24
Sudut Pandang
Edisi 989/ 29 januari - 4 Februari 2018
Tradisi makan bersama keluarga –ayah, ibu, dan anak-anak—sudah makin jarang terjadi pada keluarga modern. Kalaupun bisa, biasanya hanya pada weekend, hari libur atau harihari tertentu saja. Situasi memang sudah berbeda. Dulu makan bersama bisa dibilang jadi kewajiban, kini tidak lagi. Orangtua sibuk bekerja, anak-anak pun sibuk dengan kegiatan masing-masing. Maka kegiatan makan pun dilakukan masing-masing di mana pun, tidak harus di rumah. Itulah potret keluarga zaman kini.
H
al itu juga terjadi pada keluarga Soraya Haque. Ketika anak-anak masih kecil atau awal masa remaja, kebiasaan makan bersama, masih kerap dilakukan. Namun seiring waktu, ketika anak-anak makin besar, orangtua pun memiliki kegiatan cukup padat maka makan bersama pun semakin jarang. Namun begitu, kata Soraya, tradisi kumpul keluarga seperti makan ataupun kegiatan lain, tetap berusaha dipertahankan dalam keluarga, meski mungkin tidak bisa sesering dulu. Menurut Soraya Haque, tradisi kumpul keluarga tetap ada meski tidak sesering dulu. “Berkegiatan bersama keluarga tetap ada seperti makan bersama—anggota keluarga lengkap—atau aktivitas bersama lainnya. Namun tidak sesering dulu. Karena sekarang anakanak sudah besar dan punya kesibukan masing-masing. Biasanya kita kumpul untuk kegiatan bersama pada weekend ataupun hari libur. Biasanya sih ya masak bersama karena anak-anak dan papanya suka masak,” tutur Soraya Haque. Tapi, kegiatan makan bareng tidak selalu di rumah. “Ganti suasana kita kadang makan di luar,” ucapnya. Dapur, menurut Soraya adalah salah satu tempat istimewa di rumahnya karena di sanalah kerap kali menjadi ‘arena’ berkumpul keluarga, baik masak bersama ataupun ngobrol-
Prilly Latuconsina
Dapur Jadi Arena Kumpul dang tidak bisa lengkap seluruh anggota keluarga. “Tergantung siapa yang kebetulan ada di rumah saja. Tapi makanan tetap tersedia di meja. Biasanya kalau anak-anak kurang suka menu yang dibuat hari itu, ya mereka memasak sendiri makanannya. Semua bahan sudah disediakan di kulkas, tinggal ambil saja,” tambah ibu tiga anak ini.
Soraya dan keluarga
ngobrol. Soal siapa yang menyiapkan (memasak) makanan, itu tergantung kesepakatan. “Kadang Ekki (suami) karena dia memang yang paling hobi masak. Anak-anak jadi hobi masak ya karena Ekki. Kadang, anak-anak yang masak, kita orangtua tinggal menunggu
hasil masak mereka. Atau Ekki dan anak-anak masak bareng,” ungkap Aya, begitu nama artis juga pragawati top era 1980-an ini akrab disapa. Sementara kalau hari-hari biasa, lanjut Aya, kegiatan makan bersama— karena kesibukan masing-masing-- ka-
KUMPUL SAAT LIBUR Lain lagi dengan Prilly Latuconsina. Artis muda yang tengah naik daun itu, memiliki agenda kegiatan yang padat sehingga jarang punya kesempatan makan bareng keluarga. Ya maklum saja, gadis 21 tahun ini selain sibuk syuting dan kegiatan off air lainnya, juga disibukkan dengan sejumlah bisnis yang tengah dibangunnya. Belum lagi dia juga kuliah. “Jadi memang sehari-hari sibuk banget. Nggak bisa sehari-hari makan dengan keluarga seperti dulu waktu belum banyak kegiatan,” ucapnya. Kalaupun sempat, tambahnya lagi, biasanya makan pagi. “Itu pun kalau pas papa belum berangkat kerja, kita makan bareng. Tapi kadang aku bangun papa
sudah berangkat kerja. Jadi memang jarang sekali makan bareng,” katanya. Kesempatan makan bareng keluarga, kata Prilly, biasanya baru bisa dilakukan saat hari libur. “Makanya aku kalau pas libur bener-bener manfaatin untuk kumpul bersama keluarga. Mau makan atau kegiatan lain,” ungkap Prilly yang tengah menjalani diet ketat untuk mempertahankan berat badannya. Namun, kata Prilly, meski jarang makan bareng orangtuanya bukan berarti ngobrol atau curhat kepada mereka jarang dilakukannya. “Kalau cerita tentang kegiatan sehari-hari sih sering. Kalau aku sibuk kan bukan berarti jarang ketemu. Setiap hari ketemu kok cuma memang kalau makan bersama jarang,” ujarnya sambil menambahkan, mamanya kerap mendampingi kalau dirinya bekerja. “Mama kan nemenin aku terus kemanamana jadi bisa curhat macam-macam. Ke papa juga begitu. Jadi ke orangtua aku suka curhat apa saja mulai dari kerjaan sampai urusan asmara,” kata Prilly yang baru saja membuka restorannya ‘NonaJudes’ di KS Tubun Jakarta. (Diana Runtu)
Utamakan Kualitas Di dalam keluarga yang kuat terjalin komunikasi antaranggota keluarga dan interaksi sosial yang hangat. Salah satu kesempatan yang mudah untuk menjalin interaksi tersebut ialah lewat makan bersama di rumah. Namun, alasan kesibukan sehari-hari, kebersamaan keluarga di meja makan sudah mulai hilang. Padahal, dengan tradisi bersantap di rumah, para orangtua berkesempatan menanamkan nilai-nilai yang akan diangkat dalam sebuah keluarga. Kehilangan momen makan bersama keluarga juga dirasakan oleh Made Hermawati Diah Pertiwi, S.E.. Kepala Kantor Cabang Pembantu Bank CIMB Niaga Singaraja. Perempuan yang akrab disapa Herma ini mengaku kesibukannya dalam dunia perbankan membuat sebagian waktunya habis untuk bekerja. Setiap pagi dirinya harus berangkat lebih awal ke kantor sedangkan ketika pulang tidak jarang dirinya pulang terlalu sore. Ditambah lagi dengan anakanaknya yang mulai menginjak dewasa sehingga memiliki kesibukan masing-masing dan jarang untuk dapat bertatap muka langsung. “Kebetulan anak saya sedang melanjutkan studi di ITB, satunya lagi masih duduk di bangku SMA,” jelasnya. Momen makan bersama semakin jarang dirasakan, mengingat kesibukan suami yang menjabat sebagai anggota DPRD ini membuat sang suami juga jarang di rumah. Perempuan kelahiran Munduk, 11 Januari 1970 tersebut tidak menampik jika makan bersama keluarga dapat mempererat hubungan antara orangtua dan anak, namun bukan berarti jarang makan bersama lalu membuat hubungan orang tua dan anak renggang. Sebaliknya, Herma yang merupakan istri dari Ketua DPRD Kabupaten Buleleng mengatakan lebih mengutamakan kualitas dibandingkan dengan kuantitas pertemuan bersama keluarganya. Bahkan yang menjadi pondasi kuat dalam hubungan keluarga menurutnya komunikasi yang baik. “Meskipun jarang duduk bersama di meja makan tetapi komunikasi selalu kami lakukan, karena segala sesuatu jika dikomunikasi dengan
baik maka akan menghasilkan sesuatu yang baik juga,” ungkapnya. Herma yang saat ini menjabat sebagai Ketua Gatriwara Kabupaten Buleleng periode 2014-2019 mengatakan momen makan bersama dalam keluarganya hanya dilakukan pada hari-hari tertentu. Biasanya dirinya dapat duduk bersama di meja makan untuk perayaan hari-hari spesial seperti ulang tahun, syukuran dan hari spesial lainnya. Meskipun terbilang jarang, akan tetapi baik Herma maupun suami tetap memanfaatkan momen tersebut untuk sharing dengan kedua putranya. Jika sang suami lebih fokus terhadap pendidikan sang anak, maka Herma selalu membahas sosialisasi anak dalam pergaulan serta kebutuhan-kebutuhan sang anak. “Biasanya kami obrolin perkembangan anak, pendidikan, kendala dan kebutuhan anak. Kalau memang ingin quality time tiap tahun kami rencanakan untuk berlibur ke suatu tempat,” ungkap ibu dari Gd Pandya Wicaksana Gara dan Made Adhika Laksamana Gara tersebut. Makan bersama sebenarnya memiliki banyak manfaat di antaranya memahami karakter anggota keluarga, membangun dan menyatukan ikatan emosional, sebagai sarana diskusi dan sarana penerapan nilainilai etika. Akan tetapi Herma menegaskan bahwa memberikan nilai-nilai etika terhadap anak sudah ia lakukan sejak kecil dalam pola asuh anak. Bahkan untuk menyatukan ikatan
Made Herma Diah Pertiwi
Herma bersama keluarga
emosional dan memahami karakter masingmasing anggota keluarga dirinya lakukan dengan membangun komunikasi yang baik. “Sejak kecil nilai-nilai etika itu kami tanamkan kepada anakanak. Mengatakan maaf, tolong, dan terimakasih kami selalu ajarkan sehingga sampai sekarang mereka terbiasa mengucapkan kata-kata tersebut,” imbuhnya. Bahkan momen makan bersama yang sangat jarang dilakukan tidak mengurangi rasa hormat kedua anak-anaknya terhadap orangtua. Herma mengakui jika anaknya selalu meminta izin untuk makan duluan jika dia maupun suami harus terlambat pulang ke rumah. Anak yang beretika baik lahir dari pola asuh yang baik pula. Meskipun jarang memiliki waktu bersama keluarga namun Herma tidak pernah ketinggalan informasi mengenai perkembangan anak-anaknya. Bahkan Herma selalu mengawal setiap perkembangan anak dari kecil hingga dewasa sehingga tumbuh kembang anak sesuai dengan apa yang keluarga harapkan. “Anakanak memang diasuh oleh IRT tetapi pola asuhnya tetap saya arahkan sehingga ketika ada kendala IRT dalam mengasuh kami carikan solusi sama-sama,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)
redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com
cybertokoh
@cybertokoh
@cybertokoh
www.cybertokoh.com