gateway 6th edition

Page 1


FAMILY BUSINESS COVER STORY - Are you ready for family Business - Page 1

SPECIAL REPORT - peran Anindya Bakri sebagai Putra mahkota Kerajaan bakri - Page

3

CREATIVE IDEA - Permasalahan dalam Family Business dan Cara Mengatasinya - Page

8

INSIGHT- FAMILY BUSINESS by ICOACH - Page 13

INSIGHT - BISNIS CRISPY CHIPS DI MALANG - Page 17

BOOK REVIEW - LIFE CYCLES OF THE FAMILY BUSINESS - Page 19

MENGUAK PERUSAHAAN KELUARGA DI INDONESIA - Page MOVIE REVIEW - THE GODFATHER - Page


COVER STORY

Are you Ready for A Family Business?? Gateway Magazine - Ketika kita bicara tentang Family Business maka kita akan berbicara hal yang lebih kompleks dari hanya sekedar bicara bisnis. Family bisnis melibatkan banyak hal termasuk hubungan keluarga, perasaan, dan juga menuntut professionalism yang sangat tinggi. Anda akan menghadapi lebih banyak permasalahan karena anda tidak hanya memikirkan bagaimana bisnis itu bisa survive namun juga memikirkan bagaimana membangun sebuah sistem dimana ahli waris anda dapat meneruskannya. Profesionalisme menjadi kunci penting dalam bisnis keluarga. Selama semua anggota keluarga yang trelibat dalam bisnis tersebut menjunjung tinggi profesionalisme maka semua persoalan dalam bisnis keluarga tersebut dapat diatasi tentunya dengan pengambilan keputusan yang adil, objektif, dan Family Bisnis menjadi pilihan dari banyak orang dikarenakan ada kelebihan dari sistem ini yaitu:

1. Komitmen yang sangat tinggi dari seluruh anggota keluarga. Semua anggota keluarga yang terlibat sebenarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu kesejahteraan bagi keluarga mereka dan juga penerus mereka. Hal ini tentu saja menjadi pendorong bagi mereka untuk selalu bekerja keras dan menginvestasikan keuntungan mereka untuk proyek yang lebih besar dan berjuang mempertahankanny. Bandingkan jika kita bekerja di suatu perusahaan yang bukan milik kita. Bisa dipastikan komitmen kita tidak akan sebesar komitmen kita kepada usaha keluarga karena sense of belonging yang kita miliki pada perusahaan tersebut tidak besar karena kita bukanlan pemilinya. Ada kekhawatiran dalam hati kita bahwa jika suatu saat kita tidak berguna bagi perusahaan maka kita pasti didepak.

2. Warisan pengetahuan. Dalam bisnis keluarga maka kita wajib untuk membagikan pengetahun kita kepada generasi dibawah kita. Banyak sekali anggota keluarga yang sejak kecil sudah diterjunkan untuk mengurus bisnis keluarga. Hal ini akan meningkatkan komitmen dan juga pengetahuan kita sebagai anggota keluarga sekaligus pemilik bisnis keluarga tersebut 3. kebanggan. Image perusahaan keluarga seringkali melekat pada pribdi anggotanya. Reputasi perusahaan tersebut akan dibawa kemanapun keluarga itu pergi. Maka dari itu jika perusahaan keluarga ini berhasil maka tentunya akan menciptakan kebanggan bagi anggita keluarganya. Source: http://www.smetoolkit.org


Menjalankan usaha keluarga tidak bisa dibilang mudah. Kita harus bekerja bersama dengan orang-orang yang adalah keluarga kita sendiri dan mempunyai hak yang sama atas perusahaan ini. Seringkali sebuah keluarga gagal membangun atau bahkan gagal meneruskan sebuah usaha keluarga. Oleh karena itu selain kelebihan family business seperti disebutkan diatas maka kita juga harus waspada pada factorfaktor yang menghalangi tumbuh dan berkembangnya usaha ini yaitu antara lain:

1. Kompleksitas. Perusahaan keluarga akan menghadapi hal yang lebih kompleks dibandingkan dengan perusahaan biasa. Anggota perusahaan yang adalah keluarga menyulitkan kita untuk dapat menjalankan profesioanlisme secara total. Bekerja dengan keluarga melibatkan emosi, perasaan, dan kepentingan. Tidak seperti bisnis lain, dalam bisnis keluarga, anggota keluarga akan memainkan peranan yang berbeda. Peranan ini akan membuat masalah yang dihadapi semakin kompleks. Pada satu sisi kita diharuskan bersikap professional namun disisi lain kita menghadapi keluarga kita sendiri yang pasti juga mempunyai pendapat yang harus dihargai dan diperhitungkan. 2. Dalam kegiatan menjalankan kegiatan perusahaan sehari-hari bersama anggota keuarga yang tentunya sudah sangat akrab dengan kita maka tentunya formalitas juga akan berkurang. Jika bisnis ini berkembang maka kurangnya formalitas akan menimbulkan masalah dan internal konflik karena beberapa anggota keluarga mengharapkan penghargaan dengan menjalankan formalitas. 3. Kurangnya disiplin. Banyak usaha keluarga tidak memperhatikan kedisiplinan karena mereka beranggapan bahwa keluaraga mereka pasti mau memahami kesulitan dan segan untuk menegur ketidaksiplinan mereka. Jika hal ini diteruskan tentu saja akan menghancurkan usaha itu karena kita tidak efisien, membuang waktu, uang dan tenaga karena kita kurang disiplin.

Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas maka ada baiknya kita memikirkan dan mempersiapkan usaha keluarga kita dengan lebih matang. Pikirkan setiap konsekuensi atas hubungan keluarga anda jika usaha ini akan diteruskan lalu tekankan kepada semua anggota keluaraga anda untuk selalu siap menghadapi halangan tersebut dan selalu bersikap professional.


Peran Anindya Bakrie sebagai Putra mahkota Kerajaan bakrie Gateway magazine - Mitos tidak hanya melekat dalam sebuah suku bangsa, namun juga dalam perusahaan, termasuk perusahaan keluarga. Mitos berisi keyakinan, cerita, dan tradisi yang masyhur dan disampaikan berulang-ulang tentang seseorang, kelompok, atau peristiwa. Mitos acap mendorong seseorang atau kelompok untuk mengambil sikap dan bertingkah laku tertentu, padahal sebuah mitos belum tentu benar karena tidak ditinjau secara kritis. Meski demikian, yang terpenting adalah pelajaran yang dapat diambil guna meningkatkan kualitas individu, anggota keluarga, dan perusahaan. Dalam perusahaan keluarga, terdapat sederet mitos yang terlanjur melekat. Yang paling populer adalah generasi pertama membangun, generasi kedua menikmati, dan generasi ketiga menghancurkan. Mitos ini boleh jadi mendapatkan pembenaran mengingat fakta bahwa hanya segelintir perusahaan keluarga yang mampu bertahan hingga beberapa generasi. Bagaimanapun, hal tersebut tidak boleh jadi alasan untuk patah semangat serta berhenti berjuang demi kejayaan perusahaan dan keluarga. Perusahaan keluarga harus bekerja dengan sungguh-sungguh guna

membuktikan mitos ini keliru. Belajarlah dari keberhasilan perusahaan keluarga yang mampu bertahan dari generasi ke generasi hingga puluhan, bahkan ratusan tahun. Yang utama adalah perhatian yang sungguhsungguh pada isu-isu yang khas melekat pada perusahaan keluarga, yakni konflik nilai, suksesi, struktur organiasi, kompensasi, kompetensi, distribusi pendapatan, dan keselarasan antara tujuan bisnis dengan tujuan keluarga. Jangan dilupakan pula isu-isu organisasi secara umum seperti kepemimpinan dan perencanaan strategis. http:// www.jakartaconsulting.com/art-05-16.htm


Peran Anindya Bakrie sebagai Putra mahkota Kerajaan bakrie Anindya Novyan Bakrie (lahir 10 November 1974; umur 37 tahun), biasa dipanggil Anindya Bakrie. Anin adalah putra sulung dari pengusaha nasional Aburizal Bakrie dan Tatty Bakrie. Sebagai generasi ketiga keluarga Bakrie, Anin kini juga telah merambah dunia bisnis, seperti bapak dan kakeknya Almarhum Haji Achmad Bakrie

Berada dalam lingkungan pebisnis, menjadikan Anindya bukan orang asing dalam dunia ini. Dalam usianya yang relatif muda ia telah memimpin sejumlah perusahaan nasional di bidang telekomunikasi dan media. Ia menjadi presiden direktur dari Bakrie Telecom dan Visi Media Asia yang membawahi ANTV, tvOne, dan VIVAnews. Anin boleh dibilang sudah teruji insting dan kemampuan bisnisnya. Ketika masuk Antv pada tahun 2002, stasiun tv nasional itu hampir bangkrut karena dililit utang. Hanya dalam waktu dua tahun ia bisa merestrukturisasinya dan utangnya menjadi nol. Sekitar 80 persen utang perusahaan menjadi penyertaan modal. Begitu pula ketika Bakrie mengambil alih Lativi pada bulan Maret 2007. Perusahaan TV tersebut juga tengah dililit utang yang cukup besar. Sementara rating dan share-nya selalu berada di urutan terbawah. Pada bulan Februari tahun 2008 Lativi berubah menjadi TvOne. Format TV diubah dari general TV menjadi News TV. Tidak perlu waktu terlalu lama, TvOne telah menjadi leader news station di Indonesia. http:// id.wikipedia.org/wiki/Anindya_Bakrie


Bagaimana peran Anindya sebagai Generasi ketiga dan Putra Mahkota Bakrie? Artikel yang kami ambil dari blog Anindya Bakrie berikut mungkin dapat membuat kita sependapat bahwa menjadi seorang penerus Bisnis keluarga tidaklan semudah yang kita bayangkan. Lahir dari lingkungan keluarga pengusaha besar, Anin punya beban moral tersendiri. Bila berhasil, maka tak jarang orang yang mencibir keberhasilannya karena mendapat berbagai fasilitas dan kemudahan dari keluarga. Sementara bila gagal, maka akan lebih banyak lagi yang mengecamnya.

Trump Jr., Saya, dan Generasi Penerus Bisnis Keluarga posted by Anindya Jun 10th, 2011 Selama ini banyak orang bertanya kepada saya soal pengalaman saya menjadi penerus bisnis keluarga.Saya terlahir sebagai anggota generasi ketiga di keluarga Bakrie, yang selama ini dikenal sebagai keluarga pengusaha. Terkadang ada yang mempertanyakan, apakah saya atau saudara-saudara saya lainnya, bisa sukses meneruskan bisnis keluarga. Ini karena ada stigma bahwa generasi penerus hanya orang yangberuntung dan tidak perlu berusaha keras, tinggal mewarisi hasil kerja generasi sebelumnya. Anggapan itu tidak benar. Hal itu juga mengemuka saat acara “Globe Young Leaders Forum�, di Hotel Kempinski, Jakarta, Senin, 6 Juni 2011 lalu. Saat itu, saya diundang berbicara dalam sesi diskusi “2nd Generation Corporate Leaders: Opportunities and Challenges�. Di acara tersebut, juga hadir Vice President of Trump Organization, Donald Trump, Jr., yang merupakan anak pengusaha ternama Amerika Serikat, Donald Trump. Trump sama dengan saya, yaitu sama-sama penerus bisnis keluarga. Dia penerus bisnis keluarga Trump, saya penerus bisnis keluarga Bakrie. Bedanya, dia generasi kedua, saya generasi ketiga. Dalam acara tersebut, banyak yang bertanya kepada saya dan Trump soal bagaimana pengalaman meneruskan bisnis keluarga. Bagaimana mengembangkan bisnis keluarga. Dan sebagainya. Lalu, Trump menceritakan bahwa menjadi penerus binis keluarga tidak semudah yang diduga orang. Dia menceritakan bahwa mungkin orang menduga hidupnya, sebagai anak raja properti Amerika Serikat,enak dan mudah. Uang berlimpah dan fasilitas meruah. Namun tidak semua orang tahu bahwa justru selama ini dia harus bekerja lebih keras dari orang lain. Bahkan, dia mengaku kekurangan waktu untukberistirahat. Trump juga bercerita bagaimana dia belajar bisnis sejak usia muda dari ayahnya. Di perusahaan, dia juga harus merangkak dari bawah, bukan langsung mendapat jabatan tinggi di perusahaan keluarganya itu. Pengalaman yang diceritakan Trump secara umum tidak berbeda dengan pengalaman saya. Kami sama-sama lahir dan besar dalam keluarga pengusaha dan ditanamkan nilai-nilai wirausaha sejak usia belia. Sebagaimana Trump, saya juga dididik berbisnis mulai dari bawah. Bahkan sebelum memegang bisnis keluarga, saya juga pernah bekerja di sebuah perusahaan keuangan di Amerika.


Pulang ke Indonesia,keluarga mendidik saya dengan memberikan perusahaan yang kondisinya sangat buruk untuk saya tangani. Saat itu keluarga tidak campur tangan, saya diminta menyelesaikannya sendiri. Berat memang. Sampai-sampai istri saya berkata pada saya; “kok demen amat ama perusahaan bangkrut..” saya jawab saja; ”habis gimana lagi, adanya begini.” Saya hadapi itu sebagai tantangan. Saya dituntut membuktikan bahwa saya bisa melakukannya. Ini adalah ujian yang diberikan pada saya, dan saya harus lulus. Seperti yang sudah saya tulis pada tulisan sebelumnya, saya membangun Bakrie Telecom (BTEL)–yang saat ini merupakan salah satu market leader operator telekomunikasi CDMA– dari puing-puing. Keluarga mengamanatkan saya untuk menangani sebuah perusahaan yang ketika itukondisinya sangat buruk, namanya Ratelindo. Jumlah pelanggannya hanya 100 ribu, utangnya cukup besar.Saya lalu bekerja keras memperbaikinya dan, alhamdulillah, sukses. Salah satu produk BTel, Esia, menjadi perintis operator telekomunikasi murah di Indonesia. Hadirnya Esia berhasil mengubah struktur pasar dan persaingan operator telekomunikasi di Indonesia, di mana semula operator dinilai terlalu banyak mengambil untung dengan menetapkan harga tinggi yang memberatkan konsumen. Ketika masuk ANTV pada tahun 2002, stasiun tv nasional itu hampir bangkrut karena dililit utang. Dalam waktu dua tahun saya lalu melakukan restrukturisasi dan utangnya menjadi nol. Sekitar 80 persen utang perusahaan menjadi penyertaan modal. Hal yang sama saya lakukan saat mengambil alih Lativi pada Maret 2007. Ketika itu, perusahaan TV ini juga dililit utang cukup besar. Rating dan audience share-nya selalu berada di urutan terbawah. Akhirnya, dengan kerja keras, pada Februari 2008 Lativi berubah menjadi tvOne, yang menjadi televisi papan atas Indonesia. Saat perusahaan keluarga Bakrie jatuh terkena imbas krisis 1997 saya juga ikut merasakan. Saat itu ayah saya berkata pada saya sambil menunjuk seorang pengemis. “Nin lihat pengemis itu, kita lebih miskin dari dia,”. “Loh kok bisa,” kata saya. “Iya, dia miskin tapi hutangnya gak banyak, kita sekarang punya banyak hutang yang jauh lebih besar dari apa yang kita punya,” jelas ayah saya kala itu. Tapi Alhamdulillah akibat kerja keras dan semangat besar untuk bangkit akhirnya perusahaan Bakrie bisa bangkit lagi dan menjadi lebih besar. Saya banyak belajar dari sana. Dalam berbisnis, Trump mengaku juga banyak belajar dari ayahnya. Dia juga menceritakan beberapa kiat bisnis yang diajarkan ayahnya selama ini–seperti berpikir besar atau mencari ide-ide besar, mempercayai insting,pentingnya timing, dan sebagainya. Dalam hal ini, saya merasa lebih beruntung. Di keluarga saya, bukan hanya Ayah saja yang mengajari saya nilai -nilai kewirausahaan. Ada banyak role model di keluarga saya–ada kakek saya, Ahmad Bakrie almarhum, juga Oom dan Tante saya. Semua memberikan kontribusi dalam menciptakan jiwa wirausaha dalam diri saya. Bekal ilmu dari mereka inilah yang kemudian membimbing saya menjalankan tugas-tugas berat yang diamanatkan kepada saya untuk meneruskan bisnis keluarga. Dalam meneruskan bisnis keluarga, saya selalu berupaya untuk tidak hanya fokus pada upayamembesarkan bisnis saja. Saya juga selalu berusaha menciptakan ekosistem yang mendukung bagi lahirnya para entrepreneur atau wirausaha baru. Keyakinan saya: makin banyak pengusaha, makin baik. Mereka bukan pesaing, melainkan mitra dalam mengelola potensi usaha di negeri ini.


Dalam membesarkan bisnis keluarga, saya juga harus memikirkan bagaimana perkembangan bisnis Bakrie bukan hanya menguntungkan kelompok Bakrie, namun juga orang banyak. Maka itu, berbagai upaya di sektor pendidikan, lingkungan, dan lainnya, juga kami tempuh. Pesan kakek saya sangat jelas: “setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie, harus bermanfaat bagi orang banyak�. Itulah sedikit pengalaman yang bisa saya bagi di blog ini, sebagai penerus bisnis keluarga. Saya setuju ketika Trump mengatakan, meneruskan bisnis keluarga tidaklah mudah. Meneruskan bisnis keluarga yang sudah besar, ibarat seorang atlit yang dituntut mempertahankan gelar juara. Kita semua tahu, mempertahankan lebih sulit dari meraih. Sebagai penerus, kita tidak hanya wajib mempertahankan capaian yang ada, tapi juga harus meraih capaian yang lebih besar lagi. Apalagi, generasi penerus biasanyamengenyam pendidikan yang lebih tinggi dibanding para pendahulunya. Tidak jarang, para penerus bisnis keluarga gagal mengemban tugas berat ini. Karena itu sampai-sampaiada yang mengatakan: generasi pertama membangun, generasi kedua mengembangkan, generasi ketiga merobohkan. Trump, saya, dan kita semua sebagai generasi penerus harus bekerja kerja untuk membuktikan bahwa anggapan itu tidaklah benar. http://aninbakrie.com/?p=1339


CREATIVE IDEA

Permasalahan Dalam Family Business dan Cara Cerdas untuk Mengatasinya Gateway Magazine - Mempertahankan usaha keluarga tidak semudah membangunnya. Walaupun kita beranggapan bekerja dengan orang yang telah kita kenal seperti keluarga kita sendiri akan jauh lebih mudah daripada bekerja dengan orang lain. Permasalahan yang timbul seringkali menuntut profesionalitas kita dalam membedakan antara urusan keluarga dan bisnis. Berikut adalah masalah yang seringkali kita temukan dalam menjalankan usaha keluarga:


1. Persaingan antar anggota keluarga: Kita akan menghadapi suasana yang kurang menyenangkan jika terjadi persaingan antara anggota keluarga sedangkan di lain pihak kita harus bekerjsama untuk mempertahankan usaha keluarga tersebut. Kita akan menghadapi lebih banyak lagi masalah jika masing-masing anggota keluarga yang terlibat tidak bisa membedakan antara urusan pribadi dan bisnis. Persaingan bisa terjadi karena beragamnya sifat dan keseriusan dari masingmasing anggota keluarga dalam menjalankan bisnis, personal ego, dan persaingan pribadi yang sangat berpengaruh pada suasana kerja. Jika kita tidak bisa mengatasi hal ini maka sangat sulit untuk mencapai tujuan bersama. Dengan kata lain, konflik dalam keluarga yang tidak dipisahkan dalam bisnis dapat mengakibatkan suasana kerja yang kurang menyenangkan yang tentunya berimbas pada hal lain.

2. Nepotisme: Berbeda dengan masalah sebelumnya, nepotisme muncul karena kita berusaha membantu anggota keluarga kita. Akhirnya kita menciptaka kultur nepotisme dalam keluarga kita. Kita menempatkan orang dalam perusahaan bukan berdasarkan keahlian mereka namun berdasarkan kedekatan personal. Semua orang pasti ingin membantu anggota keluarganya namun mempekerjakan orang dalam suatu perusahaan baik itu rekrutmen, promosi, maupun hal lainnya adalah awal dari bencana karena anda menempatkan orang bukan karena kemapuan mereka tapi karena hubungan kedekatan. 3. Emosi mempengaruhi pengambilan keputusan: Anda mungkin sering mendengar istilah “It’s not personal, it’s business.� Namun dalam Bisnis Keluarga semua hal bersifat personal. Memisahkan urusan personal dan bisnis tidak mudah, apalagi jika anda secara langsung berhubungan bisnis dengan anggota keluarga. Bagi sebagian orang sangat sulit untuk menerima kritik dan feedback dari orang lain, rekan kerja, atasan dan bahkan lebih sulit lagi jka harus mendengarnya dari keluarga kita sendiri. Kita harus waspada dan bersiap-siap jika emosi sudah mulai mencampuri urusan bisnis. Hal ini membuat anda tampak lemah dimata bawahan, customer, anggota keluarga lain dan secara langsung akan mempengaruhi kemam-

puan anda untuk mengambil keputusan. Namun disisi lain jika kita bersikap dingin dan tidak bisa ditoleransi maka akan timbul persoalan dengan anggota keluarga lain dirumah. Kita perlu benar-benar bisa mengendalikan emosi untuk menciptakan suasana kerja yang netral.


4. Kehilangan Non-Family Employees: Ada dua alasan jika pegawai anda yang bukan dari anggota keluarga mengundurkan diri: Tidak adanya jaminan atau kesempatan untuk bertumbuh dan konflik keluarga. Semua pegawai pasti menginginkan pertumbuhan atau kemajuan jika bekerja dalam suatu perusahaan. Sayangnya, dalam perusahaan keluarga pegawai tersebut mempunyai kesempatan yang terbatas untuk perbaikan karis dan posisi karena pada umumnya pemilik perusahaan akan menempatkan anggota keluarga mereka pada posisi strategis. Tanpa kepastian dan kesempatan untuk posisi yang lebih baik bisa dipastikan mereka akan pergi dari perusahaan tersebut. Kemungkinan lain mereka pergi adalah karena mereka tidak ingin berada d tengah-tengah konflik keluarga. Sebagai pemilik perusahaan kita harus menyadari bahwa setiap usaha memerlukan perpaduan dari orang-orang terbaik dan ide-ide mereka. Pegawai yang bukan keluarga memberikan pandangan dan pikiran mereka dengan lebih netral karena dapat melihat situasi bisnis tanpa melibatka emosi. Jika diberikan kesempatan mereka dapat membuat perusahaan menjadi lebih baik karena mereka bisa menawarkan jalan keluar yang lebih objektif.


5. Tidak ada rencana sukses: Akan ada waktunya seorang pempimpin perusahaan itu pension, mengundurkan diri atau bahkan meinggal sebelum semua tugasnya usai. Jika kita tidak mempunyai sebuah rencana atau solusi maka kita akan membawa perusahaan itu menuju kehancuran. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa perusahaan keluarga gagal pada masa transisi kepemimpinan dari generasi pertama ke generasi berikutnya. Hal ini disebabkan anggota keluarga tidak mempunyai minat dan ketertarikan pada bisnis tersebut, namun pada kebanyakan kasus hal ini dikarenakan kurang matangnya rencana. Rencana kesuksesan sangat diperlukan untuk memastikan bisnis keluarga ini akan terus bertahan pada generasi-generasi berikutnya. Dari 24 juta perusahaan keluarga di Amerika Serikat, 55% perusahaan yang CEO-nya berusia lebih dari 61 tahun dan diharapkan untuk pensiun, dalam lima tahun terakhir belum memilih seorang penerus (The Mass Mutual Financial Group, 2003). Bagaimana di Indonesia? Dari hasil survei The Jakarta Consulting Group, perusahaan-perusahaan keluarga di Indonesia ternyata belum semuanya mempersiapkan penerus melalui perencanaan suksesi untuk memimpin perusahaan. Responden yang telah mempersiapkan penerus melalui perencanaan suksesi sebanyak 67,8% sedangkan yang lain (32,2%) tidak atau belum mempersiapkannya. Hasil survei juga menunjukkan, penerus perusahaan keluarga diutamakan satu anak kandung (45%) atau beberapa anak kandung (31%). Kriteria lain adalah anggota keluarga yang kompeten (8%), anggota keluarga pemegang saham (7%), anggota keluarga lain (3%), non-anggota keluarga profesional (2%), sesuai keputusan pemegang saham (2%), dan yang lainnya (2%) belum memikirkan bahkan merencanakan suksesi. Bagaimana mereka menyiapkan suksesi? Sebanyak 40% responden menyekolahkan calon penerus hingga ke jenjang S1 atau S2, 34% mulai melibatkan calon penerus dalam aktivitas perusahaan, 12% mengikutsertakan dalam job training di perusahaan. Persiapan lainnya adalah dengan mengikutkan mereka dalam internship (magang) di perusahaan lain dan informal training (masing-masing 6%), dan ada yang hanya berdasarkan dukungan senior (1%) dan kharisma/kompetensi yang bersangkutan (1%). http://www.jakartaconsulting.com/art-05-04.htm


Lalu bagaimana mengatasi masalah yang timbul dalam Usaha keluarga ini?

1. Tetapkan tujuan perusahaan dengan jelas dan pastikan semua anggota keluarga menyetujui dan menjalankannya dengan kesadaran dan kerelaan hati. 2. Tetapkan bersama-sama tanggung jawab dan peran serta setiap anggota keluarga. 3. Biasakan untuk berkomunikasi secara terbuka dengan semua anggota keluarga. Gali impian dan keinginan mereka sehingga kita mengetahui sebesar apa harapan mereka terhadap perusahaan ini. Dari situ anda dapat memperkirakan siapa saja anggota keluarga yang dapat diserahi tanggung jawab lebih. 4. Jika ada permasalahan segera kemukakan kepada semua anggota keluarga agar dapat didiskusikan bersama-sama dengan pikiran yang jernih dan tidak emosional.

5. Buat sistem promosi, penggajian atau bagi hasil yang adil berdasarkan kemampuan dan peran individual. Kemukakan sistem secara terbuka dan disetujui oleh semua anggota keluarga. 6. Jika dirasa perlu ada baiknya anda menanyakan kepada psikiater atau pakar komunikasi bagaimana cara mengendalikan emosi dalam mengatasi permasalahan dalam bisnis keluarga. 7. Berikan kesempatan bagi pegawai di luar anggota keluarga untuk berkembang dan menunjukkan potensinya karena anda memerlukan pandangan dan pendapat dari orang yang netral. 8. Siapkan rencana sukses bagi bisnis keluarga dan pastikan bisnis ini dapat tetap dijalankan oleh penerus anda jika anda telah tiada.


INSIGHT Thomas J. Stanley, Ph.D dalam bukunya �Pemikiran Milioner� menuliskan berdasarkan survey yang dilakukan selama dua puluh tahun, mendapati beberapa fakta yang mengejutkan yang menjelaskan hubungan antara pernikahan dan kekayaan, antara lain: 1. 92% milioner di Amerika adalah pasangan yang menikah. 2. Setengah dari mereka telah menikah selama 28 tahun atau lebih Seperempat dari mereka telah menikah 38 tahun atau lebih

FAMILY BUSINESS

Ini membuktikan bahwa menjadi kaya dan memiliki keluarga yang harmonis adalah hal yang sangat mungkin, asalkan tahu caranya. Tentunya kita semua percaya bahwa, salah satu keharmonisan di dalam keluarga ditentukan juga oleh faktor ekonomi. Begitu juga keberhasilan ekonomi di dalam keluarga dapat meningkatkan keluarga-keluarga yang lebih mandiri, mapan secara finansial dan direstui Tuhan. Sebelum Anda mulai lebih jauh membaca isi artikel Family Business ini dan jika Anda berbisnis bersama pasangan Anda, Anda kemungkinan besar sudah mengetahui jawaban dari pertanyaan dibawah ini: Apakah Anda ada bisnis bersama pasangan hidup Anda, dan tidak dapat membedakan antara kamar tidur Anda dan ruang rapat kerja? Apakah Anda dan pasangan hidup Anda sedang berfikir, bagaimana menyelaraskan value / nilai-nilai Anda bersama pasangan Anda sehingga mengurangi konflik yang sering terjadi? Apakah Anda dan pasangan hidup Anda berkeinginan menjadikan bisnis Anda berdua menjadi lebih besar, tersistem dengan baik dan profitable? Apakah Anda berkeinginan untuk tetap bulan madu dengan mesra bersama pasangan anda, dan sementara bisnis anda tetap jalan tanpa harus anda kontrol setiap hari? Apakah Anda dan pasangan Anda menginginkan menjadi leader yang baik didalam bisnis Anda, sehingga Tim Anda begitu segan terhadap leadership Anda berdua? Apakah Anda sedang mempersiapkan alih generasi bisnis Anda berdua kepada Anak Anda?


Lihat diri Anda, Anda tidaklah sendiri!. Tentu saja Anda pernah mendengar pasangan atau keluarga lainnya disekitar lingkungan Anda memiliki hal yang sama dengan diri Anda. Family Business sendiri menggambarkan, ada suatu keluarga yang pernah atau hidup bersama dan juga memiliki dan mengelola bisnis bersama. Family Busines atau Perusahaan keluarga adalah, fenomena yang berkembang untuk beberapa alasan, termasuk, perampingan perusahaan atau efisiensi. Perusahaan keluarga mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah komitmen yang tinggi, serta interdepedensi yang juga tinggi. Komitmen yang tinggi terhadap perusahaan, merupakan “kelebihan� anggota keluarga yang sulit tertandingi oleh para profesional. Rasa memiliki (sense of belonging) anggota keluarga sangat tinggi, karena secara riil mereka memang pemilik perusahaan. Namun hal ini dapat menjadi bumerang ketika rasa memiliki ini mengkristal dan menjelma menjadi subyektifitas, yang dapat mengurangi akurasi dalam pengambilan keputusan. Dalam perkembangannya, perusahaan keluarga akan mengalami titik kritis, yang bila tidak diatasi akan membawa kehancuran pada perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa waktu lalu, ada seorang Bapak datang kesaya, ia menceritakan tentang pengalamannya dalam membangun bisnis bersama pasangannya, yang pada awalnya selalu ribut dan tidak damai, sampai pada akhirnya mereka rukun dan bahagia. Begini ceritanya, di usianya yang paruh baya, dia ingin sekali memulai suatu usaha atau berbisnis, namun belum menemukan pilihan. Ketika istrinya melontarkan gagasan bisnis Rumah makan kepada sang bapak, gayung langsung disambut oleh sang bapak untuk berbisnis Rumah makan tersebut, suatu gagasan Someone who's never bisnis sudah mereka dapatkan. been exposed to it doesn't really understand that

Selanjutnya, dengan berjalannya waktu, diantara the family business is the mereka berdua, terjadi kurang selaras dalam menjalankan bisnis, dan moving force in the family. sempat terasa adanya sabotase-sabotase atau tidak sejalan diantara diri mereka, terutama dalam mengambil keputusan di bisnis. Tahukah Anda apa yang sering membuat pasangan tersebut tidak sejalan dalam mengelola bisnis secara bersama? Ternyata setelah saya gali lebih dalam, ada pikiran-pikiran bawah sadar mereka berdua yang cukup mengganggu dalam mengambil keputusan di bisnis tersebut, diantaranya tentang uang. Setelah saya telusuri ternyata, keputusan-keputusan tersebut dipengaruhi oleh masing-masing masa lalu dari diri mereka, yang mungkin saja pembawaan sifat dari orang tua-orang tua mereka masing-masing. Sebagai pemilik bisnis bisa jadi beberapa tahun kedepan, ilmu anda akan semakin bertambah dan siapa tau pula bisnis anda juga semakin berkembang dan melesat dan juga butuh keluarga anda yang lain seperti: anak-anak anda, untuk ikut membantu mengelola bersama anda, selanjutnya bisa dipastikan bisnis tersebut akan anda turunkan atau wariskan kepada putra-putri anda dalam suatu Transisi di dalam bisnis keluarga Anda. Page 2

FA M IL Y B U SI NE SS


Sebagai Creator dalam bisnis yang Anda rintis, Anda harus memahami dan mengetahui bagaimana transisi bisnis Anda tersebut. Dalam suatu Penelitian R. Beckhard & W. Gibb Dyer dijelaskan bahwa, di negara yang maju seperti AS, 90 persen dari perusahaan besar adalah bisnis keluarga atau perusahaan yang didominasi kelompok keluarga? Selanjutnya, menurut Naisbitt & Aburdene hanya 30 persen dari seluruh bisnis keluarga yang survive sampai generasi keduanya. Jadi, secara umum, bisnis keluarga akan berakhir tanpa kehadiran pendirinya. Yang lebih tragis, banyak pula perusahaan keluarga yang tidak dapat survive, bahkan ketika para pendirinya masih hidup sekalipun. Tetapi banyak pula yang dapat bertahan, dan berkembang sampai beberapa generasi. Banyak sekali kasus family busines yang pernah kami temui, atau yang sedang kami tangani, mereka gagal melakukan syarat terjadinya perubahan diantara mereka, seperti: menghilangkan semua emosi negatif dari masing-masing anggota keluarga dan menyelaraskan nilai-nilai dari masing-masing anggota keluarga dalam menciptakan masa depan yang selaras dan menariknya secara bersama-sama. Bisnis apapun saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, banyaknya persaingan dan Bisnis baru terus didirikan dan berkembang cukup pesat. Permintaan pelanggan saat ini sangat mengandalkan pada Kualitas Layanan, Ketepatan pelayanan dan kualitas produk yang dihasilkan yang terdapat didalamnya. Akibat persaingan yang ketat ini, banyak sektor bisnis dituntut untuk membuat Inovasi dan Strategi untuk mendapatkan pelanggan lebih banyak lagi, bila gagal berkompetisi maka akan mengakibatkan ditutupnya operasional bisnis tersebut.

Ini bisa jadi reungan, ketika Anda membangun dan menjalankan bisnis bersama pasangan atau keluarga Anda, anda bisa memilih bahwa Anda punya tujuan, seperti halnya tujuan anda dalam berumah tangga. Dibaratkan suatu tim pemain bola yang mempunyai target bersama dalam mencetak goal gawang lawan, begitu juga bisnis bers a m a pasangan atau bisnis keluarga. Pertanyaannya; Sudahkah Anda merencanakan Goal bersama, antara pasangan Anda atau keluarga Anda?. Sudahkah Anda menghilangkan semua emosi negatif masing-masing anggota keluarga dan menyelaraskan dari masing-masing anggota keluarga dalam mencipmasa depan yang selaras dan menariknya secara bersama?.

Family, religion, friends.. these

are the three demons you must slay if you wish to succeed in business. Monty Burns

Anda dan dari nilai-nilai takan sama-

Jika belum, mulailah untuk merancang masa depan bisnis keluarga Anda, agar siap anda wariskan kepada keluarga Anda. Terhadap pasangan Anda, walaupun Anda tidur dalam satu selimut, belum tentu mimpi Anda berdua sama dan tentu saja antara satu dan lainnya mempunyai mimpi yang berbeda. Nah, sekarang pahami betul goal Anda berdua dalam bisnis, apakah itu benarbenar tujuan Anda dan keluarga?

Page 3


Banyak kasus bisnis keluarga yang pernah kami temui dan tangani bisa jadi pelajaran untuk Anda sebagai pemilik bisnis keluarga. Kebanyakan, pada awalnya mereka gagal melakukan syarat terjadinya perubahan diantara mereka. Mulailah untuk menghilangkan semua emosi negatif dari masing-masing anggota keluarga dan selaraskan nilai-nilai dari masing-masing anggota keluarga dalam menciptakan masa depan yang selaras dan menariknya secara bersama-sama. Untuk Anda yang tertarik ingin ataupun sudah berkecimpung dalam family business dan ingin mengembangkan dan meyelaraskan usaha Anda bersama keluarga baik tentang hubungan kelurga dalam bisnis, mendatangkan lebih banyak calon pelanggan, meningkatkan konversi dari sekedar calon menjadi pembeli, dari pembeli menjadi pelanggan tetap anda, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan PROFIT dalam perusahaan anda, Anda dapat menghubungi saya, Coach Darmadi Kurniawan di: iCOACH Real Coach di Rukan Artha Gading Sentra Bisnis. Jl.Artha Gading Blok A6A No.25 Kelapa Gading Barat. Phone: +62 21 4587 8861, Hp. 0812 7750 0673, Email: darmadik@yahoo.com; Twitter @Coach_Darmadi

Darmadi Kurniawan adalah seorang Certified Coach Practitioner dari Certified Coach Federation – Canada, Certified Business Coach dari iCOACH – Indonesia dan Certified Money Coach dari the Money Coaching Institute – Amerika Serikat. Beliau juga merupakan members dari Certified Coach Federation – Canada dan International Coach Federation – Amerika Serikat. Selain itu ia juga seorang, Certified Six Sigma Green Belt, LEAN Practitioner, Performance Coach Practitioner, NLP Practitioner, Certified Franchise Indonesia, Franchisor, Business owner dan Mantan professional di bidang Oil & Gas di domestic dan overseas. Coach Darmadi juga sering berbicara di seminar, workshop, radio, mengenai: Family Bisnis, franchise, marketing dan juga tentang transformasi dirinya dari professional menjadi pebisnis yang berjalan mulus. Itu sebabnya, Ia begitu tertarik untuk membantu para dokter, dokter gigi, professional, pensiunan atau siapapun yang ingin membuka bisnis ataupun yang sudah punya bisnis untuk semakin besar, dengan mendampingi mereka sebagai seorang Wealth & Business Coach. Spesialisasi Coaching Coach Darmadi adalah di COUPLEPRENEUR, Sales, Marketing, Operation Business, Start-up Business, Systemize Business & Group Coaching.


Bisnis Crispy Chips di Malang By: Ria Purnamasari Indonesia merupakan negara yang kaya akansumber daya alam. Buahbuahan pada saatpanen begitu melimpahjumlahnya.Hal itulah yang memunculkan ide para pengusaha keripikbuah, mereka rata-rata memanfaatkan buah yang tidakhabis dikonsumsi.Buah yang seringkali digunakan sebagai bahan baku keripik antara lain: apel, pisang, nangka, apel, salak, melon, nanas, semangka, rambutan, jambumerah, mangga, labu, pepaya, durian, lengkeng dan belimbing. Siapa yang tidak kenal dengan cemilan crispy chips atau yang lebihd ikenal dengan sebutan keripik buah. Cemilan yang disukai oleh semuausia tersebut merupakan salah satu jenismakanan yang mudah dipasarkan dan banyakdiminati. Menariknya, cemilan keripik buah tersebut ternyata tidakhanya disukai oleh konsumen dari Indonesia saja, tetapi

juga konsumen dari luar negeri.

So Kressh, salah satuproduk keripik denganberbagai rasa.Bisnis yang didirikan oleh pengusaha asal Malang, Kristiawan, telah sukses di pasaran.Dengan modal awal sebesar 5 juta yang digunakan untukmembeli bahan bakuserta membuat mesin, produk tersebut dapatberkembang hingga keberbagai daerah. Pemasaran yang dilakukanoleh Kristiawan mulanya hanya secara perorangan ataupun ketoko-toko kecil di Malang. Namun, produk So Kressh sudah berhasilmerambah pasar di

Mataram dan Bali. Tidak hanya sampai di situ saja, merk So Kressh juga difranchisekan. Keputusan tersebut semakin memudahkan pemasaran produk keberbagai daerah di Indonesia.


Produk-produk tersebut dapat dikatakansukses karena telah berhasil diekspor kenegara tetangga, salah satunya kenegara Singapura. Cemilan yang sehat serta beragam rasa yang unik membuat keripikbuah menjadi salah satu cemilan yang dapat bersaing denganproduk local dari Singapura. Bisnis yang awalnya hanya

bisnisrumahan, dapa tberkembang hingga keluar negeri. Kedua kisah sukses di atasmerupakan contoh bahwa peluang bisnis sebenarnya ada di sekitar kita. Selain itu, konsisten dan pantang menyerah saat mengalami kegagalan juga merupakan salah satu kunci sukses para pebisnis. Keuletan para pengusaha keripikbuah

tersebut dapat dijadikan contoh bagipara pemula ataupu bagi para pembaca yang tertarik untukmenjadi wirausahawan.

Be inspired and awe-inspiring!

Referensi: http://ukmalangkv.blogspot.com/2011/03/kripik-buahmalang.html http://www.agrina-online.com/show_article.php? rid=10&aid=693

BISNIS

CRISP Y

CHIPS

DI

MA LANG


Generation to Generation: Life Cycles of the Family Business (Hardcover) by Kelin F. Gersick, Marion M. Hampton, Ivan Lansberg, John A. Davis

Source: Harvard Business Press Books 320 pages. Publication date: Oct 17, 1996. Prod. #: 555X-HBK-ENG

Buku ini menjelaskan Bisnis Keluarga sebagai salah satu bentuk Badan Organisasi. Memfokuskan pada perencanaan yang matang Bisnis keluarga mulai dari pembentukannya hingga masa transfer ke generasi yang lebih muda dan juga tantangantantangan yang harus dihadapi serta jalan keluarnya. Buku ini membahas permaalahan seperti: Apa perbedaan arti dari menjadi seorang pengusaha dan terlibat dalam usaha keluarga dan bagaimana seorang pemimpin perusahaan menyikapinya. Apa arti bisnis bagi orang tua dan anak-anak? Bagaimana keluarga menyikapi perubahan generasi dan kepemimpinan dalam sebuah Bisnis keluarga? Bagaimana proses transfer knowledge dan kekuasaan? Bagaimana mengatur pensiun? Buku ini dibagi menjadi tiga bagian bagian yang menghadirkan model multidimensi dari sebuah bisnis keluarga. Sumber : http://hbr.org/product/generation-to-generation-life-cycles-of-the-family/ an/555X-HBK-ENG


Menguak Perusahaan Keluarga di Indonesia Diambil dari http://www.jakartaconsulting.com/art-05-07.htm Oleh : A. B. Susanto * Menyadari betapa minimnya literatur tentang perusahaan keluarga di Indonesia, penulis tergerak untuk menyempatkan diri menuangkan pengalaman selama lebih dari dua puluh tahun membantu beragam perusahaan keluarga ke dalam sebuah buku. Kendala berupa waktu konsultasi yang terentang dalam kurun lebih dari dua puluh tahun tersebut dijembatani dengan riset, sehingga informasi yang ada diperbaharui secara menyeluruh dalam satu kurun waktu yang bersamaan. Hasilnya, banyak temuan menarik dalam survei yang baru-baru ini dilakukan The Jakarta Consulting Group terhadap 87 perusahaan keluarga skala menengah ke atas yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Sengaja survey ini menyigi responden dari perusahaan keluarga skala menengah ke atas karena posisi mereka yang sering-

kali dijadikan model bagi perusahaan keluarga lainnya, baik yang skalanya lebih kecil maupun usianya lebih muda. Di antara responden ini, sekitar sepertiganya mempunyai pasar nasional dan seperlima lainnya bahkan sudah merambah pasar internasional. Gambaran umum mengenai perkembangan perusahaan keluarga di Indonesia dimulai dari close-circle family atau immediate family. Mayoritas responden, yang diwakili lebih dari sepertiganya, menyatakan bahwa perusahaan keluarga tersebut pada mula pertamanya didirikan oleh single fighter. Selebihnya menggandeng mitra yang masih termasuk dalam closecircle family atau immediate family tadi, mulai dari suami/ istri, saudara, sampai teman dekat. Kedekatan hubungan ini terutama terkait dengan aspek kepercayaan (trust) dan kesamaan visi. Tidak mengherankan jika di antara mitra ini, secara signifikan,

pasangan hidup menempati urutan teratas. Fenomena yang jamak dalam perusahaan keluarga adalah pendiri mempunyai fokus pada usaha keras agar perusahaan dapat berkembang dan bertahan. Pada perkembangan berikutnya, ketika perusahaan mulai tumbuh menjadi lebih besar dan kuat, generasi kedua dan extended family, termasuk saudara-saudara, keponakan dan cucu mulai masuk, bahkan menjadi the dynasty of family.


Survei di negara-negara yang lebih maju menunjukkan sebagian besar pendiri perusahaan keluarga tidak menginginkan keturunannya bekerja di perusahaan tersebut. Bahkan survei yang dilakukan di Inggris menyebutkan bahwa hampir sembilan puluh persen anggota keluarga pendiri (the founders family members) tidak mengharapkan bekerja di perusahaan keluarga tersebut dan hanya lima persen responden menginginkan bergabung dan mengharapkan

langsung duduk dalam posisi manajerial. Sementara itu yang terjadi di Indonesia trendnya justru sebaliknya. Mayoritas pendiri mengatakan ingin agar anak-anak mereka masuk ke dalam perusahaan, dan respon dari anggota keluarga pun setali tiga uang, menginginkan bekerja di perusahaan tersebut. Temuan ini beralasan sekali, karena dengan tingkat pengangguran yang demikian tinggi peluang kerja di luar perusahaan keluarga harus diakui masih cukup sulit. Selain itu

ikatan keluarga khas bangsabangsa timur memang relatif lebih kuat di banding di negaranegara barat.

nya jenjang pendidikan yang dan keengganan untuk ditempuhnya pun lebih tinggi. berubah. Sedangkan nilai-nilai Meskipun demikian, konflik yang ditekankan dalam bisnis nilai dalam perusahaan adalah keluarga bisa terjadi lebih outBiasanya konflik terjadi dari itu, antara keluarga ward dan perusahaan, antara looking karena perbedaan nilai anggota keluarga, dan atau antara bisnis dan antara keluarga dan stakemelihat holders yang lain. Bikeluar, keluarga. asanya konflik terjadi berkarena perbedaan nilai antara bisnis dan keluarga. dasarkan tugas, tidak emosional, penghargaan berNilai-nilai yang ditekankan dasarkan prestasi, keanggotaan dalam keluarga adalah inward berdasarkan kinerja, dan menlooking, berdasarkan emosi, gacu pada perubahan. Untuk sharing, lifelong membership, menyelaraskan kepentingan

keluarga dan kepentingan bisnis dapat dilakukan melalui matching process, penyelarasan (alignment) antara keinginan keluarga dan business requirements, dengan tujuan agar proses-proses yang ada dalam operasi perusahaan berjalan lancar. Dalam penyelarasan ini kunci utamanya terletak pada upaya menggandengkan company values dan family values.

Karakteristik di atas tidak jarang justru memunculkan permasalahan tersendiri. Terutama jika terjadi konflik nilai antara pendiri yang masih berperan sebagai motor penggerak bisnis utama dan anggota keluarga yang kemudian terlibat di dalam perusahaan. Mengingat generasi baru cenderung mempunyai pandangan berbeda karena umum-


Konflik yang terjadi selanjutnya adalah kesenjangan antargenerasi dan konflik minat antara keluarga dan bisnis. Untuk menghindari konflik ini, anggota keluarga perlu menetapkan peran, yaitu memutuskan siapa mengerjakan apa, dan jika peran-peran itu berubah, akan berdampak pada bisnis dan keluarga. Belajar dari krisis tahun 1997, perusahaan keluarga sudah mulai bangun kembali dengan adanya ekspansi, merger dan akusisi serta role of distribution. Misalnya anak pertama memegang manufacturing, anak kedua memegang logistik, anak ketiga memegang distribusi, anak keempat memegang marketing, dan seterusnya, sehingga akhirnya perusahaan menjadi besar dengan value chain yang menjadi satu.

Peran erat kaitannya dengan kompensasi yang harus mengokomodasi prinsip keadilan (fairness), baik menyangkut kompensasi bagi keluarga dan bukan keluarga maupun besar kecilnya nilai kompensasi itu sendiri. Prinsip keadilan juga harus diterapkan dalam distribusi pendapatan di antara anggota-anggota keluarga. Untuk yang terakhir ini, intinya adalah bagaimana membagi persentase keuntungan yang harus dikembalikan kepada perusahaan (untuk pengembangan perusahaan) dan bagaimana membagi pendapatan kepada keluarga. Kunci dari semua ini adalah komunikasi dan mengungkapkan isu secara terbuka dengan seluruh keluarga utamanya dan juga orang kunci di luar anggota keluarga. Kunci berikutnya adalah struktur manajemen, terutama terkait dengan penempatan anggota keluarga dalam struktur organisasi beserta kompetensi yang diperlukannya. Dan yang tak kalah pentingnya adalah kesepakatan atas tipe kepemimpinan manakah yang akan diterapkan berdasarkan kondisi yang ada, apakah kepemimpinan ganda (multiple leadership) atau one man show leadership.

Berbicara tentang kepemimpinan dalam konteks perusahaan keluarga tentu tak luput dari suksesi. Suksesi merupakan isu yang paling krusial, terutama kalau kendali perusahaan sudah mulai bergerak ke arah gen-

erasi kedua, apalagi generasi ketiga. Isu-isu dalam suksesi antara lain adalah rencana suksesi yang tidak jelas dan konflik antara calon-calon pengganti. Kata kunci dalam suksesi adalah kapan perusahaan akan diwariskan dan kepada siapa. Secara implisit, komunikasi mutlak diperlukan di sini. Penunjukan putra mahkota misalnya, tidak akan efektif jika tidak dikomunikasikan sejak awal.

Di samping keluarga, eksistensi perusahaan keluarga juga ditentukan oleh stakeholders lain seperti customers, para karyawan, dan komunitas masyarakat. Euforia reformasi justru makin memberikan nuansa berupa pressure bagaimana perusahaan keluarga bisa dikelola secara fair agar kompetitif tanpa melupakan aspek tanggung jawab kepada masyarakat. Untuk itu, karyawan profesional yang qualified di bidangnya direkrut untuk mempromosikan akuntabilitas dalam manajemen, membuat keputusan berdasarkan penilaian bisnis murni, dan memperluas jaringan. Dengan makin banyaknya porsi profesional dalam perusahaan keluarga, pihak keluarga dapat memusatkan energi pada pengawasan yang menjamin keberlangsungan usaha. Hal ini mengingat betapa banyak perusahaan keluarga jatuh baru di tahap survival.

Setelah adanya perubahan ke arah yang lebih profesional, tentu perusahaan keluarga masih harus memastikan bahwa minat keluarga (family interests) terakomodasi. Transformasi itu sendiri juga tidak boleh berhenti di satu titik sukses, masih banyak hal yang harus diperhatikan karena banyaknya kebiasaan yang tak pernah mati (old habits never die). Jika kebiasaan sudah diubah tetapi kembali lagi, ada tendensi kebiasaan itu akan kembali lagi ke sistem, prosedur, dan kebiasaan yang lama. Memang yang paling sulit dalam melakukan perubahan adalah memastikan tidak kembali ke masa yang dulu lagi (refreezing period). <EKSEKUTIF>

* Managing Partner The Jakarta Consulting Group, Penulis buku World class Family Business: Perusahaan keluarga Berkelas Dunia. http://www.jakartaconsulting.com/art-0507.htm


Movie Review

The Godfather, Cermin Kejahatan Abadi The Godfather (1972) arahan Francis Ford Coppola diadaptasi dari novel laris berjudul sama karya Mario Puzo. Film ini dianggap banyak pengamat sebagai film gangster terbaik dan juga salah satu film terbaik sepanjang masa. Film ini sukses meraih tiga Oscar dari sepuluh yang dinominasikan yakni, film terbaik, aktor utama, dan naskah adaptasi terbaik. Pada masa rilisnya The Godfather juga menjadi film terlaris sepanjang tahun dengan pemasukan kotor, 134 juta US$. Sukses film ini juga memicu produksi sekuelnya, The Godfather Part II (1974) yang kurang lebih sama suksesnya. Film yang berdurasi sangat panjang ini memberi kesan cerita yang amat kompleks namun inti kisahnya sebenarnya sederhana. Alkisah, Vito Corleone (Malon Brando) sang kepala keluarga Corleone merupakan seorang Godfather yang memiliki pengaruh kuat di wilayah timur Amerika Serikat. Masalah bermula ketika bisnis narkotik mulai marak di Amerika dan Vito menolak untuk ikut ambil bagian dalam bisnis tersebut. Penolakan tersebut berbuah kekecewaan dari rival-rival keluarga Cor-

leone. Sang Godfather ditembak secara brutal walaupun ia akhirnya selamat. Salah satu putra Vito, Michael (Al Pacino) yang selama ini berusaha menjauh dari bisnis keluarganya akhirnya menyadari jika ia harus membantu keluarganya keluar dari masalah.


THE GODFATHER, CERMIN KEJAHATAN ABADI

Seperti tipikal film gangster, The Godfather mengisahkan rivalitas antar kelompok gangster dalam berbagi kekuasaan (baca: uang) dengan cara kekerasan. Cerita mengambil sudut pandang dari karakter para gangster dan nyaris tidak pernah bersinggungan dengan pihak hukum. Film juga berisi beberapa adegan aksi brutal khas gangster yakni pembantaian berdarah dengan senapan mesin serta yang paling membuat syok tentunya potongan kepala kuda di ranjang sang produser. Cerita filmnya berdurasi nyaris tiga jam dan bisa jadi membosankan bagi penonton sekarang. Rentang waktu cerita yang panjang membuat kisahnya cukup untuk diproduksi hingga tiga film. Cerita berjalan dengan tempo lambat dan dapat dibagi menjadi tiga segmen besar dengan rincian cerita yang begitu detil. Pertama: sepak terjang Vito, kedua: Michael selama di pengasingan, dan tiga: sepak terjang Michael sebagai pengganti Vito. Sekuen awal begitu penting. Coppola mengemas sekuen pernikahan dengan begitu brilian hingga dalam satu momen ini saja kita mampu melihat betapa kuat dan besar pengaruh keluarga Corleone. Amat sulit rasanya memberi komentar singkat terhadap pencapaian estetik yang dicapai film luar biasa ini. Pemain, setting, aspek sinematografi, aspek editing, hingga musik seluruhnya nyaris tanpa cela. Para aktornya,

terutama Brando dengan gayanya yang khas bermain sangat impresif sebagai sosok Godfather yang keras namun penuh kasih pada keluarganya. Komposisi visual yang demikian kuat begitu dominan dalam film ini. Adegan pembantaian sadis Sonny di jalan tol tampak begitu “indah” dinikmati ketimbang aksi brutalnya sendiri. Satu momen yang paling menggetarkan adalah adegan klimaks ketika pembaptisan sang bayi di gereja yang dipotong dengan aksi pembantaian seluruh musuh keluarga Corleone. Aksi pembantaian dimulai sesaat setelah sang pendeta selesai berucap, “…do you renounce satan?”. Dan terakhir sulit rasanya membayangkan film ini tanpa ilustrasi musik yang begitu menyentuh dari komposer Nino Rota. The Godfather tidak hanya bicara masalah kehormatan, loyalitas, keadilan, korupsi, kekerasaan, dan kekuasaan di Amerika selepas perang dunia kedua, namun juga masih menjadi refleksi nyata hingga kini dimana manusia menghalalkan segala cara untuk mencari uang dan kekuasaan. The Godfather merupakan cermin kejahatan yang tidak akan pernah sirna sampai kapan pun … because it’s in our blood. (hp) Sumber : http:// montase.blogspot.com/2008/09/ godfather-cermin-kejahatanabadi.html


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.