Tokoh Edisi 966 | Tokoh

Page 1

24

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

GORO-GORO Wa r g a nyaris berg­ erak melabrak seorang penghuni baru yang radikal. Ia baru seminggu ngontrak rumah Bu Nyo­ Putu Wijaya man yang pindah kota diseret pekerjaannya. “Kok penghuni baru Ini mau mengatur kita, padahal dianya yang perlu ditatar!” umpat Pak Alit senewen.”Masak kenalan saja belum, kok sudah melontarkan kritik pedas, hunian kita kumuh, warga mengu­ cilkan dia, lha dianya sendiri yang ngumpet, memangnya kita yang harus menghadap? Memangnya dia siapa? Pemimpin organ­ isasi? Hah! Itu kan di Jakarta! Ini Bali, Bu! Pulau Dewata! Menolak pasang bendera lagi! Naik Mercy begitu kok ngaku tidak mampu beli bendera! Brengsek! Bakar saja mobilnya! Pasti dia kira kita iri sama Mercynya! Dasar radikal, sikat saja!” Amat terpaksa turun tangan. Pak Alit yang pernah punya Mercy tapi sudah dijual untuk biaya sekolah putranya, ber­ hasil ditenangkan. Amat janji akan bicara empat mata dengan Bu Jack, penghuni radikal itu.

“Selamat sore Bu Jack, saya Amat, tetangga ibu,” sapa Amat sore itu juga di rumah Bu Jack. “Selamat sore. Ada apa Pak, saya mau berangkat ada meeting.” “Ya, sebagai sesama warga apalagi bertetangga saya kira ada baiknya...” “To the point saja, saya bisa terlambat nanti!” “O, ya, maaf, ini soal tradisi kami di sini dalam setiap menghadapi masaalahmsaalah yang menyangkut kebersamaan kami sudah punya tradisi ... .” “Maaf, Bapak salah sambung, saya di sini hanya ngontrak, tidak ada kaitan dengan tradisi. Silakan bicara langsung dengan pemilik rumah! Maaf, saya harus berangkat!” Bu Jack naik mobil. Amat bengong sampai tak keburu menjawab. Esok paginya, Amat datang lagi. Ia langsung nembak. “Ini soal pemasangan sang saka, Bu Jack.” “Sang saka itu apa?” Amat kembali bengong. Ia tak bisa mengatasi kejengkelannya karena orang kaya itu kelihatan sok dan pura-pura. “Bendera merah-putih untuk me­

sang saka nyambut HUT ke-72 Proklamasi, Bu Jack” “Kenapa?” “Semua rumah harus memasangnya selama bulan Agustus, itu tradisi kita di sini.” “Terserah. Bicara saja dengan pemilik rumah. Maaf saya sibuk. Saya masih ada briefing!” Amat kembali ditinggal. “Sebenarnya saya bisa saja mendebat dia,” kata Amat kemudian pada Pak Alit,”karena yang bertanggungjawab ter­ hadap rumah dalam kontrak-mengontrak bukan lagi pemilik rumah tapi yang ngontrak!” “Betul! Mestinya Pak Amat kontan pukul dia sebab meninggalkan orang yang sengaja datang ke rumahnya dengan mak­ sud baik, begitu saja, itu tidak sopan, itu sudah penistaan! Apalagi yang dia hadapi Pak Amat senior kita. Itu kurang ajar, Pak! Orang Jakarta itu mesti diberi pelajaran! Bareti Mercynya dengan paku !” “Jangan! Tidak ada gunanya melawan orang kurang ajaran dengan kekuranga­ jaran! Tidak akan ada hasilnya! justru dia akan senang, karena reaksi itulah yang diinginkannya untuk memfitnah kita sudah

menzoliminya! Jangan!” “Jadi bagaimana dong?” Amat berpikir. “Ini bukan watunya berpikir! Kita perlu tindakan cepat, Pak Amat!” “Oke. belikan bendera dari uang kas. Lalu pasang di rumahnya supaya dia malu!” Demikianlah rumah kontrakan yang dihuni warga baru yang menolak pasang bendera itu, jadi mulai ikut mengibarkan sang saka. Sesuai dengan tradisi hunian yang dimulai sejak reformasi. Angin bertiup gembira melambailambaikan bendera. Sang saka berkibar dengan anggunnya Hunian Amat kembali menjadi lautan merah-putih. Warga yakin akan merebut lagi juara menghias hunian di bulan prokla­ masi seperti sudah terjadi berturut-urut sejak 4 tahun terakhir. Tetapi masih ada error. Tengah malam Pak Alit mengetok pintu rumah Amat. “Pak Amat! Warga radikal itu tambah binal!” “Apa pasal Pak Alit?” “Satu: dwi warna yang kita pasang di rumahnya tidak pernah diturunkan waktu malam. Dua: dwi warna dibiarkan kehujanan sehingga merahnya luntur menodai warna putih, mungkin petugas kita sudah korupsi beli bendera murahan. Tiga: “Saya menuntut pengurus hunian!” kata Pak Alit menirukan Bu Jack,” Saya menuntut mereka yang memasangi rumah

Espresso saya dengan bendera secara sembrono, sehingga kena angin sedikit saja sudah jatuh menimpa Mercy saya sampai cacad masuk bengkel! Saya tuntut kompensasi 2 juta, bisa lebih, ini kan mobil impor yang special edition!” Amat keselek. Seperti sapi dicocok hidung, dia mengikut Pak Alit yang me­ nyeretnya ke rumah Bu Jack. “Selamat malam, Pak Amat,” sambut Bu Jack yang sudah menantikan Amat. “Saya minta kompensasi karena sudah dipaksa ikut mendukung tradisi yang bukan tanggungjawab saya dan berakibat Mercy saya hancur!” Tegur sapa itu begitu ketus. Pak Alit tak bisa lagi menahan emosi. Tangan­ nya gemetar. Untung Amat sigap dan mencekal tangannya sambil berbisik: “Sabar Pak Alit, macan betina ini terlalu garang, saya curiga. Coba kita jebak.” Lalu Amat berpaling pada Bu Jack sambil tersenyum ramah. “Maaf atas semua ketidaknyamanan ini Bu Jack. Merdeka tidak berarti orang bebas berbuat apa saja semaunya. Merde­ ka berarti membatasi kebebasan dengan ada kemerdekaan orang lain. Silakan tuntut saja semua kesalahan kami!” Bu Jack tak menjawab. Ia cepat-cepat masuk rumah. Pak Alit tak sanggup lagi menahan diri. ia mengeluarkan paku yang sudah disiapkannya, lalu hendak menoreh Mercy Bu Jack. Dengan sigap Amat mem­ bekuk dan menariknya pulang. Esoknya Bu Jack menghilang misterius. Tak pernah muncul lagi. Sebulan kemudian hunian Amat kembali menggondol juara hunian terbaik kali ini dari pusat.

Memaknai Hari Kemerdekaan dengan Menghargai Keberagaman Sebuah perjalanan yang tidak mudah bagi sebuah negara multietnik seperti Indonesia, di usianya yang ke 72 tahun di tahun 2017, bangsa Indonesia terus tumbuh menjadi bangsa yang kuat dan semakin diper­ hitungkan di kancah internasional. Tepat pada tanggal 17 Agustus 2017 kemarin, kita memperingati hari ke­ merdekaan yang terbilang sudah tidak muda lagi kalau melihat perbandingan dengan usia manusia. Seluruh warga masyarakat merasakan betapa pent­ ingnya arti kata kemerdekaan. Tetapi, bagi sebagian orang mungkin akan memaknai kemerdekaan sebagai bentuk kebebasan dan segala sesuatu yang berarti tidak terikat. Sehingga terkadang mereka lupa, kalau kebe­ basan yang mereka maknai berlebi­ han justru membuat ketidakbebasan bagi orang lain. Sebagai contoh bagi sebagian orang yang merasa bebas menge­ luarkan pendapat dan berkomentar di akun media sosialnya, seperti menjelekkan, menghina, memfitnah, tanpa dia sadari hinaan, fitnahan dan komentarnya yang negatif tersebut telah membuat orang lain merasa tidak nyaman, sehingga tentu merasa tidak merdeka. Memaknai kemerdekaan har­ usnya dilihat dari sudut pandang, bahwa kita boleh bebas beraktivitas dan melakukan banyak hal yang kita sukai, tetapi dengan catatan bahwa

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

jangan sampai melanggar aturan dan membuat orang lain merasa tidak nya­ man atau tidak bebas. Pada prinsipnya, kata “merdeka” dalam artian “bebas” tersebut berarti hidup dengan berpe­ rilaku menghargai perbedaan orang lain. Sehingga kalau Anda mengekang, membuat orang takut atau tidak meng­ hargai bahwa orang lain itu berbeda dengan kita, sama dengan bahwa kita belum merdeka. Sudah banyak teladan para tokohtokoh dunia yang mengajarkan kepada kita tentang perdamaian dengan cara menghormati keberagaman. Sebagai contoh, bagaimana Mahatma Gandhi dengan tiga prinsip hidupnya yaitu Satyagraha, Ahimsa dan Swadesi. Satyagraha berarti sebuah usaha un­ tuk tidak mengenal lelah mencari dan menemukan kebenaran dengan terus belajar dan belajar. Ahimsa yang dimaknai sebagai sebuah perjuangan untuk menghadapi lawan atau musuh dengan tidak melukai atau menyakiti dan membunuh. Sedangkan Swadesi yang berarti berusaha untuk meng­ gunakan dan bangga terhadap hasil karya sendiri. mengajarkan kepada kita, tentang pentingnya perjuangan untuk kebebasan dengan tidak mengena lelah mencari kebenaran tanpa menyakiti orang lain dan dengan bangga menjadi diri sendiri. Sebuah perjuangan untuk hidup rukun dalam keberagaman merupakan usaha yang harus terus kita pertah­

I Made Widiantara ankan dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua percaya dan meyakini bahwa setiap makhluk hidup yang ada di bumi diciptakan beranekaragam, baik bentuk, ukuran, jenis dan lain-lainnya, sehingga tidak diragukan lagi bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa yang beragam dan mampu hidup merdeka dengan keberagaman. Layaknya sebagai sebuah tim dalam permainan sepak bola, setiap pemain harus memiliki keterampilan dan posisi

yang berbeda dan beragam, sehingga dapat dikatakan sebagai tim. Tidak bisa kita bayangkan, kalau semua pemain sepak bola hanya punya satu kemam­ puan dalam mencetak goal, lantas siapa yang menjaga gawang dan posisi lainnya. Begitupun dalam memaknai keberagaman dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia. Kita harus me­ nyadari kalau perbedaan kita membuat bangsa Indonesia menjadi semakin kuat, karena tim yang kuat harus memiliki beragam keahlian yang digunakan dalam mencapai tujuan. Mari kita renungkan di hari ke­ merdekaan ini dengan menghargai bagaimana perjuangan para pahlawan negeri ini yang berasal tidak saja dari satu suku saja, tidak juga dari satu agama saja, tetapi mereka memiliki beragam latar belakang, sehingga saat perjuangannya pun mereka berjuang dengan beragam strategi sehingga bisa merdeka. Mari kita maknai hari kemerdekaan dengan terus berjuang dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang kita miliki

(walaupun berbeda dengan orang lain), dan selalu mengupayakan hasil terbaik yang bisa kita lakukan demi kemajuan bangsa dan negara yang kita cintai ini. Yakinlah, bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dan dihormati sebagai bangsa besar yang memiliki beragam suku budaya, unik dan berbeda dari bangsa lainnya di dunia. Sehingga satu kata yang harus kita catat dan tanamkan pada generasi penerus kita, kalau keberagaman itu adalah modal kuat untuk menjadi bangsa yang kuat dan disegani. Ajarkan kepada anak cucu kita, bagaimana toleransi dan hidup rukun dalam perbedaan, jangan jadikan ala­ san kalau berbeda itu adalah sebuah kelemahan, karena kalau sama berarti kita bukan manusia, mungkin saja ro­ bot, betul tidak? I Made Widiantara Dosen Politeknik Negeri Bali Consultant and Trainer of Personality Development

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Kikan Namara

23

Bangga Jadi Penyanyi “Tujuhbelasan”

Dulu lomba sepeda hias menjadi satu mata lomba yang paling difavoritkan oleh anak-anak setiap perayaan HUT Kemerdekaan. Betapa tidak sepeda yang jadi ‘teman’ main seharihari di ‘hari istimewa’ itu dihias secantik mungkin agar bisa memenangkan lomba. Biasan­ ya yang sibuk menghias sepeda bocah kesayangan adalah keluarga seperti ayah-ibu. Tak jarang hiasan sepeda dibuat sangat kreatif sehingga menyerupai bentuk-bentuk tertentu, seperti misalnya pesawat, kapal, dll.

U

nsur kreativi­ tas dan keinda­ han hiasan sepeda menjadi salah satu obyek penilaian utama dalam lom­ ba tersebut. Terkadang, kostum si bocah pun ikut menjadi bagian pe­ nilaian. Itu juga yang diingat Kikan Namara tentang pengalamannya ikut lomba tujuhbelasan. Lomba sepeda hias, kata pen­ embang hits ‘Bendera’ ini meru­ pakan salah satu mata lomba yang disukainya pada setiap perayaan Hari Kemerdekaan. Sayangnya, suatu ketika kata mantan vokalis Grup Band Kotak, ini, setelah sepedanya dihias dengan kertas crape warna-warni, dirinya lupa memasukkan sepeda ke garasi rumah. “Saya lupa, sepeda habis dihias ditaruh di pekarangan luar, tidak dimasukkan ke garasi. Orang di rumah semua juga lupa. Tak disangka, malam itu hujan turun. Jadi, keesokan harinya ketika saya bersiap-siap akan lomba, melihat sepeda hias yang kemarin tampak bagus sekali sudah compangcamping. Hiasan kertas crape sudah tak berbentuk lagi. Saya langsung nangis sejadi-jadinya.

Yah, namanya juga anak-anak ya,” ungkap Kikan mengenang keikutsertaannya dalam lomba tujuhbelasan. “Akhirnya saya dibujuk untuk ikut lomba yang lain. Ya sudah akhirnya saya ikut lomba makan kerupuk,” ucapnya sambil tertawa. Bagi Kikan yang sejak kecil sudah didik cinta Tanah Air oleh orangtuanya, Hari Kemerdekaan memiliki arti yang sangat pent­ ing karena diraih dengan per­ juangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa. Pahlawan yang berasal dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan. Semuanya bersatu-padu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Karenanya, ujar Kikan, dirinya sungguh merasa prihatin dengan situasi yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia di mana sikap-sikap intoleransi maupun ujaran-ujaran kebencian terhadap sesama anak bangsa begitu marak, khususnya di media sosial. “Sedih. Bagi saya itu jelas sebuah kemunduran yang tidak seharusnya terjadi. Kita ini adalah bangsa yang besar. Kita be­ sar karena memiliki begitu banyak ragam budaya juga adat istiadat. Kita besar karena kemajemukan

itu. Jika kita menilik kembali perjuangan para pahlawan kita yang terdahulu. Mer­ eka memperjuangankan kemerdekaan tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras. Maka saya menjadi miris apabila saat ini, setelah 72 tahun kita merdeka, justru rakyat malah men­ jadi mudah terpecah-belah lewat medsos,” ungkap Ki­ kan yang dinobatkan BNPT (Badan Nasional Penanggu­ langan Terorisme) sebagai ‘Duta Perdamaian’. Menurut wanita yang bernama lengkap Namara Surtikanti, ini, dirinya mem­ punya kepedulian yang amat besar mengenai hal tersebut, kebetulan juga ia adalah ‘Duta Perdamaian’ yang antara lain tugasnya adalah mengkampanyekan agar anak-anak muda ikut menjaga keuntuhan Negara Kesatuan Re­ publik Indonesia, termasuk tidak ikut (terjerumus) dalam gerakan radikalisme dan terorisme. “Saya bersama BNPT melaku­ kan roadshow ke berbagai kota.

Panahan Tradisional Nuansa Merah Putih Suasana lapangan panahan tradisional di Istana Taman Jepun, Denpasar berbeda dari hari biasanya. Khusus untuk perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan RI, Jepun Bali Traditional Archery Community menggelar gladhen (lati­ han bersama). Gladhen ini diikuti anggota klub Jepun Bali dan anakanak pengembangan diri panahan tradisional SD Cipta Dharma. Para pemanah tradisional dengan pakaian nuansa merah putih “Kami ingin me­ bersama-sama,” imbuh Ida Ayu Anom Purnama, nampilkan sesuatu yang berbeda. Karena ini istri AA Anom Giri. momen HUT Kemerdekaan RI, kami pun me­ Untuk gladhen spesial HUT Kemerdekaan RI nampilkan nuansa merah putih di sekitar lapan­ ini terdapat enam kategori, target SD (putra, gan. Anak-anak juga memakai pakaian bernuansa putri), target SMP/SMA (putra, putri), target merah putih,” ujar Penglingsir Jepun Bali AA dewasa (putri), dan bandulan dewasa (putra). Anom Giri. Para juara mendapatkan hadiah berupa bing­ Suasana kebersamaan antara anggota klub dan kisan. para orangtua juga terlihat dari sajian disela-sela Ngurah Jaya, salah satu orangtua yang hadir gladhen. Ada yang membawa ayam betutu, air dalam gladhen ini berharap acara serupa sering mineral, es buah, kue, dan hadiah. “Kami ingin dilakukan. “Para senior agar membina para ju­ mempererat tali silaturahmi antara anggota klub niornya. Mudah-mudahan semua bisa berprestasi. dengan keluarga. Ide awal yang sederhana ternyata Yang penting rajin latihan dan rajin belajar,” mendapat respons dari para anggota klub. Akh­ ujarnya. (Ngurah Budi) irnya makanan hingga hadiah kami sediakan secara

Kikan Namara Tahun 2017 ini saya menyambangi lima kota di seluruh Indonesia untuk mengumpulkan anak-anak muda yang memiliki kepedulian yang sama. Mereka selama em­ pat hari ikut pelatihan kampanye efektif menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya. Setelah pelatihan, mereka dikukuhkan menjadi Duta Perdamaian dunia maya. “Bagi saya ini adalah salah satu langkah nyata yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya. Sebagai seniman atau pekerja seni, ucap Kikan, dirinya memilih untuk menyuarakan kecintaan pada Tanah Air lewat musik. “Saya percaya, musik adalah bahasa yng sangat mudah diterima berbagai kalangan. Saya selalu berseman­ gat untuk melestarikan lagu-lagu nasional yang sudah banyak dilu­ pakan generasi muda sekarang ini,” ungkap ibu dua anak ini, seraya berharap, semoga lewat lagu-lagunya bisa membangkitkan semangat masyarakat Indonesia untuk semakin mencintai Tanah Airnya. Khususnya untuk HUT ke-72 Kemerdekaan Indonesia, Kikan berharap seluruh komponen bangsa, khususnya generasi muda mampu dan memiliki spirit yang sama untuk berkontribusi nyata dalam membangun negeri. “Apa­ paun profesi yang dijalani, mari kita bersama-sama menyatukan optimisme, bergandengan tan­ gan di atas perbedaan, rapatkan barisan untuk Indonesia tercinta,” kata Kikan penuh semangat. Menyinggung tentang aktivitas­ nya di Bulan Kemerdekaan, Kikan menjawab, seperti tahun-tahun sebelumnya, Bulan Kemerdekaan adalah Bulan Penuh Berkah bag­

inya. Karena job-job yang datang padanya membanjir lebih dari biasanya. “Alhamdulilah, masih sama seperti tahun-tahun sebe­ lumnya, saya dapat banyak job manggung off air di bulan Agutus. Bahkan job-job sudah ramai sejak awal Agustus. Kebanyakan jobnya terkait dengan Peringatan HUT Kemerdekaan, atau acara-acara yang terkait dengan nasionalisme dan cinta Tanah Air. Undangan datang dari berbagai daerah. Di antaranya adalah pada event Raimuna Nasional yang kini tengah berlangsung di Cibubur. Event ini selain bertepatan dengan HUT Pramuka, juga berdekatan dengan HUT Kemerdeka­ an. Beruntung saya mendapat kesempatan ber­ temu dengan per­ wakilan pandega dan penegak-penegak dari se­ luruh Indonesia. Saya juga berkesempatan manggung di LP Wanita dan Anak Tangerang untuk menghibur mereka da­ lam rangka HUT Kemerde­ kaan, serta menyanyi di Festival International Hello Pacitan di Jawa Tengah,” paparnya panjang lebar. Banyaknya rejeki yang menga­ lir khususnya di Bulan Kemerde­ kaan membuat Kikan mendapat julukan ‘Penyanyi Tujuhbelasan’. Menangapi hal ini, Kikan tertawa dan mengiyakan. Dirinya tidak keberatan dengan julukan terse­ but karena memang pada Bulan Kemerdekaan dia selalu keban­ jiran order lebih dari biasanya. “Hahaha....iya imaj sebagai ‘Pe­ nyanyi Tujuhbelasan’ memang sudah melekat pada saya selama bertahun-tahun. Saya pribadi tidak merasa keberatan ya dengan julukan itu.” “Mungkin untuk ‘lucu-lucuan’ tapi saya bangga dengan julukan itu. Ini suatu yang patut disyukuri karena artinya masyarakat selalu mengingat sata setiap perayaan HUT RI,” ujar Kikan yang selalu membawakan satu lagu hitsnya ‘Bendera’ dalam setiap event semacam ini. “Lagu ‘Bendera’ sudah seperti lagu wajib. Jadi saya selalu menyanyikannya karena ban­ yak yang menunggu,” ujarnya. Setelah kesibukan selama Bulan Kemerdekaan usai, Kikan rencananya akan fokus meram­ pungkan album solonya. Ini bukan saja sudah menjadi resolusinya di tahun 2017, namun juga sudah lama tertunda. “Sudah lama banget proyek album solo saya tertunda, sudah bertahun-tahun. Ada-ada saja masalahnya, salah satunya karena banyak kesibu­ kan yang tidak bisa ditinggalkan akhirnya proyek itu jadi ‘korban’ . Semoga akhir tahun ini bisa terlaksana, doakan ya, amin,” kata Kikan menutup pembicaraan. (Diana Runtu)


22

Sosialita

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Dua bulan lalu Julia Perez pergi untuk selamanya akibat kanker serviks yang dideritanya selama bertahuntahun. Kenangan itu masih jelas tergambar di benak Ruben Samuel Onsu, yang setia menemani Jupe dalam perjuangan melawan kanker. Berbagai upaya dilakukan untuk kesembuhan, begitu berlikunya perjalanan, dirasakan juga oleh Ruben. Tak heran kalau suami Sarwendah Tan ini jadi cukup banyak tahu tentang kanker servics.

Prilly Latuconsina

M

aka ketika ia dan istrinya diminta KICKS---Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks--- menjadi salah satu ‘Duta Kanker Seviks’ untuk kampanye mencegah kanker serviks, Ruben Onsu pun dengan antusias mengiyakan. Hal itu juga yang dilakukan oleh artis muda yang te­ ngah naik daun, Prilly Latuconsina. Bintang film ‘Hangout’ini, meski berusia muda—bahkan paling muda di antara rekan-rekan artisnya yang juga terlibat dalam kampanye cegah kanker serviks--- mengaku sangat senang mendapat kesempatan itu. Karena dia pun, meski masih muda usia, sangat peduli dengan penyebaran penyakit berbahaya itu khususnya di Indonesia. Apalagi, seperti halnya Ruben, Prilly pun cukup dekat dengan (almh) Jupe sehingga kepergiannya membuat Prilly sangat merasa kehilangan. “Kanker itu tak mengenal usia, artinya siapa pun bisa terkena termasuk mereka yang berusia muda. Aku senang mendapat kesempatan menjadi Duta, apalagi aku juga melihat bagaimana perjuangan mendiang Julia Perez melawan kanker. Jadi aku kira semua orang, khususnya wanita harus peduli akan hal ini. Mungkin dulu di kalangan aku –orang muda--- hal ini tidak terlalu dipedulikan, tapi kemudian muncul kasus Julia Perez yang masih muda namun toh terkena kanker serviks. Jadi semua tersadarkan bahaya itu,” ungkap Prilly di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, pekan lalu. Ditambah lagi, kata Prilly, berbeda dari kanker lainnya, kanker serviks bisa dicegah lewat vaksinasi. Jadi untuk mereka baik tua maupun muda bisa vaksinasi. Namun tentu saja harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Kanker serviks, kata gadis yang namanya melejit lewat

Berikan Vaksin HPV Sedini Mungkin perannya dalam sinetron ‘Ganteng Ganteng Serigala’ ini, disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Virus ini salah satu penularannya adalah lewat hubungan seksual. “Namun bukan itu saja. Penyakit ini juga bisa dipicu oleh faktor genetik dan gaya hidup tak sehat. Selain itu perempuan yang melakukan aktivitas seksualnya terlalu dini, berganti-ganti pasangan dalam berhubungan intim, mero­ kok, lemahnya sistem kekebalan tubuh dan frekuensi melahirkan juga bisa menjadi pemicu penyakit ini,” jelas Prilly yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Humas Parfi 1956 ini. Tapi tak perlu khawatir, tambahnya. Karena sekarang sudah ada vaksin untuk mencegahnya. “Aku sendiri tadinya sempat heran, kok, kanker ada vaksinnya ya. Ternyata ada. Dan aku sudah mendapat vaksin itu. Meski kita sudah divaksin, tetap saja harus menjaga kebersihan diri, khususnya organ intim,” ucap gadis kelahiran Oktober 1996 ini. “Kita merasa sudah bersih, tapi kan nggak tau karena virus nggak kelihatan. Virus beterbangan di udara dan kita nggak tahu. Jadi yang paling baik adalah vaksinasi. Nggak sakit kok. Aku sudah,” ucapnya. Ditahap awal, tambah Prilly, kadang kanker serviks ini tidak terdeteksi namun lambat laun akan terasa saat virus sudah menjalar. Jadi harus dikenali sejak dini. Misalnya, keputihan dengan bau tak sedap, pendarahan tak wajar, dll. “Pemberian vaksin HPV ini bisa dilakukan sedini mungkin,” ungkap Prilly yang kemana-mana membawa semprotan pembersih saat menggunakan toilet umum. “Ya maklum aku kan syuting di mana-mana, kadang di tempat yang toiletnya kurang bersih. Biasanya kalau aku bisa mengatasi, ya aku semprot dulu kemudian dialas tisu. Tapi kalau nggak bisa, ya aku nggak jadi pakai toilet, lebih baik tahan saja,” katanya. Lalu bagaimana ceritanya Ruben Onsu, satu-satunya publik figur pria yang ditunjuk sebagai Duta Kanker Serviks? Tentu saja, tak lain dan tak bukan, karena peranan Robin Onsu dalam mendampingi Jupe

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Putu Sudiadnyani dan CWCC

Tebarkan Rasa Peduli dan Kasih Sayang Celuk Woman Care Community (CWCC) adalah komunitas perempuan dengan misi sosial yang tinggi. Mereka berbagi dengan penuh kasih dan sayang di kawasan di Desa Celuk.

J

Prof. DR. Andrijono, SpOG, dan pengurus KICKS

saat berjuang melawan kanker serviks. “Kepedulian terhadap bahaya kanker serviks bukan hanya dilakukan oleh para wanita, para lelaki pun seyogianya peduli juga. Apalagi para lelaki kan juga memiliki ibu, saudara perempuan ataupun istri, sahabat perempuan. Jadi kepedulian itu penting. Apalagi aku, setelah pengalaman terkait dengan sahabat aku, itu sangat memukul. Makanya aku jadi sangat konsen sekali de­ ngan hal ini. Aku juga memiliki istri dan kerabat perempuan lainnya,” ungkap Ruben yang bersama istri­ nya, Sarwendah Tan, juga menjadi Duta Kanker Serviks. Penunjukkan Ruben sebagai Duta Kanker Serviks tentu saja tepat karena saat ini Ruben termasuk selebriti laris dan menjadi pemandu berbagai macam acara di televisi. Dia juga banyak memiliki kegiatan off air. Dengan begitu, ayah satu anak ini bisa menyelipkan kata-kata berbau kampanye bahaya kanker serviks dalam setiap acara yang dibawa­kannya. Ruben yang mulai aktif di dunia entertainment tahun 2003, menjadi pembawa acara antara lain ‘Supersoulmate Show’, ‘Weekend Seru’, ‘Happy Family’, dll. Menurut Ruben, dialah orang pertama yang tahu kondisi Jupe menderita kanker serviks. Keluarga­ nya ketika itu, ujar Ruben, tidak tahu karena Jupe tidak memberi tahu. “Jupe tak mau mengungkapkan ke keluarganya khawatir

mereka kepikiran,” ujar Ruben mengenang sahabatnya. Akhirnya kepada Ruben sahabat dekatnyalah Jupe curhat kondisinya. Sebenarnya, jelas Ruben lagi, yang ditunjuk untuk menjadi Duta Kanker Serviks adalah Jupe. Namun kemudian, Jupe karena kondisinya, berpesan agar Ruben Onsu lah yang menggantikan dirinya menjadi Duta. “Kasus Jupe adalah sebuah contoh pembelajar­ an yang baik,” tambahnya. Menurut Ruben, saat ini ada 26 wanita meninggal setiap harinya karena kanker serviks. Sayangnya, karena ketidaktahuan, penyakit mematikan ini kebanyakan baru diketahui setelah sudah stadium lanjut. “Lebih dari separuh perempuan baru mengetahui dirinya terkena kanker serviks saat usia produktif, saat dimana dia sedang sangat dibutuhkan keluarganya ,” ujar Ruben yang juga mengajukan petisi lewat change.org guna meminta perhatian Presiden Jokowi soal imunisasi nasional HPV. “Kanker ini dapat dicegah lewat pemberian vaksin HPV yang bisa dimulai saat berusia muda karena di usia muda tubuh memberi proteksi imun yang lebih baik,” papar Ruben panjang lebar. CEGAH LEWAT SKRINING DAN VAKSINASI Dulu, mungkin gaung kanker serviks belum lah sebesar penyakit kanker lainnya. Namun dengan

Wulan Guritno, Ruben Onsu, Sarwendah, dan Prilly Latuconsina

terjadinya banyak kasus ini akhirakhir ini, sebagian masyarakat jadi tersadar tentang betapa berbahayanya penyakit kanker leher rahim ini. Saat ini, kata Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), kanker ini merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak bagi wanita Indonesia. “Bahkan di negara-negara miskin dan berkembang lainnya, penyakit kanker ini masih menjadi pembunuh nomor satu. Di kita (Indonesia), menjadi penyebab kematian paling banyak ketiga,” ungkap Prof. DR. Andrijono, SpOG, inisiator KICKS, yang juga Guru Besar Departemen Obstetri dan Genekologi Universitas Indonesia. KICKS sendiri dideklarasikan pada April 2017 lalu oleh sejumlah organisasi profesi medis dan LSM yang peduli kesehatan. Di antaranya; Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia, Indonesia Working Group on HPV, Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Peduli Kanker Serviks, Yayasan Kesehat­ an Perempuan dan Kalyana­mitra. Gerakan ini dideklarasikan guna menekan penyebaran kanker serviks yang konon sudah masuk dalam tahap genting. Selain itu, KICKS juga meminta kepada pemerintah untuk mengakselerasi program vaksinasi nasional bagi anak sekolah dasar kelas 5 yang telah masuk dalam program percontohan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah tahun 2016 dan 2017 di DKI Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Saat ini, tegas Andri, perempuan Indonesia dalam situasi ‘genting’ karena itu pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. “Kanker serviks bisa dicegah lewat vaksinasi HPV. Itu sudah ada,” jelas Andri. Skrining dilakukan untuk perempuan yang sudah menikah sedang vaksinasi dapat dilakukan pada anak usia 10 tahun. Sayangnya, ungkap Andri, skri­ ning di Indonesia belum optimal padahal hal itu penting sekali. Skrining ada tiga cara yakni lewat inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), papsmear dan tes HPV atau HPV DNA genotyping. “Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah yakni melalui vaksinasi maupun skrining. Lebih baik mencegah daripada meng­ obati,” tegas Andri. (Diana Runtu)

3

angan menunggu kaya untuk berbagi dan jalani semuanya dengan ikhlas. Itulah salah satu moto yang dipegang oleh anggota CWCC saat ini. Begitu disampaikan sang penggagas Putu Sudiadnyani atau dikenal dengan nama populernya Bu Bara, ketika ditemui di Galerinya. CWCC yang saat ini beranggotakan 20 orang, dibentuk pada 17 Agustus 2016, bertujuan menggugah dan mengajak ibu-ibu di Celuk untuk melihat bahwa masih banyak orang yang memerlukan bantuan dan mereka patut peduli. Untuk perayaan HUT ke–1 CWCC tahun ini dilaksanakan sederhana namun penuh kebahagiaan. Aktivitasnya pun berlangsung lebih awal, yakni pada (13/8). Hal ini, mengingat pada bulan Agustus kegiatan masingmasing anggota cukup padat. Diakui oleh Bu Bara bahwa awal adanya CWCC dari sebuah obrolan. Mengingat dirinya bukan siap-siap dan bukan apa–apa, sebelumnya ia sempat pesimis. Apakah ibu–ibu di Celuk bersedia diajak melakukan aksi peduli. ”Ternyata ketika ia membisiki seorang temannya di acara persembahyang bersama, gayung pun bersambut. Kami mendapatkan respons yang cepat dan positif, hingga akhirnya keberadaan CWCC dikenal dari mulut ke mulut,” ungkap Bu Bara. Bahkan, katanya mereka yang tidak bergabung di CWCC, saat ada kegiatan sosial,dengan antusias turut menyumbang. “Ternyata aliran jiwa sosial para perempuan di Celuk sangat kuat,” kata Bu Bara sembari

Foto bersama usai Titra Yatra

menambahkan jika saat melakukan arisan mereka semua selalu mengumpulkan koin. Selama ini CWCC telah menjalankan kegiatan sosialnya, diantaranya baksos untuk mereka yang

Menghadiri undangan dari BNN

Kegiatan sosial ke Songan, Bangli

Bu Bara

tertimpa musibah longsor di Songan, Bangli dan baksos di Klungkung. Sedangkan untuk di kawasan tempat tinggal mereka, anggota CWCC melakukan kujungan sosial kepada para orang tua atau lansia, orang yang tidak sempurna atau cacat dan sakit menjelang Hari Raya Galungan. Bersyukur untuk data atau informasi, mereka dibantu bukan hanya oleh kelian setempat tapi juga masyarakat Celuk, sehingga semua kegiatan dengan mudah dapat dilaksanakan. Mengenai alasan dilakukannya bantuan langsung ke rumah-rumah orang yang memerlukan bantuan, adalah untuk menanamkan rasa bersyukur dalam diri, dengan melihat langsung mereka yang wajib ditolong. Bu Bara juga mengatakan bukan hanya persoalan memberikan bantuan materi semata, tapi datang menemui mereka dengan kasih sayang disertai ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan membuat wajah mereka berseri. “Melihat

Perayaan HUT ke-1 CWCC

Memberikan bantuan pada anak dengan penyakit langka.

mereka bahagia maka rasa bahagia yang lebih ada di hati kita,” lanjutnya. Ia mengajak kita semua untuk selalu peduli orang tua yang ada di sekeliling kita, orangtua sendiri maupun mertua. “Jangan biarkan mereka kurang kasih sayang,” tegasnya. Salah seorang yang tergabung dalam CWCC, Ni Made Sri Santi Dewi, yang bekerja di RSU Ganesha dan mengajar di Kampus STD Bali, mengatakan dirinya adalah tipe orang yang tidak suka kumpul-kumpul tidak jelas dan tanpa tujuan atau hanya ngobrol yang tidak bermanfaat. Mengingat kegiatannya yang wajib menghargai waktu. Namun, CWCC berbeda. “Berkumpulnya perempuan Desa Celuk di wadah bernama CWCC memiliki tujuan pasti dan mulia, yakni menolong orang yang kurang mampu. Dengan diajak ikut bergabung di komunitas ini juga, saya selain bisa berbagi juga bersosialisasi

menggagas dua komunitas dengan misi sosial ini. Apa yang dipikirkan orang lain tentu tidak sama dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Dalam hidup, wajar ada yang suka dan tidak suka. “Contohnya kaki saja ada kiri dan kanan. Bayangkan kalau hanya ada kaki kanan, pastinya kita sulit melangkah,” katanya. Makanya, Bu Bara cukup menunjukkan dengan berkarya dan berkarya. Seperti saat di PKB belum lama ini, ia berhasil menyabet juara 1 dalam lomba mendesain aksesori dengan tema teratai. Bukan hanya itu, karya-karyanya yang selalu unik dan baru, bukan hanya menarik perhatian para desainer nasional untuk berkolaborasi tapi juga dikenakan oleh istri para petinggi di negeri ini. Selain itu Bara Silver juga mendapat kesempatan dari Bank Indonesia untuk tampil di Pameran Karya Kreatif Indonesia 2017 tanggal 18 – 20 Agustus di JCC dan 24 Agustus di Palembang. Untuk berbagai pameran yang dilakoninya Bu Bara mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia (BI) , Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan

Memberikan bantuan sosial ke Klungkung

dengan masyarakat sekitar. Di sini saya mendapatkan dua manfaat, selain membantu orang , saya juga bisa sharing dengan ibuibu lainnya di komunitas ini,” ungkapnya. BERKARYA DAN BERKARYA Perjuangan itu perlu waktu dan kesabaran. Begitu pula berbuat baik itu tidak ada yang instan. Waktulah yang akan menunjukkan semuanya. Begitu disampaikan Bu Bara yang

Dekranasda Provinsi Bali, yang telah mensupornya selama ini. Bagi Bu Bara, yang saat ini tengah disibukkan dengan kegiatannya berlatih akting , sahabat adalah aset terbesarnya. Sementara kehadiran CWCC di Desa Celuk, bisa menjadikan desa Celuk tetap dikagumi dunia dengan orang-orangnya yang ramah dan baik hati. Penduduknya pun bangga berada di di desanya. Disamping itu, ebersamaan juga menjadikan persaudaraan lebih dekat dan hidup semakin indah di lingkungan sendiri. -ard

Kunjungan pada lansia jelang Hari Raya Galungan


4

Inspirasi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sohieb Toyaroja

Lukis Tujuh Presiden Satu Kanvas HARI Jumat, Ibukota Jakarta lebih macet dari hari-hari yang lain, terlebih sore hari. Walhasil, lingkungan Epiwalk, Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan Jumat (11/8) lalu menjadi sulit dijangkau. Terlebih hari itu, pukul 19.00 WIB, dibuka pameran tunggal Lukisan 72 Tokoh dan 7 Presiden, karya Sohieb Toyaroja.

P

ameran yang digelar Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka) itu, bukan sembarang pameran. Tema tokoh pahlawan dan tokoh nasional, adalah pameran akbar pertama di Indonesia. Tidak heran jika sejak sore, area sekitar Epiwalk yang biasanya relatif normal, menjadi sangat sibuk. Pecinta seni rupa, tamu undangan, pejabat negara, dan masyarakat berbaur menghadiri pameran lukisan yang digelar megah di ruang oval ground flood Epiwalk. Tata lampu, serta alunan musik grup Blackout, menyemarakkan suasana sebelum acara secara resmi dibuka. Pelukis Sohieb Toyaroja yang didaulat ke depan, nyaris tak bisa berkata-kata. Tarikan kalimat terucap patah-patah. Sesungguhnya ia menahan haru dan bahagia, kerja kerasnya setahun terakhir akhirnya bisa tergelar dengan begitu megah. Ditambah, rekan-rekan pelukis hadir memberinya semangat dan selamat. Mencermati 72 lukisan tokoh, 7 lukisan presiden, dan 1 lukisan masterpiece, tampak pelukisnya bukanlah pelukis sembarangan. Membutuhkan fokus dan konsistensi tinggi, sehingga dari keseluruhan lukisan berteknik palet itu, memancarkan aura karakter yang sangat kuat, serta pewarnaan yang ajeg. Berbicara lebih jauh dengan Sohieb sang pelukis, terkuaklah satu fakta menarik, bahwa dia ternyata seorang seniman yang gemar melakukan tirakat. Tidak keliru jika Sohieb lahir di Kediri, Jawa Timur. Daerah yang pernah dikutuk Lembu Peteng dan Mahesa Sura karena khianat cinta Dewi Kilisuci yang rupawan. Mitos kutukan dua makhluk sakti berkepala kerbau dan sapi itu, bahkan masih hidup hingga hari ini. Kediri dikutuk menjadi kali, Blitar dikutuk menjadi latar, dan Tulungagung menjadi kedung. Apa boleh buat, pelukis kelahiran 15 Maret 1968 itu, tumbuh dan besar di Kediri, tempat bercokol Gunung Kelud yang kental alam spiritual. Sohieb sendiri tidak menyadari, di darahnya mengalir trah Pangeran Sambernyawa, yang bernama asli

Raden Mas Said. Dialah pendiri Mangkunegaran, setingkat kadipaten agung di bawah Kerajaan Kartasura pada abad ke-17, dan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Sejarah Pangeran Sambernyawa, sarat dengan kisah pemberontakan, baik terhadap VOC, maupun Kerajaan Kartasura. Kebetulan, Sohieb pun memiliki jiwa pemberontak. Bukan pemberontakan fisik, melainkan pemberontakan jiwa. Wujudnya, kebebasan berekspresi. Sayangnya, kebanyakan orang di sekelilingnya menganggapnya sebagai sikap ‘semau gue’. Contohnya saja sekolah. Sejak sekolah dasar, Sohieb sudah menunjukkan sikap semaunya. Nilai bagus atau buruk atas mata pelajaran, baginya sama saja. Yang ia rasakan, pelajaran menggambar yang jadi pelajaran favoritnya, baginya terasa terlaluamat-sangat sedikit. Tak pelak, di jam pelajaran lain, yang ia lakukan hanya menggambar dan menggambar. Lepas dunia anak, masuk akil balig. Lepas SD, lanjut SMP. Bersamaan dengan itu, pita suara berubah pecah. Suaranya menjadi lebih nge-bass. Fisik tumbuh lebih cepat. Sayang, tingkat kebandelannya pun ikut berubah dan berkembang. Bukan saja makin mengabaikan sekolah, lebih dari itu, Sohieb remaja mulai berkawan dengan rokok, bahkan menggauli alkohol. Satu-satunya kegiatan ‘bermutu’ adalah belajar melukis pada seorang guru. Saat ia belajar melukis itulah, Sohieh menjadi anak yang baik-baik. Keseluruhan pelajaran melukis, dia terima dalam bilangan tujuh kali pertemuan. Setelah itu, guru lukisnya hijrah ke Jakarta. Limbung bukan kepalang. Satu-satunya dunia yang ia minati, mendadak hilang. Lenyap dari kesehariannya. Sohieb yang tak pandai menutupi ekspresi kesedihan, sempat mengundang perhatian sang ibu. Demi mengetahui pokok masalah, ibunya tak kuasa menolak niat Sohieb menyusul gurunya ke Jakarta. Semua restu ibu tercurah kepada putra

Pada 16 Agustus 2017, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. ­Zainul Majdi mengukuhkan anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang berasal dari SLTA yang terpilih se-Nusa Tenggara Barat. Pengukuhan yang dilaksanakan di Pendopo Gubernur NTB itu ditandai dengan ­penyematan lencana kepemimpinan oleh Gubernur NTB kepada ­perwakilan pasukan. epala Dinas Pemuda dan Olahr a g a N T B , I r. Husnanidiaty Nurdin, M.M., mengungkapkan bahwa anggota Paskibraka NTB tahun 2017 berjumlah 28 orang. Terdiri dari 15 orang putra dan 13 orang putri berasal dari perwakilan 10 Kabupaten/Kota se-NTB. Mereka telah menjalani proses latihan pemantapan latihan selama 15 hari, mulai dari tanggal 4 sampai dengan 16 Agustus 2017. Sebelumnya, di tempat yang sama, Provinsi NTB juga telah mengirim dua orang wakilnya sebagai anggota Paskibraka di tingkat Nasional, yaitu : Agus Putra Pratama Yudha yang berasal dari SMAN 1 Woha Kabupaten Bima dan Fina Widianingrum dari SMAN 1 Aik Mel, kabupaten Lombok Timur. Agus

Lukisan tujuh presiden karya Sohieb Toyaroja kesayangannya. Lewat arahan sang guru, Sohieb mulai berkarya. Ia benar-benar menerjuni dunia seni rupa sebagai sandaran hidup, sekaligus ekspresi jiwa. Beruntung, sapuan kuas anatomis ia pelajari dengan baik, sehingga di satu sisi, Sohieb bisa mengandalkan kemampuan melukis-wajah sebagai mata pencaharian. Beruntung dia terlahir sebagai manusia berbintang pieces. Di balik karakter ekstrem, pieces dikenal sebagai pribadi yang simpatik, karenanya manusia berbintang pieces dalam keseluruhan hidupnya, sangat akrab dengan yang namanya uluran tangan atau pertolongan orang lain. Sambil menyeruput kopi, Sohieb membenarkan hal itu. “Sebagai pelukis, saya pernah mangkal di Cinere Mall Depok, tanpa dikenakan sewa,” ujar suami dari Neraca Eva Bukit itu. Ada contoh lain, ketika ia sedang makan bersama teman. “Eh.., tiba-tiba ada ibu-ibu menawarkan diri untuk membayarkan pesanan saya, teman saya tidak dibayari, he...he...he....,” ujar pria berambut gondrong ini. ‘RODA TERUS BERPUTAR’ Beberapa tahun sebagai pelukis wajah di mall, Sohieb jenuh. Ia ingin mencoba peruntungan lain. Ia pun menuju Batam. Selain melukis-wajah, ia mulai mengembangkan lukisan lain. Yang menarik, pernah satu periode, Sohieb sangat tidak produktif. Tidak melukis, tidak pameran, tidak juga melakukan hal lain yang bisa mendatangkan uang. “Entah bagaimana, tapi ya tetap makan tiga kali sehari, tetap merokok, dan tidak punya utang. Saya saja heran...,” ujarnya.

Nah, itulah lukisan realis-ekspresif menggunakan palet pertama saya,” tuturnya. Setinggi itukah nilai lukisan “nenek-nenek”, hingga tidak memberi kesempatan kolektor memilikinya? Bagi Sohieb, bukan soal nilai, tetapi lukisan itu memiliki pesan spiritual. Tidak satu pun nalar bisa menjelaskan kisah perempuan renta, menggendong kayu yang begitu berat, menapak bukit menanjak. Anomali. “Biasanya, orang gunung mencari kayu bakar, lalu turun bukit menuju ke pasar untuk menjual. Yang terjadi, nenek itu membawa kayu menaiki bukit, dan menjelang matahari tenggelam. Ketika saya ikuti, tidak ada lagi jejaknya,” papar Sohieb. Beberapa kolektor yang gagal mengoleksi lukisan itu, pernah meminta izin Sohieb untuk bisa meminjam dan memajang lukisan “nenek” di dinding rumahnya, barang sehari-dua. Yang terjadi kemudian, hari ini dibawa, besok sudah diantar kembali ke Sohieb. (Diana Runtu)

Pulang dari Batam, ayah dua orang anak itu kembali ke Cinere, dan melanjutkan hidup di dunia yang sama. Seperti laiknya pelukis, ada kalanya mendapatkan apresiasi atas karyanya, ada kalanya tidak. Sohieb akrab betul dengan istilah ‘roda berputar’ dalam kehidupan. Yang ia rasakan, ketika posisi di bawah, ada saja yang mengulurkan bantuan. “Galeri yang saya tempati di Cinere, itu pemberian orang BNI,” katanya. Begitulah Sohieb. Di sela perjalanan menjadi seorang pelukis, ia juga menapaki perjalanan batin. Ada kebutuhan tertentu untuk mengisi relung hati dan pikiran, dengan ritual. Ia pun mulai bisa menangkap pesan sang paman, yang menjelaskan silsilah keluarga, hingga terhubung satu silsilah yang menghubungkannya dengan Pangeran Sambernyawa. Melukis dan menjalani laku, pada akhirnya memberi warna terhadap corak dan garis lukisan Sohieb. Pameran “The Spiritual Journey” di Kunstkring Art Gallery, Menteng – Jakarta Pusat tahun 2016, bisa dibilang sebagai momentum penting dalam pengembaraan karya pelukis Sohieb Toyaroja. Pameran tunggal yang digelar 15 Maret - 15 April 2016 itu menampilkan 40 karya dengan objek potret tokoh, manusia dengan aktivitasnya, serta sudut-sudut kota tua Indonesia tempo dulu. Sohieb seperti sedang melayangkan pesan kecintaannya terhadap Tanah Air, pesan penghargaan terhadap sejarah pejuang dan perjuangan anak bangsa. Dominasi warna krem, coklat, hitam, dan putih, memberi aksen kuat pada pesan perjalanan spiritualitas Sohieb. Dalam beberapa kesempatan, Sohieb berkali-kali mengungkapkan, tanpa masa lalu tak ada masa kini. “Saya yakin, spirit positif masa lalu bisa menambah energi kehidupan hari ini. Karena itulah saya melukis tokoh-tokoh kita dari era lampau —tanpa meninggalkan yang kini,” kata Sohieb, di tengah kesibukan lahirbatin menyiapkan lukisan-lukisan para tokoh negeri. Sohieb pun mengaku sungguhsungguh mengagumi masa lalu bangsa kita. “Masyarakatnya pemberani, tak kenal menyerah, saling menghormati dan saling menopang, berpikir jauh ke depan demi generasi mendatang. Luar biasa,” urainya. Muncullah suara hati yang menuntunnya melukis para tokoh dengan palet bergaya realis-ekspresif. Metode ini menuntut kejujuran ekspresi serta penjiwaan karakter yang total tanpa mengabaikan detail. Gaya itu memerlukan banyak cat. Cat untuk satu lukisan ala Sohieb ini cukup untuk melukis 20 lukisan model realis yang

Putra Pratama Yudha kemudian terpilih sebagai pengerek bendera pada Upacara Detik-detik Proklamasi RI di Istana Negara, 17 Agustus 2017. Selain dari siswa-siswi, formasi barisan Paskibraka didukung pula oleh Komandan Paskibraka, Pasukan Pengawal dan pasukan pengiring bendera dari Anggota TNI-Polri sejumlah 52 orang. Keberhasilan para siswasiswi SLTA NTB menjadi petugas utama pada peringatan HUT RI di NTB, terutama lagi Paskibraka Nasional itu adalah modal awal dan aset penting untuk menata masa depan sebagai anak bangsa yang berhasil dan berprestasi. Hal tersebut diungkapkan Gubernur NTB saat mengukuhkan Paskibraka NTB beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa menjadi

Sohieb Toyaroja menggunakan kuas! Lukisan-lukisan itu dibingkai dengan pigura berbahan kayu jati yang berumur lebih dari 100 tahun. Ayah dari dua anak: Galih Toyaroja dan Prayuda Rajata itu sangat piawai melukis figur. Maka bukan suatu kebetulan bila dia sangat sempurna melukiskan 72 Tokoh Indonesia dan 7 Presiden RI serta satu lukisan masterpiece. Sudah sejak lima tahun lalu Sohieb ingin melukis tokoh­tokoh Indonesia. Pasca pameran di Kunstkring, ia mulai diwujudkannya, dan pada 2017 berhasil merampungkan 80 lukisan dengan objek 72 tokoh Indonesia, 7 Presiden RI, dan satu lukisan yang menggabungkan sosok Presiden RI pertama hingga ketujuh di atas kanvas berukuran 300 cm x 500 cm yang diberi judul “Obrolan Presiden”. Mengilas balik catatan karya Sohieb, bisa ditapak dari jejak-jejak pameran yang ia lakukan. Beberapa pameran lukisan Sohieb antara lain Indonesia - Amerika (Sari Pan Pacific, 1999), Colour of Life (Hotel Milenium Jakarta, 2007 - 2010), Ancol Art Festival (2007 - 2011), Pameran HIPTA, TIM, Jakarta ArtVenture (2011), Performance Art Indonesia - Malaysia (Batam, 2002), Abstract Today With Agoes Jolly (Galeri Nasional, 2011). Sedangkan Pemeran Tunggal yang digelar adalah In The Name of Flower (Tembi Rumah Budaya, 2012), The Spiritual Journey (Kunstkring Art Gallery, 2015). Dan kali ini, Agustus 2017, ia menggelar pameran 72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI. Karya Sohieb telah banyak dikoleksi para pecinta senirupa, antara lain Susilo Bambang Yudhoyono, HM Prasetyo, Soetrisno Bachir, Teddi Djuhar, Sudhamek, Erry Sulistio, Budi Karya Sumadi, Saleh Husin, Bur Maras, Tommy Soeharto, Djarot Remelan Suseno, Made Adi Wibawa, dan banyak lagi lainnya, termasuk kolektor asing. (Diana Runtu)

21

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Gubernur NTB Kukuhkan Paskibra K

Misteri Lukisan ‘Nenek-Nenek’ Dari sekian banyak karya yang sudah dilahirkan dan dikoleksi orang, ada satu karya yang ia dedikasikan untuk dirinya sendiri. Beberapa kolektor yang meminati, ditampiknya secara halus. “Ada satu lukisan, judulnya ‘Nenek-nenek’, saya bikin tahun 2000-an. Buat saya tidak sekadar karya, tetapi ada hal lain yang sulit dijelaskan,” tutur Sohieb. Ia lantas mengalirkan sebuah kisah. Bermula dari momentum mudik ke kampung halamannya di Kediri. Suatu hari, tepatnya sore hari, Sohieb memacu kendaraannya ke arah lereng Gunung Kelud. Makin tinggi dataran yang ia rambah, semakin sejuk angin bertiup. Ia pun berhenti di satu warung, sekadar istirahat sambil ngopi dan nyemil penganan tradisional. Pada saat itulah matanya tertumbuk pada satu pemandangan yang membuatnya terpana. Seorang nenek-nenek, menggendong kayu, berjalan menaiki bukit. “Kejadiannya begitu saja. Tapi sampai berhari-hari, bayangan nenek-nenek itu tidak mau hilang, sampai akhirnya saya tuangkan ke kanvas.

Mandalika

anggota paskibraka merupakan cermin keuletan dan kerja keras dari para siswa. “Kalian sebagai Paskibraka adalah hasil dari kerja keras dan menempa diri. Karenanya, kalian pantas untuk itu,” kata Gubernur sembari menyampaikan ucapan selamat dan apresiasinya kepada para orang tua/ wali Paskibraka. “Menurutnya prestasi yang dicapai oleh anak-anak ini tidak terlepas dari peran orangtua dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang baik terutama memberikan keteladanan khususnya pendidikan karakter di dalam keluarga,” ujar Gubernur NTB pada kegiatan yang dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi NTB, Wakil Gubernur NTB, Ketua DPRD NTB, Danrem 162 Wira Bhakti, Danlanal Mataram, Danlanud Rembiga. Hadir Pula Wakil Walikota Mataram, Mohan

Sebanyak 1.296 Penghuni Lapas dapat Remisi “Mari buktikan bahwa pemasyarakatan sebagai institusi penegak hukum yang mampu mewujudkan reformasi hukum dengan melakukan pembenahan secara komprehensif dan nyata,” ungkap Gubernur NTB saat pemberian remisi dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 2017, di Lapas IIA Mataram, (17/8). Gubernur NTB, Dr. TGH.M. Zainul Majdi meminta kepada seluruh jajaran Lembaga Pemasyarakatan (LP) untuk segera berbenah diri, meningkatkan integritas, serta menyatukan tekad dalam mewujudkan pemasyarakatan yang lebih baik. Sebanyak 1.296 orang narapidana penghuni Lembaga Pe-

masyarakatan di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mendapatkan remisi dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-72. Majdi kepada mereka berpesan agar tidak mengulangi perbuatan melanggar hukum dan menjadi insan yang taat hukum. Sedangkan kepada jajaran lembaga pemasyarakatan, Gubernur NTB meminta agar menjadi pelayan masyarakat yang tulus dan ikhlas untuk membangun pemasyarakatan yang lebih baik. Ia berharap Lembaga Pemasyarakatan dapat memberikan makna pembinaan yang baik. “Harapannya agar setiap narapidana mampu menyesuaikan diri kembali ke masyarakat dan ikut berperan aktif dalam pembangunan,” ujar

Gubernur. Sebelumnya di tempat yang sama, Kepala Kantor Wilayah

Pengukuhan Paskibraka NTB oleh Gubernur NTB

Roliskana dan orangtua wali dari siswa-siswa terpilih Paskibraka 2017. Usai pengukuhan paskibraka, kegiatan pun dilanjutkan dengan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Majeluk, Mataram

yang dipimpin oleh Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah NTB dan dihadiri oleh seluruh jajaran Pemerintah Provinsi NTB.

Kementerian Hukum dan HAM Provinsi NTB, Sevial Akmily, S.H., M.H. mengungkapkan bahwa jumlah narapidana di NTB yang mendapat remisi tahun ini sebanyak 1.296 orang, terdiri dari 1.280 orang remisi umum sebagian (remisi berupa pengurangan hukuman/masih menjalani

hukuman) dan 16 orang remisi seluruhnya/langsung bebas. Sedangkan jumlah penghuni Lapas Kelas II A Mataram sebanyak 955 orang dan total penghuni di seluruh Lapas yang ada di Wilayah Provinsi NTB berjumlah 2.724 orang. Dijelaskan pula oleh Sevial bahwa Lapas Kelas II A Mataram juga membuka program rehabilitasi penyalahgunaan narkoba yang diikuti oleh 30 napi selama tiga bulan. Program yang dipusatkan di Lapas II A Mataram dengan menggunakan Therapy Community (TC) tersebut, diharapkannya dapat membantu napi pengguna narkoba di Lapas II A yang berjumlah sekitar 127 orang. Usai upacara pemberian remisi, Gubernur NTB, menyapa para warga binaan yang mengikuti upacara dan dilanjutkan meninjau lapas serta membuka Program Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba di dalam Lapas IIA Mataram. (Naniek I. Taufan)

Pemberian Remisi kepada Napi se-NTB tahun 2017 sebanyak 1.296 orang, terdiri dari 1.280 orang remisi umum sebagian (remisi berupa pengurangan hukuman/ masih menjalani hukuman) dan 16 orang remisi seluruhnya/langsung bebas.

(Naniek I. Taufan)


20

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

NTB Luncurkan I-Shop

Peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia di Nusa Tenggara Barat tahun 2017 ini, juga bersamaan dengan diluncurkannya dua program penguatan pelayanan publik berbasis elektronik, yaitu I-Shop untuk layanan jual beli produk-produk industri kerajinan rakyat dan UMKM yang diinisiasi Dinas Perdagangan NTB serta sistem pembayaran pajak kendaraan secara online, oleh Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA ) NTB.

P

eresmian dua program tersebut, ditandai pelepasan balon ke udara oleh Ketua Tim Penggerak PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi bersama Ketua GOW NTB, Hj. Syamsiah Muh. Amin. Usai menjadi inspektur upacara peringatan detik-detik proklamasi di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, didampingi Wakil Gubernur NTB, H.Muh Amin, SH., M.Si. dan anggota FKPD Provinsi NTB yang juga hadir, Gubernur NTB mengikuti penandatanganan perjanjian kerjasama layanan e-samsat antara Samsat NTB dan Bank NTB tentang pemanfaatan fasilitas layanan transaksi online, di parkir depan gedung Sangkareang Kantor Gubernur. Di tempat itu Gubernur NTB juga berkesempatan menyaksikan simulasi penggunaan aplikasi online dan memeriksa beberapa fasilitas yang ada dalam mobil layanan pajak keliling, dilanjutkan dengan mengunjungi stand I-Shop yang ada di sisi barat Gedung Sangkareang. Di tempat itu Gubernur NTB membeli sejumlah produk UMKM secara online dengan menggunakan I-Shop.com. I-shop NTB, adalah sebuah portal yang dapat dimanfaatkan

para pelaku usaha untuk memasarkan produk barang yang dihasilkan oleh UMKM. Selama ini produk UMKM hanya tersedia di showroom, namun dengan adanya portal ini masyarakat yang ingin mendapatkan suatu produk, cukup dengan mengunjungi portal I-Shop NTB via internet. Rangkaian upacara menandai peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI tahun ini, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Diawali dengan upacara bendera di lingkungan instansi pemerintah dan swasta pada pukul 7.30 Wita. Gubernur NTB dalam sambutan tertulisnya mengajak seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, dengan cara berkomitmen untuk merawat NKRI dan mengisinya dengan berbagai aktivitas pembangunan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Dalam kesempatan itu Gubernur NTB juga menyampaikan penghargaannya kepada seluruh

Peluncuran I-Shop NTB

masyarakat yang telah berperan aktif menjaga dan memajukan NTB selama ini. Ia mengakui bahwa keberhasilan NTB meraih

predikat sebagai daerah paling progresif dalam pertumbuhan ekonominya secara nasional. Demikian juga kinerja program

Nine

pengurangan kemisikinan di NTB berhasil mengurangi angka kemiskinan sebesar 1 persen setiap tahun. Padahal di tingkat nasional pengurangan 1 persen kemiskinan membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun. Termasuk gini ratio atau ketimpangan di NTB sebesar 0,36 jauh lebih baik dibandingkan kesenjangan pembangunan nasional sebesar 0,40. Kemajuan itu menurut TGB adalah prestasi rakyat NTB. Karenanya, ia berharap semangat dan partisipasi yang baik itu terus dirawat dan ditingkatkan di masa mendatang. Anindia Putri.Siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Woha Bima dipercaya membawa baki untuk bendera yang akan dikibarkan. (Naniek I. Taufan)

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Komunitas Cinta Kamen Bali

5

Komit Mencintai Budaya dan Berbagi Komunitas Cinta Kamen Bali (KCKB), beranggotakan perempuan Bali berbagai profesi ini kini semakin yakin melangkah bersama dengan selalu menjaga komitmennya terhadap aktivitas yang positif, menginspirasi, menjadi contoh dan teladan masyarakat dalam hal tolerasi, apresiasi pada produk lokal serta selalu siap berbagi untuk sesama.

A

risan bulanan, sharing serta mengumpulkan sumbangan sukarela menjadi agenda rutin bulanan KCKB. Kemudian dilanjutkan dengan komitmennya setiap 3 bulan meneruskan hasil sumbangan yang diperoleh untuk diberikan pada mereka yang memerlukan bantuan dan melaksanakan donor darah. Demikian disampaikan salah seorang penggerak KCKB ,Yoseva Listyati atau lebih dikenal dengan panggilan Mba Eva. “Untuk kegiatan donor darah kali ini, menariknya bertepatan dengan kami merayakan HUT ­ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI tercinta. Makanya disertai semangat dan jiwa nasionalisme yang membuncah anggota KCKB dengan suka cita hadir di Unit Transfusi Darah PMI Provinsi Bali

Bakti sosial di Sukawati, Gianyar

untuk melakukan aksi donor darah yang memang selama ini sudah dilakukan secara berkala,” ujar Mba Eva sembari menyampaikan salah satu prinsip kebersamaan mereka yakni bertemu, belajar dan tidak lupa beramal. Semua kegiatan yang mereka laksanakan tersebut, katanya sudah menjadi kesepakatan seluruh anggota KCKB sejak awal.

Mereka semua siap melakukan kegiatan yang memiliki manfaat dan positif, serta menanamkan kepedulian untuk terus berbagi pada sesama. “KCKB bukan hanya peduli pada Budaya Bali, namun lebih jauh berkeinginan membentuk perempuan Bali yang cinta Budayanya juga gemar berbagi pada sesama. Artinya KCKB mem-branding diri menjadi sosok perempuan yang bukan hanya cantik fisik tapi juga cantik hatinya. Dan, kami meyakini hal ini akan sangat membahagiakan,” ujar Mba Eva menegaskan kembali.. Dikatakannya bahwa kegiatan yang dijalankan KCKB selama ini sangat menghindari hal-hal yang berbau hura -hura atau tidak berguna. Selain itu, KCKB pun telan

KCKB mendukung acara PKB

melaksanakan berbagai kerjasama dan sinergi. Sebab, KCKB juga selalu membuka diri seluas-luasnya untuk bekerjasama dan siap mensupport berbagai pihak terutama untuk kegiatan yang bernuansa Budaya Bali. Beberapa aktivitas yang sudah dilaksanakan selama ini, di antaranya men-support acara di

Menghadiri undangan Pemda Gianyar Pembukaan Kebun Raya Gianyar Kegiatan donor darah rutin setiap 3 bulan

Pertemuan bulanan arisan dan membahas program kegiatan

ajang Pesta Kesenian Bali, terlebih anggota KCKB di PKB tahun ini meraih Juara1 dalam berbagai kategori. Hal ini bukan saja menjadi kebanggaan KCKB, namun sekaligus salah satu bukti dan wujud nyata kepedulian anggota KCKB pada Budaya Bali. Selain itu KCKB, belum lama ini juga hadir mengikuti Fs Festival Yoga serta Fs Festival Pantai Kuta (Kuta Srea Sand land 2017). Sementara untuk terus memupuk kebersamaan dengan jiwa berbagi dan empati, maka kegiatan bakti sosial kali ini dilaksanakan dengan mengunjungi Yayasan The Legong Anak Bangsa di Singapadu Kaler, Sukawati dengan memberikan bantuan yang disesuaikan dengan keberadaan anak-anak yang keterbelakangan mental. Di tengah kegiatan bersama, seluruh anggota KCKB berharap kini di 3 tahun lebih kiprah mereka tetap menjadi wadah perempuan yang selalu menjaga solidaritas, melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, mencintai budaya Bali dalam berbagai bentuk dan selalu ikhlas menjalankan setiap aksi sosialnya sesuai dengan visi dan misi yang mereka usung selama ini. -ard

KCKB mendukung acara Fashion Show Budaya Festival Pantai Kuta


6

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Bekerja sambil jalanjalan dan menikmati apa yang kita senangi merupakan salah satu cara membuat kita nyaman. Hal inilah yang dilakoni Luh Made Winda Mahyuni, M.A., Marketing & Communication Head – Beachwalk Shopping Center.

P

erempuan yang akrab disapa Winda ini menuturkan dirinya memiliki passion di dunia mal. Setelah menyelesaian pendidikan S2 di London Metropolitan University – London, Inggris, jurusan International Marketing, ia bekerja di Senayan City, Jakarta. Kiprahnya diawali dari Bussiness Development lalu Marketing hingga Government Relations. “Dari pekerjaan itu saya bisa keluar-masuk

Woman on Top Luh Made Winda Mahyuni, M.A.

“Beachwalk is My Passion” Istana Negara,” kenang putri kedua pasangan Prof. DR. dr. Made Wiryana Sp.AN.KIC-Ketut Nilawati ini. Awal tahun 2014, Winda pulang kampung setelah sekian lama merantau. Ia menjadi bagian dari tim pre opening Sofitel Nusa Dua. Mulai Agustus 2014 ini masuk ke Beachwalk Shopping Centre. “Saya melihat ada sesuatu yang berbeda dengan Beachwalk. Ritme kerjanya dinamis. Memang perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja baru. Tetapi, setelah dijalani, saya menemukan Beachwalk is my passions. Tempat kerja sambil belanja,” ungkap penyuka travelling dan kuliner ini.

Winda bersama tim Marketing & Communication Head – Beachwalk Shopping Center.

Ia menuturkan seorang marketing communication shopping mall, harus mampu memposisikan diri sebagai customer. Harus bisa melihat shopping mall secara objektif, apa saja yang perlu di-improve dan dimodifikasi. Dari posisinya saat ini, Winda bertanggung jawab untuk urusan commercial, event, marketing communications, dan travel industry. Walaupun dari sisi usia ia masih muda, namun Winda tak merasa risau. Baginya semua bisa disiasati dengan kerja profesional dan menunjukkan prestasi. Winda memiliki strategi untuk menekuni pekerjaannya. Saling transfer energi ke tim membuat mereka menjadi kuat. Konsep keharmonisan yang berbasis Tri Hita Karana juga menjadi pedomannya. “Saya berusaha mengharmoniskan hubungan dengan Tuhan dengan cara sembahyang, keharmoni­ san dengan sesama manusia dengan saling mendukung agar bisa meraih hasil maksimal, dan keharmonisan de­ ngan lingkungan. Semua ini ajaran dari orangtua,” ujarnya seraya mengatakan orangtuanya sangat demokratis dan membiarkan anak-anak memilih sendiri bidang yang ingin ditekuni. Adik dari dr. Luh Putu Dina Wahyuni Sp.KK ini mengaku ritme pekerjaan yang dinamis kadang membuatnya mengalami kejenuhan. Aktivitasnya ketika mengalami kejenuhan antara lain keluar area kantor, lalu ke area shopping Beachwalk, untuk lihat–lihat dan belanja. Kadang Winda pergi ke kafe yang tidak banyak dikunjungi orang. “Nongkrong bersama laptop.

hagia karena semasa muda mampu berkarya sehingga saat ini karyanya masih dikenang. “Saya tidak per­ nah menyangka bahwa masih ada penggemar Endang dan Ratih sampai saat ini, dan saya begitu senang bisa mengenal ibu Luh dan bisa mengenal Singaraja,” ucap Endang yang baru pertama datang ke Singaraja ini. Bah­ kan kedatangannya ke Singaraja juga untuk belajar banyak hal, salah satu soal bisnis dari Luh Kerthianing. Sementara itu, adiknya, Ratih Purwasih yang juga turut serta datang ke Singaraja mengaku be­ gitu terpesona dengan keindahan yang ada di Singaraja. Berbeda dengan sang kakak, Ratih sudah berkunjung beberapa kali ke Bali, hanya saja ini baru pertama kali ia datang ke Sinagaraja. Menurutnya, Singaraja merupakan kota kecil yang menawarkan berbagai objek wisata modern namun tetap tidak meninggalkan budayanya. “Singaraja ini sudah sangat maju, gak beda jauh dengan Denpasar. Budayanya masih kental dan orang-oranya juga ramah,” jelasnya. Sama dengan sang kakak, Ratih juga sempat menemui para penggemarnya di Singaraja, bahkan beberapa hari di Singaraja mereka khusus meluang waktu un­ tuk menghibur para penggemar dengan bernyanyi bersama di ke­ diaman Luh Kerthianing sebelum kembali ke Jakarta. Endang dan Ratih, keduanya mengenal sosok Luh Kerthianing karena sama-sama akan mengisi

Winda Mahyuni

Endang S. Taurina, Ratih Purwasih, Jhony, Luh Kerthianing bersama Suami

acara dalam pagelaran akbar Aku Indonesia, 20 Agustus 2017. Menu­ rut Endang, sosok Luh Kerthianing merupakan perempuan daerah hebat yang memiliki jiwa sosial tinggi. selain itu, ia menegaskan sebagai salah satu putri daerah

Luh Kerthianing memang layak menjadi panutan di masyarakat. Senada dengan hal tersebut Ratih Purwasih juga memberi pengakuan yang sama bahwa banyak pelajaran yang ia dapat dari seorang Luh Kerthianing. Kesederhanaan dan

Hetty Palestina Yunani

19

Nongkrong di Angkringan Semar Gresik Ada yang menarik di Angkringan Semar Gresik. Tongkrongan segala usia ini menonjolkan budaya. Seperti yang dilakukan M. Zainudin Fanani, yang membuka angkringan itu sejak 1 tahun lalu. Usaha milik pria kelahiran Gresik, 2 September 1982, ini mengangkat tema budaya Indonesia. Mulai dari menu, desain bangunan, hingga acara hiburannya.

I need me time,” tegasnya. Ke depannya, Winda punya impian menjadikan Beachwalk sebagai benchmarking mall di level nasional maupun internasional. Selama ini mal yang berada di Jalan Pantai Kuta ini memiliki banyak gerai brand-brand terkenal. Pengembangan akan terus dilakukan dengan menambah beberapa fasilitas. Saat liburan, Winda memilih bepergian bersama sahabat atau keluarga. Di Bali, pilihan berliburnya ke Ubud. Kalau ke luar negeri, ia memilih Singa­ pura. “Saya jalan-jalan ke Singa­pura sekalian survei, apa yang baru di mal-mal Singapura. Kalau cocok, ya diterapkan. Kultur di Bali dan Singapura kan beda, jadi tidak semua hal bisa diterapkan,” imbuh perempuan yang menjadikan coklat sebagai kuliner favoritnya. (Ngurah Budi)

Endang S. Taurina dan Ratih Purwasih Kunjungi Penggemar di Singaraja Bagai pinang dibelah dua. Ung­ kapan itulah yang dapat menggam­ barkan sosok kakak beradik Endang S. Taurina dan Ratih Purwasih. Selain memiliki wajah yang begitu mirip dan perawakan mungil, kedua pe­ nyanyi legendaris ini sama-sama per­ nah menggebrak dunia permusikan Indonesia dengan lagu-lagu hitsnya. Penyanyi yang tenar di era 1980an ini kini memang lebih banyak meng­ ahabiskan waktu dengan keluarga dan bisnisnya. Di usianya yang tidak lagi muda, mereka tidak terlalu fokus lagi dalam dunia tarik suara. Lama tidak terlihat dilayar kaca, tidak membuat mereka kehilangan para penggear bahkan membuat para penggemar merindukan mereka bernyanyi kembali. Terbukti, be­ berapa kali mereka berangkat ke luar nege­ri seperti Singapura, Malaysia, dan Brunnei untuk menemui pengge­ mar yang ada di sana. Pada kesem­ patan itulah mereka gunakan untuk menggelar show secara off air. Penggemar Endang dan Ratih rupanya tidak hanya di luar, di Indonesia pun keduanya masih memiliki penggemar setia. Beberapa waktu lalu, kedua kakak beradik ini berkunjung ke Singaraja untuk menyapa para pencinta lagu lawas khususnya lagu-lagu yang sempat mereka populerkan. Ditemui di kediaman Luh Ker­ thianing, di Garden Villa Residence Singaraja, Endang mengaku sangat bersyukur memiliki penggemar yang amat mencintainya. Ia merasa ba­

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

keiklasan merupakan dua hal yang ia dapatkan setelah mengenal pebis­ nis asal Singaraja tersebut. “Banyak hal yang kami pelajari dari Bu Luh, beliau juga kami jadikan motivasi untuk lebih baik lagi ke depannya,” pungkasnya. -win

Makin Konsisten dan Matang Sosok perempuan ini tangguh, gigih memperjuangkan impian, bergelut dalam seni dan dunia jurnalistik. Ia adalah Hetty Palestina Yunani, perempuan anggun, simpel, bertalenta luar biasa. Hampir separuh usia, wanita cantik ini menuangkan rona hidup dalam tiap tulisan juga lukisan indah. Kecintaannya pada seni ia awali sedari kecil. Menulis adalah dunianya. Bagai dua hal tak terpisahkan. Saat dijumpai di ulang tahunnya yang ke-41, perempuan kelahiran 15 Agustus tersebut mengaku makin matang dan konsisten. “Seperti ungkapan pepatah, life begin at fourty (hidup dimulai sejak usia empat puluh), nyatanya benar. Karena di umur tengah-tengah, kematangan secara alamiah muncul dengan sendirinya,” kata penggemar travelling tersebut. Tak mau menyiakan kesempatan, Hetty memilih meneruskan rencana hidup yang telah ia susun sedemikian rupa sejak tahun lalu. “Aku sudah tahu, kemarin di usia empat puluh ini mau apa, karena itu aku mau konsisten. Karena di usia ini, secara alamiah dan biologis mendorong untuk memilih sesuatu yang tetap, meneruskan atau memulai,” tuturnya seraya tersenyum. Waktu dan pengalaman juga melatih semakin bijaksana. Harapannya tak jauh dari impiannya selama ini. Menjadi jurnalis inde-

penden, yang menggabungkan konsep media dan seni. Pergumulan dengan banyak seniman membuat Hetty mampu menyerap seni layaknya makanan lezat yang ia suka. Sedangkan jurnalistik seolah mesin jahit, gabungan potensi bahan unik di sekitarnya. Dua puluh tahun sudah ia cukup kenyang menikmati profesi ini, namun tak cukup membuat Hetty puas. Ia pun memutuskan menjadi pewarta lepas, menduduki posisi redaktur di Padmagz dan mengelola Little Sun Art & Media Management sebagai Chief Executive Officer (CEO), di sela kesibukannya menjadi dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag), Surabaya. “Suatu keberuntungan berada di dunia jurnalistik selama 20 tahun terakhir ini, jangan hanya memimpikan tapi wujudkan menjadi nyata,” ucapnya penuh syukur. (Lely)

S

ekarang ini nongkrong bagai budaya di kalangan masyarakat. Tak sedikit orang membuka lahan untuk sarana berkumpul bersama keluarga dan sahabat. Kedai itu menyediakan berbagai fasilitas. Diantaranya, wifi, televisi, dan stop kontak di tiap meja. Menurut seorang pengunjung, angkringan ini tempatnya cukup luas. ‘’Bisa digunakan untuk kumpul-kumpul. Selain free wifi, tempatnya sejuk, karena banyak tumbuhan yang menambah tingkat nyaman,” kata Maya, seorang pengunjung angkringan. Yang menarik, biasanya tempat tongkrongan hanya diguna-

kan untuk anak muda. Tetapi di Angkringan Semar, yang terletak di kawasan Kota Baru Driyorejo Gresik ini juga terlihat anak-anak dan orang tua ikut nongkrong. Angkringan ini terkadang juga menerima pesan tempat untuk acara organisasi, meeting, dan lainnya. Tentang menu, Zainudin Fanani, menyebut sangat beragam. Mulai tradisional sampai modern. Harganya pun terbilang cukup murah. Menurut dia, menu yang paling diminati adalah kopi nusantara. Untuk mengatasi pesaing, ia cukup menjaga kualitas dengan mengembangkan konsep mini café nya. Menyinggung omzet, anak ke

6 dari 8 bersaudara ini menyebut diangka Rp 1.500.000 per hari. Sedangkan saat weekend dua kali lipatnya. Untuk mempertahankan pendapatannya, pria ini memiliki jurus inovasi yang jitu. Misalnya, dengan menampilkan kesenian daerah (macapat) sekaligus modern (band acoustic). Dalam waktu dekat, Zainudin Fanani, yang akrab dipanggil Mbah Semar ini akan membuka cabang angkringan semar ke-2 dengan konsep pujasera. ‘’Ini sengaja kami buat beda. Bila angkringan pertama focus ke budaya. Tetapi, untuk angkringan 2 lebih condong ke pujasera,’’ kata lelaki paruh baya ini. (Aldilla Putri)


18

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Warga Binaan Lapas Kelas IIB Singaraja

Terima Remisi Kemerdekaan

Memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke 72, tentu setiap warga Negara Indonesia berhak ikut serta merayakan hari kemerdekaan ini. Masyarakat bersukacita merayakan kembali hari kemerdekaan dengan berbagai cara. Tidak terkecuali juga warga binaan Lembaga Permasyarakatan. Sebanyak 52 narapidana binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Singaraja pada HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 tahun 2017 ini menerima remisi atau potongan masa tahanan. Remisi ini diberikan pada saat Upacara Bendera HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 di Halaman LP Kelas IIB Singaraja, Kamis (17/8). Berindak sebagai inspektur upacara pada Upacara di LP Kelas IIB Singaraja ini adalah Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG. Wabup Sutjidra juga berkesempatan menyerahkan secara simbolis remisi umum kemerdekaan dan juga mengunjungi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) baik itu tahanan maupun narapidana di Lapas Kelas IIB Singaraja. Ditemui usai upacara, Kepala Lapas (Kalapas) IIB Singaraja, Edi Cahyono menjelaskan dari 52 narapidana yang menerima remisi, seba­ nyak lima narapidana langsung bebas. Sedangkan, untuk 47 narapidana lainnya menerima potongan masa hukuman. Ada banyak persyaratan dan pertimbangan dalam mengusulkan narapidana yang akan men­ dapatkan remisi. Kegiatan narapidana, ketaatan dan interaksinya setiap hari di Lapas menjadi pertimbangan utama untuk pengajuan narapidana yang akan mendapatkan remisi. “Pertimbangan dan persyaratannya ba­ nyak untuk mengajukan seorang narapidana bisa mendapatkan remisi,” jelasnya. Berbagai upaya dilakukan Lapas khususnya Lapas Kelas IIB Singaraja umtuk menjadikan para WBP ataupun penghuni Lapas bisa diterima dengan baik dan berkelakuan baik di masyarakat nantinya setelah bebas. Salah satunya adalah pembimbingan agama yang terus dilakuan di dalam Lapas sesuai dengan keyakinan para narapidana. Selain itu, pihak Lapas Kelas IIB Singaraja membekali para WBP keterampilan. “Pembimbingan agama dan keterampilan terus kita lakukan. Untuk keterampilan, ada tiga paket keterampilan dari BLK Buleleng yaitu perbaikan elektronik, menjahit, dan penyambungan alat-alat elektronik,” ujar Edi Cahyono. Sementara itu, Wabup Sutjidra mengungkapkan rasa kagumnya terhadap nuansa lain di dalam Lapas Kelas IIB Singaraja. Nuansa tersebut mulai dari penataan, upacaranya hingga ada sentuhan-sentuhan seni dari WBP di Lapas Kelas IIB Singaraja. Sentuhan seni tersebut adalah dengan ditampilkannya seni tari tradisional Bali sebelum upacara. “Hal ini sangat positif. Bagaimana WBP bisa lebih kearah yang positif dan nantinya bisa kembali ke masyarakat,” ungkapnya. Dirinya juga berharap kepada para WBP untuk tidak mengulangi perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan mereka dibina di Lapas ini. Para narapidana yang akan bebas juga diharapkan agar dapat ber­ interaksi antara keluarga dan masyarakat sehingga bisa diterima dengan baik. Keterampilan juga harus ditingkatkan agar memiliki modal nantinya dalam bekerja. “Kita harapkan hal-hal yang positif bisa dilakukan WBP disini agar tidak kembali lagi ke Lapas,” tandas Sutjidra.(Wiwin Meliana)

Wabup Sutijdra memberikan secara simbolik remisi kemerdekaan kepada warga binaan lapas kelas II B Singaraja

Pameran Pembangunan Ajang Promosi Produk UMKM Serangkaian menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72, berbagai kegiatan dilakukan oleh Pemkab Buleleng. Sukses menggelar lomba gerak jalan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, Pemkab Buleleng juga menggelar Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat. Ajang tahunan ini digelar di Lapangan Bhuana Patra Singaraja selama 14 hari dari tanggal 14 sampai dengan 27 Agustus 2017 mendatang.

Wabup Sutijdra meninjau stan yang ada di pameran pembangunan.

P

ameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat ini sudah menjadi tradisi di Buleleng dan selalu dinantikan oleh masyarakat Buleleng. Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG saat ditemui usai membuka secara resmi Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat, Senin (14/8) malam. Wakil Bupati Buleleng asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu tradisi di Buleleng guna menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI.

Kali ini, dalam ajang tahunan ini lebih mengedepankan produk yang dihasilkan oleh Usaha Kecil Mikro dan Menengah. Selain itu pula dimanfaatkan sebagai wahana untuk mensosialisasikan program dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh Pemkab Buleleng. Dalam kegiatan ini terdapat pameran-pameran pembangunan yang diikuti oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan para pelaku-pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Pameran pembangunan dan juga hiburan rakyat ini merupakan sebuah tradisi di Buleleng untuk menyambut HUT Prokla-

masi kemerdekaan setiap tahunnya,” jelas Wabup SUtjidra. Pada pameran pembangunan dan hiburan rakyat ini terdapat pula stanstan UKM baik itu usaha kerajinan, busana, dan kuliner. Melalui media ini juga mereka dapat langsung mempromosikan usaha mereka selama dua minggu ke depan. Masyarakat pun bisa melihat-lihat ataupun membeli hasilhasil dari UKM tersebut. “Pameran pembangunan ini juga memberikan kesempatan bagi para pelaku UKM untuk mempromosikan hasil usaha mereka,” ujar Sutjidra. Pada pembukaan ini, Wabup Sutjidra berkesempatan untuk berkeliling meninjau stan-stan yang ada. Dirinya menambahkan potensipotensi yang ada di Buleleng sudah dipamerkan disini seperti ikan yang ditampilkan Dinas Perikanan dan juga produk-produk pertanian lokal Buleleng. Selain itu, potensi UKM juga sangat besar di Buleleng seperti kerajinan yang juga dibina oleh Dinas Sosial. “Semuanya ada di pameran pembangunan ini. Kita akan terus promosikan hal tersebut selain juga ada hiburan rakyat seperti keseniankesenian tradisional. Mudah-mudahan masyarakat menikmati acara ini,” tandas Sutjidra. Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat ini akan berlangsung selama dua minggu dari tanggal 14 Agustus sampai dengan 27 Agustus 2017. Untuk pameran pembangunan diikuti oleh 33 peserta yang terdiri dari 18 OPD dan 15 peserta dari unsur BUMD, BUMN, Swasta, dan UMKM yang secara keseluruhan tergabung ke dalam 40 stan. (Wiwin Meliana)

Dinas Kebudayaan Gagas Pembangunan Museum Sunda Kecil Pelabuhan Buleleng di Kota Singaraja pernah mengalami masa kejayaan hingga tahun 1950an. Kala itu, Pelabuhan Buleleng menjadi pintu utama Bali sejak masa pendudukan Belanda hingga menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil. Di zaman pendudukan Belanda, pelabuhan itu dipakai untuk bongkar muat barang dan juga kapal pesiar asing yang membawa wisatawan menikmati Pulau Dewata. Saat itulah pamor pantai utara mengalami zaman keemasan. Tapi saat ini nama besar Pelabuhan Buleleng nyaris tak berbekas. Bekas kantor kepabeanan sudah berubah fungsi. Sementara bangunan tua lainnya pun sudah menjadi sebuah gedung pertemuan, ketika Buleleng menjadi sasaran penyelenggara IMACO. Memang sudah cerita usang yang hanya ”terkunci rapat” di sejumlah literatur serta mulut- mulut pelaku sejarah yang usianya menjelang senja. Menarik secara historis, membuat Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng berencana melaksanakan kegiatan revitalisasi Museum Sunda Kecil di Kabupaten Buleleng. Rencana tersebut disambut baik oleh Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Putu Tastra Wijaya. Menurutnya Buleleng diberikan kesempatan untuk membangun museum Sunda Kecil di kawasan Eks. Pelabuhan Buleleng. “Kami sangat bersyukur diberi kesempatan dan tentu segera akan kami tindak lanjuti,” ungkapnya. Tastra menjelaskan, rencana pembangunan museum itu masih terkendala tempat, sebab bangunan yang rencananya digunakan sebagai museum masih ditempati oleh Dinas Perkimta.

Jembatan peninggalan Belanda di eks Pelabuhan Buleleng

Atas kondisi tersebut, pihaknya telah mencari jalan keluar dengan berkoordinasi langsung kepada Bupati Buleleng. Menurutnya solusi yang diberikan oleh Bupati dengan memindahkan OPD tesebut dengan opsi dipindahkan ke Rumah Jabatan Ketua DPRD atau ke SMP Negeri 1 Singaraja. “Ya kami sudah koordinasikan juga dengan Perkimta, mereka setuju asalkan sudah disediakan tempat lain,” imbuhnya. Museum Sunda Kecil direncankan dapat terealisasi tahun depan, bahkan dalam waktu dekat pihak pusat akan berkunjung ke Buleleng untuk meninjau kesiapan Buleleng dalam penyedian lokasi museum. Jika dibanding dengan museum Buleleng, museum Sunda Kecil akan menyimpan benda-benda yang lebih spesifik. Tidak hanya benda, bahkan gambar-gambar, buku serta cerita tentang Buleleng yang pernah menjadi pusat pemerintahan di Bali juga turut

menjadi koleksinya. “Koleksi museum Sunda Kecil akan lebih spesifik tentu yang hanya berkaitan dengan sejarah Sunda Kecil,” tambahnya. Sementara itu, untuk melengkapi koleksi museum, Tastra mengungkapkan telah berkoordinasi dengan masyarakat Buleleng yang selama ini menyimpan benda dan barang peninggalan sejarah Sunda Kecil. Dengan pendekatan humanis, ia yakin masyarakat mau meyumbangkan benda sejarahnya untuk menambahkan koleksi museum. Bahkan dirinya juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa museum di Belanda untuk mengembalikan benda-benda sejarah Sunda Kecil yang terdapat di sana. “Beberapa museum di Belanda ada yang telah bangkrut, mereka bersedia mengembalikan benda-benda sejarah itu asalkan kita di Buleleng sudah ada tempat yang layak,” ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Life Story

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

7

Sama-sama Salah, Sama-sama Introspeksi Hubungan antara Hayati (50) dengan suaminya Agustinus (52) masih terlihat kaku. Di tengah kawan-kawannya, mereka seperti merasa kurang nyaman. Tentu saja hal ini terjadi mengingat beberapa tahun yang lalu, sebuah peristiwa memalukan sempat menerjang hubungan pernikahan mereka.

D

i mata kawankawannya, pernikahan Hayati dan Agustinus sesungguhnya kala itu sudah sulit untuk diselamatkan, ketika Agustinus memergoki istrinya berselingkuh di dalam rumahnya sendiri. Sungguh menyakitkan bagi Agustinus ketika dengan mata kepalanya sendiri ia memergoki istrinya bermesraan dengan laki-laki lain, tetangga pula, di rumah mereka pula dan ironinya Agustinus memang sengaja menjebak istrinya karena sudah curiga akan hubungan terlarang istrinya itu. “Sekitar dua bulan Agustinus mencurigai istrinya dan ia mengamati gerak-geriknya teru-

tama ketika bertegur sapa dengan tetangganya itu (selingkuhannya),” ujar Tara, kawan Agustinus. Maka di hari yang memalukan itu, ketika Agustinus berpura-pura akan ke luar kota, Hayati melancarkan aksi selingkuh itu. Agustinus meninggalkan rumah dengan cara yang baik diantar oleh Hayati hingga pintu gerbang. Satu jam berlalu, rupanya sang selingkuhan sudah datang bertamu dan entah apa yang mereka lakukan. Hingga dua jam kemudian, Agustinus duduk di teras rumah mereka tidak tahu harus berbuat apa-apa. “Dia diam dan menunduk, tidak harus bilang apa,” kata Tara yang hari itu ikut menemani Agustinus pulang.

Tak lama berselang, Hayati keluar bermaksud mengantar selingkuhannya itu. Betapa kagetnya Hayati ketika yang ditemuinya adalah suaminya sedang duduk di teras rumah mereka. “Saya melihat dari jauh, wajar jika Agustinus marah besar lalu memukul selingkuhan istrinya yang pegawai kantoran itu. Setelah itu Agustinus membawa istrinya ke dalam rumah dan melampiaskan kekesalannya. Hayati hanya bisa menangis,” kata Tara. Mereka bertengkar hebat sehingga mengundang para tetangga di kompleks tempat mereka tinggal di salah satu kabupaten di Pulau Sumbawa. Setelah itu Agustinus pergi meninggalkan rumah yang telah disesaki oleh intipan para tetangga yang ingin tahu keributan tersebut. “Tanpa diceritakan, para tetangganya itu rupanya telah tahu permasalahannya,” kata Tara yang kemudian membawa Agustinus pergi. Ia menenangkan sahabatnya yang berada dalam kondisi hati yang kacau balau itu. Beberapa hari Agustinus tidak pulang ke rumah hingga akhirnya seminggu kemudian ia kembali. Tapi ia sama sekali tidak mau menyentuh istrinya.

Kabar perpisahan mereka pun santer beredar. Berbulanbulan hubungan mereka menjadi sangat dingin, tidak bertegur sapa meski mereka tinggal dalam satu rumah. Empat anak mereka merasakan ketidaknyamanan atas situasi itu. Suatu hari Hayati pernah bercerita tentang situasi rumah tangganya itu. Ia merasa perkawinannya dalam posisi digantung oleh suaminya. “Dicerai tidak, suami istri juga rasanya tidak,” kata Hayati. Hayati merasa suaminya menjadi begitu kasar. Bicara seenaknya, bahkan tidak jarang ia mengumpat Hayati sebagai perempuan kotor. Namun Hayati mengaku menerima semua itu meski ia juga sangat marah pada suaminya. “Saya melakukan itu (berselingkuh) karena 10 tahun saya menderita akibat perselingkuhan dia dengan perempuan lain. Sudah cukup sabar saya menghadapinya. Dia seperti orang suci jika memperlakukan saya yang dianggapnya hina,” kata Hayati menangis. Hayati mendapatkan perlakuan kasar hampir setiap kali. “Kalau tidak kasar mulutnya, pasti dia menyakiti saya secara fisik,” ujar Hayati yang tidak har-

Hidup harus Diperjuangkan

Dengan wajah tertunduk, Mardin (55) datang ke rumah mantan istrinya. Berpakaian rapi hari itu Mardin terpaksa harus menginjakkan kakinya kembali di rumah yang pernah mereka tinggali bersama selama lebih dari 20 tahun. Namun, perpisah­ an membuat Mardin harus meninggalkan rumah tersebut sejak tujuh tahun lalu. Itulah hari pertama Mardin datang ke rumah tersebut sejak tujuh tahun yang lalu. Mardin terlihat asing ketika tiba di depan pintu gerbang rumah yang telah direnovasi menjadi jauh lebih mewah dari sebelum ia tinggalkan. Ia canggung, namun Mardin harus masuk ke rumah tersebut untuk bertemu dengan mantan istri dan anak-anaknya. Hari itu adalah peristiwa penting dalam hidupnya. Setelah dua kali pernikahan anak lelakinya ia tidak pernah dilibatkan, hari itu ia dilibatkan untuk membicarakan (ikut musyawarah) untuk pernikahan anak perempuannya yang hendak menikah sebulan lagi. “Karena Mardin akan menjadi wali nikah bagi putrinya, makanya kali ini ia dilibatkan,” ujar Rini, mantan adik iparnya. Selama proses musyawarah itu, Mardin memang memilih le­bih banyak diam dan mencoba untuk menerima semua keputusan yang diambil dalam musyawarah tersebut. Memang perpisahan mereka tujuh tahun yang lalu sempat membuat ketegangan yang amat sangat di antara ia dan istrinya. Kehidupan

lepas kendali sempat hinggap dalam kehidupan Mardin ketika masih bersama mantan istrinya itu. Semua itu diladeni oleh istrinya dengan kesabaran yang tinggi. Istrinya selalu mencoba memahami segala kekurangan yang dimiliki Mardin yang melepas pekerjaan tetapnya yang kala itu sudah mapan. Ia bergantung pada istrinya yang pengusaha sukses. “Apa pun yang dilakukan Mas Mardin waktu itu, selalu didukung oleh kakak saya. Bahkan berkali-kali modal usaha selalu diberikan namun sekian kali itu juga gagal karena Mas Mardin terlihat tidak punya usaha yang keras,” kata Rini yang merupakan adik kandung mantan istri Mardin. Puncak dari semua kekesalan itu, istrinya minta bercerai dan sejak itu semua berakhir. tkh/net Mardin keluar dari rumah tersebut dan meninggalkan keempat anak mereka. Sejak itu komunikasi benar-benar ditutup oleh mantan istrinya itu. Bahkan anak-anak mereka juga jarang berkomunikasi dengannya. Mardin sempat terpuruk hingga ia menemukan seorang wanita yang akhirnya membuatnya sadar bahwa hidup itu harus diperjuangkan. Ia kemudian menikah dan berubah total menjadi seorang lakilaki yang bertanggung jawab meski secara ekonomi kehidupannya biasa-biasa saja. Ia mau mengerjakan apa saja untuk membiayai kehidupannya bersama istri dan anak-anaknya. Mardin tampak sayang dan perhatian pada istri dan anak-anaknya. Sangat berbeda dengan Mardin yang dulu yang relatif kurang memperhatikan istri dan anak-anaknya. Perubahan baik inilah yang membuat kini hubungan Mardin dengan anak-anaknya dari pernikahannya yang terdahulu menjadi makin baik. Hari itu, alangkah bahagianya Mardin mendapati keempat anaknya satu persatu menyambut kedatangannya dan mencium tangan juga pipinya. Terlihat wajah Mardin terharu bahagia. Ia memeluk anak-anaknya itu satu persatu dalam kasih sayang seorang ayah. Pelajaran itu, tentu saja menjadi bagian dari pengembaraan hidup Mardin yang kini telah memiliki enam orang anak. “Kami senang kini hubungan Mas Mardin dengan anak-anaknya terus membaik,” kata Rini. (Naniek I. Taufan)

us bagaimana bersikap terhadap suaminya itu. Ia terlihat lebih pasrah karena untuk meminta cerai pun ia kebingungan. Bahkan yang lebih menyakitkan adalah ketika berhubungan suaminya itu memperlakukannya tidak semestinya seperti seorang istri. “Saya rasanya seperti pelacur,” katanya. Tiap hari rumah mereka terasa seperti neraka. Pertengkaran dan saling teriak antara Hayati dan Agustinus terdengar nyaris sepanjang waktu. Sumpah serapah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Agustinus bahkan tidak segan mengumpat istrinya meski ketika ada kawan mereka bertamu ke rumahnya. Sampailah titik balik itu datang. “Saya hamil,” kata Hayati. Meski begitu sikap Agustinus belum berubah. Dalam kondisi hamil, Hayati masih menerima perlakuan tidak baik dari suaminya itu. “Saya mencoba memakluminya,” ujarnya. Hingga akhirnya Hayati melahirkan anak perempuan yang sesungguhnya anak yang sangat dinanti oleh suaminya itu. Sebelumnya mereka telah memiliki empat anak laki-laki semua. Seharusnya Agustinus bahagia memiliki anak perempuan. Tapi rupanya tidak begitu. Ia terlihat cuek saja ketika Hayati hendak melahirkan. Mungkin karena lama ditangani dan selama hamil kondisi psikologi Hayati tidak baik, anak ke lima mereka itu meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Keadaan tetap tidak berubah. Sampai pada kehamilan Hayati berikutnya, ia melahirkan namun bayi perempuan itu juga meninggal justru beberapa saat sebelum dilahirkan. “Saya melihat suaminya saya sedih kali itu,” katanya. Hingga kemudian Hayati hamil lagi dan suaminya itu mulai berubah. “Dia sedikit demi sedikit mulai memperhatikan saya,” kata Hayati. Sampai di hari Hayati melahirkan anak perempuan sebagai anak ke tujuh mereka perubahan sikap Agustinus mulai membaik. Di samping karena Hayati terus menerus meminta maaf atas apa yang sudah terjadi, Agustinus juga kelihatan sangat bahagia bisa memiliki anak perempuan. “Dia sayang sekali pada Ayu (anak perempuan mereka),” kata Hayati. Di sanalah hubungan mereka kembali membaik hingga saat itu. Rasa bersalah keduanya membuat Hayati dan Agustinus sama-sama melakukan instropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan di masa lalu. Kini mereka hidup bahagia dengan kelima anak mereka. Peristiwa itu menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi keduanya. Beruntungnya mereka mampu mempertahankan dan menyelamatkan pernikahan yang sudah dibangun sejak 25 tahun itu. (Naniek I. Taufan)


8

Bunda & Ananda

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Ada yang unik dari pelaksanaan upacara bendera di sekolah pendidikan kerjasama (SPK) ini. Memperingati HUT ke-72 RI, Sanur Independent School (SIS) yang notabene muridnya 90 persen ekspatriat ini juga melakukan upacara pengibaran bendera merah putih, Rabu (16/8). “Walau pelaksanaannya lebih sederhana dibandingkan sekolah-sekolah lain, namun esensinya tetap, ada pembacaan teks proklamasi, pembacaan doa, Pancasila, UUD’45, menyanyikan lagu-lagu ­kebangsaan, dan pengibaran bendera merah putih,” ujar National ­Principal SIS Cokorda Agung Anre Juniana, S.Pd., M. Pd.

Perbedaan Bersatu dalam Permainan Terlepas dari perayaan HUT RI, dalam proses belajar mengajar, meski bahasa pengantarnya bahasa Inggris, namun SIS memiliki jam pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dikatakan Cok Anre, memang wajib, SPK (Sekolah Pendidikan Kerjasama) itu mengajarkan bahasa Indonesia ke semua anak-anaknya. Ada 2 sesi per minggu per kelas, dan ada satu sesi lagi untuk pengayaan bahasa. Jika ada yang kurang dengan 2 sesi itu, ditambahkan lagi pengayaannya disini. Terkait budaya Indonesia, SIS memiliki Indonesian Studies, bahasa pengantarnya bahasa Inggris tetapi konteksnya Indonesia, seperti pembahasan tentang rumah tradisional, dll.

P

elaksanaan upa­ cara bendera ini full berbahasa Indonesia. Meski pelafalan bahasa Indonesia mereka masih terbata-bata, dengan berpakaian nuansa merah-putih, mereka tampak hikmad mengikuti peringatan HUT RI hingga selesai. Sebelumnya, para perangkat upacara terpilih ini dilatih khusus 2 sampai 3 minggu sebelumnya. “Mereka tak terlalu fanatik kenegaraan, hanya ketika hormat bendera saja mereka tidak ikut hormat, tapi mereka tetap ikut berdiri tegak. Namun ada yang memiliki darah WNI ikut hormat bendera. Dan kami sangat menghargai itu karena itu pilihan mereka. Selebihnya fun banget. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun Indonesia, Happy Independent Day,” imbuhnya. Dan, perbedaan itu bersatunya di permainan tradisional. Perbedaan itu lebur ketika mereka larut dalam suasana lomba khas 17-an yang digelar usai upacara bendera. Ada lomba lari kelereng, lari karung, makan krupuk, tarik

(Inten Indrawati)

Cokorda Agung Anre Juniana

tambang, dan memindahkan bendera (untuk anak TK). “Murid-murid disini sudah cukup familiar dengan permainan tersebut karena perayaan HUT RI setiap tahunnya selalu kami isi dengan lomba-lomba ini. Dan, murid-murid yang baru exited sekali melihat permainan tradisional kita ini,” ucap Cok Anre-sapaan karibnya. Lombalomba melibatkan murid, guru staf, orangtua. Orangtua biasanya suka makan krupuk dan tarik tambang. Cok Anre menyampaikan, dengan pembacaan teks proklamasi, mereka (anak dari bermacam negara) jadi tahu siapa Sukarno dan Hattta, dan dikenalkan juga tentang sejarah Indonesia hingga berhasil merebut kemerdekaan. Dalam lomba pun dibuat nama Desa Sukarno dan Desa Hatta. “Ada juga kepala desanya, sembari kita mengenalkan desa itu apa? Kampung itu apa? Jadi mereka tahu istilahistilah dalam bahasa,” imbuhnya. Sementara dari lomba-lomba tersebut, nilai yang ingin diangkat adalah kebersamaan. Bagaimana ketika bersama-sama untuk meraih sesuatu akan

lebih mudah. Demikian halnya dengan kemerdekaan. “Ketika kita terpisah, kita susah meraih kemerdekaan, tapi setelah kerja bersama lebih mudah meraih kemerdekaan,” tegasnya. Makanya dalam lomba-lomba tersebut, anak-anak dibagi dalam beberapa tim, ada tim merah, timputih, tim biru. Dalam satu tim ada siswa TK, sampai SD kelas 6, dari semua jenjang. “Kami ingin yang besar bisa mengayomi yang kecil, yang kecil bisa bertanya dan belajar pada yang besar, dan m er ek a b er u s a h a b er s a m a untuk memenangkan lombalomba tersebut. Bagaimana mereka mengatur timnya masing-masing,” jelasnya.

Mendongeng Lima Menit

PEMBURU DAN SERULINGNYA

Seorang pemburu sangat jago meniup seruling. Dengan seruling yang dibuatnya sendiri, ia dapat menirukan suara hewan seperti aneka jenis burung, rusa, luwak, dan lainlainnya. Sekali meniup Made Taro seruling, hewan-hewan itu datang mendekatinya. Hewan itu mengira suara itu adalah suara hewan sungguhan. Pada suatu hari pemburu itu ingin berburu rusa. Dari bawah sebatang pohon rindang ia tiup serulingnya. Tulalit, tulalit, tulalit….! Seekor rusa yang lewat di dekatnya mendengar suara itu. Ia mengira suara itu adalah pasangannya. Rusa itu segera mendekat. Pang! Tiba-tiba sebuah anak panah menancap di tubuhnya. Anak panah itu berasal dari sang pemburu si jago seruling. Ketika sang pemburu hendak menyeret korbannya, tiba-tiba muncul seekor macan tutul. Pemburu itu ketakutan lalu secepatnya lari balik haluan, kemudian memanjat pohon. Macan tutul yang sedang lewat itu mengira seekor rusa yang bernyanyi. Ia pun mendekati rusa itu berkehendak menyergapnya. Pemburu si jago seruling itu tidak habis akal. Ia mengusir macan tutul itu dengan meniup serulingnya. Torerot, torerot, torerot….! Apa

itu? Macan tutul yang hendak memangsa rusa itu lari terbirit-birit balik haluan. Ia mengira seekor harimau mengintainya. Pemburu yang cerdik itu menarik napas panjang. Setelah merasa aman, ia mengucap syukur sambil menuruni batang pohon itu. Namun di pangkal pohon itu ia tiba-tiba menggigil. Ia melihat seekor harimau sungguhan. Rupa-rupanya ketika sang pemburu meniupkan suara harimau untuk menakut-nakuti si macan tutul, seekor harimau sungguhan lewat di tempat itu. Harimau itu mengira suara seruling sang pemburu itu adalah suara pasangannya. Sang pemburu kembali naik ke atas pohon. Dasar pemburu cerdik dan peniup seruling yang handal. Ia tiup serulingnya meniru geraman seekor beruang. Borerong, borerong, borerong….! Harimau itu ketakutan, lalu mengambil langkah seribu. Ia bersembunyi di semak-semak yang lebat. Sekali lagi, sang pemburu mengucap syukur. Ia tersenyumsenyum menuruni pohon tempatnya menyelamatkan diri. Lalu menyeret rusa hasil buruannya. Namun sial! Tiba-tiba dari semak-semak muncul beruang sungguhan. Betapa terkejutnya sang pemburu! Ia berlari sekencang-kencangnya. Ia tidak balik ke pohon, tetapi langsung pulang. Di rumah, ia tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Ia tidak memikirkan serulingnya yang ditinggalkannya di hutan. Dan ia pun tak pernah berpikir untuk menjadi pemburu lagi. (Cina)

Griya

Memiliki taman yang indah di rumah tentu menjadi impian setiap orang. Banyak pilihan yang bisa dilakukan untuk memperindah taman, mulai dari pemilihan tanaman, bentuk desain taman, hingga penambahan aksesori pada taman, seperti penambahan patung, lampu hias, atau kolam.

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Hadirkan Elemen Air dengan Kolam Air Mancur

S

alah satu elemen yang sering dihadirkan adalah elemen air. Unsur air banyak memiliki peran sebagai pembentuk suasana. Selain memberi efek mendinginkan dan menyejukkan melalui kehadiran air dan udara di sekitarnya, air juga dapat memberikan ketenangan karena bunyi gemericik yang ditimbulkan air terasa berada di alam bebas. Kehadiran elemen air dalam

17

taman ini bisa beragam rupa. Baik itu berupa tanaman air, kolam, atau pun air mancur.

Biasanya, aliran air sungai dan mata air di alam menginspirasi pembuatan taman. Konsepnya

disesuaikan dengan luasan ruang yang tersedia, gaya taman dan bangunan serta keinginan dan

Beragam motif kolam air mancur dari bahan kaca

suasana yang akan dibentuk. Biasanya lagi, kolam dilengkapi dengan pola permainan air yang tampil dalam beragan rupa. Saat ini, masyarakat khususnya di Bali lebih banyak memilih mengaplikasikan kolam air mancur jadi, karena lebih simpel dan praktis. Karena, kolam air mancur ini sudah banyak tersedia di pasaran. Malahan kini sudah banyak pilihan desainnya. Ada yang terbuat dari batu, beton, kaca, dll. dengan berbagai macam motif. Salah satu desain kolam air mancur koleksi Sari Ananta di kawasan Jalan By Pass Ngurah Rai Sanur menawarkan kolam batu yang dikombinasikan dengan kaca. Ada beragam motif yang ditawarkan di antaranya motif Buddha, bambu, bawah laut, flora fauna, dll. Konsumen tinggal memilih motif yang sesuai dengan seleranya. (Inten Indrawati)


16

Edukasi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sebagai seorang tenaga pendidik utamanya dosen diperguruan tinggi, menjadi hal yang wajib dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain diaplikasikan secara langsung kepada anak didik, ilmu pengetahuan tersebut juga diaplikasikan kepada masyarakat.

P

engabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional. Iptek bagi Masyarakat (IbM) merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang difokuskan pada penerapan hasil-hasil iptek perguruan tinggi untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman iptek masyarakat. Program ini dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan mengkaji iptek yang dihasilkan perguruan tinggi.

Manajemen Marketing Tingkatkan Produksi Hal tersebut juga dilakukan oleh I Gusti Ayu Purnamawati, SE., M.Si.,Ak., dosen D3 Akutansi dari Fakultas Ekonomi Undiksha Singaraja, dengan melakukan kegiatan IbM kepada Kelompok Wanita Pelukis Wayang Kamasan yang berlokasi di Banjar Dinas Sangging desa Kamasan, Klungkung. Seni lukis wayang kamasan adalah salah satu bentuk karya seni klasik yang dianggap penting dalam kebudayaan Bali. Sementara karya seni ini tidak dapat dipisahkan dari nilai keagamaan, terutama nilai ritual. Melalui kegiatan Iptek bagi Masyarakat, produksi wayang Kamasan diharapkan dapat mengalami peningkatan baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut Ayu Purnamawati selaku Ketua Pelaksana kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat mengatakan keberadaan wayang Kamasan saat ini memang perlu dilakukan pembinaan sehingga masyarakat yang menekuni seni lukis ini tetap bisa bertahan dan bersaing di berbagi segmen pasar. Ayu Purnamawati bersama dua rekannya Elly Herliyani,

Serangkaian kegiatan dilakukan untuk menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Selain lomba gerak jalan dan pawai pembangunan, di Buleleng juga diadakan lomba perahu layar. Sudah menjadi agenda tahunan, menjelang HUT RI lomba perahu layar selalu menarik minat masyarakat. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat yang selalu datang untuk ikut meramaikan ketempat perlombaan. Lomba perahu layar yang mengambil start dari pantai kerobokan dan finish di pantai lovina ini dilepas langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST.,

Kamis (10/8). Lomba tersebut diikuti oleh 80 peserta perahu layar dari kelompok nelayan di seluruh Buleleng. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang melepas peserta lomba perahu layar tersebut mengatakan lomba perahu layar ini merupakan upaya Pemkab Buleleng memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-72. Selain untuk memperingati HUT RI, lomba perahu layar ini juga diselenggarakan untuk menumbuhkan jiwa bahari masyarakat Buleleng, sehingga masyarakat lebih mencintai profesinya sebagai nelayan. Bupati Suradnyana juga me-

Sudah 72 tahun sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya, Indonesia tidak lagi mengahadapi penjajah sebagai musuh. Pejuang dan orangorang yang hidup pada masa memperjuangkan kemerdekaan adalah lepasnya cengkraman para penjajah dari bumi pertiwi. Akan tetapi setelah merdeka, tentunya semakin sedikit generasi yang merasakan secara langsung makna kemerdekaan seperti yang dirasakan oleh generasi sebelumnya. Akan tetapi, setiap generasi punya perjuangannya sendiri dalam memaknai kemerdekaan ini.

B

Kegiatan IbM kepada Kelompok Wanita Pelukis Wayang Kamasan di Kabupaten Klungkung

S.Sn., M.Pd., dan Drs. Ketut Sudiatmaka,M.Si., mengatakan ada beberapa hal yang menjadi sasaran dalam kegiatan tersebut, yaitu peningkatan produksi yang berkaitan erat dengan manajemen marketing. Meskipun kualitas sudah baik jika tidak dibarengi dengan pemasaran yang baik maka tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah

produksi. “Kami juga lakukan pembinaan dalam hal manajemen pembukuan sehingga para pelaku UKM bisa mengetahui keuntungan dan kerugian secara pasti,” ungkapnya. Pembinaan dibidang finishing juga ia lakukan baik dalam hal pewarnaan dan packing. “Kami usahakan agar perajin menggunakan bahanbahan pewarna yang masih alami

sehingga akan menghasilkan perpaduan warna yang lebih bagus dan natural,” imbuhnya. Hasil dari kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini berupa buku panduan HaKi, buku panduan koleksi lukisan wayang, artikel ilmiah di jurnal pada forum ICHIRAD dan artikel ilmiah berISSN pada jurnal internasional klibel. (Wiwin Meliana)

Lomba Perahu Layar Tumbuhkan Jiwa Bahari Masyarakat

Penyerahan hadiah kepada juara oleh ketua panitia.

Sudut Pandang

nambahkan, momentum lomba perahu layar ini bisa dimanfaatkan untuk mengundang wisatawan untuk hadir ke Buleleng. Bahkan dalam lomba kali ini, menarik salah seorang turis asing untuk ikut serta. “Ada salah satu peserta lomba Warga Negara Asing (WNA) yang mengikuti lomba kali ini. Ini harus bisa dimanfaatkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan untuk menambah minat wisatawan datang ke Buleleng. Nanti Diskanla harus bekerjasama dengan Dinas Pariwisata untuk mempromosikan lomba ini lewat media,” ujarnya. Sementara itu ketua panitia lomba Ir. Made Arnika mengatakan lomba diikuti oleh 80 peserta dari beberapa kecamatan di Kabupaten Buleleng. Kategori lomba yakni yang tercepat dan sesuai dengan regulasi yang ditentukan oleh juri lomba. Arnika menambahkan, disamping lomba perahu layar, diadakan juga lomba menangkap itik yang diselenggarakan

di pantai Lovina. “Untuk tahun ini kita cari hanya 80 peserta mengingat tempat yang kurang cukup untuk menampung perahu lebih dari 80 peserta,” pungkasnya. Lomba perahu layar ini untuk ketiga kalinya kembali dimenangkan oleh Ardiansyah dan Dedy Rahmawan Kelompok Nelayan Sinar Bahari dari Kecamatan Banjar dan berhak membawa piala bergilir yang disediakan oleh panitia lomba. Untuk juara kedua diraih oleh Rahmat dan Dayat dari Kelompok Nelayan Sinar Bahari Desa Kaliasem Kecamatan

Banjar, untuk juara ketiga diraih oleh Hambali dan Usman dari Kelompok Nelayan Satria Samudra Kecamatan Sawan, sementara untuk juara harapan satu diraih oleh Sadikin dan Sudirja dari Kelompok Nelayan Bhineka Samudra Kecamatan Sawan, juara harapan dua diraih oleh Ramedan dan Ari Sugianto dari Kelompok Nelayan Sinar Bahari Desa Kaliasem Kecamatan Banjar, dan untuk juara harapan lima diraih oleh Suri dan Abdulah dari Kelompok Nelayan Satria Samudra Kecamatan Sawan. (Wiwin Meliana)

Peserta lomba perahu layar.

agi seorang pelajar, memaknai kemerdekaan dengan mengikuti apel bendera dan mengikuti pelajaran adalah cara sangat klise. Hal tersebut juga dipertegas oleh Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si., Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Menurutnya memaknai kemerdekaan dapat dilakukan dengan mengisi kemerdekaan sesuai dengan profesi yang dimiliki. Seorang petani dapat mengisi kemerdekaan dengan menjadi petani yang baik. Begitu juga seorang pelajar, dapat mengisi kemerdekaan dengan mengabdikan ilmu pengetahuan yang didapatkan demi kemajuan bangsa. “Kita sebagai generasi yang hidup di zaman sudah merdeka seharusnya bisa mengisi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

9

Tumbuhkan Rasa Patriotisme dengan Apel Bendera

kemerdekaan dengan kerja keras dan kerja nyata,” jelasnya. Hal inilah yang menurut Prof. Suweta merupakan kemerdekaan dalam konteks kekinian. Ia juga menambahkan, kemerdekaan merupakan hal yang luar biasa yang jika tidak diingatkan kepada generasi penerus maka akan dimaknai biasa. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik di perguruan tinggi wajib mengingatkan anak didik mengenai sejarah dan rasa cinta tanah air serta selalu memasukkan pelajaran empat konsensus bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI ke dalam kurikulum. “Kami harus ingatkan terus melalui pelajaran tersebut karena kemerdekaan tidak diperoleh dengan mudah dengan begitu semangat nasionalisme akan tumbuh di benak mereka,” ungkapnya. Sementara itu untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI, pihaknya mewajibkan setiap mahasiswa, pegawai, staf, dan dosen mengikuti apel bendera. Hal ini semata-mata untuk mengenang sikap patriotisme para pahlawan kemerdekaan. “Semuanya harus ikut upacara tidak ada pengec-

Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si

Ida Bagus Suhita

ualian, ini kami lakukakan untuk mendidik disiplin dan menumbuhkan rasa patriotisme kepada anak-anak,” pungkasnya.

dengan menggelar event yang bertujuan untuk meningkatkan pembayaran pajak. “Jika kesadaran pajak meningkat, maka pembangunan juga dapat dilaksanakan, maka kesejahteraan rakyat pun akan meningkat,” ungkapnya. Maka dari itu pihaknya berinisiatif menggelar gebyar pembayaran pajak kendaraan untuk menyambut HUT ke-72 Kemerdekaan RI di Samsat Buleleng. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari dari 14 hingga 16 Agustus 2017 ini dilaksanakan di areal

GEBYAR PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN Hal senada juga disampaikan oleh Kepala UPT Bapenda Samsat Singaraja Ida Bagus Suhita. Menyambut Kemeredekaan RI menurutnya tidak lagi berupaya merebut kemerdekaan melainkan berupaya mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bertujuan memajukan bangsa. Salah satunya

parkir samsat Buleleng. Menurut Suhita, selain untuk menyambut hari kemerdekaan RI, kegiatan ini juga bertujuan menyambut hari jadi Pemprov Bali yang ke-59. Suhita menambahkan, kegiatan tersebut merupakan cara bagi pihaknya memberikan apresiasi kepada wajib pajak yang selama ini sudah semakin tinggi kesadarannya dalam membayar pajak. “Menyambut kemerdekaan ini, kami berikan beberapa pelayanan kepada wajib pajak seperti hiburan yang akan diselenggarakan malam hari,” jelasnya. Selain hiburan pihaknya juga memberikan pelayanan kesehatan gratis, service kendaraan gratis, pelayanan SIM Keliling, dan pameran kendaraan. Kegiatan gebyar samsat ini juga bertujuan untuk menggerakkan Bumdes yang selama ini telah bekerjasama. Ia berharap dengan adanya koorporasi Bumdes bersamsat, dapat meningkatkan PAD masing-masing daerah dan meningkatkan kesadaran bagi wajib pajak. “Sudah ada 48 Bumdes yang bekerjasama dengan kami, kami harapkan juga Bumdes yang lain dapat membuat MoU kerjasama,” ujarnya. (Wiwin Meliana)

Lomba Libatkan Semua Usia Perayaan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI di Desa Pangsan, Petang-Badung dirangkaikan dengan penutupan Pekan Olahraga dan Seni Desa (Porsenides) Pangsan. Diisi dengan berbagai kegiatan di bidang olahraga, seni dan pendidikan yang sudah dimulai sejak 25 Juni 2017. Di bidang olahraga mempertandingkan tenis meja untuk tingkat STT, tarik tambang yang melibatkan PKK, dan senam lansia. Di bidang seni ada lomba mewarnai tingkat PAUD dan TK, lomba membuat canang sari, kwangen, ngulat tipat, ngulat pancak, merangkai janur. Ada juga lomba peragaan busana ke pura, busana kundangan, busana rekreasi, darmagita, dan lomba cerdas cermat. Di bidang olahraga, diisi dengan lomba tenis meja dan tarik tambang

PKK. “Lomba-lomba ini melibatkan semua usia mulai usia PAUD hingga lansia, sehingga semua bisa berpartisipasi,” ujar Perbekel Desa Pangsan I Nyoman Raka Tri Sukarya. Khusus untuk memeriahkan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI, Kamis (17/8) dilaksanakan lomba senam lansia yang diikuti oleh perwakilan 5 banjar, yakni Banjar Pangsan Tengah, Pangsan Dalem, Banjar Sekarmukti, Banjar Kasianan, dan Banjar Pundung. Dilanjutkan dengan reli sepeda, jalan santai dan lomba tarik tambang PKK. Penyerahan hadiah semua lomba dan pengundian hadiah untuk reli sepeda dan jalan sehat dilaksanakan malam harinya, diisi dengan berbagai hiburan, dipusatkan di Balai Desa Pangsan. Ketua Panitia Porsenides Ida

Bagus Yudiartha yang juga Ketua Karang Taruna Catur Buana ini mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk menjaring dan mendapatkan bibit-bibit unggul dalam pengembangan potensi di bidang olahraga, seni, dan pendidikan. Nyoman Raka menyampaikan terimakasihnya kepada pantia dan masyarakat Desa Pangsan yang dinilainya sangat luar biasa berpartisipasi dalam segala kegiatan desa. “Antusiasme masyarakat ini membuat kami termotivasi untuk lebih meningkatkan lagi kegiatankegiatan kami di desa pada hari-hari mendatang. Kami akan berusaha terus meningkatkan dan menggali potensi-potensi yang ada,” ucapnya. Dari penyelenggaraan kegiat­ an selama kurang lebih 2 bulan tersebut, Perbekel Nyoman Raka

menyampaikan bahwa Desa Pangsan banyak memiliki potensi yang belum tergali. “Makanya ke depan kami akan menggali terus potensi yang ada. Astungkara akan menjadi agenda tetap untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan seperti ini,” imbuhnya. Dalam memperingati HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI yang sekaligus dirangkaikan dengan penutupan Porsenides oleh perwakilan Camat Petang tersebut, Nyoman Raka mengajak masyarakat Desa Pangsan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa, meningkatkan rasa nasionalisme, dengan sepenuh jiwa dan raga menegakkan NKRI. NKRI Harga Mati. “Kita generasi penerus berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan bersama-sama membangun bangsa, dimulai dari

Beberapa Kegiatan serangkaian peringatan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2017

I Nyoman Raka Tri Sukarya

desa dulu,” ujarnya bersemangat. Melalui peringatan kemerdekaan ini, ia juga berharap rasa persatuan dan kesatuan lebih dipupuk lagi dan lebih mempererat rasa persaudaraan di Desa Pangsan. (Inten Indrawati)


10

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

HUT Kemerdekaan RI di Bali Safari & Marine Park

Satwa Ikut Upacara Bendera

Upacara bendera

Perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan RI digelar Bali Safari & Marine Park, Kamis (17/8). Selain diikuti manajemen dan karyawan Bali Safari, ada pemandangan istimewa karena beberapa satwa juga turut serta, seperti gajah, ular, burung macaw, burung kakatua, iguana, dan binturong.

K

etut Suardana, Operation Manager Bali Safari & Marine Park mengatakan, sebagai lembaga konservasi, manajemen sangat bangga bisa melibatkan satwa

ikut serta dalam upacara bendera karena itu merupakan kecintaan mereka kepada satwa. “Kami juga mengundang tokoh masyarakat sekitar, pejabat di pemerintah kabupaten Gianyar, kepolisian dan TNI, untuk berbagi kebahagiaan

bersama kami,” kata Suardana. Ia mengatakan, tujuan melibatkan satwa, seperti gajah, karena gajah memiliki badan besar dan kekuatan besar. “Ini artinya, gajah memberikan suatu spirit bagi kami untuk berjuang dengan kuat untuk mengisi kemerdekaan, harus berjuang dalam bisnis dengan banyaknya persaingan. Kami harus dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung, dan mendapatkan pasar tamu internasional sebanyak mungkin,” ujarnya. (Wirati Astiti)

Breakfast with Lion Sejak sebulan lalu, ada program baru di Bali Safari & Marine Park yakni Breakfast with Lion. Menurut Food and Beverage Manager Tsavo Lion Restaurant, Made Erawan, konsep Breakfast with Lion ini, menyediakan menu breakfast tidak hanya untuk tamu yang menginap di Mara River Safari Lodge, tapi juga memberikan kesempatan kepada pengunjung lain yang ingin menikmati sarapan. “Konsep ini merupakan satu-satunya di Indonesia, tamu bisa breakfast sekaligus melihat wahana singa. Konsep restoran adalah nuansa Afrika, sehingga artisnya adalah singa. Tamu bisa langsung melihat habitat singa bagaimana interaksinya saat pagi hari. Selain singa, ada juga, beberapa satwa yang

bisa dilihat seperti burung, binturong, dan ular,” ujarnya. Untuk menu disediakan dua pilihan lokal dan internasional. Menu mulai dari jus, kopi dan teh, cereal selection, aneka cake dan roti, buah segar, yogurt, salad selection, bacon, sosis, nasi goreng, mi goreng, dimsum, bubur ayam, egg station, termasuk beberapa kue tradisional, bubur injin, dan bubur kacang hijau. “Menu memang dikombinasi disesuaikan dengan market yakni tamu Western, India, Tiongkok, dan lokal Indonesia,” jelasnya. Untuk ke depannya, kata dia, di luar restoran, akan dibuat animal finding, sambil melihat panorama Afrika, tamu bisa melihat gajah dan memberi makan jerapah. Jam buka breakfast pukul 07.00 s.d. 10.00. (Wirati Astiti)

Panjat Pinang di b Hotel Bali & Spa Kegiatan perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan di b Hotel Bali & Spa, sudah terasa mulai awal Agustus karena dekorasi ruangan sudah bernuansa kemerdekaan. Executive Secretary & Public Relations b Hotel Bali & Spa, Christiana Goh mengatakan, ada juga promo paket Merdeka dengan menu Ayam Bambu Runcing dan Merah Putih Mocktails dengan harga Rp 72.000 dan Spa 17% + 8%. Yang lebih seru ada perlombaan panjat pinang dan giring bola untuk mewarnai semangat kemerdekaan. Acara upacara bendera dan potong tumpeng digelar bersama dihadiri manajemen dan staf b Hotel Bali & Spa, dan tamu yang menginap. (Wirati Astiti)

Panjat pinang

Style

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Pesona Merah Putih Bulan Agustus ­menjadi momen indah ­untuk menunjukkan jiwa ­nasionalisme serta ­patriotisme seluruh masyarakat Indonesia dan melambangkan ­semangat kemerdekaan, termasuk juga di dunia fashion.

Kebersamaan di b Hotel Bali & Spa

K

ali ini, untuk turut merayakan HUT ke- 72 Republik Indonesia, TheActor Bali belum lama ini, bertempat di Plaza Renon, Denpasar juga memfisualisasikan semangat nasionalisme anak-anak salah satunya dengan menggelar lomba peragaan busana kasual merah –putih dan busana pesta merah. Menurut Dewi APratiwi, pemilik TheActor Bli, mereka

ingin mememberikan wadah bagi anak-anak Indonesia menunjukkan rasa bangga dan cinta pada negeri tercinta Indonesia melalui busana yang indentik dengan warna merah dan putih serta mengutamakan produk fashion buatan dalam negeri. Berikut sebagian dari penampilan anak-anak di panggung. Mereka tampil gaya dan stylish dengan berbagai model busana pesona merah – putih. (Sri Ardhini)

15


14

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Tangisnya pecah, luapan emosi teharu begitu tampak di raut wajahnya. Ketut Suci Dianingsih tidak dapat menyembunyikan rasa bangga sekaligus harunya ketika tim Paskibraka Kabupaten Buleleng berhasil mengibarkan sang Saka Merah Putih dalam upacara detik-detik kemerdekaan Republik Indonesia ke 72. Tidak hanya Suci, rekanrekannya sesama tim Paskibraka juga menangis tersedu-sedu untuk meluapkan kegembiraan dan rasa bangganya.

D

itemui setelah melakukan apel bendera, Suci yang merupakan siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seririt ini masih sesenggukan sembari mengatur nafas untuk bisa menceritakan perasaanya kepada Tokoh. Ia mengaku tidak bisa berkata apa selain mengucapkan rasa syukur karena telah ber-

Ketut Suci Dianingsih

Jelita

Bangga Jadi Anggota Paskibra hasil mengemban tugas sebagai seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Suci mengaku ketegangan begitu terasa ketika upacara peringatan detik-detik kemerdekaan baru dimulai, apalagi saat itu kondisinya dalam keadaan yang kurang fit. Bertugas membawa Baki saat pengibaran bendera tentu membuat Suci memiliki tanggung jawab yang begitu besar. Namun karena kegigihannya dalam berlatih, tentu tidak ada hambatan dan halangan yang be-

rarti. “Ini merupakan kebanggaan yang saya impikan dari dulu,” ungkapnya. Suci merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Terlahir dari keluarga yang serba berkecupan tidak mematahkan semangatnya untuk meraih cita-cita. Ayahnya, Gede Wisada adalah seorang petani, sedang ibunya Kadek Sarini adalah seorang penjual sayur. Sejak kecil, Suci telah menanamkan cita-cita tinggi sebagai seorang angkatan atau polwan. Maka menjadi anggota Paskibraka adalah langkah awalnya dalam menggapai cita-citanya. “Dari dulu memang ingin sekali menjadi anggota paskibra, karena saya ingin nantinya menjadi angakatan atau polwan,” ungkapnya. selain itu, dorongan dan support keluarga yang begitu besar semakin memantapkan langkahnya. Perempuan kelahiran 31 Desember 2000 ini mengatakan banyak suka duka yang dilalui semasa mengikuti latihan menjadi anggota paskibraka. Bertemu dengan banyak kawan dari berbagai sekolah merupakan hal yang

sangat menyenangkan baginya. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang ia dapatkan selama pelatihan. Ditempa secara fisik agar menjadi sosok yang kuat adalah salah satu tantangan luar biasa yang harus ia jalani. “Luar biasa sekali pengalaman yang didapat, dari yang putih hingga jadi hitam begini salah satunya. Tapi kami tetap bangga dengan apa yang kami terima dan lakukan,” papar siswi yang berprestasi di bidang Pencak silat ini. Pengalamannya menjadi anggota paskibraka dan betugas membawa Baki dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan membuat Suci bertekad mengabdikan ilmu yang didapatnya kepada adik-adik kelas di sekolahnya. Ia berharap kelak bisa membagikan pengalamannya ketika menjadi anggota Paskibra sehingga lebih banyak lagi siswa-siswi yang terpilih dari sekolahnya. “Apa yang saya dapatkan di sini akan saya berikan kepada adik-adik saya sehingga tahun depan lebih banyak lagi adikadik yang bisa mewakili sekolah,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

R.S SUNWAY PERKENALKAN BEDAH ROBOTIC PROSTATETOMY TERKINI Prostat merupakan satu kelenjar sebesar biji kemiri yang berlokasi di bagian depan rektum, dibawah kantung kemih dan mengelilingi uretra. Tujuan utama kelenjar prostat adalah untuk menghasilkan cairan yang mentransportasikan sperma selama orgasme pria. Kanker prostat terjadi pada kelenjar prostat ketika sel-sel abnormal muncul pada prostat. Kanker prostat merupakan salah satu kanker yang umum terjadi di seluruh dunia, dan kondisi ini umumnya diidap oleh pria yang berusia 50 tahun atau lebih. Kanker prostat merupakan satu kelompok kanker heterogen yang umumnya terdiri dari sel-sel kanker yang bertumbuh-lambat dan seringkali tidak memunculkan gejala-gejala dini. Opsi bedah yang mana yang tersedia untuk penanganan kanker prostat (Prostatektomi)? Prostektomi dapat dilakukan dengan bedah terbuka ataupun pembedahan minimal invasif (laparoskopik atau berbantuan robotik). Siapa yang dapat menjadi kandidat untuk ditangani dengan prostatektomi berbantuan robot? Pasien yang terdiagnosis dengan kanker prostat terlokalisasi dapat menjadi kandidat untuk ditangani dengan prosedur ini. Apa itu Prostatektomi berbantuan robot? Prostatektomi berbantuan robot (juga disebut dengan istilah prostatektomi robotik da Vinci) merupakan proses pengangkatan prostat dan beberapa jaringan disekitar nya secara minimal invasif dengan menggunakan teknologi robot dan komputer terbaru/ tercanggih (Sistem Bedah Robotik da Vinci). 1) Instrumentasi Endowrist Instrumentasi Endowrist dapat memungkinkan dokter ahli bedah untuk mendapatkan deksteritas/ ketangkasan alami dan rentang gerakan yang jauh lebih baik daripada tangan manusia. 2) Tampilan/ Pandangan 3D HD Tampilan/ pandangan tiga dimensi dan high definition (definisi tinggi) dengan kemampuan 10 kali pembesaran – hal ini memungkinkan dokter ahli bedah untuk mendapatkan tampilan imersif (luas dan jelas) pada bidang pandang ketika melakukan operasi. 3) Gerakan Intuitif Gerakan tangan dokter ahli bedah pun diskalakan, disaring, dan secara detail diterjemahkan menjadi gerakan instrumen dan lengan robot. Apakah Robot Bedah da Vinci (da Vinci Surgical Robot) yang melakukan operasi? Robot sepenuhnya berada di bawah kendali dokter ahli bedah. Robot hanya bekerja menurut apa yang dilakukan oleh dokter ahli bedah, yang

dimana robot menterjemahkan gerakan dokter ahli bedah menjadi gerakan instrumen yang halus, detail, dan tepat di dalam tubuh anda. Pertanyaan: Potensi manfaat apa yang didapatkan dari pengaplikasian bedah prostatektomi berbantuan robotik? l Tingkat margin bedah* positif yang sama dengan prostatektomi terbuka l Kepulihan fungsi ereksi (seksual) pasien yang lebih cepat didapatkan l Peluang yang lebih baik bagi para pasien untuk mendapatkan kembali kontinensia urin/ kemih dalam 6 bulan. l Jumlah darah yang hilang akibat operasi adalah rendah, atau tingkat yang lebih rendah akan kebutuhan transfusi l Tingkat komplikasi yang lebih rendah l Tingkat resiko infeksi luka yang lebih rendah l Waktu lamanya perawatan di rumah sakit yang lebih singkat l Tingkat resiko yang rendah akan admisi/ perawatan ulang di rumah sakit l Lebih singkatnya waktu pemasangan kateter l Tingkat resiko yang rendah akan trombosis vena dalam** Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan bedah prostatektomi robotik? Prosedur aktual biasanya akan membutuhkan waktu selama tiga jam, hal ini tergantung pada anatomi pasien dan luasnya pembedahan yang dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Berapa lama waktu rawatan di rumah sakit setelah pembedahan, dan kapan pasien dapat melanjutkan aktifitas normalnya? Hampir dari seluruh pasien prostatektomi robotik akan membutuhkan waktu rawatan 2 sampai 3 hari setelah operasi. Hampir dari seluruh pasien mampu kembali melakukan aktifitas normalnya sekitar 14 sampai 21 hari setelah operasi. Beberapa Resiko & Pertimbangan Yang Berkaitan dengan Prostatektomi? Resiko pembedahan dapat muncul dan diakibatkan oleh semua jenis operasi yang juga mencakup bedah robotik, dan kehati-hatian haruslah diaplikasikan untuk meminimalisir resiko. Semakin baiknya kualitas pandangan dan fungsionalitas robot bukanlah berarti dapat menghilangkan resiko, namun hal inidapat membantu di dalam meminimalisir resiko kehilangan darah yang berlebihan yang membutuhkan transfusi, inkontinensia urin, disfungsi ereksi, cedera organ disekitarnya (rektum atau usus), penyempitan uretra, terkumpulnya cairan limfatik di area panggul, dan hal ini dapat membantu pasien untuk mendapatkan kepulihan dini akan fungsi-fungsi ini.

Berapakah kos biaya pengobatan operasi bedah robotic prostatectomy di RS Sunway? Paket pengobatan operasi bedah robotic di sunway adalah sekitar IDR 135 jutaan dan ia termasuk kos rawat inap untuk 4 hari 3 malam di rumah sakit dan juga biaya operasi dari pakar urologi di Sunway. Rumah Sakit Sunway adalah Rumah Sakit Swasta yang terletak di pinggir kota Kuala Lumpur dengan lebih dari 200 dokter specialis, 23 pusat keunggulan dan melayani pasien international hampir dari 130 negara. Rumah Sakit ini juga adalah merupakan rumah sakit terlengkap di Malaysia bagi pengobatan Kanker dengan alat terkini yaitu Trubeam STX, IORT, Gamma Knife dan juga Da Vinci. Oleh karena itu, Rumah Sakit Sunway ini dinobatkan sebagai Rumah Sakit Terbaik selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2017 dan 2016. Selain dari itu juga, kami di RS Sunway senantiasa memastikan yang terbaik kepada pasien kami dengan menyediakan jasa konsultasi layanan ­informasi sebelum berangkat dan penjemputan dari bandara secara gratis. Untuk informasi rumah sakit, silahkan hubungi kantor perwakilan kami

Contact Person: 221Hospital Link Assist for medical travel Jalan Anyelir Nomor 8 Denpasar-Bali 80235 Telepon: 0361-242876 HP 085106246161/081338679177

Bugar

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

11


Kuliner Mi Ayam Bangka Resep Sendiri 12

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Selain kaya dengan budaya, Bali juga menjadi destinasi wisata yang terkenal dengan ­kulinernya. Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Bali jika belum mencoba makanan ­khasnya, Betutu. Betutu olahan bebek maupun ayam tentu menjadi salah satu ­daftar menu bagi wisatawan pecinta makanan pedas. Betutu menjadi ikon wilayah bagian ­barat Bali, akan tetapi saat ini betutu tidak sulit ditemukan di wilayah lainnya, terutama ­Buleleng.

S

(Ngurah Budi)

Betutu Kendil

D

i salah satu wa­ rung makan jalan Surapati, Singaraja menyediakan berbagai olahan makanan. Salah satu menu utama adalah betutu kendil. Kendil sendiri merupakan kerajinan tanga yang sudah melegenda. Pada zaman dahulu berbagai keperluan rumah tangga hingga perlengkapan masak sebagian besar menggunakan perabot berbahan tanah liat. Memasak dengan menggunakan perabot yang terbuat dari tanah liat diyakini membuat hasil masakan menjadi lebih enak dan nikmat. Menurut pemiliki Rumah Makan Gubug Relax, AA. Gede Agung

Mi ayam Bangka

Warung mi ayam Bangka milik Dian Kemala

RANGKAIAN “PAWIWAHAN AGUNG MAUTAMA” ABHISEKA RAJA DIMULAI SAAT SUGENG WIYOSAN KAPING 37 rencana pelaksanaan resepsi di 9 kabupaten/kota di Bali. Acara akan dikemas secara sederhana namun penuh makna. Yang penting seluruh rakyat Bali menikmati kegembiraan ini,“ ungkap Dewa Anom. Ia menyatakan bahwa dalam acara pengumuman pertunangan nanti, akan dirangkaian dengan dua acara besar yakni Sugeng Wiyosan (Hari Ulang Tahun) Kaping 37 Abhiseka Raja dan juga penampilan Tari Bedoyo Segara Kidul di Istana Mancawarna Tampaksiring. “Tari Bedoyo Segara Kidul adalah ciptaan Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III dari Ratu Shri Gusti Arya Wedakarna sendiri. Tari ini hanya han ini akan melibatkan ribuan boleh dipentaskan di hadapan krama di seluruh Bali, termasuk beliau yakni pada 23 Agustus pada upacara-upacara mohon (Sugeng Wiyosan), 11 November restu di Pura–Pura besar di (Hari Lahir Leluhur Kerajaan Hin- Bali. “Dalam Kitab Niti Sastra, du Majapahit) dan 31 Desember setiap raja adalah ayah dari se(Hari Jumenangan Ngadeg Ratu). luruh semesta. Selama ini Ratu Tari ini sebagai wujud keterikatan Gusti Wedakarna sudah dikenal seorang putra dengan ibundanya sebagai pemimpin muda baik yakni antara Prabu dengan Kan- di politik, di pasemetonan dan jeng Ratu Dewi Pantai Selatan. juga di forum Raja dan Sultan Nanti para undangan dapat lang- Nusantara. Beliau sudah dikenal sung menyaksikan tarian ini di sangat merakyat, popularitasnya Istana. Ini kesempatan langka,“ jauh melebihi pemimpin di Bali. ungkap Dewa Anom. Ini tentu bukan karya sekala Lebih jauh secara umum semata, tentu ada leluhur yang terkait dengan upacara pawiwa- menggerakkan langkah beliau.

Maka dari itu rangkaian acara Pawiwahan Agung ini akan sangat banyak menyita waktu dan tenaga, karena Ratu Gusti tidak hanya mempersunting seorang istri tapi juga bersiap memiliki Permaisuri (Prameswari). Ini akan menjadi simbol dari Bali,” ungkap Dewa Anom. Siapakah calon permaisuri yang beruntung dipinang oleh Ratu Gusti Wedakarna? “Kami tidak dapat mendahului kehendak Sang Hyang Widhi. Nanti pada tangal 23 Agustus 2017 akan diumumkan secara resmi di Istana Mancawar-

na Tampaksiring, tentu yang akan mengumumkannya adalah Ratu Gusti sendiri. Kami mengundang sejumlah kerabat, tapi sangat terbatas. Mohon maklum jika ada pihak di Bali yang belum sempat menerima undangan pertunangan (uleman). Nanti saat Pawiwahan Agung, akan diundang secara besar-besaran, baik di Puri Jembrana, di Puri Tegeh Kori ring Badung maupun di Istana Mancawarna Tampaksiring. Lainnya, kami mohon doa dan restu dari seluruh rakyat Bali agar rangkaian upacara Pawiahan Agung Mautama ini berjalan lancar,“ ungkap Dewa Anom yang juga Karuma (Kepala Rumah Tangga Istana). (humas)

Tari Bedoyo Segara Kidul gagasan Gusti Wedakarna

Wedhatama menggunakan kendil untuk memasak dan menyajikan makanan memang dilakukan sebagai inovasi dibidang kuliner. Selain tampilannya unik, di Buleleng sendiri menggunakan kendil dalam menyajikan makanan merupakan sesuatu yang masih jarang dilihat sehingga tentu hal ini menjadi keistimewaan tersendiri. Ditambahkan olehnya, mengapa betutu? memilih menu tradisional betutu karena selain banyak diminati juga untuk melestarikan makanan khas Bali. Rasa betutu yang khas dipadukan dengan bumbu bali turun temurun dari sang ibu A.A Istri Erawati menjadikan betutu kendil miliknya begitu diminati. “Kita pakai Betutu

sebagai menu andalan karema ini merupakan masakan orang Bali, sementara itu untuk oleh - oleh kita buat Betutu Kendil selain jadi lebih higienis, juga bisa langsung dihangatkan langsung di dalam kendilnya juga dari segi rasa pastinya lebih enak,” ungkapnya. Agung menambahkan, betutu yang disajikan menggunakan kendil dapat disimpan dua hingga tiga hari. Sehingga selain menjadi kuliner keluarga, betutu bisa menjadi oleh - oleh tatkala berkunjung ke Buleleng. “Kalau mau dipake oleholeh langsung kami gunakan kendil sehingga ketika menghangatkan langsung bisa pakai kendilnya dan ditambahkan air saja,”ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Steak Tempe

Dian tengah menyiapkan mi ayam Bangka

ISTANA MANCAWARNA UMUMKAN PERTUNANGAN 23 AGUSTUS 2017

Puri Ageng Tegeh Kori Jembrana sedang berbahagia. Penglingsir Puri, yakni Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III segera akan melapas masa lajang. Rangkaian upacara pernikahan agung (Pawiwahan Ageng) secara tradisi Majapahit pun akan dilaksanakan hampir selama satu tahun, dan dimulai saat peringatan hari lahir (Sugeng Wiyosan) Abhiseka Ratu Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX yang jatuh pada 23 Agustus 2017 (rahina Buda Kliwon, wuku Sinta Isaka Warsa 1939). Demikian diungkap oleh Dewa Gede Anom Kurniawan (Humas Istana Mancawarna Tampaksiring). “Karena upacara pernikahan ini bersifat utama (Mautama) maka rangkaian upacara pernikahan Abhiseka Raja tidak harus mengambil waktu yang cukup lama, karena harus melibatkan upacara dan upakara di tanah Jawa dan Bali. Ini sesuai dengan petunjuk niskala dan tradisi Majapahit. Secara resmi rangkaian upacara tersebut akan dimulai dengan pengumuman pertunangan pada 23 Agustus 2017 di Istana Mancawarna. Selanjutnya rangkaian Pawiwahan Agung akan berjalan maksimal selama satu tahun, termasuk

13

Awet Tiga Hari

Kecintaan Dian Kemala Riftiana di dunia kuliner membuatnya mantap untuk membuka usaha sendiri. Pilihannya mi ayam. “Saya sering makan mi ayam. Salah satu idola saya mi ayam Bangka. Saya sering makan di salah satu penjual mi ayam Bangka di Jalan Nangka Utara, Denpasar. Saya minta diajari cara membuatnya,” kenang perempuan yang membuka usaha mulai 23 Juli 2017 ini di Jalan Bedahulu, Denpasar. etelah mencobacoba, akhirnya Dian menemukan resepnya sendiri. Keistimewaan mi yang dibuat ini tanpa pengawet. Karena tanpa pengawet, mi hanya tahan sehari. Dalam sehari, ia hanya membuat sekitar 5 kg. Respons pembeli cukup bagus. Dalam sehari, mi yang disiapkan habis. “Mi Ayam Bangka memiliki ciri khas ada tauge. Kuahnya juga khas karena menggunakan kedelai,” ujar Dian. Seporsi mi yang dibandrol Rp 20 ribu sudah termasuk mi, kuah, pangsit, dan bakso ayam. Pengalaman mengelola hotel di Baturiti, Tabanan membuat Dian makin mantap untuk membuka usaha kuliner. Ia yakin, dengan pilihan da­g ing ayam membuat mi ayam Bangka ini bisa dinikmati semua kalangan.

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sarwan Bahan: 300 gr : tempe atau 1 lonjor 1 buah : wortel iris ukuran jari 100 gr : kentang iris panjang 4 buah : buncis potong jadi 2 1 sdt : bawang putih halus 1 butir : telur 50 gr : udang kupas 50 gr : ayam fille ½ sdm : tepung sagu 2 sdm : margarin Lada, pala bubuk, garam, kaldu bubuk secukupnya Bahan saus: 2 buah : cabe merah 2 siung : bawang putih 5 sdm : saus tomat 2 sdm : saus sambal

½ sdt : gula ½ sdm : tepung sagu larutkan air 350 ml : air Kaldu bubuk, garam, margarin secukupnya Cara membuat: Kukus tempe sampai matang, lalu haluskan. Udang giling, ayam juga bawang putih halus lalu campur dengan garam kaldu bubuk, telur dan tepung sagu, aduk rata, lalu bentuk bulat. Panaskan wajan dengan minyak lalu masukkan bulatan tempe, bolakbalik sampai matang lalu tata di atas piring saji. Goreng kentang sampai matang. Tata rebusan wortel dan buncis dalam piring saji bersama tempe. Haluskan cabe

dan bawang putih. Panaskan margarin, masukkan bawang putih dan cabe yang sudah dhaluskan hingga harum, lalu masukkan bahan-bahan saus lainnya. Masak sampai mendidih, lalu kentalkan dengan sagu yang sudah dicampur dengan air, masak agak kental, siram di atas tataan steak tempe, siap disajikan.

Udang Goreng Tepung Roti Bahan: 750 gr : udang besar buang kulitnya sisakan ekornya 1 sdt : lada bubuk ¼ sdt : kaldu bubuk Garam secukupnya 1 sdt : bawang putih halus 3 butir : putih telur kocok lepas 200 gr : tepung kanji 400 gr : tepung roti Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat : - Lumuri udang dengan lada bubuk dan bawang putih goreng, juga garam dan kaldu bubuk, aduk rata. - Gulingkan ke tepung kanji, ratakan lalu celupkan ke putih telur kocok. - Guling-gulingkan ke dalam tepung panir hingga udang terbalut tepung panir. - Goreng sampai matang dan siap disajikan.

Pentul Ayam Bahan: 500 gr : daging ayam giling 4 sdm : kelapa parut 1 butir : telur 1 sdm : seledri cincang halus 1 sdt : lada bubuk. Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Minyak untuk menggoreng serai secukupnya Bumbu Halus: 7 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 sdt : ketimbar sangrai 2 lembar : daun jeruk

1 ruas

: jari kunyit

Cara membuat: - Campur ayam dan parutan kelapa, juga garam, gula, kaldu bubuk dan lada, aduk hingga tercampur merata. Masukkan telur, aduk-aduk rata. - Ambil satu sendok makan ayam, lalu bulatkan, kemudian sematkan ke dalam batang serai. - Tekan-tekan agar menempel, lakukan sampai bahan habis, lalu goreng sampai matang kecokelatan. Siap disajikan.


Kuliner Mi Ayam Bangka Resep Sendiri 12

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Selain kaya dengan budaya, Bali juga menjadi destinasi wisata yang terkenal dengan ­kulinernya. Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Bali jika belum mencoba makanan ­khasnya, Betutu. Betutu olahan bebek maupun ayam tentu menjadi salah satu ­daftar menu bagi wisatawan pecinta makanan pedas. Betutu menjadi ikon wilayah bagian ­barat Bali, akan tetapi saat ini betutu tidak sulit ditemukan di wilayah lainnya, terutama ­Buleleng.

S

(Ngurah Budi)

Betutu Kendil

D

i salah satu wa­ rung makan jalan Surapati, Singaraja menyediakan berbagai olahan makanan. Salah satu menu utama adalah betutu kendil. Kendil sendiri merupakan kerajinan tanga yang sudah melegenda. Pada zaman dahulu berbagai keperluan rumah tangga hingga perlengkapan masak sebagian besar menggunakan perabot berbahan tanah liat. Memasak dengan menggunakan perabot yang terbuat dari tanah liat diyakini membuat hasil masakan menjadi lebih enak dan nikmat. Menurut pemiliki Rumah Makan Gubug Relax, AA. Gede Agung

Mi ayam Bangka

Warung mi ayam Bangka milik Dian Kemala

RANGKAIAN “PAWIWAHAN AGUNG MAUTAMA” ABHISEKA RAJA DIMULAI SAAT SUGENG WIYOSAN KAPING 37 rencana pelaksanaan resepsi di 9 kabupaten/kota di Bali. Acara akan dikemas secara sederhana namun penuh makna. Yang penting seluruh rakyat Bali menikmati kegembiraan ini,“ ungkap Dewa Anom. Ia menyatakan bahwa dalam acara pengumuman pertunangan nanti, akan dirangkaian dengan dua acara besar yakni Sugeng Wiyosan (Hari Ulang Tahun) Kaping 37 Abhiseka Raja dan juga penampilan Tari Bedoyo Segara Kidul di Istana Mancawarna Tampaksiring. “Tari Bedoyo Segara Kidul adalah ciptaan Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III dari Ratu Shri Gusti Arya Wedakarna sendiri. Tari ini hanya han ini akan melibatkan ribuan boleh dipentaskan di hadapan krama di seluruh Bali, termasuk beliau yakni pada 23 Agustus pada upacara-upacara mohon (Sugeng Wiyosan), 11 November restu di Pura–Pura besar di (Hari Lahir Leluhur Kerajaan Hin- Bali. “Dalam Kitab Niti Sastra, du Majapahit) dan 31 Desember setiap raja adalah ayah dari se(Hari Jumenangan Ngadeg Ratu). luruh semesta. Selama ini Ratu Tari ini sebagai wujud keterikatan Gusti Wedakarna sudah dikenal seorang putra dengan ibundanya sebagai pemimpin muda baik yakni antara Prabu dengan Kan- di politik, di pasemetonan dan jeng Ratu Dewi Pantai Selatan. juga di forum Raja dan Sultan Nanti para undangan dapat lang- Nusantara. Beliau sudah dikenal sung menyaksikan tarian ini di sangat merakyat, popularitasnya Istana. Ini kesempatan langka,“ jauh melebihi pemimpin di Bali. ungkap Dewa Anom. Ini tentu bukan karya sekala Lebih jauh secara umum semata, tentu ada leluhur yang terkait dengan upacara pawiwa- menggerakkan langkah beliau.

Maka dari itu rangkaian acara Pawiwahan Agung ini akan sangat banyak menyita waktu dan tenaga, karena Ratu Gusti tidak hanya mempersunting seorang istri tapi juga bersiap memiliki Permaisuri (Prameswari). Ini akan menjadi simbol dari Bali,” ungkap Dewa Anom. Siapakah calon permaisuri yang beruntung dipinang oleh Ratu Gusti Wedakarna? “Kami tidak dapat mendahului kehendak Sang Hyang Widhi. Nanti pada tangal 23 Agustus 2017 akan diumumkan secara resmi di Istana Mancawar-

na Tampaksiring, tentu yang akan mengumumkannya adalah Ratu Gusti sendiri. Kami mengundang sejumlah kerabat, tapi sangat terbatas. Mohon maklum jika ada pihak di Bali yang belum sempat menerima undangan pertunangan (uleman). Nanti saat Pawiwahan Agung, akan diundang secara besar-besaran, baik di Puri Jembrana, di Puri Tegeh Kori ring Badung maupun di Istana Mancawarna Tampaksiring. Lainnya, kami mohon doa dan restu dari seluruh rakyat Bali agar rangkaian upacara Pawiahan Agung Mautama ini berjalan lancar,“ ungkap Dewa Anom yang juga Karuma (Kepala Rumah Tangga Istana). (humas)

Tari Bedoyo Segara Kidul gagasan Gusti Wedakarna

Wedhatama menggunakan kendil untuk memasak dan menyajikan makanan memang dilakukan sebagai inovasi dibidang kuliner. Selain tampilannya unik, di Buleleng sendiri menggunakan kendil dalam menyajikan makanan merupakan sesuatu yang masih jarang dilihat sehingga tentu hal ini menjadi keistimewaan tersendiri. Ditambahkan olehnya, mengapa betutu? memilih menu tradisional betutu karena selain banyak diminati juga untuk melestarikan makanan khas Bali. Rasa betutu yang khas dipadukan dengan bumbu bali turun temurun dari sang ibu A.A Istri Erawati menjadikan betutu kendil miliknya begitu diminati. “Kita pakai Betutu

sebagai menu andalan karema ini merupakan masakan orang Bali, sementara itu untuk oleh - oleh kita buat Betutu Kendil selain jadi lebih higienis, juga bisa langsung dihangatkan langsung di dalam kendilnya juga dari segi rasa pastinya lebih enak,” ungkapnya. Agung menambahkan, betutu yang disajikan menggunakan kendil dapat disimpan dua hingga tiga hari. Sehingga selain menjadi kuliner keluarga, betutu bisa menjadi oleh - oleh tatkala berkunjung ke Buleleng. “Kalau mau dipake oleholeh langsung kami gunakan kendil sehingga ketika menghangatkan langsung bisa pakai kendilnya dan ditambahkan air saja,”ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Steak Tempe

Dian tengah menyiapkan mi ayam Bangka

ISTANA MANCAWARNA UMUMKAN PERTUNANGAN 23 AGUSTUS 2017

Puri Ageng Tegeh Kori Jembrana sedang berbahagia. Penglingsir Puri, yakni Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa III segera akan melapas masa lajang. Rangkaian upacara pernikahan agung (Pawiwahan Ageng) secara tradisi Majapahit pun akan dilaksanakan hampir selama satu tahun, dan dimulai saat peringatan hari lahir (Sugeng Wiyosan) Abhiseka Ratu Sri Wilatikta Tegeh Kori Kresna Kepakisan XIX yang jatuh pada 23 Agustus 2017 (rahina Buda Kliwon, wuku Sinta Isaka Warsa 1939). Demikian diungkap oleh Dewa Gede Anom Kurniawan (Humas Istana Mancawarna Tampaksiring). “Karena upacara pernikahan ini bersifat utama (Mautama) maka rangkaian upacara pernikahan Abhiseka Raja tidak harus mengambil waktu yang cukup lama, karena harus melibatkan upacara dan upakara di tanah Jawa dan Bali. Ini sesuai dengan petunjuk niskala dan tradisi Majapahit. Secara resmi rangkaian upacara tersebut akan dimulai dengan pengumuman pertunangan pada 23 Agustus 2017 di Istana Mancawarna. Selanjutnya rangkaian Pawiwahan Agung akan berjalan maksimal selama satu tahun, termasuk

13

Awet Tiga Hari

Kecintaan Dian Kemala Riftiana di dunia kuliner membuatnya mantap untuk membuka usaha sendiri. Pilihannya mi ayam. “Saya sering makan mi ayam. Salah satu idola saya mi ayam Bangka. Saya sering makan di salah satu penjual mi ayam Bangka di Jalan Nangka Utara, Denpasar. Saya minta diajari cara membuatnya,” kenang perempuan yang membuka usaha mulai 23 Juli 2017 ini di Jalan Bedahulu, Denpasar. etelah mencobacoba, akhirnya Dian menemukan resepnya sendiri. Keistimewaan mi yang dibuat ini tanpa pengawet. Karena tanpa pengawet, mi hanya tahan sehari. Dalam sehari, ia hanya membuat sekitar 5 kg. Respons pembeli cukup bagus. Dalam sehari, mi yang disiapkan habis. “Mi Ayam Bangka memiliki ciri khas ada tauge. Kuahnya juga khas karena menggunakan kedelai,” ujar Dian. Seporsi mi yang dibandrol Rp 20 ribu sudah termasuk mi, kuah, pangsit, dan bakso ayam. Pengalaman mengelola hotel di Baturiti, Tabanan membuat Dian makin mantap untuk membuka usaha kuliner. Ia yakin, dengan pilihan da­g ing ayam membuat mi ayam Bangka ini bisa dinikmati semua kalangan.

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sarwan Bahan: 300 gr : tempe atau 1 lonjor 1 buah : wortel iris ukuran jari 100 gr : kentang iris panjang 4 buah : buncis potong jadi 2 1 sdt : bawang putih halus 1 butir : telur 50 gr : udang kupas 50 gr : ayam fille ½ sdm : tepung sagu 2 sdm : margarin Lada, pala bubuk, garam, kaldu bubuk secukupnya Bahan saus: 2 buah : cabe merah 2 siung : bawang putih 5 sdm : saus tomat 2 sdm : saus sambal

½ sdt : gula ½ sdm : tepung sagu larutkan air 350 ml : air Kaldu bubuk, garam, margarin secukupnya Cara membuat: Kukus tempe sampai matang, lalu haluskan. Udang giling, ayam juga bawang putih halus lalu campur dengan garam kaldu bubuk, telur dan tepung sagu, aduk rata, lalu bentuk bulat. Panaskan wajan dengan minyak lalu masukkan bulatan tempe, bolakbalik sampai matang lalu tata di atas piring saji. Goreng kentang sampai matang. Tata rebusan wortel dan buncis dalam piring saji bersama tempe. Haluskan cabe

dan bawang putih. Panaskan margarin, masukkan bawang putih dan cabe yang sudah dhaluskan hingga harum, lalu masukkan bahan-bahan saus lainnya. Masak sampai mendidih, lalu kentalkan dengan sagu yang sudah dicampur dengan air, masak agak kental, siram di atas tataan steak tempe, siap disajikan.

Udang Goreng Tepung Roti Bahan: 750 gr : udang besar buang kulitnya sisakan ekornya 1 sdt : lada bubuk ¼ sdt : kaldu bubuk Garam secukupnya 1 sdt : bawang putih halus 3 butir : putih telur kocok lepas 200 gr : tepung kanji 400 gr : tepung roti Minyak untuk menggoreng

Cara Membuat : - Lumuri udang dengan lada bubuk dan bawang putih goreng, juga garam dan kaldu bubuk, aduk rata. - Gulingkan ke tepung kanji, ratakan lalu celupkan ke putih telur kocok. - Guling-gulingkan ke dalam tepung panir hingga udang terbalut tepung panir. - Goreng sampai matang dan siap disajikan.

Pentul Ayam Bahan: 500 gr : daging ayam giling 4 sdm : kelapa parut 1 butir : telur 1 sdm : seledri cincang halus 1 sdt : lada bubuk. Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Minyak untuk menggoreng serai secukupnya Bumbu Halus: 7 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 sdt : ketimbar sangrai 2 lembar : daun jeruk

1 ruas

: jari kunyit

Cara membuat: - Campur ayam dan parutan kelapa, juga garam, gula, kaldu bubuk dan lada, aduk hingga tercampur merata. Masukkan telur, aduk-aduk rata. - Ambil satu sendok makan ayam, lalu bulatkan, kemudian sematkan ke dalam batang serai. - Tekan-tekan agar menempel, lakukan sampai bahan habis, lalu goreng sampai matang kecokelatan. Siap disajikan.


14

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Tangisnya pecah, luapan emosi teharu begitu tampak di raut wajahnya. Ketut Suci Dianingsih tidak dapat menyembunyikan rasa bangga sekaligus harunya ketika tim Paskibraka Kabupaten Buleleng berhasil mengibarkan sang Saka Merah Putih dalam upacara detik-detik kemerdekaan Republik Indonesia ke 72. Tidak hanya Suci, rekanrekannya sesama tim Paskibraka juga menangis tersedu-sedu untuk meluapkan kegembiraan dan rasa bangganya.

D

itemui setelah melakukan apel bendera, Suci yang merupakan siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Seririt ini masih sesenggukan sembari mengatur nafas untuk bisa menceritakan perasaanya kepada Tokoh. Ia mengaku tidak bisa berkata apa selain mengucapkan rasa syukur karena telah ber-

Ketut Suci Dianingsih

Jelita

Bangga Jadi Anggota Paskibra hasil mengemban tugas sebagai seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka. Suci mengaku ketegangan begitu terasa ketika upacara peringatan detik-detik kemerdekaan baru dimulai, apalagi saat itu kondisinya dalam keadaan yang kurang fit. Bertugas membawa Baki saat pengibaran bendera tentu membuat Suci memiliki tanggung jawab yang begitu besar. Namun karena kegigihannya dalam berlatih, tentu tidak ada hambatan dan halangan yang be-

rarti. “Ini merupakan kebanggaan yang saya impikan dari dulu,” ungkapnya. Suci merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Terlahir dari keluarga yang serba berkecupan tidak mematahkan semangatnya untuk meraih cita-cita. Ayahnya, Gede Wisada adalah seorang petani, sedang ibunya Kadek Sarini adalah seorang penjual sayur. Sejak kecil, Suci telah menanamkan cita-cita tinggi sebagai seorang angkatan atau polwan. Maka menjadi anggota Paskibraka adalah langkah awalnya dalam menggapai cita-citanya. “Dari dulu memang ingin sekali menjadi anggota paskibra, karena saya ingin nantinya menjadi angakatan atau polwan,” ungkapnya. selain itu, dorongan dan support keluarga yang begitu besar semakin memantapkan langkahnya. Perempuan kelahiran 31 Desember 2000 ini mengatakan banyak suka duka yang dilalui semasa mengikuti latihan menjadi anggota paskibraka. Bertemu dengan banyak kawan dari berbagai sekolah merupakan hal yang

sangat menyenangkan baginya. Banyak pengalaman dan pelajaran berharga yang ia dapatkan selama pelatihan. Ditempa secara fisik agar menjadi sosok yang kuat adalah salah satu tantangan luar biasa yang harus ia jalani. “Luar biasa sekali pengalaman yang didapat, dari yang putih hingga jadi hitam begini salah satunya. Tapi kami tetap bangga dengan apa yang kami terima dan lakukan,” papar siswi yang berprestasi di bidang Pencak silat ini. Pengalamannya menjadi anggota paskibraka dan betugas membawa Baki dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan membuat Suci bertekad mengabdikan ilmu yang didapatnya kepada adik-adik kelas di sekolahnya. Ia berharap kelak bisa membagikan pengalamannya ketika menjadi anggota Paskibra sehingga lebih banyak lagi siswa-siswi yang terpilih dari sekolahnya. “Apa yang saya dapatkan di sini akan saya berikan kepada adik-adik saya sehingga tahun depan lebih banyak lagi adikadik yang bisa mewakili sekolah,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

R.S SUNWAY PERKENALKAN BEDAH ROBOTIC PROSTATETOMY TERKINI Prostat merupakan satu kelenjar sebesar biji kemiri yang berlokasi di bagian depan rektum, dibawah kantung kemih dan mengelilingi uretra. Tujuan utama kelenjar prostat adalah untuk menghasilkan cairan yang mentransportasikan sperma selama orgasme pria. Kanker prostat terjadi pada kelenjar prostat ketika sel-sel abnormal muncul pada prostat. Kanker prostat merupakan salah satu kanker yang umum terjadi di seluruh dunia, dan kondisi ini umumnya diidap oleh pria yang berusia 50 tahun atau lebih. Kanker prostat merupakan satu kelompok kanker heterogen yang umumnya terdiri dari sel-sel kanker yang bertumbuh-lambat dan seringkali tidak memunculkan gejala-gejala dini. Opsi bedah yang mana yang tersedia untuk penanganan kanker prostat (Prostatektomi)? Prostektomi dapat dilakukan dengan bedah terbuka ataupun pembedahan minimal invasif (laparoskopik atau berbantuan robotik). Siapa yang dapat menjadi kandidat untuk ditangani dengan prostatektomi berbantuan robot? Pasien yang terdiagnosis dengan kanker prostat terlokalisasi dapat menjadi kandidat untuk ditangani dengan prosedur ini. Apa itu Prostatektomi berbantuan robot? Prostatektomi berbantuan robot (juga disebut dengan istilah prostatektomi robotik da Vinci) merupakan proses pengangkatan prostat dan beberapa jaringan disekitar nya secara minimal invasif dengan menggunakan teknologi robot dan komputer terbaru/ tercanggih (Sistem Bedah Robotik da Vinci). 1) Instrumentasi Endowrist Instrumentasi Endowrist dapat memungkinkan dokter ahli bedah untuk mendapatkan deksteritas/ ketangkasan alami dan rentang gerakan yang jauh lebih baik daripada tangan manusia. 2) Tampilan/ Pandangan 3D HD Tampilan/ pandangan tiga dimensi dan high definition (definisi tinggi) dengan kemampuan 10 kali pembesaran – hal ini memungkinkan dokter ahli bedah untuk mendapatkan tampilan imersif (luas dan jelas) pada bidang pandang ketika melakukan operasi. 3) Gerakan Intuitif Gerakan tangan dokter ahli bedah pun diskalakan, disaring, dan secara detail diterjemahkan menjadi gerakan instrumen dan lengan robot. Apakah Robot Bedah da Vinci (da Vinci Surgical Robot) yang melakukan operasi? Robot sepenuhnya berada di bawah kendali dokter ahli bedah. Robot hanya bekerja menurut apa yang dilakukan oleh dokter ahli bedah, yang

dimana robot menterjemahkan gerakan dokter ahli bedah menjadi gerakan instrumen yang halus, detail, dan tepat di dalam tubuh anda. Pertanyaan: Potensi manfaat apa yang didapatkan dari pengaplikasian bedah prostatektomi berbantuan robotik? l Tingkat margin bedah* positif yang sama dengan prostatektomi terbuka l Kepulihan fungsi ereksi (seksual) pasien yang lebih cepat didapatkan l Peluang yang lebih baik bagi para pasien untuk mendapatkan kembali kontinensia urin/ kemih dalam 6 bulan. l Jumlah darah yang hilang akibat operasi adalah rendah, atau tingkat yang lebih rendah akan kebutuhan transfusi l Tingkat komplikasi yang lebih rendah l Tingkat resiko infeksi luka yang lebih rendah l Waktu lamanya perawatan di rumah sakit yang lebih singkat l Tingkat resiko yang rendah akan admisi/ perawatan ulang di rumah sakit l Lebih singkatnya waktu pemasangan kateter l Tingkat resiko yang rendah akan trombosis vena dalam** Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melakukan bedah prostatektomi robotik? Prosedur aktual biasanya akan membutuhkan waktu selama tiga jam, hal ini tergantung pada anatomi pasien dan luasnya pembedahan yang dapat membutuhkan waktu yang lebih lama. Berapa lama waktu rawatan di rumah sakit setelah pembedahan, dan kapan pasien dapat melanjutkan aktifitas normalnya? Hampir dari seluruh pasien prostatektomi robotik akan membutuhkan waktu rawatan 2 sampai 3 hari setelah operasi. Hampir dari seluruh pasien mampu kembali melakukan aktifitas normalnya sekitar 14 sampai 21 hari setelah operasi. Beberapa Resiko & Pertimbangan Yang Berkaitan dengan Prostatektomi? Resiko pembedahan dapat muncul dan diakibatkan oleh semua jenis operasi yang juga mencakup bedah robotik, dan kehati-hatian haruslah diaplikasikan untuk meminimalisir resiko. Semakin baiknya kualitas pandangan dan fungsionalitas robot bukanlah berarti dapat menghilangkan resiko, namun hal inidapat membantu di dalam meminimalisir resiko kehilangan darah yang berlebihan yang membutuhkan transfusi, inkontinensia urin, disfungsi ereksi, cedera organ disekitarnya (rektum atau usus), penyempitan uretra, terkumpulnya cairan limfatik di area panggul, dan hal ini dapat membantu pasien untuk mendapatkan kepulihan dini akan fungsi-fungsi ini.

Berapakah kos biaya pengobatan operasi bedah robotic prostatectomy di RS Sunway? Paket pengobatan operasi bedah robotic di sunway adalah sekitar IDR 135 jutaan dan ia termasuk kos rawat inap untuk 4 hari 3 malam di rumah sakit dan juga biaya operasi dari pakar urologi di Sunway. Rumah Sakit Sunway adalah Rumah Sakit Swasta yang terletak di pinggir kota Kuala Lumpur dengan lebih dari 200 dokter specialis, 23 pusat keunggulan dan melayani pasien international hampir dari 130 negara. Rumah Sakit ini juga adalah merupakan rumah sakit terlengkap di Malaysia bagi pengobatan Kanker dengan alat terkini yaitu Trubeam STX, IORT, Gamma Knife dan juga Da Vinci. Oleh karena itu, Rumah Sakit Sunway ini dinobatkan sebagai Rumah Sakit Terbaik selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2017 dan 2016. Selain dari itu juga, kami di RS Sunway senantiasa memastikan yang terbaik kepada pasien kami dengan menyediakan jasa konsultasi layanan ­informasi sebelum berangkat dan penjemputan dari bandara secara gratis. Untuk informasi rumah sakit, silahkan hubungi kantor perwakilan kami

Contact Person: 221Hospital Link Assist for medical travel Jalan Anyelir Nomor 8 Denpasar-Bali 80235 Telepon: 0361-242876 HP 085106246161/081338679177

Bugar

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

11


10

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

HUT Kemerdekaan RI di Bali Safari & Marine Park

Satwa Ikut Upacara Bendera

Upacara bendera

Perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan RI digelar Bali Safari & Marine Park, Kamis (17/8). Selain diikuti manajemen dan karyawan Bali Safari, ada pemandangan istimewa karena beberapa satwa juga turut serta, seperti gajah, ular, burung macaw, burung kakatua, iguana, dan binturong.

K

etut Suardana, Operation Manager Bali Safari & Marine Park mengatakan, sebagai lembaga konservasi, manajemen sangat bangga bisa melibatkan satwa

ikut serta dalam upacara bendera karena itu merupakan kecintaan mereka kepada satwa. “Kami juga mengundang tokoh masyarakat sekitar, pejabat di pemerintah kabupaten Gianyar, kepolisian dan TNI, untuk berbagi kebahagiaan

bersama kami,” kata Suardana. Ia mengatakan, tujuan melibatkan satwa, seperti gajah, karena gajah memiliki badan besar dan kekuatan besar. “Ini artinya, gajah memberikan suatu spirit bagi kami untuk berjuang dengan kuat untuk mengisi kemerdekaan, harus berjuang dalam bisnis dengan banyaknya persaingan. Kami harus dapat memberikan pelayanan yang baik kepada pengunjung, dan mendapatkan pasar tamu internasional sebanyak mungkin,” ujarnya. (Wirati Astiti)

Breakfast with Lion Sejak sebulan lalu, ada program baru di Bali Safari & Marine Park yakni Breakfast with Lion. Menurut Food and Beverage Manager Tsavo Lion Restaurant, Made Erawan, konsep Breakfast with Lion ini, menyediakan menu breakfast tidak hanya untuk tamu yang menginap di Mara River Safari Lodge, tapi juga memberikan kesempatan kepada pengunjung lain yang ingin menikmati sarapan. “Konsep ini merupakan satu-satunya di Indonesia, tamu bisa breakfast sekaligus melihat wahana singa. Konsep restoran adalah nuansa Afrika, sehingga artisnya adalah singa. Tamu bisa langsung melihat habitat singa bagaimana interaksinya saat pagi hari. Selain singa, ada juga, beberapa satwa yang

bisa dilihat seperti burung, binturong, dan ular,” ujarnya. Untuk menu disediakan dua pilihan lokal dan internasional. Menu mulai dari jus, kopi dan teh, cereal selection, aneka cake dan roti, buah segar, yogurt, salad selection, bacon, sosis, nasi goreng, mi goreng, dimsum, bubur ayam, egg station, termasuk beberapa kue tradisional, bubur injin, dan bubur kacang hijau. “Menu memang dikombinasi disesuaikan dengan market yakni tamu Western, India, Tiongkok, dan lokal Indonesia,” jelasnya. Untuk ke depannya, kata dia, di luar restoran, akan dibuat animal finding, sambil melihat panorama Afrika, tamu bisa melihat gajah dan memberi makan jerapah. Jam buka breakfast pukul 07.00 s.d. 10.00. (Wirati Astiti)

Panjat Pinang di b Hotel Bali & Spa Kegiatan perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan di b Hotel Bali & Spa, sudah terasa mulai awal Agustus karena dekorasi ruangan sudah bernuansa kemerdekaan. Executive Secretary & Public Relations b Hotel Bali & Spa, Christiana Goh mengatakan, ada juga promo paket Merdeka dengan menu Ayam Bambu Runcing dan Merah Putih Mocktails dengan harga Rp 72.000 dan Spa 17% + 8%. Yang lebih seru ada perlombaan panjat pinang dan giring bola untuk mewarnai semangat kemerdekaan. Acara upacara bendera dan potong tumpeng digelar bersama dihadiri manajemen dan staf b Hotel Bali & Spa, dan tamu yang menginap. (Wirati Astiti)

Panjat pinang

Style

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Pesona Merah Putih Bulan Agustus ­menjadi momen indah ­untuk menunjukkan jiwa ­nasionalisme serta ­patriotisme seluruh masyarakat Indonesia dan melambangkan ­semangat kemerdekaan, termasuk juga di dunia fashion.

Kebersamaan di b Hotel Bali & Spa

K

ali ini, untuk turut merayakan HUT ke- 72 Republik Indonesia, TheActor Bali belum lama ini, bertempat di Plaza Renon, Denpasar juga memfisualisasikan semangat nasionalisme anak-anak salah satunya dengan menggelar lomba peragaan busana kasual merah –putih dan busana pesta merah. Menurut Dewi APratiwi, pemilik TheActor Bli, mereka

ingin mememberikan wadah bagi anak-anak Indonesia menunjukkan rasa bangga dan cinta pada negeri tercinta Indonesia melalui busana yang indentik dengan warna merah dan putih serta mengutamakan produk fashion buatan dalam negeri. Berikut sebagian dari penampilan anak-anak di panggung. Mereka tampil gaya dan stylish dengan berbagai model busana pesona merah – putih. (Sri Ardhini)

15


16

Edukasi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sebagai seorang tenaga pendidik utamanya dosen diperguruan tinggi, menjadi hal yang wajib dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Selain diaplikasikan secara langsung kepada anak didik, ilmu pengetahuan tersebut juga diaplikasikan kepada masyarakat.

P

engabdian kepada masyarakat merupakan pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya langsung pada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi ilmiah sebagai penyebaran Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat laju pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional. Iptek bagi Masyarakat (IbM) merupakan salah satu program pengabdian kepada masyarakat yang difokuskan pada penerapan hasil-hasil iptek perguruan tinggi untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman iptek masyarakat. Program ini dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat dan mengkaji iptek yang dihasilkan perguruan tinggi.

Manajemen Marketing Tingkatkan Produksi Hal tersebut juga dilakukan oleh I Gusti Ayu Purnamawati, SE., M.Si.,Ak., dosen D3 Akutansi dari Fakultas Ekonomi Undiksha Singaraja, dengan melakukan kegiatan IbM kepada Kelompok Wanita Pelukis Wayang Kamasan yang berlokasi di Banjar Dinas Sangging desa Kamasan, Klungkung. Seni lukis wayang kamasan adalah salah satu bentuk karya seni klasik yang dianggap penting dalam kebudayaan Bali. Sementara karya seni ini tidak dapat dipisahkan dari nilai keagamaan, terutama nilai ritual. Melalui kegiatan Iptek bagi Masyarakat, produksi wayang Kamasan diharapkan dapat mengalami peningkatan baik secara kualitas dan kuantitas. Menurut Ayu Purnamawati selaku Ketua Pelaksana kegiatan Ipteks Bagi Masyarakat mengatakan keberadaan wayang Kamasan saat ini memang perlu dilakukan pembinaan sehingga masyarakat yang menekuni seni lukis ini tetap bisa bertahan dan bersaing di berbagi segmen pasar. Ayu Purnamawati bersama dua rekannya Elly Herliyani,

Serangkaian kegiatan dilakukan untuk menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72. Selain lomba gerak jalan dan pawai pembangunan, di Buleleng juga diadakan lomba perahu layar. Sudah menjadi agenda tahunan, menjelang HUT RI lomba perahu layar selalu menarik minat masyarakat. Hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat yang selalu datang untuk ikut meramaikan ketempat perlombaan. Lomba perahu layar yang mengambil start dari pantai kerobokan dan finish di pantai lovina ini dilepas langsung Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST.,

Kamis (10/8). Lomba tersebut diikuti oleh 80 peserta perahu layar dari kelompok nelayan di seluruh Buleleng. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana yang melepas peserta lomba perahu layar tersebut mengatakan lomba perahu layar ini merupakan upaya Pemkab Buleleng memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-72. Selain untuk memperingati HUT RI, lomba perahu layar ini juga diselenggarakan untuk menumbuhkan jiwa bahari masyarakat Buleleng, sehingga masyarakat lebih mencintai profesinya sebagai nelayan. Bupati Suradnyana juga me-

Sudah 72 tahun sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya, Indonesia tidak lagi mengahadapi penjajah sebagai musuh. Pejuang dan orangorang yang hidup pada masa memperjuangkan kemerdekaan adalah lepasnya cengkraman para penjajah dari bumi pertiwi. Akan tetapi setelah merdeka, tentunya semakin sedikit generasi yang merasakan secara langsung makna kemerdekaan seperti yang dirasakan oleh generasi sebelumnya. Akan tetapi, setiap generasi punya perjuangannya sendiri dalam memaknai kemerdekaan ini.

B

Kegiatan IbM kepada Kelompok Wanita Pelukis Wayang Kamasan di Kabupaten Klungkung

S.Sn., M.Pd., dan Drs. Ketut Sudiatmaka,M.Si., mengatakan ada beberapa hal yang menjadi sasaran dalam kegiatan tersebut, yaitu peningkatan produksi yang berkaitan erat dengan manajemen marketing. Meskipun kualitas sudah baik jika tidak dibarengi dengan pemasaran yang baik maka tentu hal ini akan sangat berpengaruh terhadap jumlah

produksi. “Kami juga lakukan pembinaan dalam hal manajemen pembukuan sehingga para pelaku UKM bisa mengetahui keuntungan dan kerugian secara pasti,” ungkapnya. Pembinaan dibidang finishing juga ia lakukan baik dalam hal pewarnaan dan packing. “Kami usahakan agar perajin menggunakan bahanbahan pewarna yang masih alami

sehingga akan menghasilkan perpaduan warna yang lebih bagus dan natural,” imbuhnya. Hasil dari kegiatan Ipteks bagi Masyarakat ini berupa buku panduan HaKi, buku panduan koleksi lukisan wayang, artikel ilmiah di jurnal pada forum ICHIRAD dan artikel ilmiah berISSN pada jurnal internasional klibel. (Wiwin Meliana)

Lomba Perahu Layar Tumbuhkan Jiwa Bahari Masyarakat

Penyerahan hadiah kepada juara oleh ketua panitia.

Sudut Pandang

nambahkan, momentum lomba perahu layar ini bisa dimanfaatkan untuk mengundang wisatawan untuk hadir ke Buleleng. Bahkan dalam lomba kali ini, menarik salah seorang turis asing untuk ikut serta. “Ada salah satu peserta lomba Warga Negara Asing (WNA) yang mengikuti lomba kali ini. Ini harus bisa dimanfaatkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan untuk menambah minat wisatawan datang ke Buleleng. Nanti Diskanla harus bekerjasama dengan Dinas Pariwisata untuk mempromosikan lomba ini lewat media,” ujarnya. Sementara itu ketua panitia lomba Ir. Made Arnika mengatakan lomba diikuti oleh 80 peserta dari beberapa kecamatan di Kabupaten Buleleng. Kategori lomba yakni yang tercepat dan sesuai dengan regulasi yang ditentukan oleh juri lomba. Arnika menambahkan, disamping lomba perahu layar, diadakan juga lomba menangkap itik yang diselenggarakan

di pantai Lovina. “Untuk tahun ini kita cari hanya 80 peserta mengingat tempat yang kurang cukup untuk menampung perahu lebih dari 80 peserta,” pungkasnya. Lomba perahu layar ini untuk ketiga kalinya kembali dimenangkan oleh Ardiansyah dan Dedy Rahmawan Kelompok Nelayan Sinar Bahari dari Kecamatan Banjar dan berhak membawa piala bergilir yang disediakan oleh panitia lomba. Untuk juara kedua diraih oleh Rahmat dan Dayat dari Kelompok Nelayan Sinar Bahari Desa Kaliasem Kecamatan

Banjar, untuk juara ketiga diraih oleh Hambali dan Usman dari Kelompok Nelayan Satria Samudra Kecamatan Sawan, sementara untuk juara harapan satu diraih oleh Sadikin dan Sudirja dari Kelompok Nelayan Bhineka Samudra Kecamatan Sawan, juara harapan dua diraih oleh Ramedan dan Ari Sugianto dari Kelompok Nelayan Sinar Bahari Desa Kaliasem Kecamatan Banjar, dan untuk juara harapan lima diraih oleh Suri dan Abdulah dari Kelompok Nelayan Satria Samudra Kecamatan Sawan. (Wiwin Meliana)

Peserta lomba perahu layar.

agi seorang pelajar, memaknai kemerdekaan dengan mengikuti apel bendera dan mengikuti pelajaran adalah cara sangat klise. Hal tersebut juga dipertegas oleh Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si., Ketua STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Menurutnya memaknai kemerdekaan dapat dilakukan dengan mengisi kemerdekaan sesuai dengan profesi yang dimiliki. Seorang petani dapat mengisi kemerdekaan dengan menjadi petani yang baik. Begitu juga seorang pelajar, dapat mengisi kemerdekaan dengan mengabdikan ilmu pengetahuan yang didapatkan demi kemajuan bangsa. “Kita sebagai generasi yang hidup di zaman sudah merdeka seharusnya bisa mengisi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

9

Tumbuhkan Rasa Patriotisme dengan Apel Bendera

kemerdekaan dengan kerja keras dan kerja nyata,” jelasnya. Hal inilah yang menurut Prof. Suweta merupakan kemerdekaan dalam konteks kekinian. Ia juga menambahkan, kemerdekaan merupakan hal yang luar biasa yang jika tidak diingatkan kepada generasi penerus maka akan dimaknai biasa. Sehingga sebagai seorang tenaga pendidik di perguruan tinggi wajib mengingatkan anak didik mengenai sejarah dan rasa cinta tanah air serta selalu memasukkan pelajaran empat konsensus bangsa yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI ke dalam kurikulum. “Kami harus ingatkan terus melalui pelajaran tersebut karena kemerdekaan tidak diperoleh dengan mudah dengan begitu semangat nasionalisme akan tumbuh di benak mereka,” ungkapnya. Sementara itu untuk merayakan HUT Kemerdekaan RI, pihaknya mewajibkan setiap mahasiswa, pegawai, staf, dan dosen mengikuti apel bendera. Hal ini semata-mata untuk mengenang sikap patriotisme para pahlawan kemerdekaan. “Semuanya harus ikut upacara tidak ada pengec-

Prof. Dr. Drs. I Made Suweta, M.Si

Ida Bagus Suhita

ualian, ini kami lakukakan untuk mendidik disiplin dan menumbuhkan rasa patriotisme kepada anak-anak,” pungkasnya.

dengan menggelar event yang bertujuan untuk meningkatkan pembayaran pajak. “Jika kesadaran pajak meningkat, maka pembangunan juga dapat dilaksanakan, maka kesejahteraan rakyat pun akan meningkat,” ungkapnya. Maka dari itu pihaknya berinisiatif menggelar gebyar pembayaran pajak kendaraan untuk menyambut HUT ke-72 Kemerdekaan RI di Samsat Buleleng. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari dari 14 hingga 16 Agustus 2017 ini dilaksanakan di areal

GEBYAR PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN Hal senada juga disampaikan oleh Kepala UPT Bapenda Samsat Singaraja Ida Bagus Suhita. Menyambut Kemeredekaan RI menurutnya tidak lagi berupaya merebut kemerdekaan melainkan berupaya mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang bertujuan memajukan bangsa. Salah satunya

parkir samsat Buleleng. Menurut Suhita, selain untuk menyambut hari kemerdekaan RI, kegiatan ini juga bertujuan menyambut hari jadi Pemprov Bali yang ke-59. Suhita menambahkan, kegiatan tersebut merupakan cara bagi pihaknya memberikan apresiasi kepada wajib pajak yang selama ini sudah semakin tinggi kesadarannya dalam membayar pajak. “Menyambut kemerdekaan ini, kami berikan beberapa pelayanan kepada wajib pajak seperti hiburan yang akan diselenggarakan malam hari,” jelasnya. Selain hiburan pihaknya juga memberikan pelayanan kesehatan gratis, service kendaraan gratis, pelayanan SIM Keliling, dan pameran kendaraan. Kegiatan gebyar samsat ini juga bertujuan untuk menggerakkan Bumdes yang selama ini telah bekerjasama. Ia berharap dengan adanya koorporasi Bumdes bersamsat, dapat meningkatkan PAD masing-masing daerah dan meningkatkan kesadaran bagi wajib pajak. “Sudah ada 48 Bumdes yang bekerjasama dengan kami, kami harapkan juga Bumdes yang lain dapat membuat MoU kerjasama,” ujarnya. (Wiwin Meliana)

Lomba Libatkan Semua Usia Perayaan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI di Desa Pangsan, Petang-Badung dirangkaikan dengan penutupan Pekan Olahraga dan Seni Desa (Porsenides) Pangsan. Diisi dengan berbagai kegiatan di bidang olahraga, seni dan pendidikan yang sudah dimulai sejak 25 Juni 2017. Di bidang olahraga mempertandingkan tenis meja untuk tingkat STT, tarik tambang yang melibatkan PKK, dan senam lansia. Di bidang seni ada lomba mewarnai tingkat PAUD dan TK, lomba membuat canang sari, kwangen, ngulat tipat, ngulat pancak, merangkai janur. Ada juga lomba peragaan busana ke pura, busana kundangan, busana rekreasi, darmagita, dan lomba cerdas cermat. Di bidang olahraga, diisi dengan lomba tenis meja dan tarik tambang

PKK. “Lomba-lomba ini melibatkan semua usia mulai usia PAUD hingga lansia, sehingga semua bisa berpartisipasi,” ujar Perbekel Desa Pangsan I Nyoman Raka Tri Sukarya. Khusus untuk memeriahkan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI, Kamis (17/8) dilaksanakan lomba senam lansia yang diikuti oleh perwakilan 5 banjar, yakni Banjar Pangsan Tengah, Pangsan Dalem, Banjar Sekarmukti, Banjar Kasianan, dan Banjar Pundung. Dilanjutkan dengan reli sepeda, jalan santai dan lomba tarik tambang PKK. Penyerahan hadiah semua lomba dan pengundian hadiah untuk reli sepeda dan jalan sehat dilaksanakan malam harinya, diisi dengan berbagai hiburan, dipusatkan di Balai Desa Pangsan. Ketua Panitia Porsenides Ida

Bagus Yudiartha yang juga Ketua Karang Taruna Catur Buana ini mengatakan, tujuan kegiatan ini untuk menjaring dan mendapatkan bibit-bibit unggul dalam pengembangan potensi di bidang olahraga, seni, dan pendidikan. Nyoman Raka menyampaikan terimakasihnya kepada pantia dan masyarakat Desa Pangsan yang dinilainya sangat luar biasa berpartisipasi dalam segala kegiatan desa. “Antusiasme masyarakat ini membuat kami termotivasi untuk lebih meningkatkan lagi kegiatankegiatan kami di desa pada hari-hari mendatang. Kami akan berusaha terus meningkatkan dan menggali potensi-potensi yang ada,” ucapnya. Dari penyelenggaraan kegiat­ an selama kurang lebih 2 bulan tersebut, Perbekel Nyoman Raka

menyampaikan bahwa Desa Pangsan banyak memiliki potensi yang belum tergali. “Makanya ke depan kami akan menggali terus potensi yang ada. Astungkara akan menjadi agenda tetap untuk meningkatkan kegiatan-kegiatan seperti ini,” imbuhnya. Dalam memperingati HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI yang sekaligus dirangkaikan dengan penutupan Porsenides oleh perwakilan Camat Petang tersebut, Nyoman Raka mengajak masyarakat Desa Pangsan untuk meningkatkan rasa cinta tanah air dan bangsa, meningkatkan rasa nasionalisme, dengan sepenuh jiwa dan raga menegakkan NKRI. NKRI Harga Mati. “Kita generasi penerus berkewajiban mengisi kemerdekaan dengan bersama-sama membangun bangsa, dimulai dari

Beberapa Kegiatan serangkaian peringatan HUT ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 2017

I Nyoman Raka Tri Sukarya

desa dulu,” ujarnya bersemangat. Melalui peringatan kemerdekaan ini, ia juga berharap rasa persatuan dan kesatuan lebih dipupuk lagi dan lebih mempererat rasa persaudaraan di Desa Pangsan. (Inten Indrawati)


8

Bunda & Ananda

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Ada yang unik dari pelaksanaan upacara bendera di sekolah pendidikan kerjasama (SPK) ini. Memperingati HUT ke-72 RI, Sanur Independent School (SIS) yang notabene muridnya 90 persen ekspatriat ini juga melakukan upacara pengibaran bendera merah putih, Rabu (16/8). “Walau pelaksanaannya lebih sederhana dibandingkan sekolah-sekolah lain, namun esensinya tetap, ada pembacaan teks proklamasi, pembacaan doa, Pancasila, UUD’45, menyanyikan lagu-lagu ­kebangsaan, dan pengibaran bendera merah putih,” ujar National ­Principal SIS Cokorda Agung Anre Juniana, S.Pd., M. Pd.

Perbedaan Bersatu dalam Permainan Terlepas dari perayaan HUT RI, dalam proses belajar mengajar, meski bahasa pengantarnya bahasa Inggris, namun SIS memiliki jam pelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dikatakan Cok Anre, memang wajib, SPK (Sekolah Pendidikan Kerjasama) itu mengajarkan bahasa Indonesia ke semua anak-anaknya. Ada 2 sesi per minggu per kelas, dan ada satu sesi lagi untuk pengayaan bahasa. Jika ada yang kurang dengan 2 sesi itu, ditambahkan lagi pengayaannya disini. Terkait budaya Indonesia, SIS memiliki Indonesian Studies, bahasa pengantarnya bahasa Inggris tetapi konteksnya Indonesia, seperti pembahasan tentang rumah tradisional, dll.

P

elaksanaan upa­ cara bendera ini full berbahasa Indonesia. Meski pelafalan bahasa Indonesia mereka masih terbata-bata, dengan berpakaian nuansa merah-putih, mereka tampak hikmad mengikuti peringatan HUT RI hingga selesai. Sebelumnya, para perangkat upacara terpilih ini dilatih khusus 2 sampai 3 minggu sebelumnya. “Mereka tak terlalu fanatik kenegaraan, hanya ketika hormat bendera saja mereka tidak ikut hormat, tapi mereka tetap ikut berdiri tegak. Namun ada yang memiliki darah WNI ikut hormat bendera. Dan kami sangat menghargai itu karena itu pilihan mereka. Selebihnya fun banget. Mereka mengucapkan selamat ulang tahun Indonesia, Happy Independent Day,” imbuhnya. Dan, perbedaan itu bersatunya di permainan tradisional. Perbedaan itu lebur ketika mereka larut dalam suasana lomba khas 17-an yang digelar usai upacara bendera. Ada lomba lari kelereng, lari karung, makan krupuk, tarik

(Inten Indrawati)

Cokorda Agung Anre Juniana

tambang, dan memindahkan bendera (untuk anak TK). “Murid-murid disini sudah cukup familiar dengan permainan tersebut karena perayaan HUT RI setiap tahunnya selalu kami isi dengan lomba-lomba ini. Dan, murid-murid yang baru exited sekali melihat permainan tradisional kita ini,” ucap Cok Anre-sapaan karibnya. Lombalomba melibatkan murid, guru staf, orangtua. Orangtua biasanya suka makan krupuk dan tarik tambang. Cok Anre menyampaikan, dengan pembacaan teks proklamasi, mereka (anak dari bermacam negara) jadi tahu siapa Sukarno dan Hattta, dan dikenalkan juga tentang sejarah Indonesia hingga berhasil merebut kemerdekaan. Dalam lomba pun dibuat nama Desa Sukarno dan Desa Hatta. “Ada juga kepala desanya, sembari kita mengenalkan desa itu apa? Kampung itu apa? Jadi mereka tahu istilahistilah dalam bahasa,” imbuhnya. Sementara dari lomba-lomba tersebut, nilai yang ingin diangkat adalah kebersamaan. Bagaimana ketika bersama-sama untuk meraih sesuatu akan

lebih mudah. Demikian halnya dengan kemerdekaan. “Ketika kita terpisah, kita susah meraih kemerdekaan, tapi setelah kerja bersama lebih mudah meraih kemerdekaan,” tegasnya. Makanya dalam lomba-lomba tersebut, anak-anak dibagi dalam beberapa tim, ada tim merah, timputih, tim biru. Dalam satu tim ada siswa TK, sampai SD kelas 6, dari semua jenjang. “Kami ingin yang besar bisa mengayomi yang kecil, yang kecil bisa bertanya dan belajar pada yang besar, dan m er ek a b er u s a h a b er s a m a untuk memenangkan lombalomba tersebut. Bagaimana mereka mengatur timnya masing-masing,” jelasnya.

Mendongeng Lima Menit

PEMBURU DAN SERULINGNYA

Seorang pemburu sangat jago meniup seruling. Dengan seruling yang dibuatnya sendiri, ia dapat menirukan suara hewan seperti aneka jenis burung, rusa, luwak, dan lainlainnya. Sekali meniup Made Taro seruling, hewan-hewan itu datang mendekatinya. Hewan itu mengira suara itu adalah suara hewan sungguhan. Pada suatu hari pemburu itu ingin berburu rusa. Dari bawah sebatang pohon rindang ia tiup serulingnya. Tulalit, tulalit, tulalit….! Seekor rusa yang lewat di dekatnya mendengar suara itu. Ia mengira suara itu adalah pasangannya. Rusa itu segera mendekat. Pang! Tiba-tiba sebuah anak panah menancap di tubuhnya. Anak panah itu berasal dari sang pemburu si jago seruling. Ketika sang pemburu hendak menyeret korbannya, tiba-tiba muncul seekor macan tutul. Pemburu itu ketakutan lalu secepatnya lari balik haluan, kemudian memanjat pohon. Macan tutul yang sedang lewat itu mengira seekor rusa yang bernyanyi. Ia pun mendekati rusa itu berkehendak menyergapnya. Pemburu si jago seruling itu tidak habis akal. Ia mengusir macan tutul itu dengan meniup serulingnya. Torerot, torerot, torerot….! Apa

itu? Macan tutul yang hendak memangsa rusa itu lari terbirit-birit balik haluan. Ia mengira seekor harimau mengintainya. Pemburu yang cerdik itu menarik napas panjang. Setelah merasa aman, ia mengucap syukur sambil menuruni batang pohon itu. Namun di pangkal pohon itu ia tiba-tiba menggigil. Ia melihat seekor harimau sungguhan. Rupa-rupanya ketika sang pemburu meniupkan suara harimau untuk menakut-nakuti si macan tutul, seekor harimau sungguhan lewat di tempat itu. Harimau itu mengira suara seruling sang pemburu itu adalah suara pasangannya. Sang pemburu kembali naik ke atas pohon. Dasar pemburu cerdik dan peniup seruling yang handal. Ia tiup serulingnya meniru geraman seekor beruang. Borerong, borerong, borerong….! Harimau itu ketakutan, lalu mengambil langkah seribu. Ia bersembunyi di semak-semak yang lebat. Sekali lagi, sang pemburu mengucap syukur. Ia tersenyumsenyum menuruni pohon tempatnya menyelamatkan diri. Lalu menyeret rusa hasil buruannya. Namun sial! Tiba-tiba dari semak-semak muncul beruang sungguhan. Betapa terkejutnya sang pemburu! Ia berlari sekencang-kencangnya. Ia tidak balik ke pohon, tetapi langsung pulang. Di rumah, ia tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Ia tidak memikirkan serulingnya yang ditinggalkannya di hutan. Dan ia pun tak pernah berpikir untuk menjadi pemburu lagi. (Cina)

Griya

Memiliki taman yang indah di rumah tentu menjadi impian setiap orang. Banyak pilihan yang bisa dilakukan untuk memperindah taman, mulai dari pemilihan tanaman, bentuk desain taman, hingga penambahan aksesori pada taman, seperti penambahan patung, lampu hias, atau kolam.

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Hadirkan Elemen Air dengan Kolam Air Mancur

S

alah satu elemen yang sering dihadirkan adalah elemen air. Unsur air banyak memiliki peran sebagai pembentuk suasana. Selain memberi efek mendinginkan dan menyejukkan melalui kehadiran air dan udara di sekitarnya, air juga dapat memberikan ketenangan karena bunyi gemericik yang ditimbulkan air terasa berada di alam bebas. Kehadiran elemen air dalam

17

taman ini bisa beragam rupa. Baik itu berupa tanaman air, kolam, atau pun air mancur.

Biasanya, aliran air sungai dan mata air di alam menginspirasi pembuatan taman. Konsepnya

disesuaikan dengan luasan ruang yang tersedia, gaya taman dan bangunan serta keinginan dan

Beragam motif kolam air mancur dari bahan kaca

suasana yang akan dibentuk. Biasanya lagi, kolam dilengkapi dengan pola permainan air yang tampil dalam beragan rupa. Saat ini, masyarakat khususnya di Bali lebih banyak memilih mengaplikasikan kolam air mancur jadi, karena lebih simpel dan praktis. Karena, kolam air mancur ini sudah banyak tersedia di pasaran. Malahan kini sudah banyak pilihan desainnya. Ada yang terbuat dari batu, beton, kaca, dll. dengan berbagai macam motif. Salah satu desain kolam air mancur koleksi Sari Ananta di kawasan Jalan By Pass Ngurah Rai Sanur menawarkan kolam batu yang dikombinasikan dengan kaca. Ada beragam motif yang ditawarkan di antaranya motif Buddha, bambu, bawah laut, flora fauna, dll. Konsumen tinggal memilih motif yang sesuai dengan seleranya. (Inten Indrawati)


18

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Warga Binaan Lapas Kelas IIB Singaraja

Terima Remisi Kemerdekaan

Memperingati HUT Kemerdekaan RI Ke 72, tentu setiap warga Negara Indonesia berhak ikut serta merayakan hari kemerdekaan ini. Masyarakat bersukacita merayakan kembali hari kemerdekaan dengan berbagai cara. Tidak terkecuali juga warga binaan Lembaga Permasyarakatan. Sebanyak 52 narapidana binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Singaraja pada HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 tahun 2017 ini menerima remisi atau potongan masa tahanan. Remisi ini diberikan pada saat Upacara Bendera HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72 di Halaman LP Kelas IIB Singaraja, Kamis (17/8). Berindak sebagai inspektur upacara pada Upacara di LP Kelas IIB Singaraja ini adalah Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG. Wabup Sutjidra juga berkesempatan menyerahkan secara simbolis remisi umum kemerdekaan dan juga mengunjungi para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) baik itu tahanan maupun narapidana di Lapas Kelas IIB Singaraja. Ditemui usai upacara, Kepala Lapas (Kalapas) IIB Singaraja, Edi Cahyono menjelaskan dari 52 narapidana yang menerima remisi, seba­ nyak lima narapidana langsung bebas. Sedangkan, untuk 47 narapidana lainnya menerima potongan masa hukuman. Ada banyak persyaratan dan pertimbangan dalam mengusulkan narapidana yang akan men­ dapatkan remisi. Kegiatan narapidana, ketaatan dan interaksinya setiap hari di Lapas menjadi pertimbangan utama untuk pengajuan narapidana yang akan mendapatkan remisi. “Pertimbangan dan persyaratannya ba­ nyak untuk mengajukan seorang narapidana bisa mendapatkan remisi,” jelasnya. Berbagai upaya dilakukan Lapas khususnya Lapas Kelas IIB Singaraja umtuk menjadikan para WBP ataupun penghuni Lapas bisa diterima dengan baik dan berkelakuan baik di masyarakat nantinya setelah bebas. Salah satunya adalah pembimbingan agama yang terus dilakuan di dalam Lapas sesuai dengan keyakinan para narapidana. Selain itu, pihak Lapas Kelas IIB Singaraja membekali para WBP keterampilan. “Pembimbingan agama dan keterampilan terus kita lakukan. Untuk keterampilan, ada tiga paket keterampilan dari BLK Buleleng yaitu perbaikan elektronik, menjahit, dan penyambungan alat-alat elektronik,” ujar Edi Cahyono. Sementara itu, Wabup Sutjidra mengungkapkan rasa kagumnya terhadap nuansa lain di dalam Lapas Kelas IIB Singaraja. Nuansa tersebut mulai dari penataan, upacaranya hingga ada sentuhan-sentuhan seni dari WBP di Lapas Kelas IIB Singaraja. Sentuhan seni tersebut adalah dengan ditampilkannya seni tari tradisional Bali sebelum upacara. “Hal ini sangat positif. Bagaimana WBP bisa lebih kearah yang positif dan nantinya bisa kembali ke masyarakat,” ungkapnya. Dirinya juga berharap kepada para WBP untuk tidak mengulangi perbuatan melanggar hukum yang menyebabkan mereka dibina di Lapas ini. Para narapidana yang akan bebas juga diharapkan agar dapat ber­ interaksi antara keluarga dan masyarakat sehingga bisa diterima dengan baik. Keterampilan juga harus ditingkatkan agar memiliki modal nantinya dalam bekerja. “Kita harapkan hal-hal yang positif bisa dilakukan WBP disini agar tidak kembali lagi ke Lapas,” tandas Sutjidra.(Wiwin Meliana)

Wabup Sutijdra memberikan secara simbolik remisi kemerdekaan kepada warga binaan lapas kelas II B Singaraja

Pameran Pembangunan Ajang Promosi Produk UMKM Serangkaian menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI ke 72, berbagai kegiatan dilakukan oleh Pemkab Buleleng. Sukses menggelar lomba gerak jalan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme, Pemkab Buleleng juga menggelar Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat. Ajang tahunan ini digelar di Lapangan Bhuana Patra Singaraja selama 14 hari dari tanggal 14 sampai dengan 27 Agustus 2017 mendatang.

Wabup Sutijdra meninjau stan yang ada di pameran pembangunan.

P

ameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat ini sudah menjadi tradisi di Buleleng dan selalu dinantikan oleh masyarakat Buleleng. Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG saat ditemui usai membuka secara resmi Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat, Senin (14/8) malam. Wakil Bupati Buleleng asal Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan ini menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu tradisi di Buleleng guna menyambut HUT Proklamasi Kemerdekaan RI.

Kali ini, dalam ajang tahunan ini lebih mengedepankan produk yang dihasilkan oleh Usaha Kecil Mikro dan Menengah. Selain itu pula dimanfaatkan sebagai wahana untuk mensosialisasikan program dan hasil-hasil pembangunan yang telah dicapai oleh Pemkab Buleleng. Dalam kegiatan ini terdapat pameran-pameran pembangunan yang diikuti oleh masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan para pelaku-pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM). “Pameran pembangunan dan juga hiburan rakyat ini merupakan sebuah tradisi di Buleleng untuk menyambut HUT Prokla-

masi kemerdekaan setiap tahunnya,” jelas Wabup SUtjidra. Pada pameran pembangunan dan hiburan rakyat ini terdapat pula stanstan UKM baik itu usaha kerajinan, busana, dan kuliner. Melalui media ini juga mereka dapat langsung mempromosikan usaha mereka selama dua minggu ke depan. Masyarakat pun bisa melihat-lihat ataupun membeli hasilhasil dari UKM tersebut. “Pameran pembangunan ini juga memberikan kesempatan bagi para pelaku UKM untuk mempromosikan hasil usaha mereka,” ujar Sutjidra. Pada pembukaan ini, Wabup Sutjidra berkesempatan untuk berkeliling meninjau stan-stan yang ada. Dirinya menambahkan potensipotensi yang ada di Buleleng sudah dipamerkan disini seperti ikan yang ditampilkan Dinas Perikanan dan juga produk-produk pertanian lokal Buleleng. Selain itu, potensi UKM juga sangat besar di Buleleng seperti kerajinan yang juga dibina oleh Dinas Sosial. “Semuanya ada di pameran pembangunan ini. Kita akan terus promosikan hal tersebut selain juga ada hiburan rakyat seperti keseniankesenian tradisional. Mudah-mudahan masyarakat menikmati acara ini,” tandas Sutjidra. Pameran Pembangunan dan Hiburan Rakyat ini akan berlangsung selama dua minggu dari tanggal 14 Agustus sampai dengan 27 Agustus 2017. Untuk pameran pembangunan diikuti oleh 33 peserta yang terdiri dari 18 OPD dan 15 peserta dari unsur BUMD, BUMN, Swasta, dan UMKM yang secara keseluruhan tergabung ke dalam 40 stan. (Wiwin Meliana)

Dinas Kebudayaan Gagas Pembangunan Museum Sunda Kecil Pelabuhan Buleleng di Kota Singaraja pernah mengalami masa kejayaan hingga tahun 1950an. Kala itu, Pelabuhan Buleleng menjadi pintu utama Bali sejak masa pendudukan Belanda hingga menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil. Di zaman pendudukan Belanda, pelabuhan itu dipakai untuk bongkar muat barang dan juga kapal pesiar asing yang membawa wisatawan menikmati Pulau Dewata. Saat itulah pamor pantai utara mengalami zaman keemasan. Tapi saat ini nama besar Pelabuhan Buleleng nyaris tak berbekas. Bekas kantor kepabeanan sudah berubah fungsi. Sementara bangunan tua lainnya pun sudah menjadi sebuah gedung pertemuan, ketika Buleleng menjadi sasaran penyelenggara IMACO. Memang sudah cerita usang yang hanya ”terkunci rapat” di sejumlah literatur serta mulut- mulut pelaku sejarah yang usianya menjelang senja. Menarik secara historis, membuat Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng berencana melaksanakan kegiatan revitalisasi Museum Sunda Kecil di Kabupaten Buleleng. Rencana tersebut disambut baik oleh Kepala Dinas Kebudayaan Buleleng, Putu Tastra Wijaya. Menurutnya Buleleng diberikan kesempatan untuk membangun museum Sunda Kecil di kawasan Eks. Pelabuhan Buleleng. “Kami sangat bersyukur diberi kesempatan dan tentu segera akan kami tindak lanjuti,” ungkapnya. Tastra menjelaskan, rencana pembangunan museum itu masih terkendala tempat, sebab bangunan yang rencananya digunakan sebagai museum masih ditempati oleh Dinas Perkimta.

Jembatan peninggalan Belanda di eks Pelabuhan Buleleng

Atas kondisi tersebut, pihaknya telah mencari jalan keluar dengan berkoordinasi langsung kepada Bupati Buleleng. Menurutnya solusi yang diberikan oleh Bupati dengan memindahkan OPD tesebut dengan opsi dipindahkan ke Rumah Jabatan Ketua DPRD atau ke SMP Negeri 1 Singaraja. “Ya kami sudah koordinasikan juga dengan Perkimta, mereka setuju asalkan sudah disediakan tempat lain,” imbuhnya. Museum Sunda Kecil direncankan dapat terealisasi tahun depan, bahkan dalam waktu dekat pihak pusat akan berkunjung ke Buleleng untuk meninjau kesiapan Buleleng dalam penyedian lokasi museum. Jika dibanding dengan museum Buleleng, museum Sunda Kecil akan menyimpan benda-benda yang lebih spesifik. Tidak hanya benda, bahkan gambar-gambar, buku serta cerita tentang Buleleng yang pernah menjadi pusat pemerintahan di Bali juga turut

menjadi koleksinya. “Koleksi museum Sunda Kecil akan lebih spesifik tentu yang hanya berkaitan dengan sejarah Sunda Kecil,” tambahnya. Sementara itu, untuk melengkapi koleksi museum, Tastra mengungkapkan telah berkoordinasi dengan masyarakat Buleleng yang selama ini menyimpan benda dan barang peninggalan sejarah Sunda Kecil. Dengan pendekatan humanis, ia yakin masyarakat mau meyumbangkan benda sejarahnya untuk menambahkan koleksi museum. Bahkan dirinya juga telah menjalin kerjasama dengan beberapa museum di Belanda untuk mengembalikan benda-benda sejarah Sunda Kecil yang terdapat di sana. “Beberapa museum di Belanda ada yang telah bangkrut, mereka bersedia mengembalikan benda-benda sejarah itu asalkan kita di Buleleng sudah ada tempat yang layak,” ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Life Story

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

7

Sama-sama Salah, Sama-sama Introspeksi Hubungan antara Hayati (50) dengan suaminya Agustinus (52) masih terlihat kaku. Di tengah kawan-kawannya, mereka seperti merasa kurang nyaman. Tentu saja hal ini terjadi mengingat beberapa tahun yang lalu, sebuah peristiwa memalukan sempat menerjang hubungan pernikahan mereka.

D

i mata kawankawannya, pernikahan Hayati dan Agustinus sesungguhnya kala itu sudah sulit untuk diselamatkan, ketika Agustinus memergoki istrinya berselingkuh di dalam rumahnya sendiri. Sungguh menyakitkan bagi Agustinus ketika dengan mata kepalanya sendiri ia memergoki istrinya bermesraan dengan laki-laki lain, tetangga pula, di rumah mereka pula dan ironinya Agustinus memang sengaja menjebak istrinya karena sudah curiga akan hubungan terlarang istrinya itu. “Sekitar dua bulan Agustinus mencurigai istrinya dan ia mengamati gerak-geriknya teru-

tama ketika bertegur sapa dengan tetangganya itu (selingkuhannya),” ujar Tara, kawan Agustinus. Maka di hari yang memalukan itu, ketika Agustinus berpura-pura akan ke luar kota, Hayati melancarkan aksi selingkuh itu. Agustinus meninggalkan rumah dengan cara yang baik diantar oleh Hayati hingga pintu gerbang. Satu jam berlalu, rupanya sang selingkuhan sudah datang bertamu dan entah apa yang mereka lakukan. Hingga dua jam kemudian, Agustinus duduk di teras rumah mereka tidak tahu harus berbuat apa-apa. “Dia diam dan menunduk, tidak harus bilang apa,” kata Tara yang hari itu ikut menemani Agustinus pulang.

Tak lama berselang, Hayati keluar bermaksud mengantar selingkuhannya itu. Betapa kagetnya Hayati ketika yang ditemuinya adalah suaminya sedang duduk di teras rumah mereka. “Saya melihat dari jauh, wajar jika Agustinus marah besar lalu memukul selingkuhan istrinya yang pegawai kantoran itu. Setelah itu Agustinus membawa istrinya ke dalam rumah dan melampiaskan kekesalannya. Hayati hanya bisa menangis,” kata Tara. Mereka bertengkar hebat sehingga mengundang para tetangga di kompleks tempat mereka tinggal di salah satu kabupaten di Pulau Sumbawa. Setelah itu Agustinus pergi meninggalkan rumah yang telah disesaki oleh intipan para tetangga yang ingin tahu keributan tersebut. “Tanpa diceritakan, para tetangganya itu rupanya telah tahu permasalahannya,” kata Tara yang kemudian membawa Agustinus pergi. Ia menenangkan sahabatnya yang berada dalam kondisi hati yang kacau balau itu. Beberapa hari Agustinus tidak pulang ke rumah hingga akhirnya seminggu kemudian ia kembali. Tapi ia sama sekali tidak mau menyentuh istrinya.

Kabar perpisahan mereka pun santer beredar. Berbulanbulan hubungan mereka menjadi sangat dingin, tidak bertegur sapa meski mereka tinggal dalam satu rumah. Empat anak mereka merasakan ketidaknyamanan atas situasi itu. Suatu hari Hayati pernah bercerita tentang situasi rumah tangganya itu. Ia merasa perkawinannya dalam posisi digantung oleh suaminya. “Dicerai tidak, suami istri juga rasanya tidak,” kata Hayati. Hayati merasa suaminya menjadi begitu kasar. Bicara seenaknya, bahkan tidak jarang ia mengumpat Hayati sebagai perempuan kotor. Namun Hayati mengaku menerima semua itu meski ia juga sangat marah pada suaminya. “Saya melakukan itu (berselingkuh) karena 10 tahun saya menderita akibat perselingkuhan dia dengan perempuan lain. Sudah cukup sabar saya menghadapinya. Dia seperti orang suci jika memperlakukan saya yang dianggapnya hina,” kata Hayati menangis. Hayati mendapatkan perlakuan kasar hampir setiap kali. “Kalau tidak kasar mulutnya, pasti dia menyakiti saya secara fisik,” ujar Hayati yang tidak har-

Hidup harus Diperjuangkan

Dengan wajah tertunduk, Mardin (55) datang ke rumah mantan istrinya. Berpakaian rapi hari itu Mardin terpaksa harus menginjakkan kakinya kembali di rumah yang pernah mereka tinggali bersama selama lebih dari 20 tahun. Namun, perpisah­ an membuat Mardin harus meninggalkan rumah tersebut sejak tujuh tahun lalu. Itulah hari pertama Mardin datang ke rumah tersebut sejak tujuh tahun yang lalu. Mardin terlihat asing ketika tiba di depan pintu gerbang rumah yang telah direnovasi menjadi jauh lebih mewah dari sebelum ia tinggalkan. Ia canggung, namun Mardin harus masuk ke rumah tersebut untuk bertemu dengan mantan istri dan anak-anaknya. Hari itu adalah peristiwa penting dalam hidupnya. Setelah dua kali pernikahan anak lelakinya ia tidak pernah dilibatkan, hari itu ia dilibatkan untuk membicarakan (ikut musyawarah) untuk pernikahan anak perempuannya yang hendak menikah sebulan lagi. “Karena Mardin akan menjadi wali nikah bagi putrinya, makanya kali ini ia dilibatkan,” ujar Rini, mantan adik iparnya. Selama proses musyawarah itu, Mardin memang memilih le­bih banyak diam dan mencoba untuk menerima semua keputusan yang diambil dalam musyawarah tersebut. Memang perpisahan mereka tujuh tahun yang lalu sempat membuat ketegangan yang amat sangat di antara ia dan istrinya. Kehidupan

lepas kendali sempat hinggap dalam kehidupan Mardin ketika masih bersama mantan istrinya itu. Semua itu diladeni oleh istrinya dengan kesabaran yang tinggi. Istrinya selalu mencoba memahami segala kekurangan yang dimiliki Mardin yang melepas pekerjaan tetapnya yang kala itu sudah mapan. Ia bergantung pada istrinya yang pengusaha sukses. “Apa pun yang dilakukan Mas Mardin waktu itu, selalu didukung oleh kakak saya. Bahkan berkali-kali modal usaha selalu diberikan namun sekian kali itu juga gagal karena Mas Mardin terlihat tidak punya usaha yang keras,” kata Rini yang merupakan adik kandung mantan istri Mardin. Puncak dari semua kekesalan itu, istrinya minta bercerai dan sejak itu semua berakhir. tkh/net Mardin keluar dari rumah tersebut dan meninggalkan keempat anak mereka. Sejak itu komunikasi benar-benar ditutup oleh mantan istrinya itu. Bahkan anak-anak mereka juga jarang berkomunikasi dengannya. Mardin sempat terpuruk hingga ia menemukan seorang wanita yang akhirnya membuatnya sadar bahwa hidup itu harus diperjuangkan. Ia kemudian menikah dan berubah total menjadi seorang lakilaki yang bertanggung jawab meski secara ekonomi kehidupannya biasa-biasa saja. Ia mau mengerjakan apa saja untuk membiayai kehidupannya bersama istri dan anak-anaknya. Mardin tampak sayang dan perhatian pada istri dan anak-anaknya. Sangat berbeda dengan Mardin yang dulu yang relatif kurang memperhatikan istri dan anak-anaknya. Perubahan baik inilah yang membuat kini hubungan Mardin dengan anak-anaknya dari pernikahannya yang terdahulu menjadi makin baik. Hari itu, alangkah bahagianya Mardin mendapati keempat anaknya satu persatu menyambut kedatangannya dan mencium tangan juga pipinya. Terlihat wajah Mardin terharu bahagia. Ia memeluk anak-anaknya itu satu persatu dalam kasih sayang seorang ayah. Pelajaran itu, tentu saja menjadi bagian dari pengembaraan hidup Mardin yang kini telah memiliki enam orang anak. “Kami senang kini hubungan Mas Mardin dengan anak-anaknya terus membaik,” kata Rini. (Naniek I. Taufan)

us bagaimana bersikap terhadap suaminya itu. Ia terlihat lebih pasrah karena untuk meminta cerai pun ia kebingungan. Bahkan yang lebih menyakitkan adalah ketika berhubungan suaminya itu memperlakukannya tidak semestinya seperti seorang istri. “Saya rasanya seperti pelacur,” katanya. Tiap hari rumah mereka terasa seperti neraka. Pertengkaran dan saling teriak antara Hayati dan Agustinus terdengar nyaris sepanjang waktu. Sumpah serapah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Agustinus bahkan tidak segan mengumpat istrinya meski ketika ada kawan mereka bertamu ke rumahnya. Sampailah titik balik itu datang. “Saya hamil,” kata Hayati. Meski begitu sikap Agustinus belum berubah. Dalam kondisi hamil, Hayati masih menerima perlakuan tidak baik dari suaminya itu. “Saya mencoba memakluminya,” ujarnya. Hingga akhirnya Hayati melahirkan anak perempuan yang sesungguhnya anak yang sangat dinanti oleh suaminya itu. Sebelumnya mereka telah memiliki empat anak laki-laki semua. Seharusnya Agustinus bahagia memiliki anak perempuan. Tapi rupanya tidak begitu. Ia terlihat cuek saja ketika Hayati hendak melahirkan. Mungkin karena lama ditangani dan selama hamil kondisi psikologi Hayati tidak baik, anak ke lima mereka itu meninggal beberapa saat setelah dilahirkan. Keadaan tetap tidak berubah. Sampai pada kehamilan Hayati berikutnya, ia melahirkan namun bayi perempuan itu juga meninggal justru beberapa saat sebelum dilahirkan. “Saya melihat suaminya saya sedih kali itu,” katanya. Hingga kemudian Hayati hamil lagi dan suaminya itu mulai berubah. “Dia sedikit demi sedikit mulai memperhatikan saya,” kata Hayati. Sampai di hari Hayati melahirkan anak perempuan sebagai anak ke tujuh mereka perubahan sikap Agustinus mulai membaik. Di samping karena Hayati terus menerus meminta maaf atas apa yang sudah terjadi, Agustinus juga kelihatan sangat bahagia bisa memiliki anak perempuan. “Dia sayang sekali pada Ayu (anak perempuan mereka),” kata Hayati. Di sanalah hubungan mereka kembali membaik hingga saat itu. Rasa bersalah keduanya membuat Hayati dan Agustinus sama-sama melakukan instropeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan di masa lalu. Kini mereka hidup bahagia dengan kelima anak mereka. Peristiwa itu menjadi pelajaran yang sangat berarti bagi keduanya. Beruntungnya mereka mampu mempertahankan dan menyelamatkan pernikahan yang sudah dibangun sejak 25 tahun itu. (Naniek I. Taufan)


6

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Bekerja sambil jalanjalan dan menikmati apa yang kita senangi merupakan salah satu cara membuat kita nyaman. Hal inilah yang dilakoni Luh Made Winda Mahyuni, M.A., Marketing & Communication Head – Beachwalk Shopping Center.

P

erempuan yang akrab disapa Winda ini menuturkan dirinya memiliki passion di dunia mal. Setelah menyelesaian pendidikan S2 di London Metropolitan University – London, Inggris, jurusan International Marketing, ia bekerja di Senayan City, Jakarta. Kiprahnya diawali dari Bussiness Development lalu Marketing hingga Government Relations. “Dari pekerjaan itu saya bisa keluar-masuk

Woman on Top Luh Made Winda Mahyuni, M.A.

“Beachwalk is My Passion” Istana Negara,” kenang putri kedua pasangan Prof. DR. dr. Made Wiryana Sp.AN.KIC-Ketut Nilawati ini. Awal tahun 2014, Winda pulang kampung setelah sekian lama merantau. Ia menjadi bagian dari tim pre opening Sofitel Nusa Dua. Mulai Agustus 2014 ini masuk ke Beachwalk Shopping Centre. “Saya melihat ada sesuatu yang berbeda dengan Beachwalk. Ritme kerjanya dinamis. Memang perlu waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja baru. Tetapi, setelah dijalani, saya menemukan Beachwalk is my passions. Tempat kerja sambil belanja,” ungkap penyuka travelling dan kuliner ini.

Winda bersama tim Marketing & Communication Head – Beachwalk Shopping Center.

Ia menuturkan seorang marketing communication shopping mall, harus mampu memposisikan diri sebagai customer. Harus bisa melihat shopping mall secara objektif, apa saja yang perlu di-improve dan dimodifikasi. Dari posisinya saat ini, Winda bertanggung jawab untuk urusan commercial, event, marketing communications, dan travel industry. Walaupun dari sisi usia ia masih muda, namun Winda tak merasa risau. Baginya semua bisa disiasati dengan kerja profesional dan menunjukkan prestasi. Winda memiliki strategi untuk menekuni pekerjaannya. Saling transfer energi ke tim membuat mereka menjadi kuat. Konsep keharmonisan yang berbasis Tri Hita Karana juga menjadi pedomannya. “Saya berusaha mengharmoniskan hubungan dengan Tuhan dengan cara sembahyang, keharmoni­ san dengan sesama manusia dengan saling mendukung agar bisa meraih hasil maksimal, dan keharmonisan de­ ngan lingkungan. Semua ini ajaran dari orangtua,” ujarnya seraya mengatakan orangtuanya sangat demokratis dan membiarkan anak-anak memilih sendiri bidang yang ingin ditekuni. Adik dari dr. Luh Putu Dina Wahyuni Sp.KK ini mengaku ritme pekerjaan yang dinamis kadang membuatnya mengalami kejenuhan. Aktivitasnya ketika mengalami kejenuhan antara lain keluar area kantor, lalu ke area shopping Beachwalk, untuk lihat–lihat dan belanja. Kadang Winda pergi ke kafe yang tidak banyak dikunjungi orang. “Nongkrong bersama laptop.

hagia karena semasa muda mampu berkarya sehingga saat ini karyanya masih dikenang. “Saya tidak per­ nah menyangka bahwa masih ada penggemar Endang dan Ratih sampai saat ini, dan saya begitu senang bisa mengenal ibu Luh dan bisa mengenal Singaraja,” ucap Endang yang baru pertama datang ke Singaraja ini. Bah­ kan kedatangannya ke Singaraja juga untuk belajar banyak hal, salah satu soal bisnis dari Luh Kerthianing. Sementara itu, adiknya, Ratih Purwasih yang juga turut serta datang ke Singaraja mengaku be­ gitu terpesona dengan keindahan yang ada di Singaraja. Berbeda dengan sang kakak, Ratih sudah berkunjung beberapa kali ke Bali, hanya saja ini baru pertama kali ia datang ke Sinagaraja. Menurutnya, Singaraja merupakan kota kecil yang menawarkan berbagai objek wisata modern namun tetap tidak meninggalkan budayanya. “Singaraja ini sudah sangat maju, gak beda jauh dengan Denpasar. Budayanya masih kental dan orang-oranya juga ramah,” jelasnya. Sama dengan sang kakak, Ratih juga sempat menemui para penggemarnya di Singaraja, bahkan beberapa hari di Singaraja mereka khusus meluang waktu un­ tuk menghibur para penggemar dengan bernyanyi bersama di ke­ diaman Luh Kerthianing sebelum kembali ke Jakarta. Endang dan Ratih, keduanya mengenal sosok Luh Kerthianing karena sama-sama akan mengisi

Winda Mahyuni

Endang S. Taurina, Ratih Purwasih, Jhony, Luh Kerthianing bersama Suami

acara dalam pagelaran akbar Aku Indonesia, 20 Agustus 2017. Menu­ rut Endang, sosok Luh Kerthianing merupakan perempuan daerah hebat yang memiliki jiwa sosial tinggi. selain itu, ia menegaskan sebagai salah satu putri daerah

Luh Kerthianing memang layak menjadi panutan di masyarakat. Senada dengan hal tersebut Ratih Purwasih juga memberi pengakuan yang sama bahwa banyak pelajaran yang ia dapat dari seorang Luh Kerthianing. Kesederhanaan dan

Hetty Palestina Yunani

19

Nongkrong di Angkringan Semar Gresik Ada yang menarik di Angkringan Semar Gresik. Tongkrongan segala usia ini menonjolkan budaya. Seperti yang dilakukan M. Zainudin Fanani, yang membuka angkringan itu sejak 1 tahun lalu. Usaha milik pria kelahiran Gresik, 2 September 1982, ini mengangkat tema budaya Indonesia. Mulai dari menu, desain bangunan, hingga acara hiburannya.

I need me time,” tegasnya. Ke depannya, Winda punya impian menjadikan Beachwalk sebagai benchmarking mall di level nasional maupun internasional. Selama ini mal yang berada di Jalan Pantai Kuta ini memiliki banyak gerai brand-brand terkenal. Pengembangan akan terus dilakukan dengan menambah beberapa fasilitas. Saat liburan, Winda memilih bepergian bersama sahabat atau keluarga. Di Bali, pilihan berliburnya ke Ubud. Kalau ke luar negeri, ia memilih Singa­ pura. “Saya jalan-jalan ke Singa­pura sekalian survei, apa yang baru di mal-mal Singapura. Kalau cocok, ya diterapkan. Kultur di Bali dan Singapura kan beda, jadi tidak semua hal bisa diterapkan,” imbuh perempuan yang menjadikan coklat sebagai kuliner favoritnya. (Ngurah Budi)

Endang S. Taurina dan Ratih Purwasih Kunjungi Penggemar di Singaraja Bagai pinang dibelah dua. Ung­ kapan itulah yang dapat menggam­ barkan sosok kakak beradik Endang S. Taurina dan Ratih Purwasih. Selain memiliki wajah yang begitu mirip dan perawakan mungil, kedua pe­ nyanyi legendaris ini sama-sama per­ nah menggebrak dunia permusikan Indonesia dengan lagu-lagu hitsnya. Penyanyi yang tenar di era 1980an ini kini memang lebih banyak meng­ ahabiskan waktu dengan keluarga dan bisnisnya. Di usianya yang tidak lagi muda, mereka tidak terlalu fokus lagi dalam dunia tarik suara. Lama tidak terlihat dilayar kaca, tidak membuat mereka kehilangan para penggear bahkan membuat para penggemar merindukan mereka bernyanyi kembali. Terbukti, be­ berapa kali mereka berangkat ke luar nege­ri seperti Singapura, Malaysia, dan Brunnei untuk menemui pengge­ mar yang ada di sana. Pada kesem­ patan itulah mereka gunakan untuk menggelar show secara off air. Penggemar Endang dan Ratih rupanya tidak hanya di luar, di Indonesia pun keduanya masih memiliki penggemar setia. Beberapa waktu lalu, kedua kakak beradik ini berkunjung ke Singaraja untuk menyapa para pencinta lagu lawas khususnya lagu-lagu yang sempat mereka populerkan. Ditemui di kediaman Luh Ker­ thianing, di Garden Villa Residence Singaraja, Endang mengaku sangat bersyukur memiliki penggemar yang amat mencintainya. Ia merasa ba­

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

keiklasan merupakan dua hal yang ia dapatkan setelah mengenal pebis­ nis asal Singaraja tersebut. “Banyak hal yang kami pelajari dari Bu Luh, beliau juga kami jadikan motivasi untuk lebih baik lagi ke depannya,” pungkasnya. -win

Makin Konsisten dan Matang Sosok perempuan ini tangguh, gigih memperjuangkan impian, bergelut dalam seni dan dunia jurnalistik. Ia adalah Hetty Palestina Yunani, perempuan anggun, simpel, bertalenta luar biasa. Hampir separuh usia, wanita cantik ini menuangkan rona hidup dalam tiap tulisan juga lukisan indah. Kecintaannya pada seni ia awali sedari kecil. Menulis adalah dunianya. Bagai dua hal tak terpisahkan. Saat dijumpai di ulang tahunnya yang ke-41, perempuan kelahiran 15 Agustus tersebut mengaku makin matang dan konsisten. “Seperti ungkapan pepatah, life begin at fourty (hidup dimulai sejak usia empat puluh), nyatanya benar. Karena di umur tengah-tengah, kematangan secara alamiah muncul dengan sendirinya,” kata penggemar travelling tersebut. Tak mau menyiakan kesempatan, Hetty memilih meneruskan rencana hidup yang telah ia susun sedemikian rupa sejak tahun lalu. “Aku sudah tahu, kemarin di usia empat puluh ini mau apa, karena itu aku mau konsisten. Karena di usia ini, secara alamiah dan biologis mendorong untuk memilih sesuatu yang tetap, meneruskan atau memulai,” tuturnya seraya tersenyum. Waktu dan pengalaman juga melatih semakin bijaksana. Harapannya tak jauh dari impiannya selama ini. Menjadi jurnalis inde-

penden, yang menggabungkan konsep media dan seni. Pergumulan dengan banyak seniman membuat Hetty mampu menyerap seni layaknya makanan lezat yang ia suka. Sedangkan jurnalistik seolah mesin jahit, gabungan potensi bahan unik di sekitarnya. Dua puluh tahun sudah ia cukup kenyang menikmati profesi ini, namun tak cukup membuat Hetty puas. Ia pun memutuskan menjadi pewarta lepas, menduduki posisi redaktur di Padmagz dan mengelola Little Sun Art & Media Management sebagai Chief Executive Officer (CEO), di sela kesibukannya menjadi dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tujuh Belas Agustus 1945 (Untag), Surabaya. “Suatu keberuntungan berada di dunia jurnalistik selama 20 tahun terakhir ini, jangan hanya memimpikan tapi wujudkan menjadi nyata,” ucapnya penuh syukur. (Lely)

S

ekarang ini nongkrong bagai budaya di kalangan masyarakat. Tak sedikit orang membuka lahan untuk sarana berkumpul bersama keluarga dan sahabat. Kedai itu menyediakan berbagai fasilitas. Diantaranya, wifi, televisi, dan stop kontak di tiap meja. Menurut seorang pengunjung, angkringan ini tempatnya cukup luas. ‘’Bisa digunakan untuk kumpul-kumpul. Selain free wifi, tempatnya sejuk, karena banyak tumbuhan yang menambah tingkat nyaman,” kata Maya, seorang pengunjung angkringan. Yang menarik, biasanya tempat tongkrongan hanya diguna-

kan untuk anak muda. Tetapi di Angkringan Semar, yang terletak di kawasan Kota Baru Driyorejo Gresik ini juga terlihat anak-anak dan orang tua ikut nongkrong. Angkringan ini terkadang juga menerima pesan tempat untuk acara organisasi, meeting, dan lainnya. Tentang menu, Zainudin Fanani, menyebut sangat beragam. Mulai tradisional sampai modern. Harganya pun terbilang cukup murah. Menurut dia, menu yang paling diminati adalah kopi nusantara. Untuk mengatasi pesaing, ia cukup menjaga kualitas dengan mengembangkan konsep mini café nya. Menyinggung omzet, anak ke

6 dari 8 bersaudara ini menyebut diangka Rp 1.500.000 per hari. Sedangkan saat weekend dua kali lipatnya. Untuk mempertahankan pendapatannya, pria ini memiliki jurus inovasi yang jitu. Misalnya, dengan menampilkan kesenian daerah (macapat) sekaligus modern (band acoustic). Dalam waktu dekat, Zainudin Fanani, yang akrab dipanggil Mbah Semar ini akan membuka cabang angkringan semar ke-2 dengan konsep pujasera. ‘’Ini sengaja kami buat beda. Bila angkringan pertama focus ke budaya. Tetapi, untuk angkringan 2 lebih condong ke pujasera,’’ kata lelaki paruh baya ini. (Aldilla Putri)


20

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

NTB Luncurkan I-Shop

Peringatan detik-detik proklamasi Kemerdekaan ke-72 Republik Indonesia di Nusa Tenggara Barat tahun 2017 ini, juga bersamaan dengan diluncurkannya dua program penguatan pelayanan publik berbasis elektronik, yaitu I-Shop untuk layanan jual beli produk-produk industri kerajinan rakyat dan UMKM yang diinisiasi Dinas Perdagangan NTB serta sistem pembayaran pajak kendaraan secara online, oleh Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA ) NTB.

P

eresmian dua program tersebut, ditandai pelepasan balon ke udara oleh Ketua Tim Penggerak PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi bersama Ketua GOW NTB, Hj. Syamsiah Muh. Amin. Usai menjadi inspektur upacara peringatan detik-detik proklamasi di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, didampingi Wakil Gubernur NTB, H.Muh Amin, SH., M.Si. dan anggota FKPD Provinsi NTB yang juga hadir, Gubernur NTB mengikuti penandatanganan perjanjian kerjasama layanan e-samsat antara Samsat NTB dan Bank NTB tentang pemanfaatan fasilitas layanan transaksi online, di parkir depan gedung Sangkareang Kantor Gubernur. Di tempat itu Gubernur NTB juga berkesempatan menyaksikan simulasi penggunaan aplikasi online dan memeriksa beberapa fasilitas yang ada dalam mobil layanan pajak keliling, dilanjutkan dengan mengunjungi stand I-Shop yang ada di sisi barat Gedung Sangkareang. Di tempat itu Gubernur NTB membeli sejumlah produk UMKM secara online dengan menggunakan I-Shop.com. I-shop NTB, adalah sebuah portal yang dapat dimanfaatkan

para pelaku usaha untuk memasarkan produk barang yang dihasilkan oleh UMKM. Selama ini produk UMKM hanya tersedia di showroom, namun dengan adanya portal ini masyarakat yang ingin mendapatkan suatu produk, cukup dengan mengunjungi portal I-Shop NTB via internet. Rangkaian upacara menandai peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI tahun ini, tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Diawali dengan upacara bendera di lingkungan instansi pemerintah dan swasta pada pukul 7.30 Wita. Gubernur NTB dalam sambutan tertulisnya mengajak seluruh masyarakat Nusa Tenggara Barat untuk mensyukuri nikmat kemerdekaan ini, dengan cara berkomitmen untuk merawat NKRI dan mengisinya dengan berbagai aktivitas pembangunan yang bermanfaat bagi seluruh masyarakat. Dalam kesempatan itu Gubernur NTB juga menyampaikan penghargaannya kepada seluruh

Peluncuran I-Shop NTB

masyarakat yang telah berperan aktif menjaga dan memajukan NTB selama ini. Ia mengakui bahwa keberhasilan NTB meraih

predikat sebagai daerah paling progresif dalam pertumbuhan ekonominya secara nasional. Demikian juga kinerja program

Nine

pengurangan kemisikinan di NTB berhasil mengurangi angka kemiskinan sebesar 1 persen setiap tahun. Padahal di tingkat nasional pengurangan 1 persen kemiskinan membutuhkan waktu lebih dari 5 tahun. Termasuk gini ratio atau ketimpangan di NTB sebesar 0,36 jauh lebih baik dibandingkan kesenjangan pembangunan nasional sebesar 0,40. Kemajuan itu menurut TGB adalah prestasi rakyat NTB. Karenanya, ia berharap semangat dan partisipasi yang baik itu terus dirawat dan ditingkatkan di masa mendatang. Anindia Putri.Siswa kelas XI IPA 5 SMA Negeri 1 Woha Bima dipercaya membawa baki untuk bendera yang akan dikibarkan. (Naniek I. Taufan)

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Komunitas Cinta Kamen Bali

5

Komit Mencintai Budaya dan Berbagi Komunitas Cinta Kamen Bali (KCKB), beranggotakan perempuan Bali berbagai profesi ini kini semakin yakin melangkah bersama dengan selalu menjaga komitmennya terhadap aktivitas yang positif, menginspirasi, menjadi contoh dan teladan masyarakat dalam hal tolerasi, apresiasi pada produk lokal serta selalu siap berbagi untuk sesama.

A

risan bulanan, sharing serta mengumpulkan sumbangan sukarela menjadi agenda rutin bulanan KCKB. Kemudian dilanjutkan dengan komitmennya setiap 3 bulan meneruskan hasil sumbangan yang diperoleh untuk diberikan pada mereka yang memerlukan bantuan dan melaksanakan donor darah. Demikian disampaikan salah seorang penggerak KCKB ,Yoseva Listyati atau lebih dikenal dengan panggilan Mba Eva. “Untuk kegiatan donor darah kali ini, menariknya bertepatan dengan kami merayakan HUT ­ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI tercinta. Makanya disertai semangat dan jiwa nasionalisme yang membuncah anggota KCKB dengan suka cita hadir di Unit Transfusi Darah PMI Provinsi Bali

Bakti sosial di Sukawati, Gianyar

untuk melakukan aksi donor darah yang memang selama ini sudah dilakukan secara berkala,” ujar Mba Eva sembari menyampaikan salah satu prinsip kebersamaan mereka yakni bertemu, belajar dan tidak lupa beramal. Semua kegiatan yang mereka laksanakan tersebut, katanya sudah menjadi kesepakatan seluruh anggota KCKB sejak awal.

Mereka semua siap melakukan kegiatan yang memiliki manfaat dan positif, serta menanamkan kepedulian untuk terus berbagi pada sesama. “KCKB bukan hanya peduli pada Budaya Bali, namun lebih jauh berkeinginan membentuk perempuan Bali yang cinta Budayanya juga gemar berbagi pada sesama. Artinya KCKB mem-branding diri menjadi sosok perempuan yang bukan hanya cantik fisik tapi juga cantik hatinya. Dan, kami meyakini hal ini akan sangat membahagiakan,” ujar Mba Eva menegaskan kembali.. Dikatakannya bahwa kegiatan yang dijalankan KCKB selama ini sangat menghindari hal-hal yang berbau hura -hura atau tidak berguna. Selain itu, KCKB pun telan

KCKB mendukung acara PKB

melaksanakan berbagai kerjasama dan sinergi. Sebab, KCKB juga selalu membuka diri seluas-luasnya untuk bekerjasama dan siap mensupport berbagai pihak terutama untuk kegiatan yang bernuansa Budaya Bali. Beberapa aktivitas yang sudah dilaksanakan selama ini, di antaranya men-support acara di

Menghadiri undangan Pemda Gianyar Pembukaan Kebun Raya Gianyar Kegiatan donor darah rutin setiap 3 bulan

Pertemuan bulanan arisan dan membahas program kegiatan

ajang Pesta Kesenian Bali, terlebih anggota KCKB di PKB tahun ini meraih Juara1 dalam berbagai kategori. Hal ini bukan saja menjadi kebanggaan KCKB, namun sekaligus salah satu bukti dan wujud nyata kepedulian anggota KCKB pada Budaya Bali. Selain itu KCKB, belum lama ini juga hadir mengikuti Fs Festival Yoga serta Fs Festival Pantai Kuta (Kuta Srea Sand land 2017). Sementara untuk terus memupuk kebersamaan dengan jiwa berbagi dan empati, maka kegiatan bakti sosial kali ini dilaksanakan dengan mengunjungi Yayasan The Legong Anak Bangsa di Singapadu Kaler, Sukawati dengan memberikan bantuan yang disesuaikan dengan keberadaan anak-anak yang keterbelakangan mental. Di tengah kegiatan bersama, seluruh anggota KCKB berharap kini di 3 tahun lebih kiprah mereka tetap menjadi wadah perempuan yang selalu menjaga solidaritas, melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, mencintai budaya Bali dalam berbagai bentuk dan selalu ikhlas menjalankan setiap aksi sosialnya sesuai dengan visi dan misi yang mereka usung selama ini. -ard

KCKB mendukung acara Fashion Show Budaya Festival Pantai Kuta


4

Inspirasi

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Sohieb Toyaroja

Lukis Tujuh Presiden Satu Kanvas HARI Jumat, Ibukota Jakarta lebih macet dari hari-hari yang lain, terlebih sore hari. Walhasil, lingkungan Epiwalk, Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan Jumat (11/8) lalu menjadi sulit dijangkau. Terlebih hari itu, pukul 19.00 WIB, dibuka pameran tunggal Lukisan 72 Tokoh dan 7 Presiden, karya Sohieb Toyaroja.

P

ameran yang digelar Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka) itu, bukan sembarang pameran. Tema tokoh pahlawan dan tokoh nasional, adalah pameran akbar pertama di Indonesia. Tidak heran jika sejak sore, area sekitar Epiwalk yang biasanya relatif normal, menjadi sangat sibuk. Pecinta seni rupa, tamu undangan, pejabat negara, dan masyarakat berbaur menghadiri pameran lukisan yang digelar megah di ruang oval ground flood Epiwalk. Tata lampu, serta alunan musik grup Blackout, menyemarakkan suasana sebelum acara secara resmi dibuka. Pelukis Sohieb Toyaroja yang didaulat ke depan, nyaris tak bisa berkata-kata. Tarikan kalimat terucap patah-patah. Sesungguhnya ia menahan haru dan bahagia, kerja kerasnya setahun terakhir akhirnya bisa tergelar dengan begitu megah. Ditambah, rekan-rekan pelukis hadir memberinya semangat dan selamat. Mencermati 72 lukisan tokoh, 7 lukisan presiden, dan 1 lukisan masterpiece, tampak pelukisnya bukanlah pelukis sembarangan. Membutuhkan fokus dan konsistensi tinggi, sehingga dari keseluruhan lukisan berteknik palet itu, memancarkan aura karakter yang sangat kuat, serta pewarnaan yang ajeg. Berbicara lebih jauh dengan Sohieb sang pelukis, terkuaklah satu fakta menarik, bahwa dia ternyata seorang seniman yang gemar melakukan tirakat. Tidak keliru jika Sohieb lahir di Kediri, Jawa Timur. Daerah yang pernah dikutuk Lembu Peteng dan Mahesa Sura karena khianat cinta Dewi Kilisuci yang rupawan. Mitos kutukan dua makhluk sakti berkepala kerbau dan sapi itu, bahkan masih hidup hingga hari ini. Kediri dikutuk menjadi kali, Blitar dikutuk menjadi latar, dan Tulungagung menjadi kedung. Apa boleh buat, pelukis kelahiran 15 Maret 1968 itu, tumbuh dan besar di Kediri, tempat bercokol Gunung Kelud yang kental alam spiritual. Sohieb sendiri tidak menyadari, di darahnya mengalir trah Pangeran Sambernyawa, yang bernama asli

Raden Mas Said. Dialah pendiri Mangkunegaran, setingkat kadipaten agung di bawah Kerajaan Kartasura pada abad ke-17, dan bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Sejarah Pangeran Sambernyawa, sarat dengan kisah pemberontakan, baik terhadap VOC, maupun Kerajaan Kartasura. Kebetulan, Sohieb pun memiliki jiwa pemberontak. Bukan pemberontakan fisik, melainkan pemberontakan jiwa. Wujudnya, kebebasan berekspresi. Sayangnya, kebanyakan orang di sekelilingnya menganggapnya sebagai sikap ‘semau gue’. Contohnya saja sekolah. Sejak sekolah dasar, Sohieb sudah menunjukkan sikap semaunya. Nilai bagus atau buruk atas mata pelajaran, baginya sama saja. Yang ia rasakan, pelajaran menggambar yang jadi pelajaran favoritnya, baginya terasa terlaluamat-sangat sedikit. Tak pelak, di jam pelajaran lain, yang ia lakukan hanya menggambar dan menggambar. Lepas dunia anak, masuk akil balig. Lepas SD, lanjut SMP. Bersamaan dengan itu, pita suara berubah pecah. Suaranya menjadi lebih nge-bass. Fisik tumbuh lebih cepat. Sayang, tingkat kebandelannya pun ikut berubah dan berkembang. Bukan saja makin mengabaikan sekolah, lebih dari itu, Sohieb remaja mulai berkawan dengan rokok, bahkan menggauli alkohol. Satu-satunya kegiatan ‘bermutu’ adalah belajar melukis pada seorang guru. Saat ia belajar melukis itulah, Sohieh menjadi anak yang baik-baik. Keseluruhan pelajaran melukis, dia terima dalam bilangan tujuh kali pertemuan. Setelah itu, guru lukisnya hijrah ke Jakarta. Limbung bukan kepalang. Satu-satunya dunia yang ia minati, mendadak hilang. Lenyap dari kesehariannya. Sohieb yang tak pandai menutupi ekspresi kesedihan, sempat mengundang perhatian sang ibu. Demi mengetahui pokok masalah, ibunya tak kuasa menolak niat Sohieb menyusul gurunya ke Jakarta. Semua restu ibu tercurah kepada putra

Pada 16 Agustus 2017, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. ­Zainul Majdi mengukuhkan anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) yang berasal dari SLTA yang terpilih se-Nusa Tenggara Barat. Pengukuhan yang dilaksanakan di Pendopo Gubernur NTB itu ditandai dengan ­penyematan lencana kepemimpinan oleh Gubernur NTB kepada ­perwakilan pasukan. epala Dinas Pemuda dan Olahr a g a N T B , I r. Husnanidiaty Nurdin, M.M., mengungkapkan bahwa anggota Paskibraka NTB tahun 2017 berjumlah 28 orang. Terdiri dari 15 orang putra dan 13 orang putri berasal dari perwakilan 10 Kabupaten/Kota se-NTB. Mereka telah menjalani proses latihan pemantapan latihan selama 15 hari, mulai dari tanggal 4 sampai dengan 16 Agustus 2017. Sebelumnya, di tempat yang sama, Provinsi NTB juga telah mengirim dua orang wakilnya sebagai anggota Paskibraka di tingkat Nasional, yaitu : Agus Putra Pratama Yudha yang berasal dari SMAN 1 Woha Kabupaten Bima dan Fina Widianingrum dari SMAN 1 Aik Mel, kabupaten Lombok Timur. Agus

Lukisan tujuh presiden karya Sohieb Toyaroja kesayangannya. Lewat arahan sang guru, Sohieb mulai berkarya. Ia benar-benar menerjuni dunia seni rupa sebagai sandaran hidup, sekaligus ekspresi jiwa. Beruntung, sapuan kuas anatomis ia pelajari dengan baik, sehingga di satu sisi, Sohieb bisa mengandalkan kemampuan melukis-wajah sebagai mata pencaharian. Beruntung dia terlahir sebagai manusia berbintang pieces. Di balik karakter ekstrem, pieces dikenal sebagai pribadi yang simpatik, karenanya manusia berbintang pieces dalam keseluruhan hidupnya, sangat akrab dengan yang namanya uluran tangan atau pertolongan orang lain. Sambil menyeruput kopi, Sohieb membenarkan hal itu. “Sebagai pelukis, saya pernah mangkal di Cinere Mall Depok, tanpa dikenakan sewa,” ujar suami dari Neraca Eva Bukit itu. Ada contoh lain, ketika ia sedang makan bersama teman. “Eh.., tiba-tiba ada ibu-ibu menawarkan diri untuk membayarkan pesanan saya, teman saya tidak dibayari, he...he...he....,” ujar pria berambut gondrong ini. ‘RODA TERUS BERPUTAR’ Beberapa tahun sebagai pelukis wajah di mall, Sohieb jenuh. Ia ingin mencoba peruntungan lain. Ia pun menuju Batam. Selain melukis-wajah, ia mulai mengembangkan lukisan lain. Yang menarik, pernah satu periode, Sohieb sangat tidak produktif. Tidak melukis, tidak pameran, tidak juga melakukan hal lain yang bisa mendatangkan uang. “Entah bagaimana, tapi ya tetap makan tiga kali sehari, tetap merokok, dan tidak punya utang. Saya saja heran...,” ujarnya.

Nah, itulah lukisan realis-ekspresif menggunakan palet pertama saya,” tuturnya. Setinggi itukah nilai lukisan “nenek-nenek”, hingga tidak memberi kesempatan kolektor memilikinya? Bagi Sohieb, bukan soal nilai, tetapi lukisan itu memiliki pesan spiritual. Tidak satu pun nalar bisa menjelaskan kisah perempuan renta, menggendong kayu yang begitu berat, menapak bukit menanjak. Anomali. “Biasanya, orang gunung mencari kayu bakar, lalu turun bukit menuju ke pasar untuk menjual. Yang terjadi, nenek itu membawa kayu menaiki bukit, dan menjelang matahari tenggelam. Ketika saya ikuti, tidak ada lagi jejaknya,” papar Sohieb. Beberapa kolektor yang gagal mengoleksi lukisan itu, pernah meminta izin Sohieb untuk bisa meminjam dan memajang lukisan “nenek” di dinding rumahnya, barang sehari-dua. Yang terjadi kemudian, hari ini dibawa, besok sudah diantar kembali ke Sohieb. (Diana Runtu)

Pulang dari Batam, ayah dua orang anak itu kembali ke Cinere, dan melanjutkan hidup di dunia yang sama. Seperti laiknya pelukis, ada kalanya mendapatkan apresiasi atas karyanya, ada kalanya tidak. Sohieb akrab betul dengan istilah ‘roda berputar’ dalam kehidupan. Yang ia rasakan, ketika posisi di bawah, ada saja yang mengulurkan bantuan. “Galeri yang saya tempati di Cinere, itu pemberian orang BNI,” katanya. Begitulah Sohieb. Di sela perjalanan menjadi seorang pelukis, ia juga menapaki perjalanan batin. Ada kebutuhan tertentu untuk mengisi relung hati dan pikiran, dengan ritual. Ia pun mulai bisa menangkap pesan sang paman, yang menjelaskan silsilah keluarga, hingga terhubung satu silsilah yang menghubungkannya dengan Pangeran Sambernyawa. Melukis dan menjalani laku, pada akhirnya memberi warna terhadap corak dan garis lukisan Sohieb. Pameran “The Spiritual Journey” di Kunstkring Art Gallery, Menteng – Jakarta Pusat tahun 2016, bisa dibilang sebagai momentum penting dalam pengembaraan karya pelukis Sohieb Toyaroja. Pameran tunggal yang digelar 15 Maret - 15 April 2016 itu menampilkan 40 karya dengan objek potret tokoh, manusia dengan aktivitasnya, serta sudut-sudut kota tua Indonesia tempo dulu. Sohieb seperti sedang melayangkan pesan kecintaannya terhadap Tanah Air, pesan penghargaan terhadap sejarah pejuang dan perjuangan anak bangsa. Dominasi warna krem, coklat, hitam, dan putih, memberi aksen kuat pada pesan perjalanan spiritualitas Sohieb. Dalam beberapa kesempatan, Sohieb berkali-kali mengungkapkan, tanpa masa lalu tak ada masa kini. “Saya yakin, spirit positif masa lalu bisa menambah energi kehidupan hari ini. Karena itulah saya melukis tokoh-tokoh kita dari era lampau —tanpa meninggalkan yang kini,” kata Sohieb, di tengah kesibukan lahirbatin menyiapkan lukisan-lukisan para tokoh negeri. Sohieb pun mengaku sungguhsungguh mengagumi masa lalu bangsa kita. “Masyarakatnya pemberani, tak kenal menyerah, saling menghormati dan saling menopang, berpikir jauh ke depan demi generasi mendatang. Luar biasa,” urainya. Muncullah suara hati yang menuntunnya melukis para tokoh dengan palet bergaya realis-ekspresif. Metode ini menuntut kejujuran ekspresi serta penjiwaan karakter yang total tanpa mengabaikan detail. Gaya itu memerlukan banyak cat. Cat untuk satu lukisan ala Sohieb ini cukup untuk melukis 20 lukisan model realis yang

Putra Pratama Yudha kemudian terpilih sebagai pengerek bendera pada Upacara Detik-detik Proklamasi RI di Istana Negara, 17 Agustus 2017. Selain dari siswa-siswi, formasi barisan Paskibraka didukung pula oleh Komandan Paskibraka, Pasukan Pengawal dan pasukan pengiring bendera dari Anggota TNI-Polri sejumlah 52 orang. Keberhasilan para siswasiswi SLTA NTB menjadi petugas utama pada peringatan HUT RI di NTB, terutama lagi Paskibraka Nasional itu adalah modal awal dan aset penting untuk menata masa depan sebagai anak bangsa yang berhasil dan berprestasi. Hal tersebut diungkapkan Gubernur NTB saat mengukuhkan Paskibraka NTB beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa menjadi

Sohieb Toyaroja menggunakan kuas! Lukisan-lukisan itu dibingkai dengan pigura berbahan kayu jati yang berumur lebih dari 100 tahun. Ayah dari dua anak: Galih Toyaroja dan Prayuda Rajata itu sangat piawai melukis figur. Maka bukan suatu kebetulan bila dia sangat sempurna melukiskan 72 Tokoh Indonesia dan 7 Presiden RI serta satu lukisan masterpiece. Sudah sejak lima tahun lalu Sohieb ingin melukis tokoh­tokoh Indonesia. Pasca pameran di Kunstkring, ia mulai diwujudkannya, dan pada 2017 berhasil merampungkan 80 lukisan dengan objek 72 tokoh Indonesia, 7 Presiden RI, dan satu lukisan yang menggabungkan sosok Presiden RI pertama hingga ketujuh di atas kanvas berukuran 300 cm x 500 cm yang diberi judul “Obrolan Presiden”. Mengilas balik catatan karya Sohieb, bisa ditapak dari jejak-jejak pameran yang ia lakukan. Beberapa pameran lukisan Sohieb antara lain Indonesia - Amerika (Sari Pan Pacific, 1999), Colour of Life (Hotel Milenium Jakarta, 2007 - 2010), Ancol Art Festival (2007 - 2011), Pameran HIPTA, TIM, Jakarta ArtVenture (2011), Performance Art Indonesia - Malaysia (Batam, 2002), Abstract Today With Agoes Jolly (Galeri Nasional, 2011). Sedangkan Pemeran Tunggal yang digelar adalah In The Name of Flower (Tembi Rumah Budaya, 2012), The Spiritual Journey (Kunstkring Art Gallery, 2015). Dan kali ini, Agustus 2017, ia menggelar pameran 72 Tokoh Indonesia & 7 Presiden RI. Karya Sohieb telah banyak dikoleksi para pecinta senirupa, antara lain Susilo Bambang Yudhoyono, HM Prasetyo, Soetrisno Bachir, Teddi Djuhar, Sudhamek, Erry Sulistio, Budi Karya Sumadi, Saleh Husin, Bur Maras, Tommy Soeharto, Djarot Remelan Suseno, Made Adi Wibawa, dan banyak lagi lainnya, termasuk kolektor asing. (Diana Runtu)

21

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Gubernur NTB Kukuhkan Paskibra K

Misteri Lukisan ‘Nenek-Nenek’ Dari sekian banyak karya yang sudah dilahirkan dan dikoleksi orang, ada satu karya yang ia dedikasikan untuk dirinya sendiri. Beberapa kolektor yang meminati, ditampiknya secara halus. “Ada satu lukisan, judulnya ‘Nenek-nenek’, saya bikin tahun 2000-an. Buat saya tidak sekadar karya, tetapi ada hal lain yang sulit dijelaskan,” tutur Sohieb. Ia lantas mengalirkan sebuah kisah. Bermula dari momentum mudik ke kampung halamannya di Kediri. Suatu hari, tepatnya sore hari, Sohieb memacu kendaraannya ke arah lereng Gunung Kelud. Makin tinggi dataran yang ia rambah, semakin sejuk angin bertiup. Ia pun berhenti di satu warung, sekadar istirahat sambil ngopi dan nyemil penganan tradisional. Pada saat itulah matanya tertumbuk pada satu pemandangan yang membuatnya terpana. Seorang nenek-nenek, menggendong kayu, berjalan menaiki bukit. “Kejadiannya begitu saja. Tapi sampai berhari-hari, bayangan nenek-nenek itu tidak mau hilang, sampai akhirnya saya tuangkan ke kanvas.

Mandalika

anggota paskibraka merupakan cermin keuletan dan kerja keras dari para siswa. “Kalian sebagai Paskibraka adalah hasil dari kerja keras dan menempa diri. Karenanya, kalian pantas untuk itu,” kata Gubernur sembari menyampaikan ucapan selamat dan apresiasinya kepada para orang tua/ wali Paskibraka. “Menurutnya prestasi yang dicapai oleh anak-anak ini tidak terlepas dari peran orangtua dalam mendidik dan menanamkan nilai-nilai yang baik terutama memberikan keteladanan khususnya pendidikan karakter di dalam keluarga,” ujar Gubernur NTB pada kegiatan yang dihadiri oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Provinsi NTB, Wakil Gubernur NTB, Ketua DPRD NTB, Danrem 162 Wira Bhakti, Danlanal Mataram, Danlanud Rembiga. Hadir Pula Wakil Walikota Mataram, Mohan

Sebanyak 1.296 Penghuni Lapas dapat Remisi “Mari buktikan bahwa pemasyarakatan sebagai institusi penegak hukum yang mampu mewujudkan reformasi hukum dengan melakukan pembenahan secara komprehensif dan nyata,” ungkap Gubernur NTB saat pemberian remisi dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun ke-72 Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 2017, di Lapas IIA Mataram, (17/8). Gubernur NTB, Dr. TGH.M. Zainul Majdi meminta kepada seluruh jajaran Lembaga Pemasyarakatan (LP) untuk segera berbenah diri, meningkatkan integritas, serta menyatukan tekad dalam mewujudkan pemasyarakatan yang lebih baik. Sebanyak 1.296 orang narapidana penghuni Lembaga Pe-

masyarakatan di seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang mendapatkan remisi dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-72. Majdi kepada mereka berpesan agar tidak mengulangi perbuatan melanggar hukum dan menjadi insan yang taat hukum. Sedangkan kepada jajaran lembaga pemasyarakatan, Gubernur NTB meminta agar menjadi pelayan masyarakat yang tulus dan ikhlas untuk membangun pemasyarakatan yang lebih baik. Ia berharap Lembaga Pemasyarakatan dapat memberikan makna pembinaan yang baik. “Harapannya agar setiap narapidana mampu menyesuaikan diri kembali ke masyarakat dan ikut berperan aktif dalam pembangunan,” ujar

Gubernur. Sebelumnya di tempat yang sama, Kepala Kantor Wilayah

Pengukuhan Paskibraka NTB oleh Gubernur NTB

Roliskana dan orangtua wali dari siswa-siswa terpilih Paskibraka 2017. Usai pengukuhan paskibraka, kegiatan pun dilanjutkan dengan Renungan Suci di Taman Makam Pahlawan Majeluk, Mataram

yang dipimpin oleh Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah NTB dan dihadiri oleh seluruh jajaran Pemerintah Provinsi NTB.

Kementerian Hukum dan HAM Provinsi NTB, Sevial Akmily, S.H., M.H. mengungkapkan bahwa jumlah narapidana di NTB yang mendapat remisi tahun ini sebanyak 1.296 orang, terdiri dari 1.280 orang remisi umum sebagian (remisi berupa pengurangan hukuman/masih menjalani

hukuman) dan 16 orang remisi seluruhnya/langsung bebas. Sedangkan jumlah penghuni Lapas Kelas II A Mataram sebanyak 955 orang dan total penghuni di seluruh Lapas yang ada di Wilayah Provinsi NTB berjumlah 2.724 orang. Dijelaskan pula oleh Sevial bahwa Lapas Kelas II A Mataram juga membuka program rehabilitasi penyalahgunaan narkoba yang diikuti oleh 30 napi selama tiga bulan. Program yang dipusatkan di Lapas II A Mataram dengan menggunakan Therapy Community (TC) tersebut, diharapkannya dapat membantu napi pengguna narkoba di Lapas II A yang berjumlah sekitar 127 orang. Usai upacara pemberian remisi, Gubernur NTB, menyapa para warga binaan yang mengikuti upacara dan dilanjutkan meninjau lapas serta membuka Program Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba di dalam Lapas IIA Mataram. (Naniek I. Taufan)

Pemberian Remisi kepada Napi se-NTB tahun 2017 sebanyak 1.296 orang, terdiri dari 1.280 orang remisi umum sebagian (remisi berupa pengurangan hukuman/ masih menjalani hukuman) dan 16 orang remisi seluruhnya/langsung bebas.

(Naniek I. Taufan)


22

Sosialita

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Dua bulan lalu Julia Perez pergi untuk selamanya akibat kanker serviks yang dideritanya selama bertahuntahun. Kenangan itu masih jelas tergambar di benak Ruben Samuel Onsu, yang setia menemani Jupe dalam perjuangan melawan kanker. Berbagai upaya dilakukan untuk kesembuhan, begitu berlikunya perjalanan, dirasakan juga oleh Ruben. Tak heran kalau suami Sarwendah Tan ini jadi cukup banyak tahu tentang kanker servics.

Prilly Latuconsina

M

aka ketika ia dan istrinya diminta KICKS---Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks--- menjadi salah satu ‘Duta Kanker Seviks’ untuk kampanye mencegah kanker serviks, Ruben Onsu pun dengan antusias mengiyakan. Hal itu juga yang dilakukan oleh artis muda yang te­ ngah naik daun, Prilly Latuconsina. Bintang film ‘Hangout’ini, meski berusia muda—bahkan paling muda di antara rekan-rekan artisnya yang juga terlibat dalam kampanye cegah kanker serviks--- mengaku sangat senang mendapat kesempatan itu. Karena dia pun, meski masih muda usia, sangat peduli dengan penyebaran penyakit berbahaya itu khususnya di Indonesia. Apalagi, seperti halnya Ruben, Prilly pun cukup dekat dengan (almh) Jupe sehingga kepergiannya membuat Prilly sangat merasa kehilangan. “Kanker itu tak mengenal usia, artinya siapa pun bisa terkena termasuk mereka yang berusia muda. Aku senang mendapat kesempatan menjadi Duta, apalagi aku juga melihat bagaimana perjuangan mendiang Julia Perez melawan kanker. Jadi aku kira semua orang, khususnya wanita harus peduli akan hal ini. Mungkin dulu di kalangan aku –orang muda--- hal ini tidak terlalu dipedulikan, tapi kemudian muncul kasus Julia Perez yang masih muda namun toh terkena kanker serviks. Jadi semua tersadarkan bahaya itu,” ungkap Prilly di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, pekan lalu. Ditambah lagi, kata Prilly, berbeda dari kanker lainnya, kanker serviks bisa dicegah lewat vaksinasi. Jadi untuk mereka baik tua maupun muda bisa vaksinasi. Namun tentu saja harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu. Kanker serviks, kata gadis yang namanya melejit lewat

Berikan Vaksin HPV Sedini Mungkin perannya dalam sinetron ‘Ganteng Ganteng Serigala’ ini, disebabkan oleh human papilloma virus (HPV). Virus ini salah satu penularannya adalah lewat hubungan seksual. “Namun bukan itu saja. Penyakit ini juga bisa dipicu oleh faktor genetik dan gaya hidup tak sehat. Selain itu perempuan yang melakukan aktivitas seksualnya terlalu dini, berganti-ganti pasangan dalam berhubungan intim, mero­ kok, lemahnya sistem kekebalan tubuh dan frekuensi melahirkan juga bisa menjadi pemicu penyakit ini,” jelas Prilly yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Humas Parfi 1956 ini. Tapi tak perlu khawatir, tambahnya. Karena sekarang sudah ada vaksin untuk mencegahnya. “Aku sendiri tadinya sempat heran, kok, kanker ada vaksinnya ya. Ternyata ada. Dan aku sudah mendapat vaksin itu. Meski kita sudah divaksin, tetap saja harus menjaga kebersihan diri, khususnya organ intim,” ucap gadis kelahiran Oktober 1996 ini. “Kita merasa sudah bersih, tapi kan nggak tau karena virus nggak kelihatan. Virus beterbangan di udara dan kita nggak tahu. Jadi yang paling baik adalah vaksinasi. Nggak sakit kok. Aku sudah,” ucapnya. Ditahap awal, tambah Prilly, kadang kanker serviks ini tidak terdeteksi namun lambat laun akan terasa saat virus sudah menjalar. Jadi harus dikenali sejak dini. Misalnya, keputihan dengan bau tak sedap, pendarahan tak wajar, dll. “Pemberian vaksin HPV ini bisa dilakukan sedini mungkin,” ungkap Prilly yang kemana-mana membawa semprotan pembersih saat menggunakan toilet umum. “Ya maklum aku kan syuting di mana-mana, kadang di tempat yang toiletnya kurang bersih. Biasanya kalau aku bisa mengatasi, ya aku semprot dulu kemudian dialas tisu. Tapi kalau nggak bisa, ya aku nggak jadi pakai toilet, lebih baik tahan saja,” katanya. Lalu bagaimana ceritanya Ruben Onsu, satu-satunya publik figur pria yang ditunjuk sebagai Duta Kanker Serviks? Tentu saja, tak lain dan tak bukan, karena peranan Robin Onsu dalam mendampingi Jupe

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Putu Sudiadnyani dan CWCC

Tebarkan Rasa Peduli dan Kasih Sayang Celuk Woman Care Community (CWCC) adalah komunitas perempuan dengan misi sosial yang tinggi. Mereka berbagi dengan penuh kasih dan sayang di kawasan di Desa Celuk.

J

Prof. DR. Andrijono, SpOG, dan pengurus KICKS

saat berjuang melawan kanker serviks. “Kepedulian terhadap bahaya kanker serviks bukan hanya dilakukan oleh para wanita, para lelaki pun seyogianya peduli juga. Apalagi para lelaki kan juga memiliki ibu, saudara perempuan ataupun istri, sahabat perempuan. Jadi kepedulian itu penting. Apalagi aku, setelah pengalaman terkait dengan sahabat aku, itu sangat memukul. Makanya aku jadi sangat konsen sekali de­ ngan hal ini. Aku juga memiliki istri dan kerabat perempuan lainnya,” ungkap Ruben yang bersama istri­ nya, Sarwendah Tan, juga menjadi Duta Kanker Serviks. Penunjukkan Ruben sebagai Duta Kanker Serviks tentu saja tepat karena saat ini Ruben termasuk selebriti laris dan menjadi pemandu berbagai macam acara di televisi. Dia juga banyak memiliki kegiatan off air. Dengan begitu, ayah satu anak ini bisa menyelipkan kata-kata berbau kampanye bahaya kanker serviks dalam setiap acara yang dibawa­kannya. Ruben yang mulai aktif di dunia entertainment tahun 2003, menjadi pembawa acara antara lain ‘Supersoulmate Show’, ‘Weekend Seru’, ‘Happy Family’, dll. Menurut Ruben, dialah orang pertama yang tahu kondisi Jupe menderita kanker serviks. Keluarga­ nya ketika itu, ujar Ruben, tidak tahu karena Jupe tidak memberi tahu. “Jupe tak mau mengungkapkan ke keluarganya khawatir

mereka kepikiran,” ujar Ruben mengenang sahabatnya. Akhirnya kepada Ruben sahabat dekatnyalah Jupe curhat kondisinya. Sebenarnya, jelas Ruben lagi, yang ditunjuk untuk menjadi Duta Kanker Serviks adalah Jupe. Namun kemudian, Jupe karena kondisinya, berpesan agar Ruben Onsu lah yang menggantikan dirinya menjadi Duta. “Kasus Jupe adalah sebuah contoh pembelajar­ an yang baik,” tambahnya. Menurut Ruben, saat ini ada 26 wanita meninggal setiap harinya karena kanker serviks. Sayangnya, karena ketidaktahuan, penyakit mematikan ini kebanyakan baru diketahui setelah sudah stadium lanjut. “Lebih dari separuh perempuan baru mengetahui dirinya terkena kanker serviks saat usia produktif, saat dimana dia sedang sangat dibutuhkan keluarganya ,” ujar Ruben yang juga mengajukan petisi lewat change.org guna meminta perhatian Presiden Jokowi soal imunisasi nasional HPV. “Kanker ini dapat dicegah lewat pemberian vaksin HPV yang bisa dimulai saat berusia muda karena di usia muda tubuh memberi proteksi imun yang lebih baik,” papar Ruben panjang lebar. CEGAH LEWAT SKRINING DAN VAKSINASI Dulu, mungkin gaung kanker serviks belum lah sebesar penyakit kanker lainnya. Namun dengan

Wulan Guritno, Ruben Onsu, Sarwendah, dan Prilly Latuconsina

terjadinya banyak kasus ini akhirakhir ini, sebagian masyarakat jadi tersadar tentang betapa berbahayanya penyakit kanker leher rahim ini. Saat ini, kata Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks (KICKS), kanker ini merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak bagi wanita Indonesia. “Bahkan di negara-negara miskin dan berkembang lainnya, penyakit kanker ini masih menjadi pembunuh nomor satu. Di kita (Indonesia), menjadi penyebab kematian paling banyak ketiga,” ungkap Prof. DR. Andrijono, SpOG, inisiator KICKS, yang juga Guru Besar Departemen Obstetri dan Genekologi Universitas Indonesia. KICKS sendiri dideklarasikan pada April 2017 lalu oleh sejumlah organisasi profesi medis dan LSM yang peduli kesehatan. Di antaranya; Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia, Indonesia Working Group on HPV, Yayasan Kanker Indonesia, Yayasan Peduli Kanker Serviks, Yayasan Kesehat­ an Perempuan dan Kalyana­mitra. Gerakan ini dideklarasikan guna menekan penyebaran kanker serviks yang konon sudah masuk dalam tahap genting. Selain itu, KICKS juga meminta kepada pemerintah untuk mengakselerasi program vaksinasi nasional bagi anak sekolah dasar kelas 5 yang telah masuk dalam program percontohan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah tahun 2016 dan 2017 di DKI Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya. Saat ini, tegas Andri, perempuan Indonesia dalam situasi ‘genting’ karena itu pencegahan dan deteksi melalui skrining dan vaksinasi lebih baik dilakukan sejak dini daripada pengobatan. “Kanker serviks bisa dicegah lewat vaksinasi HPV. Itu sudah ada,” jelas Andri. Skrining dilakukan untuk perempuan yang sudah menikah sedang vaksinasi dapat dilakukan pada anak usia 10 tahun. Sayangnya, ungkap Andri, skri­ ning di Indonesia belum optimal padahal hal itu penting sekali. Skrining ada tiga cara yakni lewat inspeksi visual dengan asam asetat (IVA), papsmear dan tes HPV atau HPV DNA genotyping. “Kanker serviks merupakan satu-satunya kanker yang dapat dicegah yakni melalui vaksinasi maupun skrining. Lebih baik mencegah daripada meng­ obati,” tegas Andri. (Diana Runtu)

3

angan menunggu kaya untuk berbagi dan jalani semuanya dengan ikhlas. Itulah salah satu moto yang dipegang oleh anggota CWCC saat ini. Begitu disampaikan sang penggagas Putu Sudiadnyani atau dikenal dengan nama populernya Bu Bara, ketika ditemui di Galerinya. CWCC yang saat ini beranggotakan 20 orang, dibentuk pada 17 Agustus 2016, bertujuan menggugah dan mengajak ibu-ibu di Celuk untuk melihat bahwa masih banyak orang yang memerlukan bantuan dan mereka patut peduli. Untuk perayaan HUT ke–1 CWCC tahun ini dilaksanakan sederhana namun penuh kebahagiaan. Aktivitasnya pun berlangsung lebih awal, yakni pada (13/8). Hal ini, mengingat pada bulan Agustus kegiatan masingmasing anggota cukup padat. Diakui oleh Bu Bara bahwa awal adanya CWCC dari sebuah obrolan. Mengingat dirinya bukan siap-siap dan bukan apa–apa, sebelumnya ia sempat pesimis. Apakah ibu–ibu di Celuk bersedia diajak melakukan aksi peduli. ”Ternyata ketika ia membisiki seorang temannya di acara persembahyang bersama, gayung pun bersambut. Kami mendapatkan respons yang cepat dan positif, hingga akhirnya keberadaan CWCC dikenal dari mulut ke mulut,” ungkap Bu Bara. Bahkan, katanya mereka yang tidak bergabung di CWCC, saat ada kegiatan sosial,dengan antusias turut menyumbang. “Ternyata aliran jiwa sosial para perempuan di Celuk sangat kuat,” kata Bu Bara sembari

Foto bersama usai Titra Yatra

menambahkan jika saat melakukan arisan mereka semua selalu mengumpulkan koin. Selama ini CWCC telah menjalankan kegiatan sosialnya, diantaranya baksos untuk mereka yang

Menghadiri undangan dari BNN

Kegiatan sosial ke Songan, Bangli

Bu Bara

tertimpa musibah longsor di Songan, Bangli dan baksos di Klungkung. Sedangkan untuk di kawasan tempat tinggal mereka, anggota CWCC melakukan kujungan sosial kepada para orang tua atau lansia, orang yang tidak sempurna atau cacat dan sakit menjelang Hari Raya Galungan. Bersyukur untuk data atau informasi, mereka dibantu bukan hanya oleh kelian setempat tapi juga masyarakat Celuk, sehingga semua kegiatan dengan mudah dapat dilaksanakan. Mengenai alasan dilakukannya bantuan langsung ke rumah-rumah orang yang memerlukan bantuan, adalah untuk menanamkan rasa bersyukur dalam diri, dengan melihat langsung mereka yang wajib ditolong. Bu Bara juga mengatakan bukan hanya persoalan memberikan bantuan materi semata, tapi datang menemui mereka dengan kasih sayang disertai ucapan selamat Hari Raya Galungan dan Kuningan membuat wajah mereka berseri. “Melihat

Perayaan HUT ke-1 CWCC

Memberikan bantuan pada anak dengan penyakit langka.

mereka bahagia maka rasa bahagia yang lebih ada di hati kita,” lanjutnya. Ia mengajak kita semua untuk selalu peduli orang tua yang ada di sekeliling kita, orangtua sendiri maupun mertua. “Jangan biarkan mereka kurang kasih sayang,” tegasnya. Salah seorang yang tergabung dalam CWCC, Ni Made Sri Santi Dewi, yang bekerja di RSU Ganesha dan mengajar di Kampus STD Bali, mengatakan dirinya adalah tipe orang yang tidak suka kumpul-kumpul tidak jelas dan tanpa tujuan atau hanya ngobrol yang tidak bermanfaat. Mengingat kegiatannya yang wajib menghargai waktu. Namun, CWCC berbeda. “Berkumpulnya perempuan Desa Celuk di wadah bernama CWCC memiliki tujuan pasti dan mulia, yakni menolong orang yang kurang mampu. Dengan diajak ikut bergabung di komunitas ini juga, saya selain bisa berbagi juga bersosialisasi

menggagas dua komunitas dengan misi sosial ini. Apa yang dipikirkan orang lain tentu tidak sama dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Dalam hidup, wajar ada yang suka dan tidak suka. “Contohnya kaki saja ada kiri dan kanan. Bayangkan kalau hanya ada kaki kanan, pastinya kita sulit melangkah,” katanya. Makanya, Bu Bara cukup menunjukkan dengan berkarya dan berkarya. Seperti saat di PKB belum lama ini, ia berhasil menyabet juara 1 dalam lomba mendesain aksesori dengan tema teratai. Bukan hanya itu, karya-karyanya yang selalu unik dan baru, bukan hanya menarik perhatian para desainer nasional untuk berkolaborasi tapi juga dikenakan oleh istri para petinggi di negeri ini. Selain itu Bara Silver juga mendapat kesempatan dari Bank Indonesia untuk tampil di Pameran Karya Kreatif Indonesia 2017 tanggal 18 – 20 Agustus di JCC dan 24 Agustus di Palembang. Untuk berbagai pameran yang dilakoninya Bu Bara mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia (BI) , Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan

Memberikan bantuan sosial ke Klungkung

dengan masyarakat sekitar. Di sini saya mendapatkan dua manfaat, selain membantu orang , saya juga bisa sharing dengan ibuibu lainnya di komunitas ini,” ungkapnya. BERKARYA DAN BERKARYA Perjuangan itu perlu waktu dan kesabaran. Begitu pula berbuat baik itu tidak ada yang instan. Waktulah yang akan menunjukkan semuanya. Begitu disampaikan Bu Bara yang

Dekranasda Provinsi Bali, yang telah mensupornya selama ini. Bagi Bu Bara, yang saat ini tengah disibukkan dengan kegiatannya berlatih akting , sahabat adalah aset terbesarnya. Sementara kehadiran CWCC di Desa Celuk, bisa menjadikan desa Celuk tetap dikagumi dunia dengan orang-orangnya yang ramah dan baik hati. Penduduknya pun bangga berada di di desanya. Disamping itu, ebersamaan juga menjadikan persaudaraan lebih dekat dan hidup semakin indah di lingkungan sendiri. -ard

Kunjungan pada lansia jelang Hari Raya Galungan


2

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

GORO-GORO Wa r g a nyaris berg­ erak melabrak seorang penghuni baru yang radikal. Ia baru seminggu ngontrak rumah Bu Nyo­ Putu Wijaya man yang pindah kota diseret pekerjaannya. “Kok penghuni baru Ini mau mengatur kita, padahal dianya yang perlu ditatar!” umpat Pak Alit senewen.”Masak kenalan saja belum, kok sudah melontarkan kritik pedas, hunian kita kumuh, warga mengu­ cilkan dia, lha dianya sendiri yang ngumpet, memangnya kita yang harus menghadap? Memangnya dia siapa? Pemimpin organ­ isasi? Hah! Itu kan di Jakarta! Ini Bali, Bu! Pulau Dewata! Menolak pasang bendera lagi! Naik Mercy begitu kok ngaku tidak mampu beli bendera! Brengsek! Bakar saja mobilnya! Pasti dia kira kita iri sama Mercynya! Dasar radikal, sikat saja!” Amat terpaksa turun tangan. Pak Alit yang pernah punya Mercy tapi sudah dijual untuk biaya sekolah putranya, ber­ hasil ditenangkan. Amat janji akan bicara empat mata dengan Bu Jack, penghuni radikal itu.

“Selamat sore Bu Jack, saya Amat, tetangga ibu,” sapa Amat sore itu juga di rumah Bu Jack. “Selamat sore. Ada apa Pak, saya mau berangkat ada meeting.” “Ya, sebagai sesama warga apalagi bertetangga saya kira ada baiknya...” “To the point saja, saya bisa terlambat nanti!” “O, ya, maaf, ini soal tradisi kami di sini dalam setiap menghadapi masaalahmsaalah yang menyangkut kebersamaan kami sudah punya tradisi ... .” “Maaf, Bapak salah sambung, saya di sini hanya ngontrak, tidak ada kaitan dengan tradisi. Silakan bicara langsung dengan pemilik rumah! Maaf, saya harus berangkat!” Bu Jack naik mobil. Amat bengong sampai tak keburu menjawab. Esok paginya, Amat datang lagi. Ia langsung nembak. “Ini soal pemasangan sang saka, Bu Jack.” “Sang saka itu apa?” Amat kembali bengong. Ia tak bisa mengatasi kejengkelannya karena orang kaya itu kelihatan sok dan pura-pura. “Bendera merah-putih untuk me­

sang saka nyambut HUT ke-72 Proklamasi, Bu Jack” “Kenapa?” “Semua rumah harus memasangnya selama bulan Agustus, itu tradisi kita di sini.” “Terserah. Bicara saja dengan pemilik rumah. Maaf saya sibuk. Saya masih ada briefing!” Amat kembali ditinggal. “Sebenarnya saya bisa saja mendebat dia,” kata Amat kemudian pada Pak Alit,”karena yang bertanggungjawab ter­ hadap rumah dalam kontrak-mengontrak bukan lagi pemilik rumah tapi yang ngontrak!” “Betul! Mestinya Pak Amat kontan pukul dia sebab meninggalkan orang yang sengaja datang ke rumahnya dengan mak­ sud baik, begitu saja, itu tidak sopan, itu sudah penistaan! Apalagi yang dia hadapi Pak Amat senior kita. Itu kurang ajar, Pak! Orang Jakarta itu mesti diberi pelajaran! Bareti Mercynya dengan paku !” “Jangan! Tidak ada gunanya melawan orang kurang ajaran dengan kekuranga­ jaran! Tidak akan ada hasilnya! justru dia akan senang, karena reaksi itulah yang diinginkannya untuk memfitnah kita sudah

menzoliminya! Jangan!” “Jadi bagaimana dong?” Amat berpikir. “Ini bukan watunya berpikir! Kita perlu tindakan cepat, Pak Amat!” “Oke. belikan bendera dari uang kas. Lalu pasang di rumahnya supaya dia malu!” Demikianlah rumah kontrakan yang dihuni warga baru yang menolak pasang bendera itu, jadi mulai ikut mengibarkan sang saka. Sesuai dengan tradisi hunian yang dimulai sejak reformasi. Angin bertiup gembira melambailambaikan bendera. Sang saka berkibar dengan anggunnya Hunian Amat kembali menjadi lautan merah-putih. Warga yakin akan merebut lagi juara menghias hunian di bulan prokla­ masi seperti sudah terjadi berturut-urut sejak 4 tahun terakhir. Tetapi masih ada error. Tengah malam Pak Alit mengetok pintu rumah Amat. “Pak Amat! Warga radikal itu tambah binal!” “Apa pasal Pak Alit?” “Satu: dwi warna yang kita pasang di rumahnya tidak pernah diturunkan waktu malam. Dua: dwi warna dibiarkan kehujanan sehingga merahnya luntur menodai warna putih, mungkin petugas kita sudah korupsi beli bendera murahan. Tiga: “Saya menuntut pengurus hunian!” kata Pak Alit menirukan Bu Jack,” Saya menuntut mereka yang memasangi rumah

Espresso saya dengan bendera secara sembrono, sehingga kena angin sedikit saja sudah jatuh menimpa Mercy saya sampai cacad masuk bengkel! Saya tuntut kompensasi 2 juta, bisa lebih, ini kan mobil impor yang special edition!” Amat keselek. Seperti sapi dicocok hidung, dia mengikut Pak Alit yang me­ nyeretnya ke rumah Bu Jack. “Selamat malam, Pak Amat,” sambut Bu Jack yang sudah menantikan Amat. “Saya minta kompensasi karena sudah dipaksa ikut mendukung tradisi yang bukan tanggungjawab saya dan berakibat Mercy saya hancur!” Tegur sapa itu begitu ketus. Pak Alit tak bisa lagi menahan emosi. Tangan­ nya gemetar. Untung Amat sigap dan mencekal tangannya sambil berbisik: “Sabar Pak Alit, macan betina ini terlalu garang, saya curiga. Coba kita jebak.” Lalu Amat berpaling pada Bu Jack sambil tersenyum ramah. “Maaf atas semua ketidaknyamanan ini Bu Jack. Merdeka tidak berarti orang bebas berbuat apa saja semaunya. Merde­ ka berarti membatasi kebebasan dengan ada kemerdekaan orang lain. Silakan tuntut saja semua kesalahan kami!” Bu Jack tak menjawab. Ia cepat-cepat masuk rumah. Pak Alit tak sanggup lagi menahan diri. ia mengeluarkan paku yang sudah disiapkannya, lalu hendak menoreh Mercy Bu Jack. Dengan sigap Amat mem­ bekuk dan menariknya pulang. Esoknya Bu Jack menghilang misterius. Tak pernah muncul lagi. Sebulan kemudian hunian Amat kembali menggondol juara hunian terbaik kali ini dari pusat.

Memaknai Hari Kemerdekaan dengan Menghargai Keberagaman Sebuah perjalanan yang tidak mudah bagi sebuah negara multietnik seperti Indonesia, di usianya yang ke 72 tahun di tahun 2017, bangsa Indonesia terus tumbuh menjadi bangsa yang kuat dan semakin diper­ hitungkan di kancah internasional. Tepat pada tanggal 17 Agustus 2017 kemarin, kita memperingati hari ke­ merdekaan yang terbilang sudah tidak muda lagi kalau melihat perbandingan dengan usia manusia. Seluruh warga masyarakat merasakan betapa pent­ ingnya arti kata kemerdekaan. Tetapi, bagi sebagian orang mungkin akan memaknai kemerdekaan sebagai bentuk kebebasan dan segala sesuatu yang berarti tidak terikat. Sehingga terkadang mereka lupa, kalau kebe­ basan yang mereka maknai berlebi­ han justru membuat ketidakbebasan bagi orang lain. Sebagai contoh bagi sebagian orang yang merasa bebas menge­ luarkan pendapat dan berkomentar di akun media sosialnya, seperti menjelekkan, menghina, memfitnah, tanpa dia sadari hinaan, fitnahan dan komentarnya yang negatif tersebut telah membuat orang lain merasa tidak nyaman, sehingga tentu merasa tidak merdeka. Memaknai kemerdekaan har­ usnya dilihat dari sudut pandang, bahwa kita boleh bebas beraktivitas dan melakukan banyak hal yang kita sukai, tetapi dengan catatan bahwa

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

jangan sampai melanggar aturan dan membuat orang lain merasa tidak nya­ man atau tidak bebas. Pada prinsipnya, kata “merdeka” dalam artian “bebas” tersebut berarti hidup dengan berpe­ rilaku menghargai perbedaan orang lain. Sehingga kalau Anda mengekang, membuat orang takut atau tidak meng­ hargai bahwa orang lain itu berbeda dengan kita, sama dengan bahwa kita belum merdeka. Sudah banyak teladan para tokohtokoh dunia yang mengajarkan kepada kita tentang perdamaian dengan cara menghormati keberagaman. Sebagai contoh, bagaimana Mahatma Gandhi dengan tiga prinsip hidupnya yaitu Satyagraha, Ahimsa dan Swadesi. Satyagraha berarti sebuah usaha un­ tuk tidak mengenal lelah mencari dan menemukan kebenaran dengan terus belajar dan belajar. Ahimsa yang dimaknai sebagai sebuah perjuangan untuk menghadapi lawan atau musuh dengan tidak melukai atau menyakiti dan membunuh. Sedangkan Swadesi yang berarti berusaha untuk meng­ gunakan dan bangga terhadap hasil karya sendiri. mengajarkan kepada kita, tentang pentingnya perjuangan untuk kebebasan dengan tidak mengena lelah mencari kebenaran tanpa menyakiti orang lain dan dengan bangga menjadi diri sendiri. Sebuah perjuangan untuk hidup rukun dalam keberagaman merupakan usaha yang harus terus kita pertah­

I Made Widiantara ankan dalam kehidupan sehari-hari. Kita semua percaya dan meyakini bahwa setiap makhluk hidup yang ada di bumi diciptakan beranekaragam, baik bentuk, ukuran, jenis dan lain-lainnya, sehingga tidak diragukan lagi bangsa Indonesia terlahir sebagai bangsa yang beragam dan mampu hidup merdeka dengan keberagaman. Layaknya sebagai sebuah tim dalam permainan sepak bola, setiap pemain harus memiliki keterampilan dan posisi

yang berbeda dan beragam, sehingga dapat dikatakan sebagai tim. Tidak bisa kita bayangkan, kalau semua pemain sepak bola hanya punya satu kemam­ puan dalam mencetak goal, lantas siapa yang menjaga gawang dan posisi lainnya. Begitupun dalam memaknai keberagaman dalam berbangsa dan bertanah air Indonesia. Kita harus me­ nyadari kalau perbedaan kita membuat bangsa Indonesia menjadi semakin kuat, karena tim yang kuat harus memiliki beragam keahlian yang digunakan dalam mencapai tujuan. Mari kita renungkan di hari ke­ merdekaan ini dengan menghargai bagaimana perjuangan para pahlawan negeri ini yang berasal tidak saja dari satu suku saja, tidak juga dari satu agama saja, tetapi mereka memiliki beragam latar belakang, sehingga saat perjuangannya pun mereka berjuang dengan beragam strategi sehingga bisa merdeka. Mari kita maknai hari kemerdekaan dengan terus berjuang dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang kita miliki

(walaupun berbeda dengan orang lain), dan selalu mengupayakan hasil terbaik yang bisa kita lakukan demi kemajuan bangsa dan negara yang kita cintai ini. Yakinlah, bahwa bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang kuat dan dihormati sebagai bangsa besar yang memiliki beragam suku budaya, unik dan berbeda dari bangsa lainnya di dunia. Sehingga satu kata yang harus kita catat dan tanamkan pada generasi penerus kita, kalau keberagaman itu adalah modal kuat untuk menjadi bangsa yang kuat dan disegani. Ajarkan kepada anak cucu kita, bagaimana toleransi dan hidup rukun dalam perbedaan, jangan jadikan ala­ san kalau berbeda itu adalah sebuah kelemahan, karena kalau sama berarti kita bukan manusia, mungkin saja ro­ bot, betul tidak? I Made Widiantara Dosen Politeknik Negeri Bali Consultant and Trainer of Personality Development

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

Kikan Namara

23

Bangga Jadi Penyanyi “Tujuhbelasan”

Dulu lomba sepeda hias menjadi satu mata lomba yang paling difavoritkan oleh anak-anak setiap perayaan HUT Kemerdekaan. Betapa tidak sepeda yang jadi ‘teman’ main seharihari di ‘hari istimewa’ itu dihias secantik mungkin agar bisa memenangkan lomba. Biasan­ ya yang sibuk menghias sepeda bocah kesayangan adalah keluarga seperti ayah-ibu. Tak jarang hiasan sepeda dibuat sangat kreatif sehingga menyerupai bentuk-bentuk tertentu, seperti misalnya pesawat, kapal, dll.

U

nsur kreativi­ tas dan keinda­ han hiasan sepeda menjadi salah satu obyek penilaian utama dalam lom­ ba tersebut. Terkadang, kostum si bocah pun ikut menjadi bagian pe­ nilaian. Itu juga yang diingat Kikan Namara tentang pengalamannya ikut lomba tujuhbelasan. Lomba sepeda hias, kata pen­ embang hits ‘Bendera’ ini meru­ pakan salah satu mata lomba yang disukainya pada setiap perayaan Hari Kemerdekaan. Sayangnya, suatu ketika kata mantan vokalis Grup Band Kotak, ini, setelah sepedanya dihias dengan kertas crape warna-warni, dirinya lupa memasukkan sepeda ke garasi rumah. “Saya lupa, sepeda habis dihias ditaruh di pekarangan luar, tidak dimasukkan ke garasi. Orang di rumah semua juga lupa. Tak disangka, malam itu hujan turun. Jadi, keesokan harinya ketika saya bersiap-siap akan lomba, melihat sepeda hias yang kemarin tampak bagus sekali sudah compangcamping. Hiasan kertas crape sudah tak berbentuk lagi. Saya langsung nangis sejadi-jadinya.

Yah, namanya juga anak-anak ya,” ungkap Kikan mengenang keikutsertaannya dalam lomba tujuhbelasan. “Akhirnya saya dibujuk untuk ikut lomba yang lain. Ya sudah akhirnya saya ikut lomba makan kerupuk,” ucapnya sambil tertawa. Bagi Kikan yang sejak kecil sudah didik cinta Tanah Air oleh orangtuanya, Hari Kemerdekaan memiliki arti yang sangat pent­ ing karena diraih dengan per­ juangan dan pengorbanan para pahlawan bangsa. Pahlawan yang berasal dari berbagai macam suku, agama, ras dan golongan. Semuanya bersatu-padu berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Karenanya, ujar Kikan, dirinya sungguh merasa prihatin dengan situasi yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia di mana sikap-sikap intoleransi maupun ujaran-ujaran kebencian terhadap sesama anak bangsa begitu marak, khususnya di media sosial. “Sedih. Bagi saya itu jelas sebuah kemunduran yang tidak seharusnya terjadi. Kita ini adalah bangsa yang besar. Kita be­ sar karena memiliki begitu banyak ragam budaya juga adat istiadat. Kita besar karena kemajemukan

itu. Jika kita menilik kembali perjuangan para pahlawan kita yang terdahulu. Mer­ eka memperjuangankan kemerdekaan tanpa memandang perbedaan agama, suku dan ras. Maka saya menjadi miris apabila saat ini, setelah 72 tahun kita merdeka, justru rakyat malah men­ jadi mudah terpecah-belah lewat medsos,” ungkap Ki­ kan yang dinobatkan BNPT (Badan Nasional Penanggu­ langan Terorisme) sebagai ‘Duta Perdamaian’. Menurut wanita yang bernama lengkap Namara Surtikanti, ini, dirinya mem­ punya kepedulian yang amat besar mengenai hal tersebut, kebetulan juga ia adalah ‘Duta Perdamaian’ yang antara lain tugasnya adalah mengkampanyekan agar anak-anak muda ikut menjaga keuntuhan Negara Kesatuan Re­ publik Indonesia, termasuk tidak ikut (terjerumus) dalam gerakan radikalisme dan terorisme. “Saya bersama BNPT melaku­ kan roadshow ke berbagai kota.

Panahan Tradisional Nuansa Merah Putih Suasana lapangan panahan tradisional di Istana Taman Jepun, Denpasar berbeda dari hari biasanya. Khusus untuk perayaan HUT ke-72 Kemerdekaan RI, Jepun Bali Traditional Archery Community menggelar gladhen (lati­ han bersama). Gladhen ini diikuti anggota klub Jepun Bali dan anakanak pengembangan diri panahan tradisional SD Cipta Dharma. Para pemanah tradisional dengan pakaian nuansa merah putih “Kami ingin me­ bersama-sama,” imbuh Ida Ayu Anom Purnama, nampilkan sesuatu yang berbeda. Karena ini istri AA Anom Giri. momen HUT Kemerdekaan RI, kami pun me­ Untuk gladhen spesial HUT Kemerdekaan RI nampilkan nuansa merah putih di sekitar lapan­ ini terdapat enam kategori, target SD (putra, gan. Anak-anak juga memakai pakaian bernuansa putri), target SMP/SMA (putra, putri), target merah putih,” ujar Penglingsir Jepun Bali AA dewasa (putri), dan bandulan dewasa (putra). Anom Giri. Para juara mendapatkan hadiah berupa bing­ Suasana kebersamaan antara anggota klub dan kisan. para orangtua juga terlihat dari sajian disela-sela Ngurah Jaya, salah satu orangtua yang hadir gladhen. Ada yang membawa ayam betutu, air dalam gladhen ini berharap acara serupa sering mineral, es buah, kue, dan hadiah. “Kami ingin dilakukan. “Para senior agar membina para ju­ mempererat tali silaturahmi antara anggota klub niornya. Mudah-mudahan semua bisa berprestasi. dengan keluarga. Ide awal yang sederhana ternyata Yang penting rajin latihan dan rajin belajar,” mendapat respons dari para anggota klub. Akh­ ujarnya. (Ngurah Budi) irnya makanan hingga hadiah kami sediakan secara

Kikan Namara Tahun 2017 ini saya menyambangi lima kota di seluruh Indonesia untuk mengumpulkan anak-anak muda yang memiliki kepedulian yang sama. Mereka selama em­ pat hari ikut pelatihan kampanye efektif menangkal radikalisme dan terorisme di dunia maya. Setelah pelatihan, mereka dikukuhkan menjadi Duta Perdamaian dunia maya. “Bagi saya ini adalah salah satu langkah nyata yang bisa saya lakukan untuk menjaga keutuhan NKRI,” ujarnya. Sebagai seniman atau pekerja seni, ucap Kikan, dirinya memilih untuk menyuarakan kecintaan pada Tanah Air lewat musik. “Saya percaya, musik adalah bahasa yng sangat mudah diterima berbagai kalangan. Saya selalu berseman­ gat untuk melestarikan lagu-lagu nasional yang sudah banyak dilu­ pakan generasi muda sekarang ini,” ungkap ibu dua anak ini, seraya berharap, semoga lewat lagu-lagunya bisa membangkitkan semangat masyarakat Indonesia untuk semakin mencintai Tanah Airnya. Khususnya untuk HUT ke-72 Kemerdekaan Indonesia, Kikan berharap seluruh komponen bangsa, khususnya generasi muda mampu dan memiliki spirit yang sama untuk berkontribusi nyata dalam membangun negeri. “Apa­ paun profesi yang dijalani, mari kita bersama-sama menyatukan optimisme, bergandengan tan­ gan di atas perbedaan, rapatkan barisan untuk Indonesia tercinta,” kata Kikan penuh semangat. Menyinggung tentang aktivitas­ nya di Bulan Kemerdekaan, Kikan menjawab, seperti tahun-tahun sebelumnya, Bulan Kemerdekaan adalah Bulan Penuh Berkah bag­

inya. Karena job-job yang datang padanya membanjir lebih dari biasanya. “Alhamdulilah, masih sama seperti tahun-tahun sebe­ lumnya, saya dapat banyak job manggung off air di bulan Agutus. Bahkan job-job sudah ramai sejak awal Agustus. Kebanyakan jobnya terkait dengan Peringatan HUT Kemerdekaan, atau acara-acara yang terkait dengan nasionalisme dan cinta Tanah Air. Undangan datang dari berbagai daerah. Di antaranya adalah pada event Raimuna Nasional yang kini tengah berlangsung di Cibubur. Event ini selain bertepatan dengan HUT Pramuka, juga berdekatan dengan HUT Kemerdeka­ an. Beruntung saya mendapat kesempatan ber­ temu dengan per­ wakilan pandega dan penegak-penegak dari se­ luruh Indonesia. Saya juga berkesempatan manggung di LP Wanita dan Anak Tangerang untuk menghibur mereka da­ lam rangka HUT Kemerde­ kaan, serta menyanyi di Festival International Hello Pacitan di Jawa Tengah,” paparnya panjang lebar. Banyaknya rejeki yang menga­ lir khususnya di Bulan Kemerde­ kaan membuat Kikan mendapat julukan ‘Penyanyi Tujuhbelasan’. Menangapi hal ini, Kikan tertawa dan mengiyakan. Dirinya tidak keberatan dengan julukan terse­ but karena memang pada Bulan Kemerdekaan dia selalu keban­ jiran order lebih dari biasanya. “Hahaha....iya imaj sebagai ‘Pe­ nyanyi Tujuhbelasan’ memang sudah melekat pada saya selama bertahun-tahun. Saya pribadi tidak merasa keberatan ya dengan julukan itu.” “Mungkin untuk ‘lucu-lucuan’ tapi saya bangga dengan julukan itu. Ini suatu yang patut disyukuri karena artinya masyarakat selalu mengingat sata setiap perayaan HUT RI,” ujar Kikan yang selalu membawakan satu lagu hitsnya ‘Bendera’ dalam setiap event semacam ini. “Lagu ‘Bendera’ sudah seperti lagu wajib. Jadi saya selalu menyanyikannya karena ban­ yak yang menunggu,” ujarnya. Setelah kesibukan selama Bulan Kemerdekaan usai, Kikan rencananya akan fokus meram­ pungkan album solonya. Ini bukan saja sudah menjadi resolusinya di tahun 2017, namun juga sudah lama tertunda. “Sudah lama banget proyek album solo saya tertunda, sudah bertahun-tahun. Ada-ada saja masalahnya, salah satunya karena banyak kesibu­ kan yang tidak bisa ditinggalkan akhirnya proyek itu jadi ‘korban’ . Semoga akhir tahun ini bisa terlaksana, doakan ya, amin,” kata Kikan menutup pembicaraan. (Diana Runtu)


24

Edisi 966/ 21 - 27 agustus 2017

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.