Haluan 27 Agustus 2015

Page 5

Opini

Kamis, 27 Agustus 2015 12 Dzulqaedah 1436 H

Tajuk

5

Orasi Sastra

Unand Peringkat 12 Nasional, PTN/PTS Sumbar Lainnya? ADA peringatan HUT Kemerdekaan RI (17/ 8), Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi mengumumkan klasifikasi dan peringkat dari 3.320 perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) di Indonesia. Saat itu hanya disampaikan 11 perguruan tinggi terbaik di Indonesia. Tidak ada disampaikan klasifikasi dan peringkat perguruan tinggi lainnya. Pengumuman ini membuat para rektor bertanya-tanya dan penasaran tentang kedudukan pemeringkatan perguruan tinggi yang dipimpinnya dan indikator yang digunakan untuk keperluan pemeringkatan tersebut. Kemudian tidak sedikit pula para rektor bertanya kenapa hanya sebelas perguruan tinggi terbaik, kenapa tidak lima belas atau dua puluh perguruan tinggi terbaik. Menjawab rasa penasaran tersebut, berikutnya pada Sabtu (22/8) para rektor diundang oleh Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan untuk menghadiri pertemuan tentang penjelasan komponen dan pengukuran perguruan tinggi yang dilaksanakan di Hotel Inna Garuda Yogyakarta. Setelah mendapatkan penjelasan, ternyata Unand menduduki peringkat 12 dari 3.320 PTN dan PTS di Indonesia. Seandainya yang diumumkan 12 perguruan tinggi terbaik, maka Unand masuk dalam 12 perguruan tinggi tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh Rektor Unand Prof Dr H Werry Darta Taifur SE MA melalui sejumlah media di Sumbar, perguruan tinggi yang masuk peringkat satu sampai 15 berturut-turut dengan nilai skor totalnya adalah Institut Teknologi Bandung (3.743), Universitas Gadjah Mada (3.690), Institut Pertanian Bogor (3.490), Universitas Indonesia (3.412), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (3.289), Universitas Brawijaya (3.217), Universitas Padjadjaran (3.075), Universitas Airlangga (3.064), Universitas Sebelas Maret (3.035), Universitas Diponegoro (2.983), Universitas Hasanuddin (2.978), Universitas Andalas (2.753), Universitas Negeri Malang (2.742), Universitas Negeri Yogyakarta (2.726), Universitas Kristen Petra (2.655). Dari peringkat 1-15 ini, hanya Universitas Hasanuddin (Unhas) dan Universitas Andalas (Unand), perguruan tinggi yang berada di luar Jawa, selebihnya perguruan tinggi negeri dan swata yang berada di Jawa. Werry Darta lebih jauh menjelaskan terdapat lima aspek yang menjadi dasar penilaian atau pemeringkatan. Kelima aspek tersebut beserta bobotnya adalah kualitas dosen (12 persen), kecukupan dosen (18 persen), kualitas manajemen (30 persen), kualitas kemahasiswaan (10 persen) dan kualitas penelitian (30 persen). Kualitas dosen diukur dengan persentase dosen berpendidikan S3, jabatan lektor dan guru besar. Kualitas manajemen diukur dari akreditasi institusi, jumlah program studi akreditasi A dan B, rata-rata lama studi, rata-rata IPK dan lainnya. Selanjutnya kualitas kegiatan penelitian diukur dari jumlah dokumen terindeks scopus per dosen tetap dan jumlah artikel ilmiah terindeks scopus per dosen tetap. Masuknya Unand dalam peringkat PTN-PTS terbaik ke-12 nasional, tentu membanggakan masyarakat Sumbar. Sebagai perguruan tinggi negeri tertua di Sumatera dan di luar Jawa, memang sudah semestinya peringkat itu diraih oleh Unand. Tapi tentunya tidak mudah memeroleh prestasi dan peringkat yang demikian. Perlu perjuangan dan kerja keras serta kekompakan seluruh lini di Unand. Jika tidak demikian, mustahil prestasi dan peringkat itu akan dicapai . Tidak mungkin prestasi tersebut diraih jika hanya Rektor Werry Darta Taifur saja yang bekerja keras dan memahami visi dan misi Unand. Dengan prestasi dan peringkat yang demikian, diharapkan Unand terus mencetak lulusan yang berkualitas dan mampu bersaing untuk mendapatkan tempat di dunia kerja. Tentu patut juga dipertanyakan, jika Unand sudah masuk dalam 12 PTN terbaik nasional, lalu bagaimana dengan prestasi PTN dan PTS lainnya di Ranah Minang. PTN/PTS itu di antaranya ada Universitas Negeri Padang (UNP), IAIN Imam Bonjol, Universitas Bung Hatta (UBH), Universitas Putra Indonesia (UPI), Universitas Eka Sakti (Unes), Universitas Dharma Andalas (Unidha), Universitas Baiturrahmah, Institut Teknologi Padang (ITP) dan lainnya. Besar harapan kita, seluruh PTN/PTS di Sumbar memperbaiki kualitasnya, sehingga kelak dengan Sumbar kembali menjadi gudang referensi bagi orang yang ingin mencari perguruan tinggi yang berkelas dan diperhitungkan pada tataran nasional dan internasional. **

Kesaksian Personal (Bagian 1)

P

HALUANISME

OLEH : DARMAN MOENIR Sastrawan

AYA berbahagia berpidato sastra yang bersifat personal pada hari ini, Sabtu, 22 Agustus 2015. Betapa lagi pidato ini harus dimulai dengan menyebut halaman Remaja Minggu Ini (RMI) Harian Haluan yang berawal pada 1976 dan berakhir 1999. Ruang ini jadi persemaian kelahiran sastrawan dari Sumatera Tengah penggal kedua abad lampau. Pula, masa-masa itu mendatangkan kenangan tersendiri, sesudah dinamika Grup Krikil Tajam yang saya pimpin pada 1973, berakhir. Sebelum RMI eksis, sudah ada halaman Budaya Minggu Ini (BMI) tiap Selasa. Izinkan saya menjelaskan, Haluan adalah salah satu surat kabar tertua di Indonesia, didirikan oleh H. Kasoema bersama Adaham Hasibuan dan Amarullah Ombak Lubis. Menurut Wikipedia, Ensiklopedia bebas, edisi perdana Haluan terbit pada 1 Mei 1948 di Bukittinggi. Selama dan sehabis pergolakan PRRI, April 1958 sampai Mei 1969, surat kabar ini berhenti terbit. Pada bulan Mei 1969 Haluan kembali beredar. Tercatat wartawan yang mengawaki Haluan, antara lain, H. Kasoema, Rivai Marlaut, Chairul Harun, M. Joesfik Helmy, Sjafri Segeh, Annas Lubuk, A. Pasni Sata, Rusli Marzuki Saria, Basri Segeh, Sy. Datuk Tuo. Pada generasi berikut muncul nama-nama Benny Aziz, Nasrul Djalal, Sjukril Sjukur, Azurlis Habib, Ersi Rusli, Darman Moenir, Masri Marjan, Wall Paragoan, Yalvema Miaz, Herman L., Mufthi Syarfie. Sejak 1 November 2010, Haluan berada di bawah kendali pemodal baru, H. Basrizal Koto. Pada masa awal manajemen baru bertindak jadi Pemimpin Umum H. Basrizal Koto, Wakil Pemimpin Umum Zul Effendi, Pemimpin Redaksi Yon Erizon, Kepala Litbang Eko Yanche Edrie. Di masa ini Nasrul Azwar pernah menjadi Redaktur Seni Budaya, berbuat profesional. Untuk satu kata yang meragukan pun Mak Naih, demikian panggilan akrab Nasrul Azwar, menghubungi penulis naskah. Ikut jadi redaktur Ismet Fanany, Rusdi Bais, Hendra Dupa. Kini (2015) Pemimpin Umum/Penanggungjawab Zul Effendi dengan Pemimpin Redaksi Yon Erizon. Pada 1976, di tahun “RMI “ bermula, saya belum setahun bergabung di Haluan. Pada 18 Mei 1975 saya menikahi kekasih, Darhana Bakar (hadir pada acara ini, dan ke mana-mana kami sering berdua), dan saya meninggalkan “pekerjaan” guru bahasa Inggris di RP INS Kayu Tanam. Di INS,

S

saya diajak A.A. Navis yang tahu saya menyelesaikan tingkat sarjana muda jurusan bahasa Inggris di ABA Prayoga Padang. Istri saya setuju saya bekerja di Haluan. Dan Pak Kasoema mau mengajak saya dengan alasan, saya, lapeh makan, bisa berbahasa Inggris, dan saya tamat Sekolah Seni Rupa Indonesia (SSRI) Negeri Padang. Mungkin saya dianggap tahu tata wajah surat kabar? Pada tahun 1975 itu, Haluan mulai menggunakan cetak web offset tetapi huruf masih ketik timah. Pak A. Hamid, Pemimpin Perusahaan, minta saya merancang logo. Merujuk logo terdahulu, saya ajukan tiga. Satu diterima, dan itulah logo Haluan, persis, terpakai sampai kini. Ketika Basrizal Koto membeli Haluan, saya diajak rapat awal oleh Hasril Chaniago yang ikut membidani. Usul saya untuk moto Haluan, Mencerdaskan Kehidupan Masyarakat, diterima dan terpakai. Kerja rutin-awal saya di Haluan adalah korektor, pembetul ketikan. Haluan pada waktu itu terbit delapan halaman. Kerabat kerja saya adalah Djasmani, Daswir Wahiduddin, Masri Marjan (kelak jadi wartawan andal, pernah jadi Ketua PWI Sumatera Barat), Mufthi Syarfie (kini komisioner KPU Sumatera Barat), Aldjufri Sjahruddin (dosen UNP), Armansjah Nizar (terkenal dengan sebutan Mangkutak), Uzmil Argan, Indra Merdy (kelak jadi redaktur). Sebagai korektor, tentu saja kami bukan saja membaca tetapi bahkan memeriksa semua naskah yang diset sehingga, dengan demikian, saya tahu naskah-naskah yang disiapkan untuk RMI dan BMI oleh Redaktur Budaya Rusli Marzuki Saria (RMS). Biarpun beberapa tahun sebelum itu secara pribadi saya sudah mengenal Papa RMS, tetapi saya tidak mau mengusik naskah (sering disebut kopai, copy, maksudnya kopi) yang disiapkan dengan sungguhsungguh, terencana, dan selektif. Otonomi dan karisma RMS sangat kuat, jujur, terpuji, tahan banting. Untuk Minggu, sudah ada sebundel naskah di ruang mesin cetak timah pada hari Kamis. Untuk Selasa, naskah disiapkan dan mulai diketik Sabtu. Ada puisi, cerpen, esai, kritik, dan vignet (ilustrasi). Seleksi dilakukan sendiri oleh RMS. Naskah masuk tiap hari, via pos atau diantar sendiri. Dan itu dikerjakan RMS selama 30 tahun lebih. Sebagai korektor, dan sekali-sekali menulis berita, saya juga menyerahkan naskah sastra dan terjemahan sastra ke RMS tetapi untuk BMI. Saya pernah “antrean” dua tahun sebelum sajaksajak saya dimuat, antara lain,

Shelly Kecil yang saya terakan di bagian awal novel Bako (BP, Cetak Pertama 1983). Shelly Kecil kemudian menang Sayembara Menulis Puisi IKIP dan, 1973, dimuat di majalah sastra paling bergengsi, pada masa itu, Horison. Beberapa bulan sebelum pemuatan, sebagai salah seorang redaktur, Sapardi Djoko Damono menyurati saya, bahwa sajaksajak saya lolos seleksi, dan (akan) dimuat Horison. Dan Shelly Kecil mengantarkan saya ke Pertemuan Sastrawan Indonesia 1974 di TIM Jakarta. “Sajak DM sudah ada di Horison,” ujar Navis memberi alasan mengapa saya dan belasan sastrawan dari Sumatera Barat diajak ke pertemuan itu. Semua biaya transportasi dan uang saku dicarikan dan disediakan Bang Navis. Itulah pertama kali saya melihat Monumen Nasional pada malam hari. Menakjubkan! Dan di pertemuan itulah saya, malumalu, berjabat tangan dengan W.S. Rendra, Ramadhan K.H., Slamet Sukirnanto, Darmanto Jatman, Aspar Paturusi, dan mengintip tempat tinggal Taufiq Ismail, di mes, sebelah Wisma Seni (sekarang sudah tidak ada) di kompleks TIM. Pada pertemuan itu pula saya berkenalan dengan orang-orang seusia: Ahmad Tohari, D. Zawawi Imron, Emha Ainun Nadjib, Linus Suryadi A.G., Yudhistira Ardinoegraha, Adri Damardjo Woko, dan Ebiet G. Ade. Dan puluhan yang lain. Ke rumah kontrakan RMS di Koto Marapak, Kota Padang, saya beberapa kali bertamu, sehingga saya mengenal istri RMS dan anakanak yang masih kecil-kecil. Ke sana saya belajar dan berdiskusi sastra, meminjam buku-buku sastra penting dan bundel majalah Horison (semua pinjaman kemudian saya kembalikan). Di tempat-tinggal RMS pula saya jumpa dan berkenalan dengan Navis yang, antara lain, mengusul agar saya banyak membaca, membentuk grup, dan menyatakan, kalau ingin jadi penulis jangan kaung,

jangan menyiarkan karya di Padang ke di Padang saja. “Kalau perlu,” jelas Navis, “jual nama saya.” Imbauan Bang Navis memang saya lakukan, dan pada 1971, sebuah cerpen saya dimuat Indonesia Raya dengan Pemred Mochtar Lubis. Cerpen saya berjudul Nasib, tetapi oleh redaktur diubah jadi Gantungan sudah Putus. Lima belas hari kemudian, nomor bukti pemuatan dan wesel honorarium berjumlah besar sampai ke alamat kos saya. Pada 1970, setahun sebelum itu, dalam usia 18 tahun, cerpen saya bertajuk Senja Penentuan dimuat Haluan dengan Redaktur Minggu M. Joesfik Helmy. Mengetahui ada cerpen saya dimuat di Indonesia Raya, wartawan junior Masri Marjan mewawancarai saya, dan memuat hasil wawancara itu di majalah hiburan, Selecta, 1972. Menjawab pertanyaan apa keinginan saya, kepada MM saya jelaskan: semoga Hadiah Nobel Sastra jatuh ke tangan sastrawan Indonesia. Dan sungguh-sungguh pemikiran itu bersarang di benak saya setelah membaca sejumlah buku sastra bermutu, termasuk yang dipinjamkan RMS. Ajakan Navis agar saya membentuk Grup Studi Sastra saya tunaikan, ya, dengan Krikil Tajam itu. Bersama A. Chaniago Hr., Asnelly Luthan, Harris Effendi Thahar, R. Lubis Zamaksjari, Sjahida Siddiq, Sjaiful Usmar, Zulfikar Said, Yalvema Miaz, Susianna Darmawi, Bakhtaruddin Nasution, Sjaiful Bachri, Tabah R. Rawisati, dan satudua nama lain yang luput dari catatan saya. Tiap hari Minggu, hampir setahun, kami benar-benar studi sastra secara komprehensif, mendalam. Paling mengesankan, grup itu mendapat atensi besar bukan saja dari Navis dan RMS tetapi juga dari Mursal Esten, Chairul Harun, Nasrul Siddik, Roestam Anwar, Zaidin Bakry, Bhr. Tandjoeng, Muslim Ilyas, M.S. Sukma Djaja, A. Pasni Sata, Wisran Hadi,

Upita Agustine, M. Joesfik Helmy, Shofwan Karim Elha, Zaili Asril, Emma Yohanna, Bagindo Fahmy, Ridwan Isa, Makmur Hendrik, Yanuar Abdullah, Benny Azis, Sjukril Sjukur, Nasrul Djalal, Anas Kasim, Sabaruddin Abbas, Satni Eka Putra, Uzmil Argan, Alwi Karmena, Asril Joni, Zainul Basri, A. Karim (yang suka mengajukan pertanyaan: ke mana kesusastraan Indonesia diarahkan?). Kepada mereka saya berutang besar. Puncak kegiatan Krikil Tajam adalah “Malam Apresiasi Sastra” yang diselenggarakan di Taman Melati pada 22 Desember 1973. Mengurus penyelenggaraan acara, Asnelly Luthan dan saya diinterogasi Laksus Pangkopkamtibda selama 48 jam, siang-malam. Semua sajak yang akan dibacakan disensor, di(per)tanyakan. Semua data pribadi, foto-diri dari pelbagai arah, sidik-jari, siapa induak-bako, siapa sahabat kental, direkam. Pak Mayor Kahfi dan Pak Mayor Hendro bersama anggota mereka, yang menginterogasi, berlaku simpatik, bahkan membasai rokok bermerek. Dan acara “Malam Apresiasi Sastra” yang berlangsung di bawah cahaya andang dan tidak boleh liwat dari pukul 23.00 WIB itu dihadiri lebih banyak oleh intel dan aparat bersenjata lengkap. Sehari sesudah peristiwa, iven itu jadi berita. Haluan keluar dengan pojok Dr. Ronda: semoga dari daerah ini lahir RendraRendra baru. Indonesia Raya dan BBC London memberitakan sehingga kabar itu menasional dan mendunia. Tidak ada kaitan sama sekali, sebulan kemudian di Jakarta memang meledak Peristiwa Malari 1974 dengan aktor utama Hariman Siregar. * Padang, 17 Agustus 2015 Tulisan ini adalah Orasi Sastra Kesaksian Personal yang sampaikan Sabtu, 22 Agustus 2015, di Hotel Basko, Kota Padang.

Irzal Ilyas Gugat Zul Efian Bengkalai politik yang diwarisi Jangan Takut Tertibkan Mikol Ini juga ibadah

PEMBERITAHUAN SETIAP artikel/opini yang dikirim ke Redaksi Haluan, panjang tulisan minimal 1.000 words (kata) dan maksimal 1.350 words (kata). HENDAKNYA artikel tak dikirim secara bersamaan ke media lain yang terbit di Kota Padang. Setelah 15 hari jika artikel tak dimuat, maka tulisan tersebut kami nilai tak layak muat. Terima kasih

Terbit Sejak 1948 Pendiri: H. Kasoema Penerbit: PT Haluan Sumbar Mandiri (Haluan Media Group). SIUPP No 014.SK.Menpen. SIUPP A.7 1985 Tanggal 19 November 1985

www.harianhaluan.com

CEO: H. Basrizal Koto Pemimpin Umum/ Penanggungjawab: Zul Effendi Pemimpin Redaksi: Yon Erizon Wakil Pemimpin Perusahaan: David Ramadian Redaktur Pelaksana: Ismet Fanany MD Rakhmatul Akbar Koordinator Minggu: Afrianita Koordinator Liputan: Devi Diany Kabag Produksi: Mai Hendri

Razia Angkot Pakai Bangku Serap KEPADA Yth, Pak Walikota Padang dan Dinas Perhubungan Kota Padang, agar dirazia angkutan kota yang memakai bangku cadangan atau serap. Karena, sangat membahayakan penumpang apalagi kalau rem mendadak, penumpang bisa jatuh. Pengirim : 0811-663-*** Jawab: Sudah Dirazia Kami telah lakukan razia pada angkutan kota yang pakai bangku cadangan, bahkan kami ambil bangku cadangan itu untuk mengurangi korban jiwa akibat kecelakaan, khususnya yang terkait dengan bangku cadang atau serap. Apalagi, bangku cadangan itu selain kecil dan juga hanya sekedar menempel saja. Rudy Rinaldy Kepala Dinas Perhubungan Kota Padang

Direktur Haluan Media Group: H Desfandri. Dewan Redaksi : H. Basrizal Koto, H. Desfandri, H. Hasril Chaniago, Zul Effendi, Yon Erizon, Ismet Fanany MD, Rakhmatul Akbar, Sekretaris Redaksi: Silvia Oktarice, Redaktur: Rudi Antono, Atviarni, Dodi Nurja, Nova Anggraini, Nasrizal. Asisten Redaktur: Ade Budi Kurniati, Heldi Satria, Rahmadhani. Reporter Padang: Parwis Nst, Rivo Septi Andreas, Osniwati Perwakilan Bukittinggi: Yursil Masri (Plt Kepala), Haswandi, Ridwan, Pariaman/Padang Pariaman : Dedi Salim, Trisnaldi, Payakumbuh/Limapuluh Kota: Zulkifli, Dadang Pasaman: Icol Dianto, Atos Indria, Ahdi Susanto, Welina, Agam: Rahmat Hidayat, Kasra Scorpi, Padang Panjang: Iwan DN, Ryan Syair, Tanah Datar: Yuldaveri, Emrizal, Ferry Maulana Pasaman Barat: Suryandika, M. Junir (non aktif), Gusmizar, Pesisir Selatan: M. Joni, Haridman, Kabupaten Solok/Kota Solok: Alfian, Marnus Chaniago, Eri Satri Solok Selatan: Holly Adib,

Sawahlunto: Fadilla Jusman, Sijunjung: Azneldi, Dharmasraya: Maryadi Biro Jakarta: Syafril Amir, Jamalis Jamin, Surya, Biro Riau: Moralis, Biro Kepri: Andi. Tim Kerja Usaha: Kabag Iklan: Yunasbi, Kabag Sirkulasi: Nofriza, Kabag Keuangan: Gustirahmita, Tata Letak/Desain: Nurfandri, Rahmi, Syamsul Hidayat, Habli Hikman, Wide Ilyas, Ilham Taufiq Kartunis : Muhammad Taufik, HRD: Mista Sonya, Umum : Nurmi, Kasir : Desy, TI : Teguh , Pra Cetak : Sawal Marjuni HRP, Cetak : Mardianto (Koordinator), Afandi, Rudi Kurniawan. Haluan Media Group: CEO H.Basrizal Koto, Direktur: H Desfandri. Kantor Jakarta: Graha Basko, Jln. Kebun Kacang XXIX No.2A Jakarta Pusat 10240. Telp. (021) 3161472, 3161056 Fax. (021) 3915790, Iklan dan Sirkulasi: (0751) 4488700, Alamat Redaksi/Bisnis: Komplek Bandara Tabing, Jl Hamka Padang. Telp. (0751)4488700, 4488701, 4488702, 4488703, Fax (0751) 4488704 Email: haluanpadang@gmail.com, redaksi_haluan@yahoo.com,

website: http/harianhaluan.com, Harga Langganan/iklan: Harga langganan bulanan dalam kota Padang Rp78.000, Harga eceran Rp3.500,- Tarif iklan: Tarif Iklan: Display FC halaman satu: Rp50.000/mm kolom, Display BW halaman satu: Rp35.000/mm kolom, Display halaman dalam FC: Rp35.000/mm kolom, Display halaman dalam BW: Rp17.500/mm kolom, Iklan SC :Rp25.000/ mm kolom, Sosial/Ucapan Selamat FC: Rp15.000/mm kolom, Sosial/Ucapan Selamat BW: Rp10.000/mm kolom, Dukacita: Rp10.000/mm kolom, Iklan kolom (maks 300 mmk) FC: Rp15.000, Iklan Kolom (maks 300 mmk) BW: Rp10.000, Advertorial FC: Rp40.000/ mm kolom, Advertorial BW: Rp25.000/mm kolom Bank: BRI Cabang Padang Rek No: 0058-01-001430-30-8, Bank Nagari Cabang Utama Padang Rek No: 1008.0103. 00009.1 PT Haluan Sumbar Mandiri Dicetak oleh Unit Percetakan PT Haluan Sumbar Mandiri Padang. Klik http://www.harianhaluan.com

Redaktur: Ismet Fanany. MD

Layouter: Ilham Taufiq


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Haluan 27 Agustus 2015 by Harian Haluan - Issuu