Tokoh Edisi 847 | Tokoh

Page 1

24

What’s Up

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

IA Selly D. Mantra

Pemantik Semangat Penyandang Disabilitas

Koordinator Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar sebagai mitra Pemerintah Kota Denpasar dalam penanganan permasalahan sosial dikenal tak pernah berhenti berinovasi. Di bawah kepemimpinan IA Selly D. Mantra, berbagai bentuk gebrakan pemberdayaan dilaksanakan untuk mengotimalkan kesempatan dan ruang yang telah disiapkan bagi kreativitas para penyandang disabilitas.

T

ahun 2015 ini, K3S Denpasar kembali memberikan ruang kepada karya kreativitas penyandang disabilitas tuna daksa, dengan menerbitkan buku “Ketika Aku Dilahirkan Tak Sempurna” tulisan I Gusti Ayu Diah Manik Pratiwi yang lebih dikenal dengan Ayu Diah. Peluncuran yang dirangkaian dengan Hari Autis Sedunia ini dilangsungkan beberapa waktu lalu di Aula SMAN 1 Denpasar. Pada acara yang sekaligus ditandai dengan peluncuran Website K3S Kota Denpasar tersebut, dihadiri pula Wali Kota Denpasar IB Rai D. Mantra, Ketua K3S Ny. IA Selly D. Mantra, Wakil Ketua Ny. Antari Jaya Negara, Ny. Kerti Rai Iswara, serta pimpinan SKPD di Pemkot Denpasar serta undangan lainnya. Buku tersebut sangat tepat dirangkaikan dengan Peringatan Hari Autis Sedunia tahun ini yang mengusung tema “We Love We Care We Always Beside You”. “Sebagaimana tema peringatan Hari Autis Sedunia kali ini, jika me-

mang kita cinta dan peduli, mari kita dam­pingi mereka bersama. Mereka punya potensi dan perlu support agar semangat berkarya dan berkreativitasnya, selain terjaga juga berkembang,” tutur Selly D. Mantra. Bicara peluncuran buku kali ini, Selly D. Mantra yang dikenal sangat dekat dengan anak-anak disabilitas bahkan memiliki panggilan sayang Bunda ini, mengakui perasaannya sangat lega sekaligus terharu semua berjalan lancar. “ Keterbatasan fisik bukan halangan dalam berkarya. Ketika lingkungan termasuk pemerintah terbuka memberi ruang dan kesempatan, maka kreativitas mereka akan terlihat. Seperti sosok Ayu, yang berhasil mengoptimalkan bakat menulisnya. Dan, istimewanya kali ini peluncuran bukunya sekaligus sebagai kado yang indah buat Ayu, karena bersamaan dengan ulang tahunnya,” ujarnya dengan mata sedikit berkaca-kaca mengenang semua proses yang sudah mereka lalui. Karena kedekatannya pula, perempuan yang dikenal energik dan selalu tampil sebagai pemantik semangat

Ayu Diah sedang membubuhkan tandatangannya

Peringatan Hari Autis Sedunia dan Peluncuran Buku

seluruh penyandang disabilitas ini, dengan mudah melihat potensi Ayu dibidang tulis-menulis. Bahkan Ayu juga sering diajak tampil di acara Hipenca (Hari Internasional Penyandang Cacat) membacakan puisi-puisi karyanya. Kini dengan kehadiran tulisan Ayu dalam sebuah buku, diharapkan bisa menjadi motivator dan penebar virus positif untuk kalangan remaja, bahwa dibalik kekurangan, mereka memiliki kelebihan. Ia menyatakan buku ini sangat direferensikan untuk dibaca para remaja dan semua orang tentunya. Sebab, lanjutnya membaca bukan hanya mendapat ilmu tapi membuka cakrawala. “Terutama bagi remaja yang di luar penyandang disabiltas, lebih bersyukur diberikan anuge­rah fisik yang sempurna, sehingga memiliki rasa jengah jika Ayu saja bisa kenapa mereka tidak,” cetus Selly D. Mantra. Dan untuk itu pula, istri Wali Kota Denpasar ini menggandeng Forum Osis Kota

Denpasar. “Mereka yang akan langsung mengajak Ayu ke sekolah-sekolah. Seluruh hasil yang diperoleh langsung diserahkan pada Ayu,” lanjutnya sambil menyampaikan jika dalam buku ini Wali Kota IB Rai D. Mantra tak ke_ tinggalan menggoreskan sebuah kalimat motivasi “Kemudah itu akan timbul jika menyadari bahwa kita merupakan bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.” Berkat dukungan pemerintah Kota Denpasar pula, kata Selly D. Mantra sebelumnya K3S Kota Denpasar berhasil meluncurkan album “Tak Ada Yang Sempurna” dari penyandang disabilitas tuna netra . Juga, sukses menggarap film kisah nyata penyandang disabilitas tuna rungu Widya dalam “Jemari Jiwaku Menari”. Di samping

itu tercatat pula agenda tahunan K3S, yakni ajang Pemilihan Teruna-Teruni Tuna Rungu. “Astungkare semua mendapatkan respons positif dari masyarakat,” ujarnya. -ard

Jangan Dipandang Sebelah Mata

Masih dalam Peringatan Hari Autis Sedunia yang bertemakan “We Love We Care We Always Beside You”, juga diisi dengan pertunjukan kreativitas seni budaya, operet oleh anak-anak Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Denpasar dan kegiatan olahraga seperti jalan santai bersama. Selain itu, Selly D. Mantra mengatakan peringatan Hari Autis Sedunia ini juga menjadi momentum untuk lebih lagi menyuarakan dan memberikan kesetaraan hak kepada anak-anak autis. Bersama perkumpulan orangtua yang memiliki penyandang autisme dan anak berkebutuhan khusus yang tergabung dalam Bali Parent Suport Group dengan penuh semangat melepas balon berwarna biru (Light It Up Blue /LIUB), Pelepasan balon-balon tersebut sebagai simbol bagi anak-anak penyandang autis dan anak berkebutuh­an khusus segera terbebas lepas dari gangguan autisme di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi Renon Denpasar beberapa pekan lalu. Selanjutnya dikatakan oleh Selly D. Mantra pe­ nanganan anak autis terletak pada dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Hal ini juga sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan didirikannya Pusat Layanan Autis (PLA) sebagai pusat pelayanan

bagi anak-anak autis. PLA Kota Denpasar sebagai satu-satunya pusat layanan terapis bagi penyandang autis di Bali yang sempat diresmikan oleh UNESCO. PLA yang hingga saat ini memiliki 96 anak didik ini berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi anak didiknya. Menurut Selly D. Mantra yang juga selaku Pembina PLA Kota Denpasar, kegiatan memperingati Hari Autis Sedunia ini telah memberikan ruang kreativitas kepada anak-anak PLA dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya. Ia juga tetap berharap kepada pemerintah, masyarakat, para orangtua, dan keluarga untuk terus memberikan support dan ruang kreativitas kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam meningkatkan kemandirian dan talentanya. Jangan pernah memandang mereka sebelah mata. Mengenai seluruh aktivitas sosialnya ini, untuk ke depannya Selly. D Mantra menggantungkan pula harapan yang lebih besar, yakni masyarakat lebih peka dan menaruh perhatian pada isu disabilitas dan anak-anak autis, agar kondisi masyarakat yang inklusif bisa tercipta, khususnya di Denpasar, Bali bahkan di Indonesia. - ard


2

Ekspresso DAri daPUr Redaksi

prof.

“Buku adalah Gudang Ilmu” Hari Pendidikan Nasional yang diperingati tiap tanggal 2 Mei menjadi momen yang istimewa di Bali. Tanggal 2 Mei 2015 juga hari Raya Saraswati, hari pemujaan terhadap dewi ilmu pengetahuan. Pada hari Saraswati, umat Hindu melakukan persembahyangan di sekolah, di rumah, dan di Pura. Karena itu, siswa yang beragama Hindu datang ke sekolah untuk melakukan persembahyang bersama, mohon kepada Dewi Saraswati agar diberi tuntunan dan anugerah dalam mencari ilmu pengetahuan. Di rumah, para orangtua mengumpulkan buku-buku dan semua sumber ilmu pengetahuan. Banten Saraswati pun dipersembahkan dengan harapan semua anggota keluarga mendapat anugerah dan limpahan ilmu pengetahuan yang nantinya bisa dipakai untuk bekal menghadapi masa depan. Dewi Saraswati dilambangkan sebagai dewi yang cantik yang dapat diartikan bahwa

sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah lembut, indah dan menarik. Karena sifat-sifat itulah, orang akan tertarik untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Caranya beragam, apakah belajar sendiri, belajar bersama, membaca buku, dll. Namun, hal yang sangat disayangkan, dari hasil PISA (Program for International Student Assessment) , Indonesia dari mulai keikutsertaannya dari tahun 2003, 2004, 2009 dan 2012, menunjukan angka yang nyaris tidak bergerak bahkan cenderung turun. Bahkan tahun 2012, Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara. PISA atau Program Penilaian Pelajar Internasional adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan mem-

Tuah Tembakau Kisah ini merupakan peng­ alaman bapak saya yang sering bepergian ke Jakarta. Sebagai PNS, bapak sering mendapat tugas ke Ibu Kota Negara. Bia­sanya bapak berangkat bersama rombongan dari kantornya. Sampai di Jakarta, sudah ada yang menjemput. Suatu ketika, ada urusan yang harus diselesaikan di Jakarta. Kali ini bapak berangkat seorang diri. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui. Bapak pun bermaksud mampir ke rumah kerabat yang ada di Pasar Minggu. Dari bandara, bapak naik taksi ke Pasar Minggu. Pilihannya adalah taksi yang dilihat pertama. Ternyata taksi yang mengantar ini memiliki niat buruk. Mungkin dikira orang yang datang ke Jakarta bisa dikerjain. Sopir taksi mengambil jalur terjauh dan muter-muter. Bapak karena sedang kelelahan, tak banyak bicara. Akhirnya, karena merasa tak nyaman, bapak mengeluarkan tembakau yang disim-

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

pan di tas pinggangnya. Sambil menggiling tembakau, bapak bertanya kepada sopir taksi, mengapa lama sekali tidak nyampe Pasar Minggu. Sopir taksi kaget, apalagi setelah ia melihat bapak menggiling dan memasukkan tembakau ke mulut. Ia lalu bertanya apakah bapak menguyah tembakau. Bapak balik bertanya, memang kenapa kalau menguyah tembakau. Sopir taksi itu bercerita di da­e rah asalnya, hanya orang sakti yang menguyah tembakau. Kali ini kesempatan Bapak ngerjain si sopir. Bapak mengatakan sudah tahu dari

bandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya. Sementara itu riset dari UNESCO tahun 2012 terkait minat baca menyebutkan, Indonesia masuk dalam kategori ‘tragedi nol buku’. Indonesia masuk dalam kategori tersebut karena anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun. Artinya, 1 halaman dibaca dalam 14 hari. Bandingkan dengan anak Finlandia yang membaca 300 halaman dalam 5 hari. Tidak ada buku yang dicetak 27 halaman, minimal buku dicetak dalam 50 halaman. Dengan membaca 27 halaman, artinya, anak Indonesia tidak menyelesaikan membaca 1 buku dalam setahun. Karena itu diketagorikan ‘tragedi nol buku’. Sampai kapan ini akan terjadi? Mari kita sama-sama untuk mulai rajin membaca. Dari anakanak hingga orang dewasa harus gemar membaca, Manfaatkan waktu untuk membaca dan menambah ilmu pengetahuan. Buku adalah gudang ilmu. Salam

tadi kalau sopir muter-muter dan mencari jalan yang jauh. Si sopir gelagapan dan buruburu minta maaf. Sampai di Pasar Minggu, sopir itu minta maaf lagi. Ternyata ia mengira bapak orang sakti yang mengunyah sirih. Kami sering tertawa kalau bapak menyampaikan cerita itu. Oh my God… t e r n y a t a t e m b a k a u b e rtuah untuk menakuti sopir taksi. Hendra, Bangli

Bagi pembaca yang memiliki kisah unik, seru, menyebalkan, atau mengasyikkan dan ingin berbagi dengan pembaca ­lainnya, silakan kirim kisah Anda ke redaksi@tokoh.co.id. ­Panjang naskah maksimal 2.000 karakter. Sertakan juga nama dan nomor kontak Anda. Naskah yang muat di rubrik “OMG” akan mendapat bingkisan Tokoh. Info lebih lanjut, silakan hubungi Redaksi Mingguan Tokoh (0361) 425373

Mozaik

GORO-GORO

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Putu Wijaya

Bangun-tidur, Amat merasa sakit. Tapi setelah diukur dengan termometer, suhu tubuhnya normal. “Mungkin Bapak stres karena BBM naik lagi” “Kenapa mesti stres? Kita kan mau menghentikan

subsidi?!” “Karena itu berarti kebutuhan bahan pokok utama akan naik. Tapi kalau BBM turun lagi, harga bahan kebutuhan pokok itu, tidak mau turun!” Amat menggeleng. “Kalau itu, bukan Bapak. tapi Ibu yang harusnya stres!” “Ya, memang saya sudah stres, Tapi, nanti pasti ada jalan keluarnya” Sore hari, Amat menyelinap ke seorang pintar yang terkenal dengan julukan Prof. Konon dia bisa menyembuhkan segala macam penyakit.” “Bapak sakit apa?” “Tidak tahu. Itu sebabnya saya datang kemari Prof”. Orang pintar itu mengangguk dan minta Ama tiduran. Setelah itu ia mengucapkan jampi-jampi, dengan mata terpejam, lalu berbisik: “Raga Bapak semuanya oke.” Amat tidak setuju. Ia bersikeras bahwa ia sakit, Orang pintar itu sekali lagi mengucapkan jampi-jampinya. Kali ini panjang sekali, sehingga Amat tertidur lelap dan ngorok. Orang pintar itu membiarkan Amat terus tidur, sebab ada beberapa pasien datang. Baru setelah lewat pukul 22.00, Amat terjaga sendiri. “Maaf Prof. Jadi saya sakit apa?” Orang pintar yang mengaku profesor itu, mepersilakan Amat duduk. “Saya sakit apa, Prof?” “Bapak mengalami gangguan saraf di otak kecil di belakang kepala.” “O, begitu?” “Ya! Harus cepat dioperasi, mumpung masih dalam golden timenya” “O ya?” “Ya!!” Amat tertegun. “Tidak ada jalan lain?” “Ada.” “Apa?” “Bapak tidak boleh mengumbar emosi. Itu akan membuat saraf tegang!” “O ya?” “Ya! Bapak bisa gila. Orang yang tidak sakit pun, kalau membiarkan emosinya berkuasa bisa gila. Kesadaran Bapak hanya tinggal 60%. Lewat itu, Bapak bisa gila.” “Dinaikkan jadi 100%, bisa Prof?” “Bisa. Tapi biayanya besar.” “Berapa?” “Bapak sekarang bawa uang berapa?” Amat memeriksa dompetnya. Lalu berbohong. “Dua ratus ribu.” “Betul? Coba periksa lagi dengan teliti!” Tanpa memeriksa dompet, Amat menjawab jujur.” “Satu juta.” “Kalau begitu, Bapak ini pasti bisa normal kembali. Bahkan lebih sukses dari sebelumnya!” “Betul? Saya bisa sembuh seratus persen?” “Bisa! Bahkan sembuh 150 persen! Pulanglah sekarang. Serahkan semua uang yang Bapak sembunyikan pada istri Bapak. Berhenti berbohong pada istri. Itu obat mujarab dari ancaman gila. Cepat!” Amat terkejut. “Itu saja?” “Ya! Berbohong pada istri Anda adalah tanda-tanda gila!” Amat bingung.” “Terima kasih Prof. Dulu saya tidak percaya kepada orang pintar, tapi berhadapan dengan Prof. saya berubah piikiran. Orang pintar, memang hebat. Nasehat Prof. sangat tepat. Tapi berapa saya harus bayar Prof?” Orang pintar itu tak menjawab. Ia. memejamkan matamya. Amat terpesona. Ia mengeluarkan satu juta dari dompetnya, lalu meletakkan dua ratus ribu dengan hati-hati di dekat kaki Prof. Tapi di pintu Prof mengingatkan. “Ingat jangan berbohong!” Amat terpaksa mengorek kembali dompetnya, lalu meletakkan satu juta di depan orang pintar itu.

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Gde Palgunadi. Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi. Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri A r d h i n i , W i r a t i A s t i t i , S a g u n g I n t e n . J a k a r t a : D i a n a Ru n t u . N T B : N a n i e k D w i S u r a h m i . D e s a i n G r a f i s : I D N A l i t Budi­a rtha, I Made Ary Supratman. Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama. Se­k retariat: Ayu ­A gustini, Putu Agus Mariantara, Hariyono. Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­m erah ­B arat 21 G Jakarta Pusat 10270– Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­F aksi­m ile (031) 5675240. Surat Elektronik: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id. Website: www.tokoh.co.id. Bank: BRI Cabang ­G ajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Karang Gebang

23

Kampung Penghasil Capil Ketika teknologi dan peralatan modern terus ber­­­­kembang, peralatan tra­­­di­­sional mulai tergusur. Begitu juga d­e­­­­ngan para pengrajin peralatan tradisional. Namun, di ­tengah maraknya produk peralatan mo­­­­­dern, Desa Karang Gebang, Kecamatan Jetis, Po­­no­­rogo tetap bertahan dengan kerajinan topi ca­­pil.

S

udah puluhan tahun warga Desa Karang Ge­­­­bang menggeluti kerajinan anyaman bambu, topi capil. Hampir sebagian be­s ­ar dapat mem­b u­ at kerajinan anyaman bambu. Tak ha­n ya warga Ponorogo, masyarakat lu­ar kota pun memuji capil buatan Desa Karang Gebang ini. Menurut Bu Malmi, salah satu pengrajin capil, capil bu­a ­ tan Desa Karang Gebang diminati pem­­beli dari daerah Jember, Banyu­w angi, Sumatera, bahkan hingga ke Ka­li­m antan. “Saya cuma nunggu di ru­m ah, para pembeli datang sendiri,” ucap Malmi.

Uniknya proses pembuatan capil di­la­k ukan dengan kerjasama dari warganya. “Ada yang buat anya­m an lembaran, kemudian pro­s es pen­c etakannya dilanjutkan oleh lain­n ya,” ungkap Malmi. Ke­b er­s amaan wa­ r­g a dapat tergambar de­n gan jelas, sa­ling memberi dan me­ nerima antarpeng­e rajin me­n g­­ hasil­k an capil dengan kualitas yang baik. Ironisnya, harga jual yang di­h asil­k an dirasa tak sebanding dengan ting­k at kerumitan pembuatannya. Se­h ing­g a, saat ini banyak warga ter­utama para pemuda beralih profesi. Makin derasnya produkproduk mo­d ern membuat se-

Proses pembuatan capil

bagian pengrajin anya­m an di Desa Karang Gebang gu­lung tikar. Bayangkan saja, jika da­ lam satu hari seorang pengrajin hanya dapat menghasilkan dua buah capil, sedangkan harga jual yang di­d a­p at hanya Rp 3 ribu. Ini membuat banyak para peng­ rajin capil beralih profesi. “Banyak yang pilih kerja proyek mas, kan kelihatan hasilnya sehari bisa dapat Rp 25 ribu, kalau capil ya pa­ ling cuma Rp 6 ribu,” ungkap Malmi. Berbagai upaya telah dlakukan war­g a untuk mempertahankan kera­ji­n an anyaman bambu mereka. Kreasi dan inovasi pun telah di­la­k u­k an, dengan membuat berbagai

kera­ji­n an lain seperti souvenir serta hi­a ­s an dinding. “Sudah ada inovasi, tapi kami bin-

gung cari pembeli, ya gimana mau jalan mas?” kata Malmi pasrah. Lemahnya promosi dan pe­m a­s a­r an­lah yang membuat kerajinan war­g a Desa Karang Gebang seakan men­t ok. Tak ada sentuhan dari pe­m e­r in­t ah daerah yang dapat memper­ ta­h an­k an kerajinan tradisional ter­s ebut. Malang benar nasib mereka. Mung­k in dengan sedikit sentuhan ban­t uan pemasaran dan promosi kera­jinan anyaman bambu warga Desa Karang Gebang tersebut akan kem­b ali ke masa kejayaanya dulu. - Dinar Putra Perdana

Nikmatnya Durian Kanjeng

Proses penjemuran capil

Ponorogo bukan saja memiliki potensi budaya yang luar biasa, namun kota yang dikenal dengan seni Reognya ini, juga memiliki potensi agrobisnis. Salah satunya kota ini penghasil buah durian. Durian Kanjeng merupakan varietas asli Kecamatan Ngebel, Ponorogo. Di kebun durian Kanjeng yang luasnya sekitar 2,5 hektare ini, selain pohon durian yang sudah produktif, juga dikembangkan ribuan benih durian. Mulyono, Ketua Gapoktan Durian Kanjeng Asri mengemukakan pertumbuhan kebun durian di Desa Ngrogung, Ngebel ini sangat pesat. Pada 2010 dimulai sebagai awal pembenihan dan selang dua tahun kemudian perluasan kebun sudah mencapai 50 hektare. “Setiap tahun lahan kita bertambah, guna pengembangan pohon durian, agar hasil buahnya bisa berlimpah,” ujar Mulyono. Kenapa dinamakan durian Kanjeng ? karena konon durian ini adalah durian yang paling disukai oleh Kanjeng atau petinggi Keraton Wengker di zamannya sehingga diberi nama durian Kanjeng. Itulah sepintas sejarah tentang durian Kanjeng. Yang diharapkan bisa menjadi ikon baru untuk Ponorogo di bidang perkebunan. “Di daerah Ponorogo banyak memiliki jenis durian, terutama durian yang paling banyak diminati pembeli adalah durian dari Ngebel.

Karena satu kecamatan di daerah Ngebel,” kata Suprapto, Kepala Desa Ngrogung. Durian Kanjeng paling unggul, dari mulai rasa, aroma, kelembutan dan ketebalan dagingnya yang khas. Dinas Pertanian Ponorogo bersama petani setempat melakukan pengembangan dan perluasan daerah perkebunan di daerah penghasil durian Kanjeng di desa Ngrogung. “Pada saat musim durian datang para maniak durian bisa berwisata di daerah agrowisata durian desa Ngrogung,” imbuhnya. Suprapto menambahkan disaat musim durian seperti ini, dalam sehari dirinya bisa menjual sekitar 100 buah. Sedangkan untuk satu buah durian dipasang harga mulai Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu tergantung ukurannya. Di kecamatan Ngebel selain ada durian, juga ada telaga. Keduanya potensi alam tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke sini. Jumlah pengunj u n g Te l a g a Ngebel pun meningkat lantaran banyak yang ingin menyantap durian sambil menikmati pemandangan alam. Bahkan, sepekan tera-

khir jumlah pengunjung meningkat di Kecamatan Ngebel karena sedang musim durian sehingga banyak warga memilih menghabiskan akhir pekan bersama keluarga sambil makan durian. Salah seorang pengunjung dari Ngawi, Novi Maherawati mengaku setiap musim durian, ia selalu berkunjung ke Telaga Ngebel bersama keluarga. Selain menikmati keindahan danau, mencicipi durian lokal sangat ia idamkan. “Rasa durian Ngebel memiliki cita rasa spesial dibanding durian pada umumnya,” ujar Novi. Dengan adanya durian Kanjeng, Ponorogo kini kembali menambah ikon kotanya menjadi salah satu kota pemilik dan penghasil durian nomor satu di Indonesia. Ponorogo ingin menjadi buah lokal tidak kalah dari buah impor. -Dinar Putra Perdana


22

Sosialita

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Prostitusi Online

ibarat Gunung Es Kasus prostitusi online belakangan sedang marak dibicarakan. Ini sebenarnya bukan isu baru namun masalah ini kembali terangkat sejak kematian Deudeuh alias Tata Chubby yang tewas di rumah kosannya. Dari kejadian itu terungkap kalau korban dibunuh oleh teman kencan yang didapatnya dari dunia maya. Terungkap juga kalau korban memiliki ‘profesi’ sampingan yakni menjadi PSK yang menjajakan ‘jasanya’ lewat medsos. Prostitusi online via bbm

S

ejak kasus itu terungkap, isu lama tentang kos-kosan yang dijadikan tempat maksiat alias prostitusi mengemuka kembali. Penertiban pun gencar dilakukan. Bersamaan dengan itu mencuat berita yang menghebohkan, polisi mengungkap bisnis pelacuran di sebuah apartemen di Kalibata, Jakarta Selatan. Di antara para PSK tersebut ternyata beberapa di antaranya adalah anak dibawah umur. Mereka berusia SMP, SMA, yang dijajakan secara online oleh mucikari. Jika ada yang berminat, bisa menghubungi nomor telepon yang ada atau bisa juga lewat sms. Untuk berkencan, mucikari sudah menyediakan tempatnya yakni di dua kamar yang ada di apartemen tersebut yang memang sudah disewa untuk keperluan tersebut. Tarif sekali kencan berkisar antara Rp 600-800 ribu. Namun, anak-anak ini hanya menerima sekitar 25% dari tarif atau sekitar Rp150-200 ribu, sedang sisanya diambil oleh sang mucikari. Tarif tersebut adalah tarif berkencan di tempat yang sudah disediakan. Sedang tarif kencan di luar bisa lebih dari itu. Semua detail bisnis prostitusi ini terungkap ketika polisi meminta kete­ rangan semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Berbicara prostitusi anak online juga diungkap Koordinator Nasional ECPAT(End

Child Prostitutoin, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purpuse) Indonesia, Ahmad Sofian dalam acara diskusi yang berlangsung di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (29/4). Terbongkarnya kasus di Kalibata tersebut, katanya, merupakan momentum untuk memerangi perdagangan anak. Meski ini bukan satu-satunya kasus, negara harus tegas dengan hal ini. Menurutnya, di Jakarta, anak-anak diperjualbelikan melalui sosial media. Pelakunya mucikari bahkan sesama anak atau temannya sendiri. Di Bandung, ada sindikat yang mengembangkan website kemudian anak-anak itu ‘dijajakan’ secara online. Di Surabaya, anak-anaknya dijual melalui sosial media dan aplikasi layanan pesan online. “Kasus jumlahnya di Bandung ada 257 kasus, di Surabaya menemukan mucikari yang menjual gambar anak-anak dengan konten seksual ke luar negeri. Di Jakarta, gambar-gambar pornonya didistribusikan ke sosial media dan blog,” ujarnya dalam acara diskusi publik bertema ‘Membedah Jual Beli Seks Anak Online’. Hal yang diungkap itu merupakan hasil penelitian ECPAT di tiga kota besar di Indonesia, yakni, Jakarta, Surabaya dan Bandung sejak 2012 hingga sekarang. ECPAT melakukan riset kualitatif sekaligus

Kasus prostitusi anak online di Kalibata terungkap

melakukan pendampingan kepada 14 anak yang menjadi korban eksploitasi seksual online. Menurut Ahmad Sofian, ada 2,5 juta email per hari yang mengandung konten pornografi. Namun, ada 647 website pornografi yang berhasil ditutup oleh program internet sehat NAWALA. Sedangkan menurut data dari National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) dari 1 Juni-15 November 2012, kasus prostitusi

online anak di Indonesia menempati rangking 1 dunia dengan jumlah kasus 18.747 kasus. “Ini seperti fenomena gunung es,” ucapnya. HUKUM BERAT LELAKI HIDUNG BELANG Di sisi lain, Indonesia memiliki masalah dalam hal hukum karena kurang tegasnya sanksi pidana bagi pembeli seks anak-anak. Dalam undang-undang yang dikriminalkan

Indonesia setelah Brazil dan Vietnam ECPAT Indonesia (Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purpuses) mengungkapkan, Indonesia kini telah menjadi salah satu negara tujuan pariwisata seks anak terbesar di dunia. Wisatawan domestik dan internasional datang ke berbagai destinasi wisata di Indonesia untuk mencari kepuasan seks dengan anak-anak. “Turis yang berwisata untuk mencari kepuas­ an seks dengan anak-anak makin marak seiring perkembangan industri pariwisata nasional. Indonesia termasuk negara terbesar ketiga tujuan pariwisata seks anak setelah Brasil dan Vietnam,” kata Andy Ardian, Manager Program ECPATIndonesia. Menurut Andy, ada tujuh provinsi di Indonesia yang

menjadi tujuan utama para turis yang mencari wisata seks anak di daerah wisata yakni DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat, JawaTimur, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Andy menambahkan, praktek pariwisata seks anak itu melibatkan pihak swasta dirantai industri pariwisata yang mengurusi jasa perjalanan, penginapan, transportasi dan lainnya. Mereka memfasilitasi kontak antara turis dan anak. Transaksi seks berlangsung di lokalisasi pelacuran, hotel hingga tempat hiburan yang terdapat di berbagai daerah wisata di perkotaan, perdesaan hingga pesisir. Menurutnya, pariwisata seks anak meluas di Indonesia disebabkan minimnya kesadaran hukum para pelaku usaha di industri pariwisata nasional. Di

Diskusi membedah jual beli eks anak online

tingkat internasional, United Nations World Tourism Organization (UNWTO), organisasi di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyusun Kode Etik Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang berisi panduan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata di dunia agar dalam menjalankan bisnisnya tidak ikut serta memfasilitasi meluasnya wisata seks anak. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata nasional harus berperan mencegah transaksi seks anak di kawasan wisata merujuk kode etik tersebut. “Sektor swasta pariwisata tidak boleh tutup mata namun harus aktif mencegah terjadinya eksploitasi seks anak di kawasan wisata,” tambah Ahmad Sofian. –Diana Runtu

lebih kepada sindikat.”Indonesia menjadi negara paling buruk di ASEAN dalam rangka menghukum pembeli seks anak. Undang Undang Perlindungan Anak (UU PA) tidak lagi cukup untuk menangani masalah ini. UU PA hanya menangani kekerasan seksual saja. Kalau kasusnya belum terjadi sulit dituduhkan. Padahal misalnya, ada bukti pesan singkat, pemesanan kamar hotel dll, harusnya pembeli yang akan melancarkan aksinya bisa dijebloskan ke penjara,” ucapnya. Seharusnya, kata Ahmad Sofian, selain UU PA ada norma lain yang bisa digunakan untuk menjerat pembeli dan calon pembeli. Misalnya, norma pembelian seks anak, bersetubuh dengan anak, pencabulan sampai dengan percobaan pembelian seks melalui online. Harus ada regulasi yang tegas untuk menghambat sebaran dan bertambahnya kasus prostitusi anak. Menurutnya, jika upaya hanya dengan memblokir laman prostitusi, efeknya tidak banyak karena kecanggihan teknologi sulit dibendung. Hal yang harus dilakukan adalah penegakan hukum dan perluasan norma hukum mengenai prostitusi anak. Kasubdit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Didi Hayamansyah mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan patroli siber untuk mengungkap jaringan prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur. Dari hasil penelusuran, ternyata mucikari bukan hanya berusia dewasa tapi juga anak-anak. Mucikari yang masih di bawah umur ini, menjual anak-anak yang seusianya pula. “Pelaku prostitusi online ini, bukan hanya dijerat tindak pidana prostitusi tapi juga UU Perlindungan Anak dan Human Trafficking. “Pengguna jasa juga bisa dikenakan pidana karena mencabuli anak di bawah umur. Meski anak itu mau, misalkan, tetap saja itu melanggar,” tegas Didi di tempat terpisah. Masalah kemiskinan memang menjadi alasan seseorang terjun ke dunia prostitusi. Namun belakangan, faktor lain juga muncul seiring dengan makin maraknya praktek prostitusi yakni gaya hidup. Di luar masalah human trafficking, belakangan banyak anak di bawah umur maupun wanita usia muda, rela menjajakan dirinya demi membiayai gaya hidupnya. Menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, munculnya fenomena prostitusi yang menggunakan fasilitas jejaring sosial. Menurutnya, hal ini bukan hanya karena tuntutan kebutuhan hidup namun juga karena gaya hidup yang tinggi.“Prostitusi online bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup tapi banyak juga karena faktor life style,” katanya pekan lalu. Salah satu contohnya adalah kasus pembunuhan Deudeuh alias Tata Chubby yang belum lama ini terjadi. Wanita cantik yang dibunuh teman kencannya ini, kata Khofifah, bukanlah orang yang tidak mampu. “Dia tidak termasuk dalam golongan orang tak mampu,” ucapnya. Terkait dengan hal tersebut, Khofifah mengingatkan, agar perempuan tetaplah bergaya semampunya dan tidak memaksakan diri untuk memenuhi keinginan gaya hidup tinggi. –Diana Runtu

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Putri Suastini

Mengalir sesuai Tuntutan Hati Ia sangat terkenal sebagai seniman drama yang andal di era 1980-an. Perannya yang memukau, sebagai ratu dan permaisuri dalam berbagai kisah drama klasik Teater Mini Badung melambungkan perempuan bernama lengkap Ni Putu Putri Suastini ini. Setelah menikah dan suaminya berkarier sebagai politisi, Suastini tetap berkesenian. Kini, walaupun menyandang gelar istri anggota DPR RI yang sudah tiga periode menjabat pada 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019, dan suaminya juga dipercaya sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, ­Suastini belum tertarik ikut berpolitik. Baginya, politik adalah seni. Politik dan seni tetap bisa saling mendukung. Tapi seni tak bisa dipolitisir, biarkan mengalir begitu saja.

“B

asic suami saya seorang akade­ misi yang sempat berprofesi se­bagai seorang dosen di Jakarta. Tapi sejak masa sekolah sudah ditem­ pa ­p engalaman berorganisasi di ­organisasi keagamaan, seperti Per­ himpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia) dan Prajaniti Hindu Indonesia, sehingga saat me­ masuki dunia politik, klop men­ jadi seorang politisi yang akademisi. Karakter mendidiknya terbawa saat harus berada di tengah para Kader Partai dan keilmuannya di bidang pendidikan sangat bermanfaat dalam mendukung tugasnya sebagai ang­ gota Dewan,” tutur istri Dr. Ir. Wayan Koster, M.M ini. Suastini menuturkan, ia bersama suaminya berbagi tugas yang sama penting dan sama beratnya. “Suami mencari nafkah dan ber­kiprah di dunia politik, sedangkan saya me­ ngurus rumah tangga dan anak anak dengan baik sehingga suami nyaman dan aman saat melakukan tugas dan tanggungjawabnya,” tutur perempuan kelahiran Denpasar, 27 Januari 1966 ini. Suastini menilai, sebagai ang­ gota dewan, suaminya Wayan Koster

s­ udah melaksanakan tu­ gasnya dengan sangat pro­ fesional, tekun, dan displin waktu sehingga berangkat ke kantor paling lambat pukul 08.00 pagi dan pu­ lang hingga larut malam, paling cepat pukul 22.00. Apalagi, sebagai Anggota Badan Anggaran merang­ kap Anggota Komisi X DPR RI. Saat ada pem­bahasan APBN dan Rancangan Undang-Undang, Wayan Koster pulang bisa hingga pukul 03.00 dini hari, dan harus berangkat lagi pukul 08.00 pagi. “Saya ber­ syukur suami bisa bekerja keras, sekaligus bangga dan membahagiakan saya pribadi dan keluarga, ­karena saya yakin hasil kerja keras dan perjuan­ gannya itu ter­u tama di bidang pendidikan, ke­ budayaan, pariwisata, dan olahraga sudah dira­ sakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya di Bali,” kata Suastini. Dukungan terhadap suami, ia lakukan dengan tak pernah lupa berdoa untuk kesehatan dan ke­ selamatan dalam menjalankan tu­ gasnya. “Saya memang memberikan kepercayaan penuh kepada Bapak agar dapat bekerja secara lelua­sa melaksanakan tugasnya sebagai anggota DPR RI,” ucapnya. Apalagi, kini kesibukannya bertambah se­ bagai Ketua DPD PDI Perjuangan Bali yang harus sering bolak balik Jakarta-Denpasar di akhir pekan untuk memimpin tugas – tugas par­ tai di Bali sehingga waktunya untuk keluarga semakin sedikit. “Saya percaya apa yang dilaku­ kan Bapak adalah yang terbaik untuk keluarga, bangsa, dan negara,” ujar Suastini. Menurutnya, jika sudah menjalankan tugas sebagai ibu ru­ mahtangga yang baik, dan tak ada masalah dengan kesehatan dan pen­ didikan anak anak, tentu, suami akan sangat tenang bekerja menjalankan kewajiban sebagai anggota DPR RI dan memimpin partai di Bali. Ia me­ ngatakan sangat bahagia, saat suami dapat berbuat dan bekerja dengan baik, untuk partai dan menjembatani kepentingan masyarakat khususnya di Bali. Namun, di lain sisi, kadang, ia merasa sedih, bila membaca hujatan, makian, juga usaha orang meng­ giring-giring suaminya ke ranah hukum. “Tapi mereka itu, adalah guru

Putri Suastini dan keluarga

sejati yang gratis bagi saya. Karena darinya saya belajar banyak tentang kesabaran, kebijaksanaan, rendah hati, tetap sederhana dan merasakan keajaiban serta kasih yang berlimpah dari Shang Hyang Widhi Wasa untuk keluarga kami,” kata Ibunda Ni Putu Dhita Pertiwi dan Ni Made Wibhuti Bhawani ini. Walau begitu, ia selalu bisa ter­senyum dan berkata dalam hati. Hyang Widhi Wasa ampuni pikiran dan perkataan mereka karena mere­ ka tak mengenal sepenuhnya pri­ badi dan apa yang sudah dilakukan suaminya untuk masyarakat Bali. Bila

mereka sudah kenal, pastilah mereka sayang dan menganggap saudara karena sudah bekerja dan berjuang sesuai swadharma-nya. Dengan kesibukan suaminya, ia mengatakan, secara prinsip tak ada masalah dengan komunikasi dan keharmonisan hubungan Suami-Istri maupun dengan anak anak. “Saya su­ dah memberikan waktu sepenuhnya pada suami untuk melaksanakan tu­ gas kapan pun dan dimana pun tanpa pernah saya ganggu dengan bertanya macam-macam. Tapi, biasanya Ba­ pak yang rajin menelepon ke saya atau langsung ke ponsel anak-anak,

3

bila lagi santai atau ketika berada di mobil saat perjalanan menuju tempat tugas,” kata Suastini. Ia mengatakan, mereka se­ keluarga jarang bisa liburan bersama keluarga. “Paling sebulan baru bisa makan malam dengan anak anak. Bahkan dalam berbagai perhelatan politik, paling hanya beberapa kali pergi makan bersama. Tak apa bagi saya dan anak anak, karena waktu dan doa dukungan kami untuk Bapak agar dapat berkarier de­ ngan baik di ranah politik,” katanya. Suastini juga, jarang ikut kegiatan suami dalam tugasnya baik di partai maupun sebagai anggota dewan, kecuali memang ada kegiatan khusus melibatkan istri yang terkait dengan kegiatan suami, ia pasti ikut serta. Ia sendiri, punya ruang gerak sendiri di ranah seni, yang ternyata sangat mendukung kiprah suaminya di dunia politik. Namun, ia tak ingin masuk ke ranah politik. Walau­ pun sejak tahun 1983, ia punya pengalam­an menjadi pengurus di beberapa organisasi seperti GMNI, SOKSI, Pemuda Pancasila, KNPI, dan Perisai Diri. Ia dan suaminya berprinsip, seniman dan politisi tak saling men­ campuri, tapi saling mendukung dan saling berprestasi di ranah masing masing. “Kami juga saling mengagumi kepiawaian masing masing. Suami maksimal di ruang politik. saya maksimal di ranah seni. Politik itu seni, seni jangan dipolitisir biarkan mengalir begitu saja,” kata Suastini. -ast

Terjun sebagai Seniman

Awal karier Suastini sebagai seniman dimulai dari d­ oro­ng­­an orangtuanya agar ia berlatih tari Bali. Ia berguru pada Agung Suciati dari Kelurahan Panjer Denpasar. Sejak umur 2 tahun, ia pindah dari Desa kelahiran Padangsambian Kaja Denpasar dan tinggal di rumah dinas Bank Pembangu­ nan Daerah Bali karena ayahnya, adalah salah seorang dari 7 orang karyawan pertama BPD Bali. Setelah menamatkan SDN 1 Panjer, ia melanjutkan ke SMPN 1 Denpasar, kemudian SMAN 1 Denpasar, dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Kegiatan berkeseniannya terus berjalan di tengah kesibuk­an studinya. Ia juga pernah belajar menari di Dria Raba bersama Ibu Sudik, dengan guru Ibu Alit Arini, Ibu Mas Susilawati, Ibu Dayu Trisnawati, Ibu Srinatih, Ibu Dayu Suabdi, Ibu Tjok Puspawati, dan Bapak Tjok Tisnu. Suastini bergabung dengan beberapa sanggar tari, hingga Sanggar Suar Agung mengajaknya menari ke luar negeri. Saat itu anggota sanggar kebanyakan mahasiswa-mahasiswi serta dosen-dosen STSI (sekarang ISI Denpasar ) Suastini pernah menjuarai beberapa lomba tari. Mewakili Fakultas Ekonomi Universitas Udayana juara 1 Tari Tenun; Mewakili Kopertis di Malang meraih juara 1 Tari Tenun; dan mewakili Kopertis di Banjarmasin meraih juara 2 Tari Trunajaya dan juara 3 Tari Oleg Tamulilingan. Ia menuturkan, darah seni mengalir dari orangtuanya. Ayahnya, I Wayan Djiwa, jago megambel dan ibunya, Ni Made Karni, senang menari. Tante dari Ibunya yang bernama Ni Luh Toya dari Muding adalah penari zaman Bung Karno yang sering menari di Istana dan sebagai duta seni ke luar negeri. Dengan berbekal kemampuan menari, tahun 1978, ia diperkenalkan dunia teater modern oleh IB Anom Ranuara, Pimpinan Teater Mini Badung. “Saat itu Teater Mini Badung mulai memperke­ nalkan cerita cerita rakyat dalam kemasan modern dan pemainnya dominan anak anak karena itu namanya Teater Mini. Yang akhirnya pernah ngetop di TVRI Bali lewat tayangan drama klasik,” tuturnya. Di SMAN 1 Denpasar, Suastini bergabung dengan beberapa rekan­ nya, mendirikan Teater Angin, rutin mengisi acara drama remaja di TVRI Bali. Ia juga, memperkuat penampilan Sanggar Putih se­ bagai “Lady Macbeth” di ­Gedung Ke­senian Jakarta, ­Drama Pang­ gung Sumpah ­Palapa Gajah­ mada, dan ­Sinetron Puputan Klungkung. Sampai sekarang ia ma­sih bergabung dengan ­S anggar Kayon Pejeng ­Gia­nyar, ­Pimpin­an ­Dewa Bondres Swastika yang

bekerja sama dengan salah satu televisi di Bali, rutin memproduksi acara sinetron klasik dan acara Tembang Guntang. Banyak prestasi yang dihasilkan Suastini dari bermain drama. Pemeran putri terbaik lomba drama modern dan Pemeran pembantu terbaik lomba drama modern Fakultas Sastra Universitas Udayana. Pemeran putri terbaik, lomba pertunjukan rakyat mewakili Departemen Penerangan Bali di tingkat regional. Pentas terbaik lomba pertunjukan rakyat tingkat nasional. Posisi IV lomba baca puisi tingkat nasional mewakili Depdikbud. Posisi III lomba pidato pertasi kencana KNPI, Piala Menteri Penerangan. Ia mengatakan, dari bermain drama di teater modern, ia mengembangkan kemampuan seni membaca puisi, menulis puisi, pembawa acara, narator, mendesain busana untuk drama dan berolah vokal menyanyi pop Bali. Dalam dunia seni peran, ia mengaku sangat menyukai peran antagonis. Baginya, berkesenian adalah hobi untuk kesehatan rohani. Ia mengatakan, hampir tak merasa ada duka, yang ada saat berproses adalah semangat, gairah hidup menyala, kreativitas tinggi. “Mungkin hal yang sama dirasakan suami saya tatkala berproses di dunia politik, seperti tak kenal lelah,” katanya. Saat ini, pintu seni untuk Suastini, terbuka lebar di dunia membaca puisi. Respons positif mengalir begitu ia membaca puisi. “Ada yang mengatakan merinding mendengar, bahkan, ada yang kesurupan saat saya membaca puisi di Ashram Gandhi Puri, Klungkung dan saat tampil dalam pementasan musik mantra di Yogyakarta,” ucapnya. Sahabatnya, penyair Dhenok Kristianti mengajak Suastini kembali ke dunia puisi. “Atas dorongan itu, ke depan saya tertarik konsentrasi untuk belajar menulis puisi,” katanya. Menurut Suastini, tantangan dalam berkesenian hampir tak ia alami. Dalam berkesenian, ia mengalir saja sesuai tuntutan hati. “Kepuasannya sangat luar biasa, saat penampilan saya mampu memukau penonton, membuat hati mereka bahagia,” tu­ turnya. Baginya, berkesenian adalah bagian dari sesembahan kehadapan manifestasi Shang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Ciwanataraja. Juga, wujud rasa syukur akan talenta yang dikaruniakan-Nya. “Saya selalu berdoa sebelum naik panggung, semoga Hyang Widhi Wasa tersenyum akan rasa bhakti saya lewat seni. Senyum Beliau saya lihat di setiap senyum puas penon­ ton menyaksikan penampilan saya,” kata Suastini. -ast


4

Inspirasi

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Mandalika

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Situs Gunung Tambora Puncak Kesempurnaan Cinta Manusia I r e n e F. M o n g k a r

Usianya sudah setengah abad lebih, namun semangatnya tetap menggebu-gebu. Peserta seminar diajak berdiri, bergerak, dan berteriak. Karena seminar ini diikuti ibu hamil dan pasangannya, mereka juga diminta untuk berpelukan menunjukkan kasih sayang.

mua berjalan dengan semestinya. Program stimulasi dirancang khusus untuk masing-masing bayi dan dilakukan guru pertamanya, yaitu ibu. Terus berikan stimulasi dan lihat bagaimana si kecil tumbuh menjadi manusia seutuhnya yang bahagia, percaya diri, dan penuh imajinasi. Jangan pernah bosan memberikan informasi dalam segala bentuk dan jangan pernah menghambatnya untuk bergerak, berbicara, dan melakukan eksplorasi,” jelas Konsultan Finger Print Analysis, Konsultan Anak dan Orangtua, dan Konsultan Graphology ini.

tkh/wawan

Bubun dalam acara interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” di Denpasar

“A

21

yo ibu-ibu jangan cemas…ibu hamil harus berpikir positif dan membuang rasa khawatir. Bayi yang terlahir dari ibu yang tenang, nyaman, dan berpikir positif akan menjadi bayi yang tenang,” ujar Irene F. Mongkar, pakar stimulasi anak saat menjadi narasumber interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” dalam rangkaian event “Prenagen Pregnancy Educational Journey di Denpasar, Minggu (26/4). Perempuan yang akrab disapa Bubun ini mengatakan saat trimester ketiga, bukan hanya waktu kelahiran yang dirasakan makin mendekat, tetapi banyak perubahan yang dialami ibu. “Di periode ini mulai muncul kekhawatiran tentang proses melahirkan, apalagi kalau ini yang pertama kali,” ungkapnya. Kekhawatiran yang dialami ibu dan ayah ini merupakan hal yang wajar. Wajar karena banyak sekali keyakinan tertanam tentang proses kelahiran yang seringkali kurang positif. Ibu hamil seharusnya selalu

JANGAN LEWATKAN MERANGKAK Bubun mengingatkan orangtua untuk tidak melewatkan semua fase-fase perkembangan anak. Salah satu contoh yang sering ia temui adalah anak tidak belajar merangkak, tetapi langsung berjalan. Alasan orangtua ketika anaknya melewatkan fase merangkak adalah lokasi rumah yang sempit, baru bergerak sedikit sudah ada perabotan dan kesempatan orangtua untuk mendampingi anak. “Ini sebenarnya bisa diatasi kalau orangtua benar-benar memahami manfaat merangkak. Merangkak ini tahapan awal anak mengenal keseimbangan, mengenal konsep tiga dimensi. Benda yang dari jauh terlihat kecil,

ketika didekati akan makin besar. Kalau ini dilewatkan, saat besar nanti, anak menjadi tidak fokus dan tidak konsentrasi,” kata pembicara masalah parenting yang juga ikut dalam tim penerjemah buku-buku Glenn Doman, seperti “Bagaimana Mengajar Bayi Membaca”, “Bagaimana Mengajar Bayi Matematika”, dan “Apa yang Dapat Dilakukan untuk Anak Anda yang Cedera Otak”. Ia menuturkan jika klien yang berkonsultasi mengeluhkan tentang anaknya yang sulit berkonsentrasi, tulisannya jelek, dan tidak fokus dalam belajar, ia akan meminta orangtua si anak untuk bercerita tentang perjalanan si anak. Dari situ, kadang ada orangtua yang bangga anaknya bisa berjalan tanpa merangkak terlebih dahulu. Padahal kunci permasalahan ada di fase itu. Solusinya adalah, Bubun meminta si orangtua untuk mengajak anaknya untuk merangkak. Merangkak ini bisa dilakukan

berpikir positif dan membuang semua rasa khawatir. Perasaan khawatir dan takut membuat tubuh bereaksi negatif terhadap kelahiran. Sebaliknya, pikiran positif selama masa kehamilan dan proses kelahiran akan berdampak positif bagi si kecil. Bayi yang lahir akan menjadi bayi yang tenang. Kelahiran bayi menurutnya merupakan puncak kesempurnaan cinta manusia. Perempuan kelahiran 22 Agustus 1962 ini mengatakan evaluasi kemampuankemampuan dasar si kecil sangat penting ketika ia lahir ke dunia. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah kondisi dan fungsi kerja sistem saraf si kecil sudah sempurna dengan semestinya. ”Jika hasilnya belum sesuai, ibu dan ayah dapat melakukan sesuatu Peserta interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” diminta untuk berpelukan untuk memastikan se-

tkh/wawan

Sahmin, warga Dusun Sumber Urip Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima, kaget ketika linggis dan pacul yang dipakainnya saat menggali pasir di pekarangan rumahnya untuk membuat fondasi rumah, tiba-tiba membentur pecahan keramik dan beberapa benda lainnya. Kekagetannya bertambah ketika semakin dalam ia menggali tanah di halaman belakang rumahnya di dusun itu, ia mendengar gemerincing dua buah gelang yang terbuat dari perak dan nare (nampan) juga ditemukan dari bawah tanah tersebut. Dusun Sumber Urip adalah salah satu wilayah yang terkubur ketika Gunung Tambora meletus 200 tahun silam, bersama terkuburnya dua kerajaan yakni Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat.

S

Irene F. Mongkar

tkh/wawan

sambil bermain, misalnya kudakudaan. Dari pengalamannya menangani kasus-kasus seperti ini dan solusi “kembali merangkak”, dalam waktu tiga sampai enam bulan, kemampuan si anak menjadi lebih baik. Bubun mengingatkan perkembangan sel otak anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, usia 4-8 tahun 30%, dan usia 8-18 tahun 20%. Karena itu momen ketika anak berusia di bawah 4 tahun harus dimanfaatkan untuk memberi stimulus positif. Stimulus ini dilakukan dengan lima indera yang dimiliki manusia. “Otak terdiri dari triliunan sel otak yang saling bersambungan. Ini harus dirangsang agar saling bersambungan. Otak tidak bisa kerja kalau tidak ada pertanyaan,” tegasnya. Stimulus untuk otak ini sebagai nutrisi untuk perkembangan otak, ibarat memberi makan pada perut. Pemberian nutrisi ini dari persiapan kehamilan, saat hamil, hingga masa menyusui dan nutrisi harus mengandung gizi penting untuk tumbuh kembang janin dan mencegah risiko cacat tabung saraf otak. –Ngurah Budi

Learning is Always Fun Irene F. Mongkar dikenal sebagai pakar stimulasi anak. Ia juga penulis buku Dea, Bayi yang belajar di “Harvard”, Buku Panduan Stimulasi Kecerdasan (seri 1, seri 2, seri 3), Buku Saku untuk Project PPEJ (Prenagen Pregnancy Educational Journey) bersama Prenagen, dan Buku Saku Mengetahui Pola-pola Dasar Sidik Jari untuk Mengetahui Potensi Lahir. Apa alasan Bubun, sapaan akrab Irene menekuni dunia parenting? “Saya memiliki pengalaman kecil yang tidak enak. Masa kecil yang penuh tuntutan, di-bully dengan kekerasan fisik dan psikis, mendapatkan perlakuan tidak adil, dll. Saya pun bertekad agar jangan ada lagi yang mengalami seperti saya. Traumanya bertahan

puluhan tahun dan sangat sulit hilang. Sekarang sudah sembuh total, saya mencintai ibu saya dengan sepenuh hati dan memahami mengapa hal tersebut dilakukannya. Pengalaman masa lalu menjadi pelajaran mahal membulatkan tekad saya untuk menyadarkan sebanyak mungkin orangtua untuk benar-benar mendidik anak dengan hati dan cinta yang tulus,” ujar perempuan yang menyebut dirinya “Sahabat Orangtua dan Balita” ini. Bubun berharap masa depan anak Indonesia bisa lebih baik kalau generasi yang sekarang masih dalam bentuk anak kecil dididik dengan benar oleh orangtua masing-masing. Orangtua diingatkan terus menerus

bahwa orangtua adalah guru yang pertama dan utama dan rumah adalah sekolah yang paling penting. “Berikanlah anak-anak kesempatan untuk memiliki pengalaman belajar itu menyenangkan...learning is always fun. Bukakanlah jalan agar mereka menjadi dirinya sendiri dengan terus menerus menggali potensi mereka. Jangan memaksakan kehendak dan jangan jadikan anakanak seperti yang orangtua mau,” tegas pembicara yang sejak 2014 bekerjasama dengan Kalbe Farma dalam program PPEJ (Prenagen Pregnancy Educational Journey) bersama Prenagen di 10 kota di Indonesia dan pembicara Parenting bekerjasama dengan PT Tigaraksa Satria Tbk. –Ngurah Budi

elain beberapa benda itu, Sahmin juga menemukan keris dan dan batu besar berbentuk seperti alas tiang rumah juga tulang belulang manusia. “Waktu menggali pasir untuk membuat fondasi rumah, saya menemukan dua buah keris, dua buah gelang seperti perak, pecahan keramik, pecahan nare, batu besar bentuknya seperti untuk alas tiang rumah panggung, juga ada tulang-tulang. Sepertinya itu tulang manusia,” ungkap Sahmin. Seperti halnya warga lain yang tinggal di dalam wilayah perkebunan kopi ini, meskipun kaget ketika menemukan benda-benda seperti ini, Sahmin mengaku biasa saja. Penemuan benda-benda di bawah tanah bekas timbunan material yang dimuntahkan oleh Gunung Tambora saat meletus 200 tahun lalu itu, oleh masyarakat di sini

Drs. I Gusti Made Suarbhawa

memang kerap kali terjadi. Seringnya masyarakat menemukan hal ini, membuat mereka memahami bahwa benda-benda tersebut ber-

nilai sejarah tinggi, sehingga tidak jarang mereka, termasuk Sahmin, melaporkan penemuan itu pada petugas keamanan setempat. Berbagai penemuan seperti inilah yang lambat-laun akan mengungkap dengan jelas akan peradaban dua kerajaan yang terkubur yang diperkirakan oleh para ahli ada di wilayah tersebut. Karena sampai pada 200 tahun letusan itu terjadi, pusat dua kerajaan yang terkubur oleh material muntahan Gunung Tambora ini belum juga ditemukan. Namun, perlahan-lahan para ahli mulai mengungkapkannya, sedikit demi sedikit. Menguak misteri dari balik tanah di wilayah ini. Setelah penemuan benda-benda bersejarah oleh masyarakat di tahun 1979, lokasi tersebut “ditutup” tahun 1982 oleh aparat setempat dan tidak boleh ada masyarakat yang melakukan aktivitas penggalian atau pencarian lebih lanjut. Wilayah

Temukan Rangka Manusia Penelitian dan penggalian secara intensif mulai dilakukan oleh dunia keilmuan lewat para ahli di kawasan Sori Sumba ini. Penelitian pertama kali yang dilakukan pada tahun 2004 oleh seorang ahli dari Rhode Island University USA, bernama Harraldur Sigurdsson bersama Igan S. Sutawijaya dari Museum Geologi Bandung. Dua orang ahli ini menemukan bukti kehidupan yang terkubur dari balik tanah yang mereka gali di kaki Gunung Tambora itu. Selain menemukan keramik, gerabah dan beras yang sudah menjadi arang, geolog ini juga menemukan kerangka manusia. “Waktu itu kami menemukan rangka sepasang manusia yang berpelukan, diduga mereka meninggal akibat terkena hempasan awan panas Gunung Tambora,” kata Igan. Masih di tahun yang sama, Ir. Heryadi Rachmat, MM., seorang geolog dari Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Barat waktu itu, juga melakukan penelitian di kaki Gunung Tambora ini bersama dengan seorang geolog lulusan Perancis Dr. Indyo Pratama dari Museum Geologi Bandung serta arkeolog bernama Drs. I Made Griya, M.Si. dari Balai Arkeologi Denpasar, yang mewakili

Pusat Arkeologi Nasional. “Dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat Ground Penetration Radar (GPR) yang dapat merekam kondisi struktur dan material apa yang ada di bawah tanah, dan kami menemukan sisa bangunan, komponen atap rumah, kerangka atap yang terbuat dari bambu serta tiang penyangganya,” kata Heryadi. Penelitian ini masih menitikberatkan (dominan) dari sisi geologi belum dilakukan secara khusus dari sisi kearkeologiannya. “Kegiatan penelitian secara sistematis kearkeologian baru dilakukan pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar,” ujar Made Suarbhawa. Tahun 2008 Balai Arkeologi Denpasar yang melakukan eskavasi di Dusun Oi Bura, sekitar wilayah Sori Sumba berhasil menemukan satu rangka manusia masih memakai atribut keris yang terselip di pinggangnya. Penemuan ini membuat para arkeolog terus mencari dan menemukan benda-benda bersejarah ini untuk mengungkap posisi dan kekayaan dua kerajaan yang terkubur di sini. Benda-benda yang ditemukan, seperti tombak, alat-alat lain yang merupakan komponen bangunan,

seperti bagian atap, tiang, alat-alat rumah tangga, keramik, alat tenun, padi, wadah tempat rempahrempah, sendok dan lainnya, secara lengkap untuk kemudian patut diduga kawasan ini sebagai pemukiman penduduk dan ada kehidupan yang pernah terjadi di bawah tanah tersebut. Selain itu, juga ditemukan benda lainnya seperti, keramik, alat-alat rumah tangga (peralatan dapur), tali kuda, koin dan lainnya. Ada pula ditemukan bulir biji padi yang diduga jenis padi ladang masih utuh dengan jumlah yang sangat banyak, kemiri, kapulaga di bawah reruntuhan bangunan dengan atap ilalang. “Harapannya semakin ke depan akan menemukan karakter atau jenis temuan yang nantinya akan terindikansi sebagai pusat kerajaan seperti istana itu ada. Untuk tahu bahwa itu adalah istana, tentu saja akan berbeda karakteristiknya dengan pemukiman, barang atau benda-benda yang lebih mewah karena raja memiliki status sosial lebih tinggi,” lanjutnya. Yang seperti inilah yang sama sekali belum ditemukan. Hingga saat ini rumah panggung yang ditemukan rata-rata berukuran 3x5 meter yang tentu saja itu bukan ukuran sebuah istana. Selain target

Benda-benda yang ditemukan di Situs Gunung Tambora

penemuan sekitar Sori Sumba ini lalu cukup lama dibiarkan dalam keadaan seadanya. Hingga akhirnya lebih dari seperempat abad kemudian, tepatnya 22 tahun kemudian, di tahun 2004, para peneliti mulai melakukan penelitian di lokasi itu. Jika saat masyarakat menemukan benda-benda dari balik tanah dalam hutan Tambora di tahun 1979, masih dianggap barang biasa (oleh masyarakat), maka penemuan-penemuan dari hasil penelitian para ahli, menjadi sumber ilmu pengetahuan yang bernilai sangat tinggi. Berbagai penemuan yang tergali secara intelektual ini akhirnya mampu mengungkap masa

lalu kehidupan yang ada di balik timbunan tanah di kaki dan lereng Gunung Tambora itu. Cermin sebuah kebudayaan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang terkubur itu, terjelaskan dari penemuan seperti, keramik kuno dalam jumlah yang bertumpuk juga padi dalam jumlah yang cukup banyak bahkan ada yang masih utuh. “Ditemukan pula bangunan berupa rumah yang masih utuh atapnya di mana kerangka atap terbuat dari bambu dan memiliki tiang penyangga,” kata Drs. I Gusti Made Suarbhawa, Kepala Balai Arkeologi Denpasar Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB dan NTT.

menemukan pusat dua kerajaan yang terkubur ini, Balai Arkeologi Denpasar juga menargetkan penemuan untuk mengetahui bagaimana kearifan masyarakat dua kerajaan tersebut. Dari penemuan-penemuan selama ini, sudah dapat menggambarkan bahwa sesungguhnya masyarakat Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat adalah masyarakat yang sudah maju. Hal ini bisa dilihat dari atap rumah panggung tradisional yang ditemukan terbuat dari material yang diambil dari alam seperti ijuk yang dirangkai dengan teknik ikatan. “Dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, masyarakat dua kerajaan ini tergolong telah maju. Masyarakatnya adalah bukan sekadar masyarakat agraris biasa melainkan juga sudah berorientasi bisnis, seperti adanya home industry yang terindikasi dari banyaknya penemuan alat-alat tenun,” kata Made Suarbhawa. Dalam beberapa kali penelitian banyak ditemukan peralatan tenun. Dengan banyaknya alat tenun yang ditemukan, menurut Made Suarbhawa, tentu saja hasil tenun bukan sekadar untuk kebutuhan dipakai sendiri melainkan tampaknya sudah berorientasi pada bisnis (untuk dijual). Kondisi ini semakin memperkuat bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di dua kerajaan ini terbilang tinggi. Indikasi kehidupan

ekonomi yang baik utama ada pada penemuan barang-barang berharga seperti perhiasan emas, dan keramik yang berasal dari negeri Cina, termasuk juga ada mata uang Belanda dan lain-lain. Bicara soal emas, ujar Made Suarbhawa, tentu saja masyarakat zaman dahulu tidak ada yang terlalu memiliki pengetahuan bahwa di daerahnya ada kandungan emas apalagi mampu mengelolanya hingga menjadi perhiasan seperti yang ditemukan. “Pastilah barang tersebut datang (dibeli) dari luar daerah,” katanya. Belum lagi, beberapa keramik yang ditemukan itu bukan keramik biasa melainkan itu produk Cina yang berasal dari Dinasti Ching pada abad ke-17. Seluruh penemuan dalam penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog ini ternyata membuktikan bahwa masyarakat Kerajaan Pekat dan Kerajaan Tambora sebelum terkubur material letusan Gunung Tambora, hidup dalam kemakmuran. “Ini dibuktikan dari penemuan barang-barang dan benda, seperti emas, keramik bahkan ada yang berasal dari abad ke-17 di masa Dinasti Cing Cina. Benda-benda ini memperlihatkan bahwa kehidupan mereka terbilang makmur karena untuk mendapatkan atau memiliki benda seperti itu, tentulah orang harus memiliki tingkat kelebihan finansial yang cukup,” kata Made Suarbhawa. -Naniek I. Taufan


20

Nine

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Ely Rahmawati, SH., M.Hum.

Harga Mati untuk Penegakan Hukum

Menegakkan hukum, merupakan pilihan hidup yang diambil Ely Rahmawati, SH., M.Hum., salah seorang jaksa perempuan di Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat. Memilih pekerjaan sebagai jaksa, tentu membutuhkan kepiawaian khusus dalam menangani tiap kasus yang dihadapi. Berbekal semangat dan keyakinan, Ely mengabdikan diri sepenuhnya atas pilihan hidupnya itu. Setelah bergabung di lembaga Adhiyaksa itu, satu hal yang ingin terus dia lakukan, menegakkan hukum sampai kapan pun. Karena penegakan hukum yang berkeadilan, baginya adalah harga mati.

H

ari itu, meski kondisi tubuhnya tidak fit, Ely berusaha untuk tetap menjaga semangatnya masuk kerja. Jabatannya sebagai penyidik pidana khusus (Pidsus), membuatnya menjadi salah satu tumpuan penanganan sejumlah kasus tindak pidana korupsi di daerah ini. Dua kasus yang sedang menjadi perhatian khususnya ada-

lah terkait proyek Anjungan NTB di Taman Mini Indonesia Indang (TMII) di Jakarta dan kasus Tempat Pembuangan Akhir (TPA), di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang sudah ditingkatkan ke penyidikan dalam waktu relatif singkat. Ely yang lahir dari lingkungan keluarga Adiyaksa, anak dari H. Abdul Rahman Mancawari yang dulu sebagai seorang pegawai Kejaksaan ini, menjadikan ayahnya

Terinspirasi Jaksa Bao Tercatat sudah 22 tahun ia menjalani karirnya dan hingga kini enjoy, tanpa beban, karena memang keluarganya mendukung penuh. “Saya mendapat support penuh dari keluarga. Itu yang membuat saya semakin bersemangat,” kenang istri dari Hartono Kantue, asal Gorontalo ini. Sejumlah pengalaman ini memberinya banyak pelajaran. Termasuk pengalaman yang panjang dalam menangani kasus korupsi, mulai dari Jakarta, hampir tidak ada kendala, kemudian di Bekasi, Cikarang. Kasus lainnya yang rumit seperti kasus pajak, kasus bea cukai, juga kelautan dan perikanan. Disyukurinya, petualangan ini tanpa kendala besar. Banyak tokoh inspiratif yang semakin mendorongnya menjadi jaksa profesional. Saat ini yang sehari-hari menjadi inspirasinya adalah H. Fadil Zumhanna, S.H., M.H., Kepala Kejaksaan Tinggi NTB. Ketegasan sikap yang padu dengan kearifan dan apa adanya, itu yang ia petik dari pejabat Kejaksaan Asal Padang, Sumatera Barat yang jam terbangnya sudah panjang menjadi penyidik itu. “Pak Fadil orangnya tegas. Apa adanya, salah ya salah. Kalau benar ya benar. Beliau selalu mengajarkan agar jangan menzalimi orang. Karena itu dalam hal penegakan hukum harus profesional, proposional, dan menggunakan hati nurani,” sebutnya. “Kalau menangani kasus, tanpa ada pesanan dan tekanan,” demikian pesan Kajati yang hingga kini masih diingatn ya. Banyak lagi jaksa jujur dan berintegritas yang kini menduduki posisi penting di Kejaksaan Agung maupun kejaksaan Tinggi yang menginspirasinya. Salah satunya Ferry Wibisono, Kajati Jawa Barat yang pernah mengabdi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ely tidak lupa menyelipkan tokoh yang tidak hanya menjadi insprasi, tapi berkesan, yaitu Jaksa Bao dari Tiongkok, penegak hukum yang berani dan menunjukkan ketegasan sebagai harga mati. Walaupun itu hanya film, tapi ia sedang menikmati untuk mengamalkan cara-cara Bao. Semangat yang kian tumbuh subur diperkuat keinginan kuat untuk menjadi penegak hukum hingga pensiun, membuatnya yakin akan terus berkarir menjadi jaksa hingga kontraknya selesai dan ia pensiun. Bahkan setelah selesai berkarir pun, keinginannya adalah mengajar di Lembaga Pendidikan Adhiyaksa. Tapi satu hal yang dia sadari sepenuhnya, bahwa tugas ini menantang dan penuh risiko, memacu adrenalinnya sehingga membuat ia semakin bersemangat. Posisi yang disadari banyak tidak disukai orang, terutama pihak-pihak yang ada kaitan dengan kasus itu. “Memang banyak dibenci orang. Tapi prinpsip saya, lillahitaala,” tegasnya. Prinsip itu dianggapnya mengandung makna, bahwa bekerja itu bagian lain dari beribadah kepada Allah SWT. Sehingga tidak boleh ada niat atau tendensi buruk, apalagi kepentingan setiap melakukan penegakan hukum.

itu sebagai inspirasi. Aktivitas keseharian ayahnya yang padat sebagai pegawai Kejaksaan, membuat perempuan kelahiran Sumbawa, 12 Oktober 1966 ini, akhirnya terinspirasi untuk meneruskan karir Sang Ayah. Menimbang untuk mencari dan menemukan keadilan adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang jaksa. Yang namanya menimbang tentu saja terasa

Ely Rahmawati, SH., M.Hum.

berat karena akan menyangkut nasib orang lain, namun Ely yang berbintang Libra ini punya keyakinan bahwa ia mampu menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. “Kebetulan bintang saya Libra, simbol keadilan. Jiwa saya cocok dengan ini,” ungkap Ely yakin. Karena itulah, setamat dari

SMA 1 Mataram, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Mataram, tahun 1990. Tidak ada tujuan lain yang ingin dicapainya, melainkan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang jaksa. “Saya akhirnya melamar menjadi jaksa tahun 1993, diterima dan mendapat tugas pertama di Jakarta Utara,” katanya. Semenjak itu yang ia tanamkan dalam benaknya adalah semangat menjadi penegak hukum yang berani. Kodratnya sebagai perempuan tak menghalangi tekadnya, sampai akhirnya berpindahpindah tempat tugas. Karirnya berlanjut sebagai jaksa di Jakarta Timur, Bekasi, sampai Cikarang Jawa Barat. Kepercayaan dari pimpinan memuluskan karirnya, hingga melenggang ke gedung bundar Kejaksaan Agung. Ketika itu, ia menjadi pemeriksa pada Inspektorat III Bidang Pengawasan Kejagung RI. Kini, tanggung jawab lebih menantang di hadapannya, menjadi jaksa penyidik di Pidsus Kejaksaan Tinggi NTB.

Inspirasi

Ria Irawan

5

Ungkap Rahasia ke Publik Siapapun yang melihat penampilan Ria Irawan saat ini mungkin hanya bisa menggeleng kepala dan berdecak kagum. Pasalnya, wanita yang bernama lengkap Chandra Ariati Dewi Irawan yang enam bulan lalu divonis menderita kanker getah bening stadium tiga,terlihat sangat tegar. Ia bahkan terlihat tidak banyak berubah, tetap ceria dan berbicara ceplas-ceplos juga aktivitasnya di dunia hiburan pun seolah tak berkurang. Malah sejak divonis menderita kanker, sosoknya menjadi lebih sering tampil ke publik. Ia menjadi banyak kegiatan, termasuk tampil dalam film terbarunya ‘Bulan di Atas Kuburan’ yang kini tengah tayang di bioskop Tanah Air.

Integritas adalah Aktualisasi apalagi penyidikan. Sebagai manusia yang penuh khilaf, ia sadar bisa saja akan alpa. Beragam bentuknya, mulai tawaran uang, jabatan, berbagai bentuk iming-iming lainnya. Dia bersyukur, sampai saat ini tidak ada yang menembus kokohnya benteng integritasnya. “Saya selalu katakan, saya melaksanakan tugas, sesuai aturan,” tegasnya. “Banyak juga yang mau ngajak ketemu di Jakarta. Saya bilang maaf, saya harus jalankan tugas, titik..!,” demikian jawabannya atas berbagai godaan itu. Soal integritas ini, ia memang sedang berusaha mempertahankannya, memberi warna kental pada lembaga tempatnya mengabdi. Setidaknya ia ingin bergabung dengan jaksa yang punya sikap dan integritas sama untuk mendulang kepercayaan publik. Karena dalam sebuah institusi, ada saja oknum jaksa nakal yang bisa meruntuhkan Pernahkah ada rasa khawatir sebagai jaksa perem- kepercayaan publik yang cukup lelah dibangun itu. “Di puan? Baginya, rasa takut itu adalah manusiawi. Selalu kejaksaan RI, masih banyak jaksa bagus, integritas tinggi. ada rasa khawatir, karena sekali lagi dia berada di ruang Hanya memang ada segelintir yang memanfaatkan jabatan yang berisiko tinggi. Tapi sekali lagi mentalnya sudah untuk kepentingan pribadi. Tapi sebagian besar masih diasah. Rasa takut tak pernah melintas sekali pun dalam punya integritas,” ujarnya yakin. Apalagi kesejahteraan pikirannya, meski ada saja ancaman itu. Dalam keyakinan- pegawai Kejaksaan semakin bagus dan mendapat dukunnya, dia ada dalam posisi benar dalam melakoni tugas. gan penuh pemerintah dari sisi anggaran. “Kalau memang harus gugur saat jalankan tugas, saya Integritas, adalah aktualisasi dari apa yang diucapkan sudah siap,” ujarnya yakin. tentang hal-hal baik, melakukannya dengan penuh tangKarena sepanjang dia yakin bahwa tindakannya benar gung jawab dan mampu menjaga diri dari pelanggaran saat bertugas, rasa takut itu sepertinya tidak pernah ada. standar operasional. Saat ini ia menilai kepercayaan Pernah memang ada ancaman kecil diterimanya langsung, terhadap jaksa semakin pulih. Tidak terpuruk akibat ulah ketika menangani perkara perkosaan saat menjadi Jaksa segelintir oknum. Terbukti dengan banyaknya masyarakat di Kejari Bekasi. Saat itu diancam terdakwa yang ia tuntut yang melapor, sebagai salah satu indikator kepercayaan tinggi, 14 tahun penjara. Baginya kasus pemerkosaan itu. “Selain laporan tertulis, masyarakat bahkan curhat ada adalah perbuatan merendahkan harkat dan martabat penyimpangan ditempat tempat tertentu,” kenangnya. perempuan. Apalagi korbannya masih dibawah umur. Bagaimana menyikapi laporan LSM atau perorangan Maka ketika berhadapan dengan perkara ini, ia akan yang sengaja melapor kemudian “main belakang”? Terhadap “kejam” mengajukan tuntutan. Besarnya tuntutan, ini, ia memegang standar operasional prosedur (SOP) dan membuatnya diancam dibunuh. arahan pimpinan, bahwa pakemnya adalah, jika menangani “Awas jaksa, hakim, begitu saya keluar dari penjara, saya kasus harus pertimbangan yuridis. Semua laporan harus tembak kalian,” kata Ely menirukan kalimat terdakwa, usai ditindaklanjuti, karena memang itu permintaan masyarakat. tuntutan sidang sekitar tahun 2009 itu. Kenyang dengan pen- “Ada laporan tertulis, kita tindalanjuti. Tapi kita masa galaman tindak pidana umum, adrenalinnya tertantang ketika bodoh, apakah LSM itu main belakang memanfaatkan mulai menangani kasus korupsi di Kejari Cikarang. Sejak saat laporan yang masuk ke kejaksaan. Kita tutup mata saja, yang itu, pindah ke sejumlah kejaksaan negeri, ia tetap mendapat penting dasar laporannya jelas,” paparnya. Salah satu tantantempat untuk kursi penyidik tindak pidana korupsi. gan yang harus dihadapi adalah ketika kasus itu berhadapan Menjadi penyidik, apalagi untuk tindak pidana ko- dengan keluarga sendiri, maka apa yang akan dilakukan rupsi, juga punya tantangan lain. Godaan-godaan dari Ely? Tekadnya tetap berpegang pada aturan sesuai doktrin berbagai pihak sering menghampiri. Ini biasanya muncul Tri Karma Adyaksa dan menganggap intervensi dari pihak dari kasus-kasus korupsi yang melibatkan pihak pent- mana pun itu sebagai pekerjaan sia-sia. “Sesuai doktrin Tri ing. Sampai dengan saat ini, ia tugas di Kejati NTB, Karma Adhyaksa dan sesuai dengan perintah harian Jaksa godaan masih ada. Kebanyakan muncul dari orang yang Agung, bahwa kita harus melaksanakan tugas sesuai aturan tidak ingin sampai kasusnya naik ke tahap penyelidikan, yang ada,” pungkasnya. -Haris M/Naniek I. Taufan

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

M

Ria Irawan

ungkin yang terlihat berubah adalah tubuhnya yang terlihat bertambah gemuk, serta kepalanya yang menggunakan penutup. Terkait penutup kepala ini, rupanya Ria punya ‘rahasia’ yang belum lama ini diungkapnya ke publik. Ternyata, peraih penghargaan Artis Terbaik Festival Film Asia Pasific 2003 ini, memakai penutup kepala atau turban untuk menutupi kerontokan parah pada rambutnya akibat efek kemoterapi. Mungkin, orang yang tidak tahu mengira turban itu adalah bagian dari fashion. Apalagi Ria tampak cantik mengenakan turban yang beraneka model itu. Tapi aksinya di sebuah acara pekan lalu sungguh bikin orang tersentuh. Ia mencukur habis rambutnya. “Ini untuk memberi semangat pasien kanker dan para pejuang kanker semoga tetap kuat untuk menyelesaikan pengobatan,” ucap Ria yang sebelum mencukur rambutnya memperlihatkan bagaimana efek kemoterapi pada rambut di kepalanya. Menurutnya, tidak perlu malu karena rambut rontok atau kepala menjadi botak dalam rangka pengobatan. Dia berharap, agar dampak negatif dari perawatan tidak menjatuhkan mental namun harus kuat menjalaninya sampai nanti benarbenar sembuh. “Apalah arti radiasi sampai bikin gosong dan rambut botak? Nggak ada apa-apanya. Tapi

bikin semangat kelak kalau kamu sembuh bisa berbuat hal yang lebih baik,” katanya. Ria yang terlahir sebagai anak bungsu pasangan Bambang Irawan-Ade Irawan, memulai kariernya di dunia perfilman sejak usia empat tahun. Tak heran karena ayahnya Bambang Irawan dan Ibunya, Ade Irawan adalah aktor dan aktris terkenal dimasanya. Ayahnya selain sebagai aktor juga sutradara dan memiliki perusahaan film Agora. Maka meski masih balita ia sudah tampil dalam sebuah film meski hanya figuran. Film pertamanya itu adalah Sopir Taxi pada tahun 1973 kemudian disusul Belas Kasih, keduanya disutradarai sang ayah, Bambang Irawan. Sejak itu, wanita kelahiran Juli 1969 ini, menjadi aktif tampil di layar lebar dengan kualitas akting yang kian baik waktu demi waktu. Tak heran, Ira yang memiliki banyak bakat ini, sepanjang kariernya meraih banyak penghargaan dari dunia film baik dari dalam maupun luar negeri. Di ajang Festival Film Indonesia, ia termasuk salah satu yang menjadi langganan penerima penghargaan, ia juga pernah berjaya di Festival Film Asia Pacific di Iran tahun 2003 saat meraih gelar Artis Terbaik juga meraih MTV Indonesia Movie Award 2006. Sepanjang kariernya Ria telah membintangi puluhan film, di antaranya adalah film-film berkualitas yang telah berhasil meraih penghargaan. Terakhir film yang dibintanginya adalah ‘Bulan di Atas Kuburan’ besutan Edo WF Sitanggang yang kini tengah tayang di bioskop Tanah Air. Selain film juga sinetron, Ria juga memiliki kepiawaian di bidang lain yakni menyanyi. Setidaknya ada empat album dihasilkannya, namun bukan single. Salah satu album itu dibuat keroyokan bersama teman-temannya dengan nama grup ‘Japras’ yang terdiri dari antara lain Ully Artha,Debby Cintia Dewi,Wieke Widowati, Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati. Album ini meledak dan laris dipasaran. Di luar itu, Ria juga aktif dengan

aktivitasnya di dunia fotografi. Dari semua itu, yang terlihat tidak bisa dilepas Ria adalah dunia perfilman yang terus ditekuninya. Dia bukan saja berakting tapi juga menjajal menjadi sutradara. Dalam kondisi seperti sekarang di mana dia terkena kanker, Ria tetap tidak mengurangi aktivitasnya di dunia akting. Ria boleh dibilang adalah penderita kanker yang ‘special’. Meski divonis kanker stadium tiga tidak membuatnya menarik diri dari lingkungan. Malah dengan ‘cuek’ mengumumkan kalau dirinya terkena penyakit mematikan ini. Seperti dikatakannya kepada wartawan, dia tidak ingin penyakitnya itu menjadi beban. “Biasa ajalah, nggak usah dipermasalahkan. Gua nggak mau didramatisir. Lebih enggak enak bisulan, sakit kepala. Kalau kanker kan nggak buat nyut-nyutan,” ucapnya sembari ketawa lebar. BERSYUKUR BANYAK YANG TERINSPIRASI Untuk terus membangun semangatnya, ia pun tetap berkegiatan seperti biasanya. Bahkan dalam setiap kesempatan ia berusaha memberi semangat kepada penderita kanker yang lain agar tetap tabah dan kuat. Dia ingin apa yang dilakukannya juga menjadi inspirasi bagi yang lain. Menurut Ria, masa-masa sedih dan kaget bahkan sebelumnya sempat tidak menerima keadaan sudah dia lewati. Dulu, saat mendapat kabar itu, dia bukan hanya kaget tapi juga shock. Seperti ‘petir di siang bolong’. Pasalnya, baru saja ia menjalani operasi pengangkatan rahim karena terjadi penebalan juga adanya miom.

Ruben Onsu bersama Ria Irawan

Kondisi itu sudah dialami sejak 2009 lalu, kemudian September 2014 dia memutuskan untuk melakukan pengangkatan rahim. Tapi siapa nyana sepekan setelah operasi dilakukan, saat dia diantar keluarganya melakukan kontrol ke dokter, justru kabar buruk diterimanya. Kanker getah bening stadium tiga. Namun dalam perjalanannya dia berusaha tenang dan ikhlas. Ia tak mau hal itu menjadi beban yang membuat dirinya terpuruk. “Gua bukannya santai hanya berusaha ikhlas saja,” ucapnya. “Ini bagian dari pengobatan untuk kesehatan,” kata Ria yang mengaku sekarang kepalanya terasa lebih sejuk dibanding sebelumnya yang terasa panas. Perasaan Ikhlas sangat membantu, setidaknya membangun semangat untuk memerangi penyakit yang menderanya. Ia ingin sembuh, karena itu dia menjalani pengobatan. Dia juga bersyukur karena lingkungannya, keluarganya, saudara-saudara juga teman-temannya sangat mendukung dirinya. Mereka tidak

Ria Irawan saat terbaring di rumah sakit

memberinya keistimewaan karena penyakitnya, mereka memperlakukannya biasa-biasa saja. Justru itulah yang disangat disyukuri Ria sehingga ia merasa mudah menjalani semuanya. Tidak ada perasaan dikasihani, sehingga ia pun tegar. Ria berharap apa yang sudah dilakukannya, ditampilkannya, bisa menjadi inspirasi bagi yang lain untuk tetap semangat dan tegar. “Sudah enam bulan aku menjadi pasien kanker. Saat didiagnosa pertama kali, tentu saja kaget banget. Juga menghadapi tahapan-tahapan untuk pengobatan. Tapi kita jangan takut menjalani semua terapi itu karena itu adalah untuk kesembuhan kita. Kita harus kuat menjalaninya,” ucap Ria. Diakuinya dirinya merasa senang karena ada banyak penderita yang terinspirasi darinya. “Iya, banyak banget. Mereka terinpirasi, termotivasi juga menjadi semangat. Alhamdulilah karena niat gue kan ingin menyampaikan hal positif,” ungkap Ria berberapa waktu lalu. Menurut Ria, penyakit itu dideritanya bukan karena pola hidup yang tidak sehat karena selama ini dia telah menjalani pola hidup sehat termasuk tidak mengkonsumsi makanan berbahan pengawet. Namun, katanya, mungkin saja karena faktor genetik dari keluarga. Dalam keluarganya ada beberapa yang menderita kanker. Selain itu dia sendiri pun secara hormonal telah memiliki bibit kanker. Dia mengaku kalau dirinya terlambat melakukan pencegahan. Seharusnya ketika ia mendapat tanda saat menstruasi tidak stabil ia melakukan pencegahan. Tapi semua telah terjadi dan kini dia ikhlas menjalaninya. “Dulu belum ikhlas, tapi sekarang sudah benar-benar ikhlas,” ucap Ria yang telah menjalani kemoterapi yang kelimanya. -Diana Runtu


6

Women on Top

Edisi 847/ 4 -10 mei 2015

Dra. Ni Nyoman Parmithi, M.M.

Bertanggung Jawab pada Pilihan Dalam sejarah yang tahun ini memasuki usia 32 tahun, baru pertamakalinya IKIP PGRI Bali memiliki dekan perempuan. Dia adalah Dra. Ni Nyoman Parmithi, M.M. Sebagai orang nomor satu di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) IKIP PGRI Bali, ia tak menargetkan yang muluk-muluk. “Saya masih melanjutkan program-program yang dulu. Namun, prioritas pertama saya adalah tertib administrasi untuk para dosen, staf, dan mahasiswa,” ujarnya.

A

palagi, IKIP PGRI Bali sedang getol-getolnya menggaungkan dan menerapkan pen­didikan karakter. Ini pula yang kini tengah dijalankan Parmithi, membentuk karakter mahasiswa dengan disiplin. Karena secara umum ia mengamati perilaku anak-anak sekarang disiplinnya rendah, menganggap semua gampang. “Mereka yang memilih masuk ke LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) yang orientasinya menjadi guru, tentu harus lebih disiplin lagi,” tegasnya. Di lingkungan kampus, Parmithi memang dikenal dosen yang agak keras dalam mendidik. Keras di sini, dalam artian tegas, memberikan penghargaan saat berprestasi dan memberikan hukuman jika bersalah yakni dengan memberikan tugas tambahan. Bahkan kepada mahasiswa bermasalah, tak jarang Parmithi melakukan pendekat­ an persuasif, mendekati secara harus sehingga tak menyebabkan mahasiswa sakit hati.

Meski demikian, Parmithi juga dikenal cukup dekat dengan mahasiswa-mahasiswinya. “Kami berteman di line, BBM. Dengan begitu, saya jadi mengetahui masalah yang terjadi di bawah, sehingga bisa lebih cepat tertangani,” ucap istri dr. Wayan Sudirtha Yasa, Sp. OG ini. Terkait program akademis yang mengacu pada KKNI, kini tengah ada peninjauan kurikulum. Dalam kurikulum ini, selain cerdas akademis, mahasiswa juga dituntut memiliki jiwa kewirausahaan. Namun jauh sebelum diterapkannya KKNI ini, khusus di FPMIPA sudah ada mata kuliah Wirausaha. Kewirausahaan ini menurut Parmithi, sudah menjadi tuntutan kehidupan di zaman sekarang yang kompleks. “Di zaman sekarang, kita harus memiliki pekerjaan sampingan, yang bisa disesuaikan dengan bidang kita,” ujar pengampu MK Wirausaha ini. Khusus bagi mahasiswa MIPA, dikatakannya side job yang paling memungkinkan dan memang sudah

banyak dilakoni mahasiswanya adalah sebagai guru bimbel (bimbingan belajar/les). Bahkan, ada juga beberapa mahasiswanya menekuni bisnis kuliner dan mengembangkan media pembelajaran. Pada prinsipnya, Parmithi yang juga turut mengelola usaha keluarga yakni sebuah RS swasta di Gianyar ini, mengatakan, kita harus bisa melihat peluang yang ada. Seperti, tuntutan di dunia pendidikan sekarang yang semua mempergunakan teknologi. Sementara, masih ada beberapa guru senior yang gaptek. “Ini menjadi salah satu peluang buat mahasiswa. Dia bisa membuatkan program pengajaran, dan mengemas materi ajar ini dengan kemampuan teknologinya. Dari usaha sampingannya ini, bahkan mereka mampu membiayai kuliahnya sendiri tanpa membebani orangtua,” ungkap ibu dari Putu Pradnya Paramitha Dewi, S.Ked., Kadek Pratita Citta Dewi, Komang Devani Manik Masthiti, dan Ketut Ganesha Putra Anugraha ini.

Memang, konsekuensi mengambil pekerjaan sampingan membutuhkan waktu kerja lebih banyak sehingga waktu untuk keluarga berkurang. “Semua perlu dimanage. Kalau kita bilang tidak mampu, akhirnya ya tidak mampu. Jika ada kemauan semua pasti bisa, yang penting dilakoni dengan senang hati. Kemauan diimbangi dengan kemampuan,” ucap putrid dari I Wayan Tangen dan Ni Ketut Murni ini. Itu pula yang kini tengah dilakoni Parmithi, ditambah lagi dengan tanggung jawabnya barunya debagai Dekan FPMIPA. Sebagai ibu rumah tangga, segala sesuatunya sudah ia siapkan sejak pukul 05.00. Dan yang paling penting, sebelum memulai aktivitas, harus sembahyang dulu. Hal itu pula yang diterapkannya kepada putraputrinya. Dengan seabrek kesibukannya, Parmithi mengaku masih bisa mengantar-jemput les sore putra bungsunya. Kuncinya, menikmati apa yang dilakoninya tanpa merasa terbebani. Meski anak-anaknya yang lain sudah bisa

Tentukan Kelulusan M

enurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Prov. Bali, TIA Kusuma Wardhani, untuk mencetak generasi yang berkualitas dan berdaya saing dengan kompetisi perlu dibentuk dengan karakter dan keilmuan sejak dini. Siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara emosi, spiritual, sosial, dan cerdas mengelola lingkungan. “Kami ingin mewujudkan keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Dalam kurikulum 2013 ini, memberikan ruang agar

Sejak awal tahun 2014, kurikulum 2013 sudah diberlakukan di seluruh Indonesia. Namun, kurikulum ini menuai banyak pro-kontra. Melihat hal ini, berdasarkan surat edaran Mendikbud, sekolah diberikan dua pilihan. Untuk sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga kali semester diharapkan terus lanjut menggunakan kurikulum 2013. Sedangkan, sekolah yang baru menggunakan kurikulum 2013 satu semester, diberikan kembali kepada kurikulum 2006. Bagaimana dampak bagi proses pembelajaran di sekolah? anak dapat menguasai tiga kompetensi sekaligus, sikap, keterampilan, dan pengetahuan,” ujarnya. Ia mengatakan, pemerintah ikut terlibat dalam membina generasi muda ke depan. Karena itu, kurikulum 2013 dinilai lebih tepat untuk mewujudkan generasi muda yang berintegritas, dan unggul. Memang ia mengakui, dengan berubahnya kurikulum ini, tentu ada yang disesuaikan. Namun, bukan berarti semuanya berubah total atau frontal. “Ada bagian-bagian yang memang harus disesuaikan sesuai standar kurikulum 2013,” ucapnya.

Dalam menghadapi masa transisi ini, pemerintah sudah memberikan perhatian, dengan pelatihan atau diklat kepada guru-guru mengenai standar kurikulum 2013. Sesuai surat edaran Mendikbud, saat ini, memang diberikan kesempatan untuk sekolah memilih kurikulum. Namun, ke depannya, tahun 2019-2020, semua sekolah di Indonesia wajib menggunakan kurikulum 2013. Ia menilai, untuk sekolah-sekolah di Denpasar, sudah sebagian besar menggunakan kurikulum 2013. Se-

Baru-baru ini Organisation for Economic Co-operation and Development merilis kajian tentang pendidikan di Indonesia berdasarkan riset dalam rentang periode Oktober 2012 Februari 2013 yang dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Hasilnya antara lain bahwa kemampuan anak-anak Indonesia lebih lambat tiga tahun dibanding negara lain. Di antaranya adalah kemampuan matematika dan membaca anak Indonesia lemah. Penyebabnya antara lain karena ketidakhadiran guru di kelas.

O

ECD merupakan organisasi internasional yang beranggotakan 30 negara yang bekerja sama di bidang pembangunan ekonomi. Terkait kajian ini, OECD bekerja sama dengan empat kementerian yakni, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Keuangan (Kemkeu), dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Bertajuk ‘Pendidikan di Indonesia Siap Menyongsong Tantangan’, kajian ini

mentara, di beberapa kabupaten lain, memang masih banyak yang menggunakan kurikulum 2006. Dalam proses persiapan ini, pemerintah terus melakukan usaha pelatihan-pelatihan kepada guru, sehingga nantinya saat kurikulum ini wajib berlaku, semua sekolah mampu menerapkannya. “Pemerintah memberikan perhatian lebih kepada sekolah-sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2006, misalnya terus-menerus memberikan diklat kepada para guru,” ujarnya. Ia mencontohkan, dalam kuri-

kulum 2013, menghitung dan men­ dapatkan jawaban yang benar, bukan lagi hal yang penting. Karena bisa saja hasil itu didapat dengan cara menyontek. “Dalam kurikulum 20123 ini, mengajarkan bagaimana anak didik mampu memformulasikan. Yang penting bukan jawabannya, tapi proses peserta didik menyelesaikan persoalan tersebut,” kata TIA Kusuma Wardhani. Saat ini, UN tidak lagi penentu kelulusan, sehingga tidak ada lagi sekolah yang melakukan berbagai cara agar seluruh siswanya lulus UN. Menurutnya, sekarang ini, sekolah diberikan kesempatan untuk menentukan kelulusan siswanya. Namun, bukan berarti sekolah bisa seenaknya dalam menentukan kelulusan. “Justru ketentuan ini merupakan tanggungjawab yang berat bagi sekolah. Karena sekolah harus mampu menghasilkan siswa yang jujur, berintegritas, dan andal,” katanya. Intinya, ia menegaskan, bagiamana menjadikan siswa itu mandiri ke depannya. Misalnya, tamatan SLB menghasilkan siswa mandiri. Tamat SMA jangan sampai menjadi pengangguran, tapi mampu menciptakan bidang usaha dengan keterampilan yang ia miliki. Menurutnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan bagi para orangtua dengan perubahan kurikulum ini. Karena pada dasarnya siswa di sekolah dapat menerima kurikulum ini dengan baik. “Pemerintah sudah memberikan diklat kepada para guru tentang kurikulum 2013 ini lebih intensif,” tegasnya. Ia berharap, semua komponen, baik itu orangtua, sekolah, guru bersama-sama dapat mewujudkan generasi yang berintegritas, jujur, bertanggungjawab, dan berkarakter baik. –Wirati Astiti

19

Tiga Tahun lebih Lambat mengulas pendidikan dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi, termasuk aspek pendidikan non formal, lembaga pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia, baik yang berada di bawah kewenangan Kemendikbud, Kemenristekdikti, dan Kemenag. Adapun sumber data berasal dari kunjungan lapangan ke seluruh wilayah Indonesia. Mengomentari hasil kajian yang diluncurkan akhir bulan lalu ini, aktivis pendidikan Retno Listyarti, M.Si, sependapat. “Berdasarkan assessment internasional mutu pendidikan Indo-

nesia dalam 10 tahun terakhir rendah. Bahkan bukan hanya stagnan tapi cenderung menurun,” ujarnya. Ada tiga hal yang menjadi tolok ukur yakni, guru, siswa dan sistem pendidikan. Berdasarkan penilaian PISA (Program for International Student Assessment) , Indonesia dari mulai keikutsertaannya dari tahun 2003, 2004, 2009 dan 2012, menunjukan angka yang nyaris tidak bergerak bahkan cenderung turun. Bahkan tahun 2012, Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara. PISA atau Program Penilaian Pelajar Internasional adalah penilaian

MEMBACA ITU LOGIKA

Sekolah

TIA Kusuma Wardhani

mandiri, bahkan putri keduanya bersekolah di luar daerah, semua masih tetap dalam pengawasannya. Mereka diberikan kebebasan memilih, namun harus bertanggung jawab pada pilihannya. Seperti putri keduanya, Pratita yang memilih jalur di olahraga basket, kini tergabung dalam DBL Indonesia All Star, turut memperkuat tim nasional basket putri Indonesia. “Meski demikian semuanya tetap saya kontrol. Sehingga kalau ada masalah, larinya ke saya,” ujar Parmithi. Parmithi adalah lulusan angkatan pertama IKIP PGRI Bali tahun 1988. Parmithi yang saat itu satu-satunya lulusan FPMIPA direkrut lembaga bekerja di biro akademik. Kariernya berkembang menjadi dosen MIPA dan sempat menjabat Pembantu Dekan II. Ketika melepas masa lajang dan memiliki anak, ia melepas jabatannya dan hanya menjadi dosen biasa. Tahun 2011-2015 ia kembali dipilih menjadi PD II hingga akhirnya dipercaya sebagai Dekan. –Inten Indrawati

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Terkait dengan hasil kajian OECD ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan, hasil kajian OECD ini menarik karena membandingkan Indonesia dengan negara-negara anggota OECD yang memiliki sumber daya manusia yang sangat baik. “OECD, secara spesifik, membuat kajian tentang (pendidikan) Indonesia itu menegaskan kalau sumber daya manusia kita tidak dibangun maka akan menjadi hambatan bagi dunia,” katanya. Terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, kata Anies, harus menjadi fokus perhatian. Kemampuan membaca adalah berkaitan dengan logika berpikir. “Membaca itu logika, karena (saat membaca) struktur kalimat itu membentuk logika berpikir.Kemampuan bahasa, dan matematika menjadi (kebutuhan) sangat mendasar sekali,” ujarnya sambil menambahkan, sejauh ini kita masih melihat isu pendidikan yang menarik adalah seputar ujian nasional dan kurikulum, padahal ada hal lain lebih penting seperti kemampuan membaca, dan menulis. Di bagian lain Anies juga menyatakan tentang pihaknya menetapkan enam prioritas di sektor pendidikan yang akan menjadi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam lima tahun ke depan. Yakni, memperbaiki akses terhadap pendidikan berkualitas, memperbaiki kualitas pembelajaran, memperbaiki sistem penjamin mutu, memperbaiki manajemen dan tata kelola pendidikan, memperbaiki relevansi dan daya saing pendidikan tinggi serta memperbaiki pendidikan agama, moral dan pembentukan karakter. –Diana Runtu

Suasana belajar di salah satu sekolah

tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya. “Hasilnya, kita selalu hampir menjadi juru kunci dari semua negara peserta PISA. Sedangkan penilaian untuk daya nalar, Indonesia berada di bawah Palestina, sebuah negara yang sedang berkecamuk perang,” ungkapnya. “TRAGEDI NOL BUKU” Hasil PISA tersebut juga diperkuat dengan riset dari UNESCO tahun 2012 terkait minat baca menyebutkan, Indonesia masuk dalam kategori ‘tragedi nol buku’. Indonesia masuk dalam kategori tersebut karena anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun. Artinya, 1 halaman dibaca dalam 14 hari. Bandingkan dengan anak Finlandia yang membaca 300 halaman dalam 5 hari. “Tidak ada buku yang dicetak 27 halaman, minimal buku dicetak dalam 50 halaman. Dengan membaca 27 halaman, artinya, anak Indonesia tidak menyelesaikan membaca 1 buku dalam setahun. Karena itu kita diketagorikan ‘tragedi nol buku’,” paparnya. Hal yang kedua, lanjut peraih penghargaan International Toray Foundation Jepang dalam bidang science 2003, terkait kualitas guru. Kalau kita mengambil hasil penelitian World Bank yang melakukan penelitian terhadap 12 negara di Asia terkait bagaimana guru mengajar di kelas. Hasilnya, guru Indonesia berada di urutan ke 12 dari 12 negara yang diteliti. Jika melihat hasil uji kompetensi guru yang diselenggarakan pemerintah tahun 2012, hasilnya pun tak kalah menyedihkan. Nilai minimum yang disyaratkan adalah 70, namun guru Indonesia rata-rata hanya

berhasil meraih angka 44,5. Hasil ini sungguh jauh dari standar minimal yang diharapkan. “Dengan hasil itu, tentu hasil-hasil penelitian yang diungkap menjadi terbukti. Karena jika kualitas guru rendah tentu berimplikasi pada murid atau hasil pendidikan. Tidak mungkin, kan, seorang guru yang tidak kreatif menghasilkan murid yang kreatif. Seorang guru yang tidak rajin membaca, tidak bisa menulis, dapat membuat muridnya rajin membaca dan pandai menulis. Itu sangat mustahil. Jadi kalau guru menugaskan anak didiknya membaca maka guru tersebut seharusnya membaca atau lebih banyak membaca ketimbang anak didiknya. Budaya (membaca) inilah yang tidak ada di negeri kita,” ucap wanita kelahiran 1970 ini. Hal ketiga, lanjut Retno, adalah sistem pendidikan Indonesia yang menurutnya terburuk di dunia. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan The Learning Curve –Pearson tentang akses dan mutu pendidikan Indonesia pada tahun 2014, Indonesia berada di urutan ke-40 dari 40 negara yang dinilai. “Ini adalah lembaga dari Inggris. Tahun 2013, kita berada di posisi ke 39 dari 40 negara, tahun 2014 kita melorot ke urutan 40. Artinya, kita menjadi juru kunci. Jadi disimpulkan dari penelitian itu bahwa sistem pendidikan kita terburuk di dunia,” tegasnya. Kondisi ini sungguh amat memprihatinkan. Indonesia, katanya, harus segera membenahi masalah ini. Menurut Retno ada tiga hal yang harus dibenahi yakni, kualitas guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah karena mereka adalah garda terdepan dari pen­didikan di Indonesia. Ini sangat penting sekali. “Jika guru berkualitas, tapi kepala sekolahnya tidak, percuma saja. Pa­ling hanya beberapa orang (guru) yang mau bekerja karena menganggap, toh pintar atau pun bodoh sama saja, tidak ada penghargaannya. Jadi diperlukan kepala sekolah yang berkualitas yang dapat mendorong agar guru-guru di bawahnya menjadi berkualitas pula,” katanya.–Diana Runtu

Mohon Anugerah Kecerdasan Hari pendidikan tahun 2015 sangat istimewa karena bertepatan dengan perayaan Hari Raya Saraswati, hari pemujaan terhadap dewi ilmu pengetahuan. Memaknai pendidikan secara spiritual ini bisa dilakukan dengan merayakan hari Suci Saraswati. Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd. mengatakan kata Saraswati berasal dari suku kata “Sara- su-wati”. Kata sara dapat diartikan panah, dan kata panah berasal dari kata ”bana”, kemudian menjadi kata “banah” yang dapat diberikan arti “ketajaman adnyana”, atau kecerdasan. Su mengandung maksud “luwih”, dan wati dapat diartikan “ayu”. “Dengan demikian makna dari hari Saraswati adalah amolihang kepradnyanan sane mautama, pacang anggen ngemolihang kasukertan. Maksudnya, dengan dianugrahkan kecerdasan oleh Sang Hyang Widhi, maka manusia tersebut akan mampu menolong dirinya sendiri dari lembah kesengsaraan serta berwawasan kebijaksanaan sehingga mampu

memilah-milah mana yang benar dan tidak benar, diantara kebajikan dan keburukan,” papar Ketua Program Studi S3, Pendidikan Agama Hindu Pascasarjana Unhi ini. Hari suci Saraswati adalah merupakan hari untuk memohon kepradnyanan ke hadapan Sang Hyang Widhi, agar nantinya bisa melewati samudra kesengsarannya, mencapai Moksartham Jagadhita Yaca Iti Dharmah, dan Moksartham Atmanam. Dewi Saraswati yang dilukiskan dengan Dewi sangat cantik dan bertangan empat, masing-masing memegang genitri, kropak, wina dan teratai, serta didekatnya terdapat burung merak dan angsa. Semua lukisan (lambang)

tersebut merupakan simbol yang masing-masing memiliki makna. Dewi (wanita cantik), sebagai lambang bahwa sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah lembut indah dan menarik. Genitri ialah lambang dari sifat kekekalan ilmu pengetahuan itu tidak terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan habis untuk dipelajari. Kropak ialah lambang dari sumber ilmu pengetahuan. Wina ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat mempengaruhi rasa yang sangat halus (lambing seni budaya yang agung). Teratai melambangkan kesucian Sang Hyang Widhi dan merupakan simbul dari ilmu pengetahuan itu suci. Merak ialah lambang sifat ilmu

pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan pada orang yang telah menguasainya. Angsa ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat bijaksana untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Pada hari Sarasawati, semua yang mengandung sumber ilmu pengetahuan dipasupati dan dibuatkan banten saraswati untuk mohon anugrah dari Sang Hyang Widhi. “Pada hari Saraswati ini diadakan persembahyangan bersama dan para bijaksana biasanya melakukan tapa, brata, yoga dan samadhi. Sedangkan malam harinya diadakan malam sastra dan seni. Keesokan harinya, pada hari Minggu Paing wuku Sinta, secara tatwa dan ethika agama, memendak amertha yang dianugrahkan oleh Sang Hyang Saraswati yang berada ditengah samudra disebutkan dengan amertha kamandalu. Oleh kare­ na itulah umat Hindu berduyun-duyun datang ke laut untuk memohon amertha tersebut. Itulah yang disebut dengan Mebanyu Pinaruh,” tuturnya. –Sri Ardhini


18

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Life

Kreasi

ke “Meja Hijau”

Bali dikenal hingga ke mancanegara karena adat dan budayanya. Bali yang sering juga disebut pulau seribu pura ini memiliki beragam busana dan tata rias adat Bali. Masing-masing kabupaten/kota memiliki ciri khas dengan makna simbolik dari tiap ornamennya.

Parasnya cantik. Rambut hitam dengan lekuk wajah yang manis, Parlina (20), bukan nama sebenarnya, tersenyum. Hidungnya yang mancung dengan kulit putih sesungguhnya merupakan modal bagi­nya untuk dapat meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik. Namun, perjalanan hidupnya ia rusak sendiri dengan nar­ koba. Hidup dalam lingkungan kerja gemerlap, membuai Parlina menyerempet hidup hura-hura. Hidup yang mudah mendekatkan­ nya dengan berbagai jenis barang haram bernama narkotika.

Payas Agung Pengangge Dewi

S

ebut saja pemakaian petitis yang di­ lengkapi dengan tajuk dan bunga emas ­untuk hiasan kepala yang melam­ bangkan keindahan. Keindahan ini merupakan kelengkapan busana pengantin Bali, karena keindahan merupakan dambaan setiap orang baik perempuan maupun laki-laki. “Lebih-lebih lagi dalam suasana perkawinan yang melambangkan pertemuan dan bersatunya

sepasang kekasih atas dasar saling mencintai,” jelas praktisi tata rias dan busana adat Bali, Anak Agung Ayu Ketut Agung. Pemakaian bunga mawar merah pada hiasan kepala juga memiliki makna. Mawar merah ini melambangkan kama bang (wanita) yang akan bertemu dengan kama putih (sukla), dan pertemuan ini akan mem­buahkan keturunan. Demikian halnya dengan srinata pada hiasan dahi

wanita melambangkan kedewasaan baik fisik maupun batin. Selain itu, srinata sekaligus dapat menyelaraskan bentuk wajah. Menurut Bu Agung, pada ­zaman dulu pemakaian tata r i a s dan busana adat Bali ini disesuaikan dengan jenis upacara, jenis bebantenan yang dipakai, dan menunjukkan status sosial se­ seorang. Tengkuluk lelunakan misalkan, busana yang identik deng a n Ko t a Denpasar ini dulunya dipakai ­untuk mebanjar mati. Dalam sebuah upacara pekutangan/pengabenan, tengkuluk lelunakan dengan busana meleladan ini dipakai untuk me­ gayot. “Payas tengkuluk lelunakan yang asli itu menggunakan selendang/cerik bebali, seperti selendang cawangan dan plangka gading, dan memakai subeng,” ungkap Bu Agung. Sekitar tahun 60an, tengkuluk lelunakan ini dijadikan sebagai busana tari (Tari Tenun). Selanjutnya, di pengujung tahun 1996 tengkuluk lelu-

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Dari Kafe

Ragam Busana & Tata Rias Adat Bali

Payas tengkuluk lelunakan

Story

nakan ini diseminarkan dalam Hari Kesatuan Gerak PKK yang diketuai Ny. IA Asiawati Oka. Hasil dari seminar itu, busana tengkuluk lelunakan dipakai menjadi busana peyambut tamu, MC, dll., sehingga tak menggunakan payas agung yang disakralkan. Pakaian adat lain yang paling sering d i ­g u n a k a n ­d a l a m kehidupan adat masyarakat Hindu di Bali adalah payas agung. Payas agung ini pun variatif, berbeda di tiap daerah. Masyarakat Denpasar dan Kuta, biasa­ nya memakai Payas Agung Badung. “Tapi di daerah Mengwi yang merupakan wilayah Kabupaten Badung,

P

engaruh narkoba telah membuatnya kecanduan dan ia kesulitan lepas dari dunia narkoba. Meski usianya baru 20 tahun, Parlina mampu

busananya berbeda lagi, namanya Payas Agung Mengwi,” jelas pemilik LKP Agung yang sudah puluhan tahun menyelami tata rias dan busana adat Bali ini. Payas agung ini dipakai untuk upacara potong gigi, ngeraja swala, dan pernikahan. Dan, untuk menek ngekeb dalam rentetan acara pernikahan atau potong gigi, biasanya menggunakan payas madya. Bu Agung yang juga pemilik Tempat Uji Kompetensi (TUK) Agung ini mengatakan, sampai saat ini baru payas madya Badung (tingkat terampil) dan payas agung Badung (tingkat mahir) saja yang sudah dibakukan menjadi Tata Rias Pengantin Bali yang diujikan untuk mendapat sertifikasi kompetensi dari LSK (Lembaga Sertfikasi Kompetensi). -Inten Indrawati

bertransaksi (membeli) narkoba dengan sangat santai. Kisah transaksi narkoba yang dilakukannya dan seorang rekannya dengan seorang laki-laki pemasok sabu itu, ia ceritakan dengan lugas

dalam persidangan yang mendudukkannya sebagai seorang pesakitan. Parlina terlihat tegar me­ ngenakan rompi tahanan jaksa, di hadapan majelis hakim Pe­ ngadilan Negeri Mataram, kala menceritakan kronologi saat dia membeli barang haram narkoba, sampai akhirnya ditangkap polisi. Pantauan pada sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa beberapa waktu lalu, Parlina berdialog dengan hakim tentang bagaimana awalnya ia kecanduan sampai akhirnya diciduk polisi. Sejak terjerat narkoba, Parli­ na tidak mampu lagi lepas dari pengaruh barang haram yang merusak itu hingga ia harus berurusan dengan polisi dan ‘mampir’ ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu. Desember 2014 yang lalu, dalam kondisi ketagihan nyabu, gadis yang bekerja sebagai Partner Song (PS) di salah satu kafe di wilayah Senggigi ini urunan dengan rekannya Rohani (20), bukan nama sebenarnya, untuk dapat membeli sabu seharga Rp 350 ribu satu poket. Parlina mendapatkan pasokan sabu dari seseorang yang selama ini sudah biasa menyediakan sabu untuk mereka. Tanpa berpikir apa yang dilakukannya itu dipantau oleh aparat kepolisian, Parlina de­ ngan santainya bertransaksi. Cara transaksi yang dilakukan Parlina biasanya sederhana. Saat siang, atau malam hari,

mereka akan keluar dari kafe dan menunggu seorang laki-laki beberapa saat di sebuah kios tidak jauh dari kafe tersebut. Laki-laki pemasok sabu itu, lalu memberikan bungkus rokok, yang isinya kristal putih, tidak lain sabu-sabu. Tidak ada keraguan saat Parlina mengisahkan sepak terjangnya menyabu sehingga Ketua Majelis Hakim yang memimpin sidangnya terdiam sejenak, sebelum ia menanyakan alasan Parlina membeli narkoba tersebut, apakah ada kemungkinan untuk dijual kembali? Dengan polosnya Parlina mengaku sabu itu untuk dipakainya sendiri. “Sudah berapa kali pakai sabu sabu?,” tanya hakim. “Selama di Lombok, sudah empat kali Pak,” jawab Parlina. Namun, transaksi keempat kalinya itu menjadi yang terakhir bagi Parlina. Sebab beberapa saat setelah transaksi itu berlangsung, Buser Polres Lombok Barat menangkap Parlina dan rekannya yang berasal dari salah satu propinsi di Pulau Jawa ini. Sejak itulah, Parlina ditahan sehingga tidak lagi bisa bekerja dan tak ada lagi penghasilan yang bisa membuatnya membeli sabu. Sejak itulah, Parlina gadis nar­ koba ini berkutat dengan proses hukum. Berurusan dengan hukum untuk usia perempuan muda seper­ti dirinya, tentulah bukan hal yang mudah. Namun, inilah garis nasib yang harus ditempuh Parlina akibat per-

7

buatannya dan ia harus mempertanggungjawabkan itu. Kini setelah semua yang dialaminya, Parlina hanya bisa menyesal. Ia tidak lagi bisa merasakan nyamannya room dan dentuman musik kafe. Entah apa yang terjadi pada diri Parlina. Jika dilihat dari latar belakangnya, Parlina tumbuh dalam keluarga seorang pegawai BUMN yang terbilang cukup mapan dalam hal ekonomi. Kerja sebagai PS yang juga menghasilkan cukup banyak uang, membuatnya leluasa untuk bisa membeli barang haram tersebut. Itulah sebabnya, Parlina dengan mudah mengonsumsi narkotika yang kemudian membawanya di kursi pesakitan. Merasakan dingin dan tidak enaknya hidup dalam penjara, membuat Parlina mengaku tobat. “Saya tobat,” ungkapnya pendek. -Haris M/Naniek I. Taufan


8

Bunda & Ananda

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Anak Cinta Monyet Orangtua harus Kepo Anak-anak usia SD sudah mengenal istilah pacaran. Hal ini sering disebut cinta monyet. Banyak hal yang menyebabkan anak-anak sudah mengenal istilah pacaran, diantaranya pengaruh tayangan televisi dan lingkungan. Apakah wajar kalau anak-anak terlibat cinta monyet?

Diah Lestari

T

iap orang memiliki fase-fase pergaulan dalam hidup yang harus dilalui. Ada yang memiliki teman biasa, ada yang memiliki teman dekat atau sahabat, dan ada yang pacaran lalu menikah. Semua fase harus dilalui untuk mecapai kematangan. Bahkan ada yang mengatakan banyaklah pacaran sebelum menikah agar nanti tidak “nakal” setelah menikah. “Ada prioritas yang harus menjadi fokus. Kalau dalam ajaran agama Hindu ada Catur Asrama (Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta, Sanyasin). Masa Brahmacari merupakan masa menuntut ilmu. Bagi anak-anak usia sekolah, inilah yang harus difokuskan. Nanti setelah selesai masa Brahmacari, barulah masa Grahasta sebagai masa membina rumah tangga. Kadang pada masa Brahmacari, anak-anak dan remaja memiliki rasa ingin tahu termasuk mencari tahu tentang pasangan,” ujar Made Diah Lestari, S.Psi., M.Psi. Dosen Program Studi Ilmu Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini menjelaskan penting bagi anak-anak dan remaja untuk mengenal teman. Hal ini bertujuan sebagai pembentukan identitas. Tidak tertutup kemungkinan dalam fase ini, anak-anak dan remaja mulai tertarik dengan lawan jenis, bahkan ada yang tertarik dengan sesama jenis. Di sini peran orangtua diperlukan

untuk berkomunikasi dengan anak agar mereka mengenali dan terbuka terhadap identitas seksualnya. “Pada pembentukan identitas ini sering muncul istilah cinta monyet. Anak-anak usia SD dan SMP mulai mengenal cinta dalam arti tertarik terhadap temannya. Orangtua dan guru juga harus memperhatikan perkembangan ini,” ujar Kabid Keilmuan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali ini. Perhatian dapat diberikan dengan mengajak anak berkomunikasi dan memberi pemahaman tentang arti cinta dan kasih sayang. Kesiapan jatuh cinta harus dibarengi dengan kemampuan untuk mengontrol perilaku. Cinta tidak harus ditunjukkan dengan hubungan seksual. Biasanya ada tahapan ketika orang mulai tertarik melalui pandangan mata, ini disebut fase eksotik kemudian di tahapan berikutnya, ketertarikan yang menimbulkan dorongan seksual atau fase erotik. Diah mengaku banyak anakanak sekarang mudah untuk mengatakan I love u, tetapi mereka tidak memahami maknanya. “Salah satu yang memberi pengaruh adalah tayangan di televisi baik sinetron maupun acaraacara lain yang menonjolkan aktivitas para artis yang dianggap menjadi role model. Contohnya, kehadiran CJR dengan lagulagu cinta membuat anak-anak terpesona lalu meniru apa yang dilakukan role model. Ini bagian dari observational learning yang dilakukan anak-anak,” tegas perempuan kelahiran 29 April 1981 ini. Secara biologis, anak-anak usia SD dan SMP hormonnya belum berkembang dan belum matang. Kalau mereka melihat role model-nya sudah bicara cinta, anak-anak jadi ikut. Orangtua seharusnya mendampingi anak saat ada tayangan-tayangan yang memerlukan pendampingan. Hal ini bisa meminimalkan salah pengertian di kalangan anakanak terhadap tayangan yang mereka tonton. Orangtua juga perlu berkomunikasi dengan anak tentang pergaulan di sekolah. “Orangtua harus kepo (memiliki rasa ingin

Anak dan orangtua harus sering berkomunikasi

tahu) terhadap anaknya tetapi tanpa melakukan intervensi. Sempatkan waktu untuk bercerita dengan anak, baik melalui obrolan tentang aktvitas anak maupun memberikan dongeng kepada mereka yang bertema kasih sayang dan persahabatan,” ujar alumnus Universitas Indonesia ini. Orangtua pun perlu memberikan pemahaman tentang seksualitas ketika anak sudah mulai bertanya. Jangan memberikan jawaban yang setengahsetengah atau tidak lengkap karena memberi peluang kepada anak untuk mencari jawaban sendiri atau mencari di tempat lain. Satu hal lagi, jangan tunggu

anak dewasa untuk berbicara mengenai bicara mengenai seksualitas. PERHATIKAN GESTUR ANAK Dari sisi guru dan sekolah, anak-anak harus dibuatkan wadah untuk penyaluran kreativitas, misalnya melalui lombalomba bakat dan kemampuan ilmiah. Bila perlu ada waktu khusus bagi guru untuk sharing dengan siswa mengenai pacaran sehat. Selama ini pemahaman mengenai reproduksi sehat yang mencakup pengenalan organorgan seksual hanya dilakukan sekilas. Hal yang juga penting adalah bagaimana siswa bisa

mengenal sejak dini tentang kesehatan reproduksi dan manfaat pacaran. Diah yakin, guru-guru memiliki pengalaman yang bisa dibagi kepada siswanya tentang memanfaatkan masa anak-anak dan masa remaja dengan baik. Ketika anak-anak sudah terpincut cinta monyet, Diah berharap orangtua tidak kaget, tidak langsung melarang, dan tidak menghukum anaknya. Ini merupakan proses normal dan natural yang harus dilalui. Beri pengertian dan batasan-batasan kepada anak, apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Komunikasi menjadi cara paling efektif untuk memberi penjelasan kepada anak. “Pola asuh yang diterapkan di lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Apakah mereka diasuh dalam pola otoriter, pola permisif, atau pola demokratis. Yang paling ideal adalah pola demokratis. Anak dan orangtua bisa saling memahami dan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Perhatikan gestur anak ketika ia bercerita atau ada hal-hal yang orangtua anggap janggal. Dari gestur ini, pancing pembicaraan dengan anak untuk mencari solusi yang terbaik,” tegas Diah. –Ngurah Budi

Mendongeng Lima Menit

I Tuna dan Mimpinya

I Tuna, laki-laki miskin, mendiami sebuah gubuk reot. Ia tidak punya apaapa, kecuali sebidang tanah kosong di sekitar gubuknya. Pada suatu malam ia bermimpi. Seorang tua berkumis dan berMade Taro janggut putih mendatanginya. “Kalau kamu berbaring saja, nasibmu takkan berubah. Pergilah ke Desa Keling!” demikian kata orang tua itu. Keesokan harinya, pagi-pagi benar, ia menuruti petunjuk orang tua itu. Ia berjalan ke timur laut, arah menuju Desa Keling. Ia berharap di desa itu seorang kaya akan menaruh belas kasihan. Menjelang matahari tenggelam ia tiba di perbatasan. Karena payah dan kemalaman, ia tidur di sebuah Pura. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara gaduh. Sekelompok penjaga keamanan menangkapnya dan mengancam dengan pentungan. “Pasti kamu pencurinya! Desa kami dan desa sekitar sudah berkali-kali kehilangan pretima.” Laki-laki miskin itu berusaha mengelak, tetapi regu keamanan itu bersikeras. Malam itu juga I Tuna diserahkan kepada polisi. “Siapa namamu dan dari mana kau?” tanya Polisi. “Nama saya I Tuna, dari Desa Kepuh.”

“Kau jual ke mana pretima-pretima itu?” “Saya bukan pencuri, Pak Polisi.” “Kalau bukan pencuri, mengapa kamu ke sini dan tidur di Pura?” “Saya hanya mengikuti petunjuk seorang tua dalam mimpi, Pak Polisi.” I Tuna menceritakan mimpinya. Mendengar mimpi yang aneh itu, polisi dan penjaga keamanan tertawa terbahak-bahak. “Aku juga bermimpi, tetapi peristiwanya terbalik,” kata Polisi. “Seorang tua menyuruhku pergi ke Desa Kepuh. Di sana aku menjumpai sebuah gubuk reot. Aku disuruh menggali tanah di sekitar gubuk itu. Katanya, dalam tanah itu tersimpan satu peti emas,” kata Polisi sambil tertawa. “Kamu tahu? Apakah aku menuruti petunjuk orang tua itu? Tidak! Mimpi memang indah, tetapi bohong.” “Sekarang pulanglah kamu!” kata Polisi lalu melepas laki-laki miskin itu. Setiba di Desa Kepuh, I Tuna menggali tanah di sekitar gubuknya. Tak ada peti emas. Ia menggalinya lebih luas. Tak ada peti emas. Tubuhnya berkucur keringat. Ketika memasuki gubuk, didapatinya sekeranjang buah jagung. Ia berpikir, mimpi itu bukan kenyataan, tetapi sebuah petunjuk untuk menjadikannya kenyataan. Ia melepas biji-biji jagung itu dari tongkolnya, lalu menanamnya di tanah gembur yang baru saja digalinya. Beberapa minggu kemudian ia menjual hasil panen jagung itu di Pasar Keling.

Griya

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

17

Konsep Natural di Warung Herbal Pemilihan suatu konsep desain umumnya menjadi perwakilan dari apa yang ingin ditampilkan. Demikian halnya dengan Warung Sehat Bali Tangi yang berlokasi di Jalan Tukad Musi III, Renon, Denpasar ini.

D

alam tiap sentuhan desainnya, pemilik warung Yuliani Sukhana berupaya memberikan informasi tentang khasiat dan kegunaan dari beberapa bahan makanan dan minuman herbal di warung sederhananya itu. Suasananya pun dikondisikan senatural mungkin. Hal ini sudah bisa terlihat dari tampak luar bangunan. Tanaman rambat yang tumbuh subur sekaligus menjadi tanaman peneduh di lahan parkir pengunjung. Pada satu pojok ruangan, memanfaatkan potongan-potongan bambu sebagai dinding. Selain memberikan kesan natural, aplikasi bambu yang dipasang sedemian rupa ini juga mampu memaksimalkan pencahayaan dan pengudaraan alami. Bebebapa informasi tentang bahan makanan yang dipajang di dinding tersebut

juga menjadi bagian dari dekorasi yang lebih diperindah lagi dengan tampilan tanaman samblung dalam botol. Sentuhan dekorasi yang tak

kalah menariknya adalah tampilnya beberapa bahan bumbu masakan seperti bawang putih dan cabai yang sudah dikeringkan, yang digantung di loster jendela. Beberapa meja yang sederhana pun tak luput dari sentuhan informasi penting, sepeti manfaat daun pakis, petai, jintan hitam, cabe rawit, sereh, daun, pepaya, bluntas, dsb. “Jadi, selain menikmati menu sehat dalam suasana alami, pengunjung juga tahu manfaatnya makanan yang dimakannya,” tandas Yuliani. –Inten Indrawati

Karya di Pura Puseh Desa Adat Gianyar Serangkaian karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Peneduh lan Panyegjeg Jagat, Ngusaba Desa, Ngusaba Nini lan Padudusan Agung di Pura Desa lan Puseh Desa Gianyar yang jatuh pada 3 Oktober 2015, Panitia Penggalian Dana Pura Puseh Desa Adat Gianyarmengimbau serta mengajak para krama untuk pedek tangkil dan ngaturang ayah terkait dengan karya agung yang dilaksanakan 35 tahun sekali ini. Panitia telah membuka kotak dana punia di Bank BNI Kantor Cabang Denpasar dengan No. Rekening: 0336746741 atas nama Panitia Penggalian Dana Pura Puseh Desa Adat Gianyar. Ngiring semeton krama ngayah sareng sami. Dumogi sida labda karya, memargi antar sida sidaning don.


16

Edukasi

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Undiknas Lawyer Club (ULC)

Pacu Kemampuan Mahasiswa FH Undiknas

I Nyoman Yoga Ariadnya

K

arenanya, FH Undiknas senantiasa mengarahkan mahasiswa agar membentuk pola pikir yang mementingkan sisi problem-solving. Membudayakan diskusi dengan sesi pemaparan masalah, lontaran pertanyaan kemudian pembahasan yang dilengkapi argumentasi, menjadikan mahasiswa belajar memecahkan masalah dan mencari solusi. Salah satu metode diskusi efektif yang dilaksanakan di FH Undiknas adalah Undiknas Lawyer Club (ULC), yang digawangi BEM FH Undiknas bersama Fakultas. “ULC sudah menjadi kegiatan rutin yang ditunggutunggu di FH Undiknas,” ucap I Nyoman Yoga Ariadnya, Ketua BEM FH Undiknas ditemui usai mengadakan ULC pekan lalu. Yoga mengatakan, peserta kegiatan yang terinspirasi dari tayangan Program TV Indonesia Lawyers Club ini, adalah mahasiswa FH Undiknas dari semester 1 hingga semester 6. “Kini kegiatan ULC sudah menjadi prasyarat bagi seluruh mahasiswa FH, sebelum proses skripsi. Mahasiswa wajib mengikuti ULC sebanyak 8 x pertemuan. ULC kami laksanakan dua minggu sekali. Di sini kami dibimbing dosen yang berkompeten, sesuai dengan tema yang diangkat,” kata Yoga antusias. Yoga juga memaparkan bahwa kegiatan ULC bertujuan: 1) Mengembangkan kemampuan khususnya mahasiswa FH Undiknas dalam menyampaikan argumentasinya di hadapan publik, 2) Meningkatkan wawasan mahasiswa melalui berbagai informasi yang diperoleh saat diskusi, 3) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang isu, permasalah­ an hukum yang terjadi di Indonesia, secara nasional maupun regional, 4) Mempersiapkan lulusan sarjana hukum yang memiliki kemampuan mumpuni dan siap bersaing dengan lulusan dari universitas lain dan siap menyongsong MEA. Dari beberapa pertemuan ULC, mereka telah mengangkat tema di antaranya “Prahara Penegak Hukum KPK dan POLRI”, “Hukuman mati, pantas atau tidak?”, “Tindakan sewenang-wenang masyarakat

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

9

Rah Gede, Dalang Cilik

Menonton

lalu Meniru

Pendidikan hukum adalah salah satu elemen penting dalam masyarakat, karena hal ini menyentuh hampir semua aspek kehidupan. Prospek kerja seorang sarjana hukum, bukan hanya berurusan dengan penegak hukum, namun juga menyentuh wilayah perekonomian atau bisnis. Meski banyak akses dan luasnya pekerjaan di bidang hukum, dengan ketatnya persaingan ke depan maka kualitas pun menentukan. terhadap pelaku pembegalan”, “Pemberian remisi terhadap terpidana korupsi”, “Pendanaan partai politik melalui APBN dan Pencabutan hak ulayat untuk kepentingan umum”. Selanjutnya sebagai Ketua BEM, Yoga juga berharap ke depannya Fakultas Hukum Undiknas, dengan segala programnya yang bukan hanya mampu menghidupkan gairah mahasiswa belajar tapi juga meningkatkan kemampuan, menjadi Fakultas pilihan utama masyarakat. Sebab, katanya masih ada masyarakat memandang bahwa kuliah di Undiknas tidak sesuai dengan pilihan mereka.

Dara

Dalang dewasa sudah banyak. Tetapi

Kegiatan Undiknas Lawyer Club (ULC)

“Tentunya pendapat itu salah, kare­ na ketika mereka tahu bagaimana sebenar­n ya kuliah di Undiknas mereka tidak akan pernah merasa dirugikan. Karena di Undiknas juga kami lebih dididik untuk mencipta-

kan lowong­an kerja bagi masyarakat. Saya pribadi kuliah FH Undiknas sangat merasakan kemampuan dan bakat saya bertumbuh bersama program-program yang disiapkan, seperti kegiatan ULC. Melalui program ini

saya merasa lebih siap untuk terjun ke masyarakat dan siap bersaing dengan lulusan universitas lainnya. Selain itu saya juga yakin bisa mencapai cita-cita saya sebagai pengacara yang hebat,” ucap Yoga optimis. -ard

Siap Implementasikan Kurikulum Berbasis KKNI Menurut Dekan Fakultas Hukum Undiknas Denpasar Dr. AA Ayu Sri Rahayu Gorda, S.H., M.H., tentunya untuk tampil dan terampil dalam diskusi tak lepas dari kewajiban mahasiswa untuk membaca bahan pustaka. Sebab diskusi masalah hukum ini bukan hanya sekadar sarana tambahan tapi sudah menjadi kewajiban. Dikatakannya lebih lanjut meski ada keterbatasan bahan pustaka dalam bahasa Indonesia, namun bukan menjadi hambatan karena Undiknas juga sudah menerapkan english day, sehingga kemampuan ber­ bahasa Inggris mahasiswa terus terasah. Sri Rahayu Gorda juga menyampaikan, setelah melakukan company visit di antaranya ke Komisi Perlindungan Anak dan juga Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), semakin banyak pula mahasiswa FH Undiknas yang melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di luar Bali, salah satunya di Komisi Perlindungan Anak, Jakarta. Begitu juga dengan kegiatan yang sudah berjalan selama ini, yakni “Peradilan Semu” sudah sejak awal merupakan kegiatan wajib juga yang dijadikan prasyarat dari seluruh mahasiswa FH Undiknas. Setiap mahasiswa wajib mengikutinya tiga kali. “Peradilan semu diperlukan untuk menempa serta mengembangkan bakat mahasiswa dalam pengadilan baik itu pidana, perdata dan MK, menciptakan kader-kader yang andal dalam proses peradilan juga mampu bersaing dengan lulusan universitas lainnya,” terang Sri Rahayu Gorda sambil menambahkan mahasiswa juga perlu mengikuti lokakarya terkait Metode Penelitian Hukum

dan Teknik Pemuatan Kontrak. Selain komit melaksanakan semua program pokok Fakultas Hukum, dilengkapi berbagai program pelatihan dan pembekalan,

mahasiswa FH Undiknas berhasil membuktikan eksistensinya, dengan berhasil meraih prestasi dalam Lomba Debat Konstitusi yang diadakan oleh Mahkamah Agung. Setelah melewati proses eliminasi dan lolos, tim FH Undiknas yang terdiri dari Yoga Ariadnya, Diah Indrawati dan Ita Utari, kini tengah bersiap mengikuti Lomba di Tingkat Regional (Timur) yang akan dilaksanakan di Universitas Surabaya. Selanjutnya diinformasikan setelah melakukan lokakarya pemantapan, maka Program Studi Ilmu Hukum Undiknas yang terakreditasi B ini siap melangkah untuk mengimplementasikan Kurikulum Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Ini juga,dikatakannya akan semakin memantapkan FH Undiknas menghasilkan SDM, seorang intelektual muda yang kritis, dinamis serta berwawasan luas. - ard

Foto bersama Dekan FH Undiknas usai kegiatan peradilan semu

Proses peradilan semu

dalang anak-anak masih sedikit. Salah satu dalang cilik ini adalah I Gusti Putu Gede Sastrawan. Dalam pergaulan sehari-hari, anak ini tidak beda jauh dengan teman-temannya. Bahkan, terkesan kalem juga lugu. Umurnya yang belum genap 9 tahun, masih perlu perhatian. Tetapi, jangan kaget ketika ia tampil di atas panggung saat memainkan wayang kulit. Ia menjadi mandiri, kreatif, dan sangat lucu.

R

ah Gede demikian ia biasa disapa teman-temannya. Bocah kelahiran Denpasar, 16 September 2006 itu memang piawai memainkan wayang kulit. Pakem-pakem dari seni pewayangan klasik terlihat dengan jelas. Gineman, pesiat, hingga hentakan cepala yang berfungsi memberi kode iringan berhenti ataupun berjalan itu juga tampak pasti. Rah Gede tak hanya mampu menghidupkan atau memberi jiwa pada benda seni dua dimensi itu, tetapi juga fasih dalam membeberkan cerita epos Mahabarata ataupun Ramayana. Gerak tari dari tiap tokoh wayang yang dimainkan sangat khas, sehingga mampu membedakan karakter antara tokoh wayang yang satu dengan lainnya. Demikian pula dalam adegan peperangan, ia begitu cekatan. Ucapan, suara dari setiap tokoh wayang juga sangat jelas. Suara tokoh punakawan seper­ ti Tualen, Merdah, Sangut dan Delem yang menjadi dasar ucapan seorang dalang tampak sangat jelas. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lainnya. Hanya saja, karakter suaranya masih anak-anak, sehingga kalau menyaksikan pertun-

jukannya sangat kentara kalau dalang itu masih anak-anak. Rah Gede yang duduk di bangku kelas II SD 4 Mekar Bhuana ini mengaku, seni pewayangan disukai sejak anak-anak, bahkan sebelum masuk TK. Awalnya, memainkan wayang terbuat dari daun jepun dan daun nangka. Setiap hari, ia selalu memungut dan me­

ngumpulkan daun nangka. Uniknya, dalam perjalanan mencari bahan wayang itu ia lakukan sambil matembang (menyanyi). Setelah wayang itu selesai, anak yang suka alam itu langsung memainkannya. Ia memainkan wayang, ia juga matembang dan mengiringi dengan suara mulut. Saat itu, ia bagai orang gila yang memborong semua seni. “Saya suka wayang. Saya ingin bisa memainkan wayang. Modalnya hanya sering menonton kemudian menirunya. Untung juga pernah belajar Tari Gopala di sekolah TK,” kata Rah Gede polos. Apa yang dilakukan Rah Gede awalnya tak dihiraukan orangtua­ nya I Gusti Made Yudana dan Gusti Ayu Putu Suryani. Maklum, Rah Gede tak pernah bermain bersama teman-temannya, sehingga memainkan wayang itu menjadi permainannya dalam mengisi waktu luang. “Setelah TK, kami baru sadar, kemudian mengadakan rapat bersama keluarga untuk membicarakan kondisi Rah Gede,” papar Yudana, warga Br. Lam­ bing, Desa Mekar Bhuana. Kecamatan Abiansemal, Badung ini. BELAJAR DARI KASET Ia menyadari anaknya itu menyukai wayang. Namun, ia tak mau gegabah karena menjadi seorang d a l a n g itu banyak pan­ tangan. Untuk mengujinya, ia kemu-

Rah Gede saat mendalang

dian membelikan wayang kulit mainan dalam ukuran mini. Ia juga dibuatkan kelir dalam ukuran setengah normal. Bahannya terbuat dari kasa (kain kasar) dan diiringi gamalen barong milik tetangga. Ia hanya belajar sendiri lewat menonton VCD dan dibimbing sang kakek Gusti Ketut ­Suryawan. Kelompok seni anak-anak ini kemudian mendapat respons masyarakat sehingga banyak yang menanggap. Hal itu juga mendapat dukungan dari dari masyarakat Lambing yang tinggal di luar desa. Sejak itu Rah Gede tak hanya pentas di desa sendiri, tetapi hingga ke desa lain, seperti Desa Sedang, Mambal, Sibang hingga Mengwi. “Walau Rah Gede belajar lewat kaset aja, ternyata banyak yang menyukai pementasannya,” paparnya. Bakat dan kemampuannya dalam memainkan wayang kemudian mendapat perhatian dari seniman karawitan I Gusti Made Lumbung. Oleh seniman karawitan ini, Rah Gede dibina menjadi dalang cilik yang berbakat. Tak hanya itu, Lumbung juga mengumpulkan

anak-anak desa yang piawai memainkan gender untuk menjadi pengiringnya. Kelompok wayang ini diberi nama Sanggar Seni Gender Restu Budaya. Aktivas seni wayang itu terus berlanjut dari rumah-rumah ke rumah kini ke ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37. Lewat sanggar seni ini, Rah Gede akan tampil dalam parade wayang cilik pada PKB mendatang. Sejak itu ia mendapat pembinaan serius dari dalang Ida Bagus Mambal. “Sekarang ia baru mendapat pembinaan dalang secara serius. Dulu ia hanya belajar sendiri lewat kaset aja,” cerita Yudana. Dalam pementasan nanti, dalang cili Rah Gede akan menyajikan cerita yang disesuaikan dengan dunia anak-anak yakni Pandawa dan Korawa ketika masih anak-anak dengan judul “Kesambut Drona”. Adapun kisahnya, Pandawa dan Korawa masih kecil, saat itu lebih banyak menyajikan masa anakanak dalam belajar ketatanegaraan, persenjataan, dan bermain. Walau begitu, pertunjukan wayang berdurasi 1,5 jam itu tetap menyajikan lelucon. -Darsana


10

Bugar

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

MRI Dapat Mendeteksi Stroke yang Terjadi Kurang dari Satu Jam Oleh : dr. I Made Wijaya, Sp.Rad (Penulis adalah Spesialis Radiology di Siloam Hospitals Bali)

S

dr. I Made Wijaya, Sp.Rad

troke iskemik timbul sebagia akibat terjadinya penghentian secara mendadak aliran darah didalam bagian-bagian dari otak. Gangguan aliran darah melalui arteri intrakranial ini menyebabkan kekurangan oksigen dan glukosa pada bagian-bagian otak yang sesuai dengan teritorinya pembuluhdarahnya . Hal ini akan

menimbulkan kematian sel otak secara bertahap dan permanen. Secara epidemiologi stroke adalah penyebab morbiditas tersering kedua di seluruh dunia setelah infark miokard (serangan jantung). Faktor risiko stroke iskemik sebagian besar pada faktor risiko aterosklerosis dan termasuk usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes. Stroke iskemik biasanya timbul dengan onset defisit neurologis yang cepat, yang ditentukan oleh daerah otak yang terlibat. Gejalanya sering berkembang selama beberapa jam dan dapat memburuk atau bahkan membaik. MRI memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi secara signifikan dalam mendiagnosis infark iskemik akut dalam beberapa jam pertama setelah onset. Infark hiperakut yang terjadi kurang dari 12 jam, 50 - 60% akan tampak normal pada CT scan sedangkan pada MRI, stroke yang terjadi kurang dari 1 jam sudah dapat terdeteksi khususunya pada Diffusion-weighted MRI (DWI). MRI lebih mampu mendeteksi infark akut dan infark kecil, terutama yang melibatkan korteks serebral. MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan alat pencitraan diagnostik canggih yang mempergunakan gelombang elektromagnetik dalam mendeteksi abnormalitas atau kelainan pada tubuh manusia dan bebas dari radiasi sinar-x. Berikut gambaran unit MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Contoh kasus MRI iskemik stroke yang terjadi kurang dari satu jam, yang tidak terdeteksi pada CT scan tetapi terdeteksi pada MRI.

Dalam pelaksanaan prosedur MRI, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu apa yang menjadi kontraindikasi relatif pada prosedur MRI, antara lain: - Adanya implant metalik - Claustrophobia (ketakutan pada ruang yang sempit dan gelap) - Pacemaker (alat pacu jantung) - Prostetik katup jantung yang tidak kompatibel dengan MRI - Aleri pada bahan kontras media Sebagai kesimpulan, stroke dapat diidentifikasi dengan baik dengan multimodal CT scan, tetapi Diffusion-weighted MRI atau DWI tetap metode yang paling baik dan akurat untuk identifikasi stroke terutama yang onsetnya kurang dari satu jam. Neuroradiologi adalah sangat penting dalam mengkonfirmasikan diagnosis infark serebral akut serta sebagai monitor atau pemantau perkembangannya. Kemajuan dalam teknik MRI dalam melakukan diagnosis dini dan penilaian secara dini, diperlukan dalam terapi trombolitik untuk mencegah kerusakan otak secara ireversibel atau permanent.

Style

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

15

Pesona Kebaya Lawas D

Kebaya tak pernah habis dan tak terbatas untuk diolah. Kebaya juga diyakini mampu mengusung ke­ indahan seorang perempuan. Untuk ini pula desainer papan atas Bali, Tjok Abi terpanggil menyuguhkan gaya unik kebaya lawas yang mengacu kepada ke­ baya ibuibu sosia­ lita tahun 70-80-an.

i panggung “Indonesia Fa­ shion Week” (IFW) di JCC, Jakarta belum lama ini, penampilan kebaya lawas dari Tjok Abi se- m a k i n m e m p e s o n a dengan ke­ ragaman padanan hasil budaya tradisional Bali melalui endek, poleng, songket serta kain yang diprada perak atau emas. M e m i l i h t e ­m a “Leng­g ang Taksu Sang Prameswari “ seluruh kebaya yang terbuat dari brokat, organ­d i, poleng, sutra yang dilukis atau dan tenun ikat polos yang diprada emas dan perak, tampil luwes dan elegan. Saat ini, lanjutnya ia tengah mengolah dan mengembangkan seni lukis dituangkan di atas kain, dalam kain sutra maupun katun demi menyempurna­ kan koleksinya. – Sri Ardhini

Tjok Abi


14

Jelita

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Hindari Kosmetik Berbahaya Hampir setiap perempuan berharap menjadi lebih cantik dengan kulit yang putih dan mulus. Untuk ini, kosmetik menjadi salah satu produk yang wajib dimiliki oleh perempuan. Sebab, dengan kosmetik seseorang merasa terlihat lebih cantik dan menjadi percaya diri saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika kita perhatikan setiap harinya cukup banyak produk kecantikan yang kita gunakan. Mulai dari alat make up, minyak wangi, deodorant hingga body lotion. Bahkan banyak diantaranya yang menjanjikan memberikan hasil segera. Namun, pernahkah kita berfikir apa bahan yang digunakan sehingga dapat memberikan efek yang luar biasa pada kulit dalam waktu singkat? Menurut dr. Kadek Kadek Trisnadewi, M.Biomed (AAM), pemilik Indivara Aesthetic Clinic, ada dua jenis produk untuk mengatasi masalah kulit, yaitu kosmetik /obat (cosmeceuticals). Produk yang cosmetic grade bisa diedarkan bebas ke pasaran asalkan sudah mempunyai izin edar dari BPOM, sedangkan cosmeceuticals harus dalam pengawasan dokter. Dikatakannya zat-zat kimia yang terkandung dalam produk kosmetik/ obat tersebut terkadang justru berpontensi men­ imbulkan masalah dikemudian hari apabila penggunaannya berlebihan atau tidak sesuai aturan pemakaian. Beberapa zat kimia bahkan dalam konsentrasi kecilpun tidak diperbolehkan terkandung dalam kosmetik / obat tersebut. Ada beberapa zat kimia yang menjadi perdebatan mengenai keamanannya ketika digunakan manusia. “Namun kita mesti bijak dan tidak panik atau trauma menggunakan suatu kosmetik/ obat padahal kita memerlukannya. Seperti jerawat kistik (besarbesar dan meradang), apabila tidak diobati dapat meninggalkan bekas berupa lubang di kulit, dan bekas seperti ini sangat susah diperbaiki. Kulit menjadi cacat atau bopeng dan tidak jarang menimbulkan perasaan minder bagi penderitanya,” tuturnya. Jadi, lanjut dokter Kadek kita harus bijak dan mempercaya­ kan perawatan kepada dokter yang ahli sehingga kecacatan bisa dihindari. Seringkali untuk kasus seperti ini dokter meresepkan cosmeceuticals (kosmetik obat), karena kasus jera­ wat yang berat tidak mempan diobati dengan kosmetik biasa. Dokter pu­ nya wewenang untuk itu dan tahu berapa dosis yang dibutuhkan. Selama pera­ watanpun

seringkali dibutuhkan kesabaran karena proses yang dilalui sebelum memperolah kesembuhan bisa beragam reaksinya. Berikut ulasan tentang beberapa zat kimia yang selama ini dicurigai bersifat karsinogenik (berpotensi memicu terjadinya kanker), bersifat sitotoksik, atau merusak organ tubuh manusia. Zat merkuri (raksa) cukup banyak ditemukan di produk kecantikan yang fungsinya memutihkan kulit. Pemakaian bahan ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti alergi, iritasi kulit, sampai kerusakan saraf, ginjal dan paru-paru. Talc merupakan bahan kimia yang digunakan dalam kosmetik seperti eye shadow, blush on, deodorant, sabun dan yang lainnya untuk menyerap kelembaban. Talc yang mengandung asbes bersifat karsinogen dan diketahui dapat menyebabkan kanker ovarium dan tumor paru-paru. Namun, talc yang bebas asbes belum terbukti berhubungan dengan penyakit kanker. Hidrokinon banyak digunakan pada proses peng­ hambatan melanogenesis (proses pembentukan mela­ nin) sehingga mengurangi warna gelap pada kulit. Hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Peng­ gunaan hidrokuinon lebih dari 2% adalah sebagai tambah­an krim pemutih kulit. Pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit. Zinc oxide dan titanium dioxide biasanya digunakan dalam lotion/krim tabir surya. Ada kekhawatiran zat ini akan berakibat buruk ( memicu terjadinya kanker) kalau digunkan jangka panjang. Padahal, tanpa pelind­ ung matahari, kita juga berisiko terkena kanker akibat efek radiasi matahari. Bukan hanya kanker, kulit juga lebih cepat menua apabila kita terpapar sinar matahari tanpa memakai pelindung. Hal ini masih menimbulkan kon­ troversi. Namun Kumazawa, dalam studinya menyebutkan, efek cytotoxisity titanium dioxide tergantung dari ukuran partikelnya. Makin kecil ukuran partikelnya, makin toxic zat itu. Jadi sunscreen tetap diperlu­ kan, tetapi hindari penggunaan produk dengan partikel yang amat kecil (nano partikel). Asam retinoat ( retinoic acid, retinoate) adalah senyawa me­ tabolit vitamin A. Zat ini telah dilarang penggunaannya dalam kosmetik ( tidak boleh beredar luas secara bebas), namun bisa digunakan untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat dalam pengawasan dokter (per­ esepan oleh dokter). Pada dosis yang melebihi dosis terapi, efek penyembuhan tidak meningkat, tetapi kulit menjadi semakin kering dan tipis. – Sri Ardhini

Langkah Antisipasi Terhadap Produk Kosmetik Berbahaya a. Perhatikan kandungan komposisi kosmetik pada label kemasan b. Jangan membeli kosmetik yang tidak mencantumkan komposisi produknya, karena kita tidak tahu bahaya kandungan produk tersebut. c. Perhatikan tanggal kadaluwarsa produk. Produk yang sudah kadaluwarsa dapat membahayakan kulit apabila dipaksakan tetap dipakai. d. Kenali jenis kulit dan masalah kulit Anda. Tidak semua produk kosmetik bisa diaplikasikan ke semua jenis kulit. Produk kosmetik yang aman digunakan orang lain belum tentu aman bagi kulit kita, sebab setiap orang memiliki jenis kulit berbeda. Apabila kesulitan menentukan jenis dan masalah kulit, sebaiknya berkonsultasi dengan beauty consultant, dokter ahli kecantikan, atau dokter spesialis kulit. e. Bagi Anda yang memiliki riwayat alergi, hati- hati dengan kosmetik yang menggunakan pewangi, karena dapat memicu reaksi alergi. f. Jangan terpaku dengan harga. Harga murah ataupun mahal tidak mencerminkan buruk atau bagusnya kosmetik tersebut. Seringkali kosmetik yang mengadung zat berbahaya dibanderol dengan harga mahal sehingga masyarakat terkecoh dan percaya kosmetik tersebut aman. Begitu pula sebaliknya. Harga murah belum tentu tidak bagus atau tidak aman. g. Janganlah fobia (ketakutan berlebihan) terhadap zat kimia yang diisukan berbahaya. Bacalah jurnal-jurnal terpercaya dan berkonsultasilah dengan dokter untuk informasi yang tepat.

Mitos

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Ibu Hamil

harus Makan Dua Kali Lipat? Kehamilan merupakan momen indah yang luar biasa bagi tiap wanita dan kebahagiaan bagi calon orangtua. Kare­ na itu diperlukan kematangan dalam perencanaan dan persiapan kehamilan. Calon orangtua harus membekali diri dengan pengetahuan seputar tumbuh kembang anak. Banyak mitos seputar kehamilan yang membebani pikiran calon orangtua. Melalui event “Pre­ nagen Pregnancy Educational Jour­ ney”, para calon orangtua menemukan jawabannya dalam interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat Si Kecil” bersama dr. Boy Abidin, Sp.OG.

“D

ok, saya Margare­ tha, saya s u d a h memiliki satu anak. Saya dan suami merencanakan untuk memiliki anak kedua. Tetapi, dokter mendignosis saya me­ ngalami PCO. Apakah memung­ kinkan saya untuk hamil lagi?” ujar salah seorang peserta talk-

show di Denpasar, Minggu (26/4) kepada dr. Boy. Pertanyaan kedua dilontarkan seorang ibu yang air ketubannya keruh saat melahirkan. Padahal ketika dilakukan pemeriksaan USG, tidak terlihat tanda-tanda kekeruhan itu. Ibu ini ditanya apakah pernah minum jamu se­ lama kehamilan. Antusiasme peserta membuat

Kirim surat Anda ke Redaksi Tokoh dan cantumkan “Sex Edu” di ­amplop. Bisa juga dikirim ke redaksi@tokoh. co.id. Rubrik ini diasuh Asosiasi ­Seksologi Indonesia (ASI) Denpasar.

Sex via BBM

Dok, temanku mendapati istrinya bertukar informasi bermuatan pornografi dengan teman-temannya di BBM. Isi BBM-nya banyak tentang cerita atau kata-kata porno, bahkan ada gambar-gambar orang berhubungan seksual. Ia sangat terkejut karena dalam kesehariannya istrinya tidak begitu, karena jika dia bercerita atau menunjukkan gambar porno, istrinya seperti tidak tertarik. Ini memunculkan kekhawatiran bahwa istrinya selingkuh atau mengalami kelainan seks. Apakah dengan BBM-an porno seperti itu istri bisa terangsang? Mungkinkah dia mengalami kelainan seks, sehingga merasa puas dengan melihat gambar porno, sedangkan sehari-hari di rumah tidak begitu? Itu bagaimana, Dok? (Roy, 28 thn) Sesungguhnya ini bisa ditanya­ kan kembali pada diri sendiri, ke­ napa pasangan kita tidak suka mem­ bahasnya langsung dengan kita, tetapi di BBM malah menyukainya? Bisa jadi karena malu buat bicara langsung atau menonton gambar porno bersama. Lewat BBM dia mendapat kesempatan banyak buat

dr. Boy yang praktik di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta ini bersemangat. Ia menjelaskan banyak mitos-mitos yang berkem­ bang dan mengkhawatirkan calon ibu. “Kehamilan itu gampanggampang susah. Dari jutaan sel sperma, hanya satu yang bisa menembus dinding sel telur. Kalau sudah terjadi pembuahan, pros­ es selanjutnya adalah

berekspresi karena tidak langsung melihat lawan bicaranya. Jadi tidak perlu merasa malu atau canggung. Tetapi ini malah akan menjadi sebuah dugaan yang salah jika se­ andainya ternyata dengan orang lain dia tidak canggung atau malu ber­ cerita porno atau melihat gambar porno secara langsung. Menduga

pasangan mengalami kelainan seks atau malah mencurigai berselingkuh tentunya masih sangat berlebihan, walaupun memang banyak kejadian di dunia nyata yang awalnya dimulai dari kontak di dunia maya. Pesan lewat BBM sesungguhnya adalah juga merupakan saluran yang bisa digunakan sebagai media untuk mengekspresikan diri. Ini lebih bersifat sangat pribadi, jadi seringkali memunculkan keberanian yang lebih dan rasa bebas untuk melakukannya kepada orang lain. Sebaiknya malah, gunakan saluran ini untuk memaksimalkan komu­ nikasi seksual Anda yang bisa jadi mulai terjadi kebosanan bersama dan terhambat. Jangan membiarkan pasangan malah melakukan BBM yang ber­ sifat romantis dan mengandung unsur porno dengan orang lain, tanpa kita terlibat di dalamnya. Buatlah kita juga menjadi terlibat di dalamnya, menjadikan kesenangan bersama, dibahas bersama, bahkan bisa dilanjutkan menjadi agenda ber-BBM mesra yang sangat pribadi dengan pasangan kita selanjutnya. Jadi, manfaatkan fitur BBM ini justru untuk membina kembali komunikasi seksual untuk mem­ bangun kehidupan seksual yang lebih bergairah dan menyenangkan bersama.

menjaga kehamilan ini. Tentu akan ada perubahan yang dialami ibu hamil. Badan melar, sering buang gas, badan mudah berk­

11

eringat. Jangan khawatir, ini merupakan proses normal kar­ ena ada perubahan hormonal. Saya selalu bilang ibu hamil itu cantik,” tegas dokter kelahiran Surabaya, 29 Juli 1969 ini. Ia tak mem­p ermasalahkan ibu hamil memakai make up, asalkan make up tidak mengandung bahan ber­ bahaya, seperti merkuri. Selama kehamilan, pasangan suami istri juga boleh melakukan hubungan seksual sepanjang tidak ada pendarahan atau keluhan. “Ada mitos yang mengatakan ka­ lau saat hamil melakukan hubung­ an suami istri, nanti anaknya jadi kembar. Itu salah. Saat kehami­ lan, janin sudah terbungkus di

rahim. Sel sperma tidak bisa menembus­nya,” tegas dr. Boy. Saat hamil, ibu hamil juga diingatkan untuk makan seperti biasa dengan asupan gizi yang seimbang. Jangan percaya ka­ lau ibu hamil harus makan dua kali lipat karena harus mem­ beri makan janin. Yang benar adalah makan seperti biasa, jangan kelebihan dan jangan ke­ kurangan. Suplemen dan ­nutrisi wajib dikonsumsi sebelum hamil, selama hamil, dan saat me­ nyusui. Ia menyebut Prenagen yang hadir dalam formula baru Prenagen Biofe merupakan rangkaian nutrisi lengkap yang mengandung zat besi, asam folat, kalsium, inulin serta vitamin dan mineral yang penting untuk ibu dan membantu tumbuh kem­ bang janin. Mengenai Polycystic Ovary atau PCO, dr. Boy menjelaskan itu adalah gangguan keseimban­ gan hormonal pada wanita, yang mungkin belum diketahui secara umum. Namun, ia meyakinkan perempuan yang mengalami PCO bisa hamil. Tentang peran USG, dokter yang memiliki tiga anak ini me­ negaskan alat ini untuk mend­ eteksi sejak awal apakah ada janin dalam rahim, apakah ada denyut jantung janin, apakah ada kecacatan tubuh janin, me­ mastikan cairan ketuban tidak habis, memastikan posisi kepala janin, dan memperhitungkan berat badan bayi. “Selama ini sering salah kaprah, USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi. USG bukan segala-galanya, tetapi hasil dari USG bisa di­ pakai untuk deteksi awal,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung ini. – Ngurah Budi

Dalam survei dari Shape and Men`s Fitness sebagian besar lakilaki dan perempuan berpendapat bahwa berkomunikasi lewat je­ jaring sosial, chatting dan pesan teks bisa membuat mereka ingin bercinta lebih cepat. Survei ini memfokuskan jajak pendapat rutin mereka soal seks yang berhubun­ gan dengan era digital. Mereka pun menemukan, sebanyak 80% wanita mengatakan hubungan asmara bisa berlanjut ke hubungan seks lebih cepat karena kini makin mudah un­ tuk saling tersambung lewat jejaring sosial dan internet. Lima tahun lalu, perlu waktu lama bagi pasangan un­ tuk kembali bertemu setelah temu kencan pertama. Tapi kini, mereka bisa saling pendekatan tanpa harus bertatap muka langsung karena bisa dilakukan lewat situs jejaring sosial seperti Skype, IM, Facebook atau Twitter, hingga BBM. Perseringlah sexting. Sexting itu mengirim pesan atau gambar bermuatan seksual lewat piranti elektronik, jadi bisa lewat BBM. Sebelum dilanjutkan dengan tele­ pon seks, Anda bisa melakukan sexting. Mencoba berkirim pesan berisi kata-kata nakal dan meng­ gairahkan. Tujuannya untuk meng­ giring suasana hati pasangan dan mengkondisikan mempersiapkan diri untuk telepon seks atau lang­

sung bertemu untuk melepas kerin­ duan. Kirimkan pesan tentang apa yang ingin Anda lakukan dengannya saat bertemu dan betapa Anda ingin melakukannya. Selain teks, Anda juga bisa mengirimkan foto Anda yang sedikit genit, menggairahkan, misalnya saat mengenakan lingerie seksi. Tapi, tentu saja harus berhati-hati, jangan sampai foto yang terkirim menjadi “bocor” dan tersebar sembarangan. Tentu akan menjadi masalah baru. Kenapa tidak dimaksimalkan juga dengan phone sex? Silakan lanjutkan dengan variasi phone sex sebelum bertemu langsung. Katakata yang mesra adalah salah satu pembangkit gairah seksual terbaik. Eksplorasikan semua gairah dan ke­ inginan Anda di telepon,termasuk bisa berfantasi apa saja. Jangan takut untuk makin vulgar. Walau pasangan tidak dapat melihat Anda, sesung­ guhnya ia masih dapat mendengar suara Anda. Desahan yang meng­ goda bagi laki-laki memiliki sensasi kesenangan tersendiri yang bisa membangkitkan gairah seksualnya. Akhirnya saat berjumpa langsung, Anda akan menikmati semuanya dengan sangat maksimal, termasuk saat afterplay, kembali melihat BBM seks yang telah Anda buat bersama sepanjang hari ini. Semuanya akan menjadi paket yang luar biasa.


12

Sajian Bebek Istimewa D

aging bebek tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Bali. Daging jenis unggas ini terkenal keras dan berbau amis, jika tak bisa memasaknya. Namun, makanan yang diciptakan dari daging bebek akan terasa lebih enak dibandingkan daging ayam. Bau amis daging bebek dapat dihilangkan dengan trik memberi terasi pada dagingnya. Sementara, agar daging tak alot, direbus dengan bumbu basa genep atau dikenal dengan bumbu tradisional Bali, kemudian diungkep. Berikut resep istimewa dari I Wayan Karmana, Executive Chef Hotel Grand Zuri, Kuta. Selamat mencoba. –Wirati Astiti

Chef Karmana bersama F & B Manager Grand Zuri Hotel, Kevin Abraham (kiri)

Ares Bebek

Bahan: 1 batang : 1 kg : 500 gr : 5 lembar : 100 gr : 50 gr : 50 gr : 20 gr :

pisang (biu batu) daging bebek basa genep daun salam asem basa wangen garam kaldu ayam bubuk

Cara membuat: - Batang pisang dipotong kirakira ½ cm kemudian taburi garam dan remas ½ jam sampai lemas. - Campur basa genep, basa wangen, dengan batang pisang tadi. Kemudian rebus, tambahkan asam, daun salam, daun jeruk, biarkan sampai mendidih. Tambahkan kaldu ayam dan garam secukupnya. Lalu dihidangkan.

Sup Kepala Ikan Bahan: 250 gr : 150 gr : 1 lembar : 1 lembar : 2 biji : 50 gr : 10 gr :

Kuliner

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

kakap merah basa genep daun salam daun jeruk cabai rawit daun kemangi jeruk nipis

10 gr : garam 5 gr : kaldu ayam bubuk Mentimun Merica secukupnya Cara membuat: - Ikan kakap dipotong menjadi 4. Kepala dibelah dua.

- Panaskan air masukkan basa ge­­ nep. Setelah mendidih masukkan kepala ikan dan ekor. - Tambahkan daun salam, daun jeruk, mentimun, cabai rawit, daun kemangi, garam, kaldu ayam. - Badan ikan dibumbui dengan air jeruk, garam, merica, kemudian digoreng. - Hidangkan sup ikan bersama ikan goreng dengan nasi putih dan sambal.

Bebek Betutu Bahan: 1 ekor 500 gr 50 gr 100 gr 200 gr 20 gr 20 gr

: : : : : : :

bebek lokal basa genep atau bumbu Bali basa wangen sereh daun singkong garam kaldu bubuk rasa ayam

Cara membuat: Bebek dibagi empat, kemudian dipoles dengan terasi agar tidak berbau amis. Diamkan lebih kurang 30 menit. Daun singkong direbus sampai matang. Bebek direbus dengan basa genep, wangen, dan kaldu ayam sampai matang, kemudian diungkep bersama daun singkong. Setelah matang dipanggang sebentar. Siap dihidangkan dengan nasi putih dan daun singkong.

Tips Membuat Minuman Pesta M

embuat aneka minuman untuk pesta di rumah tak sulit yang Anda bayangkan. Berikut tips dari Kevin Abraham, Food and Beverage Manager Hotel Grand Zuri Kuta. Anda dapat memilih aneka sirup botolan yang dijual di supermarket. Sirup merah bisa ditambah jus mangga ditambah sedikit sirup granadin. Beri es batu secukupnya. Sirup ceria

sudah siap disajikan. Daun mint dan air jeruk nipis dicampur dan tambahkan sedikit air kemudian diblender. Beri simpel sirup secukupnya, dan tambahkan es batu. Sirup tralala siap dihidangkan. Untuk membuat simpel sirup: 2 kilogram gula pasir direbus dengan 1000 ml air. Setelah mendidih, sisihkan. Jika ingin memberi warna bisa saja, se­ suaikan selera. Minuman untuk pesta anak-

anak, Anda dapat berkreasi dengan milkshake. Es krim vanilla ditambahkan sirup botolan se­ suai rasa, kemudian diberi susu. Campuran ini diblender. Siap dihidangkan kepada anak-anak. Es krim, susu, aneka biskuit cokelat diblender. Sajikan milk­ shake cokelat untuk pesta anak. Orange jus ditambah sirup markisa dan jus mangga. Beri sedikit air jeruk nipis. Sirup warna-warni seru tersaji untuk pesta keluarga.

Cara membuat: - Bebek yang sudah dipotong menjadi 4, diremas-remas

dengan terasi agar tidak amis. - Panaskan air, masukkan basa genep, daun salam, daun jeruk, sereh, garam, merica, kaldu. Masukkan bebek, direbus sekitar 2 jam. Setelah matang diangkat. - Panaskan minyak kemudian masukkan bebek, goreng sampai kekuningan. - Hidangkan dengan nasi putih dan daun singkong bumbu Bali.

Pilihlah jus guava, caisin, dan nenas. Masukkan ke dalam gelas satu per satu jus ini, agar warna tidak bersatu. Terlihat seperti ada garis-garis. Indah sekali. Jangan lupa tambahkan es batu agar lebih klop. Menurut Kevin, untuk membuat minuman menjadi lebih ekslusif, dapat dilakukan dengan trik memberi hiasan pada gelas (garnish). Hiasan ini bisa dari potongan aneka buah, seperti stroberi, semangka, nenas, jeruk nipis, lemon, dll. Syaratnya, buah untuk hiasan di gelas harus sesuai dengan bahan utama minumannya, sehingga nyambung. Selain itu, jangan lupakan warna-warni dari sirup, agar minuman yang disajikan terlihat menarik. Selamat mencoba. –Wirati Astiti

13

Kevin Abraham

Seni Minum Teh Bagi Anda penggemar teh, kini menyajikan minuman panas ini akan lebih nikmat jika langsung dari teko kaca. Selain memberi kemudahan bagi yang minum, penyajian teh dengan teko ini lebih mengarah ke seni. Teko kaca ini terbilang unik karena di dalamnya Teko teh sudah berisi saringan teh yang membuat teh yang kita minum terlihat jelas. Rasa teh juga terasa lebih segar. Teh dengan sajian teko unik ini tersaji di Hotel Grand Zuri Kuta. –Wirati Astiti

Bebek Goreng Grand Zuri Bahan: 1 ekor : bebek lokal 500 gr : basa genep 100 gr : daun singkong 20 gr : garam 20 gr : kaldu bubuk ayam 20 gr : sereh Merica secukupnya Daun salam dan daun jeruk

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Aneka minuman

Buntut Sapi Bakar Kecap

Iga Bakar Serai Sarwan Bahan: 750 gr : iga, potong menurut selera, bersihkan 5 batang : serai, memarkan 100 ml : kecap manis 750 ml : santan encer Gula, garam, kaldu bubuk, margarin secukupnya Bumbu yang dihaluskan: 9 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 batang : serai, ambil putihnya 1 ruas : jahe 2 buah : cabe merah besar

Cara Membuat: - Siapkan panci, masak iga sampai air mendidih, tiriskan. - Siapkan panci presto, masukkan iga ke dalam panci presto dan bumbu halus, serai, kecap manis, santan encer, garam, gula, dan

kaldu bubuk, masak hingga 30 menit atau sampai panci presto berbunyi. Diamkan 5 menit, lalu matikan api kompor, tunggu sampai uap panci presto habis, lalu buka, tiriskan iga. (jikalau air sisa rebusan/presto masih banyak, didihkan air tersebut hingga agak me­ ngental). - Siapkan panci te­ flon, olesi iga de­ngan margarin, bakar iga dengan sesekali diolesi sisa air rebusan, bolak-balik iga hingga matang dan siap untuk disajikan.

Bahan: 750 gr : buntut sapi yang sudah dimasak/presto, potong potong menurut selera 3 lebar : daun salam 2 lembar : daun jeruk 2 batang : serai, memarkan 100 ml : kecap manis Garam, gula, kaldu bubuk, margarin secukupnya Bumbu 3 siung 7 buah 7 buah

yang dihaluskan : : bawang putih : bawang merah : cabe rawit

3 butir : kemiri sangrai 1 sdt : ketumbar sangrai

Cara Membuat: - Tumis bumbu halus bersama daun salam, daun jeruk, serai hingga harum. - M a s u k k a n i r i s a n b u n t u t sapi yang sudah dipresto, aduk-aduk hingga tercampur, masukkan kecap manis, diamkan sampai mendidih dan bumbu meresap, lalu tiriskan. - Panaskan panci teflon, olesi teflon dengan margarin, biarkan hingga leleh dan panas. Lalu masukkan buntut sapi ke dalam teflon, bakar dengan api sedang, bolak-balik hingga buntut sapi masak kehitaman dan siap disajikan dengan nasi biasa atau nasi bakar.

Ayam Saus Teriyaki Pedas

Bahan: 750 gr : ayam fille, potong menurut selera 600 gr : tepung terigu 150 ml : saus teriyaki 1 sdt : lada bubuk 3 butir : telur kocok Garam, kaldu bubuk, minyak secukupnya Bahan saus: 300 ml : saus teriyaki

2 sdm : air jeruk nipis 3 sdm : saus sambal siap pakai 1 buah : mentimun, belah buang bijinya

Cara Membuat: - Campur irisan ayam dengan saus teriyaki, lada dan garam, diamkan selama 5 menit hingga bumbu meresap. Celupkan ke dalam kocokan telur dan masukkan ke tepung terigu

hingga ayam terbalut tepung. Lalu goreng hingga kecokelatan dan matang, tiriskan. - Iris mentimun dengan potongan dadu kecil, sisihkan. - Campur saus teriyaki dan saus sambal, aduk jadi satu, lalau ma­s ukkan irisan mentimun, aduk-aduk hingga tercampur, - Siap untuk disajikan bersama ayam, siram di atas ayam dan taburi dengan bawang putih goreng.


12

Sajian Bebek Istimewa D

aging bebek tentu sudah tak asing lagi bagi masyarakat Bali. Daging jenis unggas ini terkenal keras dan berbau amis, jika tak bisa memasaknya. Namun, makanan yang diciptakan dari daging bebek akan terasa lebih enak dibandingkan daging ayam. Bau amis daging bebek dapat dihilangkan dengan trik memberi terasi pada dagingnya. Sementara, agar daging tak alot, direbus dengan bumbu basa genep atau dikenal dengan bumbu tradisional Bali, kemudian diungkep. Berikut resep istimewa dari I Wayan Karmana, Executive Chef Hotel Grand Zuri, Kuta. Selamat mencoba. –Wirati Astiti

Chef Karmana bersama F & B Manager Grand Zuri Hotel, Kevin Abraham (kiri)

Ares Bebek

Bahan: 1 batang : 1 kg : 500 gr : 5 lembar : 100 gr : 50 gr : 50 gr : 20 gr :

pisang (biu batu) daging bebek basa genep daun salam asem basa wangen garam kaldu ayam bubuk

Cara membuat: - Batang pisang dipotong kirakira ½ cm kemudian taburi garam dan remas ½ jam sampai lemas. - Campur basa genep, basa wangen, dengan batang pisang tadi. Kemudian rebus, tambahkan asam, daun salam, daun jeruk, biarkan sampai mendidih. Tambahkan kaldu ayam dan garam secukupnya. Lalu dihidangkan.

Sup Kepala Ikan Bahan: 250 gr : 150 gr : 1 lembar : 1 lembar : 2 biji : 50 gr : 10 gr :

Kuliner

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

kakap merah basa genep daun salam daun jeruk cabai rawit daun kemangi jeruk nipis

10 gr : garam 5 gr : kaldu ayam bubuk Mentimun Merica secukupnya Cara membuat: - Ikan kakap dipotong menjadi 4. Kepala dibelah dua.

- Panaskan air masukkan basa ge­­ nep. Setelah mendidih masukkan kepala ikan dan ekor. - Tambahkan daun salam, daun jeruk, mentimun, cabai rawit, daun kemangi, garam, kaldu ayam. - Badan ikan dibumbui dengan air jeruk, garam, merica, kemudian digoreng. - Hidangkan sup ikan bersama ikan goreng dengan nasi putih dan sambal.

Bebek Betutu Bahan: 1 ekor 500 gr 50 gr 100 gr 200 gr 20 gr 20 gr

: : : : : : :

bebek lokal basa genep atau bumbu Bali basa wangen sereh daun singkong garam kaldu bubuk rasa ayam

Cara membuat: Bebek dibagi empat, kemudian dipoles dengan terasi agar tidak berbau amis. Diamkan lebih kurang 30 menit. Daun singkong direbus sampai matang. Bebek direbus dengan basa genep, wangen, dan kaldu ayam sampai matang, kemudian diungkep bersama daun singkong. Setelah matang dipanggang sebentar. Siap dihidangkan dengan nasi putih dan daun singkong.

Tips Membuat Minuman Pesta M

embuat aneka minuman untuk pesta di rumah tak sulit yang Anda bayangkan. Berikut tips dari Kevin Abraham, Food and Beverage Manager Hotel Grand Zuri Kuta. Anda dapat memilih aneka sirup botolan yang dijual di supermarket. Sirup merah bisa ditambah jus mangga ditambah sedikit sirup granadin. Beri es batu secukupnya. Sirup ceria

sudah siap disajikan. Daun mint dan air jeruk nipis dicampur dan tambahkan sedikit air kemudian diblender. Beri simpel sirup secukupnya, dan tambahkan es batu. Sirup tralala siap dihidangkan. Untuk membuat simpel sirup: 2 kilogram gula pasir direbus dengan 1000 ml air. Setelah mendidih, sisihkan. Jika ingin memberi warna bisa saja, se­ suaikan selera. Minuman untuk pesta anak-

anak, Anda dapat berkreasi dengan milkshake. Es krim vanilla ditambahkan sirup botolan se­ suai rasa, kemudian diberi susu. Campuran ini diblender. Siap dihidangkan kepada anak-anak. Es krim, susu, aneka biskuit cokelat diblender. Sajikan milk­ shake cokelat untuk pesta anak. Orange jus ditambah sirup markisa dan jus mangga. Beri sedikit air jeruk nipis. Sirup warna-warni seru tersaji untuk pesta keluarga.

Cara membuat: - Bebek yang sudah dipotong menjadi 4, diremas-remas

dengan terasi agar tidak amis. - Panaskan air, masukkan basa genep, daun salam, daun jeruk, sereh, garam, merica, kaldu. Masukkan bebek, direbus sekitar 2 jam. Setelah matang diangkat. - Panaskan minyak kemudian masukkan bebek, goreng sampai kekuningan. - Hidangkan dengan nasi putih dan daun singkong bumbu Bali.

Pilihlah jus guava, caisin, dan nenas. Masukkan ke dalam gelas satu per satu jus ini, agar warna tidak bersatu. Terlihat seperti ada garis-garis. Indah sekali. Jangan lupa tambahkan es batu agar lebih klop. Menurut Kevin, untuk membuat minuman menjadi lebih ekslusif, dapat dilakukan dengan trik memberi hiasan pada gelas (garnish). Hiasan ini bisa dari potongan aneka buah, seperti stroberi, semangka, nenas, jeruk nipis, lemon, dll. Syaratnya, buah untuk hiasan di gelas harus sesuai dengan bahan utama minumannya, sehingga nyambung. Selain itu, jangan lupakan warna-warni dari sirup, agar minuman yang disajikan terlihat menarik. Selamat mencoba. –Wirati Astiti

13

Kevin Abraham

Seni Minum Teh Bagi Anda penggemar teh, kini menyajikan minuman panas ini akan lebih nikmat jika langsung dari teko kaca. Selain memberi kemudahan bagi yang minum, penyajian teh dengan teko ini lebih mengarah ke seni. Teko kaca ini terbilang unik karena di dalamnya Teko teh sudah berisi saringan teh yang membuat teh yang kita minum terlihat jelas. Rasa teh juga terasa lebih segar. Teh dengan sajian teko unik ini tersaji di Hotel Grand Zuri Kuta. –Wirati Astiti

Bebek Goreng Grand Zuri Bahan: 1 ekor : bebek lokal 500 gr : basa genep 100 gr : daun singkong 20 gr : garam 20 gr : kaldu bubuk ayam 20 gr : sereh Merica secukupnya Daun salam dan daun jeruk

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Aneka minuman

Buntut Sapi Bakar Kecap

Iga Bakar Serai Sarwan Bahan: 750 gr : iga, potong menurut selera, bersihkan 5 batang : serai, memarkan 100 ml : kecap manis 750 ml : santan encer Gula, garam, kaldu bubuk, margarin secukupnya Bumbu yang dihaluskan: 9 buah : bawang merah 3 siung : bawang putih 1 batang : serai, ambil putihnya 1 ruas : jahe 2 buah : cabe merah besar

Cara Membuat: - Siapkan panci, masak iga sampai air mendidih, tiriskan. - Siapkan panci presto, masukkan iga ke dalam panci presto dan bumbu halus, serai, kecap manis, santan encer, garam, gula, dan

kaldu bubuk, masak hingga 30 menit atau sampai panci presto berbunyi. Diamkan 5 menit, lalu matikan api kompor, tunggu sampai uap panci presto habis, lalu buka, tiriskan iga. (jikalau air sisa rebusan/presto masih banyak, didihkan air tersebut hingga agak me­ ngental). - Siapkan panci te­ flon, olesi iga de­ngan margarin, bakar iga dengan sesekali diolesi sisa air rebusan, bolak-balik iga hingga matang dan siap untuk disajikan.

Bahan: 750 gr : buntut sapi yang sudah dimasak/presto, potong potong menurut selera 3 lebar : daun salam 2 lembar : daun jeruk 2 batang : serai, memarkan 100 ml : kecap manis Garam, gula, kaldu bubuk, margarin secukupnya Bumbu 3 siung 7 buah 7 buah

yang dihaluskan : : bawang putih : bawang merah : cabe rawit

3 butir : kemiri sangrai 1 sdt : ketumbar sangrai

Cara Membuat: - Tumis bumbu halus bersama daun salam, daun jeruk, serai hingga harum. - M a s u k k a n i r i s a n b u n t u t sapi yang sudah dipresto, aduk-aduk hingga tercampur, masukkan kecap manis, diamkan sampai mendidih dan bumbu meresap, lalu tiriskan. - Panaskan panci teflon, olesi teflon dengan margarin, biarkan hingga leleh dan panas. Lalu masukkan buntut sapi ke dalam teflon, bakar dengan api sedang, bolak-balik hingga buntut sapi masak kehitaman dan siap disajikan dengan nasi biasa atau nasi bakar.

Ayam Saus Teriyaki Pedas

Bahan: 750 gr : ayam fille, potong menurut selera 600 gr : tepung terigu 150 ml : saus teriyaki 1 sdt : lada bubuk 3 butir : telur kocok Garam, kaldu bubuk, minyak secukupnya Bahan saus: 300 ml : saus teriyaki

2 sdm : air jeruk nipis 3 sdm : saus sambal siap pakai 1 buah : mentimun, belah buang bijinya

Cara Membuat: - Campur irisan ayam dengan saus teriyaki, lada dan garam, diamkan selama 5 menit hingga bumbu meresap. Celupkan ke dalam kocokan telur dan masukkan ke tepung terigu

hingga ayam terbalut tepung. Lalu goreng hingga kecokelatan dan matang, tiriskan. - Iris mentimun dengan potongan dadu kecil, sisihkan. - Campur saus teriyaki dan saus sambal, aduk jadi satu, lalau ma­s ukkan irisan mentimun, aduk-aduk hingga tercampur, - Siap untuk disajikan bersama ayam, siram di atas ayam dan taburi dengan bawang putih goreng.


14

Jelita

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Hindari Kosmetik Berbahaya Hampir setiap perempuan berharap menjadi lebih cantik dengan kulit yang putih dan mulus. Untuk ini, kosmetik menjadi salah satu produk yang wajib dimiliki oleh perempuan. Sebab, dengan kosmetik seseorang merasa terlihat lebih cantik dan menjadi percaya diri saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Jika kita perhatikan setiap harinya cukup banyak produk kecantikan yang kita gunakan. Mulai dari alat make up, minyak wangi, deodorant hingga body lotion. Bahkan banyak diantaranya yang menjanjikan memberikan hasil segera. Namun, pernahkah kita berfikir apa bahan yang digunakan sehingga dapat memberikan efek yang luar biasa pada kulit dalam waktu singkat? Menurut dr. Kadek Kadek Trisnadewi, M.Biomed (AAM), pemilik Indivara Aesthetic Clinic, ada dua jenis produk untuk mengatasi masalah kulit, yaitu kosmetik /obat (cosmeceuticals). Produk yang cosmetic grade bisa diedarkan bebas ke pasaran asalkan sudah mempunyai izin edar dari BPOM, sedangkan cosmeceuticals harus dalam pengawasan dokter. Dikatakannya zat-zat kimia yang terkandung dalam produk kosmetik/ obat tersebut terkadang justru berpontensi men­ imbulkan masalah dikemudian hari apabila penggunaannya berlebihan atau tidak sesuai aturan pemakaian. Beberapa zat kimia bahkan dalam konsentrasi kecilpun tidak diperbolehkan terkandung dalam kosmetik / obat tersebut. Ada beberapa zat kimia yang menjadi perdebatan mengenai keamanannya ketika digunakan manusia. “Namun kita mesti bijak dan tidak panik atau trauma menggunakan suatu kosmetik/ obat padahal kita memerlukannya. Seperti jerawat kistik (besarbesar dan meradang), apabila tidak diobati dapat meninggalkan bekas berupa lubang di kulit, dan bekas seperti ini sangat susah diperbaiki. Kulit menjadi cacat atau bopeng dan tidak jarang menimbulkan perasaan minder bagi penderitanya,” tuturnya. Jadi, lanjut dokter Kadek kita harus bijak dan mempercaya­ kan perawatan kepada dokter yang ahli sehingga kecacatan bisa dihindari. Seringkali untuk kasus seperti ini dokter meresepkan cosmeceuticals (kosmetik obat), karena kasus jera­ wat yang berat tidak mempan diobati dengan kosmetik biasa. Dokter pu­ nya wewenang untuk itu dan tahu berapa dosis yang dibutuhkan. Selama pera­ watanpun

seringkali dibutuhkan kesabaran karena proses yang dilalui sebelum memperolah kesembuhan bisa beragam reaksinya. Berikut ulasan tentang beberapa zat kimia yang selama ini dicurigai bersifat karsinogenik (berpotensi memicu terjadinya kanker), bersifat sitotoksik, atau merusak organ tubuh manusia. Zat merkuri (raksa) cukup banyak ditemukan di produk kecantikan yang fungsinya memutihkan kulit. Pemakaian bahan ini dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan seperti alergi, iritasi kulit, sampai kerusakan saraf, ginjal dan paru-paru. Talc merupakan bahan kimia yang digunakan dalam kosmetik seperti eye shadow, blush on, deodorant, sabun dan yang lainnya untuk menyerap kelembaban. Talc yang mengandung asbes bersifat karsinogen dan diketahui dapat menyebabkan kanker ovarium dan tumor paru-paru. Namun, talc yang bebas asbes belum terbukti berhubungan dengan penyakit kanker. Hidrokinon banyak digunakan pada proses peng­ hambatan melanogenesis (proses pembentukan mela­ nin) sehingga mengurangi warna gelap pada kulit. Hidrokuinon termasuk golongan obat keras yang hanya digunakan berdasarkan resep dokter. Peng­ gunaan hidrokuinon lebih dari 2% adalah sebagai tambah­an krim pemutih kulit. Pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit. Zinc oxide dan titanium dioxide biasanya digunakan dalam lotion/krim tabir surya. Ada kekhawatiran zat ini akan berakibat buruk ( memicu terjadinya kanker) kalau digunkan jangka panjang. Padahal, tanpa pelind­ ung matahari, kita juga berisiko terkena kanker akibat efek radiasi matahari. Bukan hanya kanker, kulit juga lebih cepat menua apabila kita terpapar sinar matahari tanpa memakai pelindung. Hal ini masih menimbulkan kon­ troversi. Namun Kumazawa, dalam studinya menyebutkan, efek cytotoxisity titanium dioxide tergantung dari ukuran partikelnya. Makin kecil ukuran partikelnya, makin toxic zat itu. Jadi sunscreen tetap diperlu­ kan, tetapi hindari penggunaan produk dengan partikel yang amat kecil (nano partikel). Asam retinoat ( retinoic acid, retinoate) adalah senyawa me­ tabolit vitamin A. Zat ini telah dilarang penggunaannya dalam kosmetik ( tidak boleh beredar luas secara bebas), namun bisa digunakan untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat dalam pengawasan dokter (per­ esepan oleh dokter). Pada dosis yang melebihi dosis terapi, efek penyembuhan tidak meningkat, tetapi kulit menjadi semakin kering dan tipis. – Sri Ardhini

Langkah Antisipasi Terhadap Produk Kosmetik Berbahaya a. Perhatikan kandungan komposisi kosmetik pada label kemasan b. Jangan membeli kosmetik yang tidak mencantumkan komposisi produknya, karena kita tidak tahu bahaya kandungan produk tersebut. c. Perhatikan tanggal kadaluwarsa produk. Produk yang sudah kadaluwarsa dapat membahayakan kulit apabila dipaksakan tetap dipakai. d. Kenali jenis kulit dan masalah kulit Anda. Tidak semua produk kosmetik bisa diaplikasikan ke semua jenis kulit. Produk kosmetik yang aman digunakan orang lain belum tentu aman bagi kulit kita, sebab setiap orang memiliki jenis kulit berbeda. Apabila kesulitan menentukan jenis dan masalah kulit, sebaiknya berkonsultasi dengan beauty consultant, dokter ahli kecantikan, atau dokter spesialis kulit. e. Bagi Anda yang memiliki riwayat alergi, hati- hati dengan kosmetik yang menggunakan pewangi, karena dapat memicu reaksi alergi. f. Jangan terpaku dengan harga. Harga murah ataupun mahal tidak mencerminkan buruk atau bagusnya kosmetik tersebut. Seringkali kosmetik yang mengadung zat berbahaya dibanderol dengan harga mahal sehingga masyarakat terkecoh dan percaya kosmetik tersebut aman. Begitu pula sebaliknya. Harga murah belum tentu tidak bagus atau tidak aman. g. Janganlah fobia (ketakutan berlebihan) terhadap zat kimia yang diisukan berbahaya. Bacalah jurnal-jurnal terpercaya dan berkonsultasilah dengan dokter untuk informasi yang tepat.

Mitos

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Ibu Hamil

harus Makan Dua Kali Lipat? Kehamilan merupakan momen indah yang luar biasa bagi tiap wanita dan kebahagiaan bagi calon orangtua. Kare­ na itu diperlukan kematangan dalam perencanaan dan persiapan kehamilan. Calon orangtua harus membekali diri dengan pengetahuan seputar tumbuh kembang anak. Banyak mitos seputar kehamilan yang membebani pikiran calon orangtua. Melalui event “Pre­ nagen Pregnancy Educational Jour­ ney”, para calon orangtua menemukan jawabannya dalam interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat Si Kecil” bersama dr. Boy Abidin, Sp.OG.

“D

ok, saya Margare­ tha, saya s u d a h memiliki satu anak. Saya dan suami merencanakan untuk memiliki anak kedua. Tetapi, dokter mendignosis saya me­ ngalami PCO. Apakah memung­ kinkan saya untuk hamil lagi?” ujar salah seorang peserta talk-

show di Denpasar, Minggu (26/4) kepada dr. Boy. Pertanyaan kedua dilontarkan seorang ibu yang air ketubannya keruh saat melahirkan. Padahal ketika dilakukan pemeriksaan USG, tidak terlihat tanda-tanda kekeruhan itu. Ibu ini ditanya apakah pernah minum jamu se­ lama kehamilan. Antusiasme peserta membuat

Kirim surat Anda ke Redaksi Tokoh dan cantumkan “Sex Edu” di ­amplop. Bisa juga dikirim ke redaksi@tokoh. co.id. Rubrik ini diasuh Asosiasi ­Seksologi Indonesia (ASI) Denpasar.

Sex via BBM

Dok, temanku mendapati istrinya bertukar informasi bermuatan pornografi dengan teman-temannya di BBM. Isi BBM-nya banyak tentang cerita atau kata-kata porno, bahkan ada gambar-gambar orang berhubungan seksual. Ia sangat terkejut karena dalam kesehariannya istrinya tidak begitu, karena jika dia bercerita atau menunjukkan gambar porno, istrinya seperti tidak tertarik. Ini memunculkan kekhawatiran bahwa istrinya selingkuh atau mengalami kelainan seks. Apakah dengan BBM-an porno seperti itu istri bisa terangsang? Mungkinkah dia mengalami kelainan seks, sehingga merasa puas dengan melihat gambar porno, sedangkan sehari-hari di rumah tidak begitu? Itu bagaimana, Dok? (Roy, 28 thn) Sesungguhnya ini bisa ditanya­ kan kembali pada diri sendiri, ke­ napa pasangan kita tidak suka mem­ bahasnya langsung dengan kita, tetapi di BBM malah menyukainya? Bisa jadi karena malu buat bicara langsung atau menonton gambar porno bersama. Lewat BBM dia mendapat kesempatan banyak buat

dr. Boy yang praktik di RS Mitra Keluarga, Kelapa Gading, Jakarta ini bersemangat. Ia menjelaskan banyak mitos-mitos yang berkem­ bang dan mengkhawatirkan calon ibu. “Kehamilan itu gampanggampang susah. Dari jutaan sel sperma, hanya satu yang bisa menembus dinding sel telur. Kalau sudah terjadi pembuahan, pros­ es selanjutnya adalah

berekspresi karena tidak langsung melihat lawan bicaranya. Jadi tidak perlu merasa malu atau canggung. Tetapi ini malah akan menjadi sebuah dugaan yang salah jika se­ andainya ternyata dengan orang lain dia tidak canggung atau malu ber­ cerita porno atau melihat gambar porno secara langsung. Menduga

pasangan mengalami kelainan seks atau malah mencurigai berselingkuh tentunya masih sangat berlebihan, walaupun memang banyak kejadian di dunia nyata yang awalnya dimulai dari kontak di dunia maya. Pesan lewat BBM sesungguhnya adalah juga merupakan saluran yang bisa digunakan sebagai media untuk mengekspresikan diri. Ini lebih bersifat sangat pribadi, jadi seringkali memunculkan keberanian yang lebih dan rasa bebas untuk melakukannya kepada orang lain. Sebaiknya malah, gunakan saluran ini untuk memaksimalkan komu­ nikasi seksual Anda yang bisa jadi mulai terjadi kebosanan bersama dan terhambat. Jangan membiarkan pasangan malah melakukan BBM yang ber­ sifat romantis dan mengandung unsur porno dengan orang lain, tanpa kita terlibat di dalamnya. Buatlah kita juga menjadi terlibat di dalamnya, menjadikan kesenangan bersama, dibahas bersama, bahkan bisa dilanjutkan menjadi agenda ber-BBM mesra yang sangat pribadi dengan pasangan kita selanjutnya. Jadi, manfaatkan fitur BBM ini justru untuk membina kembali komunikasi seksual untuk mem­ bangun kehidupan seksual yang lebih bergairah dan menyenangkan bersama.

menjaga kehamilan ini. Tentu akan ada perubahan yang dialami ibu hamil. Badan melar, sering buang gas, badan mudah berk­

11

eringat. Jangan khawatir, ini merupakan proses normal kar­ ena ada perubahan hormonal. Saya selalu bilang ibu hamil itu cantik,” tegas dokter kelahiran Surabaya, 29 Juli 1969 ini. Ia tak mem­p ermasalahkan ibu hamil memakai make up, asalkan make up tidak mengandung bahan ber­ bahaya, seperti merkuri. Selama kehamilan, pasangan suami istri juga boleh melakukan hubungan seksual sepanjang tidak ada pendarahan atau keluhan. “Ada mitos yang mengatakan ka­ lau saat hamil melakukan hubung­ an suami istri, nanti anaknya jadi kembar. Itu salah. Saat kehami­ lan, janin sudah terbungkus di

rahim. Sel sperma tidak bisa menembus­nya,” tegas dr. Boy. Saat hamil, ibu hamil juga diingatkan untuk makan seperti biasa dengan asupan gizi yang seimbang. Jangan percaya ka­ lau ibu hamil harus makan dua kali lipat karena harus mem­ beri makan janin. Yang benar adalah makan seperti biasa, jangan kelebihan dan jangan ke­ kurangan. Suplemen dan ­nutrisi wajib dikonsumsi sebelum hamil, selama hamil, dan saat me­ nyusui. Ia menyebut Prenagen yang hadir dalam formula baru Prenagen Biofe merupakan rangkaian nutrisi lengkap yang mengandung zat besi, asam folat, kalsium, inulin serta vitamin dan mineral yang penting untuk ibu dan membantu tumbuh kem­ bang janin. Mengenai Polycystic Ovary atau PCO, dr. Boy menjelaskan itu adalah gangguan keseimban­ gan hormonal pada wanita, yang mungkin belum diketahui secara umum. Namun, ia meyakinkan perempuan yang mengalami PCO bisa hamil. Tentang peran USG, dokter yang memiliki tiga anak ini me­ negaskan alat ini untuk mend­ eteksi sejak awal apakah ada janin dalam rahim, apakah ada denyut jantung janin, apakah ada kecacatan tubuh janin, me­ mastikan cairan ketuban tidak habis, memastikan posisi kepala janin, dan memperhitungkan berat badan bayi. “Selama ini sering salah kaprah, USG untuk mengetahui jenis kelamin bayi. USG bukan segala-galanya, tetapi hasil dari USG bisa di­ pakai untuk deteksi awal,” ujar alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung ini. – Ngurah Budi

Dalam survei dari Shape and Men`s Fitness sebagian besar lakilaki dan perempuan berpendapat bahwa berkomunikasi lewat je­ jaring sosial, chatting dan pesan teks bisa membuat mereka ingin bercinta lebih cepat. Survei ini memfokuskan jajak pendapat rutin mereka soal seks yang berhubun­ gan dengan era digital. Mereka pun menemukan, sebanyak 80% wanita mengatakan hubungan asmara bisa berlanjut ke hubungan seks lebih cepat karena kini makin mudah un­ tuk saling tersambung lewat jejaring sosial dan internet. Lima tahun lalu, perlu waktu lama bagi pasangan un­ tuk kembali bertemu setelah temu kencan pertama. Tapi kini, mereka bisa saling pendekatan tanpa harus bertatap muka langsung karena bisa dilakukan lewat situs jejaring sosial seperti Skype, IM, Facebook atau Twitter, hingga BBM. Perseringlah sexting. Sexting itu mengirim pesan atau gambar bermuatan seksual lewat piranti elektronik, jadi bisa lewat BBM. Sebelum dilanjutkan dengan tele­ pon seks, Anda bisa melakukan sexting. Mencoba berkirim pesan berisi kata-kata nakal dan meng­ gairahkan. Tujuannya untuk meng­ giring suasana hati pasangan dan mengkondisikan mempersiapkan diri untuk telepon seks atau lang­

sung bertemu untuk melepas kerin­ duan. Kirimkan pesan tentang apa yang ingin Anda lakukan dengannya saat bertemu dan betapa Anda ingin melakukannya. Selain teks, Anda juga bisa mengirimkan foto Anda yang sedikit genit, menggairahkan, misalnya saat mengenakan lingerie seksi. Tapi, tentu saja harus berhati-hati, jangan sampai foto yang terkirim menjadi “bocor” dan tersebar sembarangan. Tentu akan menjadi masalah baru. Kenapa tidak dimaksimalkan juga dengan phone sex? Silakan lanjutkan dengan variasi phone sex sebelum bertemu langsung. Katakata yang mesra adalah salah satu pembangkit gairah seksual terbaik. Eksplorasikan semua gairah dan ke­ inginan Anda di telepon,termasuk bisa berfantasi apa saja. Jangan takut untuk makin vulgar. Walau pasangan tidak dapat melihat Anda, sesung­ guhnya ia masih dapat mendengar suara Anda. Desahan yang meng­ goda bagi laki-laki memiliki sensasi kesenangan tersendiri yang bisa membangkitkan gairah seksualnya. Akhirnya saat berjumpa langsung, Anda akan menikmati semuanya dengan sangat maksimal, termasuk saat afterplay, kembali melihat BBM seks yang telah Anda buat bersama sepanjang hari ini. Semuanya akan menjadi paket yang luar biasa.


10

Bugar

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

MRI Dapat Mendeteksi Stroke yang Terjadi Kurang dari Satu Jam Oleh : dr. I Made Wijaya, Sp.Rad (Penulis adalah Spesialis Radiology di Siloam Hospitals Bali)

S

dr. I Made Wijaya, Sp.Rad

troke iskemik timbul sebagia akibat terjadinya penghentian secara mendadak aliran darah didalam bagian-bagian dari otak. Gangguan aliran darah melalui arteri intrakranial ini menyebabkan kekurangan oksigen dan glukosa pada bagian-bagian otak yang sesuai dengan teritorinya pembuluhdarahnya . Hal ini akan

menimbulkan kematian sel otak secara bertahap dan permanen. Secara epidemiologi stroke adalah penyebab morbiditas tersering kedua di seluruh dunia setelah infark miokard (serangan jantung). Faktor risiko stroke iskemik sebagian besar pada faktor risiko aterosklerosis dan termasuk usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia dan diabetes. Stroke iskemik biasanya timbul dengan onset defisit neurologis yang cepat, yang ditentukan oleh daerah otak yang terlibat. Gejalanya sering berkembang selama beberapa jam dan dapat memburuk atau bahkan membaik. MRI memiliki sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi secara signifikan dalam mendiagnosis infark iskemik akut dalam beberapa jam pertama setelah onset. Infark hiperakut yang terjadi kurang dari 12 jam, 50 - 60% akan tampak normal pada CT scan sedangkan pada MRI, stroke yang terjadi kurang dari 1 jam sudah dapat terdeteksi khususunya pada Diffusion-weighted MRI (DWI). MRI lebih mampu mendeteksi infark akut dan infark kecil, terutama yang melibatkan korteks serebral. MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan alat pencitraan diagnostik canggih yang mempergunakan gelombang elektromagnetik dalam mendeteksi abnormalitas atau kelainan pada tubuh manusia dan bebas dari radiasi sinar-x. Berikut gambaran unit MRI (Magnetic Resonance Imaging).

Contoh kasus MRI iskemik stroke yang terjadi kurang dari satu jam, yang tidak terdeteksi pada CT scan tetapi terdeteksi pada MRI.

Dalam pelaksanaan prosedur MRI, tentunya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu apa yang menjadi kontraindikasi relatif pada prosedur MRI, antara lain: - Adanya implant metalik - Claustrophobia (ketakutan pada ruang yang sempit dan gelap) - Pacemaker (alat pacu jantung) - Prostetik katup jantung yang tidak kompatibel dengan MRI - Aleri pada bahan kontras media Sebagai kesimpulan, stroke dapat diidentifikasi dengan baik dengan multimodal CT scan, tetapi Diffusion-weighted MRI atau DWI tetap metode yang paling baik dan akurat untuk identifikasi stroke terutama yang onsetnya kurang dari satu jam. Neuroradiologi adalah sangat penting dalam mengkonfirmasikan diagnosis infark serebral akut serta sebagai monitor atau pemantau perkembangannya. Kemajuan dalam teknik MRI dalam melakukan diagnosis dini dan penilaian secara dini, diperlukan dalam terapi trombolitik untuk mencegah kerusakan otak secara ireversibel atau permanent.

Style

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

15

Pesona Kebaya Lawas D

Kebaya tak pernah habis dan tak terbatas untuk diolah. Kebaya juga diyakini mampu mengusung ke­ indahan seorang perempuan. Untuk ini pula desainer papan atas Bali, Tjok Abi terpanggil menyuguhkan gaya unik kebaya lawas yang mengacu kepada ke­ baya ibuibu sosia­ lita tahun 70-80-an.

i panggung “Indonesia Fa­ shion Week” (IFW) di JCC, Jakarta belum lama ini, penampilan kebaya lawas dari Tjok Abi se- m a k i n m e m p e s o n a dengan ke­ ragaman padanan hasil budaya tradisional Bali melalui endek, poleng, songket serta kain yang diprada perak atau emas. M e m i l i h t e ­m a “Leng­g ang Taksu Sang Prameswari “ seluruh kebaya yang terbuat dari brokat, organ­d i, poleng, sutra yang dilukis atau dan tenun ikat polos yang diprada emas dan perak, tampil luwes dan elegan. Saat ini, lanjutnya ia tengah mengolah dan mengembangkan seni lukis dituangkan di atas kain, dalam kain sutra maupun katun demi menyempurna­ kan koleksinya. – Sri Ardhini

Tjok Abi


16

Edukasi

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Undiknas Lawyer Club (ULC)

Pacu Kemampuan Mahasiswa FH Undiknas

I Nyoman Yoga Ariadnya

K

arenanya, FH Undiknas senantiasa mengarahkan mahasiswa agar membentuk pola pikir yang mementingkan sisi problem-solving. Membudayakan diskusi dengan sesi pemaparan masalah, lontaran pertanyaan kemudian pembahasan yang dilengkapi argumentasi, menjadikan mahasiswa belajar memecahkan masalah dan mencari solusi. Salah satu metode diskusi efektif yang dilaksanakan di FH Undiknas adalah Undiknas Lawyer Club (ULC), yang digawangi BEM FH Undiknas bersama Fakultas. “ULC sudah menjadi kegiatan rutin yang ditunggutunggu di FH Undiknas,” ucap I Nyoman Yoga Ariadnya, Ketua BEM FH Undiknas ditemui usai mengadakan ULC pekan lalu. Yoga mengatakan, peserta kegiatan yang terinspirasi dari tayangan Program TV Indonesia Lawyers Club ini, adalah mahasiswa FH Undiknas dari semester 1 hingga semester 6. “Kini kegiatan ULC sudah menjadi prasyarat bagi seluruh mahasiswa FH, sebelum proses skripsi. Mahasiswa wajib mengikuti ULC sebanyak 8 x pertemuan. ULC kami laksanakan dua minggu sekali. Di sini kami dibimbing dosen yang berkompeten, sesuai dengan tema yang diangkat,” kata Yoga antusias. Yoga juga memaparkan bahwa kegiatan ULC bertujuan: 1) Mengembangkan kemampuan khususnya mahasiswa FH Undiknas dalam menyampaikan argumentasinya di hadapan publik, 2) Meningkatkan wawasan mahasiswa melalui berbagai informasi yang diperoleh saat diskusi, 3) Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang isu, permasalah­ an hukum yang terjadi di Indonesia, secara nasional maupun regional, 4) Mempersiapkan lulusan sarjana hukum yang memiliki kemampuan mumpuni dan siap bersaing dengan lulusan dari universitas lain dan siap menyongsong MEA. Dari beberapa pertemuan ULC, mereka telah mengangkat tema di antaranya “Prahara Penegak Hukum KPK dan POLRI”, “Hukuman mati, pantas atau tidak?”, “Tindakan sewenang-wenang masyarakat

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

9

Rah Gede, Dalang Cilik

Menonton

lalu Meniru

Pendidikan hukum adalah salah satu elemen penting dalam masyarakat, karena hal ini menyentuh hampir semua aspek kehidupan. Prospek kerja seorang sarjana hukum, bukan hanya berurusan dengan penegak hukum, namun juga menyentuh wilayah perekonomian atau bisnis. Meski banyak akses dan luasnya pekerjaan di bidang hukum, dengan ketatnya persaingan ke depan maka kualitas pun menentukan. terhadap pelaku pembegalan”, “Pemberian remisi terhadap terpidana korupsi”, “Pendanaan partai politik melalui APBN dan Pencabutan hak ulayat untuk kepentingan umum”. Selanjutnya sebagai Ketua BEM, Yoga juga berharap ke depannya Fakultas Hukum Undiknas, dengan segala programnya yang bukan hanya mampu menghidupkan gairah mahasiswa belajar tapi juga meningkatkan kemampuan, menjadi Fakultas pilihan utama masyarakat. Sebab, katanya masih ada masyarakat memandang bahwa kuliah di Undiknas tidak sesuai dengan pilihan mereka.

Dara

Dalang dewasa sudah banyak. Tetapi

Kegiatan Undiknas Lawyer Club (ULC)

“Tentunya pendapat itu salah, kare­ na ketika mereka tahu bagaimana sebenar­n ya kuliah di Undiknas mereka tidak akan pernah merasa dirugikan. Karena di Undiknas juga kami lebih dididik untuk mencipta-

kan lowong­an kerja bagi masyarakat. Saya pribadi kuliah FH Undiknas sangat merasakan kemampuan dan bakat saya bertumbuh bersama program-program yang disiapkan, seperti kegiatan ULC. Melalui program ini

saya merasa lebih siap untuk terjun ke masyarakat dan siap bersaing dengan lulusan universitas lainnya. Selain itu saya juga yakin bisa mencapai cita-cita saya sebagai pengacara yang hebat,” ucap Yoga optimis. -ard

Siap Implementasikan Kurikulum Berbasis KKNI Menurut Dekan Fakultas Hukum Undiknas Denpasar Dr. AA Ayu Sri Rahayu Gorda, S.H., M.H., tentunya untuk tampil dan terampil dalam diskusi tak lepas dari kewajiban mahasiswa untuk membaca bahan pustaka. Sebab diskusi masalah hukum ini bukan hanya sekadar sarana tambahan tapi sudah menjadi kewajiban. Dikatakannya lebih lanjut meski ada keterbatasan bahan pustaka dalam bahasa Indonesia, namun bukan menjadi hambatan karena Undiknas juga sudah menerapkan english day, sehingga kemampuan ber­ bahasa Inggris mahasiswa terus terasah. Sri Rahayu Gorda juga menyampaikan, setelah melakukan company visit di antaranya ke Komisi Perlindungan Anak dan juga Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), semakin banyak pula mahasiswa FH Undiknas yang melaksanakan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di luar Bali, salah satunya di Komisi Perlindungan Anak, Jakarta. Begitu juga dengan kegiatan yang sudah berjalan selama ini, yakni “Peradilan Semu” sudah sejak awal merupakan kegiatan wajib juga yang dijadikan prasyarat dari seluruh mahasiswa FH Undiknas. Setiap mahasiswa wajib mengikutinya tiga kali. “Peradilan semu diperlukan untuk menempa serta mengembangkan bakat mahasiswa dalam pengadilan baik itu pidana, perdata dan MK, menciptakan kader-kader yang andal dalam proses peradilan juga mampu bersaing dengan lulusan universitas lainnya,” terang Sri Rahayu Gorda sambil menambahkan mahasiswa juga perlu mengikuti lokakarya terkait Metode Penelitian Hukum

dan Teknik Pemuatan Kontrak. Selain komit melaksanakan semua program pokok Fakultas Hukum, dilengkapi berbagai program pelatihan dan pembekalan,

mahasiswa FH Undiknas berhasil membuktikan eksistensinya, dengan berhasil meraih prestasi dalam Lomba Debat Konstitusi yang diadakan oleh Mahkamah Agung. Setelah melewati proses eliminasi dan lolos, tim FH Undiknas yang terdiri dari Yoga Ariadnya, Diah Indrawati dan Ita Utari, kini tengah bersiap mengikuti Lomba di Tingkat Regional (Timur) yang akan dilaksanakan di Universitas Surabaya. Selanjutnya diinformasikan setelah melakukan lokakarya pemantapan, maka Program Studi Ilmu Hukum Undiknas yang terakreditasi B ini siap melangkah untuk mengimplementasikan Kurikulum Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia). Ini juga,dikatakannya akan semakin memantapkan FH Undiknas menghasilkan SDM, seorang intelektual muda yang kritis, dinamis serta berwawasan luas. - ard

Foto bersama Dekan FH Undiknas usai kegiatan peradilan semu

Proses peradilan semu

dalang anak-anak masih sedikit. Salah satu dalang cilik ini adalah I Gusti Putu Gede Sastrawan. Dalam pergaulan sehari-hari, anak ini tidak beda jauh dengan teman-temannya. Bahkan, terkesan kalem juga lugu. Umurnya yang belum genap 9 tahun, masih perlu perhatian. Tetapi, jangan kaget ketika ia tampil di atas panggung saat memainkan wayang kulit. Ia menjadi mandiri, kreatif, dan sangat lucu.

R

ah Gede demikian ia biasa disapa teman-temannya. Bocah kelahiran Denpasar, 16 September 2006 itu memang piawai memainkan wayang kulit. Pakem-pakem dari seni pewayangan klasik terlihat dengan jelas. Gineman, pesiat, hingga hentakan cepala yang berfungsi memberi kode iringan berhenti ataupun berjalan itu juga tampak pasti. Rah Gede tak hanya mampu menghidupkan atau memberi jiwa pada benda seni dua dimensi itu, tetapi juga fasih dalam membeberkan cerita epos Mahabarata ataupun Ramayana. Gerak tari dari tiap tokoh wayang yang dimainkan sangat khas, sehingga mampu membedakan karakter antara tokoh wayang yang satu dengan lainnya. Demikian pula dalam adegan peperangan, ia begitu cekatan. Ucapan, suara dari setiap tokoh wayang juga sangat jelas. Suara tokoh punakawan seper­ ti Tualen, Merdah, Sangut dan Delem yang menjadi dasar ucapan seorang dalang tampak sangat jelas. Demikian juga dengan tokoh-tokoh lainnya. Hanya saja, karakter suaranya masih anak-anak, sehingga kalau menyaksikan pertun-

jukannya sangat kentara kalau dalang itu masih anak-anak. Rah Gede yang duduk di bangku kelas II SD 4 Mekar Bhuana ini mengaku, seni pewayangan disukai sejak anak-anak, bahkan sebelum masuk TK. Awalnya, memainkan wayang terbuat dari daun jepun dan daun nangka. Setiap hari, ia selalu memungut dan me­

ngumpulkan daun nangka. Uniknya, dalam perjalanan mencari bahan wayang itu ia lakukan sambil matembang (menyanyi). Setelah wayang itu selesai, anak yang suka alam itu langsung memainkannya. Ia memainkan wayang, ia juga matembang dan mengiringi dengan suara mulut. Saat itu, ia bagai orang gila yang memborong semua seni. “Saya suka wayang. Saya ingin bisa memainkan wayang. Modalnya hanya sering menonton kemudian menirunya. Untung juga pernah belajar Tari Gopala di sekolah TK,” kata Rah Gede polos. Apa yang dilakukan Rah Gede awalnya tak dihiraukan orangtua­ nya I Gusti Made Yudana dan Gusti Ayu Putu Suryani. Maklum, Rah Gede tak pernah bermain bersama teman-temannya, sehingga memainkan wayang itu menjadi permainannya dalam mengisi waktu luang. “Setelah TK, kami baru sadar, kemudian mengadakan rapat bersama keluarga untuk membicarakan kondisi Rah Gede,” papar Yudana, warga Br. Lam­ bing, Desa Mekar Bhuana. Kecamatan Abiansemal, Badung ini. BELAJAR DARI KASET Ia menyadari anaknya itu menyukai wayang. Namun, ia tak mau gegabah karena menjadi seorang d a l a n g itu banyak pan­ tangan. Untuk mengujinya, ia kemu-

Rah Gede saat mendalang

dian membelikan wayang kulit mainan dalam ukuran mini. Ia juga dibuatkan kelir dalam ukuran setengah normal. Bahannya terbuat dari kasa (kain kasar) dan diiringi gamalen barong milik tetangga. Ia hanya belajar sendiri lewat menonton VCD dan dibimbing sang kakek Gusti Ketut ­Suryawan. Kelompok seni anak-anak ini kemudian mendapat respons masyarakat sehingga banyak yang menanggap. Hal itu juga mendapat dukungan dari dari masyarakat Lambing yang tinggal di luar desa. Sejak itu Rah Gede tak hanya pentas di desa sendiri, tetapi hingga ke desa lain, seperti Desa Sedang, Mambal, Sibang hingga Mengwi. “Walau Rah Gede belajar lewat kaset aja, ternyata banyak yang menyukai pementasannya,” paparnya. Bakat dan kemampuannya dalam memainkan wayang kemudian mendapat perhatian dari seniman karawitan I Gusti Made Lumbung. Oleh seniman karawitan ini, Rah Gede dibina menjadi dalang cilik yang berbakat. Tak hanya itu, Lumbung juga mengumpulkan

anak-anak desa yang piawai memainkan gender untuk menjadi pengiringnya. Kelompok wayang ini diberi nama Sanggar Seni Gender Restu Budaya. Aktivas seni wayang itu terus berlanjut dari rumah-rumah ke rumah kini ke ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-37. Lewat sanggar seni ini, Rah Gede akan tampil dalam parade wayang cilik pada PKB mendatang. Sejak itu ia mendapat pembinaan serius dari dalang Ida Bagus Mambal. “Sekarang ia baru mendapat pembinaan dalang secara serius. Dulu ia hanya belajar sendiri lewat kaset aja,” cerita Yudana. Dalam pementasan nanti, dalang cili Rah Gede akan menyajikan cerita yang disesuaikan dengan dunia anak-anak yakni Pandawa dan Korawa ketika masih anak-anak dengan judul “Kesambut Drona”. Adapun kisahnya, Pandawa dan Korawa masih kecil, saat itu lebih banyak menyajikan masa anakanak dalam belajar ketatanegaraan, persenjataan, dan bermain. Walau begitu, pertunjukan wayang berdurasi 1,5 jam itu tetap menyajikan lelucon. -Darsana


8

Bunda & Ananda

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Anak Cinta Monyet Orangtua harus Kepo Anak-anak usia SD sudah mengenal istilah pacaran. Hal ini sering disebut cinta monyet. Banyak hal yang menyebabkan anak-anak sudah mengenal istilah pacaran, diantaranya pengaruh tayangan televisi dan lingkungan. Apakah wajar kalau anak-anak terlibat cinta monyet?

Diah Lestari

T

iap orang memiliki fase-fase pergaulan dalam hidup yang harus dilalui. Ada yang memiliki teman biasa, ada yang memiliki teman dekat atau sahabat, dan ada yang pacaran lalu menikah. Semua fase harus dilalui untuk mecapai kematangan. Bahkan ada yang mengatakan banyaklah pacaran sebelum menikah agar nanti tidak “nakal” setelah menikah. “Ada prioritas yang harus menjadi fokus. Kalau dalam ajaran agama Hindu ada Catur Asrama (Brahmacari, Grahasta, Wanaprasta, Sanyasin). Masa Brahmacari merupakan masa menuntut ilmu. Bagi anak-anak usia sekolah, inilah yang harus difokuskan. Nanti setelah selesai masa Brahmacari, barulah masa Grahasta sebagai masa membina rumah tangga. Kadang pada masa Brahmacari, anak-anak dan remaja memiliki rasa ingin tahu termasuk mencari tahu tentang pasangan,” ujar Made Diah Lestari, S.Psi., M.Psi. Dosen Program Studi Ilmu Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini menjelaskan penting bagi anak-anak dan remaja untuk mengenal teman. Hal ini bertujuan sebagai pembentukan identitas. Tidak tertutup kemungkinan dalam fase ini, anak-anak dan remaja mulai tertarik dengan lawan jenis, bahkan ada yang tertarik dengan sesama jenis. Di sini peran orangtua diperlukan

untuk berkomunikasi dengan anak agar mereka mengenali dan terbuka terhadap identitas seksualnya. “Pada pembentukan identitas ini sering muncul istilah cinta monyet. Anak-anak usia SD dan SMP mulai mengenal cinta dalam arti tertarik terhadap temannya. Orangtua dan guru juga harus memperhatikan perkembangan ini,” ujar Kabid Keilmuan Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Bali ini. Perhatian dapat diberikan dengan mengajak anak berkomunikasi dan memberi pemahaman tentang arti cinta dan kasih sayang. Kesiapan jatuh cinta harus dibarengi dengan kemampuan untuk mengontrol perilaku. Cinta tidak harus ditunjukkan dengan hubungan seksual. Biasanya ada tahapan ketika orang mulai tertarik melalui pandangan mata, ini disebut fase eksotik kemudian di tahapan berikutnya, ketertarikan yang menimbulkan dorongan seksual atau fase erotik. Diah mengaku banyak anakanak sekarang mudah untuk mengatakan I love u, tetapi mereka tidak memahami maknanya. “Salah satu yang memberi pengaruh adalah tayangan di televisi baik sinetron maupun acaraacara lain yang menonjolkan aktivitas para artis yang dianggap menjadi role model. Contohnya, kehadiran CJR dengan lagulagu cinta membuat anak-anak terpesona lalu meniru apa yang dilakukan role model. Ini bagian dari observational learning yang dilakukan anak-anak,” tegas perempuan kelahiran 29 April 1981 ini. Secara biologis, anak-anak usia SD dan SMP hormonnya belum berkembang dan belum matang. Kalau mereka melihat role model-nya sudah bicara cinta, anak-anak jadi ikut. Orangtua seharusnya mendampingi anak saat ada tayangan-tayangan yang memerlukan pendampingan. Hal ini bisa meminimalkan salah pengertian di kalangan anakanak terhadap tayangan yang mereka tonton. Orangtua juga perlu berkomunikasi dengan anak tentang pergaulan di sekolah. “Orangtua harus kepo (memiliki rasa ingin

Anak dan orangtua harus sering berkomunikasi

tahu) terhadap anaknya tetapi tanpa melakukan intervensi. Sempatkan waktu untuk bercerita dengan anak, baik melalui obrolan tentang aktvitas anak maupun memberikan dongeng kepada mereka yang bertema kasih sayang dan persahabatan,” ujar alumnus Universitas Indonesia ini. Orangtua pun perlu memberikan pemahaman tentang seksualitas ketika anak sudah mulai bertanya. Jangan memberikan jawaban yang setengahsetengah atau tidak lengkap karena memberi peluang kepada anak untuk mencari jawaban sendiri atau mencari di tempat lain. Satu hal lagi, jangan tunggu

anak dewasa untuk berbicara mengenai bicara mengenai seksualitas. PERHATIKAN GESTUR ANAK Dari sisi guru dan sekolah, anak-anak harus dibuatkan wadah untuk penyaluran kreativitas, misalnya melalui lombalomba bakat dan kemampuan ilmiah. Bila perlu ada waktu khusus bagi guru untuk sharing dengan siswa mengenai pacaran sehat. Selama ini pemahaman mengenai reproduksi sehat yang mencakup pengenalan organorgan seksual hanya dilakukan sekilas. Hal yang juga penting adalah bagaimana siswa bisa

mengenal sejak dini tentang kesehatan reproduksi dan manfaat pacaran. Diah yakin, guru-guru memiliki pengalaman yang bisa dibagi kepada siswanya tentang memanfaatkan masa anak-anak dan masa remaja dengan baik. Ketika anak-anak sudah terpincut cinta monyet, Diah berharap orangtua tidak kaget, tidak langsung melarang, dan tidak menghukum anaknya. Ini merupakan proses normal dan natural yang harus dilalui. Beri pengertian dan batasan-batasan kepada anak, apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. Komunikasi menjadi cara paling efektif untuk memberi penjelasan kepada anak. “Pola asuh yang diterapkan di lingkungan keluarga juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Apakah mereka diasuh dalam pola otoriter, pola permisif, atau pola demokratis. Yang paling ideal adalah pola demokratis. Anak dan orangtua bisa saling memahami dan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan pendapat. Perhatikan gestur anak ketika ia bercerita atau ada hal-hal yang orangtua anggap janggal. Dari gestur ini, pancing pembicaraan dengan anak untuk mencari solusi yang terbaik,” tegas Diah. –Ngurah Budi

Mendongeng Lima Menit

I Tuna dan Mimpinya

I Tuna, laki-laki miskin, mendiami sebuah gubuk reot. Ia tidak punya apaapa, kecuali sebidang tanah kosong di sekitar gubuknya. Pada suatu malam ia bermimpi. Seorang tua berkumis dan berMade Taro janggut putih mendatanginya. “Kalau kamu berbaring saja, nasibmu takkan berubah. Pergilah ke Desa Keling!” demikian kata orang tua itu. Keesokan harinya, pagi-pagi benar, ia menuruti petunjuk orang tua itu. Ia berjalan ke timur laut, arah menuju Desa Keling. Ia berharap di desa itu seorang kaya akan menaruh belas kasihan. Menjelang matahari tenggelam ia tiba di perbatasan. Karena payah dan kemalaman, ia tidur di sebuah Pura. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara gaduh. Sekelompok penjaga keamanan menangkapnya dan mengancam dengan pentungan. “Pasti kamu pencurinya! Desa kami dan desa sekitar sudah berkali-kali kehilangan pretima.” Laki-laki miskin itu berusaha mengelak, tetapi regu keamanan itu bersikeras. Malam itu juga I Tuna diserahkan kepada polisi. “Siapa namamu dan dari mana kau?” tanya Polisi. “Nama saya I Tuna, dari Desa Kepuh.”

“Kau jual ke mana pretima-pretima itu?” “Saya bukan pencuri, Pak Polisi.” “Kalau bukan pencuri, mengapa kamu ke sini dan tidur di Pura?” “Saya hanya mengikuti petunjuk seorang tua dalam mimpi, Pak Polisi.” I Tuna menceritakan mimpinya. Mendengar mimpi yang aneh itu, polisi dan penjaga keamanan tertawa terbahak-bahak. “Aku juga bermimpi, tetapi peristiwanya terbalik,” kata Polisi. “Seorang tua menyuruhku pergi ke Desa Kepuh. Di sana aku menjumpai sebuah gubuk reot. Aku disuruh menggali tanah di sekitar gubuk itu. Katanya, dalam tanah itu tersimpan satu peti emas,” kata Polisi sambil tertawa. “Kamu tahu? Apakah aku menuruti petunjuk orang tua itu? Tidak! Mimpi memang indah, tetapi bohong.” “Sekarang pulanglah kamu!” kata Polisi lalu melepas laki-laki miskin itu. Setiba di Desa Kepuh, I Tuna menggali tanah di sekitar gubuknya. Tak ada peti emas. Ia menggalinya lebih luas. Tak ada peti emas. Tubuhnya berkucur keringat. Ketika memasuki gubuk, didapatinya sekeranjang buah jagung. Ia berpikir, mimpi itu bukan kenyataan, tetapi sebuah petunjuk untuk menjadikannya kenyataan. Ia melepas biji-biji jagung itu dari tongkolnya, lalu menanamnya di tanah gembur yang baru saja digalinya. Beberapa minggu kemudian ia menjual hasil panen jagung itu di Pasar Keling.

Griya

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

17

Konsep Natural di Warung Herbal Pemilihan suatu konsep desain umumnya menjadi perwakilan dari apa yang ingin ditampilkan. Demikian halnya dengan Warung Sehat Bali Tangi yang berlokasi di Jalan Tukad Musi III, Renon, Denpasar ini.

D

alam tiap sentuhan desainnya, pemilik warung Yuliani Sukhana berupaya memberikan informasi tentang khasiat dan kegunaan dari beberapa bahan makanan dan minuman herbal di warung sederhananya itu. Suasananya pun dikondisikan senatural mungkin. Hal ini sudah bisa terlihat dari tampak luar bangunan. Tanaman rambat yang tumbuh subur sekaligus menjadi tanaman peneduh di lahan parkir pengunjung. Pada satu pojok ruangan, memanfaatkan potongan-potongan bambu sebagai dinding. Selain memberikan kesan natural, aplikasi bambu yang dipasang sedemian rupa ini juga mampu memaksimalkan pencahayaan dan pengudaraan alami. Bebebapa informasi tentang bahan makanan yang dipajang di dinding tersebut

juga menjadi bagian dari dekorasi yang lebih diperindah lagi dengan tampilan tanaman samblung dalam botol. Sentuhan dekorasi yang tak

kalah menariknya adalah tampilnya beberapa bahan bumbu masakan seperti bawang putih dan cabai yang sudah dikeringkan, yang digantung di loster jendela. Beberapa meja yang sederhana pun tak luput dari sentuhan informasi penting, sepeti manfaat daun pakis, petai, jintan hitam, cabe rawit, sereh, daun, pepaya, bluntas, dsb. “Jadi, selain menikmati menu sehat dalam suasana alami, pengunjung juga tahu manfaatnya makanan yang dimakannya,” tandas Yuliani. –Inten Indrawati

Karya di Pura Puseh Desa Adat Gianyar Serangkaian karya Mamungkah, Mupuk Pedagingan, Peneduh lan Panyegjeg Jagat, Ngusaba Desa, Ngusaba Nini lan Padudusan Agung di Pura Desa lan Puseh Desa Gianyar yang jatuh pada 3 Oktober 2015, Panitia Penggalian Dana Pura Puseh Desa Adat Gianyarmengimbau serta mengajak para krama untuk pedek tangkil dan ngaturang ayah terkait dengan karya agung yang dilaksanakan 35 tahun sekali ini. Panitia telah membuka kotak dana punia di Bank BNI Kantor Cabang Denpasar dengan No. Rekening: 0336746741 atas nama Panitia Penggalian Dana Pura Puseh Desa Adat Gianyar. Ngiring semeton krama ngayah sareng sami. Dumogi sida labda karya, memargi antar sida sidaning don.


18

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Life

Kreasi

ke “Meja Hijau”

Bali dikenal hingga ke mancanegara karena adat dan budayanya. Bali yang sering juga disebut pulau seribu pura ini memiliki beragam busana dan tata rias adat Bali. Masing-masing kabupaten/kota memiliki ciri khas dengan makna simbolik dari tiap ornamennya.

Parasnya cantik. Rambut hitam dengan lekuk wajah yang manis, Parlina (20), bukan nama sebenarnya, tersenyum. Hidungnya yang mancung dengan kulit putih sesungguhnya merupakan modal bagi­nya untuk dapat meningkatkan kehidupannya menjadi lebih baik. Namun, perjalanan hidupnya ia rusak sendiri dengan nar­ koba. Hidup dalam lingkungan kerja gemerlap, membuai Parlina menyerempet hidup hura-hura. Hidup yang mudah mendekatkan­ nya dengan berbagai jenis barang haram bernama narkotika.

Payas Agung Pengangge Dewi

S

ebut saja pemakaian petitis yang di­ lengkapi dengan tajuk dan bunga emas ­untuk hiasan kepala yang melam­ bangkan keindahan. Keindahan ini merupakan kelengkapan busana pengantin Bali, karena keindahan merupakan dambaan setiap orang baik perempuan maupun laki-laki. “Lebih-lebih lagi dalam suasana perkawinan yang melambangkan pertemuan dan bersatunya

sepasang kekasih atas dasar saling mencintai,” jelas praktisi tata rias dan busana adat Bali, Anak Agung Ayu Ketut Agung. Pemakaian bunga mawar merah pada hiasan kepala juga memiliki makna. Mawar merah ini melambangkan kama bang (wanita) yang akan bertemu dengan kama putih (sukla), dan pertemuan ini akan mem­buahkan keturunan. Demikian halnya dengan srinata pada hiasan dahi

wanita melambangkan kedewasaan baik fisik maupun batin. Selain itu, srinata sekaligus dapat menyelaraskan bentuk wajah. Menurut Bu Agung, pada ­zaman dulu pemakaian tata r i a s dan busana adat Bali ini disesuaikan dengan jenis upacara, jenis bebantenan yang dipakai, dan menunjukkan status sosial se­ seorang. Tengkuluk lelunakan misalkan, busana yang identik deng a n Ko t a Denpasar ini dulunya dipakai ­untuk mebanjar mati. Dalam sebuah upacara pekutangan/pengabenan, tengkuluk lelunakan dengan busana meleladan ini dipakai untuk me­ gayot. “Payas tengkuluk lelunakan yang asli itu menggunakan selendang/cerik bebali, seperti selendang cawangan dan plangka gading, dan memakai subeng,” ungkap Bu Agung. Sekitar tahun 60an, tengkuluk lelunakan ini dijadikan sebagai busana tari (Tari Tenun). Selanjutnya, di pengujung tahun 1996 tengkuluk lelu-

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Dari Kafe

Ragam Busana & Tata Rias Adat Bali

Payas tengkuluk lelunakan

Story

nakan ini diseminarkan dalam Hari Kesatuan Gerak PKK yang diketuai Ny. IA Asiawati Oka. Hasil dari seminar itu, busana tengkuluk lelunakan dipakai menjadi busana peyambut tamu, MC, dll., sehingga tak menggunakan payas agung yang disakralkan. Pakaian adat lain yang paling sering d i ­g u n a k a n ­d a l a m kehidupan adat masyarakat Hindu di Bali adalah payas agung. Payas agung ini pun variatif, berbeda di tiap daerah. Masyarakat Denpasar dan Kuta, biasa­ nya memakai Payas Agung Badung. “Tapi di daerah Mengwi yang merupakan wilayah Kabupaten Badung,

P

engaruh narkoba telah membuatnya kecanduan dan ia kesulitan lepas dari dunia narkoba. Meski usianya baru 20 tahun, Parlina mampu

busananya berbeda lagi, namanya Payas Agung Mengwi,” jelas pemilik LKP Agung yang sudah puluhan tahun menyelami tata rias dan busana adat Bali ini. Payas agung ini dipakai untuk upacara potong gigi, ngeraja swala, dan pernikahan. Dan, untuk menek ngekeb dalam rentetan acara pernikahan atau potong gigi, biasanya menggunakan payas madya. Bu Agung yang juga pemilik Tempat Uji Kompetensi (TUK) Agung ini mengatakan, sampai saat ini baru payas madya Badung (tingkat terampil) dan payas agung Badung (tingkat mahir) saja yang sudah dibakukan menjadi Tata Rias Pengantin Bali yang diujikan untuk mendapat sertifikasi kompetensi dari LSK (Lembaga Sertfikasi Kompetensi). -Inten Indrawati

bertransaksi (membeli) narkoba dengan sangat santai. Kisah transaksi narkoba yang dilakukannya dan seorang rekannya dengan seorang laki-laki pemasok sabu itu, ia ceritakan dengan lugas

dalam persidangan yang mendudukkannya sebagai seorang pesakitan. Parlina terlihat tegar me­ ngenakan rompi tahanan jaksa, di hadapan majelis hakim Pe­ ngadilan Negeri Mataram, kala menceritakan kronologi saat dia membeli barang haram narkoba, sampai akhirnya ditangkap polisi. Pantauan pada sidang dengan agenda pemeriksaan terdakwa beberapa waktu lalu, Parlina berdialog dengan hakim tentang bagaimana awalnya ia kecanduan sampai akhirnya diciduk polisi. Sejak terjerat narkoba, Parli­ na tidak mampu lagi lepas dari pengaruh barang haram yang merusak itu hingga ia harus berurusan dengan polisi dan ‘mampir’ ke meja hijau untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya mengonsumsi narkoba jenis sabu-sabu. Desember 2014 yang lalu, dalam kondisi ketagihan nyabu, gadis yang bekerja sebagai Partner Song (PS) di salah satu kafe di wilayah Senggigi ini urunan dengan rekannya Rohani (20), bukan nama sebenarnya, untuk dapat membeli sabu seharga Rp 350 ribu satu poket. Parlina mendapatkan pasokan sabu dari seseorang yang selama ini sudah biasa menyediakan sabu untuk mereka. Tanpa berpikir apa yang dilakukannya itu dipantau oleh aparat kepolisian, Parlina de­ ngan santainya bertransaksi. Cara transaksi yang dilakukan Parlina biasanya sederhana. Saat siang, atau malam hari,

mereka akan keluar dari kafe dan menunggu seorang laki-laki beberapa saat di sebuah kios tidak jauh dari kafe tersebut. Laki-laki pemasok sabu itu, lalu memberikan bungkus rokok, yang isinya kristal putih, tidak lain sabu-sabu. Tidak ada keraguan saat Parlina mengisahkan sepak terjangnya menyabu sehingga Ketua Majelis Hakim yang memimpin sidangnya terdiam sejenak, sebelum ia menanyakan alasan Parlina membeli narkoba tersebut, apakah ada kemungkinan untuk dijual kembali? Dengan polosnya Parlina mengaku sabu itu untuk dipakainya sendiri. “Sudah berapa kali pakai sabu sabu?,” tanya hakim. “Selama di Lombok, sudah empat kali Pak,” jawab Parlina. Namun, transaksi keempat kalinya itu menjadi yang terakhir bagi Parlina. Sebab beberapa saat setelah transaksi itu berlangsung, Buser Polres Lombok Barat menangkap Parlina dan rekannya yang berasal dari salah satu propinsi di Pulau Jawa ini. Sejak itulah, Parlina ditahan sehingga tidak lagi bisa bekerja dan tak ada lagi penghasilan yang bisa membuatnya membeli sabu. Sejak itulah, Parlina gadis nar­ koba ini berkutat dengan proses hukum. Berurusan dengan hukum untuk usia perempuan muda seper­ti dirinya, tentulah bukan hal yang mudah. Namun, inilah garis nasib yang harus ditempuh Parlina akibat per-

7

buatannya dan ia harus mempertanggungjawabkan itu. Kini setelah semua yang dialaminya, Parlina hanya bisa menyesal. Ia tidak lagi bisa merasakan nyamannya room dan dentuman musik kafe. Entah apa yang terjadi pada diri Parlina. Jika dilihat dari latar belakangnya, Parlina tumbuh dalam keluarga seorang pegawai BUMN yang terbilang cukup mapan dalam hal ekonomi. Kerja sebagai PS yang juga menghasilkan cukup banyak uang, membuatnya leluasa untuk bisa membeli barang haram tersebut. Itulah sebabnya, Parlina dengan mudah mengonsumsi narkotika yang kemudian membawanya di kursi pesakitan. Merasakan dingin dan tidak enaknya hidup dalam penjara, membuat Parlina mengaku tobat. “Saya tobat,” ungkapnya pendek. -Haris M/Naniek I. Taufan


6

Women on Top

Edisi 847/ 4 -10 mei 2015

Dra. Ni Nyoman Parmithi, M.M.

Bertanggung Jawab pada Pilihan Dalam sejarah yang tahun ini memasuki usia 32 tahun, baru pertamakalinya IKIP PGRI Bali memiliki dekan perempuan. Dia adalah Dra. Ni Nyoman Parmithi, M.M. Sebagai orang nomor satu di Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) IKIP PGRI Bali, ia tak menargetkan yang muluk-muluk. “Saya masih melanjutkan program-program yang dulu. Namun, prioritas pertama saya adalah tertib administrasi untuk para dosen, staf, dan mahasiswa,” ujarnya.

A

palagi, IKIP PGRI Bali sedang getol-getolnya menggaungkan dan menerapkan pen­didikan karakter. Ini pula yang kini tengah dijalankan Parmithi, membentuk karakter mahasiswa dengan disiplin. Karena secara umum ia mengamati perilaku anak-anak sekarang disiplinnya rendah, menganggap semua gampang. “Mereka yang memilih masuk ke LPTK (Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan) yang orientasinya menjadi guru, tentu harus lebih disiplin lagi,” tegasnya. Di lingkungan kampus, Parmithi memang dikenal dosen yang agak keras dalam mendidik. Keras di sini, dalam artian tegas, memberikan penghargaan saat berprestasi dan memberikan hukuman jika bersalah yakni dengan memberikan tugas tambahan. Bahkan kepada mahasiswa bermasalah, tak jarang Parmithi melakukan pendekat­ an persuasif, mendekati secara harus sehingga tak menyebabkan mahasiswa sakit hati.

Meski demikian, Parmithi juga dikenal cukup dekat dengan mahasiswa-mahasiswinya. “Kami berteman di line, BBM. Dengan begitu, saya jadi mengetahui masalah yang terjadi di bawah, sehingga bisa lebih cepat tertangani,” ucap istri dr. Wayan Sudirtha Yasa, Sp. OG ini. Terkait program akademis yang mengacu pada KKNI, kini tengah ada peninjauan kurikulum. Dalam kurikulum ini, selain cerdas akademis, mahasiswa juga dituntut memiliki jiwa kewirausahaan. Namun jauh sebelum diterapkannya KKNI ini, khusus di FPMIPA sudah ada mata kuliah Wirausaha. Kewirausahaan ini menurut Parmithi, sudah menjadi tuntutan kehidupan di zaman sekarang yang kompleks. “Di zaman sekarang, kita harus memiliki pekerjaan sampingan, yang bisa disesuaikan dengan bidang kita,” ujar pengampu MK Wirausaha ini. Khusus bagi mahasiswa MIPA, dikatakannya side job yang paling memungkinkan dan memang sudah

banyak dilakoni mahasiswanya adalah sebagai guru bimbel (bimbingan belajar/les). Bahkan, ada juga beberapa mahasiswanya menekuni bisnis kuliner dan mengembangkan media pembelajaran. Pada prinsipnya, Parmithi yang juga turut mengelola usaha keluarga yakni sebuah RS swasta di Gianyar ini, mengatakan, kita harus bisa melihat peluang yang ada. Seperti, tuntutan di dunia pendidikan sekarang yang semua mempergunakan teknologi. Sementara, masih ada beberapa guru senior yang gaptek. “Ini menjadi salah satu peluang buat mahasiswa. Dia bisa membuatkan program pengajaran, dan mengemas materi ajar ini dengan kemampuan teknologinya. Dari usaha sampingannya ini, bahkan mereka mampu membiayai kuliahnya sendiri tanpa membebani orangtua,” ungkap ibu dari Putu Pradnya Paramitha Dewi, S.Ked., Kadek Pratita Citta Dewi, Komang Devani Manik Masthiti, dan Ketut Ganesha Putra Anugraha ini.

Memang, konsekuensi mengambil pekerjaan sampingan membutuhkan waktu kerja lebih banyak sehingga waktu untuk keluarga berkurang. “Semua perlu dimanage. Kalau kita bilang tidak mampu, akhirnya ya tidak mampu. Jika ada kemauan semua pasti bisa, yang penting dilakoni dengan senang hati. Kemauan diimbangi dengan kemampuan,” ucap putrid dari I Wayan Tangen dan Ni Ketut Murni ini. Itu pula yang kini tengah dilakoni Parmithi, ditambah lagi dengan tanggung jawabnya barunya debagai Dekan FPMIPA. Sebagai ibu rumah tangga, segala sesuatunya sudah ia siapkan sejak pukul 05.00. Dan yang paling penting, sebelum memulai aktivitas, harus sembahyang dulu. Hal itu pula yang diterapkannya kepada putraputrinya. Dengan seabrek kesibukannya, Parmithi mengaku masih bisa mengantar-jemput les sore putra bungsunya. Kuncinya, menikmati apa yang dilakoninya tanpa merasa terbebani. Meski anak-anaknya yang lain sudah bisa

Tentukan Kelulusan M

enurut Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Prov. Bali, TIA Kusuma Wardhani, untuk mencetak generasi yang berkualitas dan berdaya saing dengan kompetisi perlu dibentuk dengan karakter dan keilmuan sejak dini. Siswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga cerdas secara emosi, spiritual, sosial, dan cerdas mengelola lingkungan. “Kami ingin mewujudkan keseimbangan antara soft skill dan hard skill. Dalam kurikulum 2013 ini, memberikan ruang agar

Sejak awal tahun 2014, kurikulum 2013 sudah diberlakukan di seluruh Indonesia. Namun, kurikulum ini menuai banyak pro-kontra. Melihat hal ini, berdasarkan surat edaran Mendikbud, sekolah diberikan dua pilihan. Untuk sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 selama tiga kali semester diharapkan terus lanjut menggunakan kurikulum 2013. Sedangkan, sekolah yang baru menggunakan kurikulum 2013 satu semester, diberikan kembali kepada kurikulum 2006. Bagaimana dampak bagi proses pembelajaran di sekolah? anak dapat menguasai tiga kompetensi sekaligus, sikap, keterampilan, dan pengetahuan,” ujarnya. Ia mengatakan, pemerintah ikut terlibat dalam membina generasi muda ke depan. Karena itu, kurikulum 2013 dinilai lebih tepat untuk mewujudkan generasi muda yang berintegritas, dan unggul. Memang ia mengakui, dengan berubahnya kurikulum ini, tentu ada yang disesuaikan. Namun, bukan berarti semuanya berubah total atau frontal. “Ada bagian-bagian yang memang harus disesuaikan sesuai standar kurikulum 2013,” ucapnya.

Dalam menghadapi masa transisi ini, pemerintah sudah memberikan perhatian, dengan pelatihan atau diklat kepada guru-guru mengenai standar kurikulum 2013. Sesuai surat edaran Mendikbud, saat ini, memang diberikan kesempatan untuk sekolah memilih kurikulum. Namun, ke depannya, tahun 2019-2020, semua sekolah di Indonesia wajib menggunakan kurikulum 2013. Ia menilai, untuk sekolah-sekolah di Denpasar, sudah sebagian besar menggunakan kurikulum 2013. Se-

Baru-baru ini Organisation for Economic Co-operation and Development merilis kajian tentang pendidikan di Indonesia berdasarkan riset dalam rentang periode Oktober 2012 Februari 2013 yang dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Hasilnya antara lain bahwa kemampuan anak-anak Indonesia lebih lambat tiga tahun dibanding negara lain. Di antaranya adalah kemampuan matematika dan membaca anak Indonesia lemah. Penyebabnya antara lain karena ketidakhadiran guru di kelas.

O

ECD merupakan organisasi internasional yang beranggotakan 30 negara yang bekerja sama di bidang pembangunan ekonomi. Terkait kajian ini, OECD bekerja sama dengan empat kementerian yakni, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian Keuangan (Kemkeu), dan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti). Bertajuk ‘Pendidikan di Indonesia Siap Menyongsong Tantangan’, kajian ini

mentara, di beberapa kabupaten lain, memang masih banyak yang menggunakan kurikulum 2006. Dalam proses persiapan ini, pemerintah terus melakukan usaha pelatihan-pelatihan kepada guru, sehingga nantinya saat kurikulum ini wajib berlaku, semua sekolah mampu menerapkannya. “Pemerintah memberikan perhatian lebih kepada sekolah-sekolah yang masih menggunakan kurikulum 2006, misalnya terus-menerus memberikan diklat kepada para guru,” ujarnya. Ia mencontohkan, dalam kuri-

kulum 2013, menghitung dan men­ dapatkan jawaban yang benar, bukan lagi hal yang penting. Karena bisa saja hasil itu didapat dengan cara menyontek. “Dalam kurikulum 20123 ini, mengajarkan bagaimana anak didik mampu memformulasikan. Yang penting bukan jawabannya, tapi proses peserta didik menyelesaikan persoalan tersebut,” kata TIA Kusuma Wardhani. Saat ini, UN tidak lagi penentu kelulusan, sehingga tidak ada lagi sekolah yang melakukan berbagai cara agar seluruh siswanya lulus UN. Menurutnya, sekarang ini, sekolah diberikan kesempatan untuk menentukan kelulusan siswanya. Namun, bukan berarti sekolah bisa seenaknya dalam menentukan kelulusan. “Justru ketentuan ini merupakan tanggungjawab yang berat bagi sekolah. Karena sekolah harus mampu menghasilkan siswa yang jujur, berintegritas, dan andal,” katanya. Intinya, ia menegaskan, bagiamana menjadikan siswa itu mandiri ke depannya. Misalnya, tamatan SLB menghasilkan siswa mandiri. Tamat SMA jangan sampai menjadi pengangguran, tapi mampu menciptakan bidang usaha dengan keterampilan yang ia miliki. Menurutnya, tak ada yang perlu dikhawatirkan bagi para orangtua dengan perubahan kurikulum ini. Karena pada dasarnya siswa di sekolah dapat menerima kurikulum ini dengan baik. “Pemerintah sudah memberikan diklat kepada para guru tentang kurikulum 2013 ini lebih intensif,” tegasnya. Ia berharap, semua komponen, baik itu orangtua, sekolah, guru bersama-sama dapat mewujudkan generasi yang berintegritas, jujur, bertanggungjawab, dan berkarakter baik. –Wirati Astiti

19

Tiga Tahun lebih Lambat mengulas pendidikan dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi, termasuk aspek pendidikan non formal, lembaga pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan di Indonesia, baik yang berada di bawah kewenangan Kemendikbud, Kemenristekdikti, dan Kemenag. Adapun sumber data berasal dari kunjungan lapangan ke seluruh wilayah Indonesia. Mengomentari hasil kajian yang diluncurkan akhir bulan lalu ini, aktivis pendidikan Retno Listyarti, M.Si, sependapat. “Berdasarkan assessment internasional mutu pendidikan Indo-

nesia dalam 10 tahun terakhir rendah. Bahkan bukan hanya stagnan tapi cenderung menurun,” ujarnya. Ada tiga hal yang menjadi tolok ukur yakni, guru, siswa dan sistem pendidikan. Berdasarkan penilaian PISA (Program for International Student Assessment) , Indonesia dari mulai keikutsertaannya dari tahun 2003, 2004, 2009 dan 2012, menunjukan angka yang nyaris tidak bergerak bahkan cenderung turun. Bahkan tahun 2012, Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara. PISA atau Program Penilaian Pelajar Internasional adalah penilaian

MEMBACA ITU LOGIKA

Sekolah

TIA Kusuma Wardhani

mandiri, bahkan putri keduanya bersekolah di luar daerah, semua masih tetap dalam pengawasannya. Mereka diberikan kebebasan memilih, namun harus bertanggung jawab pada pilihannya. Seperti putri keduanya, Pratita yang memilih jalur di olahraga basket, kini tergabung dalam DBL Indonesia All Star, turut memperkuat tim nasional basket putri Indonesia. “Meski demikian semuanya tetap saya kontrol. Sehingga kalau ada masalah, larinya ke saya,” ujar Parmithi. Parmithi adalah lulusan angkatan pertama IKIP PGRI Bali tahun 1988. Parmithi yang saat itu satu-satunya lulusan FPMIPA direkrut lembaga bekerja di biro akademik. Kariernya berkembang menjadi dosen MIPA dan sempat menjabat Pembantu Dekan II. Ketika melepas masa lajang dan memiliki anak, ia melepas jabatannya dan hanya menjadi dosen biasa. Tahun 2011-2015 ia kembali dipilih menjadi PD II hingga akhirnya dipercaya sebagai Dekan. –Inten Indrawati

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Terkait dengan hasil kajian OECD ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan mengatakan, hasil kajian OECD ini menarik karena membandingkan Indonesia dengan negara-negara anggota OECD yang memiliki sumber daya manusia yang sangat baik. “OECD, secara spesifik, membuat kajian tentang (pendidikan) Indonesia itu menegaskan kalau sumber daya manusia kita tidak dibangun maka akan menjadi hambatan bagi dunia,” katanya. Terkait dengan kemampuan membaca dan menulis, kata Anies, harus menjadi fokus perhatian. Kemampuan membaca adalah berkaitan dengan logika berpikir. “Membaca itu logika, karena (saat membaca) struktur kalimat itu membentuk logika berpikir.Kemampuan bahasa, dan matematika menjadi (kebutuhan) sangat mendasar sekali,” ujarnya sambil menambahkan, sejauh ini kita masih melihat isu pendidikan yang menarik adalah seputar ujian nasional dan kurikulum, padahal ada hal lain lebih penting seperti kemampuan membaca, dan menulis. Di bagian lain Anies juga menyatakan tentang pihaknya menetapkan enam prioritas di sektor pendidikan yang akan menjadi program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam lima tahun ke depan. Yakni, memperbaiki akses terhadap pendidikan berkualitas, memperbaiki kualitas pembelajaran, memperbaiki sistem penjamin mutu, memperbaiki manajemen dan tata kelola pendidikan, memperbaiki relevansi dan daya saing pendidikan tinggi serta memperbaiki pendidikan agama, moral dan pembentukan karakter. –Diana Runtu

Suasana belajar di salah satu sekolah

tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya. “Hasilnya, kita selalu hampir menjadi juru kunci dari semua negara peserta PISA. Sedangkan penilaian untuk daya nalar, Indonesia berada di bawah Palestina, sebuah negara yang sedang berkecamuk perang,” ungkapnya. “TRAGEDI NOL BUKU” Hasil PISA tersebut juga diperkuat dengan riset dari UNESCO tahun 2012 terkait minat baca menyebutkan, Indonesia masuk dalam kategori ‘tragedi nol buku’. Indonesia masuk dalam kategori tersebut karena anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun. Artinya, 1 halaman dibaca dalam 14 hari. Bandingkan dengan anak Finlandia yang membaca 300 halaman dalam 5 hari. “Tidak ada buku yang dicetak 27 halaman, minimal buku dicetak dalam 50 halaman. Dengan membaca 27 halaman, artinya, anak Indonesia tidak menyelesaikan membaca 1 buku dalam setahun. Karena itu kita diketagorikan ‘tragedi nol buku’,” paparnya. Hal yang kedua, lanjut peraih penghargaan International Toray Foundation Jepang dalam bidang science 2003, terkait kualitas guru. Kalau kita mengambil hasil penelitian World Bank yang melakukan penelitian terhadap 12 negara di Asia terkait bagaimana guru mengajar di kelas. Hasilnya, guru Indonesia berada di urutan ke 12 dari 12 negara yang diteliti. Jika melihat hasil uji kompetensi guru yang diselenggarakan pemerintah tahun 2012, hasilnya pun tak kalah menyedihkan. Nilai minimum yang disyaratkan adalah 70, namun guru Indonesia rata-rata hanya

berhasil meraih angka 44,5. Hasil ini sungguh jauh dari standar minimal yang diharapkan. “Dengan hasil itu, tentu hasil-hasil penelitian yang diungkap menjadi terbukti. Karena jika kualitas guru rendah tentu berimplikasi pada murid atau hasil pendidikan. Tidak mungkin, kan, seorang guru yang tidak kreatif menghasilkan murid yang kreatif. Seorang guru yang tidak rajin membaca, tidak bisa menulis, dapat membuat muridnya rajin membaca dan pandai menulis. Itu sangat mustahil. Jadi kalau guru menugaskan anak didiknya membaca maka guru tersebut seharusnya membaca atau lebih banyak membaca ketimbang anak didiknya. Budaya (membaca) inilah yang tidak ada di negeri kita,” ucap wanita kelahiran 1970 ini. Hal ketiga, lanjut Retno, adalah sistem pendidikan Indonesia yang menurutnya terburuk di dunia. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan The Learning Curve –Pearson tentang akses dan mutu pendidikan Indonesia pada tahun 2014, Indonesia berada di urutan ke-40 dari 40 negara yang dinilai. “Ini adalah lembaga dari Inggris. Tahun 2013, kita berada di posisi ke 39 dari 40 negara, tahun 2014 kita melorot ke urutan 40. Artinya, kita menjadi juru kunci. Jadi disimpulkan dari penelitian itu bahwa sistem pendidikan kita terburuk di dunia,” tegasnya. Kondisi ini sungguh amat memprihatinkan. Indonesia, katanya, harus segera membenahi masalah ini. Menurut Retno ada tiga hal yang harus dibenahi yakni, kualitas guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah karena mereka adalah garda terdepan dari pen­didikan di Indonesia. Ini sangat penting sekali. “Jika guru berkualitas, tapi kepala sekolahnya tidak, percuma saja. Pa­ling hanya beberapa orang (guru) yang mau bekerja karena menganggap, toh pintar atau pun bodoh sama saja, tidak ada penghargaannya. Jadi diperlukan kepala sekolah yang berkualitas yang dapat mendorong agar guru-guru di bawahnya menjadi berkualitas pula,” katanya.–Diana Runtu

Mohon Anugerah Kecerdasan Hari pendidikan tahun 2015 sangat istimewa karena bertepatan dengan perayaan Hari Raya Saraswati, hari pemujaan terhadap dewi ilmu pengetahuan. Memaknai pendidikan secara spiritual ini bisa dilakukan dengan merayakan hari Suci Saraswati. Prof. Dr. Ida Ayu Gde Yadnyawati, M.Pd. mengatakan kata Saraswati berasal dari suku kata “Sara- su-wati”. Kata sara dapat diartikan panah, dan kata panah berasal dari kata ”bana”, kemudian menjadi kata “banah” yang dapat diberikan arti “ketajaman adnyana”, atau kecerdasan. Su mengandung maksud “luwih”, dan wati dapat diartikan “ayu”. “Dengan demikian makna dari hari Saraswati adalah amolihang kepradnyanan sane mautama, pacang anggen ngemolihang kasukertan. Maksudnya, dengan dianugrahkan kecerdasan oleh Sang Hyang Widhi, maka manusia tersebut akan mampu menolong dirinya sendiri dari lembah kesengsaraan serta berwawasan kebijaksanaan sehingga mampu

memilah-milah mana yang benar dan tidak benar, diantara kebajikan dan keburukan,” papar Ketua Program Studi S3, Pendidikan Agama Hindu Pascasarjana Unhi ini. Hari suci Saraswati adalah merupakan hari untuk memohon kepradnyanan ke hadapan Sang Hyang Widhi, agar nantinya bisa melewati samudra kesengsarannya, mencapai Moksartham Jagadhita Yaca Iti Dharmah, dan Moksartham Atmanam. Dewi Saraswati yang dilukiskan dengan Dewi sangat cantik dan bertangan empat, masing-masing memegang genitri, kropak, wina dan teratai, serta didekatnya terdapat burung merak dan angsa. Semua lukisan (lambang)

tersebut merupakan simbol yang masing-masing memiliki makna. Dewi (wanita cantik), sebagai lambang bahwa sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah lembut indah dan menarik. Genitri ialah lambang dari sifat kekekalan ilmu pengetahuan itu tidak terbatas dan tidak akan ada akhirnya serta tidak akan habis untuk dipelajari. Kropak ialah lambang dari sumber ilmu pengetahuan. Wina ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat mempengaruhi rasa yang sangat halus (lambing seni budaya yang agung). Teratai melambangkan kesucian Sang Hyang Widhi dan merupakan simbul dari ilmu pengetahuan itu suci. Merak ialah lambang sifat ilmu

pengetahuan itu memberikan suatu kewibawaan pada orang yang telah menguasainya. Angsa ialah lambang bahwa ilmu pengetahuan itu sangat bijaksana untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Pada hari Sarasawati, semua yang mengandung sumber ilmu pengetahuan dipasupati dan dibuatkan banten saraswati untuk mohon anugrah dari Sang Hyang Widhi. “Pada hari Saraswati ini diadakan persembahyangan bersama dan para bijaksana biasanya melakukan tapa, brata, yoga dan samadhi. Sedangkan malam harinya diadakan malam sastra dan seni. Keesokan harinya, pada hari Minggu Paing wuku Sinta, secara tatwa dan ethika agama, memendak amertha yang dianugrahkan oleh Sang Hyang Saraswati yang berada ditengah samudra disebutkan dengan amertha kamandalu. Oleh kare­ na itulah umat Hindu berduyun-duyun datang ke laut untuk memohon amertha tersebut. Itulah yang disebut dengan Mebanyu Pinaruh,” tuturnya. –Sri Ardhini


20

Nine

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Ely Rahmawati, SH., M.Hum.

Harga Mati untuk Penegakan Hukum

Menegakkan hukum, merupakan pilihan hidup yang diambil Ely Rahmawati, SH., M.Hum., salah seorang jaksa perempuan di Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Barat. Memilih pekerjaan sebagai jaksa, tentu membutuhkan kepiawaian khusus dalam menangani tiap kasus yang dihadapi. Berbekal semangat dan keyakinan, Ely mengabdikan diri sepenuhnya atas pilihan hidupnya itu. Setelah bergabung di lembaga Adhiyaksa itu, satu hal yang ingin terus dia lakukan, menegakkan hukum sampai kapan pun. Karena penegakan hukum yang berkeadilan, baginya adalah harga mati.

H

ari itu, meski kondisi tubuhnya tidak fit, Ely berusaha untuk tetap menjaga semangatnya masuk kerja. Jabatannya sebagai penyidik pidana khusus (Pidsus), membuatnya menjadi salah satu tumpuan penanganan sejumlah kasus tindak pidana korupsi di daerah ini. Dua kasus yang sedang menjadi perhatian khususnya ada-

lah terkait proyek Anjungan NTB di Taman Mini Indonesia Indang (TMII) di Jakarta dan kasus Tempat Pembuangan Akhir (TPA), di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang sudah ditingkatkan ke penyidikan dalam waktu relatif singkat. Ely yang lahir dari lingkungan keluarga Adiyaksa, anak dari H. Abdul Rahman Mancawari yang dulu sebagai seorang pegawai Kejaksaan ini, menjadikan ayahnya

Terinspirasi Jaksa Bao Tercatat sudah 22 tahun ia menjalani karirnya dan hingga kini enjoy, tanpa beban, karena memang keluarganya mendukung penuh. “Saya mendapat support penuh dari keluarga. Itu yang membuat saya semakin bersemangat,” kenang istri dari Hartono Kantue, asal Gorontalo ini. Sejumlah pengalaman ini memberinya banyak pelajaran. Termasuk pengalaman yang panjang dalam menangani kasus korupsi, mulai dari Jakarta, hampir tidak ada kendala, kemudian di Bekasi, Cikarang. Kasus lainnya yang rumit seperti kasus pajak, kasus bea cukai, juga kelautan dan perikanan. Disyukurinya, petualangan ini tanpa kendala besar. Banyak tokoh inspiratif yang semakin mendorongnya menjadi jaksa profesional. Saat ini yang sehari-hari menjadi inspirasinya adalah H. Fadil Zumhanna, S.H., M.H., Kepala Kejaksaan Tinggi NTB. Ketegasan sikap yang padu dengan kearifan dan apa adanya, itu yang ia petik dari pejabat Kejaksaan Asal Padang, Sumatera Barat yang jam terbangnya sudah panjang menjadi penyidik itu. “Pak Fadil orangnya tegas. Apa adanya, salah ya salah. Kalau benar ya benar. Beliau selalu mengajarkan agar jangan menzalimi orang. Karena itu dalam hal penegakan hukum harus profesional, proposional, dan menggunakan hati nurani,” sebutnya. “Kalau menangani kasus, tanpa ada pesanan dan tekanan,” demikian pesan Kajati yang hingga kini masih diingatn ya. Banyak lagi jaksa jujur dan berintegritas yang kini menduduki posisi penting di Kejaksaan Agung maupun kejaksaan Tinggi yang menginspirasinya. Salah satunya Ferry Wibisono, Kajati Jawa Barat yang pernah mengabdi di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ely tidak lupa menyelipkan tokoh yang tidak hanya menjadi insprasi, tapi berkesan, yaitu Jaksa Bao dari Tiongkok, penegak hukum yang berani dan menunjukkan ketegasan sebagai harga mati. Walaupun itu hanya film, tapi ia sedang menikmati untuk mengamalkan cara-cara Bao. Semangat yang kian tumbuh subur diperkuat keinginan kuat untuk menjadi penegak hukum hingga pensiun, membuatnya yakin akan terus berkarir menjadi jaksa hingga kontraknya selesai dan ia pensiun. Bahkan setelah selesai berkarir pun, keinginannya adalah mengajar di Lembaga Pendidikan Adhiyaksa. Tapi satu hal yang dia sadari sepenuhnya, bahwa tugas ini menantang dan penuh risiko, memacu adrenalinnya sehingga membuat ia semakin bersemangat. Posisi yang disadari banyak tidak disukai orang, terutama pihak-pihak yang ada kaitan dengan kasus itu. “Memang banyak dibenci orang. Tapi prinpsip saya, lillahitaala,” tegasnya. Prinsip itu dianggapnya mengandung makna, bahwa bekerja itu bagian lain dari beribadah kepada Allah SWT. Sehingga tidak boleh ada niat atau tendensi buruk, apalagi kepentingan setiap melakukan penegakan hukum.

itu sebagai inspirasi. Aktivitas keseharian ayahnya yang padat sebagai pegawai Kejaksaan, membuat perempuan kelahiran Sumbawa, 12 Oktober 1966 ini, akhirnya terinspirasi untuk meneruskan karir Sang Ayah. Menimbang untuk mencari dan menemukan keadilan adalah salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang jaksa. Yang namanya menimbang tentu saja terasa

Ely Rahmawati, SH., M.Hum.

berat karena akan menyangkut nasib orang lain, namun Ely yang berbintang Libra ini punya keyakinan bahwa ia mampu menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya. “Kebetulan bintang saya Libra, simbol keadilan. Jiwa saya cocok dengan ini,” ungkap Ely yakin. Karena itulah, setamat dari

SMA 1 Mataram, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Mataram, tahun 1990. Tidak ada tujuan lain yang ingin dicapainya, melainkan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang jaksa. “Saya akhirnya melamar menjadi jaksa tahun 1993, diterima dan mendapat tugas pertama di Jakarta Utara,” katanya. Semenjak itu yang ia tanamkan dalam benaknya adalah semangat menjadi penegak hukum yang berani. Kodratnya sebagai perempuan tak menghalangi tekadnya, sampai akhirnya berpindahpindah tempat tugas. Karirnya berlanjut sebagai jaksa di Jakarta Timur, Bekasi, sampai Cikarang Jawa Barat. Kepercayaan dari pimpinan memuluskan karirnya, hingga melenggang ke gedung bundar Kejaksaan Agung. Ketika itu, ia menjadi pemeriksa pada Inspektorat III Bidang Pengawasan Kejagung RI. Kini, tanggung jawab lebih menantang di hadapannya, menjadi jaksa penyidik di Pidsus Kejaksaan Tinggi NTB.

Inspirasi

Ria Irawan

5

Ungkap Rahasia ke Publik Siapapun yang melihat penampilan Ria Irawan saat ini mungkin hanya bisa menggeleng kepala dan berdecak kagum. Pasalnya, wanita yang bernama lengkap Chandra Ariati Dewi Irawan yang enam bulan lalu divonis menderita kanker getah bening stadium tiga,terlihat sangat tegar. Ia bahkan terlihat tidak banyak berubah, tetap ceria dan berbicara ceplas-ceplos juga aktivitasnya di dunia hiburan pun seolah tak berkurang. Malah sejak divonis menderita kanker, sosoknya menjadi lebih sering tampil ke publik. Ia menjadi banyak kegiatan, termasuk tampil dalam film terbarunya ‘Bulan di Atas Kuburan’ yang kini tengah tayang di bioskop Tanah Air.

Integritas adalah Aktualisasi apalagi penyidikan. Sebagai manusia yang penuh khilaf, ia sadar bisa saja akan alpa. Beragam bentuknya, mulai tawaran uang, jabatan, berbagai bentuk iming-iming lainnya. Dia bersyukur, sampai saat ini tidak ada yang menembus kokohnya benteng integritasnya. “Saya selalu katakan, saya melaksanakan tugas, sesuai aturan,” tegasnya. “Banyak juga yang mau ngajak ketemu di Jakarta. Saya bilang maaf, saya harus jalankan tugas, titik..!,” demikian jawabannya atas berbagai godaan itu. Soal integritas ini, ia memang sedang berusaha mempertahankannya, memberi warna kental pada lembaga tempatnya mengabdi. Setidaknya ia ingin bergabung dengan jaksa yang punya sikap dan integritas sama untuk mendulang kepercayaan publik. Karena dalam sebuah institusi, ada saja oknum jaksa nakal yang bisa meruntuhkan Pernahkah ada rasa khawatir sebagai jaksa perem- kepercayaan publik yang cukup lelah dibangun itu. “Di puan? Baginya, rasa takut itu adalah manusiawi. Selalu kejaksaan RI, masih banyak jaksa bagus, integritas tinggi. ada rasa khawatir, karena sekali lagi dia berada di ruang Hanya memang ada segelintir yang memanfaatkan jabatan yang berisiko tinggi. Tapi sekali lagi mentalnya sudah untuk kepentingan pribadi. Tapi sebagian besar masih diasah. Rasa takut tak pernah melintas sekali pun dalam punya integritas,” ujarnya yakin. Apalagi kesejahteraan pikirannya, meski ada saja ancaman itu. Dalam keyakinan- pegawai Kejaksaan semakin bagus dan mendapat dukunnya, dia ada dalam posisi benar dalam melakoni tugas. gan penuh pemerintah dari sisi anggaran. “Kalau memang harus gugur saat jalankan tugas, saya Integritas, adalah aktualisasi dari apa yang diucapkan sudah siap,” ujarnya yakin. tentang hal-hal baik, melakukannya dengan penuh tangKarena sepanjang dia yakin bahwa tindakannya benar gung jawab dan mampu menjaga diri dari pelanggaran saat bertugas, rasa takut itu sepertinya tidak pernah ada. standar operasional. Saat ini ia menilai kepercayaan Pernah memang ada ancaman kecil diterimanya langsung, terhadap jaksa semakin pulih. Tidak terpuruk akibat ulah ketika menangani perkara perkosaan saat menjadi Jaksa segelintir oknum. Terbukti dengan banyaknya masyarakat di Kejari Bekasi. Saat itu diancam terdakwa yang ia tuntut yang melapor, sebagai salah satu indikator kepercayaan tinggi, 14 tahun penjara. Baginya kasus pemerkosaan itu. “Selain laporan tertulis, masyarakat bahkan curhat ada adalah perbuatan merendahkan harkat dan martabat penyimpangan ditempat tempat tertentu,” kenangnya. perempuan. Apalagi korbannya masih dibawah umur. Bagaimana menyikapi laporan LSM atau perorangan Maka ketika berhadapan dengan perkara ini, ia akan yang sengaja melapor kemudian “main belakang”? Terhadap “kejam” mengajukan tuntutan. Besarnya tuntutan, ini, ia memegang standar operasional prosedur (SOP) dan membuatnya diancam dibunuh. arahan pimpinan, bahwa pakemnya adalah, jika menangani “Awas jaksa, hakim, begitu saya keluar dari penjara, saya kasus harus pertimbangan yuridis. Semua laporan harus tembak kalian,” kata Ely menirukan kalimat terdakwa, usai ditindaklanjuti, karena memang itu permintaan masyarakat. tuntutan sidang sekitar tahun 2009 itu. Kenyang dengan pen- “Ada laporan tertulis, kita tindalanjuti. Tapi kita masa galaman tindak pidana umum, adrenalinnya tertantang ketika bodoh, apakah LSM itu main belakang memanfaatkan mulai menangani kasus korupsi di Kejari Cikarang. Sejak saat laporan yang masuk ke kejaksaan. Kita tutup mata saja, yang itu, pindah ke sejumlah kejaksaan negeri, ia tetap mendapat penting dasar laporannya jelas,” paparnya. Salah satu tantantempat untuk kursi penyidik tindak pidana korupsi. gan yang harus dihadapi adalah ketika kasus itu berhadapan Menjadi penyidik, apalagi untuk tindak pidana ko- dengan keluarga sendiri, maka apa yang akan dilakukan rupsi, juga punya tantangan lain. Godaan-godaan dari Ely? Tekadnya tetap berpegang pada aturan sesuai doktrin berbagai pihak sering menghampiri. Ini biasanya muncul Tri Karma Adyaksa dan menganggap intervensi dari pihak dari kasus-kasus korupsi yang melibatkan pihak pent- mana pun itu sebagai pekerjaan sia-sia. “Sesuai doktrin Tri ing. Sampai dengan saat ini, ia tugas di Kejati NTB, Karma Adhyaksa dan sesuai dengan perintah harian Jaksa godaan masih ada. Kebanyakan muncul dari orang yang Agung, bahwa kita harus melaksanakan tugas sesuai aturan tidak ingin sampai kasusnya naik ke tahap penyelidikan, yang ada,” pungkasnya. -Haris M/Naniek I. Taufan

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

M

Ria Irawan

ungkin yang terlihat berubah adalah tubuhnya yang terlihat bertambah gemuk, serta kepalanya yang menggunakan penutup. Terkait penutup kepala ini, rupanya Ria punya ‘rahasia’ yang belum lama ini diungkapnya ke publik. Ternyata, peraih penghargaan Artis Terbaik Festival Film Asia Pasific 2003 ini, memakai penutup kepala atau turban untuk menutupi kerontokan parah pada rambutnya akibat efek kemoterapi. Mungkin, orang yang tidak tahu mengira turban itu adalah bagian dari fashion. Apalagi Ria tampak cantik mengenakan turban yang beraneka model itu. Tapi aksinya di sebuah acara pekan lalu sungguh bikin orang tersentuh. Ia mencukur habis rambutnya. “Ini untuk memberi semangat pasien kanker dan para pejuang kanker semoga tetap kuat untuk menyelesaikan pengobatan,” ucap Ria yang sebelum mencukur rambutnya memperlihatkan bagaimana efek kemoterapi pada rambut di kepalanya. Menurutnya, tidak perlu malu karena rambut rontok atau kepala menjadi botak dalam rangka pengobatan. Dia berharap, agar dampak negatif dari perawatan tidak menjatuhkan mental namun harus kuat menjalaninya sampai nanti benarbenar sembuh. “Apalah arti radiasi sampai bikin gosong dan rambut botak? Nggak ada apa-apanya. Tapi

bikin semangat kelak kalau kamu sembuh bisa berbuat hal yang lebih baik,” katanya. Ria yang terlahir sebagai anak bungsu pasangan Bambang Irawan-Ade Irawan, memulai kariernya di dunia perfilman sejak usia empat tahun. Tak heran karena ayahnya Bambang Irawan dan Ibunya, Ade Irawan adalah aktor dan aktris terkenal dimasanya. Ayahnya selain sebagai aktor juga sutradara dan memiliki perusahaan film Agora. Maka meski masih balita ia sudah tampil dalam sebuah film meski hanya figuran. Film pertamanya itu adalah Sopir Taxi pada tahun 1973 kemudian disusul Belas Kasih, keduanya disutradarai sang ayah, Bambang Irawan. Sejak itu, wanita kelahiran Juli 1969 ini, menjadi aktif tampil di layar lebar dengan kualitas akting yang kian baik waktu demi waktu. Tak heran, Ira yang memiliki banyak bakat ini, sepanjang kariernya meraih banyak penghargaan dari dunia film baik dari dalam maupun luar negeri. Di ajang Festival Film Indonesia, ia termasuk salah satu yang menjadi langganan penerima penghargaan, ia juga pernah berjaya di Festival Film Asia Pacific di Iran tahun 2003 saat meraih gelar Artis Terbaik juga meraih MTV Indonesia Movie Award 2006. Sepanjang kariernya Ria telah membintangi puluhan film, di antaranya adalah film-film berkualitas yang telah berhasil meraih penghargaan. Terakhir film yang dibintanginya adalah ‘Bulan di Atas Kuburan’ besutan Edo WF Sitanggang yang kini tengah tayang di bioskop Tanah Air. Selain film juga sinetron, Ria juga memiliki kepiawaian di bidang lain yakni menyanyi. Setidaknya ada empat album dihasilkannya, namun bukan single. Salah satu album itu dibuat keroyokan bersama teman-temannya dengan nama grup ‘Japras’ yang terdiri dari antara lain Ully Artha,Debby Cintia Dewi,Wieke Widowati, Rini S. Bono, Nurul Arifin, Ita Mustafa, Ani Kusuma, Eva Arnaz, dan Rima Melati. Album ini meledak dan laris dipasaran. Di luar itu, Ria juga aktif dengan

aktivitasnya di dunia fotografi. Dari semua itu, yang terlihat tidak bisa dilepas Ria adalah dunia perfilman yang terus ditekuninya. Dia bukan saja berakting tapi juga menjajal menjadi sutradara. Dalam kondisi seperti sekarang di mana dia terkena kanker, Ria tetap tidak mengurangi aktivitasnya di dunia akting. Ria boleh dibilang adalah penderita kanker yang ‘special’. Meski divonis kanker stadium tiga tidak membuatnya menarik diri dari lingkungan. Malah dengan ‘cuek’ mengumumkan kalau dirinya terkena penyakit mematikan ini. Seperti dikatakannya kepada wartawan, dia tidak ingin penyakitnya itu menjadi beban. “Biasa ajalah, nggak usah dipermasalahkan. Gua nggak mau didramatisir. Lebih enggak enak bisulan, sakit kepala. Kalau kanker kan nggak buat nyut-nyutan,” ucapnya sembari ketawa lebar. BERSYUKUR BANYAK YANG TERINSPIRASI Untuk terus membangun semangatnya, ia pun tetap berkegiatan seperti biasanya. Bahkan dalam setiap kesempatan ia berusaha memberi semangat kepada penderita kanker yang lain agar tetap tabah dan kuat. Dia ingin apa yang dilakukannya juga menjadi inspirasi bagi yang lain. Menurut Ria, masa-masa sedih dan kaget bahkan sebelumnya sempat tidak menerima keadaan sudah dia lewati. Dulu, saat mendapat kabar itu, dia bukan hanya kaget tapi juga shock. Seperti ‘petir di siang bolong’. Pasalnya, baru saja ia menjalani operasi pengangkatan rahim karena terjadi penebalan juga adanya miom.

Ruben Onsu bersama Ria Irawan

Kondisi itu sudah dialami sejak 2009 lalu, kemudian September 2014 dia memutuskan untuk melakukan pengangkatan rahim. Tapi siapa nyana sepekan setelah operasi dilakukan, saat dia diantar keluarganya melakukan kontrol ke dokter, justru kabar buruk diterimanya. Kanker getah bening stadium tiga. Namun dalam perjalanannya dia berusaha tenang dan ikhlas. Ia tak mau hal itu menjadi beban yang membuat dirinya terpuruk. “Gua bukannya santai hanya berusaha ikhlas saja,” ucapnya. “Ini bagian dari pengobatan untuk kesehatan,” kata Ria yang mengaku sekarang kepalanya terasa lebih sejuk dibanding sebelumnya yang terasa panas. Perasaan Ikhlas sangat membantu, setidaknya membangun semangat untuk memerangi penyakit yang menderanya. Ia ingin sembuh, karena itu dia menjalani pengobatan. Dia juga bersyukur karena lingkungannya, keluarganya, saudara-saudara juga teman-temannya sangat mendukung dirinya. Mereka tidak

Ria Irawan saat terbaring di rumah sakit

memberinya keistimewaan karena penyakitnya, mereka memperlakukannya biasa-biasa saja. Justru itulah yang disangat disyukuri Ria sehingga ia merasa mudah menjalani semuanya. Tidak ada perasaan dikasihani, sehingga ia pun tegar. Ria berharap apa yang sudah dilakukannya, ditampilkannya, bisa menjadi inspirasi bagi yang lain untuk tetap semangat dan tegar. “Sudah enam bulan aku menjadi pasien kanker. Saat didiagnosa pertama kali, tentu saja kaget banget. Juga menghadapi tahapan-tahapan untuk pengobatan. Tapi kita jangan takut menjalani semua terapi itu karena itu adalah untuk kesembuhan kita. Kita harus kuat menjalaninya,” ucap Ria. Diakuinya dirinya merasa senang karena ada banyak penderita yang terinspirasi darinya. “Iya, banyak banget. Mereka terinpirasi, termotivasi juga menjadi semangat. Alhamdulilah karena niat gue kan ingin menyampaikan hal positif,” ungkap Ria berberapa waktu lalu. Menurut Ria, penyakit itu dideritanya bukan karena pola hidup yang tidak sehat karena selama ini dia telah menjalani pola hidup sehat termasuk tidak mengkonsumsi makanan berbahan pengawet. Namun, katanya, mungkin saja karena faktor genetik dari keluarga. Dalam keluarganya ada beberapa yang menderita kanker. Selain itu dia sendiri pun secara hormonal telah memiliki bibit kanker. Dia mengaku kalau dirinya terlambat melakukan pencegahan. Seharusnya ketika ia mendapat tanda saat menstruasi tidak stabil ia melakukan pencegahan. Tapi semua telah terjadi dan kini dia ikhlas menjalaninya. “Dulu belum ikhlas, tapi sekarang sudah benar-benar ikhlas,” ucap Ria yang telah menjalani kemoterapi yang kelimanya. -Diana Runtu


4

Inspirasi

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Mandalika

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Situs Gunung Tambora Puncak Kesempurnaan Cinta Manusia I r e n e F. M o n g k a r

Usianya sudah setengah abad lebih, namun semangatnya tetap menggebu-gebu. Peserta seminar diajak berdiri, bergerak, dan berteriak. Karena seminar ini diikuti ibu hamil dan pasangannya, mereka juga diminta untuk berpelukan menunjukkan kasih sayang.

mua berjalan dengan semestinya. Program stimulasi dirancang khusus untuk masing-masing bayi dan dilakukan guru pertamanya, yaitu ibu. Terus berikan stimulasi dan lihat bagaimana si kecil tumbuh menjadi manusia seutuhnya yang bahagia, percaya diri, dan penuh imajinasi. Jangan pernah bosan memberikan informasi dalam segala bentuk dan jangan pernah menghambatnya untuk bergerak, berbicara, dan melakukan eksplorasi,” jelas Konsultan Finger Print Analysis, Konsultan Anak dan Orangtua, dan Konsultan Graphology ini.

tkh/wawan

Bubun dalam acara interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” di Denpasar

“A

21

yo ibu-ibu jangan cemas…ibu hamil harus berpikir positif dan membuang rasa khawatir. Bayi yang terlahir dari ibu yang tenang, nyaman, dan berpikir positif akan menjadi bayi yang tenang,” ujar Irene F. Mongkar, pakar stimulasi anak saat menjadi narasumber interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” dalam rangkaian event “Prenagen Pregnancy Educational Journey di Denpasar, Minggu (26/4). Perempuan yang akrab disapa Bubun ini mengatakan saat trimester ketiga, bukan hanya waktu kelahiran yang dirasakan makin mendekat, tetapi banyak perubahan yang dialami ibu. “Di periode ini mulai muncul kekhawatiran tentang proses melahirkan, apalagi kalau ini yang pertama kali,” ungkapnya. Kekhawatiran yang dialami ibu dan ayah ini merupakan hal yang wajar. Wajar karena banyak sekali keyakinan tertanam tentang proses kelahiran yang seringkali kurang positif. Ibu hamil seharusnya selalu

JANGAN LEWATKAN MERANGKAK Bubun mengingatkan orangtua untuk tidak melewatkan semua fase-fase perkembangan anak. Salah satu contoh yang sering ia temui adalah anak tidak belajar merangkak, tetapi langsung berjalan. Alasan orangtua ketika anaknya melewatkan fase merangkak adalah lokasi rumah yang sempit, baru bergerak sedikit sudah ada perabotan dan kesempatan orangtua untuk mendampingi anak. “Ini sebenarnya bisa diatasi kalau orangtua benar-benar memahami manfaat merangkak. Merangkak ini tahapan awal anak mengenal keseimbangan, mengenal konsep tiga dimensi. Benda yang dari jauh terlihat kecil,

ketika didekati akan makin besar. Kalau ini dilewatkan, saat besar nanti, anak menjadi tidak fokus dan tidak konsentrasi,” kata pembicara masalah parenting yang juga ikut dalam tim penerjemah buku-buku Glenn Doman, seperti “Bagaimana Mengajar Bayi Membaca”, “Bagaimana Mengajar Bayi Matematika”, dan “Apa yang Dapat Dilakukan untuk Anak Anda yang Cedera Otak”. Ia menuturkan jika klien yang berkonsultasi mengeluhkan tentang anaknya yang sulit berkonsentrasi, tulisannya jelek, dan tidak fokus dalam belajar, ia akan meminta orangtua si anak untuk bercerita tentang perjalanan si anak. Dari situ, kadang ada orangtua yang bangga anaknya bisa berjalan tanpa merangkak terlebih dahulu. Padahal kunci permasalahan ada di fase itu. Solusinya adalah, Bubun meminta si orangtua untuk mengajak anaknya untuk merangkak. Merangkak ini bisa dilakukan

berpikir positif dan membuang semua rasa khawatir. Perasaan khawatir dan takut membuat tubuh bereaksi negatif terhadap kelahiran. Sebaliknya, pikiran positif selama masa kehamilan dan proses kelahiran akan berdampak positif bagi si kecil. Bayi yang lahir akan menjadi bayi yang tenang. Kelahiran bayi menurutnya merupakan puncak kesempurnaan cinta manusia. Perempuan kelahiran 22 Agustus 1962 ini mengatakan evaluasi kemampuankemampuan dasar si kecil sangat penting ketika ia lahir ke dunia. Evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah kondisi dan fungsi kerja sistem saraf si kecil sudah sempurna dengan semestinya. ”Jika hasilnya belum sesuai, ibu dan ayah dapat melakukan sesuatu Peserta interaktif talkshow “Momen Indah Menanti dan Merawat si Kecil” diminta untuk berpelukan untuk memastikan se-

tkh/wawan

Sahmin, warga Dusun Sumber Urip Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima, kaget ketika linggis dan pacul yang dipakainnya saat menggali pasir di pekarangan rumahnya untuk membuat fondasi rumah, tiba-tiba membentur pecahan keramik dan beberapa benda lainnya. Kekagetannya bertambah ketika semakin dalam ia menggali tanah di halaman belakang rumahnya di dusun itu, ia mendengar gemerincing dua buah gelang yang terbuat dari perak dan nare (nampan) juga ditemukan dari bawah tanah tersebut. Dusun Sumber Urip adalah salah satu wilayah yang terkubur ketika Gunung Tambora meletus 200 tahun silam, bersama terkuburnya dua kerajaan yakni Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat.

S

Irene F. Mongkar

tkh/wawan

sambil bermain, misalnya kudakudaan. Dari pengalamannya menangani kasus-kasus seperti ini dan solusi “kembali merangkak”, dalam waktu tiga sampai enam bulan, kemampuan si anak menjadi lebih baik. Bubun mengingatkan perkembangan sel otak anak pada usia 0-4 tahun mencapai 50%, usia 4-8 tahun 30%, dan usia 8-18 tahun 20%. Karena itu momen ketika anak berusia di bawah 4 tahun harus dimanfaatkan untuk memberi stimulus positif. Stimulus ini dilakukan dengan lima indera yang dimiliki manusia. “Otak terdiri dari triliunan sel otak yang saling bersambungan. Ini harus dirangsang agar saling bersambungan. Otak tidak bisa kerja kalau tidak ada pertanyaan,” tegasnya. Stimulus untuk otak ini sebagai nutrisi untuk perkembangan otak, ibarat memberi makan pada perut. Pemberian nutrisi ini dari persiapan kehamilan, saat hamil, hingga masa menyusui dan nutrisi harus mengandung gizi penting untuk tumbuh kembang janin dan mencegah risiko cacat tabung saraf otak. –Ngurah Budi

Learning is Always Fun Irene F. Mongkar dikenal sebagai pakar stimulasi anak. Ia juga penulis buku Dea, Bayi yang belajar di “Harvard”, Buku Panduan Stimulasi Kecerdasan (seri 1, seri 2, seri 3), Buku Saku untuk Project PPEJ (Prenagen Pregnancy Educational Journey) bersama Prenagen, dan Buku Saku Mengetahui Pola-pola Dasar Sidik Jari untuk Mengetahui Potensi Lahir. Apa alasan Bubun, sapaan akrab Irene menekuni dunia parenting? “Saya memiliki pengalaman kecil yang tidak enak. Masa kecil yang penuh tuntutan, di-bully dengan kekerasan fisik dan psikis, mendapatkan perlakuan tidak adil, dll. Saya pun bertekad agar jangan ada lagi yang mengalami seperti saya. Traumanya bertahan

puluhan tahun dan sangat sulit hilang. Sekarang sudah sembuh total, saya mencintai ibu saya dengan sepenuh hati dan memahami mengapa hal tersebut dilakukannya. Pengalaman masa lalu menjadi pelajaran mahal membulatkan tekad saya untuk menyadarkan sebanyak mungkin orangtua untuk benar-benar mendidik anak dengan hati dan cinta yang tulus,” ujar perempuan yang menyebut dirinya “Sahabat Orangtua dan Balita” ini. Bubun berharap masa depan anak Indonesia bisa lebih baik kalau generasi yang sekarang masih dalam bentuk anak kecil dididik dengan benar oleh orangtua masing-masing. Orangtua diingatkan terus menerus

bahwa orangtua adalah guru yang pertama dan utama dan rumah adalah sekolah yang paling penting. “Berikanlah anak-anak kesempatan untuk memiliki pengalaman belajar itu menyenangkan...learning is always fun. Bukakanlah jalan agar mereka menjadi dirinya sendiri dengan terus menerus menggali potensi mereka. Jangan memaksakan kehendak dan jangan jadikan anakanak seperti yang orangtua mau,” tegas pembicara yang sejak 2014 bekerjasama dengan Kalbe Farma dalam program PPEJ (Prenagen Pregnancy Educational Journey) bersama Prenagen di 10 kota di Indonesia dan pembicara Parenting bekerjasama dengan PT Tigaraksa Satria Tbk. –Ngurah Budi

elain beberapa benda itu, Sahmin juga menemukan keris dan dan batu besar berbentuk seperti alas tiang rumah juga tulang belulang manusia. “Waktu menggali pasir untuk membuat fondasi rumah, saya menemukan dua buah keris, dua buah gelang seperti perak, pecahan keramik, pecahan nare, batu besar bentuknya seperti untuk alas tiang rumah panggung, juga ada tulang-tulang. Sepertinya itu tulang manusia,” ungkap Sahmin. Seperti halnya warga lain yang tinggal di dalam wilayah perkebunan kopi ini, meskipun kaget ketika menemukan benda-benda seperti ini, Sahmin mengaku biasa saja. Penemuan benda-benda di bawah tanah bekas timbunan material yang dimuntahkan oleh Gunung Tambora saat meletus 200 tahun lalu itu, oleh masyarakat di sini

Drs. I Gusti Made Suarbhawa

memang kerap kali terjadi. Seringnya masyarakat menemukan hal ini, membuat mereka memahami bahwa benda-benda tersebut ber-

nilai sejarah tinggi, sehingga tidak jarang mereka, termasuk Sahmin, melaporkan penemuan itu pada petugas keamanan setempat. Berbagai penemuan seperti inilah yang lambat-laun akan mengungkap dengan jelas akan peradaban dua kerajaan yang terkubur yang diperkirakan oleh para ahli ada di wilayah tersebut. Karena sampai pada 200 tahun letusan itu terjadi, pusat dua kerajaan yang terkubur oleh material muntahan Gunung Tambora ini belum juga ditemukan. Namun, perlahan-lahan para ahli mulai mengungkapkannya, sedikit demi sedikit. Menguak misteri dari balik tanah di wilayah ini. Setelah penemuan benda-benda bersejarah oleh masyarakat di tahun 1979, lokasi tersebut “ditutup” tahun 1982 oleh aparat setempat dan tidak boleh ada masyarakat yang melakukan aktivitas penggalian atau pencarian lebih lanjut. Wilayah

Temukan Rangka Manusia Penelitian dan penggalian secara intensif mulai dilakukan oleh dunia keilmuan lewat para ahli di kawasan Sori Sumba ini. Penelitian pertama kali yang dilakukan pada tahun 2004 oleh seorang ahli dari Rhode Island University USA, bernama Harraldur Sigurdsson bersama Igan S. Sutawijaya dari Museum Geologi Bandung. Dua orang ahli ini menemukan bukti kehidupan yang terkubur dari balik tanah yang mereka gali di kaki Gunung Tambora itu. Selain menemukan keramik, gerabah dan beras yang sudah menjadi arang, geolog ini juga menemukan kerangka manusia. “Waktu itu kami menemukan rangka sepasang manusia yang berpelukan, diduga mereka meninggal akibat terkena hempasan awan panas Gunung Tambora,” kata Igan. Masih di tahun yang sama, Ir. Heryadi Rachmat, MM., seorang geolog dari Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Barat waktu itu, juga melakukan penelitian di kaki Gunung Tambora ini bersama dengan seorang geolog lulusan Perancis Dr. Indyo Pratama dari Museum Geologi Bandung serta arkeolog bernama Drs. I Made Griya, M.Si. dari Balai Arkeologi Denpasar, yang mewakili

Pusat Arkeologi Nasional. “Dalam penelitian ini menggunakan bantuan alat Ground Penetration Radar (GPR) yang dapat merekam kondisi struktur dan material apa yang ada di bawah tanah, dan kami menemukan sisa bangunan, komponen atap rumah, kerangka atap yang terbuat dari bambu serta tiang penyangganya,” kata Heryadi. Penelitian ini masih menitikberatkan (dominan) dari sisi geologi belum dilakukan secara khusus dari sisi kearkeologiannya. “Kegiatan penelitian secara sistematis kearkeologian baru dilakukan pada tahun 2007 yang dilakukan oleh Pusat Arkeologi Nasional dan Balai Arkeologi Denpasar,” ujar Made Suarbhawa. Tahun 2008 Balai Arkeologi Denpasar yang melakukan eskavasi di Dusun Oi Bura, sekitar wilayah Sori Sumba berhasil menemukan satu rangka manusia masih memakai atribut keris yang terselip di pinggangnya. Penemuan ini membuat para arkeolog terus mencari dan menemukan benda-benda bersejarah ini untuk mengungkap posisi dan kekayaan dua kerajaan yang terkubur di sini. Benda-benda yang ditemukan, seperti tombak, alat-alat lain yang merupakan komponen bangunan,

seperti bagian atap, tiang, alat-alat rumah tangga, keramik, alat tenun, padi, wadah tempat rempahrempah, sendok dan lainnya, secara lengkap untuk kemudian patut diduga kawasan ini sebagai pemukiman penduduk dan ada kehidupan yang pernah terjadi di bawah tanah tersebut. Selain itu, juga ditemukan benda lainnya seperti, keramik, alat-alat rumah tangga (peralatan dapur), tali kuda, koin dan lainnya. Ada pula ditemukan bulir biji padi yang diduga jenis padi ladang masih utuh dengan jumlah yang sangat banyak, kemiri, kapulaga di bawah reruntuhan bangunan dengan atap ilalang. “Harapannya semakin ke depan akan menemukan karakter atau jenis temuan yang nantinya akan terindikansi sebagai pusat kerajaan seperti istana itu ada. Untuk tahu bahwa itu adalah istana, tentu saja akan berbeda karakteristiknya dengan pemukiman, barang atau benda-benda yang lebih mewah karena raja memiliki status sosial lebih tinggi,” lanjutnya. Yang seperti inilah yang sama sekali belum ditemukan. Hingga saat ini rumah panggung yang ditemukan rata-rata berukuran 3x5 meter yang tentu saja itu bukan ukuran sebuah istana. Selain target

Benda-benda yang ditemukan di Situs Gunung Tambora

penemuan sekitar Sori Sumba ini lalu cukup lama dibiarkan dalam keadaan seadanya. Hingga akhirnya lebih dari seperempat abad kemudian, tepatnya 22 tahun kemudian, di tahun 2004, para peneliti mulai melakukan penelitian di lokasi itu. Jika saat masyarakat menemukan benda-benda dari balik tanah dalam hutan Tambora di tahun 1979, masih dianggap barang biasa (oleh masyarakat), maka penemuan-penemuan dari hasil penelitian para ahli, menjadi sumber ilmu pengetahuan yang bernilai sangat tinggi. Berbagai penemuan yang tergali secara intelektual ini akhirnya mampu mengungkap masa

lalu kehidupan yang ada di balik timbunan tanah di kaki dan lereng Gunung Tambora itu. Cermin sebuah kebudayaan masyarakat yang tinggal di pemukiman yang terkubur itu, terjelaskan dari penemuan seperti, keramik kuno dalam jumlah yang bertumpuk juga padi dalam jumlah yang cukup banyak bahkan ada yang masih utuh. “Ditemukan pula bangunan berupa rumah yang masih utuh atapnya di mana kerangka atap terbuat dari bambu dan memiliki tiang penyangga,” kata Drs. I Gusti Made Suarbhawa, Kepala Balai Arkeologi Denpasar Wilayah Kerja Provinsi Bali, NTB dan NTT.

menemukan pusat dua kerajaan yang terkubur ini, Balai Arkeologi Denpasar juga menargetkan penemuan untuk mengetahui bagaimana kearifan masyarakat dua kerajaan tersebut. Dari penemuan-penemuan selama ini, sudah dapat menggambarkan bahwa sesungguhnya masyarakat Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat adalah masyarakat yang sudah maju. Hal ini bisa dilihat dari atap rumah panggung tradisional yang ditemukan terbuat dari material yang diambil dari alam seperti ijuk yang dirangkai dengan teknik ikatan. “Dalam hal pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, masyarakat dua kerajaan ini tergolong telah maju. Masyarakatnya adalah bukan sekadar masyarakat agraris biasa melainkan juga sudah berorientasi bisnis, seperti adanya home industry yang terindikasi dari banyaknya penemuan alat-alat tenun,” kata Made Suarbhawa. Dalam beberapa kali penelitian banyak ditemukan peralatan tenun. Dengan banyaknya alat tenun yang ditemukan, menurut Made Suarbhawa, tentu saja hasil tenun bukan sekadar untuk kebutuhan dipakai sendiri melainkan tampaknya sudah berorientasi pada bisnis (untuk dijual). Kondisi ini semakin memperkuat bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di dua kerajaan ini terbilang tinggi. Indikasi kehidupan

ekonomi yang baik utama ada pada penemuan barang-barang berharga seperti perhiasan emas, dan keramik yang berasal dari negeri Cina, termasuk juga ada mata uang Belanda dan lain-lain. Bicara soal emas, ujar Made Suarbhawa, tentu saja masyarakat zaman dahulu tidak ada yang terlalu memiliki pengetahuan bahwa di daerahnya ada kandungan emas apalagi mampu mengelolanya hingga menjadi perhiasan seperti yang ditemukan. “Pastilah barang tersebut datang (dibeli) dari luar daerah,” katanya. Belum lagi, beberapa keramik yang ditemukan itu bukan keramik biasa melainkan itu produk Cina yang berasal dari Dinasti Ching pada abad ke-17. Seluruh penemuan dalam penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog ini ternyata membuktikan bahwa masyarakat Kerajaan Pekat dan Kerajaan Tambora sebelum terkubur material letusan Gunung Tambora, hidup dalam kemakmuran. “Ini dibuktikan dari penemuan barang-barang dan benda, seperti emas, keramik bahkan ada yang berasal dari abad ke-17 di masa Dinasti Cing Cina. Benda-benda ini memperlihatkan bahwa kehidupan mereka terbilang makmur karena untuk mendapatkan atau memiliki benda seperti itu, tentulah orang harus memiliki tingkat kelebihan finansial yang cukup,” kata Made Suarbhawa. -Naniek I. Taufan


22

Sosialita

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Prostitusi Online

ibarat Gunung Es Kasus prostitusi online belakangan sedang marak dibicarakan. Ini sebenarnya bukan isu baru namun masalah ini kembali terangkat sejak kematian Deudeuh alias Tata Chubby yang tewas di rumah kosannya. Dari kejadian itu terungkap kalau korban dibunuh oleh teman kencan yang didapatnya dari dunia maya. Terungkap juga kalau korban memiliki ‘profesi’ sampingan yakni menjadi PSK yang menjajakan ‘jasanya’ lewat medsos. Prostitusi online via bbm

S

ejak kasus itu terungkap, isu lama tentang kos-kosan yang dijadikan tempat maksiat alias prostitusi mengemuka kembali. Penertiban pun gencar dilakukan. Bersamaan dengan itu mencuat berita yang menghebohkan, polisi mengungkap bisnis pelacuran di sebuah apartemen di Kalibata, Jakarta Selatan. Di antara para PSK tersebut ternyata beberapa di antaranya adalah anak dibawah umur. Mereka berusia SMP, SMA, yang dijajakan secara online oleh mucikari. Jika ada yang berminat, bisa menghubungi nomor telepon yang ada atau bisa juga lewat sms. Untuk berkencan, mucikari sudah menyediakan tempatnya yakni di dua kamar yang ada di apartemen tersebut yang memang sudah disewa untuk keperluan tersebut. Tarif sekali kencan berkisar antara Rp 600-800 ribu. Namun, anak-anak ini hanya menerima sekitar 25% dari tarif atau sekitar Rp150-200 ribu, sedang sisanya diambil oleh sang mucikari. Tarif tersebut adalah tarif berkencan di tempat yang sudah disediakan. Sedang tarif kencan di luar bisa lebih dari itu. Semua detail bisnis prostitusi ini terungkap ketika polisi meminta kete­ rangan semua pihak yang terlibat dalam kasus tersebut. Berbicara prostitusi anak online juga diungkap Koordinator Nasional ECPAT(End

Child Prostitutoin, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purpuse) Indonesia, Ahmad Sofian dalam acara diskusi yang berlangsung di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (29/4). Terbongkarnya kasus di Kalibata tersebut, katanya, merupakan momentum untuk memerangi perdagangan anak. Meski ini bukan satu-satunya kasus, negara harus tegas dengan hal ini. Menurutnya, di Jakarta, anak-anak diperjualbelikan melalui sosial media. Pelakunya mucikari bahkan sesama anak atau temannya sendiri. Di Bandung, ada sindikat yang mengembangkan website kemudian anak-anak itu ‘dijajakan’ secara online. Di Surabaya, anak-anaknya dijual melalui sosial media dan aplikasi layanan pesan online. “Kasus jumlahnya di Bandung ada 257 kasus, di Surabaya menemukan mucikari yang menjual gambar anak-anak dengan konten seksual ke luar negeri. Di Jakarta, gambar-gambar pornonya didistribusikan ke sosial media dan blog,” ujarnya dalam acara diskusi publik bertema ‘Membedah Jual Beli Seks Anak Online’. Hal yang diungkap itu merupakan hasil penelitian ECPAT di tiga kota besar di Indonesia, yakni, Jakarta, Surabaya dan Bandung sejak 2012 hingga sekarang. ECPAT melakukan riset kualitatif sekaligus

Kasus prostitusi anak online di Kalibata terungkap

melakukan pendampingan kepada 14 anak yang menjadi korban eksploitasi seksual online. Menurut Ahmad Sofian, ada 2,5 juta email per hari yang mengandung konten pornografi. Namun, ada 647 website pornografi yang berhasil ditutup oleh program internet sehat NAWALA. Sedangkan menurut data dari National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) dari 1 Juni-15 November 2012, kasus prostitusi

online anak di Indonesia menempati rangking 1 dunia dengan jumlah kasus 18.747 kasus. “Ini seperti fenomena gunung es,” ucapnya. HUKUM BERAT LELAKI HIDUNG BELANG Di sisi lain, Indonesia memiliki masalah dalam hal hukum karena kurang tegasnya sanksi pidana bagi pembeli seks anak-anak. Dalam undang-undang yang dikriminalkan

Indonesia setelah Brazil dan Vietnam ECPAT Indonesia (Child Prostitution, Child Pornography and Trafficking of Children for Sexual Purpuses) mengungkapkan, Indonesia kini telah menjadi salah satu negara tujuan pariwisata seks anak terbesar di dunia. Wisatawan domestik dan internasional datang ke berbagai destinasi wisata di Indonesia untuk mencari kepuasan seks dengan anak-anak. “Turis yang berwisata untuk mencari kepuas­ an seks dengan anak-anak makin marak seiring perkembangan industri pariwisata nasional. Indonesia termasuk negara terbesar ketiga tujuan pariwisata seks anak setelah Brasil dan Vietnam,” kata Andy Ardian, Manager Program ECPATIndonesia. Menurut Andy, ada tujuh provinsi di Indonesia yang

menjadi tujuan utama para turis yang mencari wisata seks anak di daerah wisata yakni DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat, JawaTimur, Kepulauan Riau, Sumatera Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Andy menambahkan, praktek pariwisata seks anak itu melibatkan pihak swasta dirantai industri pariwisata yang mengurusi jasa perjalanan, penginapan, transportasi dan lainnya. Mereka memfasilitasi kontak antara turis dan anak. Transaksi seks berlangsung di lokalisasi pelacuran, hotel hingga tempat hiburan yang terdapat di berbagai daerah wisata di perkotaan, perdesaan hingga pesisir. Menurutnya, pariwisata seks anak meluas di Indonesia disebabkan minimnya kesadaran hukum para pelaku usaha di industri pariwisata nasional. Di

Diskusi membedah jual beli eks anak online

tingkat internasional, United Nations World Tourism Organization (UNWTO), organisasi di bawah Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyusun Kode Etik Pariwisata (Global Code of Ethics for Tourism) yang berisi panduan bagi pelaku usaha di sektor pariwisata di dunia agar dalam menjalankan bisnisnya tidak ikut serta memfasilitasi meluasnya wisata seks anak. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pariwisata nasional harus berperan mencegah transaksi seks anak di kawasan wisata merujuk kode etik tersebut. “Sektor swasta pariwisata tidak boleh tutup mata namun harus aktif mencegah terjadinya eksploitasi seks anak di kawasan wisata,” tambah Ahmad Sofian. –Diana Runtu

lebih kepada sindikat.”Indonesia menjadi negara paling buruk di ASEAN dalam rangka menghukum pembeli seks anak. Undang Undang Perlindungan Anak (UU PA) tidak lagi cukup untuk menangani masalah ini. UU PA hanya menangani kekerasan seksual saja. Kalau kasusnya belum terjadi sulit dituduhkan. Padahal misalnya, ada bukti pesan singkat, pemesanan kamar hotel dll, harusnya pembeli yang akan melancarkan aksinya bisa dijebloskan ke penjara,” ucapnya. Seharusnya, kata Ahmad Sofian, selain UU PA ada norma lain yang bisa digunakan untuk menjerat pembeli dan calon pembeli. Misalnya, norma pembelian seks anak, bersetubuh dengan anak, pencabulan sampai dengan percobaan pembelian seks melalui online. Harus ada regulasi yang tegas untuk menghambat sebaran dan bertambahnya kasus prostitusi anak. Menurutnya, jika upaya hanya dengan memblokir laman prostitusi, efeknya tidak banyak karena kecanggihan teknologi sulit dibendung. Hal yang harus dilakukan adalah penegakan hukum dan perluasan norma hukum mengenai prostitusi anak. Kasubdit Remaja, Anak dan Wanita (Renakta) Direktorat Reskrimum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Didi Hayamansyah mengatakan, pihaknya saat ini tengah melakukan patroli siber untuk mengungkap jaringan prostitusi yang melibatkan anak di bawah umur. Dari hasil penelusuran, ternyata mucikari bukan hanya berusia dewasa tapi juga anak-anak. Mucikari yang masih di bawah umur ini, menjual anak-anak yang seusianya pula. “Pelaku prostitusi online ini, bukan hanya dijerat tindak pidana prostitusi tapi juga UU Perlindungan Anak dan Human Trafficking. “Pengguna jasa juga bisa dikenakan pidana karena mencabuli anak di bawah umur. Meski anak itu mau, misalkan, tetap saja itu melanggar,” tegas Didi di tempat terpisah. Masalah kemiskinan memang menjadi alasan seseorang terjun ke dunia prostitusi. Namun belakangan, faktor lain juga muncul seiring dengan makin maraknya praktek prostitusi yakni gaya hidup. Di luar masalah human trafficking, belakangan banyak anak di bawah umur maupun wanita usia muda, rela menjajakan dirinya demi membiayai gaya hidupnya. Menurut Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, munculnya fenomena prostitusi yang menggunakan fasilitas jejaring sosial. Menurutnya, hal ini bukan hanya karena tuntutan kebutuhan hidup namun juga karena gaya hidup yang tinggi.“Prostitusi online bukan hanya untuk pemenuhan kebutuhan hidup tapi banyak juga karena faktor life style,” katanya pekan lalu. Salah satu contohnya adalah kasus pembunuhan Deudeuh alias Tata Chubby yang belum lama ini terjadi. Wanita cantik yang dibunuh teman kencannya ini, kata Khofifah, bukanlah orang yang tidak mampu. “Dia tidak termasuk dalam golongan orang tak mampu,” ucapnya. Terkait dengan hal tersebut, Khofifah mengingatkan, agar perempuan tetaplah bergaya semampunya dan tidak memaksakan diri untuk memenuhi keinginan gaya hidup tinggi. –Diana Runtu

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

Putri Suastini

Mengalir sesuai Tuntutan Hati Ia sangat terkenal sebagai seniman drama yang andal di era 1980-an. Perannya yang memukau, sebagai ratu dan permaisuri dalam berbagai kisah drama klasik Teater Mini Badung melambungkan perempuan bernama lengkap Ni Putu Putri Suastini ini. Setelah menikah dan suaminya berkarier sebagai politisi, Suastini tetap berkesenian. Kini, walaupun menyandang gelar istri anggota DPR RI yang sudah tiga periode menjabat pada 2004-2009, 2009-2014, dan 2014-2019, dan suaminya juga dipercaya sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali oleh Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, ­Suastini belum tertarik ikut berpolitik. Baginya, politik adalah seni. Politik dan seni tetap bisa saling mendukung. Tapi seni tak bisa dipolitisir, biarkan mengalir begitu saja.

“B

asic suami saya seorang akade­ misi yang sempat berprofesi se­bagai seorang dosen di Jakarta. Tapi sejak masa sekolah sudah ditem­ pa ­p engalaman berorganisasi di ­organisasi keagamaan, seperti Per­ himpunan Pemuda Hindu Indonesia (Peradah Indonesia) dan Prajaniti Hindu Indonesia, sehingga saat me­ masuki dunia politik, klop men­ jadi seorang politisi yang akademisi. Karakter mendidiknya terbawa saat harus berada di tengah para Kader Partai dan keilmuannya di bidang pendidikan sangat bermanfaat dalam mendukung tugasnya sebagai ang­ gota Dewan,” tutur istri Dr. Ir. Wayan Koster, M.M ini. Suastini menuturkan, ia bersama suaminya berbagi tugas yang sama penting dan sama beratnya. “Suami mencari nafkah dan ber­kiprah di dunia politik, sedangkan saya me­ ngurus rumah tangga dan anak anak dengan baik sehingga suami nyaman dan aman saat melakukan tugas dan tanggungjawabnya,” tutur perempuan kelahiran Denpasar, 27 Januari 1966 ini. Suastini menilai, sebagai ang­ gota dewan, suaminya Wayan Koster

s­ udah melaksanakan tu­ gasnya dengan sangat pro­ fesional, tekun, dan displin waktu sehingga berangkat ke kantor paling lambat pukul 08.00 pagi dan pu­ lang hingga larut malam, paling cepat pukul 22.00. Apalagi, sebagai Anggota Badan Anggaran merang­ kap Anggota Komisi X DPR RI. Saat ada pem­bahasan APBN dan Rancangan Undang-Undang, Wayan Koster pulang bisa hingga pukul 03.00 dini hari, dan harus berangkat lagi pukul 08.00 pagi. “Saya ber­ syukur suami bisa bekerja keras, sekaligus bangga dan membahagiakan saya pribadi dan keluarga, ­karena saya yakin hasil kerja keras dan perjuan­ gannya itu ter­u tama di bidang pendidikan, ke­ budayaan, pariwisata, dan olahraga sudah dira­ sakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya di Bali,” kata Suastini. Dukungan terhadap suami, ia lakukan dengan tak pernah lupa berdoa untuk kesehatan dan ke­ selamatan dalam menjalankan tu­ gasnya. “Saya memang memberikan kepercayaan penuh kepada Bapak agar dapat bekerja secara lelua­sa melaksanakan tugasnya sebagai anggota DPR RI,” ucapnya. Apalagi, kini kesibukannya bertambah se­ bagai Ketua DPD PDI Perjuangan Bali yang harus sering bolak balik Jakarta-Denpasar di akhir pekan untuk memimpin tugas – tugas par­ tai di Bali sehingga waktunya untuk keluarga semakin sedikit. “Saya percaya apa yang dilaku­ kan Bapak adalah yang terbaik untuk keluarga, bangsa, dan negara,” ujar Suastini. Menurutnya, jika sudah menjalankan tugas sebagai ibu ru­ mahtangga yang baik, dan tak ada masalah dengan kesehatan dan pen­ didikan anak anak, tentu, suami akan sangat tenang bekerja menjalankan kewajiban sebagai anggota DPR RI dan memimpin partai di Bali. Ia me­ ngatakan sangat bahagia, saat suami dapat berbuat dan bekerja dengan baik, untuk partai dan menjembatani kepentingan masyarakat khususnya di Bali. Namun, di lain sisi, kadang, ia merasa sedih, bila membaca hujatan, makian, juga usaha orang meng­ giring-giring suaminya ke ranah hukum. “Tapi mereka itu, adalah guru

Putri Suastini dan keluarga

sejati yang gratis bagi saya. Karena darinya saya belajar banyak tentang kesabaran, kebijaksanaan, rendah hati, tetap sederhana dan merasakan keajaiban serta kasih yang berlimpah dari Shang Hyang Widhi Wasa untuk keluarga kami,” kata Ibunda Ni Putu Dhita Pertiwi dan Ni Made Wibhuti Bhawani ini. Walau begitu, ia selalu bisa ter­senyum dan berkata dalam hati. Hyang Widhi Wasa ampuni pikiran dan perkataan mereka karena mere­ ka tak mengenal sepenuhnya pri­ badi dan apa yang sudah dilakukan suaminya untuk masyarakat Bali. Bila

mereka sudah kenal, pastilah mereka sayang dan menganggap saudara karena sudah bekerja dan berjuang sesuai swadharma-nya. Dengan kesibukan suaminya, ia mengatakan, secara prinsip tak ada masalah dengan komunikasi dan keharmonisan hubungan Suami-Istri maupun dengan anak anak. “Saya su­ dah memberikan waktu sepenuhnya pada suami untuk melaksanakan tu­ gas kapan pun dan dimana pun tanpa pernah saya ganggu dengan bertanya macam-macam. Tapi, biasanya Ba­ pak yang rajin menelepon ke saya atau langsung ke ponsel anak-anak,

3

bila lagi santai atau ketika berada di mobil saat perjalanan menuju tempat tugas,” kata Suastini. Ia mengatakan, mereka se­ keluarga jarang bisa liburan bersama keluarga. “Paling sebulan baru bisa makan malam dengan anak anak. Bahkan dalam berbagai perhelatan politik, paling hanya beberapa kali pergi makan bersama. Tak apa bagi saya dan anak anak, karena waktu dan doa dukungan kami untuk Bapak agar dapat berkarier de­ ngan baik di ranah politik,” katanya. Suastini juga, jarang ikut kegiatan suami dalam tugasnya baik di partai maupun sebagai anggota dewan, kecuali memang ada kegiatan khusus melibatkan istri yang terkait dengan kegiatan suami, ia pasti ikut serta. Ia sendiri, punya ruang gerak sendiri di ranah seni, yang ternyata sangat mendukung kiprah suaminya di dunia politik. Namun, ia tak ingin masuk ke ranah politik. Walau­ pun sejak tahun 1983, ia punya pengalam­an menjadi pengurus di beberapa organisasi seperti GMNI, SOKSI, Pemuda Pancasila, KNPI, dan Perisai Diri. Ia dan suaminya berprinsip, seniman dan politisi tak saling men­ campuri, tapi saling mendukung dan saling berprestasi di ranah masing masing. “Kami juga saling mengagumi kepiawaian masing masing. Suami maksimal di ruang politik. saya maksimal di ranah seni. Politik itu seni, seni jangan dipolitisir biarkan mengalir begitu saja,” kata Suastini. -ast

Terjun sebagai Seniman

Awal karier Suastini sebagai seniman dimulai dari d­ oro­ng­­an orangtuanya agar ia berlatih tari Bali. Ia berguru pada Agung Suciati dari Kelurahan Panjer Denpasar. Sejak umur 2 tahun, ia pindah dari Desa kelahiran Padangsambian Kaja Denpasar dan tinggal di rumah dinas Bank Pembangu­ nan Daerah Bali karena ayahnya, adalah salah seorang dari 7 orang karyawan pertama BPD Bali. Setelah menamatkan SDN 1 Panjer, ia melanjutkan ke SMPN 1 Denpasar, kemudian SMAN 1 Denpasar, dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Kegiatan berkeseniannya terus berjalan di tengah kesibuk­an studinya. Ia juga pernah belajar menari di Dria Raba bersama Ibu Sudik, dengan guru Ibu Alit Arini, Ibu Mas Susilawati, Ibu Dayu Trisnawati, Ibu Srinatih, Ibu Dayu Suabdi, Ibu Tjok Puspawati, dan Bapak Tjok Tisnu. Suastini bergabung dengan beberapa sanggar tari, hingga Sanggar Suar Agung mengajaknya menari ke luar negeri. Saat itu anggota sanggar kebanyakan mahasiswa-mahasiswi serta dosen-dosen STSI (sekarang ISI Denpasar ) Suastini pernah menjuarai beberapa lomba tari. Mewakili Fakultas Ekonomi Universitas Udayana juara 1 Tari Tenun; Mewakili Kopertis di Malang meraih juara 1 Tari Tenun; dan mewakili Kopertis di Banjarmasin meraih juara 2 Tari Trunajaya dan juara 3 Tari Oleg Tamulilingan. Ia menuturkan, darah seni mengalir dari orangtuanya. Ayahnya, I Wayan Djiwa, jago megambel dan ibunya, Ni Made Karni, senang menari. Tante dari Ibunya yang bernama Ni Luh Toya dari Muding adalah penari zaman Bung Karno yang sering menari di Istana dan sebagai duta seni ke luar negeri. Dengan berbekal kemampuan menari, tahun 1978, ia diperkenalkan dunia teater modern oleh IB Anom Ranuara, Pimpinan Teater Mini Badung. “Saat itu Teater Mini Badung mulai memperke­ nalkan cerita cerita rakyat dalam kemasan modern dan pemainnya dominan anak anak karena itu namanya Teater Mini. Yang akhirnya pernah ngetop di TVRI Bali lewat tayangan drama klasik,” tuturnya. Di SMAN 1 Denpasar, Suastini bergabung dengan beberapa rekan­ nya, mendirikan Teater Angin, rutin mengisi acara drama remaja di TVRI Bali. Ia juga, memperkuat penampilan Sanggar Putih se­ bagai “Lady Macbeth” di ­Gedung Ke­senian Jakarta, ­Drama Pang­ gung Sumpah ­Palapa Gajah­ mada, dan ­Sinetron Puputan Klungkung. Sampai sekarang ia ma­sih bergabung dengan ­S anggar Kayon Pejeng ­Gia­nyar, ­Pimpin­an ­Dewa Bondres Swastika yang

bekerja sama dengan salah satu televisi di Bali, rutin memproduksi acara sinetron klasik dan acara Tembang Guntang. Banyak prestasi yang dihasilkan Suastini dari bermain drama. Pemeran putri terbaik lomba drama modern dan Pemeran pembantu terbaik lomba drama modern Fakultas Sastra Universitas Udayana. Pemeran putri terbaik, lomba pertunjukan rakyat mewakili Departemen Penerangan Bali di tingkat regional. Pentas terbaik lomba pertunjukan rakyat tingkat nasional. Posisi IV lomba baca puisi tingkat nasional mewakili Depdikbud. Posisi III lomba pidato pertasi kencana KNPI, Piala Menteri Penerangan. Ia mengatakan, dari bermain drama di teater modern, ia mengembangkan kemampuan seni membaca puisi, menulis puisi, pembawa acara, narator, mendesain busana untuk drama dan berolah vokal menyanyi pop Bali. Dalam dunia seni peran, ia mengaku sangat menyukai peran antagonis. Baginya, berkesenian adalah hobi untuk kesehatan rohani. Ia mengatakan, hampir tak merasa ada duka, yang ada saat berproses adalah semangat, gairah hidup menyala, kreativitas tinggi. “Mungkin hal yang sama dirasakan suami saya tatkala berproses di dunia politik, seperti tak kenal lelah,” katanya. Saat ini, pintu seni untuk Suastini, terbuka lebar di dunia membaca puisi. Respons positif mengalir begitu ia membaca puisi. “Ada yang mengatakan merinding mendengar, bahkan, ada yang kesurupan saat saya membaca puisi di Ashram Gandhi Puri, Klungkung dan saat tampil dalam pementasan musik mantra di Yogyakarta,” ucapnya. Sahabatnya, penyair Dhenok Kristianti mengajak Suastini kembali ke dunia puisi. “Atas dorongan itu, ke depan saya tertarik konsentrasi untuk belajar menulis puisi,” katanya. Menurut Suastini, tantangan dalam berkesenian hampir tak ia alami. Dalam berkesenian, ia mengalir saja sesuai tuntutan hati. “Kepuasannya sangat luar biasa, saat penampilan saya mampu memukau penonton, membuat hati mereka bahagia,” tu­ turnya. Baginya, berkesenian adalah bagian dari sesembahan kehadapan manifestasi Shang Hyang Widhi Wasa dalam wujud Ciwanataraja. Juga, wujud rasa syukur akan talenta yang dikaruniakan-Nya. “Saya selalu berdoa sebelum naik panggung, semoga Hyang Widhi Wasa tersenyum akan rasa bhakti saya lewat seni. Senyum Beliau saya lihat di setiap senyum puas penon­ ton menyaksikan penampilan saya,” kata Suastini. -ast


2

Ekspresso DAri daPUr Redaksi

prof.

“Buku adalah Gudang Ilmu” Hari Pendidikan Nasional yang diperingati tiap tanggal 2 Mei menjadi momen yang istimewa di Bali. Tanggal 2 Mei 2015 juga hari Raya Saraswati, hari pemujaan terhadap dewi ilmu pengetahuan. Pada hari Saraswati, umat Hindu melakukan persembahyangan di sekolah, di rumah, dan di Pura. Karena itu, siswa yang beragama Hindu datang ke sekolah untuk melakukan persembahyang bersama, mohon kepada Dewi Saraswati agar diberi tuntunan dan anugerah dalam mencari ilmu pengetahuan. Di rumah, para orangtua mengumpulkan buku-buku dan semua sumber ilmu pengetahuan. Banten Saraswati pun dipersembahkan dengan harapan semua anggota keluarga mendapat anugerah dan limpahan ilmu pengetahuan yang nantinya bisa dipakai untuk bekal menghadapi masa depan. Dewi Saraswati dilambangkan sebagai dewi yang cantik yang dapat diartikan bahwa

sifat ilmu pengetahuan itu sangat mulia, lemah lembut, indah dan menarik. Karena sifat-sifat itulah, orang akan tertarik untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Caranya beragam, apakah belajar sendiri, belajar bersama, membaca buku, dll. Namun, hal yang sangat disayangkan, dari hasil PISA (Program for International Student Assessment) , Indonesia dari mulai keikutsertaannya dari tahun 2003, 2004, 2009 dan 2012, menunjukan angka yang nyaris tidak bergerak bahkan cenderung turun. Bahkan tahun 2012, Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara. PISA atau Program Penilaian Pelajar Internasional adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan, untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia 15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh organisasi untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan dari studi PISA adalah untuk menguji dan mem-

Tuah Tembakau Kisah ini merupakan peng­ alaman bapak saya yang sering bepergian ke Jakarta. Sebagai PNS, bapak sering mendapat tugas ke Ibu Kota Negara. Bia­sanya bapak berangkat bersama rombongan dari kantornya. Sampai di Jakarta, sudah ada yang menjemput. Suatu ketika, ada urusan yang harus diselesaikan di Jakarta. Kali ini bapak berangkat seorang diri. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui. Bapak pun bermaksud mampir ke rumah kerabat yang ada di Pasar Minggu. Dari bandara, bapak naik taksi ke Pasar Minggu. Pilihannya adalah taksi yang dilihat pertama. Ternyata taksi yang mengantar ini memiliki niat buruk. Mungkin dikira orang yang datang ke Jakarta bisa dikerjain. Sopir taksi mengambil jalur terjauh dan muter-muter. Bapak karena sedang kelelahan, tak banyak bicara. Akhirnya, karena merasa tak nyaman, bapak mengeluarkan tembakau yang disim-

bacaan wanita dan keluarga

Penerbit PT Tarukan Media Dharma Terbit sejak 9 November 1998

pan di tas pinggangnya. Sambil menggiling tembakau, bapak bertanya kepada sopir taksi, mengapa lama sekali tidak nyampe Pasar Minggu. Sopir taksi kaget, apalagi setelah ia melihat bapak menggiling dan memasukkan tembakau ke mulut. Ia lalu bertanya apakah bapak menguyah tembakau. Bapak balik bertanya, memang kenapa kalau menguyah tembakau. Sopir taksi itu bercerita di da­e rah asalnya, hanya orang sakti yang menguyah tembakau. Kali ini kesempatan Bapak ngerjain si sopir. Bapak mengatakan sudah tahu dari

bandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya. Sementara itu riset dari UNESCO tahun 2012 terkait minat baca menyebutkan, Indonesia masuk dalam kategori ‘tragedi nol buku’. Indonesia masuk dalam kategori tersebut karena anak Indonesia hanya membaca 27 halaman dalam setahun. Artinya, 1 halaman dibaca dalam 14 hari. Bandingkan dengan anak Finlandia yang membaca 300 halaman dalam 5 hari. Tidak ada buku yang dicetak 27 halaman, minimal buku dicetak dalam 50 halaman. Dengan membaca 27 halaman, artinya, anak Indonesia tidak menyelesaikan membaca 1 buku dalam setahun. Karena itu diketagorikan ‘tragedi nol buku’. Sampai kapan ini akan terjadi? Mari kita sama-sama untuk mulai rajin membaca. Dari anakanak hingga orang dewasa harus gemar membaca, Manfaatkan waktu untuk membaca dan menambah ilmu pengetahuan. Buku adalah gudang ilmu. Salam

tadi kalau sopir muter-muter dan mencari jalan yang jauh. Si sopir gelagapan dan buruburu minta maaf. Sampai di Pasar Minggu, sopir itu minta maaf lagi. Ternyata ia mengira bapak orang sakti yang mengunyah sirih. Kami sering tertawa kalau bapak menyampaikan cerita itu. Oh my God… t e r n y a t a t e m b a k a u b e rtuah untuk menakuti sopir taksi. Hendra, Bangli

Bagi pembaca yang memiliki kisah unik, seru, menyebalkan, atau mengasyikkan dan ingin berbagi dengan pembaca ­lainnya, silakan kirim kisah Anda ke redaksi@tokoh.co.id. ­Panjang naskah maksimal 2.000 karakter. Sertakan juga nama dan nomor kontak Anda. Naskah yang muat di rubrik “OMG” akan mendapat bingkisan Tokoh. Info lebih lanjut, silakan hubungi Redaksi Mingguan Tokoh (0361) 425373

Mozaik

GORO-GORO

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Putu Wijaya

Bangun-tidur, Amat merasa sakit. Tapi setelah diukur dengan termometer, suhu tubuhnya normal. “Mungkin Bapak stres karena BBM naik lagi” “Kenapa mesti stres? Kita kan mau menghentikan

subsidi?!” “Karena itu berarti kebutuhan bahan pokok utama akan naik. Tapi kalau BBM turun lagi, harga bahan kebutuhan pokok itu, tidak mau turun!” Amat menggeleng. “Kalau itu, bukan Bapak. tapi Ibu yang harusnya stres!” “Ya, memang saya sudah stres, Tapi, nanti pasti ada jalan keluarnya” Sore hari, Amat menyelinap ke seorang pintar yang terkenal dengan julukan Prof. Konon dia bisa menyembuhkan segala macam penyakit.” “Bapak sakit apa?” “Tidak tahu. Itu sebabnya saya datang kemari Prof”. Orang pintar itu mengangguk dan minta Ama tiduran. Setelah itu ia mengucapkan jampi-jampi, dengan mata terpejam, lalu berbisik: “Raga Bapak semuanya oke.” Amat tidak setuju. Ia bersikeras bahwa ia sakit, Orang pintar itu sekali lagi mengucapkan jampi-jampinya. Kali ini panjang sekali, sehingga Amat tertidur lelap dan ngorok. Orang pintar itu membiarkan Amat terus tidur, sebab ada beberapa pasien datang. Baru setelah lewat pukul 22.00, Amat terjaga sendiri. “Maaf Prof. Jadi saya sakit apa?” Orang pintar yang mengaku profesor itu, mepersilakan Amat duduk. “Saya sakit apa, Prof?” “Bapak mengalami gangguan saraf di otak kecil di belakang kepala.” “O, begitu?” “Ya! Harus cepat dioperasi, mumpung masih dalam golden timenya” “O ya?” “Ya!!” Amat tertegun. “Tidak ada jalan lain?” “Ada.” “Apa?” “Bapak tidak boleh mengumbar emosi. Itu akan membuat saraf tegang!” “O ya?” “Ya! Bapak bisa gila. Orang yang tidak sakit pun, kalau membiarkan emosinya berkuasa bisa gila. Kesadaran Bapak hanya tinggal 60%. Lewat itu, Bapak bisa gila.” “Dinaikkan jadi 100%, bisa Prof?” “Bisa. Tapi biayanya besar.” “Berapa?” “Bapak sekarang bawa uang berapa?” Amat memeriksa dompetnya. Lalu berbohong. “Dua ratus ribu.” “Betul? Coba periksa lagi dengan teliti!” Tanpa memeriksa dompet, Amat menjawab jujur.” “Satu juta.” “Kalau begitu, Bapak ini pasti bisa normal kembali. Bahkan lebih sukses dari sebelumnya!” “Betul? Saya bisa sembuh seratus persen?” “Bisa! Bahkan sembuh 150 persen! Pulanglah sekarang. Serahkan semua uang yang Bapak sembunyikan pada istri Bapak. Berhenti berbohong pada istri. Itu obat mujarab dari ancaman gila. Cepat!” Amat terkejut. “Itu saja?” “Ya! Berbohong pada istri Anda adalah tanda-tanda gila!” Amat bingung.” “Terima kasih Prof. Dulu saya tidak percaya kepada orang pintar, tapi berhadapan dengan Prof. saya berubah piikiran. Orang pintar, memang hebat. Nasehat Prof. sangat tepat. Tapi berapa saya harus bayar Prof?” Orang pintar itu tak menjawab. Ia. memejamkan matamya. Amat terpesona. Ia mengeluarkan satu juta dari dompetnya, lalu meletakkan dua ratus ribu dengan hati-hati di dekat kaki Prof. Tapi di pintu Prof mengingatkan. “Ingat jangan berbohong!” Amat terpaksa mengorek kembali dompetnya, lalu meletakkan satu juta di depan orang pintar itu.

Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Gde Palgunadi. Redaktur Pelaksana: Ngurah Budi. Staf Redaksi/Pemasaran Denpasar: IG.A. Sri A r d h i n i , W i r a t i A s t i t i , S a g u n g I n t e n . J a k a r t a : D i a n a Ru n t u . N T B : N a n i e k D w i S u r a h m i . D e s a i n G r a f i s : I D N A l i t Budi­a rtha, I Made Ary Supratman. Sirkulasi: Kadek Sepi Purnama. Se­k retariat: Ayu ­A gustini, Putu Agus Mariantara, Hariyono. Alamat Redaksi/Iklan Denpasar: Gedung Pers Bali K. Nadha, Lantai III, Jalan Kebo Iwa 63 A ­Denpasar 80117–Telepon (0361) 425373, 7402414, 416676–Faksimile (0361) 425373. Alamat Redaksi/Iklan/Sirkulasi Jakarta: Jalan ­Pal­m erah ­B arat 21 G Jakarta Pusat 10270– Telepon (021) 5357603 - Faksimile (021) 5357605. NTB: Jalan Bangau No.15 Cakranegara, Mataram–­Telepon (0370) 639543– ­Faksimile (0370) 628257. Jawa Timur: Permata Darmo Bintoro, Jalan Taman Ketampon 22-23 Surabaya–Telepon (031) 5633456–­­ ­F aksi­m ile (031) 5675240. Surat Elektronik: redaksi@tokoh.co.id, iklan@tokoh.co.id. Website: www.tokoh.co.id. Bank: BRI Cabang ­G ajah Mada Denpasar. Nomor Rekening: PT Tarukan Media Dharma: 0017-01-001010-30-6. Percetakan: BP Jalan Kebo Iwa 63 A Denpasar.

Edisi 847/ 4 - 10 Mei 2015

Karang Gebang

23

Kampung Penghasil Capil Ketika teknologi dan peralatan modern terus ber­­­­kembang, peralatan tra­­­di­­sional mulai tergusur. Begitu juga d­e­­­­ngan para pengrajin peralatan tradisional. Namun, di ­tengah maraknya produk peralatan mo­­­­­dern, Desa Karang Gebang, Kecamatan Jetis, Po­­no­­rogo tetap bertahan dengan kerajinan topi ca­­pil.

S

udah puluhan tahun warga Desa Karang Ge­­­­bang menggeluti kerajinan anyaman bambu, topi capil. Hampir sebagian be­s ­ar dapat mem­b u­ at kerajinan anyaman bambu. Tak ha­n ya warga Ponorogo, masyarakat lu­ar kota pun memuji capil buatan Desa Karang Gebang ini. Menurut Bu Malmi, salah satu pengrajin capil, capil bu­a ­ tan Desa Karang Gebang diminati pem­­beli dari daerah Jember, Banyu­w angi, Sumatera, bahkan hingga ke Ka­li­m antan. “Saya cuma nunggu di ru­m ah, para pembeli datang sendiri,” ucap Malmi.

Uniknya proses pembuatan capil di­la­k ukan dengan kerjasama dari warganya. “Ada yang buat anya­m an lembaran, kemudian pro­s es pen­c etakannya dilanjutkan oleh lain­n ya,” ungkap Malmi. Ke­b er­s amaan wa­ r­g a dapat tergambar de­n gan jelas, sa­ling memberi dan me­ nerima antarpeng­e rajin me­n g­­ hasil­k an capil dengan kualitas yang baik. Ironisnya, harga jual yang di­h asil­k an dirasa tak sebanding dengan ting­k at kerumitan pembuatannya. Se­h ing­g a, saat ini banyak warga ter­utama para pemuda beralih profesi. Makin derasnya produkproduk mo­d ern membuat se-

Proses pembuatan capil

bagian pengrajin anya­m an di Desa Karang Gebang gu­lung tikar. Bayangkan saja, jika da­ lam satu hari seorang pengrajin hanya dapat menghasilkan dua buah capil, sedangkan harga jual yang di­d a­p at hanya Rp 3 ribu. Ini membuat banyak para peng­ rajin capil beralih profesi. “Banyak yang pilih kerja proyek mas, kan kelihatan hasilnya sehari bisa dapat Rp 25 ribu, kalau capil ya pa­ ling cuma Rp 6 ribu,” ungkap Malmi. Berbagai upaya telah dlakukan war­g a untuk mempertahankan kera­ji­n an anyaman bambu mereka. Kreasi dan inovasi pun telah di­la­k u­k an, dengan membuat berbagai

kera­ji­n an lain seperti souvenir serta hi­a ­s an dinding. “Sudah ada inovasi, tapi kami bin-

gung cari pembeli, ya gimana mau jalan mas?” kata Malmi pasrah. Lemahnya promosi dan pe­m a­s a­r an­lah yang membuat kerajinan war­g a Desa Karang Gebang seakan men­t ok. Tak ada sentuhan dari pe­m e­r in­t ah daerah yang dapat memper­ ta­h an­k an kerajinan tradisional ter­s ebut. Malang benar nasib mereka. Mung­k in dengan sedikit sentuhan ban­t uan pemasaran dan promosi kera­jinan anyaman bambu warga Desa Karang Gebang tersebut akan kem­b ali ke masa kejayaanya dulu. - Dinar Putra Perdana

Nikmatnya Durian Kanjeng

Proses penjemuran capil

Ponorogo bukan saja memiliki potensi budaya yang luar biasa, namun kota yang dikenal dengan seni Reognya ini, juga memiliki potensi agrobisnis. Salah satunya kota ini penghasil buah durian. Durian Kanjeng merupakan varietas asli Kecamatan Ngebel, Ponorogo. Di kebun durian Kanjeng yang luasnya sekitar 2,5 hektare ini, selain pohon durian yang sudah produktif, juga dikembangkan ribuan benih durian. Mulyono, Ketua Gapoktan Durian Kanjeng Asri mengemukakan pertumbuhan kebun durian di Desa Ngrogung, Ngebel ini sangat pesat. Pada 2010 dimulai sebagai awal pembenihan dan selang dua tahun kemudian perluasan kebun sudah mencapai 50 hektare. “Setiap tahun lahan kita bertambah, guna pengembangan pohon durian, agar hasil buahnya bisa berlimpah,” ujar Mulyono. Kenapa dinamakan durian Kanjeng ? karena konon durian ini adalah durian yang paling disukai oleh Kanjeng atau petinggi Keraton Wengker di zamannya sehingga diberi nama durian Kanjeng. Itulah sepintas sejarah tentang durian Kanjeng. Yang diharapkan bisa menjadi ikon baru untuk Ponorogo di bidang perkebunan. “Di daerah Ponorogo banyak memiliki jenis durian, terutama durian yang paling banyak diminati pembeli adalah durian dari Ngebel.

Karena satu kecamatan di daerah Ngebel,” kata Suprapto, Kepala Desa Ngrogung. Durian Kanjeng paling unggul, dari mulai rasa, aroma, kelembutan dan ketebalan dagingnya yang khas. Dinas Pertanian Ponorogo bersama petani setempat melakukan pengembangan dan perluasan daerah perkebunan di daerah penghasil durian Kanjeng di desa Ngrogung. “Pada saat musim durian datang para maniak durian bisa berwisata di daerah agrowisata durian desa Ngrogung,” imbuhnya. Suprapto menambahkan disaat musim durian seperti ini, dalam sehari dirinya bisa menjual sekitar 100 buah. Sedangkan untuk satu buah durian dipasang harga mulai Rp 50 ribu sampai Rp 100 ribu tergantung ukurannya. Di kecamatan Ngebel selain ada durian, juga ada telaga. Keduanya potensi alam tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke sini. Jumlah pengunj u n g Te l a g a Ngebel pun meningkat lantaran banyak yang ingin menyantap durian sambil menikmati pemandangan alam. Bahkan, sepekan tera-

khir jumlah pengunjung meningkat di Kecamatan Ngebel karena sedang musim durian sehingga banyak warga memilih menghabiskan akhir pekan bersama keluarga sambil makan durian. Salah seorang pengunjung dari Ngawi, Novi Maherawati mengaku setiap musim durian, ia selalu berkunjung ke Telaga Ngebel bersama keluarga. Selain menikmati keindahan danau, mencicipi durian lokal sangat ia idamkan. “Rasa durian Ngebel memiliki cita rasa spesial dibanding durian pada umumnya,” ujar Novi. Dengan adanya durian Kanjeng, Ponorogo kini kembali menambah ikon kotanya menjadi salah satu kota pemilik dan penghasil durian nomor satu di Indonesia. Ponorogo ingin menjadi buah lokal tidak kalah dari buah impor. -Dinar Putra Perdana


24

What’s Up

Edisi 847/ 4 - 10 mei 2015

IA Selly D. Mantra

Pemantik Semangat Penyandang Disabilitas

Koordinator Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar sebagai mitra Pemerintah Kota Denpasar dalam penanganan permasalahan sosial dikenal tak pernah berhenti berinovasi. Di bawah kepemimpinan IA Selly D. Mantra, berbagai bentuk gebrakan pemberdayaan dilaksanakan untuk mengotimalkan kesempatan dan ruang yang telah disiapkan bagi kreativitas para penyandang disabilitas.

T

ahun 2015 ini, K3S Denpasar kembali memberikan ruang kepada karya kreativitas penyandang disabilitas tuna daksa, dengan menerbitkan buku “Ketika Aku Dilahirkan Tak Sempurna” tulisan I Gusti Ayu Diah Manik Pratiwi yang lebih dikenal dengan Ayu Diah. Peluncuran yang dirangkaian dengan Hari Autis Sedunia ini dilangsungkan beberapa waktu lalu di Aula SMAN 1 Denpasar. Pada acara yang sekaligus ditandai dengan peluncuran Website K3S Kota Denpasar tersebut, dihadiri pula Wali Kota Denpasar IB Rai D. Mantra, Ketua K3S Ny. IA Selly D. Mantra, Wakil Ketua Ny. Antari Jaya Negara, Ny. Kerti Rai Iswara, serta pimpinan SKPD di Pemkot Denpasar serta undangan lainnya. Buku tersebut sangat tepat dirangkaikan dengan Peringatan Hari Autis Sedunia tahun ini yang mengusung tema “We Love We Care We Always Beside You”. “Sebagaimana tema peringatan Hari Autis Sedunia kali ini, jika me-

mang kita cinta dan peduli, mari kita dam­pingi mereka bersama. Mereka punya potensi dan perlu support agar semangat berkarya dan berkreativitasnya, selain terjaga juga berkembang,” tutur Selly D. Mantra. Bicara peluncuran buku kali ini, Selly D. Mantra yang dikenal sangat dekat dengan anak-anak disabilitas bahkan memiliki panggilan sayang Bunda ini, mengakui perasaannya sangat lega sekaligus terharu semua berjalan lancar. “ Keterbatasan fisik bukan halangan dalam berkarya. Ketika lingkungan termasuk pemerintah terbuka memberi ruang dan kesempatan, maka kreativitas mereka akan terlihat. Seperti sosok Ayu, yang berhasil mengoptimalkan bakat menulisnya. Dan, istimewanya kali ini peluncuran bukunya sekaligus sebagai kado yang indah buat Ayu, karena bersamaan dengan ulang tahunnya,” ujarnya dengan mata sedikit berkaca-kaca mengenang semua proses yang sudah mereka lalui. Karena kedekatannya pula, perempuan yang dikenal energik dan selalu tampil sebagai pemantik semangat

Ayu Diah sedang membubuhkan tandatangannya

Peringatan Hari Autis Sedunia dan Peluncuran Buku

seluruh penyandang disabilitas ini, dengan mudah melihat potensi Ayu dibidang tulis-menulis. Bahkan Ayu juga sering diajak tampil di acara Hipenca (Hari Internasional Penyandang Cacat) membacakan puisi-puisi karyanya. Kini dengan kehadiran tulisan Ayu dalam sebuah buku, diharapkan bisa menjadi motivator dan penebar virus positif untuk kalangan remaja, bahwa dibalik kekurangan, mereka memiliki kelebihan. Ia menyatakan buku ini sangat direferensikan untuk dibaca para remaja dan semua orang tentunya. Sebab, lanjutnya membaca bukan hanya mendapat ilmu tapi membuka cakrawala. “Terutama bagi remaja yang di luar penyandang disabiltas, lebih bersyukur diberikan anuge­rah fisik yang sempurna, sehingga memiliki rasa jengah jika Ayu saja bisa kenapa mereka tidak,” cetus Selly D. Mantra. Dan untuk itu pula, istri Wali Kota Denpasar ini menggandeng Forum Osis Kota

Denpasar. “Mereka yang akan langsung mengajak Ayu ke sekolah-sekolah. Seluruh hasil yang diperoleh langsung diserahkan pada Ayu,” lanjutnya sambil menyampaikan jika dalam buku ini Wali Kota IB Rai D. Mantra tak ke_ tinggalan menggoreskan sebuah kalimat motivasi “Kemudah itu akan timbul jika menyadari bahwa kita merupakan bagian dari solusi dan bukan bagian dari masalah.” Berkat dukungan pemerintah Kota Denpasar pula, kata Selly D. Mantra sebelumnya K3S Kota Denpasar berhasil meluncurkan album “Tak Ada Yang Sempurna” dari penyandang disabilitas tuna netra . Juga, sukses menggarap film kisah nyata penyandang disabilitas tuna rungu Widya dalam “Jemari Jiwaku Menari”. Di samping

itu tercatat pula agenda tahunan K3S, yakni ajang Pemilihan Teruna-Teruni Tuna Rungu. “Astungkare semua mendapatkan respons positif dari masyarakat,” ujarnya. -ard

Jangan Dipandang Sebelah Mata

Masih dalam Peringatan Hari Autis Sedunia yang bertemakan “We Love We Care We Always Beside You”, juga diisi dengan pertunjukan kreativitas seni budaya, operet oleh anak-anak Pusat Layanan Autis (PLA) Kota Denpasar dan kegiatan olahraga seperti jalan santai bersama. Selain itu, Selly D. Mantra mengatakan peringatan Hari Autis Sedunia ini juga menjadi momentum untuk lebih lagi menyuarakan dan memberikan kesetaraan hak kepada anak-anak autis. Bersama perkumpulan orangtua yang memiliki penyandang autisme dan anak berkebutuhan khusus yang tergabung dalam Bali Parent Suport Group dengan penuh semangat melepas balon berwarna biru (Light It Up Blue /LIUB), Pelepasan balon-balon tersebut sebagai simbol bagi anak-anak penyandang autis dan anak berkebutuh­an khusus segera terbebas lepas dari gangguan autisme di Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Bajra Sandhi Renon Denpasar beberapa pekan lalu. Selanjutnya dikatakan oleh Selly D. Mantra pe­ nanganan anak autis terletak pada dukungan yang kuat dari berbagai pihak. Hal ini juga sudah dilakukan oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan didirikannya Pusat Layanan Autis (PLA) sebagai pusat pelayanan

bagi anak-anak autis. PLA Kota Denpasar sebagai satu-satunya pusat layanan terapis bagi penyandang autis di Bali yang sempat diresmikan oleh UNESCO. PLA yang hingga saat ini memiliki 96 anak didik ini berkomitmen memberikan pelayanan terbaik bagi anak didiknya. Menurut Selly D. Mantra yang juga selaku Pembina PLA Kota Denpasar, kegiatan memperingati Hari Autis Sedunia ini telah memberikan ruang kreativitas kepada anak-anak PLA dalam mengembangkan bakat dan kemampuannya. Ia juga tetap berharap kepada pemerintah, masyarakat, para orangtua, dan keluarga untuk terus memberikan support dan ruang kreativitas kepada anak-anak berkebutuhan khusus dalam meningkatkan kemandirian dan talentanya. Jangan pernah memandang mereka sebelah mata. Mengenai seluruh aktivitas sosialnya ini, untuk ke depannya Selly. D Mantra menggantungkan pula harapan yang lebih besar, yakni masyarakat lebih peka dan menaruh perhatian pada isu disabilitas dan anak-anak autis, agar kondisi masyarakat yang inklusif bisa tercipta, khususnya di Denpasar, Bali bahkan di Indonesia. - ard


Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.