Tokoh Edisi 867 | Tokoh

Page 1

24

What’s Up

Edisi 867/ 21 - 27 September 2015

H. Abdul Kadir

Penghasilan Melebihi PNS Nama Haji Abdul Kadir cukup dikenal seantero Kelurahan Rorotan, Cilincing Jakarta Utara. Ini bukan saja karena dia tokoh masyarakat setempat, tapi juga karena sederet prestasinya di bidang pertanian yang diukirnya. Salah satu di antaranya adalah keberhasilannya meraih gelar Petani Teladan Nasional pada 2007, peraih Adhikarya Pangan Nusantara pada 2012 lalu. “Itu waktu saya menerima penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara dari Presiden SBY di Istana Negara,” ujarnya bangga sembari menunjuk foto dirinya saat mendapat penghargaan dari Presiden SBY.

A

bdul Kadir boleh dibilang bukan petani biasa. Lelaki 62 tahun ini bukan hanya tahu bercocok tanam tapi juga kaya ilmu terkait hal itu. Segala pengetahuannya di bidang pertanian didapat karena dia rajin ikut pelatihan. “Sejak tahun 1980-an saya terlibat aktif dalam organisasi pertanian, kelompok tani, rajin ikut pelatihan, termasuk mempelajari inovasi teknologi untuk pertanian. Hasil dari pelatihan-pelatihan itu saya praktekkan. Hasilnya, produksi pertanian saya meningkat. Itu juga yang menjadi salah satu penilaian kenapa saya akhirnya dipilih sebagai Petani Teladan,” ungkap Ketua Gabungan Kelompok Tani Rorotan Jaya, ini. Menjadi petani, sudah turun temurun dalam keluarganya. Ayahnya Haji Nawin dan ibunya Hj Sa’diyah, adalah petani. “Sejak kecil kami didik menjadi petani dan setelah orangtua tidak ada, kami meneruskan profesi itu, termasuk kakak saya yang perempuan pun tetap bertani,” katanya. Zaman sudah berubah. Generasi

penerus agaknya banyak yang enggan mengikuti jejak orangtuanya, termasuk kelima anaknya yang tak satupun mau jadi petani. “Mereka menolak jadi petani dengan berbagai alasan, ya mungkin zaman sudah beda ya,” ungkapnya. Tapi dirinya sendiri, selama hayat dikandung badan, tetap bertekad mengabdi pada dunia pertanian, khususnya di Rorotan, tanah kelahirannya. Itu sebabnya, meski banyak petani menjual lahannya kepada pengembang, dia tetap bertahan. “Kepada anak-anak saya juga berpesan, sekalipun mereka tidak ingin menjadi petani, agar tetap mempertahankan lahan ini,” kata Kadir yang juga Ketua Kelompok Tani ‘Makmur Jaya’. Bercerita tentang suka-duka menjadi penjadi petani selama puluhan tahun, wajah Kadir pun langsung cerah ketika diingatkan masa-masa bahagia menjadi petani tahun 1980-1990-an. “Dulu di sini, sejauh mata memandang adalah hamparan persawahan, juga banyak lahan kosong. Tapi sekarang. Lahan sawah menyusut, permukiman tumbuh dalam tempo cepat sehingga menjadi daerah

yang padat, belum lagi banyak gudang, pabrik dan bangunan lainnya. Rorotan kini padat sekali,” tuturnya. Menjadi petani, kata Kadir, selain panggilan jiwa, hasilnya juga sangat lumayan asalkan tidak diganggu hama, kekeringan dan banjir. Selama dirinya jadi petani, katanya, baru tiga kali dia mengalami kegagalan panen secara total. “Pertama karena banjir. Waktu itu para petani sudah siap panen, padipadi sudah menguning. Tapi semuanya dimusnahkan oleh banjir besar. Semua padi kami ludes. Setelah musibah itu, kembali tertimpa hama, hingga panen gagal total. Saya benar-benar habishabisan,” katanya. Beberapa kali kegagalan dalam bertani, membuat Kadir mencoba usaha di bidang lain. “Saya bahkan sempat jadi sopir angkot, juga pernah narik ojek. Tapi lahan pertanian tidak saya jual. Jadi ketika pertanian bermasalah, saya beralih ke usaha lain. Kalau sudah normal ya balik lagi sebagai petani,” katanya. Namun dengan perkembangan yang mengkhawatirkan seperti sekarang, dia juga para petani lainnya merasa cemas, apakah mungkin mereka masih bisa bertahan menjadi petani dalam 5 atau 10 tahun ke depan. “Perkembangan pembangunan cepat sekali. Saya tidak berani ngomong untuk 10 tahun ke depan. Saya bilang ke teman-teman, ya sudah tidak usah terlalu dipikirkan. Yang penting sekarang ini, ketika kita masih memiliki kesempatan menjadi petani, dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan keluarga kita,” tuturnya.

H. Abdul Kadir

Untuk lahan miliknya seluas hampir 1,8 ha, Kadir mengaku menggarapnya sendiri. Mesin hand tractor miliknya amat sangat membantu. “Mesin pembajak sawah ini dalam satu hari mampu menggarap 3-4 ha. Saya baru meminta bantuan orang lain kalau waktu persiapan untuk menanam mepet, tapi kalau masih panjang waktunya, saya kerjakan sendiri dengan cara mencicil,” jelasnya. Jika dalam kondisi bagus, artinya tidak banyak gangguan berarti, maka dalam sekali panen dia bisa meraup sekitar 10-12 ton atau jika dinilai dengan rupiah menjadi Rp 60-65 juta. Sedang modal yang dikeluarkan sekitar Rp 6-8 juta. “Jadi saya masih bisa menerima hasil bersih sekitar Rp 55 juta-an. Itu kalau kondisi normal ya, tidak ada gangguan,” katanya. Dengan hasil yang sangat lumayan itu, membuatnya semakin semangat menjadi petani. “Ya kalau dibanding dengan PNS golong biasa, hasil yang saya dapat jauh lebih bagus dong,” katanya sembari tertawa. “Apalagi panen bisa dua kali dalam setahun. Jadi

kira-kira penghasilan sekitar Rp 120130 juta,” ungkapnya lagi. Tapi dengan kondisi sekarang ini, dengan berbagai permasalahan, hasil yang didapat hanya Rp 30 juta. “Ya masih untung tidak gagal total,” tambahnya. Bicara tentang gabungan kelompok tani Rorotan Jaya, maupun kelompok tani binaannya ‘Makmur Jaya’, Kadir merasa berbangga hati. Karena ada banyak prestasi yang telah diukir di pentas nasional. Untuk kelompok tani Makmur Jaya misalnya, berkat memenangkan lomba intensifikasi padi, mereka mendapat hadiah hand tractor, alat perontok padi dan terpal penjemur seluas 800 m2. “Alat hand tractor ini bisa digunakan oleh anggota dengan biaya sewa Rp 400 ribu jika memakai operator atau jika menggunakannya sendiri hanya bayar Rp 200 ribu. Hasil penyewaan itu akan masuk ke kas kelompok tani untuk dipergunakan bagi pengembangan kelompok tani Makmur Jaya. Petani non anggota juga bisa menyewa tapi biayanya Rp 800 ribu,” kata Kadir. —Diana Runtu


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.