HARIAN SEMARANG 140212

Page 7

PERISTIWA INTERNASIONAL HUKUM & KRIMINAL Tangkap Bupati Batang ”Kejati sendiri telah menetapkan Bupati Batang Bambang Bintoro sebagai tersangka kasus korupsi pada bulan Mei 2008 silam,” katanya, kemarin. Menurutnya, tidak ada alasan lain untuk mengulur-ulur waktu dan Bambang Bintoro harus segera diadili. ”Terhitung hari ini (kemarin), Senin 13 Februari 2012, Bambang Bintoro tidak lagi menjabat sebagai Bupati Batang aktif, sehingga tidak ada alasan bagi Kejaksaan Tinggi untuk tidak melanjutkan penyidikan terhadap Bambang Bintoro,” tandasnya. Selama ini, lanjut Eko, Kejati selalu beralasan klasik soal izin Presiden yang belum mereka dapat sebagai dasar untuk memeriksa Bupati Batang Bambang Bintoro, selaku kepala daerah aktif yang terlibat dalam kasus korupsi. (abm/gus)

KOMITE Penyelidikan dan Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KP2KKN) Jateng, mendesak Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jateng agar menangkap Bupati Batang, Bambang Bintoro. Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi bagi-bagi uang dari dana APBD Batang TA 2004 atau pemberian bantuan purnatugas bagi anggota DPRD Batang periode 19992004 di Ruang Mawar senilai Rp 796 juta, namun kasus tersebut mandek. Koordinator Divisi Monitoring Kinerja Aparat Penegak Hukum KP2KKN, Eko Haryanto mengatakan, sudah selayaknya Kejati segera melakukan penyidikan, penangkapan, penahanan serta melimpahkan berkas perkara atas nama tersangka Bambang Bintoro tersebut ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Semarang.

MI & BISNIS MI & BISNIS

NGAH NGAH

7 77

SABTU, 13 Agustus 2011

senin, 15 14 november 2010 SELASA, Februari 2012

Surveyor Bess Finance Menipu Oleh Abdul Mughis

Seorang oknum surveyor Bess Finance di Jalan Gajah Raya telah mencoreng nama baik perusahaannya karena telah menipu ratusan juta dengan berkedok investasi jual beli mobil. Berkedok investasi jual-beli mobil, seorang surveyor dari Bess Finance yang beralamat di Jalan Gajah Raya Gayamsari, dilaporkan telah melakukan melakukan penipuan terhadap rekan-rekannya hingga ratusan juta rupiah. Dia adalah Andi Diyyan Iskandar (31), warga Griya Dempel Baru, Jalan Dempel Mutiara II Kav 193 RT 05/05, Muktiharjo Kidul, Pedurungan yang diduga ada sekitar delapan orang yang tertipu.

Salah satu korban, Agus Hartoyo (30), warga Jalan Plewan II Kelurahan Siwalan Semarang mengatakan, dirinya tertipu hingga mencapai Rp 130 juta. “Terlapor menawari saya untuk ikut berinvestasi jual-beli mobil. Dia menjanjikan keuntungan sebesar 10% dari uang yang telah diinvestasikan,” ujar korban saat melapor ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polrestabes, kemarin. Agus mengatakan, terlapor yang dikenalnya sejak Desember 2011 lalu itu mengaku sebagai head marketing di Bess Finance. Sehingga Agus pun percaya jika terlapor adalah orang yang mengerti dan paham seluk-beluk jual-beli mobil, selain itu terlapor juga sering main di rumah Agus. “Konsep investasi yang ditawarkan Andi (terlapor) itu prosesnya sederhana. Dia hanya meminta uang untuk investasi atau modal jual-beli mobil yang dikelolanya. Kisaran uang investasi bermacam-macam, mulai Rp 20 juta

hingga Rp 100 juta,” papar Agus yang mengaku dikenalkan oleh temannya, Anang itu. Misal, terlapor mendapat mobil Pajero, ia kemudian menghubungi korban untuk menanam investasi. Andi, biasanya, menjanjikan pengembalian uang investasi beserta keuntungan sesuai persanan yang dijanjikan, antara 10% hingga 20% dalam jangka seminggu. Korban lain, Kristanto (33), warga Jalan Borobudur Utara Manyaran juga mengalami nasib serupa. Pria yang merupakan teman sekantor dengan terlapor ini mengaku tertipu Rp 55 juta. “Saya dijanjikan 20%,” katanya. Namun apa boleh buat, nasi telah menjadi bubur. Sementara uang terlanjur melayang dibawa kabur. Sehingga korban menyerahkan kasus penipuan ini kepada pihak kepolisian. Hingga kemarin, tim Reskrim Polrestabes masih mendalami kasus ini dengan memintai keterangan korban. (gus)

sambungan berita halaman 1 Ayah Hamili...

RPU Penggaron... menyediakan tempat untuk mereka sejak September lalu. Kalau memang tidak di pakai ya terpaksa akan kami tawarkan ke pedagang lain,” imbuh Madjid. Selama enam bulan RPU Penggaron beroperasi ini, lanjut Madjid, lapak yang sudah ditempati sudah ditarik retribusi sejak tiga bulan lalu, sementara yang belum menempati belum ditarik retribusi. Terkait adanya pedagang ayam yang berjualan di Pasar Pasindra, Dinas Pasar sudah mengirimkan surat teguran agar segera pindah ke RPU Penggaron. ”Kami sudah berupaya mencukupi fasilitas yang dibutuhkan sesuai standar minimal. PRU tersebut dibangun Pemkot dnegan biaya yang besar,” lanjut Madjid. Majid berharap para pedagang unggas yang belum masuk ke RPU Penggaron segera masuk dan bergabung dengan pedagang lainnya. apalagi para pedagang ini sudah punya pelanggan, pasti para pelanggan akan mencari pedagang,” ujarnya. Madjid mengaku tidak bisa melakukan tindakan represif terkait pedagang yang ada di Pasar Pasindra, karena merupakan kewenangannya Satpol PP. Percuma Ada Perda! Tindakan tegas Satpol PP dan Dinas Pasar ini

Tindak Pedagang Mendengar pernyataan Ari Purbono tersebut, Plh Sekda Kota Semarang Hadi Purwono langsung maju ke atas mimbar dan

memberikan penjelasannya. Hadi langsung meminta SKPD terkait untuk segera bertindak tegas terhadap pedagang yang masih berada diluar RPU. “Nanti, semua pedagang (pemotongan unggas) harus masuk ke RPU!” tegas Hadi sembari melirik Kepala Satpol PP Kota Semarang Gurun Risaydmoko. “Jika imbauan ini tidak diindahkan, maka izin dasaran mereka yang ada di RPU akan dicabut dalam batasan waktu tertentu! Bahkan, mereka pun tidak diperbolehkan lagi untuk melakukan usaha pemotongan unggas dimanapun (di wilayah Kota Semarang).” Soal pedagang yang masih berada di pasar induk raharja (Pasindra) Kaligawe, ia meminta usaha itu harus segera dihentikan. “Saya minta sekali lagi kepada SKPD terkait agar rekomendasi dari Komisi B DPRD yang meminta agar semua pedagang tersebut masuk ke RPU segera dijalankan!” Tegasnya lagi. Menanggapi penegasan Sekda tersebut, Gurun Risyadmoko pun langsung bereaksi. “Ya, kami akan siap melaksanakannya. Besok (kemarin, red) akan segera kami sosialisasikan kepada pedagangnya untuk segera pindah ke RPU. Kemudian kami akan menyegel semua lapak usaha potong unggas yang ada di Penggaron,” kata Gurun singkat. (rif)

menyuruh segera pulang,” terang Sukasdi. Sekitar pukul 07.00, Yuli sudah tidak bisa dihubungi lagi. Seluruh keluarga mencoba menghubungi Yuli, ternyat ponselnya sudah tidak aktif lagi. Sejak itulah keluarga melakukan pencarian. “Keluarga berpencar mencari Yuli. Saya sendiri mencari hingga ke Limbangan, karena curiga kalau Yuli dibawa Didik ke Boja (Kendal), rumah ibunya,” kata Sukasdi. Sukasdi tidak ingat pukul berapa waktu itu. “Saat mencari ke Limbangan itu saya dikabari bahwa Yuli sudah ditemukan. Dan saya diminta segera kembali ke rumah. Dan saya benarbenar kaget setelah mengetahui kondisi putri saya tidak sadarkan diri dan harus dilarikan ke rumah sakit,” tambah dia. Diduga kuat, pelaku perampasan dan percobaan pembunuhan tersebut dilakukan oleh Didik. Karena saat Yuli ditemukan di rumah kosong, kondisinya tidak sadarkan diri. Sedangkan Sepeda motor Honda Spacy nopol H 5845 ZV dan ponsel milik Yuli raib bersama Didik. Tragisnya, begitu mengetahui putrinya nyaris menjadi korban pembunuhan, Ibu korban, Turkiyah langsung pingsan dan harus menjalani perawatan di RS Bina Kasih bersama Yuli. Korban hingga kemarin masih sulit diajak berkomunikasi. Tampaknya ia masih trauma

berat. Saat ditemui di ruang perawatan, ia berusaha menyembunyikan wajah dan ketakutan. “Saya dicekik dan mau dibuang ke dalam sumur. Setelah itu saya tidak ingat apaapa lagi,” tuturnya singkat, mengingat kejadian yang baru dialaminya. Kakak korban Supriyono (30) menjelaskan, saat ditemukan sekitar pukul 14.00, wajah Yuli penuh luka memar. Leher dan kakinya lecet. Selanjutnya warga langsung membawa ke poliklinik Bandungan, yang kemudian dirujuk ke RS Bina Kasih. Anggota Polsek Bandungan di backup dari Polres Semarang saat ini masih memburu pelaku. Data di kepolisian menyebutkan, Didik adalah residivis kambuhan yang baru keluar dari penjara sebulan lalu. Saat ini polisi masih mengumpulkan bukti-bukti termasuk hasil visum dan celana dalam korban, untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya tindak pemerkosaan dalam aksi perampasan tersebut. “Kasus ini masih dalam penyelidikan. Identitas pelaku sudah kami kantongi dan tempat-tempat yang dicurigai sebagai persinggahan pelaku sudah kami ketahui. Kami upayakan segera meringkus pelakunya, sebelum dia kabur lebih jauh,” kata Kasat Reskrim Polres Semarang AKP Agus Puryadi, saat dikonfirmasi. (ino/hes/rif)

menyusul di belakangnya Richard R (Kopassus). ”Saya memang intensif latihan menembak, bahkan hingga sekarang. Tapi kesibukan terkadang menghalangi saya ikut sebuah

kejuaraan,” kata pria kelahiran 17 Februari 1982 ini yang pernah membintangi film Sang Pencerah garapan sutradara Hanung Bramantyo ini. (rif)

sejatinya berpijak dari sentilan keras kalangan dewan yang sempat pesimistis terhadap kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Dalam sidang paripurna penetapan perda, Senin lalu, Wakil Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Ari Purbono melontarkan kata-kata panas saat memberikan tanggapan dalam sidang paripurna penetapan perda, kemarin. “Percuma saja ada perda. Susah payah kita membuat perda, ternyata masih belum bisa ditegakkan. Bahkan, ada yang dilanggar,” katanya dengan suara lantang. Ari menyebut satu contoh perda yang sampai sekarang belum ditegakkan SKPD, yakni Perda Kesehatan Masyarakat Veteiner (Kesmavet). Salah satu bab/pasal dan ayat di dalam perda itu menyebutkan, semua usaha jasa pemotongan unggas harus dilakukan di dalam rumah pemotongan unggas (RPU) Penggaron. Ia menilai Satpol PP Kota Semarang belum mampu melakukan tindakan penegakan perda. “Di Pasindra saja sekarang masih ada, mengapa mereka (pedagang pemotongan unggas) tidak ditindak tegas?” tegasnya.

Dicekik, motor... Bandungan. Saat ditemukan keadaan korban tidak sadarkan diri dan terdapat bekas luka cekikan di leher. Saat ini Yuli masih trauma dan dirawat secara intensif di RS Bina Kasih Ambarawa. Sedangkan pelaku yang sudah diketahui identitasnya masih dalam pengejaran polisi. Ayah korban, Sukasdi (47) saat ditemui wartawan menuturkan, kasus perampasan yang hampir merenggut nyawa putrinya tersebut berawal sekitar pukul 05.30, ketika ia mengajak Yuli belanja ke pasar Bandungan. Sepulang dari pasar sekitar pukul 06.30, pelaku sudah menunggu di rumah korban, bermaksud menyampaikan surat dari salah satu teman korban yang bernama Intan. Belakangan diketahui, surat itu palsu. “Di dalam surat itu Didik mengatasnamakan Intan untuk bertemu Yuli di lapangan MI. Lalu keduanya pergi berboncengan. Mereka sempat berpamitan, dan saya tidak menaruh rasa curiga karena antara Yuli dan Didik itu sudah berteman sejak SD,” tutur Sukasdi, kemarin. Setengah jam setelah pergi, Yuli memberitahukan kepada ibunya, Turiyah (41) melalui SMS, yang isinya mengabarkan Intan telah menghilang dan korban bersama pelaku akan melakukan pencarian. “Ibunya sempat melarang agar Yuli tidak usah ikut mencari, dan

Penembak... Penasehat spiritual asal Semarang ini merengkuh juara di nomor open kaliber 9x19 dan IKSA kaliber 32. Di nomor itu, posisi kedua diraih putra almarhum Pak Harto Bambang Trihatmodjo,

berlangsung sejak Agustus 2011. “Sinta memang tinggal serumah dengan Bapak,” ujarnya Eko. Kehidupan keluarga Sugiyadi memang tidak harmonis. Sugiyadi tidak akur dengan anak-anaknya, termasuk kakak korban. Sementara ibu mereka telah meninggal sejak 1999. “Bapak (bapaknya, red) hidup menduda, dan hingga saat ini tidak memutuskan menikah lagi,” lanjutnya. Eko sangat terpukul dan tak habis pikir, mengapa ayah kandungnya itu tega menggagahi adiknya yang notabene adalah darah dagingnya sendiri. Nafsu binatang itu dilancarkan beberapa kali sejak bulan Agustus 2011, di sebuah kamar di rumahnya saat situasi sepi. “Awalnya Sinta menolak, namun Bapak memaksa,” ungkapnya sedih. Seringkali Sinta meronta-ronta setiap kali diperkosa. Namun karena diancam, Sinta pun tunduk. “Sinta diancam disuruh pergi jika tidak mau menuruti kemauan Bapak. Maka ketakutan itu membuat Sinta tidak bisa apa-apa,” imbuhnya. Sehabis melakukan pemerkosaan,

Sugiyadi pun membungkam mulut Sinta dengan berbagai ancaman. Sinta diminta agar tidak menceritakannya pada orang lain, termasuk keluarga. Terpaksa Sinta pun menurutinya. Celakanya, Sugiyadi menikmati kisah itu hingga ketagihan. Hingga akhirnya pihak keluarga curiga saat melihat perut Sinta membuncit. Sinta juga tampak murung dan seperti menahan himpitan batin yang mendalam. “Akhirnya, Sinta kami cecar dengan pertanyaan, baru dia mau menceritakan. Kami sangat kaget sesaat setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata ia telah hamil lima bulan,“ papar Eko. Dari keterangan Sinta, terbongkar juga kisah bejat Sugiyadi yang lain. Pada awal Februari lalu, ia mengajak Sinta ke seorang dukun bayi bermaksud menggugurkan kandungan. Namun upaya itu tak membuahkan hasil. Eko bersama keluarganya yang lain merasa sangat sedih dan hanya bisa pasrah. Ia pun pasrah menyerahkan kasus ini sepenuhnya pada pihak yang berwajib. (abm/rif)

Kemiskinan... tidak banyak. Sebatas untuk makan seharihari masih cukup. Kadangkala sedikit lebih, itu untuk anak mereka yang lahir satu tahun dan disusul adiknya, empat tahun kemudian. Praktis keluarga dengan dua anak ini masih dalam kondisi kekurangan. Nino meminta kesabaran istrinya sekali lagi. Dia memohon agar Nina ndableg saja di rumah ibunya. Tak usah membantah atau mutung apabila ibunya ngomel mengingat posisi mereka ngenger pada mertua. “Ndableg lak wis, Dik. Kalau ibu cerewet, diam saja. Tak usah dimasukkan hati. Yang penting kita bisa ikut makan dan tidur di rumahku ini,“ ujarnya berusaha menenteramkan hati Nina. Sekian tahun bersabar, Nina merasa bahwa suaminya tak bisa diharapkan beli rumah sendiri. Membangun wisma itu, rasanya masih sangat jauh. Baru cita-cita di angan-angan. Lama-lama Nina mengusulkan pada

suaminya agar nekat keluar dari rumah itu. Mengontrak rumah kecil yang murah atau ngekos satu kamar saja cukup. Yang penting mandiri dan merdeka. Namun Nino tak setuju. Dia tak berani mengambil keputusan itu. Masih takut dengan bayang-bayang tidak bisa hidup tanpa subsidi orangtua. Tak bisa dielakkan, pertengkaran pun terjadi. Nina tak betah dengan situasi, Nino tak mau keluar dari zona nyaman itu. Dalam suatu peristiwa, Nino marah karena Nina tidak masak. Istrinya bilang terus terang, tak ada bumbu di rumah. Sementara untuk beli lauk tak ada uang. Cekcok pun terjadi dengan panas. Nino sampai menempeleng istrinya. Hal itu membuat Nina sakit hati bukan kepalang. Dia lantas menangis keras dan meminta cerai saja. Benar, esoknya Nina datang di Pengadilan Agama untuk mendaftarkan gugatan cerai. ***

Membunuh Jenuh... membangun tanggul darurat dan membesihkan sampah di sungai, sebagian lain justru memanfaatkan banjir untuk memancing bersama anak-anak. Selain mengisi waktu senggang, ikan yang didapat bisa dimasak untuk menambahh gizi. Nadjib (7), Santoso (8), dan adiknya, Heri (4), warga RW 02 Dusun Prampelan Kidul Desa Prampelan, justru girang bila banjir mengunjungi desanya. Sepulang sekolah, mereka langsung duduk di tepi sungai berbekal alat pancing dan umpan. “Ya mancing, hasilnya digoreng buat makan. Kalau masih hidup, di goreng besoknya,” ucap lugu Santoso.

Tak jauh dari dari anak-anak itu, rombongan masyarakat umum juga memancing. Berbeda anak-anak yang mancing di tepi sungai, Siswanto (40) cs memancing dari atas jembatan Sungai Dombo, Sayung. Warga Kabupaten Blora yang kebetulan tinggal di wilayah Desa Prampelan ini, berharap dapat ikan besar ketika memancing saat banjir. “Ini buktinya, kami dapat ikan besar,” ujar Siswanto girang sambil menunjukkan ikan tangkapannya dari aliran sungai Dombo. Sama dengan anak-anak, mereka memancing untuk menambah lauk. (sukma wijaya/rif)

Oplos Minyak... Kapolres Semarang AKBP IB Putra Narendra didampingi Kasat Reskrim AKP Agus Puryadi menjelaskan, penangkapan terhadap kawanan pengoplos minyak tanah tersebut berawal dari informasi yang disampaikan masyarakat. “Kami menindaklanjuti informasi dari masyarakat yang menyebutkan bahwa di Kabupaten semarang dan Salatiga terdapat jual beli minyak tanah bersubsidi secara eceran. Padahal di dua daerah tersebut tidak ada subsidi minyak tanah,” terang Putra Narendra, kemarin. Diungkapkan, berawal dari penangkapan terhadap Jasmin, kemudian polisi berhasil melakukan

pengembangan kasus yang melibatkan dua tersangka lain, yakni Sudarno dan Gunari. Dari keterangan keduanya diperoleh informasi tentang pembuatan dan pemasaran minyak tanah oplosan tersebut. Tersangka Gunari menjelaskan, minyak tanah oplosan buatannya tersebut berasal dari bahan bakar solar dan bensin, dengan menggunakan bahan kimia asam sulfat (H2SO4) dan blou zign eart (BE). Pertimbangannya, harga bahan baku solar dan bensin saat ini lebih murah dibanding minyak tanah. Sehinga tersangka dapat meraup keuntungan rata-rata Rp 1.400.000 perbulan, untuk volume produksi sebanyak 2.000 liter.

Pengoplosan dalam bentuk beda dilakukan oleh Jasmin dan Sudarno. Yakni dengan menggunakan bahan baku minyak mentah dari sumur pertambangan rakyat di Cepu. Melalui proses pencampuran dengan bahan kimia asam sulfat, untuk menghilangkan bau sekaligus menghasilkan minyak tanah. Dengan praktik ini kedua tersangka mampu meraup untung sekitar Rp 1.000.000 perbulan. Dalam keterangannya di hadapan petugas, ketiga tersangka mengaku tidak tahu-menahu bahwa apa yang dilakukan tersebut merupakan tindakan melanggar hukum. Dalam pemasarannya, Jasmin yang bertindak

sebagai penjual mengedarkan minyak tanah oplosan tersebut ke warungwarung penjual minyak eceran, dengan harga Rp 8.000 perliter. “Tapi saya akui, mutu minyak oplosan ini tidak sebagus minyak tanah asli dari Pertamina. Minyak oplosan ini biasanya bila digunakan nyala apinya mengandung asap hitam dan langes,” terang Jasmin. Di Cepu, Wajar Oplos Minyak? Dikatakan pula, selain mengoplos sendiri bersama Sudarno, Jasmin juga mengaku membeli minyak tanah oplosan yang diproduksi oleh Gunari. Dan biasanya dalam penjualan tersebut ia katakan bahwa sebagai

minyak bersubsidi, sehingga harganya lebih murah. “Biasanya minyak tanah oplosan itu saya jual di sekitar Salatiga dan Kabupten Semarang, dengan nilai keuntungan sekitar Rp 500 perliter,” kata Jasmin. “Sesungguhnya praktek pengoplosan ini sudak kami jalankan sekitar enam bulan lalu,” imbuh dia. Saat ditanya tentang dari mana praktik pengplosan tersebut mereka pelajari, ketiganya mengaku karena pernah bekerja di sumur pertambangan minyak rakyat di Cepu. “Di sana itu kerja mengoplos minyak sudah biasa dan dilakukan dengan terbuka. Jadi saya tidak tahu kalau itu melanggar hukum,” ujar sudarno. Kasat Reskrim Polres Semarang

AKP Agus Puryadi menjelaskan, penangkapan terhadap kawanan pengoplos minyak tanah tersebut karena tidak berizin, dan dalam rangka melindungi konsumen. Untuk itu ketiga tersangka akan dijerat pasal 54 UU RI no. 22 tahun 2001, tentang minyak dan gas bumi. “Kalau ada keterangan dari saksi ahli yang menyatakan produk minyak oplosan tersebut bagus, maka akan kami dukung untuk membuatkan hak patennya. Tapi dalam hal ini para tersangka melakukan tanpa izin dan kami melindungi konsumen. Karena minyak tersebut berbahan dasar bensin, tentu akan lebih berbahaya,” terang dia. (ino/rif)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.