Tokoh Edisi 981 | Tokoh

Page 1

24

Penundaan adalah sebuah hal yang pa­ling sering dilakukan se­ tiap orang yang memi­ liki pekerjaan. Sama halnya seper­ti gadis yang satu ini. Selain menyelesaikan ku­ liahnya di Udayana, ia juga memiliki peker­ jaan di bidang ­fashion sebagai fashion designer dan memiliki local brand. Kegiatan ini membuatnya men­ jadi sangat sibuk dan susah untuk mengatur waktu antara peker­ jaan dan kuliah.

H

Sudut Pandang

Edisi 981/ 4 - 10 DESEMBER 2017

al tersebut mengakibatkan Trisnawati Witono, yang biasa disapa Nana ini menunda-nunda beberapa hal karena ingin bersantai sejenak di tengah kesibukan setiap harinya. “Akibat dari saya suka menunda beberapa hal yang penting untuk dilakukan, maka terjadilah keterlambatan dalam produksi. Seperti mencari bahan untuk membuat pesanan atau pergi ke tempat produksi, ujar Nana saat ditemui pekan lalu di salah satu pusat per-

Tertunda Membawa Hikmah

belanjaan di Denpasar. Dengan begitu lanjut Nana, hal-hal yang harus dilakukan pun menjadi menumpuk padahal harus diselesaikan sesuai deadline. “Hal itu yang selalu membuat saya keteteran hingga mendapat komplain dari klien. Belum lagi ada pekerjaan baru yang datang dan harus diselesaikan dengan tenggat waktu yang singkat pula. Di saat itulah saya bingung, untuk memilih prioritas, cetus desainer lulusan ‘Angeliqa Wu Fashion Design Course’ ini Dikatakannya rasa sesal pun menghampiri, dan dengan menyelesaikan segalanya adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dari kejadian tersebut, memberikan hikmah tersendiri buat hidup Nana. Peristiwa yang berujung kerepotan tingkat tinggi ini kemudian membuatnya menjadi lebih dapat memprioritaskan hal yang seharusnya dilakukan. Ia juga lebih lagi belajar untuk dapat mengatur waktu dengan baik sehingga tidak terulang hal yang sama. Nana kembali mengatakan kalau menunda pekerjaan adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan. Sebab ketika melakukan penundaan akan berdampak kepada hal lain dan waktu pun bakal terbuang sia-sia. Seperti quote yang sering muncul adalah time is money. Maka gunakanlah waktu

Trisnawati Witono

sebaik mungkin, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan jika membuang waktu dengan melakukan hal yang siasia, katanya Sebagai mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana, ia dituntut untuk menyelesaikan

skripsi dalam waktu yang sesing­ kat-singkatnya. “Hal tersebut memberikan saya sebuah tantang­ an untuk mengejar gelar yang sudah ada di depan mata. Tetapi masih terasa jauh untuk digapai, karena kegiatan yang saya lakukan di luar tugas kampus. Selain menjalani kehidupan kampus, saya juga memiliki kegiatan yang saya senangi untuk dilakukan adalah di

bidang fashion,” tandasnya. Nana menuturkan sejak masih di sekolah dasar, dirinya sudah memiliki mimpi untuk suatu hari dapat belajar dan masuk ke dalam dunia fashion.”Pertama-tama saya senang melihat pagelaran busana (fashion show) yang dilaksanakan di beberapa fashion week yang diselenggarakan di New York ataupun di Paris. Kemudian saat sekolah menengah pertama, saya sudah mulai menulis blog menge­ nai fashion yang berisikan baju yang saya kenakan tiap harinya dan inspirasi fashion yang saya lihat di beberapa fashion week. Setelah saya lulus dari sekolah menengah atas, saya sudah berencana untuk melanjutkan pendidikan menuju fashion design di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, Namun, saya masih belum yakin untuk melanjutkan ke jenjang fashion pada saat lulus kuliah nantinya, tuturnya Nana memilih untuk menempuh pendidikannya di program studi Ilmu Komunikasi di Universitas Udayana. “Saya menunda apa yang memang saya sudah impikan dari dulu, tetapi untuk hal yang satu ini saya selalu bersyukur, dan mengambil sisi positif, karena ada sisi lain yang terasah, yakni kemampuan menulis dan berkomunikasi saya, tandas Nana. (Sri Ardhini)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Putu Wijaya

Espresso

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

GORO-GORO PAHLAWAN DI MASA DAMAI (2)

Setelah mengisi perut, Amat kembali mengisi kepal­ anya. Melanjutkan membaca, ingin tahu siapa yang disebut pahlawan

di masa damai: Sebulan kemudian, di ruang sidang pengadilan. Perusuh duduk di kursi terdakwa. Jaksa penuntut umum, menudingnya dengan sebagai pejahat terbarat di era kemerdekaan: “Inilah dia otak, tokoh yang telah menjadi pusat gempa cheos, huru-hara, penjarahan, pemba­ karan, rasialis, pemerkosaan, pem­ bunuhan, pencetus gara-gara per­ tumpahan darah sia-sia di antara saudara. Pelaku, penangungjawab kematian seratus orang anak bang­ sa. Lima puluh lainnya luka berat. Lima ratus orang stres. Dua puluh akan cacat seumur hidup. Seper­ tiga kota terbakar dan berdarah. Banyak perempuan diperkosa. Seribu mobil hangus. Dan seba­ gainya dan sebagainya. Tuntutan kami menyangkut terlalu banyak pasal dengan ancaman hukuman yang tidak mungkin terpikul. Dengan ancaman hukuman yang paling ringan saja: sudah tidak akan tertanggungkan lagi. Eksekusi mati

tanpa diperkenankan menerima amnesti .... .” Tepuk tangan riuh dan pekik sorak setuju.. Kemudian perusuh itu tampil tanpa pembela. Ia nampak begitu tenang. Sama sekali tak gentar, bahkan nampak seperti orang bi­ jak yang mau memberi wejangan moral. Ia tidak membela diri tetapi berpidato: “Aku tak sudi suaraku diwakili dan kebebasanku dibatasi karena kebenaranku tak boleh dieliminir. Orang menudingku sebagai pelaku, biang kerok, titik api dari sebuah pergeseran nilai yang alami yang seharusnya berlangsung satu abad dengan pengorbanan darah nyawa kerusakan yang seratus kali dari apa yang tercatat sekarang. Apakah itu kerugian atau kelebihan? Apkah itu tindakan kriminal atau jasa yang layak diberi kehormatan Bintang Maha Putera? Perang yang selesai membuat produksi pahlawan berhenti. Apakah di masa damai tidak perlu. ada pahlawan? Kenapa tidak? Di masa damai pertempuran justru lebih dahsyat karena musuh tak kelihatan. Banyak di antaranya saudara kita sendiri! Orang yang kita cintai. Bahkan tak jarang guru dan pemimpin kita juga! Karena itu kita memerlukan pahlawan. Pahla­ wan sejati. Bukan pahlawan kar­

ena tertembak mati oleh musuh, tapi tertembak mati oleh dirinya sendiri. Karena ia harus berani membunuh mati ambisinya pribadi demi kebahagiaan rakyat!” “Aku sudah berhasil mem­ bunuh perasaanku sendiri hingga mampu mempertunjukkan moral manusia yang semakin bejat, ganas, lebih kejam dari binatang karena duit dibiarkan berkuasa dan menjadi segalanya. Pesanku jelas pemberhalaan duit harus dihentikan. Kalau tidak, inilah jadinya! Bukan 100 orang mati sia-sia tapi seluuruh bangsa! Masa depan kita: akan seribu kali cheos! Aku sudah membelajarkan moralitas baru dengan contoh konkrit, soal konkrit hanya dalam satu hari. Kalau tidah akan diper­ lukan rentang waktu 5 dekade dengan korban 100 kali. Apakah kiprahku itu tindakan bejat atau luhur yang perlu dianugerahi Bin­ tang Pahlawan Bangsa?” Kembali Amat berhenti mem­ baca. Ia ingin menjawab. Tapi kembali istrinya memanggil: “Pakkk! Jangan lengah, ada kuc­ ing mau nyuri makanan di meja, tolong usir!” Amat tak melihat ada kucing di meja makan. Karena aman, ia segera berbalik mau kembal ke ruang depan, mau melanjutkan membaca.

Tapi tiba-tiba ia mendengar sep­ erti bunyi nafas kucing. Lalu ia lihat kucing. Itu seperti tiduran santai di salah satu kursi makan. Anteng, sama sekali tak terasa seperti mau mencuri. Bahkan nyaris seakan menjaga meja. Amat tersenyum, “Hewan pun sekarang sudah pandai bersandiwara, apalagi ma­ nusia,” kata Amat dalam hati. Dengan lembut Amat mulai ikut bersandiwara. Ia menegur kucing itu dengan panggilan sayang. Lalu perlahan mendekat, untuk kemu­ dian meraih dan menggedongnya lalu akhirnya membawa keluar rumah sembari menutup pintu. Setelah itu Amat cepat kembali pada bacaannya. Ia geregetan ingin menjawab. Tapi sebelum itu harus menamatkan dulu membaca agar tidak salah kaprah: Ternyata di akhir peradilan ada antiklimaks. Perusuh dibebaskan dari segala tuduhan dan bahkan dianugerahi kehormatan Bintang Maha Putra serta Pahlawan Di Masa Damai Upacara dan sambutan dari salah seorang korban yang cacat seumur hidup pun ditayangkan di berbagai media sosial. “Saya mengucapkan berjuta terima kasih atas tanda mata seu­ mur hidup, cacat saya ini, yang akan saya junjung seumur hidup yang membuat saya memiliki harga diri bahwa kehadiran saya tidak sia-sia walau pun hanya se­ bagai contoh kebobrokan moral. Karena dengan menyandang ca­ cat ini saya merasa dipercaya mengemban tugas mulia bangsa.

Ini adalah peringatan suci bagi genersi muda untuk menyadari uang bukanlah segala-galanya! Kar­ ena menunaikan tugas penting ini, saya mendapat tunjangan 50 ribu sebulan seumur hidup, sehingga walaupun tidak bekerja kantor, saya, istri saya dan tujuh anak saya, bisa mendapat keringanan biaya beli beras. Hidup damai tenang, tanpa harus bekerja sebagai pe­ gawai kantor, seperti orang lain, di sebuah rumah BTN RSS yang bisa dicicil 20 tahun, tanpa bunga. Sam­ bil merangkap sebagai pengemis yang bersertifikat (menunjukkan sertifikatnya) sehingga ada jaminan tidak akan kena garuk petugas ketertiban kota. Terima kasih sejujur-jujurnya.” Amat terkejut. Karena cerita itu berakhir di situ. Ia langsung membanting majalah yang sedang dibacanya. Lalu menginjaknya berkali-kali sambil. ngumpat. “Gila! Gila! Sudah gila!” Bu Amat muncul. “Kenapa, Pak?” “Sudah gila!” “Siapa yang gila?” “Cerita gila!” “Perusuh yang diangkat jadi pahlawan di masa damai itu!” “Ya!” “Itu kan tulisan mantu kita, suaminya Ami, tapi pakai nama samaran!” Amat terkejut. Ia langsung mengambil kembali majalah yang diinjaknya. “Gila! Gila! Bagus sekali sindirannya! Tak menyangka sama sekali, begitu tajam!”

Berkarya Mempermudah Kesuksesan Sukses adalah sebuah kata yang memiliki arti dan makna yang sangat dalam, setiap insan manusia memiliki tingkatan kes­ uksesan yang berbeda-beda dan mengartikan sukses itu juga pasti berbeda, Sukses itu adalah relatif atau siapapun boleh menentu­ kan tingkatan kesuksesan itu. Untuk mencapai kesuksesan seseorang harus melalui berba­ gai proses baik pembelajaran, perencanaan, percobaan, kega­ galan hingga menentukan garis start dan finis dari sebuah kata sukses. Untuk menentukan kata sukses itu berawal dari mulai berpikir tentang tujuan hidup dan cita-cita. Sejak duduk di di bangku SMA, saya sudah memi­ liki cita-cita menjadi seorang dokter atau tenaga medis. Na­ mun cita-cita itu harus kandas lantaran biaya untuk sekolah kesehatan kala itu sangatlah ma­

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

hal sehingga harus menentukan lagi kemana arah dan tujuan yang harus dipilih untuk memperoleh kata sukses, Sukses kala itu masihlah san­ gat jauh karena jangankan untuk meraihnya bahkan menentu­ kan batas suksesnya-pun belum mampu. Kita tidak tahu harus memulai dari jalan mana menuju kesuksesan itu. Namun karena rasa “jengah” atau tekad yang kuat yang dimiliki memaksa harus melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Bukan sekolah kesehatan namun ilmu pendidikan matema­ tika. Memang keputusan itu tidak sesuai dengan cita-cita yang telah kandas namun sudah menentukan jalan yang digunakan sesuai den­ gan kemampuan ekonomi. Lulus adalah tujuan sukses yang ditentukan kala itu. Tak hanya harus berjuang dengan pembelajaran namun ia juga

rupiah sekaligus mampu men­ gantarkan untuk meraih kesuk­ sesannya yang pertama “lulus” sebagai sarjana strata satu ilmu matematika. Untuk meraih sukses kita harus belajar, bergerak, memulai dan berkarya. Berkarya harus terus dilakukan agar tidak terlin­ das oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Jika tidak kuat dan kreatif kita pasti terlindas olehnya. Berlarilah agar tidak tert­ inggal, Bangun dan bergeraklah agar tidak terlindas. Selain menjadi guru di sekolah almamaternya, saat ini saya juga

mengajar puluhan siswa yang ikut les privat, dan memiliki hampir ratusan peserta didik di Bimbel Ganesha Guru. Bimbel ini sudah berkembang pesat dan mendapat respons yang sangat positif bagi siswa dan masyarakat. Sukses itu memang jauh jika kita hanya berdiam diri, namun sukses itu akan semakin mudah kita raih jika kita mau dan mam­ pu berkarya secara konsisten. Ni Wayan Epik, S.Pd. Guru di SMP N 1 Payangan, Mahasiswa S2 Undiksha

Kata Hati Ni Wayan Epik, S.Pd.

harus berpikir bagaimana dengan pembayarannya. Mengajar kursus/ les privat matematika menjadi jalan mengumpulkan pundi-pundi

Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

23

Dari Pesawat ke Kapal Ferry

Erupsi Gunung Agung berdampak terhadap pener­ bangan. Bandara Ngurah Rai sempat ditutup karena abu vulkanik. Jadwal penerbangan dari dan ke Bali pun ditunda bahkan dibatalkan. Berikut penuturan mereka yang mengalami penundaan.

“S

aya mendapat tugas dari institusi untuk bertugas di sebuah universitas swasta di Kota Bandar Lampung selama lima hari dari tanggal 23 s.d. 27 November 2017. Saat berangkat ke Bandar Lampung via Jakarta Hari Kamis tanggal 23 November, Gunung Agung masih belum erupsi, hanya sempat mengeluarkan asap yang katanya akibat hujan. Penerban­ gan saya menuju Lampung via Jakarta sangat lancar pagi itu, cuaca sangat cerah,” ujar dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked. Ia bahkan sempat mengabadi­ kan foto kondisi Gunung Agung

dengan kameranya dari jendela pesawat. Gunung Agung terlihat sangat jelas dengan sedikit ada asap putih keluar dari puncaknya. Ia mengatakan, perjalanannya lancar dan tiba di kota Bandar Lampung dengan selamat. Saat berada di Lampung be­ redar informasi di media Gu­ nung Agung sudah mulai erupsi. “Kekhawatiran mulai melanda karena kemungkinan Bandara Ngurah Rai bisa ditutup. Tetapi saya masih tenang karena belum ada info bandara Ngurah Rai ditutup,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Unud ini. Minggu, 26 November ia

mendengar berita Bandara Ngu­ rah Rai kadang buka tutup, sedan­ gkan bandara di Lombok Praya sudah ditutup akibat abu vulkanis Gunung Agung yang tertiup angin ke arah Selatan dan Timur. “Ada teman saya yang menuju Lom­ bok harus melalui jalan darat. Saya sudah mulai gundah karena Senin, 27 November, jadwal saya untuk balik ke Denpasar dari Lampung via Jakarta, tetapi masih ada harapan karena hari minggu itu Bandara Ngurah Rai belum ditutup,” tutur lelaki yang akrab disapa dr. Agus ini. Senin, 27 November, Bandara Ngurah Rai resmi dinyatakan ditutup sampai hari Selasa. “Saya menjadi panik karena pener­ bangan saya menuju ke Bandara Ngurah Rai Denpasar dibatalkan. Sedangkan saya masih di Lam­ pung. Berarti terpaksa saya harus menginap sehari di Jakarta untuk masih berharap bisa berangkat ke Bali pada Selasa, 28 Novem­ ber. Sore itu saya berangkat ke Jakarta dan tiba dengan selamat di Jakarta. Saya menerima SMS dari Garuda bahwa penerbangan saya malam itu ke Denpasar ditunda menjadi Rabu malam,” kata dr. Agus. Tiba di terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta, ia segera konfirmasi perubahan jadwal ke konter tiket Garuda agar bisa dipindah jam ke Selasa pagi atau siang ke Denpasar. Petugas konter mengatakan ada kabar Selasa, Bandara Ngurah Rai juga akan ditutup sampai Rabu, 29 November. Kepastian berikutnya akan menyusul sehingga kesim­ pulannya. “Saya tidak bisa juga berangkat ke Bandara Ngurah Rai Denpasar hari Selasa. Hari Rabu pun belum pasti. Setelah berkon­ sultasi dengan keluarga dan teman yang bekerja di travel, saya me­ mutuskan mengubah rute untuk menuju bandara di Banyuwangi, dan dari Banyuwangi menuju Denpasar dengan jalan darat, karena penerbangan ke Bali yang belum pasti,” kata dr. Agus.

Estafet dengan Naik Bus Perjalanan pulang ke Bali galaman tambahan bagi Dayu yang awalnya direncanakan naik Parwati. Di media sosialnya, ia pesawat harus berubah menjadi mengunggah foto makan dini naik bus. Hal ini dialami Ida Ayu hari dengan ratusan orang itu Made Parwati, Kasubid Balnak sesuatu banget. Foto ini dileng­ Perwakilan BKKBN Bali usai kon­ kapi dengan tagar #estafetmn­ sultasi di Jakarta, Selasa (28/11) jubalijktsby. bersama rombongannya. Selama perjalanan, ia me­ “Dari Jakarta kami akhirnya manfaatkan waktu untuk tidur. pulang melalui Surabaya. Info “Perjalanan cukup jauh, jadi dari tempat kami membeli tiket saya harus istirahat. Tapi, tidak secara online memberikan infor­ bisa tidur nyenyak. Yang penting masi bandara Ngurah Rai ditutup sampai di Bali,” ungkap nenek besok. Untung pemberitahuan­ tiga cucu ini. nya lebih awal, sehingga kami Ia juga menuturkan penye­ bisa refund tiketnya dan pesan berangan Ketapang-Gilimanuk juga tiket tujuan bandara Juanda, ramai sejak Bandara Ngurah Rai Sidoarjo. Kami estafet dari dinyatakan ditutup. Kapal yang ia pesawat ke bus. Dari Sidoarjo tumpangi harus antre untuk bisa Dayu Parwati ke Bali, kami naik bus Gunung sandar di Pelabuhan Gilimanuk. Harta. busnya lumayan bagus lengkap isi toilet,” Sesampai di Bali dan di rumah, Dayu Parwati kenang perempuan yang akrab disapa Dayu mengucap syukur atas semua yang sudah dilalui Parwati ini. dan berterima kasih kepada semua yang sudah Naik bus Surabaya-Denpasar menjadi pen­ mendoakan dan membantunya. (Ngurah Budi)

dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked.

Di konter Garuda, ia mem­ inta tiketnya diubah dari Jakarta ke Banyuwangi untuk hari Selasa. Namun, setelah dicek semua pen­ erbangan Garuda ke Banyuwangi sudah penuh baik dari Jakarta atau dari Surabaya. “Lemeslah saya di situ. Bagaimana cara menuju Bali. Keluarga dan teman menyarankan untuk menggunakan maskapai NAM Air yang juga ada jurusan Jakarta-Banyuwangi direct, itu pun kalau masih ada kursi. Akhirnya segera saya pesan tiket JakartaBanyuwangi dengan NAM Air dan dilanjutkan dengan jalan darat menuju Bali,” imbuhnya. SHARING BIAYA Setelah mendapat tiket NAM Air untuk jurusan Jakarta-Banyu­ wangi untuk keberangkatan Se­ lasa 28 November pukul 15.15 WIB, dr. Agus sudah siap di Bandara. Ternyata ada pengumu­ man pesawatnya delay satu jam lebih, sehingga akan terlambat tiba di Banyuwangi dan semakin malam untuk ke Bali. “Pukul 16.45 WIB akhirnya pesawat be­ rangkat. Sebelumnya saya sudah cari tahu cara perjalanan menuju pelabuhan Ketapang dari Bandara Banyuwangi. Petugas Sriwijaya Air Group memberitahu di bandara Banyuwangi banyak ada travel atau taksi yang bisa mengantar menuju pelabuhan Ketapang,” tutur dr. Agus. Setelah tiba di bandara Banyu­ wangi sekitar pukul 19.00, ban­ dara tampak ramai orang-orang yang juga menuju Bali. Ia mengata­ kan, banyak ada penumpang turis asing yang kebingungan mencari moda transportasi ke Pelabuhan

Ketapang. Taksi resmi bandara dibilang habis sehingga terpaksa harus cari mobil pribadi sewaan. Disitu banyak ulah calo yang mempermainkan harga. “Kasihan juga terhadap tamu asing yang dikerubutin para calo dan tidak tahu berapa mereka dikenakan biaya para calo tersebut. Akhirnya saya dapat sewa mobil ke Pelabu­ han ketapang tetapi saya ajak tiga orang penumpang lain yang juga sama-sama menuju ke Pelabuhan Ketapang agar sharing biaya. Set­ elah sepakat harga patungan, kami menuju ke Pelabuhan Ketapang dengan mobil sewaan yang berisi empat orang yang tujuan Den­ pasar,” ucapnya. Di dalam mobil, kata dia, dr. Agus menawarkan, nanti saat di Pelabuhan Gilimanuk untuk menyewa kendaraan sama-sama lagi menuju Denpasar dengan patungan harga dan teman-teman yang ikut itu setuju. “Pukul 20.00 kami tiba di Pelabuhan Ketapang dan langsung membeli tiket ferry perorangan dan langsung naik kapal. Kebetulan kapal ferry su­ dah siap berangkat. Sekitar pukul 21.00 kami tiba di pelabuhan Gilimanuk,” kata dr. Agus. Ia men­ gatakan, di parkiran pelabuhan banyak juga yang menawarkan kendaraan pribadi yang bisa dis­ ewa untuk ke Denpasar. “Kami sepakat untuk berangkat bareng dengan sharing biaya. Kami be­ rangkat menuju Denpasar dengan kendaraan pribadi sewaan. Tiba di Denpasar sekitar pukul 1 dini hari dan disambut hujan. Pengalaman yang paling berkesan dan tidak terlupakan,” tuturnya sembari tertawa. (Wirati Astiti)


22

K

Sosialita

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

abar tak sedap yang berhembus di media dalam sepekan kemarin membuat Kusman cemas. Sempat beredar isu kalau BPJS Kesehatan akan menghentikan menanggung pembiayaan delapan jenis penyakit katastropik yang selama ini di-cover pembiayaannya oleh BPJS Kesehatan. Di antaranya adalah pengobatan penyakit jantung dan gagal ginjal. Dosen berusia 60 tahun ini mengidap penyakit ginjal dan jantung. Bahkan karena cukup parah penyakit ginjalnya, dia terpaksa harus cuci darah seminggu sekali. “Apa benar kabar rencana BPJS Kesehatan akan menghapus tanggungan biaya untuk penyakit katastropik? Selama ini saya menggunakan BPJS Kesehatan dan itu sangat membantu. Kalau dihapus, bagaimana pengobatan saya? Saya harus cuci darah setiap minggu. Kalau biaya sendiri pasti berat karena ini adalah rutin,” ungkap Kusman resah. Keresahan Kusman pastinya juga dirasakan oleh masyarakat lainnya. Karena semua tahu, penyakit seperti jantung, gagal ginjal, stroke, talasemia, sirosis hati, leukimia dan hemofilia-- penyakit masuk kategori katasropik-- adalah penyakit yang banyak diderita masyarakat. Biaya pengobatan penyakit itupun tergolong mahal sehingga jika harus ditanggung sendiri oleh masyarakat, khususnya masyarakat menengah-ke bawah pasti akan terasa berat. Apalagi proses pengobatan penyakit-penyakit tersebut memakan waktu lama. Komisi IX DPR yang salah satu partner kerjanya

Usulan Cost Sharing Atasi Defisit Anggaran BPJS Kesehatan

Potret layanan BPJS kesehatan

adalah Kementerian Kesehatan, juga ikut bereaksi dengan munculnya pemberitaan tersebut. DPR menolak

keras karena sudah pasti hal itu akan memberatkan masyarakat. ”Kalau kita lihat esensi dari sistem asuransi harusnya untuk membantu penyakit yang katastropik atau penyakit-penyakit yang berat seperti ini. Jadi kalau BPJS Kesehatan hendak melakukan menghapus terhadap jaminan penyakit-penyakit katastropik itu, artinya esensi dari asuransi itu sendiri kan sudah tidak tepat lagi,” ungkap Okky Asokawati. Jika dikaitkan dengan defisit anggaran yang dialami BPJS Kese­ hatan, ujar mantan peragawati papan atas era 1980-an itu, juga tidak tepat dengan mengambil cara tidak menjamin penyakit-penyakit katastropik. “Saya justru setuju dengan Menteri Keuangan yang menyebut guna mengatasi defisit anggaran tersebut, pemerintah

tidak menaikkan iuran tapi meminta BPJS Kesehatan membenahi sistemnya,” kata Okky. Isu tersebut bermula dari rapat dengar pendapat antara Komisi IX DPR dengan BPJS Kesehatan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pada pekan lalu. Ketika itu salah satu tema utama yang menjadi sorotan adalah masalah defisit anggaran BPJS Kesehatan yang mencapai Rp 9 triliun. “Menurut BPJS Kesehatan pembiayaan untuk sejumlah penyakit menjadi penyebab utama membengkaknya defisit anggaran. Pengobatan penyakit-penyakit tersebut menghabiskan hampir 20% dari total anggaran. Ada delapan pe-

nyakit antara lain jantung, ginjal, kanker, stroke, leukimia, “ papar Saleh Partaonan Daulay, Wakil Ketua Komisi IX DPR, dalam keterangan persnya. Guna mengatasi defisit anggaran, BPJS Kesehatan mengusulkan adanya cost sharing. “Cost sharing adalah berbagi biaya antara BPJS Kesehatan dengan pasien atau keluarganya. Cost sharing ini hanya berlaku bagi peserta mampu dan mandiri,” jelas Saleh. “Menanggapi usulan itu, kami meminta agar BPJS membuat simulasi pembiayaan dengan sistem cost sharing. Berapa sebetulnya nilai penghematan yang didapat, berapa persen bisa menutupi defisit,” tambahnya menjelaskan. Menurut Dede Yusuf, Ketua Komisi IX DPR , delapan penyakit katastropik itu adalah penyakit masyarakat di mana semua orang dari berbagai lapisan masyarakat berpotensi untuk terkena penyakit tersebut. “Masyarakat desa pun berpotensi terkena penyakit itu,” ujar Dede. Soal cost sharing, katanya, itu bisa dilakukan jika penyakitnya adalah penyakit langka yang menghabiskan biaya besar. Sedang delapan penyakit katastropik yang disebutkan itu adalah penyakit umum di masyarakat. Sebagaimana diketahui isu rencana menghapus penjaminan delapan penyakit katastropik menjadi pemberitaan berbagai media massa. Buntutnya adalah masyarakat menjadi resah karena sebagian masyarakat berpendapat bahwa justru karena khawatir dengan penyakit-penyakit itulah maka mereka menjadi peserta BPJS Kesehatan. Masyarakat tahu pembiayaan pengobatan penyakit katastropik itu, mahal. Dengan adanya jaminan pembiayaan dari BPJS, masyarakat merasa terbantu. (Diana Runtu)

gan Presiden, pihaknya tunduk dan patuh terhadap segala kebijakan yang diterapkan pemerintah. Penegasan yang sama juga disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Nila Moeloek. “Kami tidak ada rencana melakukan cost sharing bagi peserta BPJS Kesehatan. Penyakit-penyakit katastropik tetap akan ditanggung. ,” tegasnya. Menurut Nila, ada banyak opsi yang bisa ditempuh untuk mengatasi defisit anggaran BPJS Kesehatan dan hal itu sudah dibahas dengan Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan). “Sekitar sembilan poin, tapi bukan cost sharing, itu bukan opsi,” tegas Nila. Dalam kesempatan itu dia juga meluruskan tentang kejadian pada RDP BPJS Kesehatan dan Komisi IX. “Ketika itu BPJS diminta menjelaskan solusi pembiayaan penyakit katastropik. Di negara lain, cara yang dilakukan adalah dengan cost sharing. Namun berita yang muncul justru menyebut BPJS Kesehatan akan menerapkan cost sharing,” ucap Nila. (Diana Runtu)

Jumat (24/11), dirangkaikan dengan Festival Kedaton, bertempat di Puri Agung Tabanan, WHDI Bali bersinergi dengan WHDI Tabanan, Bu Agung (pemilik Salon Agung,LKP

Okky Asokawati

3

WHDI Dukung Pelestarian Budaya Agung, TUK Agung), Kelompok Media Bali Post, dan Viva Cosmetics, menggelar Workshop Tata Kecantikan serta Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin Bali. Hasil riasan para peserta ujian yakni payas agung, payas madya, dan payas modifikasi ini langsung diparadekan dalam Festival Kedaton tersebut, yang alhasil menambah maraknya acara. Ketua WHDI Bali Ny. Bintang Pupayoga yang berkesempatan hadir saat itu memberikan apresiasi tinggi terhadap sinergitas ini yang dikatakannya bisa memajukan wanita Hindu di Bali. Uji Kompetensi kali ini pun disebutnya sangat spesial karena selain diikuti peserta regular, melibatkan juga 12 warga pengungsi dari Karangasem hasil binaan WHDI Bali, setelah sebelumnya mereka dilatih di LKP Agung selama sebulan. “Kami berharap setelah mengikuti pelatihan dan uji kompetensi ini, warga pengungsi Karanga­s em memiliki bekal kete­ rampilan yang nantinya bisa bermanfaat un-

Hasil ujian yang langsung diparadekan dalam Festival Kedaton di Puri Agung Tabanan, Jumat (24/11).

Ny. Bintang Puspayoga bersama beberapa peserta ujian

tuk membantu menopang perekonomian keluarga bahkan dapat membuka lapangan kerja di daerahnya masing-masing,” ujar Ny. Bintang Puspayoga. Istri Menteri Kope­ rasi dan UMKM RI ini menambahkan, program pelatihan tata rias untuk warga pengungsi ini akan terus dilanjutkan secara bergelombang dan dilatih khusus di LKP Agung, Denpasar. “ Ka m i W H D I a k a n tetap me-maping dan melakukan pendam­ pingan sesu­ai­kebutuh­ an mereka. Karena ketika mereka memin­ ta pelatihan tata rias misalnya, dan itu kita lakukan, hasilnya akan jauh lebih maksimal seperti apa yang kami lakukan selama ini,”

Pemotongan tumpeng oleh Ny. Bintang Puspa yoga didampingi Ida Tjokorda Anglurah ­Tabanan beserta istri, beberapa asesor, dan keluarga Puri

Bali Kini Miliki 14 Asesor Tata Rias Pengantin

Penyakit Katastropik Tetap Ditanggung “BPJS Kesehatan diminta paparan tentang perkembangan pengelolaan JKN-KIS. Lalu dalam paparan tersebut ditampilkan sebagai gambaran di Jepang, Korea, Jerman, dan negara-negara lainnya yang menerapkan cost sharing. Pada saat itu kami memberikan referensi akademik. Jadi jangan salah paham duluan ya,” kata Nopi Hidayat, Kepala Humas BPJS Kesehatan menceritakan tentang RDP BPJS Kesehatan dan Komisi IX DPR, pekan lalu. Menurut Nopi, saat era Askes, pemerintah memberikan dana subsidi bagi penyakit-penyakit katastropik. Nila Moeloek Pemberian dana tersebut dilakukan sejak tahun 2004 sampai 2013. “Tapi sejak PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan pada 2014, sampai sekarang belum ada regulasi tentang subsidi pemerintah untuk penyakit katastropik. Padahal dulu ada subsidi. Saat ini hal tersebut tengah diusulkan untuk revisi Perpres,” paparnya. Sampai saat ini, tegasnya, delapan penyakit katastropik itu –jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, sirosis hepatitis, thalasemia, leukimia dan hemofilia--- tetap ditanggung BPJS Kesehatan. “Jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Selama peserta JKN-KIS mengikuti prosedur dan ketentuan maka kami akan jamin biayanya sesuai ketentuan yang berlaku,” kata Nopi sambil menambahkan, sebagai Badan Hukum Publik yang berada di bawah naun-

S

ebagai sebuah wadah organisasi wanita Hindu di Bali, WHDI Provinsi Bali berkomitmen menjaga dan melestarikan budaya Bali. Salah satunya melalui pelaksanaan workshop tata rias dan menyosialisasikan etika berbusana adat yang baik dan benar.

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Setelah melalui perjuangan yang cukup keras, mengikuti serangkaian Pelatihan Asesor Kompetensi yang digelar LSP Rias Pengantin Modifikasi dan Modern “Katalia”, dengan menghadirkan narasumber 4 master asesor dari BNSP. Akhirnya ke 14 peserta dinyatakan “Kompeten”. Kini, Bali memiliki 14 Asesor Tata Rias Pengantin Bali Modifikasi dan Modern, yakni dari Singaraja 1 orang, Badung (2), Tabanan (1), Denpasar (6), Gianyar (1), Jembrana (1), Karangasem (1), dan Klungkung (1). Ketua Katalia Bali, Dr. Dra. AA Ayu Ketut Agung, M.M. mengatakan, selama ini peserta yang mengikuti uji kompetensi tata rias Bali modifikasi, mendatangkan asesor (penguji) dari Wali Kota Denpasar IB Rai D. Mantra memberikan apresiasi besar terhadap pusat. Bu Agung-demikian sapaan pelaksanaan Pelatihan Asesor Kompetensi Rias Pengantin Bali Modifikasi akrabnya mengakui bahwa Bali dan Modern yang diinisiatori Bu Agung. Tampak Wali Kota IB Rai D. Mantra kekurangan asesor. Hal ini dikarenadidampingi Sekda Rai Iswara, Camat Denut Nyoman Lodra, Perbekel Desa kan seorang asesor harus memenuhi Dangin Puri Kangin IGN Putrama berfoto bersama Bu Agung, Ketua DPP 5 persyaratan dari BNSP (Badan Na­Katalia Kun Mulyono, dan beberapa peserta pelatihan asesor sional Sertifikasi Profesi), di antaranya bahwa salon maupun penata rias perlu “kompeten” yang minimal 2 tahun buka salon (terampil), memiliki 5 sertifikat dibuktikan dengan mengantongi sertifikat uji kompetensi. uji kompetensi. Tak hanya sertifikat rias pengantin Bali Di sela jadwalnya yang begitu padat, Wali Kota Denmodikasi, tetapi juga rias pengantin modifikasi yang lain. pasar IB Rai D. Mantra, S.E., M.Si. yang sangat peduli dengan “Di Bali, banyak perias-perias yang bagus tapi mereka tidak pendidikan ini memberikan support dengan berkesempatan punya sertifikat uji kompetensi. Kami sangat bersyukur, hadir meninjau pelaksanaan pelatihan asesor yang berlangdari ke 14 peserta pelatihan asesor, semuanya dinyatakan sung dari tanggal 20 s.d. 25 November 2017, didampingi kompeten,” ucapnya. Sekda Drs. AA Rai Iswara, M.Si., bersama Camat Denpasar Karena itu, Bu Agung yang juga pemilik Salon Agung, Utara I Nyoman Lodra, S.E., M.Si, serta Perbekel Desa Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Agung dan Tempat Uji Dangin Puri Kangin Ir. IGN Putrama. (inten) Kompetensi (TUK) Agung terus-menerus menyosialisasikan

ujarnya. Di sela-sela acara tersebut yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun Bu Bintang, istri Menteri Kope­ rasi dan UMKM RI itu pun bertambah haru ketika diberikan kejutan dengan pemotongan nasi tumpeng. Salah seorang pengungsi asal Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kara­ ngasem Ni Ketut Pasriniati (32), mengatakan sangat bersyukur diberikan kesem­patan belajar tata rias di LKP Agung sampai mengikuti uji kompetensi. “Mimpi pun saya tidak pernah. Saya yang dulunya hanya bisa menga­ gumi seorang Ibu Agung dan hampir setiap hari menonton tutorialnya di youtube, kini bisa langsung diajar Bu Agung. Pengalaman ini tak terlupakan. Saya bersyukur sekali bisa makan, tidur, dan belajar banyak hal tentang tata rias

disini selama sebulan,” tuturnya haru dan berharap sekembalinya nanti ke daerahnya bisa membuka salon. Sementara, Penglingsir Puri Agung Tabanan, Ida Tjokorda Anglurah Tabanan mengatakan pihaknya selalu mendukung kegiatan yang bersifat pelestarian seni dan budaya Bali. Selain mendapatkan pelatihan tata rias, para pengungsi Gunung Agung juga diajak tampil dalam parade busana adat Bali mewakili Indonesia di ajang bergengsi Asia Hair and Beauty Golden Bauhinia Award 2017. Dalam acara yang berlangsung Senin (20/11) di Nusa Dua tersebut, parade busana adat Bali mendapat sambutan antusias peserta seminar. Pada kesempatan tersebut, Bu Agung tampil sebagai salah seorang penerima Award. (inten)

Ny. Bintang Puspayoga dan Bu Agung berfoto bersama para asesor yang sudah “kompeten”


4

Inspirasi

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Maudy Ayunda

Kampanyekan Gerakan Kejar Mimpi “Terkadang kita lupa, dunia tak akan selamanya ­menunggu kita. Menaklukkan ragu, beranikan diri. Kan kukejar mimpi. Dan kuterbang tinggi. Tak ada kata tidak, ku pasti bisa. Kan kucoba lagi. Ditemani pagi. Tak ada yang tak mungkin. Ku pasti bisa”. Itulah ­penggalan lirik lagu ‘Ku Kejar Mimpi’ yang kini tengah populer di masyarakat.

Maudy Ayunda

L

irik yang sangat inspiratif ini lahir dari keikutsertaan Maudy dalam gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’ yang utamanya ditujukan pada anak-anak muda Indonesia agar mengejar mimpi dan tidak putus asa dalam mengejar mimpinya. “Lirik dan melodi aku sendiri yang buat. Waktu itu aku habis meeting bersama teman-teman Gerakan Kejar Mimpi. Sepulang dari sana aku terinspirasi menulis lagu untuk menggambarkan mindset atau energi dari gerakan tersebut. Aku ingin lewat lagu bisa menyemangati anak muda Indonesia untuk terus mengejar mimpi,” ungkap Maudy tentang theme song gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’. “Lewat lagu, ingin mengajak anak muda mengenali mimpi mereka, keinginan mereka dan juga mendorong supaya mengejarnya. Juga mengingatkan bahwa tidak ada kok yang tidak mungkin. Any have to keep trying again. Jangan takut kalau sempat gagal. Jadi lagunya uplifting banget. There is no suching is impossible,” ungkap gadis yang bernama lengkap Ayunda Faza Maudya. Tentang Maudy sendiri tentu sebagian masyarakat mengenalnya dengan baik karena dia bukan saja eksis di industri hiburan tanah air tapi di bidang akademik pun prestasinya cemerlang. Ia berhasil kuliah di universitas paling bergengsi di dunia, Oxford University, Inggris. Di kampus tertua di Inggris itu, Maudy mengambil jurusan PPE-Philosophy, Politics and Economics— dan menyelesaikannya hanya dalam tempo tiga tahun. Keputusannya kuliah di Inggris sempat menjadi pembicaraan, pasalnya saat itu

karier Maudy di dunia hiburan tengah berkibar, namun dia lebih memilih meneruskan pendidikannya. Nyatanya pamor Maudy memang tidak hilang. Dia bukan saja berhasil menuntaskan pendidikannya tapi ketika kembali ke tanah air dan masuk industri hiburan lagi, ia tetap bisa meraih popularitasnya kembali. Setidaknya aktingnya di dua filmnya ‘Rudi Habibie’ (2016) dan Trinity, the Nekad Traveler (2017), mendapat respon bagus. Dan ‘gerakan’ Maudy tidak hanya ‘terpaku’ pada industri hiburan, dia juga masuk ke berbagai bidang di antaranya kegiatan sosial yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan memang menjadi konsen Maudy sejak lama. Dia pernah berangan, suatu saat ingin memiliki sekolah atau melakukan sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Cantik juga berprestasi yang membuat anak pertama pasangan Didit Jasmedi-Muren Murdjoko, ini, kerap diundang menjadi pembicara di berbagai acara. Salah satunya yang cukup besar adalah saat dia didaulat tampil sebagai pembicara dalam acara Kongres Diaspora Indonesia, dimana Barack Obama pun juga tampil memberi pidatonya. Dan kini, artis cantik multi talenta ini tengah sibuk mengkampanyekan gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’ yang menyasar ke anak-anak muda. Gerakan ini, kata Maudy, terbilang

Maudy supermentor bersama Sri Mulyani

baru. Tujuannya untuk membentuk generasi penerus bangsa memiliki karakter baik dan mampu memberikan nilai-nilai baru yang dapat memajukan Indonesia. Ada banyak kegiatan yang digelar oleh gerakan ini, di antaranya adalah membuat workshop-workshop di berbagai kota. “Gerakan ini ada aspek awareness-nya tapi juga ada aspek teknisnya. Jadi aku dan tim Kejar Mimpi mengadakan series workshop di beberapa kota. Ini baru dimulai awal tahun. Jadi kita baru menggelar ini di 10 kota dan 40 sekolah,” jelas gadis 22 tahun yang memulai debutnya di dunia hiburan lewat film ‘Untuk Rena’ pada 2005. Di workshop ini, lanjut Maudy yang telah menelurkan dua album solo ‘Panggil Aku’ (2011) dan ‘Moments’ (2015), mereka membantu anak-anak muda untuk mengindentifikasi mimpi mereka dan cara-cara kongkrit untuk mencapainya. “Kita juga meminta setiap anak muda yang ikut workshop untuk menulis mimpi mereka,” tutur Maudy yang juga memiliki banyak ‘mimpi‘ dalam hidupnya. “Aku ingin berbuat banyak untuk anak-anak Indonesia, khususnya di dunia pendidikan dan literasi. Aku passionate banget soal itu. Mungkin aku mau bikin sekolah atau something like that,” ucap Maudy yang belum lama ini meluncurkan single terbarunya, ‘Kutunggu Kabarmu’.

Maudy dan keluarganya

PEDULI SESAMA SEJAK KECIL Keterlibatan Maudy dalam gerakan sosial sebenarnya bukan hal yang baru meski boleh dibilang dia lebih dikenal khalayak karena kiprahnya di dunia hiburan baik itu film maupun menyanyi. Berkat didikan orang-

bekerja jadi pemulung sampah,” ungkap Maudy yang saat SMA dipercaya menjadi Ketua OSIS. Dari kejadian tersebut, dia dan timnya terinspirasi untuk mengajar anak-anak pemulung belajar matematika dan bahasa Inggris. “Jadi , memang setelah ngobrol-ngobrol dengan pemulung, aku berpikir kita harus melakukan sesuatu. Lalu kami bicara dengan koordinator bidang sosial. Maka jadilah kita mengumpulkan anak-anak pemulung untuk belajar di sekolah kita—kebetulan sekolah nggak jauh dari tempat mereka. Jadi memang sederhana sih, tapi kami bahagia bisa melakukan ini,” ungkapnya. Bukan hanya aktivitas sosial untuk memotivasi anak-anak kurang mampu, Maudy juga hadir di panggung-panggung acara yang tujuannya memberi motivasi bagi kalangan muda untuk terus maju dan berkembang. Salah satunya adalah belum lama ini Maudy bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan beberapa tokoh tampil sebagai pembicara dalam

Mandalika

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Wapres Jusuf Kalla Tutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU “Sebagai organisasi terbesar, berarti juga memiliki tanggung jawab yang besar sekaligus juga amal ibadah dari Nahdatul Ulama (NU) sejak hampir 100 tahun yang lalu, sangatlah besar.”

I

tulah yang disampaikan oleh Wakil Presiden RI, H. M. Jusuf Kalla saat menutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU dan Konfrensi Besar NU di Pondok Pesantren Qurani Bengkel di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu. Oleh karena itulah, kegiatan tersebut dinilai sebagai acara yang sangat penting bagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Apabila NU adalah organisasi terbesar di Indonesia maka menurut Jusuf Kalla, secara otomatis NU juga adalah organisasi terbesar di dunia. “Amal ibadah terbesar dari Ulama NU untuk bangsa ini

adalah dalam hal memberikan pembinaan, pengetahuan dan juga bimbingan bagi umat kita sampai hari ini,” katanya. Wakil Presiden RI juga mengapresiasi rekomendasi dari hasilhasil musyawarah nasional yang telah memberikan banyak pedoman-pedoman dan saran-saran yang baik kepada pemerintah. Menurut Wakil Presiden RI, ada dua hal penting yang utama sebagai bangsa Indonesia. Pertama, yaitu rasa syukur atas keagamaan dan keislaman di Indonesia yang berkembang sungguh luar biasa. Kedua, kemakmuran bangsa ini berkembang semakin baik dari segala sudut dan cara. Pendidikan yang berbau pesantren saat ini juga semakin banyak. Pemanfaatan teknologi informasi seperti Televisi juga berdampak

Provinsi NTB merupakan inisiator dari program Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) di Indonesia yang kemudian diadopsi menjadi program nasional

Wakil Presiden RI saat menutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU dan Konfrensi Besar NU di Pondok Pesantren Qurani Bengkel di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.

signifikan terhadap perkembangan pendidikan keislaman di Indonesia. Jusuf Kalla mencontohkan dari 15 TV nasional, ada 5 atau 6 yang setiap subuh menayangkan pengajian di setiap harinya. “Jika satu siaran TV bisa ditonton 2 juta orang perhari, maka sungguh luar biasa memberikan manfaat bagi pendidikan karakter anak bangsa ini,” ujarnya. Ia menilai Inilah perubahan-perubahan besar yang terjadi 25 tahun ini. Semua punya TV. Belum lagi kalau bulan puasa, tiap hari ada dakwahnya. “Masjid ada di mana-mana. Tidak hanya ada di kantor- kantor tetapi di mall-mall juga ada masjid. Semakin ramai pengunjung mall karena semakin

besar masjidnya,” katanya. Ia juga menjelaskan bahwa pasti ada tantangan dari semua perkembangan yang berjalan. Tantangan pertama yaitu radikalisme. “Radikalisme ini adalah pikiran yang berlebihan. Karena pikirannya cuma satu yaitu surga. Surga yang didapatkan dengan jalan pintas. Surga yang didapatkan secara cepat dan instan. Surga jangan dijual murah ya,” katanya. Sementara itu tantangan yang kedua adalah modernisasi. “Kita harus menyiapkan anak muda dengan cara yang baru. Pesantren harus berpikir bagaimana mendidik para generasi baru generasi milenium ini karena para santri pasti semua sudah

Provinsi NTB Inisiator Program DBIP Maudy saat kongres diaspora Indonesia bersama Barack Obama dan Reza Rahardian

tuanya, sejak kecil rasa kepedulian sosialnya telah tumbuh. Saat usia 10 tahun, dia telah menulis buku dongeng anak ‘A Forest a Fables’ dimana royalti buku tersebut disumbangkan untuk anak-anak korban tsunami Aceh. “Waktu itu aku masih kecil, usia 10 tahun. Pas kejadian tsunami Aceh, aku benar-benar tercengang dengan kejadian itu. Lalu we decided collectively membuat buku cerita pendek. Buku itu kita tulis dan publish, royaltinya kita berikan untuk anak-anak korban tsunami Aceh,” jelas Maudy yang mengaku memang memiliki hobi menulis. Saat SMA pun Maudy aktif terlibat dalam kegiatan sosial bersama teman-temannya. “Suatu ketika ada project sekolah untuk bertemu dengan seorang pengrajin. Kebetulan pengrajin yang dicari tinggalnya di dekat sekolah, di samping tumpukan sampah yang menggunung. Aku dan tim aku ngobrol-ngobrol dengan orang itu. Dia bercerita tentang keluarganya juga anak-anaknya yang ternyata putus sekolah karena tidak ada biaya. Akhirnya anak-anaknya

event ‘Supermentor ke-20’ yang merupakan kerjasama Foreign Policy Community Indonesia dengan Bank Dunia dan Pemerintah Australia. Tema yang diangkat adalah ‘Indonesia Great Prosperity Head: Will It Happen? Will It Be Yours’. Bagi gadis kelahiran 1994 ini adalah kebanggaan bisa terpilih menjadi pembicara dalam event sebesar itu. Apalagi tokoh-tokoh yang jadi speaker pada saat itu adalah orang-orang yang berpengaruh. Sri Mulyani, misalnya, Menteri Keuangan yang kredibilitasnya diakui dunia, demikian juga Dino Patti Djalal, DR Jim Young Kim, Presiden Bank Dunia. Sedang Maudy Ayunda sebagai Global Shaper, World Economic Forum. “Aku diminta berbicara dari sisi anak muda, bagaimana interprestasi aku terkait pesan-pesan yang disampaikan Ibu Sri Mulyani (Menkeu). Jadi versi aku terhadap what i see to be so important tentang ekonomi, kesehatan, dll. Aku ngomong secara filsafatnya,” kata gadis kelahiran 19 Desember 1994 ini yang juga menjadi Duta Anti Perbudakan Modern. (Diana Runtu)

21

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, S.H., M.Si. mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki posisi pertama di dunia terkait indeks ketaatan dan loyalitas rakyatnya kepada Pemerintah. Dengan memperoleh angka 80 poin. Bahkan, Indonesia dapat mengalahkan negara Amerika Serikat dengan 35 poin dalam hal loyalitas. “Jika tingkat kepatuhan ini dapat kita manfaatkan dengan baik maka bisa jadi merupakan modal membangun desa dan daerah. Begitu desa kuat maka kabupaten dan provinsi-pun akan kuat,” ungkapnya. Oleh karena itu, Amin berharap tingkat kepatuhan rakyat yang sangat tinggi ini harus diikuti dengan pemerintahan yang terbuka dan akomodatif. Sebab dengan keterbukaan itu, menurutnya maka seluruh elemen masyarakat akan dapat ikut aktif berpartisipasi menciptakan kreativitas dan inovasi untuk memajukan pembangunan di desa. “Dengan keterbukaan dan kemitraan yang baik, maka rakyat memiliki ruang berpatisipasi aktif dalam keseluruhan proses pembangunan, termasuk ikut bertanggung jawab mengawasi

penggunaan dana desa agar terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan,” ujarnya ketika membuka Festival Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) Nasional 2017, di Mataram minggu lalu. Festival DBIP yang merupakan kelanjutan dari pencanangan DBIP oleh Gubernur NTB pada Oktober​ 2016 lalu, adalah pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia, dimana Provinsi NTB merupakan inisiator dari program Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) di Indonesia yang kemudian diadopsi menjadi program nasional. Menurut Wagub, desa merupakan ujung tombak pembangunan daerah dan nasional. Disebut sebagai ujung tombak karena semua potensi pembangunan sesungguhnya berada di desa. Baik potensi ekonomi seperti pertanian, peternakan, pariwisata, nilai-nilai sosial budaya, kegotongroyongan dan potensi hankam dan politik lainnya. Semua potensi tersebut harus dikelola dengan baik melalui kerjasama kemitraan antara pemerintah desa dan seluruh masyarakat-

nya, sehingga kesejahteraan dapat diwujudkan. “Saya minta para Kepala Desa berani tampil membangun desa dan transparan dalam menggunakan anggaran dana desa agar penggunaannya tepat sasaran dan para kepala desanya terhindar dari masalah-masalah hukum,” pesan Wagub. Ia juga berharap agar kepala desa dan seluruh peserta yang hadir ikut serta menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan di NTB. “Jaga ketentraman, kenyamanan dan keamanan mulai dari desa dan seterusnya, karena bila kesemuanya

itu bisa kita jaga maka investasi tidak akan ragu masuk ke daerah ini,” ujarnya sembari menegaskan bahwa dengan masuknya investasi akan banyak membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga berkontribusi positif terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Ketua Komisi Informasi NTB, Ajeng Roslinda Motimori, S.Pt pada kesempatan ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan festival pada hari ini sebagai keberlanjutan dari pencanangan DBIP yang diresmikan oleh Gubernur

memiliki HP. Bukan lagi bertanya pada Kyai tetapi bertanya pada google. Ini semua harus dijawab dengan sebaik-baiknya, jika tidak maka pengaruh dari luar gampang masuk,” tegas Wapres. Sementara itu Rois Aam KH. Ma’ruf Amin mengungkapkan pada Wakil Presiden RI H. M. Jusuf Kalla bersama ribuan Ulama dan masyarakat yang hadir, tentang komitmen NU untuk konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah pada umat Muslim di Nusantara. Ormas Islam terbesar di Indonesia ini juga akan menyebarkan Islam moderat ke seluruh dunia lewat gerakan Islam nusantara. (Naniek I. Taufan)

NTB pada Oktober​ 2016 lalu. Ajeng juga memaparkan rangkaian acara yang berlangsung dari 28-30 November 2017 ini mencakup launching 16 Desa Model, seminar nasional bertajuk “Menurunkan Angka Kemiskinan Melalui Penerapan Pemerintah Terbuka” menjadi ruang bertutur bagi pemangku amanah di Provinsi NTB atas pemerintahan terbuka yang telah dijalankan, gelar budaya berupa penampilan kesenian daerah dan Lomba Cerdas Tangkas tentang pengetahuan, pemahaman dan keterampilan antar PPID berkenaan dengan keterbukaan informasi publik. Pengukuhan 16 desa model DBIP se-NTB meliputi Desa Leu Kabupaten Bima, Desa Uma Beringin Sumbawa, Desa Peresak di Negara, Desa Panda Bisa, Desa Baru Tahan Sumbawa, Desa Senggigi di Lombok Barat, Desa Matua Dompu, Desa Sapugara bree di Kabupaten Sumbawa Barat, Desa Kumbang di Lombok Timur, Desa Kandidi di Dompu, Desa Lab. Lalar di KSB, desa Barabali di Lombok Tengah, Desa Montong Gamang di Lombok Tengah, Desa Sigar Pejalin di Lombok Utara, Desa Gondang di Lombok Utara, Desa Rarang Selatan Lombok Timur. (Naniek I. Taufan)


20

Pada perayaan Idul Adha yang lalu, orang-orang sibuk bersiap melakukan Salat Id di Lapangan Kara Sila ­Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Seorang perempuan malah sibuk ­membersihkan kotoran ternak yang ­meng­halangi jalan masuk ke lokasi pelaksanaan Salat Id ­tersebut. Sesungguhnya ­warga tidak ada yang peduli tentang itu melainkan menghindarinya dengan ­melewati jalan lain. Namun, bagi perempuan pensiunan guru ini, ­kenyamanan salat yang dilakukan setahun sekali bagi umat Muslim itu adalah yang utama. Karena itulah sebelum salat ­dimulai, ia sibuk meng­atasi hal ­tersebut dengan menutupnya ­sementara.

A

Nine

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

dalah Saidah Iskandar, perempuan berusia 65 tahun, warga Desa Rato yang dikenal sebagai perempuan aktif dalam

Saidah Iskandar

Tetap Aktif di Masa Pensiun

urusan sosial kemasyarakatan di kampungnya. Perannya dalam kehidupan sosial khususnya di Desa Rato terbilang besar. Ia menjadi salah seorang yang dituakan di kampung tersebut. Tapi Saidah bukanlah orang yang dituakan yang hanya menunggu orang-orang datang ke rumahnya hanya untuk memberinya nasihat-nasihat, melainkan ia juga turun langsung membantu aktivitas warga yang mempunyai acara di kampung tersebut. Bisa dikatakan dimana ada orang yang akan menggelar acara, baik perkawinan ataupun hajatan lain di kampung ini terutama di lingkungan tempatnya tinggal, sudah pasti ia menjadi salah seorang yang paling sibuk membantu menyukseskan hajatan tersebut. Ia bahkan tidak segan meski hanya sekedar mengantar undangan atau pun menyebar informasi hajatan dari rumah ke rumah. Sampaisampai ketika ia terlihat berjalan melintasi rumah-rumah warga, orang-orang sudah

Saidah Iskandar (jilbab hitam) sibuk mengatur jamaah saat salat Idul Adha lalu dan ia juga sibuk membersihkan jalan masuk areal lapangan tempat berlangsungnya salat untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah salat id.

tahu setidaknya kemungkinan besar ada kabar orang yang berhajat. “Kalau ada ibu Adu lewat biasanya menyampaikan akan ada hajatan warga,” kata Farida salah seorang warga. Kebiasaan ibu Adu -panggilan akrab dari Saidah Iskandarmembantu secara sukarela ini telah ia lakukan bahkan sejak ia masih aktif mengajar. Keringanan langkah dan kemauannya untuk aktif di lingkungan sosial dalam kerja-kerja kemasyarakatan ini dinilai baik oleh warga di kampung tersebut. Terutama setelah ia pensiun tahun 2013, Saidah banyak menghabiskan waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat. Ia memang tidak pernah bisa diam dari pekerjaannya. Bahkan ketika menjelang pensiun, ia benar-benar bekerja, bisa dikatakan hingga menit terakhir

Saidah Iskandar saat mengantar undangan ke rumah-rumah warga

karirnya sebagai guru. Masih lekat di ingatannya tanggal 31 Desember 2013, ia baru meninggalkan sekolah tempatnya mengajar untuk menjalankan masa pensiun. “ Tanggal 31 Desember 2013 jam 12.50 wita saya pulang dari sekolah dan sejak itulah saya pensiun,” ujar Ketua Aisyiyah Kecamatan Bolo ini. Waktu itulah saat yang benar-benar memisahkannya dengan pekerjaan yang berpuluhpuluh tahun dijalaninya. Jika orang lain yang memasuki masa pensiun akan lebih memilih tinggal di rumah untuk beristirahat, maka tidak begitu dengan Saidah. Ia mengabdi hingga masa pensiunnya benar-benar berakhir. Kecintaannya pada profesi ini membuatnya selama masa menunggu pensiun itu ia tetap masuk sekolah mengajar

kelas-kelas yang kebetulan gurunya izin atau sakit. MENGABDI DI SEKOLAH PERBATASAN Sebelum akhirnya pensiun dengan tugas terakhir sebagai guru agama di SDN Inpres Rato, ia pernah mengajar di sekolah dasar di perbatasan Bima dan Dompu, di SDN Inpres 2 Desa Rora mengikuti suaminya yang juga seorang guru di sana. Sekolah ini terbilang jauh dari kampung tempatnya tinggal. Hari-harinya mengabdi di sekolah perbatasan kabupaten ini tahun 1980-an menjadi salah satu penugasan yang tidak bisa dlupakannya karena telah memberinya pengalaman yang lebih dari bertugas di tempat lain. Lalu saat ia mengajar di salah satu sekolah dasar di Tumpu Sila, ia harus bolak-balik menggunakan ojek. Begitu lama waktunya mengabdi sebagai guru, tidak jarang membuatnya naik ojek yang rupanya ada bekas murid-muridnya. “Kalau sudah begitu oleh tukang ojek murid saya itu biasanya tidak diminta bayar,” katanya tertawa. Saidah menikmati tiap waktu pengabdiannya itu. Ketika tidak lagi mengajar, perempuan yang masih terlihat gesit di usianya yang tidak muda lagi itu, kini menghabiskan waktunya dengan tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Baginya, hidupnya yang sekali itu mestilah ia habiskan untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena itulah selama tubuhnya kuat ia tidak akan berhenti untuk membantu. Bekerja sukarela itu menurutnya nikmatnya lebih terasa damai. (Naniek I. Taufan)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Tirka Widanti

5

Postdoctoral di Rumah Partai P

A postdoctoral scholar adalah seseorang yang memegang gelar doktor yang terlibat dalam proyek riset sebagai mentor atau terlibat dalam training ilmiah. Tujuannya memperoleh keahlian profesional yang diperlukan demi mengembangkan karier yang dipilihnya.

ostdoc ini merupakan posisi riset sementara yang dipegang oleh seseorang yang telah menyelesaikan studi doktornya. Durasi program ini berkisar dari 6 bulan sampai 5 tahun yang didedikasikan untuk program riset. Ada juga postdoc lain yang disebut “teaching post-docs” dimana si personal bersangkutan memilih karier sebagai peng­ ajar (dosen). Mereka ini biasanya lazim disebut sebagai research fellow atau research associate atau kadang disebut sebagai research assistant professor. Temuan yang menarik

yang dikatakan Regets bahwa di Inggris terutama di bidang engineering, tidak banyak lulusan doktor yang tertarik dengan program postdoc. Alasannya, gaji yang mereka dapatkan ketika bekerja di luar (perusahaan) biasanya lebih tinggi. Tirka Widanti adalah salah seorang yang menjalankan postdoc. Perempuan yang akrab disapa Ika ini mengatakan dirinya mengikuti jenjang S3 tanpa target. Ia yakin pengetahuan pasti ada gunanya. Hal ini telah dibuktikannya selama 8 tahun setelah berhasil mendapat gelar Dr. tahun 2009. Di Indonesia, gelar doktor ditulis di depan nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan Dr. Huruf D ditulis dengan huruf besar, dan r dengan huruf kecil. Berbeda dengan “dr” untuk dokter yang huruf d-nya ditulis dalam huruf kecil). “Walau banyak sekali salah kaprah, masyarakat menulisnya DR. Yang penting masyarakat bisa membedakannya tidak perlu dipermasalahkan. üjar dosen tetap pada Magister Ilmu Administrasi, Program Pasca­sarjana, Universitas Ngurah Rai ini dan juga Presiden, Yayasan KulKul, Green School. Selama 8 tahun perjalanan ada banyak tawaran sekaligus tantangan karir. Tanpa menunggu lama direkrut untuk menjadi dosen tetap, staf ahli, konsultan dan yang paling menggembirakan buat saya yang tidak pernah terpikirkan adalah di-

angkat menjadi Adjunct Professor di India sejak 2016 dan kini ditempatkan di Amity University, Gurgaon, Haryana, India yang mengharuskan saya bolak-balik India paling tidak 2 kali setahun,” ujar Ika. Sebenarnya, sebelum Ika menyepakati sebuah komitmen di India, ia sudah masuk organisasi politik besar yakni PDI Perjuangan. Di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Wayan Koster, M.M., Ika ditunjuk sebagai Wakil Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, periode 2015 – 2020. Ika mengatakan banyak pertanyaan dari keluarga, teman dan bahkan masyarakat umum kenapa dirinya berpolitik? Apa yang mau ia

dicari lagi? “ I am a simple woman with no high ambition” cetusnya. “Saya ingin berbagi dan sekaligus memaparkan bahwa paradigma politik di dunia politik itu tidaklah se’keramat’ yang dipikirkan. Kenyataan yang saya alami bahwa di dunia bisnis, dunia pendidikan bahkan ‘politik’nya melebihi kata politik itu sendiri. Kebetulan saya mengajar mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Pelayanan Publik dan Gender Sensitization and Women Empowerment. Semua mata kuliah tersebut berhubugan dengan sentuhan manusia,” ujar Ika yang selama ini telah melakukan postdoc di Australia dan India. Menurut Ika, kini saatnya postdoc ia lakukan di negeri sendiri. Aktivitas ini berlangsung sejak ia ditetapkan duduk di struktur partai sampai tahun 2020 nanti. “Banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan di sini terlebih Pak Koster juga seorang akademisi, pakar matematika yang jago memetakan budaya Bali dan sangat concern dengan dunia pendidikan. Hal yang menarik buat saya selama melaksanakan postdoctoral di rumah partai ini adalah ketika Pak Koster memberikan ceramah kepada lapisan masyarakat level manapun. Sebagai seorang anggota sudah tentu saya ingin “sepintar” Pak Koster juga,” tandasnya. (ard)

Komitmen sebagai Anggota Organisasi Politik

Ika meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia berkomitmen ke organisasi politik dengan tujuan belajar ilmu politik dan sekaligus bisa mengabdikan atau menyumbangkan pemikiran, tenaga untuk pemenuhan kebutuhan organisasi sekecil apapun. “Tidak ada hal lain, karena saya harus pastikan diri saya mampu memenuhi kebutuhan primer keluarga sebelum terjun ke sebuah organisasi. Artinya saya mesti mampu mengatur waktu berkarier saya di luar organisasi, yang artinya pula organisasi pun memahami dan memaklumi kegiatan yang dilakukan bisa dibagi per bidang organisasi. Sebuah organisasi apapun ada tata tertib, ada KTA, serta aturan lainnya,” tuturnya lebih lanjut. Bagi Ika, berada di dalam sebuah organisasi politik bukanlah semata bertujuan menjadi “calon” baik itu di legislatif maupun eksekutif. “Saya sudah mendapatkan manfaatnya yaitu memperkaya ilmu pengetahuan politik, dapat menyosialisasikan kepada masyarakat, bahwa perempuan atau masyarakat janganlah tabu mendengar kata politik. Politik ini justru harus dikenal, dimengerti dan dipahami. Kenyataan bahwa di dunia bisnis, dunia pendidikan lebih kental politisnya, gimana dong? Silakan beri argumentasi pendapat saya ini, karena ini yang saya rasakan selama 30 tahun, baik di dunia kerja maupun pendidikan,” ujarnya. Ika juga tunduk dan mengikuti aturan yang telah disepakati, termasuk apa yang telah ditetapkan

oleh DPP PDI Perjuangan untuk mengusung CagubCawagub Bali Koster-Cok Ace (KBS-Ace) dan Cabup dan Cawabup Gianyar Agus Mahayastra-A.A. Mayun (Aman). (ard)


6

Woman on Top

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

W

anita yang sukses banyak diindentik­ kan dengan sebe­ rapa tinggi jabatan mereka dalam sebuah jabatan. Meski pernyataan tersebut tidak semuanya benar. Pada dekade terakhir ini banyak wanita yang berkarier dan berhasil mendapat jabatan tertinggi di sebuah perusahaan, seperti jabatan direktur, bahkan sebagai komisaris. Ada juga yang beranggapan sebe­ narnya kesuksesan seorang wanita, adalah ketika mereka bisa membagi waktu untuk keluarga, peran sosial dalam masyarakat dan tanggung jawab pada perusahaan yang diper­ cayakan kepada mereka. Kini, akhir tahun, adalah pun­ caknya semangat seorang pelaku bisnis untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Ketika para wanita karier

Wanita dan Karier Cemerlang

Berkumpulnya wanita karier (Direksi dan Komisaris BPR) bersama “Sang Penyihir” Sri Sumahardani.

berkumpul atas ide dari seorang ‘Perempuan Inspiratif Tokoh 2016’ yang lebih dikenal dengan julukan “Sang Penyhir” yakni Sri Suma­ hardani, mampu menjadi­ kan ajang kum­ pul ini sebagai

momen istimewa. Di sana terjalin kebersamaan yang hangat di balik kesederhanaan acara. Meski demikian, dari canda dan obrolan mereka terlihat betapa tangguhnya mereka menjadi wanita. Bukan hanya itu, mereka yang hadir

di Warung Sai Laqu, di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Denpasar itu juga tergolong wanita yang memiliki rasa percaya diri dan dipastikan memacarkan sikap dan pikiran positif. Ketika, ditanya apa yang men­ dasari para ibu ini sukses meniti karier hingga sampai pada pen­ capaian mereka saat ini? Mereka menjawab dengan berbagai alasan. Namun, rata-rata para ibu sukses ini mengatakan jika mereka me­ mulai atau mengawali kariernya dari bawah. Dengan ditopang kinerja yang baik mereka pun berhasil mela­ koninya puluhan tahun di bidangnya. Dari rangkaian perjalanan itulah, salah satunya integritas mereka teruji terhadap perusahaan. Menapaki karier juga tidak ter­

lepas dari peran akademis yang mereka tempuh. Menarik dan luar biasanya, banyak juga dari mere­ ka yang menempuh pendidikan akademis sambil bekerja dan tentu dengan biaya menuntut ilmu juga dari hasil keringat mereka sendiri. Sebab,mereka menyadari bahwa ilmu itu sangat penting mendukung potensi mereka, baik secara formal maupun informal. Karenanya, mere­ ka sampai saat ini masih ada yang meneruskan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menempuh S2 dengan pilihan disiplin ilmu yang sesuai dengan jalur karier mereka. Harus diakui, peran kesuksesan mereka menjadi perempuan yang berkarier adalah peran keluarga atau dukungan dari pasangan hidup atau

suami mereka. Pasangan mereka ini sangat memiliki pengertian akan ter­ sitanya waktu bagi keluarga, karena harus mempertanggungjawabkan kinerja mereka di perusahaan tem­ pat bekerja. Begitu pun tidak lepas dari kegiatan adat, mereka harus memberi pengertian dan selalu pintar untuk membagi waktu. Kapan harus bermasyarakat, kapan untuk keluarga dan kapan untuk kantor. Mereka juga tidak lupa, seperti celoteh kala itu, kapan mereka waktunya “me time” . Acara yang keren dan menge­ sankan. Salut dengan perjuangan mereka bersama karier yang ce­ merlang. Teruslah berkarya. Yakinlah dengan niat yang tulus, wanita akan memberi warna yang indah dalam kehidupan di dunia ini. (Sri Ardhini)

“Serupa tapi tak Sama” Salam Senyum... Menggenggam sebuah map yang sedikit lusuh, seorang perempuan paruh baya datang ke sebuah layanan publik. Sekilas dia tampak gelisah, seakan ada yang mengganggu kenyamanannya. Setelah lama menunggu, terdengar panggilan gili­ ran perempuan itu untuk mendapatkan layanan dari seorang customer service. Lama terlihat berbincang dan akhirnya perempuan itu berlalu dengan menampak­ kan wajah yang kecewa. “Ada masalah apa ya.... “, tanya saya dalam hati. Sedikit ingin tahu permasalahan­nya. Setelah ditanyakan, ternyata Ibu itu harus melengkapi beberapa persyaratan yang kurang sebagai lampiran untuk kelengkapan administrasi. Selang beberapa saat, ada seorang customer yang hampir sama berlalu dari layanan seorang customer service. Tapi nampaknya berbeda raut wajahnya dengan perempuan tadi. Dia tersenyum, sambil membolak-balikkan kertas-kertas yang ada dalam mapnya. Karena duduk persis di sebelah saya, kemudian saya bertanya ke­ pada ibu tersebut. Yaaaa... Siapa tahu saya dapat membantunya. “Biasa dik, ada yang kurang persyaratannya, jadi urusan saya belum selesai dan besok saya akan kembali lagi ke sini,” jawab ibu itu dengan santai sambil tersenyum. Waaaahhh kok sama ya bu dengan ibu yang itu, sambil tangan saya menunjuk ibu yang saya ceritakan di atas. Pembaca setia Dhani’s Art In Service, kalau kita simak cerita yang saya alami di atas tentu akan timbul pertanyaan. Mengapa

dengan kejadian yang sama, tapi hasilnya berbeda? Kedua ibu tadi sama-sama di­ layani oleh customer service. Walaupun de­ ngan­orang yang melayani berbeda. Karena di kantor itu disediakan lebih dari satu orang customer service. Kemudian kedua ibu tadi mempunyai kesamaan permasalahan yang sama, yaitu sama-sama menyetor­ kan kelengkapan berkas administrasi yang kurang lengkap. Sehingga harus datang kembali untuk melengkapi persyaratan administrasi. Naaah.. hasilnya ini yang beda... Mengapa Ibu yang pertama harus menampakkan wajah sedih dan kecewa sedangkan Ibu yang kedua masih tetap bisa tersenyum? Di dunia layanan, ini yang sering terjadi. Dalam sebuah instansi atau perusahaan penyedia jasa tampilan seorang pelaku layanan itu persis sama. Contoh, kostum yang digunakan sama. Tata rias rambut dan make up juga sama. Sama-sama bertu­ gas sebagai customer service. Sama-sama melakukan pekerjaan dengan SOP (standar operational procedure). Bahkan mereka sama-sama perempuan yang kalau dilihat usia juga tidak jauh beda. Kesamaan lain, mereka juga sudah diberikan pelatihan dan pendidikan tentang bagaimana standar layanan yang baik, yang sesuai dengan SOP. Namun kenapa hasilnya beda? Di depan ribuan peserta pelatihan yang saya bawakan, berulang kali saya memberi pernyataan seperti ini. “Belajar tentang layanan bukanlah hanya belajar tentang standar layanan.” Kenapa seperti

itu? Ketika orang belajar layanan hanya be­ lajar tentang standar layanan/SOP layanan, maka mereka sebagai pelaku layanan tidak akan lebih dari seorang robot. Melakukan persis sama dengan aturan-aturan yang tersusun dalam langkah-langkah pelayanan yang dibuat oleh sebuah perusahaan jasa. Namun, ketika mereka dihadapkan oleh permasalahan di luar dari standar layanan tersebut, mereka akan kebingungan un­ tuk menjawab, untuk memberikan solusi dan cara mengomunikasikannya dengan customer. Dan inilah yang menyebabkan, kenapa hasil dari layanan customer service bisa berbeda-beda. Untuk meminimalisasi perbedaan antara satu orang customer service dengan customer service yang lain, hendaknyalah kita mulai melakukan hal, di antaranya sebagai berikut. Pertama, pastikan mereka adalah tim dari sebuah layanan. Jadi se­ baiknya mereka saling membantu, saling mengkoreksi, saling memberikan masukan kepada rekan sesama customer service. Hal ini agar mencegah saling menyalahkan di antara mereka, atau dengan keegoan dirinya merasa bahwa ada yang merasa senior dan yunior dalam pelayanan. Tentunya di sini banyak yang dirugikan adalah yang yunior, di mana mereka sering mendapat “bully” dari para seniornya. Yang kedua, para customer service hendaknya mempelajari dengan baik, ba­ gaimana cara menghadapi customer yang komplain (handling complaint). Karena biasanya dari customer yang komplainlah akan mulai teruji. Bagaimana kesiapan customer service agar selalu menampakkan wajah yang tetap ramah, hati yang tenang, di saat emosi mulai muncul karena kemarah­ an sikap customer yang ditujukan kepada mereka. Bukankah lebih mudah melayani

dengan ramah kepada customer yang se­ dang tidak marah. Dari pada sebaliknya. Maka penguasaan handling complaint harus benar-benar dikuasai. Yang ketiga yang harus dilakukan para customer service adalah, memberi pemaham­an tentang filosofi melayani. Tidak ada gunanya memberikan cara menerapkan standar layanan yang benar kalau mereka tidak mempunyai fondasi yang kuat untuk melayani. Seperti bangunan, mereka akan cepat rapuh, bahkan roboh karena fondasi dalam layanan tidak pernah ditanamkan kepada mereka. Filosofi layanan inilah sebenarnya harus yang pertama diajarkan, ditularkan, dipahami, dan tentu menjadi pi­ jakan ketika mereka mulai menjadi seorang pelaku layanan. Jadi... Jangan biarkan customer service kita yang sama cantiknya, sama seragam/ kostumnya, sama cara mendidiknya, namun sayang mempunyai hasil yang berbeda dalam mencapai kepuasan dari seorang customer/ pelanggan. Sehingga tidak akan ada lagi isti­ lah, “serupa tapi tak sama” dalam layanan. Ingin membaca tulisan saya dalam bentuk buku? Silakan dapatkan buku “Service A La Carte”. Dan materi ini juga terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul Serve With Love. Bagaimana dapat mengetahui dan menerapkan ‘Serve With Love’ di perusa­ haan/instansi Bapak/Ibu? Silakan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam 3SP. Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

P

erkembangan dunia fashion tidak lepas dari peran bordir. Se­ bagai salah satu teknik hiasan pada kain, bordir atau sulam makin mempercantik gaun yang kita pakai. Tidak hanya itu saja, motif yang indah bisa ditam­ pilkan dalam berbagai home decoration seperti taplak meja, serbet, dan lain sebagainya. Dunia bordir konvensional yang dinilai rumit karena perlu ketelatenan serta proses cukup lama, menjadi pelabuhan hati Trusti Judiarto. Ketua Persatuan Pengusaha Bordir (Persadir) Jawa Timur (Jatim) ini mengge­ luti usaha sulam menyulam sejak 1995 silam.

Trusti Judiarto

Jatuh Cinta pada Sulaman “Bordir itu sangat menarik sekali. Bordir itu sebetulnya hanya aksen sedangkan baju fungsinya sebagai fashion atau penutup, jadi aksen yang ditampilkan pada fashion,” tutur wanita cantik pemilik MS Sulam ini saat dijumpai di Hotel Grand Darmo, Surabaya jelang pagelaran Batik Fashion Fair 2017. Dari kecintaannya pada dunia prakarya, Trusti mulai menekuni bordir sejak 1995, dari hobi itu kemudian pengajar salah satu per­

Kampung Saus di Simorejosari Kampung Saus. Simorejosari, Sukomanunggal, Surabaya ternyata dikenal dengan sebutan Kampung Saus. Penggagasnya adalah Muham­ mad Mustakim, yang akrab disapa Mr Kim. Awalnya, pria 41 tahun ini hanya memiliki gagasan untuk mengangkat perekonomian warga di kampung Simorejosari B 8 Sukoma­ nunggal Surabaya melalui pemben­ tukan sentra Kampung Saus. Mengapa memproduksi saus? Ia beralasan, karena masyarakat umumnya hobi makan. Utamanya, makanan instan yang mempunyai citarasa oriental. Muhammad Mus­ takim yang ditemani Dewanti yang menjabat sebagai Ketua PKK RT 04 RW 07 Kelurahan Simomulyo Baru Kecamatan Sukomanunggal beru­ saha mewujudkan gagasan tersebut. Langkah pertama yang dilakukan Dewanti, dengan mengumpulkan warga, terutama ibu-ibu PKK yang memang memiliki banyak waktu di rumah Ketua RT untuk diajari ba­ gaimana membuat produk saus yang memiliki citarasa enak dan layak dijual. Awalnya banyak mengalami kendala di lapangan. Keberagaman latar belakang anggota, ketidaktahuan tentang ba­ han dasar dan sebagainya. Namun, mereka tak patah semangat. ‘’Kami memberikan pelajaran kepada masyarakat melalui metode learning by dy doing, easy going. Jadi mengalir saja,’’ kata Dewanti. Kerja keras yang mereka bangun akhirnya membuahkan hasil juga. Dari lima kelompok yang dibina, terdiri dari 25 orang anggota dan satu chef masing-masing sudah berhasil memproduksi saus kemasan dengan lima varian rasa. Yakni, saus lemonce, saus salad, saus asam manis, saus lada hitam dan saus ala thai. Produk yang dibanderol dengan harga Rp 15.000 sampai Rp 25.000 tersebut langsung laris manis di pasaran. Banyak pesanan menga­ lir dari hotel dan rumah makan.

19

“Kuncinya selain harganya terjang­ kau, juga karena bahan yang digu­ nakan adalah bahan yang segar dan tak menggunakan bahan pengawet,“ tambah Dewanti. Sebagai bentuk penghormatan bagi sang tutor yang telah men­ dampingi dan membina mereka, maka produk saus diberi merk da­ gang Mr Kim. Produk saus kemasan botol Mr Kim, selain di pasarkan secara door to door, juga lewat via online, reseller serta dititipkan di berbagai minimarket. Untuk lebih meluas­ kan pasar, mereka beker­ jasama dengan IKM Jatim, koperasi, sahabat komu­ nitas UKM. Mustakim, optimis produk saus yang mereka hasilkan dapat di­ terima pasar. Bahkan, dia tak takut bersaing dengan produk pabrikan. “Kami akan mengikuti pameran di sebuah mall di Sura­ baya pada 8-9 Desember mendatang. Dan akan kami perkenalkan produk turunan dari produk ini yaitu aneka nasi goreng dan mie goreng Mr Kim,” ujarnya. Mr Kim berharap, keterlibatan dan dukun­ gan semua pihak dalam mendukung usahanya untuk membentuk sentra Kampung Saus di Simo­ rejosari. Baik pemerintah maupun swasta. Uta­ manya sektor permoda­ lan dan peningkatan mutu produk mulai dari rasa, pengemasan, labeling sam­ pai pemasaran. Sehingga, ke depan produk saus kemasan Mr Kim, dapat menjadi alternatif oleholeh khas Surabaya men­ dampingi produk oleh-oleh UKM yang sudah ada. (Nanang Sutrisno)

guruan tinggi swasta ini menjadi instruktur bordir. Semakin leng­ kap karena Trusti juga membuka galeri MS Sulam di tempat tinggal­ nya, Ketintang Surabaya. “Saya senang dengan dunia sulam menyulam, sebetulnya se­ jak dulu saya lebih ke sulam atau bordir dengan alat jahit tangan (manual),” imbuhnya. MS Sulam miliknya mengang­ kat bordir dalam berbagai home decoration. Menonjolkan keunikan sulam tradisional menggunakan tusuk pipih dan benang tenun. Jika dilihat, proses sulam tan­ gan memang susah dan memerlu­ kan ketelatenan serta ketelitian. Semisal untuk satu set taplak meja dengan uku­ ran 2,5 meter x 3 me­ ter lengkap dengan serbetnya mem­ butuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk pengerjaan satu orang, dan tentu

saja tidak bisa diborong. “Karena orang menyulam memiliki taste masing-masing se­perti orang memasak dengan taste yang berbeda,” tambah Trusti. Usahanya saat ini membawahi 26 orang karyawan, dan memiliki

rumah tinggal di Mojokerto dan Surabaya. Relasi serta jalinan ker­ jasama dalam dunia bordir terus ia kembangkan untuk berkarya. “Saya mempunyai perajin yang membantu kami menyulam, dari Kediri, Mojokerto dan Jombang. Sehingga saya mempunyai banyak teman yang bisa membantu kami dalam memproduksi,” tuturnya. Sedangkan kapasitas produksi di­ lihat dari custom dan berdasarkan pesanan. Ada beberapa hal yang mem­ buatnya mencintai sulam, yaitu sulam adalah warisan dari nenek moyang meskipun bukan berasal dari Indonesia. Sulam yang mahal bukanlah bahan namun proses pembuatan, sulam atau bordir bisa diaplikasikan baik itu di fashion maupun home decoration, dan dari sulam bisa men­ datangkan pendapatan. “Dari dulu banyak hal yang saya pelajari, saya lebih cen­ derung merangkai bunga ke­ ring dan sebagainya, tapi jatuh cinta saya ada di sulam,” papar wanita berhijab ini seraya ber­ harap akan lebih banyak lagi stimulus pemakaian bordir di tanah air khususnya Jatim. (Lely Yuana) Trusti Judiarto


18

Mozaik

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Suasana pengungsian di Balai Desa Tembok

Kantor Balai Desa Tembok, kecamatan Tejakula kembali didatangai ratusan pengungsi. Sejak status Gunung Agung ditetapkan ke level awas, masyarakat yang berada di Ka­ wasan Rawan Bencana mengungsi untuk ke­ dua kalinya. Umumnya para pengungsi yang datang adalah pen­ gungsi Gunung Agung yang sempat pulang beberapa waktu lalu.

Perlu Sosialisasi Bahaya Abu Vulkanik

M

enurut Koordinator pengungsi Desa Tembok, Dewa Wili mengatakan Balai Desa Tembok dijadikan titik utama untuk menerima pengungsi sebelum disebar

kebeberapa camp yang telah disediakan. Dirinya menjelaskan pengungsi yang datang merupakan masyarakat yang berasal dari Desa Dukuh, Kubu, Sukadana, Baturinggit, Ban, dan Tulamben yang datang sejak Senin (27/11)

Maksimalkan Kepemilikan KIA Kabupaten Buleleng seKIA di Buleleng yang diawali bagai pilot project KIA (Kardengan pengurusan akta tu Identitas Anak) Ditjen kelahiran. Setelah diajukan Kependudukan dan Pencatapihak sekolah melalui kepela tan Sipil, Kementerian Dalam sekolah, akta kelahiran dan Negeri menjatah pencetaKIA akan langsung dicetakan kan KIA di Buleleng tahap oleh Disdukcapil Buleleng pertama sebanyak 39.778 dan kembali diantarkan ke keping. Sejak dilaunching sekolah yang bersangkutan. sebulan lalu, dari 239 ribu Selain menjalin kerjasama anak wajib KIA di Buleleng, dengan sekolah-sekolah sudah tercetak 11.329 KIA. juga dengan rumah sakit, bidan desa termasuk klinik Untuk memaksimalkan swasta. “Sejauh ini antusias kepemilikan KIA oleh anakmasyarakat untuk kepemilianak di Buleleng, Dinas kan KIA cukup tinggi, teruKependudukan dan Pencatatama bagi yang datang dan tan Sipil langsung melakukan mengajukan langsung,” kata system jemput bola ke seReika. jumlah instansi terkait. Salah satunya bekerjasama dengan Dalam pencetakan KIA Putu Reika Nurhaeni Unit Pelaksana Pendidikan disebutkan ada dua jenis. (UPP). Melalui sistem jemput bola anak-anak Yakni pencetakan KIA untuk anak usia 0-5 tahun akan dimudahkan dalam pencetakan KIA. Bagi tanpa foto. Sedangkan pencetakan jenis kedua anak yang belum memiliki akta kelahiran sebagai untuk anak usia 5-17 dilengkapi dengan pas syarat utama dalam pencetakan KIA maka Disfoto yang bersangkutan. Jumlah tersebut adalah dukcapil akan meminta Kepala Sekolah mengajupencetakan tahap pertama bagi anak yang sukan siswanya yang belum memiliki akta kelahiran dah memiliki akta kelahiran usia 0-5 tahun yang untuk kepemilikan KIA langsung ke Disdukcapil datanya sudah ada di Disdukcapil. “Kami akan Buleleng. terus melangsungkan sistem jemput bola dan pelayanan di kantor. Di samping itu juga mengejar Kepala Disdukcapil Buleleng, Putu Reika target untuk disiplin administrasi kependudukan Nurhaeni, Senin (27/11) kemarin mengatakan masyarakat Buleleng,” pungkasnya. kerjasama yang dilakukan dengan sekolah-sekolah adalah upaya untuk memaksimalkan kepemilikan (Wiwin Meliana).

Nantinya kami akan sebar mereka (Pengungsi,-red) dibeberapa camp yang telah disediakan, salah satu­ nya ada di Balai Desa, gudang dan lahan milik warga. Beberapa di antaranya juga telah mengungsi di rumah warga yang tidak lain adalah kerabat dari pengungsi,” lalu. Ketika ditemui Selasa (28/11) lalu, Dewa Wili mengungkapkan jumlah pengungsi yang datang ke Tembok berkisar antara 900 hingga 1000 jiwa, namun jumlah tersebut akan terus berkembang seiring dengan pendataan yang dilakukan. “Nantinya kami akan sebar mereka (Pengungsi,-red) dibeberapa camp yang telah disediakan, salah satunya ada di Balai Desa, gudang dan lahan milik warga. Beberapa di antaranya juga telah mengungsi di rumah warga yang tidak lain adalah kerabat dari pengungsi,” jelasnya. Dewa Wili menghimbau warga yang langsung mengungsi di rumah warga agar mendaftarkan diri sebagai pengungsi di Posko utama. Hal ini untuk memudahkan petugas menyuplay logistik yang dibutuhkan oleh pengungsi. Disinggung mengenai ketersediaan permakanan, dirinya mengatakan masih aman sehingga terus bisa didistribusikan ke posko-posko pengungsian. Ditambahkan olehnya, hanya saja ketersediaan masker yang masih minim mengingat desa Tembok berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem sehingga sebaran abu vulkanik akan berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk hal ini, dirinya menekankan agar perhatian pemerintah tidak saja terpusat kepada para pen-

gungsi tetapi juga terhadap warga setempat. Sosialisasi perlu dilakukan mengingat warga yang belum paham bahaya abu vulkanik untuk kesehatan. “Agar tidak terjadi kecemburuan sosial kita juga harus memberi perhatian kepada warga lokal misalnya dengan membagikan masker dan memberikan sosialisasi bahaya abu vulkanik karena sampai saat ini banyak masyarakat yang kurang paham akan hal itu,” jelasnya. Pihaknya mengaku dari pengalaman sebelumnya, kali ini dirasakan lebih mudah dalam mengkoordinir para pengungsi. Hal ini disebabkan, pengungsi yang datang adalah pengungsi yang sebelumnya pernah mengungsi di posko tersebut. Mereka telah terbiasa dengan budaya yang diciptakan di tempat pengungsian seperti menjalankan piket bergantian. “Mereka yang datang merupakan yang dulu sempat mengungsi di sini dan ada juga yang baru-baru. Pengalaman yang dulu jadi membudaya. Ketika baru datang mereka lihat pos logistik kotor tanpa dikomando mereka bersihkan sendiri,” ungkapnya. di tengah keterbatasan relawan, pengungsi mengerjakan segala pekerjaannya secara mandiri sehingga tugas relawan hanya mengkoordinir saja. (Wiwin Meliana)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Siaga BBM dan Jaringan Telekomunikasi E

rupsi Gunung Agung membuat semua pihak bersiaga. Keselamatan jiwa menjadi prioritas. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan jumlah korban. Pihak-pihak terkait seperti penyedia BBM dan LPG serta operator seluler pun ikut siaga. Pertamina Marketing Operation Region V JatimBalinus memastikan stok dan pasokan BBM dan LPG di wilayah Bali dalam kondisi normal dan aman. Untuk suplai BBM wilayah Bali saat ini kebutuhan rata-rata harian Premium 579 KL, Pertalite 1.163 KL, Pertamax 846 KL, solar 516 KL, Dex series 51 KL dipasok dari TBBM Manggis dan Sanggaran. Untuk LPG di wilayah Bali saat ini realisasi LPG 3 Kg sebanyak 620.000 Kg/hari atau 206.685 tabung/ hari dan realisasi LPG Non Subsidi 80.000 Kg/hari. “Hingga saat ini kondisi operasional masih dalam keadaan normal dan aman,” ujar Area Manager Communication & CSR JatimBalinus, Rifky Rakhman Yusuf. Ia juga menjelaskan Pertamina telah menyiapkan langkah langkah preventif dalam proses distribusi baik BBM maupun LPG jika terjadi gangguan akibat erupsi Gunung Agung. Langkah itu antara lain dengan mengatur pengalihan supply point untuk konsumen dan lembaga penyalur dari TBBM Manggis ke TBBM Sanggaran maupun dari Surabaya. Dalam kondisi emergency dapat dilakukan pengalihan supply point dari TBBM Tanjung Wangi langsung ke customer atau lembaga penyalur melalui mobil tangki dengan kapal ferry. Untuk pasokan LPG Bali khususnya wilayah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan dialihkan ke Terminal LPG Banyuwangi melalui darat menuju pelabuhan Gilimanuk diangkut via kapal menuju pelabuhan Ketapang. Untuk pasokan LPG Bali di wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung melalui darat menuju pelabuhan Benoa dan diangkut dengan kapal ferry atau Landing Craft Tank langsung ke pelabuhan Ketapang. Pria yang akrab disapa Bengky ini menambahkan, sejak Gunung Agung dinyatakan berstatus “awas” pada Oktober 2017 lalu Pertamina telah

memberikan dukungan ke tujuh posko utama pengungsian. Mereka menyalurkan LPG 12 kg dan 50 kg ke posko utama untuk kemudian didistribusikan kepada posko pengungsian yang lain. Ketujuh posko utama tersebut yakni posko Swecapura - Klungkung, posko Ulakan-Karangasem, posko Tanah Ampo/Manggis-Karangasem, posko Rendang-Karangasem, posko TembokBuleleng, posko Les-Buleleng dan posko Sambirenteng-Buleleng. SIAPKAN GENSET Sementara itu T XL Axiata Tbk (XL Axiata) memastikan seluruh layanan komunikasi data, percakapan ataupun SMS di sekitar Gunung Agung, dan di seluruh Bali masih aman dan tidak terjadi gangguan apapun, sehingga tetap dapat melayani masyarakat dengan baik. Meski demikian, kewaspadaan terus dilakukan dan langkah-langkah antisipasi atas segala kemungkinan telah disiapkan. “Kami pastikan hingga saat ini tidak ada Base Transceiver Station (BTS) XL Axiata yang mengalami gangguan, termasuk di daerah yang masuk wilayah bencana. Namun, untuk antisipasi, kami telah menyiapkan langkah-langkah darurat seandainya bencana terus meningkat sehingga mengganggu operational BTS-BTS yang ada di sekitar lokasi bencana. Yang jelas, kami akan terus standby menjaga jaringan agar tetap bisa beroperasi karena di saat genting seperti ini sarana telekomunikasi menjadi sangat diperlukan, termasuk bagi aparat yang terlibat dalam penanganan dampak bencana,” ujar Caretaker Vice President East Region XL Axiata Mochamad Imam Mualim. Imam Mualim menambahkan, XL Axiata memiliki 13 unit BTS yang berada di radius berbahaya 12 km. XL Axiata telah menyiapkan back-up jaringan dengan meningkatkan kapasitas trafik di setiap BTS di dekat area pengungsian. Sementara untuk mengantisipasi pasokan listrik, XL Axiata menyiapkan puluhan genset guna mendukung operasional BTS yang ada. XL Axiata juga telah berkoordinasi dan bekerjasama dengan perusahaan penyedia menara telekomunikasi untuk mengantisipasi gangguan jaringan komunikasi di sekitar Gunung Agung. (Ngurah Budi)

7

tkh/wawan

Berbagi Pengalaman Hidup dan Perjuangan Raih Prestasi Keteladanan adalah bagian sangat penting dalam penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Atas dasar inilah Unit Kerja Presiden (UKP) Pancasila mengangkat sosok-sosok anak muda berprestasi di kancah global yang memberikan teladan dalam upaya penyemaian dan pembudayaan Pancasila. Pada tahun ini, UKP Pancasila berjalan seiring dengan 72 ikon prestasi ke sudut-sudut kehidupan warga bangsa dan membangun laku hidup yang semakin memperindah kehidupan. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila ini sesuai dengan misi PT Astra International Tbk untuk sejahtera bersama bangsa. Astra International pun mendukung acara yang diadakan oleh UKP Pancasila bersama dengan Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (30/11). “Bagi Astra, Pancasila adalah nilai luhur bangsa yang harus selalu dijaga dan dipelihara agar dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berperilaku. Sama halnya dengan filososi Catur Dharma bagi setiap Insan Astra dan mendasari setiap nilai dan strategi bisnis Astra agar dapat menjadi Pride of the Nation. Karena itulah, kami sangat bangga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan UKP ini dan mendukung pengamalan nilai-nilai Pancasila di negara ini,” ujar Chief of Corporate Communications, Social Responsibility and Security PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas. Acara bertemakan “Berbagi Inspirasi untuk Indonesia Berprestasi,” ini diadakan di Universitas Airlangga Surabaya dengan menampilkan beberapa ikon prestasi Indonesia, yaitu figur-figur yang karya dan laku hidupnya sudah memperoleh apresiasi dan penghargaan, sehingga bisa menjadi sumber kreativitas dan inspirasi untuk mencapai prestasi. Para ikon ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi, tetapi juga menjadi teladan dalam pengamalan ideologi Pancasila. Dalam kegiatan ini, para ikon akan berbagai pengalaman

dan mendemonstrasikan karya-karya mereka. Mereka akan berdialog dan berdiskusi dengan para pengunjung tentang pengalaman hidup dan perjuangan mereka sehingga bisa mendapat apresiasi dan penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka adalah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 kategori Teknologi Apriliawan Hadi, Tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang yang meraih medali emas pada Trinity Collage Robot Competition 2017 dan ilustrator buku anak, Lintang Pandu Pratiwi. Apriliawan Hadi memulai dari keprihatinan terhadap kondisi peternak sapi perah di desanya, terlebih orangtua Apriliawan Hadi juga merupakan peternak sapi perah mengeluhkan betapa rendahnya harga jual susu sapi perah. Harga itu tidak sebanding dengan tenaga serta ongkos operasional merumput. Selain itu, susu yang dihasilkan pun lebih cepat basi karena tidak dilakukan pengawetan. Dari situlah, pria yang akrab dipanggil Hadi ini bertekad menemukan alat pasteurisasi (metode pemanasan pada suhu tinggi untuk membunuh bakteri jahat yang ada pada susu), sehingga bisa mengawetkan susu dan membantu para peternak sapi perah tidak terus merugi. Bahkan, Hadi sempat diundang oleh Universitas Tokyo, Jepang, untuk mempresentasikan teknologi susu listrik serta diberikan tawaran oleh salah satu investor dari negeri Sakura tersebut untuk dibeli patennya. Tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam kompetisi yang digelar tanggal 1-3 April 2017 bersaing dengan finalis perwakilan dari beberapa negara, yaitu Kanada, China, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab (UAE), dan AS. Tim Robotika UMM akhirnya meraih medali emas pada Trinity Collage Robot Competition 2017 dan pada Agustus 2017 terpilih sebagai satu dari 72 ikon prestasi dalam Festival Prestasi Indonesia yang adakan oleh UKP-Pancasila. Lintang Pandu Pratiwi merupakan ilustrator buku anak kelahiran Wonosobo, 21 Agustus 1992. Ia berkolaborasi dengan penulis dan penerbit buku anak di Amerika Serikat. Sejumlah karyanya juga sudah terbit di Eropa dan Jepang. Buku Walker Hound of Park Avenue karya kolaborasinya dengan penulis Deanna K Kingel masuk ke toko buku paling besar di Amerika, Barnes & Noble. Lintang sudah membuat sekitar 30 buku untuk industri penerbitan luar negeri. Beberapa bukunya mengangkat tema tentang perbedaan ras dan warna kulit menjadichildren international best seller di www.amazon.com. Ia juga pernah membuat buku tentang Michelle Kepala UKP Pancasila Yudi Latif (Tengah) bersama para pemuda berprestasi Obama yang didedikasikan untuk menIndonesia dalam kegiatan yang berlangsung di Universitas Airlangga, hari ini genang masa akhir jabatan Michelle (30/11). Para pemuda berprestasi itu adalah Apriliawan Hadi (kedua dari kanan), sebagai First Lady. Pada Agustus 2017, tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang (Ketiga dari kanan), Lintang Lintang terpilih sebagai salah satu ikon Pandu Pratiwi (ketiga dari kiri) didampingi oleh Head of RAC Division PT Astra dari 72 ikon prestasi Indonesia dalam International Tbk, Yudi B. Lesmana (kanan), Deputy Head of Public Relations Festival Prestasi Indonesia. Division PT Astra International Tbk Boy Kelana Soebroto (tengah kanan), dan Koordinator Wilayah Grup Astra Surabaya Yulianto (kiri). (Ngurah Budi)


8

Bunda & Ananda

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Giring Anak Segera Selesaikan Tugasnya

B

eberapa saat kemudian, telepon genggam Devi berdering. Dari seberang sana, terdengar suara Tamara, teman sekelas Devi. Ia menanyakan tentang PR yang harus dikumpulkan keesokan harinya. “Untung PR Devi sudah selesai, masa Tamara baru mau buat sekarang, PRnya kan banyak, pasti nanti tidak selesai. Dari waktu itu sudah Devi bilangin ngerjain PR tapi kata dia gampang nanti saja, eh sekarang baru dia

Menjelang hari raya Galungan-Kuningan lalu, anak-anak SD diliburkan 2 minggu. Meski libur, siswa SD kelas 6 di sebuah sekolah swasta di Denpasar tetap diberikan PR yang cukup banyak. “Iya tidak apa-apa kan, kalau tidak dikasih PR nanti Devi pasti tidak belajar,” sahut ibunya ketika putri sulungnya itu mengeluh. Meskipun mengeluh, rupanya Devi sudah memiliki strategi untuk bisa ‘menghabiskan’ oleh-oleh selama liburan tersebut. Setiap hari, ia mencicil mengerjakan PRnya tersebut sampai akhirnya pada saat masuk kembali, semua PR sudah selesai dibuatnya. nanya-nanya,” curhat Devi kepada sang Ibu, Cahyani. Ibunya hanya bisa berkata,”Devi baru anak pintar ya”.

Disiplin Waktu dan Pengelolaan Tugas “Dik, setelah selesai belajar, tolong rapikan bukunya ya,” ujar seorang ibu kepada putri bungsunya. “Iya, sebentar,” jawab sang anak sekenanya, yang beberapa saat masih membiarkan bukubuku berantakan di meja. Setelah diingatkan kembali dan didikte, si anak baru mau melakukan intruksi ibunya. Melihat contoh kasus tersebut, Zeta Dangkua, M.Psi., Psikolog mengatakan, penundaan atau “procrastination” pada dasarnya adalah perilaku menghindar dari tanggung jawab menyelesaikan suatu tugas pada batasan Zeta Dangkua, M.Psi., Psikolog waktu tertentu. “Namun, tidak semua penundaan tugas akan otomatis menjadi procrastination karena ada mekanisme psikologis fight-or-flight response di saat seseorang menghadapi suatu kondisi darurat,” ujar Psikolog & Staf Ahli Divisi Recruitment, Assesment, and Training Center PRADNYAGAMA Denpasar yang akrab disapa Zeta ini. Pada anak-anak yang usianya lebih muda, perilaku menunda mengerjakan tanggung jawab, baik itu berupa PR dari sekolah, membantu orangtua mengerjakan tugas rumah, atau pun mengerjakan tugas dari les pelajaran ini, dikatakannya adalah perilaku yang relatif wajar dikarenakan anak-anak usia Sekolah Dasar masih lebih menikmati bermain dibandingkan bekerja. Bekerja yang dimaksud di sini adalah mengerjakan tugas pada batasan waktu tertentu. Seiring bertambahnya usia, misalnya anak usia SD kelas 5-6 perlu lebih belajar mengenai disiplin waktu dan pengelolaan tugas. Mereka perlu belajar tentang pentingnya membagi waktu dan energi untuk berbagai hal sekaligus, termasuk bermain, belajar, bersosialisasi, dan membantu orangtua melakukan tugas rumah tangga yang sederhana. “Disiplin terhadap waktu dan pengelolaan tugas ini, apabila tidak dipupuk dan dibiasakan kepada anak, dapat berdampak lebih lanjut pada kebiasaan pengelolaan waktu yang longgar apabila anak sudah beranjak remaja dan bahkan bisa menetap hingga usia dewasa,” ujar Psikolog Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan & Anak (P2TP2A) Kota Denpasar ini. Kasus penundaan (procrastination) pada situasi belajar ini dapat diamati dari pola SKS alias Sistem Kebut Semalam yang umumnya ditemui ketika masa ulangan umum atau ujian semester. Dampaknya tentu saja terjadi kelelahan pada psikis, karena otak yang biasanya beraktivitas santai-santai saja menjadi harus bekerja ekstra di menitmenit terakhir. Seolah dijejali banyak informasi sekaligus. Dampak berikutnya bisa jadi otak tidak optimal menyerap informasi tersebut dan ketika harus mengingat kembali, bisa jadi ada informasi yang kurang lengkap atau bahkan hilang. Procrastinator atau orang yang terbiasa menunda penyelesaian tugas secara terus-menerus pada dasarnya bukan orang yang malas, melainkan kurang terampil dalam mengelola pembagian waktu dan energi untuk menjalankan tugasnya pada batas waktu yang telah ditentukan. (Inten Indrawati)

Cahyani mengakui putrinya itu memang sudah bisa mendisiplin­ kan dirinya, terutama membagi waktu kapan untuk belajar dan kapan untuk bermain. “Ya, tapi kadang-kadang keluar malasnya juga sih kalau misalkan apa yang saya perintahkan dia tidak mood melakukannya. Jadinya harus berulangkali diucapkan,” ujar Cahyani. Misalkan Minggu pagi, setelah selesai sarapan, Cahyani meminta Devi untuk segera mandi agar bisa membantu dirinya menghaturkan banten. “Iya Bu, sebentar, kasih Devi istirahat dulu,” ujar Devi sembari memegang HP membuka-buka instagramnya. Tiga puluh menit berlalu, ketika Cahyani kembali dari warung, ia mendapati Devi masih asyik bermain dengan HPnya. “Devi, kok masih belum mandi, ayo cepat mandi, berapakali sih Ibu harus ngomong, tolong bantu Ibu dong,” ujar Cahyani dengan nada agak tinggi. “Iya..iya..iya,” sahut Devi kesal seraya ngeloyor masuk kamar mandi.

Cahyani yang sudah mengerti karakter Devi tak mempermasalahkan lagi sikap putrinya itu. Meskipun dengan perasaan terpaksa, tetapi Devi mau melakukannya. Karakter putri bungsunya, Dini, juga demikian. Bahkan dikatakannya lebih tidak disiplin dibandingkan Devi. Cahyani agak memakluminya karena Dini baru duduk di kelas 2 SD. Namun,

seringkali Cahyani meminta Dini mencontoh kakaknya yang rajin membantu ibu. Dari tingkah polah kedua putrinya itu, Cahyani memiliki kiat tersendiri untuk membiasakan anak tak menunda apa yang menjadi kewajibannya. “Memang agak repot sih, kita harus terus cerewet mengingatkan dan mengingatkan lagi. Bahkan tidak segan-segan harus mendikte dan menggiring anak sampai ia melakukan apa yang kita minta atau apa kewajibannya dia,” ujar Cahyani. Seperti misalnya ketika Cahyani meminta Dini untuk mandi sore. Ada saja alasan yang dilontarkannya, entah minta makan dululah atau beralasan merapikan mainannya. “Kalau sudah begini, biasanya saya segera menghentikan aktivitas saya yang lain. Saya ladeni dia menyiapkan makanannya, menunggui dia sampai selesai makan dan menungguinya juga sampai selesai merapikan mainan. Setelah itu dia tak punya alasan lain lagi untuk tidak segera mandi,” ucapnya tersenyum. (Inten Indrawati)

pelayanan yang patuh

pelayannya itu lugu, tetapi jujur dan patuh. “Lain kali, kalau kamu melihat sesuatu yang jatuh dari kuda, ambillah segera dan masukkan ke dalam kompek!” demikian perintah Raja. “Segala perintah Paduka hamba junjung tinggi,” jawab pelayan itu. Sekembali pulang menuruni lereng gunung, Pan Angklung Gadang berlari-lari kecil di belakang kuda. Tiba-tiba ia melihat kuda yang melangkah cepat itu membuang kotoran. Pelayan yang patuh itu secepatnya mengambil kotoran itu, lalu memasukkannya ke dalam kompek. Ia sangat puas karena telah melakukan tugas sesuai perintah Raja. Setiba di istana, Anak Agung ingin makan sirih pinang. Beliau mengambil daun dan buah itu dalam kompek. Betapa terkejutnya sang Raja! Yang terambil bukan daun sirih dan buah pinang, tetapi kotoran kuda. “Hai, pelayan goblok! Siapa yang memasukkan kotoran kuda ke dalam kompek?!” teriak Anak Agung marah-marah. “Hamba, Paduka!” jawab pelayan itu. “Bukankah Paduka yang memerintahkan agar hamba menyimpan segala sesuatu yang jatuh dari kuda?” Wajah Anak Agung merah-padam. Ketika hendak menampar, beliau cepat sadar. Beliau bisa memahami, pelayannya yang bernama Pan Angklung Gadang itu memang lugu, tetapi jujur dan patuh. (Bali)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Patung

Ganesha

Banyak Diburu S

elain itu, ada pula yang menempatkannya di tengah-tengah halaman rumah, di pintu masuk pura atau merajan, di tengah ruangan rumah, di atas altar sebagai pemujaan, namun ada juga yang membelinya untuk souvenir. Terkait penempatan patung Ganesha ini, ia mengatakan banyak masyarakat yang salah kaprah. “Saya tidak berani berkomentar banyak karena bukan wewenang saya. Tapi saya

Mendongeng Lima Menit Raja Anak Agung mempunyai seorang pelayan bernama Pan Angklung Gadang. Beliau sangat sayang kepada pelayan itu, karena jujur, rajin dan patuh. Segala perintah dilakukannya dengan Made Taro sempurna. Pada suatu hari Anak Agung pergi ke hutan. Beliau ingin melihat pohon-pohonan yang besar, berdaun lebat dan hijau. Seperti biasa, beliau menunggangi kuda kesayangannya. Kuda itu tampak berwibawa karena berhiaskan perak gemerlapan. Hiasan itu bukan saja dipasang di kepala, di leher dan di pelana, tetapi juga di ekor kuda. Pan Angklung Gadang yang lari-lari kecil di belakang kuda, selalu mengawasi keamanan majikannya. Ketika duduk-duduk beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba Raja terkejut. “Hai, Pan Angklung Gadang! Di mana hiasan ekor kuda itu?” “Jatuh dalam perjalanan, Paduka,” jawab pelayan itu jujur. “Mengapa tidak kau pungut lalu menyimpannya di dalam kompek?” “Maaf, Paduka! Karena tidak ada perintah, maka hamba tidak berani melakukannya.” Anak Agung marah, tetapi kemudian sadar ­bahwa

Griya

Pemasangan dan pemajangan patung Ganesha pada rumahrumah masyarakat Bali, seolah-olah menjadi trend dalam masyarakat Hindu Bali dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh sebagian besar orang, patung Ganesha ini ditempatkan di di pintu masuk rumah atau aling-aling dengan maksud sebagai penghalang kekuatan negatif memasuki areal rumah yang dapat mempengaruhi ­penghuni rumah.

sering mendengar ceramah dari tokoh-tokoh agama dan membaca bukunya juga,” ucap karyawan UD “Pucak Agung” yang menjual berbagai macam patung dewa termasuk Ganesha, Nengah Rana (34). Fenomena ini bisa jadi diakibatkan oleh banyak faktor. Ia mengamati tren ini berkembang sejak maraknya tayangan film-film India di televisi, yang salah satunya juga mengangkat tentang kisah dewa-dewa. “Namun, patung Ganesha yang dalam mitologinya adalah putra Dewa Siwa inilah yang paling banyak diburu pembeli. Dalam sehari minimal 2 patung terjual. Dari ukuran kecil 10 cm sampai yang paling besar 1,25 meter tersedia disini,” ujarnya. Selama 17 tahun bekerja di showroom yang berlokasi di Jalan Raya Kapal, Mengwi-Badung tersebut tentu membuat Nengah Rana hapal betul karakter pembelinya. Bahkan peminat patung ini tak hanya

orang Hindu, Bali, tapi juga orang Jakarta, Surabaya, Bandung. “Mereka nyari patung yang kecil-kecil, katanya untuk oleh-oleh,” jelasnya. Bentuk patung Ganesha ini pun beragam, ada yang posisinya berdiri, duduk bersila, dengan bawaan yang berbeda-beda pula di tangan kirinya. Terkait hal ini, Nengah Rana mengaku tak terlalu paham filosofinya. Namun ia perhatikan, jika pembelinya orang pintar atau orang suci, mereka pasti detail melihat bawaan di tangan patung Ganesha tersebut. “Kami juga sering membuat sesuai pesanan pembeli,” imbuhnya. Patung Ganesha dan patungpatung lainnya yang dijual di tempat ini dijelaskan Nengah Rana adalah hasil cetakan dengan beragam finishing. Ada yang difinishing biasa yang tampak seperti batu, ada yang diwarna hitam, ada juga yang divariasi dengan cat prada (emas). (Inten Indrawati)

17


16

Edukasi

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Kerjakan Soal di Posko

B

encana erupsi Gunung Agung rupanya berdampak diberbagai sektor kehidupan masyarakat, salah satunya sektor pendidikan. Sejak dinyatakan naik ke level awas, masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana memilih mengungsi ke beberapa wilayah yang tidak terdampak erupsi Gunung Agung. Hal ini juga berimbas terhadap

pengungsi pelajar yang seharusnya menempuh ujian akhir semester. Sebanyak 9 orang siswa Sekolah Dasar asal Karangasem yang sedang mengungsi di pos pengungsian Desa Tembok mulai mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Mereka mengerjakan soal UAS di posko pengungsian Kantor Kepala Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Mereka merupakan siswa dari

B

Pelajar pengungsi sedang mengerjakan soal UAS di posko pengungsian

Tingkatkan Pengelolan PAUD Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga ( Disdikpora) Buleleng terus berupaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan cara melakukan integrasi Posyandu-PAUD. Melalui Disdikpora, peningkatan untuk mencapai APK 80 persen terus dilakukan. Saat ini APK Buleleng sudah mencapai 75,07 persen. Kepala Disdikpora Buleleng Drs. Gede Suyasa menjelaskan PAUD merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, prilaku, bahasa dan komunikasi sesuai degan keunikan demi tahap perkembangan yang dilalui anak. “Saat ini APK PAUD Buleleng mencapai 75.07 persen, namun demikian kita harus terus meningkatkannya hingga 80 persen pada 2018,”demikain diungkapkan Kepala disdikpora Buleleng Drs. Gede Suyasa M.Pd. Senin (27/11).

Ny. Aries Sujati Suradnyana

Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Ny. Aries Sujati Suradnyana saat membuka Penilaian apresiasi Bunda PAUD Desa/Kelurahan Berprestasi Tingkat Kabupaten Buleleng meminta Agar para pengelola PAUD dalam melakukan pengelolaannya didasari atas tanggung jawab, terus berupaya memberikan bimbingan, dan binaan bagi anak didik dengan baik agar PAUD yang merupakan pendidikan dasar terus berkembang. “Pengelola dan mitra PAUD di daerah perlu membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) yang berasal dari Himpu-

Sudut Pandang

nan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Ikatan Guru Taman KanakKanak Indonesia (IGTKI), Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman KanakKanak Indonesia (GOPTKI), Badan Pengelola Taman Kanak-Kanak Indonesia ( BPTKI), Forum PAUD, dan TP-PKK,” pintanya. Menurutnya, PAUD merupakan pembinaan yang dilakukan terhadap anak hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, tujuannya adalah agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut atau Sekolah Dasar (SD). Lebih lanjut, Aries Suradnyana mengatakan mengatakan bahwa pembinaan PAUD akan semakin baik dengan sinergitas antara dinas pendidikan dengan mitra PAUD, terutama dengan adanya Sekber untuk pembinaan PAUD di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota. “Dengan adanya Sekber maka pembinaan PAUD Buleleng akan berjalan semakin baik,”pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Ny. Aries Sujati Suradnyana saat membuka Penilaian apresiasi Bunda PAUD Desa Kelurahan Berprestasi Tingkat Kabupaten Buleleng

SD 1 Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem yang mengungsi ke Desa Tembok. Para siswa ini mulai mengungsi untuk kedua kalinya sejak Senin (27/11) siang. Meskipun jauh dari kata nyaman, akan tetapi para siswa ini terlihat begitu tenang menjawab soal UAS di posko pengungsian, tanpa merasa terganggu dengan suasana bising. Nampak mereka begitu semangat dan antusias menjawab soal-soal UAS tersebut. Ni Luh Setiana Dewi misalnya. Siswa kelas 5 SD ini sedang asyik mengerjakan soal Bahasa Indonesia meskipun tengah berada di posko pengungsian. Setiana mengerjakan soal UAS yang ia ambil dari SD 4 Tembok yang jaraknya hanya puluhan meter dari posko pengungsian. “Sedang jawab soal Bahasa Indonesia, sejak jam 11 siang. Setelah Bahasa Indonesia baru jawab soal IPS. Kalau soalnya diambil di SD 4 Tembok” ujar Setiana Dewi dengan singkat, Selasa (28/11). Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gede Suyasa mengungkapkan UAS tingkat SD memang sudah dilaksanakan sejak Senin (27/11) lalu. Dirinya menjelaskan bahwa sebelumnya, pengungsi yang berstatus pelajar memang sudah pernah ditampung di sekolah di Buleleng. Akan tetapi mereka memilih untuk pulang ke Karangasem karena status Gunung Agung sempat diturunkan. Namun lantaran terjadi erupsi, akhirnya mereka pun memilih mengungsi

kembali di Tejakula.”Mereka ini sebenarnya sudah sempat ditampung di Sekolah kita Kemudian mereka balik pulang setelah Gunung Agung statusnya diturunkan beberapa waktu lalu. Namun, kemarin mereka balik lagi mengungsi karena adanya erupsi dan status Gunung Agung dinaikkan. Ya mestinya mereka ke sekolah dulu, tapi kok belum ada laporan jika mereka ke sekolah. Mungkin saja karena mereka baru datang Senin malam, sehingga baru bisa mengikuti UAS hari Selasa” ujar Suyasa. Suyasa menambahkan soal dan lembar jawaban UAS memang sudah dibawa dari sekolah asalnya dari Karangasem. Tak hanya itu, siswa yang sudah terdata sejak mengungsi pertama kali juga disuplay soal dari Disdikpora Karangasem. Hanya saja Disdikpora Buleleng yang membantu mendistribusikan ke sekolah yang menampung pengungsi.”Iya, soal dan lembar jawabannya mereka membawa dari Karangasem. Bahkan khusus siswa yang sudah dititipkan sejak mengungsi pertama soalnya juga sudah dibawakan Jumat lalu dari Karangasem oleh Disdikpora. Bahkan kami juga langsung mendistribusikan ke sekolah yang menampung siswa berstatus pengungsi” imbuhnya. Suyasa berharap agar pengungsi yang berstatus pelajar segera mendatangi sekolah-sekolah yang dulunya sudah terdaftar agar kegiatan belajar dan urusan pendidikan terkonsentrasi di sekolah.

ukan sifat Kikan Namara suka menunda pekerjaan. Namun kadang hal tersebut tak dapat dihindari ketika banyak kendala menghadang untuk menuntaskan pekerjaan yang sudah direncanakannya. Itulah yang terjadi pada dua proyeknya, meluncurkan album baru dan pembuatan studio rekaman. Dua project tersebut sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu, namun sampai kini belum juga terwujud. “Bukan karena tidak penting, keduanya penting sekali dan sudah aku rencanakan sejak lama bahkan bertahun-tahun lalu. Namun sampai kini belum bisa diwujudkan. Terus terang sesungguhnya bukan aku dengan sengaja menunda, apalagi banyak yang menanyakan album misalnya, tapi mau bagaimana. Aku memang tidak sempat menanganinya karena sangat sibuk dengan berbagai kegiatan,” ungkap mantan vokalis band ‘Cokelat’ ini. Ia mengakui dua hal itu sebenarnya masuk prioritas resolusinya di tahun 2017. “Dengan sangat menyesal, 2017 hampir habis, jadi aku hanya bisa katakan resolusi itu aku belum bisa wujudkan tahun ini,” ungkap Kikan. Diakui penyanyi lagu hits ‘Bendera’ ini, dia memiliki kesibukan luar biasa di sepanjang tahun ini. “Jadi tahun ini aku sangat sibuk untuk sesuatu yang

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

9

Dua Proyek Tertunda positif. Kalau dibilang alhamdulilah, ya alhamdulilah, ada banyak kegiatan, meskipun untuk itu ada yang dikorbankan yakni merilis album yang sudah aku rencanakan sejak lama,” tambahnya. Sepanjang tahun ini, ada banyak kegiatan yang dia lakukan, salah satunya adalah terkait keberadaannya sebagai Duta Perdamaian BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) juga sebagai mentor dalam pelatihanpelatihan yang digelar terkait program perdamaian BNPT. “Jadi kami roadshow ke berbagai kota di Indonesia untuk melakukan pelatihan-pelatihan. Di setiap kota kami merekrut sekitar 60 orang anak muda yang sebelumnya telah diseleksi, kemudian memberi pelatihan kepada mereka. Anakanak muda ini berasal dari berbagai disiplin ilmu. Aku sendiri selain bertugas sebagai Duta Perdamaian, juga menjadi mentor untuk season bertema kebangsaan dan nasionalisme. Nah kegiatan itu, cukup lama, memakan waktu tiga sampai empat hari di setiap kota,” paparnya. Kegiatan itu, katanya boleh dibilang cukup menyita waktunya, karena dia dan timnya datang ke banyak kota. Di luar kegiatan BNPT itu, dia juga memiliki sejumlah pekerjaan lain di

antaranya adalah manggung off air. “Kebetulan juga tahun ini aku melakukan kolaborasi dengan sejumlah seniman tradisi. Jadi aku boleh dibilang sibuk banget. Hal yang juga tak kalah pentingnya di mana aku juga harus membagi waktu untuk keluarga. Aku ini kan ibu dari dua anak, putri dan putra, mereka juga memerlukankan perhatian aku,” ungkapnya. Dengan kesibukan yang tinggi itulah pada akhirnya rilis album baru juga pembangunan studio rekaman jadi tertundatunda. “Jadi memang aku harus mengakui bahwa tidak mudah mengatur waktu supaya semuanya bisa berjalan secara paralel. Malah bagi aku bukan agak susah tapi susah sekali mengatur waktu. Sementara untuk menuntaskan album aku harus punya waktu khusus, dan hanya fokus di situ saja. Karena aku ini bukan tipe orang yang bisa, misalnya rekaman tiga hari, kemudian pergi ke luar kota mengerjakan yang lain. Aku nggak bisa begitu. Karena menurut aku kalau sampai ter-

Kikan Namara

jadi seperti itu, pasti ‘nafasnya’ berbeda dalam satu album itu,” kata Kikan yang sempat tampil dalam drama musical ‘Gita Cinta the Musica’. Tertundanya album bukan karena masalah collecting lagu tapi lebih pada kesibukannya juga kemampuannya mengatur waktu. “Semua materi sudah siap tinggal waktunya saja belum,”

tambahnya. Untuk studio, juga persoalan utamanya adalah kesibukannya yang tinggi dimana dia banyak melakukan perjalanan ke luar kota. “Ini memang di luar perkiraan. Dulu aku pikir bisa melaksanakanya bersamaan dengan renovasi rumah. Namun yang terjadi, aku banyak keluar kota, padahal untuk membangun studio itu teknisnya lebih rumit dibandingkan rumah. Hitung-hitungannya harus akurat. Selain itu aku punya pengalaman soal renovasi rumah yang molor selesainya karena aku jarang ada di tempat. Nah aku tidak mau terulang lagi hal seperti itu. Jadi kalau aku mengerjakan dua proyek itu, apakah album ataupun studio, aku harus sering ada di tempat untuk supervisi, tidak bisa ditinggal-tinggal,” ucapnya. Wanita kelahiran 1976 ini, dia berjanji akan mewujudkan keduanya pada 2018 mendatang. “Kalau tidak ada halangan Januari 2018 mungkin pembangunan studio sudah bisa dijalankan. Sedang penggarapan album, tidak harus menunggu rampungnya studio, aku bisa menyewa studio,” ujar Kikan. (Diana Runtu)

Menunda kalau Urgent

(Wiwin Meliana)

Putu Yanti Pusparini

Menjalankan suatu usaha tentu diperlukan kematangan dalam perencanaan agar usaha yang dijalani dapat bertahan. Fokus dan tekun juga menjadi modal yang tidak kalah penting agar usaha dapat terus berkembang. Hal tersebut diungkapkan oleh Putu Yanti Pusparini, desainer kondang asal ­Singaraja. Menjadi seorang desainer bukanlah hal yang mudah. Pekerjaan ini menuntut ketrampilan dalam mengikuti perkembangan mode tanpa mengesam­pingkan kepuasan konsumen. Menurutnya untuk dapat menjadi desainer profesional diperlukan ketekunan belajar, inovasi dan kreatifitas dalam menuangkan ide-ide ke dalam sebuah desain menarik. Namun, sayangnya ide itu muncul tidak semudah yang dibayangkan. Bosan merupakan hal yang wajar dalam menjalankan rutinitas sehingga ketika rasa bosan datang maka pekerjaan pun akan tertunda. Syukurnya, Yanti sapaan akrab perempuan ini mengaku dirinya segera sadar bahwa di tengah

banyaknya bermunculan desainer-desainer muda lain ia harus lebih kreatif. “Kita harus punya banyak stok ide, ketika stuck kita bisa munculkan ide-ide tersebut. terkadang saingan bisnis juga memacu dan menginspirasi untuk lebih kreatif dan selalu berani bereksperimen,” ungkapnya. Untuk terus menggali ide-ide dalam mendesain karya dirinya tidak takut mencoba hal yang baru. Bahkan ia mengaku sering berkolaborasi dengan salon dan fotografer. “Kami sering hunting bareng dengan menggunakan baju-baju desain saya. Dengan itu juga kadang saya mendapatkan ide dan menimbulkan semangat untuk bekerja lagi,” jelasnya. Perempuan yang dikenal dengan brand Diah Mode ini menga­ ku jika galau bukan alasan baginya untuk menunda pekerjaan. Justru ketika suasana hatinya kurang baik maka dia akan menumpahkan segala kegalauannya dengan bekerja lebih keras dan menggali ide-ide dalam menciptakan suatu karya. Bahkan keluarga menjadi motivasi utama baginya untuk terus bekerja keras. “Mood tidak pernah mempengaruhi saya dalam pekerjaan karena saya bekerja sambil menikmati pekerjaan. Tanggung jawab terhadap anak-anak dan keluarga juga yang membuat saya tidak bisa move on dengan pekerjaan,” akunya. Jika pun dirinya harus menunda pekerjaan, itu karena hal-hal yang memang sangat urgent, seperti memenuhi kewajibannya sebagai wanita Bali. Upacara adat dan menyama braya adalah dua hal yang selalu dijalankan secara seimbang. Bahkan dirinya menga­ ku memberikan kompensasi kepada karyawannya yang memiliki halangan karena upacara adat dan menyama braya. “Saya sangat menghargai jika memang karyawan ada kesibukan karena dua hal tersebut, asalkan mereka tetap bisa kembali mengerjakan tugasnya dengan baik,” tandasnya. (Wiwin Meliana)


10

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Kreasi

Membawa Reinkarnasi

ke Novel Cinta Tiga Zaman Randy tidak mengerti mengapa dirinya begitu tertarik pada seorang gadis dengan sebuah tanda lahir di wajahnya. ­Padahal dia tidak mengenal gadis itu, namun merasa pernah ­mengenalnya sebelumnya. Hingga sebuah kejadian menyebabkan dia kehilangan gadis tersebut.

B

erbagai tanda telah ditunjukkan padanya. Bahwa sesungguhnya gadis itu hadir di dalam hidupnya kini karena atas kehendak-Nya di masa kehidupan sebelumnya, beberapa ratus tahun yang lalu. Namun, gadis itu tidak dapat dia selamatkan lagi sekarang. Akankah Randy mampu menunggu hingga ratusan tahun lagi untuk dapat menjaga dan mencintai gadis tersebut? Novel “Let Me Love You” merupakan novel ketujuh Helga Rif. “Novel ini menceritakan tentang kisah cinta tiga zaman yang berbeda. Tentang bagaimana sebuah cinta tak mudah dipahami oleh kita, kendati kita memilih untuk menerimanya. Bahwa cinta juga tak mudah untuk diabaikan, kendati kita tak menginginkannya. Akankah kita mengerti bagaimana jalan

cinta sesungguhnya jika takdir memilih jalannya sendiri. Tema besarnya adalah reinkarnasi,” ujar perempuan bernama lengkap Helga Riftiana ini.

Cover Let Me Love You

Helga menuturkan novel ini termasuk cepat dalam proses penggarapan ide dan naskah. Namun, perlu waktu lama untuk menjadikan novel dalam bentuk fisik. “Buku ini dicetak Penerbit Rak Buku. Untuk format online digarap bookslife.co. Kali ini formatnya beda. Kalau mau beli novel fisik, harus order dulu. Kalau mau yang online, bisa dibaca dalam format pdf,” jelasnya. Istri dari Bagus Sakaputera dan ibu dari Arkana Putera Saka dan Arkananta Putera Saka ini menambahkan memang sengaja membuat dua versi untuk memenuhi keinginan pembaca. Ada yang suka membaca novel dalam bentuk fisik dan ada yang suka dalam bentuk online. Memang untuk novel fisik harganya lebih mahal karena harga kertas juga mahal. Ia juga mengatakan peluncuran novel ini tidak melalui seremonial seperti novel-novel

sebelumnya. Begitu novel jadi, langsung dipromosikan di media sosial. Enam novel Helga sebelumnya adalah “Gara-gara Irana Jadi Arini”, “Menemukanmu”, “Kepingan Cinta Lalu”, “Melepaskanmu”, “First Love”, dan “Di Bawah Langit yang Sama”. Yang unik dari novel “Let Me Love You” adalah pemilihan tema reinkarnasi. “Tema ini masih jarang dipakai di novel. Untuk riset, saya membaca buku tentang Bali tahun 1820 biar dapat gambaran kerajaan pada zaman itu, dikombinasikan dengan zaman kekinian. Ada tiga zaman yang saya jadikan setting,” ujar perempuan yang juga model, atlet tembak, dan pengelola EO Sakabros bersama suaminya ini. Helga mengaku tidak punya target dalam menulis. Hobinya menulis dan bercerita ini ia salurkan di malam hari dalam situasi tenang. Berapa halaman tak jadi masalah. Yang terpenting ia bisa

Helga Rif

berbagi hasil karya dengan para pecinta novel. “Kalau ada yang nanya, kapan buat novel itu, itulah motivasi saya untuk terus menulis,” tegas Perempuan Inspiratif Tokoh 2015 ini. (Ngurah Budi)

“Any Body Can Dance”

Gerakan Indah dan Pesan Tersampaikan Label “Any Body Can Dance” diusung Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dalam “Gelar Karya 2 Bulan Sekali” di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Minggu (27/11) malam. Ada delapan mahasiswa dari Semester I, III, V dan VII yang diberikan kesempatan untuk menampilkan karya-karya inovatifnya. Masingmasing menyajikan satu garapan tari kontemporer. Tiap garapan berdurasi 15 menit dengan tema Hari Pejuang. Kedelapan koreografer yang menyajikan karyanya ini adalah Tara Listiawan (Pejuang), Shinta Sandrina (Behind It), Fenny Diaristha (Dor), Karunia Artha (Terlampir pada Foto), Sri Wiriyanti (Two Face), Devia Maharani (Lali), Yoga Aditya (Cahaya) dan

Santi Sukma Melati (Sesalku). HMJ Tari ISI Denpasar juga mengundang koreografer AAG Dalem Segara Putra sebagai guest star. Alumni Jurusan Seni Tari ISI Denpasar ini menampilkan garapan tari kontemporer bertajuk Tri Point. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Tari ISI Denpasar Kevin Dian Muliarta mengatakan gelaran ini ditujukan untuk memberikan ruang yang lapang kepada mahasiswa Jurusan Seni Tari untuk berkreativitas. Para penampil diberikan waktu selama dua bulan untuk berproses, sehingga karya-karya yang mereka tampilkan benar-benar matang dan berkualitas. “Melalui Gelar Karya 2 Bulan Sekali, kami berharap dapat meningkatkan kreativitas dan potensi

mahasiswa, menumbuhkan rasa keberanian dalam berkarya serta mampu mengembangkan dan melestarikan seni tari yang merupakan aset kekayaan budaya bangsa. Selain itu, event yang rencananya digelar setiap dua bulan sekali juga diperuntukkan sebagai media untuk menumbuhkan solidaritas antarmahasiswa Jurusan Seni Tari ISI Denpasar,” tegasnya Seluruh penampil mampu mentransformasikan tema sentral yang ditetapkan ke dalam rangkaian gerak tari yang plastis, ritmis dan estetis. Komposisi hingga suasana musik berpadu menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Mereka sangat peka terhadap olah cipta dan rasa, sehingga muncul inovasi-inovasi baru serta kreativitas yang menghembuskan napas kebaruan. Para seniman

Sesalku karya Santi Sukma Melati yang terinspirasi dari kiprah perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa ditetapkan sebagai karya terbaik I

akademis ini cukup piawai memberika inovasi terhadap unsurunsur gerak, seperti rampak, selang-seling, bergantian hingga mengolahnya dengan level tinggi, rendah dan sedang. Inovasi gerak yang indah dipandang, mampu menyampaikan pesan kepada para penonton dengan baik. Pada akhir pergelaran ditetapkan dua karya terbaik yang dipilih

oleh tiga orang dosen yang bertindak selaku dewan pengamat. Sesalku karya Santi Sukma Melati yang terinspirasi dari kiprah perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa ditetapkan sebagai karya terbaik I. Sementara itu, komposisi tari Terlampir Pada Foto karya Karunia Artha ditetapkan sebagai karya terbaik II. (Sumatika)

Style

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

15

Unik dengan Shibori dan Sulam

Transcendent (cara berpikir melampaui dari apa yang terlihat) adalah tema utama karyanya. Namun, desainer lulusan Angeliqa Wu FDC Bali ini memilih salah satu bagian yang terkait alam, dantaranya tumbuhan. Terlebih kini banyak kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam, yakni illegal logging.

M

elalui judul “Save Me”, Mita Desimiyanti menyatakan kita tidak bisa hidup tanpa pohon si pemberi oksigen. Dalam karyanya, batang berbentuk lingkaran dijadikan aplikasi utama, dan digarap dengan sulaman tangan. Koleksi yang tergolong ready to wear deluxe berbahan kaus, katun dan microfiber ini berkesan santai namun tetap elegan. Pilihan warna cokelat tua, hijau dan cokelat muda menggambarkan lapisan batang. Sedangkan warna putih sebagai lambang ketulusan, dilengkapi hitam dan abu mewakili rasa duka. Ada juga rumbai sebagai lambang akar serta ungkapan

ketidakseimbangan yang dimunculkan pada baju dan celana. Selanjutnya Anindra Novitasari, juga murid Angeliqa Wu FDC, menghadirkan gaya simpel elegan, yang terinspirasi dari filsafat kebijaksanaan Zen. Untuk koleksinya ini, Anindra memilih material organza sutra tebal dan rayon linen. Dengan warna alam indigo, desainnya diproses menggunakan teknik Arashi Shibori. Mengusung tema “Beauty Imperfection” koleksinya yang digarap dengan teknik menjahit drapping ini berhasil menjadikan desainnya sedemikian rupa, ­sangat unik dan menarik. (Sri Ardhini)


14

Jelita

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Tampil dengan busana terbaik dan tubuh yang wangi tentu menambah kepercayaan diri. Namun, kadang yang jadi per­ soalan, aroma parfum tidak tahan lama, padahal masih banyak aca­ ra yang harus di­ hadiri. Bagai­mana tipsnya?

Menurut dr. Laksmi Duarsa, Sp. K.K., parfum bukan hanya membuat tubuh menjadi wangi, namun akan terlihat seksi dengan wangi yang menawan. Ia mengingatkan, jangan sekali-kali menyemprotkan parfum ke rambut. “Banyak sekali orang me-

dr. Laksmi Duarsa, Sp. K.K.

Tips Parfum Tahan Lama

nyemprot parfum ke rambut dengan tujuan saat rambut dikibas wangi parfum akan menyebar. Namun, efek menyemprot rambut dengan parfum kurang baik. Parfum mengandung beberapa bahan kimia yang dapat memberikan efek negatif pada rambut, seperti rambut bisa menipis, dan warna rambut bisa memudar,” ujarnya. Bukan hanya memberi efek buruk pada rambut, parfum juga bisa menimbulkan jerawat pada wajah. “Bagi orang yang tipe kulitnya sensitif, penyemprotan

parfum di sekitar bagian wajah, bisa menimbulkan jerawat,” kata dr. Laksmi Duarsa. Ia mengatakan, beda parfum, beda cara pakai. Sebelum memaki parfum, perhatikan dulu jenis parfumnya. Untuk jenis eau de parfum cukup semprot sekali, jangan semprot berkali-kali. Jenis eau de toilette dan body mist yang lebih cair bisa disemprot berkali-kali atau kapan diperlukan.

Ia menyebutkan, banyak jenis parfum, sebaiknya teliti sebelum membeli. Memang ia tak menampik, harga juga memegang peranan. Harga mahal kualitas bagus. Namun, walaupun begitu, tak melulu yang murah jelek, tergantung dari badan orang tersebut. “Bagi yang sensitif, tak berpengaruh pada parfum murah atau mahal,” jelasnya. Biasanya, ada yang menyemprotkan parfum di bagian bajunya dan dalam waktu yang lama, bajunya terlihat seperti ada noda yang tak bisa hilang. “Kembali lagi pada soal kualitas parfum. Parfum yang berkualitas baik tentu tidak akan menimbulkan noda di baju,” kata dr. Laksmi. Menurutnya, justru yang baik adalah menyemprotkan parfum di sekitar pakaian atau baju. Tujuannya, untuk menghindari iritasi pada kulit apabila sensiitf dengan

bahan dari parfum tersebut. Namun, kembali ia mengingatkan, tentu saja harus memilih parfum dengan kualitas yang bagus. Ia mengingatkan, bagi yang suka membeli parfum isi ulang, sebaiknya berhati-hati, karena ada beberapa bahan yang bisa saja sensitif dengan kulit sehingga akan menimbulkan iritasi. Menurutnya, parfum dengan kualitas bagus biasanya cukup disemprotkan sekali, wanginya akan terus bertahan, bahkan ada parfum yang dua hari masih tercium wanginya. Untuk menyiasati agar parfum bertahan lama, jika melakukan perjalanan jauh, ketika sampai di suatu acara, sebelum turun dari kendaraan, segera semprotkan kembali parfum. Aroma wangi akan membuat mood si pemakai lebih bersemangat. (Wirati Astiti)

Bugar

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

11


Kuliner

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

12

GOR Swecapura, Klungkung tak hanya dipadati peng­ungsi erupsi Gunung Agung. Banyak juga para relawan yang selalu siap membantu pengungsi. Relawan ini membantu menyiapkan perlengkapan tidur dan ­barang lainnya. Mereka juga membantu urusan masak-memasak di dapur umum. Dari olahan tangan relawan, tersaji berbagai makanan yang tetap mengutamakan gizi dan kesehatan.

D

apur umum berada di sisi Barat GOR. Di beberapa tenda, relawan tengah mempersiapkan peralatan masak. Ada yang menyalakan kompor, memotong berbagai macam sayuran dan membersihkan ikan laut. Udara panas berbaur dengan kepulan asap tipis menembus celah-celah kecil pada tenda. Suara nyala api pun mengiringi. Berkobar terhembas angin. Keringat mengucur ketika proses

penggorengan berbagai jenis bumbu dimulai. Mata mereka pun sesekali terpejam. Disulut rasa perih. Tak ada keluh kesah yang terlontar. Mereka tetap tersenyum seolah tanpa beban mengambil pekerjaan itu. Mereka juga selalu mengucapkan kata “tolong” saat meminta bantuan kepada temannya. Warga pengungsian yang meninggalkan tanah kelahirannya ini harus tetap diperhatikan. Mereka harus mengonsumsi makanan yang bergizi dan tetap

Menu Wajibnya 3T Suasana di dapur umum Posko GOR Swecapura, Klungkung

baik untuk kesehatan. Sayur, tahu, telur dan tempe wajib ada tiap hari. Itu sebagai pengganti daging maupun ikan yang tak setiap hari tersedia. “Yang jelas tahu, telur, dan tempe atau kami sebut 3T, tiap hari ada,” ungkap Putu Yudi Pasek Kusuma (42), salah seorang relawan yang tergabung dalam Komunitas Peduli Klungkung ini. Yudi menuturkan aktivitas memasak berlangsung dua kali sehari. Makanan yang disiapkan sekitar 1.500 bungkus. Ini seluruhnya untuk pengungsi yang tinggal di GOR. Untuk di pokso lain, memasak secara mandiri. Keperluan logistiknya langsung dibawakan. Menunya pun sama, juga sayur, tahu, tempe dan telur.

Cuci Bersih Makanan sebelum Dikonsumsi Debu vulkanik dari Gunung Agung menyebarnya cukup jauh tergantung dari arah dan kencang angin. Apabila masyarakat menghisap debu tersebut kemungkinan akan terjadi gangguan pada saluran pernafasan (ISFA). Terpapar debu vulkanik dalam jumlah yang banyak pasti akan menyebabkan gangguan pada kesehatan. “Apabila makanan atau minuman terpapar debu dan dikonsumsi dalam jumlah yang relatif banyak dan lama kemungkinan akan terjadi gangguan kesehatan,” ujar Dr. Ir. Komang Agusjaya Mataram, M.Kes., dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar. Agusjaya memberikan beberapa tips untuk meminimalkan terjadinya gangguan kesehatan akibat abu vulkanik. Pertama, bagi masyarakat atau para ibu yang berbelanja bahan makanan di pasar atau warung atau di sekitar tempat tinggal atau tempat pengungsian yang kemungkinan terpapar debu vulkanik. - Apabila membeli bahan makanan dan memasaknya di rumah agar dicuci dengan air mengalir sehingga debu yang mungkin menempel lepas secara sempurna dari bahan tersebut. Misalnya sayur kangkung/bayam, sawi, dll.,

Agusjaya Mataram

sebelum di potong-potong dicuci dulu dengan air mengalir, baru kemudian dipotong sesuai kebutuhan. Buah segar (pepaya, semangka, dll.) yang akan dikonsumsi sebaiknya dicuci dulu, baru kemudian dikupas dan diletakkan pada wadah yang tertutup. - Setelah makanan masak agar disimpan dalam tempat atau wadah yang tertutup, misalnya disimpan di almari/rak tertutup atau ditutup dengan tudung saji atau plastik yang bersih. - Semua peralatan makan yang

akan digunakan untuk makan agar disimpan pada tempat yang tertutup atau pada saat mau dipakai dicuci kembali. Kedua, untuk para pedagang bahan makanan atau makanan matang perlu juga menjaga kebersihan dagangannya, khususnya pada wilayah yang kemungkinan terpapar debu. - Bahan makanan yang dijual agar ditutup sehingga kemungkinan terpapar debu dapat dihindari seminimal mungkin. - Pedagang makanan matang juga sebaiknya menjaga paparan debu ini dengan menutup dagangannya. Banyak pedagang baik di warung atau tempat terbuka agak sulit menutup dagangannya, namun pada situasi ini harus diupayakan agar makanan yang dijual tidak terpapar debu atau dicegah agar terpapar debu seminimal mungkin. - Masyarakat yang membeli makanan matang hendaknya memperhatikan makanan yang mau dikonsumsi, agar tidak terlalu sering atau banyak terpapar debu. - Pilih makanan yang ditempatkan pada rak yang tertutup atau makanan yang dibungkus, atau hindari makanan yang dijual secara terbuka. (Ngurah Budi)

“Kalau masak daging, biasanya kalau ada bantuan,” ucap pria kelahiran 15 Juni 1975 ini. Ia mengaku menjadi relawan di pengungsian tak dilakukannya

sendiri. Namun juga bersama sejumlah temannya yang memiliki profesi berbeda. Ada yang jadi tenaga medis maupun pengusaha. Tak ada rasa keberatan untuk berbagi. Seluruhnya ingin meringankan beban pengungsi yang telah kehilangan pekerjaan. “Keluarga kami sangat mendukung. Ini menjadi hal rutin yang kami lakukan,” katanya. Kegiatannya itu sudah dilakukan sejak September 2017 sejalan dengan pengungsian pertama. Setiap hari, minimal ada dua orang yang bertugas. Mereka yang tengah libur kerja. Yudi dan para relawan mendapat pelajaran disini. Mereka bisa berbagi dengan saudara-saudara yang sedang dilanda bencana. (Sosiawan)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Samsam Goreng

Nasi Babi

Bagi pecinta nasi babi, kini banyak pilihan dengan hadir­ nya nasi babi guling dan nasi babi genyol. Jika mau pilihan yang beda, cobalah nasi babi Bu Kaler. Warung nasi ini berada di Jalan Kartini 172, Denpasar (seberang RS Wangaya).

Lauk Khas

Bu Kaler

W

arung nasi babi Bu Kaler punya keistimewaan. “Kalau nasi be guling dan be genyol sudah biasa. Kami menjadikan samsam babi goreng sebagai lauk khas. Tambahan lain berupa lawar dan sate,” ujar Mira, menantu Bu Kaler. Penggemar nasi babi Bu Kaler bisa membeli nasi ini mulai pukul 06.30. Masuknya langsung ke rumah yang sudah diisi plang nama

Samsam babi goreng

Merajut Kebersamaan di Dapur Umum Salah satu posko pengungsian erupsi Gunung Agung berada di Tembok, Tejakula, Buleleng. Bantuan pun berdatangan untuk para pengungsi ini. “Kami ikut menyumbangkan 2 ton beras, masker, superme, pembalut wanita, wortel, kentang, kubis, jipang,” ujar Jolie Kaban, Regional Finance Associate World Neighbors Indonesia. Jolie menuturkan, bantuan dibawa ke pusat logistik pengungsi di Tejakula. Selanjutnya mereka mengunjungi pengungsi di Dusun Tembok. “Kami juga mengunjungi dapur umum, ngobrol dengan ibu-ibu. Mereka mengaku yang diperlukan adalah beras. Kadang ada yang urunan untuk beli beras,” ungkapnya. Situasi yang dialami pengungsi ini membuat rasa kebersamaan mereka makin erat. Dapur umum pun menjadi salah satu tempat mereka untuk merajut kebersamaan menghadapi situasi ini. (Ngurah Budi)

Nasi Babi Ibu Kaler. “Konsumen yang datang pagi biasanya langsung ke rumah. Warung bukanya agak siangan,” ungkap Mira. Warung yang berada di samping rumah buka sampai pukul 14.00. Harga nasi babi ini relatif murah. Nasi babi tanpa sate dibandrol Rp 10 ribu sedangkan nasi babi ditambah sate harganya Rp 15 ribu. Jika Anda tak mau repot, bisa memanfaatkan aplikasi online untuk membeli nasi babi ini. (Ngurah Budi)

Kuah Sayur Sarwan Bahan: 2 buah : pepaya muda, kupas, iris korek api 50 gr : kacang panjang, potong-potong 100 gr : tahu, potong dadu, goreng 2 lembar : daun salam 2 lembar : daun jeruk 400 ml : santan encer 200 ml : santan kental Minyak secukupnya Bumbu Halus : 8 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

3 butir : kemiri sangria ½ sdm : ketumbar sangria 1 ruas jari : kencur 2 ruas jari : jahe 2 ruas jari : lengkuas Cara Membuat : - Remas-remas irisan pepaya dengan garam lalu cuci bersih, tiriskan. Cuci bersih kacang panjang, lalu tumis bumbu halus sampai harum. - Masukkan kacang panjang, daun jeruk juga daun salam dan tahu, aduk rata. Masukkan irisan pepaya, masukkan semuan bahan ke

panci, lalu masukkan santan encer, biarkan sampai mendidih. Masukkan santan kental bersama gula, garam dan kaldu bubuk, aduk (agar santan tidak pecah) hingga mendidih. Siap disajikan dengan bawang putih goreng.

Balado Jambal Asin Bahan: 200 gr : ikan jambal asin, potong-potong 15 daun : kucai, potong-potong 2 buah : tomat, potong 4 buah : cabe merah besar, potong kasar 9 buah : bawang merah cincang 3 siung : bawang putih cincang 4 buah : cabe rawit cincang 2 ruas jari : lengkuas keprek Garam, gula, kaldu bubuk, minyak secukupnya

Udang Sayur Santan Bahan: 750 gr : udang kupas 300 ml : santan 1 batang : serai, memarkan 2 lembar : daun salam Minyak secukupnya

Dapur umum di posko pengungsian Tembok, Tejakula, Buleleng.

13

Bumbu Halus : 4 siung : bawang putih 7 buah : bawang merah

3 butir : kemiri sangria 3 buah : cabe merah besar 3 buah : cabe rawit Cara Membuat : - Tumis bumbu halus bersama daun salam, daun jeruk dan serai hingga harum. - Masukkan udang, aduk rata, lalu masukkan santan juga garam, gula dan kaldu bubuk, aduk hingga bumbu meresap dan matang. Siap disajikan.

Cara Membuat : - Goreng ikan jambal, tiriskan. Tumis irisan bahan yang dicincang hingga harum. - Masukkan gorengan ikan jambal juga bahan-bahan lainnya, aduk rata. - Lalu masukkan 100 ml air, biarkan sampai bumbu meresap dan air kering. - Matang, sajikan.


Kuliner

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

12

GOR Swecapura, Klungkung tak hanya dipadati peng­ungsi erupsi Gunung Agung. Banyak juga para relawan yang selalu siap membantu pengungsi. Relawan ini membantu menyiapkan perlengkapan tidur dan ­barang lainnya. Mereka juga membantu urusan masak-memasak di dapur umum. Dari olahan tangan relawan, tersaji berbagai makanan yang tetap mengutamakan gizi dan kesehatan.

D

apur umum berada di sisi Barat GOR. Di beberapa tenda, relawan tengah mempersiapkan peralatan masak. Ada yang menyalakan kompor, memotong berbagai macam sayuran dan membersihkan ikan laut. Udara panas berbaur dengan kepulan asap tipis menembus celah-celah kecil pada tenda. Suara nyala api pun mengiringi. Berkobar terhembas angin. Keringat mengucur ketika proses

penggorengan berbagai jenis bumbu dimulai. Mata mereka pun sesekali terpejam. Disulut rasa perih. Tak ada keluh kesah yang terlontar. Mereka tetap tersenyum seolah tanpa beban mengambil pekerjaan itu. Mereka juga selalu mengucapkan kata “tolong” saat meminta bantuan kepada temannya. Warga pengungsian yang meninggalkan tanah kelahirannya ini harus tetap diperhatikan. Mereka harus mengonsumsi makanan yang bergizi dan tetap

Menu Wajibnya 3T Suasana di dapur umum Posko GOR Swecapura, Klungkung

baik untuk kesehatan. Sayur, tahu, telur dan tempe wajib ada tiap hari. Itu sebagai pengganti daging maupun ikan yang tak setiap hari tersedia. “Yang jelas tahu, telur, dan tempe atau kami sebut 3T, tiap hari ada,” ungkap Putu Yudi Pasek Kusuma (42), salah seorang relawan yang tergabung dalam Komunitas Peduli Klungkung ini. Yudi menuturkan aktivitas memasak berlangsung dua kali sehari. Makanan yang disiapkan sekitar 1.500 bungkus. Ini seluruhnya untuk pengungsi yang tinggal di GOR. Untuk di pokso lain, memasak secara mandiri. Keperluan logistiknya langsung dibawakan. Menunya pun sama, juga sayur, tahu, tempe dan telur.

Cuci Bersih Makanan sebelum Dikonsumsi Debu vulkanik dari Gunung Agung menyebarnya cukup jauh tergantung dari arah dan kencang angin. Apabila masyarakat menghisap debu tersebut kemungkinan akan terjadi gangguan pada saluran pernafasan (ISFA). Terpapar debu vulkanik dalam jumlah yang banyak pasti akan menyebabkan gangguan pada kesehatan. “Apabila makanan atau minuman terpapar debu dan dikonsumsi dalam jumlah yang relatif banyak dan lama kemungkinan akan terjadi gangguan kesehatan,” ujar Dr. Ir. Komang Agusjaya Mataram, M.Kes., dosen Jurusan Gizi Poltekkes Denpasar. Agusjaya memberikan beberapa tips untuk meminimalkan terjadinya gangguan kesehatan akibat abu vulkanik. Pertama, bagi masyarakat atau para ibu yang berbelanja bahan makanan di pasar atau warung atau di sekitar tempat tinggal atau tempat pengungsian yang kemungkinan terpapar debu vulkanik. - Apabila membeli bahan makanan dan memasaknya di rumah agar dicuci dengan air mengalir sehingga debu yang mungkin menempel lepas secara sempurna dari bahan tersebut. Misalnya sayur kangkung/bayam, sawi, dll.,

Agusjaya Mataram

sebelum di potong-potong dicuci dulu dengan air mengalir, baru kemudian dipotong sesuai kebutuhan. Buah segar (pepaya, semangka, dll.) yang akan dikonsumsi sebaiknya dicuci dulu, baru kemudian dikupas dan diletakkan pada wadah yang tertutup. - Setelah makanan masak agar disimpan dalam tempat atau wadah yang tertutup, misalnya disimpan di almari/rak tertutup atau ditutup dengan tudung saji atau plastik yang bersih. - Semua peralatan makan yang

akan digunakan untuk makan agar disimpan pada tempat yang tertutup atau pada saat mau dipakai dicuci kembali. Kedua, untuk para pedagang bahan makanan atau makanan matang perlu juga menjaga kebersihan dagangannya, khususnya pada wilayah yang kemungkinan terpapar debu. - Bahan makanan yang dijual agar ditutup sehingga kemungkinan terpapar debu dapat dihindari seminimal mungkin. - Pedagang makanan matang juga sebaiknya menjaga paparan debu ini dengan menutup dagangannya. Banyak pedagang baik di warung atau tempat terbuka agak sulit menutup dagangannya, namun pada situasi ini harus diupayakan agar makanan yang dijual tidak terpapar debu atau dicegah agar terpapar debu seminimal mungkin. - Masyarakat yang membeli makanan matang hendaknya memperhatikan makanan yang mau dikonsumsi, agar tidak terlalu sering atau banyak terpapar debu. - Pilih makanan yang ditempatkan pada rak yang tertutup atau makanan yang dibungkus, atau hindari makanan yang dijual secara terbuka. (Ngurah Budi)

“Kalau masak daging, biasanya kalau ada bantuan,” ucap pria kelahiran 15 Juni 1975 ini. Ia mengaku menjadi relawan di pengungsian tak dilakukannya

sendiri. Namun juga bersama sejumlah temannya yang memiliki profesi berbeda. Ada yang jadi tenaga medis maupun pengusaha. Tak ada rasa keberatan untuk berbagi. Seluruhnya ingin meringankan beban pengungsi yang telah kehilangan pekerjaan. “Keluarga kami sangat mendukung. Ini menjadi hal rutin yang kami lakukan,” katanya. Kegiatannya itu sudah dilakukan sejak September 2017 sejalan dengan pengungsian pertama. Setiap hari, minimal ada dua orang yang bertugas. Mereka yang tengah libur kerja. Yudi dan para relawan mendapat pelajaran disini. Mereka bisa berbagi dengan saudara-saudara yang sedang dilanda bencana. (Sosiawan)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Samsam Goreng

Nasi Babi

Bagi pecinta nasi babi, kini banyak pilihan dengan hadir­ nya nasi babi guling dan nasi babi genyol. Jika mau pilihan yang beda, cobalah nasi babi Bu Kaler. Warung nasi ini berada di Jalan Kartini 172, Denpasar (seberang RS Wangaya).

Lauk Khas

Bu Kaler

W

arung nasi babi Bu Kaler punya keistimewaan. “Kalau nasi be guling dan be genyol sudah biasa. Kami menjadikan samsam babi goreng sebagai lauk khas. Tambahan lain berupa lawar dan sate,” ujar Mira, menantu Bu Kaler. Penggemar nasi babi Bu Kaler bisa membeli nasi ini mulai pukul 06.30. Masuknya langsung ke rumah yang sudah diisi plang nama

Samsam babi goreng

Merajut Kebersamaan di Dapur Umum Salah satu posko pengungsian erupsi Gunung Agung berada di Tembok, Tejakula, Buleleng. Bantuan pun berdatangan untuk para pengungsi ini. “Kami ikut menyumbangkan 2 ton beras, masker, superme, pembalut wanita, wortel, kentang, kubis, jipang,” ujar Jolie Kaban, Regional Finance Associate World Neighbors Indonesia. Jolie menuturkan, bantuan dibawa ke pusat logistik pengungsi di Tejakula. Selanjutnya mereka mengunjungi pengungsi di Dusun Tembok. “Kami juga mengunjungi dapur umum, ngobrol dengan ibu-ibu. Mereka mengaku yang diperlukan adalah beras. Kadang ada yang urunan untuk beli beras,” ungkapnya. Situasi yang dialami pengungsi ini membuat rasa kebersamaan mereka makin erat. Dapur umum pun menjadi salah satu tempat mereka untuk merajut kebersamaan menghadapi situasi ini. (Ngurah Budi)

Nasi Babi Ibu Kaler. “Konsumen yang datang pagi biasanya langsung ke rumah. Warung bukanya agak siangan,” ungkap Mira. Warung yang berada di samping rumah buka sampai pukul 14.00. Harga nasi babi ini relatif murah. Nasi babi tanpa sate dibandrol Rp 10 ribu sedangkan nasi babi ditambah sate harganya Rp 15 ribu. Jika Anda tak mau repot, bisa memanfaatkan aplikasi online untuk membeli nasi babi ini. (Ngurah Budi)

Kuah Sayur Sarwan Bahan: 2 buah : pepaya muda, kupas, iris korek api 50 gr : kacang panjang, potong-potong 100 gr : tahu, potong dadu, goreng 2 lembar : daun salam 2 lembar : daun jeruk 400 ml : santan encer 200 ml : santan kental Minyak secukupnya Bumbu Halus : 8 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

3 butir : kemiri sangria ½ sdm : ketumbar sangria 1 ruas jari : kencur 2 ruas jari : jahe 2 ruas jari : lengkuas Cara Membuat : - Remas-remas irisan pepaya dengan garam lalu cuci bersih, tiriskan. Cuci bersih kacang panjang, lalu tumis bumbu halus sampai harum. - Masukkan kacang panjang, daun jeruk juga daun salam dan tahu, aduk rata. Masukkan irisan pepaya, masukkan semuan bahan ke

panci, lalu masukkan santan encer, biarkan sampai mendidih. Masukkan santan kental bersama gula, garam dan kaldu bubuk, aduk (agar santan tidak pecah) hingga mendidih. Siap disajikan dengan bawang putih goreng.

Balado Jambal Asin Bahan: 200 gr : ikan jambal asin, potong-potong 15 daun : kucai, potong-potong 2 buah : tomat, potong 4 buah : cabe merah besar, potong kasar 9 buah : bawang merah cincang 3 siung : bawang putih cincang 4 buah : cabe rawit cincang 2 ruas jari : lengkuas keprek Garam, gula, kaldu bubuk, minyak secukupnya

Udang Sayur Santan Bahan: 750 gr : udang kupas 300 ml : santan 1 batang : serai, memarkan 2 lembar : daun salam Minyak secukupnya

Dapur umum di posko pengungsian Tembok, Tejakula, Buleleng.

13

Bumbu Halus : 4 siung : bawang putih 7 buah : bawang merah

3 butir : kemiri sangria 3 buah : cabe merah besar 3 buah : cabe rawit Cara Membuat : - Tumis bumbu halus bersama daun salam, daun jeruk dan serai hingga harum. - Masukkan udang, aduk rata, lalu masukkan santan juga garam, gula dan kaldu bubuk, aduk hingga bumbu meresap dan matang. Siap disajikan.

Cara Membuat : - Goreng ikan jambal, tiriskan. Tumis irisan bahan yang dicincang hingga harum. - Masukkan gorengan ikan jambal juga bahan-bahan lainnya, aduk rata. - Lalu masukkan 100 ml air, biarkan sampai bumbu meresap dan air kering. - Matang, sajikan.


14

Jelita

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Tampil dengan busana terbaik dan tubuh yang wangi tentu menambah kepercayaan diri. Namun, kadang yang jadi per­ soalan, aroma parfum tidak tahan lama, padahal masih banyak aca­ ra yang harus di­ hadiri. Bagai­mana tipsnya?

Menurut dr. Laksmi Duarsa, Sp. K.K., parfum bukan hanya membuat tubuh menjadi wangi, namun akan terlihat seksi dengan wangi yang menawan. Ia mengingatkan, jangan sekali-kali menyemprotkan parfum ke rambut. “Banyak sekali orang me-

dr. Laksmi Duarsa, Sp. K.K.

Tips Parfum Tahan Lama

nyemprot parfum ke rambut dengan tujuan saat rambut dikibas wangi parfum akan menyebar. Namun, efek menyemprot rambut dengan parfum kurang baik. Parfum mengandung beberapa bahan kimia yang dapat memberikan efek negatif pada rambut, seperti rambut bisa menipis, dan warna rambut bisa memudar,” ujarnya. Bukan hanya memberi efek buruk pada rambut, parfum juga bisa menimbulkan jerawat pada wajah. “Bagi orang yang tipe kulitnya sensitif, penyemprotan

parfum di sekitar bagian wajah, bisa menimbulkan jerawat,” kata dr. Laksmi Duarsa. Ia mengatakan, beda parfum, beda cara pakai. Sebelum memaki parfum, perhatikan dulu jenis parfumnya. Untuk jenis eau de parfum cukup semprot sekali, jangan semprot berkali-kali. Jenis eau de toilette dan body mist yang lebih cair bisa disemprot berkali-kali atau kapan diperlukan.

Ia menyebutkan, banyak jenis parfum, sebaiknya teliti sebelum membeli. Memang ia tak menampik, harga juga memegang peranan. Harga mahal kualitas bagus. Namun, walaupun begitu, tak melulu yang murah jelek, tergantung dari badan orang tersebut. “Bagi yang sensitif, tak berpengaruh pada parfum murah atau mahal,” jelasnya. Biasanya, ada yang menyemprotkan parfum di bagian bajunya dan dalam waktu yang lama, bajunya terlihat seperti ada noda yang tak bisa hilang. “Kembali lagi pada soal kualitas parfum. Parfum yang berkualitas baik tentu tidak akan menimbulkan noda di baju,” kata dr. Laksmi. Menurutnya, justru yang baik adalah menyemprotkan parfum di sekitar pakaian atau baju. Tujuannya, untuk menghindari iritasi pada kulit apabila sensiitf dengan

bahan dari parfum tersebut. Namun, kembali ia mengingatkan, tentu saja harus memilih parfum dengan kualitas yang bagus. Ia mengingatkan, bagi yang suka membeli parfum isi ulang, sebaiknya berhati-hati, karena ada beberapa bahan yang bisa saja sensitif dengan kulit sehingga akan menimbulkan iritasi. Menurutnya, parfum dengan kualitas bagus biasanya cukup disemprotkan sekali, wanginya akan terus bertahan, bahkan ada parfum yang dua hari masih tercium wanginya. Untuk menyiasati agar parfum bertahan lama, jika melakukan perjalanan jauh, ketika sampai di suatu acara, sebelum turun dari kendaraan, segera semprotkan kembali parfum. Aroma wangi akan membuat mood si pemakai lebih bersemangat. (Wirati Astiti)

Bugar

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

11


10

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Kreasi

Membawa Reinkarnasi

ke Novel Cinta Tiga Zaman Randy tidak mengerti mengapa dirinya begitu tertarik pada seorang gadis dengan sebuah tanda lahir di wajahnya. ­Padahal dia tidak mengenal gadis itu, namun merasa pernah ­mengenalnya sebelumnya. Hingga sebuah kejadian menyebabkan dia kehilangan gadis tersebut.

B

erbagai tanda telah ditunjukkan padanya. Bahwa sesungguhnya gadis itu hadir di dalam hidupnya kini karena atas kehendak-Nya di masa kehidupan sebelumnya, beberapa ratus tahun yang lalu. Namun, gadis itu tidak dapat dia selamatkan lagi sekarang. Akankah Randy mampu menunggu hingga ratusan tahun lagi untuk dapat menjaga dan mencintai gadis tersebut? Novel “Let Me Love You” merupakan novel ketujuh Helga Rif. “Novel ini menceritakan tentang kisah cinta tiga zaman yang berbeda. Tentang bagaimana sebuah cinta tak mudah dipahami oleh kita, kendati kita memilih untuk menerimanya. Bahwa cinta juga tak mudah untuk diabaikan, kendati kita tak menginginkannya. Akankah kita mengerti bagaimana jalan

cinta sesungguhnya jika takdir memilih jalannya sendiri. Tema besarnya adalah reinkarnasi,” ujar perempuan bernama lengkap Helga Riftiana ini.

Cover Let Me Love You

Helga menuturkan novel ini termasuk cepat dalam proses penggarapan ide dan naskah. Namun, perlu waktu lama untuk menjadikan novel dalam bentuk fisik. “Buku ini dicetak Penerbit Rak Buku. Untuk format online digarap bookslife.co. Kali ini formatnya beda. Kalau mau beli novel fisik, harus order dulu. Kalau mau yang online, bisa dibaca dalam format pdf,” jelasnya. Istri dari Bagus Sakaputera dan ibu dari Arkana Putera Saka dan Arkananta Putera Saka ini menambahkan memang sengaja membuat dua versi untuk memenuhi keinginan pembaca. Ada yang suka membaca novel dalam bentuk fisik dan ada yang suka dalam bentuk online. Memang untuk novel fisik harganya lebih mahal karena harga kertas juga mahal. Ia juga mengatakan peluncuran novel ini tidak melalui seremonial seperti novel-novel

sebelumnya. Begitu novel jadi, langsung dipromosikan di media sosial. Enam novel Helga sebelumnya adalah “Gara-gara Irana Jadi Arini”, “Menemukanmu”, “Kepingan Cinta Lalu”, “Melepaskanmu”, “First Love”, dan “Di Bawah Langit yang Sama”. Yang unik dari novel “Let Me Love You” adalah pemilihan tema reinkarnasi. “Tema ini masih jarang dipakai di novel. Untuk riset, saya membaca buku tentang Bali tahun 1820 biar dapat gambaran kerajaan pada zaman itu, dikombinasikan dengan zaman kekinian. Ada tiga zaman yang saya jadikan setting,” ujar perempuan yang juga model, atlet tembak, dan pengelola EO Sakabros bersama suaminya ini. Helga mengaku tidak punya target dalam menulis. Hobinya menulis dan bercerita ini ia salurkan di malam hari dalam situasi tenang. Berapa halaman tak jadi masalah. Yang terpenting ia bisa

Helga Rif

berbagi hasil karya dengan para pecinta novel. “Kalau ada yang nanya, kapan buat novel itu, itulah motivasi saya untuk terus menulis,” tegas Perempuan Inspiratif Tokoh 2015 ini. (Ngurah Budi)

“Any Body Can Dance”

Gerakan Indah dan Pesan Tersampaikan Label “Any Body Can Dance” diusung Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar dalam “Gelar Karya 2 Bulan Sekali” di Gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Minggu (27/11) malam. Ada delapan mahasiswa dari Semester I, III, V dan VII yang diberikan kesempatan untuk menampilkan karya-karya inovatifnya. Masingmasing menyajikan satu garapan tari kontemporer. Tiap garapan berdurasi 15 menit dengan tema Hari Pejuang. Kedelapan koreografer yang menyajikan karyanya ini adalah Tara Listiawan (Pejuang), Shinta Sandrina (Behind It), Fenny Diaristha (Dor), Karunia Artha (Terlampir pada Foto), Sri Wiriyanti (Two Face), Devia Maharani (Lali), Yoga Aditya (Cahaya) dan

Santi Sukma Melati (Sesalku). HMJ Tari ISI Denpasar juga mengundang koreografer AAG Dalem Segara Putra sebagai guest star. Alumni Jurusan Seni Tari ISI Denpasar ini menampilkan garapan tari kontemporer bertajuk Tri Point. Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Seni Tari ISI Denpasar Kevin Dian Muliarta mengatakan gelaran ini ditujukan untuk memberikan ruang yang lapang kepada mahasiswa Jurusan Seni Tari untuk berkreativitas. Para penampil diberikan waktu selama dua bulan untuk berproses, sehingga karya-karya yang mereka tampilkan benar-benar matang dan berkualitas. “Melalui Gelar Karya 2 Bulan Sekali, kami berharap dapat meningkatkan kreativitas dan potensi

mahasiswa, menumbuhkan rasa keberanian dalam berkarya serta mampu mengembangkan dan melestarikan seni tari yang merupakan aset kekayaan budaya bangsa. Selain itu, event yang rencananya digelar setiap dua bulan sekali juga diperuntukkan sebagai media untuk menumbuhkan solidaritas antarmahasiswa Jurusan Seni Tari ISI Denpasar,” tegasnya Seluruh penampil mampu mentransformasikan tema sentral yang ditetapkan ke dalam rangkaian gerak tari yang plastis, ritmis dan estetis. Komposisi hingga suasana musik berpadu menjadi satu bagian yang tak terpisahkan. Mereka sangat peka terhadap olah cipta dan rasa, sehingga muncul inovasi-inovasi baru serta kreativitas yang menghembuskan napas kebaruan. Para seniman

Sesalku karya Santi Sukma Melati yang terinspirasi dari kiprah perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa ditetapkan sebagai karya terbaik I

akademis ini cukup piawai memberika inovasi terhadap unsurunsur gerak, seperti rampak, selang-seling, bergantian hingga mengolahnya dengan level tinggi, rendah dan sedang. Inovasi gerak yang indah dipandang, mampu menyampaikan pesan kepada para penonton dengan baik. Pada akhir pergelaran ditetapkan dua karya terbaik yang dipilih

oleh tiga orang dosen yang bertindak selaku dewan pengamat. Sesalku karya Santi Sukma Melati yang terinspirasi dari kiprah perjuangan seorang guru dalam mencerdaskan anak bangsa ditetapkan sebagai karya terbaik I. Sementara itu, komposisi tari Terlampir Pada Foto karya Karunia Artha ditetapkan sebagai karya terbaik II. (Sumatika)

Style

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

15

Unik dengan Shibori dan Sulam

Transcendent (cara berpikir melampaui dari apa yang terlihat) adalah tema utama karyanya. Namun, desainer lulusan Angeliqa Wu FDC Bali ini memilih salah satu bagian yang terkait alam, dantaranya tumbuhan. Terlebih kini banyak kegiatan manusia yang merusak keseimbangan alam, yakni illegal logging.

M

elalui judul “Save Me”, Mita Desimiyanti menyatakan kita tidak bisa hidup tanpa pohon si pemberi oksigen. Dalam karyanya, batang berbentuk lingkaran dijadikan aplikasi utama, dan digarap dengan sulaman tangan. Koleksi yang tergolong ready to wear deluxe berbahan kaus, katun dan microfiber ini berkesan santai namun tetap elegan. Pilihan warna cokelat tua, hijau dan cokelat muda menggambarkan lapisan batang. Sedangkan warna putih sebagai lambang ketulusan, dilengkapi hitam dan abu mewakili rasa duka. Ada juga rumbai sebagai lambang akar serta ungkapan

ketidakseimbangan yang dimunculkan pada baju dan celana. Selanjutnya Anindra Novitasari, juga murid Angeliqa Wu FDC, menghadirkan gaya simpel elegan, yang terinspirasi dari filsafat kebijaksanaan Zen. Untuk koleksinya ini, Anindra memilih material organza sutra tebal dan rayon linen. Dengan warna alam indigo, desainnya diproses menggunakan teknik Arashi Shibori. Mengusung tema “Beauty Imperfection” koleksinya yang digarap dengan teknik menjahit drapping ini berhasil menjadikan desainnya sedemikian rupa, ­sangat unik dan menarik. (Sri Ardhini)


16

Edukasi

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Kerjakan Soal di Posko

B

encana erupsi Gunung Agung rupanya berdampak diberbagai sektor kehidupan masyarakat, salah satunya sektor pendidikan. Sejak dinyatakan naik ke level awas, masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana memilih mengungsi ke beberapa wilayah yang tidak terdampak erupsi Gunung Agung. Hal ini juga berimbas terhadap

pengungsi pelajar yang seharusnya menempuh ujian akhir semester. Sebanyak 9 orang siswa Sekolah Dasar asal Karangasem yang sedang mengungsi di pos pengungsian Desa Tembok mulai mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS). Mereka mengerjakan soal UAS di posko pengungsian Kantor Kepala Desa Tembok, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Mereka merupakan siswa dari

B

Pelajar pengungsi sedang mengerjakan soal UAS di posko pengungsian

Tingkatkan Pengelolan PAUD Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Pendidikan dan Pemuda Olahraga ( Disdikpora) Buleleng terus berupaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan cara melakukan integrasi Posyandu-PAUD. Melalui Disdikpora, peningkatan untuk mencapai APK 80 persen terus dilakukan. Saat ini APK Buleleng sudah mencapai 75,07 persen. Kepala Disdikpora Buleleng Drs. Gede Suyasa menjelaskan PAUD merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik, kecerdasan, prilaku, bahasa dan komunikasi sesuai degan keunikan demi tahap perkembangan yang dilalui anak. “Saat ini APK PAUD Buleleng mencapai 75.07 persen, namun demikian kita harus terus meningkatkannya hingga 80 persen pada 2018,”demikain diungkapkan Kepala disdikpora Buleleng Drs. Gede Suyasa M.Pd. Senin (27/11).

Ny. Aries Sujati Suradnyana

Sementara itu, Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Ny. Aries Sujati Suradnyana saat membuka Penilaian apresiasi Bunda PAUD Desa/Kelurahan Berprestasi Tingkat Kabupaten Buleleng meminta Agar para pengelola PAUD dalam melakukan pengelolaannya didasari atas tanggung jawab, terus berupaya memberikan bimbingan, dan binaan bagi anak didik dengan baik agar PAUD yang merupakan pendidikan dasar terus berkembang. “Pengelola dan mitra PAUD di daerah perlu membentuk Sekretariat Bersama (Sekber) yang berasal dari Himpu-

Sudut Pandang

nan Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia (Himpaudi), Ikatan Guru Taman KanakKanak Indonesia (IGTKI), Gabungan Organisasi Penyelenggara Taman KanakKanak Indonesia (GOPTKI), Badan Pengelola Taman Kanak-Kanak Indonesia ( BPTKI), Forum PAUD, dan TP-PKK,” pintanya. Menurutnya, PAUD merupakan pembinaan yang dilakukan terhadap anak hingga usia enam tahun melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, tujuannya adalah agar memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut atau Sekolah Dasar (SD). Lebih lanjut, Aries Suradnyana mengatakan mengatakan bahwa pembinaan PAUD akan semakin baik dengan sinergitas antara dinas pendidikan dengan mitra PAUD, terutama dengan adanya Sekber untuk pembinaan PAUD di tingkat provinsi maupun tingkat kabupaten dan kota. “Dengan adanya Sekber maka pembinaan PAUD Buleleng akan berjalan semakin baik,”pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Ketua TP PKK Kabupaten Buleleng Ny. Aries Sujati Suradnyana saat membuka Penilaian apresiasi Bunda PAUD Desa Kelurahan Berprestasi Tingkat Kabupaten Buleleng

SD 1 Dukuh, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem yang mengungsi ke Desa Tembok. Para siswa ini mulai mengungsi untuk kedua kalinya sejak Senin (27/11) siang. Meskipun jauh dari kata nyaman, akan tetapi para siswa ini terlihat begitu tenang menjawab soal UAS di posko pengungsian, tanpa merasa terganggu dengan suasana bising. Nampak mereka begitu semangat dan antusias menjawab soal-soal UAS tersebut. Ni Luh Setiana Dewi misalnya. Siswa kelas 5 SD ini sedang asyik mengerjakan soal Bahasa Indonesia meskipun tengah berada di posko pengungsian. Setiana mengerjakan soal UAS yang ia ambil dari SD 4 Tembok yang jaraknya hanya puluhan meter dari posko pengungsian. “Sedang jawab soal Bahasa Indonesia, sejak jam 11 siang. Setelah Bahasa Indonesia baru jawab soal IPS. Kalau soalnya diambil di SD 4 Tembok” ujar Setiana Dewi dengan singkat, Selasa (28/11). Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Gede Suyasa mengungkapkan UAS tingkat SD memang sudah dilaksanakan sejak Senin (27/11) lalu. Dirinya menjelaskan bahwa sebelumnya, pengungsi yang berstatus pelajar memang sudah pernah ditampung di sekolah di Buleleng. Akan tetapi mereka memilih untuk pulang ke Karangasem karena status Gunung Agung sempat diturunkan. Namun lantaran terjadi erupsi, akhirnya mereka pun memilih mengungsi

kembali di Tejakula.”Mereka ini sebenarnya sudah sempat ditampung di Sekolah kita Kemudian mereka balik pulang setelah Gunung Agung statusnya diturunkan beberapa waktu lalu. Namun, kemarin mereka balik lagi mengungsi karena adanya erupsi dan status Gunung Agung dinaikkan. Ya mestinya mereka ke sekolah dulu, tapi kok belum ada laporan jika mereka ke sekolah. Mungkin saja karena mereka baru datang Senin malam, sehingga baru bisa mengikuti UAS hari Selasa” ujar Suyasa. Suyasa menambahkan soal dan lembar jawaban UAS memang sudah dibawa dari sekolah asalnya dari Karangasem. Tak hanya itu, siswa yang sudah terdata sejak mengungsi pertama kali juga disuplay soal dari Disdikpora Karangasem. Hanya saja Disdikpora Buleleng yang membantu mendistribusikan ke sekolah yang menampung pengungsi.”Iya, soal dan lembar jawabannya mereka membawa dari Karangasem. Bahkan khusus siswa yang sudah dititipkan sejak mengungsi pertama soalnya juga sudah dibawakan Jumat lalu dari Karangasem oleh Disdikpora. Bahkan kami juga langsung mendistribusikan ke sekolah yang menampung siswa berstatus pengungsi” imbuhnya. Suyasa berharap agar pengungsi yang berstatus pelajar segera mendatangi sekolah-sekolah yang dulunya sudah terdaftar agar kegiatan belajar dan urusan pendidikan terkonsentrasi di sekolah.

ukan sifat Kikan Namara suka menunda pekerjaan. Namun kadang hal tersebut tak dapat dihindari ketika banyak kendala menghadang untuk menuntaskan pekerjaan yang sudah direncanakannya. Itulah yang terjadi pada dua proyeknya, meluncurkan album baru dan pembuatan studio rekaman. Dua project tersebut sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu, namun sampai kini belum juga terwujud. “Bukan karena tidak penting, keduanya penting sekali dan sudah aku rencanakan sejak lama bahkan bertahun-tahun lalu. Namun sampai kini belum bisa diwujudkan. Terus terang sesungguhnya bukan aku dengan sengaja menunda, apalagi banyak yang menanyakan album misalnya, tapi mau bagaimana. Aku memang tidak sempat menanganinya karena sangat sibuk dengan berbagai kegiatan,” ungkap mantan vokalis band ‘Cokelat’ ini. Ia mengakui dua hal itu sebenarnya masuk prioritas resolusinya di tahun 2017. “Dengan sangat menyesal, 2017 hampir habis, jadi aku hanya bisa katakan resolusi itu aku belum bisa wujudkan tahun ini,” ungkap Kikan. Diakui penyanyi lagu hits ‘Bendera’ ini, dia memiliki kesibukan luar biasa di sepanjang tahun ini. “Jadi tahun ini aku sangat sibuk untuk sesuatu yang

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

9

Dua Proyek Tertunda positif. Kalau dibilang alhamdulilah, ya alhamdulilah, ada banyak kegiatan, meskipun untuk itu ada yang dikorbankan yakni merilis album yang sudah aku rencanakan sejak lama,” tambahnya. Sepanjang tahun ini, ada banyak kegiatan yang dia lakukan, salah satunya adalah terkait keberadaannya sebagai Duta Perdamaian BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) juga sebagai mentor dalam pelatihanpelatihan yang digelar terkait program perdamaian BNPT. “Jadi kami roadshow ke berbagai kota di Indonesia untuk melakukan pelatihan-pelatihan. Di setiap kota kami merekrut sekitar 60 orang anak muda yang sebelumnya telah diseleksi, kemudian memberi pelatihan kepada mereka. Anakanak muda ini berasal dari berbagai disiplin ilmu. Aku sendiri selain bertugas sebagai Duta Perdamaian, juga menjadi mentor untuk season bertema kebangsaan dan nasionalisme. Nah kegiatan itu, cukup lama, memakan waktu tiga sampai empat hari di setiap kota,” paparnya. Kegiatan itu, katanya boleh dibilang cukup menyita waktunya, karena dia dan timnya datang ke banyak kota. Di luar kegiatan BNPT itu, dia juga memiliki sejumlah pekerjaan lain di

antaranya adalah manggung off air. “Kebetulan juga tahun ini aku melakukan kolaborasi dengan sejumlah seniman tradisi. Jadi aku boleh dibilang sibuk banget. Hal yang juga tak kalah pentingnya di mana aku juga harus membagi waktu untuk keluarga. Aku ini kan ibu dari dua anak, putri dan putra, mereka juga memerlukankan perhatian aku,” ungkapnya. Dengan kesibukan yang tinggi itulah pada akhirnya rilis album baru juga pembangunan studio rekaman jadi tertundatunda. “Jadi memang aku harus mengakui bahwa tidak mudah mengatur waktu supaya semuanya bisa berjalan secara paralel. Malah bagi aku bukan agak susah tapi susah sekali mengatur waktu. Sementara untuk menuntaskan album aku harus punya waktu khusus, dan hanya fokus di situ saja. Karena aku ini bukan tipe orang yang bisa, misalnya rekaman tiga hari, kemudian pergi ke luar kota mengerjakan yang lain. Aku nggak bisa begitu. Karena menurut aku kalau sampai ter-

Kikan Namara

jadi seperti itu, pasti ‘nafasnya’ berbeda dalam satu album itu,” kata Kikan yang sempat tampil dalam drama musical ‘Gita Cinta the Musica’. Tertundanya album bukan karena masalah collecting lagu tapi lebih pada kesibukannya juga kemampuannya mengatur waktu. “Semua materi sudah siap tinggal waktunya saja belum,”

tambahnya. Untuk studio, juga persoalan utamanya adalah kesibukannya yang tinggi dimana dia banyak melakukan perjalanan ke luar kota. “Ini memang di luar perkiraan. Dulu aku pikir bisa melaksanakanya bersamaan dengan renovasi rumah. Namun yang terjadi, aku banyak keluar kota, padahal untuk membangun studio itu teknisnya lebih rumit dibandingkan rumah. Hitung-hitungannya harus akurat. Selain itu aku punya pengalaman soal renovasi rumah yang molor selesainya karena aku jarang ada di tempat. Nah aku tidak mau terulang lagi hal seperti itu. Jadi kalau aku mengerjakan dua proyek itu, apakah album ataupun studio, aku harus sering ada di tempat untuk supervisi, tidak bisa ditinggal-tinggal,” ucapnya. Wanita kelahiran 1976 ini, dia berjanji akan mewujudkan keduanya pada 2018 mendatang. “Kalau tidak ada halangan Januari 2018 mungkin pembangunan studio sudah bisa dijalankan. Sedang penggarapan album, tidak harus menunggu rampungnya studio, aku bisa menyewa studio,” ujar Kikan. (Diana Runtu)

Menunda kalau Urgent

(Wiwin Meliana)

Putu Yanti Pusparini

Menjalankan suatu usaha tentu diperlukan kematangan dalam perencanaan agar usaha yang dijalani dapat bertahan. Fokus dan tekun juga menjadi modal yang tidak kalah penting agar usaha dapat terus berkembang. Hal tersebut diungkapkan oleh Putu Yanti Pusparini, desainer kondang asal ­Singaraja. Menjadi seorang desainer bukanlah hal yang mudah. Pekerjaan ini menuntut ketrampilan dalam mengikuti perkembangan mode tanpa mengesam­pingkan kepuasan konsumen. Menurutnya untuk dapat menjadi desainer profesional diperlukan ketekunan belajar, inovasi dan kreatifitas dalam menuangkan ide-ide ke dalam sebuah desain menarik. Namun, sayangnya ide itu muncul tidak semudah yang dibayangkan. Bosan merupakan hal yang wajar dalam menjalankan rutinitas sehingga ketika rasa bosan datang maka pekerjaan pun akan tertunda. Syukurnya, Yanti sapaan akrab perempuan ini mengaku dirinya segera sadar bahwa di tengah

banyaknya bermunculan desainer-desainer muda lain ia harus lebih kreatif. “Kita harus punya banyak stok ide, ketika stuck kita bisa munculkan ide-ide tersebut. terkadang saingan bisnis juga memacu dan menginspirasi untuk lebih kreatif dan selalu berani bereksperimen,” ungkapnya. Untuk terus menggali ide-ide dalam mendesain karya dirinya tidak takut mencoba hal yang baru. Bahkan ia mengaku sering berkolaborasi dengan salon dan fotografer. “Kami sering hunting bareng dengan menggunakan baju-baju desain saya. Dengan itu juga kadang saya mendapatkan ide dan menimbulkan semangat untuk bekerja lagi,” jelasnya. Perempuan yang dikenal dengan brand Diah Mode ini menga­ ku jika galau bukan alasan baginya untuk menunda pekerjaan. Justru ketika suasana hatinya kurang baik maka dia akan menumpahkan segala kegalauannya dengan bekerja lebih keras dan menggali ide-ide dalam menciptakan suatu karya. Bahkan keluarga menjadi motivasi utama baginya untuk terus bekerja keras. “Mood tidak pernah mempengaruhi saya dalam pekerjaan karena saya bekerja sambil menikmati pekerjaan. Tanggung jawab terhadap anak-anak dan keluarga juga yang membuat saya tidak bisa move on dengan pekerjaan,” akunya. Jika pun dirinya harus menunda pekerjaan, itu karena hal-hal yang memang sangat urgent, seperti memenuhi kewajibannya sebagai wanita Bali. Upacara adat dan menyama braya adalah dua hal yang selalu dijalankan secara seimbang. Bahkan dirinya menga­ ku memberikan kompensasi kepada karyawannya yang memiliki halangan karena upacara adat dan menyama braya. “Saya sangat menghargai jika memang karyawan ada kesibukan karena dua hal tersebut, asalkan mereka tetap bisa kembali mengerjakan tugasnya dengan baik,” tandasnya. (Wiwin Meliana)


8

Bunda & Ananda

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Giring Anak Segera Selesaikan Tugasnya

B

eberapa saat kemudian, telepon genggam Devi berdering. Dari seberang sana, terdengar suara Tamara, teman sekelas Devi. Ia menanyakan tentang PR yang harus dikumpulkan keesokan harinya. “Untung PR Devi sudah selesai, masa Tamara baru mau buat sekarang, PRnya kan banyak, pasti nanti tidak selesai. Dari waktu itu sudah Devi bilangin ngerjain PR tapi kata dia gampang nanti saja, eh sekarang baru dia

Menjelang hari raya Galungan-Kuningan lalu, anak-anak SD diliburkan 2 minggu. Meski libur, siswa SD kelas 6 di sebuah sekolah swasta di Denpasar tetap diberikan PR yang cukup banyak. “Iya tidak apa-apa kan, kalau tidak dikasih PR nanti Devi pasti tidak belajar,” sahut ibunya ketika putri sulungnya itu mengeluh. Meskipun mengeluh, rupanya Devi sudah memiliki strategi untuk bisa ‘menghabiskan’ oleh-oleh selama liburan tersebut. Setiap hari, ia mencicil mengerjakan PRnya tersebut sampai akhirnya pada saat masuk kembali, semua PR sudah selesai dibuatnya. nanya-nanya,” curhat Devi kepada sang Ibu, Cahyani. Ibunya hanya bisa berkata,”Devi baru anak pintar ya”.

Disiplin Waktu dan Pengelolaan Tugas “Dik, setelah selesai belajar, tolong rapikan bukunya ya,” ujar seorang ibu kepada putri bungsunya. “Iya, sebentar,” jawab sang anak sekenanya, yang beberapa saat masih membiarkan bukubuku berantakan di meja. Setelah diingatkan kembali dan didikte, si anak baru mau melakukan intruksi ibunya. Melihat contoh kasus tersebut, Zeta Dangkua, M.Psi., Psikolog mengatakan, penundaan atau “procrastination” pada dasarnya adalah perilaku menghindar dari tanggung jawab menyelesaikan suatu tugas pada batasan Zeta Dangkua, M.Psi., Psikolog waktu tertentu. “Namun, tidak semua penundaan tugas akan otomatis menjadi procrastination karena ada mekanisme psikologis fight-or-flight response di saat seseorang menghadapi suatu kondisi darurat,” ujar Psikolog & Staf Ahli Divisi Recruitment, Assesment, and Training Center PRADNYAGAMA Denpasar yang akrab disapa Zeta ini. Pada anak-anak yang usianya lebih muda, perilaku menunda mengerjakan tanggung jawab, baik itu berupa PR dari sekolah, membantu orangtua mengerjakan tugas rumah, atau pun mengerjakan tugas dari les pelajaran ini, dikatakannya adalah perilaku yang relatif wajar dikarenakan anak-anak usia Sekolah Dasar masih lebih menikmati bermain dibandingkan bekerja. Bekerja yang dimaksud di sini adalah mengerjakan tugas pada batasan waktu tertentu. Seiring bertambahnya usia, misalnya anak usia SD kelas 5-6 perlu lebih belajar mengenai disiplin waktu dan pengelolaan tugas. Mereka perlu belajar tentang pentingnya membagi waktu dan energi untuk berbagai hal sekaligus, termasuk bermain, belajar, bersosialisasi, dan membantu orangtua melakukan tugas rumah tangga yang sederhana. “Disiplin terhadap waktu dan pengelolaan tugas ini, apabila tidak dipupuk dan dibiasakan kepada anak, dapat berdampak lebih lanjut pada kebiasaan pengelolaan waktu yang longgar apabila anak sudah beranjak remaja dan bahkan bisa menetap hingga usia dewasa,” ujar Psikolog Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan & Anak (P2TP2A) Kota Denpasar ini. Kasus penundaan (procrastination) pada situasi belajar ini dapat diamati dari pola SKS alias Sistem Kebut Semalam yang umumnya ditemui ketika masa ulangan umum atau ujian semester. Dampaknya tentu saja terjadi kelelahan pada psikis, karena otak yang biasanya beraktivitas santai-santai saja menjadi harus bekerja ekstra di menitmenit terakhir. Seolah dijejali banyak informasi sekaligus. Dampak berikutnya bisa jadi otak tidak optimal menyerap informasi tersebut dan ketika harus mengingat kembali, bisa jadi ada informasi yang kurang lengkap atau bahkan hilang. Procrastinator atau orang yang terbiasa menunda penyelesaian tugas secara terus-menerus pada dasarnya bukan orang yang malas, melainkan kurang terampil dalam mengelola pembagian waktu dan energi untuk menjalankan tugasnya pada batas waktu yang telah ditentukan. (Inten Indrawati)

Cahyani mengakui putrinya itu memang sudah bisa mendisiplin­ kan dirinya, terutama membagi waktu kapan untuk belajar dan kapan untuk bermain. “Ya, tapi kadang-kadang keluar malasnya juga sih kalau misalkan apa yang saya perintahkan dia tidak mood melakukannya. Jadinya harus berulangkali diucapkan,” ujar Cahyani. Misalkan Minggu pagi, setelah selesai sarapan, Cahyani meminta Devi untuk segera mandi agar bisa membantu dirinya menghaturkan banten. “Iya Bu, sebentar, kasih Devi istirahat dulu,” ujar Devi sembari memegang HP membuka-buka instagramnya. Tiga puluh menit berlalu, ketika Cahyani kembali dari warung, ia mendapati Devi masih asyik bermain dengan HPnya. “Devi, kok masih belum mandi, ayo cepat mandi, berapakali sih Ibu harus ngomong, tolong bantu Ibu dong,” ujar Cahyani dengan nada agak tinggi. “Iya..iya..iya,” sahut Devi kesal seraya ngeloyor masuk kamar mandi.

Cahyani yang sudah mengerti karakter Devi tak mempermasalahkan lagi sikap putrinya itu. Meskipun dengan perasaan terpaksa, tetapi Devi mau melakukannya. Karakter putri bungsunya, Dini, juga demikian. Bahkan dikatakannya lebih tidak disiplin dibandingkan Devi. Cahyani agak memakluminya karena Dini baru duduk di kelas 2 SD. Namun,

seringkali Cahyani meminta Dini mencontoh kakaknya yang rajin membantu ibu. Dari tingkah polah kedua putrinya itu, Cahyani memiliki kiat tersendiri untuk membiasakan anak tak menunda apa yang menjadi kewajibannya. “Memang agak repot sih, kita harus terus cerewet mengingatkan dan mengingatkan lagi. Bahkan tidak segan-segan harus mendikte dan menggiring anak sampai ia melakukan apa yang kita minta atau apa kewajibannya dia,” ujar Cahyani. Seperti misalnya ketika Cahyani meminta Dini untuk mandi sore. Ada saja alasan yang dilontarkannya, entah minta makan dululah atau beralasan merapikan mainannya. “Kalau sudah begini, biasanya saya segera menghentikan aktivitas saya yang lain. Saya ladeni dia menyiapkan makanannya, menunggui dia sampai selesai makan dan menungguinya juga sampai selesai merapikan mainan. Setelah itu dia tak punya alasan lain lagi untuk tidak segera mandi,” ucapnya tersenyum. (Inten Indrawati)

pelayanan yang patuh

pelayannya itu lugu, tetapi jujur dan patuh. “Lain kali, kalau kamu melihat sesuatu yang jatuh dari kuda, ambillah segera dan masukkan ke dalam kompek!” demikian perintah Raja. “Segala perintah Paduka hamba junjung tinggi,” jawab pelayan itu. Sekembali pulang menuruni lereng gunung, Pan Angklung Gadang berlari-lari kecil di belakang kuda. Tiba-tiba ia melihat kuda yang melangkah cepat itu membuang kotoran. Pelayan yang patuh itu secepatnya mengambil kotoran itu, lalu memasukkannya ke dalam kompek. Ia sangat puas karena telah melakukan tugas sesuai perintah Raja. Setiba di istana, Anak Agung ingin makan sirih pinang. Beliau mengambil daun dan buah itu dalam kompek. Betapa terkejutnya sang Raja! Yang terambil bukan daun sirih dan buah pinang, tetapi kotoran kuda. “Hai, pelayan goblok! Siapa yang memasukkan kotoran kuda ke dalam kompek?!” teriak Anak Agung marah-marah. “Hamba, Paduka!” jawab pelayan itu. “Bukankah Paduka yang memerintahkan agar hamba menyimpan segala sesuatu yang jatuh dari kuda?” Wajah Anak Agung merah-padam. Ketika hendak menampar, beliau cepat sadar. Beliau bisa memahami, pelayannya yang bernama Pan Angklung Gadang itu memang lugu, tetapi jujur dan patuh. (Bali)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Patung

Ganesha

Banyak Diburu S

elain itu, ada pula yang menempatkannya di tengah-tengah halaman rumah, di pintu masuk pura atau merajan, di tengah ruangan rumah, di atas altar sebagai pemujaan, namun ada juga yang membelinya untuk souvenir. Terkait penempatan patung Ganesha ini, ia mengatakan banyak masyarakat yang salah kaprah. “Saya tidak berani berkomentar banyak karena bukan wewenang saya. Tapi saya

Mendongeng Lima Menit Raja Anak Agung mempunyai seorang pelayan bernama Pan Angklung Gadang. Beliau sangat sayang kepada pelayan itu, karena jujur, rajin dan patuh. Segala perintah dilakukannya dengan Made Taro sempurna. Pada suatu hari Anak Agung pergi ke hutan. Beliau ingin melihat pohon-pohonan yang besar, berdaun lebat dan hijau. Seperti biasa, beliau menunggangi kuda kesayangannya. Kuda itu tampak berwibawa karena berhiaskan perak gemerlapan. Hiasan itu bukan saja dipasang di kepala, di leher dan di pelana, tetapi juga di ekor kuda. Pan Angklung Gadang yang lari-lari kecil di belakang kuda, selalu mengawasi keamanan majikannya. Ketika duduk-duduk beristirahat di bawah pohon, tiba-tiba Raja terkejut. “Hai, Pan Angklung Gadang! Di mana hiasan ekor kuda itu?” “Jatuh dalam perjalanan, Paduka,” jawab pelayan itu jujur. “Mengapa tidak kau pungut lalu menyimpannya di dalam kompek?” “Maaf, Paduka! Karena tidak ada perintah, maka hamba tidak berani melakukannya.” Anak Agung marah, tetapi kemudian sadar ­bahwa

Griya

Pemasangan dan pemajangan patung Ganesha pada rumahrumah masyarakat Bali, seolah-olah menjadi trend dalam masyarakat Hindu Bali dalam beberapa tahun terakhir ini. Oleh sebagian besar orang, patung Ganesha ini ditempatkan di di pintu masuk rumah atau aling-aling dengan maksud sebagai penghalang kekuatan negatif memasuki areal rumah yang dapat mempengaruhi ­penghuni rumah.

sering mendengar ceramah dari tokoh-tokoh agama dan membaca bukunya juga,” ucap karyawan UD “Pucak Agung” yang menjual berbagai macam patung dewa termasuk Ganesha, Nengah Rana (34). Fenomena ini bisa jadi diakibatkan oleh banyak faktor. Ia mengamati tren ini berkembang sejak maraknya tayangan film-film India di televisi, yang salah satunya juga mengangkat tentang kisah dewa-dewa. “Namun, patung Ganesha yang dalam mitologinya adalah putra Dewa Siwa inilah yang paling banyak diburu pembeli. Dalam sehari minimal 2 patung terjual. Dari ukuran kecil 10 cm sampai yang paling besar 1,25 meter tersedia disini,” ujarnya. Selama 17 tahun bekerja di showroom yang berlokasi di Jalan Raya Kapal, Mengwi-Badung tersebut tentu membuat Nengah Rana hapal betul karakter pembelinya. Bahkan peminat patung ini tak hanya

orang Hindu, Bali, tapi juga orang Jakarta, Surabaya, Bandung. “Mereka nyari patung yang kecil-kecil, katanya untuk oleh-oleh,” jelasnya. Bentuk patung Ganesha ini pun beragam, ada yang posisinya berdiri, duduk bersila, dengan bawaan yang berbeda-beda pula di tangan kirinya. Terkait hal ini, Nengah Rana mengaku tak terlalu paham filosofinya. Namun ia perhatikan, jika pembelinya orang pintar atau orang suci, mereka pasti detail melihat bawaan di tangan patung Ganesha tersebut. “Kami juga sering membuat sesuai pesanan pembeli,” imbuhnya. Patung Ganesha dan patungpatung lainnya yang dijual di tempat ini dijelaskan Nengah Rana adalah hasil cetakan dengan beragam finishing. Ada yang difinishing biasa yang tampak seperti batu, ada yang diwarna hitam, ada juga yang divariasi dengan cat prada (emas). (Inten Indrawati)

17


18

Mozaik

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Suasana pengungsian di Balai Desa Tembok

Kantor Balai Desa Tembok, kecamatan Tejakula kembali didatangai ratusan pengungsi. Sejak status Gunung Agung ditetapkan ke level awas, masyarakat yang berada di Ka­ wasan Rawan Bencana mengungsi untuk ke­ dua kalinya. Umumnya para pengungsi yang datang adalah pen­ gungsi Gunung Agung yang sempat pulang beberapa waktu lalu.

Perlu Sosialisasi Bahaya Abu Vulkanik

M

enurut Koordinator pengungsi Desa Tembok, Dewa Wili mengatakan Balai Desa Tembok dijadikan titik utama untuk menerima pengungsi sebelum disebar

kebeberapa camp yang telah disediakan. Dirinya menjelaskan pengungsi yang datang merupakan masyarakat yang berasal dari Desa Dukuh, Kubu, Sukadana, Baturinggit, Ban, dan Tulamben yang datang sejak Senin (27/11)

Maksimalkan Kepemilikan KIA Kabupaten Buleleng seKIA di Buleleng yang diawali bagai pilot project KIA (Kardengan pengurusan akta tu Identitas Anak) Ditjen kelahiran. Setelah diajukan Kependudukan dan Pencatapihak sekolah melalui kepela tan Sipil, Kementerian Dalam sekolah, akta kelahiran dan Negeri menjatah pencetaKIA akan langsung dicetakan kan KIA di Buleleng tahap oleh Disdukcapil Buleleng pertama sebanyak 39.778 dan kembali diantarkan ke keping. Sejak dilaunching sekolah yang bersangkutan. sebulan lalu, dari 239 ribu Selain menjalin kerjasama anak wajib KIA di Buleleng, dengan sekolah-sekolah sudah tercetak 11.329 KIA. juga dengan rumah sakit, bidan desa termasuk klinik Untuk memaksimalkan swasta. “Sejauh ini antusias kepemilikan KIA oleh anakmasyarakat untuk kepemilianak di Buleleng, Dinas kan KIA cukup tinggi, teruKependudukan dan Pencatatama bagi yang datang dan tan Sipil langsung melakukan mengajukan langsung,” kata system jemput bola ke seReika. jumlah instansi terkait. Salah satunya bekerjasama dengan Dalam pencetakan KIA Putu Reika Nurhaeni Unit Pelaksana Pendidikan disebutkan ada dua jenis. (UPP). Melalui sistem jemput bola anak-anak Yakni pencetakan KIA untuk anak usia 0-5 tahun akan dimudahkan dalam pencetakan KIA. Bagi tanpa foto. Sedangkan pencetakan jenis kedua anak yang belum memiliki akta kelahiran sebagai untuk anak usia 5-17 dilengkapi dengan pas syarat utama dalam pencetakan KIA maka Disfoto yang bersangkutan. Jumlah tersebut adalah dukcapil akan meminta Kepala Sekolah mengajupencetakan tahap pertama bagi anak yang sukan siswanya yang belum memiliki akta kelahiran dah memiliki akta kelahiran usia 0-5 tahun yang untuk kepemilikan KIA langsung ke Disdukcapil datanya sudah ada di Disdukcapil. “Kami akan Buleleng. terus melangsungkan sistem jemput bola dan pelayanan di kantor. Di samping itu juga mengejar Kepala Disdukcapil Buleleng, Putu Reika target untuk disiplin administrasi kependudukan Nurhaeni, Senin (27/11) kemarin mengatakan masyarakat Buleleng,” pungkasnya. kerjasama yang dilakukan dengan sekolah-sekolah adalah upaya untuk memaksimalkan kepemilikan (Wiwin Meliana).

Nantinya kami akan sebar mereka (Pengungsi,-red) dibeberapa camp yang telah disediakan, salah satu­ nya ada di Balai Desa, gudang dan lahan milik warga. Beberapa di antaranya juga telah mengungsi di rumah warga yang tidak lain adalah kerabat dari pengungsi,” lalu. Ketika ditemui Selasa (28/11) lalu, Dewa Wili mengungkapkan jumlah pengungsi yang datang ke Tembok berkisar antara 900 hingga 1000 jiwa, namun jumlah tersebut akan terus berkembang seiring dengan pendataan yang dilakukan. “Nantinya kami akan sebar mereka (Pengungsi,-red) dibeberapa camp yang telah disediakan, salah satunya ada di Balai Desa, gudang dan lahan milik warga. Beberapa di antaranya juga telah mengungsi di rumah warga yang tidak lain adalah kerabat dari pengungsi,” jelasnya. Dewa Wili menghimbau warga yang langsung mengungsi di rumah warga agar mendaftarkan diri sebagai pengungsi di Posko utama. Hal ini untuk memudahkan petugas menyuplay logistik yang dibutuhkan oleh pengungsi. Disinggung mengenai ketersediaan permakanan, dirinya mengatakan masih aman sehingga terus bisa didistribusikan ke posko-posko pengungsian. Ditambahkan olehnya, hanya saja ketersediaan masker yang masih minim mengingat desa Tembok berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem sehingga sebaran abu vulkanik akan berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk hal ini, dirinya menekankan agar perhatian pemerintah tidak saja terpusat kepada para pen-

gungsi tetapi juga terhadap warga setempat. Sosialisasi perlu dilakukan mengingat warga yang belum paham bahaya abu vulkanik untuk kesehatan. “Agar tidak terjadi kecemburuan sosial kita juga harus memberi perhatian kepada warga lokal misalnya dengan membagikan masker dan memberikan sosialisasi bahaya abu vulkanik karena sampai saat ini banyak masyarakat yang kurang paham akan hal itu,” jelasnya. Pihaknya mengaku dari pengalaman sebelumnya, kali ini dirasakan lebih mudah dalam mengkoordinir para pengungsi. Hal ini disebabkan, pengungsi yang datang adalah pengungsi yang sebelumnya pernah mengungsi di posko tersebut. Mereka telah terbiasa dengan budaya yang diciptakan di tempat pengungsian seperti menjalankan piket bergantian. “Mereka yang datang merupakan yang dulu sempat mengungsi di sini dan ada juga yang baru-baru. Pengalaman yang dulu jadi membudaya. Ketika baru datang mereka lihat pos logistik kotor tanpa dikomando mereka bersihkan sendiri,” ungkapnya. di tengah keterbatasan relawan, pengungsi mengerjakan segala pekerjaannya secara mandiri sehingga tugas relawan hanya mengkoordinir saja. (Wiwin Meliana)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Siaga BBM dan Jaringan Telekomunikasi E

rupsi Gunung Agung membuat semua pihak bersiaga. Keselamatan jiwa menjadi prioritas. Berbagai upaya dilakukan untuk meminimalkan jumlah korban. Pihak-pihak terkait seperti penyedia BBM dan LPG serta operator seluler pun ikut siaga. Pertamina Marketing Operation Region V JatimBalinus memastikan stok dan pasokan BBM dan LPG di wilayah Bali dalam kondisi normal dan aman. Untuk suplai BBM wilayah Bali saat ini kebutuhan rata-rata harian Premium 579 KL, Pertalite 1.163 KL, Pertamax 846 KL, solar 516 KL, Dex series 51 KL dipasok dari TBBM Manggis dan Sanggaran. Untuk LPG di wilayah Bali saat ini realisasi LPG 3 Kg sebanyak 620.000 Kg/hari atau 206.685 tabung/ hari dan realisasi LPG Non Subsidi 80.000 Kg/hari. “Hingga saat ini kondisi operasional masih dalam keadaan normal dan aman,” ujar Area Manager Communication & CSR JatimBalinus, Rifky Rakhman Yusuf. Ia juga menjelaskan Pertamina telah menyiapkan langkah langkah preventif dalam proses distribusi baik BBM maupun LPG jika terjadi gangguan akibat erupsi Gunung Agung. Langkah itu antara lain dengan mengatur pengalihan supply point untuk konsumen dan lembaga penyalur dari TBBM Manggis ke TBBM Sanggaran maupun dari Surabaya. Dalam kondisi emergency dapat dilakukan pengalihan supply point dari TBBM Tanjung Wangi langsung ke customer atau lembaga penyalur melalui mobil tangki dengan kapal ferry. Untuk pasokan LPG Bali khususnya wilayah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Tabanan dialihkan ke Terminal LPG Banyuwangi melalui darat menuju pelabuhan Gilimanuk diangkut via kapal menuju pelabuhan Ketapang. Untuk pasokan LPG Bali di wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Klungkung melalui darat menuju pelabuhan Benoa dan diangkut dengan kapal ferry atau Landing Craft Tank langsung ke pelabuhan Ketapang. Pria yang akrab disapa Bengky ini menambahkan, sejak Gunung Agung dinyatakan berstatus “awas” pada Oktober 2017 lalu Pertamina telah

memberikan dukungan ke tujuh posko utama pengungsian. Mereka menyalurkan LPG 12 kg dan 50 kg ke posko utama untuk kemudian didistribusikan kepada posko pengungsian yang lain. Ketujuh posko utama tersebut yakni posko Swecapura - Klungkung, posko Ulakan-Karangasem, posko Tanah Ampo/Manggis-Karangasem, posko Rendang-Karangasem, posko TembokBuleleng, posko Les-Buleleng dan posko Sambirenteng-Buleleng. SIAPKAN GENSET Sementara itu T XL Axiata Tbk (XL Axiata) memastikan seluruh layanan komunikasi data, percakapan ataupun SMS di sekitar Gunung Agung, dan di seluruh Bali masih aman dan tidak terjadi gangguan apapun, sehingga tetap dapat melayani masyarakat dengan baik. Meski demikian, kewaspadaan terus dilakukan dan langkah-langkah antisipasi atas segala kemungkinan telah disiapkan. “Kami pastikan hingga saat ini tidak ada Base Transceiver Station (BTS) XL Axiata yang mengalami gangguan, termasuk di daerah yang masuk wilayah bencana. Namun, untuk antisipasi, kami telah menyiapkan langkah-langkah darurat seandainya bencana terus meningkat sehingga mengganggu operational BTS-BTS yang ada di sekitar lokasi bencana. Yang jelas, kami akan terus standby menjaga jaringan agar tetap bisa beroperasi karena di saat genting seperti ini sarana telekomunikasi menjadi sangat diperlukan, termasuk bagi aparat yang terlibat dalam penanganan dampak bencana,” ujar Caretaker Vice President East Region XL Axiata Mochamad Imam Mualim. Imam Mualim menambahkan, XL Axiata memiliki 13 unit BTS yang berada di radius berbahaya 12 km. XL Axiata telah menyiapkan back-up jaringan dengan meningkatkan kapasitas trafik di setiap BTS di dekat area pengungsian. Sementara untuk mengantisipasi pasokan listrik, XL Axiata menyiapkan puluhan genset guna mendukung operasional BTS yang ada. XL Axiata juga telah berkoordinasi dan bekerjasama dengan perusahaan penyedia menara telekomunikasi untuk mengantisipasi gangguan jaringan komunikasi di sekitar Gunung Agung. (Ngurah Budi)

7

tkh/wawan

Berbagi Pengalaman Hidup dan Perjuangan Raih Prestasi Keteladanan adalah bagian sangat penting dalam penyemaian dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Atas dasar inilah Unit Kerja Presiden (UKP) Pancasila mengangkat sosok-sosok anak muda berprestasi di kancah global yang memberikan teladan dalam upaya penyemaian dan pembudayaan Pancasila. Pada tahun ini, UKP Pancasila berjalan seiring dengan 72 ikon prestasi ke sudut-sudut kehidupan warga bangsa dan membangun laku hidup yang semakin memperindah kehidupan. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila ini sesuai dengan misi PT Astra International Tbk untuk sejahtera bersama bangsa. Astra International pun mendukung acara yang diadakan oleh UKP Pancasila bersama dengan Universitas Airlangga, Surabaya, Kamis (30/11). “Bagi Astra, Pancasila adalah nilai luhur bangsa yang harus selalu dijaga dan dipelihara agar dapat menginspirasi masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berperilaku. Sama halnya dengan filososi Catur Dharma bagi setiap Insan Astra dan mendasari setiap nilai dan strategi bisnis Astra agar dapat menjadi Pride of the Nation. Karena itulah, kami sangat bangga dapat turut berpartisipasi dalam kegiatan UKP ini dan mendukung pengamalan nilai-nilai Pancasila di negara ini,” ujar Chief of Corporate Communications, Social Responsibility and Security PT Astra International Tbk Pongki Pamungkas. Acara bertemakan “Berbagi Inspirasi untuk Indonesia Berprestasi,” ini diadakan di Universitas Airlangga Surabaya dengan menampilkan beberapa ikon prestasi Indonesia, yaitu figur-figur yang karya dan laku hidupnya sudah memperoleh apresiasi dan penghargaan, sehingga bisa menjadi sumber kreativitas dan inspirasi untuk mencapai prestasi. Para ikon ini tidak hanya menjadi sumber inspirasi, tetapi juga menjadi teladan dalam pengamalan ideologi Pancasila. Dalam kegiatan ini, para ikon akan berbagai pengalaman

dan mendemonstrasikan karya-karya mereka. Mereka akan berdialog dan berdiskusi dengan para pengunjung tentang pengalaman hidup dan perjuangan mereka sehingga bisa mendapat apresiasi dan penghargaan baik di tingkat nasional maupun internasional. Mereka adalah penerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2015 kategori Teknologi Apriliawan Hadi, Tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang yang meraih medali emas pada Trinity Collage Robot Competition 2017 dan ilustrator buku anak, Lintang Pandu Pratiwi. Apriliawan Hadi memulai dari keprihatinan terhadap kondisi peternak sapi perah di desanya, terlebih orangtua Apriliawan Hadi juga merupakan peternak sapi perah mengeluhkan betapa rendahnya harga jual susu sapi perah. Harga itu tidak sebanding dengan tenaga serta ongkos operasional merumput. Selain itu, susu yang dihasilkan pun lebih cepat basi karena tidak dilakukan pengawetan. Dari situlah, pria yang akrab dipanggil Hadi ini bertekad menemukan alat pasteurisasi (metode pemanasan pada suhu tinggi untuk membunuh bakteri jahat yang ada pada susu), sehingga bisa mengawetkan susu dan membantu para peternak sapi perah tidak terus merugi. Bahkan, Hadi sempat diundang oleh Universitas Tokyo, Jepang, untuk mempresentasikan teknologi susu listrik serta diberikan tawaran oleh salah satu investor dari negeri Sakura tersebut untuk dibeli patennya. Tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam kompetisi yang digelar tanggal 1-3 April 2017 bersaing dengan finalis perwakilan dari beberapa negara, yaitu Kanada, China, Israel, Portugal, Uni Emirat Arab (UAE), dan AS. Tim Robotika UMM akhirnya meraih medali emas pada Trinity Collage Robot Competition 2017 dan pada Agustus 2017 terpilih sebagai satu dari 72 ikon prestasi dalam Festival Prestasi Indonesia yang adakan oleh UKP-Pancasila. Lintang Pandu Pratiwi merupakan ilustrator buku anak kelahiran Wonosobo, 21 Agustus 1992. Ia berkolaborasi dengan penulis dan penerbit buku anak di Amerika Serikat. Sejumlah karyanya juga sudah terbit di Eropa dan Jepang. Buku Walker Hound of Park Avenue karya kolaborasinya dengan penulis Deanna K Kingel masuk ke toko buku paling besar di Amerika, Barnes & Noble. Lintang sudah membuat sekitar 30 buku untuk industri penerbitan luar negeri. Beberapa bukunya mengangkat tema tentang perbedaan ras dan warna kulit menjadichildren international best seller di www.amazon.com. Ia juga pernah membuat buku tentang Michelle Kepala UKP Pancasila Yudi Latif (Tengah) bersama para pemuda berprestasi Obama yang didedikasikan untuk menIndonesia dalam kegiatan yang berlangsung di Universitas Airlangga, hari ini genang masa akhir jabatan Michelle (30/11). Para pemuda berprestasi itu adalah Apriliawan Hadi (kedua dari kanan), sebagai First Lady. Pada Agustus 2017, tim Robotik Universitas Muhammadiyah Malang (Ketiga dari kanan), Lintang Lintang terpilih sebagai salah satu ikon Pandu Pratiwi (ketiga dari kiri) didampingi oleh Head of RAC Division PT Astra dari 72 ikon prestasi Indonesia dalam International Tbk, Yudi B. Lesmana (kanan), Deputy Head of Public Relations Festival Prestasi Indonesia. Division PT Astra International Tbk Boy Kelana Soebroto (tengah kanan), dan Koordinator Wilayah Grup Astra Surabaya Yulianto (kiri). (Ngurah Budi)


6

Woman on Top

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

W

anita yang sukses banyak diindentik­ kan dengan sebe­ rapa tinggi jabatan mereka dalam sebuah jabatan. Meski pernyataan tersebut tidak semuanya benar. Pada dekade terakhir ini banyak wanita yang berkarier dan berhasil mendapat jabatan tertinggi di sebuah perusahaan, seperti jabatan direktur, bahkan sebagai komisaris. Ada juga yang beranggapan sebe­ narnya kesuksesan seorang wanita, adalah ketika mereka bisa membagi waktu untuk keluarga, peran sosial dalam masyarakat dan tanggung jawab pada perusahaan yang diper­ cayakan kepada mereka. Kini, akhir tahun, adalah pun­ caknya semangat seorang pelaku bisnis untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Ketika para wanita karier

Wanita dan Karier Cemerlang

Berkumpulnya wanita karier (Direksi dan Komisaris BPR) bersama “Sang Penyihir” Sri Sumahardani.

berkumpul atas ide dari seorang ‘Perempuan Inspiratif Tokoh 2016’ yang lebih dikenal dengan julukan “Sang Penyhir” yakni Sri Suma­ hardani, mampu menjadi­ kan ajang kum­ pul ini sebagai

momen istimewa. Di sana terjalin kebersamaan yang hangat di balik kesederhanaan acara. Meski demikian, dari canda dan obrolan mereka terlihat betapa tangguhnya mereka menjadi wanita. Bukan hanya itu, mereka yang hadir

di Warung Sai Laqu, di kawasan Jalan Hayam Wuruk, Denpasar itu juga tergolong wanita yang memiliki rasa percaya diri dan dipastikan memacarkan sikap dan pikiran positif. Ketika, ditanya apa yang men­ dasari para ibu ini sukses meniti karier hingga sampai pada pen­ capaian mereka saat ini? Mereka menjawab dengan berbagai alasan. Namun, rata-rata para ibu sukses ini mengatakan jika mereka me­ mulai atau mengawali kariernya dari bawah. Dengan ditopang kinerja yang baik mereka pun berhasil mela­ koninya puluhan tahun di bidangnya. Dari rangkaian perjalanan itulah, salah satunya integritas mereka teruji terhadap perusahaan. Menapaki karier juga tidak ter­

lepas dari peran akademis yang mereka tempuh. Menarik dan luar biasanya, banyak juga dari mere­ ka yang menempuh pendidikan akademis sambil bekerja dan tentu dengan biaya menuntut ilmu juga dari hasil keringat mereka sendiri. Sebab,mereka menyadari bahwa ilmu itu sangat penting mendukung potensi mereka, baik secara formal maupun informal. Karenanya, mere­ ka sampai saat ini masih ada yang meneruskan jenjang pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, seperti menempuh S2 dengan pilihan disiplin ilmu yang sesuai dengan jalur karier mereka. Harus diakui, peran kesuksesan mereka menjadi perempuan yang berkarier adalah peran keluarga atau dukungan dari pasangan hidup atau

suami mereka. Pasangan mereka ini sangat memiliki pengertian akan ter­ sitanya waktu bagi keluarga, karena harus mempertanggungjawabkan kinerja mereka di perusahaan tem­ pat bekerja. Begitu pun tidak lepas dari kegiatan adat, mereka harus memberi pengertian dan selalu pintar untuk membagi waktu. Kapan harus bermasyarakat, kapan untuk keluarga dan kapan untuk kantor. Mereka juga tidak lupa, seperti celoteh kala itu, kapan mereka waktunya “me time” . Acara yang keren dan menge­ sankan. Salut dengan perjuangan mereka bersama karier yang ce­ merlang. Teruslah berkarya. Yakinlah dengan niat yang tulus, wanita akan memberi warna yang indah dalam kehidupan di dunia ini. (Sri Ardhini)

“Serupa tapi tak Sama” Salam Senyum... Menggenggam sebuah map yang sedikit lusuh, seorang perempuan paruh baya datang ke sebuah layanan publik. Sekilas dia tampak gelisah, seakan ada yang mengganggu kenyamanannya. Setelah lama menunggu, terdengar panggilan gili­ ran perempuan itu untuk mendapatkan layanan dari seorang customer service. Lama terlihat berbincang dan akhirnya perempuan itu berlalu dengan menampak­ kan wajah yang kecewa. “Ada masalah apa ya.... “, tanya saya dalam hati. Sedikit ingin tahu permasalahan­nya. Setelah ditanyakan, ternyata Ibu itu harus melengkapi beberapa persyaratan yang kurang sebagai lampiran untuk kelengkapan administrasi. Selang beberapa saat, ada seorang customer yang hampir sama berlalu dari layanan seorang customer service. Tapi nampaknya berbeda raut wajahnya dengan perempuan tadi. Dia tersenyum, sambil membolak-balikkan kertas-kertas yang ada dalam mapnya. Karena duduk persis di sebelah saya, kemudian saya bertanya ke­ pada ibu tersebut. Yaaaa... Siapa tahu saya dapat membantunya. “Biasa dik, ada yang kurang persyaratannya, jadi urusan saya belum selesai dan besok saya akan kembali lagi ke sini,” jawab ibu itu dengan santai sambil tersenyum. Waaaahhh kok sama ya bu dengan ibu yang itu, sambil tangan saya menunjuk ibu yang saya ceritakan di atas. Pembaca setia Dhani’s Art In Service, kalau kita simak cerita yang saya alami di atas tentu akan timbul pertanyaan. Mengapa

dengan kejadian yang sama, tapi hasilnya berbeda? Kedua ibu tadi sama-sama di­ layani oleh customer service. Walaupun de­ ngan­orang yang melayani berbeda. Karena di kantor itu disediakan lebih dari satu orang customer service. Kemudian kedua ibu tadi mempunyai kesamaan permasalahan yang sama, yaitu sama-sama menyetor­ kan kelengkapan berkas administrasi yang kurang lengkap. Sehingga harus datang kembali untuk melengkapi persyaratan administrasi. Naaah.. hasilnya ini yang beda... Mengapa Ibu yang pertama harus menampakkan wajah sedih dan kecewa sedangkan Ibu yang kedua masih tetap bisa tersenyum? Di dunia layanan, ini yang sering terjadi. Dalam sebuah instansi atau perusahaan penyedia jasa tampilan seorang pelaku layanan itu persis sama. Contoh, kostum yang digunakan sama. Tata rias rambut dan make up juga sama. Sama-sama bertu­ gas sebagai customer service. Sama-sama melakukan pekerjaan dengan SOP (standar operational procedure). Bahkan mereka sama-sama perempuan yang kalau dilihat usia juga tidak jauh beda. Kesamaan lain, mereka juga sudah diberikan pelatihan dan pendidikan tentang bagaimana standar layanan yang baik, yang sesuai dengan SOP. Namun kenapa hasilnya beda? Di depan ribuan peserta pelatihan yang saya bawakan, berulang kali saya memberi pernyataan seperti ini. “Belajar tentang layanan bukanlah hanya belajar tentang standar layanan.” Kenapa seperti

itu? Ketika orang belajar layanan hanya be­ lajar tentang standar layanan/SOP layanan, maka mereka sebagai pelaku layanan tidak akan lebih dari seorang robot. Melakukan persis sama dengan aturan-aturan yang tersusun dalam langkah-langkah pelayanan yang dibuat oleh sebuah perusahaan jasa. Namun, ketika mereka dihadapkan oleh permasalahan di luar dari standar layanan tersebut, mereka akan kebingungan un­ tuk menjawab, untuk memberikan solusi dan cara mengomunikasikannya dengan customer. Dan inilah yang menyebabkan, kenapa hasil dari layanan customer service bisa berbeda-beda. Untuk meminimalisasi perbedaan antara satu orang customer service dengan customer service yang lain, hendaknyalah kita mulai melakukan hal, di antaranya sebagai berikut. Pertama, pastikan mereka adalah tim dari sebuah layanan. Jadi se­ baiknya mereka saling membantu, saling mengkoreksi, saling memberikan masukan kepada rekan sesama customer service. Hal ini agar mencegah saling menyalahkan di antara mereka, atau dengan keegoan dirinya merasa bahwa ada yang merasa senior dan yunior dalam pelayanan. Tentunya di sini banyak yang dirugikan adalah yang yunior, di mana mereka sering mendapat “bully” dari para seniornya. Yang kedua, para customer service hendaknya mempelajari dengan baik, ba­ gaimana cara menghadapi customer yang komplain (handling complaint). Karena biasanya dari customer yang komplainlah akan mulai teruji. Bagaimana kesiapan customer service agar selalu menampakkan wajah yang tetap ramah, hati yang tenang, di saat emosi mulai muncul karena kemarah­ an sikap customer yang ditujukan kepada mereka. Bukankah lebih mudah melayani

dengan ramah kepada customer yang se­ dang tidak marah. Dari pada sebaliknya. Maka penguasaan handling complaint harus benar-benar dikuasai. Yang ketiga yang harus dilakukan para customer service adalah, memberi pemaham­an tentang filosofi melayani. Tidak ada gunanya memberikan cara menerapkan standar layanan yang benar kalau mereka tidak mempunyai fondasi yang kuat untuk melayani. Seperti bangunan, mereka akan cepat rapuh, bahkan roboh karena fondasi dalam layanan tidak pernah ditanamkan kepada mereka. Filosofi layanan inilah sebenarnya harus yang pertama diajarkan, ditularkan, dipahami, dan tentu menjadi pi­ jakan ketika mereka mulai menjadi seorang pelaku layanan. Jadi... Jangan biarkan customer service kita yang sama cantiknya, sama seragam/ kostumnya, sama cara mendidiknya, namun sayang mempunyai hasil yang berbeda dalam mencapai kepuasan dari seorang customer/ pelanggan. Sehingga tidak akan ada lagi isti­ lah, “serupa tapi tak sama” dalam layanan. Ingin membaca tulisan saya dalam bentuk buku? Silakan dapatkan buku “Service A La Carte”. Dan materi ini juga terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul Serve With Love. Bagaimana dapat mengetahui dan menerapkan ‘Serve With Love’ di perusa­ haan/instansi Bapak/Ibu? Silakan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam 3SP. Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

P

erkembangan dunia fashion tidak lepas dari peran bordir. Se­ bagai salah satu teknik hiasan pada kain, bordir atau sulam makin mempercantik gaun yang kita pakai. Tidak hanya itu saja, motif yang indah bisa ditam­ pilkan dalam berbagai home decoration seperti taplak meja, serbet, dan lain sebagainya. Dunia bordir konvensional yang dinilai rumit karena perlu ketelatenan serta proses cukup lama, menjadi pelabuhan hati Trusti Judiarto. Ketua Persatuan Pengusaha Bordir (Persadir) Jawa Timur (Jatim) ini mengge­ luti usaha sulam menyulam sejak 1995 silam.

Trusti Judiarto

Jatuh Cinta pada Sulaman “Bordir itu sangat menarik sekali. Bordir itu sebetulnya hanya aksen sedangkan baju fungsinya sebagai fashion atau penutup, jadi aksen yang ditampilkan pada fashion,” tutur wanita cantik pemilik MS Sulam ini saat dijumpai di Hotel Grand Darmo, Surabaya jelang pagelaran Batik Fashion Fair 2017. Dari kecintaannya pada dunia prakarya, Trusti mulai menekuni bordir sejak 1995, dari hobi itu kemudian pengajar salah satu per­

Kampung Saus di Simorejosari Kampung Saus. Simorejosari, Sukomanunggal, Surabaya ternyata dikenal dengan sebutan Kampung Saus. Penggagasnya adalah Muham­ mad Mustakim, yang akrab disapa Mr Kim. Awalnya, pria 41 tahun ini hanya memiliki gagasan untuk mengangkat perekonomian warga di kampung Simorejosari B 8 Sukoma­ nunggal Surabaya melalui pemben­ tukan sentra Kampung Saus. Mengapa memproduksi saus? Ia beralasan, karena masyarakat umumnya hobi makan. Utamanya, makanan instan yang mempunyai citarasa oriental. Muhammad Mus­ takim yang ditemani Dewanti yang menjabat sebagai Ketua PKK RT 04 RW 07 Kelurahan Simomulyo Baru Kecamatan Sukomanunggal beru­ saha mewujudkan gagasan tersebut. Langkah pertama yang dilakukan Dewanti, dengan mengumpulkan warga, terutama ibu-ibu PKK yang memang memiliki banyak waktu di rumah Ketua RT untuk diajari ba­ gaimana membuat produk saus yang memiliki citarasa enak dan layak dijual. Awalnya banyak mengalami kendala di lapangan. Keberagaman latar belakang anggota, ketidaktahuan tentang ba­ han dasar dan sebagainya. Namun, mereka tak patah semangat. ‘’Kami memberikan pelajaran kepada masyarakat melalui metode learning by dy doing, easy going. Jadi mengalir saja,’’ kata Dewanti. Kerja keras yang mereka bangun akhirnya membuahkan hasil juga. Dari lima kelompok yang dibina, terdiri dari 25 orang anggota dan satu chef masing-masing sudah berhasil memproduksi saus kemasan dengan lima varian rasa. Yakni, saus lemonce, saus salad, saus asam manis, saus lada hitam dan saus ala thai. Produk yang dibanderol dengan harga Rp 15.000 sampai Rp 25.000 tersebut langsung laris manis di pasaran. Banyak pesanan menga­ lir dari hotel dan rumah makan.

19

“Kuncinya selain harganya terjang­ kau, juga karena bahan yang digu­ nakan adalah bahan yang segar dan tak menggunakan bahan pengawet,“ tambah Dewanti. Sebagai bentuk penghormatan bagi sang tutor yang telah men­ dampingi dan membina mereka, maka produk saus diberi merk da­ gang Mr Kim. Produk saus kemasan botol Mr Kim, selain di pasarkan secara door to door, juga lewat via online, reseller serta dititipkan di berbagai minimarket. Untuk lebih meluas­ kan pasar, mereka beker­ jasama dengan IKM Jatim, koperasi, sahabat komu­ nitas UKM. Mustakim, optimis produk saus yang mereka hasilkan dapat di­ terima pasar. Bahkan, dia tak takut bersaing dengan produk pabrikan. “Kami akan mengikuti pameran di sebuah mall di Sura­ baya pada 8-9 Desember mendatang. Dan akan kami perkenalkan produk turunan dari produk ini yaitu aneka nasi goreng dan mie goreng Mr Kim,” ujarnya. Mr Kim berharap, keterlibatan dan dukun­ gan semua pihak dalam mendukung usahanya untuk membentuk sentra Kampung Saus di Simo­ rejosari. Baik pemerintah maupun swasta. Uta­ manya sektor permoda­ lan dan peningkatan mutu produk mulai dari rasa, pengemasan, labeling sam­ pai pemasaran. Sehingga, ke depan produk saus kemasan Mr Kim, dapat menjadi alternatif oleholeh khas Surabaya men­ dampingi produk oleh-oleh UKM yang sudah ada. (Nanang Sutrisno)

guruan tinggi swasta ini menjadi instruktur bordir. Semakin leng­ kap karena Trusti juga membuka galeri MS Sulam di tempat tinggal­ nya, Ketintang Surabaya. “Saya senang dengan dunia sulam menyulam, sebetulnya se­ jak dulu saya lebih ke sulam atau bordir dengan alat jahit tangan (manual),” imbuhnya. MS Sulam miliknya mengang­ kat bordir dalam berbagai home decoration. Menonjolkan keunikan sulam tradisional menggunakan tusuk pipih dan benang tenun. Jika dilihat, proses sulam tan­ gan memang susah dan memerlu­ kan ketelatenan serta ketelitian. Semisal untuk satu set taplak meja dengan uku­ ran 2,5 meter x 3 me­ ter lengkap dengan serbetnya mem­ butuhkan waktu kurang lebih satu bulan untuk pengerjaan satu orang, dan tentu

saja tidak bisa diborong. “Karena orang menyulam memiliki taste masing-masing se­perti orang memasak dengan taste yang berbeda,” tambah Trusti. Usahanya saat ini membawahi 26 orang karyawan, dan memiliki

rumah tinggal di Mojokerto dan Surabaya. Relasi serta jalinan ker­ jasama dalam dunia bordir terus ia kembangkan untuk berkarya. “Saya mempunyai perajin yang membantu kami menyulam, dari Kediri, Mojokerto dan Jombang. Sehingga saya mempunyai banyak teman yang bisa membantu kami dalam memproduksi,” tuturnya. Sedangkan kapasitas produksi di­ lihat dari custom dan berdasarkan pesanan. Ada beberapa hal yang mem­ buatnya mencintai sulam, yaitu sulam adalah warisan dari nenek moyang meskipun bukan berasal dari Indonesia. Sulam yang mahal bukanlah bahan namun proses pembuatan, sulam atau bordir bisa diaplikasikan baik itu di fashion maupun home decoration, dan dari sulam bisa men­ datangkan pendapatan. “Dari dulu banyak hal yang saya pelajari, saya lebih cen­ derung merangkai bunga ke­ ring dan sebagainya, tapi jatuh cinta saya ada di sulam,” papar wanita berhijab ini seraya ber­ harap akan lebih banyak lagi stimulus pemakaian bordir di tanah air khususnya Jatim. (Lely Yuana) Trusti Judiarto


20

Pada perayaan Idul Adha yang lalu, orang-orang sibuk bersiap melakukan Salat Id di Lapangan Kara Sila ­Kecamatan Bolo Kabupaten Bima. Seorang perempuan malah sibuk ­membersihkan kotoran ternak yang ­meng­halangi jalan masuk ke lokasi pelaksanaan Salat Id ­tersebut. Sesungguhnya ­warga tidak ada yang peduli tentang itu melainkan menghindarinya dengan ­melewati jalan lain. Namun, bagi perempuan pensiunan guru ini, ­kenyamanan salat yang dilakukan setahun sekali bagi umat Muslim itu adalah yang utama. Karena itulah sebelum salat ­dimulai, ia sibuk meng­atasi hal ­tersebut dengan menutupnya ­sementara.

A

Nine

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

dalah Saidah Iskandar, perempuan berusia 65 tahun, warga Desa Rato yang dikenal sebagai perempuan aktif dalam

Saidah Iskandar

Tetap Aktif di Masa Pensiun

urusan sosial kemasyarakatan di kampungnya. Perannya dalam kehidupan sosial khususnya di Desa Rato terbilang besar. Ia menjadi salah seorang yang dituakan di kampung tersebut. Tapi Saidah bukanlah orang yang dituakan yang hanya menunggu orang-orang datang ke rumahnya hanya untuk memberinya nasihat-nasihat, melainkan ia juga turun langsung membantu aktivitas warga yang mempunyai acara di kampung tersebut. Bisa dikatakan dimana ada orang yang akan menggelar acara, baik perkawinan ataupun hajatan lain di kampung ini terutama di lingkungan tempatnya tinggal, sudah pasti ia menjadi salah seorang yang paling sibuk membantu menyukseskan hajatan tersebut. Ia bahkan tidak segan meski hanya sekedar mengantar undangan atau pun menyebar informasi hajatan dari rumah ke rumah. Sampaisampai ketika ia terlihat berjalan melintasi rumah-rumah warga, orang-orang sudah

Saidah Iskandar (jilbab hitam) sibuk mengatur jamaah saat salat Idul Adha lalu dan ia juga sibuk membersihkan jalan masuk areal lapangan tempat berlangsungnya salat untuk memberikan kenyamanan bagi jamaah salat id.

tahu setidaknya kemungkinan besar ada kabar orang yang berhajat. “Kalau ada ibu Adu lewat biasanya menyampaikan akan ada hajatan warga,” kata Farida salah seorang warga. Kebiasaan ibu Adu -panggilan akrab dari Saidah Iskandarmembantu secara sukarela ini telah ia lakukan bahkan sejak ia masih aktif mengajar. Keringanan langkah dan kemauannya untuk aktif di lingkungan sosial dalam kerja-kerja kemasyarakatan ini dinilai baik oleh warga di kampung tersebut. Terutama setelah ia pensiun tahun 2013, Saidah banyak menghabiskan waktunya dengan aktivitas yang bermanfaat. Ia memang tidak pernah bisa diam dari pekerjaannya. Bahkan ketika menjelang pensiun, ia benar-benar bekerja, bisa dikatakan hingga menit terakhir

Saidah Iskandar saat mengantar undangan ke rumah-rumah warga

karirnya sebagai guru. Masih lekat di ingatannya tanggal 31 Desember 2013, ia baru meninggalkan sekolah tempatnya mengajar untuk menjalankan masa pensiun. “ Tanggal 31 Desember 2013 jam 12.50 wita saya pulang dari sekolah dan sejak itulah saya pensiun,” ujar Ketua Aisyiyah Kecamatan Bolo ini. Waktu itulah saat yang benar-benar memisahkannya dengan pekerjaan yang berpuluhpuluh tahun dijalaninya. Jika orang lain yang memasuki masa pensiun akan lebih memilih tinggal di rumah untuk beristirahat, maka tidak begitu dengan Saidah. Ia mengabdi hingga masa pensiunnya benar-benar berakhir. Kecintaannya pada profesi ini membuatnya selama masa menunggu pensiun itu ia tetap masuk sekolah mengajar

kelas-kelas yang kebetulan gurunya izin atau sakit. MENGABDI DI SEKOLAH PERBATASAN Sebelum akhirnya pensiun dengan tugas terakhir sebagai guru agama di SDN Inpres Rato, ia pernah mengajar di sekolah dasar di perbatasan Bima dan Dompu, di SDN Inpres 2 Desa Rora mengikuti suaminya yang juga seorang guru di sana. Sekolah ini terbilang jauh dari kampung tempatnya tinggal. Hari-harinya mengabdi di sekolah perbatasan kabupaten ini tahun 1980-an menjadi salah satu penugasan yang tidak bisa dlupakannya karena telah memberinya pengalaman yang lebih dari bertugas di tempat lain. Lalu saat ia mengajar di salah satu sekolah dasar di Tumpu Sila, ia harus bolak-balik menggunakan ojek. Begitu lama waktunya mengabdi sebagai guru, tidak jarang membuatnya naik ojek yang rupanya ada bekas murid-muridnya. “Kalau sudah begitu oleh tukang ojek murid saya itu biasanya tidak diminta bayar,” katanya tertawa. Saidah menikmati tiap waktu pengabdiannya itu. Ketika tidak lagi mengajar, perempuan yang masih terlihat gesit di usianya yang tidak muda lagi itu, kini menghabiskan waktunya dengan tetap aktif dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Baginya, hidupnya yang sekali itu mestilah ia habiskan untuk hal-hal yang bermanfaat. Karena itulah selama tubuhnya kuat ia tidak akan berhenti untuk membantu. Bekerja sukarela itu menurutnya nikmatnya lebih terasa damai. (Naniek I. Taufan)

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Tirka Widanti

5

Postdoctoral di Rumah Partai P

A postdoctoral scholar adalah seseorang yang memegang gelar doktor yang terlibat dalam proyek riset sebagai mentor atau terlibat dalam training ilmiah. Tujuannya memperoleh keahlian profesional yang diperlukan demi mengembangkan karier yang dipilihnya.

ostdoc ini merupakan posisi riset sementara yang dipegang oleh seseorang yang telah menyelesaikan studi doktornya. Durasi program ini berkisar dari 6 bulan sampai 5 tahun yang didedikasikan untuk program riset. Ada juga postdoc lain yang disebut “teaching post-docs” dimana si personal bersangkutan memilih karier sebagai peng­ ajar (dosen). Mereka ini biasanya lazim disebut sebagai research fellow atau research associate atau kadang disebut sebagai research assistant professor. Temuan yang menarik

yang dikatakan Regets bahwa di Inggris terutama di bidang engineering, tidak banyak lulusan doktor yang tertarik dengan program postdoc. Alasannya, gaji yang mereka dapatkan ketika bekerja di luar (perusahaan) biasanya lebih tinggi. Tirka Widanti adalah salah seorang yang menjalankan postdoc. Perempuan yang akrab disapa Ika ini mengatakan dirinya mengikuti jenjang S3 tanpa target. Ia yakin pengetahuan pasti ada gunanya. Hal ini telah dibuktikannya selama 8 tahun setelah berhasil mendapat gelar Dr. tahun 2009. Di Indonesia, gelar doktor ditulis di depan nama yang berhak dengan mencantumkan singkatan Dr. Huruf D ditulis dengan huruf besar, dan r dengan huruf kecil. Berbeda dengan “dr” untuk dokter yang huruf d-nya ditulis dalam huruf kecil). “Walau banyak sekali salah kaprah, masyarakat menulisnya DR. Yang penting masyarakat bisa membedakannya tidak perlu dipermasalahkan. üjar dosen tetap pada Magister Ilmu Administrasi, Program Pasca­sarjana, Universitas Ngurah Rai ini dan juga Presiden, Yayasan KulKul, Green School. Selama 8 tahun perjalanan ada banyak tawaran sekaligus tantangan karir. Tanpa menunggu lama direkrut untuk menjadi dosen tetap, staf ahli, konsultan dan yang paling menggembirakan buat saya yang tidak pernah terpikirkan adalah di-

angkat menjadi Adjunct Professor di India sejak 2016 dan kini ditempatkan di Amity University, Gurgaon, Haryana, India yang mengharuskan saya bolak-balik India paling tidak 2 kali setahun,” ujar Ika. Sebenarnya, sebelum Ika menyepakati sebuah komitmen di India, ia sudah masuk organisasi politik besar yakni PDI Perjuangan. Di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Wayan Koster, M.M., Ika ditunjuk sebagai Wakil Ketua Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, periode 2015 – 2020. Ika mengatakan banyak pertanyaan dari keluarga, teman dan bahkan masyarakat umum kenapa dirinya berpolitik? Apa yang mau ia

dicari lagi? “ I am a simple woman with no high ambition” cetusnya. “Saya ingin berbagi dan sekaligus memaparkan bahwa paradigma politik di dunia politik itu tidaklah se’keramat’ yang dipikirkan. Kenyataan yang saya alami bahwa di dunia bisnis, dunia pendidikan bahkan ‘politik’nya melebihi kata politik itu sendiri. Kebetulan saya mengajar mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Pelayanan Publik dan Gender Sensitization and Women Empowerment. Semua mata kuliah tersebut berhubugan dengan sentuhan manusia,” ujar Ika yang selama ini telah melakukan postdoc di Australia dan India. Menurut Ika, kini saatnya postdoc ia lakukan di negeri sendiri. Aktivitas ini berlangsung sejak ia ditetapkan duduk di struktur partai sampai tahun 2020 nanti. “Banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan di sini terlebih Pak Koster juga seorang akademisi, pakar matematika yang jago memetakan budaya Bali dan sangat concern dengan dunia pendidikan. Hal yang menarik buat saya selama melaksanakan postdoctoral di rumah partai ini adalah ketika Pak Koster memberikan ceramah kepada lapisan masyarakat level manapun. Sebagai seorang anggota sudah tentu saya ingin “sepintar” Pak Koster juga,” tandasnya. (ard)

Komitmen sebagai Anggota Organisasi Politik

Ika meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia berkomitmen ke organisasi politik dengan tujuan belajar ilmu politik dan sekaligus bisa mengabdikan atau menyumbangkan pemikiran, tenaga untuk pemenuhan kebutuhan organisasi sekecil apapun. “Tidak ada hal lain, karena saya harus pastikan diri saya mampu memenuhi kebutuhan primer keluarga sebelum terjun ke sebuah organisasi. Artinya saya mesti mampu mengatur waktu berkarier saya di luar organisasi, yang artinya pula organisasi pun memahami dan memaklumi kegiatan yang dilakukan bisa dibagi per bidang organisasi. Sebuah organisasi apapun ada tata tertib, ada KTA, serta aturan lainnya,” tuturnya lebih lanjut. Bagi Ika, berada di dalam sebuah organisasi politik bukanlah semata bertujuan menjadi “calon” baik itu di legislatif maupun eksekutif. “Saya sudah mendapatkan manfaatnya yaitu memperkaya ilmu pengetahuan politik, dapat menyosialisasikan kepada masyarakat, bahwa perempuan atau masyarakat janganlah tabu mendengar kata politik. Politik ini justru harus dikenal, dimengerti dan dipahami. Kenyataan bahwa di dunia bisnis, dunia pendidikan lebih kental politisnya, gimana dong? Silakan beri argumentasi pendapat saya ini, karena ini yang saya rasakan selama 30 tahun, baik di dunia kerja maupun pendidikan,” ujarnya. Ika juga tunduk dan mengikuti aturan yang telah disepakati, termasuk apa yang telah ditetapkan

oleh DPP PDI Perjuangan untuk mengusung CagubCawagub Bali Koster-Cok Ace (KBS-Ace) dan Cabup dan Cawabup Gianyar Agus Mahayastra-A.A. Mayun (Aman). (ard)


4

Inspirasi

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Maudy Ayunda

Kampanyekan Gerakan Kejar Mimpi “Terkadang kita lupa, dunia tak akan selamanya ­menunggu kita. Menaklukkan ragu, beranikan diri. Kan kukejar mimpi. Dan kuterbang tinggi. Tak ada kata tidak, ku pasti bisa. Kan kucoba lagi. Ditemani pagi. Tak ada yang tak mungkin. Ku pasti bisa”. Itulah ­penggalan lirik lagu ‘Ku Kejar Mimpi’ yang kini tengah populer di masyarakat.

Maudy Ayunda

L

irik yang sangat inspiratif ini lahir dari keikutsertaan Maudy dalam gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’ yang utamanya ditujukan pada anak-anak muda Indonesia agar mengejar mimpi dan tidak putus asa dalam mengejar mimpinya. “Lirik dan melodi aku sendiri yang buat. Waktu itu aku habis meeting bersama teman-teman Gerakan Kejar Mimpi. Sepulang dari sana aku terinspirasi menulis lagu untuk menggambarkan mindset atau energi dari gerakan tersebut. Aku ingin lewat lagu bisa menyemangati anak muda Indonesia untuk terus mengejar mimpi,” ungkap Maudy tentang theme song gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’. “Lewat lagu, ingin mengajak anak muda mengenali mimpi mereka, keinginan mereka dan juga mendorong supaya mengejarnya. Juga mengingatkan bahwa tidak ada kok yang tidak mungkin. Any have to keep trying again. Jangan takut kalau sempat gagal. Jadi lagunya uplifting banget. There is no suching is impossible,” ungkap gadis yang bernama lengkap Ayunda Faza Maudya. Tentang Maudy sendiri tentu sebagian masyarakat mengenalnya dengan baik karena dia bukan saja eksis di industri hiburan tanah air tapi di bidang akademik pun prestasinya cemerlang. Ia berhasil kuliah di universitas paling bergengsi di dunia, Oxford University, Inggris. Di kampus tertua di Inggris itu, Maudy mengambil jurusan PPE-Philosophy, Politics and Economics— dan menyelesaikannya hanya dalam tempo tiga tahun. Keputusannya kuliah di Inggris sempat menjadi pembicaraan, pasalnya saat itu

karier Maudy di dunia hiburan tengah berkibar, namun dia lebih memilih meneruskan pendidikannya. Nyatanya pamor Maudy memang tidak hilang. Dia bukan saja berhasil menuntaskan pendidikannya tapi ketika kembali ke tanah air dan masuk industri hiburan lagi, ia tetap bisa meraih popularitasnya kembali. Setidaknya aktingnya di dua filmnya ‘Rudi Habibie’ (2016) dan Trinity, the Nekad Traveler (2017), mendapat respon bagus. Dan ‘gerakan’ Maudy tidak hanya ‘terpaku’ pada industri hiburan, dia juga masuk ke berbagai bidang di antaranya kegiatan sosial yang terkait dengan pendidikan. Pendidikan memang menjadi konsen Maudy sejak lama. Dia pernah berangan, suatu saat ingin memiliki sekolah atau melakukan sesuatu yang terkait dengan pendidikan. Cantik juga berprestasi yang membuat anak pertama pasangan Didit Jasmedi-Muren Murdjoko, ini, kerap diundang menjadi pembicara di berbagai acara. Salah satunya yang cukup besar adalah saat dia didaulat tampil sebagai pembicara dalam acara Kongres Diaspora Indonesia, dimana Barack Obama pun juga tampil memberi pidatonya. Dan kini, artis cantik multi talenta ini tengah sibuk mengkampanyekan gerakan sosial ‘Kejar Mimpi’ yang menyasar ke anak-anak muda. Gerakan ini, kata Maudy, terbilang

Maudy supermentor bersama Sri Mulyani

baru. Tujuannya untuk membentuk generasi penerus bangsa memiliki karakter baik dan mampu memberikan nilai-nilai baru yang dapat memajukan Indonesia. Ada banyak kegiatan yang digelar oleh gerakan ini, di antaranya adalah membuat workshop-workshop di berbagai kota. “Gerakan ini ada aspek awareness-nya tapi juga ada aspek teknisnya. Jadi aku dan tim Kejar Mimpi mengadakan series workshop di beberapa kota. Ini baru dimulai awal tahun. Jadi kita baru menggelar ini di 10 kota dan 40 sekolah,” jelas gadis 22 tahun yang memulai debutnya di dunia hiburan lewat film ‘Untuk Rena’ pada 2005. Di workshop ini, lanjut Maudy yang telah menelurkan dua album solo ‘Panggil Aku’ (2011) dan ‘Moments’ (2015), mereka membantu anak-anak muda untuk mengindentifikasi mimpi mereka dan cara-cara kongkrit untuk mencapainya. “Kita juga meminta setiap anak muda yang ikut workshop untuk menulis mimpi mereka,” tutur Maudy yang juga memiliki banyak ‘mimpi‘ dalam hidupnya. “Aku ingin berbuat banyak untuk anak-anak Indonesia, khususnya di dunia pendidikan dan literasi. Aku passionate banget soal itu. Mungkin aku mau bikin sekolah atau something like that,” ucap Maudy yang belum lama ini meluncurkan single terbarunya, ‘Kutunggu Kabarmu’.

Maudy dan keluarganya

PEDULI SESAMA SEJAK KECIL Keterlibatan Maudy dalam gerakan sosial sebenarnya bukan hal yang baru meski boleh dibilang dia lebih dikenal khalayak karena kiprahnya di dunia hiburan baik itu film maupun menyanyi. Berkat didikan orang-

bekerja jadi pemulung sampah,” ungkap Maudy yang saat SMA dipercaya menjadi Ketua OSIS. Dari kejadian tersebut, dia dan timnya terinspirasi untuk mengajar anak-anak pemulung belajar matematika dan bahasa Inggris. “Jadi , memang setelah ngobrol-ngobrol dengan pemulung, aku berpikir kita harus melakukan sesuatu. Lalu kami bicara dengan koordinator bidang sosial. Maka jadilah kita mengumpulkan anak-anak pemulung untuk belajar di sekolah kita—kebetulan sekolah nggak jauh dari tempat mereka. Jadi memang sederhana sih, tapi kami bahagia bisa melakukan ini,” ungkapnya. Bukan hanya aktivitas sosial untuk memotivasi anak-anak kurang mampu, Maudy juga hadir di panggung-panggung acara yang tujuannya memberi motivasi bagi kalangan muda untuk terus maju dan berkembang. Salah satunya adalah belum lama ini Maudy bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani dan beberapa tokoh tampil sebagai pembicara dalam

Mandalika

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Wapres Jusuf Kalla Tutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU “Sebagai organisasi terbesar, berarti juga memiliki tanggung jawab yang besar sekaligus juga amal ibadah dari Nahdatul Ulama (NU) sejak hampir 100 tahun yang lalu, sangatlah besar.”

I

tulah yang disampaikan oleh Wakil Presiden RI, H. M. Jusuf Kalla saat menutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU dan Konfrensi Besar NU di Pondok Pesantren Qurani Bengkel di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu. Oleh karena itulah, kegiatan tersebut dinilai sebagai acara yang sangat penting bagi Indonesia sebagai negara dengan penduduk Islam terbesar di dunia. Apabila NU adalah organisasi terbesar di Indonesia maka menurut Jusuf Kalla, secara otomatis NU juga adalah organisasi terbesar di dunia. “Amal ibadah terbesar dari Ulama NU untuk bangsa ini

adalah dalam hal memberikan pembinaan, pengetahuan dan juga bimbingan bagi umat kita sampai hari ini,” katanya. Wakil Presiden RI juga mengapresiasi rekomendasi dari hasilhasil musyawarah nasional yang telah memberikan banyak pedoman-pedoman dan saran-saran yang baik kepada pemerintah. Menurut Wakil Presiden RI, ada dua hal penting yang utama sebagai bangsa Indonesia. Pertama, yaitu rasa syukur atas keagamaan dan keislaman di Indonesia yang berkembang sungguh luar biasa. Kedua, kemakmuran bangsa ini berkembang semakin baik dari segala sudut dan cara. Pendidikan yang berbau pesantren saat ini juga semakin banyak. Pemanfaatan teknologi informasi seperti Televisi juga berdampak

Provinsi NTB merupakan inisiator dari program Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) di Indonesia yang kemudian diadopsi menjadi program nasional

Wakil Presiden RI saat menutup Musyawarah Nasional Alim Ulama NU dan Konfrensi Besar NU di Pondok Pesantren Qurani Bengkel di Desa Bengkel Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.

signifikan terhadap perkembangan pendidikan keislaman di Indonesia. Jusuf Kalla mencontohkan dari 15 TV nasional, ada 5 atau 6 yang setiap subuh menayangkan pengajian di setiap harinya. “Jika satu siaran TV bisa ditonton 2 juta orang perhari, maka sungguh luar biasa memberikan manfaat bagi pendidikan karakter anak bangsa ini,” ujarnya. Ia menilai Inilah perubahan-perubahan besar yang terjadi 25 tahun ini. Semua punya TV. Belum lagi kalau bulan puasa, tiap hari ada dakwahnya. “Masjid ada di mana-mana. Tidak hanya ada di kantor- kantor tetapi di mall-mall juga ada masjid. Semakin ramai pengunjung mall karena semakin

besar masjidnya,” katanya. Ia juga menjelaskan bahwa pasti ada tantangan dari semua perkembangan yang berjalan. Tantangan pertama yaitu radikalisme. “Radikalisme ini adalah pikiran yang berlebihan. Karena pikirannya cuma satu yaitu surga. Surga yang didapatkan dengan jalan pintas. Surga yang didapatkan secara cepat dan instan. Surga jangan dijual murah ya,” katanya. Sementara itu tantangan yang kedua adalah modernisasi. “Kita harus menyiapkan anak muda dengan cara yang baru. Pesantren harus berpikir bagaimana mendidik para generasi baru generasi milenium ini karena para santri pasti semua sudah

Provinsi NTB Inisiator Program DBIP Maudy saat kongres diaspora Indonesia bersama Barack Obama dan Reza Rahardian

tuanya, sejak kecil rasa kepedulian sosialnya telah tumbuh. Saat usia 10 tahun, dia telah menulis buku dongeng anak ‘A Forest a Fables’ dimana royalti buku tersebut disumbangkan untuk anak-anak korban tsunami Aceh. “Waktu itu aku masih kecil, usia 10 tahun. Pas kejadian tsunami Aceh, aku benar-benar tercengang dengan kejadian itu. Lalu we decided collectively membuat buku cerita pendek. Buku itu kita tulis dan publish, royaltinya kita berikan untuk anak-anak korban tsunami Aceh,” jelas Maudy yang mengaku memang memiliki hobi menulis. Saat SMA pun Maudy aktif terlibat dalam kegiatan sosial bersama teman-temannya. “Suatu ketika ada project sekolah untuk bertemu dengan seorang pengrajin. Kebetulan pengrajin yang dicari tinggalnya di dekat sekolah, di samping tumpukan sampah yang menggunung. Aku dan tim aku ngobrol-ngobrol dengan orang itu. Dia bercerita tentang keluarganya juga anak-anaknya yang ternyata putus sekolah karena tidak ada biaya. Akhirnya anak-anaknya

event ‘Supermentor ke-20’ yang merupakan kerjasama Foreign Policy Community Indonesia dengan Bank Dunia dan Pemerintah Australia. Tema yang diangkat adalah ‘Indonesia Great Prosperity Head: Will It Happen? Will It Be Yours’. Bagi gadis kelahiran 1994 ini adalah kebanggaan bisa terpilih menjadi pembicara dalam event sebesar itu. Apalagi tokoh-tokoh yang jadi speaker pada saat itu adalah orang-orang yang berpengaruh. Sri Mulyani, misalnya, Menteri Keuangan yang kredibilitasnya diakui dunia, demikian juga Dino Patti Djalal, DR Jim Young Kim, Presiden Bank Dunia. Sedang Maudy Ayunda sebagai Global Shaper, World Economic Forum. “Aku diminta berbicara dari sisi anak muda, bagaimana interprestasi aku terkait pesan-pesan yang disampaikan Ibu Sri Mulyani (Menkeu). Jadi versi aku terhadap what i see to be so important tentang ekonomi, kesehatan, dll. Aku ngomong secara filsafatnya,” kata gadis kelahiran 19 Desember 1994 ini yang juga menjadi Duta Anti Perbudakan Modern. (Diana Runtu)

21

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, S.H., M.Si. mengungkapkan bahwa Indonesia menduduki posisi pertama di dunia terkait indeks ketaatan dan loyalitas rakyatnya kepada Pemerintah. Dengan memperoleh angka 80 poin. Bahkan, Indonesia dapat mengalahkan negara Amerika Serikat dengan 35 poin dalam hal loyalitas. “Jika tingkat kepatuhan ini dapat kita manfaatkan dengan baik maka bisa jadi merupakan modal membangun desa dan daerah. Begitu desa kuat maka kabupaten dan provinsi-pun akan kuat,” ungkapnya. Oleh karena itu, Amin berharap tingkat kepatuhan rakyat yang sangat tinggi ini harus diikuti dengan pemerintahan yang terbuka dan akomodatif. Sebab dengan keterbukaan itu, menurutnya maka seluruh elemen masyarakat akan dapat ikut aktif berpartisipasi menciptakan kreativitas dan inovasi untuk memajukan pembangunan di desa. “Dengan keterbukaan dan kemitraan yang baik, maka rakyat memiliki ruang berpatisipasi aktif dalam keseluruhan proses pembangunan, termasuk ikut bertanggung jawab mengawasi

penggunaan dana desa agar terhindar dari berbagai bentuk penyimpangan,” ujarnya ketika membuka Festival Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) Nasional 2017, di Mataram minggu lalu. Festival DBIP yang merupakan kelanjutan dari pencanangan DBIP oleh Gubernur NTB pada Oktober​ 2016 lalu, adalah pertama kalinya dilaksanakan di Indonesia, dimana Provinsi NTB merupakan inisiator dari program Desa Benderang Informasi Publik (DBIP) di Indonesia yang kemudian diadopsi menjadi program nasional. Menurut Wagub, desa merupakan ujung tombak pembangunan daerah dan nasional. Disebut sebagai ujung tombak karena semua potensi pembangunan sesungguhnya berada di desa. Baik potensi ekonomi seperti pertanian, peternakan, pariwisata, nilai-nilai sosial budaya, kegotongroyongan dan potensi hankam dan politik lainnya. Semua potensi tersebut harus dikelola dengan baik melalui kerjasama kemitraan antara pemerintah desa dan seluruh masyarakat-

nya, sehingga kesejahteraan dapat diwujudkan. “Saya minta para Kepala Desa berani tampil membangun desa dan transparan dalam menggunakan anggaran dana desa agar penggunaannya tepat sasaran dan para kepala desanya terhindar dari masalah-masalah hukum,” pesan Wagub. Ia juga berharap agar kepala desa dan seluruh peserta yang hadir ikut serta menjaga stabilitas ekonomi, politik, dan keamanan di NTB. “Jaga ketentraman, kenyamanan dan keamanan mulai dari desa dan seterusnya, karena bila kesemuanya

itu bisa kita jaga maka investasi tidak akan ragu masuk ke daerah ini,” ujarnya sembari menegaskan bahwa dengan masuknya investasi akan banyak membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat sehingga berkontribusi positif terhadap penurunan angka pengangguran dan kemiskinan. Ketua Komisi Informasi NTB, Ajeng Roslinda Motimori, S.Pt pada kesempatan ini mengungkapkan bahwa pelaksanaan festival pada hari ini sebagai keberlanjutan dari pencanangan DBIP yang diresmikan oleh Gubernur

memiliki HP. Bukan lagi bertanya pada Kyai tetapi bertanya pada google. Ini semua harus dijawab dengan sebaik-baiknya, jika tidak maka pengaruh dari luar gampang masuk,” tegas Wapres. Sementara itu Rois Aam KH. Ma’ruf Amin mengungkapkan pada Wakil Presiden RI H. M. Jusuf Kalla bersama ribuan Ulama dan masyarakat yang hadir, tentang komitmen NU untuk konsisten dalam menyebarkan ajaran Islam Ahlussunah Waljamaah pada umat Muslim di Nusantara. Ormas Islam terbesar di Indonesia ini juga akan menyebarkan Islam moderat ke seluruh dunia lewat gerakan Islam nusantara. (Naniek I. Taufan)

NTB pada Oktober​ 2016 lalu. Ajeng juga memaparkan rangkaian acara yang berlangsung dari 28-30 November 2017 ini mencakup launching 16 Desa Model, seminar nasional bertajuk “Menurunkan Angka Kemiskinan Melalui Penerapan Pemerintah Terbuka” menjadi ruang bertutur bagi pemangku amanah di Provinsi NTB atas pemerintahan terbuka yang telah dijalankan, gelar budaya berupa penampilan kesenian daerah dan Lomba Cerdas Tangkas tentang pengetahuan, pemahaman dan keterampilan antar PPID berkenaan dengan keterbukaan informasi publik. Pengukuhan 16 desa model DBIP se-NTB meliputi Desa Leu Kabupaten Bima, Desa Uma Beringin Sumbawa, Desa Peresak di Negara, Desa Panda Bisa, Desa Baru Tahan Sumbawa, Desa Senggigi di Lombok Barat, Desa Matua Dompu, Desa Sapugara bree di Kabupaten Sumbawa Barat, Desa Kumbang di Lombok Timur, Desa Kandidi di Dompu, Desa Lab. Lalar di KSB, desa Barabali di Lombok Tengah, Desa Montong Gamang di Lombok Tengah, Desa Sigar Pejalin di Lombok Utara, Desa Gondang di Lombok Utara, Desa Rarang Selatan Lombok Timur. (Naniek I. Taufan)


22

K

Sosialita

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

abar tak sedap yang berhembus di media dalam sepekan kemarin membuat Kusman cemas. Sempat beredar isu kalau BPJS Kesehatan akan menghentikan menanggung pembiayaan delapan jenis penyakit katastropik yang selama ini di-cover pembiayaannya oleh BPJS Kesehatan. Di antaranya adalah pengobatan penyakit jantung dan gagal ginjal. Dosen berusia 60 tahun ini mengidap penyakit ginjal dan jantung. Bahkan karena cukup parah penyakit ginjalnya, dia terpaksa harus cuci darah seminggu sekali. “Apa benar kabar rencana BPJS Kesehatan akan menghapus tanggungan biaya untuk penyakit katastropik? Selama ini saya menggunakan BPJS Kesehatan dan itu sangat membantu. Kalau dihapus, bagaimana pengobatan saya? Saya harus cuci darah setiap minggu. Kalau biaya sendiri pasti berat karena ini adalah rutin,” ungkap Kusman resah. Keresahan Kusman pastinya juga dirasakan oleh masyarakat lainnya. Karena semua tahu, penyakit seperti jantung, gagal ginjal, stroke, talasemia, sirosis hati, leukimia dan hemofilia-- penyakit masuk kategori katasropik-- adalah penyakit yang banyak diderita masyarakat. Biaya pengobatan penyakit itupun tergolong mahal sehingga jika harus ditanggung sendiri oleh masyarakat, khususnya masyarakat menengah-ke bawah pasti akan terasa berat. Apalagi proses pengobatan penyakit-penyakit tersebut memakan waktu lama. Komisi IX DPR yang salah satu partner kerjanya

Usulan Cost Sharing Atasi Defisit Anggaran BPJS Kesehatan

Potret layanan BPJS kesehatan

adalah Kementerian Kesehatan, juga ikut bereaksi dengan munculnya pemberitaan tersebut. DPR menolak

keras karena sudah pasti hal itu akan memberatkan masyarakat. ”Kalau kita lihat esensi dari sistem asuransi harusnya untuk membantu penyakit yang katastropik atau penyakit-penyakit yang berat seperti ini. Jadi kalau BPJS Kesehatan hendak melakukan menghapus terhadap jaminan penyakit-penyakit katastropik itu, artinya esensi dari asuransi itu sendiri kan sudah tidak tepat lagi,” ungkap Okky Asokawati. Jika dikaitkan dengan defisit anggaran yang dialami BPJS Kese­ hatan, ujar mantan peragawati papan atas era 1980-an itu, juga tidak tepat dengan mengambil cara tidak menjamin penyakit-penyakit katastropik. “Saya justru setuju dengan Menteri Keuangan yang menyebut guna mengatasi defisit anggaran tersebut, pemerintah

tidak menaikkan iuran tapi meminta BPJS Kesehatan membenahi sistemnya,” kata Okky. Isu tersebut bermula dari rapat dengar pendapat antara Komisi IX DPR dengan BPJS Kesehatan di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, pada pekan lalu. Ketika itu salah satu tema utama yang menjadi sorotan adalah masalah defisit anggaran BPJS Kesehatan yang mencapai Rp 9 triliun. “Menurut BPJS Kesehatan pembiayaan untuk sejumlah penyakit menjadi penyebab utama membengkaknya defisit anggaran. Pengobatan penyakit-penyakit tersebut menghabiskan hampir 20% dari total anggaran. Ada delapan pe-

nyakit antara lain jantung, ginjal, kanker, stroke, leukimia, “ papar Saleh Partaonan Daulay, Wakil Ketua Komisi IX DPR, dalam keterangan persnya. Guna mengatasi defisit anggaran, BPJS Kesehatan mengusulkan adanya cost sharing. “Cost sharing adalah berbagi biaya antara BPJS Kesehatan dengan pasien atau keluarganya. Cost sharing ini hanya berlaku bagi peserta mampu dan mandiri,” jelas Saleh. “Menanggapi usulan itu, kami meminta agar BPJS membuat simulasi pembiayaan dengan sistem cost sharing. Berapa sebetulnya nilai penghematan yang didapat, berapa persen bisa menutupi defisit,” tambahnya menjelaskan. Menurut Dede Yusuf, Ketua Komisi IX DPR , delapan penyakit katastropik itu adalah penyakit masyarakat di mana semua orang dari berbagai lapisan masyarakat berpotensi untuk terkena penyakit tersebut. “Masyarakat desa pun berpotensi terkena penyakit itu,” ujar Dede. Soal cost sharing, katanya, itu bisa dilakukan jika penyakitnya adalah penyakit langka yang menghabiskan biaya besar. Sedang delapan penyakit katastropik yang disebutkan itu adalah penyakit umum di masyarakat. Sebagaimana diketahui isu rencana menghapus penjaminan delapan penyakit katastropik menjadi pemberitaan berbagai media massa. Buntutnya adalah masyarakat menjadi resah karena sebagian masyarakat berpendapat bahwa justru karena khawatir dengan penyakit-penyakit itulah maka mereka menjadi peserta BPJS Kesehatan. Masyarakat tahu pembiayaan pengobatan penyakit katastropik itu, mahal. Dengan adanya jaminan pembiayaan dari BPJS, masyarakat merasa terbantu. (Diana Runtu)

gan Presiden, pihaknya tunduk dan patuh terhadap segala kebijakan yang diterapkan pemerintah. Penegasan yang sama juga disampaikan oleh Menteri Kesehatan, Nila Moeloek. “Kami tidak ada rencana melakukan cost sharing bagi peserta BPJS Kesehatan. Penyakit-penyakit katastropik tetap akan ditanggung. ,” tegasnya. Menurut Nila, ada banyak opsi yang bisa ditempuh untuk mengatasi defisit anggaran BPJS Kesehatan dan hal itu sudah dibahas dengan Menko PMK (Pembangunan Manusia dan Kebudayaan). “Sekitar sembilan poin, tapi bukan cost sharing, itu bukan opsi,” tegas Nila. Dalam kesempatan itu dia juga meluruskan tentang kejadian pada RDP BPJS Kesehatan dan Komisi IX. “Ketika itu BPJS diminta menjelaskan solusi pembiayaan penyakit katastropik. Di negara lain, cara yang dilakukan adalah dengan cost sharing. Namun berita yang muncul justru menyebut BPJS Kesehatan akan menerapkan cost sharing,” ucap Nila. (Diana Runtu)

Jumat (24/11), dirangkaikan dengan Festival Kedaton, bertempat di Puri Agung Tabanan, WHDI Bali bersinergi dengan WHDI Tabanan, Bu Agung (pemilik Salon Agung,LKP

Okky Asokawati

3

WHDI Dukung Pelestarian Budaya Agung, TUK Agung), Kelompok Media Bali Post, dan Viva Cosmetics, menggelar Workshop Tata Kecantikan serta Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin Bali. Hasil riasan para peserta ujian yakni payas agung, payas madya, dan payas modifikasi ini langsung diparadekan dalam Festival Kedaton tersebut, yang alhasil menambah maraknya acara. Ketua WHDI Bali Ny. Bintang Pupayoga yang berkesempatan hadir saat itu memberikan apresiasi tinggi terhadap sinergitas ini yang dikatakannya bisa memajukan wanita Hindu di Bali. Uji Kompetensi kali ini pun disebutnya sangat spesial karena selain diikuti peserta regular, melibatkan juga 12 warga pengungsi dari Karangasem hasil binaan WHDI Bali, setelah sebelumnya mereka dilatih di LKP Agung selama sebulan. “Kami berharap setelah mengikuti pelatihan dan uji kompetensi ini, warga pengungsi Karanga­s em memiliki bekal kete­ rampilan yang nantinya bisa bermanfaat un-

Hasil ujian yang langsung diparadekan dalam Festival Kedaton di Puri Agung Tabanan, Jumat (24/11).

Ny. Bintang Puspayoga bersama beberapa peserta ujian

tuk membantu menopang perekonomian keluarga bahkan dapat membuka lapangan kerja di daerahnya masing-masing,” ujar Ny. Bintang Puspayoga. Istri Menteri Kope­ rasi dan UMKM RI ini menambahkan, program pelatihan tata rias untuk warga pengungsi ini akan terus dilanjutkan secara bergelombang dan dilatih khusus di LKP Agung, Denpasar. “ Ka m i W H D I a k a n tetap me-maping dan melakukan pendam­ pingan sesu­ai­kebutuh­ an mereka. Karena ketika mereka memin­ ta pelatihan tata rias misalnya, dan itu kita lakukan, hasilnya akan jauh lebih maksimal seperti apa yang kami lakukan selama ini,”

Pemotongan tumpeng oleh Ny. Bintang Puspa yoga didampingi Ida Tjokorda Anglurah ­Tabanan beserta istri, beberapa asesor, dan keluarga Puri

Bali Kini Miliki 14 Asesor Tata Rias Pengantin

Penyakit Katastropik Tetap Ditanggung “BPJS Kesehatan diminta paparan tentang perkembangan pengelolaan JKN-KIS. Lalu dalam paparan tersebut ditampilkan sebagai gambaran di Jepang, Korea, Jerman, dan negara-negara lainnya yang menerapkan cost sharing. Pada saat itu kami memberikan referensi akademik. Jadi jangan salah paham duluan ya,” kata Nopi Hidayat, Kepala Humas BPJS Kesehatan menceritakan tentang RDP BPJS Kesehatan dan Komisi IX DPR, pekan lalu. Menurut Nopi, saat era Askes, pemerintah memberikan dana subsidi bagi penyakit-penyakit katastropik. Nila Moeloek Pemberian dana tersebut dilakukan sejak tahun 2004 sampai 2013. “Tapi sejak PT Askes bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan pada 2014, sampai sekarang belum ada regulasi tentang subsidi pemerintah untuk penyakit katastropik. Padahal dulu ada subsidi. Saat ini hal tersebut tengah diusulkan untuk revisi Perpres,” paparnya. Sampai saat ini, tegasnya, delapan penyakit katastropik itu –jantung, gagal ginjal, kanker, stroke, sirosis hepatitis, thalasemia, leukimia dan hemofilia--- tetap ditanggung BPJS Kesehatan. “Jadi masyarakat tidak perlu khawatir. Selama peserta JKN-KIS mengikuti prosedur dan ketentuan maka kami akan jamin biayanya sesuai ketentuan yang berlaku,” kata Nopi sambil menambahkan, sebagai Badan Hukum Publik yang berada di bawah naun-

S

ebagai sebuah wadah organisasi wanita Hindu di Bali, WHDI Provinsi Bali berkomitmen menjaga dan melestarikan budaya Bali. Salah satunya melalui pelaksanaan workshop tata rias dan menyosialisasikan etika berbusana adat yang baik dan benar.

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

Setelah melalui perjuangan yang cukup keras, mengikuti serangkaian Pelatihan Asesor Kompetensi yang digelar LSP Rias Pengantin Modifikasi dan Modern “Katalia”, dengan menghadirkan narasumber 4 master asesor dari BNSP. Akhirnya ke 14 peserta dinyatakan “Kompeten”. Kini, Bali memiliki 14 Asesor Tata Rias Pengantin Bali Modifikasi dan Modern, yakni dari Singaraja 1 orang, Badung (2), Tabanan (1), Denpasar (6), Gianyar (1), Jembrana (1), Karangasem (1), dan Klungkung (1). Ketua Katalia Bali, Dr. Dra. AA Ayu Ketut Agung, M.M. mengatakan, selama ini peserta yang mengikuti uji kompetensi tata rias Bali modifikasi, mendatangkan asesor (penguji) dari Wali Kota Denpasar IB Rai D. Mantra memberikan apresiasi besar terhadap pusat. Bu Agung-demikian sapaan pelaksanaan Pelatihan Asesor Kompetensi Rias Pengantin Bali Modifikasi akrabnya mengakui bahwa Bali dan Modern yang diinisiatori Bu Agung. Tampak Wali Kota IB Rai D. Mantra kekurangan asesor. Hal ini dikarenadidampingi Sekda Rai Iswara, Camat Denut Nyoman Lodra, Perbekel Desa kan seorang asesor harus memenuhi Dangin Puri Kangin IGN Putrama berfoto bersama Bu Agung, Ketua DPP 5 persyaratan dari BNSP (Badan Na­Katalia Kun Mulyono, dan beberapa peserta pelatihan asesor sional Sertifikasi Profesi), di antaranya bahwa salon maupun penata rias perlu “kompeten” yang minimal 2 tahun buka salon (terampil), memiliki 5 sertifikat dibuktikan dengan mengantongi sertifikat uji kompetensi. uji kompetensi. Tak hanya sertifikat rias pengantin Bali Di sela jadwalnya yang begitu padat, Wali Kota Denmodikasi, tetapi juga rias pengantin modifikasi yang lain. pasar IB Rai D. Mantra, S.E., M.Si. yang sangat peduli dengan “Di Bali, banyak perias-perias yang bagus tapi mereka tidak pendidikan ini memberikan support dengan berkesempatan punya sertifikat uji kompetensi. Kami sangat bersyukur, hadir meninjau pelaksanaan pelatihan asesor yang berlangdari ke 14 peserta pelatihan asesor, semuanya dinyatakan sung dari tanggal 20 s.d. 25 November 2017, didampingi kompeten,” ucapnya. Sekda Drs. AA Rai Iswara, M.Si., bersama Camat Denpasar Karena itu, Bu Agung yang juga pemilik Salon Agung, Utara I Nyoman Lodra, S.E., M.Si, serta Perbekel Desa Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Agung dan Tempat Uji Dangin Puri Kangin Ir. IGN Putrama. (inten) Kompetensi (TUK) Agung terus-menerus menyosialisasikan

ujarnya. Di sela-sela acara tersebut yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun Bu Bintang, istri Menteri Kope­ rasi dan UMKM RI itu pun bertambah haru ketika diberikan kejutan dengan pemotongan nasi tumpeng. Salah seorang pengungsi asal Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, Kara­ ngasem Ni Ketut Pasriniati (32), mengatakan sangat bersyukur diberikan kesem­patan belajar tata rias di LKP Agung sampai mengikuti uji kompetensi. “Mimpi pun saya tidak pernah. Saya yang dulunya hanya bisa menga­ gumi seorang Ibu Agung dan hampir setiap hari menonton tutorialnya di youtube, kini bisa langsung diajar Bu Agung. Pengalaman ini tak terlupakan. Saya bersyukur sekali bisa makan, tidur, dan belajar banyak hal tentang tata rias

disini selama sebulan,” tuturnya haru dan berharap sekembalinya nanti ke daerahnya bisa membuka salon. Sementara, Penglingsir Puri Agung Tabanan, Ida Tjokorda Anglurah Tabanan mengatakan pihaknya selalu mendukung kegiatan yang bersifat pelestarian seni dan budaya Bali. Selain mendapatkan pelatihan tata rias, para pengungsi Gunung Agung juga diajak tampil dalam parade busana adat Bali mewakili Indonesia di ajang bergengsi Asia Hair and Beauty Golden Bauhinia Award 2017. Dalam acara yang berlangsung Senin (20/11) di Nusa Dua tersebut, parade busana adat Bali mendapat sambutan antusias peserta seminar. Pada kesempatan tersebut, Bu Agung tampil sebagai salah seorang penerima Award. (inten)

Ny. Bintang Puspayoga dan Bu Agung berfoto bersama para asesor yang sudah “kompeten”


2

Putu Wijaya

Espresso

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

GORO-GORO PAHLAWAN DI MASA DAMAI (2)

Setelah mengisi perut, Amat kembali mengisi kepal­ anya. Melanjutkan membaca, ingin tahu siapa yang disebut pahlawan

di masa damai: Sebulan kemudian, di ruang sidang pengadilan. Perusuh duduk di kursi terdakwa. Jaksa penuntut umum, menudingnya dengan sebagai pejahat terbarat di era kemerdekaan: “Inilah dia otak, tokoh yang telah menjadi pusat gempa cheos, huru-hara, penjarahan, pemba­ karan, rasialis, pemerkosaan, pem­ bunuhan, pencetus gara-gara per­ tumpahan darah sia-sia di antara saudara. Pelaku, penangungjawab kematian seratus orang anak bang­ sa. Lima puluh lainnya luka berat. Lima ratus orang stres. Dua puluh akan cacat seumur hidup. Seper­ tiga kota terbakar dan berdarah. Banyak perempuan diperkosa. Seribu mobil hangus. Dan seba­ gainya dan sebagainya. Tuntutan kami menyangkut terlalu banyak pasal dengan ancaman hukuman yang tidak mungkin terpikul. Dengan ancaman hukuman yang paling ringan saja: sudah tidak akan tertanggungkan lagi. Eksekusi mati

tanpa diperkenankan menerima amnesti .... .” Tepuk tangan riuh dan pekik sorak setuju.. Kemudian perusuh itu tampil tanpa pembela. Ia nampak begitu tenang. Sama sekali tak gentar, bahkan nampak seperti orang bi­ jak yang mau memberi wejangan moral. Ia tidak membela diri tetapi berpidato: “Aku tak sudi suaraku diwakili dan kebebasanku dibatasi karena kebenaranku tak boleh dieliminir. Orang menudingku sebagai pelaku, biang kerok, titik api dari sebuah pergeseran nilai yang alami yang seharusnya berlangsung satu abad dengan pengorbanan darah nyawa kerusakan yang seratus kali dari apa yang tercatat sekarang. Apakah itu kerugian atau kelebihan? Apkah itu tindakan kriminal atau jasa yang layak diberi kehormatan Bintang Maha Putera? Perang yang selesai membuat produksi pahlawan berhenti. Apakah di masa damai tidak perlu. ada pahlawan? Kenapa tidak? Di masa damai pertempuran justru lebih dahsyat karena musuh tak kelihatan. Banyak di antaranya saudara kita sendiri! Orang yang kita cintai. Bahkan tak jarang guru dan pemimpin kita juga! Karena itu kita memerlukan pahlawan. Pahla­ wan sejati. Bukan pahlawan kar­

ena tertembak mati oleh musuh, tapi tertembak mati oleh dirinya sendiri. Karena ia harus berani membunuh mati ambisinya pribadi demi kebahagiaan rakyat!” “Aku sudah berhasil mem­ bunuh perasaanku sendiri hingga mampu mempertunjukkan moral manusia yang semakin bejat, ganas, lebih kejam dari binatang karena duit dibiarkan berkuasa dan menjadi segalanya. Pesanku jelas pemberhalaan duit harus dihentikan. Kalau tidak, inilah jadinya! Bukan 100 orang mati sia-sia tapi seluuruh bangsa! Masa depan kita: akan seribu kali cheos! Aku sudah membelajarkan moralitas baru dengan contoh konkrit, soal konkrit hanya dalam satu hari. Kalau tidah akan diper­ lukan rentang waktu 5 dekade dengan korban 100 kali. Apakah kiprahku itu tindakan bejat atau luhur yang perlu dianugerahi Bin­ tang Pahlawan Bangsa?” Kembali Amat berhenti mem­ baca. Ia ingin menjawab. Tapi kembali istrinya memanggil: “Pakkk! Jangan lengah, ada kuc­ ing mau nyuri makanan di meja, tolong usir!” Amat tak melihat ada kucing di meja makan. Karena aman, ia segera berbalik mau kembal ke ruang depan, mau melanjutkan membaca.

Tapi tiba-tiba ia mendengar sep­ erti bunyi nafas kucing. Lalu ia lihat kucing. Itu seperti tiduran santai di salah satu kursi makan. Anteng, sama sekali tak terasa seperti mau mencuri. Bahkan nyaris seakan menjaga meja. Amat tersenyum, “Hewan pun sekarang sudah pandai bersandiwara, apalagi ma­ nusia,” kata Amat dalam hati. Dengan lembut Amat mulai ikut bersandiwara. Ia menegur kucing itu dengan panggilan sayang. Lalu perlahan mendekat, untuk kemu­ dian meraih dan menggedongnya lalu akhirnya membawa keluar rumah sembari menutup pintu. Setelah itu Amat cepat kembali pada bacaannya. Ia geregetan ingin menjawab. Tapi sebelum itu harus menamatkan dulu membaca agar tidak salah kaprah: Ternyata di akhir peradilan ada antiklimaks. Perusuh dibebaskan dari segala tuduhan dan bahkan dianugerahi kehormatan Bintang Maha Putra serta Pahlawan Di Masa Damai Upacara dan sambutan dari salah seorang korban yang cacat seumur hidup pun ditayangkan di berbagai media sosial. “Saya mengucapkan berjuta terima kasih atas tanda mata seu­ mur hidup, cacat saya ini, yang akan saya junjung seumur hidup yang membuat saya memiliki harga diri bahwa kehadiran saya tidak sia-sia walau pun hanya se­ bagai contoh kebobrokan moral. Karena dengan menyandang ca­ cat ini saya merasa dipercaya mengemban tugas mulia bangsa.

Ini adalah peringatan suci bagi genersi muda untuk menyadari uang bukanlah segala-galanya! Kar­ ena menunaikan tugas penting ini, saya mendapat tunjangan 50 ribu sebulan seumur hidup, sehingga walaupun tidak bekerja kantor, saya, istri saya dan tujuh anak saya, bisa mendapat keringanan biaya beli beras. Hidup damai tenang, tanpa harus bekerja sebagai pe­ gawai kantor, seperti orang lain, di sebuah rumah BTN RSS yang bisa dicicil 20 tahun, tanpa bunga. Sam­ bil merangkap sebagai pengemis yang bersertifikat (menunjukkan sertifikatnya) sehingga ada jaminan tidak akan kena garuk petugas ketertiban kota. Terima kasih sejujur-jujurnya.” Amat terkejut. Karena cerita itu berakhir di situ. Ia langsung membanting majalah yang sedang dibacanya. Lalu menginjaknya berkali-kali sambil. ngumpat. “Gila! Gila! Sudah gila!” Bu Amat muncul. “Kenapa, Pak?” “Sudah gila!” “Siapa yang gila?” “Cerita gila!” “Perusuh yang diangkat jadi pahlawan di masa damai itu!” “Ya!” “Itu kan tulisan mantu kita, suaminya Ami, tapi pakai nama samaran!” Amat terkejut. Ia langsung mengambil kembali majalah yang diinjaknya. “Gila! Gila! Bagus sekali sindirannya! Tak menyangka sama sekali, begitu tajam!”

Berkarya Mempermudah Kesuksesan Sukses adalah sebuah kata yang memiliki arti dan makna yang sangat dalam, setiap insan manusia memiliki tingkatan kes­ uksesan yang berbeda-beda dan mengartikan sukses itu juga pasti berbeda, Sukses itu adalah relatif atau siapapun boleh menentu­ kan tingkatan kesuksesan itu. Untuk mencapai kesuksesan seseorang harus melalui berba­ gai proses baik pembelajaran, perencanaan, percobaan, kega­ galan hingga menentukan garis start dan finis dari sebuah kata sukses. Untuk menentukan kata sukses itu berawal dari mulai berpikir tentang tujuan hidup dan cita-cita. Sejak duduk di di bangku SMA, saya sudah memi­ liki cita-cita menjadi seorang dokter atau tenaga medis. Na­ mun cita-cita itu harus kandas lantaran biaya untuk sekolah kesehatan kala itu sangatlah ma­

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

hal sehingga harus menentukan lagi kemana arah dan tujuan yang harus dipilih untuk memperoleh kata sukses, Sukses kala itu masihlah san­ gat jauh karena jangankan untuk meraihnya bahkan menentu­ kan batas suksesnya-pun belum mampu. Kita tidak tahu harus memulai dari jalan mana menuju kesuksesan itu. Namun karena rasa “jengah” atau tekad yang kuat yang dimiliki memaksa harus melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi. Bukan sekolah kesehatan namun ilmu pendidikan matema­ tika. Memang keputusan itu tidak sesuai dengan cita-cita yang telah kandas namun sudah menentukan jalan yang digunakan sesuai den­ gan kemampuan ekonomi. Lulus adalah tujuan sukses yang ditentukan kala itu. Tak hanya harus berjuang dengan pembelajaran namun ia juga

rupiah sekaligus mampu men­ gantarkan untuk meraih kesuk­ sesannya yang pertama “lulus” sebagai sarjana strata satu ilmu matematika. Untuk meraih sukses kita harus belajar, bergerak, memulai dan berkarya. Berkarya harus terus dilakukan agar tidak terlin­ das oleh perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Jika tidak kuat dan kreatif kita pasti terlindas olehnya. Berlarilah agar tidak tert­ inggal, Bangun dan bergeraklah agar tidak terlindas. Selain menjadi guru di sekolah almamaternya, saat ini saya juga

mengajar puluhan siswa yang ikut les privat, dan memiliki hampir ratusan peserta didik di Bimbel Ganesha Guru. Bimbel ini sudah berkembang pesat dan mendapat respons yang sangat positif bagi siswa dan masyarakat. Sukses itu memang jauh jika kita hanya berdiam diri, namun sukses itu akan semakin mudah kita raih jika kita mau dan mam­ pu berkarya secara konsisten. Ni Wayan Epik, S.Pd. Guru di SMP N 1 Payangan, Mahasiswa S2 Undiksha

Kata Hati Ni Wayan Epik, S.Pd.

harus berpikir bagaimana dengan pembayarannya. Mengajar kursus/ les privat matematika menjadi jalan mengumpulkan pundi-pundi

Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 981/ 4 - 10 desember 2017

23

Dari Pesawat ke Kapal Ferry

Erupsi Gunung Agung berdampak terhadap pener­ bangan. Bandara Ngurah Rai sempat ditutup karena abu vulkanik. Jadwal penerbangan dari dan ke Bali pun ditunda bahkan dibatalkan. Berikut penuturan mereka yang mengalami penundaan.

“S

aya mendapat tugas dari institusi untuk bertugas di sebuah universitas swasta di Kota Bandar Lampung selama lima hari dari tanggal 23 s.d. 27 November 2017. Saat berangkat ke Bandar Lampung via Jakarta Hari Kamis tanggal 23 November, Gunung Agung masih belum erupsi, hanya sempat mengeluarkan asap yang katanya akibat hujan. Penerban­ gan saya menuju Lampung via Jakarta sangat lancar pagi itu, cuaca sangat cerah,” ujar dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked. Ia bahkan sempat mengabadi­ kan foto kondisi Gunung Agung

dengan kameranya dari jendela pesawat. Gunung Agung terlihat sangat jelas dengan sedikit ada asap putih keluar dari puncaknya. Ia mengatakan, perjalanannya lancar dan tiba di kota Bandar Lampung dengan selamat. Saat berada di Lampung be­ redar informasi di media Gu­ nung Agung sudah mulai erupsi. “Kekhawatiran mulai melanda karena kemungkinan Bandara Ngurah Rai bisa ditutup. Tetapi saya masih tenang karena belum ada info bandara Ngurah Rai ditutup,” ujar dosen Fakultas Kedokteran Unud ini. Minggu, 26 November ia

mendengar berita Bandara Ngu­ rah Rai kadang buka tutup, sedan­ gkan bandara di Lombok Praya sudah ditutup akibat abu vulkanis Gunung Agung yang tertiup angin ke arah Selatan dan Timur. “Ada teman saya yang menuju Lom­ bok harus melalui jalan darat. Saya sudah mulai gundah karena Senin, 27 November, jadwal saya untuk balik ke Denpasar dari Lampung via Jakarta, tetapi masih ada harapan karena hari minggu itu Bandara Ngurah Rai belum ditutup,” tutur lelaki yang akrab disapa dr. Agus ini. Senin, 27 November, Bandara Ngurah Rai resmi dinyatakan ditutup sampai hari Selasa. “Saya menjadi panik karena pener­ bangan saya menuju ke Bandara Ngurah Rai Denpasar dibatalkan. Sedangkan saya masih di Lam­ pung. Berarti terpaksa saya harus menginap sehari di Jakarta untuk masih berharap bisa berangkat ke Bali pada Selasa, 28 Novem­ ber. Sore itu saya berangkat ke Jakarta dan tiba dengan selamat di Jakarta. Saya menerima SMS dari Garuda bahwa penerbangan saya malam itu ke Denpasar ditunda menjadi Rabu malam,” kata dr. Agus. Tiba di terminal 3 Ultimate Soekarno-Hatta, ia segera konfirmasi perubahan jadwal ke konter tiket Garuda agar bisa dipindah jam ke Selasa pagi atau siang ke Denpasar. Petugas konter mengatakan ada kabar Selasa, Bandara Ngurah Rai juga akan ditutup sampai Rabu, 29 November. Kepastian berikutnya akan menyusul sehingga kesim­ pulannya. “Saya tidak bisa juga berangkat ke Bandara Ngurah Rai Denpasar hari Selasa. Hari Rabu pun belum pasti. Setelah berkon­ sultasi dengan keluarga dan teman yang bekerja di travel, saya me­ mutuskan mengubah rute untuk menuju bandara di Banyuwangi, dan dari Banyuwangi menuju Denpasar dengan jalan darat, karena penerbangan ke Bali yang belum pasti,” kata dr. Agus.

Estafet dengan Naik Bus Perjalanan pulang ke Bali galaman tambahan bagi Dayu yang awalnya direncanakan naik Parwati. Di media sosialnya, ia pesawat harus berubah menjadi mengunggah foto makan dini naik bus. Hal ini dialami Ida Ayu hari dengan ratusan orang itu Made Parwati, Kasubid Balnak sesuatu banget. Foto ini dileng­ Perwakilan BKKBN Bali usai kon­ kapi dengan tagar #estafetmn­ sultasi di Jakarta, Selasa (28/11) jubalijktsby. bersama rombongannya. Selama perjalanan, ia me­ “Dari Jakarta kami akhirnya manfaatkan waktu untuk tidur. pulang melalui Surabaya. Info “Perjalanan cukup jauh, jadi dari tempat kami membeli tiket saya harus istirahat. Tapi, tidak secara online memberikan infor­ bisa tidur nyenyak. Yang penting masi bandara Ngurah Rai ditutup sampai di Bali,” ungkap nenek besok. Untung pemberitahuan­ tiga cucu ini. nya lebih awal, sehingga kami Ia juga menuturkan penye­ bisa refund tiketnya dan pesan berangan Ketapang-Gilimanuk juga tiket tujuan bandara Juanda, ramai sejak Bandara Ngurah Rai Sidoarjo. Kami estafet dari dinyatakan ditutup. Kapal yang ia pesawat ke bus. Dari Sidoarjo tumpangi harus antre untuk bisa Dayu Parwati ke Bali, kami naik bus Gunung sandar di Pelabuhan Gilimanuk. Harta. busnya lumayan bagus lengkap isi toilet,” Sesampai di Bali dan di rumah, Dayu Parwati kenang perempuan yang akrab disapa Dayu mengucap syukur atas semua yang sudah dilalui Parwati ini. dan berterima kasih kepada semua yang sudah Naik bus Surabaya-Denpasar menjadi pen­ mendoakan dan membantunya. (Ngurah Budi)

dr. Made Agus Hendrayana,M.Ked.

Di konter Garuda, ia mem­ inta tiketnya diubah dari Jakarta ke Banyuwangi untuk hari Selasa. Namun, setelah dicek semua pen­ erbangan Garuda ke Banyuwangi sudah penuh baik dari Jakarta atau dari Surabaya. “Lemeslah saya di situ. Bagaimana cara menuju Bali. Keluarga dan teman menyarankan untuk menggunakan maskapai NAM Air yang juga ada jurusan Jakarta-Banyuwangi direct, itu pun kalau masih ada kursi. Akhirnya segera saya pesan tiket JakartaBanyuwangi dengan NAM Air dan dilanjutkan dengan jalan darat menuju Bali,” imbuhnya. SHARING BIAYA Setelah mendapat tiket NAM Air untuk jurusan Jakarta-Banyu­ wangi untuk keberangkatan Se­ lasa 28 November pukul 15.15 WIB, dr. Agus sudah siap di Bandara. Ternyata ada pengumu­ man pesawatnya delay satu jam lebih, sehingga akan terlambat tiba di Banyuwangi dan semakin malam untuk ke Bali. “Pukul 16.45 WIB akhirnya pesawat be­ rangkat. Sebelumnya saya sudah cari tahu cara perjalanan menuju pelabuhan Ketapang dari Bandara Banyuwangi. Petugas Sriwijaya Air Group memberitahu di bandara Banyuwangi banyak ada travel atau taksi yang bisa mengantar menuju pelabuhan Ketapang,” tutur dr. Agus. Setelah tiba di bandara Banyu­ wangi sekitar pukul 19.00, ban­ dara tampak ramai orang-orang yang juga menuju Bali. Ia mengata­ kan, banyak ada penumpang turis asing yang kebingungan mencari moda transportasi ke Pelabuhan

Ketapang. Taksi resmi bandara dibilang habis sehingga terpaksa harus cari mobil pribadi sewaan. Disitu banyak ulah calo yang mempermainkan harga. “Kasihan juga terhadap tamu asing yang dikerubutin para calo dan tidak tahu berapa mereka dikenakan biaya para calo tersebut. Akhirnya saya dapat sewa mobil ke Pelabu­ han ketapang tetapi saya ajak tiga orang penumpang lain yang juga sama-sama menuju ke Pelabuhan Ketapang agar sharing biaya. Set­ elah sepakat harga patungan, kami menuju ke Pelabuhan Ketapang dengan mobil sewaan yang berisi empat orang yang tujuan Den­ pasar,” ucapnya. Di dalam mobil, kata dia, dr. Agus menawarkan, nanti saat di Pelabuhan Gilimanuk untuk menyewa kendaraan sama-sama lagi menuju Denpasar dengan patungan harga dan teman-teman yang ikut itu setuju. “Pukul 20.00 kami tiba di Pelabuhan Ketapang dan langsung membeli tiket ferry perorangan dan langsung naik kapal. Kebetulan kapal ferry su­ dah siap berangkat. Sekitar pukul 21.00 kami tiba di pelabuhan Gilimanuk,” kata dr. Agus. Ia men­ gatakan, di parkiran pelabuhan banyak juga yang menawarkan kendaraan pribadi yang bisa dis­ ewa untuk ke Denpasar. “Kami sepakat untuk berangkat bareng dengan sharing biaya. Kami be­ rangkat menuju Denpasar dengan kendaraan pribadi sewaan. Tiba di Denpasar sekitar pukul 1 dini hari dan disambut hujan. Pengalaman yang paling berkesan dan tidak terlupakan,” tuturnya sembari tertawa. (Wirati Astiti)


24

Penundaan adalah sebuah hal yang pa­ling sering dilakukan se­ tiap orang yang memi­ liki pekerjaan. Sama halnya seper­ti gadis yang satu ini. Selain menyelesaikan ku­ liahnya di Udayana, ia juga memiliki peker­ jaan di bidang ­fashion sebagai fashion designer dan memiliki local brand. Kegiatan ini membuatnya men­ jadi sangat sibuk dan susah untuk mengatur waktu antara peker­ jaan dan kuliah.

H

Sudut Pandang

Edisi 981/ 4 - 10 DESEMBER 2017

al tersebut mengakibatkan Trisnawati Witono, yang biasa disapa Nana ini menunda-nunda beberapa hal karena ingin bersantai sejenak di tengah kesibukan setiap harinya. “Akibat dari saya suka menunda beberapa hal yang penting untuk dilakukan, maka terjadilah keterlambatan dalam produksi. Seperti mencari bahan untuk membuat pesanan atau pergi ke tempat produksi, ujar Nana saat ditemui pekan lalu di salah satu pusat per-

Tertunda Membawa Hikmah

belanjaan di Denpasar. Dengan begitu lanjut Nana, hal-hal yang harus dilakukan pun menjadi menumpuk padahal harus diselesaikan sesuai deadline. “Hal itu yang selalu membuat saya keteteran hingga mendapat komplain dari klien. Belum lagi ada pekerjaan baru yang datang dan harus diselesaikan dengan tenggat waktu yang singkat pula. Di saat itulah saya bingung, untuk memilih prioritas, cetus desainer lulusan ‘Angeliqa Wu Fashion Design Course’ ini Dikatakannya rasa sesal pun menghampiri, dan dengan menyelesaikan segalanya adalah hal yang benar untuk dilakukan. Dari kejadian tersebut, memberikan hikmah tersendiri buat hidup Nana. Peristiwa yang berujung kerepotan tingkat tinggi ini kemudian membuatnya menjadi lebih dapat memprioritaskan hal yang seharusnya dilakukan. Ia juga lebih lagi belajar untuk dapat mengatur waktu dengan baik sehingga tidak terulang hal yang sama. Nana kembali mengatakan kalau menunda pekerjaan adalah hal yang tidak seharusnya dilakukan. Sebab ketika melakukan penundaan akan berdampak kepada hal lain dan waktu pun bakal terbuang sia-sia. Seperti quote yang sering muncul adalah time is money. Maka gunakanlah waktu

Trisnawati Witono

sebaik mungkin, karena kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi ke depan jika membuang waktu dengan melakukan hal yang siasia, katanya Sebagai mahasiswa tingkat akhir dalam menyelesaikan kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Udayana, ia dituntut untuk menyelesaikan

skripsi dalam waktu yang sesing­ kat-singkatnya. “Hal tersebut memberikan saya sebuah tantang­ an untuk mengejar gelar yang sudah ada di depan mata. Tetapi masih terasa jauh untuk digapai, karena kegiatan yang saya lakukan di luar tugas kampus. Selain menjalani kehidupan kampus, saya juga memiliki kegiatan yang saya senangi untuk dilakukan adalah di

bidang fashion,” tandasnya. Nana menuturkan sejak masih di sekolah dasar, dirinya sudah memiliki mimpi untuk suatu hari dapat belajar dan masuk ke dalam dunia fashion.”Pertama-tama saya senang melihat pagelaran busana (fashion show) yang dilaksanakan di beberapa fashion week yang diselenggarakan di New York ataupun di Paris. Kemudian saat sekolah menengah pertama, saya sudah mulai menulis blog menge­ nai fashion yang berisikan baju yang saya kenakan tiap harinya dan inspirasi fashion yang saya lihat di beberapa fashion week. Setelah saya lulus dari sekolah menengah atas, saya sudah berencana untuk melanjutkan pendidikan menuju fashion design di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, Namun, saya masih belum yakin untuk melanjutkan ke jenjang fashion pada saat lulus kuliah nantinya, tuturnya Nana memilih untuk menempuh pendidikannya di program studi Ilmu Komunikasi di Universitas Udayana. “Saya menunda apa yang memang saya sudah impikan dari dulu, tetapi untuk hal yang satu ini saya selalu bersyukur, dan mengambil sisi positif, karena ada sisi lain yang terasah, yakni kemampuan menulis dan berkomunikasi saya, tandas Nana. (Sri Ardhini)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.