedihardjo – TRITON 21-031

Editor: Angelina Diva Vicario – TRITON 21-001

Meskipun bulu babi menjadi komoditas yang mahal, mahluk ini dapat menjadi ancaman bagi ekosistem akuatik karena sifatnya yang invasif, yaitu menjadi predator utama bagi kelp forest yang merupakan pondasi utama dari ekosistem lamun Sifat dari bulu babi yang mampu bertahan dalam waktu lama tanpa makanan dan memiliki reproduksi yang cepat menyebabkan tingkat ancaman bulu babi semakin tinggi

Apabila populasi bulu babi sudah melebih carrying capacity dari ekosistem dan kelp forest sudah habis, maka bulu babi akan mendiami dasar laut yang tandus dalam jumlah yang besar. Hal ini dapat mencegah pertumbuhan ekosistem lamun bahkan lumut yang berada di bawah laut. Contoh kasus dari permasalahan ini adalah sea urchin booming yang sudah terjadi di Port Phillip Bay, Australia dan di sepanjang pesisir negara bagian California, Amerika Serikat yang disebut dengan “purple carpet”, yaitu koloni bulu babi ungu invasif yang mendiami dasar laut California. Oleh karena itu, kita harus mengerti terlebih dahulu mengapa sea urchin booming dapat terjadi dan langkah apa yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya sea urchin booming di kemudian hari.

Terdapat 2 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya overpopulation dari bulu babi di suatu ekosistem, yaitu overfishing dan perubahan iklim. Overfishing telah menjadi permasalahan utama karena biasanya proses dari perikanan tangkap menangkap biota laut tropik tinggi yang tidak jarang menjadi predator dari bulu babi. Ikan-ikan seper ti wrasse dan krustasea (seperti lobster) merupakan predator alami bulu babi yang menjadi komoditas tangkap perikanan dalam jumlah yang besar yang pada akhirnya akan mengalami depopulasi. Penurunan populasi predator menyebabkan ketidakseimbangan rantai makanan. Sehingga, akan terjadi over populasi bulu ba. Selain itu, perubahan iklim dan peningkatan suhu laut berpengaruh terhadap predator alami bulu babi lainnya, seperti bintang laut, dan lainnya yang rentan terhadap penyakit

Tindakan seperti regulasi jenis, kuota, dan ukuran tangkap menjadi salah satu opsi untuk melindungi predator alami dari bulu babi Oleh karena itu, dibutuhkan langkah konkret dalam mengembalikan keseimbangan ekosistem lamun dan laut agar populasi bulu babi dapat tetap terkontrol dan tidak merusak ekosistem

Teripang atau sering disebut timun laut (Sea cucumber) adalah hewan bentik yang menghuni berbagai macam ekosistem laut dangkal. Sebenarnya tidak semua spesies timun laut adalah teripang. Istilah timun laut mengacu pada klasifikasi di atas spesies teripang, yaitu kelas Holothuroidea, yang memiliki bentuk seperti buah mentimun dan hidup di laut. Ada sekitar 1.700 spesies teripang di dunia, 40-66 diantaranya diperjualbelikan. Sementara itu, di Indonesia terdapat sekitar 400 spesies, 56 diantaranya dimanfaatkan dan dijadikan komoditas perdagangan. Semua jenis teripang yang diperdagangkan di Indonesia termasuk ke dalam ordo Aspidochirotida. Ordo ini memiliki ciri-ciri tubuh silindris memanjang, tidak bertulang belakang, berduri lunak hampir di seluruh permukaan tubuh, dan memiliki papila pada kaki tubular di sisi samping perut Pada bagian depan tubuh mereka terdapat mulut yang dikelilingi oleh 10 - 30 tentakel Teripang bergerak merayap dengan jarak pergerakan kurang dari 300 m per hari dan tidak menunjukkan pola migrasi

Teripang memiliki berbagai fungsi dan manfaat, baik secara ekologis maupun ekonomis Dari sudut pandang ekologi, teripang adalah spesies kunci atau biota penting penjaga keseimbangan di ekosistem perairan dangkal Istilah tersebut diberikan karena teripang memiliki beberapa peran krusial, seperti menjadi deposit feeder (pemakan sedimen) yang bertindak dalam proses pengolahan endapan (bioturbation) di ekosistem perairan dangkal, menjalankan siklus nutrisi dan transfer energi dalam jaring makanan, dan menghambat pengasaman air laut Dari sisi ekonomi teripang merupakan salah satu produk yang bernilai tinggi Meskipun tidak umum dikonsumsi di Indonesia, teripang telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang paling berharga Bagi konsumennya, teripang merupakan salah satu makanan kaya protein yang tergolong “mewah”. Selain mengandung nutrisi sebagai bahan pangan, teripang juga mengandung kolagen sebagai bahan baku kosmetik dan senyawa bioaktif sebagai bahan baku obat-obatan (farmakologi).

Teripang mengandung berbagai senyawa yang memiliki banyak manfaat untuk dijadikan bahan obat dan makanan. Nutrisi yang terkandung dalam teripang di antaranya adalah 9 jenis karbohidrat, 59 jenis asam lemak, 19 jenis asam amino, 25 vitamin, 10 jenis mineral, dan 5 jenis sterol. Ekstraksi asam lemak dari spesies teripang Stichopus chloronotus menghasilkan 11 jenis asam lemak dengan menggunakan pelarut yang berbeda: etanol, metanol, dan bufer fosfat Teripang juga mengandung tingkat asam amino dan kolagen yang tinggi

Teripang yang bernilai komersial biasanya hidup di daerah air dangkal dengan substrat pasir, tanah keras, atau karang pada kedalaman 50 cm. Habitat teripang di daerah karang menjadikan teripang kaya akan mineral seperti kalsium, fosfor, kromium, dan zat besi. Hidup di lingkungan perairan dengan ombak laut, karang, dan bebatuan berisiko membuat dinding tubuh teripang retak atau rusak. Untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut, teripang memiliki kemampuan meregenerasi sel dan menyembuhkan luka dalam waktu singkat sekitar 10 - 90 hari. Kandungan protein teripang yang tinggi dapat mendorong regenerasi sel-sel mati, menyembuhkan luka, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Pengolahan teripang biasanya dilakukan dalam bentuk pengeringan dan pengasapan menggunakan peralatan sederhana oleh para nelayan. Teripang yang ideal memiliki berat 400 - 500 g dan dipanen di daerah bebas polusi Teripang untuk ekspor tidak boleh masuk ke perairan yang tercemar logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) Pengolahan teripang memiliki beberapa tahapan, antara lain penanganan bahan baku, pengeluaran isi perut, pemasakan, penghilangan lapisan kapur, penyiangan, pengasapan, pengeringan, dan pengemasan Setelah dikemas, produk olahan teripang dapat dijual baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk ekspor ke luar negeri. nang/lingkis, ikan cendro, rajungan atau kepiting, teripang, dan lain-lain Manfaat lainnya yaitu sebagai tempat mencari makanan bagi berbagai macam biota laut, seperti ikan cendro dan penyu yang hampir punah, mengurangi besarnya energi gelombang di pantai dan berperan sebagai penstabil sedimen sehingga mampu mencegah erosi di pesisir pantai Selain itu, keberadaan ekosistem lamun dapat dikembangkan menjadi sebuah ekowisata yang akan sangat menguntungkan masyarakat pesisir.

Teripang yang paling mahal berasal dari Jepang dengan harga mencapai 3.500 dolar Amerika Serikat. Nominal tersebut setara dengan kurang lebih Rp57.350.755,00 (kurs April 2020) atau Rp51.000.000,00 (kurs Januari 2019) per kilogram. Teripang dapat memiliki harga fantastis karena menjadi sajian kuliner istimewa dengan permintaan yang semakin tinggi sementara persediaannya langka. Penikmat teripang menyukai ketebalan, tekstur kenyal, dan rasa dari biota bahari satu ini. Tak ketinggalan, pengalaman menyantapnya pun menjadi hal menarik tersendiri. Selain itu, permintaan teripang juga meningkat untuk bidang farmasi. Kulit teripang mengandung bahan kimia bernama fucosylated glycosaminoglycan yang cukup tinggi. Kandungan kimia tersebut digunakan orang Asia untuk merawat permasalahan sendi selama berabad-abad. Sementara itu, orang Eropa menggunakannya untuk mengobati penyakit kanker dan mengurangi pembekuan darah. Adanya permintaan teripang di Asia untuk sajian kuliner dan di Barat untuk perusahaan farmasi membuat sejumlah negara berlomba-lomba memasarkan teripang lokal mereka.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap masyarakat yang memanfaatkan ekosistem padang lamun di Pantai Samuh, diketahui bahwa biota-biota yang ditangkap oleh nelayan adalah biota yang hidup dan yang biasanya berada di padang lamun. Harga sumber daya ikan berkisar pada Rp10.000,00 –Rp12.000,00 per kg untuk semua jenis ikan ekonomis penting. Ikan hasil tangkapan nelayan dibeli langsung oleh tengkulak (nelayan pengumpul) dan nelayan pengumpul menjual kembali di pasar. Nilai utility (U) dan surplus konsumen (CS) menunjukkan kepuasan atau kenikmatan konsumen dari hasil sumberdaya ekosistem lamun, dengan nilai total kesediaan membayar (U) sebesar Rp22.430.750,00 per tahun. Sedangkan harga (PQ) yang dibayarkan konsumen adalah Rp2.116.865. Jadi, dapat dilihat nilai CS (surplus konsumen) adalah sebesar Rp20.313.885,00 per tahun. Total dari nilai manfaat langsung sumberdaya ikan sebesar Rp41.789.117,00 per tahun dengan jumlah populasi nelayan sebanyak 75 orang.

Meninjau dari manfaat-manfaat tersebut, sangat disayangkan apabila ekosistem padang lamun dilupakan dan hilang begitu saja Tidak jarang, pemerintah mengalihfungsikan perairan yang terdapat ekosistem padang lamun di dalamnya untuk diubah menjadi pelabuhan atau dibangun menjadi jalan Kurangnya pengetahuan terhadap ekosistem ini membuat masyarakat dan pemerintah merasa baikbaik saja apabila menghilangkannya Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menyebarluaskan informasi akan pentingnya ekosistem lamun di masyarakat agar lebih aware (sadar) dan ekosistem lamun dapat terselamatkan alam pemanfaatannya, plastik telah membawa perubahan bagi kita manusia dalam segala aspek Mulai dari bangun tidur hingga sampai tidur lagi, kehidupan kita akan sangat berbeda bila kita tidak memiliki plastik saat ini Namun, penggunaan plastik jika tidak terkendali akan menjadi masalah bagi ekosistem sekitar, tak terkecuali ekosistem laut Ekosistem laut memiliki peran yang penting bagi manusia dan juga seluruh ekosistem di bumi Jika ekosistem laut rusak, maka ekosistem lain pun akan mengikuti. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengeta- hui bagaimana mengolah dan mengendalikan plastik dan sisa-sisa plastik yang tidak digunakan agar dampak buruk bagi lingkungan dapat diminimalisir hui bagaimana mengolah dan mengendalikan plastik dan sisa-sisa plastik yang tidak digunakan agar dampak buruk bagi lingkungan dapat diminimalisir.

Plastik adalah bahan polimer yang dibentuk pada tekanan dan suhu tertentu (Lusher dan Peter, 2017)

Berdasarkan kategorinya, plastik dapat terbagi menjadi 3 yakni termoplastik, termosets, dan elastomer Termoplastik dapat melunak saat dipanaskan dan dapat mengeras saat didinginkan, contohnya polietilen, polipropilen, politetrafloroetilen, polivinil klorida, poliamid, dan polistirin Thermoset tak dapat melunak setelah dibentuk, contohnya resin epoksi, resin polyester, dan poliuretan Elastomer merupakan polimer elastis yang dapat kembali ke bentuk semula setelah direnggangkan seperti karet atau neoprene

Plastik adalah bahan polimer yang dibentuk pada tekanan dan suhu tertentu (Lusher dan Peter, 2017). Berdasarkan kategorinya, plastik dapat terbagi menjadi 3 yakni termoplastik, termosets, dan elastomer. Termoplastik dapat melunak saat dipanaskan dan dapat mengeras saat didinginkan, contohnya polietilen, polipropilen, politetrafloroetilen, polivinil klorida, poliamid, dan polistirin. Thermoset tak dapat melunak setelah dibentuk, contohnya resin epoksi, resin polyester, dan poliuretan. Elastomer merupakan polimer elastis yang dapat kembali ke bentuk semula setelah direnggangkan seperti karet atau neoprene.

Mikroplastik pertama kali diidentifikasi dimen juga telah ditemukan pada lautan Cina (Qiu et al., 2015) dan Korea Selatan (Lee et al., 2013). Di Indonesia khususnya di daerah sebelah barat daya dari perairan laut Sumatera, keberadaan mikroplastik telah dilaporkan oleh Cordova dan Wahyudi (2016) Hasil tersebut menunjukkan bahwa telah ditemukan mikroplastik di 8 dari 10 daerah yang diteliti dan diambil sampel sedimennya dimen juga telah ditemukan pada lautan Cina (Qiu et al., 2015) dan Korea Selatan (Lee et al., 2013). Di Indonesia khususnya di daerah sebelah barat daya dari perairan laut Sumatera, keberadaan mikroplastik telah dilaporkan oleh Cordova dan Wahyudi (2016). Hasil tersebut menunjukkan bahwa telah ditemukan mikroplastik di 8 dari 10 daerah yang diteliti dan diambil sampel sedimennya.

Mikroplastik pertama kali diidentifikasi keberadannya sekitar tahun 1970-an (Carpenter et al , 1972 dalam Dehaut et al , 2016) Mikroplastik menurut Lusher dan Peter (2017) didefinisikan sebagai partikel plastik yang sangat kecil berukuran 5 mm atau lebih kecil dari ukuran tersebut Mikroplastik berada di seluruh lapisan lingkungan, baik di udara, tanah, air tawar, begitu juga air laut Di lautan, mikroplastik tersebar di daerah sekitar pantai, perairan dangkal, sampai perairan dalam Semenjak abad ke-20, produksi polimer plastik semakin meningkat Ketika plastik tersebut dibuang ke lingkungan, lambat laun plastik tersebut akan mengalami penurunan akibat abrasi, degradasi, dan juga pemecahan secara fisik Bahkan belakangan ini berbagai industri mulai membuat plastik dalam ukuran mikro dan nano yang memperburuk lingkungan akibat potensial bahaya yang sangat tinggi dari mikroplastik tersebut keberadannya sekitar tahun 1970-an (Carpenter et al , 1972 dalam Dehaut et al , 2016) Mikroplastik menurut Lusher dan Peter (2017) didefinisikan sebagai partikel plastik yang sangat kecil berukuran 5 mm atau lebih kecil dari ukuran tersebut Mikroplastik berada di seluruh lapisan lingkungan, baik di udara, tanah, air tawar, begitu juga air laut Di lautan, mikroplastik tersebar di daerah sekitar pantai, perairan dangkal, sampai perairan dalam. Semenjak abad ke-20, produksi polimer plastik semakin meningkat. Ketika plastik tersebut dibuang ke lingkungan, lambat laun plastik tersebut akan mengalami penurunan akibat abrasi, degradasi, dan juga pemecahan secara fisik. Bahkan belakangan ini berbagai industri mulai membuat plastik dalam ukuran mikro dan nano yang memperburuk lingkungan akibat potensial bahaya yang sangat

Adanya mikroplastik tidak hanya ditemukan pada air laut dan sedimen, tetapi juga dapat ditemukan pada berbagai spesies biota laut termasuk yang kita konsumsi sebagai makanan seperti ikan, udang, dan kerang Penemuan mikroplastik dalam makanan menjadikannya sebagai salah satu kontaminan yang bersifat baru atau novel food contaminant Penemuannya dalam berbagai satwa yang dikonsumsi dapat menjadi ancaman bagi keamanan pangan dalam negeri, apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim yang memiliki potensi besar dalam sektor perikanan yakni ketika pada triwulan akhir tahun 2015 total produksi hasil laut Indonesia mencapai 14 79 juta ton (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015)

Adanya mikroplastik tidak hanya ditemukan pada air laut dan sedimen, tetapi juga dapat ditemukan pada berbagai spesies biota laut termasuk yang kita konsumsi sebagai makanan seperti ikan, udang, dan kerang. Penemuan mikroplastik dalam makanan menjadikannya sebagai salah satu kontaminan yang bersifat baru atau novel food contaminant. Penemuannya dalam berbagai satwa yang dikonsumsi dapat menjadi ancaman bagi keamanan pangan dalam negeri, apalagi Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim yang memiliki potensi besar dalam sektor perikanan yakni ketika pada triwulan akhir tahun 2015 total produksi hasil laut Indonesia mencapai 14 79 juta ton (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015)

Volume produksi dan penggunaan plastik yang meningkat dan tidak disertai oleh pengelolaan sampah yang baik merupakan salah satu sebab yang mengakibatkan akumulasi sampah plastik di lingkungan lautan. Akibatnya, terjadilah akumulasi mikroplastik yang signifikan yang merupakan faktor dominan sampah plastik lautan. Karena ukurannya yang sangat kecil ini, organisme seperti ikan dan avertebrata lainnya dapat keliru menyangka bahwa mikroplastik ini ialah pangan mereka terutama pada mikroplastik yang telah mengalami biofouling di

Keberadaan mikroplastik di lautan telah didokumentasikan oleh berbagai peneliti dengan mencari keberadaan mikroplastik pada sedimen dari beberapa perairan. Ng dan Obbard (2006) menemukan kandungan mikroplastik sebesar

1.282 partikel per kilogram sedimen yang ada didi Singapura. Mikroplastik pada se-

Volume produksi dan penggunaan plastik yang meningkat dan tidak disertai oleh pengelolaan sampah yang baik merupakan salah satu sebab yang mengakibatkan akumulasi sampah plastik di lingkungan lautan Akibatnya, terjadilah akumulasi mikroplastik yang signifikan yang merupakan faktor dominan sampah plastik lautan Karena ukurannya yang sangat kecil ini, organisme seperti ikan dan avertebrata lainnya dapat keliru menyangka bahwa mikroplastik ini ialah pangan mereka terutama pada mikroplastik yang telah mengalami biofouling di lautan lepas Akhirnya, mikroplastik terakumulasi di sedimen dan badan air lautan dunia dengan konsentrasi mencapai 100 000 item per meter kubik dan telah terdeteksi keberadaanya pada berbagai biota lautan dalam dua dekade terakhir.

Dalam penanganannya Indonesia sebagai negara berkembang dengan pendapatan yang tergolong rendah harus meningkatkan frekuensi upaya pembersihan pantai dan pulau-pulau kecil dalam rangka mengurangi akumulasi sampah plastik di lingkunagn lautan Upaya yang besar harus ditujukan kepada kabupaten atau kota yang merupakan hot spots penyumbang sampah plastik ke wilayah lautan Pemasangan penyaring sampah di muara-mura sungai, khususnya pada wilayah yang padat penduduk harus diberlakukan dengan wajib oleh pemerintah Untuk mencegah adanya mikroplastik yang berada di air laut, maka dalam pembuatan garam harus melalui filtrasi mikron terlebih dahulu pada saluran-saluran inlet utama Seleksi yang ketat terhadap beredarnya produk-produk plastik yang diklaim sebagai yang dapat terurai harus juga diberlakukan karena jika tidak lolos seleski maka produk seperti ini hanya akan menambah akumulasi mikroplastik yang kian menumpuk ama Pekalongan harum berkat hasil batiknya yang telah berdiaspora melintasi sekat batas provinsi hingga negara. Namun, kota yang terletak di pesisir utara Jawa Tengah itu, kini tengah berjibaku melawan banjir rob yang telah menjadi penyakit me- nahun Banjir rob disebabkan oleh pasang surut air laut yang diperparah dengan adanya penurunan muka tanah dan kenaikan muka air laut Banjir rob tersebut memberikan pukulan bagi masyarakat setempat, terutama di bidang ekonomi dan kesehatan

Tidak sedikit masyarakat pesisir Indonesia yang dihadapkan pada tantangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mulai dari degradasi ekosistem pesisir, kerusakan habitat, hingga dampak perubahan iklim yang mengancam mata pencaharian mereka. Terlebih lagi, akses terbatas terhadap pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur yang memadai turut memperumit situasi. Telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Pada bagian ini, kami meliput beberapa inisiasi solutif melalui kegiatan konservasi, rehabilitasi ekosistem pesisir, serta program pengembangan ekonomi berbasis pesisir yang berkelanjutan.

S U D A H S E J A U H A P A U P A Y A K I T A ?

Berangkat dari permasalahan tersebut, Tim Peduli Pesisir tergerak untuk memberikan solusi dan mengajak masyarakat untuk lebih adaptif terhadap bencana banjir rob Tim tersebut digawangi oleh 12 orang dari rumpun ilmu yang berbeda, 7 diantaranya merupakan mahasiswa Oseanografi ITB 2020 Daerah yang menjadi tempat pengabdian masyarakat adalah Kelurahan Degayu di Kecamatan Pekalongan Utara, salah satu daerah terparah yang terkena dampak banjir rob.

Berikut adalah jejak kebaikan Tim Peduli Pesisir yang berhasil ditinggalkan selama satu purnama belajar dan mengabdi:

Perkuat Pesisir dengan Mangrove

Bencana banjir rob di Kota Pekalongan tidak hanya diatasi dengan pembangunan infrastruktur saja, melainkan juga dengan merawat hutan mangrove di pesisir pantainya. Jenis tanaman mangrove yang dipilih adalah Rhizophora yang memiliki akar besar dan kuat. Akar tersebut mampu menahan hempasan gelombang dan rob di pesisir pantai. Selain itu, ada jenis Bruguiera yang mulai langka dijumpai di Pekalongan. Tim Peduli Pesisir berhasil menanam 400 bibit mangrove. Mereka juga turut menggandeng Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Pekalongan, Masyarakat Pecinta Alam Nusantara (MAPAN), Pramuka Kwartir Cabang Kota Pekalongan, dan Warga Kelurahan Degayu. Kolaborasi dilakukan agar kegiatan tersebut bisa sustain atau berkelanjutan dan tidak berhenti hanya sampai disini. Mangrove selain menjadi benteng penjaga, juga bisa disulap menjadi tepung, sirup, keripik, dan beberapa jenisnya dapat dijadikan pewarna alami untuk batik.

Pembuatan Alat Desalinasi dan Filtrasi Air Laut 02

Sumber-sumber air yang masyarakat miliki sudah tercemar akibat intrusi air laut. Akibatnya, mereka dipaksa terbiasa menggunakan air yang asin dan lengket. Dua buah alat untuk melakukan desalinasi dan filtrasi air laut berhasil dicetuskan. Desalinasi adalah proses mengurangi kadar garam yang berlebih pada air sedangkan filtrasi merupakan proses membuat zat yang tidak diperlukan pada air, seperti sedimen atau kotoran. Evaporasi adalah kunci utama alat desalinasi yang dihasilkan. Alat tersebut mampu menampung 20 L air dan menghasilkan 40% air masukan. Kelurahan Degayu memiliki intensitas penyinaran matahari yang tinggi. Ditambah lagi, curah hujannya rendah dan memiliki suhu panas khas pesisir. Oleh karena itu, alat ini cocok diaplikasikan di Kelurahan Degayu untuk mendapatkan proses evaporasi yang optimal Air murni (H2O) akan menguap dan masuk ke dalam wadah penampungan sementara garam akan terti- nggal di dasar papan Untuk alat filtrasi menggunakan beberapa jenis alat penyaring, yakni spons-zeolite/manganese-spons-arang-spons-silikaspons-sabut kelapa-spons Untuk membuat keduanya, kocek yang dikeluarkan tidak terlalu banyak dan bahan-bahannya juga mudah ditemukan Tim Peduli Pesisir pun bersama-sama dengan masyarakat untuk membuat alatnya, tidak sekadar menjelaskan cara kerja alat.

03

Sosialisasi

Adaptasi Masyarakat dalam

Menangani Banjir Rob

Kegiatan tersebut menghadirkan dua dosen ITB, yakni Sella Lestari Nurmaulia, S.T., M.T., dosen Teknik Geodesi dan Geomatika ITB, serta Dr.rer.nat. Rima Rachmayani, S.Si., M.Si., dosen Oseanografi ITB. Mereka mengupas dari sisi ilmiah penyebab terjadinya banjir rob. Selain itu, pembicara lainnya adalah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Tujuannya, agar masyarakat Kelurahan Degayu dapat meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan dalam menghadapi bencana banjir rob sehingga dapat mempersiapkan diri dan mengantisipasi kerugian seminimal mungkin.

Wah sungguh luar biasa, ya? melihat bagaimana sekelompok mahasiswa ini mengejawantahkan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dengan langsung terjun di tengah masyarakat Kalau kamu, seperti apa dan dimana jejak kebaikan itu akan ditorehkan?

SAYA TAHU TIDAK ADA ORANGORANG HEBAT KECUALI MEREKA

YANG

This article is from: