Architecture for Underprivileged Classes - a Logbook of KKA UGM 2022

Page 1


Architectural Research Study and Excursion

Architecture for Underprivileged Class

Hanna Makarima Salwa

Pra Kata

Satu minggu perjalanan ekskursi menyusuri berbagai macam kampung yang tersebar di Jogja, Semarang Bandung, dan Jakarta I was and still am super grateful and blissful karena keputusanakusendiriyangmemilihuntukbergabungdalamekskursiarsitekturyangternyata bertemu dengan orang-orang hebat, pejuang kampung mereka sendiri, pejuang tempat tinggal yanglayak.

Sepanjang jalan merupakan pengalaman dan pelajaran abadi yang mengajarkan arti tentang pentingnya kehadiran arsitektur bagi siapapun, dimanapun, dan dalam keadaan bagaimanapun.

Jakarta, merupakan destinasi yang paling membekas sepanjang kegiatan ini. Adanya pembagi yang jelas membentang panjang antara kondisi tempat tinggal layak dan tak layak Aku pergi keKampungTongkoldanKrapu,lebihmeranalagi,KampungKuniryanghidupdibawahjalan tol dan jembatan kereta api Kompor-kompor mereka ada di jalanan, atap rumah mereka adalahjalantol cahayamataharimereka?Hush,gasopan,jangantanyacahayamatahari.Buat makanajapusing

Kemudian aku pergi ke Kampung Akuarium, membawa cerita perjuangan mereka akan kehidupan yang layak selama 10 tahun Di kampung susun akuarium ini, banyak cerita baru dimulai, tempat anak-anak kecil lahir dan berlarian, tempat para lansia beristirahat dan akhirnya hidup dengan tenang tanpa ultimatum pergusuran, tanpa harus kedinginan tidur di bideng-bideng dan shelter-shelter keamanan, tempat dimana paguyuban koperasi mereka semakin kuat, tempat dimana kamu menyadari bahwa keluarga itu tidak harus sedarah. Tempat itu akhirnya tenang, tanpa ada suara bising peluit dan orang-orang berlarian menyelamatkandiri.

Such an irony.

Sebelum ini, aku ga pernah memaknai UUD 1945 tentang HAM, tentang hak akan kehidupan yanglayaksedalamitu(Pasal28Hayat(1)Undang-UndangDasarNegaraRepublikIndonesia Tahun 1945. Pasal tersebut menyatakan bahwa setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggaldanmendapatkanlingkunganhidupyangbaikdansehat) Sepertilikalikupelajarpada umumnya belajar yang penting nilai bagus. Thus basically constructed in my mind, UUD 1945 cumansebatastulisanhitamputih,gataugunanyaapa. What a shame.

Tapi ada, beneran ada yang memaknai UU ini sedalam itu, bahkan mengambil peran dan jadi bagian yang terdalam, sebuah alasan mereka hidup, alasan bagi mereka untuk pantang menyerah Oh god merekamauhidupajasusah,maubernafasdengantenangajadiultimatum tentangSKKumuhdanancamanpergusuran. It was real, haunted them for many years.

Indeed definition of successful architecture. I love every single thing about this story. The story behind, the story of their social interactions, the story of the architectural solutions, their family bounding, and all

It was really panggilan tuhan bagi seluruh arsitek-arsitek komunitas. Panggilan tuhan in real life, has a huge impact, bringing lots of happiness in people, bringing their smile back, pursuing their own rights to have a comfiest & safest place called home, nevertheless never seen in the upper class society, rarely appreciated, but really have a lot of things to do. It's tiring, it's demanding.

The struggle is real. God bless all of you,arsitekkomunitasIndonesia.

Dan ini merupakan rangkuman riset, ekskursi, dan hasil perjalanan arsitektur tentang "architecture for underprivileged class"

Mind Mapping

Background

Berisi pemaparan tentang segala situasi awal site/kampung yang dikunjungi, hal tersebut mencakup issue/masalah yang harus diperbaiki dan juga potensi yang dimiliki setiap kampung, yang mungkin bisa dikembangkan bersama warga masyarakat sehingga mampu memutar roda perekonomian.

Social and Economic Conditions

Berisi pemaparan tentang kondisi awal dari site/kampung tersebut. Bagaimana kehidupan sehari-hari warganya, bagaimana habit mereka, infrastruktur apa yang sudah atau belum terbangun, profesi masyarakat dan kondisi ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

Social Act and Solutions

Berisi pemaparan tentang bagaimana perjuangan dan usaha mereka untuk membangun kembali kampung tersebut, bantuan apa yang mereka dapatkan, pendampingan apa yang mereka dapatkan dan oleh siapa, serta bagaimana pemerintah menyikapi sebuah kampung.

Result

Berisi pemaparan tentang hasil dari seluruh aksi dan perjuangan, kondisi kampung pada saat ini, dan pemaparan solusi tentang bagaimana cara mereka berubah menjadi lebih baik. Solusi tersebut mencakup aspek arsitektual ataupun non-arsitektural (perubahan pola perilaku masyarakat, peningkatan SDM, dll)

YOGYAKARTA

Background

Secara geografis, Kampung Jogoyudan yang terletak di bantaran Kali Code ini letaknya memang strategis bagi penduduk pendatang (rantauan) dan juga para pengusaha untuk mempertahankan hidup dalam sektor nonformal.

Kehidupan di bantaran Kali Code ini tentu tidak lepas dari berbagai permasalahan. Pemukiman yang sempit, rawan terjadi bencana kebakaran, ditambah dengan situasi bangunan yang berdempetan juga dengan banyaknya benda atau barang dengan material yang rawan terbakar.

Banjir juga merupakan potensi bencana yang rawna terjadi di kampung ini, terutama pada masyarakat yang tinggal di pinggir kali.

History as the Biggest Potencies

Kampung Jogoyudan, Bantaran Kali Code, sangat erat dan kuat kaitannya dengan sosok Romomangun, dahulu Romomangun bersama relawan mahasiswa berusaha untuk menata perkampungan ini supaya menjadi tempat yang layak huni.

Selain itu, kampung ini juga memiliki jejak sejarah yang cukup kuat, karena banyak tokoh dan pahlawan perjuangan yang pernah berada di kampung ini. Salah satunya adalah sosok Fatmawati yang pernah mencuci di sekitar Kali Code.

Social and Economic Conditions

Warga masyarakat pada Kampung Bantaran Kali Code ini sebagian besar bekerja pada sektor informal, sebagian besar dari mereka merupakan masyarakat kelas menengah ke bawah. Kampung ini dulunya merupakan kampung yang kumuh, padat penduduk, dan sering terjadi kriminalitas.

Kondisi pemukiman juga dapat dikatakan kurang layak, karena terletak sangat dekat dengan pinggir kali. Keamanan dan kenyamanan akan pemukiman yang layak pun dipertanyakan. Kondisi ini diperparah dengan kesadaran masyarakat yang rendah terhadap kebersihan dan kenyamanan lingkungan.

Social Act and Solution

Masyarakat Kampung Jogoyudan ini didampingi ole beberapa komunitas diantaranya Pemerti Kalicode dan Kelompok Romomangun yang berperan dalam menampung aspiraasi warga, serta menjadi sarana komunikasi antara pihak pemerintah Kota Yogyakarta dengan pihak masyarakat kampung.

Dalam hal ini, komunitas berperan dalam penataan ulang kondisi pemukiman dengan gerakan "3M".

Mundur, munggah, madhep kali.

Yang berarti, dalam perencanaan pemukiman yang baru, demi mewujudkan kondisi bantaran kali yang bersih dan terawat, masyarakat yang rumahnya tepat di pinggir kali diminta untuk memundurkan rumahnya sejauh 5 meter. Perubahan tersebut dilakukan untuk memberikan akses jalan yang memadai diarea pinggir kali. Selain itu, pintu rumah dipindah menjadi menghadap kali persis, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kebersihan kali (area belakang rumah cenderung dijadikan sebagai area service, sehingga masyarakat memiliki tendensi untuk MCK dan membuang sampah dapur ke kali).

Untuk area rumah yang terpangkas sejauh 5 meter, tentu terjadi pengurangan ruang pada rumah. Ruang-ruang yang terpangkas kemudian dibangun diatas rumah lama, sehingga jika diperhatikan, area pemukiman pinggir kali ini dominan berlantai 2.

5 meters access

Adanya jalan yang dibangun di sepanjang pinggir kali Code memberikan banyak manfaat pada masyarakat sekitarnya, diantaranya jalan tersebut menjadi akses kendaraan terutama untuk keadaan darurat, maka mobil seperti ambulance dan pemadam kebakaran dapat menjangkau area tersebut.

Jalan tersebut juga menciptakan ruang sosial bagi masyarakat untuk saling bercengkrama dan berinteraksi, tempat untuk meletakkan tempat sampah umum, bahkan juga digunakan bagi masyarakat pinggiran kali untuk tempat menaruh barang.

materi oleh Komunitas Kelompok Romomangun dan Pemerti Kalicode. Materi yang disapaikan mencakup fasilitas yang sudah tersedia di Kampung Jogoyudan, Keamanan dan mitigasi bencana terutama pada banjid dan kebakaran. Potensi wisata yang memerlukan dukungan oleh pemerintah untuk dapat dikembangkan, dan kegiatan mereka selama mendampingi masyarakat Kampung Jogoyudan.

Pemaparan
Kampung Bantaran Kali Code, Yogyakarta . 11 Juli 2022

Result

Pembangunan fasilitas yang memadai.

Dilakukan bersama-sama dengan masyarakat Kampung Jogoyudan demi terciptanya infrastruktur yang memadai dan menciptakan kedisiplinan. Contohnya adalah fasilitas parkir bersama yang digunakan untuk memfasilitasi kendaraan motor atau mobil milik warga yang tidak memiliki parkiran. Hal tersebut juga dilakukan untuk menghindari adanya kendaraan yang diparkir dipinggir jalan.

Sosialisasi dan mitigasi bencana

Tinggal di daerah yang padat penduduk dan dibantaran kali code, membuat masyarakat Kampung Jogojudan sadar dan mengerti akan bahaya kebakaran dan banjir. Selain dilakukannya sosialisasi tentang mitigasi bencana, Kampung Jogoyudan juga dilengkapi dengan sirine bahaya yang akan berbunyi ke seluruh kampung untuk memberitahukan arga masyarakat akan adanya sebuah bencana.

Ketika sirine tersebut menyala, maka warga sudah tahu apa yang harus dilakukan dan bersiap melakukan evakuasi ke tempat-tempat yang sudah pemerintah kota persiapkan.

Selain itu, pada talud bantaran Kali Code juga diberikan meteran air, sebagai langkah pertama dilakukannya siaga bencana. Pada saat air telah mencapai ketinggian tertentu, maka warga masyarakat, terutama yang tinggal di pinggir kali Code akan segera berkemas-kemas dan segera bersiap untuk dievakuasi terlebih dahulu.

Pengelolaan Bank Sampah

Selain masalah kelengkapan infrastruktur dan sarana prasarana, Kampung Jogoyudan juga snagat memperhatikan permaslaahan sampah setiap warganya. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan pada titik yang telah ditentukan, lalu akan diangkut oleh petugas kota setiap 2x dalam sehari. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kebersihan pada area pemukiman padat penduduk.

Kebutuhan akan air bersih

Pada pemukiman padat penduduk, sangat sulit bagi setiap warga untuk memiliki sumur bor sendiri, maka dari itu, pada kondisi Kampung Jogoyudan ini, mereka menggunakan sumur dan tangki air bersama yang akan disalurkan kepada setiap rumah melalui pipa bawah tanah.

Setiap warga diwajibkan membayar kebutuhan airnya sesuai banyaknya pemakaian. Kebutuhan tersebut dihitung melalui meteran air yang terpasang pada setiap rumah. Sumber air pada kampung ini berasal dari PDAM.

Kampung Bantaran Kali Code, Yogyakarta . 11 Juli 2022

SEMARANG

Kampung Pelangi, Semarang

Background

Kampung Pelangi ini merupakan kampung wisata yang baru terbangun saat masa pandemi. Pada awalnya kampung ini merupakan perkampungan padat penduduk seperti pada umumnya. Ingin memberikan citra dan visual yang estetik bagi Kota Semarang, kampung ini lalu berinisiatif untuk mengecat rumah-rumahnya dengan warna-warna cerah seperti pelangi. Mereka bahkan menambahkan mural-mural pada dinding yang dilalui wisatawan.

Selain itu, usaha kampung ini untuk menjadi desa wisata juga dilakukan dengan cara menambah dekorasi pada gang-gang kampung dan jalan masuk, dekorasi tersebut berupa bungabunga dari plastik bekas, payung-payung gantung, dan lain-lain.

Kampung ini secara geografis terletak pada tanah miring seperti perbukitan, sehingga konstruksi pemukiman ini naik dari bawah ke atas. Pada puncak kampung ini terdapat menara pandang yang dibuat sendiri oleh warga, sebagai tempat untuk menikmati pemandangan kota semarang.

Issues

Sayangnya, dalam merencanakan kampung wisata ini, pengelola, yang dalam hal ini masyakarat kampung itu sendiri, kurang memperhatikan value management dan maintenance kawasan. Belum ada 5 tahun kampung wisata ini dibuka, sudah ada beberapa kerusakan terlihat dalam kampung ini. Selain itu, antusiasme wisatawan juga jauh berkurang daripada 1 bulan pertama wisata ini dibuka.

Kerusakan tersebut diantaranya adalah warna cat rumah yang memudar sehingga meninggalkan kesan kumuh alih-alih cantik berwarna-warni. Selain itu, sudah banyak dekorasi yang rusak serta beterbangan karena faktor cuaca.

Diperlukannya high maintenance tentunya tidak seimbang dengan pemasukan kampung wisata ini, sehingga hingga saat ini tidak terlihat adanya proses perbaikan dan peremajaan pada Kampung Wisata Pelangi. Kampung Pelangi,

Result

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, kami menemukan banyak ketidaksesuaian dalam penyelesaian arsitektur. Diantaranya adalah jalan kendaraan yang terlalu menanjak untuk naik ke atas, jalanan tersebut sangat sempit pada kondisi geografis yang termasuk curam. Disamping jalan untuk motor juga disediakan tangga untuk pedestrian, namun, lagi-lagi tangga tersebut banyak yang berbeda ukuran satu dengan lainnya sehingga cenderung membahayakan pejalan kaki.

Analysis and Advices

Pengecatan kampung-kampung dengan berbagai warna untuk menarik wisatawan sebetulnya merupakan cara instan yang tidak bertahan lama bagi aspek pariwisata dan pemasukan kampung tersebut. Pola solusi yang sama juga ditemukan pada kampung bantaran Kali Code dan Kampung Jodipan, Malang.

Dibutuhkannya high maintenance pada setiap bagian rumah yang di cat dan juga pada dekorasi-dekorasi yang dipasang juga merupakan kendala utama dalam pengelolaan wisata ini. Iklim dan cuaca di Indonesia juga tidak mendukung adanya konsep desa wisata seperti ini, cat yang cepat memudar karena terkena panas dan hujan, serta dekorasi yang cepat rusak karena terkena hujan dan tertiup angin.

Terlihat kondisi kampung yang belum mengalami peningkatan menjadi desa wisata, banyak dinding belum di plester dan di cat, rumput liar tumbuh dimana-mana

Kondisi kampung setelah mengalami pengecatan dan mulai diberikan dekorasi-dekorasi tambahan. Pengacatan dilakukan mulai dari dinding hingga atap

Kondisi kampung saat cat dinding mulai memudar dan belum di cat ulang. Kampung terlihat kumuh kembali karena warna cat yang semakin hilang

BANDUNG

Background

Sesuai dengan judulnya, microlibrary, bangunan ini merupakan sebuah perpustakaan mini dengan stage/ruang serbaguna yang terletak dibawahnya. Tujuan dibangunnya bangunan ini adalah sebaai respon dari minimnya tingkat membaca anak-anak. Bangunan ini merespon 2 kondisi masyarakat yaitu masyarakat kelas menengah ke bawah dan menengah ke atas, dengan harapan bangunan ini dapat menjadi tempat pemersatu 2 golongan anak-anak tersebut.

Potencies

Bima Microlibrary ini dibangun pada kawasan padat penduduk, bangunan ini hadir untuk melengkapi fasilitas dan infrastruktur umum pada daerah tersebut, seperti menyediakan taman baca gratis bagi anakanak yang terletak dilantai 2, dan menyediakan ruang serbaguna/stage dilantai 1 untuk duduk bersantai. Selain itu Bima Microlibrary jugamemiliki halaman berkonblok yang digunakan anak-anak untuk bermain futsal.

High Maintenance Material as Main Issues

Pada awalnya, ice cream bucket dipilih untuk menjadi material utama dari fasad bangunan. Hal tersebut dilatarbelakangi karena banyaknya sampah plastik bekas yang tidak dipakai ulang demi mengurangi penyebaran sampah di lingkungan. Berbasis reuse dan recycle, maka ice cream bucket bekas dipilih untuk menjadi material fasad bangunan.

Pada awal kondisi bangunan ini berdiri, ice cream bucket tampak sangat putih dan bersih. Mendukung visual bangunan untuk tampa lebih estetik. Selain itu materialnya yang berupa plastik tipis memiliki sifat translucent, sehingga mendukung cahaya matahari masuk ke ruang baca anak-anak.

Namun karena penyusunan ice cream bucket yang terlalu rapat, serta bentuk ice cream bucket yang cekung ke dalam membuat material tersebut memiliki tendensi untuk menangkap debu. Seiring berjalannya waktu, debu-debu tersebut berkumpul menjadi lebih banyak. Karena tidak dibersihkan secara rutin, debu tersebut menggumpal dan menempel pada permukaan ice cream bucket. Adanya hujan juga memperparah kondisi tersebut.

Before

Pencahayaan dari luar ruangan masuk ke dalam ruang dengan sempurna sehingga ruangan terang dan mendapat dahaya matahari yang cukup. Ice cream bucket juga terlihat masih sangat putih dan bersih

After

Ice cream bucket menangkap banyak debu untuk masuk ke dalamnya dan melingkupi disekitarnya. Sehingga ketika tidak dibersihkan, debu-debu pada ice cream buket menghalau cahaya untuk masuk ke dalam dan ruangan menjadi gelap

Result

Less-energy Building

Ice cream bucket yang dibolongkan pada tiap-tiap alasnya memberikan jalan ventilasi bagi udara luar untuk masuk ke dalam. Selain itu metode penyusunan ice cream bucket yang sedemikian rupa juga memberikan akses jalan bagi udara untuk bersilangan.

Ice cream bucket yang translucent juga dengan sangat baik membiaskan cahaya dari luar menuju ke dalam.

Material Reuse Concept

Dengan menggunakan kembali 2000 ice cream bucket, bangunan ini diharapkan dapat mengurangi peredaran sampak plastik dalam lingkungan. Bima Microlibrary pun membuktikan bahwa material bekas pun dapat digunakan kembali menjadi material bangunan jika di treatment dan digunakan sesuai dengan kondisinya.

High Maintenance Building

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bangunan Bima Microlibrary membutuhkan perawatan tinggi untuk tetap menjaga kebersihan dan kerapiannya. Perawatan tersebut dibutuhkan untuk tetap mempertahankan konsep less-energy buildingnya.

Bagian fasad bangunan adalah bagian yang seharusnya menjadi prioritas dalam perawatan karena material ice cream bucket sepanjang fasad bangunan bersifat menangkap debu.

Dibawah merupakan dokumentasi yang ditemukan selama observasi di lapangan. Terlihat beberapa tempat dalam Bima Microlibrary ini yag kotor dan tidak terawat.

Lack of Value Management Building

Value management building merupakan hal utama dan penting dalam perencanaan sebuah bangunan. Sebuah bangunan harus menyusunkan value management building jika bangunan tersebut ingin tetap berfungsi secara efisien dan efektif. Dalam kasus ini, Bima Microlibrary terlihat sangat kurang dalam perencanaan value management buildingnya. Seperti, berapa tahun sekali bangunan harus diperbaiki plafond dan lantainya. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan untuk perbaikan setiap periodenya, dll.

Dokumentasi penyerahan plakat sebagai tanda kenang-kenangan kepada Karang

Bima Microlibrary, Bandung.

Bima Microlibrary, Bandung . 13 Juli

Taruna

Studio Akanoma Background

Berangkat dari adanya isu-isu lokal masyarakat Indonesia seperti ketimpangan ekonomi, sulitnya memiliki sebuah rumah di Indonesia karena angka kemiskinan yang tinggi, banyak lahan berkurang karena digunakan manusia untuk membangun industri, banyaknya kampung padat penduduk yang sulit dikondisikan dan rawan bahaya kebakaran.

Motivasi Studio Akanoma adalah untuk memfasilitasi masyarakat Indonesia akan sebuah hunian arsitektur nusantara untuk semua, menciptakan gerakan volunteer bagi masyarakat kelas menengah ke bawah, selain mewujudkan hunian low-cost juga mewujudkan perkembangan wisata logis untuk memutar roda ekonomi masyarakat.

Biggest Issue to Solve

Gentrifikasi merupakan fenomena perpindahan kepemilikan dari pihak yang miskin kepada yang kaya. Contohnya pada kasus tanah-tanah desa Bali yang dibeli investor sehingga masyarakat miskin tidak lagi memiliki tanah untuk hunian ataupun bekerja.

Solutions Based on Akanoma Studio Kekhawatiran akan semakin berkurangnya lahan sebagai hunian masyarakat dari waktu ke waktu semakin nyata. Banyak lahan berkurang drastis sehingga masyarakat kota terpaksa hidup di tempattempat seperti bawah jalan tol, bawah kolong jembatan, dan dipinggiran sungai. Atas dasar hal tersebut, maka dalam presentasinya, Studio Akanoma memaparkan beberapa solusi :

1. Rumah bersama (middle rise co-housing) 2.

Kampung deret (row) yang memiliki berbagai macam fungsi (mixeduse) sebagai tempat retail, pertokoan, dan rumah sewa

Kampung susun yang tetap mempertahankn interaksi sosial antar warganya 3.

Sistem Keuangan Maju

Sistem bagi hasil dengan warga masyarakat, misalnya dengan mengadakan tabungan bersama

General Mindset

Arsitek sebagai perancang yang mampu menyelesaikan masalah harus mampu dan tahu akan apa yang dibutuhkan bagi masyarakat kampung serta harus berpikir secara holistik dan visioner

Perputaran Roda Ekonomi Masyarakat Mandiri

Warga mendapat penghasilan dan mampu menciptakan ekonomi maju

Perencanaan kuliner, pariwisata, guest house. Meningkatkan produktivitas home industry seperti gula jawa dan madu hutan.

Menghindari perencanaan kerajinan-kerajinan kecil-kecilan karena akan kurang bermanfaat dan sulit dilirik wisatawan.

Provide comfort and facilities

Perencanaan pos ronda, balai serbaguna warga, serta fasilitas-fasilitas sekolah dan rumah ibadah

Melakukan perencanaan utilitas yang matang seperti pengadaan air bersih, drainase, penanggulangan sampah warga masyarakat

Merencanakan mitigasi bencana yang paling rawan terjadi dalam masyarakat kampung (kebakaran dan banjir)

Yang dibutuhkan masyarakat Needs Profit ekonomi

Embrace Local Material

Penggunaan bambu sebagai material lokal juga sangat terlihat dalam pengaplikasan material ala Studio Akanoma ini. Material bambu dipilih karena ramah lingkungan, mudah di daur ulang, ringan, kuat, dan tahan lama.

Reuse Material Concept

Saat berkunjung ke Studio Akanoma, banyak sekali rumah contoh atau prototype bangunanbangunan yang bersifat micro. Rumah contoh tersebut digunakan sebagai acuan atau percobaan akan sebuah pertanyaan "Seberapa kecil rumah yang bisa manusia tinggali?"

Kaca mobil bekas yang digunakan sebagai fasad bangunan, berfungsi sebagai dinding dan jendela

Lembaran seng bekas yang digunakan sebagai dinding. Terdapat wajan bekas yang digunakan sebagai tempat duduk

Bath up yang dibelah menjadi 2 ternyata dapat difungsikan sebagai tempat duduk

JAKARTA

Keterangan :

Kampung Tongkol 1.

Kampung Krapu 2.

Kampung Lodan 3.

Kampung Kunir 4.

Kampung Akuarium 5.

Background

Lima pemukiman padat penduduk yang terdapat di dalam peta merupakan area underprivilege Jakarta Utara. Walaupun area tersebut sama-sama dikategorikan sebagai underprivilege area, namun masing-masing area memiliki latar belakang dan perjuangannya sendiri.

Kelima kampung ini menghadapi permasalahan yang sama yaitu masalah sanitasi, masalah kepadatan penduduk, masalah kelayakan hidup dan kesehatan, serta masalah bencana banjir dan kebakaran.

Pada masa pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja

Purnama (Ahok), kelima kampung ini mengalami pengancaman dan ultimatum penggusuran kawasan kumuh dan berencana untuk dipindahkan ke rusunawa. Menghadapi permasalahan yang sama, kelima kampung ini ternyata memiliki caranya sendiri untuk mempertahankan hak tempat tinggal mereka.

Co-Housing Ciliwung, Kampung Tongkol, Jakarta Utara

Background

Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan merupakan sebuah perkampungan padat penduduk yang berafiliasi dibawah 2 komunitas, JRMK (Jaringan Rakyat Miskin Kota) dan Komunitas Anak Kali Ciliwung. Ketiga kampung ini menempati kondisi geografis disekitar Sungai Ciliwung. Akibat banyaknya penduduk dan bertempat di bantaran sungai, maka banyak permasalahan timbul pada warga masyarakat dan menjadi permasalahan yang serius bagi pemerintah provinsi DKI Jakarta.

Issues

Perkampungan padat penduduk sering kali dilirik sebelah mata oleh banyak pihak. Selain karena kumuh, bau, dan lembab, perkampungan padat penduduk memberikan impresi pertama pada warga sekitar akan adanya unpleasant visual yang merusak keindahan kota secara keseluruhan. Hal tersebut juga terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Ahok yang memberikan ultimatum pada Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan untuk melakukan pergusuran.

Permasalahan banjir dan aliran sungai yang kotor juga menjadi masalah bagi ketiga kampung ini. Ketika sungai meluap maka mau tidak mau warga yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung harus mengungsi ke tempat yang disediakan pemerintah. Selain itu, banyaknya penduduk dan KK yang terdapat dalam tiga kampung ini juga menjadi concern akan ketersediaan lahan untuk hunian yang semakin menipis.

Potencies

Ketiga kampung ini memiliki sisi historical yang kuat sebagai potensi terbesarnya. Salah satunya adalah Kampung Tongkol yang langsung berbatasan dengan dinding Kota Tua Jakarta, lokasinya pun juga dekat dengan area Fatahillah.

Social and Economic Condition

Karena merupakan underprivilege area, maka sebagian besar warga masyarakatnya bekerja dalam sektor informal dalam bidang ekspedisi dagang. Dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa membuat banyak warga masyarakatnya bekerja dalam area tersebut. Keseharian kampung tersebut dipenuhi oleh kendaraan besar seperti truk dan pick up yang mengangkut barang hasil ekspedisi.

Social Action and Solutions

Community Architect

Adalah ASF-ID (Architecture Sans Frontieres Indonesia) yang menjadi pendamping arsitek dari ketiga kampung ini. Mereka bertugas untuk menerima segala aspirasi warga kampung, menjadi perwakilan dalam pemerintahan, dan memberikan perencanaan kampung untuk meningkatkan kualitas hidup warga kampung.

Other Community Kampung ini juga dibersamai oleh JRMK (Jaringan Miskin Rakyat Kota), Komunitas Anak Kali Ciliwung, dan Koperas Kampung. Komunitas-komunitas ini lah yang bekerja sama dengan ASF-ID dalam melakukan perencanaan ketiga kampung ini.

Kebijakan Pemerintah Basuki Tjahaja Purnama

Pada masa pemerintahan Gubernur Ahok ketiga kampung ini mengalami ultimatum pergusuran. Pergusuran tersebut dikarenakan pemukiman warga sekitar bantaran Sungai Ciliwung melebihi sempadan yang tertuang dalam PUPR, selain itu, perkampungan ini juga menimbulkan unpleasant visual jika dilihat dari kejauhan.

(2014 - 2015) Warga Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan bersikeras untuk tetap tinggal dalam area tersebut karena alasan pekerjaan. Pada saat itu pemerintah telah menyiapkan Rusun Marunda.

Co-housing Ciliwung, Kampung Tongkol, Jakarta Utara

Sebagian besar warga masyarakat kampung menolak akan pergusuran ini dan bersikeras untuk tinggal. Berdasarkan hasil tempuh yang ditemukan, perjalanan tempuh dari kampung asal menuju ke Rusun Marunda ditempuh dalam 16.7 km. Banyak warga mempertimbangkan pekerjaan mereka yang akan hilang dan berdampak pada berkurangnya pendapatan rumah tangga. Selain itu, tinggal dalam rumah susun milik pemerintah berarti mereka menyetujui akan pembayaran uang sewa bulanan.

Perpindahan tersebut, dalam benak masyarakat kampung, memiliki banyak kerugian dan risiko daripada mereka tinggal dalam area kampung asal mereka. Bagi mereka, pemerintah tidak memikirkan kehidupan jangka panjang masyarakat kampung apabila mereka dipindahkan dalam rumah susun.

Kebijakan Pemerintahan Anies Baswedan Pada saat masa transisi pemerintahan provinsi menjadi Anies Baswedan, Warga Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan ditemani oleh arsitek pendamping ASF-ID mengajukan proposal desain tentang Konsep pembersihan Sungai Ciliwung. Usulan tersebut diterima oleh pemerintah provinsi yang baru.

Masyarakat kampung secara mandiri menertibkan diri dan menaati peraturan sempadan PUPR Kota Jakarta untuk memundurkan rumah mereka sejauh 5 meter dari bibir Sungai Ciliwung. Hal ini merekalakukan sebagai bentuk kesungguhan mereka untuk tetap tinggal di area tersebut.

Selain itu, terdapat pula program CAP (Community Action Plan) yang bertugas membangun infrastruktur dan sarana prasarana. Berbagai upaya dilakukan seperti membuat drainase dan septic tank komunal, serta pembuatan filter sungai untuk menyaring sampah yang datang dari aliran sisi selatan.

Peningkatan SDM juga dilakukan dengan cara mengadakan sosialisasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan kali dan tidak membuang sampah sembarangan.

Gambar Rusun Marunda, Jakarta Utara

Co-housing Ciliwung sebagai rumah contoh. Terdapat 4 co-housing yang dibangun, masing-masing rumah memiliki lebar 2 meter. Dalam 4 rumah ini dihuni oleh 7 keluarga yang seluruhnya merupakan kerabat. Prinsip dalam co-housing ini adalah membagi dan membaurkan ruangan-ruangan di dalam rumah, melakukan analisis terhadap kebutuhan ruang yang dapat dibagi dan yang tidak dapat dibagi.

Berbagi lahan, satu bangunan, 4 unit bangunan, dan untuk 7 keluarga.

1. Berbagi tangga dan koridor sehingga didapat luas unit hunian yang maksimal

2. Satu sistem penyediaan air untuk 2 unit kamar mandi dilengkapi dengan 1 unit septic tank, saringan dan resapan air limbah, serta satu sambungan listrik

3. Rangka atap dan kanopi bambu, bahan ramah lingkungan. Bambu tersebut telah mengalami proses pengawetan dengan borax dan acid sehingga menghasilkan rumah yang kuat, indah, dan awet

5.

4. Memiliki ventilasi dan cahaya matahari alami yang masuk ke dalam ruangan sehingga dapat meminimalisir kelembaban dan mengurangi penggunaan cahaya pada siang hari

House Descriptions

Hierarki Ruang dan Pembagian Ruang

Sebelum melakukan perancangan desain terhadap 4 rumah contoh ini, hal pertama dan utama yag harus dilakukan adalah dengan membagi ruang dan membaurkan ruang. Mas Kamil sebagai architect in charge sempat mewawancarai masingmasing keluarga tentang pembagian ruang ini. Diawali dengan pertanyaan "Ruangan apa yang dapat dipakai bersama-sama dan tidak?"

Hasil dari observasi keseharian masingmasing keluarga dan beberapa wawancara adalah, ruang kamar mandi merupakan ruang yang shareable karena kamar mandi merupakan ruang yang jarang dipakai dan waktu yang dihabiskan dalam kamar mandi tidak sebanyak menghabiskan waktu di ruang lain.

Sebaliknya, dapur yang dinilai sebagai ruang yang shareable ternyata pada kenyataannya tidak. Seluruh keluarga tersebut memiliki opini yang sama tentang dapur sebagai ruang pribadi, menurutnya dapur merupakan ruang private. Banyak alasan yang menjadikan dapur sebagai ruang private, diantaranya karena dapur merupakan tempat penyimpanan logistik bahan pangan dan dapur merupakan tempat dimana seseorang menghabiskan waktu yang lama.

Dari pemaparan tersebut maka terciptalah hierarki dan perencanaan ruang yang sesuai dengan pola keseharian user.

Dokumentasi pematerian tentang sejarah Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan, kelembagaan yang terdapat dalam ketiga kampung ini, sejarah ketiga kampung dan potensinya, dan permasalahan yang dihadapi warga masyarakatnya oleh Pak Andi (kiri) mewakili JRMK dan oleh Bu Ani (kanan) mewakili pihak koperasi kampung. Serta Pemaparan tentang co-housing Ciliwung oleh Mas Kamil dan Mas Kano (tengah) mewakili ASF-ID

Kampung Kunir, Jakarta Utara

Background

Kampung Kunir adalah sebuah Kampung Asri yang tergusur di tahun 2015. Motto "Kampung Kunir, Kampungnya Kota Tua" berasal dari kedekatan warga terhadap Kota Tua, mereka tumbuh berkembang, belajar, dan hidup dari dan bersama Kota Tua.

Issues

Berbeda dengan kampung-kampung lainnya yang menetap dan tinggal di tanah lapang, warga masyarakat Kampung Kunir tinggal dibawah jalan tol dan jembatan rel kereta api. Walaupun berdekatan dengan kampung-kampung sekitar, namun jika ditelusuri lebih dalam Kampung Kunir memiliki kompleksitas masalah tersendiri bagi warganya.

Tinggal di bawah jalan tol dan jembatan rel kereta api memiliki tambahan risiko tinggi akan kecelakaan kendaraan yang melintas diatasnya, tentunya, bencana kebakaran dan banjir juga tetap menjadi concern masyarakat Kampung Kunir. Selain itu, kampung ini merupakan kampung yang paling minim cahaya matahari. Pada siang hari, cahaya matahari sangat sulit untuk masuk ke dalam ganggang Kampung Kunir. Kelembaban di dalam rumah sangat tinggi dan jalan setapak depan rumah becek karena air sisa dapur. Dapur mereka terletak di jalanan sehingga menyebabkan sampah dapur dan sisa air masak berserakan.

Potencies

Kampung Kunir memiliki sisi historical yang kuat sebagai potensi terbesarnya. Area Kampung Kunir terletak dekat dengan area Kota Tua Jakarta yang sekarang difungsikan sebagai tempat wisata. Beberapa peninggalan bersejarah juga ditemukan dalam area Kampung Kunir yang kemudian akan diletakkan dalam kampung susun yang sedang dalam proses pembangunan.

Social and Economic Conditions

Dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa, sebagian besar warga masyarakat Kampung Kunir memiliki profesi sebagai buruh industri dan buruh pelabuhan dalam sektor informal. Profesi ini juga hampir sama dengan warga Kampung Tongkol, Kampung Krapu, dan Kampung Lodan.

Social Act and Solutions

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama ASF-ID (Architect in charge : Mas Kamil) melakukan perencanaan kampung susun untuk memindahkan warga Kampung Kunir ke tempat yang lebih layak huni. Sebanyak 33 KK yang terdaftar berasal dari Kampung Kunir akan menempati 1 unit kampung susun yang sedang dalam tahap pembangunan ini.

Kampung Susun Kunir : Bersama Kota Tua merupakan kampung susun dengan mixed-used function. Pada lantai dasar dapat ditemui galleri seni peninggalan sejarah Belanda, retail dan pertokoan, serta unit sewa khusus difabel.

Building Descriptions

Sama seperti Kampung Akuarium, konsep pembangunan Kampung Susun Kunir juga melibatkan berbagai pihak (Community Action Plan) agar rancangannya sesuai dengan kebutuhan warga yang akan menempatinya. Konsep kampungnya tetap dipertahankan dalam rancangannya. Di samping sungai, direncanakan ruang bersama yang cukup luas. Sementara, di lantai dasar ada ruang interaksi di selasar. Itu semua akan menghadirkan situasi kampung yang guyub dalam sebuah rumah susun.

Desain kampung susun ini menyesuaikan dengan kebutuhan warga Kampung Kunir. Selain itu juga memiliki ventilasi silag dan pencahayaan alami ke seluruh ruangan.

Terletak di daerah historical dengan Kota Tua, desain Kampung Susun Kunir dibuat sangat responsif terhadap site dan dibuat kolaboratif dengan warga masyarakat itu sendiri.

Menghormati Cagar Budaya

Dalam proses perencanaannya terdapar ruang galeri sejarah yang diletakkan di lantai dssar. Ruangan ini berfungsi sebagai sarana pendidikan kepada publik tentang sejarah Kampung dan Kota Tua. Selain itu pada bagian halamannya ditelakkan situs arkeologi dengan penanda jejak tembok Kota Tua sebagai penghormatan terhadap sejarah.

Kampung Akuarium, Jakarta Utara

Social and Economic Conditions

Kampung Akuarium merupakan kampung yang terletak di sisi paling utara Kota Jakarta. Kampung ini dekat dengan pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagian besar warga Kampung Akuarium berprofesi sebagai nelayan dan menggantungkan hidupnya pada perairan sehingga membutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung. Awalnya daerah ini merupakan area yang dihuni secara liar oleh para nelayan. Namun saat ini area tersebut telah mengalami proses konstruksi tower kampung susun sebagai bentuk peningkatan kualitas hidup masyarakatnya.

Social Act and Solutions

Masa Pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama

Bernasib sama dengan kampung-kampung sebelumnya, kampung akuarium merupakan kampung yang pertama kali mendapat ultimatum pergusuran dari pemerintah. Pada saat itu, warga kampung akuarium akan dipindahkan ke Rusun Marunda, Rawa Bebek (masih satu rusun yang sama dengan Kampung Tongkol)

Perpindahan tersebut tentu ditolak mentah-mentah oleh wargasetempat. Masih dengan alasan yang sama dengan warga Kampung Tongkol, warga Kampung Akuarium merasa dirugikan karena mereka menggantungkan pekerjaan dan hidupnya dari perairan.

Community Architect

Mas Andesh, Mbak Vidya, dan Mbak Amel merupakan pendamping arsitek Kampung Akuarium mewakili Rujak Center for Urban Studies. RUJAK merupakan forum studies yang mengadvokasi warga miskin dan menjadi pendampung kampung-kampung berbasis underprivilege.

Visi RUJAK fokus kepada pendampingan masyarakat dengan proses desain partisipatif, fokus dalam pendampingan hak atas hunian yang layak, perencanaan kampung yang mempertahankan ekonomi warga masyarakat.

Masa Pemerintahan Anies Baswedan

Program CAP (Community Action Plan) kemudian mewujudkan terbangunnya tower Kampung Akuarium yang direncanakan oleh RUJAK selaku pendamping arsitek kawasan Kampung Akuarium.

Perencanaan masterplan ini memiliki total 5 tower, dengan fasilitas pasar ikan, RTH, dan lapangan hijau. Berbasis urban area, Kawasan Kampung Akuarium ini diharapkan dapat menampung seluruh aktivitas dan kegiatan berbasis "Kultural dan Akuatik".

Dibagi menjadi 3 zona yaitu :

Zona pemukiman 1.

Zona niaga yang digunakan sebagai tempat berdagang seperti pasar ikan, koperasi, dan retail 2.

Zona fasilitas umum, seperti area terbuka hijau dan lapangan 3.

Kampung

Design Approach

Menekankan pada konsep desain kampung, bukan rumah susun, bangunan ini dibagun dengan memperhatikan 3rd Place sebagai sarana interaksi sosial bagi warga Kampung Akuarium. Demi menciptakan 3rd place tersebut, maka bangunan tower kapung susun ini dibuat dengan konsep split level dengan lebar koridor sebesar 4 meter. Atas dasar hal ini, interaksi silang dapat terjadi baik secara vertikal ataupun secara horizontal.

Tower 8 lantai ini tetap memiliki atap pelana sebagai tumpuan aspek psikologis akan arti sebuah rumah bagi masing-masing individu. Seluruh proses desain melibatkan warga Kampung Akuarium dan setiap warga diberikan kebebasan untuk memilih sendiri material roaster yang akan dipasang di unitnya. Hal ini menciptakan emotional attachment antara warga dengan tower yang kelak akan menjadi huniannya.

Mitigasi Bencana

Perencanaan Tower Kampung Akuarium ini tentu tidak melupakan tentang pentingnya mitigasi bencana terutama kebakaran. Pada setiap tower memiliki jembatan penghubung untuk menuju ke tower sebelahnya, jembatan tersebut dibuat untuk mempercepat aksesibilitas warga terhadap tangga darurat sehingga proses evakuasi dapat dilakukan dengan aman.

Satu tangga kebakaran melayani 2 tower kampung susun, itulah mengapa dibuat jembatan penghubung antar towernya. Selain itu terdapat jalan inspeksi mengelilingi tower sebagai akses masuk mobil pemadam kebakaran.

Hierarki Unit dan Ruang

Dalam perencanaan unit ini, RUJAK selaku arsitek pendamping menyrahkan seluruhnya kepada warga Kampung Akuarium. Warga Kampung Akuarium yang diorganisasikan oleh Koperasi Kampung Akuarium membuat kesepakatan tentang hierarki ruang dan unit, dengan lansia dan difabel menempati lantai dasar.

Terima Kasih

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.