Tokoh Edisi 997 | Tokoh

Page 1

Mozaik

32

Edisi 997/ 2 - 8 april 2018

“Faber-Castell Journalist Goes to Factory 2018”

Mengintegrasikan Seni Konvensional dengan Game Digital Anak-anak zaman now dinilai lebih senang berkutat dengan hal-hal yang berbau digital. Apalagi yang berkaitan dengan game. Tangannya lebih sering dipakai untuk memencet keypad. Mereka jarang menggunakan tangannya untuk menulis, menggambar, atau mewarnai. Faber-Castell memberikan solusi istimewa.

S

ebuah produk terbaru dikenalkan Faber-Castell kepada para wartawan yang ikut dalam FaberCastell Journalist Goes to Factory 2018. Produk yang diberi nama “Colour to Life” ini menjadikan anak sebagai subjek. “Kami ingin anak-anak sebagai subjek dalam sebuah produk. Anak-anak jangan hanya dijadikan objek. Caranya dengan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan talentanya,” ujar Richard Panelewen (Product Man-

ager) yang didampingi Fransiska Remila (Brand Manager), Mulyadi Gunawan (Factory Manager), dan Andri Kurniawan (PR Manager) PT Faber-Castell International Indonesia. Diawali dengan mewarnai salah satu karakter yang ingin dipilih. Pewarnaan disesuaikan dengan selera. Setelah selesai, gambar discan. Pengguna diingatkan untuk mengunduh aplikasi “Colour to Life” terlebih dahulu dari Play Store. Gambar yang sudah di-scan itu bisa dijadikan foto serta dijadikan avatar

Mulyadi Gunawan, Factory Manager PT Faber-Castell International Indonesia menunjukkan paket kemasan “Colour to Life”.

Pemaparan tentang produk Faber-Castell dari Richard Panelewen, Product Manager Faber-Castell Indonesia dan Fransiska Remila, Brand Manager Faber-Castell Indonesia.

untuk game. Selanjutnya anak-anak bisa bermain untuk mengumpulkan nilai sebanyak-banyaknya. “Bagi kami ini adalah inovasi bagaimana mengintegrasikan seni konvensional dalam bentuk menggambar maupun mewarnai di kertas dengan seni digital melalui game. Saat ini baru lima karakter yang kami munculkan. Ke depan, tentu akan ada pengembangan lagi. Bahkan tidak tertutup peluang bagi anak-anak kreatif yang membuat karakternya,” imbuh Richard. HANYA DIPRODUKSI DI INDONESIA Fransiska Remila menambahkan pihaknya tidak menutup mata dengan perkembangan teknologi. “Ada kecenderungan anak sekarang lebih suka main game dibandingkan menggambar atau mewarnai.

Kami melihat ada pasar potensial yang bisa digarap secara ekonomi dan di sisi lain ada nilai edukasinya. Anak-anak mewarnai terlebih dahulu kemudian bermain game,” ujarnya. Selama ini pihaknya selalu berusaha untuk membuat event Salah satu karakter dalam “Colour to Life”. yang melibatkan anak dan orangtuanya. Hal ini dirangkai menjadi aneka kreasi. bertujuan meningkatkan kualitas “Connector pen ini hanya diproduksi hubungan keluarga. Selain itu, di Indonesia untuk diekspor. Tiap orangtua lebih semangat untuk tahunnya kami memproduksi 100 juta batang connector pen,” ujar mengajak anaknya ikut lomba. Sarana mewarnai yang dipakai Mulyadi Gunawan seraya mengadalam “Colour to Life” ini connector takan produk Faber-Castell dijual pen, spidol yang aman untuk anak- di 120 negara. (Ngurah Budi) anak. Setelah dipakai, spidol ini bisa

Pasar Pensil masih Stabil

Suasana pabrik pensil

Perkembangan era digital dikhawatirkan membuat produk konvensional tergerus. Salah satu contohnya, pensil. Kehadiran gadget dengan tambahan stylus pen membuat menulis dan menggambar di gadget menjadi lebih mudah. Bagaimana dengan nasib pensil? “Kami tiap minggunya memproduksi 60 ribu gros pensil. Bahan baku utamanya adalah kayu (slat) dan isi pensil (lead). Prosesnya mulai dari membuat “got” di slat kemudian diisi lead. Selanjutnya ditimpa dengan slat lagi.Bagian ini lalu dipotong dan dibentuk sesuai ukuran. Bagian yang disebut raw pancil ini kemudian dicat dan dihaluskan. Tahap akhirnya

adalah pengemasan,” ujar V. Sapto Putranto, QC Manager PT A.W. Faber-Castell Indonesia yang didampingi Pandu Danardjati, MR Manager Representative. Pensil-pensil yang diproduksi ini 24% dipasarkan di dalam negeri, sisanya diekspor. Dari pasar dalam negeri, konsumennya mulai dari anak-anak hingga dewasa. Hal ini menunjukkan pasar pensil masih stabil. “Kami yakin pensil tetap ada tempatnya. Untuk menjaga kestabilan ini, kami membuatkan event maupun workshop yang bekerja sama dengan sekolah dan kampus. Sekarang ini banyak yang kembali ke manual. Misalnya, mahasiswa tingkat

Karya seni berbahan pensil

awal jurusan desain diharuskan menggambar dengan pensil. Setelah itu baru masuk ke format digital,” ujar Fransiska Remila, Brand Manager Faber-Castell

Indonesia. Ia juga memberi contoh beberapa desainer top dunia, mempunyai karya asli berupa coretan manual menggunakan pensil. (Ngurah Budi)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.