POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU

Page 1

POTRET KONDISI MASYARAKAT DAN AKTIVITAS EKONOMI DI DAS AIR BENGKULU OKA ANDRIANSYAH RITA MUSTIKASARI


Publikasi ini merupakan pembelajaran dari proyek program peningkatan kapasitas diri bagi Telapak dan mitranya. MoU: 313-2009-527-CN antara Telapak dan Both ENDS, Belanda. Both ENDS menerima dana dari DGIS/PSO – asosiasi organisasi pembangunan Belanda untuk menguatkan Kelompok Masyarakat Sipil dalam mengimplementasikan Pendekatan Negosiasi (NA). Ini merupakan sebuah usaha dalam proses pembuatan kebijakan yang bertujuan menguatkan aktor lokal yang mampu terlibat penuh dalam semua tingkatan pembuatan kebijakan. Email: info@bothends.org Website: www.bothends.org

Yayasan Ulayat Bengkulu (YUB) Website: http://www.ulayat.or.id

Telapak Email: info@telapak.org Website: www.telapak.org www.air.telapak.org

Juli 2011


AKRONIM AA (Activity Analysis): Analisa Kegiatan CDP IWRM NA (Telapak’s Capacity Development Project for Negotiated Approach to Integrated Water Resources Management): Proyek Pembangunan Kapasitas untuk Pendekatan Negosiasi atas Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu Telapak Forum DAS WALMAS: Forum Daerah Aliran Sungai Walenrang-Lamasi GP3A: Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air PSDAT: Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu KDL: Komite DAS Lamasi LA (Livelihood Analysis): Analisa Strategi Nafkah PBS: Perkumpulan Bumi Sawerigading PERDA: Peraturan Daerah PSDA Kabupaten: Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten PUSTU: Puskesmas Pembantu P3A: Perkumpulan Petani Pengguna Air


UCAPAN TERIMA KASIH Publikasi ini kami terbitkan sebagai pembelajaran bersama atas pengelolaan suatu daerah aliran sungai, utamanya DAS Air Bengkulu. Pengumpulan data Analisa Nafkah Hidup (livelihood) dan Analisa Aktivitas Ekonomi dilakukan intensif sepanjang Sungai Air Bengkulu. Penentuan kelompok rentan yaitu kelompok pengguna air yang sepenuhnya tergantung atas keberadaan sungai, dan aktivitas ekonomi kritis yaitu kegiatan-kegiatan industri dan pertanian yang pada umumnya yang memberi dampak langsung (umumnya negatif) atas sungai. Penulis berharap semakin banyak mitra dan masyarakat luas yang tertarik dan terlibat penuh dalam pengelolaan air, dan lebih jauh lagi mengambil peran aktif dalam setiap tahapan manajemen (pembuatan perencanaan, implementasi dan monitoring-evaluasi) dan mampu menegosiasikan kepentingannya hingga mempengaruhi pembuatan kebijakan. Terimakasih kepada teman-teman di Telapak, PBS dan YUB. Mari kita bersama-sama menggunakan serial publikasi ini untuk mengembangkan dengan lebih baik pengetahuan tentang Daerah Aliran Sungai di wilayah kita masing-masing dan mendukung para pengguna air dalam menegosiasikan kepentingan mereka untuk pendekatan yang seimbang antara pengurangan kemiskinan, penggunaan air secara berkelanjutan dan pembangunan ekonomi. Penulis


KATA PENGANTAR ULAYAT Ulayat sebelumnya telah memiliki pengalaman dalam pengelolaan air di DAS Manjunto. Seperti halnya dengan kebanyakan NGO di Indonesia, pengelolaan sumberdaya air sebelum ini tidak menjadi isu utama namun dikaitkan dengan advokasi pengelolaan sumber daya alam dan inisiatif pengelolaan DAS merupakan kegiatan yang menyertai kampanye anti penebangan liar dan ekspansi perkebunan besar kelapa sawit. Ulayat kemudian terus memperkuat kapasitas dalam hal dan menjadi pemimpin dalam advokasi pengelolaan sumberdaya air terpadu. Dalam tiga tahun terakhir Ulayat membangun kerja-kerja di ekosistem DAS Air Bengkulu. Mengapa DAS Air Bengkulu, karena Ulayat cukup percaya diri untuk mendorong terwujudnya pengelolaan sungai yang baik di DAS ini, yang meskipun merupakan DAS kecil dan bukan prioritas nasional, namun memiliki persoalan yang langsung bersinggungan dengan hajat hidup masyarakat termawuk warga ibukota propinsi, dan Ulayat memiliki jaringan yang kuat dibuat dengan LSM, media (Ulayat adalah salah satu pendiri stasiun TV) dan pemerintah. Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa berjalan efektif, maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam memberikan argumen dan masukan yang konstruktif, dalam proses-proses bernegosiasi dengan para pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami menyambut baik terbitnya serial buku Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi. Semoga rangkaian serial publikasi ini dapat memberikan manfaat sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi kelompok masyarakat sipil untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang lebih baik dan adil.

Dickson Aritonang Ketua Badan Pembina Yayasan Ulayat Bengkulu

5


P ENGANTAR Masyarakat sebagai pemegang hak (right holder), seperti yang dimandatkan di dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945, akan dijamin oleh negara untuk mendapatkan air bagi pemenenuhan kebutuhan pokok di dalam kehidupannya sehari-hari. Agar dapat terselenggara dengan baik, maka Undang-Undang no 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air mengatur pengelolaan sumber daya air dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat. Dengan demikian, menjadi sangat penting untuk memastikan keterlibatan masyarakat dan organisasinya dalam perencanaan maupun pelaksanaan pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Di tataran praktek pada kehidupan sehari-hari, banyak kita temukan masyarakat yang secara aktif dan arif menjaga dan memanfaatkan sumber daya air untuk pemenuhaan kebutuhan atas air. Dengan fakta seperti ini, sudah seharusnya pemerintah memberikan pengakuan atas upaya mereka dalam mengelola sumber daya air dan menyediakan ruang seluas-luasnya agar terlibat dalam penentuan kebijakan pengelolan sumber daya air karena menyangkut keberlanjutan kehidupan mereka. Agar keterlibatan masyarakat di dalam pengelolaan sumber daya air bisa berjalan efektif, maka hal penting yang dibutuhkan adalah mempersiapkan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam memberikan argumen dan masukan yang konstruktif, dalam proses-proses bernegosiasi dengan para pengambil kebijakan. Sejalan dengan itu, kami menyambut baik terbitnya buku ini. Serial buku terkait air adalah Analisa Nafkah Hidup dan Analisa 1 Aktivitas Ekonomi (AL&AA) . Telapak berharap pemerintah akan memastikan ruang bagi masyarakat untuk berkontribusi dan berperan serta di dalam proses-proses penentuan kebijakan dan intervensi pengelolaan sumber daya air. Semoga publikasi ini dapat memberikan manfaat sebagai panduan bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi kelompok masyarakat sipil untuk mendorong keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengelolaan sumber daya air di Indonesia yang lebih baik dan adil. Karena air adalah hak asasi setiap warga negara di Indonesia.

Bob Purba, Badan Pengurus Telapak, Indonesia Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional

1

1. 2. 3.

4.

Serial publikasi CDP IWRM NA terdiri dari: Persepsi Pengguna Air, Sebuah Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi dalam Pendekatan Negosiasi menuju Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Hasil Uji Coba Penerapan Panduan Analisa Nafkah Hidup dan Analisa Aktivitas Ekonomi di DAS Lamasi. Analisis Permasalahan DAS Lamasi Gambaran Umum Permasalahan Pengelolaan Air di DAS Air Bengkulu

6


DAFTAR ISI PENDAHULUAN ............................................................................................................ 9 I. ANALISIS LIVELIHOOD ............................................................................................ 9 Penentuan kelompok rentan (vulnarable groups) .......................................................................................... 10 Metode pengumpulan data ............................................................................................................................. 10 Hasil analisa NAFKAH HIDUP ........................................................................................................................... 10 2.3.1. Petani padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah ......................................................... 10 2.3.2. Pengumpul limbah batubara di sungai Air bengkulu........................................................................ 12 2.3.3. Petani agroforest di hulu ................................................................................................................... 15 2.3.4. Masyarakat di lokasi banjir ............................................................................................................... 18 II. ANALISA AKTIVITAS ............................................................................................ 21 penentuan aktivitas kritis ................................................................................................................................. 22 Metode pengumpulan data .............................................................................................................................. 22 Hasil analisa aktivitas ........................................................................................................................................ 22 3.3.1. Pertanian padi irigasi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah ........................................... 22

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 22 ASPEK PRODUKSI....................................................................................................................... 23 HAMBATAN DAN POTENSI ........................................................................................................ 24 BERKURANGNYA DEBIT AIR IRIGASI PERSAWAHAN DI SEKITAR DANAU.............................. 24 Serangan Hama Tikus ............................................................................................................ 25 Masalah Ekonomi .................................................................................................................. 25 Organisasi .............................................................................................................................. 26 Intervensi Pemerintah .......................................................................................................... 27 3.3.2. Pengumpul limbah batubara ............................................................................................................. 27

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 27 PROSES PRODUKSI .................................................................................................................... 28 Hambatan dan potensi.............................................................................................................. 29 3.3.3. wanatani (agroforestry) di kawasan hulu ......................................................................................... 29

GAMBARAN UMUM .................................................................................................................. 29 PROSES PRODUKSI .................................................................................................................... 30 Hambatan dan potensi.............................................................................................................. 30 III. TEMUAN DAN SARAN ........................................................................................ 31 Rekomendasi untuk tahapan pelatihan: ........................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 33

7


Lampiran 1. Tabel Pelaksanaan Wawancara AL dan AA ............................................ 35 LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA) .......................................... 36 1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET ............................................................... 37 1.1. Aset Manusia ......................................................................................................................................... 37 1.2. Aset Kepemilikan Sumberdaya Alam ..................................................................................................... 38 1.3. Aset Finansial ......................................................................................................................................... 39 1.4. Aset Fisik/Alat‐alat Berat ................................................................................................................... 39 1.5. Aset Sosial .......................................................................................................................................... 39 2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN .............................................................................................................. 40 Tipe-tipe ProduK dan non-produK ........................................................................................................... 41 3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA. ....................................................................... 42 4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP .......................................................................................................... 42 4.1. Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup ............................................................. 43 4.2. Hubungan dan Ketergantungan terhadap air ............................................................ 43 4.3. Alasan Kerentanan dan Solusinya .............................................................................. 44 5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN ............................................. 44 6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD ............................................................................................................. 46 Tabel 4. ASET SDM ........................................................................................................................................ 47 LAMPIRAN 3. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN ....... 48 I.

FUNGSI PRODUKSI ................................................................................................. 50 I.1. Lahan .................................................................................................................................................... 50 I.2. Aspek Produksi: ................................................................................................................................... 51 I.3. Ekonomi ................................................................................................................................................ 53 I.4. Contoh tabel output dan input pertanian ........................................................................................ 54 I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI ......................................................................................................... 54 I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN ................................................................................. 55

II.

PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS ................................................... 55

III.

HARAPAN UNTUK PENINGKATAN ......................................................................... 56

III.1. Harapan dan Inisiatif untuk Perbaikan .......................................................................................... 57 III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN ..................................................................... 58 IV.

Ketergantungan terhadap air. ............................................................................... 58

8


PENDAHULUAN Ulayat bertujuan untuk mengembangkan sebuah pendekatan negosiasi (NA) untuk DAS Air Bengkulu sebagai sebuah model untuk pelibatan masyarakat. Ulayat sebagai anggota Dewan Sumber Daya Air Propinsi Bengkulu. Ulayat sudah memfasilitasi terbentuknya Forum Masyarakat DAS Air Bengkulu. Ulayat sendiri menyadari adanya kebutuhan untuk memahami isu air dan kondisi sumber daya air di DAS Air Bengkulu dari perspektif masyarakat. Kebutuhan untuk memahami isu air memotivasi Ulayat untuk aktif dalam CDP IWRM NA. Laporan ini merupakan hasil poses belajar bersama dalam tim CDP IWRM NA. pengumpulan data Analisis Aktivitas (AA) dan Analisis Livelihood (AL) yang dilakukan oleh Ulayat di beberpa kelompok rentan dan aktivitas-aktivitas ekonomi yang kritis di DAS Air Bengkulu. Laporan ini adalah salah satu hasil belajar yang YUB ikuti dalam konteks proyek Capacity Building on Negotiated Approach to Integrated Water resource Management (CDP IWRM-NA) Telapak. (Andriansyah O., Mustikasari R., 2011). Laporan hasil studi AL dan AA ini diharapkan akan berguna bagi publik dan penentu kebijakan untuk memahami kondisi sumberdaya air di DAS Air Bengkulu dari sudut pandang masyarakat. Bab 2 dan 3 dari laporan ini menyajikan metode pengumpulan data dan hasil untuk LA dan AA di DAS Air Bengkulu. Bab 4 menyajikan temuan-temuan dan rekomendasi untuk penyempurnaan laporan LA dan AA dikemudian hari. Kegiatan lapangan dilakukan pada periode januari – Februari 2010.

I. ANALISIS LIVELIHOOD Analisa Livelihood (AL) adalah upaya untuk memahami kondisi kehidupan dalam rumah tangga. Target dari analisis ini adalah unit terkecil dari sebuah komunitas yaitu keluarga. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi sosial dan ekonomi dan persepsi keluarga, pendapatan mereka, aset ekonomi, masalah, serta harapan dan solusi alternatif agar anggota keluarga dapat meningkatkan 9


kesejahteraan mereka. Untuk tujuan khusus dalam konteks program ini, AL fokus pada bagaimana rumah tangga-rumah tangga bergantung pada sumber daya air. Dalam bab ini dipilih kelompok rentan disajikan dalam sub-Bab 2.1, metode pengumpulan data diringkas dalam sub-bab 2.2 dan hasil dari kegiatan yang dipilih disajikan dalam sub-Bab 2.3.

P ENENTUAN KELOMP OK RE NTAN ( VULNARABLE GROUPS ) Kelompok –kelompok masyarakat yang rentan terdiri dari:    

Petani padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah Pengumpul limbah batubara di Sungai Air Bengkulu Petani agroforest di hulu, Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung Masyarakat di lokasi banjir di Kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung Jaya.

M ETODE PENGUMPULAN D A TA Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara berdasarkan Panduan AL dan AA (Mustikasari R., 2011). Wawancara dilakukan oleh tim yang terdiri dari Oka Andriansyah, Vivin Susantie, Imrodili, Amir Hamzah, dan Bayu Setiawan dalam kurun waktu 4 Januari sampai dengan 8 Februari 2010. Detail informasi tentang waktu pelaksanaan wawancara disajikan dalam lampiran 1.

H ASI L ANALIS A NAFKAH HIDUP 2.3.1. P ETANI PAD I DI SEKITA R C AGAR A LAM D ANAU D ENDAM T AK S UDAH Petani di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah mencari nafkah dari usaha pertanian padi sawah. Padi yang dihasilkan dari sawah sebagian dijual dan sebagian dikonsumsi sendiri. Untuk menopang ekonomi keluarga umumnya petani memiliki usaha sampingan, seperti menjadi buruh harian, bekerja sebagai karyawan di toko, dan banyak juga yang berjualan dengan membuka warung makanan di sekitar lokasi wisata di sekitar danau. Umumnya petani bukan pemilik lahan, mereka menggarap sawah milik orang lain dengan sistem bagi hasil. Ada yang (2:1) yaitu penggarap mendapat 2 bagian dari hasil dan pemilik lahan mendapat 1 bagian. Dengan catatan, penggarap menanggung semua modal tanam. Ada juga yang sistem (1:2) yaitu penggarap mendapat 1 bagian dari hasil

10


panen sedangkan pemilik mendapat 2 bagian hasil panen. Dengan catatan pemilik menanggung semua biaya tanam. Penggarap hanya menanggung pekerjaan dan pemeliharaannya saja. Sebagai contoh keluarga Pak Iskandar (52 tahun). Keluarga Bapak Iskandar terdiri dari 1 istri dan 6 orang anak. Bapak Iskandar tinggal di Kelurahan Panorama bekerja sebagai petani sawah yang mendapat irigasi dari danau. Pendapatan dari bertani jika dirata-rata per bulan Rp. 500.000,-/bulan. Starategi Keluarga Pak Iskandar untuk menambah dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari bekerja sebagai upahan buruh tani di sawah orang lain dengan upahan berkisar Rp.30.000,-/hari, dengan jam kerja 8 jam, dengan penghasilan rata-rata sekitar Rp.400.000,-/bulan. Ini dilakukan jika hasil bertani tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari. Jadi penghasilan rata-rata keluarga Pak Iskandar Rp 900.000,/bulan. Pengeluaran keluarga untuk makan sehari-hari rata-rata sekitar Rp.600.000,-/bulan dan biaya anak bungsu mereka yang masih bersekolah di SMP sekitar Rp200.000,- perbulannya. Untuk biaya listrik, rata-rata mereka mengeluarkan uang sejumlah Rp. 30.000,- setiap bulan. Dan sisanya mereka simpan untuk keperluan mendadak lainnya, seperti untuk transport ataupun biaya sosial seperti kematian tetangga dan acara resepsi pernikahan kerabat. Sementara keluarga Bapak Hendri sekarang berusia 27 tahun dan istrinya 25 tahun, mereka mereka belum dikaruniai anak. Selain menggarap sawah Pak Hendri juga bekerja di kantin kantor Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu untuk menambah ekonomi keluarga. Pendapatan keluarga berasal dari bekerja di kantin dengan penghasilan Rp. 400.000,- perbulan dan bertani dengan penghasilan rata-rata Rp. 300.000,-. Jadi total pendapatan keluarga Pak Hendri selama sebulan berkisar Rp. 700.000,-. Dari total pendapatan sebulan Bapak Hendri digunakan untuk makan sehari-hari dan keluarga Pak Hendri rata-rata menghabiskan Rp. 500.000,- perbulan. Sedangkan untuk pembayaran listrik, PDAM dan kebutuhan lainnya Pak Hendri mengeluarkan Rp. 100.000,- setiap bulannya. Sisa dari pendapatan bulanan sebesar Rp. 100.000,- mereka simpan untuk kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendadak. 11


Air dari danau digunakan untuk mengairi sawah. Sementara untuk kebutuhan air minum dan MCK, sebagian besar keluarga memiliki sumur, dan sebagian kecil keluarga ada yang berlangganan air ledeng dari PDAM. Kualitas air sumur cukup bagus walaupun berada di daerah sekitar rawa. Umumnya keluarga petani di sekitar cagar alam tidak mempunyai jaminan sosial seperti ASKES, Asuransi Jiwa, akses keuangan ke koperasi maupun perbankan. Mereka hanya memiliki beberapa keluarga dekat yang senantiasa membantu mereka saat mereka ditimpa musibah. Sebagai contoh keluarga Pak Hendri sering dibantu oleh kakak kandungnya yang secara ekonomi lebih mampu. Kurangnya pengetahuan mengenai akses perbankan atau koperasi untuk pinjaman modal usaha. Belum tersentuh akses pemerintahan dalam rangka pengembangan usaha tani maupun non tani. Petani memiliki banyak harapan untuk meningkatkan taraf hidup mereka. Mereka tidak hanya mengandalkan hidup mereka dari bertani di sawah. Karena hasil sawah tidak bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga mereka sehari-hari. Banyak diantara mereka yang kerja sambilan di bidang lainnya seperti bertukang, karyawan, guru, berdagang ataupun menjadi buruh di sawah milik tetangganya. Petani juga memiliki harapan agar penyuluh pertanian (Petugas Penyuluh Lapang pertanian / PPL) lebih sering turun ke masyarakat untuk penyuluhan. Petani juga berharap adanya dukungan pemberdayaan dari pemerintah baik berupa bantuan langsung maupun penguatan kelembagaan dan bantuan kepada organisasi petani (KP2A Temetung Baru dan Kelompok Tani Sekotong Ulu). Peta bersama tetua-tetua adat Suku Lembak juga berharap agar Pemda dan pengelola kawasan Cagar Alam melakukan penegakan hukum dan pengelolaan yang baik agar ekosistem Cagar Alam bisa dilestarikan.

2.3.2. P ENGUMPUL LIMB AH BATUBARA DI SUNGA I A IR BENGKULU

Aktivitas pengumpulan batubara dilakukan di banyak tempat di sepanjang Sungai Air Bengkulu. Aktivitas tersebut dilakukan mulai dari pertemuan Sungai Penaway, Sungai Kemumu dan Sungai Air Bengkulu hulu hingga muara Sungai Air Bengkulu. Wawancara dilakukan di muara sungai tepatnya di Kelurahan 12


Pasar Bengkulu. Pengumpul limbah batubara sebelumnya berprofesi sebagai nelayan, sebagian lainnya petani. Sebagai contoh keluarga Pak Likun. Pak Likun adalah seorang kepala keluarga dengan 1 istri dan 4 orang anak. Pak Likun yang hanya tamatan SMP sekarang berusia 45 tahun. Sedangkan Minut istrinya yang hanya tamatan SD, sudah berumur 40 tahun. Dua orang anak mereka yang besar, sudah menikah dan tinggal bersama suami mereka di Kabupaten Kepahiang. Sedangkan rina yang masih SMA dan mira masih yang masih SD, masih tinggal bersama mereka. Pak Likun bersama istrinya bekerja menjadi pengumpul batubara. Pak likun memiliki kebun kopi seluas 4 Ha di daerah benuang galing, Kabupaten Kepahiang. Pak Likun menggarap kebun kopinya hanya pada saat musim panen selama 2 bulan setiap tahunnya. Selebih waktunya pak likun bekerja sebagai nelayan pengumpul batubara. Dari hasil usaha mencari batubara di Muara Sungai Air Bengkulu ini, Pak Likun bersama Istrinya bisa mendapatkan pendapatan rata-rata perbulan Rp.1.200.000,-. Dari hasil berkebun kopi yang dikerjakan hanya 2 bulan musim panen, pak likun bisa mendapatkan sekitar 18 juta rupiah setiap tahunnya. Pak Likun dalam sebulan mengeluarkan uang rata-rata sejumlah Rp.700.000,-. untuk kebutuhan dapur. Untuk biaya dua orang anak mereka yang masih sekolah, sekitar Rp. 300.000,perbulan. Untuk biaya listrik, rata-rata Rp.60.000,- perbulan. Sedangkan untuk biaya transportasi dan biaya social lainya seperti menghadiri undangan resepsi pernikahan, sedikitnya mereka menyiapkan Rp.200.000,- setiap bulannya. Sementara Pak Ade berumur 26 tahun, tinggal di Pondok Kelapa bersama istrinya Eca (25 tahun) salah seorang PNS dan anaknya Aditia berumur 2,5 bulan. Pak Ade dan istrinya sama-sama mengenyam pendidikan terakhir ditingkat SMA. Dalam kesehariannya Pak Ade cukup terbantu dengan keberadaan istrinya sebagai PNS, khususnya dalam hal belanja dapur. Dalam sebulan Pak Ade memperoleh rata-rata dari mencari batubara sebesar Rp 800.000,-. Selain itu, pendapatan istrinya yang bekerja sebagai PNS di salah satu dinas di kotamadya bengkulu sebesar Rp.1.900.000,- perbulannya. Untuk Kebutuhan Dapur Pak Ade Biasanya Menghabiskan Biaya Rp 1.500.000/Bulan. Sedangkan Untuk Keperluan Biaya Listrik Menghabiskan Biaya 13


Rp 150.000 perbulan dan baiaya transpotasi kelurga sebesar Rp 100.000 perbulan. Untuk keperluan dapur Pak Ade cukup terbantu dengan keberadaan istrinya sebagai PNS. Pak Ibrahim (42 tahun) adalah seorang nelayan dengan pendidikan terakhir SMP, tinggal bersama istrinya Ibu Aswanti (40 tahun) seorang pengurus koperasi wanita nelayan dengan pendidikan terakhir SD, anaknya Gito (25 tahun) dengan pendidikan terakhir SMP, Citra (18 tahun) yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA dan Gilang (12 tahun) masih duduk di bangku kelas 4 SD. Usahanya sebagai nelayan belum cukup untuk membiayai kebutuhan keluarganya. Ditambah dengan kondisi cuaca yang sedang buruk seperti sekarang, membuat Pak Ibrahim tidak melaut, melainkan mencari batubara di pingir pantai Pasar Bengkulu. Dari hasil melaut diperkirakan Pak Ibrahim memperoleh pendapatan sebesar Rp 25.000/hari dan Ibu Aswanti dapat memperoleh pendapatan Rp 900.000/bulan dari menjadi pengurus koperasi. Dalam sebulan untuk keperluan belanja dapur kelurga pak Ibrahim menghabiskan sekitar Rp 900.000, biaya sekolah anak-anak Rp 250.000, listirk dan PDAM sekitar Rp 250.000 dan biaya transport kelurga sekitar Rp 50.000. Pak Ibrahim memilki sanak keluarga yang tinggal tidak jauh dari kediamannya yang siap membantu mereka jikalau mereka tertimpa musibah, dan begitu pula sebaliknya. Selain itu ibu Aswanti aktif di kegiatan arisan RT setempat. Asset social lainnya adalah ASKES dan kegiatan keorganisasian nelayan Kota Tuo serta PMK. Dalam kondisi cuaca yang sedang buruk seperti sekarang, membuat Pak Ibrahim tidak melaut, melainkan mencari batubara di pingir pantai Pasar Bengkulu. Hambatan yang sering terjadi dalam proses melaut bagi Pak Ibrahim adalah kendala tekhnis, seperti kerusakan mesin dan jaring untuk menangkap ikan serta kondisi cuaca yang tidak bagus merupakan kendala utama mereka. Pak Samsul adalah salah seorang toke pengumpul batubara di daerah muara sungai air Bengkulu. Pak Samsul membuka usaha di atas tanah di bantaran Muara Sungai Air Bengkulu dengan sewa Rp 50.000,- untuk setiap 1 muatan fuso batu bara. Di atas 14


lahan tersebut, pak samsul melakukan proses sederhana pencucian batubara yang dibelinya dari nelayan pengumpul batubara. Pendapatan keluarga hanya berasal dari usaha ini dengan penghasilan rata-rata Rp.1.500.000,- perbulan. Untuk kebutuhan dapur, keluarga Pak Samsul dalam sebulan mengeluarkan uang rata-rata sejumlah Rp.600.000,-. Untuk biaya dua orang anak mereka yang masih SD, sekitar Rp. 200.000,- perbulan. Untuk biaya listrik, rata-rata Rp.30.000,perbulan. Sedangkan untuk biaya social lainya seperti menghadiri undangan resepsi pernikahan, sedikitnya mereka menyiapkan Rp.100.000,- setiap bulannya. Pak Samsul memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari usaha ini dengan dibantu istrinya dan juga mempekerjakan 4 orang ibu-ibu sebagai buruh. Masyarakat yang beraktifitas sebagai nelayan pengumpul batubara di muara sungai air Bengkulu ini, tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar sungai. Banyaknya masyarakat pendatang dari desa-desa yang jauh dari areal ini sering menimbulkan konflik sesama nelayan pemulung batubara. Masyarakat setempat umumnya tidak menyukai kehadiran nelayan pengumpul yang bukan warga kelurahan pasar Bengkulu. Masalah yang kerap kali terjadi dalam usaha ini, disebabkan oleh banjir luapan air sungai yang berakibat tidak hanya kepada para nelayan pengumpul batubara yang tidak turun kesungai, tetapi juga berdampak pada toke pengumpul yang mengumpulkan batubara di daerah sempadan sungai yang mengakibatkan batubara yang sudah bersih dan dikumpulkan oleh beberapa toke pengumpul di bantaran sungai, terbawa hanyut oleh banjir. Masalah lainnya berupa banyaknya sampah di dasar sungai yang sering merusak jaring yang digunakan.

2.3.3. P ETANI AGROFOREST DI HULU Dari hasil lapangan untuk mengumpulkan data analisis aktivitas di Desa Rindu Hati Kecamatan Taba Penanjung ditetapkan 4 orang responden yang mewakili masyarakat petani yang bersawah dan berkebun di dalam areal perkebunan dan persawahan Desa Rindu Hati sebanyak 3 orang, dan 1 responden yang berkebun didalam kawasan hutan lindung. 15


Mereka adalah Pak Rohmihin yang memiliki sawah dan kebun di areal Desa Rindu Hati, Pak Mukhlis (Kepala Desa) yang mewakili pedagang, pemilik sawah dan kebun di areal Desa Rindu Hati, Pak Hartawan pemilik kebun di Kawasan hutan lindung, serta Pak Muhar pemilik kebun diareal desa Rindu Hati dan juga seorang buruh tani. Berikut adalah table data analisis livelihood. Keluarga Pak Rohmihin memilki 0,5 ha sawah warisan orang tua dan 2 ha kebun kopi yang dibeli. Letak lahan sawah dan kebun tidak begitu berjauhan. Air sungai merupakan sarana irigasi persawahan dan air pancuran dekat rumah merupakan sarana MCK. Merupakan petani di areal Desa Rindu Hati. Pak Rohmihin (60) lulus MTS dan istrinya Ibu Samsiarti (45) yang tamat SD tinggal bersama anak mereka Supratman Efendi (30) dengan pendidikan terakhir tamat SMP bekerja sebagai buruh, Subhir Rahman (25) tamat SMP bekerja sebagai petani, Sukarenawati (22) tamat SMA yang masih ikut orang tua dan si bungsu Trisnaini (15) masih duduk dibangku kelas 2 MTS. Pendapatan keluarga berasal dari hasil sawah dan kebun, walaupun masih sering mengalami deficit pendapatan. Dari sawah 0,5 ha keluarga ini memperoleh beras sebanyak 1 ton untuk konsumsi sendiri dan dedak sebanyak 40 kg (Rp 400/kg) Rp 16.000. Dari kebun 2 ha menghasilkan kopi sebanyak 1,4 ton dalam setahun sekali. Selain itu dikebun Pak Rohmihin juga memperoleh hasil berupa lada sebanyak 70 kg/tahun yang ditanam secara tumpang sari. Jika di nominalkan pengahasilan Pak Rohmihin selama setahun dari kopi sekitar 14 juta, dan dari lada sekitar 1,26 juta. Selain itu pak Rohmihin mempunyai aktivitas sampingan berupa menjadi surveyor tambang, buruh tani atau pencari gaharu, jika dinominalkan aktivitas sampingan ini akan menghasilkan pendapatan 1,5 juta/bulan. Dalam sebulan keluarga Pak Rohmihin menghabiskan Rp 350.000 untuk keperluan dapur, Rp 200.000 untuk biaya anak sekolah. Biaya perkebunan kopi 2 ha berupa pestisida sebanyak 6 liter (Rp 50.000/liter) Rp 300.000/bulan, biaya kerja sendiri di kebun selama 2 minggu/bulan (Rp 30.000/hari) sebesar Rp 420.000/bulan. Pengeluaran untuk sawah berupa 1 liter pestisida hama Rp 15.000/liter, 0.5 liter pestisida gulma Rp 25.000, biaya traktor sawah Rp 350.000/borongan dan biaya pengangkutan gabah dari sawah kerumah Rp 2.000/kaleng. 16


Keluarga lainnya, Kepala Desa Rinduhati, Pak Mukhlis (41) lulusan S1 Hukum, merupakan seorang petani dan juga pedagang, tinggal bersama istrinya Ibu Siska Afrida (29) lulusan SMA seorang Ibu Rumah Tangga dan pedagang. Kepala desa Pak Mukhlis memilki 0,7 ha sawah, 2 ha kebun kopi, 2 buah kolam ikan dan warung manisan yang juga membeli kopi masyarakat. Semua lahan pertaniannya tidak begitu jauh dari kediaman, hanya berjarak sekitar 400 m.Total pendapatan Pak mukhlis mulai dari posisinya sebagai kades, petani dengan 0,7 ha sawah, 2 ha kebun kopi dan sebagai pedagang manisan serta toke kopi, dalam sebulan adalah sebesar Rp 4.725.000. Dengan rincian Rp 1.100.000 penghasilan pokok, sampingan Rp 1.500.000, hasil kolam ikan Rp 500.000, hasil dari warung manisan Rp 250.000, toke kopi Rp 1.000.000, dan hasil dari kebun kopi Rp 375.000. Sedangkan pengeluaran dalam sebulan sebesar Rp 3.277.000. rinciannya biaya undangan ke pernikahan Rp 200.000, biaya kematian Rp 100.000, sumbangan kegiatan masyarakat Rp 25.000, belanja dapur Rp 1.200.000, biaya sekolah anak Rp 400.000, listrik Rp 70.000, tabungan Rp 200.000, langganan Koran Rp 82.000, transportasi Rp 250.000 dan biaya kesehatan Rp 250.000. Sedangkan untuk biaya proses perkebunan 1 ha yang baru dibuat sebesar Rp 500.000/bulan, untuk kebun 1 ha lagi Pak Mukhlis tidak mengelurkan biaya sedikitpun, karena kebun tersebut disewakan dengan sistem bagi hasil. Keluarga Pak Hartawan (28) petani yang berkebun di kawasan hutan lindung sejak 2004, memiliki 2 orang anak. Kelurga ini memiliki kebun kopi di kawasan TGHK seluas 1 ha dengan jarak tempuh dari rumah mereka di desa Rindu hati selama 2 jam jalan kaki. Di kebunnya Pak Hartawan memilki pondok yang didiami selama 10 hari dalam sebulan. Di kebun juga Pak hartawan memelihara ayam sebanyak 12 ekor.Dalam sebulan keluarga ini memperoleh pendapatan sebesar Rp 780.000, dimana 280.000 dari hasil kebun dan Rp 500.000 dari hasil menjadi buruh tani harian. Dalam sebulan keluarga ini juga mengalami deficit anggaran karena pengeluaran lebih besar dari pendapatan, yaitu sebesar Rp 820.000, dimana untuk belanja dapur, termasuk untuk membeli beras, rokok dan jajan anak sebesar Rp 800.000 serta kebutuhan sekolah anak Rp 20.000/bulan. Untuk itu dalam mengatasi deficit ini mereka terpaksa meminjam uang kepada tetangga atau menghutang di warung. Begitu juga halnya untuk biaya berobat, terpaksa meminjam uang ke toke kopi. Keluarga Pak Muhar (50) petani dan juga buruh tani harian tinggal bersama istrinya 8 orang anak. Pak Muhar hanya memilki sawah warisan seluas 0,5 ha yang tidak semua lahan digarap. Jarak sawah dengan kediamannya sekitar 1 km. Dalam mencukupi kebutuhan keluarga dengan 8 orang anak, Pak Muhar cukup mengalami 17


kesulitan, karena dia hanya mampu menghasilkan padi dari sawahnya sebanyak 6 karung setiap kali panen, itupun hanya untuk konsumsi pribadi. Untuk itu Pak Muhar menjadi buruh tani dengan penghasilan Rp 25.000 setiap hari. Dalam kesehariaannya keluarga Pak Muhar menghabiskan dana sebesar Rp 25.000, itupun hanya untuk keperluan dapur. Sedangkan untuk keperluan anak sekolah dan keperluan lain terkadang kelurga ini harus menjual beras konsumsi mereka ataupun berusaha meminjam uang pada kerabat atau tetangga. Petani di Desa Rinduhati tidak memiliki jaminan sosial seperti asuransi, akses ke koperasi maupun perbankan. Tapi Pak Rohmihin disamping memilki kekerabatan keluarga yang tinggal di desa yang sama juga aktif dalam perhimpunan social seperti kelompok tani dan kepengurusan Muhammadiyah. Dalam mencukupi kebutuhan hidup yang terkadang minus, banyak keluarga meminjam uang kepada toke kopi yang akan dibayar pada saat panen kopi dan atau dari penghasilan sebagai buruh tani atau pencari gaharu di hutan.

2.3.4. M ASY ARAK AT DI LOKASI BANJIR Di wilayah hilir tepatnya dua kelurahan di Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu terjadi banjir rutin setiap tahun. Kedua kelurahan tersebut yaitu Kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung Jaya. Perumahan penduduk terletak di sebelah selatan Sungai Air Bengkulu. Daratan terbentuk dari lapisan endapan rendah di bantaran Sungai Air Bengkulu dengan ketinggian 2-10 mdpl. Selain mengakibatkan terendamnya sebagian rumah penduduk, banjir menyebabkan kerusakan tanaman pertanian di dua kelurahan ini. Terdapat kurang lebih 20 ha areal persawahan tadah hujan yang selalu terkena banjir. Pak Sumardin yang berusia 56 tahun adalah seorang pensiunan pegawai negeri sipil dengan golongan terakhir III.B. istrinya bernama Luna berumur 50 tahun. Tiga diantara keempat anak mereka sudah menikah dan sudah punya rumah masing-masing. Mereka hanya tinggal bertiga dengan anak bungsunya yang baru saja lulus test Pegawai Negeri Sipil di Pemda Provinsi. Rumah kediaman mereka beralamat di Jalan Sumatra V, RT 4 Sukamerindu, Kota Bengkulu. Selain pekarangan rumah yang berukuran 300 m2, mereka tidak memiliki lahan apapun untuk bertani ataupun untuk usaha lainnya. Mereka hanya menggarap sawah milik orang lain untuk mengisi kekosongan waktu selama menjalani msa pension mereka. Gaji pensiun yang diterima Pak Sumardin setiap bulan 18


senilai Rp 2.050.000,- sudah cukup untuk keperluan kebutuhan rumah tangga mereka. Selain itu, hasil dari bertani sawah yang dikerjakan oleh istrinya, cukup membantu perekonomian rumah tangga mereka. Untuk keperluan dapur, Ibu Luna mengeluarkan uang sekitar Rp. 1.000.000,- setiap bulannya. Ditambah biaya listrik perbulan rata-rata Rp.50.000,-. Dan biaya-biya lainnya seperti transportasi dan kondangan sekitar Rp.500.000,- setiap bulannya. Hambatan Ibu Luna mengeluh karena hampir setiap tahun sawah yang mereka garap tergenang banjir luapan air Sungai Bengkulu yang bisa mengakibatkan gagal panen. Ibu Luna berharap adanya solusi dari pemerintah untuk mengatasi banjir yang selalu menggenangi areal persawahan yang mereka garap. Pak Amin berumur 40 tahun, hanya mengenyam pendidikan sampai SMA kelas 2. Sedangkan istrinya yang bernama Ibu Nini berumur 32 tahun hanya tamat SD. Mereka memiliki tiga orang anak. Anak mereka yang tertua sekarang duduk di kelas 1 SMP, sedangkan anak kedua duduk dikelas 5 SD dan yang bungsu baru dikelas 2 SD. Satu diantara dua orang Adik Pak Amin yang baru saja lulus SMA, masih ikut tinggal bersama mereka. Rumah tempat mereka tinggal, merupakan Rumah Warisan Orang Tua Pak Amin. Selain rumah, mereka juga memiliki sawah warisan sebanyak 17 patok atau sekitar 4.000 m2 yang sekarang dikerjakan oleh istri Pak Amin. Sedangkan pak amin sendiri memiliki sedikit areal di bantaran sungai air Bengkulu yang digunakannya untuk menjalani usahanya sebagai pengumpul batubara. Pak Amin yang kesehariannya berprofesi sebagai seorang pengumpul batubara, bisa menghasilkan uang sejumlah Rp.1.500.000,- setiap bulannya. Sedangkan Ibu Nini yang bekerja menggarap sawah warisan orang tua pak amin, bisa mencukupi kebutuhan beras keluarga. Dalam sebulan, keluarga Pak Amin membutuhkan sedikitnya 1,3 juta rupiah yang digunakan untuk keperluan dapur Rp.450.000,-, biaya listrik rata-rata Rp.50.000,-, biaya PDAM rata-rata Rp.50.000,serta transportasi dan uang jajan anak-anak mereka yang masih bersekolah rata-rata Rp.750.000,-.

19


Pak Amin adalah penduduk asli kelahiran Desa Tanjung Agung, sedangkan istrinya berasal dari daerah Pino Raya, Kabupaten Bengkulu Selatan. Pak Amin memiliki banyak kerabat di daerah ini yang siap membantu mereka jikalau mereka tertimpa musibah, dan begitu pula sebaliknya. Sistem kekerabatan disini masih kental sekali dengan semangat saling tolong menolong jikalau ada salah seorang anggota keluarga besar mereka ditimpa kesusahan ataupun sedang ada hajatan. Setiap tahun, sedikitnya satu kali rumah dan persawahan milik mereka digenangi banjir. Permasalahan banjir sepertinya sudah menjadi tradisi tahunan di daerah tempat tinggal mereka. Harapan Pak Amin, ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi banjir. Selain itu, mereka berharap bisa membangun rumah tinggal mereka menjadi rumah permanen yang agak tinggi, supaya pada saat banjir datang, rumah mereka tidak ikut terendam banjir. Pak Zainul Hakim berumur 59 tahun dengan pendidikan terakhir tamat SD. Istrinya bernama Ibu Nurjani berumur 57 dengan pendidikan terakhir kelas 4 SD. Lima diantara enam mereka sudah menikah dan tinggal bersama keluarga baru mereka di lingkungan kota Bengkulu. Anak bungsu mereka bernama Dedi Candra berumur 26 tahun dan masih tinggal bersama mereka. Dedi sekarang sudah tamat SMA dan tidak melanjutkan studi melainkan bekerja membantu perekonomian keluarga. Selain pekarangan rumah, mereka memiliki Lahan sawah yang merupakan warisan orang tua seluas 17 patok yang mereka sewakan pada orang lain. Selain sawah, mereka memiliki kebun sawit seluas 0,5 Ha, yang sekarang masih berumur 3 tahun. Untuk memenuhi keperluan keluarga sehari-hari, Pak Zainul Hakim dengan bekerja menjadi tukang ojek, mampu menghasilkan pendapatan rata-rata sebesar Rp 600.000,-. Disamping itu, dari sawah, mereka mendapatkan beras 30 kaleng setiap 3 bulannya. Dan penghasilan dari anak bungsunya yang menjadi supir angkot sekitar Rp 300.000,- perbulan, terkadang ikut membantu menopang perekonomian keluarga mereka. dan penghasilan lainnya dari menjual atap rumbia, mereka bisa mendapatkan hasil sekitar Rp 200.000,- setiap bulannya. Dalam satu bulan biaya hidup keluarga Pak Zainul Hakim mencapai angka kisaran Rp 700.000,- untuk keperluan 20


dapur, untuk keperluan listrik dan PDAM Rp 100.000,-, serta membayar angsuran kredit motor sebesar Rp 465.000,-. Keluarga Pak Zainul Hakim mendiami rumah papan sederhana yang merupakan warisan orang tua istrinya dengan luas pekarangan 10 x 64 m2. Pak Zainul Hakim, untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya, sehari-hari dia bekerja sebagai tukang ojek dengan motor bebeknya yang tinggal 3 kali angsuran lagi. Selain itu, hasil sawah yang dikerjakan oleh adiknya dengan sistem bagi hasil, turut menopang kebutuhan dapur mereka. Ditambah lagi, anak bungsunya sudah mulai bekerja sebagai supir angkot kota juga turut meringankan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap bulannya. Diwaktu luangnya, pak zainul hakim membuat atap rumbia dan dijual di pinggir jalan depan rumah mereka. Hampir semua rumah di Desa Tanjung Agung tidak memiliki sumur. Karena air tanah tidak bisa digunakan untuk keperluan MCK. Selain karena bewarna kuning keruh, daerah ini, hampir setiap tahun tertimpa banjir luapan sungai Air Bengkulu. Untuk keperluan MCK keluarga ini menggunakan PDAM yang terkadang airnya keruh pada saat-saat tertentu. Pak Zainul berharap ada solusi dari pemerintah untuk mengatasi banjir. Selain itu, mereka berharap agar bisa membangun rumah tinggal mereka menjadi rumah permanen yang agak tinggi, supaya pada saat banjir datang, rumah mereka tidak ikut terendam banjir.

II. ANALISA AKTIVITAS Analisa Aktivitas adalah studi tentang proses produksi yang terjadi di lokasi tertentu. Studi ini dilakukan untuk mendapat gambaran aktivitas produksi di DAS termasuk di dalamnya aktivitas pertanian di lahan sawah irigasi. Dalam bab ini dijelaskan mengenai penentuan aktivitas kritis (sus-bab 3.1), metode pengumpulan data (sub bab 3.2), dan hasil analisa aktivitas (sub Bab 3.3). Empat hal yang menjadi pertimbanagn utama dalam penyusunan laporan analisa aktivitas adalah; pemahaman umum seputar aktivitas produksi yang terjadi di DAS Air

21


Bengkulu, bagaimana proses produksi itu bekerja, hambatan dan tantangan, dan potensi pengembangan. PENENTUAN AKTIVITAS KRITIS

Aktivitas Kritis dipilih berdasarkan relevansinya terhadap ketersediaan air dan besarnya dampak aktivitas produksi terhadap kondisi sumber daya air di DAS Air Bengkulu. Ini didasarkan atas perkiraan tentang berapa banyak air yang dibutuhkan oleh aktivitas kritis tertentu dibandingkan dengan kegiatan lain, dan berapa banyak kegiatan yang bergantung pada ketersediaan air dan apa yang akan terjadi ketika sumber daya air rusak. Informasi ini penting bagi pengambil keputusan pada saat penentuan opsi untuk pembangunan atau intervensi lainnya. Aktivitas kritis yang dipilih adalah:   

Pertanian padi di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah Pengumpulan limbah batubara di sungai Wanatani (agroforest) di hulu

M ETODE PENGUMPULAN DA TA Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara berdasarkan Panduan AL dan AA (Mustikasari R., 2011). Wawancara dilakukan oleh tim yang terdiri dari Oka Andriansyah, Vivin Susantie, Imrodili, Amir Hamzah, dan Bayu Setiawan dalam kurun waktu 4 Januari sampai dengan 8 Februari 2010. Detail informasi tentang waktu pelaksanaan wawancara disajikan dalam lampiran 1.

H ASIL ANALISA AKTI VIT AS 3.3.1. P ERTANIAN PADI IRIGAS I DI SEKITAR C AGAR A LAM D ANAU D ENDAM T AK S UDAH GAMBARAN UMUM Warga di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah sejak turun temurun bertani sawah yang sebagian besar mendapatkannya dari warisan. Sekarang, sebagian dari warga sudah beralih pekerjaan. Beberapa penduduk tidak turun bersawah melainkan hanya memiliki sawah dan digarap oleh orang lain dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil sawah beragam berdasarkan persetujuan antara pemilik dan 22


penggarap. Ada yang pembagiannya 2:1 yaitu penggarap mendapat 2 bagian dari hasil dan pemilik lahan mendapat 1 bagian dengan catatan penggarap menanggung semua modal tanam. Ada juga yang sistem 1:2 yaitu penggarap mendapat 1 bagian sedangkan pemilik mendapat 2 bagian hasil panen dengan catatan pemilik menanggung semua biaya tanam.

ASPEK PRODUKSI Periode tanam padi di areal persawahan ini relatif seragam yaitu 2 kali setahun. Masing-masing periode tanam berlangsung selama 16 minggu (4 bulan) terhitung dari penyiapan lahan hingga masa panen. Penyiapan lahan dilakukan pada minggu pertama dengan menggunakan hand traktor yang disewa. Penanaman dilakukan di minggu kedua. Pemupukan dilakukan dua kali setiap periode tanam yaitu biasanya pada minggu ke-8 dan ke-12. Pupuk yang digunakan adalah pupuk urea sebanyak kurang lebih 10,5 sak per hektar, dan pupuk phonska sebanyak 4 kurang lebih 5,25 sak per hektar. Salah seorang petani, Pak Ruslan, mendapatkan kemudahan dengan diperolehnya pupuk dan pestisida secara gratis karena Pak Ruslan adalah pengurus kelompok tani Sekotong Ulu. Pengairan dilakukan selama 13 minggu pertama. Air diperoleh dari irigasi yang bersumber dari danau. Pemeliharaan rutin rata-rata dilakukan setiap hari selama periode tanam. Proses akhir dari aktivitas produksi pada sawah Pak Ruslan adalah pemanenan, dimana hasil panen dijual kepada Pemilik mesin penggiling padi dalam bentuk padi basah. Jadi Pak Ruslan tidak melakukan aktivitas pengeringan padi, tapi setelah padi dipanen langsung dijual pada healer2. Pak Murin dan Ibu Rusmayan tidak menjual hasil tanamannya tetapi untuk konsumsi pribadi. Pemanenan di lokasi persawahan ini umumnya dilakukan dengan bantuan tetangga lahan persawahan dengan sistem bagi hasil. Sebagai contoh Bapak Murin yang menggarap lahan 0,75 ha. Sebagai upah tenaga kerja pemanenan Bapak Murin menerapkan bagi hasil 10:1, Bapak Murin mendapat 10 bagian sedangkan tetangga yang ikut panen mendapat 1 bagian). 2

23


Selain itu ntuk keperluan panen, Bapak Murin mengeluarkan dana sekitar Rp. 200.000,- untuk biaya angkut. Setelah panen, Pak Murin bersama istrinya menjemur gabah yang didapatnya selama 3-4 hari. Dari kegiatan persawahan ini, bila tidak ada hambatan ataupun sesuatu hal yang bisa mambuat gagal panen, Pak Murin mendapatkan rata-rata 80 sak gabah dengan pambagian (2:1) pada pemilik lahan. Hasil panen yang Pak Murin dapat sekitar 53 sak gabah dan pemilik lahan memperoleh rata-rata 27 sak gabah setiap kali panen. Setiap sak gabah bila digiling, akan menghasilkan beras sebanyak 1 kaleng (16Kg). Pak Murin akan mendapatkan rata-rata 53 kaleng beras atau sekitar 848 Kg yang bila dijual seharga Rp. 6.000,- per kilogram. Namun Bapak Murin tidak menjual hasil panennya melainkan diseimpan untuk konsumsi sendiri. Produk sampingan berupa dedak umumnya langsung dibeli pemilik mesin penggilingan pada saat menggiling gabah dengan harga Rp. 6.000,- per sak gabah.

HAMBATAN DAN POTENSI Berkurangnya debit air sungai Danau Dendam Tak Sudah adalah hambatan utama bagi petani. Namun demikian ada potensi untuk pengembangan kualitas produksi diantaranya keberadaan organisasi petani dan adanya program pemerintah di sektor ketahanan pangan. BER K UR AN GN Y A DEB IT A IR I R IGA SI PER SA WA HA N DI SE KI TAR DAN AU

Masalah yang sering terjadi yang berdampak buruk pada areal persawahan di daerah sekitar danau dusun besar ini adalah kekeringan. Kekeringan terjadi akibat menurunnya debit air danau sehingga irigasi yang mengairi persawahan di areal ini tidak mencukupi kapasitasnya. Dampaknya adalah menurunnya hasil panen padi. Pada saat musim tanam yang periode pertama di tahun 2009, hampir semua petak sawah di areal ini mengalami gagal panen yang diakibatkan kekeringan. Kejadian ini timbul hampir setiap tahun, terutama dalam kurun waktu 4 tahun terakhir. Penurunan debit air danau diakibatkan oleh rusaknya ekosistem Cagar Alam Danau Dusun Besar yang disebabkan perambahan di areal lahan basah yang merupakan catchment area bagi 24


perairan danau. Bentuk-bentuk perambahan tersebut diantaranya adalah penanaman sawit di areal rawa yang bersinggungan dengan kawasan cagar alam, perluasan perumahan masyarakat kota dan pembangunan beberapa fasilitas penunjang perumahan yang bersinggungan dengan kawasan cagar alam. Ditambah lagi oleh pembukaan jalan raya yang memotong kawasan kawasan Cagar Alam Danau Dusun Besar. Pembukaan jalan yang membelah cagar alam sepanjang 1,6 km oleh Pemda Bengkulu pada tahun 1990 – 1992, secara langsung mempengaruhi jumlah air yang masuk ke Danau Dendam. Pembuatan jalan Nakau-Air Sebakul ini menghambat masuknya air dari daerah tangkapan menuju kawasan danau. SERANGAN HAMA TIKUS

Para petani saat ini sedang kewalahan menghadapi gangguan hama tikus di sawah mereka. Banyak cara yang telah mereka lakukan untuk membasmi hama tikus di sawah mereka. Mulai dari memburu, memasang perangkap, sampai menggunakan racun. Akan tetapi hama tersebut masih tetap merajalela. Mereka belum menemukan solusi untuk menghadapi masalah ini. Menurut pendapat petani, bertambahnya serangan hama tikus ini ada hubungannya dengan semakin mendesaknya perumahan dan pembangunan fasilitas perkotaan yang semakin dekat dengan areal persawahan, dan berhubungan juga dengan rusaknya ekosistem lahan basah di kawasan cagar alam. MASALAH EKONOMI

Cukup banyak permasalahan ekonomi yang dihadapi petani dalam usaha pertanian padi sawah ini. Mulai dari keterbatasan modal tanam, hingga kegagalan panen akibat serangan hama tikus atau kekeringan. Belum lagi harga jual gabah yang relative rendah yang tidak sebanding dengan modal yang mereka keluarkan. Keterbatasan pengetahuan mereka dalam mengolah sawah pun menjadi hambatan dalam mencari kesejahteraan hidup. Hal itu dikarenakan kurangnya tenaga penyuluh pertanian yang mau ikut turun kesawah. Bantuan-bantuan yang diberikan dari pemerintah setempat bisa dianggap tidak mampu menstimulan kemajuan perekonomian rumah tangga mereka. Seperti 25


program bantuan pupuk bersubsidi, petani harus membeli seharga Rp. 75.000,- per sak pupuk urea di kelompok tani mereka. Program bantuan benih yang hanya cukup untuk menanam 1 patok sawah, sedangkan luas sawah yang mereka garap rata-rata 15 patok dan hanya ditanami bibit padi local yang mereka simpan dari hasil panen sebelumnya. ORGANISASI

Terdapat dua organisasi yaitu KP2A Temetung Baru (Kelompok Petani Pemakai Air) dan Kelompok Tani Sekotong Ulu. Salah satu responden, Bpk Ruslan adalah Ketua Kelompok Tani Sekotong Ulu. Ketiga responden menyatakan Kelompok Tani Sekotong Ulu lebih dekat hubungannya dengan mereka, dibandingkan KP2A. Peranan KP2A hanya sebatas penanggung jawab pengaturan irigasi secara formal, namun demikian dalam prakteknya pengaturan tersebut dilakukan secara kekeluargaan dalam bentuk kelembagaan informal. Kelompok Tani Sekotong Ulu saat ini lebih terasa manfaatnya karena menghubungkan para petani dengan PPL dan mengakses bantuan-bantuan dari pemerintah. Selain kedua organisasi formal tersebut, terdapat bentuk hubungan kelembagaan informal di kalangan petani padi di persawahan sekitar Cagar Alam Danau Dusun Besar ini. Mayoritas petani di areal ini adalah masyarakat Suku Lembak, yang masih mempertahankan tradisi bertani sawah dan relasirelasi tradisional yang berhubungan dengan pengelolaan sawah. Penyelesaian konflik yang berkaitan dengan pengaturan irigasi, secara tradisional (kebiasaan), ditengahi oleh warga yang dipandang memiliki status yang terpandang dalam adat Suku Lembak. Pengaturan-pengaturan secara tradisional tersebut masih dipertahankan dan berlaku tidak hanya untuk suku asli namun juga berlaku bagi petani yang berasal dari suku-suku lainnya. Para petani di areal tersebut juga masih mempraktikkan tradisitradisi lokal Suku Lembak yaitu syukuran menjelang tanam dan syukuran menjelang panen. Setiap keluarga petani yang akan melakukan penanaman dan setiap akan memulai masa panen wajib mengadakan syukuran kecil-kecilan. Acara syukuran tersebut dilakukan di areal sawah masing-masing, dengan 26


mengundang tetua adat, petani tetangga sekitar, dan sering kali petugas penyuluh ikut menghadiri. Rata-rata setiap acara syukuran dihadiri dekitar 15-20 orang. Syukuran dilakukan pada sore hari dengan acara doa selamat dan makan sore bersama. Dalam kesempatan-kesempatan tersebut biasanya masingmasing petani berbagi informasi dan saling member motivasi agar hasil usaha taninya semakin maju. INTERVENSI PEMERINTAH

Pemerintah member bantuan pupuk bersubsidi dengan harga lebih murah dari harga pasar, yang disalurkan melalui kelompok-kelompok tani. Selain bantuan tersebut, belum ada intervensi pemerintah untuk mengatasi permasalahan rusaknya ekosistem danau yang berdampak pada persawahan. Bahkan dalam tahun-tahun belakangan ini terjadi konflik antara petani sawah sekitar Cagar Alam (masyarakat Suku Lembak) dengan pemerintah daerah karena pemerintah daerah tidak mengakomodir tuntutan masyarakat untuk membongkar jalan yang memutus kawasan cagar alam, serta menindak para pengembang perumahan yang mendesak kawasan cagar alam dan persawahan warga.

3.3.2. P ENGUMPUL LIMBAH BATU BARA GAMBARAN UMUM Kelurahan Pasar Bengkulu terletak merupakan daerah pesisir pantai dimana terdapat muara Sungai Air Bengkulu. Kelurahan Pasar Bengkulu merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu, dengan jumlah penduduk 1798 jiwa yang terdiri dari 342 kepala keluarga. Sebagian besar masyarakat sejak lama berprofesi sebagai nelayan tradisional. Sejak dua tahun terakhir ini, sebagian besar nelayan di daerah ini beralih profesi menjadi pengumpul batubara di sekitar pantai dan muara Sungai Air Bengkulu. Mereka menggantungkan hidup dengan mengais dan mengumpulkan batubara yang telah lama mengendap di dasar sungai. Mereka beranggapan pekerjaan ini lebih menguntungkan ketimbang bekerja menangkap ikan di laut.

27


PROSES PRODUKSI Para pemulung batubara tidak membutuhkan lahan khusus untuk melakukan aktifitas produksi. Akan tetapi mereka secara bersama dengan para pemulung lainnya, melakukan aktifitas produksi di sepanjang muara Sungai Air Bengkulu melintasi Kelurahan Pasar Bengkulu yaitu kurang lebih 5 km. Proses dimulai dengan mengayuh rakit bambu untuk menuju lokasi tempat mencari batubara. Setelah sampai di lokasi yang cocok, nelayan pemulung menyelam dan mengais dasar sungai dengan menggunakan sekop pendek sambil memasukkan pasir bercampur endapan batubara kedalam karung, untuk kemudian dibawa keatas rakit. Proses ini berlangsung hampir setengah hari karena nelayan pengumpul batubara ini harus bolak-balik keatas air untuk mengambil nafas. Setelah karung-karung yang berisi pasir endapan batubara terisi penuh, nelayan pengumpul mengayak endapan batubara tersebut untuk memisahkan batubara dari pasir sungai ataupun sampah. Yang kemudian ditumpuk di atas rakit dan dibawa menepi untuk dijual ke toke pengumpul. Pak Likun, Pak Ade dan Pak Ibrahim adalah nelayan pengumpul batubara. Sama seperti nelayan pengumpul lainnya yang hanya bermodalkan kemampuan menyelam dan uang sekitar Rp.100.000,- yang digunakan untuk membeli karung seharga Rp.5.000/karung, membuat rakit bambu seharga Rp.30.000,-, sebuah jaring anyaman yg dibuat sendiri seharga Rp.30.000,dan sebuah sekop kecil seharga Rp.35.000,-. Bila tidak ada hambatan cuaca ataupun banjir, setiap harinya para nelayan pengumpul batubara ini bisa mendapatkan ratarata 8 karung perhari yang langsung dijual kepada toke pengumpul seharga Rp.8.000,- perkarung. Dalam sebulan, para nelayan pengumpul batu bara ini bisa mendapatkan pemasukan bersih sekitar Rp.1.000.000,- perbulan. Toke pengumpul berperan sebagai perantara antara nelayan pengumpul dengan toke besar. Toke pengumpul membeli batubara dari nelayan pengumpul seharga 8 ribu s/d 9 ribu rupiah per karung. Kemudian batubara tersebut di cuci dan dipisah antara batubara yang berukuran kecil dan batubara 28


yang berukuran sedikit besar. Setelah bersih, toke pengumpul menjual kepada toke besar seharga Rp 14.000,- untuk batubara yang berukuran kecil dan Rp 15.000,- untuk batubara yang berukuran besar. Batubara yang dibeli dari nelayan pengumpul, dicuci dan disortir sesuai dengn ukurannya oleh toke pengumpul. batubara tersebut disortir menjadi batubara yang kasar dan yang halus. Yang kemudian dijual kepada toke besar untuk dibawa ke Stockpile batubara di Pelabuhan Pulau Bai. HAMBATAN DAN POTENSI

Hambatan yang dirasakan oleh pengumpul limbah batubara antara lain sempat ada larangan dari pemerintah daerah, konflik antar pengumpul limbah batubara, dan kondisi alam. Masyarakat yang beraktifitas sebagai nelayan pengumpul batubara di muara sungai air Bengkulu ini, tidak hanya berasal dari masyarakat sekitar sungai. Banyaknya masyarakat pendatang dari desa-desa yang jauh dari areal ini sering menimbulkan konflik sesama nelayan pemulung batubara. Masyarakat setempat umumnya tidak menyukai kehadiran nelayan pengumpul yang bukan warga kelurahan pasar Bengkulu. Masalah yang kerap kali terjadi dalam usaha ini, disebabkan oleh banjir luapan air sungai yang berakibat tidak hanya kepada para nelayan pengumpul batubara yang tidak turun kesungai, tetapi juga berdampak pada toke pengumpul yang mengumpulkan batubara di daerah sempadan sungai yang mengakibatkan batubara yang sudah bersih dan dikumpulkan oleh beberapa toke pengumpul di bantaran sungai, terbawa hanyut oleh banjir.

3.3.3. WANATANI ( AGROFORESTRY ) DI K AWASAN HULU GAMBARAN UMUM Mata pencaharian utama masyarakat Rindu Hati adalah petani. Rata-rata keluarga memiliki 1,5 ha lahan pertanian. Rata-rata memiliki 2 petak lahan, satu petak khusus untuk sawah, satu petak yang lain sebagai kebun. Rata-rata masyarakat desa rindu hati mempunyai lahan sawah dimana hasil sawah yang mereka dapatkan itu untuk di konsumsi pribadi. Terdapat juga lahan pertanian yang disewakan dengan biaya sewa kesepakatan. Sewa yang biasa dilakukan petani sawah yaitu 2:1 yaitu, 2 bagian untuk penggarap dan 1 bagian untuk pemilik lahan. 29


Kawasan hutan (status lahan hutan negara). Pak hartawan membuka lahan di kawasan hutan sejak tahun 2004. Lahan tersebut sebelumnya adalah “milik� (klaim) mertuanya yang lebih dahulu membuka hutan.

PROSES PRODUKSI Pak Rohmilin membeli lahan pada tahun 1982. Penanaman dilakukan sendiri yang dimulai dari penyiapan lahan dengan menebas semak belukar dilanjutkan dengan proses pembakaran (dalam bahasa local disebut “panduk�). Setelah penyiapan lahan, baru dilakukan penyemaian bibit kopi. Bibit kopi yang ditanam merupakan bibit kopi Robusta. Setelah bibit kopi berumur 5-6 minggu baru dilakukan penanaman. Selama proses tanam, Pak Rohmihin melakukan penyiangan rumput tanaman dan penyemprotan herbisida sebanyak 3 liter setiap 6 bulan dimulai dari 3 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan setelah kopi berumur 4 tahun. Dalam setiap tahunnya, Pak Rohmilin mamanen tanaman kopinya pada hanya pada musim buah agung (buah melimpah) yaitu sekitar bulan Maret-April. Proses pemanenan sampai dengan kegiatan pasca panen berlangsung selama 3 bulan. Dari kegiatan perkebunan kopi ini, Pak Romuhin bisa mendapatkan rata-rata 700 Kg beras kopi (kopi kering siap goreng) setiap tahunnya. Produk sampingan berupa sahang (lada) sebanyak 60 batang yang Pak Rohmihin tanam secara tumpang sari dan ia rawat sendiri yang dapat menghasilkan rata-rata 70 Kg pertahun. Hasil lainya berupa beberapa tanaman kayu bawang, kayu akasia dan kayu sengon yang baru berumur 3 tahun. Hasil yang didapat pak rohmihin dari lahan perkebunan yang dimilikinya berupa kopi senilai Rp.7.000.000,- ditambah Lada senilai Rp.1.260.000,- setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan biaya yang ia keluarkan untuk membayar upah tenaga kerja dan pembelian herbisida senilai Rp.6.000.000,-, rata-rata setiap tahunnya penghasilan Pak Romuhin senilai Rp.2.260.000,-. HAMBATAN DAN POTENSI

Hambatan utama yang dirasakan oleh petani di wilyah hulu adalah minimnya pengetahuan pertanian dan minimnya akses permodalan. Kedua hal tersebut membuat petani sulit 30


mengembangkan produktivitas pertaniannya. Ketidakpastian hukum atas pertanian di kawasan hutan juga menjadi hambatan khususnya bagi petani yang menggarap lahan di dalam kawasan hutan lindung.

III. TEMUAN DAN SARAN Bab ini menyajikan temuan-temuan yang diperoleh selama mengumpulkan dan menganalisis informasi dan memberikan rekomendasi. Bahwa studi ini merupakan langkah awal. Diperlukan pendalaman lebih lanjut untuk memastikan kelompok rentan dan dan seberapa kerentanannya terhadap kondisi sumber daya air. Kelompok aktivitas ekonomi belum menggambarkan semua aktivitas ekonomi yang mengancam kualitas dan kuantitas sumber daya air di DAS Air Bengkulu. Contoh data pada hasil studi AL, Masyarakat yang terkena banjir di hilir, data yang dikumpulkan belum cukup jelas menggambarkan bagaimana dan seberapa besar kerentanan masyarakat atas kondisi sumberdaya air di lokasi banjir. Rekomendasinya, perlu dipastikan agar surveyor memiliki pemahaman dasar yang cukup mengenai hidrologi dan aspek sosial. Contoh data PADA AA, Penulis menemukan bahwa ancaman kegiatan tambang sangat besar dan merusak kondisi DAS Air Bengkulu. Tetapi penulis menemukan kesulitan untuk mengakses aktivitas produksi dari tambang. Kurangnya pemahaman yang tepat mengenai perbedaan antara LA dan AA: kuesioner yang digunakan untuk kelompok yang rentan dan untuk kegiatan ekonomi kritis masih membingungkan bagi surveyor. Konsep LA dan AA dipahami namun karena para petani yang diwawancarai untuk LA dan AA adalah orang yang sama dan dilakukan pada waktu yang sama. Rekomendasi: LA dan AA dilakukan oleh surveyor yang berbeda mewawancarai responden yang berbeda. Menggunakan kuesioner terbuka akan membantu surveyor untuk lebih berinteraksi dengan orang-orang, yang kadang-kadang tidak ingin memberikan informasi. Surveyor terkadang mengalami kesulitan untuk membuat catatan selama wawancara dan cerita yang berbeda akan muncul dari wawancara yang sama. Rekomendasi: menggunakan dua pewawancara selama setiap dari wawancara, wawancara rumit pada hari yang sama yang 31


melibatkan dua orang dan menyampaikan dan mendiskusikan hasil dengan pemimpin, dan diskusi kelompok merancang di mana hasil wawancara yang dilakukan dalam satu komunitas disajikan dan dibahas. Pelatihan perlu dilakukan untuk meningkatkan teknik wawancara (pewawancara yang berpengalaman). Ini adalah langkah penting bagi lapangan kerja untuk membersihkan lapangan dan kuesioner sehingga dapat diakses untuk pemimpin proyek. Rekomendasi: Jika wawancara dilakukan dalam penulisan, pagi melakukan / verifikasi / presentasi / diskusi di sore hari. Jangan pernah menaruh data di rak. Pemimpin proyek harus memberikan instruksi lebih surveyor sebelum dan setelah wawancara dan selama menulis data. Yang kedua adalah, pelatihan untuk surveyor.

R EKOMENDASI

UNTUK TAH APAN PELATIHAN :



Pelatihan ruang untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang proses wawancara dan kuesioner lapangan



Pelatihan lapangan dilakukan dalam dua tahap; Pertama, pemimpin proyek melakukan wawancara, surveyor mendengarkan dan membuat catatan. Kedua, pemimpin proyek pengamat, surveyor melakukan wawancara dan diskusi tentang proses. Sebuah diskusi dilakukan dan komentar yang dibuat setelah setiap tahap.

32


DAFTAR PUSTAKA Mustikasari R., 2011. Getting Water User’s Perspectives. A Guide for Analysing Livelihoods and Economic Activities in the Context of a Negotiated Approach to Integrated Water Resources Management. Telapak. Bogor. Andriansyah O., Mustikasari R., 2011. Case Description Air Bengkulu River Basin. Telapak. Bogor.

33


LAMPIRAN

34


L AMPIRAN 1. T ABEL P ELAKSANAAN W AWANCARA AL DAN AA Tanggal

Kelompok kritis

Nama responden

Lokasi

4 – 6 Januari 2010

Petani sawah sekitar Danau Dendam Tak Sudah

AL: Iskandar, Hendra, Lisni

Kelurahan Dusun Besar

20 – 23 Januari 2010

Masyarakat banjir

Sumardin, Amin, Zainul Hakim

Kelurahan Tanjung Agung dan Tanjung Jaya

11 – 13 Januari 2010

Pengumpul limbah batubara di sungai

Ade, Likun, Syamsul

Kelurahan Pasar Bengkulu

2 – 8 Februari 2010

Petani agroforest di hulu

Romuhin, Muklis, Hartawan, Muhar

Desa Rinduhati

AA: Rusmayan, Ruslan, Murin

35


LAMPIRAN 2. KUESIONER ANALISA NAFKAH HIDUP (LA) Analisa Nafkah Hidup (AL) adalah sebuah usaha untuk mengidentifikasi realitas-realitas kehidupan dari komunitas tertentu. Pengamatan dilakukan di tingkat rumah tangga untuk mendapatkan deskripsi yang lengkap tentang aspek sosial ekonomi sekaligus persepsi keluarga atas pendapatan, aset ekonomi, persoalan yang dihadapi, sekaligus harapan dan cara alternatif untuk keluarga ini meningkatkan kehidupan ekonominya. Terkesan tidak nyata tetapi sesungguhnya terjadi. Strategi nafkah hidup terasa seolah-olah susah dilihat tetapi sesungguhnya dapat dijelaskan. Dibutuhkan sedikit imajinasi untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Enumerator dan tim pelaksana studi ini ingin menjelaskan bagaimana komunitas lokal mengevaluasi kehidupannya yang ditunjukkan dalam beberapa prinsip. Misalnya apakah mereka percaya bahwa kehidupannya tergolong sejahtera atau hanya tergolong cukupan saja, tergolong kelompok miskin dan kekurangan; bagaimana pandangan mereka atas kehidupan mereka dari kacamata mereka sendiri; apakah mereka merasa cukup mendapatkan pendapatan untuk pemenuhan kehidupannya; atau apakah mereka rumah mereka sudah pantas untuk ditempati. Tuliskan nama keluarga yang menjadi responden. Misalnya: Keluarga Ibu Siti, Desa Ilan Batu, wawancara tanggal 7 Mei 2009.

36


Terdapat 5 aspek yang membangun strategi nafkah. Penjelasan berikut tentang kelima aspek itu, dengan beberapa sub-bab yang lebih jauh memberi tambahan informasi.

1. BARANG MODAL: URAIAN TENTANG ASET Barang modal atau aset yang dimiliki oleh sebuah keluarga3. Ada lima jenis barang modal yang merupakan tonggak pendukung berjalannya sebuah rumah tangga (household/KK; kepala keluarga). Kelima aspek barang modal yang disebutkan di bawah ini, harus dilihat juga dari segi akses terhadap sumberdaya external. Misalnya apakah keluarga itu memiliki akses luas terhadap peningkatan diri anggota keluarganya melalui berbagai pelatihan informal atau sekolah formal. Atau akses terhadap perbankan untuk pinjaman rumah (fisik). Juga kemungkinan keluarga ini mendapat bantuan dari sanak keluarga atau handai taulannya (social safety belt; jaring keamanan sosial) saat mereka mendapat kesulitan. 1.1. A S ET M AN U SI A (komposisi keluarga, latar belakang pendidikan, berbagai jenis pelatihan, kemampuan untuk melakukan migrasi) Anggota keluarga dikategorikan sebagai aset bagi suatu keluarga. Tuliskan berapa jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah. Tuliskan selengkap mungkin, termasuk didalamnya jenis kelamin dan usia. Juga latar belakang pendidikan baik yang formal maupun 3

Barang Modal: tidak selalu menunjuk barang yang diperjual-belikan. Umumnya menunjuk kepada aspek-aspek yang dibutuhkan sebuah keluarga untuk bertahan hidup. Informasi yang bisa kita kumpulkan akan memberikan gambaran tentang kehidupan sebuah keluarga. Kehadiran kelima aset ini adalah penting adanya. 37


informal yang sedang dan atau sudah dicapai. Berapa orang lulusan SD, SMP, SMA, dst. Siapa saja yang pernah mengikuti training PKK, Posyandu, Penyuluh Pertanian, dsb. Penulisan dalam bentuk tabel memudahkan penulisan. Adakah kemungkinan bagi keluarga atau anggotanya untuk bermigrasi ke luar daerah. Misalnya karena memiliki saudara yang bekerja di Malaysia, maka dia berniat untuk mencari kerja di sana setelah lulus sekolahnya. Atau dia akan pindah ke desa lain karena di tempat ini selalu kebanjiran. Berikut adalah contoh informasi aset manusia yang kita ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Di dalam satu keluarga terdiri dari 5 orang, yaitu si ibu dan 4 orang anak perempuannya yang masih tinggal bersama ibunya. Dua dari anaknya sudah menyelesaikan SMA, sedangkan dua anaknya yang lain bekerja di pabrik textil di Bandung”. 1.2. A S ET K EP E MI LI K A N S UM B E RD AY A A L A M (lahan, kolam ikan, pohon-pohon, akses terhadap air) Setiap keluarga memiliki aset sumberdaya alam, termasuk misalnya lahan sawah, kebun, jumlah pohon karet. Akses terhadap pemenuhan kebutuhan air juga termasuk ke dalam aset kepemilikan SDA. Misalnya letak rumahnya di dekat sungai, sehingga keluarga ini bisa mengambil air sungai untuk pemenuhan kebutuhannya MCK dan masak/minum. Berikut adalah contoh informasi aset kepemilikan sumberdaya alam yang

kita

ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Tidak ada lahan selain tanah yang diatasnya terdapat rumah yang ditempati keluarga itu. Luas keseluruhannya hanya ¼ ha. Di lahan pekarangan depan, ditanami jagung yang biasa dipanen 3 kali setahun. Kebutuhan air sehari‐hari dari sumur yang dimiliki keluarga ini yang terletak di pekarangan belakang rumah sehingga memudahkan pengambilan air

38


untuk kebutuhan sehari�hari. Kualitas air sungai ini bagus sehingga keluarga ini tidak perlu membeli air minum galon�. 1.3. A S ET F I N AN SI A L (peluang pekerjaan yang ada dan yang dilakukan, berapa pendapatannya, tabungan, biaya hidup, akses ke perbankan atau koperasi, musim yang bisa mempengaruhi kehidupan) Berikut adalah contoh informasi aset finansial yang kita ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Mata pencahariannya adalah seorang pedagang sayur. Sayuran yang dijual terkadang dibeli dari petani sekitar dan sebagian hasil tanaman dari kebun sendiri. Biaya yang harus dikeluarkan rutin yaitu transportasi sebanyak 3 kali dalam seminggu, sebesar Rp 14.000 pulang pergi. Dengan pendapatan kotor sebesar Rp 100.000 perminggu, dan pengeluaran transport sebesar Rp 42.000, maka si petani mendapatkan kurang dari Rp 60.000/minggu. 1.4. A S E T F I S I K /A L A T � A L A T B E RA T (alat pertanian seperti traktor, kerbau dan sapi untuk membajak sawah). Setiap rumah tangga memiliki aset fisik. Misalnya berupa rumah, ternak sapi, traktor, kendaraan mobil dan motor, dsb. Alat fisik ini dipergunakan oleh keluarga ini untuk berproduksi dan mendapatkan pendapatan untuk kelangsungan hidupnya. Siapa yang biasa menggunakan motor/traktor dan bagaimana perawatan alat�alat fisik yang dimiliki ini. Adakah alat fisik ini disewakan dan menjadi tambahan pendapatan keluarga. Tuliskan apakah rumah yang ditempati adalah milik sendiri, sewa atau tinggal bersama orang tua. 1.5. A S E T S OS I A L (jaringan formal/informal, jaring pengaman sosial saat terjadi kesulitan; akses terhadap program pembangunan 39


yang disediakan pemerintah dan program umum lainnya) Aset sosial menunjuk pada jejaring yang dimiliki sebuah keluarga. Hubungan ini bisa bersifat formal atau informal. Misalnya jika terjadi suatu bencana, kematian kepala keluarga, apakah keluarga ini memiliki asuransi jiwa di sebuah perusahaan asuransi. Atau keluarga dan tetangga terdekatnya akan membantu sehingga keluarga ini tetap bisa bertahan hidup. Uraikan jika keluarga ini punya akses terhadap perbankan atau lembaga perekonomian lainnya seperti koperasi atau Credit Union. Berikut adalah contoh informasi aset sosial yang kita ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Awalnya rumah tersebut adalah milik suaminya, setelah suaminya meninggal yang menjadi ahli waris adalah sang istri. Rumah bagian belakang diberikan kepada salah satu anaknya sedangkan si ibu yang merupakan ahli waris pemilik rumah tinggal dirumah panggung (bagian depan). Satu anaknya tinggal dan bekerja di Bandung bersama seorang relatif yang diajak bersama-sama merantau. Anaknya yang lain bekerja menjadi guru SD dan tinggal di Kota Palopo.

2. AKTIVITAS / STRATEGI KEHIDUPAN Setiap keluarga memiliki strategi dan pilihan aktivitas yang berbeda agar keluarga ini bertahanmemenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan pemilihan strategi dan aktivitas akan berbeda untuk setiap keluarga. Berikut adalah contoh informasi bagaimana strategi sebuah keluarga untuk bertahan hidup yang kita ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Beberapa keluarga yang tidak memiliki lahan pertanian untuk digarap, mencari pekerjaan diluar kampung seperti merantau ke Kalimantan, Irian, Jawa.

40


Keluarga-keluarga ini sesungguhnya memiliki sepetak kebun coklat yang terletak di bagian depan rumahnya, tetapi sejak tahun 2000 saat banjir datang teratur, tanaman coklat menjadi tidak produktif. Tanaman ini rusak karena keseringan banjir dan diserang hama penyakit. Keluarga ini menanam jagung yang memiliki daur panen lebih pendek untuk menambah pemasukan sedangkan sang suami sebagai kepala keluarga pergi merantau ke luar daerah�. T I P E - T I P E P R OD U K

D A N N O N - P R O DU K

Di dalam kegiatan pertanian pada umumnya, terdapat lebih dari satu jenis produk yang bisa dihasilkan, misalnya memelihara ikan diantara air padi sawah, atau berbagai produk tanaman tumpangsari. Ada berbagai tipe-tipe produk pertanian, misalnya seorang petani bisa menghasilkan gabah, padi, berbagai sayuran dan buah-buahan, dsb. Selain produk utama, kegiatan pertanian bisa juga menghasilkan produk sampingan (non-produk). Yaitu hasil sampingan yang seringkali tidak kita inginkan terjadi, misalnya limbah kimia dari proses produksi pertanian yang memakai pupuk kimia, kerusakan lingkungan seperti deforestasi atau erosi badan sungai. Beberapa pertanyaan: 

Apa yang menjadi produk utama? Apa yang menjadi produk pertanian tambahan?



Apa tipe pertanian yang dijalankan (misal pertanian irigasi padi sawah, irigasi tradisional mengandalkan tadah hujan, palawija sayuran, perkebunan kopi, kebun campuran seperti rambutan dan durian, dsb)?



Seberapa besar produksi yang dihasilkan? Tuliskan unit yang digunakan untuk mengukur besaran produk (kg, liter, unit pengukuran lokal yang biasa digunakan).



Output non-produk; apakah dihasilkan buangan? Apakah buangan itu dibuang begitu saja atau digunakan untuk tujuan lain? Apakah ada perlakuan khusus terhadap buangan yang dihasilkan? Seberapa besar buangan yang dihasilkan?

41


Tabel 1. Tipe non-produk yang dihasilkan

NO. JENIS USAHA PENGHASIL LIMBAH

LIMBAH YANG DIHASILKAN

JUMLAH (KG ATAU LITER)

PERLAKUAN TERHADAP LIMBAH

3. PENDAPATAN (INCOME) DAN ALOKASI PENGGUNAANNYA. Pendapatan adalah jumlah pemasukan yang diperoleh suatu keluarga untuk bertahan hidup, membayar tagihan listrik, anak sekolah, membeli kebutuhan makan/minum, dsb. Pendapatan bisa berupa uang tunai atau berupa produk, misalnya jagung, padi, coklat. Pola pendapatan berbeda‐beda, misalnya bisa setiap bulan untuk pegawai kantoran, atau setiap 6 bulan setelah masa panen untuk petani padi sawah. Prioritas. Tuliskan juga apa yang menjadi prioritas pendapatan. Misalnya yang utama adalah hasil panen padi, kemudian jagung dan palawija lainnya. Tuliskan juga apa prioritas utama pengeluaran keluarga ini, apakah pengeluaran terbesar untuk makanan atau pengeluaran lainnya. Berapa persentasenya dibandingkan pengeluaran untuk pos lainnya. Berikut adalah contoh bagaimana strategi sebuah keluarga untuk bertahan hidup, yang kita ambil saat berlatih di kawasan hilir DAS Lamasi. “Pendapatan utama dari tanam jagung dan jualan sayur. Hasil dari jualan jagung dan sayur untuk makan sehari‐hari serta untuk transport ke pasar.

4. KEAMANAN DAN KETAHANAN HIDUP (berhubungan dengan komponen utama dari ketahanan hidup: pendapatan, pangan, kesehatan, air dan perumahan) Aspek keamanan dan ketahanan hidup suatu keluarga diartikan sebagai faktor‐faktor ancaman apa saja yang dirasa seseorang yang akan mengganggu kehidupannya. Ini erat 42


kaitannya dengan faktor: pendapatan, sumber�sumber makanan, kesehatan, akses terhadap air bersih dan perumahan. 4.1.

TITIK

L EM A H D AN K E L E N T I N G AN B ERT A HA N HI DU P

Titik lemah dan kelentingan bertahan hidup. Apa titik lemah dari hidup seseorang, ada bagian hidup yang dirasa penting dan perlu dipertahankan. sebagai suatu hal yang penting, apa yang mengancam bagian yang penting itu. Apa titik lemahnya dari bagian penting itu, yang jika keamanannya terganggu, maka bagian penting ini menjadi rapuh dan terbuka atas ancaman lainnya. Daya lenting adalah kemampuan keluarga informan untuk bertahan hidup. Misalnya saat banjir datang dan menenggelamkan rumahnya, apakah keluarga ini mampu kembali pulih dan beroperasi seperti biasa. Berapa lama waktu yang dibutuhkan, bagaimana dan apa yang dilakukan untuk kembali pulih. Seberapa kuat keluarga ini bertahan terhadap bencana alam banjir, misalnya. 4.2.

H UB UN G AN

D AN

K ET E R GA N T U N G AN

T E RH A DA P AI R

Setiap manusia membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Jelaskan bagaimana hubungan seorang responden dengan sumber daya air. Apabila dia seorang petani, tentunya memiliki hubungan dengan air yang berbeda jika sang responden adalah seorang pegawai bank. Uraikan bagaimana kualitas hubungan yang terjadi antara informan dengan sumberdaya air. Apakah hubungan dengan air itu terbentuk sebagai alat untuk pekerjaannya, atau hanya untuk kebutuhan hidupnya saja. Seorang petani padi sawah dengan petani karet/coklat memiliki cara yang berbeda dalam pemakaian air.

43


Ketergantungan terhadap air lebih menjurus pada informasi tentang kuantitas hubungan seorang informan dengan air. Misalnya berapa banyak seseorang menggunakan air, seberapa sering dia menggunakan air. Jumlah air yang dibutuhkan petani lebih besar dibanding seorang pegawai bank. Tuliskan berapa besar air yang

dibutuhkan seseorang. Dan informasi lainnya yang

bisa

menjelaskan seberapa besar ketergantungan seseorang terhadap air. 4.3.

A L A SA N K ER EN T AN AN

DA N

S O L USI N Y A

Di dalam setiap masalah ada solusi. Setiap orang akan melihat sebuah masalah berbeda dengan orang lain. Begitu juga setiap orang melihat solusi yang berbeda untuk masalah yang dihadapinya. Tuliskan apa yang menyebabkan sesuatu itu menjadi problem buat seseorang. Dan apa solusinya menurut orang itu. Apakah solusi itu mungkin dilaksanakan, atau sangat tidak mungkin. Kenapa, tuliskan alasannya.

5. HARAPAN DAN HAMBATAN, TERMASUK DI DALAMNYA ISU KELEMBAGAAN Setiap manusia memiliki keinginan, sekaligus melihat apa yang menjadi hambatannya. Tidak perlu diperdebatkan apakah keinginannya itu mungkin atau tidak mungkin tercapai. Karena memang yang ingin kita potret adalah persepsi si informan ini. Misalnya seorang petani yang berkeinginan menjadi pengusaha sukses seperti Bob Sadino. Tidak ada yang salah dengan keinginan itu. Diperjelas saja, apa alasan kenapa dia menginginkan hal itu. Dan apa keraguan, ketakutan, kekhawatiran, concern (perhatian) dia saat melangkah mencapai mimpinya itu (hambatan). Hambatan bisa dikelompokkan berdasar sumbernya. Yang berasal dari internal, diri si informan itu sendiri dan datangnya dari luar. Pada umumnya orang lebih mudah menunjuk

44


hambatan yang berasal dari luar. Misalnya seorang petani yang punya keinginan menjadi pengusaha, akan mengatakan karena tidak ada modal. Coba dicari lebih jauh kenapa menurut dia modal tidak bisa dia dapat. Misalnya jika alasannya karena tidak ada akses ke bank atau lembaga ekonomi lainnya, maka bisa ditelusuri kenapa itu terjadi. Apa alasan bank saat permohonan sang petani ditolak? Apakah menurut petani itu, hambatan itu bisa diatasi? Atau sesuatu yang sangat tidak mungkin diatasi. Tuliskan apa pandangan sang informan itu tentang solusi dan kemungkinan solusi itu terealisasi. Berikut adalah beberapa contoh jenis�jenis harapan yang didapat dari sebuah keluarga yang desanya terkena banjir secara rutin di hilir DAS Lamasi. “Harapan keluarga ini adalah adanya penerangan listrik masuk desa, ada bantuan modal dari pemerintah untuk usaha (jualan barang campuran), ada perbaikan drainase sehingga air limpahan dari sungai tidak menggenang di rumah-rumah dan jalan desa, tanggul desa diperbaiki sehingga aliran air menjadi lancar�.

45


6. TABEL-TABEL ANALISA LIVELIHOOD Berikut ini adalah beberapa tabel yang bisa dipergunakan untuk mengumpulkan data dari pertanyaan AL. Nama Responden

: Keluarga Bapak/Ibu XX

Usia

:

Alamat

:

Tabel 1. LA (boleh tidak diisi)

ASSET S D A

FI SI

AKTIVITAS/PENCAHARIAN/CAP ABILITIES/KELENTINGAN SD FINA SO M NSIAL SIA

K

STRATEGI LIVELIHOOD HAMB STRA HAR ATAN

TEGI

APAN

L

Tabel 2. ASET SDA

NO JENIS SDA

UNIT

KETERANGAN

1

POHON KELAPA

1000

400 BATANG BARU BERUSIA 5 BULAN

SAWIT

BATANG

600 BATANG SUDAH MENGHASILKAN SELAMA 10 TAHUN

KERAMBA IKAN

10 KERAMBA 1 KRAMBA MEMBUTUHKAN BIAYA RP 500.000

2

UKURANNYA 8X5 METER

Tabel 3. ASET FISIK

NO JENIS FISIK

UNIT

KETERANGAN

46


T A B E L 4. ASET SDM

N O

NAMA

HUBUNGAN KELUARGA

USIA

PENDIDIKAN KETERANGA N

ISTRI Tabel 5. ASET FINANSIAL

NO JENIS FINANSIAL UNIT

KETERANGAN

Tabel 6. ASET SOSIAL

NO JENIS SOSIAL

UNIT

KETERANGAN

Tabel 7. AKTIVITAS/PENCAHARIAN/CAPABILITIES/KELENTINGAN

NO

URAIAN

KETERANGAN

Tabel 8. STRATEGI LIVELIHOOD

HAMBATAN

STRATEGI

HARAPAN

47


LAMPIRAN 3. KUESIONER ANALISIS AKTIVITAS UNTUK KEGIATAN PERTANIAN Analisis Aktivitas (AA) adalah kajian seputar kegiatan produksi di suatu areal wilayah. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi kegiatan produksi di kawasan DAS,misalnya bagaimana kondisi pertanian di suatu areal persawahan yang mendapat jaringan irigasi. Kegiatan proses produksi pertanian diawali dengan persiapan lahan pertanian, persiapan dan penyemaian bibit tanaman, menjaga lahan pertanian dari hama dan penanggulangannya, pemanenan dan pemasaran hasil produksi panen. Menjadi penting juga untuk melihat bagaimana keterkaitan setiap tahapan kegiatan ini terhadap air. Kuesioner di bawah ini fokus terhadap kegiatan pertanian karena sejalan dengan ketertarikan banyak organisasi masyarakat sipil dan LSM, yang mencoba menerapakan konsep Pendekatan Negoasiasi (NA) kepada masyarakat pengguna air. Kegiatan pertanian sering dikategorikan sebagai kegiatan kritis sejak ketergantungannya yang utama terhadap air sekaligus memiliki implikasi sosial yang tinggi. Seberapa besar jumlah air yang diperlukan dalam suatu kegiatan pertanian tergantung jenis pertaniannya. Ada berbagai jenis kegiatan pertanian, seperti pertanian padi sawah/padi sawah irigasi, pertanian sawah tadah hujan/non-irigasi, pertanian palawija sayuran, perkebunan monokultur, perkebunan campuran, dsb. Pengumpulan data dilakukan terhadap beberapa orang petani di lokasi yang sudah kita tetapkan sebagai kelompok rentan (vulnerable group), responden lain seperti kepala desa, petugas penyuluh lapang (PPL), pusat penelitian di universitas, dll.

48


Penggalian informasi sebaiknya dilakukan dengan cara informal misalnya dengan melakukan percakapan santai di kebun di selasela waktu istirahat si petani. Untuk mengecek ulang, bisa melakukan FGD setelah semua pertanyaan kuesioner ditanyakan atau mengunjungi petugas PPL untuk mendapatkan data sekunder. Ada 3 isu dasar yang akan kita kerjakan dalam Analisis Aktivitas (AA); fungsi produksi, kendala dan kerusakan, dan solusi alternatif. Kuesioner yang disusun di bawah ini mengikuti ketiga poin ini. 1. Aspek Produksi. Yaitu berupa data tentang input dan output para aktor pengguna air, misalnya informasi tentang bagaimana proses pertanian. Pertanyaan yang

ingin kita jawab adalah tentang modal lahan dan

kebutuhan�kebutuhan lain, aktivitas yang dilakukan mulai dari persiapan bibit sampai panen, serta pemasarannya. 2. Kendala dan kerusakan. Di dalam bagian ini, kita diminta untuk melihat kemungkinan yang tidak terduga terjadi. Kita akan menggunakan data ini untuk melihat seberapa sensitifitas jika suatu hal tidak terduga terjadi. Misalnya dalam kasus petani, apa yang akan mereka lakukan jika pasokan air ke sawah/ladang mereka berkurang jumlahnya. Apakah mereka akan mati kelaparan, atau mereka akan membuat saluran irigasi baru, atau apa. Tidak jarang kita temukan, jika jumlah air yang

mengalir ke sawah berkurang,

maka tidak ada masalah buat petani. 3. Langkah alternatif. Yang

dimaksud dengan kegiatan alternatif adalah

pencarian kemungkinan bagi si aktor untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi tetapi dengan cara yang berbeda. Informasi soal kegiatan alternatif ini bisa didapat dari referensi literatur buku�buku, majalah atau artikel internet. Bisa juga kita bicara dengan seorang pakar di bidangnya. Misalnya kita bicara dengan seorang Penyuluh Pertanian tentang kemungkinan praktek

49


padi sawah dengan cara efisien. Kita juga bisa bertanya langsung dengan petani dan menanyakan apa pendapat mereka. Tuliskan saja apa pandangan mereka, walau misalnya dirasa tidak mungkin dilakukan karena ada banyak pembatas. Tuliskan saja pembatasnya itu apa. Misalnya seorang petani merasa bahwa dia bisa menghasilkan lebih banyak produksi padi, jika saja dia bisa mendapat pasokan air dengan teratur. Silakan dituliskan kemungkinan pelaksanaan kegiatan ekonomi aktor pengguna air dengan cara yang tidak biasa mereka lakukan. I.

FUNGSI PRODUKSI Fungsi Produksi meliputi data tentang input dan output dari petani saat mereka melaksanakan aktivitas produksi pertaniannya; produk-produk pertanian yang dihasilkan (output); sesuatu yang dibutuhkan agar output itu bisa dihasilkan dan praktek apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pertanian. Pertanyaan yang perlu kita jawab termasuk lahan, modal dan input lain yang dibutuhkan, tahapan aktifitas dari mulai persiapan lahan, bibit sampai pemanenan dan pemasaran.

I.1. L A HA N Terutama dalam produksi pertanian,lahan adalah modal utama untuk menjaankan produski. Perlu digali informasi seputar luas lahan, bagaimana kepemilikan lahan dll. Beberapa pertanyaan kunci untuk membantu pengumpulan data lahan;  Luas Lahan: Berapa luas lahan yang dikelola untuk pertanian?  Kepemilikan Lahan: Bagaimana kepemilikan lahannya? Milik sendiri atau milik orang lain. Kalau milik orang lain, bagaimana sistem kelolanya; apakah pinjam atau sewa, dan bagaimana sistem sistem pembayarannya; apakah bayar dengan uang atau dengan pola bagi hasil? 50


 Tenurial: Bagaimana status lahannya? Misalnya apakah berada di hutan negara, di tanah adat, atau di lahan milik. Di beberapa lokasi ada banyak petani yang mengelola lahan di dalam tanah adat dengan sistem waris atau pembagian tertentu. I.2. A S P E K P R O D U KS I : Aspek produksi menceritakan tentang hal‐hal yang berkaitan dengan aktivitas produksi pertanian.  Produk: Apa jenis produk utama dan sampingan yang diusahakan. Dalam pertanian, ada beberapa pola yang mengembangkan berbagai produk dalam satu hamparan lahan; misalnya memelihara ikan di sela masa tanam padi di sawah, atau kebun tumpang sari di kebun‐kebun.  Proses Produksi: Proses produksi ini membentuk siklus yang beragam di setiap lokasi, dan di masing‐masing petani kadang juga berbeda. Lakukan eksplorasi mengenai tahapan‐tahapan produski; misalnya pada produksi pertanian sawah petani membajak sawah, menyiapkan bibit, penanaman,dan lain‐lain sampai proses pasca panennya. Tuliskan juga pada musim apa saja proses produksi itu dilakukan.  Input Yang Dibutuhkan: Kebutuhan apa saja yang digunakan dalam setiap tahap proses produksi. Misalnya pada pertanian dibutuhkan bibit, pupuk, traktor atau hewan untuk membajak, tenaga kerja, air, dll. Bisa dibantu dengan tabel, misalnya.

51


Tabel 1. Kompilasi data input pertanian. No Input 1. Lahan

Jumlah 1 ha

2. 3.

Bibit Pupuk ZA

Rp. 500.000

Urea

Rp. 500.000

Pestisida

Rp.350.000

4. 4.

Upah kerja

Rp. 325.000

tenaga

Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 65.000/sak Sebanyak 5 sak dengan harga Rp 100.000 / sak Kebanyakan petani akan membeli pestisida ketika memiliki uang tunai.

Rp. 650.000

5. Sewa traktor

Rp. 750.000

Air

Rp. 150.000

TOTAL

Rp. 3.225.000

6.



Keterangan Lahan sewa. Sistem bagi hasil 2/3 untuk penggarap 1/3 untuk pemilih lahan. Biaya ditanggung pemilik lahan. 10 kg / ha dengan Harga bibit Rp50.000,�/ kg

Berkisar antara 750.00 Rp 900.000. Traktor yang disewakan adalah bantuan dari pemerintah yang kemudian dijadikan hak milik oleh pengurus kelompok tani dan kemudian disewakan Ini adalah uang iuran kelompok P3A. Juga konversi atas hari kerja yang petani gunakan untuk memperbaiki kanal dan saluran irigasi.

Output: Output ini tidak selalu satu jenis, ada banyak produksi yang menghasilkan beberapa output. Misalnya pada produski sawah, petani bisa menghasilkan padi, palawija, mungkin juga ikan, dan sekam padi yang di beberapa lokasi juga dimanfaatkan. Informasi tentang hasil�hasil produksi; mengenai jenis produknya, proses pasca produski (pasca panen), produk sampingan, dan limbahnya.

52


Table 2. Jenis-jenis Output per ha yang dihasilkan Petani di Danau Dendam Tak Sudah, DAS Air Bengkulu. OUTPUT PER HA GABAH KERING GILING (RP)

BERAS (RP)

DEDAK

TOTAL OUTPUT PER HA (IDR)

1,840,000

6,784,000

424,000

9,048,000

I.3. E K O N O M I Aspek ekonomi dari hasil produksi pertanian. Berapa harga jualnya, bagaimana proses pemasarannya, dan bagaimana kemudahan akses pasarnya. Cara pemasaran ini sangat beragam di setiap lokasi; misalnya ada yang menjual ke pasar, atau menjual di lokasi karena pedagang langsung datang ke lokasi kebun, atau ada juga yang menjual dengan sistem ijon (dibeli pada saat sebelum panen). 

Pertanyaan pertama adalah berapa besar produksi panennya. Apakah hasil produksinya dijual atau dikonsumsi sendiri.

Kalau produksi dijual, berapa harga jualnya.

Bagaimana proses penjualan produk-produk pertanian yang dihasilkan. Ke pasar mana produk pertanian biasa dibawa. Atau apakah si pembeli datang langsung ke tempat produksi. Apakah akses terhadap pasar mudah dilakukan. Apa hambatan yang dihadapi dalam pemasaran produksi pertanian.

Adakah harga yang ditetapkan pemerintah(farm gate prices4) berlaku di daerah itu? Table 3. Data Ekonomi untuk Kegiatan Pertanian5

NO

PRODUKSI ATAU TIPE JASA

JUMLAH YANG DIHASILKAN

JUMLAH YANG DIJUAL

HARGA JUAL

TEMPAT MENJUAL PRODUK

4

Pemerintah mendukung adanya penetapan harga gabah kering giling tetapi tidak selalu berjalan di setiap daerah dengan baik. 5

Untuk setiap petani, buat tabel berbeda. 53


I.4. C O N T O H T AB EL O U TP U T D AN IN P U T P E R TA N I AN Berikut adalah contoh tabel hasil kompilasi yang dipakai untuk menampilkan output dan input proses produksi. Data ini adalah data pertanian padi sawah di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah Bengkulu. Untuk proses produksi pertanian lainnya seperti kelapa sawit, perikanan bisa dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. Tabel 4. Output dan input pertanian padi sawah di sekitar Cagar Alam Danau Dendam Tak Sudah, DAS Air Bengkulu.

PETAN I

LUA S LAH AN

MURI N

RUSM AYAN

RUSLA N

INPUT (PER HA) BENI H

TENAGA

PUPUK

KERJA

PHOS

UREA

0,7 5

400. 000

800. 000

0,3 0

400. 000

0,5 0

200. 000

KA

NPK

TANA

PANE

M

N

PESTI

OR

SIDA

TOTAL INPUT PER HA

533. 333

0

800. 000

266. 667

1.033 .333

533. 333

4.366 .667

250. 000

333. 333

333. 333

0

333. 333

1.083 .333

500. 000

3.233 .333

0

0

0

720. 000

720. 000

1.100 .000

480. 000

3.220 .000

OUTPUT PER HA

INCOME PER HA TOTAL

GABAH

TRAKT

BERAS

DEDAK

OUTPUT PER HA

TOTAL INCOME

BAGI HASIL NET INCOME

1.840.000 6.784.000

424.000 9.048.000

4.681.333 1840000

2.841.333

2.400.000 7.360.000

440.000 10.200.000 6.966.667 2400000

4.566.667

0

10.120.000

-

10.120.000 6.900.000 0

6.900.000

I.5. ORGANISASI KELOMPOK TANI Pengumpulan informasi tentang organisasi atau kelompok tani dimaksudkan untuk mengetahui peran oranisasi bagi peningkatan produktivitas dan perbaikan kesejahteraan masyarakat/petani. 

Organisasi Apa: (Kelompok tani atau organisasi lain) apa saya yang diikuti

54


oleh petani, yang berhubungan dengan kegiatan pertaniannya. Misalnya di areal persawahan di Saluran Irigasi Lamasi Kanan, ada beberapa petani yang ikut dalam P3A namun banyak juga yang tidak ikut menjadi anggota kelompok ini. Selain organisasi P3A, terdapat organisasi kelompok tani lain. 

Keaktifan organisasi tersebut. Seberapa aktif organisasi ini beroperasi. Berapa banyak anggotanya.

Manfaat organisasi tersebut bagi petani dan kegiatan produksi pertanian di kawasan tersebut. Adakah keuntungan menjadi anggota organisasi. I.6. INTERVENSI PEMERINTAH DAN PIHAK LAIN Bagian ini menjelaskan peranan pemerintah dan pihak‐pihak lain di luar petani. Misalnya program bantuan bibit dari pemerintah, atau bantuan pembinaan kelembagaan dari LSM.

Apa saja program‐program pemerintah yang ada di lokasi tersebut yang berhubungan dengan peningkatan produksi misalnya.

Bagaimana dampaknya bagi produktivitas di areal tersebut, dan bagaimana keberlanjutan program tersebut. Apakah program masih berjalan saat pendanaan sudah habis. II.

PERMASALAHAN DALAM ANALISA AKTIVITAS Halangan dan Kerusakan: untuk bagian ini, enumerator mencoba mencari kemungkinan solusi untuk persoalan yang dihadapi yang mungkin tidak bisa dilihat oleh orang luar. Misalnya persoalan kekurangan air, apa yang akan dilakukan petani jika kekurangan air ke lahan sawah atau perkebunan sayur terjadi. Apakah mereka akan mengalami gagal panen atau petani akan mencoba membangun saluran irigasi baru. Bukan suatu hal yang biasa terjadi untuk petani menjadi tidak peduli terhadap berkurangnya pasokan air.

Jenis Masalah: Bagian ini mencoba menggali peristiwa‐peristiwa apa saja yang mengganggu jalannya proses produksi pertanian; misalnya serangan hama, bencana banjir, kekurangan air saat kemarau, dll. 55




Besarannya: Berapa besar dan berapa sering peristiwa itu terjadi. Beberapa besar dampak kerusakannya? Berapa banyak petani yang dirugikan? Berapa besar kerugian ekonomi yang diakibatkan?



Pertanyaan terkait air: jika terjadi kekurangan air, menurut Bapak apa yang akan terjadi. Apa alasannya.



Prediksi: apakah potensi terjadinya kerusakan bisa diperkirakan. Bagaimana caranya. III.

HARAPAN UNTUK PENINGKATAN Alternatif ukuran-ukuran yang dipertimbangkan termasuk kemungkinan melaksanakan kegiatan proses produksi dengan cara yang berbeda. Kuncinya terletak pada penekanan apakah output yang sama bisa dicapai dengan kombinasi input yang berbeda, misalnya mencoba berbagai jenis bibit yang lebih tahan terhadap kekurangan air atau lebih tahan terhadap hama. Terkait isu ini adalah pertanyaan terkait harapan untuk perbaikan. Sub-bab berikut memberikan contoh pertanyaanpertanyaan. Informasi terkait berbagai aspek ini dapat dikumpulkan dari berbagai buku dan literatur, majalah atau artikel di internet. Enumerator dapat berkonsultasi dengan seorang ahli. Misalnya dengan seorang petugas PPL tentang praktek yang lebih efisien untuk pertanian padi sawah; bertanya langsung ke petani tentang apa pendapat mereka. Tuliskan setiap opini yang ada, walaupun jika sang responden merasa bahwa usulan alternatifalternatif ini tidak mungkin dilaksanakan karena berbagai hambatan. Tuliskan juga apa yang menjadi hambatannya. Misalnya, seorang petani merasa bahwa dia bisa memproduksi lebih banyak padi jika dia bisa mendapatkan aliran air lebih teratur. Tuliskan kemungkinan aktivitas ekonomi lain yang menurut responden bisa dilakukan, walau itu merupakan hal yang tidak biasa. 56


III.1. H AR AP AN

D AN

I N IS I A T IF

UNTUK

P ERB A I KA N

Bagian ini menjelaskan apa saja harapan dan upaya yang dilakukan masyarakat/petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraannya. Harapan‐harapan tersebut bisa beraneka ragam. 

Apakan kegiatan pertanian yang selama ini mereka jalankan sudah berjalan baik atau ada peluang untuk lebih meningkatkan hasil. Bagaimana.

Terkait dengan studi meja yang dilakukan enumerator; periksa apakah kegiatan proses produksi yang sekarang dijalankan petani sudah memadai atau ada hal lain yang bisa diperbaiki. Pertanyaan ini bisa diperiksa melalui literatur atau internet, atau bisa juga dengan berkonsultasi dengan petugas pertanian yang berkompeten. Bagaimana cara peningkatan produksi yang mungkin dilaksanakan petani.

Kesulitan dan tantangan apa yang mungkin timbul jika solusi alternatif ini dijalankan.

Apakah petani optimis bahwa mereka sendiri dapat melakukan perubahan. Apa alasannya.

Perluasan lahan: Apakah petani punya harapan untuk memperluas lahan untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Atau petani penggarap punya harapan untuk memiliki sendiri lahan pertanian sehingga hasil ekonomi dari panennya bisa lebih menguntungkan.

Produk lain: Apakah petani ingin beralih ke jenis produk yang lain, ataukan ingin menambah (diversifikasi) jenis produk.

Teknik pertanian: Apakah petani punya harapan untuk meningkatkan pengetahuan teknik pertanian? Ataukah ingin mengembakan teknologi yang lebih modern.

Pemasaran: Bagaimana harapan petani untuk meningkatkan pemasaran produknya. Apakah dengan kemudahan pasar ke pabrik besar atau bisa ekspor, atau harapan agar harga produk bisa stabil. 57


III.2. TANTANGAN UNTUK MELAKUKAN PENINGKATAN Apa kendala�kendala yang menurut petani mereka akan hadapi untuk mencapai perbaikan kondisinya, sehingga membatasi petani dalam melakukan berusaha meningkatkan mutu pertaniannya. Misalnya pada petani sawah irigasi mereka ingin meningkatkan durasi tanam dari 2 kali setahun menjadi 3 kali setahun, namun dibatasi oleh sulitnya air, atau sulitnya mengajukan usul ke GP3A dan Dinas PSDA untuk pengaturan air supaya bisa 3 kali tanam. Hal ini menjadi faktor pembatas yang harus diatasi terlebih dahulu kalau petani ingin meningkatkan intensitas tanamnya. IV.

K ET E R G AN T U N G AN

TE R H AD AP A I R .

Dalam analisis ini, kita memfasilitasi petani responden untuk membuat perangkingan mengenai seberapa tingkat persepsi mereka terhadap kebutuhan-kebutuhan; pendapatan, air, makanan, dan rumah. Aspek penilaian meliputi nilai pentingnya, alasan kenapa kebutuhan itu penting, dan hubungannya dengan air. Tuliskan menurut si petani, kelompok kebutuhan mana yg memiliki nilai paling tinggi dalam pemenuhan keperluan hidupnya. Dalam contoh dibawah ini, kebutuhan atas air mendapat poin no 1, karena merasa bahwa air adalah hal yg memastikan semua proses produksi pertaniannya berjalan, sehingga memastikan seluruh anggota keluarga bisa bertahan hidup. Sedangkan makanan menjadi poin no 2. Begitu seterusnya.

Dalam kolom berikutnya dituliskan rangking berbagai kebutuhan sehari-hari kaitannya dengan akses dan keberadaan air. Apakah pendapatan yg mereka bisa hasilkan sangat tergantung

58


terhadap keberadaan air? Apakah makanan yg mereka konsumsi setiap harinya sangat tergantung keberadaannya dengan akses terhadap air? Apakah ada ganguan kesehatan karena kualitas atau kuantitas air yg mereka pakai sehari-hari? Jika kebetulan yg diwawancarai adalah petani, tentunya nilai ketergantungan ini akan tinggi. Akan berbeda jika yg diwawancarai adalah pegawai sebuah perusahaan swasta yang nafkah hidupnya didapat dari gaji bulanan dari kantornya, misalnya. Berikut adalah contoh isian seorang petani di bagian hilir DAS Lamasi. Jangan lupa tuliskan alasan dan penjelasan kenapa sang responden memberi penilaian seperti itu. Tabel 5. Rangking Nilai Ketergantungan terhadap Air.

Pendapatan Pangan

Air

Kesehatan Rumah

Rangking 5 Pentingnya

2

1

3

4

Keterkaitan Tinggi terhadap Air

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Tuliskan alasannya

Sayuran yg ditanam di kebun sangat tergantung air.

Air menjadi penentu hasil panen padi.

Saat banjir timbul banyak penyakit muntaber dan penyakit kulit.

Desa kami rutin terkena banjir Sungai Lamasi.

Jika banjir datang, tanaman coklat kami tidak berbuah.

Keterangan

59


PENULIS: Oka Andriansyah (okasumatrana@gmail.com) Direktur Eksekutif, Yayasan Ulayat Bengkulu, 2008 – sampai sekarang Lulus sarjana dari Jurusan Manajemen Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Bandar Lampung tahun 2004. Menjadi Anggota Telapak, Koordinator Teritori Indonesia Bagian Barat untuk bidang Peningkatan Kapasitas Lembaga dalam isu IWRM (mulai Oktober 2009-sampai sekarang). Aktif di Pengembangan WIN, Yayasan Wahana Indonesia Membangun (www.win-development.org). Tertarik dalam memimpin dan mengembangkan kepercayaan diri di dalam pembangunan multi-sektor komunitas utamanya untuk isu air dan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pendidikan, usaha kecil, dan sektor lain terkait pengembangan potensial dan kapasitas manajemen masyarakat lokal. Beberapa projek yang sudah dilaksanakan termasuk: Good Governance dalam Pengelolaan Sumber Daya Air (GGWRM-PMU Lampung) tahun 2005; Pengembangan Kapasitas Masyarakat Sipil dan Pengguna Air di Kawasan Daerah Aliran Sungai oleh LP3ES, Both ENDS dan Telapak (didanai WASAP-Bank Dunia) tahun 2008-2009; WIN Development di bawah subkontrak CWSP NAD-NIAS tahun 2009.

Rita Mustikasari Koordinator Program Air (2010-2012), Telapak Bogor, Indonesia ritamustikasari@gmail.com Gelar Master dari Sosiologi Pedesaan, Institut Pertanian Bogor (IPB) tahun 2005 dan sarjana dari Fakultas Kehutanan IPB tahun 1994. Menjadi peneliti muda dalam bidang Hasil Hutan Bukan Kayu di CIFOR (Center for International Forestry Research Organisation) 1995-2002. Menghabiskan waktu satu tahun magang sebagai Indonesian Liason Officer di World Forest Institute di Portland, Oregon, Amerika Serikat tahun 1994-1995. Baru-baru ini menerima penghargaan sebagai fellow Joke Waller Hunter Initiative (http://www.bothends.info/JWH/EnglJokeWallerHunter.html) untuk program ‘Leadership Development of Environmental Leaders from the South’ sejak Juli 2010. Aktif dalam kegiatan Komunitas Peduli Tjiliwoeng (KPC) (http://www.tjiliwoeng.co.cc/) Bogor untuk mewujudkan mimpi indah Sungai Ciliwung melalui gerakan sukarela ala komunitas.

60


Telapak merupakan asosiasi dari aktivis LSM, praktisi bisnis, akademisi, afiliasi media, dan pemimpin masyarakat adat. Telapak bekerja bersama petani dan nelayan untuk menuju Indonesia yang berdaulat, berkerakyatan, dan lestari. Telapak mampu melakukan berbagai aktivitasnya melalui koperasi, perusahaan berbasis masyarakat dalam percetakan, media massa, pertanian organik, dan pengelolaan sumber daya hutan serta laut secara lestari. Misi Telapak adalah untuk mempengaruhi kebijakan yang berhubungan dengan konservasi, untuk membangun dan mengembangkan pengelolaan sumber daya alam yang dikelola oleh masyarakat lokal, dan menghentikan kerusakan ekosistem yang merugikan masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar wilayah dengan sumber daya alam yang kaya. Alamat: Jl. Pajajaran No. 54 Bogor 16143 Jawa Barat, Indonesia Phone : +62 251 8393 245 Fax : +62 251 8393 246 Email: info@telapak.org Website: www.telapak.org www.air.telapak.org

61


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.