Kompi l asi Tugas A k hir 129
A Catalogue of Final Pro j ect by 1 29 B achelor Degre e
Graduat e
Copyright © 2 0 24 Architecture ITS th
Managing Editor
Syahlaa Nabiilah Putri
Haninati Kirana
Author Photograph and Potraits
Department of Architecture
Syahlaa Nabiilah Putri
Content and Data Assortment
Syahlaa Nabiilah Putri
Haninati Kirana
I Gusti Ayu Seskiara
Editing by
Syahlaa Nabiilah
Haninati Kirana
Aphrodita Fairuz
Muhammad Dhiyaaulhaqqi
I Gusti Ayu Seskiara
Rahmi Nur
Lusilowati Siti
Department of Architecture
ITS
Faculty of Civil, Planning, and GeoEngineering (Civplan)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Sukolilo, Surabaya
Postal Code: 60111
Website
https://www.its.ac.id/arsitektur/
KOMPILASI TUGAS AKHIR i W 129
Sambutan Bu Dewi
Mrs. Dewi’s Preface
Peta Sebaran
Tapak Studi
Study Site Distribution Map
Sambutan Pak Teddy
Mr. Teddy’s Preface
Sambutan Wisudawan Graduate’s Preface
Studi
Social
01 03 06
isi 10 11 12
28
Design Studies Studi Desain Environmental Studies Studi Lingkungan Technical Studies
Teknis
Studies Studi Sosial
daftar
24
34
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 ii Daftar Isi | Table of Contents
Kategorisasi Studi
Study Categorization
Studio kecil, karya besar
Kepala Departemen Arsitektur ITS
Dr. Dewi Septanti,
S. Pd., S.T., M.T.
Arsitektur adalah suatu lingkungan binaan yang diciptakan oleh imajinasi manusia yang tidak hanya menjembatani manusia dan lingkungan, tetapi juga sebagai wahana ekspresi kultural masyarakat pada saat itu (Robert Gutman, 1997).
Mangunwijaya dalam Wastu Citra (1995) mengungkapkan bahwa arsitektur berasal dari bahasa Yunani “archee” dan “tectoon”. Archee berarti yang asli, yang utama, yang awal. Sementara Tectoon berarti kokoh, tidak roboh atau stabil. Maka archeetectoon berarti orisinal dan kokoh. Dari pengertian etimologi tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa arsitektur setidaknya harus memenuhi dua kriteria, yaitu harus unik atau indah dan kuat. Berbicara mengenai kretiria, Vitruvius seorang old master arsitek dalam buku Ten Books of Architecture mengatakan hal senada, bahwa ada tiga kriteria yang harus dipenuhi sebuah bangunan, yaitu: Firmitas (ketahanan), Utilitas (fungsi), Venustas (keindahan).
Architecture is a built environment created by human imagination that not only bridges human and the environment but also serves as a vehicle for the cultural expression of society at that time (Robert Gutman, 1997).
Mangunwijaya stated in Wastu Citra (1995) that architecture comes from the Greek words "archee" and "tectoon." Archee means original, primary, or initial. Meanwhile, tectoon means sturdy, not collapsing or stable. So archetectoon means original and sturdy. From this etymological understanding, we can draw the conclusion that architecture must meet at least two criteria, namely that it must be unique, beautiful, and strong.
Talking about criteria, Vitruvius, an old master architect, said in the book Ten Books of Architecture that there are three criteria that a building must fulfill, namely: firmitas (durability), utility (function), and venustas (beauty).
W 129 01 Sambutan | preface
KOMPILASI TUGAS AKHIR
Dari dua semester pengambilan Tugas Akhir di Departemen Arsitektur ITS, mahasiswa yang mengambil Tugas Akhir di semester gasal biasanya merupakan kelas kecil yang pesertanya tidak banyak yang sering diidentikkan dengan studio kecil. Meskipun demikian semua persyaratan yang harus dipenuhi tetap sama, sehingga membutuhkan ketangguhan dan daya juang yang sama bahkan mungkin lebih, sebab membutuhkan extra perjuangan yang lebih berat. Tentunya hal ini bukan menjadi penghambat, namun lebih pada perjuangan bertahan hidup untuk mengejar cita-cita masa depan.
Studio adalah tempat untuk menemukan ide-ide dan gagasan bahkan yang paling mustahil sekalipun, yang hiruk pikuknya tidak akan bisa terganti meski bertahun telah berlalu. Studio kecil, karya besar adalah wadah yang pantas disematkan untuk studio W 129. Karya yang dihasilkan oleh mahasiswa dari studio ini akan ditampilkan dalam rangkaian desain series yang dikemas dalam Buku Kumpulan TA Wisuda 129. Disinilah mahasiswa bisa berkarya dan menjadi wadah untuk menampilkan karya terbaik semasa mahasiswa. Karya yang akan menjembatani dan menjadi jalan pembuka bagi langkah-langkah selanjutnya.
Berikut ini dengan kami persembahkan Kumpulan hasil karya Tugas Akhir Wisuda ke-129 semester Gasal 2023/2024 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Sipil, Perencanaan dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Of the two semesters taking Final Assignments at the ITS Architecture Department, students who take Final Assignments in odd semesters are usually in small classes with few participants and are often identified with small studios. However, all the requirements that must be met remain the same, so it requires the same toughness and fighting power, maybe even more, because it requires extra, harder effort. Of course, this won’t become a ‘barrier’ but rather a fight for survival to pursue future dreams.
The studio is a place to find ideas, even the most impossible ones, whose hustle-and-bustle will not be able to be replaced even though many years have passed. A small studio with big work is a place that deserves to be attached to Studio W 129. The work produced by students from this studio will be displayed in a series of design series packaged in the TA Graduation Collection Book 129. This is where students can work and become a place to display the best work of their time. student. Work that will provide a bridge and become an opening for the next steps.
Here, we present a collection of work from the 129th Graduation Final Assignment for the Odd Semester 2023/2024, Department of Architecture, Faculty of Civil, Planning, and Geo Engineering (Civplan), Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 01
02 Sambutan | preface
IMPROVISASI SKENARIO MENUJU PERFOMA OPTIMAL:
Sebuah perubahan isu arsitektur menjadi teori arsitektur sebagai basis pemikiran dalam pendidikan riset perancangan arsitektur
Koordinator Tugas Akhir
Evolusi teori arsitektur memainkan peran penting dalam membentuk riset perancangan dan pendidikan arsitektur. Ketika arsitektur terus merespon berbagai isu dan tantangan, pengembangan kerangka teoritis baru menjadi penting dalam membimbing proses perancangan dan memberi informasi pada pendidikan arsitektur. Ketika isu arsitektur berubah menjadi teori arsitektur, hal tersebut memberikan basis atau landasan untuk mengeksplorasi dan memahami masalah perancangan yang kompleks. Contohnya, isu keberlanjutan telah mengarah pada pengembangan teori seperti perancangan biofilik, arsitektur ramah lingkungan, dan strategi perancangan pasif. Smith, K. H. (2013) dalam Architectural theory in the undergraduate curriculum: a pedagogical alternative , tujuan pembelajaran yang paling sulit untuk dicapai dalam mata kuliah teori adalah meningkatkan kesadaran diri mahasiswa dalam memahami implikasi dari ide dan karya seseorang, memasukkan ide/teori arsitektur ke dalam pemikiran/karya seseorang, dan secara sadar mengadaptasi pemikiran, preferensi, dan karya arsitekturnya sendiri.
The evolution of architectural theory plays an essential role in shaping design research and architectural education. As architecture responds to various issues and challenges, developing new theoretical frameworks has become necessary in guiding the design process and informing architectural education. When architectural issues turn into architectural theory, it provides a basis or foundation for exploring and understanding complex design problems. For example, sustainability issues have led to the development of theories such as biophilic design, eco-friendly architecture, and passive design strategies. Smith, K. H. (2013) in Architectural theory in the undergraduate curriculum: a pedagogical alternative , the most challenging learning objective to achieve in theory courses is increasing students' self-awareness in understand the implications of one's ideas and work, incorporate architectural ideas/ theories into one's thinking/work, and consciously adapt one's architectural thoughts, preferences and work.
Smith, K. H. (2013) dalam Architectural theory in the undergraduate curriculum: a pedagogical alternative. International Journal of Technology and Design Education, 23, 117-128.
01 03 Sambutan | preface
FX. Teddy Badai Samodra,
S.Pd, S.T, M.T,Ph. D
KOMPILASI TUGAS AKHIR 1 1 1
Teori arsitektur menganggap seluruh bidang arsitektur sebagai bahan kajian dan mempunyai penerapan dalam bidang praktik dan pengetahuan. Teori ini memungkinkan kita untuk memahami pengalaman arsitektur, persepsi kita dalam arsitektur yang “hidup” dan memberikan landasan konseptual pada riset arsitektur, menunjukkan permasalahan dan mengurutkan hasilnya. Tanpa landasan teori yang koheren, karya riset perancangan arsitektur hanya akan menghasilkan pengetahuan tanpa pendalaman. Meskipun teori mampu menggambarkan posisi-posisi arsitektural, teori ini mempunyai potensi kreatif dalam memberdayakan refleksi terhadap arsitektur, menawarkan bidang yang kaya dan menarik untuk membangun respon-respon yang memungkinkan. Tiada teori yang selesai atau sepenuhnya lengkap, dan meskipun teori yang bersifat terbuka ini dapat dianggap problematis, teori ini juga mengandung sebuah nilai. Hal ini memungkinkan untuk mengejar temuan, menghidupkan kembali teori-teori lama, dengan memodelkan, memperluas dan memperbaruinya.
Tugas Akhir Arsitektur ITS di kurikulum 2023-2028, dalam perpektif 10 sks (4 sks Proposal Tugas Akhir sebagai sebuah brief dan skenario, dan 6 sks Tugas Akhir sebagai ajang unjuk performa) merupakan rangkaian perjalanan proses perancangan dengan kerangka yang rasional dan membutuhkan basis yang ilmiah dan teori dipandang sebagai pilihan yang tepat dalam memberikan optimalisasi hasil, menggantikan isu sebagai pendekatan awal rancangan di kurikulum 2018-2023 (dalam kasus peserta Tugas Akhir gasal 2023/2024 ini, terjadi improvisasi skenario dari basis isu menjadi teori).
Framework dengan basis teori dalam perancangan arsitektur seperti Tugas Akhir ini, memungkinkan untuk melihat dan membandingkan perbedaan pandangan dan pendekatan pribadi dalam kaitannya dengan proses perancangan yang mendasarinya. Sebuah diagram sederhana tentang aktivitas perancangan mendasari, mendasar, dan umum, bertujuan untuk mencapai dan menjaga gambaran realitas perancangan itu sendiri yang jauh lebih kaya dan bernuansa.
Architectural theory considers all areas of architecture material for study and has applications in practice and knowledge. This theory allows us to understand architectural experiences and our perceptions in "live" architecture, and it provides a conceptual basis for architectural research, pinpointing problems and ordering results. Without a coherent theoretical basis, architectural design research work will only produce knowledge without depth. Although the theory can describe architectural positions, it has creative potential in empowering reflection on architecture, offering a rich and exciting field for developing possible responses. No theory is complete, and although this open-ended theory may be considered problematic, it also contains value and makes it possible to pursue findings and revive old theories by modelling, extending, and updating them.
The ITS Architecture Final Project in the 2023-2028 curriculum, in the perspective of 10 credits (4 credits of Final Project Proposal as a brief and scenario and 6 credits of Final Project as a performance showcase), is a series of design process journeys with a rational framework and requires a clear scientific basis, and theory is seen as the right choice in providing optimization of results, replacing issues as the initial design approach in the 2018-2023 curriculum (in the case of the 2023/2024 odd final project participants, there was an improvisation of scenarios from an issue-based basis to theory).
A theoretically based framework in architectural design, such as this Final Project, makes it possible to see and compare differences in personal views and approaches concerning the underlying design process. A simple diagram of the underlying, basic, and general design activities aims to achieve and maintain a much richer and more nuanced picture of the reality of design itself.
Onofrei, V. (2005). The Theory of Architecture-Applications and Connections. The Bulletin of the Polytechnic Institute of Jassy, Construction. Architecture Section, 51(3-4), 125-138.
Patteeuw, V., & Szacka, L. C. (2022). Architecture Theory in the Age of Acceleration. In The Contested Territory of Architectural Theory , 175-187. Routledge.
Van Dooren, E. J. G. C., Van Merriënboer, J., Boshuizen, H. P. A., Van Dorst, M., & Asselbergs, M. F. (2018). Architectural design education: In varietate unitas. International Journal of Technology and Design Education, 28, 431-449.
01
04 Sambutan | preface KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 2 3 4 2 3 3 2 4 4
Framework dengan basis teori dalam perancangan arsitektur seperti TA ini, memungkinkan untuk melihat dan membandingkan perbedaan pandangan dan pendekatan pribadi dalam kaitannya dengan proses perancangan yang mendasarinya. Sebuah diagram sederhana tentang aktivitas perancangan mendasari, mendasar, dan umum, bertujuan untuk mencapai dan menjaga gambaran realitas perancangan itu sendiri yang jauh lebih kaya dan bernuansa.
Mamahami karya arsitektur dan teori di baliknya akan memberikan wawasan tentang bagaimana wacana teoritis dalam bidang arsitektur telah berkembang selama beberapa dekade dan bagaimana para arsitek menanggapi evolusi ini sehubungan dengan kontribusi mereka terhadap teori arsitektur. Menurut Salama, A. M. (2008) dalam A theory for integrating knowledge in architectural design education, proses studio perlu mengatasi komponen kognitif-filosofis: Integrasi kapasitas logis/ rasional dan intuitif/imajinatif mahasiswa. Selain itu, mereka harus mencapai keseimbangan yang diperlukan antara berbagai tipe psikologis atau fungsi kognitif. Dalam hal ini, proses studio dapat dilihat dalam dua fase utama: pemahaman analitis dan pengambilan keputusan kreatif. Semua proses ini membutuhkan tuntunan ilmiah teori (arsitektur), sebagai basis pemikiran dan riset perancangan.
Secara keseluruhan, improvisasi sebagai manifestasi transformasi isu arsitektur menjadi kerangka teoritis memberikan dasar yang kaya untuk pendidikan riset perancangan arsitektur. Dengan mengintegrasikan teoriteori ini ke dalam kurikulum, pendidikan dapat mempersiapkan mahasiswa untuk merespon dengan pemikiran yang bijaksana dan inovatif terhadap tantangan dan peluang yang ada dalam lingkungan binaan. Melalui pemahaman teoritis yang kuat mengenai isu-isu arsitektur, mahasiswa dapat mengembangkan pendekatan holistik terhadap perancangan yang tidak hanya mengatasi tantangan saat ini tetapi juga meramalkan tren masa depan dalam arsitektur.
A theoretically based framework in architectural design, such as this Final Project, makes it possible to see and compare differences in personal views and approaches concerning the underlying design process. A simple diagram of the underlying, basic, and general design activities aims to achieve and maintain a much richer and more nuanced picture of the reality of design itself.
Understanding architectural works and the theory behind them will provide insight into how theoretical discourse in architecture has evolved over the decades and how architects have responded to this evolution concerning their contributions to architectural theory. According to Salama, A. M. (2008) in A theory for integrating knowledge in architectural design education, the studio process needs to address the cognitivephilosophical component: Integration of students' logical/rational and intuitive/imaginative capacities. In addition, they must achieve the necessary balance between different psychological types or cognitive functions. In this case, the studio process can be seen in two main phases: analytical understanding and creative decision-making. All processes require scientific guidance from theory (architecture) as a basis for thinking and design research.
Overall, improvisation as a manifestation of the transformation of architectural issues into a theoretical framework provides a rich basis for architectural design research education. By integrating these theories into the curriculum, education can prepare students to respond with wise and innovative thinking to the challenges and opportunities in the built environment. Through a solid theoretical understanding of architectural issues, students can develop a holistic approach to design that addresses current challenges and forecasts future architectural trends.
Van Dooren, E. J. G. C., Van Merriënboer, J., Boshuizen, H. P. A., Van Dorst, M., & Asselbergs, M. F. (2018). Architectural design education: In varietate unitas. International Journal of Technology and Design Education, 28, 431-449.
Özeke Tökmeci, E. (2019). Architecture as the Built Form of Theory. Journal of Design+ Theory, 15(27).
Salama, A. (2018). A theory for integrating knowledge in architectural design education [ArchNet-IJAR: International Journal of Architectural Research, 2(1), 100-128.
01
05 Sambutan | preface KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 5 6 7 5 5 6 7 7 6
Privilese (ber)arsitektur
Perwakilan Wisudawan Arsitektur ITS 129
Syahlaa Nabiilah Putri,
S. Ars
Menilik ke belakang sejenak, ternyata sudah lebih dari empat warsa kita melalui ‘jalanan nan berkelok’ di perkuliahan hingga akhirnya buah tangan ini diterbitkan. Buah tangan berupa kompilasi magnum opus-nya para wisudawan di Arsitektur ITS ke-129. Pada jalan-an tadi, tiap individu menaruh markah-markahnya sendiri. Tidak bergeming; berisikan momenmomen penting, baik manis dan pahit, senang atau sedih, selalu terlewati. Harapannya, akumulasi pelajaran yang diperoleh mendorong kita untuk terus berjalan hingga ke tujuan akhir yang sesungguhnya.
Mulanya sebagian dari kita berpikir, kuliah begitu sibuk, penuh tuntutan bertenggat waktu, masygul ingin segera bebaskan diri dari belenggu Tugas Akhir. Hal itu tidak sepenuhnya salah, tetapi di dalamnya juga terdapat suatu privilese yang terjamin berupa ‘kepastian’. Kebebasan memang kedengarannya manis di telinga. Benar adanya bahwa setelah lulus, sang sarjana bebas memilih jalan kehidupan yang diinginkannya. Namun, hidup dalam ruang kebebasan merenggut kehadiran jaminan suatu imbalan yang pasti di ujung jalan berproses. Belajar dengan baik dan tekun akan menjamin nilai yang memuaskan. Ikuti perkuliahan dengan konsisten dan disiplin akan menjamin ijazah. Mendapat banyak pilihan bisa membuat kita berada di posisi yang pelik juga.
Looking back for a moment, it turns out that it has been more than four years since we walked through the 'curvy and bumpy roads' of uni-life until finally this very souvenir is published. This souvenir is a compilation of the magnum opus of the 129th ITS Architecture graduates. On this road, each individual made their own markings. They’re not still; each of them contains essentials moments, both sweet and bitter, happy or sad, and we always managed to go through. Hopefully, the accumulation of lessons learned will encourage us to continue marching toward the ultimate destination.
At first, some of us thought that college was so frantic and full of deadline demands, we were anxious to free ourselves from the shackles of the final assignment. While that’s not completely wrong, there is a guaranteed privilege in the form of 'certainty'. Freedom does sound like honey to the ears. It is true that after graduating, the scholar is free to choose the life path that they want. However, living in a space of freedom takes away the guarantee of a definite reward at the end of the process. Studying well and diligently will guarantee satisfactory grades. Attending lectures with consistent and discipline will guarantee a diploma. Having lots of choices can put us in a complicated position too.
02
Sambutan | preface
Di perkuliahan juga, begitu banyak privilese lainnya yang didapatkan oleh mahasiswa. Jika digambarkan dengan partikel elektron, perkuliahan dapat diibaratkan sebagai wadah pemanas yang memberikan tambahan akselerasi pada kecepatan daya kembang mahasiswanya. Melalui banyaknya kesempatan penelitian, sayembara ber-mentor, organisasi, kuliah kerja nyata, dan lainnya yang tentu bersesuaian dengan Tridarma Perguruan Tinggi. Buku Tugas Akhir inipun menjadi salah satu bukti nyata adanya usaha kita semua dalam mengimplementasikan pengetahuan yang telah diperoleh yang tujuan besarnya ialah demi menjamin kemaslahatan masyarakat sekitarnya.
Oleh karena itu, dalam menavigasi ruang kebebasan ini, perlu adanya kebijaksanaan, yang bibit-bibitnya ini sebetulnya sudah dituai saat berkuliah. Privilese yang sudah dirasakan bermanifestasi menjadi tiap halhal yang bermanfaat bagi manusia. Hal ini membawakan kita kepada pertanyaan, “Apa tugas bagi si pelaku berarsitektur?”
Di dalam masyarakat, arsitektur merupakan bagian integral dari sistem budaya yang kompleks dan di dalamnya peradaban hidup. Arsitektur merefleksikan jejak sejarah masyarakat, juga sekaligus arbiter masa depan yang berusaha diinterpretasikan. Dalam buku The Thinking (2009), Pallasmaa menyampaikan, “Confidence in future architecture must be based on the knowledge of its specific task; architects need to set themselves tasks that no one else knows how to imagine. ... Thus architecture continues to have a great human task in mediating between the world and ourselves and in providing a horizon of understanding in the human existential condition.” Dari wejangan ini, kita dapat memahami bahwa berprivilese berarsitektur akan membawa sejumlah tanggungjawab yang memerlukan pemahaman lebih dalam mengenai hubungan manusia dan lingkungannya. Tidak hanya sekadar membangun sebuah objek fisik yang hampa dari makna dan pengalaman. Tetapi, berarsitektur artinya juga tiada hentinya mewujudkan nubuat kolektif masyarakat atas kebutuhannya sehingga tak sekadar mimpi yang semu.
Akhirnya, Buku Tugas Akhir ini menjadi salah satu pengingat dari semangat kita dalam menerapkan privilese berarsitektur sebaik-baiknya dengan mengisi peran si visioner dan si pionir. Mengeksplorasi gagasan baru dan menciptakan perubahan positif pada masyarakat ke depannya.
In college, students get many other privileges too. If described using electron particles, campus study can be describes as a heating tank that provides additional acceleration to the speed of students developments. Through many research opportunities, mentored competitions, organizations,KKN, and others, which are of course in line with the Tridarma of Higher Education. This Final Project book is also a clear proof of our efforts to implement the knowledge we have acquired, with the primary goal of benefiting the local community.
Therefore, in navigating this space of freedom, there is a need for wisdom, the seeds of which have actually been reaped while studying. The privileges that have been felt manifest in everything that is beneficial to humans. This brings us to the question, "What is the task for the architect?"
In society, architecture is an integral part of the complex cultural system within which civilization lives. Architecture reflects the historical traces of society and is also an arbiter of the future that it seeks to interpret. In the book The Thinking (2009), Pallasmaa said, “Confidence in future architecture must be based on the knowledge of its specific task; architects need to set themselves tasks that no one else knows how to imagine. ... Thus architecture continues to have a great human task in mediating between the world and ourselves and in providing a horizon of understanding in the human existential condition.” From this ‘mandate’, we understand that architectural privilege will bring a number of responsibilities that require a deeper understanding of the relationship between humans and their environment. Not mere building that is devoid of meaning and experience, architecture means we continuously achieving society's collective imagination regarding its needs so that it is not just an empty dream.
Finally, this Final Project Book serves as a reminder of our spirit to make the best use of our architectural privileges as well as possible by filling the role of the visionary and pioneer. Explore new ideas and create positive change in society in the future.
W 129 07 KOMPILASI TUGAS AKHIR Sambutan | preface
W 129 08 02 Maket Tugas Akhir | Final Project model KOMPILASI TUGAS AKHIR
Peta Sebaran Tapak Studi
31%
8%
15%
46% Design Studies Environmental Studies Technical Studies Social Studies
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
4
1 Tangerang 1 Bandung 1
1
1 Probolinggo 1
Timur 2 10 Peta Sebaran Tapak Studi | Study Site Distribution Map
Surabaya
Medan
Gresik
Bali
Kalimantan
DE S IGN
S TUDIE S
Studi Desain adalah sebuah pendekatan inovatif dalam dunia arsitektur, yang menawarkan perspektif baru terhadap suatu konteks berdasarkan prinsip-prinsip arsitektural. Tujuan utama dari kategori ini adalah untuk menguji dan menerapkan teori-teori arsitektur dalam proses desain objek. Namun, teori yang dijelajahi tidak terbatas hanya pada bidang arsitektur itu sendiri. Sebaliknya, kategori ini juga mendorong integrasi dan penerapan teori dari berbagai disiplin ilmu lainnya ke dalam perancangan arsitektur, sehingga menciptakan sebuah karya yang multidisipliner dan berdimensi lebih luas.
Design Studies is an innovative approach in the field of architecture that provides a new perspective on an environment using architectural principles. The primar y purpose of this categor y is to test and apply architectural ideas during the object design process. However, the theories examined are not restricted to the realm of architecture. On the other side, this categor y supports the integration and application of theories from other scientific fields into architectural design, resulting in interdisciplinar y and wider work.
01
Desain Rumah Sakit Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah dengan Pendekatan Biofilik
08111840000060
Jlonet Nur Najib
NajibNajib@gmail.com
02
Space, Place, dan Atmosphere:
Pengalaman Spasial
pada Healing Atmosphere dalam Konteks Urban
08111940000024
Aphrodita Fairuz Smarty Priyanta
ditafairuz19@gmail.com
03
Simplisitas Tektonika Arsitektur pada
Kompleksitas
Identitas
Studi Kasus : Kantor Kedutaan Besar
08111940000055
Muhammad Dhiyaaulhaqqi Hermawan
md.haqqi@gmail.com
04
Architect u re an d M etaph y sics in W estern
W orl d:
an I n qu ir y to I mmortalit y
08111740000089
Arabella Tahlula Koriche
arabellkoriche@gmail.com
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
11 Kategorisasi Studi | Study Categorization
I K N S BL UE B E LT : Te rr it or ia l Rein v enti o n O f B a l i kpa pan
B ay’s Ec osys te m A s I K N ’s H inte rl an d
08111940000038
Haninati Kirana
kiranahanibati@gmail.com
ENVIRON MENTAL
STUDIES
Studi Lingkungan dalam arsitektur adalah pendekatan interdisipliner yang bertujuan menciptakan desain bangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Ini meliputi aspek seperti efisiensi energi, penggunaan material berkelanjutan, konservasi air, kualitas lingkungan dalam ruang, desain yang terintegrasi dengan lingkungan alami, dan lanskap berkelanjutan.
Environmental Studies in architecture is an interdisciplinary approach aimed at creating sustainable and environmentally friendly building designs. This includes aspects such as energy efficiency, the use of sustainable materials, water conservation, indoor environmental quality, design integrated with the natural environment, and sustainable landscaping.
technical
STUDIES
Studi Teknis memberikan penekanan pada eksplorasi mendalam terhadap aspek-aspek teknis dalam perancangan arsitektur, termasuk struktur, material, metode konstruksi, dan utilitas bangunan. Tidak hanya unggul dari segi teknis, tetapi juga relevan dan responsif terhadap konteks lingkungan dan kebutuhan pengguna. Pendekatan ini memungkinkan penciptaan solusi arsitektural yang inovatif, berkelanjutan, dan efektif dalam memenuhi tantangan desain kontemporer.
Technical Studies places emphasis through in-depth exploration of the technical aspects of architectural design, such as structure, materials, construction methods, and building utility. Not only superior from a technical perspective, but also relevant and responsive to the environmental context and user needs. This approach let the creation of architectural solutions that are innovative, sustainable, and effective in meeting contemporary design challenges.
01
AR CH ITE C TURE O F T H E O CC ASSION : DiS J UN C TION DALAM SIMULASI RUANG SPASIAL K-P O P
08111840000017
Lusilowati Siti Mundiroh
lusilowatisitim@gmail.com
STRATEGI ADA P TIVE REUSE PADA KAWASAN ARSITEKTUR BEKAS PABRIK SEBAGAI PERKEMBANGAN KAWASAN KAMPUS UISI 01
0
2
0811194000001 2
Dhimas Panji Lindung Ardhana
dhimaspanji43@gmail.com
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
12 Kategorisasi Studi | Study Categorization
social STUDIES
Studi Sosial mencoba mengangkat peristiwa sosial sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia, mencakup isu-isu seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, disabilitas, keterjangkauan, regulasi, dan dinamika politik. Dalam konteks perancangan proyek akhir, isu-isu sosial ini menjadi titik berat, di mana desain arsitektur diarahkan sebagai solusi terhadap berbagai masalah sosial yang dihadapi.
Sosial Studies aims to promote social events as a critical component of human life, addressing issues such as social inequality, poverty, disability, accessibility, regulation, and political dynamics. In t he context of designing t he final project, t hese social issues are emphasized, wit h architectural design ser ving as a solution to a variety of social problems.
01
Tra n sp o rtasi Hu b sebagai Opti m a l isasi A k sesibi l itas Disabi l itas d e n ga n Pe nd e k ata n Arsite k t u r I nklu si f
08111940000021
Rahmi Nur Pratiwi
rahmitiwi@gmail.com
02
TAN J UNG GUSTA CORRECTIONAL FACILIT Y AND PUBLIC SPACE : RUANG PUBLIK SEBAGAI PENGUBA H STIGMA NEGATIF MAS YARAKAT TER H ADAP NARAPIDANA
08111940000018
M Ridho Akbar Harahap
NajibNajib@gmail.com
03 BLEU HAVEN : PUSAT RE H ABILITASI SKI Z OFRENIA DENGAN PENDEKATAN M ULTI SENSOR Y DESIGN
08111940000048
Syahlaa Nabiilah Putri
syahlaa081709@gmail.com
04
GAEA WELLNESS CENTER: Healing Spaces Berbasis Therapeutic Recreation Sebagai Upaya Mitigasi Urban Stress
08111840000074
I Gusti Ayu Seskiara Viveka Hani
igaseskiara@gmail.com
05
RANCANGAN TAMAN KANAK-KANAK DAN FASILITAS EDUKASI UNTUK
ANAK AUTISME DENGAN PENDEKATAN MULTISENSORI
08111940000088
Deitra Meifi Fakhira
mei.deitra@icloud.com
REVITALIZING PASAR TUNJUNGAN: AN URBAN ACUPUNCTURE
APPROACH TO PUBLIC SPACE
08111940000031
Dennok Sembodro Hambawani
dennokhambawaniSH@gmail.com
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
13 Kategorisasi Studi | Study Categorization
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 14
desig n
stud ies
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 15 Studi Desain | Design Study
16
Di antara penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia, penyakit jantung
koroner atau penyakit Cardiovascular sering menjadi penyebab kematian mendadak,
terutama di kalangan usia produktif, yang dapat mengurangi produktivitas masyarakat. Untuk
meminimalkan efek dari penyakit jantung koroner, masalah ini membutuhkan perhatian yang
mendalam serta pendekatan penyembuhan holistik. Oleh karena itu, perancangan Rumah Sakit
khusus Jantung dan Pembuluh darah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara fisik
serta menyembuhkan pasien secara mental dengan menggunakan pendekatan biofilik, yang
menggabungkan pola desain biofilik dengan standarisasi Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh
darah. Untuk membuat lingkungan yang mendukung kesejahteraan pasien secara fisik dan
mental, fokusnya adalah menggabungkan elemen alam.
Perancangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan membuat rumah sakit
khusus jantung dan pembuluh darah menjadi fasilitas kesehatan yang dapat menyembuhkan
pasien secara fisik dan mental.
Among the diseases that cause the most deaths in the world, cardiovascular disease often leads
to sudden death, especially among the productive age group, which can reduce community
productivity. To minimize the effects of coronary heart disease, this issue requires deep
attention and a holistic healing approach. Therefore, the design of a specialized Heart and
Vascular Hospital aims to meet the physical needs of patients as well as heal patients mentally
using a biophilic approach, which combines biophilic design patterns with standardization of
Heart and Vascular Hospitals. To create an environment that supports the physical and mental
well-being of patients, the focus is on incorporating natural elements.
This design aims to improve the quality of life for patients and make the specialized heart and
vascular hospital a healthcare facility that can heal patients physically and mentally.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Jlonet Nur Najib 08111840000060
nurnajib.j@gmail.com 17
02
SPACE, PLACE, DAN ATMOSPHERE: PENGALAMAN SPASIAL PADA HEALING
ATMOSPHERE DALAM KONTEKS URBAN
Space, Place, and Atmosphere:
Spatial Experince of Healing Atmosphere in an Urban Context
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
Nur Endah Nuffida, S.T., M.T.
5.582 m² :
:
:
:
Jl. Raya Southcity Utara, Kota Tangerang Selatan, Banten
± 10.000 m²
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
Aphrodita Fairuz 08111940000024 ditafairuz19@gmail.com
18
Keterkaitan antara materialitas dan immaterialitas dalam perkembangan arsitektur menciptakan landasan teoretis yang substansial. Kajian tentang unsurunsur material dan imaterial dalam bidang arsitektur mulai berkembang pada abad ke-19, walaupun dalam praktiknya imaterial secara tidak sadar telah diterapkan. Tujuan utama penelitian ini adalah memahami peranan material dan imaterial dalam konteks arsitektur modern, dengan mengacu pada teori-teori Gernot Bohme dan Juhani Pallasmaa. Kedua teori tersebut menekankan pentingnya pengalaman manusia terhadap ruang dan bagaimana hal itu mempengaruhi persepsi terhadap arsitektur. Setiap orang merasakan sesuatu yang berbeda melalui satu ruang (space), karena karakternya yang unik. Kita menggunakan kata “ruang” atau “space” lebih mirip dengan “tempat” atau “place”. Rasa itu dapat tercipta melalui cara arsitek mendesain unsur material dan imaterial dalam menciptakan atmosfer tertentu. Pada Tugas Akhir ini akan diteliti bagaimana penataan unsur material dan imaterial dapat menciptakan healing atmosphere dengan mengambil konteks urban yang memiliki lingkungan padat dan ramai. The relationship between materiality and immateriality in the development of architecture creates a substantial theoretical foundation. The study of material and immaterial elements in the field of architecture began to develop in the 19th century, although in practice immateriality had already been unconsciously applied. The main objective of this research is to understand the role of material and immaterial in the context of modern architecture, with reference to the theories of Gernot Bohme and Juhani Pallasmaa. Both theories emphasize the importance of the human experience of space and how it affects the perception of architecture. Each person experiences something different through a space, due to its unique character. We use the word "space" more like "place". That sense can be created through the way architects design material and immaterial elements in creating a certain atmosphere. This Final Project will investigate how the arrangement of material and immaterial elements can create a healing atmosphere by taking an urban context that has a dense and crowded environment.
Aphrodita Fairuz 08111940000024
ditafairuz19@gmail.com W 129 19
03
Simplisitas Tektonika Arsitektur pada
Kompleksitas Identitas
Studi
Kasus : Kantor Kedutaan Besar
The Simplicity of Architectural Tectonics in the Complexity of Identity Case Study:
Embassy Office
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
:
:
:
:
Nurfahmi Muchlis, S.T., M.Ars.
Jl. Jenderal Sudirman, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur
5.645 m²
3.079 m²
Muhamamad Dhiyaaulhaqqi 08111940000055
md.haqqi@gmail.com KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
20
Simplisitas dan kompleksitas adalah dua konsep yang kerap sekali muncul dalam perancangan arsitektur. Marcel Breuer, Robert Venturi, dan Vittorio Gregotti merupakan beberapa tokoh yang menyampaikan teori terkait simplisitas dan kompleksitas dalam arsitektur. Dialektika teori yang disampaikan oleh tokoh-tokoh diatas mengenai bagaimana seharusnya arsitektur ditampilkan ini yang menjadi isu utama perancangan. Rancangan secara lebih khusus membahas permasalahan pengolahan tektonika untuk dapat menampilkan kompleksitas identitas melalui simplisitas pada kantor kedutaan besar asing di Indonesia. Dengan berdasar pada teori-teori diatas dalam merancang, diharapkan dapat menghasilkan rancangan yang memberikan bentuk arsitektur baru namun tetap memberikan kesan dan kekhasan dari kedua negara.
Simplicity and complexity are two concepts that often emerge in architectural design. Marcel Breuer, Robert Venturi, and Vittorio Gregotti are among the figures who have articulated theories related to simplicity and complexity in architecture. The dialectics of the theories presented by the aforementioned figures regarding how architecture should be manifested are the main issues in design. The design specifically addresses the issue of processing tectonics to display the complexity of identity through simplicity in the headquarters of foreign embassies in Indonesia. Based on the aforementioned theories in designing, it is hoped to produce a design that provides a new architectural form while still conveying the impressions and distinctiveness of both countries.
Dhiyaaulhaqqi 08111940000055 md.haqqi@gmail.com 21
Muhammad
04
Architecture and Metaphysics in Western World:
an Inquiry to Immortality
Arsitektur dan Metafisika di Dunia Barat: Sebuah Penyelidikan tentang Keabadian
Dosen Pembimbing : Nurfahmi Muchlis, S.T., M.T.
Arabella Tahlula 08111740000089
arabellkoriche@gmail.com KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 22
Menurut hukum alam, semua makhluk dan materi pada akhirnya akan binasa, sehingga pada gilirannya, kita terlibat dalam pertarungan dengan waktu. Kontemplasi yang khidmat berkembang menjadi krisis eksistensial dalam psikologi manusia yang memanggil cara untuk tidak pernah dilupakan dan dilupakan. Pengejaran terus-menerus manusia akan keabadian kemudian diterjemahkan menjadi mencari cara untuk melampaui aspek fisik semata dan menemukan cara untuk melestarikan dan mengakar jejak mereka dalam sejarah. Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi sifat kedaluwarsa dengan menyelami dua konsep tak berwujud dari paradoks dan metafisika dalam desain melalui studi analisis mendalam baik dari domain filosofis Barat maupun domain studi arsitektur Barat.
By the laws of nature, all beings and matter will eventually perish thus in turn, putting us in a battle with time. A solemn contemplation blooms into an existential crisis in the human psyche invoked the means of to never forget and be forgotten. Mankind’s continuous pursuit for immortality later then translates to finding a way to transcend the mere physicality aspects and finding the means to preserve and ground their footprint in history . This research aims to tackle the nature of ephemerality by delving into two intangible concepts of paradox and metaphysical in design through an in-depth analytical study of both Western philosophical and Western architectural domain of studies.
This study is expected to not only serve as a good and comprehensive precedent for future students who wish to undertake research in their final project but also to help challenge the status quo in the creative process. Introducing metaphysical aspects into design doesn't just end with discussions about permanence; it can also be a point to consider in designing the user experience within the design object. The findings from this research are also expected to help understand the unseen but felt aspects in previous projects.
Tahlula 08111740000089
arabellkoriche@gmail.com 23
Arabella
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 24
envir
onment
alst
udies
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 25
IKN’S BLUE BELT: Territorial Reinvention Of Balikpapan Bay’s Ecosystem
As IKN’s Hinterland
IKN’S BLUE BELT: Pembaharuan Teritorial Ekosistem Teluk Balikpapan Sebagai
Hinterland IKN
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T.
5.200 m² ± tentative :
:
:
:
Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur
± 160.000.000 m
01
Haninati Kirana 08111940000038
kiranahanibati@gmail.com 26
Rencana pemindahan ibu kota negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur menimbulkan ancaman bagi Teluk Balikpapan. Teluk Balikpapan sebagai jalur perairan utama IKN “meneror” habitat satwa liar. Teluk ini terdiri dari ekologi alam, jaringan infrastruktur, dan sistem sosial. Arsitektur yang digunakan harus dipandang sebagai sinekdot bagian integral dari jaringan logistik antroposen yang lebih luas. Dalam jaringan ini, Teluk Balikpapan bukanlah sebuah objek yang terisolasi melainkan sebuah simpul yang menghubungkan berbagai elemen dalam proses pengembangan IKN. Pendekatan teritorial digunakan dengan melibatkan dua metode dalam jaringan wilayah; deteritorialisasi dan reteritorialisasi. Hal ini melibatkan pendefinisian ulang dan penataan ulang wilayah agar lebih selaras dengan kebutuhan manusia dan non-manusia.
Solusi yang diusulkan ialah struktur bawah air yang disebut "The Blue Belt", yang bertujuan untuk mengambil alih jalur sedimentasi dengan cara baru guna mensinergikan berbagai kebutuhan penghuni teluk. Dalam imajinasi spekulatifnya, konsep ini membayangkan sepasang penyangga ekologis yang meluas sejajar dengan perimeter lalu lintas jalur air IKN dan secara lateral dari satu pantai ke pantai lainnya. Tujuannya adalah untuk memisahkan wilayah ekologi dan wilayah pedalaman sekaligus merehabilitasi ekosistem dalam rentangnya. Struktur temporary dibangun dari waktu ke waktu, dengan tipologi bangunan yang beragam untuk melayani kondisi ekologi, kondisi sedimentasi, dan kebutuhan manusia dalam rentang waktu yang berbeda; kesadaran melalui penelitian dan pengembangan pendidikan, hingga ekonomi dan sosial melalui tempat tinggal komunitas nelayan.
The plan to move the national capital from Jakarta to East Kalimantan poses a threat to Balikpapan Bay. Balikpapan Bay as IKN main waterway “terrorizes” it as wildlife habitat. The bay consists of natural ecologies, infrastructural networks, and social systems. The architecture employed should be viewed as a synecdoch as integral parts of a broader network of anthropocene logistics. In this network, Balikpapan Bay is not an isolated object but rather a node that connects various elements in the process of the development of IKN. Territorial approach is used by engaging two methods in networked territory; deterritorialization and reterritorializaton. This involves redefining and reorganizing the territory to better align with the needs of both human and non-human inhabitants.
A proposed solution is an underwater structure called "The Blue Belt," aims to hijack sedimentation route in a new way to synergize the different needs of the bay's inhabitants. In its speculative imagination, the concept envisions a pair of ecological buffers expanding parallel to the perimeter of IKN's waterway traffic and laterally from one coast to the other. The goal is to separate the ecological and hinterland territory while rehabilitating the ecosystem within its span. Temporary structures are built overtime, with different building typologies to serve different time frame’s ecological state, sedimentation state and needs of human; awareness through research and educational building, to economic and social through fishing community dwellings.
Haninati Kirana 08111940000038
kiranahanibati@gmail.com 27
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 28
TECH
NICAL
ST
UDIES
29
ARCHITECTURE OF THE OCCASSION: DiSJUNCTION dalam simulasi ruang spasial k-pop
Architecture of the Occassion: Disjunction in K-pop Spatial Room Simulation
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
FX Teddy Badai Samodra, S.T., M.T., Ph.D
Surabaya, Jawa Timur
± 14.500 m²
21.123 m²
tentative
01
Lusilowati Siti 08111840000017
lusilowatisitim@gmail.com
30
±
:
:
:
:
Kemajuan teknologi telah membuka pintu bagi pengaruh global dari budaya KPop hingga ke Indonesia, menghasilkan jumlah fans yang signifikan. Menanggapi hal ini, riset ini mengeksplorasi rancangan arsitektur yang dapat menampung berbagai aktivitas fans K-Pop di Indonesia. Menggunakan pendekatan arsitektur occasional, riset ini mengusulkan integrasi aktivitas non-event, seperti K-Food, dan fungsi kantor ke dalam ruang yang dirancang. Integrasi ini menciptakan kesempatan untuk fenomena disjunction, di mana K-Pop bukan hanya berfungsi sebagai inspirasi rancangan tetapi juga memengaruhi elemen formal dan spasial. Tujuan rancangan ini adalah untuk memberikan pengalaman holistik kepada fans K-Pop, menciptakan suasana penyembuhan di dalam ruang tersebut. Melalui metode transkripsi musik, disjunction, dan survei, rancangan ini menggabungkan konsep occasional architecture dengan fleksibilitas ruang yang memperhitungkan penggunaan selama periode non-event. Fenomena disjunction menjadi kunci dalam memastikan ruang tersebut dapat menjadi pusat kegiatan sehari-hari yang mencakup elemen budaya Korea, khususnya K-Pop. Dengan demikian, fans dapat merasakan pengalaman K-Pop yang menyeluruh dan meresap di dalam ruang tersebut.
Technological advances have opened the door to global influence from K-Pop culture to Indonesia, generating a significant number of fans. In response to this, this research explores architectural designs that can accommodate various activities of K-Pop fans in Indonesia. Using an occasional architectural approach, this research proposes the integration of non-event activities, such as K-Food, and office functions into the designed space. This integration creates the opportunity for a disjunction phenomenon, where K-Pop not only serves as design inspiration but also influences formal and spatial elements. The aim of the design is to provide a holistic experience to K-Pop fans, creating a healing atmosphere within the space. Through methods of musical transcription, disjunction, and survey, this design combines the concept of occasional architecture with spatial flexibility that takes into account use during non-event periods. The disjunction phenomenon is key to ensuring that this space can become a center for daily activities that include elements of Korean culture, especially K-pop. In this way, fans can experience a comprehensive and immersive K-Pop experience in the space.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Lusilowati Siti 08111840000017
lusilowatisitim@gmail.com 31
STRATEGI ADAPTIVE REUSE PADA KAWASAN ARSITEKTUR BEKAS PABRIK SEBAGAI
PERKEMBANGAN KAWASAN KAMPUS UISI
Adaptive-reuse Strategy in the Ex-factory Architectural Area as A Development of the UISI Campus Area
Dosen Pembimbing
Lokasi
Irvansyah, S.T., M.T.
Gresik, Jawa Timur :
:
02
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Dhimas Panji 08111940000012
dhimaspanji43@gmail.com
32
Perkembangan bangunan baru di Indonesia berlangsung dengan cepat, namun sayangnya seringkali tidak disertai dengan perhatian yang memadai terhadap konteks perancangan dan operasional bangunan. Akibatnya, banyak bangunan yang terbengkalai. Kawasan industri menjadi penyumbang terbesar bangunan terbengkalai karena memerlukan lahan dan bangunan yang luas untuk pembangunannya. Gagalnya adaptasi bangunan terhadap fungsi baru serta kurangnya respons terhadap konteks lingkungan juga menjadi dampak dari meningkatnya jumlah bangunan terbengkalai. Namun, bangunan terbengkalai dapat dimanfaatkan kembali dengan menerapkan prinsip dan pendekatan yang sesuai. Revitalisasi dan pendekatan adaptive reuse adalah solusi untuk menghidupkan kembali kawasan yang terbengkalai, dengan memanfaatkan kembali bangunan yang ada untuk fungsi baru yang sesuai dengan konteks sekitarnya. Sebagai contoh, bekas pabrik semen di Kota Gresik direncanakan akan diubah menjadi kawasan kampus dengan memperhatikan konteks sekitar, menerapkan prinsip revitalisasi, dan mengadopsi pendekatan adaptive reuse yang sesuai.
The development of new buildings in Indonesia is taking place quickly, but unfortunately it is often not accompanied by adequate attention to building design and operations. As a result, many buildings were abandoned. Industrial areas are the biggest contributor to abandoned buildings because they require large areas of land and buildings for construction. The failure to adapt buildings to new functions and reduced response to the environmental context also has an impact on the increasing number of abandoned buildings. However, abandoned buildings can be reused by applying appropriate principles and approaches. Revitalization and the adaptive reuse approach are solutions to revive neglected areas, by reusing existing buildings for new functions that suit the surrounding environment. For example, a former cement factory in Gresik City is planned to be converted into a campus area by paying attention to the surrounding context, applying revitalization principles, and adopting an appropriate adaptive reuse approach.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 dhimaspanji43@gmail.com Dhimas Panji 08111940000012
33
34
SOC
IA
LSTUD IES
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 35
PERANCANGAN TRANSPORTASI HUB SEBAGAI OPTIMALISASI AKSESIBILITAS
DISABILITAS DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR INKLUSIF
Hub Transportation Design as Optimization of Disabled Accessibility with an Inclusive Architectural Approach
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
Fardilla Rizqiyah, S.T., M.T.
Probolinggo, Jawa Timur
± 28.000 m²
± 13.000 m² :
01
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Rahmi Nur Pratiwi 08111940000021 rahmitiwi@gmail.com
36
:
:
:
Penggunaan transportasi umum di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut perlu dibarengi dengan penyediaan fasilitas umum yang mampu mewadahi kebutuhan mobilitas masyarakat dan dapat menyediakan berbagai moda transportasi dalam satu tempat yang sama yaitu transportasi hub. Transportasi hub ini nantinya akan menghubungkan transportasi umum eksisting yaitu kereta api dengan transportasi umum baru yang dihadirkan ke dalam objek rancang yaitu bus ramah disabilitas dan angkot. Selain itu, untuk menunjang transportasi hub ini akan digunakan pendekatan arsitektur inklusif. Arsitektur inklusif mempunyai tujuan utama yaitu menghilangkan barrier atau hambatan untuk memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang sehingga dapat berpartisipasi dalam lingkungan sosial tanpa adanya diskriminasi. Transportasi hub ini nantinya dapat diakses oleh semua orang termasuk pengguna disabilitas maupun pengguna dengan berbagai usia, hingga kebutuhan.
The use of public transportation in Indonesia has been increasing over time. This increase needs to be accompanied by the provision of public facilities that can accommodate the mobility needs of the community and provide various modes of transportation in one place, which is called a transportation hub. This transportation hub will connect existing public transportation, such as trains, with new public transportation introduced into the design concept, such as disability-friendly buses and angkot. Additionally, to support this transportation hub, an inclusive architecture approach will be implemented. Inclusive architecture aims to eliminate barriers or obstacles to provide equal opportunities for everyone to participate in the social environment without discrimination. This transportation hub will be accessible to everyone, including people with disabilities, as well as users of different ages, and needs.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 37 Rahmi Nur Pratiwi 08111940000021 rahmitiwi@gmail.com
TANJUNG GUSTA CORRECTIONAL FACILITY AND PUBLIC SPACE: RUANG PUBLIK SEBAGAI
PENGUBAH STIGMA NEGATIF MASYARAKAT TERHADAP NARAPIDANA
Tanjung Gusta Correctional Facility and Public Space: Public Space as a Change of Community’s Negative Stigma Against Prisoners
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
Ir. Andy Mappa Jaya, M.T.
± 13.000 m² :
:
:
:
Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara
± 28.000 m²
02
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
38 M Ridho Akbar 08111940000018 ridhoakbhrp@gmail.com
Lembaga Pemasyarakatan dirasa gagal dalam memenuhi kebutuhan, dan kapasitas sebagai wadah pembinaan narapidana. Hal ini terpicu pada isu peristiwa kebakaran Lapas Tanjung Gusta, Kota Medan pada tahun 2013 silam. Peristiwa ini memicu stigma negatif masyarakat terhadap narapidana yang menjadikannya akan sulit beradaptasi, dan kurangnya motivasi secara moral dalam berkehidupan. Ruang asimilasi terbuka dan ruang publik menjadi urgensi dalam perancangan, hal ini bertujuan sebagai katalisasi dalam pembinaan dan pengembangan setiap user didalamnya melalui edukasi dan kegiatan bersama. Menggunakan pendekatan arsitektur sosial sebagai trigger, dengan mengaplikasikan teori resilience sebagai dasar pembentukan karakter individu yang sistematis.
Correctional Facilities have failed to meet the needs and capacity as a place to develop prisoners. This was triggered by the issue of the fire incident at Tanjung Gusta Correctional Facilities riot, Medan City in 2013. This incident triggered negative societal stigma towards prisoners which made it difficult for them to adapt and lack moral motivation in life. Open assimilation spaces and public spaces are an urgency in the design, this aims to catalyze the guidance and development of each user through education and joint activities. Using a social architecture approach as a trigger, by applying resilience theory as a basis for systematic individual character formation.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 39 M Ridho Akbar 08111940000018 ridhoakbhrp@gmail.com
± 4400 m² 03
BLEU HAVEN: PUSAT REHABILITASI SKIZOFRENIA DENGAN PENDEKATAN MULTISENSORY DESIGN
Bleu Haven: Schizophrenia Rehabilitation Center with A Multi-sensory Design Approach
Dosen Pembimbing
Lokasi
Luas Lahan
Luas Bangunan
:
:
:
:
Fardilla Rizqiyah, S.T., M.T.
Jl. Dago No.418, Bandung, Jawa Barat
± 11.069 m²
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129
Syahlaa Nabiilah 08111940000048
syahlaa081709@gmail.com 40
Ruang multisensori melibatkan berbagai indra untuk memahami lingkungan. Dalam konteks kesehatan mental, lingkungan multisensori dapat menjadi saranan penyembuhan, terutama bagi kelompok yang rentan terhadap ketidakseimbangan sensori, seperti penderita skizofrenia. Skizofrenia, gangguan mental berat, menciptakan perpecahan antara kemampuan kognitif, afektif, dan perilaku individu. Pengelolaan gejala untuk menghindari pengalaman psikotik memerlukan perhatian khusus terhadap lingkungan sekitar. Karya "Schizophrenia and Built Environment" oleh Jan A. Golembiewski membahas mengenai kualitas arsitektural yang merangsang respon positif pada penderita skizofrenia berdasarkan perseptualitas mereka. Berkaitan dengan psikogenesis skizofrenia, perancang berusaha mengintegrasikan potensi alam ke dalam rancangan karena proses interaksi antar organisme yang kompleks terjadi di dalamnya akan membawa manfaat sensori yang sesuai dengan preferensi perseptual skizofrenia yang menerima alam sebagai hal yang positif. Oleh karena itu, intervensi interdisipliner antara psikologi dan arsitektur menjadi esensial dalam menciptakan lingkungan terapi yang efektif dan juga dapat melibatkan tiap indra penderita skizofrenia.
Multisensory spaces involve various senses to understand the environment. In the context of mental health, multisensory environments can be a means of healing, especially for groups vulnerable to sensory imbalance, such as people with schizophrenia. Schizophrenia, an acute mental disorder, creates disunity between an individual's cognitive, affective, and behavioral abilities. Managing symptoms to avoid psychotic experiences requires special attention to the surrounding environment. "Schizophrenia and the Built Environment" by Jan A. Golembiewski discusses architectural qualities that stimulate positive responses in individuals with schizophrenia based on their perception. In connection with the psychogenesis of schizophrenia, designers strive to integrate the potential of nature into designs. This integration is because the complex processes of interaction between organisms in nature bring sensory benefits that align with the perceptual preferences of individuals with schizophrenia, who often view nature positively. Therefore, interdisciplinary interventions between psychology and architecture are essential in creating an effective therapeutic environment that can also involve every sense of an individual with schizophrenia.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Pohon Cemara Pohon Kamboja Pohon Kayu Putih Prosotas Dubiosa Pohon Tabebuya Pohon Kersen scentful attracting & attracting trees perrenials Leptosia Nina Parantica A Ypthima Pandocus Cicadas Jangkrik Belalang Sembah Belalang Capung Syahlaa Nabiilah 08111940000048
syahlaa081709@gmail.com 41
Prof. Dr. Ir. V. Totok Noerwasito
Mulyorejo, Surabaya
± 10.000 m2
m2
42 I Gusti Ayu Seskiara 08111840000074 igaseskiara@gmail.com
± 3.000
:
:
:
:
Perancangan ini didasari oleh fenomena urban stress yang terjadi di Surabaya, hal ini disebabkan karena Surabaya merupakan kota besar dengan kepadatan tinggi. Pada rancangan ini healing with nature digunakan sebagai pendekatan desain berperan sebagai sarana terapi bagi masyarakat pada kawasan East Coast. Menggunakan Therapeutic Recreation sebagai metode dalam mendesain, fasilitas rancangan mengadopsi model six dimensions of wellness sebagai metode penyembuhan. Six Dimensions of Wellness digunakan sebagai respon dari Therapeutic Recreation yang ingin dihadirkan pada fasilitas rancangan lewat pemograman aktivitas dan sirkulasi ruang rancangan. Pada perancangan ini, arsitektur berfokus pada aspek kesehatan dan kesenangan.
This design is based on the urban stress phenomenon that occurs in Surabaya, this issue started because Surabaya is a large city with high density. In this design, healing with nature is used as a design approach to act as a means of therapy for people in the East Coast area. Using Therapeutic Recreation as a design method, the design facility adopts the six dimensions of wellness model as a healing method. Six Dimensions of Wellness was used as a response to Therapeutic Recreation which we wanted to present in the design facility through activity programming and circulation of the design space. In this design, the architecture focuses on health and pleasure aspects.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 43 I Gusti Ayu Seskiara 08111840000074 igaseskiara@gmail.com
05
RANCANGAN TAMAN KANAK-KANAK DAN FASILITAS EDUKASI UNTUK ANAK
AUTISME DENGAN PENDEKATAN MULTISENSORI
design of Kindergarten and Educational Facilities for Children with Autism Using A Multisensory Approach
Dosen Pembimbing
Lokasi Nur Endah Nuffida, S.T., M.T.
Bali :
:
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Deitra Meifi 08111940000088 mei.deitra@icloud.com
44
Menurut Pallasmaa dalam an Architecture of Seven Senses, sebuah arsitektur harus menekankan pentingnya sebuah pengalaman sensoris. Pallasmaa memberikan kritik tentang arsitektur di masa kini hanya mengandalkan keindahan visual semata, tetapi tidak menghubungkannya dengan indra-indra sensoris lain seperti penciuman, pendengaran, dan sentuhan. Dengan adanya pengalaman sensoris tersebut, terdapat interaksi antara manusia dengan karya arsitektur yang dapat mengaktifkan seluruh indra dan pengalaman sensoris manusia.
Dalam Tugas Akhir perancangan taman kanak kanak dan fasilitas edukasi dengan fokus pengguna anak dengan kebutuhan autisme, diperlukan pendekatan multisensori yang dapat mengakomodir kebutuhan pengguna. Pendekatan ini diharapkan dapat tercapainya sebuah “Independence” atau kemandirian pada pengguna sebelum nantinya mereka melanjutkan pendidikan ke sekolah umum.
According to Pallasmaa in an Architecture of Seven Senses, architecture must emphasize the importance of sensory experience. Pallasmaa provides criticism about architecture today which only relies on visual beauty, but does not connect it with other sensory senses such as smell, hear and touch. With this sensory experience, there is interaction between humans and architectural works that can activate all human senses and sensory experiences.
In the final project of designing kindergartens and educational facilities with a focus on children with autism needs, a multisensory approach is needed that can accommodate user needs. It is hoped that this approach can achieve "Independence" for users before they continue their education at public schools.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Deitra Meifi 08111940000088
mei.deitra@icloud.com 45
REVITALIZING PASAR TUNJUNGAN: AN URBAN ACUPUNCTURE APPROACH TO PUBLIC SPACE
Revitalizing Pasar Tunjungan: Pendekatan Akupuntur Perkotaan terhadap Ruang
Publik
Dosen Pembimbing
Lokasi
Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T.
Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur :
:
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Dennok Sembodro 08111940000031 dennokhambawaniSH@gmail.com
06
46
Revitalisasi Pasar Tunjungan dengan konsep urban akupunktur: pendekatan inovatif berbasis masyarakat. Identifikasi titik-titik kritis, intervensi skala kecil hingga sedang, pemanfaatan ruang terbuka, dan keterlibatan masyarakat. Potensi Pasar Tunjungan sebagai pusat vitalitas perkotaan melalui teori urban akupunktur. Strategi: penataan ulang ruang publik, pemberdayaan pedagang lokal, material ramah lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mendukung pertumbuhan ekonomi mikro. Komitmen terhadap keberlanjutan, partisipasi masyarakat, dan kreativitas desain dalam revitalisasi Pasar Tunjungan untuk menciptakan ruang perkotaan yang positif dan berkelanjutan. Revitalisasi Pasar Tunjungan menjadi perwujudan nyata dari upaya menciptakan ruang perkotaan yang berdampak positif dan berkelanjutan.
Revitalization of Tunjungan Market with urban acupuncture concept: an innovative community-based approach. Identification of critical points, small to medium scale intervention, open space utilization, and community involvement. The potential of Tunjungan Market as a center of urban vitality through urban acupuncture theory. Strategies: reorganization of public space, empowerment of local traders, environmentally friendly materials to improve quality of life and support micro-economic growth. Commitment to sustainability, community participation, and design creativity in the revitalization of Pasar Tunjungan to create a positive and sustainable urban space. The revitalization of Tunjungan Market is a real manifestation of efforts to create urban spaces that have a positive and sustainable impact.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 Dennok Sembodro 08111940000031 dennokhambawaniSH@gmail.com 47
daftar dosen
Thank you for your dedication and passion in sharing your knowledge with us.
Lab. Perancangan Arsitektur
Prof. Dr. Ir. V.Totok Noerwasito,M.T.
Johanes Krisdianto,S.T.,M.T.
Endy Yudho Prasetyo, S.T., M.T.
Wawan Ardiyan Suryawan, S.T., M.T.
Nurfahmi M, S.T., M.Ars.
Dr. Arina Hayati, S.T., M.T.
Irvansyah,S.T., M.T.
Defry Agatha Ardianta, S.T., M.T.
Ar. Ir. Iwan Adi Indrawan, S.T., M.Ars., GP.
Fenty Ratna Indarti, S.T., M.Arch.
Lab. Perumahan dan Pemukiman
Prof. Ir. Ha ppy Ratna Sumartinah, M.Sc., Ph.D.
Ir. Purwanita Seti j anti , M.Sc., Ph.D.
Dewi Se p tanti, S.Pd., S.T.,M.T., Ph.D.
Sarah C ahyadini, S.T., M.T., Ph.D.
Wahyu Setyawan, S.T., M.T.
Tanti Satriana Rosary Nasution, S.T., M.T.
Adinda Sih Pinasti Retno U tami, S.T., M.T.
Lab. Teori, Sejarah, dan Kritik
Arsitektur
Dr. Ir. Murni Rachmawati,M.T.
Drs. R. Bambang Gatot Subroto,M.T.
Dr. Eng. Didit Novianto, S.T, M.Eng.
Ir. Andy Ma pp a Jaya,M.T.
Nur Endah Nuffida, S.T., M.T.
Lab. Perancangan Kota
Prof. Dr. Ing. Ir. Bambang Soemardiono
Ir. Angger Sukma Mahendra, S.T., M.T.
Rabbani Kharismawan, S.T., M.T.
Fardi ll a Ri zq iyah, S.T.,M.T.
Kirami Bararatin, S.T., M.T.
Dr. Setyo Nugroho, S.T., M.T.
Lab. Sains dan Teknologi Arsitektur
Dr. Di pl . Ing. Ir. Sri Nastiti N E,M.T.
Ir. I Gusti Ngurah Antaryama, Ph.D.
Ir. Asri Dina p radi p ta,M.B.Env., Ph.D.
Dr. Ima Defiana, S.T., M.T.
F X . Teddy Badai Samodra, S.T., M.T., Ph.D.
Ir. Erwin Sudarma,M.T.
C o ll inthia Erwindi, S.T., M.T.
KOMPILASI TUGAS AKHIR W 129 04
4 8 Daftar Dosen | List of Lecturers