Tokoh Edisi 957 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 957/ 12 - 18 juni 2017

Liburan menjadi salah satu momen yang paling ditunggu bagi orang yang selalu berkutat dengan rutinitas. Terlebih bagi seorang tenaga pendidik yang setiap hari selalu disibukkan dengan media dan meteri pembelajaran. Situasi kelas dan penga­jaran terkadang membuat seorang guru perlu refres­hing untuk mengem­balikan semangat mengajarnya.

B

iasanya liburan akhir tahun ajaran selalu dinanti, sebab jangka waktu liburan yang lebih panjang membuat para penikmatnya lebih leluasa mengatur agenda liburannya. Terlebih saat ini, liburan akhir tahun ajaran bertepatan dengan libur Lebaran. Momen ini dimanfaatkan bagi oleh Rika Rahmayani guru pelajaran IPA SMP Negeri 4 Singaraja. Menurutnya, sebagai minoritas di Bali, biasanya libur Lebaran hanya empat hingga lima hari saja, namun kali ini libur yang ia dapatkan lebih banyak. Libur Lebaran memang selalu identik dengan pulang kampung bagi umat Muslim. Tetapi, itu tidak berlaku bagi perempuan kelahiran 27 Februari 1984 ini. Sebagai seorang Muslim yang asli Buleleng, Rika mengaku belum pernah merasakan pulang kampung. Sehingga ketika libur Lebaran dirinya hanya menghabiskan waktu di

Liburan Sekaligus Silaturahmi

beberapa tempat wisata di Bali. Ia selalu memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat wisata dengan menyuguhkan keindahan alam, kuliner, dan tak ketinggalan belanjanya. Hal ini yang membuat Rika sapaan akrabnya harus benar-benar selektif memilih tempat liburan representatif agar liburannya terasa menyenangkan “Sehabis wisata alam bisa langsung hunting kulinernya,” ungkapnya. Ia juga menjelaskan lebih menyukai tempat-tempat liburan yang ada di Bali. Menurutnya, Bali sangat kaya akan tempat wisata dan masih banyak lokasi yang belum pernah dikunjungi. Selain menikmati liburan dengan berkunjung ke tempat wisata, momen liburan akhir tahun sekaligus Lebaran kali ini akan ia gunakan untuk silahturahmi kepada seluruh keluarga. Beberapa keluarga memang tinggal di luar Buleleng sehingga ketika silahturahmi juga sekaligus digunakan sebagai waktu liburan “Ya ada keluarga yang tinggal di Klungkung dan Denpasar jadi sambil silaturahmi juga langsung liburan,” tandasnya. LIBURAN KE LOMBOK Sementara itu, pulang kampung ketika libur lebaran juga tidak dirasakan oleh Ketut Siti Ajriyah guru Bimbingan Konseling SMP Negeri

Ketut Siti Ajriyah

4 Singaraja. Sebagai seorang yang berasal dari desa Pegayaman kecamatan Sukasada, momen liburan sekaligus momen libur Lebaran ia gunakan silahturahmi dengan keluarga, tetangga, sekaligus teman. Berasal dari desa yang sangat toleran dengan keberagaman, dirinya mengaku memanfaatkan momen Lebaran kali untuk lebih menjalin rasa kekeluargaan dengan teman dan tetangga yang berasal dari nonmuslim. “Dalam pergaulan di lingkungan kami tidak pernah ada jarak, asalkan selalu ada rasa keterbukaan dan rasa menghormati dengan teman dan juga tetangga yang nonmuslim,” jelasnya.

Rika Rahmayani

Selain silahturami, perempuan kelahiran 12 Desember 1982 tersebut juga memanfaatkan momen Lebaran kali ini untuk menambah pahala dengan berzakat. Zakat diberikan kepada orang yang dikategorikan tidak mampu dan diutamakan diberikan kepada orang dekat. “Ya kita akan utamakan dulu orang dekat yang tidak mampu, ini kan sudah jelas kita melihat dan mendengar bahwa mereka memerlukan. Kalau nanti bisa membantu orang lain di luar sana juga sangat baik,” jelasnya. Jika ditanya mengenai tempat yang akan dikunjungi untuk liburan, Siti akan menjawab Lombok. Selain memiliki destinasi

wisata yang begitu memikat, di Lombok rupanya ia memiliki sanak keluarga. “Sekarang tergantung situasi saja, kalau keluarga di Lombok ada waktu mereka yang akan ke sini, jika tidak saya yang akan ke sana. Tapi untuk kali ini, kemungkinan besar kami yang akan ke Lombok,” kata Siti. Siti lebih suka membawa oleholeh makanan khas Buleleng kepada keluarga di Lombok seperti, tape uli dan dodol. Begitu juga sebaliknya, dirinya lebih suka dibawakan makanan khas Lombok ketimbang oleh-oleh yang lain seperti kerupuk rambak ataupun terasi. “Nama makanannya mungkin saja sama tapi citarasanya yang beda, ini yang bikin seneng dibawain oleh-oleh makanan khas,”ungkapnya. Selain makanan khas, ketika liburan ke Lombok ia juga lebih suka mempelajari kehidupan sosial masyarakat setempat dan berbagai pengetahuan mengenai budaya Buleleng. Dirinya yang begitu fasih menggunakan bahasa Bali alus singgih begitu dikagumi oleh keluarga yang ada di Lombok. “Di rumah memang bahasanya bahasa alus singgih, nah di Lombok bahasa singgih hanya digunakan oleh orang-orang Kerajaan saja, padahal kalau diajak ngomong dengan bahasa Jawa maupun Lombok saya nggak ngerti,” ungkap Siti. (Wiwin Meliana)

Browsing sebelum Beli Oleh-oleh Oleh-oleh tak dapat dipisahkan dengan kegiatan bepergian atau jalan-jalan. Bepergian menjadi lebih seru jika disertai dengan adanya kegiatan berbelanja. Selain mencari oleh-oleh, terkadang juga kita bisa menjumpai barang yang tidak ada dijual di negeri sendiri. Sebagai seorang model profesional, pemilik nama Anak Agung Ayu Ratih Dhamma Iswari yang sering di sapa Ratih ini,memiliki jadwal keluar kota yang hanya di dalam negeri atau bahkan ke luar negeri untuk urusan pekerjaan, bukan hal yang asing lagi. Untuk kunjungan ke luar negeri lulusan Fakultas Ekonomi Unud ini diantaranya sempat mendatangi Malaysia, Hongkong, Singapura, Tiongkok, Australia, Thailand, Japan dan Kamboja . Untuk ini pastinya, Ratih merasa senang bisa bekerja dan sekaligus memberikannya pengalaman baru di tempat yang baru, termasuk urusan membeli buah tangan atau oleh-oleh. Selain itu ia merasakan keseruan tersendiri terutama saat berbelanja oleh-oleh dengan masuk areal pasar tradisonal . Di sana ia dapat melihat cerminan tradisi setempat. “Di sana kita bisa mengenal orang-orang baru, belajar bahasa yang baru, dan karakter lokal yang berbedabeda,” cetusnya.

Menurut Ratih, jika dirinya perginya keluar kota, namun masih di lingkungan dalam negeri, bicara soal oleh-oleh ia lebih memilih produk kuliner, utamanya berupa makanan tradisional yang khas dari daerah bersangkutan. Selain makanan juga suka dengan hasil kerajinan setempat, misalnya kain batik. Baginya kain daerah seperti batik Solo – kualitasnya bagus dan motifnya cantik-cantik sekali. Begitu juga dengan makanan di Solo, tidak kalah unik dan enak. Semakin seru pula karena selama berkeliling membeli oleh-oleh Ratih memilih naik becak. Selain kain di Solo, Ratih juga sempat membeli wayang kulit untuk oleh-oleh . Selanjutnya , jika gilirannya Ratih memperoleh kesempatan tugas ke keluar negeri, dikatakannya hampir sama. “Saya pasti akan bertanya pada penduduk lokal di sana barang atau kerajinan apa yang khas dan spesial dari wilayahnya. Serta, apa makanan yang mencerminkan keaslian daerah itu. Apalagi kemasannya apik maka menurutnya memungkinkan untuk dibawa,” tuturnya. Seperti saat berada di Thailand, Ratih mengutamakan membeli beberapa cenderamata gajah, pasmina sutra bergambar gajah dan kerajinan Thailand lainnya.

Sementara Singapura adalah salah satu tempat yang di datanginya bukan hanya sekali melainkan seringkali untuk sebuah kegiatan. Ratih mengaku betapa ketika berada di Singapura, ia pernah kelebihan beban akibat kopernya penuh oleh-oleh dan titipan. Akhirnya ia harus membeli koper kecil lagi dan jadilah overweight. Namun, masih beruntung ia tidak dikenakan biaya tambahan oleh maskapai penerbangan itu. Saat mendatangi Kamboja, Ratih mengatakan dirinya sempat melakukan pemotretan di Wat Angkor, temple terbesar dan tertua di sana. Di tempat itu Angelina Jolie pernah syuting untuk film “Tomb Rider”. Di sana juga kita bisa melihat keindahan tradisi berupa bangunan kuno, lagu-lagu tradisional yang dinyanyikan oleh orang lokal setempat. “Saya sempat diberkati oleh Biksu di temple tersebut. Diberikan berupa gelang yang serupa dengan gelang Tri Datu di Bali. Saya juga diperciki tirta atau air suci, layaknya umat Hindu di Bali. Sungguh pengalaman luar biasa,” tutur Ratih sembari mengatakan jika sampai sekarang gelang tersebut masih ada. Selama bepergian tersebut ia juga bekerja maka waktunya untuk jalan-jalan juga pun sangat

terbatas. Dari pengalamannya, mencari, membeli hingga dititipi yang namanya oleh-oleh, menjadikan Ratih bisa berbagi tips untuk para pembaca Tokoh. Yang pertama jangan lupa menyiapkan mata uang negara setempat. Kemudian untuk urusan produk oleholehnya, biasanya Ratih akan browsing terlebih dahulu di internet demi mengetahui destinasi wisata belanja favorit atau pusat oleh-oleh khas setiap daerah, sehingga ia tidak sampai membeli barang yang sebenarnya sudah ada di daerah asalnya. Ia juga mencari info terkait wilayah serta tempat membeli oleh–oleh yang terdekat. Selalu membuat catatan kecil, terkait siapa saja yang bakal dibawakan oleh-oleh supaya lebih tertib dan tidak membeli produk yang sama, apalagi sampai membeli hal yang tidak berguna karena hanya terlihat murah. Ratih

Tidak ada salahnya, untuk menawar hingga kita bisa memperoleh sesuai harga yang diharapkan. Akan lebih baik jika kita bisa meng­ antisipasi harga dengan berkomunikasi menggunakan bahasa setempat yang sudah dipelajari terlebih dahulu. “Di sini memang diperlukan skill yang persuasif ,” katanya. Kalau tidak paham bahasa setempat, ada bagusnya selalu siap kalkulator yang ada di HP. (Sri Ardhini) redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tokoh Edisi 957 | Tokoh by e-Paper KMB - Issuu