Harian Nasional

Page 1

SABTU-MINGGU, 30 APRIL-1 MEI 2016 | Nomor 876 Tahun III

Hari ini 40 halaman | Rp 3.000,-

KEBIJAKAN UMKM MINIM REALISASI

JANGAN REMEHKAN KESEMUTAN

»A12

»C29

A

» B17

DINAMIS DAN MENCERAHKAN

GLOBAL

DI BALIK KONTROVERSI DUTERTE

DENYUT BADUT

“PESELANCAR POLITIK” MARAK

» A3

IBU KOTA

I SOSOK & PEMIKIRAN

SAN AFRI AWANG

» A8 A9 Jakarta

24-33°C

Bandung

Seorang badut dan rekannya di antara pengunjung di Kawasan Monas, Jakarta, Jumat (29/4). Menjadi badut di tempat-tempat keramaian umum dinilai lebih tepat daripada menjadi badut pengamen di perempatan jalan.

barat bola lampu, Kota Jakarta merupakan cahaya yang tidak saja indah, namun juga menarik kawanan laron menari riang di sekeliling. Gemerlap Jakarta pun menjadi magnet orang-orang dari kawasan pinggiran kota, bahkan luar kota maupun luar provinsi, untuk datang. Katanya, di Jakarta tersedia banyak lowongan pekerjaan menjanjikan. Namun, di berbagai emperan toko dan perempatan jalan di sudut-sudut kota, penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) —istilah intelek bagi kelompok sosial yang tidak beruntung secara ekonomi seperti pengemis, pengamen, gelandangan, dan anak jalanan— betebaran. Salah satu fenomena menarik yang tersuguh di depan mata

21-29°C

Semarang

25-32°C

Yogyakarta

Penyandang masalah kesejahteraan sosial kerap memunculkan kondisi dilematis yang membenturkan nurani kemanusiaan.

pada sejumlah perempatan jalan di Jakarta adalah badut-badut berpakaian model kartun maupun karakter superhero. Mereka mengamen dengan cara menari dan menyapa anak-anak di dalam mobil maupun di atas sepeda motor demi uang receh. Kreativitas yang dihadirkan para badut itu tidak tanpa tantangan. Mereka kerap dirazia Satpol PP, dimasukkan bilikbilik pembinaan Dinas Sosial, atau dipulangkan ke daerah asal. Kondisi dilematis yang membenturkan nurani kemanusiaan kerap tercipta. ‘’Kita berteori, PMKS harusnya tidak disantuni recehan dari balik jendela mobil, harusnya negara memiliki mekanisme yang mewujudkan sabda UndangUndang Dasar 1945 Pasal 34 Ayat 1, atau masyarakat ‘agamais’ 24-33°C

Surabaya

26-35°C

Denpasar

mengedepankan nurani belas kasihan, sehingga merasa menyantuni PMKS merupakan keharusan,” ujar Sosiolog Universitas Indonesia (UI) Subi Sudarto. Nyatanya, lanjut Subi, publik pasti pula pernah dikejutkan pemberitaan media bahwa mereka yang disebut kelompok PMKS itu justru bukan orang yang kekurangan. Mereka bisa berfoya-foya dari hasil menadahkan tangan di jalanan. ‘’Barangkali kita sempat bimbang menentukan sikap pada PMKS. Sulit sekali membedakan PMKS yang betul-betul tidak sejahtera dari sono-nya dengan PMKS yang ‘mengondisikan’ diri tidak sejahtera,” katanya Subi. Tidak jarang para bocah yang

menjadi badut itu berkata lugas lebih baik ‘’bekerja’’ daripada meminta-minta. Padahal, ujar Subi, ‘’Kita akan lebih menghargai mereka yang sebenarnya tidak sejahtera secara lahir, tetapi memilih bekerja secara mandiri.’’ Membuka berbagai usaha sederhana demi mendatangkan rupiah untuk makan—seperti jasa ojek payung saat hujan turun, tukang cukur keliling, tukang jahit keliling, tukang dagang asongan, atau pemain badut boneka di tempat-tempat keramaian— mungkin jauh lebih tepat ketimbang mengamen di perempatan jalan. Bukan sembarang kreativitas yang lahir dari rasionalisasi desakan the power of kepepet. O BAYU ADJI

BADUT-BADUT KAWASAN WISATA, KREATIF MENYIASATI TUNTUTAN » A2 26-35°C

Hujan Lebat

Hujan Sedang

Hujan Ringan

Berawan

Cerah Berawan

Cerah sumber: BMKG

HARIAN NASIONAL | AULIA RACHMAN

» A15


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Harian Nasional by Harian Nasional - Issuu