24
Sudut Pandang
Edisi 908/ 4 - 10 Juli 2016
Berangkat setelah Sahur Mudik menjadi satu tradisi bagi warga pendatang di Bali. Banyak persiapan yang dilakukan sebelum mudik, termasuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa. Hal paling penting, menukar uang kecil untuk dibagikan kepada sanak saudara yang masih kecil.
M
enurut Jajang Sudrajat atau yang biasa disapa Chef Jody, mudik tahun ini ia menggunakan transportasi sepeda motor. Hal itu dilakukan untuk menyiasati kemacetan yang bakal terjadi. Lelaki asal Bandung ini sudah 29 tahun tinggal di Bali. “Biasanya, kalau pulang ke Bandung, saya naik pesawat. Khusus mudik lebaran pakai sepeda motor agar tak kena macet,” kata Chef Jody. Jody berangkat tanggal 2 Juli ditemani istrinya Grace Karlina. Motor yang ia pakai, motor gede yang punya bagasi besar. Beberapa barang yang dibawa, oleh-oleh khas Bali, seperti makanan atau camilan.
Pukul 5 pagi dari Denpasar dan pukul 5 pagi keesokan harinya, ia sudah tiba di Bandung. Kelelahan di jalan ia siasati dengan menepi di tempat makan untuk sekadar beristirahat dan mengisi perut. Perjalanan terasa menyenangkan karena Jody ditemani istri tercinta. “Karena belum ada anak, jadi seperti bulan madu,” ujar lelaki yang tinggal di wilayah Gelogor Carik, Pedungan ini seraya tertawa. Selama dua minggu, Jody dan istri bisa berkumpul bersama keluarga besarnya. Tradisi yang biasa ia lakukan, sungkeman dan saling maaf-memaafkan. Kemudian, barulah berbagi rezeki. Uniknya, ia mempunyai 35 kemenakan yang akan ia beri hadiah. “Ya ada uang yang dibagi-bagi untuk kemenakan,” kata Jody, yang sudah menukar uang sebelumnya. Untuk jumlahnya, ia tak mau menyebutkan nominalnya. “Adalah,” ujarnya tersenyum. Sementara, bagi Cucu Supartika, mudik tahun ini menjadi sangat berkesan, karena baru setahun ia tinggal di Denpasar. Transportasi yang dipilih naik mobil dan suaminya yang menyetir. Ia berangkat tanggal 1 Juli. Ia mengatakan, tak terlalu terburu-buru untuk tiba di kampungnya di Garut, Jawa Barat. “Kalau capek, kami istirahat, menyewa penginapan. Yang jelas pasti sampai Jawa barat dua hari satu malam,” kata istri Dedie Soekartin ini.
Cucu Supartika
Jajang Sudrajat
Menurutnya, persiapan yang paling penting saat mudik, adalah menjaga kesehatan, karena saat berangkat masih jadwal puasa, terutama suaminya yang akan menyetir sendiri. “Untuk keberangkatan, saya memilih setelah sahur, sekitar pukul 6 pagi, agar lebih nyaman,” kata Cucu. Sekitar tanggal 11 Juli, ia balik karena rutinitas yang sudah menunggunya, membuka kembali warung sate meranggi-nya. Tradisi lebaran yang ia lakukan, bertemu orangtua dan keluarga besar untuk silaturahmi dan saling maaf-memaafkan. Setelah itu makan ketupat ramai-ramai.
Untuk oleh-oleh, tetap tidak ia lupakan. Aneka kaos khas Bali dan makanan diburunya seminggu sebelum mudik.
Mudik dengan Aplikasi Anavigo Mudik menjadi pilihan bagi umat Islam merayakan lebaran. Untuk mendukung kenyamanan selama perjalanan, grup otomotif Astra kembali menemani dan melayani pelanggannya selama mudik melalui program Astra Holiday Campaign (AHC) 2016. Layanan mudik ini akan berlangsung di sepanjang jalur mudik Jawa hingga Bali, pada 1-10 Juli 2016. “Sudah menjadi komitmen kami untuk selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, termasuk saat mereka melakukan perjalanan mudik Lebaran. Kami berharap pelanggan kami merasa aman dan nyaman dengan kehadiran layanan mudik Astra. Perbaikan terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan dengan perkembangan zaman,” jelas CEO AstraWorld Bambang Gunawan. Di tengah kemajuan teknologi digital, Astra pun berbenah dengan menyediakan aplikasi perjalanan Anavigo yang dapat dimanfaatkan pelanggan Astra agar perjalanan mudik mereka lebih nyaman dan menyenangkan. “Aplikasi Anavigo menjadikan mudik lebih asyik,” imbuh Alexandra Dewi, Head of AstraWorld Denpasar. Aplikasi yang dikembangkan oleh Astra untuk memberi kemudahan dan menambah kenyamanan para pengendara dan pengguna selama dalam perjalanan. Fitur-fitur unggulan yang membantu pemudik
dalam perjalanan yakni Trip Plan (fitur yang membantu merencanakan rute perjalanan yang akan ditempuh), Find Places ( membantu penggunanya menemukan lokasi tempat-tempat menarik atau sesuai kebutuhan selama perjalanan), Traffic Report (fitur ini akan memberikan informasi lalu lintas terkini di sepanjang rute perjalanan). Informasi lalu lintas yang diberikan ini dikutip dari Traffic Management Center (TMC) Polda Metro Jaya dan Marga Mandala Sakti (MMS). Di fitur ini pengguna juga dapat saling berbagi informasi lalu lintas dengan sesama pengguna Anavigo. Ada juga Car Emergency yakni fitur yang digunakan ketika memerlukan bantuan Emergency Roadside Assistance (ERA) AstraWorld untuk mengatasi gangguan pada kendaraan, selama perjalanan. Untuk menunjang kenyamanan pemudik, AHC 2016 menambah satu pos di tol Cipali. Pos lainnya berada di Rest Area Km. 57 Tol Jakarta-Cikampek; Puncak Raya Hotel, Jln. Raya Puncak Km. 80, Cisarua Puncak; Rest Area Km. 68B Tol Merak-Jakarta; Rest Area Nagreg Pass 99, Jl Raya Nagreg Km 38; Rest Area Km. 207 A, Tol Palikanci, Cirebon; Rumah Makan Kardani Putra, Desa Penundan, Alas Roban; Jln. Raya Buntu Km. 1, Buntu; Rumah Makan Saradan Asri, Jln. Raya Saradan Km. 144, Caruban, Madiun, dan SPBU 54 821 11, Selabih Lalanglinggah, Selemadeg Barat, Tabanan, Bali. –Ngurah Budi
Pelepasan tim Astra Holiday Campaign (AHC) 2016.
KIRIM HADIAH LEBARAN Suparmi lain lagi. Ia memilih merayakan lebaran di rumah saja, alias di Denpasar. Ia tinggal sendiri, sementara, anaknya yang sudah berkeluarga tinggal di Jakarta. Suami Suparmi sudah meninggal beberapa tahun lalu. Walau tak mudik, ia sibuk juga mempersiapkan lebaran, salah satunya, membeli beberapa oleholeh untuk anak dan menantunya di Jakarta. Seminggu sebelum lebaran, ia sudah mengirimkan baju dan sepatu untuk mereka, via pos. Suparmi tak terlalu berlebihan merayakan lebaran. Setelah sholat, ia bersilaturahmi dengan beberapa warga muslim di areal komplek tempat tinggalnya. Untuk makanan, karena ia sangat suka masak, ia sudah merancang menu untuk lebaran nanti. Selain ketupat, ada opor ayam, semur, sambal goreng hati, dan aneka kuekue kering. –Wirati Astiti
Bukan Kumpul Biasa Meski terbilang sering bertemu orangtuanya, namun bagi Rossa mudik ke kampung halaman memiliki makna yang berbeda dari bertemu pada hari-hari biasa. Itu bukan silaturahmi biasa. “Momentum itu khusus banget, bukan hanya sekadar kumpul keluarga besar, tapi juga kita saling memaafkan juga ada tradisi dijalankan,” ujar Rossa yang mengaku semangat untuk bertemu keluarganya di Sumedang, Jawa Barat. Karena momentum itu begitu khusus dan bermakna maka ia selalu meluangkan waktu untuk mudik setiap tahunnya. Apalagi, katanya, kumpul-kumpul itu bukan sekadar kumpul biasa karena saat itulah orangtuanya akan memberi wejangan pada anak-anaknya. “J a d i m e mang ada tradisi kami saat lebaran, kami anakanak sungkem kepada orangtua. Setelah itu papa memberi wejangan kepada kami semua,” ungkap penyanyi yang bernama lengkap Rossa Roslaina Sri Handayani ini. Rencananya, ia akan menghabiskan liburan lebaran di kampungnya selama dua pekan. “Lumayan liburan dua minggu. Aku mau jalan jalan sekalian bertemu teman-teman lama. Aku rindu mereka (teman-teman). Udah kebayang nanti bakal seru, “ ucap Rossa yang juga mengaku rindu makanan lotek dan makanan khas Sunda lainnya. Untuk persiapan mudik, pelantun tembang hits ‘Tegar’ ini mengaku telah mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk pecahan uang yang akan dibagi-bagikannya kepada para keponakannya. “Kalau THR ke karyawan sudah aku berikan lebih dulu,” ucapnya sambil tertawa. –Diana Runtu
redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id
mingguantokoh
@mingguantokoh
mingguantokoh
www.tokoh.co.id