Pameran Bebas Tapi Sopan

Page 1

ACE HOUSE COLLECTIVE AGUNG “ABE” NATANAEL ANGGA CIPTA ANGGUN PRIAMBODO BUJANGAN URBAN DINAS ARTISTIK KOTA GARDU HOUSE KLUB KARYA BULU TANGKIS + RICKY JANITRA MILISI MURAL DEPOK METHODOS THE POPO TUTU RUANGRUPA

BEBAS TAPI SOPAN

STENZILLA

KURATOR

ANDANG KELANA & ABI RAMA 26 OKTOBER - 16 NOVEMBER 2015 GALERI NASIONAL INDONESIA

fotografi © Harryaldi Kurniawan

ARTISTS’ TALK BUJANGAN URBAN, THE POPO, &

PEMBUKAAN // OPENING

PAMERAN // EXHIBITION

Senin, 26 Oktober 2015 17.00 – 22.00 WIB di Amphitheater Gedung A Galeri Nasional Indonesia

Buka Tiap Hari 27 Oktober - 16 November 2015 10.00 – 19.00 WIB di Gedung A Galeri Nasional Indonesia

DINAS ARTISTIK KOTA

Sabtu, 31 Oktober 2015 15.00 – 17.00 WIB di Lobby Gedung A Galeri Nasional Indonesia Terbuka Untuk Umum & Gratis Produser pesan di ruang publik nyatanya tidak hanya berasal dari pemerintah maupun korporasi. Warga juga kerap kali urun mengeluarkan kegelisahannya melalui coretan, mural, ataupun grafiti di jalanan. Hal ini bisa dilihat sebagai taktik warga untuk bisa membuat ruang publik dan jalanan sebagai tempat yang ramah untuk ditinggali. Tak terkecuali bagi para pelaku mural dan graffiti. Jalanan dan ruang publik menjadi tempat bermain. Tindakan-tindakan mereka semata-mata menuangkan kegelisahan lewat bahasa visual masing-masing di ruang publik. Namun apakah taktik para pelaku tersebut hanya berhenti sampai di ranah memberikan pesan di ruang publik? Strategi sendiri selalu mengumpamakan taktik sebagai “liyan” dan di kemudian hari taktik tersebut menjadi strategi. Hal ini bisa dilihat dari fenomena para pelaku mural dan graffiti yang karyanya dikomodifikasi oleh korporasi, negara, bahkan galeri dan kolektor seni. Karya para pelaku tersebut diambil sebagai strategi baru, seolah-olah mewadahi kepentingan korporasi dan negara. Tak adakah taktik bertahan lainnya? Tiga produsen pesan lewat bahasa visual dalam diskusi kali ini merupakan individu yang memang menggunakan jalanan sebagai ruang bermain sekaligus tempat mendapatkan inspirasi untuk berkarya. Pelaku mural dan graffiti seperti Bujangan Urban dan The Popo nyatanya memiliki taktik tersendiri untuk tidak larut dalam fenomena komodifikasi pasar. Mereka mampu menciptakan fans base masing-masing lewat media sosial sehingga apa yang mereka kerjakan selalu mendapatkan apresiasi dari warga. Sedangkan MG Pringgotono, membuat Web 2.0 dimana warga bisa menyalurkan kegelisahan tentang situasi dan kondisi jalanan dan ruang yang mereka tinggali. Hal ini bisa dilihat sebagai retorika jalanan yang berpindah ke media sosial. Lewat taktik yang mereka gunakan, mereka mampu bertahan tanpa komodifikasi dari korporat maupun pemerintah.

BEBAS TAPI SOPAN: PERTARUNGAN VISUAL DI JALANAN ARDI YUNANTO & MANSHUR ZIKRI

Sabtu, 7 November 2015 15.00 – 17.00 WIB di Lobby Gedung A Galeri Nasional Indonesia Terbuka Untuk Umum & Gratis Jalanan sebagai ruang pertarungan pesan memiliki kesejarahannya sendiri dari waktu ke waktu. Pemerintah yang memiliki cetak biru tata kota, menjadi penguasa tunggal dalam menciptakan strategi sekaligus mengeluarkan pesan melalui bahasa visual di jalanan. Sayangnya kebijakan yang diambil dalam beberapa tahun ini, membuat kota semakin sengkarut dengan objek-objek visual yang dibuat oleh korporasi. Perkawinan antara pemerintah dan korporasi menghasilkan penguasa baru di jalanan? Lalu dimanakah posisi warga? Apakah ia masih bisa untuk ikut andil dalam memberikan pesan lewat bahasa visual di jalanan? Walaupun bisa, bagaimana dengan aparatus pemerintah yang semakin hari gencar untuk menghapus mural, grafiti, ataupun coretan sekenanya dari warga? Pembahasan ini mengundang Ardi Yunanto selaku Koordinator Institut ruangrupa dan mantan pemimpin redaksi Jurnal Karbon, yang selama satu dekade ini fokus melihat fenomena urban di Jakarta. Penelitian Ardi tidak hanya bertumpu pada pengalamannya sendiri dalam melihat ruang, tetapi juga menyasar pada kebijakan pemerintah terkait dengan tumbuhnya papan reklame di jalanan ibu kota yang semakin pesat. Hal ini semakin menarik bila disandingkan dengan Manshur Zikri seorang penulispenggiat media, kurator, dan Pemimpin Redaksi www. akumassa.org. Sebagai generasi yang besar pasca Reformasi, tumbuh saat objek-objek visual sudah menghiasi jalanan dan ruang publik, Zikri akan memperkaya pemahaman sebagai warga yang membaca situasi pertarungan bahasa visual di jalanan.

fotografi © Hanif Alghifary

PANITIA PAMERAN // EXHIBITION COMMITTEE Penasehat Artistik // Artistic Adviser Hafiz Rancajale, Mahardika Yudha. Kurator // Curators Abi Rama, Andang Kelana. Asisten Kurator // Curator Assistant Umi Lestari. Manajer Pameran // Exhibition Manager Chrismastuti Destriyani. Tim Produksi // Production Team Hanif Alghifary, “Rambo” Rachmadi, M. Fauzan Chaniago, Dalu Kusma, Gelar A. Soemantri, Ario Fazrien. Display SERRUM, Klub Karya Bulu Tangkis. Database Ario Fazrien, Dalu Kusma. Publikasi // Publication Andang Kelana. Dokumentasi // Documentation Ario Fazrien, Idham Hudayah, Nissal Nur Arfansyah. Katalog Pasca Acara // Post-Event Catalog Umi Lestari (editor), Chrismastuti Destriyani, Debora A. Nainggolan, Fatima Zahrah, Prashasti Wilujeng Putri, Sita Magfi ra.

TERIMA KASIH KEPADA // THANKS TO Ade Darmawan, M.G. Pringgotono, Vicky Rosalina (Jakarta Biennale 2015) Tubagus “Andre” Sukmana (Kepala Galeri Nasional Indonesia) Zamrud Setya Negara (Galeri Nasional Indonesia) Irawan Karseno (Ketua Dewan Kesenian Jakarta) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Ardi Yunanto Raka Ibrahim Bujangan Urban, Nissal Nur Afryansah, Sandra “Uwew” (Gardu House) Riyan Riyadi M. Sigit Budi Santoso Ajeng Nurul Aini Yoyo Wardoyo Segenap follower @visualjalanan Keluarga Besar Forum Lenteng Keluarga Besar ruangrupa


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Pameran Bebas Tapi Sopan by Forum Lenteng - Issuu