Tokoh Edisi 948 | Tokoh

Page 1

24

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

10 Hari Bersama Moga Djaja dan Viva Cosmetics Perjalanan yang sangat me­ nyenangkan baru saja dilalui Dr. Dra. Anak Agung Ayu Ketut Agung, M.M. Selama 10 hari, ia mengikuti “Moga Djaja Mono Turkey Tour”. Bu Agung-demikian sapaan akrabnya, bergabung bersama rombongan para distributor Viva Cosmetics seIndonesia mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Turki.

R

ombongan berkumpul di Bandara Internasional Surabaya untuk memulai perjalanan wisata menuju Kota 1001 malam Istanbul, Turki melewati Singapura. City tour di Kota Instanbul mengunjungi Topkapi Palace yang merupakan istana Kesultanan Ottoman zaman dulu; ST. Hagia Sophia yang awalnya adalah gereja yang dijadikan mesjid dengan empat menaranya; Blue Mosque yang dibangun oleh Sultan Ahmed dengan warna keramik biru yang merupakan salah satu trademark dari Kota Istanbul; dan juga mengunjungi Hippodrome Square yang menjadi simbol kemenangan Konstantinopel. Perjalanan dilanjutkan menuju Bursa untuk bermalam. Kota ini terletak di Turki bagian barat. Beberapa tempat yang dikunjungi adalah Gran Mosque, Silk Market, Green Tomb dan Green Mosque, berlanjut menuju Kota Kusadasi untuk bermalam. Kemudian, mengunjungi Leather House (toko kulit khas Turki). Dari Kota Kusadasi menuju kota tua zaman Romawi, Ephesus; mengunjungi House of Virgin Mary yang merupakan tempat tinggalnya di saat-saat terakhir. Selanjutnya menuju Kota Pamukkale atau kota kuno Hierapolis dimana terdapat Cotton Castle, kolam alam belerang cetakan berbentuk sawah yang bertingkat-tingkat yang sangat unik.

Rombongan “Moga Djaja Mono Turkey Tour”

Dari Pamukkale perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju kota pusat agama dan kerajaan Seljuk, Kota Konya untuk mengunjungi Mevlana Museum dan berfoto di Sultanhani Caravanseray. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Cappadocia untuk bermalam. Di Cappadocia ini rombongan diajak menaiki Hot Air Ballon, menikmati keindahan pemandangan Cappadocia dari ketinggian. Dilanjutkan dengan city tour mengunjungi Underground City-tempat perlindungan bawah tanah dengan luas mencapai 30 km, Carpet House, Fairy Chimney dan Pasabag, Jewelry House dan Pottery, Gerome Open Air Museum, dilanjutkan berfoto di Uchisar Village dan Pigeon Valley.

Bu Agung bersama owner Viva Cosmetics, Murni Tjandra (94) dan Theresia I. Kuntjoro di Istanbul

Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ankara mengunjungi Ataturk Museum. Kemudian kembali ke Istanbul dan berfoto di Camlica Hill. Selanjutnya menyusuri Selat Bosphorus dengan mengikuti Bosphorus Cruise, berbelanja souvenir

dan oleh-oleh di Grand Bazaar. “Ini benar-benar perjalanan yang menyenangkan dan sangat berkesan. Terimakasih Moga Djaja dan Viva Cosmetics,” ujar Bu Agung. Ia merasa sangat beruntung karena hanya dia satu-satunya

yang bukan distributor Viva Cosmetics, namun diajak turut serta dalam tur tersebut. “Mungkin karena selama ini kami sudah menjalin kerjasama dan memiliki visi yang sama, peduli terhadap pelestarian budaya,” ungkap Bu Agung. –inten

Segera Gelar Workshop dan Seminar Kerjasama yang baik antara Bu Agung, Ketua Yayasan Kecantikan Agung (yang menaungi LKP Agung, PKBM Agung, Salon Agung) dengan Viva Cosmetics sudah terjalin cukup lama. Bahkan, jauh sebelum bekerjasama, Bu Agung mengaku sudah memakai produk Viva Cosmetics. “Saya buka salon sejak tahun 1979 dan membuka kursus sejak tahun 1982. Saat itu saya sudah memakai Viva, karena murah, mudah didapat dan kualitas produknya juga bagus, sesuai dengan iklim tropis, dan tentunya karena Viva produk asli Indonesia,” ucapnya. Menurut Yusuf Wiharto, Direktur PT Moga Djaja-yang menjadi distributor Viva untuk Indonesia Timur, perusahaan ini memang menjalankan Tiga (3) Mu (mutu, mudah, dan murah). Viva Cosmetics senantiasa mengutamakan ; mutu dan kualitas untuk memaksimalkan manfaat setiap produknya sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik bagi wanita Indonesia; mudah dicari; dan murah dengan harga terjangkau. Tahun ini, di usianya yang ke-55, Viva Cosmetics yang hadir sejak tahun 1962 ini sudah dijalani tiga (3) generasi, yakni mulai dari opa dan oma (alm. Masmuin Kuntjoro) dan Murni Tjandra (94), ibu (Theresia I. Kuntjoro), dan cucu (Yusuf Wiharto). Dari perjalanan 10 hari bersama Moga Djaja dan Viva Cosmetics tersebut, Bu Agung terinspirasi untuk mengadakan Workshop Tata Rias, Pusung Tagel (Sanggul Bali) dan Tengkuluk Lelunakan serta Seminar Pendidikan Keluarga. Menyosialisasikan bagaimana peran orangtua dalam pengasuhan anak, tentang bahaya narkoba, asusila, kekerasan, alkohol, perbuatan liar seperti begal, dan intoleransi. Semua itu akan dikemas secara komunikatif lewat bondres.

Bu Agung yang juga Pengawas SD berfoto bersama Nikolas (buyut dari Murni Tjandra) bergabung dengan anak-anak perkampungan di Underground City-Cappadocia

Bu Agung bersama owner Viva (Direktur PT Moga Djaja) Yusuf Wiharto, Sherly Matandi (istri), dan Nikolas Etzio Yusuf (anak) berfoto bersama sebelum menaiki Hot Air Ballon di Cappadocia

“Di era digital ini, pendidikan keluarga seperti ini sangat penting baik untuk anak maupun orangtua. Seperti apa seharusnya anak merawat orangtuanya, juga bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Makin sayang anak kepada orangtuanya, rezekinya akan makin mengalir. Ingat, doa orangtua itu sepanjang hayat,” ujarnya. Untuk itu, Sabtu 29 April 2017 di Gedung Bali Creative Industry Center (BCIC), Jalan WR Supratman No. 302 Tohpati- Denpasar, Bu Agung bekerjasama dengan Viva Cosmetics, Bisnis Bali dan Kelompok Media Bali Post akan menyelenggarakan Workshop dan Seminar Pendidikan Keluarga, gratis untuk 400 orang. Workshop Tata Rias, Pusung Tagel (Sanggul Bali) dan Tengkuluk Lelunakan dipandu langsung Bu Agung. “Semua peralatan sudah disiapkan, semua peserta mendapatkan hairpiece dan bingkisan berupa produk Viva. Yang berminat, silahkan daftar ke Salon Agung, Jalan Aggrek No. 12 Kreneng, Denpasar. Telepon 0361 233850, 081 1393602, 087 861424158,” pungkasnya. –inten

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


2

Ekspresso

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

GORO-GORO “ H a r i Raya tak per­ nah telat apal­ agi alpa datang, menyapa kalbu kita setiap tahun, Putu Wijaya sehingga memar di dalam batin yang disebabkan gesekan, benturan baik karena kesalahan dan keteledoran kita sendiri atau lantaran kenaka­ lan orang lain, jadi pulih kembali, segar-bugar seperti sediakala, seh­ ingga kita siap lagi bertarung dalam kehidupan,melawan segala tatangan, percobaan dan rintangan. Untuk itu kita harus bersyukur ke hadapan Ida Hyang Widi Wasa,” kata Amat. Bu Amat menoleh. “Bapak kok tumben menghapal­ kan sajak, mau ikut lomba deklamasi di mana?” Amat marah. “Lho, kok Ibu jadi sinis begitu? Ini bukan sajak, tapi .... .” “Tapi sajak! Itu dari Ami bu­ kan?!” “Betul. Itu kata-kata mutiara yang sudah bikin Bapak berhenti marah, berhenti kecewa, berhenti

merasa hidup kita sia-sia. Kata-kata itu membuat bapak berpikir positif. Hari raya itu baik Nyepi, Galungan atau Kuningan, pada dasarnya adalah mesin cuci batin supaya kita seman­ gat lagi hidup, karena tahun depan Hari Raya itu pasti akan datang lagi membawa kesempatan yang lebih baik! Itu bukan sajak! Tapi siraman batin!” “Siapa yang menjanjikan tahun depan akan lebih baik?” “Hati kita sendiri! Karena hari raya akan datang lagi tidak pernah telat tidak pernah alpa! Malu dong ka­ lau kita tidak berusaha memperbaiki hidup kita! Karena sesungguhnya ke­ nyataan hidup kita, 90 persen adalah cerminan usaha kita. Kalau kita sudah banting tulang habis-habisan pasti hidup kita baik. Kalau kurang baik, berarti usaha kita belum maksimal. Itu pesan moralnya. Jadi hari raya itu memang istimewa. Tidak seperti hari-hari biasa yang lain! Makanya kita rayakan. Begitu, Bu!! Itu bukan sajak!! Enak aja! Dasar!!” Bu Amat tercengang. “Lho kok Bapak jadi marah?” “Bagaimana tidak marah, kalau

NYEPI, GALUNGAN, DAN KUNINGAN tiap diajak ngomong serius, ibu ini selalu nyeleneh! Kebanyakan nonton sinetron!” Amat terus marah dan masuk kamar. Pagi-pagi sebelum istrinya sempat bikin kopi, ia sudah ngungsi ke rumah Ami. “Wah, pagi-pagi sudah evakuasi berantem apalagi Bapak sama Ibu ini?” tanya Ami. “Habis Ibumu itu cetek banget! Dangkal! Kerjanya cuma bikin ban­ ten. Diajak rembugan sedikit soal etika agama, Bapak malah diledek lagi ngapalin sajak. itu kan kebodo­ han!” Ami cepat memotong. “Ssttt! Bapak jangan ngomong begitu, dong!” “Habis ini kan hari raya, jangan cuma sibuk dengan upacara. Kita harus mulai membiasakan menelu­ suri makna-makna luhurnya. Apa arti hari raya itu! Apa esensinya! Bukan hanya upacara tapi hakeka­ tnya! Ya kan?” “Betul.” “Ibu kamu itu ... .” “Apa?” “Raja banten! Kalau soal banten

nyelimet kecil-kecil, tak bisa ditawar. Kayak ilmu pasti! Kalau ditanya, kenapa, untuk apa, marah. Memang dari dulu sudah begitu, katanya. Itu kan harus diubah. Kita harus tahu apa yang kita lakukan! Upacara itu kan tata cara yang harus bisa kita sesuaikan dengan desa-kala-patra. Cari busung, daun kelapa muda sudah susah, ya harus bisa diganti bahan yang lain. Inti upacara itu ditangkap, karena itu yang tak boleh nyeleweng. Tapi caranya disesuaikan dengan kemampuan kita. jadi intinya dipertahankan sedang peralatannya bisa disesuaikan dengan yang ada. Jadi kehidupan kita tidak akan ter­ siksa! Yang penting esensinya! Niat suci dan tujuannya sama! Jadi hati kita jadi sejuk, tenang, tenteram dan bahagia!” “Betul! Makanya kedatangan hari

raya setiap tahun yang tak pernah telat dan alpa, kata Ibu, yang me­ nyapa kalbu kita, membuat batin kita segar kembali!” “Nah! Makanya kedatangan hari raya menyapa kalbu...., apa??” “Hari raya yang menyapa kalbu kita ....” “Bukan itu! Kamu bilang tadi, kata, kata siapa?” “Kata Ibu.” Amat terkejut. Ia langsung balik kanan, cabut, pulang ke rumah, sem­ bari dalam hati sambat: aduh Dewa Ratu! Ampura? Kenapa aku lupa, aku punya istri yang baik, setia, tidak banyak omong seperti suaminya be­ kas guru yang ngaku-ngaku pejuang tapi tolol ini! Harusnya aku bangga, bahagia punya istri bijaksana serta moderat, meskipun sekarang mulai tua tapi masih cantik!!”

Kembali Kerja setelah Libur yang tak Libur

Bulan ini sepertinya cukup banyak tanggal-tanggal berwarna merah. Bahkan posisinya berdamp­ ingan dengan weekend yang nam­ paknya akan membuat waktu libur Anda cukup panjang. Meskipun demikian, pergantian hari libur kemudian masuk kerja terkadang membuat mood Anda menjadi tidak begitu positif. Apakah pola-pola ini muncul pada Anda? Seperti merasa tidak segar ketika bangun pagi, kurang bersemangat, mengeluh, kemudian adanya pikiran waktu libur yang kurang panjang. Tidak ja­ rang orang-orang mengatakan jika liburan membuatnya stres. Mereka juga membutuhkan usaha dan cara yang lebih untuk mengatasi stres paskaliburan. Ada yang menyebutkan, “libur yang ngga libur”, karena banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikan selama hari libur. Contohnya saja tugas kantor yang Anda bawa pulang karena tenggat waktu yang bersamaan dengan hari masuk kerja nanti. Kemudian bagi Anda, para wanita yang bekerja, waktu libur biasanya digunakan untuk menyelesaikan tugas domestik (rumah tangga) yang tidak sempat Anda kerjakan sebelumnya. Semisal membersihkan rumah, memilah pakaian yang sudah tidak terpakai, atau merapikan kembali tempat penyimpanan barang-barang. Selain

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

itu, mempersiapkan hari raya juga masuk ke dalam agenda liburan Anda. Bahkan persiapannya sudah Anda lakukan ketika waktu kerja. Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan Anda menjadi lelah ketika waktu libur telah usai karena Anda tidak punya cukup waktu un­ tuk rehat sejenak. Stres paskaliburan juga da­ pat terjadi karena liburan yang tidak sesuai ekspektasi. Ketika hal itu terjadi, perasaan kecewa dan perasaan- perasaan negatif lainnya menyelimuti. Misalnya saja Anda berencana untuk liburan ke tempat wisata bersama dengan keluarga. Namun, banyaknya wisatawan yang berkunjung menjadikan waktu libur Anda habis karena perjalanan yang macet, antri, dan hal-hal di luar dari perkiraan Anda. Maka, beberapa target yang Anda rencanakan di hari libur tidak tercapai. Secara psikologis emosi-emosi negatif yang Anda rasa­ kan dapat memicu kelelahan secara fisik dan menurunkan produktivitas Anda dalam bekerja. Ada beberapa hal yang dapat di­ lakukan untuk lebih dapat mengelola suasana hati Anda setelah liburan dan harus kembali bekerja. Pertama, tidak ada salahnya Anda merencana­ kan agenda liburan Anda, sehingga Anda dapat mempersiapkan liburan Anda lebih matang. Contohnya ketika menjelang liburan, sebagian

Made Padma Dewi Bajirani

pekerja mengusahakan untuk me­ nyelesaikan tugas-tugas kantor sebe­ lum tenggat waktunya. Harapannya mereka dapat menikmati liburan dengan lebih menyenangkan. Kedua, buatlah rencana liburan yang realistis. Menikmati suasana liburan yang sesuai dengan keperlu­ an dan kemampuan juga dapat men­ ingkatkan suasana hati menjadi lebih positif. Misalnya Anda bisa mengisi waktu liburan dengan beristirahat di rumah atau berkunjung ke rumah saudara yang sudah lama tidak Anda jumpai. Jika Anda ingin berkunjung ke tempat wisata, pastikan kondisi

tubuh Anda dalam keadaan prima. Maka Anda bisa menikmati liburan lebih maksimal dan mengurangi efek kelelahan yang berlebih. Poin terpenting adalah hati yang senang akan membantu Anda untuk merasakan liburan yang sesungguh­ nya. Bukan sejauh apa Anda pergi liburan atau semahal apa bentuk liburan Anda yang dapat menen­ tukan keberhasilan mengisi waktu libur Anda. Penelitian menyebut­ kan, perasaan yang positif dapat meningkatkan banyak kemampuan dalam diri kita. Seperti penurunan tingkat stres yang kemudian dapat meningkatkan kesehatan, performa kerja, atau interaksi sosial Anda. Cobalah untuk menikmati waktu libur Anda yang mungkin tidak panjang. Fokuskan diri Anda dengan situasi liburan yang sedang Anda hadapi. Lihatlah ada banyak hal positif yang bisa Anda temukan dan nikmati. Setelah liburan, sadari keperluan diri Anda. Misalnya jika Anda me­ merlukan waktu yang lebih panjang

untuk istirahat setelah melakukan jalan-jalan, luangkan waktu untuk istirahat yang cukup. Kondisi tubuh yang fit dapat membantu Anda menyeimbangkan suasana hati, sehingga Anda lebih siap untuk bekerja. Bayangkan saja, jika waktu tidur kurang kemudian Anda harus berangkat ke kantor esok harinya, tentunya Andapun menjadi kurang bersemangat. Ketika Anda masih belum bisa move on dari liburan, memang menjadi tantangan untuk diri Anda ketika memasuki hari kerja. Motivasi diri Anda dengan hari libur yang akan datang. Tanyakan kepada diri Anda, apa yang bisa Anda lakukan untuk memberikan hadiah kepada diri sendiri atas kerja keras Anda. Selamat me­ nikmati waktu libur dan semangat kembali bekerja. Made Padma Dewi Bajirani (Mahasiswi Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis, Universitas Gadjah Mada)

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

23

Sosialisasikan Kearifan Lokal sejak Dini Sebagai umat beragama, kita harus memiliki sikap toler­ ansi. Hal ini penting agar terciptanya kedamaian. Konsep “menyama braya” pun terus didengungkan untuk mence­ gah terjadinya intoleransi. Demikian antara lain yang terungkap dalam sarasehan “Menyama Braya Mencegah Intoleransi” kerjasama Kelompok Media Bali Post dengan Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Denpasar di Kampus Unhi Denpasar, Jumat (24/3).

S

arasehan yang dibu­ ka Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi A.A. Ngurah Sadiarta,S.E., M.Si menghad­ irkan tiga narasumber, Guru Besar Universitas Hindu Indo­ nesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si, Ketua Umum Kadin Bali, A.A. Ngurah Alit Wiraputra, SH.,M.H. dan Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta dipandu Redak­ tur Pelaksana Bali Post Wayan Dira Arsana. Sarasehan ini dilaksanakan sebagai rangkaian perayaan Nyepi Tahun Caka 1939 ini “Ngembak Geni atau sehari set­ elah Nyepi harus dimaknai seba­ gai momentum untuk melaku­ kan dharma shanti. Saling me­ maafkan antar anggota keluarga

transformasi hal-hal yang ber­ bau tradisional menjadi paham modernisme. Ia pun menyarankan orang­ tua agar menyisihkan sebagian waktu untuk melakukan so­ sialisasi nilai-nilai kearifan itu kepada anak-anak sejak dini di lingkungan keluarga. Sebab den­ gan cara demikian, anak-anak tidak akan tercerabut dari akar budayanya meski mereka tidak mungkin menghindarkan diri dari pengaruh budaya global. Alit Wiraputra menambah­ kan manusia di zaman sekarang cenderung ingin kaya materi, sejahtera, dan mati masuk surga. Sementara definisi kesejahteraan dalam sistem ekonomi kapitaliskonvensional merupakan konsep materialis murni yang menafik­ kan keterkaitan rohaniah.

Sarasehan “Menyama Braya Mencegah Intoleransi”

atau anggota masyarakat,” ujar Prof. Suda. Namun, di sisi lain Suda mengamati masyarakat Bali kini ada yang kehilangan identitas lokalnya karena telah menjadi masyarakat modern. Tak sedikit nilai kearifan sosial, kearifan tradisional, dan keari­ fan lokal yang mulai berubah. Bahkan digeser oleh nilai-nilai modernisme. “Contohnya, nilai komu­ nalisme telah berubah menjadi nilai individualisme, nilai ke­ bersamaan yang tertuang pada filosofi pang pada payu berubah menjadi prinsip mati iba hidup kae, menyama beraya menjadi menyama brenye, dan lainnya,” ujarnya. Suda menambahkan, sikap toleransi melalui pelaksanaan Catur Brata Penyepian belum bisa dilakukan secara opti­ mal dalam konteks kekinian. Termasuk konsep menyama braya sebagai salah satu nilai kearifan sosial masyarakat Bali. Hal tersebut sebagai akibat

“Masyarakat menginginkan kesejahteraan lahir batin. Kon­ sep kesejahteraan yang tentu akan berakibat pada keharusan mendiskusikan secara ilmu ekonomi apa hakekat tujuan kesejahteraan tersebut dan bagaimana merealisasikannya,” ujarnya. Kesejahteraan lahir batin dapat dikatakan terwujud apa­ bila memenuhi sejumlah un­ sur, antara lain, terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua masyarakat, tingkat perbe­ daan sosial-ekonomi tidak ter­ lalu mencolok, serta tidak ada pengangguran usia produktif. Namun, konsep kesejahteraan lahir batin sebetulnya tidak terbatas pada variabel-varia­ bel ekonomi saja. Melainkan mencakup juga moral, agama, psikologi, sosial, dan politik. Menurutnya seorang manu­ sia bisa saja mencapai puncak kemakmuran dari segi materi, tetapi kejayaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama

Contoh pengenalan kearifan lokal sejak dini

apabila mempunyai moral in­ dividu dan sosial sangat lemah, terjadi disintegrasi keluarga, ketegangan sosial masyarakat meningkat, serta pemerintah daerah tidak dapat berperan sesuai dengan porsi dan seba­ gaimana mestinya. “Bali sudah memiliki tatanan dan sistem seperti subak, Tri Hita Karana dan Desa Kala Patra yang dapat membantu masyarakat membuat tatanan ekonomi berkesinambungan sampai akhir jaman. Dengan de­ mikian, kehidupan masyarakat Bali akan tenteram, aman, dan makmur secara alami dan secara rohani. Kehidupan masyarakat Bali akan lebih baik kalau pengertian dan tenggang rasa diutamakan untuk menga­ tasi perubahan yang akan terjadi demi tercapainya cita-cita luhur dan abadi,” jelasnya. Ia juga menegaskan Bali dari awal telah dikonsep untuk suatu tatanan kemakmuran berlandas­ kan kepercayaan filosofi Hindu Dharma. Dimana di dalamnya sarat dengan toleransi, cinta kasih, dan gotong royong serta menghormati dan patuh pada awig-awig untuk mencapai ke­ makmuran secara sederhana dan bijaksana. Apakah warisan budaya itu bisa kita pertahankan? Sampai kapan kita bisa memper­ tahankannya? Generasi penerus yang nanti menjawabnya. TIGA TANTANGAN Sementara itu Nyoman Par­ ta mengatakan, Bali sebetulnya kaya dengan filosofi tentang hidup menyama braya. Seperti misalnya, sagalak, sagilik, saguluk, salunglung sabayantaka, atau paras paros. Namun, generasi saat ini banyak yang mungkin merasa asing atau bahkan tidak memahami filosofinya. Kalau sudah demikian, tentu akan sulit untuk mengaplikasikannya da­ lam kehidupan. Sementara Bali saat ini tengah menghadapi tiga tantangan penting, terutama bagi generasi muda.

“Pertama, tantangan politik Bali. Pulau kecil yang homo­ gen bera ga ma Hin du , ta pi juga sangat terbuka karena kita sudah menggantungkan diri dengan dunia pariwisata. Hari ini banyak politik yang berdimensi SARA, kedaerahan, subjektivitas, dan lain seba­ gainya, itu sungguh merupakan tantangan serius bagi Bali. Di internal Bali sendiri juga ada kecenderungan menampilkan persoalan SARA lewat adanya soroh, dan sebagainya. Memang penting mengikatkan diri dalam sebuah paguyuban. Tetapi kalau itu dibuat dengan sangat fanatik tanpa diisi pencerahan, akan membuat masyarakat Bali saling berbenturan,” tegasnya.Gairah berorganisasi itu menurut poli­ tisi PDIP itu penting, tetapi semangat dan spirit menyama braya tidak boleh luntur. Tantangan kedua, terkait dengan ekonomi. Hampir 75% investasi di Bali adalah milik orang luar Bali termasuk in­ vestasi berskala besar. Sedang­ kan masyarakat Bali, lebih ban­ yak memiliki investasi berskala kecil. Seperti misalnya, warungwarung kecil yang ada di set­ iap desa pakraman. “Itu yang sekarang menghadapi tantangan ekonomi yang sangat berat, dimana munculnya toko-toko modern berjaringan di setiap

desa pakraman. Masuknya luar biasa, dihadang di kiri masuk ke kanan, dihadang di kanan masuk lewat atas,” ungkapnya. Menurut Parta, warungwarung kecil milik masyarakat Bali harus dipertahankan. Se­ bab, umumnya warung-warung itu tidak hanya menghidupi pemiliknya saja. Tapi ada ban­ yak kehidupan lain yang meng­ gantungkan pendapatan dari warung itu. Sebagai contoh, pedagang nasi atau buah yang menitipkan dagangan di warung tersebut. Warung kecil ini harus dipertahankan karena warung kecil ini adalah tempat orang Bali bercengkrama. Warung kecil harus kita lindungi karena merupakan tempat orang lain selain pemilik warung menitip­ kan hidupnya. Tantangan ketiga yang dih­ adapi Bali adalah menyangkut pengangguran. Data terakhir, pengangguran di Bali berjum­ lah 64 ribu dan sebagian besar adalah kalangan terdidik. Sep­ erti lulusan Sarjana, Diploma, dan SMK. Dirinya berharap generasi muda memanfaat­ kan waktunya untuk menjadi pengusaha.“Omong kosong kita bisa rukun, omong kosong kita bisa menyama braya dengan baik jika perut kita kosong, jika secara ekonomi kita tidak me­ madai,” tegas Parta. (Rindra)


22

Sosialita

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

28 Juta Perempuan di Indonesia pernah Alami Kekerasan Seksual

Kabar mengejutkan disampaikan Badan Pusat Statistik baru-baru ini. Hasil survei terbaru yang dilakukan BPS menyebut 1 dari 3 perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual. Data yang dilansir ini membuat shock sebagian orang karena itu artinya sekitar 28-29 juta perempuan di Indonesia pernah mendapatkan kekerasan seksual. Melihat data itu, bisa juga diartikan jumlah tersebut lebih banyak karena tidak semua wanita Indonesia disurvei oleh BPS.

“D

ata ini memang sangat mengejutkan. Hasil survei menyebut sekitar 33,4% wanita usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan seksual. Itu artinya sekitar 28-29 juta orang,” ungkap M. Sairi Hasbullah, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS. “Kekerasan seksual ini bukan berarti hanya perkosaan, ya. Jadi misalnya menyentuh tubuh perempuan tapi perempuan tidak berkenan, itu juga masuk kekerasan. Atau, mengirim gambargambar tidak patut dan perempuan tidak berkenan, itu juga termasuk, dll,” tambahnya. Sairi menyebut survei yang dilakukan BPS menggunakan standar internasional sebagaimana yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization). “Baik pertanyaannya, cara bertanyanya, dll, kita mengadopsi apa yang direkomendasikan oleh WHO. Para petugas yang diterjunkan ke lapangan pun telah melalui seleksi, jadi mereka adalah petugas yang sangat profesional. Cara bertanya kita juga tidak langsung melainkan kita ceritakan konsepnya, definisinya, dsb, tentang apa yang dimaksud dengan kekerasan fisik. Jadi konsepnya bercerita sehingga dengan pola bercerita, jawaban responden betul-betul bisa kita pertanggungjawabkan,” paparnya. Hal senada juga diungkap Kepala BPS Suhariyanto. Menurutnya survei ini tidak mudah karena isu yang dibawa adalah isu

sensitif di mana sebagian orang biasanya tidak mau mengungkapkan masalah rumah tangganya. Malah ada juga responden yang menolak. “Jadi ini memang tidak mudah. Malah ada responden yang langsung menolak,” ujar Suhariyanto. Karena sensitifnya isu ini, maka petugas yang bakal terjun ke lapangan mendapat pelatihan khusus bukan hanya terkait materi namun juga etika dalam wawancara. “Selain itu, saat wawancara petugas dan responden hanya duduk berdua, tidak boleh dihadiri siapapun,” tambahnya. Hasil survei menyebutkan bahwa 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan. “Juga, 1 dari 10 perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik dan seksual dalam satu tahun terakhir,” kata Suhariyanto. Menariknya, hasil survei juga mengungkapkan bahwa kekerasan fisik dan seksual lebih banyak terjadi pada perempuan perkotaan (36,3%) ketimbang perempuan yang tinggal di perdesaan (29,8%). Kekerasan fisik dan seksual juga kebanyakan dialami oleh perempuan berlatar belakang pendidikan SMA ke atas juga tidak memiliki pekerjaan. PERLU TEROBOSAN HUKUM Tentang terus meningkatnya kekerasan seksual terhadap perempuan terus disuarakan oleh

Komnas Perempuan. Untuk itu pihak Komnas Perempuan terus mendorong DPR agar pembahasan RUU Kekerasan Seksual segera dilakukan. “Kami percaya bahwa DPR berkomitmen untuk kewujudkan sebuah payung hukum yang menjamin pemenuhan korban kekerasan seksual atas kebenaran, keadilan, pemulihan dan jaminan atas ketidakberulangan. Kami mendorong Badan Musyawarah DPR untuk segera menetapkan Pansus sebagai mekanisme pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksuial,” kata Sri Nurherwati, Komisioner Komnas Perempuan, dalam kesempatan terpisah. Menurut Sri, selama ini akar masalah tidak pernal dikenali. “Seolah masalah kekerasan seksual hanyalah masalah pendidikan agama, moralitas, kesusilaan.Itu memang penting tapi tidak cukup. Masih harus diimbangi bahwa laki-laki dan perempuan itu setara, bahwa perempuan bukan objek tapi subjek dan dia juga punya martabat, harkat dan kemanusiaan yang sama dengan laki laki,” tegas Sri.

“Ini yang sering ‘dibenturkan’ sehingga pada akhirnya (masalah) tidak pernah selesai sehingga negara dalam menjalankan tanggung jawab atas kewajiban melindungi kelompok-kelompok perempuan terhalang,” tambahnya. Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, kata Sri, belum menjadi pedoman kunci dalam menghapus diskriminasi kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual. Untuk itu, katanya mengingatkan, dalam melahirkan kebijakan haruslah pada akar masalahnya. Hukuman harus mengandung tiga prinsip. Memberikan keadilan pada korban, menjerakan pelaku untuk tidak mengulangi perbuatannya dan mencegah keberulangan untuk orang lain yang berpotensi melakukan. ”Tapi sayangnya hukuman yang kita lakukan tidak mencakup tiga hal tersebut. Keadilan korban sering kali terabaikan. Contohnya, sering kali kesalahan selalu ditimpakan kepada korban. Menganggap korban ikut berkontribusi. Karena, mis-

alnya, memakai rok mini, rok pendek, cara berpakaian, dll. Sehingga, lahirlah Perda-Perda yang mengatur cara berpakaian, yang tujuannya untuk melindungi perempuan,” ungkapnya. Tapi apakah pelaku memiliki efek jera, memiliki kesadaran untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya, sepertinya jauh dari itu. Ini karena hal itu tidak disentuh. Yang terjadi adalah perempuan yang dijadikan objek pengaturan kebijakan, bertahun-tahun terus saja seperti ini. Pada akhirnya terjadi impunitas –suatu keadaan dimana pelaku lolos dari investigasi maupun proses pengadilan--- dan jumlah kasus pun menjadi bertambah banyak, atau penanganan kasus tidak berkembang. Karenanya, Komnas Perempuan sangat berharap agar Pansus bisa segera terbentuk karena merupakan langkah untuk mempercepat dan merealisasikan komitmen DPR dalam pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Komnas juga berharap Pansus yang terbentuk nanti terdiri atas anggota DPR yang peduli atas upaya penghapusan kekerasan seksual sehingga pembahasan atas materi muatan RUU akan benar-benar menghadirkan terobosan hukum dalam penanganan perkara kekerasan sesksual, bukan malah sebaliknya. Di sisi lain, pihaknya juga berharap agar masyarakat juga terus ikut mengawal pembahasan RUU ini melalui partisipasi aktif yang disosialisasikan lewat media sosial Komnas Perempuan dan ruang-ruang lainnya yang diinisiasi masyarakat. (Diana Runtu)

Globalisasi dan pesatnya teknologi tak bisa dihalangi. Begitu juga dengan kegiatan sekolah dengan kurikulumnya makin padat, menjadikan muncul kesan makin sedikitnya waktu dan minat anak muda, mendalami kesenian tari tradisional. Bagaimana pandangan salah seorang maestro tari Indonesia, Dr. Ayu Bulantrisna Djelantik?

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Bulantrisna Djelantik

Menari adalah Berbagi dan Berdoa

M

enurut sosok penari yang telah mendedikasikan hidup di dunia tari lebih dari 60 tahun ini, adalah tugas para orangtua dan pendidik untuk memantau dan menyaring pengaruh globalisasi, sehingga anak– anak berhasil menyerap nilai positifnya. Selanjutnya menggiring minat terhadap budaya sendiri, demi membangun jati diri generasi penerus. Sementara para pekerja seni tari bertugas menyesuaikan dan mengembangkan tari tradisi agar diminati generasi muda. Strateginya, kata pensiunan dokter spesialis THT yang biasa disapa Byang Bulan ini, ia justru menggunakan multimedia dalam karyanya. Ia ikut melirik apa yang disukai anak mula dengan menonton film, musik, konser, dan acara TV yang tengah gemari. Selanjutnya ia pun menggarap tari tanpa mengubah pakem, berpegang pada tari tradisi, tak lepas dari akarnya dan disebut genre “Tari Tradisi Inovatif”. Begitulah Byang Bulan berhasil melakukan pengembangan pola gerak, waktu, penerangan, warna kostum dan pola lantai untuk menebarkannya di kalangan anak muda. “Strategi lainnya adalah mengajak anak muda melihat karya seni berkualitas dari dekat, misalnya dengan mementaskan tari tradisi di sekolah hingga di berbagai mall. Diperlukan pula peran pemerintah mengadakan

program seperti pesta kesenian, festival tari, termasuk menyediakan sarana dan pusat-pusat seni dengan suguhan yang menarik,” kata putri pasutri dr. AA Made Djelantik (alm) dan Astri H. Zwart (almh), yang sempat menuntaskan S2 Doctor Medizin di LM Universitas, Muncih, Germany dan S3 bidang THT di Universitas Antwerp, Belgia ini. Hal menarik lainnya kisah Byang Bulan, bahwa sejak tahun 1970-an, pemer-

8 tahun pementasan pertama kali di Puri Karangasem Bali

3

Persahabatan dalam Bengkel Tari Ayu Bulan Jakarta

intah telah mendirikan Akademi Seni Tari di beberapa kota besar dan selalu memasukkan b i d a n g ‘ Ta r i Bali’. “Umumnya untuk sanggar di luar Bali, tarian yang diajarkan adalah jenis tari balihbalih-an , tarian murni untuk per-

Goak Legong Lasem di Candi Ratu Bajang Trowulan pada usia 66 tahun

tunjukan, tak ada kaitannya dengan upacara keagamaan,” kata ibu tiga anak ini yang di usia belia sudah menari di Istana ini. Kepada Tokoh, Byang Bulan juga menyampaikan salah satu catatan pengalaman menariknya, bahwa sejak tahun pertama menjadi mahasiswa Kedokteran Universitas Padjadjaran di Bandung di tahun 1965, ia sudah diminta menjadi pengajar tari di Githa Saraswati, di asrama Bali dan di berbagai perkumpulan lainnya. Hingga di tahun 1971 dirinya diminta ikut sebagai pendiri ASTI Bandung (Akademi Seni Tari Bandung), dan diangkat menjadi PNS , sebagai Dosen Tari Bali. Kemudian setelah lulus dokter, Byang Bulan pindah sebagai dosen Fakultas Kedokteran. Ia tidak hanya mengajar, tapi pentas di Bandung, Jakarta, serta ikut beberapa misi kesenian ke luar negeri. Dengan kepandaiannya membagi waktu antara keluarga, profesi dokter dan kegairahan menari Bali, di tahun 1992 ia memutuskan mendirikan perkumpulan tari yang mendalami aneka Legong Klasik bernama “Bengkel Tari Ayu Bulan”. Anggota “Bengkel Tari Ayu Bulan” sudah belajar menari Bali sejak kecil, dan

kebanyakan sudah bergabung sejak 25 tahun silam. Meski sebagian bukan orang Bali, namun mereka hebat, sangat berbakat dan serius meningkatkan kemampuannya hingga menjadi aisten dan guru tari. Mereka juga diajarkan tentang pertunjukan yang bagus,jangan sekadar menari, pentingnya penjiwaan, termasuk soal penunjang seperti audio, lighting dan pola lantai yang baik agar penonton nyaman. Begitu pula perlu ada rasa kebersamaan dan saling menghargai antar penari.“Menari bukan semata bergerak dengan indah, tapi menari adalah doa dan membangun kesadaran penonton,” tegas Byang Bulan yang juga suka dipanggil Ninik oleh anak didiknya ini. SALING MENGINSPIRASI DAN MELENGKAPI Sejak mendirikan bengkel tari, Byang Bulan mencipta beberapa kreasi Palegongan baru berkolaborasi dengan

para penguruk di Bali. Berprinsip menari adalah nafas hidup, tak heran Byang Bulan bersama murid tarinya sukses bercerita kisah-kisah yang dilupakan seperti filsafat hidup di karya ‘Asmarandana’, percintaan tragis pada ‘Sampik Engtay’, keteguhan hati dalam ‘Sitayana’, hingga kepahlawanan Pandawa lima dalam kreasi ‘Mintaraga’. Ia juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat dengan falsafah kehidupan dalam tari ‘Bedoyo Legong Calonarang’ hasil kolaborasinya dengan Retno Maruti; pentingnya harmoni ilmu dan seni universal dalam ‘Citra Dewi’ yang terinspirasi Saraswati, dan terakhir, perlunyanya menjaga perdamaian dalam ‘Rejang Shanti’ yang merupakan kolaborasi dengan rekan seniman di Bali yakni Dayu Ani Arya, Cok Sawitri dan Gus Made Widnyana. Begitu juga cerita mengenai wanita sangat mengusik dirinya, seperti ‘Satua Calonarang’, dan karya kolaborasi ‘Gayatri Rajapatni’ yang menampilkan kekuatan dan konflik pada kisah sejarah. “Biasanya sebelum berkreasi saya mengadakan penelitian dan mencari literatur,” ujarnya. Ia menambahkan jika karya tari Bali di “luar Bali” selalu mencari makna universal dan kesegaran baru yang ikut memperkaya sekaligus bermanfaat bagi pengembangan tari di Bali via dialog dan kritikan. Bicara kesan lainnya, Byang Bulan mengatakan pementasa terakir yang sangat berkesan baginya adalah tampil di empat negara Eropa akhir tahun lalu, yang disebutnya sebagai “Sangasari Europe Roadshow” yang misinya mempertunjukkan sembilan tarian yang ditetapkan Unesco mewakili semua tarian Bali sebagai warisan budaya dunia. Namun, karena minimnya dana, hanya 4 penari yang ditanggung. Maka, di tiap negara mereka bekerja sama dan berlatih dengan penari Bali setempat. Byang Bulan menyampaikan semua pementasan berkesan baginya, baik yang di panggung besar, kecil, termasuk di ruang publik seperti di jalanan atau taman. Seperti menari di Trowulan ,atau di Candi Sukuh, terasa bumi dipijak penuh nuansa sejarah. Belum lama juga katanya mereka menggelar

Bersama Ibu Astari Rasyid, Dubes Bulgaria, Sangasari Europe Roadshow

12 tahun pertama kali menari Oleg di Istana Negara 1959

Berlatih bersama Bu Menek, Tejakula tahun 2017

teman guru tari Bali maupun sendiri. “Ada tantangan besar untuk mencari kebebasan dalam keterikatan demi tak lepas dari pakem. Tari kreasi di luar Bali, konsepnya lebih universal. Namun, kini dengan maraknya berbagai tari kreasi di Youtube, para koreografer (penata tari) pun bisa saling memperhatikan dan belajar. Karenanya, perkembangan tarian Bali di luar Bali , tetap berhubungan dengan penggembangan teman-teman di Bali, kami saling menginspirasi dan melengkapi,” tuturnya. Ia menyebutkan jika kelompok tari yang digagasnya secara berkala belajar lagi dari

tarian perdamaian yakni ‘Rejang Shanti’ secara masal oleh 60 penari di Taman Mini Indonesia Indah. Terkait julukan maestro yang disandangkannya Byang Bulan menyatakan tak menyangka dan bersyukur di usia lanjut ia memperoleh apresiasi dengan julukan Maestro dan meraih Muri sebagai penari Bali terlama menari Goak dalam Legong Lasem. Kini ia bertekad ingin terus berbagi pengalaman dan menjaga tari tradisi khususnya Legong, sebagai kebanggaan dan jati diri bangsa. “Melalui tari saya menapakkan kaki ke bumi, menengadahkan muka kepadaNya dan meregang tubuh sebab tari bagi saya adalah doa,” pungkasnya. (Sri Ardhini)


4

Inspirasi

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Berjuang mempertahankan bisnis yang sudah belasan tahun digeluti memang bukan perkara mudah. Apalagi dalam situasi ekonomi yang melemah. Namun Siti Chotirah dan suaminya Triyono berhasil tetap eksis. “Suka dukanya banyak ya, mulai dari ketatnya persaingan, pemasaran, dan kini yang terberat dan paling terasa adalah lesunya perekonomian,” ungkap Siti Chotirah yang bersama suaminya telah 15 tahun menekuni bisnis kerajinan kayu dan logam.

S

ebagai pengusaha UKM, Siti mengaku sempat terpukul dengan kondisi lesu yang dialaminya sejak 2010 lalu. Pengaruh krisis global tahun 2008 sempat ‘menggoyang’ bisnis, khususnya sejumlah buyer asing yang biasanya menjadi pelanggan ‘menghilang’ karena mereka pun di negaranya diterpa krisis. Meski 2008 Indonesia boleh dibilang secara perekonomian tidak terlalu terpengaruh, namun untuk bisnisnya yang ‘bermain’ di kayu dan logam dan mengandalkan penjualan pada buyer asing, ikut terguncang. Untungnya, ketika itu pasar dalam negeri tidak terlalu buruk. “Menurun, tapi pasar dalam negeri masih lumayan bagus,” ungkap Siti. Namun, tambahnya lagi, harapannya agar perekonomian bisa pulih seperti sedia kala tidak terjadi, sebaliknya kondisi makin lesu. “Dulu, saya masih bisa mendapat keuntungan 5060%, tapi sekarang sudah bisa bertahan dengan keun-

S i t i

C hot

Siti Chotirah Triyono

Bisnis Eksis meski

tungan 20% saja sudah bagus. Bagi saya biar untung tipis asalkan bisnis ini bisa tetap bergulir, sudah cukup lumayan. Karena banyak teman-teman saya yang sudah gulung tikar, sedangkan saya masih bisa tetap eksis, alhamdulilah,” ungkap Siti disela-sela kesibukannya melayani pembeli di stan nya. Menurutnya, untuk bisa eksis di tengah kelesuan pasar kerajinan, harus menerapkan startegi jitu. “Meski pasar lesu, saya berkomitmen untuk tetap berkreasi dan melahirkan produkproduk inovatif. Lebih dari itu, yang harus tetap dijaga adalah mutu produk. Ini tidak boleh berkurang sedikit pun. Karena tetap konsisten pada mutu maka konsekwensinya adalah keuntungan tidak bisa banyak. “ Sebagai pengusaha UKM, kenaikan harga material logam yang terus melambung, cukup memukulnya. Pasalnya, harga produksi pun jadi ikut melambung. “Biaya produksi jadi terlalu tinggi, khususnya logam. Kita (dalam negeri) ini kan sebenarnya mempunyai bahan baku logam namun dikirim keluar negeri menjadi batangan. Dan kita terpaksa beli dengan harga yang menyesuaikan naikturunnya dolar AS. “ “Makanya pengusaha kecil seperti saya merasa berat. Itu sebabnya saya sekarang tidak berani menyetok banyak barang. Kebanyakan saya bikin sampelsampel, yang kemudian saya produksi ketika ada pesanan.Tapi alhamdulilah semua tetap bisa jalan, meski tidak selancar dulu,” kata Siti yang k e r a p m o n d a rmandir JakartaMadiun- Jogja untuk mengawasi produksi kerajinannya. “Sebenarnya harga material di Jawa dan Jakarta hampir sama, hanya saja di Jawa tenaga kerjanya lebih murah. Itu sebabnya produksi kami dipusatkan di Jawa,” tambahnya. Terkait irah harga pro­

Ekonomi Lesu Siti Chotirah melayani pembeli

duk, lanjut Siti, dia tidak bisa menaikkan harga semaunya, demi mengejar keuntungan besar.“Kenaikan harga harus memperhitungkan keterjangkauan pembeli. Jangan sampai karena kita mau keuntungan besar kenaikkan harga menjadi selangit, siapa yang mau beli?“ “Jadi sebagai penjual kita juga harus pelajari psikologi pasar, psikologi konsumen. Apalagi barang yang dijual ini, kan, bukan kebutuhan pokok. Hal-hal seperti inilah yang kami harus perhitungkan baik-baik. Dan, alhamdulilah, langganan-langganan saya di dalam negeri tetap masih banyak. Saya kira itu salah satu kunci kenapa kita bisa tetap eksis, yakni mutu dan harga,” papar Siti yang terpaksa berbicara setengah berteriak lantaran stannya berdekatan dengan panggung pertunjukan. Kebetulan sore itu ada grup band yang tengah show. Siti bercerita, awalnya dia bersama suaminya berbisnis aneka kerajinan dari kayu. “Kerajinan kayu adalah bisnis keluarga suami saya. Di Madiun tempat suami, keluarga besarnya banyak yang berbisnis ini. Suami saya akhirnya juga ikut. Karena di sana (Madiun) kami punya banyak kayu jati yang bagus (tua),” lanjutnya. Siti dan suaminya kemudian hijrah ke Jakarta untuk mencari peluang lebih baik. Karena katanya, Jakarta adalah pusat segala sesuatunya, para konsumen baik dari dalam negeri dan luar negeri ada di Jakarta. Juga berbagai event pameran kerajinan, mulai yang skala kecil sampai besar ada di Jakarta. Itu sebabnya ia dan suaminya pun berniat mengadu untung dalam mengembangkan bisnis. Dan memang analisa Siti tidak salah. Hanya bermodalkan Rp30

juta, Siti dan suaminya telah berhasil mengembangkan bisnis kerajinan kayu dan logam miliknya. Dulu sebelum kondisi lesu seperti sekarang omzet perbulan bisa sekitar Rp60 juta lebih. Namun sekarang melorot menjadi Rp35 jutaan. “Alhamdulilah bisa tetap bertahan, karena banyak teman saya yang sudah gulung tikar,” ucapnya. Tentang kerajinan logam, ia bertutur, itu merupakan hobinya. “Saya hobi kerajinan pernakpernik logam. Jadi saya pikir kenapa tidak mengembangkan kerajinan logam sebagai pelengkap bisnis utama yakni kayu. Maka saya pun membuat pernak pernik perlengkapan rumah tangga dari logam. Ternyata sambutan konsumen bagus. Apalagi produk saya ukurannya tidak besar,” ungkapnya. Untuk kerajinan logam seperti tembaga dan kuningan, Siti boleh dibilang cukup jeli melihat peluang. Pasalnya, kebanyakan pengusaha

bermain di kerajinan logam untuk produk-produk ukuran besar, sementara produk ukuran kecil sangat jarang. Celah itu lah yang digarap Siti. Setidaknya di Jakarta, kata Siti lagi, hanya beberapa yang menjual produk-produk logam ukuran kecil seperti miliknya. Tentang penerimaan pasar dalam negeri terhadap kerajinan logam, menurut Siti sudah semakin baik. “Orang Indonesia sudah semakin bisa menerima. Karena orang Indonesia itu jika kita kasih tahu bahwa ini lho hasil desain sendiri, alhamdulilah mereka antusias,” kata Siti yang kerap diminta temannya untuk mendasain pernak-pernik yang berhubungan dengan fashion. Menurutnya, sebenarnya dia tidak ‘bermain’ pernak-pernik fashion seperti aksesoris, namun dia kerap diminta temannya yang pengusaha aksesoris untu membuat desain untuk aksesoris logam. “Saya kerja sama dalam bidang desain aksesoris saja. Jadi saya tidak memproduksi,” ucap Siti yang membuka ‘Mandiri Art Shop’ Handwoven and Craft di kawasan Kemang Timur, Jakarta Selatan. Siti bersyukur pameran yang diikutinya kali ini di Jakarta Convention Center, Senayan, hasilnya cukup bagus. “Saya dan temanteman (peserta pameran) sangat senang karena hasilnya bagus. Pengunjung banyak. Yang lebih menyenangkan karena kami tidak bayar biaya sewa stan karena ada sponsor BUMN. Karena itu keuntungan untuk kami semua tanpa dipotong sewa stan. Bagi kami pengusaha kecil, ini sangat membantu. Ibaratnya, kalau biasanya untuk bayar tukang kami kerap telat, kali ini bisa terbayarkan tepat waktu,” kata Siti gembira. (Diana Runtu)

Siti Chotirah bersama bisnis kerajinan kayu dan logamnya

Mandalika

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

21

Gubernur NTB Imbau Selektif dalam Pengeluaran Perizinan Retail Modern

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), merupakan ajang konsolidasi bagi perencanaan pembangunan yang membahas tentang apa saja yang perlu disiapkan untuk pembangunan di masa mendatang. Berbagai keberhasilan suatu daerah tidak lepas dari tertata dan terukurnya perencanaan pembangunan, seperti di Nusa Tenggara Barat yang selama ini telah meraih berbagai keberhasilan, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah di bawah rata-rata nasional. Hal itu diungkapkan oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi NTB tahun 2017, adalah buah dari kerja keras dan kontribusi seluruh pihak, termasuk para Bapak/Ibu Wali Kota di NTB.

U

ntuk menjaga keberlangsungan pembangunan NTB ke depan, menurut Majdi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh se-

luruh pihak yang terlibat dalam penyusunan RKPD NTB tahun 2018, yakni, pertama mengenai kecukupan anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang menyentuh aspek kehidupan dasar,

seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, perhubungan. Yang kedua ia meminta untuk memaksimalkan fasilitasi usaha mikro kecil dan menengah, guna menggerakkan sektor ekonomi

Musrenbang Provinsi NTB 2017

rill sehingga lapangan kerja bisa tercipta. Untuk menjamin keberlangsungan usaha mikro kecil dan menengah tersebut, gubernur meminta seluruh jajarannya agar mengidentifikasi dan memangkas sejumlah regulasi yang menyulitkan tumbuhnya usaha ekonomi kreatif, industri kecil dan UMKM. Yang lebih penting lagi adalah agar para bupati/walikota lebih selektif dan hati-hati dalam mengeluarkan perizinan Retail Modern. “Ada kecenderungan usaha retail modern saat ini telah menjamah perdesaan,” ungkap Gubernur dalam Musrenbang Provinsi NTB yang dihadiri oleh para anggota DPR RI perwakilan NTB, Ketua DPRD. NTB, Wakil Gubernur NTB, H.Muh.Amin, SH.,M.Si, Anggota FKPD NTB, Bupati/Walikota se-NTB, Pimpinan instansi vertikal, Ketua TP PKK NTB Hj. Erica Zainul Majdi, Kepala Bapeda Kabupaten/Kota, Kepala OPD Provinsi NTB dan

seluruh pejabat Administrator lingkup Provinsi NTB. Menurutnya, jika tanpa pengawasan yang baik dan pengaturan izin yang jujur, maka sangat rentan memicu ketimpangan ekonomi dan sosial, karena menimbulkan perubahan pelaku ekonomi, dari masyarakat lokal ke pemilik retail modern. Karena itu, kata Majdi, kepala daerah mestilah konsisten dalam mempedomani tata ruang demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dinilainya penting, guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti bencana alam yang disebabkan oleh deforestasi di daerah hulu. Selain itu ia meminta agar revitalisasi pertanian, perkebunan, peternakan terus diperkuat untuk memperbanyak lapangan kerja, menciptakan komoditas lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri. (Naniek I. Taufan)

NTB Provinsi “Top Movement” dalam Pencapaian IPM Di bawah kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Provinsi Nusa Tenggara Barat diyakini mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah tetap berada di atas rata-rata nasional. Keyakinan tersebut didasarkan pada capaian pertumbuhan ekonomi NTB Tahun 2016 sebesar 5,52 % (dengan tambang) dan 5,71 persen (non tambang). Pertumbuhan tersebut diikuti dengan penurunan angka kemiskinan yang cukup drastis, dari 23,81 persen pada tahun 2008 menjadi 16,02 persen pada tahun 2016. “Ini menunjukkan pertumbuhan yang berkualitas dan selalu berada di atas rata-rata nasional, sehingga kami percaya pada tahun 2018, NTB tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, sebesar 6,15 % hingga 6,80 %,” ujar Dr. Ir Taufik Hanafi Staf Ahli Menteri Bidang Pemerataan dan Kewilayahan saat menyampaikan paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bam-

bang Brojonegoro pada pembukaan Musrenbang Provinsi NTB, di Mataram, beberapa waktu lalu. Pa d a M u s r e n b a n g y a n g dibuka Menteri Pariwisata Arif Yahya tersebut, ia menjelaskan target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2018 sebesar 5,4-6,1%. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah di kawasan Nusa Tenggara diharapkan mencapai 6,22%. Khusus untuk NTB, diharapkan mencapai 6,68%. Ia optimis target tersebut dapat tercapai, berkaca pada keberhasilan kinerja selama lima tahun terakhir. Dalam bidang kesehatan misalnya tercatat, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan profesional berhasil mencapai angka 95%, yang berpengaruh terhadap penurunan angka kematian ibu dan angka kematian anak. Termasuk juga cakupan imunisasi lengkap yang semakin meningkat, mempengaruhi angka harapan hidup masyarakat NTB. Dalam bidang pendidikan,

Menteri Pariwisarta RI hadir membuka Musrenbang Provinsi NTB tahun 2017

keberhasilan NTB dapat dinilai dari meningkatnya angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah dan angka melek aksara. Dampak kemajuan dari kedua bidang ini sangat penting untuk meningkatkan IPM NTB, yang disebutnya terus mengalami peningkatan, sehingga NTB dinobatkan sebagai Provinsi Top Movement dalam pencapaian IPM. Dalam upaya penurunan

kemiskinan, NTB dinilainya sangat luar biasa. Jika secara nasional menurunkan angka kemiskinan 1% membutuhkan waktu satu dekade, di NTB justru setiap tahun dapat menurunkan angka kemiskinan lebih dari 1%”. Ia juga menyebut, disamping pencapaian kinerja, NTB juga dipandang telah berhasil dalam hal tata kelola. Untuk laporan keuangan, NTB telah “langganan

“5 kali memperoleh status WTP. Artinya tidak hanya kinerja saja yang bagus, tapi dalam segi tata kelola juga dinilai baik. Menyoroti tentang Pertumbuhan ekonomi, Gubernur NTB mengingatkan pentingnya memperhatikan pertumbuhan ekonomi berkualitas. “Jika ada suatu daerah yang dikatakan berhasil secara ekonomi, namun angka kemiskinannya tidak menurun, maka itu belum dapat dikatakan berhasil,” Majdi. Ia melanjutkan bahwa pertumbuhan yang baik tercermin dari ketersediaan lapangan kerja, kemampuan secara nyata menurunkan kemiskinan dan semakin banyaknya keterlibatan masyarakat dalam ekonomi produktif. Di NTB, keberhasilan ekonomi produktif diukur melalui sejauh mana ekonomi produktif itu dapat menyerap pelaku dan dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Jika dilihat dari rasio ini, maka semakin kecil kesenjangan, artinya semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati hasil. (Naniek I. Taufan)


20

Nine

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

PKK NTB Gencar Sosialisasikan PUP

Pemerintah Provinsi NTB memberikan perhatian lebih untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini di daerah ini. Karena itu sosialisasi tentang penundaan usia perkawinan atau pendewasaan usia perkawinan gencar dilakukan oleh organisasi wanita seperti PKK bersama organisasi wanita lainnya di NTB. TP PKK NTB melakukan kegiatan sosialisasi ini dengan sasaran khususnya kepada anak-anak muda untuk tidak melakukan pernikahan dini sebelum umur yang pas yakni umur 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk wanita.

P

erlunya pendewasaan usia per­ kawinan di NTB, m e n u r u t Ke t u a Umum BKOW Provinsi Hj. Syamsiah Muh Amin yang j u g a Wa k i l Ke t u a T P P K K NTB dalam suatu kesempatan sosialisasi, karena mengingat dari 34 Provinsi, NTB merupakan peringkat ke-3 laju usia pernikahan dini yang tinggi. Ta r g e t y a n g i n g i n d i c a p a i oleh TP PKK NTB adalah ke depannya bisa memberikan pemahaman secepat mungkin kepada seluruh anak-anak muda di NTB khususnya di perdesaan-perdesaan untuk

tidak melakukan pernikahan dini. Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin juga pernah mengungkapkan bahwa Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) telah menjadi salah satu isu prioritas di NTB dan telah tercantum sebagai salah satu indikator pencapaian dalam RPJMD NTB Tahun 2013-2018. Ketua TP PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi selalu menyampaikan harapannya untuk menjadikan NTB sebagai daerah percontohan dalam pelaksanaan program pendewasaan usia perkawinan di tingkat nasional. Karena itulah be-

PKK NTB bersama dengan organisasi perempuan lainnya gencar melakukan pencegahan pernikahan dini

Sosialisasi PUP dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan seminar

berapa program yang telah dilaksanakan guna mendukung PUP di NTB ini, selain sosialisasi langsung juga dilakukan antara lain melalui seminar tentang pendewasaan usia perkawinan serta melakukan koordinasi dengan KUA. Termasuk juga melakukan komunikasi dan koordinasi tentang perlunya ada forum komunikasi antara LSM dengan pemerintah terkait masalah-masalah yang ada di masyarakat. BP3AKB Provinsi NTB yang membidangi perempuan dan anak bahkan telah mengubah metode dari penyuluhan biasa menjadi metode mengajak untuk ikut serta melalui kelompok remaja, kelompok masyarakat, dan kelompok ibu-ibu dalam melakukan sos ia lis a i ini. s etid a k nya inilah yang dilakukan BP3AKB NTB di masa kepemimpinan Dra. T. Wismaningsih sebagai

Kepala BP3AKB. BP3AKB NTB bahkan telah melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi, LSM, kelompok dialog warga dan tokoh masyarakat dan juga membentuk kelompok dialog warga di Desa

Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah untuk membantu menyosialisasikan program pendewasaan usia perkawinan kepada masyarakat sekitar. (Naniek I. Taufan)

Pendewasaan Usia Dini penting dilakukan untuk membangun perempuan NTB yang berkualitas

serta konsisten dalam mengawal program pendewasaan usia perkawinan.

Konsistensi peran TP PKK NTB dalam bidang ini kemudian diapresiasi oleh pemerintah

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Medical check up atau pemeriksaan medis kerap dianggap tak penting oleh masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang berpendapat hal ini tak penting karena masih merasa sehat dan muda. Padahal masih muda atau tubuh yang terasa sehat belum tentu bebas penyakit. ayangnya lagi, diperlukan biaya yang tak sedikit untuk melakukan medical check up di Indonesia. Pertimbangan ekonomi seperti inilah yang juga menjadi alasan mengapa masih sedikit orang yang mau melakukannya. Sebagian menganggap biaya check up bisa dialihkan untuk keperluan lain. selain itu, mindset orang Indonesia yang takut mengetahui sedini mungkin penyakitnya jika melakukan Medical Check up. Menurut Made Bobby Yudana, saat ini beragam jenis penyakit yang sulit di deteksi karena tidak menunjukkan gejala awal membuat dirinya rutin melakukan pemeriksaan medis. Hal tersebut bisa saja merupakan cerminan dampak negatif dari gaya hidup yang

tidak sehat, penularan dari orang bulan sampai 1 tahun. Semakin lain, maupun dari faktor ketuusia bertambah, waktu interrunan. “Pemeriksaan ini perlu val check up-nya itu semakin kita lakukan untuk mengetahui pendek. “Bagi saya enam sedini mungkin kondisi kesbulan sekali atau setidaknya ehatan,” tuturnya. setiap saya akan memulai Kata dia, General check kontrak baru ketika akan up bukanlah sebuah life style berangkat ke kapal pesiar melainkan sebuah keharusan adalah sebuah keharusan unyg selalu diprioritastuk melakukan general kan guna melicheck up,” ungkap hat kondisi kespria yang bekerja ehatan terakhir. sebagai Former Seiring dengan Lido Manager bertambahnya Holland America umur tentu Line tersebut. ini menjadi Sebagai tinhal yang sandak lanjut, imgat penting dibuhnya, jika kelakukan untuk mungkinan termengetahui deteksi sebuah tindakan yang potensi penyaharus dilakukit dari hasil pekan jika ada pomeriksaan, maka tensi masalah selanjutnya harus atau gangguan ditanggapi secara yang memerlukan serius terutama popenanganan lebih tensi penyakit yang lanjut. bersifat vital dan juga Check up sangat ada follow up untuk penting dilakukan perawatan guna Made Bobby Yudana secara rutin dalam mencegah terjadinya jangka waktu tersebut karena kemung- potensi penyakit. kinan bisa terjadi kelainan-kelainan dari Pria kelahiran Singaraja 11 Juli tubuh diperkirakan sekitar antara 6 1983 tersebut mengaku jika selama ini belum pernah terdeteksi mengalami potensi sebuah penyakit yg serius. Tetapi pernah suatu ketika, dalam melakukan General Check Up dirinya mengalami gangguan kenaikan fungsi

MCU Itu Penting

TP PKK memperoleh penghargaan dari Gubernur NTB atas konsistensi PKK NTB dalam mengawal program pendewasaan usia perkawinan

melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Daerah. Saat memberikan pemaparan pada pembukaan Musrembang Provinsi NTB Mataram beberapa waktu lalu, Staf Ahli Menteri Bapenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan, Dr. Ir.Taufik Hanafi, MUP, mengapresiasi langkahlangkah Pemerintah Provinsi NTB khususnya TP PKK NTB yang sangat peduli pada upaya pencapaian indikator MDGs sehingga berhasil meraih peringkat I Nasional. Bahkan keberhasilan itu juga telah dipresentasikan oleh Gubernur NTB pada sidang PBB di AS beberapa waktu lalu. Kepala Bapeda Provinsi NTB, Ir. Ridwansyah, turut mengapre-

siasi prestasi tersebut. Menurutnya, ke depannya peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan program pembangunan terus dilakukan pihaknya. “Setiap rupiah uang yang dibelanjakan harus dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya. Atas kiprahnya tersebut, Tim Penggerak PKK tersebut, mendapatkan Piagam Penghargaan Mitra Pembangunan Dalam Mendukung RJMPD Provinsi NTB 20132018, kategori konsisten mengawal program pendewasaan usia perkawinan, yang diterima oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB. Hj. Erica Zainul Majdi. (Naniek I. Taufan)

5

Deteksi Potensi Penyakit Sedini Mungkin

S

Pemprov NTB Raih Peringkat I Nasional Pencapaian Indikator MDGs G e n c a r n y a Pe m e r i n t a h Provinsi NTB dalam melakukan pencegahan pernikahan dini melalui Pendewasaan Usia Perkawinan yang diprakarsai oleh TP PKK NTB, merupakan prestasi tersendiri bagi TP PKK NTB. Inilah salah satu keberhasilan Provinsi NTB meraih prestasi di bidang pencapaian indikator MDGs. Program PKK NTB di bawah kepemimpinan Hj. Erica Zainul Majdi menjadi salah satu motor penggerak percepatan pencapaian indikator utama MDGs, karena fokus dan konsistensi TP PKK NTB dalam memberikan dukungan dan program pemberdayaan perempuan dan pendidikan anak-anak,

Sudut Pandang

Medical check up merupakan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Namun, masih sedikit diantara kita yang melaksanakannya, malah ada kesan jika pemeriksaan ini merupakan pengeluaran dana yang berlebihan atau pemborosan. Padahal sesungguhnya, jika benar dilakukan secara rutin medical check up, justru akan menghemat biaya pengobatan. Menurut Heny Santi, seorang pengusaha wanita dan aktris Bali ini, medical check up jelas merupakan kegiatan positif. Sangat baik dilakukan secara kontinyu atau rutin. Sebab, bagi dirinya yang kegiatan usahanya dilakukan mulai malam hingga menjelang pagi ini, sangat memerlukan kondisi tubuh yang sehat. “Kalau kita sehat, maka bisa dikatakan kita akan bekerja lebih produktif,” cetusnya. Ketika kita ingin menghasilkan sesuatu yang optimal, hendaknya didukung dengan kondisi kesehatan yang baik pula. “Yang namanya MCU ini juga termasuk deteksi dini dan pencegahan atau tindakan preventif penyakit secara menyeluruh dan kompehensif. Untuk saya, ini harus dilakukan apalagi saya pernah kecolongan, ditinggal mendadak suami tercinta karena serangan jantung mendadak,” tuturnya. Lebih lanjut Heny Santi menekankan yang namanya kesehatan pastilah sangat penting untuk kehidupan kita. Sebab , semua kegiatan keseharian kita pun bergantung pada tubuh yang sehat. Makanya kita harus berupaya menjaga agar kondisi kesehatan terjaga dengan baik atau selalu prima. Memang kata Heny Santi ada sebuah kenyataan yang tidak pernah bisa dihindari oleh siapapun. Harus diketahui bahwa kesehatan yang kita miliki ini tidak bakal bisa bertahan untuk selamanya. “Gangguan ini tidak bisa kita dihindari. Datangnya bisa akibat efek pola hidup, unsur makanan, hingga faktor keluarga atau unsur keturunan.

hati yang disebabkan kerja fungsi hati yg berlebihan. “feeling saya saat periode sebelum general check up itu saya sering begadang karena anak saya baru lahir saat itu,” tambahnya. Selain itu, pria yang akrab disapa Bobby ini juga pernah terdeteksi mengalami kenaikan gula darah. Hal ini menurutnya disebabkan sebelum melakukan general check up ia mengkonsumsi air kelapa muda. “Itulah menyebabkan adanya kenaikan kadar gula sedikit di darah tapi setelah dilakukan follow up check hasilnya normal,” paparnya. Untuk melakukan general check up tentunya sangat dianjurkan kepada siapa saja, bukan hanya disaat sakit ataupun kondisi tidak fit. “Orang indonesia itu memiliki mindset yang terbalik, mereka berfikiran takut untuk melakukan General check up. Konon katanya, takut jika nanti kelihatan ada penyakit,” jelas pria yang juga sebagai Leader Nasional dan Gold Manager Pertamina In4Link Indonesia tersebut. Padahal dengan rutin melakukan general check up kita akan mengetahui potensi dan gejala penyakit dari tubuh sejak dini dan di sinilah waktu yang pas untuk melakukan pengobatan semenjak dini atau segera mungkin untuk mencegah potensi penyakit dalam tubuh meluas dan bertambah parah. Selain general check up, olahraga adalah hal yg sangat penting dalam menjaga kondisi dan kesehatam tubuh. Disamping juga memperhatikan pola makan, tentunya gaya hidup yang sehat juga berperan penting menjaga kondisi tubuh kita. (Wiwin Meliana)

TRADISI ROYAL DINNER GALUNGAN DI PURI TEGEH KORI BADUNG

BUDAYA MENYENTUH COKOR PENGLINGSIR MENJADI BAGIAN TRADISI PURI

Heny Santi

“Tidak ada salahnya jika kita mengikuti anjuran “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Alangkah indahnya jika kita bisa menangani persoalan kesehatan dengan langkah–langkah pencegahan. Sebelum keluar banyak uang lebih baik kita lakukan pencegahan melalu rangkaian proses MCU ,” katanya lebih lanjut. Ketika kita tidak merasa sakit, belum tentu kondisi sesungguhnya sehat. Jika sudah ada sebuah penyakit, tentu harus dilakukan pengobatan serat pencegah agar penyakit tersebut tidak menjadi lebih berat. “Di sinilah medical check up berperan demi mendeteksi lebih dini secara secara terpadu. Dengan MCU juga kita memiliki serta akan mudah mengetahui riwayat kesehatan kita dengan mengikuti semua langkah atau presdur yang ditetapkan penanggung jawab MCU tersebut,” tandas Heny yang setahun terakhir juga telah melakukan MCU ini. (Sri Ardhini)

Puri Tegeh Kori Badung menerapkan tradisi yang ketat dalam setiap perayaan hari-hari besar Hindu, hal ini dimulai sejak kepemimpinan (Swargi) I Goesti Ngoerah Shri Wedastera Soeyasa yang mulai menata Duwe Tengah di pusat kota Denpasar yang merupakan peninggalan leluhur Arya Tegeh Kori Jembrana yang kini diperuntukkan sebagai Puri Ageng Tegeh Kori Badung sesuai amanat Ratu Kakiang I Goesti Ngoerah Ketoet Soeyasa (tokoh pendiri Penyaringan Mendoyo Jembrana). Tradisi dan protokoler hari-hari besar Hindu selalu diutamakan di Puri Tegeh Kori Badung sebagai bagian dari pelestarian budaya Bali Majapahit. Demikian diungkap oleh Shri I Gusti Ngurah Wira Wedawitry MWS (Purusa Puri) saat acara jamuan makan malam (Royal Dinner) di Wantilan Puri. “Sebagai warih Raja Badung I, I Gusti Tegeh Kori, kami sebagai warih dalem ingin memberikan teladan bahwa tata etika dan sesana sebagai umat Hindu itu penting dilakukan. Atas petunjuk Ida Gusti Wedakarna sebagai penglingsir, kami diminta untuk menghidupkan kembali tradisitradisi Hindu yang diharapkan memperkuat sradha dari para pratisentana. Salah satunya wajib untuk mengadakan jamuan resmi bagi semua putra putri, cucunda dan keluarga besar semua. Mau tidak mau siapapun warih kami baik yang di luar negeri, luar Bali ya harus pulang ke Bali menghadiri acara ini. Ini sangat berguna untuk menjalin kekerabatan dan silakrama. Jamuan makan malam pun tidak sekadar ngajeng dan wareg tapi lebih pada komunikasi. Ini maknanya,” ungkap Turah Wira Weda. Ia pun menyebutkan sejumlah tradisi Majapahit yang mulai dihidupkan di Puri Tegeh Kori. “Tra-

disi membaca Kitab Suci Bhagawad Gita dengan mengundang anak-anak yatim piatu sudah dimulai dari dulu di Puri. Sebulan kami bisa mengundang dua kali dan biasanya pada saat ada hajatan seperti Manusa Yadnya. Pencucian pusaka kami hidupkan juga setiap hari besar sesuai tradisi Jawa Kuno. Biasanya dilakukan di Istana Mancawarna Tampaksiring saat Sugeng Wiyosan Tinggalan Dalem Penglingsir dan Peringatan Ngadeg Ratu. Semua tradisi–tradisi itu sebagai bagian dari menonjolkan budaya Hindu. Bali adalah representatif dari budaya Hindu dunia,” ungkap Gusti Wira Wedawitry yang juga Sekretaris Umum KNPI Bali. Ia pun berencana akan menerbitkan buku tentang sejumlah dokumentasi ritual-ritual dan tradisi di Puri yang rencana akan diterjemahkan ke beberapa bahasa. “Banyak yang tidak tahu ada makna makna unik dibalik tradisi kami, misalkan di setiap puri atau istana Tegeh Kori ada tradisi menaikkan bendera kuning emas saat ada penglingsir sedang di Bali. Begitu juga ada tanda tertentu di Istana yakni ketika ada lampu kristal menyala, itu artinya sedang ada paruman. Kami juga ada 8 macam penjor yang merupkan tradisi lama dan baru. Termasuk ada tradisi menyentuh cokor penglingsir setiap bertemu dan tradisi mencuci kaki penglingsir di hari–hari tertentu,” ungkap Tu Rah Wira.


6

Woman on Top

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Perempuan yang baru saja memasuki masa pensiun dari jabatannya sebagai Sekretaris Material Grand Hyatt Nusa Dua Bali ini, tetap ingin menari. Baginya, menari adalah panggilan hati, hobi, dan kebiasaan sejak kecil. Usianya kini sudah terbilang memasuki lansia. Namun, semangat dan keceriaanya tak kalah dengan kaum muda. “Umur saya 56 tahun,” kata perempuan bernama lengkap AA Sagung Rat Mudiani.

19

A.A. Sagung Rat Mudiani

Menari sebagai Panggilan Hati membuat orang yang menonton berdecak kagum. Sagung sangat menyukai taritarian lawas seperti Tari Pendet, Tenun, Margapati, Oleg Tamulilingan, Wiranata, Teruna Jaya, Legong Keraton dll. Menurutnya, tarian zaman dulu, lebih metaksu sehingga saat menarikannya terlihat lebih keluar auranya. Setelah pensiun, Sagung masih dipercaya se­ bagai Penasihat Ser-

S

agung Rat Mudiani, terlahir dari tujuh bersaudara, dengan lima perempuan. Ia bersama saudara perempuan lainnya sejak kecil sudah dilatih menari sang ibu, yang dikenal sebagai maestro tari Bali, Jero Gadung Arwati, asal Desa Bongan, Tabanan. “Saya mulai pentas menari ke hotel-hotel sejak kelas 4 SD,” istri I Gusti Jaya Sukarna ini. Sagung begitu ia akrab disapa menuturkan, awal pentas menari, ia hanya dibayar Rp 6000. Namun, baginya, uang itu sangat berarti. Beberapa hotel sudah dijelajahinya, mulai dari hotel di Denpasar, Sanur, dan Kuta. “Dulu belum ada hotel di Nusa Dua. Yang terkenal dulu Bali Hotel (hotel Inna Denpasar), Puri Dalem, Besakih Cottages, dan Pertamina Cottage (Patra Jasa). Saya menari di banyak hotel, saking banyaknya saya sudah lupa,” ujarnya. Sagung bersama saudara-saudaranya juga dipercaya menyambut tamu dan menari di Bandara Ngurah Rai Denpasar. Ketika, ia bekerja di Grand Hyatt Nusa Dua, Sagung juga di-

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

ikat Pekerja Mandiri Grand Hyatt Nusa Dua Bali dan Sekretaris Hyatt Indonesia Union Counsil. Kadang, Sagung juga dipercaya sebagai MC dalam berbagai acara. Sagung ingin tetap menari karena itu panggilan hatinya. Ia bersama Yayasan Kecantikan Salon Agung, sering pentas menari. Sagung juga dipercaya biro perjalanan untuk turis

Ranu Gumbolo

Wisata Alam Kawasan Tulungagung

AA Sagung Rat Mudiani mengajar menari Bali turis Jepang

percaya menari Bali dalam kegiatankegiatan hotel, seperti odalan, acara ulangtahun hotel, dan acara serikat pekerja mandiri Grand Hyatt Nusa Dua. Walaupun, kini usianya sudah tak muda lagi, namun, Sagung tetap menari. Untuk menjaga agar gerakanya tetap lentur, ia rutin menari setiap sore sepulang kerja. Dengan bangga ia mengatakan, tak kalah dengan para penari yang masih muda. Sagung mengakui, tubuhnya memang tak lagi langsing seperti muda. Kini, ia merasa sudah agak gemuk. Namun, ia tetap mampu menari dengan lemuh (lentur). “Waktu ngagem, saya masih bisa nges, ga kaku. Memang lutut saya sudah tidak mampu bersimpuh lama,” kata Sagung. Saat melihat ada pertunjukkan tarian, ia pasti dengan seksama

menonton penarinya. “Saya sering melihat banyak penari asal menari, kurang semangat gerakannya,” kata Sagung. Bahkan, ketika ia menari di hotel bersama para kaum muda, Sagung tetap menjadi pusat perhatian. “Banyak saya lihat penari itu kurang menghayati dalam menari. Mereka hanya asal menari yang penting gerakan­nya benar,” ujarnya. Penari-penari zaman dulu, biasa­ nya, kata Sagung, punya ritual tertentu. Mereka mempersiapkan diri sebaik mungkin dan rutin melakukan latihan. Bahkan, ada penari yang melakoni puasa tertentu. Gerakannya mampu “menghipnotis” perhatian penonton. Bahkan, penonton sampai tidak menyadari pertunjukkan sudah selesai, saking mereka terkesima. Begitulah, taksu tarian Bali, yang jika ditarikan ­dengan benar, akan mampu

Jepang mengajar menari tamu Jepang yang datang ke Bali. “Tamu Jepang tiap tahun belajar menari ke Bali. Saya dipercaya untuk mengajar,” kata Sagung. Darah seni Sagung juga diwarisai putra-putrinya. Salah seorang putrinya yang kini berstatus mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang, yang akrab disapa Jung Is juga seorang penari Bali. AA Sagung Rat Mudiani

Banyak kegiatan penyambutan datangnya hari libur. Salah satunya adalah dengan berwisata. Setiap keluarga menentukan rencana akan menghabiskan waktu liburannya di berbagai tempat wisata.

(Wirati Astiti)

“UHUK-UHUK” Salam Senyum.. “Tik tik tik.. bunyi hujan di atas genting Airnya turun, tidak terkira... Cobalah tengok.. dahan dan ranting.. Pohon dan kebun basah semua.. Lagu itu mengingatkan kita ketika masih kanak-kanak dan senang berhujan-hujan ria saat pulang sekolah. Masih melekat dalam ingatan saya, bagaimana saya sangat senang bermain hujan, tanpa mempedulikan akibatnya, seperti pilek, batuk, atau demam. Saat saya menulis tulisan ini, hujan datang begitu tiba -tiba. Padahal beberapa saat sebelumnya matahari bersinar dengan teriknya. Kata para pakar kesehatan, ini salah satu penyebab penyakit itu mudah menghampiri tubuh kita. Pembaca setia Dhani’s Art in Service, “sakit” adalah penghalang kita untuk melakukan aktivitas dengan sempurna sehari-hari. Kita sebagai pelaku layanan, sakit dapat membuat layanan kita menjadi terganggu kepada pelanggan. Namun banyak dari manajemen tidak memperhatikan dampak dari mempekerjakan karyawan untuk melayani pelanggan meski dalam keadaan sakit. Dengan dalih karyawan masih bisa masuk kantor dan masih bisa melakukan aktivitas. “Saya pilih donat coklat dua buah, yang stroberi dua, dan yang rasa pandan satu saja”, kata saya ketika berada di sebuah toko kue donat cukup terkenal di Denpasar. Dengan sigapnya si pelayan toko melayani saya dan berusaha memberikan layanan

yang terbaik kepada pelanggannya. Selain memesan donat, saya juga memesan hot lemon tea. Tiba-tiba terdengar dengan cukup keras, “u-huk.. u-huk..” Waaahhh.. ternyata suara itu datang dari salah satu pelayan toko yang sedang batuk. Suara itu terdengar cukup keras, bahkan sampai berulang-ulang. Sambil memegang satu cangkir air panas, pelayan yang sedang batuk tadi bergumam kepada rekan kerjanya, “Aku sudah tiga hari batuk, dan suaraku seperti mau hilang”. Hmmmmm.. bisa dibayangkan perasaan saya ketika itu. Saya lihat dia batuk terus menerus. Selain kasihan, ternyata hal itu sangat mengganggu kenyamanan ruangan. Bukan hanya itu, saat dia batuk, sama sekali tidak berusaha menutupi mulut dan hidungnya dengan tisu atau saputangan. Tiba- tiba saya merasa tidak berselera untuk menikmati hidangan yang sudah di depan maya saya. Rasanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan berapa uang yang sudah keluar, dan tidak ingin kembali sebagai pelanggan. Kejadian serupa terjadi ketika saya melakukan perawatan rambut di sebuah salon kecantikan. Sang pelayan sudah siap dengan peralatannya, dan tiba- tiba... “u-huk... u-huk...” disertai suara pilek yang keluar dari hidungnya. Sang pelayan merasa tidak bersalah dan melanjutkan layanannya dengan suara ‘u-huk u-huk’ tadi. Berulang -ulang dan sesekali memegang mulut dan hidungnya. Sempat saya tanya, ternyata dia sakit dari kemarin, tetapi karena hari ini pelanggan ramai, dari pihak manajemen tidak memberikan izin untuk tidak beker­ ja. Hmmmm… Sebenarnya saya kasihan

melihat pelayan itu. Selain kasihan, saya merasa kurang nyaman. Dalam pikiran saya, “waaah....saya bisa tertular kalau begini pelayanananya kepada pelanggan”. Kejadian-kejadian seperti itu sering kita temukan dalam layanan. Bahkan bukan hanya di toko kue donat, salon kecantikan, rumah makan, tetapi di layanan perbankan juga pernah saya temukan layanan seperti ini. Bagaimana saya merasa nyaman untuk bertransaksi ketika formulir yang akan saya isi untuk pembukaan rekening tabungan, sebelumnya dipegang oleh pelayan jasa perbankan atau customer service yang sedang batuk. Wajahnya cantik, layanannya ramah, namun sayang tidak memperhatikan dari segi kesehatan. Formulir itu terasa “menyeramkan”, ketika saya lihat customer service yang melayani saya batuk dan bersin-bersin tepat ketika dia memegang formulir pembukaan rekening yang akan diserahkan kepada saya. Service yang excellence tentu adalah apa yang ‘Diinginkan Oleh Pelanggan’, dan bukan apa yang diinginkan oleh customer service. Tentu saja pelanggan menginginkan kenyamanan dan bukan malah sebaliknya. Sudah sepatutnya para pelayan dan manajemen dari layanan dalam sebuah organisasi, mempunyai visi dan misi yang sama dalam melayani. Kemudian apa yang seharusnya dilakukan ketika sang pelayan itu sedang terganggu kesehatannya? Yang pertama dilakukan dari pihak pribadi pelayan harus melaporkan tentang keadaan kesehatan tersebut ke atasannya, agar pihak manajemen bisa memutuskan solusi yang terbaik. Yang kedua, dari pihak manajemen melakukan pergantian sementara untuk menggantikan sang pelayan dan tidak memaksakan pelayan untuk bertugas melayani pelanggan. Yang ketiga, ketika

memang harus tetap bertugas di front liner, seharusnya para pelayan memakai alat bantu yang dapat mencegah tertularnya virus. Seperti memakai masker hidung dan mulut, menyediakan cairan pembersih tangan yang berbasiskan alkohol, dan lain-lain. Ketika batuk, bersin, atau membersihan hidung sebaiknya tidak sedang melayani pelanggan. Naaaaah... Selain mempunyai attitude yang baik, penampilan yang gagah, cantik juga ramah, cepat serta akurat, ternyata tidak cukup untuk kesempurnaan layanan . ‘Sehat Secara Fisik’, juga sangat penting bagi para customer service untuk tetap menjaga kenyamanan di saat melayani para pelanggan. Jadi, jangan remehkan kesehatan kita, dan jangan membuat terganggu para pelanggan di saat kita sebagai pelayan sedang sakit. Selain itu kepada pihak manajemen layanan, agar selalu memperhatikan kesehatan para pelaku layanan yang berfungsi sebagai garda terdepan. Jangan sampai si “u -huk u- huk” membuat pelanggan merasa kapok berhubungan dengan perusahaan kita. Bukankah setiap perusahaan menginginkan pelanggannya sebagai pelanggan yang loyal dan selalu datang kembali? Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana melakukan layanan yang Expert (Service Excellence Expert) yang dapat ‘Menjadi Landasan Dalam Melayani’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu ? Silahkan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

K

ota Tulungagung memiliki sejumlah pesona pada tempat wisatanya. Selain pantai Coro, kini ada lagi wisata baru yang disebut sebagai Ranu Kumbolonya Tu-

Lorenza

Bisa Otodidak Gadis bernama lengkap Lorenza Anggraini Tidiakti mengawali dunia modelnya di kota ia lahir. Dalam ajang pencarian model ia pun mencoba kesempatan dengan mengikuti casting di sebuah mall Surabaya North Quay, saat berusia 16 tahun. Lorenza yang berkecimpung di dunia model ini ikut mengenalkan pariwisata yang ada di Indonesia dalam debutnya di Miss Sparkling 2016. Dengan membawakan baju koleksinya Lorenza pun melenggaklenggok di gelaran fashion tersebut. Dalam gelaran Miss Sparkling 2016. Ia sempat masuk 20 besar, walaupun tidak bisa masuk dalam 10 besar ia cukup bangga dengan apa yang diraihnya. Loren-

za berharap bakat sekaligus hobi yang di milikinya dapat ia asah dan kembangkan lagi. Bulan Mei 2017 ia akan ikut lomba Surabaya Start Competition 2017 di Ciputraworld Surabaya. Anak ke 2 dari 4 bersaudara ini berharap bisa memberikan yang terbaik dalam gelaran tersebut. Lorenza pun menegaskan untuk menjadi seorang model tidak harus mengikuti sekolah fashion. Semua itu bisa dilakukan secara otodidak, bermodal smart dan pandai bergaya sudah cukup mewakili untuk menjadi seorang model. (Nely Agustin Elsita Farudila)

lungagung yaitu Ranu Gumbolo. Disini wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan danau yang indah dengan pepohonan pinus di sekitarnya. Pemberian nama Ranu Gumbolo terinspirasi dari Ranu Kumbolo yang beda hanya pada Kumbolo dan Gumbolo. Ranu artinya danau atau kolam, bisa juga diartikan telaga atau air. Sedangkan Gumbolo diadopsi dari kata Kumbolo yang artinya tempat berkumpul. Bila Anda pernah berkunjung ke Ranu Kumbolo di kaki Gunung Semeru dan Ranu Gumbolo di Tulungagung ada kemiripan yaitu sungai mirip danau. Dulunya tempat ini sepi, kini berbanding terbalik dengan kondisi sekarang yang ramai bersesakan dengan pengunjung lain. Bukan hanya dari dalam kabupaten Tulungagung, namun juga berasal dari luar kota seperti Kediri, Blitar, dan Trenggalek. Tempat wisata yang dikelola pemerintah ini memang semakin

dikenalkan ke masyarakat agar pengunjung pariwisata khususnya kabupaten Tulungagung semakin meningkat. Lokasi Ranu Gumbolo pun ternyata tak sulit ditemukan karena masih satu kawasan dengan Waduk Wonorejo tepatnya di desa Wonorejo, kecamatan Pagerwojo, kabupaten Tulungagung. Jika dari pusat kota Tulungagung sendiri kurang lebih berjarak sekitar 24 km. Wisata ini sudah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas diantaranya area parkir, area pemancingan, rumah pohon, dengan pemandangan pepohonan pinus yang rindang, persewaan hammock, warung makanan, toilet dan masih banyak lagi. Tempat wisata satu ini juga sedang hits terutama di sosial media. Untuk tiket masuk ke Ranu Gumbolo yaitu Rp 5000, biaya parkir Rp 2000. Untuk harga sewa hammock Rp 5000 dan sewa naik perahu Rp 7500 per orang. Lumayan murah untuk lokasi yang seindah itu. (Putri Ardiashari)


18

Life Story

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

7

Urung Cerai karena Anak

Tradisi Meminta Hujan Turun Ada sejumlah tradisi yang unik dan menarik di Bali Utara. Salah satunya tradisi yang bercirikan semangat berperang bernafaskan kepahlawanan yang sampai saat sekarang masih ada dilakoni masyarakatnya. Perang Rotan atau yang lebih dikenal dengan gebug ende, terdapat di desa patas kecamatan gerokgak. Namun tradisi ini sebenarnya berasal dari Desa Seraya Karangasem.

T

radisi ini biasanya dimainkan jika musim kemarau tiba. Saat itu masyarakat Seraya memiliki tradisi budaya religius itu untuk memohon turunnya hujan. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, masingmasing pemain saling memukul lawan dengan menggunakan sebuah rotan yang panjangnya mencapai 2 meter. Sedangkan alat penangkisnya sebuah perisai bergaris tengah 60 cm terbuat dari lapisan kulit sapi kering yang terikat pada bingkai kayu. Disamping para pemain, di dalam arena permainan juga terdapat dua orang yang bertugas untuk melerai ketika pertarungan semakin keras, mereka disebut sebagai pakembar. Meski tubuhnya terkena pukulan rotan, mereka merasa gembira dan menari-nari kegirangan. Sementara suara gamelan baleganjur bertalu-talu sebagai pengiring memanaskan suasana ”perang”. Penonton pun sorak-sorai untuk memberikan support. Mereka bertanding satu lawan satu. Cara ”perang” mereka boleh dikatakan menarik dan mengerikan, karena berduel satu lawan satu memakai alat pemukul dari rotan tanpa mengenakan baju hanya pakai busana kain adat saja. Tak pelak cucuran darah pada tubuh dan kepala akan mengalir karena pukulan sebatang rotan, paling tidak bekas memar akan membekas setiap pukulan rotan itu mendarat di punggungnya apalagi Gebug ini di mainkan dibawah terik matahari. Atraksi Gebug umumnya dilakukan di sela-sela istirahat kerja di ladang pada siang atau sore hari biasanya saat akan menjelang musim tanam di ladang. Pelatih Gebug anakanak Wayan Nadi mengatakan, saat musim kemarau tiba maka digelarlah tradisi ini untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi untuk dapat menurunkan hujan.“Tradisi ini biasanya diadakan saat musim-musim

kering. Saat hujan lama tidak turun pada musim itu maka digelarlah Gebug Ende ini. Aslinya tradisi ini berasal dari Desa Seraya, Karangasem,” ungkapnya. Penua Desa Patas Ketut Koroh mengatakan, jika salah satu pemain sampai mengeluarkan darah dari pukulan rotan maka ada kemungkinan hujan akan cepat turun. Singkatnya, menurut kepercayaan masyarakat Seraya, permainan Gebug digelar di wilayah desanya ini untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan ) agar hujan segera turun untuk keperluan pertanian. “Jika terjadi sesuatu maka bisa digelar gebug ini. Misalnya seperti datangnya hama yang tidak bisa dikendalikan, gebug inilah penawarnya. Jika sudah diadakan gebug maka perlahan hal yang buruk tersebut akan hilang dan kembali seperti semula. Apapun hal-hal yang buruk tersebut jika ditawar dengan permainan gebug ini maka hal tersebut sudah pasti akan musnah. Begitu menurut kepercayaan masyarakat,” tegasnya. Salah sorang warga Desa Patas Komang Wastika yang akrab disapa Mang Jambul menceritakan, masa mudanya dulu ia sering bermain ende. Menurutnya jika seseorang yang sudah hobi dalam bermain, ketika mndengar gamelan maka muncul hasrat ingin bermain. Tak jarang pula ia merasakan sakitnya sabetan rotan dari lawannya. “Lukanya gak sampai dalam sekali, tapi bisa sampai pingsan. Kalau sudah hobi ya mau bagaimana lagi, kalau ada musuh ya sudah lawan saja. Dulu saya begitu saat masih sekolah. Kalau denger gamelannya saja saya sudah ingin sekali bermain. Jika dalam permainan itu salah satu pemain kepalanya kena dan mengeluarkan darah, pasti hujan akan turun. Gak saat itu juga sih, tapi masyarakat yakin kalau sudah kepala yang kena dan berdarah, hujan pasti turun,” ujarnya.

Atraksi ini biasanya berlangsung di tempat-tempat umum dengan mengundang lawan yang ada di desa. Gebug dilakoni oleh baik anak kecil, dewasa maupun orang tua tak ketinggalan dalam mengadu kepintaran memainkan batangan rotan dan

perisai. Di tengah-tengah kemajuan jaman saat ini, tradisi gebug yang telah ada pada jaman Bali aga ini sudah hampir punah. maka kita sebagi pewaris budaya sudah sepatutnya membanggakan dan melestarikan keberadaannya. (Wiwin Meliana)

Bupati Agus Suradnyana dan Wabup Sutjidra

Ucapkan Selamat Hari Suci Galungan dan Kuningan Pada hari Rabu (5/4) yang bertepatan dengan Buda Kliwon Wuku Dungulan, segenap umat Hindu sedharma akan merayakan Hari Suci Galungan. Dan pada Sabtu (15/4) Wuku Kuningan juga akan merayakan Hari Suci Kuningan. Hari raya Galungan dan Kuningan membawa pesan untuk mengingatkan agar kita melihat catatan perjalanan kebelakang (mulat sarira), mengevaluasi seberapa jauh langkah kita yang telah sesuai dengan dharma. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST dan Wakil Bupati dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG., menyampaikan ucapan selamat merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan kepada seluruh masyarakat Buleleng, khususnya yang beragama Hindu. “Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Asung Kertha Wara Nugraha kepada kita sekalian dalam pengabdian kita sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Kami mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Buleleng merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan dengan penuh rasa bhakti dan menjaga toleransi, keamanan serta ketertiban di

lingkungan masing-masing.” Ucap Bupati Putu Agus Suradnyana, ST di dampingi Wakil Bupati dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG Bupati yang akrab dipanggil PAS ini mengharapkan masyarakat bisa menjadikan momentum Hari Suci Galungan dan Kuningan untuk senantiasa meningkatkan srada bakthi kehadapan Ida Shang Hyang Widi Wasa mempererat persaudaraan serta tali silaturahmi . Lebih lanjut, PAS mengatakan, bahwa makna kemenangan dharma melawan adharma haruslah dimaknai sebagai upaya dan tekad meningkatkan kualitas kehidupan , sosial dan kemasyarakatan untuk mencapai kebahagiaan dengan selalu berpijak kepada ajaran dharma (agama Hindu). Duet Bupati dan Wakil Bupati yang lebih dikenal dengan sebutan PAS Sutjidra ini juga mengharapkan momentum perayaan Hari Suci Galungan dan Kuningan dapat dijadikan satu titik tolak untuk menjadikan masa depan yang lebih baik, lebih berkualitas dan mampu mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

L

ima tahun yang lalu, di bulan April. Menjelang magrib, Fitri pulang ke rumah usai berjualan makanan di pasar sejak siang hari. Saat masuk ke halaman rumah, ia menemukan sepeda motor suaminya ringsek bagian kepalanya. Ia begitu khawatir melihat hal itu dan langsung menemui suaminya. Benar saja. Suaminya terbaring lemah di kursi panjang ruang tamu dengan wajah penuh luka, termasuk lebam di sekujur tubuhnya. Fitri sedih menyaksikan suaminya menahan rasa sakit. Dengan penuh kasih sayang, Fitri (50), mengobati luka suaminya. Menurut Randi suaminya itu, ia baru saja mengalami kecelakaan. Sepeda motornya bertabrakan dengan sebuah mobil ketika berada di pengkolan. Sembari mengelus punggung suaminya yang penuh dengan lebam, Fitri meniup obat merah yang diteteskannya pada luka-luka suaminya. Ia memeluk suaminya itu sembari berkata “Sabar ya Pa…,” ujarnya penuh kasih sayang. Selama seminggu ia merawat luka suaminya yang sesungguhnya selama ini banyak menyakitinya itu. Ia memang tahu meski suaminya itu banyak menyakitinya namun suaminya tersebut sangat mencintai dirinya. “Selama hidup bersamanya, dia (Randi) lebih banyak menyakiti saya, tapi saya tahu dia sangat mencintai saya,” ungkap Fitri. Fitri jatuh hati pada Randi karena ketampanannya yang berada di atas rata-rata pemuda di kampungnya, di Bima. Puluhan tahun hidup berumah tangga dengan Randi yang selalu berpenampilan parlente itu, sudah cukup membuat Fitri memahami karakter dan sifat suaminya itu. “Dia sangat keras bahkan kerapkali memukul kalau sedang marah,” katanya. Tapi biasanya itu hanya sebentar, beberapa waktu kemudian ia bisa memperlihatkan kasih sayang yang sesungguhnya pada keluarganya. Kehidupan mereka pernah berjaya di kampungnya, ketika

tkh/net

Gebug Ende

Foto by Dian Surya

Asap mengepul dari dapur sederhana milik Fitri. Ia tengah memasak untuk persediaan makanan matang yang biasa dijualnya di pasar. Sambil meracik bumbu dan membolakbalikkan bara dari tungku yang mengirim aroma sedap masakan, Fitri bercerita dengan lugas tentang kisah satir yang dialaminya lima tahun lalu. Kisah ini ia ungkapkan setelah ia gagal menceraikan suaminya karena memikirkan pera­ saan empat anaknya.

‘usaha’ Randi naik daun. Meski tidak memiliki pekerjaan tetap dan usaha yang baik, Randi bisa mencari penghidupan dengan menjadi broker kampung untuk urusan apa saja. Tampangnya bergaya bos. Ia terjun juga pada dunia perjudian dan minuman keras. Karena itulah ia kerap temperamen. “Kalau soal judi dan minum minuman keras, saya masih bisa bertahan, tapi yang menyakitkan itu soal perempuan,” kata Fitri. Randi penah ketahuan menikah lagi diam-diam dan membawa pulang seorang anak ke rumah mereka. “Dia kawin, lalu perempuannya lari, dia bawa pulang lagi anaknya untuk saya urus,” ungkap Fitri menggeleng. Anak tersebut sempat tinggal bersamanya dan diurus dengan baik oleh Fitri, meski ia mengaku kerap keras pada anak itu akibat sakit hati pada ibu dari anak tersebut. Karena itu ia kembalikan anak suaminya tersebut pada keluarga ibu si anak. Sejauh itu Fitri masih bisa melalui cobaan hidupnya tersebut dengan tetap bisa menerima suaminya. Namun, suaminya tidak juga sadar. Ia masih keras dan masih dengan kebiasaankebiasaannya. Sampai di hari yang satir itu. Setelah beberapa hari merawat luka suaminya, salah se-

orang anak laki-lakinya, rupanya curiga pada sang ayah. “Kalau dilihat dari lukanya, Bapak bukan mengalami kecelakaan,” kata anak laki-lakinya itu. Fitri tersadar namun sedikit tak percaya dengan dugaan anaknya itu. Fitri terdiam mengulang kembali rekaman dalam kepalanya saat ia mengobati luka-luka suaminya. “Semua luka ada di wajah dan kepala, sementara tubuhnya lebam,” kata hati Fitri seraya bertanya-tanya. Anak laki-lakinya itu mempertajam kembali. “Kalau tabrakan, kenapa hanya kepala sepeda motor yang ringsek, tidak ada tanda-tanda kerusakan di bagian samping sepeda motor. Beitu juga dengan bentuk luka dan lebam ayah, seperti tidak menyambung antara peristiwa dan kerusakan yang terjadi pada sepeda motor,” kata anak laki-lakinya. Fitri diam waktu itu, sambil pelan-pelan bertanya pada suaminya kejadian yang sebenarnya. “Ya namanya pencuri mana ada yang mau ngaku,” katanya. Ia tetap mengaku karena kecelakaan. Sampai seminggu kemudian, saat ia curhat pada tetangganya yang dekat dengan dirinya, barulah ia tahu apa yang sesungguhnya terjadi. “Saya minta maaf kalau baru mengatakan hal ini, suaminya sudah menikah lagi dan sebelumnya ia sempat dipukuli oleh keluarga istrinya itu karena ia menolak menikahi-

nya,” kata tetangganya itu pada Fitri. Menurut tetangganya itu, beruntunglah ia mau menikahi perempuan itu meski terpaksa, karena jika tidak maka bisa berakibat fatal pada nyawa Randi. Itu terbukti, Randi babak belur dibuat akibat menolak menikahi kekasih gelapnya itu. Di sanalah tempatnya Fitri tidak bisa berkata-kata ketika sadar bahwa betapa satir hidupnya waktu mengobati luka suaminya dengan penuh kasihsayang yang ternyata luka itu akibat pengkhianatan suaminya pada dirinya, namun ia sama sekali tidak tahu. Tidak menunggu lama, emosi Fitri memuncak. Ia pulang ke rumah dan menemukan suaminya sedang santai menonton televisi. Tanpa bicara apa-apa apalagi bertanya, ia jambak rambut suaminya, ia pukuli habishabisan untuk menumpahkan semua emosi dan rasa sakit akibat dibohongi suaminya itu. “Saya heran, suami saya kok diam saja, tidak melawan sedikit pun, padahal saya memukulinya dengan segala apa yang ada di dekat saya, hanya pisau saja yang tidak saya pakai untuk memukulinya. Saya tumpahkan semua sakit hati

saya padanya,” ujarnya. Rupanya, peristiwa dan reaksi Fitri ini sepertinya sudah ditunggu-tunggu oleh Randi. Karena itulah ia tidak melawan sama sekali, malah cenderung pasrah, mengalah dan membiarkan istrinya itu menumpahkan emosi jiwa pada tubuhnya. Ia sepertinya tahu situasi ini pasti datang, hanya tinggal tunggu waktu saja. Akhirnya Randi mengakui semuanya. Sejak itulah, Fitri dan anakanaknya tidak terlalu menggubris Randi. “Kalau dia mau pergi, pergi saja, mau pulang, pulang saja, terserah dia,” ungkap Fitri. Namun secara jujur Fitri mengaku ia lebih suka kalau Randi pergi ke rumah istri mudanya. “Kalau dua minggu dia tidak ke rumah istrinya, saya yang malah menyuruhnya bahkan mengusirnya agar ia pergi,” ujar Fitri. Rupanya, itu dilakukan Fitri karena takut istri mudanya melarikan diri lalu datang mengantar anaknya pada Fitri. “Saya sungguh tidak sanggup menerimanya,” ungkapnya. Peristiwa itu sempat membuatnya hampir bercerai namun karena memikirkan anak-anaknya, Fitri mengurungkan niat itu dengan harapan suaminya bisa berubah. (Naniek I.Taufan)

MoU BRI dan REI

Senior Executive Vice President Bank BRI Supari (pa­ ling kiri) menyerahkan CSR BRI Peduli Bantuan Bedah Rumah sebanyak 8 unit rumah senilai 240 juta kepada Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta (kedua kanan) disaksikan Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata (paling kanan) dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun REI ke -45 yang diselenggarakan di Garuda Wisnu Kencana, Bali, Sabtu (1/4). Dalam acara tersebut, Bank BRI juga melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) bersama REI dengan menggandeng seluruh developer anggota REI dalam pemanfaatan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). –Ngurah Budi


8

Bunda & Ananda

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Griya

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

17

Kesadaran Masyarakat Masih Rendah Harmonikan Ruang Lakukan Medical Check Up sejak Bayi Baru Lahir dengan Bentuk dan Warna

Kesehatan adalah harta yang paling berharga. General check up sangat penting dilakukan, sesuai dengan slogan “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Jika dari awal sudah mengetahui status kesehatan kita, kita akan lebih mudah menjaga kesehatan, di samping memang pola hidup sehat itu sangat perlu. “Misalkan kita dari keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, kita konsultasi dengan dokter, pengecekan apa saja yang perlu kita lakukan, selain hipertensi. Secara umum, general check up biasanya pengecekan dari amnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,” ujar dr. Ni Kadek Martini, dokter umum di RSU Surya Husada Denpasar.

P

emeriksaan penunjang ini banyak macamnya seperti pemeriksaan laboratorium (cek darah, kencing, dahak, dll), pemeriksaan radiologi (rontgen, USG, bisa juga ditambahkan CT Scan jika ada penyakit tertentu). Namun yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan darah dan rontgen, biasanya ini tergantung usia. Semakin bertambah usia semakin banyak yang harus dicek. Dari pengamatannya selama ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan medical check up secara pribadi, masih rendah. Yang banyak melakukan medical check up biasanya dari usia kerja (sekitar 20 tahunan), biasanya karena kebutuhan perusahaan. Mereka yang baru masuk kerja ada pemeriksaan rutinnya. Tapi jika melakukan general chek up secara pribadi dan sedini mungkin, itu sangat bagus dan penting bahkan seyogianya dilakukan dari bayi baru lahir. “Sehingga kelainan-kelainan

genetik dan kelainan hormonal bisa sedini mungkin diketahui. Seperti yang kami jalankan di Surya Husada, setiap bayi yang lahir dicek fungsi tiroidnya untuk mengetahui tumbuh kembang ke depannya nanti, sehingga bisa secepatnya melakukan penanggulangan. Jika ada gangguan hormon tiroid (rendah) bisa mengakibatkan penurunan kecerdasan intelektual dan gangguan tumbuh kembang,” jelas Ketua VCT RSU Surya Husada ini. Persyaratan untuk melakukan pengecekan laboratorium, ada yang tanpa puasa, ada yang dengan puasa. Ia mengatakan, jika pengecekan darah, widal, fungsi hati, fungsi ginjal, cek kencing, tidak perlu puasa. Yang perlu puasa, pengecekan gula darah, kolesterol (lemak darah), asam urat. “Pengecekan gula darah ini ada tiga macam, ada pengecekan gula darah tanpa puasa, dengan puasa, dan 2 jam setelah makan. Ini ada nilainya. Gula darah dengan puasa normalnya tidak lebih dari 100 mg dan kolesterol total

tidak lebih dari 200mg/dL,” jelas dokter Kadek yang juga dokter keluarga ini. Sebagai dokter keluarga, ia memiliki area kerja tertentu. Jadi, dokter keluarga mengetahui persis riwayat kesehatan dan perkembangan pasiennya. Sama halnya dengan BPJS, tujuan fasker primer (pertama) itu dikatakan dokter Kadek dasarnya sebenarnya dokter keluarga. Dengan adanya dokter keluarga, dokter benar-benar mengetahui riwayat pasien satu keluarga itu. Karena untuk mengetahui penyakit seseorang, penting sekali mengetahui riwayat penyakit yang ada di keluarga tersebut. Misalnya di satu keluarga hampir rata-rata semua meninggal karena stroke. Jadi perlu diperhatikan apa faktor pemicu stroke, tensinya kita evaluasi, cek kolesterolnya rutin, olahraga teratur. Misalnya dalam suatu keluarga itu alergi, bagaimana dokter keluarga itu memantau kesehatannya. “Coba bayangkan jika tidak punya dokter keluarga, sekarang berobat kesini, besok kesana, semua selalu dimulai dari awal. Dokter keluarga pasti sudah memiliki catatan riwayat kesehatan keluarga tersebut,” ucapnya. (Inten Indrawati)

Sebuah perancangan arsitektur maupun ruang dalam (interior), tentunya disesuaikan dengan keinginan atau selera si empunya rumah. Secara tidak langsung, rumah (hunian) keluarga mencerminkan karakter ­penghuninya. “Meski demikian, dalam perancangannya, tetap ­mempertimbangkan beberapa prinsip, di antaranya unity ­(kesatuan), harmoni, dan balance (keseimbangan),” ujar desainer interior Arko Wiyono, S.Sn.

U

nity dan harmoni ini dikatakannya dapat diwujudkan dengan menyatukan unsur-unsur desain seperti bentuk, tekstur, warna, dll. Semua elemen yang ada saling melengkapi satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang yang membentuk suatu ruang yang harmonis dan mampu mewadahi aktivitas penghuninya. Dalam rancangan ruang tidur, ruang keluarga dan ruang dapur yang baru saja dirampungkannya, prinsip-prinsip tersebut paling terlihat pada

dr. Ni Kadek Martini

Mendongeng Lima Menit

Ekor tikus hilang

Made Taro

Ketika bangun tidur, Tikus terkejut. Ekornya hilang. Ia mencurigai Kucing, lalu mendatanginya. “Kucing, tolong kembalikan ekorku!” “Aku mau mengembalikan ekormu, asalkan kamu memberiku susu

milik Sapi,” jawab Kucing. “Sapi, tolong beri aku susu! Susu itu akan kuberikan Kucing, sehingga ia mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu susu, asalkan kamu memberiku rumput milik Pak Tani.” “Pak Tani, tolong beri aku rumput! Rumput itu akan kuberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga Kucing mau mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu rumput, asalkan kamu memberiku daging milik Tukang Potong Hewan.” “Tukang Potong Hewan, tolong beri aku daging! Daging itu akan kuberikan Pak Tani, sehingga Pak Tani memberiku rumput. Rumput itu akan keberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga ia mau mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu daging, asalkan kamu memberiku sebungkus nasi campur milik Pedagang tkh/net

Nasi.” “Pedagang Nasi, tolong beri aku sebungkus nasi campur! Nasi itu akan keberikan Tukang Potong Hewan, sehingga Tukang Potong Hewan memberiku daging. Daging itu akan keberikan Pak Tani, sehingga Pak Tani memberiku rumput. Rumput itu akan keberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga Kucing mengembalikan ekorku.” “Baiklah! Aku mau memberimu sebungkus nasi campur, tetapi kamu harus menaati perintahku!” “Perintah apa itu?” tanya Tikus. “Kamu tidak boleh rusuh di rumahku! Kalau kamu rusuh, maka kubiarkan Kucing memotong ekormu dan aku akan memotong kepalamu.” Tikus berjanji mengikuti perintah Pedagang Nasi. Ia lalu mendapatkan sebungkus nasi campur. Nasi campur itu ia serahkan kepada Tukang Potong Hewan, dan Tukang Potong Hewan itu memberinya sekerat daging. Daging itu ia serahkan kepada Pak Tani, lalu ia mendapatkan seikat rumput. Rumput itu ia serahkan kepada Sapi, sehingga ia mendapatkan semangkuk susu. Susu itu ia serahkan kepada Kucing, sehingga Kucing menyerahkan kembali ekornya. Tikus itu amat senang, sebab kepala dan ekornya utuh. Namun semenjak peristiwa itu, ia tidak lagi dekat dengan Kucing dan Pedagang Nasi. (Skotlandia)

Arko Wiyono, S.Sn.

warna dan bentuk, yang tentu saja hal ini juga sebagai penerapan konsep modern minimalis. Pada ruangan-ruangan ini banyak diterapkan warna putih (pada dinding) untuk menegaskan karakter sebagai rumah minimalis. Konsep modern minimalis juga tercermin lewat bentuk-bentuk kotak (yang simpel) yang dipilih. “Warna putih juga dipilih agar terkesan clean seperti permintaan pemilik, selain juga untuk menonjolkan warna elemen pengisi ruang yang didominasi warna cokelat dan abu,” ujar Arko.


Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Seminar Internasional UNR

Edukasi

Budaya Popular dalam Perspektif Kebijakan Publik Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, budaya popular pun berkembang pesat, menumbuhkembangkan dan terjadi determinasi di masyarakat yang sulit dikontrol. Kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, juga mendorong munculnya produkproduk kebudayaan baru dalam masyarakat.

S

alah satu wujud kebudayaan yang dihasilkan dengan adanya keterlibatan media massa adalah kebudayaan popular atau pop culture. Berbagai wujud budaya popular ini ada di sekitar kita seperti gaya busana, makanan, musik, alat transportasi publik, bentuk bangunan, dll. Tak bisa dimungkiri keberadaan budaya popular ini mewarnai kehidupan sosial manusia. Dengan latar belakang ini, Univeristas Ngurah Rai (UNR) beker­ja sama dengan STIE BIITM Sahid Bali menggelar seminar internasional yang bertema, “Popular Culture and Culture Values From The Perspective of Public Policy”, Sabtu (8/4) di Ruang Serba Guna, Universitas Ngurah Rai. Ketua Panitia Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, mengatakan, tujuan pelaksanaan seminar, untuk mengindentifikasi persoalan-persoalan budaya popular dalam perspektif kebijakan publik, memetakan potensi-potensi yang ada untuk dipakai sebagai bahan diskusi, bahan riset, dan pengembangan dalam kerangka pengambilan publik. Selain itu juga, untuk mensinergikan kekuatankekuatan seluruh stakeholder dalam kebijakan publik dan membangun kerja sama antara perguruan tinggi, instansi terkait, masyarakat, arena publik, ruang publik, serta masyarakat. Kegiat­ an semi­nar internasional ini dihadiri akademisi, peneliti, pemerintah daerah,

mahasiswa, yang berjumlah 440 orang. Adapun pembicara utama dalam seminar ini, Prof. David Reeve (UNSW/ The University of New South Wales, Sydney Australia dan Dr. Diane Butler, Ph.D (University of Colorado USA) serta dua presenter pendamping Dr. Gede Wirata, S.Sos., M.Si. (Fisip Universitas Ngurai Rai) dan Dr. I Ngurah Suryawan S.Sos., M.Si (Universitas Negeri Papua Manokwari). Sidang paralel diikuti 52 peserta yang telah melalui tahapan seleksi reviewer dan editor. Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai, Dr. Gede Wirata dalam sambutannya mengatakan, lahirnya modernisasi kehidupan telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat konsumtif dan hedonis dalam lingkungan masyarakat kapitalis. Menurutnya, fenomena ini tidaklah dianggap terlalu aneh, bahkan, sudah menjadi bagian dari budaya baru hasil dari para importir yaitu para penguasa industri budaya yang sengaja memporakporandakan tatanan budaya yang sudah mapan selama bertahun-tahun menjadi bagian jati diri bangsa Indonesia. “Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan kemunculannya sebuah budaya baru yang konon “katanya” lebih atraktif, fleksibel, dan mudah dipahami sebagian masyarakat,”

Dari kiri: Moderator Dr. Suroyo, Prof. David Reeve, Dr. Diane Butler, Ph.D, Dr. I Ngurah Suryawan S.Sos., M.Si, dan Dr. Gede Wirata, S.Sos., M.Si.

ujarnya dengan nada miris. Gede Wirata juga menilai, kuatnya serangan media khususnya televisi dengan segala macam bentuk keragaman tayangan, berdampak pada sikap gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumeristik dan berjiwa hedonis serta menonjolkan berpenampilan ke arah keglamouran hidup. “Perilaku sopan dan norma-norma kehidupan yang terlahir dari warisan para leluhur bangsa ini, telah terkoyakkan hadirnya budaya popular yang serba instan dan cen­derung materialistik, bahkan telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,” ujar Wirata. Gede Wirata berharap, dengan

seminar ini, pemerintah baik itu pusat dan daerah mempunyai kebijakan bagaimana membangkitkan budaya lokal yang sudah sirna. Dari peserta seminar, ia berharap timbul rasa jengah untuk mempertahankan budaya lokal. “Budaya asing itu tidak jelek, tapi mari kita saring, mana yang cocok untuk kita sebagai orang Bali dan mana yang tidak. Tidak ditelan mentah-mentah,” ujar Wirata. Ia mengatakan, Prof. David Reeve dan Dr. Diane Butler, Ph.D sengaja didatangkan, karena mereka merupakan pemerhati kebijakan, sehingga diharapkan dapat memberi masukan dan pemahaman bahwa budaya lokal sangat penting dipertahankan.

Rektor UNR Dr. Drs. Nyoman Sura Adi Tanaya, M.Si menambahkan, kebijakan yang tidak didasari pada nilai budaya lokal sangat berbahaya dalam perkembangan pembangunan. Apabila kita tidak bisa mengendalikan budaya popular maka budaya negatif akan bermunculan. Ia berharap, dari hasil diskusi dan makalah, akan mendapatkan rumusan budaya popular yang bisa beradaptasi dengan budaya lokal Bali dan bisa memperkuat karakter nilai budaya lokal Bali. Seminar internasional ini dibuka Drs. I Wayan Suarjaya, MAP, Kabag Umum Kopertis Wilayah VIII mewakili Koordinator Kopertis VIII yang berhalangan hadir. –ast

Dara Nama Andre Bali belaka­ ngan mulai dikenal dikalangan penggemar musik pop Bali. Pria yang sempat beker­ja di luar negeri ini, kini pulang kampung dan merilis single “Ada Rasa Cemburu” dibawah nau­ ngan Demores Rumah Musik milik musisi Gde Kurniawan. Bagi Andre bermusik bukanlah baru baru ini ditekuninya, namun sudah sejak duduk dibangku sekolah dengan menjadi vokalis band dan pernah meraih beberapa kali penghargaan dalam sebuah kompetisi menyanyi baik itu di Bali maupun ditingkat Nasional.

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

9

Rilis Single setelah Pulang Kampung

B

agi Andre Bali, sepulangnya dari luar negeri kembali membangkitkan semangatnya bermusik. Bergabung bersama Demores Rumah Musik, ia mencoba untuk menggarap sebuah single yang berjudul “Ada Rasa Cemburu” yang dicomposser langsung oleh Gde Kurniawan. “Bermusik memang sudah menjadi hobbi saya sejak duduk dibangku sekolah. Dulu saya seorang vokalis band sekolah. Kala itu beberapa penghargaan pernah saya raih dalam kompetisi bernyanyi baik ditingkat Bali maupun Nasional. Hal itulah yang membuat saya sepulang dari luar negeri mencoba untuk merilis single Ada Rasa Cemburu ini. Iya hitung-hitung mengisi waktu luang di kampung halaman,” ujar Andre Bali saat

dihubungi belum lama ini. Pria kelahiran Singaraja, 11 Juli 1987 ini berharap, singlenya yang baru saja dirilis ke radio - radio belum lama ini mampu menghadirkan warna baru di belantika musik pop Bali dan memperkenalkan potensi musisi di Buleleng sehingga tidak mesti harus hijrah ke Denpasar. “Kalo sebagian musisi Buleleng mencari peruntungan ke luar, saya mau

coba berkarya di daerah sendiri. Iya hitung-hitung memperkenalkan bahwa di Buleleng juga bisa menghadirkan karya yang mampu bersaing,” imbuh pria asal Desa Lokapaksa ini. Sementara itu, Gde Kurniawan Produser Demores Rumah Musik, mengaku jika kualitas vokal Andre Bali mempunyai ciri khas tersendiri. Bagi Gde Kurniawan, itu menandakan jika Buleleng memiliki potensi besar dalam

bidang industri musik. Ke depan Gde Kurniawan selaku pemilik Demores Rumah Musik ingin mewadahi para musisi yang ingin berkarya dan meramaikan belantika musik Bali. “Saya inginnya musik di Buleleng ini maju dan kita dari Demores Rumah Musik siap untuk mewadahi para musisi dan penyanyi solo yang ingin

berkarya. Seperti Andre Bali ini contohnya, kualitas vokalnya sangat bagus dan dia berani mencoba untuk berkarya di Buleleng. Mari kita sama-sama majukan dan angkat potensi para musisi dan penyanyi yang ada di bumi Denbukit ini,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Sudut Pandang

Lebih Cepat Tahu lebih Baik Kadang terlalu sibuk bekerja membuat orang mengabaikan tanda-tanda ketidakberesan dalam tubuhnya. Menyesalnya ketika memeriksakan diri ke dokter, ternyata sinyal ketidakberesan itu adalah penyakit serius yang telah menyebar karena terlambat diobati. Itulah yang dialami oleh sejumlah artis yang terkena kanker. Salah satunya adalah Yana Zein, pemeran sinetron ‘Cinta di Langit Taj Mahal’ yang terkena kanker payudara. Dia baru ke dokter setelah kanker masuk stadium tiga. Padahal tanda-tanda ada masalah pada payudaranya sudah ia rasakan sejak lama. Namun karena sibuk bekerja, ia mengaku mengabaikan, dan melakukan pengobatan alternatif untuk benjolan di payudaranya. “Dulu saya kira benjolan itu masuk angin biasa,” kata Yana. “Pengobatan medis saya terlambat, awal saya ke dokter pas sudah kena stadium 3,” kata Yana. Hal yang sama juga terjadi pada Julia Perez, yang ketika ke dokter divonis menderita kanker serviks stadium 1B dan telah menjelar ke mulut rahim. Adanya sejumlah artis yang terlambat mengetahui dirinya menderita penyakit serius membuat Iis Dahlia, pedangdut senior mengingatkan agar melakukan medical check up secara rutin. Jangan takut dan jangan abai tentang hal penting ini. Karena, katanya, ketakutan dan abai terhadap hal tersebut justru bisa berakibat fatal. “Jangan takut melakukan medical check up. Lebih cepat kita tahu masalah kesehatan kita akan lebih baik. Karena lebih dini penyakit ditangani dokter, akan menjadi semakin baik dalam mencegah keadaan semakin buruk,” ungkap Iis yang mengaku rutin melakukan medical check up. “Aku ke dokter bukan karena sakit saja, tapi meski tidak sakit namun kalau sudah jadwalnya memeriksakan diri ke dokter atau melakukan medical check up, pasti aku lakukan. Jadi aku tahu kondisi kesehatan aku sedang bagaimana. Misalnya cek darah, kolesterol, itu

rutin dilakukan. Sedang general check up setidaknya setahun sekali,” tambah pelantun tembang ‘Tamu tak Diundang’, ini. Untuk urusan cek kesehatan, lanjut wanita kelahiran Indramayu 1972 ini, bukan hanya dirinya saja tapi dia juga ‘cerewet’ pada suami juga anak-anaknya. Mereka semua juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi, tambah juri D’Academy –ajang pencarian bakat penyanyi dangdut--- ini, selain menjaga pola hidup sehat dalam keluarganya, dia juga menjaga agar medical check up rutin dilakukan oleh semua anggota keluarga. Ia mengaku tidak mau mengambil risiko karena abai melakukan medical check up. Dari rutin pemeriksaan itu juga dia juga jadi tahu bahwa suatu ketika kolesterolnya naik. Dengan begitu penanganan dini pun segera dilakukan. “Dulu aku pernah medical check up, kalau biasanya semua hasil bagus, ternyata ada yang bermasalah yaitu kolesterol naik. Dokter meminta aku untuk menjaga makanan, supaya kolesterol aku cepat turun. Jadi dari rutin medical check itu, sejak dini kita tahu kalau ada masalah pada tubuh dan kesehatan kita,” papar Salsabila Juwita dan Devano Danendra ini. (Diana Runtu)

Iis Dahlia

16


10

Kreasi

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Style

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

15

Kemas Permainan Tradisional Eksplor Kebaya Modern dalam Parade Budaya K Permainan tradisional di Bali khususnya di ­Buleleng ­semakin hari semakin ditinggalkan. Ini disebabkan ­­karena pengaruh zaman modern yang semakin ­berkembang sangat pesat. Hal ini tentunya menjadi perhartian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng.

P

emkab Buleleng berusaha untuk mengembalikan permainan tradisional yang saat ini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat di Buleleng. Untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional, Pemkab Buleleng mengemasnya dalam parade Budaya yang diselenggarakan

untuk memeriahkan HUT Kota Singaraja yang ke-413. Parade budaya tahun ini mengambil tema “Nora Alpaka” yang artinya “jangan melupakan warisan nenek moyang”. Parade Budaya yang diselenggarakan, Jumat (31/3) ini, diikuti oleh 9 Kecamatan yang ada di Buleleng. Masing-masing Kecamatan menampilkan per-

untuk menyemangati peserta yang mengikuti parade budaya ini. Parade Budaya tahun ini mengambil rute mulai dari Tugu Singa Ambara Raja lalu menuju jalan Veteran, jalan Gajah Mada, Jalan Dr. Sutomo, jalan Ayani lalu finish di jalan Dewi Sartika. Untuk pemenang lomba parade budaya ini, Panitia menyediakan hadiah berupa piagam dan uang pembinaan. Usai membuka acara, Wabup Sutjidra mengatakan, Pemkab Buleleng akan terus melakukan pelestarian kebudayaan

yang ada di Buleleng termasuk permainan tradisional. Wabup Sutjidra menambahkan, parade budaya ini sengaja dikemas untuk melestarikan permainan tradisional agar para generasi muda bisa mengenal permainan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang. “Kita sudah diwariskan kebudayaan oleh leluhur kita dan tugas kita adalah untuk melestarikannya. Kita akan kembangkan agar permainan tradisional ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat wisatawan untuk hadir ke Buleleng,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Panitia Putu Tastra Wijaya yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng mengatakan, parade budaya ini merupakan sajian kesenian yang dikemas dalam bentuk pawai atau karnaval. Tastra Wijaya menambahkan, parade budaya ini diselenggarakan untuk memeriahkan HUT Kota Singaraja ke-413. “Selain memberikan hiburan untuk masyarakat, parade Budaya ini juga memberikan wadah bagi para seniman untuk tetap bisa eksis berkarya,” jelasnya. (Wiwin Meliana)

dimainkan oleh dua figur yang abstraktif tersebut. Dalam karya yang berjudul “Menjaga Keseimbangan” dan “Tak Ada Tempat Berteduh”, Oka ingin bertutur pentingnya aktivitas penghijauan demi menjaga kelestarian alam. Dalam “Menjaga Keseimbangan” Oka merepresentasikan bagaimana pentingnya penghijauan di tengah kondisi alam yang semakin mengkawatirkan. Aktivitas penghijauan bagi Oka adalah salah satu cara yang dapat dilakukan semua orang, sebagai sebuah kesadaran untuk menjaga keseimbangan kondisi ekologis. Sedangkan dalam karya yang berjudul “Tak Ada Tempat Berteduh” adalah gambaran

imajinasi Oka yang membayangkan betapa gerah, kering, dan tandusnya bumi ini kelak jika semua pohon sudah habis ditebang dan tak ada usaha untuk melakukan penghijauan sejak dini. Kemarahan dan kekecewaan Oka melihat tingkah polah pihakpihak yang semena mena mengeksploitasi alam secara berlebih untuk kepentingan pribadinya terepresentasikan pula dalam karya lukisannya. Dalam karya yang berjudul “Kepala Panas” memperlihatkan figur yang sedang memegangi kepalanya. Karya yang berjudul “ Derita dan Amarah” yang menampilkan gestur figur yang berjongkok namun tidak menunjukkan keterpurukan yang pasrah tapi sebuah semangat, sebuah luapan kemarahan yang meletup, yang dipresentasikan dengan simbol kobaran api di tangan. (Ngurah Budi)

Salah satu permainan tradisonal yang dimiliki masing-masing kecamatan

mainan tradisional yang khas dari Kecamatan tersebut. Parade Budaya yang dipusatkan di Tugu Singa Ambara Raja ini, dibuka langsung Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG. Penampilan dari masing-masing kecamatan ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat Buleleng yang hadir memadati area Tugu Singa Ambara Raja meskipun hujan sempat mengguyur kala itu. Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini Pemkab Buleleng melombakan parade budaya

“Palemahan”

Isu Ekologis dalam Seni Lukis Setelah direnovasi, Griya Art Gallery mengadakan pameran perdana pada 17 Maret-12 Mei 2017. Pameran tunggal ini menghadirkan karya-karya I Gede Oka Astawa dengan tema “Palemahan”. Oka tertarik untuk menjadikan Palemahan, sebagai sebuah frame yang membingkai peristiwa pamerannya kali ini. Pameran dengan kurator I Made Susanta Dwitanaya ini juga dirangkaikan dengan peluncuran buku “Narasi Oka Art Project #1”. Frame kuratorial ini mencoba merepresentasikan bagaimana Oka membaca tema seputar alam dan isu isu ekologis dalam karyanya dari perspektif dirinya sebagai orang Bali. Dalam karya-karyanya tentu saja nilainilai lokal tersebut tidak ditampilkan secara banal dalam bentuk visual. Menilik karya–karya lukisannya terbaca bagaimana Oka melakukan artikulasi terhadap tema yang terkait dengan persoalan alam dan isu ekologi kini. Persoalan alih fungsi lahan dari agraris ke industri misalnya coba ia representasikan dalam karya

yang berjudul “Petani”. Dalam karya terlihat abstraksi figur dalam gestur berdiri termangu sembari memegang cangkul, adanya abstraksi objek cangkul pada karya tersebut memperlihatkan bahwa sosok tersebut adalah seorang petani. Sosoknya kini tersendiri, menyepi di riuhnya industri, mencoba bertahan di tengah himpitan keadaan yang tak menguntungkan. “Berbagai perubahan sosial dan tatanan ekologis di Bali adalah dampak dari berbagai kepentingan dari berbagai pihak terhadap Bali. Pariwisata yang sudah telanjur menjadi branding Bali, secara ekonomi tentu saja sangat potensial untuk dikembangkan. Namun tak jarang niat untuk mengembangkan tersebut terpeleset menjadi niat untuk menguasai dan mengeksploitasi alam dan budayanya secara berlebih,” ujar Oka.

Tak ayal Bali kemudian jadi ajang perebutan kepentingan para pemodal besar misalnya yang ingin “menguasai” dan mengeksploitasi alam dan budaya Bali secara berlebih hanya untuk kepentingan pribadinya. Narasi inilah yang Oka hadirkan pada karya yang berjudul “Tarik Ulur”, berupa penggambaran dua figur yang sedang bermain tarik tambang dimana Bali yang secara banal digambarkan oleh Oka sebagai gambar pulau Bali ada diantara jeratan tali yang sedang

Tampil cantik dan elegan dengan kebaya, saat ini menjadi salah satu pilihan favorit perempuan pada ummnya. Untuk itu, pekan ini Tokoh kembali menampilkan busana nasional dalam bingkai kebaya modern.

ebaya –kebaya karya Dewi Calista ini berbalut kelembutan warna pastel, sunset peachnya sinar matahari yang tenggelam, menjadikannya begitu indah dipandang. Koleksi ini memilih warna pastel, selain unik warna ini juga tergolong disukai banyak orang. Terlebih dengan keselarasan perpaduan aplikasi warna abu-abu, mampu menjadikan potongan kebaya tersebut lebih menarik. Warna pastel lanjut Dewi Calista, aman dikenakan diberbagai

kalangan usia karena tidak terlalu mencolok dan kalem. Seperti model kebaya modern warna pastel kali ini, hampir semuanya berkesan simpel

namun tetap modis. Kebaya –kebaya ini juga dapat dikenakan diberbagai kesempatan, mulai acara wisuda, hingga menghadiri undangan

pesta. Sementara untuk model busana laki-lakinya dipilih warna hitam dan abu dengan menyertakan aksen warna kebaya di depannya. (Sri Ardhini)


14

Jelita

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Kiat Hilangkan Rasa Sakit Hati yang Mendalam Sekali waktu dalam hidup, kita pasti pernah mengalami sakit hati akibat perbuatan orang lain yang kita anggap menyakiti perasaan. Entah itu dalam pertemanan, peker­ jaan, atau percintaan. Kadang ter­ jadi yang namanya pengkhianatan yang meninggal­kan rasa sakit hati, kecewa, dendam yang membekas bagai luka yang sulit mengering. Paling umum kasus sakit hati ini ter­ jadi dalam dunia percintaan. Sakit hati karena cinta bertepuk sebelah ­tangan, sakit hati, dan kecewa kare­ na ­ditinggal pacar, atau sakit hati karena diselingkuhi.

M

enurut Ketua Komunitas Hypnosis Indonesia Bali, Putu Suprapti Santy Sastra S.H., Cht.,CI ada orang yang dengan mudahnya bisa move on dari kejadian tersebut. Namun. ada juga orangorang yang merasa sulit melupakan peristiwa yang menyakitkan tersebut. “Sebenarnya bukan sulit untuk move on tetapi secara bawah sadar mereka memutuskan untuk tidak mau move on,” ujar mindset motivator, public speaker, praktisi hypnosis ini. Ia mengatakan, orang yang sakit hati, ada rasa tidak terima, rasa tidak puas jika tidak bisa membalas, ingin sang penghianat merasakan hal yang sama atau bahkan lebih sakit lagi. Namun, bisa juga karena sebenarnya tidak mau melepas pergi orang yang telah menghianati itu, karena masih tersisa rasa cinta di dasar hatinya dan berharap si penghianat sadar kemudian kembali ke pelukannya. Menurutnya, kerugian sakit hati ini jauh lebih banyak, kare­ na selain tidak bisa membuka diri untuk hubungan yang baru, rasa sakit hati yang dipendam pun dapat menggerogoti tubuh kita perlahan-lahan. “Bukan hal yang aneh jika ada orang yang memendam rasa sakit hati dan kecewanya selama bertahuntahun hingga akhirnya tubuhnya digerogoti kanker,” katanya. Ia mengatakan, hal itu sangat mungkin terjadi karena 90% penyakit fisik berasal dari faktor psikis. Bahkan pola makan atau pola hidup yang seringkali dijadikan kambing hitam dari munculnya sebuah penyakit kronis bisa berawal dari pengalihan stres.

“Anda harus sadari bahwa Anda memegang kendali atas diri Anda, atas hidup Anda. Bukan orang lain yang mengendalikan hidup Anda, bukan perbuatan mereka yang membuat Anda kecewa, karena tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti perasaan Anda kecuali Anda sendiri yang memutuskan untuk menjadi pihak korban yang tersakiti,” tegasnya. Ia mengakui, wajar sebagai manusia kita memiliki emosi marah atau sedih, tetapi kita harus kendalikan jangan berlarut-larut dan jangan dilampiaskan dengan cara yang tidak aman. Ada saatnya kita harus lepaskan emosiemosi yang terpendam tersebut melalui cara yang aman, misal­nya dengan bicara kepada orang yang bisa Anda percaya dan yang mau mendengarkan Anda. “Mengungkapkan perasaan akan jauh lebih melegakan dibandingkan jika dipendam sendiri. Atau, jika ragu untuk membicarakannya pada teman, Anda bisa tulis dan ungkapkan perasaan Anda melalui buku diary. Tuliskan semua kesedihan dan kemarahan Anda sampai puas, dan setelah itu Anda bisa robek atau bakar kertasnya,” sarannya. Dibutuhkan waktu untuk bisa menerima

kenyataan, tetapi meskipun begitu, tetaplah niatkan membuka diri untuk hal-hal baru dan orangorang baru yang lebih baik yang akan hadir dalam hidup Anda. “Jika Anda pernah mengalami trauma akibat pengkhianatan mungkin tidak akan mudah untuk langsung membuka diri, karena prasangka buruk cenderung menyertai, takut dihianati lagi,” kata Santi Sastra. Namun, kata dia, kita harus paham juga, prasangka pun adalah doa, sehingga jangan sampai kita menarik kejadian yang sama terus menerus, yakinkan bahwa Anda layak mendapatkan orang yang lebih baik, karena Anda pantas untuk itu. Dalam kasus yang sudah kronis dimana seseorang merasa trauma dan tidak mampu melepaskan kejadian yang membuatnya merasa disakiti dan dikecewakan, ingin melupakan mantan tapi merasa kesulitan, terkadang butuh pihak lain untuk membantunya dalam hal ini seorang terapis yang andal dan profesional. Ia menyebutkan, ada banyak metode yang bisa digunakan

agar bisa move on dari rasa sakit hati. Selain dengan curhat pada orang yang tepat, hipnoterapi adalah salah satu solusinya, dan sudah sering digunakan sebagai cara cepat move on, khususnya bagi mereka yang mengalami kesulitan untuk lepas dari trauma masa lalu dan perasaan yang menyiksa. Ia mengatakan, melalui hipnoterapi, Anda tidak akan dibuat lupa dengan pengalaman yang menyakitkan, karena bukan seperti itu cara kerja hipnoterapi. Namun, pikiran bawah sadar Anda akan diredukasi ulang agar Anda dapat melihat peristiwa menyakitkan tersebut dari sudut pandang baru yang lebih memberdayakan, yang mungkin bisa membuat Anda bersyukur pernah mengalaminya sebagai pembelajaran berharga dalam hidup. Bahkan, kemungkinan Anda akan merasakan pengalaman tersebut sebagai hal yang biasa saja, tanpa menyisakan luka. (Wirati Astiti)

Bugar

11

Lakukan Medical Check Up tiap Dua Tahun Sebagian besar di Indonesia, orang melakukan ­medical check up karena ter­ kena penyakit. Pada­ hal, biaya ­pengobatan bisa ditekan ketika kita melakukan medical check up secara rutin. Demikian di­ ungkapkan, dr. AA. Gd. Yudi ­Yunardhana ­Putra.

D

Putu Suprapti Santy Sastra

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

“Kalau kita melakukan medical check up secara teratur dapat mencegah penyakit, kita tahu dalam risiko terkena penyakitpenyakit tertentu. Misalnya, belum ada gejala, tapi dari hasil medical check up, asam urat sudah tinggi, tapi tidak ada nyeri. Tidak pernah pusing, tensi belum tinggi, mungkin karena pembuluh darah masih lentur. Ketika seseorang memasuki usia tertentu, pembuluh darah mulai tidak lentur. Jika terjadi penyumbatan di pembuluh darah, bisa berakibat fatal,” katanya lebih lanjut. Ia menilai, yang membuat orang takut melakukan medical check up adalah mitos. Seharusnya, makin orang banyak membaca dan mengerti, malah ingin tahu. “Memang kalau dicek terlihat penyakitnya, apa mau didiamkan saja. Apa mau meninggal tanpa tahu penyakit apa yang diderita. Kita sendiri harus bertanggungjawab pada badan sendiri. Bagaimana kita mau bertanggungjawab dengan orang lain, dengan tubuh sendiri tidak peduli,” ujarnya. Ia menyarankan, sebaiknya kita rutin melakukan medical check up tiap dua tahun.

irektur PT. Penta Bali Media (Klinik Penta ­Medica) ini menyebutkan, era saat ini, penyakit yang berhubungan dengan kualitas pembuluh darah mulai “naik daun”. “Sekarang tidak TIGA JENIS ada batasan umur lagi untuk penderita MEDICAL CHECK UP penyakit gangguan pembuluh darah. Tak Dokter Yudi menyebutkan, medical heran kalau ada berita menyebutkan, ada check up ada tiga jenis, basic, regular, dan orang meninggal usia 27 tahun. Setelah komplit (advanced). Untuk yang basic dicek ternyata penebalan pembuluh darah atau dasar, biasanya cek darah lengkap yang mengarah ke jantung koroner,” ujar termasuk urin. “Dari pemeriksaan dasar lelaki usia 51 tahun ini. ini, kita bisa melihat gambaran secara Ia menegaskan, medical check up se- umum kondisi pasien. Medical check up cara teratur sangat penting karena akan basic juga dapat mengetahui, ada potensi berpengaruh sebagai penentu panjang atau pengentalan darah. Atau, kadar daya tahan pendeknya umur manusia. “Dengan medi- tubuhnya rendah, sel darah putih rendah, cal check up, kita bisa tahu faktor-faktor HB rendah, atau ada infeksi. “Misalnya, penyebab penyakit, aktivitas apa yang bisa HB tinggi dihubungkan dengan sel darah kita lakukan dan tidak boleh, jenis pola merah. Dari hasil ini, biasanya pasien dimakanan yang boleh atau tidak. Semua anjurkan untuk donor,” ujarnya. Namun, itu akan dijawab dengan ­medical check saat ini, sudah alat khusus yang bisa up,” ujar suami dr. Made Ayu Haryati, mengeluarkan sel darah merah, karena MARS ini. tidak semua orang bisa dengan mudah Menurutnya, tidak ada istilah orang mendonorkan darahnya. bilang, jangan main tenis nanti ter­ Medical check up yang regukena serangan jantung. “Yang di­ lar mencakup pemeriksaan salahkan jangan olahraganya, tapi yang mengarah ke fungsi ginjal, yang disalahkan, mengapa Anda lever, feses, sampai kolestidak tahu risiko terkena penyakit terol Sedangkan, untuk yang jantung. Itu karena Anda tidak komplit atau advanced, dianmelakukan medical check up,” kata jurkan kepada yang berusia ayah 3 anak ini. di atas 40 tahun. Kekentalan darah dan Ia mengatakan, pada usia ­pe­nebalan pembuluh darah di atas 40 tahun, bia­ mempengaruhi basanya terjadi risiko gus tidaknya sirkupeningkatan gula lasi darah. Sekadarah. Dengan rang ini, sudah medical check terjadi penebalan up, risiko ini bisa pembuluh darah dideteksi lebih lebih awal dari awal. usianya. Proses U n t u k ini sudah bermedical check jalan sejak keup komplit, cil karena pola dibedakan makan atau antara pria kegiatan yang dan wani tidak teratur. ta. Untuk Apalagi hanya wanita ada tidur tiga jam, pemerikdikejar deadline, saan sampai dan pekerjaan ke tumor penuh stres. dr. AA. Gd. Yudi Yunardhana Putra marker untuk

mengecek kemungkinan ada tumor ter­ selubung di dada, perut, dan payudara. Sementara, pada pria, dicek fungsi prostat, lebih detil lagi pada HBA1C. Termasuk, pemeriksaan, pada orang-orang yang di keluarganya mempunyai riwayat gangguan gula. Biasanya, dlakukan persiapan khusus dengan puasa. Ada juga, pemeriksaan EKG dan treadmill, yang berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas kita sehari-hari. Ia menyarankan, sebelum melakukan medical check up, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, untuk tepat memilih jenis medical check up. Misalnya usia 42 tahun, keluhannya apa, tidurnya berapa jam sehari, pekerjaannya bagaimana, apa membutuhkan kecepatan atau kompetisi tinggi, kebiasaannya sehari-hari bagaimana. Dokter akan menanyakan dengan detil kepada pasien sebelum memutuskan jenis medical check up yang diperlukan. Memang ia mengakui, medical check up dibedakan antara kebutuhan pribadi, pekerjaan, atau asuransi. Tenaga dokter hanya mengarahkan. Kadang, walaupun, dari pihak asuransi, mengatakan, tolong hanya cek ini saja. Tapi setelah diperiksa, ada tendensi menemukan mengharuskan ke medical chek up yang komplit atau lebih lanjut, dokter akan mengusulkan dalam kesimpulan. Ia menyebutkan, Klinik Penta Medica menerima medical check up dengan perjanjian sebelumnya. “Yang banyak kami lakukan sifatnya basic dan regular. Untuk yang advanced kami kerja sama dengan penyedia layanan lain. Kami membuat resume dari pasien detil. Ada form khusus mulai dari riwayat keluarga, riwayat pasien, pernah opname atau tidak, dll, terakhir kami buatkan kesimpulan dan anjuran,” jelasnya. BPJS TIDAK MENANGGUNG MEDICAL CHECK UP Ia mengatakan, Klinik Penta Medica selain sebagai klinik swasta, sejak tahun 2015 sudah melayani BPJS. Ia menyatakan, untuk medical check up tidak ditanggung BPJS. Yang ditanggung adalah skrining. “Misalnya, saat berobat, dari catatan medisnya dia datang berulang-ulang dengan penyakit yang sama, ternyata di rumahnya ada penderita TBC. Awalnya kami menyarankan rontgen,” kata dr. Yudi. Memang kapasitas untuk medical check up tidak dilakukan PPK 1, tapi di PPK II karena sifatnya spesifik. “Kalau hanya secara umum pada indikasi terntentu,

Klinik Penta Medica sebagai PPK 1, sudah melayani. Contohnya, pada penderita panas belum ada suspect ke arah DB atau apa, darahnya sudah diambil. Skrining ini ditanggung karena kebutuhan khusus,” ujarnya lebih jauh. Atau, ada orang yang pekerjaannya tertentu, dia batuk terus, pilek, mencret, dan tambah kurus. Dari darah yang pernah dicek ternyata sel darah putihnya drop. Biasanya, dianjurkan ke PPK 2, kemungkinan dilakukan skrining HIV. Ia menegaskan, untuk skrining ini ada tahapannya, jadi tidak bisa pasien sendiri minta mau medical check up. Beda kondisinya, pada klinik atau dokter swasta. “Ketika berhadapan dengan JKN, kita tidak boleh mendidik pasien menjadi bodoh. Misalnya, untuk langkah ini tidak perlu tapi pasien ingin cek agar tahu saja. “Kalau melakukan cek up pasien tidak sesuai haknya, dokter melakukan kebohongan. Seharusnya tidak perlu, karena kenal baik dengan pasien dikasi saja. Ngapain dicolok-colok jarum kalau fungsinya tidak ada,” ucapnya. Ia menegaskan, dalam aturan BPJS sudah disebutkan alurnya, mana yang berhak di-skrining. Kalau pun medical check up, skrining yang mengkhususkan kepada penyakit tertentu. DILEMA KLINIK SWASTA Ketika di era JKN, klinik swasta juga dibebankan preventif dan promotif. Dokter umum dan dokter gigi dibayar Rp 10 ribu perkapitasi. Sementara, sebagai klinik swasta, dituntut sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas. Sebagai penyedia layanan BPJS, juga harus dituntut profesional. Klnik Penta Medica saat ini melayani, pasien umum 10% dan pasien BPJS 82 %, dengan kepesertaan 43 ribu. “Kebetulan kami juga ditopang dengan berbagai fasilitas seperti evaluasi dan servis lain, sehingga kalau hanya mengandalkan BPJS, kami tak bisa hidup. Sementara, SDM dan alat terus di-update,” kata dr. Yudi. Ia mengakui, klinik swasta berdiri kare­na kualitas. Sejak ikut melayani BPJS mulai tahun 2015, kepesertaan sudah mencapai 43 ribu. “Kami bersyukur sudah dipercaya. Tapi, itu juga membuat kami terus ber­benah. Ruang tunggu dibuat nyaman, Kami buat pojok tensi agar pasien tidak bosan nunggu. Semua servis ini tentu perlu biaya,” kata dr. Yudi. (Wirati Astiti)


Kuliner

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

12

Dodol Penglatan

Bahan Lokal Olahan Tradisional

Sebagian besar warga Desa Penglatan, Singaraja, Buleleng, Bali, memproduksi dodol. Dodol Penglatan memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Buleleng, selain rasanya yang lezat cara produksinya pun masih menggunakan cara tradisional. Bahan-bahannya menggunakan bahan lokal dan tidak memakai bahan pengawet. Cara pengolahannya secara tradisional, tetapi mengutamakan kualitas rasa.

T

ak heran menjelang hari raya, dodol Penglatan masih menjadi incaran masyarakat. Produksi dodol bakal meningkat saat mendekati perayaan Hari Raya Umat Hindu. Industri dodol yang semakin berkembang, menjelang Galungan dan Kuningan tak pernah sepi pesanan. Akan tetapi tingginya permintaan dodol diikuti pula meningkatnya harga bahan baku dodol yang menjadi keluhan pelaku industri dodol belakangan ini. Wayan Suardani salah satu warga yang memiliki industri dodol di Banjar Kelodan Desa Penglatan mengeluhkan harga bahan baku dodol terus melonjak dari dua bulan lalu. Meskipun permintaan dodol menjelang hari raya selalu ada namun dirinya mengaku keuntungan yang diperoleh tidaklah seberapa dibandingkan tahun lalu. Bahan baku seperti

gula merah, gula pasir, dan kelapa mengalami kenaikan yang cukup signifikan sedangkan harga dodol per kilo di pasarkan masih tetap sama, kendati harga dinaikkan namun tidak seberapa. “Bahan baku dodol semakin mahal sudah dari sebelum lebaran, kami menjual ke pengepul jadi susah jika harus menaikkan harga, keuntungan tidak seberapa, belum lagi harga kulit jagung per karung atau sembilan kilo harganya sudah seratus ribu rupiah,” keluhnya. Saat ini stok dodol miliknya masih banyak lantaran konsumen dirasakan menurun dibandingkan tahun lalu. Ia mengatakan dibandingkan galungan enam bulan lalu permintaan dodol dari pengepul di berbagai daerah seperti Denpasar dan Gianyar menjelang hari raya mencapai satu ton lebih, namun tahun ini hanya 600 kg sementara di beberapa pasar tradisonal di Buleleng permintaan dodol hanya 50 kg. Selain dikarenakan harga

Dodol nangka produksi Ibu Ryan

bahan baku dodol meningkat, persaingan pasar dengan semakin banyaknya industri dodol bermunculan. “Saat ini hampir seratus kepala keluarga memiliki industri dodol, mungkin masih ada lagi yang lain,” jelasnya. Hal sama juga diungkapkan oleh Ibu Ryan pelaku industri dodol yang sejak tahun 2000 telah merintis usaha dodolnya. Industri rumahan yang berada di dusun Sanih Desa Penglatan tersebut mengaku juga kesulitan bahan baku dalam memproduksi jajanan tradisional yang memiliki rasa manis dan aroma yang khas tersebut. Sejak beberapa tahun silam, pihaknya pun berinovasi membuat dodol buah yang berbeda dengan dodol pada umumnya. Jika

Manisnya Tape Hijau

Tape dan jaja uli

Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan tidak hanya penuh dengan kegiatan ritual. Momen hari raya juga menjadi momentum untuk berkumpul dengan keluarga sembari menikmati hidangan. Beberapa makanan yang bisa didapatkan saat hari raya ini antara lain tape, jaja uli, lawar, sate, dan aneka buah-buahan. Ta p e m e n j a d i m a k a n a n y a n g mudah ditemukan apalagi jika ada keluarga atau tetangga yang baru menikah. Di beberapa daerah ada istilah ngejot tape. Warga berkunjung ke rumah warga yang baru menikah sembari membawa tumpeng berisi tape. Pulangnya, membawa tape juga

sebagai oleh-oleh dari tuan rumah. Ada tape hijau, tape putih, dan tape hitam. Untuk membuat tape hijau, diawali dengan mencuci beras ketan lalu rendam selama 1 jam. “Kukus beras ketan lalu diaru dengan daun kayu manis untuk mendapatkan warna hijau yang alami. Selanjutnya masak lagi sekitar 30 menit. Angkat lalu dituang secara merata ke kotak penyimpanan,” ungkap Ni Nyoman Mastri, seorang ibu rumah tangga yang kerap membuat tape jelang Galungan. Proses selanjutnya menaburi beras ketan yang sudah matang dengan ragi. Sebaiknya ragi dihancurkan agar mudah ditaburkan. Tambahkan juga gula pasir agar tape menjadi manis. “Ingat untuk membolak-balik agar semua mendapat taburan ragi dan gula pasir. Kalau sudah merata, masukkan dalam kotak yang dialasi dan ditutupi daun pisang. Simpan selama tiga hari untuk mendapatkan tape hijau yang manis,” ungkapnya. Tape yang sudah matang ini bisa dinikmati dengan tambahan jaja uli putih maupun cokelat. Ada juga yang senang makan tape saja tanpa imbuhan. Bagi yang senang dengan tape dingin, simpan tape dalam kulkas atau nikmati tape dengan tambahan es batu, air, dan gula cair. (Ngurah Budi)

dodol terbuat dari beras ketan dan gula merah, maka dodol buah buatan ibu Ryan memiliki rasa Nangka, Salak, dan Durian. “Dodol Nangka yang setiap ia produksi dengan menghabiskan bahan baku mencapai 50Kg perharinya itu tidak hanya laris untuk upacara agama yang pemasarannya sudah merambah pasar tradisional yang ada di Klungkung dan Gianyar,” jelasnya. Ditanya soal kendala yang dihadapi selama menekuni industri Dodol Buah

Mebat Kuliner yang sangat khas saat hari raya umat Hindu di Bali adalah lawar dan sate. Momen Penampahan Galungan merupakan saat untuk mengolah lawar dan sate. Bahan utamanya kebanyakan menggunakan daging babi. Namun, ada juga yang menggunakan daging ayam. Aktivitas pengolahan kuliner ini dikenal dengan mebat. Mebat merupakan aktivitas memasak yang kerap dilakukan laki-laki di Bali. Aktivitas ini diawali dengan menyiapkan bumbubumbu serta bahan baku utama yang berupa daging dan sayur. Pemilihan daging dilakukan sesuai keperluan. Lazimnya, daging babi yang digunakan. Namun, ada juga yang mengguna-

yang terkenal dengan bungkus unik ini, ia mengatakan terkendala ketersediaan dan kualitas bahan baku salah satunya adalah gula merah, tingginya harga gula merah membuatnya kewalahan dari segi harga. “Harga gula merah melonjak otomatis harga dodol juga meningkat, kita memakai gula kualitas super agar menghasilkan dodol yang cita rasanya tinggi, kalau kita pakai gula kualitas rendah hasilnya pun tidak optimal, pada intinya kita utamakan kualitas,” jelasnya.

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Mengenang Masa Lalu dengan Es Krim

13

Menikmati es krim merupakan salah satu pilihan untuk hang out. Es krim dengan berbagai varian bisa menjadi santapan sambil ngobrol santai. Semua ini bisa ditemukan di Rumah Es Krim yang berada di Jalan Beliton 7 Denpasar.

“W

aktu kecil, kalau nenek datang ke Denpasar, kami sering diajak makan es krim. Salah satu tempat idola kami di Puri Garden. Setelah sekian lama berlalu Puri Garden tutup. Kami kehilangan tempat favorit menikmati es krim,” ungkap Ita yang kini menetap di Jakarta. Suatu ketika, ia mendapat kabar dari kakaknya, ada tempat jual es krim bernama Rumah Es Krim. Saat liburan ke Bali, Ita dan keluarga langsung menyambangi tempat kuliner es krim ini.

-Wiwin Meliana

Aneka varian es krim di Rumas Es Krim

Ia pun bernostalgia mengenang masa lalu bersama es krim. Tjienny, pengelola Rumah Es Krim yang juga keponakan pemilik Puri Garden menuturkan ia mencoba membangkitkan kuliner es krim. Beberapa varian pun dihadirkan untuk para pecinta es krim, misalnya Marcello, Cassata, Coppa Caramilio, Apple Pie + Ice Ceram, Banana

Split, Pie Nougat, dan Biscottata. Harga es krim kombinasi ini mulai dari Rp 20 ribu. Untuk es krim single dijual dengan harga Rp 17 ribu sedangkan double Rp 30 ribu. “Pelanggan kami memang kebanyakan pelanggan lama dari Puri Garden dan generasi penerusnya. Ada juga pegawaipegawai dari kantor yang ada

di sekitar Puputan Badung serta anak sekolahan,” ungkap Tjienny. Selain es krim, ia juga menawarkan bakso, mi, kroket, risoles, dan roti bakar sebagai menu tambahan. (Ngurah Budi)

Gulai Kepala Ikan

Gulai Ayam

Stok dodol yang masih banyak jelang hari raya

kan ayam atau bebek sebagai bahan olahan. Untuk sayurnya, yang digunakan biasanya nangka, kacang panjang, daun belimbing, dan pepaya. Sate lilit menggunakan daging yang sudah dicincang kemudian dicampur dengan basa genep dan parutan kelapa. Selanjutnya sate dililit dan dibakar. Kadang ada juga yang memilih menggoreng satenya. Untuk lawar, kulit daging diiris tipis-tipis lalu dicampurkan dengan potongan sayur dan diaduk. Prosesnya mirip dengan membuat sayur urap. Jika bahan yang tersedia banyak, ada juga yang membuat kuah komoh dan serapah. “Lawar dan sate tidak hanya untuk dikonsumsi. Lawar dan sate juga dijadikan bagian dari persembahan atau banten. Ukuran dan jumlahnya menyesuaikan keperluan,” ujar Suryawan yang hobi kuliner. (Ngurah Budi)

Sarwan Bahan: 1 ekor : ayam, potong-potong 2 sdm : air jeruk nipis 3 lembar : daun jeruk nipis 2 batang : serai, memarkan 3 butir : cengkih 2 ruas : jari jahe, memarkan 1 jari : kayu manis 3 buah : kapulaga 700 ml : santan encer 300 ml : santan kental

Garam, kaldu bubuk, micin dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 10 buah : bawang merah 4 siung : bawang putih 2/5 sdt : lada butir 2 ruas : jari kunyit bakar 7 buah : cabe merah (boleh cabe keriting) 3 buah : cabe merah besar ½ sdt : jinten 1 sdm : ketumbar sangrai

masukkan potongan ayam, adukaduk hingga berubah warna, lalu masukkan cengkih, daun jeruk, daun salam, serai, kayu manis juga lengkuas dan jahe. Aduk hingga harum, masukkan santan encer, masak hingga ayam empuk, lalu masukkan garam, kaldu bubuk dan micin, aduk merata. Masukkan santan kental sambil diaduk (agar santan tidak pecah), biarkan mendidih, angkat, sajikan dengan taburan bawang putih goreng.

Cara Membuat : Lumuri bebek dengan air jeruk nipis, diamkan selama 10 menit, cuci bersih. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum,

Baby Buncis dan Sapi Saus Tiram Bahan: 1 buah : bawang bombai, iris memanjang 3 siung : bawang putih, cincang 300 gr : daging sapi, iris tipis-tipis 250 gr : baby buncis, siangi, buang kedua belah ujungnya 2 batang : daun bawang prai, potong-potong. Bumbu : 2 sdm : saus tiram 2 sdm : kecap manis 1 sdm : saus raja rasa ½ sdt : lada bubuk ½ sdt : minyak wijen 1 sdm : wijen putih sangrai Garam dan kaldu bubuk secukupnya

Suasana mebat jelang hari raya

Cara Membuat : Panaskan minyak, tumis irisan bawang bombai, bawang putih hingga harum, lalu masukkan daging iris, aduk hingga daging berubah warna. Tambahkan semua bahan bumbu, aduk rata, biarkan hingga daging matang empuk, lalu masukkan baby buncis dan sisa bahan lainnya, masak hingga baby dan daging matang, angkat, siap disajikan.

Bahan : 500 gr : kepala ikan, bersihkan 2 sdm : air jeruk 500 ml : santan encer 200 ml : santan kental 2 batang : serai, memarkan 2 ruas : jari jahe, memarkan 3 lembar : daun jeruk 2 lembar : daun kunyit 3 buah : asam kandis Garam, kaldu bubuk, micin, gula dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 3 buah : cabe merah besar 11 buah : bawang merah 4 siung : bawang putih 4 butir : kemiri sangrai 2 ruas : jari kunyit bakar 5 butir : lada Cara Membuat : Lumuri kepala ikan dengan air jeruk nipis, diamkan selama 10 menit, cuci bersih, tiriskan. Tumis

bumbu halus bersama serai, daun jeruk, lengkuas dan jahe hingga harum lalu masukkan daun kunyit dan kepala ikan juga asam kandis. Masukkan pula santan encer, masak hingga mendidih dan bumbu meresap. Masukkan santan kental, garam, gula, kaldu bubuk dan micin, aduk (merata dan pelan-pelan agar santan tidak pecah) hingga matang, angkat, sajikan dengan taburan bawang putih goreng.


Kuliner

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

12

Dodol Penglatan

Bahan Lokal Olahan Tradisional

Sebagian besar warga Desa Penglatan, Singaraja, Buleleng, Bali, memproduksi dodol. Dodol Penglatan memang sudah sangat dikenal oleh masyarakat Buleleng, selain rasanya yang lezat cara produksinya pun masih menggunakan cara tradisional. Bahan-bahannya menggunakan bahan lokal dan tidak memakai bahan pengawet. Cara pengolahannya secara tradisional, tetapi mengutamakan kualitas rasa.

T

ak heran menjelang hari raya, dodol Penglatan masih menjadi incaran masyarakat. Produksi dodol bakal meningkat saat mendekati perayaan Hari Raya Umat Hindu. Industri dodol yang semakin berkembang, menjelang Galungan dan Kuningan tak pernah sepi pesanan. Akan tetapi tingginya permintaan dodol diikuti pula meningkatnya harga bahan baku dodol yang menjadi keluhan pelaku industri dodol belakangan ini. Wayan Suardani salah satu warga yang memiliki industri dodol di Banjar Kelodan Desa Penglatan mengeluhkan harga bahan baku dodol terus melonjak dari dua bulan lalu. Meskipun permintaan dodol menjelang hari raya selalu ada namun dirinya mengaku keuntungan yang diperoleh tidaklah seberapa dibandingkan tahun lalu. Bahan baku seperti

gula merah, gula pasir, dan kelapa mengalami kenaikan yang cukup signifikan sedangkan harga dodol per kilo di pasarkan masih tetap sama, kendati harga dinaikkan namun tidak seberapa. “Bahan baku dodol semakin mahal sudah dari sebelum lebaran, kami menjual ke pengepul jadi susah jika harus menaikkan harga, keuntungan tidak seberapa, belum lagi harga kulit jagung per karung atau sembilan kilo harganya sudah seratus ribu rupiah,” keluhnya. Saat ini stok dodol miliknya masih banyak lantaran konsumen dirasakan menurun dibandingkan tahun lalu. Ia mengatakan dibandingkan galungan enam bulan lalu permintaan dodol dari pengepul di berbagai daerah seperti Denpasar dan Gianyar menjelang hari raya mencapai satu ton lebih, namun tahun ini hanya 600 kg sementara di beberapa pasar tradisonal di Buleleng permintaan dodol hanya 50 kg. Selain dikarenakan harga

Dodol nangka produksi Ibu Ryan

bahan baku dodol meningkat, persaingan pasar dengan semakin banyaknya industri dodol bermunculan. “Saat ini hampir seratus kepala keluarga memiliki industri dodol, mungkin masih ada lagi yang lain,” jelasnya. Hal sama juga diungkapkan oleh Ibu Ryan pelaku industri dodol yang sejak tahun 2000 telah merintis usaha dodolnya. Industri rumahan yang berada di dusun Sanih Desa Penglatan tersebut mengaku juga kesulitan bahan baku dalam memproduksi jajanan tradisional yang memiliki rasa manis dan aroma yang khas tersebut. Sejak beberapa tahun silam, pihaknya pun berinovasi membuat dodol buah yang berbeda dengan dodol pada umumnya. Jika

Manisnya Tape Hijau

Tape dan jaja uli

Rangkaian Hari Raya Galungan dan Kuningan tidak hanya penuh dengan kegiatan ritual. Momen hari raya juga menjadi momentum untuk berkumpul dengan keluarga sembari menikmati hidangan. Beberapa makanan yang bisa didapatkan saat hari raya ini antara lain tape, jaja uli, lawar, sate, dan aneka buah-buahan. Ta p e m e n j a d i m a k a n a n y a n g mudah ditemukan apalagi jika ada keluarga atau tetangga yang baru menikah. Di beberapa daerah ada istilah ngejot tape. Warga berkunjung ke rumah warga yang baru menikah sembari membawa tumpeng berisi tape. Pulangnya, membawa tape juga

sebagai oleh-oleh dari tuan rumah. Ada tape hijau, tape putih, dan tape hitam. Untuk membuat tape hijau, diawali dengan mencuci beras ketan lalu rendam selama 1 jam. “Kukus beras ketan lalu diaru dengan daun kayu manis untuk mendapatkan warna hijau yang alami. Selanjutnya masak lagi sekitar 30 menit. Angkat lalu dituang secara merata ke kotak penyimpanan,” ungkap Ni Nyoman Mastri, seorang ibu rumah tangga yang kerap membuat tape jelang Galungan. Proses selanjutnya menaburi beras ketan yang sudah matang dengan ragi. Sebaiknya ragi dihancurkan agar mudah ditaburkan. Tambahkan juga gula pasir agar tape menjadi manis. “Ingat untuk membolak-balik agar semua mendapat taburan ragi dan gula pasir. Kalau sudah merata, masukkan dalam kotak yang dialasi dan ditutupi daun pisang. Simpan selama tiga hari untuk mendapatkan tape hijau yang manis,” ungkapnya. Tape yang sudah matang ini bisa dinikmati dengan tambahan jaja uli putih maupun cokelat. Ada juga yang senang makan tape saja tanpa imbuhan. Bagi yang senang dengan tape dingin, simpan tape dalam kulkas atau nikmati tape dengan tambahan es batu, air, dan gula cair. (Ngurah Budi)

dodol terbuat dari beras ketan dan gula merah, maka dodol buah buatan ibu Ryan memiliki rasa Nangka, Salak, dan Durian. “Dodol Nangka yang setiap ia produksi dengan menghabiskan bahan baku mencapai 50Kg perharinya itu tidak hanya laris untuk upacara agama yang pemasarannya sudah merambah pasar tradisional yang ada di Klungkung dan Gianyar,” jelasnya. Ditanya soal kendala yang dihadapi selama menekuni industri Dodol Buah

Mebat Kuliner yang sangat khas saat hari raya umat Hindu di Bali adalah lawar dan sate. Momen Penampahan Galungan merupakan saat untuk mengolah lawar dan sate. Bahan utamanya kebanyakan menggunakan daging babi. Namun, ada juga yang menggunakan daging ayam. Aktivitas pengolahan kuliner ini dikenal dengan mebat. Mebat merupakan aktivitas memasak yang kerap dilakukan laki-laki di Bali. Aktivitas ini diawali dengan menyiapkan bumbubumbu serta bahan baku utama yang berupa daging dan sayur. Pemilihan daging dilakukan sesuai keperluan. Lazimnya, daging babi yang digunakan. Namun, ada juga yang mengguna-

yang terkenal dengan bungkus unik ini, ia mengatakan terkendala ketersediaan dan kualitas bahan baku salah satunya adalah gula merah, tingginya harga gula merah membuatnya kewalahan dari segi harga. “Harga gula merah melonjak otomatis harga dodol juga meningkat, kita memakai gula kualitas super agar menghasilkan dodol yang cita rasanya tinggi, kalau kita pakai gula kualitas rendah hasilnya pun tidak optimal, pada intinya kita utamakan kualitas,” jelasnya.

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Mengenang Masa Lalu dengan Es Krim

13

Menikmati es krim merupakan salah satu pilihan untuk hang out. Es krim dengan berbagai varian bisa menjadi santapan sambil ngobrol santai. Semua ini bisa ditemukan di Rumah Es Krim yang berada di Jalan Beliton 7 Denpasar.

“W

aktu kecil, kalau nenek datang ke Denpasar, kami sering diajak makan es krim. Salah satu tempat idola kami di Puri Garden. Setelah sekian lama berlalu Puri Garden tutup. Kami kehilangan tempat favorit menikmati es krim,” ungkap Ita yang kini menetap di Jakarta. Suatu ketika, ia mendapat kabar dari kakaknya, ada tempat jual es krim bernama Rumah Es Krim. Saat liburan ke Bali, Ita dan keluarga langsung menyambangi tempat kuliner es krim ini.

-Wiwin Meliana

Aneka varian es krim di Rumas Es Krim

Ia pun bernostalgia mengenang masa lalu bersama es krim. Tjienny, pengelola Rumah Es Krim yang juga keponakan pemilik Puri Garden menuturkan ia mencoba membangkitkan kuliner es krim. Beberapa varian pun dihadirkan untuk para pecinta es krim, misalnya Marcello, Cassata, Coppa Caramilio, Apple Pie + Ice Ceram, Banana

Split, Pie Nougat, dan Biscottata. Harga es krim kombinasi ini mulai dari Rp 20 ribu. Untuk es krim single dijual dengan harga Rp 17 ribu sedangkan double Rp 30 ribu. “Pelanggan kami memang kebanyakan pelanggan lama dari Puri Garden dan generasi penerusnya. Ada juga pegawaipegawai dari kantor yang ada

di sekitar Puputan Badung serta anak sekolahan,” ungkap Tjienny. Selain es krim, ia juga menawarkan bakso, mi, kroket, risoles, dan roti bakar sebagai menu tambahan. (Ngurah Budi)

Gulai Kepala Ikan

Gulai Ayam

Stok dodol yang masih banyak jelang hari raya

kan ayam atau bebek sebagai bahan olahan. Untuk sayurnya, yang digunakan biasanya nangka, kacang panjang, daun belimbing, dan pepaya. Sate lilit menggunakan daging yang sudah dicincang kemudian dicampur dengan basa genep dan parutan kelapa. Selanjutnya sate dililit dan dibakar. Kadang ada juga yang memilih menggoreng satenya. Untuk lawar, kulit daging diiris tipis-tipis lalu dicampurkan dengan potongan sayur dan diaduk. Prosesnya mirip dengan membuat sayur urap. Jika bahan yang tersedia banyak, ada juga yang membuat kuah komoh dan serapah. “Lawar dan sate tidak hanya untuk dikonsumsi. Lawar dan sate juga dijadikan bagian dari persembahan atau banten. Ukuran dan jumlahnya menyesuaikan keperluan,” ujar Suryawan yang hobi kuliner. (Ngurah Budi)

Sarwan Bahan: 1 ekor : ayam, potong-potong 2 sdm : air jeruk nipis 3 lembar : daun jeruk nipis 2 batang : serai, memarkan 3 butir : cengkih 2 ruas : jari jahe, memarkan 1 jari : kayu manis 3 buah : kapulaga 700 ml : santan encer 300 ml : santan kental

Garam, kaldu bubuk, micin dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 10 buah : bawang merah 4 siung : bawang putih 2/5 sdt : lada butir 2 ruas : jari kunyit bakar 7 buah : cabe merah (boleh cabe keriting) 3 buah : cabe merah besar ½ sdt : jinten 1 sdm : ketumbar sangrai

masukkan potongan ayam, adukaduk hingga berubah warna, lalu masukkan cengkih, daun jeruk, daun salam, serai, kayu manis juga lengkuas dan jahe. Aduk hingga harum, masukkan santan encer, masak hingga ayam empuk, lalu masukkan garam, kaldu bubuk dan micin, aduk merata. Masukkan santan kental sambil diaduk (agar santan tidak pecah), biarkan mendidih, angkat, sajikan dengan taburan bawang putih goreng.

Cara Membuat : Lumuri bebek dengan air jeruk nipis, diamkan selama 10 menit, cuci bersih. Panaskan minyak, tumis bumbu halus hingga harum,

Baby Buncis dan Sapi Saus Tiram Bahan: 1 buah : bawang bombai, iris memanjang 3 siung : bawang putih, cincang 300 gr : daging sapi, iris tipis-tipis 250 gr : baby buncis, siangi, buang kedua belah ujungnya 2 batang : daun bawang prai, potong-potong. Bumbu : 2 sdm : saus tiram 2 sdm : kecap manis 1 sdm : saus raja rasa ½ sdt : lada bubuk ½ sdt : minyak wijen 1 sdm : wijen putih sangrai Garam dan kaldu bubuk secukupnya

Suasana mebat jelang hari raya

Cara Membuat : Panaskan minyak, tumis irisan bawang bombai, bawang putih hingga harum, lalu masukkan daging iris, aduk hingga daging berubah warna. Tambahkan semua bahan bumbu, aduk rata, biarkan hingga daging matang empuk, lalu masukkan baby buncis dan sisa bahan lainnya, masak hingga baby dan daging matang, angkat, siap disajikan.

Bahan : 500 gr : kepala ikan, bersihkan 2 sdm : air jeruk 500 ml : santan encer 200 ml : santan kental 2 batang : serai, memarkan 2 ruas : jari jahe, memarkan 3 lembar : daun jeruk 2 lembar : daun kunyit 3 buah : asam kandis Garam, kaldu bubuk, micin, gula dan minyak secukupnya Bumbu Halus : 3 buah : cabe merah besar 11 buah : bawang merah 4 siung : bawang putih 4 butir : kemiri sangrai 2 ruas : jari kunyit bakar 5 butir : lada Cara Membuat : Lumuri kepala ikan dengan air jeruk nipis, diamkan selama 10 menit, cuci bersih, tiriskan. Tumis

bumbu halus bersama serai, daun jeruk, lengkuas dan jahe hingga harum lalu masukkan daun kunyit dan kepala ikan juga asam kandis. Masukkan pula santan encer, masak hingga mendidih dan bumbu meresap. Masukkan santan kental, garam, gula, kaldu bubuk dan micin, aduk (merata dan pelan-pelan agar santan tidak pecah) hingga matang, angkat, sajikan dengan taburan bawang putih goreng.


14

Jelita

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Kiat Hilangkan Rasa Sakit Hati yang Mendalam Sekali waktu dalam hidup, kita pasti pernah mengalami sakit hati akibat perbuatan orang lain yang kita anggap menyakiti perasaan. Entah itu dalam pertemanan, peker­ jaan, atau percintaan. Kadang ter­ jadi yang namanya pengkhianatan yang meninggal­kan rasa sakit hati, kecewa, dendam yang membekas bagai luka yang sulit mengering. Paling umum kasus sakit hati ini ter­ jadi dalam dunia percintaan. Sakit hati karena cinta bertepuk sebelah ­tangan, sakit hati, dan kecewa kare­ na ­ditinggal pacar, atau sakit hati karena diselingkuhi.

M

enurut Ketua Komunitas Hypnosis Indonesia Bali, Putu Suprapti Santy Sastra S.H., Cht.,CI ada orang yang dengan mudahnya bisa move on dari kejadian tersebut. Namun. ada juga orangorang yang merasa sulit melupakan peristiwa yang menyakitkan tersebut. “Sebenarnya bukan sulit untuk move on tetapi secara bawah sadar mereka memutuskan untuk tidak mau move on,” ujar mindset motivator, public speaker, praktisi hypnosis ini. Ia mengatakan, orang yang sakit hati, ada rasa tidak terima, rasa tidak puas jika tidak bisa membalas, ingin sang penghianat merasakan hal yang sama atau bahkan lebih sakit lagi. Namun, bisa juga karena sebenarnya tidak mau melepas pergi orang yang telah menghianati itu, karena masih tersisa rasa cinta di dasar hatinya dan berharap si penghianat sadar kemudian kembali ke pelukannya. Menurutnya, kerugian sakit hati ini jauh lebih banyak, kare­ na selain tidak bisa membuka diri untuk hubungan yang baru, rasa sakit hati yang dipendam pun dapat menggerogoti tubuh kita perlahan-lahan. “Bukan hal yang aneh jika ada orang yang memendam rasa sakit hati dan kecewanya selama bertahuntahun hingga akhirnya tubuhnya digerogoti kanker,” katanya. Ia mengatakan, hal itu sangat mungkin terjadi karena 90% penyakit fisik berasal dari faktor psikis. Bahkan pola makan atau pola hidup yang seringkali dijadikan kambing hitam dari munculnya sebuah penyakit kronis bisa berawal dari pengalihan stres.

“Anda harus sadari bahwa Anda memegang kendali atas diri Anda, atas hidup Anda. Bukan orang lain yang mengendalikan hidup Anda, bukan perbuatan mereka yang membuat Anda kecewa, karena tidak ada seorang pun yang bisa menyakiti perasaan Anda kecuali Anda sendiri yang memutuskan untuk menjadi pihak korban yang tersakiti,” tegasnya. Ia mengakui, wajar sebagai manusia kita memiliki emosi marah atau sedih, tetapi kita harus kendalikan jangan berlarut-larut dan jangan dilampiaskan dengan cara yang tidak aman. Ada saatnya kita harus lepaskan emosiemosi yang terpendam tersebut melalui cara yang aman, misal­nya dengan bicara kepada orang yang bisa Anda percaya dan yang mau mendengarkan Anda. “Mengungkapkan perasaan akan jauh lebih melegakan dibandingkan jika dipendam sendiri. Atau, jika ragu untuk membicarakannya pada teman, Anda bisa tulis dan ungkapkan perasaan Anda melalui buku diary. Tuliskan semua kesedihan dan kemarahan Anda sampai puas, dan setelah itu Anda bisa robek atau bakar kertasnya,” sarannya. Dibutuhkan waktu untuk bisa menerima

kenyataan, tetapi meskipun begitu, tetaplah niatkan membuka diri untuk hal-hal baru dan orangorang baru yang lebih baik yang akan hadir dalam hidup Anda. “Jika Anda pernah mengalami trauma akibat pengkhianatan mungkin tidak akan mudah untuk langsung membuka diri, karena prasangka buruk cenderung menyertai, takut dihianati lagi,” kata Santi Sastra. Namun, kata dia, kita harus paham juga, prasangka pun adalah doa, sehingga jangan sampai kita menarik kejadian yang sama terus menerus, yakinkan bahwa Anda layak mendapatkan orang yang lebih baik, karena Anda pantas untuk itu. Dalam kasus yang sudah kronis dimana seseorang merasa trauma dan tidak mampu melepaskan kejadian yang membuatnya merasa disakiti dan dikecewakan, ingin melupakan mantan tapi merasa kesulitan, terkadang butuh pihak lain untuk membantunya dalam hal ini seorang terapis yang andal dan profesional. Ia menyebutkan, ada banyak metode yang bisa digunakan

agar bisa move on dari rasa sakit hati. Selain dengan curhat pada orang yang tepat, hipnoterapi adalah salah satu solusinya, dan sudah sering digunakan sebagai cara cepat move on, khususnya bagi mereka yang mengalami kesulitan untuk lepas dari trauma masa lalu dan perasaan yang menyiksa. Ia mengatakan, melalui hipnoterapi, Anda tidak akan dibuat lupa dengan pengalaman yang menyakitkan, karena bukan seperti itu cara kerja hipnoterapi. Namun, pikiran bawah sadar Anda akan diredukasi ulang agar Anda dapat melihat peristiwa menyakitkan tersebut dari sudut pandang baru yang lebih memberdayakan, yang mungkin bisa membuat Anda bersyukur pernah mengalaminya sebagai pembelajaran berharga dalam hidup. Bahkan, kemungkinan Anda akan merasakan pengalaman tersebut sebagai hal yang biasa saja, tanpa menyisakan luka. (Wirati Astiti)

Bugar

11

Lakukan Medical Check Up tiap Dua Tahun Sebagian besar di Indonesia, orang melakukan ­medical check up karena ter­ kena penyakit. Pada­ hal, biaya ­pengobatan bisa ditekan ketika kita melakukan medical check up secara rutin. Demikian di­ ungkapkan, dr. AA. Gd. Yudi ­Yunardhana ­Putra.

D

Putu Suprapti Santy Sastra

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

“Kalau kita melakukan medical check up secara teratur dapat mencegah penyakit, kita tahu dalam risiko terkena penyakitpenyakit tertentu. Misalnya, belum ada gejala, tapi dari hasil medical check up, asam urat sudah tinggi, tapi tidak ada nyeri. Tidak pernah pusing, tensi belum tinggi, mungkin karena pembuluh darah masih lentur. Ketika seseorang memasuki usia tertentu, pembuluh darah mulai tidak lentur. Jika terjadi penyumbatan di pembuluh darah, bisa berakibat fatal,” katanya lebih lanjut. Ia menilai, yang membuat orang takut melakukan medical check up adalah mitos. Seharusnya, makin orang banyak membaca dan mengerti, malah ingin tahu. “Memang kalau dicek terlihat penyakitnya, apa mau didiamkan saja. Apa mau meninggal tanpa tahu penyakit apa yang diderita. Kita sendiri harus bertanggungjawab pada badan sendiri. Bagaimana kita mau bertanggungjawab dengan orang lain, dengan tubuh sendiri tidak peduli,” ujarnya. Ia menyarankan, sebaiknya kita rutin melakukan medical check up tiap dua tahun.

irektur PT. Penta Bali Media (Klinik Penta ­Medica) ini menyebutkan, era saat ini, penyakit yang berhubungan dengan kualitas pembuluh darah mulai “naik daun”. “Sekarang tidak TIGA JENIS ada batasan umur lagi untuk penderita MEDICAL CHECK UP penyakit gangguan pembuluh darah. Tak Dokter Yudi menyebutkan, medical heran kalau ada berita menyebutkan, ada check up ada tiga jenis, basic, regular, dan orang meninggal usia 27 tahun. Setelah komplit (advanced). Untuk yang basic dicek ternyata penebalan pembuluh darah atau dasar, biasanya cek darah lengkap yang mengarah ke jantung koroner,” ujar termasuk urin. “Dari pemeriksaan dasar lelaki usia 51 tahun ini. ini, kita bisa melihat gambaran secara Ia menegaskan, medical check up se- umum kondisi pasien. Medical check up cara teratur sangat penting karena akan basic juga dapat mengetahui, ada potensi berpengaruh sebagai penentu panjang atau pengentalan darah. Atau, kadar daya tahan pendeknya umur manusia. “Dengan medi- tubuhnya rendah, sel darah putih rendah, cal check up, kita bisa tahu faktor-faktor HB rendah, atau ada infeksi. “Misalnya, penyebab penyakit, aktivitas apa yang bisa HB tinggi dihubungkan dengan sel darah kita lakukan dan tidak boleh, jenis pola merah. Dari hasil ini, biasanya pasien dimakanan yang boleh atau tidak. Semua anjurkan untuk donor,” ujarnya. Namun, itu akan dijawab dengan ­medical check saat ini, sudah alat khusus yang bisa up,” ujar suami dr. Made Ayu Haryati, mengeluarkan sel darah merah, karena MARS ini. tidak semua orang bisa dengan mudah Menurutnya, tidak ada istilah orang mendonorkan darahnya. bilang, jangan main tenis nanti ter­ Medical check up yang regukena serangan jantung. “Yang di­ lar mencakup pemeriksaan salahkan jangan olahraganya, tapi yang mengarah ke fungsi ginjal, yang disalahkan, mengapa Anda lever, feses, sampai kolestidak tahu risiko terkena penyakit terol Sedangkan, untuk yang jantung. Itu karena Anda tidak komplit atau advanced, dianmelakukan medical check up,” kata jurkan kepada yang berusia ayah 3 anak ini. di atas 40 tahun. Kekentalan darah dan Ia mengatakan, pada usia ­pe­nebalan pembuluh darah di atas 40 tahun, bia­ mempengaruhi basanya terjadi risiko gus tidaknya sirkupeningkatan gula lasi darah. Sekadarah. Dengan rang ini, sudah medical check terjadi penebalan up, risiko ini bisa pembuluh darah dideteksi lebih lebih awal dari awal. usianya. Proses U n t u k ini sudah bermedical check jalan sejak keup komplit, cil karena pola dibedakan makan atau antara pria kegiatan yang dan wani tidak teratur. ta. Untuk Apalagi hanya wanita ada tidur tiga jam, pemerikdikejar deadline, saan sampai dan pekerjaan ke tumor penuh stres. dr. AA. Gd. Yudi Yunardhana Putra marker untuk

mengecek kemungkinan ada tumor ter­ selubung di dada, perut, dan payudara. Sementara, pada pria, dicek fungsi prostat, lebih detil lagi pada HBA1C. Termasuk, pemeriksaan, pada orang-orang yang di keluarganya mempunyai riwayat gangguan gula. Biasanya, dlakukan persiapan khusus dengan puasa. Ada juga, pemeriksaan EKG dan treadmill, yang berhubungan dengan pekerjaan dan aktivitas kita sehari-hari. Ia menyarankan, sebelum melakukan medical check up, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter, untuk tepat memilih jenis medical check up. Misalnya usia 42 tahun, keluhannya apa, tidurnya berapa jam sehari, pekerjaannya bagaimana, apa membutuhkan kecepatan atau kompetisi tinggi, kebiasaannya sehari-hari bagaimana. Dokter akan menanyakan dengan detil kepada pasien sebelum memutuskan jenis medical check up yang diperlukan. Memang ia mengakui, medical check up dibedakan antara kebutuhan pribadi, pekerjaan, atau asuransi. Tenaga dokter hanya mengarahkan. Kadang, walaupun, dari pihak asuransi, mengatakan, tolong hanya cek ini saja. Tapi setelah diperiksa, ada tendensi menemukan mengharuskan ke medical chek up yang komplit atau lebih lanjut, dokter akan mengusulkan dalam kesimpulan. Ia menyebutkan, Klinik Penta Medica menerima medical check up dengan perjanjian sebelumnya. “Yang banyak kami lakukan sifatnya basic dan regular. Untuk yang advanced kami kerja sama dengan penyedia layanan lain. Kami membuat resume dari pasien detil. Ada form khusus mulai dari riwayat keluarga, riwayat pasien, pernah opname atau tidak, dll, terakhir kami buatkan kesimpulan dan anjuran,” jelasnya. BPJS TIDAK MENANGGUNG MEDICAL CHECK UP Ia mengatakan, Klinik Penta Medica selain sebagai klinik swasta, sejak tahun 2015 sudah melayani BPJS. Ia menyatakan, untuk medical check up tidak ditanggung BPJS. Yang ditanggung adalah skrining. “Misalnya, saat berobat, dari catatan medisnya dia datang berulang-ulang dengan penyakit yang sama, ternyata di rumahnya ada penderita TBC. Awalnya kami menyarankan rontgen,” kata dr. Yudi. Memang kapasitas untuk medical check up tidak dilakukan PPK 1, tapi di PPK II karena sifatnya spesifik. “Kalau hanya secara umum pada indikasi terntentu,

Klinik Penta Medica sebagai PPK 1, sudah melayani. Contohnya, pada penderita panas belum ada suspect ke arah DB atau apa, darahnya sudah diambil. Skrining ini ditanggung karena kebutuhan khusus,” ujarnya lebih jauh. Atau, ada orang yang pekerjaannya tertentu, dia batuk terus, pilek, mencret, dan tambah kurus. Dari darah yang pernah dicek ternyata sel darah putihnya drop. Biasanya, dianjurkan ke PPK 2, kemungkinan dilakukan skrining HIV. Ia menegaskan, untuk skrining ini ada tahapannya, jadi tidak bisa pasien sendiri minta mau medical check up. Beda kondisinya, pada klinik atau dokter swasta. “Ketika berhadapan dengan JKN, kita tidak boleh mendidik pasien menjadi bodoh. Misalnya, untuk langkah ini tidak perlu tapi pasien ingin cek agar tahu saja. “Kalau melakukan cek up pasien tidak sesuai haknya, dokter melakukan kebohongan. Seharusnya tidak perlu, karena kenal baik dengan pasien dikasi saja. Ngapain dicolok-colok jarum kalau fungsinya tidak ada,” ucapnya. Ia menegaskan, dalam aturan BPJS sudah disebutkan alurnya, mana yang berhak di-skrining. Kalau pun medical check up, skrining yang mengkhususkan kepada penyakit tertentu. DILEMA KLINIK SWASTA Ketika di era JKN, klinik swasta juga dibebankan preventif dan promotif. Dokter umum dan dokter gigi dibayar Rp 10 ribu perkapitasi. Sementara, sebagai klinik swasta, dituntut sarana dan prasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas. Sebagai penyedia layanan BPJS, juga harus dituntut profesional. Klnik Penta Medica saat ini melayani, pasien umum 10% dan pasien BPJS 82 %, dengan kepesertaan 43 ribu. “Kebetulan kami juga ditopang dengan berbagai fasilitas seperti evaluasi dan servis lain, sehingga kalau hanya mengandalkan BPJS, kami tak bisa hidup. Sementara, SDM dan alat terus di-update,” kata dr. Yudi. Ia mengakui, klinik swasta berdiri kare­na kualitas. Sejak ikut melayani BPJS mulai tahun 2015, kepesertaan sudah mencapai 43 ribu. “Kami bersyukur sudah dipercaya. Tapi, itu juga membuat kami terus ber­benah. Ruang tunggu dibuat nyaman, Kami buat pojok tensi agar pasien tidak bosan nunggu. Semua servis ini tentu perlu biaya,” kata dr. Yudi. (Wirati Astiti)


10

Kreasi

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Style

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

15

Kemas Permainan Tradisional Eksplor Kebaya Modern dalam Parade Budaya K Permainan tradisional di Bali khususnya di ­Buleleng ­semakin hari semakin ditinggalkan. Ini disebabkan ­­karena pengaruh zaman modern yang semakin ­berkembang sangat pesat. Hal ini tentunya menjadi perhartian khusus Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng.

P

emkab Buleleng berusaha untuk mengembalikan permainan tradisional yang saat ini sudah mulai dilupakan oleh masyarakat di Buleleng. Untuk memperkenalkan kembali permainan tradisional, Pemkab Buleleng mengemasnya dalam parade Budaya yang diselenggarakan

untuk memeriahkan HUT Kota Singaraja yang ke-413. Parade budaya tahun ini mengambil tema “Nora Alpaka” yang artinya “jangan melupakan warisan nenek moyang”. Parade Budaya yang diselenggarakan, Jumat (31/3) ini, diikuti oleh 9 Kecamatan yang ada di Buleleng. Masing-masing Kecamatan menampilkan per-

untuk menyemangati peserta yang mengikuti parade budaya ini. Parade Budaya tahun ini mengambil rute mulai dari Tugu Singa Ambara Raja lalu menuju jalan Veteran, jalan Gajah Mada, Jalan Dr. Sutomo, jalan Ayani lalu finish di jalan Dewi Sartika. Untuk pemenang lomba parade budaya ini, Panitia menyediakan hadiah berupa piagam dan uang pembinaan. Usai membuka acara, Wabup Sutjidra mengatakan, Pemkab Buleleng akan terus melakukan pelestarian kebudayaan

yang ada di Buleleng termasuk permainan tradisional. Wabup Sutjidra menambahkan, parade budaya ini sengaja dikemas untuk melestarikan permainan tradisional agar para generasi muda bisa mengenal permainan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang. “Kita sudah diwariskan kebudayaan oleh leluhur kita dan tugas kita adalah untuk melestarikannya. Kita akan kembangkan agar permainan tradisional ini bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk menarik minat wisatawan untuk hadir ke Buleleng,” tegasnya. Sementara itu, Ketua Panitia Putu Tastra Wijaya yang juga menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng mengatakan, parade budaya ini merupakan sajian kesenian yang dikemas dalam bentuk pawai atau karnaval. Tastra Wijaya menambahkan, parade budaya ini diselenggarakan untuk memeriahkan HUT Kota Singaraja ke-413. “Selain memberikan hiburan untuk masyarakat, parade Budaya ini juga memberikan wadah bagi para seniman untuk tetap bisa eksis berkarya,” jelasnya. (Wiwin Meliana)

dimainkan oleh dua figur yang abstraktif tersebut. Dalam karya yang berjudul “Menjaga Keseimbangan” dan “Tak Ada Tempat Berteduh”, Oka ingin bertutur pentingnya aktivitas penghijauan demi menjaga kelestarian alam. Dalam “Menjaga Keseimbangan” Oka merepresentasikan bagaimana pentingnya penghijauan di tengah kondisi alam yang semakin mengkawatirkan. Aktivitas penghijauan bagi Oka adalah salah satu cara yang dapat dilakukan semua orang, sebagai sebuah kesadaran untuk menjaga keseimbangan kondisi ekologis. Sedangkan dalam karya yang berjudul “Tak Ada Tempat Berteduh” adalah gambaran

imajinasi Oka yang membayangkan betapa gerah, kering, dan tandusnya bumi ini kelak jika semua pohon sudah habis ditebang dan tak ada usaha untuk melakukan penghijauan sejak dini. Kemarahan dan kekecewaan Oka melihat tingkah polah pihakpihak yang semena mena mengeksploitasi alam secara berlebih untuk kepentingan pribadinya terepresentasikan pula dalam karya lukisannya. Dalam karya yang berjudul “Kepala Panas” memperlihatkan figur yang sedang memegangi kepalanya. Karya yang berjudul “ Derita dan Amarah” yang menampilkan gestur figur yang berjongkok namun tidak menunjukkan keterpurukan yang pasrah tapi sebuah semangat, sebuah luapan kemarahan yang meletup, yang dipresentasikan dengan simbol kobaran api di tangan. (Ngurah Budi)

Salah satu permainan tradisonal yang dimiliki masing-masing kecamatan

mainan tradisional yang khas dari Kecamatan tersebut. Parade Budaya yang dipusatkan di Tugu Singa Ambara Raja ini, dibuka langsung Wakil Bupati Buleleng dr. I Nyoman Sutjidra,Sp.OG. Penampilan dari masing-masing kecamatan ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat Buleleng yang hadir memadati area Tugu Singa Ambara Raja meskipun hujan sempat mengguyur kala itu. Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini Pemkab Buleleng melombakan parade budaya

“Palemahan”

Isu Ekologis dalam Seni Lukis Setelah direnovasi, Griya Art Gallery mengadakan pameran perdana pada 17 Maret-12 Mei 2017. Pameran tunggal ini menghadirkan karya-karya I Gede Oka Astawa dengan tema “Palemahan”. Oka tertarik untuk menjadikan Palemahan, sebagai sebuah frame yang membingkai peristiwa pamerannya kali ini. Pameran dengan kurator I Made Susanta Dwitanaya ini juga dirangkaikan dengan peluncuran buku “Narasi Oka Art Project #1”. Frame kuratorial ini mencoba merepresentasikan bagaimana Oka membaca tema seputar alam dan isu isu ekologis dalam karyanya dari perspektif dirinya sebagai orang Bali. Dalam karya-karyanya tentu saja nilainilai lokal tersebut tidak ditampilkan secara banal dalam bentuk visual. Menilik karya–karya lukisannya terbaca bagaimana Oka melakukan artikulasi terhadap tema yang terkait dengan persoalan alam dan isu ekologi kini. Persoalan alih fungsi lahan dari agraris ke industri misalnya coba ia representasikan dalam karya

yang berjudul “Petani”. Dalam karya terlihat abstraksi figur dalam gestur berdiri termangu sembari memegang cangkul, adanya abstraksi objek cangkul pada karya tersebut memperlihatkan bahwa sosok tersebut adalah seorang petani. Sosoknya kini tersendiri, menyepi di riuhnya industri, mencoba bertahan di tengah himpitan keadaan yang tak menguntungkan. “Berbagai perubahan sosial dan tatanan ekologis di Bali adalah dampak dari berbagai kepentingan dari berbagai pihak terhadap Bali. Pariwisata yang sudah telanjur menjadi branding Bali, secara ekonomi tentu saja sangat potensial untuk dikembangkan. Namun tak jarang niat untuk mengembangkan tersebut terpeleset menjadi niat untuk menguasai dan mengeksploitasi alam dan budayanya secara berlebih,” ujar Oka.

Tak ayal Bali kemudian jadi ajang perebutan kepentingan para pemodal besar misalnya yang ingin “menguasai” dan mengeksploitasi alam dan budaya Bali secara berlebih hanya untuk kepentingan pribadinya. Narasi inilah yang Oka hadirkan pada karya yang berjudul “Tarik Ulur”, berupa penggambaran dua figur yang sedang bermain tarik tambang dimana Bali yang secara banal digambarkan oleh Oka sebagai gambar pulau Bali ada diantara jeratan tali yang sedang

Tampil cantik dan elegan dengan kebaya, saat ini menjadi salah satu pilihan favorit perempuan pada ummnya. Untuk itu, pekan ini Tokoh kembali menampilkan busana nasional dalam bingkai kebaya modern.

ebaya –kebaya karya Dewi Calista ini berbalut kelembutan warna pastel, sunset peachnya sinar matahari yang tenggelam, menjadikannya begitu indah dipandang. Koleksi ini memilih warna pastel, selain unik warna ini juga tergolong disukai banyak orang. Terlebih dengan keselarasan perpaduan aplikasi warna abu-abu, mampu menjadikan potongan kebaya tersebut lebih menarik. Warna pastel lanjut Dewi Calista, aman dikenakan diberbagai

kalangan usia karena tidak terlalu mencolok dan kalem. Seperti model kebaya modern warna pastel kali ini, hampir semuanya berkesan simpel

namun tetap modis. Kebaya –kebaya ini juga dapat dikenakan diberbagai kesempatan, mulai acara wisuda, hingga menghadiri undangan

pesta. Sementara untuk model busana laki-lakinya dipilih warna hitam dan abu dengan menyertakan aksen warna kebaya di depannya. (Sri Ardhini)


Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Seminar Internasional UNR

Edukasi

Budaya Popular dalam Perspektif Kebijakan Publik Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak mempengaruhi perilaku kehidupan masyarakat. Seiring dengan hal tersebut, budaya popular pun berkembang pesat, menumbuhkembangkan dan terjadi determinasi di masyarakat yang sulit dikontrol. Kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, juga mendorong munculnya produkproduk kebudayaan baru dalam masyarakat.

S

alah satu wujud kebudayaan yang dihasilkan dengan adanya keterlibatan media massa adalah kebudayaan popular atau pop culture. Berbagai wujud budaya popular ini ada di sekitar kita seperti gaya busana, makanan, musik, alat transportasi publik, bentuk bangunan, dll. Tak bisa dimungkiri keberadaan budaya popular ini mewarnai kehidupan sosial manusia. Dengan latar belakang ini, Univeristas Ngurah Rai (UNR) beker­ja sama dengan STIE BIITM Sahid Bali menggelar seminar internasional yang bertema, “Popular Culture and Culture Values From The Perspective of Public Policy”, Sabtu (8/4) di Ruang Serba Guna, Universitas Ngurah Rai. Ketua Panitia Dr. Ida Ayu Putu Sri Widnyani, mengatakan, tujuan pelaksanaan seminar, untuk mengindentifikasi persoalan-persoalan budaya popular dalam perspektif kebijakan publik, memetakan potensi-potensi yang ada untuk dipakai sebagai bahan diskusi, bahan riset, dan pengembangan dalam kerangka pengambilan publik. Selain itu juga, untuk mensinergikan kekuatankekuatan seluruh stakeholder dalam kebijakan publik dan membangun kerja sama antara perguruan tinggi, instansi terkait, masyarakat, arena publik, ruang publik, serta masyarakat. Kegiat­ an semi­nar internasional ini dihadiri akademisi, peneliti, pemerintah daerah,

mahasiswa, yang berjumlah 440 orang. Adapun pembicara utama dalam seminar ini, Prof. David Reeve (UNSW/ The University of New South Wales, Sydney Australia dan Dr. Diane Butler, Ph.D (University of Colorado USA) serta dua presenter pendamping Dr. Gede Wirata, S.Sos., M.Si. (Fisip Universitas Ngurai Rai) dan Dr. I Ngurah Suryawan S.Sos., M.Si (Universitas Negeri Papua Manokwari). Sidang paralel diikuti 52 peserta yang telah melalui tahapan seleksi reviewer dan editor. Dekan Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Ngurah Rai, Dr. Gede Wirata dalam sambutannya mengatakan, lahirnya modernisasi kehidupan telah banyak mengubah cara pandang dan pola hidup masyarakat, sehingga peradaban yang terlahir adalah terciptanya budaya masyarakat konsumtif dan hedonis dalam lingkungan masyarakat kapitalis. Menurutnya, fenomena ini tidaklah dianggap terlalu aneh, bahkan, sudah menjadi bagian dari budaya baru hasil dari para importir yaitu para penguasa industri budaya yang sengaja memporakporandakan tatanan budaya yang sudah mapan selama bertahun-tahun menjadi bagian jati diri bangsa Indonesia. “Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan kemunculannya sebuah budaya baru yang konon “katanya” lebih atraktif, fleksibel, dan mudah dipahami sebagian masyarakat,”

Dari kiri: Moderator Dr. Suroyo, Prof. David Reeve, Dr. Diane Butler, Ph.D, Dr. I Ngurah Suryawan S.Sos., M.Si, dan Dr. Gede Wirata, S.Sos., M.Si.

ujarnya dengan nada miris. Gede Wirata juga menilai, kuatnya serangan media khususnya televisi dengan segala macam bentuk keragaman tayangan, berdampak pada sikap gaya hidup masyarakat yang cenderung konsumeristik dan berjiwa hedonis serta menonjolkan berpenampilan ke arah keglamouran hidup. “Perilaku sopan dan norma-norma kehidupan yang terlahir dari warisan para leluhur bangsa ini, telah terkoyakkan hadirnya budaya popular yang serba instan dan cen­derung materialistik, bahkan telah merusak sendi-sendi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat,” ujar Wirata. Gede Wirata berharap, dengan

seminar ini, pemerintah baik itu pusat dan daerah mempunyai kebijakan bagaimana membangkitkan budaya lokal yang sudah sirna. Dari peserta seminar, ia berharap timbul rasa jengah untuk mempertahankan budaya lokal. “Budaya asing itu tidak jelek, tapi mari kita saring, mana yang cocok untuk kita sebagai orang Bali dan mana yang tidak. Tidak ditelan mentah-mentah,” ujar Wirata. Ia mengatakan, Prof. David Reeve dan Dr. Diane Butler, Ph.D sengaja didatangkan, karena mereka merupakan pemerhati kebijakan, sehingga diharapkan dapat memberi masukan dan pemahaman bahwa budaya lokal sangat penting dipertahankan.

Rektor UNR Dr. Drs. Nyoman Sura Adi Tanaya, M.Si menambahkan, kebijakan yang tidak didasari pada nilai budaya lokal sangat berbahaya dalam perkembangan pembangunan. Apabila kita tidak bisa mengendalikan budaya popular maka budaya negatif akan bermunculan. Ia berharap, dari hasil diskusi dan makalah, akan mendapatkan rumusan budaya popular yang bisa beradaptasi dengan budaya lokal Bali dan bisa memperkuat karakter nilai budaya lokal Bali. Seminar internasional ini dibuka Drs. I Wayan Suarjaya, MAP, Kabag Umum Kopertis Wilayah VIII mewakili Koordinator Kopertis VIII yang berhalangan hadir. –ast

Dara Nama Andre Bali belaka­ ngan mulai dikenal dikalangan penggemar musik pop Bali. Pria yang sempat beker­ja di luar negeri ini, kini pulang kampung dan merilis single “Ada Rasa Cemburu” dibawah nau­ ngan Demores Rumah Musik milik musisi Gde Kurniawan. Bagi Andre bermusik bukanlah baru baru ini ditekuninya, namun sudah sejak duduk dibangku sekolah dengan menjadi vokalis band dan pernah meraih beberapa kali penghargaan dalam sebuah kompetisi menyanyi baik itu di Bali maupun ditingkat Nasional.

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

9

Rilis Single setelah Pulang Kampung

B

agi Andre Bali, sepulangnya dari luar negeri kembali membangkitkan semangatnya bermusik. Bergabung bersama Demores Rumah Musik, ia mencoba untuk menggarap sebuah single yang berjudul “Ada Rasa Cemburu” yang dicomposser langsung oleh Gde Kurniawan. “Bermusik memang sudah menjadi hobbi saya sejak duduk dibangku sekolah. Dulu saya seorang vokalis band sekolah. Kala itu beberapa penghargaan pernah saya raih dalam kompetisi bernyanyi baik ditingkat Bali maupun Nasional. Hal itulah yang membuat saya sepulang dari luar negeri mencoba untuk merilis single Ada Rasa Cemburu ini. Iya hitung-hitung mengisi waktu luang di kampung halaman,” ujar Andre Bali saat

dihubungi belum lama ini. Pria kelahiran Singaraja, 11 Juli 1987 ini berharap, singlenya yang baru saja dirilis ke radio - radio belum lama ini mampu menghadirkan warna baru di belantika musik pop Bali dan memperkenalkan potensi musisi di Buleleng sehingga tidak mesti harus hijrah ke Denpasar. “Kalo sebagian musisi Buleleng mencari peruntungan ke luar, saya mau

coba berkarya di daerah sendiri. Iya hitung-hitung memperkenalkan bahwa di Buleleng juga bisa menghadirkan karya yang mampu bersaing,” imbuh pria asal Desa Lokapaksa ini. Sementara itu, Gde Kurniawan Produser Demores Rumah Musik, mengaku jika kualitas vokal Andre Bali mempunyai ciri khas tersendiri. Bagi Gde Kurniawan, itu menandakan jika Buleleng memiliki potensi besar dalam

bidang industri musik. Ke depan Gde Kurniawan selaku pemilik Demores Rumah Musik ingin mewadahi para musisi yang ingin berkarya dan meramaikan belantika musik Bali. “Saya inginnya musik di Buleleng ini maju dan kita dari Demores Rumah Musik siap untuk mewadahi para musisi dan penyanyi solo yang ingin

berkarya. Seperti Andre Bali ini contohnya, kualitas vokalnya sangat bagus dan dia berani mencoba untuk berkarya di Buleleng. Mari kita sama-sama majukan dan angkat potensi para musisi dan penyanyi yang ada di bumi Denbukit ini,” pungkasnya. (Wiwin Meliana)

Sudut Pandang

Lebih Cepat Tahu lebih Baik Kadang terlalu sibuk bekerja membuat orang mengabaikan tanda-tanda ketidakberesan dalam tubuhnya. Menyesalnya ketika memeriksakan diri ke dokter, ternyata sinyal ketidakberesan itu adalah penyakit serius yang telah menyebar karena terlambat diobati. Itulah yang dialami oleh sejumlah artis yang terkena kanker. Salah satunya adalah Yana Zein, pemeran sinetron ‘Cinta di Langit Taj Mahal’ yang terkena kanker payudara. Dia baru ke dokter setelah kanker masuk stadium tiga. Padahal tanda-tanda ada masalah pada payudaranya sudah ia rasakan sejak lama. Namun karena sibuk bekerja, ia mengaku mengabaikan, dan melakukan pengobatan alternatif untuk benjolan di payudaranya. “Dulu saya kira benjolan itu masuk angin biasa,” kata Yana. “Pengobatan medis saya terlambat, awal saya ke dokter pas sudah kena stadium 3,” kata Yana. Hal yang sama juga terjadi pada Julia Perez, yang ketika ke dokter divonis menderita kanker serviks stadium 1B dan telah menjelar ke mulut rahim. Adanya sejumlah artis yang terlambat mengetahui dirinya menderita penyakit serius membuat Iis Dahlia, pedangdut senior mengingatkan agar melakukan medical check up secara rutin. Jangan takut dan jangan abai tentang hal penting ini. Karena, katanya, ketakutan dan abai terhadap hal tersebut justru bisa berakibat fatal. “Jangan takut melakukan medical check up. Lebih cepat kita tahu masalah kesehatan kita akan lebih baik. Karena lebih dini penyakit ditangani dokter, akan menjadi semakin baik dalam mencegah keadaan semakin buruk,” ungkap Iis yang mengaku rutin melakukan medical check up. “Aku ke dokter bukan karena sakit saja, tapi meski tidak sakit namun kalau sudah jadwalnya memeriksakan diri ke dokter atau melakukan medical check up, pasti aku lakukan. Jadi aku tahu kondisi kesehatan aku sedang bagaimana. Misalnya cek darah, kolesterol, itu

rutin dilakukan. Sedang general check up setidaknya setahun sekali,” tambah pelantun tembang ‘Tamu tak Diundang’, ini. Untuk urusan cek kesehatan, lanjut wanita kelahiran Indramayu 1972 ini, bukan hanya dirinya saja tapi dia juga ‘cerewet’ pada suami juga anak-anaknya. Mereka semua juga melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi, tambah juri D’Academy –ajang pencarian bakat penyanyi dangdut--- ini, selain menjaga pola hidup sehat dalam keluarganya, dia juga menjaga agar medical check up rutin dilakukan oleh semua anggota keluarga. Ia mengaku tidak mau mengambil risiko karena abai melakukan medical check up. Dari rutin pemeriksaan itu juga dia juga jadi tahu bahwa suatu ketika kolesterolnya naik. Dengan begitu penanganan dini pun segera dilakukan. “Dulu aku pernah medical check up, kalau biasanya semua hasil bagus, ternyata ada yang bermasalah yaitu kolesterol naik. Dokter meminta aku untuk menjaga makanan, supaya kolesterol aku cepat turun. Jadi dari rutin medical check itu, sejak dini kita tahu kalau ada masalah pada tubuh dan kesehatan kita,” papar Salsabila Juwita dan Devano Danendra ini. (Diana Runtu)

Iis Dahlia

16


8

Bunda & Ananda

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Griya

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

17

Kesadaran Masyarakat Masih Rendah Harmonikan Ruang Lakukan Medical Check Up sejak Bayi Baru Lahir dengan Bentuk dan Warna

Kesehatan adalah harta yang paling berharga. General check up sangat penting dilakukan, sesuai dengan slogan “Mencegah lebih baik daripada mengobati”. Jika dari awal sudah mengetahui status kesehatan kita, kita akan lebih mudah menjaga kesehatan, di samping memang pola hidup sehat itu sangat perlu. “Misalkan kita dari keluarga yang memiliki riwayat hipertensi, kita konsultasi dengan dokter, pengecekan apa saja yang perlu kita lakukan, selain hipertensi. Secara umum, general check up biasanya pengecekan dari amnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,” ujar dr. Ni Kadek Martini, dokter umum di RSU Surya Husada Denpasar.

P

emeriksaan penunjang ini banyak macamnya seperti pemeriksaan laboratorium (cek darah, kencing, dahak, dll), pemeriksaan radiologi (rontgen, USG, bisa juga ditambahkan CT Scan jika ada penyakit tertentu). Namun yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan darah dan rontgen, biasanya ini tergantung usia. Semakin bertambah usia semakin banyak yang harus dicek. Dari pengamatannya selama ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan medical check up secara pribadi, masih rendah. Yang banyak melakukan medical check up biasanya dari usia kerja (sekitar 20 tahunan), biasanya karena kebutuhan perusahaan. Mereka yang baru masuk kerja ada pemeriksaan rutinnya. Tapi jika melakukan general chek up secara pribadi dan sedini mungkin, itu sangat bagus dan penting bahkan seyogianya dilakukan dari bayi baru lahir. “Sehingga kelainan-kelainan

genetik dan kelainan hormonal bisa sedini mungkin diketahui. Seperti yang kami jalankan di Surya Husada, setiap bayi yang lahir dicek fungsi tiroidnya untuk mengetahui tumbuh kembang ke depannya nanti, sehingga bisa secepatnya melakukan penanggulangan. Jika ada gangguan hormon tiroid (rendah) bisa mengakibatkan penurunan kecerdasan intelektual dan gangguan tumbuh kembang,” jelas Ketua VCT RSU Surya Husada ini. Persyaratan untuk melakukan pengecekan laboratorium, ada yang tanpa puasa, ada yang dengan puasa. Ia mengatakan, jika pengecekan darah, widal, fungsi hati, fungsi ginjal, cek kencing, tidak perlu puasa. Yang perlu puasa, pengecekan gula darah, kolesterol (lemak darah), asam urat. “Pengecekan gula darah ini ada tiga macam, ada pengecekan gula darah tanpa puasa, dengan puasa, dan 2 jam setelah makan. Ini ada nilainya. Gula darah dengan puasa normalnya tidak lebih dari 100 mg dan kolesterol total

tidak lebih dari 200mg/dL,” jelas dokter Kadek yang juga dokter keluarga ini. Sebagai dokter keluarga, ia memiliki area kerja tertentu. Jadi, dokter keluarga mengetahui persis riwayat kesehatan dan perkembangan pasiennya. Sama halnya dengan BPJS, tujuan fasker primer (pertama) itu dikatakan dokter Kadek dasarnya sebenarnya dokter keluarga. Dengan adanya dokter keluarga, dokter benar-benar mengetahui riwayat pasien satu keluarga itu. Karena untuk mengetahui penyakit seseorang, penting sekali mengetahui riwayat penyakit yang ada di keluarga tersebut. Misalnya di satu keluarga hampir rata-rata semua meninggal karena stroke. Jadi perlu diperhatikan apa faktor pemicu stroke, tensinya kita evaluasi, cek kolesterolnya rutin, olahraga teratur. Misalnya dalam suatu keluarga itu alergi, bagaimana dokter keluarga itu memantau kesehatannya. “Coba bayangkan jika tidak punya dokter keluarga, sekarang berobat kesini, besok kesana, semua selalu dimulai dari awal. Dokter keluarga pasti sudah memiliki catatan riwayat kesehatan keluarga tersebut,” ucapnya. (Inten Indrawati)

Sebuah perancangan arsitektur maupun ruang dalam (interior), tentunya disesuaikan dengan keinginan atau selera si empunya rumah. Secara tidak langsung, rumah (hunian) keluarga mencerminkan karakter ­penghuninya. “Meski demikian, dalam perancangannya, tetap ­mempertimbangkan beberapa prinsip, di antaranya unity ­(kesatuan), harmoni, dan balance (keseimbangan),” ujar desainer interior Arko Wiyono, S.Sn.

U

nity dan harmoni ini dikatakannya dapat diwujudkan dengan menyatukan unsur-unsur desain seperti bentuk, tekstur, warna, dll. Semua elemen yang ada saling melengkapi satu dengan yang lainnya sehingga menghasilkan komposisi yang seimbang yang membentuk suatu ruang yang harmonis dan mampu mewadahi aktivitas penghuninya. Dalam rancangan ruang tidur, ruang keluarga dan ruang dapur yang baru saja dirampungkannya, prinsip-prinsip tersebut paling terlihat pada

dr. Ni Kadek Martini

Mendongeng Lima Menit

Ekor tikus hilang

Made Taro

Ketika bangun tidur, Tikus terkejut. Ekornya hilang. Ia mencurigai Kucing, lalu mendatanginya. “Kucing, tolong kembalikan ekorku!” “Aku mau mengembalikan ekormu, asalkan kamu memberiku susu

milik Sapi,” jawab Kucing. “Sapi, tolong beri aku susu! Susu itu akan kuberikan Kucing, sehingga ia mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu susu, asalkan kamu memberiku rumput milik Pak Tani.” “Pak Tani, tolong beri aku rumput! Rumput itu akan kuberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga Kucing mau mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu rumput, asalkan kamu memberiku daging milik Tukang Potong Hewan.” “Tukang Potong Hewan, tolong beri aku daging! Daging itu akan kuberikan Pak Tani, sehingga Pak Tani memberiku rumput. Rumput itu akan keberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga ia mau mengembalikan ekorku.” “Aku mau memberimu daging, asalkan kamu memberiku sebungkus nasi campur milik Pedagang tkh/net

Nasi.” “Pedagang Nasi, tolong beri aku sebungkus nasi campur! Nasi itu akan keberikan Tukang Potong Hewan, sehingga Tukang Potong Hewan memberiku daging. Daging itu akan keberikan Pak Tani, sehingga Pak Tani memberiku rumput. Rumput itu akan keberikan Sapi, sehingga Sapi memberiku susu. Susu itu akan keberikan Kucing, sehingga Kucing mengembalikan ekorku.” “Baiklah! Aku mau memberimu sebungkus nasi campur, tetapi kamu harus menaati perintahku!” “Perintah apa itu?” tanya Tikus. “Kamu tidak boleh rusuh di rumahku! Kalau kamu rusuh, maka kubiarkan Kucing memotong ekormu dan aku akan memotong kepalamu.” Tikus berjanji mengikuti perintah Pedagang Nasi. Ia lalu mendapatkan sebungkus nasi campur. Nasi campur itu ia serahkan kepada Tukang Potong Hewan, dan Tukang Potong Hewan itu memberinya sekerat daging. Daging itu ia serahkan kepada Pak Tani, lalu ia mendapatkan seikat rumput. Rumput itu ia serahkan kepada Sapi, sehingga ia mendapatkan semangkuk susu. Susu itu ia serahkan kepada Kucing, sehingga Kucing menyerahkan kembali ekornya. Tikus itu amat senang, sebab kepala dan ekornya utuh. Namun semenjak peristiwa itu, ia tidak lagi dekat dengan Kucing dan Pedagang Nasi. (Skotlandia)

Arko Wiyono, S.Sn.

warna dan bentuk, yang tentu saja hal ini juga sebagai penerapan konsep modern minimalis. Pada ruangan-ruangan ini banyak diterapkan warna putih (pada dinding) untuk menegaskan karakter sebagai rumah minimalis. Konsep modern minimalis juga tercermin lewat bentuk-bentuk kotak (yang simpel) yang dipilih. “Warna putih juga dipilih agar terkesan clean seperti permintaan pemilik, selain juga untuk menonjolkan warna elemen pengisi ruang yang didominasi warna cokelat dan abu,” ujar Arko.


18

Life Story

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

7

Urung Cerai karena Anak

Tradisi Meminta Hujan Turun Ada sejumlah tradisi yang unik dan menarik di Bali Utara. Salah satunya tradisi yang bercirikan semangat berperang bernafaskan kepahlawanan yang sampai saat sekarang masih ada dilakoni masyarakatnya. Perang Rotan atau yang lebih dikenal dengan gebug ende, terdapat di desa patas kecamatan gerokgak. Namun tradisi ini sebenarnya berasal dari Desa Seraya Karangasem.

T

radisi ini biasanya dimainkan jika musim kemarau tiba. Saat itu masyarakat Seraya memiliki tradisi budaya religius itu untuk memohon turunnya hujan. Tradisi ini dimainkan oleh dua orang laki-laki, masingmasing pemain saling memukul lawan dengan menggunakan sebuah rotan yang panjangnya mencapai 2 meter. Sedangkan alat penangkisnya sebuah perisai bergaris tengah 60 cm terbuat dari lapisan kulit sapi kering yang terikat pada bingkai kayu. Disamping para pemain, di dalam arena permainan juga terdapat dua orang yang bertugas untuk melerai ketika pertarungan semakin keras, mereka disebut sebagai pakembar. Meski tubuhnya terkena pukulan rotan, mereka merasa gembira dan menari-nari kegirangan. Sementara suara gamelan baleganjur bertalu-talu sebagai pengiring memanaskan suasana ”perang”. Penonton pun sorak-sorai untuk memberikan support. Mereka bertanding satu lawan satu. Cara ”perang” mereka boleh dikatakan menarik dan mengerikan, karena berduel satu lawan satu memakai alat pemukul dari rotan tanpa mengenakan baju hanya pakai busana kain adat saja. Tak pelak cucuran darah pada tubuh dan kepala akan mengalir karena pukulan sebatang rotan, paling tidak bekas memar akan membekas setiap pukulan rotan itu mendarat di punggungnya apalagi Gebug ini di mainkan dibawah terik matahari. Atraksi Gebug umumnya dilakukan di sela-sela istirahat kerja di ladang pada siang atau sore hari biasanya saat akan menjelang musim tanam di ladang. Pelatih Gebug anakanak Wayan Nadi mengatakan, saat musim kemarau tiba maka digelarlah tradisi ini untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi untuk dapat menurunkan hujan.“Tradisi ini biasanya diadakan saat musim-musim

kering. Saat hujan lama tidak turun pada musim itu maka digelarlah Gebug Ende ini. Aslinya tradisi ini berasal dari Desa Seraya, Karangasem,” ungkapnya. Penua Desa Patas Ketut Koroh mengatakan, jika salah satu pemain sampai mengeluarkan darah dari pukulan rotan maka ada kemungkinan hujan akan cepat turun. Singkatnya, menurut kepercayaan masyarakat Seraya, permainan Gebug digelar di wilayah desanya ini untuk memohon kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa (Tuhan ) agar hujan segera turun untuk keperluan pertanian. “Jika terjadi sesuatu maka bisa digelar gebug ini. Misalnya seperti datangnya hama yang tidak bisa dikendalikan, gebug inilah penawarnya. Jika sudah diadakan gebug maka perlahan hal yang buruk tersebut akan hilang dan kembali seperti semula. Apapun hal-hal yang buruk tersebut jika ditawar dengan permainan gebug ini maka hal tersebut sudah pasti akan musnah. Begitu menurut kepercayaan masyarakat,” tegasnya. Salah sorang warga Desa Patas Komang Wastika yang akrab disapa Mang Jambul menceritakan, masa mudanya dulu ia sering bermain ende. Menurutnya jika seseorang yang sudah hobi dalam bermain, ketika mndengar gamelan maka muncul hasrat ingin bermain. Tak jarang pula ia merasakan sakitnya sabetan rotan dari lawannya. “Lukanya gak sampai dalam sekali, tapi bisa sampai pingsan. Kalau sudah hobi ya mau bagaimana lagi, kalau ada musuh ya sudah lawan saja. Dulu saya begitu saat masih sekolah. Kalau denger gamelannya saja saya sudah ingin sekali bermain. Jika dalam permainan itu salah satu pemain kepalanya kena dan mengeluarkan darah, pasti hujan akan turun. Gak saat itu juga sih, tapi masyarakat yakin kalau sudah kepala yang kena dan berdarah, hujan pasti turun,” ujarnya.

Atraksi ini biasanya berlangsung di tempat-tempat umum dengan mengundang lawan yang ada di desa. Gebug dilakoni oleh baik anak kecil, dewasa maupun orang tua tak ketinggalan dalam mengadu kepintaran memainkan batangan rotan dan

perisai. Di tengah-tengah kemajuan jaman saat ini, tradisi gebug yang telah ada pada jaman Bali aga ini sudah hampir punah. maka kita sebagi pewaris budaya sudah sepatutnya membanggakan dan melestarikan keberadaannya. (Wiwin Meliana)

Bupati Agus Suradnyana dan Wabup Sutjidra

Ucapkan Selamat Hari Suci Galungan dan Kuningan Pada hari Rabu (5/4) yang bertepatan dengan Buda Kliwon Wuku Dungulan, segenap umat Hindu sedharma akan merayakan Hari Suci Galungan. Dan pada Sabtu (15/4) Wuku Kuningan juga akan merayakan Hari Suci Kuningan. Hari raya Galungan dan Kuningan membawa pesan untuk mengingatkan agar kita melihat catatan perjalanan kebelakang (mulat sarira), mengevaluasi seberapa jauh langkah kita yang telah sesuai dengan dharma. Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana, ST dan Wakil Bupati dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG., menyampaikan ucapan selamat merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan kepada seluruh masyarakat Buleleng, khususnya yang beragama Hindu. “Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa Asung Kertha Wara Nugraha kepada kita sekalian dalam pengabdian kita sesuai dengan swadharma kita masing-masing. Kami mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Buleleng merayakan Hari Suci Galungan dan Kuningan dengan penuh rasa bhakti dan menjaga toleransi, keamanan serta ketertiban di

lingkungan masing-masing.” Ucap Bupati Putu Agus Suradnyana, ST di dampingi Wakil Bupati dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG Bupati yang akrab dipanggil PAS ini mengharapkan masyarakat bisa menjadikan momentum Hari Suci Galungan dan Kuningan untuk senantiasa meningkatkan srada bakthi kehadapan Ida Shang Hyang Widi Wasa mempererat persaudaraan serta tali silaturahmi . Lebih lanjut, PAS mengatakan, bahwa makna kemenangan dharma melawan adharma haruslah dimaknai sebagai upaya dan tekad meningkatkan kualitas kehidupan , sosial dan kemasyarakatan untuk mencapai kebahagiaan dengan selalu berpijak kepada ajaran dharma (agama Hindu). Duet Bupati dan Wakil Bupati yang lebih dikenal dengan sebutan PAS Sutjidra ini juga mengharapkan momentum perayaan Hari Suci Galungan dan Kuningan dapat dijadikan satu titik tolak untuk menjadikan masa depan yang lebih baik, lebih berkualitas dan mampu mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.

L

ima tahun yang lalu, di bulan April. Menjelang magrib, Fitri pulang ke rumah usai berjualan makanan di pasar sejak siang hari. Saat masuk ke halaman rumah, ia menemukan sepeda motor suaminya ringsek bagian kepalanya. Ia begitu khawatir melihat hal itu dan langsung menemui suaminya. Benar saja. Suaminya terbaring lemah di kursi panjang ruang tamu dengan wajah penuh luka, termasuk lebam di sekujur tubuhnya. Fitri sedih menyaksikan suaminya menahan rasa sakit. Dengan penuh kasih sayang, Fitri (50), mengobati luka suaminya. Menurut Randi suaminya itu, ia baru saja mengalami kecelakaan. Sepeda motornya bertabrakan dengan sebuah mobil ketika berada di pengkolan. Sembari mengelus punggung suaminya yang penuh dengan lebam, Fitri meniup obat merah yang diteteskannya pada luka-luka suaminya. Ia memeluk suaminya itu sembari berkata “Sabar ya Pa…,” ujarnya penuh kasih sayang. Selama seminggu ia merawat luka suaminya yang sesungguhnya selama ini banyak menyakitinya itu. Ia memang tahu meski suaminya itu banyak menyakitinya namun suaminya tersebut sangat mencintai dirinya. “Selama hidup bersamanya, dia (Randi) lebih banyak menyakiti saya, tapi saya tahu dia sangat mencintai saya,” ungkap Fitri. Fitri jatuh hati pada Randi karena ketampanannya yang berada di atas rata-rata pemuda di kampungnya, di Bima. Puluhan tahun hidup berumah tangga dengan Randi yang selalu berpenampilan parlente itu, sudah cukup membuat Fitri memahami karakter dan sifat suaminya itu. “Dia sangat keras bahkan kerapkali memukul kalau sedang marah,” katanya. Tapi biasanya itu hanya sebentar, beberapa waktu kemudian ia bisa memperlihatkan kasih sayang yang sesungguhnya pada keluarganya. Kehidupan mereka pernah berjaya di kampungnya, ketika

tkh/net

Gebug Ende

Foto by Dian Surya

Asap mengepul dari dapur sederhana milik Fitri. Ia tengah memasak untuk persediaan makanan matang yang biasa dijualnya di pasar. Sambil meracik bumbu dan membolakbalikkan bara dari tungku yang mengirim aroma sedap masakan, Fitri bercerita dengan lugas tentang kisah satir yang dialaminya lima tahun lalu. Kisah ini ia ungkapkan setelah ia gagal menceraikan suaminya karena memikirkan pera­ saan empat anaknya.

‘usaha’ Randi naik daun. Meski tidak memiliki pekerjaan tetap dan usaha yang baik, Randi bisa mencari penghidupan dengan menjadi broker kampung untuk urusan apa saja. Tampangnya bergaya bos. Ia terjun juga pada dunia perjudian dan minuman keras. Karena itulah ia kerap temperamen. “Kalau soal judi dan minum minuman keras, saya masih bisa bertahan, tapi yang menyakitkan itu soal perempuan,” kata Fitri. Randi penah ketahuan menikah lagi diam-diam dan membawa pulang seorang anak ke rumah mereka. “Dia kawin, lalu perempuannya lari, dia bawa pulang lagi anaknya untuk saya urus,” ungkap Fitri menggeleng. Anak tersebut sempat tinggal bersamanya dan diurus dengan baik oleh Fitri, meski ia mengaku kerap keras pada anak itu akibat sakit hati pada ibu dari anak tersebut. Karena itu ia kembalikan anak suaminya tersebut pada keluarga ibu si anak. Sejauh itu Fitri masih bisa melalui cobaan hidupnya tersebut dengan tetap bisa menerima suaminya. Namun, suaminya tidak juga sadar. Ia masih keras dan masih dengan kebiasaankebiasaannya. Sampai di hari yang satir itu. Setelah beberapa hari merawat luka suaminya, salah se-

orang anak laki-lakinya, rupanya curiga pada sang ayah. “Kalau dilihat dari lukanya, Bapak bukan mengalami kecelakaan,” kata anak laki-lakinya itu. Fitri tersadar namun sedikit tak percaya dengan dugaan anaknya itu. Fitri terdiam mengulang kembali rekaman dalam kepalanya saat ia mengobati luka-luka suaminya. “Semua luka ada di wajah dan kepala, sementara tubuhnya lebam,” kata hati Fitri seraya bertanya-tanya. Anak laki-lakinya itu mempertajam kembali. “Kalau tabrakan, kenapa hanya kepala sepeda motor yang ringsek, tidak ada tanda-tanda kerusakan di bagian samping sepeda motor. Beitu juga dengan bentuk luka dan lebam ayah, seperti tidak menyambung antara peristiwa dan kerusakan yang terjadi pada sepeda motor,” kata anak laki-lakinya. Fitri diam waktu itu, sambil pelan-pelan bertanya pada suaminya kejadian yang sebenarnya. “Ya namanya pencuri mana ada yang mau ngaku,” katanya. Ia tetap mengaku karena kecelakaan. Sampai seminggu kemudian, saat ia curhat pada tetangganya yang dekat dengan dirinya, barulah ia tahu apa yang sesungguhnya terjadi. “Saya minta maaf kalau baru mengatakan hal ini, suaminya sudah menikah lagi dan sebelumnya ia sempat dipukuli oleh keluarga istrinya itu karena ia menolak menikahi-

nya,” kata tetangganya itu pada Fitri. Menurut tetangganya itu, beruntunglah ia mau menikahi perempuan itu meski terpaksa, karena jika tidak maka bisa berakibat fatal pada nyawa Randi. Itu terbukti, Randi babak belur dibuat akibat menolak menikahi kekasih gelapnya itu. Di sanalah tempatnya Fitri tidak bisa berkata-kata ketika sadar bahwa betapa satir hidupnya waktu mengobati luka suaminya dengan penuh kasihsayang yang ternyata luka itu akibat pengkhianatan suaminya pada dirinya, namun ia sama sekali tidak tahu. Tidak menunggu lama, emosi Fitri memuncak. Ia pulang ke rumah dan menemukan suaminya sedang santai menonton televisi. Tanpa bicara apa-apa apalagi bertanya, ia jambak rambut suaminya, ia pukuli habishabisan untuk menumpahkan semua emosi dan rasa sakit akibat dibohongi suaminya itu. “Saya heran, suami saya kok diam saja, tidak melawan sedikit pun, padahal saya memukulinya dengan segala apa yang ada di dekat saya, hanya pisau saja yang tidak saya pakai untuk memukulinya. Saya tumpahkan semua sakit hati

saya padanya,” ujarnya. Rupanya, peristiwa dan reaksi Fitri ini sepertinya sudah ditunggu-tunggu oleh Randi. Karena itulah ia tidak melawan sama sekali, malah cenderung pasrah, mengalah dan membiarkan istrinya itu menumpahkan emosi jiwa pada tubuhnya. Ia sepertinya tahu situasi ini pasti datang, hanya tinggal tunggu waktu saja. Akhirnya Randi mengakui semuanya. Sejak itulah, Fitri dan anakanaknya tidak terlalu menggubris Randi. “Kalau dia mau pergi, pergi saja, mau pulang, pulang saja, terserah dia,” ungkap Fitri. Namun secara jujur Fitri mengaku ia lebih suka kalau Randi pergi ke rumah istri mudanya. “Kalau dua minggu dia tidak ke rumah istrinya, saya yang malah menyuruhnya bahkan mengusirnya agar ia pergi,” ujar Fitri. Rupanya, itu dilakukan Fitri karena takut istri mudanya melarikan diri lalu datang mengantar anaknya pada Fitri. “Saya sungguh tidak sanggup menerimanya,” ungkapnya. Peristiwa itu sempat membuatnya hampir bercerai namun karena memikirkan anak-anaknya, Fitri mengurungkan niat itu dengan harapan suaminya bisa berubah. (Naniek I.Taufan)

MoU BRI dan REI

Senior Executive Vice President Bank BRI Supari (pa­ ling kiri) menyerahkan CSR BRI Peduli Bantuan Bedah Rumah sebanyak 8 unit rumah senilai 240 juta kepada Wakil Gubernur Bali I Ketut Sudikerta (kedua kanan) disaksikan Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Soelaeman Soemawinata (paling kanan) dalam acara peringatan Hari Ulang Tahun REI ke -45 yang diselenggarakan di Garuda Wisnu Kencana, Bali, Sabtu (1/4). Dalam acara tersebut, Bank BRI juga melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) bersama REI dengan menggandeng seluruh developer anggota REI dalam pemanfaatan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) maupun Kredit Pemilikan Apartemen (KPA). –Ngurah Budi


6

Woman on Top

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Perempuan yang baru saja memasuki masa pensiun dari jabatannya sebagai Sekretaris Material Grand Hyatt Nusa Dua Bali ini, tetap ingin menari. Baginya, menari adalah panggilan hati, hobi, dan kebiasaan sejak kecil. Usianya kini sudah terbilang memasuki lansia. Namun, semangat dan keceriaanya tak kalah dengan kaum muda. “Umur saya 56 tahun,” kata perempuan bernama lengkap AA Sagung Rat Mudiani.

19

A.A. Sagung Rat Mudiani

Menari sebagai Panggilan Hati membuat orang yang menonton berdecak kagum. Sagung sangat menyukai taritarian lawas seperti Tari Pendet, Tenun, Margapati, Oleg Tamulilingan, Wiranata, Teruna Jaya, Legong Keraton dll. Menurutnya, tarian zaman dulu, lebih metaksu sehingga saat menarikannya terlihat lebih keluar auranya. Setelah pensiun, Sagung masih dipercaya se­ bagai Penasihat Ser-

S

agung Rat Mudiani, terlahir dari tujuh bersaudara, dengan lima perempuan. Ia bersama saudara perempuan lainnya sejak kecil sudah dilatih menari sang ibu, yang dikenal sebagai maestro tari Bali, Jero Gadung Arwati, asal Desa Bongan, Tabanan. “Saya mulai pentas menari ke hotel-hotel sejak kelas 4 SD,” istri I Gusti Jaya Sukarna ini. Sagung begitu ia akrab disapa menuturkan, awal pentas menari, ia hanya dibayar Rp 6000. Namun, baginya, uang itu sangat berarti. Beberapa hotel sudah dijelajahinya, mulai dari hotel di Denpasar, Sanur, dan Kuta. “Dulu belum ada hotel di Nusa Dua. Yang terkenal dulu Bali Hotel (hotel Inna Denpasar), Puri Dalem, Besakih Cottages, dan Pertamina Cottage (Patra Jasa). Saya menari di banyak hotel, saking banyaknya saya sudah lupa,” ujarnya. Sagung bersama saudara-saudaranya juga dipercaya menyambut tamu dan menari di Bandara Ngurah Rai Denpasar. Ketika, ia bekerja di Grand Hyatt Nusa Dua, Sagung juga di-

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

ikat Pekerja Mandiri Grand Hyatt Nusa Dua Bali dan Sekretaris Hyatt Indonesia Union Counsil. Kadang, Sagung juga dipercaya sebagai MC dalam berbagai acara. Sagung ingin tetap menari karena itu panggilan hatinya. Ia bersama Yayasan Kecantikan Salon Agung, sering pentas menari. Sagung juga dipercaya biro perjalanan untuk turis

Ranu Gumbolo

Wisata Alam Kawasan Tulungagung

AA Sagung Rat Mudiani mengajar menari Bali turis Jepang

percaya menari Bali dalam kegiatankegiatan hotel, seperti odalan, acara ulangtahun hotel, dan acara serikat pekerja mandiri Grand Hyatt Nusa Dua. Walaupun, kini usianya sudah tak muda lagi, namun, Sagung tetap menari. Untuk menjaga agar gerakanya tetap lentur, ia rutin menari setiap sore sepulang kerja. Dengan bangga ia mengatakan, tak kalah dengan para penari yang masih muda. Sagung mengakui, tubuhnya memang tak lagi langsing seperti muda. Kini, ia merasa sudah agak gemuk. Namun, ia tetap mampu menari dengan lemuh (lentur). “Waktu ngagem, saya masih bisa nges, ga kaku. Memang lutut saya sudah tidak mampu bersimpuh lama,” kata Sagung. Saat melihat ada pertunjukkan tarian, ia pasti dengan seksama

menonton penarinya. “Saya sering melihat banyak penari asal menari, kurang semangat gerakannya,” kata Sagung. Bahkan, ketika ia menari di hotel bersama para kaum muda, Sagung tetap menjadi pusat perhatian. “Banyak saya lihat penari itu kurang menghayati dalam menari. Mereka hanya asal menari yang penting gerakan­nya benar,” ujarnya. Penari-penari zaman dulu, biasa­ nya, kata Sagung, punya ritual tertentu. Mereka mempersiapkan diri sebaik mungkin dan rutin melakukan latihan. Bahkan, ada penari yang melakoni puasa tertentu. Gerakannya mampu “menghipnotis” perhatian penonton. Bahkan, penonton sampai tidak menyadari pertunjukkan sudah selesai, saking mereka terkesima. Begitulah, taksu tarian Bali, yang jika ditarikan ­dengan benar, akan mampu

Jepang mengajar menari tamu Jepang yang datang ke Bali. “Tamu Jepang tiap tahun belajar menari ke Bali. Saya dipercaya untuk mengajar,” kata Sagung. Darah seni Sagung juga diwarisai putra-putrinya. Salah seorang putrinya yang kini berstatus mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Brawijaya Malang, yang akrab disapa Jung Is juga seorang penari Bali. AA Sagung Rat Mudiani

Banyak kegiatan penyambutan datangnya hari libur. Salah satunya adalah dengan berwisata. Setiap keluarga menentukan rencana akan menghabiskan waktu liburannya di berbagai tempat wisata.

(Wirati Astiti)

“UHUK-UHUK” Salam Senyum.. “Tik tik tik.. bunyi hujan di atas genting Airnya turun, tidak terkira... Cobalah tengok.. dahan dan ranting.. Pohon dan kebun basah semua.. Lagu itu mengingatkan kita ketika masih kanak-kanak dan senang berhujan-hujan ria saat pulang sekolah. Masih melekat dalam ingatan saya, bagaimana saya sangat senang bermain hujan, tanpa mempedulikan akibatnya, seperti pilek, batuk, atau demam. Saat saya menulis tulisan ini, hujan datang begitu tiba -tiba. Padahal beberapa saat sebelumnya matahari bersinar dengan teriknya. Kata para pakar kesehatan, ini salah satu penyebab penyakit itu mudah menghampiri tubuh kita. Pembaca setia Dhani’s Art in Service, “sakit” adalah penghalang kita untuk melakukan aktivitas dengan sempurna sehari-hari. Kita sebagai pelaku layanan, sakit dapat membuat layanan kita menjadi terganggu kepada pelanggan. Namun banyak dari manajemen tidak memperhatikan dampak dari mempekerjakan karyawan untuk melayani pelanggan meski dalam keadaan sakit. Dengan dalih karyawan masih bisa masuk kantor dan masih bisa melakukan aktivitas. “Saya pilih donat coklat dua buah, yang stroberi dua, dan yang rasa pandan satu saja”, kata saya ketika berada di sebuah toko kue donat cukup terkenal di Denpasar. Dengan sigapnya si pelayan toko melayani saya dan berusaha memberikan layanan

yang terbaik kepada pelanggannya. Selain memesan donat, saya juga memesan hot lemon tea. Tiba-tiba terdengar dengan cukup keras, “u-huk.. u-huk..” Waaahhh.. ternyata suara itu datang dari salah satu pelayan toko yang sedang batuk. Suara itu terdengar cukup keras, bahkan sampai berulang-ulang. Sambil memegang satu cangkir air panas, pelayan yang sedang batuk tadi bergumam kepada rekan kerjanya, “Aku sudah tiga hari batuk, dan suaraku seperti mau hilang”. Hmmmmm.. bisa dibayangkan perasaan saya ketika itu. Saya lihat dia batuk terus menerus. Selain kasihan, ternyata hal itu sangat mengganggu kenyamanan ruangan. Bukan hanya itu, saat dia batuk, sama sekali tidak berusaha menutupi mulut dan hidungnya dengan tisu atau saputangan. Tiba- tiba saya merasa tidak berselera untuk menikmati hidangan yang sudah di depan maya saya. Rasanya ingin cepat-cepat meninggalkan tempat itu tanpa mempedulikan berapa uang yang sudah keluar, dan tidak ingin kembali sebagai pelanggan. Kejadian serupa terjadi ketika saya melakukan perawatan rambut di sebuah salon kecantikan. Sang pelayan sudah siap dengan peralatannya, dan tiba- tiba... “u-huk... u-huk...” disertai suara pilek yang keluar dari hidungnya. Sang pelayan merasa tidak bersalah dan melanjutkan layanannya dengan suara ‘u-huk u-huk’ tadi. Berulang -ulang dan sesekali memegang mulut dan hidungnya. Sempat saya tanya, ternyata dia sakit dari kemarin, tetapi karena hari ini pelanggan ramai, dari pihak manajemen tidak memberikan izin untuk tidak beker­ ja. Hmmmm… Sebenarnya saya kasihan

melihat pelayan itu. Selain kasihan, saya merasa kurang nyaman. Dalam pikiran saya, “waaah....saya bisa tertular kalau begini pelayanananya kepada pelanggan”. Kejadian-kejadian seperti itu sering kita temukan dalam layanan. Bahkan bukan hanya di toko kue donat, salon kecantikan, rumah makan, tetapi di layanan perbankan juga pernah saya temukan layanan seperti ini. Bagaimana saya merasa nyaman untuk bertransaksi ketika formulir yang akan saya isi untuk pembukaan rekening tabungan, sebelumnya dipegang oleh pelayan jasa perbankan atau customer service yang sedang batuk. Wajahnya cantik, layanannya ramah, namun sayang tidak memperhatikan dari segi kesehatan. Formulir itu terasa “menyeramkan”, ketika saya lihat customer service yang melayani saya batuk dan bersin-bersin tepat ketika dia memegang formulir pembukaan rekening yang akan diserahkan kepada saya. Service yang excellence tentu adalah apa yang ‘Diinginkan Oleh Pelanggan’, dan bukan apa yang diinginkan oleh customer service. Tentu saja pelanggan menginginkan kenyamanan dan bukan malah sebaliknya. Sudah sepatutnya para pelayan dan manajemen dari layanan dalam sebuah organisasi, mempunyai visi dan misi yang sama dalam melayani. Kemudian apa yang seharusnya dilakukan ketika sang pelayan itu sedang terganggu kesehatannya? Yang pertama dilakukan dari pihak pribadi pelayan harus melaporkan tentang keadaan kesehatan tersebut ke atasannya, agar pihak manajemen bisa memutuskan solusi yang terbaik. Yang kedua, dari pihak manajemen melakukan pergantian sementara untuk menggantikan sang pelayan dan tidak memaksakan pelayan untuk bertugas melayani pelanggan. Yang ketiga, ketika

memang harus tetap bertugas di front liner, seharusnya para pelayan memakai alat bantu yang dapat mencegah tertularnya virus. Seperti memakai masker hidung dan mulut, menyediakan cairan pembersih tangan yang berbasiskan alkohol, dan lain-lain. Ketika batuk, bersin, atau membersihan hidung sebaiknya tidak sedang melayani pelanggan. Naaaaah... Selain mempunyai attitude yang baik, penampilan yang gagah, cantik juga ramah, cepat serta akurat, ternyata tidak cukup untuk kesempurnaan layanan . ‘Sehat Secara Fisik’, juga sangat penting bagi para customer service untuk tetap menjaga kenyamanan di saat melayani para pelanggan. Jadi, jangan remehkan kesehatan kita, dan jangan membuat terganggu para pelanggan di saat kita sebagai pelayan sedang sakit. Selain itu kepada pihak manajemen layanan, agar selalu memperhatikan kesehatan para pelaku layanan yang berfungsi sebagai garda terdepan. Jangan sampai si “u -huk u- huk” membuat pelanggan merasa kapok berhubungan dengan perusahaan kita. Bukankah setiap perusahaan menginginkan pelanggannya sebagai pelanggan yang loyal dan selalu datang kembali? Ingin mengetahui dan menerapkan bagaimana melakukan layanan yang Expert (Service Excellence Expert) yang dapat ‘Menjadi Landasan Dalam Melayani’ di perusahaan/instansi Bapak/Ibu ? Silahkan hubungi manajemen kami, dan kami siap sharing dalam pelatihan, IHT (In House Training) atau workshop dan seminar seperti apa yang Bapak/Ibu perlukan. Salam3SP Salam Senyum Sang Penyihir Sri Sumahardani srisumahardani3sp@gmail.com

K

ota Tulungagung memiliki sejumlah pesona pada tempat wisatanya. Selain pantai Coro, kini ada lagi wisata baru yang disebut sebagai Ranu Kumbolonya Tu-

Lorenza

Bisa Otodidak Gadis bernama lengkap Lorenza Anggraini Tidiakti mengawali dunia modelnya di kota ia lahir. Dalam ajang pencarian model ia pun mencoba kesempatan dengan mengikuti casting di sebuah mall Surabaya North Quay, saat berusia 16 tahun. Lorenza yang berkecimpung di dunia model ini ikut mengenalkan pariwisata yang ada di Indonesia dalam debutnya di Miss Sparkling 2016. Dengan membawakan baju koleksinya Lorenza pun melenggaklenggok di gelaran fashion tersebut. Dalam gelaran Miss Sparkling 2016. Ia sempat masuk 20 besar, walaupun tidak bisa masuk dalam 10 besar ia cukup bangga dengan apa yang diraihnya. Loren-

za berharap bakat sekaligus hobi yang di milikinya dapat ia asah dan kembangkan lagi. Bulan Mei 2017 ia akan ikut lomba Surabaya Start Competition 2017 di Ciputraworld Surabaya. Anak ke 2 dari 4 bersaudara ini berharap bisa memberikan yang terbaik dalam gelaran tersebut. Lorenza pun menegaskan untuk menjadi seorang model tidak harus mengikuti sekolah fashion. Semua itu bisa dilakukan secara otodidak, bermodal smart dan pandai bergaya sudah cukup mewakili untuk menjadi seorang model. (Nely Agustin Elsita Farudila)

lungagung yaitu Ranu Gumbolo. Disini wisatawan akan disuguhkan dengan pemandangan danau yang indah dengan pepohonan pinus di sekitarnya. Pemberian nama Ranu Gumbolo terinspirasi dari Ranu Kumbolo yang beda hanya pada Kumbolo dan Gumbolo. Ranu artinya danau atau kolam, bisa juga diartikan telaga atau air. Sedangkan Gumbolo diadopsi dari kata Kumbolo yang artinya tempat berkumpul. Bila Anda pernah berkunjung ke Ranu Kumbolo di kaki Gunung Semeru dan Ranu Gumbolo di Tulungagung ada kemiripan yaitu sungai mirip danau. Dulunya tempat ini sepi, kini berbanding terbalik dengan kondisi sekarang yang ramai bersesakan dengan pengunjung lain. Bukan hanya dari dalam kabupaten Tulungagung, namun juga berasal dari luar kota seperti Kediri, Blitar, dan Trenggalek. Tempat wisata yang dikelola pemerintah ini memang semakin

dikenalkan ke masyarakat agar pengunjung pariwisata khususnya kabupaten Tulungagung semakin meningkat. Lokasi Ranu Gumbolo pun ternyata tak sulit ditemukan karena masih satu kawasan dengan Waduk Wonorejo tepatnya di desa Wonorejo, kecamatan Pagerwojo, kabupaten Tulungagung. Jika dari pusat kota Tulungagung sendiri kurang lebih berjarak sekitar 24 km. Wisata ini sudah dilengkapi dengan sejumlah fasilitas diantaranya area parkir, area pemancingan, rumah pohon, dengan pemandangan pepohonan pinus yang rindang, persewaan hammock, warung makanan, toilet dan masih banyak lagi. Tempat wisata satu ini juga sedang hits terutama di sosial media. Untuk tiket masuk ke Ranu Gumbolo yaitu Rp 5000, biaya parkir Rp 2000. Untuk harga sewa hammock Rp 5000 dan sewa naik perahu Rp 7500 per orang. Lumayan murah untuk lokasi yang seindah itu. (Putri Ardiashari)


20

Nine

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

PKK NTB Gencar Sosialisasikan PUP

Pemerintah Provinsi NTB memberikan perhatian lebih untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini di daerah ini. Karena itu sosialisasi tentang penundaan usia perkawinan atau pendewasaan usia perkawinan gencar dilakukan oleh organisasi wanita seperti PKK bersama organisasi wanita lainnya di NTB. TP PKK NTB melakukan kegiatan sosialisasi ini dengan sasaran khususnya kepada anak-anak muda untuk tidak melakukan pernikahan dini sebelum umur yang pas yakni umur 25 tahun untuk laki-laki dan 20 tahun untuk wanita.

P

erlunya pendewasaan usia per­ kawinan di NTB, m e n u r u t Ke t u a Umum BKOW Provinsi Hj. Syamsiah Muh Amin yang j u g a Wa k i l Ke t u a T P P K K NTB dalam suatu kesempatan sosialisasi, karena mengingat dari 34 Provinsi, NTB merupakan peringkat ke-3 laju usia pernikahan dini yang tinggi. Ta r g e t y a n g i n g i n d i c a p a i oleh TP PKK NTB adalah ke depannya bisa memberikan pemahaman secepat mungkin kepada seluruh anak-anak muda di NTB khususnya di perdesaan-perdesaan untuk

tidak melakukan pernikahan dini. Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin juga pernah mengungkapkan bahwa Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) telah menjadi salah satu isu prioritas di NTB dan telah tercantum sebagai salah satu indikator pencapaian dalam RPJMD NTB Tahun 2013-2018. Ketua TP PKK NTB, Hj. Erica Zainul Majdi selalu menyampaikan harapannya untuk menjadikan NTB sebagai daerah percontohan dalam pelaksanaan program pendewasaan usia perkawinan di tingkat nasional. Karena itulah be-

PKK NTB bersama dengan organisasi perempuan lainnya gencar melakukan pencegahan pernikahan dini

Sosialisasi PUP dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan seminar

berapa program yang telah dilaksanakan guna mendukung PUP di NTB ini, selain sosialisasi langsung juga dilakukan antara lain melalui seminar tentang pendewasaan usia perkawinan serta melakukan koordinasi dengan KUA. Termasuk juga melakukan komunikasi dan koordinasi tentang perlunya ada forum komunikasi antara LSM dengan pemerintah terkait masalah-masalah yang ada di masyarakat. BP3AKB Provinsi NTB yang membidangi perempuan dan anak bahkan telah mengubah metode dari penyuluhan biasa menjadi metode mengajak untuk ikut serta melalui kelompok remaja, kelompok masyarakat, dan kelompok ibu-ibu dalam melakukan sos ia lis a i ini. s etid a k nya inilah yang dilakukan BP3AKB NTB di masa kepemimpinan Dra. T. Wismaningsih sebagai

Kepala BP3AKB. BP3AKB NTB bahkan telah melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi, LSM, kelompok dialog warga dan tokoh masyarakat dan juga membentuk kelompok dialog warga di Desa

Ubung, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah untuk membantu menyosialisasikan program pendewasaan usia perkawinan kepada masyarakat sekitar. (Naniek I. Taufan)

Pendewasaan Usia Dini penting dilakukan untuk membangun perempuan NTB yang berkualitas

serta konsisten dalam mengawal program pendewasaan usia perkawinan.

Konsistensi peran TP PKK NTB dalam bidang ini kemudian diapresiasi oleh pemerintah

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Medical check up atau pemeriksaan medis kerap dianggap tak penting oleh masyarakat Indonesia. Kebanyakan orang berpendapat hal ini tak penting karena masih merasa sehat dan muda. Padahal masih muda atau tubuh yang terasa sehat belum tentu bebas penyakit. ayangnya lagi, diperlukan biaya yang tak sedikit untuk melakukan medical check up di Indonesia. Pertimbangan ekonomi seperti inilah yang juga menjadi alasan mengapa masih sedikit orang yang mau melakukannya. Sebagian menganggap biaya check up bisa dialihkan untuk keperluan lain. selain itu, mindset orang Indonesia yang takut mengetahui sedini mungkin penyakitnya jika melakukan Medical Check up. Menurut Made Bobby Yudana, saat ini beragam jenis penyakit yang sulit di deteksi karena tidak menunjukkan gejala awal membuat dirinya rutin melakukan pemeriksaan medis. Hal tersebut bisa saja merupakan cerminan dampak negatif dari gaya hidup yang

tidak sehat, penularan dari orang bulan sampai 1 tahun. Semakin lain, maupun dari faktor ketuusia bertambah, waktu interrunan. “Pemeriksaan ini perlu val check up-nya itu semakin kita lakukan untuk mengetahui pendek. “Bagi saya enam sedini mungkin kondisi kesbulan sekali atau setidaknya ehatan,” tuturnya. setiap saya akan memulai Kata dia, General check kontrak baru ketika akan up bukanlah sebuah life style berangkat ke kapal pesiar melainkan sebuah keharusan adalah sebuah keharusan unyg selalu diprioritastuk melakukan general kan guna melicheck up,” ungkap hat kondisi kespria yang bekerja ehatan terakhir. sebagai Former Seiring dengan Lido Manager bertambahnya Holland America umur tentu Line tersebut. ini menjadi Sebagai tinhal yang sandak lanjut, imgat penting dibuhnya, jika kelakukan untuk mungkinan termengetahui deteksi sebuah tindakan yang potensi penyaharus dilakukit dari hasil pekan jika ada pomeriksaan, maka tensi masalah selanjutnya harus atau gangguan ditanggapi secara yang memerlukan serius terutama popenanganan lebih tensi penyakit yang lanjut. bersifat vital dan juga Check up sangat ada follow up untuk penting dilakukan perawatan guna Made Bobby Yudana secara rutin dalam mencegah terjadinya jangka waktu tersebut karena kemung- potensi penyakit. kinan bisa terjadi kelainan-kelainan dari Pria kelahiran Singaraja 11 Juli tubuh diperkirakan sekitar antara 6 1983 tersebut mengaku jika selama ini belum pernah terdeteksi mengalami potensi sebuah penyakit yg serius. Tetapi pernah suatu ketika, dalam melakukan General Check Up dirinya mengalami gangguan kenaikan fungsi

MCU Itu Penting

TP PKK memperoleh penghargaan dari Gubernur NTB atas konsistensi PKK NTB dalam mengawal program pendewasaan usia perkawinan

melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Daerah. Saat memberikan pemaparan pada pembukaan Musrembang Provinsi NTB Mataram beberapa waktu lalu, Staf Ahli Menteri Bapenas Bidang Pemerataan dan Kewilayahan, Dr. Ir.Taufik Hanafi, MUP, mengapresiasi langkahlangkah Pemerintah Provinsi NTB khususnya TP PKK NTB yang sangat peduli pada upaya pencapaian indikator MDGs sehingga berhasil meraih peringkat I Nasional. Bahkan keberhasilan itu juga telah dipresentasikan oleh Gubernur NTB pada sidang PBB di AS beberapa waktu lalu. Kepala Bapeda Provinsi NTB, Ir. Ridwansyah, turut mengapre-

siasi prestasi tersebut. Menurutnya, ke depannya peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan program pembangunan terus dilakukan pihaknya. “Setiap rupiah uang yang dibelanjakan harus dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya. Atas kiprahnya tersebut, Tim Penggerak PKK tersebut, mendapatkan Piagam Penghargaan Mitra Pembangunan Dalam Mendukung RJMPD Provinsi NTB 20132018, kategori konsisten mengawal program pendewasaan usia perkawinan, yang diterima oleh Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi NTB. Hj. Erica Zainul Majdi. (Naniek I. Taufan)

5

Deteksi Potensi Penyakit Sedini Mungkin

S

Pemprov NTB Raih Peringkat I Nasional Pencapaian Indikator MDGs G e n c a r n y a Pe m e r i n t a h Provinsi NTB dalam melakukan pencegahan pernikahan dini melalui Pendewasaan Usia Perkawinan yang diprakarsai oleh TP PKK NTB, merupakan prestasi tersendiri bagi TP PKK NTB. Inilah salah satu keberhasilan Provinsi NTB meraih prestasi di bidang pencapaian indikator MDGs. Program PKK NTB di bawah kepemimpinan Hj. Erica Zainul Majdi menjadi salah satu motor penggerak percepatan pencapaian indikator utama MDGs, karena fokus dan konsistensi TP PKK NTB dalam memberikan dukungan dan program pemberdayaan perempuan dan pendidikan anak-anak,

Sudut Pandang

Medical check up merupakan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh. Namun, masih sedikit diantara kita yang melaksanakannya, malah ada kesan jika pemeriksaan ini merupakan pengeluaran dana yang berlebihan atau pemborosan. Padahal sesungguhnya, jika benar dilakukan secara rutin medical check up, justru akan menghemat biaya pengobatan. Menurut Heny Santi, seorang pengusaha wanita dan aktris Bali ini, medical check up jelas merupakan kegiatan positif. Sangat baik dilakukan secara kontinyu atau rutin. Sebab, bagi dirinya yang kegiatan usahanya dilakukan mulai malam hingga menjelang pagi ini, sangat memerlukan kondisi tubuh yang sehat. “Kalau kita sehat, maka bisa dikatakan kita akan bekerja lebih produktif,” cetusnya. Ketika kita ingin menghasilkan sesuatu yang optimal, hendaknya didukung dengan kondisi kesehatan yang baik pula. “Yang namanya MCU ini juga termasuk deteksi dini dan pencegahan atau tindakan preventif penyakit secara menyeluruh dan kompehensif. Untuk saya, ini harus dilakukan apalagi saya pernah kecolongan, ditinggal mendadak suami tercinta karena serangan jantung mendadak,” tuturnya. Lebih lanjut Heny Santi menekankan yang namanya kesehatan pastilah sangat penting untuk kehidupan kita. Sebab , semua kegiatan keseharian kita pun bergantung pada tubuh yang sehat. Makanya kita harus berupaya menjaga agar kondisi kesehatan terjaga dengan baik atau selalu prima. Memang kata Heny Santi ada sebuah kenyataan yang tidak pernah bisa dihindari oleh siapapun. Harus diketahui bahwa kesehatan yang kita miliki ini tidak bakal bisa bertahan untuk selamanya. “Gangguan ini tidak bisa kita dihindari. Datangnya bisa akibat efek pola hidup, unsur makanan, hingga faktor keluarga atau unsur keturunan.

hati yang disebabkan kerja fungsi hati yg berlebihan. “feeling saya saat periode sebelum general check up itu saya sering begadang karena anak saya baru lahir saat itu,” tambahnya. Selain itu, pria yang akrab disapa Bobby ini juga pernah terdeteksi mengalami kenaikan gula darah. Hal ini menurutnya disebabkan sebelum melakukan general check up ia mengkonsumsi air kelapa muda. “Itulah menyebabkan adanya kenaikan kadar gula sedikit di darah tapi setelah dilakukan follow up check hasilnya normal,” paparnya. Untuk melakukan general check up tentunya sangat dianjurkan kepada siapa saja, bukan hanya disaat sakit ataupun kondisi tidak fit. “Orang indonesia itu memiliki mindset yang terbalik, mereka berfikiran takut untuk melakukan General check up. Konon katanya, takut jika nanti kelihatan ada penyakit,” jelas pria yang juga sebagai Leader Nasional dan Gold Manager Pertamina In4Link Indonesia tersebut. Padahal dengan rutin melakukan general check up kita akan mengetahui potensi dan gejala penyakit dari tubuh sejak dini dan di sinilah waktu yang pas untuk melakukan pengobatan semenjak dini atau segera mungkin untuk mencegah potensi penyakit dalam tubuh meluas dan bertambah parah. Selain general check up, olahraga adalah hal yg sangat penting dalam menjaga kondisi dan kesehatam tubuh. Disamping juga memperhatikan pola makan, tentunya gaya hidup yang sehat juga berperan penting menjaga kondisi tubuh kita. (Wiwin Meliana)

TRADISI ROYAL DINNER GALUNGAN DI PURI TEGEH KORI BADUNG

BUDAYA MENYENTUH COKOR PENGLINGSIR MENJADI BAGIAN TRADISI PURI

Heny Santi

“Tidak ada salahnya jika kita mengikuti anjuran “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Alangkah indahnya jika kita bisa menangani persoalan kesehatan dengan langkah–langkah pencegahan. Sebelum keluar banyak uang lebih baik kita lakukan pencegahan melalu rangkaian proses MCU ,” katanya lebih lanjut. Ketika kita tidak merasa sakit, belum tentu kondisi sesungguhnya sehat. Jika sudah ada sebuah penyakit, tentu harus dilakukan pengobatan serat pencegah agar penyakit tersebut tidak menjadi lebih berat. “Di sinilah medical check up berperan demi mendeteksi lebih dini secara secara terpadu. Dengan MCU juga kita memiliki serta akan mudah mengetahui riwayat kesehatan kita dengan mengikuti semua langkah atau presdur yang ditetapkan penanggung jawab MCU tersebut,” tandas Heny yang setahun terakhir juga telah melakukan MCU ini. (Sri Ardhini)

Puri Tegeh Kori Badung menerapkan tradisi yang ketat dalam setiap perayaan hari-hari besar Hindu, hal ini dimulai sejak kepemimpinan (Swargi) I Goesti Ngoerah Shri Wedastera Soeyasa yang mulai menata Duwe Tengah di pusat kota Denpasar yang merupakan peninggalan leluhur Arya Tegeh Kori Jembrana yang kini diperuntukkan sebagai Puri Ageng Tegeh Kori Badung sesuai amanat Ratu Kakiang I Goesti Ngoerah Ketoet Soeyasa (tokoh pendiri Penyaringan Mendoyo Jembrana). Tradisi dan protokoler hari-hari besar Hindu selalu diutamakan di Puri Tegeh Kori Badung sebagai bagian dari pelestarian budaya Bali Majapahit. Demikian diungkap oleh Shri I Gusti Ngurah Wira Wedawitry MWS (Purusa Puri) saat acara jamuan makan malam (Royal Dinner) di Wantilan Puri. “Sebagai warih Raja Badung I, I Gusti Tegeh Kori, kami sebagai warih dalem ingin memberikan teladan bahwa tata etika dan sesana sebagai umat Hindu itu penting dilakukan. Atas petunjuk Ida Gusti Wedakarna sebagai penglingsir, kami diminta untuk menghidupkan kembali tradisitradisi Hindu yang diharapkan memperkuat sradha dari para pratisentana. Salah satunya wajib untuk mengadakan jamuan resmi bagi semua putra putri, cucunda dan keluarga besar semua. Mau tidak mau siapapun warih kami baik yang di luar negeri, luar Bali ya harus pulang ke Bali menghadiri acara ini. Ini sangat berguna untuk menjalin kekerabatan dan silakrama. Jamuan makan malam pun tidak sekadar ngajeng dan wareg tapi lebih pada komunikasi. Ini maknanya,” ungkap Turah Wira Weda. Ia pun menyebutkan sejumlah tradisi Majapahit yang mulai dihidupkan di Puri Tegeh Kori. “Tra-

disi membaca Kitab Suci Bhagawad Gita dengan mengundang anak-anak yatim piatu sudah dimulai dari dulu di Puri. Sebulan kami bisa mengundang dua kali dan biasanya pada saat ada hajatan seperti Manusa Yadnya. Pencucian pusaka kami hidupkan juga setiap hari besar sesuai tradisi Jawa Kuno. Biasanya dilakukan di Istana Mancawarna Tampaksiring saat Sugeng Wiyosan Tinggalan Dalem Penglingsir dan Peringatan Ngadeg Ratu. Semua tradisi–tradisi itu sebagai bagian dari menonjolkan budaya Hindu. Bali adalah representatif dari budaya Hindu dunia,” ungkap Gusti Wira Wedawitry yang juga Sekretaris Umum KNPI Bali. Ia pun berencana akan menerbitkan buku tentang sejumlah dokumentasi ritual-ritual dan tradisi di Puri yang rencana akan diterjemahkan ke beberapa bahasa. “Banyak yang tidak tahu ada makna makna unik dibalik tradisi kami, misalkan di setiap puri atau istana Tegeh Kori ada tradisi menaikkan bendera kuning emas saat ada penglingsir sedang di Bali. Begitu juga ada tanda tertentu di Istana yakni ketika ada lampu kristal menyala, itu artinya sedang ada paruman. Kami juga ada 8 macam penjor yang merupkan tradisi lama dan baru. Termasuk ada tradisi menyentuh cokor penglingsir setiap bertemu dan tradisi mencuci kaki penglingsir di hari–hari tertentu,” ungkap Tu Rah Wira.


4

Inspirasi

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Berjuang mempertahankan bisnis yang sudah belasan tahun digeluti memang bukan perkara mudah. Apalagi dalam situasi ekonomi yang melemah. Namun Siti Chotirah dan suaminya Triyono berhasil tetap eksis. “Suka dukanya banyak ya, mulai dari ketatnya persaingan, pemasaran, dan kini yang terberat dan paling terasa adalah lesunya perekonomian,” ungkap Siti Chotirah yang bersama suaminya telah 15 tahun menekuni bisnis kerajinan kayu dan logam.

S

ebagai pengusaha UKM, Siti mengaku sempat terpukul dengan kondisi lesu yang dialaminya sejak 2010 lalu. Pengaruh krisis global tahun 2008 sempat ‘menggoyang’ bisnis, khususnya sejumlah buyer asing yang biasanya menjadi pelanggan ‘menghilang’ karena mereka pun di negaranya diterpa krisis. Meski 2008 Indonesia boleh dibilang secara perekonomian tidak terlalu terpengaruh, namun untuk bisnisnya yang ‘bermain’ di kayu dan logam dan mengandalkan penjualan pada buyer asing, ikut terguncang. Untungnya, ketika itu pasar dalam negeri tidak terlalu buruk. “Menurun, tapi pasar dalam negeri masih lumayan bagus,” ungkap Siti. Namun, tambahnya lagi, harapannya agar perekonomian bisa pulih seperti sedia kala tidak terjadi, sebaliknya kondisi makin lesu. “Dulu, saya masih bisa mendapat keuntungan 5060%, tapi sekarang sudah bisa bertahan dengan keun-

S i t i

C hot

Siti Chotirah Triyono

Bisnis Eksis meski

tungan 20% saja sudah bagus. Bagi saya biar untung tipis asalkan bisnis ini bisa tetap bergulir, sudah cukup lumayan. Karena banyak teman-teman saya yang sudah gulung tikar, sedangkan saya masih bisa tetap eksis, alhamdulilah,” ungkap Siti disela-sela kesibukannya melayani pembeli di stan nya. Menurutnya, untuk bisa eksis di tengah kelesuan pasar kerajinan, harus menerapkan startegi jitu. “Meski pasar lesu, saya berkomitmen untuk tetap berkreasi dan melahirkan produkproduk inovatif. Lebih dari itu, yang harus tetap dijaga adalah mutu produk. Ini tidak boleh berkurang sedikit pun. Karena tetap konsisten pada mutu maka konsekwensinya adalah keuntungan tidak bisa banyak. “ Sebagai pengusaha UKM, kenaikan harga material logam yang terus melambung, cukup memukulnya. Pasalnya, harga produksi pun jadi ikut melambung. “Biaya produksi jadi terlalu tinggi, khususnya logam. Kita (dalam negeri) ini kan sebenarnya mempunyai bahan baku logam namun dikirim keluar negeri menjadi batangan. Dan kita terpaksa beli dengan harga yang menyesuaikan naikturunnya dolar AS. “ “Makanya pengusaha kecil seperti saya merasa berat. Itu sebabnya saya sekarang tidak berani menyetok banyak barang. Kebanyakan saya bikin sampelsampel, yang kemudian saya produksi ketika ada pesanan.Tapi alhamdulilah semua tetap bisa jalan, meski tidak selancar dulu,” kata Siti yang k e r a p m o n d a rmandir JakartaMadiun- Jogja untuk mengawasi produksi kerajinannya. “Sebenarnya harga material di Jawa dan Jakarta hampir sama, hanya saja di Jawa tenaga kerjanya lebih murah. Itu sebabnya produksi kami dipusatkan di Jawa,” tambahnya. Terkait irah harga pro­

Ekonomi Lesu Siti Chotirah melayani pembeli

duk, lanjut Siti, dia tidak bisa menaikkan harga semaunya, demi mengejar keuntungan besar.“Kenaikan harga harus memperhitungkan keterjangkauan pembeli. Jangan sampai karena kita mau keuntungan besar kenaikkan harga menjadi selangit, siapa yang mau beli?“ “Jadi sebagai penjual kita juga harus pelajari psikologi pasar, psikologi konsumen. Apalagi barang yang dijual ini, kan, bukan kebutuhan pokok. Hal-hal seperti inilah yang kami harus perhitungkan baik-baik. Dan, alhamdulilah, langganan-langganan saya di dalam negeri tetap masih banyak. Saya kira itu salah satu kunci kenapa kita bisa tetap eksis, yakni mutu dan harga,” papar Siti yang terpaksa berbicara setengah berteriak lantaran stannya berdekatan dengan panggung pertunjukan. Kebetulan sore itu ada grup band yang tengah show. Siti bercerita, awalnya dia bersama suaminya berbisnis aneka kerajinan dari kayu. “Kerajinan kayu adalah bisnis keluarga suami saya. Di Madiun tempat suami, keluarga besarnya banyak yang berbisnis ini. Suami saya akhirnya juga ikut. Karena di sana (Madiun) kami punya banyak kayu jati yang bagus (tua),” lanjutnya. Siti dan suaminya kemudian hijrah ke Jakarta untuk mencari peluang lebih baik. Karena katanya, Jakarta adalah pusat segala sesuatunya, para konsumen baik dari dalam negeri dan luar negeri ada di Jakarta. Juga berbagai event pameran kerajinan, mulai yang skala kecil sampai besar ada di Jakarta. Itu sebabnya ia dan suaminya pun berniat mengadu untung dalam mengembangkan bisnis. Dan memang analisa Siti tidak salah. Hanya bermodalkan Rp30

juta, Siti dan suaminya telah berhasil mengembangkan bisnis kerajinan kayu dan logam miliknya. Dulu sebelum kondisi lesu seperti sekarang omzet perbulan bisa sekitar Rp60 juta lebih. Namun sekarang melorot menjadi Rp35 jutaan. “Alhamdulilah bisa tetap bertahan, karena banyak teman saya yang sudah gulung tikar,” ucapnya. Tentang kerajinan logam, ia bertutur, itu merupakan hobinya. “Saya hobi kerajinan pernakpernik logam. Jadi saya pikir kenapa tidak mengembangkan kerajinan logam sebagai pelengkap bisnis utama yakni kayu. Maka saya pun membuat pernak pernik perlengkapan rumah tangga dari logam. Ternyata sambutan konsumen bagus. Apalagi produk saya ukurannya tidak besar,” ungkapnya. Untuk kerajinan logam seperti tembaga dan kuningan, Siti boleh dibilang cukup jeli melihat peluang. Pasalnya, kebanyakan pengusaha

bermain di kerajinan logam untuk produk-produk ukuran besar, sementara produk ukuran kecil sangat jarang. Celah itu lah yang digarap Siti. Setidaknya di Jakarta, kata Siti lagi, hanya beberapa yang menjual produk-produk logam ukuran kecil seperti miliknya. Tentang penerimaan pasar dalam negeri terhadap kerajinan logam, menurut Siti sudah semakin baik. “Orang Indonesia sudah semakin bisa menerima. Karena orang Indonesia itu jika kita kasih tahu bahwa ini lho hasil desain sendiri, alhamdulilah mereka antusias,” kata Siti yang kerap diminta temannya untuk mendasain pernak-pernik yang berhubungan dengan fashion. Menurutnya, sebenarnya dia tidak ‘bermain’ pernak-pernik fashion seperti aksesoris, namun dia kerap diminta temannya yang pengusaha aksesoris untu membuat desain untuk aksesoris logam. “Saya kerja sama dalam bidang desain aksesoris saja. Jadi saya tidak memproduksi,” ucap Siti yang membuka ‘Mandiri Art Shop’ Handwoven and Craft di kawasan Kemang Timur, Jakarta Selatan. Siti bersyukur pameran yang diikutinya kali ini di Jakarta Convention Center, Senayan, hasilnya cukup bagus. “Saya dan temanteman (peserta pameran) sangat senang karena hasilnya bagus. Pengunjung banyak. Yang lebih menyenangkan karena kami tidak bayar biaya sewa stan karena ada sponsor BUMN. Karena itu keuntungan untuk kami semua tanpa dipotong sewa stan. Bagi kami pengusaha kecil, ini sangat membantu. Ibaratnya, kalau biasanya untuk bayar tukang kami kerap telat, kali ini bisa terbayarkan tepat waktu,” kata Siti gembira. (Diana Runtu)

Siti Chotirah bersama bisnis kerajinan kayu dan logamnya

Mandalika

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

21

Gubernur NTB Imbau Selektif dalam Pengeluaran Perizinan Retail Modern

Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan), merupakan ajang konsolidasi bagi perencanaan pembangunan yang membahas tentang apa saja yang perlu disiapkan untuk pembangunan di masa mendatang. Berbagai keberhasilan suatu daerah tidak lepas dari tertata dan terukurnya perencanaan pembangunan, seperti di Nusa Tenggara Barat yang selama ini telah meraih berbagai keberhasilan, termasuk tingkat pertumbuhan ekonomi yang tidak pernah di bawah rata-rata nasional. Hal itu diungkapkan oleh Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi NTB tahun 2017, adalah buah dari kerja keras dan kontribusi seluruh pihak, termasuk para Bapak/Ibu Wali Kota di NTB.

U

ntuk menjaga keberlangsungan pembangunan NTB ke depan, menurut Majdi ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh se-

luruh pihak yang terlibat dalam penyusunan RKPD NTB tahun 2018, yakni, pertama mengenai kecukupan anggaran untuk pembangunan infrastruktur yang menyentuh aspek kehidupan dasar,

seperti pertanian, pendidikan, kesehatan, perhubungan. Yang kedua ia meminta untuk memaksimalkan fasilitasi usaha mikro kecil dan menengah, guna menggerakkan sektor ekonomi

Musrenbang Provinsi NTB 2017

rill sehingga lapangan kerja bisa tercipta. Untuk menjamin keberlangsungan usaha mikro kecil dan menengah tersebut, gubernur meminta seluruh jajarannya agar mengidentifikasi dan memangkas sejumlah regulasi yang menyulitkan tumbuhnya usaha ekonomi kreatif, industri kecil dan UMKM. Yang lebih penting lagi adalah agar para bupati/walikota lebih selektif dan hati-hati dalam mengeluarkan perizinan Retail Modern. “Ada kecenderungan usaha retail modern saat ini telah menjamah perdesaan,” ungkap Gubernur dalam Musrenbang Provinsi NTB yang dihadiri oleh para anggota DPR RI perwakilan NTB, Ketua DPRD. NTB, Wakil Gubernur NTB, H.Muh.Amin, SH.,M.Si, Anggota FKPD NTB, Bupati/Walikota se-NTB, Pimpinan instansi vertikal, Ketua TP PKK NTB Hj. Erica Zainul Majdi, Kepala Bapeda Kabupaten/Kota, Kepala OPD Provinsi NTB dan

seluruh pejabat Administrator lingkup Provinsi NTB. Menurutnya, jika tanpa pengawasan yang baik dan pengaturan izin yang jujur, maka sangat rentan memicu ketimpangan ekonomi dan sosial, karena menimbulkan perubahan pelaku ekonomi, dari masyarakat lokal ke pemilik retail modern. Karena itu, kata Majdi, kepala daerah mestilah konsisten dalam mempedomani tata ruang demi tercapainya pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini dinilainya penting, guna mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti bencana alam yang disebabkan oleh deforestasi di daerah hulu. Selain itu ia meminta agar revitalisasi pertanian, perkebunan, peternakan terus diperkuat untuk memperbanyak lapangan kerja, menciptakan komoditas lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap produk luar negeri. (Naniek I. Taufan)

NTB Provinsi “Top Movement” dalam Pencapaian IPM Di bawah kepemimpinan Gubernur Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Provinsi Nusa Tenggara Barat diyakini mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi daerah tetap berada di atas rata-rata nasional. Keyakinan tersebut didasarkan pada capaian pertumbuhan ekonomi NTB Tahun 2016 sebesar 5,52 % (dengan tambang) dan 5,71 persen (non tambang). Pertumbuhan tersebut diikuti dengan penurunan angka kemiskinan yang cukup drastis, dari 23,81 persen pada tahun 2008 menjadi 16,02 persen pada tahun 2016. “Ini menunjukkan pertumbuhan yang berkualitas dan selalu berada di atas rata-rata nasional, sehingga kami percaya pada tahun 2018, NTB tetap mampu menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, sebesar 6,15 % hingga 6,80 %,” ujar Dr. Ir Taufik Hanafi Staf Ahli Menteri Bidang Pemerataan dan Kewilayahan saat menyampaikan paparan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional, Bam-

bang Brojonegoro pada pembukaan Musrenbang Provinsi NTB, di Mataram, beberapa waktu lalu. Pa d a M u s r e n b a n g y a n g dibuka Menteri Pariwisata Arif Yahya tersebut, ia menjelaskan target pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2018 sebesar 5,4-6,1%. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah di kawasan Nusa Tenggara diharapkan mencapai 6,22%. Khusus untuk NTB, diharapkan mencapai 6,68%. Ia optimis target tersebut dapat tercapai, berkaca pada keberhasilan kinerja selama lima tahun terakhir. Dalam bidang kesehatan misalnya tercatat, cakupan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan profesional berhasil mencapai angka 95%, yang berpengaruh terhadap penurunan angka kematian ibu dan angka kematian anak. Termasuk juga cakupan imunisasi lengkap yang semakin meningkat, mempengaruhi angka harapan hidup masyarakat NTB. Dalam bidang pendidikan,

Menteri Pariwisarta RI hadir membuka Musrenbang Provinsi NTB tahun 2017

keberhasilan NTB dapat dinilai dari meningkatnya angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah dan angka melek aksara. Dampak kemajuan dari kedua bidang ini sangat penting untuk meningkatkan IPM NTB, yang disebutnya terus mengalami peningkatan, sehingga NTB dinobatkan sebagai Provinsi Top Movement dalam pencapaian IPM. Dalam upaya penurunan

kemiskinan, NTB dinilainya sangat luar biasa. Jika secara nasional menurunkan angka kemiskinan 1% membutuhkan waktu satu dekade, di NTB justru setiap tahun dapat menurunkan angka kemiskinan lebih dari 1%”. Ia juga menyebut, disamping pencapaian kinerja, NTB juga dipandang telah berhasil dalam hal tata kelola. Untuk laporan keuangan, NTB telah “langganan

“5 kali memperoleh status WTP. Artinya tidak hanya kinerja saja yang bagus, tapi dalam segi tata kelola juga dinilai baik. Menyoroti tentang Pertumbuhan ekonomi, Gubernur NTB mengingatkan pentingnya memperhatikan pertumbuhan ekonomi berkualitas. “Jika ada suatu daerah yang dikatakan berhasil secara ekonomi, namun angka kemiskinannya tidak menurun, maka itu belum dapat dikatakan berhasil,” Majdi. Ia melanjutkan bahwa pertumbuhan yang baik tercermin dari ketersediaan lapangan kerja, kemampuan secara nyata menurunkan kemiskinan dan semakin banyaknya keterlibatan masyarakat dalam ekonomi produktif. Di NTB, keberhasilan ekonomi produktif diukur melalui sejauh mana ekonomi produktif itu dapat menyerap pelaku dan dampaknya dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat. Jika dilihat dari rasio ini, maka semakin kecil kesenjangan, artinya semakin banyak masyarakat yang bisa menikmati hasil. (Naniek I. Taufan)


22

Sosialita

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

28 Juta Perempuan di Indonesia pernah Alami Kekerasan Seksual

Kabar mengejutkan disampaikan Badan Pusat Statistik baru-baru ini. Hasil survei terbaru yang dilakukan BPS menyebut 1 dari 3 perempuan Indonesia mengalami kekerasan seksual. Data yang dilansir ini membuat shock sebagian orang karena itu artinya sekitar 28-29 juta perempuan di Indonesia pernah mendapatkan kekerasan seksual. Melihat data itu, bisa juga diartikan jumlah tersebut lebih banyak karena tidak semua wanita Indonesia disurvei oleh BPS.

“D

ata ini memang sangat mengejutkan. Hasil survei menyebut sekitar 33,4% wanita usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan seksual. Itu artinya sekitar 28-29 juta orang,” ungkap M. Sairi Hasbullah, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS. “Kekerasan seksual ini bukan berarti hanya perkosaan, ya. Jadi misalnya menyentuh tubuh perempuan tapi perempuan tidak berkenan, itu juga masuk kekerasan. Atau, mengirim gambargambar tidak patut dan perempuan tidak berkenan, itu juga termasuk, dll,” tambahnya. Sairi menyebut survei yang dilakukan BPS menggunakan standar internasional sebagaimana yang direkomendasikan oleh WHO (World Health Organization). “Baik pertanyaannya, cara bertanyanya, dll, kita mengadopsi apa yang direkomendasikan oleh WHO. Para petugas yang diterjunkan ke lapangan pun telah melalui seleksi, jadi mereka adalah petugas yang sangat profesional. Cara bertanya kita juga tidak langsung melainkan kita ceritakan konsepnya, definisinya, dsb, tentang apa yang dimaksud dengan kekerasan fisik. Jadi konsepnya bercerita sehingga dengan pola bercerita, jawaban responden betul-betul bisa kita pertanggungjawabkan,” paparnya. Hal senada juga diungkap Kepala BPS Suhariyanto. Menurutnya survei ini tidak mudah karena isu yang dibawa adalah isu

sensitif di mana sebagian orang biasanya tidak mau mengungkapkan masalah rumah tangganya. Malah ada juga responden yang menolak. “Jadi ini memang tidak mudah. Malah ada responden yang langsung menolak,” ujar Suhariyanto. Karena sensitifnya isu ini, maka petugas yang bakal terjun ke lapangan mendapat pelatihan khusus bukan hanya terkait materi namun juga etika dalam wawancara. “Selain itu, saat wawancara petugas dan responden hanya duduk berdua, tidak boleh dihadiri siapapun,” tambahnya. Hasil survei menyebutkan bahwa 1 dari 3 perempuan usia 15-64 tahun pernah mengalami kekerasan fisik dan atau seksual oleh pasangan dan selain pasangan. “Juga, 1 dari 10 perempuan usia 15-64 tahun mengalami kekerasan fisik dan seksual dalam satu tahun terakhir,” kata Suhariyanto. Menariknya, hasil survei juga mengungkapkan bahwa kekerasan fisik dan seksual lebih banyak terjadi pada perempuan perkotaan (36,3%) ketimbang perempuan yang tinggal di perdesaan (29,8%). Kekerasan fisik dan seksual juga kebanyakan dialami oleh perempuan berlatar belakang pendidikan SMA ke atas juga tidak memiliki pekerjaan. PERLU TEROBOSAN HUKUM Tentang terus meningkatnya kekerasan seksual terhadap perempuan terus disuarakan oleh

Komnas Perempuan. Untuk itu pihak Komnas Perempuan terus mendorong DPR agar pembahasan RUU Kekerasan Seksual segera dilakukan. “Kami percaya bahwa DPR berkomitmen untuk kewujudkan sebuah payung hukum yang menjamin pemenuhan korban kekerasan seksual atas kebenaran, keadilan, pemulihan dan jaminan atas ketidakberulangan. Kami mendorong Badan Musyawarah DPR untuk segera menetapkan Pansus sebagai mekanisme pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksuial,” kata Sri Nurherwati, Komisioner Komnas Perempuan, dalam kesempatan terpisah. Menurut Sri, selama ini akar masalah tidak pernal dikenali. “Seolah masalah kekerasan seksual hanyalah masalah pendidikan agama, moralitas, kesusilaan.Itu memang penting tapi tidak cukup. Masih harus diimbangi bahwa laki-laki dan perempuan itu setara, bahwa perempuan bukan objek tapi subjek dan dia juga punya martabat, harkat dan kemanusiaan yang sama dengan laki laki,” tegas Sri.

“Ini yang sering ‘dibenturkan’ sehingga pada akhirnya (masalah) tidak pernah selesai sehingga negara dalam menjalankan tanggung jawab atas kewajiban melindungi kelompok-kelompok perempuan terhalang,” tambahnya. Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan, kata Sri, belum menjadi pedoman kunci dalam menghapus diskriminasi kekerasan terhadap perempuan, termasuk kekerasan seksual. Untuk itu, katanya mengingatkan, dalam melahirkan kebijakan haruslah pada akar masalahnya. Hukuman harus mengandung tiga prinsip. Memberikan keadilan pada korban, menjerakan pelaku untuk tidak mengulangi perbuatannya dan mencegah keberulangan untuk orang lain yang berpotensi melakukan. ”Tapi sayangnya hukuman yang kita lakukan tidak mencakup tiga hal tersebut. Keadilan korban sering kali terabaikan. Contohnya, sering kali kesalahan selalu ditimpakan kepada korban. Menganggap korban ikut berkontribusi. Karena, mis-

alnya, memakai rok mini, rok pendek, cara berpakaian, dll. Sehingga, lahirlah Perda-Perda yang mengatur cara berpakaian, yang tujuannya untuk melindungi perempuan,” ungkapnya. Tapi apakah pelaku memiliki efek jera, memiliki kesadaran untuk tidak mengulangi lagi perbuatannya, sepertinya jauh dari itu. Ini karena hal itu tidak disentuh. Yang terjadi adalah perempuan yang dijadikan objek pengaturan kebijakan, bertahun-tahun terus saja seperti ini. Pada akhirnya terjadi impunitas –suatu keadaan dimana pelaku lolos dari investigasi maupun proses pengadilan--- dan jumlah kasus pun menjadi bertambah banyak, atau penanganan kasus tidak berkembang. Karenanya, Komnas Perempuan sangat berharap agar Pansus bisa segera terbentuk karena merupakan langkah untuk mempercepat dan merealisasikan komitmen DPR dalam pembahasan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Komnas juga berharap Pansus yang terbentuk nanti terdiri atas anggota DPR yang peduli atas upaya penghapusan kekerasan seksual sehingga pembahasan atas materi muatan RUU akan benar-benar menghadirkan terobosan hukum dalam penanganan perkara kekerasan sesksual, bukan malah sebaliknya. Di sisi lain, pihaknya juga berharap agar masyarakat juga terus ikut mengawal pembahasan RUU ini melalui partisipasi aktif yang disosialisasikan lewat media sosial Komnas Perempuan dan ruang-ruang lainnya yang diinisiasi masyarakat. (Diana Runtu)

Globalisasi dan pesatnya teknologi tak bisa dihalangi. Begitu juga dengan kegiatan sekolah dengan kurikulumnya makin padat, menjadikan muncul kesan makin sedikitnya waktu dan minat anak muda, mendalami kesenian tari tradisional. Bagaimana pandangan salah seorang maestro tari Indonesia, Dr. Ayu Bulantrisna Djelantik?

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

Bulantrisna Djelantik

Menari adalah Berbagi dan Berdoa

M

enurut sosok penari yang telah mendedikasikan hidup di dunia tari lebih dari 60 tahun ini, adalah tugas para orangtua dan pendidik untuk memantau dan menyaring pengaruh globalisasi, sehingga anak– anak berhasil menyerap nilai positifnya. Selanjutnya menggiring minat terhadap budaya sendiri, demi membangun jati diri generasi penerus. Sementara para pekerja seni tari bertugas menyesuaikan dan mengembangkan tari tradisi agar diminati generasi muda. Strateginya, kata pensiunan dokter spesialis THT yang biasa disapa Byang Bulan ini, ia justru menggunakan multimedia dalam karyanya. Ia ikut melirik apa yang disukai anak mula dengan menonton film, musik, konser, dan acara TV yang tengah gemari. Selanjutnya ia pun menggarap tari tanpa mengubah pakem, berpegang pada tari tradisi, tak lepas dari akarnya dan disebut genre “Tari Tradisi Inovatif”. Begitulah Byang Bulan berhasil melakukan pengembangan pola gerak, waktu, penerangan, warna kostum dan pola lantai untuk menebarkannya di kalangan anak muda. “Strategi lainnya adalah mengajak anak muda melihat karya seni berkualitas dari dekat, misalnya dengan mementaskan tari tradisi di sekolah hingga di berbagai mall. Diperlukan pula peran pemerintah mengadakan

program seperti pesta kesenian, festival tari, termasuk menyediakan sarana dan pusat-pusat seni dengan suguhan yang menarik,” kata putri pasutri dr. AA Made Djelantik (alm) dan Astri H. Zwart (almh), yang sempat menuntaskan S2 Doctor Medizin di LM Universitas, Muncih, Germany dan S3 bidang THT di Universitas Antwerp, Belgia ini. Hal menarik lainnya kisah Byang Bulan, bahwa sejak tahun 1970-an, pemer-

8 tahun pementasan pertama kali di Puri Karangasem Bali

3

Persahabatan dalam Bengkel Tari Ayu Bulan Jakarta

intah telah mendirikan Akademi Seni Tari di beberapa kota besar dan selalu memasukkan b i d a n g ‘ Ta r i Bali’. “Umumnya untuk sanggar di luar Bali, tarian yang diajarkan adalah jenis tari balihbalih-an , tarian murni untuk per-

Goak Legong Lasem di Candi Ratu Bajang Trowulan pada usia 66 tahun

tunjukan, tak ada kaitannya dengan upacara keagamaan,” kata ibu tiga anak ini yang di usia belia sudah menari di Istana ini. Kepada Tokoh, Byang Bulan juga menyampaikan salah satu catatan pengalaman menariknya, bahwa sejak tahun pertama menjadi mahasiswa Kedokteran Universitas Padjadjaran di Bandung di tahun 1965, ia sudah diminta menjadi pengajar tari di Githa Saraswati, di asrama Bali dan di berbagai perkumpulan lainnya. Hingga di tahun 1971 dirinya diminta ikut sebagai pendiri ASTI Bandung (Akademi Seni Tari Bandung), dan diangkat menjadi PNS , sebagai Dosen Tari Bali. Kemudian setelah lulus dokter, Byang Bulan pindah sebagai dosen Fakultas Kedokteran. Ia tidak hanya mengajar, tapi pentas di Bandung, Jakarta, serta ikut beberapa misi kesenian ke luar negeri. Dengan kepandaiannya membagi waktu antara keluarga, profesi dokter dan kegairahan menari Bali, di tahun 1992 ia memutuskan mendirikan perkumpulan tari yang mendalami aneka Legong Klasik bernama “Bengkel Tari Ayu Bulan”. Anggota “Bengkel Tari Ayu Bulan” sudah belajar menari Bali sejak kecil, dan

kebanyakan sudah bergabung sejak 25 tahun silam. Meski sebagian bukan orang Bali, namun mereka hebat, sangat berbakat dan serius meningkatkan kemampuannya hingga menjadi aisten dan guru tari. Mereka juga diajarkan tentang pertunjukan yang bagus,jangan sekadar menari, pentingnya penjiwaan, termasuk soal penunjang seperti audio, lighting dan pola lantai yang baik agar penonton nyaman. Begitu pula perlu ada rasa kebersamaan dan saling menghargai antar penari.“Menari bukan semata bergerak dengan indah, tapi menari adalah doa dan membangun kesadaran penonton,” tegas Byang Bulan yang juga suka dipanggil Ninik oleh anak didiknya ini. SALING MENGINSPIRASI DAN MELENGKAPI Sejak mendirikan bengkel tari, Byang Bulan mencipta beberapa kreasi Palegongan baru berkolaborasi dengan

para penguruk di Bali. Berprinsip menari adalah nafas hidup, tak heran Byang Bulan bersama murid tarinya sukses bercerita kisah-kisah yang dilupakan seperti filsafat hidup di karya ‘Asmarandana’, percintaan tragis pada ‘Sampik Engtay’, keteguhan hati dalam ‘Sitayana’, hingga kepahlawanan Pandawa lima dalam kreasi ‘Mintaraga’. Ia juga berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat dengan falsafah kehidupan dalam tari ‘Bedoyo Legong Calonarang’ hasil kolaborasinya dengan Retno Maruti; pentingnya harmoni ilmu dan seni universal dalam ‘Citra Dewi’ yang terinspirasi Saraswati, dan terakhir, perlunyanya menjaga perdamaian dalam ‘Rejang Shanti’ yang merupakan kolaborasi dengan rekan seniman di Bali yakni Dayu Ani Arya, Cok Sawitri dan Gus Made Widnyana. Begitu juga cerita mengenai wanita sangat mengusik dirinya, seperti ‘Satua Calonarang’, dan karya kolaborasi ‘Gayatri Rajapatni’ yang menampilkan kekuatan dan konflik pada kisah sejarah. “Biasanya sebelum berkreasi saya mengadakan penelitian dan mencari literatur,” ujarnya. Ia menambahkan jika karya tari Bali di “luar Bali” selalu mencari makna universal dan kesegaran baru yang ikut memperkaya sekaligus bermanfaat bagi pengembangan tari di Bali via dialog dan kritikan. Bicara kesan lainnya, Byang Bulan mengatakan pementasa terakir yang sangat berkesan baginya adalah tampil di empat negara Eropa akhir tahun lalu, yang disebutnya sebagai “Sangasari Europe Roadshow” yang misinya mempertunjukkan sembilan tarian yang ditetapkan Unesco mewakili semua tarian Bali sebagai warisan budaya dunia. Namun, karena minimnya dana, hanya 4 penari yang ditanggung. Maka, di tiap negara mereka bekerja sama dan berlatih dengan penari Bali setempat. Byang Bulan menyampaikan semua pementasan berkesan baginya, baik yang di panggung besar, kecil, termasuk di ruang publik seperti di jalanan atau taman. Seperti menari di Trowulan ,atau di Candi Sukuh, terasa bumi dipijak penuh nuansa sejarah. Belum lama juga katanya mereka menggelar

Bersama Ibu Astari Rasyid, Dubes Bulgaria, Sangasari Europe Roadshow

12 tahun pertama kali menari Oleg di Istana Negara 1959

Berlatih bersama Bu Menek, Tejakula tahun 2017

teman guru tari Bali maupun sendiri. “Ada tantangan besar untuk mencari kebebasan dalam keterikatan demi tak lepas dari pakem. Tari kreasi di luar Bali, konsepnya lebih universal. Namun, kini dengan maraknya berbagai tari kreasi di Youtube, para koreografer (penata tari) pun bisa saling memperhatikan dan belajar. Karenanya, perkembangan tarian Bali di luar Bali , tetap berhubungan dengan penggembangan teman-teman di Bali, kami saling menginspirasi dan melengkapi,” tuturnya. Ia menyebutkan jika kelompok tari yang digagasnya secara berkala belajar lagi dari

tarian perdamaian yakni ‘Rejang Shanti’ secara masal oleh 60 penari di Taman Mini Indonesia Indah. Terkait julukan maestro yang disandangkannya Byang Bulan menyatakan tak menyangka dan bersyukur di usia lanjut ia memperoleh apresiasi dengan julukan Maestro dan meraih Muri sebagai penari Bali terlama menari Goak dalam Legong Lasem. Kini ia bertekad ingin terus berbagi pengalaman dan menjaga tari tradisi khususnya Legong, sebagai kebanggaan dan jati diri bangsa. “Melalui tari saya menapakkan kaki ke bumi, menengadahkan muka kepadaNya dan meregang tubuh sebab tari bagi saya adalah doa,” pungkasnya. (Sri Ardhini)


2

Ekspresso

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

GORO-GORO “ H a r i Raya tak per­ nah telat apal­ agi alpa datang, menyapa kalbu kita setiap tahun, Putu Wijaya sehingga memar di dalam batin yang disebabkan gesekan, benturan baik karena kesalahan dan keteledoran kita sendiri atau lantaran kenaka­ lan orang lain, jadi pulih kembali, segar-bugar seperti sediakala, seh­ ingga kita siap lagi bertarung dalam kehidupan,melawan segala tatangan, percobaan dan rintangan. Untuk itu kita harus bersyukur ke hadapan Ida Hyang Widi Wasa,” kata Amat. Bu Amat menoleh. “Bapak kok tumben menghapal­ kan sajak, mau ikut lomba deklamasi di mana?” Amat marah. “Lho, kok Ibu jadi sinis begitu? Ini bukan sajak, tapi .... .” “Tapi sajak! Itu dari Ami bu­ kan?!” “Betul. Itu kata-kata mutiara yang sudah bikin Bapak berhenti marah, berhenti kecewa, berhenti

merasa hidup kita sia-sia. Kata-kata itu membuat bapak berpikir positif. Hari raya itu baik Nyepi, Galungan atau Kuningan, pada dasarnya adalah mesin cuci batin supaya kita seman­ gat lagi hidup, karena tahun depan Hari Raya itu pasti akan datang lagi membawa kesempatan yang lebih baik! Itu bukan sajak! Tapi siraman batin!” “Siapa yang menjanjikan tahun depan akan lebih baik?” “Hati kita sendiri! Karena hari raya akan datang lagi tidak pernah telat tidak pernah alpa! Malu dong ka­ lau kita tidak berusaha memperbaiki hidup kita! Karena sesungguhnya ke­ nyataan hidup kita, 90 persen adalah cerminan usaha kita. Kalau kita sudah banting tulang habis-habisan pasti hidup kita baik. Kalau kurang baik, berarti usaha kita belum maksimal. Itu pesan moralnya. Jadi hari raya itu memang istimewa. Tidak seperti hari-hari biasa yang lain! Makanya kita rayakan. Begitu, Bu!! Itu bukan sajak!! Enak aja! Dasar!!” Bu Amat tercengang. “Lho kok Bapak jadi marah?” “Bagaimana tidak marah, kalau

NYEPI, GALUNGAN, DAN KUNINGAN tiap diajak ngomong serius, ibu ini selalu nyeleneh! Kebanyakan nonton sinetron!” Amat terus marah dan masuk kamar. Pagi-pagi sebelum istrinya sempat bikin kopi, ia sudah ngungsi ke rumah Ami. “Wah, pagi-pagi sudah evakuasi berantem apalagi Bapak sama Ibu ini?” tanya Ami. “Habis Ibumu itu cetek banget! Dangkal! Kerjanya cuma bikin ban­ ten. Diajak rembugan sedikit soal etika agama, Bapak malah diledek lagi ngapalin sajak. itu kan kebodo­ han!” Ami cepat memotong. “Ssttt! Bapak jangan ngomong begitu, dong!” “Habis ini kan hari raya, jangan cuma sibuk dengan upacara. Kita harus mulai membiasakan menelu­ suri makna-makna luhurnya. Apa arti hari raya itu! Apa esensinya! Bukan hanya upacara tapi hakeka­ tnya! Ya kan?” “Betul.” “Ibu kamu itu ... .” “Apa?” “Raja banten! Kalau soal banten

nyelimet kecil-kecil, tak bisa ditawar. Kayak ilmu pasti! Kalau ditanya, kenapa, untuk apa, marah. Memang dari dulu sudah begitu, katanya. Itu kan harus diubah. Kita harus tahu apa yang kita lakukan! Upacara itu kan tata cara yang harus bisa kita sesuaikan dengan desa-kala-patra. Cari busung, daun kelapa muda sudah susah, ya harus bisa diganti bahan yang lain. Inti upacara itu ditangkap, karena itu yang tak boleh nyeleweng. Tapi caranya disesuaikan dengan kemampuan kita. jadi intinya dipertahankan sedang peralatannya bisa disesuaikan dengan yang ada. Jadi kehidupan kita tidak akan ter­ siksa! Yang penting esensinya! Niat suci dan tujuannya sama! Jadi hati kita jadi sejuk, tenang, tenteram dan bahagia!” “Betul! Makanya kedatangan hari

raya setiap tahun yang tak pernah telat dan alpa, kata Ibu, yang me­ nyapa kalbu kita, membuat batin kita segar kembali!” “Nah! Makanya kedatangan hari raya menyapa kalbu...., apa??” “Hari raya yang menyapa kalbu kita ....” “Bukan itu! Kamu bilang tadi, kata, kata siapa?” “Kata Ibu.” Amat terkejut. Ia langsung balik kanan, cabut, pulang ke rumah, sem­ bari dalam hati sambat: aduh Dewa Ratu! Ampura? Kenapa aku lupa, aku punya istri yang baik, setia, tidak banyak omong seperti suaminya be­ kas guru yang ngaku-ngaku pejuang tapi tolol ini! Harusnya aku bangga, bahagia punya istri bijaksana serta moderat, meskipun sekarang mulai tua tapi masih cantik!!”

Kembali Kerja setelah Libur yang tak Libur

Bulan ini sepertinya cukup banyak tanggal-tanggal berwarna merah. Bahkan posisinya berdamp­ ingan dengan weekend yang nam­ paknya akan membuat waktu libur Anda cukup panjang. Meskipun demikian, pergantian hari libur kemudian masuk kerja terkadang membuat mood Anda menjadi tidak begitu positif. Apakah pola-pola ini muncul pada Anda? Seperti merasa tidak segar ketika bangun pagi, kurang bersemangat, mengeluh, kemudian adanya pikiran waktu libur yang kurang panjang. Tidak ja­ rang orang-orang mengatakan jika liburan membuatnya stres. Mereka juga membutuhkan usaha dan cara yang lebih untuk mengatasi stres paskaliburan. Ada yang menyebutkan, “libur yang ngga libur”, karena banyaknya perkerjaan yang harus diselesaikan selama hari libur. Contohnya saja tugas kantor yang Anda bawa pulang karena tenggat waktu yang bersamaan dengan hari masuk kerja nanti. Kemudian bagi Anda, para wanita yang bekerja, waktu libur biasanya digunakan untuk menyelesaikan tugas domestik (rumah tangga) yang tidak sempat Anda kerjakan sebelumnya. Semisal membersihkan rumah, memilah pakaian yang sudah tidak terpakai, atau merapikan kembali tempat penyimpanan barang-barang. Selain

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

itu, mempersiapkan hari raya juga masuk ke dalam agenda liburan Anda. Bahkan persiapannya sudah Anda lakukan ketika waktu kerja. Kondisi tersebut tidak menutup kemungkinan Anda menjadi lelah ketika waktu libur telah usai karena Anda tidak punya cukup waktu un­ tuk rehat sejenak. Stres paskaliburan juga da­ pat terjadi karena liburan yang tidak sesuai ekspektasi. Ketika hal itu terjadi, perasaan kecewa dan perasaan- perasaan negatif lainnya menyelimuti. Misalnya saja Anda berencana untuk liburan ke tempat wisata bersama dengan keluarga. Namun, banyaknya wisatawan yang berkunjung menjadikan waktu libur Anda habis karena perjalanan yang macet, antri, dan hal-hal di luar dari perkiraan Anda. Maka, beberapa target yang Anda rencanakan di hari libur tidak tercapai. Secara psikologis emosi-emosi negatif yang Anda rasa­ kan dapat memicu kelelahan secara fisik dan menurunkan produktivitas Anda dalam bekerja. Ada beberapa hal yang dapat di­ lakukan untuk lebih dapat mengelola suasana hati Anda setelah liburan dan harus kembali bekerja. Pertama, tidak ada salahnya Anda merencana­ kan agenda liburan Anda, sehingga Anda dapat mempersiapkan liburan Anda lebih matang. Contohnya ketika menjelang liburan, sebagian

Made Padma Dewi Bajirani

pekerja mengusahakan untuk me­ nyelesaikan tugas-tugas kantor sebe­ lum tenggat waktunya. Harapannya mereka dapat menikmati liburan dengan lebih menyenangkan. Kedua, buatlah rencana liburan yang realistis. Menikmati suasana liburan yang sesuai dengan keperlu­ an dan kemampuan juga dapat men­ ingkatkan suasana hati menjadi lebih positif. Misalnya Anda bisa mengisi waktu liburan dengan beristirahat di rumah atau berkunjung ke rumah saudara yang sudah lama tidak Anda jumpai. Jika Anda ingin berkunjung ke tempat wisata, pastikan kondisi

tubuh Anda dalam keadaan prima. Maka Anda bisa menikmati liburan lebih maksimal dan mengurangi efek kelelahan yang berlebih. Poin terpenting adalah hati yang senang akan membantu Anda untuk merasakan liburan yang sesungguh­ nya. Bukan sejauh apa Anda pergi liburan atau semahal apa bentuk liburan Anda yang dapat menen­ tukan keberhasilan mengisi waktu libur Anda. Penelitian menyebut­ kan, perasaan yang positif dapat meningkatkan banyak kemampuan dalam diri kita. Seperti penurunan tingkat stres yang kemudian dapat meningkatkan kesehatan, performa kerja, atau interaksi sosial Anda. Cobalah untuk menikmati waktu libur Anda yang mungkin tidak panjang. Fokuskan diri Anda dengan situasi liburan yang sedang Anda hadapi. Lihatlah ada banyak hal positif yang bisa Anda temukan dan nikmati. Setelah liburan, sadari keperluan diri Anda. Misalnya jika Anda me­ merlukan waktu yang lebih panjang

untuk istirahat setelah melakukan jalan-jalan, luangkan waktu untuk istirahat yang cukup. Kondisi tubuh yang fit dapat membantu Anda menyeimbangkan suasana hati, sehingga Anda lebih siap untuk bekerja. Bayangkan saja, jika waktu tidur kurang kemudian Anda harus berangkat ke kantor esok harinya, tentunya Andapun menjadi kurang bersemangat. Ketika Anda masih belum bisa move on dari liburan, memang menjadi tantangan untuk diri Anda ketika memasuki hari kerja. Motivasi diri Anda dengan hari libur yang akan datang. Tanyakan kepada diri Anda, apa yang bisa Anda lakukan untuk memberikan hadiah kepada diri sendiri atas kerja keras Anda. Selamat me­ nikmati waktu libur dan semangat kembali bekerja. Made Padma Dewi Bajirani (Mahasiswi Magister Psikologi Profesi Bidang Klinis, Universitas Gadjah Mada)

Kata Hati Rubrik ini khusus untuk menuangkan ide/pemikiran/gagasan dalam bentuk tulisan. Tema terkait wanita dan keluarga serta tidak mengandung unsur SARA. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter. Lampirkan juga foto close up (bukan pasfoto). Cantumkan nama lengkap, profesi, nomor hp, dan alamat email. Naskah dikirim ke redaksi@cybertokoh.com, redaksitokoh@yahoo.com.

Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi: Gde Palgunadi (palgunadi@cybertokoh.com). Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi (ngurahbudi@cyber­ tokoh.com). Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri Ardhini (sri.ardhini@cybertokoh.com), Wirati Astiti (wirati.astiti@cybertokoh.com), Sagung ­Inten (inten.indrawati@cybertokoh.com). Buleleng: Wiwin Meliana (wiwinmeliana22@cybertokoh.com). Jakarta: Diana Runtu (dianaruntu@ cybertokoh.com). NTB: Naniek Dwi Surahmi (naniek.itaufan@cybertokoh.com). Desain Grafis: IDN Alit ­Budi­artha (dewaalit@cybertokoh.com),­ I Made Ary ­S upratman (ary_refresh@cybertokoh.com). Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama (cepy@cybertokoh.com), Ayu Wika Yuliani (ayu.wika@cybertokoh.com). Se­kretariat: Ayu Agustini (dewi.ayu@cybertokoh.com), Putu Agus Mariantara (agustara85@cybertokoh.com), Hariyono (hariyono@cybertokoh.com). Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­merah ­Barat 21 G Jakarta Pusat 10270–Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­Faksi­mile (031) 5675240. Surat Elektronik: info@cybertokoh.com, redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com. Bank: BRI Cabang ­Gajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Sudut Pandang

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

23

Sosialisasikan Kearifan Lokal sejak Dini Sebagai umat beragama, kita harus memiliki sikap toler­ ansi. Hal ini penting agar terciptanya kedamaian. Konsep “menyama braya” pun terus didengungkan untuk mence­ gah terjadinya intoleransi. Demikian antara lain yang terungkap dalam sarasehan “Menyama Braya Mencegah Intoleransi” kerjasama Kelompok Media Bali Post dengan Yayasan Pendidikan Widya Kerthi Denpasar di Kampus Unhi Denpasar, Jumat (24/3).

S

arasehan yang dibu­ ka Ketua Yayasan Pendidikan Widya Kerthi A.A. Ngurah Sadiarta,S.E., M.Si menghad­ irkan tiga narasumber, Guru Besar Universitas Hindu Indo­ nesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si, Ketua Umum Kadin Bali, A.A. Ngurah Alit Wiraputra, SH.,M.H. dan Ketua Komisi IV DPRD Bali Nyoman Parta dipandu Redak­ tur Pelaksana Bali Post Wayan Dira Arsana. Sarasehan ini dilaksanakan sebagai rangkaian perayaan Nyepi Tahun Caka 1939 ini “Ngembak Geni atau sehari set­ elah Nyepi harus dimaknai seba­ gai momentum untuk melaku­ kan dharma shanti. Saling me­ maafkan antar anggota keluarga

transformasi hal-hal yang ber­ bau tradisional menjadi paham modernisme. Ia pun menyarankan orang­ tua agar menyisihkan sebagian waktu untuk melakukan so­ sialisasi nilai-nilai kearifan itu kepada anak-anak sejak dini di lingkungan keluarga. Sebab den­ gan cara demikian, anak-anak tidak akan tercerabut dari akar budayanya meski mereka tidak mungkin menghindarkan diri dari pengaruh budaya global. Alit Wiraputra menambah­ kan manusia di zaman sekarang cenderung ingin kaya materi, sejahtera, dan mati masuk surga. Sementara definisi kesejahteraan dalam sistem ekonomi kapitaliskonvensional merupakan konsep materialis murni yang menafik­ kan keterkaitan rohaniah.

Sarasehan “Menyama Braya Mencegah Intoleransi”

atau anggota masyarakat,” ujar Prof. Suda. Namun, di sisi lain Suda mengamati masyarakat Bali kini ada yang kehilangan identitas lokalnya karena telah menjadi masyarakat modern. Tak sedikit nilai kearifan sosial, kearifan tradisional, dan keari­ fan lokal yang mulai berubah. Bahkan digeser oleh nilai-nilai modernisme. “Contohnya, nilai komu­ nalisme telah berubah menjadi nilai individualisme, nilai ke­ bersamaan yang tertuang pada filosofi pang pada payu berubah menjadi prinsip mati iba hidup kae, menyama beraya menjadi menyama brenye, dan lainnya,” ujarnya. Suda menambahkan, sikap toleransi melalui pelaksanaan Catur Brata Penyepian belum bisa dilakukan secara opti­ mal dalam konteks kekinian. Termasuk konsep menyama braya sebagai salah satu nilai kearifan sosial masyarakat Bali. Hal tersebut sebagai akibat

“Masyarakat menginginkan kesejahteraan lahir batin. Kon­ sep kesejahteraan yang tentu akan berakibat pada keharusan mendiskusikan secara ilmu ekonomi apa hakekat tujuan kesejahteraan tersebut dan bagaimana merealisasikannya,” ujarnya. Kesejahteraan lahir batin dapat dikatakan terwujud apa­ bila memenuhi sejumlah un­ sur, antara lain, terpenuhinya kebutuhan dasar bagi semua masyarakat, tingkat perbe­ daan sosial-ekonomi tidak ter­ lalu mencolok, serta tidak ada pengangguran usia produktif. Namun, konsep kesejahteraan lahir batin sebetulnya tidak terbatas pada variabel-varia­ bel ekonomi saja. Melainkan mencakup juga moral, agama, psikologi, sosial, dan politik. Menurutnya seorang manu­ sia bisa saja mencapai puncak kemakmuran dari segi materi, tetapi kejayaan tersebut tidak akan mampu bertahan lama

Contoh pengenalan kearifan lokal sejak dini

apabila mempunyai moral in­ dividu dan sosial sangat lemah, terjadi disintegrasi keluarga, ketegangan sosial masyarakat meningkat, serta pemerintah daerah tidak dapat berperan sesuai dengan porsi dan seba­ gaimana mestinya. “Bali sudah memiliki tatanan dan sistem seperti subak, Tri Hita Karana dan Desa Kala Patra yang dapat membantu masyarakat membuat tatanan ekonomi berkesinambungan sampai akhir jaman. Dengan de­ mikian, kehidupan masyarakat Bali akan tenteram, aman, dan makmur secara alami dan secara rohani. Kehidupan masyarakat Bali akan lebih baik kalau pengertian dan tenggang rasa diutamakan untuk menga­ tasi perubahan yang akan terjadi demi tercapainya cita-cita luhur dan abadi,” jelasnya. Ia juga menegaskan Bali dari awal telah dikonsep untuk suatu tatanan kemakmuran berlandas­ kan kepercayaan filosofi Hindu Dharma. Dimana di dalamnya sarat dengan toleransi, cinta kasih, dan gotong royong serta menghormati dan patuh pada awig-awig untuk mencapai ke­ makmuran secara sederhana dan bijaksana. Apakah warisan budaya itu bisa kita pertahankan? Sampai kapan kita bisa memper­ tahankannya? Generasi penerus yang nanti menjawabnya. TIGA TANTANGAN Sementara itu Nyoman Par­ ta mengatakan, Bali sebetulnya kaya dengan filosofi tentang hidup menyama braya. Seperti misalnya, sagalak, sagilik, saguluk, salunglung sabayantaka, atau paras paros. Namun, generasi saat ini banyak yang mungkin merasa asing atau bahkan tidak memahami filosofinya. Kalau sudah demikian, tentu akan sulit untuk mengaplikasikannya da­ lam kehidupan. Sementara Bali saat ini tengah menghadapi tiga tantangan penting, terutama bagi generasi muda.

“Pertama, tantangan politik Bali. Pulau kecil yang homo­ gen bera ga ma Hin du , ta pi juga sangat terbuka karena kita sudah menggantungkan diri dengan dunia pariwisata. Hari ini banyak politik yang berdimensi SARA, kedaerahan, subjektivitas, dan lain seba­ gainya, itu sungguh merupakan tantangan serius bagi Bali. Di internal Bali sendiri juga ada kecenderungan menampilkan persoalan SARA lewat adanya soroh, dan sebagainya. Memang penting mengikatkan diri dalam sebuah paguyuban. Tetapi kalau itu dibuat dengan sangat fanatik tanpa diisi pencerahan, akan membuat masyarakat Bali saling berbenturan,” tegasnya.Gairah berorganisasi itu menurut poli­ tisi PDIP itu penting, tetapi semangat dan spirit menyama braya tidak boleh luntur. Tantangan kedua, terkait dengan ekonomi. Hampir 75% investasi di Bali adalah milik orang luar Bali termasuk in­ vestasi berskala besar. Sedang­ kan masyarakat Bali, lebih ban­ yak memiliki investasi berskala kecil. Seperti misalnya, warungwarung kecil yang ada di set­ iap desa pakraman. “Itu yang sekarang menghadapi tantangan ekonomi yang sangat berat, dimana munculnya toko-toko modern berjaringan di setiap

desa pakraman. Masuknya luar biasa, dihadang di kiri masuk ke kanan, dihadang di kanan masuk lewat atas,” ungkapnya. Menurut Parta, warungwarung kecil milik masyarakat Bali harus dipertahankan. Se­ bab, umumnya warung-warung itu tidak hanya menghidupi pemiliknya saja. Tapi ada ban­ yak kehidupan lain yang meng­ gantungkan pendapatan dari warung itu. Sebagai contoh, pedagang nasi atau buah yang menitipkan dagangan di warung tersebut. Warung kecil ini harus dipertahankan karena warung kecil ini adalah tempat orang Bali bercengkrama. Warung kecil harus kita lindungi karena merupakan tempat orang lain selain pemilik warung menitip­ kan hidupnya. Tantangan ketiga yang dih­ adapi Bali adalah menyangkut pengangguran. Data terakhir, pengangguran di Bali berjum­ lah 64 ribu dan sebagian besar adalah kalangan terdidik. Sep­ erti lulusan Sarjana, Diploma, dan SMK. Dirinya berharap generasi muda memanfaat­ kan waktunya untuk menjadi pengusaha.“Omong kosong kita bisa rukun, omong kosong kita bisa menyama braya dengan baik jika perut kita kosong, jika secara ekonomi kita tidak me­ madai,” tegas Parta. (Rindra)


24

Edisi 948/ 10 - 16 APRIL 2017

10 Hari Bersama Moga Djaja dan Viva Cosmetics Perjalanan yang sangat me­ nyenangkan baru saja dilalui Dr. Dra. Anak Agung Ayu Ketut Agung, M.M. Selama 10 hari, ia mengikuti “Moga Djaja Mono Turkey Tour”. Bu Agung-demikian sapaan akrabnya, bergabung bersama rombongan para distributor Viva Cosmetics seIndonesia mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Turki.

R

ombongan berkumpul di Bandara Internasional Surabaya untuk memulai perjalanan wisata menuju Kota 1001 malam Istanbul, Turki melewati Singapura. City tour di Kota Instanbul mengunjungi Topkapi Palace yang merupakan istana Kesultanan Ottoman zaman dulu; ST. Hagia Sophia yang awalnya adalah gereja yang dijadikan mesjid dengan empat menaranya; Blue Mosque yang dibangun oleh Sultan Ahmed dengan warna keramik biru yang merupakan salah satu trademark dari Kota Istanbul; dan juga mengunjungi Hippodrome Square yang menjadi simbol kemenangan Konstantinopel. Perjalanan dilanjutkan menuju Bursa untuk bermalam. Kota ini terletak di Turki bagian barat. Beberapa tempat yang dikunjungi adalah Gran Mosque, Silk Market, Green Tomb dan Green Mosque, berlanjut menuju Kota Kusadasi untuk bermalam. Kemudian, mengunjungi Leather House (toko kulit khas Turki). Dari Kota Kusadasi menuju kota tua zaman Romawi, Ephesus; mengunjungi House of Virgin Mary yang merupakan tempat tinggalnya di saat-saat terakhir. Selanjutnya menuju Kota Pamukkale atau kota kuno Hierapolis dimana terdapat Cotton Castle, kolam alam belerang cetakan berbentuk sawah yang bertingkat-tingkat yang sangat unik.

Rombongan “Moga Djaja Mono Turkey Tour”

Dari Pamukkale perjalanan dilanjutkan dengan bus menuju kota pusat agama dan kerajaan Seljuk, Kota Konya untuk mengunjungi Mevlana Museum dan berfoto di Sultanhani Caravanseray. Kemudian perjalanan dilanjutkan menuju Cappadocia untuk bermalam. Di Cappadocia ini rombongan diajak menaiki Hot Air Ballon, menikmati keindahan pemandangan Cappadocia dari ketinggian. Dilanjutkan dengan city tour mengunjungi Underground City-tempat perlindungan bawah tanah dengan luas mencapai 30 km, Carpet House, Fairy Chimney dan Pasabag, Jewelry House dan Pottery, Gerome Open Air Museum, dilanjutkan berfoto di Uchisar Village dan Pigeon Valley.

Bu Agung bersama owner Viva Cosmetics, Murni Tjandra (94) dan Theresia I. Kuntjoro di Istanbul

Perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ankara mengunjungi Ataturk Museum. Kemudian kembali ke Istanbul dan berfoto di Camlica Hill. Selanjutnya menyusuri Selat Bosphorus dengan mengikuti Bosphorus Cruise, berbelanja souvenir

dan oleh-oleh di Grand Bazaar. “Ini benar-benar perjalanan yang menyenangkan dan sangat berkesan. Terimakasih Moga Djaja dan Viva Cosmetics,” ujar Bu Agung. Ia merasa sangat beruntung karena hanya dia satu-satunya

yang bukan distributor Viva Cosmetics, namun diajak turut serta dalam tur tersebut. “Mungkin karena selama ini kami sudah menjalin kerjasama dan memiliki visi yang sama, peduli terhadap pelestarian budaya,” ungkap Bu Agung. –inten

Segera Gelar Workshop dan Seminar Kerjasama yang baik antara Bu Agung, Ketua Yayasan Kecantikan Agung (yang menaungi LKP Agung, PKBM Agung, Salon Agung) dengan Viva Cosmetics sudah terjalin cukup lama. Bahkan, jauh sebelum bekerjasama, Bu Agung mengaku sudah memakai produk Viva Cosmetics. “Saya buka salon sejak tahun 1979 dan membuka kursus sejak tahun 1982. Saat itu saya sudah memakai Viva, karena murah, mudah didapat dan kualitas produknya juga bagus, sesuai dengan iklim tropis, dan tentunya karena Viva produk asli Indonesia,” ucapnya. Menurut Yusuf Wiharto, Direktur PT Moga Djaja-yang menjadi distributor Viva untuk Indonesia Timur, perusahaan ini memang menjalankan Tiga (3) Mu (mutu, mudah, dan murah). Viva Cosmetics senantiasa mengutamakan ; mutu dan kualitas untuk memaksimalkan manfaat setiap produknya sehingga dapat memberikan hasil yang terbaik bagi wanita Indonesia; mudah dicari; dan murah dengan harga terjangkau. Tahun ini, di usianya yang ke-55, Viva Cosmetics yang hadir sejak tahun 1962 ini sudah dijalani tiga (3) generasi, yakni mulai dari opa dan oma (alm. Masmuin Kuntjoro) dan Murni Tjandra (94), ibu (Theresia I. Kuntjoro), dan cucu (Yusuf Wiharto). Dari perjalanan 10 hari bersama Moga Djaja dan Viva Cosmetics tersebut, Bu Agung terinspirasi untuk mengadakan Workshop Tata Rias, Pusung Tagel (Sanggul Bali) dan Tengkuluk Lelunakan serta Seminar Pendidikan Keluarga. Menyosialisasikan bagaimana peran orangtua dalam pengasuhan anak, tentang bahaya narkoba, asusila, kekerasan, alkohol, perbuatan liar seperti begal, dan intoleransi. Semua itu akan dikemas secara komunikatif lewat bondres.

Bu Agung yang juga Pengawas SD berfoto bersama Nikolas (buyut dari Murni Tjandra) bergabung dengan anak-anak perkampungan di Underground City-Cappadocia

Bu Agung bersama owner Viva (Direktur PT Moga Djaja) Yusuf Wiharto, Sherly Matandi (istri), dan Nikolas Etzio Yusuf (anak) berfoto bersama sebelum menaiki Hot Air Ballon di Cappadocia

“Di era digital ini, pendidikan keluarga seperti ini sangat penting baik untuk anak maupun orangtua. Seperti apa seharusnya anak merawat orangtuanya, juga bagaimana orangtua mengasuh anaknya. Makin sayang anak kepada orangtuanya, rezekinya akan makin mengalir. Ingat, doa orangtua itu sepanjang hayat,” ujarnya. Untuk itu, Sabtu 29 April 2017 di Gedung Bali Creative Industry Center (BCIC), Jalan WR Supratman No. 302 Tohpati- Denpasar, Bu Agung bekerjasama dengan Viva Cosmetics, Bisnis Bali dan Kelompok Media Bali Post akan menyelenggarakan Workshop dan Seminar Pendidikan Keluarga, gratis untuk 400 orang. Workshop Tata Rias, Pusung Tagel (Sanggul Bali) dan Tengkuluk Lelunakan dipandu langsung Bu Agung. “Semua peralatan sudah disiapkan, semua peserta mendapatkan hairpiece dan bingkisan berupa produk Viva. Yang berminat, silahkan daftar ke Salon Agung, Jalan Aggrek No. 12 Kreneng, Denpasar. Telepon 0361 233850, 081 1393602, 087 861424158,” pungkasnya. –inten

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.