KAMIS, 18 AGUSTUS 2011 M / 18 RAMADAN 1432 H
ARTIS MINANG TERSANGKUT NARKOBA LAGI
Esa Terancam Laporan Berlapis PADANG, HALUAN — Polemik anggota dan sekretaris DPRD Padang yang berujung pada perusakan asset kantor wakil rakyat ini berlanjut ke Polisi. Sehari setelah peristiwa tersebut, Sekwan Sastri Yunizarti Bakri melaporkan Maidestal Hari Mahesa ke Polsek Padang Timur, melalui staffnya, Selasa (16/8). Tak hanya itu, ia juga terancam laporan lain. Menurut Sastri, pihaknya melakukan hal ini sebagai bagian dari upaya penegakkan hukum dan penyelamatan asset negara. Selain itu, ia juga mempertimbangkan untuk melaporkan Esa—sapaan akrab Maidestal Hari Mahesa— dengan sangkaan pencemaran nama baik karena dituding melakukan pungutan liar dan pemerasan yang dikutip di banyak media. Selain itu, Sastri telah membuat pengaduan ke Badan Kehormatan (BK) DPRD Padang. "Saya tidak terima dikatakan pungli, ini menjadi bahan pertimbangan saya untuk melaporkan Esa terkait pasal pencemaran nama baik,"ujarnya. Ketua BK, Roni Chandra mengatakan, pihaknya tengah mengumpulkan barang bukti dan saksi untuk pelengkap laporan dari Sekwan DPRD. "Dan, jika sudah lengkap seluruh barang bukti. Maka, langkah selanjutnya BK akan memanggil Maidestal Hari Mahesa untuk mendapatkan keterangan darinya," katanya. Menurutnya, BK akan bertindak adil dan bijaksana, serta akan menegakkan keadilan dan kebenaran di DPRD. Rekan sejawat Esa, Erison BAC mengaku prihatin dengan sikap Maidestal Hari Mahesa itu. Ketua Fraksi Partai Demokrat ini menyebut hal itu tidak pantas, apalagi suasana di tengah Ramadan. “Seharusnya, Esa koreksi diri dan jangan terlalu emosi. Kan bisa dibicarakan secara kekeluargaan," katanya. Erison menilai, apa yang dilakukan Sekwan merupakan hal yang wajar. Erison sendiri melihat latar belakang peristiwa ini karena kurangnya koordinasi. Apa yang dilakukan Sekwan tersebut, telah melalui rapat pimpinan bersama Ketua Fraksi dan Ketua Komisi. Artinya, Ketua Fraksinya tidak menyampaikan hasil rapat pimpinan itu ke anggotanya. Sehingga, Esa merasa diperas oleh Sekwan. Peristiwa ini sendiri berawal ketika Esa menolak pemotongan haknya dengan dalih untuk peliputan dan staf sekretariat. Namun Sastri menyebutkan ia hanya menjalankan arahan pimpinan DPRD. Tidak Setuju Hal ini sebelumnya justru sudah dibantah Ketua Fraksi PPBB, Irwan Fikri. "Tidak ada persetujuan pimpinan, Ketua Fraksi PPBB yang hadir menyatakan tidak ada menyetujui persetujuan pemotongan itu," kata Ketua DPC PPP Kota Padang Irwan Fikri. Irwan mengaku, tindakan esa adalah wajar karena ketersumbatan banyak hal di DPRD ini. "Wajar itu, ini bukti banyak ketidakberesan di gedung ini," katanya. Irwan Fikri yang juga sebagai ketua DPC PPP Kota Padang ini juga meminta agar melihat persoalan ini bukan hanya ending -nya saja, tapi asalnya persoalannya. Menurutnya harus dilihat akar permasalahan sebenarnya sehingga membuat anggota dewan sampai terpancing emosi. "Apa yang terjadi di dewan ini. Harus ada penyelesaian secara bijak. Mari kita lihat akar persoalannya sehingga bisa diselesaikan," katanya. Esa sendiri mengaku siap menghadapi efek atas tindakannya. "Saya akan siap bertanggungjawab jika memang akan dibawa ke ranah hukum," kata Esa. Dalam SMS-nya kepada Haluan, Esa menyebut ada kesalahan persepsi yang menyebutkan dirinya menyudutkan profesi wartawan. Pemotongan ini sendiri dipicu adanya dana yang dipersiapkan untuk wartawan. Justru Esa merasa dirinya tidak ingin profesi dan nama wartawan dimanfaatkan dan memperjelas tentang hal ini.(h/ade/mat)
Polisi Tangkap Ody Malik PADANG, HALUAN — Lama tak terdengar kabarnya, artis minang Ody Malik (36) malah diketahui berurusan dengan Polisi.
NASRIZAL
DITAHAN— Ody dan Hendra Ditahan Polisi Karena Terlibat dalam penggunaan Narkoba.
Peduli Kampung Halaman BARANGKALI, pembeda Ody Malik dengan penyanyi Minang lainnya adalah, kepeduliannya dengan kampung halamannya. Laiknya penyanyi, merekam setiap peristiwa di Ranah Minang dalam kemasan sebuah lagu, terutama yang terkait dengan bencana, seperti longsor Bukik Lantiak, kebakaran Istano Basa Pagaruyuang serta gempa dahsyat 2009. Bancano Patuih Tongga, dinyanyikannya setelah bencana kebakaran Istana Pagaruyung 27 Februari 2007. apo salah kanduang doso kito/mako seso sansai timpo batimpo/yo mungkin kanduang oi..ii/tuhan bosan manyapo/basaba kito banyak nan lupo/Lupo.. lupo kito lupo jo diri. Dalam lirik itu Ody menyalahkan
manusia yang lupa diri. Sebuah tragedi longsor di Seberang Palingggam pada 1999. Ody menyanyikan lagu Gemuruh Bukik Lantiak, yang diciptakan Wawa Malik dan Agus Taher. Peristiwa yang menakutkan sekaligus mencemaskan warga Sumbar pada 2009, diabadikan Ody dalam lirik lagu yang berjudul Gampo Badarah. Hanya saja, dari catatan Haluan Ody pernah dilaporkan ke Polisi, 2009 dengan tuduhan melarikan anak di bawah umur. Namun, laporan ini tak diproses lebih jauh karena si pelapor mencabut laporannya. Anak yang dimaksud ternyata diajak Ody untuk terlibat dalam pembuatan sebuah klip lagunya, dan si anak itu mengaku sudah izin dari ibunya. (h/mat/adk)
Pelantun lagu Galodo Bukik Lantiak ditangkap petugas karena menyimpan satu paket sabu serta peralatan penunjang pengguna sabu. Ia ditangkap di rumahnya di Komplek Taman Banuaran Tahap II, Kelurahan Parak Laweh, Kecamatan Lubuk Begalung, Rabu (17/8) sekitar pukul 03.30 WIB. Dengan demikian, Ody merupakan artis pelantun lagu Minang kedua yang berurusan dengan polisi karena narkoba dalam tiga tahun terakhir. Tahun 2008 lalu, tepatnya Kamis (17/1) malam, Biduan Mesramolai tertangkap di Simpang Empat Aur Kuning, Bukittinggi. Ia ditangkap saat dalam sebuah taksi karena menyimpan satu paket sabu senilai Rp200 ribu. Kapolresta Padang Kombes Pol. Moch Seno Putro didampingi Kasat Narkoba AKP Yuli Kurnianto mengatakan, selain menangkap Ody, pihaknya juga mengamankan bandar sabu Hendra. Kedua tersangka, katanya sudah menjadi Target Operasi (OP) seminggu terakhir setelah pihaknya mendapatkan informasi tersebut dari masyarakat. Dari laporan tersebut, maka Satuan Narkoba Polresta Padang mengikuti gerak-gerik Ody akhir-akhir ini. Kemudian merasa yakin ada barang bukti bersama Ody, maka petugas menggerebek rumahnya, Rabu (17/8) sekitar pukul 03.30 WIB tanpa perlawanan petugas berhasil mengamankannya dan dilakukan penggeledahan di rumahnya dan didapati satu buah kotak kecil
segi empat bertulis Zeng Cuzeng Da dibawah kasur tempat tidurnya. Setelah dibuka, ternyata kotak tersebut berisi sabu lengkap dengan alatalatnya. Anggota Satuan Narkoba Polresta Padang menggiring Ody ke Polresta Padang untuk dilakukan pengembangannya. Dari pengakuannya barang tersebut didapati dari rekannya. Setelah mengetahui identitas rekannya, petugas berpakaian preman pun langsung bergerak cepat. Alhasil, petugas mencokok Hendra ketika ingin masuk ke rumahnya sekitar pukul 04.00 WIB. Merasa curiga dengan tas yang disandangnya, maka petugas memeriksa tas tersebut dan ditemukan di dalam tasnya berupa dua paket kecil sabu siap edar dan satu unit handphone. “Seminggu belakangan ini, kami memang sudah mengincar kedua tersangka ini. Ketika yakin ada barang bukti, maka petugas menangkapnya. Kemudian kami melakukan koordinasi kepada pihak POM, karena diduga ada keterlibatan oknum TNI dengan keduanya,” kata Seno. Dijelaskannya, hingga kini kedua tersangka masih diperiksa oleh penyidik Narkoba Polresta Padang untuk mengembangkan dan memburu para pengedar lain, sebab tidak tertutup kemungkinan ada bandar besar. “Kami tidak akan berhenti memberantas peredaran narkoba di Padang. Untuk itu saya minta peran serta masyarakat untuk memberikan bantuan,
jika ada melihat orang atau sekelompok orang yang diduga mengkonsumsi narkoba agar dilaporkan ke aparat kepolisian terdekat, ungkapnya. Menurut Hendra di ruang penyidik, barang haram tersebut digunakan untuk dirinya sendiri dan sebagian lagi sabu tersebut dijual. Dia melakukan perkerjaan tersebut dengan terpaksa, sebab dengan pekerjaan sehari-harinya sebagai tukang ojek, penghasilan untuk keluarga tidak mencukupi, maka dari itu menjual barang tersebut. Kata Hendra, sabu ini didapatkannya dari salah satu oknum TNI AD yang dibeli dengan harga Rp3,5 juta. Dia melakukan transaksi dengan oknum tersebut di kawasan Tunggul Hitam, Padang. Sementara itu, saat dihubungi Kepala Penerangan Korem (Kapenrem) 032/WBR, Mayor Inf. Defi Deflijun, Rabu (17/8) mengungkapkan, pihaknya dan penyidik POM TNI belum mendapatkan informasi adanya keterlibatan oknum TNI dalam kasus sabu-sabu. Dilanjutkannya, apabila sudah diberikan informasi dari Polresta Padang kepada pihak POM, maka petugas POM akan melakukan penyelidikan dan pengembangan lebih lanjut terkait kasus tersebut. “Kami tidak akan memberi ampun terhadap para pelaku oknum TNI yang terlibat narkoba sebagai pemakai apalagi pengedar,” jelas Defi. Ditambahkannya, apabila setelah dilakukan penyelidikan oleh POM dan oknum tersebut terbukti, maka sesuai dengan Surat Perintah (SP) Panglima TNI ini oknum tersebut akan menerima saksi hukum yakni kurangan penjara minimal 5 tahun dan hingga pemecatan secara tidak hormat. (h/nas)