Tokoh Edisi 874 | Tokoh

Page 1

24

What’s UP

Edisi 874/ 9 - 15 November 2015

Disperindag Kota Denpasar

Gelar Koordinasi Pengembangan Ekspor dengan Instansi Terkait, Asosiasi dan Pengusaha Pentingnya peningkatan informasi serta kemudahan aksesbilitas bagi eksportir menjadi perhatian pemerintah. Untuk men­dukung pengembangan ekspor, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (­ Disperindag) Kota Denpasar menggelar kegiatan Koordinasi Pengembangan Ekspor dengan Instansi Terkait, Asosiasi dan Pengusaha Kota Denpasar di Ruang Pertemuan Disperindag Kota Denpasar, di Gedung Sewaka Dharma Lantai III, Jalan Majapahit, Lumintang, Denpasar, Kamis (5/11).

D

alam kegiatan yang diikuti sekitar 50 orang dari kalangan pengusaha ekspor impor, UKM/IKM produk ekspor Kota Denpasar, Kepala Disperindag Kota Denpasar Drs. I Wayan Gatra, M.Si., didampingi Kabid Perdagangan Disperindag Kota Denpasar Ida Ayu Dewi

Citrawati, S.E., M.Si., dan Kasi Ekspor Impor A.Ag.A. Kartika Dewi, S.E., mengatakan program tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor dengan meningkatkan daya saing produk melalui Strategi Diversifikasi dan Pengelolaan serta Pengembangan Sumber Daya Lokal. Meski beberapa upaya yang di-

Ida Ayu Dewi Citrawati

A.Ag.A. Kartika Dewi

S e l a n j u t n y a G d e We d a A rjawa, S.E., M.Si. dari A SEPHI Bali,mengatakan bahwa strategi diversifikasi produk merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan volume penjualan. Ia menyebutkan ada tiga macam strategi diversifikasi lengkap dengan contoh-contohnya. Seperti seorang produsen kain endek juga memproduksi baju endek. Gde Arjawa juga berbicara tentang merek sebagai atribut produk. Dengan nama, kemudian desain simbol dan pilihan warnanya diharapkan dapat memberikan identitas terhadap sebuiah produk. Penggunaan merek dalam diversifikasi produk, katanya sangat bermanfaat dalam hal pemasaran produk. Namun, menurut Gde Arjawa produsen kerajinan di Bali keban-

yakan masih melakukan diversifikasi konsentris secara sederhana, seperti produk sama namun desain berbeda. Seperti, patung kucing duduk dan kucing berdiri. Atau, bahan baku berbeda tapi desainnya sama, patung kucing kayu dan kucing besi. Untuk para eksportir ia menyebutkan negara yang menjadi tujuan ekspor terbesar kerajinan Bali, yakni Eropa, Amerika, Asia, Australia dan Afrika sembari mengingatkan juga untuk memperhatikan adanya ramburambu diversifikasi, seperti peraturan ekspor tentang barang dibatasi dan dilarang ekspor. Begitu juga normanorma sosial budaya yang ada di wilayah tujuan eskpor. Selanjutnya Arjawa juga mengingatkan bahwa pada 31 Desember 2015 akan berlaku arus Bebas ASEAN 2015, arus bebas barang, jasa, investasi, modal, hingga arus bebas tenaga kerja teram pil. Dan, pada pasar bebas ini juga diberlakukan bebas tarif dan bebas hambatan perdagangan lainnya. Maka, kalau kita tidak menyerang pasti akan diserang. Gde Arjawa juga mengakui masih ada ham-

lakukan Disperindag Kota Denpasar, masih mengalami kendala khususnya dalam hal regenerasi, namun Wayan Gatra berharap akan ada terobosan termasuk soal desain. Salah satunya disarankan untuk memanfatkan keberadaan Denpasar Desain Center (DDC), yang di Bali baru dimiliki oleh Kota Denpasar. Wayan Gatra juga menekankan

I Wayan Gatra

para pelaku usaha ekspor selain terus melakukan terobosan pasar ekspor, juga tetap menjaga pasar

domestik yang memang peluangnya cukup besar. Bahkan negara Eropa dan ASEAN melirik Indonesia sebagai pangsa pasarnya. Untuk bisa bersaing, katanya diperlukan diversifikasi usaha, produk yang memiliki ciri khas dan daya tarik, dengan segala inovasinya. Pemerintah sudah membantu seperti dipangkasnya proses perizinan. “Sekarang kuasai pasar domestik dan setelahnya dikuatkan untuk menuju ekspor, jangan lihat tantanganya tapi peluang yang ada,” tandasnya. Sementara soal kurang adanya regenerasi,diakui Wayan Gatra inilah kelemahan pada bangsa kita termasuk masih sulit menembus langkah ke pendidikan formal. Karenanya, ia berharap para UKM mau mengajak anakanak mereka untuk belajar dilibatkan mengenal dunia usaha sejak dini, atau menerima generasi muda yang ingin magang. –ard

Suasana Koordinasi Program Pengembangan Ekspor dengan instansi terkait

Perlu Diversifikasi Produk

Ni Made Witari

Andika Brahma Loka

batan internal yang terjadi di Bali. Seperti, tidak memiliki legalitas usaha yang lengkap, kurang memahami regulasi & prosedur ekspor, menerima order over capacity serta kurang memahami IT. Untuk ini, sebaiknya peraturan pemerintah mendukung keberadaan Bali sebagai daerah yang mempunyai spesifikasi khusus, sebagian besar kegiatan ekspor dilakukan oleh eksportir non produsen. Untuk saat ini, katanya pemerintah sudah memberikan dukungan dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No.98 Tahun 2014 (15 Sept 2014) : Perihal izin usaha mikro dan kecil atu IUMK. “Ini tanda legalitas kepada seseorang atau pelaku usaha diterbitkan oleh camat, dan tidak dikenakan biaya,” katanya sambil mengatakan MEA 2015 merupakan kesempatan emas, ‘mata air’ bagi setiap negara yang telah siap, dan ‘air mata’ bagi negara yang kurang siap menghadapi MEA 2015 tersebut. Berikutnya, Budiman Sutrisno, B.Arch.Eng dari Designer Produk Kerajinan Kota Denpasar lebih banyak berbicara dan berbagi informasi bermanfaat tentang pengalamannya dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya lokal. Dikatakannya dalam era pasar bebas nanti bukan hanya barang luar yang akan membanjiri pasar kita dan bersaing bebas dengan produk lokal, tetapi juga pelaku pasarnya. Maka, untuk dapat bertahan bahkan bersaing bebas dengan para pelaku tersebut ada beberapa

Gde Weda Arjawa

hal penting yang perlu diperhatikan, khususnya bagi para pengrajin. Jenis Produk yang akan dikerjakan; Desain produk yang bisa diterima pasar; Kualitas pekerjaan yang menentukan tingkatan harga pasar; Penggunaan jenis material yang bisa menjadi unggulan; Tata kelola usaha, apakah sudah setara dengan sistem kerja usaha mereka; Tata tertib dalam berbisnis sesuai dengan standar international dan tidak melanggar aturan pemerintah sendiri maupun negara lain; Sikap dalam berbisnis; Strategi sistem kerja, pemasaran dan strategi produksi; serta Kekuatan pasar pesaing atau negara lain. Untuk bisa mengetahui selera dan tren pasar saat ini memang tidak mudah. Akan lebih mudah mempelajari dan mengembangkannya jika pengrajin sudah tau men-spesialisasi produknya. Misalnya spesialisasi dalam produkproduk bambu, maka fokuslah mempelajari seluk beluk bambu. Melakukan riset dan pengembangan sehingga bisa menambah nilai produk dari segi kualitas, desain dan olah materialnya. Untuk masukan selera pasar, bisa diperoleh dari bantuan pemerintah, buyers atau

Budiman Sutrisno

melalui media internet. Di samping itu, kualitas pekerjaan juga turut menentukan tingkat harga pasarnya. Semakin tinggi kualitas produk yang dihasilkan akan semakin tinggi pula harga yang bisa ditawarkan. Bagi pengrajin yang telah mengambil spesialisasi kemungkinan mempertinggi kualitas dan desain akan lebih mudah dicapai, sebab semua terfokus pada satu hal. Pada kesemptan tersebut salah seorang peserta, Ni Made Witari setelah bertanya berhasil mendapatkan informasi perihal beberapa perubahan terutana tentang dukungan pemerintah terkait bahan baku kayu yang bisa mendukung usaha suvenir dan home decoration yang dijalaninya untuk mengejar pertumbuhan dan penjulan. Sedangkan peserta lainnya, Ida Bagus Andika Brahma Loka, pemilik usaha fashion lukis “Gayatri Loka” mengatakan materi yang ia terima sangat informatif dan memotivasinya yang saat ini belum pernah melakukan ekspor. Ke depannya ia ingin ikut berkompetisi di pasar global. –ard

Email: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id

mingguantokoh

@mingguantokoh

mingguantokoh

Website: www.tokoh.co.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tokoh Edisi 874 | Tokoh by e-Paper KMB - Issuu