Tokoh Edisi 945 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 945/ 20 - 26 Maret 2017

Sadar atau tidak, namun faktanya teknologi telah banyak mengubah kehidupan dan tradisi dalam masyarakat, khususnya mereka yang hidup di kota besar. Yang paling sederhana dan mudah terlihat adalah kebiasaan saling berkunjung, entah itu tetangga, saudara, teman ke rumah. Baik itu sekadar ngobrol ngalorngidul, atau mau ‘curhat’, dll. Saat hari raya keagamaan, tetangga atau saudara saling mengunjungi.

T

api sekarang, meski kebiasaan itu masih belum luntur benar, namun saling berkunjung ke rumah itu boleh dibilang sudah jarang di kota besar. Semuanya tergantikan oleh teknologi, baik itu telepon atau SMS, Whatsapp, dll. Tika Bisono, penyanyi top juga mantan model era 70-80-an yang kini berprofesi sebagai psikolog, juga mengakui hal itu. “Untuk mereka yang hidup di kota besar, memang itu lah yang terjadi. Ini semua karena kemajuan teknologi. Kalau dulu kan teknologi belum secanggih sekarang, jadi mau tidak mau untuk suatu keperluan, ya harus bertemu atau datang berkunjung. Tapi sekarang kan tidak harus begitu, ada telepon, bisa SMS, Whatsapp, dll, membuat orang malas,” ujarnya. Karena sangat sibuk, waktu luang tidak banyak, jadi solus-

Tawarkan Tamu Makan Malam inya pakai teknologi untuk bisa menghubungi orang. “Fenomena seperti ini umumnya terjadi di masyarakat yang hidup di kota-kota besar seperti Jakarta misalnya. Sedang di kampung-kampung, kebiasaan saling bertamu masih sangat kental, ya,” ungkap Tika yang kini konsultan juga dosen psikologi. Namun, tambah Tika, tidak semua begitu. Masih ada sebagian masyarakat yang tetap mempertahankan kebiasaan-kebiasaan bertamu atau berinteraksi langsung dengan orang tanpa perantara teknologi komunikasi. “Di rumah aku masih menerima tamu, meski memang tidak seperti dulu,” ujar wanita kelahiran Oktober 1960 ini. Menurut pelantun tembang hits ‘Melati Putih’ ini, kalau dulu jika bertamu ke rumah orang, umumnya si tuan rumah menyediakan sesuatu seperti minuman dan kue. Tapi sekarang kebiasaan-kebiasaan seperti itu tidak selalu dilakukan. “Memang tergantung orangnya ya, ada yang masih menyediakan atau bahkan membeli sesuatu untuk disuguhkan ke tamu yang akan datang. Kadang juga tergantung tamu siapa yang bakal datang,” katanya. Tapi Tika mengaku dirinya termasuk orang yang tidak melaku-

beli lagi karena memang sudah tersedia. Misalnya saja, kadang ada wartawan yang mau datang malam ke rumah, biasanya aku selain menyediakan minuman teh atau kopi, kue. Aku juga menawari mereka makan malam. Karena aku kan tahu mereka bekerja seharian kadang untuk makan saja tidak sempat. Atau saudara-saudara aku atau saudara pembantu yang datang, kami selalu menyediakan apa yang ada di rumah. Jadi standar saja, tidak ada yang khusus,” ungkap penulis buku psikologi populer, ‘12 Racun Kasih Sayang Orangtua’ ini. Tika Bisono

kan persiapan khusus jika ada atau akan menerima tamu. Itu bukan berarti tamu yang datang tidak disuguhkan apapun selain air minum. Melainkan di rumahnya memang sejak dulu sudah ada persiapan-persiapan entah itu kue, minuman dan makanan yang bisa ditawarkan untuk tamu. “Kalau di rumahku standar ya. Tidak ada persiapan khusus. Tapi untuk tamu aku selalu memiliki persediaan, seperti kue, minuman, makanan, dll. Jadi ketika tamu datang, aku tidak usah mem-

KIRIM KARTU UCAPAN Mantan Putri Remaja Indonesia 1978 ini mengaku meski dia juga menggunakan telepon atau medsos untuk menyapa teman-teman dan saudara, namun dia juga tidak meninggalkan kebiasaan lama (dalam berkomunikasi) dengan orang-orang terdekatnya. Salah satunya adalah kebiasaan mengirimkan kartu ucapan, entah itu hari raya atau pada saat ulang tahun. “Meski sekarang era digitalisasi sudah berkembang pesat, teknologi sangat maju, tapi orang

akan sangat senang dan merasa istimewa jika mendapat kartu ucapan. Aku ini sampai sekarang masih suka bahkan hobi mengirim kartu ucapan, khususnya kepada mereka yang berulang tahun. Biasanya itu aku lakukan pada teman-teman dekat, saudara dekat, dll,” ungkapnya. Mereka yang menerima bukan hanya senang tapi mereka juga sangat surprised. “Aku kerap menerima pernyataan surprised karena tidak menyangka aku masih mengingat hari ultahnya. Mereka sangat senang karena merasa diperhatikan. “ “Aku sendiri pun sejak dulu senang menerima kartu kartu ucapan. Malah aku punya koleksi kartu ucapan yang aku simpan rapi dalam folder selama 30 tahun. Jadi ketika bosan atau sedang iseng, aku bisa membukabuka folder lama untuk mengingat kembali masa-masa itu. Itu juga bisa menjadi pengobat stres dan jenuh,” katanya. Kata Tika, selain dia hobi mengirim kartu ucapan, namun aksinya itu sangat terbantu dengan adanya ‘buku pintar’. Sejak lama dia memiliki catatan tentang hari-hari istimewa (HUT) orang-orang terdekatnya. “Buku itu sangat membantu sekali. Ya mungkin karena aku hobi nulis ya, rasanya senang saja bisa menulis dan membagikannya kepada orang lain,” kata Tika yang gemar hiking dan nonton pertandingan sepak bola ini. (Diana Runtu)

Minta Kartu Identitas Tamu tak Dikenal Etika dalam setiap perbuatan sangat menentukan baik atau tidak hasil yang akan di capai. Begitu juga etika dalam menerima tamu akan sangat menentukan kenyamanan bagi penerima maupun tamu itu sendiri. Menurut Ratna Artha Windari, S.H., M.H., Ketua Jurusan Ilmu Hukum di Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Undiksha Singaraja mengatakan ada dua hal yang perlu diperhatikan saat menerima tamu yakni etika menerima tamu formal dan nonformal. Sebagai seorang dosen sekaligus Ketua Jurusan sudah tentu dirinya memiliki tugas dan tanggung jawab lebih terhadap mahasiswanya sehingga intensitas pertemuan dengan mahasiswa diperlukan untuk berbagai tujuan. Salah satunya untuk melakukan bimbingan skripsi. Ia tidak ingin membatasi hubungan antara dosen dan mahasiswa dalam urusan akademik, bahkan dirinya mempersilakan mahasiswa yang ingin datang berkunjung ke rumah. Ia sadar benar jika tidak semua urusan dapat diselesaikan di kampus karena keterbatasan waktu dan kendala baik dari dosen maupun dari mahasiswa itu sendiri.

Perempuan yang akrab disapa Ratna ini menegaskan pihaknya tetap memerhatikan etika mahasiswa yang datang baik dari waktu berkunjung maupun tujuan berkunjung. “Saya akan izinkan mereka datang tetapi harus dengan kapasitas yang jelas yaitu hanya di bidang akademik saja,” jelasnya. Jika tujuan sudah jelas, maka waktu berkunjung juga harus dipastikan tidak pada waktu yang tidak tepat. Untuk menghindari ketidaktepatan waktu berkunjung, kata dia, mahasiswa harus menyampaikan keinginannya untuk datang dengan membuat janji terlebih dahulu. “Jangan sampai ketika sudah ada di depan rumah baru memberitahu karena dosen juga punya kesibukan lain,” ujarnya. Meskipun sangat menjaga formalitas, akan tetapi Ratna tetap fleksibel ketika ada kegiatan yang sangat penting. “Karena saya sebagai Ketua Jurusan tentu ada hal-hal yang memerlukan tanda tangan secepatnya,” imbuhnya. Tetapi hal tersebut tidak dapat ia terapkan ketika menerima tamu nonformal seperti kerabat maupun keluarga. Perempuan kelahiran 15 Desember 1983 tersebut mengatakan tidak bisa mengatur

kapan kerabat atau keluarga bisa berkunjung atau tidak sehingga dirinya harus toleransi akan hal itu. “Etika dalam berkunjung tetap harus diperhatikan jangan sampai di jam yang sudah sangat larut masih belum selesai dengan urusannya maka biasanya saya akan sampaikan dengan terus terang untuk melanjutkan di esok hari,” paparnya.

Selain etika menerima tamu formal dan nonformal, dirinya juga memberlakukan aturan untuk tamu yang t i d a k d i u n dang. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi

maraknya tindak kriminalitas dengan modus bertamu. “Saya terapkan aturan di rumah, jika ada tamu siapa pun itu yang tidak dikenal jangan sekali kali membukakan pintu gerbang. Bicaranya cukup dari dalam saja,” katanya. Ia selalu mewanti-wanti asisten rumah tangganya untuk meminta kartu identitas kepada tamu yang mengaku sebagai petugas baik petugas PLN maupun PDAM. “Sempat dulu ada yang mengaku petugas servis tetapi ketika dimintai kartu identitas tidak dapat menunjukkan yang resmi sehingga kalau sudah begitu orang rumah harus segera menghubungi saya,” tandasnya. (Wiwin Meliana)

Ratna Artha Windari, S.H., M.H.

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh

www.cybertokoh.com


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.