#4 GALERIPLUS

EDISI SEPTEMBER 2016

arsitek-arsitek rakyat eksposisi peluang besar arsitek rakyat

eksplorasi masjid kopeng merapi

yu sing

urbane

bersatu membangun bersama rakyat

karya dari arsitek-arsitek rakyat

arkom jogja

#4

KONTEN Tema edisi September 2016 :

arsitek-arsitek rakyat

1

Editorial

64

Nusantara

2

Eksposisi:Dosen

66

Rekomendasi

4

Persepsi

68

Propaganda

6

Eksposisi:Arsitek

17

Ekplorasi

27

Figur Arsitek

38

Kisi

41

Apresiasi

48

Karya

54

Studi

Tim Redaksi Penanggung Jawab Ricky Mandala Penasehat Affan Tian D. Pimpinan Redaksi Qabila Dzulhasri Z. Redaktur Pelaksana Dewi Angelica S. Reporter Editor Aghnia Nuri Hastya Ismihafizha Apsari Cyntya Kartika Putri B. Aulia Hasanah Ratna R. Iska W. Vina Tuti R. Mariska S. Wulan Handayani M.Avid Tri Atmaja Fotografer Rahayu Dewi L. Odi Fathur Ririn Nurhalimi Nasrullah Dahlan L. Ulfa Faradila Yemima S. Layouter David Budhi F. Claudia R. Fatimah Al Zahra Hanna Sofia M.Ario Firdaus M.Azzam M.Faqih Prima P. Safira Devina

Perusahaan Devany Aulia Fajar A. Nurul Huda Online Wanda Y.

Kontributor Jihan Hafiz B. Giri Rindra W. Ricky M. Natalya P. Firman Rasyadi Faza Alamat Redaksi Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,Tembalang, Semarang Desain Cover David Budhi Firmansyah Foto Odi Fathur Atmaja

Subcription Email galeriplusjaft@gmail.com Instagram galeriplus Line @ttb6821g

editorial galeri+ edisi september 2016

D

i tengah gambaran arsitektur yang kini sangat dekat dengan gedung-gedung atraktif karya arsitek-arsitek kelas dunia yang selama ini kita jadikan referensi dalam merancang, Galeri+ mengajak pembaca mengintip sisi lain arsitektur yang patut untuk dikenali. Sisi yang tak hanya memerlukan kecerdasan akal seorang calon arsitek, namun juga menggugah kecerdasan nurani yang mungkin akan membuat kita lebih melihat sekeliling saat perjalanan pulang nanti. Sisi ini menunjukkan sisi sosial arsitektur kita yang tergambar lewat hadirnya “arsitek-arsitek rakyat”.

“Arsitek-arsitek rakyat”, titel yang kami berikan pada mereka yang memilih menjalankan profesi arsitek tanpa menjadikan uang sebagai orientasi utama. Arsitek-arsitek yang berkarya untuk kesejahteraan rakyat menengah kebawah, arsitek yang menerapkan ilmu dan keahliannya sebagai anugrah yang dibagikan dengan jalan membantu sesama manusia yang kurang beruntung.

Isu ini menjadi sedikit lebih meriah di telinga dengan penghargaan Pritzker Prize 2016 yang juga dimenangkan oleh proyek sosial. Namun, apa yang membuat “arsitekarsitek rakyat” memilih mendedikasian dirinya untuk rakyat kecil? Terlebih, bagaimana para arsitek dapat berkarya untuk rakyat kecil dengan profit yang minim tanpa mengabaikan kebutuhan untuk menghidupi dirinya sendiri? Hal-hal menarik ini yang akan kita temukan pada uraian hasil dari diskusi dengan para arsitek yang telah berkarya bersama rakyat dalam Galeri+ edisi 4; “ArsitekArsitek Rakyat”.

Semoga edisi ini dapat memperluas pandangan dan tujuan kita untuk menentukan langkah dalam berarsitektur setelah lulus dari kampus tercinta.

11

eksposisi : dosen galeri+ edisi september 2016

Pendidikan Arsitektur tak Hanya untuk Bekerja Reporter : Aulia H., Editor : Vina T.

2

Jika di tilik dari sila ke-5, Keadilan Sosial

pengetahuan lebih mengenai bagaimana

bagi Seluruh Rakyat Indonesia, dapat

mereka bisa menyalurkan karyanya. Coba

diartikan jika rakyat yang di bahas disini

saja bayangkan penduduk Indonesia yang

adalah seluruh lapisan masyarakat.

berpenghasilan besar ada 20%,

Begitupun dengan arsitektur untuk rakyat

sedangkan sisanya rata-rata hingga

yang mana arsitektur itu harus bisa

rendah. Ini bisa jadi kesempatan yang

dinikmati oleh selur uh orang. Tapi

besar bagi arsitek-arsitek untuk tetap bisa

bagaimana dengan rakyat yang rendah

berkarya.

secara ekonomi, budaya, dan sosial?

Sebenarnya tidak ada batasan dalam berarsitektu. Memang susah bagi rakyat yang termajinalkan, dalam hal ini rakyat kecil, untuk lebih terbuka dan 'melek' terhadap arsitektur yang mereka anggap hanya untuk kalangan elit. Namun tetap ada pilihan, banyak arsitek sekarang ini yang terjun untuk membantu rakyat-rakyat kecil. Sebagai contoh Arkom yang ada di Jogjakarta, atau Yori Antar yang membantu ke daerah-daerah nusantara.

Untuk menumbuhkan rasa humanisme pada mahasiswa, dapat dimanfaatkan mata perkuliahan, misal saja mata kuliah permukiman. Di permukiman ini mahasiswa bisa melaksanakan ekskursi dengan pergi ke permukiman kampung kota, atau bisa langsung ikut belajar bersama Arkom. Jagelan Tlisik pun bisa dimanfaatkan sebagai destinasi untuk ekskursi, selain menjadi salah satu daerah yang sudah 'dibenahi' Arkom, tempat ini juga di manfaatkan oleh masyarakatnya

Nah, bagaimana dengan stigma

untuk peluang berekonomi. Selain itu tetap

mahasiswa yang saat ini menjalani proses

harus ada rasa kepedulian dan jiwa sosial

pendidikan arsitektur hanya untuk bekerja,

yang tinggi untuk turut menjadi arsitek-

mendapatkan klien yang mampu

arsitek rakyat.(gal/aul)

menggajinya besar? Hal ini di karenakan mahasiswa kurang mendapatkan

3

persepsi galeri+ edisi september 2016

“

“Arsitektur Untuk Rakyat Reporter : Mariska D., Editor : Vina T.

Nilai-nilai arsitektur seharusnya merambah seluruh sendi kehidupan masyarakat dari berbagai lapisan. Namun kenyataannya, tuntutan finansial dan stigma kapitalis yang tak dapat dipisahkan selama proses pembangunan infrastruktur nasional semakin menggeser peran nilai-nilai kebaikan arsitektur di masyarakat. Bertolak atas problematika tersebut, Tim Redaksi Galeri+ tergugah untuk menyajikan sudut pandang mahasiswa terhadap kondisi nyata dunia perarsitekturan kita. Dari seratus responden mahasiswa arsitektur yang dimintai tanggapannya atas beberapa isu terkait tema Arsitektur untuk Rakyat, didapatkanlah statistik asumsi mengenai bagaimana peran arsitek, urgensi penerapan konsep “rumah murah” pada daerah padat penduduk, serta pengaruh nilai arsitektur dalam pembangunan di Indonesia.

Ya 40%

ISU 1 Menggunakan arsitek untuk pembangunan rumah tinggal pribadi Lainnya 2%

Tidak 60%

Gedung Perusahaan 20%

ISU 2 Peran dominan karir arsitek di lapangan Bangunan Publik 56%

Perumahan 22%

Tidak Perlu 4% Cukup Perlu Sangat Perlu 23% 32%

ISU 3 Urgensi penerapan konsep “rumah murah” di daerah padat penduduk/perkotaan Tidak Tahu 16%

Berpengaruh 24%

Perlu 41%

ISU 4 Pengaruh arsitektur dalam pembangunan infrastruktur nasional Belum Berpengaruh 41%

4

Apa Kata Mereka?

Skolastika Harjono

Mahasiswi jurusan arsitektur Undip

“

Seharusnya yang dimaksud arsitektur untuk rakyat adalah arsitektur yang dapat dirasakan segala lapisan masyarakat, yang produknya adalah ruang yang efektif, bukan sekedar bentuk fisik arsitektur saja.

Namun di kota-kota besar yang sedang gencar membangun high rise building atau perumahan seperti yang sekarang terlihat, peran arsitektur malah terasa merampas ruang hak masyarakat (misalnya ruang publik atau ruang terbuka hijau). Mengutip dr buku Prof. Eko Budiharjo yg judulnya Lingkungan Binaan dan Tata Ruang Kota, "berbagai keunikan yg spesifik, baik perilaku masyarakat maupun karakter lingkungan fisiknya, seyogyanya menjadi landasan utama dalam merumuskan rencana pembangunannya.

“

“

Faiz Widyastama

Mahasiswa jurusan arsitektur ITS

Arsitektur rakyat seharusnya memiliki guna yang nyata dan signifikan bagi masyarakat. Kalau melihat kondisi di Indonesia, tata ruang kotanya belum teratur karena wilayah hunian dan komplek industri masih belum terpisah. Saran dari saya untuk pembenahan arsitektur Indonesia adalah dengan menambah ruang hijau di tempat publik, dan relokasi pemukiman liar dari daerah pinggiran sungai ke rumah susun atau sejenisnya.

“

Nauvaldi Ryantama R

“

Mahasiswa jurusan arsitektur UGM

Arsitektur rakyat adalah produk arsitektur yang membumi dan peduli bagi segala aspek yang berkaitan dengan arsitektur itu sendiri, sehingga semua elemen masyarakat bisa menikmati harmoninya.

Seharusnya terbentuk lingkungan yang saling terintegrasi antarfungsi, selayaknya kota Amsterdam – Belanda misalnya, bukan seperti yang terlihat di masyarakat kita pada umumnya, ketika peran arsitektur hanya untuk menonjolkan individualisme bangunan.

Apabila masyarakat bisa lebih “melek arsitek”, tentu akan terbentuk kolaborasi arsitek dan rakyat untuk mewujudkan arsitektur yang memasyarakatkan masyarakat. Saya juga mendukung penuh peran komunitas arsitek peduli rakyat, seperti ARKOM contohnya, agar terus berperan mencerdaskan dunia arsitektur.

“ 5

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

Reporter : Apsari C., Editor : Ratna R.

6

7

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

8

studio akanoma

9

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

Arkom Jogja

BERSATU MEMBANGUN BERSAMA RAKYAT Reporter : Kartika P., Editor : Hastya I.

Arsitektur Komunitas atau yang lebih dikenal dengan Arkom bukan merupakan hal yang baru di dunia a rs i te k tu r I n d o n e s i a . A rs i te k tu r Komunitas sebenarnya merupakan bagian dari profesi arsitek.

Meski sempat tidak diakui sebagai bagian dari profesi arsitek oleh IAI, namun kini dibawah pimpinan Pak Djuhara, IAI mulai menggandeng kembali Arsitektur Komunitas sebagai salah satu profesi arsitek. IAI saat ini hanya mengakui profesi arsitek yang bekerja untuk konsultan, padahal kenyataannya tidak hanya itu, terdapat arsitek-arsitek dengan pemahaman dan pendalaman ilmu lain, seperti arsitek komunitas atau arsitek yang bekerja untuk rakyat, arsitek untuk isu heritage atau konservasi bangunan, maupun arsitek urban design yang saat ini belum terakomodir. Pada dasarnya, Arkom merupakan bagian dari pilihan profesi arsitek.

Arkom pusat saat ini berada di Yogyakarta yang diberi nama Arkom Jogja.

Yuli Kusworo, yang merupakan salah satu pendiri awal terbentuknya Arkom Jogja,

bercerita bahwa awal mula berdirinya Arkom adalah dari ketertarikan ketika ia membantu dosennya untuk meriset kampung-kampung di berbagai daerah di Indonesia dengan metode live in. Hal tersebut, membuat Pak Yuli jatuh cinta pada metode tersebut dimana ia turun langsung merencanakan dan membangun bersama rakyat. Hingga pada akhirnya, ketika peristiwa Tsunami Aceh pada Desember 2004 mengharuskan Pak Yuli dan para aktivis

...awal mula berdirinya Arkom adalah dari ketertarikan ketika ia membantu dosennya untuk meriset kampungkampung di berbagai daerah di Indonesia dengan metode live in.

Pak Yuli Kusworo

10

arsitek lain untuk membangun kembali kampung dan kehidupan masyarakat dari awal, memberi semangat bersama-sama dengan para korban yang kehilangan sanak saudara, membantu, dan berswadaya untuk membangun kampung yang layak huni. Dari pengalaman inilah yang pada akhirnya membuat beliau menetapkan pilihan berarsitekturnya pada arsitektur komunitas.

Setelah 2 tahun membantu dan hidup membangun kampung bersama rakyat, Pak Yuli beserta aktivis-aktivis arsitek lainnya merasa bahwa metode ini harus dilanjutkan, dan akhirnya mereka kembali ke Yogyakarta dan mendirikan Arsitektur Komunitas sekitar tahun 2007. Hingga saat ini, Arsitektur Komunitas ada di berbagai daerah di Indonesia, di antaranya Yogyakar ta, Solo, Surabaya, dan Makassar.

Terlalu banyak permasalahan yang dialami oleh Arkom Jogja dan mayoritas penyebab permasalahannya adalah hal serupa, misalnya kasus penggusuran daerah pinggiran kali oleh pemerintah, masyarakat tidak bisa berbuat apa-apa karena alasan kebersihan dan keamanan, serta permasalahan sertifikat tanah yang membuat masyarakat dianggap ilegal, dan t i d a k d i b e r i k a n nya b a n t u a n o l e h pemerintah. Keterbatasan ini akhirnya membuat Arkom beserta masyarakat untuk sepakat membangun sendiri secara bergotong royong dan swadaya mencari donasi dari donatur, serta merencanakan pembangunan bersama-sama, memetakan wilayah dari awal oleh m a s ya ra k a t d a n a k h i r nya t i m bu l permasalahan yang juga diselesaikan bersama-sama dengan masyarakat, atau yang biasa disebut dengan community maping, dan masyarakat pun akhirnya membuat tabungan warga yang dikelola sendiri oleh masyarakat untuk kebutuhan membangun kampung.

11 sumber: yulikusworo.blogspot.co.id

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

Arkom berada di tingkat bawah dan awal pengorganisasiaan komunitas yang awalnya masyarakat berpikir sendiri, namun untuk solusinya diajak berpikir bersama-sama Awalnya Pemerintah pun seakan tidak menggubris dan menganggap para arsitektur komunitas sebagai perusak, namun setelah melihat hasil yang telah dilakukan oleh warganya dengan hasil jerih payah sendiri dan bekerja bergotongroyong, akhir nya dapat membuat pemerintah lebih membuka mata dan ikut mendukung kegiatan dari Arkom. Jadi, Arkom berada di tingkat bawah dan awal pengorganisasiaan komunitas yang awalnya masyarakat berpikir sendiri, namun untuk solusinya diajak berpikir bersama-sama. Maka dari itu disebut komunitas, komunitas di sini adalah masyarakat, bukan arsiteknya.

Arsitek komunitas adalah arsitek yang bekerja dengan komunitas dan disini konteksnya adalah masyarakat. Arkom dapat tetap hidup dan bertahan karena banyaknya orang-orang yang berpartisipasi di dalamnya. Dalam proses mendapatkan uang, 75% pendapatan didapat dari sektor privat dan individu.

B i ay a y a n g d i d a p a t k a n a k a n disalurkan ke pribadi dan juga ke Arkom, sedangkan 25% sisanya mendapatkan uang dari CSR atau Corporate Social Responsibility pada perusahaanperusahaan yang wajib memberikan dana untuk kegiatan sosial dan tentunya yang memiliki visi yang sama dengan Arkom.

Dana yang didapatkan langsung dimasukkan ke Dana Pembangunan Komunitas atau DPK, agar proses atau kegiatan yang ada dapat cepat

12

dok : arkom jogja

Arsitektur Komunitas merupakan arsitek yang pro atau peduli rakyat kecil, begitu pula dalam pemilihan material bangunan, Arkom memilih material-material yang dekat dengan masyarakat dan ramah lingkungan.

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

direalisasikan, namun masyarakat juga wajib mengembalikan dengan biaya dari tabungan warga, bisa diibaratkan DPK a d a l a h ko p e ra s i s i m p a n p i n j a m pembangunan masyarakat, masyarakat p u l a l a h ya n g m e n g u r u s i d a n a pembangunan dan tentunya juga bertanggung jawab terhadap Arkom.

Arsitektur Komunitas merupakan arsitek yang pro atau peduli rakyat kecil, begitu pula dalam pemilihan material bangunan, Arkom memilih materialmaterial yang dekat dengan masyarakat dan ramah lingkungan. Misalnya saja bambu, masyarakat kini melihat bambu sebagai material orang miskin padahal kita seharusnya bisa membuat bambu awet, murah, dan tahan lama, apalagi jika dihasilkan sendiri oleh masyarakat sehingga dapat menciptakan masyarakat yang produktif terhadap material, bukan hanya bersikap konsumtif terhadap material.

“Arsitektur itu membuat ruang hidup.

Ruang hidup tidak hanya bangunan, dia hidup karena ada masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, makanya jika berbicara arsitektur itu luas sekali. Namun karena proses merancang bangunan, rancang bangunan menjadi pintu masuk saja, sedangkan ada yang lain-lain. Arsitektur tidak hanya membangun merancang namun ada aspek sosial-sosialnya. Jadi arsitektur itu seakan berbentuk segitiga, fisik berada kecil di atas, yang di bawah ada sosial dan budaya, misal ada terlalu berat ke fisik, akan ada ketidakcocokan dalam kehidupan sosial dan budayanya.”, terang pak Yudi. Jadi, Arkom memahami arsitektur dengan segitiga itu, membangun sosial budaya terlebih dahulu sehingga membangun fisik akan lebih mudah. Kita harus tahu apa yang sebenarnya masyarakat butuhkan maka barulah kita dapat membangun.

“Arsitektur itu membuat ruang hidup. Ruang hidup tidak hanya bangunan, dia hidup karena ada masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, makanya jika berbicara arsitektur itu luas sekali.

Namun karena proses merancang bangunan, rancang bangunan menjadi pintu masuk saja, sedangkan ada yang lain-lain. Arsitektur tidak hanya membangun merancang namun ada aspek sosialsosialnya....”

13

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

Gustav Anandhita

Mengembalikan Uang Rakyat dengan Mengabdi reporter : Qabila D. , editor :Hastya I.

Belum banyak lulusan DAFT Undip

Dosen Unversitas Katolik Soegijapranata

yang menjadi arsitek-arsitek rakyat. Namun,

yang akrab disapa Gustav ini memulai

Gustav Anandhita yang telah lulus dari

karirnya di Studio Akanoma selama dua

DAFT Undip (JAFT kala itu) lima tahun lalu,

tahun. Selama bekerja di Akanoma, Gustav

memilih mengambil langkah mengabdi

turut terlibat dalam proyek yang dihadirkan

sebagai arsitek rakyat dengan turut

untuk masyarakat yang kurang beruntung,

m e n g e r j a ka n p roye k - p roye k u n t u k

d i a n t a r a n y a Pa p a n U n t u k S e m u a

membangun kehidupan masyarakat

(Pembangunan Rumah Pak Uay). Proyek

menengah kebawah.

tersebut hendak membantu masyarakat memenuhi hal akan tempat tinggal yang layak huni.

14

“Rumah murah bukan hanya material murah, tapi harus didukung teknologi yang juga membuat rumah itu menjadi murah.” ujar Gustav. Itulah hal yang membuat Gustav memutuskan untuk melanjutkan studinya mengenai Teknologi Bangunan Bambu di ITB. Meski sedang menempuh studi, kepeduliannya akan per kembangan masyarakat menengah kebawah tak menyusut. Saat masih mendalami ilmu bambunya, Gustav menjadi volunteer untuk ASF (Architecture Sans Frontières) Indonesia, yang merupakan organisasi non-profit dan par tisipatif yang berkomitmen pada keadilan sosial, budaya, d a n l i n g k u n ga n m e l a l u i a rs i te k t u r, konstruksi, dan urbanisme¹ . ASF juga dikenal sebagai arsitektur swadaya fasilitator, yakni menjadi fasilitator agar masyarakat mau berswadaya. Artinya, semua dana, daya, dan pengetauan benarbenar digali dari masyarakat. Bersama ASF, Gustav turut melakukan pemetaan rumahrumah ilegal di Kampung Delima dan Kampung Pasirluyu yang terletak di Bandung dengan meningkatkan lingkungan binaannya, seperti yang telah dilakukan di Kali Code oleh Romo Mangun.

Ternyata, kepedulian Gustav akan lingkungannya sudah mulai tumbuh sejak beliau duduk di bangku kuliah. Saat mengikuti Temu Karya Ilmiah Mahasiswa Indonesia (TKI MAI) 26 tahun 2010 silam, Gustav memilih untuk melakukan pengabdian masyarakat yang dijalankan di Kampung Braga, Bandung.

Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para mahasiswa tersebut berupa pembuatan sarana bermain bagi anakanak di gang-gang sempit di kampung kota. Semangat dan bakatnya mendukung desain Gustav menjadi desain yang terpilih dan akhirnya direalisasikan di kala itu.

Program Merajut Bambu Seribu Candi 2012, di kampung daerah Candi Borobudur juga tak ketinggalan untuk Gustav geluti. Program ini bertujuan untuk menghidupkan kembali jiwa kebersamaan dan gotong royong masyarakat yang menurut para arsitek tersebut semakin tergerus dalam kehidupan masyarakat masa kini.

Bersama para penggagas, arsitek, dan relawan mahasiswa lainnya, Gustav turut membangun media ruang komunal untuk belajar dan berkumpul bagi masyarakat dan anak-anak dusun sekitar, berupa Balai Ajar Tegal Arum.

Uluran tangan Gustav pada rakyat kecil juga diwujudkan dalam keterlibatannya dalam beberapa proyek lainnya, diantaranya pembangunan k e m b a l i r u m a h Pa k S u p a r t o n o (program Papan Untuk Semua) dan perencanaan kampung susun bantaran sungai Ciliwung bersama Studio Akanoma. Pembuatan Rumah Ibu dan Anak Kampung Cisarua Purwakarta di tahun 2015, serta menjadi volunteer d a l a m p r oy e k p e m b u a t a n a r e a permakultur bersama ASF-ID dan YPBB

¹http://asf.or.id/

15

eksposisi : arsitek galeri+ edisi september 2016

akarparadox.blogspot.co.id/

Membayar Hutang pada Rakyat dengan Terjun Langsung Sebagai lulusan yang menggeluti bidang arsitektur sebagai profesi, Gustav tidak semata-mata berorientasi pada materi. Mencari profit adalah dasar dari profesi apapun, namun Gustav memilih turut terlibat menjalankan proyek-proyek untuk rakyat. Belajar dari Romo Mangun, beliau merasa dengan beginilah ia bisa “membayar hutang” pada rakyat. Gustav memaknai pendidikan yang telah ia tempuh bukan hanya untuk meningkatkan kecerdasan dan keahlian hidup, tapi juga kesempatan yang diberikan oleh rakyat, dengan uang rak yat, yang mana pengabdian-pengabdian yang dilakukan adalah jalan untuk membayar hutang pada rakyat.

Kendati demikian, menjalani profesi arsitek yang berusaha memenuhi hak rakyat kecil tidaklah mudah. Agar dapat menghasilkan karya yang dibutuhkan dan diterima masyarakat, diperlukan teknikteknik khusus dalam melibatkan warga.

16

pengabdian masyarakat sarana tempat bermain di gang sempit

Para arsitek rakyat umumnya menerapkan sistem bottom-up, yang berarti desain dihasilkan dan dibuat dengan melibatkan masyarakat sebagai penggunanya kelak, hingga kemudian rancangan dapat dibangun bersama masyarakat. Sistem ini juga dikenal dengan participatory design.

Sistem ini dapat menghasilkan sense of belonging pengguna yang tinggi, sehingga karya arsitektur yang terbangun dapat lebih terawat dan berfungsi sebagaimana peruntukannya.

Selain itu, untuk terjun dan melibatkan masyarakat untuk berarsitektur, hal pertama yang harus dimiliki seorang arsitek adalah rasa kepedulian dan ingin membaur.

Namun, rasa kepedulian dan kesadaran untuk akrab dengan masyarakat sekitar tak bisa dipelajari dadakan dalam satu malam.

Perlu penanaman niat dan pembiasaan yang dilakukan dengan kesadaran diri s e n d i r i . Te r l e b i h , t e k n i k u n t u k mengakrabkan diri dengan masyarakat dan hal semacamnya belum dapat ditemui dalam praktik pendidikan arsitektur.

eksplorasi galeri+ edisi september 2016

3D Trick Art Museum Kota Lama

Reporter : Aulia H, Editor : Vina T.

17

eksplorasi galeri+ edisi september 2016

18

“ Gedung yang berfungsi sebagai koperasi di jaman sebelumnya, berubah menjadi 3D Art Trick Museum Old City Semarang..... ......Tak ada perubahan pada bangunan yang difungsikan menjadi museum ini, karena merupakan salah satu warisan budaya. ”

Transformasi bangunan yang tadinya

Kanopi owning berwarna merah

sama tuanya dengan gedung –

menjadi penaung matahari, lampu

gedung tua lainnya, kini telah

tempel antik yang terpasang di

berubah menjadi salah satu ikon di

dinding luar serta tanaman yang

kawasan Kota Lama. Tak ada

menghias terjejer rapih di depannya.

perubahan pada bangunan yang

Seperti kembali lagi pada nuansa

difungsikan menjadi museum ini,

klasik pada abad ke-17, namun tetap

karena mer upakan salah satu

terdapat sentuhan modern di

warisan budaya

dalamnya.

19

persepsi galeri+ edisi agustus 2016

20

eksplorasi galeri+ edisi agustus 2016

21

eksplorasi galeri+ edisi september 2016

22

23

eksplorasi galeri+ edisi september 2016

24

25

eksplorasi galeri+ edisi september 2016

26

figur arsitek galeri+ edisi september 2016

Reporter : Iska W., Editor : Wulan H.

27 designindaba.com

figur arsitek galeri+ edisi september 2016

sumber : archdaily

Niat mulia Aravena untuk mendesain bangunan bagi masyarakat yang kurang beruntung juga sangat menarik perhatian juri. Selama enam tahun belakang, ia telah menjadi nominasi Pritzker Prize, sebelum akhirnya berhasil menang tahun ini. Hal tersebut tidak menggugurkan semangat Aravena sebagai arsitek yang memiliki rasa kemanusiaan dan jiwa sosial tinggi.

Arsitek asal Chili yang merupakan arsitek prinsipal dari studio Arsitektur Elemental ini memenangkan Pritzker Prize ke-41 untuk pertama kalinya, berkat proyek rancangan gedung UC Innovation Centre Anacleto Angelini yang menerapkan prinsip hemat energi.

28

UC Innovation Center

‘Arsitek pada masa ini mendapat tantangan untuk mampu memberikan kontribusi sosial dan kemanusiaan yang besar pada masyarakat dan lingkungan’ Aravena berhasil menjawab t a n t a n g a n t e r s e bu t , t e r bu k t i d a r i kemenangannya pada Pritzker Prize 2016. Desain Aravena dianggap mampu menyeimbangkan baik antara kondisi ekonomi masyarakat dan kebutuhan desain dengan biaya yang terjangkau.

figur arsitek galeri+ edisi september 2016

sumber : wired.com

29

dimensi galeri+ edisi september 2016

30

social housing sketch Jihan Hafiz Bagaskara

31

dimensi galeri+ edisi september 2016

Kampung Kota Giri Rindra Wardana

32

kisi : artisan galeri+ edisi september 2016

Do It Yourself Plastic Book Holder oleh : Dea S. & Dewi A., editor : Wulan H.

Haii...teman-teman, punya hobi membaca? Atau punya banyak koleksi buku tapi udah gak punya tempat penyimpanan? Tenang aja, kali ini kita mau kasih ide untuk book holder yang gampang dan simple.Book holder ini nantinya bisa mempercantik tampilan tempat buku kamu dan juga akan bikin buku kamu tersimpan rapi tanpa takut rusak akibat tercecer di tempat lain.

33

kisi : artisan galeri+ edisi september 2016

Jadi yang perlu kalian siapkan adalah :

34

kisi : artisan galeri+ edisi september 2016

Caranya gampang banget guys! Yuk ikutin langkah-langkahnya.

1

Langkah pertama yang kita lakukan adalah membersihkan permukaan jerigen

2

3

Selanjutnya, ambil spidol dan beri pola pada jerigen agar mempermudah kalian saat melakukan pemotongan.

Lalu, potong jerigen sesuai pola yang kalian berikan tadi menggunakan gunting / cutter.

4

Voila jadi deh book holder nya!

Easy to do serta bermanfaat mempercantik dan memaksimalkan tampilan ruangan disekeliling kamu. Jerigen ini juga bisa bebas dihias sesuai selera dan kreativitasmu loh.

Tertarik untuk membuatnya kan? Selamat berkreasi!

35

kisi : grafis galeri+ edisi september 2016

reporter : Mariska D., editor : Vina T.

sumber gambar: visualizingarchitectu

36

kisi : grafis galeri+ edisi september 2016

re.com

37

kisi : grafis galeri+ edisi september 2016

38

kisi : grafis galeri+ edisi september 2016

39

kisi : grafis galeri+ edisi september 2016

Ada banyak referensi gaya render dari beberapa perusahaan render internasional, antara lain MIR, Luxigon, Pixelflakes, Arqui9, TEGMARK, dan lainnya. Gambar yang bagus sebenarnya tergantung selera. Intinya adalah informasi arsitektural bisa diketahui oleh mereka yang melihat dan membuat "mata" nyaman saat melihat. Rendering tidak perlu sangat realistis dan terkesan gelap seperti MIR, tapi bisa dengan permainan cahaya dan glow seperti Luxigon. Atau tidak perlu dirender dengan V-Ray, tapi cukup export ke .JPG dan selesaikan di Photoshop seperti Arqui9.

40

apresiasi galeri+ edisi september 2016

SAYEMBARA AYODYA Reporter : Ririn N., Editor : Kartika P.

Berarsitektur tidak hanya di ruang kelas saja, mungkin ini yang diyakini dan juga dilakukan oleh beberapa mahasiswa arsitektur UNDIP beberapa saat lalu. Dua tim dari berbagai angkatan jurusan S1Arsitektur mengikuti sayembara Ayodya, yaitu mendesain masjid Ar-Rahman.

Keikutsertaan mahasiswa arsitektur UNDIP ini pun membuahkan hasil, yaitu menjadi juara 1 atas nama Zaky Rachman, dan Ria Ariyanti Oktora, dan menjadi juara harapan 1 atas nama Kurniawan Bayu Aji, Aprilea Sofiastuti Ariadi, dan Nurul Hidayat.

Berikut adalah karya dari tim Kurniawan Bayu Aji, dan Aprilea Sofiastuti Ariadi serta Nurul Hidayat yang berhasil menjadi juara harapan 1.

Kurniawan Bayu Aji

Aprilea Sofiastuti A

Nurul Hidayat

Kur niawan Bayuaji dan Aprilea Sofiastuti Ariadi adalah mahasiswa S1 teknik arsitektur UNDIP angkatan 2014 sedangkan Nurul Hidayat merupakan angkatan 2015.

41

‘Masjid ini menggunakan variasi struktur lain yang dapat menciptakan ruang bebas kolom tanpa perlu menggunakan kubah’ Konsep masjid ini merespon tantangan dari Perumahan PT Ayodya, sehingga untuk menciptakan sebuah bangunan yang ikonik, masjid ini menggunakan variasi struktur lain yang dapat menciptakan ruang bebas kolom tanpa perlu menggunakan kubah. “Waktu itu yang terpikir hanya bentuk segitiga yang saling mengunci dibagian atas, sehingga dengan begitu orang yang sholat safnya tidak akan terpotong kolom,” jelas Aji. Hal yang membuat karya ini berbeda dengan finalis lainnya, yaitu tentang bagaimana cara supaya kontur tanah yang terjal bisa dimanfaatkan, untuk membuat 3 level lantai sekaligus memanfaatkan tapak, sesuai dengan slogan Perumahan Ayodya sekarang yaitu “ Green Icon”. Leveling yang ada menciptakan sudut pandang yang s e m a k i n b e s a r ke t i k a p a ra u m a t menghadap ke imam. Suasana yang megah itu didukung dengan skylight yang mewakili keberadaan Allah, sekaligus digunakan sebagai sumber pencahayaan utama di dalam masjid. Meskipun akhirnya mendapat juara harapan 1, Kurniawan Bayu Aji, Aprilea Sofiastuti Ariadi , serta Nurul Hidayat telah memberikan hasil yang terbaik.

42

Kemudian karya dari tim Zakki Rachman dan Ria Ariyanti Oktora yang berhasil menjadi juara 1 di Sayembara Ayodya.

Zakki Rachman

Ria Ariyanti Oktora

Hal yang membuat karya ini berbeda dengan peserta lainnya, adalah munculnya bentuk segitiga yang diambil dari prinsip hubungan dalam kehidupan (Allah, manusia, alam). Dalam konsep ini tidak banyak mengubah kontur, hal tersebut dilakukan sebagai salah satu poin peduli terhadap lingkungan dan secara tidak langsung lebih ekonomis karena tidak banyak melakukan cut and fill pada lahan tersebut, namun tetap berusaha membuat desain yang merespon kontur.

Sebagai pemenang dalam Sayembara Ayodya ini tim Zakky Rachman, dan Ria Ariyanti Oktora saat ini sedang dikontrak oleh PT Ayodya Puri Nugraha sebagai arsitek untuk merealisasikan desain masjid Ar-Rahman dan sekarang dalam proses pengerjaan gambar kerja dan detail.

Mahasiswa Arsitektur sudah sepantasnya berkarya di luar lingkungan kampus, dan semoga teman – teman kita ini nantinya dapat menjadi motivasi bagi kita agar lebih rajin dan percaya diri dalam berkarya!

43

apresiasi galeri+ edisi september 2016

Harvard World Model United Nations: Fatimah Al Zahra reporter : Dea S., editor : Wulan H.

“

Fatimah Al Zahra yang biasa dipanggil Zahra, mewakili satu dari lima perwakilan Undip yang dikirim untuk mengikuti konferensi HWMUN di Rome, Italy.

44

“

apresiasi galeri+ edisi september 2016

Sebuah prestasi membanggakan datang dari salah satu perwakilan mahasiswa Jur usan Arsitektur Universitas Diponegoro, Fatimah Al Zahra yang berhasil terpilih sebagai salah satu delegasi dalam ajang Harvard World Model United Nations 2016 atau yang biasa disingkat HWMUN. HWMUN merupakan college level Model United Nations conference atau biasa disebut sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), konferensi berskala internasional yang diadakan oleh Universitas Harvard. Acara ini diadakan di tempat dan negara yang berbeda setiap tahunnya. Pada tahun ini, HWMUN diadakan di Rome, Italy dengan mengangkat tema "Future 25: Lesson from the Past and Global Institution" dan diikuti oleh mahasiswa dari lebih 115 negara.

Fatimah Al Zahra yang biasa dipanggil Z a h r a , m ew a k i l i s a t u d a r i l i m a perwakilan Undip yang dikirim untuk mengikuti konferensi HWMUN di Rome, Italy. Serangkaian tes sudah ia lewati untuk dapat lolos mengikuti HWMUN. Di usianya yang baru menginjak 18 tahun, mahasiswa yang juga tergabung dalam AIESEC Undip dan terkenal ambisius ini memang memiliki cita-cita untuk menorehkan prestasi yang sebanyakbanyaknya.

Untuk mengikuti kegiatan HWMUN, berbagai latihan simulasi juga ia lakukan bersama delegasi lainnya.

Zahra mengatakan, untuk bisa mengikuti HWMUN mahasiswa memang harus aktif mencari informasi, kritis, perbanyak sharing dengan teman atau siapa saja, dan yang terpenting harus bisa berbahasa Inggris, karena akan banyak ilmu yang didapat dari mengikuti kegiatan ber taraf internasional tersebut.

“Ilmu yang aku dapat adalah play hard, work harder! Aku suka banget sama atmosphere yang sangat ambisius, tapi anak-anaknya tetep break the dance floor everynight!" ungkap Zahra. Zahra juga berharap dengan diadakannya HWMUN ini dapat menjadi platform bagi mahasiswa yang berminat dalam bidang sosial politik untuk bisa mengembangkan dan menyalurkan kemampuan mereka agar menjadi lebih kritis.

45

apresiasi galeri+ edisi september 2016

M G

E U

J Y U

A B

reporter : Aghnia N., editor : Hastya I.

“Meja Guyub”, sebuah meja dan kursi terintegrasi yang portable dan ergonomis untuk berkumpul dan berinteraksi, sebagai s o l u s i r u a n g b e r k u m p u l wa rga d i permukiman padat penduduk.

Berawal dari kekhawatiran akan kebiasaan masyarakat Indonesia yang senang mengadakan kumpul bersama untuk menciptakan rasa kebersamaan atau guyub yang sudah mulai hilang karena kurangnya tempat atau sarana untuk perkumpulan warga, ditambah lahan yang s e m a k i n s e m p i t ka re n a m a r a k n ya pembangunan yang berdampak pada hilangnya rasa kebersamaan tersebut, melalui PKM – Karsa Cipta dengan tema

46

“Meja Guyub”, tim Arsitektur Undip yang beranggotakan Giri Rindra W., Vinisora S. D., Miranda N. T., dan Devany Aulia, mencoba memberikan solusi dengan membuat sebuah konsep meja dan kursi terintegrasi yang portable dan ergonomis sehingga dapat ditempatkan dimana pun, bahkan dilahan yang sempit sekalipun.

Dimana meja guyub ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali rasa kebersamaan atau guyub di tengah-tengah kehidupan bermasyakat.

atas : Menristek dikti dan Rektor undip mencoba menduduki meja guyub,bawah : realisasi desain meja guyub

Desain Meja Guyub dibuat modular, artinya dapat disusun dan dikombinasikan sesuai jumlah kebutuhan pengguna. Kapasitas Meja Guyub ini dapat digunakan hingga 4 orang dengan desain berhadap-hadapan, sehingga tercapai definisi dari “guyub” atau yang berarti “berkumpul”. Desain 4 sisi dan kursi yang bisa dilipat secara fleksibel memungkinkan untuk menyusun meja guyub dengan bebrapa alternatif yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan.

Misalnya, salah satu kursi dapat dilipat sehingga meja dapat tersambung satu dengan yang lainnya.

Konsep dari Meja Guyub sendiri adalah bagaimana meja ini bisa mengakomodasi r uang duduk dan mengobrol untuk masyarakat secara fleksibel. Meja guyub merupakan meja dan kursi terintegrasi yang dapat dilipat atau di transformasikan dengan mudah, sehingga dengan didukung material yang ringan, meja guyub mudah untuk dibawa kemana-mana.

“Menurut saya, meja guyub itu merupakan proses berpikir, kami sebagai mahasiswa arsitektur dapat menyalurkan ide yang bermanfaat untuk masyarakat, salah satu caranya melalui PKM ini. Namun sangat disayangkan gagasan ini belum bisa lolos hingga Pimnas, namun PKM Meja Guyub pada Juni lalu sempat berpartisipasi pada expo produk PKM di Widya Puraya Undip..”

Ujar Giri.

47

karya galeri+ edisi september 2016

Rumah Asuh Yori Antar reporter : Ulfa F, editor : Hastya I.

Sumber: www.vimeo.com

Tidak pas rasanya membicarakan arsitektur nusantara tanpa membicarakan Yori Antar.Menjadi putra seorang arsitek terkenal, Han Awal, Gregorius Antar Awalatau yang lebih akrab disapa Yori Antar memang sudah tidak asing lagi dalam dunia arsitektur.Sosok tekun dan gigih untuk menampilkan sebuah lokalitas budaya Indonesia, membuat Yori semakin giat menggali ilmu arsitektur lokal, mendokumentasikan, dan membangun kembali arsitektur nusantara.

48

Sumber: www.menujutimur.com

Bukti pengabdian Yori Antar untuk nusantara yakni melalui gerakan rumah asuh yang telah berdiri sejak tahun 2008.Telah berjalan kurang lebih 8 tahun,gerakan tersebut meraih penghargaan diantaranya shor t list n o m i n a t i o n A g a K h a n Aw a r d fo r Architecture 2013 untuk Desa Wae Rebo, Award of Excellence 2012 UNESCO AsiaPasific Awards kategori Cultural Heritage Conservation Mbaru Niang di Nusa Te n g g a r a T i m u r , s e r t a I A I Award 2011 untuk Konservasi Rumah Tradisional WaeRebo.

Tidak hanya sendiri,Yori juga mengajak para mahasiswa terpilih untuk belajar serta turun langsung ke lapangan dan berinteraksi secara langsung kepada para pemangku adat dan masyarakat setempat selama kurang lebih setengah bulan dalam membangun dan melestarikan rumah tinggal mereka.

Selain sebagai sarana belajar bagi mahasiswa dari jurusan arsitektur, program Rumah Asuh yang didukung oleh

para donatur/philantropis, akedemis, bersama masyarakat setempat sudah berjalan di daerah Wae Rebo-Flores beberapa rumah adat di Nias, pembangunan ke m b a l i r u m a h - r u m a h d i d e s a a d a t Ratenggaro, Wainyapu, dan Rumah Budaya di Waetabula, Sumba Barat Daya, dan Balai Per temuanuntukMusyawarahAdat Lobo Ngata Toro di Sulawesi Tengah ini juga menjadi sebuah proses pembelajaran dan regenerasi diturunkannya ilmu membangun rumah tradisional kepada generasi masa depan, baik secara metode lisan-tradisional antara para tetua adat dan generasi muda penerus,maupun metode tulisan-akademis (dikutip dari goodnewsindonesia.org) Saat ini pun pastinya masih terus dibutuhkan orang-orang der mawan dan tentunya mengerti dan peduli dengan arsitektur nusantara untuk bersama-sama melakukan gerakan seperti apa yang telah dilakukan Yori Antar demi menyelamatkan ilmu-ilmu arsitektur nusantara dan mencegahnya dari kepunahan zaman.

49

karya galeri+ edisi september 2016

bandung.go

Ridwan Kamil & Satu Arsitek Satu Kelurahan reporter : Laras, editor : Hastya I.

50

karya galeri+ edisi september 2016

Terpilihnya Bandung sebagai salah satu Creative Cities Network UNESCO makin memantapkan tekad Ridwan Kamil atau yang lebih akrab disapa “Kang Emil” ini untuk memoles Kota Bandung. Sejak dirinya terpilih menjadi Walikota Bandung pada 2013 lalu, ide-ide kreatif yang diusungnya lewat berbagai program di Kota Bandung telah banyak merubah “wajah” Bandung menjadi lebih menarik. Salah satu programnya yang belum lama berlangsung, Satu Arsitek Satu Kelurahan,

Program Satu Arsitek Satu Kelurahan ini sudah mulai berjalan sejak awal Februari 2016 lalu. Kurang lebih 110 arsitek yang terdaftar dalam program ini berasal dari komunitas arsitek, IAI Jawa Barat, maupun yang mendaftar langsung lewat Pemkot Bandung. Para arsitek ini ditempatkan di tiap tiap kelurahan di Kota Bandung sebagai penasehat dan pemberi gagasan perihal masalah penataan wilayah kelurahan maupun infrastrukturnya [3].

menjadi salah satu langkahnya untuk membenahi Kota Bandung di setiap sisinya.

Latar belakang Kang Emil sebagai arsitek m e m bu a t d i r i nya b a nya k m e m b e r i masukan dalam menata Kota Bandung.

Jantung Kota Bandung yang tadinya terlihat kurang tertata, kini mulai terlihat apik. Kang Emil menginginkan penataan Kota Bandung secara keseluruhan. Hal itulah yang mendasari terciptanya program Satu Arsitek Satu Kelurahan. Program ini diharapkan dapat menjadi solusi bagi masyarakat Kota Bandung untuk menata ruang publiknya masing-masing yang selama ini belum terpantau[1]. Selain itu,

Arsitek-arsitek profesional yang tergabung dalam program Satu Arsitek Satu Kelurahan ini diberikan amanat langsung oleh Ridwan Kamil untuk membantu membenahi Kota Bandung.

Mereka bekerja mengabdi untuk kota Bandung secara sukarela, tanpa bayaran secara profesional. Alokasi dana hanya digunakan untuk per temuan-per temuan dan rapat dengan warga di kelurahan. Kang Emil berharap, dengan hadirnya arsitekarsitek ini mereka dapat membantu memecahkan permasalahanpermasalahan tata kota di Bandung[4].

(La/Galeri+)

hadirnya satu arsitek di tiap kelurahan ini [2]

juga sebagai salah satu upaya Pemeritah Kota Bandung untuk membuktikan bahwa Bandung layak menjadi salah satu Creative Cities Network UNESCO[2].

Dendi Ramdhani. Tanpa "Fee", 110 Arsitek Dampingi Aparat Kelurahan di

Bandung. Kompas. Diakses dari http://regional.kompas.com/read/2016/02/11/16405571/Tanpa.Fee.110.Arsitek.

Dampingi.Aparat.Kelurahan.di.Bandung pada 11 Juli 2016. Dalam wawancaranya, program Satu Arsitek, Satu Kelurahan menjadi salah satu bentuk keseriusan Pemkot Bandung untuk menata Bandung setelah dinobatkan sebagai CCN oleh UNESCO.

[1]

Avitia Nurmatari. Ridwan Kamil Ingin 151 Kelurahan di Kota Bandung

Didampingi Arsitek. Detiknews. Diakses dari http://news.detik.com/jawabarat/3086064/ridwan-kamil-ingin-151-kelurahandi-kota-bandung-didampingi-arsitek pada 11 Juli 2016

[3]

Hera Erawan. Walikota Bandung Terapkan Program 1 Arsitek 1 Kelurahan.

Bandung Juara. Diakses dari http://bandungjuara.com/berita/walikotabandung-terapkan-program-1-arsitek-1-kelurahan.html pada 11 Juli 2016.

51

karya galeri+ edisi september 2016

KAMPUNGNESIA

PEMBELAJARAN Y A N G M E L I R I K R A K Y A T reporter : aghnia, editor : hastya

sumber gambar : kampungnesia

52

Tak dapat di p ungkiri, kehidupan

Ramdhon (Sosiologi) dan

kaum urban pada awalnya dimotori oleh

Ku s u m a n i n g d ya h N . H ( A r s i t e k t u r )

kehidupan kampung. Berawal dar i

memprakarsai proyek yang ber tajuk

kampung inilah nilai dan identitas sebuah kota dibangun, meskipun pada

Kampungnesia pada tahun 2011.

Kampungnesia merupakan sebuah

akhirnya terkikis oleh modernisasi. Kini

komunitas

kota berubah secara cepat, sehingga

Sosiologi, Arsitektur, serta Perencanaan

perlu diimbangi dengan kemampuan

Wilayah dan Kota, Universitas Sebelas

gabungan dari mahasiswa

warganya untuk memahami perubahan

Maret (UNS) Surakar ta.

sekaligus mengadaptasi dampak dari

komunitas ini, mahasiswa diajak untuk

Di dalam

perubahan tersebut. Menyadari akan

belajar di luar kelas dan terjun langsung

peran penting sebuah kampung-kota,

di

masyarakat. Dengan kombinasi

dosen Universitas Negeri Sebelas Maret

s ke m a d i l u a r ke l a s ,

(UNS) Surakar ta, yakni Akhmad

diharapkan mampu memahami berbagai

m a h a s i swa

karya galeri+ edisi september 2016

perspektif yang hadir di masyarakat,

Sepak terjang Kampungnesia

serta realitas di lapangan.

P r oye k s e d e r h a n a i n i b e r u p a

tidak dapat dikatakan mudah pada masa awal berdiri. Kehadirannya ditanggapi

pendokumentasian kota Solo melalui

oleh respon yang berbeda-beda, baik

kampung-kampungnya. Bentuk

dari warga maupun antusiasme

dokumentasi tersebut ber upa foto,

mahasiswa dalam mengerjakannya.

v i d e o, bu k u , j u g a d e s a i n m a ke t

Pola pendokumentasian yang tepat,

kampung hasil kerja sama mahasiswa

membuat masing-masing elemen

Arsitektur UNS dan warga. Buku yang

mampu bekerja secara optimal,

telah dihasilkan oleh Kampungnesia

sehingga respon balik positif dar i

d i a n t a ra nya Ka m p u n g ( Ko ta ) K i ta

warga-komunitas yang menjadi modal

(dicetak pada 2013); Kota, Klub dan

terbesar dapat diperoleh, setidaknya

Pa s o e p a t i ( 2 0 1 5 ) ; d a n M e raya ka n Negara Mematrikan Tradisi (2016). Dari

pada fase 2-3 tahun terakhir.

Proses dokumentasi kampung-

pendokumentasian tersebut, kita dapat

kota memberikan sumbangan produksi

mengetahui banyak hal seperti sejarah,

pengetahuan secara kolektif oleh dan

dinamika, potensi fisik dan non fisik

bagi warga, sehingga

bangunan. Untuk menarik minat anak

atas kampung-kota tidak dimonopoli

pengetahuan

muda, hasil dokumentasi juga

oleh kepentingan perorangan. Pada

dipublikasikan melalui berbagai sosial

akhirnya, perubahan atas kota

m e d i a , s e p e r t i t w i t t e r, f a c e b o o k ,

didasarkan pada pengetahuan yang

instagram, serta web resmi

dihasilkan bersama. Maka dari itu,

kampungnesia.

Hadir nya Kampungnesia tentu

pendokumentasian sebuah kota dinilai penting agar perubahan kota tetap

memiliki andil dan peran penting dalam

b e r p e g a n g ko ko h d e n g a n p o n d a s i

kehidupan masyarakat saat ini. Ide untuk mendokumentasikan beragam

sejarah dan tidak tumbuh dengan liar.

Sebagai mahasiswa, kita harus

d i m e n s i p e r u b a h a n k a m p u n g - ko t a

berperan aktif atas perubahan

menjadikan pengetahuan atas kota

lingkungan sekitar. Tanpa kemampuan

dapat dipahami lebih baik oleh setiap

memahami, kemauan, serta menjadi

lapisan warga masyarakat tanpa

bagian dari lingkungan sekitar, maka

terkecuali.

kampus akan tumbuh terasing dari dinamika kehidupan sosial yang ada.

53

studi galeri+ edisi september 2016

modernus

,editor : Hastya I.

54

studyblue.com

the enlighment Renaissance

55

studi galeri+ edisi september 2016

feathr.com

The First Machine Age

the second Machine Age

Malgrave, Harry Francis dan Goodman, David. 2011. An Introduction to Architectural Theory: 1968 to the Present. John Wiley & Sons Ltd.: West Sussex. ISBN: 978-1-4051-8063-4 Malgrave, Harry Francis. 2005. Modern Architectural Theory: A Historical Survey 1673-1968. Cambridge University Press: New York. ISBN: 978-0511-11134-1 Kusumawijaya, Sigit. 2001. “Sejarah Lahirnya Arsitektur Modern” dalam sigitkusumawijaya.com dipublikasikan pada 8 Juni 2001 diakses pada 28 Maret 2016 dar i laman http://sigitkusumawijaya.com/?p=25 Yakub, Novriansyah. “Timeline of Architecture Style” dalam atelierriri.com dipublikasikan pada 2016 diakses pada 28 Maret 2016 dari laman http://atelierriri.com/blog/?page_id=41.

Setiawan, Ebta. 2016. “Modern” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring 2012-2016 diakses pada 28 Maret 2016 dari laman http://kbbi.web.id/modern.

Waters, Suzanne. 2016. “Modernism” dalam Royal Institute of British Architect (architecture.com) diakses pada 28 M a r e t 2 0 1 6 d a r i l a m a n https://www.architecture.com/Explore/ArchitecturalStyles/Mode rnism.aspx

International Style

form follow fuction

56

studi galeri+ edisi september 2016

Mainan untuk Anak-Anak Tambak Lorok

reporter : Laras, editor : Hastya I.

Estetika Bentuk 2 adalah salah satu mata kuliah wajib yang ditempuh oleh mahasiswa DAFT Undip. Mata kuliah ini diberikan agar mahasiwa mampu meksplorasi bentuk-bentuk dasar

menjadi bentuk yang lebih estetis dengan proporsi yang seimbang. Pada periode 2016, ada yang berbeda dari tugas akhir Estetika Bentuk 2. Tugas akhir yang biasanya ditugaskan untuk membuat eksplorasi bentuk, kali ini diwujudkan dalam tugas yang berbeda, yaitu membuat desain mainan untuk anak-anak di TK Seroja, TambakLorok.

Stefanus dan Diena, adalah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Estetika Bentuk 2 bersama 11 orang lainnya yang merupakan tim sekelompok. Mereka mendesain mainan yang cukup besar untuk tugas ini, yaitu berupa ayunan. Pemilihan ayunan sebagai mainan bukan tanpa alasan, dalam tugas ini mereka berusaha mencari mainan yang bukan hanyabesar, namun juga bermanfaat untuk anak-anak.

Hal ini didasarkan pada keadaan TK Seroja sendiri yang saat itu belum memiliki mainan outdoor berukuran besar yang dapat digun a k a n b e r s a m a - s a m a .

57

studi galeri+ edisi september 2016

Tercetusnya ide ini didasarkan pada keberadaan kapal yang sangat erat dengan kehidupan di kampung nelayan Tambak Lorok. Bentuk setengah lingkaran dipilih agar nantinya ayunan dapat berayun tanpa memerlukan besi yang menumpu ayunan.

Pertimbangan pemilihan empat warna dasar yaitu merah, kuning, biru dan hijau yang menjadi warna ayunan dimaksudkan agar ayunan tampil menarik, selain sebagai mainan juga sebagai pengenal warna dasar pada anak-anak.

Mendesain mainan mungkin terkesan sederhana, namun ternyata memiliki kesulitan tersendiri. Ini adalah pertama kalinya mereka mendesain mainan untuk anak-anak. Menurutnya, mendesain mainan anak-anak berbeda dengan kegiatannya sebagai mahasiswa arsitektur yang pada umumnya mendesain bangunan. Selain str uktur nya yang berbeda, banyak hal yang harus diper timbangkan dalam mendesain mainan. Jika bangunan sudah memiliki ukuran standar baku sendiri, mainan sifatnya lebih fleksibel. Pertimbangan apakah mainan itu bisa diterima atau tidak nantinya, faktor keamanan dan pemilihan warna mengingat penggunanya adalah anak-anak, dan manfaat keberadaan mainan nantinya, menjadi beberapa hal yang penting untuk diperhatikan.

Desain ayunan ini dihasilkan dari penggodokan konsep yang cukup lama. Ide membuat ayunan awalnya terinspirasi dari kapal yang terombang-ambing.

58

Anak-anak di TK Seroja terlihat sangat antuasias saat ayunan diantarkan ke Balai Seroja pada bulan Mei lalu. Bagi Diena, berbagi dengan mereka merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga. Adanya tugas ini menjadi sarana pengabdian masyarakat dan kontribusi nyata untuk masyarakat, khususnya masyarakat di kampung nelayan Tambak Lorok. Stefanus dan Diena berharap adanya kegiatan seperti ini dilaksanakan rutin. [La/ Galeri+]

studi galeri+ edisi september 2016

Ondang Gifari Cholis

reporter : Laras, editor : Hastya I.

59

studi galeri+ edisi september 2016

Pendekatan Hysteria dilakukan secara perlahan ke masyarakat. Karena basisnya seni, banyak program yang dapat dilakukan untuk pendekatan, misalnya saja Grobak Bioskop, art festival, dan lain –lain. kampung Bustaman, adalah kampung yang menjadi pilot project dari salah satu proyek Hysteria, yaitu Peka Kota. Keberadaan kampung Bustaman yang dahulu hanya merupakan kampung biasa, kini menjadi kampung yang secara tak langsung menjadi kampung pariwisata dengan masyarakatnya yang lebih terbuka mengenai informasi dan sejarah kampungnya. Seiring berjalannya waktu, kampung Bustaman semakin mandiri mengadakan proyek-proyek untuk pengembangan kampungnya sendiri.

60

60

studi galeri+ edisi september 2016

Tidak selesai hanya dengan Kampung

Mereka bahkan tak ragu untuk

Bustaman. Hysteria juga melalukan

memberikan pendapatnya dan ikut

pendekatan secara perlahan ke wilayah

berdiskusi lebih lanjut terhadap proyek-

lainnya. Proyek besar yang akan

proyek yang diadakan di kampungnya.

diadakan Hysteria sekitar akhir Juli

Keberadaan Hysteria pada akhirnya

2016 nanti adalah festival seni di

h a nya s e b a g a i “ p e m a n t i k ” ya n g

Kampung Kemijen. Lewat proyek

menyadarkan masyarakat betapa

tersebut, Hysteria berharap mereka

pentingnya menjaga dan

dapat mengenalkan kembali asal usul,

mengembangkan kampung mereka.

sejarah, dan budaya kampung mereka kembali ke masyarakatnya. Ondang

Bagi Ondang, yang awalnya tidak

berpendapat bahwa sejarah akan

memiliki tujuan khusus bergabung

menjadi kekuatan, saat pembangunan

dengan Hysteria, menjadi bagian

yang mulai mencoba per lahan

dalam kelompok ini memiliki

menghilangkan kampung kuno mereka.

ke u n t u n g a n t e r s e n d i r i . S e b a g a i

Ia akan sadar betapa berharga dan

mahasiswa arsitektur, terjun langsung

pentingnya keberadaan kampung

ke tengah-tengah masyarakat dan

mereka sebagai bagian dari sejarah dan

lingkungannya, serta bertemu banyak

pusaka kota semarang.

orang dengan berbagai latar belakang

Ta n g g a p a n d a r i m a s y a r a k a t -

baginya dalam desain. Selain

disiplin ilmu, dapat menjadi inspirasi masyarakat yang kampungnya menjadi

menambah pengetahuan dan relasi,

bagian dar i proyek-proyek yang

bergabung dengan Hysteria juga

diadakan hysteria selama ini sangatlah

membuka pemikirannya tentang banyak hal dan tentu saja mengasyikkan. [La/

positif.

Galeri+]

“

“

Sebagai mahasiswa arsitektur, terjun langsung ke tengah-tengah masyarakat dan lingkungannya,

serta bertemu banyak orang dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu,

dapat menjadi inspirasi baginya dalam desain

61

dimensi galeri+ edisi september 2016

Pojok Kenangan Ricky Mandala

62

63

nusantara galeri+ edisi september 2016

Reporter : Ulfa Faradila, Editor : Kartika P.

64

65

rekomendasi galeri+ edisi september 2016

Reporter : Dea S., Editor : Wulan H.

Ashshabaab, sebuah restoran mungil yang terletak di Jalan Kelud Raya (di samping masjid At -Taqwa), Semarang. Restoran Ashshabaab menyajikan tema yang berbeda dari restoran lainnya. Pengunjung restoran ini akan disuguhkan fasilitas yang nyaman dan bernuansa islami, selain itu aneka menu m a k a n a n d a n m i nu m a n ya n g t e r s e d i a dipastikan 100% halal dan thayyib (halal dan baik).

Kata Ashshabaab berarti kawula muda dalam bahasa Arab, mengingat sebagian besar dari pengunjung restoran ini juga anak muda. Tidak hanya menyajikan makanan ala barat seperti pizza, spaghetti, burger, hot sausage, steak, rice bowl, dan aneka snack, restoran Ashshabaab juga menyajikan makanan ala timur tengah, yaitu nasi kebuli khusus pada hari Jum'at.

Jam operasional restoran Ashshabaab yaitu pada hari Selasa-Jum'at pukul 12.00-21.30 WIB. Khusus hari Jum'at, restoran buka setelah shalat Jum'at sampai pukul 21.30 WIB. Sedangkan hari Sabtu-Minggu pukul 12.0023.00 WIB dan hari Senin libur. Jadi jangan lupa mampir guys, karena makanan di restoran ini dijamin lezat dan halal!

Ps: Khusus mahasiswa arsitektur akan diberikan harga discount loh, karena owner restoran ini dulunya juga mahasiswa arsitektur.Yeay!

66

rekomendasi galeri+ edisi september 2016

67

propaganda galeri+ edisi september 2016

68 Oleh : Firman Rasyadi Faza

Sudah berkarya apa hari ini, Kawan? Agent of change bukan hanya slogan semata, setelah lulus nan mahasiswa ditujukan untuk menciptakan perubahan yang lebih baik di lingkungan dan masyarakat. Di tahun 2016, HMA Amoghasida mengajak teman-teman Arsitektur Undip untuk semakin memahami ar dari agent of change tersebut, sadar akan keilmuan yang dimiliki, kemudian banyak berkarya dan berprestasi sebagai media la h mencipta inovasi-inovasi, untuk melahirkan solusi terhadap berbagai masalah lingkungan dan masyarakat.

Arsitektur? Jaya! Amoghasida? Satu tekad jaya abadi!

Ricky Mandala (Kahim HMA16)

www.amoghasida.com @gfd4490j @amoghasida

HMA Amoghasida

@Amoghasida