Tokoh Edisi 919 | Tokoh

Page 1

24

Sudut Pandang

Edisi 919/ 19 - 25 September 2016

Manfaatkan Asuransi Pertanian Sektor pertanian di Bali masih menjanjikan. Sekitar 80 ribu hektare sawah masih tersedia. Lahan kering yang bisa ditanami tanaman pertanian masih luas sekitar 200 ribu hektare. Jika dibandingkan dengan luas pulau Bali 500 ribu hektare, jadi lebih dari 50 persen wilayah Bali ini masih wilayah pertanian baik sawah dan kebun. Demikian diungkapkan kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnu Wardhana.

I

a menilai, jika dilihat dari potensi, Bali masih masih termasuk daerah agraris. Menurutnya, bicara sektor pertanian bukan hanya menyangkut soal sawah, tapi ada usaha tani lahan sawah, usaha tani lahan kering, sayur buahbuahan, usaha perkebunan, tanaman keras seperti kopi dan cengkih, dan peternakan. “Dengan ketersediaan lahan pertanian yang masih banyak, tentu dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian bukan hanya sawah,” kata Wisnu Wardhana. Seharusnya, pertanian masih menjadi primadona banyak orang termasuk para generasi muda. Saat ini, pertanian masih menempati urutan ketiga dalam memberikan sumbangan PDRB (produk domestik regional bruto) Provinsi Bali setelah pariwisata dan jasa. Wisnu Wardhana tak menampik, pertanian sangat tergantung dari lahan dan air. Untuk menunjang itu, sudah dibangun konservasi air, dan perbaikan saluran irigasi. Tahun ini rencana PU akan membangun waduk

Ida Bagus Wisnu Wardhana

lagi. Pengadaan mesin pertanian terus digencarkan. Pupuk dan bibit sudah disubsidi pemerintah. “Petani sering mengeluh, saat panen raya harga turun, karena itu, kami fasilitasi pemasarannya. Bekerja sama dengan Disperindag ada pasar tani dan temu kemitraan, antara pengusaha perhotelan dan kelompok tani,” katanya. Pelatihan kepada petani terus dilakukan, misalnya, pelatihan produk hasil tani untuk menjaga agar produksi yang berlimpah saat panen harganya dapat terselamatkan. Misalnya, petani salak diberikan pelatihan membuat dodol dan keripik salak. Selain itu, ada program asuransi pertanian yang bernama asuransi usaha tani padi (AUPT). Para petani kini tidak perlu waswas jika mengalami gagal panen atau tanaman padinya rusak minimal 70%. Kerusakan tanaman

itu bisa diakibatkan hama maupun bencana, seperti kekeringan dan banjir. Asuransi pertanian ini sudah diadakan sejak dua tahun lalu. Petani hanya membayar premi Rp 36 ribu per hektare karena 80% subsidi premi dari pemerintah. “Jika petani yang mengasuransikan sawahnya mengalami gagal panen, akan diberikan ganti rugi sebesar Rp 6 juta per hektare. Saat ini sekitar 21 ribu hektare sawah di Bali diasuransikan,” katanya. Ia menambahkan, program Simantri (sistem pertanian terintegrasi) juga sangat diminati masyarakat. Program ini merupakan sebuah terobosan dalam mempercepat adopsi teknologi pertanian melalui pengembangan model percontohan dalam percepatan alih teknologi pertanian kepada masyarakat khususnya di wilayah perdesaan. Program ini diharapkan mampu menggugah minat masyarakat khususnya kalangan generasi muda untuk menekuni sektor pertanian. Dalam pelaksanaannya, program ini mengintegrasikan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan dalam satu kawasan pengelolaan secara terpadu dengan kelengkapan unit pengolah kompos, pengolah pakan serta instalasi bio urine dan biogas. Secara umum, program Simantri bertujuan untuk mendukung perkembangan diversifikasi usaha pertanian secara terpadu dan berwawasan agribisnis. Lebih dari itu, simantri juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani. Sejak digulirkan tahun 2009, sampai tahun 2015 sudah ada 549 unit simantri. Tahun 2016 akan ditambah lagi sebanyak 84 unit. “Target tahun 2016 ada penambahan 100 unit, namun, yang lulus verikasi hanya 84,” kata Wisnu Wardhana. –Wirati Astiti

Pariwisata dan Pertanian Harus Maju Bersama

Pertanian Bali harus banyak berbenah. Pariwisata yang menjadi andalan, semestinya tidak dikembangkan secara membabi buta. Menurut Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta, Guru Besar Fakultas Pertanian Unud, tidak ada yang bisa dibanggakan dari pariwisata, bila pariwisata justru menistakan pertanian yang sudah menjadi kearifan lokal Bali.Hal ini diungkapkan dalam sarasehan “Strategi Membangkitkan Kejayaan Pertanian Bali,” di Wantilan Gedung Pers Bali Ketut Nadha, pertengahan Agustus 2016. Guru Besar yang kini menjadi sulinggih ini, mengatakan sejak dulu hingga sekarang pemerintah daerah hanya melanjutkan penderitaan petani di Bali. Dia menilai kemajuan pariwisata seharusnya bisa menjadi angin segar Prof. Dr. Ir. Nyoman Sutjipta bagi petani. Tetapi, itu belum pernah terjadi. “Berbagai hasil pertanian yang diperlukan untuk pariwisata, justru didatangkan dari luar negeri, seperti Australia. Beras didatangkan dari Banyuwangi. Pertanian Bali sudah dinistakan,” katanya. Kemajuan pariwisata seolah-olah terus menerus melanjutkan penderitaan petani. Ini harus dilihat segera disadari, bahwa pariwisata seharusnya bukan semakin menginjak petani, tetapi seharusnya bisa maju bersama-sama. Sementara itu Bupati Bangli I Made Gianyar, mengatakan situasi ini harus segera disadari pemerintah daerah dengan melakukan pemetaan potensi pertanian, untuk menentukan pola tanam. Pemetaan ini untuk mencegah, agar tidak terjadi over produksi di satu wilayah saat terjadi panen. Menurutnya, semua kebutuhan pokok di Bali kurang, karena mayoritas didatangkan dari Jawa. Untuk meningkatkan produksi, bila perlu pemerintah daerah bisa memberikan subsidi kepada petani. Ini bisa dilakukan secara berkala, agar perlahan-lahan Bali bisa melepas ketergantungan dari daerah lain, dalam urusan kebutuhan pokok yang dihasilkan langsung dari petani lokal. Seperti yang kini terjadi di Bangli, kebutuhan pokok seperti beras masih kurang. Total produksi beras di daerah sejuh itu, baru mencapai 28 ribu ton sedangkan kebutuhan beras Bangli mencapai 34 ribu ton. Sehingga, dia mengaku terpaksa “impor” kekurangan beras dari Kabupaten Tabanan, 6 ribu ton. Pihaknya sudah meminta BUMD di Bangli untuk belajar ke Tabanan. Lahan pertanian di Bangli, khususnya lahan kritis masih berpeluang dikembangkan. Lahan kritis ini perlu mendapat penanganan lebih serius. Dia berharap, siapapun nanti yang menjadi Gubernur berikutnya, agar membantu Bangli lebih serius, bagaimana menjadikan lahan kritis ini menjadi lahan kering, untuk membantu meningkatkan produksi padi agar setidaknya bisa mendekati kebutuhan. –Bagiarta

redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id

mingguantokoh

@mingguantokoh

mingguantokoh

www.tokoh.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.