the paper about SHOLAT SUNNAH MUAKKAD DAN GHAIRU MUAKKAD

MAKALAH SHOLAT SUNNAH MUAKKAD DAN GHAIRU MUAKKAD ( Ketentuan dan Macam-Macamnya )

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Fiqih

Dosen Pengampu: Rovita Agustin Zulaiminah,M.A.

Disusun Oleh: Septianur Aji Hariyanto

PROGRAM SASTRA INGGRIS FAKULTAS HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SHOLAT SUNNAH MUAKKAD DAN GHAIRU MUAKKAD ( Ketentuan dan Macam-Macamnya) � sesuai waktu yang dijadwalkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Abdul Fattah, M.Th.I selaku dosen pengampu matakuliah FIQH I Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

2. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah ini dapat diselesaikan.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Malang, Maret 2018

Pemakalah

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................

2

DAFTAR ISI ............................................................................................

3

BAB I: Pendahuluan 1. Latar Belakang ..............................................................................

4

2. Rumusan Masalah .........................................................................

4

3. Tujuan ..........................................................................................

4

BAB II: Pembahasan 1. Pengertian sholat muakkad dan nghairu muakkad ........................

5

2. Ketentuan sholat muakkad dan ghairu muakkad ..........................

5

3. Macam-macam sholat muakkad ....................................................

6

4. Macam-macam sholat ghairu muakkad ........................................

14

BAB V: Penutup 1. Kesimpulan ...................................................................................

21

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

22

3

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sholat adalah salah satu rukun Islam yang harus dikerjakan oleh seluruh umat Islam. Selain itu, di dalam Islam sholat merupakan tiang dari agama. Sholat sendiri terbagi menjadi dua yaitu, sholat wajib dan sholat sunnah. Sholat sunnah itu sendiri terbagi menjadi dua yaitu, muakkad dan ghairu muakkad.

Sholat sunnah muakkad sendiri yaitu sholat sunnah yang hampir selalu dikerjakan oleh Nabi saw., dan jarang ditinggalkan beliau dan bahkan beliau menganjurkannya. Sedangkan, sholat sunnah ghairu muakkad adalah sholat yang biasa dikerjakan oleh Nabi tetapi beliau tidak menganjurkan sebagaimana sholat sunnah muakkad, terkadang beliau melaksanakannya dan terkadang pula beliau juga meninggalkannya.

2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan sholat sunnah muakkad dan ghairu mukkad?

2. Apa saja ketentuan dan macam-macam dari sholat sunnah muakkad dan ghairu muakkad?

3. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sholat sunnah muakkad dan ghairu muakkad.

2. Untuk mengetahui apa saja ketentuan dan macam-macam sholat sunnah muakkad dan ghairu muakkad.

4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Sunnah Muakkad Dan Ghairu Muakkad Secara bahasa kata muakkad dapat berarti yang dikuatkan atau diteguhkan, jadi sholat sunnah muakkad adalah sholat sunnah yang dikuatkan atau diteguhkan.

Sedangkan menurut istilah sholat sunnah muakkad adalah sholat sunnah yang sering dikerjakan oleh Nabi SAW atau bahkan selalu dikerjakan oleh Nabi SAW dan sangat jarang ditinggalkan.

Sedangkan sholat sunnah ghairu muakkad adalah sholat yang biasa dikerjakan oleh nabi namun, terkadang nabi mengerjakannya dan terkadang pula nabi meninggalkanya. Dan nabi tidak pernah menganjurkan untuk melaksanakannya.

B. Ketentuan dan Macam-macam Sholat Sunnah Muakkad dan Ghairu Muakkad 1. Ketenrtuan-ketentuan sholat sunnah muakkad dan ghairu muakkad Ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam sholat sunnah muakkad dan ghairu muakkad, diantaranya: a. Tidak didahului dengan azan dan iqomah. b. Lebih utama dikerjakan secara munfarid (sendiri) kecuali sholat-sholat yang memang dilaksanakan dengan berjamaah seperti : sholat idain (dua hari raya), sholat gerhana, dll. c. Berniat sesuai dengan sholat yang akan dilakukan. d. Tempat pelaksanaannya sebaiknya berbeda dengan sholat wajib, sebab kelak tempat itu akan menjadi saksi pada hari penghisapan. e. Bacaan dalam sholat ada yang dibaca dengan sirri (pelan) seperti

sholat

tahajjud da nada juga yang dibaca dengan jahr (keras) seperti sholat idain (dua hari raya).

5

f. Boleh mengerjakan sholat sunnah dengan duduk.1 g. Dianjurkan mengerjakan sholat sunnah di rumah. h. Boleh mngerjakan rakaatnya sambil berdiri dan sebagian lainnya sambil duduk. i. Lebih diutamakan memperpanjang berdiri dalam sholat.

2. Macam-macam sholat sunnah muakkad Ada beberapa sholat sunnah yang masuk kedalam kategori sholat sunnah muakkad, diantaranya : 1. Sholat malam Sholat malam adalah sholat sunnah yang dikerjakan sesudah sholat isya’ sampai terbitnya fajar (subuh). Ada beberapa macam sholat malam, diantaranya: a) Sholat witir Sholat witir adalah sholat sunnah yang dikerjakan setelah sholat isya’ sampai dengan terbitnya fajar dengan jumlah rakaat ganjil dan sebagai penutup dari sholat. Hukum melaksanakan sholat witir adalah sunnah muakkad, dianjurkan dan benar-benar diharapkan oleh Rasulullah saw.2Didalam riwayat Rosululloh SAW bersabda3 :  Dari Abdulloh bin Umar, dari Nabi SAW beliau bersabda :“ Jadikanlah witir (sebagai) akhir sholat kalian pada malam hari.”

Muttafaqun alaihi.

Abu ihsan al-atsari, dkk. Ensiklopedi fiqh praktis menurut al-qur’an dan sunnah. ( Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i, 2008), hal. 460-463.

2 Syaikh sayyid sabiq. Ensiklopedia Fiqh Islam: Fiqh Sunnah I. (Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2006), hal. 802.

3 M. abdul Ghoffar E. M. Meneladani shalat-shalat sunah rasulullah saw. ( Bogor: Pustaka Imam Syafi’I, 2005), hal. 55.

1

6

 Dari Abduloh bin Buraidah, dari ayanya, dia bercerita, aku perna mendengar Rosululloh SAW bersabda :witir itu haq.” Diriwayatkan oleh abu dawud dan ahmad.  Dari Ayyub al-Anshari, dia bercerita, Rasululloh SAW bersabda :“Witir adalah haq bagi setiap muslim. Oleh karena itu, barang siapa hendak mngerjakan witir lima rekaat, hendaklah dia mengerjakannya.

Barang siapa yang hendak mengerjakan tiga rakaat, hendaklah dia mengerjakannya.

Barang siapa hendak mengerjakan satu rakaat,

hendaklah dia mengerjakannya.”

Dari

beberapa

hadis

di

atas

menunjukkan

penekanan

terhadap

disunahkannya sholat witir, walaupun seakan-akan di hadis diatas menunjukkan pada wajib. Namun, di dalam hadis yang lain diriwayatkan bahwa pada dasarnya sholat witir bukanlah suatu kewajiban bagi orang muslim, diantaranya hadis dari Ali RA, dia berkata “ Sholat witir itu bukanlah suatu yang wajib, sebagaimana halnya sholat yang wajib. Akan tetapi, ia hanya sunnah yang dibiasakan oleh Rasululloh SAW.” Diriwayatkan oleh anNasa’i.

Jadi dapat disimpulkan bahwa sholat witir bukanlah wajib, namun sunnah muakkad.

Sholat witir dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, diantaranya4; 1.

Menurut imam malik,

sholat witir dilaksanakan minimal tiga rakaat

dengan dua kali salam 2. Menurut imam abu hanifah, sholat witir dilaksanakan minimal tiga rakaat dengan tiga kali salam 3. Dan menurut imam Syafi’I, sholat witir dapat dilaksanakan satu rakaat dengan sekali salam.

Diantara hadis yang menerangkan tatacara pelaksaan sholat witir adalah5; 4

Ibnu Rusyd. Bidayatul Mujtahid wa nihayatul muqtashid. ( Jakarta: Pustaka Amani, 2007), hal. 442

7

 Hadis shohih dari Aisyah: “ bahwa Rasulullah Saw melakukan sholat sunnah pada waktu malam seabanyak sebelas rakaat yang satu dari sebelas itu adalah sholat witir.” (HR. Bukhari dan Muslim)  Abu dawud meriwayatkan hadis dari

abu ayyub al-anshari, bahwa

Rasululloh bersabda: “ Witir adalah haq bagi setiap muslim. Oleh karena itu, barang siapa hendak mngerjakan witir lima rekaat, hendaklah dia mengerjakannya. Barang siapa yang hendak mengerjakan tiga rakaat, hendaklah dia mengerjakannya. Barang siapa hendak mengerjakan satu rakaat, hendaklah dia mengerjakannya.”  Abu dawud meriwayatkan hadis sebagai berikut:“ bahwa Rasululloh SAW pernah melakukan sholat witir tujuh rakaat, Sembilan rakaat, dan lima rakaat.” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad) Para ulama sepakat bahwa waktu untuk mengerjakan sholat witir adalah setelah sholat isya’ hingga terbitnya fajar, karena banyak hadis yang menerangkannya. Diantara hadis yang paling kuat adalah riwayat muslim dari abu nadhrah al-aufi :“ abu said memberitahuku mereka para sahabat bertanya kepada Nabi Saw tentang witir, lalu beliau menjawab , “ waktunya sebelum subuh.”” (HR. Nasai dan Ibnu Majah). b) Sholat Tarawih Kata tarawih berasal dari kata tarwikhah yang berarti duduk istirahat setelah empat kali takbir, kemudian setiap empat kali takbir dinamakan attarawih sebagai majaz atas istirahat yang mengiringinya.6 Berdasarkan sebuah riwayat dari Aisyah ra., mengatakan: “Rasulullah shalat empat rakaat dimalam hari, kemudian istirahat sebentar,lalu sholat lagi hingga lama, sampai-sampai aku merasa kasian dengannya dan berkata, ‘demi ayah dan ibu sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah. Allah telah

5

Ibid, hal.

Ahsan Taqwin, dkk. Fiqh Ibadah. ( Jakarta: AMZAH, 2009), hal. 325.

6

8

mengampuni dosamu yang telah lampau dan yang akan datang’ beliau menjawab ‘bukankah aku seorang hamba yang pandai bersyukur.’”7 Shalat tarawih dapat disebut juga sebagai Qiyamul Ramadhan, berdasarkan hadist dari Nabi SAW: “ barang siapa sholat malam dan menjalankan kewajiban pada bulan ramadhan karena dorongan iman dan mengharap ridho allah, dosanya yang telah lalu diampuni.”( HR. BUKHARI dan MUSLIM).

Adapun jumlah rakaat sholat tarawih yang disunnahkan oleh Rasulullah adalah delapan rakaat, sebagaimana riwayat dari Aisyah ra: Rasulullah tidak pernah sholat baik didalam ramdhan maupun diluar ramadhan, lebih dari sebelas rakaat. Beliau menunaikannya empat rakaat, kemudian beliau sholat lagi empat rakaat, baru kemudian tiga rakaat.8 Hadits inilah yang kemudian dipegang oleh kalangan ahli hadits dan muhaqqiq dari kalangan ahli fiqh.

Mayoritas ulama berpendapat bahwa sholat tarawih lebih utama jikalau dilaksanakan di dalam masjid secara berjama’ah, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Sedangkan menurut pendapat sebagian ulama diantaranya, mazhab maliki dan sebagian mazhab syafi’I serta mazhab hanafi, pelaksanaan sholat tarawih dirumah lebih afdhal jika tidak membuat masjid sepi.9 c) Sholat Malam (qiyamul lail) Pada mulanya sholat malam adalah wajib bagi nabi, berdasarkan QS. Muzammil ayat 1-3: “wahai orang-orang yang berselimut (Muhammad). Bangunlah (untuk sholat) pada malam hari kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu.”

7

HR. al-Baihaqi (II/497).

Muttafaqun ‘Alaih.

9 Ahsan Taqwin, dkk. Op. cit. hal. 327-328.

8

9

Yang kemudian di naskh dengan firman allah QS. Muzammil ayat 20 : “allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batasbatas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dalam al-qur’an.”

Makna dari kalimat bangunlah di malam hari, ibnu abbas mengatakan maksudnya adalah lakukanlah sholat malam secara keseluruhan yaitu, sepanjang malam kecuali sedikit. Hal ini sangat memberatkan bagi nabi dan para sahabatnya, yang kemudian diganti oleh Allah hukum dari sholat malam itu. Yang asalnya berhukum wajib bagi umat muslim kemudian berganti menjadi sunnah muakkad. Namun, menurut imam malik shalat malammasih terus difardhukan kepada nabi, sebagai tambahan dari sholat sunnah, sebagaimana firman Allah QS. Al-Isra’ ayat 7910: “ Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu.”

Namun, mengenai ayat diatas ibnu abbas berkomentar nafilatan (sebagai tambahan) berarti tambahan yang khusus bagi nabi, beliau diperintahkan menjalankan qiyamul lail dan diwajibkan atasnya.11 Adapun waktu melaksanakan qiyamul lail yaitu dapat dikerjakan di awal malam, tengah malam, ataupun akhir malam, asalkan sudah mengerjakan sholat isya’.

Namun, waktu yang paling dianjurkan melakukan qiyamul lail adalah sepertiga malam. Dan tidak ada batasan rakaat mengenai sholat qiyamul lail, namun lebih utamanya dikerjakan sebanyak sebelas rakaat atau tiga belas rakaat, dan boleh memilih boleh disambung atau di putus-putus.

Ada beberapa keutamaan dari shalat malam (qiyamul lail), diantaranya12:

10

Ibid. hal. 328-329 Ibid. hal. 330.

12 Syaikh sayyid sabiq.Op. Cit. hal. 820-822.

11

10

1) Allah menjelaskan bahwa orang yang senantiasa menjaga shalat malam, maka ia disebut sebagai al-muhsinun (orang-orang yang berbuat baik) yang berhak mendapatkan kebaikan dan rahmat dari-Nya. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat:15-18.

2) Allah memuji dan menyanjung orang-orang yang mendirikan qiyamul lail dan memasukkan mereka ke dalam golongan hamba-hambanya yang baik.

Sebagaimana firman-Nya di dalam QS. Al-Furqan:63-64.

3) Allah memberikan persaksian bagi orang-orang yang mendirikan qiyamul lail sebagai o 4) Orang yang beriman kepada ayat-ayat-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. As-Sajdah:15-17.

5) Allah membedakan antara orang yang mendirikan qiyamul lail dengan orang yang tidak mendirikannya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. Az-zumar: 9.

2. Sholat Rawatib Sholat sunnah rawatib adalah sholat sunnah yang mengiringi sholat wajib, baik qolbiyah ataupun ba’diyahnya. Sholat sunnah rawatib terbagi menjadi dua yaitu, muakkad dan ghairu muakkad. Diantaranya yang muakkad yaitu13: a) Sholat sunnah sebelum sholat shubuh (qalbiyah shubuh) Sebagaiana nabi telah bersabda dari ‘Aisyah ra: “nabi tidak pernah memelihara satu sholat sunnah pun dengan sungguh-sungguh melebihi dua rakaat sebelum sholat shubuh.”

Dari hadits diatas dapat disimpulkan bahwa nabi selalu mengerjakan sholat sunnah dua rakaat sebelum shubuh. Adapun cara mengerjakannya yaitu dengan dua rakaat dan meringankan bacaannya. b) Sholat sunnah sebelum dan sesudah sholat dzuhur (qalbiyah dan ba’diya dzuhur) 13

Abu ihsan al-atsari, dkk. Op. Cit. Hal 464-471

11

Sholat sunnah sebelum dan sesudah dzuhur dapat dikerjakan dengan empat rakaat, enam rakaat atau delapan rakaat. Diantara keutamaannya yaitu akan di bukakannya pintu-pintu langit serta amalshalihnya akan diangkat pada waktu itu. c) Sholat sunnah sesudah sholat maghrib (ba’diyah maghrib) Terdapat suatu riwayat yang menjelaskan bahwa nabi mengerjakan sholat sunnah dua rakaat setelah maghrib, yaitu hadis ibnu umar, dia berkata: “aku ingat sepuluh rakaat dari rasululloh...” Yang diantaranya ia menyebutkan dua rakaat setelah sholat magrib. Dan di anjurkan melaksanakannya di rumah. d) Sholat sunnah sesudah sholat isya (ba’diyah isya’) Salah satu hadist yang menjelaskan tentang sholat sunnah setelah sholat isya’ yaitu hadist dari ibnu umar r.a, dia berkata :” aku ingat sepuluh rakaat dari Rasululloh...” Dan diantaranya ia menyebutkan dua rakaat setelah isya’.

3. Sholat sunah Idain Yaitu sholat sunnah yang dilaksanakan pada hari raya idul fitri dan idul adha.Waktu sholat id dimulai ketika matahari mulai muncul seukuran tombak atau dua tombak dan berakhir sebelum tergelincirnya matahari.

Dan adapun tempat pelaksanaan sholat id disyariatkan di lapangan kecuali ada udzur atau halangan, seperti hujan lebat. Sebagaimana keterangan Abu Sa’ad al-khudri: “ pada hari raya idul fitri dan idul adha, nabi keluar ketempat sholat , dan hal pertama yang dia lakukan adalah sholat.14 Dalam melaksanakan sholat id, ada beberapa macam akbir yang dapat dilakukan. Diantara yang banyak dipegang oleh ahli fiqh adalah bahwa takbir sebelum membaca sholat al-fatihah pada rakaat pertama sebanyak 7 kali sudah termasuk takbiraul ikhram dan di rakaat kedua 5 kali setelah takbir berdiri. Berdasarkan suatu riwayat yang dikemukakan oleh Aisyah 14

Ahsan Taqwin, dkk. Op. cit. hal.322

12

ra : “ sesungguhnya rasululloh bertakbir tujuh kali pada rakaat pertama dalam kedua sholat id, dan lima kali dalam rakaat selanjutnya di luar tabir ruku’.”HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-hakim, Al-baihaqi

dan at-

thahawi.15 Adapun hal-hal yang disyariatkan dalam hari raya yaitu16 : 1. Mandi, memakai wangi-wangian, bersiwak, makan terlebih dahulu sebelum pergi ketempat sholat dalam hari raya idul fitri.

Diriwayatkan dari Buraidah, ia berkata :” nabi tidak keluar pada hari raya idul fitri sebelum makan, namun pada hari raya idul adha beliau tidak makan terlebih dahulu hingga sholat”. HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu khuzaimah, dan Al-hakim 2. Berangkat pagi-pagi setelah melakukan sholat subuh, kecuali imam. Ia justru sebaliknya berangkat akhir-akhir. Diriwayatkan dari abu sa’id al-khudri bahwasanya nabi keluar pada hari raya idul adha dan idul fitri, dan langsung memulai sholat. Muttafaq alaih.

3. Disunnahkan membaca takbir pada dua hari raya selama berjalan menuju ketempat sholat dan ditempat sholat hingga imam datang, berdasarkan riwayat dari sejumlah sahabat, seperti ali, ibnu mas’ud, anas, abu hurairah, dan lainnya.

4. Sholat Gerhana Sholat gerhana adalah sholat dua rakaat yang dilakukan pada saat gerhana terjadi, baik itu gerhana bulan ataupun gerhana matahari. Hukum melaksanakan sholat gerhana adalah sunnah muakkad. Adapun cara pengerjaannya yaitu masing-masing dikerjakan 2 rakaat dengan niat dan bertakbir, lalu membaca sholat al-fatihah setelah membaca iftitah dan bertaawud kemudian ruku’.

15 16

Ibid.hal.322 Ibid. hal.321

13

Setelah bangun dari ruku’, i’tidal dan membaca al-fatihah lagi, lalu ruku’ lagi. Dan setelah i’tidal yang kedua kemudian sujud dua kali. Ini dihitung satu rakaat meskipun dilakukan dengan dua kali ruku’ dan i’tidal.

Begitupun pada rakaat yang kedua sama.

Setelah melakukan sholat ada khutbah yang dilakukan oleh imam.

Dengan dua khutbah seperti halnya pada khutbah sholat jum’at baik rukun dan syaratnya.17

3. Macam- Macam Sholat Ghoiru Muakkad 1. Shalat Dhuha Shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan pada waktu dhuha, yakni ketika matahari terbit setinggi tombak sampai menjelang waktu dhuhur.

Hukum mengerjakan shalat dhuha adalah sunnah. Shalat dhuha memiliki keutamaan yang besar bagi pelakunya sehingga rasulullah menganjurkan para sahabat dan seluru kaum muslim untuk melaksanakannya.

Jumlah rakaat salat dhuha paling sedikit dua rakaat, sedangkan paling banyak menurut sebagian ulama tidak ada batasannya. 18Tetapi pada ada yang mengatakan duabelas rakaat sesuai hadis nabi berikut: “Dari Annas, “Nabi Saw. berkata, ‘Barang siapa salat Dhuha dua belas rakaat, Allah akan membuatkan baginya istana disurga’.19

2. Shalat Hajat ShalatHajat adalah shalat sunnat yang dikerjakan agar hajat (keinginan/kebutuhannya) dikabulkan Allah. Hajat yang dimaksudkan di sini adalah Hajat yang dibenarkan syariat islam,baik berupa perlindungan 17

Abu H.F. Ramadhan B.A. Terjemah Fathul qorib. (Surabaya : CV Grafika. 2010), Hal. 104-105 Slamet Abidin. 1998. Fiqih Ibadah, Bandung : Pustaka Setia, hal. 76 19 HR. Tirmidhi dan Ibnu Majjah 18

14

maupun tercapainya maksud.Sholat hajat ini dikerjakan beberapa kali,biasanya sampai 7 malam berturut-turut.Adapun jumlah rakaatnya mulai dari 2 rakaat sampai 12 rakaat,dan setiap 2 rakaat salam, sedangkan waktu pelaksanaanya boleh siang ataupun malam hari, asal bukan waktuwaktu yang terlarang.Akan tetapi waktu yang terbaik adalah sepertiga malam yang terakhir ( antara pukul 01.000 WIB sampai menjelang shubuh) atau setiap selesai sholat fardhu.

“Siapa yang berwudhu dan sempurna wudhunya, kemudian salat dua rakaat (Salat Hajat) dan sempurna rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat”20 Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang lakilaki menempuh perjalanan dari Yaman.Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia mengambil wudhu kemudian salat dua rakaat, setelah itu berdoa.Dia mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridhaMu.Saya bersaksi bahwasanya Engkau menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya, janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini.Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang telah mati ini.”Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua telinganya.”21 Adapun manfaat mengerjakan sholat hajat yaitu :  Manfaat lahir yaitu manfaat yang tampak atau dirasakan secara fisik. Contohnya, seseorang yang berhajat atau memohon kepada Allah agar bisa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil. Sementara, ia tau sangat tipis harapan untuk dapat mencapai hajat tersebut dengan kemampuannya yang terbatas di 20 21

HR.Ahmad HR. Baihaqi

15

tengah ribuan pelamar lainnya.Kemudian, ia melaksanakan sholat Hajat dengan penuh keyakinan. Allah mengabulkan hajatnya, pun ia diterima sebagai salah satu PNS. Ini merupakan manfaat lahir yang sangat mungkin akan dirasakan oleh hamba yang mengamalkan sholat sunnah hajat.  Manfaat batin Manfaat batin yaitu manfaat yang tidak tampak dan hanya dirasakan oleh hati. Manfaat sholat hajat tidak selalu dirasakan secara lahir, akan tetapi yang utama justru manfaat yang dirasakan oleh bantin kita.

Diantaranya yaitu:Rasa tenang dan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah.Lebih siap menerima apa pun jawaban Allah atas setiap doa-doa kita.Semakin yakin akan pertolongan Allah.Terkadang, hajat kita tidak dikabulkan Allah dalam bentuk yang kita inginkan. Contohnya, ketika kita memohon rezeki yang berlimpah, Allah justru menjawabnya dengan rezeki dalam bentuk lain seperti kesehatan, kebahagiaan, ketenangan, dan lain sebagainya.

3.

Sholat Istikharah Sholat istikharah ialah shalat sunat dua rakaat untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik di antara 2 hal yang belum dapat ditentukan baik buruknya.Yakni apabila seseorang berhajat dan bercita-cita akan mengerjakan suatu maksud, sedangkan ia ragu-ragu untuk menentukan pilihannya tersebut, apakah harus dilakukan atau tidak, diambil atau tidak. Adapun dalil tentang sholat Istikharat.

Artinya :“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kami istikharah dalam setiap urusan yang kami hadapi sebagaimana beliau mengajarkan kami suatu surah dari Al-Qur’an. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika seorang dari kalian menghadapi masalah maka ruku’lah (shalat) dua raka’at yang bukan shalat wajib kemudian berdo’alah: Allahumma inniy astakhiiruka bi ‘ilmika wa astaqdiruka 16

biqudratika wa as-aluka min fadhlikal ‘azhim, fainnaka taqdiru wa laa aqdiru wa ta’lamu wa laa ‘Abdullah’lamu wa anta ‘allaamul ghuyuub.

Allahumma in kunta ta’lamu anna haadzal amru khairul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” atau; ‘Aajili amriy wa aajilihi faqdurhu liy wa yassirhu liy tsumma baarik liy fiihi. Wa in kunta ta’lamu anna haadzal amru syarrul liy fiy diiniy wa ma’aasyiy wa ‘aaqibati amriy” aw qaola; fiy ‘aajili amriy wa aajilihi fashrifhu ‘anniy washrifniy ‘anhu waqdurliyl khaira haitsu kaana tsummar dhiniy.”22 Dalam

hadits

di

atas

tidak

ada

keterangan

waktu

pengerjaannya.Karena shalat ini bisa dikerjakan kapan saja baik siang maupun malam hari.Barangsiapa yang meyakini shalat ini hanya bisa dikerjakan di malam hari maka keyakinannya ini keliru. Walaupun tentunya jika dia mengerjakannya pada waktu-waktu dimana doa mustajabah. Sepertiantara azan dan iqamah, sepertiga malam terakhir, dan seterusnya, maka itu lebih utama.23 4. Sholat Istisqo’ Salat Istisqa’ yaitu salat yang dilakukan untuk memohon kepada Allah SWT. Agar diturunkan hujan disaat terjadinya kekeringan tanah atau musm kemarau yang panjang.Sebelum melaksanakan salat, dianjurkan kepada jamaah untuk bertobat dan berpuasa empat hari berturut-turut.

Seperti hadis nabi berikut ini : “Dari ‘Abbad bin Tamim r.a., dari pamannya, katanya :”Nabi saw.pernah keluar untuk solat istisqa’(salat minta hujan, dengan memakai baju terbalik)”24 Hikmah membalikkan baju, untuk menyatakan pengharapan yang sungguh-sungguh supaya Allah merubah keadaan yang kritis menjadi baik.25 22

HR. Al-Bukhari, (1162) https://www.facebook.com/notes/sholat-dhuha/macam-macam-sholat-sunnah-lengkap-denganpenjelasannya-pengertian-sholat-rawatib/10152874322293240/ 24 HR. Al-Bukhari, (1024) 23

17

5. Sholat Taubat Sholat taubat adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebagai taubat kepada Allah atas dosa-dosa yang telah kita lakukan, shalat taubat juga merupakan bentuk ungkapan penyesalan kita kepada Allah, dan sebagai pernyataan bahwa dirinya akan kembali kepada ketaatan, dan tidak akan melakukan perbuatan dosa. Sebagaimana firman Allah QS. Ali Imron 3:135 : Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

Adapun waktu pelaksanaan sholat taubat antara lain : Shalat taubat (tobat) termasuk dari shalat sunnah mutlak yang dapat dilaksanakan kapan saja. Siang dan malam. Kecuali waktu yang dilarang melakukan shalat sunnah.

Adapun waktu larangan shalat sunnah ada 5 (lima) sebagai berikut: 1. Dari terbit fajar kedua sampai terbit matahari.

2. Dari terbit matahari sampai matahari naik sepenggalah (‫)قيد رمح‬.

3. Dari saat matahari persis di tengah-tengah sampai condong.

4. Dari shalat ashar sampai tenggelam matahari.

5. Menjelang tenggelam matahari sampai tenggelam sempurna.

6. Sholat Takiyatul Masjid adalah shalat 2 rakaat yang dikerjakan ketika masuk ke masjid, sebagai suatu bentuk penghormatan kepada masjid.Karena masjid termasuk Baitullah (Rumah Allah),maka perlu suatu bentuk penghormatan, hal ini 25

Darwis,1983, Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: Widjaya, hal. 10

18

sesuai dengan makna yang terkandung dalam kata”Tahiyyatul Masjid” yaitu “penghormatan terhadap masjid”.

“Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.”26 “Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum’at, sementara Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sedang berkhutbah, dia pun duduk.Maka beliau pun bertanya padanya, “Wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka’at, kerjakanlah dengan ringan.”Kemudian beliau bersabda, “Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum’at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka’at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan.”27 Shalat Tahiyaul masjid hukumnya sunat, dan dikerjakan sebelum duduk, baik hari Jum’at maupun hari lainnya, siang ataupun malam hari, walaupun juga pada waktu-waktu terlarang (jika masuk masjid karena suatu sebab, misalnya hendak beri’,tikaf, menuntut ilmu, atau menunggu tiba waktu shalat dan sebagainya).

7. Sholat Rawatib28 a. Dua rakaat setelah dhuhur.

Nabi SAW pernah bersabda : “ siapa yang shalat empat rakaat sebelum dhuhur dan empat rakaat setelahnya, Allah mengharamkan ia jatuh ke neraka”29. b. Empat rakaat atau dua rakaat sebelum ashar.

Nabi SAW bersabda, “ Semoga Allah memberi rahmad kepada orang yang shalat sunnah empat rakaat sebelum ashar”30. c. Dua rakkat sebelum maghrib.

26

HR. Al-Bukhori, (537) HR. Muslim, (875) 28 Amru Muhammad Khalid. 2006, Meminta dan Mencinta, Cara Menikmati Salat, Doa, Dzikir, Haji dan Baca Qur’an, Serambi Ilmu Semesta 29 HR. Abu Daud 30 HR. Tirmidzi 27

19

Rasulullah SAW bersabda : “shalatlah dua rakaat sebelum maghrib” kemudian beliau mengulang, “shalatlah dua rakaat sebelum maghrib” kemudian pada yang ketiga kalinya beliau menambahkan, “ bagi yang mau”. d. Dua rakaat sebelum isya’.

Nabi SAW bersabda: “diantara dua adzan ada shalat, diantara dua adzan ada shalat”, beliau kemudian menyatakan, “bagi yang mau”31.

31

HR. Bukhori

20

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Salat sunnah adalah ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan yang apabila dikerjakan mendapatkan pahala, namun bila ditinggalkan tidak mendapatkan siksa (tidak berdosa).

Macam-macam salat sunnah diantara lain Salat Sunnah Rawatib adalah salat yang dikerjakan menyertai salat fardhu, baik dikerjakan sebelum maupun sesudahnya.Salat Gerhana adalah Salat ini dilakukan apabila terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari.Salat Istisqa’ adalah Salat Istisqa’ yaitu salat yang dilakukan unutk memohon kepada Allah SWT. agar diturunkan hujan disaat terjadinya kekeringan tanah atau musim kemarau yang panjang.Salat Dhuha adalah salat sunnah dua rakaat atau lebih yang dilakukan pada waktu dhuha, yaitu kira-kira matahari naik sepenggalah sampai tergelincir matahari.Salat Tarawih dan Witir adalah salat malam pada bulan Ramadhan yang dilaksanakan setelah isya. Dan banyak lagi yang lainnya.

21

DAFTAR PUSTAKA Ramadhan B.A, Abu H.F. 2010. Terjemah Fathul Qorib. Surabaya: CM Grafika.

Al-atsari,Abu ihsan, dkk. 2008.Ensiklopedi fiqh praktis menurut al-qur’an dan sunnah.Jakarta: Pustaka Imam Syafi’i Sabiq, Sayyid. 2006. Ensiklopedia Fiqh Islam: Fiqh Sunnah I. Yogyakarta: Mardhiyah Press.

Ghoffar E. M, M. abdul. 2005.Meneladani shalat-shalat sunah rasulullah saw.

Bogor: Pustaka Imam Syafi’I. Taqwin, Ahsan, dkk. 2009.Fiqh Ibadah. Jakarta: AMZAH. Rusyd, Ibnu. 2007.Bidayatul Mujtahid wa nihayatul muqtashid. Jakarta: Pustaka Amani.

Slamet Abidin. 1998. Fiqih Ibadah, Bandung : Pustaka Setia, hal. 76.

Darwis,1983, Hadits Shahih Bukhari, Jakarta: Widjaya, hal. 10 Amru Muhammad Khalid. 2006, Meminta dan Mencinta, Cara Menikmati Salat, Doa, Dzikir, Haji dan Baca Qur’an, Serambi Ilmu Semesta.

https://www.facebook.com/notes/sholat-dhuha/macam-macam-sholat-sunnahlengkap-dengan-penjelasannya-pengertian-sholat-rawatib/10152874322293240/.

22

NAMA

: SEPTIANUR AJI HARIYANTO

TTL

: KOTA WARINGIN TIMUR-KALIMANTAN TENGAH 02 SEPTEMBER 1998

ALAMAT

: JL. SEKARPURO NO 56 PAKIS-MALANG

RIWAYAT PENDIDIKAN : SDN BUMIAYU 01 MALANG SDN 02 KEBAKALAN BANJARNEGARA SMP AN-NUR MALANG SMA AN-NUR MALANG

23