Tokoh Edisi 893 | Tokoh

Page 1

24

What’s Up

Edisi 893/ 21 - 27 MARET 2016

Medsos sebagai Asisten Pribadi

Yayati Wilyadewi

Saat ini hampir semua terasa tanpa batas. Media sosial menjadi alat komunikasi yang multiguna, baik untuk komunikasi, promosi diri, sampai marketing. Menurut Yayati Wilyadewi, dosen Unhi Denpasar, masyarakat kekinian menjadikan medsos sebagai media untuk membentuk brand awareness, semacam pencitraan. Menyentuh jutaan orang, bukanlah sesuatu yang susah saat ini. Medsos mendekatkan yang jauh, meski seringkali juga menjauhkan yang dekat. Hanya dengan satu sentuhan kita terkoneksi dengan jutaan orang (one touch to million).Sungguh suatu akses yang memberikan pelayanan kemudahan,yang membuat setiap orang tidak akan mampu untuk melewatkannya. Orang yang masuk dalam dunia medsos merasa berada pada big village, di mana masing-masing individu merasa menjadi sangat dekat dan saling memahami layaknya keluarga besar. “Pada pekerjaan utama saya sebagai seorang dosen, media sosial saya gunakan seperti asisten pribadi saya yakni; mengomunikasikan ide-ide pribadi saya, memperoleh

informasi ter- up date yang saya butuhkan, mengatur schedule saya, sharing dengan rekan sesama pendidik, termasuk mendistribusikan informasi kepada mahasiswa saya, benar-benar asisten yang awesome dan pastinya gratis,” paparnya Seringkali, hanya dengan menggugah sesuatu secara intens seseorang mendapatkan peluang bisnis. Seperti ketika dirinya meng-upload singkong salju hasil kreativitasnya dengan putri keduanya, Dayu Luna. “Pada awalnya hanya untuk berbagi bahagia, ternyata mendapatkan respon “like” yang banyak dan membanjirlah order singkong salju sebagai produk unggulan usaha dengan brand “Dapur Luna”. Kemudian saat brand fashion dan pernak-pernik tradisional Bali kami muncul karena ide kreatif atas komen teman-teman kepada putri pertama saya yang bercita-cita menjadi desainer maka lahirlah brand Bali Devi (endek etcetera),” paparnya. Demikian pula keterlibatannya di bisnis properti karena sering sharing di jejaring sosial dan niat untuk

membantu teman-teman agar bisa memiliki aset yang terjangkau di pulaunya sendiri. “Medsos memberikan kesempatan yang luas untuk maju bersama, bagi mereka yang memiliki kesamaan-kesamaan dengan bergabung pada sebuah komunitas,” ucap Yayati. Dengan tujuan efisiensi pula, katanya hampir semua perusahaan berusaha mempergunakan medsos untuk melakukan penetrasi bisnisnya,seperti branding produk, respons cepat dari user pengguna medsos, launching produk baru, menggali kebutuhan pasar,memprediksi potensi market dan segmen yang dituju,dan lain-lain. “Selain dampak positifnya, medsos juga memiliki beberapa risiko yang harus siap dihadapi antara lain pembunuhan karakter atas “brand awareness” individu atau produk, penjiplakan atas ide atau produk, sikap hedonisme dan konsumtif dan lain sebagainya,” ujar perempuan energik ini. Yayati juga mengatakan medsos adalah sebuah media “one touch to million”, semudah itulah komunikasi di era digital ini. Maka, pergunakanlah dengan bijak,” tandas Yayati Wilyadewi. – Sri Ardhini

Tugas Dikirim ke Medsos Di era kekinian, pemanfaatan teknologi sudah tak terbendung lagi, salah satunya media sosial. Agar tak dikatakan ketinggalan zaman, mau tak mau para pendidik pun turut memanfaatkannya. “Biar nggak kalah gaul sama anak-anak, harus mengikuti zaman,” ungkap AA Istri Agung Paramesthi, S.Pd., M.Hum., guru Bahasa Indonesia di SMAN 7 Denpasar. Bahasa Indonesia yang oleh kebanyakan siswa dianggap mata pelajaran yang monoton dan membosankan itu pun dikemasnya menjadi menarik dan selalu ditunggu-tunggu. Materi yang diberikan memancing kreativitas siswa untuk berinovasi dan tertantang. Guru yang akrab disapa Gung Tik ini pun memanfaatkan line untuk memposting karya-karya mereka (siswa). Seperti yang ia terapkan tahun kemarin. Ketika topiknya membuat berita kisah (features), Gung Tik menerapkan sistem poin. Siswa yang mengumpulkan karya yang dikirim ke line-nya, mendapatkan point plus. “Saya tugaskan siswa untuk mewawancarai seseorang, kemudian kisah orang tersebut dituliskan, dan dilengkapi foto. Paling tidak, dengan terjun ke lapangan dan langsung bertatap muka dengan narasumber, mereka lebih bisa mendapatkan ‘rasa’ dan ekspresi si narasumber. Jadi, mereka akan lebih mudah menuangkannya dalam bahasa sastra,” paparnya. Meski tugas-tugas yang dibebankan Gung Tik pada siswa-siswanya ini terkadang dianggap susah, tapi bagi siswa yang kreatif justru men-

Ni Made Sri Santi Dewi, S.Sn., M.M.

jadi tantangan untuk berkreasi. Tak sedikit dari karya-karya mereka yang dinilai cukup bagus, masih disimpan di HP. Tahun ini, dalam sebuah topik ba-

SELEKTIF MEMILIH PERTEMANAN Pemanfaatan medsos tak sepenuhnya berdampak positif. Hal tersebut disampaikan Ni Made Sri Santi Dewi, S.Sn., M.M., salah seorang dosen Desain Interior di sebuah PTS di Denpasar. Tak jarang, medsos ini dimanfaatkan untuk “ngejailin” dosennya. “Pernah ada mantan mahasiswa yang iseng menggoda saya lewat Line, sejak itu saya jadi pilih-pilih menerima teman di Line. Paling saya berteman dengan kortinya saja,” tuturnya. Ia tak menampik keberadaan Line cukup efektif untuk meneruskan informasi ke mahasiswa, terutama yang sifatnya mendadak seperti perubahan jadwal kuliah. “Misalkan

AA Istri Agung Paramesthi, S.Pd., M.Hum.

jadwal kuliah berubah, saya tinggal Line kortinya saja, selanjutnya kor­ti yang meneruskan ke mahasiswa lainnya. Mungkin mereka punya grup,” ucapnya. Line pun kerap dimanfaatkan

mahasiswa yang aktif untuk berkonsultasi ringan, seperti menanyakan bahan. Alasannya, lewat line, selain cepat, hasil fotonya pun lebih bagus ketimbang via BBM. Meski demikian, Dewi tetap tidak serta merta menerima permintaan pertemanan dari mahasiswanya yang kebanyakan pria ini. “Mereka bisa kok mengirim pesan lewat Line walaupun saya belum menerima pertemanan mereka. Tetapi jika asistensi gambar, harus ketemu, tidak bisa lewat Line,” jelas Dewi. Lewat medsos memang komunikasi lebih cepat. Namun di sisi lain, Dewi juga menyampaikan keberadaan medsos ini membuat mahasiswa agak malas. Contohnya, saat jam perkuliahan berlangsung, mahasiswa kurang aktif berkomunikasi atau paling tidak mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan, bahkan terkesan tidak memperhatikan jalannya perkuliahan. “Ketika giliran buat tugas di rumah, mereka baru ngeh. Jadilah mereka mulai nanya. Ini agak mengganggu waktu saya,” tandasnya. –Inten Indrawati

Posting setelah Anak Tidur

Tugas yang menulis be dikirim rit lewat a kisah line

hasan, mereka ditugaskan membuat short movie (film pendek) secara berkelompok. “Nantinya, video pendek ini akan saya minta untuk di-posting di Instagram. Jadi semua orang bisa melihat, tak hanya siswa sekolah,” ucap ‘guru gaul’ yang jam pelajarannya selalu ditunggu-tunggu siswa walaupun ditempatkan pada jam terakhir. Inilah yang disebutnya sebagai pembelajaran inovasi. Karena, dalam tiap jam pelajarannya, Gung Tik selalu menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Mungkin itu pula yang menyebabkan siswa penasaran dan selalu menunggu kehadiran Gung Tik di kelas mereka. “Bahkan saking penasarannya, ada siswa yang sampai bertanya kepada saya, Bu besok kita ngapain,” tutur Guk Tik yang berpendapat bahwa proses belajar mengajar menjadi kondusif jika siswa dan guru samasama senang.

Sri Dewi memijuga sibuk menguliki merupakan salah rus buah hati saya. satu ibu yang aktif Sebagai ibu rumah di media sosial. Ia tangga, saya harus punya akun di Famemasak. Kacebook, Instagram, dang saya bingung dan Path. “Saya jadi harus mengganti tahu sedikit berita menu masakan. tentang dunia di luar Dari medsoslah dari rumah, tahu saya mencari retentang kabar dari sep masakan yang teman-teman dan simple dan mudah sanak saudara bahdimasak. Medsos kan teman yang sujuga bisa digunadah lama saya temukan untuk mencari kan di medsos. Secara dalam menlain itu dulu sebelum gurus bayi seperti Sri Dewi menikah dan punya membuat makanan anak, hobi saya belanja barang- bayi, cara memijat bayi di saat kita barang yang dijual di medsos karena kehabisan akal. Pokoknya medsos kebetulan saya berprofesi sebagai banyak membantu saya,” tegasnya. fotomodel jadi ketertarikan untuk Sementara itu, Putu Eka Susanti membeli barang di online shop termasuk ibu rumah tangga yang itu menjadi lintasan yang menarik produktif. Ia berjualan di online shop. dan mudah bagi saya,” ujarnya. Dagangannya seperti jual baju, sandal Suaminya pun mendukung selama dan sprai. “Saya jualan lewat akun kegiatan itu positif. Tak hanya me- BBM, FB, dan Instagram. Selain saya manfaatkan untuk memantau berita gunakan untuk jualan, akun medsos teman dan sahabat, ia juga meman- saya sangat membantu saya berkofaatkan medsos untuk berbagi ke- munikasi dengan suami saya yang bahagiaan dan berbagi tips tentang kebetulan suami saya bekerja di seputaran perkembangan anak. luar. Kalau saya tidak memiliki akun Mengenai update status, itu hanya medsos apa jadinya hubungan kami. dilakukan saat waktu senggang. “Saya Medsos juga banyak memberikan juga mempunyai pekerjaan rumah informasi yang tidak saya tahu, yang harus saya kerjakan dan saya misalnya cara membuat maka-

nan atau resep makanan, tips-tips merawat bayi, sampai-sampai ada informasi tentang bagaiman cara membuat banten,banyak pokoknya manfaat yang saya dapat,” ujarnya. Mengenai update, ia mengaku selalu aktif. Kadang cuma lihat-lihat kalau lagi nggak ada orderan. Sekarang karena sudah nikah dan punya anak, ia lebih fokus ke anak dan sesekali memposting perkembangan anak. “Akun medsos saya selalu hidup, tapi kalau untuk posting barang jualan atau untuk sedikit eksis dilakukan saat anak sudah tidur dan pekerjaan rumah sudah beres. Punya akun medsos perlu biar tidak ketinggalan dalam informasi,” ungkapnya.-Suarni

Putu Eka Susanti

redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id

mingguantokoh

@mingguantokoh

mingguantokoh

www.tokoh.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.