Napak Tilas Pernikahan Emas Soy Martua Pardede & St. Duma Sitorus

Page 1

P ernik ahan Emas

So y Martua P ar dede & St . Duma Sit orus

Foto sampul:

Rumah tempatMartua dilahirkan di Lumbanjulu, 4 Oktober 1940 oleh Ibu Lina br. Tampubolon dan Bapak August Mulia Pardede yang menjadi pegawai pemerintah kolonial sebagai Adjunct Jaksa

NapakTilas

i
Pernikahan Emas Soy Martua Pardede & St. Duma Sitorus
ii

Buku ini kami persembahkan kepada anak-anak kami: Hiko & Ade, Tiar & Nopri dan Fe & Yanka, serta semua pasangan terkasih

iv
DAFTAR ISI ……..………..………..………..………..………..………..………..… iv
PENULIS ……..………..………..………..………..………..…… vii
1.
……… 2 2.
…………………… 3 3.
4.
………………………………………………
5.
…………………………………………
6.
…………………………………………. 18 7. Menyongsong
……………………… 19 8. Mendirikan
……………………………………………. 25 9. Duma
…………………………………………….………………………. 27 10. Menjadi
Chairman
…………………………………………….………………………. 29 11. Menampik
12. Konferensi
…………………………………………….…… 32
Daftar Isi
PENGANTAR
Bagian Pertama : MASA AWAL PERKENALAN DAN PERNIKAHAN
Awal perkenalan sesama keturunan Raja Pandua
Cerita seorang pemuda tamatan Jepang
Permisi kepada Ompung dan Ibunda yang sudah tiada 4
Bertemu dengan jodoh
6
Merencanakan pernikahan
11 Bagian Kedua : MASA BEKERJA MANDIRI DAN PENCAPAIAN
Mulai dari awal di Jakarta
kelahiran bayi pertama
perusahaan
mendampingi istri Direksi BUMN berobat ke luar negeri
sahabat
Kim dan memperoleh Arab Trophy
kesempatan menjadi agen perusahaan besar 31
Tahunan International Fertilizer Association (IFA) dan Magnaplay

Bagian Ketiga : MASA PENGABDIAN

DAN PELAYANAN

13. Keluarga besar …………………………………………………………… 36 14. Ketua Umum Badan Pembangunan (Bapem) HKBP Menteng dan Ketua Pembangunan Bible Center LAI… 41 15. Jubileum 50 Tahun HKBP Menteng…………………………… 45 16. Istriku, Duma yang sangat mendukung dan melayani

47 17. Perjalanan ke Tanah Suci ………………………………………… 64 18. Menjamu Perdana Menteri Jamaika ………………………… 66 19. World Federation of Consuls (FICAC) ………………………. 67 20. Diangkat menjadi Konsul Kehormatan Republik Makedonia ………………………………………………… 70 21. World Chinese Economic Forum (WCEF) di Chongqing ……………………………………………………………. 73 22. St. Ny. Duma Pardede-Sitorus kembali menjadi Ketua Kelompok Peduli Pendidikan (Aleale ni Parsingkola) … 75 23. St. Ny. Duma Pardede-Sitorus meneruskan pelayanan Inang Ny. M. Panggabean ………………………………………… 78 24. Memelihara dan melestarikan warisan ……………………. 84

Bagian Keempat : APA KATA SIAPA

A. KATA SAHABAT 1. Dahlia Tobing (Kel. D.H. Tampubolon) ………………. 93 2. Pdt. E.S. Simanungkalit, STh. …………………………….. 96 3. Dra. Merry L. Panjaitan, M. M., MBA …………………. 99

v
…………………………………………………………..

4. Darpan A. Pandjaitan dan Susi Hutapea

102 5. Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan

B. KATA KERABAT

1. Remaja Tampubolon

113 2. Nelson Tampubolon dan Titi Sri Hardjati .…………… 115 3. Saut Pardede

121 4. Ir. Elisabeth “Betty” YMA br. Sihombing ……………. 128 5. Boyke dan Ria Pardede

130 6. Mangara Pardede, Rintje Lumban Raja dan keluarga …………………………..………………………….. 132 7. St. Priautama Tobing dan Yanti Hutagalung ……….. 138 8. Djisman dan Liliana Simandjuntak

143 9. Vivanda Tambunan dan Robin Siahaan

144 10. Donna Sophia Simanjuntak

C. KATA ANAK, MENANTU DAN CUCU

1. Hikolina Pardede dan Godlief Siregar ………………….. 164 2. Tiar Pardede dan Noprianto Marbun ………………….. 171 3. Felicia Pardede dan Priyanka Lumban Tobing …..…. 174 4. Dasha Sofia Annabel Bennicia Siregar

176 5. Sondang Moria Megumi Nabasa Marbun

Pieter

Lumban

vi
……………..
………………………….. 107
…………………………..………………
……………..………………………..…………….
…………………………..…………..
………………………
……………….
………………………………… 153
………………….
……………. 180 6. Philo
Banguntua
Tobing ………………. 182 BIODATA …………………………………………………………………..……………. 187
Pengantar Penulis Dalam naungan Tuhan mengarungi hari-hari 50 tahun kebersamaan

PENGANTAR PENULIS

Golden Years!

Dalam bukunya berjudul “Nearing Home”, evangelis kondang, Billy Graham menyebut golden years untuk umur yang panjang, di atas tujuh puluh tahun dan sebutan golden anniversary atau ulang tahun emas untuk tahun pernikahan kelima puluh bagi pasangan yang pada umumnya sudah di atas umur tujuh puluh tahun. Billy Graham mencatat berbagai pengalaman hidup yang panjang yang membentuk kearifan yang akan diwariskan kepada keturunannya. Ada suka dan duka, kendala dan tantangan, kegagalan dan pencapaian yang semuanya menjadi ratna mutu manikam yang bernilai bahkan di atas permata, mas dan berlian sekalipun. Itulah warisan yang paling berharga yang dapat diteruskan dan diingat dan tidak lekang oleh perubahan zaman. Inilah alasan untuk menulis kenangan lima puluh tahun pernikahan kami.

Soy Martua Pardede

ix
x
BagianPertama MASA PERKENALAN DAN PERNIKAHAN

1. Awal perkenalan sesama keturunan Raja Pandua

Adalah dua orang ibu muda yang bertetangga dan pergi mencuci pakaian di pinggir Danau Toba yang sekaligus hulu sungai Asahan di Porsea. Mereka sering berbincang sambil mencuci dan menjemur pakaian dan juga menumbuk padi, terlebih-lebih pada waktu bersama mar-ari Kamis di gereja. Dari percakapan itu terjalin rantai persahabatan yang erat yang melahirkan kesepakatan untuk saling bertukar memakai nama untuk anak mereka masing-masing. Maka muncullah nama Halomoan, Duma, Gugun, Romanna dan Martua. Perkenalan dan persahabatan kedua ibu ini serta kesepakatan mereka, tentu adalah hal yang kami anak-anaknya tidak ketahui sampai saya menikah dengan Duma, jauh setelah kesepakatan itu dibuat.

Pada hari pertama saya martandang, dari balik tirai pintu kamar tidur, ibunya Duma rupanya mengintip dan setelah saya pulang, meminta Duma untuk menanyakan siapa ibu saya yang katanya raut muka terutama dahi saya sangat mirip dengan temannya dahulu di Porsea.

Pada suatu sore di tahun 1968 di kediaman T.D. Pardede di Kompleks Pardedetex, di Jalan Binjei, Medan, Pak Katua memanggil saya untuk merancang pernikahan saya dengan seorang gadis. Beliau menekankan bahwa saya sebagai pahompu ni Raja Pandua di Pardede, harus menikahi seorang gadis yang juga keturunan Raja Pandua. Beliau telah meminta langsung kepada seorang gadis keturunan Raja Pandua yang namun tidak jadi.

2

Kelak waktu saya berkenalan dengan Duma dan menyelidiki garis keturunannya, ternyata Duma juga adalah cucu Raja Pandua di Sitorus. Harapan T.D. Pardede yang sempat memperkenalkan saya sebagai anak sulungnya kepada beberapa mitra usaha dan pejabat, akhirnya tercapai juga.

2. Cerita seorang pemuda tamatan Jepang

Pada suatu siang di rumah kakaknya yang menjadi istri seorang dosen di Medan, sambil mencuci pakaian, Duma mendengar cerita tentang seorang pria lulusan universitas di Jepang. Cerita itu didengarnya dari seorang mahasiswi yang datang untuk menyelesaikan kuliahnya dengan alasan akan dinikahkan dengan

3

seorang lulusan universitas di Jepang dan sedang berkarir di sana. Duma yang walau sudah diincar oleh beberapa pria, mendengar hal itu lalu berpikir andai dia juga bisa dapat jodoh seperti pria yang diceritakan itu.

Pada pembukaan tahun baru 1 Januari 1970 di rumah amanguda Panangian Siregar di Medan, tante saya (istri amanguda Panangian Siregar) yang kebetulan berasal dari Minahasa, memperkenalkan kepada saya seorang gadis cantik yang adalah Ratu Kawanua Sumatera Utara. Merasa tertantang, seorang dosen di IKIP Negeri Medan yang turut dalam pertemuan itu, mengatakan bahwa dia juga punya calon yang menurutnya sangat sepadan dengan saya, yaitu Ratu Pantai Cermin. Merasa pasti selera kami berbeda, saya sama sekali tidak mengacuhkan tawaran untuk diperkenalkan.

3. Permisi kepada Ompung dan Ibunda yang sudah tiada Hari terakhir Desember 1970, saya kembali ke Balige untuk ziarah ke pemakaman Ayahanda dan Ibunda sekaligus bertahun baru di sana. Malam menjelang tahun baru, saya tiba di kampung Ompung saya di Tampubolon. Di sana saya dapati keadaan kampung yang sepi karena penduduk masih di gereja untuk ibadah malam tahun baru. Rumah pun dikunci. Maka saya coba dari jendela di samping, ternyata tidak dikunci. Lalu saya masuk dari jendela kamar Ompung saya tidur. Segera saya memeluk dan menciumnya di tempat tidur seraya bertanya:"Ditanda ho do ahu? (Apa kenal saya?)".

"Ooh.., pahompuki, si Martua i," sahutnya.

4

Ompung ini sudah bongkok karena uzur dan penglihatannya sudah rabun, dan pendengarannya pun sudah sangat kurang, sehingga yang diandalkan adalah penciuman melalui hidung. "Boi do ho huanggo (Saya bisa mencium baumu)," katanya. Luar biasa!

Tidak berapa lama, inanguda (tante, adik ibu saya), Ny. Siregar (naiMastiur)br.Tampubolon,pulangdarigerejadankamikumpul dengan para sepupu saya, bersilaturahmi dan merencanakan acara ziarah besok ke makam Ibunda. Besoknya saya dengan inanguda ziarah ke makam Ibu di Tambak Na Imbaru di kaki Bukit Robean yang untuk menuju ke sana, kami menelusuri jalan di samping gereja Katolik di sebelah kanan dan kali kecil di samping kirinya. Di seberang kali kecil adalah kampung Banjar Ganjang lokasi rumah peninggalan Ayah saya. Cukup jauh juga kami berjalanmenujuBukitRobeandansampailahdipemakamanyang lokasinya sangat baik memandang ke arah pantai Danau Toba dengan persawahan dan lembah dengan aliran sungai kecil di bawahnya. Kota Balige dengan balairung pasar yang megah berdiri berjejer juga dapat dilihat di kejauhan. Sesampai di makam Ayah dan Ibu, inanguda seperti kebiasaan orang Batak mangandung (menangis dengan nada suara dan gerakan tangan mengayun pelan-pelan) seolah-olah menyapa Ayah dan terutama kakaknya (Ibu saya) yang sudah meninggal. Inanguda meminta agar Ibu melepaskan saya untuk berangkat menemukan jodoh. Malam sebelumnya dalam pembicaraan saya dengan Ompung, beliau juga mengatakan saya akan dapat jodoh. Seperti tradisi orang Batak, maka kami pamit setelah membasuh muka dengan air yang kemudian disiramkan ke makam Ayah dan Ibu.

5

4. Bertemu dengan jodoh

Esoknya saya kembali ke Medan dan masuk kantor, yang seperti biasasayaawalidikantorpusatdiJalan Binjei.Dilanjutkandengan kunjungan inspeksi yang dimulai di perhotelan di Jalan Hayam Wuruk,kemudiankekantorpemasaranpertekstilandiJalanGatot Subroto, lalu ke Belawan.

Pada kunjungan inspeksi di hotel, ada yang menarik saya lihat di reception. Seorang gadis tidak pakai seragam, namun memakai blus yang walau sederhana, tapi menarik dengan rok yang serasi. Penampilannya sungguh berbeda. Lalu saya sapa seolah-olah menegur: "Mengapa tidak pakai seragam?"

"Belum punya, karena baru masuk," jawabnya.

Lalu saya tanyakan nama dan asal kuliahnya serta data-data tentang dirinya. Rupanya semua pertanyaan saya dijawab dengan apa yang persis setahun sebelumnya saya sudah diberitahu oleh sepupu ipar saya, yang juga asisten dosennya di Fakultas Bahasa Inggris di IKIP Negeri Sumatera Utara di Medan. Yah, ampun, inilahrupanyagadisyangpernahmaudiperkenalkankepadasaya, yang namun karena tidak yakin, lalu saya tidak mau dipertemukan. Sudah satu tahun lamanya!

Saya langsung terpikat dan karena saking semangat lalu keluar menariksepupusaya,LagutTampubolon,yang sedangmenunggu di mobil untuk melihat. Lagut mengatakan tidak setuju karena dia akan memperkenalkan gadis lain sebagai calonnya untuk saya. Di kemudian hari, setelah kami berkeluarga, justru keluarga Lagut inilah yang paling sayang sama istri saya.

Lalu saya melanjutkan inspeksi ke kantor pemasaran yaitu PT. Surya Sakti dan seterusnya ke Belawan. Di tiap kantor saya

6

langsung minta sambungkan telepon ke hotel dan minta dipanggil Renny Pardede, adiknya Samuel Pardede (Redaktur Senior Sinar Harapan) yang sudah lebih dulu direkrut sebagai resepsionis dan adalah kawan sekuliah dan sangat dekat dengan Duma. Begitulah nama gadis yang baru saja memikat hati saya pada pandangan pertama.

Kepada Renny, saya meminta agar dia periksa segera apa Duma sudah punya pacar yang serius. Dengan cepat Renny menjawab: "Ya, Pak!". Begitulah Renny, sama seperti staf dan karyawan lainnya kalau menyapa saya dan kalau tidak langsung menyebut tuan. Begitulah kebiasaan waktu itu. Langsung saya katakan kepada Renny jangan lagi panggil saya bapak, cukup abang.

Dari kantor di Belawan instruksi saya berubah kepada Renny. "Tidak usah tanya ada pacar atau tidak, kasih tahu saja saya mau berkenalan untuk hubungan yang serius".

Dengan semangat Renny melaksanakan tugas, bahkan jauh melebihi yang saya minta. Rupanya dia sudah pernah memperkenalkan abangnya kepada Duma, tapi tidak bersambut. Sekarang Renny dengan bekal yang cukup mengatakan kepada Duma, bahwa saya adalah abangnya.

"Abang saya ini sangat serius dan ingin mempersunting kamu! Kamu tidak boleh menolaknya," katanya. Ia langsung mengatur waktu untuk saya berkunjung malam-malam setelah pulang kantor.

Setelah kunjungan malam itu, kami langsung janjian untuk bertemu sebagai "date" pertama ke gereja Metodis di Jalan Padang Bulan. Date pertama ini dengan mobil Mercedez yang biasa disediakan oleh Bagian Kemotoran untuk saya pakai, kami

7

pergi mengikuti ibadah Minggu. Di sana Duma bertemu dengan kawannya,aktivis,danpengurusGMKI.Saya date didampingioleh Renny dan Isner Simamora, asisten dosen mereka di IKIP dengan sopir. Dari gereja kami meluncur ke Pantai Cermin, lokasi pemilihan dan penobatan Duma sebagai Ratu Pantai Cermin beberapa waktu sebelumnya. Kemudian ke Sembahe, tempat peristirahatandenganpemandanganyangbagusarahke Brastagi. Karena sudah sangat yakin dalam perjalanan saya mengutarakan keinginanuntukmelamarwalaubukanuntukpelaksanaansegera. Namun, khawatir kalau ditolak, segera saya katakan agar jangan cepat-cepat dijawab. Rupanya saya sudah terbiasa dengan cara Jepang yang process oriented, namun persistent alias tidak mau mundur. Seperti telah disebut di depan, belakangan saya diberitahukan bahwa pada kunjungan saya pertama kali, ibunya Duma mengintip dari balik gorden di kamar dan memperhatikan muka saya. Setelah saya pulang, beliau menyuruh Duma menanyakan siapa ibu saya karena katanya muka saya, terutama dahi saya, mirip dengan muka sahabatnya dulu bertetangga di kota kecil Porsea di Tapanuli Utara. Rupanya orangtua kami dulu sudah bertetanggadiPorsea,padawaktuitusayadanDumabelumlahir. Mereka sama-sama "Par-Ari Kamis" (sama-sama latihan koor di gereja pada hari Kamis) dan karena begitu eratnya bersahabat sampai saling bertukar nama anggota keluarga dan anak-anak, termasuk yang nanti kalau ada yang lahir. Ada nama Halomoan yang menjadi nama abang saya tertua dan kemudian diberikan juga menjadi nama abang langsung Duma. Nama Duma sendiri telah menjadi nama kakak perempuan saya yang paling besar, kemudian Romanna yang sama-sama menjadi nama kakak

8

perempuan kami masing-masing. Nama saya, Martua, sebelumnya adalah nama adik perempuan ibunya Duma. Masih ada Gugun, nama kakak saya yang kemudian menjadi nama cucunya calon mertua saya.

Di kemudian hari mendengar cerita ini, ada pendeta yang menyebut perjodohan kami adalah yang diatur dari surga. Ya, memang jodoh itu kan ditentukan Tuhan, tetapi cerita tersebut tetap juga punya arti khusus dalam hubungan keluarga kami.

9

5.

Merencanakan pernikahan

Setelah beberapa lama dan hubungan kami semakin erat, saya memutuskan untuk mulai merencanakan pernikahan, yang tentunya melalui proses yang panjang dan akan melibatkan keluarga dari kedua belah pihak.

Abang Duma, yang kebetulan namanya sama dengan nama abang saya, Halomoan, setuju dengan hubungan dan rencana pernikahankami.Namun,padawaktusayamemberangkatkandia ke Pontianak, tempat kakaknya yang paling tua, Lintong, menikah dengan marga Silalahi, melalui Jakarta, Halomoan berpesan agar kami jangan menikah cepat-cepat, tetapi menunggu dia kembali. Waktu itu saya menitipkan dia kepada kapten kapal barang yang membawa produk Pardedetex (benang, selimut, dan singlet) ke Jakarta, sehingga bisa menumpang di kamar kapten di kapal.

Persiapan pernikahan saya mulai dengan meminta berhenti dari grup usaha Pardedetex. Saya menghadap Pak Katua dan Ibu di kediaman beliau. Sementara itu saya sudah pindah ke rumah kakak, Ida Tiarma, dengan suaminya, Kohler Sianipar, di kompleks perumahanperkebunantembakauDeli,PTPIX,diJalanPutriHijau (sekarang sudah diratakan dan menjadi lokasi Hotel Emerald).

Mendengar permohonan berhenti saya, Pak Katua bertanya kenapa dan lalu saya jawab, karena mau kembali ke Jakarta. Pak Katua yang kelihatannya tidak rela melepaskan saya, lalu mengatakan: "Apa Jakarta kampungmu? Kampungmu di Balige." Kemudian Ibu Katua menimpali: "Aneh kau, orang lain kalau mau kawin biasanya minta dikasih rumah," katanya dalam bahasa Batak.

11

Lalu saya tambahkan: “Saya ingin memulai kembali menata karier sesuai ilmu dan pengalaman saya.” Kenyataannya memang saya lihat karier saya di Pardedetex sudah menurun, apa yang pernah dikatakan oleh Pak Katua bahwa saya adalah anaknya dan yang oleh karenanya boleh mengambil uang dari kantor bila perlu untuk keperluan saya, dalam praktik tidak bisa demikian. Setiap pengeluaran harus jelas untuk apa dan dipertanggungjawabkan. Saya bukan putra kandungnya, sehingga saya sendirilah yang harus memikirkan masa depan saya. Walaupun tidak terasa jelas sebagai satu kejatuhan, namun dari karier yang begitu jelas menurun saya memutuskan untuk harus bangkit.

Akhirnya Pak Katua tidak dapat menghalangi rencana saya untuk berhenti.

Kepada amanguda (paman, satu-satunya adik ayah saya yang masih hidup) Huldrich Pardede, yang datang berkunjung dari Balige, saya mengutarakan rencana saya. Agak diluar dugaan, beliau menanggapi: "Nunga adong hepengmu huroa (Apa sudah ada uangmu rupanya?)." “Untuk itu, gunung pun akan saya ungkit,” jawab saya.

Dengan demikian saya harus berupaya keras untuk memenuhi kebutuhan pernikahan. Beruntung pakaian untuk pertunangan dan pernikahan memang sudah saya siapkan sejak saya di Tokyo.

Di Medan saya punya ipar-ipar yang baik, yaitu lae (ipar) E.M. Sitorus, suaminya kakak nomor dua, Sabam Marada, kemudian Lae K. Sianipar, suaminya kakak saya, Ida Tiarma, yang tertua saya danLaeSahatPanggabean,suaminyasepupusaya,GabePardede.

Di pihak keluarga calon istri rupanya agak khawatir juga mendengar bahwa kami akan memasuki mahligai perkawinan dengan melepaskan pekerjaan. Ada kakaknya yang menyarankan

12

biarlah saya pergi dulu mencari pekerjaan ke Jakarta, namun ada juga yang mengatakan jangan, nanti tidak jadi. Akhirnya, yang memutuskan adalah Duma sendiri, yang dengan keyakinannya akan dapat membangun rumah tangga bersama-sama dari awal. Untuk persiapan acara pesta pernikahan, satu ketika diselenggarakan pertemuan persiapan marga Pardede di Medan. Ada seorang marga Pardede menawarkan dirinya untuk pergi ke Acehmenjemputkerbauuntukdisembelihuntukpesta.Waktuitu belum ada catering, sehingga semuanya masih harus dikerjakan sendiri oleh keluarga dan kerabat. Saya menjadi malu karena rupanya orang itu yang dalam silsilah marga saya panggil bapak ini, pernah saya tegur karena pekerjaannya yang kurang di pabrik. Sekarang tanpa ada perasaan berat, bahkan dengan sukarela dia menawarkan diri untuk suatu tugas yang tidak ringan.

Setelah acara pertunangan (partumpolon)

13

Setelah semuanya disepakati, diadakanlah acara pertunangan (Partumpolon) di Gereja HKBP, Jalan Jenderal Sudirman, Medan, dengan diiringi nyanyi solo yang sangat bagus oleh Parlin Pardede pada, Sabtu, 8 Mei 1971. Kemudian pernikahan diadakan Sabtu, 22 Mei 1971, dimulai dengan pemberkatan di gereja yang sama dan dilanjutkan dengan resepsi di rumah sebelah tempat pesta yang dipinjam untuk itu di Jalan Iskandar Muda. Pada acara resepsi yang singkat itu, seorang rekanan yang telah menjadi sahabat pribadi saya dan Duma, yaitu Horie-san, kepala perwakilan perusahaan perkapalan Jepang, Tokyo Senpaku, di Medan meminta foto bersama dengan Duma sambil mengatakan dia lebih cocok jadi pasangan Duma yang begitu cantik. Setelah resepsi, diadakan acara pesta adat pernikahan di Gedung Wanita Karo yang ada di sebelahnya.

Iring-iringan pengantin pria menjemput pengantin wanita untuk berangkat ke Gereja

14
Pernikahan di HKBP Sudirman Medan

Satu petuah yang tidak pernah saya lupakan dari acara itu sewaktu kami “diulosi" (diberikan ulos sebagai simbol pemberian restu dalam kasih) oleh Tulangnya (paman) Duma, Lodewijk Lumbantobing, yang mengatakan bahwa arti perkawinan orang Batak Kristen adalah "satu tambah satu adalah satu". Hal ini bertentangan denganlogikaatauhitung-hitungan biasadan inilah terjemahan dari arti pernikahan yang diberkati oleh Tuhan, tidak boleh dipisahkan oleh manusia.

Sebulan kemudian, pada 26 Juni 1971, berangkatlah kami bertiga, Duma, saya dan adik sepupu saya, Ratna Sibuea, dengan kapal laut, M.V. Tampomas dari Belawan ke Jakarta untuk memulai satu kehidupan yang sama sekali baru, mulai dari nol, tetapi dengan modal dasar sebagai pasangan suami-istri yang telah diberkati.

16
Foto bersama keluarga Bagiankedua MASA BEKERJA MANDIRI DAN PENCAPAIAN

6. Mulai dari awal di Jakarta

Setiba di Jakarta, kami dijemput oleh adik ipar ayah saya, Tarsius Sibuea,yangmenikahdenganadikbungsuibusaya,Tianggurboru Tampubolon, dan kami menumpang tinggal selama satu tahun lebih di paviliun rumah mereka di Jalan Rajawali Selatan di Kemayoran.

Sore harinya kami langsung dibawa menjenguk adik mertua saya, Tiominar boru Tobing yang masih berkabung ditinggal oleh suaminya, Tuan Angin Matondang. Agak kaget juga kami mendengar keluhan adik mertua ini yang mengatakan, apa tidak ada menantu kakaknya (maksudnya ibu mertua saya) yang dapat membiayai kakaknya untuk melihatnya dalam perkabungan itu. Itulah rupanya tuntutan sekaligus kewajiban perkerabatan keluarga Batak.

18
Wisata tak lama setelah tiba di Jakarta

Setelah itu, dalam beberapa hari setelah tiba di Jakarta, yang kami lakukan adalah mengunjungi sanak famili sebagai ekspresi kembalinya saya ke Jakarta setelah sekitar tiga setengah tahun membantu T.D. Pardede. Satu ketika kemudian pernah Saryati Pardede (putri pertama T.D. Pardede) mengatakan sambil tertawa, "Ito (sebutan kepada saudara laki-laki) Soy ini lucu, datang dan pulang dari Pardedetex memakai koper, baju dan piyama yang sama." Rupanya dia memperhatikan betul koper merek Echolac saya ukuran sedang warna putih dan pakaian serta piyama, semuanya buatan Jepang, yang saya bawa ketika pulang pertama kali setelah tamat kuliah di Jepang.

Di paviliun rumah paman di Jalan Rajawali Selatan, meja belajar dan kursi sofa yang saya beli di Takamatsu tahun 1962, saya pasang di kamar tamu karena dapat juga difungsikan untuk tempat tidur tamu.

7. Menyongsong kelahiran bayi pertama

Setahun sudah lewat sejak pernikahan belum ada tanda-tanda kehamilan istri saya. Jujur saja saya agak gelisah juga. Pada tahun kedua, setelah pemeriksaan kehamilan ternyata hasilnya positif. Puji Tuhan! Rasanya senang sekali dan kebahagiaan kami semakin bertambah. Semangat kerja saya semakin tinggi menyongsong delapan bulan lagi akan kelahiran bayi pertama kami. Makanan menjadi lebih diperhatikan agar gizi untuk Duma dan kandungannyacukup.JugadiperhatikangerakanDuma agartidak tiba-tiba goyang atau jatuh. Maklum bayi pertama dan belum ada pengalaman.

19

Beberapa bulan kemudian mulailah kami berpikir untuk memiliki rumah sendiri dan untuk itu saya menemui General Manager AOM di kantor memohon diberikan pinjaman untuk membeli rumah yang akan saya cicil pengembaliannya dari komisi penjualan. General Manager agak kaget juga mendengar permohonan saya, karena saya baru bekerja satu tahun. Dia merasa tidak punya kewenangan untuk memberikan pinjaman, lalu saya disuruh menghubungi pimpinan yang sekaligus pemilik sebagai pewaris pendiri perusahaan. Ada tiga pimpinan sekaligus pemilik dan pewaris perusahaan yang masing-masing punya karakter yang berbeda. Yang satu, kebetulan membawahi operasi diIndonesia,bersifatkonservatif,tidaksetuju.Beruntungseorang pemilik yang lebih muda, anggota International Tin Council yang berpusat di London, tengah berkunjung ke Jakarta, karena AOM juga menangani ekspor timah dari Bangka, namanya Dr. Lorenz Meyer dengan sifat lebih progresif dan terbuka. Kepada Lorenz Meyer saya utarakan permohonan seraya mengatakan saya ini sarjana dengan beasiswa negara melalui seleksi yang ketat. Sangat beruntung AOM dapat mempekerjakan saya dan saya menjanjikan akan mengembalikan pinjaman dalam lima tahun. Dia menyetujui permohonan saya. Pimpinan ketiga di Hamburg, yang paling senior dari ketiganya dan yang cukup arif mempertimbangkan permohonan saya, sehingga akhirnya disetujui. Pinjaman saya sebesar dua setengah juta rupiah. Dalam keadaan hamil besar mulailah Duma mencari rumah setiap hari setelah saya antar ke rumah ipar saya, Semi Tambunan, (suami adik sepupu saya, Ratna Pardede) di Jalan Kawi, di ujung Jalan Malabar. Duma dan Ratna Pardede mencari rumah dengan naik becak. Setelah pulang kantor, saya ikut

20

melihat rumah yang siang harinya sudah mereka jajaki. Begitulah kami lakukan hampir setiap hari selama kira-kira sebulan, sampai akhirnya dapat di Tebet Timur, satu rumah kaveling bekas pindahan warga dari daerah Senayan sewaktu pembangunan gelanggang olahraga Senayan untuk Asian Games pada tahun 1962.

Luas lahannya sekitar 200 m2 dengan luas bangunan sekitar 150 m2. Setelah tawar-menawar disepakati harganya dua seperempat juta rupiah. Jadi ada sisa dana untuk memperbaiki dan mengecatnya kembali. Setelah kami perbaiki sedikit dan dicat, ada orang yang datang menawar dengan harga dua setengah juta rupiah. Benar juga perhitungan kami. Sebulan sebelum perkiraan waktu melahirkan, kami pun pindah, walau tidak disetujui oleh Inanguda saya, Ny. Tianggur Sibuea boru Tampubolon. Katanya, tidak baik pindah rumah kalau sudahmaumelahirkan,padahaljustrukeinginan Duma,yangsaya dukung, adalah supaya waktu melahirkan sudah di rumah sendiri. Agar tidak dihalangi, maka kepindahan kami beritahukan sehari sebelum pindah. Dengan berat hati, Inanguda dan suaminya mengantarkan kami pindah keesokan harinya dengan membawa dengke atau ikan mas dimasak arsik sesuai tradisi orang Batak.

Pada hari Lebaran pertama tahun 1972, saudara sepupu saya tertua, yaitu anak dan putri tertua dari anak pertama sekaligus putri tertua Ompung, Ny. Mangutangan Sianipar boru Siahaan, yang biasa kami panggil Nan Tine (ibunya Tine), datang berkunjung membawa apel yang diberikannya kepada Duma untuk dimakan. Pemikirannya, ibu hamil biasanya mengidam buah yang agak asam. Betul juga, sore harinya Duma mulai mual dan lalu kami bawa ke RS Jakarta dengan mobil VW Kodok dari

21

kantor yang memang sudah disiapkan oleh adik sepupu saya, Indra Pardede. Di RS, adik sepupu saya yang lain, perawat di sana, Kartini Sibuea, sudah menunggu dan menelepon dokter istri saya, Prof. Judono, yang waktu itu sedang berkunjung menyampaikan Selamat Ied ke kediaman Menteri Kesehatan yang sekaligus Kepala BKKBN, Prof. Suwardjono. Prof. Judono pun datang dan setelah memeriksa kandungan Duma, sambil hendak pulang dia mengatakan Duma nanti akan melahirkan sekitar tengah malam. Karena khawatir, saya bertanya: "Nanti Prof akan datang, kan!" "Tidaklah, saya kan sudah tidur", jawabnya enteng. Memang sebulan sebelum melahirkan, Prof. Judono sudah memanggil saya dan menjelaskan tentang proses melahirkan. Dia menjelaskan nanti, waktu Duma mau melahirkan, dia akan menjerit-jerit kesakitan dan saya sebagai suaminya sambil gelisah akan gusar, karena tidak dapat berbuat apa-apa. "Semakin sakit istrimu akan semakin baik dan itulah cara melahirkan yang normal dan baik. Saya akan terima duit tanpa berbuat apa-apa," katanya waktu itu. Menjelang tengah malam, Duma merasa semakin kesakitan, ternyata Prof. Judono datang. "Syukur!," gumam saya dalam hati. Pukul00.15 tanggal9 November 1972lahirlahputri pertama kami melalui proses kelahiran normal, yang saya beri nama Hikolina. Nama ini sudah saya siapkan beberapa bulan sebelumnya dengan membukakamusJepang,dimanasayatemukanhurufKanjiuntuk kata mago (cucuperempuan)yangjugaberarti princess dandapat juga dibaca "hi", lalu saya tambahkan dengan huruf Kanji "ko" yang berarti perempuan dan yang banyak ditambahkan untuk nama perempuan di Jepang, seperti Michiko, Noriko, Naoko, Keiko, Yoshiko, dan lain-lain. Maka menjadi Hiko yang saya sandingkan dengan nama ibu saya, Lina, jadilah Hikolina yang

22

berarti cucu perempuan dari Lina atau juga bisa berarti Princess Lina. Oleh ibu mertua saya kemudian ditambah dengan Christina, sehingga nama lengkapnya menjadi Hikolina Christina.

pertama, Hikolina Christina Pardede Sehari setelah Duma melahirkan, saya harus berangkat ke Kuala Lumpur untuk tugas perusahaan. Saya pun meninggalkan istri dan bayi pertama kami.Beruntung ada yang menemani, yaitu bekas tetangga di Medan di samping saudara-saudara kami dari

23
Putri

keluarga Pardede yang memang cukup banyak di Jakarta. Kartini Sibuea tentu selalu datang dari rumah sakit.

Satu ketika Duma pulang dari satu urusan keluar kaget melihat putrinya sudah gundul karena rambutnya dipotong habis oleh Inanguda,istriadikayahsaya,Ny.AmbrociusPardedeboruSilaen. Inanguda saya ini melakukannya begitu saja tanpa berbasa-basi kepada Duma. Sayapun yang cukup sibuk dengan pekerjaan tentu juga tidak diberitahukan sebelumnya. Begitulah yang sering terjadi di lingkungan kalangan keluarga Batak. Karena merasa dekat dan merasa sama-sama memiliki maka dapat bertindak sendiri.

Duma dengan putri kedua, Tiar Angela Pardede di teras rumah Jl. Sutan Syahrir

Ada hal yang lucu dan sangat menggembirakan dalam transaksi bisnis dengan pihak Bulgaria, di mana saya dihubungi oleh beberapa perusahaan perkapalan Indonesia, seperti Karana Line dan Bhinneka Line, untukmemperoleh angkutan dari pasokan pupuk yang baru disepakati pada kunjungan Adam Malik ke sana sekitar tahun 1974/1975. Alhasil tanpa direncanakan sebelumnya lalu disepakati pembagian angkutan 50% oleh perusahaanperkapalanBulgaria, yaitu Bulfracht, dan 50% lagi oleh perusahaan perkapalan Indonesia. Setelah pengapalan pupuk seluruhnya selesai dilaksanakan, saya memperoleh pemberitahuan dari Bulfracht tentang komisi yang mereka

24

sisihkan untuk saya pribadi dan meminta nomor rekening untuk mentransfernya. Sungguh satu hal yang sangat mengagetkan dan menggembirakan, karena sebelumnya tidak ada pembicaraan tentang hal itu. Alhasil rejeki yang tidak terduga-duga ini dapat membantu kami untuk membeli rumah di Jalan Sutan Syahrir di samping hasil penjualan tapak perumahan milik Duma di Kemang, Jakarta Selatan.

8. Mendirikan perusahaan

Pada tahun 1975, bersama dengan tiga pimpinan BUMN, kami merancang pendirian perusahaan untuk menjadi perusahaan dagang yang menangani barang curah, baik pupuk, bahan baku pupuk maupun minyak mentah dan turunannya dengan nama International Bulk Trader yang saya terjemahkan menjadi PT

25
Foto di rumah Jl. Sutan Syahrir yang baru selesai renovasi dan putri ketiga, Felicia Rousia Pardede berumur hampir setahun

Curah Niaga Internasional (CNI). Untuk itu disarankan agar saya membuka kantor di Singapura dan melakukan kegiatan dari sana. Karena anak masih kecil dan saya baru setahun menghuni rumah di Jalan Sutan Syahrir, saran untuk berkantor di Singapura tidak saya ikuti, sehingga saya berkantor di kamar depan di rumah (kamar studi) dan saya dibantu oleh Duma, dan adiknya, Onyke, sebagai sekretaris, yang sebelumnya juga sudah membantu saya dengan jabatan yang sama di perusahaan yang saya dirikan bersama dengan sesama alumnus Jepang.

Tidak lama setelah mendirikan CNI, tepatnya 6 Desember 1975, dengan akte notaris GHS Loembantobing, atas permintaan Direktur Utama satu BUMN, saya mendirikan satu perusahaan baru, PT. Duma Na Napu, dan membuka rekening untuk menerima transfer komisi dari perusahaan Italia yang rupanya telah menerima order dari BUMN tersebut. Saya memilih nama Duma Na Napu dengan mengambil nama istri, Duma yang berarti makmur sedangkan Napu artinya pupuk atau subur, sehingga Duma Na Napu dapat berarti Duma yang subur atau Duma yang menangani pupuk dengan harapan menjadi makmur. DNN saya dirikan dengan dana sendiri dengan modal dasar dan komposisi pemegangsahamyangpersissamadenganCNI,pemegangadalah saya dan istri saya. Saya menjadi Direktur dan Duma sebagai Komisaris.

26

9. Duma mendampingi istri Direksi BUMN berobat ke luar negeri

Pada tahun 1976, Duma, yang masih belia (26 tahun) mendamping istri James Simanjuntak (Direktur Utama PT. Petrokimia Gresik), Bona Tiur, yang dikatakan akan berobat ke luar negeri. Tujuannya adalah New York dan dalam perjalanan mereka mampir di Athena dan Paris untuk wisata. Ketika di Paris, Duma menjadi heran melihat Bona Tiur dikatakan sakit, tapi mengajak nonton show di Lido dan pulang larut malam. Ir. Soaloon Siagian, pejabat Kantor Perwakilan Petrokimia Gresik di Paris, yang di rumahnya mereka menginap, karena khawatir mengatakan, akan melapor kepada James. Hal yang sama juga terjadi di New York, dengan berbaju kebaya, Bona Tiur mengajak nonton show malam-malam di sana. Di New York mereka menginap di rumah lawyer Petrokimia, Mr. Carl Slater, seorang Yahudi, yang menyarankan mereka naik bus untuk tur ke Houston dan Los Angeles. Berangkatlah mereka naik bus wisata dari New York ke Houston, di mana selama dalam perjalanan mereka harus mengalami pandangan dan sikap yang cenderung mencobai dari orang kulit hitam yang ikut dalam bus. Capek dan khawatir untuk terus naik bus, dari Houston mereka naik pesawat ke Los Angeles, di mana mereka menginap di Hotel Hilton dan bertemu serta foto bersama dengan istri Presiden, Betty Ford, yang juga menginap di hotel yang sama.

27

10. Menjadi

Chairman Kim dan memperoleh Arab Trophy

sahabat

Satu waktu, Chairman Daewoo Corporation, Mr. Kim Woo Choong, yang dijuluki Mr. Workacholic, datang ke Jakarta dan meminta saya untuk mencari perusahaan assembling yang tidak sepenuhnya terpakai kapasitasnya untuk dipakai meng-assemble mobil buatan Daewoo Motor. Chairman Kim terkenal sebagai orang yang bekerja paling keras (workaholic) di Korea Selatan, yang hanya tidur 3-4 jam sehari, dan sukses membangun grup usaha Daewoo dengan galangan kapal terbesar di dunia. Sebagai imbal beli atas pengadaan kapal curah untuk PUSRI, Daewoo membeli karet alam dari Indonesia untuk pembuatan ban di pabriknya di Sudan. Keluarga saya menjadi sahabat keluarga Chairman Kim, di mana kami pernah mengundang Chairman Kim dan istrinya, Lee Hun-ja, berkunjung ke Jakarta dan kami perkenalkan dengan pelukis Basuki Abdullah. Mrs. Lee Hunja sendiri menjadi Chairperson Daewoo Hilton yang dibangun mengarah ke bukit di atas Daewoo Center di Seoul. Saya pun dengan Duma beberapa kali mengunjungi mereka di Seoul, termasuk sewaktu menghadiri berbagai upacara terkait pesanan kapal curah, seperti acara keel-laying dan pemberian nama serta peluncuran dan penyerahan kapal. Semuanya sampai enam kali, masing-masing dua kali untuk satu kapal.

Sementara itu, saya mulai berkenalan dengan Daewoo Corporation yang diawali dengan pasokan karung plastik untuk pupuk dan kemudian pasokan pupuk Ammonium Sulphate, satu kapal yang sebelumnya sudah saya tangani melalui DNN bersama CNI yang mengageni ICEC.

28

Perusahaan kami yang bernama PT. Duma Na Napu (DNN) menjadi agen Philphos. Kemudian saya dan Duma menjadi sangat dekat dengan Presiden Philphos, Miguel M. Zosa, dengan istrinya, bahkan dengan penggantinya Thomas Alcantara, juga dengan suami-istriPakHaryWongkarendariPUSRIserta suami-istriorang Filipina, Mr. Filonilo C. Regudo, SVP Commercial Operations Philphos yang kemudian menjadi Direktur Pemasaran PT Pupuk ASEAN (ASEAN Aceh Fertilizer atau AAF) dan dengan suami-istri penggantinya orang Thailand, Mr. Adul Pinsulvana. Belakangan keagenan Philphos beralih kepada Ir. Airlangga Hartarto/PT. Graha Curah Niaga yang dimulai dengan menangani angkutan produknya.

29
Duma dengan Emily S. Finley, President/CEO International Commodities Exchange Company (ICEC) dan para eksekutif perusahaan pupuk pada konferensi International Fertilizer Association di Monaco, 22 Juni 1988

Menerima Arab Trophy

Berkatpendampingandan doa istri,kegiatanusahakamimulai berkembang dengan bendera PT. Duma Na Napu.

Denganprestasiyangcukupmenonjolkhususnyaperdagangan dengan Timur Tengah dan negara-negara Arab lainnya, pada 21 April 1986, PT. Duma Na Napu memperoleh penghargaan Arab Trophyyangdisponsoriolehmajalah The East Trade/Arab Market. Penyerahan piala tersebut diselenggarakan di Jenewa di mana turut hadir Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Prapto Prajitno, untuk menyaksikan saya dan Duma menerima pialanya.

30

11. Menampik kesempatan menjadi agen perusahaan besar

Pada Mei 1983, kami berangkat untuk menghadiri konferensi tahunan International Fertilizer Association (IFA) di Monako, bersama dengan Drs. Syafaruddin Sabar, bersama istri dan dua pejabat PG, yaitu Ir. Surachmat, Kepala Kompartemen Pengadaan dan Ir. Hinsa Tobing dari Kompartemen Pengembangan. Pada pertemuan dengan pimpinan Jordan Phosphate & Mine Corporation (JPMC), Syafaruddin menyodorkan secarik kertas dengan tulisan nama PT. Curah Niaga Internasional dengan maksud merekomendasikan CNI sebagai agen JPMC di Indonesia. Merasa tidak enak karena rekomendasi disampaikan di depan saya, lalu saya mengambil kertas itu. Kemudian JPMC menunjuk Geslo sebagai anak perusahaan Gesuri Lloyd sebagai agennya di Indonesia bekerja sama dengan Mitsubishi. Di Monako kami juga bertemu dengan Presiden Philippine Phosphatic Fertilizer Corporation (Philphos), Thomas Alcantara, yang biasa dipanggil Tommy dan kami ramai-ramai masuk Royal de Casino yang terkenal itu untuk mencoba kasino. Waktu itu PT. Duma Na Napu sudah ditunjuk menjadi agen tunggal Philphos untukIndonesia.Karenahanyauntukmencobakamiberjanjiakan bertaruh sebatas masing-masing seratus dolar Amerika saja. Duma, yang memang sering beruntung, menang cukup besar sedangkan saya langsung kalah. Lalu saya meminta dari kemenangan Duma seribu French Frank yang lalu cepat habis juga. Duma lalu menyatakan stop dan pulanglah kami, yang penting sudah mencoba kasino di Monako.

31

12. Konferensi Tahunan International Fertilizer Association (IFA) dan Magnaplay

Sebelum dan sesudah Monako, kami sudah mengikuti konferensi tahunan IFA di berbagai kota, seperti Majorca pada 1982 (bersama dengan Ir. Sidharta, Direktur Utama PG), New Orleans, Istanbul, Miami, Mexico City pada 1984, Budapest pada 1989, Vancouver pada tahun 1990, Berlin tahun 1996, dan lain-lain yang kesemuanya diselenggarakan bulan Mei. Semula, konferensi ini diadakan di lingkungan perusahaan-perusahaan produsen saja, bahkan awalnya hanyalah antara produsen pupuk fosfat dengan nama ISMA. Kemudian mengikutkan produsen jenis pupuk lainnya, sehingga namanya berganti menjadi IFA dan mengikutsertakan para pimpinan perusahaan dagang pupuk dan selanjutnya perusahaan perkapalan.

Sebelum menghadiri Gala Dinner Konferensi IFA di Budapest

Pada setiap konferensi IFA, selalu dipresentasikan laporan kajian tentang supply dan demand pupuk dan bahan baku pupuk selama satu tahun terakhir dan prospek ke depan. Namun, kegiatanyangpalingaktifselamabeberapaharikonferensiadalah pertemuan bisnis di antara para peserta konferensi, dan yang paling meriah adalah gala dinner di mana yang hadir diharuskan memakai dinner jacket dengan dasi kupu-kupu dan para wanitanya memakai gaun malam. Ada juga acara spouse program yang cukup menarik, karena konferensi ini selalu diselenggarakan di tempat-tempat tujuan wisata terkenal.

Dalam berbagai pertemuan tahunan perusahaan pupuk internasional, Duma ikut bersama para istri pengusaha dan eksekutifperusahaan,dan dapatmenjalinhubungandengan baik. Dari kedekatan dengan istri eksekutif senior Cansulex (kemudian

33
Menghadiri Gala Dinner Konferensi IFA di Budapest

menjadi Prism), Duma diajak menjadi pemegang saham di perusahaan pembuat mainan anak-anak, Magnaplay Inc., di Vancouver, Kanada, yang menjual produknya di samping di Kanada juga di pasar Amerika Serikat.

34
BagianKetiga MASA PENGABDIAN DAN PELAYANAN

13. Keluarga Besar

Tanpa dipikirkan apalagi direncanakan, bibit keluarga besar tumbuhbegitusajadalamdirisaya. Rupanyaitulah titisandari the God Mother, Maria boru Siahaan (nenek), yang mengalir melalui ayah, August Mulia Pardede, dan bahkan abang saya, Ginjang Halomoan Banguntua Pardede.

Rumah kami sudah selalu menjadi tempat berkumpul yang diawali dari rumah ompung atau nenek. Hal itu juga terjadi di Jakarta, di rumah abang saya yang walau tidak besar dan bahkan di tempat kami tinggal menumpang di paviliun di Jalan Rajawali Selatan.

36
August Mulia Pardede Lina Tampubolon

Duma, walau kami baru menikah pada tahun 1971 dan menumpang tinggal di paviliun, pada waktu Natal sudah harus menerima rombongan keluarga besar Pardede keturunan nenek sayauntukacaraNatalBersama.Padahalcumaadasatusofayang merangkap tempat tidur yang saya bawa dari zaman mahasiswa di Takamatsu, Jepang, dan satu meja belajar dengan satu kursi. Syukur kami dapat meminjam beberapa kursi dari rumah induk, rumah paman saya, Tarsius Sibuea, yang menikah dengan adik bungsu Ibu saya, berikut piring dan gelas. Sebagian besar tamu berdirisampaidiluar. HalserupaberlanjutdirumahkamidiTebet dan apalagi setelah pindah ke Jalan Sutan Syahrir di Menteng, Jakarta Pusat dan seterusnya di vila Maduma di Puncak dan di vila serupa di Pantai Carita dan bahkan di Pantai Tanah Lot di Bali. Sebagai keluarga besar, bahkan kemudian diikuti staf dan karyawan perusahaan, beberapa kali kami pulang kampung bersama ke Balige dan Medan untuk acara Paskah dan Natal bersama keluarga di sana. Yang paling besar adalah pada saat memperbaiki makam dan rumah Ayah di Balige pada tahun 1992 dengan membawa rombongan keluarga besar keturunan Ompu Tarsise Pardede, kakek dari kakek saya. Pada kesempatan tersebut, keturunan Ompu Tarsise dari Jakarta, Medan, Siantar, dan lain-lain, tumplak berkumpul di Balige untuk ikut meresmikan renovasi rumah Ayah, Camat Balige, Alm August Mulia Pardede, berikutmakambersamaIbu,pamandankeluarga.Turutdiundang pada acara peresmian Minggu, 21 Juni 1992 yang Panitianya dipimpin Sekretaris Kecamatan Balige, Drs. Surung Pardede, adalah Bupati Tapanuli Utara, Drs. Lundu Panjaitan, (waktu itu belum ada Kabupaten Tobasa), Camat Balige, para mantan lurah

37

dan kepala desa dari masa Ayah menjadi Camat/Asisten Wedana Balige beserta para tokoh masyarakat. Padaacaraadatyangdilangsungkan,kesanyangsangatbernas di samping tanda kasih dari Hula-hula Sitorus, ada kesan yang sangat unik sebagai pengejawantahan apa yang disebut “titi marangkup”. Di mana keluarga Tulang Tampubolon dengan jelas menunjukkan kasih mereka bersama-sama dengan marga Sitorus, Tulang Tampubolon memberikan ulos sebagai bentuk pengejawantahan “titi marangkup” kepada bere dan istrinya

38

terhadap Duma yang telah mereka nyatakan sebagai boru (putri) mereka. Sebaliknya Duma juga sangat baik mendekatkan dirinya kepada marga Tampubolon. Pada kesempatan yang sama Hulahula Sitorus juga menyampaikan ulos.

39
Hula-hula Sitorus memberikan ulos Padasaatitujuga,sayamembagikankreditdariBPRNusantara Bona Pasogit yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Sumatera
di
saya menjabat sebagai Direktur yang membidangi
Utara
mana
Industri dan Perbankan, kepada para petani dan perajin. Acara

peresmian dimulai dengan ziarah oleh seluruh keluarga besar ke makam (parbandaan) di Tambak Na Imbaru, dilanjutkan dengan acara peresmian oleh Bupati dan penyerahan kredit, lalu ibadah yangdipimpinolehPdt.D.F.Sibuea.Setelahmakansiangbersama acara dilanjutkan dan diakhiri dengan acara adat lengkap. Acara pulang kampung bersama terakhir sekaligus merayakan Paskah adalah pada saat meresmikan pembangunan kembali rumah kakek/nenek saya, Domitian Pardede (Raja Pandua)/Maria boru Siahaan, di Huta Sipariama Pardede di Balige pada April 2004. Rumah asli yang dibangun dalam bentuk rumah panggung, bukan Ruma Batak, oleh karena kakek/nenek saya sudah dibaptis menjadi pemeluk agama Kristen. Rumah ini kemudian terbakar, sehingga harus dibangun kembali. Menurut data terakhir (6 Mei

Syukuran setelah pemugaran rumah Ompu Ginjang Pardede Maria br. Siahaan di Huta Sipariama, Pardede Onan, Balige, 12 April 2004

2021), keturunan kakek saya sudah berjumlah 401 orang (keturunan langsung).

Kakek/nenek saya adalah pemeluk Kristen pada awal kedatangan kekristenan di Balige yang turut membangun Gereja HKBP pertama di Balige, yaitu dekat kantor polisi di lahan marga Pardede sebelum dipindahkan menjadi yang lebih besar dengan lahan yang lebih luas di lokasi saat ini. Lahan yang baru ini adalah lahan keluarga mertua kakek saya, yaitu keluarga Juara Monang Siahaan. Katanya, ada permintaan khusus dari kakek bersama nenek saya, memohon lahan tersebut kepada mertuanya agar diberikan untuk membangun Gereja Balige yang pada masa itu menjadi Gereja HKBP terbesar.

14. Ketua Umum Badan Pembangunan (Bapem)

HKBP Menteng dan Ketua Pembangunan Bible Center LAI

Menjelang Natal, plafon sebelah pojok kanan gereja kami, HKBP Menteng Jalan Jambu, jatuh sedikit dan setelah diperiksa, ternyata keseluruhan plafon sudah keropos dan memerlukan perbaikan segera. Namun, karena sudah dekat perayaan Natal, perbaikan harus ditangguhkan setelah Tahun Baru, sementara plafon yang sudah jatuh ditopang dulu. Badan Pembangunan (Bapem) yang saya ketuai dengan wakil, Ir. Pum Simatupang dan Luhut B. Panjaitan sebagai Ketua Kehormatan, sementara itu telah membuat desain gereja di Kuningan dan dipresentasikan kepada jemaat bersama desain untuk lahan 5.500 m2. Desain ini dibuat oleh Pum setelah saya kembali dari kunjungan ke Amerika Serikat di mana saya mampir

41

di Crystal Cathedral dan membawa video bangunannya yang saya serahkan kepada Pum sebagai referensi. Desain ulang untuk pembangunan gereja di Kuningan dan renovasi gereja di Jalan Jambu, sama-sama impresif dan mendapat sambutan antusias dari warga jemaat. Keduanya disepakati untuk dibangun, dimulai dengan renovasi gereja di Jalan Jambu yang direncanakan untuk pemakaian, sementara membangun gereja yang lebih besar di Kuningan diperkirakan selesai dalam tiga tahun. Sehingga gereja di Jalan Jambu yang baru direnovasi nanti diperkirakan dipakai hanya untuk sekitar lima tahun, sebelum pindah ke gereja yang baru di Kuningan.

Renovasi direncanakan selesai dalam tempo enam bulan sejak kuartal pertama 2004 dengan target selesai sebelum hari ulang

42
Serah terima hasil renovasi gedung gereja dan konsistori dari Ketua Bapem, Soy Martua Pardede kepada Guru Huria, St. D.R. Nainggolan disaksikan Pendeta Ressort, Pdt. Hotma Pasaribu, 26 September 2004

tahun gereja pada September. Puji syukur, Bapem yang bekerja dengan tekun dan gigih, dengan dukungan doa warga jemaat, dapat menyelesaikan renovasi bahkan lebih cepat setengah bulan, sehingga dapat dilakukan soft launching pada ibadah perayaan kemerdekaan 17 Agustus 2014 dan selanjutnya dapat memfasilitasi kenaikan sidi dan pentahbisan 22 Sintua baru.

Sementara itu, rencana pembangunan gereja yang lebih besar di atas lahan sekitar 5.500 m2 di Kuningan terkendala karena kesalahpahaman, di mana ada seorang warga jemaat yang mempertanyakan tentang kepemilikan hanya karena surat permohonan untuk pemanfaatan lahan fasum yang diajukan kepada Gubernur DKI memakai kop surat Yayasan Del. Padahal, hal itu dilakukan untuk memperoleh izin karena Sutiyoso adalah kawan dekat Luhut Binsar Panjaitan, yang menjadi Ketua Kehormatan Bapem. Di sisi lain, hasil renovasi yang semula untuk pemakaian sementara, ternyata sangat bagus dan nyaman, sehingga sebagian besar warga jemaat tidak lagi memikirkan untuk pindah.

Pada ibadah perdana (soft opening) setelah renovasi ke-2 gereja di Jalan Jambu, Minggu, 15 Agustus 2004, pada setiap kebaktian Pengurus Bapem secara bergantian menyampaikan laporan pelaksanaan renovasi dan yang lainnya, suami dan istri menyambut warga jemaat kembali bergereja di Jalan Jambu. Hal yang sama dilakukan pada Malam Puji-pujian tanggal 24 September, ibadah syukur 25 September, dan ibadah Minggu 26 September 2004. Pada ibadah penyerahan hasil renovasi, tanggal 26 September 2004, Bapem menyampaikan laporan renovasi gereja berikut Buku Makna dan Arti Gambar dan Ornamen Gereja

43

HKBP Menteng dan buku Pedoman Penggunaan Ruangan dan Peralatan Gereja.

Sebagai Ketua Bidang Pembangunan Gedung Pusat Alkitab (GPA) atau Bible Center LAI, saya diberi kesempatan oleh GembalaSidangGRII,Pdt.Dr.StephenTong,menjelaskanrencana peresmian Bible Center di Katedral Mesias.

Pembangunan Bible Center LAI dimulai dengan peletakan batu pertama pada 9 Februari 2009 dan diresmikan tiga tahun kemudian bertepatan dengan ulang tahun LAI ke-58 pada 9 Februari 2012.

44
Presentasi perihal pembangunan Bible Center di GRII

15. Jubileum 50 Tahun HKBP Menteng

Pada tahun 2004, perayaan ulang tahun ke-49 HKBP Menteng dipimpin langsung oleh Guru Huria, St. D.R. Nainggolan,untuk memperkuat kepanitiaan yang telah direncanakan sebelumnya dipimpin oleh St. Toras Siahaan. Hal itu dilakukan dengan pertimbangan sebagai karya penutup pelayanan St. D.R. Nainggolan sebelum pensiun, sekaligus sebagai Guru Huria terakhir di HKBP Menteng Jalan Jambu. Perayaan ini menjadi persiapan untuk Jubileum 50 tahun, yang akan dirayakan tahun berikutnya secara lebih bermakna.

Setelah perayaan ulang tahun ke-49, Pendeta Resort yang baru, Pdt. Hotma Pasaribu bersama Guru Huria St. D.R. Nainggolan membuat surat kepada sepuluh warga senior untuk membentuk Panitia Jubileum 50 tahun HKBP Menteng. Pada pertemuan diantara 10 orang tersebut disepakati yang menjadi Ketua Panitia adalah seorang Sintua, yakni St. Manumpak Pasaribu, berbeda dari Panitia Jubileum 25 tahun, yang dipimpin seorang warga jemaat, yaitu Drs. Mangaranap Panggabean. Hal itu dimaksudkan agar terjalin komunikasi, interaksi, dan kerja sama yang lebiherat antara warga jemaatdengan Parhalado yang cenderung berpangku tangan dan menyerahkan segala sesuatunya kepada panitia.

45

Saya dengan St. D.R. Nainggolan, dan beberapa orang lainnya mengambil posisi sebagai pengarah, yang cukup memberikan perhatian, waktu serta pendampingan kepada Panitia dalam melaksanakan tugasnya. Ada berbagai acara yang diselenggarakan selama satu tahun sebagai rangkaian acara perayaan Jubileum 50 tahun HKBP Jalan Jambu dengan tema Mazmur 133: 1, "Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, bila saudara-saudara diam bersama dalam rukun" dengan subtema Mazmur 90: 12, "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana".

46
Bersama sahabat, Guru Huria terakhir di HKBP Menteng St. Darwin Nainggolan dan istri, Pasti Serefina Nainggolan, SH

16. Istriku, Duma yang sangat mendukung dan melayani

Tanpa harus mengklaim tentang sukses yang saya capai, karena masih banyak orang yang jauh lebih berhasil di samping masih banyak kekurangan dan hal-hal yang sebenarnya saya dapat lakukan lebih baik, serta masih banyak yang masih terutang, namun sekecil dan apapun yang dapat saya lakukan, saya tidak melakukannya sendirian. Perumpamaan "dibelakang seorang pria yang berhasil selalu ada seorang wanita yang mendukungnya" tetap berlaku.

Istri saya, Duma, lahir dari keluarga sederhana namun cukup untuk ukuran masa itu. Ayah mertua saya, Sutan Mangara Guru Mulia Sitorus, tidak sempat saya kenal, oleh karena meninggal akibat kecelakaan lalu lintas di Tarutung sewaktu Duma masih kelas VI Sekolah Dasar. Ayah mertua saya adalah seorang guru

47
Sutan Mangara Guru Mulia Sitorus Siti Omas Lumbantobing

dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Penilik Sekolah di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Bersyukur Ibu mertua saya, Siti Omas Lumbantobing, masih mendampingi kami sampai akhir hayatnya pada usia 84 tahun di Jakarta. Dari awal dengan gaji yang hanya Rp 45 ribu sebulan sebagai salesman di Arnold Otto Meyer (AOM) pada 1971, Duma sudah mampu mengatur keuangan kami supaya cukup dan bahkan mampu memodali kakak perempuan saya dengan suaminya membuka kios kecil menjual segala macam keperluan sehari-hari di Balige. Kemudian sewaktu harus berhenti dari AOM dan memulai usaha sendiri dengan teman-teman alumni mahasiswa Pampasan Perang pada 1974, Duma menjahit dan merenda untuk mendukung agar dapur kami tetap berasap, sementara saya masih harus mencari pupuk ke Eropa Timur dengan biaya sendiri. Sewaktu kami memperoleh durian runtuh berupa rezeki yang tak terduga, sebagai komisi angkutan pupuk dari Bulfracht, perusahaanperkapalanBulgariayangbahkantidakpernahdiduga apalagi saya minta, Duma dengan keteguhan hati menjual tanah yang dibelinya beberapa tahun sebelumnya dari hasil tabungannya, dan kami mampu membeli rumah di Jalan Sutan SyahrirNo.25,Menteng,JakartaPusat.Rumahini,yangdibelidari Partogius Hutabarat, pendiri dan pemilik perusahaan Pan System (agen Siemens) dan Pan Travel, letaknya bersebelahan dengan rumah Mayjen. Moersid yang kemudian dibongkar dan disatukan dengan rumah William Soeryadjaya, berada di lingkungan elite, membelakangi Jalan Palem (kemudian menjadi Jalan Soewiryo) dan Jalan Cendana (kediaman pribadi Presiden Soeharto) dan bersimpangan dengan Jalan Teuku Umar.

48

Rumah ini mengangkat citra kami yang segera ditunjuk menjadi Ketua Parsadaan (Persatuan) Marga Pardede di Jakarta dan sekitarnya dan menjadi modal networking untuk berusaha dan dalam pergaulan. Tetapi, yang lebih penting lagi adalah kedekatan ke gereja di Jalan Jambu dan kediaman Jenderal Maraden Panggabean dan Inang Panggabean, yang telah melayani gereja itu setiap menjelang Natal dengan hiasan dan pohon Natal. Inang ini dengan tangannya sendiri dan beberapa pembantunya, dan dengan biaya sendiri, mendatangkan pohon cemara dari Lampung setiap tahun. Satu pohon cemara sebagai pohon induk dan dua pohon cemara lainnya dipotong cabangcabangnya untuk membentuk satu pohon Natal yang rimbun untuk dihias. Hal ini dilakukan oleh Inang Panggabean dengan tekun dan sabar setiap tahun sampai selama tiga belas tahun. Beberapa tahun terakhir pelayanannya, Inang Panggabean mengajak Duma untuk melihat dan mulai belajar dengan membantunya. Kebetulan putripertamanya bernama Dumasejak pernikahannya dengan Dr. Darwan Purba, sahabat saya sejak di Medan, hubungan kami cukup dekat. Akhirnya Inang Panggabean menyampaikan keinginannya kepada Pendeta untuk berhenti karena merasa sudah mulai menua dan menyatakan penggantinya adalah Duma.

Sejak itu selama lima belas tahun, Duma menyiapkan dan memasang pohon Natal yang serupa, tetapi dengan pohon cemara yang dipesan dan dibawa dari Cibodas atau Puncak. Dengan pelayanan ini, Duma menjadi rajin melihat-lihat dan belanja hiasan Natal setiap kami bepergian ke luar negeri, baik pada waktu berlibur keluarga pada musim panas dan musim dingin, maupun pada kunjungan bisnis. Sepertinya Duma sangat

49

asyik dan semangat memilih-milih hiasan Natal dan benda-benda keperluan gereja lainnya yang bagus-bagus di Galerie Lafayette di Paris, Harrod, London, Saks Avenue New York, KaDeWe di Berlin, Takashimaya atau Mitsukoshi di Tokyo, Hong Kong, Jenewa, Miami, Los Angeles, Amsterdam, dan kota-kota lainnya. Rumah dan kantor kami juga ikut dihiasinya dengan pohon Natal buatan lengkap dengan hiasannya yang dibeli di Christmas Village di Florida.

Duma mengerjakan sendiri, awalnya beberapa hari setiap tahun menjelang Natal dengan dibantu oleh pembantu dari rumah dan kantor sambil menutup pintu gereja agar tidak terganggu. Kadang-kadang kami sekeluarga ikut melihat dan membantu. Kemudian ada permintaan khusus dari Ina Ompung agar pohon dan hiasan Natal tersebut disiapkan sebelum penyelenggaraan Natal Ina Ompung yang kemudian disebut Ompung's Day. Bahkan, permintaan ini berkembang dari keluarga yang mau menikahkan anaknya dalam suasana Natal atau Christmas Wedding, karena ada latar belakang pohon Natal. Akhirnya,pohonNataldisiapkansejakawalDesemberdankadang tetap terpasang menjelang akhir Januari guna memenuhi permintaan warga jemaat. Lebih menarik lagi, para orangtua menanyakan tema warna hiasan Natal yang akan dipasang untuk disesuaikan dengan pakaian pengantin dan keluarga, karena Duma memang selalu menghiasinya dengan tema warna berbeda setiap tahun. Tiga tahun terakhir, Duma membeli pohon Natal buatan karena ukurannya harus disesuaikan dengan ruangan gereja yang telah dibangun kembali oleh Bapem secara total pada tahun 2004, dengan sedikit menaikkan altar.

50

Berbekal ketekunan melayani seperti itu, diam-diam rupanya Duma mulai dilirik oleh gereja untuk diminta menjadi penetua (Sintua), namun cukup lama selalu ditolak, karena merasa tidak layak atau belum siap. Setelah melakukan beberapa kegiatan keluarga di Pontianak dan Palembang, yang dilanjutkan dengan memasang dan menghiaspohonNatal padatahun2000,Dumamenjadikecapean dan jatuh sakit, sehingga harus dirawat selama dua bulan di RS Cikini.SetelahbeberapaharidiRS,Dumadinyatakankenademam berdarah dan diberiobatyang terlalukerasdengan maksuduntuk cepat menyembuhkan sakitnya. Yang terjadi bukannya penyembuhan, namun komplikasi karena obat yang terlalu keras, sehingga menimbulkan komplikasi penggembungan di pipi, tengkuk belakang dan perut, dan akhirnya lumpuh. Karena lumpuh, maka untuk membaca Alkitab pun harus saya bantu. Hal ini kemudian menjadi berkat juga untuk kami, karena setelah kembali di rumah, kami menghadirkan mezbah di rumah dalam bentuk saat teduh bersama dan saya selalu memimpin sebagai imam keluarga dengan bantuan Alkitab Edisi Studi terbitan LAI. Namun, berkat setelah Doa Bapa Kami yang saya pimpin, selalu diucapkan oleh Duma sebagai Sintua.

Dalam rangka Natal, karena tidak mungkin hadir di gereja, karenamasihlemah,diadakanlahperjamuankudusdiRSdipimpin oleh Pdt. E.S. Simanungkalit dan Pdt. Alintas Tobing. Pada kesempatan itu, Pendeta mengatakan, "Jadilah Sintua, maka kau akan sembuh!", yang diiyakan oleh Duma yang sedang menderita sakit dan mengharapkan kesembuhan.

Selama dirawat di RS Cikini, banyak dokter yang dilibatkan sampai akhirnya Dr. Satyanegara, sahabat semasa kuliah di

51

Jepang, dan karena itu, saya biasa panggil dengan nama kecilnya, Kim-seng, mengatakan, Duma harus dibawa ke Singapura. Ical dengan istrinya, Tatty, juga datang pada satu hari Sabtu dengan menyetir sendiri, menyatakan keprihatinannya.

Berbekal status yang diperoleh dengan tidak mudah oleh putri kami, Hiko, akhirnya dengan ditandu dan mampir sebentar di rumah, Duma kami bawa ke Singapura dan dijemput di bandara memakai mobil ambulans lengkap dengan peralatan medis dan paramedis. Beruntung kami punya dokter keluarga di sana, Dr. Clyde Lane, yang menjemput dan membawanya ke Gleneagles Hospital.

Setelah hampir sebulan dirawat di RS, satu ketika Duma, yang kebetulan sendirian mulai merasa jenuh dan menganggap Tuhan tidak lagi memperhatikannya. Lalu dia bernyanyi sendirian, "Mampirlah dengar doaku, Yesus Penebus. Orang lain kau hampiri, jangan jalan t’rus..., " yang dilanjutkan dengan berdoa. Sebelum selesai berdoa, telepon di samping tempat tidur berdering, seseorang menelepon dari gereja di Jakarta memberitahukan bahwa Guru Huria St. D.R. Nainggolan, St. Tagor Pasaribu, masing-masing suami-istri, bersama St. Ny. Olga Siahaan, akan datang menjenguk Duma ke Singapura dan mendoakanagarlekassembuh.Dumasertamertamenangkaphal itu sebagai suruhan Tuhan sesuai permohonannya. Setelah perawatan intensif, beberapa lama kemudian Duma diperbolehkan keluar dari RS dan menginap di hotel untuk berobat dengan memakai kursi roda dan terapi setiap hari. Selamaterapi itu,saya melihatbagaimanamenderita dansulitnya Duma untuk pelan-pelan mengangkat kaki dan sedikit berjalan. Setelah beberapa lama kembali di rumah di Jakarta, pada waktu

52

syukuran ulang tahun Duma, Pimpinan Jemaat Pdt. E.S. Simanungkalit bersama Guru Huria St. D.R. Nainggolan dan St. Ny. Olga Siahaan, dengan diamini oleh keluarga yang hadir meminta kembali kesediaan Duma untuk menjadi Sintua, namun kembali ditolaknya.

Pada tahun berikutnya, akhirnya Duma bersedia untuk dicalonkan menjadi Sintua melalui proses pembelajaran dan pelatihan selama hampir dua tahun dalam rombongan 22 orang, dengan para pengajar dan pembimbing andal dari gereja dan dari luar. Proses pembelajaran dan pelatihan yang mereka terima melahirkan kekompakan di samping bekal yang cukup memadai untuk melayani sebagai pelayan tahbisan. Bahkan, selama masih menjadi calon Sintua, Duma sudah didaulat untuk menjabat sebagai Bendahara Jemaat yang kemudian dijabatnya selama delapan tahun atau dua periode. Selama masa pelayanan sebagai Bendahara, Duma menata kebendaharaangereja secaratransparan dan akuntabel,sehingga menimbulkan kepercayaan dari warga jemaat, yang kemudian dengan sukacita meningkatkan persembahannya, termasuk mempercayakannya kepada Duma untuk menentukan penggunaannya. Hal itudilakukan Duma tetap secara terbuka dan bertanggung jawab. Dana cadangan yang semula disimpan secara tertutup, dilaporkan terbuka berikut saldo kas dan saldo bank secara jelas pada laporan akhir tahun, yang juga memasukkan persembahan perayaan Natal, yang sebelumnya dilaporkan pada Januari. Demikian juga pemakaian dana yang walau sudah dianggarkan tetap diminta laporan pemakaiannya berikut bukti. Persembahan Minggu segera dihitung setelah selesai ibadah dan dihitung ulang pada hari Senin lalu disetor ke bank hari itu juga.

53

Persembahan ke Pusat dan untuk tujuan tertentu segera ditransfer.

Tata kelola keuangan seperti itu awalnya dikomentari beberapa orang seperti pengelolaan keuangan perusahaan, yang segera dijawab oleh Duma, bahwa kalau uang perusahaan saja bisa tertib apalagi uang milik Tuhan harusnya lebih tertib. Di samping laporan akhir tahun, Duma membuat laporan akhir periode masa pelayanan setiap empat tahun.

Untuk pelayanan St. Ny. Duma Pardede-Sitorus, dibuat piagam penghargaan khusus.

54
St. Ny. Duma Pardede-Sitorus sebagai liturgis di HKBP Menteng

Akhirnya harus diakui bahwa memang seorang istri atau ibu adalah pemilik dan pemelihara rumah dengan segala isinya. Dimulaidenganmenerimabibitdarisuamidalamberkatdankasih dariTuhan,menumbuhkandanmemeliharanyadalamkandungan sampai melahirkannya, bahkan masih mendidik dan memeliharanya sampai dewasa. Demikian juga harta dan rumah yang dijaga dan dipeliharanya sebagai tempat berteduh dan istirahat bagi keluarga.

56
Permata jiwa yang kami panggil boru hasian Hiko, Tiar dan Fe

Harta tidak hanya dipelihara, bahkan dibuatnya bertambah. Gedung kantor kami, Rumah Maduma pun, Duma yang dengan inisiatif sendiri mencari bangunan rumah di Jalan Saharjo dan setelah membongkar rumahnya, dia membangunnya menjadi bangunan kantor lima lantai yang sangat baik dan dapat menampung berbagai kegiatan usaha yang berkembang menjadi beberapa unit usaha.

Kemudian atas rekomendasi Rudy Pesik, pendiri dan pemilik PT. Birotika Semesta (agen DHL), Duma menjadi anggota Young President Organization (YPO). Kami, tiga pasang suami istri (Rudy Pesik dan Louise, Sukanto Tanoto dan istri, serta Duma dan saya), ikutdalamprogramyangdisebutYPOUniversitykeAbuDhabidan Israel, pada 28 April-6 Mei 1993. Di Abu Dhabi, kami diberi kesempatan berkemah di gurun dan disuguhi daging anak unta yangsangatlembut.DiTelAvivkamiberkesempatanbertemudan berbincang sebentar dengan Menteri Luar Negeri Simon Peres, yang agak tercengang bertemu dengan orang Indonesia, yang memberikan ucapan selamat atas proses perdamaian dengan Palestina yang sedang berjalan dengan baik melalui pertemuan Yitzhak Rabin dan Yasser Arafat di Camp David, yang difasilitasi oleh Presiden Carter.

Rombongan YPO di terima di Istana Raja di Bangkok

Pada waktu sulit dan di mana suami tidak lagi memperoleh income, karena harus meninggalkan bisnis setelah diangkat Presiden menjadi Komisioner KPPU dengan honor yang sangat terbatas, Duma-lah yang memenuhi kebutuhan kami dari simpanannya termasuk dengan menjual harta yang dibeli dan dipeliharanya sendiri.

Honor Komisioner KPPU hanya Rp 12,5 juta, dipotong pajak, tentu tidak cukup untuk menutupi biaya kegiatan suami yang demikian banyak. Selanjutnya dengan tidak lagi memperoleh income setelah berhenti dari KPPU, namun masih melanjutkan berbagai pelayanan sosial dan publik, praktis seluruh kebutuhan untuk meneruskan kehidupan kami sepenuhnya ditanggung oleh Duma, dengan memanfaatkan simpanan dan harta. Bersyukur Duma sudah sejak awal terlibat dalam pengelolaan keuangan perusahaandaninipulakompetensiyangdimanfaatkannyauntuk mengelola keuangan gereja sewaktu ditunjuk menjadi Bendahara Gereja HKBP Menteng. Dia juga menjabat sebagai Bendahara Himpunan Dharma Kasih (HDK) HKBP, yang Ketua Umumnya adalah Ibu M. Panggabean sejak berdiri (tahun 1981), dan Ketua Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) HKBP Menteng sejak tahun 2005.

58
59
Merayakan malam Natal bersama anak-anak, menantu, cucu-cucu dan keluarga besan, St. Priautama & Yanti Tobing Bersama keluarga besan Marbun dan Lumbantobing beserta anak-anak, menantu dan cucu-cucu

Mereka yang terkasih yang memanggil kami Ompung Dasha Siregar, Moria Marbun dan Philo Lumban Tobing

60

Ungkapan isi hati Duma pada ulang tahun suaminya yang ke-70

62
63
Kebersamaan Duma dan saya dalam berbagai kesempatan

17.

Perjalanan Rohani ke Tanah Suci

Di usia lanjut, saya yang hampir 68 tahun dengan ring yang sudah terpasang di pembuluh darah di jantung, dan Duma 60 tahun, mengikuti perjalanan rohani ke Mesir, Israel, Palestina dan Jordania pada tgl. 15-26 Maret 2008. Meskipun ini bukan perjalanan pertama, karena sudah beberapa kali ke sana, baik itu untuk urusan bisnis, dinas maupun tour, tetapi inilah perjalanan rohani pertama kami. Meski demikian kami sangat merasakan penyertaan Tuhan selama perjalanan rohani tersebut. Bahkan dengankondisikami,TuhanmemampukankamimendakiGunung Sinai. Dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah sebagaimana tertulis di Alkitab, diperoleh manfaat yang memperdalam pengetahuan dan pemahaman tentang Alkitab, terutama semakin mendalami dan menghayati karya penyelamatan Tuhan atas umat manusia sekaligus mendorong pengenalan atas diri sendiri di hadapan Tuhan, dengan semangat dan kerinduan untuk mengikuti Firman Tuhan dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Perenungan selama mengikuti Perjalanan Rohani ke beberapa tempat bersejarah tersebut, semakin menggugah iman percaya setelah menghayati betapa besar kuasa Allah dan kasihNya melalui pengorbanan Yesus Kristus di Kayu Salib untuk menebus dosa-dosa manusia. Walaupun manusia sering menyimpang dari kehendak Allah, serta sering melupakanNya dan bahkan melawanNya, namun Tuhan Allah tidak membalaskan kejahatan dan pelanggaran kita, justru sebaliknya Allah mengorbankan AnakNya yang tunggal agar orang-orang yang percaya kepadaNya tidak binasa. Sebagai manusia kita sering mengeluh, takut, ragu,

64

bimbang dan khawatir sewaktu menghadapi berbagai kesulitan karena secara tidak sadar kita mencoba mengatasi dengan kemampuan sendiri. Mengapa tidak berserah sepenuh hati kepada Tuhan dengan berdoa dan memohon bimbingan dan petunjukNya? Mengapa setelah melewati persoalan baru sadar bahwa Tuhan menyertai dan setelah itu baru mengucap syukur? Mungkin terlambat, tetapi ternyata bukan karena sudah lama atau baru dimulainya kesadaran itu,melainkan yang lebih penting adalah kualitas dan penyerahan diri kepada Tuhan, serta berapa besar pengabdian dan hidup kita dapat menjadi berkat bagi banyakorangsesuaidengantalentadan kemampuan kitamasingmasing.

Memikul salib menyusuri Via Dolorosa – Jalan Salib

Satu hal yang kami catat dari Perjalanan Rohani tersebut, bahwa dalam melakukan perjalanan rohani tidak perlu ada kenalan dalam rombongan. Seperti halnya kami yang tidak mengenal satu pun dari sekian anggota rombongan, ternyata menjadi lebih bermanfaat. Tanpa direncanakan Duma bisa memimpin ibadah, pendeta berdoa dan menyampaikan khotbah. Saya bisa menjadi penerjemah dan guide. Tidak diatur ternyata baik karena Tuhan mengatur jauh lebih baik dan bahkan sempurna kalau kita menyerahkan semuanya kepadaNya.

65

18. Menjamu Perdana Menteri Jamaika

Pada21Mei2001,MenteriLuarNegeriAlwiShihabmengeluarkan Surat Pengakuan (Exequatur) untuk pengangkatan saya sebagai Konsul Kehormatan Jamaika di Jakarta dan mendapat segala kekuasaan dan hak-hak istimewa berdasarkan hukum antara bangsa-bangsa dan UU RI. Pesan untuk meyakinkan PM Jamaika saya lakukan dengan baik dan Perdana Menteri P.J. Patterson berkunjung memimpin delegasi Jamaika ke Jakarta pada 26-31 Mei 2001 untuk menghadiri G-15 Summit di JICC dan beberapa acara lainnya, seperti pertemuan bilateral Jamaika-RI di Pejambon, business luncheon di Mercantile Club. PM Jamaika dan rombongan sempat kami jamu di Restoran Oasis yang sangat mereka nikmati dengan rijsttafel dan vocal group Tarombo.

66
PM Jamaika, The Right Honourable P.J. Patterson di Restoran Oasis menikmati Vocal Group Tarombo

19. World Federation of Consuls (FICAC)

Dalam kapasitas sebagai Konsul Kehormatan Jamaika, setelah menghadiri Konferensi para Konsul Kehormatan Jamaika di Montego Bay, Jamaika, 3 November 2006, saya dan Duma mengikuti World Congress of Consuls (WCC) yang diselenggarakan oleh World Federation of Consuls (atau Federation Internationale des Corps et Associations Consulaires (FICAC)/Federasi Konsul Kehormatan Sedunia) di kota yang sama pada 4-6 November 2006. Pada saat mengikuti WCC tersebut, saya diminta berbicara, namun tidak boleh ikut dalam pemungutan suara, oleh karena Indonesia belum menjadi anggota FICAC. Untuk menjadi anggota FICAC, disarankan agar Indonesia membentuk asosiasi atau perkumpulan para Konhor.

67
Delegasi Perkumpulan Konsul-konsul Kehormatan untuk Indonesia (AHCI) di panggung pada gala dinner FICAC di Monaco, 13 November 2012

PadaKongres KonsulKehormatan Seduniayang ke-10 (the10th World Congress of Consuls) yang bernaung dibawah FICAC di Monaco pada tgl. 10-14 November 2012, Association of Honorary Consuls to Indonesia (AHCI = Asosiasi Konsul Kehormatan untuk Indonesia) terpilih untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan the 11th World Congress of Consuls tahun 2015 di Bali yang didahului oleh penyelenggaraan the 4th FICAC East Asia Regional Committee Meeting and the 3rd FICAC East Asia Regional Conference di Surabaya tgl. 14-17 November 2013, yang selanjutnya diberi tema “Asia to the World”.

68
Bersama Bpk. Djamal Ghozi Basmeleh & Ibu Azza Dina Djamal, Konsul Kehormatan Maroko dan Ibu Esthy Reko Astuti, Direktur Jenderal Promosi Pariwisata di Hotel JW Marriott, Surabaya
69
Duma di antara beberapa Konsul Kehormatan di Rumah Soematra, Surabaya Duma bersama Emma Siahaan di sela-sela Konferensi di Hotel JW Marriott, Surabaya

Diangkat Menjadi Konsul Kehormatan Republik Makedonia

Pada Juni 2007, saya menerima kunjungan Sekretaris Negara Kementerian Luar Negeri Republik Makedonia, Mr. Igor Ilievski, menyampaikan permintaan untuk menjadi Konhor Republik Makedonia untuk Indonesia atas rekomendasi Dubes RI di Budapest, yang merangkap Non-resident Ambassador RI untuk Makedonia, Mangasi Sihombing. Di samping saya sudah menjadi Konhor Jamaika, kepada Dubes Mangasi maupun tamu dari Makedonia saya katakan, saya sama sekali tidak tahu-menahu dengan Makedonia kecuali Aleksander Yang Agung dan belum pernahkesana.PejabatNegaraMakedoniatersebutmengatakan, sudah tahu mengenai hal itu dan seraya mengatakan sudah mewawancarai beberapa calon dan nanti yang akan memberikan keputusan adalah pemerintahnya. Sama seperti dengan Jamaika, proses dengan Makedonia juga lama, sampai akhirnya pada 10 Juli 2007, Perdana Menteri Republik Makedonia, Nikola Gruevski, mengirimkan nota kepada Pemerintah RI memberitahukan penunjukan saya sebagai Konhor Makedonia di Jakarta. Hampir setahun kemudian, pada 12 Juni 2008, Menteri Luar Negeri, Dr. N. Hassan Wirajuda, menerbitkan Surat Pengakuan (Exequatur) atas pengangkatan tersebut. Sebelum saya menerima penunjukan sebagai Konhor Makedonia, putri pertama kami, Hikolina, bersama suaminya Ade Godlief Siregar, melakukan kunjungan penjajakan potensi perdagangan ke Makedonia pada 24-26 Mei 2007. Hal yang sama dilakukan oleh putri kami nomor dua, Tiar Angela bersama Duma, dan putri bungsu, Felicia Rousia, ke Kroasia. Kroasia dan

70
20.

Makedonia berada di bawah wilayah kerja Duta Besar RI untuk Hongaria yang berkedudukan di Budapest. Dalam kunjungan itu mereka didampingi oleh Fajar Nuradi, Atase Perdagangan RI di Budapest.

Sebagai pembekalan untuk melaksanakan tugas sebagai Konhor Makedonia, pada 11-13 November 2008 saya bersama dengan putri, Tiar Angela berkunjung ke Skopje dan bertemu dengan Deputy Minister of MoFA, State Secretary of MoFA, State Councellor on EU Integration & International Cooperation, Economic Chamber of Macedonia (ECM) dan Agency for Foreign Investment.

Pada 28 April-3 Mei 2009, kami berkunjung ke Skopje menghadiri pertemuan pertama antara Menteri Luar Negeri Makedonia, Antonio Molososki, dengan para Konhor Makedonia dari berbagai belahan dunia. Pada kesempatan tersebut, saya bertemu dengan Kamar Dagang dan Industri Makedonia, Kementerian Perekonomian,dan AgencyforTourismSupport and Promotion of Macedonia.

Pada 11-17 November 2012, Menteri Luar Negeri Makedonia, Nikolai Poposki dan istri berkunjung ke Jakarta. Selama di Jakarta dia bertemu dengan Menlu RI, Marty Natalegawa, Hassan Wirajuda (Penasehat Presiden Bidang Hubungan Luar Negeri), Deputi Menteri Bidang Perekonomian, dan Gita Wiryawan, Menteri Perdagangan. Setelah itu Menlu Makedonia dan istri mengunjungi Bali, yang saya dampingi bersama Duma.

71
72
Bersama Menteri Luar Negeri Makedonia, Nikolai Poposki dan istri di Bali Sebagai Konsul Kehormatan sekaligus sebagai Ketua/Dean Association of Honorary Consuls to Indonesia (AHCI) berbincang cukup dekat dengan Presiden Joko Widodo pada jamuan kenegaraan (State Banquette), 17 Agustus 2016

21. World Chinese Economic Forum (WCEF) di Chongqing

Atas undangan Asian Strategy & Leadership Institute (ASLI) yang bergerak di bawah arahan Kantor Menteri Perdagangan Malaysia, saya diundang sebagai panelis pada World Chinese Economic Forum ke-6 di Chongqing pada 4-6 Desember 2014, di mana saya berbicara tentang perlunya kebijakan persaingan untuk menjaga persaingan yang sehat (fair trade) dalam era globalisasi yang semakin menggelontorkan perdagangan bebas (free trade). Susilo BambangYudhoyono,yangbarusajamengakhirijabatanPresiden RI untuk kedua kalinya, bersama Dr. Mari Pangestu turut menjadi pembicara pada forum yang dihadiri oleh hampir seribu tokoh pengusaha China dari berbagai belahan dunia. Forum tersebut dibuka oleh Wakil Presiden China, Li Yuan Chao, yang menekankan perlunya visi dan kerja sama antara China dan ASEAN untuk kemakmuran bersama.

Duma

73
bersama Dr. Mari Pangestu setelah mengikuti WCEF
74
Sebelum acara dimulai, saya dan Duma sempat sarapan pagi bersamaBapakSusiloBambangYudhoyonodanIbuAni,yangjuga didampingi oleh Duta Besar RI untuk RRT. Di Chongqing setelah mengikuti WCEF

22. St. Ny. Duma Pardede-Sitorus kembali menjadi Ketua Kelompok Peduli Pendidikan (Aleale ni Parsingkola)

Satu buah iman penting dari Jubileum 50 Tahun HKBP Menteng adalah terbentuknya Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) yang dalam bahasa Batak disebut Aleale ni Parsingkola, dengan tugas menggalang dana bantuan pendidikan dan menyalurkannya kepada anak-anak pendeta, warga yang tidak mampu, dan lainlain yang membutuhkan. Awal pelayanan ini sebelumnya telah dilakukan oleh Punguan Ina dalam apa yang mereka sebut “Manjomput Boras”.

75
Sukacita para penerima beasiswa dengan Pengurus KPP

Setelah pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Bidang Penggalangan Dana pada periode awal KPP, Duma yang sejak tahun 2005 sudah menjadi Ketua KPP, diminta kembali sebagai Ketua untuk periode 2020-2024. Sebagaimana sebelumnya, dalam kepengurusan KPP periode yang baru, Duma tetap melibatkan warga jemaat untuk turut ambil bagian dalam pengelolaan KPP antara lain St. Rohanna Simanjuntak-Sitorus (Wakil Ketua), Ny. Susi Panjaitan-Hutapea (Sekretaris), Ny. Anda Tamba-Gultom (Bendahara) dibantu oleh Hikolina sebagai Wakil Bendahara, Ny. Merry L. Tobing-Panjaitan (Koordinator Bidang Dana) dan Ny. Endang Banjarnahor-Situmorang (Koordinator Bidang Penyaluran). Bersama dengan Ny. Devi PanjaitanSimatupang, St. Manumpak Pasaribu dan Prof. Dr. Frieda Simangunsong- Siahaan, saya turut sebagai Penasihat.

Sebagai Ketua KPP memberikan sambutan dan pengarahan kepada para penerima beasiswa KPP

Ibadah virtual mensyukuri ulang tahun KPP ke-15 dengan Pdt. Binsar Pakpahan sebagai pembawa Firman

77
Bersama Pengurus KPP

23. St. Ny. Duma Pardede-Sitorus meneruskan pelayanan Inang Ny. M. Panggabean

Himpunan Dharma Kasih (HDK) sejak awal berdirinya pada tgl. 17 November 1981 diketuai oleh Inang Ny. M. Panggabean. Untuk mengisi kekosongan sepeninggal Inang Ny. M. Panggabean pada tgl. 30 Maret 2019, melalui Rapat Umum Anggota Himpunan Dharma Kasih (HDK) tgl. 20 Agustus 2020, St. Ny. Duma PardedeSitorus terpilih sebagai Ketua Umum HDK untuk periode 20202024. Dalam kepengurusan yang baru tersebut ikut juga antara lain Ny. Lady Tambunan-Nainggolan (Ketua Bidang Umum), Thomas E. Tampubolon (Ketua Bidang Dana), St. Todo Panggabean (Ketua Bidang Penyaluran), Ny. Susi PanjaitanHutapea (Sekretaris Umum) dan Ny. Eva Lydia PanggabeanSimanjuntak (Bendahara Umum). Saya bersama dengan St. PM Banjarnahor dan dr. Karmel Tambunan duduk sebagai Penasihat. Dengan kepengurusan yang baru pelayanan HDK untuk memberikan bantuan dana pendidikan untuk lembaga-lembaga pendidikan di bawah naungan HKBP dan juga anak-anak pendeta atau janda pendeta dapat lebih ditingkatkan.

78
Bersama Pengurus HDK di depan auditorium Sekolah Tinggi Biblevrouw di Sinaksak yang disumbangkan oleh HDK Bersama mahasiswa Sekolah Tinggi Diakones di Gereja HKBP Balige

Kepengurusan HDK tersebut telah disahkan Ephorus HKBP, Pdt. DR. Darwin Lumban Tobing melalui Surat Keputusan Ephorus HKBP No. 1125/L09/IX/2020 tgl. 1 September 2020 dan telah dikukuhkan melalui ibadah virtual pada tgl. 26 September 2020 yang dipimpin langsung oleh Ephorus.

80
St. Ny. Duma Pardede-Sitorus sebagai nara sumber bersama Pdt. Dr. Victor Tinambunan, pada acara Mimbar Agama Kristen di TVRI Ibadah virtual pengukuhan Pengurus HDK 2020-2024 oleh Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing

Kerja sama dan hubungan yang telah terbina baik selama ini dengan Pimpinan HKBP, terwujud juga dalam pertemuan dengan Ephorus HKBP yang baru, Pdt. DR. Robinson Butarbutar pada kunjungan pertama beliau ke Jakarta tgl. 9 Januari 2021 yang diselenggarakan di Hotel Sultan.

Sebagai Ketua Umum HDK memberikan sambutan dan laporan kegiatan HDK kepada Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Robinson Butarbutar dan Pimpinan HKBP periode 2020-2024, di Hotel Sultan, Jakarta

81
Penasihat dan Pengurus HDK dengan Ephorus HKBP Pdt. Dr. Robinson Butarbutar dan Sekretaris Jenderal, Pdt. Dr. Victor Tinambunan St. Ny. Duma Pardede-Sitorus sebagai Ketua Umum HDK diulosi oleh Ompu i Ephorus HKBP

Dengan Ephorus HKBP, Pdt. Dr. Robinson Butarbutar dan Inang

Di bawah kepemimpinan St. Ny. Duma Pardede-Sitorus, HDK telahmelakukan penggalangan dana khusussecara internaluntuk turut berkontribusi dalam pembangunan Gedung Arsip dan MuseumdimananamaHDKtelahditorehkandiprasastipadasaat peresmian dan juga bantuan untuk Dana Pensiun HKBP sebesar Rp. 100 juta. Susunan Pengurus Himpunan Dharma Kasih yang baru telah dimasukkan ke dalam Almanak HKBP 2021 sebagai suatu lembaga hatopan di bawah naungan HKBP.

83
Ajakan berkontribusi untuk Dana Pensiun HKBP

24. Memelihara dan melestarikan warisan

4 Oktober 2020 adalah hari ulang tahun saya ke-80. Puji Tuhan masih diberi waktu mencapai usia itu dengan segala keberadaan saya. Dalam hidup ini tiada lagi yang ingin dicapai selain berbuat yang terbaik bagi keluarga, sesama dan yang terpenting pelayanan bagi kemuliaan Tuhan. Sebagai ungkapan syukur atas usia tersebut dan untuk memberi arti bagi hidup yang telah dijalani dengan harapan pengalaman hidup saya dapat menjadi pembelajaran dan motivasi bagi generasi yang akan datang, saya dengan dukungan Duma dan anak-anak, menantu serta cucu meluncurkan buku tepat pada hari ulang tahun saya dengan judul “Engkau Membuat Berhasil Perjalananku”.

84
Peluncuran buku yang dilakukan secara virtual Bersama anak, menantu, dan cucu-cucu pada perayaan ulang tahun saya yang ke-80, 4 Oktober 2020

Anak, menantu dan cucu-cucu anugerah Tuhan yang terindah

Duma yang tahun ini merayakan ulang tahun ke-73 pada tgl. 2 Mei 2021, juga merasakan betapa baik dan besarnya berkat yang Tuhan anugerahkan dalam hidupnya. Bersama melalui berbagai gelombanghidup, menjalanianeka musimkehidupan yangmanis, pahit, getir yang dengan penyerahan diri pada tuntunan Tuhan, kami mampu melewati semua itu. Anak, menantu dan cucu-cucu menjadi harta yang tak ternilai dalam kebersamaan kami lima puluh tahun ini.

Bersamaan dengan perayaan ulang tahun Duma, putri ketiga kami, Felicia dan Priyanka yang sedang menantikan kelahiran anak kedua mengadakan acara gender reveal sebagai kejutan untuk memberitahukan jenis kelamin bayi yang akan lahir. Sukacita kami bertambah untuk menyambut anggota keluarga baru yang direncanakan lahir September 2021 mendatang.

86
87
Perayaan ulang tahun Duma ke-73

Pada akhir napak tilas pernikahan emas ini, kami berupaya untuk meneruskan memelihara warisan orangtua kami, khususnyadarimargaPardedeyaiturumahtinggalCamat/Asisten Wedana August Mulia Pardede/Lina boru Tampubolon di Banjar Ganjang dan Raja Pandua Domitian Pardede/Maria boru Siahaan di Huta Sipariama, Pardede Onan, Balige.

Sudah ada 554 keturunan Ompung kami termasuk 153 menantu,yangmasihhidupada464orangdarilimagenerasipada saat tulisan ini dibuat. Ada kerinduan untuk dapat berkumpul walau tidak mungkin semuanya, karena tinggal berserak di Balige, Medan, Pekanbaru, Jakarta, Bandung, Pontianak, Kuala Lumpur, Melbourne, Perth, Trondheim-Norwegia dan Amerika Serikat. Untuk memfasilitasi kerinduan tersebut sekaligus untuk menjalin silaturahmi yang berkelanjutan maka kami akan melanjutkan memelihara kedua rumah tersebut, bahkanbila mungkin juga rumah tinggal Raja Ihutan Pardede. Dengan harapan akan ada panggilan kerinduan untuk kembali ke kampung sebagaimana terjadi sejak tahun 1930-an.

88
Tiga generasi di depan rumah peninggalan August Mulia Pardede/Lina br. Tampubolon di Banjar Ganjang, Balige

Puji Tuhan, kesepakatan untuk tetap memelihara warisan itu agar tetap ada sudah dibuat dengan maksud agar rumah warisan tersebut tetap dapat dipelihara atas nama kakek/nenek dan bapak dan ibu kami dan tidak dijual. Setelah itu, berapa lama lagi umur ini akan diperpanjang? Biarlah Tuhan yang begitu penuh kasih yang menentukan dengan harapan kalau umur ini masih diperpanjang, Tuhan kiranya memakai hidup kami dan bekerja di dalam diri kami. Amin!

89
***
Di depan rumah peninggalan Raja Pandua Domitian Pardede/Maria br. Siahaan di Huta Sipariama, Pardede Onan, Balige
90
BagianKeempat
APA KATA SIAPA
92
KATA SAHABAT

Catatan dari sahabat

Dahlia Tobing (Kel. D.H. Tampubolon)

Mengenangmasatahun1967masuk kuliahdiIKIPJurusanBahasa Inggris,yang menjadifavoritkaummudapadawaktu itu,bertemu dan menjadi sahabat denganmu, Duma.

Kita bertiga dengan almarhumah Reni Pardede berteman akrab melewati sukaduka masa muda di perkuliahan, terjalin sampai beranak cucu.

Sebagai sahabat, hal menyangkut teman pria, kita juga saling terbuka. Duma, mengikuti nasihat Ibunda, pernah mengakhiri pertemanannya. Untuk itu, kita mengerti kalau teman prianya mengalami kekecewaan.

Tidaklama,Dumamenerimasuratdarisangpria,dankitaturut membaca. Isi suratnya demikian:

Oh my heart won't believe that you have left me

I keep telling myself that it's true I can get over anything you want my love But I can't get myself over you

Don't forget to remember me

And the love that used to be I still remember you, I love you

In my heart lies a memory to tell the stars above Don't forget to remember me my love

93

On my wall lies a photograph of you, girl

Though I try to forget you somehow

You're the mirror of my soul so take me out of my hole

Let me try to go on living right now

Bagi kita yang belajar Bahasa Inggris, sangat kagum dengan syair indah itu. Terharu karena yakin ini tulisan si pengirim surat. Tidak berapa lama Radio Amatir sering memutar lagu “Don't Forget To Remember Me” yang jadi top hits pada saat itu. Hal ini menyadarkan bahwa syair di surat yang kita kagumi itu adalahsyairlagu top. Satu kenanganyangtidak mudahdilupakan, khususnyabilamendengar lagu “Don't Forget To Remember Me”.

Kenangan lain saat piknik ke Pantai Cermin. Saat itu bertepatan dengan pemilihan ‘Mayang Terurai’. Duma terpilih jadi pemenang, karena kriterianya terpenuhi. Predikat ini, membuat foto-foto Duma diexpose. Sadar hal ini kurang sesuai dengan budaya dan iman, Duma tidak bersedia mengikuti rangkaian kegiatan selanjutnya.

Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) adalah wadah yang juga mengikat persahabatan kita sampai menjadi Senior GMKI Medan di Jakarta saat ini.

St. Duma (nama jabatan pelayananmu), usiamu telah 73 tahun tetapi tetap cantik, sehat dengan dedikasi yang tidak kendor pada pelayanan bagi Tuhan Yesus. Ompung ni si Dasha menjadi panggilan membahagiakan.

94

Selamat merayakan usia Pernikahan Emas 22 Mei 2021 buat keluarga yang berbahagia, Soy Martua Pardede & St. Duma Sitorus.

Tuhan Yesus memberkati dengan semua pinompar (pomparan) adalah doa dan harapan kami. ****

95

Sukacita teman, sukacita kita juga

Pdt. E.S. Simanungkalit, STh.

Berbagi sukacita membuat teman memperoleh sukacita berlipat ganda. Menyambut pernikahan yang ke-50 tahun, Amang Soy Pardede dengan Inang St. Duma Sitorus, saya menulis ringkas apa yang saya kenal dari keluarga ini. Saya tidak punya diary, atau catatan harian, tetapi yang masih tersimpan dalam ingatan, itulah yang saya tuliskan. Hubungan saya dengan keluarga ini, jelas dilandasi dan diwarnai hubungan antara pendeta dan anggota jemaat, bukan bisnis, politik atau organisasi lainnya, atau kepentingan yang tersembunyi.

Pada bulan Juni 1996 saya ditempatkan Pimpinan HKBP bertugas di HKBP Ressort Menteng Jl. Jambu 46, Jakarta Pusat. Mulai saat itulah saya mengenal keluarga ini, karena mereka anggota jemaat HKBP Menteng. Pada waktu itu, suasana di HKBP kurang bagus, karena ada dua kelompok yang berseberangan. Saya tidak mengulas hal itu di sini dan bukan kapasitas saya, dan memangtidakperlu.SayaAnggotaMajelisPusat,danpastilah anggota jemaat menunggu apa dan bagaimana saya dalam melaksanakan tugas. Saya bersyukur karena gereja ini dijaga ketenangannya untuk beribadah, dan tim doanya tekun dan terus berdoa syafaat untuk HKBP, warga jemaat dan pemerintah.

Suatu waktu diadakan pertemuan dengan para pemuka warga jemaat HKBP di Jakarta atas permintaan Ephorus (kala itu saya menjadi Parhalado Pusat) untuk membahas pemberdayaan aset HKBP yang demikian banyak. Namun diantara mereka yang beda pendapat cenderung ingin mendahulukan membahas soal

96

keadaan HKBP. Pak Soy dan istrinya mengatur tempat di ruang gereja, membawa tutup meja, cangkir dan peralatan yang perlu, agar suasana indah dan bersahabat. Itulah kesan pertama saya dengan keluarga ini. Saya melihat kesungguhan, siap repot dan mau capek untuk tujuan yang baik. Saya percaya, bahwa segala sesuatu dimulai dari hal yang kecil dan bermuara kepada yang lebih besar. Ibarat benda kecil dilempar ke kolam air, gelombangnya mulai dari yang kecil kemudian meluas di seluruh permukaan. Sudah pasti banyak sekali upaya penyatuan, pengorbanan, doa dan air mata di tempat lain di HKBP yang dilaksanakan, dan wujudnya terjadilah Sinode Godang Rekonsiliasi. Upaya rekonsiliasi tetap diupayakan. Terpujilah Tuhan!

Hubungan saya dengan keluarga Soy Pardede baik dan akrab. Saya sering diminta membawakan renungan di rumah mereka, Jl. Sutan Syahrir No. 25, apakah itu kebaktian keluarga, ulang tahun dan kebaktian marga Pardede, dan saya mulai mengenal kerabat, sahabat dan saudara lainnya. Catatan lain yang saya ingat, saat saya diminta Pak Soy untuk membawakan renungan saat acara patua hata dari marga Marbun kepada keluarga Pardede, karena borunya Pak Soy, Tiar Angela mau dinikahkan dengan putra Marbun. Saya sudah pindah tugas melayani di HKBP Duren Sawit, tetapi Soy Pardede menanyakan kalau saya berkenan untuk membawakan khotbah. Apakah karena ingat sering datang ke Sutan Syahrir, atau karena sering berkomunikasi dan minta didoakan semasih Tiar kuliah di London? Tidak perlu dijawab kenapa. Saya datang dari HKBP Duren Sawit, tempat tugas saya yang baru. Karena sifatnya kegiatan keluarga, bukan dari gereja, tentu keluarga bebas untuk memanggil pendeta lain, dan saya

97

datang dari Jakarta Timur ke Jl. Sutan Syahrir No. 25, Jakarta Pusat. Saya bersukacita, karena saya juga diminta keluarga saat acara tertentu ke rumah keluarga mertua Hiko di daerah Mampang karena boru mereka, Hikolina Christina menikah dengan marga Siregar, yang rumahnya di daerah Mampang. Semasih Hiko dan Tiar sekolah di luar negeri, saya diminta dari Jl. Sutan Syahrir, Jakarta untukmendoakan mereka, sekolahnya, dan ujian yang mereka hadapi supaya lulus. Tuhan meluluskan, bukan saya.

Setiap ulang tahun, mengajak kita untuk dua hal. Menoleh ke belakang apa yang ditempuh dan ke depan melihat apa seterusnya yang akan dijalani. 50 tahun, itu bukan hanya dua angka, tetapi 50 tahun kalau dihitung harinya, itu sama dengan 18.250hari.Apayangtelahkitatempuhsejakmenikahhinggahari ini? Rinciannya Pak Soy dan St. Duma Sitorus yang tahu detailnya. Kami hanya sampaikan bahwa hidup ini perjalanan, life is a journey. Di situ ada suka dan duka, senang dan susah, sehat dan sakit. Saya ingat Inang St. Duma sakit tempo hari, dan puji syukur Inang sudah sehat. Syukurilah, karena Tuhan berkenan menyambut Inang menjadi Sintua di GerejaNya. ****

98

For Where Thou Art

Dra. Merry L. Panjaitan, M.M., MBA

Suatu kehormatan bagi saya memperoleh kesempatan dari penulis untuk menyambut penerbitan perdana buku yang berjudul “Napak Tilas: Perkawinan Emas Soy Martua Pardede & St. Duma Sitorus”. Buku autobiografi ini memaparkan kesaksian hidup,pengalaman dan pemikiran yang tertuangdalamrangkaian narasi dengan ragam substansi dari suatu episode pelayaran bahtera perkawinan penulis bersama istri tercinta. Berbagai nilai universal yang terkandung dalam buku ini dengan mengambil sudut pandang kemanusiaan dan pergaulan sosial dalam kemasyarakatan. Penulisan buku ini dimaksudkan sebagai suatu persembahan ungkapan syukur penulis untuk Golden Wedding Anniversary (Peringatan 50 Tahun Perkawinan), diawali dengan pemaparan mengenai lintasan untuk tapak awal mula ketertarikan seorang pemuda keturunan Raja Pandua Pardede yang telah menyelesaikan pendidikannya di Negeri Sakura, Jepang, mengagumi kecantikan hati seorang pemudi keturunan Raja Pandua Sitorus, yang juga bergelar Ratu Pantai Cermin. Kehadiran cinta kasih menghantarkan mereka berdua pada suatu tempo tonggak bersejarah 50 tahun yang silam yaitu berikrar mengikat janji setia abadi dalam suatu Janji Suci Pernikahan di depan altar Gereja HKBP Sudirman, Medan.

99

Dalam penulisan suatu autobiografi tokoh/public figure tentu tidaklah mudah, sangat banyak sekali aspek yang harus diperhatikan, sehingga adanya pembatasan dalam buku ini dimaksudkan agar penyajian alur cerita memudahkan pembaca dalam memahami makna yang terkandung di dalamnya. Penulis telah meminimalkan kecenderungan untuk hanya memaparkan hal-hal yang positif/baik saja, dimana penyampaian hal-hal positif dan negatif (yang bernilai pembelajaran hidup) secara berimbang dan proporsional, karena diyakini bahwa kondisi baik/buruk masing-masingdapatmemberikannilaidanhikmahpembelajaran kehidupan. Kesaksian dan pengalaman penulis telah diramu dengan rempah-rempah filosof perkawinan yang sarat dengan khasiat yang membuat Pohon Kehidupan keluarga penulis semakin hari semakin bertumbuh, semakin rindang dan menjadi tempat berteduh bagi siapapun yang membutuhkan, semakin sarat dengan buah-buah kasih dan semakin berakar kuat memperkokoh kekuatan cinta.

Peranan penulis sebagai nakhoda yang berintegritas dan berkarakter serta mengandalkan penyertaan Tuhan, telah mencerminkan keluarga Kristiani. Kebersamaan pasangan suami istri dalam beragam agenda kehidupan berumah tangga, telah mempererat ikatan lahir batin untuk saling memahami, saling membangun, seiya-sekata, serasa senasib sepenanggungan, dapat terlihat dengan jelas dimana baik penulis maupun istri tercinta saling memberikan kesempatan dan dukungan penuh dalam menjalani 3 (tiga) bentuk profesi mereka berdua secara profesional, yaitu pertama, sebagai kepala keluarga/ibu rumah tangga, kedua, sebagai businessman/business woman, dan

100

sebagai pelayan kerohanian untuk pelayanan di ladang Tuhan/kegiatan peduli sosial.

Penulisdanistritercintamemprioritaskankebersamaandalam mengikuti irama putaran waktu perkawinan mereka. Dimanapun dan apapun aktivitas yang dilakoni mereka, telah menciptakan simfoni yang harmonis. For where thou art, there is the world itself, and where thou art not, desolation – William Shakespeare.

Saya sangat merekomendasikan buku Napak Tilas ini menjadi bacaan bagi semua kalangan, karena banyak sekali manfaat dan faedah yang dapat dipetik untuk melanggengkan suatu perkawinan ataupun untuk memotivasi siapapun yang sedang merintis menuju kesuksesan. Semoga buku Napak Tilas ini dapat menjadi warisan kebaikan yang berharga bagi kita semua. ***

101

Soy dan Duma: Melewati Gerbang Emas

Darpan A. Pandjaitan dan Susi Hutapea

“Dilema kita sesungguhnya adalah bagaimana mewariskan nilai-nilai keluarga kepada generasi penerus, sementara pilihan (dalam masyarakat) yang tersedia amat beragam” (Tipper Gore, istri Al Gore, Wapres Amerika Serikat 1993 – 2001)

Usia kami (saya dan Susi) berbeda 30 tahun dengan usia Amang Soy dan Inang St. Duma. Perbedaan usia ini kira-kira sama dengan rentang usia antara kami dengan anak kami, Edgar. Ini adalah gambaran yang sehari-hari kita temui di mana ada 3 generasi (ompung, orangtua dan cucu) melewati kehidupan bersama.

Sebagai generasi yang berada “di tengah”, kami kerap menemukan jarak, perbedaan, rumpang nilai (value gap) antar generasi ini. Perbedaan bertutur, berperilaku, berpakaian, merupakan contoh perbedaan yang kerap kami temui. Tidak jarang kita berkomentar, ‘Anak jaman sekarang’ tentang anak/cucu kita. Kita sering terkejut, ternyata perbedaan generasi itubenar-benarlebar.Bagisebagianorang,perbedaaninibisajadi hal yang menakutkan.

Perjalanan kehidupan rumah tangga Amang Soy Pardede dan Inang St. Duma Sitorus yang terekam dalam tulisan ini, memberikan kesempatan bagi kami sebagai generasi yang lebih muda untuk berefleksi. Kami menemukan bahwa perbedaan

102

tersebut bukanlah jurang yang menakutkan, tapi nuansa yang memperkaya wawasan.

Ada 3 hal mendasar yang sungguh membuka cakrawala berpikir para pembacanya.

Pertama, semangat berbagi pembaruan pemikiran bagi lingkungan sekitar.

Sebagai pelaku usaha yang terlibat dalam perekonomian bangsa ini sejak orde baru, reformasi, hingga saat ini, Amang Soy memiliki rekam jejak yang panjang dalam berbagai forum lokal, nasional dan internasional. Sebagaimana yang kami ketahui, Amang Soy sempat menjadi Komisioner pada masa awal lahirnya Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di negara ini. Suatu posisiyang menunjukkankomitmen untuk memberikannilailebih bagi terciptanya persaingan usaha yang sehat.

Keterlibatan Amang Soy di lingkup antarnegara, tidak lepas dari dukungan Inang St. Duma yang mendampingi beliau dalam forum-forum penting.

Hal-hal positif yang didapatkan dalampergaulan tingkatdunia, ternyata juga diimplementasikan secara konsisten dalam lingkup yang lebih kecil, dalam lingkup gereja, khususnya Gereja HKBP

Menteng dan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI). Kita mencatat bahwaAmangSoymemilikiandilyangbesardalampembangunan dan kegiatan LAI. Dengan demikian, kesempatan yang diberikan Tuhan kepada keluarga ini, tidak berhenti begitu saja. Namun mengalir dan dibagikan kepada lingkungan sekitarnya.

103

Kedua, komitmen melayani sesama

Dalam lingkungan gereja HKBP Menteng, Inang St. Dumamemberikanpengabdian terbaiknyaselama15tahun. Inang St. Duma juga berperan aktif sebagai Bendahara Umum Himpunan Dharma Kasih (HDK) selama hampir 40 tahun dan saat ini menjadi Ketua Umum. Lebih dari itu, meskipun telah pensiun dari jabatannya sebagai Sintua, Inang St. Duma juga terus berperan aktif sebagai Ketua Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) HKBP Menteng. Ketekunan Inang St. Duma dalammemimpinkepengurusanHDKdanKPPyang memfokuskan kepedulian kepada dunia pendidikan, telah mengantarkan ratusan orang kepada jenjang pendidikan tertinggi yang harus ditempuh.

Dari hal ini kita belajar, bahwa jabatan boleh berlalu, namun komitmen melayani dipegang teguh oleh Amang dan Inang sampai sekarang, bahkan tentunya sampai akhir kehidupan.

104

Ketiga, keteladanan bahwa kasih memampukan kita untuk mencapai puncak tanpa pernah tercabut dari akar

Sebagai umat Kristen, kasih merupakan dasar utama dan satusatunya bagi keluarga ini. Atas dasar kasih, terbentuklah komunikasi yang terbuka dan akrab antar anggota keluarga. Keluarga yang telah menjadi besar dengan bertambahnya menantu dan cucu, tidak pernah goyah karena kokohnya pondasi kasih tersebut.

Dengandasarkasihdaninteraksiyangakrab,internalisasinilainilai iman Kristiani dan adat Batak berjalan tanpa hambatan bagi anak dan cucu, sebagai penerus Pardede. Kami menyaksikan bagaimana para cucu Amang dan Inang ini telah terpanggil untuk memberikan talentanya untuk kegiatan Gereja dan senantiasa bertumbuh dalam iman.

Tupper Gore menyebutkan bahwa dilema saat ini adalah bagaimana mewariskan nilai keluarga kepada generasi penerus. Ini dikatakannya karena ia menyaksikan bagaimana dahsyatnya serbuan nilai-nilai baru yang yang menarik namun destruktif kepada generasi muda. Gore menyebutnya sebagai “dilema”, pilihan yang teramat sulit.

Kita ikut bersukacita, dilema ini tidak terjadi pada keluarga Amang Soy dan Inang St. Duma, dalam lima puluh tahun perjalanan mereka. Kita pun kiranya dapat belajar, bahwa ketiga nilai tersebut, (1) semangat pembaruan, (2) komitmen melayani sesama dan (3) kasih sebagai dasar utama, adalah kunci

105

keberhasilan dan keteladanan yang patut kita tiru dari pasangan yang berbahagia ini.

Selamat Ulang Tahun Pernikahan ke-50, Amang dan Inang. Terima kasih telah menciptakan jejak untuk kami tapaki, yang membuat langkah kami menjadi lebih mudah.

Tuhan Yesus memberkati Keluarga Amang selamanya. ****

106

Kunci

Mencapai Pernikahan Emas 50 Tahun: Belajar dari Soy Martua Pardede dan St. Duma Sitorus

Pdt. Binsar Jonathan Pakpahan

Selamat ulang tahun emas pernikahan ke-50, Ompung Soy Martua Pardede dan Ompung boru St. Duma Sitorus! Saya senang sekali diajak untuk menyumbangkan tulisan bagi kumpulan tulisan para sahabat untuk ulang tahun emas pernikahan orangtua yang saya kasihi. Dalam beberapa tahun belakangan, saya menjadi cukup sering berinteraksi dengan Ompung doli dan boru dalam berbagai kegiatan, mulai dari Punguan Lansia, Kelompok Peduli Pendidikan (AleAle ni Parsingkola) HKBP Menteng, bahkan acara-acara keluarga.

Saya tentu tidak berani menulis sebuah pesan atau nasihat untuk mereka, bukan hanya dari posisi usia dan pengalaman, juga dari sudut hula-hula Pardede, karena istri saya boru Pardede. Tapi adabeberapahalyangbisasayabagi,yaitupengamatansayaakan kehidupan mereka berdasarkan interaksi kami, dan kesaksian orang-orang mengenai mereka kepada saya.

Lima puluh tahun pernikahan berarti beberapa hal. Pertama, kesehatan fisik prima, sehingga keduanya tetap sehat sampai 50 tahun pernikahan plus usia mereka sendiri di waktu menikah. Kedua, kedamaian dalam rumah tangga dan keluarga, sehingga tidak ada yang pergi meninggalkan yang lain. Ketiga, dukungan dan kemandirian anak-anak dan cucu, sehingga perayaan lima

107

puluh tahun bisa terjadi. Tiga hal di atas, jika berdiri sendirisendiri, sudah luar biasa, apalagi jika dikombinasikan.

Karena itu, saya akan mencoba menjelaskan ketiga hal tersebut sebagai pengingat bagi diri saya, supaya saya bisa mencapaiperayaan,yangjikaTuhanmengizinkan,barusayacapai di usia 81 tahun nanti.

Pertama,kesehatanfisik prima.Beberapakalisayamendengar kesaksian Ompung Soy, bahwa dia juga memiliki kecenderungan untuk memiliki penyakit yang serius. Namun, karena mengetahui resikonya, beliau menjaga betul asupan gizi. Ketika saya didiagnosa positif Covid-19 di Juli 2020 dan isolasi mandiri, setiap hari saya menerima makan siang saya dari Ompung Duma. Mereka mengirim makanan yang mereka juga nikmati di rumah, sehingga saya jadi paham mengapa rahasia nomor satu, yaitu kesehatan terjaga dengan baik. Kunci dari kesehatan adalah menjaga asupan gizi yang cukup dan menjaga pikiran.

Dari cara demikian, saya memahami bahwa Ompung doli dan boru mengetahui siapa dirinya, menganalisis ancaman, dan melakukan hal-hal yang membuat ancaman tersebut bisa diminimalisir. Tentu Ompung Soy memang seperti itu, seorang yang perfeksionis. Tidak jarang saya menemuinya dalam beberapa acara mencoba membetulkan hal-hal yang menurutnya tidak berjalan sesuai rencana. Pada akhirnya, karena ketelitian, acara yang dipegangnya selalu berjalan baik. Prinsip ini bukan hanya diterapkan dalam dunia bisnis, juga diberlakukan dalam pengelolaan kesehatan. Berbeda dengan kebanyakan orangtua yang saya kenal, yang menolak untuk diperiksa karena takut

108

ketahuan sakitnya apa, Ompung justru ingin mengetahui apa ancaman untuk bisa mengatasinya.

Faktor kedua, kedamaian rumah tangga dan keluarga. Rumah tangga perlu dibangun di atas fondasi yang kuat sehingga menjadi berkat dan saling menguatkan mereka yang ada di dalamnya dan yang datang. Jika membaca kisah pertemuan Ompung doli dan Ompung boru, ucapan jika jodoh memang tidak ke mana-mana, pantas kita sematkan ke cerita mereka berdua. Mulai dari janji untuk dipertemukan yang cukup lama sudah direncanakan dan akhirnya setelah setahun pertemuan terjadi dan begitu berkesan, menunjukkan keduanya memang diperuntukkan bagi yang lain.

Dalam perjalanan rumah tangga, suami istri perlu saling mendukung. Ketika sibuk dengan pekerjaan bisnis, Ompung boru mendukung Ompung doli. Ketika melakukan berbagai pekerjaan pelayanan sebagai sintua di HKBP Menteng, Ompung doli mendukung Ompung boru.

Rumah tangga yang saling mendukung memang diawali di rumah,sejak diJakartadipavilionrumah amanguda diJl.Rajawali Selatan, rumah di Tebet hingga di Jl. Sutan Syahrir sekarang. Prinsip untuk orang Batak, rumah (Ingg.: home; Batak: bagas) bukan sekedar tempat tinggal (Ingg.: House; Batak: jabu). Rumah adalah identitas. Seseorang akan merasa terikat kepada rumahnya. Karena itu orang Batak selalu pulang setahun sekali dalam acara tahun baru untuk berkumpul dengan keluarga. Rumah juga sering dihubungkan dengan marga. Misalnya marga si inirumahnya disini. Rumah juga menjadi sangat pentingkarena dia adalah sarana pemersatu setelah seharian berinteraksi dengan orang luar. Sejak dulu, orang Tionghoa sudah merasakan

109

pentingnya rumah dan mengembangkannya dalam ilmu feng shui dan hong shui. Orang Israel juga seperti itu. Ketika rumah menjadi tempat yang nyaman dan aman, kita akan mencari perlindungan dengan pulang ke rumah. Kalau kita lelah kita kembali ke rumah. Itu sebabnya, Ompung selalu mengajak orang untuk bertemu di rumahnya di Jl. Sutan Syahrir. Home di Jl. Sutan Syahrir juga menjadi berkat bagi mereka yang tinggal dan yang datang. Rumah memberikan kehangatan juga meneruskan berkat kepada yang memerlukan. Saya melihat kunci dari kedamaian dalam keluarga adalah membangun rumah dalam Tuhan. Pemazmur berkata, Jika bukan Tuhan yang membangun, sia-sialah kita membangunnya. Ompung St. Duma aktif sekali dalam KPP Ale-ale ni Parsingkola HKBP Mentengjuga dalam Himpunan Dharma Kasih.Di organisasi terakhir, sejak 15 Agustus 2020, beliau dipilih untuk menjadi Ketua. Kedua organisasi ini aktif membantu mereka yang kesulitan dalam biaya bersekolah dan berbagai kegiatan kemanusiaan lainnya. Berkat yang diterima di home Jl. Sutan Syahrir, diextend ke luar. Ini adalah kunci kedua untuk mencapai usia emas rumah tangga 50 tahun.

Faktor ketiga adalah dukungan dan kemandirian anak-anak dan cucu. Tanpa dukungan keluarga, pasangan tidak bisa membuat perayaan ucapan syukur kebersamaan mereka. Kerukunanketurunanadalahpermintaanutamadarimerekayang mencapaiusiaini.Bimbingandanarahandariorangtuadiperlukan agar anak-anak serta cucu, bisa mengelola perbedaan mereka. Bukan hanya bicara soal keturunan mereka, Ompung doli dan boru juga sangat peduli terhadap kegiatan pomparan ompung

110

mereka. Mereka menjalin pomparan Camat/Asisten Wedana August Mulia Pardede/Lina boru Tampubolon dan Raja Pandua Domitian Pardede/Maria boru Siahaan yang berjumlah 554 dalam 5 generasi. Juga dalam Natal Punguan Sitorus, juga Bona Taon Pomparan Ompung Marhansing Tampubolon, saya melihat peran Ompung doli dan boru yang dinantikan oleh keluarga besar. Semoga, nasihat dan didikan dalam Tuhan yang mereka telah ajarkan tetap tinggal dan diam dalam anak dan cucu, juga keluarga di sekitar mereka. Terakhir, ketika Ayah saya meninggal dunia, Ompung doli, Ompung boru, dan Kak Hiko datang dan membawa taplak meja bordir untuk alas peristirahatan Ayah, bahkan memasangnya sendiri. Perhatian akan yang berduka seperti itu tentu menjadi poin pengajaran yang sudah diteruskan kepada keturunannya. Tentu di atas ketiga faktor tadi, karunia Tuhan adalah kuncinya.Tanpakarunia-Nya,sebaikapapunusahakita,kitatidak akan mampu mencapainya. Tuhan telah memberkati pernikahan ini hingga 50 tahun. Sekali lagi ketiga kunci yang saya pelajari dari Ompung doli dan Ompung boru akan saya coba terapkan juga dalam kehidupan saya. Terima kasih untuk segala kebaikannya, danizinkansayamenutupdengansatuayatdariKolose3:14, “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”

111
****
112
KATA KERABAT

Setiap tempat adalah sekolah, setiap orang adalah guru.

Amangboru Soy dan Namboru Duma menjadi sosok guru bagi kami.Guruyangmengajarkanbagaimanamengelolasumberdaya yang dimiliki dengan bijak.

Keluarga, pendidikan, komunitas, jaringan, bahkan adat budaya yang kita miliki adalah aset-aset bernilai tinggi, tempat yang baik untuk kita berkontribusi positif di dalamnya.

Ada kalimat Amangboru Soy yang selalu saya ingat; "Kita harus selalu sibuk dan aktif. Karena semakin kita sibuk, semakin pandailah kita mengelola waktu kita agar semua bisa dikerjakan."

Dari Namboru Duma saya belajar ketenangan dan kelemahlembutan, kepekaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan orang lain.

Setiap kami berkunjung ke rumah, Namboru selalu menyediakan suguhan untuk kami bawa pulang, selalu saja ada cenderamata yang beliau siapkan untuk menyenangkan orang lain.

Namboru juga menginspirasi saya untuk terus gigih dan tulus dalam membantu satu sama lain, tanpa pandang bulu dan situasi. Dari dukungan doa, bantuan pendidikan, dukungan untuk gereja juga kampung halaman, semua beliau perjuangkan untuk bisa menopang sahabat dan saudara yang membutuhkan. Beliau menanamkan kepada generasi muda bahwa menjadi bermanfaat untuk oranglainadalah panggilan sejatinyasemua umatmanusia.

113

Tercatat kerja sama yang sangat erat dan baik antara Mama saya dan Namboru sewaktu merenovasi rumah Asisten Wedana/Camat yaitu ayahanda Amangboru di Balige. Dua orang Ibu yang demikian cermat dapat bekerjasama membangun ulang rumah tersebut dengan sangat baik dan diresmikan oleh Bupati Lundu Panjaitan yang sengaja datang dari Tarutung untuk menandakan betapa pentingnya memelihara warisan dan kebersamaan keluarga, tidak hanya di acara adat akan tetapi bekerja sama dalam kehidupan yang nyata sesuai kebutuhan.

Melalui doa subuhnya, Namboru menyampaikan harapanharapan baiknya untuk kami kepada Tuhan. Kami bersyukur bisa merasakan kasihnya.

Dear Amangboru dan Namboru, Selamat Hari Pernikahan ke-50. Sebuah anugerah yang besar dapat menikmati perayaan dan syukuran ini dalam kesehatan yang sangat baik, bersama-sama dalam kasih. Terima kasih telah banyak menjadi teladan dan contoh nyata bagi kami untuk bermanfaat bagi banyak orang. Akhir hidup yang besar bukanlah pengetahuan, melainkan perbuatan.

God bless, God will take care of you always! With Love, Remaja Tampubolon Nervin Siagian Ruth Tampubolon Mario Tampubolon

114

Berkarya dan Melayani Sampai Akhir

Nelson

“Selamat Ulang Tahun Perkawinan yang ke-50 untuk Pak Soy Martua Pardede dan Ibu Duma Pardede boru Sitorus.”

Perkawinan selama 50 tahun bukanlah waktu yang tergolong singkat. Rasanya tidak terlalu banyak suami istri yang bisa menikmatinya dengan kondisi masih lengkap dua-duanya. Usia seseorang mungkin bisa mencapai 70 tahun atau lebih, tetapi belum tentu bisa menikmati Ulang Tahun Perkawinan ke-50 karena pasangannya sudah keburu meninggal lebih dahulu. Pak Soy Martua Pardede (Pak Soy) dan Ibu Duma Pardede br Sitorus (Ibu Duma), tentunya termasuk dalam kelompok yang “tidak terlalu banyak” itu.

Dalam hubungan kekerabatan/keluarga Batak, saya memanggil Pak Soy dengan sebutan “Lae” dan Ibu Duma dengan sebutan “Ito” karena Pak Soy dilahirkan oleh seorang ibu bermarga Tampubolon, yang kebetulan adalah Namboru (tante) saya. Namun dalam penulisan untuk buku ini, saya akan selalu memanggil Pak Soy dan Ibu Duma, karena buku ini tentunya bukanhanyasekedarkonsumsibacaankeluarga saja,tetapiuntuk bahan bacaan masyarakat luas.

Saya merupakan pengagum Pak Soy sejak saya masih kecil, masih tinggal di kampung, di Balige. Saya masih ingat pada waktu itu, nama Pak Soy sudah bergema, sangat terkenal di lingkungan keluarga kami Tampubolon, tentunya demikian juga

115
Tampubolon dan Titi Sri Hardjati

dengan lingkungan keluarga Pak Soy, keluarga Pardede. Setiap kali mendengar nama Pak Soy, yang biasanya dipanggil dengan nama “Martua” di lingkungan keluarga, yang langsung terbayang adalah seorang anggota keluarga yang masih muda dan sudah sukses, sudah menjadi pengusaha kaya. Tentunya nama Pak Soy sering menjadi bahan pembicaraan di lingkungan keluarga dan selalu dengan rasa bangga.

Saya sendiri jarang bertemu dengan Pak Soy pada waktu saya masih tinggal di kampung. Memang usia saya dan Pak Soy berbeda cukup jauh. Pak Soy seusia dengan kakak saya yang paling tua, abang Pontas Tampubolon (Alm). Saya ingat, beberapa kali saya berkesempatan melihat wajah Pak Soy, wajah yang selalu tampil dengan tersenyum, berpakaian rapi dan penuh keramah-tamahan kepada siapa saja, terutama tentunya kepada keluarga Tampubolon, marga dari ibu yang melahirkan Pak Soy.

Tetapi saya punya feeling, Pak Soy pasti tidak ingat pernah melihat saya waktu masih tinggal di kampung (Balige). Terus terang saja, Pak Soy sering jadi percontohan. Masih segar dalam ingatan saya pesan dari ibu yang melahirkan saya (inang): “kamu harus belajar dengan baik supaya nanti bisa seperti lae (ipar) mu, Martua” tentunya dalam bahasa Batak. Pesan ini sering diulangulang kepada saya.

Cukup lama nama Pak Soy tidak lagi saya dengar, terutama setelah saya meninggalkan kampung halaman untuk melanjutkan studi di Bandung. Saya mungkin terlalu fokus pada studi saya, padahal sebenarnya kalau membaca bukunya Pak Soy ini, di masa itu ketika saya sedang kuliah di Bandung, Pak Soy sedang mulai memasuki“kelompokelite”dimasyarakatdenganberbagai

116

kegiatannya seperti dipaparkan dalam buku autobiografinya. Bahkan di awal saya sudah menggeluti pekerjaan di Jakarta, sebagai pegawai Bank Indonesia, cukup lama saya tetap belum punya interaksi dengan Pak Soy dan Ibu Duma serta keluarga. Ini tentu merupakan kelemahan saya sebagai seorang junior dan pendatang baru di Jakarta, seharusnya mengambil inisiatif lebih dulu untuk membangun komunikasi dengan yang lebih senior.

Interaksi saya dengan Pak Soy mulai intens pada waktu saya sudah memimpin salah satu Departemen di sektor Perbankan Bank Indonesia. Unit kerja yang saya pimpin sering melakukan kerja sama dengan Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia) yang pada waktu itu dipimpin oleh Pak Aburizal Bakrie, dan Pak Soy menjadi salah satu pejabat teras Kadin. Dari pertemuan kedinasan tersebut, akhirnya berlanjut kepada komunikasi yang bersifat kekeluargaan yang lebih intens, karena pada dasarnya, saya dan Pak Soy memang memiliki hubungan keluarga yang sangat dekat.

Saya ingat pada tahun 2005, sewaktu saya akan pindah ke Singapura untuk bertugas di Kantor Perwakilan BI Singapura, Pak Soy dan Ibu Duma secara khusus mengadakan upacara sederhana di rumah mereka, Jln. Sutan Syahrir No. 25 sebagai ucapan syukur dan doa bersama untuk melepas keberangkatan kami sekeluarga bertugas di Singapura dengan mengundang beberapa anggota keluarga lainnya.

Sewaktusayadan keluarga bertugas diSingapuraantaratahun 2005-2008, beberapa kali Pak Soy yang kebetulan punya urusan di Singapura, menyempatkan diri untuk bertemu dengan kami.

117

Yang tidak bisa saya lupakan, pada waktu saya sedang menghadapi proses seleksi untuk menduduki salah satu posisi Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2012, sebuah lembaga negara yang baru saja dibentuk oleh Pemerintah, Pak Soy memberikan dukungan yang sangat kuat, saya sempat diajak bertemu dengan beberapa tokoh masyarakat. Bahkan pada waktu saya sedang dalam proses Fit and Proper Test di Komisi XI, DPR, Pak Soy ikut menyaksikan secara langsung di Gedung DPR. Kehadirannya mendampingi saya pada waktu itu, sungguh terasa menjadi faktor yang menguatkan saya. Satu sisi lain dari Pak Soy, meskipun mempunyai kesibukan yang luar biasa, seperti yang digambarkan dalam buku ini, ada satu sisi lain yang belum disinggung, paling tidak ini dari kacamata saya. Pak Soy juga sangat menguasai tata cara berjalannya adat Batak, dan juga cukup aktif mengikuti kegiatan-kegiatan adat Batak yang memang membutuhkan kehadirannya. Demikian juga denganIbuDumayang selalusetia mendukung dan mendampingi Pak Soy dalam setiap kegiatan-kegiatannya, termasuk kegiatan adat Batak.

Seperti yang bisa dibaca dalam buku ini, kegiatan Ibu Duma sebenarnya tidak kalah sibuknya dibanding Pak Soy. Di samping kegiatan sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab dalam menciptakan suasana yang selalu damai, nyaman dan tentram di dalam kehidupan keluarga, juga sebagaimana ibu rumah tangga pada umumnya, berperan sebagai “Menteri Keuangan” dalam keluarga. Ibu Duma juga memiliki begitu banyak kegiatan lainnya, ya sebagai pengusaha, ya sebagai sosialita, ya sebagai hamba Tuhan yang aktif melayani jemaat di

118

gereja, aktif dalam mengikuti kegiatan-kegiatan adat Batak, juga sebagai pendamping Pak Soy dalam berbagai kegiatan kedinasan, baik di dalam maupun di luar negeri, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan Ibu Duma yang selalu mengisi kesibukannya sehari-hari. Saya sendiri kadang-kadang tidak habis pikir, bagaimana Ibu Duma mengatur waktunya supaya semua kegiatan tersebut bisa berjalan dengan baik dan seimbang. Dan dalam kesibukan yang begitu tinggi, saya belum pernah melihat wajah yang capek, atau letih, apalagi mendengar keluhan yang keluar dari Ibu Duma.

AdasatuhalyangmenarikdariIbuDuma.Penampilannyayang selalu rapi, berikut tata rambutnya, penuh dengan senyuman dan selaluberbicaradenganlembut,bukan hanyakalausedangtampil di muka publik, tetapi juga kalau sedang berada di lingkungan keluarga, bahkan dalam kehidupan sehari-hari di rumah. Istri saya, Titi, tidak habis-habisnya menyatakan kekaguman dan pujiannya atas penampilan Ibu Duma ini. Mungkin itu juga yang membuat Ibu Duma kelihatan jauh lebih muda dibanding usia yang sebenarnya.

Tetapi bagi saya, yang paling berkesan selama mengenal Ibu Duma, adalah peranannya yang sangat menonjol dalam merajut kebersamaan di lingkungan keluarga Tampubolon, khususnya keturunan kakek (Ompung) kami, “Ompu Marhansing Tampubolon”, kakek dari ibu yang melahirkan Pak Soy, yang juga kakek dari bapak saya. Dalam pandangan saya, Ibu Duma sangat pas menempatkan dirinya seperti boru Tampubolon, sesuai tata krama adat Batak.

119

Meskipun dari sisi adat Batak, posisi Pak Soy adalah “Boru” bagi keluarga Tampubolon, dan posisi saya sebagai “Tulang” bagi keluarga Pak Soy, bagi keluarga kami (saya, istri, dan anak-anak), lebih melihat sosok Pak Soy sebagai seorang “senior/kakak”, sebagai “advisor/tempat bertanya”, sebagai “motivator/ penggerak”. Keberadaan Pak Soy membuat saya tidak merasa sendirian di Jakarta ini dalam menghadapi kegiatan-kegiatan keluarga. Untuk mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyampaikan apa yang muncul dalam pikiran saya kalau membicarakan PakSoy, Ibu Duma dan keluarga. Hanya satu kalimat “what a happy family, sungguh keluarga yang sempurna”. Rasanya semuanya sudah berhasil diraih oleh Pak Soy dan Ibu Duma. "Hagabeon, Hamoraon, Hasangapon” dalam istilah orang Batak. Sekali lagi “Selamat Ulang Tahun Perkawinan yang ke-50 Pak Soy dan Ibu Duma”. Semoga Pak Soy dan Ibu Duma dikaruniai kesehatan dan semangat untuk dapat terus berkarya dan melayani. Tuhan Yesus memberkati Pak Soy, Ibu Duma dan keluarga. ***

120

Ompung Soy doli dan boru, pasangan dan tokoh Pardede yang penuh perhatian

Saut Pardede

Hari ini, Selasa 13 April 2021, saya mendapat telepon dari Ompung doli Soy M. Pardede, meminta saya ikut menulis tentang kenangan saya terhadap Ompung Soy doli dan Ompung Soy boru. Terkejut, haru bercampur gembira, karena mendapat kehormatan ini. Bagi kami berdua, mereka adalah sosok idola yangluarbiasa.Terbayangsebagianperjalananhidup sayaselama mengenal beliau berdua hingga saat ini. Seingat saya, pertemuan saya dengan Ompung Soy doli dan boru pertama kali adalah sewaktu saya masih sekolah selepas SMA, ketika saya sering mendampingi orangtua dalam kegiatan keluarga besar Punguan Pardede se-Jabodetabek. Waktu itu, AyahandasayaadalahsalahsatupengurusDPPPunguanPardede, sehingga sering bertemu dengan para Pengurus Pardede yang lain. Seingat saya, para Pengurus Pardede saat itu adalah para Tokoh dari marga Pardede, dari berbagai kalangan, dan rata-rata telah memiliki reputasi di bidangnya masing-masing, baik sebagai pejabat, pengusaha ataupun profesional. Terkadang ada rasa minder setiap kali mengantar orangtua datang untuk rapat ataupun arisan di rumah salah satu tokoh Pardede saat itu. Salah satu tokoh Pardede saat itu adalah Soy Martua Pardede, SE dan istri, yang saya panggil Ompung Soy doli dan Ompung Soy boru. Satu pasangan yang sangat ideal saya anggap saat itu. Dari

121

berbagai informasi, saya mengenal Ompung Soy doli sebagai salah satu tokoh Pardede yang sangat sukses bertaraf internasional, Pengurus Kadin Pusat, memiliki berbagai usaha, dan beserta Ompung Soy boru aktif di gereja, khususnya HKBP Menteng. Saya sangat kagum saat itu melihat pasangan ini, terlebih karena mereka memperlakukan orangtua saya dengan sangat baik, sekalipun saya menyadari bahwa secara latar belakang dan ekonomi, rasanya saat itu sangat tidak sebanding. Bahkan seringkali saya merasakan adanya perhatian yang khusus diberikan Ompung Soy doli dan boru ke orangtua saya, tanpa saya tahu apa alasannya (perasaan diperhatikan secara khusus ini saya yakin juga dirasakan oleh yang lain). Dari orangtua, saya mengerti bahwa secara kekerabatan di Pardede, hubungan kami dengan Ompung Soy sebenarnya juga tidak terlalu dekat. Titik singgung pertemuan kekerabatan kami ada di generasi ketiga dari Raja Bona Ni Onan Pardede, yaitu Raja Saribu Raja (cucu Raja Bona Ni Onan Pardede). Ompung Soy adalah generasi ke-14, sedangkan orangtua saya generasi Pardede ke-15. Itulah kenapa saya dan istri memanggil mereka dengan sebutan Ompung. Di dalam pengenalan saya waktu itu, Ompung Soy berdua sangat peduli kepada Punguan Pardede, dan selalu menyediakan tempatnya untuk tempat pertemuan, rapat dan sebagainya. Buat saya waktu itu, mendampingi orangtua untuk datang ke rumah beliau, adalah suatu kebanggaan tersendiri, karena bisa bertemu tokoh-tokoh Pardede yang sudah sukses, sekalipun disertai rasa rendah diri. Saya yang masih muda saat itu, bisa melihat dan belajar bagaimana para tokoh ini begitu peduli dengan persatuan (hasadaon) Punguan Pardede.

122

Saya mencoba napak tilas untuk mengenang kembali keterlibatan Ompung Soy doli dan boru dalam berbagai episode kehidupan saya, yang menjadi alasan saya mengatakan bahwa hubungan saya dengan mereka sangat dekat dan personal, antara lain sebagai berikut:

1. Setelah selesai menyelesaikan sekolah S1 pada tahun 1985, saya mencoba melamar pekerjaan ke perusahaan Ompung Soy, dan tanpa banyak kendala saya diterima bekerja. Selama bekerja saya lebih banyak belajar daripada bekerja. Saya mulai mengenal arti bisnis sebenarnya. Mengenal berbagai pengetahuan tentang perdagangan umum, export & import, karena perusahaan ini memegang keagenan dari berbagai perusahaan di berbagai belahan dunia. Pengalaman bekerja selama setahun itu, kemudian saya sadari telah memberi saya bekal yang berharga di kemudian hari, di tempat pekerjaan sayaberikutnya.OmpungSoydolimemilikikarakter leadership yang sangat kuat, yang merupakan kunci bagi orang yang ingin sukses. Saya pun menyadari karakter saya tidak cukup kuat untuk bisa mengikuti gaya kepemimpinan beliau.

2. Setelahsayabekerjaditempatlain,perhatianOmpungkepada kami tidak berkurang. Ada kejadian yang sangat membekas bagi saya, saat Ayah saya sakit keras di tahun 1987, sehingga menjalani opname di rumah sakit dan perawatan di rumah berulang-ulang. Di saat itu, Ompung Soy doli dan boru datang berkunjung serta menelpon untuk menanyakan perkembangan kesehatan Ayah saya. Dan pada suatu kunjungannya, beliau menyampaikan tentang rencana

123

membawa orangtua saya ke Jepang untuk mendapat pengobatan yang lebih baik, dan rencana itu beliau katakan adalah hasil diskusi dengan Prof. Dr. Satyanegara, seorang ahli bedah syaraf terkemuka, dan mantan Direktur Utama RSPusat Pertamina (yang kemudian saya tahu bahwa Dokter ini adalah sahabat beliau dan sama-sama alumnus perguruan tinggi di Jepang). Sekalipun Ayah saya sampai dengan meninggal tidak sempat dibawa ke Jepang, tapi atensi ini sangat membekas di hati kami dan seluruh keluarga. Pada saat Ayah saya meninggalpun, Ompung ini mengikuti seluruh rangkaian pembicaraan dan adat, layaknya seperti “Sisolhot” atau kerabat terdekat.

3. Pada tahun 1988, saya melangsungkan perkawinan dengan boru ni Raja i, Ir. Elisabeth YMA boru Sihombing. Dalam periode ini pun, di samping tokoh Pardede lainnya, Ompung Soy doli dan boru turut mengambil peran penting pada setiap tahapan, dan ini saya rasakan betul, sehingga ketiadaan orangtua (Ayah) yang sudah meninggal, menjadi tidak begitu terasakan. Bahkan Beliau menyediakan mobilnya, untuk menjadi mobil pengantin, sehingga saat itu sangat bangga bisa mencicipi sebuah mobil premium, sekalipun hanya untuk sehari. Dan seminggu kemudian pun kami diundang ke rumah Beliau untuk acara di “pio” yang artinya menyambut keluarga yang baru.

4. Sekitar tahun 1990, saya dan istri diundang untuk ikut pada sebuah acara “Dinner” di Hotel Hilton. Awalnya saya tidak

124

begitu mengerti acara apa dan siapa saja yang hadir. Ternyata yang hadir hanya beberapa orang, karena Ompung Soy menyambut mitranya dari Korea, dan juga mengundang Almarhum Bapak Sotion Ardjanggi, yang waktu itu adalah Ketua Umum KADIN, ditambah dengan kami berdua. Terasa bergetar perasaan kami saat itu, bangga bercampur kikuk, karena saat itu kami hanyalah dua orang muda tanpa pengalaman sosial, baik untuk acara formal dinner ataupun bergaul dengan kalangan atas. Saya hanya bisa menduga barangkali salah satu alasan mengundang kami adalah karena mengetahui background istri saya yang ahli perikanan, sedangkan mitra Korea yang diundang saat itu memiliki minat di bidang perikanan. Namun yang pasti, itu adalah momen berharga karena diundang secara personalized dan bertemu dengan kalangan bisnis atas. Momen ini terus kami kenang hingga saat ini.

5. Pada tahun 1994, saya mendapat beasiswa dari kantor untuk melanjutkanpendidikandikotaBoston,USA.Karenaseringnya Ompung bertelepon untuk mengetahui perkembangan karir saya, tentunya rencana ini pun Beliau ketahui. Dan sebelum berangkat sekretaris Beliau menelepon saya tentang detail keberangkatan saya dan istri ke USA. Karena sebelumnya Ompung sudah bertelepon, maka tanpa prasangka apapun saya memberikan detail keberangkatan saya ke sekretaris Beliau. Saat keluar dari pintu pesawat setelah mendarat di Boston, ternyata di pintu belalai (airbridge), Ompung doli dan Ompung boru sudah menunggu. Kami sangat terkejut dan

125

sungguh tidak menyangka, tentunya bercampur bahagia. Dan kamipun langsung dibawa ke Andover, tempat Namboru Hiko tinggal, karena Namboru Hiko sudah lebih dahulu tinggal dan bersekolah di Boston. Dan selama periode di Boston, Ompung Soy doli dan boru, bahkan bersama-sama dengan Namboru Tiar dan Namboru Fei beberapa kali berkunjung ke Boston, menjadi momen yang sangat menyenangkan bagi kami untuk melepas rindu, dan biasanya kami juga langsung ikut boyongan ke tempat Namboru Hiko. Di era itu, sebenarnya “gang” Pardede banyak yang bersekolah di Boston. Ada Bapauda Raden Pardede, Ompung Rinto Pardede (anak Bapatua Erwin Pardede), dan juga Elisabeth br. Pardede dan adiknya (putri Op. Mangatur Pardede). Semua orangtua yang saya sebut adalah mantan-mantan Ketua Umum Pardede se-Jabodetabek.

Hubungan yang baik ini terus berlanjut hingga saat ini, dan hampirdalamsetiapkegiatan dikeluargaOmpungini,kamiselalu dilibatkan, sebagaimana seorang “anak” mengikuti kegiatan orangtuanya. Dalam setiap pesta perkawinan Namboru putriputri Ompung Soy, kami selalu mengambil peran. Biasanya juga

126

melibatkan Bapauda saya, Drs. Mangara Pardede, mantan Walikota Jakarta Utara. Biasanya Ompung akan menunjuk Bapauda saya selaku salah satu koordinator untuk kegiatan pesta adat, dan saya akan selalu mendapat tugas di bagian resepsi.

Terlalu banyak momen yang indah yang bisa kami ingat, dan masih terus berlanjut sampai dengan saat ini. Bahkan Ompung Soy boru pun mewariskan tugas sebagai Ketua Punguan Koor Dame (punguan istri Pardede dan Boru) kepada istri saya hingga saat ini.

Harapan dan doa kami bagi Ompung berdua, di hari Merayakan Ulang Tahun Perkawinan yang ke-50, semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, kebahagiaan bersama namborunamboru dan cucu-cucu yang terus bertambah. Doakan juga kami untuk dapat mengikuti jejak Ompung, untuk memiliki komitmen terhadap perkembangan generasi Pardede yang lebih muda, dan bisa bermanfaat bagi orang banyak.

SELAMAT MERAYAKAN

ULANG TAHUN PERKAWINAN YANG KE-50. TUHAN MEMBERKATI. ****

127

Ompung Soy boru yang saya kenal dan kagumi

Ir. Elisabeth “Betty” YMA br. Sihombing

Ny. Duma Soy Pardede br. Sitorus. Saya mengenalnya sejak hari pernikahan saya dengan Saut Pardede pada tgl. 11 Juni 1988. Beliau sahabat mertua saya Ny. Mariamsah Melanthon Pardede br. Panjaitan. Saya melihat Ompung Soy boru (begitu kami memanggilnya) sebagai wanita Batak yang cantik, gesit, business woman, dan juga sangat memperhatikan keluarga, sahabat dan gereja. Tipe seorang ibu Batak yang tangguh dan pandai bergaul. Saya termasuk salah seorang yang sangat mengaguminya. Waktu itu beliau juga sudah menjadi Ketua Koor Dame yaitu kumpulan istri Pardede dan boru Pardede se-Jabodetabek. Maksudnya istri-istri Pardededanborunya yang berkumpul untuk bersosialisasi, berarisan, beribadah dan berlatih koor sekali sebulan untuk keperluan kegiatan kumpulan Pardede. Sungguh perkumpulan yang indah. Selain itu beliau juga aktif di banyak kegiatan mengikuti bisnis Ompung Soy doli dan juga kegiatan di gereja HKBP Jalan Jambu, Menteng. Kami mengenal keluarga Ompung Soy sebagai keluarga Pardede yang kaya tetapi cukup rendah hati karena mau

128

bersahabat dengan keluarga mertuaku yang sederhana, dan juga saya sebagai menantu sahabatnya diterima dengan tangan terbuka di rumahnya, bahkan saya merasa seperti dianggap sebagai keluarga dekatnya. Bahkan kami sering diajak ke pergaulan dengan sahabat mereka di tingkat yang tidak terpikirkan oleh kami. Suamiku dianggap Ompung Soy doli dan boru sebagai anaknya yang kadang dapat diajaknya ke lingkup yang lebih tinggi. Kami bahagia karena dianggap mampu, walau kadang kami merasa belum pantas.

Ompung Soy boru dan Ompung Soy doli suka mempercayakan beberapa halurusankekeluargaankepadakamiataukadangmau berdiskusi tentang bermacam hal. Sungguh suatu pengalaman yang menarik mendengarkan cerita dan nasihat-nasihat tentang pekerjaan dan kehidupan. Sewaktu kami mendapatkan beasiswa ke Boston, USA, Ompung juga sangat membantu kami. Beliau ikut berbesar hati karena suamiku mendapatkan kesempatan yang baik itu. Kami dijemput Ompung di Bandara Boston bahkan disuruh tinggal di apartemen borunya Hiko sebelum mendapatkan apartemen sendiri. Begitu besar perhatian beliau kepada kami berdua. Sampai sekarang Ompung Soy boru masih sangat memperhatikan kami.

129
***

Pasangan yang serasi yang diberkati Tuhan

Boyke & Ria Pardede

Abang Soy M. Pardede dan Kakak St. Duma Sitorus adalah keluarga yang menjadi kebanggaan dan panutan buat saya dan istri, Ria Pardede. Pasangan yang serasi dan selalu melakukan kegiatan bersama dan saling mendukung dalam mencapai keberhasilan.Walaupunsangatsibukdenganberbagaikegiatandi perusahaan, organisasi bidang usaha, pemerintahan, kerohanian dan gereja, tetapi mereka bisa membagi waktu dengan keluarga, anak-anak dan cucu-cucu. Abang dan Kakak tetap harmonis dan mesra sampai mencapai Golden Wedding Anniversary, 50 tahun perkawinan.

Saya bertemu secara khusus dengan Abang Soy Pardede dan Kakak sekitar tahun 1988 pada waktu berencana melangsungkan acara pernikahan. Sebagai tokoh di keluarga kami, keluarga besar Ompu Tarsise Pardede di Jakarta, Abang Soy dan Kakak mempunyai perhatian dan kepedulian yang besar kepada semua anggota keluarga kami Pardede dan dengan senang hati mau jadi Pangamai/wali kami, dalam seluruh acara pernikahan. Hubungan kekeluargaanterusberlanjut,bahkandalamacarakeluargaAbang Soy, kami selalu ditempatkan sebagai adik dan keluarga dekat.

Kami banyak belajar dari Abang Soy dan Kakak tentang bagaimana memberikan perhatian yang besar kepada keluarga, keluarga besar Pardede terutama keluarga besar Ompu Tarsise Pardede. Walaupun sangat sibuk dengan kegiatan perusahaan, organisasi, kegiatan sosial, paradaton/kekerabatan lainnya,

130

Abang dan Kakak selalu bisa memberikan waktu dan perhatian dan terlibat dalam kegiatan dan acara keluarga besar Pardede khususnya Ompu Tarsise dan selalu berusaha untuk hadir walaupun sedang ada rencana akan pergi atau baru datang dari perjalanan ke luar kota atau ke luar negeri.

Kami percaya bahwa Abang dan Kakak adalah pasangan yang dipilihkan Tuhan, yang mempunyai visi, misi, iman, doa dan tindakan yang sama dalam membangun keluarga, perusahaan dan dalam semua kegiatan dan keterlibatan yang memberi dampak besar di lingkungan gereja, masyarakat dan negara. Kami melihat bahwa semua keberhasilan yang dicapai, kesehatan dan keharmonisan sampai ulang tahun perkawinan yang ke-50, adalah karena kepercayaan mereka kepada Tuhan yang disampaikan dalam doa dan persekutuan keluarga yang dilakukan setiap hari di rumah.

Hal lain yang menonjol dari Abang Soy Pardede adalah perhatiannya pada hal yang sangat rinci dalam berpenampilan, menulis, dan perhatian kepada semua orang, baik yang sudah lama maupun baru dikenal. Juga dalam hubungan kekeluargaan dan sosial mulai dari kalangan masyarakat atas sampai biasa, Abang dan Kakak selalu menyediakan waktu untuk ikut hadir dan terlibat dalam acara kekerabatan/adat dimanapun daerah dan lokasinya.

Kami berdoa agar Abang dan Kakak panjang umur, selalusehat dan bisa memberikan arahan dan nasihat kepada kami dan seluruh keluarga besar, juga untuk terus berkarya dan menjadi saluran berkat. Amin!

131
****

Soy Martua … Duma Sitorus

“Keluarga yang sudah menabur sejak muda”

Mangara Pardede, Rintje Lumban Raja & keluarga

Amsal 31: 10 – 11

Istri yang cakap siapakah yang mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadaNya. Suaminya tidak akan kekurangan keuntungan.

Entah kenapa, ketika saya diminta menulis tentang Kel. Bapatua Soy Martua dan Inangtua Duma Sitorus (saya selalu memanggil Bapatua kepada Soy dan Inangtua kepada Duma, sesuai tata kerabatan Batak) pada Acara Syukuran Pernikahan Emas yang ke-50 Tahun, saya langsung menemukan Nats Alkitab dalam Amsal 3: 10-11 tersebut di atas dan memang sangat tepat menurut hemat saya. Betapa tidak, Inangtuaku ini sangat ‘cantik hatinya, cakap parasnya’ hingga usianya yang sekarang yang terbilang tidak muda lagi, dan ternyata memang seorang yang pernahdinobatkansebagaiRatuPantaiCermindanmenjadijodoh dari surga sebagaimana dipersaksikan Soy dalam buku autobiografinya yang berjudul “Engkau Membuat Berhasil Perjalananku”. Memang Inangtua menjadi penopang utama yang menjadi satu kesatuan dalam bangunan keluarga ini. Saya mulai mendengar keluarga ini sekitar 42 tahun yang lalu, ketika saya melanjutkan studi kelas 3 SMA di Jakarta, satu keluarga yang ”rising star” perekonomiannya dan sangat

132

memberikan perhatian, tenaga, dan pikiran serta perbuatan dalam aktivitas gerejawi dan adat, khususnya persatuan Pardede. Kemudian, saya mengenalnya lebih dekat, ketika saya kembali ke Jakarta, setelah menamatkan studi dari Universitas Diponegoro, Semarang, kembali ke Jakarta untuk mulai menata karier sebagai PNS di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tahun 1985.

Pengenalan saya kepada keluarga ini semakin dekat ketika beliau “diririt” (dipilih) oleh para tetua Pardede menjadi Ketua Persatuan Marga Pardede se-Jabodetabek Tahun 1985 dan saya dipercaya oleh Persatuan Pemuda Pardede sebagai Ketua Panitia Natal Pardede Tahun 1985 dan kemudian menjadi Ketua Pemuda Pardede se-Jabodetabek. Saya sangat merasakan bimbingan dan bahkan gemblengan beliau mengenai kepemimpinan dan membina serta mengembangkan networking. Selanjutnya, pengenalan saya semakin komplit setelah membaca tuntas autobiografinya, saya sangat menghormatinya seperti kepada orangtua saya sendiri demikian juga perasaan saya, saya seperti diperlakukan sebagai anaknya sendiri.

Organisator yang handal dan peduli 14 April 1985, Soy resmi dinobatkan menjadi Ketua Persatuan Marga Pardede se-Jabodetabek, di saat kiprahnya dalam bisnis dan berbagai organisasi baik berskala nasional maupun internasional dengan peluang yang terbuka lebar. Barangkali bagi kebanyakan orang akan menolak menjadi Ketua Marga, ketika mendapat peluang bisnis dan kesibukan organisasi yang luar biasa sedang menuju puncak kesuksesan. Namun, Bapatua Soy menerima kepercayaan menjadi Ketua Marga Pardede

133

tentunya dengan topangan Inangtua yang luar biasa, walaupun menjadi Ketua Marga Pardede hanya kerja sosial yang menyita waktu, tenaga dan pikiran serta biaya. Saya persaksikan bagaimana Bapatua ini mengorganisir Persatuan Pardede dengan sangat baik serta kepedulian yang sangat luar biasa. Saat itu di tengah kesibukannya yang luar biasa, berbagai kegiatan dilakukan, termasuk acara Pulang Kampung Bersama marga Pardede yang diselenggarakan bahkan mendahului program “Marsipature Huta na be” (program memperbaiki kampung halaman). Selain itu, sebagai Ketua selalu memberikan waktunya untuk hadir bila ada keluarga Pardede, khususnya yang berduka, walaupun itu di pinggiran kota se-Jabodetabek sekalipun. Betulbetul beliau sebagai Ketua Marga menabur nilai-nilai baik dan memberikan tauladan yang bernas untuk ditiru dan diteruskan.

Satu kenangan yang sangat surprise bagi saya karena tingginya kepedulian dari Bapatua ini ketika tahun 2010, Gubernur DKI Jakarta, Dr. Ing. Fauzi Bowo, melantik saya menjadi Wakil Walikota Jakarta Utara, entah dari mana dia tahu, ternyata

134

Bapatua ikut menghadiri proses pelantikan dan dia menjelaskan kepadaGubernurbahwasayaadalahanaknya.KehadiranBapatua ini serasa dihadiri oleh orangtua saya sendiri, dan menjadi satu kenangan yang tak terlupakan bagi saya dan istri saya, Rince Lumban Raja. Demikian juga ketika Gubernur DKI Jakarta tahun 2015, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), melantik saya menjadi Walikota Jakarta Pusat, beliau mengucapkan selamat dan memberikan doa serta beberapa arahan agar saya selalu bersandar pada pimpinan Tuhan dalam menjalankan tugas. Demikian tingginya kepedulian keluarga ini, jika ada keluarga Pardede yang bersukacita, terlebih lagi kepada yang berdukacita.

Memahami Filosofi dan Prinsip Adat Batak

Jika kita mengikuti perjalanan hidup Soy, sebenarnya dia berada di kampung halaman terbilang singkat, karena sebelum tamat SR, Soy sudah yatim piatu dan kemudian SMP di Jakarta mengikut kepada abangnya. Dalam usia seperti itu, pasti “nilai-nilai habatahon” belum terlalu tertanam dengan baik. Selama sekolah SMP dan SMA di Jakarta, saya kira tidak terlalu banyak bersentuhan dengan Adat Batak. Setamat dari SMA di Jakarta, kemudian langsung berangkat ke Jepang untuk meneruskan studi kuliah di Universitas Kagawa di kota Takamatsu dengan Beasiswa Pampasan Perang yang diperoleh atas usaha sendiri. Setelah menamatkan kuliah di Jepang dan kembali ke Tanah Air, langsung mencaripekerjaanhinggamengabdimembantumengembangkan Perusahaan Grup Pardedetex. Berarti dalam lintasan waktu itu pun tidak bersentuhan secara intens dengan adat Batak. Namun demikian, Soy bisa dan sangat memahami falsafah dan prinsip-

135

prinsip adat Batak yang berlandaskan kepada “Dalihan Natolu”, walaupun dia tidak tampil dan kurang handal sebagai “Parhata” yang harus kaya akan ungkapan pantun atau umpasa. Ketika pernikahan putri bungsunya, Itoku Felicia Rousia Pardede dengan Lae Priyanka Paruhum Lumban Tobing di mana saya dipercaya turut mempersiapkan acara, beliau memanggil saya untuk membicarakan acara yang telah dia rancang. Ketika itu saya kaget dan seperti kurang berterima dengan konsepnya, yang akan membuat acara adat yang disederhanakan dan berbeda dengan yang lazim dilakukan di tengah Persatuan Pardede umumnya. Pertama, scope acara diturunkan menjadi pada lingkup generasi ke-4 dari keturunan Pardede, yaitu lingkup Raja Marmeam, selain itu yang diundang pun hanya terbatas pada perwakilan yang harus hadir sesuai adat Batak. Padahal saat itu, umumnya orang Batak khususnya di kalangan orang berada sepertikeluargaBapatuaSoy,apalagiinisaatterakhirmenikahkan anak, dalam bayangan saya pesta pernikahan ini akan dilakukan dengan meriah dan besar-besaran. Ternyata keluarga ini sedang mempersiapkan sebuah nilai adat yang hakiki, bahwa penyelenggaraan adat itu tidak diukur dari besar dan meriahnya pesta. Bahwa penyelenggaraan adat tidak harus menjadi “beban berat” bagi yang akan menyelenggarakannya. Benar juga, acara adat pernikahan berlangsung dengan hikmat, dihadiri semua elemen yang dipersyaratkan oleh adat yang berlandaskan kepada Dalihan Natolu. Tata acara adat Felicia dan Priyanka ini menjadi satupelajaran yang bernilai karena tetap berlandaskan pada nilainilai adat yang sempurna, tetapi diselenggarakan dengan sederhana dan dengan waktu yang cukup singkat (menjadi satu

136

alternatif dalam penyelenggaraan pernikahan adat Batak), yang diwariskan keluarga Soy Pardede. Dalam berbagai kesempatan, di usianya yang sudah terbilang lanjut masih sangat bersemangat untuk selalu menanamkan kepada generasi muda akan pengertian dan pelaksanaan falsafah Dalihan Natolu (Manat mardongan tubu, Elek marboru, Somba marhula-hula).

Sangat banyak nilai-nilai yang baik termasuk keteladanan yang sangat baik untuk ditiru dari keluarga ini, termasuk satu hal sifatnya yang perfeksionis yang luar biasa, serta sangat teliti dan sangat detail. Sifat yang satu ini, kadang membuat orang yang dekat kepadanya merasa gerah, karena Soy tidak akan membiarkan adanya kesalahan. Akhirnya pada kesempatan yang indah ini, saya dan istri serta anak-anak saya mengucapkan “Selamat merayakan ulang tahun pernikahan emas yang ke-50” kepada keluarga Bapatua Soy dan Inangtua Duma. Sangat banyak yang engkau tabur dan Tuhan Yesus telah membuat berhasil perjalanan hidupmu. Tuhan Yesus senantiasa memberkati Bapatua, Inangtua dan keluarga.

Horas. ****

137

Kenangan pada cinta pernikahan 50 tahun

St. Priautama Tobing dan Yanti Hutagalung

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, kepala Gereja yang telah memberkati keluarga Bapak Soy Martua Pardede bersama Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus sehingga pada saat ini telah memasuki usia pernikahan yang ke-50 tahun.

Tidak banyak pasangan yang mendapatkan kesempatan dapat menikmati kebahagiaan hidup bersama pasangan yang dikasihi hingga bisa mencapai usia pernikahan yang ke-50 tahun. Ini merupakan berkat Tuhan yang luar biasa yang dianugerahkan kepada pasangan Bapak Soy Martua Pardede bersama Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus.

Saya bersama istri, Yanti, sangat berbahagia mendapat kesempatan mengenal Bapak Soy dan Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus dengan dekat dan hubungan kami sangat baik. Kami mengenal keluarga yang kami kasihi ini sejak tahun 2004 di mana saya dan Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus merupakan teman sepelayanan, teman satu angkatan saat ditahbiskan menjadi majelis Gereja di HKBP Menteng Jalan Jambu.

Perkenalan kami begitu dekat karena seringkali kami menjadi satu tim di dalam kepanitiaan yang dibentuk dalam pelayanan di gereja kami dan secara khusus pada tahun 2005 pada saat gereja kami berulang tahun yang ke-50, secara pribadi saya mendapatkan kesempatan lebih dekat dengan Bapak Soy Pardede, di mana saat itu beliau menjadi salah satu Pengarah kepanitiaan yang dibentuk. Saat itu saya menjadi salah seorang

138

anggota di Seksi Acara yang diberi tugas untuk menyiapkan rangkaian acara yang banyak sekali dan saya mendapatkan nasihat dan pengarahan beliau yang sangat berarti.

Hubungan yang begitu dekat yang menyebabkan kami dapat mengetahui bahwa Bapak dan Ibu Soy Pardede yang mempunyai kedisiplinan yang tinggi dan memiliki pengetahuan dan pengalaman serta pergaulan yang sangat luas.

Rasa hormat yang begitu besar sehingga kami menganggap Bapak dan Ibu Soy selayaknya kami menghormati orangtua kami.

Di dalam pengamatan kami, terutama Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus adalah sosok pelayan Gereja yang serius, konsisten serta menjalankan pelayanannya dengan hati di mana beliau bertahun-tahun dengan sukarela menyiapkan dan memasang dekorasi gereja pada saat hari Natal dengan memasang Pohon Natal miliknya pribadi dan setiap tahun corak dan warna yang dipakai selalu berbeda yang membuat sukacita bagi seluruh jemaat.

Beliau juga telah berhasil melewati tanggung jawab yang sangat besar di dalam pelayanannya di gereja sebagai Bendahara Huria dan Bendahara Ressort HKBP Menteng selama dua periode yaitu 8 tahun dan begitu pula di setiap tanggung jawab yang diberikan kepadanya selalu dikerjakan dengan baik untuk kemuliaan nama Tuhan.

Ibu St. Duma Pardede telah memasuki masa purna baktinya di dalam pelayanannya sebagai parhalado, akan tetapi beliau masih tetap semangat dengan memberikan waktu, pemikiran dan tenaga dengan menjadi ketua dari sebuah organisasi yang

139

dibentuk oleh gereja HKBP di dalam rangka HUT-nya yang ke-50 yaitu “Aleale ni Parsingkola” atau “Kelompok Peduli Pendidikan (KPP)”. Itu adalah sebuah ‘MONUMEN’ hidup yang mempunyai nilai yang sangat tinggi dengan memberi perhatian yang besar di dalam program mencerdaskan masyarakat melalui pemberian beasiswa pendidikan bagi anak-anak yang membutuhkan, mulai dari lingkungan Gereja HKBP maupun masyarakat pada umumnya yang dianggap memerlukan dukungan beasiswa bagi kelanjutan pendidikannya.

Kami juga mengetahui bahwa Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus juga merupakan bendahara dari Himpunan Dharma Kasih yang didirikan oleh Inang M. Panggabean selama berpuluh-puluh tahun dan saat ini telah meneruskan tanggung jawab menjadi Ketuanya. Kami juga sangat bangga dengan konsistensinya meneruskan Renungan pagi hari yang dibuat oleh lembaga Marturia.

Begitu juga pengamatan kami terhadap Bapak Soy Pardede di mana kami melihat beliau itu merupakan seseorang yang berjiwa pemimpin yang telah menunjukan keberhasilannya di dalam berkarya baik sebagai pengusaha maupun aktivis dari berbagai organisasi usaha maupun sosial di tingkat nasional maupun internasional.

DidalampelayanannyadiGerejaHKBPMentengsecarakhusus maupun HKBP Pusat, banyak pemikiran-pemikiran yang telah disampaikan untuk kemajuan HKBP. Pelayanan beliau dalam Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sangat luar biasa, mulai dari pengumpulan dana untuk membangun gedung LAI di Salemba sampai dengan mensupervisi pengelolaan dan pengembangan

140

LAI.

Pengumpulan

dana bukan hanya dari donaturyangberagama

Kristen saja, tetapi karena pergaulan yang sangat luas, temantemannya menjadi tergerak hatinya untuk berpartisipasi dalam pembangunan gedung LAI yang memerlukan dana yang sangat besar. Semua dilakukan dengan dasar iman bahwa Tuhan akan memimpin dan memberkati pekerjaan besar ini untuk menyebarkan injil keselamatan bagi umat yang percaya kepadaNya.

Bapak Soy Pardede juga selama beberapa tahun memimpin Badan Pembangunan Gereja HKBP Menteng, yaitu sebuah wadah yang dibentuk oleh gereja HKBP Menteng untuk mengurusi segala hal yang berkaitan dengan pembangunan, perawatan dan juga kebutuhan-kebutuhan yang lain yang perlu dilakukan untuk mendukung pelayanan Majelis, di mana anggotanya adalah warga jemaat yang bukan menjadi Majelis di Gereja HKBP Menteng. Semua pelayanannya dilakukan secara serius dan detail, beliau mengerjakannya dengan hati yang tulus.

Saat ini hubungan kami bukan hanya sebagai sahabat akrab tetapi sudah meningkat menjadi besan karena anak kami yang palingtuaPriyankasudahmenjadimenantukeluargaSoyPardede karena menikah dengan Felicia Pardede (putri bungsu dari keluarga Soy Pardede). Kami bersukacita karena secara bersamasama diberikan karunia cucu laki-laki bernama Philo (2 tahun) dan pada bulan September 2021 nanti, kami bersama-sama akan menyambut kehadiran cucu, adik dari Philo (mohon doa kita bersama).

Penulisan kesan yang sudah kami tulis di atas sebagai teman sepelayanan di gereja berubah menjadi lebih dekat lagi, yaitu

141

sebagai besan kami. Pernikahan anak-anak kami merupakan pekerjaan Tuhan karena bukan kami yang memperkenalkan mereka berdua tetapi benar-benar karya dan perkara Tuhan yang sangat ajaib dan tidak ada upaya kami sebagai orangtua untuk memperkenalkan mereka. Kedua anak kami, Priyanka & Felicia baru mulai membina hubungan dekat pada tahun 2014 dan menikah pada tanggal 23 Januari 2016.

Demikian kesan kami mengenal keluarga Bapak Soy Martua Pardede dan Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus yang dapat dijadikan kesaksian dari kami atas keberhasilan serta kebahagian yang telah kita saksikan bahwa Bapak Soy Martua Pardede dan Ibu St. Duma Pardede br. Sitorus telah mendapatkan berkat yang luar biasa dari Tuhan serta perlindunganNya sehingga dapat memasuki usia pernikahan yang ke-50.

Akhir kata, kami menyampaikan Selamat Berbahagia dalam menikmati berkat Tuhan berupa kesehatan dan kebahagiaan bersama seluruh keluarga. Amin.

142
****

Selamat merayakan Yubileum Emas pernikahan Tulang dan Nantulang dalam tuntunan Tuhan Yang Maha Pengasih. Selama masa panjang itu Tulang dan Nantulang sudah mendayung biduk ke hulu dan ke hilir, menabur benih kebaikan dengan peluh dan air mata dan memanen dengan riang gembira rezeki sesuai kemurahan Tuhan. Membagi (share)rezekiitukesanaksaudara,gereja,masyarakatdannegara dan, sama pentingnya, menawarkan arah dan meletakkan patokpatok perjalanan bagi keturunan.

Sesudah Yubileum Emas hari-hari akan masih terbit, terbenam dan terbit lagi. Kiranya Tulang dan Nantulang tetap sehat menerima anugerah hari-hari, bulan-bulan dan tahun-tahun itu dengan penuh rasa syukur.

Horas!

143
Djisman dan Liliana Simandjuntak
****

Kisah kasih Tulang dan Nantulang kepadaku

Terpujilah nama Tuhan! Sungguh saya dan suami berbahagia dan berbangga hati karena diberi kesempatan membuat sedikit catatan dalam buku tentang pernikahan emas Tulang saya, S.M. Pardede, dan Nantulang saya, D. br. Sitorus. Catatan ini dibuat berdasarkan pengalaman kami setelah mengenal Tulang dan Natulang. Kami menyampaikan selamat berbahagia kepada Tulang dan Nantulang atas usia pernikahan emas, semoga Tuhan tetap melimpahkan berkatNya kepada Tulang dan Nantulang, dan senantiasa diberkahi dengan kebahagiaan dan sukacita.

Latar belakang kekeluargaan Sebagai salah satu keponakan yang mana Ibu saya adalah sepupu kandung beliau, di dalam hubungan kekeluargaan Batak saya memanggil beliau “Tulang” dan istrinya “Nantulang”, sedangkan saya“VivandaTambunan”dansuamisayaadalahkeponakanatau ibebere mereka.

Pertama kali saya mengenal Tulang dan Nantulang pada tahun 1971 pada saat itu usia saya 7 tahun. Saya melihat Tulang datang ke rumah kami di Jalan Kawi Ujung, Malabar, Jakarta Selatan, bersama seorang wanita yang cantik, anggun, berambut panjang diikat/digelung, perawakannya langsing, dan berkulit putih. Dia adalah Nantulangku, D. br. Sitorus.

144
Vivanda

Tulang S.M. Pardede dan Nantulang D. br. Sitorus di mata saya dan suami

Tulang dan Nantulang kami ini dalam pengenalan dan pengamatan kami selama ini relatif semuanya adalah baik dan membanggakan.

Tulang dan Nantulang kami ini merupakan pasangan harmonis yang selalu terlihat sehati sepikir. Mereka selalu bersama-sama, saling mendukung, dan tidak pernah terlihat bertentangan satu sama lain.

Mereka adalah keluarga yang religius. Setiap pagi selalu melakukan ibadah keluarga dan aktif membagikan Firman Tuhan kepada keluarga besar melalui WA grup keluarga. Tulang adalah aktifis gereja dan Nantulang adalah seorang Sintua/Anggota Majelis Gereja yang aktif.

Tulang dan Nantulang selalu merangkul dan mengayomi keluarga besar. Di sela-sela waktunya yang sangat padat, mereka selalu berupaya membuat pertemuan-pertemuan keluarga besar (dalam kondisi pandemi Covid-19, acara Natal tetap dilakukan melalui Zoom), menyapa keluarga melalui WA bahkan kadangkadang menelepon secara langsung. Tulang dan Nantulang juga sangat perhatian, dari mulai mengunjungi saudara yang sakit dan berperan aktif dalam acara keluarga besar baik suka maupun duka. Mereka adalah pasangan yang selalu hangat dan ramah terhadap keluarga, rumahnya selalu terbuka untuk pertemuan keluarga, dan yang sangat spesial mereka membuat dokumentasi dan database keluarga besar.

Tulang dan Nantulang adalah pekerja keras, pemikir dan memilikijiwasosialyangtinggi.Merekamempunyaijaringanyang

145

luas baik di kalangan gereja, kalangan orang Batak, nasional maupun internasional dan selalu tampil elegan, rapi, bersih, ramah serta berwibawa.

Tulang dan Nantulang sangat menghargai nilai-nilai budaya/adat,dimanamerekaselaluaktifdalammenghadiripesta adat Batak dan aktif juga memberikan masukan-masukan untuk mengembangkan budaya khususnya adat Batak.

Memori indah bersama Tulang dan Nantulang Sebagai ibebere langsung Tulang, saya memiliki memori yang sangat indah terhadap Tulang dan Nantulang mulai dari kecil sampai dengan sekarang, Satu waktu Tulang dan Nantulang datang ke rumah kami di Jalan Kawi Ujung, Malabar. Nantulang sedang hamil anak pertama. Mengetahui saya sedang libur sekolah, Nantulang mengajak saya untuk ikut menginap di kediaman mereka di daerah Rajawali. Malamhari saya tidur di ranjang bersama Tulang dan Nantulang di mana saya tidur diapit oleh Tulang dan Nantulang. Itulah kehangatan yang pertama kali saya rasakan bersama Tulang dan Nantulang. Saat Tulang berangkat kerja, saya berdua dengan Nantulang di rumah tersebut. Di saat itulah banyak waktu saya bersama denganNantulang.Menemani Nantulang melakukanpekerjaan di rumah, ke salon, pasar, restoran, beli jajanan, dan kemana saja kami pergi berdua naik helicak. Ketika saya harus pulang, Nantulang mengantarkan saya dengan mengemudikan volkswagen. Pada saat itu saya sudah mengagumi Nantulang karena beliau wanita yang cantik, baik

146

hati, dan juga smart (cerdas). Di perjalanan pulang saya mengatakan pada Nantulang bahwa beberapa hari lagi saya akan berulang tahun. Nantulang langsung bertanya ingin kado apa, spontan saja saya mengatakan ingin buku dan alat-alat tulis yang saya butuhkan sebagai siswa kelas 2 Sekolah Dasar. Benar saja pada hari ulang tahun saya yang pada saat itu tidak dirayakan, Nantulang datang ke rumah dengan membawa kado yang besar. Dia memberikan kado tersebut untuk saya seraya mengucapkan selamat ulang tahun. Bahagia sekali rasanya pada saat itu dan dengan tidak sabar langsung saja merobek bungkus kado tersebut, ternyata di dalamnya banyak buku-buku dan alat-alat tulis yang bagus yang rasanya tidak ada seorang teman memilikinya. Saya semakin menyukai Nantulang. Pada suatu hari di masa saya kanak-kanak, Tulang pernah mengajak semua keluarga piknik ke Binaria (Pantai Ancol). Sewaktu saya akan berenang, Nantulang memperhatikan saya karena akan berenang dengan pakaian dalam, tak diduga Nantulang memberikan bikini untuk saya pakai berenang. Tersentuh hati ini menerima pemberiannya. Ketika Tulang dan Nantulang sudah menetap di Tebet, setiap dua kali seminggu di sore hari saya ikut les tari Bali yang lokasinya di dekat rumah Tulang. Pada saat itu saya masih duduk di Sekolah Dasar kelas 3. Setelah les saya selalu ke rumah Tulang menunggu Ayahyangakanmenjemput.ApabilaAyahlamadatangmenjelang waktu makan malam, saya sering makan malam bersama Tulang dan Nantulang. Saya selalu perhatikan hidangan lauk pauk disajikanbeberapamacam,dan alat-alatmakan yang bagusditata

147

dengan baik. Tulang dan Nantulang menyantap makanan dengan rapih, membuat saya mencontoh hal tersebut di rumah. Pada tahun 1973 ketika kami sekeluarga sudah menetap di Kalibata, Tulang dan Nantulang sering datang berkunjung. Biasanyabiladatangmembawagula-gulaKanayangrasanyaasam manis untuk kami bere/ibeberenya. Satu hal yang saya ingat apabila salah satudari kami tidak terlihatatau tidak menemui dan menyapa Tulang dan Nantulang, Tulang langsung bertanya-tanya keberadaan bere/ibeberenya.

Di akhir pekan sering Tulang dan Nantulang mengajak semua bere dan ibebere (anak-anak dari orang tua dan paman saya) berenang di Hotel Hilton. Setelah berenang biasanya Tulang memesankan nasi goreng Hilton yang begitu lezat. Selain itu, Nantulang juga acap kali mengajak kami nonton film di bioskop dan jalan jalan ke plaza-plaza yang bagus dan baru pada saat itu. Tahun 1979, Tulang kandung saya, Indra Pardede, yang menetap di Medan dipanggil Tuhan pada usia yang masih muda (33 tahun), meninggalkan Nantulang N. br. Sibarani dan 3 orang anak. Anak yang tertua masih usia 4 tahun. Ompung dan keluarga sangat terpukul dan sangat berduka atas kepergian Tulang kami

148

yang mendadak. Sehubungan dengan duka yang mendalam ini, Tulangdan Nantulangmengajaksemua keluargaseompungkakak beradik piknik ke Lembah Pinus dan Mega Mendung, Puncak, dengan maksud agar semua keluarga besar bersuka cita. Mereka juga sering membawa kami menginap di Cottage Putri Duyung, makan malam di Hotel Nusantara, Hotel Indonesia dan menginap di Vila, Puncak.

Di tahun 80-an kami keluarga seompung sering berkumpul di rumah Tulang, saat itu Tulang dan keluarga sudah menetap di Jalan Sutan Syahrir, Menteng. Suatu hari Tulang mangajak semua bere dan ibebere yang datang ke rumah itu untuk menonton sirkus yang datang dari luar negeri. Sebelum berangkat, Tulang menegur saya yang datang ke rumah beliau memakai sandal, kemudian saya dinasihati bila pergi kemana saja sebaiknya memakai sepatu, sandal kalau boleh hanya dipakai ke pasar atau ke toilet. Demikianlah nasihat Tulang yang tidak dapat saya lupakan sampai saat ini. Seiring berjalannya waktu, saat saya menikah pada 30 Mei 1992, Nantulang banyak menaruh perhatian membantu Ibuku melakukan persiapan-persiapan untuk saya sebagai calon pengantin. Menemani Ibu saya pergi membeli bahan brokat kebaya untuk hari pernikahan dan martumpol (ikat janji di gereja) termasukikutmenemaniketukangjahit.Sayaingatsekalisongket Palembang yang saya kenakan di hari pernikahan adalah pemberian Nantulang. Nantulang juga memberikan saya satu set batik sutera, sarung dan selendang, yang saya kenakan pada waktu acara martumpol (ikat janji di gereja). Nantulang juga meminta saya memilih perhiasan miliknya untuk saya kenakan

149

untuk acara ikat janji di gereja. Saya memilih perhiasan batu hijau dan Nantulangmemberikan perhiasan tersebut kepada saya. Luar biasa perhatian dan sayangnya Nantulang kepada saya. Saya beruntung memiliki Nantulang seperti beliau.

Setiap Natal atau Tahun Baru, Tulang dan Nantulang sangat mengharapkan semua bere/ibebere datang berkunjung ke rumah Tulang. Namun belakangan setelah berkeluarga, saya dan adikadik sering tidak sempat datang bersilaturahmi ke rumah Tulang. Pada suatu acara Tahun Baru dan Arisan Ompu Tarsise di rumah Tulang, saya datang berkunjung. Di depan semua orang yang hadir, Tulang dan Nantulang menyampaikan kekecewaannya terhadap saya yang jarang bersilaturahmi dan komunikasi. Saya mengatakan kepada Tulang bahwa kami sekeluarga ke luar kota pada saat itu. Dengan suara lirih Tulang menasihati saya “walaupun kamu tidak dapat datang ke rumah Tulang, berikanlah ucapan atau berkomunikasi kepada Tulang dan Nantulang melalui telepon, SMS atau WhatsApp”. Demikianlah nasihat Tulang yang begitu menyentuh perasaan saya. Pada waktu pernikahan adik saya Meiti dengan Sudung Sinaga pada bulan Mei 2018 di Tebing Tinggi, Tulang dan Nantulang datang serta mengajak keluarga Pardede yang seompung yang ada di Medan dan Balige untuk menghadiri acara pernikahan tersebut. Demikianlah Tulang dan Nantulang selalu ada bersama kami di momen-momen penting keluarga kami. Mendengar berita Ayah saya meninggal dunia pada 24 Juni 2019 dini hari di usia 84 tahun, Tulang dan Nantulang langsung menelepon saya yang pada waktu itu masih di rumah sakit menunggu persiapan membawa jenazah ke rumah. Tiba di rumah

150

saya melihat Tulang dan Nantulang telah datang. Saya melihat Nantulang telah mempersiapkan tempat tidur jenazah dengan alas putih berenda yang bagus, sehingga pada waktu jenazah Ayah saya tiba di rumah, sudah siap dibaringkan di tempat tidur tersebut. Sayup-sayup saya mendengar Tulang memberi arahan kepada suami saya agar ruangan dan kursi-kursi diatur dengan baik mengingat banyak tamu yang datang melayat. Demikianlah Tulang dan Nantulang selalu ada dan terlibat aktif dalam momen suka dan duka keluarga kami.

Pada ulang tahun Tulang ke-79 yang jatuh pada tanggal 4 Oktober 2019, semua bere dan ibebere Pomparan Omp. Ginjang datang ke rumah Tulang di Sutan Syahrir sebagai wujud sayang kami kepada Tulang dan Nantulang. Kami membawa makanan, kue ulang tahun, buah dan bunga untuk Tulang dan Nantulang. Suasana pada waktu itu meriah karena pada saat itu juga diadakan arisan Omp. Tarsise. Inilah kali terakhir kami bere dan ibebere bersilaturahmi ke rumah Tulang dan Nantulang sebelum Covid 19 melanda seluruh dunia.

Di usia Tulang yang sudah menjelang 80 tahun beliau membuat database keluarga Omp. Maria. Dengan ulet dan bersusah payah sampai saat ini mengumpulkan data keluarga yang diupdate berulang-ulang. Ternyata keturunan Omp. Maria sudah berjumlah 500-an lebih. Database keluarga dishare kepada semua dengan tujuan agar keturunan Ompung Maria bisa mengetahui hubungan kekeluargaan satu dengan yang lainnya. Tulang dan Nantulang di usia mereka yang sudah tua mengikuti era digitalisasi, Tulang membuat WA Grup Keluarga dan menyapa setiap hari dengan sharing renungan firman Tuhan, ataupun info-

151

infopentinglainnya,danmerayakanNatalkeluargamelaluiZoom.

Tiada lain harapan Tulang dan Nantulang agar kita dapat saling menyapa, dan berkomunikasi.

Nilai-nilai yang menjadi inspirasi

1. Kehidupan rumah tangga harus harmonis, saling mendukung.

2. Harus mengasihi dan memelihara hubungan dengan seluruh keluarga besar.

3. Memiliki jejaring yang luas.

4. Senantiasa membangun komunikasi dengan semua pihak.

5. Kerja keras, dan mencintai pekerjaannya.

6. Menghargai budaya/adat

7. Menjadi contoh dan teladan bagi lingkungan.

8. Selalu tampil elegan, bersih, rapi, dan disiplin

DalammemasukiusiaperkawinanTulangdanNantulangyang ke-50, kami mengucapkan selamat dan mendoakan Tulang dan Nantulang diberikan Tuhan panjang umur, kesehatan yang prima, kebahagiaan, serta berkat Tuhan senantiasa memenuhi kehidupan Tulang dan Nantulang.

Teriring salam dan peluk hangat untuk Tulang S.M. Pardede & Nantulang D. br. Sitorus.

****

152

Ini Kataku… untuk Pak Soy & Ibu Duma

Donna Sophia

Terus terang waktu kali pertama Tiar, kemudian juga Hiko, meminta saya untuk menulis di buku “Napak Tilas” ini, saya katakan, tidak usahlah. Saya tidak tahu harus menulis apa. Terlampau banyak cerita yang harus saya tuliskan. Terlalu banyak hal yang berkesan dan disyukuri. Sulit bagi saya untuk memilih mana yang harus saya bagikan. Apa yang saya tuliskan ini dari lubuk hati yang paling dalam, sebagai ungkapan rasa hormat dan sayang saya kepada Bapak Soy Pardede dan Ibu Duma.

PadasatuibadahMinggudiHKBPMentengJalanJambusekitar tahun 1989, dari balkon gereja tempat saya duduk, saya melihat sepasangsuamiistriberjalanberdampinganmenujuderetankursi di depan. Sang suami merangkul pinggang sang istri di sampingnya. Pemandangan yang jarang menurut saya di gereja. Dalam hati bertanya, siapa sih mereka? Sayang banget ya sama istrinya. Saya sangat terkesan melihatnya. Di rumah setelah pulang dari gereja, saya menceritakan apa yang saya lihat itu ke Mama.

Papa saya yang menjadi Pendeta Ressort di HKBP Menteng Jl. Jambu kala itu, harus menerima dampak dari pergolakan di tubuh HKBP. Saya yang saat itu juga sedang kuliah di tahun kedua, harus meninggalkan bangku kuliah. Mama Papa saya kemudian mendatangi salah seorang jemaat meminta bantuan untuk saya dapat bekerja di kantor beliau. Saya tidak tahu siapa mereka.

153

Walaupun sebelumnya saya ikut Mama menemui istri jemaat tersebut, Ibu Duma begitu kemudian saya memanggilnya, di rumahnya yang ternyata tidak jauh dari gereja.

Beberapa hari kemudian, saya datang ke kantor jemaat yang kami kunjungi tersebut. Saya menunggu di ruang tamu. Tak lama seorang pria datang yang saya lihat dari penampilannya pasti pimpinan kantor itu, dan pegawai-pegawai di situ menyapanya dengan hormat. Saya terkejut melihat beliau. “Lho, ini kan orang yang saya lihat di gereja itu!” dalam hati saya berkata. Waktu di gereja memang saya tidak jelas melihat wajah beliau. Tetapi saya ingat betul rambutnya putih! Itulah pertanda pertama saya mengenali beliau.

Saya kemudian diwawancarai Pak Soy, demikian saya memanggilnya kemudian. Di akhir wawancara beliau mengatakan “Kamu boleh mulai bekerja di sini”. Beliau menyalam saya, yang entah mengapa membuat saya menangis saat itu. Sejak itu 10 Agustus 1989 saya menjadi salah seorang sekretaris beliau, karena sebelumnya telah ada dua orang sekretaris membantu beliau.

Saya yang tidak mengenal dunia kerja dan tidak punya pengalaman apa-apa, harus terjun bebas dan terbiasa dengan lingkungan kerja di kantor, dan ritme kerja Pak Soy yang cepat. Saya ingat betul, sebagai junior, di masa awal bekerja itu saya lebih banyak membaca file-file perusahaan, membantu senior dan mengerjakan pekerjaan ringan lainnya. Pak Soy bilang banyaklah membaca karena dengan membaca kamu akan tahu dan belajar banyak hal! Itu tepat sekali! Dengan membaca file saya jadi tahu banyak kegiatan perusahaan, gaya menulis dan

154

bahasabeliau kalau membuatsurat,bagaimanamembuat konsep dan membalas surat, dan lain sebagainya. Jika ada waktu “luang”, saya berlatih memperlancar jari-jari untuk mengetik lebih cepat, karena di rumah sebelumnya sudah terbiasa mengetik dengan mesin elektrik Papa untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Untuk mendukung pekerjaan, saya kemudian mengikuti pendidikan sekretarisyangdibiayaikantor. Tentunyaitusungguhmenambah ilmu dan wawasan untuk membantu pekerjaan saya.

Seorang pekerja keras dan tidak mudah menyerah. Itulah Pak Soy! Dimanapun, apapun situasinya beliau tidak pernah meninggalkan atau mengesampingkan pekerjaan. Beliau tanggap melihat sesuatu sebagai suatu kesempatan. Hal itu membuatnya berhasil memimpin dan mengembangkan perusahaanperusahaan miliknya. Bahkan dalam keadaan sakit pun, beliau tetap bekerja. Ketika Bapak dirawat di RS Medistra, saya diminta membawa konsep-konsep surat dan email untuk beliau periksa!

Sebagaimana juga penilaian banyak orang, Pak Soy yang saya kenal selama ini adalah seorang perfectionist. Tidak boleh ada yangsalahataubekerjaasal-asalan.Beliautidakakansegan-segan menegur dengan keras. Tapi di kemudian hari saya menyadari teguran keras itu sebagai sebuah pembelajaran, sebagai cara beliau mendidik pegawainya.

Beliau juga seorang yang tegas. Seorang pemimpin memang sudah seharusnyalah merupakan pribadi yang tegas. Ketegasan beliau itu sering disalahartikan sebagai kegalakan. Jujur, di masa awal bekerja, saya sering ketakutan kalau mendengar langkah beliau di tangga (ruangan kami ada di lantai 3 dan tidak ada lift).

155

Apalagi jika ada pegawai yang ditegur di ruangan beliau. Waduh! Saya yang gemetar!

Pak Soy itu selain sangat teliti dan detail, juga gesit! Saking detailnya terkadang terkesan ngejlimet! Satu surat bisa berulang kali diketik walau hanya karena kurang atau kelebihan titik dan koma. Bayangkan, waktu itu mengetik surat masih dengan kertas karbon untuk pertinggal. Sekali salah, berapa lembar yang terbuang percuma. Dengan pulpen merahnya, Pak Soy akan mencoret-coret konsep surat yang dibuat jika tidak sesuai dengan yang beliau harapkan, dan memberi tanda “OK” jika sudah tepat menurut penilaian beliau. Kalau berbicara soal coret-mencoret, hanya segelintir orang yang bisa membaca tulisan Pak Soy.

Pak Soy juga mengajarkan untuk tidak berlama-lama atau menunda-nunda pekerjaan. Semua pekerjaan harus dilakukan cepat, tepat dan cermat. Kita harus masuk dan mendalami apa yang sedang dikerjakan. Kalau istilah yang sering beliau katakan “jangan kulit-kulitnya saja!” Jangan juga pernah berbohong atau berbelit-belit menjawab pertanyaan beliau. Karena akan terus dicecar, dan beliau tahu saja kalau kita asal menjawab atau berbohong!

Dalam bekerja, Pak Soy menekankan kerja sama dengan rekan kerja itu keharusan dan penting. Kita harus tahu apa yang sedang dikerjakan orang di sebelah kita. Sehingga jika dia atau kita tidak ada, pekerjaan tidak akan terhenti, karena ada orang lain yang bisa melanjutkan pekerjaannya.

Beliau adalah seorang guru bagi saya. Beliau mengajarkan banyak hal dan memberi saya kesempatan untuk berkembang dan berkreasi. Beliau melibatkan saya dalam berbagai kegiatan

156

beliau. Beliau mempercayai saya untuk mengorganisir eventevent di mana beliau menjadi Ketua yang seringkali harus menghadirkan para pejabat, pengusaha terkemuka dan pembicara dari mancanegara. Tak jarang saya juga didapuk untuk menjadi MC. Padahal saya bukanlah orang yang berani berbicara di depan umum. Semua itu memperkaya dan selalu memberi pelajaran serta wawasan baru. Seperti Pak Soy selalu bilang jangan pernah berhenti belajar dan berlatih, maka kamu akan mahir. Jangan mudah menyerah dan mengatakan tidak bisa! Kita harus mencari pekerjaan, menciptakan pekerjaan, tidak hanya menunggusaja,sehingga tidakadawaktuyangterbuangpercuma dan duduk-duduk saja di depan meja. Satu kebiasaan Pak Soy adalah selalu menghubungi kantor dimanapun beliau berada. Baik itu di dalam negeri atau di luar negeri sekalipun. Jika Bapak di luar negeri, kami di kantor harus standby di jam-jam tertentu di mana kira-kira waktunya beliau akan menelepon. Suatu waktu, ketika masih berkantor di Jln. HayamWuruk,BapakdanIbusedangdiluarnegeri.Teman-teman sekantor ingin jalan-jalan sambil makan siang. Saya menolak ikut karena takut Bapak telepon. Ada teman yang menyarankan agar gagang telepon digantung saja. Jadi tidak akan ada telepon yang bisamasuk. KalaupunBapaknantimenelepon,bilangsajatelepon mati karena mati listrik (waktu itu HP belum ada). Karena terus dibujuk teman-teman, akhirnya saya ikut juga. Dan………. Bapak menelepon! Ya! Setelah kembali ke kantor agak sore, gagang telepon dikembalikan ke posisinya, ada telepon dari pembantu rumah di Sutan Syahrir yang memberitahukan Bapak telepon ke

157

kantor, tetapi tidak ada yang angkat! Sampai Bapak kembali dari luar negeri, saya terus merasa bersalah (maaf ya Pak)!

Namun di balik ketegasan dan gaya kepemimpinannya, Pak Soy adalah pribadi yang lembut dan penuh perhatian. Di acaraacara gathering perusahaan, beliau “menanggalkan” kedudukannya dengan berbaur bersama karyawan dan keluarga. Beliau menyapa setiap karyawan dan menanyakan kabar anakanak serta keluarga mereka. Karyawan pun jadi tidak segan berbincang-bincang dan bahkan bisa tertawa bersama dengan beliau. Tak jarang Bapak membawa oleh-oleh untuk karyawan dari perjalanan dinas, atau ketika beliau berulang tahun membelikan atau mengajak semua karyawan kantor makan siang ke restoran.

Dengan bertambahnya waktu, saya semakin banyak dilibatkan di dalam kegiatan keseharian Pak Soy yang begitu banyak sekali! Bukanhanyapekerjaandikantor,jugadiacara-acarakeluargadan kegiatan lainnya di berbagai organisasi yang beliau ikuti seperti Kadin. Di Kadin, selain sebagai Ketua Kadin, beliau juga Ketua Inkorecom (Komite Kerja Sama Ekonomi Indonesia-Korea). Yang berkesan, pada satu kegiatan Inkorecom dalam rangka kunjungan kenegaraan Presiden Gus Dur ke Seoul, dan kemudian juga kunjungan Presiden Megawati, saya dipercaya untuk mengorganisir persiapan keberangkatan rombongan pelaku usaha Kadin Indonesia mendampingi kedua kunjungan kenegaraan tersebut. Dan lebih senang lagi saya bisa ikut dalam rombongan tersebut!

Ketika Pak Soy harus melepaskan semua keterlibatannya di dunia usaha sebagaimana dipersyaratkan di saat beliau terpilih

158

menjadiAnggotaKomisiPengawasPersainganUsaha(KPPU),saya juga dilibatkan dan ikut berkantor dengan beliau di kantor KPPU di Gedung Departemen Perindustrian & Perdagangan dan kemudian di Jl. Ir. H. Djuanda. Ibu Duma adalah sosok ibu sejati. Ibu yang mengayomi anakanak dan keluarga di rumah, dan kami karyawannya di kantor. Ibu selalu tampil menawan dan rapi kapanpun dan dimanapun beliau berada. Berjalan dengan Ibu terkadang membuat saya “minder” karena kebanting dengan penampilan Ibu…. hahaha! Beliau menurut saya adalah perempuan tangguh yang bisa mengimbangi ritme Pak Soy. Seperti halnya Pak Soy, beliau juga tak kalah sibuknya dengan berbagai kegiatan. Sebagai Sekretaris Pak Soy, saya juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan beliau. Dari situ saya dapat menilai Ibu itu seorang yang sangat pintar. Bagaimana beliau mengelola keuangan dan menjadi “Direktur Keuangan” di perusahaan, jangan diragukan. Tak heran beliau dipercaya menjadi Bendahara di gereja dan di berbagai organisasi sosial dan kemasyarakatan yang beliau geluti.

IbuDumaituseorangyangtulus.Beliautidakpernahberhitung atau menghitung-hitung jika menolong orang lain. Bagi beliau, tak usah kita menceritakan apa yang kita beri ke orang lain. Biarkan saja orang lain yang menilai. Lakukan saja apa yang bisa dengan tulus dan penuh kasih.

Bapak dan Ibu Duma dan keluarga sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Setiap tgl. 25 Desember di Sutan Syahrir selalu ada Open House. Suatu kali saya membawa keponakan-keponakan saya yang masih kecil-kecil ikut ke sana. Mereka senang sekali dengan aneka makanan, cemilan, permen dan coklat yang

159

disediakan. Pulangnya mereka bisa membawa permen dan coklat itu, dan juga mendapat saweran dari Bapak dan Ibu. Itu sangat berkesan bagi mereka hingga sekarang. Natal tahun berikutnya mereka akan bertanya “Kita ke rumah Ompung Soy kan?” Berharap dapat saweran dari Ompung Soy dan Ompung Duma!

Setelah Papa saya pensiun dari kependetaan, Pak Soy jugalah yang membawa Papa ikut di dalam Tim Revisi Bibel Toba di Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) sebagai perwakilan dari HKBP. Ibu Duma adalah orang yang pertama kali saya telepon ketika Papa saya meninggal pada tahun 2017. Begitu juga setahun kemudian ketika Mama juga pergi menyusul Papa. Padahal itu masih jam 4 pagi! Hanya beliau yang ada di pikiran saya waktu itu. Bukankerabatdekatlainnya. Saya,danjugaadik-adiksayasangat merasakan perhatian dan dukungan Bapak dan Ibu Duma, juga semua putri beliau, Hiko, Tiar dan Felis menghadapi masa-masa

160

duka tersebut. Keberadaan mereka menguatkan kami. Ibu dan Hiko menghias tempat pembaringan terakhir Papa dan Mama sayadirumahdukadengansangatindah.Ibujugamenjaditempat saya menangis dan mencurahkan perasaan saya ketika saya harus mengambil keputusan berat yang harus saya jalani. Saat berbicara dengan Ibu kita suka lupa waktu. Ada saja yang beliau ceritakan dan jadi topik pembicaraan kami. Kepada Ibu juga saya bisa curhat kalau di”marahi” Bapak.

Waktu sepertinya berjalan cepat. Tidak terasa lebih 3 dasawarsa sudah saya bersama Pak Soy dan Ibu Duma. Demikian juga dengan putri-putri, menantu dan cucu-cucu mereka, bahkan kerabatBapakdanIbudarikeduabelahpihak.Sayasangatbangga bisa turut menyaksikan setiap momen di dalam keluarga Bapak dan Ibu Soy Pardede. Bukan hanya menyaksikan, tetapi menjadi bagian dari setiap momen tersebut. Terlibat langsung dalam pernikahan ketiga putri Bapak dan Ibu Duma dan ikut merasakan sukacita saat cucu-cucu mereka lahir.

Masa pandemi Covid-19 setahun lebih ini, membuat Pak Soy dan Ibu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Namun tinggal di rumah tidak lantas membuat keduanya berdiam diri. Bapak dan Ibu tetap aktif melakukan berbagai kegiatan. Di tengah masa pandemi tahun lalu, Pak Soy menyelesaikan pembuatan buku Autobiografi untuk mensyukuri ulang tahun beliau ke-80 pada tgl. 4 Oktober 2020. Buku yang proses pembuatannya memakan waktu bertahun-tahun tersebut, menceritakan perjalanan dan perjuangan hidup Pak Soy dan Ibu Duma yang mungkin banyak orang belum tahu.

161

Bapak dan Ibu itu pasangan yang klop. Seumpama dua sisi mata uang, berbeda tetapi menyatu dan saling melengkapi. Sisi yang satu tak akan ada nilai pun artinya, tanpa sisi lainnya. Seperti syair lagu True Love, cinta mereka sejati, hakiki dan selalu selamanya. Keduanya saling memberi dan menerima dengan cinta, sebagaimana acapkali mereka persaksikan. Buku Napak

Tilas Pernikahan Emas Pak Soy dan Ibu Duma ini menjadi gambaran dan bukti kekuatan cinta yang dipertemukan dan dipersatukan Tuhan.

Pak Soy dan Ibu Duma terkasih, saya dan keluarga sangat bersyukur mengenal Bapak dan Ibu. Kami sangat berterima kasih atas segala kebaikan Bapak dan Ibu. Untuk semua perhatian, dukungan dan kasih sayang yang Bapak dan Ibu berikan. Terima kasih untuk selalu mendoakan dan ada untuk kami. Dalam setiap doa kami, Bapak dan Ibu serta keluarga tak pernah terlupa. Selamat Ulang Tahun Pernikahan Emas, Pak Soy dan Ibu Duma. Tuhan Yang Baik kiranya senantiasa memberkati Bapak dan Ibu beserta keluarga! ****

162

KATA ANAK, MENANTU DAN CUCU

163

JODOH DARI TUHAN

UNTUK SALING MENYEMPURNAKAN

Hikolina

Kisah pertemuan kedua orangtua kami seperti yang disampaikan dalam buku ‘Napak Tilas’ ini tentu sudah berulang kali kami dengarkan, tetapi setiap kali mendengar dan membacanya, menjadi cerita menarik tersendiri bagi anak-anak dan cucucucunya.

Kisah pertemuan Papa dan Mama adalah kisah yang unik yang mungkin benar bila disebutkan ‘jodoh ada di tangan Tuhan’. Mungkin inilah kisah nyata pertemuan dua anak manusia yang diatur oleh Tuhan dan akhirnya berjodoh. Kisah yang tidak serta mertagayungbersambut,tetapimelaluiprosesyangbahkantidak disangka, karena awalnya justru Papa yang tadinya hendak diperkenalkan dengan Mama oleh salah satu kerabatnya, justru menolak sebelum mengetahui siapa sosok Mama. Tetapi Tuhan mengatur pertemuan mereka ditempat mereka bekerja dan Papa sendiri yang akhirnya menemukan Mama dan menetapkan hati untuk menjadi jodoh yang dipilih Tuhan.

Bagi keluarga yang mengenal dekat Ompung boru Tobing (ibu dariMama),tentumengertibetapakerasnyaOmpungborudalam menentukan pertemanan mama, yang kala itu memang menjadi primadona di kalangan muda-mudi di kampusnya. Banyak ‘partandang’ tapi selalu ditolak oleh Ompung boru dan Mama selalu menurut apa kata Ompung boru, begitu cerita Mama dan Ompung boru kepada kami.

164

Tetapi anehnya, pada saat Papa datang ‘martandang’ untuk pertama kalinya, Ompung boru teringat akan sahabatnya di Porsea dulu, yaitu Ompung boru Tampubolon (ibu dari Papa). Siapa sangka bahwa setelah puluhan tahun dua sahabat yang telah lama terpisah dan bahkan Ompung boru Tampubolon pun sudah meninggal sejak Papa berusia 4 tahun, akhirnya cerita persahabatan mereka dipertemukan kembali dan berlanjut menjadi kisah indah putra putri mereka dalam bingkai pernikahan.

Mungkin inilah doa dari dua orang ibu sederhana yang selalu menyerahkan hidupnya pada tangan Tuhan. Jodoh putra putri mereka pun diatursedemikianrupa oleh Tuhandenganceritadan perjalanan yang kemudian hari mereka kisahkan kepada anakanak, cucu-cucu dan seluruh keluarga.

Papa dan Mama bukanlah pasangan yang sempurna, kisah mereka pun bukan kisah yang sempurna. Tetapi mereka menjadi sempurna bagi satu sama lain karena mereka saling melengkapi.

Kisah perjalanan pernikahan Papa dan Mama bukanlah cerita yang mulus tanpa rintangan. Perjuangan mereka membangun keluarga kecil mereka dijalani dengan banyak kendala dan juga cerita manis.

Pada awal masa pernikahan, mereka sudah harus mengurus keluarga besar, padahal mereka sendiri baru memulai karier dan membina keluarga kecilnya sendiri. Bagi Mama yang datang dari keluarga yang boleh dibilang tidak sebesar dan seerat keluarga Papa, tentu kaget. Bahkan Mama bercerita, dulu sering kesal karena hampir setiap hari ada saja yang datang dan berkumpul di

165

rumah. Padahal saat itu mereka sendiri masih menumpang di rumah Ompung Sibuea atau yang biasa kami sebut Ompung Rajawali, beliau adalah keluarga adik perempuan Ompung boru Tampubolon.

Lalu ini terus berlanjut setelah Papa dan Mama pindah ke rumah sendiri di Tebet, bahkan beberapa keluarga ikut tinggal bersama mereka. Pindah ke Menteng juga demikian, justru semakin banyak keluarga yang harus diurus dan diperhatikan. Tetapi lama kelamaan semuanya mereka nikmati dan menjadi bekal bagi Papa dan Mama untuk saling melengkapi. Pada akhirnyajustruMama menjadisosokyanglebihdahuludicarioleh keluarga Papa dan Mama biasanya justru lebih banyak tahu mengenai keadaan keluarga Papa, baik keluarga Pardede maupun keluarga Ompung boru Tampubolon.

Bagi ukuran orang Batak, Papa adalah sosok pria Batak yang modern. Beliau tidak mempermasalahkan bahwa 3 (tiga) orang anaknya semua perempuan. Beliau juga tidak pernah mempermasalahkan hadirnya keluarga Sitorus, khususnya Ompung boru Tobing dalam kehidupan kami sehari-hari. Papa justru sering mengajak Ompung boru Tobing jalan-jalan, belanja ke supermarket, dll, layaknya seorang anak terhadap ibunya. Mungkin ini pula jalan Papa melampiaskan kerinduannya kepada Ompung boru Tampubolon.

Papa dan Mama adalah pasangan yang sangat memperhatikan adat istiadat dan budaya Batak, aktif di adat tetapi tidak mau terperangkap oleh adat. Papa mengatakan bahwa adat itu harus dinamisdantidakbolehmenjadibebanbagigenerasimuda.Itulah sebabnya, kedekatan kami dengan keluarga, tidak melulu hanya

166

dengan keluarga kandung. Hal ini terlihat dalam kehidupan kami sehari-hari dan bahkan pada saat 3 (tiga) orang putrinya menikah, Papa mematahkan semua konsep bahwa urusan pesta adat harus diberikan kepada keluarga satu ompu dan kandung. Beliau justru meminta keluarga Pardede lainnya di luar keluarga kandung dan satu ompu untuk membantu bersama-sama.

Kedekatan dengan keluarga adalah salah satu bekal yang diberikan Papa dan Mama kepada kami. Demikian pula hubungan yang baik dengan sahabat dan kerabat dalam lingkungan pekerjaan, marga dan gereja. Bahkan dengan keluarga angkat PapadiJepangpun,kamimasihmenjalinsilaturahmidenganbaik. Bagi Papa dan Mama, teman dan sahabat, bisa menjadi lebih dekat layaknya keluarga kandung.

Dari kecil, hampir dalam setiap kegiatan Papa dan Mama, mereka selalu berusaha melibatkan kami, bahkan sampai sekarang dan itu berlanjut kepada cucu-cucu mereka. Bagi mereka, keluarga harus tahu dan harus melihat bahwa apa yang mereka kerjakan harus bermakna dan menjadi bekal untuk keluarga. Bukan bekal secara materi yang utama, tetapi lebih kepada pembelajaran hidup dan bagaimana hidup kita harus bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

Papa dan Mama saling melengkapi sehingga kehidupan mereka bisa menjadi bermakna dan menjadi berkat bagi banyak orang. Berkat itu bukan hanya materi, tetapi juga perhatian dan doa yang selalu mereka berikan kepada keluarga, kerabat dan lingkungan mereka.

167

Papa adalah sosok yang sangat memperhatikan setiap hal sampai sedetail mungkin. Hal-hal kecil diperhatikan dan dipertanyakan. Papa adalah sosok yang idealis dan memiliki prinsip yang kuat, yang seringkali tidak bisa diterima dengan mudah oleh orang lain. Bahkan sampai masa tuanya, masih saja ada orang yang ingin mengesampingkan keberadaannya. Bagi Papa, benar adalah benar, salah adalah salah, tidak ada ruang untuk kompromi bila menyangkut prinsip dan menegakkan kebenaran. Baru-baru ini Papa mengatakan bahwa dalam menegakkan kebenaran, kadangkala kita harus mengalah tapi bukan berarti kita kalah, semua itu karena kasih yang ada dalam diri kita lebih menguasai dan mengendalikan emosi serta pikiran kita. Papa bukan sosok yang mencari kekuasaan, ketenaran apalagihartadenganmenghalalkansegalacara.Bagibeliau,hidup ini adalah proses pembelajaran diri untuk menjadi manusia yang lebih baik. Papa selalu berusaha melihat sisi positif dari setiap orangdan percayabahwa padadasarnyasetiaporangitubaikdan memiliki potensi masing-masing. Sehingga seringkali mudah percaya kepada orang dan mungkin seringkali menjadi terlalu polos dan naif. Tetapi itulah kelebihan Papa dan kami bangga memiliki sosok yang menjadi inspirasi bagi kami anak-anak dan cucu-cucunya.

Berbeda dengan Mama yang lebih hati-hati dalam bertindak dan bersikap. Mama adalah sosok yang perfeksionis dan selalu harus tampil baik di depan banyak orang. Mama juga sosok yang mandiri, serba cepat, keras, tetapi juga mengayomi bagi banyak orang di sekitarnya. Sikap perfeksionis dan kemandiriannya, sering kali disalahartikan oleh banyak orang dan dianggap terlalu

168

serius dan galak. Tetapi sesungguhnya hal itu karena Mama selalu mencurahkan hati dan pikiran secara utuh atas setiap pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya, khususnya yang menyangkut banyak orang terutama gereja dan jemaat gereja. Mama selalu ingin yang terbaik dan inilah kualitas hidup yang ingin mama teruskan kepada kami anak-anak dan cucu-cucunya.

Bagi banyak orang yang melihat keluarga kami, tentu akan mengatakan bahwa Papa adalah sosok yang dominan dalam keluarga karena Papa lebih banyak tampil di muka umum dibanding Mama. Tetapi sesungguhnya tidak juga, karena dalam beberapa hal justru Mama lebih dominan di balik layar. Mereka saling melengkapi dan menjadi penyeimbang satu sama lain. Tidak mudah menghadapi dan mendampingi sosok seorang Soy Pardede, demikian pula tidak mudah untuk memahami dan mengikuti ritme sosok seorang Duma Sitorus. Tuhan memang sudah mengatur pertemuan mereka sebagai jodoh yang menyempurnakan satu sama lain.

Jodoh yang saling menyempurnakan satu sama lain ini, masih terus saling menyempurnakan dan melengkapi bahkan dalam menata warisan leluhur, untuk menjadi salah satu legacy yang ingin mereka tinggalkan, bukan hanya kepada anak-anak dan cucu-cucnya, tetapi juga kepada seluruh keluarga besar dan kerabat. Bagi kami, warisan leluhur itu bukan berupa nilai harta benda yang ditinggalkan, tetapi bagaimana Papa dan Mama mengajarkan kami untuk menghargai para leluhur, khususnya Ompung dan adat budaya Batak yang melekat pada diri kami.

Papa dan Mama menginginkan kelak, kami juga bisa bercerita tentang akar keluarga kami kepada cucu-cucu dan keturunannya.

169

Di masa tua Papa dan Mama, Tuhan memberikan mereka hikmat untuk terus berkarya dan meneruskan legacy mereka kepada keluarga dan banyak orang. Legacy dalam pekerjaan, dalam hubungan keluarga dan kerabat, dan juga dalam Gereja. Legacy itu tidak harus diwariskan kepada anak-anak dan cucucucu, tetapi juga kepada junior-junior mereka di berbagai lingkungan dan organisasi di mana mereka berada.

Melalui buku ‘Napak Tilas’ ini, Papa dan Mama sedang meninggalkan warisan dan legacy mereka kepada anak-anak dan cucu-cucu serta seluruh keluarga dan kerabat yang menyayangi mereka.

Happy Anniversary Papa & Mama. God bless you abundantly.

Love you always, Hiko dan Ade ****

170

Bersyukur dalam ketulusan

Tiar Pardede dan Noprianto Marbun

Kami merasa beruntung memiliki orangtua yang dapat menjadi role model bagi kami menjalani hidup berkeluarga. Memberikan jejakyangjelasdalammenghadapipermasalahan,sekaligustapak yang tegas di dalam mensyukuri semua anugerah Tuhan yang menyertai kehidupan.

Papa dan Mama selalu memberikan bimbingan, arahan maupun teguran bagi kami, anak dan cucunya. Pemikiran yang bermakna, yang terkadang tidak bisa kami cerna dengan cepat, hasil dari mengarungi asam dan garam kehidupan. Namun membuat kami mengerti pada akhirnya, banyak makna kehidupan yang jauh lebih besar dari yang kasat mata.

Sebagai pasangan, Papa dan Mama saling melengkapi, saling mendukung dan saling mengerti. Walaupun terpisah dalam aktivitas sehari-hari, namun keduanya tersinkronisasi. Masingmasing memiliki perbedaan, namun serasi dalam langkah, pemikiran dan perbuatan.

Kami ingat kata-kata Mama, bahwa pasangan itu seperti sepatu kiri dan kanan, bukan 2 sepatu kanan atau kiri. Kadangkadang sepatu kiri ada di belakang, namun pada waktunya sepatu kanan ada di belakang. Dan hari ini, sepasang sepatu itu merayakan kebersamaannya setelah menjalani langkah yang begitu panjang, panas dan hujan yang dilalui, senang dan sedih bersama yang tak lekang oleh waktu.

171

Kami juga ingat kata-kata Papa, bahwa semuanya hanya kemurahan Tuhan, kita hanya harus taat kepada Tuhan saja. Banyak hal yang kita tidak tahu dalam hidup ini, berdoa dan bekerjakerasadalahtugaskita,danhasilnyakitaserahkankepada Tuhan.

Dalam semua langkah Papa dan Mama, kami menyaksikan ‘diberkati untuk menjadi berkat bagi yang lain’. Suatu bentuk ketaatan untuk tidak memutus berkat Tuhan dalam kehidupan itu sendiri. Walaupun tidak lagi berusia muda, namun energi yang besar selalu muncul hari demi hari, dengan misi dan karya yang baru.

Pembelajaran berharga lain yang dapat kami teladani adalah ketulusan dan kasih tanpa pamrih. Mama dan Papa melakukan segala hal dengan tulus dan maksimal. Semua pekerjaan dan rencana, baik untuk pekerjaan, keluarga maupun lingkungan, akan dilakukan dengan ketulusan yang dilandaskan kasih. Memberi yang terbaik dan berbagi berkat adalah kewajiban bagi mereka.

Kami bersyukur menyaksikan perayaan kebahagiaan ini, anugerah Tuhan yang tidak henti-hentinya, seperti kami selalu bersyukur atas kesehatan dan karya-karya Papa dan Mama selama ini.

Ada yang berkata, anak bisa pergi jauh, tetapi doa orangtua selalu memeluk erat anak-anaknya dimanapun mereka berada. Betul! Berkat doa Mama Papalah yang membuat kami menjadi seperti sekarang.

172

Terima kasih kami kepada Tuhan, yang sudah memberikan

Papa dan Mama, Ompung yang terbaik dalam kehidupan kami.

Selamat hari pernikahan emas, kiranya Tuhan saja yang menyempurnakan pernikahan Papa dan Mama.

Penuh cinta, Tiar, Nopri, dan Mori ****

173

Satu Tujuan Melangkah Bersama

Setiaporangmemilikitujuandalamhidupmerekamasing-masing. Suatu hal yang menjadi penentu arah dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan. Suatu alasan mereka bangun tiap pagi dan menguras keringat hingga penghujung hari.

Tujuan menambahkan nilai bagi hidup seseorang dan menentukan kepuasan seseorang terhadap hal-hal yang dicapainya dalam hidup. Tujuan adalah realisasi peran seorang manusia dalam menjalankan perannya di dunia. Tujuan adalah penghilang dahaga dari kerinduan seseorang untuk memberikan makna bagi semua di sekitarnya. Demikian pula dengan Papa dan Mama.

Dalam kehidupan berkarya, bermasyarakat dan berkeluarga, seluruh segi kehidupan Papa dan Mama berputar mengelilingi satuhal: tujuan.HidupPapadan Mamaberlandaskanpada tujuan hidup mereka, baik sebagai individu maupun sebagai mitra dalam lembaga pernikahan yang mereka arungi bersama. Setiap rencana, keputusan dan langkah yang diambil selalu berorientasi pada tujuan.

LaluapaitutujuanhidupbagiPapadanMama?Mendatangkan kerajaan Bapa, di bumi seperti di dalam sorga. Ya! Tujuan hidup Papa dan Mama adalah pelayanan untuk penyebaran kebenaran firman Tuhan Yesus Kristus dan menyalurkan berkat-Nya di dunia.

174

Tiap pemikiran Papa dan Mama, baik dalam pekerjaan, berumah tangga dan bermasyarakat terlihat seperti upaya untuk menjawab satu pertanyaan: bagaimana agar nama Tuhan dimuliakan melalui apa yang sedang kami lakukan sekarang?

Tujuan selalu menjadi penentu dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh Papa dan Mama. Baik dalam kegiatan bekerja, berumah tangga maupun hal-hal kecil yang sifatnya rekreasi. Tidak ada satupun hal yang dilakukan Papa dan Mama yang tidak berorientasi pada tujuan hidup mereka. Liburan pun alangkah baiknya dilakukan juga untuk mendukung hal tersebut dan bukan hanya untuk kesenangan semata.

Sebaliknya, di masa-masa sulit, besar terlihat peranan Tuhan dalam kehidupan berumah tangga Papa dan Mama. Banyak hal yang terjadi di luar dari kemampuan mereka, tapi Tuhan yang sempurnakan, Tuhan yang mencukupkan. Bersyukur kami semua bisa melihat bahwa dalam tiap pergumulan dan rintangan, Papa dan Mama selalu bersatu untuk membawa semuanya itu kepada Tuhan.

Itulah yang boleh kami pelajari dari hidup berumah tangga Papa dan Mama. Kehidupan yang didirikan di atas satu pondasi tujuan dan iman dalam kebenaran Firman Tuhan Yesus Kristus. Kami berdoa supaya kehidupan kami berumah tangga juga bisa berpedoman pada cara pandang yang serupa.

Selamat ulang tahun pernikahan ke-50 untuk Papa dan Mama terkasih. Tuhan Yesus memberkati.

Dengan penuh kasih, Felicia, Priyanka dan Philo

175

My Hero and My Best Friend

Ompung doli and Ompung boru have been married for 50 years, alongandcompletejourneyfullofmemoriesandlivingexamples. They have been an inspiration for me and the best grandparents I could ever asked.

Ompung doli and Ompung boru are my inspirations through life. Growing up, I can see how my grandparent’s life evolve around church and love towards God. When I was a baby, almost every morning, Ompung boru brought me to her office at our church, it became my second home. I also learned that Ompung doli was a leader of the committee to build the church. I remember he said that we have to make our church nicer than our own house, because it’s God’s house. We have to take good care of His house seperti kita menjaga rumah kita sendiri, bahkan harus lebih baik. Ompung doli tidak pernah malu membersihkan sampah atau merapihkan gereja. Mungkin orang merasa aneh, but it is one thing that I admired from him.

Through my grandparents, I learned that God is the key to everything. Mereka bilang “masalah apapun yang sedang kamu alami, bagaimanapun keadaanmu, selalu berdoalah kepada Tuhan, minta pertolonganNya, karena Dialah yang akan membantu kamu dalam masalah apapun itu”. One day Ompung boru said to me, “dosa sebesar apapun itu, Tuhan akan mengampuni kamu, jadi berdoalah terus dan minta

176

pengampunan-Nya”. It’s really meaningful for me and both of them make me grow closer to God.

OmpungdoliandOmpungborualsotaughtmetheimportance of family. Family is my biggest supporter, through my happy and disappointment moments. Without God and family, you are nothing, that is what they always said to me, especially Ompung boru. Everything you do and have achieved is because you have God and family who always love and support you no matter what.

Ompung doli and Ompung boru love and nurture me in their own ways. They are not typical Batak grandparent who like to spoil their grandchildren rotten. They care and attentive to what I need and what I’m going through. They always ask how’s my school,how’smyday,how’smyschedule,everythingjustbecause they don’t want to miss out on my life. But at the same time, they also scolded me when I did bad things.

Ompung doli is my hero. He showed me that there is another life outside family and school. He likes to bring me to places and meet many great and importantpeople.WhenIwas little, I never realized how great and important Ompung doli is, for me he is just my Ompung doli who makes me laugh with his silly jokes, who likes to ‘elus-elus’ my head until I fall asleep. I remember my mom told me a silly story,

177

when I was 2 years old, I saw Ompung doli being interviewed in television, I was so happy that I could see him and begun to call him several times, but he didn’t respond back. Then, I started crying because I thought he was ignoring me. I didn’t understand anything at that time. Even when he brought me to the Palace for the first time waktu umur aku 6 tahun, aku masih tidak tahu dan tidak mengerti sehebat apa Ompung doli. Later, I learnt that my Ompung doli is a man with great achievements not only to his family but also to this country. I am so proud of him. Ompung doli teaches me that I have to work hard and give the best if you want to achieve something. “If you failed, it’s not the end, it means you have a chance to do better next time”, he said. Ompung boru is my best friend. Ompung boru is always there in every happiness and sadness that I’ve been through. Never once she doubts me, she always says thatI can do anything that I want to do if I put my mind and focus. She teaches me to dream high and work hard. She said “perempuan harus pintar dan bekerja supaya tidak tergantung pada orang lain”. OmpungBorualsoteachesmetoalwaysdogoodthingstoothers. She teaches me that there are many people who are not as lucky as I am, and I have to learn to help them in a way that I could. She always says that, ”kita tidak boleh berhenti mengucap syukur

178

apapun yang kita alami dan hidup kita harus jadi berkat untuk banyak orang”.

I am so lucky that I was born as the eldest grandchild of the familysoIcouldlearnandspendmoretimewithOmpungdoliand Ompungboru.Butbeingtheeldestalsocarriesbigresponsibilities that sometimes I fail and disappoint Ompung doli and Ompung boru. Ompung boru always says that I have to maintain the good name of the family especially because my name is now become their name. In Bataknese tradition, Ompung doli and Ompung boru received a new title when I was born. After their own name, now people can also call them ‘Ompu ni si Dasha’.

There are so many things yang Ompung dolidan Ompung boru ajarkan ke aku. Mereka adalah pendoa untuk aku. I’m really grateful and thankful to have grandparents like them. You are the best grandparents I could ever asked.

Happy Anniversary Ompung doli dan Ompung boru. ****

179

Puisi untuk Ompung

Sondang Moria Megumi Nabasa Marbun

Ompungku Lucu

Ompungku lucu sekali

Membuatku tertawa berkali-kali Ceritanya selalu jenaka Membuat hilang semua duka

Selalu jahil tingkahnya

Membuatku terpingkal-pingkal Tertawa saja aku diajaknya Hatiku senang tak lagi kesal

Setiap ku pulang peluknya lapang Hatiku girang bukan kepalang Ompung ku sayang sudah kubilang Sampai nanti aku kan datang - Teruntuk Ompung doli SS, teman Moi bercanda -

180

Ompungku wangi sekali

Ompung boruku sangatlah cantik Selain jelita, tuturnya juga baik Tapi hal yang paling aku suka Harum tubuhnya memelukku dengan tangan terbuka

Kata ompung supaya wangi Aku harus mandi sering-sering Jangan lupa memakai handuk hingga kering Pasti wangi nya seperti Pelangi

Tapi selain mandi, ada satu rahasianya Meja rias ompung banyak hal yang tak kupunya Botol parfum dari London salah satunya Pernah kupakai hingga habis setengahnya

Ompung tidak marah, hanya tertawa Mamaku mendelik melotot, mau memarahiku Sudah jangan dimarahi, peluk Ompung menarikku Selalu Ompung mendamaikan semua

- Untuk Ompung boru SS, yang paling cantik sedunia -

181

Gambar untuk Ompung

Cerita Philo : Setiap ke rumah Ompung, bermain bersama Ompung selalu seru. Di rumah Ompung juga ada mainan air mancur berbentuk fire hydrant yang Philo namai “Singkel”. Philo suka main air dan menyanyi lagu Tik Tik Tik Bunyi Hujan, seperti Singkel yang membasahi kebun Ompung. Gambar Philo banyak Tik Tik Tik seperti bunyi air hujan, dan setiap habis hujan selalu ada pelangi.

Philo saranghae Ompung!

182
Philo Pieter Banguntua Lumban Tobing

Ini pelangi buat Ompung sehabis hujan Tik Tik Tik

183
Philo coba gambar Ompung-ompung dengan warna hijau kesukaan Ompung boru
184
BIODATA
186

Soy Martua Pardede & St. Duma Sitorus

Tempat dan tanggal lahir

Soy Martua Pardede Lumbanjulu 4 Oktober 1940

Duma Sitorus Porsea 2 Mei 1948

Tempat dan tanggal Baptis

Soy Martua Pardede Gereja di HKBP Balige 5 Oktober 1941

Duma Sitorus Gereja HKBP Ulubius Porsea 13 Juni 1948

Tempat dan tanggal Sidi

Soy Martua Pardede Gereja HKBP Kernolong 20 Desember 1989

Duma Sitorus Gereja HKBP Parbubu, Tarutung 5 Juli 1963

187

Tempat dan tanggal Menikah

HKBP Sudirman, Medan, 22 Mei 1971

Keluarga

Anak-anak

1. Hikolina Christina Pardede, BA menikah dengan Ir. Godlief Iriano Siregar, MBA

2. Tiar Angela Pardede, S.Sn., MA menikah dengan Noprianto Narpiah Marbun, S.T., M.M., CMA

3. Felicia Rousia Pardede, MA menikah dengan Priyanka Thomas Paruhum L. Tobing, S.H.,MA

Cucu-cucu

1. Dasha Sofia Annabel Bennicia Siregar

2. Sondang Moria Megumi Nabasa Marbun

3. Philo Pieter Banguntua L. Tobing

Pendidikan Soy Martua Pardede

1966 Fakultas Ekonomi, Universitas Kagawa, Jepang 1969 Management Permanin Course, Medan

Pendidikan St. Duma Sitorus

1955 SD HKI di Tarutung

1961 SMP Negeri Sigompulon di Tarutung 1964 SMA Negeri Sigompulon di Tarutung/ SMA Negeri IV, Medan

1967 InstitutKeguruan&IlmuPendidikan(IKIP)Negeri,Medan

188

Pelayanan Soy Martua Pardede

1976–1990 Bendahara

Panitia Pembangunan Distrik HKBP 1980 Wakil Bendahara Panitia 25 Tahun HKBP Menteng 1979 Bendahara

Panitia Pesta Parolop-olopon HKBP Manjunjung Baringinna

1981-sekarang Penasihat

Himpunan Dharma Kasih (HDK) HKBP 1986 Bendahara Panitia Jubileum 125 Tahun HKBP 1989-1994/ Ketua 2003-2008 Badan Pembangunan HKBP Menteng 1990 Anggota

Tim Rekonsiliasi HKBP 2005 Pengarah Panitia Jubileum 50 Tahun HKBP Menteng

2005-sekarang Penasihat Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) HKBP Menteng

2008-2012 Anggota Pengurus/Ketua Komisi Pengelolaan & Pengembangan Aset Yayasan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

2009-2012 Ketua Panitia Pembangunan Gedung Pusat Alkitab (Bible Center)

189

2012-2016 Ketua Panitia Pengumpulan Dana Pembangunan Bible Center

2013-2018 Ketua Bidang Keuangan dan Pengembangan Aset LAI

Pelayanan St. Duma Sitorus

1981-1996 Bendahara I

Himpunan Dharma Kasih (HDK) HKBP

1988-2014 Ketua Koor Dame

1996-Agt. 2020 Bendahara Umum Himpunan Dharma Kasih (HDK) HKBP

1996-2011 Menyiapkan dan menghias pohon dan hiasan

Natal di Gereja HKBP Menteng

2003 Ketua Calon Sintua (Casi) HKBP Menteng Angkatan 2004

2004-2013 Sintua HKBP Menteng

2004-2012 Bendahara Huria Gereja HKBP Menteng

2004-2012 Sekretaris/Bendahara Ressort HKBP Menteng

2005-2012 Ketua Bidang Dana Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) HKBP Menteng

2005-sekarang Penasihat Koor Gabungan HKBP Menteng

2007 Bendahara Rapat Pendeta dan Sinode Distrik XXI Jakarta 3

2007 Ketua Panitia Natal Sie Parompuan Se-Ressort HKBP Menteng

2010-sekarang Penasihat Koor Dame

190

2012 Ketua Panitia Ompung’s Day HKBP Menteng

2012-sekarang Ketua Kelompok Peduli Pendidikan (KPP) HKBP Menteng

2012-2014 Penasihat Tim Peduli Enggano HKBP Menteng

2012-2016 Anggota Pengurus Badan Pembangunan HKBP Menteng

2013 Ketua Panitia Paskah HKBP Menteng 2016 - 2020 Bendahara Seksi Lansia HKBP Menteng

Agt.2020-sekarang Ketua Umum Himpunan Dharma Kasih (HDK)

191
192
Berbeda masa…
………..…………….…………
..di
tempat yang sama

Sesungguhnyahidup ini bagaikan bergantung di bibir tebing yang curam.

Setiap saat bisa jatuh ke kedalaman yang

tidak berakhir. Hanya Tuhanlah yang menangkap tanganku sehingga tidak jatuh!

helloduma helloduma@gmail.com

Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.