6 minute read

BHS) Pedoman produksi minyak kelapa sawit berkelanjutan (ENG) Guidelines on sustainable palm oil production

Pedoman Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan

liansi Pongo, merupakan aliansi para petani minyak kelapa sawit, pelaku usaha dan praktisi konservasi, sedang mengembangkan pedoman untuk praktisi manajemen terbaik (BMP) guna mendukung produksi minyak kelapa sawit A yang berkelanjutan serta mencakup ruang aman bagi orang-utan liar di luar kawasan hutan lindung. Dengan adanya visi untuk menciptakan kondisi yang bisa bertahan bagi margasatwa dan manusia menjadi sebuah kenyataan, aliansi ini menggunakan pendekatan berbasis bukti, dan ditemukan bahwa beberapa orang-utan tidak hanya selamat dari hilangnya habitat mereka dalam skala besar pada tahun 1980-an dan 1990-an, namun juga beradaptasi dengan kondisi fragmentasi hutan dan perkebunan kelapa sawit. Direktur Proyek Kinabatangan Aliansi Pongo, Dr. Felicity Oram, mengatakan langkah-langkah dapat dilakukan untuk mendukung keberlangsungan hidup populasi orang-utan liar yang selamat, di mana hanya 10 persen dari setengah juta hektar lahan yang masih merupakan hutan. “Kita perlu lebih memahami, habitat orang-utan pada kondisi yang telah berubah ini dan mencari cara untuk memfasilitasi kehidupan berdampingan antara manusia dan orang-utan dalam jangka panjang. “Dalam prakteknya, hal ini berarti membiarkan orang-utan liar pada habitatnya dan mengembangkan cara yang lebih baik untuk mendukung adaptasi yang telah dilakukan margasatwa sejauh ini,” ungkapnya dalam sebuah pernyataan. Yayasan Sime Darby (YSD) telah berkomitmen dengan dana sebesar 1.2 juta Ringgit Malaysia, dalam sebuah perjanjian sponsor berjangka dua tahun “Penciptaan Kondisi Kehidupan Berdampingan Manusia dan Orang-utan di Kinbatangan (Creation of a Human and Orangutan Coexistence Landscape in Kinabatangan)”, memungkinkan program untuk mengumpulkan informasi yang terperinci, dan mengembangkan praktik manajemen terbaik. Sponsor ini sejalan dengan fokus lingkungan YSD untuk melindungi dan melestarikan spesies yang rentan dan terancam punah, serta mendidik dan meningkatkan kesadaran pada kalangan komunitas perkebunan kelapa sawit, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pemerintah, dan komunitas internasional. Direktur Utama YSD, Dr. Hajah Yatela Zainal Abidin, mencatat bahwa penelitian telah menunjukkan bahwa orang-utan betina hidup dan membesarkan anak-anaknya di fragmen hutan yang dikelilingi oleh kelapa sawit, sedangkan orang-utan jantan melakukan perjalanan jauh melalui perkebunan kelapa sawit dari satu fragmen hutan ke fragmen hutan yang lain. “Proyek ini bertujuan untuk mengetahui secara rinci kondisi di Kinabatangan, hingga pada tingkat individu orang-utan. “Kami berharap bahwa upaya ini dapat membantu para petani dan lembaga swadaya masyarakat untuk melihat dan mengelola kondisi hutan kelapa sawit yang akan mendukung kehidupan bersama antara manusia dan orang-utan; dan agar lembaga pemerintah dapat mengembangkan kebijakan baru dalam pengelolaan orang-utan dan juga bagi komunitas internasional untuk dapat mengerti bahwa hidup berdampingan pada kondisi yang beragam seperti campuran antara perkebunan kelapa sawit dan hutan sangatlah mungkin,” lanjutnya. Perusahaan mitra yang terlibat dalam perubahan paradigma ini dan yang memiliki kepemilikan dalam area proyek di antaranya adalah Sime Darby Plantation Berhad (SDP), yang menampung Aliansi Pongo dan mitra yang berada di Sabah, Sawit Kinabalu, di mana lahan seluas 3,757 hektar miliknya telah diperuntukkan guna konservasi lingkungan. Direktur Utama dari Grup SDP, Mohamad Helmy Othman Basha, menyatakan inisiatif oleh Aliansi Pongo sejalan dengan ambisi SDP untuk mencapai industri minyak kelapa sawit yang bebas penebangan hutan dan perusahaan sangat berharap untuk mengimplementasikan BMP di perkebunannya. “Kami menyadari perlunya dan pentingnya menjaga habitat alam bagi spesies yang terancam punah dan tidak hanya akan bekerja sama dengan organisasi yang sepaham seperti YSD dan mitra kami di Aliansi Pongo, namun kami juga mendorong perusahaan perkebunan kelapa sawit lain untuk ikut serta mencapai tujuan ini,” lanjut Helmy. Dia juga mencatat bahwa proyek yang berkolaborasi dengan Aliansi Pongo adalah tindak lanjut yang logis dari kerja sama selama 10 tahun antara YSD dan Departemen Kehutanan Sabah mengenai proyek ‘Reboisasi dan Rehabilitasi Habitat Orang-utan di Ulu Segama Utara (kini lebih dikenal dengan nama Cagar Hutan Bukit Piton)’. Dia menjelaskan bahwa proyek senilai 25 juta Ringgit Malaysia tersebut, di mana SDP menyediakan bantuan teknis, meningkatkan kondisi habitat orang-utan dengan menanam 1,448,822 pohon di dalam Cagar Hutan yang dahulu sangat terdegradasi dan berkontribusi dalam manfaat ekonomi kepada komunitas setempat di area sekitarnya. Dr Felicity (keempat dari kanan) beserta mitra perkebunan kelapa sawit di lapangan.

Guidelines on Sustainable Palm Oil Production

The Pongo Alliance, an alliance of oil palm growers, businesses and conservation practitioners, is developing guidelines for best management practices (BMP) to support sustainable palm oil production that includes safe spaces for wild orangutans outside of the protected areas. With a vision to make resilient landscapes for wildlife and people a reality, the alliance uses an evidence-based approach, which found that some orangutans not only survived large-scale habitat loss in the 1980s and 1990s but adapted to a landscape of forest patches and oil palm plantation. The Pongo Alliance Kinabatangan’s Project Director, Dr Felicity Oram, said that measures can be put in place to support co-existence of the surviving wild orangutan population where only 10 per cent of the half-million-hectare land area is forest. “We need to better understand the orangutan habitat needs in this altered landscape and work out how to facilitate human and orangutan co-existence in the long term. “In practice, this means leaving wild orangutans wherever they are in the landscape and developing better ways to support the adaptions these animals have made thus far,” she said, in a statement. Yayasan Sime Darby (YSD) has committed RM1.2million, under a two-year sponsorship agreement titled “Creation of a Human and Orangutan Coexistence Landscape in Kinabatangan”, to enable the programme to conduct detailed information-gathering, engagement with various players, and develop best management practices. The sponsorship is in line with YSD Environment pillar’s focus area of protecting and preserving vulnerable and endangered species, as well as the education and awareness focus area as it involves building awareness within oil palm plantation communities, environmental non-governmental organisations (NGOs), government agencies, and international communities. YSD Chief Executive Officer, Dr Hajah Yatela Zainal Abidin, noted that research has shown that female orangutans live and raise their young in forest fragments surrounded by oil palms, while the males travel long distances through oil palm plantations between these patches. “This project aims to find out in more detail what is going on in Kinabatangan, to the level of individual orangutans. “We hope that this effort will also assist growers and NGOs alike to view and manage oil palm forest landscapes in favour of human-orangutan coexistence; government agencies to develop a new policy on orangutan management and the international community to understand that such coexistence is possible in mixed landscapes such as those comprising oil palm plantations and forests,” she said. Full partner companies involved in this paradigm shift that have holdings in the project engagement area include Sime Darby Plantation Berhad (SDP), which hosts the secretariat of Pongo Alliance and Sabah based partner, Sawit Kinabalu, which has committed 3,757 hectares of its land area to conservation set-asides. SDP Group Managing Director, Mohamad Helmy Othman Basha, said the initiative by Pongo Alliance aligns with SDP’s ambition to achieve a deforestation free palm oil industry and the company looks forward to implementing the BMP at its estates. “We are cognisant of the need and importance of safeguarding the habitats of endangered species and not only will continue to work with like-minded organisations such as YSD and our partners in the Pongo Alliance but also encourage other plantation companies to come on board to achieve this goal,” said Helmy. He also noted that the project in collaboration with Pongo Alliance is a logical follow-up on of YSD’s 10-year collaboration with Sabah Forestry Department on the ‘Reforestation and Rehabilitation of Orangutan Habitat in Northern Ulu Segama (presently known as Bukit Piton Forest Reserve)’ project. He explained that the RM25 million project, in which SDP provided its technical expertise and assistance, improves the orangutan habitat by planting 1,448,822 trees within the previously highly degraded Forest Reserve and contributed economic benefits to the local community in the surrounding area.