24
What’s Up
Edisi 921/ 3 - 9 OKTOBER 2016
Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama, serta keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal anak, tentu bakal memberikan banyak pendidikan yang berpengaruh pada kepribadian anak. Terutama pada saat anak mulai menapaki lingkungan baru di luar keluarga.
WHDI Gelar Sosialisasi Program Pendidikan Keluarga
A
gar anak memiliki landasan yang kuat, baik dan benar dari keluarga saat berada di dunia luar, di ingkunan yang baru, maka Wanita Hindu Dharma (WHDI) Pusat menjalin kerjasama dengan Kementrian dan Kebudayaan RI, khususnya Direktorat Pembinaan Keluarga, Direktorat Jendral Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menyelenggarakan “Sosialisasi Program Pendidikan Keluarga”. Acara dilaksanakan Selasa (27/9), di Ruang Praja Utama, Kantor Wali Kota Denpasar. Ketua Panitia Sosialisasi Program Pendidikan Keluarga Wikanthi Yogie, S.Ag., M.Si., dalam laporannya mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan kepada keluarga atau orangtua dalam komitmen pendidikan dari usia lahir sampai usia dewasa/mandiri. Sehingga memiliki mutu layanan pendidikan keluarga di masyarakat. Selain itu juga, mendorong untuk melakukan proses pendidikan yang menumbuh kembangkan karakter dan budaya prestasi serta memotivasi lembaga masyarakat untuk membantu keluarga atau orangtua dalam menyelenggarakan pendidikan keluarga. Kegiatan yang dihadiri 80 orang perwakilan WHDI Provinsi Bali dan Kota Denpasar ini menghadirkan empat orang narasumber yang membahas tentang Kebijakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga , Parenting Berbasis Perkembangan Otak Anak, Komunikasi Efektif dalam Keluarga. Ketua WHDI Bali, Ny. Bintang Pus-
Dari kiri: Wikanthi Yogi, Sang Nyoman Suwisma, dan dr. Anne
Ketua Umum Pengurus Harian Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat Mayjen (Purn) Sang Nyoman Suwisma saat membuka “Sosialisasi Program Pendidikan Keluarga” mengatakan orangtua sebagai pendidik pertama dan utama pada keluarga menjadikan keterikatan anak dengan orangtua merupakan landasan yang kuat dalam menjelajahi dan menguasai lingkungan baru di dunia sosial yang lebih luas dengan cara-cara yang sehat secara psikologis. Berbagai hasil hasil studi menjukkan bahwa anak-anak dari keluarga yang terlibat dalam pendidikan anakanaknya baik di rumah maupun di sekolah akan menjadi anak yang sukses dalam kehidupannya. Untuk itulah diperlukan pemahaman bersama tentang program pendidikan keluarga . Pada kesempatan tersebut, Eko Budi Hartono, Kepala Subdit Kemitraan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Ditjen PAUD dan Dikmas Kemendikbud, berbicara perihal “KebijakanPendidikan Keluarga” dengan memaparkan beberapa dampak pelibatan keluarga, seperti meningkatkan kehadiran siswa di satuan
pendidikan. Mengurangi prilaku disruptif atau mengganggu anak. Sikap dan prilaku anak lebih positif hingga meningkatkan moral guru. Implikasi implementasi dari kebijakan pendidikan keluarga ini adalah memperkuat peran keluarga dalam mendukung pendidikan anaknya. Misalnya dengan menyosialisasikan pentingnya pendidikan keluarga; membuat bahan ajar tentang pendidikan keluarga (Buku Menjadi Orang Tua Hebat, Pengasuhan Positif, Mendidik Anak di Era Digital dan lain-lain). Berikutnya dr. Anne hadir dengan materi “Parenting Berbasis Perkembangan Otak Anak” Dalam pengasuhan anak, setiap orangtua dan guru harus memahami bagaimana otak anak bekerja. Baik tidaknya sikap dan perilaku manusia dapat di tentukan oleh baik tidaknya sistem pengasuhan yang diberikan pada anaknya. Orangtua mengasuh anaknya, guru mengajar muridnya, keduanya berpengaruh terhadap proses pengasuhan anak. Dalam kesempatan tersebut dr. Anne juga menyinggung agar orangtua sebaiknya memberikan anak kesempatan untuk berkembang dan bertumbuh secara optimal. Narasumber selanjutnya yakni Ida Ayu
payoga dalam sambutan yang dibacakan oleh sekretaris WHDI Bali , Desak Nyoman Widiasih, S.H, M.H., diantaranya mengatakan pendidikan yang baik adalah pendidikan yang melibatkan peran orangtua yang melimpahkan cinta dan kasih sayang. Adalah wajar jika pendidikan dimulai dari rumah dan lingkungan terdekat dari anak-anak. Penelitian yang terkait dengan ketidak mampuan pengasuhan orangtua terhadap anak telah membuktikan bahwa permasalahan prilaku antisosial anak, seperti bullying, keterlibatan dengan narkoba dan yang lainnya terjadi karena kelemahan pengasuhan orangtua yang cenderung permisif (serba Dari kiri: Eko Budi Hartono, Desak Widiasih, dan dr. Anne boleh).
Maharatni, S.Psi., M.Si dari WHDI Prov. Bali menyampaikan materi tentang “Komunikasi Efektif dalam Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat”. Dalam materinya diungkapkan bahwa manfaat komunikasi yang baik dalam keluarga akan memudahkan kita dalam menyampaikan informasi ; mengerti keinginan karena diungkapkan dengan ekspresi; timbulnya sikap sosial di dalam keluarga ; berjalannya fungsi kontrol; memberi ruang untuk anak agar berkata jujur ; melatih sikap empati dalam keluarga ; dapat menyalurkan dukungan ; menyalurkan sikap positif; saling memahami persamaan dan perbedaan dan memiliki maksud dan tujuan yang sama. Retno IG Kusuma, Psikolog, meneruskan membahas Pengasuhan Berkesadaran, Menyikapi Permasalahan Anak. Dalam menyampaikan sikap-sikap serta acaraacara berkomunikasi yang benar di dalam keluarga, baik antara suami –istri maupun orangtua dengan anak melalui beberapa ilustrasi kejadian sehari-hari yang mudah dipahami. Peserta juga diingatkan untuk selalu menghargai segala bentuk usaha anak-anak dan selalu ingat melakukan sentuhan pada anak berupa ciuman, usapan dan pelukan. – Sri Ardhini
Dari kiri: Retno IG Kusuma, Dayu Candra, dan Dayu Maharatni
redaksitokoh@gmail.com, iklan.tokoh@gmail.com
mingguantokoh
@mingguantokoh
mingguantokoh