Tokoh Edisi 925 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 925/ 31 OKTOBER - 6 november 2016

Public speaking merupakan hal yang penting di hampir segala aspek kehidupan baik sosial maupun lingkunga kerja. Bahkan hampir semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara juga butuh komunikasi. Meski public speaking punya peran penting, sebagian besar dari kita tidak memiliki kemampuan tersebut, dan tidak berani berbicara di depan publik.

K

epala Badan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten Badung, Putu Rianingsih menilai, kemampuan public speaking tidak hanya harus dikuasai para pejabat tapi semua orang harus menguasai keterampilan tersebut, apalagi seorang perempuan. Apalagi, kata dia, di bidang KB, justru lebih banyak fasilitatornya para perempuan. Ia menilai, perempuan dengan multitalenta-nya harus bisa menempatkan diri sesuai dengan fungsi dan kewajibannya. Kapan ia sebagai ibu, pendamping suami, menunjang karier suami, mengejar kariernya sendiri, dan juga urusan sosial dan adat. Sekarang ini ia menilai, banyak sekali perempuan maju. Banyak perempuan menjadi pejabat. Perempuan memiliki kelebihan yakni kepekaan. Ia mengatakan, sangat berterimakasih kepada negara karena

Perempuan Wajib Kuasai Public Speaking karena sudah memberikan banyak ruang kepada perempuan untuk bisa berkiprah di berbagai sektor kehidupan. Rianingsih menilai, perempuan sebagai pejabat, yang notabene sebagai pelayan masyarakat, merupakan motor penggerak roda kehidupan bernegara dan berbangsa. Bukan hanya pejabat perempuan, tapi semua perempuan, mempunyai tugas penting yakni mencetak generasi muda yang berkualitas. Dari dalam kandungan, sangat tergantung pada orangtua terutama ibunya. Dengan perannya yang sangat banyak, perempuan juga tetap mampu berkiprah dan berkarier. Sebagai pejabat atau pemimpin, mereka memerlukan kemampuan public speaking yang baik, karena mereka di posisi memimpin bawahan. Mereka harus bisa berkomunikasi dengan banyak orang, sekaligus menginspirasi dan memimpin bawahan. Karena itu, dalam pandangannya, memang tepat sekali perempuan dijadikan sebagai role model untuk pelatihan public speaking.

Namun, ia juga menyayangkan, masih ada juga kekurangan para perempuan. Kalau mereka melihat temannya sesama perempuan maju, mereka tidak suka. Malah berusaha sekuat tenaga untuk menyingkirkannya. Kembali lagi kepada moralitas dan budi pekerti. “Bagaimana kita mau memberi nasihat kepada bawahan kalau pemimpinnya sendiri masih bersikap seperti itu. Saya mengajak, para teman-teman sesama perempuan, mari kita bersamasama memunculkan nilai positif. Para perempuan tidak hanya harus pintar dan cerdas, tahan banting,

tapi juga memiliki karakter yang baik. Kalau semua perempuan seperti itu, saya yakin pasti terjadi banyak perubahan dalam segala lini kehidupan ke arah yang lebih baik,” ucapnya. Ia pun menyambut baik acara pelatihan public

speaking yang digelar Tabloid Tokoh bekerja sama dengan Pemkab Badung, Senin (31/10) dengan narasumber Sri Sumahardani, pakar public speaking. Ia menyarankan, sebaiknya pelatihan juga diberikan kepada para tokoh perempuan dan kader perempuan. Karena kemampuan komunikasi yang baik sangat penting dikuasai agar mampu menyampaikan informasi dengan benar dan tepat. (wirati.astiti@cybertokoh.com)

Putu Rianingsih

Belajar dari Pengalaman Kemampuan berkomunikasi di depan umum (public speaking) menjadi suatu keahlian yang wajib dimiliki khususnya oleh seorang pejabat atau pun pimpinan. Ini menjadi penting mengingat banyak kebijakan yang harus disampaikan dengan tepat dan benar agar mudah diterima dan diserap oleh para stafnya terutama lagi saat penyampaian kebijakan di muka umum. Kemampuan berbicara di depan umum bagi seorang pejabat juga diperlukan untuk menghindari kesalahan penyampaian maksud dalam suatu forum, baik formal mau pun informal. Untuk bisa bicara di depan umum, tentulah dibutuhkan kematangan sikap dan mental dalam menghadapi audiens. Hal inilah yang kerapkali membuat banyak orang gugup saat pertama kali bicara di depan umum. Salah satunya yang pernah dialami oleh Ir. Husnanidyati Nurdin, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jika sekarang ia dapat bicara berjam-jam di depan umum meski tanpa teks, namun ada sebuah peristiwa yang tidak akan bisa dilupakannya berkaitan dengan berbicara di depan umum ini adalah kegugupannya saat pertama kali

Hj. Putu Selly Andayani

Ir. Husnanidyati Nurdin

diminta bicara di depan umum dalam sebuah penatarn. “Saya ingat tahun 1980, saya gugup ketika diminta bicara di depan umum ketika menjadi penatar,” ungkapnya. Momen tampil sebagai penatar yang memberikan materi dalam penataran P4 bagi para pengurus organisasi pemudan dan wanita kala itu, adalah yang paling tidak terlupakan. “Waktu itu saya dikasih waktu satu setengah jam untuk bicara, tapi karena baru pertama kali bicara

di depan umum, saya jadi gugup dan hanya bisa bicara 15 menit saja tanpa slide,” ungkap Eni panggilan akrabnya. Akibatnya penatar yang lain akhirnya membantunya meneruskan materi tersebut hingga tuntas. Tapi itu masa lalu bagi perempuan yang sejak SMP sudah giat berorganisasi ini karena sekarang ia bisa bicara berjam-jam tanpa slide apalagi jika dibantu dengan slide. Eni yang pernah menjadi Kepala Badan Ketahanan Pangan

Provinsi NTB dan memimpin Bakorluh NTB ini memang tidak pernah belajar secara khusus mengenai public speaking ini, melainkan ia belajar dari pengalamannya berorganisasi selama ini. Selain Eni, ada pula pejabat perempuan NTB Hj. Putu Selly Andayani yang juga tidak pernah belajar secara khusus untuk berbicara di depan umum. Semua mengalir dari pengalamannnya selama ini. Yang menarik adalah ketika Selly menjadi Panjabat Walikota Mataram beberapa waktu lalu yang mengharuskannya banyak berbicara di depan umum dalam pidato-pidato resmi maupun tidak resmi. Rupanya selama ini ia belajar banyak dari suaminya yang tokoh partai, H. Rahmat Hidayat, Ketua Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia Nusa Tenggara Barat. “Saya tidak pernah belajar khusus public speaking tetapi belajar banyak untuk bicara di depan umum itu dari Bapak (H. Rahmat Hidayat),” ungkap Selly yang pernah menjadi Kepala Biro Keuangan Provinsi NTB dan Kepala Dispenda NTB ini. Menurutnya, suaminya itulah yang mengajarinya menjadi percaya diri untuk bicara di depan umum. Kemauan keras dari dirinya jugalah yang memban-

“Waktu itu saya dikasih waktu satu setengah jam untuk bicara, tapi karena baru pertama kali bicara di depan umum, saya jadi gugup dan hanya bisa bicara 15 menit saja tanpa slide,” tunya untuk bisa bicara di depan umum dengan santai dengan maksud dan tujuan yang tersampaikan. Bagi kedua pejabat perempuan ini, bicara di depan umum itu akhirnya memberikan mereka banyak pengalaman. Makin hari, kemampuan berbicara di depan umum itu semakin terasah karena tugas-tugas dan tanggung jawab yang mengharuskan mereka banyak bicara di depan umum. (naniek. itaufan@cybertokoh.com)

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.