Menunggu adalah pekerjaan membosankan, pasti kebanyakan orang sepakat dengan kalimat tersebut. Tapi yang menjadi persoalan adalah yang ditunggu adalah pekerjaan, yang mau tidak mau harus dilakukan. Itulah yang dialami para artis, khususnya para pemain yang melakoni syuting stripping. Bisa seharian bahkan sampai malam berada di lokasi syuting. Rutinitas seperti itulah yang mereka lakukan setiap hari dengan lokasi dan teman yang sama untuk jangka waktu yang lama, bisa satu, dua bahkan lima tahun secara terus menerus.
C
Sudut Pandang
Edisi 943/ 6 - 12 Maret 2017
itra Kirana, misalnya, menjalani syuting stripping ‘Tukang Bubur Naik Haji’ selama lima tahun sejak 2012 hingga 7 Februari 2017 lalu. Pemeran utama sinetron yang telah berkali-kali meraih penghargaan drama terbaik ini, mengaku meski merasa jenuh, ia berusaha bekerja secara profesional. “Menjaga fokus dalam bekerja, itulah yang utama. Ini kan memang adalah kerjaan aku, aku dibayar untuk itu. Jadi aku dituntut untuk profesional. Meski jenuh, galau, dsb, harus berhasil diatasi, tidak bisa kita mengedepankan egoisme pribadi. Harus fokus,” ucap Citra yang mempunyai cara sendiri dalam menjaga agar dirinya tetap fokus. Ciki, begitu sapaan akrab Citra
Gagal Fokus bikin Take Berulang Kirana, mengaku memiliki cara mengatasi kejenuhan yang kadang melanda. Menurut Ciki, agar tidak bosan ia berupaya menyibukkan diri sendiri misalnya dengan membaca buku atau nonton DVD, dll. “Ya balik lagi ke aku, ini adalah pekerjaan aku jadi harus bisa menjaga mood. Kalau aku bosan baca buku, dll, ya aku jalan-jalan di sekitar Cibubur (lokasi syuting). Rasanya bertahun-tahun syuting jadi hafal tempat-tempat menarik di sana..hahaha,” ucap Ciki yang kini menjalani syuting ‘Orang Orang Kampung Duku’. Menurut Della Puspita, artis yang telah belasan tahun malang-melintang di dunia akting, menjaga agar tetap fokus dalam bekerja merupakan tantangan tersendiri bagi mereka yang menggeluti dunia peran, khususnya mereka yang melakoni syuting sinetron stripping. syuting stripping, kata Della, beda dengan sinetron biasa (weekly) dan beda dengan film yang waktu syutingnya tidak panjang. Syuting stripping atau kejar tayang dilakukan setiap hari dan biasanya untuk waktu tayang yang lama. “Jadi tiap hari dengan pemandangan yang itu-itu juga, teman itu-itu juga, belum lagi nunggu giliran syuting, kadang bikin BT. Kalau kita sedang punya masaah di luar yang kadang kegalauan itu menggangu fokus kita terhadap pekerjaan. Jadi kita harus bisa mengatasi itu, karena jika tidak, akan berpengaruh pada kualitas kerja kita,” ungkap wanita kelahiran Agustus 1981 ini. “Itulah tantangan kita sebagai artis, ya. Dalam diri sendiri, kita harus bisa membangun bagaimana caranya agar tidak ‘BT’ karena bad mood itu akan mempengaruhi kualitas kerja kita. Jadi kembali kepada mindset sendiri, kalau mengikuti mood sendiri ya gimana kita bisa berkarya bagus,” ujar pemeran sinetron ‘Kutukan Cinta Sang Bintang’. “Jadi sekalipun kita sedang tidak mood, galau,
Della Puspita
kita harus mampu tetap fokus agar hasil karya kita tetap bagus. Tentu saja, kemampuan mempertahankan fokus dalam bekerja memerlukan proses dan itu akan didapat seiring dengan pengalaman kita di lapangan,” tambah Della. Della mengaku memiliki cara untuk menjaga agar dirinya tetap fokus bekerja. Untuk mengisi waktu agar tidak bosan menunggu, ia melakukan kegiatan-kegiatan menyenangkan seperti memainkan gadget dan mencari hal-hal seru dan lucu di youtube, atau mengobrol dengan teman lain di lokasi syuting. “Kadang aku isi dengan makan. Sekarang kan enak bisa pesan makanan apa saja lewat ojek online. Kalau jalanjalan untuk menghilangkan kebosanan kayaknya aku nggak bisa soalnya waktunya nggak memungkinkan. Takut kena macet (lalu lintas), malah jadi tambah bad mood. Jadi aku lebih banyak hanya berkegiatan di lokasi syuting. Beruntung aku ini orang yang mudah tertidur, jadi kadang kalau sedang BT aku bawa tidur saja,” tambahnya. NORMALKAN PERASAAN Tapi, kata wanita bernama asli Nisisari Henny Puspita mengakui, tidak se tiap hal bisa diatasi dengan cara-cara itu. Kadang ada masalah-masalah tertentu yang tetap terbawa saat syuting. Akibatnya, ia jadi gagal fokus. “Aku pernah mengalaminya, saat syuting jadi gagal fokus, akibatnya ‘take’ berulang-ulang. Aku nggak enak bener, tapi bagaimana. Biasanya kalau sudah begitu, aku minta maaf karena nggak bisa konsentrasi. Aku minta izin untuk beberapa waktu untuk menormalkan perasaan,” kata Della yang mengaku sering ‘moody’. Yang paling tidak menyenangkan, tambahnya lagi, ketika sedang tidak ‘fit pikiran’ mendapat lawan main yang tidak menyenangkan. “Tapi ini kan pekerjaan kita, nggak bisa menghindar. Ya terpaksa aku ‘sekuat tenaga’ berusaha mengabaikan perasaan tidak suka aku. Karena aku sadar kalau sampai terbawa perasaan, pasti akan sangat berpengaruh pada kualitas kerja aku,” katanya lagi. Pengalaman tak menyenangkan itu,ujar Della, didapatnya belum lama ini. Ada seorang pemain baru yang dini-
lainya tidak profesional dan kurang ramah kepada yang lain. Padahal dia harus membangun chemisty dengan orang tersebut agar mendapatkan hasil kerja yang bagus. “Ini terjadi beberapa waktu lalu, aku dapat lawan main seperti itu, tidak profesional yang kalau datang ke lokasi semaunya. Tidak ramah, kalau tidak disapa dia tak mau menyapa. Kebetulan dia jadi lawan main aku. Harusnya kami membangun chemistry supaya hasilnya bagus. Tapi karena dia seperti itu, aku jadi jaga jarak,” tuturnya. Ta p i k a r e n a menyadari ia harus bekerja profesional, lanjut Della, ia berusaha menghilangkan perasaan tak suka itu. Jangan sampai gara-gara masalah itu ia jadi kehilangan fokus dalam bekerja. “Itu ujian ya, mengasah akting kita juga. Kita harus mampu mengatasi, mampu melupakan perasaan kita yang sebenarnya. Harus mampu berpurapura. Jadi ya aku berusaha tetap bekerja sebaik-baiknya. Soal dia mainnya bagaimana, aku nggak peduli,” katanya. (dianaruntu@cybertokoh.com)
Citra Kirana
24
Pejamkan Mata sambil Atur Nafas
Widiasih sedang berlatih
Helga dan Nanta
Bagi atlet, fokus sangat penting, baik saat latihan maupun saat bertanding ataupun berlomba. Kehilangan fokus bisa membuat semua jadi kacau. Beragam cara yang dilakukan atlet untuk konsentrasi agar penampilan mereka maksimal. “Saya selalu berdoa sebelum tampil. Orang-
tua juga ikut berdoa dan mohon pertolongan leluhur agar saya bisa mengeluarkan kemampuan terbaik. Setelah doa, saya duduk dulu dengan tenang seperti meditasi. Saya alirkan semua tenaga dan pikiran jadi satu agar fokus dan bisa mengendalikan diri,” ungkap peraih medali perunggu cabang olahraga angkat berat di ajang
Paralympic Games Rio de Jenairo 2016 ini. Atlet yang akrab disapa Widi ini mengaku sering nervous kalau tampil di depan umum. Walaupun sudah sering ikut kejuaraan yang levelnya nasional dan internasional, perasaan nervous itu tetap ada. “Kalau di depan umum, saya nervous,” ujar peraih penghargaan Perem-
puan Inspiratif Tokoh 2016 ini. Sementara itu Helga Riftiana yang menekuni olahraga menembak mengatakan fokus sangat diperlukan dalam berbagai kegiatan. “Saat lomba, saya selalau berdoa. Setelah itu mengatur nafas. Tarikan nafas hitungan ke-11 mulai narik trigger,” ujar perempuan yang juga model dan penulis novel ini. Ia juga mengingatkan, agar bisa fokus, atlet tidak boleh lelah sebelum berlomba atau bertanding. Caranya tentu dengan istirahat yang cukup sebelum hari perlombaan atau pertandingan. Aktivitas Helga sebagai petembak menurun pada putra keduanya Made Ngurah Arkananta Putera Saka. Siswa kelas VI SD Cipta Dharma ini kerap latihan dan ikut lomba bersama ibunya. “Nanta kami persiapkan main di air rifle match juga. Dia sudah ikut Kejurnas Wali Kota Cup 2017,” ujar Helga yang didampingi suaminya Md. Ngr. Bagus Sakaputera dan putra pertamanya Gede Ngurah Arkana Putera Saka. Helga menambahkan, Nanta punya ritual khusus sebelum lomba. Ia biasanya memejamkan mata sambil menarik nafas. Pada hitungan ke-4 baru menarik trigger. (ngurahbudi@cybertokoh.com)
redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com
cybertokoh
@cybertokoh
@cybertokoh
www.cybertokoh.com