Haluan 30 Mei 2011

Page 17

Sumatera Barat Lintas Sumbar Calon Ketua DPD REI Sumbar Bantah Mundur PADANG, HALUAN — Kandris Asrin, salah seorang calon Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) Sumbar Kandris Asrin membantah isu yang berkembang bahwa dirinya mengundurkan diri dalam persaingan perebutan Ketua DPD. REI Sumbar pada Musda yang berlangsung 9 dan 10 Juni mendatang. Kandris bahkan menegaskan bahwa dirinya tetap berkomitmen akan tetap maju walaupun hanya dipilih satu suara. “Saya tidak akan mundur kendati ada suara yang menginginkan saya untuk mundur. Bagaimanapun saya sudah mendaftar dan tidak akan mundur, saya akan terus bertarung,” kata Kandris, Minggu (29/5). Kandris juga membantah bahwa dirinya adalah pengurus impor. Informasinya, Kandris merupakan salah seorang anggota DPD REI Riau. Menurut Kandris, perusahaannya masih terdaftar sebagai anggota REI Sumbar dengan nomor anggota 006.141 sejak tahun 1997. “Apa alasannya saya dikatakan pengurus impor,” jelasnya. Kandris menyebutkan, keinginannya maju sebagai Ketua DPD REI Sumbar bukan didasari kepentingan popularitas dirinya maupun untuk melindungi perusahaannya, melainkan murni untuk mengubah kondisi REI Sumbar yang saat ini berada pada titik degradasi. Dia menilai, pascagempa dua tahun lalu, REI Sumbar seperti mati suri dan seolah-olah tidak terperhatikan. (h/nas)

Rumah Permanen Terbakar

M JONI

SEBUAH rumah permanen milik Yenti (40) di kampung Luar Salido Kecamatan IV Jurai Pessel hangus terbakar bersama isinya, Sabtu (28/5). PAINAN, HALUAN — Sebuah rumah permanen milik Yenti (40) di Kampung Luar Salido Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan hangus terbakar bersama isinya, Sabtu ( 28/5), sekitar jam 20.00 wib. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa ini dan kerugian diperkirakan ratusan juta. Informasi dari keterangan masyarakat di Tempat Kejadian Peristiwa (TKP) menyebutkan, api diduga berasal dari lilin yang membakar lantai papan di dapur rumah. Setelah mendapat laporan masyarakat, satu unit mobil kebakaran (Damkar) datang membantu. Namun sayang, bangunan rumah beserta isinya sudah hangus dimakan api. (h/mjn)

SENIN, 30 MEI 2011 M 27 JUMADIL AKHIR 1432 H

17

Masih Banyak Nelayan Gunakan Dayung

PADANG, HALUAN — Berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, masih banyak nelayan yang menggunakan perahu dayung untuk melaut menangkap ikan. Jumlahnya mencapai 1.500 orang. “Dari data yang kita miliki memang masih banyak nelayan tradisional, atau menggunakan perahu dayung untuk melaut, dan ini mempengaruhi hasil tangkapan dan ekonomi masyarakat pesisir pantai,” kata Kepala DKP Pessel Edwil Noer, di Padang, Minggu. Jumlah nelayan yang masih menggunkan dayung atau perahu tanpa motor saat ini di Pesisir Selatan ada 1.500 nelayan, banyaknya jumlah tersebut juga disebabkan pada tahun 2009 terjadi lonjakan nelayan yang pindah dari perahu bagan. Pada tahun 2009 tersebut nelayan bagan pindah ke dayung disebabkan semakin berkurangnya ikan di perairan lepas pantai, dan kekurangan alat untuk penangkap ikan seperti mesin tempel (longtael). Sehubungan dengan itu, pada tahun 2007, 300 nelayan sudah dibantu DKP Pessel dengan mesin tempel, untuk pengganti dayung, namun ternyata jumlah tersebut masih

jauh dari memadai untuk kebutuhan nelayan dalam melaut. “Kita memang mengusahakan pada tahun ini juga akan kembali membatu para nelayan dengan mesin tempel, agar nelayan dayung bisa dikurangi untuk peningkatan hasil perikanan,” jelas Edwar. Edwar menjelaskan, tahun 2011 ini target 1.000 perahu motor akan diberikan pada nelayan, sehingga pada tahun 2012 cuma tinggal 500 nelayan lagi yang perlu dibantu. Terget dari DKP Pessel sendiri pada tahun 2012 semua nelayan yang ada telah berpindah mengunakan mesin tempel agar dapat melaut lebih jauh ke tengah laut dalam menangkap ikan, dan menghasilkan tangkapan lebih banyak. Dengan perahu dayung nelayan menurut DKP Pessel hanya mampu mendapat penghasilan perharinya sekitar Rp40 ribu, sedangkan dengan perahu tempel maka penghasilan dapat mencapai Rp80 ribu per hari. (ant)

KASRA SCORPI

KIAN MENGECIL — Karena tidak ada upaya perbaikan, keruntuhan badan jalan di Cubadak Lilin Kecamatan Matur ini semakin bertambah, sehingga lebar badan jalan kian mengecil. (berita hal 18)

Solok, Agam dan Tanah Datar Paling Rawan Illegal Logging

PADANG, HALUAN — Hampir tiga bulan melakukan penelitian di kawasan perbukitan Bukit Barisan, Tim Ekspedisi Bukit Barisan (EBB) menemukan beberapa titik rawan longsor dan banjir akibat pembalakan liar. Daerah rawan tersebut di Sumbar yaitu Solok, Agam dan Tanah Datar. “Untuk di Sumbar, daerah yang paling banyak aksi pembalakan liar yakni di daerah Solok, Agam, dan Tanah Datar,” kata Wakasad TNI AD Letjen TNI AD Budiman Sudarsono,

di sela-sela kunjungannya ke Agam, Jumat (27/5). Menurut Budiman, Tim EBB telah melakukan penelitian di daerah Agam, Solok, Padang Panjang dan Padang Pariaman. Kemudian dari hasil penelitian tersebut ditemukan beberapa kawasan hutan yang ditemukan bekas pembalakan liar. Dia menambahkan, untuk mencegah terjadinya bencana alam di sepanjang Bukit Barisan, pihaknya telah melakukan penanam pohon. Pohon yang ditanam oleh tim tersebut yakni pohon mahoni

di sepanjang hutan Bukit Barisan. “Aksi penanaman pohon dan reboisasi dapat membantu menghentikan erosi, memperbaiki kerusakan lahan akibat penebangan pembalakan liar,” ujarnya. Selain itu, Tim Ekspedisi Bukit Barisan juga menemukan beberapa spesies hewan langka yang hidup di sepanjang hutan Bukit Barisan. Menurutnya, spesies hewan langka yang ditemukan oleh Tim tersebut yakni sepasang burung Ciung-Mungkal Sumatera alias Cochoa Beccani Salvadori 1879

pada kawasan Gunung Singgalang serta Kucing Golden Cat atau Kucing Emas di pada kawasan hutan di sekitar Lampung. Kemudian penemuan cacing merah di kawasan hutan Bengkulu di mana dalam satu hari bisa menyuburkan tanah, masih banyak lagi hewan langka yang belum diketahui nama. Dia menambahkan, Tim EBB selaian menemukan spesies hewan langka juga menemukan flora langka di sepanjang hutan kawasan Bukit Barisan. Di antara yang ditemukan itu

adalah Begonia Hirtellia (tumbuhan herba berukuran kecil yang daunnya dapat dimakan), Begonia Multangula (tumbuhan herba yang memiliki batang bertubuh halus), Bulbophyillium SP (sejenis anggrek tropis yang langka). “Tim EBB juga menemukan flora-fauna unik lainnya seperti Macodes Jamaica, Macodes Petola, Melastoma Velutinosum, Melhotoria Marginata, Nepenthes Singalana, Nephelium Tenuifolium, Paphiopedilum, Spathoglottis, Urophyllum, Abroscopus Superciliaris atau sejenis burung berbulu kekuningan,” katanya. Tim ekspedisi ini, lanjut Budiman Sudarsono melakukan tiga kali tahap dalam penelitian dan penjelajahan disepanjang hutan kawasan Bukit Barisan. “Tahap kedua telah berakhir pada 26 Mei 2011, Tim Ekspedisi akan melakukan konsulidasi serta koordinasi dengan Pemerintah setempat, penelitian akan dilanjutkan pada 18 Juni 2011 mendatang,” ungkapnya. (h/nas)


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.