Majalah Diffa Edisi 04 - April 2011

Page 64

berupa piranti lunak pembaca layar untuk membuat tunanetra dapat bekerja dengan menggunakan komputer. Saat karyawan tunanetra harus bekerja dengan mesin-mesin yang menggunakan fasilitas layar sentuh, karyawan tunanetra diberi kesempatan melakukan adaptasi teradap mesin tersebut agar dapat menggunakan secara lebih mandiri. Caranya, menempelkan tanda-tanda Braille pada titik-titik yang berfungsi sebagai tombol operasional mesin tersebut. Pada dinding bagian atas tempat berada peralatan tersebut dipasang tulisan “dilarang membuang tanda-tanda Braille di mesin ini”. Hal ini perlu dilakukan, mengingat mesin atau alat berlayar sentuh ini digunakan banyak karyawan. Saat menerima karyawan pengguna kursi roda, dan kantor mereka belum memiliki fasilitas khusus untuk mereka, penempatan dilakukan di tempat yang paling memungkinkan dan memudahkan pengguna kursi roda. SCB menjalin komunikasi dengan pengelola gedung tempat mereka berkantor untuk membangun ram, agar karyawan pengguna kursi roda dapat masuk ke gedung dengan lebih mudah. Lokasi parkir khusus pun disediakan bagi karyawan penyandang tunadaksa yang menggunakan motor khusus. Penempatan karyawan pengguna kursi roda di dalam ruangan juga dilakukan di posisi yang memudahkan mereka melakukan mobilitas, yaitu di awal deretan. Karena toilet umum berpintu sempit, karyawan pengguna kursi roda diberi prioritas menggunakan toilet eksekutif, yaitu toilet untuk para bos yang pintunya lebih lebar, sehingga pengguna kursi roda dapat masuk dan keluar toilet dengan mudah. Pengguna kursi roda membutuhkan tempat untuk sejenak berbaring setelah sekian lama duduk di kursi roda. Tempat itu pun disediakan. Karena pengguna kursi roda umumnya tidak dapat menggunakan fasilitas transportasi umum, sehingga harus menggunakan pengantar pribadi, biaya untuk keperluan ini pun dimasukkan dalam basic salary mereka. Admosfer “komunitas yang inklusif” sangat terasa di bank ini. Mulai petugas keamanan hingga level pemimpin memiliki semangat itu. Tentu hal ini tidak terjadi secara instan, tetapi melalui proses belajar dan kemauan yang baik untuk belajar memahami. Saat Mitra Netra, lembaga yang memusatkan aktivitas pada pemberdayaan tunanetra, menempatkan seorang tunanetra bekerja di SCB, sesi sensitivitas pada penyandang disabilitas atau disability awareness pun diadakan bagi karyawan di bank ini. Sesi itu diikuti karyawan yang berada satu divisi dengan staf yang tunanetra. Namun, kelompok kecil ini kemudian berfungsi sebagai “agen perubahan” dengan menularkan pengetahuan praktis yang dimilikinya kepada karyawan-karyawan lain. Selanjutnya, pihak bank juga mengadakan briefing untuk petugas keamanan, baik di level pengelola gedung maupun di internal perusahaan. Dampak dari itu semua terasa kemudian. Saat tim redaksi diffa datang meliput, dan di antara tim tersebut ada seorang tunanetra, mendapat pengecualian saat memasuki gedung. Ia tidak perlu melalui pintu sekuriti yang harus dibuka dengan menggesekkan kartu tanda pengenal pengunjung, tetapi masuk melalui pintu khusus yang memang disediakan untuk orang-orang yang membutuhkannya. Berbeda dalam harmoni. Tidak hanya indah saat diucapkan, namun juga indah saat diterapkan. Let’s make our world as a better place for everybody. n Aria Indrawati

64 Edisi 04 April ok.indd 64

EDISI 04-APRIL 2011

diffa 3/21/11 4:40 PM


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.