Tokoh Edisi 961 | Tokoh

Page 1

24

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Memiliki hobi jalan-jalan tentu membuat seseorang ingin menemukan tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi. Meskipun tidak banyak pengetahuan mengenai tempat tujuan, tetapi rasa penasaran dan keingintahuan akan membawa seseorang untuk menemukan tujuan tersebut.

H

al ini juga yang dialami oleh Desi Nurani, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Undiksha Singaraja. Ia sering memaksakan diri dan ingin mencoba mencapai tempat tujuan meskipun tidak banyak tahu mengenai tempat tersebut. Meskipun tahu kemungkinan terbesar akan menimbulkan ketersesatan di perjalanan namun dirinya tetap yakin bahwa jalan yang membuatnya tersesat akan menunjukkan dirinya pada tujuan yang lainnya. ?Kalau pepatah bilang banyak jalan menuju Roma, jalan itu pasti akan mengarah kepada tujuan yang lain,? ungkapnya. Meskipun tahu kemungkinan terbesar akan tersesat, namun perempuan yang akrab disapa Desi ini lebih suka menghabiskan waktu jalanjalannya sendiri. Dengan pergi sendiri dirinya merasa lebih puas untuk menikmati tempat sebagai tujuannya. ?Ya lebih senang sendiri, saya tidak ada beban memikirkan perasaan teman, apakah teman suka tempat ini atau tidak,? sambungnya.

Sudut Pandang

Tetap Tenang saat Tersesat Pergi sendiri bukan berarti dirinya nekat, namun ia telah mencari tahu informasi singkat menganai tempat tujuan. Minimal ia mengantongi alamat yang pasti sebab itu merupakan pedoman ampuh untuk sampai kepada tujuan. ?Dengan alamat tujuan kita bisa melakukan banyak hal. Yang paling simple kita bisa tanya pada seseorang dalam perjalanan, atau yang tercanggih pakai Google Map,? ungkap perempuan kelahiran 31 Desember 1995 tersebut. Pelatih teater di SMKN 1 Singaraja ini mengatakan sekarang untuk mengetahui keberadaan suatu tempat sangatlah mudah. Jika dirinya ingin pergi ke tempat yang sedang hits, maka informasi bisa didapatkan melalui media sosial ataupu teman-teman yang sudah mengunjungi tempat tersebut. ?Semua orang suka foto. Sekarang gampang banget kalau mau tahu tujuan travelling,? imbuhnya. Tersesat di jalan tentu akan membuat siapa saja panik, untuk mencari jalan keluar tetaplah tenang. Dirinya mengatakan akan berhenti terlebih dahulu dan membayangkan kemungkin yang terjadi dari setiap jalan keluar yang ia ambil. Tersesat ketika ingin mencapai tempat tujuan menurutnya adalah hal yang wajar. Bahkhan Desi

Tersesat karena Narkoba, Nyawa Taruhannya Tersesat jalan masih lebih menggantikan Ken Ken. Tak baik, apalagi kalau tersesat di perlu heran kalau nantinya tempat ramai, pasti banyak film ini bakal rasa ‘Hollywood’ yang membantu. Malah tak karena Fox International Projarang gara-gara tersesat duction-divisi 20th Century Fox, banyak pengalaman mebakal terlibat dalam proyek narik di dapat. Tapi kalau besar ini. Rencananya produkjalan hidup tersesat, apalagi si film akan dimulai Agustus gara-gara narkoba, bukan bulan depan dan akan launch hanya nyawa taruhannya pada 2018 mendatang. Ken tapi semua yang dimiliki bisa Ken yang memang memiliki ludes. Banyak yang sudah keahlian bela diri silat menmengalaminya, salah satunya gaku siap jika nantinya dilibatadalah Herning Sukendro kan dalam film itu meski tidak atau biasa disapa Ken Ken. lagi mendapat peran penting. Generasi 1990-an mengeSelain Ken Ken masih bannal Ken Ken karena dialah yak lagi artis yang tersesat dan bintang serial televisi paling terpuruk hidupnya gara-gara ngetop pada masa itu ‘Wiro narkoba. Ada yang berhasil Sableng, Pendekar 212’. bangkit dan bahkan berjaya Bimbim Berkat serial ‘Wiro Sabkembali di dunia entertainment. leng’ ditambah sejumlah film laga Ken Ken menDi antaranya adalah Bimbim, drummer grup band jadi aktor sukses dan hidup bergelimah keme‘Slank’. Lelaki yang punya nama lengkap Bimo Sewahan. Memiliki rumah mewah, mobil mewah, tiawan Almachzumi ini mengaku masih ingat jelas sejumlah bisnis, serta karier yang bersinar di dunia bagaimana sengsaranya hidupnya ketika terjebak entertainment ternyata tidak membuat hidupnya menjadi pecandu narkoba. Untungnya pada masamenjadi lebih baik. Sebaliknya justru ia tersesat masa itu, ibunya yang terkenal dengan panggilan ke dalam lembah kelam. Narkobalah yang telah Bunda Iffet, selalu mendampingi. membawanya menuju kehancuran. Akhirnya “Dari dulu ingin berhenti tapi susah sekali. Sekali segala jerih payahnya ludes tak berbekas. kita terjatuh ke narkoba, tidak mudah untuk keluar. “Semua habis, saya tidak punya apa-apa lagi. Tidak benar itu mitos berhenti perlahan-lahan, Bahkan untuk naik bus dan makan bakso saya kurangi dosis sedikit-sedikit bakal bisa sembuh. harus pinjam sana-sini karena memang sudah Tidak akan dan itu tidak mungkin berhenti. Gua tidak ada uang sepeser pun. Padahal dulu ketika udah ngalamin, sama teman-teman berusaha masih berjaya uang itu tidak ada artinya. Saya kurangi dosis, sampai lima tahun ternyata tidak gunakan uang suka-suka saya, mau beli apa saja juga berhenti. Kita tetap pakai. Jadi kalau mau bisa, rumah, mobil, apa saja bisa dibeli termasuk berhenti harus langsung, tidak pakai sama sekali. narkoba,” tutur Ken Ken mengenang masa Harus revolusi bareng-bareng, berubah dengan lalunya. cepat. Bukan cuma niat tapi benar-benar berjuang Awalnya, kata pria kelahiran Madiun ini, keras. Itu yang gua dan teman-teman di Slank dia hanya coba-coba namun akhirnya ia benarlakukan sampai kami berhasil sembuh,” ungkap benar kecanduan. Hidupnya makin tersesat dan Bimbim yang bersama teman-temannya di ‘Slank’ semuanya pun menjauh. Job-job film maupun didaulat Badan Narkotika Nasional menjadi Duta bisnis ikut surut dan hidupnya pada akhirnya Anti Narkoba. benar-benar terpuruk. Apalagi kemudian dia Awalnya, tutur Bimbim yang kini memiliki Panti harus meringkuk di balik jeruji besi lantaran Rehabilitasi Pecandu Narkoba, memakai narkoba narkoba. hanyalah coba-coba. Rasa penasaran ingin tahu ‘Nasi sudah menjadi bubur’. Ken-ken yang bagaimana rasanya barang haram itu membuatnya kini jadi petani sayur-mayur di daerah Caringin, menerima begitu saja tawaran seorang teman unBogor, hanya bisa mengungkapkan betapa metuk mencicipi. “Awalnya dikasih gratis, tinggal pake. nyesalnya dia. “Saya menyesal, menyesal luar Dua-tiga kali pake gratis, lama-lama kita harus beli biasa. Karena saya sudah merugikan diri sendiri sendiri. Uang kita akhirnya terkuras semua untuk dan banyak orang. Hidup saya terpuruk. Tapi beli narkoba,” kata Bimbim yang sudah 17 tahun sekarang saya bangkit lagi, jadi petani di desa ini lepas dari benda haram itu. (Caringin). Saya pikir apa sih yang saya cari lagi. Dia merasa beruntung, ketika hidupnya Dulu, saya pernah kaya kemudian jatuh miskin,” tersesat, ada ibu, istri dan orang-orang terdekat ungkapnya. membantunya. “Peranan orang-orang dekat, “Saya tidak menemukan apa-apa di sana seperti orangtua, istri, dan lainnya, sangat pent(narkoba). Itu hanya khayalan saja. Kini saya banging bagi kesembuhan pecandu narkoba. Jadi dia kit dan memilih menjadi petani, hidup sekarang (pecandu) jangan dibiarkan berjuang sendirian. terasa lebih enak. Bertani adalah terapi,” tutur Harus didampingi. Itulah yang gua alami bagaimana Ken Ken yang namanya kembali jadi perbincangan keluarga begitu mendampingi, sabar dan telaten lantaran karakter Wiro Sableng yang diperankanmengurus sampai akhirnya benar-benar lepas,” nya itu bakal diangkat ke layar lebar. katanya. (Diana Runtu) Vino G Bastian akan menjadi Wiro Sableng

mengaku pengalaman tersUntuk menghindari ketersesaesat membuatnya banyak tan di jalan, dirinya selalu memperbelajar sesuatu. Pertama kita siapkan beberapa hal di antaranya, akan tahu jalan lain, kedua informasi mengenai tempat yang kita bisa belajar kerendahan akan dituju, mengajak teman atau diri dengan menurunkan ego rekan-rekan dalam berpergian, untuk belajar bertanya, kememanfaatkan aplikasi Google tiga kita diajarkan berpikir Map untuk mempermudah arah tumencari solusi permasalajuan, selalu bertanya kepada warga han, keempat, kita akan setempat, dan terakhir pergunakan menemukan teman-teman sim card yang signyal dapat dijangbaru dari perkenalan kita kau hingga ke perdesaan. ketika tersesat, kelima Perempuan yang baru merilis kita belajar menyelesaisingle dengan menggaet Forcep, kan masalah, dan belajar band indie Singaraja ini mengaku memilih keputusan terbaik. akan mencari tahu informasi dari ?Tersesat itu tidak perlu teman-teman yang lebih dulu dihindari. Pengalaman tersdatang ke tempat tersebut. ?Biesat akan membuat kita asanya kalau ada tempat wisata banyak belajar sesuatu, dan baru, orang-orang akan update terpenting tidak ada yang foto mereka di media sosial, kalau lebih kaya dari pengalasaya berminat langsung akan saya man,? tuturnya. tanyakan informasi yang dibutuhDesi Nurani Perempuan yang aktif dalam kan,? ujarnya. teater ini mengaku tersesat yang paling fatal perHobi travellingnya membuat perempuan yang nah dilakukan adalah tersesat dalam keputusan. akrab disapa Trisna ini senang pergi ke tempat?Tersesat dengan keputusan tidak saja bikin tak tempat baru dan bernuansa alam. Perempuan punya jawaban, tapi meninggalkan penyesalan yang sedang menempuh S1 jurusan Penerangan mendalam. Dalam hal ini biasanya teman cerita Agama Hindu ini mengaku lebih suka jalan-jalan yang banyak penting. Dari sekian nasihat saya bersama rekan-rekannya. Hal ini akan membuatakan mengambil keputusan terbaik,? tandasnya. nya lebih aman dan tenang jika dalam perjalanan dirinya tersesat. ?Kalau sendiri pasti tidak akan BINGUNG KARENA seru, kalau rame-rame kita bisa ketawa barengPERSIMPANGAN JALAN bareng,? ungkap perempuan kelahiran 3 Maret Sementara itu, Komang Trisna Dewi mengata1996 tersebut. kan hal yang paling sering membuatnya tersesat Ketika memasuki wilayah perdesaan dan terdalam perjalanan adalah persimpangan jalan. pencil, maka dapat dipastikan jaringan internet Minimnya petunjuk arah akan membingungkanakan terputus. Kecanggihan gadget melalui apnya dalam menentukan arah tujuannya. Maka likasi google map tentu tidak akan dapat digunadari itu, jika keinginannya sangat besar datang ke kan. Dengan kondisi tersebut, bertanya kepada suatu tempat, meskipun kurang tahu informasi warga sekitar adalah cara satu-satunya. ?Kalau dirinya akan tetap melanjutkan perjalanan. Tetapi memang signyal dan warga yang akan ditanya jika niatnya kecil, dirinya akan berusaha mengutidak ada, maka kami akan lebih menggunakan rungkan niat. insting,? ungkapnya. (Wiwin Meliana)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Ekspresso

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

GORO-GORO RADIKALISME 2

Di TV a d a i n f o r­ masi tentang radikalisme. Seorang pa­ kar menjelaskan Putu Wijaya ada survei yang menunjukkan radikalisme yang ingin mengganti dasar negara Pancasila meskipun jumlahnya sangat kecil dibandingkan 80 pers­ en rakyat Indonesia yang tetap mendukkung Pancasila. Tetapi perkembangannya dalam waktu pendek pesat hingga memerlukan penanganan segera. Pakar lain cenderung mem­ bantah, beliau menyatakan: bah­ wa yang menolak dasar negara Pancasila di awal kemerdekaan 4 berbanding 5, sampai Bung Karno

menyelesaikannya dengan Dekrit. Jadi 80 persen hasil survei berarti kemajuan pesat. Amat kontan mematikan TV. “Mengapa dimatikan?” tanya Amat sendiri, ketika istrinya tak bertanya. Ketika Bu Amat tak men­ jawb, Amat kembali menjawab sendiri. “Ya,, karena aku lihat, sudah ada sandiwara. Sandiwara apa? Ya, sandiwara terhadap dasar negara kita Pancasila. Sandiwara bagaimana? Ya, sandiwara dari pakar. Bagaimana tidak. Coba renungkan saja. Pakar pertama dengan menunjukkan hasil sur­ vei mengajak kita yang mendu­ kung Pancasila waspada terhadap radikalisme karena perkemban­ gannya meskipun sekarang jum­

lahnya masih kecil, tapi terhitung cepat. Nah kenapa pakar kedua mengatakan dukungan terhadap Pancasila berkembang pesat? Seakan-akan ia menyatakan ke­ waspadaan terhadap radikalisme itu tidak perlu. Itu kan sikap berbahaya? Sikap itulah yang jus­ tru ingin dibina oleh radikalisme agar kita terus lengah sehingga perkembangannya tambah pesat lagi! Bahaya sekali, kan?” Amat berhenti di situ, seperti menunggu reaksi. “Atau aku yang sebenarnya over-acting?” lanjut Amat karena belum ada tanggpan, “Ini sama sekali bukan over-acting. Ini ke­ cemasanku, kecemasan seorang rakyat kecil yang cinta NKRI yang mendukung Pacasila sebagai dasar negara yang menjamin Bhinneka

Tunggal Ika dalam masyarakat kita yang majemuk, sehingga kita dianggap oleh dunia sebagai con­ toh hidup damai dalam perbedaan itu bukan hanya pepesan kosong tapi nyata ada. Jelek-jelek begini, kita Indonesia negeri ajaib, Bu! Damai dalam perbedaan yang di mana-mana sulit bahkan seperti tidak mungkin terjadi, di negeri kita ini sesuatu yang sudah kita lakoni, sejak zaman baheula, Bu. Hebat kan?” Masih belum juga ada tang­ gapan. Amat jadi kesal. Akhirnya dia buka kartu. “Jadi begini. Bahwa dukungan terhadap dasar negara Pancasila yang dulu hanya 5 berbanding 4, yang berarti hanya menang tipis, kini sudah jadi 80 persen, alias menang telak, memang kemajuan pesat. Sama dengan populasi kita yang waktu baru merdeka hanya 70 juta kini sudah melonjak jadi 250 juta. Dari angkanya memang seperti melompat tapi jangan lupa itu perlu 72 tahun. Tapi perkem­

bangan radikalisme meskipun kecil namun dalam waktu pendek sudah seperti sekarang itu sudah sangat mengkhawatirkan. Ke­ napa? Karena tolok ukur untuk ancaman harus dilipatkan 100 kali kalau mau memberantasnya. Umpama sakit, kalau sudah mulai ada tanda-tanda kita akan sakit, harus langsung terapi alias obati. Pasti akan cepat bablas angine. Tapi sebaliknya, kalau penyakit kita diamkan saja, anggap enteng bahkan dimanjakan, pasti bisa good bye. Ya, nggak? Terus terang aku kecewa, karena pakar yang ngomong itu juga idolaku. Kenapa idolaku yang seharusnya justru pantas menasehatiku supaya waspada pada radikalisme yang mengancam NKRI, kok malah seperti mau mengalihkan perso­ alan seakan-akan menasehati kita bahwa radikalisme itu tak perlu diganggu?” Amat menunggu. Tapi istrinya tetap membisu. Amat terpaksa menyerah. Lalu menghidupkan kembali TV. Sambil terus ngeloyor keluar rumah duduk di teras. Terdengar ketawa Bu Amat yang sedang nonton sinetron kesayangannya.

“TERSESAT” DALAM KATA SAYANG

Kekuatan Keluarga yang Dapat Melemahkan

“Adik mau apa? Sini Ibu dan Ayah yang pilih dan belikan”. “Kakak mau sekolah dimana? Gampang, nanti Ayah hubungi teman yang di sana”. “Jangan kuliah di sana, mau jadi apa nanti?. Kuliah di jurusan ini saja, kamu pasti jadi orang yang sukses”. “Gurunya galak ya Nak?, nanti Mama ke sekolah, kita sudah bayar mahal”. Ilustrasi tersebut masih sering kita mendengar dalam keluarga bukan? Saat orangtua melakukan­ nya sebagai bentuk “Saya tidak mau jika anak saya mengalami masamasa sulit seperti saya”. Sebagian orangtua menjadi sangat khawatir terhadap kehidupan sang anak sehingga berusaha keras untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Tidak jarang orangtua mengambil keputusan melalui “jalan pintas” yang dirasakan sebagai bentuk kasih sayang yang sangat besar pada anak. Lalu apa makna sayang Anda kepada anak?. Sayang merupakan salah satu bagian dari cinta yang terwujudkan dalam perasaan dan perilaku. Setiap orangtua tentunya memiliki peras­ aan ini terhadap anaknya. Sebe­ narnya tidak ada yang salah dengan kasih sayang yang melimpah. Hanya saja, “tersesat” dalam kata sayang, membuat apa yang seharusnya kuat menjadi lemah. Sayang bukan berarti terlalu permisif. Orangtua yang per­ misif, cenderung meng’iya’kan segala keinginan anak. Pola asuh ini digambarkan dengan orangtua yang hangat dan cenderung se­ lalu melindungi anak dari kondisi tidak menyenangkan. Misalnya se­ lalu membuatkan pekerjaan rumah

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

anak karena kasihan melihat anak mengeluh, membelikan anak mainan setiap kali anak sedih, memenuhi permintaan anak secara berlebi­ han, dan bahkan mencarikan jalan pintas lain agar anak segera sampai pada tujuannya. Hal ini menjadikan, kontrol orangtua terhadap perilaku anak juga menjadi lemah. Apakah bentuk sayang tersebut yang membuat anak bahagia?. Pola asuh ini akan membuat anak selalu nyaman dengan adanya bantuan yang kurang mengasah kemam­ puan anak dalam menyelesaikan masalahnya. Tidak heran, jika anak akan menjadi sering mengeluh dan ingin dibantu setiap kali menghadapi tantangan dari lingkungan. Pene­ litian menunjukkan jika pola asuh permisif memiliki hubungan yang kuat dengan penyimpangan perilaku seperti mencontek di lingkungan akademis. Sayang juga bukan selalu otoriter yang membatasi lingkup berpenda­ pat anak. Pola asuh ini digambarkan dengan pola komunikasi satu arah dari orangtua ke anak. Biasanya dari sudut pandang orangtua, penda­ patnya adalah yang terbaik bagi anaknya. Terbayangkah jika sedari keluarga anak tidak mendapatkan ruang untuk menentukan pilihan­ nya?. Ya, pada awalnya orangtua

akan merasa lebih nyaman, karena anak cenderung menurut. Orang­ tua tidak akan disuguhkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari anak dan menjadi pemenang dalam perdebatan. Anak-anak yang se­ lalu dalam pola asuh ini cenderung menjadi anak yang peragu, harga diri rendah, kadang menjadi anak-anak penurut dalam keluarga namum pemberontak di luar. Ketika bentuk sayang seperti hal di atas mendominasi dalam ling­ kungan keluarga, secara tidak sadar hal tersebut akan menjadikan anak tidak siap dengan dunianya. Anak cenderung memiliki karakter yang lemah, tidak tangguh. Salah satu contoh adalah anak menjadi kurang menghargai proses. Saat anak terbi­ asa dengan ‘cara cepat’ di keluarga, anak juga akan bergegas mencari jalan pintas atas setiap tantangan yang dihadapi. Ada kecenderungan anak akan memiliki pandangan jika setiap dirinya mengalami kesulitan akan datang bantuan dari orangtu­ anya yang pasti dapat menyediakan solusi terbaik. Menjadikan sayang sebagai pen­ guatan keluarga dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak sep­ enuhnya menjadi tanggung jawab guru. Karena segala sesuatunya dimulai dari keluarga, cobalah untuk

Made Padma Dewi Bajirani

menyeseuaikan makna ‘sayang’ pada anak sesuai dengan fase tumbuh kembangnya. Kenali lagi, apakah bentuk sayang seperti itu merupa­ kan kebutuhan anak? Atau sebe­ narnya kebutuhan orangtua? Mari melatih anak mengambil keputusan dengan mendiskusikan

dan menghargai keputusan anak. Kuat dan yakinkan bahwa anak mampu mengambil keputusannya sendiri. Meskipun demikian, dalam penguatan keluarga orangtua tetap memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai- nilai positif pada anak. Termasuk di dalamnya moral dan agama. Sehingga di lingkungan manapun anak tetap memiliki kon­ trol diri saat menghadapi situasi dan memintanya untuk mengambil keputusan. Menyayangi sangatlah luar biasa, namun sayangilah anak den­ gan mendidiknya. Berat memang, karena Anda pasti menginginkan sesuatu yang terbaik baginya. Anda tidak ingin melihatnya kesulitan menghadapi masa depannya. Na­ mun, pahami pula bahwa anak juga memiliki kesempatan untuk belajar dari setiap tantangan yang ia hada­ pi. Percayalah anak akan mencari cara untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Made Padma Dewi Bajirani (Mahasiswi Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis, Universitas Gadjah Mada)

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Dapat Pengalaman karena

Tersesat

Dalam satu perjalanan, pasti pernah saja kita tersesat. Dua orang ini berbagi tips saat mengalami kejadian itu. Ayu Marbun, Marcom Bali Safari & Marine Park, menuturkan, ia pernah tersesat saat menyelusuri wilayah Nusa Penida. Saat itu, ia berbekal Google Map untuk mencari lokasi. Namun, kadang, sinyal agak sulit sehingga ia harus bertanya kepada penduduk setempat.

I

a juga kebingungan men­ cari penjual makanan khas Nusa Penida, ledok. Bagi­ nya, ketika travelling ke satu daerah akan lebih menyenang­ kan bila dapat menikmati makanan khas daerah setempat. “Mencicipi makanan tradisional daerah yang kita kunjungi adalah wajib saat travelling,” kata Ayu.

Saat tersesat, yang ada dalam benaknya hanya bertanya kepada penduduk setempat. “Saat kita tersesat bertanya kepada penduduk setempat merupakan cara yang pa­ ling aman dan tepat. Kalau tersesat di Bali masih berani karena bisa bertanya dan orang Bali masih bisa dipercaya,” kata Ayu. Malah, kata dia, tersesat mem­

Jangan Malu Bertanya Sepertinya sebagian besar dari kita pernah mengalami situasi ini. Tersesat dan bingung, karena tidak tahui arah jalan atau alamat lokasi tempat yang menjadi tujuan. Jika hal ini terjadi, apa yang biasanya dilakukan? Mencari orang untuk bertanya, atau terus mencoba berjalan lagi sampai ketemu? Menurut Ogek Putry, mahasiswi S2 Komunikasi Universitas Airlangga ini, untuk saat ini mungkin lebih banyak yang bakal menjawab no problem. Ini kan zamannya smartphone, android yang punya aplikasi lalu lintas berbasis navigasi, seperti Waze, Google Maps dan lainnya. Siapapun bisa menggu­ nakan aplikasi canggih tersebut untuk mendapatkan lokasi atau alamat yang awalnya belum di kenal. Ogek Putry Namun, untuk beberapa kasus aplikasi keren tersebut bisa menjadi kurang tepat. Khususnya untuk lokasi atau tempat-tempat yang ada di desa yang sedang berkembang. Bisa saja tempat yang kita bakal tuju tersebut sudah pindah karena ada perluasan wilayah atau ada perubahan arus lalu lintas, sehingga aplikasi bisa saja menunjukkan alamat sebelumnya dan bukan yang terbaru. Agar tidak tersesat maka kita tidak perlu malu untuk bertanya. “Belum selesai sampai di sini. Supaya saat bertanya kita memperoleh jawaban se­ suai harapan, jangan pernah mengabaikan yang namanya etika atau sopan santun ,” tegasnya. Ogek Putry mengatakan bagi mereka yang menggunakan kendaraan apa saja pada saat kebingungan karena tersesat, carilah orang di sekitar wilayah tersebut untuk menanyakan alamat yang akan dituju. Untuk ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipahami agar tetap berada di rel yang santun dan beretika. Jika kita mengendarai sepeda motor, langkah awal adalah segera mematikan mesin kendaraan. Kemudian , membuka helm dan turun dari motor, setelah itu barulah mendekati orang yang akan kita tanya. Begitu juga ketika kita mengendarai mobil. Lakukan tindakan yang sama, matikan mesin mobil, turun dan mendekat. Adalah kurang sopan jika hanya menu­ runkan kaca pintu mobil dan berteriak dari dalam. “Etikanya akan menjadi lebih baik kalau dilengkapi dengan tersenyum, ” katanya. Kalau pun kebetulan kita tengah ke wilayah yang masih sangat asing, hingga tidak paham dengan arah mata angin, sebaiknya saat bertanya kita jangan sungkan untuk meminta diberikan patokan, apakah itu toko, sekolah atau apa bangunan lainnya yang bisa membantu menjadi petunjuk untuk meneruskan langkah. termasuk mempermudah arah berbelok. “Jika kejadian tersesat ini masih berada di wilayah kita di Bali, tidak ada salahnya juga, saat bertanya selain dengan kalimat yang sopan juga akan lebih baik menggunakan bahasa daerah kita,” ucap Ogek Putry. Jika kita berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat, akan membantu komu­ nikasi lebih lancar, lebih diterima dan lebih mudah memperoleh informasi yang kita perlukan. “Kita harus ingat salah satu kebutuhan dasar manusia adalah ingin dihargai. Selain sebagai wujud penghargaan kita kepada mereka, juga demi memperoleh informasi bukan hanya detail, tapi juga tepat, dan benar. Terakhir, sebelum berpamitan setelah kita mendapatkan informasi jangan lupa mengucapkan terima kasih. Kata ini memiliki power luar biasa, apalagi jika kita ucapkan dengan pancaran wajah yang tulus, pastilah orang yang sudah membantu kita memberikan informasi akan merasa dihargai,” ujar Ogek. (Sri Ardhini)

berikan pengalaman yang seru dan menyenangkan. Baginya, tersesat akan memberikan petualangan yang menye­nangkan. “Dengan tersesat kita bisa tahu daerah baru,” kata Ayu. Kalau ia menemukan daerah pantai yang masih sepi dan tenang, ia tak mau mengunggah ke media sosial, karena kalau banyak orang sudah datang dan ramai, tempat itu tidak lagi sepi dan damai, malah menjadi kotor. “Biarkanlah tem­ pat itu tetap damai, dan tenang,” imbuhnya. BERTANYA KE POLISI Sementara, bagi Rathi, seorang traveler, tersesat di ibukota atau Jakarta merupakan pengalaman yang

Ayu Marbun

menakutkan. Apalagi, ketika itu, per­ tamakalinya, ia mencoba naik angkot bersama temannya saat pelatihan yang dikirim kantor tempatnya be­ kerja. Merasa percaya diri melakukan itu, ia mencoba naik angkot pulang dari pelatihan menuju ke apartemen. Namun, ia tak menemukan aparte­ men yang dicari. “Waktu itu bingung karena rasanya sudah benar harus turun di mana, tapi saat turun kok lokasinya beda,” ujarnya sembari tertawa. Akhirnya, dia dan teman­

23

nya punya inisiatif untuk berjalan saja sambil mengingat-ingat lokasi jalan. Setelah berjalan begitu lama, tetap saja lokasi apartemen tidak ditemukan. Ketika itu, diputuskan untuk menyeberang jalan, dan memutar arah. Di sanalah, Rathi melihat seorang polisi berjaga. Ia dan temannya segera mendekati polisi itu dan membaca nametagnya, “Syukur banget, ternyata orang Bali,” kata Rathi. Langsung saja ia menyapa polisi itu dan mengatakan berasal dari Bali dan sedang tersesat. Akhirnya, pak polisi menunjukkan arah apartemen mereka yang ternyata me­ mang memutar arah, bahkan sangat dekat dengan arah mereka. “Syukurlah akhir­ nya bisa pulang ke aparte­ men. Waktu itu saya sudah ketakutan. Tersesat di Jakarta mengerikan. Dulu pernah backpacker dari Singapura ke Malaysia. Salah naik bus menuju Malaysia, setelah check in di imi­ grasi perbatasan Singapura, merasa tenang, tidak setakut tersesat di Jakarta,” kata Rathi. Ia juga sependapat dengan Ayu Marbun, tersesat memberikan suatu petualangan yang seru. Apalagi, masuk ke daerah baru. Namun, kita tetap harus berhati-hati bertanya kepada orang setempat, karena bisa saja kita ditipu. “Lebih baik bertanya kepada polisi,” ucapnya. (Wirati Astiti)


22

Sosialita

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Indonesia “Pasar Empuk” Pemasaran Narkoba Belum lagi selesai heboh tertangkapnya Ridho Rhoma Irama gara-gara narkoba, kini kembali jagad hiburan Tanah Air digemparkan dengan tertangkapnya Ammar Zoni, pemeran utama sinetron ‘Anak Langit’ gara-gara narkoba. Di rumah pemeran sosok Al yang santun dan rajin ibadah ini, ditemukan daun ganja satu toples dan peralatan sabu-sabu. Polisi menyebut, Ammar Zoni memang merupakan salah satu artis yang sejak beberapa bulan ini dipantau pihak kepolisian terkait penyalahgunaan narkotika.

Komjen Budi Waseso

H

anya beberapa hari setelah penangkapan Ammar Zoni muncul kabar lebih heboh lagi, polisi berhasil menggagalkan penyelundupan 1 ton sabu senilai Rp1,5 triliun yang dibawa dari Tiongkok ke Anyer, Banten. Para pelaku sengaja melakukan perjalanan laut untuk mengelabuhi petugas. Rencananya, mereka akan membawa barang haram itu ke Jakarta. “Total nilainya sekitar Rp 1,5 triliun. Ini rencananya akan dibawa ke Jakarta. Bayangkan, berapa juta manusia yang bisa terselamatkan karena tertangkapnya sabu selundupan dari Tiongkok ini,” ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. M. Iriawan. Belum diketahui apakah ada orang Indonesia yang tersangkut dengan penyelundupan sabu-sabu 1 ton ini

karena saat penangkapan terjadi, semua pelaku yang tertangkap berasal dari Tiongkok. Kepala BNN Komjen Budi Waseso mencurigai adanya keterlibatan penghuni lapas (lembaga pemasyarakatan) dalam kegiatan penyelundupan 1 ton sabu asal Negeri Tirai Bambu ini. Hal ini tegasnya tengah diselidik untuk mengungkap jaringannya. “Kemungkinan ada (keterlibatan). Makanya sedang diselidiki dan ditelusuri ke semua wilayah. Kita kerja sama dengan Polri, TNI, juga Bea Cukai,” ucap Buwas, begitu sapaan akrab Komjen Budi Waseso, di Komplek Mabes Polri Jakarta Selatan. Agar pengungkapan jaringan besar bisa tuntas, kata Buwas, maka lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama. Ditelusuri bersama-sama dari berbagai sisi, termasuk dugaan tindak pidana pencucian uang. Penangkapan sabu-sabu 1 ton ini semakin membuktikan kalau Indonesia bukan lagi menjadi kawasan transit narkoba namun menjadi tujuan penyebaran narkoba. Indonesia yang memiliki penduduk 257 juta jiwa lebih ini menjadi ‘pasar empuk’ bagi peredaran narkoba. Tak heran kalau jumlah pengguna narkoba terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2015 lalu saja, berdasarkan data, jumlah pengguna narkoba telah mencapai 5,8 juta jiwa. Jumlah ini dipastikan akan terus meningkat hingga sekarang. Berbagai upaya dilakukan BNN dan berbagai pihak terkait untuk memberantas narkoba namun entah kenapa tetap saja pasokan narkoba seolah terus mengalir. Entah apa yang salah. Dunia entertainment, misalnya, sepertinya menjadi incaran para bandar narkoba untuk menyebarkan barang haram itu. Sudah banyak yang tertangkap, namun tetap saja narkoba masih merajalela di sana. “Kalau nggak pakai narkoba nggak gaul,” ungkap seorang artis yang mengaku mulai mengonsumsi narkoba sejak ia aktif di industri hiburan. Entah bagaimana jalan pikiran artis yang belum lama menginjakkan kaki ke dunia hiburan karena faktanya, ada banyak artis yang tidak memakai narkoba baik karir maupun pergaulannya di lingkungan artis tetap baik.

Menurut Kombes Sulistiyandriatmoko, juru bicara BNN, peredaran narkoba di kalangan entertainment menyerupai fenomena gunung es. Tertangkapnya sejumlah artis, tambahnya, mengindikasikan bahwa ada jaringan besar di bawah permukaan. Ini yang tengah berusaha diungkap. Kehidupan para artis, membuat mereka rentan terhadap pengaruh narkoba. Beban kerja, gaya hidup, pergaulan, kata Sulis, merupakan faktor-faktor yang di antaranya menyebabkan mereka menggunakan narkoba.

FIGUR PUBLIK DIINCAR BANDAR Para figur publik, tambah Sulis, merupakan orang-orang yang menjadi incaran para pengedar dan bandar. Selain karena memang mereka secara ekonomi memiliki uang, juga memiliki komunitas tersendiri. Karenanya dia mengimbau agar kalangan artis berhati-hati karena narkoba masuk dengan berbagai cara. Tentang maraknya penggunaan narkoba di lingkungan artis juga pernah diakui oleh Fahria Mumtaz, artis sinetron yang tertangkap karena narkoba beberapa tahun lalu. Menurutnya, selain dirinya masih banyak artis yang memakai narkoba. Gara-gara itu juga akhirnya dia pun ikut memakai barang haram itu. Hal yang sama juga terjadi pada dua penyanyi kenamaan ‘Kaka Slank dan Ari Lasso’ yang menjajal narkoba karena ditawari teman. Beruntungnya, meski memakan waktu cukup lama, mereka akhirnya berhasil sembuh. “Perjuangan untuk benar-benar sembuh bukan hal yang mudah tapi sangat berat. Sengsara sekali. Bahkan sempat ada keinginan untuk pakai lagi, padahal saat itu tengah berjuang untuk sembuh. Akhirnya berhasil. Tahun 2001 saya sudah 100 persen bersih,” ungkap Ari Lasso, penembang ‘Mengejar Matahari’ ini. Ada hal yang unik dari masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei, 80% masyarakat Indonesia tahu jenis dan bahaya narkoba. Namun yang mengherankan, meski tahu bahayanya namun tingkat penyalahgunaan narkoba tetap tinggi bahkan terus meningkat. Menurut Deputi Bidang Pencegahan BNN Ali Djohardi, hal tersebut terungkap dari hasil penelitian yang merupakan kerja sama BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia pada tahun 2016 lalu.

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Kreasi Cinta Pie Susu Arjuna

3

Pie Susu atau bahasa kerennya egg tart, sebenarnya bukanlah makanan khas Bali. Makanan jenis kue manis ini berasal dari Eropa. Saat penjajahan, kue ini masuk Indonesia, dan akhirnya berbaur dengan aneka kue ­Indonesia. Pie susu kini berkembang di Bali, dan bahkan menjadi kue khas oleh-oleh dari Bali.

Penyelundupan sabu 1 ton senilai Rp. 1,5 triliun digagalkan.

Kepada para responden, jelas Ali Djohardi, ditanyakan tentang pengetahuan mereka terhadap narkoba dan bahayanya. Mereka (responden) menjawab tahu, termasuk konsekuensi jika menggunakan barang haram tersebut. “Jadi itu artinya pengetahuan masyarakat terhadap narkoba dan bahanya cukup baik. Namun ternyata pengetahuan tersebut tidak membuat jumlah pengguna narkoba menurun. Tapi justru sebaliknya malah diperkirakan semakin meningkat,”jelasnya. Hal ini terjadi, kata Ali lagi, karena Indonesia tidak lagi menjadi tempat transit melainkan sejak b e berapa tahun terakhir te-

Kaka Slank

lah berubah menjadi tujuan peredaran narkoba. “Indonesia sudah menjadi pasar yang sangat potensial sekaligus produsen narkoba,” tegasnya. Peredaran narkoba terbanyak, ungkap Ali, adalah di Pulau Jawa, di antaranya adalah di Jakarta. “Pengguna narkoba terbanyak adalah mereka yang berada di usia 24-30 tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak,” tambahnya. Indonesia darurat narkoba, memang sudah tak dapat dimungkiri lagi. Di berbagai wilayah di Indonesia terus meningkatnya jumlah pengguna narkoba menjadi keresahan tersendiri. Di Jakarta misalnya, data Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) DKI Jakarta menyebut, jumlah pengguna narkoba di Ibukota telah mencapai 365.000 orang. Jumlah yang tercatat ini hanyalah berdasarkan hasil tangkapan dan mereka yang menjalani masa rehabilitasi. Kemungkinan jumlah yang tidak terdata lebih banyak. Menurut Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, secara umum seluruh wilayah Jakarta tergolong rawan narkoba. Namun jumlah kasus terbanyak berada di tiga wilayah yakni, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. “Sebenarnya secara umum seluruh wilayah Jakarta rawan narkoba. Hanya saja yang paling banyak ditemukan kasus peredaran narkoba adalah di tiga daerah tersebut,” ungkap Dirserse Narkoba, Kombes Nico Afinta seraya menambahkan, saat ini pihaknya terus gencar melakukan operasi pemberantasan narkoba sekaligus pencegahan masuknya narkoba dari luar Jakarta dan luar negeri. Untuk itu, pihaknya bukan saja bekerja sama dengan BNN dan Pemda tapi juga dengan instansi terkait lainnya seperti pelabuhan, bandara, imigrasi serta bea cukai. (Diana Runtu)

S

alah satu yang sedang mengembangkan kue pie susu adalah toko oleholeh khas Bali, Arjuna Gagapan Bali. “Kami beri nama kue pie susu ini, Pie Susu Arjuna,” ujar Pande Yudi Sutrisna, sang pemilik toko oleholeh Arjuna Gagapan Bali. Ia mengatakan, selain rasanya yang enak serta harganya yang super murah, Pie Susu Arjuna ini diproduksi langsung di Dapur Arjuna Gagapan Bali yang berada tepat di belakang toko Arjuna. “Keuntungan bagi para pengunjung Arjuna Gagapan Bali, banyak sekali, selain bisa melihat langsung bagaimana cara proses pembuatan dari Pie Susu Arjuna, pengunjung juga bisa mencicipi bagaimana rasa dari kue mungil ber­bahan dasar tepung dan susu ini langsung fresh from the oven,” ujarnya. Ia menjualnya, satu kotak Pie Susu Arjuna ini hanya Rp 14.000 isinya 9 biji. “Harga ini cukup bersahabat

Chelsea Key sedang mencoba kue pie susu Arjuna

di kantong/dompet wisatawan lokal, domestik serta mancanegara yang mengunjungi Arjuna Gagapan Bali untuk membeli oleh-oleh khas Bali yang super murah,” katanya. Pande Yudi mengatakan, resep dari kue Pie Susu Arjuna ini sudah tidak asing lagi di telinga, bahan serta cara membuatnya pun cukup mudah. “Yang membedakan rasa dari Pie Susu Arjuna ini lebih enak dari yang lainnya, karena kami membuatnya dengan banyak cinta untuk setiap adonannya sebagai tanda oleh-oleh yang kami berikan ini sangat berharga dan akan selalu ditunggu,” kata Pande Yudi. Pande Yudi juga mengatakan, dengan mengembangkan kue pie susu ini, ia bisa menampung banyak SDM, selain itu, cara pembuatan kue pie susus sangatlah sederhana, sehingga karyawan tak terllau sulit untuk belajar membuatnya. Kue ini juga bisa dipakai camilan dan sarana upcara banten, se-

diawali dulu Ar­ juna ­Gagapan Bali kedatangan kru yang memakai Arjuna sebagai tempat syuting film FTV. Kemudian, artis yang syuting memborong kue pie susu untuk oleholeh. Mungkin di situ kena jurus asmara kue pie susu Arjuna langsung disukai dan kalau mereka ke Bali selalu belanja oleh-oleh di Arjuna Gagapan Bali,” kata Pande Yudi sembari tertawa. Ia menambahkan, artis lain datang kare­na “korban” dari informasi temannya yang sudah datang Artis Dimas dan Anneke Jordi juga menyukai kue pie Arjuna duluan membeli pie susu Arjuna. lain harganya murah dan bisa dijangkau Setelah mencobanya, mereka ke­ tagihan sehingga mereka datang lagi semua kalangan. Pie susu Arjuna memiliki banyak untuk membeli kue pie susu Arjuna. rasa dan bisa di-request rasa lainnya sesuai permintaan konsumen. “Saat ini dengan rasa original kami sudah kewalahan melayani karena masa berlaku kadaluarsa juga menjadi dasar pertimbangan sehingga tak banyak rasa yang didisplai. Masa berlaku kadaluarsa lima hari karena tanpa bahan ­pengawet,” ucapnya. Menurut Pande Yudi, bukan hanya konsumen, mereka sekeluarga juga sangat menyukai kue pie susu ini bahkan setiap minum teh dan kopi selalu ditemani kue pie susu Arjuna. Ke depan, ia ingin mengembangkan kue pie susu Arjuna dengan kemasan yang lebih keren dan ukuran kue yang beda. “Sekarang ini kami fokus dulu dengan tampilan ini,” imbuhnya. Selain promosi di sosial media, banyak juga konsumen datang mendengar cerita dari mulut ke mulut. “Kebanyakan yang sudah pernah coba akan membeli lagi dan datang kembali,” katanya. Ia juga berpromosi dengan cara, bagi pengunjung yang belanja di ­Arjuna Gagapan Bali senilai Rp 100 ribu, ­mereka dapat mencicipi satu biji kue pie susu. Ternyata, cara ini sangat ampuh menarik konsumen. Pelanggan kue pie susu Arjuna juga dari para kalangan artis ibukota. “Artis datang dengan sendirinya

Pie susu Arjuna sudah memiliki rasa khas sendiri maka 100% yang sudah pernah mencoba pasti akan datang lagi membeli. Apalagi, harga murah dan kualitas bagus. Seperti artis itu, ia langsung memesan untuk dikirim ke Jakarta. Pande Yudi mengutip satu komen pembeli kue pie susu Arjuna. “Awalnya mereka hanya mengenal merk yang dikenal suatu saat diajak ke Arjuna Gagapan Bali, karena belanja Rp 100 ribu kami beri bonus mencicipi kue pie susu. Sehingga banyak tamu yang balik lagi untuk membeli kue pie susu Arjuna. Ini bagian strategi kami utnuk memperkenalkan cita rasa pie susu yang sangat disayangkan dilewatkan kalau sudah ada dalam toko kami,” ujarnya. Saat ini, kue pie susu Arjuna hanya dijual di toko Arjuna Gagapan Bali. “Kami berharap Arjuna bisa berbagi pasar dengan para pengrajin pie susu lainnya dan kami fokus di Batubulan dan Kuta saja, dengan tujuan memperkenalkan hasil produk kerajinan tangan lainnya di dalam toko Arjuna agar produk yang lainnya juga bisa merata perputarannya,” kata Pande Yudi. Ia menambahkan, produk pie susu yang baru produksi tiga bulan sudah menjadi mentor produk terlaris di toko Arjuna Gagapan Bali sehingga lumayan menyedot pelanggan. –ast


4

Inspirasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Upaya mengangkat kain nusantara terus digalakkan berbagai pihak. Bukan hanya pemerintah tapi sektor swasta pun ikut serta agar kain-kain nusantara semakin dikenal bukan hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri. Para desainer pun tak mau ketinggalan dalam peran serta mereka. Lewat rancangannya mereka menjadikan kain-kain Nusantara yang kaya warna dan corak menjadi gaun-gaun indah. Upaya bertahun-tahun itu membuahkan hasil. Kini rancangan kain Nusantara makin dicari. Tak heran kalau kini pameran kain Nusantara makin kerap digelar, khususnya di Jakarta.

B

erbagai upaya yang dilakukan itu mendapat sambutan hangat dari para pengusaha maupun pengrajin kain di berbagai daerah. Mereka berharap pemerintah makin memperhatikan perkembangan kain Nusantara yang sudah menjadi budaya sejak ratusan tahun lalu. “Ini bukan hanya terkait bisnis tapi lebih dari itu adalah melestarikan budaya. Di tempat kami menenun kain adalah budaya yang sudah ada sejak dahulu kala.

Kaum ibu di daerah saya umumnya bisa menenun, entah untuk dipakai sendiri ataupun dijual kepada pedagang. Dengan makin banyaknya perhatian pemerintah, dan upaya untuk mengangkat kain tradisional ke level lebih tinggi, itu sama dengan ikut melestarikan budaya kami. Masyarakat pun khususnya di desa-desa semakin termotivasi,” ungkap Petrus Haki Naikofi, pengusaha kerajinantenun ikat dari NTT. Di Jakarta Fair, bapak enam anak ini bersama rekannya, Yosep Say, memamerkan keindahan aneka tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur yang kaya corak. Baik Petrus maupun Yosep mengaku senang karena tenun ikat daerahnya makin dikenal masyarakat luas, bukan hanya di tingkat nasional tapi juga luar negeri. Petrus sendiri telah mejalankan bisnisnya sejak puluhan

Indah dan Unik Tenun Ikat NTT Makin Dicari

tahun lalu, tepatnya 1985. “Ini merupakan bisnis turun temurun keluarga kami sejak jaman dulu,” ungkapnya. Di desanya, Letmafo-Kiupasan, Kecamatan Insana Tengah, Timor Tengah Utara, memiliki banyak pengrajin tenun ikat. “Rata-rata wanita di desa kami bisa menenun, baik untuk dipakai sendiri atau untuk dijual ke pedagang. Seiring dengan perkembangan jaman, dimana banyak orang mencari kain dari daerah kami, maka penenun pun makin semangat. Di sisi lain jumlah pengusaha yang menampung hasil karya mereka juga semakin banyak,” ungkap Petrus. Dia sendiri memiliki 10 kelompok pengrajin tenun ikat, dimana masing-masing kelompok beranggotakan 10-20 orang lebih pengrajin. “Saya memberikan bahannya, dan mereka yang menenun. Soal motif, kami memiliki motif khas, tapi ada juga motif yang dikreasikan sesuai perkembangan. Namun, meski motif kreasi, tapi motif-motif khas yang menjadi ciri daerah kami tetap masuk di sana. Dengan begitu orang akan tahu asal kain tersebut dengan melihat motif khasnya,” tuturnya. Meski kain-kain ini produk

daerah, namun jangan mengira harganya murah. Yang termurah, kata Petrus, hanyalah selendang kecil ukuran 50 cm Rp50.000, sedang kain lainnya berharga mulai dari Rp400.000 hingga jutaan rupiah. “Yang harganya di bawah satu juta, benang yang digunakan adalah benang toko. Sedang yang harga satu juta ke atas benang yang digunakan dipintal sendiri dari bahan alami. Tinggi rendahnya harga juga ditentukan oleh kerumitan motif, juga masa pengerjaan. Kalau yang dikerjakan dalam tempo 1 bulan, harganya sekitar Rp400-600 ribu,” jelasnya. “Namun yang dikerjakan tiga sampai empat bulan atau bahkan enam bulan harganya bisa lebih mahal lagi. Seperti kain ini, harganya Rp4,5 juta diketenun dalam tempo 6 bulan,” jelas Petrus sambil menunjukkan kain bercorak

Petrus Haki Naikofi (kanan) dan Yosef Say, pengusaha tenun ikat dari NTT

indah dengan ukuran 1X2 meter. “Kain ini biasanya dibeli oleh kalangan menengah atas. Mereka memakainya pada acara-acara besar. Kain ini pun kerap menjadi hadiah bagi pejabat-pejabat yang berkunjung ke daerah kami,” tambah Petrus yang juga pengusaha barang antik khas Timor. Beruntunglah, kata Petrus, sekarang ini perhatian pemerintah semakin baik. Setidaknya di daerahnya digelar 3-4 kali pameran yang mengetengahkan produk-produk unggulan NTT. Adanya pameran-pameran itu, katanya, sangat membantu dalam mempromosikan daerahnya. “Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki 25 kecamatan, dan semuanya memiliki pengrajin kain tenun ikat. Setiap kecamatan memiliki motif khas yang tidak dimiliki daerah lain. Motif insana, misalnya, itu ada bermacammacam,” tambahnya. TANTANGAN MODAL DAN PEMASARAN Menurut Petrus, meski ia terlihat mampu bertahan selama puluhan tahun di bisnis ini, namun bukan berarti mudah menjalaninya. Tantangan terbesar, katanya, adalah masalah pemasaran khususnya ke luar Provinsi NTT. “Kami sangat ingin bisa masuk ke Jawa karena pasarnya bagus. Banyak yang mencari kain khas Insana Tengah. Tapi tidak mudah ya, karena selain banyak saingan, dibutuhkan modal cukup besar. Untungnya, pihak Pemda kerap membantu misalnya dengan memfasilitasi kami berpameran ke luar (daerah),” kata Petrus. Tantangan lainnya adalah bagaimana ‘menjaga’ agar para penenun senang bekerja dengannya. Ini tidak mudah karena para penenun berkeinginan terus berproduksi, sementara untuk berproduksi membutuhkan modal. “Kalau ada uang, saya beli bahan kemudian berikan ke mereka (penenun) untuk berproduksi. Tapi kalau tidak ada, dalam artian produk yang ada belum terjual, saya terpaksa menghentikan sementara produksi. Tapi ini tidak

bisa berlama-lama, karena khawatir para penenun itu pindah ke pengusaha lain. Jadi mau tidak mau saya harus berusaha mencari uang (modal) dari bidang lain untuk kemudian bisa membeli bahan. “ “Yang terpenting bagi para penenun adalah bagaimana agar mereka mendapatkan uang untuk hidup sehari-hari. Memang berat, ya. Tapi berbagai kendala yang dihadapi saya jalani saja dengan tekun. Buktinya sejak tahun 80an sampai sekarang saya masih bisa bertahan,” papar Petrus panjang-lebar. MINAT GENERASI MUDA MENURUN Dari bisnis tenun ikat dan berdagang barang antik, Petrus berhasil menyekolahkan keenam anaknya hingga lulus perguruan tinggi. Hanya saja, kata Petrus, keenam anaknya seolah tidak menunjukkan minat untuk meneruskan bisnis ini. Mereka lebih suka bekerja di kantoran atau di kantor-kantor pemerintah. “Sepertinya mereka tidak berminat ikut jejak saya. Mungkin mereka melihat bapaknya susah ‘setengah mati’ mengurusi ini barang (binis kain). Mereka sudah tamat sekolah dan kini bekerja di kantor pemerintah setempat,” ujar Petrus. Diakuinya, minat generasi muda khususnya mereka yang lulus perguruan tinggi, baik itu S1 atau

S2, untuk mengembangkan bisnis tenun ikat semakin berkurang. “Biasanya mereka yang tidak dapat meneruskan pendidikannya, akhirnya menekuni kerajinan tenun. Mereka yang berpendidikan bagus lebih memilih kerja di kantor,” kata Petrus. Hal ini, kata Petrus lagi, merupakan tantangan tersendiri khususnya bagi pemerintah. Bagaimana caranya agar minat generasi muda untuk terus mengembangkan dan melestarikan tenun ikat khas daerah bisa digelorakan. Hal yang sama juga dipaparkan Yoseph Say, pengusaha kain tenun ikat dari Maumere, Flores. Ia mulai bisnis ini sejak 1989 dan bisa tetap eksis hingga sekarang. “Kuncinya adalah ketekunan. Berbagai kendala dalam berbisnis adalah biasa. Asalkan tekun, pasti ada jalan. Selain itu kami juga kerap mendapat ‘suntikan’ motivasi untuk tetap semangat mengembangkan dan memperkenalkan kain daerah,” ujar Yos Say. Harapannya, kain daerah tidak hanya dikenal di daerah sendiri tapi juga bisa menembus pasar nasional dan dapat bersaing dengan kain-kain dari daerah lain. Karena itu, katanya, pihaknya sebagai pengusaha kain daerah terus bersemangat untuk membina para penenun. “Saya menampung kain-kain dari para penenun yang ada di berbagai desa di Kabupaten Sikka,” kata Yos. Selain dirinya, kata Yos lagi, ada banyak pengusaha kain di daerahnya. Karena itu persaingan pun cukup ketat. “Kita boleh saling berpacu, bersaing, tapi tetap ‘sehat’, tidak curang. Itu prinsip kami,” kata Yos. Soal motif, kata Yos, ada banyak ragamnya, bahkan motif kreatif juga ada. Namun seperti halnya Petrus dari Insana Tengah, Yos Say juga menyebut tentang motif khas daerah tetap masuk dalam karya tenun. Ini penting sebagai penanda daerah. “Jadi motif khas daerah tidak dilepas. Simbolsimbol suku tertentu tetap ada, itu tidak bisa diubah dan tidak bisa ditiru,” tuturnya. (Diana Runtu)

Mandalika

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Peringatan Hari Bhayangkara ke-71

21

Gubernur NTB Sematkan Tanda Kehormatan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya disematkan oleh Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi kepada Dirlantas Polda NTB, Kombes. Pol. Budi Indra Dermawan dan Panit.1 Unitreskrim Polsek Ampenan, Yustinus Goit. Kedua Anggota Polri tersebut dinilai berjasa besar dan memiliki keberanian, kebijaksanaan dan kemampuan serta ketabahan yang melampaui panggilan kewajiban yang harus disumbangkannya dan tidak pernah cacat selama menjadi Polisi.

S

elain tanda kehormatan itu, Gubernur NTB juga menyematkan Penghargaan Satyalencana Pengabdian kepada petugas Polri yang bertugas secara terus-menerus selama 24 tahun kepada Kasibinlat Subditbinsatpam Ditbinmas, Putu Waicaka, 16 tahun kepada Banit 3 Sipatwal Satrolda Dit Polair, Hasan Husin, dan Satyalancana 8 tahun kepada PA OPS subden 2 Den Gegaba Satuan Brimob, Lalu Krisna Seni Wardana. Tanda-tanda kehormatan

tersebut, disematkan Gubernur NTB yang menjadi inspektur Upacara pada Parade Peringatan Hari Bhayangkara ke-71 yang berlangsung di eks Bandara Selaparang Rembiga Kota Mataram, beberapa waktu lalu. Apresiasi terhadap Polri disampaikan secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Gubernur NTB dalam upacara tersebut. Presiden RI mengapresiasi kerja keras Kepolisian RI dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kam-

Rangkaian Hari Bhayangkara di NTB

Penyematan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya kepada Dirlantas Polda NTB Kombes. Pol. Budi Indra Dermawan

tibmas). Seperti halnya ketika yang dihadapi semakin berat,” Bulan Ramadhan dan Lebaran ujar Majdi sambil mengingatkan (Naniek I. Taufan) yang baru lalu, situasi kamtibmas pentingnya mengembangkan dinilai sangat kondusif dan mudik lebaran juga lancar. “Begitu juga angka kecelakaan lalu lintas turun drastis serta harga kebutuhan pokok stabil,” kata Majdi. Apresiasi lain terhadap kinerja Polri juga disampaikan karena Polri berhasil mengamankan 101 pilkada serentak tahun 2016. Kesuksesan Polri tersebut tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan kerja sama dari seluruh elemen negara dan elemen masyarakat. “Ke depannya elemen bangsa semakin diperGubernur NTB saat menjadi Inspektur Upacara peringatan Hari Bhayangkara ke 71 lukan, karena tantangan di Mataram

Gubernur NTB Dukung Kebijakan PPK Salah satu dari fungsi pendidikan adalah untuk membentuk karakter peserta didik yang pada gilirannya akan lahir generasi baru yang berkarakter kuat, dan terwujud bangsa yang maju dan berperadaban tinggi. Karena itulah pendidikan karakter diperlukan dalam proses pendidikan di negeri ini. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, menyatakan dukungan terhadap penerapan kebijakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di seluruh sekolah di Nusa Tenggara Barat. Ia menilai kebijakan penguatan pendidikan karakter tersebut merupakan konsep yang baik, sehingga patut didukung dan berjanji akan menerapkannya secara bertahap sesuai kesiapan daerah. Hal itu disampaikannya di sela-sela acara Ceramah PPK oleh Mendikbud RI, Muhadjir Effendy

di Mataram minggu lalu. Sebanyak 1.275 peserta yang terdiri guru, kepala sekolah, rektor dan para pegiat pendidikan se- Pulau Lombok menghadiri ceramah yang disampaikan oleh Mendikbud RI tersebut yang mengambil tema besar Penguatan Pendidikan Karakter. Muhajir

kemampuan Polri untuk dapat menjawab tantangan globalisasi, demokratisasi dan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat dewasa ini. POLDA NTB RAIH PENGHARAGAAN Meningkatkan semangat perkhidmatan, mengayomi, mencintai, dan mengasihi masyarakat, menjadi harapan dari Gubernur NTB kepada Polri. Ia juga mengapresiasi capaian kinerja dan prestasi yang telah ditorehkan Polda NTB, dengan raihan penghargaan dari Menteri Pertanian RI Kepada Dir. Reskrimsus Polda NTB sebagai Satgas Terbaik ke-7 seIndonesia dalam menjaga Stabilitas Pangan yang merupakan program nasional. “Semoga Polri menjadi kecintaan masyarakat,” katanya.

mengungkapkan bahwa salah satu program prioritas pendidikan yang saat ini menjadi perhatiannya adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sedangkan prioritas yang lain tengah berjalan seperti evaluasi Ujian Nasional, revitalisasi pendidikan kejuruan dan percepatan akses pendidikan melalui Program

Indonesia Pintar (PIP). Penguatan pendidikan karakter tahun lalu, baru merupakan piloting pada 1.500 sekolah dan dinilai berhasil. “Tahun ini akan diimplementasikan kepada lebih banyak lagi sekolah yang sudah siap,” kata Mendikbud RI menyebut bahwa ada Permendikbud No. 23/2017 sebagai pintu masuk penerapan PPK melalui pengaturan jam kerja guru. Menurutnya, salah satu sentral dari kesuksesan pendidikan karakter adalah guru. Maka beban kerja guru harus diatur sedemikian rupa

Sebanyak 1.275 peserta yang terdiri guru, kepala sekolah, rektor dan para pegiat pendidikan se-Pulau Lombok

sehingga selain dapat memenuhi kewajiban sertifikasi juga menjadi pihak yang harus bisa membangun sinergi tripusat pendidikan. “Tripusat itu adalah sekolah, masyarakat dan keluarga. Guru harus mampu menjadikannya beririsan satu sama lain sehingga siswa terbentuk karakternya tidak hanya dari jam tatap muka di kelas saja, tetapi juga dengan lingkungan dan masyarakat,” ujar Muhajir yang juga seorang Guru Besar di Universitas Negeri Malang ini. Dalam PPK, guru harus mampu mengolah situasi agar siswa memiliki 4C, critical thinking, communication skill, creativity and innovation, serta collaboration. Untuk itu, pembelajaran tidak hanya mengandalkan kelas. Guru harus bisa mengajak siswa lebih aktif, memecahkan masalah, bekerja dalam tim, saling menghormati dan menghargai. Sebelum memberi ceramah PPK, Mendikbud RI sempat mengunjungi tiga sekolah, yakni Lentera Hati boarding School, Ponpes Nurul Jannah Nahdhatul Watan Ampenan, dan Muhammadiyah Boarding School di Mataram. (Naniek I. Taufan)


20

Nine

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Peringatan Harganas XXIV di NTB

Ciptakan Ketahanan Keluarga

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengendalian penduduk wajib dilakukan dengan program Keluarga Berencana. Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Muh. Amin, SH. M.Si, pada Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIV tingkat Provinsi NTB, yang diselenggarakan di Halaman Kantor Bupati Dompu, pada 10 Juli 2017 lalu.

H

arganas XXIV tahun ini mengangkat tema pokok mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas untuk menatap masa depan. Rangkaian peringatan Harganas 2017, sebelumnya telah digelar

nomi daerah saat ini harus dapat dimaknai sebagai peluang bagi seluruh kepala daerah untuk terus menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Apabila program kesejahteraan keluarga ini sukses, maka tidak akan ada lagi yang menganggur, sehingga kemiskinan dapat diturunkan. Karenanya, dalam melaksanakan pembangunan perlu dilakukan dengan terobosan-terobosan,” katanya. Keluarga menjadi bagian terdepan mewujudkan generasi bangsa yang memiliki karakter kuat bagi bangsa. Untuk mewujudkan itu, perlu kesadaran masyarakat untuk ikut berperan aktif membangun keluarga yang sehat dan berkualitas. “Harganas merupakan momentum untuk membangun ketahanan keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera serta berkualitas. Keluarga yang berketahanan ini juga akan mendukung visi NTB yang beriman, berbudaya, berdayasaing dan sejahtera,” ungkap Ir. Ambar Rahayu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pember-

Pameran Harganas NTB di Dompu

dayaan Keluarga RI. Karena itu ia berharap dengan momentum Harganas 2017 tersebut, dapat mengetuk hati tiap keluarga dan masyarakat agar senantiasa memperhatikan peran dan tugas anggota keluarga, baik sebagai ayah, ibu maupun anak. Dan guna menciptakan ketahanan keluarga, menurutnya, ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan, yaitu diharapkan seluruh keluarga memiliki waktu

untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan anggota keluarga. Selain itu, keluarga harus senantiasa meluangkan waktu untuk berinteraksi guna membicarakan segala hal dengan anggota keluarga. Pendekatan lainnya adalah keluarga yang berdaya, yaitu keluarga yang mampu membangun dan meningkatkan kesejahteraan. “Pendekatan keempat adalah peduli dan berbagi,” katanya. (Naniek I. Taufan)

Aktivis Desa, Ujung Tombak dalam Wujudkan GEN NTB Kepedulian dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat dibutuhkan dalam melakukan perlindungan terhadap hak-hak anak. Namun untuk dapat berperan aktif dalam program perlindungan tersebut, maka masyarakat perlu diberi pembinaan dan wawasan pengetahuan, terutama tentang kebutuhan, pola asuh, lingkungan dan pemenuhan hakhak dasar anak. Mengingat anak sebagian besar tumbuh dan berkembang di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya, maka peran para aktivis desa dinilai sangatlah penting, khususnya untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat tentang kebutuhan dan hak-hak anak, yang perlu dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan, intimidasi, eksploitasi dan/atau tindak kriminal lainnya. Karena itulah, aktivis desa menjadi ujung tombak dalam upaya melindungi hak-hak anak guna mewujudkan generasi emas NTB (GEN) tahun 2025.

Untuk memastikan peran para aktivis desa ini berjalan dengan baik dan maksimal, DP3AP2KB bersama dengan Tim Penggerak PKK Provinsi NTB menggelar pelatihan aktivis desa dalam rangka Pengembangan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Provinsi NTB tahun 2017. Pelatihan ini dilaksanakan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat di desa/kelurahan. Harapannya, setelah mengikuti pelatihan tersebut, mereka secara mandiri akan menjadi agen perubahan untuk mampu mencegah dan membangun norma anti kekerasan sekaligus meningkatkan kemampuan anak-anak itu sendiri dalam melindungi dirinya dari kekerasan. Gerakan ini merupakan inisiatif masyarakat dari berbagai unsur, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, BPD, karang taruna, kader desa, PKK desa, pemerhati anak, aparat desa dan perwakilan anak. Wakil Ketua I Tim Penggerak

Pelatihan bagi aktivis desa

PKK Provinsi NTB, Hj. Syamsiah M. Amin mengungkapkan bahwa gerakan seperti ini, bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh karenanya, dibutuhkan dukungan kompetensi kader dan anggota masyarakat yang terlibat di dalamnya, agar mampu berperan sebagai penggerak dan penggugah kesadaran masyarakat.

Selain itu para kader atau aktivis harus terampil memberikan pelatihan dan pendekatan, sehingga mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan anak untuk diperhatikan. Ia mengajak seluruh peserta pelatihan untuk benar-benar menjadi pelaku perubahan melalui pendidikan dan

Pengalaman adalah guru paling berharga. Bermodal pengalaman sebagai atlet ­panahan, Eddy ­Roostopo ­mendedikasikan ­hidupnya untuk ­panahan. Pria yang akrab disapa Popop ini membina pemanahpemanah muda dan menjadi pembuat busur panahan tradisional.

D

Puncak peringatan Harganas tingkat Provinsi NTB tahun 2017 di Dompu

berbagai kegiatan seperti pelatihan bagi perempuan korban kekerasan, pertemuan perempuan kepala keluarga, mantan TKW, bazar, pameran dan pemberian bantuan usaha ekonomi, manajemen usaha dan pelajar berwiraswasta. Selain itu, juga digelar berbagai lomba yang bekerjasama dengan PKK. Pada kesempatan Harganas yang dipusatkan di Dompu tersebut Wakil Gubernur NTB mengungkapkan, semangat oto-

Inspirasi

perlindungan anak dari berbagai aspek. Sebagai bagian dari agenda pembangunan nasional, maka Syamsiah meyakini bahwa pembangunan nasional tidak akan bisa berjalan secara optimal apabila kekerasan terhadap anak masih terus terjadi. Kepala DP3AP2KB Provinsi NTB Hj. Hartina, juga mengungkapkan bahwa sasaran pelatihan tersebut adalah para kader yang ada di desa/kelurahan. Upaya ini dilakukan agar setelah pelatihan para peserta akan kembali ke desa/ kelurahan masing-masing untuk bergabung dengan masyarakat dalam melakukan aksi-aksi perlindungan anak secara terpadu dengan seluruh organisasi atau lembaga yang ada di desa. “Diharapkan para kader yang sudah terlatih akan menularkan berbagai ilmu dan keterampilan yang didapat,” kata Hartina. Tidak hanya di desa/ kelurahannya sendiri tetapi juga dapat menyebar pada desa atau kelurahan lainnya. (Naniek I. Taufan)

alam rentang waktu tiga bulan di tahun 2017 ini, Popop sudah dua kali datang ke Bali. Tanggal 27 dan 28 Mei, ia memberikan workshop panahan tradisional (jemparingan) sekaligus mendampingi tim Semut Ireng Pop Archery Solo (SIPAS) berlaga di kejuaraan panahan tradisional dalam rangka HUT Pancer Langit. Tanggal 1 dan 2 Juli, ia datang untuk ikut turnamen panahan tradisional dalam rangka Festival Pelaut yang dilaksanakan Jepun Bali Traditional Archery di Istana Taman Jepun. Disela-sela turnamen, pria asal Tawangmangu, Jawa Tengah ini menuturkan perjalanan hidupnya. “Keluarga saya dari kakek buyut, kakek, hingga ayah merupakan pemanah tradisional. Saya pun mengenal panahan sejak kecil tetapi mulai serius tahun 1977,” kenangnya. Popop pertama kali ikut lomba panahan tradisional di acara 17 Agustusan di Tawangmangu. Dari 36 peserta, ia berada di posisi paling buncit. Berkat didikan ayahnya, Kasmidhi Amat Priorahardjo, ditambah kedisiplinan berlatih, Popop mengalami peningkatan prestasi. Di lomba

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

5

Panahan Itu Pengendalian Emosi Eddy Roostopo

berikutnya, Desember 1977, Popop menjadi juara 1. Februari 1978, ia meraih juara 3 di daerah Jawa Tengah. Popop pun masuk tim Jawa Tengah untuk berlaga di Kejurnas di Surabaya tahun 1980. Hasilnya, 2 emas dan 1 perunggu dibawa pulang. Di ajang PON X tahun 1981, Popop meraih 1 perak dan 1 perunggu. Empat tahun kemudian, saat PON XI, ia mencatat prestasi spektakuler. Popop meraih 2 emas (50 meter dan beregu), 1 perak (40 m), dan 2 perunggu (30 m dan total). “Saya memecahkan rekor nasional untuk target 50 m. Rekor yang sebelumnya 308 menjadi 315,” ujarnya. Ketika itu panahan tradisional dengan sasaran target merupakan cabor yang dilombakan di ajang PON sedangkan sasaran bandulan sebagai cabor eksebisi. Setelah itu, tak terhitung lagi prestasi yang diraih ayah dua anak ini di cabang panahan tradisional. Semua ia kumpulkan di rumahnya di kompleks Sriwedari, Solo. Baginya, prestasi pemanah bisa mengalami naikturun ibarat roda yang berputar. Semua harus dijalani dan dinikmati. Ketika berprestasi jangan terlalu bangga. Ketika kalah, jangan bersedih. “Olahraga panahan itu memerlukan pengendalian emosi. Ketika latihan atau lomba, kita harus bisa mengendalikan emosi. Sedih dan gembira harus distabilkan agar kita bisa fokus memanah sasaran. Panahan itu tidak sekadar melepas anak panah. Tiap anak p a n a h yang dilepas harus memberikan nilai. Jangan siasiakan anak panah,” ujar suami Sri Soemini ini.

Popop memberikan workshop panahan tradisional

Popop saat memanah

KENALKAN SEJAK DINI Popop pun berharap anakanak dikenalkan panahan tradisional sejak dini. Hal ini penting untuk mengasah kedisiplinan dan melatih konsentrasi mereka. Dengan modal disiplin, fokus, dan konsentrasi, anakanak akan bisa menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini ia contohkan dengan apa yang dilakukan Jepang. Sejak kecil, anak-anak dikenalkan tradisi samurai. Pengenalan ini bukan untuk membuat anak-anak hebat berperang tetapi mereka memahami filosofi dari samurai. Demikian pula dengan panahan tradisional. Filosofi pengendalian emosi yang harus

dikedepankan. “Saya sering mengajak anak-anak kecil untuk latihan. Memang perlu pengawasan karena ujung anak panah itu tajam. Tetapi, disitulah seninya. Kita mengajarkan mereka cara membawa anak panah agar tidak membahayakan. Di sisi lain, ujung anak panah yang tajam itulah yang mengantarkan kita mendapat nilai karena berhasil menembus sasaran,” ujar ayah dari Sintho Murastuty Ambarsari dan Haviedh Ponx Jakaria Kustoto ini. Kepada anak-anak diminta untuk terus semangat berlatih. Jangan mudah patah semangat. Kemampuan memanah

Pemanah tradisional dari Bali dan Jawa

tidak diperoleh secara instan tetapi proses latihan yang disiplin dibarengi dengan pikiran yang bersih. Kala muncul titik jenuh, gunakan untuk introspeksi. Ingat kembali teknik-teknik yang benar agar mencapai hasil yang maksimal. Meditasi juga menjadi solusi untuk menenangkan pikiran sehingga bisa fokus dan berkonsentrasi saat memanah. Popop juga menuturkan di Solo, latihan panahan rutin dilakukan melibatkan anakanak hingga orang tua. Khusus Sabtu Legi, mereka mengadakan gladhen (latihan bersama). Saat gladhen, yang muncul bukan persaingan untuk menjadi juara. Yang muncul adalah rasa persaudaraan. Mereka memperkuat tali persaudaraan dengan bersilaturahmi sembari memanah. Selain membina pemanahpemanah muda, Popop yang juga Penasehat SIPAS ini memiliki usaha pembuatan busur panah tradisional (gendewa) di belakang Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo. Busur buatan kakek dari Anggun Ratu Rengganis, Puspita Ratu Ardhipta, dan Raja Kasta Baruna ini tidak hanya dipakai di Indonesia, ia juga mengirim ke luar negeri. Bahan baku yang dipakai adalah kayu sawo dan bambu petung. Karena proses pembuatan yang rumit, pemesan harus antre. Antara satu busur dan busur lain memiliki perbedaan karena tergantung karakteristik pemesan. Bagi Popop, membuat busur tidak boleh grusagrusu, perlu kesabaran dan perhitungan yang matang agar menghasilkan busur berkualitas terbaik. “Temanteman di Bali yang mau belajar membuat busur, silakan ke Solo. Kami siap mengajarkan proses pembuatan busur lengkap dengan anak panah,” ujarnya. (Ngurah Budi)


6

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Dari seorang pemangkas rambut rumahan, kini Asto Djoni menjelma menjadi pemilik salon ternama di Indonesia. Kepiawaiannya dalam menuangkan ide-ide kreatif dalam dunia kecantikan sukses membawa nama pemilik salon The House of Jhony ini tenar.

The House of Jhony Belajar Otodidak

Bulan berpendar begitu indah. Samar-samar alunan pujian kepada Sang Hyang Widhi terdengar merdu. Diiringi kepulan aroma dupa menyebarkan semerbak mewangi hampir keseluruhan Pura di tengah Gunung Bromo ini.

S

ebagai seorang entrepreneur mencapai sebuah kesuksesan bukanlah hal yang instan. Merintis karier dari bawah memang dilakukan Djoni sejak SMP. Jiwa seni sudah mulai nampak ketika dirinya menginjak remaja. “Waktu itu yang menjadi pelanggan pertama saya adalah tetangga. Tahun 1984 ketika masih SMP saya sudah berani menerima jasa pangkas rambut,” ungkapnya. Ketrampilan tersebut ia dapatkan secara otodidak. Dirinya tidak pernah mengikuti kelas khusus untuk mempelajari dunia kecantikan. “Semua secara otodidak dan keluar dari nurani saja,” jelas pria yang sempat bercita-cita menjadi dokter ini. Sempat bekerja di salah satu perusahaan ternama setelah lulus SMA, Djoni akhirnya memutuskan untuk hengkang dari kantor tersebut. Ia lebih memilih bekerja di sebuah salon untuk mengikuti passionnya. Meskipun gaji perusahaan dan bekerja di salon terpaut jauh, akan tetapi ia tetap memutuskan bekerja di salon. “Dari gaji itu saya menghidupi diri sendiri dan keluarga,” ungkap bungsu dari delapan bersaudara ini. Bekerja selama tiga tahun di sebuah salon, rupanya karier yang dilalui pria kelahiran 14 Juni 1968 ini tak mulus. Ia harus resign karena masalah internal. Tidak perlu waktu lama, dirinya sudah bekerja kembali di salah satu salon. Bekerja seharian, rupanya Djoni tetap menerima customer di rumah hingga larut malam. Kian hari pe-

Aston Djoni

Aston Djoni bersama pelanggan (Inul Daratista).

langgannya semakin banyak hingga ketika modal mencukupi, ia memutuskan untuk membuka salon pribadi. “Agustus 1993 saya membuka salon pribadi di rumah,” ujarnya. Menggeluti dunia salon kecantikan puluhan tahun, tentu banyak perjuangan yang telah dilakukan olehnya. Menerima berbagai job dalam berbagai acara tentu menjadi bukti kepercayaan customer terhadapnya. Pemilik The House of Jhony yang beralamatkan di jalan Raya Dharma Husada Indah D9, Surabaya ini mengaku telah memiliki pelanggan di seluruh Indonesia. Bahkan pihaknya

Aston Djoni bersama pelanggan (Luh Kerthianing)

sudah biasa sebagai Make Up Artist (MUA) beberapa artis tanah air, seperti Inul Daratista, Cinta Laura, Nikita Willy, T2 dan lainnya. Meskipun mengaku memiliki ketrampilan secara otodidak, namun ditengah banyaknya pebisnis kecantikan yang mulai muncul, Djoni berupaya memperdalam pengetahuan dan ilmu ke berbagai negara yang terkenal dengan dunia kecantikannya. Dirinya mulai belajar styling, make up, hair cutting di berbagai negara seperi Jepang, Australia, Singapura, dan Hongkong. “Untuk meraih kesuksesan ini tentu tidak mudah, lebih sulit lagi

untuk mempertahankannya. Maka dari itu saya sudah melanglang buana untuk menambah ilmu,” imbuhnya. Pria berambut menjuntai sebahu ini mengaku awalnya, salon yang ia miliki hanya melayani perawatan rambut saja, namun karena bridal juga ramai akhirnya ia juga memfokusnya untuk bridal berbagai acara. “Melihat peluang bisnis saat ini yang banyak dimintai itu bridal sehingga dari make up hingga gaunnya kami siapkan,” tambahnya. Bahkan untuk gaun bridal dirinya mengaku mendesain sendiri dan mencari bahan sendiri. Ia mencari referensi ke berbagai

negara untuk menambah ilmu dan membangkitakan kreativitasnya. “Kita harus mencari kiblat negara-negara mana yang memang sedang menjadi trend,” papar pria yang pernah meraih MURI kategori Gaun Pengantin Full Swarovski Asli sejumlah 14.668 biji tersebut. Meskipun memiliki banyak pelanggan, Djoni tidak berniat untuk membuka salon cabang di tempat lain. Baginya dapat melayani pelanggan secara langsung dengan maksimal adalah kepuasan batin baginya. Salah satu pelanggan setia yang selalu menggunakan jasanya adalah Luh Kerthianing, pemilik Garden Villa Residence asal Singaraja. “Saya ingin mempertahankan mutu sehingga orang yang pertama make up di saya akan datang lagi dan lagi,” tandas pria yang juga meraih rekor MURI Satu Gaun Pengantin Berubah menjadi Tujuh Model ini. -win

Aston Djoni dengan gaun desainnya

“360” Salam Senyum.. “Pakai kamera 360 dong.. biar wajah kita keliatan lebih cantik”... atau.. “ Kok beda ya aslinya dengan difoto. Sepertinya ini efek kamera 360 deh”... Nah kalimat-kalimat seperti itu terdengar tidak asing lagi di telinga kita. Semua mengikuti kemajuan teknologi dan hal seperti itu menjadi trend di kalangan masyarakat. Pembaca setia Dhani’s Art In Service, tulisan saya kali ini akan mengangkat angka tiga enam puluh (360), yang tentunya sangat bersentuhan dengan layanan. Mari kita urai satu persatu. Yang pertama 360 kita pakai untuk membuat tampilan kita lebih baik. Sama seperti contoh kalimat di atas, kesempurnaan sebuah layanan dapat dibungkus dengan istilah 360. Wajah para pelaku layanan kelihatan sangat menarik, bersih, bahkan bintik-bintik di wajah akan samar kelihatan ketika camera 360 sudah dipakai. Begitulah dengan tampilan para pelaku layanan. dalam bahasa kerennya, selalu kelihatan charming (menyenangkan). Tampilan bukan hanya di wajah, tetapi lebih ke perilaku yang mencerminkan seorang pelayan yang selalu membuat pelanggannya tersenyum. Suatu kejadian pernah saya alami ketika datang ke sebuah hotel yang cukup terkenal dan ingin menukarkan voucher menginap yang saya peroleh ketika menjadi pemenang di salah satu ajang pemilihan wanita berprestasi. Melihat tampilan customer service nya waaaah.. ancung jempol deh. Cantik,

bersih, ramah dengan seragam hotel yang dikenakan sangat serasi dengan tubuhnya yang tinggi. Namun, ketika saya perlihatkan voucher menginap itu, wajah costumer service langsung berubah. Berubah dari ramah jadi datar atau lebih kearah tidak antusias. Laaaaaaaaa.... salah saya apa... ? Ada apa dengan voucher itu? Apa pelayanan kepada tamu harus dibedakan, mana yang pakai voucher dan mana yang bayar cash. Bukankah tujuan yang manajemen hotel itu memberikan hadiah voucher salah satunya adalah mempromosikan hotel itu kepada pelanggan barunya. Naaaah kalau perilaku front office-nya seperti ini, dijamin para tamu bukannya malah ingin mencoba menginap di sana, tapi malah mengurungkan niatnya untuk memakai fasilitas menginap di hotel itu. Ini terjadi pada saya. Saya mengurungkan niat menginap di hotel itu karena tidak nyamannya sambutan dari petugas front office. Dalam hati saya, “Mana camera 360 nya... ? Kenapa potret perilaku layanan di Hotel ini tidak bisa menyenangkan tamunya karena selembar voucher ?” Yang kedua, istilah 360 kita pakai ketika bicara tentang jam terbang. Sama seperti dengan ilmu marketing yang biasanya saya sharing ketika memberi pelatihan dengan materi “Up Grade Your Selling Skill”, jam terbang itu sangat menentukan keberhasilan seseorang. Bahkan di marketing ada Magic Number y yaitu diangka 10,000. (sepuluh ribu) jam. Begitu juga di dunia layanan. Jam terbang seorang pelaku layanan sangat

diperlukan. Banyak perusahaan yang langsung menugaskan seorang front liner untuk melayani pelanggan walaupun petugasnya baru menempati jabatan itu dan belum mempunyai pengalaman. Walaupun mere­ ka sudah dibekali pelatihan tentang cara melayani dan memberikan SOP ( Standart Operation Procedur) layanan di perusahaan itu. Tentu hal itu tidak cukup untuk memberikan layanan yang baik. Bicara masalah pengalaman, berhasilnya membangun perilaku sebagai pelayan akan lebih baik, jika pegawai baru ditandemkan (dipasangkan) dengan pegawai yang terbaik dan sudah mempunyai pengalaman sebagai pelayan. Dari pengalaman saya hampir 30 tahun sebagai seorang pegawai bank, jam terbang yang cukup untuk seorang pelaku layanan apabila mereka sudah menembus angka 360 hari melayani pelanggannya. Dalam rentang waktu itu pelaku layanan akan mulai menjiwai pekerjaannya sebagai pelayan. Yang ketiga adalah bagaimana istilah 360 kita pakai ketika angka 360 menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. “Wah, dia sudah berubah 360 derajat atau “ Kok bisa ya, layanan toko itu berubah 360 derajat dari tahun lalu”. Artinya perubahan yang dlakukan untuk sebuah layanan buruk dan mengecewakan dapat diubah secara luar biasa dengan menerapkan konsep pemetaan layanan dengan baik. Ketika saya menjadi konsultan layanan di sebuah BUMN, pemetaan layanan inilah yang dapat membuat perubahan 360 derajat menuju ke layanan yang lebih baik. Pemetaan sebuah layanan bisa kita mulai dari istilah kesehatan yaitu dari mendiagnosa permasalahan hingga mengobatinya dengan benar. Sebuah layanan publik yang

dulu kalau masuk ke toiletnya sangat tidak nyaman, sekarang menjadi bersih, harum dan terpelihara dengan baik. Yang dulu para satpamnya tidak peduli dengan kehadiran tamu atau pelanggan yang datang, sekarang mereka berdiri dengan gagah tetapi tetap peduli dan hormat kepada setiap pelanggan yang datang. Kalau dulu layanan costumer service -nya jarang senyum, melayani lambat dan tidak pernah memakai make up, sekarang berubah menjadi pelaku layanan yang “charming”, sangat bersahabat dan menyenangkan kepada setiap pelanggan yang datang. Ternyata, dalam layanan istilah 360 sangat erat kaitannya dengan kualitas layanan yang diberikan. Pakailah effec camera 360 agar layanan selalu kelihatan “cantik, menarik dan menyenangkan”. Diperlukan jam terbang selama 360 hari kepada para pelaku layanan agar mereka dapat menjiwai sebagai seorang pelayan. Ubahlah 360 derajat layanan ke arah yang lebih baik dengan pemetaan layanan yang tepat dan terencana. Ayooooo... mari kita lakukan segera istilah ‘layanan 360’ agar kepuasan para pelangan tetap terjaga. Materi ini terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul SERVE WITH LOVE. Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana ‘SERVE WITH LOVE’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu ? Silahkan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatih­ an, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Y

adnya Kasada. Ketika perjanjian lama patuh terlaksana, memberikan sedekah hasil bumi ke dalam kawah gunung, begitu khidmat. Sekelumit perjalanan ritual ini diurai dalam syair doa indah oleh Dukun Pandita Sutomo, sebuah kisah dramatis dan heroik Yadnya Kasada. Pelaksanaan upacara adat Kasada Bromo 2017 ini dilaksanakan pada 9 – 10 Juli lalu. Acara dimulai Minggu (9/7) malam, berlokasi di Pura Luhur Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo. Dalam penanggalan Jawa, Hari Raya Kasada diselenggarakan pada tanggal 16 bulan Asuji atau Kasada (bulan ke dua belas) tahun Saka, pada saat bulan purnama penuh. Upacara diikuti seluruh masyarakat suku Tengger dengan membawa ongkek. Biasanya dipikul berisi tandur tuwuh bumi Tengger, ternak peliharaan atau ayam, untuk dilabuhkan sebagai kurban ke dalam kawah Gunung Bromo.Tetapi sebelumnya harus dimintakan doa Japa Mantra kepada dukun adat yang berada di Poten Lautan Pasir Gunung Bromo, setelah itu dilabuhkan. Bukan hanya itu saja, upacara Kasada merupakan upacara adat yang bertujuan untuk memilih tetua adat pada tiap-tiap desa yang dihuni Suku Tengger sekaligus upacara persembahan untuk Sang Hyang Widhi sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan. Dukun Pandita Suyitno dari Desa Sukapura, juga turut menyampaikan doa Mulunen, meskipun tahun ini tak ada pelantikan dukun baru, namun doa Mulunen tetap dipanjatkan. Ujian Mulunen memang diperuntukkan bagi dukun baru, yaitu ujian membaca mantra

Ritual Kasada

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

19

Peneguhan Kosmologi Komunitas Tengger

secara tepat tidak boleh ada kekeliruan, karena merupakan syarat utama lulus dan tidaknya sang dukun. Upacara Kasada adalah upacara agama Hindu yang dilakukan suku Tengger. Beberapa umat Hindu dari Bali juga nampak turut hadir dalam seremonial ini. Berawal dari sebuah legenda, Kasada merupakan syarat yang diberikan anak terakhir Joko Seger dan Roro Anteng. Putra bungsu mereka harus dipersembahkan untuk Bromo. Dalam cerita leluhur orang Indonesia, nazar juga acapkali dipakai sebagai janji (yang akan dilakukan) bila doa terkabul. Misalnya dalam satu versi kisah legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Konon, dalam legenda Suku Tengger di sekitar Bromo, dikisahkan Roro Anteng (putri Majapahit) dan Joko Seger (anak pendeta) sudah menikah

bertahun-tahun tapi tak juga dikaruniai anak. Hingga akhir­nya Joko Seger bernazar, bila dia dikaru­niai 25 anak maka salah satu diantara­nya akan dijadikan sebagai sesajen di Kawah Gunung Bromo. SESAJEN HASIL BUMI Begitu selesai mengucap ikrar nazar itu, tiba-tiba api menyembur dari tanah di kawah Gunung Bromo sebagai tanda doanya didengar oleh Tuhannya. Beberapa lama kemudian Roro Anteng mengandung anak pertama, kedua, ketiga, hingga anak terakhir ke-25. Kedua pasangan suami istri itu bahagia dan membesarkan anak-anak mereka hingga dewasa. Sayang Joko Seger lupa dengan nazar yang dia ucapkan ketika belum memiliki anak. Hingga akhirnya dia ditegur oleh Tuhan dalam mimpinya. Saat bangun dia gelisah dengan hutang nazar itu. Lalu dia mengumpulkan ke25 anaknya dan menceritakan tentang mimpi tersebut. Dari seluruh anaknya, ternyata cuma Kusuma, anak terakhir yang mau dijadikan sebagai sesajen. Masalahnya, Joko Seger dan Roro Anteng sangat mencintai anak bungsunya itu, lebih dari anak-anak lainnya. Tapi karena sudah menjadi kemauan Kusuma, akhirnya Joko Seger mengabulkan niat itu. Namun, Kusuma membuat syarat, yakni meminta diceburkan ke kawah pada tanggal 14 Kasada (tanggal Jawa). Dia juga meminta setiap tahun pada tanggal tersebut diberi sesajen berupa hasil bumi yang dihasilkan ke-24 saudaranya. Tradisi Kasada ini pun akhirnya dipenuhi hingga sekarang oleh masyarakat Tengger yang mengaku sebagai keturunan dari Roro Anteng dan Joko Seger. Namun cerita versi lain, untuk mendapatkan 25 anak itu Roro Anteng dan Joko Seger bersemedi, hingga akhirnya mendapat bisikan dari Sang Hyang Widi Wasa yang menjanjikan 25 anak. Syaratnya, pasutri itu akan diberikan anak tetapi anak terakhirnya harus dikorban­ kan ke kawah Gunung Bromo. Dalam upacara Kasada, perlengkapan sesaji yang digunakan memiliki dua unsur penting yaitu kepala bungkah dan kepala gantung. Sedangkan bagi beberapa orang yang memiliki permohonan khusus, disyaratkan membawa kambing atau ayam. Terdapat tiga tempat penting dalam prosesi perayaan Kasada yakni rumah dukun adat, Pura Poten Luhur dan kawah Gunung Bromo. Upacara Kasada ini dilaksanakan mulai dari tengah malam hingga dini hari, untuk melaksanakan peraya­an ini, dilakukan persiapan sejak pukul 00.00 yang dimulai dengan bergerak dari depan rumah dukun adat dan sampai di Pura Luhur Poten sekitar

pukul 04.00. Sebelum upacara dilaksanakan dukun pandita terlebih dahulu melakukan semeninga, yaitu persiapan untuk upacara yang bertujuan memberitahukan para dewa bahwa ritual siap dilaksanakan. Ketika sudah sampai di Pura Luhur Poten semeninga kembali dilaksanakan. Ritual Kasada dilaksanakan dengan menempuh perjalanan dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo. Ritual Kasada dimaknai berbedabeda oleh setiap kalangan. Pemaknaan ritual Kasada juga tergantung dari sudut pandang pemaknaannya. Ritual Kasada dimaknai sebagai peneguhan kosmologi komunitas Tengger, bahwa Gunung Bromo merupakan pusat dunia. Hal ini terungkap pada zaman dahulu pembangunan rumah maupun sanggar menghadap ke arah Gunung Bromo. Ritual Kasada juga dimaknai sebagai identitas komunitas Tengger sebagai anak keturunan Majapahit. Pada masa sekarang yang mengikuti upacara Kasada tidak hanya suku Tengger yang beragama Hindu, namun warga Tengger yang beragama Islam maupun Kristen yang sudah keluar daerah datang dan berkumpul kembali. EKSOTIKA BROMO Tahun ini, peringatan Yadnya Kasada 2017 di Gunung Bromo Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah daerah setempat menggelar pra-event bernama Eksotika Bromo pada 8-7 Juli 2017. Ribuan wisatawan domestik dan internasional memenuhi lautan pasir. “Kali ini Kasada sangat berbeda, ada Eksotika Bromo. Eksotika digarap swasta dan pemda serta digelar tiap pukul 14.00. Kasada menyedot perhatian wisatawan, dan membuat mereka berlama-lama di Bromo supaya bisa menginap dan berwisata lebih lama, tak hanya melihat sunset, lalu pulang. Di pre-event Kasada ini wisatawan disuguhkan berbagai gelaran kesenian,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Budaya Probolinggo Sidik Wijanarko. Bromo merupakan salah satu dari 10 destinasi prioritas yang ditetapkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai Bali Baru. Sidik menjelaskan, selama dua hari panitia menampilkan aneka seni tradisional masyarakat Tengger. Diantaranya Sendratari Kidung Tengger, puisi, Kidung tengger, Jaranan Wahyu Tunas Budaya dan lain-lain. Tidak hanya itu, hadir pula artis dan juga pemain film Ayushita Widyartoeti Nugraha dan Sha Ine Febriyanti. Dua artis ibukota ini tampil bergantian pada 7 dan 8 Juli. Mereka membawakan puisi dengan tema puisi kidung Tengger.

“Kami bersyukur acara berlangsung sukses menghipnotis wisatawan yang datang, Sendratari Kidung Tengger, Tari Topeng Gunungsari, Perkusi UI Daul Madura yang merupakan perkusi berlatar etnik Madura. Ada pula Singo Ulung tarian khas Bondowoso, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, Jaran Slining Lumajang, Tari Mahameru, serta Reog Ponorogo, sukses membuat wisatawan tidak hanya menonton tetapi ikut mengabadikan melalui ponsel dan kamera miliknya, kami senang melihatnya,” kata Sidik. Eksotika Bromo ditutup dengan menari bersama yang dilakukan seluruh penampil. Dengan diiring musik Jegog Suar Agung Bali, yang merupakan perkusi bambu berlatar etnik dari Jembrana, Bali. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti, yang didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan, mengatakan, kemeriahan Eksotika Bromo tidak sampai situ dan terus berlanjut. DONGKRAK EKONOMI WARGA BROMO Di lokasi berbeda namun masih di kawasan Bromo, tepatnya di Agrowisata Strawberry Desa Jetak, dua malam berturut-turut akan ditampilkan Pawai obor, Tari Topeng Gunungsari, Konser Musik Wadya Bala STKW, Tari Pepe ‘pepe’ Bainea Ri Gowa, serta Jaranan Campursari. “Penampilan budaya dalam eksotika berpotensi menarik wisatawan. Ini akan membuat wisman berlama-lama, asumsi kami mereka akan empat hari berada di Bromo. Disana juga sangat lengkap, karena ada obyek wisata penunjang, seperti gua Batman, seruni poin dan kebun Stroberi. Bromo sudah terkenal alamnya, sekarang budayanya yang bakal dikenalkan, ini harus terus dijaga,” kata Esthy. Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengatakan, perhelatan ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik. Atraksi ini juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. “Hal ini bisa mendongkrak ekonomi warga desa, terutama yang berjualan makanan dan minuman serta sewa penginapan. Sampah harus tetap diperhatikan untuk menjaga agar Bromo tetap lestari. Prinsipnya semakin dilestarikan semakin menyejahterakan, buat nyaman wisatawan berlama-lama di Bromo, agar mereka semua tahu, bahwa Indonesia punya semuanya. Mau gunung ada, mau laut ada, budaya sangat lengkap, keindahan alam tiada tandingannya,” kata Menpar Arief Yahya. (Lely Yuana)


18

Life Story

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Madu Putih dan Madu Kopi

Kesulitan Budidaya Madu merupakan minuman alami yang memiliki segudang manfaat. Madu yang dihasilkan lebah ini mampu menjaga stamina, untuk kesehatan dan juga kecantikan. Rasanya yang manis, tentu membuat siapa saja tidak mempunyai alasan untuk tidak menyukainya. Bagi orang awan, semua madu sama saja memiliki khasiat dan rasa yang sama. Namun tahukah Anda, jika madu memiliki fungsi yang berbeda tergantung dari jenis lebah penghasilnya.

B

erbagai jenis madu dihasilkan oleh kelompok tani ternak Puspita Werdi Mekar Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak. Sejak beberapa tahun yang lalu, anggotanya telah membudidayakan lebah untuk menghasilkan jenis madu unggul. Madu putih dan madu Kopi merupakan produk unggulan yang telah berhasil dikembangkan dan menjadi incaran konsumen. Pembina Penyuluh Petani Lapangan (PPL) Kecamatan Gerokgak, Hery Suwarni mengatakan untuk menghasilkan madu Putih, anggota telah membudidayakan lebah di pohon juwet. Berbeda dengan madu pada umumnya, tampilan madu Putih berwarna putih seperti susu. Dari segi rasa pun, madu jenis ini memiliki rasa manis dan sedikit kecut. Hery Suwarni menambahkan, madu Putih sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak karena bermanfaat untuk menambah nafsu makan. “Tampilannya seperti susu jadi bisa langsung diminum dengan dicampurkan air hangat-hangat kuku,”jelasnya. Berbeda halnya dengan madu

Putih, madu Kopi pun memiliki manfaat yang berbeda. Madu Kopi diklaim dapat mengobati penyakit diabetes dan mengurangi kecanduan ter- h a d a p rokok. “Kandungan kopinya dapat menetralisir nikotin yang terkandung dalam rokok,” ungkapnya. Madu ini dihasilkan dari lebah yang menghisap bunga kopi, rasanya pun ada manis d a n pahit seperti kopi.

madu dengan kualitas super. Juwet dan kopi yang merupakan tanaman musiman sangat mempengaruhi jumlah madu yang dihasilkan. Dalam setahun pihaknya hanya mampu melakukan panen 1 sampai 2 kali dengan hasil 10 hingga 15 botol per sekali panen. Untuk memanen lebah dengan kualitas madu baik, diperlukan waktu 2,5 bulan hingga 3 bulan. “Kalau produksi tergantung musimnya, kadang-kadang lebah yang dibudidayakan juga gagal panen karena cuaca yang tidak menentu,” imbuhnya. Akibat kondisi tersebut, pihaknya belum bisa memproduksi dengan jumlah yang banyak, ditambah produk yang dihasilkan merupakan madu alami tanpa campuran. Selama ini Kelompok Tani Ternak Puspita Werdi Mekar telah memasarkan madu produksinya secara menyeluruh

juk nun KTT e m i i arn uks r Suw prod Meka y n u r He mad erdi kan pita W Pus

Perempuan murah senyum ini juga menjelaskan, untuk satu botol madu Putih dan madu Kopi dibandrol dengan kisaran harga Rp. 200 ribu hingga Rp.230 ribu per botol sirup. Harga ini sebanding dengan lamanya budidaya lebah hingga menghasilkan

Terancam Punah, Ubi Sikep Dikenalkan Ke Masyarakat Berbagai tanaman pangan nonberas sangat potensial dikembangkan di Buleleng. Hal tersebut dapat dilihat dengan tumbuh subur tanaman pengganti beras seperti jagung, kentang, dan ubi-ubian. Selain singkong, ubi jalar dan talas, rupanya jenis ubi yang dahulu banyak ditanam di Kecamatan Busungbiu ini belum terlalu akrab di masyarakat. Ubi Sikep yang merupakan pangan non beras berkualitas yang sudah jarang ditemui. Ubi Sikep merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Busung Biu namun hingga saat ini keberadaannya terancam punah karena hanya segelintir petani yang masih menanam sebagai tanaman penyela di areal perkebunan. Beruntung, petani di Desa Uma Jero rutin menanam namun produksinya tentu sangat minim. Dilihat dari bentuknya, ubi Sikep berbentuk sayar atau cakar kaki burung Sikep. Bentuknya yang unik itulah, konon petani dahulu menamainya dengan nama ubi Sikep. Meski

di Kabupaten Buleleng dan Bali, bahkan jika terdapat pesanan pihaknya juga melayani sampai ke Pulau Jawa. Kendala yang ditemui masih masalah klasik yaitu pasar yang kurang menunjang dan alatalat pengolahan yang terbatas sehingga masih diproduksi secara tradisional. Selain madu Putih dan madu Kopi, anggotanya juga memproduksi madu Kelekele, madu Asli, dan madu super. (Wiwin Meliana)

Monumen Jagaraga Ramai Dikunjungi Dinsos Imbau Masyarakat Patuhi Aturan

Dinas Sosial Kabupaten Buleleng mengevaluasi pembangunan Monumen Jagaraga pasca diresmikan Januari lalu. Monumen yang dibangun dengan tujuan awal untuk menghormati dan menghidupkan kembali sejarah perjuangan pahlawan Buleleng kini mulai ramai dikunjungi. Monumen yang banyak memberi pembelajaran penting mengenai makna filosofi perang Jagaraga ini selalu mendapat kunjungan dari pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui bagaimana perjuangan Patih Jelantik dan Jro Jempiring. Menurut Kepala Dinas Sosial Buleleng, Drs. Gede Komang,M.Si, setelah dibuka secara resmi beberapa bulan lalu, pembangunan monument Jagaraga memang telah memenuhi tujuannya dalam memberikan gambaran kepada generasi muda mengenai perang terbesar dan pertama di Buleleng tersebut. Generasi muda secara langsung akan melihat diorama tentang penggambaran perang yang dipimpin oleh Patih Jelantik dan Jro jempiring. “Bagi pengunjung yang melihat diorama pertama hingga terakhir akan melihat penggamabaran perang Jagaraga,”jelas Gede Komang saat ditemui di ruang kerjanya Hal mendasar yang diutamakan dalam pembangun monument bersejarah tersebut adalah dibangunnya tokoh Gusti Ketut Jelantik dan Jro Jempiring sebagai symbol heroik perang puputan Jagaraga. Awalanya, hanya Gusti Jelantik yang ingin

ditampilkan karena hanya Gusti Jelantik yang sudah mendapat pengakuan secara nasional. Akan tetapi banyak tokoh masyarakat yang meminta untuk ditampilkan juga istri dari Patih Jelantik yaitu Jro Jempiring dengan tinggi patung sekitar 6 meter dan terbuat dari perunggu. Sebagai sarana edukasi, pembangunan monument ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang menyediakan berbagai macam buku-buku peristiwa sejarah Buleleng. Gede Komang menambahkan, dari data yang dimiliki Dinsos Buleleng, pengunjung dari Bulan Januari hingga saat ini telah mencapai 4 ribuan dari kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Melihat kondisi tersebut, pihaknya telah menempatkan 9 staff yang ditugaskan untuk melayani pengunjung. Bahkan secara rutin pihaknya menugaskan para staff untuk melakukan pemeliharaan baik dari segi kebersihan, perawatan dan pengawasan terhadap pengunjung. “Setiap Sabtu dan Minggu pengunjung pasti full, sehingga staff kami siagakan dari jam 7 pagi hingga jam 8 malam,” ungkapnya. Belakangan, masyarakat yang datang tidak hanya untuk mempelajari sejarah perang Jagarag, tetapi juga datang untuk mengabadikan gambar atau berselfie. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkakn, Gede Komang menghimbau masyarakat yang datang agar mematuhi peraturan saat berkunjung ke monument. Pengunjung tidak diperkenankan menggunakan alas kaki saat hendak masuk ke dalam gedung. Hal ini agar tidak menyisakan debu di dalam ruangan. Pengunjung juga diharapkan menjaga kebersihan agar taman-taman yang sudah tertata dengan rapi tetap terjaga keasriannya. Hal yang paling penting, pengunjung yang ingin berselfie agar tidak menyentuh patung-patung yang ada di dalam ruangan untuk mencegah kerusakan. Meskipun dibuka untuk umum, akan tetapi pihaknya juga membatasi jam berkunjung sehingga untuk masyarakat yang datang di luar jam berkunjung tidak akan dilayani. “Kami buka dari jam 7 pagi hingga 8 malam, jadi diatas jam itu tidak akan kami layani,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Nyoman Putra

namanya unik, kandungan gizi sama dengan jagung. Selain itu, tekhnik pengolahannya tergolong mudah, mulai dari direbus atau dikukus dan dijadikan panganan olahan sebagai pengganti nasi. Menurut Nyoman Putra Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Busung biu mengatakan langkanya petani yang menanam Ubi Sikep disebabkan oleh berminatnya masyarakat dengan tanaman endemik tersebut. Selain itu, petani enggan menanam karena harganya jualnya kalah dengan tanaman non beras lainnya. Ubi Sikep hanya dicari karena dijadikan salah satu perlengkapan untuk membuat sarana upakara banten menurut tradisi di Bali. Dari segi rasa, rasa ubi Sikep tidak jauh berbeda dengan talas dan memiliki kandungan gizi yang sama dengan jagung. Proses pembudidayaannya pun tidak rumit. Ubi Sikep biasanya dapat tumbuh di mana saja, terutama daerah yang memiliki tekstur tanah gembur dan berpasir. Jenis ubi ini juga dapat tumbuh dengan baik pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi maupun sedang. “Kalau tidak dikenalkan maka tentu ubi ini lama kelamaan akan punah,” jelasnya. Ditambahkan Nyoman Putra, untuk mencegah kepunahan, pemahaman dan pengenalan kepada petani harus terus dilakukan. Bahkan beberapa waktu lalu, pihaknya menampilkan produksi ubi Sikep dalam pameran pertanian di arena Twin Lake Festival 2017. Melalui pameran tersebut, kata dia, banyak masyarakat yang baru mengetahui keberadaan ubi Sikep tersebut. “Bentuk dan namanya yang unik membuat masyarakat penasaran dan mencari informasi lanjutan, bahkan ubi yang kami pamerkan ini sudah dipesan oleh pengunjung untuk dibudidayakan kembali,” tutupnya. (Wiwin Meliana)

Lebaran tahun ini semestinya menjadi hari paling bahagia bagi Vina (39). Ia seharusnya tengah berada pada masa-masa yang mendebarkan menanti masa yang paling dinantikannya, pernikahan yang sakral. Tanggal 9 Juli 2017 seharusnya menjadi hari istimewanya bersama sang kekasih, Haris (35) yang dikenalnya hanya lewat media sosial dan telepon. Namun, nasib berkata lain. Kisah kasih jarak jauh antara keduanya itu berakhir beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri 2017. Sedih mungkin iya. Namun Vina terlihat bisa menerima putusnya rencana pernikahannya itu.

L

ima tahun lalu Vina meninggalkan kampung halamannya di Pulau Sumbawa untuk bekerja di Jakarta. Kehidupan ekonomi yang pas-pasan membuat ia memutuskan untuk mencari nafkah di ibukota negara itu. Sebenarnya, selain karena soal ekonomi, kepergian Vina ke Jakarta juga akibat ia sempat patah hati tatkala hubungan cintanya putus di tengah jalan. Memang belum ada rencana serius dari hubungan mereka itu, namun Vina terlihat seperti patah hati saat sang kekasih menjalin hubungan diam-diam dengan gadis lain yang membuat hubungan mereka kemudian berakhir. Sejak itulah Vina ‘menjomblo’ hingga usianya menginjak waktu yang sesungguhnya telah lewat untuk menikah. Hal inilah yang membuat orangtuanya sempat gelisah. Begitu juga dengan keluarga besarnya. Mereka prihatin pada kondisi Vina tampak tidak ingin membuka hati pada laki-laki lain. Apalagi setelah ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk waktu yang lama. Setelah lima tahun di Jakarta, Vina belum juga mengirim kabar bahagia kepada keluarganya di kampung, bahkan sekadar kabar bahwa ia memiliki seorang kekasih atau apalah namanya. Berita ini yang paling ditunggu oleh keluarganya ketimbang kiriman finansial darinya. Namun lima tahun itu berlalu begitu saja, tanpa kabar bahagia untuk keluarganya. Karena itulah ketika suatu hari ayah Vina bertemu dengan teman lamanya yang rupanya memiliki anak laki-laki yang juga ternyata belum menikah meski usianya empat tahun di bawah Vina, hati sang ayah berbunga-bunga. “Apalagi waktu pertemuan itu keduanya saling bercerita tentang anak masing-masing lalu terkuak kedua anak tersebut sama-sama belum menikah,” kata Rinjani, bibi dari Vina. Antusiasme kedua ayah itu berlanjut hingga keduanya sepakat menjodohkan anak-anak mereka. Para ayah ini lalu memperkenalkan anak-anak mereka itu lewat telepon. Dilanjutkan keduanya lewat media sosial. Intensitas perkenalan Vina dan Haris yang

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

7

Perjodohan yang Gagal

tinggal di Pulau Sumbawa ini terjalin lewat media sosial dan telepon dalam hubungan jarak jauh itu. Sampai akhirnya keduanya merasa klop dan mantap untuk saling berjanji mengikat pernikahan. Karena Vina tidak dapat pulang ke Pulau Sumbawa dengan sebab ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, maka keluarga besarnyalah yang mengurus rencana pernikahan itu. Seperti kebiasaaan di kampung itu, semua persiapan dibicarakan juga dengan lingkungan sekitar ketika keluarga calon pengantin laki-laki ingin datang menyampaikan lamaran secara resmi. “Semua hadir termasuk Ketua RT saat lamaran disampaikan pada kami,” kata Rinjani. Dalam lamaran itu semua berjalan lancar dan bahagia. Tanggal pernikahan pun sudah ditentukan dan Vina akan pulang seminggu sebelum lebaran. Lamaran itu dilakukan dua bulan sebelum puasa 2017. Dalam masa menunggu itu, keluarga Vina antusias menyiapkan kebutuhan pernikahan itu, karena kebetulan uang untuk biaya pernikahan sesuai dengan kesepakatan sudah diberikan oleh keluarga Haris. Namun sayang, di tengah kesibukan keluarga Vina menyiapkan pernikahan itu, Haris tiba-tiba menghilang. Ia tidak lagi pernah berkomunikasi dengan Vina sehingga Vina sempat kebi­ ngungan. DIADU DOMBA Selama dua bulan sejak lamaran itu dilakukan, Haris banyak menghilang. Sama sekali tidak bisa dihubungi sampai akhirnya ayah Vina mendatangi ayah Haris. Ayah Haris sendiri tidak tahu jika Haris hilang tanpa komunikasi seperti itu. Haris sendiri tidak berada di rumah ketika ayah Vina datang, karena rupanya ia tinggal di rumah ayah angkatnya. Hal itu baru diketahui dari cerita ayah Haris kepada ayah Vina. “Alasan Haris HP-nya rusak. Lalu dibelikan HP sederhana oleh ayah Vina yang penting mereka bisa berkomunikasi dengan lancar di tengah persiapan pernikahan itu,” ujar Rinjani. Benar setelah itu komunikasi mereka kembali berjalan baik. Namun seminggu kemudian ia menghilang lagi membuat ayah Vina kembali mendatangi rumah Haris. “Kali ini alasannya HP diberikannya kepada sepupunya,” kata Rinjani yang kemudian merasa curiga pada Haris. Hal inilah yang diam-diam diselidiki oleh Rinjani dan keluarganya. Ada apa sesungguhnya dengan sikap Haris itu. “Jelas kami tidak ingin anak (keponakan) kami terjerumus dalam pernikahan yang nantinya tidak bahagia,” kata Rinjani. Dari sana Rinjani mendengar bermacam cerita tentang Haris. Mulai dari bisikan tetangga yang memintanya untuk mengenal kembali Haris dengan baik terlebih dahulu, Haris yang pemalas sampai pada isu miring Haris penyuka sesama jenis. “Karena kabar itulah kami ke-

mudian memanggil Haris dan meminta penjelasannya,” kata Rinjani. Dalam pertemuan itu, Haris yang jika ke rumah calon mertuanya terlihat sangat alim tersebut, tibatiba mengeluarkan sifat aslinya yang tidak menghargai orang tua. Ia marah-marah dan menuduh keluarga Vina menghakimi dirinya. “Padahal kami tanya baik-baik termasuk kenapa ia suka menghilang dan juga alasan-alasan lain yang sering disampaikannya pada kami yang terkesan mengada-ada,” kata Rinjani. Yang lebih parah adalah Haris mengadu domba Vina dengan keluarganya sendiri, sampai-sampai Vina bertengkar dengan para bibi dan keponakannya. Vina yang tidak terima keluarganya menghakimi Haris seperti yang diceritakan Haris itu, sempat tidak ingin men-

ghubungi keluarganya yang tengah susah payah mengusahakan hal terbaik bagi dirinya. Ia lebih asyik mendengarkan Haris. Inilah sebabnya kemudian Rinjani dan keluarganya tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Karena keluarga jadi terpecah, ada yang membela Vina ada pula yang jengkel pada Vina. “Kami jadi bertengkar antar saudara,” kata Rinjani yang memang memiliki peran besar dalam persiapan pernikahan itu. Beberapa minggu situasi ini begitu panas, sehingga Rinjani menyerah karena Haris terus mengadu domba. “Silakan ambil keputusan sendiri saya sudah tidak mau terlibat,” sesal Rinjani yang membiarkan mereka mengambil keputusan sendiri termasuk Vina dan ayah Vina yang ngotot bahwa pernikahan harus tetap

dilaksnaakn sesuai rencana. Ketika Rinjani benar-benar lepas tangan, entah apa yang terjadi, dua minggu kemudian ia mende­ngar pernikahan itu batal. “Mereka akhirnya tahu sendiri siapa Haris yang sebenarnya,” kata Rinjani tanpa mau membeberkan lebih jauh. Itulah akhir dari kisah Vina dan Haris. Beberapa hari sebelum lebaran, Rinjani dan keluarganya secara resmi datang ke rumah orang tua Haris untuk membatalkan rencana pernikahan itu sekaligus mengembalikan uang yang pernah diberikan oleh keluarga Haris untuk persiapan pernikahan. “Akhirnya katering dan gedung pernikahan yang sudah kami bayar itu tidak terpakai di tanggal 9 Juli ini,” kata Rinjani tertawa. (Naniek I. Taufan)


8

Bunda & Ananda

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Di Balik Kisruh Sistem Zonasi

Hentikan Pelacuran Idealisme di Dunia Pendidikan

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dari tahu ke tahun selalu menyisakan permasalahan. Begitu juga PPDB tahun 2017 yang menetapkan sistem zonasi, masih meninggalkan masalah baik bagi orangtua, sekolah, dan pemerintah. Hal ini disampaikan I Wayan Dudik Mahendra, S.S.

M

antan Ketua Komite SDN 3 Sesetan ini menyayangkan ada beberapa reaksi atas keluarnya Permendikbud No. 17 Tahun 2017 tentang PPDB. “Ini sebenarnya sangat bagus jika berbicara atau kita sepakat bahwa pendidikan kita sedang pada situasi yang sangat mengkhawatirkan. Kita harus jujur mengatakan bahwa dengan adanya ujian nasional atau ujian-ujian yang terstandarisasi telah membuat sekolah-sekolah dalam hal ini guru-guru kadang menghalalkan segala cara agar anak-anaknya mendapatkan nilai yang bagus,” ujar Dudik-sapaan akrab Penyarikan (Sekretaris) Desa Pekraman Sesetan yang juga Ketua DPC Partai Nasdem Denpasar Selatan ini. Tak jarang kita mendengar bahkan beritanya sempat ditayangkan di televisi bahwa ada anak yang dipaksa gurunya untuk memberikan contekan kepada temannya, sehingga anak tersebut merasa tertekan. Di satu pihak anak-anak disuruh jujur dan berusaha sendiri, namun mengapa saat UN disuruh bekerjasama? Ide Permendikbud yang baru dikeluarkan tersebut dinilainya terlalu terburu-buru, Mei ditandatangani, Juni diterapkan, sehingga sosialisasinya kurang. “Tetapi jangan dilihat masalah koordinasinya, lihat tujuannya. Tujuannya baik sekali. Sistem zonasi jelas bertujuan menghilangkan dikotomi sekolah unggulan dan sekolah non-unggulan. Karena harus kita akui ‘titel’ tersebut telah memicu kecurangan-kecurangan dalam

dunia pendidikan. Untuk mendapatkan kursi di sekolah unggulan, tak jarang orangtua berani membayar lebih. Ketika anaknya tak mampu diterima lewat jalur NEM, mereka bayar lebih. Dengan zonasi, titel sekolah unggulan-non unggulan tidak ada. Jadi tidak ada lagi anak yang harus masuk ke sekolah favorit. Karena mereka harus masuk di sekolah lingkungan terdekat. Karena dengan bersekolah di lingkungan terdekat akan dapat mengurai masalah kemacetan. Bahkan bisa saja nanti ada aturan untuk anak SMP, SMA tidak boleh membawa kendaraan bermotor ke sekolah karena sudah bersekolah dengan jarak yang dekat. “Sekarang ini kita lihat banyak anak SMA kelas 1 (belum 17 tahun) bahkan anak SMP sudah naik motor, mereka belum punya SIM, karena tidak mungkin juga orangtuanya mampu mengantarjemput anaknya. “Kenapa dunia pendidikan kita dibiarkan melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Dengan sistem zonasi ini, saya kira permasalahan ini bisa dipecahkan. Apalagi misalnya ada ketegasan dari pemerintah bahwa anak SMP dan SMA tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor sendiri menuju sekolahnya,” ucap Dudik. Selain itu, dengan sistem zonasi ini dikatakannya tidak perlu lagi ada pelacuran idealisme di dunia pendidikan hanya semata-mata untuk mendapatkan NEM yang bagus, karena sudah tidak penting lagi. “Dalam sistem zonasi, NEM

I Wayan Dudik Mahendra, S.S.

berada pada urutan ketiga. Pertama jarak, umur, baru NEM. Mungkin saja kita nanti akan kembali pada nilai itu penting, tetapi setelah kita mampu mensterilkan sekolah dari fragmatisme yang terjadi seperti sekarang,” jelasnya. JANGAN KORBANKAN KUALITAS PENDIDIKAN Selanjutnya, Permendikbud tersebut membatasi jumlah siswa per kelas. Ini dikatakannya, memang sesungguhnya harus dilakukan. Tidak elok jika kita melihat dalam satu ruang kelas di SD ada 40 sampai 50 siswa. “Kualitas pendidikan seperti apa yang ingin dicapai jika muridnya sampai berjejal seperti itu,” ujarnya. Karena itu, ia menyayangkan sekali Permendikbud harus ditabrak dengan Pergub, semata-

mata karena alasan hanya untuk memenuhi wajib belajar 12 tahun tetapi mengorbankan kualitas pendidikan dengan memaksakan kelas yang padat. Padahal menurutnya ada solusi yang lebih baik yang seyogianya bisa diambil pemerintah provinsi maupun pemkot/pemkab, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah swasta. Misalkan saja sekolah swasta menjadi tempat anak-anak yang tak tertampung di sekolah negeri, tetapi sekolah swasta ini diberikan subsidi oleh pemerintah. Misalnya sekolah yang terakreditasi A subsidinya berapa, dan seterusnya. Namun di sisi lain, sekolah swasta yang mendapatkan subsidi ini juga dipatok besaran SPP-nya agar jangan sampai terlalu memberatkan orangtua siswa. Hal ini dikatakannya jauh lebih baik ketimbang pemerintah memaksakan menambah guru honor, menambah ruang kelas yang tidak mungkin dilakukan di Kota Denpasar ini karena ketiadaan lahan. “Jadi menurut saja lebih baik memanfaatkan sekolah-sekolah swasta yang sudah ada,” ujar Dudik. Kemudian, jika ada sekolah swasta yang SPP-nya tinggi dan memang sudah memiliki guru-guru yang dianggap qualified, dan fasilitas yang bagus, tidak harus mengambil subsidi ini. Jika ada orangtua yang mau anaknya ke sekolah swasta yang bagus, mereka bayar lebih. “Istilah seperti ini, sekolah negeri gratis, sekolah swasta murah adayang disubsidi pemerintah, sekolah swasta mahal juga ada. Pilihannya ada pada masyarakat, mereka punya banyak pilihan,” ucapnya.

“Saya berharap besar Permendiknas 2017 tidak didrop karena masalah yang timbul sekarang, tetapi dikaji dengan lebih baik dan pada tahun ajaran mendatang sudah bisa dilakukan solusi-solusi yang tidak mengorbankan kualitas pendidikan, tetapi juga memberikan pilihan-pilihan kepada masyarakat. Pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun, jadi memang sudah menjadi tanggung jawab pemerintah bahwa anak negeri ini tamat 12 tahun (SMA). Tidak ada judulnya, undang-undang mengharuskan begitu tetapi pemerintah melalui aparatur ke bawah tidak peduli. Jangan sampai kita seperti keledai, berulang-ulang terperosok dalam kesalahan yang sama, dalam PPDB. Ini perlu contoh dari para pejabat, jangan sampai aturan PPDB sudah jelas, namun karena perasaan tidak enak anggota dewan kita “dititipi” oleh masyarakat, begitu juga pejabat-pejabat di kependidikan juga “dititipi” oleh masyarakat, jadinya menabrak aturan. Ketika ada yang menabrak aturan, maka masyarakat akan bisa melihat di dunia internet yang serba transparan ini. Masyarakat akan sangat tahu hal ini. Misalkan SMA A menerima 5 kelas, kemudian tiba-tiba ada 7 kelas. Dari sini sudah pasti ada yang tidak benar. “Jadi, para pejabat harus berani memberi contoh untuk tidak mencurangi aturan-aturan yang ada. Harapan saya sebagai masyarakat yang peduli dengan pendidikan, ada ketegasan dari pemerintah. Jika ada aturan baru, disosialisasikan dengan baik, tidak diterapkan grasa-grusu,” tandasnya. (Inten Indrawati)

Mendongeng Lima Menit seteguk air

Ketika musim kemarau tiba, sumursumur di desa itu kering-kerontang. Ibu Randu menyuruh kedua putrinya, Mawar Putih dan Mawar Hitam, mengambil air Made Taro di hulu sungai. Mawar Hitam, anak kandung Ibu Randu, menolak perintah itu. Terpaksalah si anak tiri, Mawar Putih, berangkat sendirian. Walaupun sumber air itu terletak dalam hutan yang sunyi dan menakutkan, Mawar Putih tidak merasa gentar. “Demi keluarga, aku jalani pekerjaan berat ini,” kata hatinya. Ia menjunjung periuknya yang penuh air, kembali ke rumah melewati hutan lebat. “Berilah aku seteguk air, Cucuku!” Tiba-tiba di tempat yang sepi ia mendengar suara lemah dan parau. Dari semak-semak muncul seorang nenek tua berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya. “Aku sangat haus,” kata nenek itu. Mawar Putih menurunkan periuk dari kepalanya, lalu menyerahkan air itu kepada nenek tua. Nenek itu pun minum dengan lahapnya. Seteguk, dua teguk, berteguk-teguk. Akhirnya air satu periuk itu habis. “Cucu baik budi. Kata-katamu penuh muti-

ara,” kata nenek itu, lalu menghilang. Mawar Putih takut dimarahi ibunya. Ia kembali ke hulu sungai, lalu mengambil air satu periuk lagi. Setiba di rumah ia menceritakan pengalamannya kepada ibu dan saudara tirinya. Aneh, setiap kata-kata yang menyembur dari mulutnya, menjadi mutiara. Sang ibu dan Mawar Hitam sangat senang mengumpulkan berbutir-butir mutiara yang berserakan di tanah. “Ibu, sekarang akulah yang berangkat mencari air,” desak Mawar Hitam. “Jangan, Anakku! Matahari hampir tenggelam,” cegah Ibu Randu. Mawar Hitam seolah-olah tidak mendengar kata-kata ibunya. Ia segera mengambil periuk lalu pergi ke sumber air. Dalam perjalanan pulang, di tengah hutan lebat ia bertemu dengan nenek bertongkat yang diceritakan oleh Mawar Putih. Nenek itu minta seteguk air. Satu teguk, dua teguk, berteguk-teguk, dan akhirnya menghabiskan satu periuk penuh. Mawar Hitam marah. Ia membanting periuknya yang kosong. Periuk itu hancur berantakan. Aneh, pecahan periuk itu berubah menjadi ular, kecoak dan kalajengking. Mawar Hitam berteriak ketakutan. Ia berlari menuju rumahnya. Di depan pintu ia terjatuh. Ibu Randu dan Mawar Putih mendapati seluruh tubuh Mawar Hitam dikerubuti berbagai hewan beracun.

Griya

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Percantik Ruangan dengan Gorden

17

Gorden atau tirai adalah salah satu elemen penting dalam desain interior. Selain berfungsi sebagai pelindung dari ultravioet sinar matahari agar tidak langsung masuk ke dalam ruangan dan menghindari pandangan langsung dari luar, gorden telah menjadi salah satu faktor desain interior untuk mempercantik ruangan. Hal ini diungkapkan Anisah (46), pemilik toko Korden Indah di Denpasar.

D

alam memilih gorden, konsumen anda bisa mempertimbangkan banyak hal, mulai dari warna, bahan kain, model gorden, ketebalan bahan, motif dan sebagainya. “Tidak perlu memilih gorden yang mahal. Pilihlah bahan bahan dan model yang tepat dengan ruangan Anda agar matching dan mampu memberikan karakter pada ruangan Anda,” ujarnya. Ada berbagai jenis dan model gorden yang ada di pasaran. Namun beberapa tahun terakhir, konsumen lebih banyak menyukai jenis smokring karena dinilai simpel namun tampilannya mewah. “Awalnya memang tak banyak permintaan pasar. Tetapi mungkin ketika konsumen melihat banyak yang memakai gorden ini, jadinya makin banyak yang suka,” ujar Anisah yang memulai usahanya ini dari berjualan door to door di tahun 1990.

Anisah

Tahun 1995, ia dan suaminya membuka toko di kawasan Panjer, Denpasar dan setahun kemudian di Pulau Kawe, Denpasar. Anisah biasanya menjahit sendiri gordengorden pesanannya. Bahkan ser-

ingkali membuat desain sendiri dengan mengkolaborasikan beberapa model gorden dari kain, dan hasil desainnya ini banyak disukai konsumen. Selain smokring, ada jenis gorden lain yang juga ditawarkan di pasaran. Di antaranya, venetian blind-berbahan aluminium yang cocok dipasang di dapur. Roller blinds-yang banyak dipakai di kamar-kamar hotel/vila. Vertical blinds-yang banyak dipakai di perkantoran. Wooden blinds-berbahan kayu, banyak disukai bule. Untuk perawatan gorden kain dijelaskannya cukup simpel. Cukup direndam dengan air sabun, dikucek, dibilas, dan dijemur di tempat yang tidak langsung kena terik matahari. “Yang penting jangan disikat. Jika enggan mengerjakannya, bisa dibawa ke tempat kami, karena kami juga melayani servis dan perawatn gorden,” ucapnya. (Inten Indarawati)

PERESMIAN OUTLET SUKLA : JAYA FRIED CHICKEN (JFC) DI BATUAN SUKAWATI GIANYAR

GUSTI WEDAKARNA BANGGA JFC MILIKI 63 OUTLET DI BALI

Bisnis kuliner bisa dikatakan sebagai “bisnis abadi” karena dari dulu hingga sampai kapanpun bisnis kuliner baik makanan dan minuman ini tidak akan pernah sepi akan konsumen. Apalagi Indonesia termasuk negara dengan tingkat konsumsi tertinggi di dunia yang membuat peluang untuk terjun di bisnis kuliner ini semakin tinggi. Kebanyakan generasi muda lebih senang makan dan mengonsumsi makanan cepat saji maupun makanan olahan dari resep luar negeri. Masyarakat di Bali pun tidak mau kalah dengan peluang bisnis yang menjanjikan ini. Tentunya dengan gerakan sukla satyagraha masyarakat Satyagraha – Senator RI Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya MWS III saat meresmikan outlet Sukla Jaya Fried makin sadar untuk berbelanja Wedakarna Chicken (JFC) di Batuan Sukawati Gianyar di warung Hindu. Hal ini terlihat saat peresmian Outlet SUKLA : Jaya Fried yang tidak terpakai bisa memanfaatkan Chiken (JFC) di Batuan Sukawati Gianyar usaha ini. Atau sistem patungan. Bisnis yang diresmikan oleh Senator RI Dr. Shri kuliner adalah bisnis yang paling banyak I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III membuat orang jadi kaya dan sejahtera. (Penggagas sekaligus pembina Gerakan Saya bangga. This is Satyagraha,” ungkap Sukla Satyagraha) didampingi I Wayan senator muda asal Bali ini. Dalam agama Hindu, spesifikasi Sukla Widi Adnyana (Ketua Umum Sukla). JFC ini didirikan oleh Agus Jaya (putra jauh lebih ketat sebenarnya dibandingHindu Bali usia 38 tahun) yang kini memi- kan dengan agama lain, dan intinya maliki 63 outlet di seluruh Bali. “Saya senang kanan yang dihidangkan tidak sekadar dengan kualitas, branding logo, dan pe- bersih, tapi juga suci. Hal inilah yang layanan restoran yang ramah ini. Omzet diorong agar generasi muda mau terjun per hari tiap outlet mencapai Rp 2-5 Juta ke dunia bisnis, karena Bali memerlukan atau minimal Rp 60 juta perbulan. Bagi lebih banyak generasi muda risk taker semeton yang punya ruko atau tempat generation.


16

Edukasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Permasalahan narkoba nampaknya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bagi aparat kepolisian. Kasus narkoba di wilayah hukum Polres Buleleng terus terjadi, mulai dari pemakaian hingga pengedaran. Pelakunya pun dari berbagai umur, bahkan beberapa di antaranya adalah remaja dan usia produktif.

M

enyikapi masalah tersebut, Polsek Sukasada me­ ngenalkan bahaya narkoba melalui jalur pendidikan. Sosialisasi dilakukan di SMK Kesehat­ an Vidya Usadha Singaraja, dengan

Sosialisasikan Bahaya Narkoba Melalui Sekolah

melibatkan siswa baru kelas X dan siswa kelas XI. Topik yang dibahas mengenai Bahaya Narkoba, Tata Tertib Lalu Lintas dan Hukum. Melalui Pembinaan dan Penyuluhan ini, anakanak lebih memahami tetang bahaya narkotika sehingga tidak terjerumus dalam penggunaannya. Kegiatan tersebut dilaksanakan Rabu (12/7) di Aula SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja. Polsek Sukasada mengirimkan 3 orang anggotanya dipimpin Kanit Lantas AKP I Nyoman Adika. Tercatat 35 orang siswa/siswi Klas X dan Klas XI SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja, serta Dewan Guru yang dipimpin

Menabung untuk Berlibur Menyisihkan sejumlah dana untuk disimpan atau lebih dikenal dengan menabung merupakan hal atau kebiasaan yang wajib ditanamkan sejak dini. “Dengan mengenalkan menabung sejak dini, maka kita membiasakan anak-anak mulai belajar berhemat dan bertanggung jawab dalam memegang uang,” ujar Ketua KSP Sila Mukti I Wayan Dirgantara Suija. Meski tak memiliki progam tabungan khusus untuk anak-anak, KSP yang berkantor pusat di Rendang, Karangasem ini menyasar usia pelajar dengan bekerjasama dengan beberapa sekolah. Tabungan siswa yang terkumpul diambil setiap hari ke sekolah-sekolah tersebut. Tabungan siswa ini akan dibagikan setiap tahun (kenaikan kelas). Dari jalinan kerja sama tersebut, selain memberikan bunga tabungan, KSP Sila Mukti juga memberikan reward berupa CSR Peduli pendidikan. “Pada kesempatan tertentu kami mengunjungi sekolah-sekolah tersebut untuk program edukasi dan literasi tentang produk-produk koperasi kami dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menyisihkan sejumlah dana cadangan dari bekal (uang saku)

I Wayan Dirgantara Suija

mereka untuk kepentingan tertentu di kemudian hari,” jelasnya. Dirga mengatakan dari penyisihan dana yang ditabungkan, tentu nilai nominalnya akan semakin meningkat dari waktu ke waktu, meningkat dari jumlah yang mereka setorkan karena mendapatkan bunga. “Ke depannya, tabungan ini bisa untuk memenuhi kebutuhan mereka sehingga tidak akan meminta lagi kepada orangtua, tetapi berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jiwa gigih dan tekun siswa ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam membangun kebiasaan menabung,” ucapnya. Untuk menggaet nasabah, koperasi ini menawarkan beberapa varian produk simpanan, seperti program simpanan berhadiahsimpanan program dengan manfaat tambahan dari sekadar hanya menabung biasa. Masing-masing produk memiliki manfaat yang di-bundling dalam produk tersebut dengan tujuan untuk menggaet anggota. Ia menyontohkan, Produk Simka Wisnu yaitu produk simpanan, yang selain anggota mendapat benefit dari dananya mereka juga berkesempatan untuk mendapatkan manfaat tambahan berupa program jalan-jalan dan Tirtayatra (Program Melali sambilang Mebakti) baik di Bali maupun luar Bali. Ada juga produk Simpanan Sahara- yaitu produk simpanan yang khusus digunakan untuk persiapan hari raya. Respons para nasabah terhadap produkproduk ini sangat bagus. Dirga mengamati, belakangan ini sudah mulai tumbuh kesadaran masyarakat untuk menabung. Tujuannya bukan semata untuk sekadar menyisihkan dana namun sudah merupakan keharusan dengan tujuan untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dana pensiun, dan kepentingan tidak terduga. “Bahkan saya liat terjadi pergeseran yang positif di masyarakat dimana menabung juga untuk tujuan berlibur atau berwisata bersama keluarga,” tandasnya. (Inten Indrawati)

oleh Wakil Kepala Sekolah SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja I Made Dody Mahendra ikut dalam kegiatan ini. Kanit Binmas Polsek Sukasada Iptu I Ketut Rina menjelaskan beberapa materi yang disampaikan dalam penyuluhan tersebut antara lain, pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, bahaya narkoba dan sanksi hukum pengguna maupun pengedar. Kanit Lantas Polsek Sukasada AKP I Nyoman Adika memberikan materi tata cara berlalu lintas yang baik, sanksi pidana terhadap pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan UU RI Nomor 22 tahun 2009. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Wakil Kepala SMK Kesehatan I Made Dody Mahendra mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena dapat memberikan informasi kepada seluruh siswa mengenai bahaya narkoba. Mengingat belakangan ini narkoba semakin banyak beredar di lintas kalangan termasuk pelajar. “Ini merupakan langkah preventif kami bekerja sama dengan Polsek Sukasada dalam mencegah beredarnya narkoba dikalangan pelajar. Siswa juga dibekali pengetahuan benda-benda yang tergolong narkoba agar mereka mampu membedakan mana obat yang boleh dikonsumsi dan mana yang tidak,” jelasnya. Kapolsek Sukasada Kompol I Ketut Darmita, S.S., saat dikonfirmasi menjelaskan pihaknya terus berupaya melakukan penyuluhan ke-

Dara Malang melintang di dunia musik, Dejapu Band telah meriliis 9 lagu dalam album perdananya. Sebelum­nya, tiga lagu telah dipublish ke media sosial setelah merampungkan klipnya, di antaranya Omang Dogen, Cek In Dalung, dan Malam Minggu. Rencananya album pertama yang bertajuk Satu akan akan segera dilau­ ching bertempat di Boshe VVIP club, Selasa (20/06).

D

i album SATU, single yang menjadi andalan lagu Omang Dogen hasil ciptaan musisi ternama Jun Bintang. Bahkan dalam pembuatan klip videonya pun, Jun Bintang juga ikut ambil peran sebagai model bersama Melin dan Mirah Sugandhi. Hasil garapan apik Bali Art Visual ini bercerita tentang seorang gadis yang menemukan botol di pantai yang di dalamnya berisikan cerita tentang kisah percintaan yang dramatis. Band yang telah terbentuk sejak

Anggota Polsek Sukasada memberikan penyuluhan kepada siswa - siswi SMK Vidya Usadha Singaraja.

pada masyarakat baik melalui sekolah maupun kelompok masyarakat untuk menekan penggunaan dan peredaran narkoba di Buleleng. “Untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba dan untuk menciptakan generasi muda yang taat hukum dan tertib berlalu lintas, kami terus beru-

paya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khusunya pembinaan dan penyuluhan terhadap penyalahgunaan narkoba serta tertib berlalu lintas baik di sekolah-sekolah maupun kelompok masyarakat lainya guna mewujudkan situasi Kamtibmas tetap kondusif,” tegasnya. (Wiwin Meliana)

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

9

R i l is A lbum S atu

Dejapu Dilirik Sutradara TV Nasional tahun 2014 silam ini diperkuat dengan formasi Putu Budi sebagai vokalis dan gitaris , Aditya sebagai pianis, Lojer sebagai Bassis, Julian Richard sebagai Gitaris, dan DFat sebagai Drummer. Dengan mengambil aliran alternative, Dejapu mendapat support dari beberapa musisi dengan aliran berbeda yang sudah malang melintang di blantika musik Bali, seperti Jun Bintang, Hari PW Bintang, Ogix Bintang, Moca Fam Fam, Aput Draft, Rio Draft, Edy Buffalow, Xoxo Oregano, Shinta Puri Pratiwi, Melin, Igo Blado, dan Yuda Suparsana dxt Movie. Dalam album yang diproduseri oleh Bali WD Production milik Wayan Widia, terdapat satu lagu yang menggunakan bahasa Indonesia. “Ini menjadi sangat spesial karena lagu dengan judul Datanglah ke Bali ini menjadi soundtrack film di salah satu TV nasional,” ungkap Putu Budi. Lagu yang awalnya berbahasa Bali ini berjudul Tresna Sujati kemudian diaransemen oleh Arix Bintang, Ogix

Bintang dan Moca Fam Fam. Akan tetapi setelah rampung, mereka merasa musik dan liriknya kurang pas sehingga membuat arransemen baru. “Mereka menyarankan untuk membuatkan lirik baru untuk arransemen yang lama sehingga jadilah lagu Datanglah ke Bali,” imbuh vokalis yang albumnya dirampungkan oleh DEFF Studio Bali ini. Lagu ini kemudian dilirik oleh sutradara film kenamaan Aris Nugraha yang telah menyutradarai beberapa judul film seperti Preman Pensiun, Bajai Bajuri, dan lain-lain. bersama dengan Aris Nugraha, Eza Yayank, Purnomo, dan Entis, Dejapu band pun masuk studio untuk proses perubahan lirik dan penambahan instrument gambelan serta kecak. “Saya pun ikut ditodong main Film,” ujarnya. lagu Datanglah ke Bali, rencananya akan menjadi soundtrack FILM MIB produksi MNC Picture. Dalam lauching album SATU, juga akan dimeriahkan oleh penampilan

Matanai Band, The Error Project, The Rolic, Clay dan bintang tamu Jun Bintang, Hari PW Bintang, Ogix Bintang, dan Moca Fam Fam. Ke depan, gebrakan yang sudah yang akan dilakukan untuk tetap menjaga

eksistensi dengan menyiapkan satu single berjudul Diujung Mimpi. “Saat ini masih proses shooting video klip di Hongkong dan semoga bisa dirilis Bulan Agustus,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Galangkangin Gotera

Raih Medali Emas OSN Bidang Komputer

Galangkangin bersama keluarga (ayah Dr. dr. Wira Gotera, Sp.PD, KEMD, Ibu Ns. Ni Kadek Yuliati, S.Kep., adik Sukma Bening Gotera, dan Pengarep Brahmaning Gotera.

Remaja SMAN 1 Denpasar ini mendulang prestasi yang luar biasa, karena ini pertamakalinya Bali, mampu meraih medali emas dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA bidang infor­ matika/komputer, yang digelar di Pekan­baru, Riau, 2 s.d. 8 Juli. Sebelumnya, Bali pernah menda­ patkan medali emas OSN tingkat SMA tahun 2008 dalam bidang fisika. Prestasi ini, bagi Galang, be­ gitu ia akrap disapa, tentu sangat membanggakan. Selain bagi dirinya sendiri, keluarga, tentu saja seko­ lah, karena bisa mengharumkan nama Bali. Uniknya, sebelum serius meng­ ikuti lomba komputer, awalnya ia menyukai matematika. Walaupun sering ikut lomba hanya masuk final, ia mengaku tetap mencintai matematika yang bagi sebagian orang sangat “menakutkan”. Na­ mun, bagi putra sulung Dr. dr. Wira Gotera Sp.PD. KEMD ini, matema­ tika itu seru. “Saat kelas lima SD

baru bisa bilangan pecahan, agak lambat sih, tapi setelah les satu minggu, ikut lomba masuk final,” ujar alumnus SD Cipta Dharma ini sembari tertawa. Malah, Galang pernah ikut lomba di Singapura mendapat juara hara­ pan. Namun, ia mengatakan, sejak SMP ia mulai mengenal “rumus aneh”, yang membuatnya hanya bisa masuk final kalau ikut lomba matematika. Saat di kelas 9 Galang mulai ter­ tarik dengan komputer. Saat di SMPN 3 Denpasar, ia pernah mendapatkan juara 2 lomba komputer. Saat masuk SMA, Galang, mulai berkenalan den­ gan komunitas komputer terkenal di Rusia. Tiap Minggu ia membuat artikel dalam bahasa Inggris untuk sharing dengan mereka. Libur semester, ia manfaatkan ikut lomba di Universitas Indonesia. Sebelum lomba ada pelatihan yang dilakukan selama sebulan. Pelati­ han dilakukan via online dengan menjawab soal, Galang menduduki peringkat atas. Saat final Galang

meraih peringkat 6 dari 18. Gilang mulai bergabung dalam komunitas komputer Indonesia, tempatnya berdiskusi segala macam urusan komputer. Kemudian, Galang ikut lomba komputer di ITS Sura­ baya. Tujuannya, untuk menguji kemampuannya. Ia memberanikan diri mendaftar` lomba dan meraih juara 3. “Biasanya saya yang se­ ring nanya di teman grup komputer, sejak saya mendapat juara, sekarang ada yang bertanya kepada saya, senang banget,” katanya sembari tertawa. Saat Wikimedia mengadakan seleksi, Galang juga ikut. Ia tertarik karena ada workshopnya. “Hitunghitung sambil belajar. Malah men­ tor saya pak John tahu saya dapat juara 3 di ITS,” katanya. Galang juga ikut lomba yang digelar Google. “Walaupun hadiahnya cuma T-shirt, tapi saya bangga karena langsung dikirim dari AS. Kausnya lembut,” tuturnya. Galang juga ikut tryout masuk In­ stitut Teknologi Bandung, walaupun baru kelas dua SMA. “Saya hanya iseng,” kata Galang. Hasilnya, ia mendapat peringkat 2. Dari SMP sebenarnya Galang sudah tertarik ikut olimpiade sains tingkat kota. Tapi tidak pernah lo­ los. Akhirnya, saat SMA ia baru bisa menang tingkat kota lewat bidang komputer. Dari sinilah awal ia mulai ter­ tarik membuat blog. Dalam blog­ nya, galangblog12.blogspot.co.id, ia menceritakan perjalanannya dalam mengikuti lomba olimpiade dengan bahasanya yang kocak. Uniknya, kata dia, beberapa orang yang membaca blognya menjadi terinspirasi bah­ kan bisa membuat mereka menjadi menang dalam berlomba. “Ada yang bilang blog saya lucu dan seru, dan ada juga yang bilang banyak belajar persiapan lomba bahkan ada yang sampai menang,” katanya dengan bangga. Galang juga mengasah kemam­

puannya dengan ikut lomba kom­ puter di UGM Yogyakarta. “Itu pa­ dahal lomba tim, saya ikut sendiri,” kata Galang. Ia beralasan, ikut hanya untuk meramaikan saja seperti nama kelompok yang ia buat. Ternyata saat semi final ia meraih juara 3. Galang melanjutkan perjuangan­ nya ke Olimpiade Sains Provinsi (OSP) bidang komputer dan men­ dapat juara 2. Setelah itu, Galang berlaga di Olimpiade Sains tingkat nasional dan berhasil meraih medali emas. Uniknya, Galang sudah ­sangat yakin dirinya bakal mendapat emas. “Saya sudah bertekad harus dapat emas. Walaupun ada peserta yang dijagokan akan menang, tapi saya tetap yakin mendapat emas,” ujarnya. Keyakinan itu membuat­ nya percaya diri mengerjakan soal. Saat lomba kom­ puter, nilai lang­ sung tertera se­ hingga ma­singmasing peserta tahu berapa nilai yang diraih, na­ mun, tidak bisa mengetahui nilai peserta lain. “Kalau ingin tahu nilai

Galangkangin Gotera

peserta lain harus bertanya,” kata Galang. Sehari sebelum ­p eng­u m­u man, peserta diajak ­ber­ekreasi. Galang iseng bertanya kepada peserta lain yang digadanggadang bakal menjadi juara 1. “Ternyata nilainya di bawah score saya 408. Dalam hati saya sudah tahu menang tapi senyum-senyum saja,” ucapnya. Bahkan, temannya itu tidak bertanya berapa score Galang. “Mungkin dia sangat ya­ kin akan menang. Makanya, saat ­pengumuman juara, saya sudah berada di dekat panggung ­karena akan dipanggil namanya dan naik panggung,” ujarnya sembari ter­ tawa. Bagi remaja lainnya, Galang memberi tips untuk meraih presta­ si yakni, harus ada pembimbing bisa guru atau teman yang lebih ahli, tekun, dan tak boleh menye­ rah. “Biasanya lomba komputer itu sangat lama, jadi harus tekun, tiga soal bisa sampai 5 jam lamanya,” kata Galang. Kemenangan Galang disam­ but rasa syukur keluarganya. Hal

itu dilontarkan ayahnya dr. Wira Gotera, “Sesuai na­ manya Galangkangin saya berharap, Galang mampu seperti mentari bersinar cerah yang mempunyai kekuatan”. –ast


10

Kreasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Seimbangkan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Agama Aktivitas seni tak bisa dipisahkan dari kehidupan I Wayan Sumanaya, S.H. Pensiunan PNS dengan jabatan terakhir Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kab. Klungkung ini punya impian yang ingin diwujudkan.

I Wayan Sumanaya, S.H.

“S

aya mulai menekuni seni sejak umur 14 tahun. Saya sebagai penari Sendratari di Desa Pikat, bahkan sempat menari ke Desa Kutampi, Nusa Penida. Kami menyeberang dengan menumpang jukung nelayan yang berangkat pukul 05.00 dan sampai di tujuan pukul 10.30 karena cuaca yang

cukup ekstrim pada saat itu,” kenang Sumanaya. Ia mengaku menekuni seni karena sering diajak ayahnya yang juga seniman karawitan. Selain mendapat dukungan ayahnya, ia mendapat inspirasi dari seniman lain. “Sosok yang menjadi inspirasi saya adalah seniman Doktor Kodi terutama kepiawaiannya ngawi. Hal yang paling saya adopsi dari beliau adalah cara berjalannya saat membawakan tokoh Wijil,” ungkap pria yang kini menjabat Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kab. Klungkung ini. Warga Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung ini menuturkan perjalanan hidupnya di bidang seni tidak ada rintangan yang sangat menyulitkan. Tahun 2002 ia membentuk Sanggar Manik Astagina dan label sebagai seorang pregina yang diberikan oleh orang lain sudah begitu melekat terhadap dirinya. Hal tersebutlah yang menjadi sebuah kebanggaan dalam dirinya dan keluarga.

Sanggar Manik Astagina saat tampil di PKB ke-39

Beberapa pengalaman Sumanaya dalam berkesenian yang sangat berkesan antara lain tahun 2009 dipercaya memimpin sanggar Gita Candra Klungkung dan meraih juara 2 Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Mereka juga pernah mengisi special package event Saturday di TMII Jakarta. Saat masih aktif sebagai PNS, kegiatan berkeseniannya tidak menganggu kewajiban sebagai

PNS. “Kegiatan berkesenian ini saya lakukan di luar jam dinas terkadang di malam hari,” tegas penerima Anugrah Parasamya Parahita Nugraha dari Mendagri (sebagai kader pembangunan desa teladan tingkat Bali) ini. Sumanaya juga didukung keluarganya dalam berkesenian. Istrinya sebagai penabuh gangsa di seka gong wanita WHDI Desa Pikat, dan dua anak perempuannya juga penari dan penembang sekar alit, agung, sloka dan palawakya. Ia sendiri menguasai Tari Topeng dan Dharmagita (sekar alit, sekar madya, sekar agung, palawakya, dan sloka). “Saya punya impian agar seni topeng, prembon, dan arja menjadi ikon desa dan tentunya juga saya berharap mendapat apresiasi dan dukungan dari desa. Kepada generasi muda mari bergabung di sanggar Manik Astagina dan bersama-sama mempertahankan jati diri sebagai manusia Bali dengan melakoni seni tari. Punahnya seni Bali berarti runtuhnya peradaban Bali. Jadi haruslah ada sebuah keseimbangan antara ilmu pengetahuan yang memudahkan hidup, seni yang menghaluskan hidup dan agama yang menuntun hidup,” ujar Ketua Sanggar Seni Manik Astagina ini. “TUKAD YEH UNDA” Ia menceritakan sanggarnya berdiri sejak 25 tahun yang lalu tanpa nama dengan jenis kesenian Topeng Sidakarya. Seiring

berjalannya waktu, muncul nama sanggar “Manik Astagina” dengan jenis garapan prembon yang merupakan perpaduan topeng dengan arja. Pada 1 Juli 2017 Sanggar Manik Astagina dipercaya sebagai Duta Kabupaten Klungkung pada PKB ke-39. Pementasan prembon yang ditampilkan berjudul “Tukad Yeh Unda”. Prembon ini mengisahkan Majapahit menguasai Bali setelah mengalahkan Raja Bali Bedaulu. Majapahit menobatkan Sri Kresna Kepakisan menjadi raja yang berkedudukan di Samprangan. Para pengikut Raja Bedaulu belum mengakui kekuasaan Raja Majapahit di Bali, karena Pura Besakih dan Pura Batur diabaikan oleh Sri Kresna Kepakisan. Terjadilah pemberontakan oleh para pengikut Bedaulu yang dipimpin oleh Ki Pasek Kayu Selem yang berkedudukan di Songan Bangli. Ada 56 desa bergabung dengan Ki Pasek Kayu Selem, dan akhirnya terjadilah perang dahsyat. Banyak balayuda kedua belah pihak yang gugur, bahkan hampir habis. Melihat hal tersebut akhirnya kedua belah pihak menghentikan peperangan, dan kemudian terjadilah kesepakatan bahwa Ki Pasek Kayu Selem mengakui tahta Sri Kresna Kepakisan di Bali dengan catatan Pura Besakih dan Batur menjadi sungsungan jagat Bali. Saat itu Ki Pasek Kayu Selem memberikan toya bungkak sebagai pemarisuda jagat. Toya bungkak tersebut dihanyutkan ke sungai Ketipan dan dijaga masyarakat dari hulu hingga ke hilir, seperti Menanga, Rendan, Pesaban Gembalan Gelgel, dan Tangkas secara estafet (dalam bahasa bali Unda). Setelah toya bungkak sampai di tepi pantai terlihatlah sebuah batu mekocok. Sungai yang dilalui oleh toya bungkak tersebut dinamai Tukad Yeh Unda dan batu yang ditemukan di pantai disebut Watu Klotok. Kemudian untuk itu didirikanlah Pura yang dinamakan Pura Watu Klotok, dan setiap purnamaning keenam dilaksanakan upacara Pemarisuda Bumi. Akhirnya Kerajaan Bali kerta tentram gemah ripah lohginawe. (Ngurah Budi)

Style

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Casual Beach Tropical Look Linggayoni brand milik desainer Bali Inda Trimafo Yudha hadir kembali untuk para fashionistha. Tokoh kali ini membidik deretan koleksi terbarunya pada ajang “Hipmi Fashion Week Bali II” di Beachwalk Shopping Centre, Kuta.

T

idak seperti biasanya dalam beberapa pagelaran Fashion Show, Linggayoni selalu menyuguhkan dua jenis aliran yang berbeda, yakni ready to wear look dan etnik berbahan endek. Namun, kali ini Linggayoni lebih fokus pada ready to wear casual beach tropical look . Menurut Inda Trimafo, desainnya mengarah pada bohemian style dengan inovasi sedikit pengaruh conservatif look. Sedangkan style –nya sengaja di buat memiliki kesamaan bentuk yakni loose and flowing demi mengakomodir all body type, seperti long dan

Inda Trimafo Yudha

mini kaftan, sabrina dress, outer, simple midi lenght dress dengan modifikasi pecah pada lengan atau tank top dress serta celana panjang lurus dan semi lebar. Bahan yang di gunakan jenis rayon yang nyaman dikenakan di wilayah pantai dan suasana tropis. Bahan dan model, kata Inda Trimafo dipastikan nyaman ta n p a men gesa mpingkan estetika dan gaya yang stylist.Sementara coraknya, selain tropical leaf, colourfull abstract juga terlihat bordiran atau pingiran. Saat ini, Linggayoni ada di area pameran Beachwalk dan di Seminyak Village Shopping Centre. (Sri Ardhini)

Foto by Rudi Waisnawa/Lingkara Photography.

15


14

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter yang diakui negara, wajib mengedepankan pentingnya independensi dan otonomi profesi para anggotanya, mengutamakan kepentingan anggotanya serta masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. IDI juga ber­ peran dalam meningkatkan pro­ fesionalisme para anggotanya dan peran mereka sebagai agen pem­ baharu dan agen pembangunan terutama dalam advokasi kesehatan dengan berpegang teguh pada Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Demikian disampaikan Ketua IDI Cabang Denpasar, dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS.,dalam pelantikan pengurus IDI Cabang ­Denpasar Periode 2017-2020, Sabtu (15/7) di ­G edung Sewaka Dharma, ­Lumintang Denpasar.

I

DI diharapkan dapat menjadi organisasi yang mengedepan­ kan nilai-nilai profesionalisme, integritas etik dan moral, pengabdian, independen, dan keseja­

dr. Agus Hendrayana, M.Ked

Pelantikan IDI Denpasar

Terus Tingkatkan Profesionalisme Para Dokter watan untuk melakukan upaya-upaya memajukan, menjaga, dan meningkat­ kan harkat dan martabat Dokter Indonesia. “Sebagai organisasi dengan anggota dokter terbanyak diantara IDI Cabang Se-Bali, tantangan yang kami hadapi sangatlah banyak. Pendataan anggota yang mutasinya sangat cepat di organisasi kami ini adalah hal yang sangat penting,” katanya. Berdasarkan database anggota yang akurat IDI ­Denpasar akan melakukan koordinasi dan menyelesaikan tantangan-tantangan di masa yang akan datang. Untuk menjawab tantangan tersebut, mulai tahun ini IDI akan melanjutkan program ­pengurus sebelumnya untuk mener­ bitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI Cabang Denpasar yang co-Branding dengan BNI. Melalui KTA yang baru nantinya ini, ia berharap pendataan anggota akan berjalan lebih baik. Tantangan IDI lainnya kedepan, tingginya harapan masyarakat dan pasien untuk pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Tentunya ­dengan harapan yang tinggi ini, ketidak­puasan masyarakat terhadap pelayanan ­kesehatan kemungkinan akan muncul di setiap saat. Untuk itu, IDI Cabang Denpasar akan berusaha meningkat­ kan profesionalisme anggota dengan ­bekerja sama dengan Sejawat KetuaKetua Perhimpunan Dokter Spesialis dalam penyelenggaraan kegiatan-ke­ giatan ilmiah bagi anggota. Selain itu, untuk membina pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia, IDI Cabang Denpasar sepakat untuk membentuk Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mulai kepengurusan ini. Acara juga dirangkaikan ­dengan seminar bertema “Menjawab ­Tantangan

Pengurus IDI Cabang Denpasar bersama Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra dan ketua PB IDI Dr. Daeng M. Faqih SH.MH.

Terkini Dokter Indonesia dari kom­ petensi Tinggi Etik Medikolegal”. Para pembicara ketua PB IDI Dr. Daeng M. Faqih SH.MH., Prof.Dr.dr. Nancy Mar­ garita Rehatta Sp.An.KIC, KNA., dan Dr. dr. Henry Salim Siregar Sp.OG (K). “Banyak isu yang menyorot profesi dokter terutama di media sosial yang cepat menyebar menjadi viral. Apa yang diharapkan pasien yang tidak sesuai keinginan sudah dianggap malaprak­ tik, seakan-akan dokter tidak boleh salah. Untuk itu, agar para dokter bisa memperhatikan etika dalam berpraktik serta paham tentang permasalahan hu­ kum, maka setelah pelantikan pengurus IDI Denpasar, kami mengangkat tema seminar etik medikolegal,” kata ketua panitia, dr. Agus Hendrayana M.Ked. Pelantikan pengurus IDI Cabang Den­ pasar dilakukan oleh Ketua IDI Wilayah Bali dr. Made Kompiang ­Gautama Sp.A. disaksikan Wali Kota Denpasar IB Rai

Dharmawijaya Mantra. Walikota Denpasar IB Rai Dhar­ mawijaya Mantra berharap, pengurus anggota IDI yang dilantik dapat men­ jalin kerja sama dengan berbagai pihak dan organisasi IDI ke depannya terus dapat meningkat­kan profesionalisme

anggotanya. Beberapa nama pengurus IDI Denpasar Periode 2017-2020: Ketua: dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS., Wakil Ketua: dr. I Ketut Widi­ yasa, MPH., Sekretaris: dr. AA Ngurah Gede Dharmayuda, M.Kes., Bendahara: dr. Luh Suji Karnadi.-ast

Kenang-kenangan kepada ketua IDI Cabang Denpasar periode sebelumnya, Dr.dr. I Ketut Suyasa, SpB. SpOT(K), yang diserahkan Ketua IDI Denpasar periode 2017-2020 dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS.

OPERASI PENGGANTIAN LUTUT TOTAL DENGAN PAKET HEMAT DI RUMAH SAKIT SUNWAY MALAYSIA bagainya. ­S elain itu Rumah Sakit Sunway juga menyediakan ­bantuan antar jemput dari Bandara ke Rumah Sakit secara gratis kepada pasien dan keluarga dari luar negeri. Pusat Orthopedic di Rumah Sakit Sunway terdiri daripada 20 special­ ist bedah tulang dan setiap special­ ist mempunyai kepakaran masing masing yaitu bedah tulang belakang, lutut, joint, tangan, pergelangan kaki (angkle) dan bedah tulang anak. Specialist di Rumah Sakit Sunway juga mampu untuk melakukan be­ dah operasi tulang belakang secara minimal invasive, pengantian sendi total yang dibantu oleh komputer, sport injury, physiotherapy dan beberapa tidakan lain. Pusat Tu­ lang di Rumah Sakit Sunway juga dilengkapi ­dengan fasilitas rehabili­ tasi ­mutakhir. ­Layanan rehabilitasi disesuaikan untuk memenuhi kebu­ tuhan pasien dan mendukung hasil pengobatan sebaik mungkin. Selain itu juga, Rumah Sakit Sunway mempunyai alat ter­k ini

Nyeri lutut yang di­s ebabkan oleh arthritis dapat mem­pengaruhi qualitas hidup se­seorang dan ia bia­ sanya terjadi kepada mereka yang lanjut usia. Operasi penggantian lutut total (TKR) adalah prosedur untuk menggantikan bagian per­ sendian yang sakit de­ngan kom­ ponen persedian artificial. Operasi penggantian lulut total

sangat direkomendasi pada pasien yang menderita nyeri yang melum­ puhkan tubuh karena ­g angguan pada lutut dan struktur di sekitar­nya. Prosedure ini bukan pilihan utama untuk peng­obatan lutut dan ia hanya direkomendasi bila kondisi pasien se­ makin parah dan obat-obatan tidak lagi memberikan respon yang baik untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

Di Rumah Sakit Sunway Malaysia kami menawarkan paket penggantian lutut total dengan kos sekitar RM 26,500 (IDR 82 jutaan) bagi sebe­ lah lutut dan RM 45,000 (IDR 139 jutaan) bagi operasi dua lutut. Paket ini termasuk biaya 5 hari 4 malam rawat inap di rumah sakit, biaya specialist tulang, specialist anes­tesi, obat-obatan, rehabilitasi dan se­

dan lengkap untuk mendukung p e l aya n a n s e b a i k m u n g k i n ­d iantaranya adalah: 3D Image Intensifier (C-arm), 3 Tesla MRI Scanner, Dual Source CT Scanner with Stellar Detector, 3D Naviga­ tion Mapping. Rumah Sakit Sunway ­Malaysia adalah rumah sakit swasta yang terletak di pinggir kota Kuala Lumpur dan telah dinobatkan sebagai Rumah Sakit Orthopeadic Terbaik Asia Pasific dengan kemu­ dahan infrastruktur yang terbaik di Malaysia dan memberikan kesembuhan kepada setiap pasien dan keluarga dengan kelengkap­an hotel bertaraf bintang 5 ke hotel budget, mall, bermain air dan universitas terkemuka. Selain itu, kemudah­an ­shuttle juga diberikan kepada pasien dan keluarga setiap jam secara gratis sekitar Bandar Sunway. Untuk infomasi rumah sakit silakan menghubungi pewakilan kami di Bali.

Contact Person: 221Hospital Link Assist for medical travel

Jalan Anyelir Nomor 8 Denpasar-Bali 80235 Telepon: 0361-242876 HP 085106246161/081338679177

Bugar

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

11


Kuliner

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

12

Dalam rangkaian Tanah Lot Kreatifood & Art Festival tanggal 7-9 Juli di kawasan Tanah Lot, Tabanan, digelar lomba cipta menu. Salah satu peserta yang berlaga menampilkan pepes kuwir kreasi SMK ­Triatmajaya Tabanan.

M

enurut I Wayan Gede Suartana­, Guru Tata Bo­ ga sekolah ter­ sebut, pepes kuwir sengaja ditampilkan karena sudah pernah menang lomba saat ulang tahun Kota Tabanan tahun lalu. “Yang spesial dari menu ini karena pertamakalinya ada pepes kuwir. Jadi unik,” kata Suartana. Ia mengatakan, daging kuwir dikenal alot dan amis, karena itu, ia siasati dengan adanya campuran basa wangen dalam bumbu. “Sebelum dicampur bumbu, kuwir diungkep agar dagingnya lembut. Kemudian baru dicampur basa genep dibungkus daun pisang, dan dipanggang,” jelasnya. Ia mengatakan, sangat

Kreasi Kuwir

bangga­ karena siswinya yang beradu akan dinilai chef hotel dan selebrity chef Juna. Sementara, Ketua Indo nesia Chef Association (ICA) Bali, Hendra Mahena menilai kreasi yang ditampilkan peserta lomba cukup unik. Hanya, ia menyarankan, sebaiknya lomba dibedakan antara siswa SMK dan para ibu PKK. Menurut chef Juna, kuwir adalah jenis bahan makanan yang bisa diolah apa saja, tergantung selera dan kreasi. “Kuwir bisa digoreng, ditum, dan dipepes. Tapi saya paling suka lawar kuwir enak banget,” ujarnya sembari tertawa. Selain menjadi juri dalam lomba cipta menu, chef Juna mengeksplorasi potensi kuwir. Hasilnya, chef Juna berinovasi dengan kuwir dan melahirkan masakan tum kuwir dengan bumbu Bali dan kuwir goreng dengan bumbu kacang kelapa. “Kuwir ini dagingnya agak kenyal, bila salah olah jadi keras,” ucapnya sembari memberi tips cara memotong daging kuwir. B u p a t i Ta b a n a n E k a Wiryastuti­ mengatakan, ia se­ ngaja mengundang chef Juna untuk memotivasi para peserta lomba agar lebih bersemangat

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Resep ala Dapur Eka Tempe Mendol

Bobor Daun Singkong Bahan-bahan: - 2 ikat : daun singkong, pilih daunnya yang muda (direbus, saring, diperas airnya, lalu potong menjadi beberapa bagian) - ½ bagian : kelapa setengah tua, diparut dan diambil santannya (1 gelas kental dan 4 gelas encer)

Saat pembukaan Tanah Lot Kreatifood & Art Festival

dan menciptakan kreasi-kreasi makanan sekaligus dapat bertanya langsung soal kuliner Indonesia. Ia mengangkat tema kuwir karena selama ini Tabanan belum memiliki ikon kuliner sehingga ia berharap ke depan

kuwir bisa dipatenkan sebagai makanan khas Tabanan. Bupati Eka Wiryastuti juga berharap, UKM yang ikut dalam festival ini, dapat menjadi mitra kerja pemerintah. ­“ Festival ini memberi ruang untuk mengembangkan kuliner kaki lima de­

ngan cita rasa bintang lima. Festival ini ingin kami jadikan kalender tahunan karena kami ingin Tanah Lot selain dikenal sebagai kawasan pura dan wisata, tapi juga punya sisi ­r ahasia yaitu kulinernya,” ujar Eka Wiryastuti. (Wirati Astiti)

Bumbu-bumbu: 3 siung : bawang putih 6 siung : bawang merah 2 sdm : ketumbar 1 ruas : jari jahe ½ ruas : jari laos ½ ruas : jari kunyit 2 butir : kemiri 3 lembar : daun jeruk purut 2 batang : serai dimemarkan 4 lembar : daun salam 1/8 bagian : kelapa muda diparut Garam secukupnya Gula pasir secukupnya Cara membuat: - Haluskan semua bumbu dan setelah itu digoreng dengan

sedikit minyak. - Didihkan 4 gelas air, masukkan bumbu yang sudah digoreng, daun salam, daun jeruk purut dan batang serai, biarkan mendidih sekitar 5 menit, lalu masukkan potongan daun singkong yang sudah direbus, masukkan

santan encer dan parutan kelapa muda. Aduk terus hingga mendidih agar santan tidak pecah. - Setelah mendidih, tambahkan santan kental, garam dan gula pasir, aduk hingga mendidih (diaduk agar santan tidak pecah). Matikan kompor dan siap dihidangkan.

Nasgor Mawud Hot

Sarwan Bahan: 3 buah : 20 buah : 7 buah : 7 buah : 1 siung :

Si Manis Laklak Penebel F e s t i v a l y a n g b e r t e m a­ ‘­Luhuring Segara Rasa Lan Raksa’ yang berarti laut sebagai pusat energi yang mewujudkan pribadi yang berbudaya ini, selain menyajikan lomba cipta menu, juga

menampilkan pameran kuliner khas Tabanan, salah satunya laklak Penebel. Kue khas Penebel ini, berbentuk seperti crepe dengan isian pisang. Laklak ini berbahan dasar

Laklak Penebel

tepung beras, tepung kanji, tepung terigu, kelapa parut, serta pisang yang dipotong tipis-tipis. Adonan tepung dituangkan ke atas tungku, dibuat bentuk bundar seperti crepe, kemudian ditaruh potongan pisang dan kelapa parut. Tungku kemudian ditutup menggunakan tutupan keramik, hampir sama seperti membuat serabi. Tunggu satu menit, laklak kemudian dilipat dan disajikan. Laklak ini dijual dengan harga Rp 5 ribu per biji. Stan laklak adalah salah satu yang paling ramai. “Saya orang Bali tapi belum pernah mencoba,” tutur Iin, salah satu pengunjung festival tersebut. (Wirati Astiti)

Pepes Kuwir

Bumbu-bumbu: 3 siung : bawang putih 1 ruas : kencur 1 buah : cabai merah besar ½ sdm : ketumbar Garam secukupnya

(Sri Ardhini)

1 sdt : terasi bakar Garam dan penyedap secukupnya

Chef Juna dan artis Indra Herlambang

Bahan: 1 bungkus : tempe

Cara membuatnya: Haluskan bumbu-bumbu, lalu hancurkan tempe dan aduk dengan bumbu hingga rata. Ambil segenggam adonan, dikepal-kepalkan hingga keras. Buat menjadi beberapa kepalan. Panaskan minyak, masukkan kepalan tempe satu-persatu perlahan, agar tidak pecah. Balikkan ke sisi lainnya, bila sisi bagian bawah telah berwarna kecokelatan. Setelah matang, angkat, tiriskan dan siap dihidangkan.

Sambel Pencit ala Sarwan

Siswi SMK Triatmajaya Tabanan

13

mangga atau pencit muda cabe rawit cabe besar merah bawang merah bawang putih

Cara Membuat : - Kupas mangga atau pencit muda lalu serut kasar, sisihkan. - Haluskan semua bahan sambal sampai halus, lalu masukkan serutan mangga muda, aduk rata, siap disajikan dengan ikan bakar /ikan goreng atau bebek goreng.

Nasgor Kacang Polong Udang Bahan: 100 gr : kacang polong kalengan 500 gr : nasi 100 gr : udang kupas bersih

1 1 1 2

sdm : daun prai cincang sdm : bawang bombai cincang ruas : jari jahe cincang kasar sdm : saus sambal

1 sdm : kecap ikan 2 sdm : saus tiram 1 sdm kecap raja rasa 1 sdt : lada bubuk 1 sdt : kaldu bubuk rasa ayam ¼ sdt : penyedap rasa 2 sdm : margarin Garam secukupnya Cara Membuat : - Panaskan margarine, lalu masukkan irisan bawang bombai, bawang pre hingga harum. - Masukkan udang, aduk rata sampai matang. - Masukkan nasi juga bahanbahan lainnya, aduk rata dan masak sampai matang dan bumbu meresap, siap disajikan dengan bawang putih goreng.

Bahan: 400 gr : nasi 100 gr : mi basah 100 gr : udang 50 gr : daun sawi hijau 50 gr : kacang polong 2 sdm : saus tiram 1 sdm : kecap manis ½ buah : bawang bombai cincang halus 2 siung : bawang putih cincang 1 sdm : bawang goreng 10 buah : cabe rawit cincang halus 1 sdm : minyak wijen 1 sdt : lada bubuk 2 sdm : minyak goreng Garam, kaldu bubuk secukupnya, penyedap kalau suka

CARA MEMBUAT: - Tumis irisan bawang bombai juga bawang putih hingga harum. - Masukkan udang juga ayam, aduk hingga matang. - Masukkan nasi juga bahan-bahan lainya, aduk hingga tercampur rata. - Masak dengan api sedang, aduk hingga benar-benar bumbu merasuk dan matang. - Siap disajikan dengan taburan bawang putih goreng.


Kuliner

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

12

Dalam rangkaian Tanah Lot Kreatifood & Art Festival tanggal 7-9 Juli di kawasan Tanah Lot, Tabanan, digelar lomba cipta menu. Salah satu peserta yang berlaga menampilkan pepes kuwir kreasi SMK ­Triatmajaya Tabanan.

M

enurut I Wayan Gede Suartana­, Guru Tata Bo­ ga sekolah ter­ sebut, pepes kuwir sengaja ditampilkan karena sudah pernah menang lomba saat ulang tahun Kota Tabanan tahun lalu. “Yang spesial dari menu ini karena pertamakalinya ada pepes kuwir. Jadi unik,” kata Suartana. Ia mengatakan, daging kuwir dikenal alot dan amis, karena itu, ia siasati dengan adanya campuran basa wangen dalam bumbu. “Sebelum dicampur bumbu, kuwir diungkep agar dagingnya lembut. Kemudian baru dicampur basa genep dibungkus daun pisang, dan dipanggang,” jelasnya. Ia mengatakan, sangat

Kreasi Kuwir

bangga­ karena siswinya yang beradu akan dinilai chef hotel dan selebrity chef Juna. Sementara, Ketua Indo nesia Chef Association (ICA) Bali, Hendra Mahena menilai kreasi yang ditampilkan peserta lomba cukup unik. Hanya, ia menyarankan, sebaiknya lomba dibedakan antara siswa SMK dan para ibu PKK. Menurut chef Juna, kuwir adalah jenis bahan makanan yang bisa diolah apa saja, tergantung selera dan kreasi. “Kuwir bisa digoreng, ditum, dan dipepes. Tapi saya paling suka lawar kuwir enak banget,” ujarnya sembari tertawa. Selain menjadi juri dalam lomba cipta menu, chef Juna mengeksplorasi potensi kuwir. Hasilnya, chef Juna berinovasi dengan kuwir dan melahirkan masakan tum kuwir dengan bumbu Bali dan kuwir goreng dengan bumbu kacang kelapa. “Kuwir ini dagingnya agak kenyal, bila salah olah jadi keras,” ucapnya sembari memberi tips cara memotong daging kuwir. B u p a t i Ta b a n a n E k a Wiryastuti­ mengatakan, ia se­ ngaja mengundang chef Juna untuk memotivasi para peserta lomba agar lebih bersemangat

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Resep ala Dapur Eka Tempe Mendol

Bobor Daun Singkong Bahan-bahan: - 2 ikat : daun singkong, pilih daunnya yang muda (direbus, saring, diperas airnya, lalu potong menjadi beberapa bagian) - ½ bagian : kelapa setengah tua, diparut dan diambil santannya (1 gelas kental dan 4 gelas encer)

Saat pembukaan Tanah Lot Kreatifood & Art Festival

dan menciptakan kreasi-kreasi makanan sekaligus dapat bertanya langsung soal kuliner Indonesia. Ia mengangkat tema kuwir karena selama ini Tabanan belum memiliki ikon kuliner sehingga ia berharap ke depan

kuwir bisa dipatenkan sebagai makanan khas Tabanan. Bupati Eka Wiryastuti juga berharap, UKM yang ikut dalam festival ini, dapat menjadi mitra kerja pemerintah. ­“ Festival ini memberi ruang untuk mengembangkan kuliner kaki lima de­

ngan cita rasa bintang lima. Festival ini ingin kami jadikan kalender tahunan karena kami ingin Tanah Lot selain dikenal sebagai kawasan pura dan wisata, tapi juga punya sisi ­r ahasia yaitu kulinernya,” ujar Eka Wiryastuti. (Wirati Astiti)

Bumbu-bumbu: 3 siung : bawang putih 6 siung : bawang merah 2 sdm : ketumbar 1 ruas : jari jahe ½ ruas : jari laos ½ ruas : jari kunyit 2 butir : kemiri 3 lembar : daun jeruk purut 2 batang : serai dimemarkan 4 lembar : daun salam 1/8 bagian : kelapa muda diparut Garam secukupnya Gula pasir secukupnya Cara membuat: - Haluskan semua bumbu dan setelah itu digoreng dengan

sedikit minyak. - Didihkan 4 gelas air, masukkan bumbu yang sudah digoreng, daun salam, daun jeruk purut dan batang serai, biarkan mendidih sekitar 5 menit, lalu masukkan potongan daun singkong yang sudah direbus, masukkan

santan encer dan parutan kelapa muda. Aduk terus hingga mendidih agar santan tidak pecah. - Setelah mendidih, tambahkan santan kental, garam dan gula pasir, aduk hingga mendidih (diaduk agar santan tidak pecah). Matikan kompor dan siap dihidangkan.

Nasgor Mawud Hot

Sarwan Bahan: 3 buah : 20 buah : 7 buah : 7 buah : 1 siung :

Si Manis Laklak Penebel F e s t i v a l y a n g b e r t e m a­ ‘­Luhuring Segara Rasa Lan Raksa’ yang berarti laut sebagai pusat energi yang mewujudkan pribadi yang berbudaya ini, selain menyajikan lomba cipta menu, juga

menampilkan pameran kuliner khas Tabanan, salah satunya laklak Penebel. Kue khas Penebel ini, berbentuk seperti crepe dengan isian pisang. Laklak ini berbahan dasar

Laklak Penebel

tepung beras, tepung kanji, tepung terigu, kelapa parut, serta pisang yang dipotong tipis-tipis. Adonan tepung dituangkan ke atas tungku, dibuat bentuk bundar seperti crepe, kemudian ditaruh potongan pisang dan kelapa parut. Tungku kemudian ditutup menggunakan tutupan keramik, hampir sama seperti membuat serabi. Tunggu satu menit, laklak kemudian dilipat dan disajikan. Laklak ini dijual dengan harga Rp 5 ribu per biji. Stan laklak adalah salah satu yang paling ramai. “Saya orang Bali tapi belum pernah mencoba,” tutur Iin, salah satu pengunjung festival tersebut. (Wirati Astiti)

Pepes Kuwir

Bumbu-bumbu: 3 siung : bawang putih 1 ruas : kencur 1 buah : cabai merah besar ½ sdm : ketumbar Garam secukupnya

(Sri Ardhini)

1 sdt : terasi bakar Garam dan penyedap secukupnya

Chef Juna dan artis Indra Herlambang

Bahan: 1 bungkus : tempe

Cara membuatnya: Haluskan bumbu-bumbu, lalu hancurkan tempe dan aduk dengan bumbu hingga rata. Ambil segenggam adonan, dikepal-kepalkan hingga keras. Buat menjadi beberapa kepalan. Panaskan minyak, masukkan kepalan tempe satu-persatu perlahan, agar tidak pecah. Balikkan ke sisi lainnya, bila sisi bagian bawah telah berwarna kecokelatan. Setelah matang, angkat, tiriskan dan siap dihidangkan.

Sambel Pencit ala Sarwan

Siswi SMK Triatmajaya Tabanan

13

mangga atau pencit muda cabe rawit cabe besar merah bawang merah bawang putih

Cara Membuat : - Kupas mangga atau pencit muda lalu serut kasar, sisihkan. - Haluskan semua bahan sambal sampai halus, lalu masukkan serutan mangga muda, aduk rata, siap disajikan dengan ikan bakar /ikan goreng atau bebek goreng.

Nasgor Kacang Polong Udang Bahan: 100 gr : kacang polong kalengan 500 gr : nasi 100 gr : udang kupas bersih

1 1 1 2

sdm : daun prai cincang sdm : bawang bombai cincang ruas : jari jahe cincang kasar sdm : saus sambal

1 sdm : kecap ikan 2 sdm : saus tiram 1 sdm kecap raja rasa 1 sdt : lada bubuk 1 sdt : kaldu bubuk rasa ayam ¼ sdt : penyedap rasa 2 sdm : margarin Garam secukupnya Cara Membuat : - Panaskan margarine, lalu masukkan irisan bawang bombai, bawang pre hingga harum. - Masukkan udang, aduk rata sampai matang. - Masukkan nasi juga bahanbahan lainnya, aduk rata dan masak sampai matang dan bumbu meresap, siap disajikan dengan bawang putih goreng.

Bahan: 400 gr : nasi 100 gr : mi basah 100 gr : udang 50 gr : daun sawi hijau 50 gr : kacang polong 2 sdm : saus tiram 1 sdm : kecap manis ½ buah : bawang bombai cincang halus 2 siung : bawang putih cincang 1 sdm : bawang goreng 10 buah : cabe rawit cincang halus 1 sdm : minyak wijen 1 sdt : lada bubuk 2 sdm : minyak goreng Garam, kaldu bubuk secukupnya, penyedap kalau suka

CARA MEMBUAT: - Tumis irisan bawang bombai juga bawang putih hingga harum. - Masukkan udang juga ayam, aduk hingga matang. - Masukkan nasi juga bahan-bahan lainya, aduk hingga tercampur rata. - Masak dengan api sedang, aduk hingga benar-benar bumbu merasuk dan matang. - Siap disajikan dengan taburan bawang putih goreng.


14

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai satu-satunya organisasi profesi dokter yang diakui negara, wajib mengedepankan pentingnya independensi dan otonomi profesi para anggotanya, mengutamakan kepentingan anggotanya serta masyarakat dalam setiap kegiatan yang dilakukannya. IDI juga ber­ peran dalam meningkatkan pro­ fesionalisme para anggotanya dan peran mereka sebagai agen pem­ baharu dan agen pembangunan terutama dalam advokasi kesehatan dengan berpegang teguh pada Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Demikian disampaikan Ketua IDI Cabang Denpasar, dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS.,dalam pelantikan pengurus IDI Cabang ­Denpasar Periode 2017-2020, Sabtu (15/7) di ­G edung Sewaka Dharma, ­Lumintang Denpasar.

I

DI diharapkan dapat menjadi organisasi yang mengedepan­ kan nilai-nilai profesionalisme, integritas etik dan moral, pengabdian, independen, dan keseja­

dr. Agus Hendrayana, M.Ked

Pelantikan IDI Denpasar

Terus Tingkatkan Profesionalisme Para Dokter watan untuk melakukan upaya-upaya memajukan, menjaga, dan meningkat­ kan harkat dan martabat Dokter Indonesia. “Sebagai organisasi dengan anggota dokter terbanyak diantara IDI Cabang Se-Bali, tantangan yang kami hadapi sangatlah banyak. Pendataan anggota yang mutasinya sangat cepat di organisasi kami ini adalah hal yang sangat penting,” katanya. Berdasarkan database anggota yang akurat IDI ­Denpasar akan melakukan koordinasi dan menyelesaikan tantangan-tantangan di masa yang akan datang. Untuk menjawab tantangan tersebut, mulai tahun ini IDI akan melanjutkan program ­pengurus sebelumnya untuk mener­ bitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IDI Cabang Denpasar yang co-Branding dengan BNI. Melalui KTA yang baru nantinya ini, ia berharap pendataan anggota akan berjalan lebih baik. Tantangan IDI lainnya kedepan, tingginya harapan masyarakat dan pasien untuk pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Tentunya ­dengan harapan yang tinggi ini, ketidak­puasan masyarakat terhadap pelayanan ­kesehatan kemungkinan akan muncul di setiap saat. Untuk itu, IDI Cabang Denpasar akan berusaha meningkat­ kan profesionalisme anggota dengan ­bekerja sama dengan Sejawat KetuaKetua Perhimpunan Dokter Spesialis dalam penyelenggaraan kegiatan-ke­ giatan ilmiah bagi anggota. Selain itu, untuk membina pelaksanaan Etika Kedokteran Indonesia, IDI Cabang Denpasar sepakat untuk membentuk Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) mulai kepengurusan ini. Acara juga dirangkaikan ­dengan seminar bertema “Menjawab ­Tantangan

Pengurus IDI Cabang Denpasar bersama Wali Kota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra dan ketua PB IDI Dr. Daeng M. Faqih SH.MH.

Terkini Dokter Indonesia dari kom­ petensi Tinggi Etik Medikolegal”. Para pembicara ketua PB IDI Dr. Daeng M. Faqih SH.MH., Prof.Dr.dr. Nancy Mar­ garita Rehatta Sp.An.KIC, KNA., dan Dr. dr. Henry Salim Siregar Sp.OG (K). “Banyak isu yang menyorot profesi dokter terutama di media sosial yang cepat menyebar menjadi viral. Apa yang diharapkan pasien yang tidak sesuai keinginan sudah dianggap malaprak­ tik, seakan-akan dokter tidak boleh salah. Untuk itu, agar para dokter bisa memperhatikan etika dalam berpraktik serta paham tentang permasalahan hu­ kum, maka setelah pelantikan pengurus IDI Denpasar, kami mengangkat tema seminar etik medikolegal,” kata ketua panitia, dr. Agus Hendrayana M.Ked. Pelantikan pengurus IDI Cabang Den­ pasar dilakukan oleh Ketua IDI Wilayah Bali dr. Made Kompiang ­Gautama Sp.A. disaksikan Wali Kota Denpasar IB Rai

Dharmawijaya Mantra. Walikota Denpasar IB Rai Dhar­ mawijaya Mantra berharap, pengurus anggota IDI yang dilantik dapat men­ jalin kerja sama dengan berbagai pihak dan organisasi IDI ke depannya terus dapat meningkat­kan profesionalisme

anggotanya. Beberapa nama pengurus IDI Denpasar Periode 2017-2020: Ketua: dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS., Wakil Ketua: dr. I Ketut Widi­ yasa, MPH., Sekretaris: dr. AA Ngurah Gede Dharmayuda, M.Kes., Bendahara: dr. Luh Suji Karnadi.-ast

Kenang-kenangan kepada ketua IDI Cabang Denpasar periode sebelumnya, Dr.dr. I Ketut Suyasa, SpB. SpOT(K), yang diserahkan Ketua IDI Denpasar periode 2017-2020 dr. I Gusti Agung Ngurah Anom, MARS.

OPERASI PENGGANTIAN LUTUT TOTAL DENGAN PAKET HEMAT DI RUMAH SAKIT SUNWAY MALAYSIA bagainya. ­S elain itu Rumah Sakit Sunway juga menyediakan ­bantuan antar jemput dari Bandara ke Rumah Sakit secara gratis kepada pasien dan keluarga dari luar negeri. Pusat Orthopedic di Rumah Sakit Sunway terdiri daripada 20 special­ ist bedah tulang dan setiap special­ ist mempunyai kepakaran masing masing yaitu bedah tulang belakang, lutut, joint, tangan, pergelangan kaki (angkle) dan bedah tulang anak. Specialist di Rumah Sakit Sunway juga mampu untuk melakukan be­ dah operasi tulang belakang secara minimal invasive, pengantian sendi total yang dibantu oleh komputer, sport injury, physiotherapy dan beberapa tidakan lain. Pusat Tu­ lang di Rumah Sakit Sunway juga dilengkapi ­dengan fasilitas rehabili­ tasi ­mutakhir. ­Layanan rehabilitasi disesuaikan untuk memenuhi kebu­ tuhan pasien dan mendukung hasil pengobatan sebaik mungkin. Selain itu juga, Rumah Sakit Sunway mempunyai alat ter­k ini

Nyeri lutut yang di­s ebabkan oleh arthritis dapat mem­pengaruhi qualitas hidup se­seorang dan ia bia­ sanya terjadi kepada mereka yang lanjut usia. Operasi penggantian lutut total (TKR) adalah prosedur untuk menggantikan bagian per­ sendian yang sakit de­ngan kom­ ponen persedian artificial. Operasi penggantian lulut total

sangat direkomendasi pada pasien yang menderita nyeri yang melum­ puhkan tubuh karena ­g angguan pada lutut dan struktur di sekitar­nya. Prosedure ini bukan pilihan utama untuk peng­obatan lutut dan ia hanya direkomendasi bila kondisi pasien se­ makin parah dan obat-obatan tidak lagi memberikan respon yang baik untuk mengurangi rasa sakit tersebut.

Di Rumah Sakit Sunway Malaysia kami menawarkan paket penggantian lutut total dengan kos sekitar RM 26,500 (IDR 82 jutaan) bagi sebe­ lah lutut dan RM 45,000 (IDR 139 jutaan) bagi operasi dua lutut. Paket ini termasuk biaya 5 hari 4 malam rawat inap di rumah sakit, biaya specialist tulang, specialist anes­tesi, obat-obatan, rehabilitasi dan se­

dan lengkap untuk mendukung p e l aya n a n s e b a i k m u n g k i n ­d iantaranya adalah: 3D Image Intensifier (C-arm), 3 Tesla MRI Scanner, Dual Source CT Scanner with Stellar Detector, 3D Naviga­ tion Mapping. Rumah Sakit Sunway ­Malaysia adalah rumah sakit swasta yang terletak di pinggir kota Kuala Lumpur dan telah dinobatkan sebagai Rumah Sakit Orthopeadic Terbaik Asia Pasific dengan kemu­ dahan infrastruktur yang terbaik di Malaysia dan memberikan kesembuhan kepada setiap pasien dan keluarga dengan kelengkap­an hotel bertaraf bintang 5 ke hotel budget, mall, bermain air dan universitas terkemuka. Selain itu, kemudah­an ­shuttle juga diberikan kepada pasien dan keluarga setiap jam secara gratis sekitar Bandar Sunway. Untuk infomasi rumah sakit silakan menghubungi pewakilan kami di Bali.

Contact Person: 221Hospital Link Assist for medical travel

Jalan Anyelir Nomor 8 Denpasar-Bali 80235 Telepon: 0361-242876 HP 085106246161/081338679177

Bugar

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

11


10

Kreasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Seimbangkan Ilmu Pengetahuan, Seni, dan Agama Aktivitas seni tak bisa dipisahkan dari kehidupan I Wayan Sumanaya, S.H. Pensiunan PNS dengan jabatan terakhir Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Setda Kab. Klungkung ini punya impian yang ingin diwujudkan.

I Wayan Sumanaya, S.H.

“S

aya mulai menekuni seni sejak umur 14 tahun. Saya sebagai penari Sendratari di Desa Pikat, bahkan sempat menari ke Desa Kutampi, Nusa Penida. Kami menyeberang dengan menumpang jukung nelayan yang berangkat pukul 05.00 dan sampai di tujuan pukul 10.30 karena cuaca yang

cukup ekstrim pada saat itu,” kenang Sumanaya. Ia mengaku menekuni seni karena sering diajak ayahnya yang juga seniman karawitan. Selain mendapat dukungan ayahnya, ia mendapat inspirasi dari seniman lain. “Sosok yang menjadi inspirasi saya adalah seniman Doktor Kodi terutama kepiawaiannya ngawi. Hal yang paling saya adopsi dari beliau adalah cara berjalannya saat membawakan tokoh Wijil,” ungkap pria yang kini menjabat Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Kab. Klungkung ini. Warga Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung ini menuturkan perjalanan hidupnya di bidang seni tidak ada rintangan yang sangat menyulitkan. Tahun 2002 ia membentuk Sanggar Manik Astagina dan label sebagai seorang pregina yang diberikan oleh orang lain sudah begitu melekat terhadap dirinya. Hal tersebutlah yang menjadi sebuah kebanggaan dalam dirinya dan keluarga.

Sanggar Manik Astagina saat tampil di PKB ke-39

Beberapa pengalaman Sumanaya dalam berkesenian yang sangat berkesan antara lain tahun 2009 dipercaya memimpin sanggar Gita Candra Klungkung dan meraih juara 2 Tari Nusantara di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta. Mereka juga pernah mengisi special package event Saturday di TMII Jakarta. Saat masih aktif sebagai PNS, kegiatan berkeseniannya tidak menganggu kewajiban sebagai

PNS. “Kegiatan berkesenian ini saya lakukan di luar jam dinas terkadang di malam hari,” tegas penerima Anugrah Parasamya Parahita Nugraha dari Mendagri (sebagai kader pembangunan desa teladan tingkat Bali) ini. Sumanaya juga didukung keluarganya dalam berkesenian. Istrinya sebagai penabuh gangsa di seka gong wanita WHDI Desa Pikat, dan dua anak perempuannya juga penari dan penembang sekar alit, agung, sloka dan palawakya. Ia sendiri menguasai Tari Topeng dan Dharmagita (sekar alit, sekar madya, sekar agung, palawakya, dan sloka). “Saya punya impian agar seni topeng, prembon, dan arja menjadi ikon desa dan tentunya juga saya berharap mendapat apresiasi dan dukungan dari desa. Kepada generasi muda mari bergabung di sanggar Manik Astagina dan bersama-sama mempertahankan jati diri sebagai manusia Bali dengan melakoni seni tari. Punahnya seni Bali berarti runtuhnya peradaban Bali. Jadi haruslah ada sebuah keseimbangan antara ilmu pengetahuan yang memudahkan hidup, seni yang menghaluskan hidup dan agama yang menuntun hidup,” ujar Ketua Sanggar Seni Manik Astagina ini. “TUKAD YEH UNDA” Ia menceritakan sanggarnya berdiri sejak 25 tahun yang lalu tanpa nama dengan jenis kesenian Topeng Sidakarya. Seiring

berjalannya waktu, muncul nama sanggar “Manik Astagina” dengan jenis garapan prembon yang merupakan perpaduan topeng dengan arja. Pada 1 Juli 2017 Sanggar Manik Astagina dipercaya sebagai Duta Kabupaten Klungkung pada PKB ke-39. Pementasan prembon yang ditampilkan berjudul “Tukad Yeh Unda”. Prembon ini mengisahkan Majapahit menguasai Bali setelah mengalahkan Raja Bali Bedaulu. Majapahit menobatkan Sri Kresna Kepakisan menjadi raja yang berkedudukan di Samprangan. Para pengikut Raja Bedaulu belum mengakui kekuasaan Raja Majapahit di Bali, karena Pura Besakih dan Pura Batur diabaikan oleh Sri Kresna Kepakisan. Terjadilah pemberontakan oleh para pengikut Bedaulu yang dipimpin oleh Ki Pasek Kayu Selem yang berkedudukan di Songan Bangli. Ada 56 desa bergabung dengan Ki Pasek Kayu Selem, dan akhirnya terjadilah perang dahsyat. Banyak balayuda kedua belah pihak yang gugur, bahkan hampir habis. Melihat hal tersebut akhirnya kedua belah pihak menghentikan peperangan, dan kemudian terjadilah kesepakatan bahwa Ki Pasek Kayu Selem mengakui tahta Sri Kresna Kepakisan di Bali dengan catatan Pura Besakih dan Batur menjadi sungsungan jagat Bali. Saat itu Ki Pasek Kayu Selem memberikan toya bungkak sebagai pemarisuda jagat. Toya bungkak tersebut dihanyutkan ke sungai Ketipan dan dijaga masyarakat dari hulu hingga ke hilir, seperti Menanga, Rendan, Pesaban Gembalan Gelgel, dan Tangkas secara estafet (dalam bahasa bali Unda). Setelah toya bungkak sampai di tepi pantai terlihatlah sebuah batu mekocok. Sungai yang dilalui oleh toya bungkak tersebut dinamai Tukad Yeh Unda dan batu yang ditemukan di pantai disebut Watu Klotok. Kemudian untuk itu didirikanlah Pura yang dinamakan Pura Watu Klotok, dan setiap purnamaning keenam dilaksanakan upacara Pemarisuda Bumi. Akhirnya Kerajaan Bali kerta tentram gemah ripah lohginawe. (Ngurah Budi)

Style

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Casual Beach Tropical Look Linggayoni brand milik desainer Bali Inda Trimafo Yudha hadir kembali untuk para fashionistha. Tokoh kali ini membidik deretan koleksi terbarunya pada ajang “Hipmi Fashion Week Bali II” di Beachwalk Shopping Centre, Kuta.

T

idak seperti biasanya dalam beberapa pagelaran Fashion Show, Linggayoni selalu menyuguhkan dua jenis aliran yang berbeda, yakni ready to wear look dan etnik berbahan endek. Namun, kali ini Linggayoni lebih fokus pada ready to wear casual beach tropical look . Menurut Inda Trimafo, desainnya mengarah pada bohemian style dengan inovasi sedikit pengaruh conservatif look. Sedangkan style –nya sengaja di buat memiliki kesamaan bentuk yakni loose and flowing demi mengakomodir all body type, seperti long dan

Inda Trimafo Yudha

mini kaftan, sabrina dress, outer, simple midi lenght dress dengan modifikasi pecah pada lengan atau tank top dress serta celana panjang lurus dan semi lebar. Bahan yang di gunakan jenis rayon yang nyaman dikenakan di wilayah pantai dan suasana tropis. Bahan dan model, kata Inda Trimafo dipastikan nyaman ta n p a men gesa mpingkan estetika dan gaya yang stylist.Sementara coraknya, selain tropical leaf, colourfull abstract juga terlihat bordiran atau pingiran. Saat ini, Linggayoni ada di area pameran Beachwalk dan di Seminyak Village Shopping Centre. (Sri Ardhini)

Foto by Rudi Waisnawa/Lingkara Photography.

15


16

Edukasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Permasalahan narkoba nampaknya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bagi aparat kepolisian. Kasus narkoba di wilayah hukum Polres Buleleng terus terjadi, mulai dari pemakaian hingga pengedaran. Pelakunya pun dari berbagai umur, bahkan beberapa di antaranya adalah remaja dan usia produktif.

M

enyikapi masalah tersebut, Polsek Sukasada me­ ngenalkan bahaya narkoba melalui jalur pendidikan. Sosialisasi dilakukan di SMK Kesehat­ an Vidya Usadha Singaraja, dengan

Sosialisasikan Bahaya Narkoba Melalui Sekolah

melibatkan siswa baru kelas X dan siswa kelas XI. Topik yang dibahas mengenai Bahaya Narkoba, Tata Tertib Lalu Lintas dan Hukum. Melalui Pembinaan dan Penyuluhan ini, anakanak lebih memahami tetang bahaya narkotika sehingga tidak terjerumus dalam penggunaannya. Kegiatan tersebut dilaksanakan Rabu (12/7) di Aula SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja. Polsek Sukasada mengirimkan 3 orang anggotanya dipimpin Kanit Lantas AKP I Nyoman Adika. Tercatat 35 orang siswa/siswi Klas X dan Klas XI SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja, serta Dewan Guru yang dipimpin

Menabung untuk Berlibur Menyisihkan sejumlah dana untuk disimpan atau lebih dikenal dengan menabung merupakan hal atau kebiasaan yang wajib ditanamkan sejak dini. “Dengan mengenalkan menabung sejak dini, maka kita membiasakan anak-anak mulai belajar berhemat dan bertanggung jawab dalam memegang uang,” ujar Ketua KSP Sila Mukti I Wayan Dirgantara Suija. Meski tak memiliki progam tabungan khusus untuk anak-anak, KSP yang berkantor pusat di Rendang, Karangasem ini menyasar usia pelajar dengan bekerjasama dengan beberapa sekolah. Tabungan siswa yang terkumpul diambil setiap hari ke sekolah-sekolah tersebut. Tabungan siswa ini akan dibagikan setiap tahun (kenaikan kelas). Dari jalinan kerja sama tersebut, selain memberikan bunga tabungan, KSP Sila Mukti juga memberikan reward berupa CSR Peduli pendidikan. “Pada kesempatan tertentu kami mengunjungi sekolah-sekolah tersebut untuk program edukasi dan literasi tentang produk-produk koperasi kami dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menyisihkan sejumlah dana cadangan dari bekal (uang saku)

I Wayan Dirgantara Suija

mereka untuk kepentingan tertentu di kemudian hari,” jelasnya. Dirga mengatakan dari penyisihan dana yang ditabungkan, tentu nilai nominalnya akan semakin meningkat dari waktu ke waktu, meningkat dari jumlah yang mereka setorkan karena mendapatkan bunga. “Ke depannya, tabungan ini bisa untuk memenuhi kebutuhan mereka sehingga tidak akan meminta lagi kepada orangtua, tetapi berusaha sendiri untuk mewujudkannya. Jiwa gigih dan tekun siswa ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam membangun kebiasaan menabung,” ucapnya. Untuk menggaet nasabah, koperasi ini menawarkan beberapa varian produk simpanan, seperti program simpanan berhadiahsimpanan program dengan manfaat tambahan dari sekadar hanya menabung biasa. Masing-masing produk memiliki manfaat yang di-bundling dalam produk tersebut dengan tujuan untuk menggaet anggota. Ia menyontohkan, Produk Simka Wisnu yaitu produk simpanan, yang selain anggota mendapat benefit dari dananya mereka juga berkesempatan untuk mendapatkan manfaat tambahan berupa program jalan-jalan dan Tirtayatra (Program Melali sambilang Mebakti) baik di Bali maupun luar Bali. Ada juga produk Simpanan Sahara- yaitu produk simpanan yang khusus digunakan untuk persiapan hari raya. Respons para nasabah terhadap produkproduk ini sangat bagus. Dirga mengamati, belakangan ini sudah mulai tumbuh kesadaran masyarakat untuk menabung. Tujuannya bukan semata untuk sekadar menyisihkan dana namun sudah merupakan keharusan dengan tujuan untuk kebutuhan pendidikan, kesehatan, dana pensiun, dan kepentingan tidak terduga. “Bahkan saya liat terjadi pergeseran yang positif di masyarakat dimana menabung juga untuk tujuan berlibur atau berwisata bersama keluarga,” tandasnya. (Inten Indrawati)

oleh Wakil Kepala Sekolah SMK Kesehatan Vidya Usadha Singaraja I Made Dody Mahendra ikut dalam kegiatan ini. Kanit Binmas Polsek Sukasada Iptu I Ketut Rina menjelaskan beberapa materi yang disampaikan dalam penyuluhan tersebut antara lain, pengertian narkoba, jenis-jenis narkoba, bahaya narkoba dan sanksi hukum pengguna maupun pengedar. Kanit Lantas Polsek Sukasada AKP I Nyoman Adika memberikan materi tata cara berlalu lintas yang baik, sanksi pidana terhadap pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan UU RI Nomor 22 tahun 2009. Kegiatan diakhiri dengan sesi tanya jawab. Wakil Kepala SMK Kesehatan I Made Dody Mahendra mengatakan sangat mengapresiasi kegiatan tersebut karena dapat memberikan informasi kepada seluruh siswa mengenai bahaya narkoba. Mengingat belakangan ini narkoba semakin banyak beredar di lintas kalangan termasuk pelajar. “Ini merupakan langkah preventif kami bekerja sama dengan Polsek Sukasada dalam mencegah beredarnya narkoba dikalangan pelajar. Siswa juga dibekali pengetahuan benda-benda yang tergolong narkoba agar mereka mampu membedakan mana obat yang boleh dikonsumsi dan mana yang tidak,” jelasnya. Kapolsek Sukasada Kompol I Ketut Darmita, S.S., saat dikonfirmasi menjelaskan pihaknya terus berupaya melakukan penyuluhan ke-

Dara Malang melintang di dunia musik, Dejapu Band telah meriliis 9 lagu dalam album perdananya. Sebelum­nya, tiga lagu telah dipublish ke media sosial setelah merampungkan klipnya, di antaranya Omang Dogen, Cek In Dalung, dan Malam Minggu. Rencananya album pertama yang bertajuk Satu akan akan segera dilau­ ching bertempat di Boshe VVIP club, Selasa (20/06).

D

i album SATU, single yang menjadi andalan lagu Omang Dogen hasil ciptaan musisi ternama Jun Bintang. Bahkan dalam pembuatan klip videonya pun, Jun Bintang juga ikut ambil peran sebagai model bersama Melin dan Mirah Sugandhi. Hasil garapan apik Bali Art Visual ini bercerita tentang seorang gadis yang menemukan botol di pantai yang di dalamnya berisikan cerita tentang kisah percintaan yang dramatis. Band yang telah terbentuk sejak

Anggota Polsek Sukasada memberikan penyuluhan kepada siswa - siswi SMK Vidya Usadha Singaraja.

pada masyarakat baik melalui sekolah maupun kelompok masyarakat untuk menekan penggunaan dan peredaran narkoba di Buleleng. “Untuk menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba dan untuk menciptakan generasi muda yang taat hukum dan tertib berlalu lintas, kami terus beru-

paya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khusunya pembinaan dan penyuluhan terhadap penyalahgunaan narkoba serta tertib berlalu lintas baik di sekolah-sekolah maupun kelompok masyarakat lainya guna mewujudkan situasi Kamtibmas tetap kondusif,” tegasnya. (Wiwin Meliana)

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

9

R i l is A lbum S atu

Dejapu Dilirik Sutradara TV Nasional tahun 2014 silam ini diperkuat dengan formasi Putu Budi sebagai vokalis dan gitaris , Aditya sebagai pianis, Lojer sebagai Bassis, Julian Richard sebagai Gitaris, dan DFat sebagai Drummer. Dengan mengambil aliran alternative, Dejapu mendapat support dari beberapa musisi dengan aliran berbeda yang sudah malang melintang di blantika musik Bali, seperti Jun Bintang, Hari PW Bintang, Ogix Bintang, Moca Fam Fam, Aput Draft, Rio Draft, Edy Buffalow, Xoxo Oregano, Shinta Puri Pratiwi, Melin, Igo Blado, dan Yuda Suparsana dxt Movie. Dalam album yang diproduseri oleh Bali WD Production milik Wayan Widia, terdapat satu lagu yang menggunakan bahasa Indonesia. “Ini menjadi sangat spesial karena lagu dengan judul Datanglah ke Bali ini menjadi soundtrack film di salah satu TV nasional,” ungkap Putu Budi. Lagu yang awalnya berbahasa Bali ini berjudul Tresna Sujati kemudian diaransemen oleh Arix Bintang, Ogix

Bintang dan Moca Fam Fam. Akan tetapi setelah rampung, mereka merasa musik dan liriknya kurang pas sehingga membuat arransemen baru. “Mereka menyarankan untuk membuatkan lirik baru untuk arransemen yang lama sehingga jadilah lagu Datanglah ke Bali,” imbuh vokalis yang albumnya dirampungkan oleh DEFF Studio Bali ini. Lagu ini kemudian dilirik oleh sutradara film kenamaan Aris Nugraha yang telah menyutradarai beberapa judul film seperti Preman Pensiun, Bajai Bajuri, dan lain-lain. bersama dengan Aris Nugraha, Eza Yayank, Purnomo, dan Entis, Dejapu band pun masuk studio untuk proses perubahan lirik dan penambahan instrument gambelan serta kecak. “Saya pun ikut ditodong main Film,” ujarnya. lagu Datanglah ke Bali, rencananya akan menjadi soundtrack FILM MIB produksi MNC Picture. Dalam lauching album SATU, juga akan dimeriahkan oleh penampilan

Matanai Band, The Error Project, The Rolic, Clay dan bintang tamu Jun Bintang, Hari PW Bintang, Ogix Bintang, dan Moca Fam Fam. Ke depan, gebrakan yang sudah yang akan dilakukan untuk tetap menjaga

eksistensi dengan menyiapkan satu single berjudul Diujung Mimpi. “Saat ini masih proses shooting video klip di Hongkong dan semoga bisa dirilis Bulan Agustus,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Galangkangin Gotera

Raih Medali Emas OSN Bidang Komputer

Galangkangin bersama keluarga (ayah Dr. dr. Wira Gotera, Sp.PD, KEMD, Ibu Ns. Ni Kadek Yuliati, S.Kep., adik Sukma Bening Gotera, dan Pengarep Brahmaning Gotera.

Remaja SMAN 1 Denpasar ini mendulang prestasi yang luar biasa, karena ini pertamakalinya Bali, mampu meraih medali emas dalam Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat SMA bidang infor­ matika/komputer, yang digelar di Pekan­baru, Riau, 2 s.d. 8 Juli. Sebelumnya, Bali pernah menda­ patkan medali emas OSN tingkat SMA tahun 2008 dalam bidang fisika. Prestasi ini, bagi Galang, be­ gitu ia akrap disapa, tentu sangat membanggakan. Selain bagi dirinya sendiri, keluarga, tentu saja seko­ lah, karena bisa mengharumkan nama Bali. Uniknya, sebelum serius meng­ ikuti lomba komputer, awalnya ia menyukai matematika. Walaupun sering ikut lomba hanya masuk final, ia mengaku tetap mencintai matematika yang bagi sebagian orang sangat “menakutkan”. Na­ mun, bagi putra sulung Dr. dr. Wira Gotera Sp.PD. KEMD ini, matema­ tika itu seru. “Saat kelas lima SD

baru bisa bilangan pecahan, agak lambat sih, tapi setelah les satu minggu, ikut lomba masuk final,” ujar alumnus SD Cipta Dharma ini sembari tertawa. Malah, Galang pernah ikut lomba di Singapura mendapat juara hara­ pan. Namun, ia mengatakan, sejak SMP ia mulai mengenal “rumus aneh”, yang membuatnya hanya bisa masuk final kalau ikut lomba matematika. Saat di kelas 9 Galang mulai ter­ tarik dengan komputer. Saat di SMPN 3 Denpasar, ia pernah mendapatkan juara 2 lomba komputer. Saat masuk SMA, Galang, mulai berkenalan den­ gan komunitas komputer terkenal di Rusia. Tiap Minggu ia membuat artikel dalam bahasa Inggris untuk sharing dengan mereka. Libur semester, ia manfaatkan ikut lomba di Universitas Indonesia. Sebelum lomba ada pelatihan yang dilakukan selama sebulan. Pelati­ han dilakukan via online dengan menjawab soal, Galang menduduki peringkat atas. Saat final Galang

meraih peringkat 6 dari 18. Gilang mulai bergabung dalam komunitas komputer Indonesia, tempatnya berdiskusi segala macam urusan komputer. Kemudian, Galang ikut lomba komputer di ITS Sura­ baya. Tujuannya, untuk menguji kemampuannya. Ia memberanikan diri mendaftar` lomba dan meraih juara 3. “Biasanya saya yang se­ ring nanya di teman grup komputer, sejak saya mendapat juara, sekarang ada yang bertanya kepada saya, senang banget,” katanya sembari tertawa. Saat Wikimedia mengadakan seleksi, Galang juga ikut. Ia tertarik karena ada workshopnya. “Hitunghitung sambil belajar. Malah men­ tor saya pak John tahu saya dapat juara 3 di ITS,” katanya. Galang juga ikut lomba yang digelar Google. “Walaupun hadiahnya cuma T-shirt, tapi saya bangga karena langsung dikirim dari AS. Kausnya lembut,” tuturnya. Galang juga ikut tryout masuk In­ stitut Teknologi Bandung, walaupun baru kelas dua SMA. “Saya hanya iseng,” kata Galang. Hasilnya, ia mendapat peringkat 2. Dari SMP sebenarnya Galang sudah tertarik ikut olimpiade sains tingkat kota. Tapi tidak pernah lo­ los. Akhirnya, saat SMA ia baru bisa menang tingkat kota lewat bidang komputer. Dari sinilah awal ia mulai ter­ tarik membuat blog. Dalam blog­ nya, galangblog12.blogspot.co.id, ia menceritakan perjalanannya dalam mengikuti lomba olimpiade dengan bahasanya yang kocak. Uniknya, kata dia, beberapa orang yang membaca blognya menjadi terinspirasi bah­ kan bisa membuat mereka menjadi menang dalam berlomba. “Ada yang bilang blog saya lucu dan seru, dan ada juga yang bilang banyak belajar persiapan lomba bahkan ada yang sampai menang,” katanya dengan bangga. Galang juga mengasah kemam­

puannya dengan ikut lomba kom­ puter di UGM Yogyakarta. “Itu pa­ dahal lomba tim, saya ikut sendiri,” kata Galang. Ia beralasan, ikut hanya untuk meramaikan saja seperti nama kelompok yang ia buat. Ternyata saat semi final ia meraih juara 3. Galang melanjutkan perjuangan­ nya ke Olimpiade Sains Provinsi (OSP) bidang komputer dan men­ dapat juara 2. Setelah itu, Galang berlaga di Olimpiade Sains tingkat nasional dan berhasil meraih medali emas. Uniknya, Galang sudah ­sangat yakin dirinya bakal mendapat emas. “Saya sudah bertekad harus dapat emas. Walaupun ada peserta yang dijagokan akan menang, tapi saya tetap yakin mendapat emas,” ujarnya. Keyakinan itu membuat­ nya percaya diri mengerjakan soal. Saat lomba kom­ puter, nilai lang­ sung tertera se­ hingga ma­singmasing peserta tahu berapa nilai yang diraih, na­ mun, tidak bisa mengetahui nilai peserta lain. “Kalau ingin tahu nilai

Galangkangin Gotera

peserta lain harus bertanya,” kata Galang. Sehari sebelum ­p eng­u m­u man, peserta diajak ­ber­ekreasi. Galang iseng bertanya kepada peserta lain yang digadanggadang bakal menjadi juara 1. “Ternyata nilainya di bawah score saya 408. Dalam hati saya sudah tahu menang tapi senyum-senyum saja,” ucapnya. Bahkan, temannya itu tidak bertanya berapa score Galang. “Mungkin dia sangat ya­ kin akan menang. Makanya, saat ­pengumuman juara, saya sudah berada di dekat panggung ­karena akan dipanggil namanya dan naik panggung,” ujarnya sembari ter­ tawa. Bagi remaja lainnya, Galang memberi tips untuk meraih presta­ si yakni, harus ada pembimbing bisa guru atau teman yang lebih ahli, tekun, dan tak boleh menye­ rah. “Biasanya lomba komputer itu sangat lama, jadi harus tekun, tiga soal bisa sampai 5 jam lamanya,” kata Galang. Kemenangan Galang disam­ but rasa syukur keluarganya. Hal

itu dilontarkan ayahnya dr. Wira Gotera, “Sesuai na­ manya Galangkangin saya berharap, Galang mampu seperti mentari bersinar cerah yang mempunyai kekuatan”. –ast


8

Bunda & Ananda

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Di Balik Kisruh Sistem Zonasi

Hentikan Pelacuran Idealisme di Dunia Pendidikan

Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dari tahu ke tahun selalu menyisakan permasalahan. Begitu juga PPDB tahun 2017 yang menetapkan sistem zonasi, masih meninggalkan masalah baik bagi orangtua, sekolah, dan pemerintah. Hal ini disampaikan I Wayan Dudik Mahendra, S.S.

M

antan Ketua Komite SDN 3 Sesetan ini menyayangkan ada beberapa reaksi atas keluarnya Permendikbud No. 17 Tahun 2017 tentang PPDB. “Ini sebenarnya sangat bagus jika berbicara atau kita sepakat bahwa pendidikan kita sedang pada situasi yang sangat mengkhawatirkan. Kita harus jujur mengatakan bahwa dengan adanya ujian nasional atau ujian-ujian yang terstandarisasi telah membuat sekolah-sekolah dalam hal ini guru-guru kadang menghalalkan segala cara agar anak-anaknya mendapatkan nilai yang bagus,” ujar Dudik-sapaan akrab Penyarikan (Sekretaris) Desa Pekraman Sesetan yang juga Ketua DPC Partai Nasdem Denpasar Selatan ini. Tak jarang kita mendengar bahkan beritanya sempat ditayangkan di televisi bahwa ada anak yang dipaksa gurunya untuk memberikan contekan kepada temannya, sehingga anak tersebut merasa tertekan. Di satu pihak anak-anak disuruh jujur dan berusaha sendiri, namun mengapa saat UN disuruh bekerjasama? Ide Permendikbud yang baru dikeluarkan tersebut dinilainya terlalu terburu-buru, Mei ditandatangani, Juni diterapkan, sehingga sosialisasinya kurang. “Tetapi jangan dilihat masalah koordinasinya, lihat tujuannya. Tujuannya baik sekali. Sistem zonasi jelas bertujuan menghilangkan dikotomi sekolah unggulan dan sekolah non-unggulan. Karena harus kita akui ‘titel’ tersebut telah memicu kecurangan-kecurangan dalam

dunia pendidikan. Untuk mendapatkan kursi di sekolah unggulan, tak jarang orangtua berani membayar lebih. Ketika anaknya tak mampu diterima lewat jalur NEM, mereka bayar lebih. Dengan zonasi, titel sekolah unggulan-non unggulan tidak ada. Jadi tidak ada lagi anak yang harus masuk ke sekolah favorit. Karena mereka harus masuk di sekolah lingkungan terdekat. Karena dengan bersekolah di lingkungan terdekat akan dapat mengurai masalah kemacetan. Bahkan bisa saja nanti ada aturan untuk anak SMP, SMA tidak boleh membawa kendaraan bermotor ke sekolah karena sudah bersekolah dengan jarak yang dekat. “Sekarang ini kita lihat banyak anak SMA kelas 1 (belum 17 tahun) bahkan anak SMP sudah naik motor, mereka belum punya SIM, karena tidak mungkin juga orangtuanya mampu mengantarjemput anaknya. “Kenapa dunia pendidikan kita dibiarkan melakukan hal-hal yang melanggar aturan. Dengan sistem zonasi ini, saya kira permasalahan ini bisa dipecahkan. Apalagi misalnya ada ketegasan dari pemerintah bahwa anak SMP dan SMA tidak boleh menggunakan kendaraan bermotor sendiri menuju sekolahnya,” ucap Dudik. Selain itu, dengan sistem zonasi ini dikatakannya tidak perlu lagi ada pelacuran idealisme di dunia pendidikan hanya semata-mata untuk mendapatkan NEM yang bagus, karena sudah tidak penting lagi. “Dalam sistem zonasi, NEM

I Wayan Dudik Mahendra, S.S.

berada pada urutan ketiga. Pertama jarak, umur, baru NEM. Mungkin saja kita nanti akan kembali pada nilai itu penting, tetapi setelah kita mampu mensterilkan sekolah dari fragmatisme yang terjadi seperti sekarang,” jelasnya. JANGAN KORBANKAN KUALITAS PENDIDIKAN Selanjutnya, Permendikbud tersebut membatasi jumlah siswa per kelas. Ini dikatakannya, memang sesungguhnya harus dilakukan. Tidak elok jika kita melihat dalam satu ruang kelas di SD ada 40 sampai 50 siswa. “Kualitas pendidikan seperti apa yang ingin dicapai jika muridnya sampai berjejal seperti itu,” ujarnya. Karena itu, ia menyayangkan sekali Permendikbud harus ditabrak dengan Pergub, semata-

mata karena alasan hanya untuk memenuhi wajib belajar 12 tahun tetapi mengorbankan kualitas pendidikan dengan memaksakan kelas yang padat. Padahal menurutnya ada solusi yang lebih baik yang seyogianya bisa diambil pemerintah provinsi maupun pemkot/pemkab, yaitu dengan melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah swasta. Misalkan saja sekolah swasta menjadi tempat anak-anak yang tak tertampung di sekolah negeri, tetapi sekolah swasta ini diberikan subsidi oleh pemerintah. Misalnya sekolah yang terakreditasi A subsidinya berapa, dan seterusnya. Namun di sisi lain, sekolah swasta yang mendapatkan subsidi ini juga dipatok besaran SPP-nya agar jangan sampai terlalu memberatkan orangtua siswa. Hal ini dikatakannya jauh lebih baik ketimbang pemerintah memaksakan menambah guru honor, menambah ruang kelas yang tidak mungkin dilakukan di Kota Denpasar ini karena ketiadaan lahan. “Jadi menurut saja lebih baik memanfaatkan sekolah-sekolah swasta yang sudah ada,” ujar Dudik. Kemudian, jika ada sekolah swasta yang SPP-nya tinggi dan memang sudah memiliki guru-guru yang dianggap qualified, dan fasilitas yang bagus, tidak harus mengambil subsidi ini. Jika ada orangtua yang mau anaknya ke sekolah swasta yang bagus, mereka bayar lebih. “Istilah seperti ini, sekolah negeri gratis, sekolah swasta murah adayang disubsidi pemerintah, sekolah swasta mahal juga ada. Pilihannya ada pada masyarakat, mereka punya banyak pilihan,” ucapnya.

“Saya berharap besar Permendiknas 2017 tidak didrop karena masalah yang timbul sekarang, tetapi dikaji dengan lebih baik dan pada tahun ajaran mendatang sudah bisa dilakukan solusi-solusi yang tidak mengorbankan kualitas pendidikan, tetapi juga memberikan pilihan-pilihan kepada masyarakat. Pemerintah sudah mencanangkan wajib belajar 12 tahun, jadi memang sudah menjadi tanggung jawab pemerintah bahwa anak negeri ini tamat 12 tahun (SMA). Tidak ada judulnya, undang-undang mengharuskan begitu tetapi pemerintah melalui aparatur ke bawah tidak peduli. Jangan sampai kita seperti keledai, berulang-ulang terperosok dalam kesalahan yang sama, dalam PPDB. Ini perlu contoh dari para pejabat, jangan sampai aturan PPDB sudah jelas, namun karena perasaan tidak enak anggota dewan kita “dititipi” oleh masyarakat, begitu juga pejabat-pejabat di kependidikan juga “dititipi” oleh masyarakat, jadinya menabrak aturan. Ketika ada yang menabrak aturan, maka masyarakat akan bisa melihat di dunia internet yang serba transparan ini. Masyarakat akan sangat tahu hal ini. Misalkan SMA A menerima 5 kelas, kemudian tiba-tiba ada 7 kelas. Dari sini sudah pasti ada yang tidak benar. “Jadi, para pejabat harus berani memberi contoh untuk tidak mencurangi aturan-aturan yang ada. Harapan saya sebagai masyarakat yang peduli dengan pendidikan, ada ketegasan dari pemerintah. Jika ada aturan baru, disosialisasikan dengan baik, tidak diterapkan grasa-grusu,” tandasnya. (Inten Indrawati)

Mendongeng Lima Menit seteguk air

Ketika musim kemarau tiba, sumursumur di desa itu kering-kerontang. Ibu Randu menyuruh kedua putrinya, Mawar Putih dan Mawar Hitam, mengambil air Made Taro di hulu sungai. Mawar Hitam, anak kandung Ibu Randu, menolak perintah itu. Terpaksalah si anak tiri, Mawar Putih, berangkat sendirian. Walaupun sumber air itu terletak dalam hutan yang sunyi dan menakutkan, Mawar Putih tidak merasa gentar. “Demi keluarga, aku jalani pekerjaan berat ini,” kata hatinya. Ia menjunjung periuknya yang penuh air, kembali ke rumah melewati hutan lebat. “Berilah aku seteguk air, Cucuku!” Tiba-tiba di tempat yang sepi ia mendengar suara lemah dan parau. Dari semak-semak muncul seorang nenek tua berjalan tertatih-tatih dengan tongkatnya. “Aku sangat haus,” kata nenek itu. Mawar Putih menurunkan periuk dari kepalanya, lalu menyerahkan air itu kepada nenek tua. Nenek itu pun minum dengan lahapnya. Seteguk, dua teguk, berteguk-teguk. Akhirnya air satu periuk itu habis. “Cucu baik budi. Kata-katamu penuh muti-

ara,” kata nenek itu, lalu menghilang. Mawar Putih takut dimarahi ibunya. Ia kembali ke hulu sungai, lalu mengambil air satu periuk lagi. Setiba di rumah ia menceritakan pengalamannya kepada ibu dan saudara tirinya. Aneh, setiap kata-kata yang menyembur dari mulutnya, menjadi mutiara. Sang ibu dan Mawar Hitam sangat senang mengumpulkan berbutir-butir mutiara yang berserakan di tanah. “Ibu, sekarang akulah yang berangkat mencari air,” desak Mawar Hitam. “Jangan, Anakku! Matahari hampir tenggelam,” cegah Ibu Randu. Mawar Hitam seolah-olah tidak mendengar kata-kata ibunya. Ia segera mengambil periuk lalu pergi ke sumber air. Dalam perjalanan pulang, di tengah hutan lebat ia bertemu dengan nenek bertongkat yang diceritakan oleh Mawar Putih. Nenek itu minta seteguk air. Satu teguk, dua teguk, berteguk-teguk, dan akhirnya menghabiskan satu periuk penuh. Mawar Hitam marah. Ia membanting periuknya yang kosong. Periuk itu hancur berantakan. Aneh, pecahan periuk itu berubah menjadi ular, kecoak dan kalajengking. Mawar Hitam berteriak ketakutan. Ia berlari menuju rumahnya. Di depan pintu ia terjatuh. Ibu Randu dan Mawar Putih mendapati seluruh tubuh Mawar Hitam dikerubuti berbagai hewan beracun.

Griya

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Percantik Ruangan dengan Gorden

17

Gorden atau tirai adalah salah satu elemen penting dalam desain interior. Selain berfungsi sebagai pelindung dari ultravioet sinar matahari agar tidak langsung masuk ke dalam ruangan dan menghindari pandangan langsung dari luar, gorden telah menjadi salah satu faktor desain interior untuk mempercantik ruangan. Hal ini diungkapkan Anisah (46), pemilik toko Korden Indah di Denpasar.

D

alam memilih gorden, konsumen anda bisa mempertimbangkan banyak hal, mulai dari warna, bahan kain, model gorden, ketebalan bahan, motif dan sebagainya. “Tidak perlu memilih gorden yang mahal. Pilihlah bahan bahan dan model yang tepat dengan ruangan Anda agar matching dan mampu memberikan karakter pada ruangan Anda,” ujarnya. Ada berbagai jenis dan model gorden yang ada di pasaran. Namun beberapa tahun terakhir, konsumen lebih banyak menyukai jenis smokring karena dinilai simpel namun tampilannya mewah. “Awalnya memang tak banyak permintaan pasar. Tetapi mungkin ketika konsumen melihat banyak yang memakai gorden ini, jadinya makin banyak yang suka,” ujar Anisah yang memulai usahanya ini dari berjualan door to door di tahun 1990.

Anisah

Tahun 1995, ia dan suaminya membuka toko di kawasan Panjer, Denpasar dan setahun kemudian di Pulau Kawe, Denpasar. Anisah biasanya menjahit sendiri gordengorden pesanannya. Bahkan ser-

ingkali membuat desain sendiri dengan mengkolaborasikan beberapa model gorden dari kain, dan hasil desainnya ini banyak disukai konsumen. Selain smokring, ada jenis gorden lain yang juga ditawarkan di pasaran. Di antaranya, venetian blind-berbahan aluminium yang cocok dipasang di dapur. Roller blinds-yang banyak dipakai di kamar-kamar hotel/vila. Vertical blinds-yang banyak dipakai di perkantoran. Wooden blinds-berbahan kayu, banyak disukai bule. Untuk perawatan gorden kain dijelaskannya cukup simpel. Cukup direndam dengan air sabun, dikucek, dibilas, dan dijemur di tempat yang tidak langsung kena terik matahari. “Yang penting jangan disikat. Jika enggan mengerjakannya, bisa dibawa ke tempat kami, karena kami juga melayani servis dan perawatn gorden,” ucapnya. (Inten Indarawati)

PERESMIAN OUTLET SUKLA : JAYA FRIED CHICKEN (JFC) DI BATUAN SUKAWATI GIANYAR

GUSTI WEDAKARNA BANGGA JFC MILIKI 63 OUTLET DI BALI

Bisnis kuliner bisa dikatakan sebagai “bisnis abadi” karena dari dulu hingga sampai kapanpun bisnis kuliner baik makanan dan minuman ini tidak akan pernah sepi akan konsumen. Apalagi Indonesia termasuk negara dengan tingkat konsumsi tertinggi di dunia yang membuat peluang untuk terjun di bisnis kuliner ini semakin tinggi. Kebanyakan generasi muda lebih senang makan dan mengonsumsi makanan cepat saji maupun makanan olahan dari resep luar negeri. Masyarakat di Bali pun tidak mau kalah dengan peluang bisnis yang menjanjikan ini. Tentunya dengan gerakan sukla satyagraha masyarakat Satyagraha – Senator RI Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya MWS III saat meresmikan outlet Sukla Jaya Fried makin sadar untuk berbelanja Wedakarna Chicken (JFC) di Batuan Sukawati Gianyar di warung Hindu. Hal ini terlihat saat peresmian Outlet SUKLA : Jaya Fried yang tidak terpakai bisa memanfaatkan Chiken (JFC) di Batuan Sukawati Gianyar usaha ini. Atau sistem patungan. Bisnis yang diresmikan oleh Senator RI Dr. Shri kuliner adalah bisnis yang paling banyak I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III membuat orang jadi kaya dan sejahtera. (Penggagas sekaligus pembina Gerakan Saya bangga. This is Satyagraha,” ungkap Sukla Satyagraha) didampingi I Wayan senator muda asal Bali ini. Dalam agama Hindu, spesifikasi Sukla Widi Adnyana (Ketua Umum Sukla). JFC ini didirikan oleh Agus Jaya (putra jauh lebih ketat sebenarnya dibandingHindu Bali usia 38 tahun) yang kini memi- kan dengan agama lain, dan intinya maliki 63 outlet di seluruh Bali. “Saya senang kanan yang dihidangkan tidak sekadar dengan kualitas, branding logo, dan pe- bersih, tapi juga suci. Hal inilah yang layanan restoran yang ramah ini. Omzet diorong agar generasi muda mau terjun per hari tiap outlet mencapai Rp 2-5 Juta ke dunia bisnis, karena Bali memerlukan atau minimal Rp 60 juta perbulan. Bagi lebih banyak generasi muda risk taker semeton yang punya ruko atau tempat generation.


18

Life Story

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Madu Putih dan Madu Kopi

Kesulitan Budidaya Madu merupakan minuman alami yang memiliki segudang manfaat. Madu yang dihasilkan lebah ini mampu menjaga stamina, untuk kesehatan dan juga kecantikan. Rasanya yang manis, tentu membuat siapa saja tidak mempunyai alasan untuk tidak menyukainya. Bagi orang awan, semua madu sama saja memiliki khasiat dan rasa yang sama. Namun tahukah Anda, jika madu memiliki fungsi yang berbeda tergantung dari jenis lebah penghasilnya.

B

erbagai jenis madu dihasilkan oleh kelompok tani ternak Puspita Werdi Mekar Desa Gerokgak, Kecamatan Gerokgak. Sejak beberapa tahun yang lalu, anggotanya telah membudidayakan lebah untuk menghasilkan jenis madu unggul. Madu putih dan madu Kopi merupakan produk unggulan yang telah berhasil dikembangkan dan menjadi incaran konsumen. Pembina Penyuluh Petani Lapangan (PPL) Kecamatan Gerokgak, Hery Suwarni mengatakan untuk menghasilkan madu Putih, anggota telah membudidayakan lebah di pohon juwet. Berbeda dengan madu pada umumnya, tampilan madu Putih berwarna putih seperti susu. Dari segi rasa pun, madu jenis ini memiliki rasa manis dan sedikit kecut. Hery Suwarni menambahkan, madu Putih sangat baik dikonsumsi oleh anak-anak karena bermanfaat untuk menambah nafsu makan. “Tampilannya seperti susu jadi bisa langsung diminum dengan dicampurkan air hangat-hangat kuku,”jelasnya. Berbeda halnya dengan madu

Putih, madu Kopi pun memiliki manfaat yang berbeda. Madu Kopi diklaim dapat mengobati penyakit diabetes dan mengurangi kecanduan ter- h a d a p rokok. “Kandungan kopinya dapat menetralisir nikotin yang terkandung dalam rokok,” ungkapnya. Madu ini dihasilkan dari lebah yang menghisap bunga kopi, rasanya pun ada manis d a n pahit seperti kopi.

madu dengan kualitas super. Juwet dan kopi yang merupakan tanaman musiman sangat mempengaruhi jumlah madu yang dihasilkan. Dalam setahun pihaknya hanya mampu melakukan panen 1 sampai 2 kali dengan hasil 10 hingga 15 botol per sekali panen. Untuk memanen lebah dengan kualitas madu baik, diperlukan waktu 2,5 bulan hingga 3 bulan. “Kalau produksi tergantung musimnya, kadang-kadang lebah yang dibudidayakan juga gagal panen karena cuaca yang tidak menentu,” imbuhnya. Akibat kondisi tersebut, pihaknya belum bisa memproduksi dengan jumlah yang banyak, ditambah produk yang dihasilkan merupakan madu alami tanpa campuran. Selama ini Kelompok Tani Ternak Puspita Werdi Mekar telah memasarkan madu produksinya secara menyeluruh

juk nun KTT e m i i arn uks r Suw prod Meka y n u r He mad erdi kan pita W Pus

Perempuan murah senyum ini juga menjelaskan, untuk satu botol madu Putih dan madu Kopi dibandrol dengan kisaran harga Rp. 200 ribu hingga Rp.230 ribu per botol sirup. Harga ini sebanding dengan lamanya budidaya lebah hingga menghasilkan

Terancam Punah, Ubi Sikep Dikenalkan Ke Masyarakat Berbagai tanaman pangan nonberas sangat potensial dikembangkan di Buleleng. Hal tersebut dapat dilihat dengan tumbuh subur tanaman pengganti beras seperti jagung, kentang, dan ubi-ubian. Selain singkong, ubi jalar dan talas, rupanya jenis ubi yang dahulu banyak ditanam di Kecamatan Busungbiu ini belum terlalu akrab di masyarakat. Ubi Sikep yang merupakan pangan non beras berkualitas yang sudah jarang ditemui. Ubi Sikep merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Kecamatan Busung Biu namun hingga saat ini keberadaannya terancam punah karena hanya segelintir petani yang masih menanam sebagai tanaman penyela di areal perkebunan. Beruntung, petani di Desa Uma Jero rutin menanam namun produksinya tentu sangat minim. Dilihat dari bentuknya, ubi Sikep berbentuk sayar atau cakar kaki burung Sikep. Bentuknya yang unik itulah, konon petani dahulu menamainya dengan nama ubi Sikep. Meski

di Kabupaten Buleleng dan Bali, bahkan jika terdapat pesanan pihaknya juga melayani sampai ke Pulau Jawa. Kendala yang ditemui masih masalah klasik yaitu pasar yang kurang menunjang dan alatalat pengolahan yang terbatas sehingga masih diproduksi secara tradisional. Selain madu Putih dan madu Kopi, anggotanya juga memproduksi madu Kelekele, madu Asli, dan madu super. (Wiwin Meliana)

Monumen Jagaraga Ramai Dikunjungi Dinsos Imbau Masyarakat Patuhi Aturan

Dinas Sosial Kabupaten Buleleng mengevaluasi pembangunan Monumen Jagaraga pasca diresmikan Januari lalu. Monumen yang dibangun dengan tujuan awal untuk menghormati dan menghidupkan kembali sejarah perjuangan pahlawan Buleleng kini mulai ramai dikunjungi. Monumen yang banyak memberi pembelajaran penting mengenai makna filosofi perang Jagaraga ini selalu mendapat kunjungan dari pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum yang ingin mengetahui bagaimana perjuangan Patih Jelantik dan Jro Jempiring. Menurut Kepala Dinas Sosial Buleleng, Drs. Gede Komang,M.Si, setelah dibuka secara resmi beberapa bulan lalu, pembangunan monument Jagaraga memang telah memenuhi tujuannya dalam memberikan gambaran kepada generasi muda mengenai perang terbesar dan pertama di Buleleng tersebut. Generasi muda secara langsung akan melihat diorama tentang penggambaran perang yang dipimpin oleh Patih Jelantik dan Jro jempiring. “Bagi pengunjung yang melihat diorama pertama hingga terakhir akan melihat penggamabaran perang Jagaraga,”jelas Gede Komang saat ditemui di ruang kerjanya Hal mendasar yang diutamakan dalam pembangun monument bersejarah tersebut adalah dibangunnya tokoh Gusti Ketut Jelantik dan Jro Jempiring sebagai symbol heroik perang puputan Jagaraga. Awalanya, hanya Gusti Jelantik yang ingin

ditampilkan karena hanya Gusti Jelantik yang sudah mendapat pengakuan secara nasional. Akan tetapi banyak tokoh masyarakat yang meminta untuk ditampilkan juga istri dari Patih Jelantik yaitu Jro Jempiring dengan tinggi patung sekitar 6 meter dan terbuat dari perunggu. Sebagai sarana edukasi, pembangunan monument ini juga dilengkapi dengan perpustakaan yang menyediakan berbagai macam buku-buku peristiwa sejarah Buleleng. Gede Komang menambahkan, dari data yang dimiliki Dinsos Buleleng, pengunjung dari Bulan Januari hingga saat ini telah mencapai 4 ribuan dari kalangan pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Melihat kondisi tersebut, pihaknya telah menempatkan 9 staff yang ditugaskan untuk melayani pengunjung. Bahkan secara rutin pihaknya menugaskan para staff untuk melakukan pemeliharaan baik dari segi kebersihan, perawatan dan pengawasan terhadap pengunjung. “Setiap Sabtu dan Minggu pengunjung pasti full, sehingga staff kami siagakan dari jam 7 pagi hingga jam 8 malam,” ungkapnya. Belakangan, masyarakat yang datang tidak hanya untuk mempelajari sejarah perang Jagarag, tetapi juga datang untuk mengabadikan gambar atau berselfie. Untuk mencegah hal yang tidak diinginkakn, Gede Komang menghimbau masyarakat yang datang agar mematuhi peraturan saat berkunjung ke monument. Pengunjung tidak diperkenankan menggunakan alas kaki saat hendak masuk ke dalam gedung. Hal ini agar tidak menyisakan debu di dalam ruangan. Pengunjung juga diharapkan menjaga kebersihan agar taman-taman yang sudah tertata dengan rapi tetap terjaga keasriannya. Hal yang paling penting, pengunjung yang ingin berselfie agar tidak menyentuh patung-patung yang ada di dalam ruangan untuk mencegah kerusakan. Meskipun dibuka untuk umum, akan tetapi pihaknya juga membatasi jam berkunjung sehingga untuk masyarakat yang datang di luar jam berkunjung tidak akan dilayani. “Kami buka dari jam 7 pagi hingga 8 malam, jadi diatas jam itu tidak akan kami layani,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Nyoman Putra

namanya unik, kandungan gizi sama dengan jagung. Selain itu, tekhnik pengolahannya tergolong mudah, mulai dari direbus atau dikukus dan dijadikan panganan olahan sebagai pengganti nasi. Menurut Nyoman Putra Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Busung biu mengatakan langkanya petani yang menanam Ubi Sikep disebabkan oleh berminatnya masyarakat dengan tanaman endemik tersebut. Selain itu, petani enggan menanam karena harganya jualnya kalah dengan tanaman non beras lainnya. Ubi Sikep hanya dicari karena dijadikan salah satu perlengkapan untuk membuat sarana upakara banten menurut tradisi di Bali. Dari segi rasa, rasa ubi Sikep tidak jauh berbeda dengan talas dan memiliki kandungan gizi yang sama dengan jagung. Proses pembudidayaannya pun tidak rumit. Ubi Sikep biasanya dapat tumbuh di mana saja, terutama daerah yang memiliki tekstur tanah gembur dan berpasir. Jenis ubi ini juga dapat tumbuh dengan baik pada wilayah yang memiliki curah hujan tinggi maupun sedang. “Kalau tidak dikenalkan maka tentu ubi ini lama kelamaan akan punah,” jelasnya. Ditambahkan Nyoman Putra, untuk mencegah kepunahan, pemahaman dan pengenalan kepada petani harus terus dilakukan. Bahkan beberapa waktu lalu, pihaknya menampilkan produksi ubi Sikep dalam pameran pertanian di arena Twin Lake Festival 2017. Melalui pameran tersebut, kata dia, banyak masyarakat yang baru mengetahui keberadaan ubi Sikep tersebut. “Bentuk dan namanya yang unik membuat masyarakat penasaran dan mencari informasi lanjutan, bahkan ubi yang kami pamerkan ini sudah dipesan oleh pengunjung untuk dibudidayakan kembali,” tutupnya. (Wiwin Meliana)

Lebaran tahun ini semestinya menjadi hari paling bahagia bagi Vina (39). Ia seharusnya tengah berada pada masa-masa yang mendebarkan menanti masa yang paling dinantikannya, pernikahan yang sakral. Tanggal 9 Juli 2017 seharusnya menjadi hari istimewanya bersama sang kekasih, Haris (35) yang dikenalnya hanya lewat media sosial dan telepon. Namun, nasib berkata lain. Kisah kasih jarak jauh antara keduanya itu berakhir beberapa hari sebelum hari raya Idul Fitri 2017. Sedih mungkin iya. Namun Vina terlihat bisa menerima putusnya rencana pernikahannya itu.

L

ima tahun lalu Vina meninggalkan kampung halamannya di Pulau Sumbawa untuk bekerja di Jakarta. Kehidupan ekonomi yang pas-pasan membuat ia memutuskan untuk mencari nafkah di ibukota negara itu. Sebenarnya, selain karena soal ekonomi, kepergian Vina ke Jakarta juga akibat ia sempat patah hati tatkala hubungan cintanya putus di tengah jalan. Memang belum ada rencana serius dari hubungan mereka itu, namun Vina terlihat seperti patah hati saat sang kekasih menjalin hubungan diam-diam dengan gadis lain yang membuat hubungan mereka kemudian berakhir. Sejak itulah Vina ‘menjomblo’ hingga usianya menginjak waktu yang sesungguhnya telah lewat untuk menikah. Hal inilah yang membuat orangtuanya sempat gelisah. Begitu juga dengan keluarga besarnya. Mereka prihatin pada kondisi Vina tampak tidak ingin membuka hati pada laki-laki lain. Apalagi setelah ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk waktu yang lama. Setelah lima tahun di Jakarta, Vina belum juga mengirim kabar bahagia kepada keluarganya di kampung, bahkan sekadar kabar bahwa ia memiliki seorang kekasih atau apalah namanya. Berita ini yang paling ditunggu oleh keluarganya ketimbang kiriman finansial darinya. Namun lima tahun itu berlalu begitu saja, tanpa kabar bahagia untuk keluarganya. Karena itulah ketika suatu hari ayah Vina bertemu dengan teman lamanya yang rupanya memiliki anak laki-laki yang juga ternyata belum menikah meski usianya empat tahun di bawah Vina, hati sang ayah berbunga-bunga. “Apalagi waktu pertemuan itu keduanya saling bercerita tentang anak masing-masing lalu terkuak kedua anak tersebut sama-sama belum menikah,” kata Rinjani, bibi dari Vina. Antusiasme kedua ayah itu berlanjut hingga keduanya sepakat menjodohkan anak-anak mereka. Para ayah ini lalu memperkenalkan anak-anak mereka itu lewat telepon. Dilanjutkan keduanya lewat media sosial. Intensitas perkenalan Vina dan Haris yang

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

7

Perjodohan yang Gagal

tinggal di Pulau Sumbawa ini terjalin lewat media sosial dan telepon dalam hubungan jarak jauh itu. Sampai akhirnya keduanya merasa klop dan mantap untuk saling berjanji mengikat pernikahan. Karena Vina tidak dapat pulang ke Pulau Sumbawa dengan sebab ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya, maka keluarga besarnyalah yang mengurus rencana pernikahan itu. Seperti kebiasaaan di kampung itu, semua persiapan dibicarakan juga dengan lingkungan sekitar ketika keluarga calon pengantin laki-laki ingin datang menyampaikan lamaran secara resmi. “Semua hadir termasuk Ketua RT saat lamaran disampaikan pada kami,” kata Rinjani. Dalam lamaran itu semua berjalan lancar dan bahagia. Tanggal pernikahan pun sudah ditentukan dan Vina akan pulang seminggu sebelum lebaran. Lamaran itu dilakukan dua bulan sebelum puasa 2017. Dalam masa menunggu itu, keluarga Vina antusias menyiapkan kebutuhan pernikahan itu, karena kebetulan uang untuk biaya pernikahan sesuai dengan kesepakatan sudah diberikan oleh keluarga Haris. Namun sayang, di tengah kesibukan keluarga Vina menyiapkan pernikahan itu, Haris tiba-tiba menghilang. Ia tidak lagi pernah berkomunikasi dengan Vina sehingga Vina sempat kebi­ ngungan. DIADU DOMBA Selama dua bulan sejak lamaran itu dilakukan, Haris banyak menghilang. Sama sekali tidak bisa dihubungi sampai akhirnya ayah Vina mendatangi ayah Haris. Ayah Haris sendiri tidak tahu jika Haris hilang tanpa komunikasi seperti itu. Haris sendiri tidak berada di rumah ketika ayah Vina datang, karena rupanya ia tinggal di rumah ayah angkatnya. Hal itu baru diketahui dari cerita ayah Haris kepada ayah Vina. “Alasan Haris HP-nya rusak. Lalu dibelikan HP sederhana oleh ayah Vina yang penting mereka bisa berkomunikasi dengan lancar di tengah persiapan pernikahan itu,” ujar Rinjani. Benar setelah itu komunikasi mereka kembali berjalan baik. Namun seminggu kemudian ia menghilang lagi membuat ayah Vina kembali mendatangi rumah Haris. “Kali ini alasannya HP diberikannya kepada sepupunya,” kata Rinjani yang kemudian merasa curiga pada Haris. Hal inilah yang diam-diam diselidiki oleh Rinjani dan keluarganya. Ada apa sesungguhnya dengan sikap Haris itu. “Jelas kami tidak ingin anak (keponakan) kami terjerumus dalam pernikahan yang nantinya tidak bahagia,” kata Rinjani. Dari sana Rinjani mendengar bermacam cerita tentang Haris. Mulai dari bisikan tetangga yang memintanya untuk mengenal kembali Haris dengan baik terlebih dahulu, Haris yang pemalas sampai pada isu miring Haris penyuka sesama jenis. “Karena kabar itulah kami ke-

mudian memanggil Haris dan meminta penjelasannya,” kata Rinjani. Dalam pertemuan itu, Haris yang jika ke rumah calon mertuanya terlihat sangat alim tersebut, tibatiba mengeluarkan sifat aslinya yang tidak menghargai orang tua. Ia marah-marah dan menuduh keluarga Vina menghakimi dirinya. “Padahal kami tanya baik-baik termasuk kenapa ia suka menghilang dan juga alasan-alasan lain yang sering disampaikannya pada kami yang terkesan mengada-ada,” kata Rinjani. Yang lebih parah adalah Haris mengadu domba Vina dengan keluarganya sendiri, sampai-sampai Vina bertengkar dengan para bibi dan keponakannya. Vina yang tidak terima keluarganya menghakimi Haris seperti yang diceritakan Haris itu, sempat tidak ingin men-

ghubungi keluarganya yang tengah susah payah mengusahakan hal terbaik bagi dirinya. Ia lebih asyik mendengarkan Haris. Inilah sebabnya kemudian Rinjani dan keluarganya tidak bisa menemukan jalan keluarnya. Karena keluarga jadi terpecah, ada yang membela Vina ada pula yang jengkel pada Vina. “Kami jadi bertengkar antar saudara,” kata Rinjani yang memang memiliki peran besar dalam persiapan pernikahan itu. Beberapa minggu situasi ini begitu panas, sehingga Rinjani menyerah karena Haris terus mengadu domba. “Silakan ambil keputusan sendiri saya sudah tidak mau terlibat,” sesal Rinjani yang membiarkan mereka mengambil keputusan sendiri termasuk Vina dan ayah Vina yang ngotot bahwa pernikahan harus tetap

dilaksnaakn sesuai rencana. Ketika Rinjani benar-benar lepas tangan, entah apa yang terjadi, dua minggu kemudian ia mende­ngar pernikahan itu batal. “Mereka akhirnya tahu sendiri siapa Haris yang sebenarnya,” kata Rinjani tanpa mau membeberkan lebih jauh. Itulah akhir dari kisah Vina dan Haris. Beberapa hari sebelum lebaran, Rinjani dan keluarganya secara resmi datang ke rumah orang tua Haris untuk membatalkan rencana pernikahan itu sekaligus mengembalikan uang yang pernah diberikan oleh keluarga Haris untuk persiapan pernikahan. “Akhirnya katering dan gedung pernikahan yang sudah kami bayar itu tidak terpakai di tanggal 9 Juli ini,” kata Rinjani tertawa. (Naniek I. Taufan)


6

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Dari seorang pemangkas rambut rumahan, kini Asto Djoni menjelma menjadi pemilik salon ternama di Indonesia. Kepiawaiannya dalam menuangkan ide-ide kreatif dalam dunia kecantikan sukses membawa nama pemilik salon The House of Jhony ini tenar.

The House of Jhony Belajar Otodidak

Bulan berpendar begitu indah. Samar-samar alunan pujian kepada Sang Hyang Widhi terdengar merdu. Diiringi kepulan aroma dupa menyebarkan semerbak mewangi hampir keseluruhan Pura di tengah Gunung Bromo ini.

S

ebagai seorang entrepreneur mencapai sebuah kesuksesan bukanlah hal yang instan. Merintis karier dari bawah memang dilakukan Djoni sejak SMP. Jiwa seni sudah mulai nampak ketika dirinya menginjak remaja. “Waktu itu yang menjadi pelanggan pertama saya adalah tetangga. Tahun 1984 ketika masih SMP saya sudah berani menerima jasa pangkas rambut,” ungkapnya. Ketrampilan tersebut ia dapatkan secara otodidak. Dirinya tidak pernah mengikuti kelas khusus untuk mempelajari dunia kecantikan. “Semua secara otodidak dan keluar dari nurani saja,” jelas pria yang sempat bercita-cita menjadi dokter ini. Sempat bekerja di salah satu perusahaan ternama setelah lulus SMA, Djoni akhirnya memutuskan untuk hengkang dari kantor tersebut. Ia lebih memilih bekerja di sebuah salon untuk mengikuti passionnya. Meskipun gaji perusahaan dan bekerja di salon terpaut jauh, akan tetapi ia tetap memutuskan bekerja di salon. “Dari gaji itu saya menghidupi diri sendiri dan keluarga,” ungkap bungsu dari delapan bersaudara ini. Bekerja selama tiga tahun di sebuah salon, rupanya karier yang dilalui pria kelahiran 14 Juni 1968 ini tak mulus. Ia harus resign karena masalah internal. Tidak perlu waktu lama, dirinya sudah bekerja kembali di salah satu salon. Bekerja seharian, rupanya Djoni tetap menerima customer di rumah hingga larut malam. Kian hari pe-

Aston Djoni

Aston Djoni bersama pelanggan (Inul Daratista).

langgannya semakin banyak hingga ketika modal mencukupi, ia memutuskan untuk membuka salon pribadi. “Agustus 1993 saya membuka salon pribadi di rumah,” ujarnya. Menggeluti dunia salon kecantikan puluhan tahun, tentu banyak perjuangan yang telah dilakukan olehnya. Menerima berbagai job dalam berbagai acara tentu menjadi bukti kepercayaan customer terhadapnya. Pemilik The House of Jhony yang beralamatkan di jalan Raya Dharma Husada Indah D9, Surabaya ini mengaku telah memiliki pelanggan di seluruh Indonesia. Bahkan pihaknya

Aston Djoni bersama pelanggan (Luh Kerthianing)

sudah biasa sebagai Make Up Artist (MUA) beberapa artis tanah air, seperti Inul Daratista, Cinta Laura, Nikita Willy, T2 dan lainnya. Meskipun mengaku memiliki ketrampilan secara otodidak, namun ditengah banyaknya pebisnis kecantikan yang mulai muncul, Djoni berupaya memperdalam pengetahuan dan ilmu ke berbagai negara yang terkenal dengan dunia kecantikannya. Dirinya mulai belajar styling, make up, hair cutting di berbagai negara seperi Jepang, Australia, Singapura, dan Hongkong. “Untuk meraih kesuksesan ini tentu tidak mudah, lebih sulit lagi

untuk mempertahankannya. Maka dari itu saya sudah melanglang buana untuk menambah ilmu,” imbuhnya. Pria berambut menjuntai sebahu ini mengaku awalnya, salon yang ia miliki hanya melayani perawatan rambut saja, namun karena bridal juga ramai akhirnya ia juga memfokusnya untuk bridal berbagai acara. “Melihat peluang bisnis saat ini yang banyak dimintai itu bridal sehingga dari make up hingga gaunnya kami siapkan,” tambahnya. Bahkan untuk gaun bridal dirinya mengaku mendesain sendiri dan mencari bahan sendiri. Ia mencari referensi ke berbagai

negara untuk menambah ilmu dan membangkitakan kreativitasnya. “Kita harus mencari kiblat negara-negara mana yang memang sedang menjadi trend,” papar pria yang pernah meraih MURI kategori Gaun Pengantin Full Swarovski Asli sejumlah 14.668 biji tersebut. Meskipun memiliki banyak pelanggan, Djoni tidak berniat untuk membuka salon cabang di tempat lain. Baginya dapat melayani pelanggan secara langsung dengan maksimal adalah kepuasan batin baginya. Salah satu pelanggan setia yang selalu menggunakan jasanya adalah Luh Kerthianing, pemilik Garden Villa Residence asal Singaraja. “Saya ingin mempertahankan mutu sehingga orang yang pertama make up di saya akan datang lagi dan lagi,” tandas pria yang juga meraih rekor MURI Satu Gaun Pengantin Berubah menjadi Tujuh Model ini. -win

Aston Djoni dengan gaun desainnya

“360” Salam Senyum.. “Pakai kamera 360 dong.. biar wajah kita keliatan lebih cantik”... atau.. “ Kok beda ya aslinya dengan difoto. Sepertinya ini efek kamera 360 deh”... Nah kalimat-kalimat seperti itu terdengar tidak asing lagi di telinga kita. Semua mengikuti kemajuan teknologi dan hal seperti itu menjadi trend di kalangan masyarakat. Pembaca setia Dhani’s Art In Service, tulisan saya kali ini akan mengangkat angka tiga enam puluh (360), yang tentunya sangat bersentuhan dengan layanan. Mari kita urai satu persatu. Yang pertama 360 kita pakai untuk membuat tampilan kita lebih baik. Sama seperti contoh kalimat di atas, kesempurnaan sebuah layanan dapat dibungkus dengan istilah 360. Wajah para pelaku layanan kelihatan sangat menarik, bersih, bahkan bintik-bintik di wajah akan samar kelihatan ketika camera 360 sudah dipakai. Begitulah dengan tampilan para pelaku layanan. dalam bahasa kerennya, selalu kelihatan charming (menyenangkan). Tampilan bukan hanya di wajah, tetapi lebih ke perilaku yang mencerminkan seorang pelayan yang selalu membuat pelanggannya tersenyum. Suatu kejadian pernah saya alami ketika datang ke sebuah hotel yang cukup terkenal dan ingin menukarkan voucher menginap yang saya peroleh ketika menjadi pemenang di salah satu ajang pemilihan wanita berprestasi. Melihat tampilan customer service nya waaaah.. ancung jempol deh. Cantik,

bersih, ramah dengan seragam hotel yang dikenakan sangat serasi dengan tubuhnya yang tinggi. Namun, ketika saya perlihatkan voucher menginap itu, wajah costumer service langsung berubah. Berubah dari ramah jadi datar atau lebih kearah tidak antusias. Laaaaaaaaa.... salah saya apa... ? Ada apa dengan voucher itu? Apa pelayanan kepada tamu harus dibedakan, mana yang pakai voucher dan mana yang bayar cash. Bukankah tujuan yang manajemen hotel itu memberikan hadiah voucher salah satunya adalah mempromosikan hotel itu kepada pelanggan barunya. Naaaah kalau perilaku front office-nya seperti ini, dijamin para tamu bukannya malah ingin mencoba menginap di sana, tapi malah mengurungkan niatnya untuk memakai fasilitas menginap di hotel itu. Ini terjadi pada saya. Saya mengurungkan niat menginap di hotel itu karena tidak nyamannya sambutan dari petugas front office. Dalam hati saya, “Mana camera 360 nya... ? Kenapa potret perilaku layanan di Hotel ini tidak bisa menyenangkan tamunya karena selembar voucher ?” Yang kedua, istilah 360 kita pakai ketika bicara tentang jam terbang. Sama seperti dengan ilmu marketing yang biasanya saya sharing ketika memberi pelatihan dengan materi “Up Grade Your Selling Skill”, jam terbang itu sangat menentukan keberhasilan seseorang. Bahkan di marketing ada Magic Number y yaitu diangka 10,000. (sepuluh ribu) jam. Begitu juga di dunia layanan. Jam terbang seorang pelaku layanan sangat

diperlukan. Banyak perusahaan yang langsung menugaskan seorang front liner untuk melayani pelanggan walaupun petugasnya baru menempati jabatan itu dan belum mempunyai pengalaman. Walaupun mere­ ka sudah dibekali pelatihan tentang cara melayani dan memberikan SOP ( Standart Operation Procedur) layanan di perusahaan itu. Tentu hal itu tidak cukup untuk memberikan layanan yang baik. Bicara masalah pengalaman, berhasilnya membangun perilaku sebagai pelayan akan lebih baik, jika pegawai baru ditandemkan (dipasangkan) dengan pegawai yang terbaik dan sudah mempunyai pengalaman sebagai pelayan. Dari pengalaman saya hampir 30 tahun sebagai seorang pegawai bank, jam terbang yang cukup untuk seorang pelaku layanan apabila mereka sudah menembus angka 360 hari melayani pelanggannya. Dalam rentang waktu itu pelaku layanan akan mulai menjiwai pekerjaannya sebagai pelayan. Yang ketiga adalah bagaimana istilah 360 kita pakai ketika angka 360 menunjukkan perubahan yang sangat signifikan. “Wah, dia sudah berubah 360 derajat atau “ Kok bisa ya, layanan toko itu berubah 360 derajat dari tahun lalu”. Artinya perubahan yang dlakukan untuk sebuah layanan buruk dan mengecewakan dapat diubah secara luar biasa dengan menerapkan konsep pemetaan layanan dengan baik. Ketika saya menjadi konsultan layanan di sebuah BUMN, pemetaan layanan inilah yang dapat membuat perubahan 360 derajat menuju ke layanan yang lebih baik. Pemetaan sebuah layanan bisa kita mulai dari istilah kesehatan yaitu dari mendiagnosa permasalahan hingga mengobatinya dengan benar. Sebuah layanan publik yang

dulu kalau masuk ke toiletnya sangat tidak nyaman, sekarang menjadi bersih, harum dan terpelihara dengan baik. Yang dulu para satpamnya tidak peduli dengan kehadiran tamu atau pelanggan yang datang, sekarang mereka berdiri dengan gagah tetapi tetap peduli dan hormat kepada setiap pelanggan yang datang. Kalau dulu layanan costumer service -nya jarang senyum, melayani lambat dan tidak pernah memakai make up, sekarang berubah menjadi pelaku layanan yang “charming”, sangat bersahabat dan menyenangkan kepada setiap pelanggan yang datang. Ternyata, dalam layanan istilah 360 sangat erat kaitannya dengan kualitas layanan yang diberikan. Pakailah effec camera 360 agar layanan selalu kelihatan “cantik, menarik dan menyenangkan”. Diperlukan jam terbang selama 360 hari kepada para pelaku layanan agar mereka dapat menjiwai sebagai seorang pelayan. Ubahlah 360 derajat layanan ke arah yang lebih baik dengan pemetaan layanan yang tepat dan terencana. Ayooooo... mari kita lakukan segera istilah ‘layanan 360’ agar kepuasan para pelangan tetap terjaga. Materi ini terdapat dalam pelatihan yang saya beri judul SERVE WITH LOVE. Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana ‘SERVE WITH LOVE’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu ? Silahkan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatih­ an, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

Y

adnya Kasada. Ketika perjanjian lama patuh terlaksana, memberikan sedekah hasil bumi ke dalam kawah gunung, begitu khidmat. Sekelumit perjalanan ritual ini diurai dalam syair doa indah oleh Dukun Pandita Sutomo, sebuah kisah dramatis dan heroik Yadnya Kasada. Pelaksanaan upacara adat Kasada Bromo 2017 ini dilaksanakan pada 9 – 10 Juli lalu. Acara dimulai Minggu (9/7) malam, berlokasi di Pura Luhur Poten yang terletak di kaki Gunung Bromo. Dalam penanggalan Jawa, Hari Raya Kasada diselenggarakan pada tanggal 16 bulan Asuji atau Kasada (bulan ke dua belas) tahun Saka, pada saat bulan purnama penuh. Upacara diikuti seluruh masyarakat suku Tengger dengan membawa ongkek. Biasanya dipikul berisi tandur tuwuh bumi Tengger, ternak peliharaan atau ayam, untuk dilabuhkan sebagai kurban ke dalam kawah Gunung Bromo.Tetapi sebelumnya harus dimintakan doa Japa Mantra kepada dukun adat yang berada di Poten Lautan Pasir Gunung Bromo, setelah itu dilabuhkan. Bukan hanya itu saja, upacara Kasada merupakan upacara adat yang bertujuan untuk memilih tetua adat pada tiap-tiap desa yang dihuni Suku Tengger sekaligus upacara persembahan untuk Sang Hyang Widhi sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan. Dukun Pandita Suyitno dari Desa Sukapura, juga turut menyampaikan doa Mulunen, meskipun tahun ini tak ada pelantikan dukun baru, namun doa Mulunen tetap dipanjatkan. Ujian Mulunen memang diperuntukkan bagi dukun baru, yaitu ujian membaca mantra

Ritual Kasada

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

19

Peneguhan Kosmologi Komunitas Tengger

secara tepat tidak boleh ada kekeliruan, karena merupakan syarat utama lulus dan tidaknya sang dukun. Upacara Kasada adalah upacara agama Hindu yang dilakukan suku Tengger. Beberapa umat Hindu dari Bali juga nampak turut hadir dalam seremonial ini. Berawal dari sebuah legenda, Kasada merupakan syarat yang diberikan anak terakhir Joko Seger dan Roro Anteng. Putra bungsu mereka harus dipersembahkan untuk Bromo. Dalam cerita leluhur orang Indonesia, nazar juga acapkali dipakai sebagai janji (yang akan dilakukan) bila doa terkabul. Misalnya dalam satu versi kisah legenda Roro Anteng dan Joko Seger. Konon, dalam legenda Suku Tengger di sekitar Bromo, dikisahkan Roro Anteng (putri Majapahit) dan Joko Seger (anak pendeta) sudah menikah

bertahun-tahun tapi tak juga dikaruniai anak. Hingga akhir­nya Joko Seger bernazar, bila dia dikaru­niai 25 anak maka salah satu diantara­nya akan dijadikan sebagai sesajen di Kawah Gunung Bromo. SESAJEN HASIL BUMI Begitu selesai mengucap ikrar nazar itu, tiba-tiba api menyembur dari tanah di kawah Gunung Bromo sebagai tanda doanya didengar oleh Tuhannya. Beberapa lama kemudian Roro Anteng mengandung anak pertama, kedua, ketiga, hingga anak terakhir ke-25. Kedua pasangan suami istri itu bahagia dan membesarkan anak-anak mereka hingga dewasa. Sayang Joko Seger lupa dengan nazar yang dia ucapkan ketika belum memiliki anak. Hingga akhirnya dia ditegur oleh Tuhan dalam mimpinya. Saat bangun dia gelisah dengan hutang nazar itu. Lalu dia mengumpulkan ke25 anaknya dan menceritakan tentang mimpi tersebut. Dari seluruh anaknya, ternyata cuma Kusuma, anak terakhir yang mau dijadikan sebagai sesajen. Masalahnya, Joko Seger dan Roro Anteng sangat mencintai anak bungsunya itu, lebih dari anak-anak lainnya. Tapi karena sudah menjadi kemauan Kusuma, akhirnya Joko Seger mengabulkan niat itu. Namun, Kusuma membuat syarat, yakni meminta diceburkan ke kawah pada tanggal 14 Kasada (tanggal Jawa). Dia juga meminta setiap tahun pada tanggal tersebut diberi sesajen berupa hasil bumi yang dihasilkan ke-24 saudaranya. Tradisi Kasada ini pun akhirnya dipenuhi hingga sekarang oleh masyarakat Tengger yang mengaku sebagai keturunan dari Roro Anteng dan Joko Seger. Namun cerita versi lain, untuk mendapatkan 25 anak itu Roro Anteng dan Joko Seger bersemedi, hingga akhirnya mendapat bisikan dari Sang Hyang Widi Wasa yang menjanjikan 25 anak. Syaratnya, pasutri itu akan diberikan anak tetapi anak terakhirnya harus dikorban­ kan ke kawah Gunung Bromo. Dalam upacara Kasada, perlengkapan sesaji yang digunakan memiliki dua unsur penting yaitu kepala bungkah dan kepala gantung. Sedangkan bagi beberapa orang yang memiliki permohonan khusus, disyaratkan membawa kambing atau ayam. Terdapat tiga tempat penting dalam prosesi perayaan Kasada yakni rumah dukun adat, Pura Poten Luhur dan kawah Gunung Bromo. Upacara Kasada ini dilaksanakan mulai dari tengah malam hingga dini hari, untuk melaksanakan peraya­an ini, dilakukan persiapan sejak pukul 00.00 yang dimulai dengan bergerak dari depan rumah dukun adat dan sampai di Pura Luhur Poten sekitar

pukul 04.00. Sebelum upacara dilaksanakan dukun pandita terlebih dahulu melakukan semeninga, yaitu persiapan untuk upacara yang bertujuan memberitahukan para dewa bahwa ritual siap dilaksanakan. Ketika sudah sampai di Pura Luhur Poten semeninga kembali dilaksanakan. Ritual Kasada dilaksanakan dengan menempuh perjalanan dari Pura Luhur Poten menuju kawah Gunung Bromo. Ritual Kasada dimaknai berbedabeda oleh setiap kalangan. Pemaknaan ritual Kasada juga tergantung dari sudut pandang pemaknaannya. Ritual Kasada dimaknai sebagai peneguhan kosmologi komunitas Tengger, bahwa Gunung Bromo merupakan pusat dunia. Hal ini terungkap pada zaman dahulu pembangunan rumah maupun sanggar menghadap ke arah Gunung Bromo. Ritual Kasada juga dimaknai sebagai identitas komunitas Tengger sebagai anak keturunan Majapahit. Pada masa sekarang yang mengikuti upacara Kasada tidak hanya suku Tengger yang beragama Hindu, namun warga Tengger yang beragama Islam maupun Kristen yang sudah keluar daerah datang dan berkumpul kembali. EKSOTIKA BROMO Tahun ini, peringatan Yadnya Kasada 2017 di Gunung Bromo Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, sangat berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah daerah setempat menggelar pra-event bernama Eksotika Bromo pada 8-7 Juli 2017. Ribuan wisatawan domestik dan internasional memenuhi lautan pasir. “Kali ini Kasada sangat berbeda, ada Eksotika Bromo. Eksotika digarap swasta dan pemda serta digelar tiap pukul 14.00. Kasada menyedot perhatian wisatawan, dan membuat mereka berlama-lama di Bromo supaya bisa menginap dan berwisata lebih lama, tak hanya melihat sunset, lalu pulang. Di pre-event Kasada ini wisatawan disuguhkan berbagai gelaran kesenian,” kata Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata dan Budaya Probolinggo Sidik Wijanarko. Bromo merupakan salah satu dari 10 destinasi prioritas yang ditetapkan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) sebagai Bali Baru. Sidik menjelaskan, selama dua hari panitia menampilkan aneka seni tradisional masyarakat Tengger. Diantaranya Sendratari Kidung Tengger, puisi, Kidung tengger, Jaranan Wahyu Tunas Budaya dan lain-lain. Tidak hanya itu, hadir pula artis dan juga pemain film Ayushita Widyartoeti Nugraha dan Sha Ine Febriyanti. Dua artis ibukota ini tampil bergantian pada 7 dan 8 Juli. Mereka membawakan puisi dengan tema puisi kidung Tengger.

“Kami bersyukur acara berlangsung sukses menghipnotis wisatawan yang datang, Sendratari Kidung Tengger, Tari Topeng Gunungsari, Perkusi UI Daul Madura yang merupakan perkusi berlatar etnik Madura. Ada pula Singo Ulung tarian khas Bondowoso, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, Jaran Slining Lumajang, Tari Mahameru, serta Reog Ponorogo, sukses membuat wisatawan tidak hanya menonton tetapi ikut mengabadikan melalui ponsel dan kamera miliknya, kami senang melihatnya,” kata Sidik. Eksotika Bromo ditutup dengan menari bersama yang dilakukan seluruh penampil. Dengan diiring musik Jegog Suar Agung Bali, yang merupakan perkusi bambu berlatar etnik dari Jembrana, Bali. Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Esthy Reko Astuti, yang didampingi Kepala Bidang Promosi Wisata Budaya Asdep Segmen Pasar Personal Kemenpar Wawan Gunawan, mengatakan, kemeriahan Eksotika Bromo tidak sampai situ dan terus berlanjut. DONGKRAK EKONOMI WARGA BROMO Di lokasi berbeda namun masih di kawasan Bromo, tepatnya di Agrowisata Strawberry Desa Jetak, dua malam berturut-turut akan ditampilkan Pawai obor, Tari Topeng Gunungsari, Konser Musik Wadya Bala STKW, Tari Pepe ‘pepe’ Bainea Ri Gowa, serta Jaranan Campursari. “Penampilan budaya dalam eksotika berpotensi menarik wisatawan. Ini akan membuat wisman berlama-lama, asumsi kami mereka akan empat hari berada di Bromo. Disana juga sangat lengkap, karena ada obyek wisata penunjang, seperti gua Batman, seruni poin dan kebun Stroberi. Bromo sudah terkenal alamnya, sekarang budayanya yang bakal dikenalkan, ini harus terus dijaga,” kata Esthy. Menteri Pariwisata Arief Yahya, mengatakan, perhelatan ini sebagai budaya dan tradisi yang memiliki kearifan lokal di Bromo. Yang pasti, dia mengingatkan agar atraksi alamnya diperhatikan dengan baik. Atraksi ini juga bisa meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. “Hal ini bisa mendongkrak ekonomi warga desa, terutama yang berjualan makanan dan minuman serta sewa penginapan. Sampah harus tetap diperhatikan untuk menjaga agar Bromo tetap lestari. Prinsipnya semakin dilestarikan semakin menyejahterakan, buat nyaman wisatawan berlama-lama di Bromo, agar mereka semua tahu, bahwa Indonesia punya semuanya. Mau gunung ada, mau laut ada, budaya sangat lengkap, keindahan alam tiada tandingannya,” kata Menpar Arief Yahya. (Lely Yuana)


20

Nine

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Peringatan Harganas XXIV di NTB

Ciptakan Ketahanan Keluarga

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil dan makmur merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengendalian penduduk wajib dilakukan dengan program Keluarga Berencana. Hal ini disampaikan oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, H. Muh. Amin, SH. M.Si, pada Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXIV tingkat Provinsi NTB, yang diselenggarakan di Halaman Kantor Bupati Dompu, pada 10 Juli 2017 lalu.

H

arganas XXIV tahun ini mengangkat tema pokok mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas untuk menatap masa depan. Rangkaian peringatan Harganas 2017, sebelumnya telah digelar

nomi daerah saat ini harus dapat dimaknai sebagai peluang bagi seluruh kepala daerah untuk terus menciptakan hal-hal baru untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. “Apabila program kesejahteraan keluarga ini sukses, maka tidak akan ada lagi yang menganggur, sehingga kemiskinan dapat diturunkan. Karenanya, dalam melaksanakan pembangunan perlu dilakukan dengan terobosan-terobosan,” katanya. Keluarga menjadi bagian terdepan mewujudkan generasi bangsa yang memiliki karakter kuat bagi bangsa. Untuk mewujudkan itu, perlu kesadaran masyarakat untuk ikut berperan aktif membangun keluarga yang sehat dan berkualitas. “Harganas merupakan momentum untuk membangun ketahanan keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera serta berkualitas. Keluarga yang berketahanan ini juga akan mendukung visi NTB yang beriman, berbudaya, berdayasaing dan sejahtera,” ungkap Ir. Ambar Rahayu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pember-

Pameran Harganas NTB di Dompu

dayaan Keluarga RI. Karena itu ia berharap dengan momentum Harganas 2017 tersebut, dapat mengetuk hati tiap keluarga dan masyarakat agar senantiasa memperhatikan peran dan tugas anggota keluarga, baik sebagai ayah, ibu maupun anak. Dan guna menciptakan ketahanan keluarga, menurutnya, ada beberapa pendekatan yang harus dilakukan, yaitu diharapkan seluruh keluarga memiliki waktu

untuk berkumpul dan berkomunikasi dengan anggota keluarga. Selain itu, keluarga harus senantiasa meluangkan waktu untuk berinteraksi guna membicarakan segala hal dengan anggota keluarga. Pendekatan lainnya adalah keluarga yang berdaya, yaitu keluarga yang mampu membangun dan meningkatkan kesejahteraan. “Pendekatan keempat adalah peduli dan berbagi,” katanya. (Naniek I. Taufan)

Aktivis Desa, Ujung Tombak dalam Wujudkan GEN NTB Kepedulian dan peran aktif dari seluruh lapisan masyarakat dibutuhkan dalam melakukan perlindungan terhadap hak-hak anak. Namun untuk dapat berperan aktif dalam program perlindungan tersebut, maka masyarakat perlu diberi pembinaan dan wawasan pengetahuan, terutama tentang kebutuhan, pola asuh, lingkungan dan pemenuhan hakhak dasar anak. Mengingat anak sebagian besar tumbuh dan berkembang di dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya, maka peran para aktivis desa dinilai sangatlah penting, khususnya untuk membangun kesadaran kolektif masyarakat tentang kebutuhan dan hak-hak anak, yang perlu dilindungi dari berbagai bentuk kekerasan, intimidasi, eksploitasi dan/atau tindak kriminal lainnya. Karena itulah, aktivis desa menjadi ujung tombak dalam upaya melindungi hak-hak anak guna mewujudkan generasi emas NTB (GEN) tahun 2025.

Untuk memastikan peran para aktivis desa ini berjalan dengan baik dan maksimal, DP3AP2KB bersama dengan Tim Penggerak PKK Provinsi NTB menggelar pelatihan aktivis desa dalam rangka Pengembangan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) Provinsi NTB tahun 2017. Pelatihan ini dilaksanakan untuk memperkuat kelembagaan masyarakat di desa/kelurahan. Harapannya, setelah mengikuti pelatihan tersebut, mereka secara mandiri akan menjadi agen perubahan untuk mampu mencegah dan membangun norma anti kekerasan sekaligus meningkatkan kemampuan anak-anak itu sendiri dalam melindungi dirinya dari kekerasan. Gerakan ini merupakan inisiatif masyarakat dari berbagai unsur, seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, BPD, karang taruna, kader desa, PKK desa, pemerhati anak, aparat desa dan perwakilan anak. Wakil Ketua I Tim Penggerak

Pelatihan bagi aktivis desa

PKK Provinsi NTB, Hj. Syamsiah M. Amin mengungkapkan bahwa gerakan seperti ini, bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh karenanya, dibutuhkan dukungan kompetensi kader dan anggota masyarakat yang terlibat di dalamnya, agar mampu berperan sebagai penggerak dan penggugah kesadaran masyarakat.

Selain itu para kader atau aktivis harus terampil memberikan pelatihan dan pendekatan, sehingga mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan anak untuk diperhatikan. Ia mengajak seluruh peserta pelatihan untuk benar-benar menjadi pelaku perubahan melalui pendidikan dan

Pengalaman adalah guru paling berharga. Bermodal pengalaman sebagai atlet ­panahan, Eddy ­Roostopo ­mendedikasikan ­hidupnya untuk ­panahan. Pria yang akrab disapa Popop ini membina pemanahpemanah muda dan menjadi pembuat busur panahan tradisional.

D

Puncak peringatan Harganas tingkat Provinsi NTB tahun 2017 di Dompu

berbagai kegiatan seperti pelatihan bagi perempuan korban kekerasan, pertemuan perempuan kepala keluarga, mantan TKW, bazar, pameran dan pemberian bantuan usaha ekonomi, manajemen usaha dan pelajar berwiraswasta. Selain itu, juga digelar berbagai lomba yang bekerjasama dengan PKK. Pada kesempatan Harganas yang dipusatkan di Dompu tersebut Wakil Gubernur NTB mengungkapkan, semangat oto-

Inspirasi

perlindungan anak dari berbagai aspek. Sebagai bagian dari agenda pembangunan nasional, maka Syamsiah meyakini bahwa pembangunan nasional tidak akan bisa berjalan secara optimal apabila kekerasan terhadap anak masih terus terjadi. Kepala DP3AP2KB Provinsi NTB Hj. Hartina, juga mengungkapkan bahwa sasaran pelatihan tersebut adalah para kader yang ada di desa/kelurahan. Upaya ini dilakukan agar setelah pelatihan para peserta akan kembali ke desa/ kelurahan masing-masing untuk bergabung dengan masyarakat dalam melakukan aksi-aksi perlindungan anak secara terpadu dengan seluruh organisasi atau lembaga yang ada di desa. “Diharapkan para kader yang sudah terlatih akan menularkan berbagai ilmu dan keterampilan yang didapat,” kata Hartina. Tidak hanya di desa/ kelurahannya sendiri tetapi juga dapat menyebar pada desa atau kelurahan lainnya. (Naniek I. Taufan)

alam rentang waktu tiga bulan di tahun 2017 ini, Popop sudah dua kali datang ke Bali. Tanggal 27 dan 28 Mei, ia memberikan workshop panahan tradisional (jemparingan) sekaligus mendampingi tim Semut Ireng Pop Archery Solo (SIPAS) berlaga di kejuaraan panahan tradisional dalam rangka HUT Pancer Langit. Tanggal 1 dan 2 Juli, ia datang untuk ikut turnamen panahan tradisional dalam rangka Festival Pelaut yang dilaksanakan Jepun Bali Traditional Archery di Istana Taman Jepun. Disela-sela turnamen, pria asal Tawangmangu, Jawa Tengah ini menuturkan perjalanan hidupnya. “Keluarga saya dari kakek buyut, kakek, hingga ayah merupakan pemanah tradisional. Saya pun mengenal panahan sejak kecil tetapi mulai serius tahun 1977,” kenangnya. Popop pertama kali ikut lomba panahan tradisional di acara 17 Agustusan di Tawangmangu. Dari 36 peserta, ia berada di posisi paling buncit. Berkat didikan ayahnya, Kasmidhi Amat Priorahardjo, ditambah kedisiplinan berlatih, Popop mengalami peningkatan prestasi. Di lomba

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

5

Panahan Itu Pengendalian Emosi Eddy Roostopo

berikutnya, Desember 1977, Popop menjadi juara 1. Februari 1978, ia meraih juara 3 di daerah Jawa Tengah. Popop pun masuk tim Jawa Tengah untuk berlaga di Kejurnas di Surabaya tahun 1980. Hasilnya, 2 emas dan 1 perunggu dibawa pulang. Di ajang PON X tahun 1981, Popop meraih 1 perak dan 1 perunggu. Empat tahun kemudian, saat PON XI, ia mencatat prestasi spektakuler. Popop meraih 2 emas (50 meter dan beregu), 1 perak (40 m), dan 2 perunggu (30 m dan total). “Saya memecahkan rekor nasional untuk target 50 m. Rekor yang sebelumnya 308 menjadi 315,” ujarnya. Ketika itu panahan tradisional dengan sasaran target merupakan cabor yang dilombakan di ajang PON sedangkan sasaran bandulan sebagai cabor eksebisi. Setelah itu, tak terhitung lagi prestasi yang diraih ayah dua anak ini di cabang panahan tradisional. Semua ia kumpulkan di rumahnya di kompleks Sriwedari, Solo. Baginya, prestasi pemanah bisa mengalami naikturun ibarat roda yang berputar. Semua harus dijalani dan dinikmati. Ketika berprestasi jangan terlalu bangga. Ketika kalah, jangan bersedih. “Olahraga panahan itu memerlukan pengendalian emosi. Ketika latihan atau lomba, kita harus bisa mengendalikan emosi. Sedih dan gembira harus distabilkan agar kita bisa fokus memanah sasaran. Panahan itu tidak sekadar melepas anak panah. Tiap anak p a n a h yang dilepas harus memberikan nilai. Jangan siasiakan anak panah,” ujar suami Sri Soemini ini.

Popop memberikan workshop panahan tradisional

Popop saat memanah

KENALKAN SEJAK DINI Popop pun berharap anakanak dikenalkan panahan tradisional sejak dini. Hal ini penting untuk mengasah kedisiplinan dan melatih konsentrasi mereka. Dengan modal disiplin, fokus, dan konsentrasi, anakanak akan bisa menyerap pelajaran dengan baik. Hal ini ia contohkan dengan apa yang dilakukan Jepang. Sejak kecil, anak-anak dikenalkan tradisi samurai. Pengenalan ini bukan untuk membuat anak-anak hebat berperang tetapi mereka memahami filosofi dari samurai. Demikian pula dengan panahan tradisional. Filosofi pengendalian emosi yang harus

dikedepankan. “Saya sering mengajak anak-anak kecil untuk latihan. Memang perlu pengawasan karena ujung anak panah itu tajam. Tetapi, disitulah seninya. Kita mengajarkan mereka cara membawa anak panah agar tidak membahayakan. Di sisi lain, ujung anak panah yang tajam itulah yang mengantarkan kita mendapat nilai karena berhasil menembus sasaran,” ujar ayah dari Sintho Murastuty Ambarsari dan Haviedh Ponx Jakaria Kustoto ini. Kepada anak-anak diminta untuk terus semangat berlatih. Jangan mudah patah semangat. Kemampuan memanah

Pemanah tradisional dari Bali dan Jawa

tidak diperoleh secara instan tetapi proses latihan yang disiplin dibarengi dengan pikiran yang bersih. Kala muncul titik jenuh, gunakan untuk introspeksi. Ingat kembali teknik-teknik yang benar agar mencapai hasil yang maksimal. Meditasi juga menjadi solusi untuk menenangkan pikiran sehingga bisa fokus dan berkonsentrasi saat memanah. Popop juga menuturkan di Solo, latihan panahan rutin dilakukan melibatkan anakanak hingga orang tua. Khusus Sabtu Legi, mereka mengadakan gladhen (latihan bersama). Saat gladhen, yang muncul bukan persaingan untuk menjadi juara. Yang muncul adalah rasa persaudaraan. Mereka memperkuat tali persaudaraan dengan bersilaturahmi sembari memanah. Selain membina pemanahpemanah muda, Popop yang juga Penasehat SIPAS ini memiliki usaha pembuatan busur panah tradisional (gendewa) di belakang Gedung Wayang Orang Sriwedari, Solo. Busur buatan kakek dari Anggun Ratu Rengganis, Puspita Ratu Ardhipta, dan Raja Kasta Baruna ini tidak hanya dipakai di Indonesia, ia juga mengirim ke luar negeri. Bahan baku yang dipakai adalah kayu sawo dan bambu petung. Karena proses pembuatan yang rumit, pemesan harus antre. Antara satu busur dan busur lain memiliki perbedaan karena tergantung karakteristik pemesan. Bagi Popop, membuat busur tidak boleh grusagrusu, perlu kesabaran dan perhitungan yang matang agar menghasilkan busur berkualitas terbaik. “Temanteman di Bali yang mau belajar membuat busur, silakan ke Solo. Kami siap mengajarkan proses pembuatan busur lengkap dengan anak panah,” ujarnya. (Ngurah Budi)


4

Inspirasi

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Upaya mengangkat kain nusantara terus digalakkan berbagai pihak. Bukan hanya pemerintah tapi sektor swasta pun ikut serta agar kain-kain nusantara semakin dikenal bukan hanya di dalam negeri tapi juga luar negeri. Para desainer pun tak mau ketinggalan dalam peran serta mereka. Lewat rancangannya mereka menjadikan kain-kain Nusantara yang kaya warna dan corak menjadi gaun-gaun indah. Upaya bertahun-tahun itu membuahkan hasil. Kini rancangan kain Nusantara makin dicari. Tak heran kalau kini pameran kain Nusantara makin kerap digelar, khususnya di Jakarta.

B

erbagai upaya yang dilakukan itu mendapat sambutan hangat dari para pengusaha maupun pengrajin kain di berbagai daerah. Mereka berharap pemerintah makin memperhatikan perkembangan kain Nusantara yang sudah menjadi budaya sejak ratusan tahun lalu. “Ini bukan hanya terkait bisnis tapi lebih dari itu adalah melestarikan budaya. Di tempat kami menenun kain adalah budaya yang sudah ada sejak dahulu kala.

Kaum ibu di daerah saya umumnya bisa menenun, entah untuk dipakai sendiri ataupun dijual kepada pedagang. Dengan makin banyaknya perhatian pemerintah, dan upaya untuk mengangkat kain tradisional ke level lebih tinggi, itu sama dengan ikut melestarikan budaya kami. Masyarakat pun khususnya di desa-desa semakin termotivasi,” ungkap Petrus Haki Naikofi, pengusaha kerajinantenun ikat dari NTT. Di Jakarta Fair, bapak enam anak ini bersama rekannya, Yosep Say, memamerkan keindahan aneka tenun ikat asal Nusa Tenggara Timur yang kaya corak. Baik Petrus maupun Yosep mengaku senang karena tenun ikat daerahnya makin dikenal masyarakat luas, bukan hanya di tingkat nasional tapi juga luar negeri. Petrus sendiri telah mejalankan bisnisnya sejak puluhan

Indah dan Unik Tenun Ikat NTT Makin Dicari

tahun lalu, tepatnya 1985. “Ini merupakan bisnis turun temurun keluarga kami sejak jaman dulu,” ungkapnya. Di desanya, Letmafo-Kiupasan, Kecamatan Insana Tengah, Timor Tengah Utara, memiliki banyak pengrajin tenun ikat. “Rata-rata wanita di desa kami bisa menenun, baik untuk dipakai sendiri atau untuk dijual ke pedagang. Seiring dengan perkembangan jaman, dimana banyak orang mencari kain dari daerah kami, maka penenun pun makin semangat. Di sisi lain jumlah pengusaha yang menampung hasil karya mereka juga semakin banyak,” ungkap Petrus. Dia sendiri memiliki 10 kelompok pengrajin tenun ikat, dimana masing-masing kelompok beranggotakan 10-20 orang lebih pengrajin. “Saya memberikan bahannya, dan mereka yang menenun. Soal motif, kami memiliki motif khas, tapi ada juga motif yang dikreasikan sesuai perkembangan. Namun, meski motif kreasi, tapi motif-motif khas yang menjadi ciri daerah kami tetap masuk di sana. Dengan begitu orang akan tahu asal kain tersebut dengan melihat motif khasnya,” tuturnya. Meski kain-kain ini produk

daerah, namun jangan mengira harganya murah. Yang termurah, kata Petrus, hanyalah selendang kecil ukuran 50 cm Rp50.000, sedang kain lainnya berharga mulai dari Rp400.000 hingga jutaan rupiah. “Yang harganya di bawah satu juta, benang yang digunakan adalah benang toko. Sedang yang harga satu juta ke atas benang yang digunakan dipintal sendiri dari bahan alami. Tinggi rendahnya harga juga ditentukan oleh kerumitan motif, juga masa pengerjaan. Kalau yang dikerjakan dalam tempo 1 bulan, harganya sekitar Rp400-600 ribu,” jelasnya. “Namun yang dikerjakan tiga sampai empat bulan atau bahkan enam bulan harganya bisa lebih mahal lagi. Seperti kain ini, harganya Rp4,5 juta diketenun dalam tempo 6 bulan,” jelas Petrus sambil menunjukkan kain bercorak

Petrus Haki Naikofi (kanan) dan Yosef Say, pengusaha tenun ikat dari NTT

indah dengan ukuran 1X2 meter. “Kain ini biasanya dibeli oleh kalangan menengah atas. Mereka memakainya pada acara-acara besar. Kain ini pun kerap menjadi hadiah bagi pejabat-pejabat yang berkunjung ke daerah kami,” tambah Petrus yang juga pengusaha barang antik khas Timor. Beruntunglah, kata Petrus, sekarang ini perhatian pemerintah semakin baik. Setidaknya di daerahnya digelar 3-4 kali pameran yang mengetengahkan produk-produk unggulan NTT. Adanya pameran-pameran itu, katanya, sangat membantu dalam mempromosikan daerahnya. “Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki 25 kecamatan, dan semuanya memiliki pengrajin kain tenun ikat. Setiap kecamatan memiliki motif khas yang tidak dimiliki daerah lain. Motif insana, misalnya, itu ada bermacammacam,” tambahnya. TANTANGAN MODAL DAN PEMASARAN Menurut Petrus, meski ia terlihat mampu bertahan selama puluhan tahun di bisnis ini, namun bukan berarti mudah menjalaninya. Tantangan terbesar, katanya, adalah masalah pemasaran khususnya ke luar Provinsi NTT. “Kami sangat ingin bisa masuk ke Jawa karena pasarnya bagus. Banyak yang mencari kain khas Insana Tengah. Tapi tidak mudah ya, karena selain banyak saingan, dibutuhkan modal cukup besar. Untungnya, pihak Pemda kerap membantu misalnya dengan memfasilitasi kami berpameran ke luar (daerah),” kata Petrus. Tantangan lainnya adalah bagaimana ‘menjaga’ agar para penenun senang bekerja dengannya. Ini tidak mudah karena para penenun berkeinginan terus berproduksi, sementara untuk berproduksi membutuhkan modal. “Kalau ada uang, saya beli bahan kemudian berikan ke mereka (penenun) untuk berproduksi. Tapi kalau tidak ada, dalam artian produk yang ada belum terjual, saya terpaksa menghentikan sementara produksi. Tapi ini tidak

bisa berlama-lama, karena khawatir para penenun itu pindah ke pengusaha lain. Jadi mau tidak mau saya harus berusaha mencari uang (modal) dari bidang lain untuk kemudian bisa membeli bahan. “ “Yang terpenting bagi para penenun adalah bagaimana agar mereka mendapatkan uang untuk hidup sehari-hari. Memang berat, ya. Tapi berbagai kendala yang dihadapi saya jalani saja dengan tekun. Buktinya sejak tahun 80an sampai sekarang saya masih bisa bertahan,” papar Petrus panjang-lebar. MINAT GENERASI MUDA MENURUN Dari bisnis tenun ikat dan berdagang barang antik, Petrus berhasil menyekolahkan keenam anaknya hingga lulus perguruan tinggi. Hanya saja, kata Petrus, keenam anaknya seolah tidak menunjukkan minat untuk meneruskan bisnis ini. Mereka lebih suka bekerja di kantoran atau di kantor-kantor pemerintah. “Sepertinya mereka tidak berminat ikut jejak saya. Mungkin mereka melihat bapaknya susah ‘setengah mati’ mengurusi ini barang (binis kain). Mereka sudah tamat sekolah dan kini bekerja di kantor pemerintah setempat,” ujar Petrus. Diakuinya, minat generasi muda khususnya mereka yang lulus perguruan tinggi, baik itu S1 atau

S2, untuk mengembangkan bisnis tenun ikat semakin berkurang. “Biasanya mereka yang tidak dapat meneruskan pendidikannya, akhirnya menekuni kerajinan tenun. Mereka yang berpendidikan bagus lebih memilih kerja di kantor,” kata Petrus. Hal ini, kata Petrus lagi, merupakan tantangan tersendiri khususnya bagi pemerintah. Bagaimana caranya agar minat generasi muda untuk terus mengembangkan dan melestarikan tenun ikat khas daerah bisa digelorakan. Hal yang sama juga dipaparkan Yoseph Say, pengusaha kain tenun ikat dari Maumere, Flores. Ia mulai bisnis ini sejak 1989 dan bisa tetap eksis hingga sekarang. “Kuncinya adalah ketekunan. Berbagai kendala dalam berbisnis adalah biasa. Asalkan tekun, pasti ada jalan. Selain itu kami juga kerap mendapat ‘suntikan’ motivasi untuk tetap semangat mengembangkan dan memperkenalkan kain daerah,” ujar Yos Say. Harapannya, kain daerah tidak hanya dikenal di daerah sendiri tapi juga bisa menembus pasar nasional dan dapat bersaing dengan kain-kain dari daerah lain. Karena itu, katanya, pihaknya sebagai pengusaha kain daerah terus bersemangat untuk membina para penenun. “Saya menampung kain-kain dari para penenun yang ada di berbagai desa di Kabupaten Sikka,” kata Yos. Selain dirinya, kata Yos lagi, ada banyak pengusaha kain di daerahnya. Karena itu persaingan pun cukup ketat. “Kita boleh saling berpacu, bersaing, tapi tetap ‘sehat’, tidak curang. Itu prinsip kami,” kata Yos. Soal motif, kata Yos, ada banyak ragamnya, bahkan motif kreatif juga ada. Namun seperti halnya Petrus dari Insana Tengah, Yos Say juga menyebut tentang motif khas daerah tetap masuk dalam karya tenun. Ini penting sebagai penanda daerah. “Jadi motif khas daerah tidak dilepas. Simbolsimbol suku tertentu tetap ada, itu tidak bisa diubah dan tidak bisa ditiru,” tuturnya. (Diana Runtu)

Mandalika

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Peringatan Hari Bhayangkara ke-71

21

Gubernur NTB Sematkan Tanda Kehormatan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya disematkan oleh Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi kepada Dirlantas Polda NTB, Kombes. Pol. Budi Indra Dermawan dan Panit.1 Unitreskrim Polsek Ampenan, Yustinus Goit. Kedua Anggota Polri tersebut dinilai berjasa besar dan memiliki keberanian, kebijaksanaan dan kemampuan serta ketabahan yang melampaui panggilan kewajiban yang harus disumbangkannya dan tidak pernah cacat selama menjadi Polisi.

S

elain tanda kehormatan itu, Gubernur NTB juga menyematkan Penghargaan Satyalencana Pengabdian kepada petugas Polri yang bertugas secara terus-menerus selama 24 tahun kepada Kasibinlat Subditbinsatpam Ditbinmas, Putu Waicaka, 16 tahun kepada Banit 3 Sipatwal Satrolda Dit Polair, Hasan Husin, dan Satyalancana 8 tahun kepada PA OPS subden 2 Den Gegaba Satuan Brimob, Lalu Krisna Seni Wardana. Tanda-tanda kehormatan

tersebut, disematkan Gubernur NTB yang menjadi inspektur Upacara pada Parade Peringatan Hari Bhayangkara ke-71 yang berlangsung di eks Bandara Selaparang Rembiga Kota Mataram, beberapa waktu lalu. Apresiasi terhadap Polri disampaikan secara resmi oleh Presiden RI Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang dibacakan oleh Gubernur NTB dalam upacara tersebut. Presiden RI mengapresiasi kerja keras Kepolisian RI dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kam-

Rangkaian Hari Bhayangkara di NTB

Penyematan Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Nararya kepada Dirlantas Polda NTB Kombes. Pol. Budi Indra Dermawan

tibmas). Seperti halnya ketika yang dihadapi semakin berat,” Bulan Ramadhan dan Lebaran ujar Majdi sambil mengingatkan (Naniek I. Taufan) yang baru lalu, situasi kamtibmas pentingnya mengembangkan dinilai sangat kondusif dan mudik lebaran juga lancar. “Begitu juga angka kecelakaan lalu lintas turun drastis serta harga kebutuhan pokok stabil,” kata Majdi. Apresiasi lain terhadap kinerja Polri juga disampaikan karena Polri berhasil mengamankan 101 pilkada serentak tahun 2016. Kesuksesan Polri tersebut tidak lepas dari bantuan, dukungan, dan kerja sama dari seluruh elemen negara dan elemen masyarakat. “Ke depannya elemen bangsa semakin diperGubernur NTB saat menjadi Inspektur Upacara peringatan Hari Bhayangkara ke 71 lukan, karena tantangan di Mataram

Gubernur NTB Dukung Kebijakan PPK Salah satu dari fungsi pendidikan adalah untuk membentuk karakter peserta didik yang pada gilirannya akan lahir generasi baru yang berkarakter kuat, dan terwujud bangsa yang maju dan berperadaban tinggi. Karena itulah pendidikan karakter diperlukan dalam proses pendidikan di negeri ini. Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. TGH Muhammad Zainul Majdi, menyatakan dukungan terhadap penerapan kebijakan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di seluruh sekolah di Nusa Tenggara Barat. Ia menilai kebijakan penguatan pendidikan karakter tersebut merupakan konsep yang baik, sehingga patut didukung dan berjanji akan menerapkannya secara bertahap sesuai kesiapan daerah. Hal itu disampaikannya di sela-sela acara Ceramah PPK oleh Mendikbud RI, Muhadjir Effendy

di Mataram minggu lalu. Sebanyak 1.275 peserta yang terdiri guru, kepala sekolah, rektor dan para pegiat pendidikan se- Pulau Lombok menghadiri ceramah yang disampaikan oleh Mendikbud RI tersebut yang mengambil tema besar Penguatan Pendidikan Karakter. Muhajir

kemampuan Polri untuk dapat menjawab tantangan globalisasi, demokratisasi dan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat dewasa ini. POLDA NTB RAIH PENGHARAGAAN Meningkatkan semangat perkhidmatan, mengayomi, mencintai, dan mengasihi masyarakat, menjadi harapan dari Gubernur NTB kepada Polri. Ia juga mengapresiasi capaian kinerja dan prestasi yang telah ditorehkan Polda NTB, dengan raihan penghargaan dari Menteri Pertanian RI Kepada Dir. Reskrimsus Polda NTB sebagai Satgas Terbaik ke-7 seIndonesia dalam menjaga Stabilitas Pangan yang merupakan program nasional. “Semoga Polri menjadi kecintaan masyarakat,” katanya.

mengungkapkan bahwa salah satu program prioritas pendidikan yang saat ini menjadi perhatiannya adalah Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Sedangkan prioritas yang lain tengah berjalan seperti evaluasi Ujian Nasional, revitalisasi pendidikan kejuruan dan percepatan akses pendidikan melalui Program

Indonesia Pintar (PIP). Penguatan pendidikan karakter tahun lalu, baru merupakan piloting pada 1.500 sekolah dan dinilai berhasil. “Tahun ini akan diimplementasikan kepada lebih banyak lagi sekolah yang sudah siap,” kata Mendikbud RI menyebut bahwa ada Permendikbud No. 23/2017 sebagai pintu masuk penerapan PPK melalui pengaturan jam kerja guru. Menurutnya, salah satu sentral dari kesuksesan pendidikan karakter adalah guru. Maka beban kerja guru harus diatur sedemikian rupa

Sebanyak 1.275 peserta yang terdiri guru, kepala sekolah, rektor dan para pegiat pendidikan se-Pulau Lombok

sehingga selain dapat memenuhi kewajiban sertifikasi juga menjadi pihak yang harus bisa membangun sinergi tripusat pendidikan. “Tripusat itu adalah sekolah, masyarakat dan keluarga. Guru harus mampu menjadikannya beririsan satu sama lain sehingga siswa terbentuk karakternya tidak hanya dari jam tatap muka di kelas saja, tetapi juga dengan lingkungan dan masyarakat,” ujar Muhajir yang juga seorang Guru Besar di Universitas Negeri Malang ini. Dalam PPK, guru harus mampu mengolah situasi agar siswa memiliki 4C, critical thinking, communication skill, creativity and innovation, serta collaboration. Untuk itu, pembelajaran tidak hanya mengandalkan kelas. Guru harus bisa mengajak siswa lebih aktif, memecahkan masalah, bekerja dalam tim, saling menghormati dan menghargai. Sebelum memberi ceramah PPK, Mendikbud RI sempat mengunjungi tiga sekolah, yakni Lentera Hati boarding School, Ponpes Nurul Jannah Nahdhatul Watan Ampenan, dan Muhammadiyah Boarding School di Mataram. (Naniek I. Taufan)


22

Sosialita

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Indonesia “Pasar Empuk” Pemasaran Narkoba Belum lagi selesai heboh tertangkapnya Ridho Rhoma Irama gara-gara narkoba, kini kembali jagad hiburan Tanah Air digemparkan dengan tertangkapnya Ammar Zoni, pemeran utama sinetron ‘Anak Langit’ gara-gara narkoba. Di rumah pemeran sosok Al yang santun dan rajin ibadah ini, ditemukan daun ganja satu toples dan peralatan sabu-sabu. Polisi menyebut, Ammar Zoni memang merupakan salah satu artis yang sejak beberapa bulan ini dipantau pihak kepolisian terkait penyalahgunaan narkotika.

Komjen Budi Waseso

H

anya beberapa hari setelah penangkapan Ammar Zoni muncul kabar lebih heboh lagi, polisi berhasil menggagalkan penyelundupan 1 ton sabu senilai Rp1,5 triliun yang dibawa dari Tiongkok ke Anyer, Banten. Para pelaku sengaja melakukan perjalanan laut untuk mengelabuhi petugas. Rencananya, mereka akan membawa barang haram itu ke Jakarta. “Total nilainya sekitar Rp 1,5 triliun. Ini rencananya akan dibawa ke Jakarta. Bayangkan, berapa juta manusia yang bisa terselamatkan karena tertangkapnya sabu selundupan dari Tiongkok ini,” ujar Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol. M. Iriawan. Belum diketahui apakah ada orang Indonesia yang tersangkut dengan penyelundupan sabu-sabu 1 ton ini

karena saat penangkapan terjadi, semua pelaku yang tertangkap berasal dari Tiongkok. Kepala BNN Komjen Budi Waseso mencurigai adanya keterlibatan penghuni lapas (lembaga pemasyarakatan) dalam kegiatan penyelundupan 1 ton sabu asal Negeri Tirai Bambu ini. Hal ini tegasnya tengah diselidik untuk mengungkap jaringannya. “Kemungkinan ada (keterlibatan). Makanya sedang diselidiki dan ditelusuri ke semua wilayah. Kita kerja sama dengan Polri, TNI, juga Bea Cukai,” ucap Buwas, begitu sapaan akrab Komjen Budi Waseso, di Komplek Mabes Polri Jakarta Selatan. Agar pengungkapan jaringan besar bisa tuntas, kata Buwas, maka lebih efektif jika dilakukan secara bersama-sama. Ditelusuri bersama-sama dari berbagai sisi, termasuk dugaan tindak pidana pencucian uang. Penangkapan sabu-sabu 1 ton ini semakin membuktikan kalau Indonesia bukan lagi menjadi kawasan transit narkoba namun menjadi tujuan penyebaran narkoba. Indonesia yang memiliki penduduk 257 juta jiwa lebih ini menjadi ‘pasar empuk’ bagi peredaran narkoba. Tak heran kalau jumlah pengguna narkoba terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2015 lalu saja, berdasarkan data, jumlah pengguna narkoba telah mencapai 5,8 juta jiwa. Jumlah ini dipastikan akan terus meningkat hingga sekarang. Berbagai upaya dilakukan BNN dan berbagai pihak terkait untuk memberantas narkoba namun entah kenapa tetap saja pasokan narkoba seolah terus mengalir. Entah apa yang salah. Dunia entertainment, misalnya, sepertinya menjadi incaran para bandar narkoba untuk menyebarkan barang haram itu. Sudah banyak yang tertangkap, namun tetap saja narkoba masih merajalela di sana. “Kalau nggak pakai narkoba nggak gaul,” ungkap seorang artis yang mengaku mulai mengonsumsi narkoba sejak ia aktif di industri hiburan. Entah bagaimana jalan pikiran artis yang belum lama menginjakkan kaki ke dunia hiburan karena faktanya, ada banyak artis yang tidak memakai narkoba baik karir maupun pergaulannya di lingkungan artis tetap baik.

Menurut Kombes Sulistiyandriatmoko, juru bicara BNN, peredaran narkoba di kalangan entertainment menyerupai fenomena gunung es. Tertangkapnya sejumlah artis, tambahnya, mengindikasikan bahwa ada jaringan besar di bawah permukaan. Ini yang tengah berusaha diungkap. Kehidupan para artis, membuat mereka rentan terhadap pengaruh narkoba. Beban kerja, gaya hidup, pergaulan, kata Sulis, merupakan faktor-faktor yang di antaranya menyebabkan mereka menggunakan narkoba.

FIGUR PUBLIK DIINCAR BANDAR Para figur publik, tambah Sulis, merupakan orang-orang yang menjadi incaran para pengedar dan bandar. Selain karena memang mereka secara ekonomi memiliki uang, juga memiliki komunitas tersendiri. Karenanya dia mengimbau agar kalangan artis berhati-hati karena narkoba masuk dengan berbagai cara. Tentang maraknya penggunaan narkoba di lingkungan artis juga pernah diakui oleh Fahria Mumtaz, artis sinetron yang tertangkap karena narkoba beberapa tahun lalu. Menurutnya, selain dirinya masih banyak artis yang memakai narkoba. Gara-gara itu juga akhirnya dia pun ikut memakai barang haram itu. Hal yang sama juga terjadi pada dua penyanyi kenamaan ‘Kaka Slank dan Ari Lasso’ yang menjajal narkoba karena ditawari teman. Beruntungnya, meski memakan waktu cukup lama, mereka akhirnya berhasil sembuh. “Perjuangan untuk benar-benar sembuh bukan hal yang mudah tapi sangat berat. Sengsara sekali. Bahkan sempat ada keinginan untuk pakai lagi, padahal saat itu tengah berjuang untuk sembuh. Akhirnya berhasil. Tahun 2001 saya sudah 100 persen bersih,” ungkap Ari Lasso, penembang ‘Mengejar Matahari’ ini. Ada hal yang unik dari masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei, 80% masyarakat Indonesia tahu jenis dan bahaya narkoba. Namun yang mengherankan, meski tahu bahayanya namun tingkat penyalahgunaan narkoba tetap tinggi bahkan terus meningkat. Menurut Deputi Bidang Pencegahan BNN Ali Djohardi, hal tersebut terungkap dari hasil penelitian yang merupakan kerja sama BNN dan Pusat Penelitian Kesehatan (Puslitkes) Universitas Indonesia pada tahun 2016 lalu.

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Kreasi Cinta Pie Susu Arjuna

3

Pie Susu atau bahasa kerennya egg tart, sebenarnya bukanlah makanan khas Bali. Makanan jenis kue manis ini berasal dari Eropa. Saat penjajahan, kue ini masuk Indonesia, dan akhirnya berbaur dengan aneka kue ­Indonesia. Pie susu kini berkembang di Bali, dan bahkan menjadi kue khas oleh-oleh dari Bali.

Penyelundupan sabu 1 ton senilai Rp. 1,5 triliun digagalkan.

Kepada para responden, jelas Ali Djohardi, ditanyakan tentang pengetahuan mereka terhadap narkoba dan bahayanya. Mereka (responden) menjawab tahu, termasuk konsekuensi jika menggunakan barang haram tersebut. “Jadi itu artinya pengetahuan masyarakat terhadap narkoba dan bahanya cukup baik. Namun ternyata pengetahuan tersebut tidak membuat jumlah pengguna narkoba menurun. Tapi justru sebaliknya malah diperkirakan semakin meningkat,”jelasnya. Hal ini terjadi, kata Ali lagi, karena Indonesia tidak lagi menjadi tempat transit melainkan sejak b e berapa tahun terakhir te-

Kaka Slank

lah berubah menjadi tujuan peredaran narkoba. “Indonesia sudah menjadi pasar yang sangat potensial sekaligus produsen narkoba,” tegasnya. Peredaran narkoba terbanyak, ungkap Ali, adalah di Pulau Jawa, di antaranya adalah di Jakarta. “Pengguna narkoba terbanyak adalah mereka yang berada di usia 24-30 tahun. Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak,” tambahnya. Indonesia darurat narkoba, memang sudah tak dapat dimungkiri lagi. Di berbagai wilayah di Indonesia terus meningkatnya jumlah pengguna narkoba menjadi keresahan tersendiri. Di Jakarta misalnya, data Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) DKI Jakarta menyebut, jumlah pengguna narkoba di Ibukota telah mencapai 365.000 orang. Jumlah yang tercatat ini hanyalah berdasarkan hasil tangkapan dan mereka yang menjalani masa rehabilitasi. Kemungkinan jumlah yang tidak terdata lebih banyak. Menurut Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, secara umum seluruh wilayah Jakarta tergolong rawan narkoba. Namun jumlah kasus terbanyak berada di tiga wilayah yakni, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. “Sebenarnya secara umum seluruh wilayah Jakarta rawan narkoba. Hanya saja yang paling banyak ditemukan kasus peredaran narkoba adalah di tiga daerah tersebut,” ungkap Dirserse Narkoba, Kombes Nico Afinta seraya menambahkan, saat ini pihaknya terus gencar melakukan operasi pemberantasan narkoba sekaligus pencegahan masuknya narkoba dari luar Jakarta dan luar negeri. Untuk itu, pihaknya bukan saja bekerja sama dengan BNN dan Pemda tapi juga dengan instansi terkait lainnya seperti pelabuhan, bandara, imigrasi serta bea cukai. (Diana Runtu)

S

alah satu yang sedang mengembangkan kue pie susu adalah toko oleholeh khas Bali, Arjuna Gagapan Bali. “Kami beri nama kue pie susu ini, Pie Susu Arjuna,” ujar Pande Yudi Sutrisna, sang pemilik toko oleholeh Arjuna Gagapan Bali. Ia mengatakan, selain rasanya yang enak serta harganya yang super murah, Pie Susu Arjuna ini diproduksi langsung di Dapur Arjuna Gagapan Bali yang berada tepat di belakang toko Arjuna. “Keuntungan bagi para pengunjung Arjuna Gagapan Bali, banyak sekali, selain bisa melihat langsung bagaimana cara proses pembuatan dari Pie Susu Arjuna, pengunjung juga bisa mencicipi bagaimana rasa dari kue mungil ber­bahan dasar tepung dan susu ini langsung fresh from the oven,” ujarnya. Ia menjualnya, satu kotak Pie Susu Arjuna ini hanya Rp 14.000 isinya 9 biji. “Harga ini cukup bersahabat

Chelsea Key sedang mencoba kue pie susu Arjuna

di kantong/dompet wisatawan lokal, domestik serta mancanegara yang mengunjungi Arjuna Gagapan Bali untuk membeli oleh-oleh khas Bali yang super murah,” katanya. Pande Yudi mengatakan, resep dari kue Pie Susu Arjuna ini sudah tidak asing lagi di telinga, bahan serta cara membuatnya pun cukup mudah. “Yang membedakan rasa dari Pie Susu Arjuna ini lebih enak dari yang lainnya, karena kami membuatnya dengan banyak cinta untuk setiap adonannya sebagai tanda oleh-oleh yang kami berikan ini sangat berharga dan akan selalu ditunggu,” kata Pande Yudi. Pande Yudi juga mengatakan, dengan mengembangkan kue pie susu ini, ia bisa menampung banyak SDM, selain itu, cara pembuatan kue pie susus sangatlah sederhana, sehingga karyawan tak terllau sulit untuk belajar membuatnya. Kue ini juga bisa dipakai camilan dan sarana upcara banten, se-

diawali dulu Ar­ juna ­Gagapan Bali kedatangan kru yang memakai Arjuna sebagai tempat syuting film FTV. Kemudian, artis yang syuting memborong kue pie susu untuk oleholeh. Mungkin di situ kena jurus asmara kue pie susu Arjuna langsung disukai dan kalau mereka ke Bali selalu belanja oleh-oleh di Arjuna Gagapan Bali,” kata Pande Yudi sembari tertawa. Ia menambahkan, artis lain datang kare­na “korban” dari informasi temannya yang sudah datang Artis Dimas dan Anneke Jordi juga menyukai kue pie Arjuna duluan membeli pie susu Arjuna. lain harganya murah dan bisa dijangkau Setelah mencobanya, mereka ke­ tagihan sehingga mereka datang lagi semua kalangan. Pie susu Arjuna memiliki banyak untuk membeli kue pie susu Arjuna. rasa dan bisa di-request rasa lainnya sesuai permintaan konsumen. “Saat ini dengan rasa original kami sudah kewalahan melayani karena masa berlaku kadaluarsa juga menjadi dasar pertimbangan sehingga tak banyak rasa yang didisplai. Masa berlaku kadaluarsa lima hari karena tanpa bahan ­pengawet,” ucapnya. Menurut Pande Yudi, bukan hanya konsumen, mereka sekeluarga juga sangat menyukai kue pie susu ini bahkan setiap minum teh dan kopi selalu ditemani kue pie susu Arjuna. Ke depan, ia ingin mengembangkan kue pie susu Arjuna dengan kemasan yang lebih keren dan ukuran kue yang beda. “Sekarang ini kami fokus dulu dengan tampilan ini,” imbuhnya. Selain promosi di sosial media, banyak juga konsumen datang mendengar cerita dari mulut ke mulut. “Kebanyakan yang sudah pernah coba akan membeli lagi dan datang kembali,” katanya. Ia juga berpromosi dengan cara, bagi pengunjung yang belanja di ­Arjuna Gagapan Bali senilai Rp 100 ribu, ­mereka dapat mencicipi satu biji kue pie susu. Ternyata, cara ini sangat ampuh menarik konsumen. Pelanggan kue pie susu Arjuna juga dari para kalangan artis ibukota. “Artis datang dengan sendirinya

Pie susu Arjuna sudah memiliki rasa khas sendiri maka 100% yang sudah pernah mencoba pasti akan datang lagi membeli. Apalagi, harga murah dan kualitas bagus. Seperti artis itu, ia langsung memesan untuk dikirim ke Jakarta. Pande Yudi mengutip satu komen pembeli kue pie susu Arjuna. “Awalnya mereka hanya mengenal merk yang dikenal suatu saat diajak ke Arjuna Gagapan Bali, karena belanja Rp 100 ribu kami beri bonus mencicipi kue pie susu. Sehingga banyak tamu yang balik lagi untuk membeli kue pie susu Arjuna. Ini bagian strategi kami utnuk memperkenalkan cita rasa pie susu yang sangat disayangkan dilewatkan kalau sudah ada dalam toko kami,” ujarnya. Saat ini, kue pie susu Arjuna hanya dijual di toko Arjuna Gagapan Bali. “Kami berharap Arjuna bisa berbagi pasar dengan para pengrajin pie susu lainnya dan kami fokus di Batubulan dan Kuta saja, dengan tujuan memperkenalkan hasil produk kerajinan tangan lainnya di dalam toko Arjuna agar produk yang lainnya juga bisa merata perputarannya,” kata Pande Yudi. Ia menambahkan, produk pie susu yang baru produksi tiga bulan sudah menjadi mentor produk terlaris di toko Arjuna Gagapan Bali sehingga lumayan menyedot pelanggan. –ast


2

Ekspresso

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

GORO-GORO RADIKALISME 2

Di TV a d a i n f o r­ masi tentang radikalisme. Seorang pa­ kar menjelaskan Putu Wijaya ada survei yang menunjukkan radikalisme yang ingin mengganti dasar negara Pancasila meskipun jumlahnya sangat kecil dibandingkan 80 pers­ en rakyat Indonesia yang tetap mendukkung Pancasila. Tetapi perkembangannya dalam waktu pendek pesat hingga memerlukan penanganan segera. Pakar lain cenderung mem­ bantah, beliau menyatakan: bah­ wa yang menolak dasar negara Pancasila di awal kemerdekaan 4 berbanding 5, sampai Bung Karno

menyelesaikannya dengan Dekrit. Jadi 80 persen hasil survei berarti kemajuan pesat. Amat kontan mematikan TV. “Mengapa dimatikan?” tanya Amat sendiri, ketika istrinya tak bertanya. Ketika Bu Amat tak men­ jawb, Amat kembali menjawab sendiri. “Ya,, karena aku lihat, sudah ada sandiwara. Sandiwara apa? Ya, sandiwara terhadap dasar negara kita Pancasila. Sandiwara bagaimana? Ya, sandiwara dari pakar. Bagaimana tidak. Coba renungkan saja. Pakar pertama dengan menunjukkan hasil sur­ vei mengajak kita yang mendu­ kung Pancasila waspada terhadap radikalisme karena perkemban­ gannya meskipun sekarang jum­

lahnya masih kecil, tapi terhitung cepat. Nah kenapa pakar kedua mengatakan dukungan terhadap Pancasila berkembang pesat? Seakan-akan ia menyatakan ke­ waspadaan terhadap radikalisme itu tidak perlu. Itu kan sikap berbahaya? Sikap itulah yang jus­ tru ingin dibina oleh radikalisme agar kita terus lengah sehingga perkembangannya tambah pesat lagi! Bahaya sekali, kan?” Amat berhenti di situ, seperti menunggu reaksi. “Atau aku yang sebenarnya over-acting?” lanjut Amat karena belum ada tanggpan, “Ini sama sekali bukan over-acting. Ini ke­ cemasanku, kecemasan seorang rakyat kecil yang cinta NKRI yang mendukung Pacasila sebagai dasar negara yang menjamin Bhinneka

Tunggal Ika dalam masyarakat kita yang majemuk, sehingga kita dianggap oleh dunia sebagai con­ toh hidup damai dalam perbedaan itu bukan hanya pepesan kosong tapi nyata ada. Jelek-jelek begini, kita Indonesia negeri ajaib, Bu! Damai dalam perbedaan yang di mana-mana sulit bahkan seperti tidak mungkin terjadi, di negeri kita ini sesuatu yang sudah kita lakoni, sejak zaman baheula, Bu. Hebat kan?” Masih belum juga ada tang­ gapan. Amat jadi kesal. Akhirnya dia buka kartu. “Jadi begini. Bahwa dukungan terhadap dasar negara Pancasila yang dulu hanya 5 berbanding 4, yang berarti hanya menang tipis, kini sudah jadi 80 persen, alias menang telak, memang kemajuan pesat. Sama dengan populasi kita yang waktu baru merdeka hanya 70 juta kini sudah melonjak jadi 250 juta. Dari angkanya memang seperti melompat tapi jangan lupa itu perlu 72 tahun. Tapi perkem­

bangan radikalisme meskipun kecil namun dalam waktu pendek sudah seperti sekarang itu sudah sangat mengkhawatirkan. Ke­ napa? Karena tolok ukur untuk ancaman harus dilipatkan 100 kali kalau mau memberantasnya. Umpama sakit, kalau sudah mulai ada tanda-tanda kita akan sakit, harus langsung terapi alias obati. Pasti akan cepat bablas angine. Tapi sebaliknya, kalau penyakit kita diamkan saja, anggap enteng bahkan dimanjakan, pasti bisa good bye. Ya, nggak? Terus terang aku kecewa, karena pakar yang ngomong itu juga idolaku. Kenapa idolaku yang seharusnya justru pantas menasehatiku supaya waspada pada radikalisme yang mengancam NKRI, kok malah seperti mau mengalihkan perso­ alan seakan-akan menasehati kita bahwa radikalisme itu tak perlu diganggu?” Amat menunggu. Tapi istrinya tetap membisu. Amat terpaksa menyerah. Lalu menghidupkan kembali TV. Sambil terus ngeloyor keluar rumah duduk di teras. Terdengar ketawa Bu Amat yang sedang nonton sinetron kesayangannya.

“TERSESAT” DALAM KATA SAYANG

Kekuatan Keluarga yang Dapat Melemahkan

“Adik mau apa? Sini Ibu dan Ayah yang pilih dan belikan”. “Kakak mau sekolah dimana? Gampang, nanti Ayah hubungi teman yang di sana”. “Jangan kuliah di sana, mau jadi apa nanti?. Kuliah di jurusan ini saja, kamu pasti jadi orang yang sukses”. “Gurunya galak ya Nak?, nanti Mama ke sekolah, kita sudah bayar mahal”. Ilustrasi tersebut masih sering kita mendengar dalam keluarga bukan? Saat orangtua melakukan­ nya sebagai bentuk “Saya tidak mau jika anak saya mengalami masamasa sulit seperti saya”. Sebagian orangtua menjadi sangat khawatir terhadap kehidupan sang anak sehingga berusaha keras untuk memenuhi setiap kebutuhannya. Tidak jarang orangtua mengambil keputusan melalui “jalan pintas” yang dirasakan sebagai bentuk kasih sayang yang sangat besar pada anak. Lalu apa makna sayang Anda kepada anak?. Sayang merupakan salah satu bagian dari cinta yang terwujudkan dalam perasaan dan perilaku. Setiap orangtua tentunya memiliki peras­ aan ini terhadap anaknya. Sebe­ narnya tidak ada yang salah dengan kasih sayang yang melimpah. Hanya saja, “tersesat” dalam kata sayang, membuat apa yang seharusnya kuat menjadi lemah. Sayang bukan berarti terlalu permisif. Orangtua yang per­ misif, cenderung meng’iya’kan segala keinginan anak. Pola asuh ini digambarkan dengan orangtua yang hangat dan cenderung se­ lalu melindungi anak dari kondisi tidak menyenangkan. Misalnya se­ lalu membuatkan pekerjaan rumah

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

anak karena kasihan melihat anak mengeluh, membelikan anak mainan setiap kali anak sedih, memenuhi permintaan anak secara berlebi­ han, dan bahkan mencarikan jalan pintas lain agar anak segera sampai pada tujuannya. Hal ini menjadikan, kontrol orangtua terhadap perilaku anak juga menjadi lemah. Apakah bentuk sayang tersebut yang membuat anak bahagia?. Pola asuh ini akan membuat anak selalu nyaman dengan adanya bantuan yang kurang mengasah kemam­ puan anak dalam menyelesaikan masalahnya. Tidak heran, jika anak akan menjadi sering mengeluh dan ingin dibantu setiap kali menghadapi tantangan dari lingkungan. Pene­ litian menunjukkan jika pola asuh permisif memiliki hubungan yang kuat dengan penyimpangan perilaku seperti mencontek di lingkungan akademis. Sayang juga bukan selalu otoriter yang membatasi lingkup berpenda­ pat anak. Pola asuh ini digambarkan dengan pola komunikasi satu arah dari orangtua ke anak. Biasanya dari sudut pandang orangtua, penda­ patnya adalah yang terbaik bagi anaknya. Terbayangkah jika sedari keluarga anak tidak mendapatkan ruang untuk menentukan pilihan­ nya?. Ya, pada awalnya orangtua

akan merasa lebih nyaman, karena anak cenderung menurut. Orang­ tua tidak akan disuguhkan dengan pertanyaan-pertanyaan dari anak dan menjadi pemenang dalam perdebatan. Anak-anak yang se­ lalu dalam pola asuh ini cenderung menjadi anak yang peragu, harga diri rendah, kadang menjadi anak-anak penurut dalam keluarga namum pemberontak di luar. Ketika bentuk sayang seperti hal di atas mendominasi dalam ling­ kungan keluarga, secara tidak sadar hal tersebut akan menjadikan anak tidak siap dengan dunianya. Anak cenderung memiliki karakter yang lemah, tidak tangguh. Salah satu contoh adalah anak menjadi kurang menghargai proses. Saat anak terbi­ asa dengan ‘cara cepat’ di keluarga, anak juga akan bergegas mencari jalan pintas atas setiap tantangan yang dihadapi. Ada kecenderungan anak akan memiliki pandangan jika setiap dirinya mengalami kesulitan akan datang bantuan dari orangtu­ anya yang pasti dapat menyediakan solusi terbaik. Menjadikan sayang sebagai pen­ guatan keluarga dalam pendidikan anak. Pendidikan anak tidak sep­ enuhnya menjadi tanggung jawab guru. Karena segala sesuatunya dimulai dari keluarga, cobalah untuk

Made Padma Dewi Bajirani

menyeseuaikan makna ‘sayang’ pada anak sesuai dengan fase tumbuh kembangnya. Kenali lagi, apakah bentuk sayang seperti itu merupa­ kan kebutuhan anak? Atau sebe­ narnya kebutuhan orangtua? Mari melatih anak mengambil keputusan dengan mendiskusikan

dan menghargai keputusan anak. Kuat dan yakinkan bahwa anak mampu mengambil keputusannya sendiri. Meskipun demikian, dalam penguatan keluarga orangtua tetap memiliki tanggung jawab untuk menanamkan nilai- nilai positif pada anak. Termasuk di dalamnya moral dan agama. Sehingga di lingkungan manapun anak tetap memiliki kon­ trol diri saat menghadapi situasi dan memintanya untuk mengambil keputusan. Menyayangi sangatlah luar biasa, namun sayangilah anak den­ gan mendidiknya. Berat memang, karena Anda pasti menginginkan sesuatu yang terbaik baginya. Anda tidak ingin melihatnya kesulitan menghadapi masa depannya. Na­ mun, pahami pula bahwa anak juga memiliki kesempatan untuk belajar dari setiap tantangan yang ia hada­ pi. Percayalah anak akan mencari cara untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang dihadapi. Made Padma Dewi Bajirani (Mahasiswi Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis, Universitas Gadjah Mada)

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Dapat Pengalaman karena

Tersesat

Dalam satu perjalanan, pasti pernah saja kita tersesat. Dua orang ini berbagi tips saat mengalami kejadian itu. Ayu Marbun, Marcom Bali Safari & Marine Park, menuturkan, ia pernah tersesat saat menyelusuri wilayah Nusa Penida. Saat itu, ia berbekal Google Map untuk mencari lokasi. Namun, kadang, sinyal agak sulit sehingga ia harus bertanya kepada penduduk setempat.

I

a juga kebingungan men­ cari penjual makanan khas Nusa Penida, ledok. Bagi­ nya, ketika travelling ke satu daerah akan lebih menyenang­ kan bila dapat menikmati makanan khas daerah setempat. “Mencicipi makanan tradisional daerah yang kita kunjungi adalah wajib saat travelling,” kata Ayu.

Saat tersesat, yang ada dalam benaknya hanya bertanya kepada penduduk setempat. “Saat kita tersesat bertanya kepada penduduk setempat merupakan cara yang pa­ ling aman dan tepat. Kalau tersesat di Bali masih berani karena bisa bertanya dan orang Bali masih bisa dipercaya,” kata Ayu. Malah, kata dia, tersesat mem­

Jangan Malu Bertanya Sepertinya sebagian besar dari kita pernah mengalami situasi ini. Tersesat dan bingung, karena tidak tahui arah jalan atau alamat lokasi tempat yang menjadi tujuan. Jika hal ini terjadi, apa yang biasanya dilakukan? Mencari orang untuk bertanya, atau terus mencoba berjalan lagi sampai ketemu? Menurut Ogek Putry, mahasiswi S2 Komunikasi Universitas Airlangga ini, untuk saat ini mungkin lebih banyak yang bakal menjawab no problem. Ini kan zamannya smartphone, android yang punya aplikasi lalu lintas berbasis navigasi, seperti Waze, Google Maps dan lainnya. Siapapun bisa menggu­ nakan aplikasi canggih tersebut untuk mendapatkan lokasi atau alamat yang awalnya belum di kenal. Ogek Putry Namun, untuk beberapa kasus aplikasi keren tersebut bisa menjadi kurang tepat. Khususnya untuk lokasi atau tempat-tempat yang ada di desa yang sedang berkembang. Bisa saja tempat yang kita bakal tuju tersebut sudah pindah karena ada perluasan wilayah atau ada perubahan arus lalu lintas, sehingga aplikasi bisa saja menunjukkan alamat sebelumnya dan bukan yang terbaru. Agar tidak tersesat maka kita tidak perlu malu untuk bertanya. “Belum selesai sampai di sini. Supaya saat bertanya kita memperoleh jawaban se­ suai harapan, jangan pernah mengabaikan yang namanya etika atau sopan santun ,” tegasnya. Ogek Putry mengatakan bagi mereka yang menggunakan kendaraan apa saja pada saat kebingungan karena tersesat, carilah orang di sekitar wilayah tersebut untuk menanyakan alamat yang akan dituju. Untuk ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipahami agar tetap berada di rel yang santun dan beretika. Jika kita mengendarai sepeda motor, langkah awal adalah segera mematikan mesin kendaraan. Kemudian , membuka helm dan turun dari motor, setelah itu barulah mendekati orang yang akan kita tanya. Begitu juga ketika kita mengendarai mobil. Lakukan tindakan yang sama, matikan mesin mobil, turun dan mendekat. Adalah kurang sopan jika hanya menu­ runkan kaca pintu mobil dan berteriak dari dalam. “Etikanya akan menjadi lebih baik kalau dilengkapi dengan tersenyum, ” katanya. Kalau pun kebetulan kita tengah ke wilayah yang masih sangat asing, hingga tidak paham dengan arah mata angin, sebaiknya saat bertanya kita jangan sungkan untuk meminta diberikan patokan, apakah itu toko, sekolah atau apa bangunan lainnya yang bisa membantu menjadi petunjuk untuk meneruskan langkah. termasuk mempermudah arah berbelok. “Jika kejadian tersesat ini masih berada di wilayah kita di Bali, tidak ada salahnya juga, saat bertanya selain dengan kalimat yang sopan juga akan lebih baik menggunakan bahasa daerah kita,” ucap Ogek Putry. Jika kita berkomunikasi dengan bahasa daerah setempat, akan membantu komu­ nikasi lebih lancar, lebih diterima dan lebih mudah memperoleh informasi yang kita perlukan. “Kita harus ingat salah satu kebutuhan dasar manusia adalah ingin dihargai. Selain sebagai wujud penghargaan kita kepada mereka, juga demi memperoleh informasi bukan hanya detail, tapi juga tepat, dan benar. Terakhir, sebelum berpamitan setelah kita mendapatkan informasi jangan lupa mengucapkan terima kasih. Kata ini memiliki power luar biasa, apalagi jika kita ucapkan dengan pancaran wajah yang tulus, pastilah orang yang sudah membantu kita memberikan informasi akan merasa dihargai,” ujar Ogek. (Sri Ardhini)

berikan pengalaman yang seru dan menyenangkan. Baginya, tersesat akan memberikan petualangan yang menye­nangkan. “Dengan tersesat kita bisa tahu daerah baru,” kata Ayu. Kalau ia menemukan daerah pantai yang masih sepi dan tenang, ia tak mau mengunggah ke media sosial, karena kalau banyak orang sudah datang dan ramai, tempat itu tidak lagi sepi dan damai, malah menjadi kotor. “Biarkanlah tem­ pat itu tetap damai, dan tenang,” imbuhnya. BERTANYA KE POLISI Sementara, bagi Rathi, seorang traveler, tersesat di ibukota atau Jakarta merupakan pengalaman yang

Ayu Marbun

menakutkan. Apalagi, ketika itu, per­ tamakalinya, ia mencoba naik angkot bersama temannya saat pelatihan yang dikirim kantor tempatnya be­ kerja. Merasa percaya diri melakukan itu, ia mencoba naik angkot pulang dari pelatihan menuju ke apartemen. Namun, ia tak menemukan aparte­ men yang dicari. “Waktu itu bingung karena rasanya sudah benar harus turun di mana, tapi saat turun kok lokasinya beda,” ujarnya sembari tertawa. Akhirnya, dia dan teman­

23

nya punya inisiatif untuk berjalan saja sambil mengingat-ingat lokasi jalan. Setelah berjalan begitu lama, tetap saja lokasi apartemen tidak ditemukan. Ketika itu, diputuskan untuk menyeberang jalan, dan memutar arah. Di sanalah, Rathi melihat seorang polisi berjaga. Ia dan temannya segera mendekati polisi itu dan membaca nametagnya, “Syukur banget, ternyata orang Bali,” kata Rathi. Langsung saja ia menyapa polisi itu dan mengatakan berasal dari Bali dan sedang tersesat. Akhirnya, pak polisi menunjukkan arah apartemen mereka yang ternyata me­ mang memutar arah, bahkan sangat dekat dengan arah mereka. “Syukurlah akhir­ nya bisa pulang ke aparte­ men. Waktu itu saya sudah ketakutan. Tersesat di Jakarta mengerikan. Dulu pernah backpacker dari Singapura ke Malaysia. Salah naik bus menuju Malaysia, setelah check in di imi­ grasi perbatasan Singapura, merasa tenang, tidak setakut tersesat di Jakarta,” kata Rathi. Ia juga sependapat dengan Ayu Marbun, tersesat memberikan suatu petualangan yang seru. Apalagi, masuk ke daerah baru. Namun, kita tetap harus berhati-hati bertanya kepada orang setempat, karena bisa saja kita ditipu. “Lebih baik bertanya kepada polisi,” ucapnya. (Wirati Astiti)


24

Edisi 961/ 17 - 23 juli 2017

Memiliki hobi jalan-jalan tentu membuat seseorang ingin menemukan tempat-tempat baru yang belum pernah dikunjungi. Meskipun tidak banyak pengetahuan mengenai tempat tujuan, tetapi rasa penasaran dan keingintahuan akan membawa seseorang untuk menemukan tujuan tersebut.

H

al ini juga yang dialami oleh Desi Nurani, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Undiksha Singaraja. Ia sering memaksakan diri dan ingin mencoba mencapai tempat tujuan meskipun tidak banyak tahu mengenai tempat tersebut. Meskipun tahu kemungkinan terbesar akan menimbulkan ketersesatan di perjalanan namun dirinya tetap yakin bahwa jalan yang membuatnya tersesat akan menunjukkan dirinya pada tujuan yang lainnya. ?Kalau pepatah bilang banyak jalan menuju Roma, jalan itu pasti akan mengarah kepada tujuan yang lain,? ungkapnya. Meskipun tahu kemungkinan terbesar akan tersesat, namun perempuan yang akrab disapa Desi ini lebih suka menghabiskan waktu jalanjalannya sendiri. Dengan pergi sendiri dirinya merasa lebih puas untuk menikmati tempat sebagai tujuannya. ?Ya lebih senang sendiri, saya tidak ada beban memikirkan perasaan teman, apakah teman suka tempat ini atau tidak,? sambungnya.

Sudut Pandang

Tetap Tenang saat Tersesat Pergi sendiri bukan berarti dirinya nekat, namun ia telah mencari tahu informasi singkat menganai tempat tujuan. Minimal ia mengantongi alamat yang pasti sebab itu merupakan pedoman ampuh untuk sampai kepada tujuan. ?Dengan alamat tujuan kita bisa melakukan banyak hal. Yang paling simple kita bisa tanya pada seseorang dalam perjalanan, atau yang tercanggih pakai Google Map,? ungkap perempuan kelahiran 31 Desember 1995 tersebut. Pelatih teater di SMKN 1 Singaraja ini mengatakan sekarang untuk mengetahui keberadaan suatu tempat sangatlah mudah. Jika dirinya ingin pergi ke tempat yang sedang hits, maka informasi bisa didapatkan melalui media sosial ataupu teman-teman yang sudah mengunjungi tempat tersebut. ?Semua orang suka foto. Sekarang gampang banget kalau mau tahu tujuan travelling,? imbuhnya. Tersesat di jalan tentu akan membuat siapa saja panik, untuk mencari jalan keluar tetaplah tenang. Dirinya mengatakan akan berhenti terlebih dahulu dan membayangkan kemungkin yang terjadi dari setiap jalan keluar yang ia ambil. Tersesat ketika ingin mencapai tempat tujuan menurutnya adalah hal yang wajar. Bahkhan Desi

Tersesat karena Narkoba, Nyawa Taruhannya Tersesat jalan masih lebih menggantikan Ken Ken. Tak baik, apalagi kalau tersesat di perlu heran kalau nantinya tempat ramai, pasti banyak film ini bakal rasa ‘Hollywood’ yang membantu. Malah tak karena Fox International Projarang gara-gara tersesat duction-divisi 20th Century Fox, banyak pengalaman mebakal terlibat dalam proyek narik di dapat. Tapi kalau besar ini. Rencananya produkjalan hidup tersesat, apalagi si film akan dimulai Agustus gara-gara narkoba, bukan bulan depan dan akan launch hanya nyawa taruhannya pada 2018 mendatang. Ken tapi semua yang dimiliki bisa Ken yang memang memiliki ludes. Banyak yang sudah keahlian bela diri silat menmengalaminya, salah satunya gaku siap jika nantinya dilibatadalah Herning Sukendro kan dalam film itu meski tidak atau biasa disapa Ken Ken. lagi mendapat peran penting. Generasi 1990-an mengeSelain Ken Ken masih bannal Ken Ken karena dialah yak lagi artis yang tersesat dan bintang serial televisi paling terpuruk hidupnya gara-gara ngetop pada masa itu ‘Wiro narkoba. Ada yang berhasil Sableng, Pendekar 212’. bangkit dan bahkan berjaya Bimbim Berkat serial ‘Wiro Sabkembali di dunia entertainment. leng’ ditambah sejumlah film laga Ken Ken menDi antaranya adalah Bimbim, drummer grup band jadi aktor sukses dan hidup bergelimah keme‘Slank’. Lelaki yang punya nama lengkap Bimo Sewahan. Memiliki rumah mewah, mobil mewah, tiawan Almachzumi ini mengaku masih ingat jelas sejumlah bisnis, serta karier yang bersinar di dunia bagaimana sengsaranya hidupnya ketika terjebak entertainment ternyata tidak membuat hidupnya menjadi pecandu narkoba. Untungnya pada masamenjadi lebih baik. Sebaliknya justru ia tersesat masa itu, ibunya yang terkenal dengan panggilan ke dalam lembah kelam. Narkobalah yang telah Bunda Iffet, selalu mendampingi. membawanya menuju kehancuran. Akhirnya “Dari dulu ingin berhenti tapi susah sekali. Sekali segala jerih payahnya ludes tak berbekas. kita terjatuh ke narkoba, tidak mudah untuk keluar. “Semua habis, saya tidak punya apa-apa lagi. Tidak benar itu mitos berhenti perlahan-lahan, Bahkan untuk naik bus dan makan bakso saya kurangi dosis sedikit-sedikit bakal bisa sembuh. harus pinjam sana-sini karena memang sudah Tidak akan dan itu tidak mungkin berhenti. Gua tidak ada uang sepeser pun. Padahal dulu ketika udah ngalamin, sama teman-teman berusaha masih berjaya uang itu tidak ada artinya. Saya kurangi dosis, sampai lima tahun ternyata tidak gunakan uang suka-suka saya, mau beli apa saja juga berhenti. Kita tetap pakai. Jadi kalau mau bisa, rumah, mobil, apa saja bisa dibeli termasuk berhenti harus langsung, tidak pakai sama sekali. narkoba,” tutur Ken Ken mengenang masa Harus revolusi bareng-bareng, berubah dengan lalunya. cepat. Bukan cuma niat tapi benar-benar berjuang Awalnya, kata pria kelahiran Madiun ini, keras. Itu yang gua dan teman-teman di Slank dia hanya coba-coba namun akhirnya ia benarlakukan sampai kami berhasil sembuh,” ungkap benar kecanduan. Hidupnya makin tersesat dan Bimbim yang bersama teman-temannya di ‘Slank’ semuanya pun menjauh. Job-job film maupun didaulat Badan Narkotika Nasional menjadi Duta bisnis ikut surut dan hidupnya pada akhirnya Anti Narkoba. benar-benar terpuruk. Apalagi kemudian dia Awalnya, tutur Bimbim yang kini memiliki Panti harus meringkuk di balik jeruji besi lantaran Rehabilitasi Pecandu Narkoba, memakai narkoba narkoba. hanyalah coba-coba. Rasa penasaran ingin tahu ‘Nasi sudah menjadi bubur’. Ken-ken yang bagaimana rasanya barang haram itu membuatnya kini jadi petani sayur-mayur di daerah Caringin, menerima begitu saja tawaran seorang teman unBogor, hanya bisa mengungkapkan betapa metuk mencicipi. “Awalnya dikasih gratis, tinggal pake. nyesalnya dia. “Saya menyesal, menyesal luar Dua-tiga kali pake gratis, lama-lama kita harus beli biasa. Karena saya sudah merugikan diri sendiri sendiri. Uang kita akhirnya terkuras semua untuk dan banyak orang. Hidup saya terpuruk. Tapi beli narkoba,” kata Bimbim yang sudah 17 tahun sekarang saya bangkit lagi, jadi petani di desa ini lepas dari benda haram itu. (Caringin). Saya pikir apa sih yang saya cari lagi. Dia merasa beruntung, ketika hidupnya Dulu, saya pernah kaya kemudian jatuh miskin,” tersesat, ada ibu, istri dan orang-orang terdekat ungkapnya. membantunya. “Peranan orang-orang dekat, “Saya tidak menemukan apa-apa di sana seperti orangtua, istri, dan lainnya, sangat pent(narkoba). Itu hanya khayalan saja. Kini saya banging bagi kesembuhan pecandu narkoba. Jadi dia kit dan memilih menjadi petani, hidup sekarang (pecandu) jangan dibiarkan berjuang sendirian. terasa lebih enak. Bertani adalah terapi,” tutur Harus didampingi. Itulah yang gua alami bagaimana Ken Ken yang namanya kembali jadi perbincangan keluarga begitu mendampingi, sabar dan telaten lantaran karakter Wiro Sableng yang diperankanmengurus sampai akhirnya benar-benar lepas,” nya itu bakal diangkat ke layar lebar. katanya. (Diana Runtu) Vino G Bastian akan menjadi Wiro Sableng

mengaku pengalaman tersUntuk menghindari ketersesaesat membuatnya banyak tan di jalan, dirinya selalu memperbelajar sesuatu. Pertama kita siapkan beberapa hal di antaranya, akan tahu jalan lain, kedua informasi mengenai tempat yang kita bisa belajar kerendahan akan dituju, mengajak teman atau diri dengan menurunkan ego rekan-rekan dalam berpergian, untuk belajar bertanya, kememanfaatkan aplikasi Google tiga kita diajarkan berpikir Map untuk mempermudah arah tumencari solusi permasalajuan, selalu bertanya kepada warga han, keempat, kita akan setempat, dan terakhir pergunakan menemukan teman-teman sim card yang signyal dapat dijangbaru dari perkenalan kita kau hingga ke perdesaan. ketika tersesat, kelima Perempuan yang baru merilis kita belajar menyelesaisingle dengan menggaet Forcep, kan masalah, dan belajar band indie Singaraja ini mengaku memilih keputusan terbaik. akan mencari tahu informasi dari ?Tersesat itu tidak perlu teman-teman yang lebih dulu dihindari. Pengalaman tersdatang ke tempat tersebut. ?Biesat akan membuat kita asanya kalau ada tempat wisata banyak belajar sesuatu, dan baru, orang-orang akan update terpenting tidak ada yang foto mereka di media sosial, kalau lebih kaya dari pengalasaya berminat langsung akan saya man,? tuturnya. tanyakan informasi yang dibutuhDesi Nurani Perempuan yang aktif dalam kan,? ujarnya. teater ini mengaku tersesat yang paling fatal perHobi travellingnya membuat perempuan yang nah dilakukan adalah tersesat dalam keputusan. akrab disapa Trisna ini senang pergi ke tempat?Tersesat dengan keputusan tidak saja bikin tak tempat baru dan bernuansa alam. Perempuan punya jawaban, tapi meninggalkan penyesalan yang sedang menempuh S1 jurusan Penerangan mendalam. Dalam hal ini biasanya teman cerita Agama Hindu ini mengaku lebih suka jalan-jalan yang banyak penting. Dari sekian nasihat saya bersama rekan-rekannya. Hal ini akan membuatakan mengambil keputusan terbaik,? tandasnya. nya lebih aman dan tenang jika dalam perjalanan dirinya tersesat. ?Kalau sendiri pasti tidak akan BINGUNG KARENA seru, kalau rame-rame kita bisa ketawa barengPERSIMPANGAN JALAN bareng,? ungkap perempuan kelahiran 3 Maret Sementara itu, Komang Trisna Dewi mengata1996 tersebut. kan hal yang paling sering membuatnya tersesat Ketika memasuki wilayah perdesaan dan terdalam perjalanan adalah persimpangan jalan. pencil, maka dapat dipastikan jaringan internet Minimnya petunjuk arah akan membingungkanakan terputus. Kecanggihan gadget melalui apnya dalam menentukan arah tujuannya. Maka likasi google map tentu tidak akan dapat digunadari itu, jika keinginannya sangat besar datang ke kan. Dengan kondisi tersebut, bertanya kepada suatu tempat, meskipun kurang tahu informasi warga sekitar adalah cara satu-satunya. ?Kalau dirinya akan tetap melanjutkan perjalanan. Tetapi memang signyal dan warga yang akan ditanya jika niatnya kecil, dirinya akan berusaha mengutidak ada, maka kami akan lebih menggunakan rungkan niat. insting,? ungkapnya. (Wiwin Meliana)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.