NAYOTTAMA - Kelompok 6 XI SOS 1

NAYOTTAMA E-Magazine Kelompok 6 XI SOS 1

Audrey |

Cathy

|

Thia

|

Karen

|

Nicole

|

Fanie

SALAM REDAKSI

Halo semuanya! Perkenalkan kami dari Kelompok 6 Integrated Learning XI-SOS1. Pada kesempatan kali ini, kami akhirnya dapat merilis E-Magazine perdana kami yang berjudul NAYOTTAMA. NAYOTTAMA merupakan sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang memiliki arti ‘kebijaksanaan yang unggul.’ Melalu E-Magz kami kali ini yang bertemakan IPTEK pastinya turut mengajak para pembaca untuk melihat bagaimana perkembangan teknologi menjadi pendukung meluasnya penyebaran hoax yang dapat menyebabkan disintegrasi bangsa terutama pada Era New Normal saat ini.

Pembaca juga diajak supaya menjadi orang yang lebih bijak dalam menelaah dan mengolah informasi atau berita yang ada di internet atau sosial media. E-Magazine ini diharapkan dapat menjadi majalah yang informatif dan menghibur bagi para pembaca. Selamat membaca!

3

PROFIL KELOMPOK

Josephine Karen Aristo - 22

Cathleen Kenji Johan - 07

Nicole Olivia Gunawan - 29

Gisela Radithia Dhayu - 16

Audreylia - 03

Stefanie Novena Adeline - 34

4

NA

TT O Y

AM A E P S. 1

1

Cover Depan

2

Ilustrasi

3

Salam Redaksi

4

Profil Kelompok

5

Daftar Isi

6

Tahukah kamu mengapa Belanda menggunakan Politik Devide Et Impera di zaman Kolonial?

7

TTS : Perlawanan Indonesia Akibat Politik Devide Et Impera

8

Sejarah Perkembangan Teknologi

9

Bagaimana Tanggapan perkembangan teknologi?

10

Apakah remaja menjadi addicted to gadgets or social media di era new normal?

11

Top 5 Sosial Media yang digunakan di Era New Normal

Gereja

mengenai

paling

12 - 13

Program Gerakan Nasional Digital Kemkominfo 2021

14 - 15

Ringkasan Karya Ilmiah

banyak

16

Tips & Tricks cara untuk stay away from hoax di era new normal

17

Quotes

18

Cover Belakang

TAHUKAH KAMU MENGAPA BELANDA MENGGUNAKAN POLITIK DEVIDE ET IMPERA DI ZAMAN KOLONIAL? Apa

itu Devide et Impera?

Secara harfiah, devide et impera dapat diartikan sebagai

"

pecah

"

dan berkuasa

. Ini juga berarti mencegah kelompok-kelompok

kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih

kuat.

Bagaimana politik ini diterapkan di Nusantara?

Devide et Impera pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh

Belanda melalui VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie). Ini

merupakan salah satu siasat yang digunakan oleh VOC untuk

menguasai Nusantara, selain monopoli. Devide et Impera juga

dikenal

oleh

sebagai

VOC

dalam

melestarikan

untuk

politik

hal

adu

domba,

politik,

penjajahannya

mencari

yang

militer,

di

dijadikan

dan

Indonesia.

keuntungan

kebiasaan

ekonomi

untuk

Tujuannya

adalah

sebesar-besarnya

dengan

menaklukkan raja-raja di Nusantara.

Strategi

ini

menghadapi

merupakan

strategi

perlawanan

dari

menaklukkan

kerajaan.

Ini

penguasa

kerajaan-kerajaan

memanfaatkan

perang

diterapkan

Belanda

saudara

dengan

besar

paling

lokal.

di

ataupun

ampuh

VOC

pun

Nusantara

dalam

mampu

dengan

permusuhan

menyebarkan

berita

antar

palsu

di

lingkungan politik lokal maupun sosial, serta dengan melakukan

propaganda menggunakan media massa (surat kabar dan laporan

jurnalistik).

Seperti

bagaimana

banyak

surat

kabar

yang

terbit

dengan bahasa Melayu disunting isinya secara ketat dan dilarang

penerbitannya oleh badan sensor pemerintah Hindia Belanda sejak

tahun

1855,

karena

dianggap

mengganggu

aktivitas

wilayah koloni.

http://repositori.kemdikbud.go.id/19194/

6

mereka

di

TTS Perlawanan Indonesia Akibat Politik Devide Et Impera

https://internasional.kompas.com/read/2022/02/21/193700970/devide-et-impera-politik-adu-domba-belanda-dalam-melawan-penguasa

2. Belanda mengirim Snouck Hurgronje untuk menjadi mata-mata Belanda dengan mendekati para ulama 4. Belanda menyusupkan utusan yang menghasut dan memecah belah kerajaan-kerajaan lokal di Bali 5. Belanda selalu intervensi terhadap pemerintah lokal dan memperburuk perselisihan yang ada di lingkungan keraton dan kerajaan 7. Belanda menyebabkan kerusakan pada tatanan Kesultanan dan kondisi internal dengan memilih Sultan yang tidak didukung rakyat lokal

7

DOWN

1. Belanda bekerja sama dengan Arung Palakka yang sedang berkonflik dengan Sultan Hasanuddin 3. Belanda memperalat Raja Booi yang ingin membalas dendam kepada Pattimura 6. Belanda bekerja sama dengan golongan adat yang sedang berperang melawan golongan ulama Kunci TTS 1. Makassar 2. Aceh 3. Saparua 4. Jagaraga 5. Jawa 6. Padri 7. Banjarmasin

ACCROSS

Sejarah Perkembangan Teknologi PRASEJARAH Di zaman prasejarah, manusia purba berkomunikasi melalui informasi di dinding-dinding gua. Mereka menceritakan pengalaman berburu dan binatang buruannya. Mereka melukis untuk mewakili berbagai hal yang hendak dikatakan. Obrolan di antara manusia masih sebatas dengusan, bahasa isyarat, dan gerakan tangan.

SEJARAH Di masa sejarah, teknologi komunikasi berevolusi menjadi lebih baik. Proses menggambar di dinding gua masih berlangsung. Namun, berkembang lagi caranya dengan menggunakan simbol seperti pada masa kehidupan Bangsa Sumeria yang memakai huruf piktograf di era 3000 SM. Lalu, periode 2900 SM muncul huruf hieroglif oleh bangsa Mesir kuno. Di tahun 1570-1045 SM, sistem menulis ikut berkembang pada masa dinasti Shang di Cina.

Masuk ke masa tahun 500 SM, bangsa Mesir kuno memakai pohon papyrus sebagai kertas. Serat papyrus ditulisi beragam informasi.

Selanjutnya, Tsai Lun dari bangsa Cina menemukan kertas dari serat bambu dan memungkinkan sistem pencetakan memakai blok kayu yang ditoreh dan dilumuri tinta.

MODERN Pada masa modern teknologi komunikasi telah memungkinkan informasi bisa menyebar sangat luas. Di masa ini ditemukan koran, telegraf, telepon, mesin ketik, radio, televisi, hingga internet yang memudahkan orang berkomunikasi sekaligus menyampaikan informasi lebih cepat. https://tirto.id/sejarah-perkembangan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-gaJs

8

Bagaimana Tanggapan Gereja Mengenai Perkembangan Teknologi?

Fransiskus. 2015. Laudato Si Terpujilah Engkau. Jakarta: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI.

Teknologi telah mempermudah kehidupan banyak orang. Dahulu saat teknologi masih minim, saat tidak ada internet ataupun smartphone dan perangkat lainnya, banyak kegiatan yang lebih sulit dilakukan dibanding sekarang. Yang perlu kita ketahui, tentunya teknologi tidak jahat, bahkan teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, selalu bersama kita dari pagi sampai malam, menyertai perasaan dan pikiran kita, membantu kita mencari nafkah, dan juga melayani Tuhan.

Ada dua pandangan Gereja mengenai perkembangan teknologi, dari negatif maupun positif. Pandangan pertama yaitu bahwa sebenarnya puluhan tahun yang lalu, jemaat dilarang berhubungan dengan Internet atau gadget teknologi apapun karena dianggap banyak mudaratnya seperti pornografi, kekerasan, ateisme, kebencian, dan ajaran lainnya yang bertentang dengan agama Khatolik. Selain itu, terkadang saat jemaat dimulai, orang yang menyalahgunakan gadget untuk bermain game, mengirim pesan, dan lainnya.

Menurut Gereja, Laudato si Bab 3 No. 102, manusia belum menggunakan teknologi secara maksimal dengan baik dan bertanggung jawab, bahkan kadang bertentangan dengan hati nurani. Manusia sekarang menyalahgunakan perkembangan teknologi karena terkadang merasa sudah berkuasa sehingga tanpa sadar menjadi egois.

Menurut Fransiskus, 2015: 67: Manusia seperti ini terus bertambah, kurangnya etika yang kuat, budaya, dan spiritualitas yang benar-benar membataskan dan mengajarkan pengendalian diri yang jernih.

Pasangan pandangan kedua yaitu teknologi merupakan solusi Gereja untuk berkembang. Dengan teknologi, beberapa masalah yang dihadapi Gereja bisa diselesaikan. Ada baiknya dari perkembangan teknologi yaitu perannya dalam pandemi covid sekarang ini. Dengan adanya Virus Covid-19 yang berbahaya, tentunya misa Gereja yang tadinya diadakan di Gereja dengan banyak peserta, bahkan kadang ratusan atau ribuan, tidak bisa dilakukan lagi karena akan berbahaya, memungkinkan virus untuk tersebar luas. Namun, karena adanya teknologi yang sudah berkembang, ini tidak menghambat berlangsungnya misa Gereja karena sekarang Misa Gereja bisa diadakan secara Online, seperti Youtube.

Kesimpulan, Gereja memiliki dua pandangan terhadap berkembanganya teknologi, yaitu teknologi dapat memberi pengaruh negatif jika disalahgunakan tetapi jika digunakan dengan baik dan benar, sesuai dengan kegunaannya, sambil meraih potensi teknologi sampai maksimal, teknologi dapat memberi solusi terhadap masalah yang dialami Gereja. Kami dapat melihat bahwa Gereja ingin kita untuk memanfaatkan teknologi dengan baik dan benar, jangan sampai menyalahgunakan teknologi tanpa bertanggung jawab dengan mementingkan ego sendiri daripada mendengarkan hati nurani kita untuk menggunakan teknologi dengan tepat dan bermanfaat.

9

Internet pada saat ini sudah menjadi salah satu kebutuhan sehari-hari bagi kebanyakan dari kita. Internet bisa diakses dimanapun, bahkan kapanpun, sehingga penggunanya semakin banyak. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) pengguna internet tercatat 63 juta orang yang 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses media sosial. (Kontan, 2021, Suherlan). Media sosial dan gadget dapat memberi banyak dampak positif jika digunakan dengan tanggung jawab namun jika digunakan secara berlebihan dapat memberi dampak negatif, salah satunya yaitu adiksi gadget dan sosial media.

Manfaat yang didapatkan dari internet diantaranya, memudahkan mengakses informasi, membantu kita untuk menemui orang-orang secara online, mencari hiburan atau entertainment, mencari pekerjaan atau data untuk sekolah dan kuliah, belajar hal baru dan lain-lain. Namun, menurut Diomidious et al. penggunaan internet berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya minat untuk melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, mempengaruhi hubungan dengan teman dan keluarga sehingga menjadi buruk, mengabaikan pekerjaan rumah tangga, akademik, maupun profesional.

Menurut Young (dalam Griffiths & Szabo, 2014) penggunaan internet yang berlebihan, ketika disertai dengan gejala obsesif dan / atau kompulsif (yang dapat mengendalikan perilaku individu), telah dilabeli sebagai penyakit psikologis modern yang disebut adiksi internet Menurut penelitian yang dilakukan oleh perusahaan media asal inggris Hootsuite (dalam Pertiwi, 2018), rata-rata kebanyakan orang Indonesia menggunakan media sosial selama tiga jam dua puluh tiga menit per hari. Media sosial memudahkan orang-orang terkoneksi satu sama lain tanpa mengenal jarak dan waktu, apalagi karena sejak pandemi atau era new normal, kita cenderung harus menjaga jarak. Ini merupakan alasan utama banyak sekali orang menghabiskan waktunya, bahkan teradiksi dengan menggunakan media sosial.

10

TOP 5 SOCIAL MEDIA https://lifestyle.kontan.co.id/news/5-media-sosial-yang-paling-banyak-digunakan-tahun-2021

TAGRAM S N

I

HATSAPP W

Whatsapp dirilis pada tahun 2009 ke seluruh dunia dan paling banyak digunakan sampai sekarang. Whatsapp ini sederhana, aman, reliabel. Dengan Whatsapp, pengguna dapat mengirim pesan teks, foto, audio, video, dan dokumen.

Instagram adalah aplikasi social media yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi dan mengunggah foto atau video dengan Internet. Instagram juga memiliki fitur lainnya seperti Insta Stories, IGTV, Reels, DM, dan banyak lagi. Selain itu, Instagram bisa berguna untuk menjadi tempat berbisnis atau berjualan online.

TIKTOK

UTUBE O Y

Di App Store Youtube merupakan peringkat 4 aplikasi gratis dan peringkat 2 aplikasi foto dan video. Youtube adalah situs web berbagi video yang dibuat oleh tiga mantan karyawan Paypal pada Februari 2005. Tujuan Youtube dibuat yaitu agar orang bisa berbagi video, seiring berjalannya waktu, YouTube juga menjadi situs untuk menerbitkan lagu, hobi, dan promosi.

Tiktok merupakan salah satu media sosial yang banyak digunakan di Indonesia, meskipun baru dirilis tahun 2016.

Tiktok pada saat ini menempati posisi 5 aplikasi gratis teratas dan menempati posisi 1 aplikasi hiburan App Store. Tiktok adalah platform yang memungkinkan pengguna untuk berimajinasi, mengekspresikan idenya dengan video pendek.

BOOK E C FA

Facebook adalah layanan media sosial yang muncul pada bulan Februari tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg.

Facebook terus berkembang dan bertahan hingga sekarang, memiliki lebih dari satu miliar pengguna aktif.

Tercatat di App Store, media sosial yang memungkinkan penggunanya bisa melakukan berbagai aktivitas ini menempati peringkat 9 aplikasi gratis teratas dan peringkat 2 aplikasi jejaring sosial. Baru-baru ini Facebook telah mengganti nama perusahaannya menjadi Meta. Meta sendiri merupakan perusahan yang menaungi berbagai media sosial yaitu Whatsapp, Instagram termasuk Facebook sendiri.

11

PROGRAM

GERAKANA

LITERASI

DIGITAL

NASIONAL

KEMKOMINFO

2021

Kemkominfo akan meluncurkan Program Literasi Digital Nasional dengan tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021” di Hall Basket Senayan, Kamis (20/05/2021).(Foto:Dok.Kominfo)

Kemkominfo memaparkan bahwa saat ini terdapat kurang lebih 196,7 juta warganet di Indonesia. Tantangan di ruang digital semakin besar yang ditandai dengan banyaknya konten-konten negatif yang bermunculan serta meningkatnya kejahatan di ruang digital tersebut. Contohnya seperti hoaks, penipuan daring, perjudian, perundungan siber, ujaran kebencian, radikalisme berbasis digital.

Terutama merambatnya penyebaran hoaks di Era New Normal ini seperti konten hoaks pandemi COVID-19 maupun konten politik yang bertujuan melakukan propaganda. Hal ini tentu membahayakan penanganan COVID-19 serta mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) memberikan perhatiannya atas hal ini. Kemkominfo pun meluncurkan program literasi digital nasional dengan tema “Gerakan Nasional Literasi Digital 2021.” Kemkominfo bekerjasama melalui GNLD Siberkreasi dan Facebook dalam melaksanakan Program Nasional Literasi Digital di seluruh Indonesia yang mencakup 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota.

Program ini merupakan upaya percepatan transformasi digital khususnya terkait pengembangan sumber daya manusia (SDM) digital. Program tersebut direncanakan setidaknya melalui 2.000 pelatihan berdasarkan modul dan kurikulum yang menyasar empat pilar literasi digital.

Kerangka Literasi Digital terdiri dari 4 pilar yaitu Cakap Bermedia Digital (Digital Skills), Budaya Bermedia digital (Digital Culture), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Aman Bermedia (Digital Safety).

Semua itu menjadi bagian dalam upaya mewujudkan Indonesia menjadi digital nations. Pemerintah daerah juga perlu mengambil peran dalam mengajak semua masyarakat untuk memahami 4 pilar tersebut. Oleh karena itu, masyarakat harus dituntun mengenal kegunaan dan bahaya pemanfaatan ruang digital.

12

Upaya meningkatkan literasi digital nasional yang diajukan Kemkominfo melalui Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi telah mendapatkan penghargaan International World Summit on the Information Society (WSIS) Prizes 2020. GNLD Siberkreasi dinobatkan sebagai Winner dari Action Lines WSIS C4 Capacity Building yang terkait dengan pemenuhan tujuan SDGs Goal 4: Quality Education Program literasi digital adalah sebuah kewajiban di tengah semakin intensifnya penggunaan internet oleh masyarakat.

Webinar ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mendorong masyarakat supaya dapat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya untuk mengidentifikasi hoaks serta mencegah terpapar berbagai dampak negatif penggunaan internet.

Pelatihan seperti webinar ini diharapkan dapat membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua dan guru dengan teknologi digital baru, sekaligus mempercepat dan meningkatkan keterampilan masyarakat Indonesia untuk menjadi warga digital yang cakap, penuh etik, dan mengerti cara mempergunakan hak-hak dan kewajibannya di dunia maya, termasuk cara mencerna, membagikan informasi, hingga melindungi data pribadi.

CONTOH

WEBINAR

LITERASI

DIGITAL

2021

Webinar literasi digital diselenggarakan oleh Kabupaten Bangka Barat, mengangkat tema “Memanfaatkan Trend Aplikasi Media Sosial di Era Digital.” Dengan menghadirkan beberapa narasumber untuk setiap sesi. Salah satu topik yang dibawa oleh Ahmad Khoiri, M.Pd mengenai jejak rekam digital seperti aplikasi twitter yang sangat hebat rekam jejak digital hoax, radikalisme, pornografi, bahwa sebenarnya orang sangat mudah dengan 1x klik bisa melihat dengan real time dan bisa mengakses, lalu bagaimana kita cakap digital agar bermanfaat bagi kita semua. Webinar ini mengisahkan bagaimana kita harus dapat memfilter dan menyaring berita yang kita terima agar terhindar dari hoax yang beredar.

Webinar literasi digital diselenggarakan oleh Kabupaten Lampung Timur, mengangkat tema “Bijak Kenal UU ITE, Jaga Dunia Digital.” Dengan menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidang tersebut, terdapat banyak topik yang disampaikan. Salah satuanya mengenai menjadi generasi anti hoax dengan membaca informasi dari sumber kredibel, jangan menyebarkan berita apabila belum membaca isinya secara keseluruhan, sumber dari internet belum selalu benar, jangan mudah terprovokasi, jangan menelan mentah informasi, jangan percaya mitos dan selalu cek fakta. Topik lainnya mengenai cakupan UU ITE ini berlaku untuk setiap orang.

Siapapun bisa dijerat UU ITE dengan aktivitas di dunia internet itu merugikan Indonesia. Dimanapun dia melakukan kejahatannya yang imbasnya merugikan Indonesia itu bisa dijerat. Terdapat era post truth dimana berita bohong menjadi benar. Kalau kita sendiri yang tidak mau waspada dan belajar akan mudah termakan hoaks.

Webinar literasi digital diselenggarakan oleh Kota Dumai, mengangkat tema “Menjadi Masyarakat Pancasila di Era Digital.”

Dengan menghadirkan beberapa narasumber yang spesialis di bidang-bidang tersebut memberikan pembicaraan topik masingmasing. Salah satu topik yang dibawa Nugroho Notosusanto, S.IP., memaparkan pentingnya moral dan etika nilai Pancasila dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi di media sosial dan etika sangat berperan guna menghindari terjadinya konflik dalam bersosialisasi. Etika Pancasila di ruang digital: toleransi (menghargai perbedaan, pandangan dan keyakinan baru, serta menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, dan kepercayaan), empati (memahami perasaan orang lain), kontrol diri (berpikir sebelum bertindak), gotong royong, keadilan (memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak, dan adil), hidup berdampingan dengan menghormati perbedaan.

Kemkominfo akan meluncurkan Program Literasi Digital Nasional dengan tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021” di Hall Basket Senayan, Kamis (20/05/2021).(Foto:Dok.Sumatera Online.Id)

13

Ringkasan Karya Ilmiah

Kelompok kami membuat sebuah karya ilmiah berjudul “Ancaman Disintegrasi Bangsa Di Era New Normal Akibat Penyebaran Hoaks” Penyebaran hoaks ternyata sudah berlangsung dari dulu. Pada zaman Kolonial, Belanda melalui VOC dan Hindia Belanda mulai memberlakukan sistem politik Devide et Impera untuk menaklukkan Nusantara. Salah satu penerapan sistem politik Devide et Impera seperti manajemen isu, Belanda menyebarkan berita palsu atau hoax serta propaganda dengan memanfaatkan media surat kabar dan laporan jurnalistik. Alhasil seperti perang Jagaraga Bali. Belanda menyusupkan utusan untuk menghasut dan memecah belah kerajaan-kerajaan lokal di Bali serta menyebarkan rumor bahwa sebagian kerajaan di Bali sudah ditaklukkan. Kabar bohong alias hoax ini membuat Buleleng dan barisan sekutunya cemas dan banyak yang meninggalkan benteng pertahanan di Jagaraga sehingga Belanda dapat menaklukkan Bali. Dampak dari politik Devide Et Impera tidak berhenti sampai zaman Kolonial saja, tetapi masih ada hingga saat ini.

Penerapan politik Devide et impera seperti menyebarkan berita palsu atau hoax yang masih beredar ini dapat mengancam kesatuan negara Indonesia di zaman sekarang. Penyebaran hoax yang terjadi di zaman sekarang terutama Era New Normal seperti hoaks COVID-19, hoaks SARA, hoaks politik, dan lain-lain. Penyebaran hoaks tersebut didukung oleh perkembangan teknologi yang pesat serta ketergantungan teknologi pada manusia. Dengan adanya internet dan media sosial yang memberi kemudahan untuk mencari dan mendapatkan informasi atau berita dengan cepat, banyak orang menganggap internet dan sosial media menjadi sumber yang kredibel karena kepraktisannya. Hal ini tentu merupakan anggapan yang salah, informasi atau berita yang beredar di internet atau media sosial belum tentu benar dan kredibel karena semua orang dapat menulis dan mengunggah berita atau informasi sesuai hak kebebasan mereka. Ini merupakan bukti bahwa manusia belum dapat menggunakan fasilitas teknologi yang ada dengan baik.

14

Ringkasan Karya Ilmiah

Hal ini dicerminkan pada salah satu dokumen Gereja yaitu Laudato Si terutama Bab 3 No. 105, Gereja menganggap manusia belum dapat menggunakan kekuasaan teknologi dan malah menyalahgunakannya karena keegoisan. Keegoisan ini pun dapat menimbulkan keinginan individualistis dan tidak mementingkan persatuan masyarakat atau bangsa.

Penyebaran hoax sendiri mengancam keselamatan nasional dan menimbulkan disintegrasi bangsa. Disintegrasi bangsa adalah keadaan tidak bersatu padu yang menghilangnya keutuhan, atau persatuan serta menyebabkan perpecahan. Dengan konflik atau perpecahan yang terjadi akibat berita palsu, hal ini tidak mencerminkan nilai Pancasila terutama sila ke-3 yaitu Persatuan Indonesia.

Selama bertahun-tahun, pemerintah sendiri telah mencari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah penyebaran hoax. Pada tahun 2008, pemerintah akhirnya mengesahkan UU ITE yang mengatur tentang informasi serta transaksi elektronik, atau teknologi informasi. Dengan keberadaan UU ITE tersebut, pemerintah dapat menurunkan angka penyebaran hoax setiap tahunnya. Tentu mengurangi penyebaran hoaks tidak hanya dapat dilakukan oleh pemerintah saja, tetapi masyarakat juga. Sebagai masyarakat Indonesia yang aktif menggunakan sosial media dan internet, kita harus lebih bijak dalam mengolah dan menganalisis sebuah berita atau informasi supaya tidak termakan hoax. Akibatnya, kita dapat menciptakan ruang digital yang bersih, aman, dan terlindung. Perbuatan seperti ini tentu dicerminkan pada dokumen Gereja Laudato Si terutama Bab 3 No. 102, Gereja mengajak manusia untuk menghargai kemajuan teknologi dan bagaimana manusia melakukan upaya-upaya untuk menggunakan teknologi dengan bijak dan baik.

- Kelompok 6 XI-SOS1

15

Tips & Tricks!

CARA UNTUK MENJAUH DARI HOAKS DI ERA NEW NORMAL Hati-hati dengan judul provokatif Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu.

Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoax.

Cermati alamat situs Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi misalnya menggunakan domain blog.

Periksa fakta Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.

Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.

Cek keaslian foto Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi misalnya menggunakan domain blog.

16

https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media

Ikut serta grup diskusi anti-hoax Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan (FAFHH) dll..

“Kalau masih katanya, kamu harus cari tahu faktanya.” ― Iwan Esjepe

17

N

A

T T A O M Y A

E-magz Kelompok 6 XI SOS 1