24
What’s Up
Edisi 856/ 6 - 12 juli 2015
Pesan Lingkungan dari “Air Kotor” Seorang anak perempuan, Komang Ayu pergi dari rumahnya. Saat dalam perjalanan, ia dikejar oleh sesuatu yang jahat. Komang Ayu pergi hanya berbekal sebotol air. Untuk menghindari para penjahat, Komang Ayu sampai ke sebuah sungai. Dengan gembira Komang Ayu melepaskan lelah dan bermaksud mencuci mukanya. Tapi saat air sungai itu diambilnya, tercium bau yang sangat menyengat. Ia pandangi lagi air sungai itu, ternyata air sungai itu berwarna hitam danberbau busuk. Komang Ayu sadar air sungai itu sudah tercemar, sehingga dia tak jadi mencuci mukanya.
U
ntuk menghindari penjahat, Komang Ayu merasa harus menyeberangi sungai, tetapi ia tak bisa berenang. Tiba-tiba di pinggir sungai, ia melihat seorang anak laki-laki. Ia memanggil anak itu, tapi anak lelaki itu seperti tidak mendengarnya, ia sibuk menciprat-cipratkan air. Akhirnya Komang Ayu memberanikan diri menyeberangi sungai. Saat di tengah sungai Monster menyerangnya, untung saja ia berhasil diselamatkan oleh anak lelaki yang di sungai itu. Karena bertempur melawan monster untuk menyelamatkannya, anak lelaki itu kehabisan tenaga, dan kesehatannya pulih setelah Komang Ayu memberikannya air yang dibawanya tadi. Mereka pun berkenalan. Anak itu memperkenalkan dirinya sebagai Tonya, penjaga sungai. Komang Ayu kaget dan tidak pertaya. “Yah…aku Tonya, penjaga
sungai, energi dari sungai. Karena air di sungai ini sudah tercemar, kehidupanku juga jadi terganggu,” katanya. Komang Ayu dan Tonya akhirnya bersahabat, mereka bersepakat untuk menyadarkan masyarakat agar menjaga kebersihan air, untuk menjaga lingkungan. Yang pertama dicarinya adalah ratu dan raja. Tapi sayang, ratu dan raja tidak percaya apa yang dikatakannya. Komang Ayu dan Tonya juga menemui para petani, tetapi mereka juga tidak percaya. Tonya merasa putus asa, tetapi Komang Ayu meyakinkannya bahwa mereka pasti bisa melakukan sesuatu. “Pokoknya aku akan mengalahkan monster itu, monster yang membuat sungai dan lingkungan kita tercemar,” tekad Komang Ayu. Namun, Tonya meragukannya. “Sulit kamu bisa mengalahkan monster itu, karena monster itu adalah perilaku buruk manusia, mon-
ster itu adalah kemarahan, kebodohan dan kerakusan manusia,” kata Tonya. Tetapi apapun itu, Komang Ayu bertekad untuk memenangkannya. Saat mereka berdua mencari cara untuk mengalahkan monster-monster itu, para monster kembali menyerangnya. Kali ini serangan mereka lebih dahsyat, sehingga membuat Tonya tidak sadarkan diri. Komang Ayu berusaha menyadarkan temannya. Ia beri Tonya air dari botolnya, dan anehnya, Tonya bisa sadar dan kembali segar. Komang Ayu tersentak, seperti ingat sesuatu. “Yah air ini, air ini.., aku harus ke sumber air ini,” katanya gembira. Komang Ayu mengajak Tonya ke sebuah tempat di pegunungan yang airnya bersih dan segar. Di sana hidup berbagai macam binatang dan tumbuh berbagai macam tumbuhan. Tempat itu seperti sorga. Saat, Komang
Pementasan drama “Air Kotor” oleh Sanggar Lintang
Viktor dan Mas Ruscitadewi berfoto bersama anak-anak Sanggar Lintang, usai mementaskan drama “Air Kotor” dalam “Trash Stock Festival” belum lama ini
Ayu pergi ke sana, secara tidak sadar ia diikuti oleh teman-temannya. Ibu dan Ayahnya juga ke tempat itu. Teman-temannya, ibu dan ayahnya kagum atas keindahan tempat itu. Tonya juga mengatakan ingin tinggal di sana. Saat bertemu Komang Ayu, teman-temannya bertanya, “Bagaimana caranya agar desa kita juga bisa seindah dan sebersih tempat ini?” Komang Ayu mengajak teman-temannya untuk menjaga lingkungan, dengan tidak mencemari air, tanah dan udara agar tercipta tempat bersih, subur dan indah. Drama “Air Kotor” yang dipentaskan Sanggar Lintang di Taman Baca Kesiman di Jalan Sedap Malam ini, serangkaian “Trash Stock Festival” yang berlangsung 20-21 Juni lalu. Drama yang ceritanya ditulis oleh Viktor, seorang sukarelawan lingkungan asal Spanyol dan dibantu oleh sastrawan Bali, Mas Ruscitadewi ini, dimainkan oleh 7 orang anak, yang
merangkap-rangkap dalam peran. Komang Ayu dimainkan oleh Sinta, Tonya dimainkan oleh Yoga. Sedangkan Arjun dan Ria, bermain sebagai monster, Ratu dan Raja, petani dan orangtua Komang Ayu. Sementara Eka Putri, Saputri dan Cintia bermain sebagai sungai dan pohon, petani, pelayan istana dan teman-teman Komang Ayu. Melalui drama tentang lingkungan ini, anak-anak Sanggar Lintang ingin menyampaikan pesan bahwa tanggung jawab untuk menyelamatkan bumi, melalui menjaga lingkungan salah satunya dengan tidak membuang sampah semestinya dibiasakan sejak masa kanak-kanak, dimulai dari diri sendiri. “Semoga setelah keluar dari acara ini, semakin sadar dengan masalah sampah, dan juga bisa meningkatkan penyadaran orang-orang di sekitar,” ujar Hendra, penggerak acara ini penuh harap. Wali Kota Denpasar, IB Rai D. Mantra yang berkesempatan hadir memberikan apresiasi positif atas keseluruhan acara tersebut. “Jika orang disuruh jangan membuang sampah, susah. Namun dengan dikemas seperti acara ini, ditunjang dengan perpustakaan yang konsepnya beda, ini sangat kreatif dan edukatif,” ujarnya. “Trash Stock Festival” diisi juga dengan photo hunting, pameran kesenian lingkung an, games edukasi, capoera, fashion, live sketch, dan konser musik. –Inten Indrawati