Tokoh Edisi 965 | Tokoh

Page 1

24

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

GORO-GORO Kabar pengejut dari Jakarta meresahkan Amat. Kalau dengan han­ Putu Wijaya ya mengemis Mukhlis bisa mengumpulkan Rp 90 juta, tidak sedikit orang akan ber­ henti dari pekerjannya, lalu menjasi pengemis. “Soalnya bukan hanya Mukh­ lis, di Medan juga ditemukan pengemis dengan uang jutaan dan bahkan punya paspor. Dia mengaku mengemis untuk bisa dapat tambahan uang guna pe­ lesir keluar negeri,”kata Amat sewot. “Bukan apa-apa, terserah orang mau bagaimana saja

boleh, ini kan negeri merde­ ka, asal tak melanggar hu­ kum, “lanjut Amat,”tapi kalau mengemis perlahan-lahan ber­ ingsut dan meyakinkan pros­ peknya, ya, kan. pasti ulah itu akan jadi rebutan. Orang akan jor-jorn jadi pengemis. Buat apa mereka banting tulang jadi buruh penambangan, jadi tukang sapu jalan atau jadi tu­ kang sampah? Kan mengemis enak, bebas, merdeka, tak ada tanggungjawab, banyak untung lagi!” “ Ta p i k e h i l a n g a n h a r g a diri!” “Harga diri? Bu, masyarakat kita sedang diberangkatkan menjadi komunitas yang ter­ biasa hidup tanpa harga diri oleh para pengejut itu!”

Espresso

pengejut “Apa itu pengejut?” “Pengemis jutawan! Hari ini mantannya Bapak undang ke rumah kita ini!” Bu Amat terkejut. “Apa? Bapak mengundang siapa hari ini? Kok tidak bilangbilang.” “Nah itu, orangnya datang!’ Amat berdiri dari kursi lalu menyongsong ke depan ru­ mah. Bu Amat bingung. Ia tak siap menerima tamu. Hampir ia masuk kamar untuk ganti pakaian, tapi Amat keburu masuk. “Berapa orang, Pak?” “Satu.” “Mau diterima di luar saja atau akan disuruh masuk? “Masuk.” “Saya tidak perlu ikut,

satunya ada juga yang jadi ... Bu Amat penasaran. “Jadi apa?” “Jadi seorang suami.” “Maksudnya?” kan?” “Menikah. Punya keluarga. “Perlu. Justru Bapak mau Jadi anggota masyarakat dan kenalkan dengan ibu. ... “ “Saya untuk apa kenalan “Dan mengemis lagi!” dengan bekas pengemis?” “Tidak! Dan punya harga diri “Supaya paham, mereka itu yang dia bangun kembali dari sebenarnya ‘bekerja’ bukan reruntuhannya. Karena ia sadar, mengemis. Tapi orang sudah hidup tak hanya memerlukan salah kaprah, dikiranya hanya uang, tetapi harga diri. Bahkan dengan merengek-rengek, itu yang paling penting!” menadahkan tangan pengejut Bu Amat tertegun dan nam­ itu dapat duit jutaan. Lalu pak amat terkesan. Ia lupa mau mereka meniru. Akhirnya bu­ masuk kamar ganti pakaian. Ia kan jutaan yang didapat tapi merapikan sedikit kebaya dan celaan; pemalesan! Atau de­ rambutnya. raan dari petugas, ditangkap “Ya, sudah, Pak, kalau be­ dan dikembalikan ke daerah gitu, saya ikut menemani Bapak asalnya. Tapi pekerjaan asalnya mendengarkan pengalamannya. sudah dia tinggalkan. Akhirnya dia kembali ke Jakarta jadi Dipersilakan saja masuk.” Amat tersenyum. pengemis dan sekali lagi di­ “Tidak usah” tangkap. Pengejut lain. Mereka “Kok tidak usah?” pakai strategi. Ada targetnya. “Ia sudah masuk.’ Kalau target sudah terpenuhi, Bu Amat terkejut dan me­ dia tinggalkan dunia tanpa meriksa. harga diri itu, lalu jadi petani, “Mana?” ada yang jadi guru, ada juga “Tepat di depanmu.” yang jadi pengusaha. Dan salah

Gerakan Pramuka dan Kemajuan Iptek

Menurut Lord Baden-Powell (Bapak Pandu se-Dunia), ke­ pramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupa­ kan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Kepramukaan adalah suatu per­ mainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membu­ tuhkannya. Sifat kepramukaan yaitu a) nasional artinya kepramukaan itu diselenggarakan di masingmasing negara disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing negara tersebut, b) internasional artinya kepra­ mukaan harus dapat mengem­ bangan rasa persaudaraan dan persahabatan antar sesama anggota kepanduan (pramuka) dan sebagai sesama manusia, dan c) universal artinya ke­ pramukaan itu dapat berlaku untuk siapa saja serta dapat diselenggarakan dimana saja. Fungsi kepramukaan yaitu a) merupakan kegiatan yang menarik yang mengandung pendidikan, bagi anak-anak, remaja dan pemuda, b) meru­

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

pakan suatu pengabdian bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang memer­ lukan keikhlasan, kerelaan dan pengabdian, dan c) merupakan alat bagi masyarakat, negara atau organisasi untuk meem­ nuhi kebutuhan masyarakat, alat bagi organisasi atau negara untuk mencapai tujuannya. Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indo­ nesia. Untuk mencapai tujuan gerakan pramuka para anggota gerakan pramuka harus mema­ tuhi kode kehormatan gerakan pramuka. Yang dimaksud dengan kode kehormatan adalah suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran atau standar tingkah laku seorang anggota gerakan pramuka. Seba­ gai contoh kode kehormatan di golongan penggalang terdiri dari janji (satya) berupa trisatya dan ketentuan moral (darma) berupa dasadarma. Dengan adanya kode kehor­ matan bagi Gerakan Pramuka, diharapkan pola tingkah laku atau tindakan para anggota Gerakan Pramuka akan menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan Gerakan Pramuka seperti tercantum dalam Angga­ ran Dasar Gerakan Pramuka.

Dr. Ir. I Komang Agusjaya, M.Kes.

Di dalam Gerakan Pramuka terdapat golongan Siaga (S) usia 7-10 th, Penggalang (G) usia 1115 th, Penegak (T) usia 16-20 th dan Pandega (D) usia 21-25 th. Masing-masing golongan memiliki syarat kecakapan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK) yang berbeda. Kegiatan siaga adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan dan berkarakter. Kegiatan penggalang adalah keg­ iatan yang berkarakter, dinamis, progresif dan menantang. Kegia­ tan penegak dan pandega adalah kegiatan yang berkarakter, dina­ mis, progresif, menantang, ber­

manfaat bagi diri dan masyarakat lingkungannya. Seorang pembina pramuka di­ haruskan memiliki keterampilan, kemampuan, kreativitas, inovatif yang berbeda pula sesuai dengan golongan SGTD yang dibina. Latihan rutin anggota pramuka di gugus depan yang dikemas sedemikian rupa, untuk menarik minat anggota pramuka agar tetap berlatih secara rutin. Materi latihan dapat dikombi­ nasikan dengan kemajuan iptek misalnya anggota pramuka siaga dan penggalang dapat dikenalkan bagaimana cara menelusuri suatu informasi dengan internet. Se­ orang pramuka penegak dan pan­ dega yang ingin menekuni bidang SAKA, dapat dibina agar terampil menyusun suatu rencana, melak­ sanakan dan mengevaluasi. Salah satu contoh adalah Saka Bakti Husada yang menekuni bidang kesehatan, dapat membuat keg­ iatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan PSN dapat dikoordinasikan dengan puskesmas dan Dinas Keseha­

tan kabupaten/kota. Keber­ langsungan program ini dapat diwujudkan dengan pembinaan secara rutin oleh pamong saka atau petugas kesehatan yang bertanggung jawab. Kegiatan ini dapat bermanfaat untuk pengembangan diri dan untuk masyarakat. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan perilaku dian­ taranya adalah penerapan menu seimbang pada anak sekolah dasar. Sosialisasi dan penyuluhan dapat diberikan secara rutin se­ hingga anak-anak sekolah dasar dapat memahami dan kemudian menerapkannya untuk mengon­ sumsi makanan dengan prinsip menu seimbang. Manfaat yang diperoleh pramuka penegak dan pandega adalah memahami materi menu seimbang dan pen­ galaman menyampaikan materi tersebut kepada anak-anak sekolah dasar. Dr. Ir. I Komang Agusjaya, M.Kes. Ketua SBH Poltekkes Denpasar Andalan Saka Kwacab Denpasar

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Gerakan Pramuka harus Ada di Mana-mana

Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang Tralalalalalala lalalalalalala Tralalalalalala lalalalalalala.

I

tulah lagu pramuka yang sebagian besar orang tahu. Seperti lagunya, kegiatan pramuka sangat menyenangkan. Demikian dis­ ampaikan Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Bali, Dewa Made Indra. Lelaki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Penanggu­ langan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali ini menuturkan, sejak kecil ia sudah aktif menjadi anggota gerakan pramuka di SD Negeri 1 Pemaron Buleleng. Awalnya, ia mengatakan, tidak tahu apa tujuan ikut gerakan pramuka. Namanya waktu kecil tidak tahu, ya saya ikut teman saja gerakan pramuka, pokoknya bisa bersama temanteman bergembira,” kata Dewa Made Indra. Ia menuturkan, kegiatan yang paling ia sukai adalah berkemah. “Saat berkemah, kami bisa ber­ main sembari berekreasi. Tak ada

susah pokoknya senang terus. Walaupun kadang ada yang kena hukuman, paling hukumannya di­ suruh nyanyi, jadi tak ada beban,” imbuhnya. Saat kemah harus mandiri, memanfaatkan segala sesuatu yang ada dan tidak boleh hidup ketergantungan seperti di rumah. Harus bisa hidup apa adanya tanpa bantuan teknologi. Tidak ada laptop, tidak ada ponsel, tak ada lampu. “Kita harus bisa ma­ sak sendiri untuk makan, mencuci piring dan baju sendiri. Pada saat kemah, kita tidak hanya sendirian. Dalam satu tenda diisi banyak orang. Kita tentunya harus saling membantu untuk bertahan hidup saat kemah. Misalnya seperti dari awal kemah, kita memasang tenda bersama. Kita juga harus berbagi tempat tidur bersama. Kita juga harus saling membantu misalnya dalam mencuci piring. Atau bah­ kan misalnya ada teman kita yang

sakit, kita harus merawatnya,” keadaan genting. Sebelum melaku­ kenangnya. kan kegiatan, kita diharuskan Dengan hidup bersama-sama berdoa, jadi selalu ingat kepada dalam satu tenda, kita tidak bisa Tuhan. egois. Kita harus menghormati dan Ia mengatakan, kegiatan ber­ hidup bersama-sama dengan baik. sama teman merupakan kegia­ Harus berbagi dan menolong satu tan yang mengasyikkan. sama lain. Dalam pramuka, kita Walaupun tak dapat is­ hidup mandiri. Kita akan ditun­ tirahat karena biasan­ tut untuk dapat menghargai ya kegiatan pramuka alam. Dalam Pramuka, kita dilaksanakan di hari lebih sering melakukannya Minggu, ia mengaku, di luar lapangan. Kita juga senang saja. dituntut untuk menjaga alam Ternyata, setelah sehingga menumbuhkan rasa dewasa ia baru menya­ cinta kepada alam. Kita dari, kalau pramuka belajar begitu ban­ ternyata melatih yak sandi. Kita kemandirian, juga belajar disiplin, kode-kode tanggung­ lain dalam jawab, cinta pramuka, lingkungan, serta kita kepribadi­ juga akan an, karak­ diajari ber­ ter, men­ bagai sim­ tal, etika. pul. Hal itu Gerakan ditujukan pramu­ untuk kita ka juga bertahan memberi hidup manfaat dalam agar kita Dewa Made Indra

Bentuk Karakter dengan Pramuka Organisasi kepramukaan men­ jadi salah satu kegiatan dalam bidang pendidikan yang memiliki peran untuk membina kaum muda dalam mencapai potensi spiritual, sosial, intelektual sehingga mereka bisa membentuk kepribadian dan akhlak mulai. Menurut Made Adi Nugraha Tristaningrat, S.Pd., untuk dapat menjadi anggota pramuka harus mampu menganut prinsip-prinsip kepramukaan. Jika hal tersebut sudah dimiliki maka orang tersebut berhak dilantik sebagai anggota pramuka. Adi sapaan akrabnya, menambahkan Pramuka lebih baik dimulai dari sejak SD dalam artian secara konten kepramukaan dapat diterima secara penuh dan lengkap. Tapi tidak menutup kemungkinan seseorang yang ikut menjadi ang­ gota pramuka ketika SMA atau perguruan tinggi. “Yang jelas prinsip sukarela harus tetap ditegakkan apabila seseorang ingin bergabung menjadi anggota pramuka sehingga nantinya dia dapat dilantik seba­ gai anggota pramuka,” jelas pria yang saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Pascasarjana Undiksha tersebut. Adi yang pernah menjabat se­ bagai Ketua UKM Pramuka Racana Jelantik-Jempiring Undiksha masa bakti 2013-2014 ini mengungkap­ kan pramuka sangat berpengaruh dalam membentuk karakter ang­ gotanya. Dalam kepramukaan terdapat kode kehormatan yang sangat dijunjung tinggi oleh setiap anggota pramuka yaitu Satya dan

Made Adi Nugraha Tristaningrat, S.Pd

Darma. Dari kode kehormatan yang dijunjung tinggi inilah dapat dikatakan secara tersirat dengan adanya pramuka di satuan pendidi­ kan dan keberadaanya tidak hanya sebatas papan nomor gudep, tetapi di dalamnya terdapat kegiatan rutin yang berkesinambungan. “Disadari atau tidak dan secara langsung atau tidak langsung penanaman pendidi­ kan karakter memang diterapkan dalam setiap kegiatan pramuka,” imbuh Dosen Tidak Tetap di STAH Negeri Mpu Kuturan tersebut. Selain itu, dalam setiap kegiatan disesuaikan dengan golongan pra­ muka baik golongan siaga, penegak maupun pandega sehingga mampu diterapkan dengan baik oleh mas­ ing-masing anggota dalam masing-

masing golongan. Pria yang pernah menjadi peserta The 5th Senior Rover Scout Creativity Se-Indonesia Tahun 2013 Universitas Negeri Semarang ini juga mengatakan dalam kegiatan pramuka dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Dalam kepramukaan, salah satunya bentuk kegiatannya berupa pem­ berian materi berkaitan dengan re­ fleksi sejarah dengan tujuan mampu menggambarkan perjuangan bangsa indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan terdahulu sehingga dapat menggugah jiwa nasionalisme dan patriotisme anggota pramuka. Menjadi seorang anggota go­ longan pandega tentu membuatnya banyak mendapat pengalaman yang manis dan pahit untuk diin­ gat. Menurutnya suka duka yang dirasakan menjadi seorang anggota pramuka golongan siaga, pengga­ lang, penegak, dan pandega cukup berbeda mengingat jenis kegia­ tannya pun berbeda. Tapi secara umum, kegiatan berupa perkema­ han adalah kegiatan yang dirasakan oleh semua golongan. “Suka yang dirasakan ketika perkemahan sudah pasti banyak teman baru, materi baru, hingga dirangkumkan seba­ gai pengalaman yang baru, namun dalam perkemahan kita sering kenal dengan istilah apabila ada pertemuan pasti ada perpisahan. Inilah yang dinamakan duka bagi setiap anggota pramuka ketika harus berpisah dengan suasana perkemahan, teman-teman baru, serta semua warga perkemahan,” tandasnya.

APLIKASIKAN TEORI Sementara itu, Komang Trisna Mahartini, M.Pd., mengatakan bahwa pendidikan pramuka meru­ pakan tuntutan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Akan tetapi ses­ eorang dikatakan resmi menjadi anggota pramuka baik golongan siaga, penggalang, penegak, dan pandega adalah melalui serangka­ ian ujian dan dilanjutkan dengan pelantikan. Menurutnya, jenis kegiatan kepramukaan disesuaikan den­ gan karakteristik setiap golongan. Karakteristik kegiatan pramuka Siaga identik dengan kegiatan ri­ ang gembira, seperti permainan, bernyanyi, perkemahan sehari, dan beberapa perlombaan sederhana. Kegiatan pramuka penggalang lebih menekankan pada praktek kepra­ mukaan, seperti latihan tali temali, morse, smapore, baris-berbaris, perkemahan sabtu minggu, dan berbagai perlombaan yang terkait dengan praktek kepramukaan. Sedangkan kegiatan pada golongan penegak atau pandega, sudah mulai mengarah pada perencanaan kegia­ tan perlombaan. “Sebenarnya, pengenalan ke­ pramukaan bisa dimulai sejak taman kanak-kanak (pra-siaga) melalui ajang perlombaan pramuka seperti mewarnai dan menggambar yang bertemakan kepramukaan,” ungkap perempuan kelahiran Padangbulia, 11 Maret 1993. Perempuan yang pernah men­ jadi peserta Kemah Kebangsaan Pramuka Pandega Tingkat Na­ sional Tahun 2012 Universitas Negeri Surabaya mengatakan kepramukaan bukanlah ilmu yang harus dipelajari secara tekun, melainkan suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka. Mengingat banyaknya permainan dan kegiatan kepramukaan, maka

23

sadar hukum, berjiwa nasionalisme dan patriotisme. Sejak ketua Kwarda Gerakan Pramuka Bali sebelumya Ketut Wija meninggal, organisasi pramu­ ka harus terus berjalan, sehingga diselenggarakan musda luar biasa yang memilih Dewa Made Indra untuk memegang posisi ketua Kwarda Bali Periode 2017-2019. Dewa Made Indra mengatakan, merasa sangat bersyukur diberi kepercayaan dan juga bisa ngayah dalam organisasi pramuka. Setelah mengikuti pramuka sejak kecil hingga dewasa, ia merasakan banyak sekali manfaatnya. Ia belajar berorganisasi dan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Ia berharap, anak-anak muda harus belajar membentuk karakter dan mental dengan gerakan pramuka. Pendidikan formal hanya memberi­ kan manfaat kecerdasan intelektual, sementara, untuk pembentukan karakter dan mental, gerakan pra­ muka sangat bagus dan cocok. “Jangan berpikir gerakan pramuka hanya ada di sekolah. Gerakan pra­ muka ada di mana-mana. Saka ada di perbankan, perusahaan swasta, komunitas, dll. Tantangan gerakan pramuka adalah banyak yang tidak tahu kalau pramuka ada di manamana. Mereka hanya berpikir pra­ muka ada di sekolah. Rencana ke depan, kami akan terus menyosial­ isasikan pramuka ini dengan bentuk web sehingga masyarakat luas bisa mengakses dan banyak yang tertarik untuk ikut bergabung,” kata Dewa Made Indra. (Wirati Astiti) kegiatan kepramukaan meneka­ nkan pada praktek. Namun, teori kepramukaan tetap diperhatikan dan diaplikasikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan segala kegiatan kepramukaan. Trisna menambahkan dalam kegiatan kepramukaan, lebih ban­ yak hal yang menyenangkan dari­ pada hal yang tidak menyenangkan. Hal yang paling menyenangkan dalam kegiatan kepramukaan ada­ lah kegiatan yang dilaksanakan di alam bebas. Disamping itu, mem­ peroleh teman baru, pengalaman baru, serta penyaluran hobi juga merupakan hal yang menyenang­ kan. Namun, di sisi lain hal duka yang dirasakan adalah ketika harus berpisah dengan teman-teman dalam suatu kegiatan. “Mendap­ atkan hadiah (maksudnya adalah hukuman karena dalam pramuka tidak ada istilah hukuman), dijahili teman, dan rasa lelah usai mengikuti kegiatan juga menjadi duka dalam mengikuti kegiatan kepramukaan,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Komang Trisna Mahartini, M.Pd.


22

“Kenapa banyak bunga, untuk apa? Kenapa banyak sesaji? Kenapa banyak patung? “ Begitulah antara lain pertanyaan para pelajar SMA yang sedang melakukan ‘Wisata Rumah Ibadah’ di Pura Aditya Rawamangun, Jakarta. Mereka bertanya dengan sangat antusias, maklum umumnya mereka baru pertama kali berkunjung ke Pura tempat sembahyang umat Hindu. Maka Pinandita Nyoman Sutisna pun dengan sabar menjelaskan satu persatu pertanyaan para siswa itu.

M

Sosialita

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

enurut Nyoman Sutisna, patung atau arca yang ada untuk membantu mempersonifikasi Tuhan guna memudahkan saat sembahyang. Dalam kesempatan itu ia juga menjelaskan tentang agama Hindu, tata cara beribadah umat Hindu juga sejarah bangunan Pura tersebut. Tak ketinggalan Sutisna juga menyinggung soal kewajiban pengunjung Pura memakai senteng atau selendang yang diikatkan di pinggang. Penjelasan tersebut dirasakan perlu karena ketika para siswa ini tiba di pura dan akan memasuki Pura, mereka diwajibkan memakai senteng yang memang sudah disediakan. Sebelumnya juga disampaikan bagi siswi yang sedang menstruasi dilarang memasuki kawasan suci, mereka dipersilahkan menunggu di pendapa dimana sesi penjelasan dan tanya-jawab digelar. Pura Aditya Jaya Rawamangun merupakan satu dari lima tempat ibadah yang dikunjungi oleh para siswa ini. Para siswa bukan saja antusias bertanya mereka juga antusias berkeliling Pura. “Aku seneng banget bisa ke sini. Ini pertama kalinya. Banyak hal baru dan pengetahuan baru yang aku dapat di rumah-rumah ibadah yang kami kunjungi tadi, termasuk di Pura Aditya,” ujar Ita antusias. ‘Wisata Rumah Ibadah’ merupakan event yang digelar Komunitas Bhinneka bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemda DKI Jakarta untuk para pelajar di DKI Jakarta. Pesertanya adalah pelajar SMA baik itu negeri maupun swasta. Komunitas Bhinneka memang baru didirikan. Namun gebrakannya dengan event ‘Wisata Rumah Ibadah’ mendapat sambutan hangat masyarakat karena dirasakan tepat di tengah semakin menonjolnya sikap-sikap intoleran sebagian masyarakat, tak terkecuali di Jakarta. Yang lebih terasa, tentu saja, ketika kita berselancar di media sosial. Ujaranujaran kebencian terhadap orang, suku, agama, ras, golong, begitu mudah dijumpai. Kondisi mengkhawatirkan ini tidak bisa dibiarkan. Maka tak heran akhir-akhir ini di Jakarta khususnya begitu banyak digelar acara-acara diskusi kebangsaan. Menjaga jangan sampai NKRI ‘terobek-robek’. Di sisi lain, banyak LSM juga bergerak dengan berbagai event untuk

Wisata Rumah Ibadah

Belajar Toleransi dan Pluralisme sejak Dini mempererat tali persaudaraan antara sesama anak bangsa. Komunitas Bhinneka misalnya, menyasar kepada generasi muda khususnya pada anakanak sekolah yang masih duduk di SD, SMP dan SMA. Komunitas ini pun sontak menggelar acara ‘Wisata Rumah Ibadah’. Memupuk sikap toleransi, menjelaskan tentang keberagaman bangsa Indonesia, pluralisme memang sebaiknya dilakukan sejak generasi muda berada dalam usia dini yakni SD, SMP SMA. Hal ini harus dipupuk terus agar kelak mereka tumbuh menjadi pemuda/ pemudi yang toleran dan mampu menghargai keberagaman yang ada di negeri sendiri maupun tempat lain. Event menarik ini untuk pertama kalinya digelar di Bandung, Mei lalu, pesertanya adalah anak-anak SD. Mereka diajak berkeliling sejumlah tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Pura, Wihara. Di Jakarta, wisata rumah ibadah ini pertama kali digelar Juni 2017 lalu. Pesertanya adalah murid-murid SMA baik negeri maupun swasta. Sebenarnya, banyaknya sekolahsekolah yang mendaftar ingin ikut event tersebut. Namun karena tempat terbatas maka ketika gelombang pertama Juni lalu, tidak semua bisa ikut serta. Barulah pada Rabu 9 Agustus 2017 lalu, acara ‘Wisata Rumah Ibadah’ digelar lagi. Seperti pada gelombang pertama maka gelombang kedua ini pesertanya adalah 126 siswa SMA negeri dan swasta serta sejumlah fasilitator. Seperti sebelumnya maka para siswa/siswi ini diajak mengunjungi rumah-rumah ibadah di Jakarta yakni, Gereja Imanuel, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Vihara Bahtera Bhakti Anco, dan Pura Aditya Jaya Rawamangun. “Kami juga para orangtua konsen agar anak-anak untuk melihat situasi yang sebenarnya di Indonesia. Jadi sebenarnya, kan, tidak seperti itu (sebagaimana tercermin di medsos), tidak seperti yang mereka (anak-anak) baca di medsos, dll. Bahwa sesungguhnya kita lebih toleran, lebih bisa memahami satu dengan yang lain, lebih bisa bekerja sama membangun bangsa serta menghayati semua sila-sila yang ada di Pancasila,” ujar Endah Nurdiana dari Komunitas Bhinneka. MEMBUKA WAWASAN TENTANG TOLERANSI DAN KEBERAGAMAN Menurut Endah, kegiatan Wisata

Endah Nurdiana (dua dari kiri) dari Komunitas Bhinneka bersama rekan-rekannya.

Rumah Ibadah, hanyalah salah satu dari event yang bakal digelar komunitasnya. “Masih ada lagi kegiatan menarik lainnya yang terkait dengan rumah ibadah,” ujarnya. “Kegiatan semacam ini pertama kali kami gelar di Bandung pesertanya adalah siswa SD. Kemudian di Jakarta pada Juni lalu, dan sekarang yang kedua kalinya. Salah satu tujuannya adalah menanamkan toleransi kepada anak-anak usia sekolah,” tambah Endah. Visinya, lanjut Endah, sebenarnya sederhana yakni kita ingin anak-anak belajar hal lain. Yang selama ini mereka dapat kebanyakan soal perseteruan, keributan antara umat beragama. “Nah kita ingin sesuatu yang berbeda. Kita ingin anak-anak belajar bertoleransi sejak dini. Bahwa toleransi itu menyenangkan. Wisata ini akan menambah wawasan mereka. Mereka bisa melihat langsung bagaimana pluralisme yang sebenarnya,” tambahnya. Untuk anak-anak usia SMA, maka tahun 2019 mendatang mereka akan menjadi pemilih dalam Pemilihan Presiden maupun Pemilihan Legislatif. Dengan adanya wawasan tentang toleransi, pluralisme, maka diharapkan nantinya

mereka bisa memilih pemimpin dengan bijak. “Jadi membuka wawasan bahwa walaupun agama berbeda tapi tetap bisa damai,” tambahnya. Hal senada juga disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberi sambutan di hadapan para peserta Wisata Rumah Ibadah. “Ini adalah sebuah program dimana kita masing-masing belajar, belajar bukan hanya terkait dengan agama yang kita anut tapi juga belajar tentang agama yang dianut saudara-saudara kita,” ujar Lukman dalam pidatonya di halaman gedung Kementerian Agama, Gambir, Jakarta Pusat. Menurut Lukman, sikap toleransi merupakan modal utama dalam kemajemukan. “Menganut agama haruslah dengan iman. Jangan kita menyalah-nyalahkan yang berbeda dengan kita. Justru kita harus bertoleransi, menghargai sebagaimana kita menghormati keimanan dan keyakinan kita. Dalam hidup di tengah kemajemukan saya sangat bersyukur belajar dari keberagaman sehingga mudahmudahan kita mendapat kearifan dari kegiatan ini,” ucap Lukman sembari berharap kegiatan semacam ini bisa

terus berlanjut. Terkait aksi intoleran, menurut Lukman, memiliki latar belakang yang kompleks. Bukan hanya karena faktor keberagaman tapi juga tingkat stres masyarakat, dll. Akibatnya, sebagian dari kita mudah tersulut emosi. “Keragaman kita bukan hanya agama tapi juga etnis, budaya dan bahasa,” ucapnya. Keberadaan agama adalah untuk meredam aksi intoleransi itu. “Tantangan bagaimana agama bisa ikut hadir meredam hal-hal negatif itu. Semua umat beragama mampu mengembalikan esensi agama yang memanusiakan manusia. Bukan meniadakan eksistensi sesama. Jadi, ayo mari kita mengembalikan agama pada esensi yang sesungguhnya,” kata Lukman. Seusai acara pelepasan, para peserta pun beranjak dari gedung Kementerian Agama menuju Gereja Immanuel yang terletak tepat di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Gereja ini merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia. Mulai dibangun tahun 1834 dan selesai pada 1839. Konon, gereja ini diresmikan sekaligus untuk menghormati Raja Belanda Willem I (1813-1840). Karenanya di bagian gedung gereja tercantum nama ‘Willemskerk’. Sampai sekarang pun selain ibadah dalam bahasa Indonesia, gereja ini juga menyelenggarakan ibadah dalam bahasa Belanda. Di Gereja Immanuel ini, para pelajar disambut oleh Pendeta Chiko Pinaria Seren. Kepada siswa dijelaskan tentang sejarah gedung gereja juga sekilas tentang ibadah Kristen Protestan. Mereka juga diberi kesempatan melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti. Dari Gereja Immanuel, para pelajar ini meluncur ke ‘Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga’ atau biasa dikenal masyarakat dengan nama Gereja Katedral. Gedung gereja dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa ini diresmikan tahun 1901. Konon, Gereja Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu. Karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810 telah terbakar pada 27 Juli 1826, bahkan juga sempat roboh pada Mei 1890. Seperti halnya memasuki Gereja Immanuel dimana para siswa ini begitu kagum dengan bangunan gereja, demikian halnya ketika mereka memasuki Gereja Khatolik Katedral, dimana sebagian dari siswa itu mengaku baru pertama kali mengunjungi gereja tersebut. Kepada para pelajar Romo Hani Rudi Hartoko bukan hanya menjelaskan tentang sejarah gereja tapi juga tata cara beribadah, salah satunya tentang air suci yang ada di samping pintu gereja. Menurutnya, itu merupakan simbol baptis yakni dalam nama ‘Bapa, Putra dan Roh Kudus’. “Jadi air simbol penyucian diri. Nah sebelum memasuki gereja kita mengambil air suci itu sebagai simbol. Sama seperti Muslim misalnya dengan wudhu, dan teman teman Hindu dengan memercik air. Jadi maknanya kurang lebih sama,” jelasnya. Dari Gereja Katedral, para siswa pun menyeberang ke depan yakni ke Masjid Istiqlal yang letaknya memang berhadap-hadapan dengan Gereja Katedral. (Diana Runtu)

PT. BPR Bank Kertiawan pada Rabu (9/8) genap berusia 23 tahun. Selama 23 tahun pula beragam situasi dan kondisi pernah dihadapi oleh perusahaan, dan hingga kini tetap eksis di dunia perbankan untuk melayani nasabah dan masyarakat.

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

HUT ke-23 PT. BPR Bank Kertiawan

Melangkah Pasti Hadapi Persaingan Emic menyebutkan keistimewaan PT. BPR Bank Kertiawan, adalah karena memiliki produk-produk yang mampu memfasilitasi kebutuhan layanan keuangan para nasabahnya. SDM-nya pun dalam satu tim yang solid dan selalu siap untuk membantu serta memperlakukan seluruh relasinya sebagai seorang sahabat. Sahabat yang selalu setia, tulus, ada dalam kondisi senang maupun di masa sulit. Selalu mengembangkan sikap bersinergi berdasarkan dharma untuk keberhasilan bersama. SDM –nya juga memiliki semangat untuk terus berkreativitas dan berinovasi agar terus ada, tumbuh, berkembang dan memiliki daya saing dalam industri layanan keuangan. Selanjutnya untuk menjaga citra dan nama baik Bank serta meningkatkan Brand Loyalty dan Brand Equity Bank, saat ini Bank Kertiawan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Tercermin di tahun 2017 kembali diperolehnya Infobank Award dengan kinerja “Sangat Bagus” selama 7 tahun berturut-turut. Disamping itu juga terpilih sebagai finalis BPR Terbaik

D

alam rangka HUT ke 23 PT BPR Bank Kertiawan mengusung tema “Melangkah Pasti Menghadapi Persaingan dengan Kreativitas dan Inovasi demi Peningkatan Prestasi “. Dalam perjalanannya, PT BPR Bank Kertiawan telah melakukan berbagai langkah atau upaya dalam menghadapi persaingan selama ini. Selanjutnya untuk perayaan HUT kali ini PT BPR Bank Kertiawan, melaksanakan serangkaian kegiatan yang turut melestarikan Budaya Bali. Beberapa perlombaan dilaksanakan di antara staf karyawan dan karyawati demi membangkitkan kreativitas mereka. Mulai dari membuat gebogan, lamak sampian, canang sari hingga kwangen yang dilangsungkan pada Selasa (1/8). Kegiatan menarik lainnya adalah digelarnya ‘Lomba Busana Adat ke Pura dan Lomba Busana ke Kondangan Berpasangan’ pada Rabu (2/8). Sementara untuk alokasi CSR-nya, PT. BPR Bank Kertiawan membagi kebahagiaan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan melakukan pembagian sembako di wilayah Br. Buruan, Desa Buruan, Blahbatuh, Gia­ nyar pada Sabtu (5/8) karena Kantor Cabang ­Gianyar berada di Desa ­Buruan sehingga bisa lebih dekat dengan masyarakat di sana. Selanjutnya juga dilaksanakan pendakian ke Gunung Batur serta tidak ketinggalan acara seremonial dengan pemotongan kue ulang tahun pada Rabu (9/8). Dilaksanakannya berbagai kegiatan tersebut, menurut Emic Dwi Setyawati G.S., S.E., M.B.A. Direktur Utama PT. BPR Bank Kertiawan, adalah untuk menjalin keakraban dan semangat kebersamaan antar karyawan – karyawati di ling­kungan PT BPR Bank Kertiawan, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kami kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah yang diberikanNya. Sebab, di tengah situasi yang penuh dengan persaingan dan kondisi bisnis yang lesu PT BPR Bank Kertiawan masih tetap eksis. Berikutnya, Emic menyebutkan jika di setiap langkah dalam keseharian dan pelaksanaan tugas seluruh tim kerja PT. BPR Bank Kertiawan berpegang pada Motto Bank Kertiawan dalam pelayanan yakni “One Team, One Spirit, One Goal”. “Dengan satu tim yang solid, disertai satu semangat melayani dengan sepenuh hati serta satu tujuan pencapaian visi Bank Kertiawan juga menjadikan Bank Kertiawan di tahun 2017 ini tetap eksis memperoleh beberapa penghargaan. Kinerja Berbuah Penghargaan Lebih lanjut Emic Dwi Setyawati juga mengatakan bahwa pengelolaan bank dilaksanakan dengan menerapkan ‘Tata Kelola’ yang baik sehingga bank

3

memiliki fondasi yang kokoh untuk terus berkembang. Kemudian, membuat perencanaan bisnis yang terus dipakai sebagai acuan dan target kerja, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dikaitkannya pula PT. BPR Bank Kertiawan selalu menjaga transparansi kondisi bank dengan mencantumkan

kondisi BPR di website resmi bank dan media massa. Juga menjauhkan benturan - benturan kepentingan untuk meningkatkan kepercayaan para stakeholder. “Kami juga melakukan inovasi program dan produk yang telah ada yaitu dengan meluncurkan produk Tabungan Arisan, Deposito Plus+, serta Program Kado Kredit Kertiawan,” ujar Emic Dwi Setyawati. Terkait peningkatan kompetensi SDM, PT. BPR Bank Kertiawan telah melaksanakan Training Need Assignment. Program pelatihan dan fasilitator telah dijadwalkan atau dipogramkan sejak awal tahun. Hal ini dipilih ber-

dasarkan keperluan dari perusahaan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapannya dan yang penting mampu diterapkan oleh para karyawan dengan baik. “Misalnya, ketika ada kecendrungan penurunan kolektibilitas kredit, maka diadakan pelatihan analisa kredit oleh I Nyoman Duari,” katanya menekankan.

Begitu pula telah dilakukan ­ enerapan teknologi informasi (TI) dan p komunikasi untuk menunjang kegiatan operasional dari hulu ke hilir, sehingga

risiko-risiko dapat terkendali. Selanjutnya kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan seperti penggunaan android untuk setoran tabungan nasabah di luar banking hall untuk mengurangi fraud. “Perihal proses dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan sepenuhnya dilakukan dengan transparan dalam pengawasan Dewan Komisaris serta didukung penuh oleh para pemegang saham,” tegasnya

se-Indonesia dalam Anugerah BPR Indonesia V-2017 yang akan diumumkan pada acara Peringatan 50 tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Singapura di Hall KBRI Singapura pada 23 Agustus 2017. -ard

PT. BPR BANK KERTIAWAN KINERJA KEUANGAN Periode: 31 Juli 2017


4

Sudut Pandang

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Pramuka Tanamkan Kedisiplinan dan Kemandirian Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah. Meskipun kegiatan ini lebih banyak diikuti saat se­ seorang masih di SD atau SMP, namun, sebagian orang masih memiliki memori khusus tentang pramuka. Bahwa pramuka bukan hanya sekadar kegiatan berbaris, tepuk tangan, atau urusan mencari jejak tapi kegiatan yang menarik dan me­ ngandung pendidikan. Berikut sebagian pengalama yang per­ nah dirasakan atau tercatat di ingatan dua orang ibu ini.

“S

aya ikut pramu­ ka ketika masih di sekolah dasar (SD). Kebetulan pembina kami Kak Dede adalah orang yang sangat kreatif. Sehingga, tidak hanya ilmu tentang kemandi­ rian yang kami dapat, tapi kami juga banyak beraktivitas di bidang teater dan seni lainnya,” ujar Ida Ayu Oka Sunaryathi, seorang pengusaha wanita di Kota Denpasar. Menurutnya dengan mengi­ kuti pramuka, dirinya sadar menda­ patkan manfaat bukan hanya men­ jadi pribadi yang mandiri dan punya bekal untuk dapat mengatasi masalah ketika itu. Masih soal ke­ mandirian, misalnya suatu saat kita

mengalami kecelakaan di tempat terpencil atau jauh dari tempat umum, maka kita bisa dengan cepat menanganinya karena di kegiatan pramuka sudah diajarkan juga P3K “Saat belajar tentang sandi-sandi, kode-kode lainnya serta belajar ber­ bagai simpul, ini menunjukkan kalau kita nantinya bisa bertahan hidup dalam keadaan genting sekalipun,” katanya sambil menyampaikan sebuah pengalaman berkesan. Ia bercerita kepada Tokoh, ketika ia dan teman-temannya belajar rayap tambang. Di sana katanya, ia merasa mampu mengatasi rasa takutnya. Intinya kata Dayu Oka, pramuka adalah wahana pendidikan nonfor­

dr. D.A. Mas Shintya Dewi mal sebab di sanalah ia merasakan digembleng, termasuk bisa belajar tentang berbagi keterampilan. Di aktivitas pramuka juga ia kembali menekankan berhasil disusupi jiwa kepemimpinan, kejujuran, disiplin, serta tanggung jawab, untuk me­ nangani jika ada masalah termasuk bagaimana mengatasinya. Den­ gan berbagai bentuk kegiatan di pramuka juga, katanya ia mampu menumbuhkan rasa nasionalisme

pada dirinya sejak kecil S e m e n t a r a d r. D . A . M a s Shintya Dewi., Sp. An., menga­ takan pernah mengikuti kegiatan pramuka sejak SD hingga SMP kemudian dilanjutkan dengan Palang Merah Remaja (PMR) serta Tim Bantuan Medis (TBM) Mengikuti kegiatan pramuka, su­ kanya bisa kumpul bareng teman– temannya dan mendapatkan saha­ bat-sahabat baru untuk memacu semangat bertukar informasi. Di sana ada gotong royong, saling berbagi, saling bantu dalam keber­ samaan, juga kerja sama dengan tim. “Semua itu menjadikan kami lebih mandiri tapi tetap punya rasa empati dan pastinya sangat berguna dan terpakai sampai sekarang. Di Pramuka juga saat bersama, misalnya dalam satu tenda, kita tidak boleh egois, tapi saling menghormati satu sama lain serta mau berbagi, saling tolong dan saling peduli,” ucapnya. Kalau bicara dukanya pasti ada juga, katanya merasa capek, tidak bisa cantik karena jorok (kadang mandi kadang nggak), karena keg­ iatannya lebih sering di luar ruangan maka tak terhindarkan kulit hangus,

Bangga Jadi Pramuka

Tika Bisono Berkemah, berpetualang di alam, jalan-jalan di kuburan di malam hari, dll. Itulah antara lain kenangan yang paling diingat oleh sebagain dari mereka yang pada masa kecil dan masa remajanya pernah mengikuti kegiatan pra­ muka. Bagi anak-anak usia SD, SMP, mengikuti berbagai kegiatan pramuka pasti terasa excited. Apalagi urusan berkemah dan bertualang. Kenangan itu pasti tidak terlupakan. Itu juga yang dirasakan dua selebriti, Olivia Zalianty dan Tika Bisono ketika diminta mengingat kenangan mereka tentang pra­ muka. Keduanya berkecimpung di kegiatan pramuka sejak masih kecil hingga remaja. Bedanya, Olivia setelah sempat vakum di kepra­ mukaan cukup lama akhirnya kini kembali masuk pramuka, sedan­ gkan Tika Bisono aktivitasnya di kepramukaan terhenti saat kelas I SMP karena ikut orangtuanya yang

bertugas ke Amerika. “Ketika kembali ke Indo­ nesia, tepatnya ke Jakarta, saya masuk sekolah yang tidak ada kegiatan pramuka. Meski tidak lagi pramuka na­ mun nilai-nilai yang diajarkan selama aku berkecimpung di kepramukaan tetap me­ lekat dalam kehidupan aku hingga sekarang,” ungkap Tika yang sekarang tengah menyusun disertasi S3-nya yang berjudul ‘Member­ dayakan Otak Kanan yang sudah Lama ‘Mati’’. Putri Remaja 1978 ini mulai menekuni pramuka sejak siaga namun mulai sepenuhnya aktif pada se­ mua kegiatan pramuka saat kelas III SD hingga kelas 1 SMP. “Saat itu aku tinggal Sumatera Selatan, kemudian pindah ke Lirik, Riau, karena papa aku kerja di perusahaan min­ yak di sana. Masa itu aku sangat aktif di kegiatan pramuka sekolah,” tutur pelantun tembang hits ‘Ke­ tika Senyummu Hadir’, ini. “Yang namanya anak-anak, rasanya bangga sekali menjadi pra­ muka dengan seragam yang keren, ada lambang-lambang, ada badge. Dulu itu rasanya hebat betul! Jadi Tika kecil sangat bangga jadi ‘scout girl’ hahaha,” kenang psikolog kondang ini. Meski hanya beberapa tahun menekuni pramuka, Tika merasa banyak nilai-nilai positif yang dia­ jarkan dalam kepramukaan yang sampai sekarang tetap melekat dalam kehidupannya. Baginya, aktivitas kepramukaan bukan ak­ tivitas biasa namun merupakan pembentukan karakter pribadi yang sangat penting yang dimulai sejak anak masih kecil. “Nilai-nilai seperti komitmen, kedisiplinan, gotong royong, mem­

bantu orang lain yang sedang kesu­ litan, dll, semua itu ditanamkan se­ jak kecil. Toleransi dan menghargai perbedaan, itu pun ditanamkan ke­ pada setiap anak anggota pramuka. Untuk aku pribadi, begitu melekat sampai sekarang. Jadi meski aku sudah tidak lagi mengikuti pramuka namun apa yang ditanamkan sangat bermanfaat dalam hidup aku. Bagi aku Pramuka itu bukan bajunya tapi bagaimana kita menjiwai apa yang disampaikan dalam Sumpah Pramuka. Menjalankan Sumpah Pramuka dalam kehidupan seharihari, baik kita berbaju pramuka atau pun tidak,” tegasnya. Pramuka, tegas Tika, jika dijalankan sungguh-sungguh san­ gat penting bagi pembangunan karakter pribadi maupun bangsa. Karenanya sangat tepat jika pendidikan kepramukaan di­ masukkan dalam kurikulum pela­ jaran sekolah. “Kalau Pramuka dianggap sebagai bagian dari character building maka masuk­ kan pendidikan kepramukaan dalam kurikulum pelajaran bu­ kan cuma ekstrakurikuler biasa. Wajibkan semua sekolah bukan cuma sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta bahkan sekolah internasional menyelenggarakan pendidikan kepramukaan,” tegas Tika yang sempat kecewa karena di sekolah anaknya ternyata tidak ada kegiatan pramuka. Apa yang diharapkan Tika Bisono ini agaknya telah direal­ isasikan pemerintah, setidaknya pendidikan kepramukaan saat ini telah dijadikan ekstrakurikuler wajib untuk setiap sekolah. Itu juga masuk dalam Kurikulum 2013. Jadi kalau sebelumnya pramuka hanya lah kegiatan ekstrakurikuler murni maka pada Kurikulum 2013, pramuka hadir dalam bentuk Pen­ didikan Kepramukaan. Tentang pendidikan pramuka

Olivia Zalianty menjadi ekstrakurikulum wa­ jib juga dibenarkan oleh Olivia Zalianty, artis yang kini menjadi pengurus Kwartir Nasional Gera­ kan Pramuka bidang Komunikasi dan Informasi. “Iya kalau dulu kan pramuka hanya menjadi ekstrakurikuler biasa, boleh ikut-boleh tidak. Nah sekarang sudah menjadi ekstrakuri­ kuler wajib. Harapannya, kita bisa membentuk karakter bangsa lewat kegiatan-kegiatan pramuka. Kita juga bisa dekat dengan generasi muda,” jelas adik artis Marcella Zalianty yang kini menjadi Ketua Umum Parfi 1956. Seperti halnya Tika, Olivia juga dengan tegas mengatakan, ikut serta dalam kegiatan pramuka sangat penting bagi generasi muda karena kegiatan pramuka bukan hanya bisa membentuk karakter pribadi tapi juga karakter bangsa. “Kita tahu, ujung tombak masa depan bangsa adalah anak-anak muda. Pramuka bisa dijadikan alat reformasi untuk membentuk kara­ kter bangsa khususnya anak-anak muda. Karena kalau kita lihat seka­ rang ini ya, banyak sekali masalah

hitam dan kumal. “Kenangan menariknya saat mengikuiti Persami (perkemahan sabtu minggu) di jeritan malam terus kami makan nasi megibung di atas tanah beralaskan plastik bening meteran itu,” katanya lagi masih tersenyum sembari menam­ bahkan bahwa di sana juga mereka diajarkan untuk lebih akrab dengan alam, mencintai lingkungan serta melestarikannya. (Sri Ardhini)

Dayu Oka yang terjadi khususnya di kalangan anak muda. Tingkah mereka ‘anehaneh’, ya tawuran lah, gank motor lah, dll. Itu sebenarnya kan berasal dari diri sendiri. Mau melakukan apapun ya dari diri sendiri. Nah pramuka sangat bagus, khusus­ nya dalam membentuk karakter pribadi, karakter bangsa,” ungkap pemeran film ‘Ada Apa Dengan Cinta’ ini. Gadis cantik kelahiran Okto­ ber 1981 ini mengaku sejak kecil diarahkan ibunya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kakaknya, Marcella pun dulunya juga anggota pramuka. “Jadi kami memang sejak kecil sudah diarah­ kan mama untuk ikut pramuka,” ungkap Olivia. Meski sudah lama berlalu, namun ujar penggemar travelling, petualang di alam dan diving ini, mengaku masih ingat jelas kenan­ gannya saat berkegiatan pramuka waktu kecil. “Yang paling aku inget saat berkemah hahahah. Kita-kita kan masih kecil, trus berkemah di lapangan sekolah. Wah rasanya senang banget ya, meski cuma berkemah di lapangan sekolah hahah. Nah kalau malam biasanya kakak-kakak suka takut-takutin tuh, kita pada menjerit ketaku­ tan. Ya biasa lah namanya juga anak-anak,” tutur Olivia sambil tertawa. Seperti umumnya anak-anak maka Olivia yang juga atlet wushu nasional, mengaku, sangat me­ nyukai kegiatan perkemahan dan pendidikan alam. Berbagai hal yang didapatnya dalam pendidikan kepramukaan sejak kecil, diakui Olivia sangat membantunya men­ jalani kehidupan. Ia menjadi sangat menyukai alam. Ia juga mampu beraktivitas dalam situasi yang sangat terbatas. Ilmu itu, didapatnya dari pramuka. “Kegiatan-kegiatan kepramu­ kaan sangat bermanfaat untuk hidup aku,” ujar Olivia yang kerap berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia terkait event-event pramuka. (Diana Runtu)

Mandalika

21

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Gubernur NTB Sidak Instansi Pelayanan Publik

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke beberapa instansi penyelenggara layanan publik lingkup Pemerintah Provinsi NTB yang bersentuhan langsung dengan pelayanan dasar masyarakat. Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP), Kantor Layanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, menjadi tujuan Sidak Gubernur be­ berapa waktu lalu. Sidak itu dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelayanan publik di instansi-instansi tersebut berjalan baik, lancar dan sesuai prosedur yang ditetapkan.

D

i RSUP, Gubernur NTB mengecek satu persatu pe­ layanan yang di­ lakukan di hampir semua klinik dan bagian yang ada, seperti bagian administrasi, ruang Net­ work Operation Center (NOC), Instalasi JPK, Klinik Jantung, Klinik Rehabilitasi Medik, Klinik Dalam, Klinik Anak, Klinik Bedah serta bagian pelayanan lain yang ber­ hubungan langsung dengan pasien. Di ruang bedah Onkologi, Majdi sempat berbincang dengan para­ medis mengenai sejumlah penya­ kit yang dikeluhkan masyarakat, terutama penyakit kanker. Ditemani Direktur Rumah

“Pelayanannya sudah baik. Pe­ layanan di RSUP ini telah menun­ jukkan pelayanan yang memanu­ siakan. Namun tetap harus terus dimaksimalkan,” katanya. Usai melakukan peninjauan keliling di seluruh area vital rumah sakit terbesar di Provinsi NTB, sempat pula Gubernur NTB ini melakukan ramah tamah dengan para medis dan dokter petu­ gas pendamping Haji asal NTB musim haji tahun 2017 di Aula Per­ temuan Rumah Sakit tersebut. Ia sangat mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih ke­ pada seluruh jajaran rumah sakit, termasuk petugas kebersihan (outsorsing) atas kemajuan pe­

Gubernur NTB berinteraksi dengan pasien saat melakukan Sidak di RSUP NTB

Sakit, dr. H. L. Hamzi Fikri, MM, ia mendapatkan banyak informasi yang menjadi munculnya penyakit ganas seperti kanker payudara, salah satunya adalah disebabkan oleh gaya hidup. Dari informasi itu, Majdi meminta agar rumah sakit dan dinas kesehatan un­ tuk meningkatkan penyuluhan terkait pola hidup sehat. Sehingga masyarakat mendapatkan infor­ masi utuh serta pola-pola yang diterapkan agar terhindar dari penyakit tersebut. Selain berinteraksi dengan petugas kesehatan dan dokter di rumah sakit tersebut, Majdi juga berbincang dengan masyarakat yang tengah berobat di rumah sakit tersebut guna menggali informasi mengenai pelayanan masyarakat di rumah sakit. Ter­ masuk menanyakan kesulitan-ke­ sulitan yang dihadapi saat menda­ patkan perawatan di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan. Selain pelayanan, ia turut mengecek kebersihan di setiap sudut ruangan pelayanan publik dan juga ruang kerja petugas. Dari hasil sidak tersebut, Gu­ bernur NTB menyatakan bahwa kondisi pelayanan kesehatan di ru­ mah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB saat ini sudah cukup baik.

layanan, termasuk kebersihan­ nya. Pujian dilontarkannya atas kemajuan tersebut. Terutama pada penyediaan fasilitas pe­ layanan medis, mulai dari gedung, ruang perawatan, poli, apotik dan peralatan medis yang memadai. Dengan dukungan peralatan ini, maka fungsi pokok rumah sakit ini dapat berjalan cukup baik. Ia mengingatkan bahwa pelayan yang sudah baik, terutama dari aspek nyata berupa kecanggihan peralatan tersebut, harus diiringi pula dengan dukungan aspek yang tidak tampak, yaitu semangat pe­ layanan dari segenap SDM rumah sakit, yakni dengan terus memak­

Sidak Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

simalkan koordinasi antara unit layanan, serta meningkatkan skill SDM maupun keramahtamahan­ nya dalam memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Meski secara umum, pelayan­ an RSUP sudah semakin baik, namun ada catatan yang menjadi temuan Gubernur NTB adalah kebersihan pada ruangan-ruan­ gan tertentu yang tidak diakses masyarakat, seperti di ruang far­ masi, masih dinilai kurang. Semua area tersebut diharapkan terjaga dan diperhatikan kebersihannya. “Ini artinya menjaga kebersihan harus konprehensif,” ujar Majdi. Selain itu, saat mengunjungi ruang perawatan bedah onkologi, Gubernur mendapatkan penjela­ san dari dokter spesialis bedah, bahwa trend penyakit kanker payudara pada satu semester tahun ini yang ditangani rumah sakit, sama jumlahnya dengan tahun lalu. Padahal penyakit itu terkait dengan gaya hidup (lifestyle) yang penanganannya berada di hulu atau bersinergi dengan instasi terkait lainnya, seperti dinas kesehatan. Karena itu, Gubernur kemudian mengin­ struksikan kepada Direktur RSUP agar terus melakukan evaluasi dan mengkonsolidasi seluruh struktur. Ia juga mengingatkan pentingnya konsolidasi dan sinkronisasi den­ gan dinas kesehatan dalam men­ gatasi masalah kesehatan. Usai Sidak di RSUP, Gubernur NTB kemudian mendatangi Kan­ tor Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang be­

Bersama peserta Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) di Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB

rada di Jalan Udayana, Kota Ma­ taram. Di tempat itu, ia sempat berbincang dengan sejumlah Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan sejumlah negara lainnya. Sebagian besar Calon TKI yang diajaknya berbincang ada­ lah mereka yang saat itu sedang mengurus Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN), Passport dan sejumlah administrasi lainnya. Majdi meminta mereka untuk melengkapi semua berkas yang dibutuhkan untuk menghindari masalah saat nanti sudah bekerja di luar negeri. Di ruang pelayanan, Gubernur berdialog dengan petu­ gas, untuk menjaring informasi, termasuk jaminan-jaminan dan hak-hak yang diperoleh TKI ketika mendapat masalah di luar negeri. Ia meminta seluruh petugas un­ tuk melayani masyarakat dengan baik, tulus serta mengedepankan keramahan.

Dari kantor LTSP, berjalan kaki menuju kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, UPTD Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB yang berada tidak jauh dari kantor LTSP-TKI. Ia masuk ruangan pelatihan. Saat itu sedang diselenggarakan Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). Dialog terkait ke­ butuhan dan masalah yang perlu ditangani di desa masing-masing dilakukan dengan para peserta. Sekalian ia mengajak pemudapemudi yang tengah mengikuti pelatihan tersebut untuk senan­ tiasa memberikan sumbangsih positif bagi desa masing-masing, sehingga seluruh program yang ada di desa dapat berjalan lancar dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. “Sepulang dari pelatihan ini, datangilah orangorang yang memiliki pengaruh di desa itu dan lakukan yang terbaik untuk desa anda,” pesan Majdi. (Naniek I. Taufan)

Gubernur NTB berdialog dengan para petugas pelayanan di RSUP NTB

Inspeksi mendadak Gubernur NTB di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi UPTD Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB


20

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Peringatan HAN 2017 di NTB

Nine

Perlu Intervensi Keluarga dan PAUD

Intervensi lembaga keluarga dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat diperlukan dalam mengawal generasi muda yang kelak akan membawa tongkat estafet kepemimpinan di negeri ini. Karena hal tersebutlah yang akan menjamin tumbuh kembang anak yang searah dan seimbang, anak yang terlahir sehat, cerdas dan berkualitas. “Momentum Hari Anak Nasional 2017 menjadi ajang bagi kita semua untuk saling mengingatkan bahwa tugas pemerintah sama dengan tugas para orang tua dan guru, yakni menyiapkan generasi-generasi mendatang yang berkualitas,” ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ir. H. Rosiady H. Sayuti siang tadi saat membuka acara peringatan Hari Anak Nasional tingkat Provinsi NTB beberapa waktu lalu di Balai Sosial Asuhan Anak.

Intervensi lembaga keluarga dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat diperlukan dalam mengawal generasi muda yang kelak akan membawa tongkat estafet kepemimpinan di negeri ini

I

a menegaskan bahwa hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama semua pihak. Pada acara yang bertemakan “One Day For

Children” ini, Sekda NTB berpesan kepada seluruh anak-anak yang hadir agar terus belajar tanpa henti hingga tak terbatas. “Belajarlah sejak dari buaian ibu sampai

ke liang lahat,” ajaknya. Pada kegiatan ini, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB yang diwakili Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Hj. Fitri, menyampaikan bahwa permasalahan sosial pada anak saat ini dinilainya demikian kompleks, sehingga diperlukan program yang berkelanjutan dan peran serta seluruh masyarakat dalam hal terkait. “Permasalahan anak di bangsa ini tergolong sebagai status yang luar biasa, dengan demikian harus ada penanganan dan perhatian khusus dari semua pihak,” ujarnya. Fitri juga mengungkapkan data mengenai kasus-kasus terkait anak di NTB. Data per Juni 2017 tercatat setidaknya ada 89 kasus kekerasan terhadap anak, 23 kasus di antaranya adalah kasus pencabulan. Ada pula kasus permasalahan sosial, kesulitan ekonomi, kemiskinan dan perkembangan teknologi informasi yang

kegiatan mengajak ribuan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia untuk saling berkunjung ke berbagai provinsi di tanah air. Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH. M.Si menegaskan hal itu saat acara penerimaan dan pelepasan 49 orang siswa/ siswi peserta SMN dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk NTB, dan siswa/siswi dari NTB untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB di Mataram, beberapa waktu lalu. Apresiasi disampaikan Amin atas terlaksananya program pertukaran ini secara berkelanjutan. “Ini menjadi modal bagi kita untuk membangun, menggali informasi, dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan kita,” ujarnya.

begitu pesat menyebabkan ketidak berdayaan keluarga menjalankan peran serta dalam menjaga anakanak dari keterlantaran, kekerasan dan eksploitasi. “Setiap anak memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan hubungan dengan orang tuanya, kesejahteraan diri, keselamatan dan pengasuhan yang berkelanjutan adalah hal yang paling diperlukan oleh anak,” ungkap Fitri. Ia mengimbau, kepada para orang tua dan Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) sebagai lembaga yang memelihara anakanak terlantar dapat memberikan bimbingan, pengertian, dan informasi bagaimana terkait cara anak-anak melindungi diri dari

Pelepasan dan penerimaan peserta SMN ditandai dengan pengalungan tanda peserta secara simbolis kepada perwakilan peserta dari NTB dan NAD oleh Wakil Gubernur NTB

Sebanyak 20 orang anak menjadi perwakilan peserta dari NTB dan tiga orang pendampingnya untuk Aceh tahun 2017 ini. Mereka semua berasal dari siswa siswi SMA, SMK dan SLB. Sedangkan, dari NAD untuk NTB juga sebanyak 23 orang termasuk pendamping 3 orang. Perwakilan Kementerian BUMN, Ony Suprihartono mengungkapkan bahwa Siswa Mengenal Nusan-

5

“Sanur Jegeg”

Gelar Fashion Show Kebaya Kutu Baru

Rosiyadi Sayuti bersama anak-anak NTB saat peringatan Hari Anak Nasional di Mataram

tindak kejahatan. Senada dengan apa yang diungkapkan Rosiyadi, Arief Sapta Wijaya dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial RI pun berharap anak-anak dapat menjaga diri dari pengaruh negatif di lingkungan sekitar, termasuk di rumah. Arief Sapta Wijaya menegaskan pentingnya pengawasan terhadap penggunaan media teknologi informasi seperti internet, seperti pemilihan konten dan situs yang sesuai batasan usia dan norma, agar nantinya tidak mengganggu mental dan tumbuh kembang anak. “Mari tumbuhkan potensi anak yang ada, agar memiliki mental yang tangguh,” katanya. (Naniek I. Taufan)

Tanamkan Cinta Tanah Air sejak Dini lewat Program SMN Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia bersinergi dengan Jasa Raharja, PT. Indofarma Tbk dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI), sejak tahun 2015 meluncurkan Program Siswa Mengenal Nusantara (SMN). Program yang berbentuk pertukaran pelajar antar provinsi se-Indonesia itu, sangat strategis dalam menumbuhkan semangat persaudaraan serta persatuan dan kesatuan di antara pelajar guna menjaga keutuhan NKRI. Sebab dengan saling mengenal kebudayaan dan kepribadian satu sama lain, akan lahir generasi bangsa yang berwawasan luas, berkarakter dan mencintai tanah air dan bangsanya. Program SMN merupakan

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

tara sudah dimulai sejak 2015 dan merupakan program yang berkelanjutan. Tidak hanya itu, pihaknya juga meluncurkan program-program bantuan lainnya seperti bantuan laboratorium bagi Sekolah Menengah Kejuruan, Bedah Rumah Veteran, Pembinaan Eks. Narapidana, Pembinaan Mantan Atlet, dan Pembinaan Desa Tertinggal. Tujuan diadakannya program SMN ini, tidak lain untuk menanamkan sejak dini kepada para siswa-siswi cinta tanah air, menghargai perbedaan dari berbagai macam dan bentuk suku, budaya, ras dan agama. Sebab jika anak-anak tidak dikelola sejak dini

dengan baik akan berpotensi pada perpecahan. “SMN hadir untuk menjaga kebhinekaan nilai luhur bangsa”, ungkap Ony. Nantinya program-program yang ingin dicapai dengan adanya SMN adalah, memperoleh wawasan sosial budaya, wawasan pendidikan, wawasan enterpreneurship, dan wawasan pengenalan terhadap BUMN. Meski program ini hanya seminggu saja, ia berharap kesempatan yang ada digunakan sebaik-baiknya, dan kepada para peserta dimintanya untuk menjaga nama baik perwakilan provinsi masingmasing, serta saling menghormati. “Ambil nilai positif dari tiap daerah yang dituju, publikasikan dan tulis pengalaman yang dirasakan,” ujarnya. Direktur Jasa Raharja, Budi Setyarso yang bertindak sebagai panitia mengatakan bahwa tahun ini program yang diselenggarakan BUMN, selain SMN juga ada program lainnya seperti bedah rumah untuk veteran di NTB sebanyak lima puluh (50) unit rumah. Pelepasan dan penerimaan peserta SMN ditandai dengan pengalungan tanda peserta secara simbolis kepada perwakilan peserta dari NTB atas nama Arya Nusa Wahyu Nurada dan dari NAD atas nama Fakhira. (Naniek I. Taufan)

Sebanyak 20 orang anggota TP PKK se-Desa Sanur di bawah payung ‘Sanur Jegeg’ sukses semarakkan panggung even internasional, Sanur Village Festival ­(Sanfest) dengan pesona padanan kain dan kebaya model klasik kutu baru, pada Kamis (10/8).

K

eduapuluh peraga busana tersebut adalah gabungan dari ibuibu anggota TP PKK se-Desa Sanur, yakni TP PKK Desa Sanur Kauh, TP PKK Sanur Kaja dan dan TP PKK Kelurahan Sanur. Acara fashion show mengenakan kebaya sederhana dengan potongan kain melintang di bagian depan ini dihadiri oleh Perbekal Desa Sanur Kauh dan Perbekel Sanur Kaja. Selain itu. juga turut hadir Lurah Sanur serta Ketua TP PKK Desa Sanur Kauh, TP PKK Sanur Kaja dan Kelurahan Sanur, di dampingi para istri Kadus dan Pengurus TP PKK Desa. Menurut Ni Wayan Sri Utari, S.P., M.P, Ketua Pokja 2, TP PKK DesaSanur Kauh, ditemui saat usai manggung, aktivitas keseharian para perempuan sebagai sosok sentral dalam keluarga, selain sebagai ibu rumah tangga dan profesi lainnya, di antaranya dosen, dokter dan pengusaha, mereka juga punya kewajiban sebagai anggota TP PKK setempat.

Namun bukan itu saja, ibu-ibu muda ini masih pula disibukkan dengan kegiatan adat budaya serta mebanjar. Hal ini diakuinya terkadang membuat waktu ibuibu muda ini untuk diri sendiri menjadi sangat terbatas. Dikatakannya fashion show atau peragaan busana di arena Sanur Village Festival tersebut menjadi salah satu pilihan aktivitas positif yang menarik bagi perempuan, khususnya ibu-ibu muda Desa Sanur yang disatukan dalam ‘Sanur Jegeg’ ini. Pada kesempatan itu, mereka bertemu dengan sesama anggota TP PKK yang lainnya sekaligus memanfaatkan waktu untuk sharing mengenai dunia pendidikan, cara merawat anak, merawat tubuh, membagi waktu yang efektif dan efisien dan masih banyak lagi topik obrolan lainnya. Lebih lanjut Sri Sutari mengatakan, bahwa ajang Sanur Village Festival tahun ini merupakan langkah awal tampilnya ‘Sanur Jegeg’ dalam acara Fashion Show

Kebaya. Pagelaran kala itu mengusung konsep ‘PancaWarna’, yang digagas dan didesain secara elegan oleh desainer terkenal asal Desa Sanur sekaligus Ketua ASBEST Kota Denpasar, Rhea Cempaka. Menariknya adalah konsep ‘Panca Warna’ yang disuguhkan oleh ibu-ibu muda tersebut terdiri dari paduan warna kuning, putih, merah dan hitam serta brumbun, warna yang biasanya sangat familiar di masyarakat Hindu Bali sebagai sarana upacara di antaranya segehan dan caru. Dalam Fashion Show kali ini, para model ‘Sanur Jegeg’ menggunakan kebaya kutu baru dengan tangan panjang. Sederhana namun terlihat sangat anggun dan elegan dilengkapi dengan paduan songket tenunan khas Bali serta perhiasaan dari alpaka , perak dan emas. Rambut mereka ditata apik dengan sanggul Bali atau pusung tagel dengan sedikit sentuhan modern, menjadikan suguhan fashion show malam itu sangat berbeda, ada aura klasik yang memiliki taksu. Secara keseluruhan, kata Sri Sutari mewakili ‘Sanur Jegeg’ dengan tampilnya para ibu mengenakan busana warisan bangsa ini, dapat turut menjaganya serta memotivasi masyarakat Sanur khususnya dan masyarakat Bali umumnya untuk kembali mengenakan kebaya dan kamen se-

KIKA Ketua TP PKK Desa Sanur Kauh (Ny. Sudiani Ada), Kelurahan (Ny. IA Ambarwati Jisnu) dan Sanur Kaja (Ny Kompiang Sudana)

Terima Kasih Kepada : Cempaka Butik d’Tunjung Management Sinar Bintang Butik Alieya MakeUp Galus Salon Yanti Salon Henny Bali Salon Nuri MUA Himee Make Up Artis Griya Mutiara Sanur suai pakem dan usia. Apalagi istimewanya kebaya jenis klasik ini cocok digunakan kemana saja. Selain untuk kondangan dan pergi ke acara-acara resmi, kebaya kutu baru bisa dipakai untuk acaraacara non formal dan santai. Sri Sutari juga mengatakan bahwa koordinasi kegiatan telah

Bee Handycraft Saka Bros. Ratih Dammaiswari Helga Rif Mrs. Neny Ariyani Kadek Astuti Rhea Cempaka Sanur Jegeg Semua pihak yang mendukung

dilakukan dengan Ketua TP PKK Desa dan Kelurahan, serta para istri Kepala Dusun di Lingkungan Desa Sanur dengan sangat baik. Sehingga, kegiatan apapun yang dilaksanakan oleh ‘Sanur Jegeg’ diketahui dan di-support sepenuhnya oleh Perbekel, Lu­rah serta Ketua TP PKK Desa Sanur. - ard


6

Woman on Top

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Maknai Kemerdekaan dengan Pengabdian kepada Masyarakat Perayaan Hari Kemerdekaan setiap tahun tentu menjadi momentum bagi setiap rakyat untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia. Bahkan setiap tahunnya dilakukan apel khusus peringatan hari kemerdekaan. Namun, semakin terasa peringatan tersebut hanya sebatas “peringatan”.

K

ontribusi masyarakat juga tak kalah penting untuk memajukan bangsa, ilmu yang didapatkan selain berguna untuk diri sendiri, juga harus dibagikan pada orang lain. Setiap orang bisa menjadi “pahlawan” dengan caranya masing-masing. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum., dosen Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Undiksha. Baginya, wujud nyata yang dapat dilakukan untuk mengisi dan memaknai kemerdekaan dengan ikut berperan aktif dalam organisasi profesi untuk mengembangkan tugas sebagai seorang tenaga pendidik di jurusan Ilmu Hukum. Wajib hukumnya seorang dosen melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi baik itu di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di bidang pendidikan, ia mengatakan turut mendukung

program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk dapat merealisasikan keinginan tersebut pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti pelatihan dan pemantapan soft skill kependidikan dan bidang hukum yang menjadi kualifikasi bidang keilmuannya. Dirinya juga rutin mengikuti penelitian baik bidang pendidikan maupun hukum yang nantinya output produk penelitian berupa artikel ilmiah maupun buku ajar ber-ISSN berskala nasional maupun internasional. Buku ajar tersebut nantinya bisa digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa maupun berbagai pihak untuk melakukan research pada tahapan berikutnya, jelas perempuan kelahiran Tianyar, 4 Februari 1982 tersebut. Selain itu, terjun secara aktif keberbagai kegiatan sosial di masyarakat juga menjadi salah satu cara, Sari sapaan akrabnya untuk mengisi kemerdekaan. Dengan pengabdian kepada masyarakat dirinya mengaku akan mengetahui secara langsung situasi sosial masyarakat mengenai kebutuhan riil masyarakat yang dapat diidentifikasi keberadaannya berdasarkan indikator masalah. Sehingga ia bersama tim mampu memberikan solusi dan menjawab pemecahan masalah melalui transfer ipteks yang dibutuhkan kelompok mitra di masyarakat untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan program pengabdian kepada masyarakat juga dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sosial sekitar serta mengembangkan lokal jenius dan penataan aset-aset lokal yang dapat

I Gusti Ayu Purnamawati

diproduktifkan keberadaanya, ungkap perempuan yang aktif di bidang pengabdian dan penelitian yang didanai oleh DRPM Dikti tersebut. Produk-produk lokal yang telah dihasilkan oleh anak bangsa seperti tenun ikat, tarian, makanan hendaknya berani dikenal tidak hanya menyasar pasar lokal melainkan juga pasar regional maupun internasional. Melalui berbagai event sebagai sarana pengenalan produk lokal ke kancah internasional serta yang paling utama adalah tidak malu menggunakan produk buatan anak bangsa. Fokus kajian pada substansi penelitian dan pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat saya senantiasa mengajak seluruh masyarakat, mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat untuk mencintai kesenian dan budaya Indonesia, jelasnya.

Ni Ketut Sari Adnyani

KEMERDEKAAN DI BIDANG PENDIDIKAN Sementara itu, I Gusti Ayu Purnamawati, S.E., M.Si., AK., Sekretaris Jurusan D3 Akuntansi Undiksha mengatakan ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam memaknai hari kemerdekaan. Pertama sebagai seorang pendidik, seorang dosen wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kedua seorang dosen wajib mengingatkan mahasiswa untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu negatif dan selalu meningkatkan rasa nasionalisme. Menurutnya perayaan dan peringatan momentum hari ulang tahun Kemerdekaan bukan berarti sebagai titik akhir dari sebuah perjuangan melainkan menjadi titik awal bagi bangsa Indonesia untuk berjuang setelah kemerdekaan. Inilah saat masyarakat Indonesia melanjutkan semangat proklamasi

seperti yang pernah disampaikan oleh Presiden Indonesia, Ir. Soekarno tentu dengan gaya dan aksi yang berbeda dengan tujuan tetap membebaskan rakyat dari penjajahan bangsa asing maupun bangsa sendiri. Makna kemerdekaan dalam bidang pendidikan yaitu setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan. Menurut Ayu sapaan akrab perempuan ini, kemerdekaan dalam bidang pendidikan dapat dimaknai secara luas namun tidak tidak dapat dibatasi oleh poin-poin yang kaku. Kemerdekaan dalam bidang akademis misalnya mendapat hak yang sama dalam menggunakan fasilitas pendidikan, jelasnya. Menurut perempuan kelahiran Mataram 4 November 1979 ini pendidikan di Indonesia tengah mengalami dinamika yang cukup pesat dengan dibarengi peningkatan teknologi. Siswa dengan mudah mengakses pendidikan dengan perkembangan ipteks yang ada. Mereka dengan mudah mendapat informasi terkait isu-isu terkini yang tengah berkembang, ungkapnya. Baginya, alih fungsi teknologi harus diarahkan kepada hal-hal yang positif bagi mahasiswa. Sehingga dengan kemajuan tekhnologi mereka bisa menyaring informasi-informasi yang didapat dan mengambil hal positif dari adanya kemajuan teknologi sehingga bisa menerapkannya dalam ilmu pengetahuan. Dengan kemajuan teknologi mahasiswa seharusnya dapat menemukan penemuan-penemuan yang berguna bagi dunia kependidikan dan keilmuan, jelasnya. (Wiwin Meliana)

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

I

a menuturkan terbiasa melatih anak-anak berusia 3,5 - 4,5 tahun, usia pas untuk memulai latihan elastisitas tubuh. Ketika sudah mencapai tingkat lebih tinggi, memang siswa memerlukan sepatu point impor yang bisa dibilang tidak murah. Karena di Indonesia belum ada yang memproduksi jenis sepatu khusus ini. “Jadi memang harus impor, memang sedikit mahal. Harus coba (trial error), mana yang enak dipakai. Karena sepatu ini sifatnya tidak sama pada masing-masing anak,” imbuhnya. Wanita bertubuh bugar berkat rajin konsumsi buah dan sayur ini, mengaku bahwa balet telah menjadi passion-nya sejak usia lima tahun. Kemudian ia mulai mengajar saat duduk di bangku

19

Balet memang terkesan eksklusif. Hanya orang tertentu yang bisa mengikuti olahraga seni kelenturan tubuh ini. Namun, gambaran itu dipatahkan oleh Sylvi Panggawean, pemilik sekaligus mentor di Premiere School of Ballet (PSoB), Surabaya. Bagi perempuan kelahiran 9 Januari 1971 tersebut, siapapun bisa belajar balet di sekolah yang ia mi­liki. “Kami bisa menerapkan bahwa dengan biaya tidak terlalu mahal, siapapun bisa belajar balet,” tegas Sylvi.

Sylvi Panggaw ean

Siapapun Bisa Belajar Balet Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga kemudian mengantarnya membuat sekolah balet sendiri. Di saat mengajar, Sylvi juga tetap mempraktekkan koreografi balet sembari menjaga kelenturan tubuhnya. “Sayang kalau kelenturan yang dulu sudah saya latih menjadi hilang. Jadi sambil ngajar, saya juga praktek. Karena mengajar anak-anak banyak bercanda, itu juga salah satu kunci awet muda,” pungkas Sylvi sambil tersenyum. (Lely Yuana)

“Korban!” Salam Senyum.. “Menu yang paling enak di rumah makan ini yang mana ya?,” Saya selalu menanyakan hal itu ketika mencoba tempat kuliner baru. Dari pada repot - repot memilih atau membaca menu yang banyak, lebih baik saya menanyakan langsung ke orangnya (pelayan). Dengan harapan, akan mendapat pilihan yang tepat karena sudah direkomendasi oleh pelayan rumah makan. “Makanan di sini semua enak bu, makanya rame”, jawab pelayan rumah makan. “Ooooooo..... gitu ya”, jawab saya sambil manggut-manggut dan kembali sibuk membuka, membaca dan memilih menu makanan. Itulah pengalaman saya ketika bekunjung ke sebuah rumah makan di seputaran Denpasar. Kalau mendengar jawaban si pelayan tadi, rasanya biasa saja. Bahkan itu sering terjadi ketika kita berada bukan hanya di rumah makan/kedai kopi/warung saja. Tetapi hal itu sering terjadi juga di butik, galeri, bahkan di Bank, atau tempat - tempat lainnya yang menjual jasa atau produk. Biasanya kita bertanya kepada pelayan tentang “jargon” atau produk unggulan dari usaha tersebut. Pengalaman saya ketika dipercaya sebagai konsultan perusahaan khusus-

nya di bidang layanan, menjadi mistery guest adalah tahapan dari beberapa rangkaian kegiatan untuk kesempurnaan penilaian di perusahaan tersebut. Karena kebetulan ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan perak dan emas, maka saya datangi tempat usaha tersebut. Tempat usaha itu lebih familiar kita kenal dengan nama Gallery. Saya pun menanyakan kepada penjaga Gallery tentang apa produk yang paling laris dan lagi trend di kalangan pembeli. Terutama para selebritis atau tamu penting yang mendatangi Gallery tersebut. HHHmmmmmm.... Ternyata...... jawabannya hampir sama dengan pelayan rumah makan itu. Pertanyaan saya dijawab dengan kalimat, “Semua perhiasan yang terpajang di Gallery itu bagus, dan semua digemari oleh para pengunjung.” Pembaca setia Dhani’s Art in Service, terlontarnya pertanyaan dari pelanggan, sebenarnya karena para pelanggan percaya kepada si pelaku layanan. Kalau mereka tidak percaya dan sudah tahu pasti, kenapa mereka mesti bertanya ya...? Heheheheh... Itulah kenyataan yang sering kita temui. Para pelaku layanan diminta oleh manajemen perusahaan untuk menyatakan bahwa semua barang, produk, makanan, dan sebagainya itu bagus, baik, keren, enak, tanpa ada

pengecualian. Tanpa ada salah satu yang diunggulkan. Atau beberapa produk yang dikorbankan. Di dunia layanan, hal tersebut sebenarnya akan dapat mengurangi kepuasan dari pelanggan. Mereka, para pelanggan membutuhkan advise, rekomendasi,sehingga ketika mengambil keputusan untuk memilih mereka tidak perlu berpikir keras untuk melakukannya. Tapi, bukankah memang benar semua makanan, produk, yang ada di sana semua mempunyai kualitas yang sama baiknya? Sama enaknya? Kenapa kita harus ‘mengorbankan’ produk yang lain dengan menyebutkan salah satu produk sebagai unggulan? Dan seakan - akan produk lainnya itu menjadi “korban” karena dianggap tidak seunggul produk yang akan dijadikan jargon? Sebegitu pentingkah ada “korban” untuk memuaskan pelanggan...?. Jawaban sebenarnya kita dapat kembalikan dari sebuah teori yang menyatakan salah satu fungsi dari seorang customer service adalah sebagai “advisor” atau konsultan. Karena fungsi itulah sebenarnya para pelaku layanan harus memberikan rekomendasi pada salah satu produk. Walaupun keputusan akhir yang menentukan tetap pada pelanggan. Pelanggan akan memilih produk yang kita tawarkan atau sesuai dengan pilihan dari pelanggan itu sendiri. Agar customer service /pelaku layanan dapat memenuhi fungsinya sebagai advisor marilah kita bekali mereka

dengan product knowlage yang baik. Ini tentunya ke semua jenis produk yang ada. Ketika mereka sudah memahami produknya dengan baik, maka selanjutnya manajemen dari perusahaaan menentukan produk untuk dijadikan unggulan. Bekali mereka dengan lebih spesifik terhadap produk tersebut, agar dapat menjelaskan dengan lebih detail kepada pelanggan. Tapi, tetap diingatkan agar pelaku layanan tidak memaksakan para pelanggan untuk memilih sesuai dengan rekomendasi para pelayan. Karena itu sangat berhubungan dengan selera dari pelanggan. Siapa tahu malah sebaliknya. Para pelanggan lebih memilih produk yang bukan unggulan. Dimana produk yang dipilih pelanggan tersebut seakan-akan sudah dijadikan atau dianggap “korban” oleh manajemen perusahaan. Heheheheh... Materi ini terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul Serve With Love. Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana ‘Serve With Love’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu? Silakan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP. Salam Senyum Sang Penyihir . Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Shrek dalam Pertunjukan Balet Mahluk sejenis “Ogre” ini memang menakutkan. Shrek, berbadan besar, tidak tampan seperti pangeran negeri dongeng pada umumnya. Meskipun dianggap monster, namun Shrek memiliki hati yang baik, penolong, peduli terhadap mahluk sekitarnya. Kehidupan Shrek pun mulai terusik dengan kehadiran anak buah Lord Farquaad yang menangkapi mahluk dunia dongeng untuk dibuang dari Duloc. Shrek juga harus menyelamatkan putri Fiona yang berada di kastil tua dijaga oleh seekor naga. Sebelumnya, siapapun yang mencoba mengalahkan naga, pasti akan

mati sia-sia. Dengan keberanian taktiknya, Shrek berhasil melumpuhkan naga dan membawa putri keluar dari kastil. Fiona adalah seorang putri raja yang menerima kutukan, di kala pagi hari Fiona tetap menjadi seorang putri nan cantik jelita, namun di saat matahari terbenam, Fiona berubah menjadi Ogre. Kutukan tersebut akan musnah apabila Fiona menemukan cinta sejatinya dan mendapat sebuah ciuman. Apa jadinya jika dongeng menarik tersebut diangkat dalam sebuah pertunjukan balet yang indah. Pasti mengagumkan. Karya ini dibawakan oleh siswa Premiere School of Ballet

(PsoB) di Taman Budaya Cak Durassim, pekan lalu. Unik dan menarik. PsoB mempersembahkan dua nomor tari spesial, “Shrek” dan “The Firebird”. “Sengaja kami mengusung Shrek karena belum pernah ada koreografi balet yang dibuat dan ditampilkan di dunia,” kata Sylvi Panggawean, Chief Executive Officer (CEO) PsoB sekaligus koreografer karya ini bersama Lie Chen, ARAD, dan tim. Tarian ini ditampilkan oleh sekitar 125 murid usia 3,5 tahun sampai dewasa. Dengan pemeran utama Shrek yaitu Michelle Wiradinata, ARAD (17), lulusan termuda dari PsoB yang telah menuntaskan tingkat Advanced 2 Royal Academy of Dance-London. “Penari-penari PsoB membius penonton dengan kelincahan penampilan dan kemampuan balet mere­ka. Dengan balutan kostum yang apik, bahkan ada penari yang tampil berhijab. PsoB memang memberi wadah bagi pemakai hijab sehingga tetap dapat menyalurkan bakat baletnya tanpa ada rasa kurang nyaman,” tutup Sylvi. (Lely Yuana)

The Big Start Indonesia

Sebuah ajang kompetisi untuk para creativepreneur muda digagas Blibli.com sejak 2016. Kompetisi bertajuk The Big Start Indonesia ini merupakan creativepreneur webseries reality show pertama di Indonesia yang memberdayakan dan menggerakkan para pelaku industri kecil menengah. Pemenang berhak mendapatkan modal usaha Rp 1 miliar dan berbagai kemudahan dalam berbisnis. Tahun 2017 ini, kompetisi The Big Start Indonesia season 2 sudah mulai dilaksanakan. Roadshow dilaksanakan di empat kota, Yogyakarta, Denpasar, Jakarta, dan Bandung. Christine Lie Hartati, PR Manager Blibli.com dalam Media Briefing di Denpasar, Kamis (10/8) mengatakan kompetisi ini sebagai acara inspiratif yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perkembangan local talent di Bali. Roadshow dilaksanakan 11-13 Agustus 2017 di Beachwalk, Kuta. Ia menambahkan Dhamar Perbangkara yang berasal dari Bali menjadi runner up The Big Start Indonesia 2016. (Ngurah Budi)


18

Endek merupakan salah satu produk kebudayaan yang keberadaannya saat ini mulai diminati. Tidak lagi memberi kesan jadul pada pemakai namun, perpaduan endek dengan sentuhan gaya mo­ dern semakin membuat si pemakai tampak elegan dan fashionable. Lembaga-lembaga kepemerintahan dan sekolah-sekolah mulai menggunakan kain endek sebagai seragam resmi, lantaran Endek memiliki belasan motif yang indah dan tidak ditemui di daerah lain di dunia. Bahkan saat ini Endek mulai digandrungi remaja sebagai busana casual yang dipadu padankan de­ ngan berbagai gaya.

P

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

roduksi kain endek Buleleng dengan berbagai corak dan motif sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, dengan kualitas yang cukup bagus. Namun perkembangannya belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Hal ini tidak terlepas dari terbatasnya diversifikasi produk serta terbatasnya promosi. Diversifikasi sangat penting dilakukan untuk memberikan pilihan yang bervariasi kepada konsumen baik dari segi motif maupun dari segi harga. Dengan begitu endek Buleleng dapat memasuki semua segmen pasar. Promosi juga sangat penting untuk dilakukan. Dengan kemajuan tekhnologi, promosi dapat dilakukan dengan melalui sarana media sosial, di samping melalui promosi yang sifatnya konvensional. Salah satu promosi yang dilakukan oleh Pemkab Buleleng untuk mengenalkan produk kebudayaan tersebut dengan menggelar Buleleng Endek Carnaval (BEC). Buleleng Endek Carnaval (BEC) tahun 2017 resmi dibuka Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST., yang diwakili Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG., Sabtu (5/8). Ajang bergengsi yang sudah memasuki tahun keempat penyelenggaraannya, BEC mengambil tema moonlight yang artinya keindahan cahaya bulan. Karnaval yang melibatkan 25 peserta mengutamakan desain endek lokal Buleleng untuk ditampilkan. Seperti tahun sebelumnya, BEC tahun ini juga dirangkaikan dengan Pawai Pemban-

Buleleng Endek Carnaval 2107 gunan yang diikuti oleh masing-masing Kecamatan. Namun ada yang spesial pada penyelenggaraan BEC tahun ini. BEC tahun ini dihadiri Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarno Poetri. Dalam pembukaan BEC tersebut, Megawati diberikan kehormatan untuk memukul kendang tanda dibukanya gelaran BEC tahun 2017. Dalam kesempatan itu, hadir pula Bupati Badung Giri Prasta, Ketua DPRD Provinsi Bali Adi Wiryatama, Perwakilan Bupati/Wali Kota se-Provinsi Bali, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Setda Buleleng Ir. Dewa Ketut Puspaka,MP, dan Pimpinan OPD lingkup Pemkab Buleleng. Kepala Bappeda Litbang Buleleng, Gde Dharmaja, yang ditemui di lokasi Pembukaan BEC mengatakan, BEC tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. BEC tahun ini lebih mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas, dengan menampilkan desain endek yang sejuk dengan kualitas yang bagus. Hal ini diselaraskan dengan tema BEC tahun 2017 yaitu Moonlight. “Tahun ini kami menyeleksi peserta agar benarbenar bisa memiliki desain yang baik, karena kita mengejar kualitas bukan kuantitas sehingga kita bisa mendapatkan hal yang positif dari penampilan BEC ini,” tegasnya. Dharmaja menambahkan, hal tersebut sesuai dengan arahan besar dari kegiatan BEC yaitu adanya variabilitas penggunaan kain endek itu sendiri. BEC ini juga merupakan salah satu proses promosi kain endek khas Buleleng dengan belasan motif. Baik dari kebangkitannya hingga pergerakan dan eksistensinya saat ini di masyarakat. Bahkan pengenalan dan juga pembibitan kain endek itu sendiri, masih dalam proses. Ia menambahkan kekuatan endek lokal Buleleng lebih dikedepankan tanpa mengesampingkan kolaborasi dengan produk dan desain daerah lainnya dalam konsep saling melengkapi. “Sudah saatnya ditunjukkan bahwa endek Buleleng mampu dan bisa bersaing di pasaran,” ungkapnya.

Peserta Buleleng Endek Carnaval

Prof. Drs. Ketut Rindjin dan Dra. Ida Ayu Putu Astini, M.Hum

Rayakan Pernikahan Emas

“S

Megawati Soekarno Putri membuka secara langsung BEC ditandai dengan pemukulan kendang

Sementara itu, dalam sambutan Bupati Buleleng yang dibacakan Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG, mengatakan sangat setuju dengan Ketua Panitia BEC yang lebih mengedepankan kualitas daripada

kwantitas. Selanjutnya, Bupati Suradnyana meyakini dengan berbagai macam motif dan corak, endek Buleleng mampu bersaing dipasaran baik itu pasar lokal, maupun nasional. Dengan demikian, Promosi harus lebih gencar dilakukan

untuk memperkenalkan endek Buleleng lebih luas lagi. “Saya berharap Endek Buleleng dapat diterima dan dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Kolaborasi Wayang Bondres Buleleng Festival 2017 memang telah berakhir, namun beberapa konten acaranya masih menjadi perbincangan di masyarakat. Lima hari digelar, Buleleng Festival menampilkan berbagai kesenian tradisonal dan modern. Kedua kesenian ini memang memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik minat penonton. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya panitia dalam menyuguhkan hiburan yang benar-benar segar dan mampu mencuri perhatian penonton. Salah satu pementasan yang mendapat respon positif masyarakat adalah kolaborasi wayang bondres. Pengkolaborasian ini bertujuan untuk membangkitkan minat masyarakat terhadap wayang kulit yang mulai menurun. Sementara itu, kesenian bondres merupakan salah satu kesenian dengan menghadirkan lelucon segar yang saat ini memang digandrungi masyarakat. Sehingga jika kedua kesenian ini dipadukan diharapkan dapat menampilkan sebuah kesenian baru yang berinovasi. Melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Wayang Kulit kolaborasi dengan kesenian Bondres ditampilkan di Halaman Puri Kanginan Singaraja serangkaian Bulfest 2017, Jumat pekan lalu. Hal ini dilakukan

untuk membangkitkan kembali kesenian wayang yang belakang ini mulai sepi peminat. Pertunjukan Wayang Bondres ini mengambil cerita dari geguritan I Lijah Lijah yang sarat pesan moral kepada generasi muda. Kolaborasi Kesenian wayang kulit dimainkan oleh Dalang bernama Gusti Made Aryana atau yang lebih dikenal dengan Dalang Sambroli dengan sekaa bondres Sunari Bajra ini mampu mengundang gelak tawa penonton. Meskipun memiliki karakter yang sangat berbeda, akan tetapi kedua seni kolaborasi ini menampilkan gaya serta perannya masing masing dalam satu panggung hingga mampu menghibur setiap penonton yang datang tidak terkecuali wistawan asing. Mengingat kesenian kolaborasi ini merupakan kali pertama dipentaskan, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman, seperti Ketut Wartadana salah satu seniman dari Sanggar Sunari Bajra pemeran I Lijah – Lijah. Sebagai pemeran utama didalam cerita Wayang Bondres ini, Ketut Wartadana waktu lalu mengungkapkan meskipun latihan kolaborasi Wayang dengan Bondres kali ini hanya satu minggu, akan tetapi dengan optimisme seluruh seniman baik dari Dalang Sambroli serta Sunari Bajra, yakin ke depan kesenian ini

Penampilan Wayang Bondres

mampu dikenal oleh khalayak ramai serta menjadi salah satu kesenian inovatif yang nantinya mampu mendorong peningkatan pariwisata di Bali Utara. “Kendalanya hanya penguasaan materi dan improvisasi karena dalam pementasan wayang bondres ini hanya ada script dan tidak ada dialog, jadi kita harus kreatif dengan menampilkan semaksimal mungkin kemampuan yang kami miliki,”ungkapnya. Sementara itu menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kabupaten Buleleng Drs. Putu Tastra Wijaya ,MM., mengatakan pertunjukkan Wayang Bondres merupakan kesenian eksperimental yang kali pertama dipertunjukkan melalui Buleleng Festival 2017. Adapaun tujuan diciptakannya kesenian Wayang Kolaborasi Bondres ini adalah merupakan suatu upaya membangkitkan kembali kesenian wayang yang peminatnya cenderung menurun. Selain itu, pertunjukan Wayang Bondres ini juga sebagai upaya penyegaran agar kesenian itu tidak terkesan monoton sehingga tetap bisa menarik minat masyarakat. “Ini juga sesuai permintaan masyarakat dimana ada kolaborasi antar kesenian jadi kita coba tampilkan yang sesuai dengan keinginan masyarakat,”ungkapnya. ( Wiwin Meliana)

aya dan istri sebetulnya tidak ada rencana untuk mengadakan acara ini. Tidak tahu semua anak saya sudah berembug untuk mengadakan upacara syukuran 50 tahun perkawinan saya. Saya bilang Bapak dan Ibu tidak ada rencana untuk itu. Usia Bapak dan Ibu sudah tua. Bapak dan Ibu pensiun tahun 2009 dan 2010, tanggal 28 Juni 2010 sudah mengadakan upacara purnabakti. Apa yang Bapak dan Ibu lakukan selama 18 tahun menjadi Pembantu Dekan, dan Dekan di lembaga ini, lengkap dengan kesaksian dari dosen, pegawai, dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, Bapak dan Ibu pikir rasanya upacara itu tidak perlu lagi. Anak-anak saya serentak menjawab, “supaya kami juga dapat berbuat terbaik untuk Bapak dan Ibu. Bapak dan Ibu tidak perlu ikut repot, kami yang akan menyelenggarakan termasuk biayanya,”. Ya kalau begitu, silakan. Asalkan disesuaikan dengan libur sekolah agar semuanya bisa hadir.” Menikahi seorang putri sulung pasangan Ida Bagus Made Karang dan Ida Ayu Kade Bintang dari Griya Batan Cempaka Liligundi, Ida Ayu Putu Astini, membuat Ketut Rindjin begitu bahagia. Apalagi pernikahan yang kini telah berusia 50 tahun itu telah dikaruniai lima orang

anak. Semua anaknya telah menamatkan studi, telah bekerja dan berkeluarga sehingga punya lima menantu dan sepuluh cucu. Sepanjang perjalanan karier akademik Prof. Ketut Rindjin selalu ditemani sang istri dalam berbagai keadaan. Sekelumit kisah tentang perjalanan karier Prof. Ketut Rindjin yang tidak mungkin bisa dilepaskan dengan sejarah Undiksha. Berawal dari berdirinya Kursus B 1 Bahasa Indonesia tahun 1955 dan B1 Perniagaan pada tahun 1957. Kedua lembaga pendidikan ini berkembang menjadi FKIP Universitas Airlangga sejak 1 Januari 1962, selanjutnya berubah menjadi FKIP Unud 9 Agustus 1962, menjadi IKIP Malang cabang Singaraja tahun 1963, kembali diintegrasikan ke Unud menjadi dua fakultas, Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan tahun 1968. Kedua fakultas itu digabungkan menjadi FKIP Unud 12 Februari 1983, berubah menjadi STKIP Negeri Singaraja 16 Januari 1993, menjadi IKIP Negeri Singaraja 5 Februari 2001, dan akhirnya menjadi Undiksha 11 Mei 2006. Dalam institusi pendidikan itu, Ketut Rindjin pernah 18 tahun menjabat pimpinan yakni PD III fakultas Keguruan 1968-1972, Dekan Fakultas Keguruan 1976-1980, Pembantu Dekan I FKIP 1983-1986, Dekan FKIP 1986-1993. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Unipas pada tahun 1986-1990. Tahun 1977 ia ditawari oleh Rektor Unud, Prof.dr. Ida Bagus Oka untuk menjabat sebagai Pembantu Rektor I. Namun, Rindjin tidak memenuhi permintaan itu, karena baru saja menjabat sebagai Dekan Fakultas Keguruan. Suami dari Dayu Astini ini tercatat sebagai guru besar pertama di FKIP tahun 1987 dan ke-17 di lingkungan Unud. Pengalaman menarik ia dapatkan dalam dunia pendidikan tahun 1987. Ada mata kuliah yang menjadi tanggung jawab Rindjin tetapi tidak berasal dari

disiplin ilmunya, yakni Pendidikan Pancasila. Intensitas dalam mendalami ilmu pengetahuan yang satu ini memang tak diragukan. Hal ini ditambah dengan pengalamannya dalam kegiatan politik praktis ketika ia menjabat sebagai Ketua II PNI Cabang Buleleng yang dipimpin Ketut Wijana (alm). Kini, Rindjin dan Dayu Astini menghabiskan masa pensiunnya di rumah. Setelah pensiun, Ketut Rindjin tidak serta merta berhenti bekerja, ia masih diminta untuk mengampu mata kuliah tertentu sesuai dengan keperluan lembaga. “Sejak pensiun saya memang tidak terikat pekerjaan dengan Undiksha tetapi jika diperlukan saya tetap menyanggupi untuk mengampu mata kuliah tertentu,” ungkapnya saat ditemui Tokoh di kediamannya di Jalan Dewi Sartika, Singaraja. Menjalani biduk rumah tangga selama puluhan tahun bersama sang istri, tentu banyak pengalaman berharga yang mereka dapatkan. Menemani tumbuh kembang kelima anaknya hingga tumbuh menjadi manusia yang bermoral tentu tidak mudah. Disibukkan dengan pekerjaan akademik membuat Rindjin dan istrinya saling melengkapi untuk mendidik anak. Tidak jarang

perbedaan-perbedaan kecil mewarnai riak rumah tangga yang sudah mereka bina. Setiap permasalahan kecil yang menghampiri keutuhan rumah tangga, selalu ditepis agar tidak menjadi besar. “Selama ini, dalam rumah tangga tidak pernah ada permasalahan yang serius, kalaupun ada segera diselesaikan jangan menunggu besok sehingga masalah tersebut tidak pernah sampai di bawa ke dalam hati,” ungkap pria berusia 78 tahun ini. Hal senada juga disampaikan Dayu Astini. Perbedaan pendapat dan perselisihan memang sangat wajar dalam hubungan suami istri, hanya saja kerendahan hati dan saling percaya merupakan kunci keharmonisan keluarganya. Pernah suatu ketika, suaminya pergi ke beberapa negara untuk urusan pekerjaan. Namun, dirinya tidak pernah mempermasalahkan jika ia tidak diikutsertakan. “Pernah saya ikut ke Australia dan kunjungan ke Jepang,” ungkapnya. Baru-baru ini, pasangan suami istri yang menikah 16 Maret 1967 ini merayakan ulang tahun perkawinan yang ke-50. Kesibukan anakanak, menantu, dan cucu-cucunya membuat Rindjin dan istri hanya merayakan ulang tahun pernikahannya di rumah. Namun, siapa sangka, dibalik itu, anak, menantu dan cucunya tengah mempersiapkan pesta perayaan yang begitu berkesan. Tepat 2 Juli 2017, bertempat di Hotel Banyualit sanak keluarga dan kerabat telah berkumpul untuk merayakan pesta ulang tahun pernikahannya. “Awalnya kami hanya rayakan di

7

rumah saja, tetapi anak-anak sudah mengatur semuanya, mulai dari pesan tempat, catering, undangan, pengisi acara, semua mereka yang atur,” tuturnya. Rupanya, pesta ini telah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh anak-anaknya. Pesta yang seharusnya berlangsung 16 Maret, akhirnya diadakan 2 Juli, lantaran menunggu anak dan cucu yang berada di Jakarta. “Ya acara dilangsungkan nunggu mereka libur dulu, agar semua keluarga berkumpul,” imbuhnya. Acara yang diprakarsai oleh anak, menantu dan cucunya itu terbilang sukses. Tamu undangan yang datang begitu menikmati acara-acara yang disuguhkan. “Jika dalam menghadiri undangan, tamu akan pulang sehabis makan, dalam pesta kemarin semua ikut larut dengan kebahagiaan kami,” ungkap Rindjin. Menurut Ferry, pesta yang digelar orangtuanya, tidak sekadar perayaan semata, penekanan lebih kepada ucapan dan rasa syukur karena pernikahan yang mereka bina masih tetap ajeg dan harmonis. Rangkaian acara pun disusun dengan rapi, mulai dari sambutan Prof. Ketut Sarna yang merupakan rekan kerja dari Prof. Ketut Rindjin semasa aktif di bidang akademik. Dalam sambutannya, Prof. Ketut Sarna memberikan kesaksian perjalanan karier hingga kisah cinta yang dilalui oleh Ketut Rindjin dan istrinya. Acara hiburan pun tak kelewatan. Bahkan pihak keluarga telah menyiapkan beberapa penampilan istimewa, di antaranya pembacaan puisi Bung Karno disampaikan dengan gaya Bali oleh Putu Suastini Koster, menari dan bernyanyi yang ditampilkan oleh anak, menantu dan cucu-cucunya. Tiup lilin dan pemotongan kue sebagai acara inti dalam perayaan peringatan perkawinan ke-50 Ketut Rindjin dan Dayu Astini. Di ulang tahun perkawinan emasnya Rindjin berharap selalu diberikan kesehatan dan keharmonisan dalam keluarga. Di tengah banyaknya kasus perceraian yang ada di masyarakat, Rindjin ingin menunjukkan bahwa mempertahankan pernikahan selama 50 tahun bukan perkara mudah. “Semoga Hyang Widhi selalu melindungi kita semua,” tandasnya. -win

Penyakit Akar Putih pada Cengkih Antarkan Wayan Suanda Raih Gelar Doktor Tanaman cengkih merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil rempah-rempah yang telah digunakan sebagai obat tradisional, bahan anastetik dalan dunia kedokteran dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam farmasi. Cengkih juga memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dalam komoditas perkebunan di Bali. Namun kondisi ini tak berlangsung lama, karena secara tiba-tiba tanaman cengkih terserang patogen menyerupai jamur dengan gejala tanaman layu, mengering dan akhirnya gugur. Beberapa cara telah dilakukan petani untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran patogen penyakit akar putih pada tanama cengkihnya ini, di antaranya penggunaan bibit sehat, eradikasi, sanitasi lingkungan dan pemberian fungisida kimia sintetis, tetapi tidak memberikan hasil memuaskan.

Hal inilah yang melatar belakangi Dr. Drs. I Wayan Suanda, S.P., M.Si. untuk melakukan penelitian pada petani di Desa Unggahan, Seririt dan Desa Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil peneliannya tersebut, disimpulkan bahwa spesies dari patogen menyebabkan penyakit akar putih pada tanaman cengkih di Kabupaten Buleleng adalah jamur Schizophyllum commune. Isolat mikroba antagonis yang diisolasi dari rizosfer tanaman cengkih dan tanaman duwet tanpa gejala penyakit akar putih dapat menghambat pertumbuhan patogen penyakit akar putih pada tanaman cengkih dengan daya hambat >80%. Isolat JB1 mampu menghambat pertumbuhan koloni patogen sampai 90,11% secara in vitro dan mampu menekan tingkat serangan patogen sebesar 98,33% pada bibit cengkih dalam polybag rumah kaca.

Dr. Wayan Suanda (tiga dari kiri) berfoto bersama keluarga

Dr. Wayan Suanda (lima dari kiri) diapit oleh Ketua Yayasan Arthanegara dan Dekan FPMIPA berfoto bersama para penguji

Disimpulkan juga, bahwa berdasarkan identifikasi morfologi dari isolate JB1 adalah Trichoderma sp. Dan identifikasi secara molekuler dari jamur antagonis Trichoderma sp. (isolate JB1) adalah Trichoderma asperellum. Berikutnya, disampaikan Dr. Wayan Suanda, mekanisme antagonik Trichoderma asperellum isolate JB1 dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen Schizophyllum commune adalah antibiosis dengan mendegradasi membrane sel patogen. Senyawa pendegradasi tersebut mempengaruhi organel sel patogen sehingga tidak terorganisasi secara teratur. PREDIKAT SANGAT MEMUASKAN Hasil penelitian promovendus Wayan Suanda ini dikatakan Ketua Sidang Prof. Dr. Ir. Nyoman Rai, M.S. menjadi penemuan baru, yang tentunya sekecil apapun bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karena itu, dalam Ujian Terbuka Fakultas Pertanian Universitas Udayana Promosi Doktor, yang dilaksanakan Kamis (10/8) di Gedung Program Pascasarjana Unud, dengan judul disertasi “Identifikasi Patogen Penyakit Akar Putih pada Tanaman Cengkih dan Pengendalian secara Hayati”, Wayan Suanda dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Wayan Suanda menyampaikan terimakasih kepada semua pihak, di antaranya Prof. Dr. Ir. Nyoman Rai, M.S., Prof. Dr. Ir. I Made Sudana, M.S., Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., Prof. Dr. Dra. Ni Putu Ristiati, M.Pd., Prof. Dr. Ir. I Made Adnyana, M.S., Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S., Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si., Dr. IGN Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr, I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Juga, kepada Dr. Drs. Ida Bagus Gede Darmayasa, M.Si., Ir. Ni Putu Pandawani, MP., Ir. Ni Nyoman Darsini,

M.Si., I Komang Juliarta, S.P, Putu Agus Apriastika,S.P., dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu, termasuk keluarga, serta jajaran Rektorat dan Yayasan IKIP PGRI Bali. Diraihnya gelar Doktor oleh Wayan Suanda ini menambah jumlah deretan Doktor di IKIP PGRI Bali. “Kami sangat bangga atas apa yang diraih oleh dosen kami Wayan Suanda. Dia adalah Doktor pertama di Jurusan Biologi, Doktor ke 3 di FPMIPA, dan Doktor ke 17 di IKIP PGRI Bali. Ini berarti SDM (dosendosen) yang ada di IKIP PGRI Bali kualitasnya bertambah. Sesuai dengan aturan, tidak ada lagi dosen S-1 minimal S-2. Dan, ada lagi beberapa kandidat Doktor yang akan menyusul. Ke depannya kami harapkan IKIP PGRI Bali terus berkembang, apalagi persiapan kami menuju Universitas,” ucap Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. IGB Arthanegara, S.H., M.H., M.Pd. yang turut menghadiri acara tersebut. –ten


8

Bunda & Ananda

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Pramuka Ajarkan Banyak Hal

Siang itu, Jumat (11/8) sekelompok anak kelas 6 SD Cipta Dharma Denpasar sedang latihan baris-berbaris. Mereka tampak konsentrasi mendengarkan aba-aba yang diucapkan pembinanya. Meski serius, mereka sangat fun mengikuti kegiatan tersebut.

Dinda

“S

aya senang ekstra pramuka, bisa barengbareng sama teman. Banyak yang bisa saya pelajari di sini, bagaimana bekerjasama dengan kelompok, bersosialisasi dengan teman, pokoknya senang deh,” ujar Ketua Kelompok Cendrawasih AA Gde Jaya Paramarta S. Anak kelas 6B yang akrab disapa Gung Indi tersebut bahkan pernah mempraktikkan tali-temali yang didapatkannya dalam pramuka di rumah. “Waktu itu adik ngajakin main dokterdokteran. Jadi saya buatkan aja tandu untuk main dokterdokteran biar tambah seru,” ucapnya tersenyum. Beberapa pendidikan dalam pramuka dikatakannya cukup bermanfaat dalam keseharian, seperti pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. “Misalkan luka ringan, bersihkan dengan alkohol, biar tidak infeksi. Ini juga sempat saya terapkan di rumah,” imbuh Gung Indi. Berikutnya, ia juga menuturkan pengalamannya saat ikut kemping saat kelas 5 dulu. Jauh dari rumah, dikatakannya membuat dirinya bisa belajar hidup mandiri. Dan tentunya yang paling seru ketika acara api unggun. Hal senada disampaikan Komang

Made Pande Dinda Astika Putri. Ketua Regu Flamboyan ini mengaku paling suka baris-berbaris karena disana dilatih konsentrasi kita untuk mendengarkan perintah. “Jadi kita benar-benar harus disiplin, jika salah ada sanksinya,” ujar Dinda-sapaan akrabnya. Kedua siswa ini sepakat bahwa ekstra pramuka sangat menyenangkan dan apa yang didapatkan dalam pramuka itu bisa diterapkan di rumah. “Kalau bisa, ditambahkan lagi jamnya..hehehe,” ucap Dinda. Pr a m u k a m e m a n g menjadi ekstra wajib di Sekolah Dasar. Demikian halnya di SD Cipta Dharma Denpasar. Di sekolah ini, jadwal ekstra Pramuka dibagi menjadi dua. Kelas 1, 2 hari Kamis, Jumat kelas 3,4,5,6. Pembinanya, bisa dilakukan oleh semua guru. “Semua guru sudah mendapatkan KMD (Kursus Mahir Dasar), jadi boleh membina pramuka di pendidikan dasar sehingga tak perlu mendatangkan Pembina dari luar,” ujar Kepala Sekolah Ni Luh Rinun, S.Pd., M.Pd. Guru Pembina Penggalang, Ni Wayan Warniasih, S. Pd., M.Pd. mengatakan, pramuka ini masuk dalam kurikulum, diberikan 2 jam untuk setiap kelas. Di SD Cipta Dharma, kelas 1,

Gung Indi

S

epanjang bulan Juli 2017, Yayasan Cahaya Cinta Kasih melakukan berbagai kegiatan sosial sebagai wujud nyata pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk SOUL Action, yang berfokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan, di berbagai wilayah Bali dan Jakarta. Yayasan Cahaya Cinta Kasih telah bekerjasama dengan berbagai kalangan untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan ekstra Pramuka di SD Cipta Dharma Denpasar

2 masih siaga mula. Kelas 3,4 siaga, dan kelas 5, 6 baru penggalang. Yang membedakan, usia dan tingkat kemahiran anak. Dalam siaga, anak-anak lebih banyak diajarkan rigem (riang gembira). Seperti, meniru lompat kodok. Selain bermain, yang dilatih di sini ketangkasan dan keterampilan anak. “Semua panduannya ada pada SKU,” ujar Kaur Kurikulum SD Cipta

Dharma ini. Pada pramuka siaga lebih banyak melatih sosialisasi dan kebersamaan mereka dalam kelompok. Sementara pada pramuka penggalang sudah mengarah ke keterampilan praktis, seperti tali-temali, LKBB, semaphore (sandi-sandi), dll. “Banyak hal yang bisa didapatkan anak dalam ekstra pramuka ini,” ujarnya. (Inten Indrawati)

Luh Rinun

Mendongeng Lima Menit teman sekolah

Tersebutlah seorang Brahmana yang sangat miskin. Namanya Sudama. Ia menanggung seorang istri dan beberapa orang anak. Syukur kalau keluarga itu bisa makan dua kali sehari. Anak-anak Brahmana Made Taro itu sering kali harus menahan lapar sebelum tidur. “Mengapa kanda tidak minta bantuan kepada teman sekolahmu?” Tanya sang istri pada suatu hari. “Bukankah temanmu yang bernama Kresna itu sekarang menjadi raja di Dwaraka?” Sudama, sang suami teringat akan teman baiknya itu. Semasa kecil dan semasa sekolah, hubungan kedua anak itu sangat akrab dan saling tolongmenolong. “Aku ragu apakah Kresna yang berkedudukan tinggi itu masih ingat akan temannya,” jawab Sudama. “Kanda belum mencoba sudah berputusasa,” sahut sang istri. Terdorong oleh istrinya, Brahmana Sudama memutuskan untuk menghadap Raja Kresna ke Dwaraka. Sebagai oleh-oleh, ia menyuruh istrinya membuat kue kegemaran Kresna. Untung masih ada sisa segenggam beras. Istrinya seketika mengambil beras itu, memasaknya, lalu mengolahnya menjadi kue. Di depan istana Dwaraka, Sudama merasa rendah diri. Ia heran melihat istana yang gemerlapan. Ia hampir balik haluan pulang kembali. Namun karena tekadnya sangat besar untuk bertemu sahabatnya, ia memberanikan diri memasuki pintu gerbang. “Hai, siapa kau?!” teriak penjaga pintu gerbang. “Hamba, Sudama, teman sekolah Raja Kresna,” jawab Brahmana miskin itu.

“Tidak boleh masuk! Pergi kau!” bentak penjaga pintu. Walaupun penjaga pintu itu melarang masuk tamu yang berpakaian dekil itu, namun ia menyampaikan pula perihal itu kepada Raja Kresna. Heran! Raja Dwaraka itu malah menyuruh penjaga pintu memanggil tamu itu dan mengantarkannya ke depan Raja. Kedua insan yang berbeda kedudukan itu saling berpelukan. Mereka melepas kangen dan ngobrol ngalor-ngidul mengenai masa kanak-kanaknya di sekolah. Kemudian lanjut makan bersama. Sudama lagi-lagi merasa rendah diri, karena makanan yang enak itu dihidangkan di atas piring emas. Brahmana miskin itu urung menyerahkan oleh-olehnya kepada Kresna. “Apa artinya oleh-oleh tak berharga itu bagi seorang raja?” pikirnya. Ia menyembunyikan kue beras itu dalam bungkusannya yang lusuh. Raja Kresna mengetahui gerak-gerik sahabatnya. Beliau memaksa mengambil oleh-oleh itu seraya membukanya. Oho! Raja sangat senang. Beliau memakan kue beras itu dengan lahapnya. Sungguh, bertahun-tahun beliau tak pernah menikmati kue beras seenak itu. Tiba saatnya kedua teman sekolah itu harus berpisah. Mereka berpelukan lagi. Raja Kresna melepas temannya dengan perasaan sedih, dan Brahmana Sudama pun pulang kembali dengan perasaan kangen. Setiba di rumah, Brahmana miskin itu heran melihat rumahnya yang reot berubah menjadi rumah yang bagus. Istri dan anak-anaknya menyambut dan memeluknya. “Tadi seorang tamu mengaku Raja Dwaraka datang ke sini,” demikian cerita sang istri. “Ia membawa sekarung beras. Ia menyuruh membuatkan kue. Setelah meninggalkan rumah ia menghilang tiba-tiba. Kami heran, sepeninggal tamu itu, kami dapati gubuk reot kita berubah menjadi rumah yang bagus, indah dan menyenangkan. (India)

Bidang Kesehatan SOUL Action menggandeng Bunda Arsaningsihpakar Soul Reflection, serta Yayasan The Legong Anak Bangsa untuk memberikan S O U L Pa re n t i n g ke p a d a orangtua dari anak penderita Celebral Palsy (CP) dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). “Tidak perlu sedih dan cemas dengan kondisi anak, jaga agar anak-anak selalu merasa bahagia, karena itulah yang dibutuhkan. Apabila orangtua merasa sedih, maka rasa ini akan membebani anak-anak,” kata Bunda Arsaningsih ketika bertemu 70 peserta yang hadir. Selain itu, kegiatan sosial yang telah rutin dilakukan berupa pendampingan bagi lansia untuk Club USILA (Usia Lanjut) di Desa Cau Belayu Marga, Tabanan. Peserta diberikan pemahaman untuk tetap bahagia dan melepas keterikatan akan anak-anaknya, sehingga dapat menjalani masa tuanya dengan lebih damai. Dan juga mereka diajak melakukan Senam Sehat SOUL yang merupakan gerakan senam sederhana, cocok untuk para lansia, namun sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Kegiatan pengobatan gratis juga telah dilakukan di Desa Belanga Kintamani Bangli (30/7/17) yang melibatkan tim dokter dan paramedis yang tergabung dalam SOUL komuniti. Tim Medis terdiri dari dokter Spesialis Mata, THT, Umum dan Gigi. Acara ini juga didukung oleh Penta Medica Clinic

BERBAGI DAN MELAYANI ANAK NEGERI

Pembinaan Karakter melalui Metode SOUL Reflection oleh Bunda Arsaningsih di Lapas Wanita Kerobokan Bali

Denpasar, dan mahasiswa KKN dari Universitas Udayana. Pengobatan diberikan kepada 92 pasien l a n s i a d a n wa rga masyarakat sekitar. Pembagian bantuan sembako untuk 36 warga lansia, serta warga penyandang cacat fisik dalam bentuk penyerahan 2 kursi roda dan tongkat penyangga kaki secara gratis.

(11/7/17) yang diikuti 142 anak, SMK Giri Pandawa Rend a n g K a ra n g a s e m (13/7/17) diikuti138 anak dan SMP PGRI 3 Denpasar (14/7/17) d i i ku t i 3 6 3 a n a k . Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah binaan Yayasan Cahaya Cinta Kasih/ SOUL Action. Selain itu bekerja sama juga dengan Buleleng Social Community (BSC) dan Undiksha (UniBidang versitas Pendidikan Pendidikan Ganesha - JurusanKegiatan sosial Matematika), di Desa untuk pengembanTemukus-Singaraja gan karakter anak di(16/7/17) yang diilakukan di berbagai Pelepasan Tukik dan SOUL Go Clean - sebagai bentuk kuti ± 80 siswa SD nyata kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekolah, khususnya beserta orangtua. di Masa PengeSOUL Action nalan Lingkungan juga berbagi dan Sekolah (MPLS). melayani pada SeMetode SOUL lasa, (18/7/17) di bagi anak sekolah G e d u n g S e wa ka berupa SOUL for Dharma DenpasarKids dan SOUL for Bali, yang diikuti Teenagers, bertuoleh ± 128 anak juan untuk mendisabilitas dan genalkan kembali orangtua murid. budi pekerti dan Acara ini merupakarakter yang lebkan rangkaian perih baik. Kegiatan ingatan Hari Anak telah dilakukan Nasional yang disdi SMP Widiatelenggarakan oleh m i k a J i m b a ra n SOUL Healing bagi Penderita Celebral Palsy dan Anak Berkebutuhan PORTADIN (PerKhusus yang dilakukan oleh Bunda Arsaningsih

Metode SOUL For Kids - Pengenalan Budi Pekerti, Pendidikan Karakter dan Pemberian Bantuan Perlengkapan Sekolah dan Sembako kepada anakanak kurang mampu di LSM Edukasi Dasar Depok

SOUL Parenting - Peringatan Hari Anak Nasional bagi Anak Disabilitas bersama PORTADIN, K3S, Bunda Arsaningsih dan SIDIC Sanglah

17

kumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia) Kota Denpasar, dan didukung oleh K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Kota Denpasar, Bunda Arsaningsih, dan SIDIC (Sanglah Birth Defect Integrated Centre). Pembinaan karakter juga diberikan kepada warga binaan Lapas Wanita Kerobokan-Bali (20/7/17). SOUL Action bekerjasama dengan Komunitas Anak Bangsa dan Bunda Arsaningsih selaku narasumber utama. Melalui Metode SOUL Reflection, Bunda Arsaningsih mengajak peserta menjadi lebih bahagia dengan melepaskan kemarahan, rasa takut dan kesepian selama menjalani masa tahanan, sehingga diharapkan mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, SOUL Action dilakukan di wilayah Depok (30/7/17) dengan memberikan pendidikan karakter, perlengkapan sekolah, serta sembako bagi anak-anak kurang mampu. Bidang Lingkungan Pelepasan Tukik dan SOUL Go Clean dilakukan di Pantai Saba Gianyar (1/7/17) dengan melibatkan 155 orang. Secara filosofi, dengan melepas tukik kita menanam hal baik sebagai bentuk ikut berperan menjaga lingkungan dan alam. Kegiatan tersebut juga dirangkai dengan SOUL Go Clean dengan membersihkan sampah plastik di pantai. Semua kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan berbagai pihak. Terimakasih kepada semua donatur yang telah berpartisipasi dan bekerjasama, baik dari pihak instansi maupun lembaga yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Bagi yang ingin berpartisipasi dan menyalurkan bantuan, dapat melalui rekening Yayasan Cahaya Cinta Kasih BNI 0308005749. Informasi lengkap hubungi Yayasan Cahaya Cinta Kasih, Jalan Gunung Sanghyang 118 D Lantai 2, DenpasarBali. Tlp. (0361) 419347, 08113890111 (Gede Arda) atau klik www.soultc.com. –ten

Metode SOUL For Teenagers - Pengenalan Budi Pekerti dan Karakter di berbagai sekolah


16

Edukasi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Yudisium ke-35 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR

Tiga Perempuan Raih Lulusan Terbaik Sebanyak 54 orang calon wisudawan dan wisudawati, mengikuti acara Yudisium ke-35 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai (UNR), Rabu (9/8) di Gedung Serbaguna Universitas Ngurah Rai, Jalan Padma Penatih, Denpasar. Selain para calon wisudawan dan wisudawati, acara yudisium juga dihadiri, para dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli­ tik UNR, dan pengurus Yayasan Jagadhita.

waktu 42 tahun, Fakultas Dekan I: Ni Luh Putu Suastini, Ilmu Sosial dan Ilmu Poli­ S.E., M.Si., Kaprodi: Dr. Gede tik Universitas Ngurah Rai Wirata, S.Sos., S.H., MAP. mampu memberikan kon­ Periode 2014-2018, De­ tribusi di bidang pendidikan kan: Dr. Gede Wirata, S.Sos, kepada masyarakat dengan S.H., MAP., Wakil Dekan: I Made menamatkan 1.438 orang Artayasa, S.Sos., MAP, Kaprodi: sarjana. Drs. I Wayan Astawa, S.H., Ia menegaskan, dunia MAP. kampus ha­nya mengantarkan Dari lulusan Program Studi para lulusan sampai di depan Ilmu Administrasi Negara, Fakul­ pintu gerbang persaingan, tas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sementara di luar akan ter­ UNR, dihasilkan IPK tertinggi jadi persaingan yang sangat 3,92, IPK terendah 3,00, dan IPK ketat sehingga ia berharap, rata-rata 3,41. Lulusan termuda para lulusan tidak berpuas dengan IPK 3,31 atas nama AA diri dan tetap belajar, baik Gede Mega Yuda Mayun Krisna formal maupun nonformal dengan usia 21 tahun. Lulusan untuk menghadapi tantangan tertua dengan IPK 3,61 diraih dunia global. Ia juga me­ I Nyoman Sudiardana, lulusan ekan Fakultas Ilmu nekankan pentingnya kerja tercepat atas nama Dewa Nyo­ Sosial dan Ilmu Poli­ sama, mampu berkoordinasi, man Sudarma dengan IPK 3,75, tik UNR, Dr. Gede berkomunikasi karena hal dan lulusan terlama atas nama Wirata, S.Sos., SH., itu sangat penting dalam I Wayan Edi Cahyana dengan MAP., mengatakan, dari 54 orang calon organisasi untuk mencapai IPK 3,00. Tiga lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR wisudawan dan wisudawati, 34 orang tujuan. bersama Dekan Dr. Gede Wirata (paling kanan), Wakil Dekan I Made Artayasa, Gede Wirata sangat bangga adalah laki-laki dan 20 orang perem­ dan Kaprodi I Wayan Astawa Dengan memasuki tahun tiga lulusan terbaik diraih para puan. Ia menegaskan, lulusan hampir Masyarakat Ekonomi Asean, dimana dan prasarana, kami terus melakukan Dekan I: Drs. Ida Bagus Suteja, Pem­ perempuan yakni Dewa Ayu Trisnawati 98 persen adalah PNS dan 2 persen orang asing bebas melakukan aktivitas pembenahan ruang kuliah dan ruang bantu Dekan II: Ni Wayan Sukarni, dengan IPK 3,92, Yuliana Nirum de­ terjun sebagai wirausaha, politikus, dan berdasarkan keahlian yang dimiliki baca dengan terus menambah jumlah S.H., Pembantu Dekan III: Drs. I Made ngan IPK 3,89, dan Ni Kadek Ulandari karyawan swasta. “Ini artinya, kami ditandai dengan sertifikasi keahlian, dengan IPK 3,81. literatur yang diperlukan,” imbuhnya. Karya, Sekjur: Drs. AA Gede Rai. tidak mencetak pengangguran atau untuk itulah Fakultas Ilmu Sosial dan Dewa Ayu Trisnawati, lulusan ter­ Dalam kesempatan tersebut, ia juga Periode 1997-2001, Dekan: menambah deretan pengangguran,” Ilmu Politik UNR terus-menerus baik I menuturkan, saat ini, ia sudah mengucapkan terimakasih dan sangat Drs. Ida Bagus Suteja, Pembantu De­ ujar Wirata yang disambut tepuk tangan melakukan pembenahan baik SDM bangga kepada para orangtua dan kan I: Drs. AA Gede Rai, Pembantu bekerja sebagai salah satu karyawan semua undangan yang hadir. maupun sarana dan prasarana, serta masyarakat yang telah mempercayakan Dekan II: Ni Wayan Sukarni, S.H., swasta. Motivasinya untuk kuliah lagi, Ia berharap, para sarjana yang di­ perubahan kurikulum, berbasis KKNI. anak mereka untuk dididik di UNR. Pembantu Dekan III: Drs. I Wayan selain menambah pengetahuan, juga yudisium hari itu, dapat menjadi sarjana Dari segi SDM, 16 dosen baik PNS untuk menjadikan dirinya pribadi yang Astawa, Sekjur: Drs. AA Gede Rai. Sejak berdiri hingga sekarang yang sujana, dan menunjukkan kemam­ maupun dosen tetap yayasan yang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu puannya di lingkungan mereka bekerja. ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ia juga berharap, para lulusan harus Politik, 7 orang berkualifikasi S-3 atau Politik Universitas Ngurah Rai (UNR) telah mengalami 7 peri­ ode kepemimpinan yakni, Periode 1980-1984, Dekan: Drs. Ida Bagus Pangdjaja, Pembantu Dekan I: Drs. AA Gde Raka, Pembantu Dekan II: Drs. Nyo­ man Musik Arsana, Pembantu Dekan III: Drs. Ketut Sadra. Kajur: Drs. Nyoman Sura Adi Tenaya ( 1980-1982) dan Drs. Ida Bagus Suamba (1982-1984), Sekjur: Drs. I Nengah Simba. Para calon wisudawan dan wisudawati Periode 1984-1988, De­ kan: Drs. Ida Bagus Pangdjaja, Pem­ Periode 2001-2005, Dekan: Drs. lebih baik. Memang ia mengakui, agak bantu Dekan I: Drs. AA Gde Raka, AA Gede Rai Msi, Pembantu Dekan susah mengatur jadwal. “Syukurnya Pembantu Dekan II: Drs. Dewa Putu I: Drs. I Made Sumada, Pembantu kuliah bisa dilakukan sore hari se­ Lodji, Pembantu Dekan III: I Gst. Gede Dekan II: Drs. I Wayan Astawa, S.H., hingga tak ada kendala dalam bekerja. Purwa Sudarta, S.E., Sekjur: Drs. Ida Pembantu Dekan III: Gede Wirata, Saat kuliah ada seminar umum dan Bagus Suamba. S.Sos., S.H., Kajur: Drs. I Made Su­ internasional, sehingga saya bisa me­ nambah pengalaman. Waktu ini ada Periode 1988-1993, Dekan: mada. Drs. AA Gde Raka, Pembantu Dekan Periode 2006-2010, Dekan: Drs. juga seminar dengan pembicara dari I: Drs. Dewa Putu Lodji, Pembantu I Made Sumada, M.M., M.Si, Pembantu India,” katanya. Dekan II: Made Ayu Wiratni, S.H. Dekan I: Gede Wirata, S.Sos., S.H., Sementara, lulusan terbaik II, Yuli­ (1988-1989) dan Ni Wayan Sukarni, Pembantu Dekan II: Drs. I Wayan ana Nirum jauh-jauh datang dari NTT. S.H. (1989-1993), Pembantu Dekan Astawa, S.H., Pembantu Dekan III: Awalnya ia bekerja sebagai asisten III: Drs. Ida Bagus Suamba, Sekjur: Drs. Ida Bagus Suteja, Kajur: IA Putu rumah tangga dari seorang ekspa­ Drs. Ida Bagus Suteja. Sri Widnyani, S.Sos. triat, kemudian pindah lagi bekerja Periode 1993-1997, Dekan: Periode 2010-2014, Dekan: Dr. pada seorang dosen. Dari sanalah, ia Drs. Dewa Putu Lodji, Pembantu Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si, Pembantu termotivasi untuk melanjutkan kuliah. Saat ini, ia mengatakan, tidak sedang bekerja. Rencananya, setelah wisuda, ia akan pulang ke NTT menengok keluarga, sekalian melamar pekerjaan. “Rencana sih akan mendaftar PNS, bisa di NTT atau di Bali, tergantung nanti,” kata Yuliana. Lain lagi, kisah Ni Kadek Ulandari bangga menjadi alumni UNR kare­na doktor, dan 4 orang sedang mengikuti menyandang nama besar pahlawan I tugas belajar program S-3 dan 5 orang peraih terbaik III. Ia melanjutkan pen­ Gusti Ngurah Rai. berkualifikasi S-2, sesuai UU Guru dan didikannya ke Universitas Ngurah Rai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen. Ini artinya, Fakultas Ilmu Sosial karena ia sudah mendengar banyak Universitas Ngurah Rai (UNR) telah dan Ilmu Politik UNR sangat siap dalam sekali lulusannya yang bekerja di pe­ berdiri sejak tahun 1979. Meskipun persaingan dunia global karena didu­ merintahan. Bahkan, kata dia, dengan Para undangan, pengurus Yayasan Jagadhita, masih jauh dari sempurna, dalam kurun kung SDM yang andal. “Dari sisi sarana sangat yakin, lulusan Universitas Ngu­ dan Rektor UNR Dr. Drs. Nyoman Sura Adi Tenaya, M.Si. (dua dari kanan) rah Rai sangat bagus dan berkualitas sehingga pilihannya sangat tepat untuk meneruskan pendidikannya di sana. Ulandari adalah salah satu mahasiswi yang fresh graduated dari tamat SMA langsung melanjutkan pendidikan ke Universitas Ngurah Rai. “Saya sangat yakin, dengan Ilmu Administrasi Negara yang saya miliki, bisa berguna di ber­ bagai bidang dalam pekerjaan,” kata Pemberian kenang-kenangan Ulandari. –ast

D

kepada pengurus Yayasan Jagadhita

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR

Dara Hampir setahun tanpa karya, baik lagu baru maupun video klip baru, poleng band nampak seperti tak bernyawa, di tengah hangatnya perkembangan musik lokal di Buleleng. Banyak band lokal buleleng, yang secara aktif terus berkarya dengan mengeluarkan lagu, album dan video klip baru, tak satu pun karya yang terlahir dari poleng band.

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Dikira Bubar, Poleng Band Rilis Lagu Percaye Bli

D

i kalangan musisi buleleng, banyak yang menyangka Poleng band telah bubar. Pertanyaan tentang eksis­ tensi dalam bermusik di Buleleng, sering sampai ke personil Poleng band. Wajar saja seluruh pertan­ yaan dari rekan sesama musisi di Buleleng datang silih berganti. Poleng band terasa menghilang setelah penampilan terakhirnya, saat menjadi band pembuka, di pe­ luncuran lagu single “I LOVE BALI” BHIK di Denpasar, desember 2016. Selayaknya grup musik yang baru lahir, produktivitas dalam berkarya jelas menjadi kunci utama untuk menjaga eksistensi bermusik. Tanpa karya yang terlahir, membuat Poleng band sangat meredup, hal ini tidak ditampik oleh pentolan grup music Poleng band “Ya kami menyadari

9

hampir setahun, kami tanpa karya, kami bagaikan kapal bocor yang tanpa mesin dan dayung, ditengah lautan, hanya diam menunggu ajal” ujar Degus sang Vokalis. Tanpa karya segar yang terlahir, terjadi kegelisahan di antara para personil Poleng Band. kegelisahan semakin memuncak pasca, Yudi sang gitaris, menyatakan diri untuk vakum sementara waktu pada awal

februari 2017. Pernyataan pengun­ duran diri ini, disampaikan oleh Hary, drummer Poleng Band “Yudi secara pribadi melalui pesan BMM, menyampaikan kepada saya, bahwa ia (yudi) akan vakum semetara waktu dari poleng band” ungakap Hary. Sejak itu, Poleng band hanya beranggotakan empat orang, Degus vocal, Edi Torro gitar, Yogi bass dan Hary drum.

Sentilan Poleng Band bubar, cukup sering terdengar dari setiap candaan saat berkumpul de­ ngan teman-teman yang nampak peduli terhadap eksistensi Poleng Band dalam bermusik. Kegelisahan ini, akhirnya menjadi pemicu untuk melahirkan karya baru. Beberapa karya lagu pun terlahir dari De Gus sang vokalis, yang selama ini menjadi motor pencipta di Poleng band,

dan diputuskan untuk mengarap lagu berjudul Percaye Bli. Sebe­ lum masuk dapur rekaman, lagu Percaye Bli ini, mengalami banyak perubahan baik secara lirik dan aransemen. “Bak gayung bersambut, Gde Kurniawan, pemilik Demores Rumah Music, tempat kami se­ring nongkrong, menawarkan untuk membantu proses rekaman lagu. Lagu percaya beli ini, akhirnya mulai masuk studio rekaman pada akhir bulan Mei dan berhasil dirampung­ kan pada minggu ketiga bulan Juni 2017,” lanjut sang vokalis. Lagu Percaye Bli, merupakan lagu yang bertemakan cinta anak muda kepada lawan jenisnya. Ungkapan permohonan agar sang pujaan hati mau mempercayai bahwa perasaan sayang dan cinta yang disampaikan tulus dari hati dan bukan sekedar permainan. De Gus sebagai pencipta lagu menga­ takan lagu Percaya Bli merupakan sebuah ungkapan laki-laki kepada wanita, agar percaya bahwa laki-laki ini benar-benar sangat mencintai dan menyayangi sang wanita. Da­ lam lagu Percaye Bli, Poleng band menambah sentuhan music tecno, untuk memperindah aransement lagu “kami memasukkan music tekno dalam aransemen kami, yang akan kami jadikan ciri khas disetiap lagu yang kami ciptakan” tambah De Gus. (Wiwin Meliana)


10

Keris Empu Gandring “Tikam” Yogyakarta

Sebilah keris merenggut rujuh turunan. Keris sakti itu seakan memendam dendam kesumat. Keris bertuah hasil karya Empu Gandring tersebut menjadi sakaratul maut yang haus darah. Darah segar yang melumuri sekujur tubuh keris itu membuatnya kian menyeringai menguntit nyawa. Nyawa-nyawa yang berhasil dicabut keris itu membuatnya makin kejam memburu mangsa. Keris pencabut nyawa yang diciptakan pada abad ke-13 itu, kemudian dikisahkan menghilang secara misterius. Namun tiba-tiba, pada 29 Juli 2017 lalu tiba-tiba muncul “menikam” Yogyakarta.

“A

Kreasi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

ku Keris Gandring”, sebuah pertunjukan garapan baru, dihadirkan oleh para seniman duta Kabupaten Gianyar, serangkaian dengan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-29 tahun 2017. Adalah sanggar seni dengan bendera Nrityagrha Siwanataraja SukawatiBali, diutus mengemban misi seni dalam forum nasional bergengsi di Kota Gudeg itu. Sebuah genre seni pentas anyar yang disebut rinasila (tari-narasi-lagu) dijadikan bingkai garapan yang lakonnya diangkat dari kitab Pararaton yaitu kisah tentang para raja Jawa. Mengambil tempat pentas di panggung terbuka Planet Piramid, Bantul. Panggung yang berkapasitas dua ribu orang penuh sesak dijejali penonton yang berkursi dan duduk lesehan. Pementasan malam itu juga disimak oleh para pejabat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan para undangan yang datang dari Bali, para pejabat dari Kabupaten Gianyar. Rupanya penampilan 50 orang seniman muda dari Gianyar-Bali sudah ditunggu-tunggu penonton. Terbukti stan kuliner di depan panggung yang sebelumnya riuh jadi senyap, para pengunjung berkonsentrasi

Style

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Elegan dan Feminin dengan Longdress Simple longdress adalah pilihan model terbaru persembahan dari Bali Puspa Bordir & Tekstil milik Jro Puspa. Karyanya yang penuh warna ini diberi titel “Jendela”

R

upanya “Jendela” terinspirasi dari sang kreator yang ingin melihat luasnya cakrawala dengan berbagai warna yang saling bertabrakan. Warna tersebut menjadi satu

menonton “Aku Keris Gandring”. Pertunjukan diawali dengan pembacaan sinopsis. “Aku sebilah keris. Aku diciptakan oleh Empu Gandring. Dalam ragaku merasuk jampi-sampi bertuah asupan para dedemit dan anugrah para dewa. Keberadaanku berawal dari birahi Ken Arok yang kepincut dengan sang jelita Ken Dedes, permaisuri Tunggul Ametung. Untuk memiliki Ken Dedes, aku dipergunakan Ken Arok membunuh menguasa Tumapel. Di tangan Ken Arok sekujur tubuhku berlumur darah, aku dilibatkan dalam kekerasan atas ambisi tahta, harta, dan wanita. Aku Keris Gandring. Aku meradang…….!!!!”. Cerita dimulai dengan adegan kelahiran Ken Arok. Seluruh penabuh duduk melingkar di tengah panggung penggunakan kain hitam putih kotak-kotak. Di tengahnya empat penari pria menggeliat memainkan boneka bayi. Dalam suasana hening, narator mengalunkan tembang, “Alkisah di dusun Pangkur, lahirlah si bayi”. Disauti oleh para vokalis wanita, “Dibuang sang ibu pada tengah malam.” Prolog ini menggambarkan riwayat Ken Arok yang dibuang oleh ibunya, Ken Endok,

di sebuah kuburan, dipungut seorang bromocorah yang kemudian dibesarkan jadi maling, perampok dan penjudi. Untuk menjalin komunikasi verbal dengan penonton, garapan “Aku Keris Gandring” menggunakan bahasa Jawa Kuno (Bahasa Kawi) dan bahasa Indonesia, baik narasi maupun dalam olah vokal nyanyian. “Pemakaian narasi dalam bahasa Indonesia tak hanya memudahkan jalinan komunikasi namun juga sebagai media estetik dengan rangkaian kata-kata sastrawi,” ujar Bagus Natya, narator sekaligus pimpinan Sanggar Seni Siwanataraja. Narasi dan nyanyian dalam bahasa persatuan Indonesia itu tampak tepat guna. Kisah Ken Arok dan Ken Dedes itu disimak penonton dengan sarat paham dan penuh antusias. Lakon Ken Arok dan Ken Dedes sering diangkat dalam beragam ungkapan seni pertunjukan, baik dalam pengejawantahan seni tradisional maupun dalam wujud seni modern. Melalui bekal cerita yang sudah dikenal umum itu, “Aku Keris Gandring” menawarkan kreativitas seni dan pesan moral yang dieksplorasi dan diinterpretasikan dari penggalan sejarah masa lalu tanah Jawa. “Dengan paduan atau rajutan seni tari, sastra narasi, dan seni karawitan instrumental dan vokal lagu, kami tawarkan nafas baru seni pertunjukan rinasila, dan kedalaman isi serta muatan pesan yang kontekstual adalah aksentuasi yang dikedepankan tanpa mengabaikan daya gedor artistiknya,” ujar Laras, sang artistik direktor. “Aku Keris Gandring” hadir dengan totalitas artistik nan apik. Tata tari adegan

Ken Arok bersama teman-temannya minum arak-tuak sembari main perempuan, mengundang tepuk sorai penonton. Lewat untaian lagu yang semarak, adegan ini disertai dialog dalam bentuk pantun antara para penjudi dan perempuan penghibur. Wanita penghibur: “Jalan-jalan di Malioboro, jangan lupa makan gudeg, kalau kita memang jodoh, sampai mati cintaku mantep”. Dibalas oleh penjudi: Dari Bali ke Jawa, naik kereta tiba di Jogja, kanda rela berkorban nyawa, demi dinda yang kupuja”. Penggunaan identitas lokal sebagai bahan pantun membuat seni pentas duta Gianyar ini mempesona penonton. Selama hampir satu jam penonton terkesima.

Klimaksnya adalah adegan keris gandring yang meradang. Begitu dipegang oleh Ken Dedes-setelah keris itu dipakai Ken Arok menghabisi Kebo Ijo, petir mengguntur. Roh keris itu merasuk ketubuh dan jiwa Ken Dedes dan mengumpat Ken Arok. “Aku, keris ciptaaan Empu Gandring, berjanji tak akan pernah henti menebar api kekerasan dalam perebutan kepemimpinan bangsamu yang nanti disebut Nusantara. Jika bangsamu nanti ingin menghindari petaka itu, rintislah mulai sekarang kehidupan berbangsa yang berkeadaban dengan menyemai kerukunan, serta selalu menjunjung kemanusiaan nan cinta damai”. (Kadek Suartaya)

“Aku sebilah keris. Aku diciptakan oleh Empu Gandring. ­Dalam ragaku merasuk jampi-sampi bertuah asupan para dedemit dan anugrah para dewa. Keberadaanku berawal dari birahi Ken Arok yang kepincut dengan sang jelita Ken Dedes, permaisuri ­Tunggul Ametung. Untuk memiliki Ken Dedes, aku dipergunakan Ken Arok membunuh menguasa Tumapel. Di tangan Ken Arok sekujur tubuhku berlumur darah, aku dilibatkan dalam kekerasan atas ambisi tahta, harta, dan wanita. Aku Keris Gandring. Aku meradang…….!!!!”

dan memancarkan keindahan alam yang ditumbuhi bunga, memberi nuansa damai dan cinta kasih. Koleksi milik Jro Puspa ini sangat nyaman dikenakan,apalagi ditunjang materialnya lebih banyak

menggunakan kain yang menjuntai seperti sifon silk. Dengan desainnya yang simple dilengkapi variasi motif bunga dan perpaduan warna yang lembut menjadikan longdress ini sangat memikat dan modis. Menariknya lagi simple longdres yang juga menjadikan pemakainya tampil elegan dan feminin ini dapat dikenakan di berbagai acara. (Sri Ardhini)

15


14

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Cantik Alami

Jelita

P

radikal bebas. Kandungan antioksidan berperan dalam peremajaan kulit dan kandungan protein dari rumput laut mencegah penuaan dini. Pilihan lain, juga ada sabun lidah buaya. “Gel lidah buaya adalah salah satu bahan alami dengan fungsi penyembuh yang sangat baik. Gel ini dapat digunakan untuk melembabkan kulit. Selain membuat kulit halus, juga mencegah penuaan dini,” jelasnya. Ia menyebutkan, campuran madu dan minyak zaitun juga sangat bagus. Sabun madu zaitun fungsinya untuk mengecilkan pori-pori dan keriput. Minyak zaitun yang diekstrak dari buah zaitun dapat digunakan sebagai bahan kecantikan salah satunya sabun. Fungsinya, membersihkan kulit dari penumpuk a n

sel kulit mati dan kotoran, dan mencerahkan dan menghaluskan kulit. Perempuan yang tinggal di Dalung Permai ini menyarankan, sebaiknya setiap orang baik pria dan wanita, rutin membersihkan wajah. “Setiap hari Anda melakukan aktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Banyak debu yang menempel pada kulit wajah, yang menyebabkan tumbuhnya jerawat. Wajah mengandung minyak sehingga mudah sekali kotor. Oleh karena itu, sangat penting untuk membersihkan wajah setiap hari, khususnya pagi hari dan sebelum tidur. Bersihkan wajah dengan air bersih, ditambah dengan sabun alami. Pasti lebih cantik dan kinclong,” kata Yulia. Ia mengatakan, untuk bahan utama sabun berupa ekstra buah, ia datangkan dari Jawa, sehingga ia hanya mencampur ekstra tersebut dengan bahan tambahan untuk pembuatan sabun. (Wirati Astiti)

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

M

Cantik alami tak harus mahal

WARUNG SATE ALA AJIK CHEF DI BALER BALE AGUNG, NEGARA

GUSTI WEDAKARNA APRESIASI KULINER BABI MAKIN MERAMBAH DAERAH JEMBRANA masyarakat Bali tapi juga wisatawan. “Orang Bali harus meniru orang Bali di daerah transmigran. Kenapa umat Hindu di luar Bali lebih sejahtera, karena mereka kuasai tanah dan ekonomi. Kita di Bali harus mengubah strategi. Mulai dari lingkungan keluarga, mulai ngajeng ajengan Sukla Bali, lalu biasakan berbelanja di warung pribumi dan bantu mengembangkan usaha mereka. 90 persen adalah mayoritas Hindu dan pasti sukses dan menang dan itu cita-cita Satyagraha,”ungkap Gusti Wedakarna. Terkait dengan sarana yang dimiliki, Gusti Wedakarna pun memberikan sumbangan kursi hal ini untuk mendukung usaha semeton Bali agar semakin banyak semeton yang dapat berbelanja ke warung sate ala Ajik Chef di Negara. Sebagai seorang pemimpin kesejahteraan rakyatnyalah Satyagraha – Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna kunjungi yang paling penting. Dukungan agar berdikari Warung Sate Ala Ajik Chef di Jalan Plawa depan dan membuka usaha warung sukla sangat memToko Bangunan Sri Sedana Banjar Baler Bale Agung, Negara bantu masyarakat Bali. Gerakan Sukla Satyagraha ini akan selalu mendukung agar semeton bali bisa Dukungan kepada masyarakat Bali khususnya memiliki usaha sukla. Dalam bentuk usaha makanan untuk membuka warung sukla sangat didukung dan ataupun usaha ekonomi kreatif. terus digelorakan oleh Senator RI Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III (Penggagas Gerakan Sukla “Di daerah sendiri memang harus menjadi Satyagraha). Gerakan Sukla ini sudah menjadi budaya masyarakat yang maju. Jangan mau kalah dengan bagi semeton Bali. Kesadaran akan membuka usaha para pendatang yang bisa buka usaha dan sukses, makanan yang sangat menjanjikan makin marak. orang Bali juga harus menguasai ditanahnya sendiri. Terkait dengan sukla, yang merupakan branding yang Kali ini dalam kunjungan kerja Senator Gusti sudah digalakkan dari tahun 2015 ini, intinya yakni Wedakarna ke Jembrana, berkesempatan untuk menmakanan yang dijual adalah makanan yang suci dan gunjungi warung sate ala Ajik Chef di Baler Bale Agung, bersih. Bagi orang Bali, tubuh manusia itu ibaratnya Negara yang sangat terkenal menurut masyarakat sebuah Pura. Maka perlu, orang Bali mendapatkan sekitar. Ida Bagus Pandita dan Ida Ayu Kadek Wiramakanan dan kuliner yang suci dan bersih, karena wati (pemilik Warung Sate Ala Ajik Chef) ini menjual apapun yang tampaknya bersih, tidak semuanya dijamakanan khas bali yakni sate babi sebagai andalanmin suci. Kita bangga dengan konsep Sukla,” ungkap nya. Warung ini termasuk baru dan sudah terkenal Gusti Wedakarna. (Humas ) apalagi menjual makanan babi bukan hanya saja untuk

11

Apakah Maag Sebabkan Kematian?

Seorang dokter ganteng dan masih muda mening­gal, konon disebabkan penyakit maag akut. Apakah benar maag bisa menyebabkan kematian?

Untuk mendapatkan kulit halus tak harus de­ngan mahal. Dengan bahan alami juga bisa. Itulah yang dilontarkan Yulia Kusuma, seorang wirausaha yang sedang mengembangkan sabun alami. Ia mengatakan, kelebihan sabun alami ini semua bahannya herbal seperti minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sereh dll. Memang ia tak menampik, banyak perempuan ingin hasil yang serba instan sehingga tak tertarik dengan sabun alami. “Memang dengan sabun bahan alami memberikan hasil yang agak lama. Padahal, dengan bahan herbal alami, hasil yang didapat dalam jangka panjang kulit men­jadi lebih lembut dan halus,” ujarnya. erempuan yang membuka stand di Pesta Kesenian Bali ini, mengatakan, ada beberapa buah yang bisa dijadikan bahan dasar sabun seperti salah satunya, tomat. “Tomat sudah dikenal mengandung banyak vitamin C. Selain itu, tomat juga memiliki manfaat mencegah munculnya tanda-tanda penuaan dini dan keriput,” kata Yulia. Ada juga, sabun rumput laut. Sebagai bahan kosmetik rumput laut sangat bermanfaat untuk mempercepat regenerasi sel-sel kulit, dan menutrisi kulit dengan vitamin yang dikandungnya sehingga kulit terjaga kelembabannya serta menangkal

Bugar

enurut dr. I Made Suma Wirawan, Sp.PD., penyakit maag akut yang dalam dunia medis dikenal dengan gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung, yang sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Gastritis akut sangat jarang menimbulkan kematian terkecuali terjadi perdarahan lambung yang masif hingga mengakibatkan syok. Gastritis akut merupakan diagnosa histopatologis, dimana dijumpai sel radang akut pada jaringan lambung setelah diperiksa dibawah mikroskop. Jika hanya melihat dari waktu kejadiannya, bisa dikatakan akut (baru saja terjadi) maupun kronis (jika terjadinya sudah menahun). Bentuk gastritis akut ada yang membagi menjadi, gastritis akut erosive: disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung). Gastritis akut hemoragik: disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi, yang berarti hilangnya kesempurnaan mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflama-

si pada mukosa lambung tersebut. Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam,. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Gatritis akut bisa pula disebahkan oleh minuman beralkohol seperti whisky,vodka, dan gin. Infeksi bakteri seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, infeksi virus oleh sitomegalovirus, infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis, stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus- lambung, garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa, iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung dan trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. Menurut dr. Suma, pada pasien yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (nervus vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klor-

dr. I Made Suma Wirawan, Sp.PD.

ida (HCl) di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah, dan nyeri perut di daerah lambung (ulu hati). Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk melindungi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. “Respons mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster.

Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa iritasi, inflamasi atau keradangan bahkan pengelupasan ringan,”ujarnya. Pengelupasan sel mukosa gaster akan

mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan. “Jadi kesimpulannya bahwa gastritis atau sakit maag akut sangat jarang menimbulkan kematian. Dengan menghindari faktor-faktor pencetus di atas, maka kejadian gastritis akut dapat diminimalkan,” ujar Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar. (Wirati Astiti)


12

Kuliner Cicipi Sayur Daun Kopi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Makan Puas Harga Pas

I

Mau makan sambil bekerja di daerah Ubud? Cobalah datang ke ­Pemulan Coffee House and Resto.Tempat ini tak hanya untuk makan, tetapi bisa ­untuk bekerja. Lokasinya berada di areal persawahan dan ­aktivitas masyarakat desa. Dekorasi dan interior ditata secara apik sehingga ­mendukung suasana di alam perdesaan.

F

asilitas di resto ini lengkap. Ada tempat untuk makan berdua hingga rombongan. Ruang pertemuan dan tempat resepsi juga tersedia. “Resto kami juga dilengkapi den-

Putu Suryawan

gan fasilitas free wifi yang sangat kencang, sehingga para pelanggan bisa makan sambil bekerja dengan internet,” kata Putu Suryawan, pemilik Pemulan Coffee House and Resto. Ia menuturkan dari 20 jenis menu yang ada, barbeque pork creep, bebek judes, betutu ayam dan bebek mekepu yang paling banyak dipesan. “Selain rasanya yang memang enak dan konsumen puas, harganya juga pas di kantong yang bisa dijangkau dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat lokal,” imbuh Suryawan didampingi Operational Manager I Made Wiranata dan Sales Marketing Lidya Minanti. Menu bebek mekepu memiliki rasa yang unggul, sehingga membedakan dengan menu bebek lainnya. Bebek mekepu

memiliki keistimewaan warna yang hitam. Itu bukan karena gosong melainkan pengaruh dari bumbu, berupa rempah yang dipakai. Dagingnya terasa lembut dan empuk, karena bumbunya meresap hingga ke dalam daging. Saat menyajikan, ada tiga macam sambal yaitu sambal ijo, sambal bawang dan sambal ulek, sehingga ada pilihan rasa. “Saya merancang menu ini, terinspirasi dari menu salah satu upacara di Bali,” ujarnya. Daging bebek tak terasa amis karena melalui proses yang panjang. Mulai dari proses memberi bumbu berupa rempah lalu dipijat-pijat sehingga bumbunya masuk. Lalu didiamkan, beberapa menit selanjutnya direbus sekitar setengah hari, selanjutnya digoreng crispy. Selain dilengkapi tiga jenis bumbu, dalam penyajian bebek mekepu juga dilangkapi dengan nasi, plecing kangkung, sate lilit dan ares bebek. “Meski prosesnya lama, tetapi saat menyajikan sangat cepat, karena didukung oleh pelayan yang ber-

Betutu Keren

pengalaman,” ungkapnya. Menu lain yang tak kalah menariknya adalah betutu ayam keren. Meski menggunakan bahan berupa ayam merah, namun dagingnya lunak hingga ke tulangnya. Tekstur dagingnya lembut dan tak keras kalau dikunyah. Satu porsi betutu keren dilengkapi dengan sayur urap, plecing kangkung, nasi, sambal matah dan emba serta disajikan memakai ngiu (tempayan). Tempat makan yang buka setiap hari mulai pukul 09.00 wita hingga pukul 21.00 wita ini juga menawarkan minuman yang tak kalah menarik. Mulai dari tropical juice, cocktail, mocktail dan kopi asli Kintamani Bali. INSPIRASI LELUHUR Suryawan menambahkan menu-menu tradisional Bali ini diolah secara modern, sehingga bisa dinikmati lidah dari berbagai negara. “Saya hanya mengembangkan menu-menu milik masyarakat Bali

yang sudah ada,” ucapnya. Jebolan Sekolah Perhotelan Bali (SPB) tahun 2015 ini mengaku, cara memasak yang dilakukan para leluhur zaman dulu menjadi inspirasinya. Misalnya, menggunakan pewarna dari rempah yang ada. Bebek mekepu memanfaatkan rempah untuk memberi warna hitam, bukan karena gosong dan betutu keren yang memasak memakai sekam. “Ubud sebagai destinasi pariwisata sangat bagus, sehingga ingin mengembangkan tempat makan di tanah kelahiran sendiri. Saya ingin membangun daerah sendiri lewat usaha resto ini,” imbuhnya. Menurutnya, dalam mengelola usaha itu ia memiliki konsep yakni mengajak bangkit pemuda Bali berawal dari daerah sendiri. Membangun desa melalui usaha restoran, sehingga bisa berkembang dan bisa dijadikan contoh oleh para pemuda lainnya.

Bahan-bahan: 4 buah : tempe ukuran 15 x 10 cm – dipotong menjadi 6 bagian 2 buah : air kelapa 2 tempurung : gula kelapa Bumbu-bumbu yang dihaluskan : 8 siung : bawang putih 1 ruas : jari jahe ¼ ruas : jari kunyit 3 sdm : ketumbar 2 butir : kemiri Bumbu-bumbu tambahan: 2 genggam : tangan asam Jawa 1 ruas : jari laos - dimemarkan 3 lembar : daun salam Garam secukupnya Cara Membuat : - Goreng bumbu yang dihaluskan hingga harum, sisihkan. - Didihkan air kelapa, kemudian masukkan bumbu halus yang sudah digoreng dan bumbu pelengkap lainnya, teruskan hingga mendidih, masukkan

- - - -

potongan tempe. Tutup dan rebus hingga air kelapa berkurang (sa’at). Matikan kompor, biarkan hingga tempe yang sudah direbus menjadi dingin. Panaskan minyak, goreng tempe yang sudah direbus tadi hingga berwarna kecokelatan, angkat dan siap disajikan. Dinikmati dengan cabai hijau segar, jika suka pedas.

Bahan-bahan: 1 piring : nasi yang sudah matang ½ bagian : wortel – diiris tipis memanjang Kol (diiris tipis memanjang) – bila suka Telur, sosis, ayam, daging, udang, cumi (tergantung kesukaan) 1 buah : tomat – dipotong kotak-kotak Bumbu-bumbu: 2 siung : bawang putih – dimemarkan ¼ bagian : bawang Bombay – iris tipis sekitar 3 mm 1 ikat : kecil daun bawang atau 1buah daun pre – diiris kasar 2 buah : cabai merah kecil – diiris kasar (bila suka pedas) 1 sdm : minyak wijen Bubuk merica putih secukupnya Garam secukupnya Cara membuat: Panaskan sedikit minyak, masukkan bawang putih hingga harum, masukkan bawang Bombay dan irisan wortel, aduk hingga berubah warna. Lalu masukkan telur/sosis/ayam/daging/cumi/udang (tergantung selera), aduk hingga rata. Masukkan irisan tomat, irisan daun ba­­wang, dan cabai, aduk rata, lalu masukkan nasi. Tambahkan garam, bubuk merica dan minyak wijen, aduk rata hingga butiran nasi terpisah-pisah. Terakhir, jika suka, masukkan irisan kol. Aduk sekali lagi hingga rata. Matikan api dan siap dihidangkan. Sajikan dengan potongan tomat dan timun.

“Saya kaget karena baru kali ini ada menu sayur daun kopi. Karena penasaran, saya cicipi, ternyata enak. Mirip sayur daun singkong,” ungkap Triyanti, wisatawan asal Surabaya. Ia mengaku selama ini sering diajak suaminya untuk wisata kuliner khususnya yang menyajikan menu kopi. Selain minuman kopi, ia hanya tahu ada kue yang berbahan dasar kopi. Sayur daun kopi ternyata menjadi sesuatu yang perlu dicoba para penggemar kopi. Sayur yang disajikan dalam piring kecil ini memang mirip dengan sayur daun singkong. Daun kopi ini sudah diolah dan ditaburi bawang goreng di bagian atas. Saat menikmati sayuran ini, terbayang keranuman daun kopi dan segarnya udara di pegunungan, tempat tumbuhnya pohon kopi. Dari beberapa referensi, daun kopi ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan manfaat bagi tubuh kita. Di Minang, seduhan daun kopi disebut Aia Kawa. Masyarakat biasanya menikmati minuman santai ini di dalam wadah batok kelapa dengan kue bika sebagai pelengkap kenikmatannya.

Sayur daun kopi Konon zaman dahulu ketika Jepang masih menjajah dan berkuasa di Ranah Minang, mereka mengambil hasil buah kopi segar dari tanah warga pribumi dan mengekspornya keluar negeri. Akibatnya para warga pribumi tidak dapat menikmati air seduhan dari buah kopi tersebut, dan pada masa itu meminum kopi memiliki keistimewaan tersendiri yang menggambarkan tingginya derajat orang tersebut. Karena itu para warga akhirnya mengganti

ketiadaan buah kopi dengan olahan daun kopi, yang ternyata memiliki rasa yang tak kalah nikmat dibandingkan dengan olahan buahnya. Sejak saat itu, kebiasaan warga dalam meminum Air Kawa menjadi lestari hingga sekarang. Cara pembuatan Air Kawa pun tergolong mudah, sederhana, dan masih berciri tradisional. Proses ini diawali dengan mengeringkan daundaun kopi lokal yang tak diketahui variannya dengan cara disangrai

di atas perapian selama kurang lebih 12 jam. Tahap pengeringan ini memang termasuk tahap yang paling memakan waktu. Berikutnya, daun kopi yang telah mengering dicampur dengan air dingin dan diseduh sampai mendidih. Air Kawa yang telah matang dan mirip teh ini dituang ke dalam wadah tempurung kelapa. Daun kopi juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati penyakit kurap. Caranya dengan mencampur dan menumbuk beberapa lembar daun kopi dengan semut hitam, kemudian setelah lumat digosokkan ke bagian tubuh yang terkena kurap. Ulangi terus setiap hari sampai sekitar seminggu. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi bagi penderita hipertensi, 20 helai daun kopi yang masih muda dicuci dan direbus hingga mendidih. Aduk perlahan hingga air rebusannya berubah warna menjadi kemerahan. Campurkan dengan gula pasir atau gula batu dan minum selagi masih hangat. Bisa juga dengan cara memakan langsung 10 helai daun kopi. Manfaat lainnya, menghangatkan badan dan melancarkan saluran pernafasan. Cara ini sering dilakukan dengan cara mencampur air seduhan daun kopi dengan jahe. Untuk menambah stamina dan vitalitas, campur Air Kawa dengan telur dan madu. (Ngurah Budi)

Bola-Bola Daging Balado

Sarwan

(Darsana)

Resep ala Dapur Eka Nasi Goreng

Tempe Bacem

ndonesia merupakan negara penghasil kopi. Tanaman kopi pun banyak ditemukan di wilayah Nusantara ini. Manfaat tanaman kopi juga sangat banyak. Batang, buah, dan daunnya bisa dimanfaatkan. Batang kopi yang tua biasanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Di daerah yang punya banyak ladang kopi, ketika kopi sudah beberapa kali panen dan ada peremajaan pohon, batang kayu pun dipotong menjadi kayu bakar. Ada juga yang kreatif dengan menjadikan potongan kayu kopi sebagai penopang meja. Tinggal menambahkan kaca tebal diatasnya, jadilah meja yang unik. Buah kopi jangan ditanyakan lagi. Biji kopi inilah yang menjadi primadona dan menembus pasar ekspor. Biji kopi dipetik berdasarkan keperluan. Biji inilah yang kemudian diolah untuk menjadi bubuk kopi. Dari bubuk kopi dan tambahan air panas, jadilah kopi yang nikmat. Satu bagian yang kerap diabaikan adalah daun kopi. Daun yang sudah dicuci bersih dan direbus ini bisa diolah menjadi sayuran. Salah satu restoran di kawasan Ubud memiliki menu sayur daun kopi.

13

Bahan: 500 gr 4 sdm 1 sdm 1 sdt 1 sdt 1 sdt 2 butir 100 ml

: : : : : : : :

daging giling tepung terigu tepung maizena lada bubuk garam kaldu bubuk rasa sapi telur air

Cara membuat : - Campur gilingan daging bersama tepung terigu, maizena, telur, garam, kaldu bubuk juga lada. - Campur jadi adonan lalu bentuk bulat-bulat sampai habis bahan adonan, goreng bulatan hingga matang kecokelatan, tiriskan.

- Tumis bumbu halus sampai harum lalu masukkan gorengan bola-bola daging, aduk-aduk hingga tercampur bumbu. - Masukkan air 100ml, juga garam dan kaldu bubuk, aduk, masak sampai mendidih dan bumbu meresap. - Angkat, siap disajikan.

Tumis Udang Tempe Bahan: 40 gr : tempe 2000 gr : udang potong-potong goreng matang 1 sdm : kecap manis 2 lembar : daun jeruk Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Minyak secukupnya Bumbu 9 buah 4 siung 4 butir 2 ruas 4 buah 7 buah

Bumbu Halus : 9 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 4 buah : cabe merah besar buang bijinya 8 buah : cabe kriting merah 4 butir : kemiri sangrai ½ sdm : gula merah Garam, kaldu bubuk secukupnya

Halus : : bawang merah : bawang putih : kemiri sangrai : jari jahe : cabe besar merah : cabe rawit

Cara Membuat : Tumis bumbu halus sampai harum, lalu masukkan udang, daun jeruk juga tempe goreng, aduk-aduk rata. Masukkan kecap manis, garam, gula, kaldu bubuk, aduk rata, tambahkan 100 ml air, masak sampai bumbu meresap. Siap disajikan.

Udang Masak Lombok Ijo Bahan: 500 gr : udang 1 sdm : air jeruk nipis 1 buah : tomat hijau potong-potong 2 ruas : lengkuas memarkan 100 ml : air 3 lembar : daun jeruk Garam, gula, kaldu bubuk dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 8 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

7 buah : cabe hijau besar 11 buah : cabe rawit hijau Cara Membuat : - Belah punggung udang, biarkan ekornya, lumuri air jeruk nipis, diamkan. - Tumis bumbu halus dan daun jeruk hingga harum lalu masukkan udang, aduk rata. - Masukkan garam, gula, dan kaldu bubuk, juga air, masak sampai mendidih dan matang, air mengering. - Siap disajikan.


12

Kuliner Cicipi Sayur Daun Kopi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Makan Puas Harga Pas

I

Mau makan sambil bekerja di daerah Ubud? Cobalah datang ke ­Pemulan Coffee House and Resto.Tempat ini tak hanya untuk makan, tetapi bisa ­untuk bekerja. Lokasinya berada di areal persawahan dan ­aktivitas masyarakat desa. Dekorasi dan interior ditata secara apik sehingga ­mendukung suasana di alam perdesaan.

F

asilitas di resto ini lengkap. Ada tempat untuk makan berdua hingga rombongan. Ruang pertemuan dan tempat resepsi juga tersedia. “Resto kami juga dilengkapi den-

Putu Suryawan

gan fasilitas free wifi yang sangat kencang, sehingga para pelanggan bisa makan sambil bekerja dengan internet,” kata Putu Suryawan, pemilik Pemulan Coffee House and Resto. Ia menuturkan dari 20 jenis menu yang ada, barbeque pork creep, bebek judes, betutu ayam dan bebek mekepu yang paling banyak dipesan. “Selain rasanya yang memang enak dan konsumen puas, harganya juga pas di kantong yang bisa dijangkau dari berbagai kalangan, termasuk masyarakat lokal,” imbuh Suryawan didampingi Operational Manager I Made Wiranata dan Sales Marketing Lidya Minanti. Menu bebek mekepu memiliki rasa yang unggul, sehingga membedakan dengan menu bebek lainnya. Bebek mekepu

memiliki keistimewaan warna yang hitam. Itu bukan karena gosong melainkan pengaruh dari bumbu, berupa rempah yang dipakai. Dagingnya terasa lembut dan empuk, karena bumbunya meresap hingga ke dalam daging. Saat menyajikan, ada tiga macam sambal yaitu sambal ijo, sambal bawang dan sambal ulek, sehingga ada pilihan rasa. “Saya merancang menu ini, terinspirasi dari menu salah satu upacara di Bali,” ujarnya. Daging bebek tak terasa amis karena melalui proses yang panjang. Mulai dari proses memberi bumbu berupa rempah lalu dipijat-pijat sehingga bumbunya masuk. Lalu didiamkan, beberapa menit selanjutnya direbus sekitar setengah hari, selanjutnya digoreng crispy. Selain dilengkapi tiga jenis bumbu, dalam penyajian bebek mekepu juga dilangkapi dengan nasi, plecing kangkung, sate lilit dan ares bebek. “Meski prosesnya lama, tetapi saat menyajikan sangat cepat, karena didukung oleh pelayan yang ber-

Betutu Keren

pengalaman,” ungkapnya. Menu lain yang tak kalah menariknya adalah betutu ayam keren. Meski menggunakan bahan berupa ayam merah, namun dagingnya lunak hingga ke tulangnya. Tekstur dagingnya lembut dan tak keras kalau dikunyah. Satu porsi betutu keren dilengkapi dengan sayur urap, plecing kangkung, nasi, sambal matah dan emba serta disajikan memakai ngiu (tempayan). Tempat makan yang buka setiap hari mulai pukul 09.00 wita hingga pukul 21.00 wita ini juga menawarkan minuman yang tak kalah menarik. Mulai dari tropical juice, cocktail, mocktail dan kopi asli Kintamani Bali. INSPIRASI LELUHUR Suryawan menambahkan menu-menu tradisional Bali ini diolah secara modern, sehingga bisa dinikmati lidah dari berbagai negara. “Saya hanya mengembangkan menu-menu milik masyarakat Bali

yang sudah ada,” ucapnya. Jebolan Sekolah Perhotelan Bali (SPB) tahun 2015 ini mengaku, cara memasak yang dilakukan para leluhur zaman dulu menjadi inspirasinya. Misalnya, menggunakan pewarna dari rempah yang ada. Bebek mekepu memanfaatkan rempah untuk memberi warna hitam, bukan karena gosong dan betutu keren yang memasak memakai sekam. “Ubud sebagai destinasi pariwisata sangat bagus, sehingga ingin mengembangkan tempat makan di tanah kelahiran sendiri. Saya ingin membangun daerah sendiri lewat usaha resto ini,” imbuhnya. Menurutnya, dalam mengelola usaha itu ia memiliki konsep yakni mengajak bangkit pemuda Bali berawal dari daerah sendiri. Membangun desa melalui usaha restoran, sehingga bisa berkembang dan bisa dijadikan contoh oleh para pemuda lainnya.

Bahan-bahan: 4 buah : tempe ukuran 15 x 10 cm – dipotong menjadi 6 bagian 2 buah : air kelapa 2 tempurung : gula kelapa Bumbu-bumbu yang dihaluskan : 8 siung : bawang putih 1 ruas : jari jahe ¼ ruas : jari kunyit 3 sdm : ketumbar 2 butir : kemiri Bumbu-bumbu tambahan: 2 genggam : tangan asam Jawa 1 ruas : jari laos - dimemarkan 3 lembar : daun salam Garam secukupnya Cara Membuat : - Goreng bumbu yang dihaluskan hingga harum, sisihkan. - Didihkan air kelapa, kemudian masukkan bumbu halus yang sudah digoreng dan bumbu pelengkap lainnya, teruskan hingga mendidih, masukkan

- - - -

potongan tempe. Tutup dan rebus hingga air kelapa berkurang (sa’at). Matikan kompor, biarkan hingga tempe yang sudah direbus menjadi dingin. Panaskan minyak, goreng tempe yang sudah direbus tadi hingga berwarna kecokelatan, angkat dan siap disajikan. Dinikmati dengan cabai hijau segar, jika suka pedas.

Bahan-bahan: 1 piring : nasi yang sudah matang ½ bagian : wortel – diiris tipis memanjang Kol (diiris tipis memanjang) – bila suka Telur, sosis, ayam, daging, udang, cumi (tergantung kesukaan) 1 buah : tomat – dipotong kotak-kotak Bumbu-bumbu: 2 siung : bawang putih – dimemarkan ¼ bagian : bawang Bombay – iris tipis sekitar 3 mm 1 ikat : kecil daun bawang atau 1buah daun pre – diiris kasar 2 buah : cabai merah kecil – diiris kasar (bila suka pedas) 1 sdm : minyak wijen Bubuk merica putih secukupnya Garam secukupnya Cara membuat: Panaskan sedikit minyak, masukkan bawang putih hingga harum, masukkan bawang Bombay dan irisan wortel, aduk hingga berubah warna. Lalu masukkan telur/sosis/ayam/daging/cumi/udang (tergantung selera), aduk hingga rata. Masukkan irisan tomat, irisan daun ba­­wang, dan cabai, aduk rata, lalu masukkan nasi. Tambahkan garam, bubuk merica dan minyak wijen, aduk rata hingga butiran nasi terpisah-pisah. Terakhir, jika suka, masukkan irisan kol. Aduk sekali lagi hingga rata. Matikan api dan siap dihidangkan. Sajikan dengan potongan tomat dan timun.

“Saya kaget karena baru kali ini ada menu sayur daun kopi. Karena penasaran, saya cicipi, ternyata enak. Mirip sayur daun singkong,” ungkap Triyanti, wisatawan asal Surabaya. Ia mengaku selama ini sering diajak suaminya untuk wisata kuliner khususnya yang menyajikan menu kopi. Selain minuman kopi, ia hanya tahu ada kue yang berbahan dasar kopi. Sayur daun kopi ternyata menjadi sesuatu yang perlu dicoba para penggemar kopi. Sayur yang disajikan dalam piring kecil ini memang mirip dengan sayur daun singkong. Daun kopi ini sudah diolah dan ditaburi bawang goreng di bagian atas. Saat menikmati sayuran ini, terbayang keranuman daun kopi dan segarnya udara di pegunungan, tempat tumbuhnya pohon kopi. Dari beberapa referensi, daun kopi ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan minuman dan manfaat bagi tubuh kita. Di Minang, seduhan daun kopi disebut Aia Kawa. Masyarakat biasanya menikmati minuman santai ini di dalam wadah batok kelapa dengan kue bika sebagai pelengkap kenikmatannya.

Sayur daun kopi Konon zaman dahulu ketika Jepang masih menjajah dan berkuasa di Ranah Minang, mereka mengambil hasil buah kopi segar dari tanah warga pribumi dan mengekspornya keluar negeri. Akibatnya para warga pribumi tidak dapat menikmati air seduhan dari buah kopi tersebut, dan pada masa itu meminum kopi memiliki keistimewaan tersendiri yang menggambarkan tingginya derajat orang tersebut. Karena itu para warga akhirnya mengganti

ketiadaan buah kopi dengan olahan daun kopi, yang ternyata memiliki rasa yang tak kalah nikmat dibandingkan dengan olahan buahnya. Sejak saat itu, kebiasaan warga dalam meminum Air Kawa menjadi lestari hingga sekarang. Cara pembuatan Air Kawa pun tergolong mudah, sederhana, dan masih berciri tradisional. Proses ini diawali dengan mengeringkan daundaun kopi lokal yang tak diketahui variannya dengan cara disangrai

di atas perapian selama kurang lebih 12 jam. Tahap pengeringan ini memang termasuk tahap yang paling memakan waktu. Berikutnya, daun kopi yang telah mengering dicampur dengan air dingin dan diseduh sampai mendidih. Air Kawa yang telah matang dan mirip teh ini dituang ke dalam wadah tempurung kelapa. Daun kopi juga dimanfaatkan masyarakat untuk mengobati penyakit kurap. Caranya dengan mencampur dan menumbuk beberapa lembar daun kopi dengan semut hitam, kemudian setelah lumat digosokkan ke bagian tubuh yang terkena kurap. Ulangi terus setiap hari sampai sekitar seminggu. Untuk menurunkan tekanan darah tinggi bagi penderita hipertensi, 20 helai daun kopi yang masih muda dicuci dan direbus hingga mendidih. Aduk perlahan hingga air rebusannya berubah warna menjadi kemerahan. Campurkan dengan gula pasir atau gula batu dan minum selagi masih hangat. Bisa juga dengan cara memakan langsung 10 helai daun kopi. Manfaat lainnya, menghangatkan badan dan melancarkan saluran pernafasan. Cara ini sering dilakukan dengan cara mencampur air seduhan daun kopi dengan jahe. Untuk menambah stamina dan vitalitas, campur Air Kawa dengan telur dan madu. (Ngurah Budi)

Bola-Bola Daging Balado

Sarwan

(Darsana)

Resep ala Dapur Eka Nasi Goreng

Tempe Bacem

ndonesia merupakan negara penghasil kopi. Tanaman kopi pun banyak ditemukan di wilayah Nusantara ini. Manfaat tanaman kopi juga sangat banyak. Batang, buah, dan daunnya bisa dimanfaatkan. Batang kopi yang tua biasanya dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Di daerah yang punya banyak ladang kopi, ketika kopi sudah beberapa kali panen dan ada peremajaan pohon, batang kayu pun dipotong menjadi kayu bakar. Ada juga yang kreatif dengan menjadikan potongan kayu kopi sebagai penopang meja. Tinggal menambahkan kaca tebal diatasnya, jadilah meja yang unik. Buah kopi jangan ditanyakan lagi. Biji kopi inilah yang menjadi primadona dan menembus pasar ekspor. Biji kopi dipetik berdasarkan keperluan. Biji inilah yang kemudian diolah untuk menjadi bubuk kopi. Dari bubuk kopi dan tambahan air panas, jadilah kopi yang nikmat. Satu bagian yang kerap diabaikan adalah daun kopi. Daun yang sudah dicuci bersih dan direbus ini bisa diolah menjadi sayuran. Salah satu restoran di kawasan Ubud memiliki menu sayur daun kopi.

13

Bahan: 500 gr 4 sdm 1 sdm 1 sdt 1 sdt 1 sdt 2 butir 100 ml

: : : : : : : :

daging giling tepung terigu tepung maizena lada bubuk garam kaldu bubuk rasa sapi telur air

Cara membuat : - Campur gilingan daging bersama tepung terigu, maizena, telur, garam, kaldu bubuk juga lada. - Campur jadi adonan lalu bentuk bulat-bulat sampai habis bahan adonan, goreng bulatan hingga matang kecokelatan, tiriskan.

- Tumis bumbu halus sampai harum lalu masukkan gorengan bola-bola daging, aduk-aduk hingga tercampur bumbu. - Masukkan air 100ml, juga garam dan kaldu bubuk, aduk, masak sampai mendidih dan bumbu meresap. - Angkat, siap disajikan.

Tumis Udang Tempe Bahan: 40 gr : tempe 2000 gr : udang potong-potong goreng matang 1 sdm : kecap manis 2 lembar : daun jeruk Gula, garam, kaldu bubuk secukupnya Minyak secukupnya Bumbu 9 buah 4 siung 4 butir 2 ruas 4 buah 7 buah

Bumbu Halus : 9 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 4 buah : cabe merah besar buang bijinya 8 buah : cabe kriting merah 4 butir : kemiri sangrai ½ sdm : gula merah Garam, kaldu bubuk secukupnya

Halus : : bawang merah : bawang putih : kemiri sangrai : jari jahe : cabe besar merah : cabe rawit

Cara Membuat : Tumis bumbu halus sampai harum, lalu masukkan udang, daun jeruk juga tempe goreng, aduk-aduk rata. Masukkan kecap manis, garam, gula, kaldu bubuk, aduk rata, tambahkan 100 ml air, masak sampai bumbu meresap. Siap disajikan.

Udang Masak Lombok Ijo Bahan: 500 gr : udang 1 sdm : air jeruk nipis 1 buah : tomat hijau potong-potong 2 ruas : lengkuas memarkan 100 ml : air 3 lembar : daun jeruk Garam, gula, kaldu bubuk dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 8 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih

7 buah : cabe hijau besar 11 buah : cabe rawit hijau Cara Membuat : - Belah punggung udang, biarkan ekornya, lumuri air jeruk nipis, diamkan. - Tumis bumbu halus dan daun jeruk hingga harum lalu masukkan udang, aduk rata. - Masukkan garam, gula, dan kaldu bubuk, juga air, masak sampai mendidih dan matang, air mengering. - Siap disajikan.


14

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Cantik Alami

Jelita

P

radikal bebas. Kandungan antioksidan berperan dalam peremajaan kulit dan kandungan protein dari rumput laut mencegah penuaan dini. Pilihan lain, juga ada sabun lidah buaya. “Gel lidah buaya adalah salah satu bahan alami dengan fungsi penyembuh yang sangat baik. Gel ini dapat digunakan untuk melembabkan kulit. Selain membuat kulit halus, juga mencegah penuaan dini,” jelasnya. Ia menyebutkan, campuran madu dan minyak zaitun juga sangat bagus. Sabun madu zaitun fungsinya untuk mengecilkan pori-pori dan keriput. Minyak zaitun yang diekstrak dari buah zaitun dapat digunakan sebagai bahan kecantikan salah satunya sabun. Fungsinya, membersihkan kulit dari penumpuk a n

sel kulit mati dan kotoran, dan mencerahkan dan menghaluskan kulit. Perempuan yang tinggal di Dalung Permai ini menyarankan, sebaiknya setiap orang baik pria dan wanita, rutin membersihkan wajah. “Setiap hari Anda melakukan aktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Banyak debu yang menempel pada kulit wajah, yang menyebabkan tumbuhnya jerawat. Wajah mengandung minyak sehingga mudah sekali kotor. Oleh karena itu, sangat penting untuk membersihkan wajah setiap hari, khususnya pagi hari dan sebelum tidur. Bersihkan wajah dengan air bersih, ditambah dengan sabun alami. Pasti lebih cantik dan kinclong,” kata Yulia. Ia mengatakan, untuk bahan utama sabun berupa ekstra buah, ia datangkan dari Jawa, sehingga ia hanya mencampur ekstra tersebut dengan bahan tambahan untuk pembuatan sabun. (Wirati Astiti)

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

M

Cantik alami tak harus mahal

WARUNG SATE ALA AJIK CHEF DI BALER BALE AGUNG, NEGARA

GUSTI WEDAKARNA APRESIASI KULINER BABI MAKIN MERAMBAH DAERAH JEMBRANA masyarakat Bali tapi juga wisatawan. “Orang Bali harus meniru orang Bali di daerah transmigran. Kenapa umat Hindu di luar Bali lebih sejahtera, karena mereka kuasai tanah dan ekonomi. Kita di Bali harus mengubah strategi. Mulai dari lingkungan keluarga, mulai ngajeng ajengan Sukla Bali, lalu biasakan berbelanja di warung pribumi dan bantu mengembangkan usaha mereka. 90 persen adalah mayoritas Hindu dan pasti sukses dan menang dan itu cita-cita Satyagraha,”ungkap Gusti Wedakarna. Terkait dengan sarana yang dimiliki, Gusti Wedakarna pun memberikan sumbangan kursi hal ini untuk mendukung usaha semeton Bali agar semakin banyak semeton yang dapat berbelanja ke warung sate ala Ajik Chef di Negara. Sebagai seorang pemimpin kesejahteraan rakyatnyalah Satyagraha – Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna kunjungi yang paling penting. Dukungan agar berdikari Warung Sate Ala Ajik Chef di Jalan Plawa depan dan membuka usaha warung sukla sangat memToko Bangunan Sri Sedana Banjar Baler Bale Agung, Negara bantu masyarakat Bali. Gerakan Sukla Satyagraha ini akan selalu mendukung agar semeton bali bisa Dukungan kepada masyarakat Bali khususnya memiliki usaha sukla. Dalam bentuk usaha makanan untuk membuka warung sukla sangat didukung dan ataupun usaha ekonomi kreatif. terus digelorakan oleh Senator RI Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III (Penggagas Gerakan Sukla “Di daerah sendiri memang harus menjadi Satyagraha). Gerakan Sukla ini sudah menjadi budaya masyarakat yang maju. Jangan mau kalah dengan bagi semeton Bali. Kesadaran akan membuka usaha para pendatang yang bisa buka usaha dan sukses, makanan yang sangat menjanjikan makin marak. orang Bali juga harus menguasai ditanahnya sendiri. Terkait dengan sukla, yang merupakan branding yang Kali ini dalam kunjungan kerja Senator Gusti sudah digalakkan dari tahun 2015 ini, intinya yakni Wedakarna ke Jembrana, berkesempatan untuk menmakanan yang dijual adalah makanan yang suci dan gunjungi warung sate ala Ajik Chef di Baler Bale Agung, bersih. Bagi orang Bali, tubuh manusia itu ibaratnya Negara yang sangat terkenal menurut masyarakat sebuah Pura. Maka perlu, orang Bali mendapatkan sekitar. Ida Bagus Pandita dan Ida Ayu Kadek Wiramakanan dan kuliner yang suci dan bersih, karena wati (pemilik Warung Sate Ala Ajik Chef) ini menjual apapun yang tampaknya bersih, tidak semuanya dijamakanan khas bali yakni sate babi sebagai andalanmin suci. Kita bangga dengan konsep Sukla,” ungkap nya. Warung ini termasuk baru dan sudah terkenal Gusti Wedakarna. (Humas ) apalagi menjual makanan babi bukan hanya saja untuk

11

Apakah Maag Sebabkan Kematian?

Seorang dokter ganteng dan masih muda mening­gal, konon disebabkan penyakit maag akut. Apakah benar maag bisa menyebabkan kematian?

Untuk mendapatkan kulit halus tak harus de­ngan mahal. Dengan bahan alami juga bisa. Itulah yang dilontarkan Yulia Kusuma, seorang wirausaha yang sedang mengembangkan sabun alami. Ia mengatakan, kelebihan sabun alami ini semua bahannya herbal seperti minyak zaitun, minyak kelapa, minyak sereh dll. Memang ia tak menampik, banyak perempuan ingin hasil yang serba instan sehingga tak tertarik dengan sabun alami. “Memang dengan sabun bahan alami memberikan hasil yang agak lama. Padahal, dengan bahan herbal alami, hasil yang didapat dalam jangka panjang kulit men­jadi lebih lembut dan halus,” ujarnya. erempuan yang membuka stand di Pesta Kesenian Bali ini, mengatakan, ada beberapa buah yang bisa dijadikan bahan dasar sabun seperti salah satunya, tomat. “Tomat sudah dikenal mengandung banyak vitamin C. Selain itu, tomat juga memiliki manfaat mencegah munculnya tanda-tanda penuaan dini dan keriput,” kata Yulia. Ada juga, sabun rumput laut. Sebagai bahan kosmetik rumput laut sangat bermanfaat untuk mempercepat regenerasi sel-sel kulit, dan menutrisi kulit dengan vitamin yang dikandungnya sehingga kulit terjaga kelembabannya serta menangkal

Bugar

enurut dr. I Made Suma Wirawan, Sp.PD., penyakit maag akut yang dalam dunia medis dikenal dengan gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung, yang sebagian besar merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Gastritis akut sangat jarang menimbulkan kematian terkecuali terjadi perdarahan lambung yang masif hingga mengakibatkan syok. Gastritis akut merupakan diagnosa histopatologis, dimana dijumpai sel radang akut pada jaringan lambung setelah diperiksa dibawah mikroskop. Jika hanya melihat dari waktu kejadiannya, bisa dikatakan akut (baru saja terjadi) maupun kronis (jika terjadinya sudah menahun). Bentuk gastritis akut ada yang membagi menjadi, gastritis akut erosive: disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung). Gastritis akut hemoragik: disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi, yang berarti hilangnya kesempurnaan mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflama-

si pada mukosa lambung tersebut. Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam,. Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid / OAINS (indometasin, ibuprofen, dan asam salisilat), sulfonamide, steroid, kokain, agen kemoterapi (mitomisin, 5-fluora-2-deoxyuriine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Gatritis akut bisa pula disebahkan oleh minuman beralkohol seperti whisky,vodka, dan gin. Infeksi bakteri seperti H. pylor (paling sering), H. heilmanii, streptococci, staphylococci, proteus spesies, clostridium spesies, E. coli, tuberculosis, infeksi virus oleh sitomegalovirus, infeksi jamur ; candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis, stress fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus- lambung, garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung sehingga menimbulkan respon peradangan mukosa, iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung dan trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan mekanisme pertahanan umtuk menjaga integritas mukosa, yang dapat menimbulkan respon peradangan pada mukosa lambung. Menurut dr. Suma, pada pasien yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (nervus vagus), yang akan meningkatkan produksi asam klor-

dr. I Made Suma Wirawan, Sp.PD.

ida (HCl) di dalam lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah, dan nyeri perut di daerah lambung (ulu hati). Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk melindungi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. “Respons mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster.

Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa iritasi, inflamasi atau keradangan bahkan pengelupasan ringan,”ujarnya. Pengelupasan sel mukosa gaster akan

mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan. “Jadi kesimpulannya bahwa gastritis atau sakit maag akut sangat jarang menimbulkan kematian. Dengan menghindari faktor-faktor pencetus di atas, maka kejadian gastritis akut dapat diminimalkan,” ujar Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Denpasar. (Wirati Astiti)


10

Keris Empu Gandring “Tikam” Yogyakarta

Sebilah keris merenggut rujuh turunan. Keris sakti itu seakan memendam dendam kesumat. Keris bertuah hasil karya Empu Gandring tersebut menjadi sakaratul maut yang haus darah. Darah segar yang melumuri sekujur tubuh keris itu membuatnya kian menyeringai menguntit nyawa. Nyawa-nyawa yang berhasil dicabut keris itu membuatnya makin kejam memburu mangsa. Keris pencabut nyawa yang diciptakan pada abad ke-13 itu, kemudian dikisahkan menghilang secara misterius. Namun tiba-tiba, pada 29 Juli 2017 lalu tiba-tiba muncul “menikam” Yogyakarta.

“A

Kreasi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

ku Keris Gandring”, sebuah pertunjukan garapan baru, dihadirkan oleh para seniman duta Kabupaten Gianyar, serangkaian dengan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) ke-29 tahun 2017. Adalah sanggar seni dengan bendera Nrityagrha Siwanataraja SukawatiBali, diutus mengemban misi seni dalam forum nasional bergengsi di Kota Gudeg itu. Sebuah genre seni pentas anyar yang disebut rinasila (tari-narasi-lagu) dijadikan bingkai garapan yang lakonnya diangkat dari kitab Pararaton yaitu kisah tentang para raja Jawa. Mengambil tempat pentas di panggung terbuka Planet Piramid, Bantul. Panggung yang berkapasitas dua ribu orang penuh sesak dijejali penonton yang berkursi dan duduk lesehan. Pementasan malam itu juga disimak oleh para pejabat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan para undangan yang datang dari Bali, para pejabat dari Kabupaten Gianyar. Rupanya penampilan 50 orang seniman muda dari Gianyar-Bali sudah ditunggu-tunggu penonton. Terbukti stan kuliner di depan panggung yang sebelumnya riuh jadi senyap, para pengunjung berkonsentrasi

Style

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Elegan dan Feminin dengan Longdress Simple longdress adalah pilihan model terbaru persembahan dari Bali Puspa Bordir & Tekstil milik Jro Puspa. Karyanya yang penuh warna ini diberi titel “Jendela”

R

upanya “Jendela” terinspirasi dari sang kreator yang ingin melihat luasnya cakrawala dengan berbagai warna yang saling bertabrakan. Warna tersebut menjadi satu

menonton “Aku Keris Gandring”. Pertunjukan diawali dengan pembacaan sinopsis. “Aku sebilah keris. Aku diciptakan oleh Empu Gandring. Dalam ragaku merasuk jampi-sampi bertuah asupan para dedemit dan anugrah para dewa. Keberadaanku berawal dari birahi Ken Arok yang kepincut dengan sang jelita Ken Dedes, permaisuri Tunggul Ametung. Untuk memiliki Ken Dedes, aku dipergunakan Ken Arok membunuh menguasa Tumapel. Di tangan Ken Arok sekujur tubuhku berlumur darah, aku dilibatkan dalam kekerasan atas ambisi tahta, harta, dan wanita. Aku Keris Gandring. Aku meradang…….!!!!”. Cerita dimulai dengan adegan kelahiran Ken Arok. Seluruh penabuh duduk melingkar di tengah panggung penggunakan kain hitam putih kotak-kotak. Di tengahnya empat penari pria menggeliat memainkan boneka bayi. Dalam suasana hening, narator mengalunkan tembang, “Alkisah di dusun Pangkur, lahirlah si bayi”. Disauti oleh para vokalis wanita, “Dibuang sang ibu pada tengah malam.” Prolog ini menggambarkan riwayat Ken Arok yang dibuang oleh ibunya, Ken Endok,

di sebuah kuburan, dipungut seorang bromocorah yang kemudian dibesarkan jadi maling, perampok dan penjudi. Untuk menjalin komunikasi verbal dengan penonton, garapan “Aku Keris Gandring” menggunakan bahasa Jawa Kuno (Bahasa Kawi) dan bahasa Indonesia, baik narasi maupun dalam olah vokal nyanyian. “Pemakaian narasi dalam bahasa Indonesia tak hanya memudahkan jalinan komunikasi namun juga sebagai media estetik dengan rangkaian kata-kata sastrawi,” ujar Bagus Natya, narator sekaligus pimpinan Sanggar Seni Siwanataraja. Narasi dan nyanyian dalam bahasa persatuan Indonesia itu tampak tepat guna. Kisah Ken Arok dan Ken Dedes itu disimak penonton dengan sarat paham dan penuh antusias. Lakon Ken Arok dan Ken Dedes sering diangkat dalam beragam ungkapan seni pertunjukan, baik dalam pengejawantahan seni tradisional maupun dalam wujud seni modern. Melalui bekal cerita yang sudah dikenal umum itu, “Aku Keris Gandring” menawarkan kreativitas seni dan pesan moral yang dieksplorasi dan diinterpretasikan dari penggalan sejarah masa lalu tanah Jawa. “Dengan paduan atau rajutan seni tari, sastra narasi, dan seni karawitan instrumental dan vokal lagu, kami tawarkan nafas baru seni pertunjukan rinasila, dan kedalaman isi serta muatan pesan yang kontekstual adalah aksentuasi yang dikedepankan tanpa mengabaikan daya gedor artistiknya,” ujar Laras, sang artistik direktor. “Aku Keris Gandring” hadir dengan totalitas artistik nan apik. Tata tari adegan

Ken Arok bersama teman-temannya minum arak-tuak sembari main perempuan, mengundang tepuk sorai penonton. Lewat untaian lagu yang semarak, adegan ini disertai dialog dalam bentuk pantun antara para penjudi dan perempuan penghibur. Wanita penghibur: “Jalan-jalan di Malioboro, jangan lupa makan gudeg, kalau kita memang jodoh, sampai mati cintaku mantep”. Dibalas oleh penjudi: Dari Bali ke Jawa, naik kereta tiba di Jogja, kanda rela berkorban nyawa, demi dinda yang kupuja”. Penggunaan identitas lokal sebagai bahan pantun membuat seni pentas duta Gianyar ini mempesona penonton. Selama hampir satu jam penonton terkesima.

Klimaksnya adalah adegan keris gandring yang meradang. Begitu dipegang oleh Ken Dedes-setelah keris itu dipakai Ken Arok menghabisi Kebo Ijo, petir mengguntur. Roh keris itu merasuk ketubuh dan jiwa Ken Dedes dan mengumpat Ken Arok. “Aku, keris ciptaaan Empu Gandring, berjanji tak akan pernah henti menebar api kekerasan dalam perebutan kepemimpinan bangsamu yang nanti disebut Nusantara. Jika bangsamu nanti ingin menghindari petaka itu, rintislah mulai sekarang kehidupan berbangsa yang berkeadaban dengan menyemai kerukunan, serta selalu menjunjung kemanusiaan nan cinta damai”. (Kadek Suartaya)

“Aku sebilah keris. Aku diciptakan oleh Empu Gandring. ­Dalam ragaku merasuk jampi-sampi bertuah asupan para dedemit dan anugrah para dewa. Keberadaanku berawal dari birahi Ken Arok yang kepincut dengan sang jelita Ken Dedes, permaisuri ­Tunggul Ametung. Untuk memiliki Ken Dedes, aku dipergunakan Ken Arok membunuh menguasa Tumapel. Di tangan Ken Arok sekujur tubuhku berlumur darah, aku dilibatkan dalam kekerasan atas ambisi tahta, harta, dan wanita. Aku Keris Gandring. Aku meradang…….!!!!”

dan memancarkan keindahan alam yang ditumbuhi bunga, memberi nuansa damai dan cinta kasih. Koleksi milik Jro Puspa ini sangat nyaman dikenakan,apalagi ditunjang materialnya lebih banyak

menggunakan kain yang menjuntai seperti sifon silk. Dengan desainnya yang simple dilengkapi variasi motif bunga dan perpaduan warna yang lembut menjadikan longdress ini sangat memikat dan modis. Menariknya lagi simple longdres yang juga menjadikan pemakainya tampil elegan dan feminin ini dapat dikenakan di berbagai acara. (Sri Ardhini)

15


16

Edukasi

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Yudisium ke-35 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR

Tiga Perempuan Raih Lulusan Terbaik Sebanyak 54 orang calon wisudawan dan wisudawati, mengikuti acara Yudisium ke-35 Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai (UNR), Rabu (9/8) di Gedung Serbaguna Universitas Ngurah Rai, Jalan Padma Penatih, Denpasar. Selain para calon wisudawan dan wisudawati, acara yudisium juga dihadiri, para dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli­ tik UNR, dan pengurus Yayasan Jagadhita.

waktu 42 tahun, Fakultas Dekan I: Ni Luh Putu Suastini, Ilmu Sosial dan Ilmu Poli­ S.E., M.Si., Kaprodi: Dr. Gede tik Universitas Ngurah Rai Wirata, S.Sos., S.H., MAP. mampu memberikan kon­ Periode 2014-2018, De­ tribusi di bidang pendidikan kan: Dr. Gede Wirata, S.Sos, kepada masyarakat dengan S.H., MAP., Wakil Dekan: I Made menamatkan 1.438 orang Artayasa, S.Sos., MAP, Kaprodi: sarjana. Drs. I Wayan Astawa, S.H., Ia menegaskan, dunia MAP. kampus ha­nya mengantarkan Dari lulusan Program Studi para lulusan sampai di depan Ilmu Administrasi Negara, Fakul­ pintu gerbang persaingan, tas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sementara di luar akan ter­ UNR, dihasilkan IPK tertinggi jadi persaingan yang sangat 3,92, IPK terendah 3,00, dan IPK ketat sehingga ia berharap, rata-rata 3,41. Lulusan termuda para lulusan tidak berpuas dengan IPK 3,31 atas nama AA diri dan tetap belajar, baik Gede Mega Yuda Mayun Krisna formal maupun nonformal dengan usia 21 tahun. Lulusan untuk menghadapi tantangan tertua dengan IPK 3,61 diraih dunia global. Ia juga me­ I Nyoman Sudiardana, lulusan ekan Fakultas Ilmu nekankan pentingnya kerja tercepat atas nama Dewa Nyo­ Sosial dan Ilmu Poli­ sama, mampu berkoordinasi, man Sudarma dengan IPK 3,75, tik UNR, Dr. Gede berkomunikasi karena hal dan lulusan terlama atas nama Wirata, S.Sos., SH., itu sangat penting dalam I Wayan Edi Cahyana dengan MAP., mengatakan, dari 54 orang calon organisasi untuk mencapai IPK 3,00. Tiga lulusan terbaik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR wisudawan dan wisudawati, 34 orang tujuan. bersama Dekan Dr. Gede Wirata (paling kanan), Wakil Dekan I Made Artayasa, Gede Wirata sangat bangga adalah laki-laki dan 20 orang perem­ dan Kaprodi I Wayan Astawa Dengan memasuki tahun tiga lulusan terbaik diraih para puan. Ia menegaskan, lulusan hampir Masyarakat Ekonomi Asean, dimana dan prasarana, kami terus melakukan Dekan I: Drs. Ida Bagus Suteja, Pem­ perempuan yakni Dewa Ayu Trisnawati 98 persen adalah PNS dan 2 persen orang asing bebas melakukan aktivitas pembenahan ruang kuliah dan ruang bantu Dekan II: Ni Wayan Sukarni, dengan IPK 3,92, Yuliana Nirum de­ terjun sebagai wirausaha, politikus, dan berdasarkan keahlian yang dimiliki baca dengan terus menambah jumlah S.H., Pembantu Dekan III: Drs. I Made ngan IPK 3,89, dan Ni Kadek Ulandari karyawan swasta. “Ini artinya, kami ditandai dengan sertifikasi keahlian, dengan IPK 3,81. literatur yang diperlukan,” imbuhnya. Karya, Sekjur: Drs. AA Gede Rai. tidak mencetak pengangguran atau untuk itulah Fakultas Ilmu Sosial dan Dewa Ayu Trisnawati, lulusan ter­ Dalam kesempatan tersebut, ia juga Periode 1997-2001, Dekan: menambah deretan pengangguran,” Ilmu Politik UNR terus-menerus baik I menuturkan, saat ini, ia sudah mengucapkan terimakasih dan sangat Drs. Ida Bagus Suteja, Pembantu De­ ujar Wirata yang disambut tepuk tangan melakukan pembenahan baik SDM bangga kepada para orangtua dan kan I: Drs. AA Gede Rai, Pembantu bekerja sebagai salah satu karyawan semua undangan yang hadir. maupun sarana dan prasarana, serta masyarakat yang telah mempercayakan Dekan II: Ni Wayan Sukarni, S.H., swasta. Motivasinya untuk kuliah lagi, Ia berharap, para sarjana yang di­ perubahan kurikulum, berbasis KKNI. anak mereka untuk dididik di UNR. Pembantu Dekan III: Drs. I Wayan selain menambah pengetahuan, juga yudisium hari itu, dapat menjadi sarjana Dari segi SDM, 16 dosen baik PNS untuk menjadikan dirinya pribadi yang Astawa, Sekjur: Drs. AA Gede Rai. Sejak berdiri hingga sekarang yang sujana, dan menunjukkan kemam­ maupun dosen tetap yayasan yang Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu puannya di lingkungan mereka bekerja. ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Ia juga berharap, para lulusan harus Politik, 7 orang berkualifikasi S-3 atau Politik Universitas Ngurah Rai (UNR) telah mengalami 7 peri­ ode kepemimpinan yakni, Periode 1980-1984, Dekan: Drs. Ida Bagus Pangdjaja, Pembantu Dekan I: Drs. AA Gde Raka, Pembantu Dekan II: Drs. Nyo­ man Musik Arsana, Pembantu Dekan III: Drs. Ketut Sadra. Kajur: Drs. Nyoman Sura Adi Tenaya ( 1980-1982) dan Drs. Ida Bagus Suamba (1982-1984), Sekjur: Drs. I Nengah Simba. Para calon wisudawan dan wisudawati Periode 1984-1988, De­ kan: Drs. Ida Bagus Pangdjaja, Pem­ Periode 2001-2005, Dekan: Drs. lebih baik. Memang ia mengakui, agak bantu Dekan I: Drs. AA Gde Raka, AA Gede Rai Msi, Pembantu Dekan susah mengatur jadwal. “Syukurnya Pembantu Dekan II: Drs. Dewa Putu I: Drs. I Made Sumada, Pembantu kuliah bisa dilakukan sore hari se­ Lodji, Pembantu Dekan III: I Gst. Gede Dekan II: Drs. I Wayan Astawa, S.H., hingga tak ada kendala dalam bekerja. Purwa Sudarta, S.E., Sekjur: Drs. Ida Pembantu Dekan III: Gede Wirata, Saat kuliah ada seminar umum dan Bagus Suamba. S.Sos., S.H., Kajur: Drs. I Made Su­ internasional, sehingga saya bisa me­ nambah pengalaman. Waktu ini ada Periode 1988-1993, Dekan: mada. Drs. AA Gde Raka, Pembantu Dekan Periode 2006-2010, Dekan: Drs. juga seminar dengan pembicara dari I: Drs. Dewa Putu Lodji, Pembantu I Made Sumada, M.M., M.Si, Pembantu India,” katanya. Dekan II: Made Ayu Wiratni, S.H. Dekan I: Gede Wirata, S.Sos., S.H., Sementara, lulusan terbaik II, Yuli­ (1988-1989) dan Ni Wayan Sukarni, Pembantu Dekan II: Drs. I Wayan ana Nirum jauh-jauh datang dari NTT. S.H. (1989-1993), Pembantu Dekan Astawa, S.H., Pembantu Dekan III: Awalnya ia bekerja sebagai asisten III: Drs. Ida Bagus Suamba, Sekjur: Drs. Ida Bagus Suteja, Kajur: IA Putu rumah tangga dari seorang ekspa­ Drs. Ida Bagus Suteja. Sri Widnyani, S.Sos. triat, kemudian pindah lagi bekerja Periode 1993-1997, Dekan: Periode 2010-2014, Dekan: Dr. pada seorang dosen. Dari sanalah, ia Drs. Dewa Putu Lodji, Pembantu Ir. Luh Riniti Rahayu, M.Si, Pembantu termotivasi untuk melanjutkan kuliah. Saat ini, ia mengatakan, tidak sedang bekerja. Rencananya, setelah wisuda, ia akan pulang ke NTT menengok keluarga, sekalian melamar pekerjaan. “Rencana sih akan mendaftar PNS, bisa di NTT atau di Bali, tergantung nanti,” kata Yuliana. Lain lagi, kisah Ni Kadek Ulandari bangga menjadi alumni UNR kare­na doktor, dan 4 orang sedang mengikuti menyandang nama besar pahlawan I tugas belajar program S-3 dan 5 orang peraih terbaik III. Ia melanjutkan pen­ Gusti Ngurah Rai. berkualifikasi S-2, sesuai UU Guru dan didikannya ke Universitas Ngurah Rai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen. Ini artinya, Fakultas Ilmu Sosial karena ia sudah mendengar banyak Universitas Ngurah Rai (UNR) telah dan Ilmu Politik UNR sangat siap dalam sekali lulusannya yang bekerja di pe­ berdiri sejak tahun 1979. Meskipun persaingan dunia global karena didu­ merintahan. Bahkan, kata dia, dengan Para undangan, pengurus Yayasan Jagadhita, masih jauh dari sempurna, dalam kurun kung SDM yang andal. “Dari sisi sarana sangat yakin, lulusan Universitas Ngu­ dan Rektor UNR Dr. Drs. Nyoman Sura Adi Tenaya, M.Si. (dua dari kanan) rah Rai sangat bagus dan berkualitas sehingga pilihannya sangat tepat untuk meneruskan pendidikannya di sana. Ulandari adalah salah satu mahasiswi yang fresh graduated dari tamat SMA langsung melanjutkan pendidikan ke Universitas Ngurah Rai. “Saya sangat yakin, dengan Ilmu Administrasi Negara yang saya miliki, bisa berguna di ber­ bagai bidang dalam pekerjaan,” kata Pemberian kenang-kenangan Ulandari. –ast

D

kepada pengurus Yayasan Jagadhita

Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNR

Dara Hampir setahun tanpa karya, baik lagu baru maupun video klip baru, poleng band nampak seperti tak bernyawa, di tengah hangatnya perkembangan musik lokal di Buleleng. Banyak band lokal buleleng, yang secara aktif terus berkarya dengan mengeluarkan lagu, album dan video klip baru, tak satu pun karya yang terlahir dari poleng band.

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Dikira Bubar, Poleng Band Rilis Lagu Percaye Bli

D

i kalangan musisi buleleng, banyak yang menyangka Poleng band telah bubar. Pertanyaan tentang eksis­ tensi dalam bermusik di Buleleng, sering sampai ke personil Poleng band. Wajar saja seluruh pertan­ yaan dari rekan sesama musisi di Buleleng datang silih berganti. Poleng band terasa menghilang setelah penampilan terakhirnya, saat menjadi band pembuka, di pe­ luncuran lagu single “I LOVE BALI” BHIK di Denpasar, desember 2016. Selayaknya grup musik yang baru lahir, produktivitas dalam berkarya jelas menjadi kunci utama untuk menjaga eksistensi bermusik. Tanpa karya yang terlahir, membuat Poleng band sangat meredup, hal ini tidak ditampik oleh pentolan grup music Poleng band “Ya kami menyadari

9

hampir setahun, kami tanpa karya, kami bagaikan kapal bocor yang tanpa mesin dan dayung, ditengah lautan, hanya diam menunggu ajal” ujar Degus sang Vokalis. Tanpa karya segar yang terlahir, terjadi kegelisahan di antara para personil Poleng Band. kegelisahan semakin memuncak pasca, Yudi sang gitaris, menyatakan diri untuk vakum sementara waktu pada awal

februari 2017. Pernyataan pengun­ duran diri ini, disampaikan oleh Hary, drummer Poleng Band “Yudi secara pribadi melalui pesan BMM, menyampaikan kepada saya, bahwa ia (yudi) akan vakum semetara waktu dari poleng band” ungakap Hary. Sejak itu, Poleng band hanya beranggotakan empat orang, Degus vocal, Edi Torro gitar, Yogi bass dan Hary drum.

Sentilan Poleng Band bubar, cukup sering terdengar dari setiap candaan saat berkumpul de­ ngan teman-teman yang nampak peduli terhadap eksistensi Poleng Band dalam bermusik. Kegelisahan ini, akhirnya menjadi pemicu untuk melahirkan karya baru. Beberapa karya lagu pun terlahir dari De Gus sang vokalis, yang selama ini menjadi motor pencipta di Poleng band,

dan diputuskan untuk mengarap lagu berjudul Percaye Bli. Sebe­ lum masuk dapur rekaman, lagu Percaye Bli ini, mengalami banyak perubahan baik secara lirik dan aransemen. “Bak gayung bersambut, Gde Kurniawan, pemilik Demores Rumah Music, tempat kami se­ring nongkrong, menawarkan untuk membantu proses rekaman lagu. Lagu percaya beli ini, akhirnya mulai masuk studio rekaman pada akhir bulan Mei dan berhasil dirampung­ kan pada minggu ketiga bulan Juni 2017,” lanjut sang vokalis. Lagu Percaye Bli, merupakan lagu yang bertemakan cinta anak muda kepada lawan jenisnya. Ungkapan permohonan agar sang pujaan hati mau mempercayai bahwa perasaan sayang dan cinta yang disampaikan tulus dari hati dan bukan sekedar permainan. De Gus sebagai pencipta lagu menga­ takan lagu Percaya Bli merupakan sebuah ungkapan laki-laki kepada wanita, agar percaya bahwa laki-laki ini benar-benar sangat mencintai dan menyayangi sang wanita. Da­ lam lagu Percaye Bli, Poleng band menambah sentuhan music tecno, untuk memperindah aransement lagu “kami memasukkan music tekno dalam aransemen kami, yang akan kami jadikan ciri khas disetiap lagu yang kami ciptakan” tambah De Gus. (Wiwin Meliana)


8

Bunda & Ananda

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Pramuka Ajarkan Banyak Hal

Siang itu, Jumat (11/8) sekelompok anak kelas 6 SD Cipta Dharma Denpasar sedang latihan baris-berbaris. Mereka tampak konsentrasi mendengarkan aba-aba yang diucapkan pembinanya. Meski serius, mereka sangat fun mengikuti kegiatan tersebut.

Dinda

“S

aya senang ekstra pramuka, bisa barengbareng sama teman. Banyak yang bisa saya pelajari di sini, bagaimana bekerjasama dengan kelompok, bersosialisasi dengan teman, pokoknya senang deh,” ujar Ketua Kelompok Cendrawasih AA Gde Jaya Paramarta S. Anak kelas 6B yang akrab disapa Gung Indi tersebut bahkan pernah mempraktikkan tali-temali yang didapatkannya dalam pramuka di rumah. “Waktu itu adik ngajakin main dokterdokteran. Jadi saya buatkan aja tandu untuk main dokterdokteran biar tambah seru,” ucapnya tersenyum. Beberapa pendidikan dalam pramuka dikatakannya cukup bermanfaat dalam keseharian, seperti pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan. “Misalkan luka ringan, bersihkan dengan alkohol, biar tidak infeksi. Ini juga sempat saya terapkan di rumah,” imbuh Gung Indi. Berikutnya, ia juga menuturkan pengalamannya saat ikut kemping saat kelas 5 dulu. Jauh dari rumah, dikatakannya membuat dirinya bisa belajar hidup mandiri. Dan tentunya yang paling seru ketika acara api unggun. Hal senada disampaikan Komang

Made Pande Dinda Astika Putri. Ketua Regu Flamboyan ini mengaku paling suka baris-berbaris karena disana dilatih konsentrasi kita untuk mendengarkan perintah. “Jadi kita benar-benar harus disiplin, jika salah ada sanksinya,” ujar Dinda-sapaan akrabnya. Kedua siswa ini sepakat bahwa ekstra pramuka sangat menyenangkan dan apa yang didapatkan dalam pramuka itu bisa diterapkan di rumah. “Kalau bisa, ditambahkan lagi jamnya..hehehe,” ucap Dinda. Pr a m u k a m e m a n g menjadi ekstra wajib di Sekolah Dasar. Demikian halnya di SD Cipta Dharma Denpasar. Di sekolah ini, jadwal ekstra Pramuka dibagi menjadi dua. Kelas 1, 2 hari Kamis, Jumat kelas 3,4,5,6. Pembinanya, bisa dilakukan oleh semua guru. “Semua guru sudah mendapatkan KMD (Kursus Mahir Dasar), jadi boleh membina pramuka di pendidikan dasar sehingga tak perlu mendatangkan Pembina dari luar,” ujar Kepala Sekolah Ni Luh Rinun, S.Pd., M.Pd. Guru Pembina Penggalang, Ni Wayan Warniasih, S. Pd., M.Pd. mengatakan, pramuka ini masuk dalam kurikulum, diberikan 2 jam untuk setiap kelas. Di SD Cipta Dharma, kelas 1,

Gung Indi

S

epanjang bulan Juli 2017, Yayasan Cahaya Cinta Kasih melakukan berbagai kegiatan sosial sebagai wujud nyata pelayanan kepada masyarakat dalam bentuk SOUL Action, yang berfokus pada bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan, di berbagai wilayah Bali dan Jakarta. Yayasan Cahaya Cinta Kasih telah bekerjasama dengan berbagai kalangan untuk dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan tersebut. Kegiatan ekstra Pramuka di SD Cipta Dharma Denpasar

2 masih siaga mula. Kelas 3,4 siaga, dan kelas 5, 6 baru penggalang. Yang membedakan, usia dan tingkat kemahiran anak. Dalam siaga, anak-anak lebih banyak diajarkan rigem (riang gembira). Seperti, meniru lompat kodok. Selain bermain, yang dilatih di sini ketangkasan dan keterampilan anak. “Semua panduannya ada pada SKU,” ujar Kaur Kurikulum SD Cipta

Dharma ini. Pada pramuka siaga lebih banyak melatih sosialisasi dan kebersamaan mereka dalam kelompok. Sementara pada pramuka penggalang sudah mengarah ke keterampilan praktis, seperti tali-temali, LKBB, semaphore (sandi-sandi), dll. “Banyak hal yang bisa didapatkan anak dalam ekstra pramuka ini,” ujarnya. (Inten Indrawati)

Luh Rinun

Mendongeng Lima Menit teman sekolah

Tersebutlah seorang Brahmana yang sangat miskin. Namanya Sudama. Ia menanggung seorang istri dan beberapa orang anak. Syukur kalau keluarga itu bisa makan dua kali sehari. Anak-anak Brahmana Made Taro itu sering kali harus menahan lapar sebelum tidur. “Mengapa kanda tidak minta bantuan kepada teman sekolahmu?” Tanya sang istri pada suatu hari. “Bukankah temanmu yang bernama Kresna itu sekarang menjadi raja di Dwaraka?” Sudama, sang suami teringat akan teman baiknya itu. Semasa kecil dan semasa sekolah, hubungan kedua anak itu sangat akrab dan saling tolongmenolong. “Aku ragu apakah Kresna yang berkedudukan tinggi itu masih ingat akan temannya,” jawab Sudama. “Kanda belum mencoba sudah berputusasa,” sahut sang istri. Terdorong oleh istrinya, Brahmana Sudama memutuskan untuk menghadap Raja Kresna ke Dwaraka. Sebagai oleh-oleh, ia menyuruh istrinya membuat kue kegemaran Kresna. Untung masih ada sisa segenggam beras. Istrinya seketika mengambil beras itu, memasaknya, lalu mengolahnya menjadi kue. Di depan istana Dwaraka, Sudama merasa rendah diri. Ia heran melihat istana yang gemerlapan. Ia hampir balik haluan pulang kembali. Namun karena tekadnya sangat besar untuk bertemu sahabatnya, ia memberanikan diri memasuki pintu gerbang. “Hai, siapa kau?!” teriak penjaga pintu gerbang. “Hamba, Sudama, teman sekolah Raja Kresna,” jawab Brahmana miskin itu.

“Tidak boleh masuk! Pergi kau!” bentak penjaga pintu. Walaupun penjaga pintu itu melarang masuk tamu yang berpakaian dekil itu, namun ia menyampaikan pula perihal itu kepada Raja Kresna. Heran! Raja Dwaraka itu malah menyuruh penjaga pintu memanggil tamu itu dan mengantarkannya ke depan Raja. Kedua insan yang berbeda kedudukan itu saling berpelukan. Mereka melepas kangen dan ngobrol ngalor-ngidul mengenai masa kanak-kanaknya di sekolah. Kemudian lanjut makan bersama. Sudama lagi-lagi merasa rendah diri, karena makanan yang enak itu dihidangkan di atas piring emas. Brahmana miskin itu urung menyerahkan oleh-olehnya kepada Kresna. “Apa artinya oleh-oleh tak berharga itu bagi seorang raja?” pikirnya. Ia menyembunyikan kue beras itu dalam bungkusannya yang lusuh. Raja Kresna mengetahui gerak-gerik sahabatnya. Beliau memaksa mengambil oleh-oleh itu seraya membukanya. Oho! Raja sangat senang. Beliau memakan kue beras itu dengan lahapnya. Sungguh, bertahun-tahun beliau tak pernah menikmati kue beras seenak itu. Tiba saatnya kedua teman sekolah itu harus berpisah. Mereka berpelukan lagi. Raja Kresna melepas temannya dengan perasaan sedih, dan Brahmana Sudama pun pulang kembali dengan perasaan kangen. Setiba di rumah, Brahmana miskin itu heran melihat rumahnya yang reot berubah menjadi rumah yang bagus. Istri dan anak-anaknya menyambut dan memeluknya. “Tadi seorang tamu mengaku Raja Dwaraka datang ke sini,” demikian cerita sang istri. “Ia membawa sekarung beras. Ia menyuruh membuatkan kue. Setelah meninggalkan rumah ia menghilang tiba-tiba. Kami heran, sepeninggal tamu itu, kami dapati gubuk reot kita berubah menjadi rumah yang bagus, indah dan menyenangkan. (India)

Bidang Kesehatan SOUL Action menggandeng Bunda Arsaningsihpakar Soul Reflection, serta Yayasan The Legong Anak Bangsa untuk memberikan S O U L Pa re n t i n g ke p a d a orangtua dari anak penderita Celebral Palsy (CP) dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). “Tidak perlu sedih dan cemas dengan kondisi anak, jaga agar anak-anak selalu merasa bahagia, karena itulah yang dibutuhkan. Apabila orangtua merasa sedih, maka rasa ini akan membebani anak-anak,” kata Bunda Arsaningsih ketika bertemu 70 peserta yang hadir. Selain itu, kegiatan sosial yang telah rutin dilakukan berupa pendampingan bagi lansia untuk Club USILA (Usia Lanjut) di Desa Cau Belayu Marga, Tabanan. Peserta diberikan pemahaman untuk tetap bahagia dan melepas keterikatan akan anak-anaknya, sehingga dapat menjalani masa tuanya dengan lebih damai. Dan juga mereka diajak melakukan Senam Sehat SOUL yang merupakan gerakan senam sederhana, cocok untuk para lansia, namun sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Kegiatan pengobatan gratis juga telah dilakukan di Desa Belanga Kintamani Bangli (30/7/17) yang melibatkan tim dokter dan paramedis yang tergabung dalam SOUL komuniti. Tim Medis terdiri dari dokter Spesialis Mata, THT, Umum dan Gigi. Acara ini juga didukung oleh Penta Medica Clinic

BERBAGI DAN MELAYANI ANAK NEGERI

Pembinaan Karakter melalui Metode SOUL Reflection oleh Bunda Arsaningsih di Lapas Wanita Kerobokan Bali

Denpasar, dan mahasiswa KKN dari Universitas Udayana. Pengobatan diberikan kepada 92 pasien l a n s i a d a n wa rga masyarakat sekitar. Pembagian bantuan sembako untuk 36 warga lansia, serta warga penyandang cacat fisik dalam bentuk penyerahan 2 kursi roda dan tongkat penyangga kaki secara gratis.

(11/7/17) yang diikuti 142 anak, SMK Giri Pandawa Rend a n g K a ra n g a s e m (13/7/17) diikuti138 anak dan SMP PGRI 3 Denpasar (14/7/17) d i i ku t i 3 6 3 a n a k . Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah binaan Yayasan Cahaya Cinta Kasih/ SOUL Action. Selain itu bekerja sama juga dengan Buleleng Social Community (BSC) dan Undiksha (UniBidang versitas Pendidikan Pendidikan Ganesha - JurusanKegiatan sosial Matematika), di Desa untuk pengembanTemukus-Singaraja gan karakter anak di(16/7/17) yang diilakukan di berbagai Pelepasan Tukik dan SOUL Go Clean - sebagai bentuk kuti ± 80 siswa SD nyata kepedulian terhadap lingkungan dan alam sekolah, khususnya beserta orangtua. di Masa PengeSOUL Action nalan Lingkungan juga berbagi dan Sekolah (MPLS). melayani pada SeMetode SOUL lasa, (18/7/17) di bagi anak sekolah G e d u n g S e wa ka berupa SOUL for Dharma DenpasarKids dan SOUL for Bali, yang diikuti Teenagers, bertuoleh ± 128 anak juan untuk mendisabilitas dan genalkan kembali orangtua murid. budi pekerti dan Acara ini merupakarakter yang lebkan rangkaian perih baik. Kegiatan ingatan Hari Anak telah dilakukan Nasional yang disdi SMP Widiatelenggarakan oleh m i k a J i m b a ra n SOUL Healing bagi Penderita Celebral Palsy dan Anak Berkebutuhan PORTADIN (PerKhusus yang dilakukan oleh Bunda Arsaningsih

Metode SOUL For Kids - Pengenalan Budi Pekerti, Pendidikan Karakter dan Pemberian Bantuan Perlengkapan Sekolah dan Sembako kepada anakanak kurang mampu di LSM Edukasi Dasar Depok

SOUL Parenting - Peringatan Hari Anak Nasional bagi Anak Disabilitas bersama PORTADIN, K3S, Bunda Arsaningsih dan SIDIC Sanglah

17

kumpulan Orang Tua Anak Disabilitas Indonesia) Kota Denpasar, dan didukung oleh K3S (Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial) Kota Denpasar, Bunda Arsaningsih, dan SIDIC (Sanglah Birth Defect Integrated Centre). Pembinaan karakter juga diberikan kepada warga binaan Lapas Wanita Kerobokan-Bali (20/7/17). SOUL Action bekerjasama dengan Komunitas Anak Bangsa dan Bunda Arsaningsih selaku narasumber utama. Melalui Metode SOUL Reflection, Bunda Arsaningsih mengajak peserta menjadi lebih bahagia dengan melepaskan kemarahan, rasa takut dan kesepian selama menjalani masa tahanan, sehingga diharapkan mereka memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, SOUL Action dilakukan di wilayah Depok (30/7/17) dengan memberikan pendidikan karakter, perlengkapan sekolah, serta sembako bagi anak-anak kurang mampu. Bidang Lingkungan Pelepasan Tukik dan SOUL Go Clean dilakukan di Pantai Saba Gianyar (1/7/17) dengan melibatkan 155 orang. Secara filosofi, dengan melepas tukik kita menanam hal baik sebagai bentuk ikut berperan menjaga lingkungan dan alam. Kegiatan tersebut juga dirangkai dengan SOUL Go Clean dengan membersihkan sampah plastik di pantai. Semua kegiatan ini merupakan kolaborasi dengan berbagai pihak. Terimakasih kepada semua donatur yang telah berpartisipasi dan bekerjasama, baik dari pihak instansi maupun lembaga yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Bagi yang ingin berpartisipasi dan menyalurkan bantuan, dapat melalui rekening Yayasan Cahaya Cinta Kasih BNI 0308005749. Informasi lengkap hubungi Yayasan Cahaya Cinta Kasih, Jalan Gunung Sanghyang 118 D Lantai 2, DenpasarBali. Tlp. (0361) 419347, 08113890111 (Gede Arda) atau klik www.soultc.com. –ten

Metode SOUL For Teenagers - Pengenalan Budi Pekerti dan Karakter di berbagai sekolah


18

Endek merupakan salah satu produk kebudayaan yang keberadaannya saat ini mulai diminati. Tidak lagi memberi kesan jadul pada pemakai namun, perpaduan endek dengan sentuhan gaya mo­ dern semakin membuat si pemakai tampak elegan dan fashionable. Lembaga-lembaga kepemerintahan dan sekolah-sekolah mulai menggunakan kain endek sebagai seragam resmi, lantaran Endek memiliki belasan motif yang indah dan tidak ditemui di daerah lain di dunia. Bahkan saat ini Endek mulai digandrungi remaja sebagai busana casual yang dipadu padankan de­ ngan berbagai gaya.

P

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

roduksi kain endek Buleleng dengan berbagai corak dan motif sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, dengan kualitas yang cukup bagus. Namun perkembangannya belum sepenuhnya sesuai dengan harapan. Hal ini tidak terlepas dari terbatasnya diversifikasi produk serta terbatasnya promosi. Diversifikasi sangat penting dilakukan untuk memberikan pilihan yang bervariasi kepada konsumen baik dari segi motif maupun dari segi harga. Dengan begitu endek Buleleng dapat memasuki semua segmen pasar. Promosi juga sangat penting untuk dilakukan. Dengan kemajuan tekhnologi, promosi dapat dilakukan dengan melalui sarana media sosial, di samping melalui promosi yang sifatnya konvensional. Salah satu promosi yang dilakukan oleh Pemkab Buleleng untuk mengenalkan produk kebudayaan tersebut dengan menggelar Buleleng Endek Carnaval (BEC). Buleleng Endek Carnaval (BEC) tahun 2017 resmi dibuka Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST., yang diwakili Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG., Sabtu (5/8). Ajang bergengsi yang sudah memasuki tahun keempat penyelenggaraannya, BEC mengambil tema moonlight yang artinya keindahan cahaya bulan. Karnaval yang melibatkan 25 peserta mengutamakan desain endek lokal Buleleng untuk ditampilkan. Seperti tahun sebelumnya, BEC tahun ini juga dirangkaikan dengan Pawai Pemban-

Buleleng Endek Carnaval 2107 gunan yang diikuti oleh masing-masing Kecamatan. Namun ada yang spesial pada penyelenggaraan BEC tahun ini. BEC tahun ini dihadiri Presiden Republik Indonesia ke-5 Megawati Soekarno Poetri. Dalam pembukaan BEC tersebut, Megawati diberikan kehormatan untuk memukul kendang tanda dibukanya gelaran BEC tahun 2017. Dalam kesempatan itu, hadir pula Bupati Badung Giri Prasta, Ketua DPRD Provinsi Bali Adi Wiryatama, Perwakilan Bupati/Wali Kota se-Provinsi Bali, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Setda Buleleng Ir. Dewa Ketut Puspaka,MP, dan Pimpinan OPD lingkup Pemkab Buleleng. Kepala Bappeda Litbang Buleleng, Gde Dharmaja, yang ditemui di lokasi Pembukaan BEC mengatakan, BEC tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. BEC tahun ini lebih mengutamakan kualitas ketimbang kuantitas, dengan menampilkan desain endek yang sejuk dengan kualitas yang bagus. Hal ini diselaraskan dengan tema BEC tahun 2017 yaitu Moonlight. “Tahun ini kami menyeleksi peserta agar benarbenar bisa memiliki desain yang baik, karena kita mengejar kualitas bukan kuantitas sehingga kita bisa mendapatkan hal yang positif dari penampilan BEC ini,” tegasnya. Dharmaja menambahkan, hal tersebut sesuai dengan arahan besar dari kegiatan BEC yaitu adanya variabilitas penggunaan kain endek itu sendiri. BEC ini juga merupakan salah satu proses promosi kain endek khas Buleleng dengan belasan motif. Baik dari kebangkitannya hingga pergerakan dan eksistensinya saat ini di masyarakat. Bahkan pengenalan dan juga pembibitan kain endek itu sendiri, masih dalam proses. Ia menambahkan kekuatan endek lokal Buleleng lebih dikedepankan tanpa mengesampingkan kolaborasi dengan produk dan desain daerah lainnya dalam konsep saling melengkapi. “Sudah saatnya ditunjukkan bahwa endek Buleleng mampu dan bisa bersaing di pasaran,” ungkapnya.

Peserta Buleleng Endek Carnaval

Prof. Drs. Ketut Rindjin dan Dra. Ida Ayu Putu Astini, M.Hum

Rayakan Pernikahan Emas

“S

Megawati Soekarno Putri membuka secara langsung BEC ditandai dengan pemukulan kendang

Sementara itu, dalam sambutan Bupati Buleleng yang dibacakan Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG, mengatakan sangat setuju dengan Ketua Panitia BEC yang lebih mengedepankan kualitas daripada

kwantitas. Selanjutnya, Bupati Suradnyana meyakini dengan berbagai macam motif dan corak, endek Buleleng mampu bersaing dipasaran baik itu pasar lokal, maupun nasional. Dengan demikian, Promosi harus lebih gencar dilakukan

untuk memperkenalkan endek Buleleng lebih luas lagi. “Saya berharap Endek Buleleng dapat diterima dan dicintai oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan suku, agama, dan ras,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Kolaborasi Wayang Bondres Buleleng Festival 2017 memang telah berakhir, namun beberapa konten acaranya masih menjadi perbincangan di masyarakat. Lima hari digelar, Buleleng Festival menampilkan berbagai kesenian tradisonal dan modern. Kedua kesenian ini memang memiliki daya tarik tersendiri untuk menarik minat penonton. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya panitia dalam menyuguhkan hiburan yang benar-benar segar dan mampu mencuri perhatian penonton. Salah satu pementasan yang mendapat respon positif masyarakat adalah kolaborasi wayang bondres. Pengkolaborasian ini bertujuan untuk membangkitkan minat masyarakat terhadap wayang kulit yang mulai menurun. Sementara itu, kesenian bondres merupakan salah satu kesenian dengan menghadirkan lelucon segar yang saat ini memang digandrungi masyarakat. Sehingga jika kedua kesenian ini dipadukan diharapkan dapat menampilkan sebuah kesenian baru yang berinovasi. Melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Wayang Kulit kolaborasi dengan kesenian Bondres ditampilkan di Halaman Puri Kanginan Singaraja serangkaian Bulfest 2017, Jumat pekan lalu. Hal ini dilakukan

untuk membangkitkan kembali kesenian wayang yang belakang ini mulai sepi peminat. Pertunjukan Wayang Bondres ini mengambil cerita dari geguritan I Lijah Lijah yang sarat pesan moral kepada generasi muda. Kolaborasi Kesenian wayang kulit dimainkan oleh Dalang bernama Gusti Made Aryana atau yang lebih dikenal dengan Dalang Sambroli dengan sekaa bondres Sunari Bajra ini mampu mengundang gelak tawa penonton. Meskipun memiliki karakter yang sangat berbeda, akan tetapi kedua seni kolaborasi ini menampilkan gaya serta perannya masing masing dalam satu panggung hingga mampu menghibur setiap penonton yang datang tidak terkecuali wistawan asing. Mengingat kesenian kolaborasi ini merupakan kali pertama dipentaskan, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi para seniman, seperti Ketut Wartadana salah satu seniman dari Sanggar Sunari Bajra pemeran I Lijah – Lijah. Sebagai pemeran utama didalam cerita Wayang Bondres ini, Ketut Wartadana waktu lalu mengungkapkan meskipun latihan kolaborasi Wayang dengan Bondres kali ini hanya satu minggu, akan tetapi dengan optimisme seluruh seniman baik dari Dalang Sambroli serta Sunari Bajra, yakin ke depan kesenian ini

Penampilan Wayang Bondres

mampu dikenal oleh khalayak ramai serta menjadi salah satu kesenian inovatif yang nantinya mampu mendorong peningkatan pariwisata di Bali Utara. “Kendalanya hanya penguasaan materi dan improvisasi karena dalam pementasan wayang bondres ini hanya ada script dan tidak ada dialog, jadi kita harus kreatif dengan menampilkan semaksimal mungkin kemampuan yang kami miliki,”ungkapnya. Sementara itu menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Kadisbud) Kabupaten Buleleng Drs. Putu Tastra Wijaya ,MM., mengatakan pertunjukkan Wayang Bondres merupakan kesenian eksperimental yang kali pertama dipertunjukkan melalui Buleleng Festival 2017. Adapaun tujuan diciptakannya kesenian Wayang Kolaborasi Bondres ini adalah merupakan suatu upaya membangkitkan kembali kesenian wayang yang peminatnya cenderung menurun. Selain itu, pertunjukan Wayang Bondres ini juga sebagai upaya penyegaran agar kesenian itu tidak terkesan monoton sehingga tetap bisa menarik minat masyarakat. “Ini juga sesuai permintaan masyarakat dimana ada kolaborasi antar kesenian jadi kita coba tampilkan yang sesuai dengan keinginan masyarakat,”ungkapnya. ( Wiwin Meliana)

aya dan istri sebetulnya tidak ada rencana untuk mengadakan acara ini. Tidak tahu semua anak saya sudah berembug untuk mengadakan upacara syukuran 50 tahun perkawinan saya. Saya bilang Bapak dan Ibu tidak ada rencana untuk itu. Usia Bapak dan Ibu sudah tua. Bapak dan Ibu pensiun tahun 2009 dan 2010, tanggal 28 Juni 2010 sudah mengadakan upacara purnabakti. Apa yang Bapak dan Ibu lakukan selama 18 tahun menjadi Pembantu Dekan, dan Dekan di lembaga ini, lengkap dengan kesaksian dari dosen, pegawai, dan anggota masyarakat. Oleh karena itu, Bapak dan Ibu pikir rasanya upacara itu tidak perlu lagi. Anak-anak saya serentak menjawab, “supaya kami juga dapat berbuat terbaik untuk Bapak dan Ibu. Bapak dan Ibu tidak perlu ikut repot, kami yang akan menyelenggarakan termasuk biayanya,”. Ya kalau begitu, silakan. Asalkan disesuaikan dengan libur sekolah agar semuanya bisa hadir.” Menikahi seorang putri sulung pasangan Ida Bagus Made Karang dan Ida Ayu Kade Bintang dari Griya Batan Cempaka Liligundi, Ida Ayu Putu Astini, membuat Ketut Rindjin begitu bahagia. Apalagi pernikahan yang kini telah berusia 50 tahun itu telah dikaruniai lima orang

anak. Semua anaknya telah menamatkan studi, telah bekerja dan berkeluarga sehingga punya lima menantu dan sepuluh cucu. Sepanjang perjalanan karier akademik Prof. Ketut Rindjin selalu ditemani sang istri dalam berbagai keadaan. Sekelumit kisah tentang perjalanan karier Prof. Ketut Rindjin yang tidak mungkin bisa dilepaskan dengan sejarah Undiksha. Berawal dari berdirinya Kursus B 1 Bahasa Indonesia tahun 1955 dan B1 Perniagaan pada tahun 1957. Kedua lembaga pendidikan ini berkembang menjadi FKIP Universitas Airlangga sejak 1 Januari 1962, selanjutnya berubah menjadi FKIP Unud 9 Agustus 1962, menjadi IKIP Malang cabang Singaraja tahun 1963, kembali diintegrasikan ke Unud menjadi dua fakultas, Fakultas Keguruan dan Fakultas Ilmu Pendidikan tahun 1968. Kedua fakultas itu digabungkan menjadi FKIP Unud 12 Februari 1983, berubah menjadi STKIP Negeri Singaraja 16 Januari 1993, menjadi IKIP Negeri Singaraja 5 Februari 2001, dan akhirnya menjadi Undiksha 11 Mei 2006. Dalam institusi pendidikan itu, Ketut Rindjin pernah 18 tahun menjabat pimpinan yakni PD III fakultas Keguruan 1968-1972, Dekan Fakultas Keguruan 1976-1980, Pembantu Dekan I FKIP 1983-1986, Dekan FKIP 1986-1993. Ia juga pernah menjabat sebagai Rektor Unipas pada tahun 1986-1990. Tahun 1977 ia ditawari oleh Rektor Unud, Prof.dr. Ida Bagus Oka untuk menjabat sebagai Pembantu Rektor I. Namun, Rindjin tidak memenuhi permintaan itu, karena baru saja menjabat sebagai Dekan Fakultas Keguruan. Suami dari Dayu Astini ini tercatat sebagai guru besar pertama di FKIP tahun 1987 dan ke-17 di lingkungan Unud. Pengalaman menarik ia dapatkan dalam dunia pendidikan tahun 1987. Ada mata kuliah yang menjadi tanggung jawab Rindjin tetapi tidak berasal dari

disiplin ilmunya, yakni Pendidikan Pancasila. Intensitas dalam mendalami ilmu pengetahuan yang satu ini memang tak diragukan. Hal ini ditambah dengan pengalamannya dalam kegiatan politik praktis ketika ia menjabat sebagai Ketua II PNI Cabang Buleleng yang dipimpin Ketut Wijana (alm). Kini, Rindjin dan Dayu Astini menghabiskan masa pensiunnya di rumah. Setelah pensiun, Ketut Rindjin tidak serta merta berhenti bekerja, ia masih diminta untuk mengampu mata kuliah tertentu sesuai dengan keperluan lembaga. “Sejak pensiun saya memang tidak terikat pekerjaan dengan Undiksha tetapi jika diperlukan saya tetap menyanggupi untuk mengampu mata kuliah tertentu,” ungkapnya saat ditemui Tokoh di kediamannya di Jalan Dewi Sartika, Singaraja. Menjalani biduk rumah tangga selama puluhan tahun bersama sang istri, tentu banyak pengalaman berharga yang mereka dapatkan. Menemani tumbuh kembang kelima anaknya hingga tumbuh menjadi manusia yang bermoral tentu tidak mudah. Disibukkan dengan pekerjaan akademik membuat Rindjin dan istrinya saling melengkapi untuk mendidik anak. Tidak jarang

perbedaan-perbedaan kecil mewarnai riak rumah tangga yang sudah mereka bina. Setiap permasalahan kecil yang menghampiri keutuhan rumah tangga, selalu ditepis agar tidak menjadi besar. “Selama ini, dalam rumah tangga tidak pernah ada permasalahan yang serius, kalaupun ada segera diselesaikan jangan menunggu besok sehingga masalah tersebut tidak pernah sampai di bawa ke dalam hati,” ungkap pria berusia 78 tahun ini. Hal senada juga disampaikan Dayu Astini. Perbedaan pendapat dan perselisihan memang sangat wajar dalam hubungan suami istri, hanya saja kerendahan hati dan saling percaya merupakan kunci keharmonisan keluarganya. Pernah suatu ketika, suaminya pergi ke beberapa negara untuk urusan pekerjaan. Namun, dirinya tidak pernah mempermasalahkan jika ia tidak diikutsertakan. “Pernah saya ikut ke Australia dan kunjungan ke Jepang,” ungkapnya. Baru-baru ini, pasangan suami istri yang menikah 16 Maret 1967 ini merayakan ulang tahun perkawinan yang ke-50. Kesibukan anakanak, menantu, dan cucu-cucunya membuat Rindjin dan istri hanya merayakan ulang tahun pernikahannya di rumah. Namun, siapa sangka, dibalik itu, anak, menantu dan cucunya tengah mempersiapkan pesta perayaan yang begitu berkesan. Tepat 2 Juli 2017, bertempat di Hotel Banyualit sanak keluarga dan kerabat telah berkumpul untuk merayakan pesta ulang tahun pernikahannya. “Awalnya kami hanya rayakan di

7

rumah saja, tetapi anak-anak sudah mengatur semuanya, mulai dari pesan tempat, catering, undangan, pengisi acara, semua mereka yang atur,” tuturnya. Rupanya, pesta ini telah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh anak-anaknya. Pesta yang seharusnya berlangsung 16 Maret, akhirnya diadakan 2 Juli, lantaran menunggu anak dan cucu yang berada di Jakarta. “Ya acara dilangsungkan nunggu mereka libur dulu, agar semua keluarga berkumpul,” imbuhnya. Acara yang diprakarsai oleh anak, menantu dan cucunya itu terbilang sukses. Tamu undangan yang datang begitu menikmati acara-acara yang disuguhkan. “Jika dalam menghadiri undangan, tamu akan pulang sehabis makan, dalam pesta kemarin semua ikut larut dengan kebahagiaan kami,” ungkap Rindjin. Menurut Ferry, pesta yang digelar orangtuanya, tidak sekadar perayaan semata, penekanan lebih kepada ucapan dan rasa syukur karena pernikahan yang mereka bina masih tetap ajeg dan harmonis. Rangkaian acara pun disusun dengan rapi, mulai dari sambutan Prof. Ketut Sarna yang merupakan rekan kerja dari Prof. Ketut Rindjin semasa aktif di bidang akademik. Dalam sambutannya, Prof. Ketut Sarna memberikan kesaksian perjalanan karier hingga kisah cinta yang dilalui oleh Ketut Rindjin dan istrinya. Acara hiburan pun tak kelewatan. Bahkan pihak keluarga telah menyiapkan beberapa penampilan istimewa, di antaranya pembacaan puisi Bung Karno disampaikan dengan gaya Bali oleh Putu Suastini Koster, menari dan bernyanyi yang ditampilkan oleh anak, menantu dan cucu-cucunya. Tiup lilin dan pemotongan kue sebagai acara inti dalam perayaan peringatan perkawinan ke-50 Ketut Rindjin dan Dayu Astini. Di ulang tahun perkawinan emasnya Rindjin berharap selalu diberikan kesehatan dan keharmonisan dalam keluarga. Di tengah banyaknya kasus perceraian yang ada di masyarakat, Rindjin ingin menunjukkan bahwa mempertahankan pernikahan selama 50 tahun bukan perkara mudah. “Semoga Hyang Widhi selalu melindungi kita semua,” tandasnya. -win

Penyakit Akar Putih pada Cengkih Antarkan Wayan Suanda Raih Gelar Doktor Tanaman cengkih merupakan salah satu tanaman perkebunan penghasil rempah-rempah yang telah digunakan sebagai obat tradisional, bahan anastetik dalan dunia kedokteran dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam farmasi. Cengkih juga memiliki nilai ekonomi cukup tinggi dalam komoditas perkebunan di Bali. Namun kondisi ini tak berlangsung lama, karena secara tiba-tiba tanaman cengkih terserang patogen menyerupai jamur dengan gejala tanaman layu, mengering dan akhirnya gugur. Beberapa cara telah dilakukan petani untuk mengendalikan dan mencegah penyebaran patogen penyakit akar putih pada tanama cengkihnya ini, di antaranya penggunaan bibit sehat, eradikasi, sanitasi lingkungan dan pemberian fungisida kimia sintetis, tetapi tidak memberikan hasil memuaskan.

Hal inilah yang melatar belakangi Dr. Drs. I Wayan Suanda, S.P., M.Si. untuk melakukan penelitian pada petani di Desa Unggahan, Seririt dan Desa Busungbiu, Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil peneliannya tersebut, disimpulkan bahwa spesies dari patogen menyebabkan penyakit akar putih pada tanaman cengkih di Kabupaten Buleleng adalah jamur Schizophyllum commune. Isolat mikroba antagonis yang diisolasi dari rizosfer tanaman cengkih dan tanaman duwet tanpa gejala penyakit akar putih dapat menghambat pertumbuhan patogen penyakit akar putih pada tanaman cengkih dengan daya hambat >80%. Isolat JB1 mampu menghambat pertumbuhan koloni patogen sampai 90,11% secara in vitro dan mampu menekan tingkat serangan patogen sebesar 98,33% pada bibit cengkih dalam polybag rumah kaca.

Dr. Wayan Suanda (tiga dari kiri) berfoto bersama keluarga

Dr. Wayan Suanda (lima dari kiri) diapit oleh Ketua Yayasan Arthanegara dan Dekan FPMIPA berfoto bersama para penguji

Disimpulkan juga, bahwa berdasarkan identifikasi morfologi dari isolate JB1 adalah Trichoderma sp. Dan identifikasi secara molekuler dari jamur antagonis Trichoderma sp. (isolate JB1) adalah Trichoderma asperellum. Berikutnya, disampaikan Dr. Wayan Suanda, mekanisme antagonik Trichoderma asperellum isolate JB1 dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen Schizophyllum commune adalah antibiosis dengan mendegradasi membrane sel patogen. Senyawa pendegradasi tersebut mempengaruhi organel sel patogen sehingga tidak terorganisasi secara teratur. PREDIKAT SANGAT MEMUASKAN Hasil penelitian promovendus Wayan Suanda ini dikatakan Ketua Sidang Prof. Dr. Ir. Nyoman Rai, M.S. menjadi penemuan baru, yang tentunya sekecil apapun bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Karena itu, dalam Ujian Terbuka Fakultas Pertanian Universitas Udayana Promosi Doktor, yang dilaksanakan Kamis (10/8) di Gedung Program Pascasarjana Unud, dengan judul disertasi “Identifikasi Patogen Penyakit Akar Putih pada Tanaman Cengkih dan Pengendalian secara Hayati”, Wayan Suanda dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Wayan Suanda menyampaikan terimakasih kepada semua pihak, di antaranya Prof. Dr. Ir. Nyoman Rai, M.S., Prof. Dr. Ir. I Made Sudana, M.S., Prof. Dr. Ir. I Gede Rai Maya Temaja, M.P., Prof. Dr. Dra. Ni Putu Ristiati, M.Pd., Prof. Dr. Ir. I Made Adnyana, M.S., Prof. Dr. Ir. I Gede Mahardika, M.S., Dr. Ir. I Dewa Nyoman Nyana, M.Si., Dr. IGN Alit Susanta Wirya, SP., M.Agr, I Putu Sudiarta, SP., M.Si., Ph.D. Juga, kepada Dr. Drs. Ida Bagus Gede Darmayasa, M.Si., Ir. Ni Putu Pandawani, MP., Ir. Ni Nyoman Darsini,

M.Si., I Komang Juliarta, S.P, Putu Agus Apriastika,S.P., dan semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu, termasuk keluarga, serta jajaran Rektorat dan Yayasan IKIP PGRI Bali. Diraihnya gelar Doktor oleh Wayan Suanda ini menambah jumlah deretan Doktor di IKIP PGRI Bali. “Kami sangat bangga atas apa yang diraih oleh dosen kami Wayan Suanda. Dia adalah Doktor pertama di Jurusan Biologi, Doktor ke 3 di FPMIPA, dan Doktor ke 17 di IKIP PGRI Bali. Ini berarti SDM (dosendosen) yang ada di IKIP PGRI Bali kualitasnya bertambah. Sesuai dengan aturan, tidak ada lagi dosen S-1 minimal S-2. Dan, ada lagi beberapa kandidat Doktor yang akan menyusul. Ke depannya kami harapkan IKIP PGRI Bali terus berkembang, apalagi persiapan kami menuju Universitas,” ucap Ketua YPLP PT IKIP PGRI Bali Drs. IGB Arthanegara, S.H., M.H., M.Pd. yang turut menghadiri acara tersebut. –ten


6

Woman on Top

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Maknai Kemerdekaan dengan Pengabdian kepada Masyarakat Perayaan Hari Kemerdekaan setiap tahun tentu menjadi momentum bagi setiap rakyat untuk mengenang jasa dan perjuangan para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia. Bahkan setiap tahunnya dilakukan apel khusus peringatan hari kemerdekaan. Namun, semakin terasa peringatan tersebut hanya sebatas “peringatan”.

K

ontribusi masyarakat juga tak kalah penting untuk memajukan bangsa, ilmu yang didapatkan selain berguna untuk diri sendiri, juga harus dibagikan pada orang lain. Setiap orang bisa menjadi “pahlawan” dengan caranya masing-masing. Hal tersebut juga disampaikan oleh Ni Ketut Sari Adnyani, S.Pd., M.Hum., dosen Ilmu Hukum Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Undiksha. Baginya, wujud nyata yang dapat dilakukan untuk mengisi dan memaknai kemerdekaan dengan ikut berperan aktif dalam organisasi profesi untuk mengembangkan tugas sebagai seorang tenaga pendidik di jurusan Ilmu Hukum. Wajib hukumnya seorang dosen melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi baik itu di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Di bidang pendidikan, ia mengatakan turut mendukung

program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk dapat merealisasikan keinginan tersebut pihaknya terus berupaya meningkatkan kualitas diri dengan mengikuti pelatihan dan pemantapan soft skill kependidikan dan bidang hukum yang menjadi kualifikasi bidang keilmuannya. Dirinya juga rutin mengikuti penelitian baik bidang pendidikan maupun hukum yang nantinya output produk penelitian berupa artikel ilmiah maupun buku ajar ber-ISSN berskala nasional maupun internasional. Buku ajar tersebut nantinya bisa digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa maupun berbagai pihak untuk melakukan research pada tahapan berikutnya, jelas perempuan kelahiran Tianyar, 4 Februari 1982 tersebut. Selain itu, terjun secara aktif keberbagai kegiatan sosial di masyarakat juga menjadi salah satu cara, Sari sapaan akrabnya untuk mengisi kemerdekaan. Dengan pengabdian kepada masyarakat dirinya mengaku akan mengetahui secara langsung situasi sosial masyarakat mengenai kebutuhan riil masyarakat yang dapat diidentifikasi keberadaannya berdasarkan indikator masalah. Sehingga ia bersama tim mampu memberikan solusi dan menjawab pemecahan masalah melalui transfer ipteks yang dibutuhkan kelompok mitra di masyarakat untuk meningkatkan kualitas SDM. Dengan program pengabdian kepada masyarakat juga dapat menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan sosial sekitar serta mengembangkan lokal jenius dan penataan aset-aset lokal yang dapat

I Gusti Ayu Purnamawati

diproduktifkan keberadaanya, ungkap perempuan yang aktif di bidang pengabdian dan penelitian yang didanai oleh DRPM Dikti tersebut. Produk-produk lokal yang telah dihasilkan oleh anak bangsa seperti tenun ikat, tarian, makanan hendaknya berani dikenal tidak hanya menyasar pasar lokal melainkan juga pasar regional maupun internasional. Melalui berbagai event sebagai sarana pengenalan produk lokal ke kancah internasional serta yang paling utama adalah tidak malu menggunakan produk buatan anak bangsa. Fokus kajian pada substansi penelitian dan pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat saya senantiasa mengajak seluruh masyarakat, mahasiswa dan seluruh lapisan masyarakat untuk mencintai kesenian dan budaya Indonesia, jelasnya.

Ni Ketut Sari Adnyani

KEMERDEKAAN DI BIDANG PENDIDIKAN Sementara itu, I Gusti Ayu Purnamawati, S.E., M.Si., AK., Sekretaris Jurusan D3 Akuntansi Undiksha mengatakan ada tiga hal yang perlu dilakukan dalam memaknai hari kemerdekaan. Pertama sebagai seorang pendidik, seorang dosen wajib melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, kedua seorang dosen wajib mengingatkan mahasiswa untuk tidak terprovokasi oleh isu-isu negatif dan selalu meningkatkan rasa nasionalisme. Menurutnya perayaan dan peringatan momentum hari ulang tahun Kemerdekaan bukan berarti sebagai titik akhir dari sebuah perjuangan melainkan menjadi titik awal bagi bangsa Indonesia untuk berjuang setelah kemerdekaan. Inilah saat masyarakat Indonesia melanjutkan semangat proklamasi

seperti yang pernah disampaikan oleh Presiden Indonesia, Ir. Soekarno tentu dengan gaya dan aksi yang berbeda dengan tujuan tetap membebaskan rakyat dari penjajahan bangsa asing maupun bangsa sendiri. Makna kemerdekaan dalam bidang pendidikan yaitu setiap warga negara Indonesia berhak mendapat pendidikan. Menurut Ayu sapaan akrab perempuan ini, kemerdekaan dalam bidang pendidikan dapat dimaknai secara luas namun tidak tidak dapat dibatasi oleh poin-poin yang kaku. Kemerdekaan dalam bidang akademis misalnya mendapat hak yang sama dalam menggunakan fasilitas pendidikan, jelasnya. Menurut perempuan kelahiran Mataram 4 November 1979 ini pendidikan di Indonesia tengah mengalami dinamika yang cukup pesat dengan dibarengi peningkatan teknologi. Siswa dengan mudah mengakses pendidikan dengan perkembangan ipteks yang ada. Mereka dengan mudah mendapat informasi terkait isu-isu terkini yang tengah berkembang, ungkapnya. Baginya, alih fungsi teknologi harus diarahkan kepada hal-hal yang positif bagi mahasiswa. Sehingga dengan kemajuan tekhnologi mereka bisa menyaring informasi-informasi yang didapat dan mengambil hal positif dari adanya kemajuan teknologi sehingga bisa menerapkannya dalam ilmu pengetahuan. Dengan kemajuan teknologi mahasiswa seharusnya dapat menemukan penemuan-penemuan yang berguna bagi dunia kependidikan dan keilmuan, jelasnya. (Wiwin Meliana)

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

I

a menuturkan terbiasa melatih anak-anak berusia 3,5 - 4,5 tahun, usia pas untuk memulai latihan elastisitas tubuh. Ketika sudah mencapai tingkat lebih tinggi, memang siswa memerlukan sepatu point impor yang bisa dibilang tidak murah. Karena di Indonesia belum ada yang memproduksi jenis sepatu khusus ini. “Jadi memang harus impor, memang sedikit mahal. Harus coba (trial error), mana yang enak dipakai. Karena sepatu ini sifatnya tidak sama pada masing-masing anak,” imbuhnya. Wanita bertubuh bugar berkat rajin konsumsi buah dan sayur ini, mengaku bahwa balet telah menjadi passion-nya sejak usia lima tahun. Kemudian ia mulai mengajar saat duduk di bangku

19

Balet memang terkesan eksklusif. Hanya orang tertentu yang bisa mengikuti olahraga seni kelenturan tubuh ini. Namun, gambaran itu dipatahkan oleh Sylvi Panggawean, pemilik sekaligus mentor di Premiere School of Ballet (PSoB), Surabaya. Bagi perempuan kelahiran 9 Januari 1971 tersebut, siapapun bisa belajar balet di sekolah yang ia mi­liki. “Kami bisa menerapkan bahwa dengan biaya tidak terlalu mahal, siapapun bisa belajar balet,” tegas Sylvi.

Sylvi Panggaw ean

Siapapun Bisa Belajar Balet Sekolah Menengah Atas (SMA), hingga kemudian mengantarnya membuat sekolah balet sendiri. Di saat mengajar, Sylvi juga tetap mempraktekkan koreografi balet sembari menjaga kelenturan tubuhnya. “Sayang kalau kelenturan yang dulu sudah saya latih menjadi hilang. Jadi sambil ngajar, saya juga praktek. Karena mengajar anak-anak banyak bercanda, itu juga salah satu kunci awet muda,” pungkas Sylvi sambil tersenyum. (Lely Yuana)

“Korban!” Salam Senyum.. “Menu yang paling enak di rumah makan ini yang mana ya?,” Saya selalu menanyakan hal itu ketika mencoba tempat kuliner baru. Dari pada repot - repot memilih atau membaca menu yang banyak, lebih baik saya menanyakan langsung ke orangnya (pelayan). Dengan harapan, akan mendapat pilihan yang tepat karena sudah direkomendasi oleh pelayan rumah makan. “Makanan di sini semua enak bu, makanya rame”, jawab pelayan rumah makan. “Ooooooo..... gitu ya”, jawab saya sambil manggut-manggut dan kembali sibuk membuka, membaca dan memilih menu makanan. Itulah pengalaman saya ketika bekunjung ke sebuah rumah makan di seputaran Denpasar. Kalau mendengar jawaban si pelayan tadi, rasanya biasa saja. Bahkan itu sering terjadi ketika kita berada bukan hanya di rumah makan/kedai kopi/warung saja. Tetapi hal itu sering terjadi juga di butik, galeri, bahkan di Bank, atau tempat - tempat lainnya yang menjual jasa atau produk. Biasanya kita bertanya kepada pelayan tentang “jargon” atau produk unggulan dari usaha tersebut. Pengalaman saya ketika dipercaya sebagai konsultan perusahaan khusus-

nya di bidang layanan, menjadi mistery guest adalah tahapan dari beberapa rangkaian kegiatan untuk kesempurnaan penilaian di perusahaan tersebut. Karena kebetulan ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang kerajinan perak dan emas, maka saya datangi tempat usaha tersebut. Tempat usaha itu lebih familiar kita kenal dengan nama Gallery. Saya pun menanyakan kepada penjaga Gallery tentang apa produk yang paling laris dan lagi trend di kalangan pembeli. Terutama para selebritis atau tamu penting yang mendatangi Gallery tersebut. HHHmmmmmm.... Ternyata...... jawabannya hampir sama dengan pelayan rumah makan itu. Pertanyaan saya dijawab dengan kalimat, “Semua perhiasan yang terpajang di Gallery itu bagus, dan semua digemari oleh para pengunjung.” Pembaca setia Dhani’s Art in Service, terlontarnya pertanyaan dari pelanggan, sebenarnya karena para pelanggan percaya kepada si pelaku layanan. Kalau mereka tidak percaya dan sudah tahu pasti, kenapa mereka mesti bertanya ya...? Heheheheh... Itulah kenyataan yang sering kita temui. Para pelaku layanan diminta oleh manajemen perusahaan untuk menyatakan bahwa semua barang, produk, makanan, dan sebagainya itu bagus, baik, keren, enak, tanpa ada

pengecualian. Tanpa ada salah satu yang diunggulkan. Atau beberapa produk yang dikorbankan. Di dunia layanan, hal tersebut sebenarnya akan dapat mengurangi kepuasan dari pelanggan. Mereka, para pelanggan membutuhkan advise, rekomendasi,sehingga ketika mengambil keputusan untuk memilih mereka tidak perlu berpikir keras untuk melakukannya. Tapi, bukankah memang benar semua makanan, produk, yang ada di sana semua mempunyai kualitas yang sama baiknya? Sama enaknya? Kenapa kita harus ‘mengorbankan’ produk yang lain dengan menyebutkan salah satu produk sebagai unggulan? Dan seakan - akan produk lainnya itu menjadi “korban” karena dianggap tidak seunggul produk yang akan dijadikan jargon? Sebegitu pentingkah ada “korban” untuk memuaskan pelanggan...?. Jawaban sebenarnya kita dapat kembalikan dari sebuah teori yang menyatakan salah satu fungsi dari seorang customer service adalah sebagai “advisor” atau konsultan. Karena fungsi itulah sebenarnya para pelaku layanan harus memberikan rekomendasi pada salah satu produk. Walaupun keputusan akhir yang menentukan tetap pada pelanggan. Pelanggan akan memilih produk yang kita tawarkan atau sesuai dengan pilihan dari pelanggan itu sendiri. Agar customer service /pelaku layanan dapat memenuhi fungsinya sebagai advisor marilah kita bekali mereka

dengan product knowlage yang baik. Ini tentunya ke semua jenis produk yang ada. Ketika mereka sudah memahami produknya dengan baik, maka selanjutnya manajemen dari perusahaaan menentukan produk untuk dijadikan unggulan. Bekali mereka dengan lebih spesifik terhadap produk tersebut, agar dapat menjelaskan dengan lebih detail kepada pelanggan. Tapi, tetap diingatkan agar pelaku layanan tidak memaksakan para pelanggan untuk memilih sesuai dengan rekomendasi para pelayan. Karena itu sangat berhubungan dengan selera dari pelanggan. Siapa tahu malah sebaliknya. Para pelanggan lebih memilih produk yang bukan unggulan. Dimana produk yang dipilih pelanggan tersebut seakan-akan sudah dijadikan atau dianggap “korban” oleh manajemen perusahaan. Heheheheh... Materi ini terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul Serve With Love. Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana ‘Serve With Love’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu? Silakan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP. Salam Senyum Sang Penyihir . Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Shrek dalam Pertunjukan Balet Mahluk sejenis “Ogre” ini memang menakutkan. Shrek, berbadan besar, tidak tampan seperti pangeran negeri dongeng pada umumnya. Meskipun dianggap monster, namun Shrek memiliki hati yang baik, penolong, peduli terhadap mahluk sekitarnya. Kehidupan Shrek pun mulai terusik dengan kehadiran anak buah Lord Farquaad yang menangkapi mahluk dunia dongeng untuk dibuang dari Duloc. Shrek juga harus menyelamatkan putri Fiona yang berada di kastil tua dijaga oleh seekor naga. Sebelumnya, siapapun yang mencoba mengalahkan naga, pasti akan

mati sia-sia. Dengan keberanian taktiknya, Shrek berhasil melumpuhkan naga dan membawa putri keluar dari kastil. Fiona adalah seorang putri raja yang menerima kutukan, di kala pagi hari Fiona tetap menjadi seorang putri nan cantik jelita, namun di saat matahari terbenam, Fiona berubah menjadi Ogre. Kutukan tersebut akan musnah apabila Fiona menemukan cinta sejatinya dan mendapat sebuah ciuman. Apa jadinya jika dongeng menarik tersebut diangkat dalam sebuah pertunjukan balet yang indah. Pasti mengagumkan. Karya ini dibawakan oleh siswa Premiere School of Ballet

(PsoB) di Taman Budaya Cak Durassim, pekan lalu. Unik dan menarik. PsoB mempersembahkan dua nomor tari spesial, “Shrek” dan “The Firebird”. “Sengaja kami mengusung Shrek karena belum pernah ada koreografi balet yang dibuat dan ditampilkan di dunia,” kata Sylvi Panggawean, Chief Executive Officer (CEO) PsoB sekaligus koreografer karya ini bersama Lie Chen, ARAD, dan tim. Tarian ini ditampilkan oleh sekitar 125 murid usia 3,5 tahun sampai dewasa. Dengan pemeran utama Shrek yaitu Michelle Wiradinata, ARAD (17), lulusan termuda dari PsoB yang telah menuntaskan tingkat Advanced 2 Royal Academy of Dance-London. “Penari-penari PsoB membius penonton dengan kelincahan penampilan dan kemampuan balet mere­ka. Dengan balutan kostum yang apik, bahkan ada penari yang tampil berhijab. PsoB memang memberi wadah bagi pemakai hijab sehingga tetap dapat menyalurkan bakat baletnya tanpa ada rasa kurang nyaman,” tutup Sylvi. (Lely Yuana)

The Big Start Indonesia

Sebuah ajang kompetisi untuk para creativepreneur muda digagas Blibli.com sejak 2016. Kompetisi bertajuk The Big Start Indonesia ini merupakan creativepreneur webseries reality show pertama di Indonesia yang memberdayakan dan menggerakkan para pelaku industri kecil menengah. Pemenang berhak mendapatkan modal usaha Rp 1 miliar dan berbagai kemudahan dalam berbisnis. Tahun 2017 ini, kompetisi The Big Start Indonesia season 2 sudah mulai dilaksanakan. Roadshow dilaksanakan di empat kota, Yogyakarta, Denpasar, Jakarta, dan Bandung. Christine Lie Hartati, PR Manager Blibli.com dalam Media Briefing di Denpasar, Kamis (10/8) mengatakan kompetisi ini sebagai acara inspiratif yang diharapkan mampu memberi kontribusi bagi perkembangan local talent di Bali. Roadshow dilaksanakan 11-13 Agustus 2017 di Beachwalk, Kuta. Ia menambahkan Dhamar Perbangkara yang berasal dari Bali menjadi runner up The Big Start Indonesia 2016. (Ngurah Budi)


20

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Peringatan HAN 2017 di NTB

Nine

Perlu Intervensi Keluarga dan PAUD

Intervensi lembaga keluarga dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat diperlukan dalam mengawal generasi muda yang kelak akan membawa tongkat estafet kepemimpinan di negeri ini. Karena hal tersebutlah yang akan menjamin tumbuh kembang anak yang searah dan seimbang, anak yang terlahir sehat, cerdas dan berkualitas. “Momentum Hari Anak Nasional 2017 menjadi ajang bagi kita semua untuk saling mengingatkan bahwa tugas pemerintah sama dengan tugas para orang tua dan guru, yakni menyiapkan generasi-generasi mendatang yang berkualitas,” ungkap Sekretaris Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ir. H. Rosiady H. Sayuti siang tadi saat membuka acara peringatan Hari Anak Nasional tingkat Provinsi NTB beberapa waktu lalu di Balai Sosial Asuhan Anak.

Intervensi lembaga keluarga dan lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat diperlukan dalam mengawal generasi muda yang kelak akan membawa tongkat estafet kepemimpinan di negeri ini

I

a menegaskan bahwa hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama semua pihak. Pada acara yang bertemakan “One Day For

Children” ini, Sekda NTB berpesan kepada seluruh anak-anak yang hadir agar terus belajar tanpa henti hingga tak terbatas. “Belajarlah sejak dari buaian ibu sampai

ke liang lahat,” ajaknya. Pada kegiatan ini, Kepala Dinas Sosial Provinsi NTB yang diwakili Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Hj. Fitri, menyampaikan bahwa permasalahan sosial pada anak saat ini dinilainya demikian kompleks, sehingga diperlukan program yang berkelanjutan dan peran serta seluruh masyarakat dalam hal terkait. “Permasalahan anak di bangsa ini tergolong sebagai status yang luar biasa, dengan demikian harus ada penanganan dan perhatian khusus dari semua pihak,” ujarnya. Fitri juga mengungkapkan data mengenai kasus-kasus terkait anak di NTB. Data per Juni 2017 tercatat setidaknya ada 89 kasus kekerasan terhadap anak, 23 kasus di antaranya adalah kasus pencabulan. Ada pula kasus permasalahan sosial, kesulitan ekonomi, kemiskinan dan perkembangan teknologi informasi yang

kegiatan mengajak ribuan pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia untuk saling berkunjung ke berbagai provinsi di tanah air. Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, SH. M.Si menegaskan hal itu saat acara penerimaan dan pelepasan 49 orang siswa/ siswi peserta SMN dari Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam untuk NTB, dan siswa/siswi dari NTB untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB di Mataram, beberapa waktu lalu. Apresiasi disampaikan Amin atas terlaksananya program pertukaran ini secara berkelanjutan. “Ini menjadi modal bagi kita untuk membangun, menggali informasi, dan mengambil pelajaran dari setiap perjalanan kita,” ujarnya.

begitu pesat menyebabkan ketidak berdayaan keluarga menjalankan peran serta dalam menjaga anakanak dari keterlantaran, kekerasan dan eksploitasi. “Setiap anak memiliki kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan hubungan dengan orang tuanya, kesejahteraan diri, keselamatan dan pengasuhan yang berkelanjutan adalah hal yang paling diperlukan oleh anak,” ungkap Fitri. Ia mengimbau, kepada para orang tua dan Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) sebagai lembaga yang memelihara anakanak terlantar dapat memberikan bimbingan, pengertian, dan informasi bagaimana terkait cara anak-anak melindungi diri dari

Pelepasan dan penerimaan peserta SMN ditandai dengan pengalungan tanda peserta secara simbolis kepada perwakilan peserta dari NTB dan NAD oleh Wakil Gubernur NTB

Sebanyak 20 orang anak menjadi perwakilan peserta dari NTB dan tiga orang pendampingnya untuk Aceh tahun 2017 ini. Mereka semua berasal dari siswa siswi SMA, SMK dan SLB. Sedangkan, dari NAD untuk NTB juga sebanyak 23 orang termasuk pendamping 3 orang. Perwakilan Kementerian BUMN, Ony Suprihartono mengungkapkan bahwa Siswa Mengenal Nusan-

5

“Sanur Jegeg”

Gelar Fashion Show Kebaya Kutu Baru

Rosiyadi Sayuti bersama anak-anak NTB saat peringatan Hari Anak Nasional di Mataram

tindak kejahatan. Senada dengan apa yang diungkapkan Rosiyadi, Arief Sapta Wijaya dari Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Kementerian Sosial RI pun berharap anak-anak dapat menjaga diri dari pengaruh negatif di lingkungan sekitar, termasuk di rumah. Arief Sapta Wijaya menegaskan pentingnya pengawasan terhadap penggunaan media teknologi informasi seperti internet, seperti pemilihan konten dan situs yang sesuai batasan usia dan norma, agar nantinya tidak mengganggu mental dan tumbuh kembang anak. “Mari tumbuhkan potensi anak yang ada, agar memiliki mental yang tangguh,” katanya. (Naniek I. Taufan)

Tanamkan Cinta Tanah Air sejak Dini lewat Program SMN Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Republik Indonesia bersinergi dengan Jasa Raharja, PT. Indofarma Tbk dan Kliring Berjangka Indonesia (KBI), sejak tahun 2015 meluncurkan Program Siswa Mengenal Nusantara (SMN). Program yang berbentuk pertukaran pelajar antar provinsi se-Indonesia itu, sangat strategis dalam menumbuhkan semangat persaudaraan serta persatuan dan kesatuan di antara pelajar guna menjaga keutuhan NKRI. Sebab dengan saling mengenal kebudayaan dan kepribadian satu sama lain, akan lahir generasi bangsa yang berwawasan luas, berkarakter dan mencintai tanah air dan bangsanya. Program SMN merupakan

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

tara sudah dimulai sejak 2015 dan merupakan program yang berkelanjutan. Tidak hanya itu, pihaknya juga meluncurkan program-program bantuan lainnya seperti bantuan laboratorium bagi Sekolah Menengah Kejuruan, Bedah Rumah Veteran, Pembinaan Eks. Narapidana, Pembinaan Mantan Atlet, dan Pembinaan Desa Tertinggal. Tujuan diadakannya program SMN ini, tidak lain untuk menanamkan sejak dini kepada para siswa-siswi cinta tanah air, menghargai perbedaan dari berbagai macam dan bentuk suku, budaya, ras dan agama. Sebab jika anak-anak tidak dikelola sejak dini

dengan baik akan berpotensi pada perpecahan. “SMN hadir untuk menjaga kebhinekaan nilai luhur bangsa”, ungkap Ony. Nantinya program-program yang ingin dicapai dengan adanya SMN adalah, memperoleh wawasan sosial budaya, wawasan pendidikan, wawasan enterpreneurship, dan wawasan pengenalan terhadap BUMN. Meski program ini hanya seminggu saja, ia berharap kesempatan yang ada digunakan sebaik-baiknya, dan kepada para peserta dimintanya untuk menjaga nama baik perwakilan provinsi masingmasing, serta saling menghormati. “Ambil nilai positif dari tiap daerah yang dituju, publikasikan dan tulis pengalaman yang dirasakan,” ujarnya. Direktur Jasa Raharja, Budi Setyarso yang bertindak sebagai panitia mengatakan bahwa tahun ini program yang diselenggarakan BUMN, selain SMN juga ada program lainnya seperti bedah rumah untuk veteran di NTB sebanyak lima puluh (50) unit rumah. Pelepasan dan penerimaan peserta SMN ditandai dengan pengalungan tanda peserta secara simbolis kepada perwakilan peserta dari NTB atas nama Arya Nusa Wahyu Nurada dan dari NAD atas nama Fakhira. (Naniek I. Taufan)

Sebanyak 20 orang anggota TP PKK se-Desa Sanur di bawah payung ‘Sanur Jegeg’ sukses semarakkan panggung even internasional, Sanur Village Festival ­(Sanfest) dengan pesona padanan kain dan kebaya model klasik kutu baru, pada Kamis (10/8).

K

eduapuluh peraga busana tersebut adalah gabungan dari ibuibu anggota TP PKK se-Desa Sanur, yakni TP PKK Desa Sanur Kauh, TP PKK Sanur Kaja dan dan TP PKK Kelurahan Sanur. Acara fashion show mengenakan kebaya sederhana dengan potongan kain melintang di bagian depan ini dihadiri oleh Perbekal Desa Sanur Kauh dan Perbekel Sanur Kaja. Selain itu. juga turut hadir Lurah Sanur serta Ketua TP PKK Desa Sanur Kauh, TP PKK Sanur Kaja dan Kelurahan Sanur, di dampingi para istri Kadus dan Pengurus TP PKK Desa. Menurut Ni Wayan Sri Utari, S.P., M.P, Ketua Pokja 2, TP PKK DesaSanur Kauh, ditemui saat usai manggung, aktivitas keseharian para perempuan sebagai sosok sentral dalam keluarga, selain sebagai ibu rumah tangga dan profesi lainnya, di antaranya dosen, dokter dan pengusaha, mereka juga punya kewajiban sebagai anggota TP PKK setempat.

Namun bukan itu saja, ibu-ibu muda ini masih pula disibukkan dengan kegiatan adat budaya serta mebanjar. Hal ini diakuinya terkadang membuat waktu ibuibu muda ini untuk diri sendiri menjadi sangat terbatas. Dikatakannya fashion show atau peragaan busana di arena Sanur Village Festival tersebut menjadi salah satu pilihan aktivitas positif yang menarik bagi perempuan, khususnya ibu-ibu muda Desa Sanur yang disatukan dalam ‘Sanur Jegeg’ ini. Pada kesempatan itu, mereka bertemu dengan sesama anggota TP PKK yang lainnya sekaligus memanfaatkan waktu untuk sharing mengenai dunia pendidikan, cara merawat anak, merawat tubuh, membagi waktu yang efektif dan efisien dan masih banyak lagi topik obrolan lainnya. Lebih lanjut Sri Sutari mengatakan, bahwa ajang Sanur Village Festival tahun ini merupakan langkah awal tampilnya ‘Sanur Jegeg’ dalam acara Fashion Show

Kebaya. Pagelaran kala itu mengusung konsep ‘PancaWarna’, yang digagas dan didesain secara elegan oleh desainer terkenal asal Desa Sanur sekaligus Ketua ASBEST Kota Denpasar, Rhea Cempaka. Menariknya adalah konsep ‘Panca Warna’ yang disuguhkan oleh ibu-ibu muda tersebut terdiri dari paduan warna kuning, putih, merah dan hitam serta brumbun, warna yang biasanya sangat familiar di masyarakat Hindu Bali sebagai sarana upacara di antaranya segehan dan caru. Dalam Fashion Show kali ini, para model ‘Sanur Jegeg’ menggunakan kebaya kutu baru dengan tangan panjang. Sederhana namun terlihat sangat anggun dan elegan dilengkapi dengan paduan songket tenunan khas Bali serta perhiasaan dari alpaka , perak dan emas. Rambut mereka ditata apik dengan sanggul Bali atau pusung tagel dengan sedikit sentuhan modern, menjadikan suguhan fashion show malam itu sangat berbeda, ada aura klasik yang memiliki taksu. Secara keseluruhan, kata Sri Sutari mewakili ‘Sanur Jegeg’ dengan tampilnya para ibu mengenakan busana warisan bangsa ini, dapat turut menjaganya serta memotivasi masyarakat Sanur khususnya dan masyarakat Bali umumnya untuk kembali mengenakan kebaya dan kamen se-

KIKA Ketua TP PKK Desa Sanur Kauh (Ny. Sudiani Ada), Kelurahan (Ny. IA Ambarwati Jisnu) dan Sanur Kaja (Ny Kompiang Sudana)

Terima Kasih Kepada : Cempaka Butik d’Tunjung Management Sinar Bintang Butik Alieya MakeUp Galus Salon Yanti Salon Henny Bali Salon Nuri MUA Himee Make Up Artis Griya Mutiara Sanur suai pakem dan usia. Apalagi istimewanya kebaya jenis klasik ini cocok digunakan kemana saja. Selain untuk kondangan dan pergi ke acara-acara resmi, kebaya kutu baru bisa dipakai untuk acaraacara non formal dan santai. Sri Sutari juga mengatakan bahwa koordinasi kegiatan telah

Bee Handycraft Saka Bros. Ratih Dammaiswari Helga Rif Mrs. Neny Ariyani Kadek Astuti Rhea Cempaka Sanur Jegeg Semua pihak yang mendukung

dilakukan dengan Ketua TP PKK Desa dan Kelurahan, serta para istri Kepala Dusun di Lingkungan Desa Sanur dengan sangat baik. Sehingga, kegiatan apapun yang dilaksanakan oleh ‘Sanur Jegeg’ diketahui dan di-support sepenuhnya oleh Perbekel, Lu­rah serta Ketua TP PKK Desa Sanur. - ard


4

Sudut Pandang

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Pramuka Tanamkan Kedisiplinan dan Kemandirian Pramuka adalah salah satu kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah. Meskipun kegiatan ini lebih banyak diikuti saat se­ seorang masih di SD atau SMP, namun, sebagian orang masih memiliki memori khusus tentang pramuka. Bahwa pramuka bukan hanya sekadar kegiatan berbaris, tepuk tangan, atau urusan mencari jejak tapi kegiatan yang menarik dan me­ ngandung pendidikan. Berikut sebagian pengalama yang per­ nah dirasakan atau tercatat di ingatan dua orang ibu ini.

“S

aya ikut pramu­ ka ketika masih di sekolah dasar (SD). Kebetulan pembina kami Kak Dede adalah orang yang sangat kreatif. Sehingga, tidak hanya ilmu tentang kemandi­ rian yang kami dapat, tapi kami juga banyak beraktivitas di bidang teater dan seni lainnya,” ujar Ida Ayu Oka Sunaryathi, seorang pengusaha wanita di Kota Denpasar. Menurutnya dengan mengi­ kuti pramuka, dirinya sadar menda­ patkan manfaat bukan hanya men­ jadi pribadi yang mandiri dan punya bekal untuk dapat mengatasi masalah ketika itu. Masih soal ke­ mandirian, misalnya suatu saat kita

mengalami kecelakaan di tempat terpencil atau jauh dari tempat umum, maka kita bisa dengan cepat menanganinya karena di kegiatan pramuka sudah diajarkan juga P3K “Saat belajar tentang sandi-sandi, kode-kode lainnya serta belajar ber­ bagai simpul, ini menunjukkan kalau kita nantinya bisa bertahan hidup dalam keadaan genting sekalipun,” katanya sambil menyampaikan sebuah pengalaman berkesan. Ia bercerita kepada Tokoh, ketika ia dan teman-temannya belajar rayap tambang. Di sana katanya, ia merasa mampu mengatasi rasa takutnya. Intinya kata Dayu Oka, pramuka adalah wahana pendidikan nonfor­

dr. D.A. Mas Shintya Dewi mal sebab di sanalah ia merasakan digembleng, termasuk bisa belajar tentang berbagi keterampilan. Di aktivitas pramuka juga ia kembali menekankan berhasil disusupi jiwa kepemimpinan, kejujuran, disiplin, serta tanggung jawab, untuk me­ nangani jika ada masalah termasuk bagaimana mengatasinya. Den­ gan berbagai bentuk kegiatan di pramuka juga, katanya ia mampu menumbuhkan rasa nasionalisme

pada dirinya sejak kecil S e m e n t a r a d r. D . A . M a s Shintya Dewi., Sp. An., menga­ takan pernah mengikuti kegiatan pramuka sejak SD hingga SMP kemudian dilanjutkan dengan Palang Merah Remaja (PMR) serta Tim Bantuan Medis (TBM) Mengikuti kegiatan pramuka, su­ kanya bisa kumpul bareng teman– temannya dan mendapatkan saha­ bat-sahabat baru untuk memacu semangat bertukar informasi. Di sana ada gotong royong, saling berbagi, saling bantu dalam keber­ samaan, juga kerja sama dengan tim. “Semua itu menjadikan kami lebih mandiri tapi tetap punya rasa empati dan pastinya sangat berguna dan terpakai sampai sekarang. Di Pramuka juga saat bersama, misalnya dalam satu tenda, kita tidak boleh egois, tapi saling menghormati satu sama lain serta mau berbagi, saling tolong dan saling peduli,” ucapnya. Kalau bicara dukanya pasti ada juga, katanya merasa capek, tidak bisa cantik karena jorok (kadang mandi kadang nggak), karena keg­ iatannya lebih sering di luar ruangan maka tak terhindarkan kulit hangus,

Bangga Jadi Pramuka

Tika Bisono Berkemah, berpetualang di alam, jalan-jalan di kuburan di malam hari, dll. Itulah antara lain kenangan yang paling diingat oleh sebagain dari mereka yang pada masa kecil dan masa remajanya pernah mengikuti kegiatan pra­ muka. Bagi anak-anak usia SD, SMP, mengikuti berbagai kegiatan pramuka pasti terasa excited. Apalagi urusan berkemah dan bertualang. Kenangan itu pasti tidak terlupakan. Itu juga yang dirasakan dua selebriti, Olivia Zalianty dan Tika Bisono ketika diminta mengingat kenangan mereka tentang pra­ muka. Keduanya berkecimpung di kegiatan pramuka sejak masih kecil hingga remaja. Bedanya, Olivia setelah sempat vakum di kepra­ mukaan cukup lama akhirnya kini kembali masuk pramuka, sedan­ gkan Tika Bisono aktivitasnya di kepramukaan terhenti saat kelas I SMP karena ikut orangtuanya yang

bertugas ke Amerika. “Ketika kembali ke Indo­ nesia, tepatnya ke Jakarta, saya masuk sekolah yang tidak ada kegiatan pramuka. Meski tidak lagi pramuka na­ mun nilai-nilai yang diajarkan selama aku berkecimpung di kepramukaan tetap me­ lekat dalam kehidupan aku hingga sekarang,” ungkap Tika yang sekarang tengah menyusun disertasi S3-nya yang berjudul ‘Member­ dayakan Otak Kanan yang sudah Lama ‘Mati’’. Putri Remaja 1978 ini mulai menekuni pramuka sejak siaga namun mulai sepenuhnya aktif pada se­ mua kegiatan pramuka saat kelas III SD hingga kelas 1 SMP. “Saat itu aku tinggal Sumatera Selatan, kemudian pindah ke Lirik, Riau, karena papa aku kerja di perusahaan min­ yak di sana. Masa itu aku sangat aktif di kegiatan pramuka sekolah,” tutur pelantun tembang hits ‘Ke­ tika Senyummu Hadir’, ini. “Yang namanya anak-anak, rasanya bangga sekali menjadi pra­ muka dengan seragam yang keren, ada lambang-lambang, ada badge. Dulu itu rasanya hebat betul! Jadi Tika kecil sangat bangga jadi ‘scout girl’ hahaha,” kenang psikolog kondang ini. Meski hanya beberapa tahun menekuni pramuka, Tika merasa banyak nilai-nilai positif yang dia­ jarkan dalam kepramukaan yang sampai sekarang tetap melekat dalam kehidupannya. Baginya, aktivitas kepramukaan bukan ak­ tivitas biasa namun merupakan pembentukan karakter pribadi yang sangat penting yang dimulai sejak anak masih kecil. “Nilai-nilai seperti komitmen, kedisiplinan, gotong royong, mem­

bantu orang lain yang sedang kesu­ litan, dll, semua itu ditanamkan se­ jak kecil. Toleransi dan menghargai perbedaan, itu pun ditanamkan ke­ pada setiap anak anggota pramuka. Untuk aku pribadi, begitu melekat sampai sekarang. Jadi meski aku sudah tidak lagi mengikuti pramuka namun apa yang ditanamkan sangat bermanfaat dalam hidup aku. Bagi aku Pramuka itu bukan bajunya tapi bagaimana kita menjiwai apa yang disampaikan dalam Sumpah Pramuka. Menjalankan Sumpah Pramuka dalam kehidupan seharihari, baik kita berbaju pramuka atau pun tidak,” tegasnya. Pramuka, tegas Tika, jika dijalankan sungguh-sungguh san­ gat penting bagi pembangunan karakter pribadi maupun bangsa. Karenanya sangat tepat jika pendidikan kepramukaan di­ masukkan dalam kurikulum pela­ jaran sekolah. “Kalau Pramuka dianggap sebagai bagian dari character building maka masuk­ kan pendidikan kepramukaan dalam kurikulum pelajaran bu­ kan cuma ekstrakurikuler biasa. Wajibkan semua sekolah bukan cuma sekolah negeri, tapi juga sekolah swasta bahkan sekolah internasional menyelenggarakan pendidikan kepramukaan,” tegas Tika yang sempat kecewa karena di sekolah anaknya ternyata tidak ada kegiatan pramuka. Apa yang diharapkan Tika Bisono ini agaknya telah direal­ isasikan pemerintah, setidaknya pendidikan kepramukaan saat ini telah dijadikan ekstrakurikuler wajib untuk setiap sekolah. Itu juga masuk dalam Kurikulum 2013. Jadi kalau sebelumnya pramuka hanya lah kegiatan ekstrakurikuler murni maka pada Kurikulum 2013, pramuka hadir dalam bentuk Pen­ didikan Kepramukaan. Tentang pendidikan pramuka

Olivia Zalianty menjadi ekstrakurikulum wa­ jib juga dibenarkan oleh Olivia Zalianty, artis yang kini menjadi pengurus Kwartir Nasional Gera­ kan Pramuka bidang Komunikasi dan Informasi. “Iya kalau dulu kan pramuka hanya menjadi ekstrakurikuler biasa, boleh ikut-boleh tidak. Nah sekarang sudah menjadi ekstrakuri­ kuler wajib. Harapannya, kita bisa membentuk karakter bangsa lewat kegiatan-kegiatan pramuka. Kita juga bisa dekat dengan generasi muda,” jelas adik artis Marcella Zalianty yang kini menjadi Ketua Umum Parfi 1956. Seperti halnya Tika, Olivia juga dengan tegas mengatakan, ikut serta dalam kegiatan pramuka sangat penting bagi generasi muda karena kegiatan pramuka bukan hanya bisa membentuk karakter pribadi tapi juga karakter bangsa. “Kita tahu, ujung tombak masa depan bangsa adalah anak-anak muda. Pramuka bisa dijadikan alat reformasi untuk membentuk kara­ kter bangsa khususnya anak-anak muda. Karena kalau kita lihat seka­ rang ini ya, banyak sekali masalah

hitam dan kumal. “Kenangan menariknya saat mengikuiti Persami (perkemahan sabtu minggu) di jeritan malam terus kami makan nasi megibung di atas tanah beralaskan plastik bening meteran itu,” katanya lagi masih tersenyum sembari menam­ bahkan bahwa di sana juga mereka diajarkan untuk lebih akrab dengan alam, mencintai lingkungan serta melestarikannya. (Sri Ardhini)

Dayu Oka yang terjadi khususnya di kalangan anak muda. Tingkah mereka ‘anehaneh’, ya tawuran lah, gank motor lah, dll. Itu sebenarnya kan berasal dari diri sendiri. Mau melakukan apapun ya dari diri sendiri. Nah pramuka sangat bagus, khusus­ nya dalam membentuk karakter pribadi, karakter bangsa,” ungkap pemeran film ‘Ada Apa Dengan Cinta’ ini. Gadis cantik kelahiran Okto­ ber 1981 ini mengaku sejak kecil diarahkan ibunya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Kakaknya, Marcella pun dulunya juga anggota pramuka. “Jadi kami memang sejak kecil sudah diarah­ kan mama untuk ikut pramuka,” ungkap Olivia. Meski sudah lama berlalu, namun ujar penggemar travelling, petualang di alam dan diving ini, mengaku masih ingat jelas kenan­ gannya saat berkegiatan pramuka waktu kecil. “Yang paling aku inget saat berkemah hahahah. Kita-kita kan masih kecil, trus berkemah di lapangan sekolah. Wah rasanya senang banget ya, meski cuma berkemah di lapangan sekolah hahah. Nah kalau malam biasanya kakak-kakak suka takut-takutin tuh, kita pada menjerit ketaku­ tan. Ya biasa lah namanya juga anak-anak,” tutur Olivia sambil tertawa. Seperti umumnya anak-anak maka Olivia yang juga atlet wushu nasional, mengaku, sangat me­ nyukai kegiatan perkemahan dan pendidikan alam. Berbagai hal yang didapatnya dalam pendidikan kepramukaan sejak kecil, diakui Olivia sangat membantunya men­ jalani kehidupan. Ia menjadi sangat menyukai alam. Ia juga mampu beraktivitas dalam situasi yang sangat terbatas. Ilmu itu, didapatnya dari pramuka. “Kegiatan-kegiatan kepramu­ kaan sangat bermanfaat untuk hidup aku,” ujar Olivia yang kerap berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia terkait event-event pramuka. (Diana Runtu)

Mandalika

21

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Gubernur NTB Sidak Instansi Pelayanan Publik

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi melakukan Inspeksi Mendadak (Sidak) ke beberapa instansi penyelenggara layanan publik lingkup Pemerintah Provinsi NTB yang bersentuhan langsung dengan pelayanan dasar masyarakat. Rumah Sakit Umum Provinsi (RSUP), Kantor Layanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia dan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi NTB, menjadi tujuan Sidak Gubernur be­ berapa waktu lalu. Sidak itu dimaksudkan untuk memastikan bahwa pelayanan publik di instansi-instansi tersebut berjalan baik, lancar dan sesuai prosedur yang ditetapkan.

D

i RSUP, Gubernur NTB mengecek satu persatu pe­ layanan yang di­ lakukan di hampir semua klinik dan bagian yang ada, seperti bagian administrasi, ruang Net­ work Operation Center (NOC), Instalasi JPK, Klinik Jantung, Klinik Rehabilitasi Medik, Klinik Dalam, Klinik Anak, Klinik Bedah serta bagian pelayanan lain yang ber­ hubungan langsung dengan pasien. Di ruang bedah Onkologi, Majdi sempat berbincang dengan para­ medis mengenai sejumlah penya­ kit yang dikeluhkan masyarakat, terutama penyakit kanker. Ditemani Direktur Rumah

“Pelayanannya sudah baik. Pe­ layanan di RSUP ini telah menun­ jukkan pelayanan yang memanu­ siakan. Namun tetap harus terus dimaksimalkan,” katanya. Usai melakukan peninjauan keliling di seluruh area vital rumah sakit terbesar di Provinsi NTB, sempat pula Gubernur NTB ini melakukan ramah tamah dengan para medis dan dokter petu­ gas pendamping Haji asal NTB musim haji tahun 2017 di Aula Per­ temuan Rumah Sakit tersebut. Ia sangat mengapresiasi dan menyampaikan terima kasih ke­ pada seluruh jajaran rumah sakit, termasuk petugas kebersihan (outsorsing) atas kemajuan pe­

Gubernur NTB berinteraksi dengan pasien saat melakukan Sidak di RSUP NTB

Sakit, dr. H. L. Hamzi Fikri, MM, ia mendapatkan banyak informasi yang menjadi munculnya penyakit ganas seperti kanker payudara, salah satunya adalah disebabkan oleh gaya hidup. Dari informasi itu, Majdi meminta agar rumah sakit dan dinas kesehatan un­ tuk meningkatkan penyuluhan terkait pola hidup sehat. Sehingga masyarakat mendapatkan infor­ masi utuh serta pola-pola yang diterapkan agar terhindar dari penyakit tersebut. Selain berinteraksi dengan petugas kesehatan dan dokter di rumah sakit tersebut, Majdi juga berbincang dengan masyarakat yang tengah berobat di rumah sakit tersebut guna menggali informasi mengenai pelayanan masyarakat di rumah sakit. Ter­ masuk menanyakan kesulitan-ke­ sulitan yang dihadapi saat menda­ patkan perawatan di rumah sakit, baik rawat inap maupun rawat jalan. Selain pelayanan, ia turut mengecek kebersihan di setiap sudut ruangan pelayanan publik dan juga ruang kerja petugas. Dari hasil sidak tersebut, Gu­ bernur NTB menyatakan bahwa kondisi pelayanan kesehatan di ru­ mah Sakit Umum Provinsi (RSUP) NTB saat ini sudah cukup baik.

layanan, termasuk kebersihan­ nya. Pujian dilontarkannya atas kemajuan tersebut. Terutama pada penyediaan fasilitas pe­ layanan medis, mulai dari gedung, ruang perawatan, poli, apotik dan peralatan medis yang memadai. Dengan dukungan peralatan ini, maka fungsi pokok rumah sakit ini dapat berjalan cukup baik. Ia mengingatkan bahwa pelayan yang sudah baik, terutama dari aspek nyata berupa kecanggihan peralatan tersebut, harus diiringi pula dengan dukungan aspek yang tidak tampak, yaitu semangat pe­ layanan dari segenap SDM rumah sakit, yakni dengan terus memak­

Sidak Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

simalkan koordinasi antara unit layanan, serta meningkatkan skill SDM maupun keramahtamahan­ nya dalam memberikan pelayanan yang lebih maksimal. Meski secara umum, pelayan­ an RSUP sudah semakin baik, namun ada catatan yang menjadi temuan Gubernur NTB adalah kebersihan pada ruangan-ruan­ gan tertentu yang tidak diakses masyarakat, seperti di ruang far­ masi, masih dinilai kurang. Semua area tersebut diharapkan terjaga dan diperhatikan kebersihannya. “Ini artinya menjaga kebersihan harus konprehensif,” ujar Majdi. Selain itu, saat mengunjungi ruang perawatan bedah onkologi, Gubernur mendapatkan penjela­ san dari dokter spesialis bedah, bahwa trend penyakit kanker payudara pada satu semester tahun ini yang ditangani rumah sakit, sama jumlahnya dengan tahun lalu. Padahal penyakit itu terkait dengan gaya hidup (lifestyle) yang penanganannya berada di hulu atau bersinergi dengan instasi terkait lainnya, seperti dinas kesehatan. Karena itu, Gubernur kemudian mengin­ struksikan kepada Direktur RSUP agar terus melakukan evaluasi dan mengkonsolidasi seluruh struktur. Ia juga mengingatkan pentingnya konsolidasi dan sinkronisasi den­ gan dinas kesehatan dalam men­ gatasi masalah kesehatan. Usai Sidak di RSUP, Gubernur NTB kemudian mendatangi Kan­ tor Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia yang be­

Bersama peserta Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD) di Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB

rada di Jalan Udayana, Kota Ma­ taram. Di tempat itu, ia sempat berbincang dengan sejumlah Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja di luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan sejumlah negara lainnya. Sebagian besar Calon TKI yang diajaknya berbincang ada­ lah mereka yang saat itu sedang mengurus Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN), Passport dan sejumlah administrasi lainnya. Majdi meminta mereka untuk melengkapi semua berkas yang dibutuhkan untuk menghindari masalah saat nanti sudah bekerja di luar negeri. Di ruang pelayanan, Gubernur berdialog dengan petu­ gas, untuk menjaring informasi, termasuk jaminan-jaminan dan hak-hak yang diperoleh TKI ketika mendapat masalah di luar negeri. Ia meminta seluruh petugas un­ tuk melayani masyarakat dengan baik, tulus serta mengedepankan keramahan.

Dari kantor LTSP, berjalan kaki menuju kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, UPTD Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB yang berada tidak jauh dari kantor LTSP-TKI. Ia masuk ruangan pelatihan. Saat itu sedang diselenggarakan Pelatihan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD). Dialog terkait ke­ butuhan dan masalah yang perlu ditangani di desa masing-masing dilakukan dengan para peserta. Sekalian ia mengajak pemudapemudi yang tengah mengikuti pelatihan tersebut untuk senan­ tiasa memberikan sumbangsih positif bagi desa masing-masing, sehingga seluruh program yang ada di desa dapat berjalan lancar dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat. “Sepulang dari pelatihan ini, datangilah orangorang yang memiliki pengaruh di desa itu dan lakukan yang terbaik untuk desa anda,” pesan Majdi. (Naniek I. Taufan)

Gubernur NTB berdialog dengan para petugas pelayanan di RSUP NTB

Inspeksi mendadak Gubernur NTB di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi UPTD Balai Latihan Masyarakat dan Transmigrasi NTB


22

“Kenapa banyak bunga, untuk apa? Kenapa banyak sesaji? Kenapa banyak patung? “ Begitulah antara lain pertanyaan para pelajar SMA yang sedang melakukan ‘Wisata Rumah Ibadah’ di Pura Aditya Rawamangun, Jakarta. Mereka bertanya dengan sangat antusias, maklum umumnya mereka baru pertama kali berkunjung ke Pura tempat sembahyang umat Hindu. Maka Pinandita Nyoman Sutisna pun dengan sabar menjelaskan satu persatu pertanyaan para siswa itu.

M

Sosialita

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

enurut Nyoman Sutisna, patung atau arca yang ada untuk membantu mempersonifikasi Tuhan guna memudahkan saat sembahyang. Dalam kesempatan itu ia juga menjelaskan tentang agama Hindu, tata cara beribadah umat Hindu juga sejarah bangunan Pura tersebut. Tak ketinggalan Sutisna juga menyinggung soal kewajiban pengunjung Pura memakai senteng atau selendang yang diikatkan di pinggang. Penjelasan tersebut dirasakan perlu karena ketika para siswa ini tiba di pura dan akan memasuki Pura, mereka diwajibkan memakai senteng yang memang sudah disediakan. Sebelumnya juga disampaikan bagi siswi yang sedang menstruasi dilarang memasuki kawasan suci, mereka dipersilahkan menunggu di pendapa dimana sesi penjelasan dan tanya-jawab digelar. Pura Aditya Jaya Rawamangun merupakan satu dari lima tempat ibadah yang dikunjungi oleh para siswa ini. Para siswa bukan saja antusias bertanya mereka juga antusias berkeliling Pura. “Aku seneng banget bisa ke sini. Ini pertama kalinya. Banyak hal baru dan pengetahuan baru yang aku dapat di rumah-rumah ibadah yang kami kunjungi tadi, termasuk di Pura Aditya,” ujar Ita antusias. ‘Wisata Rumah Ibadah’ merupakan event yang digelar Komunitas Bhinneka bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemda DKI Jakarta untuk para pelajar di DKI Jakarta. Pesertanya adalah pelajar SMA baik itu negeri maupun swasta. Komunitas Bhinneka memang baru didirikan. Namun gebrakannya dengan event ‘Wisata Rumah Ibadah’ mendapat sambutan hangat masyarakat karena dirasakan tepat di tengah semakin menonjolnya sikap-sikap intoleran sebagian masyarakat, tak terkecuali di Jakarta. Yang lebih terasa, tentu saja, ketika kita berselancar di media sosial. Ujaranujaran kebencian terhadap orang, suku, agama, ras, golong, begitu mudah dijumpai. Kondisi mengkhawatirkan ini tidak bisa dibiarkan. Maka tak heran akhir-akhir ini di Jakarta khususnya begitu banyak digelar acara-acara diskusi kebangsaan. Menjaga jangan sampai NKRI ‘terobek-robek’. Di sisi lain, banyak LSM juga bergerak dengan berbagai event untuk

Wisata Rumah Ibadah

Belajar Toleransi dan Pluralisme sejak Dini mempererat tali persaudaraan antara sesama anak bangsa. Komunitas Bhinneka misalnya, menyasar kepada generasi muda khususnya pada anakanak sekolah yang masih duduk di SD, SMP dan SMA. Komunitas ini pun sontak menggelar acara ‘Wisata Rumah Ibadah’. Memupuk sikap toleransi, menjelaskan tentang keberagaman bangsa Indonesia, pluralisme memang sebaiknya dilakukan sejak generasi muda berada dalam usia dini yakni SD, SMP SMA. Hal ini harus dipupuk terus agar kelak mereka tumbuh menjadi pemuda/ pemudi yang toleran dan mampu menghargai keberagaman yang ada di negeri sendiri maupun tempat lain. Event menarik ini untuk pertama kalinya digelar di Bandung, Mei lalu, pesertanya adalah anak-anak SD. Mereka diajak berkeliling sejumlah tempat ibadah seperti Masjid, Gereja, Pura, Wihara. Di Jakarta, wisata rumah ibadah ini pertama kali digelar Juni 2017 lalu. Pesertanya adalah murid-murid SMA baik negeri maupun swasta. Sebenarnya, banyaknya sekolahsekolah yang mendaftar ingin ikut event tersebut. Namun karena tempat terbatas maka ketika gelombang pertama Juni lalu, tidak semua bisa ikut serta. Barulah pada Rabu 9 Agustus 2017 lalu, acara ‘Wisata Rumah Ibadah’ digelar lagi. Seperti pada gelombang pertama maka gelombang kedua ini pesertanya adalah 126 siswa SMA negeri dan swasta serta sejumlah fasilitator. Seperti sebelumnya maka para siswa/siswi ini diajak mengunjungi rumah-rumah ibadah di Jakarta yakni, Gereja Imanuel, Gereja Katedral, Masjid Istiqlal, Vihara Bahtera Bhakti Anco, dan Pura Aditya Jaya Rawamangun. “Kami juga para orangtua konsen agar anak-anak untuk melihat situasi yang sebenarnya di Indonesia. Jadi sebenarnya, kan, tidak seperti itu (sebagaimana tercermin di medsos), tidak seperti yang mereka (anak-anak) baca di medsos, dll. Bahwa sesungguhnya kita lebih toleran, lebih bisa memahami satu dengan yang lain, lebih bisa bekerja sama membangun bangsa serta menghayati semua sila-sila yang ada di Pancasila,” ujar Endah Nurdiana dari Komunitas Bhinneka. MEMBUKA WAWASAN TENTANG TOLERANSI DAN KEBERAGAMAN Menurut Endah, kegiatan Wisata

Endah Nurdiana (dua dari kiri) dari Komunitas Bhinneka bersama rekan-rekannya.

Rumah Ibadah, hanyalah salah satu dari event yang bakal digelar komunitasnya. “Masih ada lagi kegiatan menarik lainnya yang terkait dengan rumah ibadah,” ujarnya. “Kegiatan semacam ini pertama kali kami gelar di Bandung pesertanya adalah siswa SD. Kemudian di Jakarta pada Juni lalu, dan sekarang yang kedua kalinya. Salah satu tujuannya adalah menanamkan toleransi kepada anak-anak usia sekolah,” tambah Endah. Visinya, lanjut Endah, sebenarnya sederhana yakni kita ingin anak-anak belajar hal lain. Yang selama ini mereka dapat kebanyakan soal perseteruan, keributan antara umat beragama. “Nah kita ingin sesuatu yang berbeda. Kita ingin anak-anak belajar bertoleransi sejak dini. Bahwa toleransi itu menyenangkan. Wisata ini akan menambah wawasan mereka. Mereka bisa melihat langsung bagaimana pluralisme yang sebenarnya,” tambahnya. Untuk anak-anak usia SMA, maka tahun 2019 mendatang mereka akan menjadi pemilih dalam Pemilihan Presiden maupun Pemilihan Legislatif. Dengan adanya wawasan tentang toleransi, pluralisme, maka diharapkan nantinya

mereka bisa memilih pemimpin dengan bijak. “Jadi membuka wawasan bahwa walaupun agama berbeda tapi tetap bisa damai,” tambahnya. Hal senada juga disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat memberi sambutan di hadapan para peserta Wisata Rumah Ibadah. “Ini adalah sebuah program dimana kita masing-masing belajar, belajar bukan hanya terkait dengan agama yang kita anut tapi juga belajar tentang agama yang dianut saudara-saudara kita,” ujar Lukman dalam pidatonya di halaman gedung Kementerian Agama, Gambir, Jakarta Pusat. Menurut Lukman, sikap toleransi merupakan modal utama dalam kemajemukan. “Menganut agama haruslah dengan iman. Jangan kita menyalah-nyalahkan yang berbeda dengan kita. Justru kita harus bertoleransi, menghargai sebagaimana kita menghormati keimanan dan keyakinan kita. Dalam hidup di tengah kemajemukan saya sangat bersyukur belajar dari keberagaman sehingga mudahmudahan kita mendapat kearifan dari kegiatan ini,” ucap Lukman sembari berharap kegiatan semacam ini bisa

terus berlanjut. Terkait aksi intoleran, menurut Lukman, memiliki latar belakang yang kompleks. Bukan hanya karena faktor keberagaman tapi juga tingkat stres masyarakat, dll. Akibatnya, sebagian dari kita mudah tersulut emosi. “Keragaman kita bukan hanya agama tapi juga etnis, budaya dan bahasa,” ucapnya. Keberadaan agama adalah untuk meredam aksi intoleransi itu. “Tantangan bagaimana agama bisa ikut hadir meredam hal-hal negatif itu. Semua umat beragama mampu mengembalikan esensi agama yang memanusiakan manusia. Bukan meniadakan eksistensi sesama. Jadi, ayo mari kita mengembalikan agama pada esensi yang sesungguhnya,” kata Lukman. Seusai acara pelepasan, para peserta pun beranjak dari gedung Kementerian Agama menuju Gereja Immanuel yang terletak tepat di depan Stasiun Kereta Api Gambir. Gereja ini merupakan salah satu gereja tertua di Indonesia. Mulai dibangun tahun 1834 dan selesai pada 1839. Konon, gereja ini diresmikan sekaligus untuk menghormati Raja Belanda Willem I (1813-1840). Karenanya di bagian gedung gereja tercantum nama ‘Willemskerk’. Sampai sekarang pun selain ibadah dalam bahasa Indonesia, gereja ini juga menyelenggarakan ibadah dalam bahasa Belanda. Di Gereja Immanuel ini, para pelajar disambut oleh Pendeta Chiko Pinaria Seren. Kepada siswa dijelaskan tentang sejarah gedung gereja juga sekilas tentang ibadah Kristen Protestan. Mereka juga diberi kesempatan melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang belum dimengerti. Dari Gereja Immanuel, para pelajar ini meluncur ke ‘Gereja Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga’ atau biasa dikenal masyarakat dengan nama Gereja Katedral. Gedung gereja dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa ini diresmikan tahun 1901. Konon, Gereja Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di tempat itu. Karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810 telah terbakar pada 27 Juli 1826, bahkan juga sempat roboh pada Mei 1890. Seperti halnya memasuki Gereja Immanuel dimana para siswa ini begitu kagum dengan bangunan gereja, demikian halnya ketika mereka memasuki Gereja Khatolik Katedral, dimana sebagian dari siswa itu mengaku baru pertama kali mengunjungi gereja tersebut. Kepada para pelajar Romo Hani Rudi Hartoko bukan hanya menjelaskan tentang sejarah gereja tapi juga tata cara beribadah, salah satunya tentang air suci yang ada di samping pintu gereja. Menurutnya, itu merupakan simbol baptis yakni dalam nama ‘Bapa, Putra dan Roh Kudus’. “Jadi air simbol penyucian diri. Nah sebelum memasuki gereja kita mengambil air suci itu sebagai simbol. Sama seperti Muslim misalnya dengan wudhu, dan teman teman Hindu dengan memercik air. Jadi maknanya kurang lebih sama,” jelasnya. Dari Gereja Katedral, para siswa pun menyeberang ke depan yakni ke Masjid Istiqlal yang letaknya memang berhadap-hadapan dengan Gereja Katedral. (Diana Runtu)

PT. BPR Bank Kertiawan pada Rabu (9/8) genap berusia 23 tahun. Selama 23 tahun pula beragam situasi dan kondisi pernah dihadapi oleh perusahaan, dan hingga kini tetap eksis di dunia perbankan untuk melayani nasabah dan masyarakat.

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

HUT ke-23 PT. BPR Bank Kertiawan

Melangkah Pasti Hadapi Persaingan Emic menyebutkan keistimewaan PT. BPR Bank Kertiawan, adalah karena memiliki produk-produk yang mampu memfasilitasi kebutuhan layanan keuangan para nasabahnya. SDM-nya pun dalam satu tim yang solid dan selalu siap untuk membantu serta memperlakukan seluruh relasinya sebagai seorang sahabat. Sahabat yang selalu setia, tulus, ada dalam kondisi senang maupun di masa sulit. Selalu mengembangkan sikap bersinergi berdasarkan dharma untuk keberhasilan bersama. SDM –nya juga memiliki semangat untuk terus berkreativitas dan berinovasi agar terus ada, tumbuh, berkembang dan memiliki daya saing dalam industri layanan keuangan. Selanjutnya untuk menjaga citra dan nama baik Bank serta meningkatkan Brand Loyalty dan Brand Equity Bank, saat ini Bank Kertiawan terus berupaya untuk meningkatkan kualitas kinerjanya. Tercermin di tahun 2017 kembali diperolehnya Infobank Award dengan kinerja “Sangat Bagus” selama 7 tahun berturut-turut. Disamping itu juga terpilih sebagai finalis BPR Terbaik

D

alam rangka HUT ke 23 PT BPR Bank Kertiawan mengusung tema “Melangkah Pasti Menghadapi Persaingan dengan Kreativitas dan Inovasi demi Peningkatan Prestasi “. Dalam perjalanannya, PT BPR Bank Kertiawan telah melakukan berbagai langkah atau upaya dalam menghadapi persaingan selama ini. Selanjutnya untuk perayaan HUT kali ini PT BPR Bank Kertiawan, melaksanakan serangkaian kegiatan yang turut melestarikan Budaya Bali. Beberapa perlombaan dilaksanakan di antara staf karyawan dan karyawati demi membangkitkan kreativitas mereka. Mulai dari membuat gebogan, lamak sampian, canang sari hingga kwangen yang dilangsungkan pada Selasa (1/8). Kegiatan menarik lainnya adalah digelarnya ‘Lomba Busana Adat ke Pura dan Lomba Busana ke Kondangan Berpasangan’ pada Rabu (2/8). Sementara untuk alokasi CSR-nya, PT. BPR Bank Kertiawan membagi kebahagiaan kepada masyarakat yang membutuhkan dengan melakukan pembagian sembako di wilayah Br. Buruan, Desa Buruan, Blahbatuh, Gia­ nyar pada Sabtu (5/8) karena Kantor Cabang ­Gianyar berada di Desa ­Buruan sehingga bisa lebih dekat dengan masyarakat di sana. Selanjutnya juga dilaksanakan pendakian ke Gunung Batur serta tidak ketinggalan acara seremonial dengan pemotongan kue ulang tahun pada Rabu (9/8). Dilaksanakannya berbagai kegiatan tersebut, menurut Emic Dwi Setyawati G.S., S.E., M.B.A. Direktur Utama PT. BPR Bank Kertiawan, adalah untuk menjalin keakraban dan semangat kebersamaan antar karyawan – karyawati di ling­kungan PT BPR Bank Kertiawan, sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kami kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas anugerah yang diberikanNya. Sebab, di tengah situasi yang penuh dengan persaingan dan kondisi bisnis yang lesu PT BPR Bank Kertiawan masih tetap eksis. Berikutnya, Emic menyebutkan jika di setiap langkah dalam keseharian dan pelaksanaan tugas seluruh tim kerja PT. BPR Bank Kertiawan berpegang pada Motto Bank Kertiawan dalam pelayanan yakni “One Team, One Spirit, One Goal”. “Dengan satu tim yang solid, disertai satu semangat melayani dengan sepenuh hati serta satu tujuan pencapaian visi Bank Kertiawan juga menjadikan Bank Kertiawan di tahun 2017 ini tetap eksis memperoleh beberapa penghargaan. Kinerja Berbuah Penghargaan Lebih lanjut Emic Dwi Setyawati juga mengatakan bahwa pengelolaan bank dilaksanakan dengan menerapkan ‘Tata Kelola’ yang baik sehingga bank

3

memiliki fondasi yang kokoh untuk terus berkembang. Kemudian, membuat perencanaan bisnis yang terus dipakai sebagai acuan dan target kerja, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dikaitkannya pula PT. BPR Bank Kertiawan selalu menjaga transparansi kondisi bank dengan mencantumkan

kondisi BPR di website resmi bank dan media massa. Juga menjauhkan benturan - benturan kepentingan untuk meningkatkan kepercayaan para stakeholder. “Kami juga melakukan inovasi program dan produk yang telah ada yaitu dengan meluncurkan produk Tabungan Arisan, Deposito Plus+, serta Program Kado Kredit Kertiawan,” ujar Emic Dwi Setyawati. Terkait peningkatan kompetensi SDM, PT. BPR Bank Kertiawan telah melaksanakan Training Need Assignment. Program pelatihan dan fasilitator telah dijadwalkan atau dipogramkan sejak awal tahun. Hal ini dipilih ber-

dasarkan keperluan dari perusahaan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam penerapannya dan yang penting mampu diterapkan oleh para karyawan dengan baik. “Misalnya, ketika ada kecendrungan penurunan kolektibilitas kredit, maka diadakan pelatihan analisa kredit oleh I Nyoman Duari,” katanya menekankan.

Begitu pula telah dilakukan ­ enerapan teknologi informasi (TI) dan p komunikasi untuk menunjang kegiatan operasional dari hulu ke hilir, sehingga

risiko-risiko dapat terkendali. Selanjutnya kualitas pelayanan dapat terus ditingkatkan seperti penggunaan android untuk setoran tabungan nasabah di luar banking hall untuk mengurangi fraud. “Perihal proses dari pelaksanaan program dan kegiatan tersebut berjalan dengan baik dan sepenuhnya dilakukan dengan transparan dalam pengawasan Dewan Komisaris serta didukung penuh oleh para pemegang saham,” tegasnya

se-Indonesia dalam Anugerah BPR Indonesia V-2017 yang akan diumumkan pada acara Peringatan 50 tahun Hubungan Bilateral Indonesia-Singapura di Hall KBRI Singapura pada 23 Agustus 2017. -ard

PT. BPR BANK KERTIAWAN KINERJA KEUANGAN Periode: 31 Juli 2017


2

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

GORO-GORO Kabar pengejut dari Jakarta meresahkan Amat. Kalau dengan han­ Putu Wijaya ya mengemis Mukhlis bisa mengumpulkan Rp 90 juta, tidak sedikit orang akan ber­ henti dari pekerjannya, lalu menjasi pengemis. “Soalnya bukan hanya Mukh­ lis, di Medan juga ditemukan pengemis dengan uang jutaan dan bahkan punya paspor. Dia mengaku mengemis untuk bisa dapat tambahan uang guna pe­ lesir keluar negeri,”kata Amat sewot. “Bukan apa-apa, terserah orang mau bagaimana saja

boleh, ini kan negeri merde­ ka, asal tak melanggar hu­ kum, “lanjut Amat,”tapi kalau mengemis perlahan-lahan ber­ ingsut dan meyakinkan pros­ peknya, ya, kan. pasti ulah itu akan jadi rebutan. Orang akan jor-jorn jadi pengemis. Buat apa mereka banting tulang jadi buruh penambangan, jadi tukang sapu jalan atau jadi tu­ kang sampah? Kan mengemis enak, bebas, merdeka, tak ada tanggungjawab, banyak untung lagi!” “ Ta p i k e h i l a n g a n h a r g a diri!” “Harga diri? Bu, masyarakat kita sedang diberangkatkan menjadi komunitas yang ter­ biasa hidup tanpa harga diri oleh para pengejut itu!”

Espresso

pengejut “Apa itu pengejut?” “Pengemis jutawan! Hari ini mantannya Bapak undang ke rumah kita ini!” Bu Amat terkejut. “Apa? Bapak mengundang siapa hari ini? Kok tidak bilangbilang.” “Nah itu, orangnya datang!’ Amat berdiri dari kursi lalu menyongsong ke depan ru­ mah. Bu Amat bingung. Ia tak siap menerima tamu. Hampir ia masuk kamar untuk ganti pakaian, tapi Amat keburu masuk. “Berapa orang, Pak?” “Satu.” “Mau diterima di luar saja atau akan disuruh masuk? “Masuk.” “Saya tidak perlu ikut,

satunya ada juga yang jadi ... Bu Amat penasaran. “Jadi apa?” “Jadi seorang suami.” “Maksudnya?” kan?” “Menikah. Punya keluarga. “Perlu. Justru Bapak mau Jadi anggota masyarakat dan kenalkan dengan ibu. ... “ “Saya untuk apa kenalan “Dan mengemis lagi!” dengan bekas pengemis?” “Tidak! Dan punya harga diri “Supaya paham, mereka itu yang dia bangun kembali dari sebenarnya ‘bekerja’ bukan reruntuhannya. Karena ia sadar, mengemis. Tapi orang sudah hidup tak hanya memerlukan salah kaprah, dikiranya hanya uang, tetapi harga diri. Bahkan dengan merengek-rengek, itu yang paling penting!” menadahkan tangan pengejut Bu Amat tertegun dan nam­ itu dapat duit jutaan. Lalu pak amat terkesan. Ia lupa mau mereka meniru. Akhirnya bu­ masuk kamar ganti pakaian. Ia kan jutaan yang didapat tapi merapikan sedikit kebaya dan celaan; pemalesan! Atau de­ rambutnya. raan dari petugas, ditangkap “Ya, sudah, Pak, kalau be­ dan dikembalikan ke daerah gitu, saya ikut menemani Bapak asalnya. Tapi pekerjaan asalnya mendengarkan pengalamannya. sudah dia tinggalkan. Akhirnya dia kembali ke Jakarta jadi Dipersilakan saja masuk.” Amat tersenyum. pengemis dan sekali lagi di­ “Tidak usah” tangkap. Pengejut lain. Mereka “Kok tidak usah?” pakai strategi. Ada targetnya. “Ia sudah masuk.’ Kalau target sudah terpenuhi, Bu Amat terkejut dan me­ dia tinggalkan dunia tanpa meriksa. harga diri itu, lalu jadi petani, “Mana?” ada yang jadi guru, ada juga “Tepat di depanmu.” yang jadi pengusaha. Dan salah

Gerakan Pramuka dan Kemajuan Iptek

Menurut Lord Baden-Powell (Bapak Pandu se-Dunia), ke­ pramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus dipelajari dengan tekun, bukan pula merupa­ kan kumpulan ajaran-ajaran dan naskah-naskah dari suatu buku. Kepramukaan adalah suatu per­ mainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, ketrampilan dan kesediaan untuk memberi pertolongan bagi yang membu­ tuhkannya. Sifat kepramukaan yaitu a) nasional artinya kepramukaan itu diselenggarakan di masingmasing negara disesuaikan dengan kebutuhan masingmasing negara tersebut, b) internasional artinya kepra­ mukaan harus dapat mengem­ bangan rasa persaudaraan dan persahabatan antar sesama anggota kepanduan (pramuka) dan sebagai sesama manusia, dan c) universal artinya ke­ pramukaan itu dapat berlaku untuk siapa saja serta dapat diselenggarakan dimana saja. Fungsi kepramukaan yaitu a) merupakan kegiatan yang menarik yang mengandung pendidikan, bagi anak-anak, remaja dan pemuda, b) meru­

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

pakan suatu pengabdian bagi para anggota dewasa yang merupakan tugas yang memer­ lukan keikhlasan, kerelaan dan pengabdian, dan c) merupakan alat bagi masyarakat, negara atau organisasi untuk meem­ nuhi kebutuhan masyarakat, alat bagi organisasi atau negara untuk mencapai tujuannya. Gerakan Pramuka adalah nama organisasi yang merupakan suatu wadah proses pendidikan kepramukaan yang ada di Indo­ nesia. Untuk mencapai tujuan gerakan pramuka para anggota gerakan pramuka harus mema­ tuhi kode kehormatan gerakan pramuka. Yang dimaksud dengan kode kehormatan adalah suatu norma atau nilai-nilai luhur dalam kehidupan para anggota gerakan pramuka yang merupakan ukuran atau standar tingkah laku seorang anggota gerakan pramuka. Seba­ gai contoh kode kehormatan di golongan penggalang terdiri dari janji (satya) berupa trisatya dan ketentuan moral (darma) berupa dasadarma. Dengan adanya kode kehor­ matan bagi Gerakan Pramuka, diharapkan pola tingkah laku atau tindakan para anggota Gerakan Pramuka akan menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan dan sasaran pendidikan Gerakan Pramuka seperti tercantum dalam Angga­ ran Dasar Gerakan Pramuka.

Dr. Ir. I Komang Agusjaya, M.Kes.

Di dalam Gerakan Pramuka terdapat golongan Siaga (S) usia 7-10 th, Penggalang (G) usia 1115 th, Penegak (T) usia 16-20 th dan Pandega (D) usia 21-25 th. Masing-masing golongan memiliki syarat kecakapan umum (SKU) dan syarat kecakapan khusus (SKK) yang berbeda. Kegiatan siaga adalah kegiatan yang menggembirakan, dinamis, kekeluargaan dan berkarakter. Kegiatan penggalang adalah keg­ iatan yang berkarakter, dinamis, progresif dan menantang. Kegia­ tan penegak dan pandega adalah kegiatan yang berkarakter, dina­ mis, progresif, menantang, ber­

manfaat bagi diri dan masyarakat lingkungannya. Seorang pembina pramuka di­ haruskan memiliki keterampilan, kemampuan, kreativitas, inovatif yang berbeda pula sesuai dengan golongan SGTD yang dibina. Latihan rutin anggota pramuka di gugus depan yang dikemas sedemikian rupa, untuk menarik minat anggota pramuka agar tetap berlatih secara rutin. Materi latihan dapat dikombi­ nasikan dengan kemajuan iptek misalnya anggota pramuka siaga dan penggalang dapat dikenalkan bagaimana cara menelusuri suatu informasi dengan internet. Se­ orang pramuka penegak dan pan­ dega yang ingin menekuni bidang SAKA, dapat dibina agar terampil menyusun suatu rencana, melak­ sanakan dan mengevaluasi. Salah satu contoh adalah Saka Bakti Husada yang menekuni bidang kesehatan, dapat membuat keg­ iatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Kegiatan PSN dapat dikoordinasikan dengan puskesmas dan Dinas Keseha­

tan kabupaten/kota. Keber­ langsungan program ini dapat diwujudkan dengan pembinaan secara rutin oleh pamong saka atau petugas kesehatan yang bertanggung jawab. Kegiatan ini dapat bermanfaat untuk pengembangan diri dan untuk masyarakat. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan perilaku dian­ taranya adalah penerapan menu seimbang pada anak sekolah dasar. Sosialisasi dan penyuluhan dapat diberikan secara rutin se­ hingga anak-anak sekolah dasar dapat memahami dan kemudian menerapkannya untuk mengon­ sumsi makanan dengan prinsip menu seimbang. Manfaat yang diperoleh pramuka penegak dan pandega adalah memahami materi menu seimbang dan pen­ galaman menyampaikan materi tersebut kepada anak-anak sekolah dasar. Dr. Ir. I Komang Agusjaya, M.Kes. Ketua SBH Poltekkes Denpasar Andalan Saka Kwacab Denpasar

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

Gerakan Pramuka harus Ada di Mana-mana

Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang Di sini senang di sana senang, di mana-mana hatiku senang Tralalalalalala lalalalalalala Tralalalalalala lalalalalalala.

I

tulah lagu pramuka yang sebagian besar orang tahu. Seperti lagunya, kegiatan pramuka sangat menyenangkan. Demikian dis­ ampaikan Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Gerakan Pramuka Bali, Dewa Made Indra. Lelaki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Penanggu­ langan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali ini menuturkan, sejak kecil ia sudah aktif menjadi anggota gerakan pramuka di SD Negeri 1 Pemaron Buleleng. Awalnya, ia mengatakan, tidak tahu apa tujuan ikut gerakan pramuka. Namanya waktu kecil tidak tahu, ya saya ikut teman saja gerakan pramuka, pokoknya bisa bersama temanteman bergembira,” kata Dewa Made Indra. Ia menuturkan, kegiatan yang paling ia sukai adalah berkemah. “Saat berkemah, kami bisa ber­ main sembari berekreasi. Tak ada

susah pokoknya senang terus. Walaupun kadang ada yang kena hukuman, paling hukumannya di­ suruh nyanyi, jadi tak ada beban,” imbuhnya. Saat kemah harus mandiri, memanfaatkan segala sesuatu yang ada dan tidak boleh hidup ketergantungan seperti di rumah. Harus bisa hidup apa adanya tanpa bantuan teknologi. Tidak ada laptop, tidak ada ponsel, tak ada lampu. “Kita harus bisa ma­ sak sendiri untuk makan, mencuci piring dan baju sendiri. Pada saat kemah, kita tidak hanya sendirian. Dalam satu tenda diisi banyak orang. Kita tentunya harus saling membantu untuk bertahan hidup saat kemah. Misalnya seperti dari awal kemah, kita memasang tenda bersama. Kita juga harus berbagi tempat tidur bersama. Kita juga harus saling membantu misalnya dalam mencuci piring. Atau bah­ kan misalnya ada teman kita yang

sakit, kita harus merawatnya,” keadaan genting. Sebelum melaku­ kenangnya. kan kegiatan, kita diharuskan Dengan hidup bersama-sama berdoa, jadi selalu ingat kepada dalam satu tenda, kita tidak bisa Tuhan. egois. Kita harus menghormati dan Ia mengatakan, kegiatan ber­ hidup bersama-sama dengan baik. sama teman merupakan kegia­ Harus berbagi dan menolong satu tan yang mengasyikkan. sama lain. Dalam pramuka, kita Walaupun tak dapat is­ hidup mandiri. Kita akan ditun­ tirahat karena biasan­ tut untuk dapat menghargai ya kegiatan pramuka alam. Dalam Pramuka, kita dilaksanakan di hari lebih sering melakukannya Minggu, ia mengaku, di luar lapangan. Kita juga senang saja. dituntut untuk menjaga alam Ternyata, setelah sehingga menumbuhkan rasa dewasa ia baru menya­ cinta kepada alam. Kita dari, kalau pramuka belajar begitu ban­ ternyata melatih yak sandi. Kita kemandirian, juga belajar disiplin, kode-kode tanggung­ lain dalam jawab, cinta pramuka, lingkungan, serta kita kepribadi­ juga akan an, karak­ diajari ber­ ter, men­ bagai sim­ tal, etika. pul. Hal itu Gerakan ditujukan pramu­ untuk kita ka juga bertahan memberi hidup manfaat dalam agar kita Dewa Made Indra

Bentuk Karakter dengan Pramuka Organisasi kepramukaan men­ jadi salah satu kegiatan dalam bidang pendidikan yang memiliki peran untuk membina kaum muda dalam mencapai potensi spiritual, sosial, intelektual sehingga mereka bisa membentuk kepribadian dan akhlak mulai. Menurut Made Adi Nugraha Tristaningrat, S.Pd., untuk dapat menjadi anggota pramuka harus mampu menganut prinsip-prinsip kepramukaan. Jika hal tersebut sudah dimiliki maka orang tersebut berhak dilantik sebagai anggota pramuka. Adi sapaan akrabnya, menambahkan Pramuka lebih baik dimulai dari sejak SD dalam artian secara konten kepramukaan dapat diterima secara penuh dan lengkap. Tapi tidak menutup kemungkinan seseorang yang ikut menjadi ang­ gota pramuka ketika SMA atau perguruan tinggi. “Yang jelas prinsip sukarela harus tetap ditegakkan apabila seseorang ingin bergabung menjadi anggota pramuka sehingga nantinya dia dapat dilantik seba­ gai anggota pramuka,” jelas pria yang saat ini sedang melanjutkan studi S2 di Pascasarjana Undiksha tersebut. Adi yang pernah menjabat se­ bagai Ketua UKM Pramuka Racana Jelantik-Jempiring Undiksha masa bakti 2013-2014 ini mengungkap­ kan pramuka sangat berpengaruh dalam membentuk karakter ang­ gotanya. Dalam kepramukaan terdapat kode kehormatan yang sangat dijunjung tinggi oleh setiap anggota pramuka yaitu Satya dan

Made Adi Nugraha Tristaningrat, S.Pd

Darma. Dari kode kehormatan yang dijunjung tinggi inilah dapat dikatakan secara tersirat dengan adanya pramuka di satuan pendidi­ kan dan keberadaanya tidak hanya sebatas papan nomor gudep, tetapi di dalamnya terdapat kegiatan rutin yang berkesinambungan. “Disadari atau tidak dan secara langsung atau tidak langsung penanaman pendidi­ kan karakter memang diterapkan dalam setiap kegiatan pramuka,” imbuh Dosen Tidak Tetap di STAH Negeri Mpu Kuturan tersebut. Selain itu, dalam setiap kegiatan disesuaikan dengan golongan pra­ muka baik golongan siaga, penegak maupun pandega sehingga mampu diterapkan dengan baik oleh mas­ ing-masing anggota dalam masing-

masing golongan. Pria yang pernah menjadi peserta The 5th Senior Rover Scout Creativity Se-Indonesia Tahun 2013 Universitas Negeri Semarang ini juga mengatakan dalam kegiatan pramuka dapat menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme. Dalam kepramukaan, salah satunya bentuk kegiatannya berupa pem­ berian materi berkaitan dengan re­ fleksi sejarah dengan tujuan mampu menggambarkan perjuangan bangsa indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan terdahulu sehingga dapat menggugah jiwa nasionalisme dan patriotisme anggota pramuka. Menjadi seorang anggota go­ longan pandega tentu membuatnya banyak mendapat pengalaman yang manis dan pahit untuk diin­ gat. Menurutnya suka duka yang dirasakan menjadi seorang anggota pramuka golongan siaga, pengga­ lang, penegak, dan pandega cukup berbeda mengingat jenis kegia­ tannya pun berbeda. Tapi secara umum, kegiatan berupa perkema­ han adalah kegiatan yang dirasakan oleh semua golongan. “Suka yang dirasakan ketika perkemahan sudah pasti banyak teman baru, materi baru, hingga dirangkumkan seba­ gai pengalaman yang baru, namun dalam perkemahan kita sering kenal dengan istilah apabila ada pertemuan pasti ada perpisahan. Inilah yang dinamakan duka bagi setiap anggota pramuka ketika harus berpisah dengan suasana perkemahan, teman-teman baru, serta semua warga perkemahan,” tandasnya.

APLIKASIKAN TEORI Sementara itu, Komang Trisna Mahartini, M.Pd., mengatakan bahwa pendidikan pramuka meru­ pakan tuntutan dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Akan tetapi ses­ eorang dikatakan resmi menjadi anggota pramuka baik golongan siaga, penggalang, penegak, dan pandega adalah melalui serangka­ ian ujian dan dilanjutkan dengan pelantikan. Menurutnya, jenis kegiatan kepramukaan disesuaikan den­ gan karakteristik setiap golongan. Karakteristik kegiatan pramuka Siaga identik dengan kegiatan ri­ ang gembira, seperti permainan, bernyanyi, perkemahan sehari, dan beberapa perlombaan sederhana. Kegiatan pramuka penggalang lebih menekankan pada praktek kepra­ mukaan, seperti latihan tali temali, morse, smapore, baris-berbaris, perkemahan sabtu minggu, dan berbagai perlombaan yang terkait dengan praktek kepramukaan. Sedangkan kegiatan pada golongan penegak atau pandega, sudah mulai mengarah pada perencanaan kegia­ tan perlombaan. “Sebenarnya, pengenalan ke­ pramukaan bisa dimulai sejak taman kanak-kanak (pra-siaga) melalui ajang perlombaan pramuka seperti mewarnai dan menggambar yang bertemakan kepramukaan,” ungkap perempuan kelahiran Padangbulia, 11 Maret 1993. Perempuan yang pernah men­ jadi peserta Kemah Kebangsaan Pramuka Pandega Tingkat Na­ sional Tahun 2012 Universitas Negeri Surabaya mengatakan kepramukaan bukanlah ilmu yang harus dipelajari secara tekun, melainkan suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka. Mengingat banyaknya permainan dan kegiatan kepramukaan, maka

23

sadar hukum, berjiwa nasionalisme dan patriotisme. Sejak ketua Kwarda Gerakan Pramuka Bali sebelumya Ketut Wija meninggal, organisasi pramu­ ka harus terus berjalan, sehingga diselenggarakan musda luar biasa yang memilih Dewa Made Indra untuk memegang posisi ketua Kwarda Bali Periode 2017-2019. Dewa Made Indra mengatakan, merasa sangat bersyukur diberi kepercayaan dan juga bisa ngayah dalam organisasi pramuka. Setelah mengikuti pramuka sejak kecil hingga dewasa, ia merasakan banyak sekali manfaatnya. Ia belajar berorganisasi dan menjadi pribadi yang mandiri dan bertanggungjawab. Ia berharap, anak-anak muda harus belajar membentuk karakter dan mental dengan gerakan pramuka. Pendidikan formal hanya memberi­ kan manfaat kecerdasan intelektual, sementara, untuk pembentukan karakter dan mental, gerakan pra­ muka sangat bagus dan cocok. “Jangan berpikir gerakan pramuka hanya ada di sekolah. Gerakan pra­ muka ada di mana-mana. Saka ada di perbankan, perusahaan swasta, komunitas, dll. Tantangan gerakan pramuka adalah banyak yang tidak tahu kalau pramuka ada di manamana. Mereka hanya berpikir pra­ muka ada di sekolah. Rencana ke depan, kami akan terus menyosial­ isasikan pramuka ini dengan bentuk web sehingga masyarakat luas bisa mengakses dan banyak yang tertarik untuk ikut bergabung,” kata Dewa Made Indra. (Wirati Astiti) kegiatan kepramukaan meneka­ nkan pada praktek. Namun, teori kepramukaan tetap diperhatikan dan diaplikasikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan segala kegiatan kepramukaan. Trisna menambahkan dalam kegiatan kepramukaan, lebih ban­ yak hal yang menyenangkan dari­ pada hal yang tidak menyenangkan. Hal yang paling menyenangkan dalam kegiatan kepramukaan ada­ lah kegiatan yang dilaksanakan di alam bebas. Disamping itu, mem­ peroleh teman baru, pengalaman baru, serta penyaluran hobi juga merupakan hal yang menyenang­ kan. Namun, di sisi lain hal duka yang dirasakan adalah ketika harus berpisah dengan teman-teman dalam suatu kegiatan. “Mendap­ atkan hadiah (maksudnya adalah hukuman karena dalam pramuka tidak ada istilah hukuman), dijahili teman, dan rasa lelah usai mengikuti kegiatan juga menjadi duka dalam mengikuti kegiatan kepramukaan,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Komang Trisna Mahartini, M.Pd.


24

Edisi 965/ 14 - 20 agustus 2017

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.