Tokoh Edisi 833 | Tokoh

Page 1

What’s Up

24

Ergonomi Kelola Kelemahan Manusia Di mata ergonomi, Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah solusi terakhir. Hal ini ditegaskan dosen Ergonomi Pascasarjana Unud, Dr. IGN Ardana, M. Erg. Ia menjelaskan, ergonomi berharap tiap manusia tidak menggunakan alat bantu dalam proses keamanan dirinya. Ergonomi justru membantu mengantisipasi untuk tidak menggunakan alat bantu dalam proses aktivitas manusia.

I

a menyontohkan, jika ada debu, mereka yang ber­ kecimpung di bidang ke­ selamatan kerja, memakai masker. Sementara ergonomi, akan menghindari posisi debu dengan menghindari arah angin atau mengatur posisi kerja sejajar atau tak berlawanan dengan arah angin, agar tak terpapar debu. Singkatnya, ergonomi lebih kepada tahap mencegah. Dalam sebuah bangun ruang misalnya, jika dari awal merancang, ergonomi sudah dilibatkan, letak jendela tidak akan berhadapan langsung dengan pemakainya. Namun, realitanya kini banyak ruangan yang sudah jadi dulu, baru kemudian ditentukan tata letak furnitur dan peruntukannya. Jika sudah begini, mau tak mau solusinya hanyalah mengganti kaca jendela dengan kaca tidak tembus pandang atau memasang tirai/gorden.

Dari sisi ergonomi, dalam pemakai­ an komputer, tinggi mata harus sejajar dengan bagian tengah layar monitor, sehingga posisi leher tidak terlalu menunduk atau menengadah, posisi ideal. Posisi punggung harus 105 derajat, posisi lengan bawah ha­ rus sejajar dengan permukaan lantai. Demikian juga posisi paha harus pararel dengan permukaan lantai. Bahu harus rileks, tidak terangkat, yang disebut posisi netral/fisiologis/posisi ergonomis. Secara teori-

tis, jarak mata dengan monitor ratarata 60-90 cm. Namun, hasil diskusi dari norma pemakaian ukuran yang bervariasi itu, dibuat kesepakatan ukuran yang paling praktis dan tepat, yakni dengan memakai rentangan ta­n gan sampai ujung jari tengah. Untuk mata, tiap 20 menit bekerja, harus alihkan pandangan 20 detik. Durasi duduk di depan komputer pun disaran­kannya jangan terlalu lama. “Jangan lebih dari 80 menit. Setelah itu bangun, dan akan lebih baik lagi jika dibawa berjalan agar otot yang dari tadi­ nya diam

26 Januari -1 Februari 2015 bisa bekerja,” ujar dosen Ergonomi di Jurusan Desain Interior FSRD ISI Denpasar. Ia memaparkan, ada dua otot dalam tubuh manusia yakni antagonis dan agonis. Saat di depan komputer, yang bekerja otot agonis, sementara otot antagonis rileks. Dengan berjalan setelah duduk beberapa lama, otot yang tadinya bekerja/kontraksi, akan mendapatkan energi baru. Jika hanya diam, otot mengecil sehingga pembuluh darah pada tiap otot terjepit karena tak mendapatkan energi baru. “Pemulihan akan lebih cepat lagi dan paling bagus jika melakukan peregangan dengan senam,” tegas Anggota Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI) dan IEA (International Ergonomic Association) ini. Singkat kata, rumusnya adalah se­ telah 4 jam bekerja harus istirahat 1 jam. Tiap jam perlu istirahat pendek 5-10 menit untuk melakukan perega­ ngan (senam, berjalan). Awal bekerja, perlu diberikan kalori. Tiap 2 jam perlu diberikan snack (makanan kecil) yang mengandung kalori. Di Indonesia, Ardana mengamati ergonomi tidak terlalu diperhatikan. Berbeda dengan di Korea, Taiwan, dan Jepang yang ergonominya maju. Di negara-negara tersebut diyakini, dengan memperhatikan ergonomi, akan meningkatkan kualitas kerja manusia yang berujung pada meningkatnya produktivitas perusahaan. Hal ini pun dibuktikannya dengan hal sederhana. Seorang temannya yang memiliki bisnis ukiran, pada awalnya menempatkan meja minuman dan kamar mandi di dekat tempat kerja karyawan. Hal ini dimaksudkan, dengan jarak yang dekat sehingga tak banyak waktu yang dihabiskan karyawan untuk menjangkau ka-

mar mandi ataupun mengambil air minum. Setelah Ardana menyarankan memindahkan jaraknya lebih jauh yakni sekitar 20-30 meter, ternyata hasil kerja yang didapat justru lebih bagus. Kenapa? Jika jarak satu dengan lainnya dekat, pemulihan tubuhnya tidak kembali 100 persen, stabilitas kerja juga tidak 100 persen. Akibatnya terjadi proses istirahat curian (kecepatan kerja berkurang, banyak mengobrol, baca koran) sehingga produktivitas berkurang, dan pastinya kesalahan akan lebih banyak. “Jadi, manusia tidak dimanjakan. Tubuh manusia tidak boleh didiamkan, tetapi diistirahatkan,” ujar Ketua LP2M (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat) ISI Denpasar ini. Sama halnya dengan orang disarankan olahraga minimal 2-3 hari sekali, bukan seminggu sekali. Karena per­ hitungan, pada waktu selesai olahraga hari pertama, dia punya simpanan kebugaran 100%. Begitu tak olahraga 1 hari, nilai kebugarannya tersisa 50%. Pada waktu tidak olahraga di hari kedua, simpanan kebugaran tersisa 25%. Berarti pada hari ketiga ketika berolahraga, simpanan kebugaran menjadi 125%. “Berarti tiap olahraga menyisakan 25%. Jika seminggu 3 kali berolahraga berarti punya kebugaran 75%. Namun, jika berolahraga seminggu sekali walaupun dengan waktu lama lama, tidak akan akan menyisakan kebugaran tubuh,” jelasnya. Ergonomi, ilmu yang mengajarkan cara mengelola tubuh agar tetap sehat aman nyaman produktif, tanpa harus menggunakan alat bantu. Di ergonomi, organisasi kerjanya yang diatur, lama jam kerja, jam istirahat, lingkungan kerja, dan alat kerja diatur. “Jadi, di ergonomi, manusia yang mengatur alat bukan sebaliknya. Kelemahan dikelola agar tidak sampai menganggu aktivitas manusia,” tandas putra kelahiran Puri Gede Tabanan ini. –Inten Indrawati

Senangi Suasana Kerja Karmany evadhikaras te, ma phalesu kadacana Ma karma-phala-hetur bhur, ma te sango stv akarmani Hakmu hanyalah pada pelaksana­an tugas kewajiban, dan sama sekali tidak pada pahala dari tugas yang engkau lakukan. Ja­ngan beranggapan engkau menjadi penyebab dari hasil perbuatan, dan jangan menjadi terikat untuk tidak melakukan tugas kewajibanmu (Bhagawad Gita Bab Kedua, Sloka 47) Karma-jam buddhi-yukta hi, phalam tyaktva manisinah Janma-bandha-vinirmuktah, padam gacchanty anamayam Orang-orang suci membebaskan dirinya dari pahala-pahala yang lahir dari perbuatan dengan

menekuni bhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kesadaran suci. Mereka terbebaskan dari perputaran kelahiran dan kematian dan mencapai alam kekekalan (Bhagawad Gita Bab Kedua, Sloka 51) Dua sloka ini menjadi topik bahasan saat Prabu Darmayasa memberikan pencerahan di malam Maha Siwaratri di wantil­ an Gedung Pers Bali K. Nadha, Denpasar. Ia mengupas bagaimana makna Siwa Ratri dan dikaitkan dengan situasi kekinian. “Siwa Ratri berarti malamnya Dewa Siwa. Maha Siwa Ratri artinya puncak malam Siwa yang jatuh setahun sekali. Pada momen ini, Dewa Siwa melimpahkan berkahnya kepada semua tanpa

memandang baik buruk, jelek bagus. Semua mendapat berkah,” ujarnya. Prabu Darmayasa menuturkan kisah Lubdaka, si pemburu yang akhirnya mendapat berkah Dewa Siwa hingga mencapai moksa. Sebagai pemburu, ia bekerja untuk mendapatkan buruan yang dipakai untuk menghidupi keluarganya. Di era sekarang ini, bekerja merupakan kewajiban untuk mendapatkan hasil. Apalagi sekarang ini keperluan keluarga banyak, mulai dari biaya pendidik­ an, biaya kesehatan. Agar bisa memenuhinya, tentu harus dengan cara bekerja. Kalau sudah bekerja, nikmatilah pekerjaan agar tidak menjadi beban. Bekerja dengan tulus dan iklas akan mendatangkan hasil yang baik.

tkh/wawan

Prabu Darmayasa memberikan pencerahan di malam Maha Siwaratri di wantilan Gedung Pers Bali K. Nadha, Denpasar

tkh/wawan

Trio penyanyi, Ayu Saraswati, Ipang, dan Dewi Pradewi turut menyumbangkan suaranya untuk menyanyikan lagu “Jaya Bhagawad Gita” dan “Demi yang Lain”.

“Sewaktu di India, saya pernah bekerja di Kedutaan Indonesia. Hampir lima bulan saya tidak digaji karena saya memang tidak mengharapkan gaji. Saya bekerja untuk menguji apakah saya harus tetap berada di India atau saya harus balik ke Indonesia. Saya mohon petunjuk Dewi Gangga, mana yang terbaik yang saya. Rasanya tidak masuk akal, sehari sebelum pulang ke Indonesia, riksaw yang saya tumpangi ditabrak bus dan saya masuk rumah sakit. Ini pertanda saya harus berada di India beberapa saat,” kenang pria kelahiran Ubud ini. Bekerja di Kedutaan sangat ia nikmati. Walaupun tak mendapat gaji tetapi ia tak pernah kekurangan apapun. Segala keperluannya bisa terpenuhi bahkan bisa berbagi de­ ngan yang lain. Darmayasa pun yakin, bekerja itu merupakan ibadah yang harus dijalani dan dinikmati. “Jika kita bekerja dengan tulus dan iklas, pasti akan ada hasil-

nya. Jangan terbebani dengan pekerjaan. Lakoni saja. Suasana kerja harus kita senangi. Ibaratkan tempat kerja sebagai Pura. Kita datang dengan hati yang bersih, melakukan persembahan, dan hasilnya akan datang. Sloka 47 sudah menyebutkan, jangan merasa diri kita penyebab kerja. Tuhanlah yang memberikan kita jalan untuk bekerja. Tetapi, jangan sampai kita tidak bekerja,” ujar pria yang lebih dari 20 tahun belajar Weda di India ini. Ia pun mengingatkan swadharma sebagai pekerja adalah bekerja sebaik-baiknya. Suasana malam Maha Siwa Ratri makin terasa khimad karena peserta melantunkan sloka-sloka Bhagawad Gita. Trio penyanyi, Dewi Pradewi, Ipang, dan Ayu Saraswati turut menyumbangkan suaranya untuk menyanyikan lagu “Jaya Bhagawad Gita” dan “Demi yang Lain”. Mereka diiringi oleh Adi Ambara dan Komang Arjawa.

–Ngurah Budi


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.
Tokoh Edisi 833 | Tokoh by e-Paper KMB - Issuu