

SEPATAH KATA
Assalamualaikum Wr. Wb., salam sejahtera untuk kita semua
Salam cerdas dan bermoral!
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala kesempatan serta berkah yang telah diberikan, sehingga FSC mampu menerbitkan Sagazine Vol. 1 Edisi “FSC and In Depth about Forestry”. Terima kasih serta apresiasi yang luar biasa kepada teman-teman FSC Kabinet Leureka yang telah Menyusun Sagazine Vol. 2 Edisi “FSC and In Depth about Forestry” terutama Department of Media and Authorship, serta pihak lainnya yang berperan untuk mengisi Sagazine. Sagazine hadir sebagai karya dan inovasi satu dari dua edisi terakhir di Kabinet Leureka. Sagazine berisikan tentang ilmu pengetahuan, karya, serta wadah publikasi anggota FSC serta giat kerja dari tiap departemen di FSC. Dengan terbitnya Sagazine, semoga dapat menjadi jendela bagi pembaca untuk mengetahui lebih dalam tentang organisasi FSC di Fakultas Kehutanan UGM. Layaknya pohon yang menjadi sumber inspirasi penemuan Gravitasi oleh Newton, semoga Sagazine menjadi sumber kebermanfaatan ilmu dan menginspirasi bagi semua khalayak.

Terima kasih dan selamat membaca!!
Wassalamualaikum Wr. Wb.
TIM PENYUSUN
Koordinator Umum
Elmo Alvin Ananta (MH 2022)
Editor Ahmad Syauqi Yasykurriono (Silvi 2022) Haryo Annas Fadhilah (MH 2022)
Kurator
Farihatul Ibriza (KSDH 2022) Jiil Apriliyani (KSDH 2022) Salsabila Ajeng S. K. (GF 2021)
Penulis
Septia Maharani Sinaga (GF 2021) Fitriasari Hidayati (GF 2021) Nurlita Uswatun K. (GF 2021)
Layouter Imron Budi Santoso (MH 2022) Ahmad Syauqi Yasykurriono (Silvikultur 2022)
INTRODUCING KABINET LEUREKA
PIMPINAN
Pimpinan FSC terdiri dari seorang president atau biasa dike nal juga sebagai ketua dan dua orang vice president atau biasa dikenal sebagai wakil. Pimpinan ini memiliki peran yang sangat penting dalam FSC, karena memiliki tanggung jawab dalam membawa nama besar FSC dan memastikan seluruh anggota yang terlibat dapat menjalankan target setiap program kerja dengan baik. President menjalankan tugas pokok dan fungsi mengenai visi dan misi yang dibawa pada masa periode kabinet dan vice president menjalankan tugas pokok dan fungsinya dalam membantu president.
SECRETARY
Departemen sekretaris merupakan departemen yang menjalankan tugas pokok dan fungsi mengenai pengurusan administrasi dalam organisasi FSC 2022. Selain itu, sekretaris berperan penting menjadi kepanjangan tangan dari para pimpinan dan menjadi perantara pimpinan kepada seluruh anggota.
FINANCE
Departemen keuangan ini merupakan departemen yang bertugas mengatur dan mengurus persoalan keuangan FSC. Dana yang diurus adalah dana masuk dan dana kelu ar, serta melakukan manajemen keuangan FSC agar dapat digunakan dengan sebaik mungkin.

PUBLIC RELATION (PR)
PR memiliki fungsi serupa humas dalam organisasi FSC. PR bergerak dalam kegiatan jaringan dan juga kerjasama. Kegiatan yang dilakukan PR berada dalam ranah interaksi, hubungan, serta kerjasama baik antarkelompok studi di UGM maupun lingkup internal Fakultas Kehutanan UGM.
INTRODUCING FSC LEUREKA 2022
FORESTRY BUSINESS UNIT (FBU)
FBU dikenal sebagai departemen yang dapat menghasil pemasukan kas tambahan bagi FSC. FBU bergerak dalam kegiatan kewirausahaan sehingga menghasilkan sumber dana untuk kegiatan FSC selain dana pengajuan proposal. FBU juga bertujuan membentuk rimbawan yang mandiri, cerdas, dan bermoral dalam bidang kewirausahaan dengan ide-ide yang kreatif.
FORESTRY RESEARCH (FORIS)
FORIS merupakan departemen yang aktif bergerak men jalankan tugas pokok dan fungsi dalam kegiatan penelitian. Setiap tahunnya, FORIS melakukan penelitian yang berkaitan dengan kehutanan dimana hasil penelitian yang diperoleh dapat disebarluaskan atau dipaparkan kepada masyarakat umum.
MEMBERSHIP AND COMPETENCY DEVELOPMENT (MCD)
MCD merupakan departemen yang mengurus kegiatan pengembangan kompetensi internal FSC. Selain itu, departe men ini merupakan hasil gabungan dari Human and Resource Development dan Departemen Pengembangan Kompetensi.

MEDIA AND AUTHORSHIP (MA)
MA merupakan departemen dalam FSC yang fokus men jalankan tugas dan fungsi dalam hal kepenulisan dan media. Tugas dan fungsi ini ditujukan untuk memberi informasi penting mengenai FSC melalui media daring (sosial media) mau pun media cetak dan sebagai branding FSC FKT UGM. MA juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis anggota FSC.
RUBRIK OPINI
MITIGASI TERHADAP PERUBAHAN IKLIM, MASYARAKAT BANGUN PROKLIM
Persoalan iklim seperti ini sudah menjadi pembahasan yang lumrah di masyarakat yang tak kunjung reda penyelesaiannya. Berbagai solusi dihadirkan untuk menanggulangi dampak negatif dari perubahan iklim, seperti menggalakkan reboisasi, rehabilita si lahan, mengkampanyekan bahan bakar ramah lingkungan, dan lain sebagainya. Dalam menyiasati polemik perubahan iklim, Ke menterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencanang kan suatu program nasional di tingkat tapak berbasis masyarakat sebagai salah satu bentuk penguatan kapasitas adaptasi dan mitigasi isu perubahan iklim global yakni Program Kampung Iklim (ProKlim). ProKlim menerapkan skema pola hidup minim Gas Ru mah Kaca (GRK) yang notabene merupakan penyebab perubahan iklim. ProKlim secara tidak langsung membumikan isu global pe rubahan iklim kepada masyarakat, sehingga mereka lebih aware terhadap isu tersebut. Program Kampung Iklim yang sudah mendapat banyak dukungan tersebut patut segera dilaksanakan. Program Kampung Iklim (ProKlim) dapat dikonsepkan dengan menyusun kegiatan awal yang menggerakkan masyarakat memiliki satu tujuan dan pemikiran dalam menciptakan kampung yang sadar akan peruba han iklim. Selain itu, dapat menciptakan iklim pada tapak wilayah administratif pada RW atau RT tersebut. Penggerakan masyarakat dapat dilakukan secara bertahap dengan metode sosialisasi dan diskusi ringan yang menyadarkan masyarakat akan pentingnya perubahan iklim yang ekstrem dan membuat ketidakstabilan imu nitas tubuh sehingga sangat mengganggu aktivitas manusia itu sendiri. Pada tahap selanjutnya masyarakat diberikan penguatan terkait manfaat dan tujuan pentingnya ProKlim. Kemudian, mem berikan konsep pembangunan lingkungan kampung tersebut. Pada pembuatan konsep ini perlu dimatangkan betul mengenai apa manfaat dan akibat di masa mendatang. Setelah melakukan penguatan terkait manfaat dan tujuan pentingnya ProKlim, maka dilakukanlah perencanaan kegiatan yang mempengaruhi perubahan iklim tersebut seperti tidak menambah aktivitas dan penggunaan peralatan yang dapat meningkatkan suhu lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pencegahan den gan melakukan banyak penanaman tanaman monokultur dengan tetap mengedepankan fungsi pangan dan jasa lingkungan dalam penyerapan karbon, menanam beberapa pohon sebagai perin dang, dan memaksimalkan serapan karbon. Apabila masyarakat tidak ingin membuat langkah tersendiri dengan memanfaatkan la han kosong dan tidak terawat tanpa tujuan tertentu agar diman faatkan untuk ProKlim, masyarakat dapat mengikuti langkah atau program yang sudah dicanangkan dan disarankan oleh pemerin tah seperti berikut.
1. Melakukan upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang dapat dilaksanakan melalui kegiatan yang antara lain: (a) Pengendalian kekeringan, banjir, dan longsor; (b) Peningkatan ketahanan pangan; (c) Penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, abrasi atau erosi akibat an gin, gelombang tinggi; (d) Pengendalian penyakit terkait iklim; dan (e) kegiatan-kegiatan lain yang terkait dengan upaya peningkatan penyesuaian diri terhadap perubahan iklim (Kementerian Lingkun gan Hidup dan Kehutanan Direktorat Jenderal Pengendalian Peru bahan Iklim, 2017)
2. Melakukan upaya mitigasi perubahan iklim yang telah banyak dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang memiliki kearifan lokal yang tinggi, seperti yang masih berjalan pada beberapa daerah di Ma luku, Papua, Bali dan Jawa. Beberapa wilayah di jogja yang memiliki IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan pengolahan Limbah dan Sampah serta tempat pendaur ulang sampah merupakan salah satu bentuk ProKlim yang dapat dilaksanakan untuk mengurangi perubahan iklim yang ramah lingkungan.
Selain itu, manfaat proklim yaitu meningkatnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi variabilitas iklim dan dampak peru bahan iklim, terukurnya potensi dan kontribusi pengurangan emisi GRK suatu lokasi terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK nasi onal, tersedianya data kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta potensi pengembangannya di tingkat lokal yang dapat menjadi bahan masukan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program terkait perubahan iklim, tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup rendah karbon dan meningkatnya kemampuan masyarakat di tingkat lokal untuk mengadopsi teknologi rendah karbon.

RESEARCH GALLERY
By Forestry Research Departement of FSC




Apa itu FoLU NET SINK 2030?
Baru-baru ini, Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meluncurkan program Indonesia’s FoLU Net Sink 2030. Pada kesempatan ini, kami akan mengemas Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 dengan cara yang sederhana. So, let’s check this out!
FoLU adalah singkatan forest and other land uses. Di dokumen nationally determined contribution (NDC), FoLU menjadi satu dari lima sektor program mitigasi krisis iklim. Hal ini diperbincangkan selama gelaran COP26 di Glasgow, Skotlandia. FoLU net sink atau lengkapnya FoLU carbon net sink adalah penyerapan karbon bersih yang merujuk pada jumlah penyera pan emisi karbon yang lebih banyak dari yang dilepaskannya. Dalam hutan juga dikenal istilah siklus karbon hutan yang merujuk pada keadaan bergeraknya karbon secara dinamis antara atmosfer dengan hutan.
Pada 2030, sektor ini akan menghasilkan emisi sebanyak 714 juta ton setara karbondioksida. Pembangunan rendah karbon akan mengurangkan emisi sebanyak 17,2% dalam ske nario penurunan emisi 29% dan 24,5% dalam skenario 41%. Indonesia mengajukan proposal penurunan emisi melalui dua cara: 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional. Semua persentase itu mengacu pada produksi emisi nasional pada 2030 sebanyak 2,869 miliar ton setara karbondioksida. Sebagai gambaran, emisi sebanyak ini setara dengan emisi yang dihasilkan 900 juta mobil yang berjalan 19.000 kilometer selama setahun. Dalam negosiasi mitigasi iklim, seperti COP26 Glasgow sekarang, penyerapan CO2 dari at mosfer dikenal dengan istilah karbon negatif. Di antara lima gas rumah kaca lain, CO2 paling banyak di atmosfer. Namun, faktor penyebab pemanasan globalnya paling sedikit. Karena itu, dapat menjadi satuan standar menghitung emisi karbon.
Karena statis, emisi dari energi fosil tak terserap oleh pohon. Maka agar mitigasi krisis iklim berhasil, yakni mencegah kenaikan suhu bumi melewati 1,5 derajat Celcius pada 2040, tak hanya harus mencegah deforestasi, juga secara radikal mengurangi emisi energi fosil dengan menggantinya dengan energi terbarukan.
Mencegah deforestasi akan mencegah karbon dioksida ke atmosfer, mengganti energi fosil mencegah emisi statis yang memandulkan atmosfer sebagai selubung bumi kita. Jadi, menanam pohon, rehabilitasi, restorasi saja tidak cukup sebagai pencegah krisis iklim karena ia hanya menyerap siklus karbon hutan.
Oleh karena itu, hal ini bukan perkara yang remeh. Perlu dilakukan strategi-strategi jitu dalam memuluskan program ini. Sinergitas antar beberapa elemen terkait serta dukungan masyarakat diperlukan dalam hal ini.

RESEARCH JOURNAL 2021


SIMPANAN KARBON TEGAKAN JATI MEGA DI KAWASAN HUTAN DENGAN TUJUAN KHUSUS WANAGAMA, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Carbon Storage of Superior Clonal Teak Stand in Special Purpose Forest Area of Wanagama, Special Region of Yogyakarta
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan kawasan hutan yang bertujuan un tuk kegiatan pendidikan dan penelitian. Penelitian yang ada di KHDTK Wanagama, salah satunya ada lah pengujian tanaman Jati unggul hasil pemuliaan (Jati Mega). Data pertumbuhan jati unggul tersebut juga dapat digunakan untuk menghitung cadangan karbon hutannya. Dengan demikian, tujuan dari pe nelitian ini adalah mengetahui potensi biomassa dan serapan karbon yang tersimpan pada tegakan Jati Mega di KHDTK Wanagama, Yogyakarta.
Pentingnya Memahami Peran Hutan dalam Pengendalian Iklim dan Penyeimbang Kehidupan

Dewasa ini dunia sedang ramai mem bicarakan tentang peningkatan suhu di permu kaan bumi. Peningkatan suhu bumi dari tahun ke tahun merupakan salah satu indikator dasar mengenai perubahan iklim (climate change). Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama karbondioksida (CO2) dan metana (CH4). Gas-gas tersebut mengakibatkan dua hal utama akan terjadi di lapisan atmosfer paling bawah, yaitu fluktuasi curah hujan yang tinggi dan kenaikan muka laut.
Meningkatnya gas polutan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil sangat men gancam kehidupan di masa depan. Kendaraan umum yang masih memakai bahan bakar min yak dan pabrik, serta pembangkit listrik bertena ga batubara merupakan contoh penyumbang gas emisi pembentuk efek rumah kaca. Se mentara itu, pengembangan kendaraan ramah lingkungan masih terus dikembangkan, tetapi belum maksimal dan masih memerlukan wak tu adaptasi untuk beralih ke kendaraan ramah lingkungan.
Menurut IPCC (2001), suhu rata-rata bumi telah mengalami kenaikan sebesar 0,6˚C. Perubahan iklim mulai terjadi pada awal abad 20, ketika revolusi industri bangsa eropa mulai berkembang (Sumampouw, 2019). Industri-in dustri yang memanfaatkan pembakaran dari minyak bumi dan batu bara sangat berpengaruh terhadap naiknya volume karbon dan metana di atmosfer. Akibatnya, gas-gas tersebut teraku mulasi dan terperangkap di atmosfer sehingga terbentuk kondisi yang biasa disebut efek rumah kaca.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan di Indonesia tercatat seluas 94,1 juta ha atau setara 50,1% dari total da ratan Indonesia (KLHK, 2020). Namun, banyak pihak mensinyalir bahwa luas hutan di Indonesia sema kin berkurang dari tahun ke tahun. Hutan sebagai hamparan selimut hijau di atas permukaan bumi, melindungi tanah dari laju erosi yang diakibatkan oleh air. Tak kalah penting, hutan juga berfungsi sebagai filter udara dengan menyerap karbon dan menghasilkan oksigen.
Di hutan, dalam proses fotosintesis, ta naman menyerap karbondioksida dari atmosfer, menyimpan karbonnya dan melepaskan gas oksi gennya kembali ke atmosfer. Hutan yang sedang tumbuh (hutan yang masih muda) akan berfungsi sangat baik sebagai carbon sinks, karena vegetasi di sana secara cepat akan menyerap banyak gas karbon dioksida pada proses fotosintesis dalam rangka tumbuh dan berkembangnya vegetasi.
GALERI KEGIATAN FSC












For in the true nature of things, if we rightly consider, every green tree is far more glorious than if it were made of gold and silver.
-Martin Luther King Jr.-
“ “