Penguatan ‘Gernas Baku’ dalam Keluarga

Page 1

SOROT REDAKSI

Rentenir

DYAH SUGESTI

Oleh Asisten Redaktur

HIRUK HIRUK pikuk persoalan lintah darat alias rentenir sebetulnya sudah berlangsung lama. Banyak pihak yang ingin sekali menyingkirkan mereka. Tapi ratarata belum membuahkan hasil yang jelas. Masyarakat yang memilih pinjam uang di rentenir itu selalu ada, karena mereka banyak menawarkan kemudahan.

Meski bunganya tinggi, rentenir hadir setiap saat. Butuh uang mendadak kala anak harus bayar sekolah, hadirrr.. Butuh uang mendadak untuk biaya rumah sakit, cap cus langsung cair! Bahkan mereka juga rajin menyambangi pedagang mikro yang perputaran uang per harinya tak menentu. Pinjaman Rp 1 juta, Rp 2 juta untuk menambal sedikit kebutuhan menjadi hal yang biasa.

Penguatan ‘Gernas Baku’ dalam Keluarga

OLEH: HAMIDULLOH IBDA

Dosen dan Kaprodi Pendidikan Guru MI (PGMI) STAINU Temanggung

S S S S S

Meski bunganya tinggi, rentenir hadir setiap saat.

Butuh uang

mendadak kala anak harus bayar sekolah, hadirrr

Butuh uang

Beberapa tahun lalu di Purbalingga, ada penjual yang kebingungan karena akta lahir disita rentenir. Hutangnya tak kunjung lunas juga, dokumen pun jadi jaminan. Masalah lainnya juga sempat terjadi di Banyumas, ketika seorang pedagang harus membayar bunga pinjaman yang terus mekar di antara himpitan ekonomi. Kepingin sekali hutang di bank, tapi persyaratannya ruwet. Mau masuk ke bank, tapi sungkan. Ingin pinjam uang ke bank, tapi takut salah. Takut juga kalau permohonan pinjamannya ditolak.

mendadak untuk biaya rumah sakit, cap cus langsung cair!

Pinjamlah akhirnya ke

rentenir, yang mudah, cepat, tidak ribet. Tapi konsekuensinya, bunga tinggi. Beberapa hal ini yang biasanya banyak terjadi di masyarakat.

Lalu belum lama, Otoritas Jasa Keuangan meluncurkan Bank Wakaf Mikro. Tujuannya jelas, untuk memerangi rentenir. Pokoknya rakyat miskin bisa pinjam uang untuk modal usaha mikro dengan mudah. Hal ini dikatakan oleh

Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) Ahmad Soekro Tratmono saat OJK melakukan media gathering di Purwokerto.

Konsep Bank Wakaf Mikro ini sebetulnya sederhana. Bank Wakaf Mikro berbadan hukum koperasi, di bawah

Kementrian Koperasi. Sementara izin usahanya berada di bawah OJK, pengelolaannya di bawah pesantren.

Dana Bank Wakaf Mikro sendiri berasal dari donatur. Artinya, uang modal ini bukan uang yang harus kembali, seperti hanya uang investor. Dananya benarbenar dari donasi.

Bank Wakaf Mikro memberikan pinjaman sebesar Rp 1 juta untuk setiap nasabahnya. Angsurannya pun sangat ringan, yakni Rp 20 ribu selama 50 minggu. Hal yang menarik dari Bank Wakaf Mikro adalah proses pendampingan nasabahnya. Setiap nasabah yang mencicil utang, akan didampingi. Tiap minggu mereka berkumpul, bayar utang cicilan, sambil mendengarkan tausiyah dari ustaz, dan diberikan pengarahan tentang penguatan ekonomi keluarga.

Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) Ahmad Soekro Tratmono sendiri mengatakan, pendampingan ini adalah kunci suksesnya Bank Wakaf Mikro. Bahkan gegara pendampingan, Non Peforming Financing alias kredit bermasalahnya bisa nol! Dalam satu kelompok untuk pertemuan mingguan, mereka menggunakan sistem tanggung renteng.

Tanggung renteng ini artinya, setiap anggota alias nasabah harus siap menanggung jika ada satu diantara anggota tidak mampu membayar utang. Pilihannya adalah ‘menambal’ utang dan menanggungnya bersama, atau mengeluarkan anggota dan mencari nasabah lain untuk menggantikannya. Lalu benarkah rentenir bakal punah dengan adanya model pembiayaan berbasis pendampingan komunitas ini? Kita lihat saja.(sugesti@satelitpost.com) (sugesti@satelitpost.com) (sugesti@satelitpost.com)

Jadwal Kegiatan Donor Darah Sukarela di Kabupaten Banyumas

SELASA, 10 APRIL 2018

Resto 234 Depan Polsek Karanglewas

Pukul 13.00-15.30 WIB

Lobi Rumah sakit Hermina Karanglewas

Pukul 09.00-12.30 WIB

Balai Desa Sokawera Cilongok

Pukul 19.30-21.30 WIB

Masjid Darussalam Desa Pekuncen Kecamatan Pekuncen

Pukul 19.30-21.30 WIB

SETIAP HARI

Unit Donor Darah (UDD) PMI Kabupaten Banyumas

Jl. Raya Pekaja Desa Sokaraja Tengah

07.00 WIB - selesai

Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia Kab. Banyumas

Jl. Raya Pekaja No. 37 Sokaraja

Telp : (0281) 6441014 e-mail: uddpmikabbanyumas@yahoo.co.id

ALAH ALAH satu program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Ditjen PAUD dan Dikmas adalah Gerakan Nasional Orang

Tua Membacakan Buku (Gernas Baku). Program ini didedikasikan menjadi formula penguatan literasi dalam keluarga, PAUD dan komunitas literasi.

Membangun kemampuan literasi anak, baik literasi lama (membaca, menulis, berhitung), dan literasi baru (literasi data, teknologi, dan humanisme) sangat ditentukan keluarga. Sebab, keluarga menjadi taman persemaian intelektual, spiritual, dan moral anak-anak.

Jika kita dihadapkan zaman disrupsi (ketercerabutan) di era Revolusi Industri 4.0 ini, maka bonus demograsi Indonesia pada 2045 harus disiapkan jauh-jauh hari.

Data Ditjen PAUD Kemdikbud menyatakan Indonesia saat ini memiliki 33 juta anak berusia 0-6 tahun (Media Indonesia, 3/4/2018). Tantangan keluarga harus bisa menyiapkan anak-anak menjadi generasi emas pada hari depan.

Anak-anak melek literasi atau sebaliknya sangat ditentukan pola asuh, among, dan iklim keluarga yang literat atau tidak. Kunci kesuksesan pendidikan anak sangat ditentukan pendidikan pertama dan utama dalam keluarga.

Dari tahun ke tahun, pemerintah mencari formula untuk memaksimalkan peran keluarga untuk mendukung pendidikan anak sesuai satuan pendidikan formalnya. Baik itu jenjang SD/MI, SMP/SMP, maupun SMA/SMK/ MA. Dalam hal ini, untuk mencetak anak melek literasi, Gernas Baku menjadi bagian dari ikhtiar mencetak generasi literat.

Menyambut Gernas Baku Menyambut Gernas Baku Menyambut Secara konseptual, Gernas Baku

merupakan gerakan orang tua yang membacakan buku di lingkup keluarga. Di sini, keluarga menjadi “sekolah literasi” bagi anakanaknya. Gernas Baku, dikonsep sebagai gerakan nasional yang dilakukan dengan kolaborasi antara pemerintah, pegiat peduli pendidikan, perguruan tinggi, dan dunia usaha. Hal itu dalam rangka meningkatkan partisipasi keluarga dan sekolah untuk menumbuhkan budaya membaca. Dalam praktiknya, tidak hanya di jenjang PAUD, namun Gernas Baku bisa diterapkan pada jenjang SD bahkan SMA. Sebab, diakui atau tidak, kehidupan di era milenial ini sangat jarang sekali anak-anak membaca atau dibacakan buku oleh orang tuanya. Realitasnya, anakanak lebih asyik mainan gadget, game, dan internet. Gernas Baku ini harus dipahami keluarga terutama ibu dan ayah untuk mendesain anak-anak literat,

melek aksara, dan memahami sumber informasi serta pengetahuan yang benar. Keluarga dalam menyukseskan Gernas Baku ini tidak sekadar mendorong tumbuhnya minat baca anak sejak dini. Namun juga menumbuhkan kedekatan psikologis antara anak dan orang tua. Melalui membacakan buku, anak-anak lebih dekat dengan orang tua. Mereka juga bisa curhat dan mengungkapkan apa saja yang dialaminya selama sehari penuh dengan orang tua. Penguatan Penguatan Gernas Baku sebagai sebuah gerakan literasi harus dikuatkan dan dijadikan program bersama untuk mencetak generasi literat. Ada beberapa formula menguatkan Gernas Baku. Pertama, memaksimalkan Gernas Baku yang sasarannya orang tua, warga sekolah dan masyarakat. Kedua, implementasi Gernas Baku di

semua rumah, satuan PAUD, komunitas, dan di perpustakaan desa, taman baca dan lainnya. Ketiga, penguatan kapasitas orang tua melek literasi. Mulai dari literasi membaca, menulis, berhitung, bahkan sampai literasi data, teknologi dan humanisme. Orang tua sebagai “guru literasi” dalam keluarga harus lebih literat dari anak-anak. Jangan sampai mereka “gaptek” dan kalah dengan anak-anak. Sebab, anak-anak zaman now karena lebih dekat dengan gadget menjadikan mereka “dewasa dini”.

Keempat, pemenuhan bahan bacaan, baik yang manual maupun digital. Misalnya, tiap minggu orang tua membeli buku baru dari toko buku. Orang tua juga bisa memanfaatkan e-library gratis yang bisa diakses dari Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah, dan website gratis yang memberi fasilitas bahan bacaan gratis.

Kelima, penguatan kemampuan literasi baru di era Revolusi Industri 4.0 dengan menajamkan pemahaman literasi data, teknologi dan humanisme. Dengan literasi baru ini, kemampuan literasi lama meliputi membaca, menulis, dan berhitung semakin kuat.

Kelima, budaya literasi harus konsisten berjalan di keluarga. Praktiknya, sejak bangun sampai akan tidur, keluarga harus mampu membangun iklim literasi. Tak hanya membacakan, namun orang tua harus mengajak anak menulis, menganalisis, dan mengajarkan metode mendapat informasi dan kebenaran yang bijak. Sebab, satu anak menyimpan ribuan potensi yang harus dikembangkan.

Gernas Baku harus konsisten dan haram jika formalitas. Sesuai rencana, pada Hari Pendidikan Nasional mendatang, Mendikbud Muhadjir Effendy akan meresmikan Gernas Baku dan mengajak seluruh orang tua dan tenaga pendidikan untuk melek literasi lewat baca buku.

Lewat Gernas Baku, anak-anak bisa menjadi generasi berkompeten, berkarakter, nasionalis, humanis dan memiliki teknologi batin yang halus. Literasi dalam keluarga tak boleh hanya wacana dan harus diimplementasikan konsisten. Jika tidak sekarang, kapan lagi?

Purwokerto Butuh RPTRA!

JANUARI JANUARI JANUARI JANUARI 2018 Taman Kober yang terletak di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat Kabupaten Banyumas berulang tahun genap setahun. Taman seluas 0,18 hektar yang tadinya lahan kosong di pinggir jalan depan PAUD yang ditanami singkong, ketela rambat dan papaya itu dibongkar dijadikan RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan anggaran Rp 600; juta hadiah Pemprov Jateng karena Banyumas meraih juara kedua lomba Hari Habitat. Pada ulang tahunnya yang pertama bisakah RTH Taman Kober menjadi RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) seperti Taman Cerdas di Jebres Solo atau RPTRA Kalijodo Jakarta?

Pemkab Banyumas kewalahan menyediakan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan Purwokerto. Laju pembangunan yang pesat menjadi kendala untuk memenuhi kewajiban kota menyediakan 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat, demikian diberitakan beberapa harian di Banyumas. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan

Daerah (Bappeda) Kabupaten Banyumas Eko Prijanto mengatakan, Pemkab menarget

menyediakan RTH publik seluas 760 hektare di wilayah perkotaan. Luas perkotaan Purwokerto 3.800 hektare. Saat ini, RTH publik baru teralisasi 418 hektare atau sekitar 11 persen dari target. Untuk memenuhi kekurangan 9 persen atau 342 hektare, dikatakan Eko, tidak mudah. Di Kota Purwokerto yang dikenal sebagai kota pendidikan yang terus berkembang memang belum memiliki ruang publik yang memadai. Baru beberapa misalnya, Alun-alun, kompleks Gor Satria, Andhang Pangrenan, Taman Bale Kemambang, Taman Satria, Taman Achmad Yani Karanganjing, Taman Lalu Lintas, Taman Edukasi Hayati Arcawinangun, Taman Berkoh, RTH Mersi dan kini Taman Kober, itu taman-taman yang ada di Kota Purwokerto. Di luar Purwokerto ada Taman Kota Ajibarang, Taman Kota Jatilawang, Taman Kota Sumpiuh Berdasarkan Perda Nomor 10 Tahun 2011 Tentang RTRW, luas RTH perkotaan di Kabupaten Banyumas seluas 5.421 hektare. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Cipta Karya Kebersihan dan

SAERAN SAMSIDI Sastrawan

Tata Ruang (DCKKTR) Kabupaten Banyumas Sudarsono mengatakan, untuk memenuhi luas minimal, setiap tahun harus ada penambahan RTH di perkotaan Purwokerto. Kepala Bidang Pertamanan dan Kebersihan DCKKTR Kabupaten Banyumas Ir Zahnir MPd MSi menegaskan bahwa dalam UndangUndang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang mengamanatkan, RTH publik paling sedikit 30 persen dari luas wilayah.

RPTRA Di Jakarta pada zaman Gubernur Ahok dibangun beberapa RTPRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) merupakan sebuah taman atau Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang didesain dengan konsep modern yang ramah anak dengan dilengkapi berbagai sarana prasarana pendukung seperti gazebo/pendopo untuk tempat belajar anak, sarana olahraga, fasilitas bermain, perpustakaan atau Taman Bacaan Masyarakat (TBM), toliet, lapangan bermain/olahraga, dan lain-lain (Rustam, 2015).

Tujuan dibangunnya Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) adalah sebagai fasilitas masyarakat

yang dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai pusat interaksi publik sekaligus sebagai media pembelajaran dan pengembangan minat dan bakat yang aman serta baik untuk anak-anak. Penggunaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) tidak semata mata hanya digunakan oleh anak-anak saja. Namun orang tua juga sangat dianjurkan untuk menggunakan fasilitas tersebut. Keberadaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) sengaja didirikan di tengah-tengah permukiman masyarakat dengan tujuan agar dapat mengubah pola pikir masyarakat untuk dapat bersosialisasi lebih dan melakukan aktivitas sosial di lokasi tersebut.

T T Taman Cer aman aman Cer aman Cerdas das das Saya berkhayal, Taman Kober bisa dikembangkan menjadi RPTRA. Lahan di sekitar Taman Kober masih cukup luas, ada sekitar 2 hektar-an. Ada lapangan bola yang rusak dan jarang dipakai. Ada kumpulan kolam ikan untuk pemancingan dan gedung PAUD desa yang sudah dinegerikan. Luas lahan kiranya cukup untuk dijadikan RPTRA. Atau menjadi Taman Cerdas seperti di Jebres Solo?

Taman Cerdas di Kecamatan Jebres Surakarta yang diubah dari tempat pembuangan sampah warga sungguh fenomenal. Utusan Khusus Sejen PBB Marta Santos Pais bersama pejabat Unicef perwakilan Indonesia Gunilla Olsson, Andrew Claypole dan Amanda Bissex menyambanginya Februari 2017 silam. Di Taman Cerdas Jebres Solo ada panggung kesenian/teater, perpustakaan, wahana alat musik, ruang gamelan, studio Konata (Radio Anak Surakarta) dan tentu saja ada berbagai ragam permainan anak serta Pusat Belajar Keluarga (Puspaga). Untuk memenuhi amanat Perda Nomor 10 Tahun 2011 Tentang RTRW dan Undangundang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang maka Pemkab Banyumas sangatlah cerdas bila mengkongkretkan khayalan saya dengan mewujudkan Taman Kober di Kelurahan Kober Kecamatan Purwokerto Barat menjadi RPTRA atau Taman Cerdas. Maka, terwujudnya Taman Cerdas Kober akan menjadi tantangan bagi siapa pun yang ingin jadi pemimpin baru Banyumas lewat Pilkada 2018. Ayuuuh, jago sapa sing bisa?(*) (*)

EDITOR: RUDAL AFGANI | LAYOUT : RIZQI SELASA KLIWON, 10 APRIL 2018 2
REDAKSI SatelitPost menerima kiriman opini dari pembaca. Panjang opini berisi tiga halaman spasi 1,5. Naskah dikirim via email dan hendaknya dilengkapi dengan foto terbaru berikut nomor telepon yang dapat dihubungi. Opini yang dikirimkan merupakan karya asli dari penulis. SatelitPost tidak mengembalikan opini yang diterima. Kolom ini juga terbuka untuk guru. email: opinipembaca_satelitpost@yahoo.co.id email: opinipembaca_satelitpost@yahoo.co.id
DOK

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.