

![]()


Desa Slorok adalah potret desa yang kaya akan potensi mulai
Desa Slorok adalah potret desa yang kaya akan potensi, mulai dari pertanian peternakan kerajinan hingga prestasi olahraga dari pertanian, peternakan, kerajinan, hingga prestasi olahraga dan kekayaan budaya Buku ini hadir untuk mengenalkan sisi-sisi dan kekayaan budaya Buku ini hadir untuk mengenalkan sisi-sisi
unggulan Desa Slorok yang selama ini jarang terdengar, namun unggulan Desa Slorok yang selama ini jarang terdengar namun layak untuk dibanggakan dan dikembangkan lebih jauh layak untuk dibanggakan dan dikembangkan lebih jauh
















0 1
BidangKerajinan D A F T A R I S I 0 2
Profil&TradisiDesa
Bab1
Bab2
TentangKami 0 3 0 4 0 6 0 5
BidangPertanian&Peternakan
Bab3
BidangOlahraga&Kesenian
Bab4
BidangWisata 0 7 Penutup
Desa Slorok, Kecamatan
Kromengan, Kabupaten
Malang, berada pada
ketinggian rata-rata 321
meter diatas permukaan laut
dan merupakan daerah
dataran rendah. Memiliki curah hujan rata-rata
405mm/tahun dan kondisi
tanah yang datar serta produktif






“SLOWROCK”’ cerminan desa yang tenang, bersahaja, dan nyaman
“SLOWROCK”’ cerminan desa yang tenang, bersahaja, dan nyaman

Jumlah penduduk mencapai 5638
jiwa, dengan rincian laki-laki 2.756
jiwa dan perempuan 2.882 jiwa.
Dusun di sini terhitung satu dan
memiliki RT sejumlah 29 serta RW sebanyak 7 Di bawah kepemimpinan
Kepala Desa saat ini, Misdi Jinggo yang akrab disapa warga sebagai Jinggo berbagai program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat terus dijalankan demi meningkatkan kesejahteraan warga desa.
Sejak tahun 1800-an, Desa Slorok telah berkembang dari hutan belantara menjadi permukiman. Namun hingga kini, potensi besar desa ini masih tersembunyi, seperti berlian yang masih tertimbuntanah.
R A D I S I D
TKirab Tumpeng Desa Slorok
adalah sebuah tradisi tahunan
yang diadakan di Desa Slorok,
Kecamatan Kromengan,
Kabupaten Malang, Jawa Timur,
sebagai bagian dari upacara
bersih desa. Kirab Tumpeng
merupakan ungkapan syukur
atas berkah dan keberkahan
yang diberikan oleh Tuhan serta
sebagai wujud melestarikan
kearifan lokal dan budaya Jawa.




Rute Kirab Tumpeng dimulai
dari Balai Desa dan akan
berakhir di Punden Jalan
Bebekan, acara ini akan dihadiri
Selain bertujuan untuk menjaga
tradisi bersih desa, Kirab
Tumpeng juga menjadi
sarana mempererat tali
silaturahmi dan kebersamaan
antar warga desa. Kegiatan ini
sejalan dengan program pemerintah desa dalam
menjaga kelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat
setempat. Acara ini didukung
oleh pemerintah Desa Slorok
dan melibatkan partisipasi aktif seluruh warga.
oleh segenap masyarakat dari
RT 1 - 29. Acara Kirab Tumpeng biasa diiringi dengan Seni
Bantengan ‘Lembu Atmojo’
sebagai bagian dari tradisi
Selain sebagai pesta, Kirab Tumpeng juga merupakan ungkapan rasa syukur dan pemeliharaan warisan budaya.

Dimulai dengan Peleburan lempengan besi, kemudian dilanjut dengan Penempaan menggunakan alat berat yang dikombinasikan dengan cara modern serta tradisional Secara turun temurun, beliau melakukan semuanya tanpa cetakan, pengalaman membuatnya seorang pandai besi yang mumpuni Hasil produk dipastikan tetap konsisten, baik dari bentuk, ketajaman, ataupun kualitas peleburan Sehingga produk selalu unik, berkualitas, dan dapat dipesan secara khusus sesuai keinginan pelanggan
Pak Gatot adalah seorang pandai besi yang meneruskan usaha keluarganya sejak tahun 2010 Usaha ini sendiri sudah berdiri sejak 1966 dan diwariskan dari ayahnya, yang juga seorang pandai besi Sejak kecil, Pak Gatot sudah akrab dengan suara palu dan panasnya tungku, meski awalnya ia hanya membantu ayahnya Kini, ia menjalankan usaha bersama dua orang pekerja yang memiliki hubungan keluarga dan tinggal di sekitar desa Meski zaman terus berubah, ia tetap mempertahankan kualitas yang membuat namanya dikenal sejak generasi sebelumnya.


Bahan besi diperoleh dari daerah Jatikerto yang juga termasuk di Kecamatan Kromengan, sedangkan arang untuk peleburan, didatangkan khusus dari Blora atau Jepara Dalam sehari, usahanya dapat menghasilkan sekitar 2 juta rupiah, atau bahkan lebih Hingga saat ini masih tetap banyak pelanggan lama yang setia dan pelanggannya tersebar dari berbagai daerah, salah satunya Lampung, yang secara konsisten memesan 100 Sabit setiap minggunya Dengan keunikan produknya yang terletak pada desain dan motif bilah besi yang dapat dimodifikasi, termasuk menambahkan inisial atau huruf, Pak Gatot sangat mengandalkan insting dan kepekaan suhu tanpa bantuan alat ukur suhu Berbeda dengan usaha serupa di tempat lain, Pak Gatot tidak menggunakan cetakan, sehingga semua produk dibentuk manual dengan tangan yang membuat setiap alat memiliki sentuhan personal dan kualitas yang lebih terjamin Produk seperti Sabit, Parang, dan Cangkul yang dihasilkan masih sangat dibutuhkan terutama untuk sektor pertanian dan peternakan di Indonesia Produk tersebut memiliki daya saing dan jangkauan pasar yang luas serta keberadaan tenaga kerja lokal, termasuk yang telah mengabdi selama puluhan tahun, juga menunjukkan bahwa kerajinan ini turut mendukung perekonomian warga sekitar



Usaha ini dikenal dengan nama "SIONO", diambil dari nama
kakek Pak Gatot yang dulunya sangat terkenal sebagai empu pandai besi Penggunaan nama ini sebagai upaya menjaga identitas keluarga yang melekat pada produk-produk buatannya Kini, nama tersebut menjadi salah satu nilai jual utama karena telah dikenal masyarakat sebagai simbol kualitas & konsistensi.




DARIBESILAHIRLAHREPUTASI
Pak Gatot dikenal teliti dalam menjaga kualitas. Banyak pelanggan tetap datang
dari luar kota seperti Lampung dan wilayah Sumatera lainnya Meski sebagian alat yang digunakan kini
berbasis mesin, ia tetap percaya bahwa
keuletan dan kehati-hatian dalam pembuatan sebuah bilah adalah kunci
utama Tantangan seperti sulitnya
mencari arang saat musim hujan ia
siasati dengan menyetok bahan lebih dulu saat kemarau
BUKANSEKADARMATAPENCAHARIAN


Meski berat, kotor, dan tak banyak diminati generasi muda, Pak Gatot tetap bertahan. Baginya, selama usaha ini masih mendatangkan penghasilan dan pelanggan masih percaya, itu sudah cukup Ia tak menuntut banyak Ia hanya ingin menjaga bara warisan ini tetap menyala.
Desa Slorok
Pertanian di Desa Slorok, Kecamatan Kromengan, menjadi penyangga utama ketahanan pangan masyarakat setempat Di bawah koordinasi Kelompok Tani 1, sekitar 82 hektare sawah ditanami padi dan jagung secara bergantian tergantung musim. Irigasi berasal dari Sungai Molek, dikelola swadaya oleh petani yang rutin membersihkan saluran air sebelum dan sesudah musim tanam Dalam2tahun,parapetanibisapanenlimakali, dengan produktivitas mencapai 11 ton per musim kemarau dan 5–7 ton di musim hujan Meski menghadapi tantangan seperti hama dan keterbatasan pupuk subsidi, mereka mulai menerapkan inovasi seperti fermentasi akar bambu untuk memperbaiki kualitas tanah. Namun, pemasaran hasil panen masih bergantung pada tengkulak, dan regenerasi petani masih menjadi isu besar yang belum terjawab

Pak Kecus adalah warga asli yang lahir dan besar di Slorok yang juga merupakan salah satu nama yang terus bertahan di tengah sawah-sawah itu Sejak 2003, ia bekerja sebagai petani dan kini menjabat sebagai ketua kelompok tani Lahan yang ia kelola sebagian miliknya sendiri Meski pernah menanam sayur-mayur seperti tomat dan kacang, kini ia fokus pada padi dan jagung Ia pernah ikut pelatihan pertanian dari kementerian dan mendapatkan sertifikat penyuluh swadaya, pengalaman yang membawanya sampai ke Jawa Tengah sebelum pandemi Namun usia tak bisa dilawan; Pak Kecus mengaku ingin pensiun, hanya saja belum ada penerus yang siap menggantikan Untuk sementara, ia tetap mengayunkan cangkul dan memutar waktu di ladang, menanam bukan cuma benih, tapi juga harapan agar pertanian lokal tak kehilangan arah.











Pak Kaspan bukan hanya peternak sapi pedaging, tapi juga perangkat desa Slorok yang sudah lama menghidupi tanahnya lewat dunia ternak Pengetahuan peternakan ini merupakan hasil jatuh bangunnya sejak kecil, menjalani hidup sebagai peternak Dulunya, ia sempat mencoba berbagai jenis ternak, mulai dari bebek, ayam, hingga kambing. Namun akhirnya mantap memilih sapi pedaging Alasannya sederhana: lebih stabil secara ekonomi dan sesuai dengan potensi wilayah serta jaringan yang dimilikinya.

Bagi Pak Kaspan, peternakan bukan sekadar soal memelihara sapi dan menjualnya saat gemuk Semua dimulai dari pengalaman panjang dan naluri yang terasah sejak lama. Ia memilih bibit sapi unggulan seperti Simental dan Limousin, memberi pakan dari rumput, jagung, hingga konsentrat bernutrisi tinggi, dan menyiapkan cadangan saat musim sulit Sapi-sapinya diperlakukan seperti seorang anak manusia, mereka juga, ditimbang setiap bulan, dan rutin diperiksa kesehatannya. Saat wabah datang, ia langsung bertindak cepat: mengunci kandang dan membatasi interaksi Cara penjualannya pun tak sembarangan, hanya dilakukan ketika harga dan hubungan dengan pembeli terasa pas Bahkan limbah kandang pun ia manfaatkan jadi pupuk Semua ini memperlihatkan bahwa yang ia jalankan bukan cuma usaha ternak, tapi cara hidup yang bernilai dan dijaga Antara tradisi dan kebutuhan zaman
Moh Fakri Nur Qomsi adalah salah satu warga desa Slorok yang sekarang bekerja di PT Gudang Baru Berkah Tapi sebelum itu, ia pernah menjadi pemain sepak bola dan membela tim IPPOS dari kecil hingga lulus SMA Beliau mengatakan bahwa IPPOS dikenal di beberapa wilayah Hal itu dimulai dari menjadi peserta turnamenturnamen Desa, Kecamatan, hingga kabupaten Malang. dan juga sering menjadi juara


Sejak Tahun 1975 saat terbentuknya IPPOS, sepak bola menjadi salah satu kebanggaan yang tumbuh kuat di tengah masyarakat Desa Slorok Dalam beberapa tahun terakhir, tim sepak bola desa ini menorehkan berbagai prestasi yang membanggakan Salah satu pencapaian tertingginya adalah saat meraih Juara 1 dalam Turnamen Sepak Bola tingkat
Kabupaten Malang, yakni Rendra Kresna Cup 1 dan Juara 1
Piala Dispora Malang 2015 Tak berhenti di situ, tim ini juga menjuarai beberapa turnamen di tingkat kecamatan hingga regional
MohFakriNurQoms 26tahun Jl RayaSlorok74 RT09/RW03 DesaSorok KecamatanKromengan +62858-5298-0924

Prestasi demi prestasi yang diraih menjadi cerminan dari semangat kebersamaan dan sportivitas yang mengakar dalam kehidupan warga Lebih dari sekadar kemenangan, capaian ini telah menjadi jalan bagi tumbuhnya bibit-bibit pemain muda yang berbakat Beberapa di antaranya bahkan telah melangkah ke level nasional seperti Mas Asni yang pernah memperkuat
PSBI Blitar, Mas Hafid yang membela Persema Malang, serta
Mas Rikat Abimanyu yang menjadi bagian dari Arema U-21 Tiga klub yang cukup dikenal pada masanya.
Rangkaian pencapaian ini memperlihatkan bahwa Desa Slorok memiliki potensi besar dalam bidang olahraga, khususnya sepak bola. Dukungan masyarakat yang tulus, serta proses pembinaan yang terus berjalan, menjadi pondasi penting dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya tangguh, tapi juga siap bersaing di tingkat yang lebih tinggi dengan semangat yang tetap membumi






Tak hanya sepak bola, di Desa Slorok juga tumbuh semangat yang sama dalam olahraga bola voli putri Kedua cabang olahraga ini berkembang bersama, berbagi ruang dan semangat di Lapangan Desa Slorok sebuah tempat yang menjadi saksi proses panjang, kebersamaan, dan dedikasi para pemuda desa Dari semangat itulah lahir berbagai wadah kebersamaan yang memperkuat rasa cinta terhadap olahraga dan seni IPPOS (Ikatan Pemuda Pecinta Seni dan Olahraga) hadir sebagai ruang bagi para pemuda untuk menyalurkan energi positif mereka di cabor sepak bola, sementara BVS (Bola Voli Slorok) menjadi simbol tumbuhnya potensi bola voli putri di desa ini Tak ketinggalan, ARLOVA, tim voli yang digerakkan oleh para ibu, juga menjadi bukti bahwa semangat olahraga di Desa Slorok hidup dalam berbagai lapisan usia
Desa Slorok, Kecamatan Kromengan
Malang
Rina Purwandari, seorang pelatih bola voli putri yang kini berusia 43 tahun, adalah sosok yang telah lama mengabdikan dirinya di dunia olahraga. Dengan pengalaman yang tidak sedikit, Mbak Rina berhasil menorehkan kiprah sebagai pelatih yang mampu membangkitkan semangat dan potensi bola voli putri di Desa Slorok Dedikasinya membuahkan hasil nyata melalui terbentuknya dua tim, yaitu BVS (Bola Voli Slorok) dan ARLOVA, yang kini menjadi wadah bagi para perempuan dari berbagai usia dari kalangan muda hingga dewasa Kedua tim ini bernaung di bawah kepemimpinan Ibu Rina sendiri dan terbuka bagi seluruh masyarakat desa yang memiliki semangat untuk tumbuh bersama dalam olahraga. Prestasi tim bola voli putri Desa Slorok pun tidak bisa dipandang sebelah mata Salah satunya adalah keberhasilan mereka meraih juara ketiga dalam turnamen yang diadakan oleh Panitia


Peringatan Hari Besar Nasional (PPHBN)
Kecamatan Kromengan. Meskipun bukan peringkat teratas, pencapaian tersebut menjadi bukti bahwa tim ini memiliki potensi besar yang terus berkembang Lebih dari itu, sejak tahun lalu Desa Slorok berhasil menyelenggarakan turnamen bola voli putri secara mandiri, dan kini memasuki tahun kedua pelaksanaannya Konsistensi ini menandakan bahwa olahraga bola voli putri di desa ini bukan sekadar kegiatan, melainkan telah menjadi bagian penting dari dinamika masyarakat yang tumbuh bersama dalam semangat persatuan, semangat berprestasi, dan semangat membangun desa lewat olah raga.


Desa Slorok, Kecamatan Kromengan
Malang
Sebuah sanggar yang mengajarkan Tari
Tradisional dengan menyesuaikan kemampuan
serta usia anak-anak. Mulai dari tingkat Dasar 1, Dasar 2, Terampil 1, Terampil 2, hingga Mahir.
Sanggarinimemilikisekitar65anggotaaktif,dan
juga menerima dari luar Desa Slorok seperti
Ngebruk dan Jatikerto Latihan rutin diadakan setiaphariminggudiBalaiDesaSlorok







Awalnya sanggar dilakukan secara sukarela tanpa pemungutan biaya. Namun, demi keberlanjutan kegiatan dan penghargaan terhadap tenaga pengajar, kini diterapkan iuran sebesar Rp25000 per bulan untuk empat kali pertemuan Meski sempat vakum selama pandemi, kegiatan sanggar kini kembali aktif dan rutin tampil di acara-acara desa seperti Kirab Budaya dan peringatan hari besar
" "Wirogo,Wiroso,Wiromo"
Pedoman menurut Bu Heri yang membuat sebuah tarian terlihat sempurna harus menguasai semua gerakan yang telah diajarkan, kemudian merasakan setiap temponya, dan juga mendalami irama musik yang menyesuaikan tarian.
Contact Person Sanggar : +62 821-4095-6663
Jl Raya Slorok RT 03 RW 01 No 186, Slorok, Kromengan.
A N



WIWIKHERIJATI
AdalahKepalaSekolahTKdiDesaSlorokdanjuga pendirisertapengelola SanggarTariMustikasejak tahun 2015 Dengan tujuan memberikan wadah bagi anak-anak desa untuk mengembangkan bakat di bidang Tari Tradisional Baginya, menari tidak hanya melatih gerak tubuh, tetapi juga membentuk karakter seperti kesabaran dan kedisiplinan Bu Heri berharap agar kedepanya dapat memiliki sebuah tempat latihan sendiri dan bekerja sama dengan penari profesional untuk meningkatkankualitaspembinaan





SENSASIKESEGARANALAMDANKEARIFANLOKAL
Wisata Sumber Mansari yang terletak di Desa Slorok, Kecamatan Kromengan, bukan hanya tempat rekreasi biasa Dengan air yang jernih dan bisa langsung diminum, tempat ini menawarkan pengalaman berenang yang berbeda. Alami, segar, dan menenangkan Suasana hijau yang masih terjaga membuat siapa pun betah berlama-lama
Lahan seluas sekitar 1.300 meter persegi dimanfaatkan secara maksimal. Pengunjung bisa bersantai bersama keluarga, menikmati udara segar sambil duduk-duduk di area yang sudah dilengkapi mushola, warung, dan fasilitas penunjang lainnya Harga tiketnya pun sangat bersahabat, yaitu mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 5.000 saja.





Yang membuat Sumber Mansari istimewa adalah keberadaan tradisi budaya lokal Setiap tahun, warga mengadakan kirab tumpeng sebagai bentuk rasa syukur kepada alam Tradisi ini tak hanya memperkuat identitas budaya desa, tapi juga membuat wisatawan merasa lebih dekat dengan kehidupan warga.
Jikalau biasanya wisata air menawarkan suasana modern dengan air buatan atau filterisasi, Sumber Mansari justru memadukan kolam berubin dengan sumber air alami dari pegunungan Kolam tetap bersih, tetapi kesegaran airnya tetap murni Hal ini menjadi daya tarik utama bagi pengunjung yang ingin liburan sehat tanpa kehilangan kenyamanan




Promosi wisata ini pun dilakukan secara sederhana, lebih mengandalkan komunitas dan ulasan jujur dari pengunjung. Dari YouTube, Google Maps, hingga promosi mulut ke mulut, semuanya dilakukan dengan pendekatan personal Suasananya pun lebih membumi, seperti datang ke rumah sendiri, bukan sekadar destinasi wisata
Di balik semua keunikan Sumber Mansari, ada sosok Pak Suwandi, warga asli Desa Slorok kelahiran 22 Februari 1963. Berprofesi sebagai tukang pijat refleksi, beliau menginisiasi pembangunan tempat wisata ini dari nol, menggunakan dana pribadinya.



Mulai dari pembukaan lahan, pembangunan fasilitas dasar, hingga menjaga semangat gotong royong warga semua ia lakukan demi kemajuan desa Kini, berkat dedikasinya, Sumber Mansari menjadi bukti bahwa kepedulian seorang warga bisa menggerakkan banyak hal.






Kami adalah mahasiswa Universitas
Brawijaya Fakultas Ilmu Budaya dari berbagai macam program studi
Diantaranya Antropologi, Pendidikan
Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa
Jepang, Sastra Inggris, serta Bahasa
dan Sastra Prancis. Mengabdi bersama di Desa Slorok, Kecamatan
Kromengan Kabupaten Malang.














POTRET SLOROK POTRET SLOROK

PKM FIB UB KELOMPOK 23 DESA SLOROK