Tokoh Edisi 960 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menabung Sampah Menghasilkan Uang Bagi yang telah berpenghasilan tetap, menabung adalah hal wajib yang harus dilakukan. Dengan menabung, kita dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap keuangan. Tetapi acap kali, orang terlena menggunakan seluruh penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Bahkan tidak jarang penghasilan hanya sekadar num­ pang lewat. Maka dari itu perlu kecerdasan dalam mengatur keuangan agar penghasilan tidak melebihi pengeluaran.

M

enurut Made Erna Wintari, S.H., mengatur keuangan sangat diperlukan sehingga antara pemasukan dan pengeluaran seimbang. Dirinya mengaku akan mementingkan kebutuhan ketimbang keinginan sehingga menekan biaya yang tidak diperlukan. “Paling penting kita harus saving. Kadang kan ada biayabiaya yang tidak terduga, misalnya ada undangan pernikahan dari teman atau yang paling parah kita sakit, jadi kita bisa menggunakan uang simpanan itu biayabiaya yang tidak terduga,” jelasnya. Staf di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng ini juga mengungkapkan sebagai seorang remaja, dirinya juga senang mengikuti trend baik dari segi fashion maupun yang lain. Akan tetapi, trend yang diikuti sesuai dengan style dan kemampuan secara financial. “Saya tidak ingin memaksakan trend dan yang pastinya trend yang saya ikuti harus bersifat positif,” ujar perempuan kelahiran 13 Mei 1993 tersebut. Perempuan yang akrab disapa Erna ini mengatakan, sebagai seorang remaja setiap bulan ia telah mengatur pemasukan untuk memenuhi kebutuhan seharihari, investasi dan digunakan untuk pengeluaran tidak terduga. Untuk investasi, dirinya lebih suka menyimpan uang di Bank sebab dirasa lebih aman. “Jikalau suatu saat Bank itu bermasalah maka ada LPS yang menjamin,” ungkapnya.

Perempuan yang pernah menjabat sebagai Ketua Senat di Fakultas Hukum Unipas Singaraja ini mengaku, mengenalkan budaya menabung sejak kecil. Menurutnya, mengajarkan menabung sejak dini sangat perlu dan wajib dikenalkan karena dengan menabung anak-anak dengan sendirinya akan mulai belajar berhemat dan bertanggung jawab dalam memegang uang. Peran orangtua dan guru sangat penting untuk memberikan edukasi kepada anakanak mengenai pentingnya menabung. “Mungkin dari mengajarkan menabung lewat celengan dengan menyisihkan uang sakunya untuk membelikan barang yang mereka butuhkan. Dengan kebiasaan tersebut maka anak akan terbiasa untuk menabungkan uang saku untuk memenuhi kebutuhan mereka,” paparnya. Bahkan untuk mengenalkan budaya menabung sejak dini, dirinya yang bergerak aktif dalam organisasi membentuk bank sampah di desanya. Bank Sampah SARIKASIH (SARI Mekar Bersih) di Desa Sari Mekar Kecamatan Buleleng dibentuk untuk mendukung program bebas sampah plastik dari pemerintah dengan melaksanakan program 3R yaitu Reuse (memanfaatkan kembali), Reduce (mengurangi), dan Recycle (memilah/ daur ulang). “Kami fokus untuk memilah sampah tersebut dengan mendirikan bank sampah,” imbuhnya. Bahkan dalam institusi tersebut lebih banyak

Made Bobby Yudana

melibatkan ibu rumah tangga dan anakanak. “Di desa kami ada dua sekolah, kami akan mengadakan sosialisasi ke sekolah tersebut untuk mengenalkan apa itu bank sampah. Kenapa kami mengikutsertakan anak-anak SD, biasanya anak-anak SD lebih antusias,” papar perempuan yang memiliki hobi menari, mendaki, dan menonton drama Korea ini. Dengan adanya bank sampah, anakanak akan diajarkan untuk memilah sampah di skala rumah tangga. Sampah yang disetor akan ditimbang dan hasilnya akan dicatat dalam buku tabungan. “Buku tabungan ini berfungsi untuk nasabah sebagai catatan jumlah uang yang di tabungnya. Sebagai bukti menjadi nasabah selain itu tabungan ini juga untuk mengetahui jumlah uang yang ditabungnya,” jelasnya. Direktur Bank Sampah Sarikasih (Sari Mekar Bersih) Desa Sari Mekar ini mengungkapkan, dengan bank

Made Erna Wintari

sampah tidak hanya mengajarkan anak peduli dengan lingkungan tetapi juga membiasakan anak untuk menabung. “Mereka tidak perlu menyisihkan uang saku mereka, mereka cukup memilah sampah di rumah lalu menyetorkannya ke bank sampah,” jelasnya. ASURANSI UNTUK PENDIDIKAN Sementara itu, menurut Made Bobby Yudana, setiap orang memang harus berinvestasi untuk mengantisipasi halhal yang mungkin terjadi di kemudian hari. Akan tetapi tiap semua orang sadar dan mau menabung untuk masa depannya. Pria yang aktif mengikuti berbagai kegiatan di Kampus Mediterranean Bali ini mengaku investasi yang selama ini diikuti adalah asuransi. Meskipun dewasa ini asuransi masih belum terlalu akrab di tengah masyarakat khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah, akan tetapi untuk negara-negara maju

memiliki asuransi telah menjadi hal yang umum bahkan wajib untuk dimiliki. “Selain memiliki tabungan di masa depan juga menjadi lebih cermat untuk mengalokasikan penghasilan setiap bulannya,” paparnya. Menurut pria kelahiran 11 Juli 1983 ini, kesadaran masyarakat sebagai penabung dan penginvestasi masih perlu ditingkatkan. Apalagi ketika masyarakat di hadapkan pada persiapan biaya pendidikan. Menabung cerdas dengan cara asuransi maka kita akan bisa memilih menyimpan biaya tersebut untuk kesehatan maupun pendidikan. Diungkapkannya, hal seperti itu cukup perlu disosialisasi dan diberikan pemahaman secara mendetail manfaat menabung di kemudian hari. “Dengan asuransi, kita bisa menyiapkan biaya pendidikan di masa depan,” ungkapnya. Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih menabung pun justru menjadi bisnis. Seperti saat ini adanya sistem yang menawarkan program menabung cerdas dimana fenomena menabung di gaji dan memiliki nilai plus dari manfaat dan keuntungan menabung itu sendiri. Ia menambahkan, program menabung cerdas sangat berkaitan erat dengan kemajuan kondisi perekonomian. Meskipun kesadaran masyarakat untuk mengikuti program menabung atau investasi bergantung dari minat dan kebutuhan mereka masing-masing. “Ada masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya menabung atau asuransi, namun masih ada juga masyarakat yang belum sadar akan manfaat dan keuntungannya sehingga sosialisasi dan pendekatan lebih luas yang dilakukan termasuk penjelaskan tentang penjamin simpanan yang terpercaya,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Undang Siswa ke Bank

Suasana siswa SD Santo Yoseph berkunjung ke Bank BCA Cabang Hasanudin Denpasar.

Sebagai lembaga keuangan, BCA turut berperan serta memberikan edukasi keuangan kepada masyarakat, khususnya pelajar. Hal ini direalisasikan dengan mengundang pelajar untuk berkunjung ke kantor BCA. “Kami sudah bekerja sama dengan beberapa sekolah dasar untuk mengirimkan siswanya melihat lebih dekat proses transaksi keuangan di bank,” ujar Imelda Lay, Kepala Cabang BCA Hasanudin, Denpasar. Para pelajar yang berkunjung ini diper-

kenalkan tentang proses menabung, mulai dari input data, penyerahan uang, sampai proses penarikan. Mereka juga merasakan pengalaman antri di teller. Dari kunjungan dan merasakan langsung pengalaman di bank ini, anak-anak akan memahami bank merupakan bagian yang tak dipisahkan dari aktivitas ekonomi. Pengenalan proses menabung sejak dini ini merupakan edukasi yang penting dilakukan bank kepada para siswa. “Kami juga menunjukkan proses kerja mesin ATM. Ternyata ada anak yang terkagum-kagum dengan canggihnya mesin ATM, pilih penarikan Rp 100 ribu yang keluar Rp 100 ribu. Tidak ada penarikan Rp 100 ribu yang keluar Rp 200 ribu. Semua proses sudah menggunakan teknologi,” ujar Imelda. Setelah menunjukkan proses kerja di bank, para siswa juga diberikan pengetahuan tambahan tentang virtual account yang mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu contoh, pembayaran uang sekolah bisa dilakukan dengan transaksi online. Hal ini akan mempermudah nasabah yang tidak punya waktu untuk datang langsung ke bank. “Memberikan anak-anak uang tunai untuk membayar uang sekolah bisa berisiko hilang. Atau, kalau orangtua sibuk, tidak sempat ke bank. Transaksi online menjadi solusi. Uang sekolah terbayar tanpa harus pergi ke bank. BCA juga memberikan kesempatan kepada siswa yang berkunjung ke ruang Priority yang dipakai untuk melayani nasabah prioritas. Ruang yang nyaman dan dilengkapi pantry ini akan membuat nasabah loyal. Selain itu, para siswa juga diberi kesempatan untuk duduk di kursi Kepala Cabang. “ Semua ini menjadi pengalaman berharga buat mereka. Siapa tahu nanti ada yang mau bekerja di bank,” ujar Imelda. (Ngurah Budi)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Ekspresso

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

GORO-GORO Ruang tunggu dokter tidak lagi jadi tempat pasien menunggu gil­ iran dipanggil. Tapi menunggu dokter Putu Wijaya datang. Entah jalan­ an macat, masih ada rapat, entah belum pulang dari luar negeri, atau lupa, satu jam sudah molor. Suster pun tidak tahu di mana posisinya sekarang. Sekitar 25 pasien sudah mulai gelisah. Termasuk Amat. Sudah 2 minggu batuk pileknya belum bergeser. Obat dari puskesmas sudah menyerah. Konon makin canggih obat-obatan, virus pun malah jadi naik kelas, tambah perkasa. “Maaf, umur Bapak berapa seka­ rang?” sapa seorang lelaki tiba-tiba di samping Amat. Amat menoleh dan mencoba menebak siapa orang itu. Sosok dan dandanannya seperti orang partai. Dia bertanya mungkin hanya sekadar iseng untuk melupakan kebeteannnya

menunggu. “O, itu rahasia,”jawab Amat bercanda. Tapi kemudian cepat menambahkan,”Di kita ini umur kan jadi patokan. Begitu tahu kepala berapa kita, langsung kesempatan kerja tertutup.” Orang itu tersenyum mengerti dan kelihatan setuju. Tapi ternyata itu hanya pertanyaan pembuka. Ke­ mudian menyusul pertanyaan yang sebenarnya. “Keadaan sekarang kan lagi ga­ wat, Pak. Suhu politik tinggi. Kita perlu mendengar suara dari para senior komentar yang bijak untuk mendinginkan suasana. Menurut Ba­ pak, bagaimana sebenarnya keadaan kita sekarang ini? Khususnya melihat bagaimana tegangnya situasi di ibu kota dalam pilkada kemaren. Ba­ gaimana Bapak sebagai senior me­ lihat pemilihan Gubernur saja sudah seheboh itu? Apa yang sebaiknya kita lakukan menyikapi bertambah beran­ inya kelompok radikal unjuk rasa?” Amat tak segera menjawab. ia melirik dengan ekor matanya ke kiri dan kanan.

RADIKALISME “Kenapa tidak segera menjawab dan kenapa mesti pakai plarak-plirik kiri-kanan?” tanya Bu Amat tak sabar mendengar suaminya kemudian men­ ceritakan perisiwa itu di rumah. “Habis, dia menyebut-nyebut kelompok radikal. Kita kan harus hatihati ngomong sekarang. Kalau ada orang medsos di sekitar mendengar komentar kita, pernyataan kita bisa ditayangkan dan bisa jadi bumerang! Repot kita!” Bu Amat mencibir. “Hhh! Memangnya Bapak bilang apa?” “Sebetulnya tadinya tidak ke­ pingin menjawab, tapi karena melihat mukanya baik dan sungguh-sungguh bertanya, Bapak terpaksa men­ jawab.” “Menjawab kok terpaksa? Bapak ke situ kan mau berobat bukan untuk menjawab dia. Mungkin orangnya hanya iseng mau ngobrol saja, tapi lihat aksi Bapak seperti caleg, pakai batik begini ke dokter, ya terpaksa nanya soal radikalisme! Hhh! Baru dipancing sedikit sudah lupa diri!” Bu Amat langsung ngeloyor ke

dapur. Amat terkejut. Ia menyesal kenapa tidak menahan diri. Kenapa ia malah menjawab waktu itu dengan bersemangat. “Saya bukan orang politik,” jawabnya kepada lelaki itu, “Jadi ini hanya pikiran saya pribadi sebagai orang awam. Saya kira, seandainya ini api, kobarannya pasti ada sebabmusababnya, ada pencetusnya. Tidak mungkin begitu saja langsung berko­ bar. Tetapi saya justru bersyukur, karena radikalime itu sudah keluar liangnya sekarang, selagi belum be­ sar sekali, selagi kita masih bisa atasi. Coba kalau keluarnya nanti sesudah jadi raksasa, kita bisa dite­ lannya. Seperti kawah gunung yang mau meletus, kalau kita gembos­ kan sedikit-sedikit, kita kasih jalan meletus kecil-kecilan, mak ledakan

puncaknya tidak akan sampai terjadi. Sama dengan ketika hak cipta batik kita mau dicuri, kita lalu bangkit dan berteriak mempertahankannya dan sejak usaha pencurian itulah batik naik daun, berkembang pesat jadi maju dan keren sekali. Dengan mencak-mencaknya orang-orang radikal itu, semangat kita semua yang tadinya adem-ayem membela NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal ika jadi berkobar-kobar berlipat ganda! Harga mati untuk NKRI” Orang yang bertanya itu terkejut mendengar jawaban Amat. Dia mau bertanya lagi, tapi suster keburu memanggil Amat masuk. “Jadi jawaban Bapak apa?”tanyab Bu Amat sambil menydorkan kopi. Amat tersenyum menyedot har­ um aroma kopi. “Jangan sampai Bapak bilang, syukurlah radikalisme itu nongol sekarang selagi belum terlalu kuat seperti ...” “O, jelas tidak!!!”

Tri Pusat Pendidikan Karakter

Mengembangkan karakter anak diperlukan kreativitas pendidik baik orangtua maupun guru, guru ber­ sama orangtua dan masyarakat sekitar dapat memanfaatkan po­ tensi lingkungan belajar siswa untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, sehingga siswa tidak sehar­ ian penuh (8 jam) terus-menerus berada dalam ruang kelas. Guru akan mendorong siswa untuk belajar dan berlatih dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti metode sosiodrama atau bermain peran, metode eksperimen untuk praktek laboratorium, dengan mengambil sumber belajar dari orang tua siswa yang memiliki keterampi­ lan khusus, seperti petani, seniman, tokoh Agama, motivator, petugas kesehatan dan lain-lain. Sumber be­ lajar yang lain seperti Masjid, Gereja, Pura, dan Bale Banjar serta lapangan sepak bola dapat sebagai wadah untuk membangun budi pekerti dan keterampilan siswa. Berbagai sumber belajar bisa terlibat dalam proses pembelajaran sehingga guru tetap bertanggung jawab pada aktivitas siswanya, guru mencatat perkembangan belajar siswa pada kegiatan-kegiatan terse­ but. Jadi guru tidak hanya mengajar sekaligus sebagai pembimbing men­ dampingi tumbuh kembang siswa selama aktivitas pembelajaran di sekolah. Tugas-tugas tambahan ini dihitung menjadi bagian dari penam­ bahan jam kerja guru. Melihat keterbatasan kondisi sarana prasarana di masing-masing

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

sekolah untuk menunjang di ber­ lakukan sekolah 8 jam sehari, ada beberapa hal prinsip untuk dilaksana­ kan yaitu: memaksimalkan keamanan sekolah yang professional, di setiap sekolahnya harus ada petugas satpam untuk menjaga dan mengawasi setiap orang yang keluar masuk di lingkun­ gan sekolah. Sekolah juga menjaga lingkungan sekolah atau sanitasi lingkungannya dengan melibatkan petugas kebersihan (cleaning service). Hal ini sangat penting untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada siswa dan guru, agar lebih betah berada di sekolah. Salah satu hal yang penting yaitu tersedianya kantin sehat yang menyediakan makanan yang me­ menuhi standar kesehatan. Bila perlu orangtua siswa meluangkan waktu untuk menyiapkan bekal (konsumsi) untuk putra-putri mereka, agar dija­ min kebersihan dan halal. Pembentukan karakter siswa dipengaruhi oleh Tri Pusat Pendidi­ kan, perkembangan peserta didik atau tumbuh kembang anak pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan dan anugrah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan Tri Pusat Pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri atau secara bersamasama. Kaitan antara Tri Pusat Pendidi­ kan dengan tiga kegiatan pendidikan yaitu mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan dan kemahiran keterampilan yang menjadi kebutuhan siswa. Pendidikan karakter diawali

Dra. I Gusti Ayu Suasthi, M.Si

dari lingkungan keluarga yaitu para orang tua agar mengubah pola pikir dari hanya mengejar nilai prestasi akademis dengan menyeimbangkan nilai-nilai moral spiritual untuk mem­ bentuk karakter anak. Kemudian dilanjutkkan di sekolah para guru berperan sangat menentukan karak­ ter siswa, maka guru harus menjadi orang yang berkarakter terlebih dulu. Tri Pusat yang ketiga, yakni mengubah pandangan masyarakat tidak terlalu mengagung-agungkan materi tanpa peduli dari mana dan bagaimana materi itu diperoleh. Sebagai pendidik baik orangtua maupun guru diharapkan paham akan kondisi masing-masing anak seperti:

pertama, terkait dengan keberadaan anak, hakikat anak, anak atau peserta didik di pandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajarnya akan dipengaruhi oleh ting­ kat perkembangannya dan keluasan pengalamannya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa“ yang me­ maksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mer­ eka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Kedua, kebutuhan anak, secara umum anak selalu ingin memenuhi segala kebutuhannya, baik kebutuhan akan pertumbuhan jas­ mani, kebutuhan akan perkembangan psiko sosial, maupun kebutuhan ro­ hani termasuk nilai dan moral. Setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan serta gemar akan hal yang dianggap aneh, sehingga sebagian dari mereka melanggar peraturan dianggap sebagai mencoba memecahkan perso­ alan yang menantang. Ketiga, potensi pribadi anak, semua anak sejak dila­ hirkan sudah membawa potensinya

masing-masing seperti: (a) Kemam­ puan kognitif yang mencakup : taraf intelegansi dan daya kreativitas, bakat khusus, kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar. (b) Kemampuan konatif dinamik yang mencakup kara­ kter - hasrat - berkehendak, motivasi belajar, perhatian - konsentrasi. (c) Kemampuan afektif yang mencakup temperamen, perasaan, sikap, minat, (d) Kemampuan sensorik-motorik seperti kecepatan dalam menulis dan kecepatan berbicara dengan ar­ tikulasi kata-kata serta keterampilan dalam koordinasi gerak tubuh dalam pendidikan jasmani dan pembelajaran keterampilan. Dengan memperhatikan prinsip sekolah 8 jam sehari, terkait dengan sumber belajar pendidikan karakter yang melibatlan partisipasi Tri Pusat Pendidikan, diharapkan selalu mem­ pertimbangkan faktor umum kondisi anak/siswa sehingga apa yang menja­ di tujuan bersama yaitu menjadikan generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa dapat dicapai. Dra. I Gusti Ayu Suasthi, M.Si Dosen Psikologi Agama FPAS UNHI Denpasar

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

23

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Gugah Masyarakat Gemar Menabung Menabung bisa diartikan mengumpulkan uang se­ cara konvensional. Me­ nabung berbeda dengan berinvestasi. Apa keun­ tungan menabung dan berinvestasi?

M

enurut I GN Mulya Perba­ wa, dulu orang menaruh uang di celengan itu juga termasuk menabung. Namun, dengan se­ makin bertambahnya kemajuan teknologi, menabung sebagai dasar dari semua orang sebagai pelaku ekonomi termasuk anakanak harus dididik untuk menab­ ung, termasuk juga orang dewasa, bahkan para pengusaha juga harus rajin menabung,” ujar lelaki yang menjabat sebagai Area Branch Manager Maybank Indonesia Cabang Denpasar ini. Ia menegaskan, menabung tujuannya, untuk jangka pendek. Misalnya, anak-anak menabung

tujuannya untuk membeli baju atau membeli sepatu. Menu­ rutnya, konsep menabung ini adalah konsep dasar yang nantinya bisa melihat celah investasi yang lebih bagus. “Bank Indonesia dan OJK menyarankan agar bank umum sebagai ujung tombak untuk mengedukasi masyarakat gemar menabung. Saat ini Bank Indonesia mengeluarkan produk yang namanya “Tabunganku”, dan semua bank harus menjual. Biaya administrasi dan setorannya murah. Tujuan sebenarnya, untuk menggugah masyarakat gemar menabung,” ujarnya. Mulya menilai, secara kes­ eluruhan, keinginan masyarakat untuk menabung sangat tinggi, namun, mereka belum mema­ hami tentang investasi. Pada dasarnya, kata dia, menabung merupakan jangka pendek, se­ dangkan, investasi lebih ke arah jangka panjang. Saat ini, produk investasi sangat banyak. Salah satunya, perbankan menjadi ujung tombak untuk mengedukasi masyarakat bagaimana investasi yang baik,

I GN Mulya Perbawa

bagus, dan tepat. “Investasi yang baik itu adalah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, jika usianya sudah tua lebih baik untuk mem­ beli produk investasi aman. Kalau dia berusia 30 tahun dan baru bekerja, belilah produk investasi yang disesuaikan dengan karak­ ternya. Kalau dia suka risiko tentu bisa pilih high return yang hasilnya juga tinggi,” sarannya.

Ia mengatakan, banyak produk investasi salah satunya adalah produk reksadana, dimana produk reksadana ini mempunyai beragam jenis sesuai dengan profil risiko dan jangka waktunya. “Masyarakat harus diedukasi lebih detail lagi karena banyak sekali investasi bodong. Masyarakat harus melihatnya secara detail sebelum berinvestasi,” ujarnya yang mengingatkan. Menabung di bank bisa juga kita sebut investasi jangka pan­ jang. Karena apa? Tujuannya kita berinvestasi mengharapkan hasil­ nya. Pada level yang lebih tinggi, silakan berinvestasi di bank bisa membeli saham bank, Itu beda lagi karena tujuannya investasi un­ tuk menikmati hasilnya. Semen­ tara, kalau hanya tabungan biasa, murni sesuai kebutuhan misalnya membeli mobil atau rumah. Saat ini, untuk meningkat­ kan kepercayaan masyarakat, perbankan sudah memiliki lem­ baga penjamin simpanan. Jadi, masyarakat tidak usah khawatir jika terus menabung di bank bah­ kan sampai puluhan miliar.

Ia menilai, secara keseluruhan, masyarakat lebih banyak memilih produk tabungan konvensional. Dibandingkan negara berkem­ bang lainya, kondisinya justru terbalik. “Kalau di Indonesia 80% masyarakat masih memilih saving account dan deposito, sementara hanya 20% bermain investasi. Na­ mun, di luar, seperti Singapura dan AS, masyarakatnya sudah sejak dini menginvestasikan dananya, untuk jangka panjang,” jelasnya. Menurut Mulya, dari yang pernah ia baca juga, banyak fak­ tor penyebabnya, baik dari segi pemahaman dan budaya. Ia me­ nilai, memang perlu dorongan dari pemerintah juga. Perbankan sebagai ujung tombak untuk mem­ berdayakan masyarakat. “Awalnya memang dari tabungan, kalau sudah rajin menabung, setelah itu pasti berpikir, apa nih yang bisa menghasilkan lebih. Tapi di balik itu kita juga harus mawas diri bahwa di luar masih banyak ok­ num yang tidak bertanggungjawab menawarkan produk yang tidak sesuai regulator,” kata banker yang humoris ini. (Wirati Astiti)

Hemat, Terukur, Antisipasi Menabung merupakan salah satu cara berinvestasi. Karena itu menabung perlu diperkenalkan sejak kecil. Namun, apakah semua orang sudah paham den­ gan “roh menabung”? Menurut pengamatan Direktur Uta­ ma BPR Kanti Made Arya Amitaba, S.E., M.M., saat ini masyarakat yang memu­ tuskan menabungkan uangnya di bank atau lembaga keuangan lainnya, hanya memindahkan tempat menyimpan uang agar lebih aman, dan untuk memudahkan mereka melakukan transaksi (melakukan penarikan, dll.). “Roh menabung, yang sesungguhnya lebih untuk membangun karakter ma­ nusianya agar selalu hidup hemat, fight, bisa berpikir panjang terhadap apapun masalah yang dihadapi,” ujar Arya Amitaba. Ia pun prihatin dengan kasuskasus anak yang bunuh diri karena tidak dikasih HP, anak yang menyelesaikan masalahnya dengan berkelahi, dsb. “Itu pola yang tak terukur, dampak risiko dari belum terbentuknya karakter yang baik,” imbuhnya. Ia menegaskan lagi, sesungguhnya pesan moral dari pola menabung ini adalah hidup hemat, sederhana, dan memikirkan alternatif ketika ada kejadian tak terduga yang memerlukan dana. “Menabung tak hanya mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu, namun lebih ke pembiasaan gaya hidup hemat, membiasakan akan kemungkinan adanya

risiko yang mungkin akan muncul. Pola menabung yang umum diketahui masyarakat adalah mengumpulkan uang untuk tujuan tertentu. Karena itu, gerakan menabung ini memang perlu dibiasakan sejak dini,” ucapnya. BPR Kanti sendiri membudayakan gerakan gemar menabung ini dengan membuat program tabungan berjangka yang diberi nama Tabungan Suputra. Polanya tabungan bulanan dengan nominal tetap dalam jangka waktu minimal setahun. Program Tabungan Suputra ini dijelaskannya memang pangsa pasarnya adalah orangtua siswa untuk mempersiapkan biaya pendidikan anakanaknya. Ada pula progam tabungan lain-yakni Tabungan Sahabat Kanti (tabungan biasa) yang sudah dilakukan bekerjasama den­ gan SMAN 1 Gianyar. Dilakukan dengan layanan jemput bola seminggu sekali. Harapannya, setidaknya seminggu sekali para siswa bisa menyisihkan uang jajan­ nya. Respons mereka dikatakannya cu­ kup bagus yang tak terlepas dari dukun­ gan para gurunya yang bisa memberikan suatu pemahaman bahwa menabung itu tidak sekadar menyisihkan uang jajan, tak sekadar setelah terkumpul dipakai untuk tujuan tertentu. Namun, lebih kepada bagaimana dengan gemar menabung itu membudayakan gaya hidup hemat, terukur dan antisipasi. Untuk cakupan ke sekolah dasar,

“Menabung tak hanya mengumpulkan uang untuk membeli ses­ uatu, namun lebih ke pembiasaan gaya hidup hemat, membiasakan akan kemungkinan adanya risiko yang mungkin akan muncul. Pola menabung yang umum diketahui masyarakat adalah mengumpul­ kan uang untuk tujuan tertentu. Karena itu, gerakan menabung ini memang perlu dibiasakan sejak dini”

dikatakannya pola gemar menabung ini semestinya dikoordinir atau digalakkan para guru. Mungkin siswa bisa setiap hari menabung di sekolah, selanjutnya guru menyetorkannya ke bank agar nanti tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Ketika penarikan, mungkin saat kenaikan kelas atau saat tamat sekolah, dananya bisa dipakai untuk melanjutkan sekolah sehingga meringankan beban orangtua. “Gerakan Gemar Menabung ini memang harus jadi gerakan bersama. Simpelnya, siswa menabung dipungut guru, guru yang menabungkannya ke bank yang diajak bekerjasama,” jelasnya. Dalam menggulirkan program-program tabungan, BPR Kanti lebih mengukur pada jangkauan pelayanannya. Dengan berbagai kondisi yang dimiliki, tentu BPR tak mampu memberi pelayanan dengan penuh terkait dengan tanggungjawab membiasakan budaya gemar menabung. “Harapan kami pada perbankan nasional khususnya perbankan milik pemerintah, BPD misalnya, seyogianya memiliki terobosan/program, bagaimana mengalakkan budaya menabung ini kar­ ena jangkauan BPD seluruh Bali. Karena bagaimana pun juga, pemerintah memiliki kewa­ jiban moral untuk mem­ bangun manusia seutuhnya, tidak dari sisi bisnisnya saja, namun bertang­ gung jawab bagaimana masyarakat Bali kede­ pannya memiliki buda­ ya hemat, sederhana terukur, antisipasi melalui penggalakkan program menabung,” paparnya. Bahwa, apapun yang dilakukan harus tetap memikirkan anti­ A sipasi akan suatu hal yang

mungkin terjadi. Hemat dalam artian menyisihkan. Terukur, membiasakan mengukur jumlah rupiah yang disisihkan untuk bisa dipakai. Ketika mindset sudah terbentuk seperti itu, saat memasuki ke­ hidupan nyata, dia sudah membiasakan diri bahwa dari seluruh penghasilannya, sudah terukur untuk menyisihkan. Arya Amitaba menjelaskan, budaya menabung banyak pesan moralnya yang bermanfaat untuk pembentukan kara­ kter manusianya. Ini yang seharusnya menjadi fokus pmerintah. Karena dengan memiliki karakter yang baik, Indonesia akan menjadi negara maju yang kuat. Permasalahan terselesaikan, penjajahan tidak dapat masuk melali politik maupun ekonom. Yang pal­ ing penting, ma­ nusia Indonesia ke depan tidak konsumtif serta menjadi bangsa kuat yang tak mudah terom­ bang-ambing. (Inten Indrawati)

r y a

A m i t a b a


22

Sosialita

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Ibukota Negara Pindah, Jakarta Lega

Indonesia memiliki ibukota baru, mimpikah? Sebagian orang beranggapan demikian, selain memindahkan ibukota negara bukan hal yang mudah, terlebih lagi berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa wacana ini hanya sekadar wacana karena telah ada sejak masa kepemimpinan Presiden Soekarno juga Soeharto.

Bambang Brodjonegoro

D

ulu Soekarno pernah mencetuskan pemindahan ibukota negara ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bahkan konon pernah juga dijajaki pemindahan ke Bandung, Jawa Barat. Namun itu semua tidak terealisasi. Pada era Soeharto wacana itu sempat hidup lagi. Beberapa daerah sempat disebut tapi yang masih teringat jelas adalah wacana memindahkan ibu-

kota ke kawasan Jonggol, Jawa Barat. Isu itu berkembang hebat, bahkan bangunan Garuda raksasa yang terletak di kawasan Cileungsi Bogor, dan sejumlah bangunan lainnya disebutsebut sebagai bagian dari persiapan pemindahan ibukota. Saking hebatnya isu tersebut, para pengusaha pun terpengaruh, mereka berlomba-lomba membangun kompleks perumahan di sekitar kawasan calon ibukota. Begitu juga para calo tanah yang bergerilya membeli tanah masyarakat. Harapannya, ketika pemindahan ibukota terjadi, banyak bangunan akan dibangun dan mereka telah siap dengan lahan yang akan ‘dilepas’ dengan harga tinggi. Tapi, apa yang terjadi. Lagi-lagi wacana itu menghilang. Tak jelas apa yang menjadi hambatan sebenarnya. Namun, yang pasti para pengusaha juga calo/mafia tanah rugi besar. Tanah-tanah yang terlanjur dibeli dengan harga tinggi, sulit dijual dengan harga tinggi pula, apalagi berharap bisa untung. Kabarnya garagara itu banyak calo tanah stres dan terganggu jiwanya. Untuk membeli banyak tanah mereka meminjam modal cukup besar. Ketika wacana itu ternyata hanya sebatas isu, tanah yang sudah dibeli gagal dijual dengan harga tinggi. Mereka pun dikejar-kejar utang. Kini wacana pemindahan ibukota negara muncul lagi. Bahkan akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Jakarta, rencananya, hanya menjadi pusat bisnis dan perekonomian. Sedang pusat pemerintahan berada di ibukota yang baru itu. Dibanding wacana-wacana sebelumnya, mungkin wacana ini terasa lebih serius karena Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro telah membahasnya. Pihaknya pun telah membicarakan hal itu dengan

Fokus dan yakin bisa berhasil, itulah pilar kesuksesan seorang pengusaha. Komitmen meniti usaha tersebut akan semakin kuat ketika dilakukan bersama pasangan. Hal ini bisa dilihat pada langkah Ni Nyoman Ayu Upadani, seorang entrepreneur yang kini sukses mengelola “ Candra Collection”.

K

Monumen Presiden Soekarno di Palangkaraya Kalimantan.

Presiden Jokowi. Menurutnya, saat ini pihaknya tengah melakukan kajian termasuk skema pembiayaannya. “Akhir tahun ini diharapkan kajian serta skema pembiayaannya akan rampung. Tahun depan mungkin kita sudah bisa mempersiapkan,” ujar mantan Menteri Keuangan itu kepada wartawan. Karena dana yang dibutuhkan untuk itu sangatlah besar maka rencananya pemerintah akan menggandeng pihak swasta. Diperkirakan, dibutuhkan waktu empat hingga lima tahun untuk merampungkan segala infrastruktur sebagai penunjang ibukota. Bagaimana dengan Jakarta? Jika hal ini akhirnya benar terwujud bisa merupakan solusi dari berbagai permasalahan di Jakarta, seperti jumlah penduduk yang terus meningkat serta kemacetan lalu lintas yang semakin parah. Untuk jumlah penduduk misalnya, saat ini penduduk Jakarta sudah mencapai sembilan juta lebih. Paska-Lebaran tahun ini, jumlahnya akan semakin meningkat seiring membanjirnya para pendatang ke Jakarta untuk menetap dan mencari pekerjaan. Pertambahan penduduk paska-Lebaran memang menjadi masalah klasik yang sulit diatasi karena memang tidak ada larangan untuk datang ke Jakarta, baik untuk mencari pekerjaan ataupun hal lainnya. Namun, persoalannya berdasarkan kajian batas maksimal jumlah penduduk Jakarta hanyalah 12,5 juta jiwa. Jika pertambahan

penduduk tidak segera dikendalikan maka dikhawatirkan akan terjadi ledakan penduduk Jakarta. Penyebab masyarakat daerah berbondong-bondong datang ke Jakarta salah satunya dan yang utama adalah mencari penghidupan yang lebih baik. Tak dapat dimungkiri Jakarta bukan hanya pusat pemerintahan tapi juga pusat kegiatan ekonomi. Karena itu, ketika sekarang tengah gencar dibicarakan tentang memindahkan ibukota negara ke luar Pulau Jawa dihadapkan hal itu bisa menjadi solusi bukan hanya memeratakan pembangunan Barat dan Timur tapi juga solusi masalah kependudukan di Jakarta. Namun, meski merasa senang dengan rencana tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat nampaknya ragu kalau rencana tersebut bakal terwujud dalam waktu dekat. “Saya tidak yakin pemindahan itu bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua tahun ke depan,” ujarnya di Balaikota, pekan lalu. “Ya tapi kami tetap siap-siap,” tambahnya. Menurutnya, memang idealnya ibukota negara hanyalah kota pemerintahan tidak dicampur dengan pusat perekonomian. Sedang Jakarta saat ini merangkap semuanya. Ya kota pemerintahan, pusat perdagangan, industri, pendidikan dan lain-lain. Fungsi rangkap ini membuat ‘beban’ Jakarta menjadi berat. “Jadi kalau seumpama ibukota negara jadi dipindahkan maka kita lega. Apapun itu kami siap mengikuti keputusan pemerintah pusat,” tegasnya. Djarot mengatakan tidak ada dampak merugikan bagi Pemda DKI Jakarta jika Jakarta tidak lagi menjadi ibukota negara. Justru sebaliknya, beban yang makin

berkurang. Pusat layanan publik, nantinya akan berada di ibukota baru. SOLUSI PEMERATAAN Menurut Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan, wacana pemindahan ibukota itu muncul tak lepas dari ide Presiden Jokowi terkait pengalamannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. “Menurut beliau (Presiden Jokowi) susah sekali membenahi Jakarta karena ongkosnya terlalu mahal. Bukan hanya berkaitan dengan biaya tapi ongkos politik dan ongkos sosialnya mahal,” jelas Teten. Selain itu, pemerintah ingin ada keseimbangan dan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Maka dengan memindahkan ibukota negara ke wilayah tengah bisa menjadi solusi bagi pemerataan. “Masing-masing negara memiliki model pemindahan berbeda. Malaysia, misalnya, hanya memindahkan pusat pemerintahan. Sedangkan Brasil dan Myanmar benar-benar membangun kota baru untuk ibukota negara ,” ujar Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas. Sementara beberapa negara lainnya, hanya memodernisasi saja. Jadi, tambahnya, pihaknya saat ini sedang mengkaji model pemindahan yang cocok diterapkan di Indonesia. Soal dimana calon ibukota baru itu berada, sampai sekarang belum diputuskan. Namun Kalimantan adalah salah satu yang disebut. “Tapi Kalimantan kan luas, bukan hanya ada Palangkaraya,” kata Rudi. Yang terpenting adalah tempat yang ditunjuk itu memenuhi kriteria antara lain, fisik lingkungan, air bersih, bebas bencana, serta aspek pertahanan dan keamanan, serta ketersediaan lahan. (Diana Runtu)

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

ucuran keringatnya selama 18 tahun terbukti tidak sia-sia. Kini produknya tersedia di mal-mal besar di Bali dan di Jakarta. Selain itu, Bu Candra begitu panggilan akrabnya juga rajin mengikuti berbagai pameran mulai dari lokal Bali, Jakarta hingga di luar negeri. Bukan hanya itu, sandal buatan pun akhirnya di ekspor ke negara Eropa, Australia dan Jepang. Setelah Bu Candra berhasil dengan usaha sandalnya, suami tercintanya I Gede Darma Yasa menambah usaha bidang properti sesuai keahliannya di bawah bendera “Bintang Property”. Berikutnya, masih dengan komitmen, kerja keras, dan disiplin yang diterapkan pasutri ini, usahanya melaju ke bidang ritel dengan mendirikan mini market. Menurut Bu Candra, dengan semangat ingin maju dan selalu saling dukung menjadikan mereka tidak mudah goyah dalam menjalankan bisnisnya. “Intinya apapun yang akan kami lakukan, itu adalah kesepakatan kami berdua,” cetus ibu dari Ni Luh Candra Pudak Lestari, Ni Nengah Bintang Lestari dan Ni Komang Intan Lestari ini. Perjalanan usahanya, tidak serta merta hasilnya seperti sekarang. Awalnya saat berhenti bekerja dari di hotel, yang sudah dijalaninya selama 8 tahun, karena hamil, ia memilih pekerjaan memasang mote di rumah. Kemudian berlanjut sebagai broker sekitar 2 tahun, yakni membeli produk untuk dijual

3

Ni Nyoman Ayu Upadani

Komitmen dan Transparansi kembali kepada para tamu. Hingga suatu saat ia berpikir, jika bisa memproduksi sendiri tentu hasilnya akan lebih besar. Akhirnya dengan modal awal Rp 500.000 bersama sang suami ia mengawali usahanya membuat sandal. Kemudian bersama juga melakukan promosi kepada keluarga, kerabat, teman, dan tamu yang dikenalnya. Walau, pemasarannya hanya dari mulut ke mulut, namun sambutan yang diperolehnya cukup baik . Terkait model produknya, Bu Candra mengatakan biasanya disesuaikan dengan pesanan. Jika di luar negeri, modelnya umumnya mengikuti yang lagi tren di sana. Sementara di wilayah lokal selain bahan dasar kulit juga menyertakan material lokal seperti endek dan songket. “Apalagi pemerintah tengah mengiatkan untuk terus membangkitkan dan mencintai produk dalam negeri,” katanya Dalam menjalankan usahanya anggota ASBEST Kota Denpasar ini pun tak lepas dari yang namanya pengalaman pahit. “Saya sempat shock juga akibat pesanan dari tamu di luar negeri dibatalkan dan pelanggan yang menunggak pembayarannya. Apalagi saat itu modal masih sangat minim. Beruntungnya dukungan suami luar biasa, saya jadi tidak mudah putus asa. Setelah jatuh- bisa bangkit lagi dan bertahan sampai sekarang ,” papar Bu Candra yang dalam segala hal selalu terbuka dengan pasangannya ini. Dikatakan sampainya ia di titik

Saat menjadi Ketua Panitia pada kegaiatan Lomba yang diadakan ASBEST.

Bu Candra dan keluarga.

Bu Candra dan suami.

seperti saat ini, satu lagi kuncinya yakni kejujuran dan menjaga kepercayaan . Dua hal ini, sangat ampuh untuk menjaga semua klien atau pelanggang termasuk pasangan. “Setiap langkah mengambil keputusan dan menentukan arah usaha selalu kami bicarakan bersama,” ucap Bu Candra yang mendidik anak-anaknya dengan memberikan contoh, untuk tidak berlebihan, hidup sederhana, senang berbagi dengan memiliki kepedulian sosial terhadap kondisi di sekitarnya. Sebab, semua mereka dimiliki saat ini adalah titipan Tuhan.

menyikapinya dengan positif. Begitu juga dengan sang suami, sebagai kelian banjar ia cukup membuktikannya melalui integritasnya, yakni konsistensi dan sinkronisasi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan dalam menjalankan perannya mengabdi untuk warga. “Saya percaya apapun yang dilakukan dengan niat dan tujuan yang baik, lambat laun mereka akan menyadarinya,” cetusnya. Ia juga mengatakan

NGAYAH UNTUK WARGA Bicara sosoknya sebagai istri Kelian Banjar Mekar Jaya, Desa Pemogan, Bu Candra juga ingin memberikan kontribusi bagi warga banjarnya sebagaimana yang dilakukan sang suami. Setelah terpilih sebagai Kelian Banjar sejak Bu Candra saat pameran di Melbourne tahun 2015 ini, ia menye­ rahkan kembali gaji yang perilaku baik dan berbudi pekerti juga diterimanya. “Dana tersebut kami sangat penting dicontohkan. Apalagi gunakan untuk metirta yatra bersama terhadap anak-anak, tujuannya agar para prajuru, seka santi dan seka gong mereka mencontoh dan kedepannya juga bisa meneruskan hal-hal yang baik kami,” tuturnya. Ia mengakui bahwa tidak mudah yang sudah ditanamkan dan dilihatnya ketika kita harus menangani banyak selama ini. Bu Candra, yang dikenal gesit dan kepala. Namun, ia percaya jika memulai sesuatu dengan niat yang baik maka kreatif ini juga mengagas terbentuknya hasilnya juga akan baik. Kalaupun ada Seka Gong “Candra Swari”. Selain yang pemikirannya berseberangan, demi kebersamaan diantara warga Bu Candra mengatakan lebih memilih banjar juga ingin berkontribusi dalam

melestarikan budaya lokal. “ Hingga saat ini kami sudah menguasai 6 tabuh. Kami berlatih dua kali seminggu,” ujar Bu Candra yang atas inisiatifnya pula, di akhir tahun 2016 mereka berhasil mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Kota Denpasar. Sebelum memperoleh bantuan dana, dari rezeki yang diperolehnya ia sempat membelikan kaus untuk anggota seka gong, yang tampil menyambut tamu pada kegiatan kenaikan tingkat sanggar tari di banjarnya. Bu Candra mengucapkan terima kasih atas bantuan dana dari Pemerintah Kota Denpasar. “Dana tersebut kami gunakan sebaik-baiknya dan dikelola secara transparan. Seluruh pengeluaran dan peruntukannya jelas tercatat dengan baik oleh bendahara. Mulai dari pembelian seragam hingga honor pembina,” katanya. Ia menambahkan sebelum memperoleh bantuan dana mereka dilatih megambel oleh warga yang sudah bisa, dengan ikhlas tanpa imbalan. Masih bicara aktivitas di banjar, Bu Candra mengatakan, selain berlatih megambel, di banjar juga ada kegiatan rutin lainnya, yakni olah raga yang berlangsung setiap minggu pagi. Inisiatif lainnya dari Bu Candra adalah mendirikan seka gong anak-anak. Hal ini ditujukan agar anak-anak mengisi waktu liburan setelah menerima raport dengan positif. “Di sini mereka diajarkan sejak dini untuk mengenal dan mencintai budayanya. Saya bangga melihat anak-anak. Mereka luar biasa , baru belajar saat liburan ini sudah berhasil menguasai dua tetabuhan,” katanya sumringah. -ard

Di kegiatan IWAPI Badung

Tirtayatra bersama ASBEST Denpasar.

Seka Gong Candra Swari tengah berlatih.

Olah raga di Minggu Pagi.


4

Guguran daun, sandal jepit usang, siapa mengira benda-benda yang masuk kategori sampah itu bisa diubah menjadi sesuatu yang indah dan bernilai jual. Betapa tidak, ditangan Firman Adi Nurrachman benda-benda tak berguna itu dikreasikan menjadi kupu-kupu cantik. Sayap kupu-kupu bukan sekadar warna-warni tapi juga diberi motifmotif menarik. Tak heran kalau penggemar kupukupu cantik itu sampai ke ­negeri seberang.

“Y

Inspirasi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

ang rutin belanja produk saya buyer dari Malaysia, di sana banyak penggemarnya. Ada juga beberapa buyernegara lain, tapi yang sering dari Malaysia,” ungkap Firman yang ditemui disela-sela kesibukannya melayani pembeli. Untuk bisa berbicara dengan Firman, terpaksa harus menunggu sedikit lama karena kebetulan stan-nya saat itu sedang ramai didatangi pengunjung yang kebanyakan para ibu dan anak-anak serta remaja putri. Mereka mengaku suka karena kupu-kupu Firman dinilai unik dengan motif-motif cantik. “Wah motif batik ini kalau diaplikasikan ke kain bagus sekali,” ujar seorang ibu kepada Firman. Mendengar itu Firman hanya senyum-senyum saja. Dia mengaku senang dengan masukan yang diberikan pembelinya, namun sejauh ini belum terpikir untuk mengaplikasikan desain motif yang dibuatnya dalam kain. Firman mengaku awalnya adalah ketidaksengajaan. Ia menemukan daun-daun pohon kalibangbang atau biasa disebut warga sekitar pohonsutra soka yang berguguran di jalan. Kebetulan di daerahnya, Bugisan Pekalongan, Jawa Tengah, banyak masyarakat menanam pohon itu, bahkan di jalan-jalan pun pohon sutra soka banyak ditanam. “Biasanya daun sutra soka dipangkas untuk pakan ternak. Nah entah bagaimana suatu ketika saya iseng memungut daun pohon itu.Trus saya perhatikan, kok, teksturnya unik ya. Saya pandangi sepertinya mirip kupukupu. Dari situ lah muncul ide membuat kreasi kupu-kupu,” ungkap Firman yang mengaku sejak lama memiliki hobi membuat kerajinan. Sejak itu dia melakukan berbagai percobaan untuk menemukan

Firman Adi Nurrachman

Modal Awal Rp 10 Ribu cara menjadikan daun itu sebagai replika kupu-kupu. Tidak mudah, akunya. Karena dia menghabiskan waktu dua tahun untuk melakukan percobaan untuk menemukan formula yang tepat. “Saya tidak belajar dari manamana, semua saya kerjakan secara otodidak, melalui try and error tak terhitung banyaknya. Awalnya saya menggunakan zat kimia, namun ternyata daun justru menjadi rusak. Akhirnya saya gunakan bahan alami, hasilnya malah bagus meskipun prosesnya menjadi lebih lama,” ungkap Firman yang sempat juga melakukan eksperimen dengan daun jenis lain namun hasilnya tidak sebaik sutra soka. “Awalnya daun saya rendam dengan air biasa untuk pembusukan dan menghilangkan klorofil-nya. Itu membutuhkan waktu satu bulan. Setelah daun membusuk dan klorofil hilang, pelan-pelan saya kerok. Warna daun berubah men­jadi krem. Setelah itu dijemur sampai benarbenar kering, kemudian dilakukan proses pewarnaan,” papar ayah dua anak ini. Untuk tubuh kupu-kupu, tam-

bahnya, dia menggunakan sandal jepit usang yang kemudian diukirnya hingga terlihat seperti tubuh kupu-kupu. “Prosesnya memang agak rumit dan lama, tapi hasilnya lumayan memuaskan,” ucap Firman yang memulai percobaannya dari 2010-2012. Setelah produk jadi, tidak serta-merta mudah memasarkannya. “Saya memulai dengan menjualnya di trotoar. Ternyata banyak yang suka, khususnya anak-anak dan remaja putri. Dulu saya jual Rp10.000 dapat 3 kupu-kupu dan laris manis. Dari hasil itu saya jadi makin semangat mengembangkan bisnis ini,” kata Firman yang menjual produknya dari harga Rp20 ribu hingga Rp500 ribu. Membuat kupu-kupu cantik aneka warna, kata Firman, dia memulainya dengan modal Rp10.000. Itupun hanya untuk membeli pewarna, sedang daun-

Firman Adi Nurrachman

daun pohon sutra soka didapat secara gratis baik dari pohonpohon di rumah warga maupun di jalan-jalan. Sandal jepit juga bisa didapat gratis dari limbah pabrik sandal. Ini bisnis minim modal, katanya. “Cara mendapatkan daun secara gratis. Saya tawarkan jasa pemotongan dahan-dahan pohon sutra soka ke warga secara

gratis. Warga tentu saja senang karena biasanya mereka harus membayar jasa pangkas pohon,” ujarnya. “Bagi saya pohon sutra soka itu ibarat pohon rejeki, satu pohon bisa dipakai untuk membeli lima kambing hahaha, bayangkan!” kata Firman yang memberi merk kreasinya ‘GoDong’ Handycraft. Selama lima tahun bisnisnya, papar pria 36 tahun ini, banyak hal yang dilakukan untuk mengembangkan bisnis replika kupu-kupu. Di antaranya adalah inovasi produk dan desain, serta rajin pameran. “Kalau dulu saya mewarnai dengan menggunakan semprotanrefill parfum, kemudian meningkat dengan airbrush. “ “Dua tahun terakhir saya mengembangkan desain baru yakni kupu kupu batik. Proses pengerjaannya sama seperti

membatik, namun ini lebih sulit dari membatik di kain. Kalau membatik di kain, satu kali pewarnaan saja warna sudah muncul. Tapi membatik didaun, harus tiga kali pewarnaan baru warnanya muncul,” jelasnya. Membatik, kata Firman, bukan hal yang sulit karena dirinya selain gemar melukis juga kerap membatik. Itu semua karena hobi saja. Desain motif pun, tambahnya, sejauh ini dia yang mengerjakan sendiri, begitu juga pewarnaan. “Kebanyakan desain maupun pewarnaan saya yang tangani karena berbeda ya kalau orang yang punya touch seni dan tidak. Saya punya sembilan pekerja, umumnya mereka mengerjakan hal lain di luar dari desain dan pewarnaan,” ucapnya. Sebenarnya, lanjut Firman, dia pun pernah mencoba membuat replika kupu-kupu dari kupu-kupu asli. Namun ternyata penjualannya tidak sesukses kupu-kupu buatan. “Saya mencoba membuat replika kupu-kupu asli tahun 2014, tapi peminatnya kurang. Mungkin karena warna-warna sayap kupu-kupu kurang menarik, variasi warnanya juga kurang bagus. Berbeda kalau membuat sendiri, kita bisa membuat motif dan warna sesuka kita. Justru yang paling laku kupu-kupu buatan,” kata Firman. Bagi Firman yang pernah melakoni berbagai jenis pekerjaan sebelum akhirnya memiliki bisnis sendiri, asalkan kreatif apapun bisa dijadikan benda berguna dan memiliki nilai tambah. “Sebenarnya ada banyak benda di sekitar kita, asalkan kreatif itu bisa menjadi ‘uang’,”

kata Firman yang mengaku sekarang dia merasa lebih nyaman karena memiliki usaha sendiri, tidak di bawah orang lain. “Mau seberapa berhasil, semuanya kita sendiri yang menentukan. Dalam bisnis craft yang utama adalah kreativitas tinggi dan inovasi tanpa henti,” tambahnya. Untuk membuat produknya beragam, Firman mengaku juga membuat capung dari daun. Ide awalnya, kata Firman, karena bahan baku daun yang telah siap diproses menjadi replika kupukupu, berlimpah. “Sayang dibuang. Soalnya kan proses pembuatannya cukup lama. Nah sisa-sisa itu kemudian saya kembangkan menjadi item baru yakni capung. Ternyata banyak juga peminatnya. Karena saya buat desainnya beragam. Untuk motif batik misalnya, satu item tidak ada yang sama,” katanya sembari menambahkan saat ini dia tengah bereksperimen membuat bunga dari daun. “Saya belum pasarkan, masih uji coba. Kalau berhasil itu nantinya jadi salah satu produk baru saya,” tambahnya. Upaya Firman untuk menjadikan barang-barang yang telah jadi sampah menjadi sesuatu yang berguna tak berhenti. Menurutnya, di daerahnya selain pohon sutra soka juga banyak pohon ketapang dimana buahnya menjadi sampah dan dibuang. Oleh firman, buah ketapang dikreasikan menjadi replika kurakura yang unik. “Buah ketapang yang jatuh dibuang begitu saja. Padahal bisa jadi duit. Buah ketapang dikombinasi dengan limbah sandal jepit, bisa menjadi kura-kura. Saya jual harganya Rp25 ribu. Jadi untuk saya pohon ketapang itu ibarat ‘pohon duit’,” kata Firman sambil tertawa. (Di-

Mandalika

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Eksplor Keindahan Alam saat Liburan

21

Libur tahun ini memang cukup panjang, khususnya bagi anak sekolah. Dimulai sejak libur puasa pada pertengahan Juni 2017, libur Lebaran di akhir Juni 2017 lalu berlanjut dengan libur sekolah (libur kenaikan kelas) hingga tanggal 17 Juli 2017. Waktu libur yang lumayan panjang itu dimanfaatkan sebagian anak-anak di Pulau Sumbawa dan Lombok untuk menghabiskan waktu mereka dengan mengeksplor keindahan tempat wisata di Nusa Tenggara Barat.

T

empat-tempat wisata khususnya di Pulau Lombok menjadi objek yang menarik perhatian para pelajar dari Pulau Sumbawa maupun dari luar daerah. Keindahan pantai dan perbukitan di Lombok memberi sensasi wisata yang unik. Sederet pantai seperti Pantai Senggigi dan Pantai Sekotong Lombok Barat, Pantai Kuta, Tanjung Aan, Pantai Syurga, Pantai Kaliantan dan lainnya di Lombok Tengah dan Lombok Timur hingga Pantai Ampenan Mataram. Selain itu perbukitan seperti Pergasingan di Sembalun Lombok Timur dan Bukit Merese di Lombok Tengah, juga menjadi tujuan ‘semi petualang’ bagi para remaja ini. Jelajah alam juga bisa dilakukan di hutan wisata Pusuk dan Aik Nyet Sesaot, Lombok Barat. Dan salah satu yang menarik minat wisatawan pelajar adalah

Bukit Merese yang berada di Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Bukit yang akhir-akhir ini menjadi primadona wisata semakin banyak dikunjungi karena dari punggungnya menawarkan keindahan pantai-pantai di bagian selatan Pulau Lombok Indah. Laut yang biru, hijau dengan pasirnya yang putih, terpampang bagai lukisan dari atas perbukitan ini. Lokasinya yang mudah dijangkau hanya lebih kurang dua jam perjalanan dari Kota Mataram, membuat wisatawan bahkan anakanak pun dapat mencapai puncak Bukit Merese dengan sangat mudah. Hanya dibutuhkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Bukit Merese demi menikmati keindahan pantai berpasir putih nan eksotik. Bukit Merese terletak di wilayah Pantai Tanjung Aan Lombok Tengah bagian Selatan yang memiliki pasir putih dan air laut

ana Runtu)

Bukit Merese salah satu tujuan wisata di Tanjung Aan Lombok Tengah

Menghabiskan waktu dengan berlibur dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok

yang jernih berwarna menggoda hijau kebiruan. Diapit dua tanjung membuat airnya demikian tenang sehingga aman sebagai tempat mandi dan berenang. Puncak Bukit Merese Seperti halnya keluarga lain yang menjelajahi keindahan Pulau Lombok menghabiskan liburannya, lima remaja dari Pulau Sumbawa lainnya, Aprilia, Aras, Karishma, Rafka dan Aura turut menjajal nikmatnya berwisata di Bukit Merese juga tempat-tempat wisata lain di Pulau Lombok. Para pelajar SMA, SMP dan Sekolah Dasar ini, terkesima ketika berada di puncak Bukit Merese. Mereka terpukau melihat keindahan sepanjang garis pantai bagian selatan Pulau Lombok ini. Usia yang masih belia, membuat mereka tidak merasa kesulitan mencapai perbukitan ini setelah melewati beberapa pantai seperti Pantai Kuta dan Pantai Seger. Selain ke lima remaja ini, ada pula keluarga Darma juga dari Pulau Sumbawa yang berhasil menikmati keindahan pesisir selatan Lombok dari atas Bukit Merese. Membawa tiga anaknya yang masih SMP dan SD keluarga ini sekaligus menikmati keindahan objek wisata lain Pulau Lombok. Mereka menjelajahi hutan wisata Sesaot, Pantai Sekotong, Pantai Pandanan Lombok Utara hingga Sembalun Lombok Timur.

Dan inilah kali pertama keluarga ini mengunjungi Bukit Merese yang memberi kesan kepuasan menikmati Pulau Lombok. Bukit merese sendiri tidak indah melainkan eksotik karena merupakan hamparan rumput yang tidak semuanya berwarna hijau layaknya bukit biasa di musim kering. Hamparan rumput akan menghijau ketika musim hujan tiba. Namun yang membuat jatuh hati adalah panorama indah yang bisa dinikmati dari atas perbukitan ini. Saking indahnya, sampai-sampai perbukitan ini kerap dijadikan latar untuk foto prewedding. Karena keindahan panorama inilah yang membuat para wisatawan ‘wajib’ mengabadikannya dalam potret-

potret yang kerap diunggah di media sosial. Di wilayah Tanjung Aan tempat di mana Bukit Merese ini berada juga sangat cocok dipakai untuk berenang karena airnya yang tenang. Biasanya mereka yang berkunjung ke Bukit Merese selalu menyempatkan diri untuk singgah di Tanjung Aan. Berderet pedagang kaki lima membuat pengunjung tidak perlu repot membawa makanan dari rumah. Meskipun sederhana, di sini tersedia camilan dan makanan yang bisa dimanfaatkan selagi lapar. Selain itu banyak juga tempat bilas yang disediakan hanya dengan membayar Rp 5.000 sekali bilas dan mandi usai bermain di pantai. (Naniek I. Taufan)


20

Menjelang puncak peringatan Hari Keluarga Nasional tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akan digelar di Dompu pada tanggal 10 Juli 2017, PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali melaksanakan roadshow ke beberapa PKK kabupaten di Pulau Sumbawa. Kegiatan roadshow ini juga sebagai rangkaian dari kunjungan kerja dan silaturahmi Syawal Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi. Roadshow ini dilakukan mulai 7-10 Juli 2017.

D

Nine

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

i hari pertama kunjungan ini, Ketua TP PKK Provinsi NTB, Hj. Erica Zainul Majdi dan Gubernur NTB bersilaturahmi dengan kader PKK se-KSB, bersama Kepala Organisasi Perangkat Daerah dan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat serta Muslimat NW Kabupaten Sumbawa Barat. Sebagai garda terdepan dalam rangka ketahanan dan kesejahteraan keluarga, PKK yang notabene menjadi wilayah para ibu (perempuan) ini memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga. Karena

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Jelang HKG, PKK NTB Laksanakan Roadshow

itulah di depan ratusan kader PKK dan tokoh masyarakat yang hadir di Taliwang Sumbawa Barat, Gubernur NTB mengungkapkan bahwa PKK memiliki kontribusi kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter. Dan kontribusi yang paling nyata dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat adalah di bidang penguatan pendidikan keluarga dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Basis utama PKK adalah bagaimana membangun keluarga yang kuat. Sebab dari keluarga yang kuatlah akan lahir lingkungan yang kuat dan dari lingkungan yang kuat pada akhirnya akan membentuk bangsa yang kuat,” ungkap Majdi. Gubernur NTB berharap agar seluruh kader PKK yang ada di NTB, khususnya di KSB untuk dapat menggali pengetahuan sebanyakbanyaknya untuk menjadi ibu yang baik khususnya bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Hal itu penting, karena menurutnya tantangan yang dihadapi anak-anak di era sekarang ini dan ke depannya jauh lebih besar dari zaman sebelumnya. “Tantangannya besar sekali, sehingga filter yang paling kuat adalah pendidikan orang tua,” tegas Gubernur.

Ketua TP PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi sempat memberi apresiasi kepada para ibu yang tergabung dalam PKK KSB yang telah memberikan sumbangsihnya dalam menguatkan keluarga NTB. Ia mengingatkan kembali tentang tiga hal penting yang dapat menguatkan keluarga dan bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Pertama, memanfaatkan pekarangan yang kosong dengan menanam tanaman pangan. Kedua, membudayakan hidup bersih dan sehat dengan membiasakan anak-anak dan keluarga kita mencuci tangan pakai sabun. Dan

ketiga adalah mengawasi dan mendampingi anak-anak kita agar tidak menyaksikan adegan dewasa yang dapat merusak mental dan karakter generasi bangsa. Selain tentang PKK, Gubernur NTB juga sempat menguraikan pentingnya mengamalkan kebaikan untuk mengisi Bulan Syawal ini. Dan yang lebih penting dari itu, menurutnya resep untuk hidup akan semakin bermakna dan menjadi manusia yang lebih baik. “Maka salah satu risalah tugas manusia yang harus dikerjakan adalah memakmurkan bumi Allah, yakni mengerjakan hal-

hal yang mendatangkan kebaikan di muka bumi,” ujar Majdi saat memberi khotbah Jumat dalam kegiatan kunjungan kerja ini. Majdi memberi tips yang harus dikerjakan untuk mendatangkan kebaikan di muka bumi. Pertama, meningkatkan keimanan dan mengukuhkan tauhid kepada Allah. Keimanan dan tauhid kata TGB adalah inti kehidupan seperti digambarkan dalam surat Al-Ikhlas yang berdasarkan hadits Rasulullah diibaratkan rangkuman sepertiga dari isi Al’quran. Kedua, melipat gandakan amal baik. Menurutnya Amal saleh akan mengantarkan iman yang baik disisi Allah. Tanpa amal saleh dan iman yang baik, maka semuanya akan sia-sia. Ketiga, menyisihkan hal yang tidak baik atau keburukan. Dimana dalam kehidupan selalu terdapat kebaikan dan keburukan. Keburukan akan mengantarkan pada kehancuran. “Kalau sudah terlanjur, maka bertaubatlah. Kembali pada Allah,” ujarnya. Keempat adalah menunaikan tugas dan amanah. Dalam hal ini ia mengungkapkan bahwa risalah tugas manusia ialah memakmurkan bumi Allah, dengan mengerjakan hal-hal yang mendatangkan kebaikan di muka bumi. (Naniek I. Taufan)

5

Kembali Digelar

Duta Endek Kota Denpasar hadir kembali memeriahkan pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 belum lama ini. Kehadiran Duta Endek yang mengusung tema “Endek is True Quality “ di ajang PKB ini, adalah penampilan yang kelima kalinya, sejak tahun 2013 silam. Dalam parade PKB kali ini, 12 pasang Duta Endek Kota Denpasar tampil bersama 12 pasang Teruna Teruni Kota Denpasar. Mereka berhasil memberikan inspirasi yang nyata dan harmonis. Antusias para penonton serta undangan terlihat dengan memberikan special applause terhadap busana, make up, aksesori dan hair style dari AAA (Art and Desain) karya AAA Turah Mayun tersebut. Perwakilan Kota Denpasar ini, menyuguhkan busana khusus Manah Toya Ning yang dikenakan dalam rangkaian upacara ngaben. Peserta wanita mengenakan busana yang lilitan selendang dan rambutnya dibentuk sesuai pakem. Lilitan 3 kali sebagai simbol tri loka dan disebut “Melelunakan.” Sementara peserta pria memakai kain endek, sebagai salah satu warisan budaya dengan nilai kearifan lokalnya. Keseluruhan

Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar 2017

penampilan mereka ditangani Tude Togog sebagai pengarah gaya. Menurut Ketua Dekranasda sekaligus Pembina Duta Endek Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Selly D. Mantra, Pemerintah Kota Denpasar melalui Disperindag, menggandeng Dekranasda Kota Denpasar, selalu menjaga keberadaan endek, yang merupakann produk unggulan Kota Denpasar yang potensinya luar biasa mengangkat tradisi lokal menjadi tren mode tanpa menghilangkan ciri khasnya. Kepala Disperindag Kota Denpasar Drs. I Wayan Gatra, M.Si., didampingi Kabid Perdagangan Disperindag Kota Denpasar IGA

Laxmy Saraswaty, S.S., M.Hum., mengatakan selain dilestarikan endek juga diharmonisasikan bagi para pecintanya melalui wadah “Endek Lovers” dengan programnya “ Save Our Heritage”. Endek juga dapat menjadi ‘fashion icon’ bagi generasi mendatang. Begitu pula jasa para perajin, penenun, desainer, serta seluruh lapisan masyarakat secara harmonis ikut berperan mengembangkan dan mempromosikan penggunaan endek dalam kehidupan sehari-hari, hingga menjadi bagian dari life style. Dikatakan oleh IA Selly D. Mantra jika kain tenun khas Bali ini dapat bertahan, tak lekang oleh zaman. Bahkan, endek mampu menyesuaikan

Berikut nama-nama pemenang dalam kegiatan “Endek Lovers” yang digelar pada (17 dan 18/6) belum lama ini. Lomba Mewarnai Kategori TK Juara I - Pande Putu Wahyu Ridina Putri Juara II - Ni Kadek Yuika Aristya Juara III- Ni Putu Mardianing Asih Putri Harapan I - Ayundha Valeni Aprilia Harapan II -Ni Kadek Maura Risuanaya Harapan III- Aura Shabirah Kategori SD Juara I - Mohamad Alfiyanto Juara II - Ni Putu Dewi Purnami Juara III - Aullya Talitha Hafizha Harapan I - Gracia Indira Loasa Harapan II - Abel Ivana Choe Harapan III- Made Vidyandini Artha Prinita Lomba Fashion Show Kategori A Juara I - Kristine Lambert (815) Juara II - Nanda Sekar Diaz (802) Juara III- Gusti Ayu Surya Dharma Dewi (795) Harapan I - Ni Putu Gita Maharani (790) Harapan II - Ni Ketut Dini Kurnia Saraswita G. (775) Harapan III - Ni Kadek Mia Fiantika (760) Kategori B Juara I - Putu Calysta (828) Juara II - I Made Octya Pratama Yasa (819) Juara III- I.G.A Dian Laksmi Darendra (814) Harapan I - Madelaine Slinger (807) Harapan II - Ni Ketut Ayu Patricia Dewi (802) Harapan III- I Kadek Bagas Pradipta Kusuma (792) Kategori C Juara I - Ni Made Ayu Cantika Ratih (895) Juara II - Triyana Mahadewi (880) Juara III - Pande Made Nancy Nareswari (865)

Harapan I - Desak Made Marysha Dewi (850) Harapan II - I Kadek Dwi Artha Mahendra (835) Harapan III - Ni Luh Putu Dinda Suryani (820) Kategori D Juara I - Ni Putu Devi Jayanthi (875) Juara II - Luh Gede Prisma Andari (860) Juara III - I Nyoman Januarta Trisna (850) Harapan I - Kadek Velantika Adi Putra (835) Harapan II - Gusti Ayu Agung Diah Astuti (815) Harapan III - I Putu Agus Indra N, SH.,M.H (805) Lomba Photography Kategori SMA Juara I - Ni Nyoman Mecin A.D Juara II- I Made Indra Aryawan Juara III - Ni Luh Putu Cintya Pramesti Kategori Umum Juara I - AA. Bagus Agung Rahma Wijaya Juara II -Agus Gunadi Juara III - AA. Ngurah Gede Yudiantara Lomba Kewirausahaan Juara I - SMAN 3 Denpasar (Tim 3) Juara II - SMAN 3 Denpasar (Tim 1) Juara III - SMKN 2 Denpasar Harapan I - SMKN 5 Denpasar Harapan II - SMAN 3 Denpasar (Tim 4) Harapan III - SMAN 4 Denpasar (Tim 1) Favorite SMPN 5 Denpasar

dengan perkembangan mode dan tren tanpa meninggalkan nilai tradisionalnya. Kemudian, lanjutnya salah satu upaya pengembangan dan melestarikan yang sudah diagendakan adalah Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar, yang tahun ini segera dilaksanakan kembali. Disamping itu Duta Endek Kota Denpasar juga sukses melaksanakan program teranyarnya yaitu “Endek Lovers” - ard

Persyaratan Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar Tahun 2017 1. 2. 3. 4. 5. 5. 6.

WNI berusia 15-25 Tahun (belum menikah) Berdomisili di Provinsi Bali Mempunyai tinggi minimal 160 cm (Putri) dan 165 cm (Putra) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik Memahami pengetahuan tentang Kain Endek dan berwawasan luas Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto copy KTP atau Kartu Pelajar. 7. Melampirkan foto original (4 R) sebanyak 2 buah (tidak diedit) Foto close up tampak depan dan full body tampak depan dengan mengenakan pakaian endek bebas dan sopan 8. Formulir beserta lampiran dimasukkan ke dalam map. Untuk putra menggunakan map merah dan untuk putri menggunakan map kuning. 9. Peserta dapat mengumpulkan formulir pendaftaran di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar di Graha Sewaka Dharma Lantai III. Jalan Majapahit No. 1 Denpasar, Lumintang Denpasar Tlp. (0361) 8495711, Faks. (0361) 8495712 (pada hari dan jam kerja). 10. Pengumuman Pemenang akan dilaksanakan pada saat Grand Final Duta Endek Kota Denpasar 2017 tanggal 7 Oktober 2017 di Aston Denpasar Hotel & Convention Center. Juara-Juara : Para finalis yang terpilih resmi menjadi Duta Endek dengan lisensi (all right reserved) di bawah Dekaranasda Kota Denpasar dan bertugas mulai Oktober 2017. Hadiah-Hadiah : Juara I : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang Juara II : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang. Juara III : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang. Juara Favorit : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang Juara Best of Talent, Best of Congeality dan Best of Photogenic : Piala, Piagam, hadiah Uang dan Selempang Informasi lebih lanjut: Disperindag Kota Denpasar Jalan Majapahit No. 1 (Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang, Denpasar). Telepon: (0361) 8495711, Faks : (0361) 8495712


6

Woman on Top

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Gatriwara DPRD Bali Ngayah Rejang Renteng Gabungan Istri Wakil Rakyat (Gatriwara) DPRD Provinsi Bali yang dipimpin langsung Ketua Gatriwara, Ny. Ningsih Wiryatama ngayah menarikan Tari Rejang Renteng pada piodalan di Pura Dharma Praja Udiana Kantor DPRD Provinsi Bali, yang jatuh pada Purnama Kasa Saniscara Wage Prangbakat, Sabtu (8/7).

“S

etiap Piodalan kami selalu ngayah, dan untuk piodalan tahun ini, walaupun persiapan terbatas, latihan hanya tiga kali, kami tetap optimis bisa tampil baik dan maksimal,” ujar Ny. Ningsih Wiryatama. Sekretariat DPRD Provinsi Bali juga tidak mau ketinggalan, menampilkan Seka Gong Jaya Swara yang akan ngayah pada piodalan tersebut. “Setelah

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Siti Milandari

Pasarkan Telur Asin lewat Online Keperluan konsumen telur puyuh dan telur asin di pasar Indonesia ternyata cukup tinggi. Terlihat dari banyaknya minat konsumen terhadap telur-telur tersebut. Bukan hanya konsumen sendiri yang menikmatinya, banyak juga yang dibuat olahan untuk dijual lagi. Hal ini cukup menjanjikan penjual telur-telur tersebut, salah satunya Siti Milandari, biasa disebut Siti.

lama vakum tidak ada tampil, kali ini Seka Gong kami mulai bangkit dan menggeliat kembali, sudah sejak tiga minggu kami latihan untuk persiapan ngayah,” kata Sekretaris DPRD Provinsi Bali, Wayan Suarjana. Kelihan (Ketua) Seka Gong yang juga Kabag Umum I Made Rentin menjelas-

19

P

engusaha telur puyuh dan telur asin asal Surabaya ini menggeluti bisnis telur ini berawal dari seorang saudaranya yang peternak puyuh. Siti membantu saudaranya menjualkan telur puyuh tersebut. Suatu ketika ada pelanggannya membutuhkan telur asin. Dari situ ia cari supplier telur asin.

“Terakhir lebaran kemarin saya mencoba produksi sendiri, alhamdulillah berhasil, hanya saja belum sempat dipasarkan karena masih percobaan produksi jadi saya konsumsi sendiri,” ujar bungsu dari empat bersaudara ini. “Saya ngambil telur langsung dari peternak, jadi dijamin fresh. Saat ini hanya satu macam saja telur asinnya,” kata perempuan

cantik ini. Untuk penjualan saat ramadan masih harga normal kisaran Rp 2.200 - Rp 2.500 tergantung ukuran. “Kalau diakhir lebaran saya sempat ada promo dengan harga Rp 1.750 untuk menghabiskan stock. Karena mau libur lebaran dengan ukuran telur paling kecil,” ujar perempuan yang belum berkeluarga ini. Penjualannya belum bisa hitung, karena belum banyak karena memang masih coba-coba. Seminggu kurang lebih 100 butir telur. Tetapi saat harga promo lebaran terjual 300 butir telur habis dalam waktu 3 hari. “Dalam usaha telur saya ini yang berperan penting ialah orang tua, dan saudara saya yang bantu ngurus,” ujar Siti. “Untuk membagi waktu antara pekerjaan saya dan usaha telur, pagi saya berangkat ke kantor, malam saya ngurusin telur. Untuk pemasaran hanya bisa melalui online. Pengiriman juga ada yang bantu,” tutupnya. (Meta Vabiola)

Gatriwara menari saat piodalan

Seka Gong Jaya Swara

Gatriwara saat latihan

kan untuk piodalan kali ini sekaa gong mempersiapkan berbagai tabuh wali dian-

taranya Jauk Keras, Rejang Renteng, Topeng, dan Tabuh Lelambatan. (Wirati Astiti)

Singaraja Building Center (SBC) Supermarket Bahan Bangunan Pertama di Buleleng

S

ingaraja Building Center (SBC) merupakan supermarket pertama di kabupaten Buleleng yang bergerak di bidang penjualan bahan-bahan bangunan. Singaraja Building Center yang beralamat di Jalan Ngurah Rai No 56 Singaraja. SBC grand opening pada 1 Oktober 2015. SBC menjual flooring wall, building material, paint sundries, sanitary dan plumbing, lighting dan electrical, hardware, serta tools houseware. Produk– produk yang dijual di SBC berbagai tipe dan merek. SBC

menawarkan barang dengan kualitas bagus dengan harga sangat terjangkau juga banyak memberikan diskon setiap bulannya serta memberikan hadiah menarik kepada customer untuk pembelanjaan barang tertentu. SBC mengutamakan pelayanan kepada customer, salah satunya dengan memberikan kupon undian setiap pembelanjaan Rp 250.000 untuk semua item. SBC juga memberikan pelayanan pengiriman barang untuk customer di seluruh daerah kabupaten Buleleng. SBC dibangun 3 lantai dengan area parkir luas.

Flooring wall dan building material di lantai 1, paint sundries di lantai 2, sanitary dan produk

plumbing, lighting dan electrical, hardware, serta tools houseware di lantai 3.

Segera kunjungi toko kami dan dapatkan barang yang anda inginkan.

Singaraja Building Center

Jalan Ngurah Rai No.56 Singaraja Tlp. (0362) 3301855, Fax. (0362) 21661 Buka setiap hari mulai Pukul 08.00 - 21.00 WITA

Dr. Sukma Sahadewa, S.H., M. Kes., CHt

Sosialisasi Bahaya Narkotika di Kalangan Seniman Ranah hiburan tanah air memang santer terdengar paling akrab dengan narkotika. Mulai dari alasan doping hingga awalnya coba-coba karena efek pergaulan. Belum lagi di kalangan para pelaku seni, serentetan nama pernah berurusan dengan barang haram tersebut. Sejauh pengamatan Ketua Paguyuban Seniman (PaS) Kota Surabaya, para pelaku seni dalam masa sekarang makin paham akan bahaya obat-obatan halusinogen yang mampu membunuh itu. “Kami sedikit banyak memerangi dan memberikan informasi kepada pelaku seni apapun untuk berkontribusi memerangi narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba),” ungkap Dr. Sukma Sahadewa, S.H., M. Kes., CHt., Ketua PaS Surabaya saat dijumpai di sela acara Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh BNNP Jatim. Sukma berharap dengan dorongan serta sosialisasi tersebut, Indonesia mampu benarbenar bersih dari narkoba. Karena notabene peredaran telah merajalela, tidak hanya menyasar orang dewasa namun juga memanfaatkan anak di bawah umur sebagai kurir atau agen pendistribusian. “Kami harus sampaikan pada masyarakat supaya mereka peduli pada anak-anak bahwa narkoba ini harus kita perangi bersama,” imbuh pria maskulin yang terlihat segar dengan balutan kaos polo hitam tersebut. PaS Kota Surabaya juga telah sering melakukan koordinasi baik dengan BNNK Surabaya maupun BNNP Jatim untuk mendapatkan sosialisasi tentang narkoba

sekaligus ikut aktif dan peran serta. “Salah satunya kami mengadakan konser dan di dalamnya para artis memberikan sebuah konsensus serta informasi bahwa mereka menyampaikan tidak menggunakan narkoba, serta menjelaskan bahaya narkoba itu sendiri,” paparnya. Seperti diungkapkan Sukma, banyak para pelaku seni yang telah sadar dan terbuka untuk untuk ikut rehabilitasi. “Kami bertugas memberi penyuluhan kepada paguyuban ini, dan tugas lainnya adalah legitimasi dari hukum yang mewadahi,” ujar Sukma. Namun, beberapa kasus yang menyerang anak-anak sering membuatnya miris. Ia mengatakan, sempat bertemu dengan seorang anak yang mengaku bahwa ia telah memakai sejak SD. “Jika dikurskan, usianya tentu masih sangat belia setara kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP),” ucapnya. Anak tersebut memperoleh barang dari teman, dengan kamuflase ‘vitamin’ atau ‘suplemen’. Namun, lama-lama membuat kecanduan. “Ini risiko yang harus kita waspadai,” jawabnya. Ia menambahkan, setidaknya pondasi agama sangat diperlukan sejak dini dan merupakan bagian fundamental bagi sistem pendidikan. Kemudian dia berharap adanya kurikulum yang mampu mengurai tentang bahaya zat adiktif. “Ini yang belum ada, jadi hanya penyuluhan dalam sifat persuasif saja tidak ada kurikulum secara jelas di institusi pendidikan,” tegasnya. (Lely Yuana)


18

Life Story

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Tw i n L a k e F e s t i v a l

Pemkab Buleleng kembali menggelar Twin Lake Festival Tahun 2017. Festival ini yang mempromosikan potensi pertani­an maupun potensi pariwisata di Danau Buyan dan Danau Tambli­ngan ini dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata, Prof. I Gde Pitana, Kamis (6/7). Namun festival ini juga didedikasikan untuk menggugah kesadaran pelestarian di kedua danau yang sering disebut danau kembar itu.

A

cara yang dipusatkan di Danau Buyan, Desa Pancasari dihadiri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG., Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Sekkab Buleleng Ir. Dewa Ketut Puspaka, dan tamu undangan penting lainnya. Pada hari pertama Twin Lake Festival, sejumlah kegiatan langsung dilaksanakan. Seperti Lomba cipta menu kudapan non beras, lomba merangkai bunga, bondres kolaborasi, gemar makan buah, serta gemar minum jus sayur. Serangkaian kegiatan itu dipusatkan di Danau Buyan, Desa Pancasari. Sementara di Danau Tamblingan, Desa Munduk, digelar kegiatan Yoga Massal. Selain itu berbagai kegiatan juga dilaksanakan untuk mempromosikan potensi pariwisata yang dimiliki di

antaranya lomba megangsing, sampi gerumbungan, dan ngelawar. Ditemui usai pembukaan Twin Lake Festival, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST mengatakan, substansi awal Twin Lake Festival sudah hampir tercapai. Terutama dalam hal pemulihan. Menurutnya saat awal menjadi kepala daerah, kondisi Danau Buyan dan Danau Tamblingan, relatif rusak kondisinya. “Di Buyan, di manamana ada gulma, pendangkalan dan sebagainya. Di Tamblingan, tekanan dari penduduk begitu keras. Masalah di Tamblingan sudah terjawab dengan dukungan desa adat. Khusus Buyan, BKSDA Bali sudah siap beri dukungan pengerukan untuk mengurangi pendangkalan danau,” Pungkasnya. Universitas Udayana juga akan membantu memberi edukasi pertanian agar menjadi organik di Desa

Tingkatkan Produksi Padi, Petani Lakukan Penangkaran Cuaca yang tidak menentu dan sulit diprediksi, membuat para petani di Buleleng meradang. Bagaimana tidak, beberapa hasil komoditi pertanian terus menurun bahkan terancam gagal panen akibat perubahan cuaca tersebut. Salah satunya hasil produksi padi. Selain faktor cuaca, hal yang paling mempengarui hasil produksi padi adalah jenis dan kualitas benihnya. Menyikapi hal tersebut, pemerintah terkait melakukan berbagai program untuk mengatasi penurunan hasil produksi tersebut. Kelompok penangkar benih padi Sari Gopala, Desa Anturan, Kecamatan Buleleng bergerak melakukan kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali untuk mengatasi persoalan tersebut. Informasi dihimpun, empat varietas benih padi diseminasi untuk memenuhi produksi benih sumber padi (UPBS). Program yang dibiayai dari dana Kementerian Pertanian dilakukan di lahan seluas 0,2 hektare (ha) untuk masing-masing varietas di tanah milik Putu Wijaya Tusan terletak di Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng. Masing-masing benih unggul seperti Inpari 14 Pakuan, Inpari 20,

Ciherang, dan Tuwoti di tanam untuk dilakukan penangkaran. Menurut Putu Naya Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, penangkaran benih dengan berbagai varietas bertujuan untuk memperbanyak benih unggul berlabel putih menjadi label ungu agar bisa ditanam oleh petani. “Benih yang ditanam di penangkaran merupakan benih pokok dan nantinya akan diperbanyak agar bisa ditanam langsung petani,”jelasnya. Ia juga menambahkan jika masingmasing varietas memiliki masingmasing keunggulan dan kekurangan. Varietas Ciherang misalnya, tingkat produksi benih padi ciherang sangat cepat dan tahan terhadap hama penyakit namun rasa nasinya kurang enak sehingga kurang disukai oleh petani. Selain itu varietas Towuti juga memiliki keunggulan dapat bertahan dalam musim hujan maupun kemarau sehingga sangat cocok ditanam saat musim tidak menentu seperti saat ini. “Hasil dari penangkaran juga sangat bergantung dari topografi wilayah sehingga varietas yang ditanam pada dataran tinggi belum tentu hasilnya

Penangkaran varietas padi unggul di Desa Tukadmungga.

Lestarikan Danau Kembar Bupati Buleleng membuka secara resmi Twin Lake Festival, Kamis (6/7).

Pancasari. Sehingga residu pestisida maupun pupuk kimia di lahan pertanian, tidak mengalir ke danau. “Kalau sudah stabil, baru Buyan dan Tamblingan ini ditata dengan baik, biar bisa jadi objek yang dinikmati. Bukan dibangun besarbesaran, karena ini wilayah konservasi dan resapan air,” imbuhnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengapresiasi diselenggarakan Twin Lake Festival. Keberadaan Twin Lake Festival diharapkan menjadi pemicu, sehingga masyarakat dan pemangku kebijakan memahami masalah yang

ada di Danau Buyan dan Tamblingan. “Festival ini bukan tujuan akhir. Tapi cara meningkatkan kesadaran lingkungan. Sehingga orang sadar dan muncul kembali upaya melestarikan dan revitalisasi fungsi danau. Ke depan baru ditata sehingga bisa dimanfaatkan sesuai konteks yang ada,” ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Siasati Lahan Sempit dengan Hidroponik yang dibudidayakan, antara Jika dulu bercocok tanam identik lain kangkung, bayam merah, dengan tanah dan lahan yang luas bayam hijau pakchoy, caisim serta berada jauh dari perkotaan, sedangkan sayuran buah yang lain halnya dengan saat ini. Seiring bisa ditanam seperti cabai, berkembangnya teknologi pertanian, tomat, terong, mentimun, berbagai teknik bercocok tanam labu dan lainnya. “Sayuran pun ditemukan. Hingga kemudian daun bisa dikembangkan denditemukan teknologi pertanian yang gan metode ini,” ungkapnya. tidak lagi tergantung pada tanah Jika dibandingkan densebagai media tanam tapi beralih gan pertanian konvensional, menggunakan media air sebagai supengembangan tekhnik orplai nutrisi tanaman. Dengan sistem ganik akan lebih menghasilkan pertanian hidroponik hambatan sayuran yang berkualitas. lahan bisa diatasi dengan hasil yang Ciri hasil panen sayur dan tak kalah bagusnya dengan sistem buah dengan media air ini, pertanian konvensional. batang dan daun sayuran Hal ini juga yang tengah digeluti cukup bersih, demikian juga oleh I Kadek Dwi Sucipta warga dengan akarnya. Dengan deyang tinggal di Jalan Damai, Desa mikian, tak perlu membuang Kalibukbuk, Buleleng. Berawal bagian yang rusak akibat bekas dari kegemarannya mengonsumsi hama penyakit seperti yang sayuran membuat pria yang akrab sering terjadi pada pertadisapa Dwi ini memanfaatkan laI Made Dwi Sucipta menunjukkan nian konvensional. “Dalam han sempit dikontrakannya untuk sayuran hidroponik miliknya. pengembangannya memang mengembangkan sistem hidroponik. tidak menggunakan pestisida kimia, jika pun terserang “Ini untuk mengatasi keterbasan lahan karena semua sudah hama akan saya buatkan pestisida alami, misalnya dengan di beton, susah cari tanah,” jelasnya. bawang putih ataupun air cabai,” jelasnya. Pria kelahiran Hidroponik merupakan budidaya menanam dengan 21 September 1987 ini menambahkan, jika hasil dari memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan sayuran hidroponik akan memiliki kualitas yang sama menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi dengan sayuran organik. tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit Selain memiliki keunggulan, pengembangan tekhnik daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Selain hidroponik ini menuai beberapa kendala, di antaranya peritu, pengembangan tekhnik hidroponik juga tidak terlalu modalan. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan tergantung dengan cuaca atau musim asalkan asupan nutrisi tekhnik hidroponik lumayan mahal dibandingkan dengan dan air mencukupi. pertanian konvesional. “Dalam pengembangannya kita kan Dwi mengaku kesibukannya dalam mengembangkan menggunakan pipa paralon yang harganya lumayan, belum tanaman di rumah tidak menganggu pekerjaannya sebagai lagi selang, dan mesin. Modal awal memang lumayan betenaga honorer di SMK Negeri 3 Singaraja. Meskipun sar,” ungkapnya. Selain itu, harga jualnya pun belum mampu hanya belajar secara otodidak, dirinya tidak pernah mengimbangi harga sayuran organic, sebab masyarakat sungkan untuk sharing dalam grup hidroponik di media di Buleleng masih awam dengan tanaman hidroponik. sosial. Menurutnya, yang harus diperhatikan dalam teknik “Kalau dijual kami masih samakan denga harga sayuran budidaya hidroponik adalah tak semua jenis tanaman bisa biasa, memang tidak rugi, tetapi untungnya ga banyak,” ditanam. Hanya sayuran dengan akar serabut yang bisa pungkasnya. (Wiwin Meliana) ditanam dengan metode ini. Beberapa sayur dan buah sama dengan varietas yang ditanam di dataran rendah,” ungkapnya. Sementara itu, Pengawas benih BPTP Bali Nyoman Liper mengatakan dari penanaman benih unggul, petani nantinya dapat memenuhi ketersediaan benih unggul, selain itu benih padi yang dihasilkan sangat bermutu. “Kita kenalkan beberapa varietas baru, tentunya untuk mendukung program peningkatan produksi padi. Semua benih yang ditanam itu merupakan benih unggul,” imbuhnya. Liper me-

nambahkan jika selama ini petani hanya menanam varietas Bundoyudo sebagai varietas yang diunggulkan. Nantinya dari hasil diseminasi akan diketahui varietas mana yang juga cocok dikembangkan di Buleleng. “Nanti kita akan tunggu hasilnya setelah 105 hingga 115 hari,” tandasnya. Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra menyambut positif program yang bersumber dari dana APBN tersebut. Menurutnya, dengan adanya

program tersebut, Buleleng diharapkan mampu menjadi salah satu pilar lumbung benih padi di Bali. Selain itu, Buleleng juga diharapkan dapat menjaga produksi padi, dan mencapai swasembada beras. “Kebutuhan benih aman, bahan pangan terpenuhi, dan jika dijual pun memiliki pasar yang sangat luas sehingga kedepan petani bisa memproduksi benih dan padi untuk mencapai swasembada beras di Buleleng,” pungkasnya. (Wwin Meliana)

Kesal ditinggal kekasihnya, Laras nekat lari dari rumah tanpa sepengetahuan orangtua dan keluarganya. Berbekal uang tidak seberapa, Jakarta yang ditujunya. Entah apa yang ada dalam pikirannya waktu itu, gadis asal Pulau Lombok yang kala itu baru berusia 18 tahun itu tidak kenal rasa takut. Dari Terminal Mandalika, ia pergi sendiri menumpang bus malam tanpa tahu siapa yang ditujunya di Jakarta. ”Saya cuma lihat jurusan di kaca depan bus, Bima-Jakarta,” ungkap Laras.

B

elum lagi sampai di Jakarta, di atas bus ia berkenalan dengan seorang pria yang duduk di bangku yang sama dengannya. Perjalanan Mataram-Jakarta yang memakan waktu dua hari dua malam itu mendekatkan Laras dengan si lakilaki berusia 50-an tahun tersebut. Mereka berkenalan dan mengobrol sepanjang perjalanan. Di situ Laras menceritakan pelariannya itu. Tiba di Jakarta, Laras yang tidak memiliki tujuan ini lalu diajak si laki-laki tersebut mengikutinya saja. Laki-laki itu berjanji untuk mencarikan pekerjaan untuk Laras. Tentu senang hati Laras. Namun, sebelum itu terjadi, Laras dibawa ke sebuah penginapan murahan. Setelah meninggalkan Laras di penginapan itu, laki-laki itu pergi dan berjanji akan kembali untuk menguruskan Laras pekerjaan. Lega hati dirasakan Laras karena kini ia telah memiliki tujuan hidup di Jakarta. Melihat Jakarta yang begitu mentereng, timbul rasa bangga dalam dirinya bahwa ia yang anak kampung itu bisa sampai di ’mimpi Jakarta’. Tidak disadarinya, ia juga lupa pada sebab kenapa ia sampai di Jakarta hari itu. ”Melihat Jakarta, saya jadi melupakan kekasih saya,” ujarnya. Hampir tengah malam, laki-laki yang membawanya tadi pun pulang ke penginapan membawakan nasi bungkus untuk Laras. Sangat lahap Laras menikmati nasi bungkus Jakarta. Ia juga berterima kasih pada si lakilaki. Mereka mengobrol sampai agak larut. Setelah keduanya mengantuk, si laki-laki itu langsung mengajaknya untuk tidur. ”Saya pikir maksudnya dia tidur di kamar lain, makanya saya iyakan,” kata Laras. Laras tidak tahu kalau tiba-tiba si laki-laki itu mematikan lampu dan menyergapnya. Laras tidak dapat berbuat apa-apa. Ia ingin teriak dan minta tolong juga takut karena ia tak tahu ke mana tujuannya jika ia lepas dari lakilaki yang menjanjikannya pekerjaan itu. Malam itu, Laras pasrah. Ia menangis sejadi-jandinya sambil mengatakan kepada laki-laki setengah baya itu, bagaimana kalau ia kemudian hamil? Si laki-laki menjawabnya dengan enteng, bahwa kalau ia hamil maka ia akan bertanggung jawab. Setelah semua yang terjadi, Laras tidak mengenal dirinya. Ia bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Di sanalah ia baru merindukan orangtuanya. Ia merasa bersalah bahkan berdosa pada orangtuanya itu. Ia yakin orangtuanya kebingungan mencari dirinya. Namun apa hendak dikata, ia telah mengambil keputusannya sendiri.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

7

Kabur Berbuah Penyesalan Esok harinya, ada orang yang mengaku karyawan si laki-laki datang dan langsung membawa Laras katanya untuk menjalani interview pekerjaan. Rupanya pekerjaan yang dijanjikan itu untuk menjadi TKW. Tapi saat itu Laras tidak mempermasalahkannya, yang penting dapat pekerjaan karena untuk kembali pulang ia tak sanggup akibat merasa dirinya telah rusak. Pada sesi wawancara itu, Laras ditolak karena tidak mengantongi izin orangtua juga karena ia tidak memiliki KTP. Namun laki-laki itu berkelit bahwa ia akan bisa mendapatkan pekerjaan untuk Laras dengan usaha lain. Katanya lewat jalan belakang. Esok harinya, Laras beserta lima orang calon tenaga kerja lainnya ditampung di tempat penampungan kantor pusat perusahaan penyalur tenaga kerja rupanya di sanalah tempat laki-laki itu bekerja, di Jakarta Timur. Di penampungan tersebut, Laras diwawancarai, diberikan pelatihan tentang bagaimana cara bekerja sebagai pembantu rumah tangga, diajarkan pula berbahasa negara tujuan dan kegiatan lainnya selama satu bulan. Ia sama sekali tidak mendapat informasi tentang proses ketenagakerjaan dan persyaratan menjadi TKW. Selama di penampungan, Laras tidak pernah menandatangani, menulis maupun mengurus surat-surat yang berkaitan dengan administrasi ketentuan menjadi seorang TKW. Saat dua minggu berada di penampungan tersebut, ia sempat menjalani cek kesehatan yang beberapa hari kemudian hasilnya menunjukkan bahwa ia tengah positif hamil dan tidak bisa diberangkatkan ke negara tujuan. Namun, ia masih tetap melakukan aktivitas sambil menunggu kedatangan laki-laki itu. Alangkah kecewanya Laras mendapati dirinya dalam keadaan hamil apalagi tidak jadi berangkat ke negara tujuan. Hanya pasrah yang menggelayuti hatinya ketika laki-laki tua itu datang menjemput dan ingin memulangkannya ke Mataram. Karena hari sudah sore dan bus yang ke Mataram sudah tidak ada lagi, maka ia diinapkan kembali di hotel. MENCOBA BUNUH DIRI Mudah ditebak, laki-laki itu kembali memaksa Laras melayani nafsu bejatnya. Laras yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, pasrah. Usai memperkosa Laras untuk ketiga kalinya, si lelaki mengaku ada rapat penting di kantornya sembari memberikannya tiket bus menuju Mataram dan uang Rp 150.000,-. Sesampainya di Mataram, Laras ditampung di sebuah tempat dan laki-laki itu hanya sekali menjenguknya yang dalam keadaan hamil tersebut. Saat itu si lelaki asal Pulau Sumbawa itu memintanya untuk bersabar, karena ia masih mencari cara mengatasi kemarahan sang istri karena telah mengetahui hubungan mereka. Istrinya mengira mereka, padahal suaminya itu telah memperkosa Laras. Laras harus bersabar karena menurut laki-laki itu istrinya marahmarah karena merasa cemburu pada Laras yang berparas manis itu. Ia tidak berani beranjak dari persembunyiannya kali ini, mengingat kata beberapa orang suruhan laki-laki itu, istri si lelaki tengah mencari-cari keberadaannya hingga ke penampungan dan mencari tahu mengapa ia batal berangkat jadi TKW. Ia sama sekali tidak tahu apalagi yang tengah terjadi kini.

Hingga suatu hari datanglah saudara dari laki-laki itu, yang tibatiba menempeleng pipi dan meninju perutnya. Untung saja ada orang yang membelanya. Orang-orang ini mengatakan kepada saudara dari si lelaki tersebut, bahwa batalnya Laras berangkat ke luar negeri karena ia sakit dan Laras tidak bersalah apaapa. Setengah memaksa, saudara dari laki-laki ini, mengajaknya pergi menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan, Laras mulai berpikir, akan terjadi hal buruk lagi padanya. Karena itu, ketika saudara dari laki-laki itu mengisi bensin di sebuah SPBU, diamdiam Laras melarikan diri menemui kawannya. Ia pun meminta bantuan kawannya itu untuk menghubungi pamannya. Setelah bertemu pamannya tersebut, Laras yang dalam keadaan depresi penuh tekanan psikis, pun menceritakan segala peristiwa buruk yang menimpanya. Keluarga Laras sangat terpukul atas tragisnya nasib

yang dialami Laras. Beruntungnya, keluarga besar Laras menerimanya dengan tangan terbuka, dan memberikan dorongan semangat dalam terpuruknya kondisi psikologi Laras. Keluarga besar Laras melakukan rapat keluarga untuk menentukan sikap, termasuk berkaitan dengan kehamilan Laras yang dianggap sebagai aib. Penerimaan keluarga yang baik atas kondisi Laras yang tengah hamil empat bulan kala itu, tidak lantas membuat beban Laras berkurang. Secara psikologi Laras merasa menjadi beban bagi keluarganya. Secara sembunyi-sembunyi, ia ingin membantu orangtua dan keluarganya untuk keluar dari persoalan ini dengan cara cepat. Agar tidak menjadi beban ekonomi dan psikologi bagi orangtua dan keluarganya, suatu sore ia sempat meminjam sepeda motor yang kemudian ia menjatuhkan diri di jurang, jalur Sesaot-Aik Nyet Lombok Barat. Namun, usaha bunuh diri Laras tidak berjalan mulus, karena

masyarakat sekitar cepat menolongnya. Ia sempat dirawat beberapa hari di rumahnya. Tidak jarang, rasa bersalah Laras pada ibunya dan keluarganya disesali berkali-kali. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak ingin menjadi beban ekonomi dan pikiran bagi ibunya yang hanya sebagai buruh tani dan sudah bercerai dengan ayahnya sejak ia kecil. Terutama yang ia pikirkan, bagaimana orangtua dan keluarganya memikirkan menyikapi anak yang tengah dikandungnya akibat perkosaan. Laras sendiri, merasa sangat membenci anak yang tengah dikandungnya. Namun pada akhirnya langkah keluar besar Laras dalam menyelesaikan persoalan ini membuat Laras semakin shock. ”Saya dinikahkan dengan laki-laki tua itu,” kata Laras yang setelah menikah langsung memilih untuk bercerai. Sejak itulah ia merawat sendiri kandungannya dan membesarkan seorang anak laki-laki yang saat ini telah berusia 20 tahun. (Naniek I. Taufan)


8

Bunda & Ananda

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menabung untuk Kontrol Diri

Di sebuah TK swasta di Denpasar, dalam acara graduation diumumkan juga anak yang memiliki tabungan terbanyak yang mencapai angka jutaan rupiah. Kemudian anak tersebut mendapat reward dari sekolahnya. Adakah yang salah dengan fenomena ini?

“J

ika dilihat fenomena tersebut, pada dasarnya orangtua maupun guru ingin mengajarkan prinsip menabung pada anak,” ujar Retno I G. Kusuma, Kepala Sub Unit Psikologi Rehabilitasi Medik RS Sanglah. Bahwa, anak harus menyisihkan uangnya untuk ditabung. Disini mereka diajarkan untuk menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran. Walaupun sebenarnya konsep menabung itu harusnya disisihkan di awal, bukan di belakang. Jika disisihkan di belakang, pasti tak pernah ada sisanya. Dalam proses “menabung”, anak akan belajar bagaimana merencanakan keuangan yang baik. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Dan cara anak sekarang, bisa dimulai dari sekolah dan ada sistem reward. Bahwa, ketika anak menabung seperti ini nanti dapatnya seperti ini, meski akhirnya yang berlomba-lomba menabung justru orangtuanya. Namun jika dilihat dari sisi positifnya, anak menjadi tahu bahwa semakin banyak punya tabungan, ia akan semakin mendapat reward yang banyak atau pujian. Sebetulnya bentuk-bentuk reward ini yang membuat anak merasa eksis dan merasa bangga akan kondisi seperti itu. Bagi Retno, fenomena itu positif dan oke-oke saja. Mau seberapa banyak menabung, meski orangtuanya, itu tidak apa-apa. Dibandingkan uangnya

dipakai belanja yang lain-lain. Secara tidak langsung, hal ini juga mendidik orangtua karena ia juga menyisihkan uangnya. Di sekolah biasanya ada “Hari Menabung”. Jadi anak memang khusus diberikan uang oleh orangtua untuk ditabung, dan uang jajannya tersendiri. Ini sebenarnya salah satu hal yang sedikit kurang tepat. Karena justru jika orangtua ingin mengajarkan anak di level TK atau SD, untuk mengelola keuangannya dengan baik, beri anak uang harian buka bulanan. Misalkan sehari anak diberi uang jajan Rp 10 ribu. Meski sebenarnya anak sudah dibawakan bekal makanan dari rumah, mungkin saja ia ingin membeli makanan lain di sekolah yang diinginkannya, apalagi jika melihat teman-teman lainnya jajan. Ada kemungkinan anak akan membelanjakan uangnya atau justru akan menyimpannya. Seumpamanya, anak melihat temannya membeli es krim. Ketika anak tersebut memutuskan untuk menyimpan uangnya, karena misalnya kemarin ia sudah membeli es krim, disana akan terlatih kemampuan kontrol anak. “Daripada orangtua memberikan anak uang Rp 10 ribu untuk bekal dan Rp 5 ribu untuk menabung. Ini namanya tidak mengajarkan anak untuk menabung. Karena menabung adalah menyisihkan uang itu dan tepatnya lagi mengontrol keinginan anak untuk tidak belanja/membeli sesuatu

karena keinginan bukan kebutuhannya. Ini latihan yang tidak gampang, untuk orang tua saja tidak gampang apalagi bagi anakanak,” ujarnya. Beragam pedagang makanan, mainan, dan aksesori anak dengan warna-warna menarik seringkali menjadi “penggoda” untuk berbelanja. Namun Retno mengatakan, anak-anak dengan kemampuan yang baik akan belajar darisini untuk kontrol diri. Orangtua juga perlu melatih anak jika ingin membeli sesuatu belilah dari hasil tabungan sendiri. Misalkan anak ingin membeli boneka Barbie yang harganya Rp 100ribu, berarti anak harus menabung Rp 5 ribu setiap hari selama 20 hari. Bahkan mungkin saja anak berinisiatif menabungkan semua uang jajannya. “Jadi anak mempergunakan uang bekalnya untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Ini salah satu cara untuk membentuk effort anak (usaha/ketahanan mental). Bagaimana anak harus berjuang mendapatkan sesuatu dari hasil keringatnya. Meskipun dalam hal ini bukan dari bekerja, tetapi itu jatah uang jajannya. Tapi bagaimana anak mengelolanya, itu menjadi suatu hal yang sangat penting. Cara sederhana menabung di rumah bisa juga dengan memasukkan uang ke celengan. Celengan ada yang terbuat dari tanah liat-yang ketika mengambil isisnya harus dipecahkan, ada yang terbuat dari plastik atau kaleng-yang juga harus dicongkel dulu untuk mengeluarkan isinya, ada juga celengan yang memang

ada kunci gemboknya sehingga dengan msangat mudah bisa mengambil isinya. Pemilihan jenis celengan ini dikatakan Retno kembali kepada pelatihan kepada anak. “Jangan mengatakan bahwa celengan ini yang paling baik, karena itu baik dari sisi orangtua. Tapi sebenarnya bukan masalah baik-dan tidak baik, karena yang dilatih disini adalah proses bukan hasil. Proses bagaimana anak mengelola sebuah kondisi bahwa jika menabung di rumah dengan celengan tanah, dsb. kondisinya seperti ini, dan menabung di bank kondisinya seperti itu. “Tidak apaapa, ini yang seharusnya dikenalkan sejak kecil pada anak. Bahwa menabung di sekolah juga akan disetorkan ke bank,” ujarnya. Untuk anak sendiri justru dikatakan akan bagus jika belajar menyetor ke bank. Jadi anak tahu di bank itu ada bunganya meskipun kecil. Ini belajar bisnis dari kecil, bagaimana anak menjual sesuatu atau tepatnya menelola uangnya untuk mendapatkan sesuatu tujuannya. Anak boleh memi-

lih, walaupun akhirnya baru dua minggu celengannya sudah dipecahkan. Darisini orangtua bisa menanyakan alasan dan pendapat anak. “Orangtua jangan kecewa ketika anak hanya menabung Rp 100 ribu dan membelanjakan uangnya Rp 400 ribu. Ini proses edukasi mengelola keuangannya sendiri, dan anak bertanggung jawab pada pilihan atau keputusannya,” tandasnya.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Sanggah Jadi lebih Praktis

(Inten Indrawati)

Retno I G. Kusuma

Mendongeng Lima Menit

matahari dan air

Matahari sangat senang bersahabat dengan Air. Ia sering berkunjung ke rumah Air, berbincang-bincang tentang keadaan rumah dan keluarga masing-masing. Made Taro “Sahabatku Air!” kata Matahari pada suatu hari. “Aku sering berkunjung ke rumahmu, tetapi kamu tak pernah bertandang ke rumahku.” “Maaf, sahabatku Matahari,” jawab Air. “Sanggupkah kamu menerima Aku dan keluargaku? Bila aku pergi, semua keluargaku mesti ikut.” “Rumahku sangat luas, sahabatku Air. Ajaklah semua keluargamu! Si Bulan istriku, dan si Bintang anak-anakku, pasti senang menerima semua keluargamu,” kata Matahari penuh harap. Maka tibalah hari yang dinanti-nanti. Tepat pada musim hujan, Air berkunjung ke rumah Matahari. Mula-mula yang menginjakkan kaki di rumah itu adalah Air Danau suami-istri, Air Sungai suami-istri, menyusul kemudian anakanak, menantu dan cucu-cucunya. Matahari dan Bulan menyambut anggota keluarga yang lanjut usia di ruangan besar, sedangkan anak-anak dan cucu-cucunya dibiarkan bermain dengan Bintang-bintang di taman yang luas.

Griya

Beberapa saat kemudian, rombongan keluarga Air lainnya menyusul. Mereka adalah keluarga Air Laut, suami-istri, anak-anak dan menantu, keponakan dan menantu beserta anak-anak dan cucu-cucunya. Jumlahnya bukan kepalang, ditambah lagi dengan keluarga Mata Air. Ruang bawah untuk keluarga lanjut usia itu penuh. Terpaksalah sebagian dari mereka pindah ke ruang atas. Demikian juga taman-taman penuh dengan anak-anak dan cucu-cucu Air. Mereka berebutan mencari tempat yang lebih tinggi. Tuan rumah Matahari dan Bulan kebingungan. Lama-kelamaan keluarga Air bertambah banyak dan meluap-luap, makin lama makin tinggi. Bagi air keadaan meluap-luap seperti itu biasa saja, namun tidak demikian bagi Matahari dan keluarganya. Mereka takut kebanjiran, lalu mencari tempat yang lebih tinggi. Akhirnya Matahari, Bulan dan Bintang-bintang bertengger di atap rumah. Dari atap rumah itu, Matahari melihat ke bawah. Wow! Dari jauh kelihatan Air berbondong-bondong, berbuncah-buncah dan bergelombang-gelombang menuju rumah Matahari. Seperti tak akan berakhir. Matahari gelisah mondar-mandir. Ia harus segera mengambil keputusan. Ia mengajak istrinya, Bulan, dan anak-anaknya, Bintangbintang, untuk meninggalkan bumi. Mereka terpaksa meninggalkan sahabatnya, terbang ke langit, makin jauh dari bumi. (Nigeria)

Secara turun-temurun, masyarakat Desa Jehem, Tembuku, Bangli-Bali dikenal sebagai pengrajin sanggah. Salah satu di antaranya adalah I Ketut Adnyana. Ia mengatakan, dulu se-Desa Jehem masyarakat menggeluti bidang ini. Namun sekarang, pengrajin sanggah sudah menyebar ke desa-desa lain di sekitarnya. “Perbedaan sanggah buatan pengrajin Desa Jehem daripada desa lainnya, bisa dilihat dari kualitasnya,” ujar Tut Nano-sapaan akrab pria yang sejak berstatus pelajar SMP itu sudah menggeluti dunia undagi (tukang).

B

agi konsumen yang teliti, mereka bisa melihat perbedaannya dari sikut sanggah. Variasinya bisa sama tapi taksunya beda. Diakuinya, memang tak sembarang kayu boleh dijadikan bahan baku pembuatan sanggah-yang notabene sebagai tempat yang disucikan umat Hindu. Kayu yang bisa dipakai di antaranya kayu cempaka, kayu cendana, dan kayu majegau. Ia sendiri memakai kayu cempaka karena bahan bakunya lebih mudah dicari dibandingkan kayu lainnya. Dalam proses pengerjaannya, Tut Nano memulainya dari kayu yang masih berbentuk balok. Sebelum diproses, kayu ini sudah dikeringkan dulu selama 5-6 bulan. Sebut saja pengerjaan Sanggah rong tiga (kemulan) diselesaikan dalam waktu 1,5 bulan. Sanggah jadi yang sudah difinishing prada (warna emas/gold) lengkap dengan ukiran standar ini ditawarkan dengan harga Rp 17 juta. Ada juga sanggah taksu dengan ukiran super yang ditawarkan hingga Rp 35 juta. “Ini kualitas

Tut Nano

bahan dan ukirannya berbeda,” ujar Tut Nano, yang mengatakan kini masyarakat lebih suka membeli sanggah jadi yang full ukiran, karena lebih praktis. Konsumennya sendiri tak hanya dari wilayah sekitar Desa Jehem, namun hingga ke Karangasem, Klungkung, Denpasar, Nusa Dua, bahkan Nusa Penida.

Selama proses pengerjaan dari nol sampai jadi, ia mengaku tak ada kendala berarti. “Paling yang membuat prosesnya agak lama ketika bahan bakunya sulit dicari dan proses ngukirnya karena dilakukan manual oleh khusus tukang ukir (bukan dirinya),” ucapnya. Dalam pengerjaannya itu juga melalui banyak tahapan. Setelah membuah sikut, sanggah dirakit. Kemudian dibuka untuk diukir, selesai diukir dirakit kembali. “Pada saat dirakit ini harus mencari hari baik (dewasa ayu),” ujar Tut Nano. Ia yang memberi label “Nano Sanggah” pada produk kerajinannya itu juga menjual karas-tempat prasasti dan pratima sebagai benda yang disakralkan umat Hindu. Ada juga variasi naga, dan variasi simbar waton yang umum dipasang di bucu, serta tabing/dinding sanggah. “Respons pengunjung sangat bagus,” ujar Tut Nano yang mengaku baru pertamakalinya ikut berpameran di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 ini. (Inten Indrawati)

17


16

Pelesir

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Belakangan, banyak masyarakat memiliki hobi mengambil foto diri dengan latar belakang objek-objek unik dan menarik. Gaya berfoto ini, populer disebut dengan selfie. Berkembangnya gaya foto selfie ini membuat orang berlomba-lomba mencari spot foto bagus untuk diunggah di media sosial. Dengan ngetrendnya foto selfie, maka menjamur pula tempat-tempat wisata yang menyediakan tempat untuk ber-selfie ria.

S

alah satunya, Rumah Hobbit Pedawa yang berada di Dusun Asah, Desa Pedawa, belakangan ini menjadi perbincangan di kalangan remaja. Rumah mungil dengan desain unik ini memang sangat pas digunakan untuk tempat selfie. Menurut Ketut Sudi Harta, sang penggagas, awalnya Rumah Hobbit dibangun hanya untuk menutupi bak penampungan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Namun siapa sangka, ditangan orang kreatif rumah sederhana disulap menjadi rumah bernilai artistik tinggi. “Memang awalnya hanya untuk menutupi bak penampungan air dan memang di dalamnya belum ada apa-apa,” jelasnya. Sudi Harta mengatakan, pembuatan Rumah Hobbit terinspirasi dari sebuah film yang berjudul Lord of the Rings yang menceri-

“Rumah Hobbit”

Wisata Selfie Pertama di Pedawa takan tokoh kecil, pendek yang disebut dengan Hobbit. Dengan tubuh yang pendek maka rumahnya pun akan dibangun sangat mungil sesuai dengan tubuh dari para Hobbit. “Saya suka nonton filmnya, menurut saya Hobbit itu bukan orang yang memiliki kekurangan justru memiliki kelebihan,” imbuhnya. Ia juga menambahkan, menjamurnya tempat wisata selfie di Buleleng membuat dirinya juga ingin mengenalkan Rumah Hobbit kepada masyarakat. Dirinya mengklaim jika rumah Hobbit miliknya merupakan wisata pertama yang ada di Bali. “Memang banyak wisata selfie, dan masing-masing punya produk yang ditawarkan. Untuk rumah Hobbit memang belum ada dibangun di Bali,” jelasnya. Uniknya, dalam pembuatan, pihaknya menggunakan bahanbahan bekas yang sudah tidak terpakai, seperti kayu-kayu pohon kopi yang tidak terpakai, bambu, akar-akar pohon, kaleng bekas dan ranting buah kolang-kaling. “Kami membuat dengan bahanbahan yang memang sudah tidak dipakai agar menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni,” ucap Sudi Harta.

Sekumpul hingga ke Bendungan Gandameru. Pembersihan dan pembuatan alur air untuk wisata rafting dan tubing dilakukan selama satu minggu dengan peralatan seadanya. Kegiatan gotong royong juga dilakukan sambil uji coba aliran menelusuri arus air menggunakan perahu rafting dan tubing. Seperti diketahui rafting adalah sebuah aktifitas yang memadukan unsur petualangan adventure, edukasi, olahraga, dan rekreasi dengan mengarungi alur sungai menggunakan media boat karet, dayung, kayak, dan kano. Selain menguji nyali, aktifitas rafting juga beresiko namun asal setia mengikuti aba-aba yang diberikan pemandu, maka

Menyanyi merupakan hobbi yang dimiliki oleh Kadek Ferri Kurniawan sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dianugrahi suara merdu, tak lantas membuatnya berbesar hati. Justru ia semakin mengembangkan bakat dengan mengikuti berbagai ajang perlombaan. Kompetisi menyanyi ia diikuti dari tingkat kabupaten hingga nasional.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Ferri Kurniawan

Rumah Hobbit Pedawa.

Setelah dibangun beberapa waktu lalu, foto rumah Hobbit kemudian diunggah ke berbagai media sosial. Rupanya, desainnya yang unik mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Rata-rata mereka yang datang mengetahui keberadaan objek wisata ini dari media sosial. Untuk dapat masuk dan ber-selfie, pengunjung tidak dikenakan biaya

apapun, ditambah akan disuguhi kopi khas Pedawa beserta gula aren, lengkap dengan senggait (jajanan khas Pedawa). “Ya, karena belum dibuka resmi jadi belum kami kenakan biaya masuk, nanti jika sudah banyak yang tahu baru akan kami tetapkan tiket masuknya,” tambahnya. Selain Rumah Hobbit, dengan luas lahan yang ada, dirinya akan

melengkapi dengan akomodasi penginapan, tempat makan dengan menyediakan makan khas Pedawa, dan tempat roasting kopi dari tradisional hingga modern. “Kami akan kembangkan secara bertahap karena memerlukan modal yang cukup besar, yang terpenting bagaimana Pedawa ini dikenal sebagai tempat wisata Bali Aga,” tegasnya. (Wiwin Meliana)

semua akan aman-aman saja. Menurut Ketua Desa Wisata Desa Sudaji, Gede Suharsana mengatakan, wisata rafting ini dikelola oleh Koperasi Wisata Ista Graha Shanti yang dibentuk oleh Pokdarwis Gandameru desa Sudaji. “Bapak Bupati juga telah meninjau lokasi dari wisata rafting ini 22 Juni lalu,” ungkapnya. Pada tahap uji coba, kegiat­ an rafting masih terkendala keberadaan batu-batu di jalur raf­ting yang kurang tertata se­ hingga perlu dilakukan pembenahan dan penataan kembali. Sementara itu, Inisiator Raf­ ting Sudaji, Ketut Susana yang akrab disapa Sansan mengatakan, wisata rafting ini dirintis sejak tujuh tahun lalu. “Kini tahap uji coba mulai dilakukan dengan menggandeng instruktur berpengalaman yang telah menjelajah hampir 40 sungai di Indonesia,” ujar Sansan, Minggu kemarin (18/6). Diklaim, wisata rafting ini merupakan wisata rafting pertama di Bali Utara dan akan menjadi wahana baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali Utara. dengan didukung oleh Gabungan Wisata Tirta dan juga oleh PHRI Cabang Buleleng, maka diharapkan pengelolaan wisata

Uji coba wisata rafting di Desa Sudaji

rafting ini akan professional ke depannya. Disisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan mendukung kegiatan tersebut semasih taat pada aturan yang berlaku. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pengelola untuk melakukan pembinaan. Hal yang paling penting, dalam pengembangan potensi desa, agar tetap menjaga sapta pesona tanpa merusak lingkungan disekitarnya. “Keselamat wisatawan harus diutamakan. Wisata ini agar dikel-

ola secara professional dengan konsep sapta pesona. Ke depan juga perlu dilengkapi dengan wahana yang memungkinkan wisatawan membuat kenangan dengan berselfie ria,” ungkap Sutrisna. Sutrisna juga berharap pihak pengelola melakukan koordinasi dengan desa tetangga baik aparat desa maupun Pokdarwis. “Aliran sungai ini dari air terjun Sekumpul yang ada di desa Sekumpul, jadi harus tetap dikoordinasikan dengan desa tersebut pula,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

9

Fokus Rilis Single

selalu men­d apat support dari keluarga besar. Dukungan inilah yang membuatnya mampu melakukan pekerjaan dan hobi dengan sejalan. “Support terbesar memang datang dari keluarga,” jelasnya. Menariknya, selain memiliki suara merdu, anak kedua dari pasangan Ni Putu Sukmawati dan Made Wartawan juga memiliki wajah yang tampan dan wawasan yang luas. Sehingga selain menjuarai kompetisi menyanyi, ia juga dinobatkan sebagai Runner Up Putra Undiksha 2009 dan Juara Pertama Pangeran Bahasa Indonesia 2009. Beberapa prestasi yang telah diraih di dunia tarik suara di

G

Desa Sudaji Kelola Wisata Rafting Dikenal sebagai Desa Wisata dengan menonjolkan kearifan lokalnya, kini Desa Sudaji kembali menunjukkan eksistensinya di dunia pariwisata. Ini dilakukan dengan mengembangkan dan mengelola potensi alam yang dimiliki. Salah satunya aliran sungai yang merupakan alur dari air terjun Sekumpul dengan bermuara di Bendungan Gandameru. Sungai tersebut, rencananya akan dimanfaatkan untuk wisata arum jeram atau rafting. Dalam rangka mempersiapkan itu objek wisata tersebut, masyarakat Desa Sudaji bergotong royong membersihkan aliran sungai dari air Terjun

Dara

aris keturunan yang berdarah seni rupanya juga diwarisi dari sang kakek. Kakeknya merupakan seniman yang gemar dengan lagu keroncong dan geguritan. Pria yang akrab disapa Ferri ini mengaku

antaranya, Runner Up Bintang Radio Indonesia RRI Singaraja tahun 20013, 2015, dan 2016, Finalis 12 Besar New AFI Indosiar 2013, Runner Up BRTV Bali TV 2008, juara 1 lomba lagu Pop Bali PKB tahun 2009 dan 2013, dan juara 1 lomba Pop Indonesia Dies Natalis Undiksha 2009 dan 2010. Terbaru, ia berhasil menjadi Juara 1 Lomba Nyanyi Pop Indonesia Se- Kabupaten Buleleng tahun 2017. Meskipun telah meraih segudang prestasi tidak lantas membuat pria yang menambatkan kuliahnya di jurusan Bahasa Indonesia Undiksha ini lupa akan tugasnya sebagai seorang tenaga pendidik. Menurutnya, hobbi dan pekerjaan bisa dilakukan sejalan asalkan bisa mengatur waktu dan menempatkan diri sehingga tidak ada yang terabaikan. “Tetap fokus untuk kedua passion yang berbeda

tersebut sebagai penyanyi dan juga pendidik, asalkan satu sama lainnya tidak saling menganggu,” ungkapnya. Lama berkecimpung di dunia tarik suara, rupanya membuat pria yang berasal dari Tejakula, Buleleng tersebut lebih fokus merilis single ketimbang album. Beberapa single Yang sudah di publish di antaranya album kompilasi BRTV Bali TV 2008 dengan 2 Single andalan yg berjudul Rindu Dihati dan Pedidian dengan mengusung tema Cinta dan Persahabatan. Rencananya, dirinya akan menggarap project Single Pop Indonesia dengan Judul Perjalanan Cinta, Sahabat, dan Aku Harus Pergi dengan masih mengusung Tema Cinta, dan Persahabatan. “Kalau album masih dalam proses, saat ini masih fokus dulu merilis singlesingle saja,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

The Body Shop Hadirkan Konsep Baru di Beachwalk Pelanggan The Body Shop di Bali kini bisa menikmati suasana belanja yang berbeda. Selain bisa mencoba produk dengan nyaman, pelanggan pun memperoleh pengalaman baru yakni berinteraksi secara digital. Konsumen bisa mengetahui informasi lengkap mengenai produk dan asal-usul bahan dasarnya melalui icon wall unit yang menyajikan informasi seperti film sehingga pelanggan bisa mengetahui informasi tanpa merasa bosan. Mereka juga bisa mengecek tipe kulitnya secara digital melalui alat skin diagnostic yang memudahkan pelanggan untuk mengetahui jenis kulit dan produk yang cocok. The Body Shop dengan konsep baru ini hadir di Beacwalk Shopping Center Bali untuk memberikan pengalaman belanja baru bagi pelanggannya. Konsep toko yang dua kali lebih luas dari sebelumnya ini, hadir dengan suasana bukan hanya lebih hijau tapi juga dan lebih atraktif. Agus Deniawan, Regional Operation Manager The Body Shop

Indonesia mengatakan The Body Shop merupakan produk kosmetik asal Inggris yang memiliki beragam produk head to toe bagi laki-laki dan perempuan. Sudah 25 tahun The Body Shop hadir di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perawatan kecantikan masyarakat Indonesia. Saat ini, The Body Shop memiliki 150 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai pionir dalam mengampanyekan penghentian uji coba kosmetik terhadap hewan, The Body Shop juga meluncurkan kampanye global bertajuk “Forever Against Animal Testing”. Sejak awal Juni 2017 mereka juga mengajak seluruh customer untuk ikut menandatangani petisi kampanye global “Forever Against Animal Testing” hingga akhir 2018 yang akan datang. Deniawan menambahkan The Body Shop adalah merek kecantikan internasional pertama yang berkampanye melawan praktik pengujian hewan di bidang kosmetik sejak tahun 1989. Kampanye ini bertujuan

mendorong Perserikatan BangsaBangsa untuk mengeluarkan sebuah konvensi internasional pelarangan pengujian kosmetik pada hewan. Salah satu bentuk tanggung jawab The Body Shop terhadap lingkungan hidup adalah program “Bring Back Our Bottle”

yang mengajak customer untuk mengembalikan kemasan kosong produk The Body Shop yang akan dikumpulkan dan hasil pengolahannya digunakan untuk pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian The Body Shop memastikan bahwa sampah dari kemasan bekasnya dikelola dan

tidak menjadi timbunan sampah yang mencemari lingkungan. Sejak tahun 2016, pelanggan juga diajak untuk memberikan donasi bagi penyelamatan hutan Batang Toru di Sumatra Utara. Hutan Batang Toru adalah rumah bagi Orang Utan Sumatra yang terancam punah. (Sri Ardhini)


10

Kreasi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Vibrasi Kerukunan dan Kedamaian dari Janger Girang dan ceria adalah ciri khas penampilan tari janger. Tari pergaulan muda-mudi ala Bali ini lazimnya dibawakan oleh sekelompok penari wanita dan pria. Di arena PKB ke-39, janger secara khusus dijadikan titik tolak kreativitas yang disebut jejangeran. Kreasi tari ini dijadikan materi yang wajib ditampilkan dalam Parade Gong Kebyar Wanita Se-Bali.

H

adirnya tari kreasi yang berangkat dari janger dalam pagelaran gong kebyar memberikan nuansa segar, dan tampak sangat tepat disajikan pada Parade Gong Kebyar Wanita. Sebab, seni pertunjukan yang dinamakan janger, berasal dari sebutan para penari wanitanya yaitu janger, sedang penari prianya disebut kecak. Ketika dijadikan pijakan kreativitas, janger tak hanya menjadi kesenian hiburan ringan semata namun sarat dengan greget estetik, baik yang ditunjukkan dalam olah tata tarinya maupun dari senandung vokalnya. Menariknya, pesan moral meluas, tidak lagi melulu tentang dunia muda-mudi, namun mengejar kontektualitas, apakah

itu tentang tema PKB 2017, Ulun Danu, atau tentang sesuatu yang sedang aktual dan jadi fenomena di tengah masyarakat. Melongok perjalanannya di masa lampu, tari janger adalah seni pentas yang akrab dengan masyarakat dan fleksibel menyesuaikan diri dengan dinamika sosial kultural lingkungannya. Era awal tahun 1960-an, janger semarak dengan pesan-pesan emosional konfrontasi dengan Malaysia. Menjelang meletusnya apa yang disebut G30S/PKI tahun 1965, tari janger menjadi corong dua partai yang bersaing sengit saat itu yaitu PNI vs PKI. Lagu-lagu yang dikumandangkan tari janger tersebut adalah jargon-jargon dan ideologi partai. Namun sejak tahun 1966, tari dan nyanyian

janger redup tak terlihat dan tak terdengar. Akibat dari tak sedikit seniman janger yang dianggap binaan PKI yang dibunuh, kesenian yang sarat keriangan ini trauma berat. Hampir semua seniman tak berani mejangeran. Trauma tari janger itu baru sembuh setelah stabilnya pemerintahnya Orde Baru pada tahun 1970-an. Akan tetapi, lagi-lagi janger harus menyesuaikan diri

dengan situasi dan kondisi sosial politik. Pementasan-pementasan tari janger yang berkaitan dengan program pemerintah tak lupa harus menyelipkan pesan-pesan keberhasilan pembangunan, KB misalnya. Beruntung, dalam rentang tahun yang sama, janger menggeliat gairah tidak hanya di Bali namun juga bergaung di forum nasional. Adalah seniman Guruh Sukarno Putra bersama grup musiknya, Guruh Gipsy, menerbitkan album rekaman musik pada tahun 1977, yang salah satunya memperdengarkan lagu janger. Pada tahun 1980-an, film Gita Cinta Dari SMA, dalam sebuah adegannya memperlihatkan kelincahan para remaja Jakarta membawakan tari janger. Bali Utara diperkirakan sebagai penyemai lahirnya tari janger. Ada pula dugaan janger bertransformasi dari koor laki dan perempuan dari tarian sakral magis ritual sanghyang. Tentu, semua itu perlu diteliti lebih jauh. Namun yang diketahui pada umumnya oleh masyarakat Bali adalah bahwa Janger Kedaton, Badung (kini Denpasar) telah melambung namanya sebelum kemerdekaan RI. Lalu, ketika jagat kepariwisataan Bali menggeliat pada tahun 1970-an, Janger Peliatan banyak direkomendasikan untuk disaksikan para pelancong. Sementara itu di Jakarta, pada 1980-an, kelompok anak muda kreatif yang dikomandoi Guruh Sukarno Putra, Swara Mahardhika, juga sangat getol memperkenalkan janger dan tari Nusantara lainnya

di Jakarta hingga Yogyakarta. Kini, tari janger di tengah masyarakat Bali, selain dipergelarkan sebagai tari balih-balihan dan tontonan turistik, juga digairahkan dalam ajang PKB. Termasuk, dijadikan orientasi estetik garap tari kreasi jejangeran dalam seni pentas primadona PKB, gong kebyar. Kreasi tari jejangeran yang ditampilkan Gong Kebyar Wanita Gianyar, sekaa gong Pandawa, Banjar Tarukan, Mas, Ubud, patut diberi salut. Karakteristik janger yang girang berhasil menggugah penonton lewat keceriaan nyanyian secara bersama maupun bersahut-sahutan para penari janger dan kecak. Tampil dengan tata busana warna-warni cerah keemasan dan kipas besar bak pelangi, tampak kreasi tari ini menggapai kontekstualitas yaitu tentang air sumber kehidupan, sebagai bentuk penjabaran dari tema PKB 2017. Tema pelestarian air itu diungkapkan lewat alunan tembang syahdu oleh seorang penari janger dan dielaborasi dalam terjemahan secara verbal oleh seorang penari kecak. Pada konstruksi koreografinya, kekentalan tari tradisi Bali tampak dominan, namun pada bagian klimaks tariannya nan lincah penuh semangat, gurat-gurat elemen tari Nusantara yang jalin menjalin bergelora begitu rukun dan damai. Sejatinya, rukun dan damai adalah moralitas dari tari janger. Kini dalam tari kreasi jejangeran yang wajib disuguhkan oleh wakil kabupaten/kota Parade Gong Kebyar Wanita Se-Bali dalam PKB 2017, tentu saja diharapkan memberikan vibrasi rukun dan damai, bukan saja bagi masyarakat Bali, namun juga kerukunan dan kedamaian serta kokohnya keberagaman Indonesia kita dalam berbangsa dan bernegara. Duta Kabupaten Buleleng yang mengutus grup gamelan wanita Pradana Gita Kencana, Desa Gobleg, juga mengetengahkan bagaimana rukun dan damainya kehidupan muda mudi yang saling asah asih. Tampil dengan busana gemerlap, tema air sebagai sumber kehidupan dilontarkan secara lantang dan kencang oleh seorang penari kecak pada bagian tengah garapan jejangeran-nya. Menonton kreasi tari jejengaran di PKB, hidup ini terasa tenteram. (Kadek Suartaya)

Style

Gaya saat Travelling Pekan ini Style Tokoh tampil beda. Mengintip penampilan seorang model papan atas Bali, yakni Ratih Dhamma saat melakukan traveling. Sebab outfit juga menjadi salah satu poin penting agar mood saat beraktivitas terasa menyenangkan.

M

elihat busana yang dikenakan, nampak Ratih adalah sosok yang suka tampil simple namun classy. Menurut model yang sudah menjajal beberapa destinasi seperti Thailand, China, Singapura, Jepang , Australia, Cambodia dan lainnya ini, apapun gaya yang akan dipilih, pertimbangkan destinasi tujuan, agar selalu modis namun tetap nyaman. Selain itu, busana hendaknya disesuaikan dengan cuaca. Pada saat cerah dan panas katanya, cukup kenakan busana kasual, seperti kaos dan jeans dilengkapi running shoes dan topi untuk

tampil casual sporty. Begitu pun sebaliknya ketika musim dingin, bisa tetap dengan sepatu kets dengan jaket serta baju hangat berlayer atau mengenakan coat dengan sepatu boots. Sementara saat di bandara hingga di pesawat, gaya casual bisa dilengkapi dengan scarf, untuk menjadikan lebih hangat tapi tetap fashionable. Setelah, melihat Style kali ini, mungkin Anda bisa mendapatkan inspirasi seperti apa gaya busana saat traveling agar tetap menarik, terutama saat mengabadikan momen di tempat wisata. (Sri Ardhini)

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

15


14

Jelita

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Satu Aksesoris Dua Gaya

Saat ini sedang tren memakai kalung dengan liontin besar. Bahkan, aneka model aksesoris dari perak dengan warna bakar dan emas, mulai digandrungi tua dan muda.

M

enurut Putu Sudi Adnyani atau yang akrab disapa Bu Bara, saat ini orang tidak lagi malu-malu dalam menunjukkan gaya dalam berbusana baik itu pakaian adat Bali atau pun santai. Apalagi, dalam berbusana pemakaian aksesoris sangat diperlukan untuk menambah sempurnanya penampilan. Ia sendiri sengaja berkreasi dengan aksesoris yang bentuknya lebih besar selain karena dia sendiri memang menyukainya, dia juga melihat kecenderungan tren sekarang memang memakai aksesoris yang agak besar. “Saat ini tidak melihat apa pun bentuk tubuh di pemakai, kalau sudah yang namanya tren dan

Bugar Tidak sedikit pria yang merasa tidak bergairah lagi terhadap istrinya karena sang istri telah kehilangan daya tarik fisiknya. Di sisi lain, tidak sedikit juga istri yang merasa tidak tertarik lagi kepada suaminya kare­ na penampilan fisik sang suami tidak seperti yang disukai. Wajarkah keluhan seperti itu? Ataukah hanya sesuatu yang mengada-ada.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Seks dan Daya Tarik tinggi, mata (11%), dada dan bahu berotot (1%), lengan berotot (0%), tubuh ram­ping (15%), penis besar (2%), bokong (39%), dll (27%). Hasil survei ini cuma sekadar contoh bahwa daya tarik fisik seseorang belum tentu merupakan daya tarik lawan jenis atau orang lain. Hasil survei di Inggris menunjukkan lima bagian tubuh yang dianggap menarik lawan jenis. Pada pria, lima bagian tubuh yang menarik bagi perempuan, wajah (55%), (rambut 8%), bahu (7%), dada (6%) dan tangan (4%). Di pihak lain, lima bagian tubuh perempuan yang dianggap menarik oleh pria, wajah (32 %), tungkai (25%), payudara (18%), rambut ( 5%), dan bokong (4%).

P

Putu Sudi Adnyani

Ani Astini

si pemakai merasa nyaman, ya sudah mereka pakai. Yang melihat pun terbiasa karena sudah menjadi tren,” ujar Bu Bara yang ditemui di salah satu stan kerajinan di areal Pesta Kese­ nian Bali, pekan lalu. Ia mengatakan, saat ini sedang digalakkan agar para perempuan baik muda dan dewasa menyukai memakai kamen, karena itu, de­ ngan ditunjang aksesoris berupa bros dan kalung yang agak besar jadi terlihat lebih anggun dan gaya. Bukan hanya perempuan, ia sen­ diri juga sudah membuat koleksi untuk

para laki-laki yang akan pergi kundangan sehingga membuat penampilannya lebih prima dan maskulin. Hal ini terinspirasi dari gaya para raja-raja yang biasa memakai bros agar terlihat lebih gagah. Sementara, menurut Ani Astini pemilik Krisna Silver, kalung dengan liontin agak besar merupakan kombinasi bros dan kalung sehingga kita cukup memakai satu aksesoris saja tapi sudah terlihat gaya.

Kalau ingin yang mewah bisa memilih yang gold,” ujarnya. Ia juga memberikan tips dalam memakai kalung. “Bagi yang bertubuh pendek pakailah kalung yang agak panjang, agar terlihat lebih tinggi, sementara yang gemuk pakai model yang memanjang. Sedangkan bagi yang bertubuh tinggi, tidak masalah dia mau pilih aksesoris yang apa saja,” kata Ani. Memang ia mengakui, saat ini tren memakai kalung de­

ngan bros sebagai liontin sudah menjadi tren. Namun, bentuk dari bros sebaiknya disesuaikan dengan karakter busana dan si pemakainya. “Agar tidak terlalu kebesaran brosnya,” sarannya. Ia mengatakan, kalung dan bros ini bisa dipakai kapan saja dalam berbagai kesempatan. Asal disesuaikan dengan acara­ nya, misalnya untuk ke pesta bisa dipakai yang lebih besar dengan bentuk yang unik agar terlihat lebih mewah. (Wirati Astiti)

rof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Guru Besar Fakultas Kedokteran Unud dan dokter ahli andrologi dan seksologi ini menjawab semua pertanyaan tersebut dalam satu bab dalam bukunya yang berjudul “Seks dan Kualitas Hidup”. Mungkin banyak orang berpendapat, penampilan fisik tidak diperlukan lagi bagi pasangan suami istri dalam kaitannya dengan hubungan seksual. Apalagi, kalau mereka beranggapan tujuan membentuk sebuah keluarga telah tercapai. Maka, banyak istri kemudian tidak lagi memperhatikan penampilan fisiknya. Di pihak lain, banyak juga suami yang menganggap perempuan tidak terpengaruh oleh penampilan fisik pria. Mereka bahkan beranggapan istri telah merasa puas bila telah mempunyai anak, cukup mendapat perhatian, dan cukup secara ekonomi. Pendapat ini sungguh tidak benar dan tidak realistis. Segala bentuk kegiatan seksual sampai pada hubungan seksual merupakan suatu kegiatan yang melibatkan faktor fisik dan psikis. Keduanya berkaitan sangat erat dan bekerja secara sinergis, sehingga sangat sulit dipisahkan. Ini berarti unsur fisik dan psikis menjadi satu ketika seseorang melakukan berbagai aktivitas seksual sampai pada hubungan seksual. Sebagai sebuah kegiatan fisik, maka untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan, diperlukan kondisi fisik yang baik pula. Hubungan seksual memerlukan energi, sama seperti kegiatan fisik yang lain. Sebagai perbandingan coba kita lihat energi yang diperlukan dalam melakukan kegiatan fisik. Dengan ukuran energi dalam MET (metabolic equivalent of task). Berjalan 3 km/jam memerlukan 2 MET, berjalan 4,5 km/jam 3 MET, hubungan seksual sebelum orgasme 2-3 MET, hubungan seksual saat orgasme 3-4 MET, bersepeda 15 km/jam 6-7 MET, melakukan treadmill 6,5 km/jam memerlukan 13 MET. Dorongan seksual, sebagai energi dasar untuk menimbulkan reaksi seksual, juga sangat dipengaruhi faktor fisik dan faktor psikis. Ada empat faktor yang termasuk di dalamnya, yaitu hormon seks, berbagai rangsangan sesual yang diterima, pengalaman sesksual sebelumnya, dan banyak faktor yang termasuk faktor psikis.

Koleksi Bara Silver

Koleksi Krisna Silver

TUBUH DAN JIWA MERUPAKAN SEBAB AKIBAT Ketika seseorang tenggelam dalam khayalan erotik, dorongan seksual menjadi makin kuat. Lebih jauh dorongan seksual yang cukup dapat menimbulkan reaksi seksual sehingga mampu melakukan hubungan seksual. Di sisi lain, karena pengaruh faktor fisik, milsanya sentuhan yang erotik, dorongan seksual dapat juga muncul. Pada umumnya kedua faktor, fisik dan psikis, bekerja secara sinergis dalam menimbulkan reaksi seksual. Salah satu faktor penting yang memenga­ruhi rangsangan seksual adalah

11

Buku Seks dan Kualitas Hidup

daya tarik fisik. Keadaan fisik tertentu mungkin menimbulkan daya tarik sese­ orang tetapi tidak demikian bagi orang lain. Yang pasti daya tarik fisik merupakan hal yang penting dalam kehidupan seksual. Maka bukanlah sesuatu yang aneh bila seorang suami mengaku tidak tertarik lagi kepada istrinya karena istrinya semakin gemuk. Begitu juga, seorang istri mengaku kehilangan gairah seksual karena perut suaminya semakin gendut. Contoh tadi menunjukkan betapa daya tarik secara fisik cukup memegang pera­ nan penting dalam kehidupan ssksual suami istri. Namun, bukan berarti faktor nonfisik menjadi tidak berarti dalam hubungan seksual. Setidaknya daya tarik fisik dan nonfisik harus tetap diperhatikan agar kehidupan seksual tetap berlangsung normal dan harmonis. Daya tarik nonfisik antara lain sikap dan kebiasaan, pola hidup, cara berkomunikasi, dan bersosialisasi. Jadi jangan heran kalau ada orang lebih tertarik kepada seseorang yang secara fisik tidak terlihat menarik. Boleh jadi karena daya tarik nonfisiknya lebih kuat. Melupakan daya tarik fisik dan semata-mata hanya mengandalkan daya tarik nonfisik adalah sesuatu yang tidak rasional. Tubuh dan jiwa sangat berhubungan erat bahkan merupakan sebab akibat. Proses pendekatan pria dan perempuan acapkali bermula dari daya tarik fisik. Satu survei dilakukan Village Voice di AS, dengan jelas menunjukkan perbedaan antara anggapan pria dengan yang sebenarnya disenangi perempuan tentang penampilan pria. Hasi survei menunjukkan pria menganggap perempuan mengagumi tubuh yang tinggi (13%), mata (4%), dada dan bahu berotot (21%), lengan berotot (18%), tubuh ramping (7%), penis besar (15%), dll (8%). Tetapi ternyata perempuan sendiri memberi jawaban yang berbeda yakni, hanya 5% yang mengagumi tubuh

PERLU KETERBUKAAN Tampaknya wajah merupakan bagian tubuh yang menarik bagi pria dan perempuan. Maka tidak berlebihan bila orang berupaya memiliki wajah yang menarik. Tentu tidak cukup hanya cantik atau memiliki daya tarik fisik lain, tubuh juga harus sehat demikian juga jiwa. Gaya hidup tidak sehat, kurang

tidur dapat mengakibatkan penuaan dini. Penyakit tertentu dapat mengakibatkan hilangnya daya tarik fisik. Termasuk juga, penggunaan obat tertentu dapat menimbulkan perubahan pada tubuh sebagai efek sampingnya. Dalam urusan seksual tidak dapat dimungkiri daya tarik fisik berperan sangat penting. Masalahnya, perlu adanya keterbukaan untuk berbicara tentang daya tarik fisik yang diinginkan dari pasangan masingmasing. Seorang istri misalnya tidak selalu mampu mengatakan kepada suaminya ia tidak senang dengan perut suaminya yang semakin membulat. Seorang suami juga tidak mampu mengatakan tidak senang melihat tubuh istrinya yang semakin tidak terurus. Tanpa keterbukaan masingmasing, tidak akan ada yang tahu daya tarik fisik macam apa yang disenangi atau tidak disenangi oleh pasangannya yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi seksualnya. Masalahnya, bagaimana cara yang ditempuh untuk memelihara penampilan fisik. Tentu saja cara yang ditempuh untuk memelihara penampilan fisik haruslah cara yang benar dan ilmiah. Kalau tidak, mungkin saja timbul akibat buruk yang bahkan semakin mengacaukan penampilan. Intinya, daya tarik fisik memang bukan segalanya dalam kehidupan seksual, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa ia merupakan satu faktor sangat penting. Jadi sungguh salah, kalau diabaikan begitu saja. (Wirati Astiti)

WAROENG GUNG KAK SANUR, MENU ITALIAN FOOD DENGAN MASAKAN KHAS BALI

GUSTI WEDAKARNA BANGGA BERTAMBAHNYA WARUNG SUKLA DI BALI

katkan pengenalan dan pemahaman konsumen terhadap menu maka­ nan yang sudah dibuat. Konsumen akan memu­ tuskan untuk membeli menu yang ditawarkan oleh restoran yang pada akhirnya harapan yang diinginkan restoran dapat tercapai. Selain itu, promosi bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan ma­ kanan sesuai dengan target yang ditetapkan. Dengan meningkatnya volume penjualan maka SATYAGRAHA – Senator DPD RI Shri I Gusti Ngurah Arya akan meningkatkan laba Wedakarna MWS III di Waroeng Gung Kak di Jl. By Pass Ngurah Rai yang akan diperoleh No.343, Sanur Kauh, Denpasar oleh suatu restoran. Gusti Wedakarna merasa bangga akan bertambah­ Gerakan Satyagraha Sukla yang merupa­ nya restoran sukla di Bali, dimana pada saat kan siasat orang Bali untuk menghadapi UU ini sudah dikenal sebagai gerakan satyagraha No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk sukla yang diharapkan bisa membantu per­ Halal kembali menggelora. Dalam dunia bisnis ekonomian masyarakat Bali khususnya. makanan, keputusan pembelian dapat dipe­ Gerakan Satyagraha Sukla ini merupakan ngaruhi oleh berbagai macam hal. Seperti hal­ gerakan pemberdayaan ekonomi umat Hindu. nya promosi, yang merupakan strategi sebuah Iapun menilai bahwa ke depan bisnis kuliner restoran untuk dapat menarik konsumen sukla akan booming di Indonesia mengingat untuk membeli menu yang ditawarkan pada segmentasinya bukan hanya orang Bali tapi setiap restoran. pangsa internasional. “Saya akan dorong terus Harapan agar gerakan sukla satyagraha ini agar pengusaha muda di Bali lebih banyak bisa dilestarikan terus digelorakan oleh Sena­ Risk Taker Generation. Apalagi bisnis makanan tor DPD RI asal Bali, Dr. Shri I Gusti Ngurah ini adalah bisnis yang paling menjanjikan. Arya Wedakarna MWS III saat mengunjungi Saya salut, masih ada hidangan dari olahan Waroeng Gung Kak milik I Gusti Agung Ketut daging babi di sini, Saya apresiasi karena ma­ Wiryawan di Jalan By Pass Ngurah Rai No.343, kanan khas Bali masih menjadi ikon Waroeng Sanur Kauh, Denpasar. Gung Kak. Sejak gerakan sukla ini dimulai Setiap restoran pada dasarnya berharap pada tahun 2014, kini bisa dilihat bagaimana agar menu yang dihasilkannya dapat dike­ Bali marak dengan pedagang babi guling, babi nal dan dinikmati masyarakat, diakui dan genyol dan usaha anak muda di olahan babi. dipercaya konsumen dalam memenuhi dan Ini akan menjadi daya tarik tersendiri agar memuaskan kebutuhan hidupnya. Berbagai dipertahankan,” ujar Gusti Wedakarna. usaha promosi pun dilakukan untuk mening­


12

Kuliner

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Demo Masak Chef Wayan Sudarpa di Festival ke Uma

“Pelalah Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah” Wow… lezat dan mantap. Kesan itulah yang terucap setelah mencicipi dua menu tradisional yakni “Pelalah Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah”. Kedua menu yang mengundang selera itu adalah hasil demonstrasi masak oleh seorang Chef Hotel, I Wayan Sudarpa dalam Festival ke Uma 2017 di Subak Uma Ole, Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Marga – Tabanan. Selain menggunakan bahan lokal, kedua menu itu juga sangat dekat dengan para petani dan sawah di dusun itu.

“P

e l a l a h Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah” memang sering disajikan oleh para petani ketika sedang melakukan sebuah pekerjaan secara gotong rotong di carik (sawah). Namun dalam penyajiannya, sangat sederhana dan sering kali tidak lengkap. “Pelalah Manuk” yang tergolong menu elit dan mahal jarang disajikan kepada para petani. Mereka merasa cukup makan dengan “Jukut Gedang Mekuah” saja, kecuali pada hari-hari tertentu. Kalau pun penyajiannya lengkap, tidak akan sebagus seperti penyajian tamu hotel. Dulu, kedua menu itu biasa disajikan pada saat matekap (membajak sawah menggunakan binatang sapi) nandur (menanam padi), saat mendiri-

kan kubu (bangunan sederhana dengan menggunakan peralatan dari alam) dan pekerjaan bersama-sama lainnya. “Kedua menu ini memang sudah ada sebelumnya, saya hanya menampilkan kembali dengan mengolah secara profesional seperti halnya masak di hotel,” ungkap Chef Wayan Sudarpa. Dengan busana yang santai, ala petani, chef hotel yang sudah berpengalaman sejak 1992 itu tampil dihadapan anak-anak merupakan pengunjung festival. Maklum, festival yang digelar Sanggar Buratwangi dan Sanggar Wintang Rare ini memang bertujuan mengajak anak-anak bermain tradisional dan mengenal sawah, sehingga menjadi lebih lengkap diajak mengenal makanan dusun pula. “Biar lebih klop. Anak-anak bermain di sawah kemudian mencicipi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menu Sumatra dan Madura di “Adorable Indonesia” Setelah sukses memanjakan selera para tamunya dengan menu masakan khas Pulau Jawa dan Sulawesi di ­kuartal lalu, Jempiring Restaurant kembali hadir dengan menu khas Indonesia yang lainnya dari Sumatra dan Madura ­dalam menu “Adorable Indonesia”.

M

Chef Wayan Sudarpa

makanan yang biasa disajikan petani di sawah,” imbuhnya. Dalam mengolahnya, Chef Wayan Sudarpa menggunakan peralatan yang tergolong canggih dan modern. Meski demikian, bahan dan bumbunya tetap memanfaatkan produk local, sehingga kekhasan rasa tetap terjaga. Ia mulai melakukan demo ketika festival itu dimulai, dan berakhir sekitar

pukul 14.00 wita atau setelah permainan itu selesai. Hasil olahannya kemudian disilahkan kepada para pengunjung untuk mencicipinya. “Pelalah Manuk” Menu ini sangat beda saat diolah oleh seorang chef profesional. Rasanya khas dan memiliki taste yang berbeda pula. Menu ini menggunakan bahan, seperti daging ayam 1/2 dada, minyak goreng 2 sendok makan, bumbu merah 3 sendok makan, jeruk lemo 1 biji, merica dan garam secukupnya. Cara membuatnya, dimulai dengan memanaskan wajan, lalu panggang ayam yang telah dilumuri bumbu merah, garam, merica hingga berwarna kecoklatan dan matang. Kemudian panaskan wajan kembali, lalu tambahkan setengah sendok minyak goreng, tuangkan bumbu merah dan sedikir air. Selanjutnya, hidangkan ayam dan nasi putih serta garnis sesuai dengan selera. Bahan yang dipergunakan untuk membuat bumbu merah yaitu bawang merah 5 biji, bawang putih 4 biji, tomat 1/2 biji, kemiri 3 biji, dan lombok merah 6 biji. Setelah semua bahan itu bersih, lalu digoreng

dengan api kecil sehingga tak gosong. Lalu ditiriskan dan didinginkan, selanjutnya diblender, sehingga menjadi halus. “Jukut Gedang Mekuah” Jenis sayur masyarakat Bali ini menggunakan bahan-bahan, seperti gedang (pepaya) 1/2 buah, daging ayam, bawang merah 100 gram, bawang putih 3 siung, bumbu Bali 2 sendok makan, serai satu batang, daun salam 2 lembar, minyak goreng 1 sendok makan, garam dan merica. Cara memasak, pertama kali harus memanaskan wajan, lalu tumis bawang putih, bawang merah, bumbu rajang, dan serai. Kemudian masukan air 500 Ml serta tambahkan garam dan merica. Lalu masukan ayam yang sudah dicincang dan dibentuk bulat yang di dalamnya sudah diisi irisan bawang merah, bawang putih, seledri dan bumbu kuning. Selanjutnya masukkan pula pepaya sayur yang telah dipotong kotak-kotak. Masak selama kurang lebih 15 menit. Setelah matang, “Jukut Gedang Mekuah” siap dihidangkan. Namun, sebelum menyantap akan lebih lezat jika diisi bawang goreng dan irisan seledri di atas kuah itu. (Darsana)

13

enu yang dapat dinikmati sampai akhir September mendatang ini dapat dimulai dengan makanan pembuka seperti risoles ayam dan udang. Kudapan yang dibungkus dengan dadar dan dilapisi dengan tepung panir dan digoreng ini sudah tidak asing lagi buat kita. Risoles ala Executive Chef Komang Aryana hadir dengan isi yang sangat istimewa. Gurihnya ayam dan udang yang dicampur dengan beberapa sayuran ini bisa menjadi sajian yang menggugah selera sebelum menikmati makanan utama. Untuk makanan utama sendiri terdapat dua pilihan, iga bakar cabe ijo dan bebek bakar kemangi. Iga bakar cabe ijo merupakan menu khas Medan, Sumatra Utara yang disajikan dengan nasi goreng ini dapat menjadi pilihan bagi Anda pecinta makanan berbahan dasar iga yang memiliki citarasa tersendiri, apalagi penambahan rasa yang dapat dipadukan dengan berbagai varian rasa yang sekarang banyak tersedia dengan rempah-rempah khas Indonesia, dipastikan dapat menggugah selera makan Anda. “Bebek bakar kemangi terinspirasi dari Pulau Madura. Bumbu merah yang

saya campur dengan bumbu kuning serta kemangi, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dibakar ini disajikan dengan nasi liwet dan Bebek Bakar kemangi sambal mangga yang akan lebih nikmat jika dijadikan menu makan siang bersama teman maupun keluarga,” ungkap Komang Aryana. Pastry Chef Komang Suarsih juga telah menyiapkan pancake durian sebagai pelengkap di menu Adorable Indonesia ini. Makanan ringan berupa puree daging durian dan fla atau krim kocok yang dibalut dengan kulit crepes atau dadar gulung ini dapat menjadi penekuk favorit. Setelah puas dengan menu Adorable Indonesia, Widu, bartender Aston Hotel Denpasar telah menyediakan berbagai macam mocktail seperti Mandala Giri, Mahameru, Krakatau, dan Masurai yang dapat dinikmati sebagai pelengkap sekaligus penutup hidangan. (Ngurah Budi)

Risoles Ayam dan Udang

Aneka mocktail

Iga Bakar Cabe Ijo

Pepes Patin Hot

Sarwan Bahan: 1 kg : ikan patin 1 sdt : garam 2 sdm : air jeruk nipis 7 lembar : daun salam 3 batang : serai ambil putih iris iris 1ikat : kemangi ambil daunya 3 sdm : daun bawang 8 buah : blimbing wuluh iris 3 buah : tomat iris-iris Daun pisang secukupnya Tusuk gigi secukupnya Bumbu Halus : 12 buah : bawang merah

5 siung : bawang putih 12 buah : cabe rawit 3 buah : cabe merah besar 3 ruas : jari jahe 2 ruas : jari jahe 4 butir : kemiri sangrai ½ sdt : lada butir Gula pasir secukupnya Penyedap rasa dan garam secukupnya

- Campur semua bumbu dan bahan-bahan lainnya, lalu campur rata, bungkus dengan daun pisang sampai bahan habis. - Kukus ke dalam panci dandang selama 40 menit hingga matang dan tiriskan, bakar sampai harum, siap disajikan.

Cara Membuat : - Buang kotoran ikan patin, lalu potong menurut selera, lumuri patin dengan air jeruk dan garam, remasremas, diamkan, lalu cuci bersih.

Pepes Ikan Mas Bahan: 3 ekor : ikan mas 2 gengam : daun kemangi 12 buah : cabe rawit 5 lembar : daun salam Daun pisang secukupnya untuk membungkus Tusuk gigi atau lidi secukupnya untuk menyemat Bumbu Halus : 11 buah : bawang merah 3 buah : cabe merah besar 4 siung : bawang putih 2 ruas : jari jahe

2 ruas : jari kunyit bakar 4 butir : kemiri sangrai 1 buah : tomat Garam, kaldu bubuk, penyedap rasa secukupnya Cara Membuat : Bersihkan ikan mas lalu sayat-sayat kedua sisinya, lalu lumuri dengan bumbu halus sampai tertutup rata, bungkus dengan daun pisang, atasnya dikasih daun kemangi juga daun salam serta tata atasnya, kasih cabe rawit utuh. Lakukan hingga bahan habis. Kukus selama 30 atau 40 menit hingga matang lalu tiriskan. Agar lebih enak dan nikmat sebelum disajikan bakar dulu, siap disajikan dengan rasa yang luar biasa.

Sambal Tauco (Makasar)

Bahan: 12 buah : cabe rawit 5 buah : bawang merah 4 sdm : tauco 1buah : jeruk nipis ambil airnya 200 ml air Gula pasir secukupnya

Cara Membuat : Rebus cabe rawit dan bawang merah sampai matang, lalu haluskan bahan sambal sampai halus. Campur tauco, aduk rata, lalu rebus bersama air masak sampai mendidih dan matang, siap disajikan dengan soto Makasar.


12

Kuliner

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Demo Masak Chef Wayan Sudarpa di Festival ke Uma

“Pelalah Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah” Wow… lezat dan mantap. Kesan itulah yang terucap setelah mencicipi dua menu tradisional yakni “Pelalah Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah”. Kedua menu yang mengundang selera itu adalah hasil demonstrasi masak oleh seorang Chef Hotel, I Wayan Sudarpa dalam Festival ke Uma 2017 di Subak Uma Ole, Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Marga – Tabanan. Selain menggunakan bahan lokal, kedua menu itu juga sangat dekat dengan para petani dan sawah di dusun itu.

“P

e l a l a h Manuk” dan “Jukut Gedang Mekuah” memang sering disajikan oleh para petani ketika sedang melakukan sebuah pekerjaan secara gotong rotong di carik (sawah). Namun dalam penyajiannya, sangat sederhana dan sering kali tidak lengkap. “Pelalah Manuk” yang tergolong menu elit dan mahal jarang disajikan kepada para petani. Mereka merasa cukup makan dengan “Jukut Gedang Mekuah” saja, kecuali pada hari-hari tertentu. Kalau pun penyajiannya lengkap, tidak akan sebagus seperti penyajian tamu hotel. Dulu, kedua menu itu biasa disajikan pada saat matekap (membajak sawah menggunakan binatang sapi) nandur (menanam padi), saat mendiri-

kan kubu (bangunan sederhana dengan menggunakan peralatan dari alam) dan pekerjaan bersama-sama lainnya. “Kedua menu ini memang sudah ada sebelumnya, saya hanya menampilkan kembali dengan mengolah secara profesional seperti halnya masak di hotel,” ungkap Chef Wayan Sudarpa. Dengan busana yang santai, ala petani, chef hotel yang sudah berpengalaman sejak 1992 itu tampil dihadapan anak-anak merupakan pengunjung festival. Maklum, festival yang digelar Sanggar Buratwangi dan Sanggar Wintang Rare ini memang bertujuan mengajak anak-anak bermain tradisional dan mengenal sawah, sehingga menjadi lebih lengkap diajak mengenal makanan dusun pula. “Biar lebih klop. Anak-anak bermain di sawah kemudian mencicipi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menu Sumatra dan Madura di “Adorable Indonesia” Setelah sukses memanjakan selera para tamunya dengan menu masakan khas Pulau Jawa dan Sulawesi di ­kuartal lalu, Jempiring Restaurant kembali hadir dengan menu khas Indonesia yang lainnya dari Sumatra dan Madura ­dalam menu “Adorable Indonesia”.

M

Chef Wayan Sudarpa

makanan yang biasa disajikan petani di sawah,” imbuhnya. Dalam mengolahnya, Chef Wayan Sudarpa menggunakan peralatan yang tergolong canggih dan modern. Meski demikian, bahan dan bumbunya tetap memanfaatkan produk local, sehingga kekhasan rasa tetap terjaga. Ia mulai melakukan demo ketika festival itu dimulai, dan berakhir sekitar

pukul 14.00 wita atau setelah permainan itu selesai. Hasil olahannya kemudian disilahkan kepada para pengunjung untuk mencicipinya. “Pelalah Manuk” Menu ini sangat beda saat diolah oleh seorang chef profesional. Rasanya khas dan memiliki taste yang berbeda pula. Menu ini menggunakan bahan, seperti daging ayam 1/2 dada, minyak goreng 2 sendok makan, bumbu merah 3 sendok makan, jeruk lemo 1 biji, merica dan garam secukupnya. Cara membuatnya, dimulai dengan memanaskan wajan, lalu panggang ayam yang telah dilumuri bumbu merah, garam, merica hingga berwarna kecoklatan dan matang. Kemudian panaskan wajan kembali, lalu tambahkan setengah sendok minyak goreng, tuangkan bumbu merah dan sedikir air. Selanjutnya, hidangkan ayam dan nasi putih serta garnis sesuai dengan selera. Bahan yang dipergunakan untuk membuat bumbu merah yaitu bawang merah 5 biji, bawang putih 4 biji, tomat 1/2 biji, kemiri 3 biji, dan lombok merah 6 biji. Setelah semua bahan itu bersih, lalu digoreng

dengan api kecil sehingga tak gosong. Lalu ditiriskan dan didinginkan, selanjutnya diblender, sehingga menjadi halus. “Jukut Gedang Mekuah” Jenis sayur masyarakat Bali ini menggunakan bahan-bahan, seperti gedang (pepaya) 1/2 buah, daging ayam, bawang merah 100 gram, bawang putih 3 siung, bumbu Bali 2 sendok makan, serai satu batang, daun salam 2 lembar, minyak goreng 1 sendok makan, garam dan merica. Cara memasak, pertama kali harus memanaskan wajan, lalu tumis bawang putih, bawang merah, bumbu rajang, dan serai. Kemudian masukan air 500 Ml serta tambahkan garam dan merica. Lalu masukan ayam yang sudah dicincang dan dibentuk bulat yang di dalamnya sudah diisi irisan bawang merah, bawang putih, seledri dan bumbu kuning. Selanjutnya masukkan pula pepaya sayur yang telah dipotong kotak-kotak. Masak selama kurang lebih 15 menit. Setelah matang, “Jukut Gedang Mekuah” siap dihidangkan. Namun, sebelum menyantap akan lebih lezat jika diisi bawang goreng dan irisan seledri di atas kuah itu. (Darsana)

13

enu yang dapat dinikmati sampai akhir September mendatang ini dapat dimulai dengan makanan pembuka seperti risoles ayam dan udang. Kudapan yang dibungkus dengan dadar dan dilapisi dengan tepung panir dan digoreng ini sudah tidak asing lagi buat kita. Risoles ala Executive Chef Komang Aryana hadir dengan isi yang sangat istimewa. Gurihnya ayam dan udang yang dicampur dengan beberapa sayuran ini bisa menjadi sajian yang menggugah selera sebelum menikmati makanan utama. Untuk makanan utama sendiri terdapat dua pilihan, iga bakar cabe ijo dan bebek bakar kemangi. Iga bakar cabe ijo merupakan menu khas Medan, Sumatra Utara yang disajikan dengan nasi goreng ini dapat menjadi pilihan bagi Anda pecinta makanan berbahan dasar iga yang memiliki citarasa tersendiri, apalagi penambahan rasa yang dapat dipadukan dengan berbagai varian rasa yang sekarang banyak tersedia dengan rempah-rempah khas Indonesia, dipastikan dapat menggugah selera makan Anda. “Bebek bakar kemangi terinspirasi dari Pulau Madura. Bumbu merah yang

saya campur dengan bumbu kuning serta kemangi, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan dimasak dengan cara dibakar ini disajikan dengan nasi liwet dan Bebek Bakar kemangi sambal mangga yang akan lebih nikmat jika dijadikan menu makan siang bersama teman maupun keluarga,” ungkap Komang Aryana. Pastry Chef Komang Suarsih juga telah menyiapkan pancake durian sebagai pelengkap di menu Adorable Indonesia ini. Makanan ringan berupa puree daging durian dan fla atau krim kocok yang dibalut dengan kulit crepes atau dadar gulung ini dapat menjadi penekuk favorit. Setelah puas dengan menu Adorable Indonesia, Widu, bartender Aston Hotel Denpasar telah menyediakan berbagai macam mocktail seperti Mandala Giri, Mahameru, Krakatau, dan Masurai yang dapat dinikmati sebagai pelengkap sekaligus penutup hidangan. (Ngurah Budi)

Risoles Ayam dan Udang

Aneka mocktail

Iga Bakar Cabe Ijo

Pepes Patin Hot

Sarwan Bahan: 1 kg : ikan patin 1 sdt : garam 2 sdm : air jeruk nipis 7 lembar : daun salam 3 batang : serai ambil putih iris iris 1ikat : kemangi ambil daunya 3 sdm : daun bawang 8 buah : blimbing wuluh iris 3 buah : tomat iris-iris Daun pisang secukupnya Tusuk gigi secukupnya Bumbu Halus : 12 buah : bawang merah

5 siung : bawang putih 12 buah : cabe rawit 3 buah : cabe merah besar 3 ruas : jari jahe 2 ruas : jari jahe 4 butir : kemiri sangrai ½ sdt : lada butir Gula pasir secukupnya Penyedap rasa dan garam secukupnya

- Campur semua bumbu dan bahan-bahan lainnya, lalu campur rata, bungkus dengan daun pisang sampai bahan habis. - Kukus ke dalam panci dandang selama 40 menit hingga matang dan tiriskan, bakar sampai harum, siap disajikan.

Cara Membuat : - Buang kotoran ikan patin, lalu potong menurut selera, lumuri patin dengan air jeruk dan garam, remasremas, diamkan, lalu cuci bersih.

Pepes Ikan Mas Bahan: 3 ekor : ikan mas 2 gengam : daun kemangi 12 buah : cabe rawit 5 lembar : daun salam Daun pisang secukupnya untuk membungkus Tusuk gigi atau lidi secukupnya untuk menyemat Bumbu Halus : 11 buah : bawang merah 3 buah : cabe merah besar 4 siung : bawang putih 2 ruas : jari jahe

2 ruas : jari kunyit bakar 4 butir : kemiri sangrai 1 buah : tomat Garam, kaldu bubuk, penyedap rasa secukupnya Cara Membuat : Bersihkan ikan mas lalu sayat-sayat kedua sisinya, lalu lumuri dengan bumbu halus sampai tertutup rata, bungkus dengan daun pisang, atasnya dikasih daun kemangi juga daun salam serta tata atasnya, kasih cabe rawit utuh. Lakukan hingga bahan habis. Kukus selama 30 atau 40 menit hingga matang lalu tiriskan. Agar lebih enak dan nikmat sebelum disajikan bakar dulu, siap disajikan dengan rasa yang luar biasa.

Sambal Tauco (Makasar)

Bahan: 12 buah : cabe rawit 5 buah : bawang merah 4 sdm : tauco 1buah : jeruk nipis ambil airnya 200 ml air Gula pasir secukupnya

Cara Membuat : Rebus cabe rawit dan bawang merah sampai matang, lalu haluskan bahan sambal sampai halus. Campur tauco, aduk rata, lalu rebus bersama air masak sampai mendidih dan matang, siap disajikan dengan soto Makasar.


14

Jelita

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Satu Aksesoris Dua Gaya

Saat ini sedang tren memakai kalung dengan liontin besar. Bahkan, aneka model aksesoris dari perak dengan warna bakar dan emas, mulai digandrungi tua dan muda.

M

enurut Putu Sudi Adnyani atau yang akrab disapa Bu Bara, saat ini orang tidak lagi malu-malu dalam menunjukkan gaya dalam berbusana baik itu pakaian adat Bali atau pun santai. Apalagi, dalam berbusana pemakaian aksesoris sangat diperlukan untuk menambah sempurnanya penampilan. Ia sendiri sengaja berkreasi dengan aksesoris yang bentuknya lebih besar selain karena dia sendiri memang menyukainya, dia juga melihat kecenderungan tren sekarang memang memakai aksesoris yang agak besar. “Saat ini tidak melihat apa pun bentuk tubuh di pemakai, kalau sudah yang namanya tren dan

Bugar Tidak sedikit pria yang merasa tidak bergairah lagi terhadap istrinya karena sang istri telah kehilangan daya tarik fisiknya. Di sisi lain, tidak sedikit juga istri yang merasa tidak tertarik lagi kepada suaminya kare­ na penampilan fisik sang suami tidak seperti yang disukai. Wajarkah keluhan seperti itu? Ataukah hanya sesuatu yang mengada-ada.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Seks dan Daya Tarik tinggi, mata (11%), dada dan bahu berotot (1%), lengan berotot (0%), tubuh ram­ping (15%), penis besar (2%), bokong (39%), dll (27%). Hasil survei ini cuma sekadar contoh bahwa daya tarik fisik seseorang belum tentu merupakan daya tarik lawan jenis atau orang lain. Hasil survei di Inggris menunjukkan lima bagian tubuh yang dianggap menarik lawan jenis. Pada pria, lima bagian tubuh yang menarik bagi perempuan, wajah (55%), (rambut 8%), bahu (7%), dada (6%) dan tangan (4%). Di pihak lain, lima bagian tubuh perempuan yang dianggap menarik oleh pria, wajah (32 %), tungkai (25%), payudara (18%), rambut ( 5%), dan bokong (4%).

P

Putu Sudi Adnyani

Ani Astini

si pemakai merasa nyaman, ya sudah mereka pakai. Yang melihat pun terbiasa karena sudah menjadi tren,” ujar Bu Bara yang ditemui di salah satu stan kerajinan di areal Pesta Kese­ nian Bali, pekan lalu. Ia mengatakan, saat ini sedang digalakkan agar para perempuan baik muda dan dewasa menyukai memakai kamen, karena itu, de­ ngan ditunjang aksesoris berupa bros dan kalung yang agak besar jadi terlihat lebih anggun dan gaya. Bukan hanya perempuan, ia sen­ diri juga sudah membuat koleksi untuk

para laki-laki yang akan pergi kundangan sehingga membuat penampilannya lebih prima dan maskulin. Hal ini terinspirasi dari gaya para raja-raja yang biasa memakai bros agar terlihat lebih gagah. Sementara, menurut Ani Astini pemilik Krisna Silver, kalung dengan liontin agak besar merupakan kombinasi bros dan kalung sehingga kita cukup memakai satu aksesoris saja tapi sudah terlihat gaya.

Kalau ingin yang mewah bisa memilih yang gold,” ujarnya. Ia juga memberikan tips dalam memakai kalung. “Bagi yang bertubuh pendek pakailah kalung yang agak panjang, agar terlihat lebih tinggi, sementara yang gemuk pakai model yang memanjang. Sedangkan bagi yang bertubuh tinggi, tidak masalah dia mau pilih aksesoris yang apa saja,” kata Ani. Memang ia mengakui, saat ini tren memakai kalung de­

ngan bros sebagai liontin sudah menjadi tren. Namun, bentuk dari bros sebaiknya disesuaikan dengan karakter busana dan si pemakainya. “Agar tidak terlalu kebesaran brosnya,” sarannya. Ia mengatakan, kalung dan bros ini bisa dipakai kapan saja dalam berbagai kesempatan. Asal disesuaikan dengan acara­ nya, misalnya untuk ke pesta bisa dipakai yang lebih besar dengan bentuk yang unik agar terlihat lebih mewah. (Wirati Astiti)

rof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Guru Besar Fakultas Kedokteran Unud dan dokter ahli andrologi dan seksologi ini menjawab semua pertanyaan tersebut dalam satu bab dalam bukunya yang berjudul “Seks dan Kualitas Hidup”. Mungkin banyak orang berpendapat, penampilan fisik tidak diperlukan lagi bagi pasangan suami istri dalam kaitannya dengan hubungan seksual. Apalagi, kalau mereka beranggapan tujuan membentuk sebuah keluarga telah tercapai. Maka, banyak istri kemudian tidak lagi memperhatikan penampilan fisiknya. Di pihak lain, banyak juga suami yang menganggap perempuan tidak terpengaruh oleh penampilan fisik pria. Mereka bahkan beranggapan istri telah merasa puas bila telah mempunyai anak, cukup mendapat perhatian, dan cukup secara ekonomi. Pendapat ini sungguh tidak benar dan tidak realistis. Segala bentuk kegiatan seksual sampai pada hubungan seksual merupakan suatu kegiatan yang melibatkan faktor fisik dan psikis. Keduanya berkaitan sangat erat dan bekerja secara sinergis, sehingga sangat sulit dipisahkan. Ini berarti unsur fisik dan psikis menjadi satu ketika seseorang melakukan berbagai aktivitas seksual sampai pada hubungan seksual. Sebagai sebuah kegiatan fisik, maka untuk melakukan hubungan seksual yang memuaskan, diperlukan kondisi fisik yang baik pula. Hubungan seksual memerlukan energi, sama seperti kegiatan fisik yang lain. Sebagai perbandingan coba kita lihat energi yang diperlukan dalam melakukan kegiatan fisik. Dengan ukuran energi dalam MET (metabolic equivalent of task). Berjalan 3 km/jam memerlukan 2 MET, berjalan 4,5 km/jam 3 MET, hubungan seksual sebelum orgasme 2-3 MET, hubungan seksual saat orgasme 3-4 MET, bersepeda 15 km/jam 6-7 MET, melakukan treadmill 6,5 km/jam memerlukan 13 MET. Dorongan seksual, sebagai energi dasar untuk menimbulkan reaksi seksual, juga sangat dipengaruhi faktor fisik dan faktor psikis. Ada empat faktor yang termasuk di dalamnya, yaitu hormon seks, berbagai rangsangan sesual yang diterima, pengalaman sesksual sebelumnya, dan banyak faktor yang termasuk faktor psikis.

Koleksi Bara Silver

Koleksi Krisna Silver

TUBUH DAN JIWA MERUPAKAN SEBAB AKIBAT Ketika seseorang tenggelam dalam khayalan erotik, dorongan seksual menjadi makin kuat. Lebih jauh dorongan seksual yang cukup dapat menimbulkan reaksi seksual sehingga mampu melakukan hubungan seksual. Di sisi lain, karena pengaruh faktor fisik, milsanya sentuhan yang erotik, dorongan seksual dapat juga muncul. Pada umumnya kedua faktor, fisik dan psikis, bekerja secara sinergis dalam menimbulkan reaksi seksual. Salah satu faktor penting yang memenga­ruhi rangsangan seksual adalah

11

Buku Seks dan Kualitas Hidup

daya tarik fisik. Keadaan fisik tertentu mungkin menimbulkan daya tarik sese­ orang tetapi tidak demikian bagi orang lain. Yang pasti daya tarik fisik merupakan hal yang penting dalam kehidupan seksual. Maka bukanlah sesuatu yang aneh bila seorang suami mengaku tidak tertarik lagi kepada istrinya karena istrinya semakin gemuk. Begitu juga, seorang istri mengaku kehilangan gairah seksual karena perut suaminya semakin gendut. Contoh tadi menunjukkan betapa daya tarik secara fisik cukup memegang pera­ nan penting dalam kehidupan ssksual suami istri. Namun, bukan berarti faktor nonfisik menjadi tidak berarti dalam hubungan seksual. Setidaknya daya tarik fisik dan nonfisik harus tetap diperhatikan agar kehidupan seksual tetap berlangsung normal dan harmonis. Daya tarik nonfisik antara lain sikap dan kebiasaan, pola hidup, cara berkomunikasi, dan bersosialisasi. Jadi jangan heran kalau ada orang lebih tertarik kepada seseorang yang secara fisik tidak terlihat menarik. Boleh jadi karena daya tarik nonfisiknya lebih kuat. Melupakan daya tarik fisik dan semata-mata hanya mengandalkan daya tarik nonfisik adalah sesuatu yang tidak rasional. Tubuh dan jiwa sangat berhubungan erat bahkan merupakan sebab akibat. Proses pendekatan pria dan perempuan acapkali bermula dari daya tarik fisik. Satu survei dilakukan Village Voice di AS, dengan jelas menunjukkan perbedaan antara anggapan pria dengan yang sebenarnya disenangi perempuan tentang penampilan pria. Hasi survei menunjukkan pria menganggap perempuan mengagumi tubuh yang tinggi (13%), mata (4%), dada dan bahu berotot (21%), lengan berotot (18%), tubuh ramping (7%), penis besar (15%), dll (8%). Tetapi ternyata perempuan sendiri memberi jawaban yang berbeda yakni, hanya 5% yang mengagumi tubuh

PERLU KETERBUKAAN Tampaknya wajah merupakan bagian tubuh yang menarik bagi pria dan perempuan. Maka tidak berlebihan bila orang berupaya memiliki wajah yang menarik. Tentu tidak cukup hanya cantik atau memiliki daya tarik fisik lain, tubuh juga harus sehat demikian juga jiwa. Gaya hidup tidak sehat, kurang

tidur dapat mengakibatkan penuaan dini. Penyakit tertentu dapat mengakibatkan hilangnya daya tarik fisik. Termasuk juga, penggunaan obat tertentu dapat menimbulkan perubahan pada tubuh sebagai efek sampingnya. Dalam urusan seksual tidak dapat dimungkiri daya tarik fisik berperan sangat penting. Masalahnya, perlu adanya keterbukaan untuk berbicara tentang daya tarik fisik yang diinginkan dari pasangan masingmasing. Seorang istri misalnya tidak selalu mampu mengatakan kepada suaminya ia tidak senang dengan perut suaminya yang semakin membulat. Seorang suami juga tidak mampu mengatakan tidak senang melihat tubuh istrinya yang semakin tidak terurus. Tanpa keterbukaan masingmasing, tidak akan ada yang tahu daya tarik fisik macam apa yang disenangi atau tidak disenangi oleh pasangannya yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi seksualnya. Masalahnya, bagaimana cara yang ditempuh untuk memelihara penampilan fisik. Tentu saja cara yang ditempuh untuk memelihara penampilan fisik haruslah cara yang benar dan ilmiah. Kalau tidak, mungkin saja timbul akibat buruk yang bahkan semakin mengacaukan penampilan. Intinya, daya tarik fisik memang bukan segalanya dalam kehidupan seksual, tetapi tidak dapat dimungkiri bahwa ia merupakan satu faktor sangat penting. Jadi sungguh salah, kalau diabaikan begitu saja. (Wirati Astiti)

WAROENG GUNG KAK SANUR, MENU ITALIAN FOOD DENGAN MASAKAN KHAS BALI

GUSTI WEDAKARNA BANGGA BERTAMBAHNYA WARUNG SUKLA DI BALI

katkan pengenalan dan pemahaman konsumen terhadap menu maka­ nan yang sudah dibuat. Konsumen akan memu­ tuskan untuk membeli menu yang ditawarkan oleh restoran yang pada akhirnya harapan yang diinginkan restoran dapat tercapai. Selain itu, promosi bertujuan untuk meningkatkan volume penjualan ma­ kanan sesuai dengan target yang ditetapkan. Dengan meningkatnya volume penjualan maka SATYAGRAHA – Senator DPD RI Shri I Gusti Ngurah Arya akan meningkatkan laba Wedakarna MWS III di Waroeng Gung Kak di Jl. By Pass Ngurah Rai yang akan diperoleh No.343, Sanur Kauh, Denpasar oleh suatu restoran. Gusti Wedakarna merasa bangga akan bertambah­ Gerakan Satyagraha Sukla yang merupa­ nya restoran sukla di Bali, dimana pada saat kan siasat orang Bali untuk menghadapi UU ini sudah dikenal sebagai gerakan satyagraha No.33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk sukla yang diharapkan bisa membantu per­ Halal kembali menggelora. Dalam dunia bisnis ekonomian masyarakat Bali khususnya. makanan, keputusan pembelian dapat dipe­ Gerakan Satyagraha Sukla ini merupakan ngaruhi oleh berbagai macam hal. Seperti hal­ gerakan pemberdayaan ekonomi umat Hindu. nya promosi, yang merupakan strategi sebuah Iapun menilai bahwa ke depan bisnis kuliner restoran untuk dapat menarik konsumen sukla akan booming di Indonesia mengingat untuk membeli menu yang ditawarkan pada segmentasinya bukan hanya orang Bali tapi setiap restoran. pangsa internasional. “Saya akan dorong terus Harapan agar gerakan sukla satyagraha ini agar pengusaha muda di Bali lebih banyak bisa dilestarikan terus digelorakan oleh Sena­ Risk Taker Generation. Apalagi bisnis makanan tor DPD RI asal Bali, Dr. Shri I Gusti Ngurah ini adalah bisnis yang paling menjanjikan. Arya Wedakarna MWS III saat mengunjungi Saya salut, masih ada hidangan dari olahan Waroeng Gung Kak milik I Gusti Agung Ketut daging babi di sini, Saya apresiasi karena ma­ Wiryawan di Jalan By Pass Ngurah Rai No.343, kanan khas Bali masih menjadi ikon Waroeng Sanur Kauh, Denpasar. Gung Kak. Sejak gerakan sukla ini dimulai Setiap restoran pada dasarnya berharap pada tahun 2014, kini bisa dilihat bagaimana agar menu yang dihasilkannya dapat dike­ Bali marak dengan pedagang babi guling, babi nal dan dinikmati masyarakat, diakui dan genyol dan usaha anak muda di olahan babi. dipercaya konsumen dalam memenuhi dan Ini akan menjadi daya tarik tersendiri agar memuaskan kebutuhan hidupnya. Berbagai dipertahankan,” ujar Gusti Wedakarna. usaha promosi pun dilakukan untuk mening­


10

Kreasi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Vibrasi Kerukunan dan Kedamaian dari Janger Girang dan ceria adalah ciri khas penampilan tari janger. Tari pergaulan muda-mudi ala Bali ini lazimnya dibawakan oleh sekelompok penari wanita dan pria. Di arena PKB ke-39, janger secara khusus dijadikan titik tolak kreativitas yang disebut jejangeran. Kreasi tari ini dijadikan materi yang wajib ditampilkan dalam Parade Gong Kebyar Wanita Se-Bali.

H

adirnya tari kreasi yang berangkat dari janger dalam pagelaran gong kebyar memberikan nuansa segar, dan tampak sangat tepat disajikan pada Parade Gong Kebyar Wanita. Sebab, seni pertunjukan yang dinamakan janger, berasal dari sebutan para penari wanitanya yaitu janger, sedang penari prianya disebut kecak. Ketika dijadikan pijakan kreativitas, janger tak hanya menjadi kesenian hiburan ringan semata namun sarat dengan greget estetik, baik yang ditunjukkan dalam olah tata tarinya maupun dari senandung vokalnya. Menariknya, pesan moral meluas, tidak lagi melulu tentang dunia muda-mudi, namun mengejar kontektualitas, apakah

itu tentang tema PKB 2017, Ulun Danu, atau tentang sesuatu yang sedang aktual dan jadi fenomena di tengah masyarakat. Melongok perjalanannya di masa lampu, tari janger adalah seni pentas yang akrab dengan masyarakat dan fleksibel menyesuaikan diri dengan dinamika sosial kultural lingkungannya. Era awal tahun 1960-an, janger semarak dengan pesan-pesan emosional konfrontasi dengan Malaysia. Menjelang meletusnya apa yang disebut G30S/PKI tahun 1965, tari janger menjadi corong dua partai yang bersaing sengit saat itu yaitu PNI vs PKI. Lagu-lagu yang dikumandangkan tari janger tersebut adalah jargon-jargon dan ideologi partai. Namun sejak tahun 1966, tari dan nyanyian

janger redup tak terlihat dan tak terdengar. Akibat dari tak sedikit seniman janger yang dianggap binaan PKI yang dibunuh, kesenian yang sarat keriangan ini trauma berat. Hampir semua seniman tak berani mejangeran. Trauma tari janger itu baru sembuh setelah stabilnya pemerintahnya Orde Baru pada tahun 1970-an. Akan tetapi, lagi-lagi janger harus menyesuaikan diri

dengan situasi dan kondisi sosial politik. Pementasan-pementasan tari janger yang berkaitan dengan program pemerintah tak lupa harus menyelipkan pesan-pesan keberhasilan pembangunan, KB misalnya. Beruntung, dalam rentang tahun yang sama, janger menggeliat gairah tidak hanya di Bali namun juga bergaung di forum nasional. Adalah seniman Guruh Sukarno Putra bersama grup musiknya, Guruh Gipsy, menerbitkan album rekaman musik pada tahun 1977, yang salah satunya memperdengarkan lagu janger. Pada tahun 1980-an, film Gita Cinta Dari SMA, dalam sebuah adegannya memperlihatkan kelincahan para remaja Jakarta membawakan tari janger. Bali Utara diperkirakan sebagai penyemai lahirnya tari janger. Ada pula dugaan janger bertransformasi dari koor laki dan perempuan dari tarian sakral magis ritual sanghyang. Tentu, semua itu perlu diteliti lebih jauh. Namun yang diketahui pada umumnya oleh masyarakat Bali adalah bahwa Janger Kedaton, Badung (kini Denpasar) telah melambung namanya sebelum kemerdekaan RI. Lalu, ketika jagat kepariwisataan Bali menggeliat pada tahun 1970-an, Janger Peliatan banyak direkomendasikan untuk disaksikan para pelancong. Sementara itu di Jakarta, pada 1980-an, kelompok anak muda kreatif yang dikomandoi Guruh Sukarno Putra, Swara Mahardhika, juga sangat getol memperkenalkan janger dan tari Nusantara lainnya

di Jakarta hingga Yogyakarta. Kini, tari janger di tengah masyarakat Bali, selain dipergelarkan sebagai tari balih-balihan dan tontonan turistik, juga digairahkan dalam ajang PKB. Termasuk, dijadikan orientasi estetik garap tari kreasi jejangeran dalam seni pentas primadona PKB, gong kebyar. Kreasi tari jejangeran yang ditampilkan Gong Kebyar Wanita Gianyar, sekaa gong Pandawa, Banjar Tarukan, Mas, Ubud, patut diberi salut. Karakteristik janger yang girang berhasil menggugah penonton lewat keceriaan nyanyian secara bersama maupun bersahut-sahutan para penari janger dan kecak. Tampil dengan tata busana warna-warni cerah keemasan dan kipas besar bak pelangi, tampak kreasi tari ini menggapai kontekstualitas yaitu tentang air sumber kehidupan, sebagai bentuk penjabaran dari tema PKB 2017. Tema pelestarian air itu diungkapkan lewat alunan tembang syahdu oleh seorang penari janger dan dielaborasi dalam terjemahan secara verbal oleh seorang penari kecak. Pada konstruksi koreografinya, kekentalan tari tradisi Bali tampak dominan, namun pada bagian klimaks tariannya nan lincah penuh semangat, gurat-gurat elemen tari Nusantara yang jalin menjalin bergelora begitu rukun dan damai. Sejatinya, rukun dan damai adalah moralitas dari tari janger. Kini dalam tari kreasi jejangeran yang wajib disuguhkan oleh wakil kabupaten/kota Parade Gong Kebyar Wanita Se-Bali dalam PKB 2017, tentu saja diharapkan memberikan vibrasi rukun dan damai, bukan saja bagi masyarakat Bali, namun juga kerukunan dan kedamaian serta kokohnya keberagaman Indonesia kita dalam berbangsa dan bernegara. Duta Kabupaten Buleleng yang mengutus grup gamelan wanita Pradana Gita Kencana, Desa Gobleg, juga mengetengahkan bagaimana rukun dan damainya kehidupan muda mudi yang saling asah asih. Tampil dengan busana gemerlap, tema air sebagai sumber kehidupan dilontarkan secara lantang dan kencang oleh seorang penari kecak pada bagian tengah garapan jejangeran-nya. Menonton kreasi tari jejengaran di PKB, hidup ini terasa tenteram. (Kadek Suartaya)

Style

Gaya saat Travelling Pekan ini Style Tokoh tampil beda. Mengintip penampilan seorang model papan atas Bali, yakni Ratih Dhamma saat melakukan traveling. Sebab outfit juga menjadi salah satu poin penting agar mood saat beraktivitas terasa menyenangkan.

M

elihat busana yang dikenakan, nampak Ratih adalah sosok yang suka tampil simple namun classy. Menurut model yang sudah menjajal beberapa destinasi seperti Thailand, China, Singapura, Jepang , Australia, Cambodia dan lainnya ini, apapun gaya yang akan dipilih, pertimbangkan destinasi tujuan, agar selalu modis namun tetap nyaman. Selain itu, busana hendaknya disesuaikan dengan cuaca. Pada saat cerah dan panas katanya, cukup kenakan busana kasual, seperti kaos dan jeans dilengkapi running shoes dan topi untuk

tampil casual sporty. Begitu pun sebaliknya ketika musim dingin, bisa tetap dengan sepatu kets dengan jaket serta baju hangat berlayer atau mengenakan coat dengan sepatu boots. Sementara saat di bandara hingga di pesawat, gaya casual bisa dilengkapi dengan scarf, untuk menjadikan lebih hangat tapi tetap fashionable. Setelah, melihat Style kali ini, mungkin Anda bisa mendapatkan inspirasi seperti apa gaya busana saat traveling agar tetap menarik, terutama saat mengabadikan momen di tempat wisata. (Sri Ardhini)

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

15


16

Pelesir

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Belakangan, banyak masyarakat memiliki hobi mengambil foto diri dengan latar belakang objek-objek unik dan menarik. Gaya berfoto ini, populer disebut dengan selfie. Berkembangnya gaya foto selfie ini membuat orang berlomba-lomba mencari spot foto bagus untuk diunggah di media sosial. Dengan ngetrendnya foto selfie, maka menjamur pula tempat-tempat wisata yang menyediakan tempat untuk ber-selfie ria.

S

alah satunya, Rumah Hobbit Pedawa yang berada di Dusun Asah, Desa Pedawa, belakangan ini menjadi perbincangan di kalangan remaja. Rumah mungil dengan desain unik ini memang sangat pas digunakan untuk tempat selfie. Menurut Ketut Sudi Harta, sang penggagas, awalnya Rumah Hobbit dibangun hanya untuk menutupi bak penampungan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air setiap harinya. Namun siapa sangka, ditangan orang kreatif rumah sederhana disulap menjadi rumah bernilai artistik tinggi. “Memang awalnya hanya untuk menutupi bak penampungan air dan memang di dalamnya belum ada apa-apa,” jelasnya. Sudi Harta mengatakan, pembuatan Rumah Hobbit terinspirasi dari sebuah film yang berjudul Lord of the Rings yang menceri-

“Rumah Hobbit”

Wisata Selfie Pertama di Pedawa takan tokoh kecil, pendek yang disebut dengan Hobbit. Dengan tubuh yang pendek maka rumahnya pun akan dibangun sangat mungil sesuai dengan tubuh dari para Hobbit. “Saya suka nonton filmnya, menurut saya Hobbit itu bukan orang yang memiliki kekurangan justru memiliki kelebihan,” imbuhnya. Ia juga menambahkan, menjamurnya tempat wisata selfie di Buleleng membuat dirinya juga ingin mengenalkan Rumah Hobbit kepada masyarakat. Dirinya mengklaim jika rumah Hobbit miliknya merupakan wisata pertama yang ada di Bali. “Memang banyak wisata selfie, dan masing-masing punya produk yang ditawarkan. Untuk rumah Hobbit memang belum ada dibangun di Bali,” jelasnya. Uniknya, dalam pembuatan, pihaknya menggunakan bahanbahan bekas yang sudah tidak terpakai, seperti kayu-kayu pohon kopi yang tidak terpakai, bambu, akar-akar pohon, kaleng bekas dan ranting buah kolang-kaling. “Kami membuat dengan bahanbahan yang memang sudah tidak dipakai agar menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni,” ucap Sudi Harta.

Sekumpul hingga ke Bendungan Gandameru. Pembersihan dan pembuatan alur air untuk wisata rafting dan tubing dilakukan selama satu minggu dengan peralatan seadanya. Kegiatan gotong royong juga dilakukan sambil uji coba aliran menelusuri arus air menggunakan perahu rafting dan tubing. Seperti diketahui rafting adalah sebuah aktifitas yang memadukan unsur petualangan adventure, edukasi, olahraga, dan rekreasi dengan mengarungi alur sungai menggunakan media boat karet, dayung, kayak, dan kano. Selain menguji nyali, aktifitas rafting juga beresiko namun asal setia mengikuti aba-aba yang diberikan pemandu, maka

Menyanyi merupakan hobbi yang dimiliki oleh Kadek Ferri Kurniawan sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Dianugrahi suara merdu, tak lantas membuatnya berbesar hati. Justru ia semakin mengembangkan bakat dengan mengikuti berbagai ajang perlombaan. Kompetisi menyanyi ia diikuti dari tingkat kabupaten hingga nasional.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Ferri Kurniawan

Rumah Hobbit Pedawa.

Setelah dibangun beberapa waktu lalu, foto rumah Hobbit kemudian diunggah ke berbagai media sosial. Rupanya, desainnya yang unik mampu menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara. Rata-rata mereka yang datang mengetahui keberadaan objek wisata ini dari media sosial. Untuk dapat masuk dan ber-selfie, pengunjung tidak dikenakan biaya

apapun, ditambah akan disuguhi kopi khas Pedawa beserta gula aren, lengkap dengan senggait (jajanan khas Pedawa). “Ya, karena belum dibuka resmi jadi belum kami kenakan biaya masuk, nanti jika sudah banyak yang tahu baru akan kami tetapkan tiket masuknya,” tambahnya. Selain Rumah Hobbit, dengan luas lahan yang ada, dirinya akan

melengkapi dengan akomodasi penginapan, tempat makan dengan menyediakan makan khas Pedawa, dan tempat roasting kopi dari tradisional hingga modern. “Kami akan kembangkan secara bertahap karena memerlukan modal yang cukup besar, yang terpenting bagaimana Pedawa ini dikenal sebagai tempat wisata Bali Aga,” tegasnya. (Wiwin Meliana)

semua akan aman-aman saja. Menurut Ketua Desa Wisata Desa Sudaji, Gede Suharsana mengatakan, wisata rafting ini dikelola oleh Koperasi Wisata Ista Graha Shanti yang dibentuk oleh Pokdarwis Gandameru desa Sudaji. “Bapak Bupati juga telah meninjau lokasi dari wisata rafting ini 22 Juni lalu,” ungkapnya. Pada tahap uji coba, kegiat­ an rafting masih terkendala keberadaan batu-batu di jalur raf­ting yang kurang tertata se­ hingga perlu dilakukan pembenahan dan penataan kembali. Sementara itu, Inisiator Raf­ ting Sudaji, Ketut Susana yang akrab disapa Sansan mengatakan, wisata rafting ini dirintis sejak tujuh tahun lalu. “Kini tahap uji coba mulai dilakukan dengan menggandeng instruktur berpengalaman yang telah menjelajah hampir 40 sungai di Indonesia,” ujar Sansan, Minggu kemarin (18/6). Diklaim, wisata rafting ini merupakan wisata rafting pertama di Bali Utara dan akan menjadi wahana baru bagi wisatawan yang berkunjung ke Bali Utara. dengan didukung oleh Gabungan Wisata Tirta dan juga oleh PHRI Cabang Buleleng, maka diharapkan pengelolaan wisata

Uji coba wisata rafting di Desa Sudaji

rafting ini akan professional ke depannya. Disisi lain, Kepala Dinas Pariwisata Buleleng, Nyoman Sutrisna mengatakan mendukung kegiatan tersebut semasih taat pada aturan yang berlaku. Pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pengelola untuk melakukan pembinaan. Hal yang paling penting, dalam pengembangan potensi desa, agar tetap menjaga sapta pesona tanpa merusak lingkungan disekitarnya. “Keselamat wisatawan harus diutamakan. Wisata ini agar dikel-

ola secara professional dengan konsep sapta pesona. Ke depan juga perlu dilengkapi dengan wahana yang memungkinkan wisatawan membuat kenangan dengan berselfie ria,” ungkap Sutrisna. Sutrisna juga berharap pihak pengelola melakukan koordinasi dengan desa tetangga baik aparat desa maupun Pokdarwis. “Aliran sungai ini dari air terjun Sekumpul yang ada di desa Sekumpul, jadi harus tetap dikoordinasikan dengan desa tersebut pula,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

9

Fokus Rilis Single

selalu men­d apat support dari keluarga besar. Dukungan inilah yang membuatnya mampu melakukan pekerjaan dan hobi dengan sejalan. “Support terbesar memang datang dari keluarga,” jelasnya. Menariknya, selain memiliki suara merdu, anak kedua dari pasangan Ni Putu Sukmawati dan Made Wartawan juga memiliki wajah yang tampan dan wawasan yang luas. Sehingga selain menjuarai kompetisi menyanyi, ia juga dinobatkan sebagai Runner Up Putra Undiksha 2009 dan Juara Pertama Pangeran Bahasa Indonesia 2009. Beberapa prestasi yang telah diraih di dunia tarik suara di

G

Desa Sudaji Kelola Wisata Rafting Dikenal sebagai Desa Wisata dengan menonjolkan kearifan lokalnya, kini Desa Sudaji kembali menunjukkan eksistensinya di dunia pariwisata. Ini dilakukan dengan mengembangkan dan mengelola potensi alam yang dimiliki. Salah satunya aliran sungai yang merupakan alur dari air terjun Sekumpul dengan bermuara di Bendungan Gandameru. Sungai tersebut, rencananya akan dimanfaatkan untuk wisata arum jeram atau rafting. Dalam rangka mempersiapkan itu objek wisata tersebut, masyarakat Desa Sudaji bergotong royong membersihkan aliran sungai dari air Terjun

Dara

aris keturunan yang berdarah seni rupanya juga diwarisi dari sang kakek. Kakeknya merupakan seniman yang gemar dengan lagu keroncong dan geguritan. Pria yang akrab disapa Ferri ini mengaku

antaranya, Runner Up Bintang Radio Indonesia RRI Singaraja tahun 20013, 2015, dan 2016, Finalis 12 Besar New AFI Indosiar 2013, Runner Up BRTV Bali TV 2008, juara 1 lomba lagu Pop Bali PKB tahun 2009 dan 2013, dan juara 1 lomba Pop Indonesia Dies Natalis Undiksha 2009 dan 2010. Terbaru, ia berhasil menjadi Juara 1 Lomba Nyanyi Pop Indonesia Se- Kabupaten Buleleng tahun 2017. Meskipun telah meraih segudang prestasi tidak lantas membuat pria yang menambatkan kuliahnya di jurusan Bahasa Indonesia Undiksha ini lupa akan tugasnya sebagai seorang tenaga pendidik. Menurutnya, hobbi dan pekerjaan bisa dilakukan sejalan asalkan bisa mengatur waktu dan menempatkan diri sehingga tidak ada yang terabaikan. “Tetap fokus untuk kedua passion yang berbeda

tersebut sebagai penyanyi dan juga pendidik, asalkan satu sama lainnya tidak saling menganggu,” ungkapnya. Lama berkecimpung di dunia tarik suara, rupanya membuat pria yang berasal dari Tejakula, Buleleng tersebut lebih fokus merilis single ketimbang album. Beberapa single Yang sudah di publish di antaranya album kompilasi BRTV Bali TV 2008 dengan 2 Single andalan yg berjudul Rindu Dihati dan Pedidian dengan mengusung tema Cinta dan Persahabatan. Rencananya, dirinya akan menggarap project Single Pop Indonesia dengan Judul Perjalanan Cinta, Sahabat, dan Aku Harus Pergi dengan masih mengusung Tema Cinta, dan Persahabatan. “Kalau album masih dalam proses, saat ini masih fokus dulu merilis singlesingle saja,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

The Body Shop Hadirkan Konsep Baru di Beachwalk Pelanggan The Body Shop di Bali kini bisa menikmati suasana belanja yang berbeda. Selain bisa mencoba produk dengan nyaman, pelanggan pun memperoleh pengalaman baru yakni berinteraksi secara digital. Konsumen bisa mengetahui informasi lengkap mengenai produk dan asal-usul bahan dasarnya melalui icon wall unit yang menyajikan informasi seperti film sehingga pelanggan bisa mengetahui informasi tanpa merasa bosan. Mereka juga bisa mengecek tipe kulitnya secara digital melalui alat skin diagnostic yang memudahkan pelanggan untuk mengetahui jenis kulit dan produk yang cocok. The Body Shop dengan konsep baru ini hadir di Beacwalk Shopping Center Bali untuk memberikan pengalaman belanja baru bagi pelanggannya. Konsep toko yang dua kali lebih luas dari sebelumnya ini, hadir dengan suasana bukan hanya lebih hijau tapi juga dan lebih atraktif. Agus Deniawan, Regional Operation Manager The Body Shop

Indonesia mengatakan The Body Shop merupakan produk kosmetik asal Inggris yang memiliki beragam produk head to toe bagi laki-laki dan perempuan. Sudah 25 tahun The Body Shop hadir di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan perawatan kecantikan masyarakat Indonesia. Saat ini, The Body Shop memiliki 150 toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai pionir dalam mengampanyekan penghentian uji coba kosmetik terhadap hewan, The Body Shop juga meluncurkan kampanye global bertajuk “Forever Against Animal Testing”. Sejak awal Juni 2017 mereka juga mengajak seluruh customer untuk ikut menandatangani petisi kampanye global “Forever Against Animal Testing” hingga akhir 2018 yang akan datang. Deniawan menambahkan The Body Shop adalah merek kecantikan internasional pertama yang berkampanye melawan praktik pengujian hewan di bidang kosmetik sejak tahun 1989. Kampanye ini bertujuan

mendorong Perserikatan BangsaBangsa untuk mengeluarkan sebuah konvensi internasional pelarangan pengujian kosmetik pada hewan. Salah satu bentuk tanggung jawab The Body Shop terhadap lingkungan hidup adalah program “Bring Back Our Bottle”

yang mengajak customer untuk mengembalikan kemasan kosong produk The Body Shop yang akan dikumpulkan dan hasil pengolahannya digunakan untuk pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian The Body Shop memastikan bahwa sampah dari kemasan bekasnya dikelola dan

tidak menjadi timbunan sampah yang mencemari lingkungan. Sejak tahun 2016, pelanggan juga diajak untuk memberikan donasi bagi penyelamatan hutan Batang Toru di Sumatra Utara. Hutan Batang Toru adalah rumah bagi Orang Utan Sumatra yang terancam punah. (Sri Ardhini)


8

Bunda & Ananda

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menabung untuk Kontrol Diri

Di sebuah TK swasta di Denpasar, dalam acara graduation diumumkan juga anak yang memiliki tabungan terbanyak yang mencapai angka jutaan rupiah. Kemudian anak tersebut mendapat reward dari sekolahnya. Adakah yang salah dengan fenomena ini?

“J

ika dilihat fenomena tersebut, pada dasarnya orangtua maupun guru ingin mengajarkan prinsip menabung pada anak,” ujar Retno I G. Kusuma, Kepala Sub Unit Psikologi Rehabilitasi Medik RS Sanglah. Bahwa, anak harus menyisihkan uangnya untuk ditabung. Disini mereka diajarkan untuk menyeimbangkan antara pemasukan dan pengeluaran. Walaupun sebenarnya konsep menabung itu harusnya disisihkan di awal, bukan di belakang. Jika disisihkan di belakang, pasti tak pernah ada sisanya. Dalam proses “menabung”, anak akan belajar bagaimana merencanakan keuangan yang baik. Jangan sampai besar pasak daripada tiang. Dan cara anak sekarang, bisa dimulai dari sekolah dan ada sistem reward. Bahwa, ketika anak menabung seperti ini nanti dapatnya seperti ini, meski akhirnya yang berlomba-lomba menabung justru orangtuanya. Namun jika dilihat dari sisi positifnya, anak menjadi tahu bahwa semakin banyak punya tabungan, ia akan semakin mendapat reward yang banyak atau pujian. Sebetulnya bentuk-bentuk reward ini yang membuat anak merasa eksis dan merasa bangga akan kondisi seperti itu. Bagi Retno, fenomena itu positif dan oke-oke saja. Mau seberapa banyak menabung, meski orangtuanya, itu tidak apa-apa. Dibandingkan uangnya

dipakai belanja yang lain-lain. Secara tidak langsung, hal ini juga mendidik orangtua karena ia juga menyisihkan uangnya. Di sekolah biasanya ada “Hari Menabung”. Jadi anak memang khusus diberikan uang oleh orangtua untuk ditabung, dan uang jajannya tersendiri. Ini sebenarnya salah satu hal yang sedikit kurang tepat. Karena justru jika orangtua ingin mengajarkan anak di level TK atau SD, untuk mengelola keuangannya dengan baik, beri anak uang harian buka bulanan. Misalkan sehari anak diberi uang jajan Rp 10 ribu. Meski sebenarnya anak sudah dibawakan bekal makanan dari rumah, mungkin saja ia ingin membeli makanan lain di sekolah yang diinginkannya, apalagi jika melihat teman-teman lainnya jajan. Ada kemungkinan anak akan membelanjakan uangnya atau justru akan menyimpannya. Seumpamanya, anak melihat temannya membeli es krim. Ketika anak tersebut memutuskan untuk menyimpan uangnya, karena misalnya kemarin ia sudah membeli es krim, disana akan terlatih kemampuan kontrol anak. “Daripada orangtua memberikan anak uang Rp 10 ribu untuk bekal dan Rp 5 ribu untuk menabung. Ini namanya tidak mengajarkan anak untuk menabung. Karena menabung adalah menyisihkan uang itu dan tepatnya lagi mengontrol keinginan anak untuk tidak belanja/membeli sesuatu

karena keinginan bukan kebutuhannya. Ini latihan yang tidak gampang, untuk orang tua saja tidak gampang apalagi bagi anakanak,” ujarnya. Beragam pedagang makanan, mainan, dan aksesori anak dengan warna-warna menarik seringkali menjadi “penggoda” untuk berbelanja. Namun Retno mengatakan, anak-anak dengan kemampuan yang baik akan belajar darisini untuk kontrol diri. Orangtua juga perlu melatih anak jika ingin membeli sesuatu belilah dari hasil tabungan sendiri. Misalkan anak ingin membeli boneka Barbie yang harganya Rp 100ribu, berarti anak harus menabung Rp 5 ribu setiap hari selama 20 hari. Bahkan mungkin saja anak berinisiatif menabungkan semua uang jajannya. “Jadi anak mempergunakan uang bekalnya untuk membeli sesuatu yang ia inginkan. Ini salah satu cara untuk membentuk effort anak (usaha/ketahanan mental). Bagaimana anak harus berjuang mendapatkan sesuatu dari hasil keringatnya. Meskipun dalam hal ini bukan dari bekerja, tetapi itu jatah uang jajannya. Tapi bagaimana anak mengelolanya, itu menjadi suatu hal yang sangat penting. Cara sederhana menabung di rumah bisa juga dengan memasukkan uang ke celengan. Celengan ada yang terbuat dari tanah liat-yang ketika mengambil isisnya harus dipecahkan, ada yang terbuat dari plastik atau kaleng-yang juga harus dicongkel dulu untuk mengeluarkan isinya, ada juga celengan yang memang

ada kunci gemboknya sehingga dengan msangat mudah bisa mengambil isinya. Pemilihan jenis celengan ini dikatakan Retno kembali kepada pelatihan kepada anak. “Jangan mengatakan bahwa celengan ini yang paling baik, karena itu baik dari sisi orangtua. Tapi sebenarnya bukan masalah baik-dan tidak baik, karena yang dilatih disini adalah proses bukan hasil. Proses bagaimana anak mengelola sebuah kondisi bahwa jika menabung di rumah dengan celengan tanah, dsb. kondisinya seperti ini, dan menabung di bank kondisinya seperti itu. “Tidak apaapa, ini yang seharusnya dikenalkan sejak kecil pada anak. Bahwa menabung di sekolah juga akan disetorkan ke bank,” ujarnya. Untuk anak sendiri justru dikatakan akan bagus jika belajar menyetor ke bank. Jadi anak tahu di bank itu ada bunganya meskipun kecil. Ini belajar bisnis dari kecil, bagaimana anak menjual sesuatu atau tepatnya menelola uangnya untuk mendapatkan sesuatu tujuannya. Anak boleh memi-

lih, walaupun akhirnya baru dua minggu celengannya sudah dipecahkan. Darisini orangtua bisa menanyakan alasan dan pendapat anak. “Orangtua jangan kecewa ketika anak hanya menabung Rp 100 ribu dan membelanjakan uangnya Rp 400 ribu. Ini proses edukasi mengelola keuangannya sendiri, dan anak bertanggung jawab pada pilihan atau keputusannya,” tandasnya.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Sanggah Jadi lebih Praktis

(Inten Indrawati)

Retno I G. Kusuma

Mendongeng Lima Menit

matahari dan air

Matahari sangat senang bersahabat dengan Air. Ia sering berkunjung ke rumah Air, berbincang-bincang tentang keadaan rumah dan keluarga masing-masing. Made Taro “Sahabatku Air!” kata Matahari pada suatu hari. “Aku sering berkunjung ke rumahmu, tetapi kamu tak pernah bertandang ke rumahku.” “Maaf, sahabatku Matahari,” jawab Air. “Sanggupkah kamu menerima Aku dan keluargaku? Bila aku pergi, semua keluargaku mesti ikut.” “Rumahku sangat luas, sahabatku Air. Ajaklah semua keluargamu! Si Bulan istriku, dan si Bintang anak-anakku, pasti senang menerima semua keluargamu,” kata Matahari penuh harap. Maka tibalah hari yang dinanti-nanti. Tepat pada musim hujan, Air berkunjung ke rumah Matahari. Mula-mula yang menginjakkan kaki di rumah itu adalah Air Danau suami-istri, Air Sungai suami-istri, menyusul kemudian anakanak, menantu dan cucu-cucunya. Matahari dan Bulan menyambut anggota keluarga yang lanjut usia di ruangan besar, sedangkan anak-anak dan cucu-cucunya dibiarkan bermain dengan Bintang-bintang di taman yang luas.

Griya

Beberapa saat kemudian, rombongan keluarga Air lainnya menyusul. Mereka adalah keluarga Air Laut, suami-istri, anak-anak dan menantu, keponakan dan menantu beserta anak-anak dan cucu-cucunya. Jumlahnya bukan kepalang, ditambah lagi dengan keluarga Mata Air. Ruang bawah untuk keluarga lanjut usia itu penuh. Terpaksalah sebagian dari mereka pindah ke ruang atas. Demikian juga taman-taman penuh dengan anak-anak dan cucu-cucu Air. Mereka berebutan mencari tempat yang lebih tinggi. Tuan rumah Matahari dan Bulan kebingungan. Lama-kelamaan keluarga Air bertambah banyak dan meluap-luap, makin lama makin tinggi. Bagi air keadaan meluap-luap seperti itu biasa saja, namun tidak demikian bagi Matahari dan keluarganya. Mereka takut kebanjiran, lalu mencari tempat yang lebih tinggi. Akhirnya Matahari, Bulan dan Bintang-bintang bertengger di atap rumah. Dari atap rumah itu, Matahari melihat ke bawah. Wow! Dari jauh kelihatan Air berbondong-bondong, berbuncah-buncah dan bergelombang-gelombang menuju rumah Matahari. Seperti tak akan berakhir. Matahari gelisah mondar-mandir. Ia harus segera mengambil keputusan. Ia mengajak istrinya, Bulan, dan anak-anaknya, Bintangbintang, untuk meninggalkan bumi. Mereka terpaksa meninggalkan sahabatnya, terbang ke langit, makin jauh dari bumi. (Nigeria)

Secara turun-temurun, masyarakat Desa Jehem, Tembuku, Bangli-Bali dikenal sebagai pengrajin sanggah. Salah satu di antaranya adalah I Ketut Adnyana. Ia mengatakan, dulu se-Desa Jehem masyarakat menggeluti bidang ini. Namun sekarang, pengrajin sanggah sudah menyebar ke desa-desa lain di sekitarnya. “Perbedaan sanggah buatan pengrajin Desa Jehem daripada desa lainnya, bisa dilihat dari kualitasnya,” ujar Tut Nano-sapaan akrab pria yang sejak berstatus pelajar SMP itu sudah menggeluti dunia undagi (tukang).

B

agi konsumen yang teliti, mereka bisa melihat perbedaannya dari sikut sanggah. Variasinya bisa sama tapi taksunya beda. Diakuinya, memang tak sembarang kayu boleh dijadikan bahan baku pembuatan sanggah-yang notabene sebagai tempat yang disucikan umat Hindu. Kayu yang bisa dipakai di antaranya kayu cempaka, kayu cendana, dan kayu majegau. Ia sendiri memakai kayu cempaka karena bahan bakunya lebih mudah dicari dibandingkan kayu lainnya. Dalam proses pengerjaannya, Tut Nano memulainya dari kayu yang masih berbentuk balok. Sebelum diproses, kayu ini sudah dikeringkan dulu selama 5-6 bulan. Sebut saja pengerjaan Sanggah rong tiga (kemulan) diselesaikan dalam waktu 1,5 bulan. Sanggah jadi yang sudah difinishing prada (warna emas/gold) lengkap dengan ukiran standar ini ditawarkan dengan harga Rp 17 juta. Ada juga sanggah taksu dengan ukiran super yang ditawarkan hingga Rp 35 juta. “Ini kualitas

Tut Nano

bahan dan ukirannya berbeda,” ujar Tut Nano, yang mengatakan kini masyarakat lebih suka membeli sanggah jadi yang full ukiran, karena lebih praktis. Konsumennya sendiri tak hanya dari wilayah sekitar Desa Jehem, namun hingga ke Karangasem, Klungkung, Denpasar, Nusa Dua, bahkan Nusa Penida.

Selama proses pengerjaan dari nol sampai jadi, ia mengaku tak ada kendala berarti. “Paling yang membuat prosesnya agak lama ketika bahan bakunya sulit dicari dan proses ngukirnya karena dilakukan manual oleh khusus tukang ukir (bukan dirinya),” ucapnya. Dalam pengerjaannya itu juga melalui banyak tahapan. Setelah membuah sikut, sanggah dirakit. Kemudian dibuka untuk diukir, selesai diukir dirakit kembali. “Pada saat dirakit ini harus mencari hari baik (dewasa ayu),” ujar Tut Nano. Ia yang memberi label “Nano Sanggah” pada produk kerajinannya itu juga menjual karas-tempat prasasti dan pratima sebagai benda yang disakralkan umat Hindu. Ada juga variasi naga, dan variasi simbar waton yang umum dipasang di bucu, serta tabing/dinding sanggah. “Respons pengunjung sangat bagus,” ujar Tut Nano yang mengaku baru pertamakalinya ikut berpameran di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 ini. (Inten Indrawati)

17


18

Life Story

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Tw i n L a k e F e s t i v a l

Pemkab Buleleng kembali menggelar Twin Lake Festival Tahun 2017. Festival ini yang mempromosikan potensi pertani­an maupun potensi pariwisata di Danau Buyan dan Danau Tambli­ngan ini dibuka oleh Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata, Prof. I Gde Pitana, Kamis (6/7). Namun festival ini juga didedikasikan untuk menggugah kesadaran pelestarian di kedua danau yang sering disebut danau kembar itu.

A

cara yang dipusatkan di Danau Buyan, Desa Pancasari dihadiri Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST, Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG., Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, Sekkab Buleleng Ir. Dewa Ketut Puspaka, dan tamu undangan penting lainnya. Pada hari pertama Twin Lake Festival, sejumlah kegiatan langsung dilaksanakan. Seperti Lomba cipta menu kudapan non beras, lomba merangkai bunga, bondres kolaborasi, gemar makan buah, serta gemar minum jus sayur. Serangkaian kegiatan itu dipusatkan di Danau Buyan, Desa Pancasari. Sementara di Danau Tamblingan, Desa Munduk, digelar kegiatan Yoga Massal. Selain itu berbagai kegiatan juga dilaksanakan untuk mempromosikan potensi pariwisata yang dimiliki di

antaranya lomba megangsing, sampi gerumbungan, dan ngelawar. Ditemui usai pembukaan Twin Lake Festival, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana,ST mengatakan, substansi awal Twin Lake Festival sudah hampir tercapai. Terutama dalam hal pemulihan. Menurutnya saat awal menjadi kepala daerah, kondisi Danau Buyan dan Danau Tamblingan, relatif rusak kondisinya. “Di Buyan, di manamana ada gulma, pendangkalan dan sebagainya. Di Tamblingan, tekanan dari penduduk begitu keras. Masalah di Tamblingan sudah terjawab dengan dukungan desa adat. Khusus Buyan, BKSDA Bali sudah siap beri dukungan pengerukan untuk mengurangi pendangkalan danau,” Pungkasnya. Universitas Udayana juga akan membantu memberi edukasi pertanian agar menjadi organik di Desa

Tingkatkan Produksi Padi, Petani Lakukan Penangkaran Cuaca yang tidak menentu dan sulit diprediksi, membuat para petani di Buleleng meradang. Bagaimana tidak, beberapa hasil komoditi pertanian terus menurun bahkan terancam gagal panen akibat perubahan cuaca tersebut. Salah satunya hasil produksi padi. Selain faktor cuaca, hal yang paling mempengarui hasil produksi padi adalah jenis dan kualitas benihnya. Menyikapi hal tersebut, pemerintah terkait melakukan berbagai program untuk mengatasi penurunan hasil produksi tersebut. Kelompok penangkar benih padi Sari Gopala, Desa Anturan, Kecamatan Buleleng bergerak melakukan kerjasama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali untuk mengatasi persoalan tersebut. Informasi dihimpun, empat varietas benih padi diseminasi untuk memenuhi produksi benih sumber padi (UPBS). Program yang dibiayai dari dana Kementerian Pertanian dilakukan di lahan seluas 0,2 hektare (ha) untuk masing-masing varietas di tanah milik Putu Wijaya Tusan terletak di Desa Tukadmungga, Kecamatan Buleleng. Masing-masing benih unggul seperti Inpari 14 Pakuan, Inpari 20,

Ciherang, dan Tuwoti di tanam untuk dilakukan penangkaran. Menurut Putu Naya Kasi Perbenihan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, penangkaran benih dengan berbagai varietas bertujuan untuk memperbanyak benih unggul berlabel putih menjadi label ungu agar bisa ditanam oleh petani. “Benih yang ditanam di penangkaran merupakan benih pokok dan nantinya akan diperbanyak agar bisa ditanam langsung petani,”jelasnya. Ia juga menambahkan jika masingmasing varietas memiliki masingmasing keunggulan dan kekurangan. Varietas Ciherang misalnya, tingkat produksi benih padi ciherang sangat cepat dan tahan terhadap hama penyakit namun rasa nasinya kurang enak sehingga kurang disukai oleh petani. Selain itu varietas Towuti juga memiliki keunggulan dapat bertahan dalam musim hujan maupun kemarau sehingga sangat cocok ditanam saat musim tidak menentu seperti saat ini. “Hasil dari penangkaran juga sangat bergantung dari topografi wilayah sehingga varietas yang ditanam pada dataran tinggi belum tentu hasilnya

Penangkaran varietas padi unggul di Desa Tukadmungga.

Lestarikan Danau Kembar Bupati Buleleng membuka secara resmi Twin Lake Festival, Kamis (6/7).

Pancasari. Sehingga residu pestisida maupun pupuk kimia di lahan pertanian, tidak mengalir ke danau. “Kalau sudah stabil, baru Buyan dan Tamblingan ini ditata dengan baik, biar bisa jadi objek yang dinikmati. Bukan dibangun besarbesaran, karena ini wilayah konservasi dan resapan air,” imbuhnya.

Sementara itu Deputi Bidang Pengembangan dan Pemasaran Kementerian Pariwisata, I Gde Pitana mengapresiasi diselenggarakan Twin Lake Festival. Keberadaan Twin Lake Festival diharapkan menjadi pemicu, sehingga masyarakat dan pemangku kebijakan memahami masalah yang

ada di Danau Buyan dan Tamblingan. “Festival ini bukan tujuan akhir. Tapi cara meningkatkan kesadaran lingkungan. Sehingga orang sadar dan muncul kembali upaya melestarikan dan revitalisasi fungsi danau. Ke depan baru ditata sehingga bisa dimanfaatkan sesuai konteks yang ada,” ungkapnya. (Wiwin Meliana)

Siasati Lahan Sempit dengan Hidroponik yang dibudidayakan, antara Jika dulu bercocok tanam identik lain kangkung, bayam merah, dengan tanah dan lahan yang luas bayam hijau pakchoy, caisim serta berada jauh dari perkotaan, sedangkan sayuran buah yang lain halnya dengan saat ini. Seiring bisa ditanam seperti cabai, berkembangnya teknologi pertanian, tomat, terong, mentimun, berbagai teknik bercocok tanam labu dan lainnya. “Sayuran pun ditemukan. Hingga kemudian daun bisa dikembangkan denditemukan teknologi pertanian yang gan metode ini,” ungkapnya. tidak lagi tergantung pada tanah Jika dibandingkan densebagai media tanam tapi beralih gan pertanian konvensional, menggunakan media air sebagai supengembangan tekhnik orplai nutrisi tanaman. Dengan sistem ganik akan lebih menghasilkan pertanian hidroponik hambatan sayuran yang berkualitas. lahan bisa diatasi dengan hasil yang Ciri hasil panen sayur dan tak kalah bagusnya dengan sistem buah dengan media air ini, pertanian konvensional. batang dan daun sayuran Hal ini juga yang tengah digeluti cukup bersih, demikian juga oleh I Kadek Dwi Sucipta warga dengan akarnya. Dengan deyang tinggal di Jalan Damai, Desa mikian, tak perlu membuang Kalibukbuk, Buleleng. Berawal bagian yang rusak akibat bekas dari kegemarannya mengonsumsi hama penyakit seperti yang sayuran membuat pria yang akrab sering terjadi pada pertadisapa Dwi ini memanfaatkan laI Made Dwi Sucipta menunjukkan nian konvensional. “Dalam han sempit dikontrakannya untuk sayuran hidroponik miliknya. pengembangannya memang mengembangkan sistem hidroponik. tidak menggunakan pestisida kimia, jika pun terserang “Ini untuk mengatasi keterbasan lahan karena semua sudah hama akan saya buatkan pestisida alami, misalnya dengan di beton, susah cari tanah,” jelasnya. bawang putih ataupun air cabai,” jelasnya. Pria kelahiran Hidroponik merupakan budidaya menanam dengan 21 September 1987 ini menambahkan, jika hasil dari memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan sayuran hidroponik akan memiliki kualitas yang sama menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi dengan sayuran organik. tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit Selain memiliki keunggulan, pengembangan tekhnik daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Selain hidroponik ini menuai beberapa kendala, di antaranya peritu, pengembangan tekhnik hidroponik juga tidak terlalu modalan. Biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan tergantung dengan cuaca atau musim asalkan asupan nutrisi tekhnik hidroponik lumayan mahal dibandingkan dengan dan air mencukupi. pertanian konvesional. “Dalam pengembangannya kita kan Dwi mengaku kesibukannya dalam mengembangkan menggunakan pipa paralon yang harganya lumayan, belum tanaman di rumah tidak menganggu pekerjaannya sebagai lagi selang, dan mesin. Modal awal memang lumayan betenaga honorer di SMK Negeri 3 Singaraja. Meskipun sar,” ungkapnya. Selain itu, harga jualnya pun belum mampu hanya belajar secara otodidak, dirinya tidak pernah mengimbangi harga sayuran organic, sebab masyarakat sungkan untuk sharing dalam grup hidroponik di media di Buleleng masih awam dengan tanaman hidroponik. sosial. Menurutnya, yang harus diperhatikan dalam teknik “Kalau dijual kami masih samakan denga harga sayuran budidaya hidroponik adalah tak semua jenis tanaman bisa biasa, memang tidak rugi, tetapi untungnya ga banyak,” ditanam. Hanya sayuran dengan akar serabut yang bisa pungkasnya. (Wiwin Meliana) ditanam dengan metode ini. Beberapa sayur dan buah sama dengan varietas yang ditanam di dataran rendah,” ungkapnya. Sementara itu, Pengawas benih BPTP Bali Nyoman Liper mengatakan dari penanaman benih unggul, petani nantinya dapat memenuhi ketersediaan benih unggul, selain itu benih padi yang dihasilkan sangat bermutu. “Kita kenalkan beberapa varietas baru, tentunya untuk mendukung program peningkatan produksi padi. Semua benih yang ditanam itu merupakan benih unggul,” imbuhnya. Liper me-

nambahkan jika selama ini petani hanya menanam varietas Bundoyudo sebagai varietas yang diunggulkan. Nantinya dari hasil diseminasi akan diketahui varietas mana yang juga cocok dikembangkan di Buleleng. “Nanti kita akan tunggu hasilnya setelah 105 hingga 115 hari,” tandasnya. Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Buleleng, Nyoman Swatantra menyambut positif program yang bersumber dari dana APBN tersebut. Menurutnya, dengan adanya

program tersebut, Buleleng diharapkan mampu menjadi salah satu pilar lumbung benih padi di Bali. Selain itu, Buleleng juga diharapkan dapat menjaga produksi padi, dan mencapai swasembada beras. “Kebutuhan benih aman, bahan pangan terpenuhi, dan jika dijual pun memiliki pasar yang sangat luas sehingga kedepan petani bisa memproduksi benih dan padi untuk mencapai swasembada beras di Buleleng,” pungkasnya. (Wwin Meliana)

Kesal ditinggal kekasihnya, Laras nekat lari dari rumah tanpa sepengetahuan orangtua dan keluarganya. Berbekal uang tidak seberapa, Jakarta yang ditujunya. Entah apa yang ada dalam pikirannya waktu itu, gadis asal Pulau Lombok yang kala itu baru berusia 18 tahun itu tidak kenal rasa takut. Dari Terminal Mandalika, ia pergi sendiri menumpang bus malam tanpa tahu siapa yang ditujunya di Jakarta. ”Saya cuma lihat jurusan di kaca depan bus, Bima-Jakarta,” ungkap Laras.

B

elum lagi sampai di Jakarta, di atas bus ia berkenalan dengan seorang pria yang duduk di bangku yang sama dengannya. Perjalanan Mataram-Jakarta yang memakan waktu dua hari dua malam itu mendekatkan Laras dengan si lakilaki berusia 50-an tahun tersebut. Mereka berkenalan dan mengobrol sepanjang perjalanan. Di situ Laras menceritakan pelariannya itu. Tiba di Jakarta, Laras yang tidak memiliki tujuan ini lalu diajak si laki-laki tersebut mengikutinya saja. Laki-laki itu berjanji untuk mencarikan pekerjaan untuk Laras. Tentu senang hati Laras. Namun, sebelum itu terjadi, Laras dibawa ke sebuah penginapan murahan. Setelah meninggalkan Laras di penginapan itu, laki-laki itu pergi dan berjanji akan kembali untuk menguruskan Laras pekerjaan. Lega hati dirasakan Laras karena kini ia telah memiliki tujuan hidup di Jakarta. Melihat Jakarta yang begitu mentereng, timbul rasa bangga dalam dirinya bahwa ia yang anak kampung itu bisa sampai di ’mimpi Jakarta’. Tidak disadarinya, ia juga lupa pada sebab kenapa ia sampai di Jakarta hari itu. ”Melihat Jakarta, saya jadi melupakan kekasih saya,” ujarnya. Hampir tengah malam, laki-laki yang membawanya tadi pun pulang ke penginapan membawakan nasi bungkus untuk Laras. Sangat lahap Laras menikmati nasi bungkus Jakarta. Ia juga berterima kasih pada si lakilaki. Mereka mengobrol sampai agak larut. Setelah keduanya mengantuk, si laki-laki itu langsung mengajaknya untuk tidur. ”Saya pikir maksudnya dia tidur di kamar lain, makanya saya iyakan,” kata Laras. Laras tidak tahu kalau tiba-tiba si laki-laki itu mematikan lampu dan menyergapnya. Laras tidak dapat berbuat apa-apa. Ia ingin teriak dan minta tolong juga takut karena ia tak tahu ke mana tujuannya jika ia lepas dari lakilaki yang menjanjikannya pekerjaan itu. Malam itu, Laras pasrah. Ia menangis sejadi-jandinya sambil mengatakan kepada laki-laki setengah baya itu, bagaimana kalau ia kemudian hamil? Si laki-laki menjawabnya dengan enteng, bahwa kalau ia hamil maka ia akan bertanggung jawab. Setelah semua yang terjadi, Laras tidak mengenal dirinya. Ia bingung dengan apa yang terjadi pada dirinya. Di sanalah ia baru merindukan orangtuanya. Ia merasa bersalah bahkan berdosa pada orangtuanya itu. Ia yakin orangtuanya kebingungan mencari dirinya. Namun apa hendak dikata, ia telah mengambil keputusannya sendiri.

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

7

Kabur Berbuah Penyesalan Esok harinya, ada orang yang mengaku karyawan si laki-laki datang dan langsung membawa Laras katanya untuk menjalani interview pekerjaan. Rupanya pekerjaan yang dijanjikan itu untuk menjadi TKW. Tapi saat itu Laras tidak mempermasalahkannya, yang penting dapat pekerjaan karena untuk kembali pulang ia tak sanggup akibat merasa dirinya telah rusak. Pada sesi wawancara itu, Laras ditolak karena tidak mengantongi izin orangtua juga karena ia tidak memiliki KTP. Namun laki-laki itu berkelit bahwa ia akan bisa mendapatkan pekerjaan untuk Laras dengan usaha lain. Katanya lewat jalan belakang. Esok harinya, Laras beserta lima orang calon tenaga kerja lainnya ditampung di tempat penampungan kantor pusat perusahaan penyalur tenaga kerja rupanya di sanalah tempat laki-laki itu bekerja, di Jakarta Timur. Di penampungan tersebut, Laras diwawancarai, diberikan pelatihan tentang bagaimana cara bekerja sebagai pembantu rumah tangga, diajarkan pula berbahasa negara tujuan dan kegiatan lainnya selama satu bulan. Ia sama sekali tidak mendapat informasi tentang proses ketenagakerjaan dan persyaratan menjadi TKW. Selama di penampungan, Laras tidak pernah menandatangani, menulis maupun mengurus surat-surat yang berkaitan dengan administrasi ketentuan menjadi seorang TKW. Saat dua minggu berada di penampungan tersebut, ia sempat menjalani cek kesehatan yang beberapa hari kemudian hasilnya menunjukkan bahwa ia tengah positif hamil dan tidak bisa diberangkatkan ke negara tujuan. Namun, ia masih tetap melakukan aktivitas sambil menunggu kedatangan laki-laki itu. Alangkah kecewanya Laras mendapati dirinya dalam keadaan hamil apalagi tidak jadi berangkat ke negara tujuan. Hanya pasrah yang menggelayuti hatinya ketika laki-laki tua itu datang menjemput dan ingin memulangkannya ke Mataram. Karena hari sudah sore dan bus yang ke Mataram sudah tidak ada lagi, maka ia diinapkan kembali di hotel. MENCOBA BUNUH DIRI Mudah ditebak, laki-laki itu kembali memaksa Laras melayani nafsu bejatnya. Laras yang tidak bisa berbuat apa-apa lagi, pasrah. Usai memperkosa Laras untuk ketiga kalinya, si lelaki mengaku ada rapat penting di kantornya sembari memberikannya tiket bus menuju Mataram dan uang Rp 150.000,-. Sesampainya di Mataram, Laras ditampung di sebuah tempat dan laki-laki itu hanya sekali menjenguknya yang dalam keadaan hamil tersebut. Saat itu si lelaki asal Pulau Sumbawa itu memintanya untuk bersabar, karena ia masih mencari cara mengatasi kemarahan sang istri karena telah mengetahui hubungan mereka. Istrinya mengira mereka, padahal suaminya itu telah memperkosa Laras. Laras harus bersabar karena menurut laki-laki itu istrinya marahmarah karena merasa cemburu pada Laras yang berparas manis itu. Ia tidak berani beranjak dari persembunyiannya kali ini, mengingat kata beberapa orang suruhan laki-laki itu, istri si lelaki tengah mencari-cari keberadaannya hingga ke penampungan dan mencari tahu mengapa ia batal berangkat jadi TKW. Ia sama sekali tidak tahu apalagi yang tengah terjadi kini.

Hingga suatu hari datanglah saudara dari laki-laki itu, yang tibatiba menempeleng pipi dan meninju perutnya. Untung saja ada orang yang membelanya. Orang-orang ini mengatakan kepada saudara dari si lelaki tersebut, bahwa batalnya Laras berangkat ke luar negeri karena ia sakit dan Laras tidak bersalah apaapa. Setengah memaksa, saudara dari laki-laki ini, mengajaknya pergi menggunakan sepeda motor. Dalam perjalanan, Laras mulai berpikir, akan terjadi hal buruk lagi padanya. Karena itu, ketika saudara dari laki-laki itu mengisi bensin di sebuah SPBU, diamdiam Laras melarikan diri menemui kawannya. Ia pun meminta bantuan kawannya itu untuk menghubungi pamannya. Setelah bertemu pamannya tersebut, Laras yang dalam keadaan depresi penuh tekanan psikis, pun menceritakan segala peristiwa buruk yang menimpanya. Keluarga Laras sangat terpukul atas tragisnya nasib

yang dialami Laras. Beruntungnya, keluarga besar Laras menerimanya dengan tangan terbuka, dan memberikan dorongan semangat dalam terpuruknya kondisi psikologi Laras. Keluarga besar Laras melakukan rapat keluarga untuk menentukan sikap, termasuk berkaitan dengan kehamilan Laras yang dianggap sebagai aib. Penerimaan keluarga yang baik atas kondisi Laras yang tengah hamil empat bulan kala itu, tidak lantas membuat beban Laras berkurang. Secara psikologi Laras merasa menjadi beban bagi keluarganya. Secara sembunyi-sembunyi, ia ingin membantu orangtua dan keluarganya untuk keluar dari persoalan ini dengan cara cepat. Agar tidak menjadi beban ekonomi dan psikologi bagi orangtua dan keluarganya, suatu sore ia sempat meminjam sepeda motor yang kemudian ia menjatuhkan diri di jurang, jalur Sesaot-Aik Nyet Lombok Barat. Namun, usaha bunuh diri Laras tidak berjalan mulus, karena

masyarakat sekitar cepat menolongnya. Ia sempat dirawat beberapa hari di rumahnya. Tidak jarang, rasa bersalah Laras pada ibunya dan keluarganya disesali berkali-kali. Ia mengungkapkan bahwa ia tidak ingin menjadi beban ekonomi dan pikiran bagi ibunya yang hanya sebagai buruh tani dan sudah bercerai dengan ayahnya sejak ia kecil. Terutama yang ia pikirkan, bagaimana orangtua dan keluarganya memikirkan menyikapi anak yang tengah dikandungnya akibat perkosaan. Laras sendiri, merasa sangat membenci anak yang tengah dikandungnya. Namun pada akhirnya langkah keluar besar Laras dalam menyelesaikan persoalan ini membuat Laras semakin shock. ”Saya dinikahkan dengan laki-laki tua itu,” kata Laras yang setelah menikah langsung memilih untuk bercerai. Sejak itulah ia merawat sendiri kandungannya dan membesarkan seorang anak laki-laki yang saat ini telah berusia 20 tahun. (Naniek I. Taufan)


6

Woman on Top

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Gatriwara DPRD Bali Ngayah Rejang Renteng Gabungan Istri Wakil Rakyat (Gatriwara) DPRD Provinsi Bali yang dipimpin langsung Ketua Gatriwara, Ny. Ningsih Wiryatama ngayah menarikan Tari Rejang Renteng pada piodalan di Pura Dharma Praja Udiana Kantor DPRD Provinsi Bali, yang jatuh pada Purnama Kasa Saniscara Wage Prangbakat, Sabtu (8/7).

“S

etiap Piodalan kami selalu ngayah, dan untuk piodalan tahun ini, walaupun persiapan terbatas, latihan hanya tiga kali, kami tetap optimis bisa tampil baik dan maksimal,” ujar Ny. Ningsih Wiryatama. Sekretariat DPRD Provinsi Bali juga tidak mau ketinggalan, menampilkan Seka Gong Jaya Swara yang akan ngayah pada piodalan tersebut. “Setelah

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Siti Milandari

Pasarkan Telur Asin lewat Online Keperluan konsumen telur puyuh dan telur asin di pasar Indonesia ternyata cukup tinggi. Terlihat dari banyaknya minat konsumen terhadap telur-telur tersebut. Bukan hanya konsumen sendiri yang menikmatinya, banyak juga yang dibuat olahan untuk dijual lagi. Hal ini cukup menjanjikan penjual telur-telur tersebut, salah satunya Siti Milandari, biasa disebut Siti.

lama vakum tidak ada tampil, kali ini Seka Gong kami mulai bangkit dan menggeliat kembali, sudah sejak tiga minggu kami latihan untuk persiapan ngayah,” kata Sekretaris DPRD Provinsi Bali, Wayan Suarjana. Kelihan (Ketua) Seka Gong yang juga Kabag Umum I Made Rentin menjelas-

19

P

engusaha telur puyuh dan telur asin asal Surabaya ini menggeluti bisnis telur ini berawal dari seorang saudaranya yang peternak puyuh. Siti membantu saudaranya menjualkan telur puyuh tersebut. Suatu ketika ada pelanggannya membutuhkan telur asin. Dari situ ia cari supplier telur asin.

“Terakhir lebaran kemarin saya mencoba produksi sendiri, alhamdulillah berhasil, hanya saja belum sempat dipasarkan karena masih percobaan produksi jadi saya konsumsi sendiri,” ujar bungsu dari empat bersaudara ini. “Saya ngambil telur langsung dari peternak, jadi dijamin fresh. Saat ini hanya satu macam saja telur asinnya,” kata perempuan

cantik ini. Untuk penjualan saat ramadan masih harga normal kisaran Rp 2.200 - Rp 2.500 tergantung ukuran. “Kalau diakhir lebaran saya sempat ada promo dengan harga Rp 1.750 untuk menghabiskan stock. Karena mau libur lebaran dengan ukuran telur paling kecil,” ujar perempuan yang belum berkeluarga ini. Penjualannya belum bisa hitung, karena belum banyak karena memang masih coba-coba. Seminggu kurang lebih 100 butir telur. Tetapi saat harga promo lebaran terjual 300 butir telur habis dalam waktu 3 hari. “Dalam usaha telur saya ini yang berperan penting ialah orang tua, dan saudara saya yang bantu ngurus,” ujar Siti. “Untuk membagi waktu antara pekerjaan saya dan usaha telur, pagi saya berangkat ke kantor, malam saya ngurusin telur. Untuk pemasaran hanya bisa melalui online. Pengiriman juga ada yang bantu,” tutupnya. (Meta Vabiola)

Gatriwara menari saat piodalan

Seka Gong Jaya Swara

Gatriwara saat latihan

kan untuk piodalan kali ini sekaa gong mempersiapkan berbagai tabuh wali dian-

taranya Jauk Keras, Rejang Renteng, Topeng, dan Tabuh Lelambatan. (Wirati Astiti)

Singaraja Building Center (SBC) Supermarket Bahan Bangunan Pertama di Buleleng

S

ingaraja Building Center (SBC) merupakan supermarket pertama di kabupaten Buleleng yang bergerak di bidang penjualan bahan-bahan bangunan. Singaraja Building Center yang beralamat di Jalan Ngurah Rai No 56 Singaraja. SBC grand opening pada 1 Oktober 2015. SBC menjual flooring wall, building material, paint sundries, sanitary dan plumbing, lighting dan electrical, hardware, serta tools houseware. Produk– produk yang dijual di SBC berbagai tipe dan merek. SBC

menawarkan barang dengan kualitas bagus dengan harga sangat terjangkau juga banyak memberikan diskon setiap bulannya serta memberikan hadiah menarik kepada customer untuk pembelanjaan barang tertentu. SBC mengutamakan pelayanan kepada customer, salah satunya dengan memberikan kupon undian setiap pembelanjaan Rp 250.000 untuk semua item. SBC juga memberikan pelayanan pengiriman barang untuk customer di seluruh daerah kabupaten Buleleng. SBC dibangun 3 lantai dengan area parkir luas.

Flooring wall dan building material di lantai 1, paint sundries di lantai 2, sanitary dan produk

plumbing, lighting dan electrical, hardware, serta tools houseware di lantai 3.

Segera kunjungi toko kami dan dapatkan barang yang anda inginkan.

Singaraja Building Center

Jalan Ngurah Rai No.56 Singaraja Tlp. (0362) 3301855, Fax. (0362) 21661 Buka setiap hari mulai Pukul 08.00 - 21.00 WITA

Dr. Sukma Sahadewa, S.H., M. Kes., CHt

Sosialisasi Bahaya Narkotika di Kalangan Seniman Ranah hiburan tanah air memang santer terdengar paling akrab dengan narkotika. Mulai dari alasan doping hingga awalnya coba-coba karena efek pergaulan. Belum lagi di kalangan para pelaku seni, serentetan nama pernah berurusan dengan barang haram tersebut. Sejauh pengamatan Ketua Paguyuban Seniman (PaS) Kota Surabaya, para pelaku seni dalam masa sekarang makin paham akan bahaya obat-obatan halusinogen yang mampu membunuh itu. “Kami sedikit banyak memerangi dan memberikan informasi kepada pelaku seni apapun untuk berkontribusi memerangi narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba),” ungkap Dr. Sukma Sahadewa, S.H., M. Kes., CHt., Ketua PaS Surabaya saat dijumpai di sela acara Halal Bihalal yang diselenggarakan oleh BNNP Jatim. Sukma berharap dengan dorongan serta sosialisasi tersebut, Indonesia mampu benarbenar bersih dari narkoba. Karena notabene peredaran telah merajalela, tidak hanya menyasar orang dewasa namun juga memanfaatkan anak di bawah umur sebagai kurir atau agen pendistribusian. “Kami harus sampaikan pada masyarakat supaya mereka peduli pada anak-anak bahwa narkoba ini harus kita perangi bersama,” imbuh pria maskulin yang terlihat segar dengan balutan kaos polo hitam tersebut. PaS Kota Surabaya juga telah sering melakukan koordinasi baik dengan BNNK Surabaya maupun BNNP Jatim untuk mendapatkan sosialisasi tentang narkoba

sekaligus ikut aktif dan peran serta. “Salah satunya kami mengadakan konser dan di dalamnya para artis memberikan sebuah konsensus serta informasi bahwa mereka menyampaikan tidak menggunakan narkoba, serta menjelaskan bahaya narkoba itu sendiri,” paparnya. Seperti diungkapkan Sukma, banyak para pelaku seni yang telah sadar dan terbuka untuk untuk ikut rehabilitasi. “Kami bertugas memberi penyuluhan kepada paguyuban ini, dan tugas lainnya adalah legitimasi dari hukum yang mewadahi,” ujar Sukma. Namun, beberapa kasus yang menyerang anak-anak sering membuatnya miris. Ia mengatakan, sempat bertemu dengan seorang anak yang mengaku bahwa ia telah memakai sejak SD. “Jika dikurskan, usianya tentu masih sangat belia setara kelas 2 Sekolah Menengah Pertama (SMP),” ucapnya. Anak tersebut memperoleh barang dari teman, dengan kamuflase ‘vitamin’ atau ‘suplemen’. Namun, lama-lama membuat kecanduan. “Ini risiko yang harus kita waspadai,” jawabnya. Ia menambahkan, setidaknya pondasi agama sangat diperlukan sejak dini dan merupakan bagian fundamental bagi sistem pendidikan. Kemudian dia berharap adanya kurikulum yang mampu mengurai tentang bahaya zat adiktif. “Ini yang belum ada, jadi hanya penyuluhan dalam sifat persuasif saja tidak ada kurikulum secara jelas di institusi pendidikan,” tegasnya. (Lely Yuana)


20

Menjelang puncak peringatan Hari Keluarga Nasional tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat yang akan digelar di Dompu pada tanggal 10 Juli 2017, PKK Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali melaksanakan roadshow ke beberapa PKK kabupaten di Pulau Sumbawa. Kegiatan roadshow ini juga sebagai rangkaian dari kunjungan kerja dan silaturahmi Syawal Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi. Roadshow ini dilakukan mulai 7-10 Juli 2017.

D

Nine

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

i hari pertama kunjungan ini, Ketua TP PKK Provinsi NTB, Hj. Erica Zainul Majdi dan Gubernur NTB bersilaturahmi dengan kader PKK se-KSB, bersama Kepala Organisasi Perangkat Daerah dan Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat serta Muslimat NW Kabupaten Sumbawa Barat. Sebagai garda terdepan dalam rangka ketahanan dan kesejahteraan keluarga, PKK yang notabene menjadi wilayah para ibu (perempuan) ini memiliki peran yang sangat penting untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga. Karena

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Jelang HKG, PKK NTB Laksanakan Roadshow

itulah di depan ratusan kader PKK dan tokoh masyarakat yang hadir di Taliwang Sumbawa Barat, Gubernur NTB mengungkapkan bahwa PKK memiliki kontribusi kuat untuk mewujudkan generasi yang cerdas dan berkarakter. Dan kontribusi yang paling nyata dan dirasakan manfaatnya bagi masyarakat adalah di bidang penguatan pendidikan keluarga dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. “Basis utama PKK adalah bagaimana membangun keluarga yang kuat. Sebab dari keluarga yang kuatlah akan lahir lingkungan yang kuat dan dari lingkungan yang kuat pada akhirnya akan membentuk bangsa yang kuat,” ungkap Majdi. Gubernur NTB berharap agar seluruh kader PKK yang ada di NTB, khususnya di KSB untuk dapat menggali pengetahuan sebanyakbanyaknya untuk menjadi ibu yang baik khususnya bagi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Hal itu penting, karena menurutnya tantangan yang dihadapi anak-anak di era sekarang ini dan ke depannya jauh lebih besar dari zaman sebelumnya. “Tantangannya besar sekali, sehingga filter yang paling kuat adalah pendidikan orang tua,” tegas Gubernur.

Ketua TP PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi sempat memberi apresiasi kepada para ibu yang tergabung dalam PKK KSB yang telah memberikan sumbangsihnya dalam menguatkan keluarga NTB. Ia mengingatkan kembali tentang tiga hal penting yang dapat menguatkan keluarga dan bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Pertama, memanfaatkan pekarangan yang kosong dengan menanam tanaman pangan. Kedua, membudayakan hidup bersih dan sehat dengan membiasakan anak-anak dan keluarga kita mencuci tangan pakai sabun. Dan

ketiga adalah mengawasi dan mendampingi anak-anak kita agar tidak menyaksikan adegan dewasa yang dapat merusak mental dan karakter generasi bangsa. Selain tentang PKK, Gubernur NTB juga sempat menguraikan pentingnya mengamalkan kebaikan untuk mengisi Bulan Syawal ini. Dan yang lebih penting dari itu, menurutnya resep untuk hidup akan semakin bermakna dan menjadi manusia yang lebih baik. “Maka salah satu risalah tugas manusia yang harus dikerjakan adalah memakmurkan bumi Allah, yakni mengerjakan hal-

hal yang mendatangkan kebaikan di muka bumi,” ujar Majdi saat memberi khotbah Jumat dalam kegiatan kunjungan kerja ini. Majdi memberi tips yang harus dikerjakan untuk mendatangkan kebaikan di muka bumi. Pertama, meningkatkan keimanan dan mengukuhkan tauhid kepada Allah. Keimanan dan tauhid kata TGB adalah inti kehidupan seperti digambarkan dalam surat Al-Ikhlas yang berdasarkan hadits Rasulullah diibaratkan rangkuman sepertiga dari isi Al’quran. Kedua, melipat gandakan amal baik. Menurutnya Amal saleh akan mengantarkan iman yang baik disisi Allah. Tanpa amal saleh dan iman yang baik, maka semuanya akan sia-sia. Ketiga, menyisihkan hal yang tidak baik atau keburukan. Dimana dalam kehidupan selalu terdapat kebaikan dan keburukan. Keburukan akan mengantarkan pada kehancuran. “Kalau sudah terlanjur, maka bertaubatlah. Kembali pada Allah,” ujarnya. Keempat adalah menunaikan tugas dan amanah. Dalam hal ini ia mengungkapkan bahwa risalah tugas manusia ialah memakmurkan bumi Allah, dengan mengerjakan hal-hal yang mendatangkan kebaikan di muka bumi. (Naniek I. Taufan)

5

Kembali Digelar

Duta Endek Kota Denpasar hadir kembali memeriahkan pawai Pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 belum lama ini. Kehadiran Duta Endek yang mengusung tema “Endek is True Quality “ di ajang PKB ini, adalah penampilan yang kelima kalinya, sejak tahun 2013 silam. Dalam parade PKB kali ini, 12 pasang Duta Endek Kota Denpasar tampil bersama 12 pasang Teruna Teruni Kota Denpasar. Mereka berhasil memberikan inspirasi yang nyata dan harmonis. Antusias para penonton serta undangan terlihat dengan memberikan special applause terhadap busana, make up, aksesori dan hair style dari AAA (Art and Desain) karya AAA Turah Mayun tersebut. Perwakilan Kota Denpasar ini, menyuguhkan busana khusus Manah Toya Ning yang dikenakan dalam rangkaian upacara ngaben. Peserta wanita mengenakan busana yang lilitan selendang dan rambutnya dibentuk sesuai pakem. Lilitan 3 kali sebagai simbol tri loka dan disebut “Melelunakan.” Sementara peserta pria memakai kain endek, sebagai salah satu warisan budaya dengan nilai kearifan lokalnya. Keseluruhan

Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar 2017

penampilan mereka ditangani Tude Togog sebagai pengarah gaya. Menurut Ketua Dekranasda sekaligus Pembina Duta Endek Kota Denpasar Ny. Ida Ayu Selly D. Mantra, Pemerintah Kota Denpasar melalui Disperindag, menggandeng Dekranasda Kota Denpasar, selalu menjaga keberadaan endek, yang merupakann produk unggulan Kota Denpasar yang potensinya luar biasa mengangkat tradisi lokal menjadi tren mode tanpa menghilangkan ciri khasnya. Kepala Disperindag Kota Denpasar Drs. I Wayan Gatra, M.Si., didampingi Kabid Perdagangan Disperindag Kota Denpasar IGA

Laxmy Saraswaty, S.S., M.Hum., mengatakan selain dilestarikan endek juga diharmonisasikan bagi para pecintanya melalui wadah “Endek Lovers” dengan programnya “ Save Our Heritage”. Endek juga dapat menjadi ‘fashion icon’ bagi generasi mendatang. Begitu pula jasa para perajin, penenun, desainer, serta seluruh lapisan masyarakat secara harmonis ikut berperan mengembangkan dan mempromosikan penggunaan endek dalam kehidupan sehari-hari, hingga menjadi bagian dari life style. Dikatakan oleh IA Selly D. Mantra jika kain tenun khas Bali ini dapat bertahan, tak lekang oleh zaman. Bahkan, endek mampu menyesuaikan

Berikut nama-nama pemenang dalam kegiatan “Endek Lovers” yang digelar pada (17 dan 18/6) belum lama ini. Lomba Mewarnai Kategori TK Juara I - Pande Putu Wahyu Ridina Putri Juara II - Ni Kadek Yuika Aristya Juara III- Ni Putu Mardianing Asih Putri Harapan I - Ayundha Valeni Aprilia Harapan II -Ni Kadek Maura Risuanaya Harapan III- Aura Shabirah Kategori SD Juara I - Mohamad Alfiyanto Juara II - Ni Putu Dewi Purnami Juara III - Aullya Talitha Hafizha Harapan I - Gracia Indira Loasa Harapan II - Abel Ivana Choe Harapan III- Made Vidyandini Artha Prinita Lomba Fashion Show Kategori A Juara I - Kristine Lambert (815) Juara II - Nanda Sekar Diaz (802) Juara III- Gusti Ayu Surya Dharma Dewi (795) Harapan I - Ni Putu Gita Maharani (790) Harapan II - Ni Ketut Dini Kurnia Saraswita G. (775) Harapan III - Ni Kadek Mia Fiantika (760) Kategori B Juara I - Putu Calysta (828) Juara II - I Made Octya Pratama Yasa (819) Juara III- I.G.A Dian Laksmi Darendra (814) Harapan I - Madelaine Slinger (807) Harapan II - Ni Ketut Ayu Patricia Dewi (802) Harapan III- I Kadek Bagas Pradipta Kusuma (792) Kategori C Juara I - Ni Made Ayu Cantika Ratih (895) Juara II - Triyana Mahadewi (880) Juara III - Pande Made Nancy Nareswari (865)

Harapan I - Desak Made Marysha Dewi (850) Harapan II - I Kadek Dwi Artha Mahendra (835) Harapan III - Ni Luh Putu Dinda Suryani (820) Kategori D Juara I - Ni Putu Devi Jayanthi (875) Juara II - Luh Gede Prisma Andari (860) Juara III - I Nyoman Januarta Trisna (850) Harapan I - Kadek Velantika Adi Putra (835) Harapan II - Gusti Ayu Agung Diah Astuti (815) Harapan III - I Putu Agus Indra N, SH.,M.H (805) Lomba Photography Kategori SMA Juara I - Ni Nyoman Mecin A.D Juara II- I Made Indra Aryawan Juara III - Ni Luh Putu Cintya Pramesti Kategori Umum Juara I - AA. Bagus Agung Rahma Wijaya Juara II -Agus Gunadi Juara III - AA. Ngurah Gede Yudiantara Lomba Kewirausahaan Juara I - SMAN 3 Denpasar (Tim 3) Juara II - SMAN 3 Denpasar (Tim 1) Juara III - SMKN 2 Denpasar Harapan I - SMKN 5 Denpasar Harapan II - SMAN 3 Denpasar (Tim 4) Harapan III - SMAN 4 Denpasar (Tim 1) Favorite SMPN 5 Denpasar

dengan perkembangan mode dan tren tanpa meninggalkan nilai tradisionalnya. Kemudian, lanjutnya salah satu upaya pengembangan dan melestarikan yang sudah diagendakan adalah Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar, yang tahun ini segera dilaksanakan kembali. Disamping itu Duta Endek Kota Denpasar juga sukses melaksanakan program teranyarnya yaitu “Endek Lovers” - ard

Persyaratan Pemilihan Duta Endek Kota Denpasar Tahun 2017 1. 2. 3. 4. 5. 5. 6.

WNI berusia 15-25 Tahun (belum menikah) Berdomisili di Provinsi Bali Mempunyai tinggi minimal 160 cm (Putri) dan 165 cm (Putra) Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik Memahami pengetahuan tentang Kain Endek dan berwawasan luas Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan foto copy KTP atau Kartu Pelajar. 7. Melampirkan foto original (4 R) sebanyak 2 buah (tidak diedit) Foto close up tampak depan dan full body tampak depan dengan mengenakan pakaian endek bebas dan sopan 8. Formulir beserta lampiran dimasukkan ke dalam map. Untuk putra menggunakan map merah dan untuk putri menggunakan map kuning. 9. Peserta dapat mengumpulkan formulir pendaftaran di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar di Graha Sewaka Dharma Lantai III. Jalan Majapahit No. 1 Denpasar, Lumintang Denpasar Tlp. (0361) 8495711, Faks. (0361) 8495712 (pada hari dan jam kerja). 10. Pengumuman Pemenang akan dilaksanakan pada saat Grand Final Duta Endek Kota Denpasar 2017 tanggal 7 Oktober 2017 di Aston Denpasar Hotel & Convention Center. Juara-Juara : Para finalis yang terpilih resmi menjadi Duta Endek dengan lisensi (all right reserved) di bawah Dekaranasda Kota Denpasar dan bertugas mulai Oktober 2017. Hadiah-Hadiah : Juara I : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang Juara II : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang. Juara III : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang. Juara Favorit : Piala, Piagam, Hadiah Uang, Selempang Juara Best of Talent, Best of Congeality dan Best of Photogenic : Piala, Piagam, hadiah Uang dan Selempang Informasi lebih lanjut: Disperindag Kota Denpasar Jalan Majapahit No. 1 (Graha Sewaka Dharma Lantai III Lumintang, Denpasar). Telepon: (0361) 8495711, Faks : (0361) 8495712


4

Guguran daun, sandal jepit usang, siapa mengira benda-benda yang masuk kategori sampah itu bisa diubah menjadi sesuatu yang indah dan bernilai jual. Betapa tidak, ditangan Firman Adi Nurrachman benda-benda tak berguna itu dikreasikan menjadi kupu-kupu cantik. Sayap kupu-kupu bukan sekadar warna-warni tapi juga diberi motifmotif menarik. Tak heran kalau penggemar kupukupu cantik itu sampai ke ­negeri seberang.

“Y

Inspirasi

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

ang rutin belanja produk saya buyer dari Malaysia, di sana banyak penggemarnya. Ada juga beberapa buyernegara lain, tapi yang sering dari Malaysia,” ungkap Firman yang ditemui disela-sela kesibukannya melayani pembeli. Untuk bisa berbicara dengan Firman, terpaksa harus menunggu sedikit lama karena kebetulan stan-nya saat itu sedang ramai didatangi pengunjung yang kebanyakan para ibu dan anak-anak serta remaja putri. Mereka mengaku suka karena kupu-kupu Firman dinilai unik dengan motif-motif cantik. “Wah motif batik ini kalau diaplikasikan ke kain bagus sekali,” ujar seorang ibu kepada Firman. Mendengar itu Firman hanya senyum-senyum saja. Dia mengaku senang dengan masukan yang diberikan pembelinya, namun sejauh ini belum terpikir untuk mengaplikasikan desain motif yang dibuatnya dalam kain. Firman mengaku awalnya adalah ketidaksengajaan. Ia menemukan daun-daun pohon kalibangbang atau biasa disebut warga sekitar pohonsutra soka yang berguguran di jalan. Kebetulan di daerahnya, Bugisan Pekalongan, Jawa Tengah, banyak masyarakat menanam pohon itu, bahkan di jalan-jalan pun pohon sutra soka banyak ditanam. “Biasanya daun sutra soka dipangkas untuk pakan ternak. Nah entah bagaimana suatu ketika saya iseng memungut daun pohon itu.Trus saya perhatikan, kok, teksturnya unik ya. Saya pandangi sepertinya mirip kupukupu. Dari situ lah muncul ide membuat kreasi kupu-kupu,” ungkap Firman yang mengaku sejak lama memiliki hobi membuat kerajinan. Sejak itu dia melakukan berbagai percobaan untuk menemukan

Firman Adi Nurrachman

Modal Awal Rp 10 Ribu cara menjadikan daun itu sebagai replika kupu-kupu. Tidak mudah, akunya. Karena dia menghabiskan waktu dua tahun untuk melakukan percobaan untuk menemukan formula yang tepat. “Saya tidak belajar dari manamana, semua saya kerjakan secara otodidak, melalui try and error tak terhitung banyaknya. Awalnya saya menggunakan zat kimia, namun ternyata daun justru menjadi rusak. Akhirnya saya gunakan bahan alami, hasilnya malah bagus meskipun prosesnya menjadi lebih lama,” ungkap Firman yang sempat juga melakukan eksperimen dengan daun jenis lain namun hasilnya tidak sebaik sutra soka. “Awalnya daun saya rendam dengan air biasa untuk pembusukan dan menghilangkan klorofil-nya. Itu membutuhkan waktu satu bulan. Setelah daun membusuk dan klorofil hilang, pelan-pelan saya kerok. Warna daun berubah men­jadi krem. Setelah itu dijemur sampai benarbenar kering, kemudian dilakukan proses pewarnaan,” papar ayah dua anak ini. Untuk tubuh kupu-kupu, tam-

bahnya, dia menggunakan sandal jepit usang yang kemudian diukirnya hingga terlihat seperti tubuh kupu-kupu. “Prosesnya memang agak rumit dan lama, tapi hasilnya lumayan memuaskan,” ucap Firman yang memulai percobaannya dari 2010-2012. Setelah produk jadi, tidak serta-merta mudah memasarkannya. “Saya memulai dengan menjualnya di trotoar. Ternyata banyak yang suka, khususnya anak-anak dan remaja putri. Dulu saya jual Rp10.000 dapat 3 kupu-kupu dan laris manis. Dari hasil itu saya jadi makin semangat mengembangkan bisnis ini,” kata Firman yang menjual produknya dari harga Rp20 ribu hingga Rp500 ribu. Membuat kupu-kupu cantik aneka warna, kata Firman, dia memulainya dengan modal Rp10.000. Itupun hanya untuk membeli pewarna, sedang daun-

Firman Adi Nurrachman

daun pohon sutra soka didapat secara gratis baik dari pohonpohon di rumah warga maupun di jalan-jalan. Sandal jepit juga bisa didapat gratis dari limbah pabrik sandal. Ini bisnis minim modal, katanya. “Cara mendapatkan daun secara gratis. Saya tawarkan jasa pemotongan dahan-dahan pohon sutra soka ke warga secara

gratis. Warga tentu saja senang karena biasanya mereka harus membayar jasa pangkas pohon,” ujarnya. “Bagi saya pohon sutra soka itu ibarat pohon rejeki, satu pohon bisa dipakai untuk membeli lima kambing hahaha, bayangkan!” kata Firman yang memberi merk kreasinya ‘GoDong’ Handycraft. Selama lima tahun bisnisnya, papar pria 36 tahun ini, banyak hal yang dilakukan untuk mengembangkan bisnis replika kupu-kupu. Di antaranya adalah inovasi produk dan desain, serta rajin pameran. “Kalau dulu saya mewarnai dengan menggunakan semprotanrefill parfum, kemudian meningkat dengan airbrush. “ “Dua tahun terakhir saya mengembangkan desain baru yakni kupu kupu batik. Proses pengerjaannya sama seperti

membatik, namun ini lebih sulit dari membatik di kain. Kalau membatik di kain, satu kali pewarnaan saja warna sudah muncul. Tapi membatik didaun, harus tiga kali pewarnaan baru warnanya muncul,” jelasnya. Membatik, kata Firman, bukan hal yang sulit karena dirinya selain gemar melukis juga kerap membatik. Itu semua karena hobi saja. Desain motif pun, tambahnya, sejauh ini dia yang mengerjakan sendiri, begitu juga pewarnaan. “Kebanyakan desain maupun pewarnaan saya yang tangani karena berbeda ya kalau orang yang punya touch seni dan tidak. Saya punya sembilan pekerja, umumnya mereka mengerjakan hal lain di luar dari desain dan pewarnaan,” ucapnya. Sebenarnya, lanjut Firman, dia pun pernah mencoba membuat replika kupu-kupu dari kupu-kupu asli. Namun ternyata penjualannya tidak sesukses kupu-kupu buatan. “Saya mencoba membuat replika kupu-kupu asli tahun 2014, tapi peminatnya kurang. Mungkin karena warna-warna sayap kupu-kupu kurang menarik, variasi warnanya juga kurang bagus. Berbeda kalau membuat sendiri, kita bisa membuat motif dan warna sesuka kita. Justru yang paling laku kupu-kupu buatan,” kata Firman. Bagi Firman yang pernah melakoni berbagai jenis pekerjaan sebelum akhirnya memiliki bisnis sendiri, asalkan kreatif apapun bisa dijadikan benda berguna dan memiliki nilai tambah. “Sebenarnya ada banyak benda di sekitar kita, asalkan kreatif itu bisa menjadi ‘uang’,”

kata Firman yang mengaku sekarang dia merasa lebih nyaman karena memiliki usaha sendiri, tidak di bawah orang lain. “Mau seberapa berhasil, semuanya kita sendiri yang menentukan. Dalam bisnis craft yang utama adalah kreativitas tinggi dan inovasi tanpa henti,” tambahnya. Untuk membuat produknya beragam, Firman mengaku juga membuat capung dari daun. Ide awalnya, kata Firman, karena bahan baku daun yang telah siap diproses menjadi replika kupukupu, berlimpah. “Sayang dibuang. Soalnya kan proses pembuatannya cukup lama. Nah sisa-sisa itu kemudian saya kembangkan menjadi item baru yakni capung. Ternyata banyak juga peminatnya. Karena saya buat desainnya beragam. Untuk motif batik misalnya, satu item tidak ada yang sama,” katanya sembari menambahkan saat ini dia tengah bereksperimen membuat bunga dari daun. “Saya belum pasarkan, masih uji coba. Kalau berhasil itu nantinya jadi salah satu produk baru saya,” tambahnya. Upaya Firman untuk menjadikan barang-barang yang telah jadi sampah menjadi sesuatu yang berguna tak berhenti. Menurutnya, di daerahnya selain pohon sutra soka juga banyak pohon ketapang dimana buahnya menjadi sampah dan dibuang. Oleh firman, buah ketapang dikreasikan menjadi replika kurakura yang unik. “Buah ketapang yang jatuh dibuang begitu saja. Padahal bisa jadi duit. Buah ketapang dikombinasi dengan limbah sandal jepit, bisa menjadi kura-kura. Saya jual harganya Rp25 ribu. Jadi untuk saya pohon ketapang itu ibarat ‘pohon duit’,” kata Firman sambil tertawa. (Di-

Mandalika

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Eksplor Keindahan Alam saat Liburan

21

Libur tahun ini memang cukup panjang, khususnya bagi anak sekolah. Dimulai sejak libur puasa pada pertengahan Juni 2017, libur Lebaran di akhir Juni 2017 lalu berlanjut dengan libur sekolah (libur kenaikan kelas) hingga tanggal 17 Juli 2017. Waktu libur yang lumayan panjang itu dimanfaatkan sebagian anak-anak di Pulau Sumbawa dan Lombok untuk menghabiskan waktu mereka dengan mengeksplor keindahan tempat wisata di Nusa Tenggara Barat.

T

empat-tempat wisata khususnya di Pulau Lombok menjadi objek yang menarik perhatian para pelajar dari Pulau Sumbawa maupun dari luar daerah. Keindahan pantai dan perbukitan di Lombok memberi sensasi wisata yang unik. Sederet pantai seperti Pantai Senggigi dan Pantai Sekotong Lombok Barat, Pantai Kuta, Tanjung Aan, Pantai Syurga, Pantai Kaliantan dan lainnya di Lombok Tengah dan Lombok Timur hingga Pantai Ampenan Mataram. Selain itu perbukitan seperti Pergasingan di Sembalun Lombok Timur dan Bukit Merese di Lombok Tengah, juga menjadi tujuan ‘semi petualang’ bagi para remaja ini. Jelajah alam juga bisa dilakukan di hutan wisata Pusuk dan Aik Nyet Sesaot, Lombok Barat. Dan salah satu yang menarik minat wisatawan pelajar adalah

Bukit Merese yang berada di Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Bukit yang akhir-akhir ini menjadi primadona wisata semakin banyak dikunjungi karena dari punggungnya menawarkan keindahan pantai-pantai di bagian selatan Pulau Lombok Indah. Laut yang biru, hijau dengan pasirnya yang putih, terpampang bagai lukisan dari atas perbukitan ini. Lokasinya yang mudah dijangkau hanya lebih kurang dua jam perjalanan dari Kota Mataram, membuat wisatawan bahkan anakanak pun dapat mencapai puncak Bukit Merese dengan sangat mudah. Hanya dibutuhkan tenaga untuk melakukan pendakian ke Bukit Merese demi menikmati keindahan pantai berpasir putih nan eksotik. Bukit Merese terletak di wilayah Pantai Tanjung Aan Lombok Tengah bagian Selatan yang memiliki pasir putih dan air laut

ana Runtu)

Bukit Merese salah satu tujuan wisata di Tanjung Aan Lombok Tengah

Menghabiskan waktu dengan berlibur dari Pulau Sumbawa ke Pulau Lombok

yang jernih berwarna menggoda hijau kebiruan. Diapit dua tanjung membuat airnya demikian tenang sehingga aman sebagai tempat mandi dan berenang. Puncak Bukit Merese Seperti halnya keluarga lain yang menjelajahi keindahan Pulau Lombok menghabiskan liburannya, lima remaja dari Pulau Sumbawa lainnya, Aprilia, Aras, Karishma, Rafka dan Aura turut menjajal nikmatnya berwisata di Bukit Merese juga tempat-tempat wisata lain di Pulau Lombok. Para pelajar SMA, SMP dan Sekolah Dasar ini, terkesima ketika berada di puncak Bukit Merese. Mereka terpukau melihat keindahan sepanjang garis pantai bagian selatan Pulau Lombok ini. Usia yang masih belia, membuat mereka tidak merasa kesulitan mencapai perbukitan ini setelah melewati beberapa pantai seperti Pantai Kuta dan Pantai Seger. Selain ke lima remaja ini, ada pula keluarga Darma juga dari Pulau Sumbawa yang berhasil menikmati keindahan pesisir selatan Lombok dari atas Bukit Merese. Membawa tiga anaknya yang masih SMP dan SD keluarga ini sekaligus menikmati keindahan objek wisata lain Pulau Lombok. Mereka menjelajahi hutan wisata Sesaot, Pantai Sekotong, Pantai Pandanan Lombok Utara hingga Sembalun Lombok Timur.

Dan inilah kali pertama keluarga ini mengunjungi Bukit Merese yang memberi kesan kepuasan menikmati Pulau Lombok. Bukit merese sendiri tidak indah melainkan eksotik karena merupakan hamparan rumput yang tidak semuanya berwarna hijau layaknya bukit biasa di musim kering. Hamparan rumput akan menghijau ketika musim hujan tiba. Namun yang membuat jatuh hati adalah panorama indah yang bisa dinikmati dari atas perbukitan ini. Saking indahnya, sampai-sampai perbukitan ini kerap dijadikan latar untuk foto prewedding. Karena keindahan panorama inilah yang membuat para wisatawan ‘wajib’ mengabadikannya dalam potret-

potret yang kerap diunggah di media sosial. Di wilayah Tanjung Aan tempat di mana Bukit Merese ini berada juga sangat cocok dipakai untuk berenang karena airnya yang tenang. Biasanya mereka yang berkunjung ke Bukit Merese selalu menyempatkan diri untuk singgah di Tanjung Aan. Berderet pedagang kaki lima membuat pengunjung tidak perlu repot membawa makanan dari rumah. Meskipun sederhana, di sini tersedia camilan dan makanan yang bisa dimanfaatkan selagi lapar. Selain itu banyak juga tempat bilas yang disediakan hanya dengan membayar Rp 5.000 sekali bilas dan mandi usai bermain di pantai. (Naniek I. Taufan)


22

Sosialita

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Ibukota Negara Pindah, Jakarta Lega

Indonesia memiliki ibukota baru, mimpikah? Sebagian orang beranggapan demikian, selain memindahkan ibukota negara bukan hal yang mudah, terlebih lagi berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa wacana ini hanya sekadar wacana karena telah ada sejak masa kepemimpinan Presiden Soekarno juga Soeharto.

Bambang Brodjonegoro

D

ulu Soekarno pernah mencetuskan pemindahan ibukota negara ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, bahkan konon pernah juga dijajaki pemindahan ke Bandung, Jawa Barat. Namun itu semua tidak terealisasi. Pada era Soeharto wacana itu sempat hidup lagi. Beberapa daerah sempat disebut tapi yang masih teringat jelas adalah wacana memindahkan ibu-

kota ke kawasan Jonggol, Jawa Barat. Isu itu berkembang hebat, bahkan bangunan Garuda raksasa yang terletak di kawasan Cileungsi Bogor, dan sejumlah bangunan lainnya disebutsebut sebagai bagian dari persiapan pemindahan ibukota. Saking hebatnya isu tersebut, para pengusaha pun terpengaruh, mereka berlomba-lomba membangun kompleks perumahan di sekitar kawasan calon ibukota. Begitu juga para calo tanah yang bergerilya membeli tanah masyarakat. Harapannya, ketika pemindahan ibukota terjadi, banyak bangunan akan dibangun dan mereka telah siap dengan lahan yang akan ‘dilepas’ dengan harga tinggi. Tapi, apa yang terjadi. Lagi-lagi wacana itu menghilang. Tak jelas apa yang menjadi hambatan sebenarnya. Namun, yang pasti para pengusaha juga calo/mafia tanah rugi besar. Tanah-tanah yang terlanjur dibeli dengan harga tinggi, sulit dijual dengan harga tinggi pula, apalagi berharap bisa untung. Kabarnya garagara itu banyak calo tanah stres dan terganggu jiwanya. Untuk membeli banyak tanah mereka meminjam modal cukup besar. Ketika wacana itu ternyata hanya sebatas isu, tanah yang sudah dibeli gagal dijual dengan harga tinggi. Mereka pun dikejar-kejar utang. Kini wacana pemindahan ibukota negara muncul lagi. Bahkan akhir-akhir ini menjadi sesuatu yang menarik untuk dibicarakan. Jakarta, rencananya, hanya menjadi pusat bisnis dan perekonomian. Sedang pusat pemerintahan berada di ibukota yang baru itu. Dibanding wacana-wacana sebelumnya, mungkin wacana ini terasa lebih serius karena Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro telah membahasnya. Pihaknya pun telah membicarakan hal itu dengan

Fokus dan yakin bisa berhasil, itulah pilar kesuksesan seorang pengusaha. Komitmen meniti usaha tersebut akan semakin kuat ketika dilakukan bersama pasangan. Hal ini bisa dilihat pada langkah Ni Nyoman Ayu Upadani, seorang entrepreneur yang kini sukses mengelola “ Candra Collection”.

K

Monumen Presiden Soekarno di Palangkaraya Kalimantan.

Presiden Jokowi. Menurutnya, saat ini pihaknya tengah melakukan kajian termasuk skema pembiayaannya. “Akhir tahun ini diharapkan kajian serta skema pembiayaannya akan rampung. Tahun depan mungkin kita sudah bisa mempersiapkan,” ujar mantan Menteri Keuangan itu kepada wartawan. Karena dana yang dibutuhkan untuk itu sangatlah besar maka rencananya pemerintah akan menggandeng pihak swasta. Diperkirakan, dibutuhkan waktu empat hingga lima tahun untuk merampungkan segala infrastruktur sebagai penunjang ibukota. Bagaimana dengan Jakarta? Jika hal ini akhirnya benar terwujud bisa merupakan solusi dari berbagai permasalahan di Jakarta, seperti jumlah penduduk yang terus meningkat serta kemacetan lalu lintas yang semakin parah. Untuk jumlah penduduk misalnya, saat ini penduduk Jakarta sudah mencapai sembilan juta lebih. Paska-Lebaran tahun ini, jumlahnya akan semakin meningkat seiring membanjirnya para pendatang ke Jakarta untuk menetap dan mencari pekerjaan. Pertambahan penduduk paska-Lebaran memang menjadi masalah klasik yang sulit diatasi karena memang tidak ada larangan untuk datang ke Jakarta, baik untuk mencari pekerjaan ataupun hal lainnya. Namun, persoalannya berdasarkan kajian batas maksimal jumlah penduduk Jakarta hanyalah 12,5 juta jiwa. Jika pertambahan

penduduk tidak segera dikendalikan maka dikhawatirkan akan terjadi ledakan penduduk Jakarta. Penyebab masyarakat daerah berbondong-bondong datang ke Jakarta salah satunya dan yang utama adalah mencari penghidupan yang lebih baik. Tak dapat dimungkiri Jakarta bukan hanya pusat pemerintahan tapi juga pusat kegiatan ekonomi. Karena itu, ketika sekarang tengah gencar dibicarakan tentang memindahkan ibukota negara ke luar Pulau Jawa dihadapkan hal itu bisa menjadi solusi bukan hanya memeratakan pembangunan Barat dan Timur tapi juga solusi masalah kependudukan di Jakarta. Namun, meski merasa senang dengan rencana tersebut, Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat nampaknya ragu kalau rencana tersebut bakal terwujud dalam waktu dekat. “Saya tidak yakin pemindahan itu bisa dilakukan dalam waktu satu atau dua tahun ke depan,” ujarnya di Balaikota, pekan lalu. “Ya tapi kami tetap siap-siap,” tambahnya. Menurutnya, memang idealnya ibukota negara hanyalah kota pemerintahan tidak dicampur dengan pusat perekonomian. Sedang Jakarta saat ini merangkap semuanya. Ya kota pemerintahan, pusat perdagangan, industri, pendidikan dan lain-lain. Fungsi rangkap ini membuat ‘beban’ Jakarta menjadi berat. “Jadi kalau seumpama ibukota negara jadi dipindahkan maka kita lega. Apapun itu kami siap mengikuti keputusan pemerintah pusat,” tegasnya. Djarot mengatakan tidak ada dampak merugikan bagi Pemda DKI Jakarta jika Jakarta tidak lagi menjadi ibukota negara. Justru sebaliknya, beban yang makin

berkurang. Pusat layanan publik, nantinya akan berada di ibukota baru. SOLUSI PEMERATAAN Menurut Teten Masduki, Kepala Staf Kepresidenan, wacana pemindahan ibukota itu muncul tak lepas dari ide Presiden Jokowi terkait pengalamannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta. “Menurut beliau (Presiden Jokowi) susah sekali membenahi Jakarta karena ongkosnya terlalu mahal. Bukan hanya berkaitan dengan biaya tapi ongkos politik dan ongkos sosialnya mahal,” jelas Teten. Selain itu, pemerintah ingin ada keseimbangan dan pemerataan pembangunan antara pusat dan daerah. Maka dengan memindahkan ibukota negara ke wilayah tengah bisa menjadi solusi bagi pemerataan. “Masing-masing negara memiliki model pemindahan berbeda. Malaysia, misalnya, hanya memindahkan pusat pemerintahan. Sedangkan Brasil dan Myanmar benar-benar membangun kota baru untuk ibukota negara ,” ujar Arifin Rudiyanto, Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas. Sementara beberapa negara lainnya, hanya memodernisasi saja. Jadi, tambahnya, pihaknya saat ini sedang mengkaji model pemindahan yang cocok diterapkan di Indonesia. Soal dimana calon ibukota baru itu berada, sampai sekarang belum diputuskan. Namun Kalimantan adalah salah satu yang disebut. “Tapi Kalimantan kan luas, bukan hanya ada Palangkaraya,” kata Rudi. Yang terpenting adalah tempat yang ditunjuk itu memenuhi kriteria antara lain, fisik lingkungan, air bersih, bebas bencana, serta aspek pertahanan dan keamanan, serta ketersediaan lahan. (Diana Runtu)

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

ucuran keringatnya selama 18 tahun terbukti tidak sia-sia. Kini produknya tersedia di mal-mal besar di Bali dan di Jakarta. Selain itu, Bu Candra begitu panggilan akrabnya juga rajin mengikuti berbagai pameran mulai dari lokal Bali, Jakarta hingga di luar negeri. Bukan hanya itu, sandal buatan pun akhirnya di ekspor ke negara Eropa, Australia dan Jepang. Setelah Bu Candra berhasil dengan usaha sandalnya, suami tercintanya I Gede Darma Yasa menambah usaha bidang properti sesuai keahliannya di bawah bendera “Bintang Property”. Berikutnya, masih dengan komitmen, kerja keras, dan disiplin yang diterapkan pasutri ini, usahanya melaju ke bidang ritel dengan mendirikan mini market. Menurut Bu Candra, dengan semangat ingin maju dan selalu saling dukung menjadikan mereka tidak mudah goyah dalam menjalankan bisnisnya. “Intinya apapun yang akan kami lakukan, itu adalah kesepakatan kami berdua,” cetus ibu dari Ni Luh Candra Pudak Lestari, Ni Nengah Bintang Lestari dan Ni Komang Intan Lestari ini. Perjalanan usahanya, tidak serta merta hasilnya seperti sekarang. Awalnya saat berhenti bekerja dari di hotel, yang sudah dijalaninya selama 8 tahun, karena hamil, ia memilih pekerjaan memasang mote di rumah. Kemudian berlanjut sebagai broker sekitar 2 tahun, yakni membeli produk untuk dijual

3

Ni Nyoman Ayu Upadani

Komitmen dan Transparansi kembali kepada para tamu. Hingga suatu saat ia berpikir, jika bisa memproduksi sendiri tentu hasilnya akan lebih besar. Akhirnya dengan modal awal Rp 500.000 bersama sang suami ia mengawali usahanya membuat sandal. Kemudian bersama juga melakukan promosi kepada keluarga, kerabat, teman, dan tamu yang dikenalnya. Walau, pemasarannya hanya dari mulut ke mulut, namun sambutan yang diperolehnya cukup baik . Terkait model produknya, Bu Candra mengatakan biasanya disesuaikan dengan pesanan. Jika di luar negeri, modelnya umumnya mengikuti yang lagi tren di sana. Sementara di wilayah lokal selain bahan dasar kulit juga menyertakan material lokal seperti endek dan songket. “Apalagi pemerintah tengah mengiatkan untuk terus membangkitkan dan mencintai produk dalam negeri,” katanya Dalam menjalankan usahanya anggota ASBEST Kota Denpasar ini pun tak lepas dari yang namanya pengalaman pahit. “Saya sempat shock juga akibat pesanan dari tamu di luar negeri dibatalkan dan pelanggan yang menunggak pembayarannya. Apalagi saat itu modal masih sangat minim. Beruntungnya dukungan suami luar biasa, saya jadi tidak mudah putus asa. Setelah jatuh- bisa bangkit lagi dan bertahan sampai sekarang ,” papar Bu Candra yang dalam segala hal selalu terbuka dengan pasangannya ini. Dikatakan sampainya ia di titik

Saat menjadi Ketua Panitia pada kegaiatan Lomba yang diadakan ASBEST.

Bu Candra dan keluarga.

Bu Candra dan suami.

seperti saat ini, satu lagi kuncinya yakni kejujuran dan menjaga kepercayaan . Dua hal ini, sangat ampuh untuk menjaga semua klien atau pelanggang termasuk pasangan. “Setiap langkah mengambil keputusan dan menentukan arah usaha selalu kami bicarakan bersama,” ucap Bu Candra yang mendidik anak-anaknya dengan memberikan contoh, untuk tidak berlebihan, hidup sederhana, senang berbagi dengan memiliki kepedulian sosial terhadap kondisi di sekitarnya. Sebab, semua mereka dimiliki saat ini adalah titipan Tuhan.

menyikapinya dengan positif. Begitu juga dengan sang suami, sebagai kelian banjar ia cukup membuktikannya melalui integritasnya, yakni konsistensi dan sinkronisasi antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan dalam menjalankan perannya mengabdi untuk warga. “Saya percaya apapun yang dilakukan dengan niat dan tujuan yang baik, lambat laun mereka akan menyadarinya,” cetusnya. Ia juga mengatakan

NGAYAH UNTUK WARGA Bicara sosoknya sebagai istri Kelian Banjar Mekar Jaya, Desa Pemogan, Bu Candra juga ingin memberikan kontribusi bagi warga banjarnya sebagaimana yang dilakukan sang suami. Setelah terpilih sebagai Kelian Banjar sejak Bu Candra saat pameran di Melbourne tahun 2015 ini, ia menye­ rahkan kembali gaji yang perilaku baik dan berbudi pekerti juga diterimanya. “Dana tersebut kami sangat penting dicontohkan. Apalagi gunakan untuk metirta yatra bersama terhadap anak-anak, tujuannya agar para prajuru, seka santi dan seka gong mereka mencontoh dan kedepannya juga bisa meneruskan hal-hal yang baik kami,” tuturnya. Ia mengakui bahwa tidak mudah yang sudah ditanamkan dan dilihatnya ketika kita harus menangani banyak selama ini. Bu Candra, yang dikenal gesit dan kepala. Namun, ia percaya jika memulai sesuatu dengan niat yang baik maka kreatif ini juga mengagas terbentuknya hasilnya juga akan baik. Kalaupun ada Seka Gong “Candra Swari”. Selain yang pemikirannya berseberangan, demi kebersamaan diantara warga Bu Candra mengatakan lebih memilih banjar juga ingin berkontribusi dalam

melestarikan budaya lokal. “ Hingga saat ini kami sudah menguasai 6 tabuh. Kami berlatih dua kali seminggu,” ujar Bu Candra yang atas inisiatifnya pula, di akhir tahun 2016 mereka berhasil mendapatkan bantuan dana dari Pemerintah Kota Denpasar. Sebelum memperoleh bantuan dana, dari rezeki yang diperolehnya ia sempat membelikan kaus untuk anggota seka gong, yang tampil menyambut tamu pada kegiatan kenaikan tingkat sanggar tari di banjarnya. Bu Candra mengucapkan terima kasih atas bantuan dana dari Pemerintah Kota Denpasar. “Dana tersebut kami gunakan sebaik-baiknya dan dikelola secara transparan. Seluruh pengeluaran dan peruntukannya jelas tercatat dengan baik oleh bendahara. Mulai dari pembelian seragam hingga honor pembina,” katanya. Ia menambahkan sebelum memperoleh bantuan dana mereka dilatih megambel oleh warga yang sudah bisa, dengan ikhlas tanpa imbalan. Masih bicara aktivitas di banjar, Bu Candra mengatakan, selain berlatih megambel, di banjar juga ada kegiatan rutin lainnya, yakni olah raga yang berlangsung setiap minggu pagi. Inisiatif lainnya dari Bu Candra adalah mendirikan seka gong anak-anak. Hal ini ditujukan agar anak-anak mengisi waktu liburan setelah menerima raport dengan positif. “Di sini mereka diajarkan sejak dini untuk mengenal dan mencintai budayanya. Saya bangga melihat anak-anak. Mereka luar biasa , baru belajar saat liburan ini sudah berhasil menguasai dua tetabuhan,” katanya sumringah. -ard

Di kegiatan IWAPI Badung

Tirtayatra bersama ASBEST Denpasar.

Seka Gong Candra Swari tengah berlatih.

Olah raga di Minggu Pagi.


2

Ekspresso

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

GORO-GORO Ruang tunggu dokter tidak lagi jadi tempat pasien menunggu gil­ iran dipanggil. Tapi menunggu dokter Putu Wijaya datang. Entah jalan­ an macat, masih ada rapat, entah belum pulang dari luar negeri, atau lupa, satu jam sudah molor. Suster pun tidak tahu di mana posisinya sekarang. Sekitar 25 pasien sudah mulai gelisah. Termasuk Amat. Sudah 2 minggu batuk pileknya belum bergeser. Obat dari puskesmas sudah menyerah. Konon makin canggih obat-obatan, virus pun malah jadi naik kelas, tambah perkasa. “Maaf, umur Bapak berapa seka­ rang?” sapa seorang lelaki tiba-tiba di samping Amat. Amat menoleh dan mencoba menebak siapa orang itu. Sosok dan dandanannya seperti orang partai. Dia bertanya mungkin hanya sekadar iseng untuk melupakan kebeteannnya

menunggu. “O, itu rahasia,”jawab Amat bercanda. Tapi kemudian cepat menambahkan,”Di kita ini umur kan jadi patokan. Begitu tahu kepala berapa kita, langsung kesempatan kerja tertutup.” Orang itu tersenyum mengerti dan kelihatan setuju. Tapi ternyata itu hanya pertanyaan pembuka. Ke­ mudian menyusul pertanyaan yang sebenarnya. “Keadaan sekarang kan lagi ga­ wat, Pak. Suhu politik tinggi. Kita perlu mendengar suara dari para senior komentar yang bijak untuk mendinginkan suasana. Menurut Ba­ pak, bagaimana sebenarnya keadaan kita sekarang ini? Khususnya melihat bagaimana tegangnya situasi di ibu kota dalam pilkada kemaren. Ba­ gaimana Bapak sebagai senior me­ lihat pemilihan Gubernur saja sudah seheboh itu? Apa yang sebaiknya kita lakukan menyikapi bertambah beran­ inya kelompok radikal unjuk rasa?” Amat tak segera menjawab. ia melirik dengan ekor matanya ke kiri dan kanan.

RADIKALISME “Kenapa tidak segera menjawab dan kenapa mesti pakai plarak-plirik kiri-kanan?” tanya Bu Amat tak sabar mendengar suaminya kemudian men­ ceritakan perisiwa itu di rumah. “Habis, dia menyebut-nyebut kelompok radikal. Kita kan harus hatihati ngomong sekarang. Kalau ada orang medsos di sekitar mendengar komentar kita, pernyataan kita bisa ditayangkan dan bisa jadi bumerang! Repot kita!” Bu Amat mencibir. “Hhh! Memangnya Bapak bilang apa?” “Sebetulnya tadinya tidak ke­ pingin menjawab, tapi karena melihat mukanya baik dan sungguh-sungguh bertanya, Bapak terpaksa men­ jawab.” “Menjawab kok terpaksa? Bapak ke situ kan mau berobat bukan untuk menjawab dia. Mungkin orangnya hanya iseng mau ngobrol saja, tapi lihat aksi Bapak seperti caleg, pakai batik begini ke dokter, ya terpaksa nanya soal radikalisme! Hhh! Baru dipancing sedikit sudah lupa diri!” Bu Amat langsung ngeloyor ke

dapur. Amat terkejut. Ia menyesal kenapa tidak menahan diri. Kenapa ia malah menjawab waktu itu dengan bersemangat. “Saya bukan orang politik,” jawabnya kepada lelaki itu, “Jadi ini hanya pikiran saya pribadi sebagai orang awam. Saya kira, seandainya ini api, kobarannya pasti ada sebabmusababnya, ada pencetusnya. Tidak mungkin begitu saja langsung berko­ bar. Tetapi saya justru bersyukur, karena radikalime itu sudah keluar liangnya sekarang, selagi belum be­ sar sekali, selagi kita masih bisa atasi. Coba kalau keluarnya nanti sesudah jadi raksasa, kita bisa dite­ lannya. Seperti kawah gunung yang mau meletus, kalau kita gembos­ kan sedikit-sedikit, kita kasih jalan meletus kecil-kecilan, mak ledakan

puncaknya tidak akan sampai terjadi. Sama dengan ketika hak cipta batik kita mau dicuri, kita lalu bangkit dan berteriak mempertahankannya dan sejak usaha pencurian itulah batik naik daun, berkembang pesat jadi maju dan keren sekali. Dengan mencak-mencaknya orang-orang radikal itu, semangat kita semua yang tadinya adem-ayem membela NKRI, Pancasila dan Bhineka Tunggal ika jadi berkobar-kobar berlipat ganda! Harga mati untuk NKRI” Orang yang bertanya itu terkejut mendengar jawaban Amat. Dia mau bertanya lagi, tapi suster keburu memanggil Amat masuk. “Jadi jawaban Bapak apa?”tanyab Bu Amat sambil menydorkan kopi. Amat tersenyum menyedot har­ um aroma kopi. “Jangan sampai Bapak bilang, syukurlah radikalisme itu nongol sekarang selagi belum terlalu kuat seperti ...” “O, jelas tidak!!!”

Tri Pusat Pendidikan Karakter

Mengembangkan karakter anak diperlukan kreativitas pendidik baik orangtua maupun guru, guru ber­ sama orangtua dan masyarakat sekitar dapat memanfaatkan po­ tensi lingkungan belajar siswa untuk mengembangkan bakat dan minat siswa, sehingga siswa tidak sehar­ ian penuh (8 jam) terus-menerus berada dalam ruang kelas. Guru akan mendorong siswa untuk belajar dan berlatih dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran, seperti metode sosiodrama atau bermain peran, metode eksperimen untuk praktek laboratorium, dengan mengambil sumber belajar dari orang tua siswa yang memiliki keterampi­ lan khusus, seperti petani, seniman, tokoh Agama, motivator, petugas kesehatan dan lain-lain. Sumber be­ lajar yang lain seperti Masjid, Gereja, Pura, dan Bale Banjar serta lapangan sepak bola dapat sebagai wadah untuk membangun budi pekerti dan keterampilan siswa. Berbagai sumber belajar bisa terlibat dalam proses pembelajaran sehingga guru tetap bertanggung jawab pada aktivitas siswanya, guru mencatat perkembangan belajar siswa pada kegiatan-kegiatan terse­ but. Jadi guru tidak hanya mengajar sekaligus sebagai pembimbing men­ dampingi tumbuh kembang siswa selama aktivitas pembelajaran di sekolah. Tugas-tugas tambahan ini dihitung menjadi bagian dari penam­ bahan jam kerja guru. Melihat keterbatasan kondisi sarana prasarana di masing-masing

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

sekolah untuk menunjang di ber­ lakukan sekolah 8 jam sehari, ada beberapa hal prinsip untuk dilaksana­ kan yaitu: memaksimalkan keamanan sekolah yang professional, di setiap sekolahnya harus ada petugas satpam untuk menjaga dan mengawasi setiap orang yang keluar masuk di lingkun­ gan sekolah. Sekolah juga menjaga lingkungan sekolah atau sanitasi lingkungannya dengan melibatkan petugas kebersihan (cleaning service). Hal ini sangat penting untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada siswa dan guru, agar lebih betah berada di sekolah. Salah satu hal yang penting yaitu tersedianya kantin sehat yang menyediakan makanan yang me­ menuhi standar kesehatan. Bila perlu orangtua siswa meluangkan waktu untuk menyiapkan bekal (konsumsi) untuk putra-putri mereka, agar dija­ min kebersihan dan halal. Pembentukan karakter siswa dipengaruhi oleh Tri Pusat Pendidi­ kan, perkembangan peserta didik atau tumbuh kembang anak pada umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan proses perkembangan dan anugrah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan Tri Pusat Pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri atau secara bersamasama. Kaitan antara Tri Pusat Pendidi­ kan dengan tiga kegiatan pendidikan yaitu mewujudkan jati diri yang mantap, penguasaan pengetahuan dan kemahiran keterampilan yang menjadi kebutuhan siswa. Pendidikan karakter diawali

Dra. I Gusti Ayu Suasthi, M.Si

dari lingkungan keluarga yaitu para orang tua agar mengubah pola pikir dari hanya mengejar nilai prestasi akademis dengan menyeimbangkan nilai-nilai moral spiritual untuk mem­ bentuk karakter anak. Kemudian dilanjutkkan di sekolah para guru berperan sangat menentukan karak­ ter siswa, maka guru harus menjadi orang yang berkarakter terlebih dulu. Tri Pusat yang ketiga, yakni mengubah pandangan masyarakat tidak terlalu mengagung-agungkan materi tanpa peduli dari mana dan bagaimana materi itu diperoleh. Sebagai pendidik baik orangtua maupun guru diharapkan paham akan kondisi masing-masing anak seperti:

pertama, terkait dengan keberadaan anak, hakikat anak, anak atau peserta didik di pandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajarnya akan dipengaruhi oleh ting­ kat perkembangannya dan keluasan pengalamannya. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap perkembangan. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau “penguasa“ yang me­ maksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mer­ eka bisa belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Kedua, kebutuhan anak, secara umum anak selalu ingin memenuhi segala kebutuhannya, baik kebutuhan akan pertumbuhan jas­ mani, kebutuhan akan perkembangan psiko sosial, maupun kebutuhan ro­ hani termasuk nilai dan moral. Setiap anak memiliki kecendrungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan serta gemar akan hal yang dianggap aneh, sehingga sebagian dari mereka melanggar peraturan dianggap sebagai mencoba memecahkan perso­ alan yang menantang. Ketiga, potensi pribadi anak, semua anak sejak dila­ hirkan sudah membawa potensinya

masing-masing seperti: (a) Kemam­ puan kognitif yang mencakup : taraf intelegansi dan daya kreativitas, bakat khusus, kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar. (b) Kemampuan konatif dinamik yang mencakup kara­ kter - hasrat - berkehendak, motivasi belajar, perhatian - konsentrasi. (c) Kemampuan afektif yang mencakup temperamen, perasaan, sikap, minat, (d) Kemampuan sensorik-motorik seperti kecepatan dalam menulis dan kecepatan berbicara dengan ar­ tikulasi kata-kata serta keterampilan dalam koordinasi gerak tubuh dalam pendidikan jasmani dan pembelajaran keterampilan. Dengan memperhatikan prinsip sekolah 8 jam sehari, terkait dengan sumber belajar pendidikan karakter yang melibatlan partisipasi Tri Pusat Pendidikan, diharapkan selalu mem­ pertimbangkan faktor umum kondisi anak/siswa sehingga apa yang menja­ di tujuan bersama yaitu menjadikan generasi yang berguna bagi nusa dan bangsa dapat dicapai. Dra. I Gusti Ayu Suasthi, M.Si Dosen Psikologi Agama FPAS UNHI Denpasar

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

23

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Gugah Masyarakat Gemar Menabung Menabung bisa diartikan mengumpulkan uang se­ cara konvensional. Me­ nabung berbeda dengan berinvestasi. Apa keun­ tungan menabung dan berinvestasi?

M

enurut I GN Mulya Perba­ wa, dulu orang menaruh uang di celengan itu juga termasuk menabung. Namun, dengan se­ makin bertambahnya kemajuan teknologi, menabung sebagai dasar dari semua orang sebagai pelaku ekonomi termasuk anakanak harus dididik untuk menab­ ung, termasuk juga orang dewasa, bahkan para pengusaha juga harus rajin menabung,” ujar lelaki yang menjabat sebagai Area Branch Manager Maybank Indonesia Cabang Denpasar ini. Ia menegaskan, menabung tujuannya, untuk jangka pendek. Misalnya, anak-anak menabung

tujuannya untuk membeli baju atau membeli sepatu. Menu­ rutnya, konsep menabung ini adalah konsep dasar yang nantinya bisa melihat celah investasi yang lebih bagus. “Bank Indonesia dan OJK menyarankan agar bank umum sebagai ujung tombak untuk mengedukasi masyarakat gemar menabung. Saat ini Bank Indonesia mengeluarkan produk yang namanya “Tabunganku”, dan semua bank harus menjual. Biaya administrasi dan setorannya murah. Tujuan sebenarnya, untuk menggugah masyarakat gemar menabung,” ujarnya. Mulya menilai, secara kes­ eluruhan, keinginan masyarakat untuk menabung sangat tinggi, namun, mereka belum mema­ hami tentang investasi. Pada dasarnya, kata dia, menabung merupakan jangka pendek, se­ dangkan, investasi lebih ke arah jangka panjang. Saat ini, produk investasi sangat banyak. Salah satunya, perbankan menjadi ujung tombak untuk mengedukasi masyarakat bagaimana investasi yang baik,

I GN Mulya Perbawa

bagus, dan tepat. “Investasi yang baik itu adalah sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, jika usianya sudah tua lebih baik untuk mem­ beli produk investasi aman. Kalau dia berusia 30 tahun dan baru bekerja, belilah produk investasi yang disesuaikan dengan karak­ ternya. Kalau dia suka risiko tentu bisa pilih high return yang hasilnya juga tinggi,” sarannya.

Ia mengatakan, banyak produk investasi salah satunya adalah produk reksadana, dimana produk reksadana ini mempunyai beragam jenis sesuai dengan profil risiko dan jangka waktunya. “Masyarakat harus diedukasi lebih detail lagi karena banyak sekali investasi bodong. Masyarakat harus melihatnya secara detail sebelum berinvestasi,” ujarnya yang mengingatkan. Menabung di bank bisa juga kita sebut investasi jangka pan­ jang. Karena apa? Tujuannya kita berinvestasi mengharapkan hasil­ nya. Pada level yang lebih tinggi, silakan berinvestasi di bank bisa membeli saham bank, Itu beda lagi karena tujuannya investasi un­ tuk menikmati hasilnya. Semen­ tara, kalau hanya tabungan biasa, murni sesuai kebutuhan misalnya membeli mobil atau rumah. Saat ini, untuk meningkat­ kan kepercayaan masyarakat, perbankan sudah memiliki lem­ baga penjamin simpanan. Jadi, masyarakat tidak usah khawatir jika terus menabung di bank bah­ kan sampai puluhan miliar.

Ia menilai, secara keseluruhan, masyarakat lebih banyak memilih produk tabungan konvensional. Dibandingkan negara berkem­ bang lainya, kondisinya justru terbalik. “Kalau di Indonesia 80% masyarakat masih memilih saving account dan deposito, sementara hanya 20% bermain investasi. Na­ mun, di luar, seperti Singapura dan AS, masyarakatnya sudah sejak dini menginvestasikan dananya, untuk jangka panjang,” jelasnya. Menurut Mulya, dari yang pernah ia baca juga, banyak fak­ tor penyebabnya, baik dari segi pemahaman dan budaya. Ia me­ nilai, memang perlu dorongan dari pemerintah juga. Perbankan sebagai ujung tombak untuk mem­ berdayakan masyarakat. “Awalnya memang dari tabungan, kalau sudah rajin menabung, setelah itu pasti berpikir, apa nih yang bisa menghasilkan lebih. Tapi di balik itu kita juga harus mawas diri bahwa di luar masih banyak ok­ num yang tidak bertanggungjawab menawarkan produk yang tidak sesuai regulator,” kata banker yang humoris ini. (Wirati Astiti)

Hemat, Terukur, Antisipasi Menabung merupakan salah satu cara berinvestasi. Karena itu menabung perlu diperkenalkan sejak kecil. Namun, apakah semua orang sudah paham den­ gan “roh menabung”? Menurut pengamatan Direktur Uta­ ma BPR Kanti Made Arya Amitaba, S.E., M.M., saat ini masyarakat yang memu­ tuskan menabungkan uangnya di bank atau lembaga keuangan lainnya, hanya memindahkan tempat menyimpan uang agar lebih aman, dan untuk memudahkan mereka melakukan transaksi (melakukan penarikan, dll.). “Roh menabung, yang sesungguhnya lebih untuk membangun karakter ma­ nusianya agar selalu hidup hemat, fight, bisa berpikir panjang terhadap apapun masalah yang dihadapi,” ujar Arya Amitaba. Ia pun prihatin dengan kasuskasus anak yang bunuh diri karena tidak dikasih HP, anak yang menyelesaikan masalahnya dengan berkelahi, dsb. “Itu pola yang tak terukur, dampak risiko dari belum terbentuknya karakter yang baik,” imbuhnya. Ia menegaskan lagi, sesungguhnya pesan moral dari pola menabung ini adalah hidup hemat, sederhana, dan memikirkan alternatif ketika ada kejadian tak terduga yang memerlukan dana. “Menabung tak hanya mengumpulkan uang untuk membeli sesuatu, namun lebih ke pembiasaan gaya hidup hemat, membiasakan akan kemungkinan adanya

risiko yang mungkin akan muncul. Pola menabung yang umum diketahui masyarakat adalah mengumpulkan uang untuk tujuan tertentu. Karena itu, gerakan menabung ini memang perlu dibiasakan sejak dini,” ucapnya. BPR Kanti sendiri membudayakan gerakan gemar menabung ini dengan membuat program tabungan berjangka yang diberi nama Tabungan Suputra. Polanya tabungan bulanan dengan nominal tetap dalam jangka waktu minimal setahun. Program Tabungan Suputra ini dijelaskannya memang pangsa pasarnya adalah orangtua siswa untuk mempersiapkan biaya pendidikan anakanaknya. Ada pula progam tabungan lain-yakni Tabungan Sahabat Kanti (tabungan biasa) yang sudah dilakukan bekerjasama den­ gan SMAN 1 Gianyar. Dilakukan dengan layanan jemput bola seminggu sekali. Harapannya, setidaknya seminggu sekali para siswa bisa menyisihkan uang jajan­ nya. Respons mereka dikatakannya cu­ kup bagus yang tak terlepas dari dukun­ gan para gurunya yang bisa memberikan suatu pemahaman bahwa menabung itu tidak sekadar menyisihkan uang jajan, tak sekadar setelah terkumpul dipakai untuk tujuan tertentu. Namun, lebih kepada bagaimana dengan gemar menabung itu membudayakan gaya hidup hemat, terukur dan antisipasi. Untuk cakupan ke sekolah dasar,

“Menabung tak hanya mengumpulkan uang untuk membeli ses­ uatu, namun lebih ke pembiasaan gaya hidup hemat, membiasakan akan kemungkinan adanya risiko yang mungkin akan muncul. Pola menabung yang umum diketahui masyarakat adalah mengumpul­ kan uang untuk tujuan tertentu. Karena itu, gerakan menabung ini memang perlu dibiasakan sejak dini”

dikatakannya pola gemar menabung ini semestinya dikoordinir atau digalakkan para guru. Mungkin siswa bisa setiap hari menabung di sekolah, selanjutnya guru menyetorkannya ke bank agar nanti tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Ketika penarikan, mungkin saat kenaikan kelas atau saat tamat sekolah, dananya bisa dipakai untuk melanjutkan sekolah sehingga meringankan beban orangtua. “Gerakan Gemar Menabung ini memang harus jadi gerakan bersama. Simpelnya, siswa menabung dipungut guru, guru yang menabungkannya ke bank yang diajak bekerjasama,” jelasnya. Dalam menggulirkan program-program tabungan, BPR Kanti lebih mengukur pada jangkauan pelayanannya. Dengan berbagai kondisi yang dimiliki, tentu BPR tak mampu memberi pelayanan dengan penuh terkait dengan tanggungjawab membiasakan budaya gemar menabung. “Harapan kami pada perbankan nasional khususnya perbankan milik pemerintah, BPD misalnya, seyogianya memiliki terobosan/program, bagaimana mengalakkan budaya menabung ini kar­ ena jangkauan BPD seluruh Bali. Karena bagaimana pun juga, pemerintah memiliki kewa­ jiban moral untuk mem­ bangun manusia seutuhnya, tidak dari sisi bisnisnya saja, namun bertang­ gung jawab bagaimana masyarakat Bali kede­ pannya memiliki buda­ ya hemat, sederhana terukur, antisipasi melalui penggalakkan program menabung,” paparnya. Bahwa, apapun yang dilakukan harus tetap memikirkan anti­ A sipasi akan suatu hal yang

mungkin terjadi. Hemat dalam artian menyisihkan. Terukur, membiasakan mengukur jumlah rupiah yang disisihkan untuk bisa dipakai. Ketika mindset sudah terbentuk seperti itu, saat memasuki ke­ hidupan nyata, dia sudah membiasakan diri bahwa dari seluruh penghasilannya, sudah terukur untuk menyisihkan. Arya Amitaba menjelaskan, budaya menabung banyak pesan moralnya yang bermanfaat untuk pembentukan kara­ kter manusianya. Ini yang seharusnya menjadi fokus pmerintah. Karena dengan memiliki karakter yang baik, Indonesia akan menjadi negara maju yang kuat. Permasalahan terselesaikan, penjajahan tidak dapat masuk melali politik maupun ekonom. Yang pal­ ing penting, ma­ nusia Indonesia ke depan tidak konsumtif serta menjadi bangsa kuat yang tak mudah terom­ bang-ambing. (Inten Indrawati)

r y a

A m i t a b a


24

Sudut Pandang

Edisi 960/ 10 - 16 juli 2017

Menabung Sampah Menghasilkan Uang Bagi yang telah berpenghasilan tetap, menabung adalah hal wajib yang harus dilakukan. Dengan menabung, kita dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap keuangan. Tetapi acap kali, orang terlena menggunakan seluruh penghasilannya untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Bahkan tidak jarang penghasilan hanya sekadar num­ pang lewat. Maka dari itu perlu kecerdasan dalam mengatur keuangan agar penghasilan tidak melebihi pengeluaran.

M

enurut Made Erna Wintari, S.H., mengatur keuangan sangat diperlukan sehingga antara pemasukan dan pengeluaran seimbang. Dirinya mengaku akan mementingkan kebutuhan ketimbang keinginan sehingga menekan biaya yang tidak diperlukan. “Paling penting kita harus saving. Kadang kan ada biayabiaya yang tidak terduga, misalnya ada undangan pernikahan dari teman atau yang paling parah kita sakit, jadi kita bisa menggunakan uang simpanan itu biayabiaya yang tidak terduga,” jelasnya. Staf di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Buleleng ini juga mengungkapkan sebagai seorang remaja, dirinya juga senang mengikuti trend baik dari segi fashion maupun yang lain. Akan tetapi, trend yang diikuti sesuai dengan style dan kemampuan secara financial. “Saya tidak ingin memaksakan trend dan yang pastinya trend yang saya ikuti harus bersifat positif,” ujar perempuan kelahiran 13 Mei 1993 tersebut. Perempuan yang akrab disapa Erna ini mengatakan, sebagai seorang remaja setiap bulan ia telah mengatur pemasukan untuk memenuhi kebutuhan seharihari, investasi dan digunakan untuk pengeluaran tidak terduga. Untuk investasi, dirinya lebih suka menyimpan uang di Bank sebab dirasa lebih aman. “Jikalau suatu saat Bank itu bermasalah maka ada LPS yang menjamin,” ungkapnya.

Perempuan yang pernah menjabat sebagai Ketua Senat di Fakultas Hukum Unipas Singaraja ini mengaku, mengenalkan budaya menabung sejak kecil. Menurutnya, mengajarkan menabung sejak dini sangat perlu dan wajib dikenalkan karena dengan menabung anak-anak dengan sendirinya akan mulai belajar berhemat dan bertanggung jawab dalam memegang uang. Peran orangtua dan guru sangat penting untuk memberikan edukasi kepada anakanak mengenai pentingnya menabung. “Mungkin dari mengajarkan menabung lewat celengan dengan menyisihkan uang sakunya untuk membelikan barang yang mereka butuhkan. Dengan kebiasaan tersebut maka anak akan terbiasa untuk menabungkan uang saku untuk memenuhi kebutuhan mereka,” paparnya. Bahkan untuk mengenalkan budaya menabung sejak dini, dirinya yang bergerak aktif dalam organisasi membentuk bank sampah di desanya. Bank Sampah SARIKASIH (SARI Mekar Bersih) di Desa Sari Mekar Kecamatan Buleleng dibentuk untuk mendukung program bebas sampah plastik dari pemerintah dengan melaksanakan program 3R yaitu Reuse (memanfaatkan kembali), Reduce (mengurangi), dan Recycle (memilah/ daur ulang). “Kami fokus untuk memilah sampah tersebut dengan mendirikan bank sampah,” imbuhnya. Bahkan dalam institusi tersebut lebih banyak

Made Bobby Yudana

melibatkan ibu rumah tangga dan anakanak. “Di desa kami ada dua sekolah, kami akan mengadakan sosialisasi ke sekolah tersebut untuk mengenalkan apa itu bank sampah. Kenapa kami mengikutsertakan anak-anak SD, biasanya anak-anak SD lebih antusias,” papar perempuan yang memiliki hobi menari, mendaki, dan menonton drama Korea ini. Dengan adanya bank sampah, anakanak akan diajarkan untuk memilah sampah di skala rumah tangga. Sampah yang disetor akan ditimbang dan hasilnya akan dicatat dalam buku tabungan. “Buku tabungan ini berfungsi untuk nasabah sebagai catatan jumlah uang yang di tabungnya. Sebagai bukti menjadi nasabah selain itu tabungan ini juga untuk mengetahui jumlah uang yang ditabungnya,” jelasnya. Direktur Bank Sampah Sarikasih (Sari Mekar Bersih) Desa Sari Mekar ini mengungkapkan, dengan bank

Made Erna Wintari

sampah tidak hanya mengajarkan anak peduli dengan lingkungan tetapi juga membiasakan anak untuk menabung. “Mereka tidak perlu menyisihkan uang saku mereka, mereka cukup memilah sampah di rumah lalu menyetorkannya ke bank sampah,” jelasnya. ASURANSI UNTUK PENDIDIKAN Sementara itu, menurut Made Bobby Yudana, setiap orang memang harus berinvestasi untuk mengantisipasi halhal yang mungkin terjadi di kemudian hari. Akan tetapi tiap semua orang sadar dan mau menabung untuk masa depannya. Pria yang aktif mengikuti berbagai kegiatan di Kampus Mediterranean Bali ini mengaku investasi yang selama ini diikuti adalah asuransi. Meskipun dewasa ini asuransi masih belum terlalu akrab di tengah masyarakat khususnya bagi masyarakat menengah ke bawah, akan tetapi untuk negara-negara maju

memiliki asuransi telah menjadi hal yang umum bahkan wajib untuk dimiliki. “Selain memiliki tabungan di masa depan juga menjadi lebih cermat untuk mengalokasikan penghasilan setiap bulannya,” paparnya. Menurut pria kelahiran 11 Juli 1983 ini, kesadaran masyarakat sebagai penabung dan penginvestasi masih perlu ditingkatkan. Apalagi ketika masyarakat di hadapkan pada persiapan biaya pendidikan. Menabung cerdas dengan cara asuransi maka kita akan bisa memilih menyimpan biaya tersebut untuk kesehatan maupun pendidikan. Diungkapkannya, hal seperti itu cukup perlu disosialisasi dan diberikan pemahaman secara mendetail manfaat menabung di kemudian hari. “Dengan asuransi, kita bisa menyiapkan biaya pendidikan di masa depan,” ungkapnya. Seiring perkembangan teknologi yang semakin canggih menabung pun justru menjadi bisnis. Seperti saat ini adanya sistem yang menawarkan program menabung cerdas dimana fenomena menabung di gaji dan memiliki nilai plus dari manfaat dan keuntungan menabung itu sendiri. Ia menambahkan, program menabung cerdas sangat berkaitan erat dengan kemajuan kondisi perekonomian. Meskipun kesadaran masyarakat untuk mengikuti program menabung atau investasi bergantung dari minat dan kebutuhan mereka masing-masing. “Ada masyarakat yang sudah sadar akan pentingnya menabung atau asuransi, namun masih ada juga masyarakat yang belum sadar akan manfaat dan keuntungannya sehingga sosialisasi dan pendekatan lebih luas yang dilakukan termasuk penjelaskan tentang penjamin simpanan yang terpercaya,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Undang Siswa ke Bank

Suasana siswa SD Santo Yoseph berkunjung ke Bank BCA Cabang Hasanudin Denpasar.

Sebagai lembaga keuangan, BCA turut berperan serta memberikan edukasi keuangan kepada masyarakat, khususnya pelajar. Hal ini direalisasikan dengan mengundang pelajar untuk berkunjung ke kantor BCA. “Kami sudah bekerja sama dengan beberapa sekolah dasar untuk mengirimkan siswanya melihat lebih dekat proses transaksi keuangan di bank,” ujar Imelda Lay, Kepala Cabang BCA Hasanudin, Denpasar. Para pelajar yang berkunjung ini diper-

kenalkan tentang proses menabung, mulai dari input data, penyerahan uang, sampai proses penarikan. Mereka juga merasakan pengalaman antri di teller. Dari kunjungan dan merasakan langsung pengalaman di bank ini, anak-anak akan memahami bank merupakan bagian yang tak dipisahkan dari aktivitas ekonomi. Pengenalan proses menabung sejak dini ini merupakan edukasi yang penting dilakukan bank kepada para siswa. “Kami juga menunjukkan proses kerja mesin ATM. Ternyata ada anak yang terkagum-kagum dengan canggihnya mesin ATM, pilih penarikan Rp 100 ribu yang keluar Rp 100 ribu. Tidak ada penarikan Rp 100 ribu yang keluar Rp 200 ribu. Semua proses sudah menggunakan teknologi,” ujar Imelda. Setelah menunjukkan proses kerja di bank, para siswa juga diberikan pengetahuan tambahan tentang virtual account yang mengikuti perkembangan teknologi. Salah satu contoh, pembayaran uang sekolah bisa dilakukan dengan transaksi online. Hal ini akan mempermudah nasabah yang tidak punya waktu untuk datang langsung ke bank. “Memberikan anak-anak uang tunai untuk membayar uang sekolah bisa berisiko hilang. Atau, kalau orangtua sibuk, tidak sempat ke bank. Transaksi online menjadi solusi. Uang sekolah terbayar tanpa harus pergi ke bank. BCA juga memberikan kesempatan kepada siswa yang berkunjung ke ruang Priority yang dipakai untuk melayani nasabah prioritas. Ruang yang nyaman dan dilengkapi pantry ini akan membuat nasabah loyal. Selain itu, para siswa juga diberi kesempatan untuk duduk di kursi Kepala Cabang. “ Semua ini menjadi pengalaman berharga buat mereka. Siapa tahu nanti ada yang mau bekerja di bank,” ujar Imelda. (Ngurah Budi)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.