MINI PORTFOLIO

Page 1

Architecture Portfolio by Gilang Dipa

I am a fresh graduate of Bachelor of Architecture, Faculty of Engineering, Pancasila University. graduate with sufficient ability and grades. can adapt to new things, good communication skills, and discipline in managing time. This portfolio is part of my process in architectural design. In my current architecture world, I'm focused on experiencing design ideas, narration, analysis, 3D modeling, rendering, and presentation boards in a project .

Gilang Dipa

Born 2000, Depok, Jawa Barat, Indonesia

Bogor, Indonesia

Phone

081213750774

E-mail

glng.dpp@gmail.com

Instagram

@gilangdipa

Educational Background

Vocational High School

SMKN 1 Cibinong

TGB (teknik gambar bangunan)

Bachelor of Architecture

universitas Pancasila

GPA 3.43

Language

Indonesia (advance)

English (beginner)

Software Skills

> Autocad

> Sketchup

> Lumion

> Enscape

> V-ray

> Adobe Photoshop

> Adobe Ilustrator

> Adobe Premier Pro

Work Experience

2017 Field Work Practiced in Department of Building Planning Kab. Bogor (as a Drafter)

2020 Renovation Interior Design Elsa House (Finished)

2021 Internship in Studio Mimpi Indonesia by Anindita Putri Architect (as a Asistant Architect)

2021 Renovation Design PT. Morpha Indonesia Office Interior and Facade (Finished)

2021 Field Supervisor in Anindita Putri Architect (as Quality Control)

2022 Freelance in AR BA TRA Design (as a Graphic Designer)

2022 Renovation House Ipal House (Proposal)

2022 Freelance in Otoklix (as a Drafter) Otoklix Jatimakmur & Otoklix

Daanmogot

Interest

2015-2018

> Design

> Travelling

> Nature

2018-2022

Organization Experience

2019 Force Leader of 2018 Architecture FT-KMUP

> Sports

> Music

Soft Skills

> Leadership

> Team & Project Management

> Public Speaking

> Problem Solving

> Organization

> Planning

> Critical Thinking

Hard Skills

> 3D Modelling

> 3D Rendering

> Drafting

> Sketching

2019 Installation Design Comittee of Pekan Arsitektur

2020 Leader of Commission III BPM FT-KMUP

2021 Responsible for Designing Archicare Jilid II

Architecture Competition

2022 3rd Place in Housing Masterplan Design Competition for Low-Income Communities (MBR) at the Archipelago Architecture Festival by DPU CKPP

Kab. Banyuwangi

2022 Contest Design Sustainability Tiny Urban Home by Viridi

Exhibition

2019 Pekan Arsitektur Universitas Pancasila “Humanism” at Pesona Square, Depok, Indonesia

2022 International Joint Architectural Exhibition at ANSAN UNIVERSITY Korea

Contents. Tiny Urban Home 2022
Majelis Archicare 2021 Masterplan MBR 2022

Tiny Urban Home.

Rumah dengan konsep berdikari berusaha memenuhi tantangan bagaimana manusia “berhuni” di tengah kota yang padat, sesak, tingkat polusi yang tinggi, banjir, dan cenderung panas.

di era modern, sebuah bangunan bukan lagi sebatas “konstruksi dan ruang bernaung” namun juga dituntut untuk memiliki nilai yang layak untuk mendukung aktifitas manusia, nyaman, tidak mengganggu psikologis / kesehatan fisik, dan meminimalisir kerusakan lingkungan.

Rumah berdikari dimaknai sebagai pemenuhan kebutuhan secara mandiri, dalam konteks ini; mandiri secara pangan, manajemen limbah rumah tangga yang baik, memaksimalkan SDA ( air hujan,angin, dan matahari ) dan meminimalisir penggunaan energi.

1.

Lokasi tapak berada dalam kapling perumahan di daerah urban jakarta. Luas lahan 48 m2 dengan area efektif 36 m2. posisi depan adalah utara. dengan lebar kapling 4 meter

Zonasi ruang lantai 1 disusun sebagai common area, tempat menerima tamu, tempat berkumpul keluarga, memasak dan makan bersama. lantai atas dipisahkan oleh void dan masing-masing menjadi area private dan 1 kamar mandi.

Orientasi bukaan berada di utara-selatan. pembagian massa dengan void pada tengah-tengah bangunan. setiap ruangan di desain cross ventilation dan mendapatkan cahaya yang cukup.

sistem memanen untuk menimalisir bersih yang penampungan kembali untuk, flush toilet dan

DATA ZONING CLIMATOLOGY CONTEXT RAIN HARVESTING

memanen air hujan bertujuan menimalisir penggunaan air diproses sampai ke yang akan digunakan untuk, menyiram tanaman, sebagainya.

URBAN FARM

Urban farm sebagai pemenuhan

dapur, di

permakultur dan diposisikan pada rooftop dengan pertimbangan kondisi

lahan yang sempit, pemenuhan cahaya

alami yang baik, dan sekaligus menjadi reduksi panas pada ruang-ruang di bawahnya.

HARVESTING
1. Ground Water Tank ( GWT ) 2. Toren / Roof Tank 3. City Sewer bahan desain dengan konsep

Bagaimana jika mengembalikan ruang “bertamu” ke posisi semula; teras?

Dalam konteks sosial masyarakat, Tamu sebaiknya diterima di teras, agar tidak menimbulkan kecurigaan di masyarakat ketika ada orang asing (di luar lingkungan)

masuk ke dalam rumah. Saya rasa ini mengapa desain rumah dulu memiliki konsep ini, sebelum era tiap rumah memiliki pagar yang masif dan kehidupan yang mulai sangat tertutup.

Bagaimana jika fasad didesain

bukan hanya sebagai wajah, namun mampu mengaktifkan interaksi sosial ruang dalam dan luar (lingkungan) yang sekaligus membentuk “security by society” dan juga sebagai emergency exit dalam kemudahan akses ketika terjadi bencana (memudahkan evakuasi).

Beberapa aspek tersebut yang

melandasi sehingga wujud desain

tidak hanya ditentukan oleh; orientasi matahari, material, estetika, namun

juga terbentuk atas dasar pertimbangan-pertimbangan keamanan dan konteks sosial masyarakat.

POTONGAN A
DENAH LANTAI 1 A DENAH LANTAI 1 DENAH LANTAI 1

2.

Majelis by Archicare Jilid II.

Archicare adalah sebuah program kerja Pengabdian Masyarakat oleh Ikatan Mahasiswa Arsitektur Borobudur (IMA’B) untuk terjun langsung ke masyarakat dengan tujuan meningkatkan kualitas mahasiswa dan kualitas infrastruktur desa tertinggal. Kampung Sadengkolot, Leuwilang, Bogor adalah salah satu desa yang cukup terpencil dan jauh dari perkotaan dengan kondisi kampung yang masih hijau namun di sisi lain memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah fasilitas bangunan publik (Majelis) yang kurang layak.

Bangunan Majelis didesain dengan pendekatan kontekstual menyesuaikan Geografis, teknik ketukangan, sumber material, dan Sosial/Budaya. Beberapa hal kami temui dalam pendekatan social/ budaya

masyarakat mengenai prinsip-prinsip dalam arsitektur setempat. Prinsip prinsip tersebut kami coba respon dengan kaidah kaidah pendidikan arsitektur modern. Penggunaan material pada bangunan

diambil dari sumber daya alam sekitar seperti; pasir, batu kali, bambu, dan kayu. Beberapa material diolah Kembali (reuse) seperti batu kali

bekas bongkaran dan genteng tanah liat. Adapun material sumbangan yang digunakan seperti batu bata, lantai keramik, dan genteng tanah liat.

Bentuk atap merespon curah hujan yang tinggi dan angin yang kencang, didukung oleh konstruksi rangka kayu, bambu dan genteng tanah liat sebagai penutup atap. Pada interior, plafon didesain menggunakan bambu utuh kemudian diikat dengan tali ijuk untuk memperkuat antar bambu tanpa menggunakan paku, sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan tetap fleksibel.

Susunan dinding bata di beberapa sisi bangunan didesain dengan pola tidak massif dan dibuat berongga, diharapkan mampu mengalirkan udara dengan baik serta menjaga tingkat kelembaban dalam ruang.

Bukaan pada sisi teras depan merespon konteks sosial/ budaya dengan desain bukaan yang lebar menghadap jalan utama yang kemudian menjadi extended area untuk menunjang kegiatan masyarakat ketika sedang dibutuhkan, sehingga bagian dalam dan luar bangunan dapat terkoneksi dengan baik.

Pada studi kasus ini Mahasiswa dan Masyarakat berkolaborasi dalam ranah keilmuan ketukangan masyarakat dan keilmuan mahasiswa arsitektur yang dimiliki sehingga menghasilkan keselarasan bekerja sama dalam rangka menghasilkan produk budaya yang baik.

Palemahan merupakan salah satu konsep atau ajaran ‘Tri Hita Karana’ dalam agama Hindu yang selalu menitikberatkan bagaimana antar sesama bisa hidup berdampingan, saling bertegur sapa, tidak ada riak-riak kebencian, penuh toleransi dan penuh rasa damai. Palemahan sendiri berasal dari kata lemah (Bahasa Jawa) yang artinya tanah. Dalam artian yang sempit palemahan berarti wilayah suatu pemukiman atau tempat tinggal. Manusia sangat bergantung oleh lingkungannya untuk memperoleh bahan keperluan hidup. Oleh karena itu, manusia harus selalu memperhatikan situasi dan kondisi lingkungannya.

3.
Palemahan Banyuwangi.

Legenda

1. Pintu Masuk 2. Balai Warga/Area Serbaguna 3. Lapangan 4. Masjid 5. Taman Pinggir Sungai 6. Rumah Tipe Tikel Balung 7. Rumah Tipe Baresan

Adanya permasalahan yang tidak pernah terfikirkan betapa pentingnya ketika merancang hunian Masyarakat Berpenghasilan Rendah, seperti citra kawasan yang kurang baik, kesan hunian yang padat, kurangnya ruang terbuka hijau, dan kurangnya ruang terbuka bebas bagi penghuni. maka dari itu kami mengusung Sustainable Residential Approach antara lain sustainability, identity, livability

KONSEP

Pintu masuk berada di sebelah utara tengah tapak, langsung berhubungan dengan sirkulasi utama

Sirkulasi sekunder pada cluster berbentuk grid mengelilingi blok hunian dan taman terpusat

LIVABILITY IDENTITY

dengan memposisikan 2 taman yang berbeda serta berbeda fungsi, menjadikan taman yang strategis karena sangat diperlukan dan mudah dijangkau untuk seluruh penghuni. semua fungsi yang dirancang atas dasar kebutuhan masyarakat.

SUSTAINABILITY

suasana taman pinggir sungai yang bisa digunakan untuk bersantai, piknik dan lainnya.

suasana taman sentral yang bisa difungsikan untuk bermain, berolahraga, dan kegiatan lainnya.

Lahan hijau tersebar dibagian kawasan sebagai area resapan, koridor angin, dan tempat rekreasi dan interaktif bagi penghuni setempat

Bangunan Sehat dan Hemat Energi ini dirancang dengan tetap memberikan bukaan pada bangunan yang tidak teralu besar sehingga sirkulasi udara tetap terjaga dan cahaya matahari masuk kedalam ruangan dengan cukup. sehingga menjadikan rumah ini tetap sehat dan ehmat energi karen mengurangi penggunaan listrik pada siang hari.

identitas pada hunian maupun masterplan banyak diambil dari kehidupan asli suku osing dimana mereka suka berkumpul dan pada hunian diambil pada jenis atap yang mereka gunakan yaitu jenis baresan & tikel balung.

Saat musim hujan, bioswale berfungsi sebagai tempat penampungan air sebelum dialirkan ke sungai dan juga sebagai area resapan.

Saat musim panas, bioswale menjadi ruang terbuka hijau yang dapat digunakan sebagai area interaktif.

Rangka Atap Kayu. Genteng Plembang Struktur Kayu Sopi Ayaman Bambu

Type Tikel Balung

Type Hunian 30/60

Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Kiri Potongan 2 Denah Potongan 1 Tampak Kanan Tampak Depan Tampak Belakang Tampak Kiri Potongan 2 Denah Potongan 1 Tampak Kanan

Type Baresan

Type Hunian 36/72

THANK YOU FOR YOUR TIME!

This Portfolio Will Be Update Soon...

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.