Haluan 12 Mei 2016

Page 5

Opini

Rabu, 11 Mei 2016 4 Sya’ban 1437 H

5

Ahok dan Komunikasi Politiknya Tajuk Selamat untuk Komisaris dan Direksi Baru Semen Padang

R

APAT Umum pemegang Saham (RUPS) PT Semen Padang yang dilaksanakan di Jakarta, Rabu (11/ 5/2016) memutuskan perubahan susunan Direksi dan Komisaris Perseroan. Prof. Saldi Isra ditetapkan sebagai Komisaris Utama menggantikan Letjen TNI (Purn) Djamari Chaniago, Wiztian Yoetri, anggota Komisaris, menggantikan Basril Basyar. Sementara Indrieffouny Indra ditetapkan sebagai Direktur Produksi menggantikan Agus Boing Nurbiantoro. Susunan pengurus Direksi PT Semen Padang yang baru terdiri dari Benny Wendry (Dirut), Tri Hartono Rianto (Direktur Keuangan), Pudjo Suseno (Direktur Komersial), dan Indrieffouny Indra (Direktur Produksi). Sedangkan susunan komisaris terdiri dari, Saldi Isra (Komisaris Utama), Suharto (Komisaris), Eddy R. Rasyid (Komisaris), dan Wiztian Yoetri. Saldi Isra merupakan Guru Besar Hukum Tata Negara di Universitas Andalas Padang. Namanya tidak asing lagi bagi masyarakat Sumatera Barat. Saldi juga merupakan calon Menteri Hukum dan HAM dalam Kabinet Kerja yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Pria kelahiran Paninggahan, Junjuang Siriah, Kabupaten Solok, 20 Agustus 1968 ini dikenal sebagai aktivis antikorupsi dan penulis. Dia sering tampil dalam berbagai diskusi tentang Ketatanegaraan. Sementara itu, anggota komisaris yang baru, Wiztian Yoetri, merupakan salah satu wartawan senior di Sumatera Barat. Pria kelahiran Pariaman, 30 Mei 1962 ini pernah menjabat Pemimpin Redaksi Harian Padang Ekspres (Jawa Pos group), dan Pemimpin Umum POSMETRO Padang. Sebelum bergabung dengan Jawa Pos Group, Wiztian Youtri yang akrab dipanggil Cici adalah wartawan Harian Semangat. Ia memulai karir jurnalistik di Harian Haluan Padang pada awal tahun 80-an. Wiztian pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan PWI Sumatera Barat. Wartawan, khususnya anggota PWI Sumatera Barat tentunya bangga dan bersyukur. Setelah Basril Basyar yang juga Ketua PWI Sumatera Barat mengakhiri pengabdiannya sebagai Komisaris PT Semen Padang, penggantinya juga dari kalangan wartawan. Kita mengucapkan selamat kepada para komisaris dan direksi baru PT Semen Padang, semoga dapat mengemban amanah dengan baik untuk kemajuan perusahaan yang menjadi kebanggan masyarakat Sumatera Barat. Kita tentunya berharap, di tangan komisaris dan direksi baru, PT Semen Padang bergerak lebih maju, meski tantangan ke depan sangat berat. Kita tahu, persaingan pasar semen saat ini sangat kompetitif. Bukan hanya Semen Padang, tahun 2016 ini menjadi tahun penuh tantangan bagi industri semen nasional. Ini seiring dengan makin maraknya pemain baru menghiasi persaingan industri semen nasional. Semen-semen dari Jawa juga merambah pasar Sumatera Barat. Tapi dengan kualitas produknya, Semen Padang tentunya tetap menjadi pilihan utama konsumen. Di tengah tantangan berat, selama tahun 2015, PT Semen Padang sukses meningkatkan efisiensi di berbagai sektor. ***

F

ENOMENA kontroversi Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau yang lebih dikenal sebagai Ahok, dalam segala dimensinya begitu dominan dihantarkan media, terutama sepanjang Maret-April lalu. Meskipun sudah mulai tergusur oleh isu-isu lainnya, namun apa pun yang berkenaan dengan Ahok pasti akan menjadi konsumsi head-line dan tetap aktual dibahas.

Oleh:

Tensi pemberitaan meningkat manakala beberapa kasus dugaan korupsi mulai menyeruak ke publik. Disusul kemudian dengan pengunduran diri beberapa pejabat (terutama Walikota Jakarta Utara) beberapa waktu lalu. Tak bisa dibantah, magnet Ahok mulai terbangun sejak ia mendampingi Joko Widodo sebagai Wakil Gubernur Jakarta. Masa-masa sebelum Pilpres 2014 adalah saat di mana kepopuleran Ahok di Jakarta masih ‘tertutupi’ oleh ‘efek Jokowi’. Publik yang jeli dapat melihat betapa peranan Ahok di belakang Jokowi lama-kelamaan membesar, semakin dominan, menyita perhatian. Apalagi untuk urusan tertentu, Ahok diberi porsi yang cukup besar oleh Jokowi untuk langsung turun ke lapangan, satu hal yang membuat Ahok berkesempatan berhadapan langsung dengan media. Sebagai efek magnet yang begitu besar serta kompleksitas dan dinamika sosialpolitik yang melingkupi wilayah kerjanya (baca: DKI Jakarta), ditambah gaungnya di media massa dan media sosial, publik yang terbiasa mengikuti sepak terjang Ahok sejak menjadi pemimpin di ibukota pun terbelah. Kelompok pertama adalah mereka yang menilai cara kepemimpinan dan gaya komunikasi politik Ahok memang cocok untuk provinsi seperti DKI Jakarta, artikulatif. Sebaliknya, resistensi terhadap Ahok terformulasikan ke da-

otoriter. Ini disebabkan terutama oleh prasangka yang terlanjur tertanam di benaknya bahwa ia adalah satu-satunya aktor yang sedang mengubah lingkungan bobrok di sekitarnya. Menarik menyigi survey Periskop Data pada akhir 2015 lalu yang secara garis besar cenderung menangkap kesan negatif publik akan gaya kepemimpinan dan komunikasi politik Ahok. Terbukti, nyaris separuh dari responden

(46,6%) menyatakan gaya bicara Ahok temasuk kategori ‘Tidak Baik’. Sekitar 70,4% publik menilai gaya bicara Ahok tidak santun. Sebanyak 77% responden setuju Ahok harus memperbaiki cara berkomunikasinya. Sementara di ranah kepuasan akan kinerja, hanya 48,2% dari nara sumber penelitian yang menyatakan puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur. Ahok dan Persepsi Abu-abu Terlepas dari kontroversi dan resistensi terhadapnya, Ahok tetaplah aset kepemimpinan bangsa. Cara berkomunikasinya merupakan kodrat yang melekat di kepribadiannya. Meski masih terbuka kemungkinan baginya untuk mengubah tipikal berkomunikasi, namun kemungkinan itu sangat tipis, citra artikulatif-emosional seolah sudah menjadi trade mark, dan itu merupakan kelemahan sekaligus kelebihannya. Satu hal yang pasti, seorang pemimpin tetap harus menyadari konteks dan situasi berkomunikasi. Sebagaimana yang dikatakan oleh Effendi Gazali, setiap orang, terutama pemimpin, harus tahu mana yang layak disampaikan ke publik, mana yang (hanya pantas) di dalam ruangan (dikutip dari CNNIndonesia.com, 2015). Lebih lanjut, Gazali mengingatkan, jangan sampai pemimpin jatuh ke dalam dua hal; otoriter, dan dikultuskan. Yang pertama akan mematikan nyali khalayak yang dipimpinnya, dan yang kedua mematikan nalar semua orang di sekelilingnya. Lebih jauh, Diana Booher (2010) mengatakan bahwa komunikasi yang dilakukan pemimpin pada bawahannya bertujuan untuk menggerakkan perubahan, mengubah cara pandang dan pemikiran lingkungan organisasinya. Over-dosis dalam berkomunikasi sangat berpotensi justru mengundang blunder, sehingga tujuan awal untuk mengubah cara pandang dan pemikiran lingkungan organisasi bisa jadi malah tidak tercapai. Meski kini Ahok ‘diserang’ dari berbagai sisi (kita ingat betapa seorang SBY yang di-bully oleh Megawati, diserang kanan-kiri justru berbalik menang dalam kontes Pilpres 2004), kita mesti semakin berhati-hati mempersepsi Ahok. Pengamat politik, M. Qodari, mengatakan, Ahok kini (mulai) dipandang tidak lagi secara hitam-putih oleh publik, namun bisa jadi sudah abuabu (kompas.com, 12/4/16). Dua kasus, yaitu R.S. Sumber Waras dan reklamasi pantai utara Jakarta kini menjadi batu sandungan yang berpeluang menjerat langkahnya untuk tetap eksis. (*)

YTH. Bapak Walikota Padang, sekedar memberikan usulan. Bagaimana kalau sejumlah taman yang ada ditetapkan sebagai taman bermain anak, karena kenyataannya taman dijadikan tempat pertemuan muda-mudi. Padahal Padang adalah kota layak anak, tapi kita masih belum ada taman untuk anak. Terima kasih. Pengirim: 082133250491

Panen Sayur, Banyak Siswa Tak Ikut UN Kembalilah ke sekolah nak Sumbar Aman dari Pencurian Ikan Tapi jangan lengah

Terbit Sejak 1948 Pendiri: H. Kasoema Penerbit: PT Haluan Sumbar Mandiri (Haluan Media Group). SIUPP No 014.SK.Menpen. SIUPP A.7 1985 Tanggal 19 November 1985

www.harianhaluan.com

lam persepsi di benak kelompok lainnya bahwa cara komunikasi Ahok sudah melewati batas-batas ideal seorang pemimpin, cenderung otoriter. Ahok: Perspektif Artikulatif Ditinjau dari perspektif komunikasi antar manusia, sejatinya Ahok berhasil memenuhi dua dari tiga aspek dalam berkomunikasi, yaitu Clarity dan Direction. Sementara untuk aspek lainnya, Attitude, Ahok kerap gagal, dalam artian tidak terlalu mengindahkan untuk bersikap secara santun dalam berkomunikasi. Sebaliknya, mantan Bupati di Bangka Belitung ini seolah tidak peduli respon lawan bicara. Wajar, karena ia menekankan kejelasan (clarity), serta kelangsungan/arah poin-poin komunikasi yang d i -

dicirikan dengan pilihan kata yang tajam, gaya bahasa nonverbal-menekan, bahasa tubuh yang cenderung agresif. Kepemimpinan otoriter biasanya bicara dengan tendensi membuka konfrontasi dengan lawan bicara, over-confidence, terlalu yakin dengan apa yang disampaikan dalam dialog. Dan Nimmo (1999) menyebutkan, prilaku komunikasi itu ada tiga. Pertama; asertif, kedua; pasif, ketiga; agresif. Ciri-ciri asertif; komunikator akan bertindak tenang, santun, skala intonasi sedang. Pada prilaku pasif, komunikator cenderung tertutup, menghindari konfrontasi, dan nada suara pelan. Sebaliknya, perilaku komunikasi agresif ditandai dengan tindakan mendominasi pembicaraan, memiliki kecendrungan (ingin) menyerang sesuatu, nada suara keras, menekan. Bisa disimpulkan, pelaku komunikasi agresif bukanlah tipe pendengar yang baik. Dapat disimpulkan, Ahok memilih gaya komunikasi ceplas-ceplos dan terbuka, straight to the point, bahkan terkadang meledak-ledak dengan intonasi tinggi, seolah antitesis gaya komunikasi Jokowi yang cenderung tenang meski tetap terbuka. Konsekuensi negatif dari tindak komunikasi seperti ini bukan tanpa risiko. Biasanya, pemimpin yang memilih gaya ini potensial untuk terjebak ke dalam pola kepemimpinan yang

Tetapkan Taman Bermain Anak

Pojok

PEMBERITAHUAN

Mohammad Isa Gautama

“Pengajar Komunikasi Politik, Fakultas Ilmu Sosial-UNP”

sampaikan (direction). Konsekuensinya, siapa pun yang menjadi sasaran ‘peluru’nya akan merasakan poin-poin komunikasi Ahok mendarat tepat sasaran. Orang yang disebut-sebut dalam pernyataannya dijamin panas-dingin kupingnya. Apalagi, Ahok terbiasa menyerang dengan dalil-dalil dan data tertentu. Dampak berikutnya, sasaran tembak akan mudah terpancing untuk merespon secara emosional di lain waktu. Sebagai bukti, pertikaian komunikasi antara Ahok dan Lulung, Ahok-Yusril, dan Ahok-ketua BPK yang kerap dibingkai oleh media, kadang dibumbui sensasi di sana-sini. Lebih jauh, dengan gayanya yang ceplas-ceplos dan apa adanya, publik jadi tahu apa yang terjadi sesungguhnya di balik seluruh pernyataannya. Alhasil, publik tidak ‘dipaksa’ untuk menebak-nebak, publik terbingkai untuk semakin menjurus mencitrakannya sebagai sosok yang artikulatif, jujur, logis. Bisa jadi, ini merupakan antitesis gaya komunikasi era Orde Baru yang cenderung ‘misterius’, enigmatik, mengambang, menyembunyikan fakta, bicara di tataran yang normatif, dan menjauhi solusi. Ahok: Perspektif Otoriter Blake dan Maiton (2001) mengatakan, ada tiga tipe gaya kepemimpinan dalam berkomunikasi. Ketiganya adalah; demokratis, partisipatif, dan otoriter. Gaya kepemimpinan otoriter

CEO: H. Basrizal Koto Pemimpin Umum/ Penanggungjawab: Zul Effendi Pemimpin Perusahaan: David Ramadian Redaktur Pelaksana: Ismet Fanany MD Rakhmatul Akbar Koordinator Minggu: Devi Diany Koordinator Liputan: Nasrizal Kabag Produksi: Mai Hendri

Direktur Haluan Media Group: H Desfandri. Dewan Redaksi : H. Basrizal Koto, H. Desfandri, H. Hasril Chaniago, Zul Effendi, Yon Erizon, Ismet Fanany MD, Rakhmatul Akbar, Sekretaris Redaksi: Silvia Oktarice, Redaktur: Afrianita, Dodi Nurja, Atviarni, Ryan Syair, Nova Anggraini, Ramadhani, Rudi Antono. Asisten Redaktur: Ade Budi Kurniati, Heldi Satria, Holly Adib. Reporter Padang: Rivo Septi Andreas, Osniwati. Perwakilan Bukittinggi: Yursil Masri (Kepala), Haswandi, Ridwan Pariaman/Padang Pariaman: Dedi Salim, Trisnaldi, Bustanul.Payakumbuh/Limapuluh Kota: Zulkifli, Dadang Pasaman: Icol Dianto, Ahdi Susanto, Agam: Rahmat Hidayat, Kasra Scorpi, Padang Panjang: Iwan DN. Tanah Datar: Yuldaveri, Emrizal, Ferry Maulana Pasaman Barat: Suryandika,Gusmizar. Pesisir Selatan: M. Joni, Haridman, Kabupaten Solok/Kota Solok: Alfian, Marnus Chaniago, Eri Satri. Solok Selatan: Jefli,

Sawahlunto: Fadilla Jusman, Sijunjung: Azneldi, Ogi. Dharmasraya: Maryadi. Biro Jakarta: Syafril Amir, Jamalis Jamin, Surya, Biro Riau: Moralis, Biro Kepri: Andi. Tim Kerja Usaha: Kabag Iklan: Yunasbi, Kabag Sirkulasi: Nofriza, Kabag Keuangan: Gustirahmita, Tata Letak/Desain: Nurfandri, Rahmi, Syamsul Hidayat, Wide Ilyas, Ilham Taufiq, HRD:Nia, Umum : Nurmi, Kasir : Desy, TI : Teguh, Pra Cetak : Sawal Marjuni HRP, Cetak : Mardianto (Koordinator), Afandi, Rudi Kurniawan. Haluan Media Group: CEO H.Basrizal Koto, Direktur: H Desfandri. Kantor Jakarta: Graha Basko, Jln. Kebun Kacang XXIX No.2A Jakarta Pusat 10240. Telp. (021) 3161472, 3161056 Fax. (021) 3915790, Iklan dan Sirkulasi: (0751) 4488700, Alamat Redaksi/Bisnis: Komplek Bandara Tabing, Jl Hamka Padang. Telp. (0751)4488700, 4488701, 4488702, 4488703, Fax (0751)

4488704 Email: haluanpadang@gmail.com, redaksi_haluan@yahoo.com, website: http/harianhaluan.com, Harga eceran Rp3.500,Tarif iklan: Display FC halaman satu: Rp50.000/mm kolom, Display BW halaman satu: Rp35.000/mm kolom, Display halaman dalam FC: Rp35.000/mm kolom, Display halaman dalam BW: Rp17.500/mm kolom, Iklan SC :Rp25.000/mm kolom, Sosial/Ucapan Selamat FC: Rp15.000/mm kolom, Sosial/Ucapan Selamat BW: Rp10.000/mm kolom, Dukacita: Rp10.000/mm kolom, Iklan kolom (maks 300 mmk) FC: Rp15.000, Iklan Kolom (maks 300 mmk) BW: Rp10.000, Advertorial FC: Rp40.000/mm kolom, Advertorial BW: Rp25.000/mm kolom Bank: BRI Cabang Padang Rek No: 0058-01001430-30-8, Bank Nagari Cabang Utama Padang Rek No: 1008.0103. 00009.1 PT Haluan Sumbar Mandiri Dicetak oleh Unit Percetakan PT Haluan Sumbar Mandiri Padang. Klik http://www.harianhaluan.com

SETIAP artikel/opini yang dikirim ke Redaksi Haluan, panjang tulisan minimal 1.000 words (kata) dan maksimal 1.350 words (kata). HENDAKNYA artikel tak dikirim secara bersamaan ke media lain yang terbit di Kota Padang. Setelah 15 hari jika artikel tak dimuat, maka tulisan tersebut kami nilai tak layak muat. Terima kasih Redaktur: Ismet Fanany MD

Layouter: Ilham Taufiq


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.