Tokoh Edisi 958 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 958/ 19 - 25 juni 2017

Komentar, Viral lalu Di-Bully ‘Demam’ medsos (media sosial) itulah yang terjadi pada sebagian masyarakat Indonesia saat ini. Data Kementerian Komunikasi dan Informasi menyebut jumlah pengguna internet di Indonesia sekitar 63 juta, 95% di antaranya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter. Indonesia disebut berada di peringkat ke-4 pengguna facebook terbesar setelah AS,Brasil dan India.

S

ayangnya ‘demam’ medsos yang terjadi akhir-akhir ini juga membawa dampak negatif yang mengkhawatirkan. Berpikir bahwa di dunia maya orang bebas berekspresi maka sebagian pengguna medsos pun mencurahkan apa pun yang ada dalam pikirannya tanpa berpikir panjang. Ujaran-ujaran kebencian, berita bohong (hoax), fitnah, dll, kini merajalela di medsos dan menyebar dengan cepat karena menjadi viral. Inul Daratista, pedangdut tenar, pun tersandung gara-gara ucapannya di salah satu akun medsos miliknya. Berawal ingin mengungkapkan pikirannya tentang suatu kasus yang kini menjadi sorotan masyarakat, penyanyi bernama asli Ainur Rokhimah justru menuai hujatan dan makian dari nitizen yang tersinggung. Ucapan Inul yang terlanjur viral itu dianggap telah menghina dan melecehkan ulama. Inul sebenarnya sudah menjelaskan apa maksud dari ucapannya. Namun, tetap saja dia di-bully bahkan dilaporkan ke polisi. Inul mengaku berusaha ikhlas

Inul Daratista

dan tenang menghadapi permasalahannya itu. Dia juga tidak mempermasalahkan dirinya dibully karena ucapan-ucapannya. Karena baginya apa yang diucapkan bukan bermaksud mengumbar kebencian apalagi menghina ulama. “Ya saya ikhlas saja kalau maksud dari pernyataan saya itu tidak bisa diterima masyarakat,”

ucapnya. Menurut mengunakan media sosial itu perlu, apalagi untuk seorang artis seperti dirinya dimana banyak fansnya yang menjadi followers di akunnya. Namun, jika nanti sudah merasa tidak nyaman, tidak masalah untuk meninggalkannya (medsos). Berita-berita hoax tentang dirinya seperti dia dikabarkan sakit merajalela di medsos. Bagi Inul tidak masalah diberitakan miring sekalipun karena nyatanya dia sehat walafiat. “Aku nggak mau ambil pusing, biar saja. Kalau ada berita di medsos dibilang aku sakit, dll, alhamdulilah,” kata Inul yang sejak sekarang syuting tipping untuk stok acara Lebaran di televisi. “Alhamdulilah rejeki bulan Ramadan mengalir, acara di televisi ada,” ucapnya sambil tertawa. Sebagai seorang pengguna medsos, menurut Inul, dia berupaya tetap hati-hati dalam menggunakannya. Hanya saja kadang apa yang dimaksud (perkataan) disalahartikan. “Ya biar saja. Aku tetap berusaha bijaksana dan mawas diri (dalam mengunakan medsos). Aku memang harus

banyak belajar karena sadar tidak pintar. Kan belajar itu tidak ada batas umurnya. Aku juga harus tetap berpikiran positif,” kata Inul. “Semakin disakiti, dibenci, tapi Tuhan beri aku rahmat dan keistimewaan di Bulan Suci ini,” tambah Inul yang selama kariernya di dunia musik telah meraih empat penghargaan dua di antaranya adalah ‘Penyanyi Dangdut Paling Ngetop’. Sementara Iis Dahlia menyebut banyaknya k a s u s di medsos membuat dirinya semakin berhati-hati dalam menggunakan medsos. Sebagai seorang pengguna aktif medsos, dia tidak ingin masalah seperti Inul juga menimpa dirinya. Jadi,

kata pelantun tembang ‘Cinta Apalah Apalah’ ini, dalam mengunggah sesuatu di medsos hendaknya dipikirkan baik-baik agar tidak menimbulkan masalah yang buntutnya merugikan diri sendiri. Dia juga mengaku jarang meladeni berbagai komentar yang masuk, apalagi yang bernada tidak mengenakkan atau menyinggung masalah tertentu. “Jadi ya kita harus pandai-pandai lah apalagi kalau masalahmasalah yang ‘sensi’ kita harus berpikir panjang agar tidak jadi masalah. ‘Mending’, komentar di sosmed tidak usah diladeni ajalah,” ujar Iis yang bulan lalu mendapat penghargaan Juri Favorit Pilihan Sosial Media di Konser Sosmed DA 4. Demi kehati-hatian jugalah maka disemua akun Iis berusaha untuk tidak mengomentari hal-hal yang sensi ataupun kejadian-kejadian yang menghebohkan. Dia tidak ingin ikut terbawa arus dan akhirnya melontarkan ucapan yang berbuntut masalah. “Kadang aku juga sakit hati dengan komentar-komentar di medsos, tapi aku nggak mau meladeni, apalagi hal-hal sensitif,” tandasnya. Iis Dahlia

(Diana Runtu)

Viralkan Informasi yang Mendidik Saat teknologi internet dan smartphone makin maju, maka media sosial pun ikut tumbuh dengan pesat. Media sosial merupakan sistem komunikasi yang paling umum digunakan berjuta-juta orang di seluruh dunia dan dapat diakses di mana dan kapan saja. Bagi Drs. Putu Tastra Wijaya, M.M., media sosial memegang peranan yang cukup penting sebagai sarana untuk mempromosikan program-program kegiatan atau event yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan. “Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh Disbud dan merupakan salah satu cara terbaik untuk menjangkau masyarakat,” ungkap Tastra. Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng ini juga mengatakan kecepatan orang dalam mengakses informasi melalui media sosial mengakibatkan terjadinya fenomena besar terhadap arus informasi tidak hanya di negara-negara maju, tetapi juga di Indonesia. “Karena kecepatannya media sosial juga mulai tampak menggantikan peran media konvensional dalam menyebarkan berita-berita,” ungkapnya. Bahkan beberapa informasi dapat begitu cepat dibagikan oleh pengguna me-

online dan media tradisional seperti televisi, radio, atau koran dibutuhkan biaya yang cukup tinggi dan tidak bisa dengan cepat mendapatkan informasi. Dengan medsos pun informasi yang telah dibagikan bisa diedit, ditambahkan, dimodifikasi baik tulisan, gambar, video, grafis, dan berbagai konten lainnya. “Ini kami gunakan untuk membangun komunikasi dengan masyarakat sehingga kami mendapatkan feedback langsung, ide, dan juga dapat langsung menanggapi komentar dari masyarakat,” jelasnya.

Ketut Wartadana

Putu Tastra Wijaya

dia sosial sehingga menjadi informasi yang viral. Keadaan inilah yang dimanfaatkan Tastra Wijaya untuk membuat interaksi sosial di media online sehingga mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif yang berbasis internet. “Biasanya kami sering menggunakan email, facebook, dan twitter. Ketiganya memberi kontribusi dan feedback secara terbuka, berkomentar, serta

berbagi informasi kegiatan dalam waktu yang cepat dan tak terbatas,” lengkapnya. Bahkan pihaknya juga telah memiliki website resmi yang dapat diakses di www.dishub.bulelengkab. go.id untuk digunakan menyampaikan informasi baik itu berupa program kegiatan, event besar atau data-data kesenian Bali khususnya yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Menurutnya, perbedaan media

VIDEO UNTUK PROMOSI Sementara itu, Ketut Wartadana, anggota sanggar Sunari Bajra mengaku begitu memanfaatkan perkembangan media sosial. Begitu cepatnya informasi baik berupa tulisan, gambar, maupun video menyebarluaskan tentu mempermudah orang untuk mengaksesnya. Banyaknya video viral di media sosial belakangan ini membuat Tut Ajus Arjuna peran yang dibawakan dalam bondres, juga tidak mau ketinggalan. Dirinya mengaku juga senang membagikan video-video yang sedang viral. “Biasanya sebelum membagikan tentu dipilah dulu, yang suka saya bagikan biasanya informasi yang lebih mendidik,” jelasnya.

Sebagai seorang seniman bondres, kerap kali pria kelahiran 15 Oktober 1992 ini selalu menggali dan menuangkan ide-idenya dalam sebuah karya seni. Ide-ide tersebut diwujudkan dalam sebuah video bernuansa humoris untuk menghibur penonton. Video itulah yang akan ia unggah menggunakan akun pribadinya di facebook maupun media sosial yang lain. “Tujuannya sih hanya membuat orang terhibur, sekalian juga promosi untuk mengenalkan bondres Sunari Bajra,” ungkapnya. Dalam video yang dibuatkan pun kebanyakan akan menggunakan properti yang dipakai ketika pentas, seperti tapel dan pakaian bondres. “Selain promosi, tujuannya juga untuk melatih diri dan terus belajar,” imbuhnya. Dirinya juga tidak memungkiri jika kemajuan media sosial saat ini disalahgunakan oleh beberapa orang untuk membuat video yang kurang mendidik. Selain bermanfaat, penggunaanya juga sering disalahgunakan sehingga terjadi penyebaran informasi yang kebablasan. “Mestinya kita sebagai pengguna harus cerdas menfaatkan perkembangan teknologi,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tokoh Edisi 958 | Tokoh by e-Paper KMB - Issuu