Tokoh Edisi 866 | Tokoh

Page 1

24

S

What’s Up

Edisi 866/ 14 - 20 September 2015

Tiap Orang Punya Style Beda

ebagai seorang model, apapun fashion yang sedang menjadi trend, tak lantas diikutinya. “Walau sedang trend, jika tak cocok dengan style saya, ya saya tidak ikut-ikutan. Saya sesuaikan dengan style yang saya suka, sporty dan casual,” ujar model kaliber dunia Anak Agung Ayu Ratih Dhamma Iswari. Jika Ratih-sapaan akrabnya sampai memaksakan mengenakan fashion yang lagi trend, namun tak sesuai dengan style-nya, itu malahan menjadi tanda tanya besar bagi orang-orang di sekitarnya. “Kok kamu pakai baju gitu, nggak cocok,” ungkap Ratih menirukan ucapan teman-temannya sembari tertawa. Trend busana memang berubah setiap saat. Tiap orang juga memiliki style yang berbeda. Namun, menurut perempuan cantik kelahiran 23 Januari 1987 ini, style-nya tetap sporty tapi mengikuti zaman. “Saya tidak 100% lah ikuti tren,” ucapnya. Dari pandangan model Paul Ropp Campaign dan Rituals Europe ini, trend fashion 2016 masih crop top, baju di atas udel dengan rok span dan flat shoes. “Skinny jeans sepertinya sudah mulai berkurang, sekarang lebih ke baggy,” ujarnya. Di Bali, terutama di Kuta dinilai jebolan “Look

Model Hunt” ini sudah banyak pengaruh brand Eropa dan Amerika. “Tak hanya orang Paris saja memakai brand tersebut, orang Bali juga. Jadi di seluruh dunia koleksinya sama. Bali sekarang sudah menginternasional,” imbuhnya. Ratih mengisahkan dirinya mulai terjun ke dunia model sejak kelas 3 SMA tahun 2003. Ia mengadu bakat modelingnya dalam ajang “Look Model Hunt”. Dari sanalah kemudian ia mendapatkan kontrak modeling di Jakarta selama dua bulan. Sepulangnya ke Bali, istri I Gusti Made Gede Oka Dharmawan ini langsung mengikuti ujian kelulusan. “Kuliah sempat juga break setahun, pindah ke Jakarta ikut modelling dengan agency. Pulang lagi ke Bali melanjutkan kuliah sambil modelling. Dari sini ngambil job yang di Hongkong Singapura, Srilanka, ya di Asia-lah,” ujar Ratih yang pernah tampil di Hongkong Fashion Week, Fashion Tandance, Bali Fashion Week, dan Fashion Festival ini. Banyak pengalaman yang didapatkannya selama menyelami dunia modelling. Hal menyedihkan juga pernah dialaminya, yakni ditipu orang dalam pemotretan. Di awal, Ratih dikatakan akan dijadikan model dalam sebuah majalah, namun ternyata foto-fotonya dari hasil pemotretan selama tiga hari oleh fotografer seorang kewarganegaraan Belanda, dipakai sebagai product campaign sebuah merek

kosmetika. “Karena tarif untuk pemotretan majalah, product campaign, produk baju itu berbeda. Ternyata foto saya dipakai untuk billboard yang sangat besar untuk produk kosmetik. SHikmahnya saya lebih hati-hati dan teliti,” tuturnya. Pengalaman pahit inilah yang kerap dipakainya menasihati model-model junior. Ia mengatakan tak sedikit oknum yang menipu dengan pura-pura menjadi fotografer atau wartawan. “Saya sering sampaikan kepada model-model baru, sebelum memulai job tanyakan yang jelas, kalau bisa minta kontrak tandatangan hitam di atas putih. Jadi jika dia macam-macam, kita bisa tuntut,” ujar ibu dua anak, Ara dan Ata ini. Menjadi seorang model baginya harus memiliki karakter, karena bekerja dengan banyak orang, ada desainer, fotogafer, director, dsb. Selera masing-masing tersebut kadang berbeda-beda. Ada yang minta model untuk menguruskan badan, ada yang malah minta badan dibesarkan, dsb. Banyak masukan dan kritikan yang terkadang membuat bingung dan tak percaya diri. Jadi, selain bermodalkan postur tubuh tinggi, yang paling penting sekarang ini adalah seorang model itu memiliki karakter (wajah), pintar membawa diri dan bersosialisasi dengan kru, serta ditunjang wawasan luas. –Inten Indrawati

Ratih Damma

Banyak Kejutan Busana 2015

Yudi dan modelnya

Secara umum trend busana 2015 sudah berjalan sesuai prediksi. Namun demikian, kata Gede Yudi Ardhana, tahun 2015 ini juga mencatat banyak kejutan menarik. “Sesuatu yang luput dari ramalan, di luar dugaan itu justru ngetren tahun ini. Salah satunya adalah busana model peplum

yang menurut saya itu menjadi salah satu yang booming,” ungkap desainer asal Singaraja, Bali, ini. Peplum adalah sebuah istilah yang telah lama dikenal dalam dunia fashion. Biasanya digunakan untuk blus juga rok. Ciri peplum adalah seperti kain yang berlebih pada sekitar ping-

gang, sehingga terkesan bertumpuk di sekitar pinggang. “Menurut saya, asalkan motifnya tepat, materialnya bagus, dan postur orang yang memakainya pas, busana model peplum akan terlihat cantik. Tapi jika salah motif, trus yang memakainya kurang pas, jadi terlihat kurang menarik,” tambahnya. Sebenarnya, peplum adalah busana yang populer tahun 1940-an hingga 1950-an, lalu memudar. Tahun 1980an dan awal 1990-an tren busana ini ‘on’ lagi. Lama tak dilirik, peplum sempat muncul sebentar tahun 2000 an namun tak lama. Sekarang kreasi peplum muncul lagi bahkan banyak digemari. “Saya juga sempat heran, kok, peplum muncul bahkan disukai banyak orang. Saya sendiri banyak mendapat pesanan untuk rancangan busana dengan peplum. Baru-baru ini saya merancang busana model peplum,

Busana Cerminkan Karakter Tarian

Ida Ayu Diah Setiari yang akrab disapa Dayu Diah memiliki hobi menari. Dengan melakukan seni gerak itu ia akan merasa lebih tenang. Lewat seni tari itu, ia juga bisa mengungkapkan perasaan senang, sedih, gembira ataupun marah. Menekuni seni tari juga membuatnya dapat ikut ambil peran dalam melestarikan warisan leluhur. “Jujur saja, seni tari itu juga dapat merangsang kreativitas kita,” katanya. Sebagai wanita Bali, ia menilai tak ada ruginya menekuni profesi sebagai seorang penari. Malah, lebih banyak untungnya karena sering melakukan teknik dan gerak tari Bali dapat membentuk tubuh menjadi lebih langsing. Sikap dan karakter akan menjadi lebih halus, sehingga tampak lebih segar dan memancarkan kecantikan. “Itulah yang saya rasakan sejak menjadi penari Bali,” ujarnya. Gadis kelahiran Badung, 14 Agustus 1988 ini mengaku, seni tari sudah ia geluti sejak TK berawal dari kebiasaan mengikuti Ajik (ayah) dan ibunya pentas di hotel-hotel. Para penari yang tampil tak hanya piawai tetapi juga tampak cantik sehingga memikat hatinya untuk bisa menari, bahkan muncul keinginan untuk menjadi seniman. “Syukur, ibu mau melatihnya. Mula-mula berlatih teknik dasar tari, kemudian belajar Tari Oleg Tamulingan,” cerita Staf Humas dan Protokol Kabupaten Badung ini kalem. Gara-gara menari itu, Dayu Diah kecil sempat mengikuti casting dalam film “Anak Seribu Pulau” yang disutradarai Garin Nugroho. Selanjutnya, dipercaya sebagai penari anak-anak festival gong kebyar Pesta Kesnian Bali (PKB) sebagai duta Kabupaten Badung. Demikian juga ketika remaja hingga menjadi bajang jegeg, ia selalu didapuk menjadi penari PKB. “Saya sudah bertekad menjadi seniman, sehingga setelah tamat SMA melanjutkan di ISI Denpasar dan ikut program pasca S2 di UNHI Bali,” ungkapnya.

Kegigihan putri dari pasangan Ida Bagus Karang (alm) dan Ida Ayu Suarningsih ini untuk menggapai cita-citanya sudah terwujud. Ketika menjadi mahasiswa ISI Denpasar ia sudah biasa mencipta tari. Misalnya menata tari baleganjur untuk lomba, tari kreasi untuk PKB dan tari maskot yang menjadi kebanggan sebuah sekolah menengah di Badung. Karya tari yang banyak mendapat sambutan adalah Tari Rare Oding yang dipentaskan di PKB. Tari kreasi yang merupakan karya gadis asal Geria Gede Bongkasa, Banjar Kedewatan, Desa Bongkasa, Kecamatan Abiansemal Badung ini antara lain Tari Narasima iringan tabuh baleganjur (2010), Ganesha Duta (2012), Gugurnya Abimanyu (2013), Gugurnya Gatot Kaca dan Tari Kreasi Dresta Amacul (2014), Fragmentari Semara Lulut bersama Narmada dan Gus Swastika, serta Tari Kreasi Kimud. Tarian tentu tak bisa dipisahkan dari busana. “Busana itu pendukung dan pelengkap tarian. Busana itu jika dilihat dari warnanya bisa mencerminkan karakter tarian. Kalau warna merah keras, biru lembut, hijau bijaksana, merah muda pemanis. Warna busana juga disesuaikan dengan make up penari,” ujarnya. Untuk mendapatkan busana yang sesuai, Dayu Diah dibantu penata busana. Misalnya, ia sudah punya gambaran tari yang akan diciptakan. Busananya pun sudah bisa dirancang agar sesuai. “Paling susah untuk desain di riasan kepala. Perlu variasi agar tidak itu-itu saja. Di sini pentingnya mengetahui tentang desain,” ungkap penari yang pernah menjadi duta kesenian ke India, Tiongkok, Italia, Malaysia, Jepang, dan Jerman. -Darsana

bahannya dari tenun khas Bali. Hasilnya cantik sekali,” tutur desainer yang banyak mendesain busana artis ini. Yudi menambahkan tren busana itu selalu berputar. Busana-busana yang di masa lalu sempat hit, biasanya muncul lagi. Salah satunya adalah blazer tanpa lengan yang dulu pernah ngetren tahun ini pun muncul lagi. Malah tahun ini kreasinya lebih beragam. Lebih dari itu, Yudi mencatat bahwa tahun ini ‘kejayaan’ kain-kain Indonesia makin bersinar. Hal ini karena para desainer Indonesia amat sangat kreatif dalam berkarya dengan menggunakan kain-kain Nusantara. “Desainer Indonesia amat sangat kreatif. Lihat saja kain tapis Lampung yang dulunya kurang dilirik, di tangan desainer kreatif menjadi cantik banget,” kata pemilik Vplus

Management ini. Yudi sendiri mengaku sangat gembira karena kini banyak desainer berkreasi dengan kain-kain asli Indonesia. “Kita memiliki beragam kain khas dan ini jika dimaksimalkan akan menghasilkan karya yang sangat menarik. Sekaligus juga semakin mendorong para pengrajin kain di daerah-daerah untuk giat berkarya,” tambah Yudi yang kadang karyanya mengejutkan orang karena ‘out of the box’. Untuk tahun 2016, Yudi mengaku belum bisa bicara banyak. Namun ia memperkirakan untuk busana siap pakai atau ready to wear orang masih menyukai yang simple tapi elegan. Penggunaan kain daerah juga akan kreatif dan penuh kejutan. —Diana Runtu


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.