18
Edisi 866/ 14 - 20 september 2015
Life
Kreasi Soft Opening Beauty World Beauty World merupakan salon supplier terlengkap yang menyediakan produk-produk kecantikan ( cosmetic, beauty equipment dan accessories). Dengan target market customer yaitu beauty professional seperti salon, spa, klinik kecantikan, dokter (Aesthetic & Dematologi), wholesale bahkan end user (Retail). Selain menyediakan produk-produk, Beauty World juga menyediakan service atau treatment seperti face treatment berupa facial, body treatment berupa body massage, body spa, body whitening dan body slimming serta foot relax dan foot complate. Jasa treatment ini hanya ada di dua cabang Beauty World di Jakarta yaitu di cabang Mangga Dua Square dan Janssen House Pasar Baru. Dengan visi yang membawa konsep” One Stop Beauty Salon Supplier”, Beauty World mempunyai program kemitraan bagi siapa saja yang bergelut di bidang kecantikan dan spa yaitu program “Beautypreneurship”. “Program ini membawa mitra kami menjadi enterpreneur, dimana tujuan utama program ini adalahuntukmembangun dan menjaga hubungan yang baik dengan customer dan mitra kerja,” ujar Business Development Manager Achmad DJ. Orientasinya adalah untuk meningkatkan dan memperbesar bisnis di industri kecantikan dengan memberikan jasa edukasi berupa spa operating management, spa development consultacy dan training center. Beauty World yang sudah berdiri selama 13 tahun dengan Kantor Pusat di Jakarta, kini kembali Beauty World membuka cabang kedua di Bali, Senin (7/9) yang berlokasi di Jl. Maluku II No. 1 Dauh Puri, Denpasar Selatan- Bali. –Inten Indrawati
Sanggar Maha Bajra Sandi di Bandung
Sampaikan Pesan Bhineka Tunggal Ika Hari itu merupakan hari nasional, lahirnya Negara RI yang ke 70. Namun, suasana Gedung Indonesia Menggugat Bandung, tempat Soekarno membacakan pembelaannya terhadap negerinya itu diwarnai kegiatan seni tradisional. Dua budaya antara Karang Kamulyan Bandung dan Maha Bajra Sandhi Bali bertemu dalam satu pentas menyajikan seni tradisi menyuarakan Indonesia. Kreatif, indah dan menebar aura sacral.
D
uta seni Pulau Dewata yang pendukungnya lebih banyak anak-anak setingkat TK hingga SMP menyajikan pentas seni tanpa batas. Mereka tak hanya piawai memainkan gamelan tradisional, tetapi juga menari penuh ekpresif. Kemampuan seni yang multi itu seakan tak ada spesialisasi, sebab anak yang mula-mula sebagai penabuh tiba-tiba bangun berperan sebagai penari. Hal tersebut seakan menjawab kekhawatiran sistem pendidikan seni yang terspesialisasi seperti sekarang ini. Suasan pentas dengan sistem kalangan membuat antara penari dan penonton seakan tak ada jarak. Seniman belia ini tampil dengan penuh spirit Indonesia. Filosofi toleransi, tanpa membedakan atribut suku dan agama dijunjung tinggi hingga roh kebangkitan Bhineka Tunggal Ika terasa kental. Bahkan
penyajian seniman anak-anak ini menjadi simbol dari pagelaran 7 abad lahirnya Bhineka Tunggal Ika. “Kami senang dan bangga bisa tampil di Bandung walau itu dengan biaya sendiri,” kata Amri yang diiyakan teman-temannya. Kegiatan seni dengan tajuk “Manifesto Kebuda-YA-an Solusi Abad 21” itu diawali dari grup seni Karang Kamulyaan Bandung dengan menyajikan Tari Tarawangsa yang memiliki roh spiritual. Selanjutnya seniman Maha Bajra Sandhi yang didukung sekitar 70 seniman itu menampilkan moralitasnya sebagai penerus bangsa yang berkarakter yang digambarkan dalam sajian seni Garba Datu Menapak Bumi Nusantara. Sajian berikutnya ada tabuh Terompong Agung, Puisi Lang, Baris Sangkalpa, Tabuh Prakempa, dan Gong Goncangan Dunia Baru; Aubade Lebar Prana. Selanjutnya
diselingi tari dan tabuh Garuda dari Karang Kamulyan. Maha Bajra Sandhi kemabli menampilkan Tari Legong Seledet Tatit, Legong Tri Dewi, Tabuh PaBali, Tabuh Macan Ngreng dan tabuh Indonesia Menggugat yang diciptakan secara khusus. Ada pula rampak kendang dari Karang Kamulyan yang dimainkan oleh anak anak yang penuh spirit. Pementasan kemudian ditutup oleh pementasan ekplorasi kendang dari seniman Sunda dan Bali. Mula-mula Elan seniman Bandung berekplorasi dengan Gus Gentorang, Selanjutnya Kang Ugan tampil bersama Drs. Ida Wayan Oka Granoka. Walau mereka memainkan kendang dari masingmasing daerahnya, namun suara yang beda itu mereka ramu menjadi satu suara music yang indah. Ida Wayan Oka Granoka selaku pendiri dan penggagas Perguruan Yoga Musik Maha Bajra Sandhi (MBS) memaparkan, penyajian kreativitas MBS ini bukan sekedar pentas, melainkan untuk memaknai momentum 70 tahun Indonesia Merdeka, NKRI (1945-2015) dan Rekonsiliasi Besar Abad 21 “Menuju Puncak”. “Hal ini sebagai harapan capaian fase mahardika setelah merdeka. Mahardika yang dimaksud adalah kemerdekaan atau kebangkitan jiwa murni bangsa, kebangkitan
AirAsia Bali Beach Run 2015
AirAsia Bali Beach Run 2015 yang digelar Minggu (6/9) di Pantai Kuta, Bali, diikuti 1.800 pelari, dibuka oleh jajaran Komisaris AirAsia Indonesia dan Indonesia AirAsia X didampingi Presiden Direktur AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko dan Hendra Lapusa selaku President Director PT Trijaya Dewata. “Kami sangat senang melihat antusiasme peserta, karena peserta tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari negara Asia lainnya, Australia dan Eropa. AirAsia juga memiliki nilai yang sama dengan olahraga yang menghargai kegigihan, sportivitas, dan kerjasama,” ujar Sunu Widyatmoko. Tampil sebagai juara pertama kategori 10 km pria Dennis Isika dari Kenya. Juara pertama kategori 10 km wanita Jackline Musyawa Nzivo juga dari Kenya. Kategori 5 km, tampil sebagai juara pertama kategori pria Samgar Kamlasi dari Indonesia sedangkan Ni Kadek Ayu Sukamiti dari Indonesia kategori wanita. Selain kategori 5 km dan 10 km, AirAsia Bali Beach Run pada tahun ini juga menghadirkan kategori 2,5 km yang ditujukan sebagai salah satu aktivitas berlibur bagi pemula dan keluarga. –Inten Indrawati
kembali energy-energi lokal dan kreatif-kreatif lokal,” katanya. Granoka kemudian mendeskripsikan bahwa kondisi manusia saat ini memerlukan satu entitas pakarana (curriculum vitae) yaitu sejenis deskripsi awal seni-sainsfondasionalisme yang meliputi tiga katagori. Yaitu Musik (Musik Articulations), Linguistik (Linguistik Turn) dan Mistik (UnionMystica). Kurikulum inilah yang diterapkan dalam mendidik anak-anak asuhnya
yang tergabung dalam Maha Bajra Sandhi. Dikatakan pula, program ini sudah dirintis sejak tahun 2000 yang disebut Garba 2000-2020. Garba itu dibagi dalam tiga stadium, tahapan yaitu Estetik (2000-2006), Etik (2007-2013) dan Religius (20142020). Ia kemudian melakukan sebuah pencarian sehingga menemukan Indonesia (Nusantara Abad-21) saat ini berada dalam esensi waktu penciptaan kosmis yang disebut Mahawinduprasapta. Mahawinduprasapta itu, jelasnya yaitu tujuh kali periode waktu mistis penciptaan Brahma disebut Kalpa. Yaitu 70000 tahun letusan katastrofi Samosir Kaldera Danau Toba, 7000 tahun SadGuru pendiri Tantrayoga (Zaman bertemu diri, Perwujudan Kedamaian), 700 tahun Bhinneka Tunggal Ika (Sutasoma XIV-XXI, Solusi Terciptanya Toleransi Besar) dan 70 tahun Indonesia Merdeka. “Sebuah kebetulan yang tidak biasa yaitu kepemimpinan puncak RI I pun sedang berada dalam hitungan ke tujuh, sebuah periode waktu mistis yang harus dimaknai dengan bergegas menuju pencapaian puncak zaman,” imbuhnya. -Darsana
Story
Edisi 866/ 14 - 20 september 2015
Luka Disembuhkan Lagu Alunan suara merdu Yolanda seolah membius para penonton di salah satu event musik di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tepuk tangan bergemuruh ketika Yolanda mengakhiri lagu jazz yang dinyanyikannya dengan begitu apik. Demikian pula ketika Yolanda tampil menyanyi di kafe tempatnya bekerja, ia total menyajikan syair demi syair yang mampu mengatur ‘irama’ suasana yang melegakan.
T
epuk tangan dan apresiasi penonton dan penikmat musik yang diterimanya hari ini, tidak didapat dengan mudah olehnya. Pahit getir kehidupan penuh cobaan yang telah dilaluinya sejak kecil, menjadikannya sebagai Yolanda hari ini. Yolanda yang tegar, tabah, kuat dan mandiri. Lahir dari keluarga yang broken home (orangtuanya bercerai sejak ia masih sangat kecil dan belum tahu apa-apa), membuat bungsu dari tiga bersaudara ini tidak banyak merasakan kasih sayang dari orangtua. Yolanda bahkan tidak mengenal benar wajah ayahnya, kecuali lewat foto. “Saya tidak pernah tahu wajah ayah kecuali saat ibu memperlihatkan fotonya,” kata Yolanda. Ketika orangtuanya bercerai, ia ikut dengan ibunya dan dua kakaknya ikut dengan ayah mereka (salah seorang kakaknya kini telah meninggal dunia). Sejak itu tiga bersaudara ini nyaris tak pernah berkomunikasi apalagi bertemu. “Semua seperti lepas dari ikatan kehidupan saya,” ujarnya. Apalagi saat ia duduk di bangku kelas dua sekolah dasar, ayah kandungn ya meninggal dunia. Ketika ibunya memilih menikah lagi dengan duda beranak lima, hidup Yolanda makin terpuruk. Ayah tirinya yang tidak bisa memperlakukannya dengan baik, menjadi salah satu ujian terberat yang dihadapinya. Ketidakadilan prilaku ayah tirinya menjadi bagian paling menyakitkan baginya. Hari-harinya banyak mendengar umpatan dari ayah tirinya. “Bahkan secara fisik saya juga disakiti,” ujar Yolanda. Yang paling menyedihkan dan membekas serupa luka yang tidak bisa sembuh adalah ketika ayah tirinya melontarkan kata-kata sumpah serapah yang paling menyakitkan bagi seorang seorang perempuan. Itu dilakukan di muka umum, disaksikan banyak orang. Yolanda pun minggat dari rumah. Gadis kecil itu menumpang hidup beberapa hari di rumah tetangga. Sedih hati Yolanda bukan hanya mendapat perlakukan demikian, tetapi lebih dari itu bahwa ia harus memaklumi kepedihan hati ibundanya yang tidak bisa membelanya karena keadaan. “Meskipun saya sempat marah pada ibu yang tidak bisa membela saya, tapi saya memaklumi keadaannya waktu itu,” ujarnya. Yolanda sempat protes pada ibundanya saat itu, mengapa ibunya menikah lagi. Dengan lugas Yolanda mengatakan bahwa karena ibunya menikah lagi itulah membuat hidupnya sengsara. Lama Yolanda memahami mengapa ibunya memilih jalan menikah lagi. Ibunya memiliki alasan tersendiri tentang itu yang bisa diterima oleh Yolanda. Sehingga ia hanya berujar pendek, “saya maklum”. Meski hidup dengan suasana yang tidak dapat memberikan kasih sayang sepenuhnya pada putrinya itu, ibunda Yolanda harus menjalani takdir hidupnya mengurus lima anak dari suaminya. Dari sanalah Yolanda merasa bahwa ia jauh dari dukungan dan kasih sayang. Ia kehilangan hal-hal normatif dalam kehidupan sebuah keluarga. Anak sekecil itu dipaksa sudah harus mengambil dan menentukan sendiri pilihan-pilihan hidupnya, akan mau ke mana ia bawa masa depannya. Yolanda beruntung ketika menyadari potensi yang ada dalam dirinya. Dalam kondisi menghadapi
tekanan, di usia yang masih terbilang kecil yaitu saat duduk di bangku SMP, Yolanda meneguhkan hatinya untuk keluar dari masalah tersebut dan menemukan solusi sendiri dan dengan caranya. Yolanda yang pandai menyanyi ini terbilang anak yang luar biasa. Dalam kondisi tertekan seperti itu, Yolanda tidak jatuh ke hal-hal negatif melainkan
ia mampu beradaptasi dengan keadaannya dan menemukan kehidupannya sendiri pada jalur yang benar. Lewat suaranya yang merdu, Yolanda kecil mulai naik turun panggung. Secara otodidak keahliannya berolah vokal ini telah membawanya dari satu panggung ke panggung lainnya. Ia menjadi penyanyi sejak usia terbilang kecil. “Selama SMP dan SMA saya telah membiayai sendiri sekolah saya,” kata Yolanda. Ia sama sekali tidak lagi merepotkan ibunya karena ia tahu kondisi ibundanya yang serba sulit. DITONTON IBU Selain menyanyi secara profesional, Yolanda juga kerap menjadi bintang
panggung dengan menggaet predikatpredikat terbaik dalam berbagai lomba menyanyi yang diikutinya. Ia seperti berjalan sendiri. Sedih seorang diri dan ketika bahagia pun seorang diri. Ia selalu sedih ketika rekan-rekannya yang lain sesama peserta terlihat selalu diantar dan didampingi oleh ayah dan ibunya, sedangkan ia tampil berjuang di atas panggung tanpa ada yang membanggakan prestasinya. “Ibu sama sekali tidak pernah melihat saya menyanyi ataupun saat saya dapat juara, apalagi ayah. Saya selalu menerima penghargaan seorang diri tanpa siapa pun yang membanggakan saya sehingga bisa menjadi support bagi diri saya,” ujarnya tersenyum getir. Sampai akhirnya ia membuktikan diri dengan bakat dan kemampuannya menyanyi Yolanda mampu hidup mandiri. Bahkan ketika hijrah dari kota kelahirannya di Pulau Jawa ke Lombok, ia sukses menjadi penyanyi. Tidak hanya dapat membiayai kehidupannya dengan keluarga kecilnya,
7
Yolanda juga membagi rezeki dengan keluarga ibundanya. Kehidupan yang semakin dewasa telah mengajarkan banyak hal. Di samping suami dan anaknya, ia tidak memiliki siapa-siapa kecuali satu-satunya adalah ibundanya, yang dekat di hatinya. “Saya memahami kesulitan-kesulitan ibu sehingga seperi terlihat mengabaikan saya, namun saya juga memahami bahwa ibu sangat menyayangi dan mencintai saya,” kata Yolanda yang begitu bangga ketika suatu hari ibundanya menonton ia menyanyi di Senggigi. “Itu pertama kali ibu melihat saya menyanyi, setelah hampir 20 tahun saya menyanyi,” katanya. Kini Yolanda rajin berkomunikasi dengan ibunya dan atas apa yang pernah dilakukan oleh ayah tirinya pada dirinya, Yolanda kerap menyampaikan isi hatinya pada sang bunda. “Saya memaafkan Bapak (ayah tirinya), namun saya tidak bisa melupakan apa yang sudah dilakukannya,” ujar Yolanda dengan mata berkaca. -Naniek I. Taufan