Tokoh Edisi 923 | Tokoh

Page 1

Edisi 923/ 17 - 23 OKTOBER 2016

Perajin Bali seharusnya tidak perlu mematok target produknya harus masuk hotel bintang internasional. Tiap produk punya klasifikasi masing-masing. Turis yang datang ke hotel bintang 5, belum tentu akan belanja. Bisa saja mereka hanya ingin menikmati keindahan hotel dan makanan. Perajin punya pasar tersendiri berdasarkan level produknya. Perajin kelas biasa punya pasar tersendiri, seperti dari Cina, Hongkong, Taiwan, termasuk pasar domestik, mereka lebih suka datang ke Pasar Sukawati. Beda dengan tukang pahat kayu yang sudah punya nama, produknya terpajang di gallery. Demikian diungkapkan mantan Presiden Direktur Hotel Indonesia Natour, Hery Angligan di Kuta, pekan lalu.

D

alam pandangannya, perajin dari Guwang dan Sukawati selalu laku. Namun, banyak perajin sering mengeluh, produknya tidak bisa masuk ke jaringan hotel internasional. Menurutnya, kalau mau masuk langsung memang tidak bisa. Tapi, di dalam hotel internasional, biasanya ada drugstore. Perajin bisa menitip produknya di sana, dengan

Jangan Terpaku di Satu Pasar

sistem konsinyasi. Ia menilai, produk lokal Bali sangat diminati para tamu, seperti lukisan dan patung. Apalagi, yang sekarang sedang ngetop, perak, hanya saja, kalah dalam urusan desain. “Banyak desain perak dari luar, sehingga perajin lebih banyak hanya berproduksi. Misalnya, artis Happy Salma, dia suka mendesain produk, sementara, proses produksinya dikerjakan para perajin,” ujar praktisi pariwisata ini. Ia menegaskan, perajin jangan hanya bisa mengeluh, tapi tidak bisa memproduksi yang bagus. “Ada perajin yang bisa memproduksi bagus tapi tidak mau membuat banyak. Kalau sudah berhubungan dengan pasar, ketersediaan bahan dan hasil produksi harus terjaga. Sekali dia menerima order 10, besok dia tidak bisa mengatakan, waduh saya sibuk, banyak upacara adat, tidak bisa

produksi sebanyak itu. Nah, kalau sudah begini, ini yang bahaya,” ujarnya. Menurutnya, pemikiran untuk memasukkan produk ke hotel internasional atau bintang 5, juga terlalu klise. “Mengapa kita terpaku pada satu pasar, yang notabene turisnya belum tentu belanja. Hal ini, tentu tidak fair untuk perajin. Hotel bintang 5 hanya ada di Nusa Dua. Kalau ada perajin dari Laplapan dan Bone, masa mereka harus ke Nusa Dua. Mengapa pemerintah tidak buat sistem agar turisnya langsung datang ke tempat asalnya,” sarannya. Ia mencontohkan, misalnya, kecak jangan dibawa ke hotel, tapi bawa turis datang justru ke tempat asal kecak itu berada. Pemerintah yang harus menyiapkan infrastruktur dan pemetaan masing-masing unggulan, supaya pemandu wisata membawa turisnya langsung ke sana. “Misalnya

Tampil Unik dengan Produk Indonesia memesan sendiri, kita bisa merancang desainnya sesuai keinginan kita, bahannya pun berkualitas. Saya punya berbagai tas buatan Indonesia yang unik-unik, itu pesanan saya sendiri. Ada tas dari kain songket, kain tenun Bali, dll. Waktu saya pakai, banyak lho yang senang modelnya juga bahannya. Kalaupun bahan kulit, ya kulit asli dan awet. Soal harga, ya sudah pasti ‘bersahabat’ dan sesuailah untuk orang Indonesia,” ujar wanita bernama asli Fitri Dian Puspita, ini. Menurutnya, dengan perkembangan yang ada sekarang, dirinya melihat kalau produk-produk fashion Indonesia semakin berkualitas. Baik desainernya maupun perajinnya makin kreatif. Apalagi ditunjang dengan bahan-bahan dalam negeri yang berkualitas, hasilnya pun menjadi tak kalah dengan produk luar, bahkan yang branded sekalipun. Kalau keluar negeri, baik itu karena job maupun sekadar jalan-jalan, ia tak ketinggalan selalu membawa produkproduk Indonesia yang menjadi koleksinya. “Kalau kita di luar negeri, justru kita harus membawa produk-produk unggulan Indonesia. Karena aku public figure, jadi aku membawa produkproduk fashion. Itu adalah identitas kita. Aku merasa kalau kita membawa produk sendiri kita akan tampil unik karena produk kita unik-unik,” ucapnya.

Luna Maya

“Ngapain malu pakai produk Indonesia. Jangan salah, produk Indonesia tuh bagus-bagus baik kualitas dan desainnya, nggak kalah kok dengan produk branded luar negeri. Produk branded itu yang mahal adalah brand-nya, tapi barangnya kualitasnya sama aja kok dengan produk kita. Malah bisa jadi kualitas bahan kita lebih baik,” ungkap penyanyi dangdut Fitri Carlina yang mengaku hampir seluruh barang-barang yang digunakannya, termasuk untuk penampilannya di panggung hiburan adalah buatan negeri sendiri. Sejak dulu, ucap pelantun tembang hits ‘ABG Tua’ ini, bahkan sejak dia eksis di panggung hiburan tanah air ia telah mencintai produk Indonesia. Diakuinya dia juga memiliki beberapa barang branded, namun itu hanya dipakai saat-saat tertentu saja. Sedang untuk penampilannya di panggung hiburan, ia lebih banyak menggunakan produk dalam negeri, mulai dari busana, sepatu, aksesoris, dll. Untuk membuat unik penampilannya, kata adik pedangdut senior Nini Carlina, ia memesan secara khusus berbagai produk fashion yang dibutuhkan. Seperti busana misalnya, ia memiliki desainer-desainer yang kerap mendukungnya, seperti Hengki Kawilarang, Ivan Gunawan, dll. Sedang sepatu, tas maupun aksesoris lainnya, ia memesannya pada perajin dalam negeri yang memang andal. “Kita punya banyak pengrajin andal, bahan-bahan dalam negeri pun bagus. Kalau kita

ORANG ASING SUKA PRODUK INDONESIA “Suatu ketika aku ke luar negeri, kebetulan aku membawa tas kain songket. Eh orang-orang di sana malah exciting melihat tas aku. Mereka bilang tasnya unik, beli di mana, kok di sini tidak ada? Aku bilang, ini produk Indonesia. Aku tentu saja bangga karena orang-orang bule itu malah kagum dengan tas aku yang buatan Indonesia,” tutur Fitri yang bersuamikan seorang pilot ini. Pengalaman lainnya, lanjut Fitri, saat dia dan suaminya jalan-jalan ke Jepang. Saat jalan-jalan di pusat keramaian di negeri Sakura itu, Fitri memakai jaket batik rancangan desainer Ivan Gunawan. “Asal tau saja, banyak orang yang memperhatikan aku. Sampai-sampai ada juga yang nggak tahan, menghampiri aku hanya untuk menanyakan pakaian (jaket) yang aku pakai. Dia bilang bagus sekali, beli dimana, di toko mana karena dia juga tertarik membeli. Lalu ada juga wisatawan dari Belgia menanyakan jaket aku. Bayangkan, mereka bertanya tentang batik. Aku bilang ini produk Indonesia, namanya batik. Kalau mau beli ada di Jakarta, hahahha. Malah ada manajer maskapai asing malah minta satu ke aku, hahaha,” ujarnya. “Kalau kita pakai barang branded tentu nggak ada yang tanya, mereka (luar negeri) merasa biasa saja. Tapi karena yang aku pakai unik dan belum pernah mereka lihat, makanya mereka menghampiri. Itu sebagian pengalaman aku yang membuat aku makin cinta dan bangga dengan produk dalam negeri,” ungkap wanita kelahiran Banyuwangi 1987 ini. Sebagai pencinta buatan dalam negeri, yang kebetulan seorang public figure, Fitri Carlina merasa terpanggil untuk ikut mempromosikan produkproduk dalam negeri di manapun dia berada. Dia berharap publik figur lain pun melakukannya, dengan demikian produk-produk dalam negeri bisa semakin dicintai, khususnya orang orang di negeri sendiri. Di sisi lain, dari pengalamannya yang kerap bertemu orang-orang asing yang kagum dengan produk Indonesia, maka

Sudut Pandang

Gianyar. Sekarang, kalau turis datang belanja langsung ke tempatnya, siapa yang mendapat income, tentu Gianyar,” katanya. Yang perlu juga diperhatikan, kata dia, soal teknologi. Buatlah website dan terus update di media sosial. “Coba kita lihat toko-toko yang ada di areal Kuta atau Seminyak. Sedikit yang belanja, karena sebagian besar hanya showroom. Mereka mainnya grosiran whole selling, karena mereka punya website. Kembali kepada pemerintah dalam artian pemkab, PHR dapat 10%, pakai itu untuk memberikan pelatihan dan bantuan website kepada perajin. Kemudian, siapkan wifi di masing-masing kecamatan, sehingga ada koneksi internet sehingga perajin bisa browsing,” imbuhnya. “Tugas pemerintah hanya membuka jalan. Jangan hanya memberi pelatihan, itu bisa dilihat sebagai peluang produk Indonesia untuk go Internasional semakin besar. “Dari pengalaman aku, ternyata orang asing sangat suka produk kita, jadi ini merupakan peluang bagus untuk para desainer maupun pengrajin untuk berkarya lebih bagus lagi karena produk mereka diminati. Disamping itu, pelaku-pelaku usaha kita juga berupaya untuk memperkuat brandnya masing-masing, tentunya lewat produk unggulan dan gencarnya promosi,” ucapnya. Ternyata bukan hanya Fitri Carlina yang hobi mengoleksi produkproduk fashion buatan dalam negeri. Luna Maya pun melakukannya. Menurut Luna, produk-produk Indonesia, khususnya fashion semakin berkelas dan bagus dalam hal kualitas. Desainnya pun keren dan tidak kalah dengan produk luar. Karena itu, kata Luna, boleh dibilang ia punya banyak koleksi barang Indonesia. Dalam setiap penampilannya pun, ia kerap memakai produk dalam negeri baik itu busana maupun sepatu, dan aksesoris lainnya. “Produk Indonesia sekarang semakin bagus, nyaman dipakai dan desainnya pun ‘lucu-lucu’. Tapi kenyamanan tetap menjadi faktor utama pertimbangan aku, setelah itu modelnya,” tutur wanita kelahiran Denpasar 1983 berbicara tentang produk fashion yang disukainya. Dari pengamatannya, ucap Luna, perkembangan produk-produk fashion dalam negeri semakin bagus. Itu membuat ia menjadi semakin suka produk dalam negeri. “Aku rasa produk dalam negeri semakin bagus ya, jadi nggak perlu cari produk branded yang sudah pasti mahal,” kata Luna yang mengaku selalu mengikuti perkembangan

Hery Angligan

tapi siapkan infrastruktur , akses IT dan dan kendaraan gampang. Para pengusaha kecil sulit cari KUR. Banyak peminat KUR, tapi karena syaratnya begini begitu. Diminta rekening bank,bla-bla. Akhirnya, perajin UMKM tak bisa mendapatkan tambahan modal. Pemerintah ambil pajak dari rakyat, memang sudah sewajarnya kewajiban pemerintah untuk memfasilitasi,” kata lelaki yang kini lebih banyak berperan sebagai konsultan di bidang pariwisata dan pertanian ini. –Wirati Astiti fashion tanah air. “Fashion Indonesia berkembang pesat, aku lihat banyak desainer muda yang bagus-bagus. Jadi kayaknya kalau untuk busana aku sih lebih memilih perancang busana dalam negeri, aku merasa lebih nyaman. Desain dan ukurannya pun sesuai. Aku nggak suka model yang heboh-heboh, yang simple saja,” tambahnya. –Diana Runtu

Fitri Carlina

24

redaksi@cybertokoh.com, iklan@cybertokoh.com

cybertokoh

@cybertokoh

@cybertokoh


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.