HARIAN SEMARANG 150212

Page 12

pendidikan

12

RABU, 15 Februari 2012

‘Wong Ndeso’ Ternyata Lebih Sadar Pendidikan Siswa TK Belajar Pemadam Kebakaran

HARSEM/LISSA FEBRINA

Puluhan siswa TKIT Mutiara Hati Gunungpati tengah belajar mengenal alat pemadam kebakaran PULUHAN siswa TK Islam Terpadu (TKIT) Mutiara Hati, Gunungpati di Semarang mengikuti latihan kebakaran, dipandu staf Bidang Bimbingan dan

Penyuluhan Dinas Kebakaran Kota Semarang, kemarin. Pelatih Kus Tri Wandono mengatakan, anak-

anak harus belajar api sejak dini. “Anak-anak dinilai punya resiko paling tinggi ketika terjadi kebakaran. Mereka juga kerap bermain api di sembarang tempat,” kata Kus di hadapan puluhan siswa. Menurut Kus, dengan dikenalkan sejak dini, pengetahuan itu akan tertanam di benak. Dengan harapan jika terjadi kebakaran, anak-anak bisa bertindak. “Seringkali anakanak ditinggal sendirian di dalam rumah oleh orangtuanya. Padahal tidak menutup kemungkinan timbul kebakaran walau skalanya kecil,” imbuhnya. Dalam kunjungan anak-anak TK itu, lanjut Kus, pihaknya memberikan penyuluhan dengan mengenalkan alat-alat yang digunakan saat memadamkan api. Juga ditunjukan tayangan visual petugas pemadam saat menjinakkan api. “Terakhir anak-anak kami ajak muter-muter mengendarai mobil pemadam kebakaran,” kata Kus. Dengan begitu, kata dia, diharapkan bisa memberikan semangat dan asa supaya kelak kemudian punya cita-cita menjadi petugas pemadam kebakaran. Wakil Kepala Sekolah TK IT Mutiara Hati Gunungpati, Uji Prihati menyatakan, kunjungan yang dilakukan bersama 70 siswanya itu untuk mengenalkan profesi secara langsung. “Dengan praktik menjadi petugas pemedam kebakaran, anak-anak bisa menjiwai profesi,” katanya. Dengan kegiatan ini diharapkan anak-anak tidak sembarangan main api. Sebab ketika di rumah anak cenderung ingin main apa saja yang mereka suka, termasuk api. “Melalui kunjungan ini, saya harap anak bisa mengerti bahaya dan manfaat api,” tandasnya. (lif/nji)

Oleh Aris Wasita Widiastuti

Jangan sepelekan orang desa. Ternyata mereka lebih melek edukasi dibanding orang kota.

M

ASYARAKAT desa ternyata lebih menyadari pentingnya pendidikan anak usia dini (PAUD). Orang kota justru lebih rendah kesadarannya. Demikian dikatakan Ketua Himpaudi Provinsi Jawa Tengah, Nila Kusmaningtyas kepada sejumlah wartawan, baru-baru ini. Dikatakan, kesadaran yang tinggi dari masyarakat desa dikarenakan banyaknya orangtua yang memiliki pola pikir agar anak-anak mereka bisa memiliki masa depan cerah dibanding orangtuanya. “Justru orangtua di desa lebih sadar pentingnya pendidikan usia dini. Mereka berharap, pendidikan menignkatkan martabat keluarga,” jelasnya. Hal ini berbeda dengan masyarakat kota. “Terutama yang masih tinggal dengan keluarga besar. Mereka memilih menitipkan anak kepada kakek atau nenek, atau saudara,” jelasnya. Hal itu dikarenakan, fasilitas di rumah jauh lebih lengkap dibandingkan di sekolah. “Untuk itu melalui pameran pendidikan, kami ingin menyosialisasikan ke orangtua agar mereka menyekolahkan anaknya di PAUD,” ujarnya. Namun demikian, hingga saat ini masih ada beberapa kendala. Di antaranya fasilitas pelayanan bagi pendidik PAUD sangat minim. “Karena, di pedesaan jarang tersedia PAUD gratis,” jelasnya.

Dengan pendapatan yang kecil maka fasilitas juga minim. “Untuk itu kami mohon kepada pemerintah untuk memfasilitasi masyarakat untuk mengelola PAUD,” pintanya. Kendala yang lain yaitu kualitas lembaga maupun pendidik PAUD. “Misalnya ada pendidik yang baru lulus SMA tapi sudah mendidik PAUD. Ada juga yang lulusan S1 dari jurusan yang berbeda,” jelasnya. Dengan kondisi tersebut, saat ini yang bisa dilakukan oleh Himpaudi yaitu mendorong pendidik untuk mau mengikuti diklat atau workshop. “Saat ini pemerintah sudah mengucurkan dana untuk menyelenggarakan diklat untuk pendidik PAUD meski jumlahnya masih sedikit,” jelasnya. Upaya yang lain ada, menghimbau pendidik untuk mau mengikuti program S1 PAUD. “Dulu S1 PAUD belum ada, namun sekarang sudah banyak,” kata dia. Di Jawa Tengah sendiri, jumlah PAUD meningkat signifikan. “Sekarang sekitar 4.500 pos PAUD dengan jumlah pendidik 26 orang,” paparnya. Belum lama ini, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo mendapatkan penghargaan juara I untuk pengembangan PAUD terbaik seIndonesia. “Namun saat ini jumlah Pos PAUD yang sesuai kualifikasi baru sekitar 5% hingga 7% dari jumlah keseluruhan,” tandasnya. (nji)

MENGAJAR 17 siswa sendirian tanpa rekan, itulah ‘nasib’ Kepala TK Salomo Semarang, Dwi Nastiti. Dia sudah 25 tahun mengajar di TK tersebut dan sekitar setahun terakhit bekerja sendirian mendidik siswa. “Memang agak repot, tapi bagaimana lagi. Saya sudah lapor kepada yayasan, namun sampai saat ini belum ada tambahan guru. Mungkin

Dwi Nastiti

sedang mencari,” paparnya. Dia mengatakan, konflik sekolah dengan Kelenteng Sam Poo Kong beberapa waktu lalu berdampak kurang baik terhadap sekolah. “Dulu ada dua guru, namun karena ada konflik rekan saya memutuskan berhenti,” kata dia. Akhirnya dia menjadi ‘penguasa tunggal’ di sekolah. “Tapi nanti kalau sudah tahun ajaran baru, mau tidak mau yayasan harus sudah mencari guru baru. Karena saya juga akan pindah dari sini,” jelasnya. Hanya ada satu guru lain yang membantu, itu pun tidak setiap hari. “Ada guru tari yang datang sepekan sekali. Hanya dia yang membantu, selebihnya saya ngatur dan mengajar anak-anak sendirian,” jelasnya. Dwi Nastiti sebetulnya sudah diminta untuk mengajar di TK Pembina Provinsi. “Karena status saya PNS, bagaimanapun saya milik pemerintah. Untuk itu saya harus mentaati peraturan pemerintah,” ujarnya. Dia selama ini diperbolehkan mengajar di TK Salomo untuk sementara waktu, pada tahun ajaran baru nanti sudah harus mengajar di TK Pembina. Hal itu sudah disampaikan kepada yayasan. Dia mengakui, konflik dengan Kelenteng Sam Poo Kong mengakibatkan semakin minimnya animo pendaftar. “Dampak ini dialami TK dan SD Salomo,” jelasnya. (awi/nji)

HARSEM/ARIS WASITA WIDIASTUTI

SEDIKITNYA 958 sekolah tingkat SD, SMP, dan SMA siap melaksanakan Ujian Nasional (UN) secara jujur. Tekad itu dituangkan dalam penandatanganan pakta integritas di Pendopo Kabupaten Demak, Selasa (14/2). Pakta integritas didukung Bupati Demak H Tafta Zani. “UN kerap terjadi menjadi kontroversi. Yang penting UN harus jujur sekaligus jumlah siswa yang lulus lebih banyak dibanding tahun kemarin,” ungkap Bupati didampingi Ketua DPRD Demak H Muhclasin. Saat ini dunia pendidikan di Demak sudah diperhitungkan hingga ke tingkat nasional. Terbukti diraihnya penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono Para kepala sekolah di Demak menandatangi pakta integritas yaitu Satya Lencana Pembangunan Bidang Pendidikan 2010. Bupati berharap, dengan UN jujur prestasi tetap Afhan Noor mengatakan UN SMP sederajat April, SMA/MA ditambah satu hari sampai terjaga pelaksanaan. Rata-rata kelulusan akan diikuti 21.495 siswa, SMP sederajat 19 April, SMP 23-26 April, dan SD 7-9 99,99%, tinggal satu langkah lagi mencapai 18.053 siswa, SMA/MA 7.511 siswa, SMK Mei. “Harapan kami UN jujur agar berhasil 100%. 2.437 siswa SMK, dan SMP LB 4 siswa. mengukur kompetensi siswa dan pemetakan Dalam laporannya, Kepala Dindikpora H Rencananya UN untuk SMK pada 16-18 pendidikan,” tegas Afhan Noor. (swi/nji)

Dengan Tablet, Bikin Komik Jadi Gampang

HARSEM/PANJI JOKO SATRIO

Burhan Arif dari Papillon tengah menyajikan materi dalam Workshop Comic di Udinus, kemarin

ZAMAN dulu, bikin komik rada ribet. Harus menggambar di atas kertas, kemudian ditransfer ke komputer. Di era komik Kho Ping Ho dulu, barangkali Asramaman S harus bikin komik di kertas untuk dicetak menggunakan mesin yang sangat sederhana. “Tapi zaman sekarang, bikin komik bisa lebih mudah dengan bantuan teknologi. Di antaranya menggunakan tablet. Nggambar langsung di atas layar, lantas proses dengan digital coloring,” jelas Ketua Papillon Studio Fajar Buana, di sela Workshop Comic yang diselenggarakan Jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) Udinus, kemarin. Harga tablet bervariasi, dari yang 800-an ribu rupiah sampai 20-an juta. Piranti teknologi itu sudah jamak dipakai studio komik, besar maupun kecil. Berbekal pen write, komikus tinggal menggoreskan pena ke layar tablet untuk bikin komik. Bikin komik menggunakan tablet merupakan salah satu materi workshop yang dihelat selama tiga hari, Selasa-kamis (14-16) di gedung D Udinus Jalan Nakula Sadewa. Namun materi itu akan diajarkan pada sesi-sesi akhir.

Ketua Himpunan Mahasiswa DKV Udinus Agung Nugroho, workshop diikuti 50 siswa SMA dan mahasiswa DKV Udinus. Jumlah peserta memang dibatasi, sesuai jatah sponsor dari sebuah produk sponsor tablet. “Kami dapat sponsor dari sebuah produsen tablet,” jelasnya. Menurut Agung, tujuan workshop adalah menambah wawasan peserta seputar dunia perkomikan. “Juga mengajak peserta membuat komik yang baik,” jelasnya. Pada workshop itu, peserta mendapat materi pembuatan komik dari awal hingga akhir. Mulai dari proses nyari tema, bikin storyboard, script, alur cerita, bikin panel, bikin karakter, hingga pewarnaan. “Kerangka cerita dan storyboard adalah unsur penting dalam pembuatan komik. Gunanya sebagai panduan agar komik tidak keluar dari ide awal,” jelas Burhan Arif pembicara pertama. Menurut Arif, ada 12 langkah penting pembuatan komik. Selain kerangka cerita dan storyboard, penting pula bagi komikus untuk belajar membuat karakter. “Agar penggambaran karakter bisa konsisten,” jelasnya. Salah satu peserta, Reza Firmansyah siswa

SMA Negeri 3 Semarang mengatakan mengikuti workshop karena ingin belajar membuat komik. “Saat ini saya baru penikmat komik, biasanya membaca Naruto. Setelah ikut workshop, saya akan berusaha bikin komik,” jelasnya yang datang bersama dua rekannya, Aurelia Ketawang dan Aqila. Ketua Papillon Studio Fajar Buana mengatakan, di negara maju komik banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Komik digunakan untuk buku pelajaran, petunjuk how to, dan sarana edukasi lain. “Misalnya, pelajaran biologi di sekolah, disajikan melalui komik. Bahkan matematika juga bisa dibuat komik,” jelasnya. Sayangnya, di Indonesia, komik masih dipersepsikan sebagai bacaan ringan dan hiburan anak-anak. Persepsi yang salah itu yang membuat dunia komik di Indonesia kurang berkembang. Papillon sendiri memilih menggarap komik untuk pangsa pasar di luar negeri, di antaranya Amerika Serikat dan Yunani. “Sebagai industri kreatif, profesi komikus sangat menjanjikan. Namun memangnya masih sedikit anak muda yang terjun ke industri ini,” jelasnya. (nji)

HARSEM/SUKMA WIJAYA

Jadi Satu-satunya Guru di Sekolah Sekolah Teken Pakta Kejujuran


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.