GemaSHARING Yang dimaksud dengan Sangha di sini adalah kumpulan para bhikkhu - bhikkhuni, baik di masa lampau, sekarang, maupun yang akan datang, baik yang telah dan yang kelak akan mencapai kesucian, setelah mempraktikkan Dhamma, ajaran mulia dari Sang Buddha. Disebutkan pula bahwa Sangha merupakan ladang yang paling subur bagi benih perbuatan baik yang dilakukan seseorang. Dari makna Sangha yang dijabarkan di atas, jelas juga bahwa Mustika Sangha merupakan tempat yang terbaik untuk menanam tabungan kebaikan yang ditujukan pada sekelompok makhluk, mengingat cakupan waktu dari masa lampau sampai akan datang, sepanjang Sangha masih tetap ada. Sebelum membahasnya lebih lanjut lagi, marilah pembaca menyimak kisah singkat berikut ini. Pada masa Buddha Gotama, pernah Mahapajapati Gotami – ibu tiri sekaligus ibu asuh Siddhattha Gotama – berniat baik hendak mendanakan jubah pada Sang Buddha, tetapi dia malah dianjurkan oleh Sang Buddha untuk mendanakannya pada Sangha. Mengapa? Karena ini akan memberikan manfaat yang besar, baik bagi Mahapajapati maupun bagi Sangha. Sang Buddha pasti telah mengetahui hal ini akan lebih bermanfaat ke depannya untuk masa yang akan datang. Jika kita tinjau kondisi pada masa modern sekarang ini, kebenaran akan nasihat Sang Buddha pada Mahapajapati Gotami lebih jelas terlihat. Pada abad XXI saat ini, arus informasi yang beredar sangatlah pesat dan dalam sekejap dapat berputar di dunia dengan cepat. Pengaruh dari perseorangan, berupa sosok panutan, biasanya hanya sebentar dan terbatas pada orang-orang yang berkaitan dekat dengan sosok tersebut. Lebih-lebih lagi bagi kelompok yang menginginkan bukti lebih dahulu, tokoh-tokoh dalam sejarah sering dianggap hanya ada tertera dalam tulisan dan cerita saja. Kisah yang terdapat dalam Kitab Suci dari berbagai agama yang ada pun, semakin jarang diketahui oleh anak-anak muda dan generasi penerus berikutnya, semakin terasa seperti tokoh-tokoh sejarah saja. Tetapi berbeda dengan Sangha, orang-orang yang ada di dalamnya terus berubah sejalan dengan zaman yang ada pada masa yang berlangsung. Dengan demikian, kedekatan masyarakat terhadap Sangha tetap ada dan penyebaran kebajikan dari Ajaran tetap tersampaikan melalui bahasa dan budaya yang sesuai dengan kondisi masing-masing masyarakat setempat pada masa itu.
Jadi memang benar amatlah baik, jika kita berbuat baik pada Sangha. Tapi tetap saja ada hal-hal yang penting untuk diingat agar berjalan lancar. Contohnya: Saat menanam kebaikan pada ladang Sangha, hendaknya pikiran saat berdana memang diarahkan dan tertuju pada Keseluruhan Sangha, bukan hanya sekelompok atau sebagian saja. Dengan demikian, memang nantinya akan tertanam pada ladang kebaikan yang amat luas, bukan hanya sebagian besar atau bagian kecil saja dari area yang amat luas tersebut. Selain itu, waktu dan benih saat menanam sesuatu juga mempengaruhi hasil panenan. Dari segi waktu, berdana pada Sangha di masa Kathina, adalah ibarat berdana pada masa sedang musim hujan turun dengan lebat. Setelah berlatih selama tiga bulan (masa vassa) di tempat tertentu, maka dapat diharapkan pada masa Kathina, perkembangan batin anggota Sangha semakin baik, bahkan mungkin ada yang mencapai tingkat-tingkat kemajuan yang luar biasa. Ini ibaratnya hujan membasahi ladang dengan baik, tentu menyenangkan petani yang menanamnya. Untuk benih, semakin tidak disertai kotorankotoran batin (keserakahan, kebencian, iri hati, kebodoohan batin, dll) alias semakin tulus dan tanpa pamrih, maka benih yang ditabur akan semakin baik, ibaratnya bibit unggul yang berkualitas terbaik Oleh karena itu, setelah mengetahui nilai dari mustika Sangha, marilah kita mempersiapkan diri melakukan kebaikan pada Sangha pada saat Kathina yang sebentar lagi akan tiba. Juga ajaklah teman dan keluarga kita turut serta agar mereka juga dapat menerima manfaat dari menanam harta kebaikan pada ladang yang amat subur dan amat luas ini.
Sabbe satta
bhavantu sukhitatta Semoga semua makhluk berbahagia.
Volume 56
2015
07