Haluan 15 Desember 2011

Page 4

4 OPINI

KAMIS, 15 DESEMBER 2011 M 19 MUHARAM 1433 H

Haluan Kita Penanganan BUMD Sumbar Bubar atau Direformasi Total

Kemarin dalam menanggapi pandangan fraksi-fraksi DPRD Sumbar soal bagaimana kelanjutan dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno berniat akan mengganti direksi ketiga BUMD (PT ATS, PT Dinamika dan PT Grafika) Jawaban itu dipilih Gubernur untuk menjadio solusi dari apa yang dikritisi anggota DPRD bahwa ketiga BUMD selalu membebani APBD dan tidak memberikan kontribusi kepada daerah dan DPRD mengusulkan ditutup saja. Tapi menurut hemat kita, Gubernur tidak usah terburuburu mengambil langkah menutup karena akan berdampak pada meluasnya pengangguran. Kecuali kalau memang secara ekonomis ketiga BUMD itu sudah hopeless dan tidak prospektif lagi untuk diteruskan sebagai sebuah usaha. Jadi cukup bijak kalau Gubernur mengambil langkah mengganti para direksi. Sebab kemajuan perusahaan itu juga ditentukan piawai tidaknya para direksi menjalankan usaha. Selama ini soal yang satu ini jarang dipertimbangkan. Selama BUMD itu ada, nampaknya keberadaan direksi tidak ditentukan oleh sebuah proses fit and proper test. Para direksi dan komisaris lebih banyak ditunjuk lantaran ada keterkaitan kepentingan, mulai dari politik, perkawanan sampai sebagai sebuah jalan untuk menampung mereka-mereka yang sudah tidak dipakai lagi di lingkungan birokrasi Pemprov. Selain itu juga, Pemprov mesti berani juga mengambil keputusan misalnya menggabungkan ketiga perusahaan itu menjadi satu atau melikuidasinya. Ini dalam bentuk yang berbeda pernah dilakukan yakni membentuk holding company. Pada pengujung masa orde baru, semua BUMD termasuk Bank Pembangunan Daerah (kini Bank Nagari) pernah diusulkan menjadi satu holding saja. Inspirasinya diambil dari PKENJ (Perbadanan Kemajuan Ekonomi Negeri Johor –kini menjadi Johor Corporation). PKENJ lama malang melintang menjadi holding milik negara bagian Johor. Dan ketika hubungan Sumbar dalam kerangka IMS-GT dan IMTGT, kehadiran PKENJ sangat menginspirasi Sumatera Barat. Namun ketika hendak dibentuk holding dari BUMD-BUMD itu, orde baru keburu runtuh dan gagasan itu hanya menyisakan terbentuknya holding PT ATS yang di bawahnya ada Grafika dan Dinamika. Tapi kemudian dipisahkan lagi menjadi perusahaan berdiri sendiri sampai sekarang. Maka, kalau kini anggota DPRD menyorot bahwa ketiga BUMD itu tidak menghasilkan apa-apa lalu diminta untuk dibubarkan, rasanya bukan sebuah jalan keluar. Mestinya yang dilakukan adalah memperbaiki manajemen secara total dan menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional yang diberikan target-target. Tidak boleh lagi BUMD itu hanya menjadi sapi perahan dan hanya sebagai usaha yang asalasalan saja pengelolaannya. Karena itu pula, penempatan para direksi selain melewati uji kepatutan juga masing-masing anggota direksi mengajukan target yang mesti mereka capai. Tentu saja target utama adalah menghasilkan laba. Betul, dalam upaya menggali pendapatan daerah, BUMD adalah salah satu instrumen yang bisa digunakan. Akan tetapi pengelolaan dari BUMD, haruslah dengan prinsip dan kaidah bisnis. Dari sisi pendapatan, keuntungan yang diperoleh setiap tahun harus lebih besar dari bunga deposito. Ini harus menjadi titik perhatian pemprov sebagai pemilik dan DPRD sebagai pihak yang menjalankan fungsi pengawasan. Logikanya, jika tidak, lebih baik investasinya dipindahkan ke deposito, dengan pendapatan yang pasti dan risiko kerugian dapat diminimalisir. Pengelolaan BUMD harus diefektifkan dengan kaidah manajemen Good Corporate Governance (GCG). Sebagai entitas bisnis, BUMD harus bersaing secara fair dengan perusahaan lain, yang berorientasi kepada kemudahan pelayanan dan kepuasan pelanggan. Ini harus menjadi concern pengelola (direksi dan karyawan). Mereka harus memiliki visi dan karakter entrepreneur sekaligus manajer profesional, bukan sekadar orang yang mencari pekerjaan di BUMD. Idealnya BUMD sebagai perangkat otonomi daerah berfungsi meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan potensi ekonomi daerah dan mengangkat kesejahteraan rakyat. Dan sebagai lokomotif ekonomi daerah, BUMD harus dapat mendayagunakan seluruh potensi dan aset daerah guna kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Maka, ia harus sehat, berdaya, dan menguntungkan. Bahwa dalam perkembangannya ada BUMD yang kurang sehat/ bermasalah, maka harus segera dilakukan pembenahan. Intinya, harus dipilih untuk dilikuidasi atau direformasi. Atas alasan fungsi dan peran BUMD, selayaknya direformasi atau dibenahi.***

Nazaruddin: kasus saya hanya karena direkayasa oleh KPK Tapi kok sampai lari-lari segala Din….. Kisah Kompol RBS akhirnya yang bersangkutan ditarik dari KPK Judulnya: “Cintaku Tersandung Perkara”

Setengah sadar Wisata OLEH:

Azizul Mendra

Peneliti bidang ekonomi politik

Berita gembira. Kota Padang baru saja meraih penghargaan Indonesia Tourism Award (ITA) 2011 yang dinilai oleh Majalah SWA dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain Padang masih ada 24 kabupaten/kota di Indonesia yang mendapat penghargaan serupa. ITA merupakan salah satu penghargaan prestisius di bidang pariwisata. Survei ini dilakukan terhadap 1.500 wisatawan, terdiri dari 1.350 wisatawan nasional dan 150 wisatwan mancanegara. Di samping itu, di beberapa kategori industri pendukung, juga melibatkan 100 responden dari kalangan profesional/ eksekutif. Di tiap kota, jumlah responden yang disurvei berkisar 60-90 wisatawan. Metodologi survei dilakukan dengan mengombinasikan dua model analisa, yakni analisa kepuasan dan net promoter score (NPS) untuk penentuan peringkat kota/kabupaten yang paling memuaskan dan direkomendasikan. Dengan metodologi semacam itu, panitia tentu memberi penilaian lebih ilmiah daripada saya sebagai masyarakat awam. Namun kita sebagai masyarakat biasa masih wajar merasa terheran-heran dan tertawa geli ketika membaca berita ini diantara rasa syukur juga yang melintas. Padang yang kita kenal sebagai ibu kota provinsi dengan 833.562 ribu penduduknya rasanya tidaklah terlalu istimewa. Lambatnya kemajuan pem-

bangunan hampir disegala bidang telah dikalahkan oleh daerah-daerah baru di provinsi tetangga. Namun, bagi wisawatawan ternyata kota ini masih menarik untuk dikunjungi. Dalam bidang pariwisata, realitanya memang kota ini mampu menjadi magnet baru untuk mendapatkan investor dalam industri pariwisata untuk penyedian hotel dan restoran. Hal yang menggembirakan bahwa sebelum gempa, jumlah kamar hotel hanya 2.500. Berita baiknya adalah pada Januari 2012 nanti bakal ada 3.500 kamar begitu rilis dari pejabat terkait di tahun ini. Ironisnya, untuk bidang investasi lain kota ini menjadi jenuh untuk investor bila ingin mengembangkan usaha mereka. Selain karena daerah ini tidak memiliki akses yang baik dari segi infrastruktur ke segala arah, kota ini juga memiliki daya beli yang rendah bila dibandingkan dengan kota besar lainnya di Sumatera. Namun, nasib baik masih membuat kota ini terus tumbuh karena masyakarat yang ada terus menjalankan aktivitas usaha setiap hari. Bila tidak, mungkin saja kota ini akan menjadi kota mati sesung-

OLEH:

pemilihan duta wisata tiap tahunnya. Nah, bagaimana mungkin bisa maju bila komponen utama saja tidak sanggup menjadi aktor utama? Pertanyaan yang sulit di jawab bagi rakyat biasa seperti kita. Sumbar telah dicanangkan sebagai sepuluh tujuan daerah wisata Indonesia dari pemerintah pusat. Sapta pesona pariwisata yang merupakan turunan dari konsep sadar wisata rasanya belum maksimal dilakukan oleh komponen pelaku industri pariwisata kita. Aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan adalah konsep sapta pesona yang masih jauh panggang dari api yang dapat kita lihat realita dilapangan. Sesuatu yang bertolak belakang antara impian dan pencapaian untuk sebagai kota tujuan wisata yang berkelanjutan bagi kota ini. Untuk mencapai tujuan wisata berkelanjutan, maka Sapta Pesona merupakan hal yang mutlak untuk dibudayakan. Sapta Pesona yang merupakan jabaran konsep Sadar Wisata dan terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata melalui perwujudan tujuh unsur dalam Sapta Pesona tersebut. Konsep yang baik itu hampir sama sekali gagal karena budaya yang berkembang di masyarakat kita menunjukan cirri-ciri belum sadar wisata. Kita masih diantara setengah sadar dan setengah lupa diri bahwa tanpa dijadikan slogan pariwisata pun kita harus sudah

Oh..... Iya… Terminal Yuhirman Pegiat LSM

JUDUL tulisan saya ini secara lengkap adalah : Oh Iya Terminal, memang kita tidak memiliki terminal. Nah, judul ini terinspirasi oleh tulisan Alwi Karmena dengan judul “Seburuk apa jika Padang punya terminal (Haluan, 8 Desember 2011). Dan kalau memang kita menung-menungkan, mungkin kota kita lah satu-satunya yang tidak memiliki terminal. Yang dimaksud dengan kota di sini adalah kota yang memiliki Walikota sebagai pimpinan eksekutif dan DPRD sebagai lembaga legislatif yang telah dipilih secara sah. Hal ini perlu dijelaskan karena ada juga istilah kota yang ditemui sehari-hari seperti Painan, Lubuk Basung, Lubuk Sikaping. Tapi kota ini hanya sebagai ibu kabupaten dan tidak memiliki lembaga legislatif seperti DPRD yang dimaksud. Oh iya. Apakah sekarang saja kota kita tak memiliki terminal? Ah, rasanya tidak. Dulu kita punya Terminal Bus Lintas Andalas (TBLA) dan Terminal Angkot Goan Hoat (TAG). TBLA merupakan terminal yang sangat terkenal dan menyimpan puluhan bahkan

guhnya. Kembali kepada anugrah pariwisata. Seperti yang kita ketahui bahwa beberapa objek wisata yang ada di kota padang adalah pantai padang, gunung padang, jembatan siti nurbaya, pantai air manis, dan sebagainya. Dimanakah di sekitar objek wisata itu yang tertata rapi? Terjamin kebersihan tempat wisata dan fasilitas umumnya? Tapi jangan ditanya adakah “preman” setempat yang melakukan premanisme atas wisatawan yang datang? Pertanyaan di atas rasanya berlawanan dengan konsep sadar wisata dan sapta pesona yang sudah digagas pemerintah. Sedihnya, pemerintah pula yang melanggar konsepnya sendiri. Masyarakat dan pelaku industri pariwisata hanya sebagai pemain figuran dalam sebuah aksi drama pementasan pengembangan pariwisata hari ini. Pemerintah sebagai regulator, perencana, fasilitator dan evaluator benarbenar tidak maksimal dalam melakukan perannya. Konsep Sadar wisata secara sederhana dapat kita defenisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan dukungan serta partisipasi seluruh masyarakat agar dapat mendorong terwujudnya iklim yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya industri kepariwisataan di suatu wilayah yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat sekitar. Bila yang diharapkan adalah seluruh komponen masyarakat, maka pemerintah juga adalah bagian dari masyarakat. Namun, dukungan pemerintah dalam bidang ini yang terlihat maksimal kecuali hanya mampu melakukan kegiatan

ratusan nostalgia terutama bagai pelajar dan mahasiswa pada sekitar tahun 1970 an. Armizen Wahid, kawan saya yang sekarang berprofesi sebagai pengacara mengatakan bahwa TBLA menjadi saksi terjalinya kepercayaan mahasiswa dari luar Kota Padang dengan sopir bus antar kota dalam propinsi. Para ibu-ibu di kampung akan menitipkan baka (beras, samba terutama rendang, samba goreng bada +kantang, dan surat) kepada sopir. Termasuk uang belanja dan kebutuhan uang sekolah. Boleh dikatakan bahwa sopir bus merupakan tokoh kepercayaan mahasiswa dan orang kampung. Mahasiswa menunggu dengan sabar di TBLA. Senyum mahasiswa bergantung kepada barang yang dititipkan kepada sopir bus. Bila baka datang, senyum mahasiswa mengembang. Bila baka tak ada, sopir akan menghibur mahasiswa. Konon, di atas tenda (atap) bus itu terdapat peti yang biasanya tempat sang sopir menyimpan barang titipan tersebut. Begitu amanahnya para sopir itu walaupun tidak dipungut biaya sepeser pun.

TBLA menjadi salah satu sentral pergerakan ekonomi di kota Padang. Masyarakat terutama pedagang dari Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Dumai, Sibolga datang ke TBLA. Dari Bukittinggi, Payakumbuh, Solok, Sawahlunto – pedagang juga berkunjung melalui TBLA. Di sekitar TBLA tumbuh menjadi pasar grosir, terutama ikan kering, plastik, pakaian, mainan anak-anak. Pasar Raya merupakan pasar yang ramai dikunjungi pedagang tersebut. Konon kabarnya, di TBLA ini dulunya adalah kuburan orang Belanda yang pernah hidup di Sumatera Barat. Karena kepentingan terminal jasad orang Belanda yang sudah dikubur ini digusur. Anita Dikarina, pekerja seni yang konsen terhadap perkembangan kota pernah mengatakan bahwa amat disayangkan kuburan ini digusur. Bila tidak digusur tentulah kuburan Belanda itu bisa menjadi asset pariwisata Kota Padang. Sudah pasti, keluarga orang Belanda yang dikubur akan berusaha untuk berkunjung ke kuburan keluarganya. Pada beberapa tahun yang lalu, TBLA itu digusur pula menjadi mall Plaza Andalas (PA), sebuah sentral pergerakan ekonomi baru di kota ini. Betulkan PA ini menjadi sentral pergerakan ekonomi baru yang melebihi TBLA dulu? Kalau

TBLA mampu mempertemukan pedagang dari Bengkulu, Jambi, Pekanbaru, Dumai, Sibolga dan kota di dalam propinsi Sumatera Barat membeli barang di sekitar Pasar Raya, apakah PA sekarang bisa juga seperti itu? Atau kalau bisa tentulah berharap melebihinya. Entahlah. Tentulah ahli ekonomi yang bisa menjawabnya. Terminal kedua adalah Terminal Angkot Goan Hoat (TAG). Seorang kawan pernah menceritakan bahwa TAG ini pada awalnya adalah pasar Goan Hoat. Goan Hoat merupakan pedagang yang kalah bersaing di Pasa Gadang sehingga dia pindah ke pasar Goan Hoat sekarang. Lama-lama, pasar ini tumbuh dan berkembang maka muncullah terminal khusus oplet (angkutan kota). Di TAG ini dulunya tempat mangkalnya angkutan kota mulai dari jenis chevrolet lama dimana bodinya (istilah saya dengan kawan-kawan : rumah-rumahnya) dari kayu. Jendelanya dari jendela kayu yang memiliki kaca buram. Malah ada yang tidak berjendela melainkan ditutup dengan plastik. Bila hari tidak hujan, plastik itu digulung. Persis layar plastik yang ada pada bendi sekarang. Bemo juga pernah mangkal di TAG ini. Selanjutnya muncul oplet berjenis

Haluan Aspirasi

Untuk Pertamina dan pemerintah, kenapa minyak tanah sangat langka dan mahal? Apakah ada penimbunan minyak tanah? Mohon kepada pihak terkait untuk turun ke lapangan dan menindak pengusaha minyak yang nakal. 081363789***

LPI Kurang Menarik KENAPA PS Semen Padang harus bergabung dalam LPI, bukan di ISL? Kami jadi malas nonton dan tidak tertarik, karena tim di LPI banyak berkualitas di bawah PS Semen Padang. 08126765***

Pendiri H. Kasoema

Penerbit: PT Haluan Sumbar Mandiri (Haluan Media Group). SIUPP No 014.SK.Menpen.SIUPP A.7 1985 tanggal 19 November 1985.

datsun, MCE (mini city ekspres), toyota kijang. Begitu juga bus kota melati pernah merasakan TAG. Begitu ramai dan beragamnya angkotan kota di TAG menimbulkan kesibukan tersendiri di TAG ini. Bahkan, bila musim buah, seperti lansek, duku, rambutan, manggis maka TAG menjadi pusat penjualan buah-buahan tersebut. Masyarakat dari Indarung, Bungus, Teluk Bayur, Air Tawar datang ke TAG ini. TAG ini akhirnya juga digusur. Di lokasi ini didirikan pusat pergerakan ekonomi baru (juga). Sebelum hancur karena gempa disebut Sentral Pasar Raya (SPR). Oh, iya. Dua terminal megah, penuh nostalgia, tempat bertumbuhnya media saling percaya, tempat bertumbuhnya pusat aktivitas ekonomi – ternyata sejarah tumbuhnya berasal dari proses menggusur, tergusur, dan digusur. Setahu saya proses menggusur, tergusur, dan digusur adalah hasil dari pemaksaan kekuatan besar terhadap kekuatan yang lebih kecil. Kekuatan besar tentulah selalu menang menghadapi kekuatan kecil. Bila proses seperti ini masih terjadi maka akan sulit kita menemui yang namanya keadilan. Jadi, oh iya, begitulah. Jangan banyak berharaplah.

081268151855/ 08163253248

Ada Apa dengan Minyak Tanah?

Terbit Sejak 1948

membudayakan konsep sapta pesona itu agar kita dalam hidup bermasyakarat menuju kualitas hidup yang baik. Ironisnya, sapta pesona hanya indah di lisan dan di dokumen pemerintah, namun tidak dalam pola dan gaya hidup seharihari. Dan ini menjadi tugas kita bersama untuk menyadarkan yang belum sadar dan mendukung yang sudah sadar. Bila saja dengan kualitas pelayanan seperti hari ini saja Kota Padang bisa mendapatkan penghargaan nasional, maka dengan meningkatkan pelayanan maka Kota Padang tidak hanya bisa mendapatkan penghargaan internasional tapi juga pengakuan internasional sebagai destinasi favorit. Tapi, itu memang membutuhkan kerja keras yang besar. Tidak cukup dengan pemilihan duta wisata saja. Namun, event wisata yang minim promosi, kreativitas, dan lemah dukungan pelaku wisata lainnya juga menjadi penentu. Padang kota tercinta, kujaga dan kubela bukan hanya slogan, kan? Cintai padang dengan menjaga dan membelanya dari perilaku yang merusak, mengotori, dan membuat citra yang buruk adalah cirri-ciri penduduknya yang menuju kualitas hidup yang baik. Bila perilaku ini masih belum dilaksanakan, maka jangan bermimpi kita bisa sama-sama sejahtera. Bila tidak mau samasama sejahtera, maka jangan diajak orang lain sama-sama miskin dalam budaya dan gaya hidup yang tidak menunjukan kota padang kota tercinta, kujaga dan kubela. Dunsanak, mari kita berubah ke arah yang lebih baik, yuk!

Kriteria Cuaca Ekstrim

BUAT BMKG, seperti apakah kriteria cuaca ekstrim? Apakah hujan lebat dan angin kencang yang menyebabkan pohon tumbang belum bisa dibilang ekstrim??? 081993639***

Bangunan Tua SAYA sangat sedih, bangunan tua di Kota Bingkuang kian punah. Tak adakah tergerak hati Pemko Padang untuk menyelamatkannya? Apakah itu tak dianggap asset daerah? 081992178***

Tugas Polantas PAK polisi, kenapa disaat lampu merah rusak polisi pergi, lalu disaat lampu hidup polisi berdiri di jalan? Apakah sengaja ingin mencegat masyarakat? Sudah dihapuskah tugas untuk mengatur lalu lintas? 081363293***

Harga di Taplau Mahal

KEPALA Dinas Pariwisata yang terhormat, apakah harga teh botol di Pantai Padang memang Rp5 ribu perbotol? Apakah memang tarif di tempat wisata itu memang ditentukan oleh pedagang? 081363903***

Pemimpin Umum: H. Basrizal Koto, Pemimpin Redaksi: Zul Effendi, Pemimpin Perusahaan: Irfan Jasri, Wakil Pemimpin Redaksi: Eko Yanche Edrie, Dewan Redaksi : H. Hasril Chaniago (Ketua), Zul Effendi, Eko Yance Edrie, Ismet Fanany MD, Nasrul Azwar, Redaktur Pelaksana: Ismet Fanany MD, Nasrul Azwar, Sekretaris Redaksi: Silvia Oktarice, Koordinator Liputan: Rudi Antono, Koordinator Liputan Daerah: Syamsu Rizal, Redaktur: Aci Indrawadi, Afrianita, Atviarni, Dodi Nurja, Nova Anggraini, Perdana Putra, Rahmatul Akbar, Reporter Padang: Gusni Yenti Putri, David Ramadian, Gustedria, Haswandi, Andika Destika Khagen, Ade Budi Kurniati, Suswinda Ningsih, Mice Angelasari, Devi Diani, Defil, Nasrizal, Meidella Syahni Koresponden: Syamsuardi S, Jon Indra, Ridwan (Bukittinggi), Dedi Salim, Trisnaldi (Pariaman/Padang Pariaman), Zulkifli, Syafril Nita, Sri Mulyati, M Siebert (Payakumbuh/Limapuluh Kota), Atos Indria, Ahdi Susanto, Welina (Pasaman), Miazuddin, Kasra Scorpi (Agam), Iwan DN, Darwin Danin, Maison (Padang Panjang), Yuldaveri, Emrizal, Aldoys (Tanah Datar), M. Junir, Gusmizar (Pasaman Barat), Sabrul Bayang, M. Joni, Haridman (Pesisir Selatan), Syamsuardi Hasan, Riswan Jaya, Alfian, Almito, Marnus Chaniago (Kabupaten Solok/Kota Solok), Icol Dianto (Solok Selatan), Alamsyah Halim, Fadilla Jusman (Sawahlunto), Azneldi (Sijunjung), Ferry Maulana (Dharmasraya), Biro Jakarta: Syafruddin Al (Koordinator), Syafril Amir, Jamalis Jamin, Surya, Biro Riau: M. Moralis Biro Kepri: Yon Erizon Tim Kerja Usaha: Isbadri Bakri (Koordinator Sirkulasi), Nofriza Zaniyar, Alfarino Ikhsan (Koordinator Promosi), koordinator Iklan : Yunasbi, Tata Letak/Desain: Syafrizal (Koordinator), Nurfandri, Rahmad Doni, Rahmi, David Fernanda, HRD : Desmasari, Umum : Nurmi Jamal, Keuangan : Bedhendri, Kasir : Desy, TI : Teguh, Pra Cetak : Sawal Marjuni.HRP, Mai Hendri, Syamsul Hidayat, Cetak : Mardianto (Koordinator), Elvin Devino, Afandi, Rudi Kurniawan, Prasetyo, Jecky Jekcson. Alamat Redaksi/Bisnis: Komplek Bandara Tabing, Jl Hamka Padang. Telp. (0751)4488700, 4488701, 4488702, 4488703, Fax (0751) 4488704 Email: redaksi_haluan@yahoo.com, website: http/harianhaluan.com, Kantor Jakarta: Graha Basko, Jln. Kebun Kacang XXIX No.2A Jakarta Pusat 10240. Telp. (021) 3161472, 3161056 Fax. (021) 3915790, Harga Langganan/iklan: Harga langganan bulanan dalam kota Padang Rp57.000, Harga eceran Rp2.500,- Tarif iklan: FC: Rp25.000/mm kolom, Produk BW: Rp 10.000/mmkolom, Spot Colour: Rp20.000/mmkolom, Display: Rp 10.000/mmkolom, Sosial BW: Rp 8.000/mmkolom, Sosial FC: Rp 15.000/mmkolom, Iklan Mini(Max 1kolom X50mm) Rp 100.000/1 kali muat, Iklan Baris: Rp 10.000/baris Bank: BRI Cabang Padang Rek No: 0058-01-001430-30-8, Bank Nagari Cabang Utama Padang Rek No: 1008.0103.00009.1 PT Haluan Sumbar Mandiri Dicetak oleh Unit Percetakan PT Haluan Sumbar Mandiri Padang. Klik http://www.harianhaluan.com


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.